urgensi kewirausahaan bagi seorang muslim
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu definisi Islam secara etimologis adalah Salamah yang berarti
keselamatan, artinya Islam dengan segala aturannya adalah jalan untuk menempuh
keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Salah satunya adalah tuntutan dalam
meraih rezeki, Islam sangat menekankan kaumnya untuk berlomba-lomba dalam
kebaikan salah satunya dalam meraih kesejahteraan duniawi. Bahkan Aa Gym dalam
bukunya yang berjudul Saya tidak ingin kaya, tapi harus kaya mengungkapkan dengan
jelas bahwa Islam menuntut umatnya untuk kaya.
Pengertian rezeki seringkalai disalah artikan, sehingga berimplikasi kepada
lahirnya tangan-tangan tidak bertang gungjawab yang beruasaha memenuhi
keinginannya. Rezeki selalu diartikan dengan kepemilikan yang bersifat material
sedangkan jikalau dikaji lebih jauh pemahaman rezeki tidak demikian. Rezeki adalah
apa-apa yang Allah swt berikan kepada kita, rezeki penglihatan, pendengaran, cinta dan
masih banyak lagi.
Selain kurangnya pemahaman akan hakikat rezeki perlu dikaji juga permasalahan
entrepreneurship dinegeri ini. Seperti yang kita ketahui bahwa jika 1% saja masyarakat
Indonesia berwirausaha atau menjadi seorang entrepreneur makan Indonesia akan
sejahtera. Padahal jika kita melihat ke belakang seorang teladan sepanjang zaman,
Rasulullah Muhammad saw adalah seorang pengusaha ulung. Oleh karena itu, makalah
ini penulis buat karena perlunya pemahaman lebih lanjut mengenai hakikat rezeki dan
entrepreneurship.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalah makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Rezeki?
2. Apa yang dimaksud dengan Entrepreneurship?
3. Apa saja keutamaan Entrepreneurship dalam Islam?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk :
1. Memahami Hakikat Rezeki
2. Memahami pengertian Entrepreneurship
3. Mengetahui keutamaan Entrepreneurship dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rezeki dalam pandangan Islam
2.1.1 Pengertian Rezeki
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata rezeki memiliki dua arti yaitu, pertama
rezeki adalah segala sesuatau yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh
Tuhan) berupa makanan (sehari-hari)nafkah. Kedua, yaitu kata kiasan dari penghidupan,
pendapatan(uang dan sebagainya yang digunakan memelihara kehidupan), keuntungan,
kesempatan mendapatkan makanan dan sebagainya.
Menurut Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi, “Rezeki ialah apa yang dapat
dimanfaatkan oleh pemiliknya’’. Dalam perspektif islam rezeki merupakan anugerah nikmat di
karuniakan Allah Swt kepada manusia untuk keperluan jasmani dan rohaninya seperti makan,
ilmu dan sebagainya. Rezeki disini memeliki maksud dan pengertian yaitu ”makanan dari
Tuhan”, “pemberian Tuhan”, “bekal dari Tuhan”, dan Anugerah dari langit. Semua yang
mengandung konotasi sama yaitu Allh Swt adalah Tuhan yang memberi rahmat sebenar-
benarnya kepada makhluk penghuni alam semesta. Dalam hal ini Allah Swt berfirman surat Nuh
ayat 10-12 Artinya: “Maka aku berkata (kepada mereka) Mohonlah ampun kepada Tuhan-mu,
Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit
kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun
untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.’’
Jika kita merujuk dari ayat diatas kata rezeki memiliki arti yaitu pemberian Allah kepada
makhluk-makhluknya. Allah menganugerahkan rezeki kepada siapa pun dan meliputi berbagai
macam aspek kehidupan baik secara jasmani dan rohani dalam bentuk rohaniah dan batiniah.
Dari segi jasmaniah Allah mewujudkan rezeki dalam bentuk makanan. minuman, pakaian,
kediaman dan segala hal yang berkaitan dalam memperolehnya. Kebutuhan rohani yang
diberikan Allah kepada hambanya bisa berupa ilmu pengetahuan, kecerdasan, taufik serta
hidayah dalam kehidupan. Rezeki dalam bentuk jasmani diberikan kepada setiap makhluk yang
bernyawa di dunia baik beriman ataw kafir, baik atau jahat. Di akhir Ayat 212 Surah al-Baqarah,
Tuhan berfirman:
Artinya: Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan
mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu
lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya tanpa batas.
Jadi, dari dua penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rezeki memiliki konteks yang
sangat luas rezeki merupakan memberian Allah Swt yang diberikan kepada semua makhluk
tanpa memilih-milih untuk memenuhi kebutuhan baik secara jasmani maupun rohaniah dan
segala hal yang berkaitan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
2.1.2 Hakikat Rizeki
Berikut ini adalah hakikat rezeki yang dibagi kedalam 3 kategori :
1. Rezeki yang dijamin
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya”. (QS. Hud:6)
Artinya tidak ada keraguan bahwa setiap makhluk yang Allah ciptakan dari yang paling
kecil sampai terbesar, semuanya sudah dilengkapi dengan rezekinya. Oleh karena itu,
tidak perlu ada kerisauan di hati kita, kita sudah dilengkapi dengan rezeki. Yang perlu
dikhawatirkan adalah apakah halal atau tidak ketika menjemput rezeki dan ingat atau
tidak kepada Allah ketika kita menikmatinya?.
2. Rezeki yang digantungkan
“sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Rad:11)
Katakanlah kita diberi jatah seukuran drum, tetapi kalau kita malas dan tidak bersungguh-
sungguh, lalu kita hanya mendapatkan sekeday gayung maka bukan karena kita tidak
memiliki jatah rezeki, melainkan kita kurang terampil menjemput jatah kita. Atau
adakalanya sudah berjuang keras dan melakukan upaya besar untuk mendapatkan
sesuatu, tetapi hasilnya tetapi terbatas sebesar ember, karena hanya itulah ukuran
jatahnya. Tetapi, apabila niat dan caranya benar dalam ikhtiaar ganjarannya tetap akan
berlimpah ruah dan itu merupakan rezeki dari Allah swt.
3. Rezeki yang dijanjikan
“sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah(nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari(nikmatKu)sesungguhnya azabKu sangat berat”.
(QS Ibrahim:7)
Dengan berprinsip kepada janji Allah ini, maka semuanya bagaikan sebuah gelas, tidak
begitu besar, tetapi di atasnya ada mata air yang selalu mengalir. Isi gelas hanya sebatas
ukuran gelas, tetapi lebih banyak lubernnya bisa diminuk siapa saja, dan tidak
mengurangi. Itulah rezeki orang-orang hidupnya penih kujujuran dan rasa syukur.
Sehingga walaupun untuk dirinya terbatas, tetapi kebaikannya tidak terbatas.
2.3 Entrepreneurship
Berbicara mengenai entrepreneurship akan erat kaitannya dengan istiliah kewirausahaan,
karena pada hakikatnya istilah tersebut tidak bisa dipisahkan bahkan seringkali dianggap sama
oleh kebanyakan orang. Oleh karena itu dibawah ini akan dijelaskan pengertian mengenai
kewirausahaan dan entrepreneurship.
2.2.1 Pengertian kewirausahaan
Secara etimologis Kewirausahaan berasal dari kata wirausaha diberi awalan ke dan
akhiran an yang bersifat membuat kata benda wirausaha mempunyai pengertian abstrak, yaitu
hal-hal yang bersangkutan dengan wirausaha. Lebih lanjut bila wira diartikan sebagai berani dan
usaha diartikan sebagai kegiatan bisnis yang komersial maupun non bisnis dan non komersial,
maka kewirausahaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan keberanian
seseorang untuk melaksanakan sesuatu kegiatan bisnis/non bisnis (cara mandiri).
Istilah kewirausahaan mulai dipopulerkan tahun 1990-an. Saat-saat sebelumnya yang
banyak digunakan adalah istilah kewiraswastaan dan entrepreneurship. Istilah kewirausahaan
dianggap lebih pas untuk dipadankan dengan istilah entrepreneurship daripada istilah
kewiraswastaan yang lebih cenderung diartikan bersangkutan dengan kepengusahaan bisnis serta
segala aktivitas yang non pemerintah. Namun demikian dalam praktek sampai saat ini kedua
istilah itu sering dipakai secara bergantian, yang satu seolah-olah sebagai padanan bagi yang
lain.
2.2.2 Pengertian Entrepreuneurship
Pengertian entrepreneur, memang mengalami perubahan-perubahan. Namun, sampai saat
ini, pendapat Joseph Schumpeter pada tahun 1912 masih diikuti banyak kalangan, karena lebih
luas. Menurut Schumpeter, seorang entrepreneur tidak selalu seorang pedagang (businessman)
atau seorang manager, ia adalah orang yang unik yang berpembawaan pengambil resiko dan
yang memperkenalkan produk-produk inovative dan teknologi baru ke dalam perekonomian.
2.2.2.1. Definisi Entrepreneurship dalam Islam
Entrepreunership atau Kewirausahaan adalah segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara perniagaan dalam rangka memproduksi suatau barang atau jasa dengan jalan tidak bertentangan dengan syariat.
Entrepreneur/Kewirausahaan dianggap sebagai jihad fii sabilillah (strong efforts to do good things in the name of Allah)
Entrepreneur dianggap sebagai amal Sholeh (good deeds) karena kegiatannya menyediakan pendapatan kepada individu, menawarkan kesempatan kerja kepada masyarakat, sehingga mengurangi kemiskinan. Dimana kemiskinan adalah salah atu dari persoalan sosial.
Entrepreneur/Kewirausahaan juga meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan melakukan kebajikan melaluinya, akan mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antara individu dan individu serta akan membantu menjaga hubungan yang lebih baik antara individu dengan tuhannya.
Meningkatkan kualitas hidup, hidup lebih nyaman menguatkan kedudukan socio-econimic negara, agama dan bangsa.
Membantu mengembangkan khairun ummah (masyarakat terbaik, yang produktif dan maju (progreessive)
2.2.3 Konsep Entrepreneurship dalam pandangan Islam
Sejarah Islam mencatat bahwa Entrepreneurship telah dimulai sejak lama, pada masa Adam
AS. Dimana salah satu anaknya Habil berwirausaha dengan bercocok tanam dan Qobil
berwirausaha dengan menggembala hewan ternak. Banyak sejarah nabi yang menyebutkan
mereka beraktivitas di kewirausahaan, sebagian dari mereka berwirausaha di sektor
pertanian,peternakan, kerajinan dan bisnis perdagangan. Contoh yang paling nyata adalah Nabi
Muhammad SAW, awalnya beliau terlibat di bisnis dengan memelihara dan menjual domba,
kemudian membantu bisnis pamannya dan akhirnya me-manageer-i bisnis saidatina khadijah.
1. Syumul (terintegrasi) yang berarti entrepreneurship tidakterpisah atau terisolasi dari islam itu sendiri, justru entrepreneurship berada dalam sistem islam (aqidah,syariah,akhlad & etika) supaya kegiatanberwirausaha tidak terasing dari kewajiban-kewajiban lain di dalam islam.
2. Berniaga di dunia tetapi punya hubungan dengan agama dan kehidupan di akhirat. –Dunia Untung,Akhirat Untung
3. Sebagai agama untuk kesejahteraan dunia dan akhriat, islam memandang tinggi kegiatan kewirausahaan ini.
Dalil hadist nabi : sesunggunga 9/10 sumber rejeki diperoleh melalui perniagaan.
Dan Allah menghalalhan jual beli dan mengharamkan riba (Qs:2:275)
4. Dengan niat dan cara yang diridhoi Allah, berwirausaha menjadi salah satu ibadat dan
mendapat ganjaran pahala di sisi Allah karena ia menyumbang kepada sumber rejeki individu
dan keluarga. Dengan memenuhi keperluan masyarakat baik dengan barang/jasa dianggap
sebagai penunaian Fardhu kifayah dengan jalan memenuhi salah satu barang/jasa keperluan
masyarakat.
2.2.3 Keutamaan Entrepreneurship dalam Islam
Dalam mendorong ummatnya bekerja dan berusaha, Nabi Muhammad SAW menekankan
pentingnya berwirausaha. Beliau bersabda,"Tiada seseorang yang makan makanan yang lebih
baik, kecuali dari hasil usahanya sendiri. Dan Nabiyullah Dawud juga makan dari hasil
tangannya sendiri ". (HR. Bukhari)
Jelaslah bahwa wirausaha sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Seorang ulama pernah
berkata, Sebaiknya anda melakukan kerja-kerja yang mendatangkan penghasilan, walaupun anda
tergolong kaya. Anda mestilah mengutamakan kerja bebas, walaupun kecil. Sebaiknya anda
menumpukan diri pada kerja wirausaha itu, sekalipun anda memiliki kemampuan ilmiah yang
jauh lebih tinggi. Wirausaha memberi keuntungan lebih bagi seorang muslim. Sebagaimana
diungkapkan oleh para ulama yang mukhlis, keuntungannya adalah Bersentuhan dengan banyak
orang memungkinkan kita memetik banyak pengalaman kerja sekaligus bermuamalah secara
islami dengan mereka. Memberi manfaat langsung pada diri sendiri maupun keluarga. Dapat
melibatkan keluarga dalam mempersiapkan segala yang berhubungan dengan pekerjaan itu.
Membentuk sikap berani dan memperbanyak pengalaman sehingga manakala terjadi
kegoncangan ekonomi tetap dapat bertahan. Memungkinkan mengembangkan potensi diri
dengan meniti jenjang sesuai kemampuan yang dimiliki. Dimulai dari bekerja sendiri sampai
menata orang lain untuk bekerja sama dalam bidang yang kita geluti.
Mampu mengembangkan usaha yang menunjang apa yang telah dikerjakan.
Dapat melepaskan diri dari keterikatan pada kerja-kerja yang akan melalaikan tugas sebagai
penyeru ke jalan Allah. Sebab, setiap muslim hendaknya menjadikan da’wah sebagai tugasnya
yang utama.
Keutamaan Berwirausaha
• Potensi Penghasilan Relatif Tidak terbatas
• Dapat memaksimalkan kemampuan kita
• Lebih bebas mengatur waktu
• Sikap mental yang mandiri
• Lebih bebas berkreasi dan berinovasi
• Menikmati Kepuasan, Keberhasilan dan kebahagiaan bersama
Berwirausaha Sebagai Wujud Syukur
Dialah yang telah menjadikan bumi mudah digunakan untuk kepentinganmu. Maka
berjalanlah ke seluruh penjurunya, dan makanlah dari rizkinya dan kepada Allah- lah tempat
kembali. (Al Mulk: 15)
Dialah yang telah menjadikan bumi mudah digunakan untuk kepentinganmu. Maka berjalanlah
ke seluruh penjurunya, dan makanlah daririzkinya dan kepada Allah- lah tempat kembali. (Al
Mulk: 15)
Mencari yang halal dari rizki yang dikaruniakan Allah termasuk kedalam ibadah atau pengabdian
kepada Allah. Karena perbuatan tersebut merupakan perintah Allah didalam Al Qur’an dan
menjadi sunnah para rosul-Nya. Ajaran Islam sangat menganjurkan ummatnya untuk senantiasa
bekerja. Bekerja dibidang apapun baik, asalkan cara dan hasilnya diridhoi Allah. Allah Ta’ala
berfirman, "Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai
pakaian, dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.."(An naba: 9-11).
Secara umum, kerja dan aktivitas seseorang menentukan nilai dan derajat manusia di hadapan
Allah nanti. Sebab, yang akan diperiksa Allah di yaumul hisab adalah amal, dan yang diberi
balasan pun adalah amal. "Dan bagi setiap orang derajat sesuai dengan apa yang mereka
kerjakan, dan agar Allah mencukupi (balasan) semua pekerjaan mereka sedang mereka tiada
dirugikan." (Al Ahkaf: 19)
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Islam adalah agama yang mengartur seluruh aspek kehidupan dari yang paling sederhana
hingga yang paling kompleks dan semua itu tertuang dalam kitabullah Al-Qur’an. Salah satunya
adalah seruan untuk bekerja keras dalam meraih kesejahteraan dunia dan akhirat melalui
mencarian rezeki dengan kewirausahaan/entrepreneurship.
Pemahaman akan rezeki yang tidak terbatas kepada hal material saja mengindikasikan
kepada lahirnya etos kerja yang merujuk kepada ke ridhoanNya, dan salah satu anjuran dalam
Islam yang juga dicontohkan oleh Rasulullah ialah berwirausaha. Karena dengan berwirasaha
kita tidak hanya mengupayan untuk mensejahterakan diri kita tetapi juga orang lain, karena
dalam kegiatannya entrepreneurship melibatkan banyak mitra. Sikap mental yang diperlukan
oleh seorang entrepreneur pun merupakan presentatif sikap mental seorang muslim sejati,
diantaranya adalah sikap memegang teguh kejujuran, menjauhi yang diharamkan, mendorong
pembelajaran, menganjurkan pelayanan orang lain, mengembangkan silaturahmi-kemitraan,
maka jelas jika sikap tersebut dimiliki oleh masyarakat Indonesia, bangsa ini akan sejahtera,
sejahtera kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alamnya.
Oleh karena itu, semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk
pemahaman lebih lanjut mengenai hakikat rezeki dan keutamaan entrepreneurship, hingga
mendaptkan keberkahan bagi penulis mauapun pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Gymnastiar, Abdullah. (2006). Saya tidak ingin kaya tapi harus kaya, Bandung: MQS Publishing
Hartono, Edi. Entrepreneurship Dalam Perspektif Islam . http://tombolisme.wordpress.com/2009/06/23/entrepreneurship-dalam-perspektif-islam/
Langkah Sukses Dunia Akhirat, Mau? : Keutamaan Berwirausaha: http://www.pesantrenbisnis.com/2009/06/keutamaan-berwirausaha.html
Tim Dosen pendidikan Agama Islam UPI.( 2008). Islam tuntunan dan pedoman hidup: buku ajar mata kuliah pendidikan agama Islam, Bandung: Value Press
Trim, Bambang.(2009). Muhammad Brilliant Entrepreneur, Bandung: Salamadani Pustaka Semesta