upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model...

Download UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29986/1/RAHAYU... · UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL

If you can't read please download the document

Upload: doannhi

Post on 06-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

    MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

    TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

    DIVISION) PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV

    MI MIFTAHUL KHAIR TANGERANG

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Rahayu Winarti

    NIM 1811018300042

    PROGRAM STUDI

    PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DMS

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015M / 1436H

  • i

    KATA PENGANTAR

    Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas izin

    dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam

    semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad

    SAW pembawa rahmat dan teladan bagi seluruh umat manusia.

    Skripsi yang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

    Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada

    Pembelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang ini merupakan salah satu

    syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar

    sarjana pendidikan Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

    Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari pihak lain,

    penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai. Oleh karena itu, penulis

    menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

    2. Fauzan, MA, selaku Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Kependidikan, beserta stafnya yang telah memberikan rekomendasi kepada

    penulis untuk melaksanakan penelitian;

    3. Asep Ediana Latip, M.Pd, Selaku Pembimbing yang telah mengoreksi naskah

    skripsi ini dengan tekun;

    4. Suamiku tersayang (Sudarno) dan anakku tercinta yang selalu memberi

    dukungan baik moril maupun materil hingga selesainya skripsi ini;

    5. Kerdua orang tua saya yang senantiasa selalu mendoakan;

    6. Kepala Madrasah dan guru-guru MI Miftahul Khair Tangerang yang telah

    membantu dalam penyelesaian penyususan skripsi ini;

    7. Teman-teman PGMI yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tetapi tidak

    mengurangi rasa hormat penulis yang telah membantu dukungan moril hingga

    penulis menyelesaikan skripsi ini.

  • ii

    Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat, terutama pada

    penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga bantuan, dukungan

    dan partisipasi baik secara moril maupun materil yang telah mereka berikan

    mendapat balasan dari Allah SWT, amin.

    Jakarta, 2014

    Penulis

    Rahayu Winarti

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

    LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

    SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

    KATA PENGANTAR ... i

    DAFTAR ISI ...... iii

    DAFTAR TABEL .. v

    DAFTAR BAGAN vi

    DAFTAR GAMBAR .. vii

    DAFTAR LAMPIRAN . viii

    ABSTRAK . ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah..

    B. Identifikasi Masalah ...

    C. Pembatasan Masalah ..

    D. Perumusan Masalah ...

    E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ........

    1

    4

    4

    4

    4

    BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTENSIS

    A. Kajian Teori ......

    B. Penelitian yang Relevan..

    C. Kerangka Berpikir ..

    D. Hipotesis Tindakan

    6

    33

    36

    37

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ....

    B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .

    38

    38

  • iv

    C. Subjek Dalam Penelitian ....

    D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ....

    E. Tahapan Intervensi Penelitian ....

    F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .

    G. Data dan Sumber data ...

    H. Teknik Pengumpulan Data

    I. Instrumen Pengumpulan Data

    J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan .

    K. Pengembangan Perencanaan Tindakan..

    L. Analisis Data dan Interpretasi Data ...........................

    41

    41

    42

    43

    44

    44

    44

    48

    50

    50

    BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Madrasah ....

    B. Analisis Data Penelitian Persiklus .....

    C. Pembahasan

    51

    56

    67

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    B. Saran ...

    71

    71

    DAFTAR PUSTAKA .. 73

    LAMPIRAN

  • v

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1: Pedoman Observasi Siswa 45

    Tabel 3.2: Pedoman Observasi Guru

    46

    Tabel 3.3: Kisi-kisi soal tes hasil Belajar

    48

    Tabel 4.1: Jumlah siswa MI. Miftahul Khair 53

    Tabel 4.2: Jumlah siswa kelas I sampai dengan kelas IV MI. Miftahul

    Khair Tahun Ajaran 2013-2014

    53

    Tabel 4.3: Keadaan Guru MI. Miftahul Khair 54

    Tabel 4.4: Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I 57

    Tabel 4.5: Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus I 59

    Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I 60

    Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II 62

    Tabel 4.8 Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus II 64

    Tabel 4.9: Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II 66

    Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Belajar Pada Siklus I dan II 69

    Tabel 4.11 Presentase Hasil Belajar Pada Siklus I dan II 69

  • vi

    DAFTAR BAGAN

    Halaman

    Bagan 2.1 : Penilaian/Asesmen Diadaptasi ..

    Bagan 2.2 : Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial ...

    Bagan 2.3 : Materi pembelajaran ..

    Bagan 2.4 : Bagan Kerangka Berfikir ...

    Bagan 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas

    Bagan 4.1 : Struktur Organisasi

    11

    29

    33

    38

    39

    55

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 4.1: Grafik Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus I 68

    Gambar 4.2: Grafik Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus II 73

    Gambar 4.3: Grafik Perbandingan Hasil Pretes dan Post tes Siklus I dan II 78

    Gambar 4.4: Prosentasi Hasil Belajar Siklus I & II 78

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1

    Lampiran 2

    Lampiran 3

    Lampiran 4

    Lampiran 5

    Lampiran 6

    Lampiran 7

    Lampiran 8

    Lampiran 9

    Lampiran 10

    Lampiran 11

    Lampiran 12

    Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

    Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

    Observasi Gueu Siklus I

    Observasi Guru Siklus II

    Rencana Pelaksana Pembelajaran

    Soal Siklus Ip

    Soal Siklus II

    Hasil Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran IPS dengan

    menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Siklus I

    Hasil Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran IPS dengan

    menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Siklus II

    Surat Izin Penelitian

    Surat Bukti Penelitian

    Foto-foto kegiatan Pembelajaran

  • ix

    ABSTRAK

    RAHAYU WINARTI, 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

    Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada

    Pembelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

    Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan mengungkap sejauh mana

    efektifitas penggunaan Model Pembelajaran STAD dalam pembelajaran IPS sebagai alat

    untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MI Miftahul Khair .

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode PTK, dan

    tindakan penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari

    perencanaan, observasi kegiatan belajar, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah

    siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair. Teknik pengumpulan data

    diperoleh dari hasil pre test dan post test serta lembar observasi kegiatan belajar

    mengajar.

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa model kooperatif tipe

    STAD merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

    IPS. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.

    Hal tersebut dapat dilihat dari ketercapaian nilai KKM siswa dan

    prosentase yang mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 55% dan pada siklus

    II sebesar 100%. Jadi, peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan

    menggunakan model kooperatif tipe STAD adalah sebesar 45%.

    Kata kunci:

    Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan

    potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,

    kepribadiaan, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

    dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

    Untuk mencapai tujuan pendidikan maka di selenggarakan rangkaian

    kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjejang dan sistematis melalui

    pendidikan formal seperti sekolah.Tidaklah sederhana untuk mengetahui tinggi

    rendahnya kualitas hasil pendidikan.

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

    di berikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. IPS mengkaji seperangkat

    peristiwa, fakta, konsep, dan generilisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada

    jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi,

    dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik di arahkan untuk dapat

    menjadi warga negara Indonesia yang Demokratis, dan bertanggung jawab, serta

    warga dunia yang cinta damai.

    Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan

    memberi bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan diri sesuai dengan

    bakat, minat, kemampuan, dan lingkunganya, serta berbagai bekal siswa untuk

    melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan

    tujuan dari pemdidikan IPS, tampaknya di butuhkan satu pola pembelajaran yang

    mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan ketrampilan

    guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi

    1 Abdul Rozak, dkk., Kompilasi Undang-Undang&Peraturan Bidang Pendidikan,

    (Jakarta: FITK PRESS, 2010), h.4

  • 2

    pembelajaran senantiasa terus di tingkatkan, agar penbelajaran pendidikan IPS

    benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan

    keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara

    yang baik.

    Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat

    karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

    Oleh karena itu mata pelajaran IPS di rancang untuk mengembangkan

    pengetahuaan, pemahaman, dan kemampuan analisi terhadap kondisi sosial

    masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

    Mata pelajaran IPS di susun secara sistematis, komprenhensif, dan terpadu

    dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasialan dalam

    kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut di harapkan peserta didik

    akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu

    yang terkait.

    Dampak dari kualitas pembelajaran IPS tersebut dan kesadaran semua

    pihak akan pentingnya pembelajaran IPS yang berkualitas, telah mendongkrak

    berbagai upaya pembenahan pembelajaran. Namun sayang, upaya tersebut sampai

    saat ini belum sesuai dengan yang di harapkan. Hampir tiga dekade pelaksaaan

    kurikulum bermuatan modern, tetepi keberhasilan belajar siswa belum tercapai

    secara optimal. Hal tersebut tentunya masih terhambatnya berbagai sarana dan

    prasarana serta fasilitas dari media yang kurang memadai sehingga selama ini

    guru mengajar hanya dengan metode konfensional yaitu metode ceramah dan

    mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan

    belajara mengajar menjadi mononton dan kurang menarik perhatian siswa.

    Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

    mata pelajaran IPS. Akibatnya siswa kurang aktif dalam proses pembalajaran IPS.

    Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur

    antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat

    merupakan unsur yang tidak bisa di lepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi

  • 3

    sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada

    tujuan.

    Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting

    sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami

    oleh siswa.

    Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa

    dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan

    sehari- hari masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat

    perlu di lakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan

    permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Metode pembelajaran cooperative

    learning kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah

    yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang menganggap

    sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat.

    Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna

    menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan aktif

    dalam proses pembelajaran. Melalui model cooperative learning diharapkan dapat

    lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya

    dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    MI Miftahul Khair Tangerang adalah salah satu sekolah dasar yang

    terletak di kelurahan Gandasari, kecamatan Jatiuwung, kabupaten Tangerang,

    propinsi Banten. Kegiatan pembelajaran di MI ini masih termasuk tradisional

    karena kebanyakan guruhanya menggunakan metode ceramah dalam

    penyampaian materi, sehingga siswa merasa bosan dalam megikuti proses

    pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil

    survei tersebut bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam

    proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian siswa, siswa kurang

    berpartisipasi, sedangkan guruhanya menggunakan metode ceramah dalam

    penyampaian materi.

  • 4

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasi beberapa

    permasalahan yang terjadi di MI Miftahul Khair Tangerang sebagai berikut:

    1. Daya ingat siswa yang kurang terhadap materi pelajaran yang disampaikan.

    2. Tidak terjadi interaksi yang maksimal antara guru dengan siswa dan siswa

    dengan siswa.

    3. Metode pembelajaran yang digunakan guru didominasi dengan metode

    ceramah.

    4. Guru tidak menggunakan alat peraga pelajaran yang sesuai dan dapat

    menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang disampaikan.

    5. Proses pembelajaran berpusat pada guru, dan bukan pada siswa.

    6. Kurangnya minat dan perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

    yang disajikan guru.

    7. Kurangnya upaya guru untuk menggunakan metode pembelajaran.

    C. Pembatasan Masalah

    Pembatasan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui

    model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

    pada pembelajaran IPS di kelas IV MI Miftahul Khair.

    D. Perumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat

    dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut bagaimana upaya meningkatkan

    hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

    pembelajaran IPS MI Mifhahul Khair Tangerang?

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini untuk

    mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS MI Mifhahul Khair Tangerang

  • 5

    Sedangkan manfaat penelitian ini adalah :

    a. Bagi diri sendiri. Sebagai acuan untuk merencanakan proses pembelajaran

    yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan motivasi dan

    hasil belajar yang baik.

    b. Bagi kepala sekolah/madrasah. Sebagai input untuk mengambil keputusan

    atas perkembangannya bidang pendidikan.

    c. Siswa sebagai sasaran peneliti untuk membuktikan hipotesis penulis.

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teori

    1. Hasil Belajar

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan

    istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh siswa,

    yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan.

    Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang

    dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha.

    Hasil belajar tampak sebagian terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

    siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap

    dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadi peningkatan dan

    pengembangan yang lebih baik di banding dengan sebelumnya, misalnya dari

    tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

    Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh

    kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian,

    tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang insrumen yang dapat

    mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar. Variabel

    yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya

    adalah guru, faktor siswa, sarana, alat media yang tersedia, serta faktor

    lingkungan.2

    b. Penilaian Hasil Belajar

    Penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang di lakukan oleh

    guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya

    2 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

    Prenada Media Group, 2009), Cet. II h. 15

  • 7

    merupakan suatu kegiatan hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua

    bentuk: (1) peserta didik akan mempunyai persepektif terhadap kekuatan dan

    kelemahanya atas perilaku yang di inginkan; (2) mereka mendapat bahwa perilaku

    yang di inginkan itu telah meningkat setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi

    kesenjangan antara penampilan perilaku sekarang dengan perilaku yang di

    inginkan. Kesinambungan tersebut merupakan perubahan dinamika proses belajar

    sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.3

    Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi beberapa faktor. Salah

    satunya adalah faktor guru dapat melaksanakan pembelajaraan. Untuk itu, dalam

    melaksanakan pembelajaraan, guru harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu.

    Dimyati dan Mudjiono ada tujuan prinsip belajar, yaitu: perhatian dan motivasi,

    keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan dan

    penguatan, dan perbedaan individual.4

    E. Mulyasa mengungkapakan evaluasi belajar secara teratur bukan hanya

    ditunjukkan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik,

    tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan hasilnya untuk memperbaiki dan

    menyempurnakan proses pembelajaran. Sistem evaluasi harus memberikan umpan

    balik kepada guru untuk meningkatakan kemampuan peserta didik. Oleh karena

    itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu

    peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan.5

    Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh

    sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar

    ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru

    yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif,

    3 Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandiran Guru dan

    Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), Cet. Ke. III, h. 208 4 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prisip,Tehnik, Prosedur, (Bandung: PR Remaja

    Rasdakarya, 2010), Cet. Ke-2, h. 249 5 E. Mulyasa, Impementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan

    Kepala Sekolah, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), Ed. 1, Cet. 3, h. 102

  • 8

    menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para

    siswa berada pada tingkat optimal.6

    c. Penilaian Kognitif

    pengertian penilaian kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

    (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk

    dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,

    termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,

    mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam

    aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang

    yang paling tinggi.

    d. Tehnik Penilaian Kognitif

    Tehnik penilaian kognitif ada enam jenjang yaitu :

    1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk

    mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima

    sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving

    dan lain sebagianya.

    2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman

    dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan

    pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.

    Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan

    kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

    3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk

    menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam

    situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam

    kehidupan sehari-hari.

    4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan

    mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen

    atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotensa atau

    6 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetansi, (Jakarta: PT

    Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke. 1, h. 36

  • 9

    kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada

    atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan

    menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara

    membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur

    yang telah dipelajari.

    5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang

    dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur

    pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih

    menyeluruh.

    6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang

    mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan

    tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan

    menggunakan kriteria tertentu.

    Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan kemampuan

    evaluasi, testee di minta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan,

    konsep, situasi, dan sebagainya. Berdasarkan suatu kinerja tertentu. Kegiatan

    penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasanya, cara bekerjanya, cara

    pemecahanya, metodenya, materinya, atau lainnya.7

    a. Definisi Tes

    Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis

    kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang

    mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.

    - (sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis

    dengan tes), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

    mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-

    aturan yang telah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari

    petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan

    7 Ngalimin Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke. 7, h. 47

  • 10

    pilihan jawaban, menerangkan,mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas

    menjawab secara lisan dan sebagainya.

    - Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan

    testing adalah saat pengambilan tes.

    - (Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang

    mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dimulai atau diukur, baik

    mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainnya.

    - (Dalam istilah Indonesia: percobaan), adalah orang yang diserahi untuk

    melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain,

    tester adalah objek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh

    objek evaluasi untuk melaksankan tugasnya)

    Didalam bukunya yang berjudul Enaluasi Pendidikan, Drs. Amir Daien

    Indrakusuma mengatakan demikian:

    Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk

    memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang

    seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

    Selanjutnya, di dalam bukunya: Teknik-Teknik Evaluasi, Muchtar Bukhori

    mengatakan:

    Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

    hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.

    Definisi terakhir yang di kemukakan disini adalah definisi yang dikutipkan dari

    Websters Collegiate.Test = any series of question or exercises or other means of

    measuring the skill. Knowledge, intelligence, capacities of aptitudes or an

    individual or group.

    Yang lebih kurang artinya demikian:

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

    mengukur keterampilan, pengetahuaan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

    dimilii individu atau kelompok.

    Kutipan ini disajikan dalam buku: Encyclopedia of Educational Evaluation**)

    yang di dalam buku tersebut diterangkan pula bahwa pengertiannya dipersempit

  • 11

    dengan menyederhanakan definisi menjadi demikian:Test is comprehensive

    assessmennt of an individual orban entire program evaluation effort.

    Artinya: Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu atau

    keseluruhan usaha evaluasi program.

    Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan

    suatu alat pengumpul informasi tetapi jika di bandingkan dengan alat-alat yang

    lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

    Apabila rumusan yang telah disebutkan diatas dikaitkan dengan evaluasi

    yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi

    ganda yaitu: untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program

    pengajaran.8

    Secara lengkap di gambarkan bagan penilaian sebagai berikut:

    BAGAN 2.1: Penilaian/Asesmen Diadaptasi dari Utari S & S Hamid Hasan.9

    b. Bentuk-Bentuk Tes

    1. Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian).

    2. Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan

    jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.Ciri-ciri

    8 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara,

    2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 32-33 dan 53 9 Arnie Fajar, Portopolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2004), Cet. Ke 3 (Revisi), h. 219

    PENILAIAN

    URAIAN OBJEKTIF - Pilihan ganda - Benar salah - Memasangkan/ - Menjodohkan

    PENAMPILAN TULISAN LISAN

    NONTES

    - Evaluasi - Skalasikap - Daftarcek - Lembar

    observasi - Portofolio - Dll.

    TES

  • 12

    pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan,

    mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainnya.

    3. Tes Objektif

    Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara

    objektif. Hal ini di maksud untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes

    bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan

    jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang

    berlangsung selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal.

    c. Macam-Macam Tes Objektif

    1. Tes benar-salah (true-false)

    Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statmet tersebut

    ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk

    menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika

    pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika

    pernyataan huruf itu salah.

    2. Tes pilihan ganda (multi choice test)

    Multi chice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang

    suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus

    memlih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

    Atau multipe choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian

    kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban

    (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan

    beberapa pengecoh (distractor)

    3. Menjodohkan (matching test)

    Matching test dapat diganti dengan istilah memperbandingkan,

    mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri

    atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing

    pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.

    Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban,

    sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyannya.

  • 13

    4. Tes isian (completion test)

    Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes

    penyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas

    kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian

    yang di hilangkan atau yang harus di isi oleh murid ini adalah merupakan

    pengertian yang kita minta dari murid.

    Salah satu bentuk tes adalah pilihan ganda (multiple choice test) diantaranya:

    1. Petunjuk penyusunan tes pilihan ganda

    Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar-

    salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Tercoba (testee) di minta

    membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan tiap pilihan jawaban.

    Kemungkinan jawaban itu biasnya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi

    adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan

    komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).

    cara penulisan kata diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban

    disusun ke samping.

    Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan cara:

    a) Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.

    b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar).

    c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf di depan jawaban

    yang di anggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari huruf

    di depan jawaban di anggap benar.

    d) Membubuhkan tanda kali (x) atau tanda (+) di dalam kotak atau tanda

    kurung di depan jawaban yang telah di sediakan.

    e) Menuliskan jawaban pada tempat yang telah di sediakan

  • 14

    2. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam tes pilihan ganda:

    a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila di pandang perlu baik

    disertai contoh mengerjakannya.

    b) Dalam multiple choice test hanya ada satu jawaban yang benar.

    Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar

    nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.

    c) Kalimat pokoknnya hendaknya mencakup dan sesuai dengan

    rangkaian mana pun yang dapat di pilih.

    d) Kalimat pada setiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.

    e) Usahakan menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat

    pokoknya.

    f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung

    pada butir-butir soal lain.

    g) Gunakan kata-kata: manakah jawaban yang paling baik, pilihlah

    satu yang pasti lebih baik dari yang lain, bilamana terdapat lebih

    dari satu jawaban yang benar.

    h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.

    Contoh:..........kita sudah merdeka ..............kita bekerja

    sama...........kita masing-masing.

    a. Andai kata.........maka

    b. Meskipun...........boleh

    c. Negara ..............maka

    d. Walaupun..........tidak seharusnya

    e. Tahun 1945...........dan

    i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.

    j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun

    ide tersebut dapat kompleks.

    k) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah

    (misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan sebagainya).

  • 15

    l) Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata

    bahasa dengan kalimat pokoknya.

    m) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam

    panjangnya, sifat urainnya maupun taraf tehnis.

    n) Alternatf-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen

    mengenai isinya dan bentuknya.

    o) Buatlah alternantif pilihan ganda sebanyak empat. Bilaman terdapat

    kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah

    empat tersebut. Pilihan-pilihan jawaban hendaknya jangan terlalu

    gampang diterka karena bentuknya atau isi.

    p) Hindarkan pengulangan suara atau penggulanngan kata pada kalimat

    pokok di alternatfi-alternatifnya, karena anak cenderung akan

    memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini

    disebabkan karena dapat di duga itulah jawaban yang benar.

    q) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran.

    Karena yang terungkap mungkin bukan pengertiannnya melainkan

    hafalannya.

    r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-suh, jangan

    inklusif, dan jangan sinonim.

    s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti seperti selalu, kadang-

    kadang, pada umumya.

    3. Cara pengolahan skor:

    Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini

    digunakan 2 macam rumus pula.

    a) Dengan denda, dengan rumus:

    S = R- W

    0 -1

    S = skor yang diperoleh (Raw Score)

    R = jawaban yang betul

  • 16

    W = jawaban yang salah

    0 = bannyaknya option

    1 = bilangan tetap

    Contoh : muridmenjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk

    multiple choice ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah.

    Skor = 17 - 3 = 16

    4 1

    b) Tanpa denda, dengan rumus:

    S =R10

    d. Cara pengolahan nilai kognitif

    Penilaian merupakan sebuah prosses. Dalam sebuah penilaian

    pembelajaran harus dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahap

    sebuah penilaian meliputi tahap berikut:

    a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan

    penilaian, penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode

    penilaian yang akan digunakan, dan menetukan frekuensi pelaksanaan

    penilaian.

    b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan

    penilaian, pemeriksaan hasil penilian atau lembar tugas dan

    pemeriksaan skor.

    c. Pengolahan data hasil pengolahan yang mungkin dilakukan dengan

    teknik statistik atau nonstatistik tergantung jenis data yang diperoleh

    kuantitatif atau kualitatif.

    d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan

    mendasarkan diri pada norma tertentu.

    e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan di tafsirkan

    sesuai dengan tujuan penilaian.11

    10

    Suharimi Arikunto, Op. Cit., h. 169-172

  • 17

    e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

    Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhui hasil belajar

    dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

    1) Faktor Internal Siswa

    Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni:

    aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologi (yang

    bersifat rohaniah).

    a. Aspek Fisiologi

    Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai

    tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

    mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

    pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apabila disertai pusing-pusing

    kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)

    sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

    Kondisi orang-orang khusunya siswa, seperti tingkat kesehatan indra

    pendengaran dan indra penglihatan, juga sangat mempengaruhui

    kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,

    khususnya disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan

    siswa yang redah, umpamanya, akan menyullitkan sensori register

    (gema dan citra). Akkibat negatif selanjutnnya adalah terhambatnya

    proses penyerapan informasi yang dilakukan sistem memori siswa

    tersebut.

    b. Aspek Psikologi

    Banyak fakor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

    mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa.

    Namun, di antar faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya

    dipandang lebih ensinsial itu adalah sebagai berikut:

    11

    Op. Cit.

  • 18

    c. Inteligensi Siswa

    Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan pisko-

    fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyusuaikan diri dengan

    lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan

    kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

    Akan tetepi memang harus diakui bahwa peran otak dalam

    hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada

    organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan menara

    pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia.

    d. Sikap Siswa

    Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa

    kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif

    tetap terhadap objek orang, barang, dan lain sebagainya, baik secara

    positif maupun negatif.

    e. Bakat Siswa

    Secara umum bakat (aptitude) adalah kemapuan potensi yang di miliki

    seseorang untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang.

    Dalam perkembangan selanjutnnya, bakat tidak dapat diartikan sebagai

    kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak

    bergantung pada upaya pendidikan dan pelatih.

    f. Minat Siswa

    Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairan

    yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang

    dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi

    kualitas pencapaian hasil belajar siwa dalam bidang-bidang tertentu.

    g. Motivasi Siswa

    Pengertian dasar motivasi adalah internal organisme, baik manusia

    ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

    pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku

    secara terarah.

  • 19

    2) Faktor Eksternal Siswa

    Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam,

    yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

    a) Lingkungan Sosial

    Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para tenaga kependidikan

    (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekolah dapat

    mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

    b) Lingkungan Nonsosial

    Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung

    sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan

    letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

    Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan

    belajar siswa.

    2. Faktor Pendekatan Belajar

    Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang

    telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga pengaruh terhadap taraf

    keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

    Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keaktiifan segala cara

    atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan

    efensiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti

    seperangkat langkah operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk

    memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

    2. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

    a. Pengertiaan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative)

    Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar

    yang di lakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

    mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan. Ada empat unsur

  • 20

    penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya

    aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan

    (4) adanya tujuan yang harus di capai.

    Peserta adalah siswa yang melakukan proses belajar dalam setiap

    kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa di tetpakan berdasarkan

    beberapa pendekatan, di anatara pengelompokan yang di dasarkan atas

    minat dan bakat siswa, pengelompokan yang di dasarkan atas latar

    belakang kemampuan, pengelompokan yang di dasarkan atas campuran

    baik campuran di tinjau dari minat maupun campuran yang di tinjau dari

    kemampuan. Pendekatan apapun yang di gunakan, tujuan pembelajaran

    haruslah menjadi pertimbangan utama.

    Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan

    semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa

    sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas

    setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan,dan lain

    sebagainya.

    Upaya belajar adalah segala aktiviitas siswa untuk meningkatkan

    kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan

    guru, baik kemampuan dalam aspek kemampuan, sikap, maupun

    keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan

    kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui

    tukar pikiran, pengalamanan, maupun gagasan-gagasan.

    Aspek tujuan yang dimaksud untuk memberikan arahan

    perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap

    anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

    Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

    menggunakan sistem kelompok/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam

    orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

    kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian

    dilakuaan secara kelompok. Setiap kelompok akan mendapat penghargaan

  • 21

    (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di

    persyaratkan.12

    Pembelajaran kooperatif dapat di definisikan sebagai sistem

    kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini

    adalah lima unsur pokok (Johnsosn & Johnson, 1993), yaitu saling

    ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,

    keahlian bekaerja sama, dan proses kelompok. Dalam strategi

    pembelajaran kooperatif, siswa di arahkan untuk bisa juga bekerja,

    mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individual.13

    Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan

    sebagai sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung

    kearah pemahamanan yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.

    Guru tidak hanya memberikan pengetahuaan pada siswa, tetapi juga harus

    membangun penngetahuaan dalam pikirannya. Siswa mempunyai

    kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dari penerapan

    dalam ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk

    menemukan ide-ide mereka sendiri.

    Ciri-ciri pembelajaran cooperative learning antara lain :

    a. Saling ketergantungan positif (positive interdepence)

    b. Tanggung jawab perseorangan (idividual accountability)

    c. Tatap muka (face to face)

    d. Komunikasi antar anggota (interpersonal comonication)

    e. Evaluasi proses kelompok (group processing)

    Karakteristik Pembelajaran cooperative learning antara lain :

    1) Siswa belajar dalam kelompok kooperatif dalam menguasai materi.

    12

    Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

    Kencana Perdana Media Group, 2006), Cet Ke-1, h. 241-242 13

    Lakmini Dewi, Masitoh..., Strategi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Islam

    Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet Ke-1, h. 232

  • 22

    2) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

    berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

    3) Jika memungkinkan, masing-nasing anggota kelompok kooperatif

    berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

    Prinsip Strategi Pembelajaran kooperatif antara lain :

    a) Kemampuan Kerjasama

    b) Otonomi Kelompok

    c) Interaksi Bersama

    d) Keikut sertaan Bersama

    e) Tanggung Jawab Individu

    f) Ketergantungan Positif

    g) Kerjasama merupakan suatu nilai

    b. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif :

    1. Model Student Team Achievetment Divisioan (STAD)

    2. Model Jigsaw

    3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)

    4. Model Make a Match (Membuat Pasangan)

    5. Model TGT (Team Game Tournaments)

    6. Model Struktural

    c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Achievement Divison)

    Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok

    kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan

    membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seseorang

    akan berpengaruh terhadap keberhasilan seorang akan berpengaruh

    terhadapan keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan

    kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa.

  • 23

    Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun

    kelompok.14

    Dalam STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang

    beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin,

    dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajara dan siswa-siswa di dalam

    kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa

    menguasai pelajaran tersebut.

    Berbagai metode ditemukan dalam pembelajaran kooperatif, antara

    lain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team assisted

    Indidualization, dan Cooperative Intergrated Reading and Composition.

    Setiap metode tersebut dijelaskan berikut ini.

    Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan metode

    pengajaran yang memilah siswa kedalam tim belajar yang beranggotakan

    empat orang, yang merupakan campuran berdasarkan tingkat prestasi,

    jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa

    bekerja sama dalam tim mereka. Untuk memastikan bahwa seluruh

    angota tim telah menguasi pelajaran tersebut, pada akhir pelajaran setiap

    siswa diberi tes tentang materi dan antar siswa tidak boleh saling

    membantu.15

    d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.

    1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan

    tujuan

    pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan

    dicapai serta memotivasi siswa.

    2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

    14

    Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

    (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), Edisi Ke-2, h. 403

    15

    Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

    2007). Edisi Kedua, h. 34-35

  • 24

    3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru

    menginformasikan pengelompokan siswa.

    4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi

    kerja siswa dalam kelompok- kelompok belajar.

    5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

    pembelajaran yang telah dilaksanakan.

    6. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar

    individual dan kelompok.

    e. kelebihan dan kelemahan Model STAD (Student Teams

    Achievement Division)

    Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki

    kelebihan dan kelemahannya. Secara rinci kelebihan model ini ialah:

    1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang

    substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok

    adalah setara Alpot16

    2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama

    anggota kelompok menjadi lebih baik

    3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas

    rasial yang lebih banyak

    4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di

    samping kecakapan kognitif

    5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai

    fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

    6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar.

    Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota

    kelompok untuk belajar

    16 Http//:2014.05.02/SD/11Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Ppt.

  • 25

    7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya

    atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif

    daripada pembelajaran oleh guru

    8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang

    terjadi di kelas menjadi lebih hidup

    9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua

    anggota kelompok

    10. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih

    termotivasi

    11. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai

    akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu

    12. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi

    untuk aktif dalam pembelajaran.

    13. Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki

    tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya

    nilai kelompok baik.

    14. Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar

    untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk

    belajar.

    15. Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan

    ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup

    terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul

    hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya.

    Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga

    negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul

    dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan,

    kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan

    dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat

    pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan,

    saling sikut dan mudah terprovokasi.

  • 26

    Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki

    kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk

    memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak

    terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang

    tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan

    terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.

    1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan

    pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari

    guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu

    yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang

    menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok

    dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat

    sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa

    (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien.

    Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas

    sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan

    pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan

    pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan

    kelompok dan penataan ruang kelas.

    2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut

    sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Dengan

    asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator,

    motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di jalankan

    adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti

    mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan

    tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan

    pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri

    perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya

    tentang pembelajaran.

  • 27

    3. Pembelajaran IPS

    a. Pengertian IPS

    Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupapkan nama mata

    pelajaran ditingkat sekolahan atau nama program studi di perguruan

    tinggi yanng indentik dengan istilah Social Studies dalam kurikulum

    persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti

    Australia dan Amerika Serikat. Namun IPS yang lebih di kenal social

    studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari pada

    ahli atau pakar kita di Indonesia.17

    Namun, Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri

    mempunyai perbedaan khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar

    (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS

    untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan

    ada yang berarti program pelajaran, ada yang berarti mata pelajaran

    yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduaan) dari

    sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula

    didefinisikan dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-

    masing persekolahan tersebut.

    Berbeda dengan IPS atau social studies, istilah ilmu-ilmu sosial

    adalah terjemahan dari social sciences. Disamping imu-ilmu sosial

    terdapat pada ilmu-ilmu alam (sciences) dan humanistis/humaniora.

    Ilmu-ilmu alam mempunyai tiga disipllin ilmu utama yang meliputi

    Biologi, Fisika, dan Kimia. Sementara humanistis terdiri, antara lain,

    Sejarah dan Sastra. Semua bidag keilmuan dan humanistis ini berakar

    pada suatu bidang yang disebut Filsafat. Setiap disiplin ilmu

    mempunyai filsafatnya masing-masing yang pada akhirnya semua

    disiplin itu berhulu pada ajaran Agama.

    17

    H. Sapriya, Susilowati, dan Sadjaruddin Nurdin, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI

    Press, 2006). Edisi kesatu, cetakan Pertama, h. 3

  • 28

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan intergrasi dari

    berbagai cabang imu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,

    ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuaan Sosial

    dirmuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan

    sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi

    sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari

    isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi,

    ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

    Dalam kurikulum 2006 di kemukakan bahwa:

    IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang di berikan mulai

    dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

    seperangkat isu sosial pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat

    materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata

    pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga

    negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga

    dunia yang cinta damai.

    Muhammad Numan Soemantri mengemukakan:

    Pendidikan IPS adalah penyerderhanaan disiplin ilmu-ilmu

    Sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah

    ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikkan secara ilmiah dan

    psikologi untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan

    menengah.18

    Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu

    yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaraan geografi

    memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-

    wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan yang berkenaan

    18 Sapriya, Dadang Sundawa, Lim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi

    Pembelajaran IPS, (Bandunng: Upi Press, 2006), Cet. 1, h. 7

  • 29

    Antropologi Filsafat

    Sejarah

    Geografi

    Sosiologi

    Ilmu Pengetahuan Sosial

    Ilmu Politik

    Ekonomi

    Psikologi Sosial

    dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi

    studi-studi komperatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan,

    struktur sosial, aktivitas-aktvitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-

    ekspresi dan sepiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari

    budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong dalam

    ilmi-ilmu tentang kebijakaan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan

    dengan pembuatan keputusan. Sosiolosi dan psikologi sosial

    merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok,

    insutusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-

    konsep seperti ini di guanakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.

    Bagan 2.2

    Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial.19

    b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

    Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di

    Indonesia masih relatif baru digunakkan. Pendidikan IPS merupakkan

    padanan dari sosial studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat.

    Istilah tersebut pertama kali digunakkan di AS pada tahun 1913 mengadopsi

    19

    Ibid,. h.172

  • 30

    Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS (Mars, 1980;

    Martoela, 1976).20

    Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan

    oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu,

    Martoela (1987) mengatakkan bahwa pembelajaran penidikan IPS lebih

    menekan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam

    pembelajaran IPS peserta didik di harapkan memperoleh pemahaman

    terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan dan melatih sikap, nilai,

    moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimiliknya. Dengan

    demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformalisasikan pada aspek

    pendidikanya. Konsep IPS yaitu:

    a. interaksi

    b. saling tergantungan

    c. keseimbangan dan perubahan

    d. keragaman/kesamaan/perbedaan

    e. konflik dan konsensus

    f. pola (patron)

    g. tempat

    h. kekuasaan (power)

    i. nilai kepercayaan

    j. keadilan dan pemerataan

    k. kelangkaan (scarcity)

    l. kekhususan

    m. budaya (culture), dan

    n. nasionalisme.21

    Karakteristik pelajaran IPS di MI/SD, MTS/SMP, memiliki beberapa

    karakteristik antara lain sebagai berikkut.

    20

    Ibid, h. 172 21

    Ibid., h. 173

  • 31

    1. Ilmu Pengetahuaan Sosial merupakan unsur-unsur dari geografi, sejarah,

    ekonomi, hukum dan politik, kewarga negaraan, sosiologi, bahkan juga

    bidang humaniora, pendidikan dan agama.

    2. Standar Kompetisi dan Kompetisi Dasar IPS berasal dari struktur

    keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas

    sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahsan atau topik (tema)

    tertentu.

    3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai

    masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdispliner dan

    multidisipliner.

    4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa

    dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,

    kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan

    masalah sosial serta keadilan, dan jaminan keamanan.

    c. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

    Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan

    potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

    masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

    ketimpangan yang terjadi, dan terampil terhadap segala masalah yang

    terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa

    masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

    pelajaran IPS di oganisasi secara baik. Dari rumus tujuan dapat dirinci

    sebagai berikut (Awan Mutakin, dalam Puskur b: 4).22

    1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

    lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

    kebudayaan masyrakat.

    2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan menggunakkan metode

    yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakkan

    untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

    22

    Ibid., h. 176

  • 32

    3. Mampu mengunakkan model-model dan proses berfikir serta membuat

    keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

    masyarakat.

    4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta

    mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil

    tindakan yang tepat.

    5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

    membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung

    jawab membangun masyarakat.

    6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

    7. Fasilitataor di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat

    menghakimi.

    8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik bagi

    kehidupannya to prepare students to be well-functioning citizens in a

    democratic socinty dan mengembangkan kemampuan siswa

    menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap

    persoalan yang dihadapinya.

    9. Menekan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan

    siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang di berikan.

    d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD dan

    MI adalah:

    1) Sistem sosial dan budaya

    2) Manusia, tempat, dan lingkungan

    3) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

    4) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

    5) Sistem berbangsa dan bernegara23

    23

    Arnie Fajar, Portofolio; Dalam Pembelajarn IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2004), Cet. Ke-3 (Revisi), h. 111

  • 33

    Bagan 2.3 : Materi Pembelajaran

    B. Hasil Penelitian yang Relevan

    Mengenai upaya meningkatakn kerja sama dalam kelompok melalui model

    pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran

    IPS, tulisan ini bukan merupakan yang pertama. Sebelumnya telah banyak

    dilakukan mengenai tema yang sama. Hanya saja, fokus pembahasanya yang

    berbeda. Jika pada tulisan ini hasil belajar siswa difokuskan melalui kerja sama

    dalam kelompok melalui pembelajaran tipe STAD dan dilakukan terhadap siswa

    kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair Tangerang, maka pada penelitian

    sebelumnya penulis menemukan beberapa peneliti yang sama-sama berkaitan

    dengan hasil belajar siswa. Namun, sekali lagi meskipun membahas tema yang

    sama, peneliti-peneliti tersebut difokuskan pada hal yang berbeda, dengan sudut

    pandang yang berbeda pula.

    Peneliti-peneliti tersebut antara lain :

    Macam-macam

    kegiatan Ekonomi

    Penduduk di

    Lingkungan Sekitar

    Kegiatan

    Ekonomi

    Memanfatkan

    Sumber Daya

    Alam

    Pengaruh Kondisi

    Alam Terhadap

    Kegiatan Ekonomi

    Kegiatan

    Memanfatkan

    Sumber Daya

    Alam

    Kegiatan Produksi

    Kegiatan Distribusi

    Kegiatan Konsumsi

    Mata Pencarian Penduduk

    Pantai

    Mata Pencarian Penduduk

    Daerah Rendah

    Mata Pencarian Penduduk

    Daerah Tinggi

    Mata Pencarian Penduduk

    di Perkotaan

    M

    e

    l

    I

    p

    u

    t

    i

    K ita a k an be lajar

  • 34

    1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team

    Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS

    pada Konsep Kenampakan Alam Di Kelas 4 MI. As-Saudiyah Jakarta Barat

    Tahun Ajaran 1433 H/2012 M, Peneliti ini menyimpulkan hal-hal sebagai

    berikut :

    a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diberikan kepada

    siswa dalam sistem berkelompok. Siswa dikondisikan untuk bekerja

    bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu

    sama lain dalam belajar. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk

    menguasai materi akademik. Angota-angota kelompok diatur terdiri dari

    siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Sistem

    penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

    b. Pemberian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

    motivasi belajar siswa pada pelajaran IPS, sehingga hasil belajar IPS pun

    menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dari semakin lebih tingginya peran serta

    siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran semakin

    meningkat.

    c. Nilai tes yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya semakin meningkat.

    Nilai rata-rata kelas lebih tinggi dari hasil tes yang mereka peroleh pada

    materi sebelumnya. Berarti penerapan mdel pembelajaran tipe STAD

    dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.24

    2. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Konsep Bangun Datar

    Melalui Model Kooperetif Tipe Student Team Achievement (STAD) di MI Al

    Muawanah Tahun 2013. Peneliti ini menyimpulkan :

    a. Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa. Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I diperoleh

    hasil 51,61% atau rata-rata nilai sebesar 64,19 sedang hasil evaluasi

    pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil evaluasi 74,19% atau rata-rata

    24

    Maria Ulfa, Penerapan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe STAD (Student Team

    Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS pada Konsep

    Kenempakan Alam di Kelas 4 MI. As-Saudiyah Jakarta Barat. Skipsi, UIN Jakarta, 2012, h. 60

  • 35

    nilai sebesar 70,32. Dengan demikian hasil evaluasi pembelajaran Siklus II

    mengalami peningkatan dari siklus I.

    b. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini di

    peroleh hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I sebanyak 81,14% sedang

    pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 85,88%. Dengan demikian aktivitas

    siswa pada siklus II meningkat sebesar 4,74% setelah menggunakan model

    Kooperatif tipe STAD.25

    3. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    pada Konsep Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Kelas IV di

    SDN Jombang VIII Tahun 2012. Peneliti ini menyimpulkan :

    Berdasarkan hasil analisa data peneliti, maka dapat di hasilkan bahwa

    Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa di kelas IV SDN Jombang VIII pada konsep Perubahan

    Kenampakan Bumi dan Benda Langit. Dengan ketuntasan keberhasilan

    belajar mencapai persentase lebih besar/ sama dengan 75% dengan nilai KKM

    70. Tindakan memberi pertanyaan-pertanyaan pada siswa selama proses

    pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa.26

    Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, maka dapat di tentukan

    kesimpulannya adalah bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

    berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar IPS, model pembelajaran

    kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan motivasi siswa. Karena

    melalui pembelajaran ini, proses pembelajaran lebih efektif dan

    memungkinkan peserta didik akan lebih aktif, kreatif, dan merasa senang

    dalam mencapai tujuan pembelajaran.

    25 Sholihat, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Bangun

    Datar Melalui Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). Skipsi, UIN

    Jakarta, 2013, h. 26

    Dian Nur Aini, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Kelas IV

    SDN Jombang VIII. Skripsi, UIN Jakarta, 2012, h. 76

  • 36

    C. Kerangka Berfikir

    Berikut ini disajikan bagan kerangka berfikir.

    Bagan 2.4: Kerangka Berfikir

    INPUT PROSES OUTPUT

    Kondisi Nyata

    1. Hasil belajar siswa

    masih rendah pada

    mata pelajaran IPS

    2. Minat belajar

    siswa rendah

    dalam mata

    pelajaran IPS

    3. Pembelajaran

    masih didominasi

    dengan metode

    ceramah pada

    mata pelajaran IPS

    4. Pembelajaran IPS

    masih bersifat

    teacher center

    5. Belajar IPS hanya

    mengunakan

    modul atau lembar

    kerja siswa (LKS)

    saja

    6. Siswa kesulitan

    dalammenyelesaik

    an soal-soal IPS

    uijian akhir

    sekolah

    Masalah

    Bagaimana

    upaya

    meningkatkan

    hasil belajar

    melalui model

    pembelajaran

    kooperatif tipe

    STAD pada

    pembelajaran

    IPS

    Proses

    1. Belajar dan hasil belajar

    - Pengertian belajar

    - Pengertian hasil

    belajar

    - Penilaian hasil belajar

    - Penilaian kognitif

    - Tehnik penilaian

    kognitif

    - Cara pengolahan nilai

    kognitif

    - Faktor-faktor yang

    mempengaruhi proses

    dah hasil belajar

    2. Konsep strategi

    pembelajaran

    kooperatif (SPK)

    - Pengertian

    pembelajaran

    kooperatif

    - Jenis-jenis modal

    pembelajaran

    kooperatif

    - pembelajaran

    kooperatiftipe STAD

    - Langkah-langkah

    pembelajaran

    Kooperatif

    - Kelebihan

    dankelemahantipe

    STAD

    3. Pembelajaran IPS

    - Pengertian IPS

    - Karakteristik IPS

    - Tujuanpem belajaran

    IPS

    - Ruanglingkup IPS di

    SD/MI

    Hasil

    Penerapan model

    pembelajaran

    kooperatif tipe

    STAD dapat

    meningkatkan

    hasil belajar siswa

    Kelas IV

    FEED BACK

  • 37

    D. Hipotesis Tindakan

    Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah: Penerapan model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD dapat menigkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Miftahul

    Khair Tangerang pada materi Kegiatan Ekonomi Dalam Memanfaatkan Sumber

    Daya Alam di Lingkungan Setempat.

  • 38

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair kelas IV

    yang bealamat di RT.03 RW. 04 Kelurahan Gandasari Kecamatan Jatiuwung,

    Tangerang. Waktu Penelitian berlangsung terhitung pada semester genap tahun

    ajaran 2013/2014.

    B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

    1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Class

    Action Research CAR). Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari tiga kata yang

    dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut.

    Penelitiankegiatan mencermati suatu suatu objek, menggunakan aturan

    metadologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat

    untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi

    peneliti.

    Tindakan sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

    tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

    Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

    pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian

    tentang kelas tersebut adalah pengertian yang lama, untuk melumpuhkan

    pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum denganruang

    tempat guru mengajar. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta

    didik yang sedang belajar.

    Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat

    disimpulkan bahwa penelitiaan tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

    terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi disebuah kelas. Saat ini

    penelitian tindakan kelas sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di semua jenjang

  • 39

    dan jenis sekolahan.27

    Adapun model yang digunakan dalam PTK ini adalah model

    yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, model PTK ini terdiri dari empat komponen,

    yaitu perencanaan (Planning), tindakan (Acting), pengamatan (Observing), dan

    refleksi (Reflecting).

    Hubungan keempat komponen tersebut dianggap sebagai satu siklus. Adapun

    secara visual, hubungan keempat komponen tersebut seperti digambarkan pada

    bagan di bawah ini.28

    Gambar 3.1

    Siklus Penelitian Tindakan Kelas

    Kurt Levin

    Berdasarkan model yang dipilih tersebut diatas, maka peneliti melakukan

    tindakan-tindakan sebagai berikut :

    a. Perencanaan (planning), peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan

    selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti menyiapkan rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, dan soal yang harus

    dikerjakan oleh siswa.

    27

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Renika

    Cipta, 2010), Cet Ke-14, h. 130 dan 132 28

    H. Dadang Yudhistira, Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang Apik; Asli Perlu Ilmiah

    Konsisten, (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 46-48

    Planning Observing

    Reflecting

    Acting

  • 40

    b. Tindakan (Acting), pada tahap peneliti melaksanakan apa yang sudah

    direncanakan sebelumnya.

    c. Pengamatan (Observing), pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada

    siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

    d. Refleksi (Reflecting), pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisa data

    yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil analisa

    ini kemudian akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

    2. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

    Dalam pelaksanaan PTK ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan,

    diantaranya :

    a. Tidak mengganggu komitmen mengajar

    b. Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus

    c. Menggunakan metode pemecahan masalah realistis atau dapat dilaksanakan

    d. Permasalahan berorientasi pada pemecahan masalah guru dalam tugas

    kesehariannya pada mata pelajaran yang diampun

    e. PTK dilakukan untuk tujuan perbaikan dan peningkatan proses hasil

    pembelajaran

    3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

    Mengenai manfaat PTK, Dadang Yudisthira mengatakan bawhwa terdapat

    setidaknya empat hal, sebagai berikut :

    a. Pembiasan bagi guru menulis, mengorganisasi segala hal dalam proses

    pembelajaran

    b. Inovasi dalam setiap pembelajaran di kelas

    c. Pengembanngan kurikulum yang mereka pahami

    d. Peningkatan profesionalisme guru29

    29

    H. Dadang Yudhistira, Op. Cit., h. 32-34

  • 41

    4. Keungulan Penelitian Tindakan Kelas

    PTK merupakan kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan

    profesionalismenya karena memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:

    a. Sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka terhadap dinamika

    pembelajaran di kelasnya.

    b. Dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi lebih profesional.

    c. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang

    dalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya.

    d. Tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak perlu

    meninggalkan kelasnya.

    e. Guru menjadi lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-

    upaya inovasi

    f. Memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik

    pembelajaran secara berkesinambungan.

    g. Publikasi hasil PTK tidak membutuhkan waktu yag sangat panjang30

    C. Subjek Dalam Penelitian

    Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah

    seluruh siswa kelas 4 (empat) MI. Miftahul Khair yang berjumlah 20 orang, yang

    terdiri dari 11 orang putri dan 9 orang putra.

    D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

    kegiatan. Peneliti bekerja melakukan pengamatan, merencanakan tindakan,

    melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan

    hasil penelitian. Peneliti bekerja sama dengan Ibu Dwi Astuti, selaku guru IPS

    kelas IV dan sekaligus sebagai rekan peneliti yang berperan sebagai observer

    untuk observasi saat proses pembelajaran dilakukan.

    30

    H. Dadang Yudhistira, Op. Cit., h.

  • 42

    E. Tahap Intervensi Penelitian

    Perencanaan penelitian ini diawali dengan identifikasi persoalan di kelas

    dan direncanakan alternatif penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian tersebut

    dilaksanakan dalam siklus peneliti yang terdiri dari pelaksanaan tindakan,

    pelaksanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, evaluasi serta

    analisis dan refleksi. Setelah dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus I, maka

    peneliti akan melanjutkan pada perencanaan dan tindakan siklus II jika data yang

    diperoleh memerlukan penyempurnaan dan begitu selanjutnya, sampai hasil

    analisa diakhiri tindakan menunjukan bahwa kreteria target atau tujuan yang telah

    ditetapkan.

    Secara lebih rinci, tahapan pada setiap siklus pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1.Mengidentifikasi Masalah

    Peneliti dengan guru wali kelas IV terkait dengan permasalahan yang

    selama ini muncul dalam kegiatan pembelajran di kelas IV MI Miftahul Khair

    Tangerang, strategi serta model pembelajaran yang bagaimana agar prestasi dan

    hasil belajar siswa selama ini pada pembelajaran IPS. Sehingga diperlukan sebuah

    penyelesaian untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.

    2. Memeriksa Lapangan

    Peneliti mengobservasi permasalahan yang ada di lapangan pada saat

    kegiatan belajar sedang berlangsung, untuk mengetahui permasalahan yang telah

    diidentifikasi sebelumnya. Kemudian peneliti melakukan pencattan terhadap

    kejadian-kejadian di lapangan kegiatan ini dilakukan peneliti dengan

    melaksanakan pre test dengan mengunakan metode ceramah dan tanya jawab.

    Dalam hal ini peneliti melakukan tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai

    berikut:

    a.Tahap Perencanaan

    Setelah peneliti mengetahui pokok permasalahan yang terjadi, maka peneliti

    merencanakan tindakan sebagai berikut :

  • 43

    1) Menyiapkan kelas tempat penelitian

    2) Membuat rencana pelaksanan pembelajaran pembelajaran sesuai kompetensi

    yang akan dicapai.

    3) Membuat instrument yang akan digunakan

    4) Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru, serta keperluan observasi

    lainnya

    5) Pembagian kelompok dan pembagian tugas LKK

    b. Tahap Pelaksanan

    Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana pembelajaran

    yang telah disusun. Dalam kegiatan ini peneliti mengikuti petunjuk-petunjuk yang

    telah disusun dalam skenario pembelajaran sesuai materi yang telah direncanakan

    sesuai dengan kesepakatan bersama, kegiatan ini melibatkan kolaborator.

    Kolaborataor disini adalah teman sejawat yang mengamati saat berlangsung

    kegiatan.

    c. Tahap Pengamatan

    Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi selama

    kegiatan pembelajaran. Lembar observasi tersebut berupa penelitian perbuatan

    ketika siswa berkelompok sehingga terlihat karakter siswa yang akan diamati.

    d.Refleksi

    Kegiatan refleksi dilakukan ketika sudah selesai melakukan tindakan.

    Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti

    sehingga dapat diketahi apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang

    diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk

    memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya.

    F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

    Hasil itervensi yang diharapkan dari penelitian adalah hasil peningkatan

    hasil belajar siswa, dengan keberhasilan ketuntasan belajar mencapai presentase

  • 44

    75% dengan nilai KKM 70, setelah siswa pengalami pembelajaran denngan

    menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS materi

    kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam di lingkungan

    setempat.

    G. Data dan Sumber Data

    1. Data pemantau diperoleh dari guru pada saat guru melaksanakan proses

    pembelajaran observer.

    2. Sumber data dalam peneliti ini adalah siswa-siswi kelas IV MI Miftahul Khair

    Tangerang pada semester II tahun pelajaran 2013/2014

    H. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik Pengumpulan data yang di lakukan pada penelitian ini di antaranya

    adalah :

    1) Data tentang kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung

    dikumpulkan dengan lembar observasi pada setiap pertemuan.

    2) Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes hasil belajar pada

    siswa untuk bahasan materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber

    daya alam di lingkungan setempat.

    I. Instumen Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini pengumpul data mengenai pelaksanaan dan hasil dari

    program tindakannya akan di lakukan dengan menggunakan beberapa instrument

    penelitian.

    1.Tes

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

    digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

    atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam mengunakan

    metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes atau soal-soal tes. Soal

  • 45

    tes terdiri dari banyak butiran tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis

    variabel.31

    Tes hasil belajar berupa prettes dan posttes

    2. Observasi

    Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

    pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

    mengamati individu atau kelompok secara langsung.32

    Dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat dan mengamati secara langsung

    kegitan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan upaya

    meningkatakan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe

    STAD pada pembelajaran IPS. Untuk menetukan gambaran yang utuh tentang

    pelaksanan observasi, maka disusun pedoman observasi, Setiap belajar siswa di

    pantau atau di beri nilai sebagai berikut:

    - Baik sekali di beri nilai 4

    - Baik di beri nilai 3

    - Cukup di beri nilai 2

    - Kurang di beri nilai 1

    Tabel 3. 1

    Pedoman Observasi Siswa

    No Aspek yang di observasi Baik

    sekali Baik Cukup Kurang

    1 Kemampuan siswa berdiskusi untuk

    menjawab pertanyaan dan tugas-

    tugas dalam bahan ajar

    2 Pemahaman siswa dalam persoalan

    yang diberikan dalam bahan ajar

    pada metode kooperatif tipe STAD

    31

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2010), Ed. Rev., Cet. 14, h.193 32

    Ngalimin Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2000), h. 149

  • 46

    dalam pembelajaran IPS

    3 Siswa aktif mengemukakan

    pendapat pada KBM

    4 Terjadi interaksi antara siswa satu

    dengan yang lain

    5 Antusias siswa dalam mengikuti

    KBM

    6 Kelancaran sisw