viss kos

Upload: mardhiyanti-khamida

Post on 03-Apr-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Viss Kos

    1/18

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Viskositas

    Viskometer merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu

    fluida. Model viskometer yang umum digunakan berupa viskometer bola jatuh, tabung

    ( pipa kapiler ) dan sistem rotasi. Viskometer rotasi silinder sesumbu (concentric

    cylinder) dibuat berdasarkan 2 standar, sistem, dimana silinder bagian dalam berputar

    dengan silinder bagian luar diam dan sistem Couette dimana bagian luar silinder yang

    diputar sedangkan bagian dalam silinder diam. Fluida yang akan diukur ditempatkan

    pada celah diantara kedua silinder.

    2.1.2 Hubungan Fluida Dan Viscositas

    Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida

    dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.

    Didalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler antarabagian-bagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini adalah timbulnya

    gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat digambarkan sebagai gaya

    luncur diantara lapisan-lapisan fluida tadi. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan

    kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida tersebut. Bila pengamatan dilakukan

    terhadap aliran fluida makin mengecil ditempat-tempat yang jaraknya terhadap

    dinding pipa semakin kecil, dan praktis tidak bergerak pada tempat di dinding pipa.

    Sedangkan kecepatan terbesar terdapat ditengah-tengah pipa aliran.

    Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya

    tahanan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viscositas rendah,

    misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil

    dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viscositas yang lebih besar.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    2/18

    5

    Gaya Kecepatan V cm/detik

    F dyne

    L cm

    Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-masing

    mempunyai luas A cm2 dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan atas bergerak

    sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan V cm/detik relatif terhadap lapisan

    bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan V cm/detik maka harus bekerja

    suatu gaya sebesar F dyne. Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa gaya F

    berbanding lurus dengan kecepatan V, luas A dan berbanding terbalik dengan jarak L.

    Persamaannya :

    L

    AVF

    .. ; = Tetapan viscositas (

    ikcmgr

    det.)

    =

    (2.1)

    Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut

    kekentalan atau viscositas (viscosity). Oleh karena itu, viscositas berkaitan dengan

    gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai

    ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida

    makin sulit fluida itu mengalir.

    Viscositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir

    cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini,

    dinyatakan dengan Koefisien Viscositas ().

    Viscositas ialah besarnya gaya tiap cm2 yang diperlukan supaya terdapat

    perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair yang parallel

    dengan jarak 1 cm. Viscositas dapat dihitung dengan rumus Poiseville.

    LV

    R4

    8

    .......................................................................................2.2

    A cm2

    A cm2

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    3/18

    6

    Dengan :

    R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm)

    T = Waktu alir (detik)

    P = Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (2cm

    dyne )

    V = Volume zat cair (liter)

    L = Panjang pipa (cm)

    = Koefisien Viscositas (centipoise)

    Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan bila makin

    encer makin mudah mengalir.

    Q

    1

    ...(2.3)

    dengan : Q = Fluiditas

    Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus diatas

    dapat dilihat bahwa Fluiditas berbanding terbalik dengan kekentalan (Koefisien

    Viscositas).

    2.1.3 Macam-Macam Viscositas

    Alat yang dipakai untuk menentukan Viscositas dinamakan Viscometer. Ada beberapa

    jenis Viscometer, diantaranya :

    a) Viscometer Ostwald

    b) Viscometer Lehman

    c) Viscometer bola jatuh dari Stokes.

    2.1.3.1Viscometer OstwaldCara penggunaannya :

    Jika air dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan melalui

    tabung A kemudian dihisap agar masuk ke tabung B tepat sampai batas a kemudian

    dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai pengukur waktu.

    Umpamanya waktu yang diperlukan air untuk bergerak dari permukaan a

    sampai b sama dengan t1, setelah itu percobaan diganti dengan zat cair lain dengan

    cara yang sama seperti gambar di bawah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    4/18

    7

    Gambar 2.1 Viscometer Ostwald

    Umpamanya diperlukan t2 dengan menggunakan rumus Poiseville karena V, L

    dan R sama maka didapat persamaan

    22

    11

    2

    1

    (2.4)

    Dengan :1

    = Massa jenis air

    2 = Massa jenis zat cair yang dicari

    Pada Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh

    sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang

    disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan oleh cairan untukmelalui batas a dan b dapat diukur menggunakan stop watch.

    2.1.3.2Viscometer Lehman

    Nilai viscositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan yang akan diuji

    atau dihitung nilai viscositasnya berbanding terbalik dengan waktu kecepatan alir

    cairan pembanding, dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air.

    Persamaannya adalah sebagai berikut :

    Tair

    Tcairan

    .(2.5)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    5/18

    8

    2.1.3.3Viscometer Bola JatuhStokes

    Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja tiga macam gaya,

    yaitu :

    1. Gaya gravitasi atau gaya berat (W). gaya inilah yang menyebabkan benda

    bergerak ke bawah dengan suatu percepatan.

    2. Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). arah gaya ini keatas dan

    besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu.

    3. Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya seperti yang

    dinyatakan oleh persamaan :

    Fg = kV ....................................................................................(2.6)

    Dengan: Fg = Gaya gesek

    k = Konstanta

    V = Kecepatan benda (m/s2)

    Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar, tetapi

    dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh makinbesar. Benda yang bentuknya tidak beraturan dan rumit serta besar akan menghasilkan

    harga k yang besar.

    Fluida yang viscositasnya besar akan menghasilkan harga k yang besar

    pula.untuk benda yang berbentuk bola dengan jari-jari R dan fluida dengan viscositas

    besarnya k dapat dinyatakan sebagai berikut ;

    k = 6R ....................................................................................(2.7)

    Hubungan ini diberikan oleh Stokesdan berlaku untuk aliran fluida yang

    laminer. Jika kedua rumus digabungkan, maka akan diperoleh gaya gesek ;

    Fg = 6RV ................................................................................2.8

    Alat ini terdiri dari sebuah tabung yang di bagian dinding luarnya diselubungi

    dengan air agar suhu di dalamnya konstan. Digunakan untuk menentukan Viscositas

    cairan yang kental tetapi yang tembus cahaya agar dapat mengamati jatuhnya bola

    besi sampai ke dasar tabung.. menurut hokum Stokes:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    6/18

    9

    V

    gR

    9

    2 12

    .......(2.9)

    Keterangan:

    = Koefisien Viscositas (centipoise)

    R = Jari-jari bola (cm)

    = Massa jenis bola peluru

    1 = Massa jenis zat cair

    V = Kecepatan (ik

    mdet

    )

    g = Kecepatan gravitasi (m/s2)

    2.1.4 Pengaruh Temperatur Terhadap Viscositas

    Viscositas merupakan besaran yang harganya tergantung terhadap temperatur. Pada

    kebanyakan fluida cair, bila temperatur naik viscositas akan turun, dan sebaliknya bila

    temperatur turun maka viscositas akan naik. Pada Dinyatakan dengan rumus

    BTA Log

    (2.10)

    A dan B tetapan untuk cairan tertentu

    T = Temperatur mutlak

    Rumus ini dapat dipakai untuk cairan murni, adapun rumus untuk sistem

    beberapa cairan adalah

    CLogTBT

    ALog

    (2.11)

    A, B dan C adalah tetapan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    7/18

    10

    2.1.5 Standart Minyak Pelumas

    Standarisasi minyak pelumas untuk mesin kendaraan bermotor pertama kali dilakukan

    oleh Society of Automotif Engineering (SAE)pada tahun 1911 dengan kode SAE

    J300.Minyak pelumas dikelompokkan berdasarkantingkat kekentalannya. Dalam

    kemasan ataukaleng pelumas, biasanya dapat ditemukankode angka yang

    menunjukkan tingkatkekentalannya, seperti : SAE 40, SAE 90, SAE10W-50, dsb.

    Semakin tinggi angkanyasemakin kental minyak pelumas tersebut. Adajuga kode

    angka multi grade seperti 10W-50,yang dapat diartikan bahwa pelumas memiliki

    tingkat kekentalan sama dengan SAE 10 padasuhu udara dingin (W= Winter) dan

    SAE 50pada udara panas.

    2.2 Mikrokontroler AVR ATMEGA8535

    Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program

    aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya),

    mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

    lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM.

    Pada system computer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya

    program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relative besar,

    sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang

    kecil. Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar

    artinya program control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash

    PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai

    tempat penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan padamikrokontroler yang bersangkutan.

    2.2.1 Arsitektur Mikrokontroler AVR ATMEGA8535

    AVR termasuk kedalam jenis mikrokontroler RISC (Reduced Instruction Set

    Computing) 8 bit. Berbeda dengan mikrokontroler keluarga MCS-51 yang

    berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Pada mikrokontroler

    dengan teknologi RISC semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit (16 bits words)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    8/18

    11

    dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 clock, sedangkan pada teknologi

    CISC seperti yang diterapkan pada mikrokontroler MCS-51, untuk menjalankan

    sebuah instruksi dibutuhkan waktu sebanyak 12 siklus clock. Secara garis besar,

    arsitektur mikrokontroler ATMEGA8535 terdiri dari :

    1. 32 saluran I/O (Port A, Port B, Port C dan Port D)

    2. 10 bit 8 Channel ADC (Analog to Digital Converter)

    3. 4 Channel PWM

    4. 6 Sleep Modes : Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-Down, Standby

    and Extended Standby

    5. 3 buah timer/counter.6. Analog Compararator

    7. Watchdog timer dengan osilator internal

    8. 512 byte SRAM

    9. 512 byte EEPROM

    10. 8 kb Flash memory dengan kwmampuan Read While Write

    11. Unit interupsi (internal dan external)

    12. Port antarmuka SPI8535 memory map

    13. Port USART untuk komunikasi serial dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps

    14. 4,5 V sampai 5,5 V operation, 0 sampai 16 MHz

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    9/18

    12

    Gambar 2.2 Arsitektur ATMEGA8535

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    10/18

    13

    2.2.2 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AVR ATMEGA8535Mikrokontroler ATMega8535 memiliki 40 pin untuk model PDIP, dan 44 pin untuk

    modelTQFPdanPLCC. Nama-nama pin pada mikrokontroler ini adalah :

    1. VCC : merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya

    2. GND : merupakan pin ground.

    3. Port A (PA0...PA7) : merupakan pin I/O dan pin masukan ADC

    4. Port B (PB0 PB7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

    sebagai Timer/Counter, komperator analog dan SPI.

    5. Port C (PC0 PC7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

    TWI, komperator analog, input ADC dan Timer Osilator.

    6. Port D (PD0 PD7) : merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

    komperator analog, interupsi eksternal dan komunikasi serial.

    7. RESET : merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler.

    8. XTAL1 dan XTAL2 : merupakan pin masukan clock eksternal.

    9. AVCC : merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

    10.AREF : merupakan pin tegangan referensi ADC

    Gambar 2.3 IC Mikrokontroler ATMEGA8535

    Universitas Sumatera Utara

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PDIP%28Jenis_Chip%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PDIP%28Jenis_Chip%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=TQFP&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=TQFP&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=TQFP&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PLCC&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PLCC&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PLCC&action=edit&redlink=1http://insansainsprojects.files.wordpress.com/http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PLCC&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=TQFP&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PDIP%28Jenis_Chip%29&action=edit&redlink=1
  • 7/28/2019 Viss Kos

    11/18

    14

    2.3Kumparan DeteksiKumparan deteksi ini menggunakan sebuah induktor yang terbuat dari lilitan

    tembaga pada sebuah silinder (bukan logam) sehingga membentuk sebuah solenoida.

    Banyaknya lilitan (N), diameter kumparan (2a) dan panjang lilitan (b) dapat

    ditentukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

    Gambar 2.4 Lilitan Tembaga

    Besarnya induktansi pada induktor yang dibuat berupa solenoid dapat di

    hitung dengan menggunakan rumus:

    = 2

    ...............................................................................(2.12)

    Keterangan:

    L = Nilai induktansi (H)

    o = 4 x 10-7 (H/m)

    A = Luas penampang (m2)

    n = Jumlah lilitan

    b = Panjang lilitan (m)

    Panjang lilitan ditentukan berdasarkan besarnya nilai induktansi, panjang

    lilitan berpengaruh terhadap banyaknya lilitan yang digunakan pada media untuk

    menghasilkan induktansi yang diinginkan.

    Menurut Hukum Ohm, untuk menghitung nilai hambat induktor (f) yang

    disebut reaktansi induktif (XL) dapat di rumuskan:

    XL = L atau XL= 2fL ...............................................................(2.13)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    12/18

    15

    2.4Sensor Pendeteksi Besi

    Detektor logam secara umum dapat dikatakan sebagai alat yang dapat mendeteksi

    adanya logam pada jarak tertentu dari sensor. Metode yang digunakan untuk

    membangun sebuah rangkaian detektor logam sangat beragam tergantung dari

    aplikasinya. Maksud dari aplikasinya adalah apa yang akan dideteksi oleh sensor,

    apakah itu logam yang dalam atau logam yang dangkal, atau juga benda non logam.

    Jadi detektor logam bukan berarti hanya digunakan untuk mendeteksi adanya logam,

    yang penting lagi bahwa sensornya dapat mendeteksi objek yang dipilih. Ada 3 (tiga)

    metode yang dipakai untuk mendeteksi logam yaitu :

    a. Beat Frequency Oscilator (BFO)b. Fix Frequency Oscilator (FFO)c. Magnetometer

    Dari ketiga metode diatas yang, metode yang dipakai dalam percobaan ini yaitu

    metode Beat Frequency Oscilator (BFO), karena yang diperlukan dalam percobaan ini

    yaitu perubahan frekuensi yang dihasilkan oleh kumparan dengan bola besi.

    2.4.1 Beat Frequency Oscilator (BFO).Prinsip yang digunakan adalah terjadinya perubahan karakteristik pada sensor akibat

    mendeteksi adanya logam. Detektor bekerja berdasarkan frekuensi resonan yang telah

    diatur berubah-ubah ketika terdapat objek berupa logam yang letaknya cukup dekat

    dengan sensorsearch coil. Rangkaian tuning (tune circuit) harus merupakan bagian

    dari rangkaian osilator sehingga jika koil sensor didekati oleh logam tertentu maka

    frekuensi output dari rangkaian osilasi akan berubah. Variasi perubahan frekuensioutput ini tergantung dari frekuensi yang dipilih.

    Search coilSearch

    coiloscilator

    MixerAudio

    FrequencyAmplifier

    OutputBuffer

    BeatFrequencyOscilator

    Meterdrive

    Circuit

    Speaker

    Gambar 2.5Blok diagram detektor logam dengan Beat Frequency Oscilator

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    13/18

    16

    2.4.2 Fix Frequency Oscilator (FFO)/detektor resonansi dengan frekuensi tetap

    Pada prinsipnya metode ini hampir sama dengan metode BFO tetapi sedikit berbeda

    pada rangkaian tune circuitnya. Disini perubahan karakteristik pada search coilnya

    akan menyebabkan perubahan nilai Q, sehingga osilator dengan frekuensi tetap akan

    berubah-ubah amplitudonya.

    2.4.3 MagnetometerSistem ini menggunakan sensor magnet buatan yang sangat kuat dengan sensor yang

    berbentuk U.

    Search Coil TunedCircuit

    Rectifier/Filter Voltmeter Speaker

    Oscilator

    Gambar 2.6

    Detektor Resonansi dengan Frekuensi tetap

    Ke rangkaianLevel Detector

    Oscilatordan

    Rangkaian

    Driver

    Gambar2.7Blok diagram detektor logam dengan metode Magnetometer

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    14/18

    17

    Pada sensor itu terdapat dua kumparan, kumparan yang satu merupakan

    kumparan penghasil medan listrik kuat untuk menimbulkan medan magnit kuat pada

    sensor itu. Kumparan yang lain dihubungkan ke rangkaian level detektor yang akan

    mendeteksi adanya perubahan level tegangan pada sensor tersebut. Detektor dengan

    metode magnetometer ini tidak kebal terhadap adanya gangguan yang disebabkan oleh

    medan-medan listrik dan medan-medan magnet liar yang disebabkan oleh jaringan

    listrik atau bahan-bahan magnetik.

    2.5LCD (Liquid Crystal Display)

    LCD berfungsi menampilkan suatu nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau

    menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. LCD yang digunakan adalah jenis

    LCD M1632. LCDM1632 merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris

    dengan konsumsi daya rendah. M1632 adalah merupakan modul LCD dengan

    tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah.

    Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain khusus untuk

    mengendalikan LCD. Kegunaan LCD banyak sekali dalam perancangan suatu sistem

    dengan menggunakan mikrokontroler. LCD dapat berfungsi untuk menampilkan suatu

    nilai hasil sensor, menampilkan teks, atau menampilkan menu pada aplikasi

    mikrokontroler. Pada bab ini akan dibahas antarmuka LCD dengan mikrokontroler

    ATMega8535.

    Gambar 2.8 LCD (L iquid Crystal D isplay)

    Urutan pin (1), umumnya, dimulai dari sebelah kiri (terletak di pojok kiri atas)

    dan untuk LCD yang memiliki 16 pin, 2 pin terakhir (15 & 16) adalah anoda dan

    katoda untukback-lighting.

    Universitas Sumatera Utara

    http://bp3.blogger.com/_Tc7x-KjEn0c/RuEnIPwcNUI/AAA
  • 7/28/2019 Viss Kos

    15/18

    18

    Tabel 2.1 Fungsi pin-pin pada Liquid Crystal Display

    Sebagaimana terlihat pada kolom deskripsi (symbol and functions), interface

    LCD merupakan sebuah parallel bus, dimana hal ini sangat memudahkan dan sangat

    cepat dalam pembacaan dan penulisan data dari atau ke LCD. Kode ASCII yang

    ditampilkan sepanjang 8 bit dikirim ke LCD secara 4 atau 8 bit pada satu waktu. Jika

    mode 4 bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat sepenuhnya 8

    bit (pertama dikirim 4 bit MSB lalu 4 bit LSB dengan pulsa clock EN setiap

    nibblenya). Berikut adalah contoh LCD (216) yang umum digunakan :

    Gambar 2.9 LCD M1632

    Jalur kontrol EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa mikrokontroller

    mengirimkan data ke LCD. Untuk mengirim data ke LCD program harus menset EN

    ke kondisi high (1) dan kemudian menset dua jalur kontrol lainnya (RS dan R/W) atau

    juga mengirimkan data ke jalur data bus. Saat jalur lainnya sudah siap, EN harus diset

    ke 0 dan tunggu beberapa saat (tergantung pada datasheet LCD), dan set EN kembali

    ke high (1). Ketika jalur RS berada dalam kondisi low (0), data yang dikirimkan ke

    LCD dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti bersihkan layar,

    posisi kursor dll). Ketika RS dalam kondisi high atau 1, data yang dikirimkan adalah

    data ASCII yang akan ditampilkan dilayar. Misal, untuk menampilkan huruf pada

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    16/18

    19

    layar maka RS harus diset ke 1. Jalur kontrol R/W harus berada dalam kondisi low (0)

    saat informasi pada data bus akan dituliskan ke LCD. Apabila R/W berada dalam

    kondisi high (1), maka program akan melakukan query (pembacaan) data dari LCD.

    Instruksi pembacaan hanya satu, yaitu Get LCD status (membaca status LCD), lainnya

    merupakan instruksi penulisan. Jadi hampir setiap aplikasi yang menggunakan LCD,

    R/W selalu diset ke 0. Jalur data dapat terdiri 4 atau 8 jalur (tergantung mode yang

    dipilih pengguna), mereka dinamakan DB0, DB1, DB2, DB3, DB4, DB5, DB6 dan

    DB7. Mengirim data secara parallel baik 4 atau 8 bit merupakan 2 mode operasi

    primer. Untuk membuat sebuah aplikasi interface LCD, menentukan mode operasi

    merupakan hal yang paling penting. Mode 8 bit sangat baik digunakan ketika

    kecepatan menjadi keutamaan dalam sebuah aplikasi dan setidaknya minimal tersedia

    11 pin I/O (3 pin untuk kontrol, 8 pin untuk data). Sedangkan mode 4 bit minimal

    hanya membutuhkan 7 bit (3 pin untuk kontrol, 4 untuk data). Aplikasi dengan LCD

    dapat dibuat dengan mudah dan waktu yang singkat, mengingat koneksi parallel yang

    cukup mudah antara kontroller dan LCD.

    2.6 Perangkat Lunak

    2.6.1 Bahasa Pemrograman

    Pada perancangan program pada alat, program yang digunakan adalah pemrograman

    bahasa C. Untuk dapat memahami bagaimana suatu program ditulis, maka struktur

    dari program harus dimengerti terlebih dahulu, atau sebagai pedoman penulis program

    (programmer) bagaimana seharusnya program tersebut ditulis. Struktur dari program

    C dapat diihat sebagai kumpulan dari sebuah atau lebih fungsi-fungsi. Fungsi pertama

    yang harus ada di program C yang sudah ditentukan namanya, yaitu fungsi main().

    Artinya program C minimal memiliki satu fungsi (fungsi main()). Fungsi-fungsi lain

    selain fungsi utama bisa dituliskan setelah atau sebelum fungsi utama dengan

    deskripsi prototype fungsi pada bagian awal program. Bisa juga dituliskan pada file

    lain yang apabila kita ingin memakai atau memanggil fungsi dalam file lain tersebut,

    kita harus menuliskan header file-nya, dengan preprocessor directive #include. File ini

    disebut file pustaka (library file). Struktur bahasa C dapat dilihat pada contoh dibawahini:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    17/18

    20

    Main (){

    Statement_1;Statement_2;

    }

    Fungsi_lain (){

    Statement_statement;}Contoh program bahasa C menghitung viskositas dengan hukum Stokes= F/ 6(3,14).R.V

    = m.g / 6(3.14).R.V

    Keterangan :m = 0,15 kgg = 10 m/s2r = 0,02 mv = 2 m/s = ? (dalam poise)

    #include #include #define ADC_VREF_TYPE 0x00#include #define sensor_a PORTB.1ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;ADCSRA=0x83;SFIOR&=0xEF;while (1)

    {// Place your code here

    if ( sensor_a == 1 ){

    koe = ( 0,15 * 10 ) / ( 6 * 3,14 * 0,02 * 2 );PORTA = 0x55;}

    }

    2.6.2 CodeVisionAVR

    CodeVisionAVR merupakan software compiler yang khusus digunakan untuk

    mikrokontroller keluarga AVR. Meskipun CodeVisionAVR termasuk software

    komersial, namun kita tetap dapat menggunakannya dengan mudah karena terdapat

    versi evaluasi yang disediakan secara gratis walaupun dengan kemampuan yang

    dibatasi.

    Dari beberapa software kompiler C yang pernah digunakan, CodeVisionAVR

    merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan kompiler-kompiler yang lain

    karena memiliki beberapa kelebihan yang dimiliki oleh CodeVisionAVR antara lain :

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/28/2019 Viss Kos

    18/18

    21

    1. Menggunakan IDE (Integrated Development Environment)

    2. Fasilitas yang disediakan lengkap (mengedit program, mengkompile program,

    mendownload program) serta tampilannya terlihat menarik dan mudah dimengerti

    3. Mampu membangkitkan kode program secara otomatis dengan menggunakan

    fasilitas CodeWizardAVR

    4. Memiliki fasilitas untuk mendownload program langsung dari CodeVisionAVR

    dengan menggunakan hardware khusus seperti Atmel STK500, Kanda System

    STK200+/300 dan bebarapa hardware lain yang telah didefenisikan oleh

    CodeVisionaAVR

    5. Memiliki fasilitas debugger sehingga dapat menggunakan software compiler lain

    untuk mengecek kode assemblernya, contoh AVRStudio

    6. Memiliki terminal komunikasi serial yang terintegrasi dalam CodeVisionAVR

    sehingga dapat digunakan untuk membantu pengecekan program yang telah dibuat

    khususnya yang menggunakan fasilitas komunikasi serial USART.

    Gambar 2.10 Tampilan CodeVisionAVR