upaya guru pendidikan agama islam dalam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/skripsi...

122
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGAKTUALISASIKAN NILAI-NILAI PLURALISME AGAMA DI SMK NEGERI 03 SALATIGA S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah Disusun oleh AKHMAD TEGAR SIDIQ 111 11 163 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: vananh

Post on 27-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGAKTUALISASIKAN NILAI-NILAI PLURALISME

AGAMA DI SMK NEGERI 03 SALATIGA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun oleh

AKHMAD TEGAR SIDIQ

111 11 163

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Page 2: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

ii

Page 3: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

iii

DEKLARASI

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 30 Mei 2016

Penulis,

Akhmad Tegar Sidiq

NIM. 111 11 163

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

Page 4: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

Nama : AKHMAD TEGAR SIDIQ

NIM : 111 11 163

Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 30 Mei 2016

Yang Menyatakan,

Akhmad Tegar Sidiq

NIM. 111 11 163

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

Page 5: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

v

Mukti Ali, S.Ag., M.hum.

Dosen IAIN Salatiga

Nota Pembimbing

Lamp : 4 eksemplar

Hal : Naskah skripsi

Saudara AKHMAD TEGAR SIDIQ

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : AKHMAD TEGAR SIDIQ

NIM : 111 11 163

Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan

Agama Islam (PAI)

Judul : UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENGAKTUALISASIKAN NILAI-

NILAI PLURALISME AGAMA DI SMK

NEGERI 03 SALATIGA

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.

Salatiga,30 Mei 2016

Pembimbing

Mukti Ali, S.Ag., M.hum.

NIP. 19750905 200112 1 001

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

Page 6: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

vi

SKRIPSI

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGAKTUALISASIKAN NILAI-NILAI PLURALISME

AGAMA DI SMK NEGERI 03 SALATIGA

DISUSUN OLEH:

AKHMAD TEGAR SIDIQ

NIM: 111 11 163

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Mei 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Sekretaris Penguji : Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum.

Penguji I : Dr. Zaikyuddin, M.Ag.

Penguji II : M. Gufron, M.Ag.

Salatiga, 06 Juni 2016

Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan (FTIK)

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

Page 7: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

vii

MOTTO

Artinya: “dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap

kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di

mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu

sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas

segala sesuatu”

Page 8: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap

mempunyai peran penting dalam hidup-Ku

1. Kedua orang tua Ku Bapak Misbah dan Ibu Maesaroh tersayang yang

membesarkan Ku serta memberikan do‟a restu demi tercapainya keberhasilan

ini.

2. Adik Ku tersayang Muhammad Khilmi Khasan, Muhammad Faiz dan

Muhammad Hadi Mirza terima kasih atas motivasi yang adik berikan kepada

mas Akhmad Tegar Sidiq.

3. Terima kasih kepada teman-teman seangkatan, Kopma Fatawa dan sahabat-

sahabat yang selalu menyemangati Ku.

4. Seseorang yang spesial yang akan menjadi zaujah Ku.

5. Almamater Ku tercinta IAIN Salatiga sebagai tempat menuntut ilmu.

Page 9: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

ix

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada

junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke

jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini

adalah “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGAKTUALISASIKAN NILAI-NILAI PLURALISME AGAMA DI SMK

NEGERI 03 SALATIGA”

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

4. Bapak Mukti Ali, S.Ag., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan

pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat

berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya

skripsi ini.

Page 10: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

x

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN

Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan

kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril

maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya

cita-cita.

7. Adik-adik Ku tersayang yang memberikan dorongan semangat dan motivasi

untuk menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

8. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam

penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena

itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan

memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal

„alamien.

Salatiga, …. Maret 2016

Penulis,

Akhmad Tegar Sidiq

NIM. 111 11 163

Page 11: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

xi

ABSTRAK

Sidiq, Akhmad Tegar 2016. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Pluralisme Agama di SMK Negeri 03

Salatiga. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Pembimbing : Mukti Ali, S.Ag., M.Hum.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam dan Pluralisme Agama.

Usaha pengaktualisasian nilai-nilai kemanusiaan yang dikembangkan di

SMK Negeri 03 Salatiga relatif sama dengan lembaga pendidikan umum lainnya,

yaitu dengan menambahkan muatan kurikulum kelompok mata pelajaran estetika,

dan belum diarahkan sepenuhnya pada pembentukan pribadi peserta didik yang

pluralis. Peserta didik hanya dididik dan diarahkan untuk dapat saling

menghormati, sementara mereka tidak memahami secara mendalam akan arti nilai

saling menghormati terebut. Tidak salah jika mereka terkadang saling

menghargai, tapi ketika mendengar isu-isu yang tak bertanggung jawab, mereka

juga dapat bertindak anarkis, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Hal inilah yang mungkin belum disadari oleh lembaga pendidikan secara umum,

sehingga sampai saat ini lembaga pendidikan selalu menjadi sorotan ketika terjadi

berbagai fenomena tindak kekerasan di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti

merasa tertarik dan tergugah untuk melakukan penelitian tentang proses

penanaman nilai-nilai pluralisme agama yang terdapat pada lembaga pendidikan

umum, dalam hal ini SMK Negeri 03 Salatiga, dengan harapan dapat mengungkap

nilai-nilai di balik realita pluralisme agama di sekolah tersebut. Adapun fokus

penelitian ini meliputi: 1) Apa saja nilai-nilai pluralisme agama yang terdapat di

SMK Negeri 03 Salatiga?, 2) Upaya apa yang dilakukan guru pendidikan agama

Islam (PAI) dalam mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama di SMK

Negeri 03 Salatiga? dan 3) Apakah pengaktualisasian nilai-nilai pluralisme agama

oleh guru pendidikan agama Islam (PAI) dapat mewujudkan harmoni

keberagamaan di SMK Negeri 03 Salatiga?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan deskriptif. Instrumen penelitian peneliti

sebagai instrumen sekaligus pengumpul data yang bertindak sebagai participant

observation (pengamat berperan aktif), maka kehadiran peneliti sangat penting

untuk mengadakan penyesuaian diri dengan hal-hal yang terjadi di lapangan.

Sumber data primer diperoleh dari wawancara Kepala Sekolah, Wakil Kepala

Kurikulum dan para guru PAI di SMK Negeri 03 Salatiga. Sumber data sekunder

yang dapat diperoleh dari data-data yang berhubungan dengan pengaktualisasian

pluralisme agama di kalangan sekolah. Adapun teknik pengumpulan data

menggunakan metode interview, metode observasi dan metode dokumentasi.

Sedangkan teknik analisis data, secara prosedural data yang diperoleh dengan

mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan, yang kemudian direduksi,

disajikan, disimpulkan, dan diverifikasikan.

Page 12: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

xii

Hasil penelitian ini adalah: Pertama, di SMK Negeri 03 Salatiga terdapat

nilai-nilai pluralisme agama yang meliputi: 1) saling menghargai (esteeming each

other), 2) saling menghormati (respecting each other), 3) tidak membeda-bedakan

dalam pemberian hak kepada setiap individu, 4) tidak saling menjatuhkan (do not

affronting each other) dan 5) mengakui keragaman agama sebagai bentuk

sunnatullah. Kedua, upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam (PAI)

dalam mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03

Salatiga di antaranya dengan: 1) melakukan pengembangan materi pelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan cara mengembangkan silabus, 2) memberi

kepahaman kepada siswa akan arti pluralisme agama secara mendalam melalui

pelajaran agama Islam yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Hadits,

3) memberikan batasanbatasan secara jelas akan nilai-nilai pluralisme yang boleh

diterapkan dan yang tidak harus diterapkan, 4) melakukan bimbingan-bimbingan

keagamaan di luar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas, 5)

mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama kepada siswa dengan cara

menjadi suri tauladan yang baik dan 6) ikut serta dalam mensukseskan pendidikan

nilai yang digalakkan oleh sekolah. Ketiga, SMK Negeri 03 Salatiga telah

mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama dalam kehidupan masyarakat

sekolah. Hal ini dapat dilihat dari terwujudnya harmoni keberagamaan di

dalamnya yang meliputi dari: 1) toleransi (tolerance), 2) kerukunan

(reconciliation), damai dan dinamis (peacefulness) dan 3) rasa kebersamaan

(togetherness) dan solidaritas (social solidarity).

Page 13: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN BERLOGO ....................................................................... ii

HALAMAN DEKLARASI .................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ vi

MOTTO................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN .................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ........................................................................... ix

ABSTRAK ............................................................................................ xi

DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1

B. Fokus Penelitian ......................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ...................................................... 9

E. Kerangka Teoritik ....................................................... 10

F. Penegasan Istilah ........................................................ 12

G. Metode Penelitian ....................................................... 17

H. Sistematika Penulisan ................................................. 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam ................ 25

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .................... 25

Page 14: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

xiv

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ............................ 27

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................... 31

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam .......................... 33

B. Tinjauan Tentang Pluralisme agama ........................... 35

1. Pengertian Pluralisme Agama ............................... 35

2. Sosio-Historis Pluralisme Agama ......................... 39

3. Pluralisme Agama Dalam Al-Qur‟an .................... 43

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 51

B. Paparan Data .............................................................. 56

1. Nilai-nilai Pluralisme Agama di SMK Negeri 03

Salatiga ................................................................ 56

2. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengaktualisasikan Nilai-nilai Pluralisme Agama

di SMK Negeri 03 Salatiga ................................... 58

3. Harmoni Keberagaman di SMK Negeri 03

Salatiga ................................................................ 68

BAB IV PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai Pluralisme Agama di SMK Negeri 03

Salatiga ....................................................................... 74

B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengaktualisasikan Nilai-nilai Pluralisme Agama di

SMK Negeri 03 Salatiga ............................................. 80

C. Harmoni Keberagaman di SMK Negeri 03 Salatiga .... 87

Page 15: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

xv

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................ 98

B. Saran .......................................................................... 99

C. Penutup ...................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 6 SKK

Lampiran 7 Dokumentasi

Lampiran 8 Pernyataan Publikasi Skripsi

Page 17: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pluralisme merupakan pengakuan atas keperbedaan, dan keperbedaan

itu sesungguhnya sunatullah dan merupakan sesuatu yang nyata serta tidak

bisa dipungkiri. Penolakan terhadap pluralisme yang sunatullah itu

menimbulkan ketegangan dan bahkan konflik, karena meniadakan sesuatu

yang nyata merupakan pengingkaran terhadap kehendak Allah. Pluralisme

pada tujuannya tidak sebatas menghendaki pengakuan atas keperbedaan itu,

melainkan juga penghormatan atas kenyataan perbedaan. Untuk itu, sudah

seharusnya diakui dengan jujur bahwa masyarakat Indonesia memang

berbeda-beda dan karenanya segala perbedaan itu untuk dihormati. Kalau

sikap seperti ini bisa dilakukan maka tidak mungkin ada ketegangan yang

berujung pada konflik.

Menurut I Made Titib (2004:51) konflik terjadi karena emosi

keagamaan yang berlebihan yang disebabkan oleh pemahaman ajaran agama

yang sempit dan dangkal, hal ini mengakibatkan timbulnya sentimen

keagamaan yang berkadar tinggi, sehingga terjadi pemaksaan keinginan antara

satu bagian dengan bagian lainnya, dan masing-masing ingin mendapatkan

lebih dari yang seharusnya didapatkan.

Berbagai peristiwa yang sempat menggejolak di sebagian wilayah

Indonesia beberapa tahun terakhir mengindikasikan telah terjadi pertentangan

menyangkut berbagai kepentingan di antara berbagai kelompok masyarakat.

1

Page 18: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

2

Dan dalam berbagai pertentangan itu, isu suku, agama, ras dan antar golongan

(SARA) begitu cepat menyebar ke berbagai lapisan sehingga tercipta suasana

konflik yang cukup berbahaya dalam kehidupan masyarakat. Eskalasi

pertentangan yang dilapisi baju SARA seringkali menciptakan konflik

kekerasan yang lebih menegangkan dan meresahkan. Dalam suasana seperti

ini agama seringkali menjadi titik singgung paling sensitif dan ekslusif dalam

pergaulan pluralitas masyarakat. Dalam berbagai pertentangan itu, isu suku,

agama, ras dan antar golongan (SARA) begitu cepat menyebar ke berbagai

lapisan sehingga tercipta suasana konflik yang cukup berbahaya dalam

kehidupan masyarakat. Eskalasi pertentangan yang dilapisi baju SARA

seringkali menciptakan konflik kekerasan yang lebih menegangkan dan

meresahkan. Dalam suasana seperti ini agama seringkali menjadi titik

singgung paling sensitif dan ekslusif dalam pergaulan pluralitas masyarakat

(Mudzhar, 2004:14). Masing-masing pihak mengklaim bahwa dirinyalah yang

paling benar, sedangkan pihak lain adalah yang salah. Persepsi bahwa

perbedaan adalah merupakan sesuatu yang buruk, suatu hal yang menakutkan,

sudah begitu rupa mendarah daging dalam jiwa umat beragama. Akibat dari

perseteruan tersebut adalah kesengsaraan semua pihak, yang bertikai maupun

yang tidak mengetahui apa-apa. Pada dasarnya akibat dari konflik adalah

kerugian yang menyeluruh di berbagai pihak. Rakyat kecil lagi-lagi menjadi

korban dan harus menanggung akibat-akibat yang ditimbulkan oleh konflik

tersebut. Berbagai peristiwa itu telah memberi gangguan cukup serius

terhadap tekad bersama untuk membangun bangsa Indonesia yang toleran

Page 19: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

3

dalam kehidupan antar pemeluk agama, toleran dalam kebudayaan, toleran

dalam politik dan toleran dalam aspek-aspek kehidupan lainnya (Fatwa,

1997:34).

Terlepas dari provokator dan lain sebagainya yang bisa menjadi

kambing hitam dalam setiap “chaos”, yang jelas umat beragama belum

mempunyai kontrol emosi yang memadai sehingga begitu mudah terpancing

untuk melakukan berbagai macam tindakan anarki. Umat beragama masih

diliputi oleh rasa sentimen keagamaan dan fanatisme yang begitu kuat

mengakar dalam dirinya. Padahal sentimen keagamaan dan fanatisme

membuat paling tidak banyak memberi andil atas terciptanya setiap adegan

kerusuhan dan terjadinya konflik. Konflik yang mengatasnamakan agama

pada umumnya disebabkan oleh penyimpangan arah proses sosial yang

berkorelasi logis dengan bentuk-bentuk penyimpangan interaksi sosial antar

umat beragama. Oleh karena itu, M. Imdadun Rahmat (2003:32) mengatakan

bahwa fenomena demikian menunjukkan adanya keterputusan antara nilai-

nilai keberagamaan yang selama ini dipahami dalam perilaku sosial.

Dari fenomena-fenomena tersebut setidaknya dapat dijadikan fonis

awal bahwa sampai saat ini, kesadaran pluralitas dalam beragama belum

menyentuh sisi kesadaran paling dalam pada diri para pemeluk agama.

Artinya, slogan-slogan bahwa agama mengajarkan cinta kasih dan

perdamaian, tidak menyukai tindakan kejahatan dalam bentuk apapun

hanyalah omong kosong. Untuk itu seharusnya, menurut Abd A‟la (2002:135)

Page 20: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

4

nilai-nilai agama dilepaskan dari segala kepentingan pribadi dan kelompok

serta agama tidak dijadikan alat untuk pencapaian tujuan tertentu.

Banyak hal yang mesti dibenahi, tetapi paling tidak upaya

pemeliharaan atau pemulihan keharmonisan hubungan sosial dan kerukunan

umat beragama yang sempat terusik akibat konflik SARA beberapa tahun

belakangan, di pandang perlu melibatkan semua komponen masyarakat secara

komprehensif dan integratif, baik pada arah nasional maupaun lokal.

Pemecahan yang diasumsikan tentu saja berlandaskan pada dinamika obyektif

masyarakat itu sendiri sesuai struktur yang berkembang secara aktual. Karena

itu concern dan kerjasama instansi-instansi terkait serta pemberdayaan

lembaga dan pemimpin agama dan masyarakat mutlak perlu dilakukan

(Mudzhar, 2004:16).

Pendidikan di sekolah adalah sarana pengembangan pribadi manusia

untuk dapat menjadi manusia yang mampu bersanding dengan manusia

lainnya dalam bingkai kedamaian. Harus diakui bahwa pendidikan umum,

seperti halnya SMK Negeri 03 Salatiga adalah sebuah lembaga pendidikan

menengah kejuruan yang merangkul berbagai macam peserta didik dengan

berbagai macam latar belakang agama. Perbedaan latar belakang agama dan

etnis yang terdapat pada masing-masing individu masyarakat sekolah tersebut

kemudian disikapi, disadari serta diterima dengan ketulusan hati, sehingga

melahirkan sebuah masyarakat sekolah yang harmonis. Akan tetapi,

sebenarnya kesadaran akan kemajemukan itu seharusnya tidak hanya ada pada

guru atau staf pengajar saja, melainkan juga harus ditanamkan pada diri setiap

Page 21: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

5

peserta didik, sehingga peserta didik tidak hanya tahu bahwa mereka hidup

dalam kemajemukan agama, tapi mereka juga mengetahui nilai-nilai yang

tersembunyi di balik realitas pluralisme agama disekolahnya dan pada

gilirannya mereka mampu mengaktualisasikannya dalam bentuk prilaku

sehari-hari.

Sejauh ini, usaha pengaktualisasian nilai-nilai kemanusiaan yang

dikembangkan di sekolah-sekolah umum, termasuk SMK Negeri 03 Salatiga,

relatif sama yaitu dengan menambahkan muatan kurikulum kelompok mata

pelajaran estetika dan belum diarahkan sepenuhnya pada pembentukan pribadi

peserta didik yang pluralis. Peserta didik hanya di didik dan diarahkan untuk

dapat saling menghormati, sementara mereka tidak memahami secara

mendalam akan arti nilai saling menghormati terebut. Tidak salah jika mereka

terkadang saling menghargai, tapi ketika mendengar isu-isu yang tak

bertanggung jawab, mereka juga dapat bertindak anarkis, baik di lingkungan

sekolah maupun di masyarakat. Hal inilah yang mungkin belum disadari oleh

lembaga pendidikan secara umum, sehingga sampai saat ini lembaga

pendidikan selalu menjadi sorotan ketika terjadi berbagai fenomena tindak

kekerasan di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik dan

tergugah untuk melakukan penelitian tentang proses pengaktualisasian nilai-

nilai pluralisme agama yang terdapat pada lembaga pendidikan umum, dalam

hal ini SMK Negeri 03 Salatiga, dengan harapan dapat mengungkap nilai-nilai

di balik realita pluralisme agama di sekolah tersebut.

Page 22: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

6

Masyarakat Indonesia harus mulai menoleh apakah dunia pendidikan

selama ini mengajarkan tentang kenyataan keperbedaan itu? Bagaimanakah

keperbedaan itu tidak sekedar dipandang sebagai sebuah pengetahuan, tetapi

juga dipahami, dirasakan dan dijalani dengan segala pengakuan serta

penghormatan. Bagaimana cara pendidikan (terutama pendidikan agama)

mengenalkan keperbedaan itu? pada akhirnya sikap terhadap keperbedaan

yang tercermin dalam pergaulan keseharian, apakah menjadikan anak didik

inklusif atau justru eksklusif. Pendidikan agama dituntut keras untuk

menciptakan hasil yang maksimal, khususnya dalam mempersiapkan peserta

didik yang memiliki prilaku agamis dan humanis. Pendekatan pendidikan

agama yang diterapkan di semua lembaga pendidikan formal adalah bersifat

teologis dan scientific cum doctrinaire. Melalui pendekatan itu, truth claim

dari religiositas siswa diharapkan dapat tumbuh subur. Begitu pula dengan

daya kritis teologisnya dapat berkembang di dalam bingkai „pluralisme agama

konfensional‟(Saerozi, 2004:157).

Peran guru pendidikan agama di sekolah bagi terbentuknya harmoni

keberagaman bagi seluruh pemeluk agama sangatlah penting. Karena seorang

guru agama adalah orang yang memiliki pengetahuan agama secara luas

sekaligus sebagai pemeluk agama yang baik (Saerozi, 2004:37). Oleh karena

itu guru pendidikana agama, terutama guru pendidikan agama Islam, harus

mampu menjadi agamawan dan teladan bagi peserta didik di sekolah dan

masyarakat secara luas. Lebih-lebih umat Islam yang menyandang predikat

umat mayoritas dan Islam sendiri sebagai “rahmatan lil „alamin” sudah

Page 23: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

7

dapatkah itu diwujudkan, karena posisi umat Islam sebagai mayoritas di satu

sisi sangatlah tidak menguntungkan. Dan ironisnya ternyata umat Islam dapat

dikatakan hampir banyak ikut serta dalam setiap aksi kerusuhan. Mengapa

bisa terjadi demikian? Tentunya ada yang salah, “there is something wrong”.

Atau bisa jadi pendidikan Islam khususnya dan pendidikan formal umumnya

belum mampu mendidik siswanya menjadi kaum pluralis.

Pendidikan agama merupakan sarana utama dan didalamnya terdapat

nilai-nilai agama diperkenalkan, baik kepada individu maupun kepada

masyarakat adalah bagian daripada kebutuhan masyarakat untuk menciptakan

suasana yang damai, tentram dan religius. Di samping itu, pendidikan agama

yang menciptakan iklim, suasana atau bahkan rangsangan untuk mengalami

atau menghayati nilai-nilai tertentu. Lewat pengajaran dan penghayatan,

pendidikan agama berusaha membina mentalitas iman dalam diri para

penganutnya. Mentalitas adalah inti yang mengendalikan pribadi manusia.

Dengan mentalitas iman, setiap penganut agama dapat melihat situasi hidup,

menilai situasi hidup dan menentukan sikap dalam situasi hidup tersebut. Pada

sisi itu, pendidikan agama sebagai upaya pengenalan dan pemahaman

terhadap agama serta sebagai proses internalisasi nilai-nilai menjadi penting

untuk diangkat. Pendidikan ini hendaknya menjadi perhatian semua orang:

kaum pendidik, tokoh agama dan intelektual sehingga pendidikan agama bisa

memunculkan keberagamaan yang bersifat pencerahan bagi umat manusia,

serta menjadi rahmat bagi sekalian alam sebagaimana tujuan agama itu sendiri

(Abd A‟la, 2002:49).

Page 24: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

8

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik dan

tergugah untuk melakukan penelitian tentang proses penanaman nilai-nilai

pluralisme agama yang terdapat pada lembaga pendidikan umum, dalam hal

ini SMK Negeri 03 Salatiga dengan harapan dapat mengungkap nilai-nilai di

balik realita pluralisme agama di sekolah tersebut. Sehingga penulis

mengambil judul skripsi yaitu “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Pluralisme Agama Di SMK Negeri 03

Salatiga”.

B. Fokus Penelitian

Dalam rangka mengetahui jawaban penelitian perlu merumuskan

permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang penulis teliti, sebagai

berikut :

1. Apa saja nilai-nilai pluralisme agama yang terdapat di SMK Negeri 03

Salatiga?

2. Upaya apa yang dilakukan guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam

mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03

Salatiga?

3. Apakah pengaktualisasian nilai-nilai pluralisme agama oleh guru

pendidikan agama Islam (PAI) dapat mewujudkan harmoni keberagamaan

di SMK Negeri 03 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mencapai hasil yang baik, maka peneliti menetapkan tujuan

yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian, untuk memperoleh gambaran

secara mendalam tentang:

Page 25: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

9

1. Nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga,

2. Upaya-upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03

Salatiga,

3. Harmoni keberagamaan di SMK Negeri 03 Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian

tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengaktualisasikan

nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga, maka harapan

peneliti dari penelitian ini dapat memberikan manfaat secara praktis maupun

teoritis, yaitu :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Dengan meneliti upaya guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam

mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03

Salatiga maka akan menambah wawasan pemahaman yang lebih

komprehensif tentang arti pentingnya mengaktualisasikan nilai-nilai

pluralisme agama.

b. Bagi guru

Diharapkan dapat memberi sumbangan untuk membangkitkan upaya

guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengaktualisasikan nilai-

nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga.

c. Penelitian ini sebagai bagian usaha untuk menambah khasanah ilmu

pengetahuan pada jurusan tarbiyah khususnya.

Page 26: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

10

2. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan pendidik pada umumnya, khususnya dapat memperkaya

khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari hasil penelitian.

E. Kerangka Teoritik

Untuk lebih memperjelas mengenai permasalahan, peneliti akan

menguraikan beberapa kepustakaan yang relevan mengenai pembahasan akan

dibicarakan dalam skripsi ini antara lain:

1. Imam Akhsani, “Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid (Dalam

Perspektif Pendidikan Islam)”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah

UIN Sunan Kalijaga, 2005) membahas mengenai upaya untuk mencari

konsep pluralisme yang dilontarkan Abdurrahman Wahid kemudian dikaji

dan dianalisa dengan nilai-nilai Islam yang universal. Pemahaman

terhadap konsep diharapkan akan mendapatkan nilai positif dalam

pengembangan pendidikan Islam saat ini.

2. Hamidah, “Rekontruksi Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid dan

Nurcholis Madjid (Studi Terhadap Pluralisme Agama)”, Skripsi

(Palembang: Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah, 2010) membahas

mengenai pemikiran Nurcholis Madjid dan Abdurrahman Wahid tentang

pluralisme agama.

3. Moh. Zamzani Mubarrak, “Pluralisme Keagamaan (Tinjauan Atas

Pemikiran Hasyim Muzadi)”, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2008) membahas tentang pandangan pluralisme Hasyim Muzadi sejauh

mana relevansi pandangan pluralisme Hasyim Muzadi terhadap kehidupan

masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.

Page 27: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

11

4. Tri Widiyanto, “Internalisasi Nilai-nilai Tauhid Dalam Pendidikan Agama

Islam Untuk Menumbuhkan Pluraliseme di SMA Negeri 3 Bantul Tahun

Pelajaran 2013/2014”, skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014)

membahas proses penanaman nilai tauhid dilakukan dalam pembelajaran

PAI melalui materi rukun iman dan penanaman nilai tauhid dalam PAI

memberikan implikasi positif dalam upaya menumbuhkan pluralisme di

SMA Negeri 3 Bantul mengaplikasikan nilai-nilai tauhid di lingkungan

sekolah dengan saling menghargai, menghormati, tidak membeda-bedakan

dalam pemberian hak kepada setiap individu, tidak saling menjatuhkan dan

mengakui keberagaman sebagai suatu rahmat.

5. Ismail, “Aktualisasi Akhlak Dalam Humanisme-Pluralis”, Tadris. Volume

194 4. Nomor 2. 2009 (Pekalongan: STAIN Pekalongan) membahas

akhlak (kemoralan) adalah kebanyakan peralatan substansial untuk

melakukan peranan-peranan dari manusia berdua sebagai Tuhan dan

sebagai kesosialan ciptaan-ciptaan. Perbuatan akhlak tertanam kuat dalam

jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya yang dilakukan

dengan mudah dan tanpa pemikiran timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakan tanpa ada paksaan/tekanan dari pihak luar dilakukan secara

ikhlas semata-mata karena Allah bukan karena dipuji orang/ingin

mendapatkan suatu pujian.

Berdasarkan papaparan pada kerangka teoritik di atas terdapat

perbedaan yang jelas pada penelitian yang hendak diteliti yaitu membahas

nilai-nilai pluralisme agama yang terdapat di SMK Negeri 03 Salatiga, upaya

Page 28: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

12

apa yang dilakukan guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam

mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama dan pengaruh

pengaktualisasian nilai-nilai pluralisme agama oleh guru pendidikan agama

Islam (PAI) dapat mewujudkan harmoni keberagamaan di SMK Negeri 03

Salatiga.

F. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalah-pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu

penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas.

Istilah-istilah tersebut adalah :

1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

a. Upaya Guru

Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

diartikan sebagai usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran

untuk mencapai suatu tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar

untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan

keluar (Depdikbud, 2002:1250).

Pendidik atau guru adalah orang yang mengajar dan memberi

pengajaran yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab

tentang pendidikan peserta didik (Ramayulis, 2002:56). Dalam

penelitian ini, upaya dapat dipahami sebagai suatu kegiatan atau

aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang

telah direncanakan dengan mengarahkan tenaga dan pikiran. Upaya

guru pendidikan agama Islam dalam mengajar pelajaran sehingga

Page 29: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

13

dapat memberi pemahaman yang baik kepada siswa dan perubahan

yang dinamis serta terarah.

b. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subyek

pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga

pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama

merupkan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat

terwujud secara terpadu (Chabib Thoha, 1999:1).

Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering digunakan

beberapa istilah antara lain, al-ta‟lim, al-tarbiyah, dan al-ta‟dib, al-

ta‟lim berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian

pengetahuan dan ketrampilan. Al-tarbiyah berarti mengasuh mendidik

dan al-ta‟dib lebih condong pada proses mendidik yang bermuara

pada penyempurnaan akhlak/moral peserta didik (Nizar, 2001:86-88).

Namun, kata pendidikan ini lebih sering diterjemahkan dengan

“tarbiyah” yang berarti pendidikan (Ramayulis, 2002:13).

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Aktualisasi Nilai-nilai Pluralisme Agama

a. Aktualisasi

Aktualisasi adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk

melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Menurut Maslow (Arinato,

Page 30: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

14

2009), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri

dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik.

Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh

belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan

berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika

mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami

pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.

Aktualisasi dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang

paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan

kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan

pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah

besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan

aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh

dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga

perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian

(http://elearning.gunadarma.ac.id/)

b. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan

kualitas, dan berguna bagi manusia. Ketika dinyatakan bahwa sesuatu

itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan

manusia. Nilai bisa dipilah menjadi 2 macam. Pertama: nilai dasar dan

yang kedua: nilai instrumental

Page 31: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

15

c. Pluralisme Agama

Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata,

yaitu “pluralisme atau pluralism (A.S Hornby et.al., 1972:744)” dan

“agama”. Dalam bahasa Arab diterjemahkan “al-ta‟addudiyyah

aldiniyyah” dan dalam bahasa Inggris “religious pluralism”. Oleh

karena, istilah pluralisme agama berasal dari bahasa Inggris, maka

untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus

bahasa tersebut. Pluralisme berarti “jamak” atau lebih dari satu.

Pengertian secara bahasa: Dalam kamus Oxford, pluralisme

ditafsirkan kedalam dua bentuk yakni pluralisme, yang menunjukkan

suatu kehidupan dalam sebuah masyarakat yang dibentuk oleh

kelompok-kelompok suku-bangsa yang berbeda-beda, di mana

kelompok-kelompok ini mempunyai kehidupan politik dan agama

yang berbeda. Definisi ini bentuknya menjelaskan suatu fenomena

kemasyarakatan dan pluralisme berarti menerima prinsip bahwa

kelompok-kelompok suku-bangsa yang berbeda-beda dapat hidup

secara rukun dan damai dalam suatu masyarakat. Definisi ini

mengandung suatu ide dan maktab pemikiran (Anonim, Wahdat al-

Adyan : Melerai Konflik Umat Beragama, www.nusantaraonline.com)

Adapun tentang agama para ahli sosiologi dan antropologi

cenderung mendefinisikan agama dari sudut fungsi sosialnya, yaitu

suatu sistem kehidupan yang mengikat manusia dalam satuan-satuan

atau kelompok-kelompok sosial. Sedangkan kebanyakan pakar

teologi, fenomenologi dan sejarah agama melihat agama dari aspek

Page 32: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

16

substansinya yang sangat asasi yaitu sesuatu yang sakral (Anonim,

Wahdat al-Adyan : Melerai Konflik Umat Beragama,

www.nusantaraonline.com)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik suatu

pengertian bahwa “pluralitas agama” adalah kondisi hidup bersama

(koeksistensi) antar agama (dalam arti yang luas) yang berbeda-beda

dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik

atau ajaran masing-masing agama. Namun dari segi konteks dimana

“pluralisme agama” sering digunakan dalam studi-studi dan wacana

sosio-ilmiah pada era modern ini, memiliki definisi yang berbeda.

Pluralisme agama adalah suatu gagasan bahwa agama-agama besar

dunia merupakan persepsi dan konsepsi yang berbeda tentang dan

secara bertepatan merupakan respon real atau Yang Maha Agung dari

dalam pranata kultural manusia yang bervariasi dan bahwa

transformasi wujud manusia dari pemusatan diri menuju pemusatan

hakiki terjadi secara nyata dalam setiap masing-masing pranata

kultural manusia tersebut dan terjadi, sejauh yang dapat diamati,

sampai pada batas yang sama.

Menurut penulis dapat disimpulkan yang dimaksud dengan upaya guru

pendidikan agama Islam dalam mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme

agama adalah bimbingan atau bantuan kepada anak/remaja dalam rangka

pengembangan potensi dan mengubah diri menjadi berakhlak sesuai dengan

ajaran-ajaran Islam dalam satuan terkecil dimana peran orang tua sangat

dibutuhkan.

Page 33: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

17

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang

permasalahan yang dikaji, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Soedarsa (1998:4) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang informasi atau data yang dikumpulkan

tidak berwujud angka-angka dan analisisnya berdasarkan prinsip logika.

Adapun asumsi dari metode ini karena pendekatan kualitatif mempunyai

kemampuan mengungkap data yang tersirat dan terselubung dengan

memahami kerangka acuan dari pelaku perbuatan itu sendiri.

Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis disini adalah jenis

penelitian deskriptif, yakni penelitian yang berusaha menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data dengan

menyajikan data tersebut untuk dianalisis dan diinterprestasikan serta

menggambarkan situasi dan kejadian atau peristiwa, penelitian deskriptif

ini juga berusaha memberikan gambaran dengan sistematis, cermat dari

fakta-fakta yang aktual.

Menurut Suharsismi Arikunto (1999: 291) penelitian deskriptif

kualitatif tidak menguji hipotesis melainkan menyajikan data melalui

ungkapan verbal yang dapat menggambarkan sebagaimana kondisi yang

sebenarnya. Penelitian deskriptif menitikberatkan pada observasi dan

suasana alamiah (naturalistic setting). Peneliti dalam hal ini bertindak

sebagai pengamat yang hanya membuat kategori perilaku, mengamati

Page 34: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

18

gejala dan mencatat dalam buku. serta menggunakan metode penelitian

yang bersifat studi kasus, yakni mempelajari secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang, dan interaksi sosial, individu, kelompok,

lembaga atau masyarakat.

2. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya alat pengumpulan data yang paling utama dalam

penelitian kualitatif adalah manusia (responden), baik dari peneliti sendiri

atau dengan bantuan orang lain. Dalam penelitian ini peneliti sebagai

instrumen sekaligus pengumpul data yang bertindak sebagai participant

observation (pengamat berperan aktif), maka kehadiran peneliti sangat

penting untuk mengadakan penyesuaian diri dengan hal-hal yang terjadi di

lapangan. Selain itu hanya manusialah yang dapat berhubungan dengan

responden dan mampu untuk memahami dengan kaitan kenyataan-

kenyataan yang ada di lapangan (Moleong, 2002:5).

Dalam penelitian ini status peneliti diketahui oleh informan atau

responden. Peneliti bersifat terbuka dan menampakkan bahwa dirinya

adalah seorang peneliti yang sedang melakukan penelitian serta

mengharap ada respon dari responden. Adapun cara yang digunakan

adalah dengan menggunakan pedoman wawancara dengan daftar

pertanyaan terbuka, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMK Negeri 03

Salatiga. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan

pada bulan November 2015 sampai dengan selesai.

Page 35: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

19

4. Sumber Data

a. Sumber data primer diperoleh dari wawancara Kepala Sekolah, Wakil

Kepala Kurikulum dan para guru PAI di SMK Negeri 03 Salatiga.

b. Sumber data sekunder yang dapat diperoleh dari data-data yang

berhubungan dengan pengaktualisasian pluralisme agama di kalangan

sekolah.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan

fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi :

a. Metode Interview

Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan yang sistematis kepada para responden.

Wawancara bermakna tahapan cara interview (pewawancara) dengan

responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Hadi, 2000:196).

Metode ini ditujukan kepada kepala sekolah, wakil kepala

kurikulum dan para guru PAI di SMK Negeri 03 Salatiga yang dapat

menjelaskan upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03

Salatiga.

b. Metode Observasi

Observasi sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis fenomena yang diselidiki (Hadi, 2000:136). Metode ini

digunakan untuk mendapatkan data seperti: letak geografis, keadaan

Page 36: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

20

lingkungan, metode yang digunakan dalam mengaktualisasikan nilai-

nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya

barang-barang tertentu, majalah, dokumen dan peralatan untuk

memperoleh data, metode yang digunakan untuk mencari data tentang

upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam mengaktualisasikan

nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga dan perubahan

yang dilakukan, struktur organisasi serta data lain tentang upaya guru

dalam mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama.

6. Teknik Analisis Data

Lexy J. Moleong (1998:108), dalam bukunya yang berjudul

"Metode Penelitian Kualitatif" disebutkan analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan

susunan uraian dasar, sehingga dapat menentukan hipotesis kerja yang

disarankan oleh data.

Dalam analisis data ada beberapa tekhnik yang dilakukan secara

bertahap. Secara prosedural data yang diperoleh dengan mengoptimalkan

metode penelitian yang digunakan, yang kemudian direduksi, disajikan,

disimpulkan, dan diverifikasikan.

a. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Matthew

Page 37: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

21

B. Miles dan A. Michael Huberman, t.th: 161). Hasil dari reduksi data

tersebut kemudian diverbalkan dan dipilah-pilah menurut kategori

datanya.

b. Penyajian data

Dalam tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi

dengan rapi dan runtut sehingga peneliti mampu melakukan tindakan

lanjut untuk analisa data.

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir setelah

reduksi dan data disajikan dan kesimpulan yang masih meragukan

akan diverifikasi dengan data-data baru sehingga sampai pada

keyakinan tingkat validitas yang memadai

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu

triangulasi (keabsahan). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.

Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan

mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini

dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan siswa dengan apa yang dikatakan

guru.

Page 38: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

22

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

terkait.

d. Membandingkan apa yang dikatakan key informan dan informan.

8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh

peneliti, antara lain :

a. Kegiatan administrasi yang meliputi pengajuan ijin operasional dari

IAIN Salatiga untuk melakukan penelitian kepada guru-guru di SMK

Negeri 03 Salatiga.

b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan.

c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung

mendapat data.

d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan

data penelitian.

e. Penyajian data dengan susunan dan urutan-urutan yang memungkinkan

dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan.

f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau

menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai

akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan

data.

H. Sistematika Pembahasan

Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian

pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan

Page 39: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

23

tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya,

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN.

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran

yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara

lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,

sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA.

Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis

tentang: Pertama, tinjauan pendidikan agama Islam, meliputi:

pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama

Islam dan upaya guru dalam memberikan pendidikan agama Islam.

Kedua, tinjauan pluralisme agama, meliputi: pengertian pluralisme

agama, pluralisme agama dalam Al-Qur‟an, pluralisme agama di

lingkungan sekolah.

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum SMK Negeri 03 Salatiga;

tinjauan historis; letak geografis, keadaan penduduk, struktur

organisasi dan paparan mengenai nilai-nilai pluralisme agama

yang terdapat di SMK Negeri 03 Salatiga, upaya yang dilakukan

guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam mengaktualisasikan

nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga dan cara

pengaktualisasian nilai-nilai pluralisme agama oleh guru

Page 40: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

24

pendidikan agama Islam (PAI) dapat mewujudkan harmoni

keberagamaan di SMK Negeri 03 Salatiga.

BAB IV : PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang nilai-nilai pluralisme agama yang

terdapat di SMK Negeri 03 Salatiga, upaya yang dilakukan guru

pendidikan agama Islam (PAI) dalam mengaktualisasikan nilai-

nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga dan

pengaktualisasian nilai-nilai pluralisme agama oleh guru

pendidikan agama Islam (PAI) dapat mewujudkan harmoni

keberagamaan di SMK Negeri 03 Salatiga.

BAB V : PENUTUP

Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir

dari penulisan skripsi ini

Page 41: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

I. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan salah satu dari kebutuhan mendasar manusia yang

selalu diperlukan di sepanjang hidupnya. Pendidikan merupakan sarana untuk

memberikan petunjuk hidup dan membangun diri manusia manjadi seorang

pemikir. Dari sisi sosial, pendidikan merupakan faktor penting dalam hidup

bermasyarakat. Masalah pendidikan adalah masalah yang penting dalam

kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan berbangsa dan

bernegara. Sehingga pendidikan dijadikan suatu ukuran maju mundurnya suatu

bangsa. Sedangkan yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah suatu

landasan yang dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan.

Umumnya yang menjadi landasan penyelenggaraan pendidikan suatu bangsa dan

negara adalah pandangan hidup bangsa dan falsafah hidupnya.

Dalam hal ini menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhaimin (2002:36)

menjelaskan bahwa:

Dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut dangan kata “ta‟lim” dan

“ta‟dib” mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-

unsur pemgetahuan („ilm), pengajaran (ta‟lim) dan pembimbingan yang baik

(tarbiyah). Sedangkan menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam itu

setidak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu Altarbiyah al-

diniyah (pendidikan keagamaan), ta‟lim al-din (pengajaran agama), al-

ta‟lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta‟lim al-Islamy (pengajaran

keislaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-

tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah „inda almuslimin

pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al- Islamiyah

(pendidikan Islam).

Page 42: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

26

Para ahli pendidikan biasanya lebih menyoroti istilah tersebut dari aspek

perbedaan anatara tarbiyah dan ta‟lim, atau antara pendidikan dan pengajaran. Di

kalangan para peneliti Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada

pembimbingan watak, moral sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah pada

afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan

atau menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor.

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat (1996:86) pengertian Pendidikan

Agama Islam dapat disimpulkan, sebagai berikut :

a. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan

mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan

hidup (way of life).

b. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan

ajaran Islam.

c. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran

agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar

nantinya setelah selesai dari pendidikannya, ia dapat memahami, menghayati

dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara

menyeluruh serta menjadikannya sebagai suatu pandangan hidupnya, demi

keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun di akhirat kelak.

Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan “usaha sadar yang dilakukan pendidik

dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan

mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

Page 43: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

27

pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”

(Majid dan Andayani, 2004:132).

Pengertian pendidikan lebih diperluas cakupannya, pertama sebagai

aktivitas berarti upaya secara sadar yang dirancang untuk membantu seseorang

atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup,

dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun

mental dan sosial. Kedua, pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa

perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya

suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau

beberapa pihak.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia memiliki status

yang lebih kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi :

a. Dasar dari segi Yuridis atau hukum

Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari

peraturan perundang-undangan, yang secara langsung dan tidak langsung

dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-

sekolah ataupun lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.

1) Dasar ideal

Dasar Ideal adalah dasar dari falsafah Negara Pancasila dimana sila

pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung

pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan

Yang Maha Esa atau tegasnya harus beragama. Untuk merealisir hal

tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan agama di sekolah.

Page 44: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

28

2) Dasar stuktural / Konstusional

Yakni dari dasar UUD 1945 dalam bab IX pasal 29 ayat 2, yang

berbunyi :

a) Negara berdasarkan Atas Ketuhanan Yang Maha Esa

b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan

kepercayaannya itu.

Dari bunyi UUD tersebut adalah mengandung pengertian bahwa bangsa

Indonesia harus beragama. Dalam arti orang atheis dilarang hidup di

negara Indonesia. Di samping itu negara melindungi umat beragama,

untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agamanya

masing-masing. Karena itu supaya umat beragama tersebut dapat

menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing

diperlukan adanya pendidikan agama.

3) Dasar operasional

Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara

langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di

Indonesia. Pelaksanaan pendidikan Agama secara langsung dimasukkan ke

dalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai

dengan universitas-universitas negeri.

b. Dasar dari religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang

bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur‟an maupun

Hadist Nabi. “Al-Qur‟an adalah sumber ajaran Islam yang pertama, memuat

kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW”

Page 45: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

29

(Zainuddin, 2007:86). Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan

agama adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-

Nya. Dalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang menunjukkan adanya perintah

tersebut, antara lain : Dalam surat An-Nahl ayat 125, berbunyi:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

(perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara

yang hak dengan yang bathil.) dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk”. (Departemen Agama RI,

2007:287)

Dalam surat Ali Imron ayat 124, berbunyi

Artinya: (ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin:

"Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan

tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?". (Departemen

Agama RI, 2007:66)

Untuk memahami yang terinci, umat Islam diperintahkan agar mengikuti

ajaran Rasulullah SAW. Karena tindak tanduk perilaku beliau itu merupakan

contoh kongrit yang dapat ditangkap oleh manusia. Dalam sabda Rasulullah

SAW :

مكارماألخالق ألمتم بعثت إمنا وسلم عليه اهللصلى اهللقالرسو : قال هريرة أىب وعن (البهخرار ررورااه (

Artinya : “sesungguhnya aku diutus oleh Tuhan (Allah), hanya umtuk

menyempurnakan akhlaq”(HR. Abu Hurairah)

Page 46: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

30

Dengan demikian, dasar pendidikan agama Islam sudah jelas dan tegas

yaitu firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW, maka isi Al-Qur‟an dan

Hadits yang menjadi pedoman pendidikan agama Islam. Al-Qur‟an adalah

sumber kebenaran dalam agama Islam, sedangkan Sunnah Rasulullah yang

dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa perkataan,

perbuatan atau pengakuan Rasulullah SAW dalam bentuk isyarat.

c. Dasar dari Sosial Psikologis

Setiap manusia selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup

yang disebut agama. “Jiwa mengalami kesempurnaan melalui proses

pendidikan dan pengajaran akhlak serta santapan ilmu” (Hartati, 2004:71).

Mereka merasakan dalam jiwanya ada suatu perasaan yang menyakini adanya

suatu dzat yang Maha Kuasa, tempat mereka memohon pertolongan. Hal ini

terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun yang sudah modern,

mereka akan tenang dan tentram apabila mendekatkan diri kepada Allah. Hal

semacam ini sesuai dengan firman Allah QS. Ar-Ra‟a ayat 28:

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Departemen

Agama RI, 2007:256)

Karena itu manusia akan selalu berusaha untuk selalu mendekatkan diri

kepada Allah, hanya saja mereka mengabdi dan mendekatkan diri pada itu,

dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan, dan dari

tujuan pendidikan akan menentukan arah mana anak didik itu dibawa. Dari

dasar pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah maka jelaslah

bahwa pendidikan Agama Islam merupakan suatu hal yang wajib diikuti dan

Page 47: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

31

dilaksanakan dengan penuh keiklasan secara baik dan benar semua yang

beragama Islam.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan dalam Islam harus kita pahami sebagai upaya mengubah

manusia dengan pengetahuan dengan sikap dan prilaku yang sesuai dengan

kerangka nilai tertentu (Islam). Secara pasti tujuan pendidikan Islam yaitu

menciptakan SDM yang berkepribadian Islam, dalam arti cara berfikirnya

berdasarkan nilai Islam dan berjiwa sesuai dengan ruh dan nafas Islam. Begitu

pula, metode pendidikan dan pengajaran disusun untuk mencapai tujuan tadi.

Setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tercapainya tujuan tersebut tentu

akan dihindarkan. Jadi, pendidikan Islam bukan semata-mata melakukan

knowledge transfer, tetapi memperhatikan apakah ilmu pengetahuan yang

diberikan itu dapat mengubah sikap atau tidak. Tujuan pendidikan Islam bukanlah

menghasilkan warga negara dan pekerjaan yang baik, tetapi untuk menciptakan

manusia yang baik. Dalam kerangka ini maka diperlukan monitoring yang intensif

oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah (negara) terhadap perilaku

peserta didik, sejauh mana mereka terikat dengan konsepsi-konsepsi Islam.

Tujuan pendidikan agama Islam secara umum ialah “meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama

Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada

Allah SWT serta berpendidikan agama Islam mulia dalam kehidupan kepribadian,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” (GBPP PAI, 1994). Hal ini sering

dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, yaitu untuk beribadah

kepadanya (Allah), Allah berfirman dalam QS. Adz Dzariyaat ayat 56 :

Page 48: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

32

Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku” (Departemen Agama RI,

2007:523)

Tujuan umum pendidikan agama tersebut dengan sendirinya tidak akan

dapat dicapai dalam waktu sekaligus, tetapi membutuhkan proses atau

membutuhkan waktu yang panjang dengan tahap tertentu, dan setiap tahap yang

dilalui itu juga mempunyai tujuan tertentu yang disebut tujuan khusus.

Dalam membahas tujuan Pendidikan Agama Islam menurut beberapa ahli

atau tokoh pendidikan Islam adalah :

a. Imam Al Ghazali mengatakan tujuan pendidikan agama Islam yang hendak

dicapai adalah “pertama kesempurnaan manusia yang puncaknya dekat

dengan Allah, kedua kesempatan manusia yang puncaknya kebahagiaan di

dunia dan di akhirat” (Aminuddin, 2005:20).

b. Muhamad Athiyah Al Abrasi mengemukakan tujuan pendidikan Islam secara

umum, ialah: untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia; persiapan

untuk kehidupan dunia dan akhirat; persiapan mencari rizki dam pemeliharaan

segi-segi kemanfaatan; menumbuhkan semangat ilmiah scientivic spirit pada

pelajar dan memuaskan arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia

mengkaji ilmu demi ilmu; menyiapkan pelajaran dalam segi profesional,

tehnis supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan ketrampilan tertentu agar

ia dapat mencapai rizki dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian

(Aminuddin, 2005:20).

Page 49: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

33

c. Menurut Ahmad D. Marimba dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan

Islam menyatakan “tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya

kepribadian muslim” (Hamdani, 1998:15).

Dari beberapa pendapat tersebut diatas maka dapat ditarik suatu pengertian

bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk mencapai keseimbangan

pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui latihan

kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indra, sehingga memiliki

kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus

mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik spiritual, intelektual,

imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmihannya, bahasanya, baik secara kelompok

serta mendorong aspek-aspek itu kearah kebaikan atau kesempurnaan hidup.

Dengan uraian singkat dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui aspek-aspek yang ada sehingga

sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi tahap.

Manusia akan mendapat kematangan hidup setelah mendapat bimbingan dan

usaha-usaha melalui proses pendidikan.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiah Daradjat (1991) mengatakan bahwa Pendidikan Agama

Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan

penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena Pendidikan Agama Islam

mempunyai dua aspek terpenting, yaitu:

a. Ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui

pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya

Allah SWT.

Page 50: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

34

b. Ditujukan kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama

Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah SWT, beserta

seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yang

dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-Nya) tidak dimengerti dan

dipahami secara benar.

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2004:134) pendidikan agama

berfungsi, sebagai berikut: Pertama, pengembangan, yaitu meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan

dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban

menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam.

Kedua, keluarga berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri

anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan

tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Ketiga, penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk

mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Keempat, penyesuaian mental

yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam

baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Kelima, perbaikan yaitu untuk

memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam

keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Keenam, pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya

atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. Ketujuh, pegajaran

tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nyata)

Page 51: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

35

sistem dan fungsionalnya. Kedelapan, penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-

anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri

dan bagi orang lain.

J. Tinjauan Tentang Pluralisme Agama

1. Pengertian Pluralisme Agama

Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu

“pluralisme atau pluralism” dan “agama”. Pluralisme berasal dari kata “plural”

yang berarti banyak atau berbilang atau “bentuk kata yang digunakan untuk

menunjukkan lebih daripada satu” (form of word used with reference to more than

one). Pluralisme dalam filsafat adalah pandangan yang melihat dunia terdiri dari

banyak makhluk. Istilah ini sering dilawankan dengan monoteisme yang

menekankan kesatuan dalam banyak hal atau dualisme yang melihat dunia terdiri

dari dua hal yang berbeda. Monoisme terbagi kepada physic monoism yang

terwujud dalam filsafat materialisme bahwa seluruh alam adalah benda dan

mental monoism atau idealism yang menyatakan bahwa alam seluruhnya adalah

gagasan atau idea. Pada dualism, segala sesuatu dilihat sebagai dua, Filsafat

Zoroaster misalnya, melihat dunia terbagi kepada gelap dan terang, dan Descartes

mempertentangkan antara pikiran (mind) dan benda (mater). Pada pluralism,

segala hal dilihat sebagai banyak (Riyal Ka‟bah, 2005:68).

Dalam bahasa Arab diterjemahkan “al-ta‟addudiyyah aldiniyyah” dan

dalam bahasa Inggris “religious pluralism”. Oleh karena istilah pluralisme agama

berasal dari bahasa Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus

Page 52: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

36

merujuk kepada kamus bahasa tersebut. Pluralisme berarti “jamak” atau lebih dari

satu. Pengertian secara bahasa: Dalam kamus Oxford, pluralisme ditafsirkan

kedalam dua bentuk yakni; Pluralisme, yang menunjukkan suatu kehidupan dalam

sebuah masyarakat yang dibentuk oleh kelompok-kelompok suku-bangsa yang

berbeda-beda, di mana kelompok-kelompok ini mempunyai kehidupan politik dan

agama yang berbeda. Definisi ini bentuknya menjelaskan suatu fenomena

kemasyarakatan. Pluralisme berarti menerima prinsip bahwa kelompok-kelompok

suku-bangsa yang berbeda-beda dapat hidup secara rukun dan damai dalam suatu

masyarakat. Definisi ini mengandung suatu ide dan maktab pemikiran

(http://www.nusantaraonline.com/, diakses tanggal 30 Oktober 2015 jam 13 30

WIB).

Adapun tentang agama para ahli sosiologi dan antropologi cenderung

mendefinisikan agama dari sudut fungsi sosialnya, yaitu suatu sistem kehidupan

yang mengikat manusia dalam satuan-satuan atau kelompok-kelompok sosial.

Sedangkan kebanyakan pakar teologi, fenomenologi dan sejarah agama melihat

agama dari aspek substansinya yang sangat asasi yaitu sesuatu yang sakral.

Pluralisme agama secara istilah, minimal memiliki empat macam penggunaan :

(http://www.nusantaraonline.com/, diakses tanggal 30 Oktober 2015 jam 13 30

WIB)

a. Pluralisme disamakan dengan toleransi, yakni bermakna toleran dan hidup

bersama secara rukun untuk mencegah dan mengantisipasi pertikaian dan

peperangan.Dalam definisi ini, keragaman dan kejamakan diterima sebagai

suatu realitas kemasyarakatan. Yakni para pengikut masing-masing dari

Page 53: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

37

agama dan mazhah, dalam kenyataan mereka memandang bahwa hanya diri

mereka yang benar dan ahli selamat, dalam bergaul dan bermasyarakat dengan

para pengikut agama dan mazhab lainnya selalu toleran, rukun, dan saling

menghormati.

b. Pluralisme yang bermakna agama adalah satu. Semua agama datang dari sisi

Tuhan, tetapi mempunyai wajah yang berbeda-beda. Perbedaan agama-agama

tidak pada tataran substansi agama, akan tetapi pada arah pemahaman agama.

Sekelompok orang memahami perkara Ilahi dalam satu bentuk maka mereka

menjadi Yahudi. Segolongan lainnya memahaminya dalam bentuk lain maka

mereka menjadi orang-orang Nasrani. Adapun orang-orang Muslim dan

pengikut-pengikut agama lainnya memahami perkara-perkara Tuhan dalam

bentuk yang berbeda dengan kedua pengikut agama tersebut di atas.

c. Bentuk ketiga makna dari pluralisme adalah bahwa terdapat hakikat yang

banyak dan kita tidak memiliki hanya satu hakikat. Berbagai akidah dan

keyakinan yang saling bertentangan, terlepas dari perbedaan pemahaman kita,

semuanya adalah hakikat dan benar.

d. Hakikat, merupakan totalitas dari bagian-bagian dan unsur-unsur, di mana

masing-masing dari setiap unsure bagian ini ditemukan dalam setiap agama-

agama. Oleh karena itu, kita tidak memilili satu agama yang komprehensip

dan utuh, tetapi kita mempunya keseluruhan agama-agama yang setiap dari

mereka memiliki saham hakikat. Oleh karena itu, tidak satupun dari agama-

agama yang dapat mengklaim dirinya sebagai agama yang mencapai hakikat

Page 54: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

38

secara keseluruhan dan sempurna. Tidak Islam. Tidak Nasrani, tidak Yahudi,

tidak Budha, dan tidak yang lainnya.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa “pluralitas

agama” adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti yang

luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan

ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama.

Namun dari segi konteks dimana “plurlisme agama” sering digunakan

dalam studi-studi dan wacana sosio-ilmiah pada era modern ini, memiliki definisi

yang berbeda. John Hick, yang dikutip Anis Malik Thoha misalnya menyatakan:

”Pluralisme agama adalah suatu gagasan bahwa agama-agama besar dunia

merupakan persepsi dan konsepsi yang berbeda tentang, dan secara bertepatan

merupakan respon real atau Yang Maha Agung dari dalam pranata kultural

manusia yang bervariasi; dan bahwa transformasi wujud manusia dari pemusatan

diri menuju pemusatan hakiki terjadi secara nyata dalam setiap masing-masing

pranata kultural manusia tersebut dan terjadi, sejauh yang dapat diamati, sampai

pada batas yang sama. Dengan kata lain, Hick menurut Anis menegaskan

sejatinya semua agama adalah merupakan manifestasi-manifestasi dari realitas

yang satu. Dengan demikian, semua agama sama dan tak ada yang lebih baik dari

yang lain (Anis Malik Toha, Melacak Pluralisme Agama, dari

www.hidayatullah.com didownload pada tanggal 12 Oktober 2015).

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia mendefinisikan Pluralisme

Agama sebagai; Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa

semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif;

oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa agamanya

saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan

bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga

(Fatwa MUI dalam majalah Media Dakwah No.358 Ed. Sya‟ban 1426

H/September 2005:49).

Page 55: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

39

2. Sosio-Historis Pluralisme Agama

Pemikiran pluralisme agama muncul pada masa yang disebut dengan

pencerahan (Enlightment) Eropa, tepatnya pada abad ke-18 Masehi, masa yang

sering disebut sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern.

Yaitu masa yang diwarnai dengan wacana-wacana baru pergolakan pemikiran

manusia yang berorientasi pada superioritas akal (rasionalisme) dan pembebasan

akal dari kungkungan-kungkungan agama. Di tengah hiruk-pikuk pergolakan

pemikiran di Eropa yang timbul sebagai konsekuensi logis dari konflik-konflik

yang terjadi antara gereja dan kehidupan nyata di luar gereja, muncullah suatu

paham yang dikenal dengan “liberalisme”, yang komposisinya adalah kebebasan,

toleransi, persamaan dan keragaman atau pluralisme (Thoha, 2005: 16-17).

Sebenarnya gagasan pluralisme agama merupakan upaya peletakan

landasan teoritis dalam teologi Kristen untuk berinteraksi secara toleran dengan

agama lain. Gagasan pluralisme agama ini merupakan salah satu elemen gerakan

reformasi pemikiran agama atau liberalisasi agama yang dilancarkan oleh Gereja

Kristen pada abad ke-19. Gerakan ini kemudian dikenal dengan Liberal

Protestantism. Pelopornya adalah Friedrich Schleiermacher. Memasuki abad ke-

20, gagasan pluralisme agama semakin kokoh dalam wacana pemikiran filsafat

dan teologi Barat (Anis Malik Toha, Melacak Pluralisme Agama, dari

www.hidayatullah.com di akses pada 25 November 2015).

Seorang teolog Kristen liberal dalam sebuah makalahnya yang berjudul

"Posisi Agama Kristen di antara Agama-agama Dunia" yang disampaikan dalam

sebuah kuliah di Universitas Oxford (1923), Troeltsch melontarkan gagasan

Page 56: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

40

pluralisme agamanya secara argumentatif. Menurutnya, semua agama termasuk

Kristen, selalu mengandung elemen kebenaran dan tidak satu agama pun yang

memiliki kebenaran mutlak. Konsep ketuhanan di muka bumi ini beragam dan

tidak tunggal. Tokoh lainnya adalah William E Hocking dengan gagasannya yang

ditulis dalam buku Re-thinking Mission (1932) dan Living Religions and A World

Faith. Ia tanpa ragu-ragu memprediksi akan munculnya model keyakinan atau

agama universal baru yang selaras dengan konsep pemerintahan global. Gagasan

serupa datang dari sejarawan Inggris ternama, Arnold Toynbee (1889-1975),

dalam karyanya An Historian's Approach to Religion (1956) dan Cristianity and

World Religions (1957). Juga seorang teolog dan sejarawan Kanada, Wilfred

Cantwell Smith yang dalam bukunya Towards A World Theology (1981) yang

mencoba meyakinkan perlunya menciptakan konsep teologi universal atau global

yang bisa dijadikan pijakan bersama bagi agama-agama dunia dalam berinteraksi

dan bermasyarakat secara damai dan harmonis. Fenomena sosial politik juga

mengetengahkan realitas baru kehidupan antar agama yang lebih nampak sebagai

penjabaran, bahkan suatu proses sinergi gagasan pluralisme agama ini (Anis

Malik Toha, Melacak Pluralisme Agama, dari www.hidayatullah.com di akses

pada 25 November 2015).

Pluralisme agama pada awalnya adalah ide yang digagas sebagai respons

teologis atas perkembangan yang berlaku di masyarakat Barat ketika itu. Konflik

agama terjadi di mana-mana sehingga menimbulkan ribuan korban jiwa. Atas

nama agama, masing-masing pihak menghabisi pihak lain yang berseberangan

dengannya. Dalam kondisi seperti inilah kemudian lahir gerakan liberalisme.

Page 57: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

41

Gerakan liberalisme pada awalnya bersifat politis karena tujuannya hanya untuk

membatasi intervensi gereja dalam administrasi pemerintahan. Akan tetapi, pada

abad 19, gerakan liberalisme menular ke barisan Kristen Protestan sehingga

melahirkan apa yang disebut Protestan Liberalisme. Tidak bisa dinafikan, gerakan

ini sangat kuat dipengaruhi oleh konsep modernisme yang juga sedang

berkembang saat itu. Di antara penggagas gerakan ini adalah teolog Protestan

Fredrich Schleiermacher (1768-1834), yang pikiran-pikirannya banyak

mempengaruhi John Hick. Ide-ide dasar pluralisme agama dapat ditelusuri dari

tulisan Schleiermacher. Schleiermacher menilai bahwa agama adalah urusan

privat; esensinya terletak pada jiwa dan diri manusia dalam interaksinya dengan

Yang Mutlak, bukan pada institusi tertentu dari agama atau bentuk-bentuk

eksternalnya.

Dalam kerangka teoretis pluralisme agama pada masa ini telah

dimatangkan oleh beberapa teolog dan filosof agama modern. Konsepsinya lebih

lihai, agar dapat diterima oleh kalangan antar agama. John Hick adalah yang

pertama kali merekonstruksi landasan-landasan teoretis pluralism agama

sedemikian rupa, sehingga menjadi sebuah teori yang baku dan populer. Hick

menuangkan pemikirannya dalam buku An Interpretation of Religion : Human

Responses to the Transcendent. Buku ini diangkat dari serial kuliahnya pada tahun

1986-1987, yang merupakan rangkuman dari karya-karya sebelumnya (Anis

Malik Toha, Melacak Pluralisme Agama, dari www.hidayatullah.com).

Sementara itu gagasan pluralisme agama dalam wacana pemikiran Islam,

baru muncul pada masa-masa pasca Perang Dunia II, ketika mulai terbukanya

kesempatan besar bagi generasi-generasi muda Muslim untuk mengenyam

pendidikan di universitas-universitas Barat sehingga mereka dapat berkenalan dan

bergesekan langsung dengan budaya Barat. Dalam waktu yang sama, gagasan

pluralisme agama menembus dan menyusup ke wacana pemikiran Islam. Antara

Page 58: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

42

lain melalui karya pemikir-pemikir mistik Barat Muslim seperti Rene Guenon dan

Frithjof Schuon. Karya-karya mereka ini, khususnya Schuon dengan bukunya The

Transcendent Unity of Religions, yang sarat dengan pemikiran, tesis dan gagasan

yang menjadi inspirasi dasar bagi tumbuh-kembangnya wacana pluralisme agama.

Beberapa faktor munculnya pluralisme agama, sebagai berikut:

a. Faktor pertama, keyakinan konsep ketuhanannya adalah paling benar (Truth

Claim).

b. Faktor kedua, keyakinan bahwa agamalah yang menjadi jalan keselamatan.

c. Faktor ketiga, keyakinan bahwa mereka adalah umat pilihan.

d. Faktor keempat, pergeseran cara pandang kajian terhadap agama. Dalam

kajian agama yang seharusnya berpijak pada keyakinan, kajian ilmiah

moderen memposisikan agama sebagai obyek kajian yang sama sebagaimana

ilmu pengetahuan pada umumnya, yaitu berpijak pada keraguan.

e. Faktor kelima, kepentingan ideologi dengan mengangkat isu-isu demokrasi,

hak asasi manusia dan kebebasan serta perdamaian dunia.

Berdasarkan ketiga faktor diatas (faktor ke-1, 2 dan 3) para penggagas

pluralisme melihat konflik yang terjadi seringkali dilandasi oleh keyakinan-

keyakinan internal agama itu sendiri. Sehingga persepsi tentang ketuhanan, jalan

keselamatan dan umat pilihan harus didefinisikan ulang, sehingga agama tidak

lagi berwajah eksklusif. Sedangkan untuk faktor ke-4 dan ke-5, memang tidak

bisa kita pungkiri pula bahwa pluralisme muncul dari background dan

dipengaruhi oleh interes kapitalisme, globalisme dan liberalisme. Teologi

pluralisme telah berkembang dengan kuat pada zaman modern ini. Namun ada

beberapa perbedaan pandangan dalam hal metodologi dan pendekatan filosofis di

Page 59: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

43

kalangan pluralis. Sebagian pluralis berpandangan bahwa semua agama memiliki

inti atau esensi yang sama. Esensi yang sama ini dapat diidentifikasi secara

historis di dalam tradisi-tradisi mistik agama-agama dunia. Sedangkan sebagian

pluralis yang lain memulainya dengan asumsi relativitas historis, mereka

berpandangan bahwa semua tradisi bersifat relatif dan tidak dapat mengklaim

dirinya superior dibandingkan dengan jalan keselamatan lain, yang sama terbatas

dan sama relatifnya.

Pluralis merupakan penggabungan kedua unsur pendekatan di atas. Ia

menyatakan bahwa semua agama memiliki perbedaan-perbedaan historis dan

substansi yang penting. Menurut Hick pandangan bahwa semua agama memiliki

esensi yang sama, berada dalam bahaya mengkompromikan integritas tradisi

partikular dengan hanya menekankan satu aspek dari tradisi tersebut. Kesatuan

sesungguhnya dari agama-agama tidak ditemukan dalam doktrin atau pengalaman

mistik tetapi di dalam pengalaman keselamatan atau pembebasan yang sama.

Untuk memperjelas dan memperkokoh pemahaman tersebut, ia membangun suatu

garis besar teori tentang agama (Christian Sulistio, Teologi Pluralisme Agama

John Hick : Sebuah Dialog Kritis dari Perspektif Partikularis, dari

www.seabs.ac.id didownload pada tanggal 29 Oktober 2015).

3. Pluralisme Agama Dalam Al-Qur’an

Al-Qur‟an dengan sendirinya merupakan sumber rujukan paling otentik

bagi pluralisme. Dengan kata lain, Al-Qur‟an adalah pondasi bagi pluralisme di

dalam Islam. Al-Qur‟an menjelaskan dan menggambarkan tentang pluralisme

dengan porsi yang besar dan dalam. Penjelasan dan gambaran itu lebih besar dan

lebih dalam dari apa yang dibayangkan oleh para “pembelanya”. Al-Qur‟an tidak

pernah menghendaki manusia menjadi umat yang satu yang diatur oleh satu

Page 60: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

44

konvensi atau satu gagasan. Mereka berbeda dan akan terus berbeda. Sebagian

mereka berbeda dengan yang lain dalam ras, bahasa, keyakinan dan lain-lain.

Al-Qur‟an menjelaskan,"perbedaan bahasa dan warna kulit kalian". Kata

ikhtilafa (berbeda) dengan berbagai derivasinya begitu banyak terdapat di dalam

Al-Qur‟an. Ini tidak lain menunjukkan ruang luas bagi adanya perbedaan yang

berarti pluralisme (Al-Banna. 2006: 13-14).

Al-Qur‟an tidak hanya mengisyaratkan pluralisme secara global, bahkan

Al-Qur‟an menanamkan kaidah mendasar bagi kenyataan pluralisme. Kaidah itu

kemudian mencapai klimaksnya ketika Al-Qur‟an menegaskan adanya pluralitas

agama yang saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya di dalam

hidup ini.

Bagian dari kaidah yang menopang pluralisme di dalam Al-Qur‟an adalah

kebebasan berkeyakinan. Prinsip ini merupakan dalil paling jelas bagi pluralisme.

Prinsip ini menyentuh sesuatu yang sangat mendasar dalam setiap agama. Dalam

banyak ayat Al-Qur‟an menjelaskan prinsip ini begitu tegas, tanpa ragu-ragu

sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 256:

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya

Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu

barang siapa yang ingkar kepada Thaghut (syaitan dan apa saja

yang disembah selain dari Allah SWT) dan beriman kepada Allah,

Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang

amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi

Maha Mengetahui (Departemen Agama RI, 2007:43)

Islam melihat keberagaman sebagai masalah pilihan, kemantapan dan

keyakinan, maka tidak boleh ada paksaaan, apapun bentuknya, seperti yang

Page 61: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

45

dinyatakan dengan tegas dalam ayat di atas. Sebab dalam masalah ini, sepatutnya

seseorang itu ihklas, karena tanpa ihklas agama atau keimanan apapun tidak akan

bermakna apa-apa dalam kehidupannya.

Ayat Al-Qur'an di atas merupakan ungkapan yang sangat tegas dan

gamblang mengenai pandangan Islam terhadap kebebasan beragama dan

berkeyakinan, yang merupakan ciri kebebasan manusia yang paling utama.

Bahkan, menurut Sayyid Quthub, kebebasan ini merupakan hak asasi manusia

yang nomor satu, yang tanpanya manusia bukan lagi manusia (Thoha, 2005:210-

211). Sebagaimana dipertegas dalam firman Allah SWT, sebagai berikut:

a. QS. Yunus ayat 108

Artinya: “Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya teIah datang kepadamu

kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang

mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya (petunjuk itu) untuk

kebaikan dirinya sendiri. dan barangsiapa yang sesat, Maka

Sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. dan

Aku bukanlah seorang Penjaga terhadap dirimu (Departemen

Agama RI, 2007: 222).

b. QS. Al-Isra‟ ayat 15

Artinya: “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka

Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri;

dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi

(kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat

memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum

kami mengutus seorang rasul (Departemen Agama RI, 2007: 284).

c. QS. Al-Kahfi ayat 29

Page 62: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

46

Artinya: “Dan Katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka

barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan

barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir (Departemen

Agama RI, 2007: 298).

Ada beberapa ayat dalam Al-Qur‟an yang menunjukkan kepada nilai

pluralisme Islam, yang apabila kita hayati maka diharapkan hubungan antar

sesama kita, manusia dengan segala macam keanekaragaman ideologi, back-

ground sosial, etnik, dan sebagainya dapat terjembatani melalui nilai-nilai

pluralisme Islam ini.

Dalam QS. Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi:

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa

- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (Departemen

Agama RI, 2007: 518)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan makhluknya, laki-

laki dan perempuan, dan menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin

hubungan yang baik. Kata ta‟arafu pada ayat di atas maksudnya bukan hanya

berinteraksi tetapi berinteraksi positif. Karena itu setiap hal yang baik dinamakan

Page 63: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

47

dengan ma‟ruf. Dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan lainya dapat berinteraksi secara

baik dan positif. Sehingga interaksi positif itu sangat diharapkan menjadi

prasyarat kedamaian di bumi ini, namun yang dinilai terbaik disisi Tuhan atau

mereka yang termulia disisi Tuhan adalah mereka itu yang betul-betul dekat

kepada Allah. Jadi jelas Al-Qur‟an memberikan kepada kita alasan yang rasional

penciptaan manusia dengan beragam bangsa, bahasa, suku dan budaya. Kemudian

ditekankan dalam ayat lain, QS. Hud ayat 118, berbunyi:

Artinya : “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia

umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat

(Departemen Agama RI, 2007: 236)

Kalau Tuhan mau, dengan gampang sekali akan menciptakan mausia semua

dalam satu grup, monolitik, dan satu agama, tetapi Allah tidak menghendaki hal

tersebut. Tetapi Tuhan justru menunjukkan kepada realita bahwa pada hakikatnya

manusia itu berbeda-beda. Ini kehendak Tuhan. Atas dasar inilah orang berbicara

pluralisme.

Berbicara pluralisme artinya bukan satu, tetapi plural, banyak. Dan banyak

itu artinya berbeda, karena tidak ada yang sama. Maka kita harus bisa menghargai

pendapat orang lain, karena dia berbeda dengan kita. Itulah sebenarnya kita

inginkan di Indonesia ini, yaitu adanya respect terhadap pendapat orang lain, dan

inilah arti demokrasi. Tidak memaksakan kehendak satu kelompok kepada mereka

yang memiliki afinitas, hubungan erat dari segi ideologi, tauhid atau monoteisme,

Page 64: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

48

mereka adalah Ahlu Kitab. Oleh karena itu, dalam QS. Al-Ankabut ayat 46,

mengharuskan kita berhubungan dengan baik terhadap mereka:

Artinya: Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan

cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim 25 di

antara mereka, dan Katakanlah: "Kami Telah beriman kepada

(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan

kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya

kepada-Nya berserah diri (Departemen Agama RI, 2007: 403).

Allah SWT memperkuat ayat tentang pluralisme dengan firman-Nya dalam

QS. Al-Maidah ayat 48:

Artinya: “... sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu

umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-

Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.

Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu

diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan

itu.” (Departemen Agama RI, 2007: 403).

Jadi jelas, bahwa nilai-nilai pluralisme dalam Islam dapat dijumpai dalam Al-

Qur‟an. Hanya saja terkadang karena fanatisme manusia yang membawa dia

bukan kepada khilaf, tetapi kepada syiqaq. Bahkan realita yang kita temukan

dalam sejarah perkembangan peradaban kemanusiaan, banyak sekali perbedaan

pendapat yang mengarah kepada pertikaian, pembunuhan dan kesalah-fahaman

yang merugikan kita sendiri.

Page 65: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

49

Setelah tahu bahwa nilai-nilai pluralisme dalam Islam itu sangat kental,

maka kita harus mengembangkan nilai-nilai pluralisme ini untuk menghormati

pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapat kita kepada orang lain.

Karena orang lain juga memiliki keyakinan akan pendapatnya dan hal ini harus

kita hormati. Oleh karena itu dalam Al-Qur‟an jelas sekali disebutkan laikraha

fialdin, tidak ada pemaksaan dalam agama. Tidak bisa kita memaksakan kehendak

kita terhadap orang lain. Berilah kebebasan orang lain untuk mengutarakan

pendapatnya sebagaimana kita menginginkan kebebasan itu. Inilah inti dari

keadilan. Kalau kita mau menang sendiri berarti kita tidak adil. Karena kita juga

tidak ingin orang lain mau menang sendiri (Syihab, 2005: 15-18).

Pemahaman terhadap pluralisme yang relatif distingtif. Setidaknya ada tiga

poin yang terkandung dalam pluralisme, Pertama, pluralisme adalah keterlibatan

aktif ditengah keragaman dan perbedaan. Pluralisme sesungguhnya berbicara pada

tataran fakta dan realitas, bukan pada tatar teologis (sebagaimana inkusivisme),

oleh sebab itu pluralisme dalam tataran sosial lebih dari sekedar mengakui

keragaman dan perbedaan, melainkan merangkai keragaman untuk tujuan

kebersamaan. Kedua, pluralisme lebih dari sekedar toleransi. Dalam toleransi

akan lahir sebuah kesadaran tentang pentingnya menghargai orang lain. Tapi

pluralisme ingin melampaui capaian tersebut, yaitu menjadi sebuah upaya

memahami yang lain melalui sebuah pemahaman yang konstruktif. Pluralism

mengakui bahwa setiap entitas dalam masyarakat selalu mempunyai perbedaan

dan persamaan, oleh karena itu setiap entitas harus memahami dengan baik setiap

perbedaan dan persamaan tersebut. Ketiga, pluralisme bukan relativisme,

pluralisme adalah upaya menemukan komitmen bersama diantara berbagai

komitmen. Komitmen yang dimaksudkan adalah komitmen kemanusiaan. Disini

keragaman dalam pluralisme tetap dipertahankan, tidak dihilangkan. Sedangkan

Page 66: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

50

relativisme berada pada posisi menafikan komitmen, bahkan menafikan kebenaran

itu sendiri (Misrawi, 2007:207-208).

Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat beberapa bentuk orientasi

pluralisme, yaitu

1. Orientasi moral, yaitu ajakan untuk menyebarkan toleransi antar penganut

agama. Dalam istilah Muhammad legenhausen sebagai ”pluralisme religius

yang berifat normatif” yaitu himbauan dan kewajiban moral serta etis untuk

menghargai para pemeluk agama yang berbeda-beda dan mencegah arogansi

dalam beragama.

2. Pluralisme religius soteriologis (soteriological religious pluralism), yaitu

bahwa umat selain Kristen juga bisa memperoleh keselamatan Kristiani. Tesis

pluralisme soteriologi mula-mula diketengahkan John Hick untuk setidaknya

mengefektifkan pluralisme normatif secara psikologis.

3. Pluralisme religius epistemologi (epistemological religious pluralism), yaitu

pemahaman atau kesadaran setiap pengikut agama-agama didunia memiliki

kedudukan yang sama dalam konteks justifikasi keyakinan religius.

4. Pluralisme religius aletis (alethic religious pluralism), yaitu penegasan bahwa

kebenaran religius harus ditemukan dalam semua agama-agama dengan posisi

dan derajat yang sama.

5. Pluralisme religius deontis (deontic religious pluralism), yaitu pluralisme

yang menyangkut kehendak atau perintah Tuhan untuk mengikuti suatu tradisi

agama. Pluralisme jenis ini berupaya memberikan pemahaman dan tanggung

jawab manusia dihadapan keragaman tradisi agama didunia. Menurut

pluralisme religius deontis, pada beberapa daur sejarah tertentu (diachronic),

Tuhan memberikan wahyu pada umat manusia melalui seorang nabi dan rasul,

sampai ditetapkan rasul muhammad sebagai sebagai risalah terakhir.

Page 67: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

51

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum SMK Negeri 03 Salatiga; paparan

mengenai nilai-nilai pluralisme agama yang terdapat di SMK Negeri 03 Salatiga,

upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam

mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga dan

cara pengaktualisasian nilai-nilai pluralisme agama oleh guru pendidikan agama

Islam (PAI) dapat mewujudkan harmoni keberagamaan di SMK Negeri 03

Salatiga.

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Identitas Sekolah

Pada sub bahasan ini peneliti akan menjelaskan mengenai tempat yang

dijadikan objek penelitian, antara lain: Nama Sekolah : SMK Negeri 03 Salatiga,

Kepala Sekolah : Drs. Hadi Sutjipto, M.T. dengan Alamat Sekolah : Jl. Ja‟far

Shodiq, RT: 01 RW: 07 Desa : Kalibening. Sedangkan pendirian SMK Negeri 03

Salatiga pada 21 Mei 2007 yang diresmikan : 25 Mei 2007. Untuk status sekolah

adalah negeri dengan luas tanah : 52.000 m2 dan NSS : 321036202008. Adapun

bidang keahlian yang terdapat di SMK Negeri 03 Salatiga, antara lain: Teknik

Mekatronika, Teknik Ototronika, TSM, Teknik Sepeda Motor, Welding, ATPH

dan Geomatika.

2. Sejarah dan Letak Geografis SMK Negeri 03 Salatiga

Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang efisien dan efektif,

sangat diharapkan oleh setiap intitusi penyelengara pendidikan. Untuk

Page 68: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

52

mewujudkannya diperlukan kemampuan kerja yang maksimal, disiplin, dan

moralitas yang tinggi di kalangan anggota/ personal sekolah, perencanaan yang

memadai menjadi suatu acuan agar kemampuan optimal siswa dapat terwujud.

Bertitik tolak dari pandangan dan keinginan di atas, SMK Negeri 03 Salatiga

sebagai salah satu intitusi penyelenggara pendidikan, telah merumuskan konsep

sebagai landasan atau acuan penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam

bentuk visi dan misi.

Keberadaan Unit sekolah Baru (USB) SMK Negeri 03 Salatiga telah lama

diharapkan oleh masyarakat khususnya kota Salatiga, untuk menjawab kebutuhan

pendidikan yang betagam dan berkualitas. Keberadaan SMK Negeri 03 Salatiga

dituangkan dengan surat keputusan operasional penyelenggara program keahlian

No. 420.5/1510 Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Kegiatan pembangunan

Unit Sekolah Baru (USB) SMK Negeri 03 Salatiga menggunakan dana APBN,

APBD dan Komite Seklah. Kegiatan tersebut tidak akan terwujud tanpa dukungan

pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, sesuai kesepakatan bersama antara

direktur pembinaan SMK dan Walikota Salatiga, Nomor : 0507 bf/C

5.4/Kep./KU/2007 tanggal 25 Mei 2007. Pemilihan lokasi di daerah Kelurahan

Kalibening karena pertimbangan keinginan masyarakat terhadap akan adanya

sebuah sekolah menengah negeri dan keinginan pemerintah kota Salatiga untuk

mengembangkan potensi daerah yang ada. Dengan demikian, keberadaan sekolah

diharapkan akan mewujudkan terjadinya pengembangan potensi daerah yang

berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Page 69: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

53

Mulai tahun pelajaran 2008/2009 oleh Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan, SMK Negeri 03 Salatiga ditunjik sebagai sekolah aliansi

dari sekolah model SMK Negeri 2 Salatiga dalam program pengembangan SMK

SBI INVEST dan sekolah ini memberikan pendidikan teknologi dengan

penguatan di bidang agama, sehingga lulusan yang dihasilkan akan memiliki

kemampuan secara teknis berkompeten diikuti kematangan mental keagamaan

yang kuat. Diharapkan setiap lulusan akan lebih siap menghadapi kehidpan dunia

kerja yang nyata dengan dihadapkan pada persaingan yang rapat. Sekolah yang

didirikan di Jl. Ja‟far Shodiq ini sejak didirikan sekolah ini mengalami

perkembangan yang sangat pesat, baik mengenai tenaga pengajar, jumlah murid,

maupun fasilitas sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses belajar

mengajar. Sekolah ini juga sudah terakreditasi A.

Pada penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3

yang bertempat di Jalan Ja‟far Kalibening Kecamatan Tingkir dan menempati

gedung yang dibangun diatas tanah 52.000 m2. Sekolahan ini dekat dengan

penduduk desa sehingga sebagian dari masyarakat yang tinggal disitu banyak

yang menyekolahkan anaknya di sekolahan itu, selain dekat, mudah dijangkau

juga sekolah itu tergolong baru dan strategis dengan di batasi oleh :

a. Sebelah Utara : arena persawahan

b. Sebelah Selatan : TK dan RA Masyitoh

c. Sebelah Barat : Jalan dan rumah penduduk

d. Sebelah Timur : arena persawahan

Page 70: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

54

3. Visi dan Misi SMK Negeri 03 Salatiga

a. Visi

Menyelenggarakan sekolah unggul dengan maksud mencetak tenaga siap

kerja diperusahaan dan/atau siap berwirausaha.

b. Misi

1) Menyiapkan tamatan yang mempunyai keseimbangan antara soft

kompetensi dan hard kompetensi.

2) Menyiapkan tamatan yang siap bersaing di pasar global.

3) Menyiapkan tamatan yang mampu menerapkan sikap wirausaha.

4) Menyelenggarakan sekolah dengan suasana aman, indah, bersih dan

teratur.

5) Menyelenggarakan sekolah sebagai pusat kegiatan masyarakat kecil

yang indah sebagai sumbangan menjadi masyarakat madani.

4. Keadaan Guru di SMK Negeri 03 Salatiga

Suatu lembaga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan haruslah

terdapat dua unsur pokok dalam proses pembelajaran yaitu pendidikan peserta

didik. Adapun jumlah tenaga pengajar SMK Negeri 03 Salatiga tahun 2015/2016,

sebagai berikut: jumlah guru CPNS sebesar 37 orang, Guru Tidak Tetap (GTT)

sebesar 17 orang, Pegawau Tetap (PT/CPNS) sebesar 9 orang dan Pegawai Tidak

Tetap sebesar 9 orang. Jadi total tenaga pengajar di SMK Negeri 03 Salatiga

sebesar 64 orang.

Page 71: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

55

5. Keadaan Siswa-siswi dan Fasilitas Sekolah SMK Negeri 03 Salatiga

a. Keadaan Siswa-siswi

Data jumlah siswa SMK Negeri 03 Salatiga menurut agama tahun

pelajaran 2015/2016, sebagai berikut: untuk kelas X jumlah total siswa 503

dengan perincian 473 siswa beragama Islam, 20 siswa beragama Kristen dan 9

siswa beragama Katholik. Kelas XI jumlah total siswa 419, dengan perincian 399

siswa beragama Islam, 16 siswa beragama Kristen dan 4 siswa beragama

Katholik. Sedangkan Kelas XII jumlah total siswa 412, dengan perincian 398

siswa beragama Islam, 13 siswa beragama Kristen dan 1 siswa beragama

Katholik.

b. Fasilitas Sekolah SMK Negeri 03 Salatiga

SMK Negeri 03 Salatiga menempati tanah seluas 52.000 m2 dengan luas

bangunan 2.213 m2. Fasilitas pendidikan merupakan syarat-syarat yang sangat

penting bagi kelancaran proses belajar mengajar. Adapun fasilitas gedung atau

ruang dan alat-alat pelajaran yang dimiliki oleh SMK Negeri 03 Salatiga, sebagai

berikut : ruang kepala sekolah berjumlah 2 dengan luas bangunan 24 m2, ruang

guru berjumlah 1 dengan luas bangunan 108 m2, ruang TU berjumlah 1 dengan

luas bangunan 40 m2, ruang BP/BK berjumlah 1 dengan luas bangunan 12 m

2,

ruang ibadah berjumlah 1 dengan luas bangunan 45 m2, kantin sekolah berjumlah

1 dengan luas bangunan 51 m2, toilet berjumlah 5 dengan luas bangunan masing-

masing 30 m2, gudang berjumlah 1 dengan luas bangunan 8 m

2, tempat penjaga

berjumlah 1 dengan luas bangunan 8 m2, tempat parkir berjumlah 1 dengan luas

bangunan 231 m2, green house berjumlah 1 dengan luas bangunan 120 m

2, ruang

Page 72: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

56

kelas berjumlah 16 dengan luas bangunan masing-masing 1008 m2, ruang Lab.

Fisika berjumlah 1 dengan luas bangunan 63 m2, ruang Lab. Bahasa berjumlah 1

dengan luas bangunan 93 m2, ruang Lab. Komputer berjumlah 1 dengan luas

bangunan 100 m2, ruang perpustakaan berjumlah 1 dengan luas bangunan 64 m

2,

ruang praktek tehnik mekatronik berjumlah 2 dengan luas bangunan 200 m2,

ruang praktek tehnik ototronik berjumlah 1 dengan luas bangunan 100 m2, ruang

praktek tehnik las berjumlah 2 dengan luas bangunan masing-masing 200 m2.

B. Paparan Data

1. Nilai-nilai Pluralisme Agama di SMK Negeri 03 Salatiga

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa

nilai-nilai kesadaran pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga, walaupun

belum menyentuh ranah pemahaman yang dalam akan arti pluralisme itu sendiri,

telah dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat sekolah. Hal ini senada

dengan hasil wawancara dengan bapak Indaryanto, S.Pd.T selaku Waka

Kurikulum, sebagai berikut:

Saya mempunyai kebijakan tersendiri tentang masalah hubungan sosial

beragama di sekolah yang walaupun itu bukan merupakan kebijakan saya

yang tertulis akan tetapi harus dijalankan dalam kehidupan di sekolah oleh

segenap guru, siswa, dan semua masyarakat sekolah. Kebijakan saya ini

juga sebelumnya sudah saya bicarakan lebih lanjut kepada segenap guru

dan mereka dapat dikatakan sepakat dengan kebijakan ini. (hasil

wawancara, tanggal 17 November 2015)

Hal serupa juga diungkapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam Bapak

Dulhadi, S.Ag., M.Pd.I. mengatakan bahwa penerapan nilai-nilai pluralisme

agama tersebut, itu sebenarnya sudah dilakukan sejak lama walaupun tanpa ada

ketentuan tertulis mengenai etika hubungan beragama di sekolah. Coba saja

Page 73: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

57

dilihat fakta di lapangan, siswa terlihat memiliki keharmonisan dalam pergaulan

di sekolah. Bahkan tidak jarang kan kita melihat bahwa siswa non-muslim

terkadang juga ikut dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PAI dan

siswa muslim juga tidak merasa terganggu dengan keberadaannya (hasil

wawancara tanggal 17 November 2015).

Lebih lanjut dikemukakan pula oleh Ibu Siti Muhtariyah, S.Pd selaku guru

Pendidikan Agama Islam, sebagaimana berikut:

Kemajemukan dalam kemasyarakatan itu harus disadari oleh seluruh

masyarakat sekolah dan dipahami sebagai bentuk sunnatullh yang dengan

itu diharapkan dapat timbul rasa saling menghargai, tiada membedakan

hak individu, dan tidak saling menjatuhkan antara satu pemeluk agama

dengan pemeluk agama lainnya yang dapat mengakibatkan gesekan-

gesekan dalam hubungan sosial (hasil wawancara, tanggal 24 November

2015)

Kendatipun nilai-nilai pluralisme agama itu belum sepenuhnya disadari oleh

siswa, namun dalam prakteknya menunjukkan bahwa siswa tiada membeda-

bedakan latar belakang agama dalam pergaulan di sekolah, mereka tiada pula

saling menjatuhkan, dan tiada membatasi diri dengan penganut agama yang bukan

satu paham dengan mereka.

Dari hasil observasi terhadap tingkah laku dan kebiasaan pergaulan siswa

serta seluruh masyarakat sekolah yang peneliti lakukan di SMK Negeri 03

Salatiga menunjukkan bahwa dalam kehidupan sosial beragama, sekolah secara

keseluruhan dari guru, siswa, dan karyawan telah menerapkan nilai-nilai

pluralisme agama antara lain sebagai berikut:

a. Saling menghargai (esteeming each other).

b. Saling menghormati (respecting each other).

Page 74: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

58

c. Tidak membeda-bedakan dalam pemberian hak kepada setiap individu.

d. Tidak saling menjatuhkan (do not affronting each other).

e. Mengakui keragaman agama sebagai bentuk sunnatullah.

2. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengaktualisasikan Nilai-

nilai Pluralisme Agama di SMK Negeri 03 Salatiga

Sekolah umum seperti halnya SMK Negeri 03 Salatiga, sudah pasti di

dalamnya terdiri dari berbagai siswa dari berbagai daerah dengan bermacam-

macam latar belakang suku, etnis dan terutama latar belakang agama. Keberadaan

masyarakat sekolah yang beragam itu menuntut adanya usaha untuk menanamkan

nilai-nilai pluralisme agama melalui pendidikan agama. Namun perlu digaris

bawahi adalah bahwa Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah sesungguhnya

adalah jawaban untuk menyikapi pluralisme itu karena berhubung agama Islam

adalah sebagai fakta mayoritas baik di sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 03 Salatiga juga demikian

diharapkan mampu membentuk anak didiknya menjadi kaum pluralis di kalangan

sekolah melalui materi-materi ajar yang menanamkan kesadaran pluralitas yang

bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu

Siti Muhtariyah, S.Pd. selaku guru Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

Sekolah, melalui Pendidikan Agama Islam berusaha memberi kepahaman

kepada seluruh siswa akan kesadaran pluralisme agama dengan ajaran-

ajaran Islam karena nilai-nilai pluralisme agama itu sebenarnya sudah ada

dalam ayat-ayat Al-Qur‟an tinggal bagaimana guru agama Islam

menanamkannya kepada siswa (hasil wawancara, tanggal 24 November

2015).

Adapun tindak lanjutnya sebagaimana yang dikemukakan Bapak M.

Hafid, S.Ag selaku guru Pendidikan Agama Islam, bahwa:

Page 75: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

59

Guru agama Islam dituntut untuk selalu melakukan pengembangan materi

ajar sehingga relevan dengan keadaan keberagamaan. Pengembangan itu

wujudnya seperti pengembangan silabus untuk mata pelajaran Agama

Islam (hasil wawancara tanggal 17 November 2015).

Sedangkan dari hasil studi dokumentasi sekolah, dapat digambarkan bahwa materi

pelajaran agama Islam di SMK Negeri 03 Salatiga terdiri dari lima klasifikasi

materi yang terdiri dari; materi Al-Qur‟an, materi aqidah, materi Akhlak, materi

fiqih, dan materi tarikh dan kebudayaan Islam. Dari kelima materi tersebut

terdapat materi yang sudah dikembangkan yang di dalamnya membahas tentang

hubungan sosial kemasyarakatan baik hubungan antar agama maupun hubungan

intern agama.

Materi tersebut adalah materi Al-Qur‟an dan materi akhlak. Materi Al-

Qur‟an membahas; tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi yang

merujuk pada Al-Qur‟an surat Al Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-14, Az-Zariyat:

56 dan An Nahl : 78, keikhlasan dalam beribadah. Yang merujuk pada Al-Qur‟an

Al An‟am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5, ayat-ayat Al-Qur‟an tentang Demokrasi

yaitu QS Ali Imran: 159 dan QS Asy-Syura: 38, ayat-ayat Al-Qur‟an tentang

kompetisi dalam kebaikan yaitu QS Al Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir: 32, ayat-

ayat Al-Qur‟an tentang perintah menyantuni kaum dhuafa yaitu QS Al Isra: 26–

27 dan QS Al-Baqarah: 177, ayat-ayat Al-Qur‟an tentang perintah menjaga

kelestarian lingkungan hidup yaitu QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A‟raf: 56-58, dan

QS Ash Shad: 27, ayat-ayat Al-Qur‟an tentang anjuran bertoleransi yaitu QS Al-

Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29, ayat-ayat al-Qur‟an tentang

etos kerja yaitu QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9-10, dan ayat-ayat Al-

Page 76: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

60

Qur‟an tentang pengembangan IPTEK yaitu QS Yunus:101 dan QS Al-Baqarah:

164.

Untuk lebih jelasnya, peneliti paparkan materi pelajaran agama Islam

dalam aspek Al-Qur‟an yang berkaitan dengan usaha guru Pendidikan Agama

Islam dalam menanamkan nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03

Salatiga, yang bersumber dari data dokumentasi sekolah berupa silabus mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam – aspek: Al-Qur‟an, yang mengandung nilai-nilai pluralisme agama, adalah:

a. Kelas X semester II - materi pembelajaran QS. Ali Imran ayat 159 dan QS.

Asy-Syura ayat 38. QS. Ali Imran ayat 159 yang berbunyi:

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi

berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka

dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah

membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-Nya. (Departemen Agama RI, 2007:159)

Materi pembelajaran QS. Ali Imran ayat 159 ini, merupakan ayat yang

mengandung nilai pluralisme agama yang berupa lemah lembut dan tidak

berbuat kasar terhadap penganut agama selain Islam. QS. Asy-Syura ayat 38

yang berbunyi:

Page 77: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

61

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada

mereka. (Departemen Agama RI, 2007: 38).

Adapun QS. Asy-Syura ayat 38 di atas mengandung nilai pluralisme

agama berupa ajaran untuk bermusyawarah dan melakukan dialog termasuk

juga melakukan dialog antaragama. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran silabus PAI kelas X semester II halaman 163.

b. Kelas XI semester I - materi pembelajaran QS. Al-Baqarah ayat 148 dan QS.

Fatir ayat 32

QS. Al-Baqarah ayat 148 yang berbunyi:

Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia

menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam

membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan

mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Departemen Agama RI,

2007: 148)

Kemudian QS. Fatir ayat 32 yang berbunyi:

Artinya: Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang

Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka

ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka

ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih

dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. Yang demikian

itu adalah karunia yang Amat besar. (Departemen Agama RI,

2007: 32)

Page 78: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

62

QS. Al-Baqarah ayat 148 dan QS. Fatir ayat 32 di atas mengajarkan

tentang banyaknya jalan yang dapat ditempuh dalam kehidupan di dunia

sehingga menganjurkan manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Ini

juga merupakan nilai pluralisme agama sebagaimana yang telah peneliti

paparkan pada bab II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran silabus PAI

kelas XI semester I halaman 165.

c. Kelas XII semester I - materi pembelajaran QS. Al-Kafirun ayat 1-6 dan

QS. Yunus ayat 40-41 serta QS. Al-Kahfi ayat 29 Al-Qur‟an Surat Al-Kafirun

ayat 1-6 yang berbunyi:

Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah

apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang

aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang

kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah

Tuhan yang aku sembah, untukmu agamamu, dan untukkulah,

agamaku. (Departemen Agama RI, 2007: 1-6)

Kemudian QS. Yunus ayat 40 yang berbunyi:

Artinya: Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al

Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak

beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-

orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu,

Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu

pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan

dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.

(Departemen Agama RI, 2007: 40)

Page 79: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

63

Serta QS. Al-Kahfi ayat 29 yang berbunyi:

Artinya: Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka

Barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan

Barang siapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya

Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang

gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum,

niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang

mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang

paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Departemen

Agama RI, 2007: 29)

Ayat-ayat di atas, menggambarkan nilai pluralisme agama yang berupa

nilai saling menghoramti dan menghargai perbedaan dalam beragama dan

tiada paksaan dalam memilih agama sebagai pedoman hidup. Materi

Pendidikan Agama Islam pada aspek Al-Qur‟an di SMK Negeri 03 Salatiga

menekankan pada bagaimana agar siswa dapat membaca ayat Al-Qur‟an yang

diajarkan dengan baik, menyebutkan arti, mengidentifikasi tajwid,

mendiskusikannya dan yang terpenting adalah menampilkan prilaku yang

sesuai dengan ayat Al-Qur‟an yang dipelajari tersebut dengan tujuan

bagaimana siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan materi akhlak membahas tentang materi pembelajaran

perilaku tercela dan prilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Materi

prilaku terpuji berupa perilaku husnuzhan, adab dalam berpakaian, adab

dalam berhias, adab dalam perjalanan, adab dalam bertamu dan menerima

Page 80: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

64

tamu, hasad, riya, aniaya dan diskriminasi, taubat dan raja`, menghargai

karya orang lain, adil, ridha, amal shaleh dan materi pembelajaran tentang

persatuan dan kerukunan. Sedangkan materi prilaku tercela itu meliputi dosa

besar, isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah.

Adapun materi akhlak yang berkaitan dengan usaha guru Pendidikan

Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai pluralisme agama di SMK

Negeri 03 Salatiga adalah materi akhlak tercela yang berupa hasad, aniaya

dan diskriminasi yang diajarkan pada kelas X semester II serta materi tentang

persatuan dan kerukunan yang diajarkan pada kelas XII semester II.

Peran guru agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai pluralisme

agama dengan dukungan dari sekolah yang terkait sangat mutlak diperlukan.

Sekolah diharapkan mampu menyediakan media dan kurikulum yang

berkaitan dengan pluralisme agama. Sedangkan guru agama Islam berusaha

menanamkan nilai-nilai kesadaran pluralitas tersebut kepada siswa secara

komprehensif dan penuh kehati-hatian. Guru agama juga dituntut untuk dapat

memberi batasan-batasan dalam menerapkan nilai-nilai tersebut, sehingga

tidak terjadi kesalahan oleh siswa dalam memahami pluralisme agama itu.

Sehubungan dengan hal ini Bapak Dulhadi, S.Ag., M.Pd.I. mengemukakan:

Pluralisme agama itu sangat luas artinya jika dilihat dari berbagai sudut

pandang. Oleh karena itu kita sebagai guru agama Islam harus mampu

menjelaskannya kepada siswa secara jelas mengenai batasan-batasan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari antara mana yang boleh

diterapkan dan mana yang tidak harus diterapkan. Penerapannya itu

dibatasi dengan setiap siswa hanya boleh bertoleransi dalam hubungan

sosial kemasyarakatan saja dan tidak menyentuh ranah aqidah (hasil

wawancara, tanggal 24 November 2015).

Page 81: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

65

Selain upaya-upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama

Islam sebagaimana di atas, sekolah, dalam hal ini SMK Negeri 03 Salatiga,

juga berusaha menanamkan nilai-nilai pluralisme agama, baik melalui

kerikulum pembelajaran maupun melalui program-program keagamaan yang

tercakup dalam program ekstra kurikuler.

Muatan kurikulum SMK Negeri 03 Salatiga, meliputi sejumlah mata

pelajaran yang keluasan dan kedalamannya sesuai dengan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan oleh BSNP dan muatan

lokal yang dikembangkan oleh sekolah serta kegiatan pengembangan diri.

Adapun mata pelajaran terdiri dari mata pelajaran wajib dan mata

pelajaran pilihan, lebih jelasnya sebagai berikut:

a. Mata Pelajaran Wajib:

Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa

Indonesia, Matematika, Sejarah Indonesia, Bahasa Inggris, Penjasmani,

Seni & Budaya. Kemudian ditambah dengan mata pelajaran peminatan

bagi SMK yakni teknik mekatronika, teknik ototronika, teknik sepeda

motor, welding, ATPH dan geomatika

b. Mata Pelajaran Ekstra:

1) Bimbingan Baca Tulis Al-Qur‟an (BTQ). Pilihan ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an.

2) Bimbingan Dakwah Islamiyah (BDI). Pilihan ini adalah untuk

memahami agama Islam secara lebih mendalam dan sebagai

pengembangan atas materi pembelajaran agama Islam di kelas. Akan

Page 82: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

66

tetapi pada dasarnya program ini adalah sebagai program bersifat

penunjang yang lebih menekankan pada moral keagamaan siswa.

3) Bimbingan Mar‟atus Shalihah/Keputrian (dilaksanakan tiap hari

Jum‟at saat siswa laki-laki melaksanakan shalat Jum‟at dengan tujuan

meningkatkan pengetahuan agama siswa perempuan).

4) Bimbingan agama non-muslim (dilaksanakan pada hari jum‟at siang

ketika umat muslim melakukan shalat jum‟at. Bimbingan ini

dibimbing oleh guru agama masing-masing.

Program ekstra kurikuler, dalam prakteknya diharapkan menjadi

pelengkap sekaligus sarana praktek bagi materi pelajaran agama di kelas.

Program tersebut, sebagaimana di atas, meliputi; Bimbingan dakwah

Islamiyah (BDI), Bimbingan Mar‟atus Shalihah, Bimbingan Agama Kristen

Protestan, Bimbingan Agama Katolik, Bimbingan Agama Budha, dan

Bimbingan Agama Hindu. Seperti ungkapan Bapak M. Hafid, S.Ag. selaku

guru Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

Nilai-nilai pluralisme agama juga kita tanamkan kepada siswa muslim

melalui program sekolah yaitu Bimbingan Dakwah Islamiyah (BDI)

yang diadakan pada setiap hari jum‟at pagi pukul 07-00-08.00.

Sedangkan untuk bimbingan agama selain Islam, biasanya dilaksanakan

pada hari jum‟at pula, akan tetapi tidak pada pagi hari melainkan siang

hari ketika umat Islam sedang meksanakan shalat jum‟at (hasil

wawancara, tanggal 24 November 2015).

Bimbingan Dakwah Islamiyah (BDI) berisikan materi-materi yang

berkaitan dengan ubudiyah dan muamalah yang diangkat dari ayat-ayat

Al-Qur‟an. Program ini dibimbing langsung oleh guru Pendidikan Agama

Islam itu sendiri. Pemilihan guru Pendidikan Agama Islam sebagai

Page 83: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

67

pembimbing program Bimbingan Dakwah Islamiyah (BDI) itu lebih

dikarenakan guru tersebut lebih memahami keadaan serta pemahaman siswa

akan arti pluralisme agama.

Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan oleh guru Pendidikan Agama

Islam adalah bahwa guru agama sepatutnya menjadi tauladan bagi siswa

tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai pluralisme agama, bagaimana

menentukan sikap terhadap agama lain dan bagaimana cara menjadi kaum

pluralis yang benar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Dulhadi, S.Ag.,

M.Pd.I. sebagai berikut:

Upaya menanamkan nilai-nilai kesadaran pluralitas tersebut adalah

merupakan tanggung jawab bersama, baik guru agama maupun guru

yang lainnya. Guru agama berkewajiban menjadi contoh bagaimana

seharusnya menetukan sikap dalam kehidupan sosial beragama (hasil

wawancara, tanggal 24 November 2015).

Gambaran di atas merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh guru

Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai pluralisme agama di

SMK Negeri 03 Salatiga. Mungkin dapat dikatakan bahwa apa yang

diharapkan dari upaya menanamkan nilai-nilai pluralisme agama itu adalah

manifestasi dari pendidikan nilai yang sejak lama diidam-idamkan demi

terwujudnya harmoni keberagamaan. Adapun upaya-upaya guru Pendidikan

Agama Islam tersebut kiranya dapat dikerucutkan, sebagai berikut:

a. Melakukan pengembangan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan cara mengembangkan silabus.

b. Memberi kepahaman kepada siswa akan arti pluralisme agama secara

mendalam melalui pelajaran agama Islam yang didasarkan pada Al-Qur'an

dan Hadits.

Page 84: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

68

c. Melakukan bimbingan-bimbingan keagamaan di luar Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) di kelas.

d. Mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama kepada siswa dengan cara

menjadi suri tauladan yang baik.

e. Ikut serta dalam mensukseskan pendidikan nilai yang digalakkan oleh

sekolah yang terdapat dalam cakupan kelompok mata pelajaran estetika.

3. Harmoni Keberagamaan di SMK Negeri 03 Salatiga

Keragaman agama telah menjadi realitas historis kemanusiaan, sehingga ia

merupakan fenomena alamiah yang eksistensinya tidak dapat dipungkiri,

kapanpun dan oleh siapapun. Melalui keragaman agama ini sepatutnya membuat

kehidupan lebih dinamis, aktif dan kreatif, sehingga perbedaan dan pertentangan

sebagai akibat dari keragaman tersebut semestinya disikapi dengan arif positif dan

bukan dengan negatif alergis. Harmoni dalam keberagamaan adalah tujuan yang

diharapkan dari keragaman agama itu sendiri. Hal ini serupa dengan apa yang

diungkapkan oleh Bapak Dulhadi, S.Ag., M.Pd.I. selaku guru Pendidikan Agama

Islam sebagai berikut:

Harapan sosial yang dicita-citakan dari kenyataan pluralisme agama

adalah terwujudnya harmoni keberagamaan dan kerukunan terutama di

lingkungan sekolah karena dari pendidikan agama di sekolah itulah mulai

ditanamkannya nilai-nilai pluralitas kepada siswa (hasil wawancara

tanggal 24 November 2015).

Hasil dari observasi peneliti terhadap prilaku masyarakat sekolah di SMK

Negeri 03 Salatiga menunjukkan bahwa harmoni keberagamaan yang terdapat di

SMK Negeri 03 Salatiga berbentuk sikap sebagai berikut:

Page 85: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

69

a. Toleransi (tolerance)

Toleransi merupakan sikap yang terpuji sehingga sepantasnya sikap

tersebut dimiliki oleh setiap individu beragama dan diamalkan tidak hanya

pada lingkungan sekolah melainkan juga diaplikasikan pada kehidupan sosial

di masyarakat. Begitu juga halnya di SMK Negeri 03 Salatiga, sikap toleransi

tersebut dijunjung, dihargai dan diaplikasikan pada prilaku individu beragama

sebagai ciri khas dan identitas sekolah.

Saat kegiatan belajar mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam

berlangsung, siswa agama non-muslim memperlihatkan sikap toleransi yang

dapat diambil contoh oleh siswa muslim. Siswa non-muslim tersebut tetap ikut

dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam dengan tanpa

menimbulkan kegaduhan ataupun rasa tidak menghargai, bahkan tidak jarang

di antara mereka yang terkadang meminta izin untuk bertanya seputar agama

Islam. Sekiranya Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di kelas tersebut

adalah materi keimanan, maka mereka akan secara sadar untuk meninggalkan

kelas agar siswa muslim yang sedang belajar tidak merasa canggung dalam

bertanya ataupun memberikan argumentasi ketika diterapkan strategi Tanya

tawab.

Gambaran lain yang memperlihatkan sikap toleransi di SMK Negeri

03 Salatiga adalah, sebagaimana peneliti melakukan wawancara dengan bapak

Indaryanto, S.Pd.T selaku Waka Kurikulum, sebagai berikut:

Salah satu ciri yang membedakan SMK Negeri 03 Salatiga dengan

sekolah lain adalah bahwa SMK Negeri 03 Salatiga memiliki program

wajib shalat jum‟at secara berjamaah di masjid sekolah untuk seluruh

siswa yang beragama Islam, sedangkan siswi muslimnya mendapatkan

Page 86: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

70

Bimbingan Mar‟atus Shalihah dengan tutor yang diambil dari guru

Pendidikan Agama Islam. Adapun siswa/siswi non-muslim mendapatkan

bimbingan sesuai dengan agama mereka masing-masing dan dibimbing

oleh guru agama masing-masing pula. Program ini dilakukan dengan

tujuan memberikan pendidikan psikomotorik kepada siswa muslim

berupa praktek shalat. Namun pada intinya program ini bertujuan agar

seluruh siswa selain siswa muslim laki-laki tidak berkeliaran pada saat

shalat jum‟at dilaksanakan, dan bermaksud untuk menanamkan kepada

seluruh siswa akan arti toleransi (hasil wawancara tanggal 17 November

2015).

b. Kerukunan (reconciliation), damai dan dinamis (peacefulness)

Kehidupan sosial beragama di SMK Negeri 03 Salatiga sudah pantas

jika dikatakan rukun, karena memang secara kasat mata, SMK Negeri 03

Salatiga, dalam kesehariannya jauh dari tindak kekerasan atas nama agama

dan bahkan tidak pernah terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan

konflik intern sekolah. Hal itu sesuai dengan kebijakan kepala SMK Negeri 03

Salatiga yang mengharapkan terjalinnya kerukunan intern sekolah.

Menurut data dokumen yang peneliti peroleh menunjukkan bahwa

SMK Negeri 03 Salatiga menanamkan nilai-nilai pluralisme agama dengan

baik. Hal ini dapat dilihat dari data Tata Tertib SMK Negeri 03 Salatiga yang

menunjukkan tidak adanya masalah dan gesekan antara siswa yang berkaitan

dengan hubungan sosial beragama.

Data tersebut hanya menjelaskan tentang pelanggaran-pelanggaran

siswa terhadap ketertiban di sekolah. Pelanggaran ketertiban di SMK Negeri

03 Salatiga dibedakan dari menjadi dua jenis yaitu jenis pelanggaran berat dan

jenis pelanggaran ringan.

Selanjutnya, dari dokumen tersebut dapat disebutkan bahwa setiap

siswa yang melanggar Aturan Tata Tertib SMK Negeri 03 Salatiga, akan

Page 87: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

71

dikenakan sanksi berupa pemberian Point Pelanggaran, yang selanjutnya akan

dikenai tindakan oleh sekolah melalui Petugas Tatib. Pemberian point tersebut

disesuaikan dengan bentuk tindakan dari sekolah apakah itu berupa tindakan

peringatan, pemanggilan orang tua wali dan penandatanganan surat perjanjian.

Untuk mengetahui jelasnya dapat dilihat lampiran

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan Drs. Paulus

Hau Pita guru Bimbingan Konseling (BK) di SMK Negeri 03 Salatiga yang

mengatakan demikian:

Selama ini, di SMK Negeri 03 Salatiga belum pernah terjadi pelanggaran

pelanggaran oleh siswa yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama.

Saya katakan dengan jelas bahwa SMK Negeri 03 Salatiga cukup rukun

dalam kehidupan sosial sehari-hari. Selama ini pula, saya hanya sebatas

menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan kerajinan siswa dan

menangani limpahan dari Tatib ketika ada anak yang memperoleh point

cukup banyak (hasil wawancara tanggal 24 November 2015).

c. Rasa kebersamaan (togetherness) dan solidaritas (social solidarity)

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Indaryanto, S.Pd.T

selaku Waka Kurikulum SMK Negeri 03 Salatiga yang mana hasilnya sebagai

berikut:

Untuk semua masyarakat sekolah, kita anjurkan agar saling

mengucapkan “selamat hari raya” kepada guru bahkan siswa dan

karyawan ketika kebetulan mereka sedang menjalankan hari raya.

Pemberian ucapan itu sepatutnya dilakukan tidak pada hari H (bertepatan

dengan hari raya), akan tetapi diberikan ketika sudah memasuki hari

kedua atau ketiga (H+2 dan H+3) dengan maksud menghargai pemeluk

agama yang bersangkutan dalam pelaksanaan hari raya tersebut (hasil

wawancara tanggal 24 November 2015).

Lebih lanjut Bapak Dulhadi, S.Ag., M.Pd.I. selaku guru Pendidikan

Agama Islam juga mengemukakan sebagai berikut:

Page 88: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

72

Seandainya kita tidak dapat memberikan ucapan selamat kepada mereka

yang melaksanakan hari raya, maka kita cukup memberikan maaf sebagai

penggantinya sekaligus sebagai wujud rasa saling mengharagai. Karena

memang ada sebagian dari kita yang meyakini bahwa memberi

ucapanselamat itu tidak diperkenankan.

Sedangkan dari hasil observasi partisipan di lapangan, peneliti

menemukan kebiasaan dewan guru dan karyawan di SMK Negeri 03 Salatiga

bahwa setiap hari jum‟at pagi diadakan makan bersama di dapur sekolah.

Kegiatan makan bersama pada dasarnya memang terlihat sepele, namun hal

itu dapat menanamkan rasa kebersamaan yang tinggi pada diri setiap guru dan

karyawan yang nantinya dapat diambil contoh oleh segenap siswa sebagai

bentuk rasa solidaritas.

Rasa kebersamaan pada siswa ditanamkan melalui kegiatan Organisasi

Intra Sekolah (OSIS) yang dapat mewakili seluruh siswa dari latar belakang

agama apapun. Kegiatan yang menonjol, yang menampakkan kebersamaan

tanpa memandang perbedan agama, adalah kegiatan “Bakti Sosial”. Bakti

sosial diadakan setiap tahun oleh OSIS dan didukung oleh sekolah. Kegiatan

tersebut, walaupun diperuntukkan bagi masyarakat muslim sekitar SMK

Negeri 03 Salatiga, namun pada prakteknya, anggota OSIS yang notabene

non-muslim selalu turut serta dalam mensukseskannya. Selain itu juga masih

terdapat agenda-agenda keagamaan tahunan, seperti peringatan maulidur rasul

dan lain sebagainya, yang memperlihatkan kebersamaan dan solidaritas siswa

dalam keberagamaan.

Adapun kebersamaan masyarakat sekolah SMK Negeri 03 Salatiga

juga terlihat ketika hari-hari besar agama Kristen Protestan, Katolik, Budha

Page 89: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

73

dan Hindu. Misalnya, ketika berkenaan dengan perayaan hari Imlek, peserta

didik yang selain beragama Budha, juga ikut memeriahkannya walaupun

perayaannya tidak dilaksanakan di sekolah. Begitu juga ketika hari raya Natal,

mereka yang tidak beragama Kristen ada saja yang berkunjung ke rumah guru

dan siswa agama Kristen dan saling memberikan maaf satu sama lain sebagai

wujud aktualisasi nilai-nilai pluralisme agama.

Page 90: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

74

BAB IV

PEMBAHASAN

Adapun pada bab ini, peneliti berusaha menjelaskan dan menjawab

temuan penelitian dengan beberapa data yang ditemukan dari hasil observasi,

wawancara dan studi dokumentasi. Peneliti akan mendeskripsikan data-data

tersebut berdasarkan logika yang diperkuat dengan teori-teori yang sudah ada dan

relevan dengan keadaan keberagamaan saat ini. Deskripsi tersebut diharapkan

dapat menjadi sesuatu yang baru yang kemudian menjadi jawaban atas fenomena

keagamaan melalui pembaharuan arah dan orientasi materi Pendidikan Agama

Islam pada suatu lembaga pendidikan. Adapun yang akan peneliti paparkan dalam

bab ini, sebagai berikut:

A. Nilai-nilai Pluralisme Agama di SMK Negeri 03 Salatiga

Agama adalah sumber nilai dan norma bagi manusia dalam

membentuk tatanan kehidupan sosial yang dinamis demi kebahagiaan manusia

itu sendiri, baik kebahagiaan individual maupun sosial. Nilai-nilai dan norma-

norma dari semua ajaran agama, pada hakikatnya adalah sama, yaitu ajaran

pada keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bahkan jika

dispesifikkan lagi maka dapat dikatakan bahwa semua ajaran agama

mengandung nilai-nilai pluralisme yang dicita-citakan dapat termanisfestasi

dalam kehidupan beragama.

Pluralisme agama tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang

adanya kemajemukan agama. Namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif

terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Pluralisme agama dan budaya

Page 91: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

75

dapat dijumpai dimana-mana. Di dalam masyarakat tertentu, di kantor tempat

bekerja, di sekolah tempat belajar, bahkan di pasar tempat berbelanja. Tapi

seseorang baru dapat dikatakan menyandang sifat tersebut apabila ia dapat

berinteraksi positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan kata

lain, pengertian pluralisme agama adalah bahwa setiap pemeluk agama

dituntut bukan saja mengakui keberadaan dan hak agama lain, tapi terlibat

dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya

kerukunan, kedamaian dan keharmonisan manusia dalam kemajemukan

agama.

Pluralisme agama adalah sebuah kenyataan perbedaan agama yang

mengandaiakan terjadinya transformasi nilai-nilai yang terkandung

dibaliknya. Sebagaimana yang diutarakan oleh Pierre Gauthy (1993:117)

bahwa perbedaan yang terdapat pada masing-masing orang mempunyai nilai

dan merupakan sumber untuk saling memperkaya diri. Kebhinekaan dalam

masyarakat dapat merupakan sumber kemajuan.

Akan tetapi, dalam lingkungan sekolah tentunya nilai-nilai pluralisme

agama hanya akan dapat diketahui dan dipahami jika masyarakat sekolah

tersebut melakukan sikap saling menghormati, saling menghargai, tidak

memaksakan kehendak, dan lain sebagainya. Karena suatu nilai itu pada

hakikatnya tersembunyi di balik tindakan dan sikap individu atau masyarakat.

Nilai itu tidak dapat ditemukan dalam bentuknya sendiri, melainkan sesuatu

yang ada di balik tindakan-tindakan masyarakat sekolah, terutama peserta

didik, sejauh mereka ertindak secara manusiawi. Nilai-nilai kemanusiaan dan

Page 92: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

76

nilai-nilai pluralisme agama hanya akan terlihat jika peserta didik saling

menhormati, saling menghargai, berlaku adil, tidak berbuat kekerasan, tidak

membeda-bedakan teman dengan melihat latar belakang agama, bekerja sama,

dan beradab terhadap sesama, baik terhadap sesama penganut agamanya

maupun terhadap penganut agama lain, dan juga terhadap semua masyarakat

sekolahnya. Nilai-nilai pluralisme tersebut, tidak disadari oleh peserta didik

tanpa pengarahan dan bimbingan dari seorang guru di sekolah, lebih-lebih

guru pendidikan agama Islam (PAI), baik melalui lembaga pendidikan umum

maupun lembaga pendidikan agama secara khusus, baik melalui proses

pengajaran secara formal maupun melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan

ekstra kurikuler.

Begitu pula halnya SMK Negeri 03 Salatiga, yang merupakan lembaga

pendidikan yang menampung berbagai macam peserta didik yang terdiri dari

beragam agama seperti agama Islam yang merupakan mayoritas, agama

Kristen Khatolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha, tentunya harus

berusaha untuk menemukan nilai-nilai di balik pluralitas masyarakat

sekolahnya dan kemudian menanamkannya kepada diri setiap peserta didik.

Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk menemukan nilai-nilai pluralisme

agama di SMK Negeri 03 Salatiga yang kemudian pada akhirnya dapat

peneliti tegaskan bahwa di SMK Negeri 03 Salatiga, sesungguhnya nilai-nilai

tersebut telah diaktualisasikan dalam kehidupan sosial beragama di sekolah,

walaupun keberadaan nilai-nilai tersebut tidak disadari secara mendalam.

Page 93: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

77

Lebih jauh, sekiranya para pelaku pendidikan mau menyadari,

tentunya dapat diketahui bahwa sekolah merupakan sebuah bentuk masyarakat

kecil yang terdiri dari guru, siswa, karyawan dan staf-staf yang terdiri dari

beragam latar belakang agama, kelas sosial, suku, dan budaya. Masyarakat

kecil sekolah itu merupakan gambaran cikal bakal masyarakat sesungguhnya

yang dari sekolah itulah nilai-nilai pluralisme agama seyogyanya didapatkan

oleh peserta didik, baik melalui materi pendidikan agama Islam di kelas-kelas

maupun dari pemahaman peserta didik secara kontekstual melalui kebiasaan

dan suri teladan seorang guru.

Kelas merupakan ruang yang menghimpun sekumpulan individu-

individu yang memiliki karakter dan pribadi yang berbeda antara satu dengan

lainnya (individual differences). Kelas di bentuk mula-mula hanya

memudahkan proses belajar agar pembelajaran lebih efisien dan efektif.

Namun, terkadang kelas pun menjadi “penjara” yang mengalienasi siswa dari

kehidupan nyata. Kelas tidak hanya sekedar efisiensi proses belajar tetapi

berubah fungsi menjadi “selubung gelap” pembelajaran (tidak transparan).

Tidak jarang ketika siswa mulai berbondong-bondong masuk kelas siswa

harus sudah siap sebagai mesin-mesin yang bertugas menampung semua

materi pelajaran. Siap atau tidak siap, siapa yang mampu menghafal dengan

sempurna, giat, belajar dan belajar tak kenal lelah dari pelajaran satu ke yang

lain, ia akan meraih predikat “the best” dengan angka rata-rata di atas delapan

dan lantas menjadi ranking satu di kelas. Sementara mencukupkan evaluasi

hanya pada nominal angka 0-9 menyebabkan ukuran kepribadian, moralitas

Page 94: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

78

dan kehidupan tidak jarang menjadi hal yang terabaikan. Kelas sebagai

laboratorium pluralisme yang di maksud adalah ingin memfungsikan kelas

sebagai miniatur masyarakat dimana tempat berkumpulnya individu dari latar

belakang yang berbeda. Kenyataan ini hendaknya dipahami bahwa keragaman

individu dalam kelas merupakan faktor keberuntungan untuk menunjukkan

bagaimana heterogenitas itu betul-betul ada. Siswa bisa dipahami dari seluruh

aspek-aspek kehidupan yang saling beda di kelas. Sebagai suatu laboratorium

pluralisme, kelas merupakan tempat yang bisa dimanipulasi untuk kegiatan

pembelajaran pluralisme. Dalam konteks ini, penerapan pendidikan agama

Islam yang bermuatan pluralisme dengan berdasar kepada ketidaksamaan

antarpribadi dalam kelas seperti adanya perbedaan warna kulit, paras wajah,

kemampuan, agama, atau mungkin simbol-simbol status sosial lain akan

merupakan satu keuntungan bagaimana keragaman itu merupakan sesuatu

yang nyata adanya dan bisa dipelajari dan dialami secara langsung.

Pendidikan agama berbasis pluralisme akan mudah ditransformasikan

menurut kesadaran riil masing-masing siswa. Dengan demikian, tema sentral

pengembangan pendidikan agama berbasis pluralisme akan mudah diserap

secara kolektif yang diharapkan bisa menjadi fundasi pertama bagi terciptanya

penghargaan atas perbedaan agama. Sebuah penghargaan yang berupa nilai-

nilai luhur yang nantinya akan melahirkan sikap-sikap yang mencerminkan

toleransi antar umat beragama, yang berawal dari pemahaman akan kenyataan

perbedaan agama yang terdapat dalam sebuah kelas.

Page 95: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

79

Gambaran di atas sekiranya sudah cukup jelas untuk mengutarakan

nilai-nilai pluralisme agama di SMK Negeri 03 Salatiga. Sebagaimana yang

peneliti kemukakan pada bab III bahwa nilai-nilai pluralisme agama di SMK

Negeri 03 Salatiga itu, meliputi: nilai saling menghargai (esteeming each

other), saling menghormati (respecting each other), tidak membeda-bedakan

dalam pemberian hak kepada setiap individu, tidak saling menjatuhkan (do not

affronting each other), dan mengakui keragaman agama sebagai bentuk

sunnatullah.

Manusia diciptakan Tuhan dalam kelompok-kelompok (suku, ras,

agama, dan lain sebagainya) agar mereka saling mengenal dan saling

memahami dengan pergaulan hidup yang ramah dan penuh kasih sayang.

Inilah pesan agama untuk manusia di bumi, melalui pesan ini diangankan

manusia mampu mengontruksi sistem pergaulan yang disemangati rasa saling

pengertian dan kerja sama yang harmonis. Nilai teologis ini mejadi ukuran

iman manusia. Iman manusia dianggap belum sempurna bila ia belum

mencintai saudaranya sesama manusia sebagaimana mencintai dirinya sendiri.

Hal di atas dapat dibuktikan dari sistem pendidikan nasional yang

menempatkan pendidikan agama sebagai pheriperi, sementara ilmu-ilmu yang

menunjang pembangunan ekonomi sajalah yang diposisikan sebagai

episentrum kurikulum nasional. Pendidikan agama di anggap kurang

prospektif dan kurang mendukung bagi pengembangan kebudayaan material.

Proses pendidikan di reduksi sedemikian rupa sehingga hanya di lihat sebagai

investasi belaka yang di ukur dari marketable-tidaknya output (lulusan) yang

Page 96: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

80

ada dengan pangsa tenaga kerja yang dibutuhkan. Fenomena malintegration

ini kemudian membuat pendidikan agama hanya diisi dengan pengetahuan

fiqhiyah yang bersifat kasat mata. Sementara nilai-nilai, moral, kebiasaan dan

etika universal yang mendukung apresiasi siswa terhadap pluralisme

keagamaan menjadi diabaikan karena bersifat abstrak, di samping karena

waktu pengajaran agama yang sangat terbatas yang tidak memungkinkan

seluruh aspek keagamaan dapat diajarkan.

B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengaktualisasikan Nilai-

nilai Pluralisme Agama di SMK Negeri 03 Salatiga

Sebagaimana dikutip oleh J. Suyuthi Pulungan (2002:144) dalam

Universalisme Islam mengemukakan bahwa agama merupakan sumber nilai

dan norma yang bersifat universal sehingga dapat membentuk sikap dan

prilaku manusia dalam menjawab tantangan kehidupan. Bahkan dikatakan

manusia sebagai makhluk sosial belum menjadi manusia sepenuhnya tanpa

agama. Dengan demikian, perlu mencari upaya dan langkah-langkah tepat,

konkret dan serius serta menyeluruh yang diarahkan kepada penyelesaian

secara tuntas terhadap persoalan perbedaan agama, yang akan menghasilkan

sebuah kerukunan dalam beragama di lingkungan sekolah. Pengembangan

pluralisme, terutama di Indonesia, masih memiliki banyak hambatan. Salah

satu faktor yang menjadi kendala pemahaman paham itu adalah eksklusivisme

dalam agama. Memang harus diakui setiap agama mengandung unsur-unsur

yang eksklusif. Islam pun demikian. Bahkan sebagai agama wahyu,

Page 97: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

81

eksklusivisme Islam dalam segi-segi tertentu sangat ketat. Di samping itu,

Islam juga menekankan secara khusus pada inklusivisme keagamaan.

Menyikapi hal itu, upaya yang perlu dilakukan adalah memahami

agama secara padu dan holistik. Al-Qur‟an dan Sunah Nabi sebagai sumber

ajaran perlu diinterpretasi dan dipahami secara keseluruhan, tidak sepotong-

sepotong serta tidak terpisah-pisah. Misalnya: melalui pemahaman yang utuh,

inklusivisme tidak dipahami sekedar kemauan untuk membiarkan setiap ide

dan praktik muncul ke permukaan. Namun, yang lebih penting adalah

pencapaian terhadap tujuan, semisal membebaskan manusia dari ketidakadilan

dan memberikan pelayanan terhadap manusia lain sehingga mereka bebas

melakukan ibadah kepada Tuhan. Tugas pendidikan agama untuk

mengembangkan pemahaman semacam itu. Dengan demikian, keberagaman

umat akan melahirkan suatu keberagaman dengan keimanan kukuh, bersifat

terbuka, sekaligus transformatif (Abd A‟la, 2002:39-40). Untuk mencapai

tujuan itu, Fazlu Rahman sebagaimana diambil oleh Abd A‟la (2002:150-151)

mengusulkan agar pesan Al-Qur‟an dipahami sebagai satu kesatuan utuh,

bukan sebagai perintah atau ajaran-ajaran terpisah. Keutuhan akan dicapai bila

aspek teologi (akidah, keimanan) diletakkan sejajar dalam pola hubungan

interdependensi dengan aspek fiqh (hukum atau aturan interaksi sosial) yang

dirangkaikan secara sistematis oleh etika atau sistem moral. Dalam pola

pemahaman itu, teologi diformulasikan sebagai suatu pandangan dunia yang

dapat menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan atau dengan sesamanya

sebagai makhluk Tuhan.

Page 98: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

82

Sistem etika tentang nilai pola hubungan yang menjelaskan segala

sikap atau tindakan yang baik dan pantas yang harus dilakukan umat, dan

perbuatan buruk yang perlu dijauhi atau tidak dilakukan manusia. Rumusan

etika universal itu ditumbuhkan ke dalam sistem hukum yang mengatur

prilaku aktual umat. Dengan demikian, pendekatan itu melahirkan pola

keberagamaan yang mencerminkan nilai-nilai Al-Qur‟an secara utuh yang

tidak mengenal dikotomi dalam keseluruhan ajaran dan berbagai dimensinya.

Iman teologis adalah segala perbuatan baik yang meliputi semua hubungan,

baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Upaya ini pada gilirannya,

menurut Waadenburg sebagaimana diangkat oleh Abd A‟la dalam Melampaui

Dialog Agama (2002:51), meniscayakan adanya revisi menyeluruh terhadap

pendidikan agama yang diajarkan di sekolah secara khusus dan pemahaman

agama yang beredar di masyarakat luas secara umum. Pendidikan agama

dituntut tidak hanya sekedar mengenalkan agamanya sendiri, tetapi juga

sekaligus memuat sejarah, dan geografis agama-agama lain serta pengenalan

terhadap upaya pemeluk agama lain dalam memahami ajaran agama mereka.

SMK Negeri 03 Salatiga, dalam upaya menanamkan nilai-nilai

pluralisme agama kepada peserta didiknya dengan melalui cara-cara yang

diantaranya adalah:

1. Melakukan pengembangan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan cara mengembangkan silabus.

2. Memberi kepahaman kepada siswa akan arti pluralisme agama secara

mendalam melalui pelajaran agama Islam yang didasarkan pada Al-Qur'an

dan Hadits.

Page 99: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

83

3. Melakukan bimbingan-bimbingan keagamaan di luar Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) di kelas.

4. Mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama kepada siswa dengan cara

menjadi suri tauladan yang baik.

5. Ikut serta dalam mensukseskan pendidikan nilai yang digalakkan oleh

sekolah yang terdapat dalam cakupan kelompok mata pelajaran estetika.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu fase

pendidikan di Indonesia yang mempunyai arti strategis masa perkembangan

siswa dari masa transisi remaja menuju tahap dewasa. Berawal dari sini

pendidikan agama Islam memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya

penyemaian nilai-nilai sosial-spiritual dalam diri siswa, yang diharapkan dapat

berimbas pada pembentukan pribadi yang peka terhadap persoalan-persoalan

kemanusiaan kontemporer yang berkaitan dengan pluralisme agama.

Berbicara mengenai pendidikan Islam dan pembangunan manusia

yang memiliki semangat pluralisme agama, mau tidak mau harus berbicara

juga tentang nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai pluralisme agama.

Membangun terutama berarti memperbaiki atau menyempurnakan manusia

dalam hubungan sosial keagamaan. Dalam prakteknya bahwa pendidik dan

peserta didik bekerja sama untuk menumbuhkan serta mengembangkan

kemampuan anak didik itu dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

kemanusiaan yang terkandung dalam nilai-nilai pluralisme agama dalam

kehidupan sosial sekolah.

Nilai itu tidak dapat ditemukan dalam bentuknya sendiri, melainkan

sesuatu yang ada di balik tindakan-tindakan masyarakat sekolah, terutama

Page 100: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

84

peserta didik, sejauh mereka bertindak secara manusiawi. Nilai-nilai

kemanusiaan dan nilai-nilai pluralisme agama hanya akan terlihat jika peserta

didik saling menhormati, saling menghargai, berlaku adil, tidak berbuat

kekerasan, tidak membeda-bedakan teman dengan melihat latar belakang

agama, bekerja sama, dan beradab terhadap sesama, baik terhadap sesama

penganut agamanya maupun terhadap penganut agama lain dan juga terhadap

semua masyarakat sekolahnya.

Namun, ditegaskan oleh Max Scheler sebagaimana dikutip oleh Purwo

Hadiwardoyo (1993:33) dalam Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000,

bahwa nilai-nilai itu sungguh-sungguh merupakan kenyataan yang benar-

benar ada, bukan hanya “kita anggap ada”. Karena benar-benar ada, walaupun

tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lain, toh tidak sama sekali

tergantung pada kenyataan lain itu. Sebab, meskipun kenyataan-kenyataan

lain yang “membawa nilai-nilai” itu berubah dari waktu ke waktu, nilai-nilai

itu sendiri bersifat mutlak, tak berubah.

Gagasan sekitar tersembunyinya nilai di balik kenyataan-kenyataan

lain itu memberikan beberapa pesan bagi upaya guru pendidikan agama Islam

(PAI) dalam pendidikan. Yang pantas disebutkan di sini adalah:

1. Kalau nilai-nilai merupakan kenyataan yang dibawa oleh kenyataan lain

secara tersembunyi, bagi usaha pendidikan itu berarti: manusia dewasa

hanya bisa memeperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai dalam diri anak

didik melalui kenyataan-kenyataan lain yang diyakininya benar-benar

membawa nilai-nilai itu.

Page 101: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

85

2. Kalau nilai-nilai moral tidak tersembunyi di dalam tindakan-tindakan yang

pada dirinya baik, melainkan tersembunyi di balik tindakan-tindakan yang

memuat nilai-nilai lain, itu berarti: pendidikan moral tidak diberikan

dengan mendorong anak didik untuk melakukan tindakan tindakan yang

baik, melainkan dengan mendorongnya untuk mewujudkan nilai-nilai lain

secara benar.

3. Kalau nilai-nilai bukanlah ciptaan mansuia, melainkan kenyataan obyektif

yang perlu ditemukan, maka: pendidikan harus memberi kesempatan yang

luas bagi anak didik untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk

menemukan nilai-nilai itu sendiri. Jadi tidak cukuplah menuntun mereka

untuk menghafalkan nilai-nilai secara terbatas saja.

Manusia (terutama peserta didik) menurut Max Scheler dalam

Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, memahami nilai-nilai dengan

hatinya, bukan dengan akal budinya. Artinya, peserta didik hanya dapat

memahami nilai-nilai pluralisme agama dengan keterbukaan dan kepekaan

hatinya, dan sebaliknya peserta didik tidak memahami nilai-nilai pluralisme

agama tersebut dengan berfikir mengenai nilai-nilai itu, melainkan dengan

mengalami dan mewujudkan nilai itu (Hadiwardoyo, 1993:42). Oleh karena

itu, guru pendidikan agama Islam dalam upayanya untuk menanamkan nilai-

nilai pluralisme agama kepada peserta didik, idealnya dilakukan dengan cara

memberi contoh prilaku yang mencerminkan nilai-nilai tersebut atau menjadi

suri tauladan bagi mereka. Guru atau pendidik bukanlah semata-mata seorang

pengajar yang memberikan pengetahuan rasional. Lebih dari itu, ia merupakan

Page 102: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

86

seorang pendamping yang mengiringi perkembangan bertahap dari anak

didiknya. Usaha pendampingan itu akan berhasil, apabila ia sendiri

memberikan contoh yang baik dalam mewujudkan nilai-nilai tersebut. Dengan

pemberian contoh itu, peserta didik akan tergerak untuk mengikuti dan

mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan prilakunya sehari-hari.

Penanaman nilai-nilai pluralisme agama terutama harus diberikan

melalui praktek-praktek hidup anak didik sendiri, lebih daripada pemberian

informasi mengenai nilai-nilai itu. Sebab nilai-nilai akan mereka pahami

secara mendalam sementara mereka mewujudkannya. Oleh karena itu, guru

pendidikan agama Islam berupaya membantu peserta didik agar

menumbuhkan keterbukaan dan kejujuran hati sehingga dapat mewujudkan

nilai-nilai pluralsime agama dalam bentuk sikap dan prilaku mereka.

Sebaliknya, dalam suasana ketertutupan dan kedengkian, para

pendidik hanya akan mampu menyampaikan informasi rasional dan gagal

untuk menanamkan nilai-nilai. Itu berarti hubungan baik antara pendidik, anak

didik, serta pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan, sungguh perlu bagi

berhasilnya usaha menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai (Hadiwardoyo,

1993:46). Dalam masyarakat sekolah, sebaiknya diciptakan suasana atau iklim

dimana anak didik dihargai sebagai pribadi dengan pelbagai haknya, sesuai

dengan tahap perkembangan dan kematangan yang berbeda-beda. Sikap

pendidik yang sesuai untuk menciptakan iklim/suasana ini adalah sikap

diagonal. Pendidik memberi peluang kepada anak didik untuk mengemukakan

pertimbangan-pertimbangan bagi perbuatannya. Tidak hanya kalau berbuat

Page 103: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

87

salah langsung di hukum tanpa di tanya. Suasana kekeluargaan sangat penting,

di mana hubungan antara guru-murid, guru-kepala sekolah, guru dan orang tua

murid serta antar rekan guru sendiri mencerminkan sikap saling menghargai

dan saling membantu untuk petumbuhan anak didik. Misalnya: dengan

membiasakan mengadakan evaluasi terbuka terhadap peraturan sekolah,

kegiatan-kegiatan keagamaan dan keadaan hubungan sosial beragama di

sekolah.

Proses pengaktualisasian nilai-nilai pluralisme agama ini merupakan

suatu proses yang yang terjadi dalam interaksi yang terus menerus antara

subyek-subyek pendidikan, baik peserta didik dengan pendidik, maupun

antara peserta didik sendiri. Beberapa program khusus seperti Bimbingan

Dakwah Islamiyah, Mar‟atus Shalihah dan lain-lain kadang-kadang membantu

dan perlu, tetapi dalam kegiatan pengajaran sehari-hari di sekolah, proses

penanaman nilai-nilai pluralisme agama tersebut harus tetap terlaksana juga

dengan cara membantu peserta didik untuk mengadakan refleksi atas

pengalaman-pengalaman hidup mereka di sekolah maupun dimasyarakatnya.

C. Harmoni Keberagamaan Di SMK Negeri 03 Salatiga

Pendidikan agama Islam memiliki upaya untuk mendukung

peningkatan kualitas pelayanan, pemahaman, dan pengamalan ajaran agama

kepada seluruh umat beragama di lembaga pendidikan dan ditujukan untuk

membangun masyarakat yang memiliki kesadaran akan realitas keberagaman

(atau kebhinekaan) budaya dan memahami makna kemajemukan sosial

sehingga tercipta harmoni sosial yang toleran, bertenggang rasa, dan

menghargai martabat kemanusiaan.

Page 104: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

88

Agama dituntut berperan positif dalam menentukan makna hidup yang

hakiki dan luhur menuju terwujudnya tatanan masyarakat Indonesia yang

sejahtera, damai dan berkeadilan. Peran aktif agama dalam keseluruhan proses

pembangunan hanya akan tampak apabila nilai-nilai etik dan moral

keagamaan termanifestasi dalam prilaku sosial pemeluk agama baik secara

individual maupun kolektif. Hal ini dengan sendirinya bermuara pada

terwujudnya kerukunan hidup antar umat beragama. Kesadaran akan

pentingnya kerukunan hidup beragama di tubuh bangsa Indonesia karena

secara historis agama-agama Hindu – Budha, Katolik – Protestan dan Islam

telah menjadi agama pribumi di tanah air. Selain itu setiap agama

mengajarkan toleransi, solidaritas, kebebasan, kedamaian dan sebagainya

(Pulungan, 2002:143-144). Begitu pula SMK Negeri 03 Salatiga, dengan

toleransi (tolerance), kerukunan dan kedamaian (peacefulness), dan rasa

kebersamaan (togetherness) serta solidaritas (social solidarity) yang sudah

terbentuk didalamnya, akan mencapai tingkat keharmonisan antar umat

beragama khususnya dan keharmonisan masyarakat sekolah pada umumnya,

jika seluruh masyarakatnya dapat mengimplementasikan nilai-nilai

kemanusiaan dan nilai-nilai pluralisme agama tersebut dalam kehidupan

sehari-hari. Bukankah nilai-nilai pluralisme agama tersebut merupakan

cerminan iman dan takwa setiap pemeluk agama? Apabila dikaji implementasi

nilai-nilai pluralisme agama serta implementasi iman dan takwa dalam

kehidupan sehari-hari berarti menganalisis prilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya selain manusia (Ali,

2007:32).

Page 105: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

89

Oleh karena itu, implementasinya membentuk konsep-konsep dalam

bentuk sikap dalam kehidupan sosial bermasyarakat sebagai berikut:

1. Konsep ukhuwah Islamiyah (persaudaraan yang Islami)

Sebagaimana firman Allah QS. Al-Hujuraat ayat 10, yang berbunyi:

Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu

itu dan takutlah terhadap Allah, upaya kamu mendapat rahmat

(Departemen Agama RI, 2007: 10)

Ukhuwah sering diartikan sebagai sebuah bentuk atau hubungan

persaudaraan antara seseorang dengan orang lainnya. Akan tetapi yang

sering terdengar adalah tentang ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah yang biasa

diartikan sebagai “persaudaraan”, menurut M. Quraish Shihab dalam

Wawasan Al-Qur‟an, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti

“memperhatikan”. Maka asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan

mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.

Konsep ukhuwah Islamiyah tidak hanya bermakna sempit, yaitu

persaudaraan semuslim. Akan tetapi konsep ukhuwah Islamiyah itu lebih

luas artinya, yaitu persaudaraan yang Islami yang terdiri dari;

persaudaraan dalam arti saudara kandung (QS Al-Nisa ayat 23), saudara

dalam arti sebangsa (QS. Al-A‟raf ayat 65), saudara semasyarakat,

walaupum berselisih faham (QS. Shaad ayat 23), persaudaraan seagama

(QS Al-Hujurat ayat 10) dan saudara yang dijalin oleh ikatan keluarga (QS

Thaha ayat 29-30).

Page 106: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

90

Berkaitan dengan konsep ukhuwah islamiyah, Al-Qur‟an

memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:

a. Ukhuwah fi al-„ubudiyyah (persaudaraan dalam konteks sesama hamba

Allah), yaitu bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara, dalam arti

memiliki kesamaan sebagai makhluk Allah yang berhak mendapatkan

kasih sayang dan penghormatan yang sama. Sebagaimana dalam

firman Allah QS. Al-An‟am ayat 38, berbunyi:

Artinya: Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan

burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,

melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan

sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah

mereka dihimpunkan (Departemen Agama RI, 2007: 38).

b. Ukhuwah fi al-insaniyah (persaudaraan dalam konteks sesama

manusia), dalam arti keseluruhan umat manusia adalah bersaudara,

karena mereka bersumber dari ayah dan ibu yang satu. QS. Al-Hujurat

ayat 12 menjelaskan tentang hal ini dengan anjuran agar manusia tidak

saling mencurigai dan mencari-cari kesalahan orang lain serta tidak

saling menggunjing.

Page 107: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

91

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

purbasangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-

sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan

orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.

Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging

saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa

jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha

Penyayang (Departemen Agama RI, 2007: 12)

Dalam hal ini, Rasulullah SAW. juga menekankannya dalam sabda

beliau: “Kuunuu „ibadallah ikhwanaa al-„ibad kulluhum ikhwat” yang

artinya: jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara karena

seluruh hamba adalah bersaudara.

c. Ukhuwah fi al-wathaniyah wa al-nasab (persaudaraan dalam keturunan

dan kebangsaan). Dalam hal ini Rasulullah SAW menegaskan dengan

haditsnya:

حب الو طان من االيمان Artinya: Cinta tanah air adalah sebagian dari iman.

Cinta tanah air memiliki arti bahwa seseorang dituntut tidak hanya

mencintai tanah airnya saja, melainkan juga mencintai semua

warganya walaupun berbeda-beda agama dan suku.

d. Ukhuwah fi din al-Islam (persaudaraan antar sesama muslim), seperti

bunyi QS Al-Ahzab ayat 5 sebagai berikut:

Page 108: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

92

Artinya: Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai)

nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi

Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka,

Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu

seagama dan maula-maulamu dan tidak ada dosa atasmu

terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada

dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Departemen

Agama RI, 2007: 5)

Demikian juga dalam sabda Rasulullah SAW.: “Kalian adalah

sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah

[wafat]-ku”.

2. Konsep ta‟awun (tolong menolong) dan berwasiat dalam kebenaran.

Konsep tolong menolong memiliki arti kesediaan semua manusia

untuk tolong menolong dalam hal kebaikan dan bukan dalam hal

maksiat kepada Allah. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam

QS. Al-Maidah ayat 2 sebagai berikut:

Artinya: Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum

Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram,

mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Departemen Agama

RI, 2007:2)

Page 109: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

93

Dan QS. Al-„Ashr ayat 3 berikut ini:

Artinya: Nasehat menasehatilah kalian supaya mentaati kebenaran dan

nasehat menasehatilah supaya menetapi kesabaran.

(Departemen Agama RI, 2007: 1-3)

3. Konsep adil dan jujur serta menepati janji

a. Tersirat dalam QS. An-Nisa ayat 58, berbunyi

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)

apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu

menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya

Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.

(Departemen Agama RI, 2007: 58)

b. Tersirat dalam QS. Al-Isra ayat 34, berbunyi:

Artinya: Penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawabnya. (Departemen Agama RI, 2007: 34)

4. Konsep pemurah

Konsep ini memiliki maksud untuk saling menolong sesama

manusia dalam hal ekonomi. Konsep ini juga merupakan bentuk

kepedulian sosial dan rasa solidaritas dalam kehidupan sosial beragama

dan bernegara. Islam menganjurkan semua manusia untuk bersedekah dan

menolong kaum yang lemah dengan hartanya dan kekuasaanya agar semua

Page 110: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

94

manusia memiliki hak yang sama dan dihargai sebagai hamba Allah.

Sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran: 92

Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang

kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka

Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Departemen Agama RI,

2007: 92)

5. Konsep penyantun dan pemaaf

Tersirat dalam firman Allah QS. Ali Imran ayat 133-134:

Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan

kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang

disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-

orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang

maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang

yang berbuat kebajikan. (Departemen Agama RI, 2007)

Ketahuilah wahai saudaraku muslim, bahwasanya toleransi itu

adalah kerelaan hati dan kelapangan dada bukan karena menahan,

kesempitan dan terpaksa sabar melainkan toleransi adalah bukti kebaikan

hati, lahir dan bathin. Hanya saja, toleransi tidak dapat dicapai kecuali

melalui jembatan menahan angkara murka dan berupaya sabar, bila

seorang hamba dapat dengan mantap melewatinya, maka dia akan

memasuki pintu-pintu toleransi dengan pertolongan dan taufik dari Allah.

Page 111: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

95

Allah Ta'ala berfirman memuji kaum mukminin QS. Ali Imran ayat

134:

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarah

dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-

orang berbuat kebajikan" (Departemen Agama RI, 2007).

Dan firman-Nya QS. Asy-Syura ayat 37 yang berbunyi:

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan

perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka

memberi maaf. (Departemen Agama RI, 2007).

Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya barang siapa yang

dapat menahan angkara murkanya padahal dia mampu melampiaskannya,

maka Allah akan memanggilnya dihadapan khalayak guna disuruh

memilih bidadari mana yang dia kehendaki untuk Allah nikahkan dia

dengannya" [Shahih Al-Jami 6394 dan 6398]

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi

berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka

dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah

membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.

Page 112: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

96

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-Nya. (QS Ali Imran [3]: 159)

Para cendekiawan telah mengetahui dengan ekseperimennya dan

realita yang ada, bahwa seorang hamba bila dia melampiaskan kemarahan

dirinya, maka dia akan hina dan tergelincir, sementara pada sikap

memaafkan dan berlapang dada terdapat kelezatan, ketenangan, kemuliaan

jiwa dan keagungan serta ketinggiannya yang tidak terdapat sedikitpun

pada sikap pembalasan dan pelampiasan angkara murka. Rasulullah SAW

bersabda yang artinya: Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta benda,

tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba dengan sikap

pema'afnya kecuali kemuliaan dan tidaklah seorang bertawadlu karena

Allah melainkan Allah mengangkat (derajat)nya" [Hadits Riwayat Muslim

2588].

6. Konsep musyawarah

Tersirat dalam firman Allah QS. Asy-Syura ayat 38, yang berbunyi:

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka

(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka

menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada

mereka. (Departemen Agama RI, 2007).

Musyawarah adalah salah satu prinsip demokrasi masyarakat

dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Musyawarah dimaksudkan

untuk dapat saling bertukar fikiran dan memecahkan segala permasalahan

bersama. Jika konsep ini diterapkan dalam realita pluralisme agama, maka

Page 113: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

97

menuntut usaha dialog dan kerja sama antarumat beragama dalam rangka

mencapai kerukunan dan keharmonisan hidup beragama. Jika dalam

konteks sekolah, dalam hal ini SMK Negeri 03 Salatiga, maka

mengandaikan adanya kerja sama seluruh masyarakat sekolah dalam

membentuk kerukunan beragama di sekolah.

Page 114: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai akhir dari penelitian ini, maka pada bab ini peneliti paparkan

kesimpulan, yang disesuaikan dengan analisis data.

1. Pluralisme agama adalah realita dalam kehidupan masyarakat beragama,

sehingga keberadaannya tidak mungkin dapat ditolak oleh siapapun.

Karena pluralisme agama adalah realita, maka di dibalik realita tersebut

pasti terdapat nilai-nilai luhur yang dapat diterapkan di SMK Negeri 03

Salatiga, antara lain: saling menghargai (esteeming each other), saling

menghormati (respecting each other), tidak membeda-bedakan dalam

pemberian hak kepada setiap individu, tidak saling menjatuhkan (do not

affronting each other), mengakui keragaman agama sebagai bentuk

sunnatullah. Hal ini merupakan wujud aktuualisasi dalam kehidupan

beragama demi terwujudnya masyarakat agama yang harmonis.

2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam (PAI) di

SMK Negeri 03 Salatiga, sebagai berikut:

a. Melakukan pengembangan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan cara mengembangkan silabus.

b. Memberi kepahaman kepada siswa akan arti pluralisme agama secara

mendalam melalui pelajaran agama Islam yang didasarkan pada

Al-Qur'an dan Hadits.

c. Melakukan bimbingan-bimbingan keagamaan di luar Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) di kelas.

d. Mengaktualisasikan nilai-nilai pluralisme agama kepada siswa dengan

cara menjadi suri tauladan yang baik.

Page 115: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

99

e. Ikut serta dalam mensukseskan pendidikan nilai yang digalakkan oleh

sekolah.

3. Nilai-nilai luhur pluralisme agama, jika mampu dihayati oleh semua

pemeluk agama dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di

sekolah, maka akan membentuk sebuah harmoni keberagamaan, yaitu

masyarakat agama yang memiliki rasa solidaritas atau kepedulian sosial,

toleransi dan mendambakan kerukunan dalam konteks kemajemukan

agama. Sebuah harmoni keberagaman yang merupakan harapan dari

realitas pluralisme agama yang diawali dari lingkungan masyarakat

sekolah dan kemudian diharapkan penerapannya pula pada masyarakat

yang lebih luas, yaitu masyarakat yang sesungguhnya. Adapun wujud dari

harmoni keberagaman agama di SMK Negeri 3 Salatiga, berbentuk

penerapan konsep: Konsep ukhuwah Islamiyah (persaudaraan yang

Islami), konsep ta‟awun (tolong menolong) dan berwasiat dalam

kebenaran, konsep adil dan jujur serta menepati janji, konsep pemurah

(saling menolong sesama manusia), konsep penyantun dan pemaaf, konsep

musyawarah (untuk dapat saling bertukar fikiran dan memecahkan segala

permasalahan bersama). Jika dalam konteks sekolah, dalam hal ini SMK

Negeri 03 Salatiga, maka mengandaikan adanya kerja sama seluruh

masyarakat sekolah dalam membentuk kerukunan beragama di sekolah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memiliki

masukan yang ditujukan kepada seluruh masyarakat sekolah di SMK Negeri

03 Salatiga, dengan tidak mengurangi rasa hormat, semoga masukan-masukan

di bawah ini bermanfaat bagi keharmonisan masyarakat agama di SMK

Negeri 03 Salatiga:

Page 116: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

100

1. Dalam menjaga dan meningkatkan harmoni keberagamaan di sekolah,

sebaiknya lembaga pendidikan umum seperti SMK Negeri 03 Salatiga

yang pada kenyataanya menampung berbagai macam peserta didik dengan

berbagai macam agama, memiliki kebijakan tertulis mengenai hubungan

sosial keagamaan di sekolah. Sehingga sekolah memiliki pijakan yang

kuat dalam kaitannya dengan hubungan antar agama.

2. Guru pendidikan agama, lebih-lebih guru pendidikan agama Islam

diharapkan dapat benar-benar mengenalkan nilai-nilai pluralisme agama

kepada peserta didik sehingga pada gilirannya peserta didik dapat

mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dengan sendirinya.

3. Muatan pelajaran estetika yang terdapat di SMK Negeri 03 Salatiga,

seharusnya lebih diperhatikan dan diarahkan pada pembentukan peserta

didik yang pluralis dan menyadari realitas pluralisme agama. Sehingga

arahnya lebih jelas kepada proses aktualisasi nilai-nilai pluralisme agama.

C. Penutup

Dengan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih

dan Maha Penyayang atas terselesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari

sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan bahwa terdapat

kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan

penulis. Penulis mengharap kritik yang kunstruktif dan saran dari para pembaca

demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga

skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

pada umumnya.

Page 117: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

101

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

A.S Hornby et.al. 1972. The Advanced Learner‟s Dictionary of Current

English (Oxford : Oxford University Press) dalam Riyal Ka‟bah.

2005. Nilai-nilai Pluralisme Dalam Islam, Bingkai gagasan yang

berserak, (Ed.) Sururin (Bandung : Penerbit Nuansa).

A‟la, Abd. 2002. Melampaui Dialog Agama (Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara).

Ali, Zainuddin. 2007. Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Bumi Aksara).

Aminuddin, dkk.. 2005. Pendidikan Agama Islam (Bogor: Ghalia Indonesia).

Anis Malik Thoha. 2005. Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta:

Perspektif (Kelompok GEMA INSANI).

Arikunto, Suharsini. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka.

Elmirzanah, Syafa‟atun. 2002. Pluralisme Konflik Dan Perdamaian: Studi

Bersama Antar-Iman (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Fatwa, A. M. 1997. HAM dan Pluralisme Agama (Surabaya: Pusat Kajian

Strategi dan Kebijakan (PKSK).

Fazri, E.M Zul dan Ratu Aprilia Senja. tanpa tahun. Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia, Jakarta: Difa Publisher.

Gamal Al-Banna. 2006. Doktrin Pluralisme Dalam Al-Qur‟an (Jakarta:

Menara).

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Reseach 2. Yogyakarata: Yayasan

Pendidikan Fakultas Psikologi UGM.

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research II, Yogyakarta: UGM

Hamdani, Ihsan. 1998. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia).

Hartati. Netty. 2004. Islam dan Psikologi (Jakarta : Raja Grafindo Persada).

J. Moleong, Lexy. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 118: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

102

Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur‟an. 2007. Al-Qur‟an dan Terjemahnya

(Bandung : Jumanatul Art).

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Bandung : Remaja Rosdakarya).

Misrawi, Zuhairi. 2007. Al-Quran Kitab Toleransi; Inklusivisme, Pluralisme

dan Multikulturalisme (Jakarta : Penerbit FITRAH).

Mudzhar, H. M. Atho. 2004. Damai di Dunia Damai Untuk Semua: Perspektif

Berbagai Agama (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Keagamaan

Departeman Agama RI).

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya).

Nizar, Samsul. 2001. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam

(Jakarta : Gaya Media Pratama)

Poerwadarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka.

Rahmat, M. Imdadun. 2003. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama Membaca

Realitas (Jakarta : Erlangga).

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia)

Saerozi, M. 2004. Politik Pendidikan Agama dalam Era Pluralisme,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga).

Sukandarrumudi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada Press.

Syihab, Alwi. 2005. Sebuah Pengantar dalam bukunya Azyumardi Azra, et.

al. Nilai-nilai Pluralisme Dalam Islam, Bingkai Gagasan Yang

Berserak (Bandung: Nuansa).

Thoha, Chabib dkk. 1999. Metodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta :

Pustaka Pelajar)

Titib, I Made. 2004. Damai di Dunia Damai Untuk Semua: Perspektif

Berbagai Agama (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Keagamaan

Departeman Agama RI).

Zakiah, Daradjat. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 119: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

103

B. Artikel Internet :

http://elearning.gunadarma.ac.id/, aktualisasi diakses tanggal 30 Oktober

2015 jam 13.20 WIB.

Anonim, Wahdat al-Adyan : Melerai Konflik Umat Beragama,

http://www.nusantaraonline.com/, diakses tanggal 30 Oktober 2015

jam 13 30 WIB

Anis Malik Toha, Melacak Pluralisme Agama, dari www.hidayatullah.com,

didownload pada tgl.12 Agustus 2010

Fatwa MUI dalam majalah Media Dakwah No.358 Ed. Sya‟ban 1426

H/September 2005, h.49

Christian Sulistio, Teologi Pluralisme Agama John Hick : Sebuah Dialog

Kritis dari Perspektif Partikularis, dari www.seabs.ac.id

didownload pada tanggal 29 Agustus 2010

C. Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan bapak Indaryanto, S.Pd.T selaku Waka Kurikulum,

tanggal 17 November 2015.

Hasil wawancara guru Pendidikan Agama Islam Bapak Dulhadi, S.Ag.,

M.Pd.I., tanggal 17 dan 24 November 2015.

Hasil wawancara Ibu Siti Muhtariyah, S.Pd selaku guru Pendidikan Agama

Islam, tanggal 24 November 2015.

Hasil wawancara Bapak M. Hafid, S.Ag selaku guru Pendidikan Agama

Islam, tanggal 17 dan 24 November 2015.

Hasil wawancara Bapak Drs. Paulus Hau Pita guru Bimbingan Konseling

(BK), tanggal 24 dan 24 November 2015.

Page 120: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

104

Page 121: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

105

Page 122: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1362/1/SKRIPSI AKHMAD TEGAR... · Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

106