variasi dialek bojonegoro

Upload: linur-huda

Post on 13-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

tugas kuliah

TRANSCRIPT

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    1/15

    Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    VARIASI DIALEK BAHASA JAWA DI WILAYAH KABUPATEN NGAWI:KAJIAN DIALEKTOLOGI

    Ika Mamik Rahayu

    Variation of dialect in the language can be seen clearly in a research carried out indialectology. This research has the objective of the study to describe and expla

    in dialectvariation in the Javanese language that occurs at the interaction of people in thedistrict of Ngawi. It can be seen from phonological and lexical variation and thenpresented in the form of a dialect map. The method that is used in this researchisdescriptive qualitative, with SLBC and SLC technique which refers to the 250 basicvocabulary (lexicon). There are many variation of phonological and lexical thatrefer tothe Central Java dialect, although the Ngawi district is included in East Java province.

    Indonesian language is also found in the observation area. Thus, Indonesian languagehas been developed and used by community in the district of Ngawi.

    Keywords: dialect, phonology, lexicon

    Pendahuluan

    Bahasa Jawa merupakan bahasa yang hingga saat ini masih terus dipakai oleh sebagianmasyarakat sebagai sarana komunikasi. Wilayah pemakaian bahasa Jawa sangat luas,meliputi wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Cirebon, dan sebagainya.

    Luasnya wilayah pemakaian bahasa Jawa ini pada akhirnya memunculkan berbagaivarian yang berupa dialek bahasa Jawa, seperti dialek Yogya Solo (yang dianggapsebagai dialek bahasa Jawa Baku), dialek Surabaya, dialek Cirebon, dan dialekBanyumas.

    Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis termasuk wilayah propinsi Jawa Timuryang letaknya berada paling ujung barat dan berbatasan langsung dengan wilayah JawaTengah. Oleh karena itu, memungkinkan terjadinya kontak bahasa antar penutur bahasaJawa di wilayah Kabupaten Ngawi. Bahasa Jawa yang dipakai oleh masyarakatKabupaten Ngawi merupakan salah satu bentuk varian bahasa Jawa. Sejauh pengamatan

    peneliti, sampai saat ini penelitian yang mengkaji dialek bahasa Jawa yang dipakai olehmasyarakat Kabupaten Ngawi secara fonologis dan leksikal, serta membandingkandialek yang ada dengan dialek Jawa Timur belum pernah dilakukan. Mengingatperbedaan yang muncul dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, terutama yang berkaitandengan latar belakang sosial budaya masyarakat dan situasi kebahasaan di wilayahKabupaten Ngawi. Munculnya perubahan atau variasi bahasa dalam bahasa yangdilatarbelakangi oleh perubahan budaya penuturnya (Hymes, 1983: 67).

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    2/15

    Komunikasi antar pengguna bahasa yang berbeda ini sangat sering terjadi, meskipunmereka tinggal dalam satu wilayah yang sama, tetapi letaknya yang tidak berdekatandan saling berbatasan dengan wilayah lain di luar Kabupaten Ngawi memunculkanvariasi dialek bahasa Jawa. Perlu dipahami bahwa bahasa merupakan sesuatu yang tidakdapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harimanusia berkomunikasi satu sama lain, proses komunikasi ini sendiri menggunakanbahasa. Keberadaan sebuah bahasa dapat membantu masyarakat dalam segala aktifita

    s

    Skriptorium, Vol. 1, No. 2

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    3/15

    Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    yang dijalani. Kenyataan yang ada ini sangat menarik untuk dilakukan pengkajianlebihlanjut mengenai variasi dialek bahasa Jawa di wilayah Kabupaten Ngawi denganmelihat pada aspek fonologis dan leksikal serta pemetaan variasi dialek yang muncul.

    Penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut, (1) Mendeskripsikan danmenjelaskan bentuk variasi dialek bahasa Jawa yang muncul dalam interaksi

    masyarakat di wilayah Kabupaten Ngawi dilihat dari variasi fonologis dan leksikal; (2)Menganalisis dan menggambarkan pola pemetaan dialek di wilayah Kabupaten Ngawidengan melihat pada variasi fonologis dan leksikalnya. Penelitian ini merupakansebuahpenelitian yang mengkaji mengenai varasi dialek yang muncul di sebuah wilayah,dalam hal ini adalah di wilayah Kabupaten Ngawi. Istilah dialek sendiri berasaldaribahasa Yunani dialektosyang pada mulanya dipergunakan dalam hubungannyadengan keadaan bahasa Yunani pada waktu itu. Dialek merupakan variasi bahasa yangberbeda-beda menurut variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat

    tertentu atau oleh golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan, atau olehkelompok bahasawan yang hidup dalam kurun waktu tertentu (Kridalaksana, 1984: 38).

    Dialek-dialek bahasa pada kenyataannya memiliki beberapa tingkatan, seperti yangdijelaskan Guiraud dalam Aryatrohadi (1983:35), ada lima macam perbedaan atauvariasi yakni:

    a.Perbedaan fonetik, polimorfisme, atau alofonik: perbedaan ini berada di bidangfonologi. Biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidakmenyadari adanya perbedaan tersebut. Perbedaan fonetik itu dapat terjadi pada

    vokal maupun konsonan.b.Perbedaan semantik: perbedaan ini mengacu pada terciptanya kata-kata baruberdasarkan perubahan fonologi dan pergeseran bentuk.c.Perbedaan onomasiologis: mengacu pada penyebutan nama yang berbedaberdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat berbeda.d.Perbedaan semasiologis: mengacu pada pemberian nama yang sama untukbeberapa konsep yang berbeda.e.Perbedaan morfologis: perbedaan ini dibatasi oleh adanya sistem tata bahasayang bersangkutan, oleh frekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh

    kegunaannya yang berkerabat, oleh wujud fonetisnya, oleh daya rasa, dan olehsejumlah faktor lainnya.Ayatrohadi (1983: 13) juga membagi ragam-ragam dialek dalam tiga golongan antaralain:

    a.Dialek 1 : dialek ini di dalam kepustakaan dialektologi Roman, dialek ini disebutdalecte 1, yaitu dialek yang berbeda-beda karena keadaan alam sekitar tempat

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    4/15

    dialek tersebut digunakan sepanjang perkembangan. Dialek itu dihasilkan karenaadanya dua faktor yang saling melengkapi, yaitu faktor waktu dan faktor tempat.b.Dialek 2 : dialek ini di dalam kepustakaan dialektologi Roman disebut dialecte2, regiolecte, atau dialecte regional, yaitu bahasa yang dipergunakan di luardaerah pemakainya.c.Dialek Sosial : dialek sosial atau sosiolacte ialah ragam bahasa yangdipergunakan oleh kelompok tertentu yang membedakan dari kelompokmasyarakat lainnya.Skriptorium, Vol. 1, No. 2

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    5/15

    Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    Penelitian ini memfokuskan pada variasi fonologis dan leksikal, hal ini mengingatkedua variasi tersebut banyak muncul pada daerah pengamatan. Keberadaan variasifonologis dan leksikal ini saling mendukung satu sama lain. Variasi fonologis mengacupada bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya untuk membedakan makna. Prosesfonologis dalam penelitian bahasa Jawa di wilayah Kabupaten Ngawi ini terdiri dari

    proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses hilangnya fonem.Perubahan fonem, seperti pada kata cokelatyang berbunyi /soklat/ dengan /coklat/.Dalam hal ini terjadi perubahan fonem /s/ menjadi /c/ pada konsonan awal.

    Penghilangan fonem dalam variasi fonologis dapat dilihat dari contoh kata telanjangdalam bahasa Jawa di Kabupaten Ngawi menjadi [wud.] dengan [ud.]. Variasileksikal merupakan variasi bahasa yang terdapat dalam bidang leksikon. Leksikonmerupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna danpemakaian kata dalam bahasa, sedangkan leksikal adalah unit bahasa yang berkaitandengan leksem dan kata (Kridalaksana, 1993: 126). Dalam hal ini, leksikon yang a

    daditeliti dan dilakukan perbandingan antara satu wilayah dengan wilayah lain dalampengamatan.

    Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan melibatkan metodesimak bebas libat cakap (SBLC) dan sekaligus juga simak libat cakap (SLC) padapengumpulan datanya. Setelah diperoleh data, analisis datanya diolah denganmenggunakan metode padan, untuk selanjutnya disajikan dengan menggunakan bahasayang apa adanya dan mudah dipahami. Metode penyajian seperti ini sering disebutdengan metode informal. Untuk lebih memperjelas semua variasi yang muncul, baikvariasi fonologis dan leksikal maka dibuat peta dialek. Gambaran umum mengenai

    sejumlah dialek dalam suatu wilayah akan tampak jelas jika semua gejala kebahasaanyang dikumpulkan dipetakan sehingga dapat diketahui perbedaan dan persamaan yangterdapat antara dialek yang diteliti (Ayatrohaedi, 1983: 31). Peta dasar penelitian inidiperoleh dari Pemerintah Kabupaten Ngawi.

    Variasi Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    Kajian dialektologi dalam penelitian ini ditujukan kepada bahasa Jawa Ngoko atauberian Ngoko. Berian Ngoko pada daerah pengamatan merupakan berian yang

    ditemukan adanya perbedaan atau variasi dalam penyebutan sesuatu yang merujuk padamakna yang sama. Untuk itu, berian Ngoko digunakan sebagai dasar untuk mencari danmenemukan variasi leksikal dan fonologis di wilayah pengamatan. Dari 19 kecamatanyang ada di wialayh Kabupaten Ngawi, diambil 4 kecamatan sebagai daerahpengamatan. Berikut akan disajikan peta titik daerah pengamatan.

    Skriptorium, Vol. 1, No. 2

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    6/15

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    7/15

    Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    NOMER DAERAHI KARANGJATIII KEDUNGGALARIII PANGKURIV BRINGIN

    Pada masing-masing daerah diambil beberapa informan untuk dilakukan penelitian

    bahasanya. Pengambilan informan ini secara acak, namun informan yang dipilih harustetap memenuhi kriteria dalam penelitian dialek. Dari penelitian yang dilakukanpadasemua daerah pengamatan diperoleh hasil yakni,

    1. Variasi FonologisVariasi fonologis yang muncul dalam pengamatan terdiri dari proses perubahan fonem,penambahan dan penghilangan atau pemendekan fonem baik konsonan maupun vokal.Penentuan makna kata dasar dalam bahasa Jawa ini mengacu pada Kamus Bahasa Jawa.Pada pengamatan ditemukan 23 variasi fonologis yang meliputi,

    a. Variasi Fonologis pada KonsonanHilangnya konsonan /w/ di awal kata, proses hilangnya konsonan atau vokal di awalkata disebut juga dengan proses aferesis. Proses seperti itu terjadi pada berian:i. [nd.? wi.i].[nd.? i.i] yang bermakna kemarinii. [wetan].[etan] yang bermakna timuriii. [w..rUh].[..rUh] yang bermakna tahuiv. [wud.].[ud.] yang bermakna telanjangProses penghilangan konsonan /w/ ini sering dijumpai dalam bahasa Jawa padaumumnya. Hal ini dapat diakibatkan dari kebiasaan masyarakat dalam pengucapan,yang pada akhirnya dipahami dan digunakan secara terus menerus dalam komunikasi.

    Proses perubahan konsonan terjadi pada berian [s.d.ilu?] dan [s.d.ilut] yang bermaknasebentarterjadi proses perubahan fonem konsonan /?/ menjadi /t/ di akhir kata. Glosssisirmemiliki dua berian yang muncul dalam daerah pengamatan, yakni berian[jU.kas] dan [jU.kat]. Antara berian [jU.kas] dan [jU.kat] terjadi perubahan fonemkonsonan di akhir kata, konsonan /s/ berkorespondensi dengan konsonan /t/. Padaberian

    Skriptorium, Vol. 1, No. 2

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    8/15

    Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    [s.klat] dan [c.klat] yang bermakna cokelat, terjadi perubahan fonem konsonan diawal kata yakni konsonan /s/ menjadi /c/.

    b. Variasi Fonologis pada VokalVariasi itu meliputi perubahan itu terjadi antara vokal /I/ dengan /i/ pada berian [sa?kIntal] dan [sa? kintal] yang bermakna satu kwintal. Perubahan vokal /e/ dengan /i/ di

    awal kata dan /U/ dengan /u/ di tengah kata pada berian [esU?] dan [isu?] yang memilikimakna pagi. Perubahan vokal /./ dengan /I/ pada berian [g.t.h] dan [g.tIh] yangbermakna darah.Perubahan /I/ dengan /./ pada berian [putIh] dengan [put.h] yang memiliki maknaputihdan pada berian [perih] dan [p..r.h] yang bermakna perihterjadi perubahanvokal /i/ menjadi /.. Perubahan seperti ini juga terjadi pada berian [tek.?] dan[tak.?]yang bermakna tanya, terjadi proses perubahan atau adanya korespondensi antarafonem vokal /e/ dan /a/. Untuk kata yang bermakna turunjuga ditemukan adanyavariasi fonologis yakni terjadi perubahan vokal /../ dengan /u/ pada berian [m..d.Un] dan[mud.Un].

    Pada daerah pengamatan juga terjadi proses dimana satu kata mengalami perubahankonsonan dan vokal sekaligus. Proses seperti ini terjadi pada gloss pertamayangmemiliki berian [d.isI? d.ewe], [sI? d.ewe], dan [ke? d.ewe]. Terlihat adanya prosesaferesis pada berian [d.isI? d.ewe] dengan [sI? d.ewe] pada kata pertama. Danperubahan pada berian [sI? d.ewe] dan [ke? d.ewe], terjadi perubahan konsonan /s/menjadi /?/ dan vokal /I/ menjadi /e/ pada kata pertama juga. Hal serupa juga terjadipada gloss enammemiliki variasi [n.n.m], [.n.m], dan [n.m] dari ketiga berian yangada terlihat adanya proses aferesis yang berupa konsonan /n/ antara berian [n.n.

    m]dengan [.n.m], dan vokal /./ antara berian [.n.m] dengan [n.m].

    Gloss dukun bayipada daerah pengamatan ditemukan beberapa varian yang munculyakni [d.ukUn bayi], [d.ukUn bay.?], dan [d.adah]. Sekilas, ketiga berian yang munculini terlihat sebagai variasi leksikal, akan tetapi jika dianalisis lebih lanjutketiga beriantersebut merupakan variasi fonologis. Pada berian [d.ukUn bayi] dan [d.ukUn bay.?]terjadi perubahan bunyi pada kata kedua yakni [bayi] menjadi [bay.?] yang keduanyamemiliki makna yang sama yakni menyatakan bayi. Untuk berian [d.adah] ini

    mengacu pada aktifitas yang dilakukan oleh seorang dukun bayi yakni memijat sangbayi. Aktifitas memijat ini dalam bahasa Jawa sering disebut dengan [d.adah].

    Hilangnya vokal /../, proses hilangnya vokal di tengah kata ini biasa disebut denganproses sinkop. Prose ini terjadi pada berian [s..lawe].[slawe] yang bermakna duapuluh lima.

    2. Variasi Leksikal

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    9/15

    Dari seluruh data pada daerah pengamatan diperoleh 47 variasi leksikal yang muncul.Variasi leksikal yang ditemukan ini setidaknya minimal memiliki dua buah berianpadasetiap gloss. Adanya variasi pada setiap daerah pengamatan dapat dipengaruhi olehberbagai faktor, salah satunya adalah letak geografis daerah pengamatan. Semua variasiSkriptorium, Vol. 1, No. 2

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    10/15

    Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    leksikal yang ada ini diasumsikan dapat mewakili situasi kebahasaan di wilayahKabupaten Ngawi, dan variasi dialek yang ada ini mengacu pada dialek Jawa Tengah.

    Variasi leksikal itu, misalnya terjadi pada gloss /sejengkal/ terdiri atas berian [sa? kilan]dan [sa? j..kal], bentuk [sa? kilan] digunakan pada daerah pengamatan I, II, danIV,

    sedangkan bentuk [sa? j..kal] ditemukan pada daerah pengamatan II. Kedua berianyang muncul ini merupakan variasi leksikal, karena [kilan] dan [j..kal] adalah dualeksem yang berbeda, bukan berasal dari kata atau leksem yang sama. Gloss /limahari/juga ditemukan memiliki dua buah berian pada daerah pengamatan, yakni [lima.din.]dan [s.pasar]. Berian [lima.din.] mendominasi pada daerah pengamatan karenabanyak ditemukan di daerah pengamatan I, II, dan III. Sedangkan untuk berian [s.pasar]hanya ditemukan pada daerah pengamatan IV. Kedua berian [lima.din.] dan [s.pasar]

    ini merupakan dua leksem yang berbeda. Penyebutan [lima.din.] ini berasal dariangka /lima/ yang dalam bahasa Jawa disebut [lim.] dan kata [din.] ini merupakanbahasa Jawa dari /hari/, sehingga jika kedua kata tersebut digabung untuk menyebutkan/lima hari/ atau [lima.din.]. Pada berian [s.pasar] ini juga biasa dipakai olehmasyarakat dalam penyebutan /lima hari/, karena dipengaruhi oleh hari pasaran Jawayang terdiri atas lima hari pasaran. Jadi setiap lima hari, hari pasaran Jawa tersebut akanberulang, sehingga masyarakat biasa menyebutnya dengan [s.pasar]. Oleh sebab itu

    ,kedua berian tersebut merupakan variasi leksikal dari leksem lima hari.

    Gloss /teman/ pada daerah pengamatan muncul dua berian yakni [batUr], [k.nc.], dan[rewa.]. Berian [batUr] terdapat pada daerah pengamatan I dan III, sedangkan berian[k.nc.] terdapat pada daerah pengamatan II, dan berian [rewa.] muncul pada daerahpengamatan IV. Berian [batUr] ini mengacu pada bahasa Jawa Baku dari kata /teman/,untuk berian [rewa.] ini juga mengacu pada bahasa Jawa Baku yakni [renca.] yangberarti seseorang yang membantu orang lain atau orang terdekatnya, hal ini menga

    cudari fungsi /teman/. Hal semacam ini juga terjadi pada gloss yang lain yang ditemukanpada daerah pengamatan.

    3. Bunyi Kluster dan NasalisasiBunyi kluster mengacu pada perangkapan bunyi konsonan yang terjadi pada sebuahkata. Bunyi kluster yang ditemukan pada daerah pengamatan terjadi pada gloss sendalyang memiliki berian [srand.al], [s.nd.al], dan [sand.al] di sini juga terjadi d

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    11/15

    ua prosessekaligus, yakni perangkapan bunyi konsonan dan perubahan vokal. Pada berian[sand.al] dengan [srand.al] dalam hal ini asal katanya [sand.al] kemudian muncul[sr]merupakan sebuah bunyi kluster atau konsonan rangkap (dua atau lebih), sedangkanpada berian [sand.al] dan [s.nd.al] terjadi perubahan fonem vokal /a/ dengan /./.Gloss /kerja keras/ ditemukan tiga berian yakni [m..mp...], [sr..mp...], dan [s...kUt].Berian [m..mp...] muncul pada daerah pengamatan II dan III, [sr..mp...] muncul p

    adadaerah pengamatan I, dan berian [s...kUt] muncul pada daerah pengamatan IV. Berian[m..mp...] dan [sr..mp...] ini merupakan satu leksem, karena berasal dari bahasaJawa[sr..mp...], munculnya bunyi [sr] pada berian [sr..mp...] merupakan bunyi kluster.

    Bunyi nasalisasi merupakan bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara memberikankesempatan arus udara melalui rongga hidung sebelum atau sesaat artikulasi bunyiutama diucapkan. Pada penelitian ini, bunyi nasalisasi yang ditemukan berupa bunyi [.

    Skriptorium, Vol. 1, No. 2

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    12/15

    Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    b] dan bunyi [ng]. Misalnya pada gloss /bohong/ dalam pengamatan juga memiliki

    variasi berian yang muncul, ditemukan berian [. blitU?] dan [.apusi].

    4. Kemunculan Berian Bahasa IndonesiaPada penelitian juga ditemukan berian-berian yang muncul dari sebuah gloss yangmengandung bahasa Indonesia. Misalnya, berian [sayUr], [t.pi], dan [kamar], ketiga

    berian tersebut merupakan kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwapada masyarakat di wilayah Kabupaten Ngawi telah berkembang bahasa Indonesia.5. Dialek Khas di Wilayah Kabupaten NgawiKabupaten Ngawi juga memiliki kekhasan nada yang muncul dalam pengucapanmasyarakat ketika melakukan komunikasi antar penutur. Umumnya, masyarakat Ngawimenambahi pengucapan setiap katanya dengan akhiran [-l.h], misalnya [g..niy.l.h],[ap.l.h], dan sebagainya. Penggunaan akhiran [-l.h] ini berfungsi sebagai penekananatas apa yang diucapkan. Berian [-l.h] ini juga muncul pada daerah Bojonegoro danmemang wilayah Ngawi sendiri berbatasan dengan Bojonegoro, namun yang perlu

    dicermati adalah fungsi daripada berian [-l.h]. Jika di wilayah Ngawi berian [-l.h]berfungsi sebagai penekananan atas apa yang diucapkan, sedangkan di wilayahBojonegoro berian [-l.h] berfungsi sebagai penghalus kata perintah yang diucapkan.Pada daerah pengamatan ditemukan penggunaan [h..h], [h.?.], dan [h..m] dalammenyatakan makna iya, yang biasanya dalam bahasa Jawa dialek Jawa Timur [iy.]atau [y.] dan [h.?.]. Meskipun terkadang kata [iy.] juga digunakan dalamkomunikasi, akan tetapi pemakaian [h..h], [h.?.], dan [h..m] lebih seringmendominasi dalam komunikasi masyarakat di daerah pengamatan dalam menyatakanmakna iya. Pemakaian ketiga berian itu diasumsikan mengacu pada dialek masyarakatdi wilayah Jawa Tengah, mengingat bentuk-bentuk ketiga berian itu juga sering ditemui

    pada dialek Jawa Tengah.

    Simpulan

    Penelitian ini menggunakan 250 leksikon dalam pemerolehan datanya, daftar tanyaanyang berupa leksikon ini mengacu pada daftar tanyaan Swadesh. Dari 250 leksikondiperoleh 23 variasi fonologis dan 47 variasi leksikal. Pada kedua variasi ditemukanadanya berian yang mengalami proses aferesis dan sinkop. Selain itu, juga terdapatbunyi kluster dan bunyi sertaan atau nasalisasi pada beberapa berian. Semua variasi

    yang muncul kemudian disajikan pula dalam bentuk peta dialek untuk semakinmemperjelas situasi kebahasaan pada daerah pengamatan.

    Variasi dialek yang muncul di wilayah Kabupaten Ngawi bukan merupakan sebuahdialek tersendiri, melainkan sebuah varian dari Bahasa Jawa. Dialek Kabupaten Ngawicenderung mengacu pada dialek Jawa Tengah. Pada seluruh daerah pengamatan munculbeberapa berian yang mengacu pada Bahasa Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    13/15

    Bahasa Indonesia telah mulai berkembang dan digunakan oleh masyarakat di wilayahKabupaten Ngawi.

    Skriptorium, Vol. 1, No. 2

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    14/15

    Dialek Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Ngawi

    Referensi

    Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

    Ayatrohaedi, 1983. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Pengantar Awal. Jakarta

    :Rineka Cipta.

    Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta:Carasvatibooks.

    Kisyani-Laksono. 2004. Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan Blambangan:Kajian Dialektologis. Jakarta: Pusat Bahasa.

    Marsono. 1986. Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama.

    Nadra dan Reniwati. 2009. Dialektologi: Teori dan Metode. Yogyakarta: ElmateraPublishing.

    Purwadi. 2004. Kamus Jawa-Indonesia Populer. Yogyakarta: Media Abadi.

    Skriptorium, Vol. 1, No. 2

  • 5/23/2018 variasi dialek bojonegoro

    15/15