viii tes serebelum

19
I. PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Test serebelum B. Tujuan Percobaan Mengenal berbagai fungsi serebelum serta menyeldiki ada tidaknya gejala-gejala-gejala kerusakan fungsi serebelum

Upload: novia-hertiyani

Post on 20-Jan-2016

145 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

otak

TRANSCRIPT

Page 1: VIII Tes Serebelum

I. PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan

Test serebelum

B. Tujuan Percobaan

Mengenal berbagai fungsi serebelum serta menyeldiki ada tidaknya gejala-

gejala-gejala kerusakan fungsi serebelum

Page 2: VIII Tes Serebelum

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 1. Uji Test SerebelumNo. Uji Hasil + / -

1 PPT - -

2 TR - -

3 TD - -

4 TA - -

5 TIT - -

6 T. Rebound - -

Keterangan + artinya mengalami kerusakan serebelum- artinya tidak mengalami kerusakan serebelum

B. Pembahasan

Menurut Novia (2010), otak adalah sumber dari semua sistem saraf yang

dimiliki oleh setiap makhluk hidup. Letaknya di dalam kepala, dilindungi oleh

tulang tengkorak, serta dekat dengan sensor indra perasa seperti penglihatan,

pendengaran, keseimbangan, rasa, dan bau. Otak adalah komponen tubuh yang

paling kompleks dan berhubungan dengan semua sistem saraf manusia. Meskipun

otak kita bekerja untuk keseluruhan tapi semua sistem saraf yang ada dapat

bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Ada tiga bagian penting di dalam

otak yaitu otak utama (center core), sistem limbic (limbic system), dan korteks

serebrum (cerebral cortex),berikut gambar bagian-bagian otak :

Page 3: VIII Tes Serebelum

Gambar 1. Bagian-bagian Otak (Novia, 2010).

Center core berguna untuk mengatur proses kehidupan dasar seperti

bernapas, detak jantung, pergerakan, keseimbangan, tidur, serta tahap awal proses

sensor informasi yang datang. Sistem limbic hanya ada di mamalia, termasuk

manusia, berguna untuk menjadi media antara tingkah laku dan motivasi, tingkat

emosi, serta ingatan. Sistem limbic juga mengatur suhu badan, tekanan darah,

kadar gula dalam darah, dan aktivitas lainnya. Korteks serebrum berhubungan

langsung dengan fungsi kognitif dan tingkat emosi, terbagi dalam dua bagian yang

besarnya hampir sama. Di dalamnya terdiri dari sistem yang mengatur kesadaran,

persepsi, emosi, pemikiran, perencanaan, dan semua proses kesadaran serta

tingkat emosional (Novia, 2010).

Fungsi biologis otak paling utama adalah mengendalikan perilaku yang

muncul dalam diri setiap makhluk hidup. Otak mengontrol semua tingkah laku

dengan mengakifkan otot atau dengan mengatur hormon, bahkan setiap sel

terkecil juga mampu memberikan informasi kepada otak dan memberikan reaksi

atas informasi tersebut. Pusat saraf yang seperti spons mampu mengatur kontraksi

tubuh dan bereaksi terhadap semua aktivitas seperti berenang atau berjalan (Andri

dan Sangkanparan, 2010).

Bahkan kendali perilaku yang muncul pada setiap makhluk selalu

berpusat dari otak utama. Otak juga mengatur dan membuat kita berpikir,

bergerak, merasakan, melihat, mendengar, dan membaui sesuatu. Otak

Page 4: VIII Tes Serebelum

memproduksi sinyal elektrik yang bergabung dengan reaksi kimia sehingga

membuat semua bagian dari tubuh berkomunikasi. Dikarenakan sistem saraf

dalam otak mengirim sinyal yang datang ke semua bagian tubuh (Andri dan

Sangkanparan, 2010).

Meskipun dilindungi oleh tulang tengkorak yang bertekstur keras dan

tebal, otak tetap rentan terhadap kerusakan dan penyakit. Kerusakan fisik yang

biasa terjadi adalah luka pada kepala seperti terbentur, stroke, atau keracunan

karena bahan kimia yang bisa menjadi neurotoksin atau keracunan otak. Infeksi

otak terhitung jarang karena ada penghalang, namun bisa terjadi maka dianggap

serius. Penyakit umum pada otak adalah parkinson, multiple sclerosis, dan

lainnya, depresi juga biasa ditemui akibat dari tidak berfungsinya otak. Otak

terdiri dari cairan putih sebanyak 60% dan cairan abu-abu sebanyak 40% otak

(Novia, 2010).

Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum

menempati fosa kranialis posterior dan diatapi tentorium-serebeli, yang

merupakan lipatan dura mater yang memisahkannya dart lobus oksipitalis serebri.

Serebelum mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain sistem persarafan.

Tetapi hubungannya yang terutama adalah dengan hemisfer serebri pada sisi yang

lain dan dengan batang otak. Selain itu serebelum menerima serabut dari sumsum

tulang belakang dan berhubungan dengan pusat-pusat refleks penglihatan pada

atap otak tengah (diensefalon), dengan talamus, clan dengan serabut-serabut saraf

pendengaran (Yuliani, 2005).

Fungsi serebelum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan.

Serebelum berperanan penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan.

Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dart korteks serebri ke sumsum tulang

belakang mengalami penyilangan. Mengendalikan gerakan sisi lain tubuh,

hemisfer serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.

Sebagai penghambat impuls yang datang ke serebelum dari korteks motorik

dihambat (Yuliani, 2005).

Cedera unilateral pada serebelum mengakibatkan gangguan pada sikap

dan tonus otot. Gerakan sangat tidak terkoordinasi, seorang pasien yang menderita

Page 5: VIII Tes Serebelum

gangguan tersebut mungkin tidak sanggup memasukkan makanan ke dalam

mulutnya sendiri, dan bahkan mengotori mukanya akibat makanan yang tercecer;

terombang-ambing sewaktu berjalan, dan cenderung jatuh ke arah sisi badan yang

mendapat cedera. Semua gerakan sadar dan otot-otot anggota badan menjadi

lemah, dan cara bicara pun lambat (Yuliani, 2005). Menurut Juwono (1990), ada

beberapa test serebelum yaitu :

1. Past pointing test, orang yang normal dapat menyentuh sesuatu berulang

kali dengan cepat dan tepat. Misalnya menyentuh jari, hidung, dan dagu,

telinga, dan lainnya. Hasil uji positif jika pasien salah menunjuk sasaran,

uji ini bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum sebagai

penghambat.

2. Test rebound, pasien diminta supinasi lengan bawah kemudian pemeriksa

melepaskan tarikan tersebut tetapi sebelumnya lengan yang lain harus

menjaga muka dan badan pasien supaya tidak terpukul oleh lengan

pasien sendiri. Jika orang yang mengalami kerusakan serebelum maka

ketika tangannya dipukul, tangan dapat melayang dan memukul muka

pasien sendiri. Hal ini dikarenakan kontraksi otot antagonis tidak berjalan

karena kerusakan serebelum. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki

kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai penghambat/pendamping.

3. Test romberg, kita bisa membedakan antara lesi serebelum dengan

gangguan sensory ataxia. Test dilakukan dengan cara mata ditutup, kaki

dirapatkan, dan tangan diluruskan ke depan. Test ini bertujuan untuk

menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengatur

keseimbangan dan orientasi ruangan.

4. Test disartri, dengan cara mengucapkan kalimat yang hampir mirip

berulang kali dan intensitas suara yang tidak tetap, kadang-kadang

keras,kadang-kadang cepat, dan kadang-kadang lambat. Test ini

bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai

pengkoordinasi gerakan dan alat-alat tubuh.

5. Test intensi tremor, dengan cara lengan pasien diluruskan ke depan

sambil memegang buku. Kerusakan serebelum pada saat melakukan

Page 6: VIII Tes Serebelum

gerakan terutama pada saat hampir sampai ke tempat terjadi tremor

(gerakan halus dan cepat) dikarenakan fungsi samping serebelum yang

hilang.Test ini bertujuan untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang

berfungsi sebagai penghambat/pendamping.

6. Test adiodokokinesis, pasien diminta mengerakkan kedua tangannya

bergantian, pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam. Pada orang

yang normal maka bisa melakukan pronasi dan supinasi dengan

sempurna (berulang kali dan cepat). Jika ada kerusakan pada serebelum

maka kemampuan untuk mengetahui posisi dari bagian tubuhnya yang

bergerak tidak ada, akibatnya gerakan tidak teratur. Test ini bertujuan

untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengatur

keseimbangan dan orientasi ruangan.

Menurut Pearce (2009). berikut beberapa hal yang bisa menyebabkan kerusakan

pada fungsi otak yaitu :

1. Polusi Udara

Kita tahu bahwasannya segala jenis racun terdapat dalam polusi udara.

Mengingat jaman sekarang yang dimana-mana udara telah terjadi

pencemaran yang tinggi, maka hal ini akan bisa menjadi faktor pemicu

terjadinya kerusakan pada fungsi syarat dan otak kita. Banyak menghirup

udara yang berpolusi tinggi akan bisa menyebabkan penurunan efesiensi

otak itu sendiri.

2. Kurang Istirahat Tidur

Tidur adalah merupakan salah satu yang menjadi kebutuhan hidup dasar

manusia pada umumnya. Otak dalam hal ini membutuhkan istirahat tidur

dalam rangka untuk beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Bila

kurang tidur dalam jangka waktu lama dan berkepanjangan, maka hal ini

akan mempercepat penurunan fungsi organ otak.

3. Kebiasaan Buruk Merokok

Salah satu dampak negatif merokok bagi kesehatan adalah bahwasannya

banyak fakta yang telah membuktikan kalau rokok mempunyai efek

buruk pada otak yaitu menyusutnya volume otak secara berlahan-lahan.

Page 7: VIII Tes Serebelum

Apalagi bila yang telah mempunyai kebiasaan merokok dalam jumlah

yang banyak dan jangka waktu yang panjang.

4. Kurangnya Stimulasi Kerja Otak

Belajar dan berfikir adalah merupakan cara efektif untuk melatih fungsi

dan kinerja dari otak kita sendiri. Bila otak tidak banyak mendapat

stimulasi untuk bekerja sebagaimana mestinya maka hal ini akan

mempercepat proses pengerutan otak kita.

Percobaan pertama adalah past pointing test yang bertujuan untuk

menyelidiki kerusakan serebelum sebagai penghambat. Probandus diberi intuisi

untuk menyentuh bagian muka berulang kali selama 30 detik dan diulang

sebanyak tiga kali. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan

negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami

kerusakan serebelum sebagai penghambat. Jika probandus positif mengalami

kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak menghirup

polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu

menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah.

Kemudian percobaan selanjutnya adalah test romberg yang bertujuan

untuk menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengatur

keseimbangan dan orientasi ruangan. Pada percobaan ini mata dipejamkan, kaki

dirapatkan, dan tangan lurus ke depan. Stopwatch dinyalakan selama 30 detik dan

amati posisi probandus apakah tetap seperti semula atau berubah, hasil dari

percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan negatif hal ini berarti

probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami kerusakan serebelum

sebagai pengatur keseimbangan dan orientasi ruangan. Jika probandus positif

mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak

menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu

menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah.

Test yang ketiga adalah test disarti yang bertujuan untuk menyelidiki

kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengkoordinasi gerakan dan alat-alat

tubuh. Pada percobaan ini kalimat yang mirip diucapkan berulang kali secara

lambat, cepat, dan keras selama 30 detik dengan tujuan untuk melihat apakah

Page 8: VIII Tes Serebelum

kecepatan dalam pengucapan mempengaruhi koordinasi dengan serebelum,

percobaan ini diulang sebanyak tiga kali. Hasil dari percobaan untuk probandus

laki-laki dan perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun

perempuan tidak mengalami kerusakan serebelum sebagai pengkoordinasi

gerakan dan alat-alat tubuh. Jika probandus positif mengalami kerusakan

serebelum, hal ini bisa dikarenakan kurang tidur, banyak menghirup polusi udara,

merokok, dan kurangnya stimulasi kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi

organ otak menurun dan lama dalam merespon perintah.

Test yang keempat adalah test adiodokokinesis bertujuan untuk

menyelidiki kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai pengatur keseimbangan

dan orientasi ruangan. Percobaan dimulai dengan probandus diberi perintah untuk

melakukan gerakan pronasi dan supinasi selama 30 detik, lakukan pengulangan

sebanyak 3 kali. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan perempuan

negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak mengalami

kerusakan serebelum sebagai pengatur keseimbangan dan orientasi ruangan. Jika

probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan

kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi

kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam

merespon perintah.

Test yang kelima adalah intensi tremor yang bertujuan untuk menyelidiki

kerusakan serebelum yang berfungsi sebagai penghambat/pendamping. Percobaan

dimulai dengan buku dipegang dan tangan diluruskan ke depan selama 30 detik

dan amati yang terjadi. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan

perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak

mengalami kerusakan serebelum sebagai penghambat/pendamping. Jika

probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan

kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi

kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam

merespon perintah.

Test yang keenam adalah rebound untuk menyelidiki kerusakan

serebelum yang berfungsi sebagai penghambat/pendamping, percobaan dimulai

Page 9: VIII Tes Serebelum

dengan diinstruksikan untuk mengkonstruksi tangan dengan keras. Kemudian

tangan probandus ditahan oleh yang lain dan kemudian dilepaskan dengan tiba-

tiba, lalu amati yang terjadi. Hasil dari percobaan untuk probandus laki-laki dan

perempuan negatif hal ini berarti probandus laki-laki maupun perempuan tidak

mengalami kerusakan serebelum sebagai penghambat/pendamping. Jika

probandus positif mengalami kerusakan serebelum, hal ini bisa dikarenakan

kurang tidur, banyak menghirup polusi udara, merokok, dan kurangnya stimulasi

kerja otak. Semua itu menyebabkan fungsi organ otak menurun dan lama dalam

merespon perintah.

III.KESIMPULAN

Page 10: VIII Tes Serebelum

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu :

1. Fungsi dari serebelum adalah koordinasi otot, menjaga keseimbangan

tubuh, mengatur sikap dan aktivitas sikap badan, sebagai pendamping,

dan sebagai penghambat.

2. Gejala-gejala ketidaknormalan serebelum dapat dilihat dengan berbagai

tes yaitu past pointing test, test romberg, test disartri, test

adiodokokinesis, test intensi tremor, dan tes rebound.

3. Dari hasil percobaan probandus laki-laki dan perempuan pada semua test

hasilnya negatif artinya tidak terjadi kerusakan pada serebelum

probandus laki-laki maupun perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: VIII Tes Serebelum

Andri, A. dan Sangkanparan, H. 2010. Sinergi 3 Otak. Visimedia. Jakarta. hal 110.

Juwono, T. 1990. Pemeriksaan Klinik Neurologik dalam Praktek. EGC. Jakarta. hal 78-82

Novia, A. 2010. Melatih Otak Setajam Silet. Pressindo. Yogyakarta. hal 1-5.

Pearce, C. E. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. hal 347-349.

Yuliani. 2005. Anatomi dan Fungsi Serebelum. http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2011/07/anatomi-dan-fungsi-serebelum.html. 20 November 2013.

LAMPIRAN

Page 12: VIII Tes Serebelum

Gambar 1. Past Pointing Test (Dokumentasi Pribadi).

Gambar 2. Test Romberg (Dokumentasi Pribadi).

Gambar 3. Test Disartri (Dokumentasi Pribadi).

Page 13: VIII Tes Serebelum

Gambar 4. Test Adiodokokinesis (Dokumentasi Pribadi).

Gambaf 5. Test Intensi Tremor (Dokumentasi Pribadi).

Gambar 6. Test Rebound (Dokumentasi Pribadi).