upaya peningkatan profesionalisme insan …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 raden subhi fitra...

68
i   UPAYA PENINGKATAN PROFES IONALIS ME INS AN INTELIJEN DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKS I DINI ANCAMAN DI LINGKUNGAN S ATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN S TRATEGIS TENTARA NAS IONAL INDONES IA (BAIS TNI) TAHUN 2016 TES IS Diajukan Oleh : RADEN S UBHI FITRA JAYA NIM. 142302653 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA 2016 STIE Widya Wiwaha Jangan Plagiat

Upload: vuongnhi

Post on 24-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

i  

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN INTELIJEN

DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKSI DINI ANCAMAN

DI LINGKUNGAN SATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN

STRATEGIS TENTARA NASIONAL INDONESIA (BAIS TNI)

TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Oleh :

RADEN SUBHI FITRA JAYA NIM. 142302653

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

2016

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 2: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

ii  

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN INTELIJEN

DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKSI DINI ANCAMAN

DI LINGKUNGAN SATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN

STRATEGIS TENTARA NASIONAL INDONESIA (BAIS TNI)

TAHUN 2016

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-2/ gelar Magister

pada Program Magister Manajemen STIE WIDYA WIWAHA

Diajukan Oleh :

RADEN SUBHI FITRA JAYA NIM. 142302653

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA

2016

TESIS

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 3: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

iii  

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN INTELIJEN

DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKSI DINI ANCAMAN

DI LINGKUNGAN SATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN

STRATEGIS TENTARA NASIONAL INDONESIA (BAIS TNI)

TAHUN 2016

Diajukan Oleh :

RADEN SUBHI FITRA JAYA

NIM. 142302653

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Pada tanggal :

Penguji I Penguji II

………………………….. Zulkifli, SE, MM

dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh Gelar Magister

Yogyakarta, ......................................

Mengetahui,

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

DIREKTUR

Prof. Dr. Abdul Halim, MBA.,Ak

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 4: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

iv  

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul :

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN INTELIJEN

DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKSI DINI ANCAMAN

DI LINGKUNGAN SATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN

STRATEGIS TENTARA NASIONAL INDONESIA (BAIS TNI)

TAHUN 2016

Yang dibuat untuk melengkapi sebagai persyaratan menjadi Magister Manajemen

pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta, sejauh yang saya

ketahui bukan merupakan tiruan atau berasal dari tesis yang sudah dipublikasikan

dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan kesarjanaan di Lingkungan STIE

Widya Wiwaha maupun di perguruan Tinggi manapun, kecuali bagian yang

sumber informasi dicantumkan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, November 2016

RADEN SUBHI FITRA JAYA NIM. 142302653

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 5: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

v  

KATA PENGANTAR

Pertama Rasa syukur yang tak terkira dipanjatkan kepada Allah swt, atas

berkat rahmat, hidayah dan nikmat serta kesempatan yang telah diberikan

sehingga penulisan dan penyusunan tesis ini dapat terselesaikan.

Tesis yang merupakan karya ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu

persyaratan akademik yang ditetapkan pihak STIE Widya Wiwaha Yogyakarta

agar penulis memperoleh gelar Magister Manajemen. Kami menyadari bahwa

tesis ini diselesaikan atas bantuan banyak pihak, baik bantuan yang diterima

secara langsung maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini, kami menghaturkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Wahyu Widayat, M.Ec, selaku dosen pembimbing tesis I yang

selalu memberikan masukan, arahan dan bimbingan

2. Bapak Zulkifli, SE., MM, selaku dosen pembimbing II yang selalu

memberikan masukan, arahan dan bimbingan serta selaku Dosen Penguji II

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Halim, MBA., Akt., selaku Direktur Program Magister

Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.

4. Pimpinan dan seluruh jajaran BAIS TNI yang telah memberikan ijin kepada

kami untuk melakukan penelitian dan memberikan bantuan berupa data-data

yang dibutuhkan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 6: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

vi  

5. Segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun

materil selama proses studi dan penyusunan serta menyelesaikan seluruh

aktivitas pendidikan.

6. Seluruh rekan satu angkatan yang senantiasa saling mengingatkan, berbagi

suka/duka dan bekerja sama melakukan berbagai hal selama menempuh

pendidikan di STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.

Apabila dalam penulisan dan penyusunan tesis ini terdapat kekurangan

atau terdapat kata maupun kalimat yang kurang sesuai, kami mohon maaf.

Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan maupun pihak

manapun yang bermaksud memanfaatkannya.

Yogyakarta, November 2016

RADEN SUBHI FITRA JAYA NIM. 142302653

 

 

 

 

 

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 7: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

vii  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

ABSTRAKSI ................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 8

C. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 8

D. Tujuan penelitian .................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian .................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Profesional ......................................................... 10

B. Pengertian Profesi ................................................................... 12

C. Pengertian Profesionalisme kerja ........................................... 14

D. Intelijen dalam Deteksi dan Peringatan Dini ............................ 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ..................................................................... 20

B. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................ 20

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 8: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

viii  

C. Waktu dan Tempat Penelitian 21

C. Sumber Data .............................................................................. 21

D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 22

E. Instrumen Penelitian ............................................................. 22

F. Keabsahan Data ................................................................... 23

G. Metode Analisis Data ............................................................ 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ....................................................................... 26

B. Pembahasan ............................................................................. 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................. 54

B. Saran ....................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 9: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

ix  

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 3.1 Model Analisis Miles & Hubberman (1992)....................................25

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 10: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

x  

ABSTRAK

Badan Intelijen Strategis (disingkat BAIS) TNI adalah organisasi yang khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando Markas Besar Tentara Nasional Indonesia. BAIS TNI dalam mengumpulkan informasi serta melakukan berbagai kegiatan intelijen, sehingga dibutuhkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI masih belum optimal dan untuk mengetahui upaya optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mengeksplorasi atau mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah atau unit yang diteliti.

Upaya untuk mengoptimalkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah sebagai berikut merubah APBN yang dialokasikan untuk TNI khususnya bidang intelijen, perlu adanya pola rekrutmen dan assesment yang sesuai dengan sasaran penggalangan dan lain-lain, pembekalan keterampilan melalui latihan-latihan harus benar-benar dilakukan dan ditanyakan berhasil/lulus, maka setelah itu dapat melanjutkan tugas sebenarnya, penempatan personel harus sesuai dengan keahlian dan kemampuan, serta akses yang kuat terhadap sasaran yang dituju. Perhatikan pola karier dalam penempatan jabatan, pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra (khususnya TNI-AD). Kenaikan pangkat masih harus dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi persyaratan diatas nilai 75, pembinaan moril anggota harus senantiasa diperhatikan dengan meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan koordinasi dengan Intelijen daerah dan Koordinasi dengan kejaksaan, serta BAIS TNI, Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No 17 tahun 2011. “ tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”, perlu ditingkatkan penggalangan terhadap tomas dan tokoh agama dengan menggunakan saran kontak (sarana penggalangan) agar mereka tertarik dengan apa yang kita inginkan, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang canggih, yang semua itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit, meningkatkan bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non - kementrian serta swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya provider seluler, kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara sehingga petugas intel dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan wilayah terpencil.

Kata Kunci : Profesionalisme, Insan Intelijen

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 11: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

TNI sebagai komponen utama pertahanan negara berkonsentrasi dan

berinovasi dalam berbagai upaya membangun kesiapan guna menghadapi

ancaman sebagai dampak negatif dari perkembangan lingkungan strategis. Dalam

menjalankan perannya sebagai alat pertahanan sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun

2002 tentang Pertahanan Negara, maka TNI menjalankan peran sebagai penangkal

dan penindak terhadap ancaman, serta pemulih pasca dilaksanakannya operasi

militer. Dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) tersebut, TNI bersama rakyat dan seluruh komponen

bangsa lainnya, mewujudkannya dengan memanfaatkan semua sumber daya

nasional untuk pertahanan. Tujuan penyelenggaraan pertahanan negara pada

hakekatnya adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta keselamatan segenap bangsa

dari segala bentuk ancaman.

Intelijen berperan melakukan upaya deteksi dini dan peringatan dini

sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011

Tentang Intelijen Negara (UU Intelijen Negara). Deteksi dini dan peringatan dini

diperlukan guna mencegah terjadinya pendadakan dari berbagai ancaman,

diperlukan Intelijen Negara yang tangguh dan profesional serta penguatan kerja

sama dan koordinasi Intelijen Negara dengan menghormati hukum, nilai-nilai

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 12: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

2  

demokrasi dan hak asasi manusia sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD

1945. Tetapi sayangnya, hal ini tidak dielaborasi pada pasal-pasal berikutnya dari

UU Intelijen Negara. Bahkan, kata “peringatan dini” itu sendiri hanya disebutkan

pada Pasal 4 mengenai Peran dan Pasal 5 Tujuan. Untuk menjalankan fungsi

peringatan dini secara efektif, lembaga-lembaga intelijen harus mampu

mengidentifikasi sumber ancaman maupun dinamika lingkungan lokal, nasional,

dan global yang berpotensi mengancam keamanan nasional. Tidak hanya

mengidentifikasi, lembaga intelijen juga harus dapat menilai, menganalisis,

menafsirkan, dan menyajikan Intelijen terhadap dinamika sumber ancaman.

Fungsi intelijen sudah diutarakan dalam UU Intelijen Negara, yaitu pada

Bab III Penyelenggaraan Intelijen Negara, yang menjabarkan tentang wewenang

yang dapat dijalankan oleh masing-masing lembaga intelijen. Pasal 10 ayat (1)

dan Pasal 12 ayat (1) masing-masing mengemukakan wewenang Badan Intelijen

Negara (BIN) dan Badan Intelijen Strategis Tentara Nasional Indonesia (BAIS

TNI) yang secara tidak langsung meminta kemampuan kedua lembaga ini untuk

mengidentifikasi dan memantau dinamika sumber ancaman. Fungsi Intelijen

dalam negeri dan luar negeri dijalankan oleh BAIS TNI, kemudian TNI

menyelenggarakan fungsi Intelijen TNI yang terkait pertahanan negara yang

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi

yang diperoleh lembaga intelijen dari pemantauan ini perlu dikomunikasikan

kepada lembaga-lembaga lain pada sektor keamanan, yaitu lembaga penunjang

operasi militer dan lembaga penunjang tindakan penegakan hukum.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 13: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

3  

Ruang lingkup intelijen negara meliputi pertahan dan/atau militer yang

disebutkan dalam pengaturan oleh Pasal 7 huruf b. Selain itu, Pasal 11 ayat (1)

mengatakan bahwa Intelijen TNI menyelenggarakan fungsi Intelijen pertahanan

dan/atau militer. Sementara itu, fungsi intelijen dalam menunjang fungsi

penegakan hukum disebutkan pada Pasal 7 huruf d yang memberikan wewenang

kepada Intelijen untuk menyelenggarakan fungsi Intelijen penegakan hukum yang

disebutkan dalam pengaturan oleh Pasal 13 ayat (1). UU Intelijen Negara

memberikan wewenang khusus kepada BIN dan BAIS TNI untuk melakukan

penyadapan, pemeriksaan aliran dana, dan penggalian informasi.

Keberadaan wewenang khusus pada Pasal 31 ini menimbulkan beberapa

catatan penting bagi UU Intelijen Negara. Pertama, pelaksanaan wewenang

khusus sudah selayaknya dilaksanakan hanya dengan pengawasan yang kuat, dan

ini dimulai dengan pengawasan internal dari lembaga intelijen yang mengemban

wewenang itu sendiri. Untuk pengawasan eksternal penyelenggara Intelijen

Negara dilakukan oleh komisi di DPR RI yang khusus menangani bidang

Intelijen. Pengawasan ini dimaksudkan untuk menjaga agar pelaksanaan

wewenang khusus tetap berada dalam koridor demokrasi, HAM, dan aturan

hukum dan perundang-undangan. Pasal 6 ayat (5) sebenarnya sudah mengatur

agar dalam menyelenggarakan fungsi penyelidikan, pengamanan, dan

penggalangan menghormati hukum, nilai-nilai demokrasi, dan hak asasi manusia.

Catatan kedua berkenaan dengan wewenang BAIS TNI untuk melakukan

penggalian informasi dilakukan tanpa penangkapan dan/atau penahanan; dan

bekerja sama dengan penegak hukum terkait. Tanpa memiliki wewenang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 14: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

4  

penangkapan, maka BAIS TNI tidak ikut melakukan fungsi penegakan hukum.

Fungsi penegakan hukum tetap harus dipegang oleh kepolisan dan kejaksaan, dan

tidak dapat dipindah tangankan kepada aparat intelijen karena intelijen merupakan

bagian dari sistem peringatan dini yang tidak memiliki kewenangan penindakan.

Agar sistem peringatan dini berjalan dengan optimal, maka koordinasi di lapangan

antar personel lembaga inteljen harus dapat menguatkan kinerja intelijen negara.

Jangan sampai terdapat egoisme lembaga yang menyebabkan intelijen

kecolongan.

Pola koordinasi yang baik dalam melakukan deteksi dini dan peringatan

dini diperlukan agar Intelijen Negara menjadi tangguh dan profesional guna

mencegah terjadinya pendadakan dari berbagai ancaman, sebagimana dalam salah

satu ajaran Sun Tzu (2000: 11) tentang intelijen dalam bukunya “The Art of War”

adalah “If you know the enemy and know yourself, you need not fear the result of

a hundred battles. If you know yourself but not theenemy, for every victory gained

you will also suffer a defeat. If you know neither the enemy nor yourself, you will

succumb in every battle”.

Badan Intelijen Strategis (disingkat BAIS) TNI adalah organisasi yang

khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando Markas

Besar Tentara Nasional Indonesia. BAIS TNI bertugas untuk menyuplai analisis-

analisis intelijen dan strategis yang aktual maupun perkiraan ke depan yang biasa

disebut jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang kepada Panglima

TNI dan Departemen Pertahanan. BAIS TNI dalam mengumpulkan informasi

serta melakukan berbagai kegiatan intelijen dapat dikatakan cukup efektif secara

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 15: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

5  

operasional, antara lain karena didukung oleh ruang lingkup kerja dari BAIS TNI

yang cukup luas baik dari luar negeri maupun dalam negeri, seperti misalnya

dalam memperoleh pasokan informasi dari luar negeri, biasanya suplai informasi

dilakukan melalui jaringan para atase pertahanan atau militer, yang

penempatannya atas dasar penunjukkan dari BAIS TNI. Kemudian untuk pasokan

informasi dalam negeri, pengumpulan informasi dapat ditempuh melalui jalur

struktur Komando teritorial dari berbagai Komando Daerah Militer (Kodam).

Tingkat Kodam terendah adalah Komando Resort Militer (Korem) sebagai sub

kompartemen strategis. Sebagai sub-kompartemen strategis, Korem merupakan

tingkat terendah Kodam yang memiliki kemampuan untuk membina, melatih dan

mengendalikan operasi militer dan intelijen diwilayah geografik tanggung

jawabnya. Sedangkan ditingkat Komando Distrik Militer (Kodim) kebawah

sepenuhnya hanya memiliki fungsi pembinaan teritorial dan tidak dibekali

kemampuan, kewenangan ataupun memenuhi syarat untuk mengendalikan operasi

militer maupun operasi intelijen.

BAIS TNI juga memiliki Satuan-Satuan intel atau yang disebut dengan

Sat-Intel yang bekerja secara rutin, terutama di berbagai daerah yang

dikategorikan sebagai daerah ”rawan konflik” maupun rawan pelanggaran

kedaulatan Negara RI. Tugas dari Sat-Intel ini adalah menyediakan data teknis

militer berupa: medan, cuaca, iklim, rintangan alam maupun buatan, jaringan lalu

lintas darat atau air, sumber kekayaan alam yang diperlukan untuk mendukung

pelaksanaan operasi pertahanan, serangan maupun operasi keamanan dalam

negeri.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 16: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

6  

Satuan Intelijen BAIS TNI ini ditempatkan didalam Detasemen Intelijen

(Den-Intel) di tiap-tiap Kodam. Namun demikian aparat intelijen yang

ditempatkan oleh BAIS dalam Sat-Intel di suatu wilayah Kodam, juga dapat

mengakses dan bekerjasama dengan unsur intelijen Kodam yang tergabung di

dalam Detasemen Intelijen. Dimana dalam hal ini Den-Intel sebagai kesatuan

intelijen yang permanen di dalam struktur Kodam memberikan perencanaan atau

pengarahan tugas intelijen, serta mendapatkan feedbacknya melalui perwira seksi

intelijen baik yang berada di dalam struktur Korem dan struktur Koter yang

hierarkinya berada dibawah Korem, yakni Kodim. Lantas Den-intel yang

menerima suplai informasi intelijen dari perwira seksi tersebut, meneruskan atau

melaporkannya kepada Asisten Intelijen di Kodam tersebut.

Satuan Intelijen dalam BAIS TNI ini terdiri dari 3 satuan tugas yaitu

Satuan Penyelidikan, Satuan Kontra dan Satuan Penggalangan. Dalam penelitian

ini difokuskan dalam tugas seluruh prajurit TNI Satuan Pengalangan BAIS TNI

dalam deteksi dini guna mencegah terjadinya aksi teror dan selalu mengikuti serta

cermati perkembangan situasi wilayah masing-masing terutama perkembangan

ancaman dilakukan dengan selalu meningkatkan deteksi dan cegah dini melalui

peningkatan aktivitas pembinaan teritorial disertai peningkatan kesiapsiagaan

operasional satuan. Satuan Pengalangan BAIS TNI memegang peranan penting

dalam mendeteksi dini setiap ancaman. TNI Satuan Pengalangan BAIS TNI di

lapangan melakukan kegiatan pengamatan serta menghimpun data, sehingga

apabila ada hal yang mencurigakan, bisa segera diantisipasi.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 17: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

7  

Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa upaya peningkatan

profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman

di lingkungan TNI Satuan Pengalangan BAIS TNI, hal ini disebabkan Satuan

Pengalangan BAIS TNI dalam menjalankan tugas masih terkendala :

1. Luasnya wilayah Indonesia dari Sabang sampai Marauke, dengan kondisi

geografis negara kepulauan, belum didukung dengan jumlah personel prajurit

TNI yang bertugas serta profesionalisme insan intelijen dalam cegah dini dan

deteksi dini ancaman di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kurangnya sinergisitas antara kekuatan darat, laut, dan udaranya, sehingga

perlu ditingkatkan dengan merancang software maupun hardware.

3. Masih belum optimalnya penguatan komando pembina doktrin, pendidikan,

dan latihan TNI untuk meningkatkan kualitas prajurit TNI.

4. Kurangnya modernisasi alutsista.

5. Masih terdapat ego sektoral.

6. Masih sulitnya melakukan penggalangan informasi dengan tokoh masyarakat,

tokoh agama, lintas sektor seperti pemerintah desa, kecamatan dan

masyarakat apabila terjadi ancaman negara.

Berdasarkan latar belakang diatas mendorong untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Upaya Peningkatan Profesionalisme Insan Intelijen Dalam

Rangka Cegah Dini Dan Deteksi Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan

Pengalangan BAIS TNI.”

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 18: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

8  

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang diambil adalah profesionalisme insan

intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan

Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Mengapa profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi

dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum

optimal?

2. Bagaimana upaya optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam rangka

cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

TNI ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab profesionalisme insan intelijen dalam rangka

cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI masih belum optimal.

2. Untuk mengetahui upaya optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam

rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 19: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

9  

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teori

a. Sebagai bahan masukan bagi Satuan Pengalangan BAIS TNI khususnya

terkait dengan optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam rangka

cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI.

b. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan sebagai referens i bagi

peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian yang relevan dengan

hasil penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan informasi bagi pihak

Satuan Pengalangan BAIS TNI berkaitan dengan pelaksanaan

optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan

deteksi dini ancaman di lingkungan TNI.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengkaji dan menilai

kebijakan masa lalu serta bahan untuk menentukan kebijakan dimasa

mendatang yang berkaitan dengan optimalisasi profesionalisme insan

intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan

TNI.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 20: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

 

 

10 

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Profesional

Profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan

kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3) mengharuskan adanya

pembayaran untuk melakukannya. (Syafrudin, 2005)

Menurut Surya (2003) mengartikan bahwa profesional mempunyai makna

mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan

sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai

profesinya.

Menurut Syafrudin (2005) mengartikan istilah profesional bersangkutan

dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan dan

mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Dari pendapat tersebut

menunjukkan bahwa profesional secara istilah dapat diartikan sebagai pekerjaan

yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan dan dididik untuk

melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka mendapat imbalan atau hasil berupa

upah karena telah melaksanakan pekerjaan tersebut.

Seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan

profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan

tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan

dorongan yang kuat yang berlandaskan keterampilan yang dimiliki. seorang yang

profesional akan terus-menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 21: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

11  

melalui pendidikan dan pelatihan. Istilah profesional pada umumnya adalah orang

yang mendapat upah atau gaji dari apa yang dilakukannya. Pekerjaan profesioal

ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin

diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya

didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah.

Pada umumnya orang memberi arti sempit terhadap pengertian profesional.

Profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimiliki

seseorang. Padahal profesional mengandung makna yang lebih luas dari hanya

berkualitas tinggi dalam hal teknis. Profesional memiliki makna :

a. Ahli (ekspent) dalam bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam

mendidik. seorang guru tidak hanya menguasai isi pengajaran yang diajarkan,

tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai pengetahuan yang

diajarkan.

b. Profesional juga memiliki makna tanggung jawab (responbility) baik

tanggung jawab intelektual maupun moral. Menurut teori ilmu mendidik

mengandung arti bahwa seseorang mampu memberi pertanggung jawaban

dan kesediaan untuk dimintai pertanggung jawaban. Tanggung jawab yang

mengandung makna multidimensional ini berarti bertanggung jawab terhadap

diri sendiri, siswa, orang tua, masyarakat bangsa dan negara.

c. Memiliki rasa kesejawatan. Salah satu tugas dari organisasi profesi adalah

menciptakan rasa kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan

jabatan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 22: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

12  

B. Pengertian Profesi

Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

tertentu. Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka

yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan

atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan

itu. Mengenai istilah profesi ini Everett Hughes dalam Sahertian (2004)

menjelaskan bahwa istilah profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan

selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri.

Menurut Syarif (2012) Profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang

menuntut adanya kriteria tertentu sehingga tidak semua orang dapat melakukan

pekerjaan itu tanpa melalui proses yang benar. Kemudian Ornstein dan Levine

dalam Soetjipto (2009) menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang sesuai

dengan pengertian profesi di bawah ini:

1) Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang

hayat.

2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan

khalayak ramai.

3) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

4) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau

menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

5) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan denga

jabatan lain).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 23: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

13  

Profesi merupakan pekerjaan dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam

suatu hierarki birokrasi yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika

khusus untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat. Inti dari

pengertian profesi adalah seseorang harus memiliki keahlian tertentu. Di dalam

masyarakat sederhana, keahlian tersebut dengan cara meniru dan diturunkan dari

orang tua kepada anak atau kelompok masyarakat ke generasi penerus. Pada

masyarakat modern, keahlian tersebut diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan

khusus.

Suatu pekerjaan dapat menjadi profesi harus memenuhi kriteria atau

persyaratan tertentu yang melekat dalam pribadinya sebagai tuntutan

melaksanakan profesi tersebut. Secara sederhana, menurut Wirawan bahwa

persyaratan profesi adalah:

1) Pekerjaan Penuh

Suatu profesi merupakan pekerjaan penuh dalam pengertian pekerjaan yang

diperlukan oleh masyarakat atau perorangan. Tanpa pekerjaan tersebut

masyarakat akan mengalami kesulitan. Profesi merupakan pekerjaan yang

mencakup tugas, fungsi, kebutuhan, aspek atau bidang tertentu dari anggota

masyarakat secara keseluruhan.

2) Ilmu Pengetahuan

Untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu pengetahuan. Tanpa

menggunakan ilmu tersebut profesi tidak dapat dilaksanakan. Ilmu

pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan profesi terdiri atas cabang

ilmu utama dan cabang ilmu pembantu.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 24: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

14  

3) Aplikasi Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan pada dasarnya mempunyai dua aspek yaitu aspek teori dan

aspek aplikasi. Aspek aplikasi ilmu pengetahuan adalah penerapan teori-teori

ilmu pengetahuan untuk membuat sesuatu, mengerjakan sesuatu atau

memecahkan sesuatu yang diperlukan. Profesi merupakan penerapan ilmu

pengetahuan untuk mengerjakan, menyelasaikan atau membuat sesuatu.

C. Pengertian Profesionalisme kerja

Profesionalisme menurut Salim (2005) ialah sifat-sifat (kemampuan,

kemahiran dan cara pelaksanaan sesuatu) sebagaimana yang sewajarnya dilakukan

oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal dari kata profesion yang

bermakna berhubungan dengan jabatan, pekerjaan dan memerlukan kepandaian

khusus untuk menjalankan. Jadi profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran

atau kualiti dari seseorang yang profesional. Profesionalisme merupakan sifat

kemahiran, kemampuan, cara pelaksanaan dari sesuatu yang dilakukan oleh

seseorang. Profesionalisme berasal dari profesion yang bermakna berhubungan

dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, jadi

profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualitas dari seseorang yang

profesional.

Tafsir (2005) mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang

mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.

Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 25: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

15  

untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualiti profesional mempunyai

ciri-ciri :

1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang ideal. Seseorang yang

memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya

sesuai dengan piawai yang ditetapkan. Piawai ideal adalah suatu perangkat

perilaku yang dipandang paling sempurna.

2) Meningkatkan dan memelihara profesion. Perwujudannya dilakukan melalui

berbagai cara misalnya performance, interakasi dengan individu dan sikap

hidup.

3) Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan

profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualiti pengetahuan

dan keterampilannya.

4) Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu

masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat

dalam mengambil keputusan terbaik atas kepekaan.

5) Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi

serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain.

Profesionalisme merupakan suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu

diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh

melalui pendidikan khusus (Arifin, 2007). Profesionalisme guru merupakan

kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam

bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang

yang menjadi mata pencaharian. Profesionalisme memiliki dua kriteria pokok

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 26: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

16  

yaitu keahlian dan pendapatan. Kedua hal itu merupakan satu-kesatuan yang

saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme

manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang

layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan

hidupnya.

D. Intelijen dalam Deteksi dan Peringatan Dini

Intelijen dalam Deteksi dan Peringatan Dini Menurut Alexandra (2006 ; 17)

intelijen negara setidaknya berkaitan dengan dua hal. Intelijen sebagai sebuah

fungsi dan intelijen sebagai sebuah organisasi dalam struktur ketatanegaraan.

Sebagai sebuah fungsi, berkaitan dengan penginderaan awal atau yang lebih

dikenal dengan early warning system. Hal ini akan mengakibatkan intelijen

memiliki tugas mengumpulkan, menganalisa dan memberikan informasi yang

diperlukan kepada pembuat kebijakan dalam penentuan kebijakan yang terbaik

untuk mencapai tujuan. Bakti ( 2005 ; 2 ) menyatakan bahwa intelijen antara lain

dibutuhkan untuk mencegah tindak kekerasan atau teror yang dimotivasi politik,

agama atau apa pun, agar nyawa manusia dan harta benda masyarakat dapat

terlindungi. Intelijen juga dibutuhkan untuk mencegah terjadinya ancaman

terhadap keamanan nasional yang dilakukan aktor-aktor domestik yang ingin

menjatuhkan pemerintahan dengan caracara tidak demokratis atau ingin

mengubah sistem politik dengan cara-cara kekerasan.

Intelijen berasal dari kata intel yang secara etimologi berasal dari kata

intelligere (Latin), intelligence (Inggris), dan intelligt/intelgentie (Belanda) yang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 27: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

17  

berarti cerdas atau pandai. Dalam Alwi (2005 ; 335), istilah intelijen

dipersonifikasikan sebagai orang yang bertugas mencari keterangan (mengamat-

amati) seseorang. Sedang dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (2006 ; 189)

intelijen dijelaskan sebagai hasil rangkaian kegiatan, suatu proses pentahapan

kerja sistematis yang terdiri atas pengumpulan informasi, evaluasi, integrasi dari

semua tahapan proses kerja sebelumnya dan interpretasi dari seluruh informasi

yang didapatkan, serta perkiraan yang kemudian dibuat berdasarkan interpretasi

yang diperoleh. Perkiraan intelijen dapat dikatakan sebagai hasil lebih lanjut dari

tahapan-tahapan interpretasi terutama sebagai referensi yang bermakna penting

sebagai pemberi riwayat dan latar belakang pemahaman masa lalu terhadap

fenomena-fenomena serupa dengan mendasarkan pada interpretasi-interpretasi

yang telah terjadi dalam tenggang waktu yang lebih lama.

Menurut Saronto (2001) intelijen merupakan usaha atau kegiatan yang

dilakukan dengan metode tertentu dan secara terorganisir untuk mendapatkan dan

menghasilkan bahan keterangan berupa pengetahuan tentang masalah yang

dihadapi untuk kemudian disajikan kepada pimpinan (user) sebagai bahan

pengambilan keputusan, kebijakan dan tindakan.

Dengan demikian maka intelijen mengandung 3 arti pokok yaitu : intelijen

sebagai produk, intelijen sebagai organisasi dan intelijen sebagai kegiatan.

Pengertian intelijen seperti di atas sejalan dengan pemikiran Friedman (2007 ; 5 )

bahwa “Knowledge is what you are after. Information is the raw material you use.

Intelligence is what finds and processes information”. Sampai saat ini, ingatan

kolektif sebagian masyarakat Indonesia terhadap perilaku intelijen masih

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 28: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

18  

mempersepsikannya secara negatif. Stigma ini tumbuh dan berkembang hanya

karena mereka masih dikuasai pemikiran tentang identifikasi intelijen sebagai

suatu tindakan atau kegiatan (intelligent as an action) yang kasar dan merugikan

serta intelijen sebagai suatu organisasi (intelligent as an organization) yang

menyeramkan. Stigma seperti ini menurut Subijanto (2003 ; 84) akhirnya

menutupi tirai kesadaran obyektifnya, bahwa sesungguhnya dimensi yang maha

penting dari intelijen adalah makna substansi yang terkandung di dalamnya

(intelligent as a knowledge).

Jackson (2004 ; 3) menyatakan hakekat mendasar dari keberadaan intelijen

bukan merupakan salah satu bentuk power dari negara melainkan instrumen bagi

negara yang memberikan panduan dalam penggunaan power yang dimilikinya.

Dengan demikian, tujuan akan keberadaan intelijen adalah untuk memahami sifat

berbagai ancaman bagi keamanan dan mengantisipasi perubahan-perubahan

radikal yang terjadi.

Deteksi dini (Yudhana, 2009 ) merupakan sebuah rangkaian upaya dan / atau

kegiatan mencari dan menemukan hal – hal, kejadian – kejadian atau situasi

tertentu yang dapat atau mungkin merupakan gejala atau awal terjadinya ancaman

/gangguan sehingga petugas pengamanan dapat mempersiapkan dan mengerahkan

kekuatan dan kemampuan untuk tindakan antisipasi agar ancaman /gangguan

tersebut tidak terjadi serta penanganan atau penindakan apabila

ancaman/gangguan benar benar terjadi.

Dalam proses mencari dan menemukan diperlukan suatu alur komunikasi

antara petugas intelijen dengan petugas lainnya, komunitas intelijen yang lain, dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 29: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

19  

dengan masyarakat agar dapat memperoleh informasi berbagai gejala, kejadian

awal atau kasus yang mungkin, akan, sedang atau bahkan telah terjadi. Dalam

proses pengumpulan informasi ini diperlukan sumber daya dari personil intel baik

berupa SDM, penguasaan taktik dan tehnik intelijen, alat-alat khusus, sampai

kepada anggaran. Apabila penguasaan tehnis-tehnis operasional di lapangan sudah

memadai, maka sikap-sikap yang tercermin dalam keseharian seorang petugas

intelijen adalah adanya security feeling dan quick reaction sedangkan di kalangan

masyarakat akan tumbuh sikap-sikap security awarenes dan community

development. Setelah upaya deteksi diperoleh kemudian diberikan peringatan dini

kepada para pimpinan di tingkat daerah maka penindakan dini dalam rangka

antisipasi akan cepat dapat diambil tanpa terkendala oleh rumitnya birokrasi di

pemerintah daerah.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 30: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

 

 

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif

yaitu mengeksplorasi atau mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial

dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah atau

unit yang diteliti (Faisal, 2009; 20).

Penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Sedangkan

observasi dilakukan untuk melihat perilaku personel maupun organisasi intelijen

dalam upaya peningkatan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini

dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI Satuan Pengalangan BAIS TNI.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Komandan Satuan Pengalangan BAIS

TNI sejunlah 1 orang, Komandan Detasemen (Danmen) sejumlah 5 orang dan

wakil Komandan Detasemen (Danmen) Satuan Pengalangan BAIS TNI sejumlah

4 orang, sehingga total nasumber dalam penelitian ini sejumlah 10 orang.

Obyek Penelitiannya adalah profesionalisme insan intelijen dalam rangka

cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI Satuan Pengalangan

Badan Intelijen Strategis Tentara Nasional Indonesia (BAIS TNI).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 31: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

21  

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Satuan Pengalangan BAIS TNI. Subyek

penelitian ini adalah prajurit Satuan Pengalangan BAIS TNI. Kemudian guna

memperoleh data yang dibutuhkan, penelitian ini diperkirakan selama 3 (tiga)

bulan, mulai bulan September sampai dengan November 2016. Selama kurun

waktu tersebut, dilakukan berbagai kegiatan, mulai persiapan, pengumpulan data,

pengolahan data sampai dengan penyajian dan penyusunan laporan penelitian.

D. Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sumbernya adalah sebagai

berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya dan dalam bentuk mentah (belum jadi), sehingga memerlukan

pengolahan untuk menarik kesimpulannya. Data primer dalam penelitian ini

sumbernya adalah dari responden yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, sehingga

siap untuk digunakan. Dalam penelitian ini, data sekunder adalah data berupa

informasi dari pihak Satuan Pengalangan BAIS TNI dan data lain yang terkait

dengan penelitian ini.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 32: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

22  

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini maka digunakan metode

sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap

objek penelitian. Teknik yang digunakan adalah:

a. Wawancara (interview) yaitu melakukan wawancara langsung terhadap

responden yang dalam hal ini adalah 10 orang prajurit Satuan Pengalangan

BAIS TNI, hal ini dimaksudkan melalui percakapan dua arah atas inisiatif

pewawancara demi memperoleh informasi dan responden.

b. Dokumentasi yaitu mendapatkan data tertulis yang dibutuhkan, yang

berasal dan dokumen dan catatan-catatan di lingkungan TNI Satuan

Pengalangan BAIS TNI.

2. Penelitian Kepustakaan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

konsep dan landasan teori dengan mempelajari berbagai literature, buku, dan

dokumen yang berkaitan dengan objek pembahasan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen dan pedoman wawancara.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 33: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

23  

G. Keabsahan Data

Menurut Sutopo (2006), triangulasi merupakan cara yang paling umum

digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Model

penelitian triangulasi data yang mengarahkan peneliti dalam mengambil data

harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda. Artinya data yang

sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari beberapa

sumber data yang berbeda. Oleh karena itu triangulasi data sering pula disebut

sebagai triangulasi sumber.

H. Metode Analisis Data

Informasi atau data yang berhasil dikumpulkan dari responden

merupakan pertanyaan berupa kalimat atau data kualitatif, untuk mendapatkan

informasi mengenai penyebab profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah

dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI

masih belum optimal dan upaya optimalisasi profesionalisme insan intelijen

dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan

Pengalangan BAIS TNI.

Pada umumnya analisis kualitatif terhadap data dapat dilakukan dengan

tahap - tahap : menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan,

mengorganisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat

abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif yang

terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992) yang meliputi :

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 34: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

24  

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hak yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Data yang diperoleh peneliti di lapangan melalui wawancara, observasi

dan dokumentasi direduksi dengan cara merangkum, memilih dan

memfokuskan data pada pengumpulan data, penyajian data, reduksi data

kesimpulan. Kesimpulan Penarikan /verifikasi pada hal-hal yang sesuai

dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi data

dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari

catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi.

2. Data Display (penyajian data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan natar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dala penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam melakukan display

data, selain teks naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring

kerja) dan chart.

Penyajian data dilakukan setelah data selesai direduksi atau dirangkum.

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

dianalisis. Data yang sudah disajikan dalam bentuk catatan wawancara,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 35: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

25  

catatan lapangan dan catatan dokumentasi diberi kode data untuk

mengorganisasi data, sehingga peneliti dapat menganalisis dengan cepat dan

mudah. Peneliti membuat daftar awal kode yang sesuai dengan pedoman

wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing-masing data yang sudah

diberi kode dianalisis dalam bentuk refleksi dan disajikan dalam bentuk teks.

3. Conclusion Drawing/verification

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif model interaktif adalah

penarikan kesimpulan dari verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti membuat

kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada tahap pengumpulan

data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang

telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal.

Gambar 3.1. Model Analisis Miles & Hubberman (1992)

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 36: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

 

 

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Badan Intelijen Strategis (disingkat BAIS) TNI adalah organisasi yang

khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando Markas

Besar Tentara Nasional Indonesia. BAIS bertugas untuk menyuplai analisis-

analisis intelijen dan strategis yang aktual maupun perkiraan ke depan, biasa

disebut jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, kepada Panglima

TNI dan Departemen Pertahanan.

BAIS berawal dari Pusat Psikologi Angkatan Darat (disingkat PSiAD)

milik Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) untuk mengimbangi Biro Pusat

Intelijen (BPI) di bawah pimpinan Subandrio, yang banyak menyerap PKI.

Kemudian di awal berdirinya Orde Baru, Dephankam mendirikan Pusat Intelijen

Strategis (disingkat Pusintelstrat) dengan anggota-anggota PSiAD sebagian besar

dilikuidasi ke dalamnya.

Pusintelstrat dipimpin oleh Ketua G-I Hankam Brigjen L.B. Moerdani.

Jabatan tersebut terus dipegang sampai L.B. Moerdani menjadi Panglima

ABRI. Pada era ini, intelijen militer memiliki badan intelijen operasional yang

bernama Satgas Intelijen Kopkamtib. Badan inilah yang di era Kopkamtib

berperan penuh sebagai Satuan Intelijen Operasional yang kewenangannya sangat

superior.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 37: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

27  

Tahun 1980, Pusintelstrat dan Satgas Intel Kopkamtib dilebur menjadi

Badan Intelijen ABRI (disingkat BIA). Jabatan Kepala BIA dipegang oleh

Panglima ABRI, sedangkan kegiatan operasional BIA dipimpin oleh Wakil

Kepala. Kemudian pada tahun 1986 untuk menjawab tantangan keadaan, BIA

diubah menjadi BAIS.

Perubahan ini berdampak kepada restrukturisasi organisasi yang harus

mampu mencakup dan menganalisis semua aspek Strategis Pertahanan Keamanan

dan Pembangunan Nasional. Akan tetapi belum lagi restrukturisasi dilaksanakan,

terjadi lagi perubahan di mana BAIS dikembalikan menjadi BIA, yang artinya

secara formal lembaga ini hanya melakukan operasi intelijen militer.

Jabatan Ka BIA kemudian tidak lagi dirangkap oleh Panglima ABRI.

Perubahan kembali dari BAIS menjadi BIA, dapat dianggap sebagai bagian dari

kampanye de-Benisasi (menghilangkan pengaruh LB Moerdani). Kekuatan politik

dominan di era akhir tahun 1980-an berpendapat bahwa BAIS masih berada

dalam pengaruh L.B. Moerdani yang pada waktu itu sudah pensiun. Isu

berkembang subur, karena sampai tahun 1987 L.B. Moerdani masih memiliki

ruang di Kompleks BAIS (Tebet, Jakarta Selatan).

Kemudian pada tahun 1999, BIA kembali menjadi BAIS TNI. Bahkan

hingga era-reformasi atau pasca Soeharto badan intelijen militer ini masih

menggunakan nama BAIS sampai tulisan ini dibuat.

BAIS dipimpin oleh seorang perwira tinggi berbintang dua. Mereka yang

pernah menjadi Kepala BAIS (Ka BAIS) diantaranya adalah:

a. Brigadir Jenderal TNI L.B. Moerdani

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 38: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

28  

b. Letnan Jenderal TNI Tyasno Sudarto

c. Marsekal Madya TNI Ian Santoso

d. Mayor Jenderal Mar Muhammad Lutfie

e. Mayor Jenderal TNI Syafnil Armen, SIP,SH,MSc

Dalam struktur organisasinya BAIS dipimpin oleh seorang Kepala yang

berpangkat Mayor Jenderal dan Wakil Kepala Berpangkat Brigadir Jenderal, yang

membawahi para Direktur yang masing-masing memimpin 7 (tujuh) direktorat

yang menggerakkan organisasi intelijen militer tersebut yakni:

a. Direktorat A : menangani permasalahan dalam negeri;

b. Direktorat B : menangani permasalahan luar negeri;

c. Direktorat C : menangani bidang pertahanan;

d. Direktorat D : menangani masalah keamanan;

e. Direktorat E : menangani atau melakukan operasi psikologi;

f. Direktorat F : melakukan tugas administrasi dan keuangan;

g. Direktorat G : mengolah dan menyajikan produk –

produk intelijen kepada kepala BAIS dan Panglima TNI.

BAIS dalam mengumpulkan informasi serta melakukan berbagai kegiatan

intelijen dapat dikatakan cukup efektif secara operasional, antara lain karena

didukung oleh ruang lingkup kerja dari BAIS yang cukup luas baik dari luar

negeri maupun dalam negeri, seperti misalnya dalam memperoleh pasokan

informasi dari luar negeri, biasanya suplai informasi dilakukan melalui jaringan

para atase pertahanan atau militer, yang penempatannya atas dasar penunjukkan

dari BAIS.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 39: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

29  

Kemudian untuk pasokan informasi dalam negeri, pengumpulan informas i

dapat ditempuh melalui jalur struktur Komando teritorial dari berbagai Komando

Daerah Militer (Kodam). Tingkat Kodam terendah adalah Komando Resort

Militer (Korem) sebagai sub kompartemen strategis. Sebagai sub-kompartemen

strategis, Korem merupakan tingkat terendah Kodam yang memiliki kemampuan

untuk membina, melatih dan mengendalikan operasi militer dan intelijen

diwilayah geografik tanggung jawabnya. Sedangkan ditingkat Komando Distrik

Militer (Kodim) kebawah sepenuhnya hanya memiliki fungsi pembinaan

territorial dan tidak dibekali kemampuan, kewenangan ataupun memenuhi syarat

untuk mengendalikan operasi militer maupun operasi intelijen.

BAIS juga memiliki Satuan-Satuan intel atau yang disebut dengan Sat-

Intel yang bekerja secara rutin, terutama di berbagai daerah yang dikategorikan

sebagai daerah ”rawan konflik” maupun rawan pelanggaran kedaulatan Negara

RI. Tugas dari Sat-Intel ini adalah menyediakan data teknis militer berupa:

medan, cuaca, iklim, rintangan alam maupun buatan, jaringan lalu lintas darat atau

air, sumber kekayaan alam yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan

operasi pertahanan, serangan maupun operasi keamanan dalam negeri.

Satuan Intelijen ini ditempatkan didalam Detasemen Intel (Den-Intel) di

tiap-tiap Kodam. Namun demikian aparat intelijen yang ditempatkan oleh BAIS

dalam Sat-Intel di suatu wilayah Kodam, juga dapat mengakses dan bekerjasama

dengan unsur intelijen Kodam yang tergabung di dalam Detasemen Intel. Dimana

dalam hal ini Den-Intel sebagai kesatuan intelijen yang permanen di dalam

struktur Kodam memberikan perencanaan atau pengarahan tugas intelijen, serta

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 40: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

30  

mendapatkan feedbacknya melalui perwira seksi intelijen baik yang berada di

dalam struktur Korem dan struktur Koter yang hierarkinya berada dibawah

Korem, yakni Kodim. Lantas Den-intel yang menerima suplai informasi intelijen

dari perwira seksi tersebut, meneruskan atau melaporkannya kepada Asisten

Intelijen di Kodam tersebut.

Lantas sebagai pelaksana operasi utama, terutama untuk melakukan tugas-

tugas ”khusus” operasi intelijen, selain dari aparat BAIS yang ditugaskan dari

Markas BAIS, biasanya tugas di lapangan juga dilakukan oleh personel-personal

dari satuan-satuan yang berstatus pasukan khusus seperti: Detasemen Jala

Mangkara (Denjaka) dan Batalyon TAIFIB Marinir (Yon Taifib) dari TNI-AL;

Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Sat-81 Gultor) yang bernaung didalam

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dari TNI-AD; serta Detasemen Bravo 90

(Den Bravo 90) dari TNI-AU.

Dalam penugasan, pasukan-pasukan yang berstatus pasukan khusus ini

bergerak dalam unit-unit kecil atau yang disebut dengan Seksi, berkekuatan 10

orang atau 4-5 orang per-unit. Unit kecil Seksi yang berkekuatan 10 orang seperti

ini yang biasanya digunakan oleh BAIS dalam operasi tugas-tugas rutin satuan

intel di daerah-daerah yang dikategorikan sebagai ”rawan” konflik, misalnya

seperti di Papua dan pelanggaran kedaulatan seperti di Kalimantan Barat dan

Kalimantan Timur.

Selain itu tiap-tiap matra angkatan mempunyai detasemen-detasemen

intlijen tempurnya masing-masing, seperti Detasemen Intelijen Komando Strategi

Angkatan Darat (Denintel Kostrad) yang dimana tugasnya adalah sebagai mata

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 41: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

31  

rantai terdepan untuk memberikan laporan kepada pasukan TNI-AD yang sedang

melaksanakan operasi tempur. Dan semua laporan-laporan dari detasemen

intelijen tempur yang dimiliki oleh masing-masing matra angkatan selalu

melampirkan tembusan laporannya ke Markas BAIS TNI.

Dalam penelitian ini fokus penelitian diarahkan pada Satuan Penggalangan

Satuan Intelijen (Satgal Satintel) Bais TNI yang dipimpin oleh :

a. Dansatgal Satintel Bais TNI : Kolonel Inf Robi Herbawan

11940019370871

b. Danden I (Idiologi) Satgal

Satintel Bais TNI

: Letkol Cba Abbas

576040

c. Danden II (Politik) Satgal

Satintel Bais TNI

: Letkol Laut (KH) Japarin, S.Ag., M.Si.

13145/P

d. Danden III (Ekonomi) Satgal

Satintel Bais TNI

: Letkol Arm Mirwanto

575204

e. Danden IV (Sosbud) Satgal

Satintel Bais TNI

: Letkol Laut (KH) Agus Firman, S.Ag.

13150/P

f. Danden V (Hankam) Satgal

Satintel Bais TNI

: Letkol Inf Djoko Pramono

522180

g. Wadanden I / Idiologi Satgal

Satintel Bais TNI

: Mayor Inf Jumano

505678

h. Wadanden II / Politik Satgal

Satintel Bais TNI

: Mayor Czi Tri Haryanto

544800

i. Wadanden III / Ekonomi Satgal : Mayor Inf Sunardi Sugeng Raharjo

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 42: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

32  

Satintel Bais TNI 505578

j. Wadanden IV / Sosbud Satgal

Satintel Bais TNI

: Mayor Laut (S) Budi Prihatin

15304/P

Satuan ini mempunyai tugas untuk menggalang atau pengumpulan bahan

keterangan/ informasi untuk keperluan deteksi dini dan peringatan dini, dalam

rangka pencegahan terjadinya gangguan pertahanan negara. Berdasarkan hal ini

penting untuk dilakukan penelitian mengenai profesionalisme insan intelijen

dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan

Pengalangan BAIS TNI yang selama ini diupayakan dan hasilnya adalah sebagai

berikut :

1. Profesionalisme Insan Intelijen Dalam Rangka Cegah Dini Dan Deteksi

Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI

Gelombang kekerasan yang melanda Indonesia, mengundang banyak

perhatian dari masyarakat internasional, media massa, organisasi non- pemerintah,

dan juga akademisi, untuk itu perlu memperkuat intelijen pertahanan. Menurut

pasal 11 UU No. 17 Tahun 2011 Pasal 11 menyatakan bahwa Intelijen Tentara

Nasional Indonesia menyelenggarakan fungsi Intelijen pertahanan dan/atau militer

yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Personel Intelijen dalam BAIS ini merupakan warga negara Indonesia

(prajurit TNI) yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk

mengabdikan diri dalam dinas Intelijen. Menurut pasal 17 setiap Personel Intelijen

Negara berhak:

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 43: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

33  

a. Mendapatkan pelindungan dalam melaksanakan tugas, upaya, pekerjaan,

kegiatan, dan fungsi Intelijen Negara;

b. Mendapatkan pelindungan bagi keluarganya pada saat Personel Intelijen

Negara melaksanakan tugas, upaya, pekerjaan, kegiatan, dan fungsi Intelijen

Negara; dan

c. Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan penugasan Intelijen secara

berjenjang dan berkelanjutan.

Pasal 18 Setiap Personel Intelijen Negara wajib:

a. Mengucapkan dan menaati sumpah atau janji Intelijen Negara;

b. Merahasiakan seluruh upaya, pekerjaan, kegiatan, sasaran, informas i,

fasilitas khusus, alat peralatan dan perlengkapan khusus, dukungan, dan/atau

Personel Intelijen Negara yang berkaitan dengan penyelenggaraan fungs i

dan aktivitas Intelijen Negara;

c. Menaati Kode Etik Intelijen Negara; dan

d. Melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Tujuan Intelijen yang diselenggarakan oleh BAIS TNI adalah mendeteksi,

mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen

dalam rangka memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai

kemungkinan bentuk dan sifat ancaman yang potensial dan nyata terhadap

keselamatan dan eksistensi bangsa dan negara serta peluang yang ada bagi

kepentingan dan keamanan nasional.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 44: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

34  

Fungsi Intelijen Negara menyelenggarakan fungsi penyelidikan,

pengamanan, dan penggalangan dengan harus menghormati hukum, nilai-nilai

demokrasi, dan hak asasi manusia, penjelasannya :

a. Penyelidikan ini terdiri atas serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan, dan

tindakan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk mencari,

menemukan, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi Intelijen,

serta menyajikannya sebagai bahan masukan untuk perumusan kebijakan

dan pengambilan keputusan.

b. Pengamanan terdiri atas serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terencana dan terarah untuk mencegah dan/atau melawan upaya, pekerjaan,

kegiatan Intelijen, dan/atau Pihak Lawan yang merugikan kepentingan dan

keamanan nasional.

c. Penggalangan terdiri atas serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan, dan

tindakan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk mempengaruhi

sasaran agar menguntungkan kepentingan dan keamanan nasional.

Berdasarkan narasumber dalam kesempatan wawancara pada tanggal 2

November 2016, kepada 10 orang prajurit Satuan Pengalangan BAIS TNI,

mengenai profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini

ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI, dan hasilnya adalah

sebagai berikut:

Dansatgal : Sudah profesional dalam menjalankan tugas pengalangan dengan menunjukkan upaya menggalang atau pengumpulan bahan keterangan/ informasi untuk keperluan deteksi dini dan peringatan dini, dalam rangka pencegahan terjadinya gangguan pertahanan negara dengan baik, dengan kesadaran faktor yang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 45: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

35  

mempengaruhi profesionalisme Prajurit antara lain Humint human intelligent (kemampuan perorangan, skill agen / petugas), meningkatkan Elint electronic intelijent (teknologi, alat material khusus intelijen), dan meningkatkan Osint opensource intelijent (networking/ pembuatan jaring baik dalam maupun luar negeri)

Danden I : Satgal sudah profesional karena sudah menjalankan tugas sesuai ketentuan UU

Danden II : Sudah profesional Satgal namun masih belum optimal Danden III : Satgal tetap berupaya profesional dalam menjalankan

tugas penggalangan data dan informasi intelegen sebagai upaya cegah dini gangguan pertahanan ditengah keterbatasan dana operasional, alutsista, sarana komunikasi di pelosok daerah, kompetensi prajurit dibidang intelijen yang masih perlu dikembangkan

Danden IV : Sudah profesional dengan selalu siap melaksanakan tugas penggalangan ditengah masyarakat dan pihak yang terkait dalam upaya cegah dini dan deteksi dini ancaman keamanan negara

Danden V : Sudah profesional dalam menggalang informasi dari berbagai sumber untuk meningkatkan kewaspaan dan meningkatkan profesional dengan pelatihan karena masih ada beberapa prajurit satgal yang belum mempunyai kemampuan intelelijen

Wadanden I : Profesional karena satuan penggalangan satintel BAIS TNI ini selalu siap melaksanakan tugas cegah dini dan deteksi dini ancaman pertahanaan negara walaupun dengan keterbatasan biaya dan kondisi geografis NKRI yang luas dan personil yang masih perlu ditambah

Wadanden II : Sudah profesional sebagai mata dan telinga negara dalam mendapatkan informasi mengenai sesuatu apapun terutama terkait kepentingan pertahanan negara

Wadanden III : Profesional karena dalam melaksanakan tugasnya selalu memegang sumpah jabatan dengan selalu berupaya meningkatkan kemampuan analisis yang baik

Wadanden IV : Sebagai seorang prajurit dituntut untuk bekerja dengan baik, begitu juga yang ditunjukkan oleh prajurit di satgal satintel BAIS TNI dalam melaksanakan tugas penggalangan dalam upaya cegah dini dan deteksi dini ancaman pertahanaan negara

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa para prajurit Satuan

Pengalangan Satuan Intelijen BAIS TNI sudah berupaya menjalankan tugas

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 46: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

36  

dengan profesional dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di

lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI berdasarkan peraturan perundang-

undangan, dengan dengan kesadaran faktor yang mempengaruhi profesionalisme

Prajurit Satgal Satintel BAIS TNI antara lain:

a. Humint atau human intelligent yaitu kemampuan perorangan, skill agen /

petugas,

b. Elint atau electronic intelijent yaitu teknologi, alat material khusus intelijen,

c. Osint atau opensource intelijent yaitu networking/ pembuatan jaring baik

dalam maupun luar negeri

Profesional karena Satuan Penggalangan Satintel BAIS TNI ini selalu siap

melaksanakan tugas cegah dini dan deteksi dini ancaman pertahanaan negara

walaupun dengan keterbatasan biaya dan kondisi geografis NKRI yang luas dan

personil yang masih perlu ditambah. Kemudian pertanyaan dilanjutkan mengenai

profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman

di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal, dan hasilnya

adalah sebagai berikut:

Dansatgal : Belum optimal hal ini disebabkan oleh Intelijen kita lemah di dalam jumlah dana operasional, dimana seharusnya unlimited budget, kemudian Intelijen kita lemah dalam sumber daya manusia, dikarenakan pola rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak maksimal terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel, pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu ditingkatkan, penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan kemampuannya, pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra (khususnya TNI-AD), pembinaan moril anggota yang kurang optimal, dan juga Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi sehingga perlu ditingkatkan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 47: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

37  

Danden I : Memang perlu dikembangkan kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahun 2011. “tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”, sementara penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat (Tomas) yang belum maksimal, selain itu kekurangprofesional ini juga disebabkan oleh multi dimensional ancaman tidak disertai dengan perkembangan material khusus intel yang digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan

Danden II : Belum optimal karena belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, dimana pada saat menjalankan tugas kami juga terhambat dengan terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah air dan akses menuju batas luar/ perbatasan/ darat maupun laut dalam pengontrolannya.

Danden III : Profesional walaupun masih dihadapkan pada kendala keterbatasan dana operasional, alutsista, sarana komunikasi di pelosok daerah, kompetensi prajurit dibidang intelijen yang masih perlu dikembangkan

Danden IV : Intelijen kita masih lemah di dalam jumlah dana operasional, kompetensi sumber daya manusia di bidang intelijen karena terkadang pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra (khususnya TNI-AD), pembinaan moril anggota yang kurang optimal, dan juga Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi dengan intelijen daerah, BAIS TNI,kejaksaan perlu ditingkatkan

Danden V : Belum optimal karena luasnya NKRI yang merupakan negara kepulauan menjadi hambatan akses dan koordinasi sehingga dalam kegiatan penggalangan informasi intelijen harus memerlukan keahlian atau profesionalisme yang baik bagi prajurit satgal satintel BAIS TNI

Wadanden I : Belum optimal karena pola rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak maksimal terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel, pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu ditingkatkan, penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan kemampuannya

Wadanden II : Ya hal ini dikarenakan kompetensi prajurit di bidang penggalangan masih ada yang kurang memenuhi kemampuannya sehingga penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat (Tomas) yang belum maksimal, belum lagi dukungan biaya oprasional dan sarana prasarana yang masih perlu ditingkatkan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 48: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

38  

Wadanden III : Hal ini disebabkan masih ada prajurit yang memiliki etos kerja yang rendah karena pembinaan moril anggota yang kurang optimal, dan masih lemahnya sistem koordinasi dengan BAIS TNI, intelijen masyarakat dan kejaksaan sehingga perlu ditingkatkan

Wadanden IV : Kekurangoptimalan sebenarnya hanya karena luasnya wilayah Indonesia sementara jumlah prajurit TNI masih terbatas, kendala akses komunikasi didaerah terpencil juga masih sulit

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa profesionalisme

insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan

Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal, hal ini disebabkan oleh :

a. Intelijen kita lemah di dalam jumlah dana operasional, dimana seharusnya

unlimited budget

b. Intelijen kita lemah dalam sumber daya manusia, dikarenakan :

1) Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak maksimal

terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel.

2) Pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu

ditingkatkan.

3) Penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan

kemampuannya.

4) Pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan

matra (khususnya TNI-AD).

5) Pembinaan moril anggota yang kurang optimal.

c. Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi, hal ini dikarenakan masih

terdapat ego sektoral.

1) Koordinasi dengan Intelijen daerah

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 49: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

39  

2) Koordinasi dengan kejaksaan, BAIS TNI.

d. Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahun 2011.

“tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”.

e. Penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat

(Tomas) yang belum maksimal.

f. Multi dimensional ancaman tidak disertai dengan perkembangan material

khusus intel yang digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan.

g. Belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang tersebar di

seluruh pelosok tanah air.

h. Terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah

air.

i. Akses menuju batas luar/ perbatasan/ darat maupun laut dalam

pengontrolannya.

2. Upaya Optimalisasi Profesionalisme Insan Intelijen Dalam Rangka Cegah

Dini Dan Deteksi Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan Pengalangan

BAIS TNI

Dalam rangka peningkatan fungsi dan peran kerja bidang intelijen seirin g

dengan perkembangan teknologi informasi dan semakin canggihnya modus tindak

kejahatan maka prajurit Satuan Pengalangan Satuan Intelijen BAIS TNI terus

melakukan upaya peningkatan profesional dalam rangka cegah dini dan deteksi

dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI dengan melakukan

sosialisasi dalam rangka mengoptimalkan alat dan sarana komunikasi yang ada di

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 50: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

40  

lingkungan Satuan Pengalangan Satuan Intelijen BAIS TNI. Upaya lain yang

dilakukan antara lain seperti yang disampaikan narasumber dalam kesempatan

wawancara pada tanggal 2 November 2016, kepada 10 orang prajurit Satuan

Pengalangan BAIS TNI berikut ini :

Dansatgal : Upayanya adalah dengan meningkatkan jumlah dana operasional, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dikarenakan pola rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang baik terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel, pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu ditingkatkan, penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan kemampuannya, pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra (khususnya TNI-AD), peningkatan pembinaan moril anggota yang, dan juga sistem koordinasi ditingkatkan dan dengan didasarkan adanya Peraturan Panglima TNI no 22 tahun 2015 tentang Validasi organisasi BAIS TNI

Danden I : Memang perlu dikembangkan kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahum 2011. Kemudian meningkatkan kerjasama dalam hal penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat (Tomas), kemudian juga dilakukan peningkatan material khusus intel yang digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan

Danden II : Peningkatan jumlah personel yang kualitas yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, peningkatan ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah air dan akses menuju batas luar/ perbatasan/ darat maupun laut dalam pengontrolannya.

Danden III : peningkatan dana operasional, alutsista, sarana komunikasi di pelosok daerah, kompetensi prajurit dibidang intelijen

Danden IV : peningkatan jumlah dana operasional, kompetensi sumber daya manusia di bidang intelijen, pembinaan moril anggota, dan juga peningkatan sistem koordinasi dengan intelijen daerah, BAIS TNI, kejaksaan

Danden V : Peningkatan bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non –kementrian serta swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya provider seluler, kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara sehingga petugas intel dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan wilayah terpencil

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 51: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

41  

Wadanden I : pola rekrutmen dan Assesment (penilaian) lebih ditingkatkan sehingga penempatan personel dalam bidang tugas sesuai dengan spesialisasi dan kemampuannya dan pada saat Kenaikan pangkat masih harus dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi persyaratan diatas nilai 75

Wadanden II : Perlu adanya Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak hanya menilai saat pada saat tes rekrutment saja, namun dengan melihat latar belakang pekerjaan, akses terhadap sasaran sasaran penggalangan dan lain-lain. Rekrutment berdasar pada hasuil objektif (psikology, mental ideology, kemampuan bahasa, intelektual, keahlian bidang tertentu dan tingkat kecerdasan dan sebagainya)

Wadanden III : Hal ini disebabkan masih ada prajurit yang memiliki etos kerja yang rendah karena pembinaan moril anggota yang kurang optimal, dan masih lemahnya sistem koordinasi dengan BAIS TNI, intelijen masyarakat dan kejaksaan sehingga perlu ditingkatkan

Wadanden IV : peningkatan akses komunikasi sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas, kemudian Pembinaan moril anggota harus senantiasa diperhatikan dengan meningkatkan kesejahteraan, hal ini selain mendapoatkan gaji bulanan, namun dengan memberikan tunjangan anak dan istri yang lebih, tunjungan kemahalan di daerah yang jauh dari perkotaan serta ketersediaan alat komunikasi yang memadai

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa upaya untuk

mengoptimalkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan

deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah

sebagai berikut :

a. Merubah APBN yang dialokasikan untuk TNI khususnya bidang intelijen

b. Agar Intelijen kuat dalam sumber daya manusia :

1) Perlu adanya Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian)

2) Pembekalan keterampilan melalui latihan latihan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 52: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

42  

3) Penempatan personel harus sesuai dengan keahlian dan kemampuan,

serta akses yang kuat terhadap sasaran yang dituju.

4) Pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan

matra (khususnya TNI-AD). Kenaikan pangkat masih harus

dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi

persyaratan diatas nilai 75.

5) Pembinaan moril anggota harus senantiasa diperhatikan dengan

meningkatkan kesejahteraan.

a. Intelijen lemah didalam sistem koordinasi.

b. Kewenangan yang diatur dalam uu intelijen negara no 17 tahum 2011. “ tidak

dilengkapi dengan kewenangan menangkap”

c. Perlu ditingkatkan penggalangan terhadap tomas dan tokoh agama.

d. Dalam menghadapi Multi dimensional ancaman, maka perlu adanya

peningkatan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang canggih, yang semua

itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

e. Untuk mengatasi belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang

tersebar di seluruh pelosok tanah air, maka Badan Intelijen harus secara

bertahap mengembangkan organisasinya secara kuantitas.

f. Terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah air,

diatasi dengan bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non –

kementrian serta swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya

provider seluler, kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara sehingga

petugas intel dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan wilayah terpencil.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 53: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

43  

B. Pembahasan

1. Profesionalisme Insan Intelijen Dalam Rangka Cegah Dini Dan Deteksi

Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI

Fungsi intelijen telah dikenal sejak zaman dahulu kala serta diakui

menduduki peran menentukan dalam konteks pertahanan dan juga keamanan.

Pemanfaatan intelijen dalam setiap operasi khususnya operasi militer merupakan

hal mutlak. Sejak 2.400 tahun yang lalu, terungkap dalam kitab perang yang

ditulis oleh Sun Tzu (seorang ahli strategi perang Tiongkok) bahwa penggunaan

intelijen sebagai penyedia informasi yang bersifat strategis merupakan kekuatan

yang tak diragukan lagi potensinya untuk meraih kemenangan. Strategi intelijen

potensial dipraktikkan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang

pertahanan dan keamanan nasional. Sun Tzu menyebutkan bahwa setengah

keberhasilan dari suatu peperangan akan ditentukan oleh kesuksesan dari operasi

intelijen. (Sun Tzu (2000: 11))

Salah satu ajaran Sun Tzu (2000: 11) tentang intelijen dalam bukunya

“The Art of War” adalah: “If you know the enemy and know yourself, you need not

fear the result of a hundred battles. If you know yourself but not the enemy, for

every victory gained you will also suffer a defeat. If you know neither the enemy

nor yourself, you will succumb in every battle”. Saronto dan Karwita (2001: 17)

memberikan pemahaman terhadap ajaran Sun Tzu tersebut sebagai berikut: Siapa

yang memahami diri sendiri dan diri lawan secara mendalam, berada dijalan

kemenangan pada semua pertempuran. Siapa yang memahami diri sendiri, tetapi

tidak memahami lawannya, hanya berpeluang sama besarnya untuk menang

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 54: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

44  

(dengan lawannya). Berdasarkan ajaran Sun Tsu, jika ingin memenangkan

peperangan diperlukan kemampuan mengenal diri sendiri, mengenal lawan dan

mengenal lingkungan. Gagasan ini terus berkembang untuk mengungkap

bagaimana upaya mendapatkan informasi tentang diri sendiri, lawan, dan

lingkungan; kemudian bagaimana menganalisa informasi sehingga dapat

diketahui dengan pasti resiko, rencana lawan dan kemungkinan hambatan yang

bersifat non teknis.

Prajurit Satuan Pengalangan Satuan Intelijen BAIS TNI sudah berupaya

menjalankan tugas dengan profesional dalam rangka cegah dini dan deteksi dini

ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI berdasarkan peraturan

perundang-undangan, dengan dengan kesadaran faktor yang mempengaruhi

profesionalisme Prajurit Satgal Satintel BAIS TNI antara lain:

a. Humint atau human intelligent yaitu kemampuan perorangan, skill agen /

petugas,

b. Elint atau electronic intelijent yaitu teknologi, alat material khusus intelijen,

c. Osint atau opensource intelijent yaitu networking/ pembuatan jaring baik

dalam maupun luar negeri

Profesional karena Satuan Penggalangan Satintel BAIS TNI ini selalu siap

melaksanakan tugas cegah dini dan deteksi dini ancaman pertahanaan negara

walaupun dengan keterbatasan biaya dan kondisi geografis NKRI yang luas dan

personil yang masih perlu ditambah. Kemudian pertanyaan dilanjutkan mengenai

profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman

di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal. Berdasarkan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 55: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

45  

hasil wawancara diketahui bahwa profesionalisme insan intelijen dalam rangka

cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

TNI masih belum optimal, hal ini disebabkan oleh :

1. Intelijen di Indonesia masih lemah di dalam jumlah dana operasional,

dimana seharusnya unlimited budget

2. Intelijen di Indonesia masih lemah dalam sumber daya manusia,

dikarenakan :

1) Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak maksimal

terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel.

2) Pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu

ditingkatkan.

3) Penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan

kemampuannya.

4) Pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan

matra (khususnya TNI-AD).

5) Pembinaan moril anggota yang kurang optimal.

3. Intelijen di Indonesia masih lemah didalam sistem koordinasi, hal ini

dikarenakan masih terdapat ego sektoral.

1) Koordinasi dengan Intelijen daerah

2) Koordinasi dengan kejaksaan, BAIS TNI.

4. Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahun 2011.

“tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 56: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

46  

5. Penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat

(Tomas) yang belum maksimal.

6. Multi dimensional ancaman tidak disertai dengan perkembangan material

khusus intel yang digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan.

7. Belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang tersebar di

seluruh pelosok tanah air.

8. Terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah

air.

9. Akses menuju batas luar/ perbatasan/ darat maupun laut dalam

pengontrolannya.

Intelijen berkaitan dengan proses penginderaan awal atau lebih dikenal

dengan early warning system (sistem peringatan dini). Kegiatan intelijen

merupakan bagian integral sistem peringatan dini yang memungkinkan pembuat

kebijakan memiliki fore knowledge (kewaspadaan dini). Tugas umum intelijen

adalah mengumpulkan, menganalisa dan memberikan informasi yang diperlukan

kepada pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan terbaik untuk mencapai

tujuan. Sedangkan tugas khusus badan intelijen adalah: (1) Memberikan analisa

dalam bidang-bidang yang relevan dengan keamanan nasional, (2) Memberikan

peringatan dini atas krisis yang mengancam, (3) Membantu manajemen krisis

nasional dan internasional dengan cara mendeteksi keinginan pihak lawan atau

pihak-pihak yang potensial menjadi lawan, (4) Memberi informasi untuk

kebutuhan perencanaan keamanan nasional, (5) Melindungi informasi rahasia, dan

(6) Melakukan operasi kontra-intelijen (ISDPS: 2008).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 57: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

47  

Dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas intelijen di lingkungan Sat gal

BAIS TNI, kegiatan operasional Intelijen diklasifikasikan dalam tiga bentuk yang

berlaku juga secara universal yaitu penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan

(Saronto, 2001). Kegiatan operasional Intelijen dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh informasi, mengamankan obyek/aktivitas tertentu, serta menciptakan

kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan tugas Satgal BAIS TNI lainnya. Kegiatan

operasional Intelijen dapat dilaksanakan secara terbuka maupun secara tertutup.

Menurut Kunarto (2002: 48), penyelidikan merupakan upaya mencari dan

mengumpulkan bahan informasi; pengamanan merupakan upaya mengamankan

organisasi agar tidak menjadi sasasaran lawan; penggalangan merupakan upaya

untuk menciptakan kondisi dan situasi yang menguntungkan organisasi. Oleh

karena itu, spektrum kegiatan Intelijen dalam pelaksanaan tugas Satgal BAIS TNI

adalah mendahului, menyertai dan mengakhiri setiap kegiatan operasional BAIS

TNI yang dilakukan oleh Satgal BAIS TNI. Penyelidikan dalam Intelijen adalah

kegiatan yang merupakan bagian integral fungsi intelijen untuk mencari,

mengumpulkan, mengolah data (bahan keterangan) dan menyajikan informasi

sebagai usaha penginderaan dan peringatan dini bagi pimpinan Satgal BAIS TNI,

baik dalam bidang pembinaan maupun operasional BAIS TNI sehingga hasilnya

berguna/diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas Satgal BAIS TNI.

Penyelidikan dilakukan untuk mencari, menggali, dan menggumpulkan data

selengkap mungkin dari berbagai sumber, baik itu sumber terbuka maupun

tertutup melalui kegiatan yang juga terbuka maupun tertutup, kemudian data

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 58: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

48  

tersebut diolah menjadi produk intelijen yaitu informasi yang siap digunakan

sebagai dasar pengambilan keputusan atau tindakan.

Pengamanan dalam konteks Intelijen adalah segala usaha, pekerjaan,

kegiatan intelijen yang ditujukan untuk mendukung penyelenggaraan tugas pokok

Satgal BAIS TNI yang dilaksanakan dengan menerapkan prosedur, metode,

tehnik dan taktik berupa langkah-langkah pencegahan dan penindakan baik

langsung, terbuka ataupun tertutup yang terhadap segala bentuk ancaman yang

mungkin terjadi berupa penyimpangan norma-norma untuk menjamin keamanan

dan ketertiban dalam kehidupan, serta yang dapat diperkirakan akan menghambat

kelancaran pelaksanaan pembangunan bangsa yang bersumber dari supra struktur,

tehnostruktur, warga masyarakat dan lingkungan. Pengamanan adalah upaya,

langkah, dan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mangamankan suatu

lingkungan beserta dengan segala isinya agar tercipta suasana aman dan tertib

serta mensterilkan dari segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan

tantangan.

Penggalangan dalam konteks Intelijen adalah semua usaha, pekerjaan,

kegiatan dan tindakan yang dilakukan secara berencana dan terarah oleh sarana-

sarana intelijen, khususnya untuk menciptakan dan atau merubah suatu kondisi di

daerah tertentu/lawan (baik diluar maupun didalam negeri), dalam jangka waktu

tertentu yang menguntungkan, sesuai kehendak atasan berwenang, untuk

mendukung kebijaksanaan yang ditempuh atau yang akan ditempuh dan

menghilangkan hambatan hambatan. Penggalangan adalah upaya, langkah, dan

kegiatan yang dilakukan dengan tujuan membina, mengarahkan dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 59: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

49  

mengkondisikan suatu lingkungan dengan segala potensinya agar tercipta kondisi

yang kondusif.

2. Upaya Optimalisasi Profesionalisme Insan Intelijen Dalam Rangka Cegah

Dini Dan Deteksi Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan Pengalangan

BAIS TNI

Insan Intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di

Lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah prajurit yang mempunyai

fungsi intelijen yang diterapkan dalam pelaksanaan tugas BAIS TNI. Menurut

Saronto (2001: 126-127), tugas pokok Intelijen dapat dirumuskan dalam empat

kegiatan sebagai berikut:

1) Melakukan deteksi terhadap segala perubahan kehidupan sosial dalam

masyarakat serta perkembangannya di bidang ideologi, politik, sosial budaya,

pertahanan dan keamanan untuk dapat menandai kemungkinan adanya aspek-

aspek kriminogen, selanjutnya mengadakan identifikasi hakikat ancaman

terhadap pertahanan negara;

2) Menyelenggarakan fungsi intelijen yang diarahkan ke dalam tubuh Satgal

BAIS TNI sendiri dengan sasaran pengamanan material, personil dan bahan

keterangan serta kegiatan badan/kesatuan, terhadap kemungkinan adanya

tantangan yang bersumber dari luar maupun dari dalam tubuh Satgal BAIS

TNI agar Satgal BAIS TNI tidak terhalang atau terganggu dalam

melaksanakan tugas pokoknya;

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 60: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

50  

3) Melakukan penggalangan dalam rangka menciptakan kondisi tertentu dalam

masyarakat yang menguntungkan bagi pelaksanaan tugas pokok Satgal BAIS

TNI;

4) Melakukan pengamanan terhadap sasasaran-sasaran tertentu dalam rangka

mencegah kemungkinan adanya pihak-pihak tertentu memperoleh peluang

dan dapat memenfaatkan kelemahan-kelemahan dalam bidang Ipleksosbud

Hankam, sebagi sarana ekploitasi untuk menciptakan suasana pertentangan

pasif menjadi aktif, sehingga menimbulkan ancaman atau gangguan di bidang

pertahanan negara.

Dalam rangka menjalankan fungsi diatas maka perlu upaya untuk

mengoptimalkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan

deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah

sebagai berikut :

a. Merubah APBN yang dialokasikan untuk TNI khususnya bidang intelijen

b. Agar Intelijen kita kuat dalam sumber daya manusia :

1) Perlu adanya Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak

hanya menilai saat pada saat tes rekrutment saja, namun dengan

melihat latar belakang pekerjaan, akses terhadap sasaran sasaran

penggalangan dan lain-lain. Rekrutment berdasar pada hasil objektif

(psikology, mental ideology, kemampuan bahasa, intelektual, keahlian

bidang tertentu dan tingkat kecerdasan dan sebagainya).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 61: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

51  

2) Pembekalan keterampilan melalui latihan-latihan harus benar-benar

dilakukan dan ditanyakan berhasil/lulus, maka setelah itu dapat

melanjutkan tugas sebenarnya.

3) Penempatan personel harus sesuai dengan keahlian dan kemampuan,

serta akses yang kuat terhadap sasaran yang dituju. Perhatikan pola

karier dalam penempatan jabatan.

4) Pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan

matra (khususnya TNI-AD). Kenaikan pangkat masih harus

dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi

persyaratan diatas nilai 75.

5) Pembinaan moril anggota harus senantiasa diperhatikan dengan

meningkatkan kesejahteraan, hal ini selain mendapoatkan gaji

bulanan, namun dengan memberikan tunjangan anak dan istri yang

lebih, tunjungan kemahalan di daaerah yang jauh dari perkotaan serta

ketersediaan alat komunikasi yang memadai.

c. Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi. Masih terdapat ego sektoral

yaitu dengan koordinasi dengan Intelijen daerah dan Koordinasi dengan

kejaksaan, serta BAIS TNI.

d. Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No 17 tahum 2011. “

tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”

e. Perlu ditingkatkan penggalangan terhadap Toga, tomas dan tokoh agama

dengan menggunakan saran kontak (sarana penggalangan) agar mereka

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 62: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

52  

tertarik dengan apa yang kita inginkan. Kembali pada pendanaan operasi

yang dilakukan.

f. Dalam menghadapi Multi dimensional ancaman, maka perlu adanya

peningkatan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang canggih, yang

semua itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Selain itu perlu pelatihan

terhadap Human sebgai pengguna secara professional.

g. Untuk mengatasi belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang

tersebar di seluruh pelosok tanah air, maka Badan Intelijen harus secara

bertahap mengembangkan organisasinya secara kuantitas, sehingga

diharapkan personel yang ada dapat mencakup seluruh bagian wilayah

NKRI. Dengan adanya Peraturan Panglima TNI No 22 tahun 2015 tentang

Validasi organisasi BAIS TNI

h. Terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah

air, diatasi dengan bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non –

kementrian serta swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya

provider seluler, kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara

sehingga petugas intel dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan

wilayah terpencil.

Sejalan dengan tugas pokok tersebut di atas, Saronto (2001: 126-127)

mengemukakan empat peran yang diemban oleh Intelijen yaitu:

a. Melakukan deteksi dini agar mengetahui segala perubahan kehidupan sosial

yang terjadi dalam masyarakat serta perkembangan selanjutnya,

mengidetifikasikan hakekat ancaman yang tengah dan akan dihadapi,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 63: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

53 

kemudian memberikan peringatan dini sebagai bahan dasar serta penentuan

arah bagi kabijaksanaan dan pengambilan keputusan/tindakan oleh pimpinan

Satgal BAIS TNI;

b. Melakukan penggalangan terhadap individu sebagai informal leader atau

kelompok masyarakat tertentu yang diketahuai sebagai sumber ancaman /

gangguan agar minimal tidak berbuat sesuatu yang merugikan, maksimal

berbuat sesuatu yang menguntungkan bagi pelaksanaan tugas pokok Satgal

BAIS TNI;

c. Mengamankan semua kebijakan yang telah dan atau akan digariskan

pimpinan Satgal BAIS TNI di pusat maupun di daerah. Untuk kepentingan

tugas tersebut, intelijen bergerak dengan orientasi ke depan, bertujuan agar

dapat mengungkapkan motivasi pelaku serta latar belakang timbulnya gejala

dan kecenderungan yang mengarah pada timbulnya ancaman/gangguan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 64: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

 

 

54

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini

ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal,

hal ini disebabkan oleh intelijen di Indonesia lemah di dalam jumlah dana

operasional, masih lemah dalam sumber daya manusia, pelaksanaan Binsat /

latihan untuk personel yang terkesan masih perlu ditingkatkan, penempatan

personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan kemampuannya, pola

Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra

(khususnya TNI-AD), pembinaan moril anggota yang kurang optimal,

Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi, kewenangan yang diatur

dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahun 2011. “tidak dilengkapi dengan

kewenangan menangkap”, penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan

Tokoh Masyarakat (Tomas) yang belum maksimal dan multi dimensional

ancaman tidak disertai dengan perkembangan material khusus intel yang

digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan, belum terpenuhinya

jumlah personel secara kualitas yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.

2. Upaya untuk mengoptimalkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka

cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 65: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

55  

TNI adalah sebagai berikut merubah APBN yang dialokasikan untuk TNI

khususnya bidang intelijen, perlu adanya pola rekrutmen dan assesment yang

sesuai dengan sasaran penggalangan dan lain-lain, pembekalan keterampilan

melalui latihan-latihan harus benar-benar dilakukan dan ditanyakan

berhasil/lulus, maka setelah itu dapat melanjutkan tugas sebenarnya,

penempatan personel harus sesuai dengan keahlian dan kemampuan, serta

akses yang kuat terhadap sasaran yang dituju. Perhatikan pola karier dalam

penempatan jabatan, pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh

kepentingan matra (khususnya TNI-AD). Kenaikan pangkat masih harus

dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi

persyaratan diatas nilai 75, pembinaan moril anggota harus senantiasa

diperhatikan dengan meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan koordinasi

dengan Intelijen daerah dan Koordinasi dengan kejaksaan, serta BAIS TNI,

Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No 17 tahun 2011. “

tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”, perlu ditingkatkan

penggalangan terhadap tomas dan tokoh agama dengan menggunakan saran

kontak (sarana penggalangan) agar mereka tertarik dengan apa yang kita

inginkan, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang

canggih, yang semua itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit, meningkatkan

bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non – kementrian serta

swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya provider seluler,

kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara sehingga petugas intel

dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan wilayah terpencil.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 66: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

56  

B. Saran

Dalam upaya meningkatkan optimalisasi profesionalisme insan intelijen

dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan

Pengalangan BAIS TNI, beberapa hal yang bisa disarankan adalah sebagai

berikut:

1. Dalam rangka mengatasi kurang optimalnya profesionalisme insan intelijen

maka sebaiknya dilakukan peningkatkan kompetensi prajurit khususnya di

Satgal BAIS TNI yang mempunyai kemampuan penggalangan, baik melalui

pelatihan, bimbingan dan peningkatan koordinasi dengan pihak terkait.

2. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan optimalisasi profesionalisme

insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di

lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah dengan peningkatan dana

operasional dan sarana prasarana yang digunakan dalam mendukung tugas

penggalangan dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman sampai

dipelosok tanah air.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 67: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

57  

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta : Balai pustaka Arifin, M., 2007, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Alexandra, Retno Wulan, 2006, Negara, Intel, dan Ketakutan, PACIVIS, Center

for Global Civil Society Studies, University of Indonesia Bakti, Ikrar Nusa & Awani Irewati, 1998, Kebijakan Keamanan AS Tahun 1990-

an: Implikasinya Terhadap Politik Keamanan di Asia Pasifik, Jakarta: LIPI Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2006, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta:

PT .Cipta Adi. Pustaka. Faisal, Sanapiah, 2009, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada Friedman, George, 2007, The Future of War: Power, Technology and American

World Dominance in the Twenty-First Century, terjemahan, St. Martin Press IDSPS, 2008, Reformasi Kepolisian Republik Indonesia, Edisi Nomor 6. Jackson, Peter dan L.V Scott, 2001, Psikologi Inteligensi, Cetakan Ketiga,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kunarto, 2002, Intelijen pengertian dan pemahamannya, Jakarta : Cipta

Manunggal Miles, Matthew B dan huberman, A Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif.

Jakarta: Universitas Indonesia Press Sahertian, Piet. A, 2004, Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset Salim, Yeni Salim, Surya, M., 2005, Kapita Selekta Kependidikan, Jakarta :

Universitas Terbuka Saronto, Y. Wahyu dan Karwita, Jasir, 2001, Intelijen: Teori, Aplikasi Dan

Modernisasi, Jakarta : PT. Ekalaya Saputra. Soetjipto, 2009, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta Subijanto, 2003, Resolusi Intelijen, Jakarta : Jati diri

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

Page 68: UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 RADEN SUBHI FITRA JAYA.pdf · cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS

58  

Sutopo, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Sun Tzu, 2001, The Art of War. Translated from the Chinese By Lionel Giles,

England: Allandale Publishing Syafrudin Nurdin, 2005, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Ciputat:

PT CIPUTAT Press Syarif Hidayat, 2012, Profesi Kependidikan, Tanggerang: Pustaka Mandiri Tafsir, Ahmad, 2005, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja

Rosda Karya UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara (UU Intelijen

Negara) Yudhana, I.N., 2009, Materi Rakernis Sie Iden Dit Reskrim, Semarang : Kapolda

Jateng

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at