· web viewperaturan daerah kabupaten lamandau nomor 11 tahun 2008 tentang urusan pemerintahan...

139

Upload: phungduong

Post on 10-Mar-2018

236 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Page 2: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 09 TAHUN 2011

Page 3: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMANDAU

HALAMAN 158

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 09 TAHUN 2011

Page 4: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMANDAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMANDAU,

Menimbang

Mengingat

:

:

a.

b.

c.

d.

e.

f.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

11.

bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Lamandau sebagai sarana pelayanan kesehatan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau dituntut mampu memberikan pelayanan kesehatan prima sejalan dengan harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah, cepat, tepat dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam suasana yang nyaman;

b. bahwa untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang prima sebagaimana tercantum pada huruf a diperlukan biaya yang besar untuk membiayai penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang tidak mungkin hanya mengandalkan subsidi pemerintah;bahw salah satu Kewenangan Pemerintah Daerah adalah memungut Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;

c. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Keuangan Daerah dalam hal Pemungutan Retribusi Daerah adalah di bidang Pelayanan Kesehatan di RSUD;

d. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 8 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau dan Perubahannya Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2006 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi saat ini, maka perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,b,c,d,e dan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Lamandau.

Undang-Undang Nomor Undang-undang 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2576);Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara

Page 5: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3259);Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3347);Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Pegawai Negeri Sipil, Penerimaan Pensiunan, Veteran dan Perintis Kemerdekaan bersama keluarganya;Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);Peraturan Pemerintah Nomor 41 Nomor 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5161);Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Tehknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 518/Menkes/Per/VI/2008 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero) Dan Anggota Keluarganya Di Balai Kesehatan Masyarakat Dan Rumah Sakit Pemerintah;Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 27 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 27); Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 29 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2009 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 48 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 39 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

dan

BUPATI LAMANDAUMEMUTUSKAN:

Page 6: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMANDAU.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

4. Bupati adalah Bupati Lamandau;5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Lamandau;6. Rumah Sakit Umum Daerah, yang selanjutnya disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah

Lamandau;7. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Lamandau;8. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan daerah yang berlaku;9. Bendaharawan khusus penerima adalah Bendaharawan Khusus Penerima di Rumah Sakit Daerah

Lamandau;10. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan medik atau non medik

yang dibebankan kepada pasien sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya;11. Pelayanan Kesehatan adalah semua bentuk penyelenggaraan kegiatan dan jasa yang diberikan kepada

orang pribadi dalam rangka observasi, penegakan diagnosa, pengobatan, pencegahan, pemulihan dan peningkatan status kesehatan;

12. Pelayanan Medik adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan oleh tenaga medis berupa pemeriksaan, konsultasi dan tindakan medik;

13. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di rumah sakit;

14. Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif adalah pelayanan rawat jalan di poliklinik khusus, waktu khusus dan ditangani oleh dokter yang khusus berdasarkan pilihan pasien sepanjang dokter tersebut sedang bertugas;

15. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kedaruratan medik yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah/ menanggulangi risiko kematian atau cacat;

16. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di rumah sakit;

17. Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dan menempati tempat tidur lebih dari 12 (dua belas) jam tapi kurang dari 24 (dua puluh empat) jam;

18. Pelayanan Rawat Siang Hari (Day Care) adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya maksimal 12 (dua belas) jam;

19. Pelayanan Rawat Khusus adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya karena pertimbangan medis memerlukan ruang perawatan khusus;

20. Rawat Rumah adalah pelayanan pasien di rumah untuk observasi, pengobatan dan rehabilitasi medik pasca rawat inap;

21. Tindakan Medik Operatif adalah tindakan pembedahan kepada pasien yang menggunakan pembiusan umum, lokal atau tanpa pembiusan;

22. Tindakan Medik Non Operatif adalah tindakan yang diberikan kepada pasien tanpa pembedahan untuk menegakkan diagnosis atau pegobatan;

23. Tindakan Medik Terapi adalah tindakan terapi yang diberikan kepada pasien untuk kepentingan pengobatan;

24. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan kepada pasien untuk membantu penegakan diagnosis dan terapi;

25. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan kepada seseorang di rumah sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik antara lain hostel, administrasi, loundry dan atau pelayanan penunjang non medik lainnya;

26. Pelayanan Konsultasi Khusus dan Tindakan Khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi/tindakan psikologi, gizi, psikiatri dan konsultasi khusus lainnya;

27. Pelayanan Medico Legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan penegakan hukum dan atau status kesehatan seseorang;

28. Pemulasaran Jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan dalam rangka proses Hukum;

29. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien;

Page 7: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

30. Jasa Sarana/Prasarana adalah imbalan yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian sarana/prasarana, fasilitas dan bahan;

31. Bahan adalah makanan, bahan kimia, alat kesehatan habis pakai dan bahan medis habis pakai yang digunakan secara langsung dalam rangka pencegahan, observasi, pengobatan, konsultasi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya;

32. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas ruang rawat inap dengan atau tanpa makan di Rumah Sakit;33. Tempat Tidur Rumah Sakit adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang rawat inap;34. General Check Up adalah pemeriksaan fisik dan penunjang medis secara lengkap yang diberikan

kepada seseorang atas permintaan sendiri atau pihak yang berkepentngan;35. Visum Et Repertum adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah pada saat

menerima jabatan dokter dan mempunyai daya bukti yang sah di pengadilan;36. Rujukan Swasta adalah pasien yang dikirim oleh perusahaan swasta, rumah bersalin, praktek dokter

swasta dan balai pengobatan swasta lainnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat jalan, rawat inap maupun penunjang diagnosa;

37. Orang Tidak Mampu adalah mereka yang tidak dapat membayar tarif perawatan atau pengobatan;38. Peserta Askes (Asuransi Kesehatan) adalah orang yang telah mendapat Surat Jaminan Pelayanan

Kesehatan oleh PT.Askes (Persero); 39. Iur Biaya (Cost Sharing) adalah pembebanan sebagian tarif pelayanan kesehatan kepada peserta Askes

Sosial dan atau anggota keluarganya;40. Unit Cost adalah perhitungan biaya riil yang dikeluarkan untuk melaksanakan satu unit/satu jenis

pelayanan kesehatan tertentu terdiri dari biaya langsung maupun biaya tidak langsung;41. Cost Handling adalah biaya penyimpanan;42. Cito adalah keadaan yang memerlukan pelayanan dan atau tindakan segera yang tidak dapat ditunda

dan harus didahulukan;43. PT. Askes (Persero) adalah Badan Hukum yang menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan;44. Peserta Askes Sosial adalah Pegawai Negeri Sipil, Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, Pensiunan

TNI/Polri, Veteran yang keanggotaannya dibuktikan dengan kartu tanda peserta;45. Pasien Kehakiman adalah orang-orang yang dihukum dalam lembaga kemasyarakatan atau di dalam

tahanan atau tahanan sementara;46. Pasien Penyakit Wabah adalah orang yang menderita penyakit yang berdasarkan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;47. Penjamin adalah pihak ketiga baik perorangan atau badan hukum sebagai penanggung tarif pelayanan

kesehatan dan atau non kesehatan dari seseorang yang menjadi tanggungannya;48. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yangdisediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah

untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;50. Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah nilai pembayaran sejumlah uang yang dikeluarkan oleh

seseorang/instansi/badan sebagai imbalan atas jasa pelayanan kesehatan di RSUD;51. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan dan perundang-undangan

diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;52. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPDORD adalah Surat yang

digunakan oleh wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut Perundang-undangan Retribusi Daerah;

53. Surat Keterangan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

54. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;

55. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang ditetapkan;

56. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

57. Surat Keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap besar SKRD atau dokumen lainnya. Yang dipersamakan SKRDBKT dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib retribusi;

58. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya, dalam rangka pengawasan kepada pemenuhan kewajiban terhadap Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

59. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melaksanakan Penyelidikan;

60. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat keterangan tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

BAB IINAMA OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Lamandau dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan yang disediakan oleh RSUD.

Pasal 3

Page 8: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di RSUD yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, kecuali pelayanan pendaftaran;

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat pelayanan kesehatan dari RSUD.

BAB IIIGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB IVCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi pelayanan, jenis pelayanan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diberian dalam jangka waktu tertentu.

BAB VKEBIJAKSANAAN TARIF

Pasal 7

(1) Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;

(2) Biaya penyelenggaraan rumah sakit dipikul bersama oleh masyarakat (pasien) dan pemerintah dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan keadaan sosial ekonomi masyarakat;

(3) Tarif pelayanan kesehatan diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, subsidi pemerintah, subsidi silang pasien, standar biaya dan atau benchmarking sarana pelayanan kesehatan/ rumah sakit lain yang tidak komersial;

(4) Tarif pelayanan kesehatan ditetapkan berdasarkan azas gotong royong, adil dengan mengutamakan kepentingan masyarakat yang berpenghasilan rendah;

(5) Tarif pelayanan kesehatan untuk golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin melalui suatu ikatan perjanjian tertulis ditetapkan atas dasar tidak saling merugikan.

BAB VIPRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF

Pasal 8

(1) Prinsip dalam penetapan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada penyediaan jasa kesehatan dengan memperhatikan kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan kesehatan yang diberikan;

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah meliputi biaya operasional dan pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal;

BAB VIISTRUKTUR DAN BESARAN TARIF

Pasal 9

(1) Struktur tarif pelayanan kesehatan di RSUD menggunakan tarif progresif sesuai dengan kelas perawatan;

(2) Struktur dan besaran retribusi pelayanan kesehatan di RSUD sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 10

(1) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat (2) ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali;(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks

harga dan perkembangan perekonomian;(3) Perubahan tarif retribusi sebagaimana tindaklanjut peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VIIIWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 11

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan kesehatan diberikan

BAB IX

Page 9: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

KOMPONEN PENERIMAAN Pasal 12

(1) Seluruh penerimaan RSUD adalah penerimaan daerah yang harus disetorkan ke kas daerah;(2) Tarif pelayanan kesehatan terdiri dari komponen jasa sarana/prasarana dan komponen jasa pelayanan;(3) Komponen jasa sarana/prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk bahan sesuai

keperluan;(4) Macam dan jenis bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Direktur;(5) Pembagian jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan

Direktur melalui sistem renumerasi RSUD;(6) Sistem renumerasi RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dihitung dengan mempertimbangkan

azas Pemerataan, azas kebersamaan, tanggung jawab sosial, pembinaan sumber daya manusia, pangkat/golongan, kompetensi, bobot kerja, tanggung jawab, kinerja/ prestasi dan sikap kerja.

BAB XJENIS PELAYANAN KESEHATAN DAN PELAYANAN NON KESEHATAN

YANG DIKENAKAN RETRIBUSIPasal 13

(1) Pelayanan yang dikenakan retribusi :a. Rawat Jalan;b. Rawat Darurat;c. Rawat Inap;d. Rawat Khusus;e. Rawat Siang (Day Care);f. Rawat Sehari (One Day Care);g. Rawat Rumah (Home Care).

(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :a. Pelayanan Medik;b. Pelayanan Penunjang Medik;c. Pelayanan Persalinan;d. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental;e. Pelayanan Konsultasi dan Tindakan Khusus;f. Pelayanan Medico Legal;g. Pelayanan Gemeral Check-Up;h. Pemulasaran Jenazah;i. Pelayanan Penunjang Non Medik;j. Pelayanan Lainnya.

(3) Jenis-jenis pelayanan kesehatan beserta tarif masing-masing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seperti tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini;

(4) Jenis pelayanan kesehatan dapat dikembangkan menurut kebutuhan masyarakat dan kemampuan RSUD;

(5) Retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Bupati;

(6) Pasien Peserta Askes Sosial yang dirawat sesuai kelas yang menjadi haknya dikenai iur biaya (cost sharing) sesuai ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

BAB XIPELAYANAN RAWAT JALAN

Pasal 14

(1) Tarif Rawat Jalan di RSUD dinyatakan dalam bentuk karcis harian atau dokumen lain yang dipersamakan yang berlaku untuk 1 (satu) rangkaian pelayanan konsultasi pada 1 (satu) bidang keahlian;

(2) Karcis harian rawat jalan dibedakan menjadi 9 (sembilan) jenis karcis atau dokumen lain yang dipersamakan yaitu poliklinik KIA/KB, poliklinik umum, poliklinik gigi, poliklinik psikologi, poliklinik gizi, poliklinik general cehck up, poliklinik spesialis dan poliklinik eksekutif.

BAB XIIPELAYANAN RAWAT DARURAT

Pasal 15

(1) Sebagai langkah penyelamatan jiwa (life saving) pasien kegawatdaruratan dapat dilayani tanpa mempertimbangkan persyaratan administrasinya;

(2) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan melengkapi persyaratan administrasinya seperti jaminan perawatan dari pihak penjamin/Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)/surat keterangan lain yang sejenis selambat-lambatnya 2x24 jam (tidak termasuk hari libur).

BAB XIII

Page 10: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PELAYANAN RAWAT INAPPasal 16

(1) Kelas perawatan di RSUD ditetapkan sebagai berikut :a. Kelas Very Important Person (VIP);b. Kelas Utama Paviliun;c. Kelas Utama Ruangan;d. Kelas I;e. Kelas II;f. Kelas III;g. Ruang Perawatan Khusus.

(2) Direktur diberikan kewenangan untuk menetapkan fasilitas dan jumlah tempat tidur di RSUD untuk tiap kelas perawatan;

(3) Jumlah tempat tidur di kelas III disesuaikan dengan kebutuhan dan sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima per seratus) dari jumlah tempat tidur yang tersedia;

(4) Bayi yang rawat gabung dengan ibunya dikenakan tarif pelayanan rawat inap sebagai berikut : a. Jasa Sarana 50% (lima puluh per seratus) dari tarif pelayanan rawat inap kelas yang ditempati

ibunya;b. Jasa Pelayanan 100% (seratus per seratus) dari tarif pelayanan rawat inap kelas yang ditempati

ibunya.(5) Kelas VIP dan Kelas Utama hanya boleh diisi satu tempat tidur, namun dengan pertimbangan tertentu

direktur dapat memberikan dispensasi maksimal 2 (dua) tempat tidur, pasien kedua dikenakan tarif pelayanan sebagai berikut : a. Jasa Sarana 70% (tujuh puluh per seratus) dari tarif pelayanan rawat inap kelas yang ditempatinya;b. Jasa Pelayanan 100% (seratus per seratus) dari tarif pelayanan rawat inap kelas yang ditempatinya.

Pasal 17

(1) Seorang pasien perlu atau tidaknya dirawatinapkan di RSUD ditetapkan oleh Dokter;(2) Setiap pasien atau keluarganya dapat mengajukan permintaan perawatan di kelas yang diinginkannya

sesuai dengan kemampuan keuangannya dan ketersediaan ruangan di RSUD;(3) Pasien yang menurut pendapat dokter yang memeriksa menderita penyakit menular tertentu, tempat

perawatannya ditetapkan di ruang isolasi;(4) Pasien yang berstatus tahanan atau narapidana diharuskan membawa surat keterangan dari yang

berwajib, dikenakan tarif penuh dan dibebankan kepada pasien yang bersangkutan atau instansi pengirimnya;

(5) RSUD tidak bertanggung jawab atas keamanan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

Pasal 18

(1) Peserta PT. Askes (Persero) beserta anggota keluarganya dirawat di kelas yang menjadi hak perawatannya sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;

(2) Pasien peserta Askes Sosial yang mengkehendaki dirawat pada kelas yang lebih tinggi dari yang menjadi haknya, dapat dirawatinapkan pada kelas yang dikehendakinya dengan membayar selisih tarif perawatan dan kepadanya tidak lagi dikenakan Iur biaya (cost sharing);

(3) Apabila kelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada atau di kelas tersebut tidak ada tempat, maka pasien dirawatinapkan sementara di kelas yang lebih rendah;

(4) Bagi pasien yang membawa surat pengantar dari perusahaan dirawatinapkan pada kelas yang diminta kecuali kelas III.

Pasal 19

(1) Pasien penyakit wabah/kejadian luar biasa yang dinyatakan secara resmi oleh pihak yang berwenang dirawatinapkan di ruang isolasi khusus dengan tarif pelayanan kesehatan yang ditanggung oleh pemerintah daerah;

(2) Apabila pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh dokter dipandang tidak membahayakan pasien lainnya, pasien yang bersangkutan dapat menempati kelas yang diinginkan;

(3) Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diharuskan membayar tarif sesuai tarif yang berlaku.

BAB XIVPELAYANAN RAWAT KHUSUS

Pasal 20

(1) Pelayanan Rawat Khusus adalah Perawatan pasien di ruang :a. Intensive Care Unit (ICU), Intensive Cardic Care Unit (ICCU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU),

Perinatal Intensive Care Unit (PICU) atau ruangan lain yang sejenis;b. High Care Unit (HCU), Ruang Perawatan Perinatalogi atau ruangan lain yang sejenis;c. Ruang Isolasi atau ruangan lain yang sejenis;d. Ruang Pemulihan atau ruangan lain yang sejenis.

(2) Tarif pelayanan kesehatan pada ruang perawatan khusus ditetapkan sebagai berikut:

Page 11: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

a. Intensive Care Unit (ICU), Intensive Cardic Care Unit (ICCU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Perinatal Intensive Care Unit (PICU) atau ruangan lain yang sejenis ditetapkan sama dengan terif pelayanan rawat inap kelas utama ruangan;

b. High Care Unit (HCU), Ruang Perawatan Perinatalogi atau ruangan lain yang sejenis ditetapkan sama dengan tarif pelayanan rawat inap kelas I;

c. Ruang Isolasi, Ruang Pemulihan atau ruangan lain yang sejenis ditetapkan sama dengan tarif pelayanan rawat inap kelas II.

BAB XVPELAYANAN RAWAT SIANG, RAWAT SEHARI DAN RAWAT RUMAH

Pasal 21

Tarif pelayanan Rawat Siang dan Rawat Sehari ditetapkan sebagai berikut :a. Rawat Siang ditetapkan sama dengan tarif perawatan kelas II;b. Rawat Sehari ditetapkan sama dengan tarif perawatan kelas I;

Pasal 22

(1) Rawat rumah hanya dapat diberikan bagi pasien yang telah diperbolehkan untuk pulang dan menjalani perawatan dikediamannya oleh dokter di RSUD;

(2) Rawat rumah dapat dilaksanakan sepanjang tersedia petugas yang memungkinkan dan terbatas dalam wilayah kota Nanga Bulik;

(3) Tarif pelayanan rawat rumah ditetapkan sama dengan tarif perawatan kelas utama ruangan;(4) Tarif pelayanan rawat rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk biaya transportasi

petugas;(5) Biaya transportasi petugas ditetapkan sama dengan biaya ambulance ditambah jasa konsultasi medis

dan jasa tindakan medis yang apabila diperlukan dibayar tersendiri oleh pasien.

BAB XVIPELAYANAN MEDIK

Pasal 23

(1) Pelayanan Medik meliputi :a. Konsultasi Medik;b. Tindakan Medik.

(2) Jenis Tindakan Medik meliputi :a. Tindakan Medik Operatif;b. Tindakan Medik Non Operatif;c. Tindakan Medik Terapi.

(3) Tindakan Medik Operatif meliputi :a. Tindakan Medik Operatif Sederhana;b. Tindakan Medik Operatif Kecil;c. Tindakan Medik Operatif Sedang;d. Tindakan Medik Operatif Besar;e. Tindakan Medik Operatif Khusus;f. Tindakan Medik Operatif Canggih.

(4) Tindakan Medik Non Operatif meliputi :a. Tindakan Medik Non Operatif Sederhana;b. Tindakan Medik Non Operatif Kecil;c. Tindakan Medik Non Operatif Sedang;d. Tindakan Medik Non Operatif Besar;e. Tindakan Medik Non Operatif Khusus;f. Tindakan Medik Non Operatif Canggih.

(5) Tindakan Medik Terapi meliputi :a. Radiasi Eksterna Konvensional;b. Radiasi Eksterna High Technology;c. Bracytheraphy;d. Radiasi Interna.

Pasal 24

(1) Konsultasi dan atau tindakan medik anestesi anak yang apabila diperlukan dibayar secara tersendiri oleh pasien;

(2) Konsultasi/tindakan diatas meja operasi oleh dokter spesialis lain pada saat pelaksanaan operasi apabila diperlukan ditambah sesuai jenis tindakan yang dilakukan oleh dokter konsultan;

(3) Jasa pelayanan konsultasi medik dan tindakan medik operatif diluar jam kerja dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh per seratus);

(4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), konsultasi medik dan tindakan medik operatif yang telah dijadwalkan sebelumnya pada saat jam kerja;

(5) Jasa pelayanan konsultasi medik yang bersifat cito yang dibayar oleh pasien maksimal 2 (dua) kali per hari untuk 1 (satu) bidang keahlian.

Page 12: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 25

(1) Tarif pelayanan medik pasien rawat jalan, rawat darurat, rawat khusus, rawat siang hari, rawat sehari dan rawat rumah ditetapkan sebagai berikut :a. Poliklinik KIA/KB, Poliklinik Umum dan Poliklinik Gigi ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik

pasien rawat inap kelas III;b. Poliklinik General Check Up, Poliklinik Spesialis, Rawat Darurat, Ruang Isolasi, Ruang Pemulihan

dan Rawat Siang Hari ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas II;c. Ruang High Care Unit (HCU), Ruang Perawatan Perinatalogi dan Rawat Sehari ditetapkan sama

dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas I;d. Poliklinik Executive, Ruang Intensive Care Unit, Intensive Cardiac Care Unit, Neonatal Intensive

Care Unit (NICU), Perinatal Intensive Care Unit (PICU) dan Rawat Rumah ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas utama ruangan.

(2) Tarif pelayanan medik bagi pasien rujukan sarana/fasilitas kesehatan swasta yang tidak dirawat inap di RSUD ditetapkan sama dengan tarif sejenis pasien rawat inap kelas utama paviliun.

BAB XVIIPELAYANAN PENUNJANG MEDIK

Pasal 26

(1) Pelayanan penunjang medik meliputi :a. Pemeriksaan Laboratorium;b. Pemeriksaan Radio Diagnostik;c. Pemeriksaan Diagnostik Elektromedik;d. Pemeriksaan Diagnostik Khusus.

(2) Jasa pelayanan konsultasi dan atau tindakan medik anestesi yang apabila diperlukan dibayar secara tersendiri oleh pasien;

(3) Jasa pelayanan penunjang medik diluar jam kerja dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh per seratus).

Pasal 27

(1) Tarif pelayanan penunjang medik untuk pasien rawat jalan, rawat darurat dan pasien rawat inap di ruang rawat khusus ditetapkan sebagai berikut :a. Poliklinik KIA/KB, Poliklinik Umum dan Poliklinik Gigi ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik

pasien rawat inap kelas III;b. Poliklinik General Check Up, Poliklinik Spesialis, Rawat Darurat, Ruang Isolasi, Ruang Pemulihan

dan Rawat Siang Hari ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas II;c. Ruang High Care Unit (HCU), Ruang Perawatan Perinatalogi dan Rawat Sehari ditetapkan sama

dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas I;d. Poliklinik Executive, Ruang Intensive Care Unit, Intensive Cardiac Care Unit, Neonatal Intensive

Care Unit (NICU), Perinatal Intensive Care Unit (PICU) dan Rawat Rumah ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas utama ruangan.

(2) Tarif pelayanan penunjang medik bagi pasien rujukan sarana/fasilitas kesehatan swasta yang tidak dirawat inap di RSUD ditetapkan sama dengan tarif sejenis pasien rawat inap kelas utama paviliun.

BAB XVIIIPELAYANAN PERSALINAN

Pasal 28

(1) Jenis pelayanan persalinan meliputi :a. Pelayanan Persalinan Normal;b. Pelayanan Persalinan dengan tindakan per vaginam.

(2) Jasa pelayanan konsultasi dan atau tindakan medik anestesi anak yang apabila diperlukan dibayar secara tersendiri oleh pasien;

(3) Tarif pelayanan persalinan bagi pasien rujukan sarana/fasilitas kesehatan swasta ditetapkan sama dengan tarif sejenis pasien rawat inap kelas utama paviliun;

(4) Jasa pelayanan persalinan normal oleh dokter spesialis dan persalinan dengan tindakan per vaginam diluar jam kerja dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh per seratus).

BAB XIXPELAYANAN KONSULTASI KHUSUS DAN TINDAKAN KHUSUS

Pasal 29

(1) Jenis pelayanan konsultasi khusus dan tindakan khusus meliputi :a. Pelayanan Konsultasi Gizi;b. Pelayanan Konsultasi dan Tindakan Psikologi;c. Pelayanan Konsultasi dan Tindakan Psikiatri;d. Bimbingan Rohani;e. Pelayanan lain yang mungkin diadakan dikemudian hari sesuai perkembangan RSUD.

(2) Tarif pelayanan konsultasi khusus bagi pasien rujukan sarana/fasilitas kesehatan swasta ditetapkan sama dengan tarif sejenis pasien rawat inap kelas utama paviliun.

Page 13: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XXPELAYANAN MEDICO LEGAL

Pasal 30

(1) Jenis pelayanan medico legal meliputi :a. Visum Et Repertum;b. Surat Keterangan;c. Pelayanan lain yang mungkin diadakan dikemudian hari sesuai perkembangan RSUD.

(2) Jasa pelayanan medico legal diluar jam kerja dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh per seratus).

Pasal 31

(1) Permintaan pelayanan visum et repertum dari pasien hidup/jenazah dan otopsi jenazah hanya dapat diberikan atas permintaan tertulis dari penyidik kepolisian atau instansi yang berwenang lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2) Biaya pelayanan visum et repertum dan otopsi jenazah dibebankan kepada pasien, keluarga, penjamin atau instansi pengirimnya;

(3) Jenazah yang dibawa ke RSUD oleh Kepolisian dan atau oleh pihak lain guna kepentingan pemeriksaan dan pembuatan visum et repertum disimpan untuk sementara waktu selama-lamanya 3x24 jam dengan ketentuan untuk jenazah yang tidak jelas penanggungjawabnya, maka biaya pengelolaannya ditanggung oleh pemerintah daerah.

BAB XXIGENERAL CHECK UP

Pasal 32

(1) General Check Up meliputi :a. Paket Standar;b. Paket Eksekutif;c. Pemeriksaan Calon Karyawan;d. Pemeriksaan CPNS;e. Penghapusan CPNS;f. KIR Kesehatan Biasa;g. Pemeriksaan Medical Check Up lainnya sesuai permintaan.

(2) Direktur diberi kewenangan untuk menentukan paket pelayanan general check up;(3) Tarif paket pelayanan general check up sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh direktur

dengan ketentuan besarnya tarif paket tidak boleh lebih besar dari jumlah taruf masing-masing jenis pelayanan yang terdapat dalam paket tersebut;

(4) Jasa pelayanan general check up diluar jam kerja dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh per seratus).

BAB XXIIPEMULASARAN JENAZAH

Pasal 33

(1) Pelayanan pemulasaran meliputi :a. Pelayanan Jenazah;b. Transportasi Jenazah;c. Pelayanan lain yang mungkin diadakan dikemudian hari sesuai perkembangan RSUD.

(2) Tarif pemulasaran jenazah ditetapkan sama untuk semua kelas perawatan;(3) Jasa pelayanan pemulasaran jenazah kecuali transportasi jenazah diluar jam kerja dikenakan tambahan

tarif cito sebesar 20% (dua puluh per seratus).

Pasal 34

(1) Setiap jenazah yang berasal dari luar rumah sakit yang akan menggunakan fasilitas rumah sakit, harus dilaporkan secara tertulis kepada direktur dengan melampirkan surat keterangan resmi dari instansi yang berwenang;

(2) Setiap jenazah yang akan dibawa keluar dari rumah sakit harus mendapat izin tertulis dari direktur atau petugas lain yang ditunjuk oleh direktur;

(3) Jenazah dalam kasus kepolisian yang disimpan di kamar jenazah keamanannya menjadi tanggung jawab pihak kepolisian;

(4) Jenazah dalam kasus kepolisian yang akan dibawa keluar dari rumah sakit harus dengan surat permintaan resmi dari pihak kepolisian.

Pasal 35

(1) Mobil Jenazah RSUD hanya diperuntukkan untuk mengangkut jenazah dari RSUD ke rumah duka atau tempat lainnya dalam wilayah Kabupaten Lamandau;

Page 14: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

(2) Penggunaan diluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dari direktur dengan tetap mengutamakan kepentingan pelayanan di RSUD.

BAB XXIIIPELAYANAN PENUNJANG NON MEDIK

Pasal 36

(1) Pelayanan penunjang non medik meliputi :a. Transportasi Medis (Ambulance);b. Pelayanan Darah;c. Gas Medis;d. Farmasi;e. Pelayanan lain yang mungkin diadakan dikemudian hari sesuai perkembangan RSUD.

(2) Tarif pelayanan penunjang non medik ditetapkan sama untuk semua kelas perawatan.

Pasal 37

(1) Ambulance RSUD hanya diperuntukkan untuk mengangkut pasien dari rumahnya menuju rumah sakit, dari rumah sakit ke rumah pasien atau kepentingan rujukan dalam wilayah Kabupaten Lamandau;

(2) Penggunaan diluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dari direktur dengan tetap mengutamakan kepentingan pelayanan di RSUD;

(3) Jenis pelayanan ambulance meliputi ambulance tanpa pendamping, ambulance paramedis, ambulance medis umum dan ambulance medis spesialis.

Pasal 38

Tarif pelayanan darah merupakan biaya penggantian atas pengolahan darah ditambah biaya penyimpanan darah (cost handling) sebesar 20% (dua puluh per seratus).

Pasal 39

(1) Gas medis meliputi oksigen, nitrogen dan gas medis lain yang memungkinkan sesuai dengan perkembangan RSUD;

(2) Tarif pemakaian gas medis ditetapkan sebesar harga pembelian, ditambah cost handling sebesar 20% (dua puluh per seratus) dan PPN 10% (sepuluh per seratus).

Pasal 40

(1) Pelayanan obat dan sediaan farmasi lainnya di RSUD dilaksanakan oleh instalasi farrnasi RSUD dan atau apotek pelengkap yang ditetapkan oleh direktur;

(2) Harga penjualan obat dan sediaan farmasi lainnya di lingkungan RSUD ditetapkan sebesar harga pembelian, ditambah keuntungan 25% (dua puluh lima per seratus) dan PPN 10% (sepuluh per seratus).

BAB XXIVPELAYANAN PENUNJANG NON MEDIK LAINNYA

Pasal 41

(1) Jenis pelayanan penunjang non medik lainnya meliputi :a. Laundry;b. Pembakaran Sampah Medis (Incenerator);c. Penginapan (Hostels) penjaga pasien/ pembesuk;d. Pendidikan dan Latihan;e. Penelitian dan Survei;f. Sewa Ruangan;g. Pemasangan Iklan;h. Pelayanan lain yang mungkin diadakan dikemudian hari sesuai perkembangan RSUD.

(2) Pemasangan iklan sebagaimana dimaksud pada huruf g ayat (1) tidak termasuk objek pajak reklame yang telah diatur oleh Peraturan Daerah lainnya.

BAB XXVPELAYANAN LAIN-LAIN

Pasal 42

(1) Pelayanan lain-lain meliputi:a. Pendampingan pasien rujukan oleh paramedis dan atau dokter yang tidak menggunakan sarana

transportasi RSUD;b. Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang medik.

(2) Setiap orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan tarif yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Direktur dengan mempertimbangkan harga

Page 15: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

pasar yang berlaku;(3) Tarif atas pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk penerimaan daerah dan dapat

diserahkan langsung kepada paramedis pendamping dan atau dokter pendamping, perusahaan jasa ekspedisi dan atau sarana pemeriksa rujukan;

(4) Seluruh biaya atas pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibayar sebelum mendapatkan pelayanan.

BAB XXVIMASA RETRIBUSI/ SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 43

(1) Masa retribusi adalah sekali penggunaan layanan kesehatan di RSUD;(2) Terhadap pelayanan adminstrasi diberikan sekali selama menjadi pasien di RSUD, dan/atau tidak

terjadik kehilangan Kartu Periksa.

Pasal 44

Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan.

Pasal 45

Pungutan atas pelayanan kesehatan di RSUD pada dasarnya merupakan penerimaan daerah yang wajib disetor ke kas daerah kecuali ditentukan lain oleh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 46

Direktur diberi wewenang membebaskan sebagian atau seluruh tarif pelayanan kesehatan di RSUD bagi pasien dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

BAB XXVIICARA PERHITUNGAN RETRIBUSI

Pasal 47

(1) Tarif perawatan dihitung dari hari waktu masuk sampai dengan hari waktu keluar;(2) Pasien yang dirawat lebih dari 12 (dua belas) jam tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) jam dihitung 1

(satu) hari perawatan

Pasal 48

(1) Pasien yang memilih perawatan Kelas I, Kelas Utama Ruangan, Kelas Utama Paviliun dan Kelas VIP diharuskan menyerahkan deposit terlebih dahulu untuk 3 (tiga) hari perawatan pada Bendaharawan Penerima;

(2) Setiap tambahan 3 (tiga) hari perawatan, pasien atau keluarganya diharuskan menyerahkan deposit untuk 3 (tiga) hari berikutnya;

(3) Deposit yang diserahkan akan diperhitungkan dan kelebihannya akan dikembalikan pada saat pasien keluar atau meninggal dunia;

(4) Direktur diberi kewenangan untuk membebaskan pasien dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

BAB XXVIIISURAT PENDAFTARAN

Pasal 49

(1) Wajib retribusi diwajibkan mendaftarkan diri dan mengisi SPdORD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(2) SPdORD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya;

(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XXIXPENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 50

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD;

(2) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk

Page 16: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XXXPENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN,

ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARANPasal 51

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan;(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa karcis, kupon

atau kartu berlangganan;(4) Tata cara pemungutan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 52

(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus dimuka satu kali masa retribusi;(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan dan STRD;(3) Bupati atas permohonan wajib retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat

memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan;

(4) Tata cara pembayaran, tempat pembayaran dan angsuran atau penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XXXISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 53

(1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang membayar, dikenakan sanksi adminstrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditangih dengan menggunakan STRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan terhadap wajib retribusi yang terkait perjanjian kerjasama dengan RSUD;

(3) Penagihan retribusi terutang sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) didahuli dengan surat teguran.

Pasal 53

(5) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus dimuka satu kali masa retribusi;(6) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan dan STRD;(7) Bupati atas permohonan wajib retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat

memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan;

(8) Tata cara pembayaran, tempat pembayaran dan angsuran atau penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XXXIITATA CARA PENAGIHAN

Pasal 54

(1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD, STRD dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib retribusi diberikan surat teguran/peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan yang dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran;

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah surat teguran/peringatan atau surat lain yang sejenis diberikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang;

(3) Surat teguran/ peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

BAB XXXIIICARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

Pasal 55

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas STRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(2) Pengajuan keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas;

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut;

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal STRD, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa dalam jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya;

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak

Page 17: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan

retribusi.

Pasal 56

(1) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, Bupati harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan;

(2) Keputusan Bupati atas keberatan yang diajukan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian dan atau menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang;

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XXXIVPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 57

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati atas kelebihan pembayaran retribusi;

(2) Dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati harus memberikan Keputusan;

(3) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran dianggap dikabulkan apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlampaui dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan atas pengembalian retribusi dan/atau dalam jangka waktu 1 (satu) bulan SKRDLB harus diterbitkan;

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut;

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB;

(6) Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua per seratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi, apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan,

Pasal 58

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan:a. Nama dan Alamat Wajib Retribusi dengan jelas;b. Masa retribusi;c. Besarnya kelebihan pembayaran;d. Alasan yang singkat dan dapat dipertanggungjawabkan.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung oleh Wajib Retribusi atau melalui pos tercatat;

(3) Bukti penerimaan oleh pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 59

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi;

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 57 ayat (4), maka pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan;

(3) Bukti Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XXXVPENGURANGAN KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 60

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan keringanan dan pembebasan retribusi;(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

memperhatikan kemampuan wajib retribusi antara lain dengan mengangsur;(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada masyarakat

yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan;(4) Tata cara pemberian pengurangan keringanan dan pembebasan retribusi diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati.

BAB XXXVIPENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUARSA

Pasal 61

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi dinyatakan kedaluarsa apabila melampaui 3 (tiga) tahun

Page 18: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi;

(2) Kedaluarsa Penagihan Retribusi sebagaimana maksud pada ayat (1), tertangguh jika :a. Diterbitkan Surat Teguran dan surat paksa; ataub. Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut;

(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah daerah;

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dapat diketahui dari pengajuan perubahan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

Pasal 62

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluarsa dapat dihapus;

(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan retribusi yang sudah kedaluarsa sebagaimana dimaksud ayat (1);

(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XXXVIIIINSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 63

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu;

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XXXIXKETENTUAN PIDANA

Pasal 64

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar;

(2) Tindak Pidana sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran;(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetor ke Kas Negara.

BAB XLP E N Y I D I K A N

Pasal 65

(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan daerah ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini;

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwewenang:a. Menerima, mencatat, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak

pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan laporan tersebut lengkap dan jelas;b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang

kebenaran perbuatan yang berhubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;c. Meminta keterangan dan bukti dari orang pribadi atau badan berkenaan dengan tindak pidana di

bidang retribusi daerah;d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lainnya berkenaan dengan tindak

pidana di bidang retribusi daerah;e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen

lain serta melakukan penyitaan terhadap bukti tersebut;f. Meminta berhenti oleh dan atau melarang seseorang meningggalkan ruangan atau tempat pada saat

pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang di anggap berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau sanksi;i. Menghentikan penyelidikan;j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi

daerah menurut ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.(3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat Berita Acara setiap tindakan tentang:

a. Pemeriksaan Tersangka;

Page 19: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

b. Pemasukan Rumah;c. Penggeledahan rumah/ tempat-tempat tertutup;d. Penyitaan benda/ barang-barang bukti;e. Pemeriksaan Surat;f. Pemeriksaan sanksi;g. Pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkannya kepada Penuntut Umum dan Khusus bagi

Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan

menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XLIKETENTUAN LAIN-LAIN

Bagian PertamaMakanan dan Pakaian Pasien

Pasal 66

(1) Susunan menu makanan pasien ditetapkan oleh instalasi gizi RSUD;(2) Menu makanan bagi pasien yang memerlukan diet khusus ditentukan oleh dokter yang merawat dengan

konsultasi ahli gizi;(3) Apabila memungkinkan pasien rawat inap dapat memakai seragam pasien selama perawatan.

Bagian KeduaBarang Bawaan dan Kiriman Barang Untuk Pasien

Pasal 67

(1) Pasien tidak diperbolehkan membawa barang selain macam dan jenis yang telah ditetapkan oleh Direktur;

(2) Barang kiriman dan surat untuk pasien akan diatur lebih lanjut oleh Direktur;(3) Kiriman makanan untuk pasien dari luar harus seizin perawat jaga;(4) RSUD tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang bawaan milik pasien/keluarga

pasien.

Bagian KetigaPenunggu Pasien dan Pembesuk

Pasal 68

(1) Waktu berkunjung untuk membesuk pasien ditetapkan oleh Direktur;(2) Setiap orang yang berkunjung dengan maksud membesuk pasien diluar waktu berkunjung yang telah

ditetapkan harus mendapat ijin dari direktur atau petugas lain yang ditunjuk;(3) Setiap pasien hanya diijinkan disertai 1 (satu) orang penunggu;(4) Penunggu akan mendapatkan kartu penunggu pasien yang berfungsi sebagai kartu identitas selama

berada di lingkungan RSUD;(5) Penunggu pasien dan pembesuk harus mentaati segala peraturan yang berlaku di lingkungan RSUD.

Bagian KeempatPasien Meninggal

Pasal 69

(1) Pasien yang meninggal dunia di RSUD dapat dibawa pulang oleh keluarga atau penjaminnya paling cepat 2 (dua) jam setelah dinyatakan meninggal untuk kepentingan observasi;

(2) Setelah jangka waktu 2 (dua) jam dinyatakan meninggal dan belum diambil oleh keluarga atau penjaminnya, RSUD berhak memindahkan jenazah ke kamar jenazah;

(3) Apabila dalam waktu 3x24 jam sejak dinyatakan meninggal dunia jenazah belum/tidak diambil/diurus keluarga atau penjaminnya, maka RSUD berhak melakukan penguburan dan segala biaya penguburan dibebankan kepada keluarga atau penjaminnya;

(4) Jenazah yang tidak diketahui keberadaan keluarga atau penjaminnya dapat dikuburkan oleh RSUD setelah jangka waktu 3 x 24 jam terlewati dengan biaya penguburan ditanggung oleh pemerintah daerah atau diserahkan kepada instansi lain untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Bagian KelimaInsentif dan Uang Jaga (Aturan Tetap)

Pasal 70

(1) Tenaga medis. Tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lainnya yang bertugas di RSUD, dapat diberikan insentif profesi yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

(2) Tenaga medis, paramedis dan tenaga non medis lainnya yang bekerja pada hari libur atau diluar jam dinas dapat diberikan uang jaga yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Page 20: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XLIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 71

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan retribusi pelayanan kesehatan RSUD yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 8 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau dan Perubahannya Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2006 termasuk peraturan lain yang setingkat dan dibawahnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 72

Hal–hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 73

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di Nanga Bulikpada tanggal 21 September 2011

BUPATI LAMANDAU,

M A R U K A N

Diundangkan di Nanga Bulikpada tanggal 23 September 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU,

ARIFIN LP. UMBING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2011 NOMOR 67 SERI C

Page 21: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 09 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAMANDAU

I. PENJELASAN UMUMRumah Sakit Umum Daerah Lamandau sebagai sarana pelayanan kesehatan milik Pemerintah

Daerah Kabupaten Lamandau dimana dituntut mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan prima sejalan dengan harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah, cepat, tepat dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam suasana yang nyaman. Dilain pihak dalam pelayanan tersebut memerlukan pendanaan yang besar terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana maupun fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pemberian pelayanan di RSUD.

Dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah maka Pemerintah Kabupaten Lamandau mengambil suatu kebijakan dimana untuk membantu manajemen RSUD sekaligus upaya peningkatan PAD diperlukan suatu aturan hukum yang jelas dengan menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Lamandau. dimana disesuaikan dengan keadaan dan kondisi yang ada di Kabupaten Lamandau termasuk Unit Cost yang berlaku.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASALPasal 1Cukup JelasPasal 2Cukup JelasPasal 3Cukup JelasPasal 4Cukup JelasPasal 5Cukup JelasPasal 6Cukup JelasPasal 7Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 8Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Biaya bunga yaitu tagihan retribusi yang kurang bayar (tertunggak) sehingga mendapat sanksi administrasi yaitu berupa bunga dan/atau denda. Hal ini berhubungan erat dengan Surat Tagihan Retribusi Daerah (SSTRD). (Pasal 160 ayat (3) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan Retribusi Daerah)Pasal 9Ayat (1)Tarif progresip adalah persentase tarif yang semakin naik jika kebutuhan dan mutu pelayanan semakin meningkat.Ayat (2)Cukup JelasPasal 10Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup Jelas

Page 22: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Ayat (3)Cukup JelasPasal 11Cukup JelasPasal 12Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasAyat (6)Cukup JelasPasal 13Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasAyat (6)Cukup JelasPasal 14Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 15Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 16Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 17Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 18Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup Jelas

Page 23: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 19Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 20Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 21Cukup JelasPasal 22Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 23Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 24Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 25Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 26Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 27Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 28Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup Jelas

Page 24: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Ayat (4)Cukup JelasPasal 29Ayat (1) Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 30Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 31Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 32Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)- tarif cito adalah adalah tarif yang dikenakan di luar jam pelayanan- 20% → berdasarkan perkiraan kewajaran prosentase harga. Pasal 33Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 34Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 35Ayat (1) Cukup JelasAyat (2) Cukup JelasPasal 36Ayat (1) Cukup JelasAyat (2) Cukup JelasPasal 37Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 38Cukup JelasPasal 39Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 40Ayat (1)Cukup Jelas

Page 25: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Ayat (2)Cukup JelasPasal 41Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 42Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 43Ayat (1) Cukup JelasAyat (2) Cukup JelasPasal 44Cukup JelasPasal 45Cukup JelasPasal 46Cukup JelasPasal 47Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 48Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 49Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 50Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 51Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 52Ayat (1) Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup Jelas

Page 26: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 53Ayat (1) Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 53Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 54Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 55Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasAyat (6)Cukup JelasPasal 56Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 57Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasAyat (6)Cukup JelasPasal 58Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 59Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 60Ayat (1)

Page 27: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 61Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 62Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 63Ayat (1) Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.Pasal 64Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 65Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 66Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 67Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 68Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup Jelas

Page 28: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Ayat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 69Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 70Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 71Cukup JelasPasal 72Cukup JelasPasal 73Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUTAHUN 2011 NOMOR 59 SERI C

Page 29: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

HALAMAN 184

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUTAHUN 2011 NOMOR 68 SERI C

Page 30: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMANDAU,

Menimbang

Mengingat

:

:

a.

b.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

bahwa Peredaran Minuman Beralkohol di Kabupaten Lamandau perlu dilakukan pembinaan, pengaturan dan pengendalian;bahwa untuk maksud huruf a dan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Berakohol.

Undang-Undang Nomor 81 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209;Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4318);Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 27 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 27 Seri E);Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 29 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 29 Seri D), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2009 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran

Page 31: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 48 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 39 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

dan

BUPATI LAMANDAU

M E M U T U S K A N:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IZ IN TEMPAT PENJUAL AN MINUMAN BERALKOHOL.

B A B IK E T E N T U A N U M U M

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :a. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;b. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara urusan Pemerintahan adalah Pemerintah Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas Otonom dan tugas pembantuan dengan prinsif otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud dalam UUD RI;

c. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah;

d. Bupati adalah Bupati Lamandau;e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwaki lan

Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Lamandau;f. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Koperasi dan UMKM Kabupaten Lamandau;g. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau;.h. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas di Bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan

Perundang - undangan yang berlaku;i. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek

retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya;

j. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destelasi atau fermentasi tanpa destelasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengeceran minuman mengandung ethanol;

k. Distributor Minuman Beralkohol adalah perusahaan yang ditunjuk importir minuman beralkohol dan industri minuman beralkohol untuk menyalurkan minuman beralkohol asal import atau hasil produk dalam negeri;

l. Sub Distributor adalah perusahaan yang ditunjuk oleh distributor untuk menyalurkan minuman beralkohol di Wilayah Kabupaten Lamandau;

m. Pengecer Minuman Beralkohol adalah perusahaan yang melakukan penjualan minuman beralkohol kepada konsumen akhir dalam bentuk kemasan ditempat yang telah ditentukan;

n. Hotel, Restoran dan Bar temasuk Pub dan K!ub Malam adalah sebagaimana dalam Peraturan Perundang - undangan yang berlaku di Bidang Pariwisata.

o. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang menurut Peraturan Perundang-undangan, Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pungutan atau pemotong retribusi tertentu;

p. Masa Retribusi jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu wajib retribusi untuk memanfaatkan pemberian izin tempat penjualan minuman beralkohol dari Pemerintah Daerah;

q. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besamya pokok retribusi;

r. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutanya disingkat STRD adalah untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga atau bunga Benda;

s. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib retribusi yang digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah;

t. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum yang dimaksud untuk pembinaan, pengatur pengendalian dan pengawasan atas kegiatan penataan ruang, pengguna sumber daya alam, barang prasarana, sarana fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;

u. Pemeriksaan adalah serangkaian kegitan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan/atau keterangan lainya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan

Page 32: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

retribusi dan untuk tujuan lainnya dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundangan-undangan Perpajakan Daerah dan Retribusi;

v. Cafe/ Bar/ Karoke adalah Cafe/ Bar/ Karoke yang merupakan bagian fasilitas hotel dan restoran.

BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi adalah pemberian izin tempat penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

(2) Tempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hotel, restoran, bar/cafe, pub/karaoke, klub malam, diskotik dan tempat lain yang diizinkan oleh Bupati.

Pasal 4

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

BAB IIIJANGKA WAKTU BERLAKUNYA IZIN

Pasal 5

(1) Izin berlaku selama kegiatan usaha masih berlangsung;(2) Izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah :

a. Izin tempat penjualan minuman beralkohol.b. Izin tempat penyaluran pendistribusian minuman beralkohol untuk Distributor, Sub Distributor dan

Pengecer.(1) Tempat penjualan harus sesuai dengan tempat yang telah ditentukan dalam izin sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (2);(2) Dalam proses pengurusan perizinan, Bupati membentuk tim perizinan yang melibatkan Instansi terkait.

BAB IVMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 6

(1) Masa retribusi adalah jangka waktu yang lama 1 (satu) tahun;(2) Retribusi terutang terjadi sejak diterbitkannya SKRD.

BAB VWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 7

Retribusi yang terhutang dipungut diwilayah Kabupaten Lamandau .

BAB VIPENGGOLONGAN MINUMAN BERALKOHOL

Pasal 8

(1) Golongan A yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen);

(2) Golongan B yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 5% (lima Persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);

(3) Golongan C yaitu minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).

BAB VII GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 9

Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

Page 33: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB VIIICARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 10

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekwensi penerbitan izin serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam melakukan pengawasan dan monitoring tempat penjualan minuman beralkohol diwilayah daerah.

BAB VIIIPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIFPasal 11

(1) Prinsip yang dianut dalam struktur dan besarnya tarif retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan;

(2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya :a. Penerbitan dokumen izin, pembinaan, pengawasan dilapangan untuk menanggulangi dampak negatif

dari pemberian izin, penegakan hukum atas usaha penjualan minuman beralkohol;b. Penatausahaan dan evaluasi atas laporan pelaksanaan usaha penjualan minuman beralkohol yang

meliputi aspek teknis, lingkungan dan ketertiban umum.

BAB IXSTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 12

Struktur dan besarnya tarif retribusi:a. Izin tempat penjualan minuman beralkohol untuk Hotel, Restoran, Bar/Cafe, Pub/Karoke, Klub Malam,

Diskotik, Pengecer dan tempat lain yang diizinkan oleh Bupati, untuk golongan A, Rp.2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah);

b. Izin tempat penjualan minuman beralkohol untuk Hotel, Restoran, Bar/Cafe, Pub/Karoke, Klub Malam, Diskotik, Pengecer dan tempat lain yang diizinkan oleh Bupati untuk golongan B, Rp.6.000.000,- (enam juta rupiah);

c. Izin tempat penjualan minuman beralkohol untuk Hotel, Restoran, Bar/Café, Pub/Karoke, Klub Malam, Diskotik, Pengecer dan tempat lain yang diizinkan oleh Bupati untuk golongan C, Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);

d. Izin tempat penjualan minuman beralkohol untuk Hotel, Restoran, Bar/Café, Pub/Karoke, Klub Malam, Diskotik, Pengecer dan tempat lain yang diizinkan oleh Bupati untuk golongan A, dan golonggan B, Rp.8.500.000, (delapan juta lima ratus ribu rupiah);

e. Izin tempat penjualan minuman beralkohol untuk Hotel, Restoran, Bar/Café, Pub/Karoke, Klub Malam, Diskotik, Pengecer dan tempat lain yang diizinkan oleh Bupati untuk golongan A, B dan C, Rp.18.500.000, (delapan belas juta lima ratus ribu rupiah);

Pasal 13

(1) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali;(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks

harga dan perkembangan perekonomian;(3) Perubahan tarif retribusi sebagai tindaklanjut peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XPEMUNGUTAN RETRIBUSI

Bagian KesatuTata Cara Pemungutan

Pasal 14

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan;(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa karcis, kupon atau

kartu berlangganan;(4) Tata cara pemungutan Retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeduaTata Cara Pembayaran

Pasal 15

(1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus di muka untuk satu kali masa Retribusi;(2) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak

diterbitnya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;(3) Bupati atas permohonan wajib retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat

Page 34: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan;

(4) Tata cara pembayaran, tempat pembayaran dan angsuran atau penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KetigaPemanfaatan

Pasal 16

(1) Pemanfaatan dari penerimaaan Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan perizinan tempat penjualan minuman beralkohol di Kabupaten Lamandau;

(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Bagian KeempatKeberatanPasal 17

(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengjukan keberatan hanya kepad Bupati atau pejabat yang ditujuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(2) Keberatn diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas;(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan,

kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya;

(4) Kedaan diluar kekuasaannya sebagaimana dimasud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi;

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 18

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan;

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati;

(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang;

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaskud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 19

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembyaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan;

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 20

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar.

BAB XIITATA CARA PENAGIHAN

Pasal 21

(1) Apabila Wajib Retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang terutang tersebut dengan menggunakan STRD atau surat lain yang sejenis;

(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran;(3) STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan

segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo;(4) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang sejenis, wajib Retribusi harus melunasi

retribusi yang terutang.

Page 35: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XIIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 22

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati;

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaskud pada ayat (1), harus memberikan keputusan;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan;

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut;

(5) Pengembalians kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB;

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dikabulkan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran;

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIVPENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUARSA

Pasal 23

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi;

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :a. Diterbitkan Surat Teguran, atau;b. adanya pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut;

(4) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah;

(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 24

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan;

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

(3) Tata cara penghapusan Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVINSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 25

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu;

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XVIKETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 26

(1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan juga oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku;

(2) Dalam melakukan tugas penyidikan, para pejabat sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang :a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya pidana atas pelanggaran

Peraturan Daerah;b. Melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian;c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;d. Makukan penyitaan benda atau surat;e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

Page 36: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

f. Memanggil orang ahli didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;h. Mengadakan Penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak dapat

cukup bukti atau peristwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.(3) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai

penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

B A B X V I IK E T E N T U A N P I D A N A

Pasal 27

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan yang diatur dalam peraturan daerah ini, diancam dengan pidana kurungan paling lama (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

B A B X V I I IK E T E N T U A N P E N U T U P

Pasal 28

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Bupati.

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai beriaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di Nanga Bulikpada tanggal 21 September 2011

BUPATI LAMANDAU,

M A R U K A N

Diundangkan di Nanga Bulikpada tanggal 23 September 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU,

ARIFIN LP. UMBING LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUTAHUN 2011 NOMOR 68 SERI C

Page 37: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

I. PENJELASAN UMUMDengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah maka perlu diatur dengan jelas terhadap pemberian izin tempat penjualan minuman beralkohol di Kabupaten Lamandau dalam rangka menciptakan ruang bagi peningkatan PAD sekaligus sebagai upaya menghambat peradaran minuman beralkohol secara berlebihan.

Sebagai daerah yang giat-giatnya membangun tentunya memerlukan dana yang besar sehingga apa yang terprogramkan dapat terdanai termasuk terhadap pelayanan masyarakat, tentunya Peran pemerintah sangat besar. Oleh sebab itu sebagai upaya membantu pendaanaan tersebut tidaklah salah apabila peluang dan potensi yang ada digunakan sebaik mungkin dengan tetap mengacu pada ketentuan hukum yang berlaku.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup JelasPasal 2Cukup JelasPasal 3Ayat (1) Cukup JelasAyat (2) Cukup JelasPasal 4Ayat (1) Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 5Ayat (1)Cukup JelasAyat (2) Cukup JelasAyat (3) Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 6Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 7Cukup JelasPasal 8Ayat (1)Cukup JelasAyat (2) Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 9Cukup JelasPasal 10Cukup JelasPasal 11Ayat (1) Cukup JelasAyat (2) Cukup Kelas

Page 38: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 12Cukup JelasPasal 13Ayat (1)Cukup JelasAyat (2) Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 14Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 15Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 16Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 17Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 18Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 19Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 20Cukup JelasPasal 21Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasPasal 22Ayat (1)Cukup Jelas

Page 39: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Ayat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasAyat (6)Cukup JelasAyat (7)Cukup JelasPasal 23Ayat (1)Cukup JelasAyat (2) Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup JelasPasal 24Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 25Ayat (1)Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu yaitu terselenggaranya pemberian izin tempat penjualan minuman beralkohol termasuk pemungutan retribusi baik yang memenuhi target maupun melebihi target.Ayat (2)Cukup JelasAyat (3)Pemberian dan pemanfaatan insentif berpedoman pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.Pasal 26Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup JelasPasal 27Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasPasal 28Cukup JelasPasal 29Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUTAHUN 2011 NOMOR 60 SERI C

Page 40: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 11 TAHUN 2011

TENTANG

P A J A K D A E R A H

HALAMAN 194

Page 41: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 11 TAHUN 2011

TENTANG

P A J A K D A E R A H

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMANDAU,

Menimbang

Mengingat

:

:

a.

b.

c.

d.

e.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah ditetapkan jenis Pajak Daerah;bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Pajak Reklame, Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pajak Hotel, Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pajak Restoran, Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penerangan Jalan Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik dan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pajak Hiburan perlu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalamUndang-Undang dimaksud;bahwa dengan dicabut dan dinyatakan tidak berlakunya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Pajak Reklame, Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pajak Hotel, Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pajak Restoran, Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penerangan Jalan Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik dan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pajak Hiburan disesuaikan;bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota memungut Pajak Air Tanah maka untuk melaksanakan pemungutan Pajak Air Tanah dan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di wilayah Kabupaten Lamandau, perlu diatur ke dalam ketentuan perpajakan daerah;bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, b, c, dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 42: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4422);Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043);Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3339);Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 247, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4049);Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 248, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4050);Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 31, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4488);Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2010 tentang Badan Atau Perwakilan Lembaga Internasional Yang Tidak Dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan;Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 27 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 27);Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 28 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 28 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 45, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 38 Seri D);

Page 43: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

25.

26.

27.

28.

29.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 29 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 29 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2009 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 48, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 39 Seri D);Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 30 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 30 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 47 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 40 Seri D);Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 16 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 32 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 32 Seri D); Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana, Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 48 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 41 Seri D); Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya Dan Dinas Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 49 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 42 Seri D);

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

dan

BUPATI LAMANDAU

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAERAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah menurut azas otonomi dan tigas pembantuan dengan pronsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

4. Bupati adalah Bupati Lamandau;5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;6. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lamandau;7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan

perundang- undangan yang berlaku; 8. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha

Page 44: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap;

10. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau;11. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak Daerah sarana

dalam administrasi perpajakan daerah yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak Daerah dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya;

12. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel; 13. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, cottage, villa, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh);

14. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya yang menyelenggarakan usaha hotel;

15. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran; 16. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering; 17. Pengusaha restoran adalah orang pribadi atau badan yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri

atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya yang menyelenggarakan usaha restoran atau rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya serta jasa boga/catering;

18. Jasa Boga atau Katering adalah penyediaan makanan dan/atau minuman lengkap dengan atau tanpa peralatan dan petugasnya, untuk keperluan tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis atau tidak tertulis;

19. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan; 20. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati

dengan dipungut bayaran; 21. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik untuk dan atas namanya

sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya yang menyelenggarakan hiburan;

22. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame; Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum;

23. Penyelenggara reklame adalah orang pribadi atau badan yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya yang menyelenggarakan reklame;

24. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain;

25. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan;

26. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara;

27. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor;

28. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara; 29. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. 30. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah;31. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang

burung wallet; 32. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia

maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi; 33. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut

wilayah Kota; 34. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah

dan/atau perairan dan/atau laut; 35. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh dari

transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti;

36. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan;

37. Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan;

38. Hak atas Tanah dan Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan;

39. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah; 40. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut

pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

Page 45: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

perundang-undangan perpajakan daerah; 41. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran

pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

42. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang;

43. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

44. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya;

45. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

46. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk olehBupati;

47. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang;

48. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang kepada Wajb Pajak;

49. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar;

50. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan;

51. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;

52. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang;

53. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda;

54. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan;

55. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak;

56. Putusan Banding adalah putusan Badan Peradilan Pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak;

57. Hak mendahului adalah apabilah Wajib Pajak/Penanggung Pajak pada saat yang sama di samping mempunyai utang-utang pribadi (perdata), juga mempunyai utang terhadap Negara (fiskus), dimana harta kekayaan dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak mencukupi untuk melunasi semua utang-utangnya, maka Negara memiliki hak mendahului atas tagihan pajak tersebut.

58. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut;

59. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

60. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya;

61. Penyidik adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

62. Jurusita Pajak Daerah adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota yang diberi wewenang khusus untuk melaksanakan tindakan penagihan pajak daerah yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan;

Page 46: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

63. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak; 64. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita

Pajak kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, Tahun Pajak dan Bagian Tahun Pajak.

BAB IIJENIS PAJAK DAERAH

Pasal 2

Jenis-jenis Pajak Daerah dalam Peraturan Daerah ini terdiri dari :a. Pajak Hotel;b. Pajak Restoran;c. Pajak Hiburan;d. Pajak Reklame;e. Pajak Penerangan Jalan;f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;g. Pajak Parkir;h. Pajak Air Tanah;i. Pajak Sarang Burung Walet;j. Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

BAB IIPAJAK HOTEL

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 3

Dengan nama Pajak Hotel dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

Pasal 4

(1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

(2) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotocopy, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel;

(3) Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah

Daerah; b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya; c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan; d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial

lainnya yang sejenis;dan e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat

dimanfaatkan oleh umum.

Pasal 5

(1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel;(2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 6

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.

Pasal 7

Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 8

Besarnya pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

Page 47: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 9

Pajak Hotel dikenakan untuk masa 1 (satu) bulan kalender yag menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang.

Pasal 10

(1) Saat terutang Pajak sejak terjadinya pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran;(2) Dalam hal pembayaran dilakukan sebelum pelayanan hotel diberikan, pajak terutang terjadi saat

dilakukan pembayaran.

BAB IIIPAJAK RESTORAN

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 9

Dengan nama Pajak Restoran dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Pasal 10

(1)Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran dengan pembayaran; (2) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan penjulan

makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain termasuk jasa boga/katering);

(3) Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang peredaran usahanya tidak melebihi Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta) per tahun.

Pasal 11

(1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran;

(2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 12

Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran.

Pasal 13

Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

Pasal 14

Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 15

Pajak Restoran dikenakan untuk masa pajak 1 (satu) bulan kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang.

Pasal 16

(1) Saat terutang Pajak Restoran sejak terjadinya pelayanan yang disediakan oleh Restoran dengan pembayaran;(2) Dalam hal pembayaran dilakukan sebelum pelayanan restoran diberikan, pajak terutang terjadi sejak

dilakukan pembayaran.

Page 48: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB IVPAJAK HIBURAN

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 17

Dengan nama Pajak Hiburan dipungut pajak atas jasa penyelenggaraan hiburan.

Pasal 18

(1) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran, yaitu: a. tontonan film; b. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana; c. kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; d. pameran; e. diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya; f. sirkus, akrobat, dan sulap; g. permainan bilyard, golf, dan boling; h. pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan; i. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); j. pertandingan olahraga;

(2) Tidak termasuk objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, antara lain hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan, dan sejenisnya.

Pasal 19

(1) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan;(2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 20

(1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan;

(2) Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.

Pasal 21

(1) Tarif pajak untuk setiap jenis hiburan ditetapkan sebagai berikut: a. Pagelaran kesenian rakyat/tradisional, sebesar 5 % (lima persen) dari harga tanda masuk; b. Pameran, pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, pertandingan olah raga, sebesar 15% (lima belas persen)

dari harga tanda masuk; c. tontonan film, sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga tanda masuk; d. pertunjukan pagelaran musik, tari, sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari harga tanda masuk; e. pacuan kuda, kendaraan bermotor sebesar 30% (tiga puluh persen) dari harga tanda masuk.

(2) Tarif pajak untuk penyelenggaraan hiburan selain sebagaimana maksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai berikut:a. permainan ketangkasan sebesar 20% (dua puluh persen) dari pembayaran;b. Panti pijat, refleksi, permainan billyard, boling, golf, sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dari

pembayaran; c. mandi uap/spa, pagelaran busana, kontes kecantikan, sebesar 40% (empat puluh persen) dari

pembayaran; d. karaoke, sebesar 45% (empat puluh lima persen) dari pembayaran;e. diskotik, klab malam, sebesar 60% (enam puluh persen) dari pembayaran.

(3) Penyelenggaraan hiburan yang seharusnya menggunakan tanda masuk tetapi tidak menggunakan tanda masuk atau tidak mencantumkan harga tanda masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan tarif pajak sebesar 40% (empat puluh persen) dari jumlah yang seharusnya dibayar;

(4) Setiap penyelenggara hiburan pagelaran musik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yang diselenggarakan di hotel atau tempat lain yang ditunjuk, wajib menyetor uang jaminan sebagai bentuk kesungguhan dalam pembayaran pajak hiburan;

(5) Besarnya uang jaminan dan tempat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 22

Besarnya pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.

Page 49: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 23

Pajak Hiburan dikenakan untuk masa pajak 1 (satu) bulan kalender yang menjadi dasar bagi waj ib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.

Pasal 24

(1) Saat terutang Pajak Hiburan sejak terjadinya penyelenggaraan hiburan, dengan pembayaran;(2) Dalam hal pembayaran dilakukan sebelum penyelenggaraan hiburan, pajak terutang terjadi

sejak dilakukan pembayaran. BAB V

PAJAK REKLAME

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 25

Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak atas penyelenggaraan reklame.

Pasal 26

(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame;(2) Objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. reklame papan/ billboard/ videotron/ megatron/ large electronic display (LED) dan sejenisnya; b. reklame kain; c. reklame melekat, stiker; d. reklame selebaran; e. reklame berjalan, termasuk pada kendaraan; f. reklame udara; g. reklame apung; h. reklame suara; i. reklame film/slide; dan j. reklame peragaan.

(3) Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah : a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta

bulanan, dan sejenisnya; b. label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk

membedakan dari produk sejenis lainnya; c. nama pengenal usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur

nama pengenal usaha atau profesi tersebut; d. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah, Perwakilan

Diplomatik, Perwakilan konsulat, Perwakilan Persatuan Bangsa-Bangsa serta badan/lembaga yang bernaung di bawahnya;

e. reklame yang diselenggarakan untuk kegiatan sosial, Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan.

Pasal 27

(1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame;(2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame; (3) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau badan, Wajib

Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut;. (4) Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi Wajib Pajak

Reklame.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 28

(1) Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame;(2) Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan berdasarkan Nilai Kontrak Reklame;(3) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dihitung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media reklame;

(4) Dalam hal Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung dengan rumusan sebagai berikut: NSR = (Nilai Dasar Reklame x indeks bahan) + Nilai Strategis

Page 50: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 29

(1) Nilai Sewa Reklame dibedakan berdasarkan jenis reklame dan persegi perhari; (2) Nilai Dasar Reklame dibedakan berdasarkan jenis reklame dan dinyatakan dalam satuan Rupiah per

meter persegi per hari; (3) Indeks bahan setiap jenis reklame dinyatakan dengan angka untuk membedakan jenis bahan yang

dipergunakan untuk menyelenggarakan reklame; (4) Nilai Strategis dibedakan berdasarkan kelas jalan lokasi penempatan reklame dan dinyatakan dalam

satuan Rupiah; (5) Hasil perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame, Indeks Bahan dan Nilai Strategis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dinyatakan dalam suatu tabel dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 30

Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).

Pasal 31

Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 32

Pajak Reklame dikenakan dengan masa pajak sebagai berkut :a. Untuk Reklame yang permanen, masa pajaknya adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun;b. Untuk Reklame yang bersifat insidentil atau semi permanen masa pajaknya adalah jangka waktu yang

lamanya sama dengan jangka waktu pemasangan reklame yang ditetapkan dalam surat ketetapan pajak.

Pasal 33

Saat terutang Pajak Reklame sejak ditetapkannya SKPD oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB VIPAJAK PENERANGAN JALAN

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 34

Dengan nama Pajak Penerangan Jalan dipungut pajak atas penggunaan tenaga listrik.

Pasal 35

(1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain;

(2) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi seluruh pembangkit listrik; (3) Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. penggunaan tenaga listrik oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; b. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat,

perwakilan asing dengan asas timbal balik; c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan

izin dari instansi teknis terkait; dan d. penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan untuk tempat ibadah.

Pasal 36

(1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik;

(2) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik; (3) Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia

tenaga listrik.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 37

(1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik. (2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan :

a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik

Page 51: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kwh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik;

b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Kota;

c. harga satuan listrik sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dalam Peraturan Bupati dengan berpedoman pada harga satuan listrik yang berlaku untuk Perusahaan Listrik Negara.

Pasal 38

Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebagai berikut: a. penggunaan tenaga listrik dari sumber lain bukan untuk industri, pertambangan minyak bumi dan gas

alam, sebesar 10% (sepuluh persen); b. penggunaan tenaga listrik dari sumber lain untuk industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam,

sebesar 3% (tiga persen); c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, sebesar 1,5% (satu koma lima persen).

Pasal 39

(1) Besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37;

(2) Hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan secara berkesinambungan dan berkeadilan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 40

Pajak Penerangan Jalan dikenakan untuk masa pajak 1 (satu) bulan kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutang.

Pasal 41

Saat terutang Pajak Penerangan Jalan sejak terjadinya penggunaan tenaga listrik.

BAB VIIPAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 42

Dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dipungut pajak atas pengambilan mineral bukan logam dan batuan.

Pasal 43

(1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang meliputi: a. asbes; b. batu tulis; c. batu setengah permata; d. batu kapur; e. batu apung; f. batu permata;g. bentonit;h. dolomit;i. feldspar;j. garam batu (halite);k. grafit; l. granit/andesit;m. gips; n. kalsit; o. kaolin; p. leusit; q. magnesit; r. mika; s. marmer; t. nitrat; u. opsidien; v. oker;

Page 52: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

w. pasir dan kerikil; x. pasir kuarsa; y. perlit; z. phospat; aa. talk; aa. tanah serap (fuller earth); bb. tanah diatome; cc. tanah liat; dd. tawas (alum); ee. tras; ff . yarosif; gg. zeolit; hh. basal; ii. trakkit; dan jj. mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyata-nyata tidak dimanfaatkan

secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

b. kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial.

Pasal 44

(1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan;

(2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 45

(1) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan;

(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan;

(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan ditetapkan secara periodik berdasarkan Peraturan Bupati sesuai dengan harga rata-rata yang berlaku setempat di wilayah daerah;

(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sulit diperoleh, digunakan harga standar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Pasal 46

Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).

Pasal 47

Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45.

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 48

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dikenakan untuk masa pajak 1 (satu) bulan kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.

Pasal 49

Saat terutang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sejak terjadinya kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang dimanfaatkan secara komersial.

Page 53: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB VIIIPAJAK PARKIR

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 50

Dengan nama Pajak Parkir dipungut pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan dan penyediaaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

Pasal 51

(1) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor;

(2) Tidak termasuk objek Pajak Pakir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya

sendiri; c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, dan perwakilan negara asing dengan asas timbal

balik; d. penyelenggaraan tempat parkir yang semata-mata digunakan untuk usaha memperdagangkan

kendaraan bermotor; e. penyelenggaraan fasilitas parkir tempat-tempat ibadah.

Pasal 52

(1) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor; (2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 53

(1) Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parker;

(2) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa parkir.

Pasal 54

Tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen).

Pasal 55

Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53.

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 56

Pajak Parkir dikenakan untuk masa pajak 1 (satu) bulan kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajakn untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.

Pasal 57

Saat terutang Pajak Parkir sejak terjadinya kegiatan penyelenggaraan tempat parker di luar badan jalan sebagaimana dimaksud Pasal 51.

BAB IXPAJAK AIR TANAH

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 58

Dengan nama Pajak Air Tanah dipungut pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.

Page 54: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 59

(1) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah; (2) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah:

a. pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; b. pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan

pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan; c. pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan pemadaman kebakaran.

Pasal 60

(1) Subjek Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah;

(2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 61

(1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah; (2) Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang

dihitung dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut: a. lokasi sumber air; b. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air; c. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan; dan d. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan air.

(3) Besarnya Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Bupati yang dapat ditinjau kembali secara periodik paling lama setahun sekali.

Pasal 62

Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

Pasal 63

Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 62 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 61.

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 64

Pajak Air Tanah dikenakan dengan masa pajak sebagai berikut :a. Untuk pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah secara permanen, masa pajaknya adalah jangka waktu

yang lamanya 1 (satu) bulan;b. Untuk pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah yang bersifat insidentil atau semi permanen, masa

pajaknya adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah yang ditetapkan dalam surat ketetapan pajak.

Pasal 65

Saat terutang Pajak Air Tanah sejak diterbitkan SKRD atau dokumen yang dipersamakan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XPAJAK SARANG BURUNG WALET

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 66

Dengan nama Pajak Sarang Burung Walet dipungut pajak atas pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

Pasal 67

(1) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet;

(2) Tidak termasuk objek Pajak Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengambilan sarang burung walet yang telah dikenakan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Page 55: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 68

(1) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet;

(2) Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 69

(1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai Jual Sarang BurungWalet;

(2) Nilai Jual Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum sarang burung walet dengan volume sarang burung wallet;

(3) Harga pasaran umum sarang burung walet sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan secara periodik dengan Peraturan Bupati.

Pasal 70

Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 71

Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69.

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 72

Pajak Sarang Burung Walet yang terutang terjadi pada saat pengambilan sarang burung walet.

BAB XIBEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Bagian KesatuNama, Objek dan Subjek Pajak

Pasal 73

Dengan nama Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dipungut pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Pasal 74

(1) Objek Pajak Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

(2) Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pemindahan hak karena:

1) jual beli; 2) tukar menukar; 3) hibah; 4) hibah wasiat; 5) waris; 6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain; 7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan; 8) penunjukan pembeli dalam lelang; 9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

10) penggabungan usaha; 11) peleburan usaha; 12) pemekaran usaha; dan 13) hadiah.

b. pemberian hak baru karena: 1) kelanjutan pelepasan hak; atau 2) di luar pelepasan hak.

(3) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. hak milik; b. hak guna usaha; c. hak guna bangunan; d. hak pakai; e. hak milik atas satuan rumah susun; dan

Page 56: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

f. hak pengelolaan. (4) Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan adalah objek pajak

yang diperoleh: a. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. b. negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna

kepentingan umum; c. badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;

d. orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;

e. orang pribadi atau badan karena wakaf; dan f. orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

Pasal 75

(1) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan;

(2) Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan.

Bagian KeduaDasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak

Pasal 76

(1) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah nilai perolehan objek pajak;

(2) Nilai perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal: a. jual beli adalah harga transaksi; b. tukar menukar adalah nilai pasar; c. hibah adalah nilai pasar; d. hibah wasiat adalah nilai pasar; e. waris adalah nilai pasar; f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar; g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar; h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah

nilai pasar; i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar; j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar; k. penggabungan usaha adalah nilai pasar; l. peleburan usaha adalah nilai pasar; m. pemekaran usaha adalah nilai pasar; n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atau o. penunjukan pembelian dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam Risalah Lelang.

(3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadi perolehan, maka nilai perolehan objek pajak yang digunakan adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan;

(4) Dalam hal NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum ditetapkan pada saat terutangnya BPHTB, NJOP Pajak Bumi dan Bangunan dapat didasarkan pada surat keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan;

(5) Surat keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah bersifat sementara;

(6) Surat keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diperoleh di instansi yang berwenang di daerah.

Pasal 77

Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Pasal 78

Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1) setelah dikurangi NPOP Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2);

Page 57: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Bagian KetigaMasa Pajak/ Saat Terutang Pajak

Pasal 79

(1) Saat terutangnya pajak bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan ditetapkan untuk: a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; b. tukar menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; c. hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; d. hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; e. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke kantor

pertanahan; f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta; g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya

akta; h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah sejak

tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak; j. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan

pemberian hak; k. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; l. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; m. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; n. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; dan o. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang.

(2) Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 80

(1) Pajabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyertakan bukti pembayaran pajak;

(2) Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang negara hanya dapat menandatangani risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak;

(3) Kepala Kantor bidang pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran Hak atas Tanah atau pendaftaran peralihan Hak atas Tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.

Pasal 81

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang negara melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepadaBupati atau pejabat yang ditunjuk paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya;

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Keempat Penetapan

Pasal 82

(1) Wajib Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan wajib membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya surat ketetapan pajak;

(2) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSPD;(3) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga merupakan SPTRD;(4) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk

setelah adanya pelunasan pajak terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2);(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, ukuran, tata cara pembayaran dan penyampaian SSPD

ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XIII WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 83

Pajak yang terutang dipungut di wilayah Kota dimana objek pajak berlokasi.

BAB XIVTATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 84

(1) Pemungutan pajak dilarang diborongkan;

Page 58: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

(2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak;

(3) Jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Bupati adalah : a. Pajak Reklame; b. Pajak Air Tanah;

(4) Jenis Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak adalah : a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Penerangan Jalan; e. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; f. Pajak Parkir; g. Pajak Sarang Burung Walet; h. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

(5) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Bupati atau Pejabat dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(6) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa karcis dan nota perhitungan;

(7) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

Pasal 85

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan: a. SKPDKB dalam hal:

1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Bupati dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan. b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang

menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang; c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak

terutang dan tidak ada kredit pajak lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak;(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka

1) dan angka 2), dikenakan sanksi adminstratif berupa bunga n sebesar 25% (dua puluh lima persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak;

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi adminstratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebutt;

(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan;

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

Pasal 86

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan, pengisian dan penyampaian SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (5) dan ayat (7) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 87

(1) setiap wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (7) wajib mengisi SPTPD dengan benar, lengkap dan jenis serta ditandatangani dan disampaikan kepada Dinas;

(2) Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau digital yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama;

(3) Batas waktu penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak;

(4) Apabila batas waktu penyampaian SPTPD jatuh pada hari libur, maka SPTPD disampaikan pada hari kerja berikutnya;

(5) Apabila SPTPD tidak disampaikan sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), atau melampaui batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dapat diterbitkan Surat Teguran.

Page 59: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 88

Wajib Pajak atas kemauan sendiri dapat membetulkan SPTPD dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Dinas Pendapatan Daerah belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan.

BAB XVTATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 89

(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak;

(2) SKPD, SKPDKB,SKPDLBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Keputusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan;

(3) Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan pembayaran pajak dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan;

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVITATA CARA PENAGIHAN

Pasal 90

(1) Bupati atau Pejabat dapat menerbitkan STPD jika: a. pajak tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis

dan/atau salah hitung; c. Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda;

(2) STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan SKPD, SKPDKB dan SKPDKBT.

Pasal 91

(1) Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak yang terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding;

(2) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran;

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Surat teguran atau Surat peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang terutang;

(4) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang;

(5) Surat Teguran atau Surat peringatan atau surat lain yang sejenis sekurang-kurangnya memuat: a. nama Wajib Pajak atau Penanggung Pajak; b. besarnya utang pajak; c. perintah untuk membayar; d. saat pelunasan utang pajak.

Pasal 92

(1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang bayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa;

(2) Penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian KesatuPenagihan Seketika dan Sekaligus

Pasal 93

(1) Penagihan pajak dapat dilakukan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (5) huruf d, apabila: a. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau

berniat untuk itu; b. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai

dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan usaha yang dikerjakannya di Indonesia; c. terdapat tanda-tanda bahwa Wajib Pajak atau Penanggung Pajak akan membubarkan kegiatan

usahanya atau menggabungkan atau memekarkan usahanya atau memindahtangankan usaha yang dimiliki atau yang dikuasainya atau melakukan perubahan bentuk lainnya;

d. kegiatan usaha akan dibubarkan atau ditutup oleh Pemerintah Daerah; e. terjadi penyitaan atas barang Wajib Pajak atau Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat

tanda-tanda kepailitan. (2) Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, sekurang-kurangnya memuat:

a. nama Wajib Pajak atau Penanggung Pajak; b. besarnya utang pajak;

Page 60: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

c. perintah untuk membayar; d. saat pelunasan utang pajak.

(3) Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa; (4) Ketentuan formal untuk pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus, dilaksanakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian KeduaSurat Paksa

Pasal 94

(1) Apabila jumlah pajak yang belum dibayar tidak dilunasi dalam batas waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, ditagih dengan Surat Paksa;

(2) Bupati atau Pejabat menerbitkan Surat Paksa setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis diterima oleh Wajib Pajak;

(3) Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat Paksa. Pasal 95

(1) Pelaksanaan Surat Paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94;

(2) Ketentuan formal untuk pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa, dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian KetigaP e n y i t a a n

Pasal 96

(1) Apabila utang pajak tidak dilunasi Wajib Pajak dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1), Bupati atau Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;

(2) Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak Daerah dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia dikenal oleh Juru Sita Pajak Daerah dan dapat dipercaya;

(3) Setiap pelaksanaan penyitaan, Juru Sita Pajak Daerah membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditanda tangani oleh Juru Sita Pajak Daerah, Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dan saksi-saksi.

Pasal 97

(1) Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau di tempat lain yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa: a. barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo

rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain;

b. barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu. (2) Penyitaan terhadap Wajib Pajak atau Penanggung Pajak badan dapat dilaksanakan terhadap barang

milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain;

(3) Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Juru Sita Pajak Daerah untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak;

(4) Pengajuan keberatan tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan.

Pasal 98

Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila: a. nilai barang yang disita sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 nilainya tidak cukup untuk melunasi

utang pajak dan biaya penagihan pajak; b. hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi utang pajak dan penagihan pajak.

Bagian KeempatP e l e l a n g a n

Pasal 99

(1) Apabila utang pajak dan/atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah dilaksanakan penyitaan, Bupati atau Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang Negara;

(2) Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita Pajak Daerah memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak;

(3) Barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dikecualikan dari penjualan secara lelang sebagaimana

Page 61: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

dimaksud pada ayat (1); (4) Barang yang disita sebagaimana dimaksud pada ayat (2), digunakan untuk membayar biaya

penagihan pajak dan utang pajak dengan cara: a. uang tunai disetor ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah atau Bank atau tempat lain

yang ditunjuk; b. deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu, dipindahbukukan ke rekening Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah atau Bank atau tempat lain yang ditunjuk atas permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan; obligasi, saham atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek dijual di bursa efek atas permintaan Pejabat;

c. obligasi, saham atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek segera dijual oleh Pejabat;

d. piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih dari Wajib Pajak atau Penanggung Pajak kepada Pejabat;

e. penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akte persetujuan pengalihan hak menjual dari Wajib Pajak atau Penanggung Pajak kepada Pejabat.

(5) Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan paling lama 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang melalui media massa;

(6) Pengumuman lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2),dilaksanakan paling lama 14 (empat belas) hari setelah penyitaan;

(7) Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan untuk barang tidak bergerak dilakukan 2 (dua) kali;

(8) Pengumuman lelang untuk barang bergerak dengan nilai paling banyak Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak harus diumumkan melalui media massa.

Pasal 100

(1) Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum memperoleh keputusan keberatan;

(2) Lelang tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri Wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak; (3) Lelang tidak dilaksanakan jika Wajib Pajak atau Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan

biaya penagihan pajak, atau berdasarkan putusan pengadilan, atau putusan pengadilan pajak atau objek lelang musnah.

BAB XVIIKEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 101

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

(2) Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; atau b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran dan Surat Paksa tersebut;

(4) Pengakuan utang pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang pajak dan belum melunasinya kepada Pinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;

(5) Pengakuan utang pajak secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.

Pasal 102

(1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan;

(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud ayat (1);

(3) Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVIIIKEBERATAN, BANDING DAN GUGATAN

Bagian PertamaK e b e r a t a n

Pasal 103

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atas suatu: a. SKPD; b. SKPDKB;

Page 62: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

c. SKPDKBT; d. SKPDLB; e. SKPDN; f. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. (2) Keberatan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang

jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima Wajib Pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya;

(3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak dimaksud;

(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak;

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan;

(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan;

(7) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; (8) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan,Bupati atau Pejabat wajib

memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar penghitungan pengenaan pajak, pemotongan atau pemungutan pajak.

Pasal 104

(1) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas bulan) sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan;

(2) Keputusan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Bupati atau Pejabat tidak memberi suatu keputusan, maka permohonan keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan;

(4) Keputusan keberatan tidak menghilangkan hak Wajib Pajak untuk mengajukan permohonan mengangsur pembayaran.

Bagian KeduaB a n d i n g

Pasal 104

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan olehBupati atau Pejabat;

(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan;

(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding;

(4) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan banding,Bupati atau Pejabat wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar Surat Keputusan Keberatan yang diterbitkan;

(5) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding diterbitkan.

Pasal 106

Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara.

Bagian KetigaG u g a t a n

Pasal 107

(1) Gugatan Wajb Pajak terhadap: a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang; b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak; c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang ditetapkan

dalam Pasal 102 ayat (1) dan Pasal 104; atau d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan yang dalam penerbitannya tidak sesuai

dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerahhanya dapat diajukan kepada Pengadilan pajak.

(2) Jangka waktu untuk mengajukan gugatan paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan;

(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak, jangka waktu dimaksud dapat

Page 63: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

diperpanjang; (4) Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah 14 (empat belas) hari

terhitung sejak berakhirnya keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak; (5) Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) Surat Gugatan.

BAB XIXPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK

Pasal 108

(1) Bupati atau Pejabat berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan atau pembebasan pajak;

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan terhadap pajak yang telah dan/atau belum ditetapkan;

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XXPEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU

PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRATIFPasal 109

(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati atau Pejabat dapat membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN, atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

(2) Bupati atau Pejabat dapat: a. mengurangkan atau menghapus sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan

pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

b. mengurangkan atau membatalkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;

c. mengurangkan atau membatalkan STPD; d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak

sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan e. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar

Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak. (3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat permohonan

pembetulan diterima, harus memberikan keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak;

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terlampaui Bupati atau Pejabat tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pembetulan yang diajukan dianggap dikabulkan;

(5) Apabila diminta oleh Wajib Pajak,Bupati atau Pejabat wajib memberikan keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak;

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XXIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 110

(1) Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati atau Pejabat;

(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan;

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati atau Pejabat tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan;

(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut;

(5) Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pembayarannya dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran;

(6) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB;

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Page 64: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XXIIHAK MENDAHULU

Pasal 111

(1) Pemerintah Daerah mempunyai Hak Mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Wajib Pajak atau Penanggung Pajak;

(2) Ketentuan tentang Hak Mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya kenaikan pajak;

(3) Hak Mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap: a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu

barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak; b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.

(4) Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan SKPD, SKPDKB, SKDKBT, STPD, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, atau Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah;

(5) Perhitungan jangka waktu Hak Mendahulu ditetapkan sebagai berikut: a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka waktu 5

(lima) tahunsebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejakpemberitahuan Surat paksa;b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan mengangsur pembayaran maka

jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan.

BAB XXIIIPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 112

(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omset paling sedikit Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;

(2) Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan etikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;

(3) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 113

(1) Bupati atau Pejabat berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib: a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan/omzet yang diperoleh, atau objek pajak yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan lain yang diperlukan. (3) Buku, catatan, atau dokumen, data, informasi dan keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak paling lama 14 (empat belas) hari kalender sejak permintaan disampaikan;

(4) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan lain yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa;

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan pajak diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 114

Dalam rangka pelaksanaan pengawasan pembayaran pajak daerah, Dinas Pendapatan Daerah setelah mendapatkan persetujuan Bupati berwenang menghubungkan sarana pembayaran Wajib Pajak dengan sistem pengawasan perpajakan dalam jaringan sistem informasi Pemerintah Kota atau Pinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

Pasal 115

(1) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1) dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114, dituangkan ke dalam Laporan Hasil Pemeriksaan;

(2) Terhadap temuan dalam pemeriksaan yang tidak atau tidak seluruhnya disetujui oleh Wajib Pajak, dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan;

(3) Hasil pembahasan akhir hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibuatkan

Page 65: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Berita Acara yang ditandatangani oleh petugas Pemeriksa dan Wajib Pajak yang bersangkutan;(4) Berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan laporan hasil pemeriksaan dan

pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diterbitkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau SKPDN atau STPD.

Pasal 116

(1) Bupati atau Pejabat berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak apabila: a. Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (2)

dan Pasal 114; b. Wajib Pajak memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau

dipalsukan. (2) Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XXIVINSTANSI PEMUNGUT

Pasal 117

Instansi yang melaksanakan pemungutan pajak daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah atau Instansi terkait lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XXVINSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 118

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan pajak daerah dapat diberikan Insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu;

(2) (2) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan peraturan Bupati.

BAB XXVIKETENTUAN KHUSUS

Pasal 119

(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah: a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi ahli dalam sidang pengadilan; b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untuk memberikan keterangan kepada

pejabat lembaga negara atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan daerah.

(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan buku tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk;

(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan dan memperlihatkan buku tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya;

(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.

BAB XXVIIKETENTUAN SANKSI

Bagian PertamaSanksi Administratif

Paragraf 1Pasal 120

Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris, Kepala Kantor Yang Membidangi Pelayanan Lelang Negara, Kepala Kantor Bidang Pertanahan.

Page 66: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 120

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) dan Ayat (2) dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran;

(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1) dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap laporan;

(3) Kepala Kantor Bidang Pertanahan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2Wajib PajakPasal 126

(1) Penerapan sanksi perpajakan daerah bagi Wajib Pajak dalam hal: a. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85

dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak;

b. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud dalam dalam 85 angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak;

c. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut;

d. SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (7), yang tidak atau kurang dibayar setelah melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) , dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih melalui STPD;

e. diterbitkan STPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) huruf a dan b, dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak;

g. pengajuan keberatan ditolak atau dikabulkan sebagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2), dikenakan sanksi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum pengajuan keberatan;

h. permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 ayat (1), dikenakan sanksi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum pengajuan keberatan;

i. penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dihentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137 ayat (2), dikenakan sanksi berupa kenaikan sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

(2) Sanksi kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan;

(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g tidak dikenakan jika Wajib Pajak mengajukan permohonan banding.

Pasal 127

Setiap Wajib Pajak yang dengan sengaja: a. tidak mengisi atau tidak menyampaikan SPTPD secara tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal

87 ayat (2) dan ayat (5); b. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (2) dan ayat (3); c. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu seolah-olah benar, atau

tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya; d. tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan dan doumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line;

e. menolak untuk dilakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113; atau f. tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut sehingga menimbulkan kerugian pada keuangan daerah;

dikenakan sanksi administif berupa kenaikan sebanyak 400% (empat ratus persen) dari pokok pajak yang terutang.

Paragraf 3Instansi Pemungut Pajak

Pasal 129

(1) Dalam hal pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya,

Page 67: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Instansi pemungut pajak wajib mengembalikan kelebihan pembayaran pajak dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan;

(2) Dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Instansi pemungut pajak memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak;

(3) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.

Bagian KeduaS a n k s i P i d a n a

Pasal 130

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar;

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 131

Tindak pidana di bidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

Pasal 132

(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah);

(2) (2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar;

(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.

Pasal 133

Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 dan Pasal 131 ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan Negara.

Pasal 134

(1) Petugas pajak atau seseorang yang bekerja di lingkungan Pemerintah Kota yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan menyalahgunakan kekuasaan atau tugas pokok dan fungsinya memaksa Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran, atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri dan/atau orang lain, sehingga merugikan keuangan daerah diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan tindak pidana korupsi;

(2) Petugas pajak yang dalam melaksanakan tugasnya terbukti melakukan pemerasan dan pengancaman kepada Wajib Pajak dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 135

Petugas pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila dalam melaksanakan tugasnya didasarkan pada itikad baik dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

BAB XXVIIIPENYIDIKAN

Pasal 136

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamandau diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah,

Page 68: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana;(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di

lingkungan Pemerintah Kota yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak

pidana di bidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang

perpajakan daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan

hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pasal 137

(1) Untuk kepentingan penerimaan daerah, atas permintaan Bupati, penyidik dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat permintaan;

(2) Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar dan ditambah dengan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

BAB XXIXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 138

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, pajak terutang yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Pajak Reklame, Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pajak Hotel, Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pajak Restoran, Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penerangan Jalan Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik dan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pajak Hiburan p, masih tetap merupakan pajak yang terutang dan dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang sesuai dengan tata cara penagihan pajak dalam peraturan daerah ini.

BAB XXXKETENTUAN PENUTUP

Pasal 139

Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Pajak Reklame, Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pajak Hotel, Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pajak Restoran, Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penerangan Jalan Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik dan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pajak Hiburan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi

Pasal 140

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Page 69: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 141

Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di Nanga Bulikpada tanggal 21 September 2011

BUPATI LAMANDAU,

M A R U K A N

Diundangkan di Nanga Bulikpada tanggal 23 September 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU,

ARIFIN LP. UMBING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUTAHUN 2011 NOMOR 69 SERI B

Page 70: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 11 TAHUN 2011

TENTANG

PAJAK DAERAH

Page 71: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 12 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATANPUSKESMAS, PUSTU DAN POLINDES DI KABUPATEN LAMANDAU

HALAMAN 226

Page 72: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 12 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATANPUSKESMAS, PUSTU DAN POLINDES DI KABUPATEN LAMANDAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMANDAU,

Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya;

b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan yang lebih baik sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat diperlukan pelayanan kesehatan yang optimal;

c. bahwa salah satu Kewenangan Pemerintah Daerah adalah memungut Retribusi Daerah sesuai dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

d. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 8 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau dan Perubahannya Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2006 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi saat ini, maka perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dalam huruf a, b, c, d dan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Pustu dan Polindes di Kabupaten Lamandau.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 81 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Repblik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur Di Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Page 73: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3347);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Pegawai Negeri Sipil, Penerimaan Pensiunan, Veteran Dan Perintis Kemerdekaan Bersama Keluarganya;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah;

14. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 27 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 27);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lamandau

Page 74: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

(Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 29, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 29 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2009 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 48 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 39 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

dan

BUPATI LAMANDAU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS, PUSTU DAN POLINDES DI KABUPATEN LAMANDAU.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

4. Bupati adalah Bupati Lamandau;5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Lamandau;7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Lamandau;8. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan

Peraturan Perundang-undangan daerah yang berlaku;9. Bendaharawan khusus penerima adalah Bendaharawan Khusus Penerima di Dinas Kesehatan

Kabupaten Lamandau;10. Pelayanan Kesehatan adalah semua bentuk penyelenggaraan kegiatan dan jasa yang

diberikan kepada masyarakat dengan maksud mendapatkan pengobatan, pencegahan, pemulihan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas, Pustu dan Polindes yang dipungut biaya atau tidak dipungut biaya;

11. Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pengembangan kesehatan masyarakat yang membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok;

12. Puskesmas Keliling adalah pelayanan kesehatan oleh Puskesmas dengan mempergunakan kendaraan roda 4 (empat), kendaraan roda 2 (dua) atau transportasi lainnya di lokasi yang jauh dari sarana pelayanan yang ada;

13. Pondok Bersalin Desa atau dapat disingkat POLINDES adalah sarana yang melaksanakan upaya kesehatan ibu dan anak yang merupakan bagian integral dari Puskesmas;

Page 75: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

14. Puskesmas Pembantu atau dapat disingkat PUSTU adalah sarana yang melaksanakan upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara menyeluruh yang merupakan bagian integral dari Puskesmas;

15. Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pembeli atau Daerah;

16. Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pustu dan Polindes di Kabupaten Lamandau;

17. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran;

18. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPDORD adalah Surat yang digunakan oleh wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut Perundang-undangan Retribusi Daerah;

19. Surat Keterangan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;

21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang ditetapkan;

22. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

23. Surat Keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap besar SKRD atau dokumen lainnya. Yang dipersamakan SKRDBKT dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib retribusi;

24. Rawat Jalan adalah pelayanan kesehatan terhadap orang yang masuk Puskesmas, Pustu dan Polindes untuk keperluan observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di ruang rawat inap;

25. Rawat Jalan Tingkat I adalah semua jenis pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan di Unit Gawat Darurat baik pagi maupun sore hari;

26. Rujukan Swasta adalah penderita yang dikirim oleh perusahaan swasta, rumah bersalin, praktek dokter swasta dan balai pengobatan swasta lainnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat jalan, rawat inap maupun penunjang diagnostik;

27. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan yang lainnya;

28. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan/Rujukan adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan;

29. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan kepada penderita yang membutuhkan pertolongan pertama dengan maksud menyelamatkan jiwa, mencegah dan mengatasi CACAT serta meringankan penderitaan;

30. Pelayanan Penunjang Diagnostik adalah pelayanan untuk menegakkan diagnostik;31. Tindakan Medik dan Therapy adalah tindakan pembedahan, pengobatan menggunakan alat

dan tindakan diagnostik lainnya;32. Konservasi Jenazah adalah kegiatan perawatan dan pengawetan jenazah dengan memakai

bahan-bahan kimia yang dilakukan tenaga kesehatan untuk kepentingan bukan proses peradilan;

33. Visum Et Repertum adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat dokter atas sumpah yang diucapkan pada waktu berakhirnya pendidikan kedokteran, mempunyai daya bukti yang syah di pengadilan, selama keterangan itu memuat segala sesuatu yang diamati (terutama yang dilihat dan ditemukan) pada objek yang diperiksa;

34. Jasa Sarana dan Prasarana adalah jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas, Pustu dan atau Polindes kepada seseorang berupa jasa pelayanan, bahan dan alat (bahan kimia, alat kesehatan atau lainnya yang tidak mungkin dibeli sendiri oleh penderita), untuk digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya;

Page 76: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

35. Jasa Medik adalah jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Dokter kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya;

36. Jasa Perawatan adalah jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh paramedis kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya;

37. Konsultasi Medik adalah permohonan pemeriksaan spesialistik yang diberikan kepada seseorang demi kepentingan usaha penyembuhan penyakitnya;

38. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas rawat inap dengan atau tanpa makan di Puskesmas Perawatan;

39. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat-obatan tradisional, kosmetika dan bahan habis pakai;

40. Visite Dokter adalah kunjungan dokter pada jam dinas terhadap penderita yang dirawat;41. Catatan Medik adalah catatan mengenai data kegiatan medis yang merupakan komponen

dalam sistem informasi kesehatan; 42. Penjamin adalah orang atau Badan Hukum sebagai penanggung biaya pelayanan kesehatan

dari seseorang yang menjadi tanggungannya;43. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data

dan atau keterangan lain dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan besar Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;

44. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melaksanakan Penyelidikan;

45. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat keterangan tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

BAB IITANGGUNG JAWAB

Pasal 2

Pemerintah Daerah dan Masyarakat berkewajiban dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan di Kabupaten Lamandau.

BAB IIINAMA OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 3

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Pustu dan Polindes dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pustu dan Polindes.

Pasal 4

Objek Retribusi adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pustu dan Polindes yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.

Pasal 5

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh jasa pelayanan kesehatan dari Puskesmas, Pustu dan Polindes.

BAB IVGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 6

Retribusi Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Pustu dan Polindes Kabupaten Lamandau termasuk golongan Retribusi Jasa Umum.

Page 77: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB VCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 7

Tingkat Penggunaan Jasa dihitung berdasarkan frekuensi pelayanan, jenis pelayanan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas, Pustu dan Polindes dalam jangka waktu tertentu.

BAB VIPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 8

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi berdasarkan jenis pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut;

(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) termasuk investasi, sarana dan prasarana, serta biaya operasional dan pemeliharaan;

BAB VIIPELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS, PUSTU DAN POLINDES

Pasal 9

Pelayanan kesehatan di Puskesmas , Pustu dan Polindes meliputi :a. Pelayanan rawat jalan kesehatan dasar dan pelayanan rawat jalan rujukan adalah untuk

membiayai sebagian biaya penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kemampuan masyarakat;

b. Pelayanan rawat jalan tindakan khusus :- Perawatan sederhana adalah untuk membiayai sebagian dari biaya penyelenggaraan

pelayanan sesuai kemampuan masyarakat;- Perawatan sedang untuk membiayai separuh dari biaya perawatan;- Perawatan besar didasarkan pada tujuan untuk membiayai sepertiga dari biaya perawatan

dengan memperhatikan kemampuan masyarakat.

Pasal 10

Setiap Orang yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pustu dan Polindes akan dikenakan pungutan berupa :a. Jasa Pelayanan;b. Perawatan dan Pengobatan;c. Tindakan Medik;d. Pelayanan Ambuance/Puskesmas Keliling.

Pasal 11

Bagi penderita penyakit menular yang pengobatannya termasuk dalam program proyek Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular diberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma.

BAB VIIIPELAYANAN AMBULANCE DAN MOBIL JENAZAH

Pasal 12

(1) Bagi pasien yang menggunakan jasa ambulance dan mobil jenazah dikenakan retribusi;(2) Mobil Ambulance/Puskesmas Keliling hanya diperuntukkan untuk :

a. Mengangkut penderita ke Puskesmas atau luar Puskesmas;

Page 78: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

b. Kegiatan Operasional Pelayanan Kesehatan ke desa-desa dalam wilayah kerja Puskesmas;

c. Mengangkut Penderita yang akan dirujuk ke Rumah Sakit.(3) Mobil Ambulance/Puskesmas Keliling tidak dibenarkan untuk mengangkut mayat dari

Puskesmas maupun di luar Puskesmas;(4) Penggunaan ambulance dan mobil jenazah ke luar wilayah kerja puskesmas yang

bersangkutan akan dikenakan biaya operasional.

BAB IXPELAYANAN KESEHATAN YANG DIKENAKAN TARIF

Pasal 13

(1) Pelayanan Kesehatan yang dikenakan tarif dikelompokkan menjadi :1.1 Pelayanan Rawat Jalan

1.1.1 Poliklinik Pengobatan Umum a. Kartu Rawat Jalan ( Pasien Baru )

b. Pasien Berobat Jalan c. Pemeriksaan Visus Mata/ Kunjungan

d. Permintaan Visum Et Refertum ( Visum Luar / Visum Dalam )e. KIR Kesehatan ( Umum/ Pelajar / PNS )

1.1.2 Poliklinik KIA a. Pemeriksaan Kesehatan Ibu, Bumil dan Bufas

b. Pemeriksaan Kesehatan Anakc. Pemeriksaan Kesehatan bayid. Pelayanan Konseling Gizie. Konsultasi Perawatan Payudaraf. Pemeriksaan Kehamilan ( Doppler / USG )

1.1.3 Poliklinik Gigi dan Muluta. Pemeriksaan/ Pengobatan Gigi/ Kunjungan

1.1.4 Tindakan pada Gigi dan Muluta. Perawatan & Pembersihan Karang Gigi/ Region b. Pencabutan gigi anak/ Gigic. Pencabutan gigi dewasa/ Gigid. Penambalan Gigi Sementara/ Kunjungan e. Penambalan Gigi Tetap/ Kunjungan f. Insisi Abses Gigi (Intra Oral) g. Pencabutan Gigi Tertanam (Impated)h. Pencabutan Gigi Tetap dengan Komplikasi

1.2 Tindakan 1.2.1 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

a. Debridement (Luka/ Luka Bakar)b. Minor Surgery Ringanc. Spalk/ Pembidaiand. Ransel Verbane. Hecting Per Jahitan (Luar/ Dalam)f. Aff Hecting (Luar)g. Amputasi Sederhana Per Tindakanh. Pemasangan/ Aff Kateter Per Tindakani. Pasang NGT/ Bilas Lambungj. Vena Sectiok. Pemasangan Infus Per Tindakanl. Aff Infus Per Tindakanm. Exstirpasi Corpus Allineum (THT)n. Exstraksi Lipoma Ganglion o. Oksigen (O2) Per Liter

1.2.2 Tindakan Medik Ringan/ Operasi Kecil a. Pengobatan dan Perawatan Luka

Page 79: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

b. Insisi Absesc. Exstraksi Kuku (Cabut Kuku)d. Pengangkatan Benda Asinge. Incisi Hordeolumf. Buang serumen Per Telingag. Suntikan Depoprorera termasuk Bahannyah. Suntikan Cyclofemi. Tindik Daun Telingaj. Sirkumsisi (Khitan)k. Pencabutan Implant Tanpa/ Dengan Komplikasil. Pemasangan Implant Tanpa Bahanm. Pencabutan IUD Tanpa/ Dengan Komplikasin. Pencabutan IUD Tanpa Bahan

1.3 Tindakan Laboratorium1.3.1 Pemeriksaan Darah

a. Haemoglobin (Hb)b. Leukositc. Eritrositd. Trombosite. Golongan Darahf. Laju Endap Darah (LED)g. CT, BTh. DDR Malaria

1.3.2 Pemeriksaan Urinea. Albuminb. Reduksic. Urubilind. Bilirubine. Sedimen

1.3.3. Pemeriksaan Sputum BTA1.3.4 Pemeriksaan Darah Lengkap1.3.5 Pemeriksaan Urine Lengkap 1.3.6 Pemeriksaan Urine Rutin1.3.7 Pemeriksaan Widal1.3.8 Pemeriksaan Test Kehamilan1.3.9 Pemeriksaan Asam Urat1.3.10 Pemeriksaan Gula Darah1.3.11 Pemeriksaan Faeces Lengkap1.3.12 Pemeriksaan SGOT1.3.13 Pemeriksaan SGPT1.3.14 Pemeriksaan HIV/ AIDS1.3.15 Pemeriksaan Narkoba1.3.16 Pemeriksaan Cholesterol

1.4 Tindakan Pertolongan Kesehatan1.4.1 Pertolongan Persalinan Normal

a. Pertolongan oleh Tenaga Dokterb. Pertolongan oleh Tenaga Bidanc. Pertolongan oleh Tenaga Perawatd. Perawatan Ibu Bersalin Per Harie. Perawatan Bayi Per Hari

1.4.2 Pertolongan Persalinan Dengan Penyulita. Pertolongan oleh Tenaga Dokterb. Pertolongan oleh Tenaga Bidanc. Pertolongan oleh Tenaga Perawatd. Perawatan Ibu Bersalin Per Harie. Perawatan Bayi Per Hari

1.5 Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Perawatan

Page 80: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

1.5.1 Kelas Ia. Perawatan Pasien Per Harib. Pemeriksaan/ Pengobatan dan Konsultasi Medikc. Administrasi dan Catatan Medik (Medical Record)

1.5.2 Kelas IIa. Perawatan Pasien Per Harib. Pemeriksaan / Pengobatan dan Konsultasi Medikc. Administrasi dan Catatan Medik (Medical Record)

1.5.3 Kelas III (Zaal)a. Perawatan Pasien Per Harib. Pemeriksaan/ Pengobatan dan Konsultasi Medikc. Administrasi dan Catatan Medik (Medical Record)

1.5.4 Pemakaian Oksigen Per Liter1.6 Pelayanan Ambulance

1.6.1 Pelayanan Ambulance Dalam Kota (Lokal) Setiap 10 Kma. Dalam Wilayah Puskesmas

1.6.2 Pelayanan Ambulance Luar Kota / Wilayah Puskesmas Setiap 10 Kma. Siang Harib. Malam Hari

1.7 Pengawetan Jenazah1.7.1 Dengan Bahan (Formalin Cair)1.7.2 Tanpa Bahan

(2) Segala jenis pemeriksaan dan tindakan yang belum tergolong dalam salah satu kelompok yang dimaksud pada ayat (1), akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB X STRUKTUR BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 14

(1) Struktur besarnya tarif digolongkan berdasarkan atas pelayanan kesehatan yang diberikan;(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pustu dan Polindes

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagaimana tabel di bawah ini :

No JENIS PELAYANAN TARIF (Rp).1 2 3

I PELAYANAN RAWAT JALANA. Poliklinik Pengobatan Umum

1. Pemeriksaan / Pengobatan :a.b.d.e.

f.

Kartu Rawat Jalan ( Pasien Baru )Pasien Berobat JalanPemeriksaan Visus Mata / KunjunganPermintaan Visum Et Refertum1). Visum Luar2). Visum DalamKIR Kesehatan 1 Kali1). Pelajar2). Umum / PNS

1.000,-5.000,-5.000,-

70.000,-150.000,-

Gratis15.000,-

B. Poliklinik KIA1. Pemeriksaan / Pengobatan

a.b.c.d.e.

Pemeriksaan Kesehatan Ibu, Bumil dan BufasPemeriksaan Kesehatan AnakPemeriksaan BayiPelayanan Konseling GiziKonsultasi Perawatan Payudara

5.000,-5.000,-5.000,-

10.000,-10.000,-

2. Pemeriksaan Kehamilan Dengan : a.

b.DopllerU S G

50.000,-150.000,-

C. Poliklinik Pada Gigi dan Mulut 1. Pemeriksaan / Pengobatan Gigi / kunjungan 5.000,-

D. Tindakan Pada Gigi dan Mulut1.2.3.4.

Perawatan dan Pembersihan Karang Gigi / RegioPencabutan Gigi Anak / GigiPencabutan Gigi Dewasa / Gigi Penambalan Gigi Sementara / Kunjungan

10.000,-10.000,-

25.000,-10.000,-

Page 81: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

5.6.7.8.

Penambalan Gigi Tetap / KunjunganIncisi Abses Gigi (Intra Oral)Pencabutan Gigi Tertanam (Impacted)Pencabutan Gigi Tetap dengan Komplikasi

20.000,-25.000,-50.000,-

35.000,-II TINDAKAN

A. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan 1. Debridement

a.b.

LukaLuka Bakar

20.000,-30.000,-

2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.

Minor Surgery RinganSpalk / PembidaianRansel VerbanHecting Per Jahitan ( Luar / Dalam )Aff Hecting ( Luar )Amputasi Sederhana Per TindakanPemasangan / Aff Kateter Per TindakanPasang NGT / Bilas LambungVena SectioPemasangan Infus Per TindakanAff Infus Per TindakanExstirpasi Corpus Allineum ( THT )Exstraksi Lipoma GanglionOksigen ( O2 ) Per Liter

20.000,-10.000,-15.000,-10.000,-

5.000,-25.000,-20.000,-25.000,-20.000,-15.000,-

5.000,-15.000,-25.000,-

1.000,-B. Tindakan Medik Ringan / Operasi Kecil

1.2.3.4.

5.6.7.8.9.10.11.12.13.14

Pengobatan dan Perawatan LukaInsisi AbsesEkstraksi Kuku ( Cabut Kuku )Pengangkatan Benda Asinga. Besarb. KecilInsisi HordeolumBuang Serumen Per TelingaSuntikan Depopropera termasuk BahannyaSuntikan CyclofemTindik Daun TelingaSirkumsisi (Khitan)Pencabutan Implant Tanpa / Dengan KomplikasiPemasangan Implant Tanpa BahanPencabutan IUD Tanpa / Dengan KomplikasiPemasanganIUD Tanpa Bahan

20.000,-10.000,-15.000,-

10.000,-5.000,-

15.000,-10.000,-15.000,-15.000,-15.000,-

150.000,-200.000,-100.000,-250.000,-200.000,-

III. TINDAKAN LABORATORIUMA. Pemeriksaan Darah

1.2.3.4.5. 6.7.8.

Haemoglobin ( Hb )LeukositEritrositTrombositGolongan Darah Laju Endap Darah ( LED )CT, BTDDR Malaria

5.000,-5.000,-5.000,-5.000,-

10.000,- 5.000,-5.000,-

10.000,-B. Pemeriksaan Urine

1. 2.3.4.

Albumin ReduksiUrubilinBilirubin

5.000,- 5.000,-5.000,-5.000,-

5. Sedimen 5.000,-C.D.E.F.G.H. I.J.K.L.M.N.O.P.

Pemerikaan Sputum BTAPemeriksaan Darah LengkapPemeriksaan Urine LengkapPemeriksaan Urine RutinPemeriksaan WidalPemeriksaan Test KehamilanPemeriksaan Asam UratPemeriksaan Gula DarahPemeriksaan Faeces LengkapPemeriksaan SGOTPemeriksaan SGTPPemeriksaan HIV / AIDSPemeriksaan NarkobaPemeriksaan Cholesterol

15.000,-10.000,-10.000,-10.000,-20.000,-15.000,-20.000,-15.000,-15.000,-25.000,-25.000,-50.000,-

100.000,-25.000,-

IV TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINANA. Pertolongan Persalinan Normal

1. Pertolongan Oleh Dokter 150.000,-

Page 82: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

2.3.4.5.

Pertolongan Oleh BidanPertolongan Oleh PerawatPerawatan Ibu Bersalin Per HariPerawatan Bayi Per Hari

100.000,-100.000,-10.000,-10.000,-

B. Pertolongan Persalinan dengan Penyulit1.2.3.4.5.

Pertolongan Oleh DokterPertolongan Oleh BidanPertolongan Oleh PerawatPerawatan Ibu Bersalin Per HariPerawatan Bayi Per Hari

200.000,-150.000,-150.000,-10.000,-10.000,-

V PELAYANAN RAWAT INAP DI PUSKESMAS PERAWATANA. Perawatan Umum

1.

2.

3.

4.

Kelas Ia. Perawatan Pasien Per Harib. Pemeriksaan/Pengobatan dan Konsultasi Medikc. Administrasi dan Catatan Medik (Medical Record)Kelas IIa. Perawatan Pasien Per Harib. Pemeriksaan/Pengobatan dan Konsultasi Medikc. Administrasi dan Catatan Medik (Medical Record)Kelas III (Zaal)a. Perawatan Pasien Per Harib. Pemeriksaan/Pengobatan dan Konsultasi Medikc. Administrasi dan Catatan Medik (Medical Record)Pemakaian Oksigen Per Liter

50.000,-20.000,-

7.000,-

40.000,-15.000,-

5.000,-

30.000,-10.000,-

2.500,-1.000,-

VI PELAYANAN AMBULANCEA. Pelayanan Ambulance Dalam Kota (Lokal) Setiap 10 Km

1. Dalam Wilayah Puskesmas 25.000,-B. Pelayanan Ambulance Luar Kota/Wilayah Puskesmas Setiap 10 Km

pada :1. 2.

Siang HariMalam Hari

25.000,-30.000,-

VII PENGAWETAN JENAZAHA.B.

Dengan Bahan ( Formalin Cair )Tanpa Bahan

200.000,-100.000,-

Pasal 15

(1) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 14 Ayat (2) ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali;

(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi;

(3) Perubahan tarif retribusi sebagaimana tindak lanjut peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XICARA PERHITUNGAN RETRIBUSI

Pasal 16

Retribusi yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 7.

BAB XIIMASA RETRIBUSI/ SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 17

(1) Masa retribusi adalah sekali penggunan layanan kesehatan di Puskesmas, Pustu dan Polindes;(2) Terhadap pelayanan administrasi diberikan sekali selama menjadi pasien di Puskesmas, Pustu

dan Polindes dan/atau tidak terjadi kehilangan Kartu Periksa.

Page 83: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XIIIWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 18

Pemungutan retribusi dilakukan di wilayah tempat pelayanan diberikan.

BAB XIVTUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Pasal 19

(1) Pemungut Retribusi ditunjuk langsung oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bupati sebagai Surat Tugas;

(2) Pemungut Retribusi bertanggung jawab langsung kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan;

(3) Pemungut Retribusi berkewajiban untuk menyetor hasil pungutan retribusi kepada Bendahara Penerima dan melaporkan hasil pemungutan secara teratur kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan pada awal bulan berikutnya.

BAB XVTUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARAWAN KHUSUS PENERIMA

Pasal 20

(1) Bupati secara tehknis menunjuk dan mengangkat seorang bendaharawan khusus penerima sesuai dengan prosedur dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

(2) Bendaharawan khusus penerima berkewajiban menyelenggarakan pembukuan dengan administrasi yang teratur dan benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;

(3) Semua hasil penerimaan sudah di setor oleh bendaharawan khusus penerima selambat -lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja ke Kas Daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lamandau;

(4) Bendaharawan Khusus Penerima dilarang menyimpan uang hasil pemungutan retribusi di luar batas waktu yang ditentukan dan atas nama pribadi/instansinya pada suatu bank;

(5) Bendaharawan Khusus Penerima dengan persetujuan atasan langsung selambat-lambatnya tanggal 15 setiap bulan sudah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada Bupati melalui Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lamandau.

BAB XVIPENENTUAN PENGGUNAAN

Pasal 21

(1) Hasil pemungutan retribusi Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Pustu dan Polindes seluruhnya disetor ke Kas Daerah;

(2) Hasil pungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) disetor oleh bendaharawan penerima pada sarana pelayanan setempat melalui bendaharawan penerima Dinas Kesehatan;

(3) Dari hasil pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) sebesar 50% dikembalikan ke Puskesmas, Pustu dan Polindes berupa Jasa pelayanan tenaga kesehatan Puskesmas, Pustu dan Polindes;

BAB XVIIISURAT PENDAFTARAN

Pasal 22

(1) Wajib retribusi diwajibkan mendaftarkan diri dan mengisi SPDORD atau dokumen lain yang dipersmakan;

(2) SPDORD atau dokumen lain yang dipersmakan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya;

(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPDORD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Page 84: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XIXPENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 23

(1) Berdasarkan SPDORD sebagaimana dimaksud pasal 22 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(2) Bentuk isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XXPENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN,

ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARANPasal 26

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan;(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa karcis,

kupon atau kartu berlangganan;(4) Tata cara pemungutan retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XXISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 27

(1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua per seratus) setiap bulan dari jumlah retribusi yang terutang atau kurang di bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD;

(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.

BAB XXIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 28

(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus dimuka satu kali masa retribusi;

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan STRD;

(3) Bupati atas permohonan wajib retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenkan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan;

(4) Tata cara pembayaran, tempat pembayaran dan angsuran atau penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XXIIITATA CARA PENAGIHAN

Pasal 29

(1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD, STRD dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib retribusi diberikan surat teguran/ peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan yang dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran;

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah surat teguran/peringatan atau surat lain yang sejenis diberikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang;

(3) Surat teguran/peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

Page 85: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XXIVCARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

Pasal 30

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas STRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(2) Pengajuan keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas;

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal STRD dan dokumen lain yang dipersamakan diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa dalam jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya;

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan;

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 31

(1) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, Bupati harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan;

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian dan atau menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang;

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana di maksud ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XXVPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 32

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati atas kelebihan pembayaran retribusi;

(2) Dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana di maksud ayat (1) pasal ini, Bupati harus memberikan Keputusan;

(3) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran dianggap dikabulkan apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, Bupati tidak memberikan Keputusan atas pengembalian retribusi dan/atau jangka waktu 1 (satu) bulan SKRDLB harus diterbitkan;

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana di maksud ayat (1) pasal ini dapat diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut;

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB;

(6) Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua per seratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan.

Pasal 33

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan menetapkan :a. Nama dan Alamat Wajib Retribusi dengan jelas;b. Masa retribusi;c. Besarnya kelebihan pembayaran;d. Alasan yang singkat.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung oleh Wajib Retribusi dan atau yang mewakili;

Page 86: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 34

(1) Pengambilan kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar kelebihan Retribusi ( SPMKR );

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat (4) maka pembayaran dilakukan dengan cara memindahbukukan;

(3) Bukti Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XXVPENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUARSA

Pasal 35

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi dinyatakan kedaluarsa apabila melampaui 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluarsa Penagihan Retribusi sebagaimana maksud pada ayat (1), tertangguh jika :a. Diterbitkan Surat Teguran dan surat paksa; ataub. Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak

langsung.(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluarsa

penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut;(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah daerah;

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dapat diketahui dari pengajuan perubahan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

Pasal 36

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluarsa dapat dihapus;

(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan retribusi yang sudah kedaluarsa sebagaimana dimaksud ayat (1);

(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XXVIINSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 37

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu;

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Page 87: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XXVIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 37

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang ayar;

(2) Tindak Pidana yang dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran;(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetor ke Kas negara.

BAB XXVIIIP E N Y I D I K A N

Pasal 38

(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan daerah ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini ;

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang :a. Menerima, mencatat, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan

dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan laporan tersebut lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang berhubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;

c. Meminta keterangan dan bukti dari orang pribadi atau badan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lainnya berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bukti tersebut;

f. Meminta berhenti oleh dan atau melarang seseorang meningggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang di anggap berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau

sanksi;i. Menghentikan penyelidikan;j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran Penyidikan tindak pidana di bidang

retribusi daerah menurut ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.(3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) membuat Berita Acara setiap tindakan

tentang :a. Pemeriksaan Tersangka;b. Pemasukan Rumah;c. Penggeledahan rumah/ tempat-tempat tertutup;d. Penyitaan benda/ barang-barang bukti;e. Pemeriksaan Surat;f. Pemeriksaan sanksi;g. Pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkannya kepada Penuntut Umum dan

Khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Page 88: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

BAB XXIXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan retribusi pelayanan kesehatan RSUD yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 8 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau dan Perubahannya Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2006 termasuk peraturan lain yang setingkat dan dibawahnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

BAB XXXKETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di Nanga Bulikpada tanggal 21 September 2011

BUPATI LAMANDAU,

M A R U K A N

Diundangkan di Nanga Bulikpada tanggal 23 September 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU,

ARIFIN LP. UMBING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUTAHUN 2011 NOMOR 70 SERI C

Page 89: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 12 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATANPUSKESMAS, PUSTU DAN POLINDES DI KABUPATEN LAMANDAU

I. PENJELASAN UMUMPelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya untuk itu diperlukan kelancaran pelaksanaan pelayanan yang lebih baik sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan melakukan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan optimal.

Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya memerlukan dana yang besar dimana apabila kita hanya mengandalkan APBD tidak disertai dengan sumber pendapatan yang baik maka apa yang di programkan tidak dapat tercapai dengan baik dan obtimal. Untuk itu sebagi upaya konkrit dari Pemerintah Daerah adalah membuat suatu kebijakan melalui penetapan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Pustu Dan Polindes Di Kabupaten Lamandau. Hal ini sesuai dengan salah satu Kewenangan Pemerintah Daerah adalah memungut Retribusi Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undangat Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASALPasal 1Cukup Jelas

Pasal 2Cukup Jelas

Pasal 3Cukup Jelas

Pasal 4Cukup Jelas

Pasal 5Cukup Jelas.

Pasal 6Cukup Jelas

Pasal 7Cukup Jelas

Pasal 8Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Page 90: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 9Cukup Jelas

Pasal 10Cukup Jelas

Pasal 11Cukup Jelas

Pasal 12Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Ayat (4)Cukup Jelas

Pasal 13Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Pasal 14Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Pasal 15Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 16Cukup Jelas

Pasal 17Ayat (1) Cukup Jelas

Ayat (2) Cukup Jelas

Pasal 18Cukup Jelas

Page 91: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 19Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 20Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup Jelas

Ayat (5)Cukup Jelas.

Pasal 21Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Pasal 22Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 23Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Pasal 26Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Page 92: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Ayat (4)Cukup Jelas

Pasal 27Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Pasal 28Ayat (1) Cukup Jelas

Ayat (2) Cukup Jelas

Ayat (3) Cukup Jelas

Ayat (4)Cukup Jelas

Pasal 29Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 30Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Ayat (4)Cukup JelasAyat (5)Cukup Jelas

Ayat (6)Cukup Jelas

Pasal 31Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Page 93: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 32Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Ayat (4)Cukup Jelas

Ayat (5)Cukup Jelas

Ayat (6)Cukup Jelas

Pasal 33Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 34Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 35Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Ayat (4)Cukup Jelas

Ayat (5)Cukup Jelas

Page 94: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Pasal 36Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 37Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup Jelas

Pasal 37Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3) Cukup Jelas

Pasal 38Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)Cukup JelasAyat (4)Cukup Jelas

Pasal 39Cukup Jelas

Pasal 40Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUTAHUN 2011 NOMOR 62 SERI C

Page 95: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

Page 96: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAUKEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

KABUPATEN LAMANDAU

HALAMAN 247

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAUKEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

KABUPATEN LAMANDAU

Page 97: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMANDAU,Menimbang

Mengingat

:

:

a.

b.

c.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau berupaya untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat Nanga Bulik dan sekitarnya, tentunya memerlukan perangkat untuk operasional dan peralatan pendukungnya;

bahwa untuk mendukung Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau Pemerintah Daerah perlu menyertakan modal,berupa aset hasil penyerahan Kabupaten Kotawaringin Barat kepada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lamandau.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2378);

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Peyelengaraan Pemerintah Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nevotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);Undang-Undang Nomor 1 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapakali dirubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua Atas Undang- Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

Page 98: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16

17

18

Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33);

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2009;

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lamandau(Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2005 Nomor 11 Seri D);

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 27 Seri D);

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2008 Nomor 30 Seri D) sebagaimana telah diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2009 Nomor 47 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 40 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

dan

BUPATI LAMANDAU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN LAMANDAU.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintah oleh Pemerintah

Daerah dan DPRD menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

Page 99: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah;

4. Bupati adalah Bupati Lamandau;5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Lamandau;6. Sekretris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Lamandau;7. Perusahaan Daerah Air Minum adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten

Lamandau.8. Penyertaan Modal adalah setiap usaha dalam menyertakan modal daerah pada suatu

usaha bersama dengan pihak ketiga, dan atau pemanfaatan modal daerah oleh pihak ketiga dengan suatu imbalan tertentu;

9. Modal Daerah adalah modal dalam bentuk uang dan atau kekayaan daerah (yang belum dipisahkan) yang dapat dinilai dengan uang seperti tanah, bangunan, mesin- mesin, surat-surat berharga, fasilitas dan hak-hak lainnya yang dimiliki oleh daerah yang merupakan kekayaan daerah;

BAB IITUJUANPasal 2

(1) Penyertaan modal daerah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah dan menambah pendapatan asli daerah, serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang air minum;

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini penyertaan modal daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip ekonomi perusahaan/profit oriented dan pelayanan kepada masyarakat/social oriented.

BAB IIIPENYERTAAN MODAL

Pasal 3

(1) Pemerintah Kabupaten Lamandau melakukan penyertaan modal daerah ke dalam Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau sebesar Rp. 1.778.823.813,- (Satu Milyar Tujuh Ratus Tujuh Puluh Delapan Juta Delapan Ratus Dua Puluh Tiga Ribu Delapan Ratus Tiga Belas Rupiah);

(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan hasil penyerahan aset dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan Berita Acara serah terima aset Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kotawaringin Barat yang berada di wilayah Kabupaten Lamandau dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat kepada Pemerintah Kabupaten Lamandau pada tanggal 30 Januari 2007 dengan Nomor : Ekbang/500/41/I/2007 dan Nomor : 690/25 Bang/I/2007 dengan rincian sebagai berikut :

NO. URUT

GOL URAIAN NILAI (RP.) KETERANGAN

1 01 Tanah 0 Terdapat 900 M2

tanah yang belum terdapat nilainya

2 02 Peralatan dan Mesin 4.764.0003 03 Gedung dan Bangunan 57.451.0004 04 Jalan,Irigasi dan Jaringan 1.716.608.8135 05 Aset Tetap Lainnya 06 06 Konstruksi Dalam Pengerjaan 0

Total 1.778.823.813

BAB IVTATA CARA PENYERTAAN MODAL

Pasal 4

Page 100: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

(1) Penyertaan Modal Daerah kepada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau dengan cara memberikan penyertaan modal berupa aset milik daerah yang merupakan hasil penyerahan dari Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2007 sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2);

(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan dengan cara bagi hasil keuntungan sesuai dengan maksud pendirian perusahaan.

BAB VPENGAWASAN

Pasal 5

(1) Bupati menunjuk pejabat yang akan mewakili Pemerintah Daerah untuk melakukan pengawasan atas penyertaan modal sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(2) Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki wawasan dan memahami usaha dibidang air minum secara profesional;

(3) Dalam melaksanakan tugasnya pejabat sebagaimana dimaksud ayat (2) bertanggung jawab kepada Bupati Lamandau.

BAB VIBAGI HASIL KEUNTUNGAN

Pasal 6

(1) Bagi hasil keuntungan dari Penyertaan Modal menjadi Hak Daerah yang diperoleh selama Tahun Anggaran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lamandau;

(2) Bagi hasil keuntungan sebagaimana dimaksud ayat (1) akan diberikan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau berdasarkan pada persentasinya yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

(3) Bagi hasil keuntungan sebagaimana dimaksud ayat (2) disetor ke Kas Daerah dan dialokasikan dalam APBD.

BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 7

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang ada sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku.

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di Nanga Bulikpada tanggal 27 September 2011

BUPATI LAMANDAU

MARUKAN Diundangkan di Nanga Bulikpada tanggal 28 September 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU,

Page 101: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

ARIFIN LP. UMBING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2011 NOMOR 71 SERI A

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUNOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAUKEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

KABUPATEN LAMANDAU

I. PENJELASAN UMUMbahwa Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau berupaya untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat Nanga Bulik dan sekitarnya, tentunya memerlukan perangkat untuk operasional dan peralatan pendukungnya;

Untuk mendukung Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau Pemerintah Daerah perlu menyertakan modal,berupa aset hasil penyerahan Kabupaten Kotawaringin Barat kepada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup Jelas

Pasal 2Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup Jelas

Pasal 3Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup Jelas

Pasal 4Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup Jelas

Pasal 5Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup Jelas

Pasal 6Ayat (1)Cukup Jelas

Page 102: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau

Ayat (2)Cukup JelasAyat (3)Cukup Jelas

Pasal 7Cukup Jelas

Pasal 8Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAUTAHUN 2011 NOMOR 63 SERI A

Page 103: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Page 104: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Page 105: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Page 106: · Web viewPeraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau