web viewfa’il. fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il...

5
FA’IL Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, fa’il biasa disebut subjek. Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah disebut fa’il jika tidak terletak setelah fi’il ma’lum dan tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il jika terpenuhi dua syarat di atas. Contoh : ٌ حْ وُ نَ الَ ق(qoola nuuhun) =Nabi nuh berkata Kata ٌ حْ وُ نmarfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai fa’il karena setelah fi’il ma’lum. َ ونُ قِ ف اَ نُ م ل اَ كَ اءَ ا جَ ذِ ا(idza jaa akal munaafiquuna)=Ketika para munafik datang kepadamu. Kata َ ونُ قِ ف اَ نُ م ل اmarfu’ dengan tanda wau karena ia isim jama’ mudzakkar salim, sebagai fa’il karena didahului fi’il ma’lum. Bentuk fa’il dalam kalimat terbagi dua, yakni Bisa berupa isim dzhohir (bukan dhomir) Contoh : ٍ ابَ بُ ذ& يِ فٌ لُ جَ رَ ةَ نَ جْ ل اَ لَ جَ ذ(dakholal jannata rojulun fii dzubaabin) Seorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat Kata ٌ لُ جَ رisim dhzohir marfu dengan tanda dhommah yang merupakan isim mufrod, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.

Upload: ngohuong

Post on 06-Feb-2018

343 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewFA’IL. Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia

FA’IL

Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.

Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah disebut fa’il jika tidak terletak setelah fi’il ma’lum dan tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il jika terpenuhi dua syarat di atas.Contoh :

نوح Nabi nuh berkata= (qoola nuuhun) قال

Kata نوح marfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai fa’il karena setelah fi’il ma’lum.

المنافقون جاءك .Ketika para munafik datang kepadamu=(idza jaa akal munaafiquuna) إذا

Kata المنافقون marfu’ dengan tanda wau karena ia isim jama’ mudzakkar salim, sebagai fa’il karena didahului fi’il ma’lum.

Bentuk fa’il dalam kalimat terbagi dua, yakniBisa berupa isim dzhohir (bukan dhomir)Contoh :

ذباب في رجل ة الجن (dakholal jannata rojulun fii dzubaabin) دخلSeorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat

Kata رجل isim dhzohir marfu dengan tanda dhommah yang merupakan isim mufrod, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.

Bisa berupa dhomirContoh :

تعملون ما و خلقكم (wallahu kholaqokum wa maa ta’maluun) واللهDan Allah, dialah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat.

Dari kalimat di atas, lafadz jalalah الله bukanlah merupakan fa’il, karena terletak sebelum fi’il ma’lum, namun pada kata خلق terdapat fa’il yang berupa dhomir هوyang merupakan kata ganti dari lafadz jalalah الله (cek kembali tashrif fi’il madhi), sehingga dhomir هو adalah fa'ilnya. I’rob dari dhomir, mabni atas fathah sebagai fa’il.

Ketentuan-ketentuan fa’il1. Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara langsung atau dipisahkan dengan isim yang lain.Contoh :

Page 2: Web viewFA’IL. Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia

المسجد من المسلمون para muslimin kembali dari=(roja’a almuslimuuna minal masjidi) رجعmasjid

المسلمون المسجد من para muslimin kembali dari =(roja’a minal masjidi almuslimuuna) رجعmasjid

Kata المسلمون merupakan isim jama’ mudzakkar salim, marfu dengan tanda wau, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.

2. Jika fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka fi’il ma’lumnya tetap dalam keadaan mufrod.Contoh :

رجل satu orang laki-laki datang =(jaa a rojulun) جاء

رجالن dua orang laki-laki datang=(jaa a rojulaani)جاء

رجال para laki-laki datang=(jaa a rijaalun) جاء

3. Jika fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka fi’ilnya juga harus muannats atau mudzakkar.Contoh :

إمرأة seorang perempuan datang=(jaa at imroatun) جاءت

مريم maryam pergi =(tadzhabu maryamu) تذهب

عائشة aisyah berkata=(qoolat ‘aisyatu) قالت

4. Fi’il wajib muannast jika

Fa’il berupa isim dhohir yang merupakan muannast haqiqi yang datang langsung setelah fi’il

          Contoh :

            خديجة khodijah berkata=(qoolat khodiijatu) قالت

             هند hindun duduk =(tajlisu hindun) تجلس

Fa’il berupa dhomir yang kembali kepada isim muannast

Page 3: Web viewFA’IL. Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia

          Contoh :

            انفطرت ماء الس ketika langit terbelah =(idza assamaa unfathorot) إذا

           Dalam kata انفطرت terdapat dhomir هي yang merupakan kata ganti dari  ماء .الس

5. Fi’il boleh muannast atau mudzakkar jika

Fa’il berupa isim muannast haqiqi yang terpisah dari fi’ilnya atau diselingi oleh isim yang lain.

          Contoh :

           المؤمنات جاءكم ketika para wanita mu’min datang =(idza jaa akum almuminaatu) إذاkepadamu

Fa’il berupa muannats majazi

          Contoh :

مس /        الش طلعت مس الش matahari telah terbit=(thola’as syamsu / thola’atis syamsu) طلع

Fa’il berupa jama’ taksir

          Contoh :

            سل / الر جاءت سل الر para rosul datang =(jaa arrusulu/jaa atirrusulu) جاء