vertisol kelompok

18
TUGAS PENGELOLAAN TANAH BERLANJUT “Permasalahan Pengelolaan Tanah Vertisol pada Tanaman Jagung (Zea mays)” Studi kasus: Desa Isimu Utara, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo Oleh : Kelas : D Fahmia Maratus Tsanie (0810483059) Frita Agnesia (0810483061) Frizal Amy O. (0810483062) Galang Bumi P. (0810483063) Gepy Misatri Putra (0810483064) Kurniawan Robby Y. (0810483067) Maulana Zulkarnain (0810483068) Novinda Pratiwi (0810483070) Putri Istianingrum (0810483072) Putrie Rahayu (0810483073)

Upload: putri-utie-rahayu

Post on 30-Jun-2015

731 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: vertisol kelompok

TUGAS

PENGELOLAAN TANAH BERLANJUT

“Permasalahan Pengelolaan Tanah Vertisol pada Tanaman Jagung (Zea mays)”Studi kasus: Desa Isimu Utara, Kecamatan Tibawa,

Kabupaten Gorontalo

Oleh :

Kelas : D

Fahmia Maratus Tsanie (0810483059)

Frita Agnesia (0810483061)

Frizal Amy O. (0810483062)

Galang Bumi P. (0810483063)

Gepy Misatri Putra (0810483064)

Kurniawan Robby Y. (0810483067)

Maulana Zulkarnain (0810483068)

Novinda Pratiwi (0810483070)

Putri Istianingrum (0810483072)

Putrie Rahayu (0810483073)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010

Page 2: vertisol kelompok

Permasalahan Pengelolaan Tanah Vertisol pada Tanaman Jagung (Zea mays)

Studi kasus: Desa Isimu Utara, Kecamatan Tibawa,

Kabupaten Gorontalo

1. Sifat Fisik Khas Tanah Vertisol

Tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian dan media tumbuh

tanaman. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis. Adapun

karakteristik yang dimiliki oleh tanah vertisol, antara lain:

- Jenis tanah yang berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman,

- Bertekstur liat liat dengan kandungan fraksi liat tinggi 30% pada horizon permukaan

sampai kedalaman 50 cm dan didominasi jenis lempung montmorillonit.

- Mempunyai slinckenside, dan rekahan yang secara periodik dapat membuka dan

menutup.

- Reaksi tanah agak masam sampai alkalis.

- Kandungan bahan organik lapisan atas kurang sampai sedang, tetapi di lapisan

bawahnya sangat rendah, potensi kesuburan alami tanah vertisol tinggi sampai sangat

tinggi.

- Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau tebal, yaitu antara

100-200 cm.

- Sifat fisik tanah mengembang pada musim kemarau dan mengkerut pada musim

hujan.

Jika kering tanah mengembang sehingga tanah pecah-pecah dan keras.

Pengembangan tanah menyebabkan tanah mudah terdispersi dan pori-pori tanah

tersumbat, sehingga permeabilitas tanahnya menjadi rendah. Jika basah mengkerut

dan lengket. Pengerutan tanah membentuk retakan-retakan lebar dan dalam, yang

dapat menimbulkan masalah seperti retaknya dinding bangunan-bangunan, sarana

keperluan pertanian, ataupun jalan-jalan yang dibuat di atasnya. Bagi tanaman,

pengerutan tanah dapat menghambat pertumbuhan akar, bahkan memutuskannya.

- Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi.

- Nilai pH antara 6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP

yang tinggi.

Page 3: vertisol kelompok

Gambar 1. Tanah vertisol

Faktor dominan yang mempengaruhi pembentukan tanah ini adalah iklim

utamanya iklim kering dan batuan tanah yang kaya terhadap kation. Van Vambekke

(1992) menyatakan bahwa pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses, yaitu

terakumulasinya mineral liat 2 : 1 dan proses mengembang dan mengkerut yang terjadi

secara periodik, sehingga membentuk slinckenside atau relief mikro gilgai. Lebih lanjut

dikatannya bahwa ketika basah tanah menjadi sangat lekat dan plastis, tetapi kedap air.

Namun, saat kering tanah menjadi sangat keras dan masif, atau membentuk pola prisma

yang terpisahkan oleh rekahan.

Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengruh tidak

cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH

yang tinggi, pada daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai dengan pH yang

rendah. Dalam menilai potensi vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa

hubungan pH dengan Al teraktraksi berbeda dengan ordo lainya. pH dapat tukar

nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH vertisol masam dibanding

dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainya. Perbedaan tersebut akan mempunyai

implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas –batas antar

kelompok masam dan tidak masam berkisar pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air. (Lopulisa,

2004)

Page 4: vertisol kelompok

2. Crop Reqiurement (Syarat Tumbuh) Tanaman Jagung

Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik sawah tadah hujan maupun

sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800

m di atas permukaan laut.

1) Tanah

Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung

memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada

berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi

pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan

tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung

dengan baik.

Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat

diantara barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah

sekittir 5,5 – 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami

jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud

untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar.

2) Iklim

Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar

matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman

jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-

Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan

berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.

dan kelembaban yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah 80%.

3) Karakteristik/kualitas lahan

Karakteristik/kualitas lahan yang digunakan untuk penggunaan lahan

tanaman jagung meliputi; kapasitas air tersedia, kerapatan lindak, pH, kedalaman

tanah, kandungan N, P, K dan bahan organik. Deskripsi model parameter adalah

sebagai berikut:

Kapasitas air tersedia juga kadangkala diistilahkan kapasitas tanah memegang

air, didefinisikan sebagai volume air yang ditahan tanah antara kapasitas lapang dan

titik layu permanen. Kapasitas air tanah yang ideal untuk tanaman jagung adalah 25

– 60%.

Kerapatan lindak/densitas yang ideal untuk lapisan atas adalah 1,25 g/cm3

atau kurang. Erosi dan berkurangnya kandungan bahan organik meningkatkan

Page 5: vertisol kelompok

densitas lapisan atas tanah. Densitas (kerapatan lindak) yang ideal untuk lapisan

bawah tanah adalah 1,4 g/cm3 atau kurang. Perakaran jagung sulit melakukan

penetrasi pada tanah jika densitas melebihi 1,65 g/cm3.

Tingkat kemasaman tanah yang baik untuk tanaman jagung adalah pada pH

6,8. Kemasaman tanah erat kaitannya dengan hubungannya dengan ketersediaan

unsur-unsur hara tanaman.

Perakaran berkembang dari lapisan atas tanah kedalam lapisan bawah tanah

untuk mencari unsur hara. Karakteristik lapisan bawah tanah seperti pasir kasar,

lapisan tanah dangkal, tingginya densitas tanah, dan kandungan liat melebihi 42

persen dapat membatasi perpanjangan dan perkembangan akar. Dengan demikian,

kedalaman perakaran berpengaruh langsung ke produksi.

3. Faktor Pembatas (FP)

Masalah utama pengelolaan tanah Vertisol lebih dominan pada sifat-sifat fisik

dibanding sifat kimia tanah.

Permasalahan sifat fisik yang menjadi faktor pembatas ialah:

sifat fisik tanah berupa tekstur liat yang berat

sifat mengembang dan mengkerut

kecepatan infiltrasi yang rendah dan drainase air yang lambat.

Kandungan hara N, K dan C-Organik yang tersedia rendah.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Hardjowigeno (1993) yang menyatakan bahwa

adanya kandungan mineral liat mudah mengembang dan mengkerut yang tinggi menjadi

masalah utama pengelolaan tanah ini, terutama dalam pengelolaan kesuburan tanah.

Dengan adanya hal ini, maka sifat fisik tanah berupa tekstur liat yang berat,

mengembang dan mengkerut yang tinggi merupakan faktor pembatas.

Pengelolaan kesuburan tanah harus diperhatikan agar tanah dapat menyokong

pertumbuhan dan produksi tanaman yang tinggi dalam jangka waktu yang lama.

Selanjutnya, Raihan (2000) menyatakan bahwa tanaman yang dibudidayakan saat ini

umumnya membutuhkan unsur hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah relatif banyak,

sehingga hampir dapat dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu

memberikan hasil seperti yang diharapkan.

4. Hubungan timbal balik Tanaman Jagung dan tanah vertisol

Berdasarkan syarat tumbuh tanaman jagung atau crop requirement (CP) dengan sifat ciri

khas tanah vertisol maka ditemukan masalah-masalah pada tanah yang menjadi faktor

Page 6: vertisol kelompok

pembatas. Faktor pembatas tersebut menjadi masalah utama hubunganya dengan kondisi

tanaman jagung.

Peran Tanah vertisol sebagi media tumbuh

Penyedia air

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses

pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara

larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak

hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara

dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam

terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas.

Penyedia Unsur Hara

Peran tanah verisol sebagai penyedia unsur hara masih rendah sebab tanah

vertisol memiliki kandungan N rendah, P cukup tinggi, dan K rendah serta tanah

vertisol memiliki kandungan C-organik juga rendah dengan kandungan basa-basa

dapat ditukar termasuk rendah sampai sangat tinggi.

Penyedia Udara

Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah,

merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman

mati.

Penyedia Tunjangan Mekanik

Peran tanah vertisol sebagai penyedia tunjangan mekanik berhubungan

dengan sifat fisik tanah vertisol yaitu tanah vertisol mudah mengembang jika kering

sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Pengembangan tanah menyebabkan tanah

mudah terdispersi dan pori-pori tanah tersumbat, sehingga permeabilitas tanahnya

menjadi rendah. Hal ini menyebabkan perakaran tanaman jagung sulit menembus

tanah.

Pengaruh tanah vertisol terhadap tanaman jagung

Faktor pembatas yang secara langsung dapat menghambat pertumbuhan jagung

adalah pada sifat-sifat fisik tanah. Buruknya sifat-sifat fisik tanah antara lain dapat

disebabkan: secara genetik dan akibat erosi. Struktur tanah berkaitan erat dengan tekstur

tanah dimana bila tekstur tanah pasir maka struktur tanah lepas dan sebaliknya pada

tekstur tanah liat maka struktur tanah menjadi masif. Kedua macam struktur tanah

Page 7: vertisol kelompok

tersebut kurang kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman

jagung dapat terhambat, sehingga dapat menurunkan hasil produksi tanaman jagung.

5. Tindakan pengelolaan ideal

Vertisol merupakan tanah yang mengandung sebagian besar liat tipe 2:1

(monmorilonit), dimana dapat mengembang bila basah dan mengkerut bila kering.

Dalam keadaan kering, tanah menjadi retak – retak, merekah cukup lebar dan dalam.

Tanah ini bermasalah karena kandungan K tersedia yang rendah karena sebagian

terfiksasi pada mineral liat. Untuk meningkatkan ketersediaan K pada tanah ini perlu

dilakukan beberapa tindakan seperti pemberian pupuk K. tetapi pemberian pupuk K

menjadi tidak efisien karena sebagian akan difiksasi oleh mineral liat sehingga

ketersediannya tidak seperti yang diharapkan. Agar pemberian pupuk K efisien perlu

diberikan bersama dengan pupuk ammonium (NH4). memperbanyak bahan organik

seperti kompos dan pupuk kandang, karena benda-benda ini akan bersifat sebagai

buffer/penyangga yang berfungsi mengurangi daya mengembang atau mengkerut tanah.

Penyusutan tanah terjadi karena adanya penurunan kadar air akibat evaporasi

pada musim kering dan pengembangan terjadi karena adanya penambahan kadar air

akibat musim hujan. Peristiwa itu akan berlangsung sepanjang tahun seiring dengan

adanya perubahan musim. Untuk menanggulangi peristiwa kembang susut tersebut dapat

dilakukan dengan mengubah gradasi butir tanah atau menjaga kadar air dalam tanah

tidak mengalami perubahan.

Pengelolaan Air

Kegagalan kegagalan yang diakibatkan oleh penyimpangan hujan mengharuskan

kita untuk dapat mengelola air secara baik, agar semua tanaman yang diusahakan dapat

kecukupan air. Salah satu cara untuk memanen hujan yang efisien adalah melalui

konservasi air dengan cara memanfaatkan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah

dengan optimal. Menurut Agus et al. (2005) ada dua pendekatan yang dapat ditempuh

untuk mengefisienkan penggunaan air hujan yaitu melalui pemilihan tanaman yang

sesuai dengan keadaan iklim dan melalui teknik konservasi air seperti penggunaan

mulsa, gulud, dan teknik olah tanah.

- Penggunaan Mulsa: Kebiasaan ini sangat menguntungkan karena sesuai dengan

prinsip pengelolaan air. Mulsa jerami yang ada di permukaan tanah mempunyai

Page 8: vertisol kelompok

manfaat mempertahankan kelancaran aerasi tanah sehingga kebutuhan tanaman

terhadap oksigen tidak terganggu.

- Bedengan/Guludan: Parit dimaksudkan untuk drainase (patusan) agar tanaman

kedelai dan kapas tidak tergenang. Bedengan dimaksudkan untuk menahan air aliran

permukaan, sehingga memberikan peluang infiltrasi lebih besar. Air yang terinfiltrasi

meningkatkan cadangan air pada profil tanah dan air tersebut dapat digunakan oleh

tanaman untuk proses transpirasi, fotosintesis, dan respirasi.

- Teknik Tanpa Olah Tanah: Tanam palawija yang dilakukan dilakukan tanpa

pengolahan tanah dan cara semacam ini merupakan tindakan konservasi air yang

dapat dilanjutkan, karena sesuai dengan teknik pengelolaan air yang benar. Tanpa

olah tanah yang disertai dengan tambahan mulsa bekas tanaman sebelumnya akan

memperkaya bahan organik tanah sekaligus memperkecil evaporasi sehingga air

dapat dimanfaatkan secara maksimal. Fungsi bahan organik juga dapat memperbaiki

agregat tanah, menghalangi penyumbatan pori tanah, sehingga infiltrasi air tetap

baik.

Tindakan pengelolaan ideal dan cara alternatif untuk memanipulasi sifat-sifat

Vertisol yang tidak dikehendaki yaitu dengan penambahan Polimer Hidroksi Aluminium

(PHA) ke dalam tanah. Menurut Bamhisel dan Bertsch (1989), ion Aluminium akan

diikat lebih kuat oleh liat yang dapat mengembang daripada ion lainnya dan jumlahnya

di dalam tanah relatif lebih banyak serta PHA mempunyai struktur berupa lempengan

sehingga dapat menjadi agen penyemen yang sangat baik. Dengan menggunakan mineral

liat montmorillonit, diketahui bahwa PHA mampu mengurangi dan bahkan

menghilangkan daya mengembang dan mengerut mineral liat tersebut (Keren, 1980;

Hsu, 1989) Perlakuan penambahan PHA berpengaruh positif terhadap beberapa sifat

fisik tanah yang ditunjukkan oleh menurunnya secara nyata bobot isi tanah, cenderung

menurunnya nilai COLE, cenderung meningkatnya stabilitas agregat dan meningkatnya

dengan sangat nyata permeabilitas tanah. Namun demikian, perlakuan PHA cenderung

menurunkan kadar air tersedia. Selain itu, tanah jenis vertisol yang akan digunakan

sebagai lahan pertanian akan memberikan banyak masalah terutama kesuburan yang

cenderung rendah, maka solusinya adalah memperbanyak bahan organik seperti kompos

dan pupuk kandang, karena benda-benda ini akan bersifat sebagai buffer/penyangga

yang berfungsi mengurangi daya mengembang atau mengkerut tanah. Pengembangan

Page 9: vertisol kelompok

(swelling) dan (shrinkage) pada tanah lempung pada prinsipnya adalah peristiwa

perubahan volume.

6. Tindakan Pengelolaan Rill

Dalam pengelolaan tanah vertisol, harus mengedepankan konsep pengelolaan lahan

berkesinambungan yang disenergikan dengan efisiensi pemakaian air, peningkatan

kualitas fisik, kimiawi, dan biologis tanah.

Dengan melakukan pemupukan kimia ataupun organik secara bertahap dapat

memperbaiki kualitas tanah, menambah jumlah dan ruang pori tanah sehingga infiltrasi

tanah menjadi lebih baik. Selain itu dengan menggunakan tanaman penambah unsur

hara, misalnya menggunakan:

- Tumpang sari tanaman jagung dengan tanaman legum yang dapat meningkatkan

aktivitas mikroba dalam tanah.

- Mengkombinasikan dengan tanaman yang memiliki perakaran yang kuat misalnya

lamtoro dapat meningkatkan porositas tanah.

7. Penyelesaian Satu Masalah dengan berbagai macam Tindakan

Vertisol memiliki potensi untuk dimanfaatkan untuk pertanian secara lebih

intensif. Tanah ini memiliki pH yang tinggi, kapasitas tukar kation dan persentase

kejenuhan basa yang tinggi, namun memiliki daya fiksasi yang tinggi terhadap kalium

yang menyebabkan pemborosan dalam pemupukan. Meskipun vertisol tergolong subur,

retakan yang hebat dan konsistensi tanah sangat keras pada musim kemarau, konsistensi

tanah sangat lekat pada saat musim hujan, dan fiksasi kalium yang tinggi merupakan

kendala-kendala yang cukup serius bila tanah ini dimanfaatkan untuk keperluan

pertanian.

Buruknya sifat-sifat fisik tanah antara lain dapat disebabkan: secara genetik,

akibat aktivitas manusia, dan akibat erosi. Struktur tanah berkaitan erat dengan tekstur

tanah dimana bila tekstur tanah pasir maka struktur tanah lepas dan sebaliknya pada

tekstur tanah liat maka struktur tanah menjadi masif. Kedua macam struktur tanah

tersebut kurang kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Aktivitas manusia juga dapat

menyebabkan struktur tanah menjadi rusak, misalnya penggunaan alat-alat mekanik di

lahan pertanian mengakibatkan tanah menjadi padat sehingga aerasi buruk dan

ketahanan penetrasi meningkat. Demikian pula erosi dapat menyebabkan rusaknya sifat-

sifat fisik tanah karena lapisan atas tanah (topsoil) hilang dan lapisan subsoil muncul di

Page 10: vertisol kelompok

permukaan. Kerusakan sifat fisik tanah akibat erosi tercermin antara lain pada

menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya

kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, dan berkurangnya kemantapan struktur tanah.

Buruknya sifat-sifat fisik tanah menyebabkan produktivitas tanah turun drastik

bahkan fungsi tanah sebagai penyangga hidup tanaman hilang sehingga menghasilkan

lahan-lahan kritis. Dengan demikian maka upaya untuk meningkatan produktivitas tanah

dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sifat-sifat fisik tanah tersebut menjadi

kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan

dengan cara: (1) penggunaan mulsa sisa tanaman, (2) penggunaan bahan organik, dan (3)

olah tanah konservasi.

Perbaikan Sifat Fisik Tanah

1) Mulsa

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa dari sisa

tanaman, cover crop, dan tanaman pagar pada alley cropping dapat memperbaiki

sifat fisik tanah seperti berat isi, pori aerasi, dan stabilitas agregat.

2) Penggunaan bahan organik

Penggunaan bahan organik biasanya dilakukan berurutan dengan teknik

mulsa karena bahan organik yang digunakan untuk mulsa pada musim sebelumnya,

digunakan sebagai pupuk organik yang dibenamkan ke dalam tanah saat pengolahan.

Bahan organic baik yang berasal dari sisa tanaman (pupuk hijau) maupun dari

kotoran hewan (pupuk kandang) efektif dalam memperbaiki sifat fisik tanah.

penggunaan pupuk hijau dari system alley cropping, cover crop, dan sisa tanaman

yang dikombinasikan dengan pupuk kimia dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah,

yaitu menurunkan bobot isi, meningkatkan total ruang pori, dan meningkatkan pori

air tersedia.

3) Olah tanah konservasi

Olah tanah konservasi adalah pengolahan tanah seperlunya dengan tujuan

menciptakan kondisi tanah kondusif untuk pertumbuhan akar tapi di lain pihak

mengurangi kerusakan struktur tanah akibat pengolahan. Termasuk dalam kelompok

ini adalah olah tanah minimum (minimum tillage) dan tanpa olah tanah (zero tillage).

Olah tanah konservasi dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah menjadi lebih

menguntungkan pertumbuhan tanaman. Sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan

kadar air tanah dibandingkan dengan olah tanah konvensional (Dao, 1993).

Page 11: vertisol kelompok

Peningkatan ketersediaan air tanah pada sistem tanpa olah tanah berkaitan erat

dengan peranan mulsa dalam mengurangi evaporasi dan perbaikan distribusi ukuran

pori.

Perbaikan Sifat Kimia Tanah

1) Pengelolaan bahan organik

Bahan organik tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam

meningkatkan produktivitas tanah karena peranannya yang besar dalam

meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah. Bahan organik dapat

memperbaiki sifat fisik tanah (kemantapan agregat, retensi air, pori aerasi, dan lain-

lain); sifat kimia tanah (C-organik, kapasitas tukar kation, dan suplai hara); dan

biologi tanah (sumber energi dan penyusun tubuh mikroorganisme tanah). Telah

dikemukakan sebelumnya bahwa tanah-tanah di lahankering di Indonesia umumnya

mempunyai kadar bahan organik rendah sehingga tingkat kesuburan tanahnya juga

rendah.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan bahan organik dapat

memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah. Penggunaan Flemingia

congesta dalam pola alley cropping dan penggunaan mulsa sisa tanaman Mucuna sp

dan pupuk kandang mampu memperbaiki sifat-sifat kimia tanah (C-organik N P dan

K tanah) pada tanah Podsolik Merah Kuning (Tabel 15). Selain itu bahan organik

juga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan P mengurangi kebutuhan kapur serta

dapat mensuplai hara sehingga akhirnya dapat meningkatkan berbagai hasil tanaman

pangan

2) Pemupukan

Karena ketersediaan hara tanah rendah maka pemberian pupuk untuk

meningkatkan produktivitas lahan kering mutlak diperlukan. Selain itu efisiensi

pemupukan perlu mendapat perhatian terutama untuk pupuk N, P, dan K. Pemberian

pupuk ditujukan untukmeningkatkan ketersediaan hara tanah terutama hara-hara

yang kadarnya masih rendah, seperti hara N, P, K, dan Ca. aplikasi bahan organik

dan pemupukan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan meningkatkan hasil

tanaman.

3) Penambahan polimer hidroksi Aluminium (PHA) ke dalam tanah

Salah satu alternatif untuk memanipulasi sifat-sifat Vertisol yang tidak

dikehendaki yaitu dengan penambahan polimer hidroksi Aluminium (PHA) ke dalam

Page 12: vertisol kelompok

tanah. Menurut Bamhisel dan Bertsch (1989), ion Aluminium akan diikat lebih kuat

oleh liat yang dapat mengembang daripada ion lainnya dan jumlahnya di dalam tanah

relatif lebih banyak serta PHA mempunyai struktur berupa lempengan sehingga

dapat menjadi agen penyemen yang sangat baik (Gambar 1). Dengan menggunakan

mineral liat montmorillonit, diketahui bahwa PHA mampu mengurangi dan bahkan

menghilangkan daya mengembang dan mengerut mineral liat tersebut (Keren, 1980;

Hsu, 1989).

8. Pengelolaan yang dilaksanakan dilapangan

Pada Desa Isimu Utara, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, para petani

banyak menggunakan perlakuan dengan pemupukan untuk mengatasi masalah budidaya

tanaman jagung pada tanah vertisol.

Tanah Vertisols di Isimu Utara ini bertekstur liat berdebu, bersifat netral dengan

kandungan unsur hara rendah. Kandungan N rendah, P cukup tinggi, dan K rendah.

Kandungan C-organik juga rendah dengan kandungan basa-basa dapat ditukar termasuk

rendah sampai sangat tinggi. Kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB)

termasuk sangat tinggi. Sedangkan permeabilitas tanah tergolong agak lambat.

Perlakuan pemupukan menggunakan teknik uji kurang satu (minus one test).

Pupuk urea diberikan dua kali, yaitu pada saat tanam dan saat berumur 30 hari setelah

tanam (HST). Sedangkan pupuk TSP dan KCl hanya diberikan saat tanam saja (pupuk

dasar). Dengan demikian, pemupukan hara tersebut diharapkan para petani dapat

meningkatkan produktivitas lahan tersebut.