vi hasil dan pembahasan · tempat wisata memiliki ... dengan satu tiket dapat menikmati seluruh...
TRANSCRIPT
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Formulasi Alternatif Strategi
Formulasi alternatif strategi meliputi dua tahapan yaitu tahap masukan
dan tahap pencocokan. Tahap masukan merupakan tahap mengidentifikasi
faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal. Tahap pencocokan merupakan
tahap untuk merumuskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis dan
identifikasi akan kondisi lingkungan internal dan eksternal Kebun Raya Bogor
yang telah terkumpul.
6.1.1 Tahap Masukan
Tahap ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal.
Faktor-faktor lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
KRB, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Adapun faktor-faktor
lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar KRB, yang terdiri
dari peluang dan ancaman perusahaan.
6.1.1.1 Identifikasi Lingkungan Internal PKT Kebun Raya Bogor
Identifikasi lingkungan internal diperoleh melalui wawancara dengan
pihak PKT Kebun Raya Bogor yaitu Kepala Bidang Konservasi ex-situ, Kepala
Bagian Tata Usaha, Koordinator Jabatan Fungsional dan pihak Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan kota Bogor yaitu Kepala Bidang Pariwisata. Berdasarkan hasil
identifikasi faktor-faktor internal PKT Kebun Raya Bogor diperoleh kekuatan dan
kelemahan sebagai berikut :
Kekuatan (Strength)
1. Pusat Konservasi Tumbuhan Ex-situ
Kebun Raya Bogor sebagai lembaga ilmiah sangat produktif dalam
menghasilkan karya dan temuan-temuan barunya. Reputasinya sebagai salah satu
lembaga nasional telah mencapai taraf internasional. Sejalan dengan
perkembangan kegiatan penelitian, KRB menjadi induk dari sejumlah lembaga
penelitian di Indonesia dalam bidang biologi dan pertanian seperti Herbarium
Bogoriense, Treub Laboratorium, Bibliotheca Bogoriense, Museum Zoologicum
Bogoriense, dan Laboratorium Penyelidikan laut. Terbitan ilmiah
45
lembaga-lembaga ini menjadi salah satu sumber informasi penting untuk
lembaga-lembaga lain di dunia.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001,
tentang susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) dan Keputusan Kepala LIPI Nomor : 1151/M/2001 tentang organisasi
dan tata kerja LIPI, maka KRB mengalami perubahan struktur baik tingkat eselon
maupun nama lembaga. Perubahan tersebut dari UPT Balai Pengembangan Kebun
Raya-LIPI (eselon III) menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-
LIPI (eselon II).
Kebun Raya Bogor juga mempunyai tugas dan fungsi yaitu melakukan
konservasi tumbuhan secara ex-situ antara lain mencakup usaha melestarikan,
mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan secara
berkesinambungan melalui kegiatan pelestarian, penelitian, pendidikan dan
rekreasi untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap dunia tumbuhan serta
lingkungan hidup. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang didapatkan dari
hasil eksplorasi dan pertukaran antar kebun raya dijadikan objek wisata baru serta
tumbuhan langka yang telah diperbanyak dijual ke masyarakat sekitar.
2. Panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami
Kebun Raya Bogor adalah kebun koleksi tumbuhan yang penampilannya
terpadu dengan arsitektur lanskap sehingga menyajikan panorama alam yang
alami, indah dan sarat dengan nuansa keilmuan. KRB telah dimanfaatkan
masyarakat luas sebagai objek wisata dan menjadi populer karena pengunjung
dapat menikmati langsung keindahan kebun raya sekaligus menambah wawasan
dan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan.
3. KRB memiliki aksesbilitas tinggi dari Jabodetabek dan kota besar (pasar potensial)
Letak PKT Kebun Raya Bogor yang berada di pusat kota Bogor
menjadikan KRB sebagai tempat objek wisata yang strategis sehingga
memudahkan wisatawan untuk berkunjung, menikmati dan menambah wawasan
mengenai tumbuhan di KRB. Selain itu lokasi strategis KRB mempunyai peran
dalam usaha pelestarian dan asset budaya.
46
4. Membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan perkebunrayaan
PKT Kebun Raya Bogor – LIPI sebagai lembaga konservasi ex-situ
tumbuhan merupakan salah satu pilar utama bagi usaha penyelamatan jenis-jenis
tumbuhan dari kepunahan. Oleh karena itu, PKT Kebun Raya Bogor – LIPI
membawahi tiga kebun raya lainnya yaitu UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Cibodas, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi
dan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali.
Munculnya inisiatif beberapa kelompok dan pemerintah daerah dalam
membangun kebun raya baru di wilayahnya masing-masing mendapat tanggapan
positif dari PKT Kebun Raya Bogor. Untuk pembangunan kebun raya baru, PKT
Kebun Raya Bogor akan lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang
memberikan konsultasi mengenai prinsip-prinsip dasar perkebunrayaan serta
bimbingan teknis yang berkaitan dengan pembuatan masterplan, pengembangan
koleksi, dan pembinaan SDM pengelola. Dalam hal ini PKT Kebun Raya Bogor
sedang menuntaskan kegiatan pembangunan Kebun Ekologi (Ecopark) di
kawasan Cibinong Science Center (CSC)-LIPI. Kebun raya baru yang telah
dibangun adalah Kebun Raya Enrekang, Kebun Raya Kuningan, Kebun Raya
Katingan, Kebun Raya Puca, Kebun Raya Batu Raden, Kebun Raya Sungai Wain,
Kebun Raya Liwa, Kebun Raya Sambas, Kebun Raya Sanggao, Kebun Raya
Lombok Timur, Kebun Raya Samosir dan Kebun Raya Batam.
5. Menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor dan masyarakat sekitar
Keberadaan Kebun Raya Bogor memberikan manfaat baik langsung
maupun tidak langsung. Kebun Raya Bogor mempunyai andil dalam usaha
meningkatkan devisa negara, dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke KRB. Kebun Raya Bogor juga memberikan kontribusi kepada
Pemkot Bogor dari pendapatan karcis masuk. Peranan KRB sebagai objek wisata
membuat adanya lapangan pekerjaan dan membuka kesempatan berusaha bagi
masyarakat sekitar sehingga banyak usaha yang berkembang di sekitar KRB
seperti usaha makanan, minuman, pernak-pernik KRB dan cinderamata dari kota
Bogor seperti wayang golek, goong home, karpet kayu, kerajinan kayu, batu
gading, kenari, bunga kering, dan kerajinan bordir.
47
6. 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam di kebun
Keanekaragaman tumbuhan koleksi yang tertanam di Kebun Raya Bogor
jumlahnya terakhir tercatat sekitar 14.500 spesimen. Berdasarkan data tahun 2008,
koleksi tanaman hidup yang ditanam di KRB berjumlah 3.456 spesies, 1.277
genera dan 218 famili. Koleksi anggrek yang dipelihara di kamar kaca sendiri
tercatat berjumlah ± 7.178 spesimen terdiri dari 441 jenis dari 93 marga. Selain
anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap dan menonjol adalah
polong-polongan (Fabaceae), pinang-pinangan (Arecaceae), talas-talasan
(Araceae), dan getah-getahan (Apocynaceae).
Koleksi tanaman KRB sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia
dan sebagian lagi berasal dari mancanegara. Penambahan koleksi selain melalui
eksplorasi ke hutan-hutan yang ada di Indonesia juga hasil dari tukar menukar biji
tanaman dengan kebun raya lain di dunia.
7. Memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan pengetahuan
Kebun Raya Bogor yang telah lama dimanfaatkan masyarakat luas sebagai
tempat wisata memiliki objek dan daya tarik wisata yang sangat menarik, penuh
sejarah dan pengetahuan. Objek dan daya tarik wisata tersebut adalah teratai
raksasa, anggrek raksasa, bunga bangkai, kayu raja, jalan kenari, pohon tarzan,
monumen peringatan isteri Raffles, pohon lici, taman meksiko, taman teysmann,
jalan astrid, pohon jodoh, museum zoology, jembatan gantung, taman bhineka,
rumah anggrek dan lain-lain. Objek dan daya tarik yang telah disebutkan hanya
terdapat di Kebun Raya Bogor.
Kelemahan (Weaknesses)
1. Kurangnya SDM yang handal dalam memberikan informasi tentang objek wisata di KRB
Kebun Raya Bogor sebagai tempat wisata sudah memenuhi syarat umum
dalam hal pariwisata, dimana KRB menyediakan guide tour yang berjumlah enam
orang untuk melayani pengunjung dalam berwisata. Akan tetapi, banyaknya
jumlah pengunjung KRB yang menggunakan jasa guide tour tidak sebanding
dengan jumlah guide tour yang ada di KRB, sehingga pelayanannya dirasakan
belum optimal.
Pengunjung KRB khususnya wisatawan domestik pada saat pembelian
tiket masuk tidak diberikan informasi mengenai objek wisata yang ada di KRB,
48
brosur objek wisata dan peta KRB serta tidak ditawarkannya guide tour. Hal ini
menyebabkan pengunjung yang ingin mengetahui objek wisata yang akan dituju
lebih banyak bertanya kepada petugas kebersihan, satuan pengaman dan
pengunjung lain yang berada di dekat mereka.
Adanya perubahan harga tiket masuk yang sekarang menjadi Rp 10.000
tidak disosialisasikan dengan baik sehingga wisatawan tidak mengetahui bahwa
dengan satu tiket dapat menikmati seluruh objek wisata di KRB salah satunya
Museum Zoology dan Rumah Anggrek.
2. Beberapa sarana dan prasarana yang kurang baik
Kegiatan yang dilakukan Kebun Raya Bogor baik dalam konservasi
maupun pariwisata harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai
sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kebun Raya Bogor sebagai
pusat konservasi dan telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pariwisata
harus mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk terlaksananya
kegiatan konservasi dan pariwisata. Dalam hal ini KRB sudah menyediakan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan konservasi dan wisata bagi
para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Akan tetapi, beberapa
sarana dan prasarana di KRB kurang baik, ini terlihat dari jalan gicok (jalan
berbatu) yang rusak dan tidak rata, untuk toilet ada yang tidak terpakai dan tidak
terawat, untuk Laboratorium Treub kondisinya usang dan tidak terawat dan ada
tempat duduk yang kotor dengan coretan-coretan.
3. Belum melakukan pemasaran dan promosi dengan efektif dan efisien
Dalam pengembangan pariwisata, dibutuhkan pemasaran dan promosi.
Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga
produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen sedangkan
promosi, untuk mendorong kegiatan pariwisata. Dalam hal ini, Kebun Raya Bogor
belum melakukan pemasaran dan promosi dikarenakan fungsi utama KRB adalah
tempat konservasi, keuntungan bukan menjadi tujuan utama dan masyarakat
sudah mengetahui keberadaan KRB. Selain itu, kota Bogor identik dengan KRB.
Namun KRB memiliki visi salah satunya dibidang pariwisata, sehingga penerapan
pemasaran dan promosi harus segera dilakukan untuk mengantisipasi penurunan
jumlah pengunjung yang signifikan.
49
4. Kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang pariwisata
Keberhasilan pengembangan pariwisata mencakup bagaimana kemampuan
pengelola dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas,
menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan
potensi yang dimiliki sehingga dapat menentukan keberhasilan dalam
mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini, pengelola KRB kurang mempunyai
pengetahuan mengenai pariwisata dikarenakan tujuan awal dibangunnya KRB
adalah untuk konservasi. Di dalam struktur organisasi KRB pun tidak terdapat
divisi yang mengelola pariwisata.
5. Sistem kebersihan KRB kurang baik
KRB melakukan sistem manajemen pemeliharaan koleksi dan kebun
dengan memfokuskan unit-unit kerja terhadap satu jenis pekerjaan saja yaitu
dengan membagi menjadi tim pembabadan, tim perawat koleksi, tim kebersihan
jalan gico dan saluran serta tim kebersihan kolam dan perawatan koleksi tanaman
air. Sistem ini memberikan kelebihan yaitu koleksi yang terserang hama dan
penyakit cenderung menurun, kebersihan kolam lebih terawat dan koleksi
tanaman air tertata dengan baik dan lebih sehat. Akan tetapi, sistem ini juga
memberikan kerugian yaitu kerapihan kebun tidak lebih baik dari sebelumnya,
jalan-jalan gicok dan saluran drainase tidak lebih bersih, sampah plastik dan
sampah lainnya berupa bawaan pengunjung tidak tertangani dengan baik.
Kurangnya petugas kebersihan di bagian pengangkutan sampah dan teknisi yang
ditugaskan untuk bertanggung jawab pada setiap vak dan lingkungan
menyebabkan kebersihan sampah bawaan pengunjung tidak bersih dengan tuntas.
6.1.1.2 Identifikasi Lingkungan Eksternal PKT Kebun Raya Bogor
Identifikasi lingkungan eksternal diperoleh melalui wawancara dengan
pihak PKT Kebun Raya Bogor yaitu Kepala Bidang Konservasi Ex-situ, Kepala
Bagian Tata Usaha, Koordinator Jabatan Fungsional dan pihak Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan kota Bogor yaitu Kepala Bidang Pariwisata. Berdasarkan hasil
identifikasi faktor-faktor eksternal PKT Kebun Raya Bogor diperoleh peluang dan
ancaman sebagai berikut :
50
Peluang (Opportunities)
1. Peningkatan jumlah wisatawan di masa yang akan datang
Menurut data dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, trend
pariwisata tahun 2020 diperkirakan untuk perjalanan wisata dunia akan mencapai
1,6 milyar orang diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan
Asia-Pasifik dan 60 persen diantaranya akan melakukan kunjungan wisata alam.
Kondisi ini memberikan peluang bagi industri pariwisata di Indonesia khususnya
Kebun Raya Bogor dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan khususnya
wisatawan mancanegara.
2. Trend kunjungan wisatawan lebih memilih destinasi objek wisata alam
Menurut Fandeli (2002) bahwa terjadi pergeseran konsep pariwisata dunia
kepada pariwisata minat khusus atau yang dikenal ekowisata, dimana saat ini ada
kecenderungan semakin banyak wisatawan yang mengunjungi objek berbasis
alam dan budaya penduduk lokal. Hal ini merupakan peluang besar bagi negara
Indonesia khususnya Kebun Raya Bogor yang memiliki panorama arsitektur
lanskap yang bernuansa alami. Wisatawan cenderung beralih kepada alam
dibandingkan pola-pola wisata buatan yang mereka rasakan telah jenuh dan
kurang menantang. Hal ini terlihat dari banyaknya objek daya tarik wisata yang
berbasis alam.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh PATA (Pacific Asia Travel
Association) dan VISA (Visa International Asia Pacific) bahwa wisatawan
bersedia membayar lebih (10 persen hingga 50 persen) untuk liburan yang erat
kaitannya dengan budaya dan lingkungan. Meningkatnya pengetahuan dan
kepedulian terhadap lingkungan mendorong wisatawan dalam merencanakan
liburan lebih memilih pariwisata yang peduli terhadap lingkungan. Hal ini
merupakan peluang besar bagi KRB yang memiliki misi melestarikan tumbuhan
tropika.
3. Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme
Pada tahun 2006 terjadi peristiwa Bom Bali II yang mengakibatkan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami penurunan drastis
menjadi 4,9 juta jiwa. Aksi teror bom yang kembali terjadi beberapa waktu lalu
berpotensi menyebabkan stagnasi. Selain terorisme, fenomena bencana alam dan
51
perubahan iklim yang juga tidak dapat diperkirakan dapat mempengaruhi jumlah
wisatawan.
Pada tahun 2004-2006 terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Kebun Raya Bogor yaitu dari 13.913 orang menjadi 12.408 orang
(Tabel 7). Akan tetapi, bagi pihak KRB merupakan peluang untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan
jumlah kunjungan wisatawan ke KRB lebih banyak wisatawan domestik.
Tabel 7. Jumlah Wisatawan Kebun Raya Bogor Tahun 2004-2006
Tahun Wisatawan Mancanegara (Orang) Wisatawan Domestik (Orang) 2004 13.913 856.7542005 13.209 879.7652006 12.408 842.772
Sumber: Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor
4. Kawasan konservasi bakal menjadi objek wisata unggulan
Jero Wacik sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan
bahwa pengelolaan kawasan konservasi menjadi objek wisata, merupakan bagian
yang dianggap penting dalam meningkatkan devisa negara melalui kunjungan
wisatawan asing. Oleh karena itu, sejumlah kawasan konservasi di berbagai
daerah, termasuk di Bogor memiliki potensi untuk dijadikan ekowisata. Untuk
merealisasikan hal tersebut, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata
Alam, Ditjen PHKA, Departemen Kehutanan serta Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor bekerja sama mengadakan seminar dan lokakarya dengan
mengambil tema “Promosi Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi”. Pada
seminar tersebut akan dilaksanakan pula penandatanganan Memorandum of
Understanding (MoU) oleh Menteri Kehutanan dengan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata tentang percepatan promosi pariwisata alam di kawasan konservasi.
Kawasan konservasi diminati oleh wisatawan asing, sehingga pemerintah
menjadikan sektor konservasi hutan sebagai objek wisata yang dapat
meningkatkan devisa negara melalui kunjungan wisata. Hal ini merupakan
peluang bagi Kebun Raya Bogor sebagai kawasan konservasi untuk meningkatkan
potensi wisatanya dalam menarik wisatawan domestik dan wisatawan
mancanegara ke KRB.
52
Ancaman (Threats)
5. Sampah pengunjung
Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata yang memiliki panorama
arsitektur lanskap yang indah dan bernuansa alami. Akan tetapi, sampah dari
pengunjung yang berserakan berupa botol minuman, plastik, kotak makan dan
lain-lain mengakibatkan gangguan terhadap ekosistem tumbuhan yang ada di
KRB dan panorama arsitektur lanskap menjadi tidak indah. Kebun Raya Bogor
sudah menyediakan banyak tempat sampah di setiap lingkungannya, namun masih
terlihat sampah yang berserakan di lingkungan KRB. Kurangnya kesadaran
pengunjung dalam membuang sampah pada tempatnya dan kurangnya kepedulian
pengunjung dalam melestarikan lingkungan berpotensi merusak kelestarian
ekosistem tumbuhan yang terdapat di KRB.
6. Terbatasnya alokasi anggaran KRB
PKT Kebun Raya Bogor dalam menjalankan kegiatannya mengandalkan
pendanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), berupa DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Akan tetapi, pada
tahun 2008 DIPA PKT Kebun Raya Bogor mengalami pemotongan anggaran
sebesar 17,5 persen dari Rp 21.319.170.000,- menjadi Rp 17.598.610.000,-. DIPA
tahun 2008 PKT Kebun Raya Bogor terbagi dalam empat program atau kegiatan
yaitu :
1. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan
2. Peningkatan Jasa Pelayanan Litbang Iptek (PNBP)
3. Penelitian dan Pengembangan Iptek
4. Pelaksanaan Riset Tematis
Terbatasnya alokasi anggaran mengakibatkan Kebun Raya Bogor
mengurangi penelitian lapangan untuk mempertahankan anggaran pemeliharaan
kebun raya. Pada Tahun 2008, KRB seharusnya mengirim lima orang peneliti
akan tetapi terbatasnya anggaran mengakibatkan KRB hanya mengirim dua orang
peneliti saja untuk melakukan penelitian lapangan. Hal ini mengakibatkan
penelitian lapangan menjadi tidak optimal dalam melestarikan tumbuhan dan
lingkungan yang alami di KRB. Terbatasnya anggaran juga menyebabkan sarana
53
dan prasarana wisata yang ada di KRB menjadi kurang memadai bagi para
wisatawan.
7. Kerusakan hutan akibat eksploitasi yang berlebihan
Kerusakan hutan akibat eksploitasi yang berlebihan seperti illegal logging,
kebakaran hutan dan pembabatan hutan menyebabkan terancamnya spesies
tumbuhan dari kepunahan. Kebun Raya Bogor melakukan penambahan koleksi
melalui eksplorasi ke hutan-hutan yang ada di Indonesia, akan tetapi adanya
eksploitasi yang berlebihan menghambat KRB dalam melakukan penambahan
koleksi, sehingga KRB harus segera melakukan konservasi mengingat
terancamnya spesies tumbuhan. Spesies tumbuhan yang terancam punah adalah
Nepenthacea, Cyateaceae, Orchidaceae, Arecaceae.
8. Adanya gangguan potensi tumbuhan tropika akibat bencana alam dan perubahan iklim
Perubahan iklim di Indonesia menjadi salah satu faktor yang mengganggu
kelestarian tumbuhan di PKT Kebun Raya Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi
pohon koleksi yang ada di KRB sudah tua. Perubahan iklim tersebut adalah
musim kering yang berkepanjangan dan tidak bisa diprediksikan lagi. Pada bulan
juni 2006 ratusan pohon koleksi KRB tumbang beberapa diantaranya termasuk
koleksi langka yang diakibatkan oleh terjangan angin puting beliung. Beberapa
sarana dan prasarana yang ada di KRB pun mengalami kerusakan.
6.1.2 Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan merupakan tahap untuk merumuskan strategi
berdasarkan hasil analisis dan identifikasi akan kondisi lingkungan internal dan
eksternal Kebun Raya Bogor yang telah terkumpul. Pada tahap pencocokan,
model yang akan digunakan dalam perumusan strategi adalah matriks SWOT
(Strength-Weakness-Opportunities-Threat).
6.1.2.1 Analisis SWOT
Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal Kebun Raya Bogor yaitu
berupa rumusan kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities) dan ancaman (threats). Keempat rumusan tersebut selanjutnya
dapat diformulasikan menjadi alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh KRB.
54
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada KRB, dapat diperoleh tujuh
alternatif strategi yang terdiri dari dua alternatif strategi SO (Strengths-
Opportunities), dua alternatif strategi ST (Strengths-Threats), dua alternatif
strategi WO (Weaknesses-Opportunities) dan satu alternatif strategi WT
(Weaknesses-Threats). Hasil dari analisis matriks SWOT, dapat dilihat pada
Tabel 8.
Strategi S-O (Strength-Opportunity)
Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan Kebun Raya
Bogor untuk memanfaatkan peluang yang dimiliki. Alternatif strategi yang dapat
dilakukan pada strategi S-O yaitu:
1. Memperkuat aksesbilitas lintas kabupaten atau kota Bogor dengan
mengembangkan linkage wisata. Dalam mengembangkan linkage wisata,
Kebun Raya Bogor melakukan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata
(BPW) agar wisatawan khususnya wisatawan mancanegara yang datang dapat
berkunjung ke KRB. Hal ini dilakukan agar jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke KRB mengalami peningkatan. Strategi ini
didukung oleh KRB yang memiliki kekuatan yaitu aksesbilitas tinggi dari
jabodetabek, menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, pemkot Bogor dan
masyarakat sekitar. Adapun peluang yang dimiliki oleh KRB yang dapat
mendukung strategi ini adalah peningkatan jumlah wisatawan di masa yang
akan datang, trend kunjungan wisatawan saat ini lebih memilih destinasi
objek wisata alam dan kawasan konservasi akan menjadi objek wisata
unggulan.
2. Mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di Kebun Raya
Bogor. Dalam hal ini KRB dapat menyusun paket program wisata baru
seperti gardens tour (paket wisata yang mengunjungi beberapa objek dan
daya tarik wisata menjadi satu kesatuan perjalanan wisata singkat), save our
plants (paket wisata yang ingin menyelamatkan tumbuhan). Hal ini perlu
dilakukan untuk mempertahankan wisatawan dan memperoleh wisatawan
baru.
3. Menambah objek wisata baru. Kebun Raya Bogor sebagai pusat konservasi
tumbuhan ex-situ mempunyai tujuan salah satunya adalah mengkonservasi
55
Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
Strategi W-O adalah strategi yang meminimalkan kelemahan Kebun Raya
Bogor dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Ada beberapa alternatif
strategi yang dapat dilakukan pada strategi W-O yaitu:
4. Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di Kebun Raya Bogor. Sarana
dan prasarana di KRB yang mengalami kerusakan dan tidak memadai seperti
jalan gicok, toilet, Laboratorium Treub dan tempat duduk harus segera
diperbaiki. Toilet KRB sebaiknya menggunakan bio-toilet dengan konstruksi
mobil yang telah diciptakan oleh LIPI – FISIKA sehingga memudahkan
pengunjung untuk MCK (Mandi Cuci Kakus).
5. Melakukan kerjasama pendidikan dan keterampilan dengan penyelenggara
atau institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan. Hal ini perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam hal kepariwisataan,
sehingga pelayanan terhadap pengunjung khususnya wisatawan domestik
menjadi optimal dan pengunjung merasa puas dalam berwisata di KRB.
Kebun Raya Bogor mengundang Dinas Pariwisata atau Sekolah Tinggi Ilmu
Pariwisata untuk mengadakan lokakarya dan pelatihan mengenai hospitality,
pembagian tugas yang jelas dalam bidang wisata dan lain-lain, sehingga dapat
meningkatkan kualitas karyawan KRB dalam hal kepariwisataan.
6. Melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efektif dan efisien
mengenai objek wisata yang ada di KRB. Dalam hal ini KRB melakukan riset
pemasaran untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga produk dan
jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan wisatawan. Kebun Raya Bogor
juga perlu melakukan promosi secara gencar melalui media iklan televisi,
koran atau majalah dan ikut serta dalam kegiatan promosi di bursa pariwisata
internasional seperti PATA (Pasific Asia Travel Association), WTM (World
Travel Market), ITB (Internationale Tourismus Borse) dan ATF (Asean
56
Travel Forum). Hal ini dilakukan untuk membentuk kepuasan dan loyalitas
wisatawan serta memperoleh wisatawan baru.
Strategi S-T (Strenght-Threat)
Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari
atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman. Ada beberapa alternatif yang
dapat dilakukan pada strategi S-T yaitu:
7. Melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk
mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat. Hal ini perlu
dilakukan mengingat banyaknya kerusakan hutan akibat eksploitasi yang
berlebihan, sehingga fungsi dan tujuan Kebun Raya Bogor dapat terlaksana
dengan baik.
8. Memasang alat pendeteksi perubahan iklim. KRB mengajukan dana kepada
pemerintah atau pemerintah kota Bogor untuk pemasangan alat Automatic
Weather Station (AWS). Alat tersebut dapat mengantisipasi dampak
perubahan iklim yang dapat mengganggu kelestarian tumbuhan dan
kenyamanan pengunjung di KRB.
9. Mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu
membersihkan KRB sekaligus membantu menambah penghasilan pemulung.
Dalam hal ini Kebun Raya Bogor mengizinkan pemulung untuk masuk ke
KRB pada hari-hari tertentu (dilakukan seminggu dua kali pada sore hari) dan
mengkoordinir pemulung tersebut untuk membersihkan sampah yang berupa
bawaan dari pengunjung seperti plastik, botol minuman, kotak makan dan
lain-lain.
Strategi W-T (Weakness-Threat)
Strategi W-T adalah strategi dimana Kebun Raya Bogor dapat
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Salah satu alternatif strategi
yang dapat dilakukan pada strategi W-T yaitu:
10. Menambah atau mencari alternatif pendanaan lain. Hal ini perlu dilakukan
mengingat terbatasnya dana yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan yang
dilakukan KRB. Kebun Raya Bogor mengajukan proposal kepada para
pengusaha agar dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki
perusahaan dapat diberikan kepada KRB yang berperan dalam melestarikan
lingkungan dan sebagai paru-paru dunia. Dana CSR ini misalnya digunakan
untuk penanaman dan reintroduksi tumbuhan dan juga dapat dialokasikan
untuk memasarkan hasil olahan sampah yang berupa pupuk bioposka ke
masyarakat umum.
11. Melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan. Dalam hal ini
KRB bekerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan untuk mengatasi
dampak kerugian dari sistem kebersihan yang telah dilakukan sehingga sistem
pengelolaan kebersihan KRB dapat optimal.
Tabel 8. Hasil Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan (S) 1. Pusat Konservasi Tumbuhan
ex-situ 2. Panorama arsitektur lanskap yang
bernuansa alami 3. KRB memiliki aksesbilitas tinggi
dari jabodetabek dan kota besar (pasar potensial)
4. Membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan perkebunrayaan
5. Menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor dan masyarakat sekitar
6. 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam dikebun
7. Memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan pengetahuan
Kelemahan (W) 1. Kurangnya SDM yang handal
dalam memberikan informasi tentang objek wisata di KRB
2. Beberapa sarana dan prasarana yang kurang baik
3. Belum melakukan pemasaran dan promosi dengan efektif dan efisien
4. Kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang pariwisata
5. Sistem kebersihan KRB kurang baik
Peluang (O) 1. Peningkatan jumlah wisatawan
di masa yang akan datang 2. Trend kunjungan wisatawan saat ini
lebih memilih destinasi objek wisata alam
3. Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme
4. Kawasan konservasi akan menjadi objek wisata unggulan
Strategi S-O 1. Memperkuat aksesbilitas lintas
kabupaten/kota Bogor dengan mengembangkan linkage wisata (S3,S5,O1,O2,O3,O4)
2. Mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di KRB (S2,S7,O1,O2,O3,O4)
3. Menambah objek wisata baru (S1,S6,O1,O2,O3,O4)
Strategi W-O 4. Meningkatkan sarana dan
prasarana yang ada di KRB (W2,O1,O2,O4) 5. Melakukan kerjasama
pendidikan dan keterampilan dengan penyelenggara atau institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan
(W1,W4,O1,O2,O4) 6. Melakukan pemasaran dan
promosi secara inovatif, efektif dan efisien mengenai objek wisata yang ada di KRB (W1,W3,W4,O1,O2,O3,O4)
Ancaman (T) 1. Sampah pengunjung 2. Terbatasnya alokasi anggaran KRB 3. Kerusakan hutan akibat eksploitasi
yang berlebihan 4. Adanya gangguan potensi tumbuhan
tropika akibat bencana alam dan perubahan iklim
Strategi S-T 7. Melakukan kerjasama dengan
pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat (S1,S4,T3)
8. Memasang alat pendeteksi perubahan iklim (S5,T4)
9. Mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu membersihkan KRB sekaligus membantu untuk menambah penghasilan pemulung
(S5,T1)
Strategi W-T 10. Menambah atau mencari
alternatif pendanaan lain (W2,T2)
11. Melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan
(W5,T1)
57