upaya peningkatan profesionalisme insan …eprint.stieww.ac.id/579/1/142302653 raden subhi fitra...
TRANSCRIPT
i
UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN INTELIJEN
DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKSI DINI ANCAMAN
DI LINGKUNGAN SATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN
STRATEGIS TENTARA NASIONAL INDONESIA (BAIS TNI)
TAHUN 2016
TESIS
Diajukan Oleh :
RADEN SUBHI FITRA JAYA NIM. 142302653
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA
2016
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN INTELIJEN
DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKSI DINI ANCAMAN
DI LINGKUNGAN SATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN
STRATEGIS TENTARA NASIONAL INDONESIA (BAIS TNI)
TAHUN 2016
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-2/ gelar Magister
pada Program Magister Manajemen STIE WIDYA WIWAHA
Diajukan Oleh :
RADEN SUBHI FITRA JAYA NIM. 142302653
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA
2016
TESIS
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN INTELIJEN
DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKSI DINI ANCAMAN
DI LINGKUNGAN SATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN
STRATEGIS TENTARA NASIONAL INDONESIA (BAIS TNI)
TAHUN 2016
Diajukan Oleh :
RADEN SUBHI FITRA JAYA
NIM. 142302653
Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada tanggal :
Penguji I Penguji II
………………………….. Zulkifli, SE, MM
dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh Gelar Magister
Yogyakarta, ......................................
Mengetahui,
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
DIREKTUR
Prof. Dr. Abdul Halim, MBA.,Ak
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul :
UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME INSAN INTELIJEN
DALAM RANGKA CEGAH DINI DAN DETEKSI DINI ANCAMAN
DI LINGKUNGAN SATUAN PENGGALANGAN BADAN INTELIJEN
STRATEGIS TENTARA NASIONAL INDONESIA (BAIS TNI)
TAHUN 2016
Yang dibuat untuk melengkapi sebagai persyaratan menjadi Magister Manajemen
pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta, sejauh yang saya
ketahui bukan merupakan tiruan atau berasal dari tesis yang sudah dipublikasikan
dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan kesarjanaan di Lingkungan STIE
Widya Wiwaha maupun di perguruan Tinggi manapun, kecuali bagian yang
sumber informasi dicantumkan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, November 2016
RADEN SUBHI FITRA JAYA NIM. 142302653
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
KATA PENGANTAR
Pertama Rasa syukur yang tak terkira dipanjatkan kepada Allah swt, atas
berkat rahmat, hidayah dan nikmat serta kesempatan yang telah diberikan
sehingga penulisan dan penyusunan tesis ini dapat terselesaikan.
Tesis yang merupakan karya ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu
persyaratan akademik yang ditetapkan pihak STIE Widya Wiwaha Yogyakarta
agar penulis memperoleh gelar Magister Manajemen. Kami menyadari bahwa
tesis ini diselesaikan atas bantuan banyak pihak, baik bantuan yang diterima
secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini, kami menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Wahyu Widayat, M.Ec, selaku dosen pembimbing tesis I yang
selalu memberikan masukan, arahan dan bimbingan
2. Bapak Zulkifli, SE., MM, selaku dosen pembimbing II yang selalu
memberikan masukan, arahan dan bimbingan serta selaku Dosen Penguji II
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Halim, MBA., Akt., selaku Direktur Program Magister
Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
4. Pimpinan dan seluruh jajaran BAIS TNI yang telah memberikan ijin kepada
kami untuk melakukan penelitian dan memberikan bantuan berupa data-data
yang dibutuhkan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
5. Segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun
materil selama proses studi dan penyusunan serta menyelesaikan seluruh
aktivitas pendidikan.
6. Seluruh rekan satu angkatan yang senantiasa saling mengingatkan, berbagi
suka/duka dan bekerja sama melakukan berbagai hal selama menempuh
pendidikan di STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
Apabila dalam penulisan dan penyusunan tesis ini terdapat kekurangan
atau terdapat kata maupun kalimat yang kurang sesuai, kami mohon maaf.
Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan maupun pihak
manapun yang bermaksud memanfaatkannya.
Yogyakarta, November 2016
RADEN SUBHI FITRA JAYA NIM. 142302653
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
ABSTRAKSI ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 8
C. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 8
D. Tujuan penelitian .................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian .................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Profesional ......................................................... 10
B. Pengertian Profesi ................................................................... 12
C. Pengertian Profesionalisme kerja ........................................... 14
D. Intelijen dalam Deteksi dan Peringatan Dini ............................ 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................... 20
B. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................ 20
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
C. Waktu dan Tempat Penelitian 21
C. Sumber Data .............................................................................. 21
D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 22
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 22
F. Keabsahan Data ................................................................... 23
G. Metode Analisis Data ............................................................ 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ....................................................................... 26
B. Pembahasan ............................................................................. 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................. 54
B. Saran ....................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Analisis Miles & Hubberman (1992)....................................25
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
ABSTRAK
Badan Intelijen Strategis (disingkat BAIS) TNI adalah organisasi yang khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando Markas Besar Tentara Nasional Indonesia. BAIS TNI dalam mengumpulkan informasi serta melakukan berbagai kegiatan intelijen, sehingga dibutuhkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI masih belum optimal dan untuk mengetahui upaya optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mengeksplorasi atau mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah atau unit yang diteliti.
Upaya untuk mengoptimalkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah sebagai berikut merubah APBN yang dialokasikan untuk TNI khususnya bidang intelijen, perlu adanya pola rekrutmen dan assesment yang sesuai dengan sasaran penggalangan dan lain-lain, pembekalan keterampilan melalui latihan-latihan harus benar-benar dilakukan dan ditanyakan berhasil/lulus, maka setelah itu dapat melanjutkan tugas sebenarnya, penempatan personel harus sesuai dengan keahlian dan kemampuan, serta akses yang kuat terhadap sasaran yang dituju. Perhatikan pola karier dalam penempatan jabatan, pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra (khususnya TNI-AD). Kenaikan pangkat masih harus dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi persyaratan diatas nilai 75, pembinaan moril anggota harus senantiasa diperhatikan dengan meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan koordinasi dengan Intelijen daerah dan Koordinasi dengan kejaksaan, serta BAIS TNI, Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No 17 tahun 2011. “ tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”, perlu ditingkatkan penggalangan terhadap tomas dan tokoh agama dengan menggunakan saran kontak (sarana penggalangan) agar mereka tertarik dengan apa yang kita inginkan, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang canggih, yang semua itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit, meningkatkan bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non - kementrian serta swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya provider seluler, kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara sehingga petugas intel dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan wilayah terpencil.
Kata Kunci : Profesionalisme, Insan Intelijen
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
TNI sebagai komponen utama pertahanan negara berkonsentrasi dan
berinovasi dalam berbagai upaya membangun kesiapan guna menghadapi
ancaman sebagai dampak negatif dari perkembangan lingkungan strategis. Dalam
menjalankan perannya sebagai alat pertahanan sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara, maka TNI menjalankan peran sebagai penangkal
dan penindak terhadap ancaman, serta pemulih pasca dilaksanakannya operasi
militer. Dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) tersebut, TNI bersama rakyat dan seluruh komponen
bangsa lainnya, mewujudkannya dengan memanfaatkan semua sumber daya
nasional untuk pertahanan. Tujuan penyelenggaraan pertahanan negara pada
hakekatnya adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta keselamatan segenap bangsa
dari segala bentuk ancaman.
Intelijen berperan melakukan upaya deteksi dini dan peringatan dini
sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011
Tentang Intelijen Negara (UU Intelijen Negara). Deteksi dini dan peringatan dini
diperlukan guna mencegah terjadinya pendadakan dari berbagai ancaman,
diperlukan Intelijen Negara yang tangguh dan profesional serta penguatan kerja
sama dan koordinasi Intelijen Negara dengan menghormati hukum, nilai-nilai
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
demokrasi dan hak asasi manusia sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD
1945. Tetapi sayangnya, hal ini tidak dielaborasi pada pasal-pasal berikutnya dari
UU Intelijen Negara. Bahkan, kata “peringatan dini” itu sendiri hanya disebutkan
pada Pasal 4 mengenai Peran dan Pasal 5 Tujuan. Untuk menjalankan fungsi
peringatan dini secara efektif, lembaga-lembaga intelijen harus mampu
mengidentifikasi sumber ancaman maupun dinamika lingkungan lokal, nasional,
dan global yang berpotensi mengancam keamanan nasional. Tidak hanya
mengidentifikasi, lembaga intelijen juga harus dapat menilai, menganalisis,
menafsirkan, dan menyajikan Intelijen terhadap dinamika sumber ancaman.
Fungsi intelijen sudah diutarakan dalam UU Intelijen Negara, yaitu pada
Bab III Penyelenggaraan Intelijen Negara, yang menjabarkan tentang wewenang
yang dapat dijalankan oleh masing-masing lembaga intelijen. Pasal 10 ayat (1)
dan Pasal 12 ayat (1) masing-masing mengemukakan wewenang Badan Intelijen
Negara (BIN) dan Badan Intelijen Strategis Tentara Nasional Indonesia (BAIS
TNI) yang secara tidak langsung meminta kemampuan kedua lembaga ini untuk
mengidentifikasi dan memantau dinamika sumber ancaman. Fungsi Intelijen
dalam negeri dan luar negeri dijalankan oleh BAIS TNI, kemudian TNI
menyelenggarakan fungsi Intelijen TNI yang terkait pertahanan negara yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi
yang diperoleh lembaga intelijen dari pemantauan ini perlu dikomunikasikan
kepada lembaga-lembaga lain pada sektor keamanan, yaitu lembaga penunjang
operasi militer dan lembaga penunjang tindakan penegakan hukum.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
Ruang lingkup intelijen negara meliputi pertahan dan/atau militer yang
disebutkan dalam pengaturan oleh Pasal 7 huruf b. Selain itu, Pasal 11 ayat (1)
mengatakan bahwa Intelijen TNI menyelenggarakan fungsi Intelijen pertahanan
dan/atau militer. Sementara itu, fungsi intelijen dalam menunjang fungsi
penegakan hukum disebutkan pada Pasal 7 huruf d yang memberikan wewenang
kepada Intelijen untuk menyelenggarakan fungsi Intelijen penegakan hukum yang
disebutkan dalam pengaturan oleh Pasal 13 ayat (1). UU Intelijen Negara
memberikan wewenang khusus kepada BIN dan BAIS TNI untuk melakukan
penyadapan, pemeriksaan aliran dana, dan penggalian informasi.
Keberadaan wewenang khusus pada Pasal 31 ini menimbulkan beberapa
catatan penting bagi UU Intelijen Negara. Pertama, pelaksanaan wewenang
khusus sudah selayaknya dilaksanakan hanya dengan pengawasan yang kuat, dan
ini dimulai dengan pengawasan internal dari lembaga intelijen yang mengemban
wewenang itu sendiri. Untuk pengawasan eksternal penyelenggara Intelijen
Negara dilakukan oleh komisi di DPR RI yang khusus menangani bidang
Intelijen. Pengawasan ini dimaksudkan untuk menjaga agar pelaksanaan
wewenang khusus tetap berada dalam koridor demokrasi, HAM, dan aturan
hukum dan perundang-undangan. Pasal 6 ayat (5) sebenarnya sudah mengatur
agar dalam menyelenggarakan fungsi penyelidikan, pengamanan, dan
penggalangan menghormati hukum, nilai-nilai demokrasi, dan hak asasi manusia.
Catatan kedua berkenaan dengan wewenang BAIS TNI untuk melakukan
penggalian informasi dilakukan tanpa penangkapan dan/atau penahanan; dan
bekerja sama dengan penegak hukum terkait. Tanpa memiliki wewenang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
penangkapan, maka BAIS TNI tidak ikut melakukan fungsi penegakan hukum.
Fungsi penegakan hukum tetap harus dipegang oleh kepolisan dan kejaksaan, dan
tidak dapat dipindah tangankan kepada aparat intelijen karena intelijen merupakan
bagian dari sistem peringatan dini yang tidak memiliki kewenangan penindakan.
Agar sistem peringatan dini berjalan dengan optimal, maka koordinasi di lapangan
antar personel lembaga inteljen harus dapat menguatkan kinerja intelijen negara.
Jangan sampai terdapat egoisme lembaga yang menyebabkan intelijen
kecolongan.
Pola koordinasi yang baik dalam melakukan deteksi dini dan peringatan
dini diperlukan agar Intelijen Negara menjadi tangguh dan profesional guna
mencegah terjadinya pendadakan dari berbagai ancaman, sebagimana dalam salah
satu ajaran Sun Tzu (2000: 11) tentang intelijen dalam bukunya “The Art of War”
adalah “If you know the enemy and know yourself, you need not fear the result of
a hundred battles. If you know yourself but not theenemy, for every victory gained
you will also suffer a defeat. If you know neither the enemy nor yourself, you will
succumb in every battle”.
Badan Intelijen Strategis (disingkat BAIS) TNI adalah organisasi yang
khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando Markas
Besar Tentara Nasional Indonesia. BAIS TNI bertugas untuk menyuplai analisis-
analisis intelijen dan strategis yang aktual maupun perkiraan ke depan yang biasa
disebut jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang kepada Panglima
TNI dan Departemen Pertahanan. BAIS TNI dalam mengumpulkan informasi
serta melakukan berbagai kegiatan intelijen dapat dikatakan cukup efektif secara
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
operasional, antara lain karena didukung oleh ruang lingkup kerja dari BAIS TNI
yang cukup luas baik dari luar negeri maupun dalam negeri, seperti misalnya
dalam memperoleh pasokan informasi dari luar negeri, biasanya suplai informasi
dilakukan melalui jaringan para atase pertahanan atau militer, yang
penempatannya atas dasar penunjukkan dari BAIS TNI. Kemudian untuk pasokan
informasi dalam negeri, pengumpulan informasi dapat ditempuh melalui jalur
struktur Komando teritorial dari berbagai Komando Daerah Militer (Kodam).
Tingkat Kodam terendah adalah Komando Resort Militer (Korem) sebagai sub
kompartemen strategis. Sebagai sub-kompartemen strategis, Korem merupakan
tingkat terendah Kodam yang memiliki kemampuan untuk membina, melatih dan
mengendalikan operasi militer dan intelijen diwilayah geografik tanggung
jawabnya. Sedangkan ditingkat Komando Distrik Militer (Kodim) kebawah
sepenuhnya hanya memiliki fungsi pembinaan teritorial dan tidak dibekali
kemampuan, kewenangan ataupun memenuhi syarat untuk mengendalikan operasi
militer maupun operasi intelijen.
BAIS TNI juga memiliki Satuan-Satuan intel atau yang disebut dengan
Sat-Intel yang bekerja secara rutin, terutama di berbagai daerah yang
dikategorikan sebagai daerah ”rawan konflik” maupun rawan pelanggaran
kedaulatan Negara RI. Tugas dari Sat-Intel ini adalah menyediakan data teknis
militer berupa: medan, cuaca, iklim, rintangan alam maupun buatan, jaringan lalu
lintas darat atau air, sumber kekayaan alam yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan operasi pertahanan, serangan maupun operasi keamanan dalam
negeri.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
Satuan Intelijen BAIS TNI ini ditempatkan didalam Detasemen Intelijen
(Den-Intel) di tiap-tiap Kodam. Namun demikian aparat intelijen yang
ditempatkan oleh BAIS dalam Sat-Intel di suatu wilayah Kodam, juga dapat
mengakses dan bekerjasama dengan unsur intelijen Kodam yang tergabung di
dalam Detasemen Intelijen. Dimana dalam hal ini Den-Intel sebagai kesatuan
intelijen yang permanen di dalam struktur Kodam memberikan perencanaan atau
pengarahan tugas intelijen, serta mendapatkan feedbacknya melalui perwira seksi
intelijen baik yang berada di dalam struktur Korem dan struktur Koter yang
hierarkinya berada dibawah Korem, yakni Kodim. Lantas Den-intel yang
menerima suplai informasi intelijen dari perwira seksi tersebut, meneruskan atau
melaporkannya kepada Asisten Intelijen di Kodam tersebut.
Satuan Intelijen dalam BAIS TNI ini terdiri dari 3 satuan tugas yaitu
Satuan Penyelidikan, Satuan Kontra dan Satuan Penggalangan. Dalam penelitian
ini difokuskan dalam tugas seluruh prajurit TNI Satuan Pengalangan BAIS TNI
dalam deteksi dini guna mencegah terjadinya aksi teror dan selalu mengikuti serta
cermati perkembangan situasi wilayah masing-masing terutama perkembangan
ancaman dilakukan dengan selalu meningkatkan deteksi dan cegah dini melalui
peningkatan aktivitas pembinaan teritorial disertai peningkatan kesiapsiagaan
operasional satuan. Satuan Pengalangan BAIS TNI memegang peranan penting
dalam mendeteksi dini setiap ancaman. TNI Satuan Pengalangan BAIS TNI di
lapangan melakukan kegiatan pengamatan serta menghimpun data, sehingga
apabila ada hal yang mencurigakan, bisa segera diantisipasi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa upaya peningkatan
profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman
di lingkungan TNI Satuan Pengalangan BAIS TNI, hal ini disebabkan Satuan
Pengalangan BAIS TNI dalam menjalankan tugas masih terkendala :
1. Luasnya wilayah Indonesia dari Sabang sampai Marauke, dengan kondisi
geografis negara kepulauan, belum didukung dengan jumlah personel prajurit
TNI yang bertugas serta profesionalisme insan intelijen dalam cegah dini dan
deteksi dini ancaman di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kurangnya sinergisitas antara kekuatan darat, laut, dan udaranya, sehingga
perlu ditingkatkan dengan merancang software maupun hardware.
3. Masih belum optimalnya penguatan komando pembina doktrin, pendidikan,
dan latihan TNI untuk meningkatkan kualitas prajurit TNI.
4. Kurangnya modernisasi alutsista.
5. Masih terdapat ego sektoral.
6. Masih sulitnya melakukan penggalangan informasi dengan tokoh masyarakat,
tokoh agama, lintas sektor seperti pemerintah desa, kecamatan dan
masyarakat apabila terjadi ancaman negara.
Berdasarkan latar belakang diatas mendorong untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Upaya Peningkatan Profesionalisme Insan Intelijen Dalam
Rangka Cegah Dini Dan Deteksi Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan
Pengalangan BAIS TNI.”
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
B. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang diambil adalah profesionalisme insan
intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan
Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Mengapa profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi
dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum
optimal?
2. Bagaimana upaya optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam rangka
cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS
TNI ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyebab profesionalisme insan intelijen dalam rangka
cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI masih belum optimal.
2. Untuk mengetahui upaya optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam
rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
a. Sebagai bahan masukan bagi Satuan Pengalangan BAIS TNI khususnya
terkait dengan optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam rangka
cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI.
b. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan sebagai referens i bagi
peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian yang relevan dengan
hasil penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan informasi bagi pihak
Satuan Pengalangan BAIS TNI berkaitan dengan pelaksanaan
optimalisasi profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan
deteksi dini ancaman di lingkungan TNI.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mengkaji dan menilai
kebijakan masa lalu serta bahan untuk menentukan kebijakan dimasa
mendatang yang berkaitan dengan optimalisasi profesionalisme insan
intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan
TNI.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Profesional
Profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3) mengharuskan adanya
pembayaran untuk melakukannya. (Syafrudin, 2005)
Menurut Surya (2003) mengartikan bahwa profesional mempunyai makna
mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan
sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai
profesinya.
Menurut Syafrudin (2005) mengartikan istilah profesional bersangkutan
dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan dan
mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Dari pendapat tersebut
menunjukkan bahwa profesional secara istilah dapat diartikan sebagai pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan dan dididik untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka mendapat imbalan atau hasil berupa
upah karena telah melaksanakan pekerjaan tersebut.
Seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan
profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan
tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan
dorongan yang kuat yang berlandaskan keterampilan yang dimiliki. seorang yang
profesional akan terus-menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
melalui pendidikan dan pelatihan. Istilah profesional pada umumnya adalah orang
yang mendapat upah atau gaji dari apa yang dilakukannya. Pekerjaan profesioal
ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin
diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya
didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Pada umumnya orang memberi arti sempit terhadap pengertian profesional.
Profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimiliki
seseorang. Padahal profesional mengandung makna yang lebih luas dari hanya
berkualitas tinggi dalam hal teknis. Profesional memiliki makna :
a. Ahli (ekspent) dalam bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam
mendidik. seorang guru tidak hanya menguasai isi pengajaran yang diajarkan,
tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai pengetahuan yang
diajarkan.
b. Profesional juga memiliki makna tanggung jawab (responbility) baik
tanggung jawab intelektual maupun moral. Menurut teori ilmu mendidik
mengandung arti bahwa seseorang mampu memberi pertanggung jawaban
dan kesediaan untuk dimintai pertanggung jawaban. Tanggung jawab yang
mengandung makna multidimensional ini berarti bertanggung jawab terhadap
diri sendiri, siswa, orang tua, masyarakat bangsa dan negara.
c. Memiliki rasa kesejawatan. Salah satu tugas dari organisasi profesi adalah
menciptakan rasa kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan
jabatan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
B. Pengertian Profesi
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
tertentu. Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka
yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan
atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan
itu. Mengenai istilah profesi ini Everett Hughes dalam Sahertian (2004)
menjelaskan bahwa istilah profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan
selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri.
Menurut Syarif (2012) Profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang
menuntut adanya kriteria tertentu sehingga tidak semua orang dapat melakukan
pekerjaan itu tanpa melalui proses yang benar. Kemudian Ornstein dan Levine
dalam Soetjipto (2009) menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang sesuai
dengan pengertian profesi di bawah ini:
1) Melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang
hayat.
2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan
khalayak ramai.
3) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
4) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau
menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
5) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan denga
jabatan lain).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
Profesi merupakan pekerjaan dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam
suatu hierarki birokrasi yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika
khusus untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat. Inti dari
pengertian profesi adalah seseorang harus memiliki keahlian tertentu. Di dalam
masyarakat sederhana, keahlian tersebut dengan cara meniru dan diturunkan dari
orang tua kepada anak atau kelompok masyarakat ke generasi penerus. Pada
masyarakat modern, keahlian tersebut diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
khusus.
Suatu pekerjaan dapat menjadi profesi harus memenuhi kriteria atau
persyaratan tertentu yang melekat dalam pribadinya sebagai tuntutan
melaksanakan profesi tersebut. Secara sederhana, menurut Wirawan bahwa
persyaratan profesi adalah:
1) Pekerjaan Penuh
Suatu profesi merupakan pekerjaan penuh dalam pengertian pekerjaan yang
diperlukan oleh masyarakat atau perorangan. Tanpa pekerjaan tersebut
masyarakat akan mengalami kesulitan. Profesi merupakan pekerjaan yang
mencakup tugas, fungsi, kebutuhan, aspek atau bidang tertentu dari anggota
masyarakat secara keseluruhan.
2) Ilmu Pengetahuan
Untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu pengetahuan. Tanpa
menggunakan ilmu tersebut profesi tidak dapat dilaksanakan. Ilmu
pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan profesi terdiri atas cabang
ilmu utama dan cabang ilmu pembantu.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
3) Aplikasi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada dasarnya mempunyai dua aspek yaitu aspek teori dan
aspek aplikasi. Aspek aplikasi ilmu pengetahuan adalah penerapan teori-teori
ilmu pengetahuan untuk membuat sesuatu, mengerjakan sesuatu atau
memecahkan sesuatu yang diperlukan. Profesi merupakan penerapan ilmu
pengetahuan untuk mengerjakan, menyelasaikan atau membuat sesuatu.
C. Pengertian Profesionalisme kerja
Profesionalisme menurut Salim (2005) ialah sifat-sifat (kemampuan,
kemahiran dan cara pelaksanaan sesuatu) sebagaimana yang sewajarnya dilakukan
oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal dari kata profesion yang
bermakna berhubungan dengan jabatan, pekerjaan dan memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankan. Jadi profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran
atau kualiti dari seseorang yang profesional. Profesionalisme merupakan sifat
kemahiran, kemampuan, cara pelaksanaan dari sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang. Profesionalisme berasal dari profesion yang bermakna berhubungan
dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, jadi
profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualitas dari seseorang yang
profesional.
Tafsir (2005) mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.
Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualiti profesional mempunyai
ciri-ciri :
1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang ideal. Seseorang yang
memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya
sesuai dengan piawai yang ditetapkan. Piawai ideal adalah suatu perangkat
perilaku yang dipandang paling sempurna.
2) Meningkatkan dan memelihara profesion. Perwujudannya dilakukan melalui
berbagai cara misalnya performance, interakasi dengan individu dan sikap
hidup.
3) Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan
profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualiti pengetahuan
dan keterampilannya.
4) Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat
dalam mengambil keputusan terbaik atas kepekaan.
5) Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi
serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain.
Profesionalisme merupakan suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu
diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh
melalui pendidikan khusus (Arifin, 2007). Profesionalisme guru merupakan
kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang
yang menjadi mata pencaharian. Profesionalisme memiliki dua kriteria pokok
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
yaitu keahlian dan pendapatan. Kedua hal itu merupakan satu-kesatuan yang
saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme
manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang
layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan
hidupnya.
D. Intelijen dalam Deteksi dan Peringatan Dini
Intelijen dalam Deteksi dan Peringatan Dini Menurut Alexandra (2006 ; 17)
intelijen negara setidaknya berkaitan dengan dua hal. Intelijen sebagai sebuah
fungsi dan intelijen sebagai sebuah organisasi dalam struktur ketatanegaraan.
Sebagai sebuah fungsi, berkaitan dengan penginderaan awal atau yang lebih
dikenal dengan early warning system. Hal ini akan mengakibatkan intelijen
memiliki tugas mengumpulkan, menganalisa dan memberikan informasi yang
diperlukan kepada pembuat kebijakan dalam penentuan kebijakan yang terbaik
untuk mencapai tujuan. Bakti ( 2005 ; 2 ) menyatakan bahwa intelijen antara lain
dibutuhkan untuk mencegah tindak kekerasan atau teror yang dimotivasi politik,
agama atau apa pun, agar nyawa manusia dan harta benda masyarakat dapat
terlindungi. Intelijen juga dibutuhkan untuk mencegah terjadinya ancaman
terhadap keamanan nasional yang dilakukan aktor-aktor domestik yang ingin
menjatuhkan pemerintahan dengan caracara tidak demokratis atau ingin
mengubah sistem politik dengan cara-cara kekerasan.
Intelijen berasal dari kata intel yang secara etimologi berasal dari kata
intelligere (Latin), intelligence (Inggris), dan intelligt/intelgentie (Belanda) yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
berarti cerdas atau pandai. Dalam Alwi (2005 ; 335), istilah intelijen
dipersonifikasikan sebagai orang yang bertugas mencari keterangan (mengamat-
amati) seseorang. Sedang dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (2006 ; 189)
intelijen dijelaskan sebagai hasil rangkaian kegiatan, suatu proses pentahapan
kerja sistematis yang terdiri atas pengumpulan informasi, evaluasi, integrasi dari
semua tahapan proses kerja sebelumnya dan interpretasi dari seluruh informasi
yang didapatkan, serta perkiraan yang kemudian dibuat berdasarkan interpretasi
yang diperoleh. Perkiraan intelijen dapat dikatakan sebagai hasil lebih lanjut dari
tahapan-tahapan interpretasi terutama sebagai referensi yang bermakna penting
sebagai pemberi riwayat dan latar belakang pemahaman masa lalu terhadap
fenomena-fenomena serupa dengan mendasarkan pada interpretasi-interpretasi
yang telah terjadi dalam tenggang waktu yang lebih lama.
Menurut Saronto (2001) intelijen merupakan usaha atau kegiatan yang
dilakukan dengan metode tertentu dan secara terorganisir untuk mendapatkan dan
menghasilkan bahan keterangan berupa pengetahuan tentang masalah yang
dihadapi untuk kemudian disajikan kepada pimpinan (user) sebagai bahan
pengambilan keputusan, kebijakan dan tindakan.
Dengan demikian maka intelijen mengandung 3 arti pokok yaitu : intelijen
sebagai produk, intelijen sebagai organisasi dan intelijen sebagai kegiatan.
Pengertian intelijen seperti di atas sejalan dengan pemikiran Friedman (2007 ; 5 )
bahwa “Knowledge is what you are after. Information is the raw material you use.
Intelligence is what finds and processes information”. Sampai saat ini, ingatan
kolektif sebagian masyarakat Indonesia terhadap perilaku intelijen masih
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
mempersepsikannya secara negatif. Stigma ini tumbuh dan berkembang hanya
karena mereka masih dikuasai pemikiran tentang identifikasi intelijen sebagai
suatu tindakan atau kegiatan (intelligent as an action) yang kasar dan merugikan
serta intelijen sebagai suatu organisasi (intelligent as an organization) yang
menyeramkan. Stigma seperti ini menurut Subijanto (2003 ; 84) akhirnya
menutupi tirai kesadaran obyektifnya, bahwa sesungguhnya dimensi yang maha
penting dari intelijen adalah makna substansi yang terkandung di dalamnya
(intelligent as a knowledge).
Jackson (2004 ; 3) menyatakan hakekat mendasar dari keberadaan intelijen
bukan merupakan salah satu bentuk power dari negara melainkan instrumen bagi
negara yang memberikan panduan dalam penggunaan power yang dimilikinya.
Dengan demikian, tujuan akan keberadaan intelijen adalah untuk memahami sifat
berbagai ancaman bagi keamanan dan mengantisipasi perubahan-perubahan
radikal yang terjadi.
Deteksi dini (Yudhana, 2009 ) merupakan sebuah rangkaian upaya dan / atau
kegiatan mencari dan menemukan hal – hal, kejadian – kejadian atau situasi
tertentu yang dapat atau mungkin merupakan gejala atau awal terjadinya ancaman
/gangguan sehingga petugas pengamanan dapat mempersiapkan dan mengerahkan
kekuatan dan kemampuan untuk tindakan antisipasi agar ancaman /gangguan
tersebut tidak terjadi serta penanganan atau penindakan apabila
ancaman/gangguan benar benar terjadi.
Dalam proses mencari dan menemukan diperlukan suatu alur komunikasi
antara petugas intelijen dengan petugas lainnya, komunitas intelijen yang lain, dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
dengan masyarakat agar dapat memperoleh informasi berbagai gejala, kejadian
awal atau kasus yang mungkin, akan, sedang atau bahkan telah terjadi. Dalam
proses pengumpulan informasi ini diperlukan sumber daya dari personil intel baik
berupa SDM, penguasaan taktik dan tehnik intelijen, alat-alat khusus, sampai
kepada anggaran. Apabila penguasaan tehnis-tehnis operasional di lapangan sudah
memadai, maka sikap-sikap yang tercermin dalam keseharian seorang petugas
intelijen adalah adanya security feeling dan quick reaction sedangkan di kalangan
masyarakat akan tumbuh sikap-sikap security awarenes dan community
development. Setelah upaya deteksi diperoleh kemudian diberikan peringatan dini
kepada para pimpinan di tingkat daerah maka penindakan dini dalam rangka
antisipasi akan cepat dapat diambil tanpa terkendala oleh rumitnya birokrasi di
pemerintah daerah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif
yaitu mengeksplorasi atau mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial
dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah atau
unit yang diteliti (Faisal, 2009; 20).
Penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Sedangkan
observasi dilakukan untuk melihat perilaku personel maupun organisasi intelijen
dalam upaya peningkatan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini
dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI Satuan Pengalangan BAIS TNI.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Komandan Satuan Pengalangan BAIS
TNI sejunlah 1 orang, Komandan Detasemen (Danmen) sejumlah 5 orang dan
wakil Komandan Detasemen (Danmen) Satuan Pengalangan BAIS TNI sejumlah
4 orang, sehingga total nasumber dalam penelitian ini sejumlah 10 orang.
Obyek Penelitiannya adalah profesionalisme insan intelijen dalam rangka
cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan TNI Satuan Pengalangan
Badan Intelijen Strategis Tentara Nasional Indonesia (BAIS TNI).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Satuan Pengalangan BAIS TNI. Subyek
penelitian ini adalah prajurit Satuan Pengalangan BAIS TNI. Kemudian guna
memperoleh data yang dibutuhkan, penelitian ini diperkirakan selama 3 (tiga)
bulan, mulai bulan September sampai dengan November 2016. Selama kurun
waktu tersebut, dilakukan berbagai kegiatan, mulai persiapan, pengumpulan data,
pengolahan data sampai dengan penyajian dan penyusunan laporan penelitian.
D. Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sumbernya adalah sebagai
berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya dan dalam bentuk mentah (belum jadi), sehingga memerlukan
pengolahan untuk menarik kesimpulannya. Data primer dalam penelitian ini
sumbernya adalah dari responden yang diteliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, sehingga
siap untuk digunakan. Dalam penelitian ini, data sekunder adalah data berupa
informasi dari pihak Satuan Pengalangan BAIS TNI dan data lain yang terkait
dengan penelitian ini.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini maka digunakan metode
sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap
objek penelitian. Teknik yang digunakan adalah:
a. Wawancara (interview) yaitu melakukan wawancara langsung terhadap
responden yang dalam hal ini adalah 10 orang prajurit Satuan Pengalangan
BAIS TNI, hal ini dimaksudkan melalui percakapan dua arah atas inisiatif
pewawancara demi memperoleh informasi dan responden.
b. Dokumentasi yaitu mendapatkan data tertulis yang dibutuhkan, yang
berasal dan dokumen dan catatan-catatan di lingkungan TNI Satuan
Pengalangan BAIS TNI.
2. Penelitian Kepustakaan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
konsep dan landasan teori dengan mempelajari berbagai literature, buku, dan
dokumen yang berkaitan dengan objek pembahasan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen dan pedoman wawancara.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
G. Keabsahan Data
Menurut Sutopo (2006), triangulasi merupakan cara yang paling umum
digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Model
penelitian triangulasi data yang mengarahkan peneliti dalam mengambil data
harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda. Artinya data yang
sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari beberapa
sumber data yang berbeda. Oleh karena itu triangulasi data sering pula disebut
sebagai triangulasi sumber.
H. Metode Analisis Data
Informasi atau data yang berhasil dikumpulkan dari responden
merupakan pertanyaan berupa kalimat atau data kualitatif, untuk mendapatkan
informasi mengenai penyebab profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah
dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI
masih belum optimal dan upaya optimalisasi profesionalisme insan intelijen
dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan
Pengalangan BAIS TNI.
Pada umumnya analisis kualitatif terhadap data dapat dilakukan dengan
tahap - tahap : menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan,
mengorganisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat
abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif yang
terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992) yang meliputi :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hak yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Data yang diperoleh peneliti di lapangan melalui wawancara, observasi
dan dokumentasi direduksi dengan cara merangkum, memilih dan
memfokuskan data pada pengumpulan data, penyajian data, reduksi data
kesimpulan. Kesimpulan Penarikan /verifikasi pada hal-hal yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi data
dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari
catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi.
2. Data Display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan natar kategori, flowchart, dan sejenisnya.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dala penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam melakukan display
data, selain teks naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring
kerja) dan chart.
Penyajian data dilakukan setelah data selesai direduksi atau dirangkum.
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
dianalisis. Data yang sudah disajikan dalam bentuk catatan wawancara,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
catatan lapangan dan catatan dokumentasi diberi kode data untuk
mengorganisasi data, sehingga peneliti dapat menganalisis dengan cepat dan
mudah. Peneliti membuat daftar awal kode yang sesuai dengan pedoman
wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing-masing data yang sudah
diberi kode dianalisis dalam bentuk refleksi dan disajikan dalam bentuk teks.
3. Conclusion Drawing/verification
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif model interaktif adalah
penarikan kesimpulan dari verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti membuat
kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada tahap pengumpulan
data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang
telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal.
Gambar 3.1. Model Analisis Miles & Hubberman (1992)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Badan Intelijen Strategis (disingkat BAIS) TNI adalah organisasi yang
khusus menangani intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando Markas
Besar Tentara Nasional Indonesia. BAIS bertugas untuk menyuplai analisis-
analisis intelijen dan strategis yang aktual maupun perkiraan ke depan, biasa
disebut jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, kepada Panglima
TNI dan Departemen Pertahanan.
BAIS berawal dari Pusat Psikologi Angkatan Darat (disingkat PSiAD)
milik Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) untuk mengimbangi Biro Pusat
Intelijen (BPI) di bawah pimpinan Subandrio, yang banyak menyerap PKI.
Kemudian di awal berdirinya Orde Baru, Dephankam mendirikan Pusat Intelijen
Strategis (disingkat Pusintelstrat) dengan anggota-anggota PSiAD sebagian besar
dilikuidasi ke dalamnya.
Pusintelstrat dipimpin oleh Ketua G-I Hankam Brigjen L.B. Moerdani.
Jabatan tersebut terus dipegang sampai L.B. Moerdani menjadi Panglima
ABRI. Pada era ini, intelijen militer memiliki badan intelijen operasional yang
bernama Satgas Intelijen Kopkamtib. Badan inilah yang di era Kopkamtib
berperan penuh sebagai Satuan Intelijen Operasional yang kewenangannya sangat
superior.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
Tahun 1980, Pusintelstrat dan Satgas Intel Kopkamtib dilebur menjadi
Badan Intelijen ABRI (disingkat BIA). Jabatan Kepala BIA dipegang oleh
Panglima ABRI, sedangkan kegiatan operasional BIA dipimpin oleh Wakil
Kepala. Kemudian pada tahun 1986 untuk menjawab tantangan keadaan, BIA
diubah menjadi BAIS.
Perubahan ini berdampak kepada restrukturisasi organisasi yang harus
mampu mencakup dan menganalisis semua aspek Strategis Pertahanan Keamanan
dan Pembangunan Nasional. Akan tetapi belum lagi restrukturisasi dilaksanakan,
terjadi lagi perubahan di mana BAIS dikembalikan menjadi BIA, yang artinya
secara formal lembaga ini hanya melakukan operasi intelijen militer.
Jabatan Ka BIA kemudian tidak lagi dirangkap oleh Panglima ABRI.
Perubahan kembali dari BAIS menjadi BIA, dapat dianggap sebagai bagian dari
kampanye de-Benisasi (menghilangkan pengaruh LB Moerdani). Kekuatan politik
dominan di era akhir tahun 1980-an berpendapat bahwa BAIS masih berada
dalam pengaruh L.B. Moerdani yang pada waktu itu sudah pensiun. Isu
berkembang subur, karena sampai tahun 1987 L.B. Moerdani masih memiliki
ruang di Kompleks BAIS (Tebet, Jakarta Selatan).
Kemudian pada tahun 1999, BIA kembali menjadi BAIS TNI. Bahkan
hingga era-reformasi atau pasca Soeharto badan intelijen militer ini masih
menggunakan nama BAIS sampai tulisan ini dibuat.
BAIS dipimpin oleh seorang perwira tinggi berbintang dua. Mereka yang
pernah menjadi Kepala BAIS (Ka BAIS) diantaranya adalah:
a. Brigadir Jenderal TNI L.B. Moerdani
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
b. Letnan Jenderal TNI Tyasno Sudarto
c. Marsekal Madya TNI Ian Santoso
d. Mayor Jenderal Mar Muhammad Lutfie
e. Mayor Jenderal TNI Syafnil Armen, SIP,SH,MSc
Dalam struktur organisasinya BAIS dipimpin oleh seorang Kepala yang
berpangkat Mayor Jenderal dan Wakil Kepala Berpangkat Brigadir Jenderal, yang
membawahi para Direktur yang masing-masing memimpin 7 (tujuh) direktorat
yang menggerakkan organisasi intelijen militer tersebut yakni:
a. Direktorat A : menangani permasalahan dalam negeri;
b. Direktorat B : menangani permasalahan luar negeri;
c. Direktorat C : menangani bidang pertahanan;
d. Direktorat D : menangani masalah keamanan;
e. Direktorat E : menangani atau melakukan operasi psikologi;
f. Direktorat F : melakukan tugas administrasi dan keuangan;
g. Direktorat G : mengolah dan menyajikan produk –
produk intelijen kepada kepala BAIS dan Panglima TNI.
BAIS dalam mengumpulkan informasi serta melakukan berbagai kegiatan
intelijen dapat dikatakan cukup efektif secara operasional, antara lain karena
didukung oleh ruang lingkup kerja dari BAIS yang cukup luas baik dari luar
negeri maupun dalam negeri, seperti misalnya dalam memperoleh pasokan
informasi dari luar negeri, biasanya suplai informasi dilakukan melalui jaringan
para atase pertahanan atau militer, yang penempatannya atas dasar penunjukkan
dari BAIS.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
Kemudian untuk pasokan informasi dalam negeri, pengumpulan informas i
dapat ditempuh melalui jalur struktur Komando teritorial dari berbagai Komando
Daerah Militer (Kodam). Tingkat Kodam terendah adalah Komando Resort
Militer (Korem) sebagai sub kompartemen strategis. Sebagai sub-kompartemen
strategis, Korem merupakan tingkat terendah Kodam yang memiliki kemampuan
untuk membina, melatih dan mengendalikan operasi militer dan intelijen
diwilayah geografik tanggung jawabnya. Sedangkan ditingkat Komando Distrik
Militer (Kodim) kebawah sepenuhnya hanya memiliki fungsi pembinaan
territorial dan tidak dibekali kemampuan, kewenangan ataupun memenuhi syarat
untuk mengendalikan operasi militer maupun operasi intelijen.
BAIS juga memiliki Satuan-Satuan intel atau yang disebut dengan Sat-
Intel yang bekerja secara rutin, terutama di berbagai daerah yang dikategorikan
sebagai daerah ”rawan konflik” maupun rawan pelanggaran kedaulatan Negara
RI. Tugas dari Sat-Intel ini adalah menyediakan data teknis militer berupa:
medan, cuaca, iklim, rintangan alam maupun buatan, jaringan lalu lintas darat atau
air, sumber kekayaan alam yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
operasi pertahanan, serangan maupun operasi keamanan dalam negeri.
Satuan Intelijen ini ditempatkan didalam Detasemen Intel (Den-Intel) di
tiap-tiap Kodam. Namun demikian aparat intelijen yang ditempatkan oleh BAIS
dalam Sat-Intel di suatu wilayah Kodam, juga dapat mengakses dan bekerjasama
dengan unsur intelijen Kodam yang tergabung di dalam Detasemen Intel. Dimana
dalam hal ini Den-Intel sebagai kesatuan intelijen yang permanen di dalam
struktur Kodam memberikan perencanaan atau pengarahan tugas intelijen, serta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
mendapatkan feedbacknya melalui perwira seksi intelijen baik yang berada di
dalam struktur Korem dan struktur Koter yang hierarkinya berada dibawah
Korem, yakni Kodim. Lantas Den-intel yang menerima suplai informasi intelijen
dari perwira seksi tersebut, meneruskan atau melaporkannya kepada Asisten
Intelijen di Kodam tersebut.
Lantas sebagai pelaksana operasi utama, terutama untuk melakukan tugas-
tugas ”khusus” operasi intelijen, selain dari aparat BAIS yang ditugaskan dari
Markas BAIS, biasanya tugas di lapangan juga dilakukan oleh personel-personal
dari satuan-satuan yang berstatus pasukan khusus seperti: Detasemen Jala
Mangkara (Denjaka) dan Batalyon TAIFIB Marinir (Yon Taifib) dari TNI-AL;
Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Sat-81 Gultor) yang bernaung didalam
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dari TNI-AD; serta Detasemen Bravo 90
(Den Bravo 90) dari TNI-AU.
Dalam penugasan, pasukan-pasukan yang berstatus pasukan khusus ini
bergerak dalam unit-unit kecil atau yang disebut dengan Seksi, berkekuatan 10
orang atau 4-5 orang per-unit. Unit kecil Seksi yang berkekuatan 10 orang seperti
ini yang biasanya digunakan oleh BAIS dalam operasi tugas-tugas rutin satuan
intel di daerah-daerah yang dikategorikan sebagai ”rawan” konflik, misalnya
seperti di Papua dan pelanggaran kedaulatan seperti di Kalimantan Barat dan
Kalimantan Timur.
Selain itu tiap-tiap matra angkatan mempunyai detasemen-detasemen
intlijen tempurnya masing-masing, seperti Detasemen Intelijen Komando Strategi
Angkatan Darat (Denintel Kostrad) yang dimana tugasnya adalah sebagai mata
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
rantai terdepan untuk memberikan laporan kepada pasukan TNI-AD yang sedang
melaksanakan operasi tempur. Dan semua laporan-laporan dari detasemen
intelijen tempur yang dimiliki oleh masing-masing matra angkatan selalu
melampirkan tembusan laporannya ke Markas BAIS TNI.
Dalam penelitian ini fokus penelitian diarahkan pada Satuan Penggalangan
Satuan Intelijen (Satgal Satintel) Bais TNI yang dipimpin oleh :
a. Dansatgal Satintel Bais TNI : Kolonel Inf Robi Herbawan
11940019370871
b. Danden I (Idiologi) Satgal
Satintel Bais TNI
: Letkol Cba Abbas
576040
c. Danden II (Politik) Satgal
Satintel Bais TNI
: Letkol Laut (KH) Japarin, S.Ag., M.Si.
13145/P
d. Danden III (Ekonomi) Satgal
Satintel Bais TNI
: Letkol Arm Mirwanto
575204
e. Danden IV (Sosbud) Satgal
Satintel Bais TNI
: Letkol Laut (KH) Agus Firman, S.Ag.
13150/P
f. Danden V (Hankam) Satgal
Satintel Bais TNI
: Letkol Inf Djoko Pramono
522180
g. Wadanden I / Idiologi Satgal
Satintel Bais TNI
: Mayor Inf Jumano
505678
h. Wadanden II / Politik Satgal
Satintel Bais TNI
: Mayor Czi Tri Haryanto
544800
i. Wadanden III / Ekonomi Satgal : Mayor Inf Sunardi Sugeng Raharjo
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
Satintel Bais TNI 505578
j. Wadanden IV / Sosbud Satgal
Satintel Bais TNI
: Mayor Laut (S) Budi Prihatin
15304/P
Satuan ini mempunyai tugas untuk menggalang atau pengumpulan bahan
keterangan/ informasi untuk keperluan deteksi dini dan peringatan dini, dalam
rangka pencegahan terjadinya gangguan pertahanan negara. Berdasarkan hal ini
penting untuk dilakukan penelitian mengenai profesionalisme insan intelijen
dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan
Pengalangan BAIS TNI yang selama ini diupayakan dan hasilnya adalah sebagai
berikut :
1. Profesionalisme Insan Intelijen Dalam Rangka Cegah Dini Dan Deteksi
Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI
Gelombang kekerasan yang melanda Indonesia, mengundang banyak
perhatian dari masyarakat internasional, media massa, organisasi non- pemerintah,
dan juga akademisi, untuk itu perlu memperkuat intelijen pertahanan. Menurut
pasal 11 UU No. 17 Tahun 2011 Pasal 11 menyatakan bahwa Intelijen Tentara
Nasional Indonesia menyelenggarakan fungsi Intelijen pertahanan dan/atau militer
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Personel Intelijen dalam BAIS ini merupakan warga negara Indonesia
(prajurit TNI) yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk
mengabdikan diri dalam dinas Intelijen. Menurut pasal 17 setiap Personel Intelijen
Negara berhak:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
a. Mendapatkan pelindungan dalam melaksanakan tugas, upaya, pekerjaan,
kegiatan, dan fungsi Intelijen Negara;
b. Mendapatkan pelindungan bagi keluarganya pada saat Personel Intelijen
Negara melaksanakan tugas, upaya, pekerjaan, kegiatan, dan fungsi Intelijen
Negara; dan
c. Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan penugasan Intelijen secara
berjenjang dan berkelanjutan.
Pasal 18 Setiap Personel Intelijen Negara wajib:
a. Mengucapkan dan menaati sumpah atau janji Intelijen Negara;
b. Merahasiakan seluruh upaya, pekerjaan, kegiatan, sasaran, informas i,
fasilitas khusus, alat peralatan dan perlengkapan khusus, dukungan, dan/atau
Personel Intelijen Negara yang berkaitan dengan penyelenggaraan fungs i
dan aktivitas Intelijen Negara;
c. Menaati Kode Etik Intelijen Negara; dan
d. Melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tujuan Intelijen yang diselenggarakan oleh BAIS TNI adalah mendeteksi,
mengidentifikasi, menilai, menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen
dalam rangka memberikan peringatan dini untuk mengantisipasi berbagai
kemungkinan bentuk dan sifat ancaman yang potensial dan nyata terhadap
keselamatan dan eksistensi bangsa dan negara serta peluang yang ada bagi
kepentingan dan keamanan nasional.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
Fungsi Intelijen Negara menyelenggarakan fungsi penyelidikan,
pengamanan, dan penggalangan dengan harus menghormati hukum, nilai-nilai
demokrasi, dan hak asasi manusia, penjelasannya :
a. Penyelidikan ini terdiri atas serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan, dan
tindakan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk mencari,
menemukan, mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi Intelijen,
serta menyajikannya sebagai bahan masukan untuk perumusan kebijakan
dan pengambilan keputusan.
b. Pengamanan terdiri atas serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terencana dan terarah untuk mencegah dan/atau melawan upaya, pekerjaan,
kegiatan Intelijen, dan/atau Pihak Lawan yang merugikan kepentingan dan
keamanan nasional.
c. Penggalangan terdiri atas serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan, dan
tindakan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk mempengaruhi
sasaran agar menguntungkan kepentingan dan keamanan nasional.
Berdasarkan narasumber dalam kesempatan wawancara pada tanggal 2
November 2016, kepada 10 orang prajurit Satuan Pengalangan BAIS TNI,
mengenai profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini
ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI, dan hasilnya adalah
sebagai berikut:
Dansatgal : Sudah profesional dalam menjalankan tugas pengalangan dengan menunjukkan upaya menggalang atau pengumpulan bahan keterangan/ informasi untuk keperluan deteksi dini dan peringatan dini, dalam rangka pencegahan terjadinya gangguan pertahanan negara dengan baik, dengan kesadaran faktor yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
mempengaruhi profesionalisme Prajurit antara lain Humint human intelligent (kemampuan perorangan, skill agen / petugas), meningkatkan Elint electronic intelijent (teknologi, alat material khusus intelijen), dan meningkatkan Osint opensource intelijent (networking/ pembuatan jaring baik dalam maupun luar negeri)
Danden I : Satgal sudah profesional karena sudah menjalankan tugas sesuai ketentuan UU
Danden II : Sudah profesional Satgal namun masih belum optimal Danden III : Satgal tetap berupaya profesional dalam menjalankan
tugas penggalangan data dan informasi intelegen sebagai upaya cegah dini gangguan pertahanan ditengah keterbatasan dana operasional, alutsista, sarana komunikasi di pelosok daerah, kompetensi prajurit dibidang intelijen yang masih perlu dikembangkan
Danden IV : Sudah profesional dengan selalu siap melaksanakan tugas penggalangan ditengah masyarakat dan pihak yang terkait dalam upaya cegah dini dan deteksi dini ancaman keamanan negara
Danden V : Sudah profesional dalam menggalang informasi dari berbagai sumber untuk meningkatkan kewaspaan dan meningkatkan profesional dengan pelatihan karena masih ada beberapa prajurit satgal yang belum mempunyai kemampuan intelelijen
Wadanden I : Profesional karena satuan penggalangan satintel BAIS TNI ini selalu siap melaksanakan tugas cegah dini dan deteksi dini ancaman pertahanaan negara walaupun dengan keterbatasan biaya dan kondisi geografis NKRI yang luas dan personil yang masih perlu ditambah
Wadanden II : Sudah profesional sebagai mata dan telinga negara dalam mendapatkan informasi mengenai sesuatu apapun terutama terkait kepentingan pertahanan negara
Wadanden III : Profesional karena dalam melaksanakan tugasnya selalu memegang sumpah jabatan dengan selalu berupaya meningkatkan kemampuan analisis yang baik
Wadanden IV : Sebagai seorang prajurit dituntut untuk bekerja dengan baik, begitu juga yang ditunjukkan oleh prajurit di satgal satintel BAIS TNI dalam melaksanakan tugas penggalangan dalam upaya cegah dini dan deteksi dini ancaman pertahanaan negara
Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa para prajurit Satuan
Pengalangan Satuan Intelijen BAIS TNI sudah berupaya menjalankan tugas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
dengan profesional dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di
lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI berdasarkan peraturan perundang-
undangan, dengan dengan kesadaran faktor yang mempengaruhi profesionalisme
Prajurit Satgal Satintel BAIS TNI antara lain:
a. Humint atau human intelligent yaitu kemampuan perorangan, skill agen /
petugas,
b. Elint atau electronic intelijent yaitu teknologi, alat material khusus intelijen,
c. Osint atau opensource intelijent yaitu networking/ pembuatan jaring baik
dalam maupun luar negeri
Profesional karena Satuan Penggalangan Satintel BAIS TNI ini selalu siap
melaksanakan tugas cegah dini dan deteksi dini ancaman pertahanaan negara
walaupun dengan keterbatasan biaya dan kondisi geografis NKRI yang luas dan
personil yang masih perlu ditambah. Kemudian pertanyaan dilanjutkan mengenai
profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman
di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal, dan hasilnya
adalah sebagai berikut:
Dansatgal : Belum optimal hal ini disebabkan oleh Intelijen kita lemah di dalam jumlah dana operasional, dimana seharusnya unlimited budget, kemudian Intelijen kita lemah dalam sumber daya manusia, dikarenakan pola rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak maksimal terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel, pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu ditingkatkan, penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan kemampuannya, pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra (khususnya TNI-AD), pembinaan moril anggota yang kurang optimal, dan juga Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi sehingga perlu ditingkatkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
Danden I : Memang perlu dikembangkan kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahun 2011. “tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”, sementara penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat (Tomas) yang belum maksimal, selain itu kekurangprofesional ini juga disebabkan oleh multi dimensional ancaman tidak disertai dengan perkembangan material khusus intel yang digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan
Danden II : Belum optimal karena belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, dimana pada saat menjalankan tugas kami juga terhambat dengan terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah air dan akses menuju batas luar/ perbatasan/ darat maupun laut dalam pengontrolannya.
Danden III : Profesional walaupun masih dihadapkan pada kendala keterbatasan dana operasional, alutsista, sarana komunikasi di pelosok daerah, kompetensi prajurit dibidang intelijen yang masih perlu dikembangkan
Danden IV : Intelijen kita masih lemah di dalam jumlah dana operasional, kompetensi sumber daya manusia di bidang intelijen karena terkadang pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra (khususnya TNI-AD), pembinaan moril anggota yang kurang optimal, dan juga Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi dengan intelijen daerah, BAIS TNI,kejaksaan perlu ditingkatkan
Danden V : Belum optimal karena luasnya NKRI yang merupakan negara kepulauan menjadi hambatan akses dan koordinasi sehingga dalam kegiatan penggalangan informasi intelijen harus memerlukan keahlian atau profesionalisme yang baik bagi prajurit satgal satintel BAIS TNI
Wadanden I : Belum optimal karena pola rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak maksimal terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel, pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu ditingkatkan, penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan kemampuannya
Wadanden II : Ya hal ini dikarenakan kompetensi prajurit di bidang penggalangan masih ada yang kurang memenuhi kemampuannya sehingga penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat (Tomas) yang belum maksimal, belum lagi dukungan biaya oprasional dan sarana prasarana yang masih perlu ditingkatkan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
Wadanden III : Hal ini disebabkan masih ada prajurit yang memiliki etos kerja yang rendah karena pembinaan moril anggota yang kurang optimal, dan masih lemahnya sistem koordinasi dengan BAIS TNI, intelijen masyarakat dan kejaksaan sehingga perlu ditingkatkan
Wadanden IV : Kekurangoptimalan sebenarnya hanya karena luasnya wilayah Indonesia sementara jumlah prajurit TNI masih terbatas, kendala akses komunikasi didaerah terpencil juga masih sulit
Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa profesionalisme
insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan
Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal, hal ini disebabkan oleh :
a. Intelijen kita lemah di dalam jumlah dana operasional, dimana seharusnya
unlimited budget
b. Intelijen kita lemah dalam sumber daya manusia, dikarenakan :
1) Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak maksimal
terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel.
2) Pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu
ditingkatkan.
3) Penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan
kemampuannya.
4) Pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan
matra (khususnya TNI-AD).
5) Pembinaan moril anggota yang kurang optimal.
c. Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi, hal ini dikarenakan masih
terdapat ego sektoral.
1) Koordinasi dengan Intelijen daerah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
2) Koordinasi dengan kejaksaan, BAIS TNI.
d. Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahun 2011.
“tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”.
e. Penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat
(Tomas) yang belum maksimal.
f. Multi dimensional ancaman tidak disertai dengan perkembangan material
khusus intel yang digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan.
g. Belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang tersebar di
seluruh pelosok tanah air.
h. Terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah
air.
i. Akses menuju batas luar/ perbatasan/ darat maupun laut dalam
pengontrolannya.
2. Upaya Optimalisasi Profesionalisme Insan Intelijen Dalam Rangka Cegah
Dini Dan Deteksi Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan Pengalangan
BAIS TNI
Dalam rangka peningkatan fungsi dan peran kerja bidang intelijen seirin g
dengan perkembangan teknologi informasi dan semakin canggihnya modus tindak
kejahatan maka prajurit Satuan Pengalangan Satuan Intelijen BAIS TNI terus
melakukan upaya peningkatan profesional dalam rangka cegah dini dan deteksi
dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI dengan melakukan
sosialisasi dalam rangka mengoptimalkan alat dan sarana komunikasi yang ada di
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
lingkungan Satuan Pengalangan Satuan Intelijen BAIS TNI. Upaya lain yang
dilakukan antara lain seperti yang disampaikan narasumber dalam kesempatan
wawancara pada tanggal 2 November 2016, kepada 10 orang prajurit Satuan
Pengalangan BAIS TNI berikut ini :
Dansatgal : Upayanya adalah dengan meningkatkan jumlah dana operasional, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dikarenakan pola rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang baik terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel, pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu ditingkatkan, penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan kemampuannya, pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra (khususnya TNI-AD), peningkatan pembinaan moril anggota yang, dan juga sistem koordinasi ditingkatkan dan dengan didasarkan adanya Peraturan Panglima TNI no 22 tahun 2015 tentang Validasi organisasi BAIS TNI
Danden I : Memang perlu dikembangkan kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahum 2011. Kemudian meningkatkan kerjasama dalam hal penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat (Tomas), kemudian juga dilakukan peningkatan material khusus intel yang digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan
Danden II : Peningkatan jumlah personel yang kualitas yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, peningkatan ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah air dan akses menuju batas luar/ perbatasan/ darat maupun laut dalam pengontrolannya.
Danden III : peningkatan dana operasional, alutsista, sarana komunikasi di pelosok daerah, kompetensi prajurit dibidang intelijen
Danden IV : peningkatan jumlah dana operasional, kompetensi sumber daya manusia di bidang intelijen, pembinaan moril anggota, dan juga peningkatan sistem koordinasi dengan intelijen daerah, BAIS TNI, kejaksaan
Danden V : Peningkatan bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non –kementrian serta swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya provider seluler, kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara sehingga petugas intel dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan wilayah terpencil
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
Wadanden I : pola rekrutmen dan Assesment (penilaian) lebih ditingkatkan sehingga penempatan personel dalam bidang tugas sesuai dengan spesialisasi dan kemampuannya dan pada saat Kenaikan pangkat masih harus dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi persyaratan diatas nilai 75
Wadanden II : Perlu adanya Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak hanya menilai saat pada saat tes rekrutment saja, namun dengan melihat latar belakang pekerjaan, akses terhadap sasaran sasaran penggalangan dan lain-lain. Rekrutment berdasar pada hasuil objektif (psikology, mental ideology, kemampuan bahasa, intelektual, keahlian bidang tertentu dan tingkat kecerdasan dan sebagainya)
Wadanden III : Hal ini disebabkan masih ada prajurit yang memiliki etos kerja yang rendah karena pembinaan moril anggota yang kurang optimal, dan masih lemahnya sistem koordinasi dengan BAIS TNI, intelijen masyarakat dan kejaksaan sehingga perlu ditingkatkan
Wadanden IV : peningkatan akses komunikasi sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas, kemudian Pembinaan moril anggota harus senantiasa diperhatikan dengan meningkatkan kesejahteraan, hal ini selain mendapoatkan gaji bulanan, namun dengan memberikan tunjangan anak dan istri yang lebih, tunjungan kemahalan di daerah yang jauh dari perkotaan serta ketersediaan alat komunikasi yang memadai
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa upaya untuk
mengoptimalkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan
deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah
sebagai berikut :
a. Merubah APBN yang dialokasikan untuk TNI khususnya bidang intelijen
b. Agar Intelijen kuat dalam sumber daya manusia :
1) Perlu adanya Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian)
2) Pembekalan keterampilan melalui latihan latihan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
3) Penempatan personel harus sesuai dengan keahlian dan kemampuan,
serta akses yang kuat terhadap sasaran yang dituju.
4) Pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan
matra (khususnya TNI-AD). Kenaikan pangkat masih harus
dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi
persyaratan diatas nilai 75.
5) Pembinaan moril anggota harus senantiasa diperhatikan dengan
meningkatkan kesejahteraan.
a. Intelijen lemah didalam sistem koordinasi.
b. Kewenangan yang diatur dalam uu intelijen negara no 17 tahum 2011. “ tidak
dilengkapi dengan kewenangan menangkap”
c. Perlu ditingkatkan penggalangan terhadap tomas dan tokoh agama.
d. Dalam menghadapi Multi dimensional ancaman, maka perlu adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang canggih, yang semua
itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit.
e. Untuk mengatasi belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air, maka Badan Intelijen harus secara
bertahap mengembangkan organisasinya secara kuantitas.
f. Terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah air,
diatasi dengan bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non –
kementrian serta swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya
provider seluler, kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara sehingga
petugas intel dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan wilayah terpencil.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
B. Pembahasan
1. Profesionalisme Insan Intelijen Dalam Rangka Cegah Dini Dan Deteksi
Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI
Fungsi intelijen telah dikenal sejak zaman dahulu kala serta diakui
menduduki peran menentukan dalam konteks pertahanan dan juga keamanan.
Pemanfaatan intelijen dalam setiap operasi khususnya operasi militer merupakan
hal mutlak. Sejak 2.400 tahun yang lalu, terungkap dalam kitab perang yang
ditulis oleh Sun Tzu (seorang ahli strategi perang Tiongkok) bahwa penggunaan
intelijen sebagai penyedia informasi yang bersifat strategis merupakan kekuatan
yang tak diragukan lagi potensinya untuk meraih kemenangan. Strategi intelijen
potensial dipraktikkan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang
pertahanan dan keamanan nasional. Sun Tzu menyebutkan bahwa setengah
keberhasilan dari suatu peperangan akan ditentukan oleh kesuksesan dari operasi
intelijen. (Sun Tzu (2000: 11))
Salah satu ajaran Sun Tzu (2000: 11) tentang intelijen dalam bukunya
“The Art of War” adalah: “If you know the enemy and know yourself, you need not
fear the result of a hundred battles. If you know yourself but not the enemy, for
every victory gained you will also suffer a defeat. If you know neither the enemy
nor yourself, you will succumb in every battle”. Saronto dan Karwita (2001: 17)
memberikan pemahaman terhadap ajaran Sun Tzu tersebut sebagai berikut: Siapa
yang memahami diri sendiri dan diri lawan secara mendalam, berada dijalan
kemenangan pada semua pertempuran. Siapa yang memahami diri sendiri, tetapi
tidak memahami lawannya, hanya berpeluang sama besarnya untuk menang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
(dengan lawannya). Berdasarkan ajaran Sun Tsu, jika ingin memenangkan
peperangan diperlukan kemampuan mengenal diri sendiri, mengenal lawan dan
mengenal lingkungan. Gagasan ini terus berkembang untuk mengungkap
bagaimana upaya mendapatkan informasi tentang diri sendiri, lawan, dan
lingkungan; kemudian bagaimana menganalisa informasi sehingga dapat
diketahui dengan pasti resiko, rencana lawan dan kemungkinan hambatan yang
bersifat non teknis.
Prajurit Satuan Pengalangan Satuan Intelijen BAIS TNI sudah berupaya
menjalankan tugas dengan profesional dalam rangka cegah dini dan deteksi dini
ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI berdasarkan peraturan
perundang-undangan, dengan dengan kesadaran faktor yang mempengaruhi
profesionalisme Prajurit Satgal Satintel BAIS TNI antara lain:
a. Humint atau human intelligent yaitu kemampuan perorangan, skill agen /
petugas,
b. Elint atau electronic intelijent yaitu teknologi, alat material khusus intelijen,
c. Osint atau opensource intelijent yaitu networking/ pembuatan jaring baik
dalam maupun luar negeri
Profesional karena Satuan Penggalangan Satintel BAIS TNI ini selalu siap
melaksanakan tugas cegah dini dan deteksi dini ancaman pertahanaan negara
walaupun dengan keterbatasan biaya dan kondisi geografis NKRI yang luas dan
personil yang masih perlu ditambah. Kemudian pertanyaan dilanjutkan mengenai
profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman
di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal. Berdasarkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
hasil wawancara diketahui bahwa profesionalisme insan intelijen dalam rangka
cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS
TNI masih belum optimal, hal ini disebabkan oleh :
1. Intelijen di Indonesia masih lemah di dalam jumlah dana operasional,
dimana seharusnya unlimited budget
2. Intelijen di Indonesia masih lemah dalam sumber daya manusia,
dikarenakan :
1) Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak maksimal
terhadap motivasi, etos kerja, dan pola pikir calon personel.
2) Pelaksanaan Binsat / latihan untuk personel yang terkesan masih perlu
ditingkatkan.
3) Penempatan personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan
kemampuannya.
4) Pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan
matra (khususnya TNI-AD).
5) Pembinaan moril anggota yang kurang optimal.
3. Intelijen di Indonesia masih lemah didalam sistem koordinasi, hal ini
dikarenakan masih terdapat ego sektoral.
1) Koordinasi dengan Intelijen daerah
2) Koordinasi dengan kejaksaan, BAIS TNI.
4. Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahun 2011.
“tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
5. Penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan Tokoh Masyarakat
(Tomas) yang belum maksimal.
6. Multi dimensional ancaman tidak disertai dengan perkembangan material
khusus intel yang digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan.
7. Belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang tersebar di
seluruh pelosok tanah air.
8. Terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah
air.
9. Akses menuju batas luar/ perbatasan/ darat maupun laut dalam
pengontrolannya.
Intelijen berkaitan dengan proses penginderaan awal atau lebih dikenal
dengan early warning system (sistem peringatan dini). Kegiatan intelijen
merupakan bagian integral sistem peringatan dini yang memungkinkan pembuat
kebijakan memiliki fore knowledge (kewaspadaan dini). Tugas umum intelijen
adalah mengumpulkan, menganalisa dan memberikan informasi yang diperlukan
kepada pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan terbaik untuk mencapai
tujuan. Sedangkan tugas khusus badan intelijen adalah: (1) Memberikan analisa
dalam bidang-bidang yang relevan dengan keamanan nasional, (2) Memberikan
peringatan dini atas krisis yang mengancam, (3) Membantu manajemen krisis
nasional dan internasional dengan cara mendeteksi keinginan pihak lawan atau
pihak-pihak yang potensial menjadi lawan, (4) Memberi informasi untuk
kebutuhan perencanaan keamanan nasional, (5) Melindungi informasi rahasia, dan
(6) Melakukan operasi kontra-intelijen (ISDPS: 2008).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
Dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas intelijen di lingkungan Sat gal
BAIS TNI, kegiatan operasional Intelijen diklasifikasikan dalam tiga bentuk yang
berlaku juga secara universal yaitu penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan
(Saronto, 2001). Kegiatan operasional Intelijen dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi, mengamankan obyek/aktivitas tertentu, serta menciptakan
kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan tugas Satgal BAIS TNI lainnya. Kegiatan
operasional Intelijen dapat dilaksanakan secara terbuka maupun secara tertutup.
Menurut Kunarto (2002: 48), penyelidikan merupakan upaya mencari dan
mengumpulkan bahan informasi; pengamanan merupakan upaya mengamankan
organisasi agar tidak menjadi sasasaran lawan; penggalangan merupakan upaya
untuk menciptakan kondisi dan situasi yang menguntungkan organisasi. Oleh
karena itu, spektrum kegiatan Intelijen dalam pelaksanaan tugas Satgal BAIS TNI
adalah mendahului, menyertai dan mengakhiri setiap kegiatan operasional BAIS
TNI yang dilakukan oleh Satgal BAIS TNI. Penyelidikan dalam Intelijen adalah
kegiatan yang merupakan bagian integral fungsi intelijen untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data (bahan keterangan) dan menyajikan informasi
sebagai usaha penginderaan dan peringatan dini bagi pimpinan Satgal BAIS TNI,
baik dalam bidang pembinaan maupun operasional BAIS TNI sehingga hasilnya
berguna/diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas Satgal BAIS TNI.
Penyelidikan dilakukan untuk mencari, menggali, dan menggumpulkan data
selengkap mungkin dari berbagai sumber, baik itu sumber terbuka maupun
tertutup melalui kegiatan yang juga terbuka maupun tertutup, kemudian data
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
tersebut diolah menjadi produk intelijen yaitu informasi yang siap digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan atau tindakan.
Pengamanan dalam konteks Intelijen adalah segala usaha, pekerjaan,
kegiatan intelijen yang ditujukan untuk mendukung penyelenggaraan tugas pokok
Satgal BAIS TNI yang dilaksanakan dengan menerapkan prosedur, metode,
tehnik dan taktik berupa langkah-langkah pencegahan dan penindakan baik
langsung, terbuka ataupun tertutup yang terhadap segala bentuk ancaman yang
mungkin terjadi berupa penyimpangan norma-norma untuk menjamin keamanan
dan ketertiban dalam kehidupan, serta yang dapat diperkirakan akan menghambat
kelancaran pelaksanaan pembangunan bangsa yang bersumber dari supra struktur,
tehnostruktur, warga masyarakat dan lingkungan. Pengamanan adalah upaya,
langkah, dan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mangamankan suatu
lingkungan beserta dengan segala isinya agar tercipta suasana aman dan tertib
serta mensterilkan dari segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan.
Penggalangan dalam konteks Intelijen adalah semua usaha, pekerjaan,
kegiatan dan tindakan yang dilakukan secara berencana dan terarah oleh sarana-
sarana intelijen, khususnya untuk menciptakan dan atau merubah suatu kondisi di
daerah tertentu/lawan (baik diluar maupun didalam negeri), dalam jangka waktu
tertentu yang menguntungkan, sesuai kehendak atasan berwenang, untuk
mendukung kebijaksanaan yang ditempuh atau yang akan ditempuh dan
menghilangkan hambatan hambatan. Penggalangan adalah upaya, langkah, dan
kegiatan yang dilakukan dengan tujuan membina, mengarahkan dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
mengkondisikan suatu lingkungan dengan segala potensinya agar tercipta kondisi
yang kondusif.
2. Upaya Optimalisasi Profesionalisme Insan Intelijen Dalam Rangka Cegah
Dini Dan Deteksi Dini Ancaman Di Lingkungan Satuan Pengalangan
BAIS TNI
Insan Intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di
Lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah prajurit yang mempunyai
fungsi intelijen yang diterapkan dalam pelaksanaan tugas BAIS TNI. Menurut
Saronto (2001: 126-127), tugas pokok Intelijen dapat dirumuskan dalam empat
kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan deteksi terhadap segala perubahan kehidupan sosial dalam
masyarakat serta perkembangannya di bidang ideologi, politik, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan untuk dapat menandai kemungkinan adanya aspek-
aspek kriminogen, selanjutnya mengadakan identifikasi hakikat ancaman
terhadap pertahanan negara;
2) Menyelenggarakan fungsi intelijen yang diarahkan ke dalam tubuh Satgal
BAIS TNI sendiri dengan sasaran pengamanan material, personil dan bahan
keterangan serta kegiatan badan/kesatuan, terhadap kemungkinan adanya
tantangan yang bersumber dari luar maupun dari dalam tubuh Satgal BAIS
TNI agar Satgal BAIS TNI tidak terhalang atau terganggu dalam
melaksanakan tugas pokoknya;
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
3) Melakukan penggalangan dalam rangka menciptakan kondisi tertentu dalam
masyarakat yang menguntungkan bagi pelaksanaan tugas pokok Satgal BAIS
TNI;
4) Melakukan pengamanan terhadap sasasaran-sasaran tertentu dalam rangka
mencegah kemungkinan adanya pihak-pihak tertentu memperoleh peluang
dan dapat memenfaatkan kelemahan-kelemahan dalam bidang Ipleksosbud
Hankam, sebagi sarana ekploitasi untuk menciptakan suasana pertentangan
pasif menjadi aktif, sehingga menimbulkan ancaman atau gangguan di bidang
pertahanan negara.
Dalam rangka menjalankan fungsi diatas maka perlu upaya untuk
mengoptimalkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan
deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah
sebagai berikut :
a. Merubah APBN yang dialokasikan untuk TNI khususnya bidang intelijen
b. Agar Intelijen kita kuat dalam sumber daya manusia :
1) Perlu adanya Pola Rekrutmen dan Assesment (penilaian) yang tidak
hanya menilai saat pada saat tes rekrutment saja, namun dengan
melihat latar belakang pekerjaan, akses terhadap sasaran sasaran
penggalangan dan lain-lain. Rekrutment berdasar pada hasil objektif
(psikology, mental ideology, kemampuan bahasa, intelektual, keahlian
bidang tertentu dan tingkat kecerdasan dan sebagainya).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
51
2) Pembekalan keterampilan melalui latihan-latihan harus benar-benar
dilakukan dan ditanyakan berhasil/lulus, maka setelah itu dapat
melanjutkan tugas sebenarnya.
3) Penempatan personel harus sesuai dengan keahlian dan kemampuan,
serta akses yang kuat terhadap sasaran yang dituju. Perhatikan pola
karier dalam penempatan jabatan.
4) Pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan
matra (khususnya TNI-AD). Kenaikan pangkat masih harus
dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi
persyaratan diatas nilai 75.
5) Pembinaan moril anggota harus senantiasa diperhatikan dengan
meningkatkan kesejahteraan, hal ini selain mendapoatkan gaji
bulanan, namun dengan memberikan tunjangan anak dan istri yang
lebih, tunjungan kemahalan di daaerah yang jauh dari perkotaan serta
ketersediaan alat komunikasi yang memadai.
c. Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi. Masih terdapat ego sektoral
yaitu dengan koordinasi dengan Intelijen daerah dan Koordinasi dengan
kejaksaan, serta BAIS TNI.
d. Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No 17 tahum 2011. “
tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”
e. Perlu ditingkatkan penggalangan terhadap Toga, tomas dan tokoh agama
dengan menggunakan saran kontak (sarana penggalangan) agar mereka
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
52
tertarik dengan apa yang kita inginkan. Kembali pada pendanaan operasi
yang dilakukan.
f. Dalam menghadapi Multi dimensional ancaman, maka perlu adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang canggih, yang
semua itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Selain itu perlu pelatihan
terhadap Human sebgai pengguna secara professional.
g. Untuk mengatasi belum terpenuhinya jumlah personel secara kualitas yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air, maka Badan Intelijen harus secara
bertahap mengembangkan organisasinya secara kuantitas, sehingga
diharapkan personel yang ada dapat mencakup seluruh bagian wilayah
NKRI. Dengan adanya Peraturan Panglima TNI No 22 tahun 2015 tentang
Validasi organisasi BAIS TNI
h. Terbatasnya ketersediaan jaringan komunikasi di seluruh pelosok tanah
air, diatasi dengan bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non –
kementrian serta swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya
provider seluler, kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara
sehingga petugas intel dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan
wilayah terpencil.
Sejalan dengan tugas pokok tersebut di atas, Saronto (2001: 126-127)
mengemukakan empat peran yang diemban oleh Intelijen yaitu:
a. Melakukan deteksi dini agar mengetahui segala perubahan kehidupan sosial
yang terjadi dalam masyarakat serta perkembangan selanjutnya,
mengidetifikasikan hakekat ancaman yang tengah dan akan dihadapi,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
53
kemudian memberikan peringatan dini sebagai bahan dasar serta penentuan
arah bagi kabijaksanaan dan pengambilan keputusan/tindakan oleh pimpinan
Satgal BAIS TNI;
b. Melakukan penggalangan terhadap individu sebagai informal leader atau
kelompok masyarakat tertentu yang diketahuai sebagai sumber ancaman /
gangguan agar minimal tidak berbuat sesuatu yang merugikan, maksimal
berbuat sesuatu yang menguntungkan bagi pelaksanaan tugas pokok Satgal
BAIS TNI;
c. Mengamankan semua kebijakan yang telah dan atau akan digariskan
pimpinan Satgal BAIS TNI di pusat maupun di daerah. Untuk kepentingan
tugas tersebut, intelijen bergerak dengan orientasi ke depan, bertujuan agar
dapat mengungkapkan motivasi pelaku serta latar belakang timbulnya gejala
dan kecenderungan yang mengarah pada timbulnya ancaman/gangguan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
54
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Profesionalisme insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini
ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI masih belum optimal,
hal ini disebabkan oleh intelijen di Indonesia lemah di dalam jumlah dana
operasional, masih lemah dalam sumber daya manusia, pelaksanaan Binsat /
latihan untuk personel yang terkesan masih perlu ditingkatkan, penempatan
personel dalam bidang tugas di luar spesialisasi dan kemampuannya, pola
Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh kepentingan matra
(khususnya TNI-AD), pembinaan moril anggota yang kurang optimal,
Intelijen kita lemah didalam sistem koordinasi, kewenangan yang diatur
dalam UU Intelijen Negara No. 17 tahun 2011. “tidak dilengkapi dengan
kewenangan menangkap”, penggalangan terhadap Tokoh Agama (Toga), dan
Tokoh Masyarakat (Tomas) yang belum maksimal dan multi dimensional
ancaman tidak disertai dengan perkembangan material khusus intel yang
digunakan untuk kontra intelijen terhadap musuh/lawan, belum terpenuhinya
jumlah personel secara kualitas yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
2. Upaya untuk mengoptimalkan profesionalisme insan intelijen dalam rangka
cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan Pengalangan BAIS
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
55
TNI adalah sebagai berikut merubah APBN yang dialokasikan untuk TNI
khususnya bidang intelijen, perlu adanya pola rekrutmen dan assesment yang
sesuai dengan sasaran penggalangan dan lain-lain, pembekalan keterampilan
melalui latihan-latihan harus benar-benar dilakukan dan ditanyakan
berhasil/lulus, maka setelah itu dapat melanjutkan tugas sebenarnya,
penempatan personel harus sesuai dengan keahlian dan kemampuan, serta
akses yang kuat terhadap sasaran yang dituju. Perhatikan pola karier dalam
penempatan jabatan, pola Binkar personel Bais TNI yang masih terpaku oleh
kepentingan matra (khususnya TNI-AD). Kenaikan pangkat masih harus
dihadapkan dengan ujian kesegaran jasmani dan harus memenuhhi
persyaratan diatas nilai 75, pembinaan moril anggota harus senantiasa
diperhatikan dengan meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan koordinasi
dengan Intelijen daerah dan Koordinasi dengan kejaksaan, serta BAIS TNI,
Kewenangan yang diatur dalam UU Intelijen Negara No 17 tahun 2011. “
tidak dilengkapi dengan kewenangan menangkap”, perlu ditingkatkan
penggalangan terhadap tomas dan tokoh agama dengan menggunakan saran
kontak (sarana penggalangan) agar mereka tertarik dengan apa yang kita
inginkan, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas alat peralatan yang
canggih, yang semua itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit, meningkatkan
bekerjasama dengan lembaga tinggi kementrian, non – kementrian serta
swasta dalam penyediaan sarana komunikasi misalnya provider seluler,
kemudian sarana transportasi darat, laut dan udara sehingga petugas intel
dapat melaksanakan tugasnya sampai dengan wilayah terpencil.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
56
B. Saran
Dalam upaya meningkatkan optimalisasi profesionalisme insan intelijen
dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di lingkungan Satuan
Pengalangan BAIS TNI, beberapa hal yang bisa disarankan adalah sebagai
berikut:
1. Dalam rangka mengatasi kurang optimalnya profesionalisme insan intelijen
maka sebaiknya dilakukan peningkatkan kompetensi prajurit khususnya di
Satgal BAIS TNI yang mempunyai kemampuan penggalangan, baik melalui
pelatihan, bimbingan dan peningkatan koordinasi dengan pihak terkait.
2. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan optimalisasi profesionalisme
insan intelijen dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman di
lingkungan Satuan Pengalangan BAIS TNI adalah dengan peningkatan dana
operasional dan sarana prasarana yang digunakan dalam mendukung tugas
penggalangan dalam rangka cegah dini dan deteksi dini ancaman sampai
dipelosok tanah air.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
57
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta : Balai pustaka Arifin, M., 2007, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Alexandra, Retno Wulan, 2006, Negara, Intel, dan Ketakutan, PACIVIS, Center
for Global Civil Society Studies, University of Indonesia Bakti, Ikrar Nusa & Awani Irewati, 1998, Kebijakan Keamanan AS Tahun 1990-
an: Implikasinya Terhadap Politik Keamanan di Asia Pasifik, Jakarta: LIPI Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2006, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta:
PT .Cipta Adi. Pustaka. Faisal, Sanapiah, 2009, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada Friedman, George, 2007, The Future of War: Power, Technology and American
World Dominance in the Twenty-First Century, terjemahan, St. Martin Press IDSPS, 2008, Reformasi Kepolisian Republik Indonesia, Edisi Nomor 6. Jackson, Peter dan L.V Scott, 2001, Psikologi Inteligensi, Cetakan Ketiga,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kunarto, 2002, Intelijen pengertian dan pemahamannya, Jakarta : Cipta
Manunggal Miles, Matthew B dan huberman, A Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: Universitas Indonesia Press Sahertian, Piet. A, 2004, Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset Salim, Yeni Salim, Surya, M., 2005, Kapita Selekta Kependidikan, Jakarta :
Universitas Terbuka Saronto, Y. Wahyu dan Karwita, Jasir, 2001, Intelijen: Teori, Aplikasi Dan
Modernisasi, Jakarta : PT. Ekalaya Saputra. Soetjipto, 2009, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta Subijanto, 2003, Resolusi Intelijen, Jakarta : Jati diri
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
58
Sutopo, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Sun Tzu, 2001, The Art of War. Translated from the Chinese By Lionel Giles,
England: Allandale Publishing Syafrudin Nurdin, 2005, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Ciputat:
PT CIPUTAT Press Syarif Hidayat, 2012, Profesi Kependidikan, Tanggerang: Pustaka Mandiri Tafsir, Ahmad, 2005, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja
Rosda Karya UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara (UU Intelijen
Negara) Yudhana, I.N., 2009, Materi Rakernis Sie Iden Dit Reskrim, Semarang : Kapolda
Jateng
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at