· v kata pengantar segala puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada tuhan yesus kristus...
TRANSCRIPT
i
DESKRIPSI PENYAJIAN GONDANG TANGIANG/TONGGO-TONGGO
DALAM UPACARA RITUAL SIPAHA SADA PARMALIM DI KOTA MEDAN
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan
O
L
E
H
NAMA : BENARDUS SIMBOLON
NIM : 140707044
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2019
i
i
iv
Formatted: Font: (Default) Times New Roman,12 pt, Bold
Formatted: Left
Formatted
v
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus
atas segala berkat dan kasih karuniaNya yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis
sampai pada hari ini sehingga penulis dapat menyusun sebuah tulisan skripsi sarjana
dengan judul : DESKRIPSI PENYAJIAN SEPULUH GONDANG
TANGIANG/TONGGO-TONGGO DALAM UPACARA RITUAL SIPAHA SADA
PARMALIM DI KOTA MEDAN. Ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana dari Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan wadah kepada seluruh
mahasiswa untuk mengemban ilmu, dan berbagai program bantuan beasiswa,
sehingga memudahkan penulis dapat menggunakannya untuk memenuhi
perlengkapan dan keperluan selama mengikuti perkuliahan. Semoga USU
semakin maju dan menciptakan SDM yang berguna bagi masyarakat dan
bangsa Indonesia.
2. Bapak Prof Dr. Runtung, SH. M.Hum., selaku rektor di Universitas Sumatera
Utara, dan bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku dekan di Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Arifninetrirosa SST., M.A selaku ketua Program Studi Etnomusikologi
selama mengikuti perkuliahan dikampus. Terimakasih atas arahan dan
bimbingan yang telah ibu berikan selama mengemban ilmu di Program Studi
Etnomusikologi.
Formatted
vi
4. Ibu Dra. Heristina Dewi, M. Pd. , selaku dosen dan sebelumnya menjabat
sebagai Sekretaris di Jurusan Etnomusikologi yang telah banyak memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis terkhusus diawal masa studi sebagai
mahasiswa baru.
5. Bapak Drs.Torang Naiborhu, M.Hum., selaku dosen pembimbing I penulis
dalam menyelesaikan tulisan skripsi ini. Terimakasih atas segala bimbingan
bapak selama menulis skripsi ini sehingga tulisan ini dapat selesai dengan
waktu yang kita inginkan, terimakasih atas waktu yang telah bapak berikan
untuk membimbing penulis ditengah padatnya pekrerjaan kantor bapak, dan
terimakasih juga atas motivasi maupun arahan selama mengikuti perkuliahan
di Prodi Etnomusikologi. Semoga bapak dan keluarga diberi kesehatan dan
senantiasa dalam lindungan Tuhan Yesus Kristus.
6. Bapak Drs. Setia Dermawan Purba,M.Si selaku dosen pembimbing II penulis
dalam menyelesaikan tulisan skripsi ini. Terimakasih atas waktu yang telah
bapak berikan ditengah kesibukan bapak, penulis selaku anak bimbingan bapak
dapat berkunjung kerumah untuk membahas tulisan skripsi ini. Semoga bapak
dan keluarga diberi kesehatan dan senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang
Maha Esa.
7. Staf pengajar di Program Studi Etnomusikologi, Bapak Drs. Muhammad
Takari, M.Hum Ph.D, Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Bapak Drs.
Irwansyah M.A, Bapak Prof. Drs Mauly Purba M.A., Ph.D, Bapak Drs. Fadlin
M.A, Bapak Drs. Perikuten Tarigan M.A, Ibu Dra. Rithaony M.A, Ibu Dra.
vii
Frida Deliana M.Si, yang sudah banyak memberikan ilmu yang sangat
berharga dalam perkuliahan penulis. Semoga bapak, ibu dan seluruh keluarga
diberi kesehatan dan senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
8. Dosen Praktek di Program Studi Etnomusikologi, Tulang Marsius Sitohang,
dan Ibu Wawa selaku staf pegawai yang telah banyak membantu penulis untuk
melengkapi setiap administrasi penulis di Program Studi Etnomusikologi.
9. Penulis mengucapkan beriu terimakasih kepada Ibunda yang sangat luar biasa,
N. Br Malau yang tetap setia dan tabah memberikan dukungan moril maupun
materi, dan selalu memberikan arahan dan bimbingan tanpa mengenal ruang dan
waktu. penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga pengorbanan dan
doa yang selalu Ibu panjatkan dari penulis lahir sampai saat ini, penulis telah
banyak melakukan kesalahan namun kasih mu tidak perna berkesudahan
khususnya dalam menuntut ilmu di Perguruan Tinggi. Tersenyum lah selalu
ibuku tersayang kini cita-cita mu telah tercapai menyekolahkan anak mu hingga
ke perguruan tinggi dengan susah payah dan dengan seluruh jerih payah,cucuran
keringat serta air mata yang selalu engkau alami.tersenyumlah ibu impiann mu
sudah tercapai,
10. Kepada saudara-saudara yang sangat penulis banggakan, abang penulis
Ronaldo hotmarjanji Simbolon, kakak penulis Rohendi, Simbolon Riana
Simobolon, Junita simbolon serta adik tersayang penulis Relajusi jusi
Simbolon. Terimakasih atas semangat yang telah kalian berikan, semoga kita
viii
tetap kompak dan menjadi kebanggan bagi orangtua kita dan bagi orang-orang
disekitar kita.
11. Para informan penulis dan narasumber khususnya Wanri Lumban Raja, Amang
boru Hotli Sitorus, Tulang Poltak Simanjuntak dan seluruh nya yang telah
membantu dan memberikan informasi terkait isi dari skripsi ini. Semoga data
dan informasi yang sudah berikan menjadi ilmu pengetahuan bagi para
pembaca khususnya bagi para penulis. Kiranya Tuhan memberkati saudara
beserta keluarga sehingga kita bisa bertemu pada kesempatan berikutnya.
12. Sahabat-sahabat penulis stambuk 2014 di Program Studi Etnomusikologi,
terkhusus Reinhard Pangondian Hutapea S.Sn, Adi Candra Silitonga S.Sn,
Jhonson Pasaribu, S.Sn, Hendri Tinaro T. S.Sn, Septi A Saragi S.Sn, Ananta
Anggraini Sitio S.Sn Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menempuh
pendidikan di Etnomusikologi dan juga menjadi rekan penulis dalam setiap
kepanitiaan yang dilaksanakan dikampus, semoga kita bisa bertemu dalam
kesempatan baik berikutnya. serta adik junior yang telah bersedia meluangkan
waktu membantu proses penyelesaian penulisan skripsi ini terkhusus Ivan
Sanjaya siahaan, Mesran Sinaga, April Gunawan S, Ilham Siregar dan Irvan
Limbong serta seluruh adik-adik junior di Etnomusikologi.
13. Rekan-rekan di Paduan Suara Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Nova
Gurning, Dewi Sinaga, Fany Saragi Falen sihotang, pasu harianto H dan
teman-teman dari Program Studi lain yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu. Semoga organisasi ini menguatkan ikatan persaudaraan kita.
ix
Kemudian abang-abang pelatih, bang Jefri Hutagalung, Gok Malau,
Sudarsono Malau, kak Harti Silitonga dan lain-lain terimakasih untuk setiap
ilmu dan motivasi yang telah kalian berikan. Terimakasih kepada semua rekan-
rekan untuk kebersamaan kita dalam belajar bernyanyi dan berorganisasi.
Semoga organisasi ini akan lebih baik lagi kedepannya sesuai dengan yang kita
harapkan.
14. Kepada sahabat, saudara dan keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terimakasih untuk setiap dukungan dan motivasinya sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tulisan ini susun sejak 05 maret 2018 dan diselesaikan pada rabu 16
januari 2019. Skripsi sarjana ditulis langsung oleh penulis dengan penuh
perjuangan serta pengorbanan yang sangat besar baik moril maupun materi.
”keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti mengejar apa yang menjadi cita-
cita dan harapan, Tuhan selalu punya rancangan yang terindah” ini lah yang
menjadi motivasi penulis untuk tetap berjuang dan berusaha untuk
menyelesaikan tulisan ini.
Penulis memang terlahir sebagai seorang penyandang disabilitas netra
(tunanetra) oleh karna itu penulis banyak mendapatkan bantuan dari para
sahabat-sahabat yang selalu bersedia dan ikhlas memberikan waktu dan tenaga
untuk mendukung penulis dalam proses pencarian dan pengumpulan data di
berbagai daera yang menjadi lokasi penelitian penulis. Berada diantara sahabat
x
dan saudara yang selalu memberikan semangat sangat memberikan efek positif
kepada penulis untuk tetap berusaha.
Penulis mengucapkan termakasih yang sebesar-besarnya kepada
saudara Johnson pasaribu S.Sn sebagai sahabat yang selalu bersedia
memberikan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
setiap tugas dan tanggungjawab sebagai mahasiswa. terimakasi penulis
ucapkan kepada Tuhan telah di anugerahkan seorang teman yang selalu
bersedia membantu penulis sejak mmeulai studi hingga menyelesaikan studi di
Etnomusikologi. Penulis berdoa agar Tuhan Yesus Kristus selalu menyertai
dan memberkati saudara dan keluarga sehingga kita dapa betemu kembali
dilainkesempatan.
Penulis mengucapkan trimakasih yang sebesar-besarnya kepas saudara
Adi Candra silitonga S.Sn. begitu banyak kebaikan yang penulis telah terima
baik materi atau pun moral. Penulis sangat bersyukur kepada tuhan atas
kerendahan hati,ketulusan hati, dan juga keikhlasan saudara yang selalu
membantu penulisdalam hal apa pun termasuk keikhlasan saudara hampir
setiap hari membonceng saya pergi dan pulang kampus. Penulis juga
mengucapkan terimaksaih telah membantu dan mendukung peruses
penyelesaian tulisan ini. Terimakasi untuk waktu penelitan yang panjang dan
jau hingga sampai di porsea. Tak ada yang bias penulis lakukan membalas
setiap yang telah saudara berikan, penulis berdoa semoga saudara dan seluruh
xi
keluarga tetap diberkati dan dilindungi oleh Tuhan Yesus Kristus sehingga kita
dapat bertemu kembali dalam kesempatan yang lain.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada saudara Reinard
Pangondian Hutapea S.Sn terimakasih untuk waktu kebersamaan yang telah
saudara berikan terkhusus dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terimakasi
untuk waktu,tenaga sertakebersamaan yang telah saudara berikan. Saudara
selalu rwela membantu membawa saya serta menemani saya untuk mengurus
semua urusan kampus. Penulis beruntung mendapat sahabat seperti saudara
yang tidak perna berkata lelah dalam membantu saya. Penuli berdoa semoga
Tuhan Yesus kristus selalu menyertai saudara dan keluarga sehingga kita dapat
bertemu kembali di lain kaesempatan.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada adik-
adik junior di etnomusikologi, kepada Ivan siahaan, mesran sinaga, april
gunawan siahaan, irvan limbong dan semua yang tidak dapa saya sebutkan satu
persatu. Terimakasih untuk waktu dan kebersamaan kalin yang membantu
tahap demi tahap penyelesaian tulisan ini, tak ada yang bias penulis lakukan
kecuali berdoa kepada Tuhan yang maha Esa agar selalu memberkati serta
melindungi saudara dan keluarga supaya kita dapat bertemu di lain
kesempatan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sesempurna sesuai dengan
yang diharapkan, masih banyak data dan informasi yang perlu ditambahkan dan
dilengkapi, terutama teknik penulisan yang mungkin masih sangat berantakan,
xii
kemudian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sehingga tulisan ini dapat disempurnakan kembali pada kesempatan
yang akan datang. Jika ada kesalahan dalam ucapan serta perilaku yang kurang
berkenan kepada saudara-saudara, penulis meminta maaf yang sebesarnya
Demikianlah yang bisa penulis sampaikan, semoga skripsi ini bisa bermanfaat
khususnya bagi mereka yang ingin mengenal, mempelajari dan mengetahui budaya
masyarakat Batak Toba terkhusus ajaran aliran kepercayaan parmalim.
Terimakasih.
Penulis
Benardus Simbolon
Nim: 140707044
xiii
ABSTRAKSI
Skripsi sarjana ini berjudul “Fungsi dan Penggunaan 10 (sepuluh) Gondang
Tangiang/Tonggo-tongggo dalam Upacara Ritual Sipaha Sada Parmalim di Kota
Medan. Parmalim adalah salah satu aliran kepercayaan di Indonesia yang telah menjadi
bagian dari ungkapan spiritual oleh masyarakat Batak Toba. Pada aktivitas
kepercayaannya, parmalim memiliki tujuh upacara ritual peribadatan yang wajib
dilaksanakan oleh setiap umat parmalim,yaitu Mar Ari Sabtu, Martutu Aek, Pasahat
Tondi, Mardebata, Mangan Napaet,Sipaha Sada, dan Sipaha Lima. Berdasarkan
ketujuh upacara ritual tersebut, penulis mengambil satu upacara ritual yang menjadi
fokus kajian dalam tulisan ini yaitu upacara ritual Sipaha Sada. Upacara ritual Sipaha
Sada merupakan upacara yang dilakukan sekali setahun pada awal tahun berdasarkan
kalender batak yang bertujuan untuk memperingati hari kelahitran tuhan
Simarlimbulubosi yang dipercayai oleh umat parmalim sebagai tuhan yang diutus
untuk menyelamatkan umat parmalim. Pada upacara tersebut terdapat enam kelompok
gondang yang dimainkan berdasarkan masing-masing prosesi upacara yaitu, Gondang
Alu-alu, Gondang Tangiang/tonggo-tonggo, Gondang Parningotan, Gondang Pangharoanan, Gondang Laho Manortor, dan Gondang Panggohi. Berdasarkan
keenam kelompok gondang diatas, penulis mengambil satu kelompok gondang sebagai
objek dalam tulisan ini yaitu, Gondang Tangiang/tonggo-tonggo. Gondang
Tangiang/tonggo-tonggo merupakan gondang yang dimainkan, untuk mengiringi
pelafalan tangiang/tonggo-tonggo (doa) dalam prosesi pasahat hon pelean
(penyampaian persembahan). Gondang ini terdiri dari sepuluh repertoar gondang yang
dimainkan berdasarkan urutan tangiang/tonggo-tonggo yang sudah ada. Fungsi
gondang dalam prosesi tersebut, adalah sebagai pengantar dan penyempurna doa dan
persembahan dari umat parmalim kepada ke seluruh tokoh spiritual yang terpanggil
dalam sepuluh tangiang/tonggo-tonggo tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis yang berlandaskan pada teori sepuluh fungsi musik yang telah
dikemukakan oleh Allan P Merriam dalam bukunya berjudul, The Anthropology Of
Music terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam gondang tersebut yaitu, fungsi musik
sebagai komunikasi, fungsi musik sebagai perlambangan dan fungsi musik sebagai
reaksi jasmani. (1) fugsi musik sebagai komunikasi yaitu, menyampaikan pelean somba
serta meminta/memohon berkat (2) fungsi musik sebagai perlambangan yaitu gondang
hasapi menandakan bahwa umat parmalim melaksanakan pamelean somba
(penyembahan dan persembahan) serta gondang hasapi dalam upacara tersebut
merupakan, gondang parhinaloan (lambang persebahan permohonan) (3) fungsi musik
sebagai reaksi jasmani yaitu, manortor yang dilakukan oleh uluan atau ruas sebagai
reaksi jasmani akan gondang yang sedang dimainkan.
Kata Kunci: Parmalim, Tangiang/tonggo-tonggo, Sipaha Sada, Upacara Ritual,
Gondang
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PROGRAM STUDI ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
ABSTRAKSI ................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 11
1.5 Konsep dan Teori ................................................................................... 12
1.5.1 Konsep ......................................................................................... 13
1.5.2 Teori ............................................................................................. 14
1.5.3 Tinjauan Pustaka........................................................................... 15
1.6 Metode Penelitian ................................................................................. 15
1.7 Lokasi Penelitian .................................................................................. 16
BAB II GAMBARAN UMUM PARMALIM KOTAA MEDAN .............................. 18 2.1 Parmalim di Kota Medan ....................................................................... 18
2.2 Lokasi dan Tempat Peribadatan ............................................................ 19
2.3 Struktur Kepengurusan Parmalim ......................................................... 21
2.3.1 Raja Pargonggom .......................................................................... 24
2.3.2 Raja Partahi....................................................................................24
2.3.3 Raja Pangumei ..............................................................................25
2.3.4 Raja Namora .................................................................................25
2.4 Keanggotaan .......................................................................................... 26
2.5 Struktur Peribadatan .............................................................................. 30
2.5.1 Mar ari sabtu ................................................................................. 31
2.5.2 Martutu Aek .................................................................................. 32
2.5.3 Pasahat Tondi ............................................................................... 34
2.5.4 Mangan Na Paet ............................................................................ 36
2.5.5 Mardebata ..................................................................................... 38
2.5.6 Sipaha Sada ................................................................................... 40
2.5.7 Sipaha Lima .................................................................................. 42
2.5.8 Kalender Batak ............................................................................. 44
BAB III DESKRIPSI UPACARA RITUAL SIPAHA SADA ............................. 51 3.1 Upacara Ritual Sipaha Sada .................................................................. 51
3.2 Komponen Upacara ............................................................................... 53
3.2.1 Tempat Penyajian Upacara Sipaha Sada ...................................... 54
xv
3.2.2 Waktu Penyajian ........................................................................... 57
3.2.2.1 Ari Robu .......................................................................... 57
3.2.2.2 Ari Pangharoanan ............................................................58
3.2.2.3 Ari Panantion .................................................................. 58
3.2.3 Alat-alat dan Perlengkapan upacar ritual sipaha sada ................. 59
3.2.3.1 Peralatan Upacara Ritual Sipaha Saja ............................. 59
3.2.3.2 Bahan-bahan Perlengkapan Upacara Sipaha Sada .......... 63
3.2.4 Pendukung Upacara Ritual Sipaha Sada ...................................... 69
3.3 Pelaksanaan Upacra Ritual Sipaha Sada ................................................74
3.3.1 Persiapan upacara ritual sipaha sada ............................................ 75
3.3.1.1 Hadomuan ......................................................................... 75
3.3.1.2 Robu .................................................................................. 76
3.3.2 Jalannya Upacara Sipaha Sada ..................................................... 77
3.3.2.1 Ari Robu .......................................................................... 77
3.3.2.2 Ari Pangharoanan ............................................................ 80
3.3.2.3 Ari Panantion ...................................................................93
BAB IV DESKRIPSi DAN FUNGSI SEPULUH GONDANG
TANGIANG/TONGGO-TONGGO DALAM UPACARA RITUAL
SIPAHA SADA ............................................................................................................. 96
4.1 Deskripsi Gondang Tangiang/Tonggo-tonggo ...................................... 96
4.1.1 Gondang Tangiang/Tonggo-tonggo ............................................ 86
4.1.1.1 Debata Mulajadi Nabolon ............................................... 98
4.1.1.2 Debata Natolu ................................................................. 98
4.1.1.3 Siborunadeakparujar ..................................................... 100
4.1.1.4 Nagapadoaniaji ............................................................. 101
4.1.1.5 Boru Saniangnaga ......................................................... 101
4.1.1.6 Patuan Raja Uti ............................................................. 102
4.1.1.7 Tuhan Simarlimbulubosi .............................................. 102
4.1.1.8 Raja Nopatpuluopat ...................................................... 103
4.1.1.9 Raja Sisingamangaraja ................................................. 104
4.1.1.10 Raja Nasiakbagi .......................................................... 104
4.1.2 Tangiang/tonggo-tonggo ........................................................... 105
4.1.2.1 Tamiang ........................................................................ 106
4.1.2.2 Tangiang/tonggo-tonggo ............................................... 107
4.2 Fungsi Gondang Tangian/tonggo-tonggo ............................................ 114
4.2.1 Fungsi Musik Sebagai Komunikasi
(menyampaikan pelean somba serta meminta/memohon ............ 115
berkat) ........................................................................................ 115
4.2.2 Fungsi Musik Sebagai Perlambangan ...................................... 115
4.2.3 Fungsi Musik Sebagai Reaksi Jasmani ..................................... 116
4.2.4 fungsi musik sebaagai pengesahan lembaga sosial dan upacara
agama (gondang persyaratan mutlak dalam upacara) .............. 117
xvi
4.2.5 fungsi musik sebagai pengintegrasian masyarakat (gondang
sebagai ritual) ........................................................................... 117
4.2.6 fungsi musik sebagai penghayatan estetis (manortor dengan
serentak mengikuti alunan gondang) ........................................ 118
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 119 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 119
5.2 Saran ..................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 121
DAFTAR INFORMAN .............................................................................................. 123
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Parmalim adalah salah satu aliran kepercayaan yang telah menjadi
bagian dari ungkapan spiritual lokal di Indonesia yang berasal dari tanah
Batak. Berdasarkan etimologi kata, Parmalim berasal dari dua suku kata
bahasa Batak Toba yaitu “par” berarti orang yang melaksanakan atau bisa
juga diartikan sebagai suatu arti kata yang menunjukan identitas seseorang,
dan “malim” berarti suci. Berdasarkan etimologi kata tersebut, dapat di
artikan bahwa Parmalim adalah orang-orang yang memeluk aliran
kepercayaan yang suci (Hirosue dalam Irwansyah 2016: 33).
Berdasarkan informasi yang di terima oleh penulis, parmalim terbagi
menjadi dua sekte yang berbeda yaitu parmalim partali-tali nabontar dan
parmalim partali-tali nabirong. Kedua parmalim tersebut merupakan ajaran
agama yang berasal dari tanah batak. berdasarkan penjelasan dari beberapa
narasumber yang menjadi informan dalam tulisan ini mengatakan bahwa
kedua parmalim berbeda.
parmalim partali-talii nabontar iyalah parmalim yang menganut
ajaran kepercayaan yang di ajarkan oleh Raja nasiakbagi yang merupakan
utusan dari Debata Mulajadi Nabolon untuk mengajarkan kebenaran bagi
umat parmalim, oleh karna itu parmali yang menganut ajaran tersebut sering
mengatakan bahwa mereka adalah parmalim nasiak bagi.
Formatted
2
Penjelasan tentang parmalim partali-tali nabontar tidak dapat diperoleh
karena minimnya orang yang mengetahui keberadaan mereka yang sulit
untuk ditemu karena parmalim partali-tali nabirong tersebut tidak mudah
untuk di temui karena mereka merahasiakan identitas mereka.
Aliran kepercayaan tersebut tidak mudah untuk di temui karena
mereka merahasiakan identitas mereka.
Aliran kepercayaan parmalim yang menjadi opjek kajian dalam
tulisan tersebut adalah parmali partali-tali nabontar atau yang sudah lazim
dikenal dengan sebutan parmalim. Dalam aktifitas aliran kepercayaannya,
Parmalim memiliki tujuh ritual peribadatan yang wajib dilaksanakan,
sebagai suatu cara untuk bertemu dengan Tuhan untuk menyampaikan
persembahan berupa sesajian-sesajian dan juga menyampaikan doa dan
permohonan mereka. Berikut ini adalah tujuh ritual komunal Parmalim
1. Mar ari sabtu
Mar ari sabtu adalah satu upacara ritual yang dilaksanakan
setiap satu minggu sekali tepatnya pada hari sabtu. Upacara ritual
tersebut diadakan di rumah ibadah Parmalim yang disebut bale
pasogit partonggoan Parmalim apa bila dipusat, dan di bale
parsantian Parmalim apa bila di punguan (cabang) Parmalim
3
2. Martutu Aek
Martutu aek adalah upacara ritual pemandian Parmalim yang
bertujuan untuk memberi dan mensahkan nama seorang anak bayi
yang baru lahir. Upacara ritual ini dilaksanakan apa bila umur bayi
tersbut sudah mencapai 1 (satu) bulan, upacara tersebut di adakan di
sekitar mata air yang dekat dengan rumah tempat tinggal orang tua
dari bayi tersebut.
3. Pasahat Tondi
Pasahat tondi adalah satu upacara ritual peribadatan
Parmalim yang bertujuan untuk mendoakan orang yang sudah
meninggal dunia. Upacara ritual tersebut dilaksanakan tiga puluh
hari setelah hari meninggal orang tersebut yang di adakan di rumah
keluarga dari orang yang sudah meniggal.
4. Mangan Na Paet
Mangan Na Paet adalah satu upacara ritual yang dilakukan
dengan memakan makanan yang rasa nya pahit dan kemudian
berpuasa selama dua puluh empat jam penuh. Upacar ritual tersebut
dilaksanakan satu kali satu tahun pada setiap akir bulan di akhir
tahun.
Upacara ritual ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengingat dan merenungkan kembali segala pelanggaran dan
4
perbuatan yang salah, serta menyesali segala perbuatan tersebut,
ingin bertobat dan berjanji dengan kesungguhan hati untuk tidak
melakukannya kembali.
5. Mardebata
Mardebata adalah upacara ritual peribadatan Parmalim yang
bersifat khusus, yaitu berdasarkan keadaan dan situasi yang terjadi
sddalam hidup seseorang. upacara ritual ini dilaksanakan sebagai
media pnyampaian permohonan pengampunan dosa yang menurut
orang tersebut dosanya sudah terlalu banyak sehingga harus
memohon pengampunan dosa.
Mardebata juga dapat dlakukan sebagai media penyampaian
ucapan syukur kepada Debata Mulajadi Nabolon atas segala berkat
dan suka cita yang di terimanya. Upacara tersebut diadakan di
beberapa tempat yang disesuaikan dengan latar belakang
pelaksanaan upacara tersebut.
6. Sipaha sada
Sipaha sada adalah upacara ritual peribadatan Parmalim
yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Tuhan
Simarimbulubosi. Upacara ritual tersebut dilaksanakan pada hari
pertama sampai pada hari ke tiga di bulan sipaha sada (bulan
pertama) berdasarkan kalender batak. Upaacara ritual tersebut di
5
adakan di bale pasogit partonggoan parmali (rumah peribadata
Parmalim pusat).
7. Sipaha Lima
Sipaha lima adalah satu upacara ritual Parmalim yang di
laksanakan satu tahun saekali di bale pasogit partonggoan
Parmalim. Upacara tersebut di laksanakan dengan menyampaikan
pelean bolon (persembahan akbar) kepada seluruh pemilik kerajaan
malim, sebagai ungkapan ucapan syukur atas berkat yang telah
diterima secara keseluruhan selama satu tahun. Upacara ritual
tersebut dilaksanakan pada pertengahan bulan sipaha lima (bulan ke
lima) berdasarkan kalender batak.
Kajian pada skripsi ini adalah gondang pada upacara ritual Sipaha
sada, yakni fungsi dan penggunaan sepuluh Gondang Tangiang/tongo-
tonggo dalam upacara ritual yang telah dilaksanakan pada 15-17.02.2018 di
Kota Medan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, Sipaha sada adalah upacara ritual
peribadatan Parmalim yang dilaksanakan untuk memperingati dan
merayakan hari kelahiran Tuhan Simarimbulubosi ke dunia. Tuhan
Simarumbulubosi adalah figur seorang Raja yang dipercaya sebagai
penyelamat umat manusia yang diutus oleh Debata Mulajadi Nabolon.
Upacara ritual Sipaha sada berlangsung selama tiga hari ya itu pada
ari artia (hari pertama), ari suma (hari kedua) dan ari anggara (hari ketiga)
6
di bulan sipaha sada pada kalender batak. Upacara ritual ini diadakan di
Bale Pasogit Partonggoan yang di pimpin langsung oleh Ihutan Parmalim
(pemimpin utama Parmalim) dan di hadiri oleh seluruh ruas (umat
Parmalim), Upacara ini biasanya dilaksanakan pada siang hari yaitu pada
pukul 13:30 wib.
Di dalam pelaksanaan upacara tersebut, terdapat ensambel gondang
hasapi yang akan memainkan seluruh repertoar gondang yang ada selama
pelaksanaan upacara. Gondang hasapi merupakan salah satu ensambel
musik yang berasal dari batak toba, alat musik yang digunakan dalam
ensambel ini juga memiliki makna sebagai gondang parhinaloan atau
gondang permohonan.
Ensambel gondang hasapi terdiri dari lima instrumen musik yaitu
sebuah hasapi ende dan sebuah hasapi doal (lute kordofon), garantung
(Xlyofon), sarune etek (single reed aerofon), dan hesek (idofon).
Berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai
pembawa melodi diantaranya hasapi ende, garantung, dan sarune etek dan
sebagai pembawa ritme konstan adalah hasapi doal dan hesek.
gondang merupakan salah satu persyaratan dalam melaksanakan
upacara ritual sipaha sada yang berfungsi untuk memainkan seluruh
repertoar yng digunakan dalam upacara tersebut, selain itu, gondang juga
merupakan bagian dari seluruh persembahan yang akan di persembahkan.
Gondang yang dimainkan dalam upacara ritual Sipaha Sada dibagi menjadi
lima bagian, Gondang tersebut wajib dimainkan secara berurutan, yaitu:
7
1. Gondang alu-alu (gondang pembuka)
gondang ini adalah gondang pembuka upacara yang dimainkan
sebanyak tiga kali yaitu alu-alu kepada raja Nasiakbagi, alu-alu kepada
Raja naopatpulhopat dan alu-alu kepada Debata Mulajadi Nabolon
sebagai permohonan izin akan pelanksanaan upacara.
2. Gondang Tangiang/Tonggo-tonggo (gondang untuk berdoa)
Gondang tangiang/tonggo-tonggoan adalah gondang yang
dimainkan pada saat prosesi pembacaan tangian/tonggo-tonggo untuk
menyampaikan pelean somba (sesajian sembah) kapada seluruh pemilik
kerajaan malim. Gondang ini teridiri dari sepuluh repertoar gondang
yang berbeda dan terbagi mejadi dua bagian yaitu gondang pertama
sampai kelima ditujukan kepada pemilik kerajaan malim di banua
ginjang (benua atas), dan gondang keenam sampai kesepuluh di tujukan
kepada pemilik kerajaan malim di banua tonga (benua tengah).
Kesepuluh gondang tersebut sudah baku dan dimainkan secara
berurutan yaitu:
1. Gondang Debata Mulajadi Nabolon
2. Gondang Debata Natolu
3. Gondang SiBoruDeakParujar
4. Gondang NagaPadohaniAji
5. Gondang BoruSaneangNaga
6. Gondang Patuan Raja Uti
8
7. Gondang Tuhan Simarimbulubosi
8. Gondang Raja Naopatpuluopat
9. Gondang Raja Sisingamangaraja
10. Gondang Raja nasiakbagi.
3. Gondang parnignotan (gondang peringatan)
Gondang parningotan adalah gondang yang di mainkan sebagai
peringatan akan salah seorang leluhur parmalim yang pernah berjuang
memimpin dan dan mempertahankan ajaran Parmalim.
4. Gondang pangharoanan Tuhan Simarimbulubosi
Gondang Pangharoan Tuhan Simarimbulubosi merupakan
Gondang yang dimainkan sebagai peringatan akan kelahiran Tuhan
simarimbulubosi ke dunia. gondang ini terdiri dari dua belas reportoar
gondang yang berbeda-beda, yang ditujukan kepada Tuhan
Simarimbulubosi yang mnceritakan riwayat hidupNya, yaitu
1. gondang inanta namanubuhon Tuhan simarimbulubosi
2. gondang hatutubuni Tuhan simarimbulubosi,
3. gondang pangharoan Tuhan simarimbulubosi,
4. gondang didang-didang Tuhan simarimbulubosi.
5. gondang haposoon ni Tuhan simarimbulubosi.
6. sabda/ulaonna ni Tuhan simarimbuubosi.
7. gondang habengeton ni Tuhan simarimbulubosi.
9
8. gondang panghongkoppon ni Tuhan simarimbulubosi.
9. gondang hasiak bagion ni Tuhan simarimbulubosi.
10. gondang hamonangan ni Tuhan simarimbulubosi.
11. gondang parolop-olopan ni Tuhan simarimbulubosi.
12. gondang hasahatan-sitio-tio ni Tuhan simarimbulubosi
5. Gondang manortor (gondang untuk manortor)
Gondang manortor merupakan gondang yang digunakan pada
saat seluruh ruas menari. Tarian tersebut sebagai ungkapan syukur
mereka kepada Tuhan Debata atas berkat yang di berikan melalui Tuhan
Simarimbulubosi yang diutusnya untuk menyelamatkan manusia.Tai-
tarian atau tor-tor yang di sajikan pada upacara ini disesuaikan dengan
tari tor-toryang telah disepakati bersama oleh seluruh peserta yang akan
manortor, baik kelompok ibu, kelompok bapak, dan kelompok anak
muda.
6. Gondang panggohi (gondang penutup)
Gondang panggohi adalah gondang yang disajikan sebagai
gondang penutup upacara. Gondang tersebut dimainkan sebanyak
sepuluh kali pengulangan yang ditujukan kepada seluruh pemilik
kerajaan malim. gondang tersebut di mainkan secara berurutan sesuai
urutan tangiang/tonggo-tonggo.
10
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk
mendeskripsikan penyajian sepuluh Gondang Tangiang/tongo-tonggo dalam
upacara ritual Sipaha Sada, yaitu gondang ke dua yang disajikan pada saat
pelaksanaan upacara tersebut.
Gondang tersebut digunakan pada prosesi penyampaian
tangiang/tonggo-tonggo yang dilakukan oleh ihutan yang sedang memimpin
upacara. Berdasarkan hasil wawan cara penulis dengan beberapa informa,
gondang tersebut merupakan media penyampai dan penyempurna doa yang
di sampaikan pada saat itu kepada seluruh pemilik kerajaan malim yang
terpanggil dalam tangian/tonggo-tonggo.
Tangiang/tonggo-tonggo merupakan salah satu prosesi yang wajib
dalam setiap upacara ritual peribadatan Parmalim, namu gondang dalam
prosesi tersebut hanya akan dimainkan pada upacara ritual yang wajib
mengunakan gondang saja, baik gondang sabangunan atau gondang
hasapi, repertoar yang akan dimainkan sama saja.
Oleh karena itu, tulisan ini diberi judul: “deskripsi penyajian
Sepuluh Gondang Tangiang/Tonggo-Tonggo Dalam Upacara Ritual
Sipaha Sada Parmalim Di Kota Medan”.
1.2 Pokok Permasalahan
Sesuai dengan judul tulisan di atas, terdapat beberapa pokok
permasalahan yang akan di dijelaskan dalam tulisan ini. Pokok-pokok
permasalahan tersebut adalah:
11
1. Bagaimana jalannya upacara ritual Sipahasada Parmalim di kota
Medan.
2. Apa fungsi dari sepuluh Gondang Tangiang/tonggo-tonggo dalam
upacara ritual sipaha sada pada umat Parmalim di Kota Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan jalannya upacara ritual sipaha sada
Parmalim di kota Medan.
2. Untuk mendeskripsikan fungsi sepuluh Gondang Tangiang/tonggo-
tonggo dalam upacara ritual sipaha sada Parmalim.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai pembelajaran mengenai ritual sipaha sada Parmalim bagi
setiap pembaca.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang mempunyai keterkaitan
dengan topik penelitian
3. Untuk menambah dokumentasi mengenai upacara ritual sipaha sada
Parmalim di Program studi etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
4. Sebagai pengaplikasian atau pengembangaan ilmu yang telah di
peroleh penulis selama berkuliah di program studi Etnomusikologi,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
12
1.5 Konsep dan Teori
1.5.1 Konsep
Untuk memberikan pemahaman yang sama dalam tulisan ini, perlu
diuraikan kerangka konsep yang digunakan sebagai landasan yaitu; fungsi
dan penggunaan sepuluh gondang tangiang/tonggo-tonggo dalam upacara
ritual sipaha sada. Parmalim adalah satu aliran kepercayaan yg berasal dari
tanah batak. Parmalim berasal dari dua suku kata bahasa batak yaitu par
yang berarti orang yang memeluk/orang yang melaksanakan, sedangkan
malim adalah suci, berdasarkan defenisi di atas Parmalim berarti orang-
orang yang memeluk dan melaksanakan aliran kepercayaan yang suci.
Dalam aktivitas kepercayaannya Parmalim memiliki 7 (tujuh) upacara ritual
peribadatan yang wajib di laksanakan. Ritual-ritual tersebut memiliki arti
dan tujuan yang berbeda-beda.
Upacara ritual adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan
aliran kepercayaan. Upacara ritual yang di maksud dalam kajian ini adalah
upacara ritual sipaha sada Parmalim, yaitu upacara yang dilaksnakan sekali
satu tahun pada bulan sipaha sada (bulan pertama) berdasarkan kaalender
Batak. Di dalam perhitungan waktu kalender Batak, terdapat dua belas
bulan dalam satu tahun masing-masing bulan diberi nama berdasarkan
urutan angka yaitu sipaha sada/bulan satu, sipaha dua/bulan dua, sipaha
tolu/bulan tiga, sipaha opat/bulan empat sipaha lima/bulan lima, sipaha
onom/bulan enam, sipaha pitu/bulan tujuh, sipaha walu/bulan delapan,
13
sipaha sia/bulan sembilan, sipaha sampulu/bulan sepuluh, sipaha sampulu
sada/bulan sebelas, sipaha sampulu dua/bulan dua belas.
Sipaha sada yang dimaksud dalam kajian ini adalah upacara ritual
yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Tuhan Simarimbulubosi
yang jatuh pada hari ke dua di bulan sipaha sada (bulan pertama). Bulan
sipaha sada jatuh pada bulan Februari tepatnya pertengahan bulan Februari
berdasarkan kalender Masehi.
Di dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada terdapat ensambel
gondang hasapi yang digunakan untuk memainkan seluruh repertoar yang
terdapat dalam upacara tersebut, gondang juga memiliki arti sebagai
upacara ritual, alat musik, ensambel musik, dan repertoar lagu. Konsep
gondang dalam kajian ini adalah sebagai repertoar lagu yaitu sepuluh
gondang tangiang/tongo-tongo dalam upacara ritual sipaha sada.
Tangiang/tongo-tongo adalah doa yang di panjatkan oleh seluruh
umat Parmalim melalui uluan (pemimpin upacara) kepada seluruh pemilik
kerajaan malim yang berada di banua ginjang (benua atas), banua tonga
(benua tengah), dan banua toru (benua bawah) untuk menyampaikan
pelean somba (sesajian sembah).
Fokus kajian dalam tulisan ini adalah deskripsi penyajian sepuluh
gondang tangiang/tonggo-tonggo dalam upacara ritual sipaha sada
Parmalim.deskripsi penyajian yang dimaksud adalah penjelasan secara
rinci mengena tata cara penyajian kesepulu gondang tangia/tonggo-tonggo
tersebut.
14
1.5.2 Teori
Teori merupakan landasan dalam berfikir. Dalam hal ini penulis
menggunakan beberapa teori sebagai pondasi. Untuk mengkaji fungsi
kesepulu gondang tersebut penulis menggunaka teori use and fungtion oleh
Allan P. Merriam dalam bukunya The Anthropology of Music. Pada buku
tersebut dijelaskan 10 (sepuluh) fungsi dan penggunaan musik yaitu: (1)
fungsi pengungkapan emosional (the funtion of emotional), (2) fungsi
penghayatan estetis (the funtion of aesthetic enjoyment), (3) fungsi hiburan
(the funtion of entertainment), (4) fungsi komunikasi (the funtion of
comunication), (5) fungsi perlambangan (the funtion of symbolic
representation), (6) fungsi reaksi jasmani (the funtion of physical response),
(7) fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial (the funtion of
enforcing coformity to social norms), (8) fungsi pengesahan lembaga sosial
dan upacara agama (the funtion of validation of social institution and
religious rituals), (9) fungsi kesinambungan budaya (the function of
contribution to the continuity and stability of culture), dan (10) fungsi
pengintegrasian masyarakat (the funtion of contribution the integration of
society).
Untuk mengkaji upacara ritual sipaha sada, penulis menggunakan
teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1984: 243) yang
menyatakan bahwa komponen upacara ada 4, yaitu : (1) tempat upacara, (2)
saat upacara, (3) alat-alat perlengkapan upacara, dan (4) pendukung dan
pemimpin upacara. Sehingga penulis akan mendeskripsikan secara bertahap
15
bagaimana penyajian upacara tersebut dan apa komponen-komponen yang
mendukung di dalamnya.
1.5.3. Tinjauan Pustaka
Sebagai acuan dan tambahan referensi untuk memperoleh data yang
kongkrit dan untuk menghindari kesamaan pokok pembahasan dalam
menulis, penulis mengunakan beberapa buku. diantaranya tulisan Irwansyah
Harahap yang menulis buku dengan judul “Hata Ni Debata”. Buku ini berisi
tentang sejarah dan perkembangan Parmalim secara umum, secara khusus
bagian yang membahas makna kata Parmalim: Berdasarkan etimologi kata,
Parmalim berasal dari dua suku kata bahasa Batak Toba yaitu “par” berarti
orang yang melaksanakan, dan “malim” berarti suci. Jadi Parmalim adalah
orang yang memeluk aliran kepercayaan yang suci.
Kemudian Ibrahim Gultom menulis buku dengan judul “Agama
Malim di tanah Batak”. Secara umum buku ini membahas keberadaan
Parmalim di tanah batak, terkhusus deskripsi keseluruhan ritual peribadatan
Parmalim.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelititan adalah suatu rancangan kegiatan yang akan di
lakukan untuk memperoleh data/informasi yang akurat bertujuan untuk
menyelesaikan sebuah penelitian. oleh karena itu, di dalam tulosan ini
digunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif yaitu metode
16
yang di kemukakan oleh Koentjaraningrat (1990: 29) mengemukakan
bahwa metode penelitian yang bersifa deskriptif adalah metode penelitian
yang bertujuan untuk memaparkan secara tepat sifat-sifat suatu individu,
keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau
penyebaran dari suatu gejala ke gejala lain dalam suatu masyarakat.
Menurut Nawawi dan Martini (1995: 209) metode penelitian kualitatif
adalah rangkaian atau proses menjaring data (informasi) yang bersifat
sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang
kehidupan tertentu pada objeknya.
Ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian
dalam disiplin Etnomusikologi yaitu (Nettl 1964: 62-64) kerja lapangan
(field work) dan kerja laboratorium. Kerja lapangan ini meliputi pemilihan
informan, pendekatan dan pengumpulan data, pengumpulan dan perekaman
data, latar belaksang perilaku sosial ataupun mempelajari seluruh pemakaian
musik. Kerja laboratorium (desk work), kerja laboratorium meliputi
pengolahan data yang didapat dari lapangan, menganalisis dan membuat
hasil dari keseluruhan data-data yang diperoleh.
1.7 Lokasi Penelitian
Adapun tempat yang menjadi lokasi penelitian penulis, berada di
kota Medan. Tepatnya di Komplek Istana Parmalim jl. Air bersih ujung,
kelurahan Sudi rejo, Kecamatan Medan teladan. komplek ini merupakan
cabang rumah peribadatan Parmalim di kota medan yang berpusatat di desa
17
Huta tinggi, kecamatan lagu boti, kabupaten toba samosir.Untuk
mendukung informasi mengenai upacara ini, maka penulis memilih lokasi
tersebut sebagai lokasi penelitian, Karena lokasi tersebut berada di daerah
yang mudah di jangkau, informan yang mudah untuk di temui, dan juga
upacara ritual sipaha sada yang telah di laksanakan pada tgl 16-17 februari
2018 di lokasi tersebut.
18
BAB II
GAMBARAN UMUM PARMALIM DI KOTA MEDAN
2.1 Parmalim di Kota Medan
Seperti telah di jelaskan pada bab sebelumnya bahwa Parmalim
adalah satu aliran kepercayaan yang telah menjadi bagian dari ungkapan
spiritual lokal di Indonesia yang berasal dari tanah Batak. Defenisi
Parmalim menurut Parmalim itu sendiri adalah ima sada ugamo na
pinatuat ni Debata Mulajadi Nabolon tu liat ni portibiona na
marhajongjongan di tano batak, yang berarti bahwa Parmalim adalah satu
ajaran agama yang telah di turunkan oleh Tuhan Debata ke dunia yang
berkedudukan di tanah batak.
Pada tahun 1921, Parmalim telah mendapat izin dan perizinan dari
pemerintahan kolonial Belanda untuk mendirikan satu rumah peribadatan
Parmalim yang disebut dengan bale pasogit partonggoan. rumah peribadat
tersebut didirikan oleh indung bolon Parmalim (ihutan Parmalim pertama)
di desa Huta tinggi, kecamatan Lagu boti, kabupaten Tobasa.
Aliran kepercayaan ini telah menyebar ke beberapa daerah diluar
dari tanah batak. pada umumnya, persebaran tersebut terjadi karena adanya
perpindahan penduuk masyarakat batak toba ke berbagai daerah untuk
bekerja, malanjutkan pendidikan dan sebagainya. Terkusus bagi pemeluk
aliran kepercayaan Parmalim, mereka menyebar ke beberapa daerah dan
mendirikan rumah peribadatan di daerah yang mereka tinggali.
19
Salah satu daerah yang menjadi lokasi persebaran Parmalim adalah
kota Medan. Parmalim di daerah ini sudah ada mulai sekitar tahun 1970 an,
yang bertempat di Jl Jaya 2 Simpang limun Medan Amplas, lokasi tersebut
menjadi tempat berkumpulnya umat Parmalim pertama yang berdomisili di
daerah Kota Medan dan sekitarnya. Pada awalnya mereka hanya berjumlah
sekitar 4 (empat) kepala keluarga saja. Mareka melasankan rituaal
peibadatan di lokasi tersebut yakni di rumah Raja Marnangkok naipospos
yang pada saat itu sebagai ihutan Parmalim huta tinggi laguboti, karena
pada saat itu mereka belum memiliki rumah peribadatan di daerah tersebut.
2.2. Lokasi dan Tempat Peribadatan
Seiring dengan berjalannya waktu, umat Parmalim di Kota Medan
semakin bertamabah. Hal ini terjadi karena perpindahan penduduk dari
daerah tanah batak menuju kota Medan hingga pada saat ini masih
berlangsung secara berlahan. Semakin bertambah nya umat Parmalim
tersebut, maka kebutuhan akan rumah peibadatan pun semakin mendesak.
Pada tahun 2005, sebuah rumah peribadatan Parmalim di kota
Medan mulai di dirikan, pemmbanguna tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan umat Parmalim aknn rumah peribadatan yang dapat digunakan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Pembangunan rumah peribadatan tersebut dimulai pada Rabu. 04.
05. 2005, yaitu peletakan batu pertama bale parsantian (rumah peribadatan
Parmalim cabang) oleh Raja Marnangkok naipospos yang pada saat itu
20
sebagai ihutan Parmalim huta tinggi. Bangunan tersebut di dirikan di atas
lahan seluas 1591 M2 yang berlokasi di jl. Air bersih ujung, kelurahan Sudi
rejo, Kecamatan Medan Teladan. Tanah tersebut merupakan lahan ibah dari
salah seorang ruas Parmalim yang memiliki kemampuan finansial,
sehingga beliau membebaskan lahan tersebut sebagai kompek bale
parsantian Parmalim di kota medan.
Keberadaan Parmalim di jalan air bersih tersebut pada awalnya
mengalami penolakan dari masyarakat sekitar. Penolakan tersebut berupa
keberatan ketidak setujuan masyarakat sekitar akan kehadiran Parmalim di
lingkungan mereka, dengan alasan bahwa mereka takut, kehadiran
Parmalim tersebut membawa pengaruh buruk bagi anak dan sanak saudara
mereka, yang mengatakan bahwa Parmalim itu ajaran yang sesat dan tidak
baik berada di lingkungan mereka.
Berbagai usaha dilakukan oleh umat Parmalim agar penolakan
tersbut tidak berlarut-larut, usaha yang mereka lakukan adalah pendekatan
pribadi dengan mendatangi ke rumah-rumah penduduk dan juga pendekatan
perkelompok dengan tujuan untuk menjelaskan bahwa pandangan mereka
terhadap Parmalim pada saat itu tidak benar adanya. Penolakan tersebut
berlangsung beberapa lama yang mengakibatkan tertundanya pembangunan
bale partsintian tersebut.
Dengan perjuangan dan usaha-ussaha yang telah dipebuat, maka
penolakaan tersebut berangsur berubah menjadi respon yang positif.
Hingga pada saat ini, keberadaan Parmalim di jalan air bersik ujung tersebut
21
telah diterima di lingkungan masyarakat sekitar baik secara pribadi,
kelompok, maupun secara atministrasi negara.
Bale parsantian Parmalim yang berada di jalan air bersih kota
Medan diresmikan pada Kamis, 23, 06, 2011 oleh Raja Marnangkok
naipospaspos selaku ihutan Parmalim huta tinggi pada saat itu. Peresmian
tersebut di hadiri oleh seluruh ruas Parmalim cabang kota medan, utusan
dari punguan Parmalim di luar dari kota Medan, masyarakat setempat,
pemerintah setenpat, pemerintah daerah, dan pihak kepolisisan.
Bale parsantian adalah istilah atau nama rumah peribadatan
Parmalim di cabang, istilah tersebut berlaku untuk semua rumah
peribadatan Parmalim cabang yang ada di berbagai daerah.. Adapun ritual
peribadatan yang wajib di laksanakan di bale parsantian tersebut adalah
upacara ritual mar ari sabtu, yaitu upacara ritual yang wajib dilaksanakan
satu kali satu minggu oleh seluruh umat Parmalim dimana pun berada.
2.3. Struktur Kepengurursan Parmalim
Bale parsantian Parmalim yang di dirikan di Jalan Air bersih ujung
merupakan salah satu cabang bale pasogit partonggoan Parmalim huta
tinggi yang berada di luar dari tanah batak, bale parsantian tersebut menjadi
pusat pelaksanaan peribadatan serta kegiatan keagamaan umat Parmalim di
kota medan dan sekitarnya.
Pada awalnya, bale pasogit partonggoan di dirikan di huta tinggi
lagu boti, bale pasogit partonggoan tersebut menjadi pusat dari seluruh
22
punguan Parmalim yang ada. Rumah peribadatan tersebut di dirikan oleh
indung bolon (ihutan pertama Parmalim) yakni Raja mulia naipospos atas
perintah guru nya raja Nasiakbagi.
Kepemimpinan pusat Parmalim huta tinggi berlangsung selama 4
(empat) generasi kepemimpinan yang di wariskan secara turun temurun
oleh keturunan dari indung bolon Parmalim yakni Rja mulia naipospos
sebagai generasi pertama, kemudian di wariskan kepa Raja Ungkap
naipospos sebagai generasi ke dua, dan kemudian di diwariskan kepada Raja
Marnangkok naipospos sebagai generasi ketiga, dan di wariskan kembali
kepada Raja Poltak naipospos sebagai generasi ke empat ihutan Parmalim
huta tinggi.
Raja Poltak naipospos (ihutan Parmalim generasi ke empat) bersama
sebahagian umat Parmalim huta tinggi yang meneruskan kepmimpinan dari
ayahnya Raja Marnangkok naipospos (generasi ketiga ihutan Parmalim)
pindahan ke desa si onggang, kecamatan lumban julu, Kabupaten Tobasa
untuk meneruskan ajaran dan seluruh aktivitas kepercayaan Parmalim.
Dengan adanya perpindahan tersebut, maka lokasi pusat
kepemimpinan Parmalim pun di tetapkan di Desa Si Onggang, lumban julu,
Tobasa. Dengan beberapa punguan yang ikut mendukung lokasi tersebut
sebagai pusat kepemimpinan Parmalim. Salah satu punguan tersebut adalah
punguan Parmalim Kota Medan.
23
Sistem kepengurusan Parmalim pada dasarnya telah di susun dan
terstruktur dalam sa/tu sistem yang di anut Parmalim. Sistem tersebut
memiliki makna dan filosopi tersendiri bagi umat Parmalim, sistem
tersebut telah ada tersusun dan terlaksana jauh sebelum aliran kepercayaan
tersebut dihimpun dalam satu kelompok yang disebut Parmalim. sistem
kepengurusan ini lah yang di gunakan dalam struktur kepemimpinan
Parmalim di pusat atau pun di cabang untuk mengetur segala hal yang
berhubungan dengan keberlangsungan seluruh kegiatan spiritual maupun
non spiritual Parmalim.
Adapun struktur kepemimpinan tersebut adalah sebuah sistem yang
disebut dengan suhi ni ampang na opat, yaitu sistem yang di bentuk dan
diberkati oleh Debata Mulajadi Nabolon untuk menajalankan kerajaan
malim di banua ginjang (banua atas). Sistem suhi ni ampang na opat terdiri
dari empat pemimpin yang berkedudukan sama dan memiliki fungsi yang
berbeda.
Suhi ni ampang na opat tersebut di turunkan langsung oleh Debata
Mulajadi Nabolon melalui Debata na tolu kepada patuan raja malim untuk
menjalankan kerajaan malim di banua tonga (benua tengah).
Berikut adalah pengertian dan fungsi masing-masing aitem dari sistem suhi
ni ampang na opat.
24
2.3.1. Raja Pargonggom
Raja pargonggom adalah satu figur pemimpin dari sistem suhi ni
ampang na opat yaitu sebagai ketua, dan bertugas sebagai pembawa atau
pemimpin seluruh ritual-ritual peribadatan Parmalim baik di cabang maau
pun di pusat. Raja pargonggom yang memimpin di pusat disebut sebagai
ihutan Parmalim (pemimpin utama Parmalim), sedangkan raja
pargonggom yang memimpin di setiap punguan disebut ulu punguan
(pimpinan cabang Parmalim).
Yang menjadi raja pargonggom/ulu punguan di kota medan mulai di
didirikan nya punguan tersebut hingga pada saat ini adalah amang Rinsan
simanjuntak. Beliau lah yang menjadi ulu punguan pertama yang memimpin
di pungusn tersebut. beliau di pilih langsung oleh ihutan Parmalim pada
saat itu berdasarkan kriteria dan petunjuk yang diterima oleh ihutan dari
Debata Mulajadi Nabolon.
2.3.2. Raja Partahi
Raja partahi adalah satu figur pemimpin dari ke empat suhi ni
ampang na opat yang bertugas sebagai perancana atau perancang segalah
sesuatu yang berhubungan dengan keberlangsungan kegiatan dan masa
depan Parmalim. Yang menjadi pengemban tugas sebagai raja partahi sejak
di dirikannya punguan Parmalim kota medan hingga pada saat ini adalah
amang Lambok manurung. Beliau juga di hunjuk langsung oleh ihutan
25
Parmalim pada saat itu berdasarkan kriteria dan petunjuk yang diterima oleh
ihutan dari Debata Mulajadi Nabolon.
2.3.3. Raja Pangumei
Raja pangumei adalah figur satu pemimpin dari sistem suhi ni
ampang na opat yang berfungsi sebagai penasehat. Raja pangume bertugas
menyelesaikan segala pertikayan, dan permasalahan di tengah-tangah umat
Parmalim. Yang menjadi pengemban tugas sebagai raja pengumei sejak
didirak nya punguan Parmalim kota medan hingga pada saat ini adala
amang Jonga gultom beliu juga dihunjuk langsung oleh ihutan Parmalim
pada saat itu berdasarkan kriteria dan petunjuk yang diterima oleh ihutan
dari Debata Mulajadi Nabolon.
2.3.4. Raja Namora
Raja namora adalah figur satu pemimpin dari sistem suhi ni ampang
na opat yang bertugas sebagai pemegang dan pengatur sistem ke uangan
yang disebut sebagai sitiop puro atau pemegang harta dari satu punguna
atau pun Parmalim pusat. Yang menjadi pengemban tugas sebagai raja
mamora sejak di dirikan nya punguan Parmalim Kota Medan adalah amang
Demson butarbutar beliau juga dipilih langsung oleh ihutan pada saat itu
berdasarkan kriteria dan petunjuk yang diterima oleh ihutan dari Debata
Mulajadi Nabolon.
26
Keempat fungsi dari sistem suhi ni ampang na opat tersebut
terdapat di pusat atau pun di cabang Parmalim, sistem dan fungsi nya sama,
hanya saja skala, ruang lingkup kerja dan fungsi dari suhi ni ampang na
opat yang di pusat lebih luas karena mencakup ruas Parmalim keseluruhan,
sedangkan di cabang hanya mengatur ruas punguan masing-masing.
Seluruh jajaran kepemimpinan Parmalim yang terdapat di punguan
Parmalim di hunjuk langsung oleh ihutan Parmalim, dan tidak ada masa
periode kepemimpinan. Kepemimpinan tersebut berakhir apa bial sudah
tidak mampu lagi untuk melakukan tugas atau di berhentikan oleh ihutan
Parmalim karena adanya penyimpangan
Suhini ampang naopat
Raja namora Raja pangumei Raja partahi Raja pargomgom
Suhi ni ampang naopat punguan
Parmailim
Raja namora Raja pangumei Raja partahi Raja pargomgom
Ruas
pParmalim
27
2.4. Keanggotaan
Parmalim adalah orang yang menganut kepercayaan dari leluhur
masyarakat batak toba, ya itu satu aliran kepercayaan yang mempercayai
bahwa Debata Mulajadi Nabolon sebagai tuhan yang maha kuasa dan
pencipta alam semesta. Kata Parmalim sendiri berasal dari dua suku kata
bahasa baatak, yaitu “par” yang berarti orang yang melaksanakan atau
pelaku, dan “malim” adalah suci.
Berdasarkan etimologi kata tersebut dapat di artikan bahwa
Parmalim adalah sebutan terhadap orang-orang yang menganut aliran
kepercayaan yang suci. Istilah Parmalim sendiri lazim di kenal di kalangan
orang banyak sebagai satu nama aliran keperacayaan, namun hal tersebut
tidak menjadi persoalan bagi umat Parmalim, mereka menganggap bahwa
itu hanya sebuah nama saja yang tidak akan mempengaruhi pelaksanaan
kegitana mereka.
Setiap orang yang telah menerima dan percaya kepada Debata
Mulajadi Nabolon sebagai tuhan yang maha kuasa, kemudian melaksanakan
ritual-ritual peribadatan, memberikan pelean (persembahan), dan
melaksaanakan hamalimon (ajaran Parmalim), maka seseorang tersebut
dapat dikatakan seorang Parmalim.
Parmalim juga memiliki istilah tersendiri yang digunakan untuk
menyatakan bahwa seseorang tersebut adalah salah satu bagian dari anggota
permalim yaitu ruas. Apa bila diartikan secara makna kata, ruas berarti
28
anggota dari satu kelompok aliran kepercayaan tertentu. Istilah ini berasal
dari bahasa batak, ruas juga dapat di artikan sebagai peserta.
Seorang umat Parmalim dapat di katakan sebagai seorang Parmalim
apabila orang tersebut telah tercatat sebagai anggota kelompok Parmalim
yang dikenal dengan istilah ruas Parmalim. Ruas Parmalim yang tercatat
sebagai anggota kelompok bale pasogit partonggoan disebut sebagai ruas
Parmalim bale pasogit partonggoan, sedangkan anggota yang tercatat di
tiap-tiap cabang di sebut ruas pungan Parmalim yang dibagi berdasarkan
punguan Parmalim di daerah masing-masing.
Dinyatakan sebagai ruas pamalim pusatt atau pun punguan, apa bila
seorang tersebut telah mengalami dua proses inisiasi yang secara otomatis
akan menjadikannya ruas Parmalim, yaitu apa bila seorang laki-laki
menikah dengan seorang perempuan dan melaksanakan pamasumasuon
(pemberkatan nikahan) yang dilaksanakan di bale pasogit partonggoan atau
pun di bale parsantian yang di pimpin oleh ihutan Parmalim atau pun ulu
punguan dengan di hadiri oleh sanak saudara, kaeluarga dan ruas permalim
lainnya. Dengan dilaksanakan nya pamasumasuon tersebut maka kedua
mempelai dinyatakan resmi dna tercatat sebagai ruas Parmalim di pusat
maupundi punguan, yakni mempelai pria sebagai ruas ama (anggota
kelompok bapak), dan mempelai wanita sebagai ruas ina (anggota
kelompok ibu).
Berikutnya apa bila seorang anak lahir, tumbuh dan berkembang di
ditengah-tangah keluarga yang berlatar belakang raus Parmalim yang
29
terdaftar di pusat atau pun punguan maka secara otomatis anak tersebut
adalah ruas Parmalim yang di sebut tunas naimbaru. Istilah tersebut di
gunakan untuk menyebut anggota kelompok naposo (pemuda) Parmalim.
Anggota kelompok naposo Parmalim yang disebut dengan tunas
naimbaru adalah setiap pemuda baik laki-laki atau perempuan yang ikut
serta dalam kegitana-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan Parmalim
pusat ataupun punguan, dan menyatakan diri nya sebagai Parmalim, yang
artinya bahwa setiap pemuda yang mempercayai ajaran Parmalim dan mau
mengikuti ajarannya maka dia dapat di nyatakan ruas Parmalim sebagai
tunas naimbaru.
Istilah tunas naimbaru berasal dari bahasa batak toba yaitu “tunas”
yang berarti bibit, sedangkan “naimbaru” adalah yang baru. Jika diartikan
berdasarkan arti kata dalam bahasa batak, tunas naimbaru berarti bibit yang
baru. Namun makna tunas naimbaru yang dimaksud adalah generasi
pemuda Parmalim yang akan meneruskan ajaran Parmalim di masa yang
akan datang.
Jumlah ruas punguan Parmalim Kota Medan mulai sejak
dibentuknya punguan tersebut yakni ssekitar tahun 1970 an hingga pada
saat ini (2018) telah berjumlah kurang lebih seratus kepala keluarga atau
sekitar empat ratus jiwa. jumlah tersebut tidak termasuk ruas yang telah
pinda, meninggal, keluar dari Parmalim, dan juga simpatisan (anggota yang
tidak terdaftar secara atministrasi), melainkan hanya jumlah dari ruas yang
30
aktif, menetap, dan tercatat secara atministrasi di punguan Parmalim Kota
Medan.
Ruas punguan Parmalim Kota Medan pada umumnya yang
berdomisili disekitar Kota Medan tetapi ada juga yang berdomisili di
pinggiran dan bahkan di luar dari Kota Medan seperti Tebing tinggi, Tanah
karo, Deli serdang, Medan Belawan dan lain-lain. Ruas tersebut pada
umunya memiliki mata pencaharian atau pekerjaan yang sama seperti
penduduk pada umumnya.
2.5. Struktur Peribadatan
Dalam aktifitas kepercayaannya, Parmalim memiliki tujuh ritual
komunal peribadatan yang wajib dilaksanakan oleh umat Parmalim. Seluruh
upacara ritual tersebut di laksanakan sebagai salah satu cara untuk bertemu
dengan Tuhan Debata Mulajadi Nabolon dan seluruh pemilik kerajaan
malim lainnya, untuk menyampaikan pelean berupa sesajian-sesajian dan
juga untuk menyampaikan doa dan permohonan mereka.
Seluruh upacara ritual tersebut memiliki makna dan tujuan yang
berbeda-beda, hal tersebut dapat di lihat dari beberapa hal yang menjadi
bagian penting dalam upacara tersebut yakni waktu dan tempat pelaksanaan
upacara, proses penyajian upacara, perlengkapan dan pendukung upacara
serta latar belakang dilaksanakan nya upacara tersebut.
31
Berikut ini adalah deskripsi singkat ke tujuh upacara ritual komunal
Parmalim secara umum.
2.5.1. Mar ari sabtu
Mar ari sabtu adalah upacara ritual yang telah terjadwal dan wajib
dilaksanakan setiap satu minggu sekali, yakni pada hari sabtu. Upacara
ritual tersebut di adakan di tiap rumah peribadatan Parmalim yang ada di
daerah masing-masing, seperti bele psdogit psrtonggosn apa bila di pusat
atau di bele parsantian apa bila di punguan.
Berikut adalah dasar pelaksanaan upacara ritual mar ari sabtu.
(a). Ganup jumpang ari sabtu ingkon marpungu Parmalim tu punguan
naung tinontuho di ingananna be.
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap umat Parmalim harus datang dan
berkumpul dalam satu rumah peribadatan Parmalim untuk melaksanakan
ritual peribadata mar ari sabtu, yaitu upacara yang dilaksanakan setiap satu
kali dalam satu minggu tepat nya pada hari sabtu.
(b).Ndang jadi ukahonon manang na aha namarupahon ulaon siapari
manang ngongong sambing di jabu di na sadari I alana patik mandok oloan
aturan,
Pada ayat ini menjelaskan bahwa setiap umat Parmalim tidak boleh
bekerja pada hari sabtu. Tidak boleh bekerja berariti tidak melaksanakan
pekerjaan yang menjadi rutinitas sehari hari melainkan pergi ke runah
peribadatan untuk mengikuti ritual mar ari sabtu.
(c). Aturan on niulahon marhite daupa dohot pangurason pinasahat marhite
tangiang manang tonggo-tonggo laho manopoti dosa. Arion tinontuhon ni
raja nasiak bagi ari pamujian paradianan gabe aturan.
Pada patik ayat yang ketiga mengandung makna dari pelaksanaam
ritual mar ari sabtu, yaitu bukan saja sebagai wadah perkumpulan untuk
sekedar berdoa, melainkan sebagai wadah permohonan penghapusan akan
dosa yang telah di perbuat selama satu minggu. permohonan tersebut
disampaikan melalui pelean dan pembacaan tangiang/tonggo-tonggoan
sebagai media permohonan.
32
(d). Angka pangalaho , sangkap manang naung niulahon sian napininsang
ni patik nagabe dosa, ingkon topotan mai marhite aturan dibagasan ugamo
malim pinasahat marhite tangian managtonggo-tonggo.
Dalam ayat yang ke empat dijelaskan bahwa dalam melakukan
upacara ritual mar ari sabtu harus lah dengan hati yang tulus, ikhlas dan
bertekat untuk tidak melakukan dosa-dosa yang sebelumnya, karena upacara
ritual tersebut adalah salah satu ritual yang berfungsi sebagai wadah
permohonan penghapusan dosa.
(e).Ingkon himbul, polin ,gomos, jala tulus do roha marningot laos
manopoti dosa naung niulahon di ari naung salpu,laho masuk tu dalan
pardomuan ingkon iasdo jala malim.
Ayat yang ke lima ini mengatakan bahwa didalam melaksanakan
mar ari sabtu, jiwa harus ikhlas, hati tegar, tulus dan fokus kepada Tuhan
serta bersih dan suci untuk datang melaksanakan marari sabtu
2.5.2. Martutu Aek
Martutu aek adalah satu upacara ritual Parmalim yang bersifat
pengesahan. upacara ritual tersebut di laksanakan dengan tujuan
penyambutan kelahiran seorang anak, pemberian serta pengesahan nama
anak tersebut. Berdasarkan kepercayaan Parmalim, setiap manusia memiliki
tondi (roh) yang berasal dari Debata Mulajadi Nabolon, dan bila waktunya
tiba, tondi tersbut akan kembali kepada debata mula jadi nabolon sebagai
pemilik tondi tersebut.
Sebagai umat Parmalim, harus lah mengucap syukur untuk setiap
pemberian dari Debata, kelahiran seorang anak adalah satu anugrah dan
kebahagiaan yang besar bagi setiap umat, maka sudah sepantasnya lah
mengucap syukur kepada Debata Mulajadi Nabolon atas anugerah tersebut.
Mar tutu aek juga dapat di artikan sebagai bentuk dari ungkapan
ucapan syukur umat Parmalim, karena di dalam upacara ritual tersebut juga
33
dilakukan pelafalan tonggo-tonggoan yang bertujuan untuk menyampaikan
ucapan syukur tersebut dalam bentuk pelean (sesajian-sesajian).
Berikut ini adalah dasar pelaksanaan martutuaek
(a). Dung pe gok umur ni posoposo isabulandi ari naung tinitidisim
dipungka manang disahapho/n goarni posoposo i.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa, setelah bayi yang lahir genap
berumur satu bulan, barulah boleh diberi dan disahkan namanya dalam satu
upacara ritual yang telah ditentukan.
(b). Aturan nadiulahon marhite daupa dohot pangurason.anggir dua
dibagasan mangkuk puti sada rupia lima atas abit nabontar paradatan on
ma bagian ni guru ihutan.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa, aturan peribadatan dilaksanakan
dengan menyampaikan persembahan berupa dupa dan aek pangurason
dengan dua buah jeruk purut didalamnya, dan ada juga parbuesanti yang
didalamnya ada lima uang satu rupiah, serta lima hasta kain putih dan juga
paradatan yang diserahkan kepada tuan guru ihutan selaku pimpinan.
(c). Ndang boi boanon posoposo i tu aek ianggo so di partutuaek dope.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa, bayi yang baru lahir tidak boleh
dibawa kemata air sebelum dilaksanakan martutu aek kepada bayi tersebut.
(d). Molo tung pinaksa ni tingki gabe tarboan posoposo i tari par huta
manang aek dinamamungka boarna ndang baenon be posoposo i tu aek.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa, apabila keadaan terpaksa seorang
anak dibawa bepergian dan kebetulan melewati mata air, pada waktu
penabalan namanya si anak tidak perlu lagi dibawa kemata air untuk
memandikanya.
(e). Ndang adong si dalian marhantangkanghon ala ni hapogoson so
mangoloi aturan di ugamo malim ai tarsurat di pustaha habonaron ni pis
na mantat neang ma hapalna mantat dokdok na.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa, tidak ada alasan apapun untuk tidak
menaati aturan agama malim termasuk alasan kemiskinan karena martutu
aek telah terlulis dalam pustaha habonaron.
(f). Suhhut aturan siulahonon asing dipunguan ari sabtu ingkon ihuta ni
ugamo malim manang wakilna pasahatonsa.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa, setiap upacara yang terdapat dalam
peraturan agama malim harus dipimpin oleh ihutan kecuali marari sabtu.
34
2.5.3. Pasahat Tondi
Pasahat tondi adalah upacara ritual Parmalim yang bertujuan untuk
mendoakan orang yang sudah meninggal. Pasahat todi, berasal dari bahasa
batak yaitu “pasahat” yang berarti penyampaian atau penyerahan,
sedangkan “tond”i adalah arwah atau roh. berdasarkan pemaknaan kata
tersebut dapat di artikan bahwa pasahat tondi berarti penyampaian atau
penyerahan roh kepada Debata Mulajadi Nabolon sebagai pemilik roh
tersebut.
Berdasarkan konsep ajaran Parmalim, setiap manusia memiliki tondi
yang telah ada sejak manusia itu di lahirkan dan roh tersebut, akan tetap
berada dalam diri manusia tersebut selama dia hidup dan akan kembali
kepada pemiliknya apabila manusia tersebut meniggal dunia.
Kedatangan atau kehadiran tondi tersebut dikenal dengan istilah
haroanan tondi yang terjadi tepat pada hari hatutubu (kelahiran) seorang
anak, yang di rayakan, di sahkan, dan di doakan dalam upacara ritual
martutu aek. Sedangkan hamatean adalah peristiwa yang terjadi dimana
tondi telah keluar dan meninggalkan tubuh manusia tersebut untuk kembali
pada pemilik nya. Tubuh manusia yang telah di tinggalkan oleh tondi di
sebut dengan istilah Bangke (jenazah). Tondi yang telah meniggalkan
tubuhnya harus di serahkan kembali kepada pemilik nya yaitu Debata
Mulajadi Nabolon dengan melaksanakan upaacara ritual pasahat tondi, dan
apa bila tondi yang tidak diserahakan, maka tondi tersebut akan menangis
dan terus menunggu diserahkan melalui upacara tersebut.
35
Berikut ini adalah pelaksanaan pasahat tondi:
(a). Ndang jadi matektek ilu jala ndang jadi tangisan manang andungan
mamereng marujung ngolu rodi namate sotung ramun tarambat tondina tu
debata (haporseaon)
Pada ayat ini dijelaskan bahwa tidak boleh menangisi bahkan
meratapi orang yang sudah meninggal dunia, hal ini dipercaya akan
menghambat perjalan roh menuju tempat dimana dia akan di tempatkan
Debata.
(b). Ndang jadi mangan saleleng dihuta dope bangke ondeng (haramunon)
Pada ayat ini dijelaskan bahwa, ketika jenazah masih dirumah atau
belum dikebumikan, umat Parmalim dilarang makan dirumah tersebut.
(c). Ingkon jolo diuras jala diboahon do tu Nagapadohaniaji na jumujung
tano on, laho manghurak tano kuburan namatei.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa sebelum pemakaman dilaskanakan,
tanah kuburan terlebih dahulu di sucikan dengan aek pangurason dan
memohon izin kepada Nagapadohaniaji sebagai penguasa tanah, sebelum
tanah tersebut digali.
(d). Ingkon di didi do bangke i ias, dohot abit nabotar pangusana. Dung
ias, diabiti dohot abit nabotar, pamasukhon tu batangna.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa setiap orang yang telah meninggal
harus dimandikan sampai bersih, kemudian jenazah dibungkus dengan kain
putih lalu dimasukan dalam kepeti jenazah untuk dikuburkan.
(e). Dung ditamianghon jala dipangidohon hasesaan ni dosa namate I sian
debata diuras do muse bangke I, ipe asa ditutup batangna mamboan tu
udean.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa sebelum penutupan peti jenazah,
terlebih dahulu jenazah didoakan agar dosanya dihapus dan disucikan
kembali. setelah itu barulah peti jenazah ditutup dan dibawa kepemakaman.
(f). Pitu ari pitu borngin,ingkon manguras do dijabu tiniggalhon ni bangke
i.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa rumah yang menjadi tempat
persemayaman jenazah, harus disucikan dengan aek pangurason selama
tujuh hari tuju malam.
36
2.5.4. Mangan Na Paet
Mangan na paet adalah upacara ritual peribadatan Parmalim yang
dilaksanakan setiap akhir tahun berdasarkan perhitungan kalender batak.
Mengan na paet berasal dari bahasa batak yaitu “mangan” yang berarti
makan, “paet” yang berarti pahit. Berdasarkan etimologi kata tersebut,
mangan na paet dapat di artikan sebagai satu upacara ritual yang dilakukan
dengan memakan makanan yang rasanya pehit.
Mangan napaet adalah satu upacara ritual peribadatan Parmalim
yang di ajarkan oleh Tuhan simarimbulubosi sebagai salah satu aturan yang
wajib di laksanakan oleh setiap umat Parmalim, untuk mengingat,
merenungkan, menyesali, serta bertobat dari perilaku yang salah yang telah
di lakukan selama satu tahun terakhir. dan dilaksanakan pada ari hurung
(hari ke 29) di bulan hurung/bulan lamadu (bulan ke 12/13), yang
dilaksanakan di bale pasogit partonggoan atau di bale parsantian
Parmalim.
Mangan na paet bukan sekedar upacara ritual yang dilakukan
dengan memakan makana yang pahit, namun memiliki makna sebagai
simbol hapaeton (kepahitan/penderitaan) yang di alami oleh malim deebata
(orang suci utusan Tuhan) untuk memperjuangkan umat Parmalim, dan juga
sebagai bukti penyesalan dan permohonan pengampunan atas dosa-dosa
yang telah dilakukan selama satu tahun penuh.
Upacara ritual ini dilaksanakan pada siang hari, dimulai dengan
memakan makanan yang memiliki rasa yang pahit seperti daun pepaya, biji
37
jeruk purut, rimbang, dan lain sebagainya yang dilakukan secara bersama.
keanmudian dilanjutkan dengan puasa (tidak makan dan tidak minum)
selama dua puluh empat jam penuh, dan di akhiri pada esok hari nya ari
ringkar (hari ke tiga puluh) dengan mangan na tonggi (memakan makana
yang manis) yang di lakukan bersama-sama di rumah peribadatan tersebut.
Berikut ini adalah dasar pelaksanan mangan na paet:
(a). ganup jumpang ujung ni taon di bulan hurung di ari hurung,ingkon
martpungu Parmalim tu inganan balepasogit pamujianmanang di bale
parsantian laho manopoti dosa.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa pada setiap akhirt tahu taparnya pada
aei hurung, bulan hurung/bulan lamadu berdasaarkan kalender batak,
diharuskan bagi umat Parmalim untuk berkumpul di bale pasogit
partonggoan atau di bale parsantian untuk bribadah sebagai penghapusan
akan dosa-dosa selama satu tahun.
(b). ingkon diparhatutu rohado naung paet, ngilu jala siakpanghilalaan
alani dosa naung ni ullahon sian bona taon sahat ro diujung ni taon.
Pada ayat ini mnyatakan bahwa dalam peribadatan harus menghayati
serta merasakan betul kepahitan dan kepedihan yang diakibatkan oleh dosa-
dosa yang telah diperbuat mulai dari awal higga pada akhir tahun.
(c). ala ni hinapaet, hinalungun, dohot hinasiak ni panghilalaan hinorhon ni
dosa jadi manganhin ma tudutudu ni napaet humbahen jadi aturan.
Pada ayat ini dikatakan bahwa kepahitan, kesedihan dan penderitaan
yang di alami adalah buah dari dosa yang telah diperbuat. karna itu
perasaan menderita terhadap dosa tersebut harus dirasakan melalui makanan
yang rasanya pahit, dan harus sungguh-sungguh menjadikan peribadatan
mangan napaet sebagai tempat untuk bertoubat.
(d). ndang jadi panganon manang aha sipanganonnapabitonghon butuhadi
ari mangan napaet I, dohot namarupahon halomoan ni diri.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa pada upacara mangan napaet, tidak
boleh memakan makanan yang mengenyakan atau harus berpuasa dan juga
tidak boleh melakukan hal-hal yang bersifat memuaskan diri.
38
(e). naung manghatopothon dosana, nang so marhasaksion ditongtonga ni
jolma,alai manghatindakhon dibagashabadiaon ni Tuhanpos do roharoha
dapotan hangoluan ni tondi do ibana sogot jala ndang matahut
dipangunjunan.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa orang yang telah melaksanakan
penebusan dosa, dan mengamalkan yang baik walau pun tidak diketahui
orang lain maka yakin lah bahwa dia akan memperoleh hidup yang
bersyukur dan tidak takut akan cobaan hidup yang akan dihadapi nya.
2.5.5. Mardebata
Mardebata adalah upacara ritual yang bersifat kusus daan wajib
dilaksanakanoleh umat Parmalim. upacara ini dilaksanakan sebagai salah
satu media permohonan pengampunan akan dosa yang telah di lakukan oleh
seorang umat Parmalim. Dosa tersebut berupa pelanggaran yang telah di
lakukan terhadap patik. Seperti membunuh, tidak ikut melaksanakan ritual
peribadatan dan pelanggaran-palanggaran lainnya.
Upacara ritual tersebut dilaksanakan sebagai bentuk penyesalan dan
rasa bersalah, serta ingin bertobat. maka upacara ritual mardebata dilakukan
sebagai satu ungkapan kesungguhan janji untuk tidak melakukan kembali
dosa-dosa tersebut. Mardebata juga dapat di artikan sebagai media
pengungkapan ucapan syukur terhadap berkat yang telah di terima seperti
umur panjang kelimpahan rezeki, sembuh dari penyakit dna berkat sukacita
lainnya.
Upacara ritual mardebata dapat di laksanakan di dalam atau di luar
rumah, di dalam atau di luar rumah peribadatan Parmalim. tergantung
kondisi dan keadaan suhut (tuan rumah pelaksana upacara), dan disesuaikan
dengan hal-hal yang melatar belakangi pelaksaan upacara tersebut. Didalam
39
pelaksanaan upacara ritual mardebata, terdapat 2 (dua) ensambel gondang
yang berbeda. gondang tersebut berfungsi sebagai media penghantar dan
penyempurna doa serta pelean (persembahan) kepada Debata Mulajadi
Nabolon. Ke dua ensambel gondang ini di gunakan berdasarkan fungsi dan
makna gondang, serta hal-hal yang melatarbekangi pelaksanaan upacara
ritual tersebu.
Ebsambel yang pertama adalah Ensambel gondang hasapi yang memiliki
makna sebagai gondang parhinaloan, yaitu sebagai gondang permohonan,
di gunakan pada pelaksanaan mardebata yang berlatar belakang
permohonan pengampunan dosa dan peneguhan janji pertobatan, serta
pemohonan kesehatan dan permohonan berkat.
Ensambel yang kedua adalah endambel gondang sabangunan atau
yang lazim dikenal sebagai gondang bolon. Ensambel ini memiliki nakna
sebagai gondang pengucapan syukur yang di gunakan dalam upacara ritual
mardebata yang berlatar belakang pengungkapan ucapan syukur kepada
Debata mulajadi Nabolon atas segala kelimpahan berkat serta kebaikan Nya.
Kedua ensambel tersebut akan memainkan seluruh repertoar gondang yang
di gunakan dalam setiap prosesi pelaksanaan upacara ritual mardebata.
Berikut ini adalah dasar pelaksanaan upacara ritual mardebata.
(a). pustaha Habonaron manoranghon manang ise na mipo manang lupa di
patik ni patuan raja malim, sipajongjonghona hau sarungmarneak
(langgatan) topaonna sitompion, halanggoan gondang bolon, patupaonna
ulosjugia nasopipot,dohot surisuri pandapotan , parbue santi,daung
malingas,manuk lahu bini, hambing puti, dohot lombu sitiotio.
Pada ayat ini dijelaskan tentang pelean yang harus dipersembahkan
apabila seseorang melanggar patik. Pelean tersebut berupa kambing putih,
40
ayam jantan, parbesanti, dan lembu yang sehat. Pelean tersebut di sajikan di
atas langgatan untuk di persembahkan kepada sluruh pemilik kerajaan
malim.,
(b). adong do pardebataan , dalan dohot manusanuaa pasupasu sian
ompunta debata.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa mardebata juga dapat dilakukan
sebagai ungkapan syukur atas berkat yang telah diterima dari debata.
Seperti berkat umur panjang dan kebahagian hidup yang dilaluinya.
2.5.6. Sipaha sada
Upacara ritual Sipaha sada adalah upacara peribadatan Parmalim
yang wajib di laksanakan satu kali saatu tahun ntuk memperingati hari
kelahiran Tuhan Simarimbulubosi, yaitu pada ari suma dan ari anggara di
bulan Sipaha sada berdasarkan peerhitungan pada kalendir batak.
Sipaha sada berasal dari bahasa batak yaitu ”sipaha” berarti
keterangan yang menunujukan bahwa suatu objek tersebut memiliki urutan,
dan ”sada” adalah angka 1 (satu). Berdasarkan pengertian di atas, Sipaha
sada adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan bulan 1 (satu) atau
bulan pertama.
Upacara ritual sipaha sada adalah upacara yang di laksanakan secara
terpusat yaitu di bale pasogit partonggoan dan di hadiri oleh seluruh umat
Parmalim dari setiap punguan. Upacara ritual ini dolaksanakan untuk
memperingati dan merayakan hari lahirnya Tuhan Simarimbulubosi ke
Dunia sebagai utusan Debata Mulajadi Nabolon untuk menyelamatkan umat
manuia dari belenggu-belengu dosa.
41
Simarimbulubosi sendiri lahir pada ari suma pada bulan sipaha
sada. Dia lahir sebaga seorang anak manusia yang mendapat anugrah dari
Debata Mulajadi Nabolon berupa sahala Debata Mulajadi Nabolon (roh
kuasa ketuhanan Nya). Sahala tersebut membuktikan bahwa
Simarimbulubosi adalah anak dari Debata yang di utus sebagai raja yang
akan mengajarkan hamalimon, habonaran, serta menjadi penyelamat bagi
umat Nya.
Berikut ini adalah dasar pelaksanaan upacara ritual sipaha sada:
(a). Dihatindakhon raja nasiakbagi di suma, di anggara, di bulan sipaha
sada hasosorang ni tuhan, manjalo somba sian angka na porsea di ibana,
Pada patik yang pertama ini mengatakan bahwa Raja nasiakbagi
telah bersabda bahwa setiap hari suma dan anggara pada bulan sipaha sada
adalah waktunya Tuhan mendapat pujian dan penyembaha dari orang-orang
yang percaya kepada Nya.
(b). Ditutung do daupa bahen sanganonNa,di dogil /pangurason bahen
pandidionNa, hio puti abit sabinNa, jugia nasopipot bahen tapo-tapolna,
jala di pelehon hambing puti dohot manuk jarumbosi barn
pangharoananNa.
Pada ayat yang kedua ini menjelaskan tentang apa yang harus
disiapkan untuk di persembahkan pada upacara tersebut. Yaitu harus
membakar dupa sebagai lambang penghangat tubuh Nya, perasan air jeruk
purut sebagai air pemandian Nya, kain putih sebagai lampinnya, ulos jugia
yang baru dan bersih, sebagai kain pembungkus Nya, dan harus
mempersembahkan kambing putih dan ayam jantan sebgai persembahan
penyambutan kelahirannya.
(c). Laos diari ima hita mgnignt dihatutubu ni saluhut sahala marsangap
sahala martua I, inaung marsiak bagi humongkop jolama?manisia,
Pada ayat yang ketiga berkata bahwa pada hari yang telah di
tetapkan itulah seluruh umat memperingati hari kelahiran Tuhan yang suci
dan termulia.
42
2.5.7. Sipaha Lima
Upacara ritual Sipaha lima adalah ritual yang wajib di laksanakan
setiap satu kali satu tahun yaitu tepatnya pada boras pati ni tongkup,
singkora Ni purasa dan samisara ni purasa di bulan sipaha lima
berdasarkan kalender batak. Perayaan upacara ritual tersebut bertujuan
untuk menyampaian pelean bolon (persembahan yang terbesar) kepada
seluruh pemilik kerajaan malim sebagai tanda ucapan syukur untuk segaala
kelimpahan berkat berupa hasil panen dari sawah dan ladang peternakan dan
hasil dari pekerjaan yang di lakukan oleh setiap umat Parmalim. Selama
satu tahun terakhir.
Sipaha lima merupakan sebutan atau istilah yang digunakan untuk
menyatakan bulan kelima berdasarkan kalender batak upacara ritual tersebut
dilaksanakan secara terpusat di satu daerah, dan di hadiri oleh seluruh umat
Parmalim dari berbagai punguan Parmalim di luar dari daerah pelaksanaan
upacara tersebut.
Menurut ajaran Parmalim, setiap pertengahan bulan akan datang
utusan dari harajaon malim banua ginjang yang di utus secara langsung
oleh Debata Mulajadi Nabolon untuk memberkati umat manusia. Berkat
tersebut berupa kesehatan dan keselamatn agar manusia tetap dapat
melakukan aktivitas nya setiap hari.
Terkhusus pada bulan sipaha lima, seluruh pemilik kerajaan malim
turun ke banua tonga untuk memberkati manusia. pada saat itu lah harus di
43
adakan Pamelean bolon kepada seluruh pemilik kerajaan malim yang turun
ke banua tonga melalui pelaksanaan upacara ritual sipaha lima..
Berikut ini adalah dasar pelaksanaan upacara ritual sipaha lima:
(a). Dibuhu ni partaonan, di bulan sipaha limaari boras patini tangkup
sahat ro disamisarapurasa, ingkon marpungu Parmalim na godang nang
ro di na metmet di ingana bale pasogit partonggoanhuta tinggi pasahathon
pelean hamauliateon
pada ayat ini dikatakan bahwa pada bulan sipaha lima, tepatnya pada
hari ke duabelas sampai hari ke empatbelas, seluruh umat Parmalim tanpa
terkecuali harus datang ke bale pasogit partonggoan untuk menyampaikan
pelean hamauliateon atau persembahan ucapan syukur,
(b). Umbahen dibuhu ni taon I, jaloon ni patuan raja malim sian angka na
niajaranNa.asa rap gabe uma saba, dohot uma tur.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa pada setiap buhu ni taon
(pertengahan tahun), adalah saat dimana Patuan raja malim menerima
persembahan, dengan maksud agar hasil panen dan hasil dari segala usaha
dan pekerejaan semakin melimpah.
(c). Tarsurat di pustaha habonaron di buhu ni partaonan, di bulan sipaha
lima, mardalan ma ulos jugia nasopipot, surisuri pandapotan,hambing puti,
manuk lahi bini,parbursanti, daungmaligas, ima sidalanon nasa
naginonggom ni sogit batu na bolon (balepasogit partonggoan) tu patuan
raja Malim.
Dalam ayat ini dikatakan bahwa telah tertulis di dalam pustaha
habonaron tentang pelaksanaan upacara yang di laksanakan setiap
pertengahan bulan sipaha lima, yaitu harus menyampaikan persembahan
berupa ulos jugia naso pipot, ulos surisuri pandapotan, kambing putih,
ayam jantan,dan daung naligas.
(d). Marhite soan ido umbahen digoari raja nasiak bagi ulaon on ari
pameleon, pnasahaat marhite ogung (gondang) jadi gabe aturan.
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa berdasarkan sesajian-sesajian
yang dipersembahkan lah raja nasiakbagi mnetapkan ritual ini sebagai
aturan yang wajib yang di seabut ddengan pameleon bolon yang harus di
sampaikan dengan gondang sabangunan.
44
Seluruh aktivitas kepercayaan Parmalim dilaksanakan sebagai satu
cara umat untuk bertemu dengan sosok spiritual yang pada hakekat nya
disebut sebagai Tuhan, raja-raja yang telah diutus dan berkuasa atas segala
yang ada di banua ginjang, banua tonga atau banua toru. Berdasarkan
konsep kepercayaannya, seluruh raja-raja yang menjadi pemilik kerajaan
malim merupakan ulubalang ni Ddebata (utusan Debata Mulajadi Nabolon)
yang diberi mandat untuk mendirikan kerajaan Nya di banua ginjang, banua
tonga, dan di baua toru serta berkuasa atas kerajaan tersebut.
2.5.8. Kalender Batak
Seluruh upacara ritual peribadatan Parmalim telaah di atur dan
ditetapkan sebagai satu ketentuan yang harus amalkan oleh selurhu
pemeluknya, waktu pelaksanaan upacara tersebut juga telah tentulan dan di
hitung berdasarkan perhitungan dalam kalender batak.
Kalender batak merupakan satu konsep penghitungan hari, bulan dan
tahun yang dimiliki oleh masyarakat batak toba pada zaaman dahulu.
Kalender tersebut masih digunakan oleh umaat Parmalim sampai pada saat
ini, untuk menetukan waktu pelaksanaan seluruh upacara ritual peribadatan
Parmalim yang ada.
45
1. Siklus Hari
Hari adalah satuan waktu yang di hitung berdasarkan peristiwa terbit
dan terbenamnya mata hari terhadap siklus perputaran bumi. Satu hari
terdiri dari dua masa yang berbeda. yang pertama adalah satu masa dimana
mata hari akan terbit untuk menyinari bumi hingga pada masa matahari
tersebut akan terbenam, dan yang kedua adalah satu masa dimana mata hari
mulai terbenam dan hingga pada masa dimana matahari tersebut akan terbit
kembali.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat simpukan bahwa masa terbit
hingga teerbenan nya mata hari adalah masa diman bumi sedang dalam
keadaan terang, pada masa ini terdapat lima bagian waktu yang dikenal
denga tingki na lima atu range. Apa bila di kaitkan dengan jam, kelima
pembagian waktu tersebut memiliki durasi rata-rata dua sampai empat jam
saja.
Sedangkan masa terbenam hingga pada terbitnya mata hari adalah
masa dimana bumi sedang dalam keadaan gelap, pada masa ini tidak ada
prmabagian waktu itulah yang dinamakan malam hari. Siklus tersebut akan
terjadi secara berulang-ulang, setelah terjadi satu kali pengulangan itulah
yang dinamakan satu hari.
2. Siklus Satu Minggu
Dalam konsep kalender Batak, ada 7 (tujuh) hari yang menjadi hari
utama, masing-masing hari memiliki nama dengan makna yang berbeda.
46
seluruh hari utama tersebut akan berputar sebanyak 4 (empat) kali
pengulangan dengan tambahan nama yang berbeda di belakang nama awal
di tiap pengulangan. Namun ada beberapa hari pada pengulangan tertentu
yang langsung menggunakan nama tersendiri. Masing-masing pengulangan
dari 7 (tujuh) hari utama tersebut dinamakan satu pekan atau satu minggu
berdasarkankalender masehi.
3. Siklus Bulan
Ke empat pengulangan dari tujuh hari utama dengan satu sampai dua
hari tambahan, akan berputar sebanyak duabelas kali pengulangan. Seluruh
pengulangan tersebut diberi nama yang berbeda berdasarkan urutannya,
namun ada beberapa pengulangan yang langsung memiliki nama sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut, Seluruh pengulangan-pengulangan yang
berlangsung dikenal dengan istilah bulan.
Satu kali perputaran dari ke empat pengulangan tujuh hari utama
dengan satu sampai dua hari tambahan tersebut dikenal dengan istilah satu
bulan. satu sampai dua hari tambahan yang dimaksud adalah bahwa dalam
satu bulan tersebut, terdapat duapuluh sembilan sampai tiga puluh nama hari
yang berbeda. penggunaan hari tambahan tersbut disesuaikan dengaan
sistem kalender batak. yaitu bulan yang berurutan ganjil menggunakan satu
hari tambahan, dan bulan yang berurutan genap menggunakan dua hari
tambahan.
47
4. Siklus Tahun
Seluruh perputaran bulan yang berlangsung secara berulang-
ulangan, itulah yang dinamakan tahun. Setiap satu kali perputaran seluruh
bulan, itulah yang dinamakan satu tahun. Di dalam perhitungan kalender
batak, ada satu siklus tahun yang akan berubah setiap tiga tahun sekali yaitu
taon na marlamadu. pada tahun tersebut terdapat satu bulan tambahan
sebagai bulan ke tigaabelas bulan tersebut dikenal dengan istilah bulan
lamadu, dengan jumlah hari yang sama dengan bulan sebelumnya.
Berdasarkan pengamatan penulis, tidak ada yang pernah tau sudah
berapa lama kalender batak tersebut mulai ada dan di gunakan sebagai
perhitungan waktu. Hal tersebut masih bersifaat misterius dan belum
terpecahkan. Namun umat Parmalim yakin bahwa misteri tersebut akan
terungkap pada suatu saat nanti berdasarkan izin Debata Mulajadi Nabolon.
Berdasarkanpada keterangan diatas, belum bisa dipastikan sudah tahun
keberapakah perhitungan waktu yang di hitung berdasarkan kalender batak
tersebu.
Berikut ini adalah nama-nama pembagian waktu dalam satu hari, nama-
nama hari dan bulan dalam sitem perhitungan kalender batak.
Nama-nama pembagian waktu dalam satu hari
No Nama waktu Limit waktu
1. sogot 05:00-07:00
2. Pangulai 07:00-11:00
48
3. Hos 11:00-13:00
4. Guling 13:00-17:00
5. bot ni ari 17:00-19:00
Nama-nama hari pada kalender batak:
No. Nama hari Keterangan
1. Artia Hari pertama
2. Suma Hari kedua
3. Anggara Hari ke tiga
4. Muda Hari ke empat
5. Boras pati Hari ke lima
6. Singkora Hari ke enam
7. Ssamisara Hari ke tujuh
8. Artia ni aek Hari ke delapan
9. Suma ni mangadop Hari ke sembilan
10. Anggara na samppulu Hari ke sepuluh
11. Muda ni mangadop Hari ke sebelas
12. Boraspati ni tangkup Hari ke duabelas
13. Singkora ni purasa Hari ke tigabelas
14. Samisara ni purasa Hari ke empatbelas
15. Tula Hari ke limabelas
16. Suma ni holom Hari ke enambelas
49
17. Anggara ni holom Hari ke tujuhbelas
18. Muda ni holom Hari ke delapanbelas
19. Boraspati ni holom Hari ke sembilanbelas
20. Singkora maraturun Hari keduapuluh
21. Samisara maraturun Hari keduapuluh satu
22. Artia ni angge Hari ke duapuluh dua
23. Suma ni mate Hari ke duapuluh tiga
24. Anggara ni begu Hari keduapuluh empat
25. Muda ni begu Hari ke duapuluh lima
26. Boras pati na gok Hari keduapuluh enam
27. Singkora duduk Hari keduapuluh tujuh
28. Samisara bulan mate Hari ke duapuluh delapan
29. delapanHurung Hari ke duauluh sembilan
(ahir bulan ganjil)
30. Ringgar Hari ke tigapuluh
(ahir bulan genap)
Nama-nama bulan pada kalender Batak:
No. Nama bulan Keterangan
1. Sipaha sada Bulan pertama
2. sipaha dua Bulan ke dua
50
3. Sipaha tolu Bulan ke tiga
4. Sipaha opat Bulan ke empat
5. Sipaha lima Bulan ke lima
6. Sipaha onom Bulan ke enam
7. Sipaha pitu Bulan ke tujuh
8. Sipaha ualu Bulan ke delapan
9. Sipaha sia Bulan ke sembilan
10. Sipaha sampulu Bulan ke sepuluh
11. Bulan li Bulan ke sebelas
12. bulan hurung Bulan ke duabelas
13. Bulan lamadu Bulan ke tigabelas
(satu kali dalam tiga tahun)
51
BAB III
DESKRIPSI UPACARA RITUAL SIPAHA SADA PARMALIM
3.1. Upacara ritual sipaha sada
Upacara ritual Sipaha sada adalah upacara riutal peribadatan
Parmalim yang wajib di laksanakan satu kali saatu tahun, yaitu pada ari
artia,ari suma dan ari anggara di bulan Sipaha sada berdasarkan
peerhitungan pada kalender batak. Upacara tersebut dilaksananakan untuk
memperingati hari kelahiran Tuhan Simarimbulubosi.
Sipaha sada berasal dari bahasa batak yaitu ”sipaha” berarti
keterangan yang menunujukan bahwa suatu objek tersebut memiliki urutan,
dan ”sada” adalah angka 1 (satu). Berdasarkan pengertian di atas, Sipaha
sada adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan bulan 1 (satu) atau
bulan pertama pada kalender batak.
Upacara ritual sipaha sada adalah upacara yang di laksanakan secara
terpusat yaitu di bale pasogit partonggoan yang dihadiri seluruh umat
Parmalim dan dipimpin oleh ihutan bolon. Upacara ini dilaksanakan pada
awal bulan sipaha sada dan berlangsung selama tiga hari, yang di hadiri
oleh seluruh umat Parmalim dari setiap punguan.
Upacara ritual ini dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan
hari lahirnya Tuhan Simarimbulubosi ke dunia sebagai utusan Debata
Mulajadi Nabolon. Simarimbulubosi diutus untuk menyelamatkan umat
manusia dari belenggu-belengu dosa dan mengajarkan patik (aturan-aaturan
52
keagamaan) dari Debata untuk menuntun manusia agar hidup benar dan
berkenan dihadapan Debata.
Setiap upacara ritual yang terdapat dalam ajaran Parmalim, telah di
atur dan di susun di dalam satu buku yang disebut sebagai pustaha
habonaron. Demikian pula dengan upacara ritual sipaha sada, berikut ini
adalah dasar hukum pelaksanaan upacara ritual sipaha sada.
Simarimbulubosi sendiri lahir pada ari suma pada bulan sipaha
sada. Dia lahir sebagai seorang anak manusia yang mendapat anugrah dari
Debata Mulajadi Nabolon berupa sahala Ketuhanan. Sahala tersebut
membuktikan bahwa Simarimbulubosi adalah anak dari Debata Mulajadi
Nabolon sebagai raja yang mengajarkan hamalimon (ajaran Parmalim),
habonaran (kebenaran) serta menjadi penyelamat bagi umat Nya.
Selama perjalanan hidup Simarimbulubosi, Ia telah mengajarkan
keselamatan dan menjadi panutan bagi banyak orang. Dia juga melakukan
banyak hal di luar dari kemampuan berfikir manusia. oleh karena itu
Simarimbulubosi dianggap sebagai penyelamat umat manusia yang di utus
oleh Debata di tenga-tengah umat nya.
Dalam perjalanan pelaksanaan tugas sebagai penyelamat manusia,
Simarimbulubosi juga kerap mengalami hapaeton (penderitaan). Hingga
pada akhir tugasnya sebagai penyelamat umat manusia, dia tetap menjadi
panutan bagi setiap orang yang mengenalnya sebagai Tuhan
Simarimbulubosi.
53
Di dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada terdapat dua belas
gondang khusus peringatan akan seluruh kisah hidup dan perjalanan
pelaksanaan tugasnya. Gondang tersebut dimainkan sebagai peringatan dan
perenungan terhadap apa yang telah dilakukan dan di alami oleh Tuhan
Simarimbulubosi.
Kedua belas gondang tersebut menceritakan kisah dan riwayat hidup
Tuhan simarimbulubosi mulai dari gondang tu inanta na manubuhon
Tuhan simarimbulubosi (gondang untuk ibu yang melahirkan nya), gondang
hatutubu ni Tuhan simarimbulubosi (gondang kelahiran Nya), gondang
ddidang-didang Tuhan simarimbulubosi (gondang masa kecil nya), hingga
pada gondang hasahatan Tuhan simarimbulubosi (gondang akhir
pelaksanaan tugasnya). Seluruh gondang tersebut merupakan inti dari
perayaan upacara ritual sipaha sada yakni upacara ritual yang dilaksanakan
untuk memperingati hari kelahiran tuhan simarimbulubosi ke dunia.
3.2 Komponen Upacara
Untuk mendeskripsikan upacara ritual sipaha sada pada, penulis
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1984 : 243)
yang ssmenyatakan bahwa komponen upacara ada empat, yaitu : (1) tempat
upacara, (2) saat upacara, (3) alat-alat perlengkapan upacara dan (4)
pendukung dan pemimpin upacara. Sehingga penulis akan mendeskripsikan
secara bertahap bagaimana penyajian upacara tersebut disajikan dengan
komponen-komponen yang mendukung didalamnya.
54
3.2.1 Tempat penyajian upacara ritual sipaha sada
Pada umumnya, seluruh kegiatan ritual peribadatan Parmalim
dilaksanakan di dalam rumah peribadatan Parmalim. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya pelean dalam setiap pelaksanaan upacara yang
harus di sediakan untuk di persembahkan dan harus di taru di atas langgatan
sebagai tempat penyajian persembahan. Namun ada juga upacara ritual yang
boleh dilaksanakan di luar dari rumah peribadatan tersebut seperti di rumah
pribadi maupun di luar rumah seperti di halaman rumah dengan syarat harus
membentangkan lage tiar (tikar yang bersih dan baru) sebagai tempat
penyajian pelean.
Rumah peribadatan Parmalim dibagi menjadi dua jenis, yaitu bale
pasogit partonggoan sebagai rumah peribadatan pusat, dan bale parsantian
sebagai rumah peibadatan di tiap-tiap cabang Parmalim. Kedua jenis rumah
peribadatan tersebut merupakan gedung permanen yang di dibangun
berdasarkan kriteria dan kebutuhan dalam pelaksanaan upacara-upacara
ritualnya.
Bangunan tersebut di dirikan dengan satu pintu masuk yang
menghadap ke arah Timur, dan satu jeldela yang di tutup dengan kaca
menghadap ke Barat atau di bagian belakang gedung. hal tersebut
merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendirikan bale pasogit
partonggoan yang telah di tetapkan oleh Raja Nasiakbagi dan telah tertulis
di dalam pustaha habonaron Parmalim.
55
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis melalui wawancara
dengan Hotly sitorus, bahwa dalam setiap ritual peribadatan yang mereka
laksanakan tidak hanya di hadiri oleh umat Parmalim saja, namun juga di
hadiri oleh sahala namarsangap namartua (roh-roh yang suci dan mulia)
untuk menerima pelean-pelean yang di sajikan. Sahala tersebut datang dari
habinsaran (arah terbit matahari) dan juga dari hasundutan (arah
terbenamnya matahari). Berdasarkan keyakinan itulah umat Parmalim
mendirikan rumah peribadatan mereka menghadap ke Timur.
Parmalim adalah satu ajaran agama yang diturunkan langsung oleh
Debata ditengah-tengaah manusia yang berkedudukan di tanah batak, maka
(poltak simanjuntak dalam wawancara dengan penulis) mengemukakan
bahwa bale pasogit partonggoan tersebut hanya ada satu dan harus di
dirikan di tanah batak.
Bale pasogit partonggoan Parmalim telah di dirikan pada tahun
1921 oleh induk bolon Parmalim yang berlokasi di desa Huta Tinggi, lagu
boti, Tobasa. Rumah peribadatan tersebut merupakan bale pasogit
parotnggoan yang pertama yang di dirikan berlandaskan pada titah raja
Nasiakbagi kepada raja Mulia naipospos.
Sedangkan bale prsantian adalah rumah peribadatan Parmalim
cabang yang berada di berbagai daerah baik di luar maupun di tanah batak,
dan rumah peribadatan tersebut merupakan cabang dari bale pasogit
partonggoan. bale parsantian tersebut di dirikan berdasarkan kebutuhan
akan rumah peribadatan bagi umat Parmalim yang berada jauh dari bale
56
pasogit paetonggoan untuk tetap dapaat melaksanakan ritual peribadatan.
Bale parsantian yang terdapat di berbagai daerah diberi nama sesuai dengan
daerah masing-masing seperti bale parsatian punguan Medan.
Pada sekitar tahun 2017, telah terjadi perbedaan pendapat antar
sesama umat Parmalim huta tingi, perbedaan pendapat tersebut beujung
pada perpecahan di antara mereka. Akibat dari perpecahan tersebut, maka
bale pasogit partonggoan yang ada di huta tinggi menjadi fakum. Oleh
karena itu, umat Parmalim yang merasa harus melaksanakan ritual
peribadatan akhirny berpindah ke desa Sionggang, Lumban julu, Tobasa.
Di lokasi tersebut sedang berlangsung pembangunan balepasogit
partonggoan yang baru. Bale pasogit partonggoan tersebut akan menjadi
rumah peribadatan Parmalim yang baru dan akan menjadi pusat dari ajaran
kepercayaan ini. Oleh sebab itu, seluruh kegiatan yang seharusnya diadakan
di bale pasogit partonggoan huta tinggi akan tetap dilaksanakan di bale
pasogit partonggoan Parmalim yang berada di desa Sionggang.
Upacara ritual sipaha sada yang berlangsung pada 15 hingga 17
februari tahun 2018 yang lalu merupakan salah satu kegiatan peribadatan
Parmalim yang dilaksanakan di bale parsantian yang ada di punguan
Parmalim Kota Medan. Kegiatan tersebut berlangsung sebagai mana
mestinya upacara tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan peraturan yang telah tertulis pada pustaha habonaron
Parmalim, bahwa upacara ritual sipaha sada harus dilaksanakan di bale
pasogit partonggoan. Namun situasi dan kondisi yang sedang terjadi tidak
57
memumgkimkam untuk melaksanakan peraturan tersebut, sehingga
pelaksanaan upacara tersebut berpindah lokasi ke bale parsantian yang ada
di punguan Parmalim di Kota Medan.
3.2.2 Waktu penyajian
Upacara ritual sipaha sada berlangsung selama 3 (tiga) hari yaitu
hari pertama sampai pada hari ketiga di bulan sipaha sada. Ketiga hari
perayaan upacara ritual tersebut diberi nama berdasarkan kegiatan yang
akan dilakukan pada masing-masing hari. yang pertama adalah ari robu,
hari kedua adalah ari pangharoanan, dan hari ketiga adalah ari panantion.
3.2.2.1. Ari robu
Ari robu adalah sebutan hari pertama pada perayaan upacara ritual
Sipaha sada yaitu ari suma di bulan sipaha sada. ada pun kegiatan yang di
lakukan pada hari tersebut adalah dimana setiap umat Parmalim
mempersiapkan diri untuk menyambut perayaan kelahiran tuhan
simarimbulubosi, hal-hal yang dilakukan adalah pembersihan diri dan
persiapan hati masing-masing umat. Karena kegiatan ini lebih bersifat
persiapan pribadi maka kegiatan tersebut dapat dilakukan di rumah masing-
masing.
Bagi mereka yang datang dari luar daerah pelaksanaan upacara, juga
dapat melaksanakan persiapan tersebut di lokasi bale pasogit partonggoan .
Kegiatan tesebut dapat dilakukan sendiri tanpa harus dipimpin dan boleh
58
dilakukan pada siang hari atau sore hari bahkan pada malam hari tergantung
pada pribadi masing-masing yang melaksanakan nya.
Ari robu juga dapat diartikan sebagai ari holang (hari pemisah)
antara upacara ritual mangan napaet dengan upacara ritual sipaha sada.
Hari tersebut juga biasa di gunakan sebagai hari perjalanan menuju bele
pasogit partonggoan untuk mengikuti pelaksanakan upacara ritual sipaha
sada.
3.2.2.2. Ari pangharoanan
Ari pangharoanan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
hari ke dua dalam perayaan upacara tirual sipaha sada, tepatnya pada ari
suma di bulan sipaha sada. Upacara ritual ini diadakan secara terpusat di
satu wilayah yang ditentukan namun biasanya di laksanakan di Bale Pasogit
Partonggoan. upacara ini di pimpin langsung oleh Ihutan Parmalim, dan
dilaksanakan siang hari pada pukul 13:30 wib.
3.2.2.3. Ari panantion
Ari panantion adalah istilah yang digunakan untuk menyebut hari
ketiga dalam perayaan upacara ritual sipaha sada. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan pada hari tersebut hampir sama dengan apa yang di lakukan
pada hari pangharoanan. Namun yang berbeda adalah makna dari perayaan
hari ketiga tersebut yaitu sebagai peringatan akan penerimaan
Simarimbulubosi sebagai Tuhan yang diutus oleh Debata Mulajadi Nabolon.
59
Berdasarkan kepercayaan Parmalim, Tuhan simarimbulubosi terlahir
dua kali yakni pada ari suma dan ari anggara. Peristiwa itulah yang
meyakinkan umat Parmalim bahwa Simarimbulubosi adalah anak dari
Debata yang diutusnya. makna dari kata panantion itu sendiri adalah
mengiyakan, menerima, dan mengakui bahwa simarimbulubosi adalah
Tuhan yang di utus oleh mula Debata Mulajadi Nabolon.
3.2.3 Alat-alat dan perlengkapan upacara ritual sipaha sada
Berdasarkan pengamatan penulis, peralatan dan perlengkapan yang
digunakan pada saat pelaksanaan upacara ini memiliki makna dan fungsi
yang berda-beda. Seluruh peralatan dan perlengkapan tersebut harus di
sediakan untuk mendukung pelaksanaan upacara ritual tersebut.
3.2.3.1. Peralatan upacara ritual sipaha sada
Adapun peralatan-peralatan yang digunakan untuk mendukung
setiap prosesi pelaksanaan upacara ritual tersebut adalah:
1. Seperangkat ensambel gondang hasapi
Di dalam setiap pelaksanaan upacara ritual sipaha sada, wajib
menggunakan ensambel gondang hasapi sebagai media penghantar dan
penyempurna doa, dan juga merupakan bagian dari pelean yang akan
dipersembahkan. gondang ini juga sering disebut sebagai gondang
60
parhinaloan atau gondang permohonan kepada seluruh pemilik kerajaan
malim.
Gondang tersebut akan digunakan dalam setiap peosesi pelaksanaan
upacara ritual, yaitu untuk memainkan seluruh gondang yang ada, dimulai
dari gondang alu-alu, gondang tonggoa-tonggoan,gondang parningotan,
gondang pangharoanan Tuhan simarimbulubosi, gondang laho manortor
hingga pada gondang panggohi sebagai gondang panutup.
Ensambel gondang hasapi merupakan esambel musik kecil yang
berasal dari batak toba. ensambel gondang hasapi terdiri dari lima
instrumen musik, yaitu dua buah hasapi (ahot neck lute kordofon),
garantung (Xlyofon), sarune etek (single reed aerofon), dan hesek (idofon).
Berdasarkan fungsinya instrument musik tersebut dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu sebagai pembawa melodi diantaranya hasapi ende, garantung,
dan sarune etek dan sebagai pembawa ritme konstan adalah hasapi doal dan
hesek.
2. Langgatan
Didalam pustaha habonaron Parmalim, telah dijelaskan bahwa
setiap pelaksanaan upacara ritual sipaha sada wajib menyampaikan pelean
kepada seluru pemilik kerajaan malim, secara khusus kepada Tuhan
simarimbulubosi. Seluruh pelean tersebut disajikan di atas langgatan (altar
persembahan) tersebut untuk di persembahkan. Seluruh pelean tersebut di
61
susun diatas langgatan sesuai dengan urutan persembahan yang telah
ditentukan.
Langgatan adalah satu fasilitas permanen yang terdapat di bagian
depan tiap-tiap rumah peribadatan parmalim. Langgatan tersebut berbentuk
persegi panjang seperti meja namun terdapat dinding tipis di seluruh
keliling tepian langgatan tersebut hingga membentuk wadah layaknya
nampan besar. Langgatan tersebut terbuat daru material kayu atau pun beton
tergantung pada pembangunan gedung tersebut.
3. Pardaupaan
Berdasarkan patik pekasanaan upacara ritual sipaha sada, harus
menyediakan pardaupaan sebagai tempat pembakaran dupa. hal tersebut
sebagai suatu persyaratan yang mutlak dalam setiap pelaksanaan upacara
ritual yang terdapat dalam ajaran Parmalim. Pardaupaan merupakan sebuah
wadah yang di dalamnya terdapat bara api yang siap membakar apa saja
yang di taburkan ke atasanya. Pardaupaan tersebut di letakan di bagian
tengah langgataan sebagai salahsatu bagian dari pelean yang
dipersembahkan.
4. Kostum
Di dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada, seluruh peserta
maupun petugas yang mengambil bagian di dalam pelaksanaan upacara
harus mengenakan pakayan yang sopan, dan mengikuti aturan. Setiap
62
peserta maupun pelaku upacara laki-laki maupun perempuan harus
menggunakan kain sarung layaknya memakai celana, dan mengenakan kain
ulos di pundak sebagai kain has tradisi masyarakat batak toba..
Terkhusus kepada ama (laki-laki yang sudah menikah) harus
mengenakan talitali nabontar atau kain putih sebagai pengikat kepala
layaknya menggunakan topi. selama upacara berlangsung, seluruh peserta
duduk bersila di atas tikar yang telah disediakan di dalam maupun di luar
dari rumah peribadatan, oleh karena itu tidak diperkenankan mengunakan
alas kaki (sepatu atau pun sendal) baik di dalam maupun di luar ruangan
rumah peribadatan.
5. Peralatan memasak dan perabotan rumah tangga
Di dalam pelaksanaan upacara sipaha sada, ada beberapa pelean dan
juga konsumsi yang harus dimasak sebelum di sajikan parhobasan (kegiatan
memasak) tersebut dilakukan di sekitar lokasi pelaksanaan upacara dengan
menggunakan peralatan memasak seperti biasa yakni kompor/tungku api
sebagai perapian, periuk/dandang sebagai penanak nasi, kuali sebagai
tempat memasak daging, kukusan sebagai pengukus snak yang disebut
lampet, dan juga dandang sebagai tempat memasak air minum.
Seluruh bahan masakan yang berupa pelean akan si sajikan di dalam
wadah perabotan rumah tangga seperti pinggan (piring/talam) nampan atau
pun tampi yang berbentuk lingkaran sebagai tempat daging yang sudah
dimasak, cawan/mangkung sebagai tempat pangurason, dan ada juga
63
parbue santi (beras) yang di sajikan di dalam piring. Seluruh pelean di
susun sedemikian rupa dan ditaruh di atas langgatan untuk dipersembahkan.
Sedangkan bahan masakan yang bukan merupakan pelean, akan disajikan di
dalam piring maupunpanci, untuk di konsumsi sebelum dan sesudah
upacara.
3.2.3.2. Bahan-bahan perlengkapan upacara ritual sipaha sada
Di dalam pustaha habonaron, telah dijelasakan dan ditentukan
tentang pelean yang harus di sajikan dalam setiap upacara ritual. Demikian
pula dengan upacara ritual sipaha sada. Adapun pelean yang telah
ditentukan dan akan di sajikan dalam setiap perayaan upacara sipaha sada
adalah:
1. Hambing Puti
hambing puti adalah kambing jantan yang bulunya berwarna putih
bersih dan sehat secara fisik. Kambing berburlu putih tersebut merupakan
lambang kesucian. Kambing ini disembelih dan dipotong menjadi beberapa
bagian, namun tidak semua bagian tubuh kambing dipersembahkan. Bagian-
bagian tubuh kambing yang dipersembahkan adalah: ulu (bagian kepala)
dipotong menjadi empat bagian, ungkapan (bagian dada), sasap (bagian paha
atasa sebelah kanan), upasira (bagian ekor), ate-ate (bagian hati). bagian-
bagian tersebut dimasak untuk dipersembahkan kepada sembiilan pemilik
64
kerajaan malim sebagai sahala namrsangap/namartua (roh penguasa/agung
dan termulia)
2. Manuk lahi bini
Manuk lahi bini adalah ayam jantan dan betina yang masih muda
dan bulunya berwarna putih. Ayam tersebut dimasak secara utuh juga
kecuali bagian dalam (kecuali hati), kaki, ceker, ujung sayap, dan ujung
paruh nya. Ayam ini dimasak dan dipersembahkan kepada pemilik kerajaan
malim yang pertama dan kedua berdasarkan urutan tonggo-tonggo.
3. Manuk namarrenteng
Manuk namarenteng adalah ayam betina yang yang masih muda dan
dalam keadaan sehat dan belum pernah bertelur. Bulu ayam tersebut
berwarna hitam atau merah dengan motif bintik-bintik putih seperti bintang.
Auam tersebutdipotong dan dipisahkan daging dari tulang-tulangnya.
Namun bagian dalam (kecuali hati), ceker, kaki, bagian ujung sayap, dan
paruh nya tidak ikut dipersembahkan. Ayam tersebut dipersembahkan
kepada pemilik kerajaan malim yang ke tiga dan kelima,
4. Manuk mira polin
Manuk mira polin adalah ayam jantan yang masih muda dan bulu
nya berwarna merah bercampur hitam. ayam ini juga di masak secara utuh,
namun bagian dalam (kecuali hati), kaki, ceker, ujung sayap, dan ujung
65
paruh dari ayam tersebut tidak ikut dipersembahkan. Ayam ini di panggang
dan dipersembahkan kepada pemilik kerajaan malim ke 8 sampai ke 10
berdasarkan urutan tonggo-tonggo.
5. Manuk jarum bosi
Manuk jarum bosi adalah ayam jantan yang masih muda dan bulu nya
berwarna merah/kebiru-biruan, dan bermotif bintik-bintik putih seperti
jarum di bulu bagian leher dan sayap nya. Ayam ini disembelih di masak
secara utuh hanya saja baagian dalam (kecuali hati), kaki, ceker, ujung
sayap, dan ujung paruh nya tidak ikut dipersembahkan. Ayam ini
dipersembahkan kepada pemilik kerajaan malim yang ke enam sampai ke
sepuuh berdasarkan urutan tonggo-tonggo
Pada perayaan upacara ritual sipaha sada ayam tersebutjuga
merupakan lambang peringatan akan masa kecil tuhan simarimbulubosi
yang sangat senang bermain dengan manuk jarum bosi
6. Pirani ambalungan
Pirani ambalungan adalah telur ayam kampung yang sudah direbus
dab sudah di kupas yang ditaru dalam satu wadah yang bersamaan dengan
indahan na las dan ihan batak.
7. Dengkeni laiang
Dengkeni laiang adalah ikan yang hanya berada di daerah tanah
batak ata yang disebut dengan ihan batak. ikan ini dimasak untuk
66
dipersembahkan kepada seluruh pemilik kerajaan malim kecuali pemilik
kerajaan malim yang ke empat berdasarkan urutan tonggo-tonggo
8. Indahan na las
Indahan nalas adalah nasi yang masi hangat dan berasal dari beras
yang sudah dispilih (beras yang utuh/tidak pecah atau terbelah) yang ditaru
dalam piring bersamaan dengan ihan batak dan sebuah telur ayam kampung
yang sudah direbus dan di kupas. Ketiga pelean ini dipersembahkan kepada
seluruh pemilik kerajaan malim kecuali pemilik kerajaan malim urutan ke
empat berdasarkan urutan tonggo-tonggo.
9. Hio Puti
Hio puti adalah kain berwana purih bersih yang disediakan di dalam
pelean, kain tersebut melambangkan kesucian Tuhan si marimbulubosi. Hio
puti tersebut dipersembahkan sebagai lambang peringatan akan kain lampin
yang digunakan untuk membukus tubuh bayi Tuhan simarimbulubosi pada
masa kelahirannya. Pelean tersebut di persembahkan di ari pangharoanan
pada perayaan upacara ritual sipaha sada.
10. Ulos jugia nasopipot
Ulos jugia nasopipot adalah kain ulos yang diberi nama ulos jugia
yang masih baru dan masih bersih yang belum pernah terpakai. Ulos
tersebut disediakan di pelean bersama dengan hio puti sebagai
67
penghormatan terhadap Tuhan simaribulubosi yang dipersembahkan sebagai
lambang peringatan akan kain pembungkus yang digunakan sebagai
pembungkus bayi Tuhan Simarimbulubosi. Pelean tersebut di
persembahkan di ari pangharoanan.
11. Daupa
Daupa merupakan kata lain dari kemenyan yang berasal getah
sauatu pohon yang berbau harum, daupa tersebut berupa serbuk getah yang
sudah dihaluskan dan akan di taburkan kedalam pardaupaan yang akan
menimbulkan asap yang berbau harum. Asap tersebutlah yang sebenarnya
sebagai persembahan.
Pada perayaan upacara ritual sipaha sada, pardaupaan juga berarti
sebagai lambang peringatan penghangat tubuh yang digunakan pada saat
kelahiran tuhan simarimbulubosi. Pardaupaan juga merupakan salah satu
persembahan yang wajib di sajikan pada setiap perayaan upacara ritual
peribadatan yang terdapat dalam ajaran parmalim.
12. Pangurason
Pangurason merupakan air jeruk purut yang telah di peras di dalam
cawan. Air perasan jeruk purut tersebut akan dipercikan dengan dua helai
dau bane-bane kesetiap pelean dan seluruh jemaat sebagai lambang
pensucian. Pangurason tersebut juga merupakan lambang peringatan akan
air yang digunakan untuk memandikan bayi Tuhan simarimbulubosi pada
68
saat kelahirannya. Pelean tersebut juga dipersembahkan pada ke 7 (tujuh)
upacara ritual yang wajib di laksanakan oleh seluruh umat Parmalim.
13. Napuran
napuran adalah daun sirih yang dipersembahakan bersama dengean
perlengkapan untuk marnapuran (memakan sirih). Daun sirih yang
digunakan iyalah daun sirih yang disebut dengan napuran namartomu uruk,
ya itu daun sirih yang tulang daun dari sirih itu sendiri bertemu di titik yang
sama sehingga meambentuk sebuah lingkaran sempurna. Daun sirih tersebut
dipersembahkan sebanyak 3 helai daun bersama sengan perlengkapan untuk
makan sirih.
14. Parbue Santi
Parbue santi adalah beras yang telah telah dipili atau beras yang
utuh dan tidak ada yang terpotong yang merupakan beras dari hasil panen
terbaik.. Parbue santi juga dapat diartikan sebaga boras sipirni tondi atau
beras pengesahan dan peneguhan hati yang memberi. Maupun yang
menerima Parbue santi tersebut akan dipersembahkan bersama daun siri
yang tulang daunnya membentuk lungkaran utu h dipersembahkan sebagai
lambang kesungguhan dan ketulusan hati umat Parmalim untuk
melaksanakan dan mempersembahkan sesajian di dalam setiap upacara
ritual Parmalim. Parbuasanti tersebut, biasanya dipersembahkan bersamaan
69
dengan itak gurgur (tepung beras yang sudah dikukus). dan pelangkap
persembahan lainnya.
3.2.4 Pendukung Upacara ritual sipaha sada
Koentjaraningrat dalam buku nya Ilmu Pengantar Antropologi telah
mengemukakan bahwa ada empat (4) komponen upacara yang merupakan
syarat suatu kegiatan yang dilakukan dapat disebut sebagai upacara ritual.
Pendukung upacara merupakan salah satu dari ke empat kompene tersebut
yang berperan secara langsung sebagai pelaksana jalannya upacara,
pendukung upacara tersebut terdiri dari beberapa orang yang merupakan
ruas Parmalim itu sendiri, yang datang dari berbagai punguan Parmalim di
berbagai daerah. Seluruh petugas pelaksanan upacara tersebut merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan dan harus saling berkordinasi antara
satu dengan yang lain agar upacara tersebut berjalan dengan lancar. Berikut
ini adalah penjelasan dari seluruh pendukung upacara ritual sipaha sada:
1. uluan
Dalam setiap pelaksanaan upacara ritual peribadatan Parmalim,
yang menjadi pemimpin upacara disebut uluan, Uluan tersebut akan
memimpin secara langsung setiap prosesi peribadatan. Uluan tersebut
hanya bisa di lakukan oleh ihutan atau pun ulu punguan Parmalim
tergantung pada upacara ritual yang di laksanakan.
70
Uluan yang memimpin jalannya upacara akan berperan secara
langsung dalam setiap prosesi, yaitu sebagai paminta gondang, (orang yang
akan meminta gondang), na martonggo (orang yang akan berdoa), na
mambaen pardaupaan (orang yang akan menaburkan dupa ke dalam
pardaupaan), na mambaen pngurason (orang yang akan memercikkan
pangurason), napasahathon tona habonaran (orang yang akan
menyampaikan pesan kebenaran (ceramah keagamaan) na mamelehon
pelean (orang yang akan menyapaikan persembahan), dan juga
namamungka dohot mambuhui ulaon (orang yang memulai dan menutup
upacara ritual).
Segala hal yang akan di lakukan pada setiap pelaksanaan upacara
ritual peribadatan harus dipimpin langsung oleh ihutan Parmalim atau ulu
punguan tergantung pada upacara ritual yang dilaksanakan. Peran tersebut
tidak dapat digantikan kecuali orang yang bersangkutan sedang
berhalangan atau sedang sakit, sedang kemalangna dan lain-lain., dan yang
akan menggantikan peran tersebut merupakan orang yang di tunjuk
langsung oleh orang yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada yang telah
berlangsung pada februari tahun 2018 yang lalu adalah amang Poltak
naipospos selaku ihutan Parmalim pada saat itu. Beliau lah yang perperan
sebagai pelaksana dalam upacara ritual tersebut
71
2. Ulu Punguan
Ulu punguan adalah orang yang menjadi pemimpin di tiap-tiap
punguan Parmalim yang ada di berbagai daerah. Ulu punguan tersebut
akan mengatur setiap hal yang berhubungan dengan keberlangsungan
kegiatan kepercayaan Parmalim di punguan tersebut.
Di dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada, seluruh ulu
punguan Parmalim yang hadir bertugas untuk membantu ihutan dalam
manguluhon (memimpin) upacara ritual tersebut, diantaranya termasuk
amang Rinsan simanjuntak selaku ulu punguan Parmalim Kota Medan.
Mereka membantu penyusunan pelean di atas langgatan, agar pelean
tersebut dapat tersusun dan tertata sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Ruas
secara administrasi, ruas adalah orang-orang yang terdaftar sebagai
anggota kelompok aliran Parmalim baik di pusat maupundi punguan. Ruas
tersebut akan datang dan ikut serta dalam pelaksanaan upacara ritual
Parmalim yang di laksanakan. Ruas tersebut terdiri dari ruas ama
(kelompok bapak), ruas ina (kelompol ibu) dan naposo kelompok pemuda
dan anak anak.
Dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada yang telah berlalu,
yang menjadi ruas adalah mereka yang hadir dan duduk di tikar yang telah
tersedia di dalam maupun di luar bale parsantian untuk mengikuti setiap
prosesi ritual peribadatan. Mereka adalah orang-orang yang berasal dari
72
berbagai daerah yang berkumpul di bale parsantian Parmalim punguan
Kota Medan untuk mengikuti perayan upacara ritual tersebut.
4. Pargonsi
Pargonsi adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang
yang memainkan gondang (alat musik). umat Parmalim percaya bahwa
pargonsi adalah orang-orang yang terpilih yang memiliki tingkat
kemampuan yang lebih tinggi dari manusia pada umumnya. Mereka yakin
bahwa kemampuan atau bakat tersebut merupakan anugerah dari batara
guru. Pargonsi tersebut dipercaya dapat menyampakan doa-doa
permohonan kepada Debata Mulajadi Nabolon, melalui bunyi-bunyian
yang berasal dari alat-alat musik yang mereka mainkan.
Pada perayaan upacara ritual sipaha sada, orang-orang yang
memainkan gondang disebut sebagai pargonsi sipaha sada. Mereka
bertugas mulai dari awal hingga akhir upacara, yaitu sebagai pargonsi
yang akan memainnkan tiap-tiap gondang yang diminta oleh uluan selama
upacara berlangsung.
Pargonsi sipaha sada terdiri dari satu tim yang berjumlah 5 (lima)
orang dan akan memainkan esambel gondang hasapi, yaitu satu orang
parsarune (pemain sarune), satu orang pargarantung (pemain garantung),
satu orang pangheseki (pemain hesek), dua orang parhasapi (pemain hasapi
ende dan hasapi doal).
73
Seluruh anggota tim tersebut merupakan orang-orang yang dianggap
sudah mampu secara skil individual maupun kelompok untuk memainkan
seluruh repertoar gondang yang telah ditentukan sesuai dengan instrumen
masing-masing. Seluruh anggota dari pargonsi tersebut sudah dipersiapkan
jauh sebelum upacara tersebut dilaksanakan. persiapan tersebut dilakukan
minimal satu bulan sebelum pelaksanaan upacara.
Berdasarkan pengamatan penulis, (Hotli sitorus dalam wawancara
dengan penulis) mengatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai seorang
pargonsi hanyalah ketika orang tersebut sedang margondang (bermain
musik) dalam pelaksanaan satu upacara ritual saja. Apabila sudah selesai
atau sedang tidak margondang, maka orang tersebut sama saja dengan ruas
Parmalim biasa.
Orang-orang yang yang berperan sebagai pargonsi pada upacara
ritual sipaha sada yang telah berlangsung pada februari 2018 yang lalu
adalah Hotli sitorus sebagai parsarune, Gopar siahaan sebagai
pargarantung, Ama Dion sebagai parhasapi, Erwin silalahi sebagai
pandoali, Atur sitinjak sebagai pangheseki. Mereka di tujuk sebagai
pargonsi sipaha sada berdasarkan ketentuan yang sudah di tetapkan.
5. Parhobas
Parhobas adalah istilah yang digunakan untuk menyebut setiap
orang yang ikut ambil bagian dalam persiapan upacara. Persiapan tersebut
berupa penyedian pelean yang harus di masak sebelum di sajikan,
74
kebersihan dan penataan ruangan yang akan digunakan, memasak serta
menghidnagkan segala makanan dan minuman, dan bertanggung jawab akan
kebersihan lokasi tersebut sebelum atau pun sesudah pelaksanaan upacara.
Yang menjadi parhobas dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha
sada yang telah berlalu adalah arus Parmalim. yakni ruas ina (kelompok
ibu) yang bertugas memasak pelean, memasak dan menghidangkan
makanan dan minuman, membersihkan dan menyediakan tikar di ruang bale
parsantian. Ruas ama (kelompok bapak) bertugas membantu peroses
memasa seperti mengakat peralatan yang berat, memotong hewan yang akan
dipersembahkan, serta menyiapkan gondang (alat musik) di dalam bale
parsantian. Sedangkan ruas naposo boru (kelompok pemuda permpuan)
bertugas membantu proses masak memasak, membantu kebersihan, dan
ruas naposo baoa (kelompok pemuda laki-laki) bertugas membantu ruas
ama memotong hewan yang akan dipelehon serta mnyediakan peralatan
musik.
3.3 Pelaksanaan upacara ritual sipaha sada
Upacara ritual sipaha sada seharusnya dilaksanakan di bale pasogit
partonggoan Parmalim, Hal tersebut telah tertulis di dalam pustaha
habonaron Parmalim. Di dalam pustaha tersebut terdapat patik yang
menjelasak bahwa upacara tersebtu di laksanakan secara terpusat di satu
lokasi yang telah di tentukan yaitu bale pasogit partomggoan.
75
Namun upacara tersebut telah di laksanakan pada 15- 16-17 februari
tahun 2018 yang lalu di bale parsantian Parmalim yang ada di punguan
Parmalim kota Medan. Hal tersebut terjadi karna keadaan bale pasogit
partonggoan sedang tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat
pelaksanaan upacara tersebut.
3.3.1 Persiapan upacara ritual sipaha sada
Upacara ritual sipaha sada adalah upacara ritual peribadatan yang
wajib di laksanakan pada setiap tahun kalender batak oleh seluruh umat
Parmalim. Di dalam proses pelaksanaan nya, ada beberapa hal yang harus di
persiapkan sebagai syarat pelaksanaan upacara tersebut. Upacara ritual
tersebut sudah di persiapkan jauh sebelum hari pelaksanan nya. Persiapan-
persiapan tersebut sudah di rencanakan berdasarkan kebijakan yang telah di
sepakati bersama.
3.3.1.1. Hadomuan
Persiapan yang pertama kali dilaksanakan adalah hadomuan.
Hadomuan tersebut diadakan di bale pasogit partonggoan atau ditempat
lain yang sudah disepakati bersama seperti bale parsantian Parmalim atau
di rumah salah satu pimpinan Parmalim. Hadomuan tersebut dilaksanakan
satu bulan sebelum hari pelaksanaan upacara ritual, yang di hadiri oleh
seluruh jajaran kepemimpinan Parmalim baik dari pusat maupun dari
punguan.
76
Di dalam hadomuan tersebut akan dibicarakan mengenai pemilihan
seluruh petugas yang akan berperan dalam pelaksanaan upacara yang akan
dilaksanakan. Pemilihan yang dimaksud berupa pengunjukan seluruh
pargonsi, penghunjukan seluruh parhobas, serta pembahasan anggaran dana
yang dibutuhkan selama persiapan dan pelaksanaan upacara.
Setelah hadomuan tersebut berakhir, maka pada keesokan harinya
semua pihak yang telah di hunju akan memulai bertugas sesuai bidang
mereka masing-masing. pihak yang terpilih sebagai pargonsi akan mulai
berlatih baik secara pribadi maupun bersama sesuai waktu dan lokasi yang
di sepakati. Kemudian pihak yang terpilih sebagai parhobas akan mulai
mencari dan memili hewan-hewan yang terbaik yang akan di persembahkan,
kemudian mnentukan orang-orang yang akan melaksanakan panghobasion
di areal-arel yang menjadi tanggung jawab parhobas seperti dapur, ruang
bale parsantian, halaman dan seluruh bagian komplek pelaksanaan upacara
termasuk pintu gerbang masuk dan lokasi penerimaan tamu.
3.3.1.2. Robu
Robu adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan hari pertama
dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada. Robu tersebut lazim dikenal
sebagai ari holang atau hari pemisah antara pelaksanaan upacra ritual
mangan na paet dengan upacara ritual sipaha sada. Hari tersebut juga
merupakan hari pertama di tahun yang baru berdasarkan kalender batak.
77
robu memang merupakan salah satu bahagian dari ketiga hari
perayaan upacara ritual sipaha sada. namun di dalam pelaksanaannya, tidak
terdapat hal-hal yang berupa ritual melainkan hanya persiapan pribadi,
seperti waktu perjalanan bagi mereka yang datang dari jauh menuju lokasi
pelaksanaan upacara, persiapan hati, dan pengontrolan kembali terhadap hal
hal yang akan di gunakan keesokan harinya. Berdasarkan keterangan di
atas,ari robu dapat di artikan sebagai salah satu bagian dari hari-hari yang
digunakan sebagai persiapan pelaksanaan upacara ritual tersebut.
3.3.2 Jalannya upacara ritual sipaha sada
Berdasarkan keterangan di atas, bahwa upacara rieual sipaha sada
dilaksanakan selama tiga hari. Ketiga hari tersebut dikenal dengan istilah
nya masing-masing berdasarkan kegiatan yang akan di lakukan pada hari
tersebut.
3.3.2.1 Ari robu
Ari robu merupakan pengistilahan yang digunakan untuk
menyebutkan hari pertama dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada.
Berdasarkan kegiatan yang di laksanakan di hari tersebut, ari robu
merupakan hari persiapan terakir untuk melaksanakan upacara ritual sipaha
sada. Maka hari tersebut merupakan bagian paenting dari upacara ritual
sipaha sada tersebut. Ada pun kegiatan yang dilakukan pada ari robu
tersebut adalah:
78
1. Persiapan Ruas
Pada pembahasan seabelumnya juga telah dijelaskan bahwa aari
robu merupakan ari holang atau hari pemisah antara upacara ritual mangan
napaet dengan upacara ritual sipaha sada. Oleh karena itu, kesempatan
tersebut di manfaatkan sebagai hari perjalanan menuju tempat pelaksanaan
upacara, kegiatan tersebut dilakukan oleh seluruh ruas yang berasal dari
tiap-tiap punguan Parmalim yang ada di luar daerah pelaksanaan upacara
ritual tersebut
Persiapan ruas berikutnya adalah pemilihan kostum yang akan di
gunakan dalam upacara tersebut. Persiapan ini umumnya dilakukan oleh
ibu-ibu rumah tangga seperti penentuan ulos yang akan di gunakan,
menyediakan abit nabontar sebagai pengikat kepala kaum bapak, serta
mempersiapkan pakaian yang akan di pakai oleh seluruh anggot keluarga
yang akan mengikuti upacara pada keesokan harinya.
Persiapan yang dilakukan oleh seluruh ruas berikutnya adalah
parsiapan pribadi seperti persiapan hati dan fikiran yang dilakukan dengan
martamiang (berdoa secara pribadi) agar bersungguh-sungguh, fokus, tulus
dan ikhlas dalam mengikuti paelaksanaan upacara ritual tersebut, persiapan
fisik seperi beristirahat secukupnya serta tetap menjaga kesehatan agar tetap
kuat dan sehat selama pelaksanaan upacara.
79
2. Persiapan uluan
Kegiatan berukutnya yang di lakukan pada ari robu tersebut adalah
persiapan uluan yang akan manguluhohon (memimpin pelaksanaan) upacara
ritual tersebut. Persiapan yang dilakukan oleh uluan tersebut adalah
meminta dan memohon kepada Debata Mulajadi Nabolon malalui tamiang
agar seluruh ruas yang akan mengikuti pelaksanaan upacara ritual di
lindungi serta diberikan kesungguhan hati untuk mengikuti pelaksanaan
upacara ritual tersebut.
Kemudian uluan tersebut di dalam tamiang nya juga meminta berkat
dan perlindungan agar seluruh rangkayan pelaksanaan upacara berjalan
dengan lancar sesuai dengan aturan dan kehendak Debata Mulajadi
Naabolon. Selain itu, uluan juga tetap melakukan persiapan seperti yang
dilakukan ruas pada umumnya yaitu berdoa untuk dirinya serta beristirahat
dan tetap menjagaa kesehatan nya agar tetap kuat dan sehat selama
pelaksanaan upacara ritual sipaha sada tersebut. Seluruh persiapan yang
dilakukan oleh uluan yang dalam hal ini dilaksanakan oleh ihutan
Parmalim, juga dilakukan oleh seluruh ulu punguan di lokasi perayaan
upacara tersebut.
3. Persiapan pargonsi
Selain melaksanakan persiapan ruas pada umumya, seluruh pargonsi
yang akan margonsi dalam pelaksanaan upacara tersebut juga melaksanakan
beberapa persiapan. Persiapan tersebut dialakukan secara peribadi untuk
80
memastikan kembali kondisi alat musik yang akan mereka mainkan oleh
masing-masing pargonsi.
Persiapan tersebut meliputi parsarune yang akan mempersiapkan
sarune nya dengan memastikan seluruh bagian-bagian dari sarune tersebut
sedang dalam keadaan prima atau sedang tidak bermasalah. Demikian pula
persiapan yang di lakukan oleh pargonsi sipaha sada agar seluruh alat
musik yang akan mereka pakai tidak menjadi penghabat dalam pelaksanaan
upacara tersebut.
4. Persiapan parhobas
Pada ari robu tersebut seluruh parhobas juga melaksanakan
beberapa persiapan untuk menyambut ari pengharoanan yang akan
dilaksanakan pada keesokan harinya. Persiapan tersebut dilakukan sesuai
dengan tanggung jawab setiap parhobas yang telah di tunjuk pada
hadomuan yang telah dilaksanakan satu bulan sebelumnya.
Persiapan tersebuut berupa penyiapan bahan-bahan pllean maupun
sebagai konsumsi, mempersiapkan peralatan makan dan paralatan
memasak, membersihkan dan menata ruang pelaksanaan upacara, serta
menyediakan meja di depan pintu gerbang masuk serta menyiapkan buku
penerimaan tamu.
81
3.3.2.2 Ari pangharoanan
Seperti yang telah diketahui, bahwa ari pangharoanan merupakan
hari ke dua dari tiga hari pelaksanaan upacra ritual sipaha sada yakni ari
suma. pada hari tersebut akan di peringati sebagai hari kelahiran tuhan
simarimbulubosi. Tuhan simarimbulubosi sendiri lahir pada ari suma di
bulan sipaha sada, sehingga hari tersebut telah ditetapkan oleh raja nasiak
bagi sebagai ari pangharoanan tuhan simarimbulubosi. pada hari tersebut
akan diadakan upacara ritual peribadatan yang akan menyampaikan pelean
somba (sesajian sembah) kepada seluruh pemilik kerajaan malim.
Sebelum melaksanakan upacara ritual, seluruh parhobas suda
menyiapkan seluruh bahan-bahn pelean di dalam bale parsantian, dan
seluruh peserta yang akan mengikuti prosesi pelaksanan upacara sudah
berada di loksai pelaksanaan upacara untuk mengadakan makan siang
bersama, karena upacara ritual tersebut di mulai pada siang hari tepatnya
pada pukul 13.30. Wib.
Setelah selesai makan siang, ihutan Parmalim bersama seluruh ulu
punguan dan seluruh pargonsi sipaha sada akan terlebih dahulu memasuki
bale parsantian untuk menyajikan pelean yang sudah disediakan parhobas
di bale parsantian tersebut. Penyajian pelean tersebut dilakukan secara
langsung oleh ihutan Parmalim dan di bantu oleh seluruh ulu punguan yang
hadir.
Selama proses penyajian berlangsungm seluruh pargonsi akan
memainkan repertoar gondang untuk mengiringi proses penyajian pelean
82
tersebut. Gondang tersebut juga berfungsi sebagai isyarat bagi seluruh
peserta upacra bahwa upacara ritual sipaha sada pada ari pangharoanan
akan segera dimulai.
Setelah seluruh peoses penyajian palean selesai, maka ruas
Parmalim yang berada di sekitar lokasi pelaksanaan upacara sudah
diperbolehkan memasuki ruang bale parsantian Parmalim untuk mengikuti
upaacara ritual tersebut dengan tetap menjaga ketertiban dan langsung
mengambil posisi duduk bersila di atas tikar yang sudah disediakan.
Pada pelaksanaan upacara ritual sipaha sada yang dilaksanakan di
bale parsantian punguan medan yang ada di kota medan pada februari 2018
yang lalu, seluruh ruas yang menghadiri upacara ritual tersebut melebihi
kapasitas gedung bale parsantian tersebut. Sehingga ruas yang belum
mendapat tempat duduk di dalam, harus rela duduk di teras bahkan di
halaman dari bale parsantian tersebut agar tetap dapat mengikuti proses
pelaksanaaan upacara ritual.
Setelah seluruh peserta upacara duduk, maka tiba lah saat nya untuk
uluan memulai upacara. Uluan yang menjadi pemimpin upacara akan naik
ke langgatan dan mengabil aek pangurason untuk memercikannya ke
seluruh pelean yang sudah disajikan dengan tujuan manguras pelean
(mensucikan pelean) tersebut. Setelah seluruh pelean diuras, kemudian
uluan tersebut juga akan manguras seluruh peserta upacara dengan cara
memercikan aek pangurasan yang sama ke arah seluruh peserta dari atas
langgatan tersebut.
83
1. Gondang Alu-alu (gondang pembuka)
setelah seluruh pelean dan seluruh rias diuras oleh uluan, maka
ihutan tersebut langsung meminta kepada pargonsi untuk memainkan
gondang alu-alu sebyak tiga kali. Masing – masing gondang ditujukan
secara berurutan kepada raja nasiak bagi, kepada raja naopatpuluhopat, dan
kepada Tuhan Debata Mulajadi Nabolon sebagai permohonan izin
pelaksanaan upacara akan di mulai. Gondang alu-alu tersebut diminta
secara langsung oleh ihutan yang menjadi uluan pada saat pelaksanaan
upacara. Gondang tersebut di minta satu persatu secara berurutan dengan
kata-kata yang telah tertulis pada pustaha habonaron Parmalim.
(a). Alu-alu tu raja nasiak bagi
Alu-aluhon ma amang panggual parginsi tu manta raja nasiak bagi,
parajar sioloan, parmeme sibonduton ima tumindanghon patik natingkos
uhum nadenggan I. yang artinya mohonkanlah amang pargonsi prmohonan
melali bunyi gondsng hasapi kepada raja nasiak bagi sebagai guru dan
teladan yang baik, yang mengajrkan serta mengamalkan patik dan uhum
yang baik, bahwa umat Parmalim akan memulai pelaksanaan upacara ritual
sipaha sada.
(b). Alu-alu tu raja na opatpuluopat
Alu-aluhon ma tu raja naopat pulu opat, panggomal ni
portibi,pangarahut ni hata,panghansing ni desa na ualuon. Yang artinya
84
sampaikan lah permohonan kepada empat puluh empat raja yang pernah
berkuasa di seluruh bumi, sebagai pengajar dan pembritaan kebaikan dan
pemersatu dari delapan daerah di seluruh dunia berdasarkan arah mata
angin, bahwa umat Parmalim akan memulai pelaksanaan upacara ritual
sipaha sada.
(c). Alu-alu tu ompu tuhan debata mulajadi nabolon
Alu-aluhon ma tu moputa tuhan debata mula jadi nabonon,
namanjadihon nasa naadong di luat ni portibi on. Yang artinya sampaikan
lah permohonan kepada ompu tuhan debata mulajadi nabolon sabagai tuhan
yang maha kuasa yang menciptakan segala yang ada dimuka bumi ini,
bahwa umat Parmalim akan memulai pelaksanaan upacara ritual sipaha
sada.
2. Martangiang/martonggo.
Setelah seluruh gondang alu-alu seelesai dimainkan, maka tiba lah
saatnya untuk mempersembahkan sesajian-sesajian yang sudah di sajikan di
atas langgatan sebagai pelean somba (sesajian sembah) kepada seluruh
pemilik kerajaan malim. Penyampaian pelean tersebut dilakukan oleh ihutan
Parmalim dengan di iringi gondang hasapi sebagai perantara nya.
Pelean tersebut akan disampaikan satu persatu sesuai urutan sepuluh
tonggo-tonggoan yang di awali dengan penaburan serbuk dupa ke
pardaupaan, dan di ikuti dengan pembacaa tangiang/tonggo-tonggo, serta
85
di lanjutkan dengan iringan gondang tangiang/tonggo-tonggoan sebagai
penghantar pelean kepada pemilik kerajaan malim yang dimaksud.
Seluruh gondang tersebut terdiri dari 10 (sepuluh) repertoar gondsng
ysng berbeda-beda, yang disesuaikan dengan jumlah tonggo-tonggoan yang
ada. Gondang tersebut sudah baku dan tidak dapat di ubah, dan gondang
tersebut harus dimainkan berdasarkan urutan tonggo-tonggoan tanpa harus
di minta ole uluan yang sedang memimpin upacara tersebut. Setiap isi dari
ke sepuhu tangian/tonggo-tongggo tersebut sudah ditentukan dan telah
tertulis di dalam pustaha habonaron Parmalim.
Kesepuluh tonggo-tonggo tersebut merupaka doa yang wajib
dibawaka pada setiap saat pelaksanaan ketujuh ritual peribadatan Parmalim
tersebut. Isi dari kesepuluh tonggo-tonggo tersebut memang sudah
ditentukan, namun akan ada tambahan yang disesuaikan dengan tujuan
pelaksanaan upacara yang akan dilaksanakan.
Gondang tangiang/tonggo-tonggoan tersebut tidak harus dibawakan
pada setiap upacara tersebut, namun ada beberapa upacara ritual yang
mewajibkan penggunaan gondang seperti upacara ritual sipaha sada dan
sipaha lima, ada juga yang besifat kondisional (boleh pakai gondang boleh
juga tidak) tergantung pada orang yang melaksanakanny, yaitu upacara
ritual mardebata dan pasahat tondi.
86
Tangiang/tonggo-tonggo
(A). Mulajadi Nabolon
Mauliate ma hu dok tu ho ale ompung debata Mulajadi Nabolon
marhite timpul ni daupa dohot pangurason on. Ala Hodo na manjadihon
langit, mankadihon tanoon, manjadihon saluhut na adong di liat portibi on.
Manjadihon jolma umbahen na adong manjadiho halak torop, manjadihon
halak gabe, manjadihon halak mamora,manjadihon harajaon, asa adong
margomgom na adong di toru nk langit na adong di atas nitanon on,
Dijadihon hodo hami jolma parsala, jala pardosa on alai godang situtu do
asi ni roham dibangkit Ho do amanami Patuan Raja Malim, tumindanghin
patik natingkos, uhum nadenggan i.
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk lahi bini, indahan nalas, dengke
laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kanan langgatan,
serta parbuesanti dan timpul nidaupa (asap dari dupa yang dibakar)
(B). Debata natolu
Mauliate ma hu dok tu ho sahala ni Tuhan nami Debata natolu
marhite timpul ni daupa dohot pangurason on. Hamu do tuhan sitiop
timbangan harajaon pinasahat Mu tu raja nami Raja Sisingamangaraja,
hamu do sitiop timbangan hamalimon, pinasahat Mu tu Raja Nasiakbagi,
Hamu do napatuduhon sahala pangajari sahala panuturina sampe di abara
jujung di saambubu.
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk lahi bini, indahan nalas, dengke
laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kanan langgatan,
serta parbuesanti dan timpul nidaupa (asap dari dupa yang dibakar)
(C). Siborudeakparujar
Mauliate ma hu dok hami tu sahala Ama sahala Ina, sahala ni Ina
nami Siborudeakparujar marhite timpul ni daupa dohot pangurason on,
Hodo inang namauli bulung. Mulani pangurason najumadihon
parsungkilon, mulani haiason jumadihon hamalimon. Namarsungkilhon
tondi ni Amanami patuan raja malim marhite tondi porbadia sahala
pangajari
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk namarenteng, indahan nalas,
dengke laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kanan
87
langgatan, serta parbuesanti dan timpul nidaupa (asap dari dupa yang
dibakar)
(D). Nagapadohaniaji
Mauliate ma hu dok hami tu Nagapadohaniaji, najumujung tano on,
tano namarlapis-lapis tano namarlopi-lopi, hinaojahan hinaondolan on,
ojahan ni saluhut nasa na adong di liat portibi on. Ale naga padoha niaji,
namambuat do ama nami Raja nasiakbagi di gota ni hau na angur sian tano
na jinujung mon, asa adong parsombaan nami tu Ompung debata mulajadi
nabolon, tu tuhanta debata natolu,tu inanta nasangap nabadia I dohot
sahala marsangap sahala martua i
Gondang dan tangian/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
menyampaikan seluruh darah dari hewan yang sudah ditumpahkan ketanah
sebagai pelean kepada magapadohaniaji. Gondang ini hanya sebagai
pemberitahuan bahwa darah yang sudah ditumpahkan ketanah itu adalah
persembahan kepada nya.
(E). Boru saniangnaga
Mauliate ma hudok hami tu sahala ni namboru nami Boru
saniangnaga, naipinggan natio naiboru hasahatan, naumpegang mual sitio-
tio napina sampur napinadomu dohot unte mungkurangkupni sanggul bane-
bane,asa jadi pangurason,jadi parsuksion jadi parsombaantu Ompung mula
jadi nabolon tu Tuhan deebata natolu, tu inanta sibo sahala martua i.
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk namarenteng, indahan nalas,
dengke laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kanan
langgatan, serta parbuesanti dan timpul nidaupa (asap dari dupa yang
dibakar)
(F). Patuan raja uti
Mauliate ma hudok hami tu sahala ni ama nami patuan raja uti,uti
naso ra mate, uti naso ra martua sijolo namarsangap dohot boru namartua.
Hodo raja nami raja jumolo tubu, mungkani harajaon, naguminjang sian
hau namarbuntulsian dolok,par uhum natingkos naso jadi juaon.
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk jarumbosi, indahan nalas, dengke
laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kiri langgatan, serta
parbuesanti dan timpul nidaupa (asap dari dupa yang dibakar)
(G). Tuhan simarimbulubosi.
88
Mauliate ma hudok hami tu sahala ni tuhan nami tuhan
simarimbulubosi, marhite timpul ni daupa dohot pangurason on, ala ho do
tuhan pargogo naso hatudosan, parbisuk naso boi sumanon, na
paimbarimbar rupa, paubauba tompa naso olo matua matongtong doli-doli.
Hodo tuhan sileon pasu-pasu tu angka na tigor mar roha jala silehon uhum
tu angka perdosa.\
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk jarumbosi, indahan nalas, dengke
laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kiri langgatan, serta
parbuesanti, hio puti, ulos jugia nasopipot, timpul nidaupa (asap dari dupa
yang dibakar)
(H). Raja naopatpuluopat
Mauliate ma hudok hami tu sahala raja nami raja naopatpuluopat
panggual ni portibi, pangarahut ni hata, panghansing ni desa na ualu on,
marhite timpul ni daupa dohot pangurason on. Hamu do raja nami,
sirungrungi nabubu, siharihari nadapot sambil, sipaulak tondi tu ruma
dalan hangoluam i.
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk mira polin, indahan nalas,
dengke laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kiri
langgatan, serta parbuesanti dan timpul nidaupa (asap dari dupa yang
dibakar)
(I). Raja sisingmangaja
Mauliate me hudok hami tu sahala ni raja nami raja
sisingamangaraja, singa mangalompoi singa naso halompoan, marhite
timpul ni daupa dohot pangurason on. Hamu do raja nami na sumingahon
uhum, na sumingahon patik, na sumingahon harajaon, sian tano bakkara
julu, bakkara jae, namardingidnghon dolok marhorihhorihon ombun,
parbale pandak parbale pasogit,parbale paradatan,pale paruhuman, bale
pamujian tu Omputa Tuhan debatamulajadi nabolon. Jala pangaturna ni
gastak tarjual, hatian pamonora,solup siopat bale,jual sionom
solup,parmasaan si sampuludua, ampang siduapuluh opat,hatian sisada
ibotna tu ginjang sora mungkit tu toru sora teleng, oma patik ni harajaon
na jinalom sian Omputa debata,naniaturhonmu tu tu raja parbaringin
namarganuphon bius marpusorathon onan.
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk mira polin, indahan nalas,
dengke laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kiri
89
langgatan, serta parbuesanti dan timpul nidaupa (asap dari dupa yang
dibakar)
(J). Raja nasiakbagi
Mauliate ma hudok tu ho amang raja nasiak bagi, aming raja tubu,
among raja sitautau, aming raja partuan raja malim marhite somba nami
timpul ni naupadohot pangurason on. Dibangkit debata do ho among raja
nasiakbagi, parajar si oloan, parmeme sibonduton I.
Gondang dan tangiang/tonggo-tonggo ini dimainkan untuk
mempersembahkan hambing puti, manuk mira polin, indahan nalas,
dengke laiang, pirani ambalungan yang ada di bagian sebelah kiri
langgatan, serta parbuesanti dan timpul nidaupa (asap dari dupa yang
dibakar)
3. Gondang parningotan
Setelah seluruh pelean selesai dipersembahakan kepada seluruh
pemilik kerajaan malim melalui pembacaan dan gondang tangiang/tonggo-
tonggo, maka ihutan akan turun dari langgatan dan mengambil posisi
berdiri di hadapan seluruh peserta dan menghadap ke langgatan tersebut
untuk melanjutkan prosesi upacara.
Setelah hutan sampai di posisinya, maka ihutan tersebut langsung
meminta kepada pargoni untuk memainkan gondang parningotan
(gondang peringatan) kepada salah satu leluhur Parmalim yang pernah
berjuang untuk mendirikan Parmalim, serta tokoh yang pernah memimpin
Parmalim pada masa yang lampau. Gondang di minta berdasarkan kuasaan
uluan yang sedang memimpin upacara.
Pada saat pelaksanaan upacara ritual sipaha sada yang telah
dilaksanakan pada februari 2018 yang lalu, gondang parningotan yang di
minta langsung oleh uluan padasaat itu adalah gondang parningotan tu
90
indung bolon Parmalim (Raja Mulia naipospos), yaitu gondang peringatan
terhadap ihutan Parmalim pertama yang telah mendirikan dan menjalankan
kepemimpina dengan penuh perjuangan.
Gondang tersebut diminta untuk mengenang segala kepahitan dan
penderitaan yang di alami oleh ibdung bolon tersebut selama berjuang
mendirikan dan mempertahankan Parmalim, serta menjalankan
kepemimpina Parmalim pertamakali di tengah-tengah polemik pennjajahan
yang dilakukan oleh pemerintahan hindia belanda pada saat itu.
4. Gondang pangharoanan
Setelah gondang parningotan selesai dimainkan, maka ihutan
Parmalim yang menjadi uluan pada saat itu, langsung meminta kepada
pargonsi untuk memainkan gondang pangharoanan tuhan simarimbulubosi
untuk mengenang segala perbuatan baik seta peristiwa yang telah di laluinya
dalam masa pelaksanaan tugasnya.
Gondang tersebut terdiri dari duabelas repertoar gondang yang berbeda-
beda. Gondang akan di mainkan berdasarkan urutan yang sudah ditentukan
dan di minta langsung satu persatu oleh uluan. Seluruh gondang tersebut
menceritakan riwayat hidup tuhan simarimbulubosi, dimulai dari masa
kandungan ibu Tuhan simarimbulubosi. masa kelahirannya, masa
pertumbuhannya, masa penderitaannya, dan hingga pada masa dimana dia
akan kembali ke banua ginjang.
91
berikut adalah 12 (duabelas) gondang pangharoanan ni tuhan
simarimbulubosi
1. Gondang inanta namanubuthon tuhan simarimbulu bosi
2. Gondang hatutubu ni tuhan
3. Gondang pangharoanan ni tuhan
4. Gondang didang-didang ni tuhan
5. Gondang haposoon ni tuhan
6. Gondang ni ulaon ni tuhan
7. Gondang habengeton ni tuhan
8. Gondang panghongkopon ni tuhan
9. Gondang hasiakbagion ni tuhuan
10. Gondang hamonangan ni tuhan
11. Gondang parolop olopan
12. Gondang hasahatan
Seluruh gondang tersebut sudah ditetapkan oleh raja nasiakbagi
sebagai gondang pangharoanan tuhan simarimbulubosi yang wajib
dibawakan pada saat perayaan hari kelahiran tuhan simarimbulubosi di ari
pangharoanan dan ari panantion upacara ritual sipaha sada. Seluruh
gondang tersebut sudah baku dan iudak boleh di ubah-ubah.
92
13. Manortor
Setelah seluruh gondang pangharoaanan selesai dimainkan, maka
ihutan Parmalim akan mempersilahkan kepada seluruh ruas untuk
mengungkapkan kegembiraan mereka dengan manortor (menari). Seluruh
tor-tor yang akan di bawa akan iringi oleh gondang hasapi. Berdasarkan
permintaan yang akan manortor. Kegiatan tersebut di ikuti seluruh peserta
upacara baik ama, ina,dakdanak dan naposo, dilakukan secara bergiliran
berdasarkan urutan yang telah disepakati sebelumnya.
14. Gondang panggohi (gondang penutup)
Setelah seluruh ruas yang hadir selesai manortor, maka ihutan akan
kambali ke posisinya semula yakni di bagian depan bale parsantian, dan
langsung memita kepada pargonsi untuk memainkan gondang hasahatan
sebagai gondang panggohi yang dimainkan sebanyak sepuluh kali.
Gondang tersebut ditujukan kepada sepuluh pemilik kerajaan malim dan di
mainkan sesuai dengan urutan tonggo-tonggoan yang sudah dibacakan
sebelumnya,
Setelah bunyi gondang yang terakhir yaitu gondang hasahat kepada
raja nasiak bagi, maka seluruh ruas akan mengucapkan kata horas sebanyak
tiga kali sebagai ucapan trimakasih serta ucapan syukur untuk
keberlangsungan segala rangkayan acara pelaksanaan upacara ritual sipaha
sada pada ari pangharoanan yang telah berlangsung dengan baik.
93
Setelah mengucapkan kata horas tersebut, maka seluruh peserta
upacara sudah boleh meniggalkan lokasi pelaksanaan upacara dan kembali
ke temat masing-masing untuk beristirahat, sambil mempersiapkan diri
untuk mengikuti pelaksanaan upacara riutal sipaha sada pada ari
panantion keesokan harinya.
3.3.2.3. Ari panantion
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bawha ari panantian
merupakan hari terakhir dalam pelaksanaan upacara ritual sipaha sada. Hari
tersebut jatuh pada hari ketiga di bulan sipaha sada yang disebut dengan
ari anggara, perayaan upacara pada hari tersebut dilaksanakan di dalam
bale parsantian seperti sebelumnya,dan waktu pelanksanaan nya pun sama
saja yaitu pukul 13.30 wib.
Seluruh rangkayan kegiatan yang akan dikakukan pada ari
panantion tersebut hampir sama dengan apa yang dilakukan pada hari
sebelum nya yaitu aari pangharoanan, hanya saja beberapa pelean yang
dipersembahkan pada hari sebelumnya tidak lagi dipersembahakan pada
hari tersebut.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada hari tersebut adalah
gondang alu-alu yang dimainkan sebanyak tiga kali sebagai permohonan
kepada raja nasiak bagi, rajanaopatpuluopat, dan ompu debata mulajadi
nabolon untuk memulai pelaksanaan upaca, dan juga sebagai gonang
pembuka upacara,
94
Setelah gondang alu-alu, maka ihutan akan melanjutkan dengan
membacakan tangian/tongo-tongoan yang ikuti dengan permainan gondang
hasapi oleh pargonsi sipaha sada dengan memainkan gondang
tangiang/tonggo-tonggoan untuk menyampaikan pelean kepada seluruh
pemilik kerajaan malim. Pelean yang dipersembahkan pada hari tersebut
tidak sebanyak pelean yang dipersembahkan pada hari sebelumnya. Pelean
tersebut hanya hanya parbue santi, pangurason, pardaupaan, itak gurgur
dan napuran yang disajikan di atas langgatan untuk dipersembahkan.
Setiap tonggo-tonggo yang disampaikan, akan ada tambahankan
tentang permohonan perlindungan kepada seluruh pemilik kerajaan malim,
agar seluruh ruas Parmalim yang akan meninggalkan lokasi pelaksanan
upacara terlindung dari segala mara bahaya.
Setelah penyampaian pelean tersbut, tidak ada lagi gondang
parningotan sehingga akan langsung dilanjutkan dengan permainan
gondang pangharoanan oleh pargonsi sipaha sada sebagai gondang
peringatan akan tuhan simarimbulubosi.
Setelah gondang pangharoanna tersebut, maka ihutan akan
langsung menyampaikan beberapa pengarahan seperti ceramah keagamaan,
ucapan trimakasih, ucapan selamat jalan dan selamat tinggal kepada seluruh
umat Parmalim sebelum akhirnya akan di tutup dengan gondang panggohi
sebagai penyampaian terakhir dari seluruh gondang maupun tangiang
kepada sahala marsangap sahala namartuua bahwa seluruh rangkayan
upacara ritual sipaha sada telah berakhir dan terlaksana dengan baik.
95
Dengan berakhirnya seluruh kegiatan tersebut, seluruh ruas akan kembali
ke rempat peristirahatan untuk beristirahat dan berkemas-kemas untuk
kembali tempat tinggal masing-masing.
96
BAB IV
DESKRIPSI DAN FUNGSI SEPULUH GONDANG
TANGIANG/TONGGO-TONGGO DALAM UPACARA RITUAL
SIPAHA SADA PARMALIM
4.1. Deskripsi Gondang Tangiang/Tonggo-tonggo
Dalam seluruh pelaksanaan upacara ritual peribadatan Parmalim
terdapat satu prosesi upacara yang wajib di laksanakan yang merupakan
salah satu persyaratan yang wajib dan telah tertulis pada pustaha habonaron
parmalim, prosesi tersebut adalah pembacaan 10 (sepuluh)
tangiang/tonggo-tonggo.
Prosesi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menyampaikan pelean
kepada seluruh pemilik kerajaan malim. Apa bila upacara yang dilaksanakan
menggunakan gondang, maka peelaksanaan prosesi tersebut akan di iringi
dengan gondang yang digunakan. namun apa bila upacara tersebut tidak
menggunakan gondang, maka hanya akan dilakukan dengan pembacaan
tangiang,dan pembakaran dupa saja.
4.1.1. Gondang Tangiang/Tonggo-tonggo
Gondang tangiang/tonggo-tonggo adalah seluruh repertoar gondang
yang digunakan pada saat prosesi penyampaian persembahan dalam
pelaksanaan satu upacara ritual peribadatan Parmalim, yang pada
pelaksanaan nya ada mengunakan gondang. Gondang tersebut digunakan
97
sebagai media penghantar dan penyempurna pelean yang di persembahkan
melalui pambacaan tangian/tonggo-tonggo.
gondang ini terdiri dari sepuluh repertoar gondang yang berbeda-beda yang
disesuaikan dengan jumlah tonggo-tonggoan yang ada. Seluruh repertoar
gondang tersebut sudah baku dan tidak dapat di ubah-ubah, dan harus
dimainkan berdasarkan urutan tangiang/tonggo-tonggoan tersebut.
Gondang ini akan dimainkan satelah satu tangian/tonggo-tonggo selesai
disampaikan sesuai urutan tangiang/tonggo-tonggo tanpa harus di minta ole
uluan yang sedang memimpin upacara.
Pada awalnya, seluruh gondang dan tangiang/tonggo-tonggo
berjumlah lebih dari sepuluh, namun pada masa kepemimpinan Raja
Ungkap Naipospos (ihutan Parmalim yang ke dua), seluruh gondang dan
tangiang/tonggo-tonggo tersebut telah mengalami perubahan, yaitu
mengurangi jumlah gondang dan tangiang/tonggo-tonggo tersebut hingga
menjadi sepuluh, hal tersebut merupakan salah satu usaha penyempurnaan
ajaran Parmalim pada saat itu.
Seluruh gondang dan tangiang/tonggo-tonggo beserta seluruh
peraturan yang sudah di perbaharui, merupakan salah satu kebijakan yang di
tetapkan sebagai satu persyaratan wajib dalam setiap pelaksanan upacara
ritual peribadatan Parmalim. Kebijakan-kebijakan tersebut ditetapkan oleh
Raja ngkap naipospos sebagai ihutan Parmalim pada masa itu.
Berikut ini adalah sepuluh tokoh spiritual Parmalim yang akan
menerima pujian dan persembahan melalui tengiang/tonggo-tonggo
98
4,1.1.1. Debata Mulajadi Nabolon
Dalam konsep ajaran Parmalim, Debata Mulajadi Nabolon adalah
Tuhan yang maha kuasa dan yang menciptakan segala sesuatu yang ada di
alam semesta, Dia lah awal dan akhir dari segala yang ada. Umat Parmalim
percaya, bahwa segala yang ada dan tejadi di bumi ini adalah berdasarkan
kehendak Nya.
Berdasarkan penjelasan di atas, umat Parmalim percaya bahwa
mereka harus menyampaikan puji-pujian dan ucapan syukur sebagai mahluk
yang diciptakan oleh Debata Mulajadi Nabolon, maelalui pembacaan
tangiang/tonggo-tonggo yang pertama umntuk menyampaikan persembahan
kepada Nya..
4.1.1.2. Debata natolu
Debata natolu adalah kata yang berasal dari bahasa batak yaitu
Debata yang berarti Tuhan atau dewa, sedangkan natolu adalah keterangan
yang menunjukan bawha Debata tersebut berjumlah tiga tokoh yang
berbeda. Istiljah tersebut digunakan untuk menyebut ke 3 (tiga) pemegang
kekuasaan kerajaan malim di banua ginjang.
Umat parmali percaya bahwa ketiga Debat tersebut merupakan
tokoh yang pertama kali diciptakan oleh Debata Mulajadi Nabolon di banua
ginjang sebagai penguasa Banua ginjang tersebut. Ketiga Debata tersebut
memiliki kekuasaan yang berbeda yang di berikan oleh Debata Mulajadi
Nabolon untuk memegang dan melaksanakan kekuasaan kerajaan malim di
99
banua ginjang tersebut sebagai Tuhan yang akan meberikan setiap
kebutuhan manusia di banua tonga.
Ketiga Debata tersebut adalah:
a. Bataraguru
Bataraguru adalah Debata yang berkuasaan atas kerajaan dan
segalaa hal yang beerhubungan dengan keberlangsungan hidup dan
kehidupan dari seluruh kerajaan yang ada di bumi. Seperti mengutus
pemimpin, memberikan kebijaksanaan kepada pemimpin, serta yang
berkuasa atas pemimpin tersebut.
b. Sorisohaliapan
Sorisohaliapan adalah Debata yang berkuasaan atas segala kesucian,
kebenaran dan seluruh ajaran agama yang ada di muka bumi ini termasuk
ajaran Parmalim. Seluruh ajaran tersebut bersumber dari Debata Mulajadi
Nabolon, yang di berikan kepada Sorisohaliapan untuk di turunkan kepada
pemilik kerajaan malim di banua tonga.
c. Balabulan
Balabulan adalah Debata yang bertugas memegang kekuasaan atas
seluruh ilmu dan pengetahuan yang ada, seeperti ilmu ketabiban atau ilmu
kesehatan, ilmu kedukunan atau ilmu magis, dan seluruh ilmu pengetahuan
lainnya.
100
Berdasarkan penjelasan di atas, umat Parmalim percaya bahwa
mereka harus menyampaikan puji-pujian dan ucapan syukur sebagai mahluk
yang di berkati dan dipelihara oleh Debata Natolu, maelalui pembacaan
tangiang/tonggo-tonggo yang ke dua umntuk menyampaikan persembahan
kepada Debata tersebut..
4.1.1.3. Siborudeakparujar
Sibodeakparujar adala putri dari salah satu Debata natolu, yaitu
Debata Batara guru. Menurut ajaran Parmalim, Banua tonga atau bumi
yang di tinggali oleh menusia adalah hasil karya tangan dari
Siborudekaparujar. Setelah bumi selesai dibentuk, maka Siborudeakparujar
pun menikah dengan Raja odapodap yang kemudian mempunya 2 (dua)
oarang anak laki-laki dan perempuan yang diberi nama, raja ihat manusisa
dan boru ihat manisia, mereka adalah manusia yang pertama yang
menempati bumi yang di ciptakan oleh Siboruddeakparujar tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, umat Parmalim percaya bahwa
mereka harus menyampaikan puji-pujian dan ucapan syukur sebagai
keturunan dari Siborudeakparujar, maelalui pembacaan tangiang/tonggo-
tonggo yang ke 3 (tiga) umntuk menyampaikan persembahan kepada Siboru
deak parujar tersebut.
101
4.1.1.4. Nagapadohaniaji
Nagapadoha niaji adalah salah satu pemilik kerajaan malim di banua
ginjang yang diberi kuasa untuk mnjadi penguaa tanah atau bumi yang telah
di ciptakan oleh Siborudeakparujar. Dia di utus oleh Debata Mulajadi
Nabolon sebagai penguasa atas seluruh pulau dan benua yang ada di muka
bumI yang menjadi tempat manusia melakukan segala aktivitasnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, umat Parmalim percaya bahwa
sebagai mahluk yang membutuhkan penyertaan dan dalam melaluka
aktivitas di atas bumi tersebut, maka harus lah menyampaikan puji-pujian
dan ucapan syukur maelalui pembacaan tangiang/tonggo-tonggo yang ke 4
(empat) umntuk menyampaikan persembahan kepada Nagapadoha tersebut..
4.1.1.5. Boru saniangnaga
Boru saniang naga adalah salah satu pemilik kerajaan malim di
banua ginjang yaitu anak kedua dari Debata Bataragutu atau adik kandung
dari Siborudeakparujar. Dia diberi mandat oleh Debata Mulajadi Nabolon
sebagai penguasa dari segala air yang ada di seluruh bumi. Dia lahyang
berkuasa untuk mnsucikan air,yang akan di pakai sebagai aek pangurason,
dan air yang akan dibutuhkan manusia untuk keperluan sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan di atas, umat Parmalim percaya bahwa
sebagai mahluk yang membutuhkan air sebagai salah satu kebutuhan
pokoknya, dan memerlukan penyertaan dalam melaluka seluruh aktivitas di
sekitar perairan tersebut, maka harus lah menyampaikan puji-pujian dan
102
ucapan syukur maelalui pembacaan tangiang/tonggo-tonggo yang ke 5
(lima) umntuk menyampaikan persembahan kepada Borusaniangnaga
tersebut..
4.1.1.6. Patuan raja uti
Raja uti adalah salah satu pemilik kerajaan malim di banuaa tonga
yang merupakan utusan dari Debata Mulajadi Nabolon yang berwujud
manusia. Dia diutus sebagai raja yang akan memimpin serta mengajarkan
kebaikan dan kebenaran yang di anugerahkan oleh Debata natolu ditengah-
tengah masyarakat bata toba.
Berdasarkan penjelasan tersebut, umat Parmalim percaya bahwas
ebagai orang yang telah mendapa pengajaran dan arahan hidup yang benar
dari Raja Uti tersebut, maka harus lah menyampaikan puji-pujian dan
ucapan syukur maelalui pembacaan tangiang/tonggo-tonggo yang ke 6
(enam) umntuk menyampaikan persembahan kepada raja tersebut.
4.1.1.7. Tuhan simarimbulubosi
Tuhan Simarimbulubosi adalah anak dari Debata Mulajadi Nabolon
yang di utus secara langsung melalui kelahirannya sebagai anak manusia.
Dia diutus untuk mengajarkan ejaran yang berasal dari Debata Nulajadi
Nabolon serta penyelamat umat manusia dari seluruh dosa-dosa yang telah
diperbuat.
103
Berdasarkan penjelasan tersebut, umat Parmalim percaya bahwas
ebagai orang yang diperjuangkan dan telah diselamatkan serta mendapa
pengajaran tentang kebenaran dari Debata melalui anak yang di utusNya
yaitu Tuhan simarimbulubosi, maka harus lah menyampaikan puji-pujian
dan ucapan syukur maelalui pembacaan tangiang/tonggo-tonggo yang ke 7
(tujuh) umntuk menyampaikan persembahan kepada Tuhan
Simarimbulubosi tersebut.
4.1.1.8. Raja Naopatpuluopat
Menurut kepercayaan Parmalim, seluruh raja yang pernah berkuasa
dan mengajarkan kebaikan dan kebenaran di tenga-tengah manusia di
seluruh dinia adalah utusan dari Debata Mulajadi Nabolon. Mereka di utus
sebagai malim debata (orang suci utusan Debata) untuk mendirikan dan
memimpin satu kerajaan, untuk mengajarkan ajaran kebaikan dan
kebenaran yang berasal dari Debata di seluruh penjuru dunia,yang disebut
desa na ualu
Berdasarkan penjelasan tersebut, umat Parmalim percaya bahwas
sebagai orang yang bersyukur atas segala kebaikan debata kepada umat
manusi di seluruh dunia, yakni melalui orang-orang yang telah diutusan
Nya sebagai bagian dari Raja Naopatpuluopat, maka harus lah
menyampaikan puji-pujian dan ucapan syukur maelalui pembacaan
tangiang/tonggo-tonggo yang ke 8 (delapan) umntuk menyampaikan
persembahan kepada Raja-raja tersebut..
104
4.1.1.9. Raja sisingamangaraja
Raja sisingamangaraj adalah sebutan terhadap 12 (dua belas) raja
yang pernah bekuasa di tanah batak. raja-raja tersebut merupakan utusan
dari Debata untuk memerintah di seluruh daerah tanah batak. Menurut
kepercayaan Parmalim, raja sisingamangraja adalalah raja yang pernah
memerintah diranah batak selama duabelas gemerasi kepemimpinan.
Kepemimpina tersebut diwariskan secara turun temurun kepada
generasi keturunan raja sisingamangaraja yang pertama. Pada masa itulah
tercipta setiap hukum, adat istiadat, sistem kekerabatan yang diajarkan oleh
setiap raja sisingamangaraja dalam setiap periode kepemimpinannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, umat Parmalim percaya bahwa
sebagai orang yang bersyukur dan bertrimakasi atas segala perjuangan raja-
raja sisingamangaraja tersebut, maka harus lah menyampaikan puji-pujian
dan ucapan syulur maelalui pembacaan tangiang/tonggo-tonggo yang ke
sembilan umntuk menyampaikan persembahan tersebut kepada Raja
tersebut
4.1.1.10. Raja nasiakbagi
Raja nasiakbagi merupakan seorang raja yang telah di utus olaeh
Debata Mulajadi Nabolon untuk mendirikan satu ajaran agam di tengah-
tengah masyarakt batk toba. umat Parmalim percaya, baahwa seluruh ajaran
yang diajarkan oleh raja nasiakbagi merupakan ajaran yang baik yang
berasal dari Debata Mulajadi Nabolon,
105
Di dalam masa pengajaranNya, Raja nasiakbagi tidak hanya
berbicara tentang apa yang dia ajarkan, tetapi juga melakukan sesuai dengan
apa yang ia katakan. Oleh karna itu raja Nasiakbagi dikatakan sebagai raja
parajar sioloan parmeme sibonduton, yang berarti pengajar yang baik serta
panutan yang baik pula.
Jika dikaitkan dengan sejarah Parmalim, raja Nasiakbagi merupakan
salah satu tokoh sental dalam proses pembentukan dan penidirian ajaran
tersebu. Dia lah yang bersabda tentang segala aturan dan peraturan dalam
pelaksanaan upacara ritual serta pendirian rumah peribadatan bagi umat
parmalim pada saat itu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, umat Parmalim percaya bahwas
sebagai raja yang diutus oleh Debata untuk mengajarkan dan mendirikan
ajaran Parmalim di tengah-tengah masyarakat batak toba. maka sudah
seharusnya lah raja Nasiakbagi mendapat puji-pujian dan ucapan syulur
maelalui pembacaan tangiang/tonggo-tonggo yang ke 10 (sepuluh) umntuk
menyampaikan persembahan tersebut kepada Raja tersebut.
4.1.2. tangiang/tonggo-tonggo
Tangian/tonggo-tonggo adalah satu prosesi upacara ritual
peribadatan Parmalim yang wajib dibawakan dalam setiap upacara sebagai
salah satu persyaratan utama yang wajib dalam upacara ritual tersebut.
Tangiang/tonggo-tonggo terdiri dari 10 (sepuluh) bagian doa yang berbeda-
106
beda yang ditujukan kepada seluruh pemilik kerajaan malim di banua
ginjang, banua tonga,maupundi banua toru.
Seluruh doa tersebut akan dibacakan secara langsung oleh orang
yang memimpin upacara, sebagai doa penyampaian persembahan kepada
masing-masing pemilik kerajaan malim. Persembahan tersebut merupakan
pelean somba (sesajian sembah) yang sudah disajikan di langgatan sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang sudah tertulis di dalam pustaha
habonaron.
Persembahan tersebut akan disampaikan satu persatu sesuai urutan
sepuluh tangian/tonggo-tonggoan. Di awali dengan penaburan serbuk dupa
ke pardaupaan, dan di ikuti dengan pembacaa tengiang/tonggo-tonggo,
serta di lanjutkan dengan iringan gondang tangiang/tonggo-tonggo sebagai
penghantar penyempurna doa dan pelean tersebut. Gondang dalam
pembacaan tangiang/tonggo-tonggo tersebut digunakan apa bila upacara
ritual yang sedang dilaksanakan menggunakan gondang.
Ada dua jenis doa yang terdapat daalam ajaran parmali. Doa tersebut
dibedakan berdasarkan penggunaan nya yaitu:
4.1.2.1. Tamiang
Tamiang merupakan kata yang berasal dari bahasa batak, yaitu tami
yang merupakan kata kerja minta, dan akan ditambahkan kata ang di
belakang sebagai kata imbuhan yang menentukan bahwa kata kerja tersebut
107
akan di kerjakan. Berdasarkan keterangan tersebut, dapat di artikan bahwa
tamiang berarti sedang meminta sesuatu.
Tamiang yang dimaksud dalam ajaran Parmalim adalah permintaan
dan permohonan yang di ucapkan oleh seseorang secara peribadi kepada
Debata secara pribadi. Kegiatan itu disebut doa pribadi, yang dilakukan
secara pribadi untuk memohon berkat perlindungan serta campur tangan
Debata untuk melakukan suatu kegiatan yang akan dilakukan baik dalam
waktu sekarang atau waktu yang akan datang. Doa tersebut juga bisa di
sampaikan sebagai ucapa trima kasih dan pujian syukur atas berkat
perlindungan dan campur tangan Debata terhadap apa yang telah di terima,
di lakukan dan dirasakan.
4.1.2.2. Tangiang/tonggo-tonggo
Tangiang merupakan kata yang berasal dari bahasa batak, yaitu
tangi yang merupakan sebuah kata kerja dengar, dan akan ditambahkan kata
ang dibelakang sebagai imbuhan yang menentukan bahwa kata kerja
tersebut akan di kerjakan. Berdasarkan penjelasan tersebut, tangiang berarti
mendengarkan sesuatu.
Tangiang yang dimaksud dalam ajaran Parmalim adalah doa yang
diucapkan oleh seseorang di hadapan orang banyak sebagai perwakilan doa
dari oeang-orang tersebut, dengan kata lain berdoa bersama yang dipimpin
oleh satu orang. sedangkan tonggo-tonggo meupakan kaata lain dari
tangiang tersrbut, yang memiliki arti sebagai satu doa yang dibacakan pada
108
saat pelaksanaan upacara oleh pemimpin upacara di hadapan seluruh
peserta upacara.
Berikut ini adalah sepuluh tangiang/tonggo-tonggo yang ada dalam ajaran
Parmalim:
(A). Debata Mmulajadi Nabolon
Mauliate ma hu dok tu ho ale ompung debata Mulajadi Nabolon
marhite timpul ni daupa dohot pangurason on. Ala Hodo na manjadihon
langit, manjadihon tanoon, manjadihon saluhut na adong di liat portibi on.
Manjadihon jolma umbahen na adongmanjadiho halak torop, manjadihon
halak gabe, manjadihon halak mamora,manjadihon harajaon, asa adong
margomgom na adong di toru ni langit na adong di atas nitanon on.
Dijadihon hodo hami jolma parsala, jala pardosa on alai godang situtu do
asi ni roham dibangkit Ho do amanami Patuan Raja Malim, tumindanghin
patik natingkos, uhum nadenggan i.
Artinya:
Kami ucapkan terimakasih kepada mu ya ompung debata Mulajadi
Nabolon malalui asap pembakaran dupa dan air pensucian yang telah kami
sediakan karena Engkaulah yang menjadikan langit bumi dan segala yang
ada di dunia ini, menjadikan manusia dan menjadikannya berkembang
menjadi banyak, dan eka lah yang memberikan kekuasaan dan kekayaan,
dan kau lah yang menciptakan segala kerajaan yang ada untuk memerintah
di tanah yang kau ciptakan di atas tanah di bawah langit ini.kau biarkan
kami jatuh kedalam dosa dan engkau kembali menuntun kami melalui
orang-orang suci yang kau kirimkan unntuk mengajarkan kami peraturan
yang berasal dari padamu itu.
Tangiang/tonggo-tonggo yang pertama adalah doa yang di tujukan
kepada debata Mulajadi Nabolon, ya itu sebagai salah satu cara untuk
berterima kasih kepada debata Mulajadi Nabolon tersebut karna menurut
ajaran parmalim bahwa segala sesuatu yang ada di seluruh dunia ini adalah
ciptaan dari debata Mulajadi Nabolon. Oleh karna itu umat parmalim
berdoa dan menyampaikan persembahan kepadanya.
109
(B). Debata natolu
Mauliate ma hu dok tu ho sahala ni Tuhan nami Debata natolu
marhite timpul ni daupa dohot pangurason on. Hamu do tuhan sitiop
timbangan harajaon pinasahat Mu tu raja nami Raja Sisingamangaraja,
hamu do sitiop timbangan hamalimon, pinasahat Mu tu Raja Nasiak
bagi,Hamu do napatuduhon sahala pangajari sahala panuturi nasampe di
abara jujung di sambubu
Artinya:
Kami ucapkan terimakasih kepadamu roh tuhan kami Debata natolu
melalui asap pembakaran dupa dan air pensucian yang telah kami sediakan.
Kalianlah tuhan yang memegang kekuasaan atas kerajaan yang telah kalian
turunkan kepada raja kami raja Sisingamangaraja, kalin lah yang memegak
kekuasaan atas kesucian yang kalian turunkan kepada raja kami raja Nasiak
bagi, kalian lah yang menentukan pemimpin yang bijaksana derwibawa
serta bertanggung jawab atas kami.
Tangiang/tongggo-tongo yang kedua ini adalah ucapan terimakasih
serta ucapan syukur umat parmalim kepada debeta Natolu yang telah
memberikan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Menerut ajaran
parmalim, debata natolu lah yang di utus oleh debata Mulajadi Nabolon
untuk memenuhi segalasesuatu yang di butuhkan oleh manusia yang tinggal
di banua tonga. Oleh karna itu melalui doa tersebut umat parmalim
mrnyampaikan doa dan ucapan terimakasih kepada debata Natolu serta
memberikan persembaha.
(C). Siborudeakparujar
Mauliate ma hu dok hami tu sahala Ama sahala Ina, sahala ni Ina
nami Siborudeakparujar marhite timpul ni daupa dohot pangurason on,
Hodo inang namauli bulung. Mulani pangurason najumadihon
parsungkilon, mulani haiason jumadihon hamalimon. Namarsungkilhon
tondi ni Amanami patuan raja malim marhite tondi porbadia sahala
pangajari.
Artinya:
Terimakasih kami ucapkan kepada roh kuasa dari ibu kami ibu
Siborudeakparujar melalui asap dari pembakaran dupa dan air pensucian
yang telah kami sediakan. Engkaula awal dari air pensucian, awal dari
kebersihan yang dan keindahan yang menjadikan kessucian, yang
memberikan berkat kepada patuan raja malim atas anugerah Mulajadi
Nabolon.
Tangian/tonggo-tonggo yang ketiga adalah doa yang di panjatkan
kepada siborudeakparujar. Doa tersebut merupakan ucapan syukur umat
110
parmalim kepada Siborudeakparujar sebagai pencipta tanah yang menjadi
tempat manusia btinggal. Doa ini juga merupakan penghormatan kepada
siborudeakparujar dlam setiap kegitan spiritual parmalim untuk
menyampaikan persembahan.
(D). Nagapadohaniaji
Mauliate ma hu dok hami tu Nagapadohaniaji, najumujung tano on,
tano namarlapis-lapis tano namarlopi-lopi, hinaojahan hinaondolan on,
ojahan ni saluhut nasa na adongdi liat portibi on. Ale nagapadohaniaji,
namambuat do ama nami Raja nasiakbagi di gota ni hau na angur sian tano
na jinujung mon, asa adong parsombaan nami tu Ompung debata mulajadi
nabolon, tu tuhanta debata natolu,tu inanta nasangap nabadia I dohot
sahala marsangap sala martua
Artinya:
Kami ucapkan terimakasih kepada mu Nagapadohaniaji yang
menjunjung tanah yang berlapi-lapis dan berrtumpuk-tumpuk, tempat
berpijak dan tempat untuk berjalan bagi setiap penghuni bumi ini. Oh
nagapadohaniaji raja kami telah mengambil getah pohon yang berbau
harum dari atas tanah yang kau junjung ini untuk kami gunakan sebagai
penyembahan kami kepada tuhan debata Mulajadi Naabolon, kepada debata
natoulu, kepada ibu kita yang kudus dan mulia itu serta seluruh roh yang
kudus dan termulia lainnya.
Tangiang/tonggo-tonggo yang keempat ditujukan kepa
Nagapadohaniaji,ya itu satu tokoh spiritual parmalim yang bertugas
menguasai dan menjaga tanah yang di diami manusia. Doa in merupakan
ucapan terimakasih atas segalah kesuburan tanah yang dikuasai oleh naga
padoha. Doa ini juga merupakan penyampaian persembahan berupa darah
setiap hewan yang di sembelih untuk di dipelehon. Darah tersebut telah di
tuangkan ke tanah sebagai persembahan kepada Nagapadohaniaji.
(E). Boru saniangn
Mauliate ma hudok hami tu sahala ni namboru nami Boru
saniangnaga, naipinggan natio naiboru hasahatan,naumpegang mual sitio-
tio napina sampur napinadomu dohot unte mungkurangkupni sanggul bane-
bane, asa jadi pangurason,jadi parsuksion jadi parsombaan tu Ompung
mula jadi nabolon tu Tuhan deebata natolu, tu inanta siborudeakparujar
dohot saluhut sahala marsangap sahala martua i.
Artinya:
Terimakasih kami ucapkan kepada namboru kami Borusaniang naga
yang berada di dalam air yang bersih dan jerni yang telah dicampur dengan
111
air jeruk purut dengan daun bane-bane sebagai persembahan kepada debata
Mulajadi Nabolon kepada debata natolu, kepadasiborudeak parujar serta
seluruh roh yang suci dan termulia.
Tangiang/tonggo-tonggoyang kelima ini merupakan dao ucapaan
syukur kepada Borusaneang naga yang merupakan penguasa dari segala air.
Doa tersebut dipanjatkan kepada debata borusaneang naga atas segala
berkatnya. Doa ini juga merupakan penyampaian persembahan kepada
borusaniang naga.
(F). Patuan raja uti
Mauliate ma hudok hami tu sahala ni ama nami patuan raja uti,uti
naso ra mate,uti naso ra martua sijolo namarsangap dohot boru namartua.
Hodo raja nami raja jumolo tubu, mungkani harajaon, naguminjang sian
hau namarbuntulsian dolok,par uhum natingkos naso jadi juaon.
Artinya:
terimakasih kami ucapkan kepada raja kami Patuan rajauti, raja
yang tidak mati dan tidak perna tua, engkau lah raja kami yang membuka
kerajaan yang besar dan megah serta menetapkan hukum yang yang tidak
boleh dilanggar.
Tangiang/tonggo-tonggo yang keenam ini adalah doa yang
dipanjantkan kepada Patuan raja uti yang merupakan utusan debata
Mulajadi Nabolon untuk mnuntun hidup manusia. Doa ini dipanjatkan untuk
menyampaikan persembahan kepada patuan raja uti.
(G). Tuhan simarimbulubosi
Mauliate ma hudok hami tu sahala ni tuhan nami tuhan
simarimbulubosi, marhite timpul ni daupa dohot pangurason on,ala ho do
tuhan pargogo naso hatudosan,parbisuk naso boi sumanon, na
paimbarimbar rupa, paubauba tompa naso olo matua matongtong doli-doli.
Hodo tuhan sileon pasu-pasu tu angka na tigor marrohajala silehon umum
tu angka perdosa.
Artinya:
Terimakasih kami ucapkan kepadamu tuhan kami tuhan
Simarimbulubosi melalui asap dari pembakaran dupa dan air pensucian
yang telah kami sediakan. Engkaluah tuhan yang memiliki segala kekuatan,
kebijaksanaan yang tidak bisa di tiru, yang bisa berubah menjadi banyak
wujud, yang tidak bisa tu dan tetap muda. Engkaulah yang memberi berkat
kepada orang yang berhati tulus serta memberi hikuman kepada orang-orang
yang beardosa.
112
Tangiang/tonggo-tonggo yang ketujuh ini adalah doa ucapan syukur
kepada tuhan simarimbulubosi atas perjuangannya memperjuangkan
manusia. Pengorbana tuhan simarimbulubosi yang rela marsiak bagi
(menderita) untuk menelamatkan manusia. Doa ini dipanjatkan untuk
menyampaikan persembahan kepada Tuhan simarimbulubosi.
(H). Raja Naopatpuluopat
Mauliate ma hudok hami tu sahala raja nami raja naopatpuluopat
panggual ni portibi,pangarahut ni hata,panghansing ni desa na ualu on,
marhite timpul ni daupa dohot pangurason on. Hamu do raja nami,
sirungrungi nabubu, siharihari nadapot sambil, sipaulak tondi tu ruma
dalan hangoluam i.
Artinya:
Terimakasih kami ucapkan kepa Raja naopatpuluhopat pemimpin di
seluruh dunia,yang mengajarkan kebaikan dan pemersatu seluruh dunia.
Melalui asap dari pembakaran dupa dan air pensucian yang telah kami
sediakan, karna engkaulah raja yang mengajrarkan jalan yang benar menuju
kehidupan.
Tangiang/tonggo-tonggo yang kedelapan merupakan doa ucapan
syukur kepada raja naopatpuluh opat. Raja na opatpuluh opat merupakan
istilah yang digunakan untuk menyebut seluruh raja yang pernah berkuasa
di seluruh dunia. Umat parmalim meyakini bahwa seluruh raja yang pernah
berkuasa di dunia ini adalah utusan dari debata Mulajadi Nabolon. Menurut
Amang poltak simanjuntak, kemungkinan beberapa tokoh raja naopatpuluh
opat yang merupakan tokoh spiritual agama lain ya itu Yesus, nabi msa nabi
muhamad dan beberapa lainnya. Doa tersebut dipanjatkan untuk
menyampaikan ucapan trimakasih serta menyampaikan persembahan.
(I). Raja sisingamangaraja
Mauliate me hudok hami tu sahala ni raja nami raja
sisingamangaraja, singa mangalompoi singa naso halompoan, marhite
timpul ni daupa dohot pangurason on. Hamu do raja nami na sumingahon
uhum, na sumingahon patik, na sumingahon harajaon, sian tano bakkara
julu, bakkara jae, namardingidnghon dolok marhorihhorihon ombun,
parbale pandak parbale pasogit, parbale paradatan, par bale paruhuman,
parbale pamujian tu Omputa Tuhan debatamulajadi nabolon. Jala
pangaturna ni gastak tarjual, hatian pamonora,solup siopat bale,jual
sionom solup,parmasaan si sampuludua, ampang siduapuluh opat,hatian
sisada ibotna tu ginjang sora mungkit tu toru sora teleng, oma patik ni
113
harajaon na jinalom sian Omputa debata, naniaturhonmu tu tu raja
parbaringin namarganuphon bius marpusorathon onan.
Artinya:
Kami ucapkan terimakasih kepada raja kami raja Sisingamangaraja,
raja yang memimpin bangsa batak, melalui asap dari pembakaran dupa dan
air pensucian yang telah kami sediakan. Engkalah raja yang menjadikan
hukum, adat, serta seluruh peraturan yang baik yang berasal dari debata
Mulajadi Nabolon, engkalah raja yang telah mendirikan kearajaan serta
menjadi pemimpin dari tiap daerah yang ada di tanah batak
Tangiang/tonggo-tonggo yang kesembilan merupakan doa yang
dipanjatkan kepada raja Sisingamangaraja. Doa ini merupakan penyampaian
persembahan kepada raja Sisingamangaraja yang telah menentukan seluruh
peraturan serta adat istiadan yang berlaku di masyarakat batak toba. doa ini
merupakan penyampaikan persembahan kepada raja sisingamangaraja
(J). Raja Nasiakbagi
Mauliate ma hudok tu ho amang raja nasiakbagi, amang raja tubu,
among raja sitautau, amang raja partuan raja malim marhite somba nami
timpul ni daupa dohot pangurason on. Dibangkit debata do ho among raja
nasiakbagi, parajar si oloan, parmeme sibonduton I.
Artinya:
Terimakasih kami ucapkan kepada mu raja kami raja Nasiak bagi,
raja yang terlahir, dan raja yangmaha taju, raja patuan raja malim, melalui
asap pembakaran dupa dan air pensucian yang telah kami sediakankarna
engkaulah guru yang baik dan panutan bagi yang prtcaya.
Tangiang/tonggo-tonggo yang kesepuluh merupakan doa ucapan
syukur kepada raja nasiakbagi yang telah rela marsiak bagi (menderita)
untuk mempertahankan dan memperjuangkan ajaran parmali hingga
menjadi satu agama. Doa ini di sampaikan untuk menyampaikan
persembahan kepada raja nasiakbagi.
114
4.2. Fungsi Gondang tangiang/tonggo-tonggo
Alan P. Merriam juga mengungkapkan kerangka pemikirannya
bahwa ada sepuluh fungsi musik (Merriam, 1964 : 223-226) yaitu : (1)
fungsi pengungkapan emosional (the funtion of emotional), (2) fungsi
penghayatan estetis (the funtion of aesthetic enjoyment), (3) fungsi hiburan
(the funtion of entertainment), (4) fungsi komunikasi (the funtion of
comunication), (5) fungsi perlambangan (the funtion of symbolic
representation), (6) fungsi reaksi jasmani (the funtion of physical response),
(7) fungsi yang berkaitandengan norma-norma sosial (the funtion of
enforcing coformity to social norms), (8) fungsi pengesahan lembaga sosial
dan upacara agama (the funtion of validation of social institution and
religious rituals), (9) fungsi kesinambungan budaya (the function of
contribution to the continuity and stability of culture), (10) fungsi
pengintegrasian masyarakat (the funtion of contribution the integration of
society).
Dalam penelitian ini, penulis melihat ada enam fungsi musik. dalam
hal ini gondang hasapi dalam pembacaan tangiang/tonggo-tonggo tersebut
yaitu, fungsi musik sebagai komunikasi, fungsi musik sebagai
perlambangan, fungsi musik sebagai reaksi jasmani, fungsi musik sebaagai
pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, fungsi musik sebagai
pengintegrasian masyarakat, fungsi musik sebagai penghayatan estetis.
115
4.2.1. Fungsi Musik sebagai Komunikasi (manyampaikan pelean somba
serta meminta/memohon berkat)
Merriam menyatakan, bahwa musik tanpa syair telah dianggap
mengkomunikasikan sesuatu.1
Sejalan dengan pendapat tersebut, fungsi
musik sebagai komunikasi dapat dilihat pada setiap Upacara yang selalu
mengunakan musik.
Fungsi musik dalam hal ini hanya ada 1 (satu) yaitu fungsi
komunikasi vertikal yang dapat kita lihat ketika musik dimainkan, seperti
repertoar gondang tangian/tongo-tongo yang memiliki makna
penghormatan dan penyampaian pelean kepada seluruh pemilik kerajaan
malim. Pelean yang dimaksud adalah seluruh sesajian-sesajian sembah serta
daupa dan pangurason yang sudah di sajikan di atas langgatan sebagai
lambang peringatan akan peristiwa kelahiran Tuhan simarimbulubosi,
ucapan syukur dan ucapan terimakasih kepada seluruh pemilik kerajaan
malim tersebut.
4.2.2. Fungsi Musik sebagai Perlambangan
Pada upacara ini, musik (gondangt hasapi) melambangkan bahwa,
ada sebuah upacara yang sedang dilaksanakan oleh umat Parmalim.
Berdasarkan wawancara penulis dengan pargonsi sipaha sada pada saat
upacara tersebut, bahwasanya gondang hasapi yang juga merupakan
116
gondang parhinaloan (gondang permohonan) dimainkan sebagai lambang
dari permohonan yang disampaikan“.
Pemahaman penulis, musik dimainkan pada upacara ini bukan saja
berfungsi sebagai penyampai dan penyampurna doa/permohonan akan
tetapi dimainkannya musik (gondang hasapi) dalam upacara tersebut
merupaka bahagian dari pelean yang dipersembahkan.
4.2.3. Fungsi Musik sebagai Reaksi Jasmani (manortor)
Fungsi musik sebagai reaksi jasmani behubungan dengan
pengungkapan emosional, sebab reaksi jasmani muncul karena
pengungkapan emosional maupun penghayatan dalam mendengarkan
musik. Sebagai wujud dari reaksi jasmani terlihat dari manortor dalam
prosesi penyampaian persembahan padaa saat penyajian gondang
tangiang/tonggo-tonggo yang dalam upacara ritual sipaha sada.
Ketika alat musik itu sedang dimainkan dengan baik ditambah
dengan pembawaan repertoar yang baik pula, maka uluan akan manortor
dengan posisi ke dua tangan di depan dada seperti menyembah yang
merupakan wujud dari reaksi jasmani tersebut, begitu pula dengan seluruh
ruas yang hadir mereka secara tidak langsung manantea (menari alam
keadaan duduk bersila dengan ke dua telapak tangan di letakan di depan
dada dan menggerakannya keatas dan kebawah sembari tetap berdoa.
117
4.2.4. fungsi musik sebaagai pengesahan lembaga sosial dan upacara
agama (gondang persyaratan mutlak dalam upacara)
pengesahan lembaga soisial dan upacara keagamaan berarti bahwa
peran musik di dalam suatu upacara sangat lah penting yakni sama
pentingnya dengan upacara itu sendiri. Gondang dalam upacara ritual
sipaha sada merupakan bahagian dari upacara itu sendiri yang bermakna
sebagai salahsatu dari persembahan, yangberfungsi untuk mengiringi dan
memainkan seluruh repertoar gondang yang diperlukan. Terkhusus pada
prosesi penyampaian persembahan, gondang berfungsi sebagai penghantar
dan penyempurna tangiang/tonggo-tonggo serta peleanyang di
persembahkan. Gondang berfungsi sebagai pengesahan pelaksanaan upacara
tersebut hal ini dapat dilihat ketika gondang dimainkan sebagai gondang
alu-alu (gondang pembuka) dan sebagai gondang panggohi (gondang
penutup). Berdasarkan haltersebut, dapat disimpulkan bahwa upacara ritual
sipaha sada tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya gondang dalam
pelaksanaannya.
4.2.5. fungsi musik sebagai pengintegrasian masyarakat (gondang
sebagai ritual)
Fungsi musik sebagai pengintegrasian masyarakat bermakna bahwa
musik dapat mengumpulkan banyak orang dalam satu kegiatan dan perilaku
yang sama dengan waktu yang bersamaan. Pada saat penyusunan pelean
118
yangdilakukan oleh uluanbersama dengan seluruh ulu punguan. Gondang
hasapi yang dimainkan oleh seluruh pargonsi sipaha sada akan terus
berbunyi unutk mengiringi kegiatan tersebut, akantetapi bunyi dari gondang
tersebut akan terintegrasi kepada seluruh ruas parmalim yang berada di
sekitar lokasi pelaksanaan upacara untuk bersiap memasuki rumah
peribadatan tersebut. pada saat prosesi penyampaian pelean, gondang
hasapi yang di mainkan dengan bunyi repertoar gondang tangiang/tonggo-
tongggo maka seluruh ruas akan terintegrasi untuk berdoa, manantea, serta
secara serentak akan fokus pada pelean yang sudah didoakan.
4.2.6. fungsi musik sebagai penghayatan estetis (manortor dengan
serentak mengikuti alunan gondang)
fungsi musik sebagai penghayatan estetis berarti gondang yang
disajikan bisa dinikmati oleh setiap pendenganya dengan keadaan yang
tercipta ketika gondang tersebut dimainkan. Hal tersebut dapat dilihat ketika
seluruh peserta upacara dapat mengikuti alunan gondang dan secara
serentak manantea selama gondang tersebut dimainkan.
119
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melalui tahap penelitian yang dilakukan, penulis akhirnya
menemukan kesimpulan dari pokok permasalahan yang telah ditentukan.
Adapun penjelasan dari pokok permasalahan telah dijelaskan dalam bab
dua, tiga, dan empat, dan selanjutnya dalam bab lima akan dituliskan
kembali secara singkat sebagai kesimpulan akhir dari penelitian.
Sipaha sada adalah salah satu upacara ritual peribadatan Parmalim
yang dilaksanakan sebagai bentuk peringatan dan perayaan hari kelahiran
Tuhan Simarimbulubosi ke dunia. Dalam proses pelaksanaan upacara
tersebut seluruh umat parmalim yang hadir pada upacara tersebut sangat lah
tertib dan benar-benar kusuh dan fokus kepada tuhan.
Ada pun gondang yang digunakan dalam upacara tersebut adalah
ensambel gondang hasapi yang merupakan salah satu ensambel musik yang
terdapat pada kebudayaan masyarakan batak toba dan masih tettap exis
hingga pada saat ini dikalangan masyarakat, akademisi, maupun masyarakat
adat dan terkhusus dalam kelompok aliran kepercayaan parmalim.
gondang tersebut berfungsi sebaga penghantar dan penyempurna doa
umat parmalim kepada seluruh tokoh spiritual yang terpanggil dalam 10
(sepulu) tangiang/tonggo-tonggo yang di lafalkan pada saat menyampaikan
pelean somba (sesajian sembah). Gondang tersebut juga merupakan bagian
dari seluruh persembahan yang di persembahkan pada saat upacara tersebut,
120
karna makna gondang hasapi dalam upacara tersebut adalah gondang
parhinaloan (gondang permohonan).
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan penulis, bahwa upacara rituak ini sudah
ada sejak aliran kepercayaan tersebut di himpun dalam satu nama yaitu
parmalim. Hal tersebut jelas terlihat pada pustaha habonaron Parmalim
yang mengatakan bahwa seluruh upacara ritual peribadatan yang terdapat
dalam ajaran Parmalim merupakan sabda dari Raja Nasiakbagi sebaga salah
satu tokoh sental dalam pendirian aliran kepercayaan Parmalim.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan untuk peneliti
selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi mengenai upacara ritual
Parmalim yang ada, yang merupakan salah satu kekayaan karya budaya dari
masyarakat suku batak toba.
Semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan
secara umum dalam bidang etnomusikologi secara khusus. Dan semoga
dengan adanya tulisan ini dapat menambah wawasan kita sebagai para
etnomusikolog demikian juga untuk para pembaca.
121
DAAFTAR PUSTAKA
Gultom, Ibrahim. 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi
Aksara
Harahap, Inwansyah. 2016. Hatani Debata: Etnografi Kebudayaan
Spiritual-Musikal Parmalim Batak Toba. Medan: Pusat
Warisan Seni Sumatera.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 1985. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta Balai
Pustaka.
Naiborhu, Torang. 2006. Gondang Hasapi: Fungsinya pada Upacara
Ritual Parmalim Sipaha Sada, dalam Etnomusikologi, Vol.1 No. 3,
Januari 2006: 299-309.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Damanik abdi mulia s. skripsi sarjana 1997, study deskriptif dan musikologis gondang sabanguan dalam upacara parsahadatan
sipaha lima parmalim Huta TingiLlagu boti. Etnomusikologi
universitas sumatera utara.
Pardede boho parulian. Skripsi sarjana 1995, study deskriptif dan
musikologis gondang sabangunan ddakan upacara ritual
parmalim sipaha lima. etnomusikologi Universitas sumatera
utara
Situmorang sitor 1993 guru somalaing dan mondiglani utusan raja
rom
Buku pusaka parmalim. pustaha parguruan taringot tu ugamo malim
Manurung restawati. Skripsi sarjana 2007 study deskriptif
dan musikologis gondang sabangunan dalam upacara ritual
mardebata pada parmalim Huta Tinggi Lagu boti di Desa
Siregar Lumban julu tobasa. Etnomusikologi universitas
sumatera utara
Naipospos R.M. 1985 buku pedoman parmalim: Haposan ni halak
batak dohot hamalimpn ni ugamohon ni raja nasiakbagi
Parmali tunas naimbaru 1995 sulu media informasi dan komunikasi
parmalim edisi 1.
Durkeim emile 2003 sejarah agama Yokyakarta ircisod
122
Sijabat W.B. 1983 Ahu sisingamangaraja :Jakarta Sinar harapan.
Simangunsong emmi 1988 skripsi sarjana fungsi gondang
sabangunan dalam upacara ritual psrmslim sipaha sada di Desa
lumban gambir Silaen . etnomusikologi universitas sumatera utara
Huta haean desmon Tp. 1995 skripsi sarjana. Study deskriptif dan
muliskologis Igondang hasai pada upacara ritual sipaha sada
parmali huta tinggi lagu boti tobasa. Etnomusikologi universitas
sumatera utara.
123
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Wanri lumban raja
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Medan
Peran : peserta sipaha sada
(Ketua naposo parmalim)
2. Nama : Mangantar Manurung
Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Medan
Peran : peserta sipaha sada
3. Nama : Hotli Sitorus
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Porsea
Peran : pargonsi sipaha sada
4. Nama : Leonardo Siahaan
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Medan Belawan
Peran : Peserta upacara sipaha sada
5. Nama : Gopar Siahaan
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Laguboti
Peran : pargonsi sipaha sada
6. Nama : Lambok manurung
Umur : 51 tahun
Pekejaan : wiraswasta
Alamat : medan patumbak
Peran : peserta sipaha sada
(raja partahi)
7. Nama : poltak simanjuntaak
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : guru
Alamat : porsea
Peran : peserta sipaha sada
(humas parmalim)
124
8. Nama : ompu dimpu simanjuntak
Umur : 71 tahun
Pekerjaan : petani
Alamat : porsea
Peran : peserta sipaha sada
9. Nama : Ama dion sitorus
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : petani
Alamat : porsea
Peran : pargonsi sipaha sada
125
126
j
127
128
129
130
131
132
133
134
135
js