v. hasil dan pembahasan data dinas kebersihan provinsi dki jakarta 2008 berdasarkan data suku dinas...

43
40 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kelembagaan Pengelolaan sampah di DKI Jakarta khususnya di Jakarta Timur dilakukan oleh Dinas Kebersihan, selain berfungsi sebagai pengelola sampah, dinas kebersihan juga berperan sebagai pengatur, pengawas dan pembina pengelolaan persampahan. Dalam mengelola sampah perlu dikutsertakan kelembagaan lain maupun masyarakat agar penanganan terhadap sampah dapat dikelola dengan baik. Adapun beberapa kelembagaan lain yang terlibat untuk membantu dinas kebersihan dalam memberikan penyuluhan pengelolaan sampah kepada masyarakat adalah LSM Bina Swadaya, JICA, Unilever. a. Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur Suku Dinas Kebersihan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas dan secara teknis operasional kepada Walikotamadya yang bersangkutan. Kantor suku dinas kebersihan Jakarta Timur diresmikan pada tanggal 28 Januari 2008. Suku Dinas Kebersihan memiliki fungsi pelayanan kebersihan kepada masyarakat, instansi pemerintah dan swasta, pengendali kepatuhan masyarakat terhadap peraturan kebersihan serta pemberdayaan masyarakat di bidang kebersihan. b. LSM Bina Swadaya dan JICA LSM Bina Swadaya didirikan oleh ikatan petani pancasila pada Tanggal 24 Mei 1967. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya pemberdayaan masyarakat seperti pengembangan daerah, lingkungan, dan terdapat juga kegiatan pelatihan, workshop. LSM ini bertujuan untuk memperjuangkan keberdayaan masyarakat. Bina Swadaya bekerja sama dengan JICA (Japan-Indonesia Cooperation Agency) untuk pengembangan desain 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Replant) dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat. Model pengelolaannya ada di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Kerjasama LSM Bina Swadaya dan masyarakat RW 04 Kelurahan Susukan dilakukan

Upload: lamnga

Post on 11-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kelembagaan

Pengelolaan sampah di DKI Jakarta khususnya di Jakarta Timur dilakukan

oleh Dinas Kebersihan, selain berfungsi sebagai pengelola sampah, dinas kebersihan

juga berperan sebagai pengatur, pengawas dan pembina pengelolaan persampahan.

Dalam mengelola sampah perlu dikutsertakan kelembagaan lain maupun masyarakat

agar penanganan terhadap sampah dapat dikelola dengan baik. Adapun beberapa

kelembagaan lain yang terlibat untuk membantu dinas kebersihan dalam memberikan

penyuluhan pengelolaan sampah kepada masyarakat adalah LSM Bina Swadaya,

JICA, Unilever.

a. Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur

Suku Dinas Kebersihan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. Dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara

teknis administratif kepada Kepala Dinas dan secara teknis operasional kepada

Walikotamadya yang bersangkutan. Kantor suku dinas kebersihan Jakarta Timur

diresmikan pada tanggal 28 Januari 2008. Suku Dinas Kebersihan memiliki fungsi

pelayanan kebersihan kepada masyarakat, instansi pemerintah dan swasta, pengendali

kepatuhan masyarakat terhadap peraturan kebersihan serta pemberdayaan masyarakat

di bidang kebersihan.

b. LSM Bina Swadaya dan JICA

LSM Bina Swadaya didirikan oleh ikatan petani pancasila pada Tanggal

24 Mei 1967. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya pemberdayaan

masyarakat seperti pengembangan daerah, lingkungan, dan terdapat juga kegiatan

pelatihan, workshop. LSM ini bertujuan untuk memperjuangkan keberdayaan

masyarakat. Bina Swadaya bekerja sama dengan JICA (Japan-Indonesia Cooperation

Agency) untuk pengembangan desain 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Replant)

dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat. Model

pengelolaannya ada di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

Kerjasama LSM Bina Swadaya dan masyarakat RW 04 Kelurahan Susukan dilakukan

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

41

mulai awal September tahun 2006. "Warga RW 04 Kelurahan Susukan membentuk

kelompok yang disebut Pahala. Mereka berhasil mengolah sampah menjadi kompos

sebanyak 270 kilogram per bulan. Selain itu, warga juga mengubah sampah menjadi

kerajinan tangan yang bernilai ekonomis.

c. Unilever

PT Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin,

minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman

dari teh dan produk-produk kosmetik. Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember

1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah

menjadi PT Unilever Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah

menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Dalam mengolah dan memanfaatkan kembali

sampah plastik kemasan, PT Unilever memberikan pelatihan kepada kelompok

winarsih Kelurahan Ciracas, kerjasama PT Unilever dengan kelompok winarsih

dilakukan sejak kelompok winarsih menjadi juara Jakarta Green and Clean (JGC)

Agustus 2007.

5.2 Sumber dan Jumlah Timbunan Sampah

Sistem pengelolaan persampahan di daerah perkotaan perlu mendapatkan

perhatian khusus, selain karena pengelolaan sampah didaerah perkotaan sangat

penting karena melihat dari timbulan sampah yang dihasilkan besar (kepadatan

penduduk tinggi) tidak adanya lahan baik sebagai tempat pengolahan dimana

akhirnya menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Persampahan merupakan

masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek kehidupan selalu

dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan.

Timbulnya sampah di wilayah perkotaan dapat ditinjau dari 2 faktor yang

saling berpengaruh yakni penduduk sebagai subyek penentu timbulnya sampah dan

kondisi fisik (penggunaan lahan) sebagai tempat penduduk dalam melakukan

kegiatan yang kemudian menghasilkan sampah. Sampah tersebut berasal dari

berbagai sumber yakni : pemukiman, pasar, pertokoan, restoran dan hotel, fasilitas

umum, kawasan industri dan saluran. Tidak semua sampah masuk ke Tempat

Pembuangan Sementara (TPS), sebagian kecil ada yang dimusnahkan secara

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

42

individual oleh masyarakat atau dibuang begitu saja ke saluran air, sungai atau parit

yang terdapat di Jakarta Timur. Potensi sumber sampah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Potensi wilayah/ sumber sampah Jakarta Timur Tahun 2008 No. Sumber Jumlah Volume Sampah (m³/hari)

Timbulan Persentase Terangkut Persentase Persentase

Terlayani

1. Perumahan 661.574 5300 78,91 4210 75,13 79,43

2. Real Estate 15 62 0,92 62 1,11 100

3. Toko/ Pertokoan 2874 39 0,58 39 0,69 100

4. Gedung/Kantor 283 12 0,17 12 0,21 100

5. Mall/Supermket 10 20 0,29 20 0,36 100

6. Industri 210 202 3,13 200 3,57 99,01

7. Hotel 129 12 0,17 12 0,21 100

8. Apotik 43 3 0,04 3 0,05 100

9. Rumah Sakit 24 48 0,71 46 0,82 95,83

10. Puskesmas 65 24 0,35 21 0,37 87,5

11. Sekolah/

Perguruan tinggi

393 63 0,93 63 1,12 100

12. Bioskop 21 4 0,06 4 0,07 100

13. Pedagang

Kaki Lima

22 226 3,36 221 3,94 97,78

14. Pasar 33 580 8,64 580 10,35 100

15. Taman/Fasilitas

Umum

35 15 0,22 15 0,27 100

16. Bengkel/Show

Room

39 9 0,13 9 0,16 100

17. Sungai/kali 5 19 0,28 12 0,21 63,16

18. Situ/Waduk 5 4 0,06 3 0,05 75

19. Tempat Rekreasi 4 8 0,11 8 0,14 100

20. Terminal 6 29 0,43 29 0,52 100

21. Stasiun Kereta

Api

3 16 0,24 16 0,29 100

22. Lain-lain - 21 0,31 18 0,32 85,71

Total 665.793 6.716 100,04 5.603 99,96 83,43

Sumber : data sekunder yang diolah

Pada Tabel 11 diketahui sebagian besar timbunan sampah di Jakarta Timur

berasal dari pemukiman sebesar 5300 m3/hari (78,91%) dan pasar dengan volume 580

m3/hari (8,64%). Sementara kemampuan dalam mengangkut sampah tidaklah

berubah. Jumlah timbunan sampah yang terlayani yaitu sebesar 83,43% , sisanya

tidak dapat diangkut setiap hari dan masih berada di TPS, selain itu juga berada di

tempat-tempat sampah liar yang berada di pemukiman yang lokasinya jauh dari TPS

dan jalan besar sehingga tidak dapat dijangkau oleh armada pengangkut.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

43

5.3 Pelayanan pengangkutan sampah

Keberadaan sampah di perkotaan dikarenakan beberapa faktor salah satunya

adalah pertambahan jumlah penduduk, dengan semakin bertambahnya jumlah

penduduk maka kebutuhan akan makanan semakin bertambah sehingga hal ini akan

berdampak pada jumlah timbunan sampah yang ada di perkotaan. Sampah perkotaan

sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan pola konsumsi yang berlebih adalah

salah satu masalah yang dihadapi kota besar saat ini khususnya di kota Jakarta.

Pengumpulan sampah pada lokasi timbunan sampah merupakan hal selanjutnya yang

perlu diketahui, berbagai permasalahan yang timbul akibat pengumpulan sampah

antara lain banyaknya timbunan sampah yang terkumpul menjadi terdekomposisi dan

menimbulkan bau yang mengganggu pernapasan dan mengundang lalat yang

merupakan pembawa berbagai jenis penyakit. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur, jumlah volume timbunan sampah yang

diangkut dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Tingkat pelayanan pengangkutan sampah Jakarta Timur

No Tahun Jumlah

Penduduk

Volume Timbunan

Sampah (m3/hari)

Volume Sampah

Terangkut

(m3/hari)

Volume Sampah

Tersisa

(m3/hari)

1 2004 2.434.163 6060 5634 426

2 2005 2.385.121 6134 5897 237

3 2006 2.434.163 6086 5906 180

4 2007 2.393.788 6091 5999 92

5 2008 2.413.875 6396 6321 75 Sumber data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008

Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang

terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar dan Kecamatan Pasar Rebo

merupakan kecamatan yang paling banyak menyisakan timbunan sampah.

Di Kecamatan Makasar sampah belum tertanggulangi sebesar 202 m3/hari (36,33%),

sementara di Pasar Rebo 178 m3/hari (36,18%) (Tabel 13).

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

44

Tabel 13 Timbunan sampah dan sampah tertanggulangi di masing-masing kecamatan

No. Kecamatan Timbunan (m3/hari)

Tertanggulangi (m3/hari)

(%) belum tertanggulangi

(m3/hari)

(%)

1 Matraman 597 552 92,46 45 7.54

2 Jatinegara 720 710 98,61 10 1.39

3 Pulogadung 912 877 96,16 35 3.84

4 Kramat Jati 849 849 100 0 0

5 Pasar Rebo 492 314 63,82 178 36.18

6 Duren Sawit 874 742 84,89 132 15.10

7 Cakung 680 680 100 0 0

8 Makasar 556 354 63,67 202 36.33

9 Ciracas 620 580 93,55 40 6.45

10 Cipayung 416 345 82,93 71 17.06 Sumber : data sekunder yang diolah

Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah petugas kebersihan dan jumlah

armada angkut yang tersedia. Adapun data timbunan sampah serta sampah

tertanggulangi wilayah kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 8.

5.3.1 Pengangkutan sampah

Pengangkutan merupakan salah satu proses yang sangat menentukan dari

pengelolaan sampah perkotaan. Pengangkutan sampah adalah subsistem yang

bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sampah secara

langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA). Peranan Suku Dinas Kebersihan dalam

pengangkutan sampah sebesar 48,58%, kendaraan sewa sebesar 7,62%, peranan

PD (Perusahaan Daerah) Pasar sebesar 8,64%, peranan swastanisasi sebesar 13,25%,

dan peranan instansi lain sebesar 2,34%, sehingga jumlah sampah yang terlayani oleh

instansi kebersihan adalah 83,43%, peranan kelembagaan (instansi) dalam hal

pengangkutan sampah dapat dilihat pada Lampiran 9.

Saat ini pemerintah kota Jakarta menerapkan sistem otomatif, pengangkutan

mengunakan truk sebagai alat angkut utama, dan perlu diperhatikan komposisi

jumlah armada angkut serta volume sampah/hari yang diangkut. Saran pengangkutan

sampah yang dimiliki dinas kebersihan terdiri dari amrrol truck, pick up, compactor,

wheel loader, mesin compactor, gerobak motor, truk angkut, mesin penyapuan jalan

yang biasa digunakan untuk menyapu jalan di depan kantor walikota atau di jalan

dekat kantor-kantor pemerintahan, hal ini untuk memudahkan petugas kebersihan

dalam melakukan pembersihan jalan, selain menghemat waktu juga tidak menguras

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

45

tenaga. Sarana pengangkutan dapat dilihat pada Lampiran 6. Sedangkan sampah dari

pemukiman maupun tempat lainnya diangkut ke TPS kemudian dari TPS sampah

dinaikkan ke Truck atau ke Dump Truck dengan menggunakan Wheel Loader,

mengangkut material pada jarak tidak lebih dari 50 m. Sampah yang diangkut dari

TPS ke TPA dengan menggunakan Truck harus ditutup dengan terpal sehingga

sampah yang diangkut tidak berterbangan dan tidak mencemari udara.

(a) (b)

Gambar 4 (a) Wheel Loader (b) Truk yang tidak menggunakan terpal ketika

mengangkut sampah ke TPA

Wilayah pelayanan pengangkutan sampah di kota Jakarta Timur dibagi

berdasarkan pembagian wilayah administratif kecamatan, yakni Kecamatan

Matraman, Jatinegara, Pulogadung, Kramat Jati, Cakung, Pasar Rebo, Duren Sawit,

Makasar, Ciracas dan Cipayung. Pelayanan pengangkutan terpusat pada pusat

perbelanjaan, pertokoan, pemukiman, pasar-pasar termasuk penyapuan jalan-jalan

protokol.

Di wilayah pemukiman, pengangkutan sampah dilakukan dengan

mengunakan gerobak. Operasionalisasi gerobak dapat dilakukan berkoordinasi

dengan pihak pemerintah kecamatan atau kelurahan dengan memberdayakan pihak

RT sebagai pelaksana. Pemanfaatan gerobak sebagai alat angkut untuk

mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah (door to door) pada dasarnya paling

tidak memiliki beberapa keuntungan yaitu dengan dikumpulkannya sampah di TPS

akan dapat mengurangi volume pembakaran sampah dihalaman yang ternyata

menimbulkan sisa bakaran yang membentuk sampah baru. Secara ekonomis kegiatan

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

46

ini akan menguntungkan pihak RT karena dapat memperoleh dana bagi kas jasa

pengangkutan tersebut.

Pengangkutan dari TPS ke TPA banyak yang dilakukan dengan menggunakan

truk bak terbuka dan sudah bocor, sehingga sering terjadi sampah dan cairan sampah

yang diangkut tersebar disekitar rute perjalanan. Hal ini menjadikan keindahan kota

terganggu karena sampah tercecer dan bau yang ditimbulkan akan menggangu para

pengguna jalan. Banyaknya sampah yang harus diangkut akan memerlukan banyak

truk pengangkut, dengan keterbatasan jumlah truk yang dimiliki oleh Dinas

Kebersihan, ritasi truk pengangkut menjadi lebih tinggi. Kondisi tersebut

menyebabkan biaya perawatan truk pengangkut akan meningkat dan masa pakai

kendaraan pengangkut akan semakin pendek.

5.3.2 Perwadahan dan Lokasi Penampungan Sampah

Pool gerobak dan bak beton sebagai sarana LPS merupakan wadah untuk

menampung sampah sementara sebelum sampah diangkut ke TPA. Selain LPS resmi

yang dibuat oleh dinas kebersihan terdapat juga LPS liar yang dibuat oleh warga

sebagai alternatif tempat buangan sampah (Lampiran 6). LPS liar biasanya dibuat

pada lahan kosong yang tidak dihuni atau tidak dirawat oleh pemiliknya sehingga

masyarakat dengan leluasa membuang sampah di LPS liar tersebut. Adanya LPS liar

ini akan sangat mengganggu kesehatan warga dan dapat mencemari lingkungan

sekitarnya. Di Jakarta Timur jumlah LPS liar sebanyak 115, jumlah LPS liar

terbanyak di Jakarta Timur terdapat di Kecamatan Matraman. Adapun jumlah LPS

liar di Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 14.

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

47

Tabel 14 Jumlah Lokasi Penampungan Sampah Jakarta Timur Tahun 2008

No Kecamatan Jumlah dan Jenis LPS

Dipo Pool Gerobak Transito Bak Beton Terbuka /Liar

1 Matraman 3 - 4 40 40

2 Jatinegara - 3 8 25 10

3 Pulogadung 5 6 9 15 5

4 Kramatjati 2 1 6 65 3

5 Pasar Rebo 4 1 11 8 6

6 Cakung 8 - 9 31 -

7 Duren Sawit 9 - 12 25 31

8 Makasar 5 4 17 93 4

9 Ciracas 4 - 5 41 11

10 Cipayung 3 - 2 27 5

Total 43 15 83 370 115

Sumber: Suku Dinas Kebersihan 2008

5.3.3 Retribusi Pengelolaan Sampah

Pengaturan mengenai retribusi pelayanan persampahan Jakarta Timur diatur

dalam Perda Nomor 01 Tahun 2006. Pada pasal 103 ayat 1 menjelaskan bahwa

tingkat penggunaan jasa persampahan /kebersihan dikenakan retribusi dan di ukur

berdasarkan luas bangunan, volume sampah dan jangka waktu pelayanan.

Sebagaimana yang terkandung dalam pasal 105, ketentuan besarnya tarif retribusi

terhadap pelayanan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Besaran tarif retribusi berdasarkan Perda Nomor 01 pasal 105 Tahun 2006 No. Jenis sumber timbunan sampah Skala dan Volume Tarif retribusi

(Rp)

1 Toko,warungmakan,

apotik,bengkel,bioskop, tempat

hiburan,penjahit/konveksi,salon

Kecil (<0,50 m3/bln)

Sedang (0,51-0,75 m3/bln)

Besar (>0,76m3/bln)

10.000/bln

12.500/bln

15.000/bln

2 Industri, pusat pertokoan/plaza, pasar

swalayan, hotel, motel, taman rekreasi,

restoran

Minimal 2,5 m3 20.000/m3

3 Rumah sakit, poliklink, laboratorium Minimal 1,00 m3 10.000/m3

4 Pedagang usaha mikro - 5.000/m3

5 Penyediaan tempat pembuangan Akhir - 10.000/m3

6 Penyediaan lokasi instalasi pengolahan air

buangan (LIPAB)

- 5000/m3

7 Penyedotan tangki septictang Minimal 2 m3 20.000/m3

8 Pemakaian toilet berjalan - 325.000/toilet/hari

Sumber : Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur 2008

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

48

Berdasarkan data yang diperoleh secara umum penarikan tunai retribusi

kebersihan selama 4 tahun terakhir ini masih belum dapat memenuhi target yang telah

ditetapkan hal ini dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Perkembangan target dan realisasi retribusi kebersihan No Tahun Anggaran Target Realisasi Persentase Pencapaian (%)

1 2004 1.898.892.000 1.528.129.250 80,47

2 2005 1.851.846.000 1.528.129.250 70,61

3 2007 932.190.000 691.181.000 74,15

4 2008 815.820.000 772.743.000 94,72

Sumber : Dinas Kebersihan Tahun 2008

Gambar 5. Grafik Perkembangan Target & Realisasi Retribusi Kebersihan

Dari tahun ke tahun besarnya realisasi kurang dari target yang dicapai.

Misalnya saja pada tahun 2008, besarnya target retribusi yang didapat yaitu sebesar

Rp 815.820.000 sementara realisasi penerimaan retribusi mencapai Rp 772.743.000

maka hal ini menunjukkan penerimaan retribusi kebersihan belum melampaui target

sebesar 5,28%. Oleh karenanya pemerintah dan Dinas Kebersihan harus mencari

strategi baru dan mengambil tindakan tegas agar disiplin masyarakat dalam

membayar retribusi sampah dapat terlaksana dengan baik.

5.4 Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah 3R ( Reduce, Reuse, Recycle )

5.4.1 Usaha Pengomposan Sampah

Untuk mengetahui manfaat ekonomi maupun kelayakan usaha daur ulang

sampah menjadi kompos peneliti mengambil sampel di pabrik kompos “Mutu Elok”

yang terdapat di perumahan Cipinang Elok RW 10 kecamatan Jatinegara, Jakarta

Timur.

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

49

a) Sejarah Kompos Mutu Elok

Perumahan Cipinang Elok di RW 10 terdiri dari 15 RT dan 780 KK, dan

diketuai oleh seorang ketua RW yaitu Bapak Saksono, dalam menangani masalah

sampah beliau mengajak warganya untuk mulai mengelola sampah rumah-tangga

masing-masing. Usaha dalam mengajak warganya berkembang menjadi pengelolaan

kompos skala kawasan. Warga bekerjasama membangun tempat untuk kegiatan

pengomposan yang diberi nama Pabrik Kompos Mutu Elok (Gambar 6). Pabrik

kompos Mutu Elok didirikan awal Januari 2005, didirikannya pabrik ini merupakan

gagasan dari pengurus RW 10 dengan tujuan untuk mengurangi volume sampah ke

TPA Bantar Gebang. Pabrik ini didirikan di atas tanah seluas 75 m². Dana awal

pendirian pabrik didapat dari PPMK dan Kas warga. Selain itu dinas kebersihan pun

turut andil dalam menginvestasikan prasarana berupa mesin penyaring dan

penggiling.

Awal tahun 2005 pengurus RW 10 membuat proposal untuk mengajukan

permohonan bantuan dana mendirikan pabrik kompos Mutu Elok, dari proposal yang

diajukan akhirnya membuahkan hasil, pihak kelurahan memberikan bantuan

berkaitan dana PPMK (Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan). Dana yang diberikan

yaitu sebesar Rp 9.565.000, dana tersebut digunakan sebagai investasi awal proyek.

Selain dari dana PPMK pendapatan untuk produksi juga didapat dari kas warga. Kas

warga didapat dari dana operasional RT/RW dan biaya retribusi yang diberikan warga

tiap bulannya. Dana operasional RT/RW berasal dari gaji para pengurus RT/RW

sebesar Rp 750.000/orang. RW 10 terdiri dari 15 RT sehingga kas warga mendapat

tambahan pendapatan dari dana operasional sebesar Rp 12.000.000 tiap bulannya.

Sedangkan kas warga dari retribusi didapat dari warga yang membayar retribusi tiap

bulannya dengan kisaran Rp 20.000-Rp 70.000, biaya retribusi ditetapkan

berdasarkan pada luasan tempat tinggal warga. Alokasi dana yang diberikan untuk

pabrik kompos Mutu Elok yaitu Rp 1.800.000 tiap bulannya. Selain dari dana PPMK

dan kas warga, dana pemasukan juga didapat dari bantuan mesins yang diberikan

pihak dinas kebersihan sehingga pengelola pabrik kompos Mutu Elok tidak perlu

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

50

mengeluarkan biaya untuk membeli mesin. Mesin yang diberikan yaitu mesin

penggiling dan mesin penyaring dengan harga sebesar Rp 10.000.000.

Adanya kerjasama dari berbagai pihak baik internal maupun eksternal sangat

membantu upaya terwujudnya pengolahan sampah hijau menjadi kompos. Pihak

internal yaitu pengurus RW dan partisipasi warga perumahan Cipinang Elok, pihak

eksternal yaitu pengujian proses produksi dan kualitas kompos Mutu Elok yang

dibantu oleh Ibu Setiati Ediono selaku dosen dari Fakultas Teknik Lingkungan

Universitas Trisakti serta kerjasama dari pemerintah.

(a) (b)

Gambar 6. (a) TPS perumahan Cipinang Elok dan merangkap Pabrik kompos Mutu Elok; (b)

Plang Pabrik Kompos Mutu Elok

b) Struktur kepengurusan

Dalam suatu usaha diperlukan adanya struktur organisasi atau kepengurusan

dan diharapkan masing-masing orang yang berperan didalamnya tahu menjalankan

tugas dan fungsi yang diperankan dalam suatu usaha. Kesederhanaan struktur

organisasi yang ada dikarenakan aktivitas yang dilakukan hanya berdasarkan pada

beberapa pembagian kerja. Adapun penggolongan pembagian kerjanya terdiri dari :

1. Penanggung jawab : (Bpk. Saksono Soehodo)

2. Seksi Kebersihan : (Bpk. Ajon Hermansyah)

3. Dua orang pekerja pembuat kompos : (Bpk. Parno dan Bpk Udin)

4. Sepuluh orang petugas pengambil sampah

Penggolongan pembagian kerja dapat dilihat pada gambar struktur organisasi

dibawah ini.

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

51

Gambar 7. Struktur Organisasi Pengelola Pabrik Kompos “ Mutu Elok”

Struktur organisasi dibentuk sangat sederhana sehingga tidak ada konflik

besar yang terjadi. Tugas dan wewenang yang dilakukan sesuai dengan

tanggungjawab masing-masing. Diperlukan jadual kerja yang rutin dengan spesifikasi

kerja yang jelas sehingga usaha pengelolaan sampah menjadi kompos dapat terus

berlangsung dengan baik.

c) Tenaga kerja dan tingkat pendidikan

Pabrik kompos Mutu Elok memiliki seorang penanggung jawab yang juga

merupakan ketua RW 10, beliau memiliki latar belakang pendidikan Perguruan

Tinggi dan memiliki pengalaman kerja di bidang Kebersihan dan Lingkungan, dalam

menjalankan usaha pengomposan bapak Saksono tidak bekerja sendirian namun

ditemani oleh para pekerja lainnya. Pekerja di Pabrik Kompos Mutu Elok berlatar

belakang pendidikan SD dan SLTP, para pekerja tidak mempunyai keahlian dan

pendidikan khusus tentang sampah. Oleh karena itu, sebelumnya mereka diberikan

pelatihan dasar bagaimana mengolah sampah menjadi kompos agar kompos memiliki

kualitas yang baik. Kegiatan pembuatan kompos dilakukan setiap hari, para pekerja

pabrik kompos Mutu Elok bekerja dari pukul 08.00-16.00 WIB. Kegiatan

pengomposan di pabrik kompos Mutu Elok memperkerjakan dua orang dan satu

teknisi. Dalam menjalankan tugasnya dua orang pekerja pabrik kompos Mutu Elok

yang mengolah sampah menjadi kompos bekerja secara fleksibel tanpa ada

Penanggungjawab

Seksi Kebersihan

2 Orang Pembuat Kompos 10 Orang Petugas Pengambil Sampah

Warga Perumahan Cipinang Elok

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

52

pembagian tugas, maksudnya struktur kerja masing-masing pekerja tidak terlalu

mengikat, hal ini dikarenakan beberapa pekerjaan pengomposan dapat dirangkap oleh

dua pekerja. Untuk mendapatkan input produksi kompos berupa sampah daun,

pekerja pabrik kompos Mutu Elok bekerjasama dengan 10 orang petugas kebersihan

RW 10 untuk mengumpulkan sampah daun dari taman dan perumahan warga.

d) Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos

Berdasarkan pengamatan secara langsung proses pengolahan sampah

(Lampiran 7) menjadi kompos sangat mudah, dalam pembuatannya ada beberapa

bahan baku yang harus disiapkan yaitu, sampah daun yang menjadi input produksi,

EM4 (Effective Mikroorganism-4), gula, dedak, tanah dan bokasi (merupakan hasil

fermentasi bahan organik dengan perlakukan bakteri (EM-4). Fermentasi ini

membutuhkan waktu 3 hari. Bokasi dibuat dari bahan organik yang biasa ditemukan

dilahan pertanian seperti misalnya sekam, rumput, daun-daunan, jerami

(untuk memperbaiki sifat fisik tanah), ditambah kotoran hewan (untuk memperbaiki

sifat kimia tanah) dan larutan EM-4 (untuk memperbaiki sifat biologi tanah).

Adapun tahapan-tahapan dalam pembuatan kompos di pabrik Mutu Elok adalah

sebagai berikut:

a. Awalnya sampah sisa tanaman (daun) dikumpulkan oleh petugas

pengambil sampah, kemudian ditimbun dalam bak sampah selama

2 hari setelah ditimbun sampah daun dihancurkan di mesin penggiling.

b. Setelah digiling, sampah dengan takaran 1-2 m³ diberikan cairan EM4

dan dicampur dengan 10 kg tanah, 10 kg dedak dan bokasi aduk

campuran bahan-bahan tersebut sampai merata.

c. Adukan sampah yang telah merata tersebut diberi 1 kg gula yang telah

larut dalam 200 liter air.

d. Sampah yang telah tercampur dengan larutan gula ditumbuk menjadi

satu, kemudian dicetak dan ditekan dengan cangkul dan garu

berukuran 1x1 m. Setelah dicetak sampah tersebut ditutup dengan

terpal dan diamkan selama 15 hari, agar sampah tersebut dapat

terfermentasi dengan baik.

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

53

e. Setelah 15 hari sampah yang telah terfermentasi mulai menguap dan

menghasilkan kompos yang basah dan kasar sehingga dilakukan

penggilingan kembali hingga halus.

f. Kompos basah yang telah halus digiling kemudian disaring dalam

mesin penyaringan, hingga kandungan air dalam kompos berkurang.

g. Setelah disaring, kompos tersebut ditampung dalam bak untuk

diangin-anginkan, setelah itu kompos siap untuk dikemas dalam

plastik berukuran 5 kg.

e) Pemasaran Kompos

Pemasaran kompos elok masih terbatas secara lokal, namun produksinya

memiliki daya saing yang cukup baik dengan kompos di tempat lain, baik dari segi

harga maupun kualitasnya. Dalam menjual hasil yang di produksinya, pabrik kompos

Mutu Elok masih menfokuskan di wilayah Jakarta Timur. Walaupun pabrik kompos

Mutu Elok belum memiliki konsumen tetap. Namun tidak menutup kemungkinan

bagi pabrik kompos Mutu Elok untuk meningkatkan pangsa pasarnya melihat kondisi

permintaan konsumen yang cukup besar saat ini. Pemesanan kompos tidak hanya dari

warga perumahan Cipinang Elok saja tetapi juga dari luar perumahan Cipinang Elok,

selain itu ada juga konsumen yang datang langsung membeli kompos di pabrik

kompos Mutu Elok.

Strategi pemasaran yang selama ini dilakukan adalah dengan mengikuti

pameran produk dan memasarkan kompos lewat internet. Sehingga ada pemasaran

secara tidak langsung dari pelanggan kepada masyarakat untuk mempromosikan

kompos Elok. Kompos Elok dijual dalam kemasan berukuran 5 kg, namun disediakan

juga bagi konsumen yang ingin membeli dengan ukuran yang sedikit atau yang lebih

banyak dari 5 kg. Sebagian dari kompos yang telah dikemas dititipkan di Toko Eropa

milik bapak Ajon yang juga merupakan seksi kebersihan dan bendahara di Pabrik

kompos Mutu Elok. Pada awal produksi, penjual memberikan secara gratis kepada

warga perumahan Cipinang Elok sekaligus promosi, setelah itu penjual menjual

kompos hasil produksinya dengan harga yang terjangkau dan relatif murah yaitu

seharga Rp 1000/kg. Namun seiring dengan perubahan harga input produsi, harga

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

54

jual kompos Elok menjadi Rp1500/kg. Sehingga untuk satu kemasan yang berukuran

5 kg harga jualnya adalah Rp 7500.

Untuk kemasan kompos yang baik dan harga yang relatif murah serta adanya

promosi tidak langsung yang dilakukan pelanggan karena merasa puas dengan

kualitas kompos menyebabkan permintaan konsumen terhadap kompos semakin

meningkat serta menjadikan nilai tambah bagi pengelolaan sampah di perumahan

Cipinang Elok sehingga menjadi layak untuk dijalankan, selain itu dalam

memasarkan kompos, Bapak Saksono selaku pengelola membagikan kompos secara

gratis untuk menarik perhatian pembeli baik didalam maupun diluar komplek

perumahan Cipinang Elok.

Potensi pasar bagi kompos yang dihasilkan dari permintaan konsumen tiap

bulannya mencapai 500-700 kg. Potensi pasar yang belum dimanfaatkan dari

pengelolaan sampah di pabrik kompos Mutu Elok adalah sampah organik limbah

rumah tangga dan sampah non organik. Pabrik kompos Mutu Elok menggunakan

sampah tanaman dari taman-taman disekitar perumahan Cipinang Elok dan tanaman

warga untuk dijadikan kompos. Sehingga potensi sampah organik maupun non

organik yang belum terolah menjadi ketersediaan input yang besar untuk

menghasilkan keuntungan dari pengelolaan sampah di perumahan Cipinang Elok.

f. Pendapatan (Inflow)

Pendapatan yang diterima dari kegiatan produksi kompos di Pabrik Mutu Elok

berasal dari hasil penjualan tiap harinya. Selain itu, pabrik kompos Mutu Elok

mendapat pemasukan dari aliran cashflow finansial pabrik kompos Mutu Elok yang

meliputi dana PPMK dari kelurahan, kas warga RW 10, bantuan mesin yang

diberikan dari dinas kebersihan. Perumahan Cipinang Elok menghasilkan sampah

14-15 m3/harinya, dan 2-3 m

3/hari sampah dari tanaman digunakan untuk membuat

kompos. Untuk menghasilkan kompos kemasan siap jual dalam jumlah banyak maka

kegiatan pengomposan dilakukan setiap hari. Tiap bulannya pabrik kompos Mutu

Elok mampu menghasilkan 500-700 kg kompos siap jual. Harga jual yang ditetapkan

dari tahun 2006-2007 sebesar Rp 1000/kg, sedangkan tahun 2008 dan 2009 harga

kompos naik menjadi Rp 1500/kg, hal ini dikarenakan krisis dan harga bahan

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

55

pembuatan yang semakin mahal. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak

Ajon Hermansyah selaku seksi kebersihan dan bendahara, pada tahun 2006 kompos

terjual 6.906 kg, pada tahun 2007 terjual 7.259, sedangkan tahun 2008 dan 2009

terjual sebanyak 8.883 kg. Adapun total penjualan kompos dapat dilihat pada

Tabel 17.

Tabel 17 Total penjualan kompos elok pada tahun 2006-2009

Tahun Harga Jual (Rp/kg) Produksi Kompos (Kg/tahun) Total penjualan

2006 1000 6.906 6.906.000

2007 1000 7.259 7.259.000

2008 1500 8.883 13.324.500

2009 1500 8.883 13.324.500

Sumber Hasil Penelitian 2009

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ajon selaku seksi kebersihan,

proyeksi produksi kompos sampai dengan tahun 2014 yaitu 700 kg tiap bulannya,

sehingga dapat diproyeksikan produksi kompos tiap tahunnya dari tahun 2009 sampai

2014 sebanyak 8.883 kg. Hal ini dikarenakan bahan baku kompos yang berasal dari

sampah daun sisa tanaman warga masih berkisar 2-3 m3. Pengelola kompos Mutu

Elok tidak meningkatkan harga jualnya sampai pada kurun waktu tujuh tahun

kedepan, sehingga harga yang ditetapkan masih sama yaitu sebesar Rp 1500/kg, Hal

ini disebabkan karena adanya kekhawatiran akan turunnya permintaan penjualan

kompos Mutu Elok.

g. Pengeluaran (Outflow)

Pengeluaran yang dikeluarkan Pabrik kompos Mutu Elok selama kegiatan

produksi kompos terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya pegawai, dan

biaya lain-lain/biaya tak terduga. Penjelasan akan biaya pengeluaran akan dijelaskan

sebagai berikut : Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal proyek

dan tidak habis dibagi dalam satu periode produksi, biaya investasi yang dikeluarkan

oleh Pabrik kompos Mutu Elok di tahun 2005 adalah pendirian bangunan, peralatan,

investasi meja dan kursi. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

proses pembuatan kompos, adapun input produksi yang digunakan dalam membuat

kompos dapat dilihat pada Lampiran 10. Bahan-bahan yang digunakan untuk

pembuatan kompos ini dibeli untuk penggunaan kurun waktu satu tahun, tiap

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

56

tahunnya EM4 dibeli sebanyak 10 botol dengan harga Rp 25.000, sedangkan untuk

harga dedak mengalami kenaikan harga tiap tahunnya, tahun 2006 harga dedak

sebesar Rp 1.600/kg, tahun 2007 seharga Rp 2000/kg dan tahun 2008 meningkat lagi

seharga Rp 3.500/kg. Kenaikan harga bahan baku menyebabkan adanya kenaikan

harga penjualan kompos/kg. Adapun rincian harga biaya produksi dapat dilihat pada

Lampiran 10. Selain biaya investasi dan biaya produksi, biaya lain yang dikeluarkan

pabrik kompos Mutu Elok adalah biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Dalam

memproduksikan kompos Elok, pabrik kompos memiliki 2 orang pekerja. Setiap

pekerja mendapatkan gaji per bulannya sebesar Rp 900.000. sehingga dalam setahun

biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pegawai Pabrik kompos Mutu Elok

yaitu sebesar Rp 21.600.000. Selain itu biaya pengeluaran pabrik kompos Mutu Elok

adalah biaya lain-lain seperti biaya perbaikan peralatan, biaya perbaikan gerobak dan

ongkos kirim kompos. Biaya yang dikeluarkan oleh Pabrik Kompos Mutu Elok

untuk perbaikan peralatan yaitu sebesar Rp 300.000/tahun, sedangkan untuk biaya

perbaikan gerobak sebesar Rp 85.000/tahun dan biaya ongkos kirim pengelola

menetapkan Rp 700.000 tiap tahunnya. Sehingga dapat diakumulasikan besarnya

biaya lain-lain yaitu Rp 1.085.000, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 10.

f. Analisis kelayakan usaha

Unsur-unsur yang terdapat dalam perhitungan adalah penerimaan yang

merupakan arus manfaat (inflow), serta pengeluaran (outflow) yang berupa biaya

investasi serta biaya operasional. Analisis kelayakan finansial memperhitungkan

besarnya penerimaan pabrik kompos Mutu Elok yang berasal dari hasil penjualan,

bantuan mesin, dana PPMK dan kas warga, selain itu juga diperhitungkan besarnya

pengeluaran yang digunakan untuk investasi, produksi, tenaga kerja dan biaya

lain-lain. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran merupakan keuntungan ataupun

kerugian yang diterima oleh pengelola pabrik kompos Mutu Elok, kriteria yang

digunakan adalah NPV, nilai B/C ratio dan IRR. Nilai NPV yang didapat sebesar Rp

24.480.229,42, nilai net B/C sebesar 5 dan nilai IRR sebesar 44,47 %, usaha

pengelolaan sampah dan dauran sampah organik menjadi kompos dikatakan layak

untuk dikembangkan secara finansial karena nilai NPV > 0, B/C > 1 dan nilai IRR

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

57

lebih besar dari tingkat DR (Discount Rate) yang ditentukan yaitu sebesar 10 %.

Untuk lebih jelasnya penghitungan maupun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada

Lampiran 10.

5.4.2 Usaha daur ulang sampah kota

Usaha pemanfaatan sampah merupakan komponen penting dalam pengelolaan

sampah untuk dapat mengurangi dampak lingkungan, khususnya sampah anorganik

yang dapat didaur ulang dan memiliki manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi yang

diperoleh pemulung dari berbagai jenis bahan dauran sampah serta harga jualnya

dapat dilihat pada Tabel 18. Dan beberapa aspek yang dapat dilihat dari kegiatan

pengelolaan sampah oleh pemulung diuraikan sebagai berikut.

Tabel 18 Nilai ekonomi bahan dauran sampah anorganik Tahun 2009 No. Jenis barang bekas Volume

(ton)

Harga

jual

(Rp/kg)

Manfaat ekonomi (Rp)

1. - Kertas 103,2 700 72.240.000

- Plastik

Plastik Asoy/Kresek

Plastik Ember

19,2

18

400

1500

7.680.000

27.000.000

- Karet 1 500 500.000

- Kaca 24 300 7.200.000

- Logam 1,5 9000 13.500.000

- Kaleng 0,9 1200 1.080.000

- Aqua Botol

Gelas

2,4

3

2500

4000

12.000.000

6.000.000

- Kardus 18 1300 23.400.000

2. Jumlah 191,2 170.600.000

4. Nilai ekonomi bahan

dauran sampah/ton

=

Rp 170600000 = Rp 892.259,41

191,2 ton

5. Besar manfaat ekonomi yang

diperoleh / hari

=

Rp 892.259,41 X 0,035 kg/hari

= Rp 31.229,08

Sumber data primer yang diolah

Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dapat diketahui dari perkiraan volume

bahan dauran sampah yang didapat oleh pemulung dikalikan dengan nilai jualnya.

Besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh dari bahan dauran sampah kota bagi para

pemulung sebesar Rp 170.600.000. Diperkirakan dengan rataan mengumpulkan dan

menjual bahan dauran sebanyak 35 kg/ harinya, maka besar manfaat ekonomi yang

diperoleh/hari adalah Rp 31.229,08. Pemanfaatan sampah anorganik perlu di

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

58

tingkatkan dan perlu mendapatkan perhatian khusus pemerintah agar masyarakat

memanfaatkan dan mengolah kembali sampah anorganik.

a) Arus pemasaran bahan dauran

Untuk mendapatkan uang pemulung harus berusaha mengumpulkan

sebanyak-banyaknya bahan dauran. Bahan dauran sampah yang dikumpulkan oleh

pemulung beraneka ragam yaitu aqua botol, aqua gelas, kaleng, kardus, karung,

plastik (kemasan dan asoy), kertas, besi, tembaga, alumunium. Setelah keranjang atau

gerobak pemulung penuh dengan bahan dauran sampah, oleh pemulung akan

ditumpuk dekat gubuknya masing-masing. Bahan dauran sampah yang telah

terkumpul banyak akan dijual ke lapak/penampung, masing-masing pemulung

biasanya sudah memiliki pelanggan tetap untuk menjual bahan daurannya pada lapak.

Kemudian bahan dauran yang telah diterima lapak akan dijual ke agen/ lapak besar

sampai selanjutnya bahan dauran sampah tersebut sampai pada pabrik pengolah

bahan baku / pabrik daur ulang (Gambar 8).

Pabrik pengolah bahan dauran skala industri kecil atau skala rumah tangga

biasanya transaksi pembayaran dilakukan secara tunai. Keuntungan yang diperoleh

pada masing-masing peran berbeda, lapak kecil memiliki keuntungan lebih kecil dari

agen/ lapak besar karena agen/ lapak besar memiliki akses yang lebih besar terhadap

modal dan informasi pasar

Gambar 8. Arus pemasaran dauran

Pabrik Pengolahan Bahan Baku dan Bahan Jadi

Pemasok Bahan Dauran

Agen / Lapak Besar

Lapak Kecil

Pemulung

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

59

b) Keterikatan dengan Lapak

Sebagian dari pemulung memiliki keterikatan dengan lapak, adanya

keterikatan dengan lapak akan memudahkan pemulung dalam memasokkan hasil

pulungannya, selain itu pemulung yang bekerja dengan lapak diberikan alat kerja

seperti gerobak, alat timbangan dan fasilitas kerja seperti pemondokan dan modal

kerja untuk pemulung. Karena seluruh kebutuhannya telah dipenuhi oleh pemilik

lapak, pemulung berkewajiban untuk mencari barang-barang bekas dan pemulung

yang memiliki keterikatan dengan lapak tidak boleh menjual hasil pulungannya ke

lapak manapun. Berapa pun harga yang ditetapkan oleh pemilik lapak, pemulung

harus menerimanya. Pemilik lapak dalam hal ini akan membeli barang-barang bekas

dengan harga serendah mungkin dan berupaya mendapatkan harga setinggi mungkin

ketika menjualnya. Terdapatnya pemulung yang tidak terikat dengan lapak

dikarenakan mereka merasa dirugikan oleh pihak lapak, keluarnya pemulung dari

lapak dianggap lebih adil karena pemulung dapat menjual barang-barang bekasnya ke

lapak mana saja dengan lebih bebas sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu,

pemulung tidak lagi dikejar-kejar oleh target atau diperintah oleh pemilik lapak untuk

mencari barang-barang bekas. Demikian halnya dengan waktu kerjanya mereka

merasa lebih leluasa dengan jadwal waktu mencari dan menjual barang-barang bekas.

Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat 72% pemulung memiliki keterikatan

dengan lapak, sedangkan sisanya 28% tidak terikat dengan lapak. Adapun jumlah

pemulung yang memiliki keterikatan dengan lapak dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Keterikatan pemulung dengan lapak

No Keterikatan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1 Ya 36 72

2 Tidak 14 28

Total 50 100

Sumber data primer yang diolah

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

60

(a) (b)

Gambar 9. (a) Pemulung yang tidak memiliki keterikatan dengan lapak; (b)

pemulung yang difasilitasi gerobak oleh lapak;

c) Jenis Sampah

Berdasarkan hasil yang telah diolah, diperoleh jenis plastik kemasan sebesar

16%, jenis botol aqua sebesar 34%, sedangkan 50% nya jenis yang lain seperti

kardus, kertas, logam, besi, karung, kaleng. Berdasarkan hasil wawancara dengan

pemulung, jenis plastik yang banyak ditemukan adalah plastik kresek (asoy), saat ini

nilai jual kantong kresek (asoy) sangat rendah sehingga tidak banyak pemulung yang

bersedia untuk mengais plastik kresek. Pemulung lebih banyak mengais aqua

gelas/botol, karung, kardus dan sampah anorganik dari bahan aluminium. Hal ini

dikarenakan nilai jualnya lebih tinggi. Kecepatan tangan pemulung dalam mengais

sangat menentukan banyak tidaknya hasil pulungan yang didapat.

(a) (b)

Gambar 10. (a) sampah aqua botol dan gelas plastik (b) kardus bekas

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

61

d) Sumber sampah

Para pemulung mendapatkan hasil pulungannya dari berbagai sumber seperti

pemukiman, TPS, pabrik, pasar, sekolah, jalan protokol. Biasanya sebagian besar

pemulung memilih untuk beroperasi lebih dari satu tempat hal ini dikarenakan agar

hasil pulungan yang didapat oleh pemulung bervariasi dan pemulung berharap agar

mendapat hasil pulungan lebih banyak. Tetapi ada juga pemulung yang hanya

memilih satu tempat untuk mendapat hasil pulungan tanpa harus mengeluarkan

banyak tenaga, misalnya pemulung yang memilih untuk beroperasi hanya di daerah-

daerah pabrik saja atau memilih di pemukiman saja. Dari data yang telah diolah

didapat 14% berasal dari pemukiman, 10% dari pabrik, sampah yang berasal dari

pemukiman dan pabrik 14%, 26% sampah berasal dari pemukiman dan jalan

protokol, dan dari sumber lainnya masing-masing sebesar 2-8%. Dari gambar grafik

dibawah ini dapat dilihat bahwa pemulung mendapatkan hasil pulungan lebih banyak

di pemukiman dan jalan.

Gambar 11. Grafik sumber sampah yang didapatkan oleh pemulung

Keterangan :

1 : Pemukiman

2 : Jalan Protokol

3 : Pabrik

4 : Pemukiman & Pabrik

5 : Pemukiman & TPS

6 : Pemukiman &

Jalan Protokol

7 : Pemukiman & Pasar

8 : Pemukiman & Kantor

9 : Pemukiman & Sekolah

10 :Jalan Protokol &

Pabrik

11 : Jalan Protokol & Pasar

12 : Pabrik & Sekolah

13 : > 2 tempat

Sumber Sampah

13121110987654321

Pe

rse

nta

se

30

20

10

0

2%

4%

6%

2%

4%

2%

4%

8%

14%

10%

4%

14%

26%

Page 23: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

62

e) Karakteristik Pemulung

Sebagian besar pemulung beroperasi di sekitar pemukiman, pasar, pabrik,

jalan protokol, perkantoran dan TPS. Peran pemulung dalam penanganan sampah

kota sangat penting, karena kegiatan pemulungan dapat mengatasi penumpukan

sampah di sumber dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Responden pemulung

yang diwawancarai sebanyak 50 orang. Dalam penelitian ini aspek yang dikaji yaitu

jenis kelamin, umur, pendidikan, daerah asal, lama bekerja, pendapatan, keterikatan

dengan lapak, jenis sampah yang ditemukan, sumber sampah yang didapat,

(Lampiran 3). Berikut uraian dari karakteristik responden pemulung :

1. Jenis Kelamin dan Umur

Hasil Pengumpulan data yang telah diolah menunjukkan pemulung yang

berjenis kelamin pria sebesar 94 persen dan sisanya yaitu 6 persen berjenis kelamin

wanita. Berdasarkan hasil yang diperoleh, umur responden dengan kelas umur 15-24

tahun sebesar 8%, kelas umur 25-35 tahun sebesar 40% sedangkan kelas umur 36-45

tahun dan 46-55 tahun masing-masing sebesar 26%. Usia pemulung tergolong

produktif dimana kemampuan dan semangat bekerjanya masih tinggi. Sehingga

sedikitnya dapat membantu pemerintah kota khususnya petugas kebersihan dalam

mengurangi keberadaan sampah di pemukiman maupun jalan.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang dapat mempengaruhi dan mewarnai pola

pikir seseorang mengenai wawasan atau pandangannya dalam melihat dan

menganalisa sesuatu hal. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan

menghantarkan sejauh mana para pemulung dapat memperbaiki kualitas hidupnya.

Umumnya pemulung memiliki pendidikan rendah dari hasil yang diperoleh jumlah

pemulung yang tidak sekolah sebesar 12% (6 orang), tamat SD sebesar 48%

(24 orang), tidak tamat SD sebesar 22% (11 orang) dan tamat SMP sebesar 18%

(9 orang). Keadaan ekonomi yang lemah menyebabkan mereka putus sekolah atau

tidak sekolah sama sekali, sehingga kondisi seperti inilah yang memaksa mereka

untuk menekuni profesi sebagai pemulung.

Page 24: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

63

3. Daerah Asal

Berdasarkan hasil wawancara dengan 50 responden, pemulung yang bekerja

di Jakarta Timur 72% (36 orang) diantaranya merupakan warga pendatang yang

berasal dari Demak, Rangkas Bitung, Tegal, Madura, dan 28% (14 orang) pemulung

merupakan warga asli kota Jakarta (Gambar 12). Sehingga menyebabkan penduduk di

Jakarta semakin padat namun adanya pemulung akan dapat membantu proses

pengurangan sampah yang ada di kota Jakarta khususnya.

Gambar 12. Daerah asal pemulung

4. Lama Bekerja dan pendapatan

Bekerja sebagai pemulung merupakan mata pencaharian pokok mereka,

sedangkan usaha lainnya sebagai sampingan saja, misalnya menjadi kuli bangunan,

kuli panggul di pasar sedangkan wanitanya memiliki kerja sampingan menjadi bibi

cuci. Pada penelitian ini lama kerja atau jumlah waktu kerja dibagi dalam empat

kategori (Tabel 20). Berdasarkan hasil yang diperoleh, 34% pemulung memilih

bekerja dengan waktu yang relatif lebih lama yaitu > 13 jam, 26% bekerja 11-13 jam,

16% bekerja 8-10 jam dan 24% pemulung memilih waktu bekerja 5-7 jam. Para

pemulung berangkat kerja pukul 05.00- 11.30 WIB, istirahat dan sholat kemudian

berangkat lagi pukul 13.00 sampai sore yang tidak tentu waktunya.

Tabel 20 Lama bekerja pemulung dalam mengais hasil pulungan No Lama bekerja (jam) Jumlah individu Persentase

1 5-7 12 24

2 8-10 8 16

3 11-13 13 26

4 > 13 17 34 Sumber data primer yang diolah

Page 25: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

64

Dari hasil wawancara pendapatan rata-rata per bulan yang mereka dapat

bervariasi. Faktor yang cukup berpengaruh terhadap pendapatan pemulung sampah

adalah lamanya waktu yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan bahan

dauran sampah. Berdasarkan hasil yang didapat, 38% menerima pendapatan

Rp 1.000.000-1.500.000. 36% menerima pendapatan Rp 500.000-1000.000 per

bulannya, sisanya 26% pemulung berpendapatan Rp 300.000-500.000. Hubungan

lama waktu kerja dengan pendapatan yang dimiliki dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Keterkaitan Lama Bekerja dengan Pendapatan

5.5 Partisipasi Masyarakat

5.5.1 Nilai Partisipasi Masyarakat Terhadap Lingkungan Dalam Pengelolaan

Sampah Terpadu.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek

terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu

(Lampiran 1). Dalam penelitian ini ada 7 bentuk untuk menilai partisipasi masyarakat

terhadap pengelolaan sampah di lingkungannya, yaitu keikutsertaan memilah sampah,

ketersediaan tempat sampah dirumah, pengetahuan, pendapat warga terhadap

pemisahan sampah organik dan anorganik, hal yang dilakukan jika tempat tinggal

kotor, cara membuang sampah rumah, keikutsertaan dalam kerja bakti. Tingkat

partisipasi warga dalam mengelola sampah dapat dilihat pada Tabel 21.

Bars show Medians

1 2 3 4

lama bekerja

0

1

2

3

pe

nd

ap

ata

n

5-7 jam 8-10 jam 11-13 jam > 13 jam

Rp 300000-500000ket : 1 :

pendapatan

2 :Rp 500000-1000000

3 : Rp 1000000-1500000

Page 26: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

65

Tabel 21 Tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah berdasarkan hasil

sebaran kuisioner No Kategori Tingkat Partisipasi Jumlah Responden Persentase

1 Rendah 1 1,67

2 Sedang 16 26,67

3 Tinggi 43 71,67

Total 60 100

Sumber data primer yang diolah

Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di

Kelurahan Susukan dan Kelurahan Ciracas dalam mengelola sampah berada pada

tingkat tinggi dengan persentase 71,67 %. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama dan

komunikasi yang baik antara RT dengan warganya, berdasarkan pengamatan

langsung, RT dan kader lingkungan sering memberikan penyuluhan tentang

pemanfaatan sampah organik dan anorganik serta penyuluhan tentang lingkungan.

Sedangkan tingkat partisipasi pada masing-masing variabel dapat dilihat pada

Tabel 22.

Tabel 22 Tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan variabel dan hasil sebaran

kuisioner No Variabel Kategori Tingkat Partisipasi Jumlah

Responden Rendah % Sedang % Tinggi %

1 Keikutsertaan Dalam

Kerjabakti

3 5 25 41.6 32 53.3 60

2 Keikutsertaan Memilah

Sampah

15 25 6 10 39 65 60

3 Ketersediaan Tempat

Sampah di Rumah

0 0 34 56.7 26 43.3 60

4 Cara Membuang Sampah

Rumah

6 10 1 1.7 53 88.3 60

5 Hal yang dilakukan Jika

Tempat Tinggal Kotor

0 0 41 68.3 19 31.7 60

6 Pengetahuan warga

tentang TPA

16 26.7 25 41.7 19 31.7 60

7 Pendapat warga terhadap

pemilahan sampah

organik dan anorganik

2 3.3 31 51.7 27 45 60

Sumber data primer yang diolah

Page 27: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

66

Kerja bakti adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing RT

untuk mengajak warganya agar peduli dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan

lingkungan yang bersih di tempat tinggal mereka masing-masing. Setiap RT memiliki

jadwal yang berbeda-beda untuk kerja bakti, adapun kegiatan yang dilakukan dalam

kerja bakti yaitu membersihkan saluran air (got), penanaman, penyapuan dan

pemeliharaan jalan di dalam maupun di luar gang.

Dari hasil kuisioner, sebanyak 3 responden (5%) menjawab tidak pernah

mengikuti kerja bakti, 25 responden (41,7%) menjawab kadang-kadang mengikuti

jika tidak berhalangan hadir dan 32 responden (53,3%) menjawab selalu mengikuti

kegiatan kerja bakti di tempat tinggalnya. Responden yang menjawab tidak pernah

ikut kerja bakti dan menjawab kadang-kadang dikarenakan kesibukan diluar rumah.

Berdasarkan wawancara dengan ketua RT biasanya warga semua aktif kerja bakti

hanya disaat ada perlombaan kebersihan, pada saat menjelang perayaan HUT

Kemerdekaan Republik Indonesia serta jika ada kunjungan instansi terkait kebersihan

lingkungan. Kegiatan kebersihan dalam hal ini kerja bakti masih bersifat momental,

yang berarti warga berperan aktif ketika hari atau moment tertentu saja. Kuatnya

peranan nilai-nilai sosial dalam masyarakat terutama budaya malu, menyebabkan

warga mengusahakan dirinya turut berperan dalam kerja bakti ataupun kegiatan lain

yang melibatkan warga disuatu lingkungan tempat tinggalnya. Perlu diadakan

kerjasama Dinas Kebersihan Provinsi maupun Kabupaten hingga Seksi Kebersihan

tingkat Kelurahan untuk membuat suatu jadual secara rutin mengenai kegiatan

kebersihan lingkungan, bila perlu diberikan sanksi atau denda bagi warga yang tidak

ikut serta dalam kegiatan kebersihan sehingga hasil denda tersebut dapat

dimanfaatkan untuk pengelolaan sampah di tingkat RT.

Warga RT 03/RW 04 dan RT 05/ RW 08 memiliki partisipasi yang baik

dalam memilah sampah. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 22 dimana sebanyak 39

responden (65%) melakukan pemilahan sampah, sisanya 15 responden (25%) tidak

melakukan pemilahan, dan 6 responden (10%) melakukan pembakaran sampah skala

kecil. Adanya warga yang melakukan pembakaran sampah dikarenakan adanya lahan

untuk membakar sampah, dan seringkali warga berpendapat sampah sudah terlalu

Page 28: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

67

lama menumpuk, “dilakukannya pembakaran sampah juga bertujuan untuk mengusir

keberadaan nyamuk cetus salah seorang warga”. Ketua RT juga tidak tinggal diam,

dalam menyikapi hal ini ketua RT sering memberikan teguran bagi warganya yang

melakukan pembakaran sampah walaupun pembakaran sampah yang dilakukan

dalam skala kecil dan teguran juga diberikan bagi warganya yang tidak memilah

sampah. Sikap tegas/bijaksana , berjiwa sosialisasi tinggi dan sikap peduli lingkungan

sangat diperlukan bagi seorang RT dalam membina warganya untuk menciptakan

suatu lingkungan yang bersih dan nyaman. Sikap peduli seorang RT atau pimpinan

terhadap suatu lingkungan, diharapkan dapat berpengaruh terhadap warganya. Hal ini

tercermin dari bapak Maman selaku ketua RT 03/RW 04 dan bapak Sukasno selaku

ketua RT 05/RW 08 yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, beliau bersama

Pepulih lainnya sering memberikan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan selain

itu bapak Sukasno juga mengajak warganya untuk melakukan pemilahan sampah

organik dan anorganik.

Dalam melakukan pemilahan dibutuhkan adanya wadah yang membedakan

sampah organik dan anorganik. Ketersediaan wadah/tempat sampah di lingkungan

rumah sangatlah diperlukan hal ini diharapkan agar masyarakat membiasakan diri

untuk membuang sampah pada tempatnya, walaupun tidak menutup kemungkinan

ada juga sebagian kecil masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada

tempatnya. Berbagai macam jenis tempat sampah yang disediakan oleh RT dan

warga, ada yang berupa kantong plastik, karung beras, kardus, ada juga yang berupa

kotak dari plastik, kayu, semen. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung

terdapat 34 responden (56,7%) menggunakan kantong plastik atau karung beras

sebagai tempat sampah mereka sedangkan sisanya 26 responden (43,3%) tempat

sampah yang dimiliki berupa kotak dari plastik/kayu/semen. Hal ini dapat dikatakan

bahwa tingkat partisipasi warga akan ketersediaan tempat sampah berada pada tingkat

sedang. Lebih banyaknya penggunaan kantong plastik maupun karung sebagai wadah

sampah dikarenakan di daerah lingkungan tempat tinggal mereka telah disediakan

tong sampah organik dan anorganik yang diberikan oleh pihak Kelurahan. Jenis

tempat sampah yang ada dapat dilihat pada Gambar 14.

Page 29: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

68

(a) (b)

(c)

Gambar 14. (a) tempat sampah drum plastik; (b) tempat sampah dari kelurahan;

(c) wadah berupa kantong plastik untuk menampung sampah.

Dalam prosesnya sampah yang berada di rumah warga diangkut ke TPS

kemudian diangkut ke TPA. Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan

masyarakat, peneliti memberikan pertanyaan kepada responden “apakah ibu/bapak

tahu apa TPA dan bagaimana proses sampah di TPA?” dari pertanyaan yang diajukan

16 responden (26.7%) menjawab tidak tahu, 25 responden (41,7%) menjawab tahu,

19 responden (31.7%) menjawab mengerti apa yang dimaksud dengan TPA, dengan

adanya pengetahuan yang dimiliki masyarakat akan TPA, maka masyarakat akan

mengetahui bagaimana proses pengangkutan sampah dari rumah warga sampai ke

TPA dan mengetahui proses sampah berikutnya.

Sebagai konsekuensi dari aktifitas masyarakat sebagai penghasil sampah

maka masyarakat dipungut biaya untuk jasa pelayanan kebersihan, Dari hasil

wawancara dengan bapak RT, warganya bersedia membayar retribusi, walaupun

terkadang tidak tepat waktu dalam membayarnya. Retribusi kebersihan biasanya

digabungkan dengan iuran lain, dengan adanya penggabungan iuran ini mewajibkan

warga untuk membayar iuran kebersihan. Dari data yang diolah 100% responden

Page 30: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

69

menjawab membayar retribusi. Iuran retribusi kebersihan plus kas warga sebesar

Rp 10.000 per bulan.

Lingkungan bersih merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap

lingkungan di tempat tinggalnya. Sumber sampah yang berasal dari masyarakat

sebaiknya dikelola oleh masyarakat yang bersangkutan agar mereka bertanggung

jawab terhadap sampahnya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan

secara langsung, warga di Kelurahan Susukan RW 04 dan Kelurahan Ciracas RW 08

hal yang dilakukan jika lingkungan tempat tinggalnya kotor yaitu 41 responden

(68,3%) membersihkan sendiri,19 responden (31,7%) mengajak tetangga kerja bakti.

Dalam hal ini sangat diperlukan adanya komunikasi sesama warga (tetangga) untuk

bersama membangun dan menciptakan lingkungan yang asri.

Cara warga dalam membuang sampah juga dapat menunjukkan partisipasi

warga dalam menangani sampah yang berada di lingkungan tempat tinggalnya.

Dalam hal membuang sampah, 6 responden (10%) menjawab membuang di tempat

buang sendiri/dibakar, sedangkan 53 responden (88,3%) menjawab dimasukkan ke

dalam wadah lalu diambil petugas dan 1 responden (1,7%) menjawab membuang

sampah ke TPS. Banyaknya responden yang menjawab dimasukkannya sampah

kedalam wadah dikarenakan lokasi TPS yang jauh dan sudah ada petugas kebersihan

yang mengerjakan.

Aspek pemilahan sampah merupakan faktor penting dalam mengurangi

jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA dan akan sangat membantu petugas

kebersihan dalam mengangkut dan mengolah sampah di TPA. Pemilahan sampah

dilakukan dengan menyediakan tong sampah dengan warna yang berbeda.

Berdasarkan data yang diolah sebanyak 31 responden (51,7%) menyatakan sangat

setuju adanya pemilahan organik dan anorganik serta bersedia untuk menerapkan

dalam kehidupannya sehari-hari, 27 responden (45%) menjawab setuju akan kegiatan

pemilahan sampah dan 2 responden (3,3%) tidak setuju terhadap kegiatan pemilahan

dikarenakan sudah menjadi tanggungjawab petugas kebersihan, adanya partisipasi

warga dalam memilah sampah akan sangat membantu petugas kebersihan. Selain

menghemat waktu, kegiatan pemilahan sampah akan memudahkan petugas

Page 31: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

70

pengangkut dalam mengumpulkan sampah dan menambah penghasilan petugas

kebersihan, karena oleh petugas kebersihan di lingkungan RT sampah tersebut dapat

dijual kembali ke lapak.

Gambar 15. Petugas kebersihan di tingkat RT yang memanfaatkan sampah anorganik

untuk dijual ke agen.

5.5.2 Korelasi Antara Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah

Dalam pembahasan berikut ini akan dikemukakan hubungan beberapa

variabel karakteristik masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan

sampah perkotaan. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan metode

Rho-Spearman memperlihatkan tingkat keeratan hubungan yang berbeda dari

masing-masing variabel tersebut. Menurut Santoso, 1999 analisis output SPSS

didasarkan pada penafsiran korelasi sebagai berkut :

1. Adanya tanda pada hasil korelasi akan berpengaruh pada penafsiran hasil.

Tanda negatif pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan

sedangkan positif menunjukkan arah yang sama.

2. Penafsiran korelasi berkenaan juga dengan besaran angka, jika angka

korelasinya berada pada angka 0 maka tidak ada korelasi sama sekali

sedangkan jika angka korelasinya 1 maka korelasi sempurna. Secara

sederhana dapat dikatakan angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan adanya

korelasi yang cukup kuat, sementara jika angka korelasinya dibawah 0,5 maka

korelasi lemah.

Untuk uji signifikasi dilihat pada nilai P value. Jika (p) > 0,05 maka tidak ada

korelasi yang signifikan antara kedua variabel sedangkan (p) < 0,05, maka antara dua

Page 32: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

71

variabel tersebut memiliki korelasi yang siginifikan. Hasil uji korelasi Spearman

menggunakan program software SPSS versi 15.0, hasil uji korelasi Spearman dapat

dilihat pada Lampiran 4.

1. Pendidikan dan Partisipasi

Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam menjalankan pengelolaan

sampah, secara teoritis dapat dikatakan bahwa keterlibatan seseorang dalam suatu

kegiatan baik itu secara fisik maupun mental atau yang dikenal dalam terminologi

partisipasi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal yang

mempengaruhi partisipasi adalah karakteristik individu. Karakteristik yang dipakai

yaitu pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan lama menetap.

Menurut Inkeles (1969) Tingkat pendidikan sangat berhubungan erat dengan

pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka akan semakin luas

juga pengetahuan dan kesadarannya akan masalah-maslah kemasyarakatan. Masalah

kemasyarakatan yang dimaksud misalnya dalam mengelola sampah. Berdasarkan uji

korelasi Spearman di Lampiran 4, antara tingkat pendidikan dan pengetahuan

memiliki angka koefisien korelasi 0,396 (<0,5), artinya dua varibel tersebut saling

berkorelasi. Pendidikan memberikan suatu informasi atau pengetahuan dan

keterampilan untuk bekal hidup dalam masyarakat. Dengan memperoleh pendidikan

diharapkan seseorang dapat semakin memahami kondisi yang terjadi di sekitarnya

atau di lingkungan tempat tinggalnya. Pemahaman tersebut akan memberikan

kesadaran bahwa orang tersebut memiliki peranan dalam menentukan kualitas

interaksi dirinya dengan lingkungan maupun sebaliknya lingkungan dengan dirinya

secara individual. Dari hasil uji korelasi Spearman terdapat hubungan korelasi yang

kuat antara pendidikan dengan partisipasi (keikutsertaan memilah sampah) hal ini

dapat dilihat pada angka korelasi sebesar 0,412 (<0,5) yang artinya antara pendidikan

dan tingkat partisipasi masyarakat dalam memilah sampah saling berkorelasi dan

dilihat dari angka signifikansinya yaitu 0,001 (p<0,01) maka kedua variabel tersebut

memiliki korelasi yang signifikan. Sehingga perlu bagi pemerintah daerah khususnya

secara rutin memberikan penyuluhan dan pemahaman tentang pentingnya menangani

masalah sampah sejak dini dalam upaya menanggulangi banjir.

Page 33: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

72

2. Pekerjaan dan Partisipasi

Dilihat dari hasil uji statistik spearman antara pekerjaan dengan tingkat

partisipasi memiki hubungan perolehan korelasi 0,553 dan Pvalue sebesar 0,000

(p<0,01) pada selang kepercayaan 99%. Warga Kelurahan Susukan sebagian besar

mata pencahariannya yaitu PNS sedangkan warga di Kelurahan Ciracas bergerak di

bidang jasa, sisanya yaitu PNS, pedagang (Lampiran 2) Dengan semakin tingginya

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat melalui gaji yang didapat maka diharapkan

warga dapat berpartisipasi terhadap kebersihan lingkungan.

3. Pendapatan dan Partisipasi

Penghasilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

mengikuti kegiatan di lingkungannya, semakin tinggi penghasilan seseorang maka

semakin banyak partisipasi yang diberikan pada lingkungan tempat tinggalnya

sebaliknya, jika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan

dirinya sendiri maka akan sangat sulit bagi orang tersebut untuk ikut berpartisipasi.

Dari hasi uji statistik perolehan nilai korelasi yang didapat yaitu sebesar 0,604 (>0,5)

dengan Pvalue sebesar 0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat korelasi yang cukup kuat

dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan semakin tinggi juga

partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah dilingkungannya. Menurut King,

1983 ; Isbal 1989 dalam (Dwiyanti 2005) menyatakan bahwa orang yang mempunyai

tingkat sosial ekonomi yang baik mempunyai kecenderungan untuk berpartisipasi

dibandingkan dengan orang yang tingkat sosial ekonominya masih kurang.

4. Lama Menetap dan Partisipasi

Dari hasil uji rank Spearman didapat angka korelasi antara tingkat lama

menetap dengan partisipasi sebesar -0,029 dan nilai (p >0,01) hal ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menetap responden

dengan tingkat partisipasinya. Hasil uji statistik rank Spearman dapat dilihat pada

Lampiran 4. Hal ini dikarenakan warga yang telah lama maupun belum lama menetap

tinggal dilingkungan tersebut memiliki partisipasi yang sama.

Page 34: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

73

5.5.3 Pemanfaatan sampah organik dan anorganik oleh warga

a. Pemanfaatan sampah organik oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan,

Jakarta Timur

Sebagian masyarakat Jakarta Timur memanfaatkan sampah organik dan

anorganik untuk didaur ulang kembali menjadi suatu yang bermanfaat. Misalnya saja

warga di kelurahan Susukan RW 04/RT 03, 07 dan 15 memanfaatkan sampah dapur

dan daun-daunan menjadi kompos. Pemanfaatan sampah menjadi kompos di

RT 03/RW 04 dilakukan oleh bapak Maman sebagai ketua RT 03/RW 04, usaha

kompos yang dikerjakan masih dalam lingkup usaha skala kecil. Dalam mengolah

sampah organik menjadi kompos, bapak Maman menggunakan mesin

penggiling/penghalus sederhana buatannya sendiri sehingga menghemat waktu dan

biaya. Selain itu terdapat juga alat pengaduk kompos untuk meratakan kompos

dengan cairan EM4 (Gambar 16).

(a) (b)

Gambar 16. (a)Saung Kompos Organik miik RT 03/RW 04; (b) Mesin

Penggilingan yang dibuat bapak Maman

Pada Tahun 2007 kelompok wilayah ini pernah terpilih sebagai juara 2 lomba

bina RT Tingkat Kecamatan Ciracas mengenai kebersihan lingkungan. Masyarakat

dapat merasakan manfaat langsung dari kegiatan pemilahan sampah yang telah

dilakukan secara rutin. Dengan adanya kegiatan pengolahan sampah menjadi pupuk

kompos pengetahuan masyarakat akan pemanfaatan sampah organik akan semakin

bertambah. Beliau mengharapkan agar kegiatan pemilahan dapat dilakukan secara

terus menerus melalui proses peningkatan pemahaman sehingga seiring dengan

berjalannya waktu akan merubah sikap dan perilaku masyarakat dalam memandang

Page 35: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

74

sampah. Namun untuk merubah pola pikir, cara pandang dan perubahan sikap

masyarakat diperlukan waktu yang cukup lama, serta sosialisasi secara terus menerus

mengenai pentingnya menciptakan suatu lingkungan yang bersih, nyaman dan

tentram.

Selain pemanfaatan sampah organik menjadi kompos terdapat juga

pemanfaatan sampah anorganik menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual tinggi.

Contohnya saja pemanfaatan sampah anorganik yang dilakukan bapak R uskendi dan

bapak Chandra. Bapak Ruskendi merupakan salah seorang warga RT 07/RW 04 yang

turut berpartisipasi terhadap kepedulian lingkungan khususnya masalah sampah,

beliau juga merupakan sekretaris dari kelompok PAHALA. Dalam lingkungan tempat

tinggalnya bapak Ruskendi memanfaatkan aqua gelas bekas menjadi media tanam

(pot) yang menarik (Lampiran 11), untuk membuat satu pot beliau menggunakan 3-4

aqua gelas. Jenis plastik aqua gelasnya dipilih yang kaku. Harga pot bervariasi sesuai

ukuran, untuk satu pot dijual seharga Rp 5000-10.000. Ukuran pot yang kecil dijual

seharga Rp 5000, sedangkan yang ukuran besar dijual seharga Rp 10.000/pot. Selain

didapat dari lingkungannya sendiri, beliau juga membeli aqua gelas bekas dari

pemulung, 1 kg berisi 80-100 buah aqua gelas bekas dan 1 kg nya dijual pemulung

seharga Rp 10.000, bisa dibayangkan keuntungan yang didapat oleh bapak Ruskendi,

namun disamping itu juga terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu kesulitan

dalam mendapatkan jenis aqua gelas plastik yang kaku serta pemasarannya yang

belum menyebar luas dan persaingan dengan para pengrajin pot yang lain baik dari

segi harga maupun kualitasnya.

Sedangkan bapak Chandra memanfaatkan kertas bekas untuk dijadikan

topeng/ hiasan dinding, dan menghias helm dari kertas yang merupakan usaha dari

bapak Candra (Lampiran 11). Usaha yang dikerjakan masih dalam lingkup usaha

skala kecil, pemasarannya masih sangat terbatas, jika ada kegiatan di Kelurahan

maupun Kecamatan biasanya bapak Chandra diminta hasil karyanya untuk

diperlihatkan sebagai salah satu bentuk contoh pemanfaatan sampah anorganik, selain

itu terdapat juga warga dari daerah lain yang membeli hasil kerajinan tangan milik

bapak Chandra, keberadaan usaha kerajinan tangan milik bapak Chandra ini diketahui

Page 36: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

75

dari mulut ke mulut. dalam proses pembuatannya sangatlah mudah, dan alat yang

digunakan pun sederhana.

b. Pemanfaatan sampah anorganik oleh warga RT 05/RW 08 Kelurahan

Ciracas, Jakarta Timur.

Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas ini diharuskan memilah sampah di

rumah kemudian menyetorkannya ke bank sampah. Selanjutnya di bank sampah,

sampah yang telah dipilah oleh warga dipilah kembali sesuai dengan jenisnya. Warga

membuat Bank Sampah sebagai pusat pengelolaan skala komunal. Bank sampah

dibangun pada bulan April 2007. Tahun 2007 setelah mendapat pelatihan dari PT

Unilever, warga mulai lebih memfokuskan kegiatan daur ulang sampah kering untuk

dijadikan barang kerajinan. Produk kerajinan tas daur ulang yang dibuat warga

rencananya akan ditampung oleh supermarket Carefour. Bahkan diadakan kerjasama

dengan perusahaan daur ulang untuk mengekspor tas khusus untuk laptop ke

Amerika, Australia dan Belanda dalam program mendaur ulang sampah plastik

kemasan untuk dijadikan tas, kelompok ini difasilitasi 2 mesin jahit yang dirancang

oleh Unilever untuk menjahit plastik kemasan tersebut. Pada bulan Desember 2008

bangunan Bank Sampah tersebut dibongkar karena yang punya tanah membangun

rumah. Dibongkarnya Bank Sampah tidak menurunkan niat warga RT 05/ RW 08

untuk terus melakukan kegiatan pemilahan sampah.

Kemasan plastik bekas yang tidak memiliki nilai menjadi bermanfaat dengan

dijadikannya sebagai tas dari bentuk dan ukuran yang bervariasi (besar, sedang, kecil)

serta memiliki keguanaan yang beragam (tas laptop, dompet, tas belanja, tas sekolah,

dan lain-lain), hasil kerajinan tersebut diberi merk “Trashion” harga tas dari plastik

kemasan tersebut dijual dengan harga yang beragam sesuai ukuran gabungan dari

trash (sampah) dan fashion (Lampiran 11). Harga yang dibuat bervariasi sesuai

ukuran tas, tingkat kesulitan dalam membuat dan modal yang dibutuhkan. Ukuran

dompet dijual seharga Rp 25.000, tas ukuran kecil dijual berkisar Rp 40.000-50.000,

tas ukuran sedang/medium dijual seharga Rp 80.000-100.000 dan tas ukuran besar

dijual dengan harga sekitar Rp 120.000-200.000. Adanya pemnfaatan sampah yang

Page 37: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

76

dilakukan oleh warga akan sangat membantu mengurangi timbunan sampah

perkotaaan.

Selain itu terdapat juga pemanfaatan dalam bentuk lain seperti yang dilakukan

oleh bapak Wakir. Bapak Wakir adalah salah seorang ketua RT 07/RW 02 Kelurahan

Ciracas yang memanfaatkan puing-puing bangunan (Lampiran 11). Terbesit dipikiran

bapak Wakir untuk mengajak warganya mengolah kembali puing-puing bangunan

menjadi conblok. Awalnya bapak Wakir hanya ingin mengurangi dana yang

dikeluarkan untuk perbaikan jalan di lingkungan tempat tinggalnya. Namun langkah

ini sangat disambut baik oleh warganya yang sama-sama berniat untuk mengurangi

sisa-sisa puing bangunan.

Ketua RT 07/RW 02 yang akrab dipanggil dengan sebutan pak Wakir ini

ingin mengembangkannya menjadi suatu bisnis, namun kendala dana dan

keterbatasan alat menyebabkan keinginan beliau tertunda sementara waktu.

Pembuatannya tidaklah sulit namun dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian, pertama

kali hal yang dilakukan oleh bapak Wakir dan 4 orang warga yang ikut membantunya

adalah menghaluskan puing-puing bekas tembok bangunan hingga menjadi butiran

yang halus kemudian diperbaiki sifat fisiknya dengan mencampurkan bahan aditif,

setelah tercampur olahan tersebut kemudian di cetak dan dikeringkan. Dalam sehari

dengan 5 orang pekerja dapat menghasilkan 150 conblog. Adanya ide kreatif dan

semangat yang tinggi dalam memanfaatkan kembali sampah menjadi suatu barang

berguna sangat dibutuhkan dalam menangani permasalaham sampah dilingkungan

tempat tinggal masing-masing.

5.5.4 Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan

Dalam suatu lingkungan sangat diperlukan adanya pelopor sebagai penggerak

warga sekitar, khususnya untuk peduli terhadap lingkungan di wilayahnya, dengan

adanya pelopor atau tokoh masyarakat ini diharapkan dapat menanamkan dan

menyebarluaskan budaya hidup bersih dan sehat. Di Jakarta Timur khususnya

Kecamatan Ciracas terdapat sekelompok masyarakat yang peduli terhadap

lingkungan misalnya saja mengenai masalah sampah. Kelurahan Susukan dan

Kelurahan Ciracas merupakan dua kelurahan yang terdapat di Kecamatan Ciracas. Di

Page 38: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

77

dua kelurahan ini terdapat sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan kelompok

peduli lingkungan. Kelompok peduli lingkungan di Kelurahan Susukan RW 04

bernama kelompok Pahala sedangkan di Kelurahan Ciracas kelompoknya bernama

Winarsih. Kedua kelompok ini selalu aktif dalam kegiatan lomba cinta lingkungan.

kedua kelompok peduli lingkungan ini telah beberapa kali mendapat penghargaan

lomba khususnya mengenai lingkungan.

a) Kelompok Pahala

PAHALA (Peduli Sampah Lingkumgan dan Alam) ditetapkan sejak tanggal

11 September 2006, adapun latar belakang dari kelompok yang mereka bentuk ini

adalah adanya impian untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, untuk

mencapai hal tersebut kelompok PAHALA memiliki visi menciptakan lingkungan

yang asri, bersih dan rindang sedangkan misi dari PAHALA yaitu memberdayakan

anggota/masyarakat dalam meningkatkan kepedulian terhadap sampah dan

lingkungan. Untuk mencapai suatu tujuan bersama maka perlu dibentuk pengurus.

Kepengurusan kelompok PAHALA dapat dilihat sebagai berikut:

Ketua : Bpk Alimin

Sekretaris : Bpk H. Ruskendi

Bendahara : Ibu Hj. Soprin

5 Pokja : - Pokja Kompos : Bpk Djuanda dan Bpk Maman

- Pokja Daur Ulang : Bpk Chandra

- Pokja Kemitraan : Sarpiah

- Pokja Agro : Nasan

- Pokja PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) : Ibu Tuti.

PAHALA telah melakukan beberapa kegiatan yang terkait dengan

pengelolaan sampah terpadu yaitu mengikuti pelatihan pembuatan kompos,

memfasilitasi pelatihan pembuatan kompos kepada masyarakat, mengikuti pelatihan

daur ulang kertas, mengikuti pameran, seminar dan lokakarya tentang lingkungan,

studi banding ke Rawa Jati, menggalakan penghijauan lingkungan menyelenggarakan

pendidikan lingkungan bagi siswa/i sekolah dasar dan MDA, serta membuat 10 titik

biopori percobaan di RT 03/RW 04 untuk dikembangkan diwilayah lain. Biopori

Page 39: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

78

merupakan pori-pori berbentuk lubang yang terbentuk oleh aktivitas organisme tanah

dan pengakaran tanaman. Aktivitas organisme tanah inilah yang akan menciptakan

rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan

terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Meningkatnya

kemampuan tanah dalam meresap air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air

di permukaan tanah. Sehingga akan mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi,

karena air dapat diserap langsung ke dalam tanah. Dalam pembuatannya lubang

biopori diisi dengan bahan organik seperti sampah organik rumah tangga dan sampah

daun sehingga aktifitas organisme dalam tanah meningkat dan semakin banyak

rongga-rongga biopori yang terbentuk. Adapun kegiatan pembuatan biopori dapat

dilihat pada Gambar 17.

(a) (b)

Gambar 17. (a) pembuatan lubang biopori; (b) lubang biopori diberi sampah organik

dan dilapisi galas plastik atau paralon.

b) Kelompok Winarsih

1. Sejarah berdirinya

Sebelum kelompok winarsih terbentuk, kondisi lingkungan RT 05/RW 08 ini

masih sangat kumuh dan jumlah penduduknya yang padat menyebabkan

ketidakseimbangan dengan luas wilayah tempat mereka tinggal. Jika hujan turun

sebagian rumah warga yang berada disekitar saluran air terkena banjir. Melihat

kondisi tersebut terbesit oleh bapak ketua RT (Bapak Sukasno 44 tahun) untuk

mencanangkan program pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan di tingkat

RT. Sampah di RT 05 pada waktu itu belum dikelola dengan baik, tanah kosong milik

warga menjadi alternatif pembuangan. Pada tahun 2003 lahan kosong tersebut diubah

Page 40: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

79

fungsinya menjadi saung dan taman untuk balai pertemuan warga. Kelompok

Winarsih (kelompok penghijauan) dibentuk oleh warga RT 05/RW 08 Kelurahan

Ciracas pada tahun 2006, pemberian nama winarsih ini merupakan inisiatif dari

sebagian warga. Winarsih memiliki arti (waspada, inisiatif, nyaman, aman, rapih,

sejuk, indah, hijau) nama Winarsih diambil dari nama ibu RT 05/ RW 08 Kelurahan

Ciracas yang merupakan isteri dari ketua RT.

Gambar 18. Gapura WINARSIH yang berada di RT 05/RW 08

Dibentuknya kelompok penghijauan ini berawal dari warga yang melakukan

pengomposan sederhana, serta memanfaatkan sampah non organik yakni plastik

kemasan untuk diolah dan dimanfaatkan kembali. Program penghijauan ini

mewajibkan setiap rumah untuk memiliki 3 pot tanaman di pekarangan rumah

masing-masing. Sejak saat itu warga RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas mulai

melakukan gerakan Lingkungan Bersih, Sehat dan Hijau (LBSH).

2. Profil Pengurus dan Anggota

Kelompok penghijauan ini dibagi menjadi 10 kelompok kerja, setiap

kelompok membawahi kurang lebih 10 rumah. Masing-masing kelompok memiliki

pengurus yang terdiri dari ketua, bendahara, sekretaris, dan jumlah anggota sebanyak

10 KK. Nama kelompok kecil Winarsih diambil dari nama-nama tanaman hias,

kelompok ini dibuat berdasarkan wilayah sehingga memudahkan koordinasi,

sosialisasi dan pengumpulan sampah. Daftar nama pengurus kelompok kecil di

RT 05/ RW 08 dapat dilihat pada Tabel 23.

Page 41: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

80

Tabel 23 Daftar nama pengurus kelompok kecil dan jumlah anggota kelompok di RT

05/RW 08 Kelurahan Ciracas.

Sumber : Data Tidak Diterbitkan, Data Kependudukan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas

Kader Lingkungan RT 05/RW 08 memiliki tujuan untuk menggerakkan

kesadaran dan partisipasi warga (fasilitator ) dalam kegiatan pengelolaan sampah dan

gerakan penghijauan. Salah satu bentuk pencapaian tersebut adalah membentuk

pengurus utama kelompok winarsih dan pengurus kelompok kecil. Pengurus utama

Kelompok Winarsih terdiri dari :

1. Ibu Winarsih : Penggerak warga

2. Bpk Sukasno ( Ketua RT ) : Penggerak warga

3. Bpk Surachmat : Koordinator 1

4. Bpk Maifal A : Koordinator 2

5. Bpk Ngalimin : Pengangkutan Sampah

6. Bpk Karyadi : Penanggung Jawab Pengomposan

7. Bpk Dedi : Penaggung Jawab Sampah Organik

8. Bpk Handoyo :Penanggung Jawab Daur Ulang Sampah Kering

Pengurus utama dengan dibantu oleh pengurus lainnya bekerjasama dan berupaya

untuk menjalankan program kerja yang dipilih yaitu melakukan pengolahan sampah

dan penghijauan dengan baik.

3. Kegiatan Penghijauan dan Pengolahan Sampah serta Perkembangannya

Kelompok Winarsih telah banyak melakukan kegiatan yang terkait dengan

pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, diantaranya kegiatan pelatihan dan

No Kelompok Ketua Bendahara Sekretaris Jumlah

Anggota

1. Melati Sri Hartini Ibu Aziz Ibu Karyadi 10 KK

2. Mawar Ngadiyah Ibu Suroto Ibu Bambang 10 KK

3. Bougenville Ibu Kikin Atun Ibu Suryaman 10 KK

4. Lidah Buaya Susilowati Ibu Saefudin Ibu Misiani 10 KK

5. Kamboja Nungasuro Martinem Wanti 10 KK

6. Miana Yuli Ibu Joko Ani 10 KK

7. Ginseng Ibu Suyoto Ibu Romlan Andung 10 KK

8. Sedap Malam Ibu Idrus Ibu Kusnadi Maksuni 10 KK

9. Cempaka Ibu Rahman Ibu Handoyo Ibu Rozak 10 KK

10. Bombay Alimun Ibu Suyadip Ibu Nurhadji 10 KK

Page 42: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

81

pendidikan mengenai penghijauan dan pengelolaan sampah. Selain kader lingkungan

RT 05/RW 08 sebagai pembicara, kegiatan pendidikan ini pun mendatangkan

pembicara dari pihak luar seperti dinas pertanian, dinas lingkungan. Adapun

pesertanya yaitu warga RT 05/RW 08 dan tidak menutup kemungkinan terdapat juga

peserta di luar RT 05/RW 08. Kegiatan pelatihan yang pernah dilakukan yaitu

mengolah sampah organik dan anorganik, membuat kompos dan media komposter,

membuat EM4, sedangkan kegiatan yang berkaitan dengan kehutanan yaitu

masyarakat dengan giat melakukan kegiatan penghijauan seperti menanam tanaman

obat dan tanaman hias di halaman rumah mereka dan di tempat umum, selain itu

mereka juga melakukan pengolahan sampah secara mandiri, seperti memilah sampah

dari sumbernya serta memilah sampah organik dan anorganik.

5.6 Permasalahan Serta Pengaruh Usaha Daur Ulang Sampah dan

Pengomposan Terhadap Sistem Pengolahan Sampah Kota.

5.6.1 Permasalahan yang dihadapi dalam usaha daur ulang sampah dan

pengomposan

Sampah sudah menjadi persoalan yang rumit bagi pemerintah dan

instansi-instansi yang terkait di dalamnya, jika tidak dilakukan penanganan maka

akan sulit bagi TPA untuk menampung sampah dalam timbunan volume yang

semakin hari semakin meningkat. Banyak hal yang dilakukan dalam hal menangani

masalah sampah misalnya saja penanganan sampah yang dilakukan oleh warga RW

04 Kelurahan Susukan, warga RW 05 Kelurahan Ciracas dan warga RW 10 Cipinang

Elok mereka melakukan pemanfaatan kembali sampah untuk didaur ulang dan

dijadikan kompos namun apakah pemanfaatan sampah untuk didaur ulang kembali

sudah diterapkan dan dilakukan di seluruh tempat, khususnya di masing-masing RT

Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara

dan pengamatan di lapangan terdapat beberapa masalah yang dihadapi dalam usaha

daur ulang sampah diantaranya sebagai berikut :

1. Terbatasnya dana serta kreatifitas yang dimiliki warga dalam hal

meningkatkan usaha daur ulang sampah dan kemampuan dalam

memasarkan hasil produk daur ulang masih kurang. Belum

Page 43: V. HASIL DAN PEMBAHASAN data Dinas kebersihan Provinsi DKI Jakarta 2008 Berdasarkan data Suku Dinas Kebersihan 2008, dari 10 kecamatan yang terdapat di Jakarta Timur, Kecamatan Makasar

82

maksimalnya sarana dan prasarana yang diberikan untuk mengelola

sampah.

2. Belum seluruhnya warga Jakarta Timur melakukan pemilahan sampah

dan belum maksimalnya penggunaan tong sampah organik dan

anorganik yang disediakan oleh dinas kebersihan.

5.6.2 Pengaruh usaha daur ulang sampah dan pengomposan terhadap sisitem

pengelolaan sampah

Konsep pengelolaan sampah terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan

meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan. Energi baru

yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang

diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium,

gelas, logam dan lain-lain, sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya

dengan pengomposan. Usaha warga dalam meminimalisasi timbunan sampah dengan

cara pengomposan dan mendaur ulang kembali sampah rumah tangga akan sangat

berpengaruh terhadap sistem pengolahan sampah dan sedikitnya dapat mengurangi

volume timbunan sampah serta mengurangi beban petugas kebersihan dalam

mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Dari data timbunan sampah yang terdapat di

Lampiran 8 diuraikan penanganan sampah dalam bentuk daur ulang (4-3R) di Jakarta

Timur yaitu sebesar 354 m3/hari dengan kata lain usaha masyarakat dalam menangani

masalah timbunan sampah akan mengurangi sedikitnya 5,27% per hari dari timbunan

sampah sebesar 6716 m3/hari. Sedangkan penanganan sampah dalam bentuk

pengomposan sebesar 46 m3/hari akan mengurangi sedikitnya 0,68% per hari dari

timbunan sampah sebesar 6716 m3/hari. Dengan adanya kegiatan pengomposan dan

daur ulang sampah anorganik maka biaya operasional pemusnahan sampah dapat

dikurangi. Selain itu juga sampah organik yang dimanfaatkan oleh masyarakat

menjadi kompos mempuyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi

kesuburan tanah (konservasi tanah) dan masyarakat dapat menggunakan kompos

untuk kegiatan penghijauan seperti menanam tanaman obat dan tanaman hias.