uts pengolahan limbah kimia_review jurnal

9
REVIEW JURNAL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI KEGIATAN PRAKTIKUM ANALISIS SPOT TEST DENGAN KOAGULASI MENGGUNAKAN POLIALUMINIUM KLORIDA (1) Eti Rohaeti, Trie Nenny Febriyanti, Irmanida Batubara Departemen Kimia FMIPA-IPB Bogor PENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN KOAGULAN POLI ALUMINIUM KLORIDA (PAC) (2) Muhammad Said Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia A. Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium, baik industri maupun perguruan tinggi merupakan tempat di mana dilakukan suatu kegiatan pengujian untuk memperoleh data hasil uji yang akurat dan valid yang membutuhkan bahan-bahan kimia utama dan pendukung baik bahan kimia bersifat asam, basa, organik dan anorganik. Bahan-bahan kimia tersebut di atas pada umumnya dibuang sehingga menghasilkan limbah yang kemudian dikenal dengan limbah laboratorium. Aktifitas pengujian di laboratorium cukup padat sehingga sudah tentu volume air limbah yang dihasilkan cukup banyak. Karakteristik air limbah laboratorium dapat dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sebagian besar unsur-unsur yang berbahaya yang terdapat dalam air limbah laboratorium adalah

Upload: lhen-angguth

Post on 04-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

review jurnal

TRANSCRIPT

REVIEW JURNAL

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI KEGIATAN PRAKTIKUMANALISIS SPOT TEST DENGAN KOAGULASI MENGGUNAKAN POLIALUMINIUM KLORIDA (1)

Eti Rohaeti, Trie Nenny Febriyanti, Irmanida BatubaraDepartemen Kimia FMIPA-IPB BogorPENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN KOAGULAN POLI ALUMINIUM KLORIDA (PAC) (2)

Muhammad SaidJurusan Kimia FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

A. Pendahuluan

Latar Belakang

Laboratorium, baik industri maupun perguruan tinggi merupakan tempat di mana dilakukan suatu kegiatan pengujian untuk memperoleh data hasil uji yang akurat dan valid yang membutuhkan bahan-bahan kimia utamadan pendukung baik bahan kimia bersifat asam, basa,organik dan anorganik. Bahan-bahan kimia tersebut di atas pada umumnya dibuang sehingga menghasilkan limbah yang kemudian dikenal dengan limbah laboratorium. Aktifitas pengujian di laboratorium cukup padat sehingga sudah tentu volume air limbah yang dihasilkan cukup banyak. Karakteristik air limbah laboratorium dapat dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sebagian besar unsur-unsur yang berbahaya yang terdapat dalam air limbah laboratorium adalah logam berat seperti Besi (Fe) dan pengaruh derajat keasaman (pH). Metode koagulasi merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan dalam upaya mengurangi bahaya dari pencemaran logam berat. Metode koagulasi merupakan proses absorpsi oleh koagulan terhadap partikel koloid yang menyebabkan destabilisasi partikel. Ada beberapa jenis koagulan di antaranya adalah polialuminium klorida (PAC) yang digunakan untuk mengendapkan logam berat.

B. Data dan Pembahasan

Logam berat Besi (Fe)

Jurnal 1

Sebelum perlakuansetelah perlakuan

Warna merupakan salah satu parameter dalam pengolahan limbah. Warna pada limbah laboratorium ini berasal dari kandungan logam-logam yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh, adanya [Fe(SCN)]2+ dan Fe3+ menyebabkan limbah berwarna merah kecokelatan.Secara visual warna setelah perlakuan sangat berbeda dengan kondisi limbah awal, yaitu lebih jernih. Hasil analisis warna juga menunjukkan nilai di bawah warna limbah awal. Warna awal limbah lebih gelap, yaitu coklat kemerahan dengan nilai sebesar 472 Pt-Co. Setelah diberi perlakuan dengan koagulan PAC, warna limbah tersebut menjadi kuning cerah. Warna coklat dapat berasal dari besi klorida sehingga perubahan bisa menandakan bahwa ion Fe3+ di dalam larutan semakin berkurang. Warna kuning dapat berasal dari PAC atau kromium (VI) yang tidak mengendap. Jurnal 2

Penurunan logam Fe saat penambahan PAC cukup baik, berkisar antara 50-80%. Prosentase penurunan logam Fe stabil (sekitar 80 dan Efektifitas tertinggi dicapai pada saat konsentrasi 4 gr/L yaitu 82%.

Perlakuan Koagulasi dan pH

Jurnal 1

Konsentrasi PAC (mg/l)pH koagulasi dan pH akhir

7.08.09.010.0

5005.435.667.228.57

6005.295.606.888.90

7005.255.417.058.74

8005.165.366.638.63

Limbah setelah pengukuran kondisi awal selanjutnya diberi perlakuan koagulasi menggunakan PAC. Limbah ini disaring terlebih dahulu sebelum pengaturan pH dan penambahan koagulan untuk memisahkan padatan limbah dari cairannya.Penambahan koagulan ke dalam limbah menyebabkan koloid dan partikel tersuspensi lainnya bergabung membentuk partikel berat (flok) yang dapat dihilangkan dengan penyaringan. Proses koagulasi dapat menghilangkan kontaminan seperti bahan pengotor padatan yang tidak dapat dihilangkan dengan penyaringan biasa. Penambahan koagulan PAC ke dalam limbah akan menetralisasi partikel bermuatan negatif. Hal tersebut karena PAC memiliki muatan positif yang tinggi dan dapat mengikat koloid secara kuat untuk membentuk agregat. pH memiliki pengaruh yang besar terhadap pengendapan logam. Tiap logam memiliki pH tertentu saatkelarutannya minimum, atau dapat mengendap secara maksimum. Pengaturan pH koagulasi diperlukan karena koagulan PAC dapat bekerja efektif pada pH 6-9.Hasil pengukuran pH setelah koagulasi menunjukkan terjadinya penurunan pH pada berbagai nilai pH koagulasi. Hal tersebut karena PAC merupakan bahan koagulan yang bersifat asam (memiliki tapakkeasaman Bronsted-Lowry) sehingga semakin banyak PAC yang ditambahkan, semakin besar penurunan pH-nya pada pH akhir setelah koagulasi. Data pada tabel menunjukkan beberapa nilai pH limbah setelah perlakuan belum memenuhi baku mutu pH air limbah, yaitu pH 6,09,0. Pengaturan pH koagulasi 7 dan 8 menghasilkan nilai pH di bawah kisaran pH baku mutu air limbah sehingga limbah belum boleh dibuang ke lingkungan. Pada pH koagulasi 9 dan 10, nilai pH telah berada pada kisaran pH baku mutu air limbah.

Jurnal 2

Secara keseluruhan derajat keasaman akan berubah secara drastis. Bila pada analisa awal nilai pH