uts

Download UTS

If you can't read please download the document

Upload: asti-ramadhani

Post on 03-Jul-2015

268 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KONTRASTIF

KATEGORI GRAMATIKAL DALAM BAHASA INGGRIS

DAN BAHASA INDONESIADOSEN PENGAMPU:

Dr. Aceng Rahmat, M.Pd

Asti Ramadhani Endah Lestari 7316 100214 PENDIDIKAN BAHASA FAKULTAS PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUANAnalisis kontrastif mulai digunakan dalam pengajaran bahasa sejak adanya perang dunia II. Saat itu, banyak bermunculan kebutuhan akan pembelajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing oleh para Imigran yang berasal dari negara berbahasa selain Inggris. Untuk memudahkan pemahaman siswa maka dilakukan pengkontrasan Bahasa Inggris dengan Bahasa Ibu siswa tersebut. Carl James1 mengkategorikan analisis kontrastif sebagai kajian kebahasaan yang mencari perbedaan-perbedaan dari dua atau lebih bahasa. Dalam kamus linguistik 2, Analisis kontrastif berarti The identification of points of structural similarity and difference between two languages. The assumption is that points of difference will be areas of potential difficulty (called interference or negative transfer) in the learning of one or other of the languages. Pranowo dalam Solihatulmilah mengatakan bahwa hambatan yang sering ditemui dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing adalah tercampurnya sistem bahasa pertama kedalam bahasa target3. Sistem bahasa target yang sama dengan sistem bahasa pertama akan memudahkan siswa mempelajari bahasa target, sedangkan sistem bahasa target yang berbeda dengan sistem bahasa pertama akan mempersulit siswa dalam mempelajari bahasa target. Analisis kontrastif memegang peranan penting dalam pembelajaran bahasa ke-2 atau1 Carl James. 1980. Contrastive Analysis. London: Longman Group Ltd, hlm 11 2 David Crystal. 1992. An Encyclopedic: DICTIONARY OF LANGUAGES AND LANGUAGES. Blackwell: Penguin groups, hlm 83 3 Elih Solihatulmilah. 2006. Analisis Kontrastif Afiksasi dan Reduplikasi Bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Sebuah thesis dalam Pasca Sarjana UNJ, hlm 15

bahasa asing. Bagi seorang pembelajar Bahasa Asing atau bahasa ke-2, akan lebih mudah mempelajari suatu bahasa dengan mengetahui perbedaan-perbedaan bahasa ibu dengan bahasa target yang sedang dipelajari. Analisis kontrastif juga sangat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran. Guru akan memberikan penekanan khusus terhadap bagian dari bahasa target yang berbeda dengan bahasa ibu siswanya, sedangkan bagi bagian bahasa target yang memiliki karakteristik sama dengan bahasa ibu siswa, sang guru tidak perlu memberikan terlalu banyak pengajaran atau latihan kepada siswanya. Cakupan analisis kontrastif cukup luas, di antaranya adalah

mikrolinguistik anakon dan makrolinguistik anakon. Mikrolinguistik anakon membahas bahasa dari dalam atau biasa disebut juga dengan istilah analisis kontrastif gramatikal, contohnya adalah fonologi, morfologi, dan semantik. Sedangkan makrolinguistik anakon membahas bahasa dikaitkan dengan konteks penggunaanya, misalnya pragmatik. Pada linguistik makro, pembahasan analisis kontrastif tidak semata-mata hanya terbatas pada sistem bahasa itu sendiri melainkan terhadap fungsi komunikatif dari tiap-tiap bahasa. Sehubungan dengan luasnya cakupan yang dapat dibahas dalam Analisis kontrastif, dalam karya ilmiah kali ini penulis membatasi cakupan pembahasan Analisis Kontrastif hanya pada bentuk morfologi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris berdasarkan kategori nominal.

BAB II PEMBAHASANFromkin mengatakan bahwa tata Bahasa atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilan grammar mencakup semua aspek bahasa seperti, fonologi, semantik, leksikon, morfologi, dan sintaksis4. Fonologi adalah suatu cabang ilmu bahasa yang mempelajari sistem bunyi. Fonologi mencakup bentuk-bentuk bunyi, produksi bunyi, dll. Tata Bahasa juga mencakup tentang sistem makna yang biasa disebut dengan semantik, kata-kata yang biasa disebut dengan leksikon, dan juga aturan pembentukan kata yang disebut dengan morfologi. Morfologi adalah kajian ilmu bahasa yang mempelajari pembentukan sebuah kata. Morfologi berfokus pada cara-cara bagaimana membentuk sebuah kata yang bermakna. Kata-kata yang berbeda bentuk juga memiliki perbedaan makna. Brinton5 mengatakan bahwa: Morphology is the study of word-making and word-marking. On the one hand, morphology examines meaning relationship between words and the ways in which these connections are indicated. On the other, morphology looks at how grammatical relationships between words are marked. Different languages focus on different word relationships, and they make use of different patterns of marking. Tata Bahasa juga mencakup sintaksis. Sintaksis adalah kajian ilmu bahasa yang membahas tentang pembentukan sebuah kalimat. Sintaksis berhubungan4 Victoria Fromkin, et al. 2003. An Introduction to Language 7th Edition. NewYork: Thomson and Heinle, hlm 28

5 Laurel J Brinton. 2000. The structure of Modern English: A LinguisticIntroduction. Amsterdam: John Benjamins Publishing Co., hlm 111

dengan bagaimana kata-kata disusun untuk menghasilkan sebuah kalimat yang bermakna. Kebanyakan orang Indonesia menganggap bahwa ilmu Tata Bahasa hanyalah tentang bagian sintaksis ini, terutama ketika sedang membicarakan tata bahasa dalam bahasa Inggris yang lebih dikenal dengan istilah Grammar. Dalam kajian tata bahasa ada yang dikenal dengan istilah kategori gramatikal. Brinton membagi kategori gramatikal kedalam dua bagian umum, kategori nominal dan kategori verbal6. Kategodi nominal berhubungan dengan kata benda, sedangkan kategori verbal berhubungan dengan kata kerja. Kategori ini mencakup beberapa bagian seperti number, gender, person, case, degree, definiteness, and deixis. Sedangkan kategori gramatikal yang kedua adalah kategori verbal. Kategori verbal ini mengatur penggunaan kata kerja dalam sebuah kalimat. Kategori ini mencakup tense, aspect, mood, and voice. Selanjutnya, pada bagian ini akan dibahas persamaan dan perbedaan ciri kategori gramatikal dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia khususnya pada bagian kategori nominal: Number Kategori yang pertama adalah number. Number merujuk kepada jumlah. Dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia masing-masing memiliki dua istilah yang berhubungan dengan Number ini, yaitu satu dan jamak dalam Bahasa Indonesia dan Singular dan Plural dalam Bahasa Inggris. Singular dan Satu sama-sama merujuk pada sebuah benda, sedangkan Plural dan Jamak sama-sama6 Op.cit : hlm 103-117

merujuk kepada dua atau lebih benda. Namun perbedaannya terletak dalam bentuk Plural atau jamak. Dalam Bahasa Inggris, sebuah benda harus dikategorikan kedalam countable dan uncountable. Countable noun adalah kata benda yang dapat

dihitung, misalnya book, glass, table, pen, dll. Sedangkan Uncountable noun adalah kata benda yang tidak dapat dihitung, biasanya berupa cairan atau butiran misalnya water, sand, sugar, salt, dll. Bentuk Plural pada Countable noun biasanya ditandai dengan akhiran s atau -es pada masing-masing kata, misalnya 2 books, 3 glasses, 4 tables, 50 pens, dll. Bentuk Plural dalam uncountable noun tidak mengalami perubahan bentuk, misalnya water, sand, sugar, salt, dll. Bentuk Plural dan singular dalam sebuah kalimat Bahasa Inggris juga harus ditunjukkan dalam sebuah verb atau kata kerja. Hal ini biasanya muncul dalam tipe kalimat simple present misalnya, she sings, he walks, and it eats. Berbeda dengan bentuk plural dalam Bahasa Inggris, bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan apapun jika di awal katanya disebutkan jumlah bendanya, misalnya 2 buku, 3 kaca, 4 meja, 50 pulpen, dll. Bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia juga dapat ditandai dengan adanya pengulangan kata, hal ini muncul jika tidak diketahui secara pasti jumlah bendanya, misalnya buku-buku, kaca-kaca, meja-meja, orang-orang, dll. Bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia juga dapat ditandai dengan adanya pengulangan kata yang diikuti dengan penggantian bunyi misalnya warna-warni, putra-putri, dewa-dewi, dll.

Gender Kategori yang kedua adalah gender. Dalam Bahasa Inggris, gender

ditunjukkan melalui kata ganti orang. Hal ini biasanya muncul saat pembicara atau penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal, yaitu he, she, dan it. Sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak terdapat pemisahan gender. Kata ganti orang ketiga tunggal yaitu dia, bisa merujuk kepada laki-laki atau perempuan. Person Kategori yang ketiga adalah person. Dalam Bahasa Inggris ada tiga macam istilah yang dipakai dalam sebuah kalimat berhubungan dengan person: orang pertama (first person), orang kedua (second person),dan orang ketiga (third person). Orang pertama mewakili pembicara atau pelaku itu sendiri yaitu I dan we, orang kedua mewakili pendengar atau objek langsung dari kalimat itu sendiri yaitu you, sedangkan orang ketiga adalah orang atau benda yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut he, she, it, they. Dalam Bahasa Indonesia juga terdapat tiga istilah yang dipakai dalam kalimat sehubungan dengan person orang pertama ( first person), orang kedua (second person),dan orang ketiga (third person). Namun, perbedaannya terletak pada orang kedua dan orang ketiga. Orang kedua dan orang ketiga pada Bahasa Indonesia dibedakan berdasarkan jumlah objek atau pendengar, jika hanya satu pendengar maka digunakan kata kamu, jika terdapat lebih dari satu pendengar digunakan istilah kalian. Sedangkan pada orang ketiga hanya digunakan istilah dia dan mereka.

Case Kategori yang keempat adalah case. Case adalah bagian dari nominal kategori yang berfungsi mengidentifikasi fungsi kata benda. Brinton membagi case kedalam tiga bagian, yaitu: nominative case, genitive case, and objective case. Nominative case merepresentasikan fungsi dari subjek. Genitive case, merepresentasikan fungsi dari kepunyaan. Objective case, merepresentasikan

fungsi dari objek. Dalam Bahasa Inggris, case direpresentasikan oleh personal pronoun dan interrogative/relative pronouns misalnya: Nominative case: I, we, you, he, she, it, they, who Objective case: me, us, you, him, her, it, them, whom Genitive case: my/mine, our/ours, his/hers, its, their/theirs, whose Sedangkan dalam bahasa Indonesia, Nominative case, Objective case, dan Genitive case direpresentasikan oleh kata yang sama kecuali pada Genitive case terdapat kata baru yaitu akhiran -nya. Misalnya: Nominative case: Saya, Kami, Kamu, Dia, Mereka Objective case: Saya, Kami, Kamu, Dia, Mereka Genitive case: Saya, Kami, Kamu, Dia, Mereka, -Nya Degree Kategori yang kelima yaitu tingkatan (degree) yang berhubungan dengan kata sifat (adjectives) dan kata keterangan (adverbs). Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia sama-sama memiliki tiga istilah dalam tingkatan (degree), yaitu: positive degree, comparative degree, and superlative degree. Positive degree merujuk kepada kata dasar pada kata sifat atau kata keterangan itu sendiri, misalnya small, handsome, dan fast (Bahasa Inggris) atau kecil, ganteng, dan cepat (Bahasa Indonesia). Comparative degree merujuk kepada tingkatan yang lebih besar atau lebih baik diantara dua kata sifat atau kata keterangan. Dalam Bahasa Inggris, biasanya ditunjukkan dengan penggunaan kata more atau pembubuhan akhiran er contohnya, smaller, more handsome, dan faster, sedangkan dalam Bahasa Indonesia biasanya ditunjukkan dengan penggunaan kata lebih contohnya lebih kecil, lebih ganteng, dan lebih cepat. Superlative degree merujuk kepada tingkatan teratas dari tiga atau lebih kata sifat atau kata keterangan. Dalam Bahasa Inggris, biasanya ditandai dengan penggunaan kata most atau pembubuhan akhiran est misalnya, smallest, most handsome, dan fastest sedangkan dalam Bahasa Indonesia biasanya ditunjukkan dengan penggunaan kata paling contohnya paling kecil, paling ganteng, dan paling cepat. Definiteness Kategori yang keenam adalah definiteness atau kespesifikan. Dalam Bahasa Inggris, kespesifikan sebuah benda dapat ditandai dengan penggunaan artikel (article) di depan kata benda itu sendiri. Benda yang belum spesifik (belum diketahui atau belum familiar bagi pembicara dan pendengar) biasa disebut dengan istilah indefinite ditandai dengan penggunaan artikel a. Sedangkan benda yang sudah spesifik (sudah diketahui atau familiar bagi pembicara dan

pendengar) biasa disebut dengan istilah definite ditandai dengan penggunaan artikel the. Oleh karena itu, penggunaan artikel dalam Bahasa Inggris sangatlah penting. Berbeda dengan Bahasa Inggris, dalam Bahasa Indonesia tidak terdapat artikel yang membedakan kespesifikan sebuah benda. Deixis

Kategori yang terakhir adalah deixis (deiksis). Brinton membagi deiksis kedalam empat bagian, yaitu: deiksis personal (personal deixis), deiksis spasial (spatial deixis), deiksis temporal (temporal deixis), dan deiksis tekstual (textual deixis). Tidak ada perbedaan pada deiksis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Deiksis personal digunakan dalam istilah tujuan sosial, hal ini ditekankan pada hubungan antara pembicara dan seseorang yang diajak berbicara. Deiksis spasial menandakan arah dan posisi pembicara. Biasanya ditandai dengan penggunaan kata kerja misalnya come dan go (Bahasa Inggris) dan datang dan pergi (Bahasa Indonesia) untuk menandakan arah dan penggunaan kata keterangan misalnya here dan there (Bahasa Inggris) dan di sini dan di sana (Bahasa Indonesia) untuk menandai posisi. Deiksis temporal menandai waktu pembicaraan. Hal ini biasanya ditandai dengan penggunaan kata keterangan yang berhubungan dengan waktu, mislanya now, yesterday, tomorrow (Bahasa

Inggris) dan sekarang, kemarin, besok (Bahasa Indonesia). Tipe terakhir dari deiksis adalah deiksis tekstual yang menandai perubahan subjek kedalam kata ganti. Contoh penggunaan deiksis tekstual dalam kalimat Bahasa Inggris yaitu I went to Singapore last holiday, this was very exciting. Pada kalimat sebelumnya,

kata this merujuk balik kepada kalimat sebelumnya yaitu I went to Singapore last holiday.

BAB III KESIMPULANBerdasarkan pembahasan tentang kategori nominal dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada beberapa kategori nominal dan terdapat beberapa persamaan pada beberapa kategori lain. Perbedaan yang paling jelas terlihat adalah pada kategori number, gender, case, dan definiteness. Pada kategori number, Bahasa inggris membedakan jenis kata benda tersebut kemudian membubuhkan akhiran s/-es pada kata benda countable atau merubah bunyi pada kata benda uncountable. Pada kategori gender, Bahasa Inggris membedakan gender pada penggunaan kata ganti orang ketiga tunggal, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak ada pengklasifikasian gender sama sekali. Pada kategori case, Bahasa Inggris memiliki kata yang berbeda di tiga bagian case, sedangkan Bahasa Indonesia hanya memiliki akhiran nya pada bagian genitive case. Pada bagian definiteness, Bahasa Inggris membedakan kespesifikan suatu benda dengan ditandai oleh penggunaan artikel di depan kata benda tersebut, sedangkan Bahasa Indonesia tidak sedikitpun membedakan kespesifikan suatu benda. Pada kategori person terdapat persamaan dan perbedaan, persamaannya terletak pada orang pertama, sedangkan perbedaannya terdapat pada orang kedua dan ketiga. Sedangkan pada degree dan deixis tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Brinton, Laurel J. 2000. The structure of Modern English: A Linguistic Introduction. Amsterdam: John Benjamins Publishing Co Crystal, David. 1992. An Encyclopedic: DICTIONARY OF LANGUAGES AND LANGUAGES. Blackwell: Penguin groups Fromkin, Victoria et al. 2003. An Introduction to Language 7th Edition. New York: Thomson and Heinle James, Carl. 1980. Contrastive Analysis. London: Longman Group Ltd Solihatulmilah, Elih. 2006. Analisis Kontrastif Afiksasi dan Reduplikasi Bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Sebuah thesis dalam Pasca Sarjana UNJ