v gambaran umum - repository.ipb.ac.id · budidaya ikan hias. sedangkan dari aspek kewenangan...
TRANSCRIPT
47
V GAMBARAN UMUM
5.1. Gambaran Umum Kecamatan Cibinong
5.1.1. Letak Geografis
Kecamatan Cibinong merupakan salah satu dari 40 kecamatan yang ada di
dalam lingkup wilayah administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Kecamatan Cibinong terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Bogor.
Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Kecamatan Cibinong sebagai
pusat pemerintahan daerah. Hal ini dikarenakan pusat-pusat perkantoran
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor sebagian besar terletak di kecamatan ini.
Kecamatan Cibinong merupakan salah satu kecamatan terluar di
Kabupaten Bogor. Luas wilayah Kecamatan Cibinong sebesar 57,53 km2 atau
1.750,943 hektar. Adapun batas-batas wilayah administratif Kecamatan cibinong
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Batas Wilayah Administratif Kecamatan Cibinong
Batas Kecamatan/Wilayah
Sebelah Utara Kota Depok
Sebelah Timur Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan
Citeureup, dan Kecamatan Babakan
Madang
Sebelah Selatan Kecamatan Sukaraja
Sebelah Barat Kecamatan Bojong Gede
Kecamatan Cibinong adalah kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki jarak
terdekat dengan wilayah Ibukota Jakarta, yaitu sebesar 3,7 kilometer. Selain itu,
jarak kantor kecamatan dengan desa terjauh hanya mencapai 10 kilometer.
Dengan demikian, rentang kendali dan koordinasi pemerintahan menjadi lebih
cepat dan lebih mudah untuk dilaksanakan di tingkat desa.
Dari aspek topografi, Kecamatan Cibinong sebagian besar berupa dataran
berombak (sekitar 75 persen). Wilayah Kecamatan Cibinong memiliki ketinggian
mencapai 120 hingga 140 meter dari permukaan laut (dpl) dengan suhu
48
maksimum mencapai 31oC dan suhu minimum sebesar 22oC. Dengan rentang
suhu demikian, maka Kecamatan Cibinong potensial bagi pengembangan usaha
budidaya ikan hias.
Sedangkan dari aspek kewenangan administratif membagi wilayah
Kecamatan Cibinong mejadi 12 kelurahan, 13 lingkungan atau dusun, 156 Rukun
Warga (RW), dan 903 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah Rumah Tangga
sebesar 62.594 Rumah Tangga. Kedua belas kelurahan yang ada di Kecamatan
Cibinong antara lain : Karadenan, Nanggewer, Nanggewer Mekar, Cibinong,
Pakansari, Sukahati, Tengah, Pondok Rajeg, Harapan Jaya, Pabuaran, Cirimekar,
dan Ciriung.
5.1.2. Sumber Daya Alam
Kecamatan Cibinong memiliki curah hujan 2.150 sampai dengan 2.650
mm per tahun dengan jumlah hari curah hujan terbanyak selama 175 hari. Bentuk
wilayah terdiri dari 75 persen datar sampai berombak dan 25 persen berombak
sampai berbukit. Luas total tanah sawah di wilayah Cibinong adalah sebesar
697,337 hektar, sebanyak 57,1 hektar digunakan sebagai irigasi teknis, 102 hektar
digunakan sebagai irigasi setengah teknis, 27,5 hektar sebagai irigasi sederhana,
dan 27,8 hektar sebagai tadah hujan atau sawah rendengan.
Luas total tanah kering di Kecamatan Cibinong adalah 1.750,943 hektar.
Luas lahan sebanyak 177,73 hektar digunakan sebagai tegalan atau kebun, 2,85
hektar sebagai tambak, 22,5 hektar sebagai rawa pasang surut, dan 176,37 hektar
sebagai kolam, balong, dan empang. Tanah perkebunan yang digunakan untuk
perkebunan rakyat sebesar 4,1 hektar. Selain itu, luas yang digunakan untuk
fasilitas umum yang terdiri dari lapangan olah raga adalah seluas 147,16 hektar,
taman rekreasi seluas 10,5 hektar, jalur hijau seluas 14,65 hektar, pemakaman
seluas 67,04 hektar dan lain-lain (tanah tandus, tanah pasir) sebesar 34,48 hektar.
Di sisi lain, perubahan penggunaan tanah persawahan dan perkebunan menjadi
perumahan adalah seluas 145,5 hektar dan 15 hektar. Perubahan penggunaan
lahan untuk kegiatan pertanian menjadi perumahan atau pemukiman memang
telah menjadi permasalahan yang menjadi perhatian bagi pengembangan kegiatan
agribisnis di Kecamatan Cibinong. Alih fungsi lahan ini semakin bertambah
parah ketika Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor menetapkan Kecamatan
49
Cibinong sebagai Ibukota Kabupaten Bogor. Sehingga perencanaan wilayah
Kecamatan Cibinong mengarah pada pemukiman dan perkotaan.
5.1.3. Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk yang mendiami wilayah Kecamatan Cibinong sebanyak
274.111 jiwa. Jumlah tersebut terbagi dalam 65.049 rumah tangga. Penduduk
laki-laki sebanyak 139.007 jiwa, sedangkan penduduk perempuan berjumlah
135.104 jiwa. Jumlah penduduk yang berada di usia produktif (usia 15-55 tahun)
sebesar 167.597 jiwa. Jumlah ini mencakup 61,1 persen dari keseluruhan
penduduk di Kecamatan Cibinong. Tabel 8 menunjukkan jumlah rumah tangga di
Kecamatan Cibinong menurut jenis pekerjaan utama.
Tabel 8. Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Pekerjaan Utama di Kecamatan Cibinong Tahun 2008
No Jenis Pekerjaan Utama Jumlah Penduduk (Rumah Tangga)
1 Pertanian 1.800 2 Pertambangan dan Galian 1.263 3 Industri 34.943 4 Listrik, Gas, dan Air* - 5 Konstruksi 4.027 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.800 7 Angkutan 4.462 8 Lembaga Keuangan Lainnya 868 9 Jasa-Jasa 6.725
10 Lainnya 2.161 Total Pekerja 65.049
Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2009)
Dari tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga di Kecamatan
Cibinong bekerja di sektor industri. Hal ini berbeda dengan sektor pertanian (on
farm) yang hanya menampung sekitar 1.800 rumah tangga. Rumah tangga yang
tidak memiliki pekerjaan dan jenis pekerjaan yang tidak termasuk kategori dalam
tabel tersebut dikelompokkan dalam pekerjaan lainnya dengan jumlah yang
mencapai 2.161 rumah tangga.
Dari aspek pendidikan, sebagian besar penduduk di Kecamatan Cibinong
tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 28.660 jiwa. Jumlah ini
50
hanya sedikit lebih besar dari penduduk yang hanya lulus Sekolah Dasar (SD)
yang mencapai 28.420 jiwa. Di lain pihak penduduk yang lulus Akademi dan
Universitas masing-masing mencapai 7.351 dan 4.089 jiwa. Sedangkan penduduk
yang tidak tamat SD atau sederajat mencapai 15.463 jiwa. Dengan demikian,
sebagian besar penduduk Kecamatan Cibinong berada dalam tingkat pendidikan
rendah hingga menengah.
Dari segi agama yang dianut, sebagian besar penduduk Kecamatan
Cibinong atau sebesar 232.954 (85,26 persen) menganut agama Islam. Selain itu,
penduduk Kecamatan Cibinong yang menganut agama Katolik, Protestan, Hindu,
Budha, dan Konghucu berturut-turut mencapai 9.495, 25.505, 1.327, 2.211, dan
1.617 jiwa. Namun demikian, penduduk Kecamatan Cibinong selalu menjaga
kerukunan dan ketentraman antar umat beragama.
5.1.4. Sarana dan Prasarana
Kecamatan Cibinong memiliki prasarana pengairan berupa 10.378 buah
pompa air, 11 buah sungai, 3.313 buah saluran Perusahaan Air Minum (PAM),
dan 16 buah situ. Alat transportasi yang dimiliki adalah 10 buah bus, 22 buah
metromini/ mikrolet, 166 buah angkot, 7.416 buah ojek dan 8.713 buah sepeda.
Sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Cibinong adalah 14 buah koperasi,
sebuah pasar bangunan permanen, 1.825 buah toko, kios, warung dan empat buah
bank.
Adapun sarana perhubungan yang ada di Kecamatan Cibinong adalah
sebuah sub terminal, 141 buah telepon umum, dua buah kantor telekomunikasi
(Telkom), 309 buah warung telekomunikasi. Perusahaan yang ada di Kecamatan
Cibinong adalah 43 buah industri besar, 81 buah industri sedang, 84 buah industri
kecil, 25 buah home industry, 2 buah perhotelan, 127 buah rumah makan, 509
buah usaha dagang, 290 buah angkutan. Sarana pendidikan yang dimiliki adalah
80 buah taman kanak-kanak, 66 buah SD Negeri, 29 buah SD/ Madrasah
Ibtida’iyah Negeri, enam buah SD Swasta Umum, delapan buah SD Swasta Islam,
satu buah SD Swasta Katolik, dua buah SLB, tiga buah SLTP Negeri, sembilan
buah SLTP Madrasah/ Tsanawiyah Negeri, 19 buah SLTP Swasta Umum, 15
buah SLTP Swasta Islam, satu buah SLTP Swasta Katolik, satu buah SLTP
Kejuruan Swasta, dua buah SMA Negeri, satu buah SMA Madrasah Aliyah
51
Negeri, enam buah SMA Swasta Umum, dua buah SMA Swasta Islam, satu buah
SMK Negeri, 10 buah SMK Swasta, lima buah Sekolah Tinggi Swasta, dan dua
buah Universitas Swasta. Adapun tempat ibadah di kecamatan ini adalah tujuh
buah mesjid agung, 112 buah mesjid jami’, 126 buah mesjid, 385 buah mushola,
88 buah surau, delapan bauh gereja, satu buah klenteng, satu buah litang, dan
sebuah pura.
Sarana pariwisata yang dimiliki adalah tiga buah taman, satu buah cagar
budaya, lima buah perkumpulan kebudayaan, dua sanggar kesenian, 12
perkumpulan seni, empat buah Padepokan, dua buah Bioskop. Unit kesehatan
terdiri dari satu buah RSU Pemerintah, dua buah RSU Swasta, lima buah rumah
bersalin, 35 buah poliklinik, tiga buah puskesmas pembantu, 43 buah praktek
dokter, 42 orang bidan praktek, 11 orang bidan desa, 29 orang dukun bayi, 12
buah apotik, 13 buah toko obat dan 19 buah panti pijat.
Setiap sarana dan prasarana yang dimiliki dan dibangun oleh pemerintah
daerah atau pemerintah pusat memiliki tujuan untuk memperlancar aktivitas
perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan keagamanan penduduk di Kecamatan
Cibinong. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dan
kemudahan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah.
5.1.5. Potensi Pertanian
Kecamatan Cibinong memiliki potensi pertanian baik tanaman pangan,
hortikultura, maupun perkebunan. Sebagian besar tanaman yang diusahakan
tersebut menjadi komoditas perdagangan. Tabel 9 menunjukkan potensi pertanian
Kecamatan Cibinong.
Tanaman ketela rambat merupakan komoditas pertanian yang sangat
potensial dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Hal ini terlihat dari produksi
ketela rambat yang mencapai 80,5 ton. Selain ketela rambat, potensi buah-buahan
juga perlu untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari luas areal tanam yang
mencapai 35,43 hektar dengan hasil mencapai 67,74 ton. Dengan demikian, buah-
buahan menjadi komoditas terbesar kedua yang dihasilkan di Kecamatan
Cibinong. Sementara itu, tanaman pangan terbesar yang diusahakan di
Kecamatan Cibinong yaitu padi memberikan hasil sebesar 13 ton dari 8,6 hektar
lahan yang dipanen. Adapun untuk tanaman perkebunan, Kecamatan Cibinong
52
memiliki areal lahan yang ditanami oleh 100 tanaman kelapa yang digunakan
untuk menghasilkan buah kelapa dan kopra.
Tabel 9. Potensi Pertanian di Kecamatan Cibinong Tahun 2008
No Jenis Luas Tanam (Ha)
Luas yang Dipanen (Ha)
Rata-rata Produksi (Ton)
1 Padi 19,6 8,6 13 2 Jagung 10,5 6,5 10 3 Ketela pohon 78 68,5 35 4 Ketela rambat 6,9 1,5 80,5 5 Kacang tanah 4 3 4 6 Kedelai 5,5 3,5 5 7 Sayur-sayuran 4 3 4 8 Buah-buahan 35,43 10,2 67,74
Sumber : Data Monografi Kecamatan Cibinong (2010)
5.1.6. Potensi Perikanan
Di bidang perikanan, Kecamatan Cibinong juga memiliki potensi yang
harus terus dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah masyarakatnya.
Potensi perikanan yang terdapat di wilayah Kecamatan Cibinong terbagi dalam
potensi perikanan ikan konsumsi dan potensi perikanan ikan hias. Kegiatan
perikanan tersebut terdiri dari perikanan yang diusahakan di air tenang, air deras,
sawah, karamba, dan jaring apung. Akan tetapi, komoditas ikan hias terutama
ikan hias air tawar dibudidayakan di dalam akuarium dan kolam berair tenang.
Tabel 10 memperlihatkan poensi perikanan ikan konsumsi, ikan hias, dan
pembenihan di Kecamatan Cibinong.
Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), Luas Areal, dan Produksi Berdasarkan Jenis Usaha Perikanan yang Diusahakan Di Kecamatan Cibinong Tahun 2009
Jenis Usaha Perikanan Jumlah RTP
(orang) Luas Areal
(Ha) Produksi
(Ton) Air Tenang 183 14,50 67,39 Air Deras* 0 0 0 Sawah* 0 0 0 Karamba* 0 0 0 Jaring Apung 39 0,005 19,25 Ikan Hias 70 1,5 376,89** Pembenihan 25 5,3 1.455,69
53
Keterangan : *Tidak ada data, **Satuan dalam Ribu Ekor (RE) Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor (2010)
Dari tabel 10 terlihat bahwa komoditas ikan konsumsi sebagian besar
diusahakan di kolam air tenang dengan jumlah RTP yang mencapai 183 orang,
dengan luas sebesar 14,5 hektar dan produksi mencapai 67,39 ton. Sedangkan
rumah tangga yang mengusahakan ikan hias mencapai 70 orang dengan luas areal
1,5 hektar dan produksi mencapai 376,89 ribu ekor. Di lain sisi, untuk memasok
kebutuhan benih, maka rumah tangga yang bergerak dalam usaha pembenihan
berjumlah 25 orang, luas areal pembenihan mencapai 5,3 hektar dan hasil
produksi mencapai 1.455,59 hektar.
Tabel 11. Jumlah Produksi Setiap Komoditas Ikan konsumsi di Kecamatan Cibinong Tahun 2009
No Komoditas Ikan Konsumsi Produksi (Ton) 1 Mas 279,31 2 Gurame 190,74 3 Lele 619,98 4 Tawes 41,74 5 Tambakan 15,07 6 Mujair 4,32 7 Nila 0,02 8 Patin 103,15 9 Bawal 52,44
Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor 2009 (Diolah).
Berdasarkan Tabel 11, komoditas ikan konsumsi yang diusahakan oleh
sebagian besar rumah tangga perikanan di Kecamatan Cibinong adalah ikan mas.
Hal ini dikarenakan produksi ikan hias mencapai 279,31 ton. Selain ikan mas,
ikan konsumsi yang terbesar kedua dan ketiga yang diusahakan adalah ikan lele
dengan produksi yang mencapai 619,98 ton dan ikan patin dengan jumlah
produksi sebesar 103,15 ton.
Ikan hias menjadi salah satu komoditas perikanan yang potensial untuk
dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan luas lahan yang
dibutuhkan oleh usaha pembudidayaan dan perdagangan ikan hias tidak terlalu
luas. Luas lahan menjadi salah satu faktor penentu untuk menentukan komoditas
54
unggulan yang akan dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan pemukiman, pertokoan, dan jasa semakin bertambah dan
meningkat untuk setiap tahunnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari rencana
pengembangan Kecamatan Cibinong yang diarahkan untuk pengembangan
perkotaan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 mengarahkan pengembangan
perikanan di Kecamatan Cibinong diarahkan pada komoditas ikan hias. Hal ini
mengakibatkan ikan hias dijadikan komoditas unggulan sekaligus ikon Kecamatan
Cibinong.
Faktor lainnya yang menjadi pertimbangan untuk menjadikan ikan hias
sebagai komoditas unggulan dan ikon Kecamatan Cibinong adalah banyaknya
lembaga pendukung yang merupakan elemen dalam mata rantai perdagangan ikan
hias seperti pedagang eceran, pedagang pengumpul (broker dan supplier),
eksportir, serta Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang
merupakan lembaga dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia. Ikan hias yang dibudidayakan dan diperdagangkan di Kecamatan
Cibinong adalah ikan hias air tawar. Jenis-jenis ikan hias air tawar yang biasa
dibudidayakan dan diperdagangkan oleh pelaku bisnis ikan hias antara lain :
Corydoras, Neon Tetra, Mas Koki, Cupang, Koi, Plati Padang, Silver Dollar,
Maanvis dan sebagainya. Tabel 12 memperlihatkan jenis-jenis ikan hias air tawar
yang dibudidayakan dan diperdagangkan di Kecamatan Cibinong.
Tabel 12. Produksi Ikan Hias Air Tawar yang Dibudidayakan di Kecamatan Cibinong Tahun 2009
No Komoditas Ikan Hias Produksi (RE) 1 Corydoras 36,34 2 Cupang 13,55 3 Koi 13,80 4 Mas Koki 15,37 5 Barbus 9,40 6 Rocket 7,32 7 Tetra 7,06 8 Kardinal Tetra 4,97 9 Neon Tetra 24,57
10 Plati Pedang 12,28
55
No Komoditas Ikan Hias Produksi (RE) 11 Rainbow 8,86 12 Baster 4,97 13 Blue Eye* 0 14 Black Ghost 6,77 15 Red Nose* 0 16 Silver Dolar* 0 17 Oscar* 0 18 Discuss* 0 19 Kongo Neon* 0 20 Ctenopoma 155 21 Platis* 0 22 Maanfis 9,23 23 Guppy* 0 24 Lain-lain 41,36
Ket : *Tidak Ada Data
Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor 2009 (Diolah)
Sebagian besar pembudidaya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
tergabung dalam kelompok tani-kelompok tani. Namun, belum semua
pembudidaya ikan hias air tawar, pedagang pengumpul, dan pedagang eceran
yang bergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani pembudidaya ikan hias di
Kecamatan Cibinong yang sudah memiliki kepengurusan yang aktif dan formal
sebanyak enam kelompok tani, yaitu : (1) kelompok tani Jantung Harapan yang
berkedudukan di Kelurahan Pabuaran, (2) kelompok tani Mina Kencana yang
berkedudukan di Kelurahan Harapan Jaya, (3) kelompok tani Cahaya Mandiri di
Kecamatan Pakansari, (4) kelompok tani Pondok Lobster di Kelurahan Ciriung,
(5) kelompok tani Mitra Sejati di Kelurahan Nanggewer, serta (6) kelompok tani
Bina Tani di Kelurahan Pondok Rajeg. Keenam kelompok tani tersebut tergabung
dalam suatu wadah organisasi Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias)
Kecamatan Cibinong. Himbudias Kecamatan Cibinong tersebut menginduk
kepada Himbudias Kabupaten Bogor. Kelompok tani pembudidaya ikan hias
yang ada tersebut masih dalam proses pengembangan dan penguatan karena masih
banyak pembudidaya yang ingin masuk menjadi anggota dan mendirikan
kelompok tani baru.
56
Di wilayah Kecamatan Cibinong juga terdapat dua eksportir ikan hias.
Kedua eksportir tersebut adalah CV. Maju Aquarium dan PT. Sunny Indopramita.
CV. Maju Aquarium adalah entitas bisnis milik Bapak Yap Kiat Bun yang
beralamat di lingkungan 03 Citatah Rt 01 Rw 09 Kecamatan Cibinong. Luas
lahan yang dimiliki seluas 2.200 meter persegi dengan kapasitas produksi 500 juta
ekor ikan hias per tahun. Sedangkan PT. Sunny Indopramita beralamat di jalan
Bina Citra Rt 4 Rw 5 Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong. Lahan yang
dimiliki mencapai 804,5 meter persegi dengan kapasitas produksi mencapai 3,5
juta ekor ikan hias per tahun. Pemilik perusahaan ini adalah Bapak Sumarjo
Wongso. Kedua eksportir ikan hias tersebut mendapatkan pasokan ikan hias baik
ikan hias air tawar maupun air laut yang berasal dari wilayah Kecamatan
Cibinong dan luar Kecamatan Cibinong atau nasional. Pangsa pasar ikan hias
kedua eksportir tersebut adalah Amerika Serikat, Singapura, Uni Eropa, Jepang,
dan Timur-Tengah.
Kedua eksportir ikan hias tersebut memiliki jaringan bisnis seperti
supplier dan broker yang juga merupakan anggota salah satu kelompok tani
anggota Himbudias. Oleh karena itu, supplier dan broker ini memiliki peran yang
cukup penting dalam memasarkan ikan hias air tawar yang dihasilkan di setiap
kelompok tani. Skema kemitraan usaha antar unit bisnis (petani, broker, supplier,
dan eksportir) harus menjadi titik berat dalam pengembangan ikan hias air tawar
di Kecamatan Cibinong ini.
Broker ikan hias berperan dalam mengumpulkan ikan hias yang berasal
dari petani dan untuk selanjutnya dilakukan proses sortasi dan grading
berdasarkan ukuran dan kriteria kualitas lainnya. Broker membeli ikan hias air
tawar dari petani berdasarkan permintaan dari supplier. Apabila broker telah
berhasil mengumpulkan ikan hias air tawar sesuai dengan permintaan supplier,
maka ikan hias air tawar tersebut dikirim ke supplier tersebut. Sedangkan supplier
berperan untuk mengumpulkan ikan hias air tawar yang berasal dari beberapa
broker atau petani besar yang selanjutnya dipasarkan ke eksportir. Oleh karena
itu, perbedaan antara broker dengan supplier adalah pada ruang lingkup jaringan
bisnisnya. Supplier memiliki ruang lingkup jaringan bisnis yang lebih luas,
57
biasanya mencakup satu regional atau kabupaten, bila dibandingkan dengan
broker yang hanya mencakup tingkat kecamatan dan antar desa
Selain diekspor ke luar negeri, ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh
Kecamatan Cibinong juga dipasarkan di pasar nasional dan daerah (tingkat
kabupaten dan kecamatan). Oleh karena itu, Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor membangun Depo pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong untuk membuka saluran pemasaran baru bagi petani dan pedagang.
Depo pemasaran ikan hias air tawar tersebut dapat membantu untuk meningkatkan
keuntungan petani ikan hias karena menawarkan farmer share yang lebih tinggi
bagi petani bila dibandingkan dengan farmer share bila ikan hias air tawar dijual
ke broker atau supplier.
Untuk mengembangkan ikan hias air tawar di tingkat nasional,
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia membangun Pusat
Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang terletak di Kecamatan
Cibinong. Raiser merupakan salah satu pilot project yang merupakan hasil
kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dengan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang didirikan pada tanggal 24 Maret 2004
oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Kehadiran raiser ikan hias ini diharapkan
dapat berfungsi sebagai: (1) Pusat pengembangan industri ikan hias; (2)
Penyeragaman ukuran dan peningkatan mutu; (3) Pusat pemasaran ikan hias; (4)
Penyangga stok; (5) Sarana edukasi dan riset; dan (6) Pusat Informasi.
Tujuan dibangunnya Raiser antara lain: Pertama, membangun pusat
pengembangan dan pemasaran ikan hias sebagai penghela kebangkitan bisnis
ikan hias Indonesia; Kedua, memfasilitasi pemasaran (ekspor) ikan hias
Indonesia; dan Ketiga, menampilkan citra Indonesia sebagai produsen dan
eksportir ikan hias. Raiser ini akan menjadi pusat penggerak bisnis ikan hias, ke
hulu dapat mendorong dan meningkatkan pendapatan para pembudidaya dan ke
hilir diupayakan meningkatkan pemasaran dan perolehan devisa bagi negara.
Para pembudidaya ikan hias Indonesia dalam melakukan usahanya pada
umumnya berskala kecil, jenis ikan terbatas, kualitas produk relatif masih rendah,
time of delivery terbatas, dan modal terbatas. Sedangkan untuk para penangkap
ikan hias alam, biasanya dilakukan secara musiman dan sangat tergantung pada
58
potensi stok ikan. Kehadiran raiser ikan hias diharapkan
dapat mengatasi dan memfasilitasi permintaan ikan hias dengan jenis yang
beragam, kualitas tinggi, kuantitas tidak terbatas, dan terjamin kontinuitas
suplainya sehingga akan terwujud peningkatan nilai ekspor yang pada saat yang
bersamaan juga meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya dan atau
penangkap ikan hias melalui jaminan pasar.
Raiser ikan hias di Cibinong merupakan pilot project yang dilengkapi
dengan beberapa fasilitas seperti karantina, fasilitas sortir (grading),
penyeragaman ukuran (raising), sistem pengairan yang dilengkapi dengan
reservoar, aerasi dan filtrasi, sistem sanitasi dan hygiene, bak tanaman hias,
kolam, dan fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas tersebut dibangun untuk
mendukung bisnis ikan hias diharapkan mampu memfasilitasi sekitar 3.000
pembudidaya, 100 suplier, 60 eksportir ikan hias di kawasan Jabotabek. Lahan
Raiser Cibinong ini dialokasikan LIPI seluas 17,6 Ha dan pada tahap I baru
dibangun seluas 5 Ha. Lahan Raiser ini merupakan bagian dari lahan Cibinong
Science Center - LIPI, pembangunan fisik Raiser dilakukan melalui APBN
Departemen Kelautan dan Perikanan tahun anggaran 2003 dan 2004. Selain itu,
Pemerintah Kabupaten Bogor juga mendukung pembangunan jembatan akses dari
Raiser ke Jalan Raya Bogor.
Kapasitas Raiser Cibinong ini akan mampu menampung sekitar 26 juta
ekor ikan hias per bulan atau 300 juta ekor ikan hias per tahun. Suplai atau
pasokan ikan dari pembudidaya di sekitar Jabotabek mencapai 90 persen dan
sisanya sebesar 10 persen berasal dari penangkapan di alam.
5.2. Gambaran Umum Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
5.2.1. Dasar Pembentukan
Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008
tentang pembentukan, organisasi, dan tata kerja Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor. Disnakkan merupakan salah satu perwujudan dari penerapan
sistem otonomi daerah yang memberikan porsi yang lebih besar kepada daerah
(provinsi dan kabupaten/kota) untuk berpartisipasi membangun daerah yang
sebelumnya masih didominasi oleh pemerintah pusat. Disnakkan merupakan
59
perangkat daerah sebagai unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah
di bidang peternakan dan perikanan.
5.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor mempunyai tugas
pokok Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi di bidang peternakan dan perikanan serta tugas
pembantuan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor mempunyai
fungsi sebagai berikut : (1) merumuskan kebijakan teknis bidang peternakan dan
perikanan, (2) menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang peternakan dan perikanan, (3) membina dan melaksanaan tugas di bidang
peternakan dan perikanan, serta (4) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Bupati sesuai tugas dan fungsinya.
5.2.3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Kebijakan
Visi menggambarkan suatu pandangan yang jauh ke masa depan sesuai
dengan tujuan dan keinginan untuk mengetahui bagaimana keadaan organisasi
atau pihak-pihak yang berada di sekitarnya. Visi dapat membantu organisasi
untuk mendefinisikan kemana organisasi akan dibawa dan membantu
mendefinisikan bagaimana pelayanan harus dilakukan. Menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN), visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
Merunut kepada tugas pokok Disnakkan sebagai perangkat pemerintahan
daerah yang diartikan sebagai lembaga pemerintahan yang membantu Bupati
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bidang peternakan dan
perikanan, maka visi Disnakkan Kabupaten Bogor dijiwai dan dilandasi oleh visi
Kabupaten Bogor itu sendiri. Adapun visi Kabupaten Bogor adalah terwujudnya
masyarakat Kabupaten Bogor yang bertaqwa, berdaya dan berbudaya menuju
sejahtera. Sedangkan visi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah terwujudnya
pembangunan peternakan dan perikanan yang berdaya saing dan berwawasan
lingkungan.
60
Visi ini mengandung makna melaksanakan berbagai kegiatan atau upaya
dalam rangka mengamankan dan meningkatkan jumlah serta kualitas hasil
peternakan dan perikanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya
masyarakat Kabupaten Bogor. Kata berdaya saing dan berwawasan lingkungan
yang tercantum dalam visi tersebut mengandung makna kemampuan melakukan
upaya untuk mengembangkan diri dalam suatu lingkungan usaha dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan sumber daya peternakan dan perikanan
yang harus dilandasi oleh keseimbangan penggunaan lahan, pengelolaan limbah
peternakan dan perikanan serta organisme pengganggu bagi kesehatan hewan dan
manusia.
Misi merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi
untuk mewujudkan visi yang telah direncanakan. Dengan kata lain, misi
merupakan penjabaran dari visi organisasi. Pernyataan misi harus menjabarkan
keterlibatan para stakeholders dengan organisasi (Disnakkan). Misi tersebut harus
jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi juga terkait dengan adanya
kewenangan yang diemban. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), misi adalah rumusan
umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Misi Disnakkan Kabupaten Bogor tidak dapat dilepaskan keterkaitannya
dengan misi Kabupaten Bogor. Misi Kabupaten Bogor menjiwai misi dari
Disnakkan Kabupaten Bogor. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor
Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013 terdapat tujuh misi Kabupaten
Bogor. Namun, misi yang secara langsung menjiwai misi Disnakkan Kabupaten
Bogor adalah misi Kabupaten Bogor yang kedua, yaitu meningkatkan
perekonomian daerah yang berdaya saing dengan titik berat pada revitalisasi
pertanian dan pembangunan yang berbasis perdesaan.
Berdasarkan visi dan misi Kabupaten Bogor tahun 2009-2013 tersebut
serta berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan masukan-masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholder), maka misi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :
61
1. Meningkatkan ketersediaan bahan pangan asal ternak dan ikan secara
berkesinambungan. Misi ini mengandung makna meningkatkan usaha
bidang peternakan dan perikanan serta pemenuhan kebutuhan konsumsi
protein hewani.
2. Menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat peternakan dan
perikanan serta masyarakat veteriner. Misi ini mengandung makna
menciptakan rasa aman bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta
masyarakat veteriner dari bahaya penularan penyakit hewan menular dan
zoonosis serta dari pangan asal hewan dan ikan serta hasil pangan asal
hewan dan ikan yang mengandung bahan tambahan makanan berbahaya.
Hal yang dapat menjadi parameter bagi tercapainya visi dan misi
dijabarkan melalui pernyataan tujuan. Dengan kata lain, tujuan adalah sesuatu
yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima tahun.
Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta
didasarkan pada isu-isu dan analisis lingkungan strategis. Tujuan mengarahkan
perumusan strategi, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka
merealisasikan misi dan visi. Berdasarkan tujuan yang ditetapkan, Disnakkan
Kabupaten Bogor akan mengetahui hal-hal yang harus dicapai dalam kurun waktu
satu sampai lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumber daya dan
kemampuan yang dimiliki, serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Adapun tujuan strategis Disnakkan untuk tahun 2009-2013 antara lain : (1)
meningkatkan usaha bidang peternakan dan perikanan serta pemenuhan
kebutuhan konsumsi protein hewani, dan (2) terciptanya rasa aman bagi
masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat veteriner.
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan
dicapai atau dihasilkan oleh lembaga dalam jangka waktu tahunan, semesteran,
triwulanan atau bulanan. Sasaran menggambarkan hal yang ingin dicapai melalui
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran
memberikan fokus pada penyusunan kegiatan sehingga bersifat spesifik, terinci,
dapat dicapai, dan diupayakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur.
62
Tabel 13. Sasaran-Sasaran dan Indikator Disnakkan Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan
Tercapainya peningkatan produksi daging, telur, susu dan ikan serta tercapainya peningkatan konsumsi protein hewani asal ternak dan konsumsi ikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
Produksi Daging Produksi Telur Produksi Susu Produksi Ikan Konsumsi Produksi Ikan Hias Produksi Benih Ikan Konsumsi Protein Hewani asal ternak Konsumsi Ikan Fasilitasi Kemitraan Sentra Agribisnis Andalan
Kg Kg
Liter Ton RE RE
Gr/kap/hr Kg/kap/thn
Orang Lokasi
Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular dan zoonosis dan pengawasan Pangan Asal Hewan / Hasil Pangan Asal Hewan dari Bahan Tambahan Makanan Berbahaya
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Penyakit Rabies Penyakit Anthrax Penyakit Brucellosis Penyakit SE Penyakit AI Pengawasan PAH/HPAH di pasar dan sentra produksi
Dosis Dosis Dosis Dosis Dosis Lokasi
Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor, 2009
Sasaran-sasaran Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sesuatu dasar di
dalam penilaian dan pemantauan kinerja sehingga merupakan alat pemicu bagi
organisasi akan sesuatu yang harus dicapai. Tabel 13 menjelaskan sasaran-
sasaran beserta indikator keberhasilannya. Dari Tabel 13 terlihat bahwa sasaran
Disnakkan dalam komoditas ikan hias air tawar adalah dengan meningkatkan
produksi ikan hias dengan satuan RE (ribu ekor) dan pencegahan dan
penanggulangan penyakit ikan hias air tawar.
Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwenang untuk
dijadikan pedoman, pegangan, dan petunjuk dalam pengembangan ataupun
pelaksanaan program atau kegiatan disebut dengan kebijakan. Tujuan akhir
dibuatnya kebijakan adalah untuk tercapainya visi, misi, tujuan, dan sasaran
secara terpadu dan lancar. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004,
kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah pusat atau
daerah untuk mencapai tujuan.
63
Berikut adalah beberapa kebijakan Disnakkan Kabupaten Bogor tahun
2009 hingga 2013 dalam rangka mengarahkan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan :
1. Meningkatkan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui
pembinaan aparatur.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana peternakan dan perikanan.
3. Meningkatkan akses peternak dan pembudidaya ikan terhadap sumber
permodalan.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan
usaha peternakan dan perikanan.
5. Meningkatkan mutu dan nilai tambah produk peternakan dan perikanan.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian penyakit
hewan.
5.2.4. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008
tentang Pembentukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor,
Disnakkan Kabupaten Bogor merupakan perangkat daerah sebagai unsur
pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Kepala
Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Kepala Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh satu sekretariat, empat bidang, tiga sub bagian, 12 seksi, delapan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan, satu UPT Sarana
Usaha, satu UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH), satu UPT Pembibitan
Ternak, satu UPT Balai Benih Ikan, dan satu kelompok Jabatan Fungsional
Umum. Susunan organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :
• Kepala Dinas
• Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Program dan Pelaporan.
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3. Sub Bagian Keuangan
• Bidang Produksi Perikanan, membawahi :
1. Seksi Sarana dan Prasarana Perikanan.
64
2. Seksi Pengembangan Produksi Perikanan.
3. Seksi Perbenihan dan Budidaya Ikan.
• Bidang Produksi Peternakan, membawahi :
1. Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan.
2. Seksi Pengembangan Produksi Peternakan.
3. Seksi Perbibitan dan Budidaya Ternak
• Bidang Bina Usaha, membawahi :
1. Seksi Pelayanan Usaha
2. Seksi Pengembangan Usaha
3. Seksi Pemasaran dan Fasilitas Permodalan.
• Bidang Kesehatan Hewan dan Ikan, membawahi :
1. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan.
2. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Ikan.
3. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.
• Unit Pelaksana Teknis (UPT), terdiri dari :
1. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah I (Kecamatan Jonggol,
Cariu, Sukamakmur, dan Tanjung Sari).
2. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah II (Kecamatan
Cileungsi, Klapa Nunggal, Citeureup, dan Gunung Putri).
3. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah III (Kecamatan
Cibinong, Babakan Madang, Sukaraja, Bojong Gede, dan Tajur
Halang).
4. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah IV (Kecamatan
Cisarua, Megamendung, Ciawi, Cijeruk, Caringin, dan Cigombong).
5. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah V (Kecamatan
Dramaga, Ciomas, Taman Sari, Ciampea, Tenjolaya, dan
Rancabungur).
6. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VI (Kecamatan
Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, dan Nanggung).
7. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VII (Kecamatan
Jasinga, Parung Panjang, Cigudeg, dan Kecamatan Tenjo).
65
8. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VIII (Kecamatan
Parung, Gunung Sindur, Ciseeng, Kemang, dan Rumpin).
9. UPT Sarana Usaha.
10. UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
11. UPT Balai Benih Ikan (BBI)
12. UPT Pembibitan Ternak
• Kelompok Jabatan Fungsional Umum.
Gambar 5 menggambarkan susunan organisasi Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor beserta alur koordinatif dan instruktif.
Keterangan : : Garis Instruktrif -------- : Garis Koordinatif Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor (2010)
Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
66
Sedangkan daftar nama-nama pejabat di Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada di lampiran 2.
5.2.5. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia (SDM) yang berada di Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor merupakan pegawai negara atau yang biasa disebut
dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain PNS, calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) juga masih terdapat di Disnakkan. Secara total Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor memiliki pegawai sebanyak 138 orang. Jumlah
tersebut terdiri dari 12 orang pegawai golongan IV, golongan III berjumlah 69
orang, golongan II sebanyak 38 orang, dan golongan I berjumlah satu orang.
Jumlah CPNS Disnakkan Kabupaten Bogor berjumlah 18 orang.
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, maka pegawai
dengan strata dua (S2) berjumlah 19 orang, strata satu (S1) berjumlah 43 orang,
diploma-III (D3) berjumlah 13 orang, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) atau sederajat berjumlah 53 orang, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) atau sederajat berjumlah tujuh orang, dan tamatan Sekolah Dasar
(SD) berjumlah tiga orang.
5.2.6. Sarana dan Prasarana
Dalam usaha untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi yang telah
ditetapkan, maka Disnakkan membutuhkan sarana dan prasarana. Sarana dan
prasarana tersebut dibutuhkan untuk memperlancar dan menambah tingkat
efektifitas dan efisiensi tugas pokok, fungsi, sasaran, dan kebijakan. Oleh karena
itu, optimalisasi sarana dan prasarana sangat penting untuk dilakukan.
Sebagian besar, pengadaan sarana dan prasarana Disnakkan Kabupaten
Bogor dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor yang berasal dari dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Adapun ada beberapa sarana
dan prasarana yang merupakan pemberian dari pemerintah pusat melalui kegiatan
otonomi daerah yang berupa dana dekonsentrasi.
Sarana dan prasarana yang dimiliki Disnakkan Kabupaten Bogor dapat
dikelompokkan menjadi bangunan, inventaris lahan yang mengelilingi bangunan
67
tersebut, dan kendaraan operasional pegawai. Bangunan yang dimiliki oleh
Disnakkan Kabupaten Bogor antara lain :
1. Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor di Kecamatan
Cibinong.
2. Holding Ground sebanyak satu unit (Ciawi).
3. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sebanyak empat unit yang terdiri dari
tiga unit untuk hewan besar (Cibinong, Jonggol, dan Galuga) serta satu
unit untuk hewan kecil (Citaringgul).
4. Balai Benih Ikan berjumlah dua unit (Cibening dan Cibitung).
5. Stasiun Pembibitan Ternak yang terdiri dari satu unit untuk ternak
kambing (Nanggung) dan satu unit untuk ternak unggas (Rumpin).
6. Pasar Benih Ikan sebanyak satu unit (Ciseeng).
7. Kantor-kantor UPT yang berada di delapan wilayah.
8. Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan sebanyak satu unit di Ciomas.
9. Bangunan Rumah Dinas yang terletak di Baranang Siang, Kota Bogor.
10. Bangunan Pasar Ikan Higienis sebanyak satu unit yang terletak di
Kecamatan Sukaraja.
11. Depo Ikan Hias sebanyak satu unit di Kecamatan Cibinong.
Inventaris tanah Disnakkan Kabupaten Bogor mengelilingi fasilitas-fasilitas
bangunan tersebut. Selain itu, terdapat sarana dan prasarana kendaraan
operasional Disnakkan Kabupaten Bogor yang terdiri dari kendaraan roda empat
berjumlah 11 unit, kendaraan roda tiga berjumlah dua unit, dan kendaraan roda
dua berjumlah 51 unit.
5.2.7. Program dan Anggaran
Program adalah salah satu produk dari lembaga pemerintahan. Program
juga merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang
memiliki alokasi anggaran tertentu. Ide program tersebut dapat berasal dari
pemerintah daerah sendiri atau Disnakkan dan juga dapat berasal dari aspirasi
masyarakat. Program-program yang berasal dari aspirasi masyarakat tersebut
terlebih dahulu harus dikoordinasikan oleh lembaga pemerintahan terkait agar
dapat disahkan menjadi program-program yang terorganisir dan memiliki tujuan
68
serta sasaran yang jelas. Alokasi anggaran sebagian besar berasal dari Anggaran,
Penerimaan, dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor. Namun, apabila
pemerintah pusat melalui kementeriaan tertentu mengajukan program yang
berkaitan dalam konteks desentralisasi dan dekonsentrasi maka program-program
tersebut dapat berasal dari Anggaran, Penerimaan, dan Belanja Negara (APBN).
Dalam Rencana dan Strategi (Renstra) Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor tahun 2009-2013, program dan kegiatan dikategorikan ke dalam
program atau kegiatan lokalitas SKPD, program atau kegiatan lintas SKPD, dan
program atau kegiatan kewilayahan. Program atau kegiatan lokalitas SKPD
adalah sekumpulan rencana kerja yang ada di suatu SKPD yang dalam penelitian
ini adalah Disnakkan Kabupaten Bogor. Program atau kegiatan lintas SKPD
adalah rencana kerja yang dilakukan bersama atau mencakup ruang lingkup
kewenangan dari SKPD yang lain. Sedangkan program atau kegiatan
kewilayahan adalah sekumpulan rencana kerja terpadu antar kementerian atau
lembaga dan SKPD mengenai suatu atau beberapa wilayah, daerah atau kawasan
tertentu.
Berikut adalah program-program dan kegiatan pokok yang termasuk ke
dalam program atau kegiatan lokalitas Disnakkan Kabupaten Bogor :
1. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
Program ini dimaksudkan dalam rangka untuk meningkatkan produksi
hasil peternakan berupa daging, telur, susu, serta peningkatan konsumsi
protein hewani asal ternak. Jumlah anggaran pada program ini di tahun
2009 sebesar Rp 3.706.131.000 . Adapun kegiatan-kegiatan pokok yang
termasuk ke dalam program ini meliputi :
a. Pembibitan dan perawatan ternak.
b. Pendistribusian bibit ternak dan sarana produksi peternakan kepada
masyarakat.
c. Pelatihan petani ternak penerima bantuan.
d. Pengawasan mutu pakan ternak.
e. Pengawasan mutu bibit ternak.
f. Pengembangan agribisnis peternakan.
g. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
69
2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.
Program ini dalam rangka meningkatkan pengelolaan usaha dan
pemasaran hasil peternakan. Jumlah anggaran pada tahun 2009 untuk
program ini sebesar Rp 235.083.000. Adapun kegiatan-kegiatan pokok
yang termasuk ke dalam program ini meliputi :
a. Fasilitas kerjasama regional, nasional, internasional dalam
penyediaan hasil produksi peternakan komplementer.
b. Promosi atas hasil produksi peternakan unggulan daerah.
c. Pengolahan hasil peternakan.
3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan.
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dalam penguasaan dan penerapan teknologi peternakan. Jumlah
anggaran pada tahun 2009 untuk program ini sebesar Rp 193.202.000.
Adapun kegiatan-kegiatan pokok yang termasuk ke dalam program ini
meliputi :
a. Kaji terap teknologi peternakan tepat guna.
b. Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat
guna.
c. Pengembangan kelembagaan usaha peternakan.
4. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi ikan konsumsi,
ikan hias, dan benih ikan. Jumlah anggaran pada tahun 2009 untuk
program ini sebesar Rp 1.198.507.000. Adapun kegiatan-kegiatan pokok
yang termasuk ke dalam program ini antara lain :
a. Pengembangan bibit ikan unggul.
b. Pemberdayaan sumber daya lokal.
c. Pembinaan dan pengembangan perikanan.
d. Pengadaan sarana dan prasarana pengembangan perikanan
e. Restocking ikan di perairan setu.
f. Optimalisasi perikanan di perairan umum.
5. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan.
70
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dalam penguasaan dan penerapan teknologi perikanan. Anggaran
untuk program ini pada tahun 2009 sebesar Rp 113.854.000. Kegiatan-
kegiatan pokok yang termasuk ke dalam program ini, antara lain :
a. Kaji terap teknologi perikanan tepat guna.
b. Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi perikanan tepat
guna.
c. Pengembangan kelembagaan usaha perikanan.
6. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.
Program ini dimaksudkan dalam rangka meningkatkan pengelolaan usaha
dan pemasaran hasil perikanan. Anggaran untuk program ini pada tahun
2009 sebesar Rp 622.261.000. Kegiatan-kegiatan pokok yang termasuk
dalam program ini antara lain :
a. Fasilitas kerjasama regional, nasional, dan internasional
penyediaan hasil produksi perikanan komplementer
b. Promosi atas hasil produksi perikanan unggulan daerah.
c. Pengolahan hasil perikanan.
7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak dan Ikan
Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan rasa aman bagi masyarakat
dari berjangkitnya penyakit hewan menular atau zoonosis dan pangan asal
hewan dan ikan serta hasil pangan asal hewan dan ikan yang mengandung
bahan tambahan makanan berbahaya. Anggaran untuk program ini pada
tahun 2009 sebesar Rp 1.657.301.000. Kegiatan-kegiatan pokok yang
termasuk ke dalam program ini antara lain :
a. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak.
b. Pengawasan dan pemeriksaan pangan asal hewan dan hasil pangan
asal hewan.
c. Sosialisasi keamanan pangan.
d. Fasilitas tempat pemotongan hewan.
e. Pelayanan kesehatan hewan
f. Pelayanan kesehatan ikan.
71
Selain program-program yang menyangkut komoditas peternakan dan perikanan,
terdapat program Disnakkan Kabupaten Bogor yang menyangkut kegiatan
operasional, fasilitas, dan kepegawaian. Program-program tersebut antara lain :
(1) program pelayanan administrasi perkantoran dengan anggaran sebesar Rp
1.781.158.000, (2) program peningkatan sarana dan prasarana aparatur dengan
anggaran sebesar Rp 1.646.844.000, (3) program peningkatan kapasitas sumber
daya aparatur dengan anggaran sebesar Rp 5.000.000, serta (4) program
peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
dengan anggaran sebesar Rp 361.350.000.
Di lain pihak, program dan kegiatan lintas SKPD, lintas pelaku, dan lintas
wilayah didasari oleh suatu pemahaman bahwa pembangunan peternakan dan
perikanan memerlukan dukungan dari sektor lain dalam bentuk program
koordinatif. Program koordinatif tersebut saling mendukung antar SKPD dan
antar wilayah sehingga tercipta suatu keterpaduan dan sinergitas dalam
pengaplikasiannya. Adapun kegiatan-kegiatan yang memerlukan kerjasama antar
lintas tersebut, antara lain :
1. Pengaturan tata ruang, pemilikan, dan peruntukan lahan.
2. Penataan, rehabilitasi, dan pengembangan prasarana penunjang.
3. Pengadaan sarana produksi.
4. Penguatan permodalan.
5. Promosi dan pemasaran.
6. Pengendalian lingkungan.
7. Pengkajian dan penerapan teknologi.
8. Pengaturan keamanan, ketertiban, dan kenyamanan.