vi hasil dan pembahasan · tempat wisata memiliki ... dengan satu tiket dapat menikmati seluruh...

14
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Formulasi Alternatif Strategi Formulasi alternatif strategi meliputi dua tahapan yaitu tahap masukan dan tahap pencocokan. Tahap masukan merupakan tahap mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal. Tahap pencocokan merupakan tahap untuk merumuskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis dan identifikasi akan kondisi lingkungan internal dan eksternal Kebun Raya Bogor yang telah terkumpul. 6.1.1 Tahap Masukan Tahap ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal. Faktor-faktor lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam KRB, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Adapun faktor-faktor lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar KRB, yang terdiri dari peluang dan ancaman perusahaan. 6.1.1.1 Identifikasi Lingkungan Internal PKT Kebun Raya Bogor Identifikasi lingkungan internal diperoleh melalui wawancara dengan pihak PKT Kebun Raya Bogor yaitu Kepala Bidang Konservasi ex-situ, Kepala Bagian Tata Usaha, Koordinator Jabatan Fungsional dan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Bogor yaitu Kepala Bidang Pariwisata. Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal PKT Kebun Raya Bogor diperoleh kekuatan dan kelemahan sebagai berikut : Kekuatan (Strength) 1. Pusat Konservasi Tumbuhan Ex-situ Kebun Raya Bogor sebagai lembaga ilmiah sangat produktif dalam menghasilkan karya dan temuan-temuan barunya. Reputasinya sebagai salah satu lembaga nasional telah mencapai taraf internasional. Sejalan dengan perkembangan kegiatan penelitian, KRB menjadi induk dari sejumlah lembaga penelitian di Indonesia dalam bidang biologi dan pertanian seperti Herbarium Bogoriense, Treub Laboratorium, Bibliotheca Bogoriense, Museum Zoologicum Bogoriense, dan Laboratorium Penyelidikan laut. Terbitan ilmiah

Upload: dangbao

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Formulasi Alternatif Strategi

Formulasi alternatif strategi meliputi dua tahapan yaitu tahap masukan

dan tahap pencocokan. Tahap masukan merupakan tahap mengidentifikasi

faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal. Tahap pencocokan merupakan

tahap untuk merumuskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis dan

identifikasi akan kondisi lingkungan internal dan eksternal Kebun Raya Bogor

yang telah terkumpul.

6.1.1 Tahap Masukan

Tahap ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal.

Faktor-faktor lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

KRB, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Adapun faktor-faktor

lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar KRB, yang terdiri

dari peluang dan ancaman perusahaan.

6.1.1.1 Identifikasi Lingkungan Internal PKT Kebun Raya Bogor

Identifikasi lingkungan internal diperoleh melalui wawancara dengan

pihak PKT Kebun Raya Bogor yaitu Kepala Bidang Konservasi ex-situ, Kepala

Bagian Tata Usaha, Koordinator Jabatan Fungsional dan pihak Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan kota Bogor yaitu Kepala Bidang Pariwisata. Berdasarkan hasil

identifikasi faktor-faktor internal PKT Kebun Raya Bogor diperoleh kekuatan dan

kelemahan sebagai berikut :

Kekuatan (Strength)

1. Pusat Konservasi Tumbuhan Ex-situ

Kebun Raya Bogor sebagai lembaga ilmiah sangat produktif dalam

menghasilkan karya dan temuan-temuan barunya. Reputasinya sebagai salah satu

lembaga nasional telah mencapai taraf internasional. Sejalan dengan

perkembangan kegiatan penelitian, KRB menjadi induk dari sejumlah lembaga

penelitian di Indonesia dalam bidang biologi dan pertanian seperti Herbarium

Bogoriense, Treub Laboratorium, Bibliotheca Bogoriense, Museum Zoologicum

Bogoriense, dan Laboratorium Penyelidikan laut. Terbitan ilmiah

45

lembaga-lembaga ini menjadi salah satu sumber informasi penting untuk

lembaga-lembaga lain di dunia.

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001,

tentang susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen

(LPND) dan Keputusan Kepala LIPI Nomor : 1151/M/2001 tentang organisasi

dan tata kerja LIPI, maka KRB mengalami perubahan struktur baik tingkat eselon

maupun nama lembaga. Perubahan tersebut dari UPT Balai Pengembangan Kebun

Raya-LIPI (eselon III) menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-

LIPI (eselon II).

Kebun Raya Bogor juga mempunyai tugas dan fungsi yaitu melakukan

konservasi tumbuhan secara ex-situ antara lain mencakup usaha melestarikan,

mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan secara

berkesinambungan melalui kegiatan pelestarian, penelitian, pendidikan dan

rekreasi untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap dunia tumbuhan serta

lingkungan hidup. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang didapatkan dari

hasil eksplorasi dan pertukaran antar kebun raya dijadikan objek wisata baru serta

tumbuhan langka yang telah diperbanyak dijual ke masyarakat sekitar.

2. Panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami

Kebun Raya Bogor adalah kebun koleksi tumbuhan yang penampilannya

terpadu dengan arsitektur lanskap sehingga menyajikan panorama alam yang

alami, indah dan sarat dengan nuansa keilmuan. KRB telah dimanfaatkan

masyarakat luas sebagai objek wisata dan menjadi populer karena pengunjung

dapat menikmati langsung keindahan kebun raya sekaligus menambah wawasan

dan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan.

3. KRB memiliki aksesbilitas tinggi dari Jabodetabek dan kota besar (pasar potensial)

Letak PKT Kebun Raya Bogor yang berada di pusat kota Bogor

menjadikan KRB sebagai tempat objek wisata yang strategis sehingga

memudahkan wisatawan untuk berkunjung, menikmati dan menambah wawasan

mengenai tumbuhan di KRB. Selain itu lokasi strategis KRB mempunyai peran

dalam usaha pelestarian dan asset budaya.

46

4. Membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan perkebunrayaan

PKT Kebun Raya Bogor – LIPI sebagai lembaga konservasi ex-situ

tumbuhan merupakan salah satu pilar utama bagi usaha penyelamatan jenis-jenis

tumbuhan dari kepunahan. Oleh karena itu, PKT Kebun Raya Bogor – LIPI

membawahi tiga kebun raya lainnya yaitu UPT Balai Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya Cibodas, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi

dan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali.

Munculnya inisiatif beberapa kelompok dan pemerintah daerah dalam

membangun kebun raya baru di wilayahnya masing-masing mendapat tanggapan

positif dari PKT Kebun Raya Bogor. Untuk pembangunan kebun raya baru, PKT

Kebun Raya Bogor akan lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang

memberikan konsultasi mengenai prinsip-prinsip dasar perkebunrayaan serta

bimbingan teknis yang berkaitan dengan pembuatan masterplan, pengembangan

koleksi, dan pembinaan SDM pengelola. Dalam hal ini PKT Kebun Raya Bogor

sedang menuntaskan kegiatan pembangunan Kebun Ekologi (Ecopark) di

kawasan Cibinong Science Center (CSC)-LIPI. Kebun raya baru yang telah

dibangun adalah Kebun Raya Enrekang, Kebun Raya Kuningan, Kebun Raya

Katingan, Kebun Raya Puca, Kebun Raya Batu Raden, Kebun Raya Sungai Wain,

Kebun Raya Liwa, Kebun Raya Sambas, Kebun Raya Sanggao, Kebun Raya

Lombok Timur, Kebun Raya Samosir dan Kebun Raya Batam.

5. Menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor dan masyarakat sekitar

Keberadaan Kebun Raya Bogor memberikan manfaat baik langsung

maupun tidak langsung. Kebun Raya Bogor mempunyai andil dalam usaha

meningkatkan devisa negara, dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke KRB. Kebun Raya Bogor juga memberikan kontribusi kepada

Pemkot Bogor dari pendapatan karcis masuk. Peranan KRB sebagai objek wisata

membuat adanya lapangan pekerjaan dan membuka kesempatan berusaha bagi

masyarakat sekitar sehingga banyak usaha yang berkembang di sekitar KRB

seperti usaha makanan, minuman, pernak-pernik KRB dan cinderamata dari kota

Bogor seperti wayang golek, goong home, karpet kayu, kerajinan kayu, batu

gading, kenari, bunga kering, dan kerajinan bordir.

47

6. 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam di kebun

Keanekaragaman tumbuhan koleksi yang tertanam di Kebun Raya Bogor

jumlahnya terakhir tercatat sekitar 14.500 spesimen. Berdasarkan data tahun 2008,

koleksi tanaman hidup yang ditanam di KRB berjumlah 3.456 spesies, 1.277

genera dan 218 famili. Koleksi anggrek yang dipelihara di kamar kaca sendiri

tercatat berjumlah ± 7.178 spesimen terdiri dari 441 jenis dari 93 marga. Selain

anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap dan menonjol adalah

polong-polongan (Fabaceae), pinang-pinangan (Arecaceae), talas-talasan

(Araceae), dan getah-getahan (Apocynaceae).

Koleksi tanaman KRB sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia

dan sebagian lagi berasal dari mancanegara. Penambahan koleksi selain melalui

eksplorasi ke hutan-hutan yang ada di Indonesia juga hasil dari tukar menukar biji

tanaman dengan kebun raya lain di dunia.

7. Memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan pengetahuan

Kebun Raya Bogor yang telah lama dimanfaatkan masyarakat luas sebagai

tempat wisata memiliki objek dan daya tarik wisata yang sangat menarik, penuh

sejarah dan pengetahuan. Objek dan daya tarik wisata tersebut adalah teratai

raksasa, anggrek raksasa, bunga bangkai, kayu raja, jalan kenari, pohon tarzan,

monumen peringatan isteri Raffles, pohon lici, taman meksiko, taman teysmann,

jalan astrid, pohon jodoh, museum zoology, jembatan gantung, taman bhineka,

rumah anggrek dan lain-lain. Objek dan daya tarik yang telah disebutkan hanya

terdapat di Kebun Raya Bogor.

Kelemahan (Weaknesses)

1. Kurangnya SDM yang handal dalam memberikan informasi tentang objek wisata di KRB

Kebun Raya Bogor sebagai tempat wisata sudah memenuhi syarat umum

dalam hal pariwisata, dimana KRB menyediakan guide tour yang berjumlah enam

orang untuk melayani pengunjung dalam berwisata. Akan tetapi, banyaknya

jumlah pengunjung KRB yang menggunakan jasa guide tour tidak sebanding

dengan jumlah guide tour yang ada di KRB, sehingga pelayanannya dirasakan

belum optimal.

Pengunjung KRB khususnya wisatawan domestik pada saat pembelian

tiket masuk tidak diberikan informasi mengenai objek wisata yang ada di KRB,

48

brosur objek wisata dan peta KRB serta tidak ditawarkannya guide tour. Hal ini

menyebabkan pengunjung yang ingin mengetahui objek wisata yang akan dituju

lebih banyak bertanya kepada petugas kebersihan, satuan pengaman dan

pengunjung lain yang berada di dekat mereka.

Adanya perubahan harga tiket masuk yang sekarang menjadi Rp 10.000

tidak disosialisasikan dengan baik sehingga wisatawan tidak mengetahui bahwa

dengan satu tiket dapat menikmati seluruh objek wisata di KRB salah satunya

Museum Zoology dan Rumah Anggrek.

2. Beberapa sarana dan prasarana yang kurang baik

Kegiatan yang dilakukan Kebun Raya Bogor baik dalam konservasi

maupun pariwisata harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai

sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kebun Raya Bogor sebagai

pusat konservasi dan telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pariwisata

harus mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk terlaksananya

kegiatan konservasi dan pariwisata. Dalam hal ini KRB sudah menyediakan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan konservasi dan wisata bagi

para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Akan tetapi, beberapa

sarana dan prasarana di KRB kurang baik, ini terlihat dari jalan gicok (jalan

berbatu) yang rusak dan tidak rata, untuk toilet ada yang tidak terpakai dan tidak

terawat, untuk Laboratorium Treub kondisinya usang dan tidak terawat dan ada

tempat duduk yang kotor dengan coretan-coretan.

3. Belum melakukan pemasaran dan promosi dengan efektif dan efisien

Dalam pengembangan pariwisata, dibutuhkan pemasaran dan promosi.

Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga

produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen sedangkan

promosi, untuk mendorong kegiatan pariwisata. Dalam hal ini, Kebun Raya Bogor

belum melakukan pemasaran dan promosi dikarenakan fungsi utama KRB adalah

tempat konservasi, keuntungan bukan menjadi tujuan utama dan masyarakat

sudah mengetahui keberadaan KRB. Selain itu, kota Bogor identik dengan KRB.

Namun KRB memiliki visi salah satunya dibidang pariwisata, sehingga penerapan

pemasaran dan promosi harus segera dilakukan untuk mengantisipasi penurunan

jumlah pengunjung yang signifikan.

49

4. Kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang pariwisata

Keberhasilan pengembangan pariwisata mencakup bagaimana kemampuan

pengelola dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas,

menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan

potensi yang dimiliki sehingga dapat menentukan keberhasilan dalam

mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini, pengelola KRB kurang mempunyai

pengetahuan mengenai pariwisata dikarenakan tujuan awal dibangunnya KRB

adalah untuk konservasi. Di dalam struktur organisasi KRB pun tidak terdapat

divisi yang mengelola pariwisata.

5. Sistem kebersihan KRB kurang baik

KRB melakukan sistem manajemen pemeliharaan koleksi dan kebun

dengan memfokuskan unit-unit kerja terhadap satu jenis pekerjaan saja yaitu

dengan membagi menjadi tim pembabadan, tim perawat koleksi, tim kebersihan

jalan gico dan saluran serta tim kebersihan kolam dan perawatan koleksi tanaman

air. Sistem ini memberikan kelebihan yaitu koleksi yang terserang hama dan

penyakit cenderung menurun, kebersihan kolam lebih terawat dan koleksi

tanaman air tertata dengan baik dan lebih sehat. Akan tetapi, sistem ini juga

memberikan kerugian yaitu kerapihan kebun tidak lebih baik dari sebelumnya,

jalan-jalan gicok dan saluran drainase tidak lebih bersih, sampah plastik dan

sampah lainnya berupa bawaan pengunjung tidak tertangani dengan baik.

Kurangnya petugas kebersihan di bagian pengangkutan sampah dan teknisi yang

ditugaskan untuk bertanggung jawab pada setiap vak dan lingkungan

menyebabkan kebersihan sampah bawaan pengunjung tidak bersih dengan tuntas.

6.1.1.2 Identifikasi Lingkungan Eksternal PKT Kebun Raya Bogor

Identifikasi lingkungan eksternal diperoleh melalui wawancara dengan

pihak PKT Kebun Raya Bogor yaitu Kepala Bidang Konservasi Ex-situ, Kepala

Bagian Tata Usaha, Koordinator Jabatan Fungsional dan pihak Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan kota Bogor yaitu Kepala Bidang Pariwisata. Berdasarkan hasil

identifikasi faktor-faktor eksternal PKT Kebun Raya Bogor diperoleh peluang dan

ancaman sebagai berikut :

50

Peluang (Opportunities)

1. Peningkatan jumlah wisatawan di masa yang akan datang

Menurut data dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, trend

pariwisata tahun 2020 diperkirakan untuk perjalanan wisata dunia akan mencapai

1,6 milyar orang diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan

Asia-Pasifik dan 60 persen diantaranya akan melakukan kunjungan wisata alam.

Kondisi ini memberikan peluang bagi industri pariwisata di Indonesia khususnya

Kebun Raya Bogor dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan khususnya

wisatawan mancanegara.

2. Trend kunjungan wisatawan lebih memilih destinasi objek wisata alam

Menurut Fandeli (2002) bahwa terjadi pergeseran konsep pariwisata dunia

kepada pariwisata minat khusus atau yang dikenal ekowisata, dimana saat ini ada

kecenderungan semakin banyak wisatawan yang mengunjungi objek berbasis

alam dan budaya penduduk lokal. Hal ini merupakan peluang besar bagi negara

Indonesia khususnya Kebun Raya Bogor yang memiliki panorama arsitektur

lanskap yang bernuansa alami. Wisatawan cenderung beralih kepada alam

dibandingkan pola-pola wisata buatan yang mereka rasakan telah jenuh dan

kurang menantang. Hal ini terlihat dari banyaknya objek daya tarik wisata yang

berbasis alam.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh PATA (Pacific Asia Travel

Association) dan VISA (Visa International Asia Pacific) bahwa wisatawan

bersedia membayar lebih (10 persen hingga 50 persen) untuk liburan yang erat

kaitannya dengan budaya dan lingkungan. Meningkatnya pengetahuan dan

kepedulian terhadap lingkungan mendorong wisatawan dalam merencanakan

liburan lebih memilih pariwisata yang peduli terhadap lingkungan. Hal ini

merupakan peluang besar bagi KRB yang memiliki misi melestarikan tumbuhan

tropika.

3. Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme

Pada tahun 2006 terjadi peristiwa Bom Bali II yang mengakibatkan jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami penurunan drastis

menjadi 4,9 juta jiwa. Aksi teror bom yang kembali terjadi beberapa waktu lalu

berpotensi menyebabkan stagnasi. Selain terorisme, fenomena bencana alam dan

51

perubahan iklim yang juga tidak dapat diperkirakan dapat mempengaruhi jumlah

wisatawan.

Pada tahun 2004-2006 terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara ke Kebun Raya Bogor yaitu dari 13.913 orang menjadi 12.408 orang

(Tabel 7). Akan tetapi, bagi pihak KRB merupakan peluang untuk meningkatkan

kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan

jumlah kunjungan wisatawan ke KRB lebih banyak wisatawan domestik.

Tabel 7. Jumlah Wisatawan Kebun Raya Bogor Tahun 2004-2006

Tahun Wisatawan Mancanegara (Orang) Wisatawan Domestik (Orang) 2004 13.913 856.7542005 13.209 879.7652006 12.408 842.772

Sumber: Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor

4. Kawasan konservasi bakal menjadi objek wisata unggulan

Jero Wacik sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan

bahwa pengelolaan kawasan konservasi menjadi objek wisata, merupakan bagian

yang dianggap penting dalam meningkatkan devisa negara melalui kunjungan

wisatawan asing. Oleh karena itu, sejumlah kawasan konservasi di berbagai

daerah, termasuk di Bogor memiliki potensi untuk dijadikan ekowisata. Untuk

merealisasikan hal tersebut, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata

Alam, Ditjen PHKA, Departemen Kehutanan serta Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor bekerja sama mengadakan seminar dan lokakarya dengan

mengambil tema “Promosi Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi”. Pada

seminar tersebut akan dilaksanakan pula penandatanganan Memorandum of

Understanding (MoU) oleh Menteri Kehutanan dengan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata tentang percepatan promosi pariwisata alam di kawasan konservasi.

Kawasan konservasi diminati oleh wisatawan asing, sehingga pemerintah

menjadikan sektor konservasi hutan sebagai objek wisata yang dapat

meningkatkan devisa negara melalui kunjungan wisata. Hal ini merupakan

peluang bagi Kebun Raya Bogor sebagai kawasan konservasi untuk meningkatkan

potensi wisatanya dalam menarik wisatawan domestik dan wisatawan

mancanegara ke KRB.

52

Ancaman (Threats)

5. Sampah pengunjung

Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata yang memiliki panorama

arsitektur lanskap yang indah dan bernuansa alami. Akan tetapi, sampah dari

pengunjung yang berserakan berupa botol minuman, plastik, kotak makan dan

lain-lain mengakibatkan gangguan terhadap ekosistem tumbuhan yang ada di

KRB dan panorama arsitektur lanskap menjadi tidak indah. Kebun Raya Bogor

sudah menyediakan banyak tempat sampah di setiap lingkungannya, namun masih

terlihat sampah yang berserakan di lingkungan KRB. Kurangnya kesadaran

pengunjung dalam membuang sampah pada tempatnya dan kurangnya kepedulian

pengunjung dalam melestarikan lingkungan berpotensi merusak kelestarian

ekosistem tumbuhan yang terdapat di KRB.

6. Terbatasnya alokasi anggaran KRB

PKT Kebun Raya Bogor dalam menjalankan kegiatannya mengandalkan

pendanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), berupa DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Akan tetapi, pada

tahun 2008 DIPA PKT Kebun Raya Bogor mengalami pemotongan anggaran

sebesar 17,5 persen dari Rp 21.319.170.000,- menjadi Rp 17.598.610.000,-. DIPA

tahun 2008 PKT Kebun Raya Bogor terbagi dalam empat program atau kegiatan

yaitu :

1. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan

2. Peningkatan Jasa Pelayanan Litbang Iptek (PNBP)

3. Penelitian dan Pengembangan Iptek

4. Pelaksanaan Riset Tematis

Terbatasnya alokasi anggaran mengakibatkan Kebun Raya Bogor

mengurangi penelitian lapangan untuk mempertahankan anggaran pemeliharaan

kebun raya. Pada Tahun 2008, KRB seharusnya mengirim lima orang peneliti

akan tetapi terbatasnya anggaran mengakibatkan KRB hanya mengirim dua orang

peneliti saja untuk melakukan penelitian lapangan. Hal ini mengakibatkan

penelitian lapangan menjadi tidak optimal dalam melestarikan tumbuhan dan

lingkungan yang alami di KRB. Terbatasnya anggaran juga menyebabkan sarana

53

dan prasarana wisata yang ada di KRB menjadi kurang memadai bagi para

wisatawan.

7. Kerusakan hutan akibat eksploitasi yang berlebihan

Kerusakan hutan akibat eksploitasi yang berlebihan seperti illegal logging,

kebakaran hutan dan pembabatan hutan menyebabkan terancamnya spesies

tumbuhan dari kepunahan. Kebun Raya Bogor melakukan penambahan koleksi

melalui eksplorasi ke hutan-hutan yang ada di Indonesia, akan tetapi adanya

eksploitasi yang berlebihan menghambat KRB dalam melakukan penambahan

koleksi, sehingga KRB harus segera melakukan konservasi mengingat

terancamnya spesies tumbuhan. Spesies tumbuhan yang terancam punah adalah

Nepenthacea, Cyateaceae, Orchidaceae, Arecaceae.

8. Adanya gangguan potensi tumbuhan tropika akibat bencana alam dan perubahan iklim

Perubahan iklim di Indonesia menjadi salah satu faktor yang mengganggu

kelestarian tumbuhan di PKT Kebun Raya Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi

pohon koleksi yang ada di KRB sudah tua. Perubahan iklim tersebut adalah

musim kering yang berkepanjangan dan tidak bisa diprediksikan lagi. Pada bulan

juni 2006 ratusan pohon koleksi KRB tumbang beberapa diantaranya termasuk

koleksi langka yang diakibatkan oleh terjangan angin puting beliung. Beberapa

sarana dan prasarana yang ada di KRB pun mengalami kerusakan.

6.1.2 Tahap Pencocokan

Tahap pencocokan merupakan tahap untuk merumuskan strategi

berdasarkan hasil analisis dan identifikasi akan kondisi lingkungan internal dan

eksternal Kebun Raya Bogor yang telah terkumpul. Pada tahap pencocokan,

model yang akan digunakan dalam perumusan strategi adalah matriks SWOT

(Strength-Weakness-Opportunities-Threat).

6.1.2.1 Analisis SWOT

Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal Kebun Raya Bogor yaitu

berupa rumusan kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities) dan ancaman (threats). Keempat rumusan tersebut selanjutnya

dapat diformulasikan menjadi alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh KRB.

54

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada KRB, dapat diperoleh tujuh

alternatif strategi yang terdiri dari dua alternatif strategi SO (Strengths-

Opportunities), dua alternatif strategi ST (Strengths-Threats), dua alternatif

strategi WO (Weaknesses-Opportunities) dan satu alternatif strategi WT

(Weaknesses-Threats). Hasil dari analisis matriks SWOT, dapat dilihat pada

Tabel 8.

Strategi S-O (Strength-Opportunity)

Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan Kebun Raya

Bogor untuk memanfaatkan peluang yang dimiliki. Alternatif strategi yang dapat

dilakukan pada strategi S-O yaitu:

1. Memperkuat aksesbilitas lintas kabupaten atau kota Bogor dengan

mengembangkan linkage wisata. Dalam mengembangkan linkage wisata,

Kebun Raya Bogor melakukan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata

(BPW) agar wisatawan khususnya wisatawan mancanegara yang datang dapat

berkunjung ke KRB. Hal ini dilakukan agar jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara yang berkunjung ke KRB mengalami peningkatan. Strategi ini

didukung oleh KRB yang memiliki kekuatan yaitu aksesbilitas tinggi dari

jabodetabek, menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, pemkot Bogor dan

masyarakat sekitar. Adapun peluang yang dimiliki oleh KRB yang dapat

mendukung strategi ini adalah peningkatan jumlah wisatawan di masa yang

akan datang, trend kunjungan wisatawan saat ini lebih memilih destinasi

objek wisata alam dan kawasan konservasi akan menjadi objek wisata

unggulan.

2. Mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di Kebun Raya

Bogor. Dalam hal ini KRB dapat menyusun paket program wisata baru

seperti gardens tour (paket wisata yang mengunjungi beberapa objek dan

daya tarik wisata menjadi satu kesatuan perjalanan wisata singkat), save our

plants (paket wisata yang ingin menyelamatkan tumbuhan). Hal ini perlu

dilakukan untuk mempertahankan wisatawan dan memperoleh wisatawan

baru.

3. Menambah objek wisata baru. Kebun Raya Bogor sebagai pusat konservasi

tumbuhan ex-situ mempunyai tujuan salah satunya adalah mengkonservasi

55

Strategi W-O (Weakness-Opportunity)

Strategi W-O adalah strategi yang meminimalkan kelemahan Kebun Raya

Bogor dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Ada beberapa alternatif

strategi yang dapat dilakukan pada strategi W-O yaitu:

4. Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di Kebun Raya Bogor. Sarana

dan prasarana di KRB yang mengalami kerusakan dan tidak memadai seperti

jalan gicok, toilet, Laboratorium Treub dan tempat duduk harus segera

diperbaiki. Toilet KRB sebaiknya menggunakan bio-toilet dengan konstruksi

mobil yang telah diciptakan oleh LIPI – FISIKA sehingga memudahkan

pengunjung untuk MCK (Mandi Cuci Kakus).

5. Melakukan kerjasama pendidikan dan keterampilan dengan penyelenggara

atau institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan. Hal ini perlu

dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam hal kepariwisataan,

sehingga pelayanan terhadap pengunjung khususnya wisatawan domestik

menjadi optimal dan pengunjung merasa puas dalam berwisata di KRB.

Kebun Raya Bogor mengundang Dinas Pariwisata atau Sekolah Tinggi Ilmu

Pariwisata untuk mengadakan lokakarya dan pelatihan mengenai hospitality,

pembagian tugas yang jelas dalam bidang wisata dan lain-lain, sehingga dapat

meningkatkan kualitas karyawan KRB dalam hal kepariwisataan.

6. Melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efektif dan efisien

mengenai objek wisata yang ada di KRB. Dalam hal ini KRB melakukan riset

pemasaran untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga produk dan

jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan wisatawan. Kebun Raya Bogor

juga perlu melakukan promosi secara gencar melalui media iklan televisi,

koran atau majalah dan ikut serta dalam kegiatan promosi di bursa pariwisata

internasional seperti PATA (Pasific Asia Travel Association), WTM (World

Travel Market), ITB (Internationale Tourismus Borse) dan ATF (Asean

56

Travel Forum). Hal ini dilakukan untuk membentuk kepuasan dan loyalitas

wisatawan serta memperoleh wisatawan baru.

Strategi S-T (Strenght-Threat)

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari

atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman. Ada beberapa alternatif yang

dapat dilakukan pada strategi S-T yaitu:

7. Melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk

mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat. Hal ini perlu

dilakukan mengingat banyaknya kerusakan hutan akibat eksploitasi yang

berlebihan, sehingga fungsi dan tujuan Kebun Raya Bogor dapat terlaksana

dengan baik.

8. Memasang alat pendeteksi perubahan iklim. KRB mengajukan dana kepada

pemerintah atau pemerintah kota Bogor untuk pemasangan alat Automatic

Weather Station (AWS). Alat tersebut dapat mengantisipasi dampak

perubahan iklim yang dapat mengganggu kelestarian tumbuhan dan

kenyamanan pengunjung di KRB.

9. Mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu

membersihkan KRB sekaligus membantu menambah penghasilan pemulung.

Dalam hal ini Kebun Raya Bogor mengizinkan pemulung untuk masuk ke

KRB pada hari-hari tertentu (dilakukan seminggu dua kali pada sore hari) dan

mengkoordinir pemulung tersebut untuk membersihkan sampah yang berupa

bawaan dari pengunjung seperti plastik, botol minuman, kotak makan dan

lain-lain.

Strategi W-T (Weakness-Threat)

Strategi W-T adalah strategi dimana Kebun Raya Bogor dapat

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Salah satu alternatif strategi

yang dapat dilakukan pada strategi W-T yaitu:

10. Menambah atau mencari alternatif pendanaan lain. Hal ini perlu dilakukan

mengingat terbatasnya dana yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan yang

dilakukan KRB. Kebun Raya Bogor mengajukan proposal kepada para

pengusaha agar dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki

perusahaan dapat diberikan kepada KRB yang berperan dalam melestarikan

lingkungan dan sebagai paru-paru dunia. Dana CSR ini misalnya digunakan

untuk penanaman dan reintroduksi tumbuhan dan juga dapat dialokasikan

untuk memasarkan hasil olahan sampah yang berupa pupuk bioposka ke

masyarakat umum.

11. Melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan. Dalam hal ini

KRB bekerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan untuk mengatasi

dampak kerugian dari sistem kebersihan yang telah dilakukan sehingga sistem

pengelolaan kebersihan KRB dapat optimal.

Tabel 8. Hasil Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan (S) 1. Pusat Konservasi Tumbuhan

ex-situ 2. Panorama arsitektur lanskap yang

bernuansa alami 3. KRB memiliki aksesbilitas tinggi

dari jabodetabek dan kota besar (pasar potensial)

4. Membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan perkebunrayaan

5. Menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor dan masyarakat sekitar

6. 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam dikebun

7. Memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan pengetahuan

Kelemahan (W) 1. Kurangnya SDM yang handal

dalam memberikan informasi tentang objek wisata di KRB

2. Beberapa sarana dan prasarana yang kurang baik

3. Belum melakukan pemasaran dan promosi dengan efektif dan efisien

4. Kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang pariwisata

5. Sistem kebersihan KRB kurang baik

Peluang (O) 1. Peningkatan jumlah wisatawan

di masa yang akan datang 2. Trend kunjungan wisatawan saat ini

lebih memilih destinasi objek wisata alam

3. Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme

4. Kawasan konservasi akan menjadi objek wisata unggulan

Strategi S-O 1. Memperkuat aksesbilitas lintas

kabupaten/kota Bogor dengan mengembangkan linkage wisata (S3,S5,O1,O2,O3,O4)

2. Mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di KRB (S2,S7,O1,O2,O3,O4)

3. Menambah objek wisata baru (S1,S6,O1,O2,O3,O4)

Strategi W-O 4. Meningkatkan sarana dan

prasarana yang ada di KRB (W2,O1,O2,O4) 5. Melakukan kerjasama

pendidikan dan keterampilan dengan penyelenggara atau institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan

(W1,W4,O1,O2,O4) 6. Melakukan pemasaran dan

promosi secara inovatif, efektif dan efisien mengenai objek wisata yang ada di KRB (W1,W3,W4,O1,O2,O3,O4)

Ancaman (T) 1. Sampah pengunjung 2. Terbatasnya alokasi anggaran KRB 3. Kerusakan hutan akibat eksploitasi

yang berlebihan 4. Adanya gangguan potensi tumbuhan

tropika akibat bencana alam dan perubahan iklim

Strategi S-T 7. Melakukan kerjasama dengan

pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat (S1,S4,T3)

8. Memasang alat pendeteksi perubahan iklim (S5,T4)

9. Mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu membersihkan KRB sekaligus membantu untuk menambah penghasilan pemulung

(S5,T1)

Strategi W-T 10. Menambah atau mencari

alternatif pendanaan lain (W2,T2)

11. Melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan

(W5,T1)

57