utang pfk

3
Penyajian Laporan Keuangan Dalam Modul TOT SAP 2007, dijelaskan bahwa jurnal pencatatan PFK adalah, Ketika Pemotongan: Kas di Kasda (Dr) xxxxx Penerimaan PFK (Cr) xxxxx Ketika Penyetoran: Pengeluaran PFK (Dr) xxxxx Kas di Kasda (Cr) xxxxx Akan tetapi dalam modul tersebut tidak dijelaskan bagaimana proses jurnal selanjutnya hingga muncul Utang PFK dalam Neraca. Dalam TOT hanya dijelaskan bahwa Pencatatan pada neraca awal: Kas di Kasda (Dr) xxxxx Utang PFK (Cr) xxxxx SILPA (Cr) xxxxx Hal tersebut memunculkan sebuah kritik bagi model pencatatan seperti diatas, Abdul Hafizh Tanjung dalam ‘Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerahmenyajikan cara pencatatan yang berbeda, Ketika Pemotongan: Kas di Kasda (Dr) xxxxx Penerimaan PFK (Cr) xxxxx Dengan jurnal korolari DYHDUPUJPd (Dr) xxxxx Utang PFK (Cr) xxxxx Ketika Penyetoran:

Upload: septina-andriani

Post on 12-Aug-2015

52 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: utang pfk

Penyajian Laporan Keuangan

Dalam Modul TOT SAP 2007, dijelaskan bahwa jurnal pencatatan PFK adalah,

Ketika Pemotongan:

Kas di Kasda (Dr)                 xxxxx

Penerimaan PFK (Cr)         xxxxx

Ketika Penyetoran:

Pengeluaran PFK (Dr)       xxxxx

Kas di  Kasda (Cr)               xxxxx

Akan tetapi dalam modul tersebut tidak dijelaskan bagaimana proses jurnal selanjutnya hingga muncul Utang PFK dalam Neraca. Dalam TOT hanya dijelaskan bahwa Pencatatan pada neraca awal:

Kas di Kasda (Dr)             xxxxx

Utang PFK (Cr)                  xxxxx

SILPA (Cr)                          xxxxx

Hal tersebut memunculkan sebuah kritik bagi model pencatatan seperti diatas, Abdul Hafizh Tanjung dalam ‘Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah’ menyajikan cara pencatatan yang berbeda,

Ketika Pemotongan:

Kas di Kasda (Dr)                 xxxxx

Penerimaan PFK (Cr)         xxxxx

Dengan jurnal korolari

DYHDUPUJPd (Dr)            xxxxx

Utang PFK (Cr)                    xxxxx

Ketika Penyetoran:

Pengeluaran PFK (Dr)        xxxxx

Kas di  Kasda (Cr)                 xxxxx

Page 2: utang pfk

Dengan jurnal korolari

Utang PFK (Dr)                     xxxxx

DYHDUPUJPd (Cr)             xxxxx

Sedangkan untuk melakukan penutupan Penerimaan dan pengeluaran adalah,

Penerimaan PFK (Dr)         xxx

SILPA (Dr)                              xxxxx

Pengeluaran PFK (Cr)        xxxxx

Akan tetapi hal ini kurang tepat, karena SILPA tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya. SILPA akan tersaji Overstated, dan justru akan mengaburkan mengenai hakikat SILPA itu sendiri, mengingat Utang PFK tidak mempengaruhi anggaran atau bisa dikatakan merupakan aktivitas Non-Anggaran.

(Catatan: penjurnalan dengan memasukkan Utang PFK pada SILPA terkadang akan membuat SILPA pada Neraca dan SILPA pada LRA berbeda. Hal ini terjadi pada beberapa Laporan Keuangan  di Jawa Timur)

Seharusnya jurnal yang perlu ditambahkan ketika memunculkan Utang PFK hanyalah,

Penerimaan PFK (Dr)         xxxxx

Utang PFK (Cr)                      xxxxx

Pengeluaran PFK (Cr)         xxxxx

Hal ini dirasa lebih tepat mengingat Utang PFK berbeda dengan SILPA terkait dengan proses pembentukannya, tetapi keduanya masih berupa uang yang ada di KASDA atau pada BENDAHARA PENGELUARAN. Namun perlu diketahui juga, bahwa pencatatan inipun mengandung kelemahan, yaitu Saldo Utang PFK perbulan tidak dapat terlihat, padahal dalam KUP jelas dikatakan bahwa Bendaharawan harus menyetorkan Pajak selambat-lambatnya tanggal 10 bulan Takwim berikutnya.