v gambaran umum - repository.ipb.ac.id · budidaya ikan hias. sedangkan dari aspek kewenangan...

25
47 V GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Cibinong 5.1.1. Letak Geografis Kecamatan Cibinong merupakan salah satu dari 40 kecamatan yang ada di dalam lingkup wilayah administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Kecamatan Cibinong sebagai pusat pemerintahan daerah. Hal ini dikarenakan pusat-pusat perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor sebagian besar terletak di kecamatan ini. Kecamatan Cibinong merupakan salah satu kecamatan terluar di Kabupaten Bogor. Luas wilayah Kecamatan Cibinong sebesar 57,53 km 2 atau 1.750,943 hektar. Adapun batas-batas wilayah administratif Kecamatan cibinong dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Batas Wilayah Administratif Kecamatan Cibinong Batas Kecamatan/Wilayah Sebelah Utara Kota Depok Sebelah Timur Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Citeureup, dan Kecamatan Babakan Madang Sebelah Selatan Kecamatan Sukaraja Sebelah Barat Kecamatan Bojong Gede Kecamatan Cibinong adalah kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki jarak terdekat dengan wilayah Ibukota Jakarta, yaitu sebesar 3,7 kilometer. Selain itu, jarak kantor kecamatan dengan desa terjauh hanya mencapai 10 kilometer. Dengan demikian, rentang kendali dan koordinasi pemerintahan menjadi lebih cepat dan lebih mudah untuk dilaksanakan di tingkat desa. Dari aspek topografi, Kecamatan Cibinong sebagian besar berupa dataran berombak (sekitar 75 persen). Wilayah Kecamatan Cibinong memiliki ketinggian mencapai 120 hingga 140 meter dari permukaan laut (dpl) dengan suhu

Upload: doanmien

Post on 22-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

47

V GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Umum Kecamatan Cibinong

5.1.1. Letak Geografis

Kecamatan Cibinong merupakan salah satu dari 40 kecamatan yang ada di

dalam lingkup wilayah administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Kecamatan Cibinong terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Bogor.

Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Kecamatan Cibinong sebagai

pusat pemerintahan daerah. Hal ini dikarenakan pusat-pusat perkantoran

Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor sebagian besar terletak di kecamatan ini.

Kecamatan Cibinong merupakan salah satu kecamatan terluar di

Kabupaten Bogor. Luas wilayah Kecamatan Cibinong sebesar 57,53 km2 atau

1.750,943 hektar. Adapun batas-batas wilayah administratif Kecamatan cibinong

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Batas Wilayah Administratif Kecamatan Cibinong

Batas Kecamatan/Wilayah

Sebelah Utara Kota Depok

Sebelah Timur Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan

Citeureup, dan Kecamatan Babakan

Madang

Sebelah Selatan Kecamatan Sukaraja

Sebelah Barat Kecamatan Bojong Gede

Kecamatan Cibinong adalah kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki jarak

terdekat dengan wilayah Ibukota Jakarta, yaitu sebesar 3,7 kilometer. Selain itu,

jarak kantor kecamatan dengan desa terjauh hanya mencapai 10 kilometer.

Dengan demikian, rentang kendali dan koordinasi pemerintahan menjadi lebih

cepat dan lebih mudah untuk dilaksanakan di tingkat desa.

Dari aspek topografi, Kecamatan Cibinong sebagian besar berupa dataran

berombak (sekitar 75 persen). Wilayah Kecamatan Cibinong memiliki ketinggian

mencapai 120 hingga 140 meter dari permukaan laut (dpl) dengan suhu

48

maksimum mencapai 31oC dan suhu minimum sebesar 22oC. Dengan rentang

suhu demikian, maka Kecamatan Cibinong potensial bagi pengembangan usaha

budidaya ikan hias.

Sedangkan dari aspek kewenangan administratif membagi wilayah

Kecamatan Cibinong mejadi 12 kelurahan, 13 lingkungan atau dusun, 156 Rukun

Warga (RW), dan 903 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah Rumah Tangga

sebesar 62.594 Rumah Tangga. Kedua belas kelurahan yang ada di Kecamatan

Cibinong antara lain : Karadenan, Nanggewer, Nanggewer Mekar, Cibinong,

Pakansari, Sukahati, Tengah, Pondok Rajeg, Harapan Jaya, Pabuaran, Cirimekar,

dan Ciriung.

5.1.2. Sumber Daya Alam

Kecamatan Cibinong memiliki curah hujan 2.150 sampai dengan 2.650

mm per tahun dengan jumlah hari curah hujan terbanyak selama 175 hari. Bentuk

wilayah terdiri dari 75 persen datar sampai berombak dan 25 persen berombak

sampai berbukit. Luas total tanah sawah di wilayah Cibinong adalah sebesar

697,337 hektar, sebanyak 57,1 hektar digunakan sebagai irigasi teknis, 102 hektar

digunakan sebagai irigasi setengah teknis, 27,5 hektar sebagai irigasi sederhana,

dan 27,8 hektar sebagai tadah hujan atau sawah rendengan.

Luas total tanah kering di Kecamatan Cibinong adalah 1.750,943 hektar.

Luas lahan sebanyak 177,73 hektar digunakan sebagai tegalan atau kebun, 2,85

hektar sebagai tambak, 22,5 hektar sebagai rawa pasang surut, dan 176,37 hektar

sebagai kolam, balong, dan empang. Tanah perkebunan yang digunakan untuk

perkebunan rakyat sebesar 4,1 hektar. Selain itu, luas yang digunakan untuk

fasilitas umum yang terdiri dari lapangan olah raga adalah seluas 147,16 hektar,

taman rekreasi seluas 10,5 hektar, jalur hijau seluas 14,65 hektar, pemakaman

seluas 67,04 hektar dan lain-lain (tanah tandus, tanah pasir) sebesar 34,48 hektar.

Di sisi lain, perubahan penggunaan tanah persawahan dan perkebunan menjadi

perumahan adalah seluas 145,5 hektar dan 15 hektar. Perubahan penggunaan

lahan untuk kegiatan pertanian menjadi perumahan atau pemukiman memang

telah menjadi permasalahan yang menjadi perhatian bagi pengembangan kegiatan

agribisnis di Kecamatan Cibinong. Alih fungsi lahan ini semakin bertambah

parah ketika Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor menetapkan Kecamatan

49

Cibinong sebagai Ibukota Kabupaten Bogor. Sehingga perencanaan wilayah

Kecamatan Cibinong mengarah pada pemukiman dan perkotaan.

5.1.3. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk yang mendiami wilayah Kecamatan Cibinong sebanyak

274.111 jiwa. Jumlah tersebut terbagi dalam 65.049 rumah tangga. Penduduk

laki-laki sebanyak 139.007 jiwa, sedangkan penduduk perempuan berjumlah

135.104 jiwa. Jumlah penduduk yang berada di usia produktif (usia 15-55 tahun)

sebesar 167.597 jiwa. Jumlah ini mencakup 61,1 persen dari keseluruhan

penduduk di Kecamatan Cibinong. Tabel 8 menunjukkan jumlah rumah tangga di

Kecamatan Cibinong menurut jenis pekerjaan utama.

Tabel 8. Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Pekerjaan Utama di Kecamatan Cibinong Tahun 2008

No Jenis Pekerjaan Utama Jumlah Penduduk (Rumah Tangga)

1 Pertanian 1.800 2 Pertambangan dan Galian 1.263 3 Industri 34.943 4 Listrik, Gas, dan Air* - 5 Konstruksi 4.027 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.800 7 Angkutan 4.462 8 Lembaga Keuangan Lainnya 868 9 Jasa-Jasa 6.725

10 Lainnya 2.161 Total Pekerja 65.049

Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2009)

Dari tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga di Kecamatan

Cibinong bekerja di sektor industri. Hal ini berbeda dengan sektor pertanian (on

farm) yang hanya menampung sekitar 1.800 rumah tangga. Rumah tangga yang

tidak memiliki pekerjaan dan jenis pekerjaan yang tidak termasuk kategori dalam

tabel tersebut dikelompokkan dalam pekerjaan lainnya dengan jumlah yang

mencapai 2.161 rumah tangga.

Dari aspek pendidikan, sebagian besar penduduk di Kecamatan Cibinong

tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 28.660 jiwa. Jumlah ini

50

hanya sedikit lebih besar dari penduduk yang hanya lulus Sekolah Dasar (SD)

yang mencapai 28.420 jiwa. Di lain pihak penduduk yang lulus Akademi dan

Universitas masing-masing mencapai 7.351 dan 4.089 jiwa. Sedangkan penduduk

yang tidak tamat SD atau sederajat mencapai 15.463 jiwa. Dengan demikian,

sebagian besar penduduk Kecamatan Cibinong berada dalam tingkat pendidikan

rendah hingga menengah.

Dari segi agama yang dianut, sebagian besar penduduk Kecamatan

Cibinong atau sebesar 232.954 (85,26 persen) menganut agama Islam. Selain itu,

penduduk Kecamatan Cibinong yang menganut agama Katolik, Protestan, Hindu,

Budha, dan Konghucu berturut-turut mencapai 9.495, 25.505, 1.327, 2.211, dan

1.617 jiwa. Namun demikian, penduduk Kecamatan Cibinong selalu menjaga

kerukunan dan ketentraman antar umat beragama.

5.1.4. Sarana dan Prasarana

Kecamatan Cibinong memiliki prasarana pengairan berupa 10.378 buah

pompa air, 11 buah sungai, 3.313 buah saluran Perusahaan Air Minum (PAM),

dan 16 buah situ. Alat transportasi yang dimiliki adalah 10 buah bus, 22 buah

metromini/ mikrolet, 166 buah angkot, 7.416 buah ojek dan 8.713 buah sepeda.

Sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Cibinong adalah 14 buah koperasi,

sebuah pasar bangunan permanen, 1.825 buah toko, kios, warung dan empat buah

bank.

Adapun sarana perhubungan yang ada di Kecamatan Cibinong adalah

sebuah sub terminal, 141 buah telepon umum, dua buah kantor telekomunikasi

(Telkom), 309 buah warung telekomunikasi. Perusahaan yang ada di Kecamatan

Cibinong adalah 43 buah industri besar, 81 buah industri sedang, 84 buah industri

kecil, 25 buah home industry, 2 buah perhotelan, 127 buah rumah makan, 509

buah usaha dagang, 290 buah angkutan. Sarana pendidikan yang dimiliki adalah

80 buah taman kanak-kanak, 66 buah SD Negeri, 29 buah SD/ Madrasah

Ibtida’iyah Negeri, enam buah SD Swasta Umum, delapan buah SD Swasta Islam,

satu buah SD Swasta Katolik, dua buah SLB, tiga buah SLTP Negeri, sembilan

buah SLTP Madrasah/ Tsanawiyah Negeri, 19 buah SLTP Swasta Umum, 15

buah SLTP Swasta Islam, satu buah SLTP Swasta Katolik, satu buah SLTP

Kejuruan Swasta, dua buah SMA Negeri, satu buah SMA Madrasah Aliyah

51

Negeri, enam buah SMA Swasta Umum, dua buah SMA Swasta Islam, satu buah

SMK Negeri, 10 buah SMK Swasta, lima buah Sekolah Tinggi Swasta, dan dua

buah Universitas Swasta. Adapun tempat ibadah di kecamatan ini adalah tujuh

buah mesjid agung, 112 buah mesjid jami’, 126 buah mesjid, 385 buah mushola,

88 buah surau, delapan bauh gereja, satu buah klenteng, satu buah litang, dan

sebuah pura.

Sarana pariwisata yang dimiliki adalah tiga buah taman, satu buah cagar

budaya, lima buah perkumpulan kebudayaan, dua sanggar kesenian, 12

perkumpulan seni, empat buah Padepokan, dua buah Bioskop. Unit kesehatan

terdiri dari satu buah RSU Pemerintah, dua buah RSU Swasta, lima buah rumah

bersalin, 35 buah poliklinik, tiga buah puskesmas pembantu, 43 buah praktek

dokter, 42 orang bidan praktek, 11 orang bidan desa, 29 orang dukun bayi, 12

buah apotik, 13 buah toko obat dan 19 buah panti pijat.

Setiap sarana dan prasarana yang dimiliki dan dibangun oleh pemerintah

daerah atau pemerintah pusat memiliki tujuan untuk memperlancar aktivitas

perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan keagamanan penduduk di Kecamatan

Cibinong. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dan

kemudahan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah.

5.1.5. Potensi Pertanian

Kecamatan Cibinong memiliki potensi pertanian baik tanaman pangan,

hortikultura, maupun perkebunan. Sebagian besar tanaman yang diusahakan

tersebut menjadi komoditas perdagangan. Tabel 9 menunjukkan potensi pertanian

Kecamatan Cibinong.

Tanaman ketela rambat merupakan komoditas pertanian yang sangat

potensial dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Hal ini terlihat dari produksi

ketela rambat yang mencapai 80,5 ton. Selain ketela rambat, potensi buah-buahan

juga perlu untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari luas areal tanam yang

mencapai 35,43 hektar dengan hasil mencapai 67,74 ton. Dengan demikian, buah-

buahan menjadi komoditas terbesar kedua yang dihasilkan di Kecamatan

Cibinong. Sementara itu, tanaman pangan terbesar yang diusahakan di

Kecamatan Cibinong yaitu padi memberikan hasil sebesar 13 ton dari 8,6 hektar

lahan yang dipanen. Adapun untuk tanaman perkebunan, Kecamatan Cibinong

52

memiliki areal lahan yang ditanami oleh 100 tanaman kelapa yang digunakan

untuk menghasilkan buah kelapa dan kopra.

Tabel 9. Potensi Pertanian di Kecamatan Cibinong Tahun 2008

No Jenis Luas Tanam (Ha)

Luas yang Dipanen (Ha)

Rata-rata Produksi (Ton)

1 Padi 19,6 8,6 13 2 Jagung 10,5 6,5 10 3 Ketela pohon 78 68,5 35 4 Ketela rambat 6,9 1,5 80,5 5 Kacang tanah 4 3 4 6 Kedelai 5,5 3,5 5 7 Sayur-sayuran 4 3 4 8 Buah-buahan 35,43 10,2 67,74

Sumber : Data Monografi Kecamatan Cibinong (2010)

5.1.6. Potensi Perikanan

Di bidang perikanan, Kecamatan Cibinong juga memiliki potensi yang

harus terus dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah masyarakatnya.

Potensi perikanan yang terdapat di wilayah Kecamatan Cibinong terbagi dalam

potensi perikanan ikan konsumsi dan potensi perikanan ikan hias. Kegiatan

perikanan tersebut terdiri dari perikanan yang diusahakan di air tenang, air deras,

sawah, karamba, dan jaring apung. Akan tetapi, komoditas ikan hias terutama

ikan hias air tawar dibudidayakan di dalam akuarium dan kolam berair tenang.

Tabel 10 memperlihatkan poensi perikanan ikan konsumsi, ikan hias, dan

pembenihan di Kecamatan Cibinong.

Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), Luas Areal, dan Produksi Berdasarkan Jenis Usaha Perikanan yang Diusahakan Di Kecamatan Cibinong Tahun 2009

Jenis Usaha Perikanan Jumlah RTP

(orang) Luas Areal

(Ha) Produksi

(Ton) Air Tenang 183 14,50 67,39 Air Deras* 0 0 0 Sawah* 0 0 0 Karamba* 0 0 0 Jaring Apung 39 0,005 19,25 Ikan Hias 70 1,5 376,89** Pembenihan 25 5,3 1.455,69

53

Keterangan : *Tidak ada data, **Satuan dalam Ribu Ekor (RE) Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor (2010)

Dari tabel 10 terlihat bahwa komoditas ikan konsumsi sebagian besar

diusahakan di kolam air tenang dengan jumlah RTP yang mencapai 183 orang,

dengan luas sebesar 14,5 hektar dan produksi mencapai 67,39 ton. Sedangkan

rumah tangga yang mengusahakan ikan hias mencapai 70 orang dengan luas areal

1,5 hektar dan produksi mencapai 376,89 ribu ekor. Di lain sisi, untuk memasok

kebutuhan benih, maka rumah tangga yang bergerak dalam usaha pembenihan

berjumlah 25 orang, luas areal pembenihan mencapai 5,3 hektar dan hasil

produksi mencapai 1.455,59 hektar.

Tabel 11. Jumlah Produksi Setiap Komoditas Ikan konsumsi di Kecamatan Cibinong Tahun 2009

No Komoditas Ikan Konsumsi Produksi (Ton) 1 Mas 279,31 2 Gurame 190,74 3 Lele 619,98 4 Tawes 41,74 5 Tambakan 15,07 6 Mujair 4,32 7 Nila 0,02 8 Patin 103,15 9 Bawal 52,44

Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor 2009 (Diolah).

Berdasarkan Tabel 11, komoditas ikan konsumsi yang diusahakan oleh

sebagian besar rumah tangga perikanan di Kecamatan Cibinong adalah ikan mas.

Hal ini dikarenakan produksi ikan hias mencapai 279,31 ton. Selain ikan mas,

ikan konsumsi yang terbesar kedua dan ketiga yang diusahakan adalah ikan lele

dengan produksi yang mencapai 619,98 ton dan ikan patin dengan jumlah

produksi sebesar 103,15 ton.

Ikan hias menjadi salah satu komoditas perikanan yang potensial untuk

dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan luas lahan yang

dibutuhkan oleh usaha pembudidayaan dan perdagangan ikan hias tidak terlalu

luas. Luas lahan menjadi salah satu faktor penentu untuk menentukan komoditas

54

unggulan yang akan dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Alih fungsi lahan

pertanian menjadi lahan pemukiman, pertokoan, dan jasa semakin bertambah dan

meningkat untuk setiap tahunnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari rencana

pengembangan Kecamatan Cibinong yang diarahkan untuk pengembangan

perkotaan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 mengarahkan pengembangan

perikanan di Kecamatan Cibinong diarahkan pada komoditas ikan hias. Hal ini

mengakibatkan ikan hias dijadikan komoditas unggulan sekaligus ikon Kecamatan

Cibinong.

Faktor lainnya yang menjadi pertimbangan untuk menjadikan ikan hias

sebagai komoditas unggulan dan ikon Kecamatan Cibinong adalah banyaknya

lembaga pendukung yang merupakan elemen dalam mata rantai perdagangan ikan

hias seperti pedagang eceran, pedagang pengumpul (broker dan supplier),

eksportir, serta Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang

merupakan lembaga dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia. Ikan hias yang dibudidayakan dan diperdagangkan di Kecamatan

Cibinong adalah ikan hias air tawar. Jenis-jenis ikan hias air tawar yang biasa

dibudidayakan dan diperdagangkan oleh pelaku bisnis ikan hias antara lain :

Corydoras, Neon Tetra, Mas Koki, Cupang, Koi, Plati Padang, Silver Dollar,

Maanvis dan sebagainya. Tabel 12 memperlihatkan jenis-jenis ikan hias air tawar

yang dibudidayakan dan diperdagangkan di Kecamatan Cibinong.

Tabel 12. Produksi Ikan Hias Air Tawar yang Dibudidayakan di Kecamatan Cibinong Tahun 2009

No Komoditas Ikan Hias Produksi (RE) 1 Corydoras 36,34 2 Cupang 13,55 3 Koi 13,80 4 Mas Koki 15,37 5 Barbus 9,40 6 Rocket 7,32 7 Tetra 7,06 8 Kardinal Tetra 4,97 9 Neon Tetra 24,57

10 Plati Pedang 12,28

55

No Komoditas Ikan Hias Produksi (RE) 11 Rainbow 8,86 12 Baster 4,97 13 Blue Eye* 0 14 Black Ghost 6,77 15 Red Nose* 0 16 Silver Dolar* 0 17 Oscar* 0 18 Discuss* 0 19 Kongo Neon* 0 20 Ctenopoma 155 21 Platis* 0 22 Maanfis 9,23 23 Guppy* 0 24 Lain-lain 41,36

Ket : *Tidak Ada Data

Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor 2009 (Diolah)

Sebagian besar pembudidaya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong

tergabung dalam kelompok tani-kelompok tani. Namun, belum semua

pembudidaya ikan hias air tawar, pedagang pengumpul, dan pedagang eceran

yang bergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani pembudidaya ikan hias di

Kecamatan Cibinong yang sudah memiliki kepengurusan yang aktif dan formal

sebanyak enam kelompok tani, yaitu : (1) kelompok tani Jantung Harapan yang

berkedudukan di Kelurahan Pabuaran, (2) kelompok tani Mina Kencana yang

berkedudukan di Kelurahan Harapan Jaya, (3) kelompok tani Cahaya Mandiri di

Kecamatan Pakansari, (4) kelompok tani Pondok Lobster di Kelurahan Ciriung,

(5) kelompok tani Mitra Sejati di Kelurahan Nanggewer, serta (6) kelompok tani

Bina Tani di Kelurahan Pondok Rajeg. Keenam kelompok tani tersebut tergabung

dalam suatu wadah organisasi Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias)

Kecamatan Cibinong. Himbudias Kecamatan Cibinong tersebut menginduk

kepada Himbudias Kabupaten Bogor. Kelompok tani pembudidaya ikan hias

yang ada tersebut masih dalam proses pengembangan dan penguatan karena masih

banyak pembudidaya yang ingin masuk menjadi anggota dan mendirikan

kelompok tani baru.

56

Di wilayah Kecamatan Cibinong juga terdapat dua eksportir ikan hias.

Kedua eksportir tersebut adalah CV. Maju Aquarium dan PT. Sunny Indopramita.

CV. Maju Aquarium adalah entitas bisnis milik Bapak Yap Kiat Bun yang

beralamat di lingkungan 03 Citatah Rt 01 Rw 09 Kecamatan Cibinong. Luas

lahan yang dimiliki seluas 2.200 meter persegi dengan kapasitas produksi 500 juta

ekor ikan hias per tahun. Sedangkan PT. Sunny Indopramita beralamat di jalan

Bina Citra Rt 4 Rw 5 Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong. Lahan yang

dimiliki mencapai 804,5 meter persegi dengan kapasitas produksi mencapai 3,5

juta ekor ikan hias per tahun. Pemilik perusahaan ini adalah Bapak Sumarjo

Wongso. Kedua eksportir ikan hias tersebut mendapatkan pasokan ikan hias baik

ikan hias air tawar maupun air laut yang berasal dari wilayah Kecamatan

Cibinong dan luar Kecamatan Cibinong atau nasional. Pangsa pasar ikan hias

kedua eksportir tersebut adalah Amerika Serikat, Singapura, Uni Eropa, Jepang,

dan Timur-Tengah.

Kedua eksportir ikan hias tersebut memiliki jaringan bisnis seperti

supplier dan broker yang juga merupakan anggota salah satu kelompok tani

anggota Himbudias. Oleh karena itu, supplier dan broker ini memiliki peran yang

cukup penting dalam memasarkan ikan hias air tawar yang dihasilkan di setiap

kelompok tani. Skema kemitraan usaha antar unit bisnis (petani, broker, supplier,

dan eksportir) harus menjadi titik berat dalam pengembangan ikan hias air tawar

di Kecamatan Cibinong ini.

Broker ikan hias berperan dalam mengumpulkan ikan hias yang berasal

dari petani dan untuk selanjutnya dilakukan proses sortasi dan grading

berdasarkan ukuran dan kriteria kualitas lainnya. Broker membeli ikan hias air

tawar dari petani berdasarkan permintaan dari supplier. Apabila broker telah

berhasil mengumpulkan ikan hias air tawar sesuai dengan permintaan supplier,

maka ikan hias air tawar tersebut dikirim ke supplier tersebut. Sedangkan supplier

berperan untuk mengumpulkan ikan hias air tawar yang berasal dari beberapa

broker atau petani besar yang selanjutnya dipasarkan ke eksportir. Oleh karena

itu, perbedaan antara broker dengan supplier adalah pada ruang lingkup jaringan

bisnisnya. Supplier memiliki ruang lingkup jaringan bisnis yang lebih luas,

57

biasanya mencakup satu regional atau kabupaten, bila dibandingkan dengan

broker yang hanya mencakup tingkat kecamatan dan antar desa

Selain diekspor ke luar negeri, ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh

Kecamatan Cibinong juga dipasarkan di pasar nasional dan daerah (tingkat

kabupaten dan kecamatan). Oleh karena itu, Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bogor membangun Depo pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan

Cibinong untuk membuka saluran pemasaran baru bagi petani dan pedagang.

Depo pemasaran ikan hias air tawar tersebut dapat membantu untuk meningkatkan

keuntungan petani ikan hias karena menawarkan farmer share yang lebih tinggi

bagi petani bila dibandingkan dengan farmer share bila ikan hias air tawar dijual

ke broker atau supplier.

Untuk mengembangkan ikan hias air tawar di tingkat nasional,

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia membangun Pusat

Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang terletak di Kecamatan

Cibinong. Raiser merupakan salah satu pilot project yang merupakan hasil

kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dengan Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang didirikan pada tanggal 24 Maret 2004

oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Kehadiran raiser ikan hias ini diharapkan

dapat berfungsi sebagai: (1) Pusat pengembangan industri ikan hias; (2)

Penyeragaman ukuran dan peningkatan mutu; (3) Pusat pemasaran ikan hias; (4)

Penyangga stok; (5) Sarana edukasi dan riset; dan (6) Pusat Informasi.

Tujuan dibangunnya Raiser antara lain: Pertama, membangun pusat

pengembangan dan pemasaran ikan hias sebagai penghela kebangkitan bisnis

ikan hias Indonesia; Kedua, memfasilitasi pemasaran (ekspor) ikan hias

Indonesia; dan Ketiga, menampilkan citra Indonesia sebagai produsen dan

eksportir ikan hias. Raiser ini akan menjadi pusat penggerak bisnis ikan hias, ke

hulu dapat mendorong dan meningkatkan pendapatan para pembudidaya dan ke

hilir diupayakan meningkatkan pemasaran dan perolehan devisa bagi negara.

Para pembudidaya ikan hias Indonesia dalam melakukan usahanya pada

umumnya berskala kecil, jenis ikan terbatas, kualitas produk relatif masih rendah,

time of delivery terbatas, dan modal terbatas. Sedangkan untuk para penangkap

ikan hias alam, biasanya dilakukan secara musiman dan sangat tergantung pada

58

potensi stok ikan. Kehadiran raiser ikan hias diharapkan

dapat mengatasi dan memfasilitasi permintaan ikan hias dengan jenis yang

beragam, kualitas tinggi, kuantitas tidak terbatas, dan terjamin kontinuitas

suplainya sehingga akan terwujud peningkatan nilai ekspor yang pada saat yang

bersamaan juga meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya dan atau

penangkap ikan hias melalui jaminan pasar.

Raiser ikan hias di Cibinong merupakan pilot project yang dilengkapi

dengan beberapa fasilitas seperti karantina, fasilitas sortir (grading),

penyeragaman ukuran (raising), sistem pengairan yang dilengkapi dengan

reservoar, aerasi dan filtrasi, sistem sanitasi dan hygiene, bak tanaman hias,

kolam, dan fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas tersebut dibangun untuk

mendukung bisnis ikan hias diharapkan mampu memfasilitasi sekitar 3.000

pembudidaya, 100 suplier, 60 eksportir ikan hias di kawasan Jabotabek. Lahan

Raiser Cibinong ini dialokasikan LIPI seluas 17,6 Ha dan pada tahap I baru

dibangun seluas 5 Ha. Lahan Raiser ini merupakan bagian dari lahan Cibinong

Science Center - LIPI, pembangunan fisik Raiser dilakukan melalui APBN

Departemen Kelautan dan Perikanan tahun anggaran 2003 dan 2004. Selain itu,

Pemerintah Kabupaten Bogor juga mendukung pembangunan jembatan akses dari

Raiser ke Jalan Raya Bogor.

Kapasitas Raiser Cibinong ini akan mampu menampung sekitar 26 juta

ekor ikan hias per bulan atau 300 juta ekor ikan hias per tahun. Suplai atau

pasokan ikan dari pembudidaya di sekitar Jabotabek mencapai 90 persen dan

sisanya sebesar 10 persen berasal dari penangkapan di alam.

5.2. Gambaran Umum Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor

5.2.1. Dasar Pembentukan

Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008

tentang pembentukan, organisasi, dan tata kerja Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bogor. Disnakkan merupakan salah satu perwujudan dari penerapan

sistem otonomi daerah yang memberikan porsi yang lebih besar kepada daerah

(provinsi dan kabupaten/kota) untuk berpartisipasi membangun daerah yang

sebelumnya masih didominasi oleh pemerintah pusat. Disnakkan merupakan

59

perangkat daerah sebagai unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah

di bidang peternakan dan perikanan.

5.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor mempunyai tugas

pokok Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah

berdasarkan asas otonomi di bidang peternakan dan perikanan serta tugas

pembantuan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor mempunyai

fungsi sebagai berikut : (1) merumuskan kebijakan teknis bidang peternakan dan

perikanan, (2) menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang peternakan dan perikanan, (3) membina dan melaksanaan tugas di bidang

peternakan dan perikanan, serta (4) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh

Bupati sesuai tugas dan fungsinya.

5.2.3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Kebijakan

Visi menggambarkan suatu pandangan yang jauh ke masa depan sesuai

dengan tujuan dan keinginan untuk mengetahui bagaimana keadaan organisasi

atau pihak-pihak yang berada di sekitarnya. Visi dapat membantu organisasi

untuk mendefinisikan kemana organisasi akan dibawa dan membantu

mendefinisikan bagaimana pelayanan harus dilakukan. Menurut Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN), visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada

akhir periode perencanaan.

Merunut kepada tugas pokok Disnakkan sebagai perangkat pemerintahan

daerah yang diartikan sebagai lembaga pemerintahan yang membantu Bupati

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bidang peternakan dan

perikanan, maka visi Disnakkan Kabupaten Bogor dijiwai dan dilandasi oleh visi

Kabupaten Bogor itu sendiri. Adapun visi Kabupaten Bogor adalah terwujudnya

masyarakat Kabupaten Bogor yang bertaqwa, berdaya dan berbudaya menuju

sejahtera. Sedangkan visi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah terwujudnya

pembangunan peternakan dan perikanan yang berdaya saing dan berwawasan

lingkungan.

60

Visi ini mengandung makna melaksanakan berbagai kegiatan atau upaya

dalam rangka mengamankan dan meningkatkan jumlah serta kualitas hasil

peternakan dan perikanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya

masyarakat Kabupaten Bogor. Kata berdaya saing dan berwawasan lingkungan

yang tercantum dalam visi tersebut mengandung makna kemampuan melakukan

upaya untuk mengembangkan diri dalam suatu lingkungan usaha dengan

memperhatikan kelestarian lingkungan sumber daya peternakan dan perikanan

yang harus dilandasi oleh keseimbangan penggunaan lahan, pengelolaan limbah

peternakan dan perikanan serta organisme pengganggu bagi kesehatan hewan dan

manusia.

Misi merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi

untuk mewujudkan visi yang telah direncanakan. Dengan kata lain, misi

merupakan penjabaran dari visi organisasi. Pernyataan misi harus menjabarkan

keterlibatan para stakeholders dengan organisasi (Disnakkan). Misi tersebut harus

jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi juga terkait dengan adanya

kewenangan yang diemban. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), misi adalah rumusan

umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

Misi Disnakkan Kabupaten Bogor tidak dapat dilepaskan keterkaitannya

dengan misi Kabupaten Bogor. Misi Kabupaten Bogor menjiwai misi dari

Disnakkan Kabupaten Bogor. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor

Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013 terdapat tujuh misi Kabupaten

Bogor. Namun, misi yang secara langsung menjiwai misi Disnakkan Kabupaten

Bogor adalah misi Kabupaten Bogor yang kedua, yaitu meningkatkan

perekonomian daerah yang berdaya saing dengan titik berat pada revitalisasi

pertanian dan pembangunan yang berbasis perdesaan.

Berdasarkan visi dan misi Kabupaten Bogor tahun 2009-2013 tersebut

serta berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dengan

mempertimbangkan masukan-masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholder), maka misi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :

61

1. Meningkatkan ketersediaan bahan pangan asal ternak dan ikan secara

berkesinambungan. Misi ini mengandung makna meningkatkan usaha

bidang peternakan dan perikanan serta pemenuhan kebutuhan konsumsi

protein hewani.

2. Menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat peternakan dan

perikanan serta masyarakat veteriner. Misi ini mengandung makna

menciptakan rasa aman bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta

masyarakat veteriner dari bahaya penularan penyakit hewan menular dan

zoonosis serta dari pangan asal hewan dan ikan serta hasil pangan asal

hewan dan ikan yang mengandung bahan tambahan makanan berbahaya.

Hal yang dapat menjadi parameter bagi tercapainya visi dan misi

dijabarkan melalui pernyataan tujuan. Dengan kata lain, tujuan adalah sesuatu

yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima tahun.

Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta

didasarkan pada isu-isu dan analisis lingkungan strategis. Tujuan mengarahkan

perumusan strategi, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka

merealisasikan misi dan visi. Berdasarkan tujuan yang ditetapkan, Disnakkan

Kabupaten Bogor akan mengetahui hal-hal yang harus dicapai dalam kurun waktu

satu sampai lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumber daya dan

kemampuan yang dimiliki, serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

Adapun tujuan strategis Disnakkan untuk tahun 2009-2013 antara lain : (1)

meningkatkan usaha bidang peternakan dan perikanan serta pemenuhan

kebutuhan konsumsi protein hewani, dan (2) terciptanya rasa aman bagi

masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat veteriner.

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan

dicapai atau dihasilkan oleh lembaga dalam jangka waktu tahunan, semesteran,

triwulanan atau bulanan. Sasaran menggambarkan hal yang ingin dicapai melalui

tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran

memberikan fokus pada penyusunan kegiatan sehingga bersifat spesifik, terinci,

dapat dicapai, dan diupayakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur.

62

Tabel 13. Sasaran-Sasaran dan Indikator Disnakkan Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan

Tercapainya peningkatan produksi daging, telur, susu dan ikan serta tercapainya peningkatan konsumsi protein hewani asal ternak dan konsumsi ikan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

Produksi Daging Produksi Telur Produksi Susu Produksi Ikan Konsumsi Produksi Ikan Hias Produksi Benih Ikan Konsumsi Protein Hewani asal ternak Konsumsi Ikan Fasilitasi Kemitraan Sentra Agribisnis Andalan

Kg Kg

Liter Ton RE RE

Gr/kap/hr Kg/kap/thn

Orang Lokasi

Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular dan zoonosis dan pengawasan Pangan Asal Hewan / Hasil Pangan Asal Hewan dari Bahan Tambahan Makanan Berbahaya

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Penyakit Rabies Penyakit Anthrax Penyakit Brucellosis Penyakit SE Penyakit AI Pengawasan PAH/HPAH di pasar dan sentra produksi

Dosis Dosis Dosis Dosis Dosis Lokasi

Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor, 2009

Sasaran-sasaran Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sesuatu dasar di

dalam penilaian dan pemantauan kinerja sehingga merupakan alat pemicu bagi

organisasi akan sesuatu yang harus dicapai. Tabel 13 menjelaskan sasaran-

sasaran beserta indikator keberhasilannya. Dari Tabel 13 terlihat bahwa sasaran

Disnakkan dalam komoditas ikan hias air tawar adalah dengan meningkatkan

produksi ikan hias dengan satuan RE (ribu ekor) dan pencegahan dan

penanggulangan penyakit ikan hias air tawar.

Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwenang untuk

dijadikan pedoman, pegangan, dan petunjuk dalam pengembangan ataupun

pelaksanaan program atau kegiatan disebut dengan kebijakan. Tujuan akhir

dibuatnya kebijakan adalah untuk tercapainya visi, misi, tujuan, dan sasaran

secara terpadu dan lancar. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004,

kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah pusat atau

daerah untuk mencapai tujuan.

63

Berikut adalah beberapa kebijakan Disnakkan Kabupaten Bogor tahun

2009 hingga 2013 dalam rangka mengarahkan pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan :

1. Meningkatkan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui

pembinaan aparatur.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana peternakan dan perikanan.

3. Meningkatkan akses peternak dan pembudidaya ikan terhadap sumber

permodalan.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan

usaha peternakan dan perikanan.

5. Meningkatkan mutu dan nilai tambah produk peternakan dan perikanan.

6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian penyakit

hewan.

5.2.4. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008

tentang Pembentukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor,

Disnakkan Kabupaten Bogor merupakan perangkat daerah sebagai unsur

pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Kepala

Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Kepala Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam melaksanakan tugasnya

dibantu oleh satu sekretariat, empat bidang, tiga sub bagian, 12 seksi, delapan

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan, satu UPT Sarana

Usaha, satu UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH), satu UPT Pembibitan

Ternak, satu UPT Balai Benih Ikan, dan satu kelompok Jabatan Fungsional

Umum. Susunan organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :

• Kepala Dinas

• Sekretariat, membawahi :

1. Sub Bagian Program dan Pelaporan.

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

3. Sub Bagian Keuangan

• Bidang Produksi Perikanan, membawahi :

1. Seksi Sarana dan Prasarana Perikanan.

64

2. Seksi Pengembangan Produksi Perikanan.

3. Seksi Perbenihan dan Budidaya Ikan.

• Bidang Produksi Peternakan, membawahi :

1. Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan.

2. Seksi Pengembangan Produksi Peternakan.

3. Seksi Perbibitan dan Budidaya Ternak

• Bidang Bina Usaha, membawahi :

1. Seksi Pelayanan Usaha

2. Seksi Pengembangan Usaha

3. Seksi Pemasaran dan Fasilitas Permodalan.

• Bidang Kesehatan Hewan dan Ikan, membawahi :

1. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan.

2. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Ikan.

3. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.

• Unit Pelaksana Teknis (UPT), terdiri dari :

1. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah I (Kecamatan Jonggol,

Cariu, Sukamakmur, dan Tanjung Sari).

2. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah II (Kecamatan

Cileungsi, Klapa Nunggal, Citeureup, dan Gunung Putri).

3. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah III (Kecamatan

Cibinong, Babakan Madang, Sukaraja, Bojong Gede, dan Tajur

Halang).

4. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah IV (Kecamatan

Cisarua, Megamendung, Ciawi, Cijeruk, Caringin, dan Cigombong).

5. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah V (Kecamatan

Dramaga, Ciomas, Taman Sari, Ciampea, Tenjolaya, dan

Rancabungur).

6. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VI (Kecamatan

Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, dan Nanggung).

7. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VII (Kecamatan

Jasinga, Parung Panjang, Cigudeg, dan Kecamatan Tenjo).

65

8. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VIII (Kecamatan

Parung, Gunung Sindur, Ciseeng, Kemang, dan Rumpin).

9. UPT Sarana Usaha.

10. UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH).

11. UPT Balai Benih Ikan (BBI)

12. UPT Pembibitan Ternak

• Kelompok Jabatan Fungsional Umum.

Gambar 5 menggambarkan susunan organisasi Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor beserta alur koordinatif dan instruktif.

Keterangan : : Garis Instruktrif -------- : Garis Koordinatif Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor (2010)

Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor

66

Sedangkan daftar nama-nama pejabat di Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bogor dapat dilihat pada di lampiran 2.

5.2.5. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) yang berada di Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor merupakan pegawai negara atau yang biasa disebut

dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain PNS, calon Pegawai Negeri Sipil

(CPNS) juga masih terdapat di Disnakkan. Secara total Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor memiliki pegawai sebanyak 138 orang. Jumlah

tersebut terdiri dari 12 orang pegawai golongan IV, golongan III berjumlah 69

orang, golongan II sebanyak 38 orang, dan golongan I berjumlah satu orang.

Jumlah CPNS Disnakkan Kabupaten Bogor berjumlah 18 orang.

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, maka pegawai

dengan strata dua (S2) berjumlah 19 orang, strata satu (S1) berjumlah 43 orang,

diploma-III (D3) berjumlah 13 orang, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) atau sederajat berjumlah 53 orang, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) atau sederajat berjumlah tujuh orang, dan tamatan Sekolah Dasar

(SD) berjumlah tiga orang.

5.2.6. Sarana dan Prasarana

Dalam usaha untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi yang telah

ditetapkan, maka Disnakkan membutuhkan sarana dan prasarana. Sarana dan

prasarana tersebut dibutuhkan untuk memperlancar dan menambah tingkat

efektifitas dan efisiensi tugas pokok, fungsi, sasaran, dan kebijakan. Oleh karena

itu, optimalisasi sarana dan prasarana sangat penting untuk dilakukan.

Sebagian besar, pengadaan sarana dan prasarana Disnakkan Kabupaten

Bogor dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor yang berasal dari dana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Adapun ada beberapa sarana

dan prasarana yang merupakan pemberian dari pemerintah pusat melalui kegiatan

otonomi daerah yang berupa dana dekonsentrasi.

Sarana dan prasarana yang dimiliki Disnakkan Kabupaten Bogor dapat

dikelompokkan menjadi bangunan, inventaris lahan yang mengelilingi bangunan

67

tersebut, dan kendaraan operasional pegawai. Bangunan yang dimiliki oleh

Disnakkan Kabupaten Bogor antara lain :

1. Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor di Kecamatan

Cibinong.

2. Holding Ground sebanyak satu unit (Ciawi).

3. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sebanyak empat unit yang terdiri dari

tiga unit untuk hewan besar (Cibinong, Jonggol, dan Galuga) serta satu

unit untuk hewan kecil (Citaringgul).

4. Balai Benih Ikan berjumlah dua unit (Cibening dan Cibitung).

5. Stasiun Pembibitan Ternak yang terdiri dari satu unit untuk ternak

kambing (Nanggung) dan satu unit untuk ternak unggas (Rumpin).

6. Pasar Benih Ikan sebanyak satu unit (Ciseeng).

7. Kantor-kantor UPT yang berada di delapan wilayah.

8. Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan sebanyak satu unit di Ciomas.

9. Bangunan Rumah Dinas yang terletak di Baranang Siang, Kota Bogor.

10. Bangunan Pasar Ikan Higienis sebanyak satu unit yang terletak di

Kecamatan Sukaraja.

11. Depo Ikan Hias sebanyak satu unit di Kecamatan Cibinong.

Inventaris tanah Disnakkan Kabupaten Bogor mengelilingi fasilitas-fasilitas

bangunan tersebut. Selain itu, terdapat sarana dan prasarana kendaraan

operasional Disnakkan Kabupaten Bogor yang terdiri dari kendaraan roda empat

berjumlah 11 unit, kendaraan roda tiga berjumlah dua unit, dan kendaraan roda

dua berjumlah 51 unit.

5.2.7. Program dan Anggaran

Program adalah salah satu produk dari lembaga pemerintahan. Program

juga merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang

dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang

memiliki alokasi anggaran tertentu. Ide program tersebut dapat berasal dari

pemerintah daerah sendiri atau Disnakkan dan juga dapat berasal dari aspirasi

masyarakat. Program-program yang berasal dari aspirasi masyarakat tersebut

terlebih dahulu harus dikoordinasikan oleh lembaga pemerintahan terkait agar

dapat disahkan menjadi program-program yang terorganisir dan memiliki tujuan

68

serta sasaran yang jelas. Alokasi anggaran sebagian besar berasal dari Anggaran,

Penerimaan, dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor. Namun, apabila

pemerintah pusat melalui kementeriaan tertentu mengajukan program yang

berkaitan dalam konteks desentralisasi dan dekonsentrasi maka program-program

tersebut dapat berasal dari Anggaran, Penerimaan, dan Belanja Negara (APBN).

Dalam Rencana dan Strategi (Renstra) Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bogor tahun 2009-2013, program dan kegiatan dikategorikan ke dalam

program atau kegiatan lokalitas SKPD, program atau kegiatan lintas SKPD, dan

program atau kegiatan kewilayahan. Program atau kegiatan lokalitas SKPD

adalah sekumpulan rencana kerja yang ada di suatu SKPD yang dalam penelitian

ini adalah Disnakkan Kabupaten Bogor. Program atau kegiatan lintas SKPD

adalah rencana kerja yang dilakukan bersama atau mencakup ruang lingkup

kewenangan dari SKPD yang lain. Sedangkan program atau kegiatan

kewilayahan adalah sekumpulan rencana kerja terpadu antar kementerian atau

lembaga dan SKPD mengenai suatu atau beberapa wilayah, daerah atau kawasan

tertentu.

Berikut adalah program-program dan kegiatan pokok yang termasuk ke

dalam program atau kegiatan lokalitas Disnakkan Kabupaten Bogor :

1. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

Program ini dimaksudkan dalam rangka untuk meningkatkan produksi

hasil peternakan berupa daging, telur, susu, serta peningkatan konsumsi

protein hewani asal ternak. Jumlah anggaran pada program ini di tahun

2009 sebesar Rp 3.706.131.000 . Adapun kegiatan-kegiatan pokok yang

termasuk ke dalam program ini meliputi :

a. Pembibitan dan perawatan ternak.

b. Pendistribusian bibit ternak dan sarana produksi peternakan kepada

masyarakat.

c. Pelatihan petani ternak penerima bantuan.

d. Pengawasan mutu pakan ternak.

e. Pengawasan mutu bibit ternak.

f. Pengembangan agribisnis peternakan.

g. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

69

2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.

Program ini dalam rangka meningkatkan pengelolaan usaha dan

pemasaran hasil peternakan. Jumlah anggaran pada tahun 2009 untuk

program ini sebesar Rp 235.083.000. Adapun kegiatan-kegiatan pokok

yang termasuk ke dalam program ini meliputi :

a. Fasilitas kerjasama regional, nasional, internasional dalam

penyediaan hasil produksi peternakan komplementer.

b. Promosi atas hasil produksi peternakan unggulan daerah.

c. Pengolahan hasil peternakan.

3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan.

Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dalam penguasaan dan penerapan teknologi peternakan. Jumlah

anggaran pada tahun 2009 untuk program ini sebesar Rp 193.202.000.

Adapun kegiatan-kegiatan pokok yang termasuk ke dalam program ini

meliputi :

a. Kaji terap teknologi peternakan tepat guna.

b. Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat

guna.

c. Pengembangan kelembagaan usaha peternakan.

4. Program Pengembangan Budidaya Perikanan

Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi ikan konsumsi,

ikan hias, dan benih ikan. Jumlah anggaran pada tahun 2009 untuk

program ini sebesar Rp 1.198.507.000. Adapun kegiatan-kegiatan pokok

yang termasuk ke dalam program ini antara lain :

a. Pengembangan bibit ikan unggul.

b. Pemberdayaan sumber daya lokal.

c. Pembinaan dan pengembangan perikanan.

d. Pengadaan sarana dan prasarana pengembangan perikanan

e. Restocking ikan di perairan setu.

f. Optimalisasi perikanan di perairan umum.

5. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan.

70

Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dalam penguasaan dan penerapan teknologi perikanan. Anggaran

untuk program ini pada tahun 2009 sebesar Rp 113.854.000. Kegiatan-

kegiatan pokok yang termasuk ke dalam program ini, antara lain :

a. Kaji terap teknologi perikanan tepat guna.

b. Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi perikanan tepat

guna.

c. Pengembangan kelembagaan usaha perikanan.

6. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.

Program ini dimaksudkan dalam rangka meningkatkan pengelolaan usaha

dan pemasaran hasil perikanan. Anggaran untuk program ini pada tahun

2009 sebesar Rp 622.261.000. Kegiatan-kegiatan pokok yang termasuk

dalam program ini antara lain :

a. Fasilitas kerjasama regional, nasional, dan internasional

penyediaan hasil produksi perikanan komplementer

b. Promosi atas hasil produksi perikanan unggulan daerah.

c. Pengolahan hasil perikanan.

7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak dan Ikan

Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan rasa aman bagi masyarakat

dari berjangkitnya penyakit hewan menular atau zoonosis dan pangan asal

hewan dan ikan serta hasil pangan asal hewan dan ikan yang mengandung

bahan tambahan makanan berbahaya. Anggaran untuk program ini pada

tahun 2009 sebesar Rp 1.657.301.000. Kegiatan-kegiatan pokok yang

termasuk ke dalam program ini antara lain :

a. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak.

b. Pengawasan dan pemeriksaan pangan asal hewan dan hasil pangan

asal hewan.

c. Sosialisasi keamanan pangan.

d. Fasilitas tempat pemotongan hewan.

e. Pelayanan kesehatan hewan

f. Pelayanan kesehatan ikan.

71

Selain program-program yang menyangkut komoditas peternakan dan perikanan,

terdapat program Disnakkan Kabupaten Bogor yang menyangkut kegiatan

operasional, fasilitas, dan kepegawaian. Program-program tersebut antara lain :

(1) program pelayanan administrasi perkantoran dengan anggaran sebesar Rp

1.781.158.000, (2) program peningkatan sarana dan prasarana aparatur dengan

anggaran sebesar Rp 1.646.844.000, (3) program peningkatan kapasitas sumber

daya aparatur dengan anggaran sebesar Rp 5.000.000, serta (4) program

peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

dengan anggaran sebesar Rp 361.350.000.

Di lain pihak, program dan kegiatan lintas SKPD, lintas pelaku, dan lintas

wilayah didasari oleh suatu pemahaman bahwa pembangunan peternakan dan

perikanan memerlukan dukungan dari sektor lain dalam bentuk program

koordinatif. Program koordinatif tersebut saling mendukung antar SKPD dan

antar wilayah sehingga tercipta suatu keterpaduan dan sinergitas dalam

pengaplikasiannya. Adapun kegiatan-kegiatan yang memerlukan kerjasama antar

lintas tersebut, antara lain :

1. Pengaturan tata ruang, pemilikan, dan peruntukan lahan.

2. Penataan, rehabilitasi, dan pengembangan prasarana penunjang.

3. Pengadaan sarana produksi.

4. Penguatan permodalan.

5. Promosi dan pemasaran.

6. Pengendalian lingkungan.

7. Pengkajian dan penerapan teknologi.

8. Pengaturan keamanan, ketertiban, dan kenyamanan.