v. hasil dan pembahasan 5.1. keadaan masyarakat di … v... · kelurahan labuan bajo, lokasi dan...

65
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di Kawasan Wisata Tanjung Karang Pusentasi 5.1.1. Karakteristik Masyarakat Kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi mencakup empat wilayah yang terdiri atas Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Boneoge, Desa Limboro dan Desa Tovale. Meskipun demikian, hanya penduduk yang terdapat di kelurahan Boneoge yang seluruhnya bermukim di lokasi wisata. Pada wilayah lain seperti kelurahan Labuan Bajo dan desa Limboro penduduk yang bermukim di lokasi wisata masing-masing hanya terdapat pada satu wilayah RT dan Dusun. Untuk kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan tersebut, sedangkan di desa Limboro kegiatan dan lokasi wisata terdapat di dusun Kaluku. Sementara itu, lokasi wisata yang terdapat di desa Tovale yaitu Pusentasi yang berdampingan dengan dusun Kaluku tidak dihuni oleh penduduk. Oleh karena itu, penduduk yang berinteraksi langsung dengan aktifitas pariwisata di kawasan ini hanya terdapat pada tiga wilayah dengan jumlah penduduk sebanyak 761 KK atau 3.353 jiwa. Rincian jumlah penduduk pada masing-masing lokasi wisata dikemukakan pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah penduduk yang bermukim di kawasan wisata. Lokasi Pariwisata KK Jumlah jiwa Laki-laki Perempuan Boneoge 663 2.863 1.447 1.416 Tanjung Karang 39 225 123 102 Kaluku 59 265 137 128 Jumlah 761 3.353 1.707 1.646 Sumber : Data statistik masing-masing desa dan kelurahan, 2006. Penduduk yang bermukim di wilayah ini pada umumnya adalah masyarakat nelayan dan petani dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Tingkat pendidikan masyarakat dikemukakan pada Tabel 10.

Upload: hoangkhuong

Post on 17-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keadaan Masyarakat di Kawasan Wisata Tanjung Karang Pusentasi

5.1.1. Karakteristik Masyarakat

Kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi mencakup empat wilayah

yang terdiri atas Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Boneoge, Desa Limboro dan

Desa Tovale. Meskipun demikian, hanya penduduk yang terdapat di kelurahan

Boneoge yang seluruhnya bermukim di lokasi wisata. Pada wilayah lain seperti

kelurahan Labuan Bajo dan desa Limboro penduduk yang bermukim di lokasi

wisata masing-masing hanya terdapat pada satu wilayah RT dan Dusun. Untuk

kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang

yang merupakan salahsatu RT di kelurahan tersebut, sedangkan di desa Limboro

kegiatan dan lokasi wisata terdapat di dusun Kaluku. Sementara itu, lokasi

wisata yang terdapat di desa Tovale yaitu Pusentasi yang berdampingan dengan

dusun Kaluku tidak dihuni oleh penduduk. Oleh karena itu, penduduk yang

berinteraksi langsung dengan aktifitas pariwisata di kawasan ini hanya terdapat

pada tiga wilayah dengan jumlah penduduk sebanyak 761 KK atau 3.353 jiwa.

Rincian jumlah penduduk pada masing-masing lokasi wisata dikemukakan pada

Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah penduduk yang bermukim di kawasan wisata.

Lokasi

Pariwisata KK

Jumlah

jiwa Laki-laki Perempuan

Boneoge 663 2.863 1.447 1.416

Tanjung Karang 39 225 123 102

Kaluku 59 265 137 128

Jumlah 761 3.353 1.707 1.646

Sumber : Data statistik masing-masing desa dan kelurahan, 2006.

Penduduk yang bermukim di wilayah ini pada umumnya adalah

masyarakat nelayan dan petani dengan tingkat pendidikan yang relatif masih

rendah. Tingkat pendidikan masyarakat dikemukakan pada Tabel 10.

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

36

Tabel 10. Pekerjaan dan tingkat pendidikan responden masyarakat lokal.

Pekerjaan Tingkat pendidikan Jumlah

(orang) SD SMP SMA PT

Nelayan 25 2 0 0 27

Petani/peternak 10 5 0 0 15

Dagang 1 3 4 0 8

Sopir/Ojek 3 3 0 0 6

Guru/PNS 0 0 3 3 6

Buruh/Pertukangan 3 2 0 0 5

Jasa 1 1 1 0 3

Jumlah 43 16 8 3 70

Berdasarkan informasi yang dikemukakan pada Tabel 10 diatas terlihat

bahwa sebagian besar responden yaitu 61,4 % memiliki tingkat pedidikan sekolah

dasar, selebihnya 22,9 % berpendidikan sekolah lanjutan pertama, 11,4 %

sekolah lanjutan tingkat atas, dan sisanya 4,3 % berpendidikan tinggi. Bila

mengamati kondisi masyarakat yang terdapat di kawasan ini, yang sebagian besar

memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dapat dikemukakan bahwa potensi

sumberdaya manusia yang terdapat dikawasan wisata ini masih tergolong rendah.

Sebagaimana halnya dengan masyarakat yang mendiami desa-desa pesisir

lainnya, sebagian besar masyarakat di wilayah penelitian ini memiliki pekerjaan

sebagai nelayan. Seperti yang dikemukakan pada Tabel 10, sebagian besar

responden masyarakat lokal memiliki pekerjaan atau mata pencaharian pokok

sebagai nelayan.

Dari 70 responden masyarakat lokal yang diwawancarai, terdapat 27

orang atau sebesar 38,6 % memiliki mata pencaharian pokok sebagai nelayan,

dan sejumlah 15 orang atau sebesar 21,4 % memiliki mata pencaharian pokok

sebagai petani. Sisanya memiliki mata pencaharian pokok sebagai pedagang,

sopir/penarik ojek, pegawai negeri, buruh/pertukangan, dan jasa. Disamping

pekerjaan pokok tersebut, mereka juga memiliki pekerjaan atau mata pencaharian

sampingan. Hal ini dilakukan disamping untuk kepentingan menambah

penghasilan keluarga, juga disebabkan karena rata-rata mereka memiliki lahan,

yang dapat ditanami tanaman-tanaman tertentu seperti jagung, ubi kayu, pisang,

dan tanaman sayuran.

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

37

Bagi masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, kegiatan sampingan

dilakukan pada saat tidak melaut, terutama pada saat terjadinya musim barat

dimana mereka tidak dapat melakukan pekerjaan sebagai nelayan. Informasi yang

diperoleh pada saat wawancara dan diskusi kelompok, kegiatan sampingan

masyarakat nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disamping bertani

adalah bekerja sebagai buruh pelabuhan dan bangunan di kota Donggala, dan

sebagian diantaranya memanfaatkan peluang dari aktifitas pariwisata yang

berlangsung di wilayah ini (Tabel 11).

Tabel 11. Pekerjaan dan kelompok usia responden masyarakat lokal.

Pekerjaan Usia responden (tahun)

Jumlah

20-30 31-40 41-50 51-60 61-70

Nelayan 5 10 7 5 0 27

Petani/peternak 2 5 5 2 1 15

Dagang 1 2 2 2 1 8

Sopir/Ojek 2 2 1 1 0 6

Guru/PNS 1 2 2 1 0 6

Buruh/Pertukangan 1 2 2 0 0 5

Jasa 1 1 1 0 0 3

Jumlah 13 24 20 11 2 70

Usia responden masyarakat lokal bervariasi mulai dari usia 20 tahun

hinga 70 tahun. Pada Tabel terlihat bahwa informan yang berusia 20 – 30 tahun

sebesar 18,6 %, usia 31 – 40 tahun sebesar 34,3 %, usia 41 – 50 tahun sebesar

28,6 %, usia 51 – 60 tahun sebesar 15,7 %, dan usia 61 – 70 tahun sebesar 2,9 %.

Berdasarkan komposisi umur tersebut terlihat bahwa responden yang memiliki

usia antara 20 – 60 tahun, sebagai kelompok usia produktif, jumlahnya mencapai

97,1 %, sedangkan yang memiliki usia antara 61 – 70 tahun hanya sebesar 2,9 %.

Pekerjaan utama dari kelompok usia produkstif adalah nelayan,

pertanian/peternakan, dagang, sopit/penarik ojek, guru, dan buruh. Sedangkan

penduduk yang telah memiliki usia yang tua/kurang produktif memilih pekerjaan

sebagai peternak dan dagang yang relatif kurang membutuhkan tenaga yang

besar.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

38

5.1.2. Perekonomian Masyarakat

Masyarakat yang mendiami kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi,

seperti halnya masyarakat di wilayah lainnya, mengembangkan sistem

perekonomian berdasarkan karakter wilayah dan potensi sumberdaya yang

tersedia. Perekonomian masyarakat di kawasan ini bertumpu pada dua kegiatan

yaitu pertanian/peternakan dan perikanan. Kegiatan pertanian yang dilakukan

oleh masyarakat pada umumnya berladang dan membuka perkebunan rakyat,

serta sebagian kecil diantaranya menjalankan usahatani padi sawah dengan sistim

irigasi desa dan padi ladang. Kegiatan pertanian dan perkebunan yang dilakukan

oleh masyarakat dikemukakan pada Tabel 12.

Tabel 12. Kegiatan pertanian dan perkebunan yang dimiliki oleh masyarakat

(Ha).

Desa/Kelurahan Jenis tanaman pertanian Jenis tanaman perkebunan

Padi Jagung Kelapa Cacao

Boneoge 0 4 102 6

Labuan Bajo 0 0 175 0

Limboro 40 10 120 17

Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka, 2006

Kegiatan perkebunan nampaknya lebih mendominasi kegiatan penduduk

di wilayah ini, karena memang sejak dahulu daerah (Sulawesi Tengah) ini

dikenal sebagai penghasil tanaman perkebunan, terutama kelapa. Tanaman

kelapa bagi masyarakat di wilayah ini merupakan kegiatan utama untuk

pemenuhan kesejahteraannya, sementara tanaman lainnya yang dilakukan dengan

kegiatan berladang merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari (subsisten) sambil menunggu panen buah kelapa yang biasanya berlangsung

setiap 3-4 bulan. Keadaan tersebut juga merupakan gambaran dari aktifitas

pertanian masyarakat yang bermukim di lokasi kawasan wisata Tanjung Karang

Pusentasi (Tanjung Karang, Boneoge, dan Dusun Kaluku). Kegiatan pertanian

dan jenis tanaman yang diusahakan oleh masyarakat di kawasan wisata ini

dikemukakan pada Tabel 13.

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

39

Tabel 13. Kepemilikian lahan dan jenis tanaman yang diusahakan oleh

masyarakat.

Kelurahan/

Desa

Lokasi Kepemilikan

Lahan (ha)

Jenis tanaman

yang diusahakan

Boneoge Boneoge 0,25 – 2 Tanaman tahunan : kelapa dan coklat.

Tanaman semusim : padi ladang,

jagung, ubi kayu, pisang, serta

tanaman-tanaman hortikultura seperti

cabe, tomat dan sayuran.

Labuan Bajo Tanjung

Karang

0,25 – 2

Limboro Dusun Kaluku 0,25 – 3

Disamping mengelola lahan untuk kegiatan bercocok tanam, masyarakat

juga memelihara ternak sebagai usaha sampingan untuk meningkatkan

kesejahteraannya. Jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat disajikan pada

Tabel 14. Meskipun hanya sebagai usaha sampingan, namun usaha peternakan ini

sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging di wilayah

ini dan sebagai tabungan masyarakat yang sewaktu-waktu dapat dijual bila

mereka membutuhkan dana untuk berbagai keperluan yang mendesak.

Tabel 14. Jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat di wilayah penelitian.

Desa/Kelurahan Jenis ternak

Sapi Kambing Ayam Buras

Boneoge 123 195 659

Labuan Bajo 54 55 270

Limboro 194 152 639

Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka, 2006

Dibidang perikanan, desa-desa yang terdapat diwilayah penelitian ini

merupakan penghasil ikan laut yang cukup besar bagi kecamatan Banawa.

Sementara Kecamatan Banawa sendiri merupakan penghasil ikan terbesar untuk

wilayah Kabupaten Donggala. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Donggala

(2002), dari 8 kecamatan yang memiliki wilayah perairan laut di Kabupaten

Donggala, Kecamatan Banawa merupakan penyumbang terbesar hasil tangkapan

ikan di kabupaten ini. Pada tahun 2002 kontribusi penangkapan ikan laut di

wilayah perairan Kecamatan Banawa terhadap total produksi di Kabupaten

Donggala adalah sebesar 20,33%.

Jenis peralatan penangkapan ikan yang dimiliki oleh masyarakat di

wilayah ini adalah jala rumpon, pukat pantai dan gill net. Adapun sarana

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

40

transportasi perikanan yang dimiliki adalah perahu/kapal motor bermesin dan

sejumlah perahu tanpa mesin (Tabel 15).

Tabel 15. Peralatan penangkap ikan dan sarana transportasinya di wilayah

penelitian.

Desa/

Kelurahan

Peralatan penangkap ikan Sarana transportasi

perikanan

Jala

rumpon

Pukat

pantai Gill Net

Kapal/

Perahu

motor

Perahu

Tak

Bermotor

Boneoge 6 15 20 12 20

Labuan Bajo 0 0 8 5 10

Limboro 0 12 8 0 5

Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka, 2006

Meskipun terdapat berbagai peralatan nelayan berupa perahu motor dan

peralatan lainnya, namun kegiatan perikanan yang dilakukan oleh sebagian besar

masyarakat merupakan kegiatan perikanan skala kecil dengan menggunakan

peralatan sederhana berupa pukat, pancing, dan panah. Penggunaan pukat pantai

dan panah biasanya dilakukan oleh masyarakat untuk menangkap ikan-ikan

karang yang terdapat disekitar kawasan wisata atau tempat-tempat lainnya

dimana terdapat banyak gugusan karang.

Kemampuan nelayan di kawasan ini untuk menangkap ikan dengan

menggunakan panah dan harus menyelam tanpa menggunakan alat cukup

terkenal disekitar kawasan ini, terutama di Teluk Palu dan perairan Kabupaten

Donggala bagian barat. Hal ini dikarenakan mereka, terutama nelayan yang

berasal dari Kelurahan Boneoge, mampu melakukan penyelaman dalam waktu

yang cukup lama, jauh melebihi kemampuan rata-rata nelayan yang terdapat di

sekitarnya.

Hasil yang diperoleh dalam menangkap ikan-ikan karang biasanya sekitar

30 – 50 ekor sekali melaut dengan harga jual sekitar Rp. 5.000,- sampai Rp.

10.000,- per ikat. Sedangkan untuk penggunaan pancing biasanya ditujukan

untuk menangkap ikan-ikan dasar dan permukaan yang biasanya dilakukan oleh

nelayan dengan menggunakan perahu tanpa motor.

Penangkapan ikan oleh nelayan dengan menggunakan pancing,

diantaranya adalah kegiatan yang disebut dengan panambe. Kegiatan panambe

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

41

ini merupakan kegiatan nelayan memancing ikan Julung-julung yang dalam

bahasa daerah disebut dengan bau (ikan) tampai. Ikan ini merupakan ikan

permukaan yang biasanya terdapat disekitar gugusan karang antara bulan April

hingga September, di kawasan ini terutama terdapat di perairan sekitar dusun

Kaluku dan sebagian kecil wilayah Boneoge.

Kegiatan panambe yang dilakukan oleh nelayan dalam menangkap ikan

ini biasanya dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota sekitar 3

sampai 5 orang. Hasil tangkapan yang mereka dapatkan kemudian dimasak

dengan cara pengasapan, yang sebelumnya dijepit dengan menggunakan bambu,

dimana setiap jepitannya berjumlah 20 ekor. Setiap minggu masing-masing

keluarga nelayan dapat menghasilkan sekitar 50 – 150 jepitan ikan ini dengan

harga jual antara Rp. 5000,- sampai Rp. 10.000,- setiap jepitannya

Kegiatan ekonomi lainnya yang dilakukan oleh masyarakat, meskipun

tidak menjadi kegiatan utama, adalah menenun kain sarung dari benang sutera

dengan menggunakan alat tenun tradisional. Kegiatan ini biasanya dilakukan

oleh kaum perempuan yang dilakukan disela-sela aktifitas mengurus

rumahtangga dan kegiatan pertanian. Setiap sarung diselesaikan dalam waktu

sekitar 1 – 2 bulan dengan harga jual per sarung sekitar Rp. 250.000,- sampai Rp.

300.000,-. Hingga saat ini masyarakat hanya menghasilkan tenunan dalam

bentuk sarung meskipun terbuka peluang untuk menghasilkan produk yang lain

dalam bentuk cindera mata karena mereka berada pada lokasi kegiatan

pariwisata. Hal ini, menurut masyarakat, karena keterbatasan keterampilan yang

dimiliki untuk menghasilkan produk tersebut.

Disamping aktifitas yang dikemukakan tersebut, masyarakat juga

menangkap peluang usaha yang dihasilkan oleh berkembangnya aktifitas

pariwisata di kawasan ini. Diversifikasi usaha ekonomi yang mereka lakukan

merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan

memanfaatkan waktu-waktu tertentu ketika mereka tidak melakukan aktifitas

utamanya baik sebagai nelayan maupun bertani. Gambaran tentang pemanfaatan

waktu mereka dalam melakukan aktifitas ekonomi dikemukakan pada Tabel 16.

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

42

Tabel 16. Kalender aktifitas masyarakat di kawasan wisata Tanjung Karang

Pusentasi

Waktu

(bulan ke)

Lokasi dan aktifitas masyarakat

Dusun Kaluku Boneoge Tanjung Karang

Bulan 11 - 12 Musim tanam (notuja)

padi ladang.

- Melakukan

penangkapan ikan

karang.

- Mengelola kebun

- Melakukan

penangkapan ikan

karang.

- Melakukan

kegiatan usaha di

lokasi wisata.

- Mengelola kebun.

Bulan 11 - 3

- Melakukan

penangkapan ikan

karang.

- Mengelola ladang

dan kebun

- Menenun kain

Bulan 4 - 10 - Melakukan

kegiatan Panambe

- Mengelola ladang

dan kebun

- Menenun kain

- Melakukan

kegiatan

menangkap ikan

dengan pancing

dan pukat serta

kegiatan Panambe

- Mengelola kebun

- Kegiatan

menangkap ikan

dengan pancing

dan pukat.

- Melakukan

kegiatan usaha di

lokasi wisata.

- Mengelola kebun.

Bulan 4 – 5 Musim panen padi

ladang (noisi/nokato)

Hari libur dan

hari-hari

besar

Membuka warung,

menjual hasil

tankapan ikan, dan

penyewaan/ojek

perahu di Pusentasi

Membuka warung,

dan menjual hasil

tangkapan ikan

kepada wisatawan

lokal.

Berdasarkan hasil pemetaan aktifitas tersebut terlihat bahwa meskipun

sebagian besar masyarakat di kawasan ini memiliki pekerjaan pokok sebagai

nelayan dan petani, tetapi terdapat beberapa perbedaan aktifitas ekonomi pada

masing-masing lokasi. Hal ini disebabkan karena disamping terdapat perbedaan

potensi sumberdaya pada masing-masing lokasi juga disebabkan karena intensitas

kegiatan pariwisata yang berbeda pada masing-masing lokasi tersebut.

Masyarakat yang bermukim di dusun Kaluku melakukan aktifitas yang

lebih beragam dibanding lainnya. Sepanjang tahun, selain melakukan kegiatan

sebagai nelayan, mereka juga melakukan kegiatan pertanian ladang dengan

menanam padi lokal. Hal ini dilakukan karena di wilayah ini masih terdapat

lahan yang memungkinkan untuk ditanami padi ladang karena kondisi tanah dan

topografi lahannya yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Kegiatan menanam padi ladang ini dilakukan oleh masyarakat hanya

diperuntukan bagi kebutuhan lokal masyarakat setempat.

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

43

Sedangkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata hanya

mereka lakukan pada hari-hari libur dengan membuka warung dilokasi Pusentasi.

Berbeda halnya dengan masyarakat yang bermukim di Boneoge dan Tanjung

Karang, dimana kegiatan pertanian yang dapat mereka lakukan hanyalah

perkebunan kelapa dan kebun untuk tanaman buah-buahan dan sayuran.

Kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan pariwisata secara intensif hanya

dilakukan oleh mereka yang bermukim di Tanjung Karang, sedangkan di

Boneoge hanya dilakukan ketika hari libur.

5.2. Persepsi, Partisipasi, dan Keinginan Masyarakat Terhadap Pariwisata

5.2.1. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat

Persepsi masyarakat lokal terhadap kegiatan pariwisata di kawasan wisata

pantai Tanjung Karang Pusentasi, terutama yang berkaitan dengan ada tidaknya

manfaat yang diberikan oleh pariwisata terhadap kehidupan masyarakat

dikemukakan pada Tabel 17.

Tabel 17. Persepsi responden terhadap keberadaan kegiatan pariwisata saat ini

Pekerjaan

Persepsi

Jumlah Bermanfaat

Tidak

bermanfaat

Tidak

tahu

Nelayan 13 11 3 27

Petani/peternak 7 7 1 15

Dagang 7 1 0 8

Sopir/Ojek 5 1 0 6

Guru/PNS 4 2 0 6

Buruh/Pertukangan 4 1 0 5

Jasa 3 0 0 3

Jumlah 43 23 4 70

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 70 orang responden

masyarakat lokal di lokasi penelitian, seperti terlihat pada tabel tersebut,

menunjukan bahwa sebagian besar (61,43 %) responden masyarakat lokal

menyatakan bahwa kegiatan pariwisata memberikan manfaat bagi masyarakat.

Namun demikian, masih terdapat sekitar 32,86 % responden yang menyatakan

pariwisata tidak memberikan manfaat bagi masyarakat di wilayah ini, sedangkan

sebagian kecil lainnya (5,71 %) menyatakan tidak tahu. Responden yang

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

44

menyatakan bahwa pariwisata memberikan manfaat, pada umumnya adalah

mereka yang memiliki aktifitas usaha yang berhubungan langsung dengan

kegiatan pariwisata, disamping pekerjaan pokoknya sebagai petani dan nelayan.

Aktifitas usaha yang dilakukan adalah berupa pekerja/penyedia sarana

penginapan, warung, transportasi wisata (perahu), pemandu wisata dan

penyedia/penyewaan sarana rekreasi lainnya seperti tikar, ban, dan kacamata

renang.

Pandangan masyarakat dan beberapa stakeholder lainnya yang berkaitan

dengan manfaat dan kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata disajikan

pada Tabel 18.

Tabel 18. Persepsi stakeholder tentang manfaat dan kerugian dari kegiatan

pariwisata

Persepsi

Masyarakat

lokal

Aparat

Pemerintah

Pengusaha

Pariwisata LSM

Jumlah jawaban

Manfaat kegiatan pariwisata

Membuka peluang pekerjaan 36 6 4 2

Menambah pendapatan 30 6 4 1

Mendorong kemajuan desa 23 4 3 1

Memperkenalkan budaya lokal 21 4 4 0

Lingkungan menjadi baik/bersih 21 3 3 1

Dapat menjual hasil usaha 11 0 0 0

Desa menjadi terkenal 8 0 0 0

Kerugian kegiatan pariwisata

Merusak moral 41 2 0 1

Mengganggu kegiatan nelayan 27 1 0 1

Mengancam kepemilikan lahan 23 2 0 1

Kerusakan lingkungan 19 1 0 2

Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 18 tersebut terlihat

bahwa kegiatan pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar

bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan memperlihatkan

bahwa manfaat yang paling banyak dinyatakan (51,43 %) oleh masyarakat lokal

adalah terciptanya peluang pekerjaan/usaha serta meningkatkan pendapatan.

Terdapat tiga hal yang secara spontan dikemukakan oleh masyarakat berkaitan

dengan kepentingan ekonomi mereka yaitu terbukanya lapangan pekerjaan,

menambah pendapatan, dan pemasaran dari hasil usaha perikanan mereka dapat

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

45

lebih terbuka. Sejalan dengan pandangan masyarakat, stakeholder lainnya juga

menyatakan bahwa kegiatan pariwisata dapat memeberikan manfaat ekonomi,

sosial, dan lingkungan. Seluruh informan yang berasal dari aparat pemerintah,

pengusaha pariwisata, dan LSM menyatakan kegiatan tersebut dapat membuka

peluang pekerjaan bagi masyarakat, diversifikasi usaha masyarakat, dan pada

akhirnya akan memberikan tambahan pendapatan.

Pada saat tertentu, yaitu sekitar bulan Nopember hingga Januari

masyarakat yang bekerja sebagai nelayan hampir tidak dapat turun melaut karena

cuaca yang tidak memungkinkan. Oleh karena itu pada saat-saat seperti ini

mereka melakukan pekerjaan diluar perikanan seperti buruh pelabuhan dan

bangunan. Bagi mereka yang memiliki kesempatan untuk menjalankan usaha

yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata setidaknya dapat memperoleh

tambahan pendapatan meskipun tidak dapat melaut.

Sebanyak 42,86 % responden masyarakat lokal menyatakan bahwa

kegiatan pariwisata dapat memberikan tambahan pendapatan. Berdasarkan

informasi yang diperoleh, baik pada saat wawancara maupun pada diskusi

kelompok terungkap bahwa disaat cuaca tidak memungkinkan untuk melaut,

mereka masih bisa mendapatkan hasil perikanan dari sekitar gugusan karang

yang terdapat didepan obyek wisata Tanjungkarang. Namun, saat ini kegiatan

tersebut tidak dapat lagi dilakukan oleh masyarakat karena gugusan karang ini

telah menjadi lokasi penyelaman yang dilakukan oleh para wisatawan.

Beberapa manfaat yang dikemukakan diatas merupakan sesuatu yang

seharusnya diperoleh masyarakat disekitar lokasi kawasan wisata karena

pengembangan kegiatan kepariwisataan di suatu lokasi diharapkan dapat

memberikan efek positif bagi masyarakat, khususnya masyarakat lokal, dalam

bentuk pendapatan dan kesempatan kerja (Pitana dan Gayatri, 2005; Liu dan

Wall, 2006; Ross dan Wall, 1999; UNEP, 2002a). Bahkan bila pengelolaan

pariwisata yang dilakukan berjalan dengan sistim pengelolaan yang baik, dan

dengan melibatkan semua unsur masyarakat maka akan menjadikan sumber

pendapatan yang dapat berlangsung terus menerus (Scheyvens, 1999).

Disamping manfaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat lokal,

kegiatan pariwisata juga dapat memberikan manfaat bagi pemerintah dalam

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

46

bentuk devisa dan peningkatan pendapatan pemerintah (Pitana dan Gayatri,

2005). Pendapatan pemerintah inilah yang diharapkan akan memberikan

sumbangan bagi kemajuan pembangunan daerah dan tentu saja akan berakibat

positif bagi kemajuan desa/kelurahan yang menjadi lokasi kegiatan

kepariwisataan. Hal ini jelas terungkap didalam wawancara yang dilakukan

dengan masyarakat serta dalam pelaksanaan diskusi kelompok terfokus yang

dilakukan di lokasi penelitian. Seperti yang tertera pada Tabel dimuka bahwa

salahsatu manfaat yang diharapkan oleh masyarakat (32,86 %) adalah kemajuan

bagi desa tempat tinggal mereka.

Meskipun demikian, menurut sebagian tokoh masyarakat dan aparat

pemerintah pada tingkat desa, kegiatan pariwisata yang telah berlangsung di

wilayah ini belum banyak memberikan sumbangan bagi kemajuan desa. Hal ini

disebabkan karena redistribusi pendapatan yang diperoleh pemerintah tidak

sepenuhnya ditujukan kepada pengembangan desa dan masyarakat di lokasi

wisata tersebut.

Berkembangnya kegiatan pariwisata diharapkan juga dapat meningkatkan

pengenalan dan pemahaman orang-orang luar (wisatawan) terhadap budaya

masyarakat di suatu lokasi yang dikunjungi. Menurut masyarakat lokal dan

stakeholder lainnya pada kawasan wisata Tanjungkarang-Pusentasi bahwa

kegiatan pariwisata yang berlangsung dapat menjadi sarana untuk

memperkenalkan budaya lokal. Dikembangkannya atraksi budaya sebagai produk

wisata yang ditawarkan kepada para wisatawan diharapkan dapat menjadi

wahana memperkenalkan, memelihara, dan mendorong masyarakat untuk

mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan lokal.

Berkaitan dengan pengembangan atraksi budaya tersebut, Spillane (1987)

menyatakan bahwa kegiatan pariwisata dapat menggairahkan perkembangan

kebudayaan asli, bahkan dapat juga menghidupkan kembali unsur kebudayaan

yang sudah hampir dilupakan. Selanjutnya, Damanik dan Weber (2006)

mengemukakan bahwa aspek sosial budaya juga merupakan sesuatu yang penting

bagi suatu daerah tujuan wisata, karena pengalaman budaya di daerah tujuan

menjadi salahsatu daya tarik yang diperhitungkan oleh wisatawan. Selanjutnya

dikemukakan bahwa sekitar 42 persen wisatawan Inggris mengatakan informasi

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

47

kondisi sosial, ekonomi, dan politik lokal merupakan basis pertimbangan untuk

memilih destinasi dan 37 persen mengatakan pentingnya menjalin interaksi

dengan masyarakat setempat.

Manfaat lainnya yang juga dikemukakan oleh masyarakat adalah yang

berkaitan dengan kondisi lingkungan (30 %). Kondisi lingkungan yang

dimaksudkan adalah menyangkut kebersihan dan keindahan lingkungan

pemukiman, serta kebersihan dan keindahan pantai. Dikemukakan bahwa kondisi

lingkungan pemukiman dan pantai saat ini sangat jauh berbeda dengan

keadaannya ketika kegiatan pariwisata belum intensif seperti saat ini, terutama di

Tanjungkarang.

Pada beberapa tempat tertentu, khususnya di desa Boneoge, kebersihan

dan keindahan pantai masih kurang tertata dengan baik. Hal ini disebabkan

karena hanya sebagian kecil wilayah desa ini yang dimanfaatkan sebagai lokasi

wisata, walaupun hampir sepanjang desa memiliki potensi wisata yang cukup

baik karena memiliki pantai yang berpasir putih. Salahsatu kendala dalam

penataan lokasi ini adalah karena padatnya rumah sebagai tempat pemukiman

nelayan, utamanya di desa Boneoge. Melalui diskusi kelompok dan wawancara

yang dilakukan terhadap masyarakat di desa ini juga terungkap keinginan mereka

untuk menata kondisi ini, meskipun masih ada kekhawatiran bila suatu saat

mereka akan kehilangan lahannya ketika lokasi ini juga sudah berkembang.

Disamping pemahaman tentang lingkungan yang terbatas pada aspek

penataan pemukiman, sebagian masyarakat dan stakeholder lainnya juga

mengemukakan tentang manfaat kegiatan pariwisata terhadap lingkungan alam.

Dikemukakan bahwa keadaan ini tidak berdiri sendiri sebagai sesuatu yang

dipengaruhi langsung oleh kegiatan pariwisata tetapi merupakan suatu rantai

proses sebab-akibat antar berbagai manfaat tersebut.

Manfaat ekonomi yang diperoleh dari kegiatan pariwisata akan

mendorong masyarakat untuk tetap melestarikan budaya lokal dan menjaga

kondisi lingkungan alam, karena keduanya merupakan sumberdaya ekonomi

yang dimiliki oleh suatu lokasi pariwisata. Bila penanganan terhadap kedua aspek

tersebut berlangsung dengan baik maka manfaat ekonomipun akan diperoleh.

Selanjutnya juga dikemukakan bahwa terpeliharanya budaya lokal akan sangat

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

48

bermanfaat bagi terpeliharanya kondisi lingkungan alam, karena masyarakat

memiliki akar budaya yang kuat dalam bentuk tata aturan pemanfaatan potensi

sumberdaya alam yang baik.

Manfaat langsung yang juga dikemukakan oleh masyarakat adalah

pemasaran langsung hasil usaha berupa hasil pertanian, perikanan, kerajian, dan

masakan yang diproduksi oleh masyarakat lokal. Mereka dapat langsung

memasarkan hasil pertanian mereka, terutama buah-buahan, dan hasil olahan

makanan yang biasanya dikonsumsi oleh wisatawan lokal pada hari-hari libur.

Sebagian besar olahan makanan merupakan hasil pertanian dan perikanan yang

dihasilkan oleh masyarakat lokal. Keadaan ini merupakan manfaat ganda

(Spillane, 1987) yang didapatkan oleh masyarakat dari adanya kegiatan

pariwisata.

Selain memberikan manfaat, juga terdapat beberapa kerugian atau akibat-

akibat negatif dari berkembangnya kegiatan pariwisata di wilayah ini.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat lokal, seperti

yang tertera pada Tabel 18, akibat-akibat negatif yang terjadi dan sudah menjadi

kekhawatiran masyarakat adalah berkaitan dengan moral, status kepemilikan

lahan, konflik pemanfaatan sumberdaya, dan gangguan terhadap lingkungan.

Masalah moral merupakan hal yang sangat mendapat perhatian masyarakat

(58,57 %). Berdasakan penjelasan masyarakat, baik pada saat wawancara maupun

ketika dilakukan diskusi kelompok, terungkap bahwa persoalan moral yang

dimaksud adalah berkaitan dengan etika, tatakrama, adat istiadat dan juga

hubungan-hubungan sosial antar sesama masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Agusniatih (2002) di wilayah ini juga

mendapatkan bahwa dampak negatif dari kegiatan pariwisata menurut masyarakat

adalah kerusakan moral pada generasi muda, yang terutama disebabkan oleh

adanya wisatawan mancanegara. Kebiasaan wisatawan mancanegara yang suka

berjemur dan berenang dengan menggunakan pakaian minim, menurut

masyarakat akan mempengaruhi moral masyarakat, terutama kaum mudanya. Hal

inilah yang oleh Yoeti (1987) dinyatakan sebagai ”kebiasaan jelek” para

wisatawan yang sering mengakibatkan kegoncangan didalam masyarakat dan

membuat masyarakat setempat menderita.

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

49

Selanjutnya, Cohen (1984) dalam Pitana dan Gayatri (2005)

mengemukakan bahwa terdapat beberapa pengaruh pariwisata terhadap sosial

budaya masyarakat lokal, diantaranya dampak terhadap organisasi/kelembagaan

sosial masyarakat, ritme kehidupan sosial masyarakat, hubungan antar personal,

adat istiadat yang kemudian menyebabkan terjadinya penyimpangan-

penyimpangan sosial. Demikian pula halnya dengan masyarakat di wilayah

penelitian, keadaan seperti itu mungkin saja terjadi ketika perkembangan kegiatan

pariwisata dilihat sebagai sebuah peluang ekonomi yang terlepas dari

kepentingan dan kontrol masyarakat lokal yang memiliki budaya gotongroyong,

termasuk dalam urusan-urusan yang berkaitan dengan kepentingan ekonominya.

Akibatnya terjadi perubahan hubungan-hubungan sosial didalam masyarakat.

Dalam hal ini, menurut Mathieson dan Wall (1982) dalam Pitana dan Gayatri

(2005) pariwisata telah mengubah struktur internal masyarakat yang

mengakibatkan terjadinya pembedaan antara mereka yang memiliki hubungan

dengan pariwisata dan mereka yang tidak.

Pengalaman masyarakat dalam beberapa kegiatan yang merupakan hasil

rancangan pihak luar baik pemerintah maupun swasta sering menciptakan konflik

kecil diantara masyarakat ketika pihak diluar memanfaatkan salahsatu atau

beberapa anggota masyarakat untuk membawa kepentingan pihak luar. Dalam

kaitan dengan dengan keadaan tersebut, seperti tergambar dalam diskusi

kelompok, mereka mengharapkan bahwa diperlukan komunikasi yang lebih baik

dan terbuka antara berbagai pihak dalam merencanakan dan mengembangkan

program yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat, termasuk juga

pengembangan pariwisata.

Akibat negatif lainnya yang dapat terjadi adalah terganggunya

kepemilikan lahan masyarakat (38,57 %). Hasil wawancara dan diskusi kelompok

dengan masyarakat terungkap bahwa bergesernya status kepemilikan lahan yang

diakibatkan oleh kuatnya tuntutan untuk lebih mengembangkan kegiatan

pariwisata. Pada satu sisi perkembangan kegiatan pariwisata dapat meningkatkan

kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat, tetapi disisi lain memarginalkan

masyarakat dari aktifitas tersebut, terutama bagi mereka yang tidak memiliki

modal yang cukup. Penelitian yang dilakukan oleh Agusniatih (2002) di lokasi ini

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

50

juga mengungkapakan bahwa sebagian masyarakat di wilayah ini enggan untuk

terlibat didalam kegiatan pariwisata karena memberikan dampak yang negatif

bagi mereka. Kegiatan pariwisata menurut mereka suatu saat akan menggusur

lahan pertanian dan pemukiman yang mereka miliki saat ini.

Kehadiran pariwisata telah menimbulkan kekhawatiran (32,86 %) akan

hilangnya akses mereka terhadap sumberdaya yang terdapat disekitar wilayah

pemukiman masyarakat. Kasus pelarangan terhadap masyarakat untuk

mengambil ikan yang terdapat di gugusan karang didepan lokasi wisata

Tanjungkarang telah menjadi pengalaman buruk bagi masyarakat tentang

pengembangan pariwisata. Karenanya, dalam wawancara dan diskusi kelompok

dengan masyarakat selalu terungkap harapan mereka agar kondisi tersebut tidak

terjadi pada lokasi yang lain seperti di Boneoge dan Dusun Kaluku.

Berkembangnya kegiatan pariwisata, dapat memberikan keuntungan bagi

lingkungan bila dikelola dengan pendekatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip

pelestarian sumberdaya alam. Potensi alam yang merupakan salahsatu daya tarik

bagi wisatawan semestinya tetap dijaga keasliannya. Bila mengamati keadaan

pariwisata di daerah ini, jelas terlihat bahwa atraksi utama yang diharapkan oleh

wisatawan adalah kondisi lingkungan yang masih alami. Hal ini terutama berlaku

bagi wisatawan mancanegara yang memanfaatkan suasana lingkungan tropis

untuk mengisi masa liburannya.

Pada disisi lain, seperti juga terjadi pada beberapa kawasan wisata lainnya

di Indonesia, keadaan lingkungan yang bersifat alami kadang tergeser oleh

kepentingan pembangunan sarana pariwisata (Marpaung, 2002). Padahal

degradasi lingkungan yang terjadi di kawasan pariwisata, disaat meningkatnya

jumlah wisatawan yang menyukai keindahan alam dan kesadaran akan

lingkungan, dapat menurunkan jumlah wisatawan yang berkunjung pada suatu

kawasan wisata tertentu (Lawrence, 1994). Masyarakat lokal di kawasan wisata

ini (27,14 %) juga melihat bahwa kegiatan pariwisata telah menberikan akibat

yang negatif bagi lingkungan.

Partisipasi masyarakat lokal merupakan suatu bagian yang penting dalam

menjamin keberlanjutan kegiatan pembangunan, termasuk juga kegiatan

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

51

pariwisata (Garrot, 2003). Keadaan partisipasi masyarakat dalam kegiatan

pariwisata di Tanjung Karang Pusentasi dikemukakan pada Tabel 19.

Tabel 19. Matriks partisipasi masyarakat dan stakeholder lainnya di Kawasan

Wisata Tanjungkarang Pusentasi

Stakeholder

Jenis /

Bentuk kegiatan

Ma

syara

ka

t lo

kal

Pen

gu

sah

a p

ari

wis

ata

Din

as

pa

riw

isa

ta

Pem

erin

tah

des

a/k

elu

rah

an

LS

M /

KS

M

Kel

om

po

k t

an

i/n

elay

an

Ka

ran

g T

aru

na

PK

K/D

asa

Wis

ma

Kel

om

po

k a

risa

n

Kel

om

po

k p

eng

aji

an

Lem

ba

ga

ad

at

Pengelolaan kawasan

wisata

Perencanaan lokasi

Wisata - √ √ √ √ - - - - - -

Pengembangan produk - √ √ - - - - - - - -

Pemasaran wisata - √ √ - - - - - - - -

Pengelolaan pintu

masuk lokasi

√ - - - √ - √ - - - -

Pengelolaan usaha

Akomodasi - √ √ - - - - - - - -

Pondok peristrahatan √ - √ - - - - - - - -

Transportasi wisata √ √ -

Penyediaan suvenir - √ - - - - - - - - -

Jasa penyediaan

konsumsi

- √ - - - - - - - -

Pemandu wisata - √ - - √ - - - - - -

Penyediaan sarana

rekreasi

√ √ - - - - - - - - -

Berdagang makanan √ - - - - - - - - - -

Monitoring dan evaluasi

kepariwisataan

- √ √ √ √ - - - - - -

Keterangan : Tanda √ menandakan adanya keterlibatan/partisipasi.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata setidaknya berkaitan

dengan dua hal yaitu peran masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan

pembagian manfaat dari kegiatan pariwisata (McIntosh dan Goeldner, 1986

dalam Ying dan Zhou, 2007). Bagi masyarakat lokal yang berada di kawasan

wisata Tanjungkarang Pusentasi, kedua hal tersebut nampaknya belum

sepenuhnya dapat diperoleh. Pada Tabel 23 terlihat bahwa partisipasi masyarakat

lokal masih terbatas pada kegiatan usaha tertentu yang mampu mereka lakukan

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

52

berdasarkan sumberdaya yang dimiliki. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat lokal sebagai usaha untuk menambah pendapatan keluarga adalah

penyediaan sarana rekreasi (ban untuk pemampung renang, kacamata renang, dan

tikar), berdagang makanan yang dilakukan pada hari-hari libur ketika lokasi

wisata ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal, pondok peristirahatan, dan

berdagang makanan.

Kegiatan usaha seperti penyediaan akomodasi (penginapan), penyediaan

suvenir, jasa penyediaan konsumsi belum dapat dilakukan oleh masyarakat lokal.

Keadaan ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan masyarakat baik

dari aspek permodalan maupun keterampilan untuk mengembangkan usaha-usaha

tersebut. Beberapa informan masyarakat lokal yang melakukan usaha penyewaan

sarana rekreasi dan berdagang makanan bagi kepentingan wisatawan lokal,

menyatakan bahwa yang mereka lakukan saat ini hanyalah sebuah usaha yang

dilakukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena dibangun

dengan modal yang sangat terbatas dan mereka tidak memiliki keterampilan

untuk mengembangkan usaha lainnya.

Dari gambaran yang dikemukakan tersebut terlihat bahwa peran

masyarakat dalam menjalankan usaha pariwisata di kawasan wisata ini pada

umumnya masih sangat rendah, meskipun juga diakui bahwa pada lokasi

Tanjungkarang peran masyarakat dalam menjalankan usaha sudah terbangun.

Namun, beberapa peran lainnya seperti perencanaan pengembangan lokasi

wisata, pengembangan produk dan pemasaran masih sepenuhnya ditangani oleh

pemerintah dan pihak swasta. Keadaan ini menyebabkan potensi produk yang

mungkin dimiliki oleh masyarakat lokal tidak dapat tergali dengan baik.

Sebuah hasil studi yang pernah dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata pada tahun 2003, yang dikemukakan oleh Suranti (2005),

diperoleh kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan daerah

tujuan wisata di Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan karena belum

adanya ketentuan yang jelas dan rinci mengenai keterlibatan masyarakat dalam

pengembangan daerah tujuan wisata, yang ada hanyalah berupa himbauan agar

masyarakat diikutsertakan dalam upaya pengembangan tersebut. Seperti halnya

yang terjadi di wilayah penelitian, konsep partisipasi masyarakat masih berupa

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

53

arahan kebijakan (Disparsenibud Donggala, 2002), tanpa adanya penjelasan

persyaratan, tata cara dan tahapan pelaksanaannya (Suranti, 2005).

Gambar 6. Salahsatu kegiatan usaha masyarakat di Tanjung Karang.

Bila kita mencermati keadaan yang berkembang pada kawasan wisata ini,

seperti yang telah diuraikan diatas, terlihat bahwa terdapat dua tingkatan

partisipasi yang telah terjadi ditengah masyarakat. Disatu sisi, berkaitan dengan

konsep dan rencana pengembangan kawasan wisata posisi masyarakat beserta

organisasi lokal yang dimilikinya masih berada pada tingkatan partisipasi yang

terendah dimana masyarakat hanya mendapatkan pemberitahuan (informing),

yang oleh Pretty (1994) dalam Pleumaron (1997) dinyatakan sebagai partisipasi

pasif. Pada posisi ini masyarakat masih ditempatkan sebagai penerima informasi

dari pihak luar. Adapun proses yang dilakukan hanya bersifat formalitas sebagai

suatu syarat yang mungkin harus dilakukan dan komunikasi yang terjadi bersifat

satu arah. Namun pada sisi lain, masyarakat telah mengambil inisiatif untuk ikut

didalam proses untuk mendapatkan manfaat dari berkembangnya kegiatan

pariwisata tersebut.

Keadaan yang terakhir tersebut, bila dikaitkan dengan konsep tingkatan

partisipasi yang dikemukakan oleh Pretty (1994) dalam Pleumaron (1997) berada

pada tingkatan dimana masyarakat sudah mulai masuk pada partisipasi untuk

mendapatkan insentif material. Tingkatan ini masih sangat riskan karena

didalamnya, biasanya, tidak terjadi proses belajar yang dapat membangun

kekuatan masyarakat, dan akibatnya bila aktifitas yang menjadi tempat

bergantung masyarakat terhenti maka akan sangat mempengaruhi kehidupan

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

54

mereka. Oleh karena itu maka proses yang harus dilakukan adalah meningkatkan

partisipasi masyarakat kepada tingkatan yang lebih bersifat fungsional dimana

mereka dapat membangun kekuatan bersama melalui pengembangan kelompok

atau organisasi lokal yang dapat membangun inisiatif, ataupun merespon inisiatif

dari luar dengan posisi tawar yang cukup kuat.

Sehubungan dengan keadaan yang dikemukakan tersebut, diperlukan

suatu upaya untuk membangun kapasitas organisasi lokal yang dimiliki oleh

masyarakat dengan melibatkan mereka didalam proses kegiatan kepariwisataan di

kawasan ini. Pengembangan kapasitas ini penting untuk meningkatkan kekuatan

organisasi lokal dalam proses pengambilan keputusan pemanfaatan sumberdaya

alam dan budaya untuk kepentingan pariwisata, dimana efektifitas pengelolaan

sumberdaya tergantung kepada kekuatan organisasi tersebut dan hanya dapat

dilakukan bila didukung oleh semua pihak terutama pemerintah (Pomeroy, 1995).

5.2.2. Keinginan Masyarakat Dalam Pengelolaan Pariwisata

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi kelompok yang dilakukan pada

masyarakat lokal di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi terlihat bahwa

mereka memiliki keinginan untuk dapat berperan aktif dalam pengelolaan

pariwisata. Harapan masyarakat yang berkaitan dengan peran mereka dalam

pengelolaan pariwisata tersebut dikemukakan pada Tabel 20.

Tabel 20. Keinginan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata

Unsur Peran masyarakat

Atraksi alam dan budaya - Perancangan produk/atraksi wisata

- Pengelolaan produk/atraksi wisata

Usaha jasa - Penyediaan homestay

- Penyediaan konsumsi wisatawan

- Penyediaan souvenir

- Penyediaan jasa transportasi

- Penyediaan jasa pemanduan

Informasi wisata - Penyediaan informasi produk wisata

- Pembuatan pedoman wisata bagi wisatawan

Promosi Bersama pemerintah dan swasta melaksanakan

pameran/expo untuk kepentingan pariwisata

Organisasi dan kelembagaan Pelibatan organisasi dan kelompok masyarakat yang

telah ada dalam pengelolaan pariwisata, yang

mencakup aspek perencanaan, pengawasan, dan

evaluasi.

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

55

Berdasarkan informasi yang dikemukakan pada Tabel diatas terlihat

bahwa masyarakat lokal memiliki keinginan untuk dapat berpartisipasi didalam

pengelolaan kegiatan pariwisata di kawasan ini. Peran yang diharapkan tidak

sekedar ikutserta didalam aktifitas berjualan makanan dan penyediaan sarana

rekreasi bagi wisatawan lokal seperti yang ada saat ini, tetapi juga peran-peran

strategis dalam kaitannya dengan proses pengembangan dan pengelolaan

pariwisata. Peran-peran strategis yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan

perencanaan dan pengelolaan produk-produk wisata berupa atraksi wisata yang

didasarkan pada potensi alam dan budaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat,

pengelolaan informasi yang berkaitan dengan potensi wisata dan pedoman bagi

wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata, dan keterlibatan didalam

pengelolaan pameran dan pesta budaya.

Keinginan masyarakat tersebut didasarkan pada potensi pariwisata yang

terdapat di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi. Hasil diskusi kelompok

dan pemetaan/inventarisasi potensi yang dilakukan secara partisipatif

memperlihatkan bahwa masyarakat memiliki pandangan yang cukup luas tentang

potensi atraksi wisata yang dapat dikembangkan. Pandangan masyarakat

berkaitan dengan potensi pariwisata di kawasan ini dikemukakan pada Tabel 21.

Tabel 21. Potensi atraksi wisata yang terdapat di kawasan wisata Tanjung

Karang Pusentasi.

Lokasi Potensi

Aksesibilitas Alam Budaya

Tanjung

Karang

- Pemandangan alam

- Pantai pasir putih

- Terumbu karang

- Tracking

Pembuatan barang

kerajinan dari kayu

dan tempurung

kelapa.

Berjarak ± 3 km dari

kota Donggala dan ±

37 km dari kota Palu .

Mudah dijangkau

oleh semua jenis

kendaraan.

Boneoge - Pemandangan alam

- Pantai pasir putih

- Sunset

- Tracking

- Kegiatan panambe

yang dilakukan oleh

nelayan.

- Produk masakan hasil

laut.

- Pembuatan barang

kerajian dari kayu dan

tempurung kelapa.

Berjarak ± 5 km dari

kota Donggala.

Beberapa lokasi

tertentu di desa ini

hanya dapat

dijangkau dengan

berjalan kaki dan

menggunakan perahu.

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

56

Kaluku dan

Pusentasi

- Pemandangan alam

- Sumur Air Laut

- Pantai pasir putih

- Terumbu karang

- Sunset

- Tracking

- Kegiatan panambe

yang dilakukan oleh

nelayan.

- Kegiatan nontanu.

- Kegiatan nompaura.

- Kegiatan pertanian

beserta prosesi

adatnya.

- Pembuatan barang

kerajian dari kayu,

bambu, dan

tempurung kelapa.

Berjarak ± 10 km dari

kota Donggala.

Lokasi wisata yang

terdapat di dusun

Kaluku hanya dapat

dijangkau dengan

kendaraan roda dua.

Saat ini sedang

dilakukan proses

pembangunan jalan.

Pengelolaan pariwisata di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi yang

berlangsung saat ini masih menitikberatkan pada pemanfaatan potensi alam

sebagai daya tariknya, sementara potensi budaya masyarakat belum mendapatkan

perhatian yang serius. Melalui diskusi kelompok yang dilakukan, terungkap

beberapa pertanyaan dan sekaligus merupakan keinginan masyarakat yang

berkaitan dengan peluang aktifitas pertanian, perikanan, dan beberapa kegiatan

budaya yang mereka lakukan sebagai bagian dari aktifitas pariwisata.

Dikemukakan bahwa hingga saat ini belum ada aktifitas yang dilakukan oleh

wisatawan untuk melakukan perjalanan (tracking) melewati atau bahkan

mengunjungi lokasi-lokasi pemukiman, kebun, dan ladang yang mereka miliki.

Hal ini sebenarnya dapat membuka peluang masyarakat sebagai ”pemilik” segala

potensi lokal untuk mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan pariwisata

(Damanik dan Weber, 2006).

Kondisi alam yang terdapat di kawasan ini, sangat memungkinkan untuk

dilakukannya pengembangan kegiatan wisata lintas alam. Jarak antara Tanjung

Karang dengan Pusentasi sekitar 5 - 7 kilometer dengan melewati wilayah

Kelurahan Boneoge dan dusun Kaluku dimana terdapat kebun dan ladang milik

penduduk dengan pemandangan alam yang cukup baik dapat dikembangkan

untuk kegiatan tersebut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan diskusi

dengan masyarakat, terdapat beberapa pilihan-pilihan jalur yang dapat

dikembangkan baik melalui wilayah perbukitan, menyusuri bibir pantai yang

melewati berbagai aktifitas nelayan ataupun kombinasi antara keduanya dapat

dikembangkan di kawasan ini.

Page 23: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

57

Dikembangkannya berbagai jalur seperti yang dikemukakan dimuka

menyebabkan aktifitas wisatawan, terutama wisatawan lokal, tidak hanya datang

untuk sekedar melihat tetapi terbangun sebuah proses pendidikan yang dapat

memberi pemahaman kepada wisatawan tentang pentingnya alam dan potensinya

bagi masyarakat. Apabila kegiatan seperti ini dapat dikembangkan sebagai

salahsatu atraksi maka masyarakat akan memperoleh kesempatan yang lebih

besar untuk ikut terlibat didalamnya. Disamping bermanfaat untuk membangun

komunikasi dan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat berdasarkan

”sentuhan” lokal, kegiatan ini juga dapat memberi pengenalan dan pemahaman

wisatawan terhadap alam dan budaya setempat. Pembahasan tentang potensi

budaya ini akan dikemukakan pada bagian berikut dari tulisan ini.

Pengembangan peran masyarakat seperti yang dikemukakan dimuka,

merupakan bentuk dari keterlibatan masyarakat secara penuh didalam

pengelolaan pariwisata di kawasan ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya

untuk membangun mekanisme yang memungkinkan bagi masyarakat untuk dapat

berperan didalamnya (Tabel 22).

Tabel 22. Pandangan masyarakat tentang mekanisme peran mereka dalam

pengelolaan pariwisata

Unsur Mekanisme

Atraksi alam dan

budaya

- Masyarakat menggali dan merumuskan beberapa potensi alam dan

budaya yang dapat dikembangkan menjadi produk wisata.

- Masyarakat secara berkelompok memproduksi atraksi wisata

berdasarkan potensi alam dan budaya tersebut dengan bimbingan

pemerintah, swasta, LSM, dan pihak lainnya yang berkepentingan.

Usaha jasa - Masyarakat menata pemukiman dan rumah mereka agar bagi yang

berkeinginan dapat dikembangkan menjadi rumah penginapan

wisatawan.

- Masyarakat mengembangkan resep makan dengan bahan lokal bagi

wisatawan.

- Menggali dan memproduksi kembali barang kerajinan yang pernah

dibuat oleh masyarakat sebagai souvenir dan peralatan makan

wisatawan.

- Menfungsikan perahu nelayan sebagai sarana transportasi wisata.

- Pemanfaatan warga masyarakat lokal sebagai pemandu wisata.

Informasi wisata - Masyarakat bersama pihak terkait lainnya melakukan inventarisasi,

dokumentasi, penyebarluasan informasi potensi wisata alam dan

budaya.

- Masyarakat bersama pihak lainnya menyusun pedoman bagi

Page 24: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

58

wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Tanjung Karang

Pusentasi.

Promosi - Masyarakat berperan dalam merancang dan melaksanakan pesta

budaya baik yang dilakukan atas inisiatif masyarakat maupun

kegiatan yang sudah dijadualkan oleh pemerintah.

- Masyarakat berperan dalam upaya memasarkan produk wisata.

Organisasi dan

kelembagaan

- Penguatan terhadap organisasi dan kelompok masyarakat yang

sudah ada.

- Membangun mekanisme kerjasama antar kelompok-kelompok

masyarakat yang terdapat pada masing-masing desa dengan

pemerintah, swasta, LSM, dan pihak lainnya yang berkepentingan.

Mekanisme yang diharapkan oleh masyarakat lokal seperti yang

dikemukakan pada Tabel diatas dimaksudkan agar mereka dapat memperoleh

manfaat ekonomi dari kegiatan pariwisata serta memiliki kontrol terhadap

pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya yang dimilikinya. Mekanisme proses

yang dikembangkan pada masing-masing unsur diatas menjadikan masyarakat

akan terlatih untuk melakukan penggalian (assessment) terhadap potensi dan

peluang pasar wisata serta proses perencanaan pengembangan usaha dibidang

pariwisata. Disamping itu, upaya penguatan organisasi lokal serta membangun

komunikasi dan kerjasama antara organisasi dan kelompok masyarakat dengan

pihak lainnya akan memperkuat partisipasi masyarakat lokal, karena

keikutsertaan masyarakat secara institusi atau organisasi akan lebih efektif dan

berlanjut daripada keikutsertaan individu (Upphoff, 1987 dalam Brandon, 1993).

Pengembangan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata di

kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi, seperti yang dikemukakan oleh

masyarakat diatas, masih mengalami beberapa kendala dalam implementasinya.

Meskipun demikian, dari hasil diskusi kelompok terfokus dikemukakan beberapa

permasalahan yang merupakan kendala dalam pengembangan peran tersebut.

Permasalahan tersebut seperti yang dikemukakan pada Tabel 23 berikut.

Page 25: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

59

Tabel 23. Permasalahan yang dihadapi masyarakat lokal dalam pengelolaan

pariwisata

Unsur dan peran masyarakat Permasalahan

Atraksi alam dan budaya

- Perancangan produk/atraksi

wisata

- Pengelolaan produk/atraksi wisata

- Benturan kepentingan antara kegiatan

pariwisata dengan kegiatan ekonomi

masyarakat lokal dan mengancam akses

masyarakat terhadap sumberdaya.

- Keterampilan rendah.

- Tidak ada dorongan dari pemerintah.

- Pembangunan pariwisata yang lebih

menekankan pada aspek fisik.

Usaha jasa

- Penyediaan homestay

- Penyediaan konsumsi wisatawan

- Penyediaan souvenir

- Penyediaan jasa transportasi

- Penyediaan jasa pemanduan

- Keterampilan rendah

- Kekurangan modal

- Tidak ada dukungan pemerintah

Informasi wisata

- Penyediaan informasi produk

wisata

- Pembuatan pedoman wisata bagi

wisatawan

- Keterampilan rendah

- Tidak ada dukungan pemerintah

- Akses masyarakat terhadap informasi

pengembangan pariwisata masih rendah.

Promosi

Bersama pemerintah dan swasta

melaksanakan pameran/expo untuk

kepentingan pariwisata

Tidak ada dukungan pemerintah

Organisasi dan kelembagaan

Pelibatan organisasi dan kelompok

masyarakat yang telah ada dalam

pengelolaan pariwisata, mencakup

aspek perencanaan, pengawasan,

dan evaluasi.

- Tidak ada mekanisme yang jelas dari

pemerintah tentang keterlibatan organisasi

dan kelompok masyarakat.

- Sikap pemerintah yang lebih berpihak kepada

pengusaha.

Hasil diskusi kelompok seperti yang dikemukakan pada Tabel 23

memperlihatkan bahwa meskipun terdapat keinginan kuat masyarakat untuk

berperan aktif dalam pengelolaan pariwisata namun keinginan tersebut belum

dapat sepenuhnya terpenuhi karena masih terdapat berbagai permasalahan.

Permasalahan yang utama adalah dukungan kebijakan pemerintah, permodalan,

dan keterampilan masyarakat. Beberapa responden masyarakat lokal

mengemukakan bahwa mereka mengembangkan usaha yang dapat dilakukan

dengan modal dan keterampilan seadanya seperti membuka warung kopi, rumah

Page 26: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

60

makan, dan penyewaan tikar dan ban untuk keperluan wisatawan, terutama

wisatawan lokal.

Salah seorang responden mengemukakan bahwa usaha warung kopi dan

pisang goreng yang dimilikinya sudah berlangsung sekitar 2 tahun dengan

penghasilan antara Rp. 30.000,- sampai Rp. 50.000,- per hari. Sementara itu,

pemilik usaha warung makan yang terdapat di Tanjungkarang (satu-satunya

warung makan yang terdapat di Kawasan Tanjungkarang Pusentasi)

mengemukakan bahwa kegiatannya mengelola warung makan di lokasi wisata ini

dapat memberikan pendapatan rata-rata Rp. 200.000,- sampai Rp. 300.000,- per

minggu, yang dapat digunakan secukupnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari

dan kebutuhan sekolah anak-anaknya. Untuk usaha penyawaan tikar, ban, dan

kacamata renang, mereka dapat memperoleh pendapatan antara Rp. 150.000,-

sampai Rp. 200.000,- per minggu dari usaha tersebut. Berdasarkan pengakuan

responden bahwa usaha ini yang sementara dapat mereka lakukan untuk

menambah penghasilan yang terbatas dari kegiatan keluarga sebagai nelayan dan

dengan keterampilan yang masih terbatas.

5.3. Kearifan Sosial Budaya Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya

Alam

Penduduk yang bermukim di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi

sebagian besar merupakan masyarakat lokal etnik Kaili dengan dialek Unde.

Oleh karena itu maka tatanan sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat di

wilayah ini adalah tatanan sosial budaya masyarakat Kaili yang sangat

menghargai hubungan antar sesama manusia dan hubungan antara manusia dan

alam sekitarnya. Hubungan antara manusia dan alam sekitarnya, dalam

pandangan masyarakat, tidak hanya sekedar hubungan fungsional semata,

dimana alam berfungsi memberikan kehidupan bagi manusia, tetapi memiliki

hubungan yang sangat luas mencakup aspek sosial budaya dan religiusitas

(Nugraha dan Murtijo, 2005).

Hubungan-hubungan yang diyakini oleh masyarakat dengan alam

sekitarnya biasanya diimplementasikan kedalam sikap keseharian mereka dalam

memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Dalam hal ini, sebagian

masyarakat di Kawasan Tanjung Karang Pusentasi (sebagaimana masyarakat

Page 27: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

61

Kaili pada umumnya) menerapkan hal tersebut kedalam pola pemanfaatan lahan

dengan berbagai kepentingannya. Pola pemanfaatan lahan oleh masyarakat

dikemukakan pada Tabel berikut.

Tabel 24. Pola pemanfaatan lahan pada masyarakat Kaili di Tanjung Karang

Pusentasi

Pola pemanfaatan

dan kepemilikan Deskripsi Vegetasi Pemanfaatan

Ngapa

(Perorangan dan

komunal)

Wilayah yang

diperuntukan bagi

pemukiman.

Tanaman buah,

sayuran, dan

tanaman obat.

Perumahan dan

prasarana

masyarakat.

Pampa

(Perorangan)

Lahan kebun atau

ladang yang ditanami

tanaman berumur

pendek.

Umbi-umbian,

jagung, tanaman

sayuran, dan

tanaman obat.

Subsisten, sebagai

penyanggah

kehidupan sebelum

talua berproduksi.

Talua

(Perorangan)

Lahan kebun yang

ditanami tanaman yang

berumur panjang.

Kelapa, cokelat,

kopi, tanaman

jangka panjang

lainnya, dan padi

ladang (umur pada

ladang ± 6-7

bulan).

Kebutuhan jangka

panjang, termasuk

kebutuhan pangan

tahunan.

Ova

(Perorangan dan

komunal)

Lahan hutan bekas

kebun yang telah

mengalami masa bera.

Tanaman keras

terutama buah-

buahan, tanaman

kayu, dan belukar.

Cadangan lahan

dan produksi buah-

buahan lokal.

Pangale

(Komunal)

Hutan yang pernah

dimanfaatkan atau

dikelola tetapi telah

pulih kembali.

Tanaman kayu,

rotan, dan berbagai

jenis lainnya

Produksi rotan,

tanaman obat, dan

perburuan satwa

Olo

(Adat)

Wilayah hutan yang

sama sekali tidak dapat

dikelola

Tanaman kayu dan

berbagai vegetasi

lainnya

Sumber mata air

dan perlindungan

alam.

Pola pemanfaatan lahan masyarakat di kawasan ini, merupakan pola

pemanfaatan tradisional yang yang sudah digunakan oleh masyarakat sejak lama.

Meskipun aturan tentang pemilikan lahan telah diatur oleh pemerintah melalui

kebijakannya, namun dalam beberapa hal seperti yang dikemukakan pada tabel

diatas pola pemanfaatannya masih diatur oleh kesepakatan masyarakat,

terutamam yang berkaitan dengan lahan yang dikelola secara komunal dan adat.

Melalui diskusi kelompok dikemukakan bahwa sebagai besar lahan yang dimiliki

secara perorangan oleh masyarakat lokal saat ini adalah lahan yang diwariskan

Page 28: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

62

secara adat kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan pemukiman dan

kebutuhan ekonomi masyarakat. Lahan komunal merupakan lahan yang dimiliki

secara kelompok dan dimanfaatkan serta diatur penggunaannya oleh kelompok.

Pengelolaan secara kelompok ini dikenal dengan sebutan nosialampale.

Sementara itu, kepemilikan lahan secara adat dilakukan untuk mengatur

penggunaan lahan agar kepentingan masyarakat dan kepentingan pelestarian alam

dapat berjalan seimbang.

Kegiatan pelestarian alam dilakukan oleh masyarakat selain untuk

kepentingan cadangan untuk kebutuhan masa depan juga ditujukan untuk

melindungi tata air bagi suatu lokasi tertentu. Pada beberapa desa di Kecamatan

Banawa, termasuk di kawasan ini, terdapat lokasi yang dilindungi oleh

masyarakat melalui mekanisme adat. Suatu lokasi tertentu yang dilindungi selain

dikeramatkan juga dikuti oleh aturan-aturan tertentu yang mengikat dan harus

ditaati oleh masyarakat. Resiko yang akan ditanggung bila melanggar, disamping

sanksi adat yang diberikan juga diyakini akan menyebabkan bencana berupa

gangguan hama tanaman, banjir, hilangnya sumber air, dan dapat pula

menyebabkan timbulnya wabah penyakit yang menimpa masyarakat.

Keseimbangan dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam ini, selain

di aktualisasikan dalam pola pemanfaatan lahan, juga dilakukan oleh masyarakat

dalam pengelolaan lahan pertanian. Kegiatan pertanian dilakukan oleh

masyarakat dengan menggunakan mekanisme yang sama dengan umumnya

berlaku pada masyarakat lainnya. Meskipun demikian, bagi masyarakat Kaili di

kawasan ini, proses pengelolaan lahan pertanian dilakukan dengan

menggabungkan teknik pertanian dan prosesi adat yang dianut dan diyakini

manfaatnya oleh masyarakat. Mekanisme pengelolaan usahatani yang dilakukan

oleh masyarakat dikemukakan pada Tabel 25.

Page 29: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

63

Tabel 25. Tatacara masyarakat dalam pengelolaan usahatani.

Tahap

pengelolaan

Kegiatan Deskripsi

Penyiapan lahan Nompepoyu Penentuan lokasi usahatani yang tepat agar

selaras dengan kepentingan alam. Kegiatan

dimulai dengan upacara adat.

Nontalu Pemarasan lokasi dilakukan dengan mengikuti

aturan yang telah disepakati secara adat oleh

masyarakat. Hal ini berkaitan dengan jenis dan

ukuran tanaman tertentu yang tidak boleh

ditebang.

Penanaman Notuja Kegiatan penanaman benih tanaman yang akan

diusahakan.

Pemeliharaan

tanaman

Nomperava Pembersihan gulma yang terdapat pada lahan

usahatani.

Panen dan paska

panen

Nokato

/nompui

Kegiatan pemanenan hasil usaha tani. Istilah

nokato diperuntukan bagi panen padi,

sedangkan nompui untuk tanaman jagung dan

buah-buahan.

Novunja Kegiatan adat/spiritual sebagai tanda

kesyukuran atas berhasilnya kegiatan usahatani.

Kelembagaan Nosialampale Sistim usaha bersama yang dilakukan dalam

mengelola lahan usahatani. Nosialampale

berarti bergandengan tangan.

Sobo - Pemangku adat (totua nu’ada) yang diangkat

sebagai pemimpin petani melalui

musyawarah adat.

- Sangat memahami kondisi alam dan

memiliki pengetahuan bertani yang baik.

Berperan sebagai pengambil keputusan

terhadap semua proses dalam kegiatan

usahatani.

Kegiatan nompepoyu merupakan tahapan yang paling menentukan dalam

proses pengelolaan usahatani yang dilakukan oleh masyarakat karena pada

tahapan ini mereka menentukan lokasi lahan usahatani yang dapat diusahakan.

Kegiatan ini dipimpin oleh seorang sobo yang akan melakukan dialog (nogane)

dengan alam agar dapat diberi petunjuk lokasi usahatani yang tepat sehingga

tidak berakibat bagi rusaknya alam. Proses tersebut akan menghasilkan

keputusan diizinkan atau tidaknya lokasi yang direncanakan dikelola sebagai

lahan usahatani. Bila keputusan akhir menyatakan bahwa lokasi tersebut tidak

Page 30: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

64

dapat dikelola maka masyarakat yang akan membuka lahan harus mencari lokasi

lain yang tepat. Pertimbangan yang diambil dalam penentuan lokasi oleh sobo

merupakan perpaduan antara pertimbangan-pertimbangan topografi, ekologi, dan

metafisik.

Demikian pula dengan tahapan-tahapan selanjutnya seperti pengolahan

lahan, penanaman, panen dan kegiatan paska panen. Penentuan waktu

dimulainya pengolahan lahan dan penanaman ditentukan berdasarkan tanda-

tanda alam. Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut, terutama nompepoyu,

notuja, dan nokato/nompui selalu didahului dengan kegiatan ritual yang dipimpin

oleh sobo dengan disertai semacam dialog dengan alam yang oleh masyarakat

disebut dengan nogane. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat

secara gotong royong yang disebut nosialampale.

Untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang terdapat di laut,

masyarakat di kawasan ini juga memiliki pengetahuan dan kearifan tertentu agar

potensi tersebut dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan secara turun temurun.

Masyarakat masih memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan ketersediaan

sumberdaya perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan mereka.

Pengetahuan-pengetahuan tersebut diantaranya adalah waktu yang tepat untuk

melakukan penangkapan berdasarkan tanda-tanda alam seperti perbintangan,

kondisi permukaan air laut, dan kondisi pasang surutnya air laut, serta

pengetahuan tentang habitat yang menjadi tempat hidup dan berkembangnya

jenis-jenis ikan tertentu.

Masyarakat yang terdapat di kawasan ini menyebut lokasi yang menjadi

habitat dari ikan-ikan tersebut berdasarkan jenis ikan yang dominan di lokasi

tersebut. Sebagai contoh misalnya, pasi pogo yang merupakan habitat tempat

berkembangnya sejenis ikan karang yang mereka sebut dengan bau pogo. Dalam

bahasa Kaili, pasi berarti gugusan terumbu karang, sedangkan bau berarti ikan.

Pengetahuan mereka tentang keadaan ini juga termasuk kapan waktu yang tepat

untuk dilakukan penangkapan agar supaya potensi yang terdapat pada lokasi

tersebut punah. Oleh karena itu dalam menjaga keberlanjutan pemanfaatan

sumberdaya tersebut maka masyarakat Kaili memiliki kearifan tertentu yang

disebut ombo.

Page 31: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

65

Tabel 26. Kearifan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya laut.

Aspek Kegiatan Deskripsi

Sistim

pengelolaan

sumberdaya

Ombo Aturan yang berlaku dalam masyarakat untuk tidak

memanfaatkan hasil alam tertentu dalam batas

waktu yang ditentukan bersama oleh masyarakat.

Untuk daerah tangkapan ikan seperti pada suatu

gugusan karang, waktu jeda tersebut bermanfaat

untuk memulihkan populasi ikan dan perbaikan

terumbu karang.

Pemanfaatan

sumberdaya

perikanan

Panambe Kegiatan yang dilakukan untuk memancing ikan

dengan menggunakan perahu dan melemparkan

umpan yang terdapat di pancing kemudian

menariknya secara perlahan untuk mengundang

perhatian ikan dan menangkap umpan yang terkait

di pancing tersebut. Kegiatan ini biasanya dilakukan

secara berkelompok dengan jumlah 3 – 5 orang.

Maninti Kegiatan memanfaatkan sumberdaya laut yang

terdapat pada tepi pantai hingga gugusan karang

saat air laut berada pada surut terendah dengan

menggunakan tombak bermata kecil, parang, dan

jaring tangkap yang mirip jaring kupu-kupu.

Adat/spiritual Nompaura Posesi adat yang dilakukan sekali setahun yang

dilakukan sebagai tanda syukur serta memberi

peringatan kepada masyarakat agar memanfaatkan

potensi alam dengan sebaik-baiknya tanpa

melakukan perusakan.

Kearifan lokal yang dihasilkan dari pengetahuan mereka tentang

sumberdaya laut tersebut merupakan potensi yang dapat dikelola untuk

kepentingan pengelolaan pariwisata. Ombo sebagai sebuah sistim pengelolaan

terumbu karang untuk menjaga kelestariannya tidak hanya bermanfaat bagi

kepentingan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat tetapi

juga sangat bermanfaat untuk pariwisata sebagai salahsatu daya tarik yang

dimiliki oleh kawasan ini. Disamping itu, kegiatan perikanan yang dilakukan

oleh nelayan seharusnya juga dapat memperoleh manfaat dari dikembangkannya

pariwisata di kawasan ini. Manfaat yang didapatkan tidak hanya bersumber dari

penjualan hasil tangkapan ikan nelayan kepada wisatawan yang berkunjung tetapi

juga melalui keikutsertaan wisatawan pada aktifitas yang dilakukan oleh nelayan.

Salahsatu peluang untuk hal tersebut adalah menjadikan kegiatan panambe

sebagai atraksi wisata.

Page 32: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

66

Menurut informasi yang dikemukakan oleh masyarakat pernah terjadi

secara spontan wisatawan meminta untuk diikutsertakan dalam kegiatan tersebut,

dan ini menurut mereka merupakan sebuah kebanggaan dimana orang luar

memberikan apresiasi terhadap aktifitas yang mereka lakukan. Dengan demikian

maka aktifitas masyarakat ini dapat dikembangkan menjadi salahsatu daya tarik

wisata yang juga bermanfaat untuk menambah pendapatan masyarakat serta

mendorong mereka melindungi sumberdaya yang menjadi tempat dilakukannya

aktifitas tersebut.

Disamping pengetahuan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya

alam seperti yang dikemukakan dimuka, masyarakat juga memiliki pengetahuan

dan keterampilan dalam menghasilkan produk-produk budaya baik yang

berbentuk benda budaya maupun seni musik dan tari. Berbagai bentuk produk

budaya masyarakat di kawasan wisata ini disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27. Produk budaya masyarakat Kaili dalam bidang kerajinan.

Kegiatan Jenis produk

(Nama lokal) Deskripsi

Menenun

(Nontanu)

Buya Sabe Suatu bentuk ekspresi seni budaya masyarakat Kaili

yang dituangkan kedalam bentuk pembuatan kain

sarung dari benang sutera dengan berbagai motif.

Pembuatan

alat-alat

rumahtangga

Sindu Sendok sayur yang terbuat dari tempurung kelapa

dengan menggunakan kayu sebagai tangkainya.

Bobo Alat penyimpan air yang terbuat dari tempurung

kelapa bulat yang telah dikeluarkan dagingnya.

Pemanjo Belahan tempurung kelapa yang berbentuk

mangkok sebagai tempat cuci tangan. Bentuk yang

seperti ini kadang juga digunakan oleh masyarakat

sebagai tempat hidangan sayur.

Suge Sendok nasi yang terbuat dari bahan kayu yang

terdapat disekitar desa.

Salahsatu produk budaya masyarakat di wilayah ini yang saat ini telah

memiliki nilai ekonomi adalah pembuatan sarung Donggala yang diproduksi

dengan menggunakan alat tenun tangan. Pembuatan sarung ini merupakan

keterampilan yang telah dimiliki secara turun temurun oleh masyarakat di

wilayah ini serta pada masyarakat Kaili di beberapa wilayah lainnya. Pada

Page 33: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

67

masyarakat Kaili, kegiatan ini biasa disebut dengan kegiatan nontanu yang dalam

bahasa Indonesia berarti menenun.

Nontanu adalah kegiatan membuat kain sarung yang juga merupakan

salahsatu bentuk ekspresi seni budaya masyarakat lokal Kaili yang yang

dituangkan kedalam kain sarung yang ditenun secara manual dengan

menggunakan alat tenun tangan. Kegiatan masyarakat ini sudah berlangsung

sejak zaman dahulu, meskipun tidak diperoleh informasi yang menyatakan sejak

kapan kegiatan ini dilakukan, dan merupakan keterampilan dan aktifitas yang

dilakukan oleh seorang gadis disamping aktifitas-aktifitas lainnya yang dilakukan

di rumah. Meskipun dahulu produksi sarung ini bukan untuk kepentingan

ekonomi tetapi hanya merupakan aktifitas yang berorientasi sosial dan budaya,

namun saat ini telah menjadi sebuah kegiatan yang memberikan nilai ekonomi

bagi masyarakat.

Gambar 7. Kegiatan nontanu yang dilakukan oleh seorang gadis di kawasan wisata

Tanjung Karang Pusentasi. (Foto : Yayasan BEST)

Masyarakat di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi juga memiliki

keterampilan untuk menghasilkan barang-barang kerajinan yang berasal dari

kayu, tempurung, dan bambu yang terdapat di kawasan ini, yang biasanya

dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Produk kerajian tersebut biasanya

berupa barang-barang rumahtangga seperti sendok masak, serta alat makan dan

minum. Namun demikian barang-barang tersebut sudah jarang dibuat karena

Page 34: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

68

tergeser oleh produk-produk industri. Peluang yang dapat dilakukan adalah

menjadikan barang-barang tersebut sebagai cinderamata yang dapat dibeli oleh

wisatawan serta dapat dijadikan sebagai perlengkapan makan bagi wisatawan.

Selain produk budaya yang berupa barang kerajian tersebut, di wilayah

ini juga masih terdapat berbagai produk kesenian seperti seni tari dan musik.

Kegiatan seni tari yang masih dimiliki oleh masyarakat dan merupakan tarian

yang sering dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai kegiatan adalah tari

Pontanu, Peulucinde dan Pomonte. Produk-produk kesenian tersebut

dikemukakan pada Tabel 28.

Tabel 28. Produk budaya masyarakat Kaili dalam bidang kesenian.

Kegiatan Jenis

(Nama lokal) Deskripsi

Tari Pomonte Tarian yang menggambarkan proses pemanenan padi yang

dilakukan oleh beberapa orang baik pria maupun wanita,

yang dipimpin oleh seorang tadulako.

Pontanu Tarian yang menggambarkan proses pembuatan sarung.

Peulucinde Tarian penyambutan tamu yang dilakukan oleh tiga orang

wanita.

Meaju Suatu prosesi penyambutan tamu-tamu penting, biasanya

dilakukan pada saat tamu masih berada di batas desa atau

arena suatu kegiatan.

Musik Kakula Seni musik yang menggunakan kulintang dan gong yang

terbuat dari kuningan, dan gendang, dan biasanya

dimainkan pada acara-acara tertentu.

Dadendate Dadendate berarti nyanyian panjang, diiringi oleh alat

musik berupa suling. Dilakukan menjelang kepergian

seseorang ke perantauan yang berisi pesan-pesan moral.

Saat ini dadendate telah digunakan pula sebagai media

penyampaian pesan-pesan lingkungan.

Tari Pomonte merupakan tarian yang menggambarkan tentang proses

pemanenan padi yang ditarikan oleh beberapa orang baik wanita maupun pria,

yang didalamnya menggambarkan tentang peran seorang pemimpin atau

Tadulako didalam melakukan sebuah kerja kelompok. Tari Pontanu merupakan

tarian yang dilakukan oleh beberapa gadis yang menggambarkan tentang proses

pembuatan sarung Donggala. Sedangkan tari Peulucinde adalah tarian yang

dilakukan untuk menyambut kedatangan tamu dan ditarikan pula oleh beberapa

orang gadis.

Page 35: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

69

Kegiatan budaya lainnya yang masih dijumpai adalah Meaju yang

merupakan sebuat prosesi penerimaan tamu secara resmi. Kegiatan dilakukan

oleh sekelompok pria dengan menggunakan pakaian tertentu dan menggunakan

tombak yang melakukan arak-arakan dari tempat diterimanya tamu hingga ke

tempat dilakukannya suatu acara tertentu. Meaju ini biasa dilakukan pada saat

menjemput kedatangan tamu-tamu penting yang datang ke daerah ini.

Seni musik tradisional yang masih terdapat pada masyarakat Kaili yang

bermukim di wilayah ini adalah Kakula dan Dadendate. Kakula merupakan seni

musik yang dapat dimainkan tanpa atau mengiringi seorang penyanyi. Kegiatan

seni ini biasa dilakukan pada saat beberapa hari sebelum hingga menjelang pesta

pernikahan (tanpa penyanyi), serta pada acara-acara tertentu lainnya dengan

menggunakan penyanyi. Sedangkan dadendate (nyanyian panjang) merupakan

sebuah jenis kesenian yang biasanya dilakukan menjelang kepergiaan seseorang

ke perantauan dan berisi pesan-pesan moral tertentu, dinyanyikan oleh seseoang

dengan diiringi oleh oleh beberapa alat musik tertentu. Selain digunakan untuk

mengantar kepergian seseorang saat ini dadendate telah digunakan pula untuk

menyampaikan pesan-pesan lingkungan kepada masyarakat.

5.4. Konsep Pemerintah dan Pihak Lainnya Dalam Pengelolaan Pariwisata

Berbasis Masyarakat

Pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat membutuhkan dukungan

berbagai pihak yang terkait seperti pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya

masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kendali kebijakan memiliki peran

yang sangat penting untuk mengatur keseimbangan berbagai kepentingan yang

terdapat dalam kegiatan pariwisata. Berkaitan hal tersebut, Dinas Pariwisata Seni

dan Budaya Kabupaten Donggala mengembangkan konsep pembangunan

pariwisata seperti yang dikemukakan pada Tabel 29.

Page 36: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

70

Tabel 29. Konsep pembangunan pariwisata di Kabupaten Donggala.

Tujuan Strategi Program

Pembangunan kepariwisataan

daerah yang dapat :

1. Mengenal dan mencintai

alam dan seni budaya

daerah,

2. Memelihara keseimbangan

lingkungan hidup,

3. Memperluas kesempatan

kerja, dan

4. Meningkatkan pendapatan

masyarakat dan daerah.

1. Mendorong masyarakat

untuk melindungi potensi

alam dan budaya.

2. Mendorong pengembangan

kreasi seni untuk

memperkaya kebudayaan

daerah.

3. Meningkatkan peran aktif

masyarakat serta pengusaha

kecil dan menengah.

4. Meningkatkan pengenalan

masyarakat luas terhadap

potensi wisata daerah.

5. Mengembangkan obyek

wisata lokal dengan ciri

khas daerah sebagai bagian

dari aktifitas masyarakat.

1. Pengembangan

kelembagaan

2. Mengembangkan

produk kerajian

masyarakat.

3. Peningkatan

promosi dan

pembinaan

masyarakat

pariwisata.

4. Pengembangan

pendidikan dan

pelatihan

pariwisata.

Sumber : Disparsenibud Donggala (2002, 2003).

Strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Donggala, seperti yang

dikemukakan pada tabel diatas, memperlihatkan bahwa sebenarnya masyarakat

memiliki kesempatan yang sangat besar untuk berpartisipasi didalam pengelolaan

pariwisata di kawasan Tanjung Karang Pusentasi. Meskipun demikian, sejalan

dengan kondisi yang diungkapakan oleh masyarakat lokal pada saat wawancara

dan diskusi kelompok terfokus bahwa konsep pemerintah tentang pengembangan

peran masyarakat dalam pengelolaan pariwisata belum didukung oleh pengaturan

mekanisme yang jelas tentang peran tersebut. Hingga saat ini Dinas Pariwisata

juga belum memiliki satupun dokumen yang dapat memberi panduan bagi semua

pihak untuk mengembangkan peran bersama dalam pengelolaan pariwisata di

kawasan ini.

Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap

aparat pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan

dengan pandangan mereka terhadap peran masyarakat lokal dalam pengelolaan

pariwisata di Tanjung karang Pusentasi dikemukakan pada Tabel 30.

Page 37: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

71

Tabel 30. Pandangan aparat pemerintah, swasta, dan LSM tentang peran dan

posisi masyarakat.

Pihak Posisi dan peran masyarakat

Aparat

Pemerintah

- Melibatkan semua komponen masyarakat, dimana pemerintah

berperan sebagai fasilitator.

- Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengembangan

pariwisata.

- Pengembangan obyek wisata sebagai bagian dari aktifitas

masyarakat.

- Pengembangan pariwisata dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat lokal.

Swasta - Melibatkan masyarakat lokal dalam mengelola pariwisata sebagai

tenaga kerja.

- Perlindungan potensi alam sebagai daya tarik wisata.

- Pengembangan dan perlindungan budaya lokal sebagai salahsatu

daya tarik wisata.

LSM/KSM - Masyarakat lokal dilibatkan secara penuh dalam perencanaan

pengembangan kawasan wisata.

- Keikutsertaan masyarakat dalam usaha pariwisata melalui

kelompok usaha bersama yang dibentuk oleh masyarakat lokal.

- Pengembangan usaha dengan sistim kerjasama (kepemilikan

bersama) antara swasta dan masyarakat lokal.

Wawancara yang dilakukan terhadap aparat pemerintah pada berbagai

tingkatan memperlihatkan bahwa posisi dan peran masyarakat menjadi perhatian

dalam pengembangan pariwisata di kawasan ini. Seperti dikemukakan pada tabel

diatas, terlihat bahwa masyarakat sebagai pemeran utama dalam pengelolaan

pariwisata dengan menjadikan kegiatan pariwisata sebagai bagian dari aktifitas

masyarakat dan pengembangan pariwisata dilakukan dengan pendekatan

pemberdayaan masyarakat. Meskipun demikian, beberapa responden aparat

pemerintah yang berasal dari tingkatan terendah yaitu Lurah dan Kepala Desa

mengemukakan bahwa keadaan tersebut masih sulit untuk diwujudkan karena

hingga saat ini belum pedoman yang jelas tentang pengembangan peran

masyarakat. Hal ini penting, terutama bagi aparat pemerintahan pada tingkatan

ini, agar dapat dijadikan dasar yang kuat bagi mereka untuk melakukan

pengambilan keputusan pada level pemerintahan yang dipimpimnya.

Dikemukakan bahwa tanpa aturan dan pedoman yang jelas sulit bagi mereka

untuk memperjuangkan peran masyarakat disaat berbagai kepentingan, termasuk

Page 38: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

72

kepentingan pemerintahan pada level diatasnya, bertarung untuk mendapatkan

manfaat dari berkembangnya kegiatan pariwisata.

5.5. Analisis Strategi Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat di

Tanjung Karang Pusentasi

Berkaitan dengan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di

kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi, beberapa hal yang merupakan faktor-

faktor pendukung maupun kendala didalam mengembangkan kegiatan tersebut

telah diidentifikasi melalui serangkaian proses wawancara dan diskusi baik

kepada masyarakat lokal maupun stakehoder lainnya seperti pemerintah,

pengusaha wisata, dan LSM. Beberapa faktor pendukung yang berkaitan

dengan pengembangan pariwisata berbasis mastarakat tersebut adalah :

1. Potensi alam berupa pemandangan alam laut, pantai pasir putih, terumbu

karang, potensi alam daratan untuk melakukan tracking (lintas alam).

2. Budaya dan kearifan masyarakat lokal dalam melakukan kegiatan yang

selaras alam, kearifan masyarakat dalam melindungi terumbu karang

melalui ombo, kegiatan panambe.

3. Keinginan yang kuat dari masyarakat untuk terlibat dalam

mengembangkan potensi sumberdaya pariwisata.

4. Keterampilan masyarakat dalam menghasilkan produk kerajinan dan

olahan makanan lokal yang berasal dari hasil laut.

5. Kelembagaan sosial masyarakat yang masih terpelihara (kelompok

nelayan, institusi adat, kelompok dasawisma/PKK, kelompok pemuda,

dan kelompok keagamaan).

6. Dukungan pemerintah kepada masyarakat untuk melindungi potensi

sumberdaya alam dan budaya (Renstra Pariwisata Donggala).

7. Pengembangan obyek wisata lokal dengan ciri khas daerah sebagai bagian

dari aktifitas masyarakat (Renstra pariwisata Donggala).

8. Dukungan pemerintah untuk meningkatkan peran aktif masyarakat

(Renstra Pariwisata Dongaala).

9. Keinginan pihak swasta/pengusaha untuk melibatkan masyarakat lokal.

10. Dukungan/perhatian lembaga swadaya masyarakat untuk mendorong

peranserta masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

Page 39: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

73

Sedangkan faktor-faktor yang merupakan kendala atau permasalah dalam

mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan ini adalah :

1. Akses masyarakat yang lemah terhadap informasi pengembangan

pariwisata.

2. Rendahnya kemampuan permodalan masyarakat dalam mengembangkan

usaha yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata.

3. Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam merancang produk

dalam bentuk atraksi wisata.

4. Keterampilan masyarakat dalam pengelolaan lokasi pariwisata yang

masih rendah.

5. Kerjasama antar lembaga masyarakat yang terdapat di kawasan wisata

yang masih rendah.

6. Tidak adanya aturan dan mekanisme yang jelas, dari pemerintah, yang

dapat menjamin keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata.

7. Kegiatan pariwisata yang berbenturan dengan kegiatan ekonomi

masyarakat lokal (kasus area penyelaman di Tanjung Karang) dan

mengamcam akses masyarakat terhadap sumberdaya .

8. Kegiatan pembangunan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah yang

lebih menekankan pada aspek fisik.

9. Pembangunan prasarana penunjang pariwisata yang megakibatkan

kerusakan lingkungan.

10. Sikap pemerintah yang lebih berpihak kepada pengusaha/swasta.

Informasi-informasi yang berkaitan dengan faktor pendukung dan kendala

yang terdapat dalam upaya mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat ini

kemudian dirumuskan kedalam faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman yang dianalisis untuk mendapatkan strategi yang dapat mendukung

dikembangkannya konsep pengelolaan tersebut.

5.5.1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Analisis SWOT dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor internal dan

eksternal yang terdapat pada kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi untuk

memberi arahan bagi pengembangan strategi pengelolaan pariwisata berbasis

masyarakat di kawasan ini. Faktor internal adalah faktor dari dalam masyarakat

Page 40: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

74

lokal yang mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Tabel 31

dan 32). Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor diluar masyarakat lokal

yang kondisinya tidak diatur atau dikendalikan oleh masyarakat, yang

digambarkan melalui faktor peluang dan ancaman (Tabel 31).

Tabel 31. Analisis faktor internal yang merupakan kekuatan dalam pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat.

No.

Faktor Internal

Bo

bo

t

Ra

tin

g

Nil

ai

Pri

ori

tas

Kekuatan :

1.

2.

3.

4.

5.

Potensi alam berupa pemandangan alam laut, pantai

pasir putih, terumbu karang, dan potensi alam daratan

untuk melakukan tracking (lintas alam).

Budaya dan kearifan masyarakat dalam melakukan

kegiatan yang selaras alam serta kearifan masyarakat

dalam melindungi terumbu karang melalui ombo,

kegiatan panambe, kegiatan nontanu, dan produk

kesenian lokal.

Keinginan yang kuat dari masyarakat untuk

mengembangkan potensi sumberdaya pariwisata.

Keterampilan masyarakat dalam menghasilkan produk

kerajinan dan olahan makanan lokal yang berasal dari

hasil laut.

Kelembagaan sosial masyarakat yang masih terpelihara

(kelompok nelayan, institusi adat, kelompok

dasawisma/PKK, kelompok pemuda, dan kelompok

keagamaan).

1,00

1,00

0,50

0,75

0,75

4

4

2

4

3

4,00

4,00

1,00

3,00

2,25

I

I

IV

II

III

Jumlah 14,25 Keterangan :

Pembobotan didasarkan pada tingkat pengaruh faktor tersebut terhadap konsep

pariwisata berbasis masyarakat. Kriteria digunakan (1,00 =sangat berpengaruh ; 0,75

=berpengaruh ; 0,50 =cukup berpengaruh ; 0,25 =kurang berpengaruh ; 0,00 = tidak

berpengaruh).

Rating yaitu tingkat kepercayaan atau keyakinan akan pentingnya aspek tersebut,

menggunakan skala Likers dengan nilai 1-4 dengan kategori : 1 =kurang penting, 2

=cukup penting, 3 =penting, 4 =sangat penting.

Nilai merupakan hasil perkalian antara bobot dengan rating.

Faktor strategis kekuatan (internal) dalam pengelolaan pariwisata di

Tanjung Karang Pusentasi memiliki nilai total sebesar 13,50 (Tabel 31). Bila

diamati melalui berbagai faktor didalamnya, ternyata faktor keragaman potensi

alam, dan faktor budaya dan kearifan masyarakat mempunyai nilai yang paling

tinggi (4,00) dibanding faktor-faktor lainnya. Keadaan ini sangat beralasan bila

Page 41: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

75

dikaitkan dengan hasil pemetaan masyarakat tentang potensi atraksi wisata alam

dan budaya yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya. Meskipun

demikian, faktor-faktor lain seperti keterampilan masyarakat dalam memproduksi

barang kerajinan lokal (3,00), kelembagaan sosial masyarakat (2,25), dan

motivasi masyarakat lokal (1,00) tetap memegang peranan penting dalam upaya

pengembangan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat.

Tabel 32. Analisis faktor internal yang merupakan kelemahan dalam pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat.

No.

Faktor Internal

Bo

bo

t

Ra

tin

g

Nil

ai

Pri

ori

tas

Kelemahan :

1.

2.

3.

4.

5.

Akses masyarakat yang lemah terhadap informasi

pengembangan pariwisata.

Rendahnya kemampuan permodalam nasyarakat dalam

mengembangkan usaha yang berkaitan dengan kegiatan

pariwisata.

Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam

merancang produk dalam bentuk atraksi wisata.

Keterampilan masyarakat dalam pengelolaan lokasi

wisata yang masih rendah.

Belum ada kerjasama antar lembaga masyarakat yang

terdapat di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi.

1,00

0,75

0,75

0,75

0,50

4

4

4

4

3

4,00

3,00

3,00

3,00

1,50

I

II

II

II

IV

Jumlah 14,50

Faktor internal yang merupakan kelemahan memiliki nilai total sebesar

14,50 (Tabel 32), dengan faktor kelemahan yang paling menonjol adalah akses

masyarakat yang lemah terhadap informasi pengembangan pariwisata.

Sementara itu faktor-faktor kelemahan lainnya yang juga menonjol adalah

rendahnya kemampuan permodalan masyarakat, merancang produk wisata, dan

pengelolaan lokasi wisata.

Page 42: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

76

Tabel 33. Analisis faktor eksternal yang merupakan peluang dalam pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat.

No.

Faktor Eksternal

Bo

bo

t

Ra

tin

g

Nil

ai

Pri

ori

tas

Peluang

1. Dukungan pemerintah kepada masyarakat untuk

melindungi potensi sumberdaya alam dan budaya

(Renstra Pariwisata Donggala).

1,00 3 3,00 II

2. Pengembangan obyek wisata lokal dengan ciri khas

daerah sebagai bagian dari aktifitas masyarakat

(Renstra Pariwisata Donggala)

0,75 3 2,25 III

3. Dukungan pemerintah untuk meningkatkan peran aktif

masyarakat (Renstra Pariwisata Donggala).

1,00 4 4,00 I

4. Adanya keinginan pihak swasta/pengusaha untuk

melibatkan masyarakat lokal.

0,50 2 1,00 IV

5. Dukungan/perhatian lembaga swadaya masyarakat

untuk mendorong peranserta masyarakat dalam

pengembangan pariwisata.

0,75 4 3,00 II

Jumlah 13,25

Faktor-faktor strategis eksternal yang merupakan peluang bagi

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Tanjung Karang Pusentasi

memiliki nilai sebesar 13,25 (Tabel 33). Faktor yang dapat diandalkan untuk

mengembangkan sistim pengelolaan berbasis masyarakat adalah dukungan

pemerintah untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan

pariwisata seperti yang tertuang dalam rencana strategi pariwisata Donggala

tahun 2003. Sementara itu faktor-faktor lain yang juga dapat mendukung adalah

dukungan pemerintah terhadap perlindungan potensi alam dan budaya, dukungan

lembaga swadaya masyarakat, dan konsep pemerintah yang akan

mengembangkan obyek wisata dengan ciri khas lokal serta menjadikannya

sebagai bagian dari aktifitas masyarakat. Dukungan pihak swasta dalam hal ini

tidak terlalu berpengaruh yang disebabkan karena orientasi profit yang dianut

oleh pengusaha pada umumnya.

Page 43: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

77

Tabel 34. Analisis faktor eksternal yang merupakan ancaman dalam pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat.

No.

Faktor Eksternal

Bo

bo

t

Ra

tin

g

Nil

ai

Pri

ori

tas

Ancaman :

1.

2.

3.

4.

5.

Tidak adanya aturan dan mekanisme yang jelas, dari

pemerintah, yang dapat menjamin keterlibatan

masyarakat dalam kegiatan pariwisata.

Kegiatan pariwisata yang berbenturan dengan kegiatan

ekonomi masyarakat lokal dan mengamcam akses

masyarakat terhadap sumberdaya.

Kegiatan pembangunan pariwisata yang dilakukan oleh

pemerintah yang lebih menekankan pada aspek fisik.

Pembangunan prasarana penunjang pariwisata yang

megakibatkan kerusakan lingkungan.

Sikap pemerintah yang lebih berpihak kepada

pengusaha/swasta.

1,00

1,00

0,75

0,50

0,75

4

3

2

3

4

4,00

3,00

1,50

1,50

3,00

I

II

IV

IV

III

Jumlah 13,00

Faktor-faktor eksternal yang merupakan ancaman bagi penerapan konsep

pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat seperti yang dikemukakan pada

Tabel 34 diatas memiliki nilai total sebesar 12,15. Faktor yang paling menonjol

adalah berkaitan dengan tidak adanya aturan dan mekanisme yang dapat

menjamin keterlibatan masyarakat secara penuh didalam kegiatan pariwisata.

Ancaman lainnya yang menonjol adalah perbenturan kepentingan antara kegiatan

pariwisata dengan kegiatan ekonomi masyarakat. Variasi dari ancaman ini dapat

berupa hilangnya hak masyarakat terhadap lahan yang dimilikinya, dan hilangnya

akses mereka terhadap sumberdaya seperti yang terjadi pada konflik pemanfaatan

terumbu karang untuk lokasi penyelaman dengan kepentingan nelayan di Tanjung

Karang. Disamping itu, komitmen yang rendah terhadap pembangunan yang

bersifat non-fisik dan berorientasi lingkungan, rendahnya keberpihakan pada

masyarakat lokal merupakan ancaman dalam mengembangkan sistim pengelolaan

yang berbasis masyarakat.

Pengembangan strategi pengelolaan pariwisata yang berbasis masyarakat

dikawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi dilakukan dengan mensinergikan

Page 44: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

78

faktor-faktor internal dan eksternal pada Tabel 31, 32, 33, dan 34 kedalam 4

pilihan strategi sebagaimana dikemukakan pada Tabel 35 berikut.

Tabel 35 Matriks SWOT dalam pengelolaan pariwisata di kawasan wisata

Tanjung Karang Pusentasi

Faktor eksternal

Faktor internal

Kekuatan (S) :

Potensi alam yang tersedia

(4,00)

Potensi budaya dan kearifan

masyarakat (4,00)

Keterampilan masyarakat

dalam menghasilkan

kerajinan dan makanan hasil

laut (3,00)

Kelembagaan sosial

masyarakat yang masih

terpelihara (2,25)

Keinginan kuat masyarakat

(1,00)

Kelemahan (W) :

Akses masyarakat rendah

terhadap informasi

pengembangan pariwisata

(4,00)

Rendahnya kemampuan

permodalan masyarakat

(3,00)

Rendahnya kemampuan

masyarakat merancang

produk/atraksi wisata (3,00)

Keterampilan pengelolaan

pariwisata yang rendah

(3,00)

Belum ada kerjasama antar

lembaga masyarakat (1,50)

Peluang (O) :

Dukungan pemerintah untuk

meningkatkan peran aktif

masyarakat (4,00)

Dukungan pemerintah

kepada masyarakat untuk

melindungi potensi alam

dan budaya (3,00)

Dukungan lembaga swadaya

masyarakat bagi peranserta

masyarakat (3,00)

Kebijakanpemerintah untuk

mengembangkan pariwisata

dengan ciri khas lokal oleh

masyarakat (2,25)

Keinginan pihak swasta

melibatkan masyarakat

(1,00)

Strategi S-O :

Pengelolaan potensi yang

beragam tersebut

dilakukan secara bersama

oleh semua pihak dimana

masyarakat lokal

mengambil peran dalam

pengambilan keputusan.

Mengintegrasikan modal

sosial masyarakat (budaya

dan kearifan lokal) dengan

program pemerintah.

Pengembangan

kemampuan masyarakat

dalam melakukan

assessment terhadap

potensi lokal yang

dimilikinya.

Strategi W-O :

Pengembangan kapasitas

masyarakat lokal dan

organisasi sosial yang

dimilikinya .

Membangun mekanisme

penyediaan modal usaha

bagi masyarakat lokal

yang mengikutsertakan

semua pihak.

Mengembangkan

jaringan kerjasama yang

setara antara kelompok-

kelompok atau

organisasi masyarakat

lokal dengan pemerintah,

swasta, dam lembaga

swadaya masyarakat.

Page 45: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

79

Tabel 35. Lanjutan

Ancaman (T) :

Tidak ada peraturan dan

mekanisme yang jelas bagi

keterlibatan masyarakat

(4,00)

Benturan kegiatan pariwisata

dengan kegiatan ekonomi

masyarakat yang

mengancam akses terhadap

sumberdaya (3,00)

Sikap pemerintah lebih lebih

berpihak kepada pengusaha

(3,00)

Pembangunan pariwisata

yang lebih menekankan pada

aspek fisik (1,50)

Pembangunan prasarana

pariwisata mengakibatkan

kerusakan lingkungan (1,50)

Strategi S-T :

Mensinkronisasikan modal

sosial yang dimiliki

masyarakat dengan

kemampuan kapital yang

dimiliki oleh stakeholder

lainnya.

Membangun sistim

perencanaan

pengembangan pariwisata

yang memungkinkan

terpeliharanya hak dan

akses masyarakat terhadap

sumberdaya.

Mengembangkan prinsip

pengelolaan pariwisata

yang ramah lingkungan.

Strategi W-T :

Menyiapkan peraturan

dan mekanisme

keterlibatan masyarakat

dalam pengelolaan

pariwisata.

Penguatan organisasi

dan kelembagaan yang

terdapat pada

masyarakat lokal.

Membangun sistim

pengelolaan yang

memungkinkan

masyarakat sebagai

pemilik saham .

5.5.2. Analisis Strategi Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat

Untuk menentukan alternatif prioritas strategi yang dapat dikembangkan

dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan wisata Tanjung

Karang Pusentasi, dilakukan penghitungan nilai dari masing-masing strategi

dengan menjumlahkan nilai masing-masing faktor yang saling berinteraksi.

Urutan prioritas strategi ditentukan oleh besarnya nilai hasil penjumlahan antar

faktor yang berintegrasi dan disusun berdasarkan besarnya nilai masing-masing

strategi tersebut. Nilai interaksi antar faktor tersebut dikemukakan pada matriks

berikut.

Faktor internal

Faktor eksternal Kekuatan (S)

(13,50)

Kelemahan (W)

(14,50)

Peluang (O)

(13,25)

Strategi S-O

(26,75)

Strategi W-O

(27,75)

Ancaman (T)

(13,00)

Strategi S-T

(26,50)

Strategi W-T

(27,50)

Gambar 8. Matriks nilai strategi SWOT dalam pengelolaan pariwisata berbasis

masyarakat di Tanjung Karang Pusentasi.

Page 46: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

80

Berdasarkan hasil perhitungan nilai interaksi antar faktor yang

dikemukakan pada diatas diperoleh urutan prioritas strategi yaitu strategi W-O

(27,75), strategi W-T (27,50), strategi S-O (26,75), dan strategi S-T (26,50).

Mengacu pada nilai masing-masing strategi tersebut, maka dapat disusun strategi-

strategi pengelolaan sebagai berikut :

1. Strategi W-O meliputi :

a. Pengembangan kapasitas masyarakat lokal dan organisasi sosial yang

dimilikinya.

b. Membangun mekanisme penyediaan modal usaha bagi masyarakat lokal

yang mengikutsertakan semua pihak.

c. Mengembangkan jaringan kerjasama yang setara antara kelompok-

kelompok atau organisasi masyarakat lokal dengan pemerintah, swasta,

dam lembaga swadaya masyarakat.

2. Strategi W-T meliputi :

a. Menyiapkan peraturan dan mekanisme keterlibatan masyarakat dalam

pengelolaan pariwisata.

b. Penguatan organisasi dan kelembagaan yang terdapat pada masyarakat

lokal.

c. Membangun sistim pengelolaan yang memungkinkan masyarakat sebagai

pemilik saham dari usaha pariwisata yang dikembangkan.

3. Strategi S-O meliputi :

a. Pengelolaan potensi pariwisata yang beragam di kawasan wisata ini

dilakukan secara bersama oleh semua pihak dimana masyarakat lokal

mengambil peran dalam pengambilan keputusan.

b. Mengintegrasikan modal sosial masyarakat (budaya dan kearifan lokal)

dengan program pemerintah.

c. Pengembangan kemampuan masyarakat dalam melakukan assessment

terhadap potensi lokal yang dimilikinya.

Page 47: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

81

4. Strategi S-T meliputi :

a. Mensinkronisasikan modal sosial yang dimiliki masyarakat dengan

kemampuan modal yang dimiliki oleh stakeholder lainnya.

b. Membangun sistim perencanaan pengembangan pariwisata yang

memungkinkan terpeliharanya hak dan akses masyarakat terhadap

sumberdaya.

c. Mengembangkan prinsip pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan.

Bila ditelaah secara lebih seksama faktor-faktor strategis tersebut, secara

garis besar mencakup beberapa isu penting yang perlu mendapatkan perhatian

yaitu :

Pertama, pengembangan kapasitas masyarakat dan stakeholder lainnya

dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Pengembangan kapasitas

masyarakat akan mencakup pengetahuan dan keterampilan, permodalan, dan

pengembangan jaringan. Pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat

membutuhkan sebuah proses yang memungkinkan masyarakat dapat berperan

lebih baik didalamnya. Pengembangan kapasitas merupakan serangkaian

aktifitas dimana individu, kelompok, dan organisasi didalam masyarakat

meningkatkan kemampuan mereka dalam pengelolaan pariwisata berbasis

masyarakat. Kapasitas dalam hal ini menyangkut kepedulian, keterampilan,

pengetahuan, motivasi, komitmen, dan kepercayaan diri masyarakat (Raik, 2002).

Hal ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki kemampuan untuk mengukur

potensi, nilai, dan prioritas mereka serta dapat mengorganisir diri (William, 1995

dalam Syahyuti, 2005) untuk melakukan sesuatu berkaitan dengan potensi

sumberdaya yang terdapat di lingkungannya.

Pengembangan kapasitas stakeholder lainnya dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan mereka dalam memahami kepentingan-

kepentingan masyarakat lokal dan mengakomodasikannya kedalam aktifitas

usaha pengembangan pariwisata yang dilakukan. Pengembangan kapasitas seperti

yang dikemukakan tersebut, tidak ditujukan untuk menafikan peran pihak lain

diluar masyarakat lokal seperti pemerintah, swasta, dan berbagai kelompok

lainnya, yang notabene memiliki kemampuan jaringan dan permodalan yang

lebih baik, tetapi sebagai upaya untuk membangun kemampuan masyarakat

Page 48: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

82

lokal dan stakeholdre lainnya dalam melakukan kerjasama serta mampu

melakukan proses pengambilan keputusan bersama yang setara dan saling

menguntungkan. Dengan demikian, proses tersebut juga akan memberikan

kemampuan bagi masyarakat dalam mengembangkan jaringan kerjasamanya

dengan berbagai pihak.

Pendekatan seperti ini telah dikembangkan dalam kegiatan pariwisata

berbasis masyarakat yang dilakukan di beberapa Taman Nasional di Indonesia.

Salahsatunya adalah yang dilakukan di Taman Nasional Rinjani, dimana

masyarakat lokal dengan stakeholder lainnya melakukan perencanaan dan

pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat secara bersama-sama (APEIS-

RISPO, 2003a). Selain di Taman Nasional Rinjani, kegiatan tersebut telah pula

dilakukan oleh berbagai lembaga dan masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan

pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

(APEIS-RISPO, 2003b). Keadaan ini akan memberikan peluang bagi masyarakat

untuk membangun usaha bersama dengan pihak lain ataupun mendapatkan

suntikan modal karena perencanaan usaha yang dilakukan didasarkan pada proses

perencanaan yang matang.

Kedua, inventarisasi ataupun penggalian kembali potensi sumberdaya

pariwisata baik yang bersumber dari potensi alam (termasuk didalamnya aktifitas

produksi masyarakat) maupun potensi sosial budaya. Inventarisasi merupakan

suatu bagian dari proses pengelolaan yang akan menentukan strategi yang dapat

digunakan dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Flyman (2002)

mengemukakan bahwa pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat harus didasarkan pada pemahaman mereka tentang sumberdaya yang

tersedia agar dapat menjamin kebutuhan mereka secara berkelanjutan.

Inventarisasi ini juga merupakan suatu bentuk proses pembelajaran bagi

masyarakat lokal dalam mempersiapkan dan memproduksi atraksi wisata.

Kemampuan masyarakat lokal dalam memetakan potensi sumberdaya pariwisata

yang terdapat di lingkungannya adalah modal yang sangat penting dalam

mendukung keterlibatan mereka pada semua tahapan pengelolaan (Garrod, 2003).

Hal ini akan memeberikan kemampuan kepada masyarakat untuk dapat

Page 49: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

83

memetakan potensi yang mereka miliki termasuk kekurangan dan kelebihan yang

terdapat didalamnya.

Ketiga, pengembangan kemampuan permodalan dan pengelolaan usaha

masyarakat lokal. Hal ini merupakan salahsatu masalah yang dihadapi oleh

masyarakat di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi seperti yang dialami

oleh kebanyakan masyarakat di desa-desa pantai yang sebagian besar bekerja

sebagai nelayan dan memiliki kemampuan modal yang sangat terbatas. Upaya

yang dilakukan dalam mengembangkan kemampuan masyarakat lokal dalam

pengelolaan usaha pariwisata serta seberapa besar manfaat yang diperolehnya

tergantung pada beberapa faktor penting seperti jenis wisata yang dikembangkan,

regulasi dalam perncanaan pengembangan, kepemilikan lahan, dan akses

masyarakat terhadap permodalan (Ashley et al, 2000).

Keempat, pengembangan jaringan dan kemitraan yang memungkinkan

masyarakat lokal dapat memperoleh manfaat dari kegiatan pariwisata yang

berlangsung. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh masyarakat lokal

diantaranya informasi yang berkaitan dengan peluang usaha yang dapat

dikembangkan dalam menunjang kegiatan pariwisata, pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola usaha pariwisata, dan

kemungkinan dikembangkannya kegiatan usaha bersama dengan stakeholder

lainnya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat lokal meskipun memiliki

modal usaha yang terbatas tetapi memiliki asset sumberdaya alam dan budaya.

Pengambilan keputusan yang meskipun dilakukan untuk kepentingan

lokal yang menyangkut pengembangan masyarakat dan wilayah tertentu sangat

berkaitan dengan berbagai kepentingan yang lebih luas. Oleh karenanya, untuk

mengembangkan kegiatan pariwisata di wilayah ini dibutuhkan jaringan

kerjasama dan kemitraan antara berbagai stakeholder terkait. Pendekatan tersebut

dapat membangun tanggungjawab bersama dalam perencanaan, pengambilan

keputusan, pemecahan masalah, dan implementasi serta evaluasi kegiatan

(International Council on Local Environmental Initiative, 1999).

Kelima, aturan atau pedoman yang mengatur mekanisme keterlibatan

masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata. Salahsatu kelemahan yang

terdapat dalam upaya membangun pariwisata di daerah saat ini adalah lemahnya

Page 50: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

84

kebijakan pariwisata daerah (Nirwandar, 2006). Kelemahan kebijakan ini tidak

hanya menyangkut strategi daerah untuk mengembangkan sektor pariwisatanya,

tetapi juga berkaitan dengan bagaimana sebaiknya mekanisme yang ditempuh

agar semua komponen yang terkait didalam sektor tersebut dapat berperan

didalamnya. Dalam kaitannya dengan pengelolaan pariwisata berbasis

masyarakat, aturan atau pedoman yang mengatur mekanisme peran berbagai

pihak, terutama masyarakat lokal sangat diperlukan. Hal ini disebabkan karena

dalam berbagai pengalaman, masyarakat lokal selalu terpinggirkan oleh pesatnya

perkembangan pariwisata.

Keadaan diatas merupakan akibat dari kebijakan dan perencanaan yang

berkaitan dengan pariwisata secara umum tidak memenuhi harapan masyarakat

lokal yang disebabkan oleh isi/kandungan kebijakan tersebut tidak memenuhi

kepentingan masyarakat ataupun ada tetapi tidak dapat dilaksanakan (Liu dan

Wall, 2006). Berkaitan dengan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di

kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi, meskipun pemerintah daerah telah

menetapkan pariwisata dikembangkan dengan menggunakan pendekatan

pemberdayaan masyarakat (Disparsenibud Donggala, 2002 dan 2003) namun

belum memiliki mekanisme yang jelas. Hal ini sangat diperlukan agar semua

pihak dapat mengembangkan perannya masing-masing sesuai dengan potensi

yang dimiliki. Salahsatu contoh, misalnya, untuk menjamin pemasaran produksi

(pertanian, peternakan, dan perikanan) masyarakat maka ditetapkan untuk

menyediakan konsumsi bagi wisatawan yang bersumber dari produksi atau

sumberdaya lokal (Garrod et al, 2006).

Keenam, membangun sistim pengelolaan pariwisata yang ramah

lingkungan, baik dari aspek lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya.

Pengembangan pariwisata yang berorientasi pada kelestarian lingkungan tidak

saja ditujukan bagi terpeliharanya potensi sumberdaya secara berkelanjutan tetapi

juga disebabkan karena permintaan pasar pariwisata yang besar terhadap aspek

ini. Berkaitan dengan itu, Damanik dan Weber (2006) mengemukakan bahwa

aspek lingkungan yang alamiah menjadi incaran sebagian besar wisatawan

global, mulai dari Amerika Utara sampai Eropa. Selanjutnya dikemukakan pula,

tiga dari setiap empat orang wisatawan Amerika Serikat pada tahun 2003

Page 51: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

85

memandang penting bahwa perjalanan mereka dapat menikmati kondisi alam

yang masih baik.

Demikian pula dengan aspek lingkungan sosial sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari aspek lingkungan secara keseluruhan (Soetaryono, 2002 dalam

Purba, 2002). Pertimbangan aspek lingkungan sosial memiliki kepentingan yang

luas karena hal ini akan mempengaruhi berbagai sendi kehidupan masyarakat

termasuk pengaruhnya terhadap lingkungan alam. Berbagai kasus memberikan

contah bahwa ketidakserasian dan keseimbangan aspek sosial memberikan

pengaruh pada upaya untuk melestarikan potensi sumberdaya alam. Selain itu,

perhatian terhadap aspek ini juga berkaitan dengan keinginan pasar pariwisata

dimana daya tarik budaya, kondisi sosial, dan politik lokal dijadikan bahan

pertimbangan bagi wisatawan dalam memilih lokasi kunjungan (Damanik dan

Weber, 2006).

5.5.3. Konsep Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Tanjung

Karang Pusentasi

Berdasarkan berbagai isu strategis yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka diperlukan konsep yang dapat memberikan peluang peran masyarakat

bersama stakeholder lainnya untuk mengembangkan sistim pengelolaan

pariwisata yang berbasis masyarakat. Pengalaman yang telah dilakukan di

berbagai tempat seperti pada beberapa Taman Nasional di Indonesia (APEIS-

RISPO, 2003a dan 2003b) dapat pula dijadikan acuan sebagai bahan

perbandingan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat di

Tanjung Karang Pusentasi. Berbagai pengalaman tersebut menempatkan

masyarakat lokal dan lembaganya sebagai bagian dari proses perencanaan dan

pengelolaan pariwisata.

Pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang juga merupakan

kegiatan pengembangan masyarakat (community development) dimana mereka

dapat berpartisipasi didalamnya secara penuh. Pengembangan masyarakat

merupakan upaya yang dilakukan untuk mendorong dan membantu masyarakat

dalam menetapkan kebutuhannya dan memberi ruang bagi mereka untuk

menentukan standar pencapaiannya (Cochrane, 1971 dalam Pinel, 1998).

Pengembangan masyarakat bertujuan untuk mendorong masyarakat

Page 52: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

86

meningkatkan kapasitas dalam memperbaiki kualitas hidupnya. Hal tersebut

membutuhkan kepercayaan diri, pengalaman, pengetahuan dan kemampuan baik

bagi individu, kelompok, dan organisasi yang membentuk masyarakat tersebut

(Reid et al, 1993 dalam Pinel, 1998).

Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa upaya pengembangan

masyarakat dilakukan agar mereka dapat memiliki kemampuan untuk

menstrukturkan pengalaman, pengetahuan, dan harapan mereka kedalam sebuah

aktifitas dan perencanaannya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya

yang terdapat di sekitarnya. Dengan kata lain, pengembangan masyarakat

merupakan upaya pemberdayaan (empowerment) diri dan potensi yang

dimilikinya baik yang berupa sumberdaya alam maupun potensi sosialnya. Hal

ini penting karena upaya pemberdayaan pada level akar rumput (grassroot)

adalah hal penting yang dalam memformulasikan perencanaan yang bersifat

komprehensip dan merupakan sarana yang penting dan menentukan bagi

kelayakan kegiatan yang berbasiskan mayarakat (Tosun dan Timothy, 2003).

Berkaitan dengan pemikiran yang yang dikemukakan tersebut, maka

konsep pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan wisata Tanjung

Karang Pusentasi dikembangkan dalam konteks pengembangan masyarakat dan

wilayah yang luas. Dengan demikian berarti bahwa konsep pengelolaan yang

ditawarkan tetap mempertimbangkan kepentingan dan melibatkan berbagai

stakeholder lainnya seperti pemerintah, swasta, LSM, dan perguruan tinggi. Hal

ini disebabkan karena terdapat berbagai masalah yang tidak dapat diselesaikan

oleh masyarakat pada tingkat lokal tetapi harus melibatkan pihak lain pada level

yang lebih tinggi dan lebih luas (Uphoff, 1992).

Konsep pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat mencakup 4 (empat)

tahapan proses yaitu tahap assessment dan pengorganisasian masyarakat, tahap

perencanaan dan persiapan, tahap pelaksanaan dan pendampingan, dan tahap

monitoring dan evaluasi. Secara skematis, konsep pengelolaan tersebut disajikan

pada Gambar 9.

Page 53: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

87

Diisi dengan skema, gambar 9 (landscape)

Page 54: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

88

Tahap assessment dan pengorganisasian masyarakat dilakukan berupa

menginventarisasi pengetahuan, pengalaman, perhatian, dan harapan masyarakat

terhadap potensi dan pengelolaan pariwisata, serta menggali berbagai aspek yang

berkaitan dengan potensi dan pengembangan produk pariwisata. Tahapan ini

bertujuan untuk ; pertama, mengembangkan pengetahuan dan kesadaran

bersama tentang pariwisata yang ramah lingkungan ; kedua, mengidentifikasi

elemen-elemen penting untuk penyusunan pedoman dan aturan pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat ; ketiga, mengidentifikasi hubungan dan

keterkaitan antar berbagai stakeholder.

Assessment dan pengorganisasian masyarakat melibatkan berbagai

stakeholder, baik masyarakat lokal dan non-lokal maupun berbagai pihak lain

yang berkepentingan terhadap pengembangan pariwisata. Mereka diposisikan

sebagai pihak yang sangat memiliki pemahaman terhadap situasi dan kondisi

serta kepentingannya masing-masing. Aktifitas wawancara yang bersifat formal

dan informal serta diskusi kelompok dapat dilakukan bersama (melalui fasilitasi

pihak independen) untuk menggali dan berbagi pengalaman serta pengetahuan

agar terbangun wawasan dan pengertian yang dalam tentang kepentingan dan

peran masing-masing stakeholder.

Keluaran dari assessment yang dilakukan dapat berupa hal-hal yang dapat

dijadikan materi penyusunan konsep dan mekanisme pengelolaan (tangible

outputs) maupun hal-hal yang berfungsi sebagai moral pendukung (less-tangible

outputs) bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (Pinel, 1998).

Secara umum keluaran yang mencakup kedua aspek tersebut disajikan pada Tabel

36.

Page 55: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

89

Tebel 36. Keluaran dalam tahap assessment dan pengorganisasian masyarakat.

Keluaran untuk penyusunan konsep

dan mekanisme pengelolaan

Keluaran yang bersifat moral

pendukung

Informasi-informasi dasar yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan

perencanaan dan upaya

pengembangan pariwisata, dan

berbagai informasi yang tentang

dinamika perkembangan

kepariwisataan.

Informasi yang berkaitan dengan

aspek-aspek yang akan

mempengaruhi perkembangan

pariwisata dimasa datang.

Informasi tentang keberadaan

stakeholder langsung maupun tak

langsung.

Sekumpulan informasi penting yang

dapat dijadikan dasar bagi

penyusunan aturan dan mekanisme

sebagai pedoman pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat.

Informasi yang berkaitan dengan

berbagai hambatan dan tantangan

dalam pengelolaan pariwisata

berbasis masyarakat.

Terdorongnya kepedulian semua

stakeholder terhadap implikasi

dan kemungkinan-kemungkinan

yang terdapat dalam

pengembangan pariwisata.

Terjadinya suatu kondisi dimana

masyarakat dan stakeholder

lainnya dapat berbagi informasi

tentang kepentingan masing-

masing yang selama ini tdak

terungkap pada diskusi dan

pertemuan formal lainnya.

Terangkatnya potensi dan

kearifan kolektif masyarakat dan

mengkombinasikannya dengan

masukan, pengalaman dan

keahlian yang dimiliki oleh

stakeholder lainnya.

Terdorongnya kondisi diskusi

yang konstruktif dan kooperatif,

dan jelasnya hubungan dan

keterkaitan serta kebutuhan antar

berbagai stakeholder.

Ketepatan hubungan atau

matarantai antar berbagai isu,

keputusan dan inisiatif.

Keluaran-keluaran yang mengandung materi penyusunan konsep dan

mekanisme pengelolaan tersebut diharapkan dapat menjadi informasi yang

penting dalam pembahasan tentang pengembangan dan pelaksanaan kegiatan

pariwisata, penyusunan organisasi pengelolaan, perencanaan pengelolaan, dan

evaluasi pengelolaan dimasa datang. Sementara keluaran yang bersifat sebagai

moral pendukung akan berfungsi sebagai daya dorong yang diperlukan oleh

semua stakeholder untuk memulai dan menjalankan konsep pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat yang akan memberi pengaruh bagi kehidupan dan

wilayah mereka.

Tahap perencanaan dan persiapan merupakan tahapan yang dibangun

berdasarkan keluaran-keluaran dan kesepakatan yang telah dilahirkan dari proses

pengorganisasian pada tahap pertama. Tahapan ini bertujuan untuk : pertama,

Page 56: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

90

merancang dan mengembangkan program dan produk-produk wisata; kedua,

mengembangkan infrastruktur dan konsep pelayanan wisata ; dan ketiga,

mengembangkan mekanisme dan aturan pengelolaan pariwisata. Untuk

melengkapi informasi yang diperlukan dalam tahapan ini, dilakukan pula aktifitas

yang berkaitan dengan inventarisasi terhadap sumberdaya pariwisata yang

tersedia. Pada tahapan ini, proses pengembangan kapasitas masyarakat lokal

seperti yang telah dimulai pada tahapan pertama semakin diperkuat. Aktifitas

yang dapat dilakukan adalah berupa pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan konsep/program pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat. Pada tahapan ini produk wisata, konsep

pelayanan wisata, dan konsep pengelolaan wisata yang dirumuskan pada tahapan

sebelumnya diimplementasi dan dikomunikasikan kepada semua pihak yang

berkepentingan. Disisi lain, aktifitas publikasi dan pemasaran produk yang telah

dihasilkan dapat dilakukan pada tahapan ini.

Tahapan yang terakhir adalah monitoring dan evaluasi. Pada tahapan ini

semua stakeholder secara bersama melakukan peran pemantauan dan penilaian

terhadap keseluruhan aktifitas dan produk yang telah dihasilkan. Dalam hal ini

juga mencakup penilaian terhadap tahapan-tahapan proses sebelumnya sehingga

didapatkan suatu mekanisme proses, keluaran proses, dan produk wisata yang

lebih baik. Hal ini penting dilakukan agar sistim pengelolaan yang

dikembangakn dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan dinamika

perkembangan pariwisata dan masyarakat.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa konsep pengelolaan

pariwisata berbasis masyarakat di Tanjung Karang Pusentasi dikembangkan

dalam konteks pengembangan masyarakat dan wilayah yang luas, maka

diperlukan beberapa faktor/elemen penting yang berfungsi sebagai penunjang.

Selain berfungsi sebagai penunjang, faktor-faktor/elemen-elemen tersebut

diharapkan dapat menjamin keberlanjutan dari konsep bersama yang telah

dilahirkan. Faktor-faktor tersebut adalah dukungan kebijakan pemerintah daerah,

jaringan kerjasama dan kemitraan, pendidikan dan pelatihan, bantuan pendanaan,

dan penelitian dan pengembangan.

Page 57: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

91

Kebijakan pemerintah merupakan faktor yang sangat penting bagi

terciptanya suatu proses pengelolaan pariwisata yang berbasis masyarakat. Hal

ini penting karena pemerintah memiliki peran kontrol, pendukung,

pemberdayaan, dan penasehat (advisory) bagi setiap aktifitas yang dibangun

berdasarkan inisiatif dan kekuatan masyarakat ( Pomeroy dan Williams, 1994

dalam Metcalfe, 1996). Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996

mengisyaratkan hal tersebut, dimana pemerintah berperan tidak hanya melakukan

pengaturan tetapi juga berperan dalam melakukan bimbingan, pengawasan dan

pengendalian terhadap kegiatan usaha pariwisata. Peran tersebut berpedoman

pada tujuan pembangunan pariwisata nasional yang salahsatu diantaranya adalah

meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat yang didasarkan atas nilai-nilai agama, adat istiadat, serta

pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Dalam era otomonomi daerah saat ini, pemerintah daerah memegang

peranan yang sangat penting. Penyiapan sistim perencanaan yang matang, yang

salahsatunya dalam bentuk penyiapan Rencanan Induk Pengembangan Pariwisata

daerah sudah harus dimulai dengan pendekatan yang lebih mampu menemukenali

wilayah yang akan dijadikan lokasi pengembangan kegiatan pariwisata

(Nirwandar, 2007). Hal ini harus dilakukan lebih mendalam dengan

mempertimbangkan potensi sumberdaya alam dan budaya serta berbagai

permasalahannya agar semua pihak yang berkepentingan, meskipun berbeda,

terhadap suatu wilayah dapat secara bersama memanfaatkannya. Dengan

demikian maka diperoleh pemahaman yang luas dan mendalam terhadap potensi

tersebut dan dapat dilahirkan suatu kebijakan yang tepat.

Salahsatu upaya yang dapat dilakukan untuk membangun kerjasama antar

berbagai stakeholder adalah dengan membangun jaringan dan kemitraan. Dengan

membangun jaringan dan kemitraan, masyarakat lokal dapat memperoleh

manfaat informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang belum mereka miliki

yang berasal dari pihak lainnya diluar mereka, dan pihak lain tersebut dapat pula

memahami dengan benar pengetahuan, keterampilan, dan kebutuhan masyarakat

lokal. Hal ini penting karena, dengan demikian, akan terbangun suatu proses dan

prinsip-prinsip checks and balances diantara berbagai pihak (Agrawal dan

Page 58: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

92

Gibson, 1999) sebagai salahsatu prasyarat pengembangan kegiatan pariwisata

berbasis masyarakat.

Pengembangan jaringan dan kemitraan yang dilakukan tidak sekedar

untuk memenuhi kebutuhan dan syarat kelembagaan dari suatu proses

pengembangan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat tetapi juga merupakan

suatu proses edukasi bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Pentingnya

proses edukasi ini karena berbagai pihak yang terlibat akan memiliki cara

pandang yang berbeda dalam memandang masalah yang harus diselesaikan.

Disatu sisi pihak-pihak lain diluar masyarakat lokal akan memiliki pandangan

dengan cara pandang “orang luar” sementara masyarakat lokal, disisi lain

memiliki pengetahuan lokal, yang oleh Behr et al (1995) disebutkan sebagai cara

pandang dari dalam untuk mendefiniskan masalah dan menformulasikan

pemecahannya. Dengan demikian maka pendekatan ini akan memberikan

peluang terjadinya pertukaran informasi dan cara pandang sehingga diperoleh

suatu keputusan bersama dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.

Pendidikan dan pelatihan merupakan salahsatu kunci bagi keberhasilan

pengembangan masyarakat lokal dalam kaitan dengan pengembangan peran

mereka dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Dengan tingkat

pendidikan masyarakat di kawasan Tanjung Karang Pusentasi, yang sebagian

besar hanya sampai pada tingkat sekolah dasar akan menyebabkan terjadinya

kesenjangan pengetahuan dan keterampilan dengan pihak-pihak lain yang akan

terlibat. Hal ini tentunya akan sedikit mempersulit proses komunikasi dan

perubahan prilaku masyarakat dari sekedar menerima apa adanya program yang

ditawarkan oleh pihak luar menjadi masyarakat yang berdaya dan memiliki posisi

tawar yang kuat. Dengan demikian, strategi pengembangan kemampuan

masyarakat melalui pendidikan (formal dan non-formal) serta pelatihan sangat

penting bagi keterlibatan mereka dalam pengelolaan pariwisata berbasis

masyarakat. Karena, proses pendidikan dan pelatihan merupakan salahsatu

stimulus bagi terciptanya perubahan (Behr et al, 1995) bagi masyarakat.

Sumber pendanaan bagi pengembangan usaha masyarakat untuk

mendukung kegiatan pariwisata merupakan salahsatu masalah yang dihadapi oleh

masyarakat lokal. Oleh karena itu, dukungan semua pihak untuk mengatasi hal

Page 59: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

93

ini sangat penting untuk dilakukan. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari

bantuan-bantuan pemerintah, tetapi dapat bersumber dari bantuan pihak swasta

dan lembaga-lambaga pendaanaan serta sumber-sumber dana yang bersifat hibah

dari berbagai pihak yang memiliki kepedulian.

Disamping itu, suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah

bagaimana mengurangi intervensi pendanaan dari luar yang dapat memberatkan

masyarakat, dengan jalan mengembangkan sumberdaya yang bersumber dari

potensi lokal untuk menciptakan sumber pendanaan bagi masyarakat. Dengan

demikian maka, masyarakat lokal akan memiliki kontrol yang kuat terhadap

sumberdaya (Agrawal dan Gibson, 1999) yang terdapat di kawasan tersebut.

Dukungan lainnya yang juga sangat penting adalah kegiatan penelitian

dan pengembangan. Hal ini dilakukan untuk menemukan pemecahan terhadap

masalah yang dihadapi oleh masyarakat lokal dan pihak-pihak lainnya yang

terlibat langsung didalam kegiatan pariwisata. Keterbatasan yang mereka miliki

dalam kaitan ini, harus dilakukan oleh pihak lain yang lebih berkompeten dan

memiliki kemampuan yang tepat. Dalam hal ini, perah pihak lainnya seperti

Perguruan Tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian yang ada baik di

daerah maupun pusat sangat diperlukan. Dengan demikian maka upaya untuk

membangun sinergi dengan memadukan kekuatan yang berbeda yang dimiliki

oleh masing-masing pihak dapat tercipta, dan upaya untuk mebangun pariwisata

berbasis masyarakat dapat diwujudkan.

5.5.4. Analisis Peran Stakeholder Dalam Pengelolaan Pariwisata Berbasis

Masyarakat

Pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat, seperti telah dikemukakan

sebelumnya, menuntut adanya peranserta atau partisipasi semua pihak secara

luas. Partisipasi merupakan suatu proses dimana berbagai pihak (stakeholders)

bersama-sama memberi pengaruh dan pengawasan terhadap inisiatif

pembangunan, pengambilan keputusan, dan pemanfaatan sumberdaya yang

memberikan pengaruh kepada kehidupan mereka (World Bank, 1996 dalam Karl,

2000). Untuk melihat posisi serta peran masyarakat lokal dan berbagai

stakeholder lainnya dalam kegiatan pariwisata dilakukan analisis stakeholder

Page 60: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

94

dengan menggunakan mekanisme seperti yang disarankan oleh Rietbergen-

McCracken dan Narayan (1998).

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi kelompok yang dilakukan

dengan masyarakat di kawasan wisata Tanjungkarang Pusentasi ditetapkan

beberapa pihak yang merupakan stakeholder kunci dalam pengembangan

kegiatan pariwisata di wilayah ini. Para pihak yang tergali didalam kegiatan

wawancara kemudian diklarifikasi dan dikelompokan kedalam beberapa

kelompok stakeholder ketika dilakukan diskusi kelompok terfokus. Melalui

proses tersebut diperoleh beberapa kelompok stakeholder (Tabel 37) yaitu

masyarakat lokal, pengusaha pariwisata, pemerintah, lembaga swadaya

masyarakat, dan lembaga-lembaga lokal masyarakat yang terdapat di kawasan

wisata Tanjungkarang Pusentasi.

Kelompok masyarakat lokal mewakili kepentingan-kepentingan

masyarakat lokal di kawasan ini baik yang memiliki aktifitas berkaitan dengan

pariwisata maupun yang tidak berhubungan ataupun berhubungan langsung

dengan pariwisata seperti yang diuraikan pada pembahasan sebelumnya.

Sementara kelompok pengusaha wisata sebagai stakeholder utama, disamping

masyarakat lokal, mewakili pemilik penginapan dan cottage, serta biro perjalanan

yang berasal dari kota Donggala dan Palu. Kelompok pemerintah terdiri atas

Dinas Pariwisata Kabupaten Donggala serta Pemerintah Desa dan Kelurahan

yang terdapat di wilayah ini. Kelompok LSM/KSM terdiri dari lembaga non-

profit yang berasal dari Donggala dan Palu yang memiliki aktifitas di Kawasan

Wisata Tanjungkarang Pusentasi, dan kelompok swadaya masyarakat untuk

kepentingan pariwisata. Sementara yang terakhir adalah kelompok organisasi

masyarakat lokal yang masih aktif terdiri atas kelompok tani dan nelayan, PKK,

kelompok arisan, kelompok pengajian, dan lembaga adat. Hasil identifikasi

kepentingan dan pengaruh kegiatan pariwisata terhadap kepentingan kelompok-

kelompok stakeholder tersebut dikemukakan pada Tabel 37.

Page 61: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

95

Tabel 37. Identifikasi kepentingan dan pengaruh pariwisata terhadap kepentingan

stakeholder di Kawasan Wisata Tanjungkarang-Pusentasi saat ini

(diadopsi dari Rietbergen-McCracken dan Narayan,1998).

Pihak yang

berkepentingan

(stakeholders)

Kepentingan

(interest)

Efek pariwisata

terhadap interest

Masyarakat lokal - Membuka kesempatan kerja

- Menambah pendapatan

- Menjual hasil usaha (pertanian,

perikanan, dan kerajinan)

- Perlindungan terhadap

kebudayaan lokal

+

+

+/-

-

Pengusaha pariwisata - Peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan

- Pengembangan usaha

+

+

Pemerintah

Dinas Pariwisata - Pengaturan obyek wisata

- Pemberian izin dan pengawasan

usaha pariwisata

- Peningkatan jumlah pemasukan

dari retribusi usaha pariwisata

+

+

+

Pemerintah Desa/

Kelurahan

Pembangunan desa/kelurahan

+/-

LSM/KSM - Perlindungan potensi alam dan

budaya

- Perbaikan lingkungan

+/-

+/-

Lembaga Lokal

Kelompok tani dan

nelayan

Pemasaran hasil pertanian dan

perikanan

-

Karang Taruna Pengembangan SDM pemuda -

PKK-Dasa Wisma Keindahan lingkungan desa -

Kelompok Arisan Pengembangan modal usaha +/-

Kelompok Pengajian Kepentingan sosio-religius -

Lembaga Adat Kepentingan sosial budaya -

Berdasarkan informasi yang dikemukakan pada Tabel 37, terlihat bahwa

terdapat berbagai kepentingan yang diharapkan oleh para stakeholder dapat

terpenuhi (+) melalui kegiatan pariwisata yang berlangsung saat ini. Bagi

masyarakat lokal, kegiatan pariwisata dapat memenuhi (+) kepentingan mereka

untuk mendapatkan pekerjaan dan menambah pendapatan tetapi belum dapat

sepenuhnya memenuhi (+/-) kepentingan mereka untuk menjual hasil pertanian

dan perikanan. Disamping itu, kegiatan pariwisata saat ini belum dapat

memenuhi (-) kepentingan masyarakat lokal dalam mempertahankan dan

mengembangkan kebudayaan lokal. Sedangkan kepentingan pengusaha

Page 62: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

96

pariwisata, seperti yang terungkap dalam wawancara yang dilakukan, adalah

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan berkembangnya usaha yang

mereka jalankan. Dikemukakan bahwa kegiatan pariwisata yang berlangsung saat

ini dapat memenuhi (+) kepentingan mereka untuk mengembangkan usaha.

Pemerintah sebagai pemegang kendali kebijakan memegang peranan yang

penting didalam mengembangkan kegiatan pariwisata di wilayah ini. Dinas

pariwisata sebagai instansi yang diberi kepercayaan untuk menjalankan fungsi

tersebut memiliki beberapa kepentingan dalam kegiatan pariwisata di wilayah

penelitian. Kepentingan-kepentingan tersebut adalah pengaturan obyek wisata,

pemberian izin dan pengawasan usaha pariwisata, dan peningkatan jumlah

pemasukan dari retribusi usaha pariwisata. Dari wawancara yang dilakukan

dengan asparat pemerintahan pada tingkat kabupaten diperoleh informasi bahwa

kepentingan mereka dapat terlaksana (+) dengan baik di kawasan wisata ini.

Sedangkan pemerintah pada tingkat desa dan kelurahan mengharapkan adanya

kemajuan bagi wilayahnya sebagai akibat dari berkembangnya pariwisata.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terlihat bahwa kepentingan

pemerintahan pada level bawah ini tidak dapat tepenuhi sepenuhnya (+/-). Hal

ini disebabkan karena mereka tidak sepenuhnya memiliki wewenang untuk

mengatur dan mengambil keputusan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan pariwisata.

Bagi lembaga swadaya masyarakat/kelompok swadaya masyarakat,

kegiatan pariwisata yang berlangsung saat ini belum sepenuhnya (+/-) memenuhi

kepentingan mereka sebagai kelompok/lembaga yang memperjuangkan

perlindungan terhadap potensi sumberdaya alam dan budaya, serta perbaikan

lingkungan. Menurut mereka, konsep pengelolaan pariwisata yang ada selama

ini masih belum memberikan peran yang luas bagi semua stakeholder untuk

banyak berperan, termasuk lembaga/kelompok swadaya masyarakat sebagai

kelompok yang berupaya untuk memediasi peran masyarakat dalam setiap proses

pengembangan pariwisata. Demikian pula halnya dengan lembaga masyarakat

lokal yang terdapat di wilayah penelitian. Seluruh lembaga masyarakat lokal

tersebut, seperti terlihat pada tabel diatas menyatakan bahwa kepentingan-

kepentingan mereka belum terpenuhi (-) melalui kegiatan pariwisata yang

Page 63: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

97

berlangsung saat ini. Hal ini terjadi karena dalam proses pengembangan

pariwisata belum menempatkan masyarakat lokal dan kelembagaan yang terdapat

didalam masyarakat sebagai subyek, tetapi masih diposisikan sebagai obyek

dalam setiap proses pengembangan pariwisata. Padahal keberhasilan kegiatan

pengelolaan sumberdaya alam, dimana pariwisata sebagai salahsatu bentuk

pemanfaatan tersebut, sangat ditentukan oleh keterlibatan masyarakat (Damanik

dan Weber, 2006) dan institusi lokal (Uphoff, 1987 dalam Brandon, 1993 ;

Rasmunsen dan Meinzen-Dick, 1995 ; Selman, 2001 ; Damanik dan Weber,

2006) yang terdapat didalamnya.

Meskipun secara eksplisit terlihat bahwa terdapat perbedaan kepentingan

pada masing-masing kelompok stakeholder tersebut, namun sebenarnya terdapat

kaitan yang sangat erat antar masing-masing kepentingan yang berbeda tersebut

jika dikaitkan dengan upaya pengembangan kegiatan pariwisata. Kepentingan

pengusaha pariwisata dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan dapat

memberikan peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan melalui

keikutsertaan dalam kegiatan usaha penunjang pariwisata, memberikan pengaruh

terhadap peningkatan jumlah pemasukan dari retribusi usaha pariwisata bagi

pemerintah, serta hubungan-hubungan atar kepentingan stakeholder yang lainnya.

Tetapi disisi lain, peluang untuk terjadinya benturan antar kepentingan

berbagai stakeholder tersebut juga memungkinkan terjadi. Sebagai contoh

misalnya, pengembangan usaha yang dilakukan oleh pengusaha pariwisata dapat

pula menjadi masalah bagi masyarakat lokal, jika upaya pengembangan usaha

tersebut lebih dititik beratkan pada ekspansi usaha ke wilayah usaha yang selama

ini dapat dilakukan oleh masyarakat. Pengalaman yang terjadi di Tanjungkarang,

berdasarkan informasi masyarakat, pada tahun 1990an pengusaha yang memiliki

penginapan dan cottage masih membagi peran dengan masyarakat lokal dalam

pelayanan kepada wisatawan. Saat itu pihak pengusaha hanya menyediakan

penginapan, sementara untuk pelayanan konsumsi diserahkan kepada masyarakat

dibawah pengawasan pengusaha terutama yang berkaitan dengan kebersihannya.

Namun, peran tersebut sejak beberapa tahun terakhir tidak lagi dimiliki oleh

masyarakat lokal. Disamping dapat menggeser peran masyarakat lokal,

pengembangan usaha yang dilakukan oleh pengusaha pariwisata dapat pula

Page 64: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

98

mengurangi atau bahkan menghilangkan akses masyarakat terhadap sumberdaya

alam, dan mengancam hak kepemilikan masyarakat, seperti yang menjadi

kekhawatiran mereka selama ini.

Berkaitan dengan keadaan yang diuraikan dimuka, maka analisis terhadap

kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder terhadap kegiatan

pariwisata berbasis masyarakat sangat diperlukan untuk memberi arahan bagi

pengembangan peran masing-masing stakeholder tersebut. Hal ini merupakan

bagian yang sangat penting didalam memulai proses pengelolaan pariwisata

berbasis masyarakat, seperti yang digambarkan pada skema pengelolaan (Gambar

9), terutama pada tahapan pertama dari proses pengelolaan. Oleh karena itu,

penguraian peran masyarakat dan berbagai stakeholder lainnya secara detail baru

dapat dilakukan setelah semua pihak tersebut melakukan penggalian (assessment)

secara bersama-sama pada tahapan tersebut.

Page 65: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Masyarakat di … V... · kelurahan Labuan Bajo, lokasi dan kegiatan wisata terdapat di Tanjung Karang yang merupakan salahsatu RT di kelurahan

87

Pengembangan pengetahuan dan kesadaran tentang pariwisata ramah

lingkunganMengidentifikasi elemen-elemen penting untuk penyusunan pedoman dan aturan

pelaksanaan pariwisata berbasis masyarakat

Mengidentifikasi hubungan antar stakeholder

Iventarisasi peran, pengalaman, perhatian, dan

harapan masing-masing stakeholder, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan produk

Prengembangan program

dan produk wisata

Pengembangan infrastruktur dan

pelayanan wisata

Pengembangan mekanisme

dan aturan pengelolaan

Produk wisata, pelayanan

wisata dan implementasi

program

Kesiapan sistem dan

mekanisme pengelolaan

serta evaluasi hasil

1

TAHAP

ASSESSMENT DAN

PENGORGANISASIAN

MASYARAKAT

2

PERENCANAAN

DAN PERSIAPAN

3

TAHAP

PELASANAAN

DAN

PENDAMPINGAN

4

TAHAP

MONITORING

DAN EVALUASI

Publikasi dan

pemasaran

Inventarisasi sumberdaya pariwisata

Dalam konteks pengembangan masyarakat dan

wilayah yang luas

Dukungan

kebijakan

Pemda

Jaringan

kerjasama dan

kemitraan

Pendidikan dan

pelatihan

Bantuan

pendanaan

Penelitian dan

pengembangan

Gambar 9. Skema konsep pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi

(Diadaptasi dari Pinel, 1999)