untuk cover dalam - the conversation

94

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Untuk COVER DALAM - The Conversation
Page 2: Untuk COVER DALAM - The Conversation

i

Untuk COVER DALAM

Page 3: Untuk COVER DALAM - The Conversation

ii

Page 4: Untuk COVER DALAM - The Conversation

iii

KATA PENGANTAR

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 70% luas

wilayahnya terdiri atas lautan serta letak geografis yang strategis, Indonesia

harus dapat mengelola dan memanfaatkan potensi kemaritimannya secara

maksimal.

Para pendiri bangsa sepenuhnya menyadari bahwa samudera di

sekeliling Indonesia, lautan dan perairan di antara pulau-pulau nusantara

sebagai suatu kesatuan utuh sehingga sudah sewajarnya Indonesia memiliki

kebijakan dan strategi kemaritiman yang terarah dan terukur untuk

memanfaatkan laut dan seluruh kekayaan yang terkandung didalamnya

bagi kemaslahatan bangsa Indonesia.

Posisi strategis Indonesia, dengan faktor geografis dan kondisi sosial

ekonominya, menempatkan Indonesia dalam posisi penting pada

lingkungan regional yang mampu mempengaruhi kestabilan politik,

ekonomi serta keamanan lingkungan regional dan bahkan pada tingkat

global. Pengakuan internasional terhadap Indonesia sebagai negara

kepulauan telah menambah nilai strategis aspek geografis Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan Visi Nawacita telah

menempatkan 3 (tiga) pilar fokus percepatan pembangunan, yaitu:

infrastruktur, pembangunan manusia, dan kebijakan deregulasi ekonomi.

Di samping itu terdapat 8 (delapan) topik tentang percepatan

pembangunan dalam berbagai dimensi, termasuk salah satunya adalah

Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, yang merefleksikan keinginan kuat

bangsa Indonesia menjadi negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri,

kuat serta mampu memberi kontribusi positif bagi keamanan dan

perdamaian dunia.

Melalui Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang

Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI), Pemerintah telah menyusun suatu

pedoman umum kebijakan kelautan dan langkah pelaksanaannya melalui

program dan kegiatan kementerian/lembaga di bidang kelautan yang

disusun dalam rangka perwujudan Poros Maritim Dunia. Dalam konteks

ini, salah satu tantangan dari pembangunan kelautan Indonesia adalah

kebutuhan akan penghitungan nilai dan kontribusi ekonomi serta serapan

tenaga kerja di sektor maritim pada tingkat nasional. Kementerian

Koordinator Bidang Kemaritiman bertekad untuk mengetahui secara

seksama nilai ekonomi sektor kemaritiman sebagai dasar dalam

perencanaan pembangunan kelautan dan penyusunan intervensi

kebijakan, sehingga sektor maritim Indonesia dapat dikelola dan

dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran bangsa.

Page 5: Untuk COVER DALAM - The Conversation

iv

Sehubungan dengan itu, Kementerian Koordinator Bidang

Kemaritiman telah melakukan kerjasama dengan Badan Pusat Statistik

(BPS) dalam bentuk terwujudnya Nota Kesepahaman tentang Penyediaan,

Pemanfaatan, serta Pengembangan Data dan Informasi Statistik di Bidang

Kemaritiman, yang ditandatangani pada tanggal 1 Agustus 2016 dan telah

dilakukan dalam 2 (dua) periode pada tahun 2016 dan 2017. Dengan

mengacu kepada Undang-undang No.32 Tahun 2014 tentang Kelautan

dan memanfaatkan data dasar yang bersumber pada Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), kontribusi sektor maritim

diklasifikasikan dalam 9 kluster yang dijabarkan lebih lanjut dalam data

statistik ProdukDomestik Bruto (PDB) Maritim, Tenaga Kerja Maritim dan

Ekspor Barang Maritim.

Hasil kerjasama antara Kementerian Koordinator Bidang

Kemaritiman dengan Badan Pusat Statistik kiranya dapat dijadikan suatu

basis data yang akurat, terukur, dan juga digunakan sebagai rujukan

bersama seluruh pemangku kepentingan di bidang kemaritiman Indonesia.

Akhir kata, kami berharap hasil kerja nyata ini dapat bermanfaat

bagi bangsa Indonesia untuk membangun kekuatan maritimnya dalam

rangka mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Jakarta, Juli 2017

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman,

Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan

Page 6: Untuk COVER DALAM - The Conversation

v

KATA PENGANTAR

Letak geografis Indonesia berada diantara samudera Hindia dan

samudera Pasifik memberikan keuntungan dan keunggulan dalam

pembangunan kelautan dan poros maritim dunia. Dengan sumber daya

kelautan yang demikian besar diyakini perekonomian Indonesia dapat

tumbuh lebih baik lagi apabila sektor maritim dikembangkan dan

diberdayakan. Potensi sumber daya ekonomi laut yang besar bila dikelola

dan dimanfaatkan secara tepat dapat menjadi tulang punggung

pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu

ketersediaan data dan informasi statistik sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan, bagi pemerintah maupun pelaku sektor maritim menjadi sangat

penting dan vital.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan data dan informasi tersebut,

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bekerjasama dengan Badan

Pusat Statistik (BPS) untuk pertama kalinya melakukan penyusunan

Indikator Maritim Indonesia. Studi penyusunan Indikator Maritim

Indonesia ini antara lain memuat data tentang Produk Domestik Bruto

(PDB) Maritim Indonesia tahun 2010-2016. Melalui kerja sama antara

Pejabat Pembuat Komitmen pada Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan

Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dengan Sekretaris

Utama Badan Pusat Statistik disajikan Laporan Akhir Produk Domestik

Bruto Maritim Indonesia 2010-2016 yang tertuang dalam surat perjanjian

kerja samatertanggal 19 Januari 2017 tentang Penyediaan Indikator

Ekonomi Maritim.

Diharapkan laporan akhir ini dapat dimanfaatkan sebagai alat

analisis terhadap ekonomi maritim yang meliputi, kontribusi dan

pertumbuhan PDB Maritim Indonesia tahun 2010-2016. Sajian data ini

dapat juga dimanfaatkan sebagai alat evaluasi dan perencanaan,

khususnya bagi para pemegang kebijakan yang terkait dengan

pengembangan sektor maritim saat ini maupun di masa mendatang.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam

penyusunan laporan akhir ini, diucapkan terima kasih. Segala saran sangat

diharapkan demi penyempurnaan laporan akhir ini pada masa yang akan

datang. Semoga laporan akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Jakarta, Juli 2017

Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Dr. Suhariyanto

Page 7: Untuk COVER DALAM - The Conversation

vi

Page 8: Untuk COVER DALAM - The Conversation

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................ vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x

GLOSARIUM ....................................................................................... xi

RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................... xv

HIGHLIGHT PDB MARITIM INDONESIA 2016 ................................. xvii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 3

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 3

1.2. Tujuan .................................................................................... 7

1.3. Ruang Lingkup ........................................................................ 7

II. PEMAHAMAN TENTANG PDB MARITIM ....................................... 11

2.1. Konsep dan Definisi .................................................................. 11

2.2. Tahapan Kegiatan .................................................................... 18

2.3. Metodologi dan Sumber Data ................................................. 23

III. PERKEMBANGAN PDB MARITIM ................................................. 33

3.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ............................ 33

3.2. Peranan Industri Maritim dalam Perekonomian Indonesia ........ 35

3.3. Perkembangan PDB Maritim Indonesia .................................... 37

3.4. Perkembangan PDB Maritim Indonesia Menurut Cluster .......... 39

V. PENUTUP ...................................................................................... 55

Page 9: Untuk COVER DALAM - The Conversation

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jumlah KBLI 5 Digit Berdasarkan Cluster PDB Maritim ..................... 19

Tabel 3.1. Indikator PDB Indonesia ................................................................... 33

Tabel 3.2. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Perikanan .................................. 41

Tabel 3.3. Indikator Ekonomi MaritimCluster ESDM ......................................... 43

Tabel 3.4. Indikator Ekonomi MaritimCluster Bioteknologi ............................... 44

Tabel 3.5. Indikator Ekonomi MaritimCluster Industri Maritim ......................... 46

Tabel 3.6. Indikator Ekonomi MaritimCluster Jasa Maritim ............................... 47

Tabel 3.7. Indikator Ekonomi MaritimCluster Wisata Bahari ............................. 48

Tabel 3.8. Indikator Ekonomi MaritimCluster Perhubungan Laut ...................... 50

Tabel 3.9. Indikator Ekonomi MaritimCluster Bangunan Laut ........................... 51

Tabel 3.10. Indikator Ekonomi MaritimCluster Pertahanan, Keamanan,

Penegakan Hukum dan Keselamatan di Laut .................................... 52

Page 10: Untuk COVER DALAM - The Conversation

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sembilan Cluster PDB Maritim ...................................................... 18

Gambar 2.2. Kerangka Kerja SUT ..................................................................... 20

Gambar 2.3. Tahapan Penyusunan PDB Maritim ............................................... 21

Gambar 2.4. Format Tabel Supply Ekonomi Maritim ........................................ 22

Gambar 2.5. Tahapan Penyusunan PDB Maritim 2011-2016 .............................. 22

Gambar 3.1. Laju PertumbuhanPDB Indonesia ................................................. 34

Gambar 3.2. Struktur PDB Indonesia Tahun 2016 ............................................. 34

Gambar 3.3. Laju Pertumbuhan PDB Maritim dan PDB Nasional ..................... 35

Gambar 3.4. Share PDB Maritim Terhadap PDB Nasional 2016 ........................ 36

Gambar 3.5. Perkembangan PDB Maritim ........................................................ 37

Gambar 3.6. ShareCluster Maritim Terhadap PDB Maritim 2016 ....................... 37

Gambar 3.7. Kontribusi Cluster Perikanan Terhadap PDB Maritim .................. 40

Gambar 3.8. Laju Pertumbuhan Cluster Perikanan ........................................... 40

Gambar 3.9. Kontribusi Cluster ESDM Terhadap PDB Maritim ......................... 42

Gambar 3.10. Laju Pertumbuhan Cluster ESDM .................................................. 42

Gambar 3.11. Kontribusi Cluster Industri Bioteknologi Terhadap PDB Maritim ... 44

Gambar 3.12. Laju Pertumbuhan Cluster Industri Bioteknologi ........................... 44

Gambar 3.13. Kontribusi Cluster Industri Maritim Terhadap PDB Maritim ......... 45

Gambar 3.14. Laju Pertumbuhan Cluster Industri Maritim .................................. 45

Gambar 3.15. Kontribusi Cluster Jasa Maritim Terhadap PDB Maritim ............... 47

Gambar 3.16. Laju Pertumbuhan Cluster Jasa Maritim ........................................ 47

Gambar 3.17. Kontribusi Cluster Wisata Bahari Terhadap PDB Maritim ............. 48

Gambar 3.18. Laju Pertumbuhan Cluster Wisata Bahari ...................................... 48

Gambar 3.19. Kontribusi Cluster Perhubungan Laut Terhadap PDB Maritim ...... 49

Gambar 3.20. Laju Pertumbuhan Cluster Perhubungan Laut ............................... 49

Gambar 3.21. Kontribusi Cluster Bangunan Laut Terhadap PDB Maritim ........... 51

Gambar 3.22. Laju Pertumbuhan Cluster Bangunan Laut .................................... 51

Gambar 3.23. Kontribusi Cluster Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum

dan Keselamatan di Laut Terhadap PDB Maritim ......................... 51

Gambar 3.24. Laju Pertumbuhan Cluster Pertahanan, Keamanan, Penegakan

Hukum dan Keselamatan di Laut .................................................. 52

Page 11: Untuk COVER DALAM - The Conversation

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku (miliar rupiah) ................... 59

Lampiran 2. PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (miliar rupiah) .................. 60

Lampiran 3. Distribusi PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku (persen) ............. 61

Lampiran 4. Distribusi PDB Maritim Terhadap PDB Indonesia Atas Dasar Harga

Berlaku (persen) .............................................................................. 62

Lampiran 5. Laju Pertumbuhan PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan

(persen) .......................................................................................... 63

Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Implisit PDB Maritim (persen) ........................... 64

Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan PDB Maritim (persen) .................................. 65

Lampiran 8. Cakupan KBLI 2009 5 Digit Menurut Cluster Maritim Indonesia .... 66

Lampiran 9. Konkordansi Klasifikasi PDB Indonesia dengan PDB Maritim .......... 73

Page 12: Untuk COVER DALAM - The Conversation

xi

GLOSARIUM

Harga Berlaku

Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang

dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun sedang

berjalan.

Harga Konstan

Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang

dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tetap di satu tahun

dasar.

Harga Dasar

Merupakan harga keekonomian barang dan jasa di tingkat produsen

sebelum adanya intervensi pemerintah seperti pajak dan subsidi atas

produk.

Distribusi PDB harga berlaku

Menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan

setiap sektor ekonomi dalam suatu negara.

Laju Pertumbuhan

Nilai atas dasar harga konstan pada periode tertentu dibandingkan

dengan periode sebelumnya.

Implisit

Perbandingan antara nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas

dasar harga konstan pada periode tertentu.

Sumber pertumbuhan (source of growth)

Menunjukkan sektor atau komponen pengeluaran dalam PDB yang

menjadi penggerak perrtumbuhan. Untuk memperoleh sumber-

sumber pertumbuhan, laju pertumbuhan ekonomi ditimbang

dengan masing-masing share sektor atau komponen pengeluaran

terhadap PDB.

Page 13: Untuk COVER DALAM - The Conversation

xii

Pajak dan Subsidi Atas Produk

Adalah pajak dan subsidi yang dibayar per unit barang atau jasa.

Pajak/subsidi dapat berupa sejumlah uang per kuantitas barang atau

jasa atau dihitung berdasarkan nilai sebagai presentase spesifik dari

harga per unit atau nilai barang dan jasa yang ditransaksikan.

Konsumsi Antara

Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri

dari barang tidak tahan lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak

lain ataupun yang diproduksi sendiri.

Permintaan Antara

Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses

produksi.

Permintaan Akhir

Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi konsumsi

akhir, pembentukan modal dan ekspor.

Input Primer

Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri dari balas jasa tenaga kerja,

surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Pajak atas Produksi dan Impor Neto

Pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi atas produksi dan

impor.

Pembentukan Modal Tetap

Meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari

dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari

luar negeri. Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang

dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik).

Konsumsi Barang Modal Tetap

Yang dimaksudkan adalah nilai susutnya barang-barang modal tetap

yang digunakan dalam proses produksi.

Page 14: Untuk COVER DALAM - The Conversation

xiii

Faktor Produksi

Mencakup faktor-faktor yang terlibat dalam suatu proses produksi

baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti: tanah, tenaga

kerja, modal dan keahlian.

Margin Perdagangan dan Biaya Transpor

Merupakan selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian,

dan biaya transpor yang timbul dalam menyalurkan barang dari

produsen kepada pembeli.

Output Domestik

Nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor

ekonomi tanpa membedakan pelaku produksinya di wilayah

domestik tertentu.

Tahun Dasar

Adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan

sebagai dasar penghitungan tahun-tahun yang lain. Dengan tahun

dasar tersebut dapat digambarkan seri data dengan indikator rinci

mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi.

Page 15: Untuk COVER DALAM - The Conversation

xiv

Page 16: Untuk COVER DALAM - The Conversation

xv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504 pulau,

dan panjang garis pantai 104.000 km, Indonesia memiliki potensi maritim

yang sangat besar untuk dijadikan pendorong pertumbuhan ekonomi yang

lebih tinggi dan inklusif. Pengembangan ekonomi Indonesia berbasis

maritim merupakan bagian dalam memperkuat struktur ekonomi dan

sekaligus menjadi pendorong pertumbuhan. Sinergi kebijakan untuk

mempercepat pengembangan ekonomi berbasis maritim sangat

dibutuhkan, sehingga dapat terus tumbuh secara berkelanjutan.

Ketersediaan data dan informasi statistik merupakan salah satu aspek pada

dasar dalam pengambilan kebijakan dan keputusan, baik bagi pemerintah

maupun pelaku sektor kemaritiman.

Dalam rangka pemenuhan data dan informasi tersebut,

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bekerja sama dengan

Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan penyusunan Produk Domestik Bruto

(PDB) Maritim Indonesia 2010-2016. Selanjutnya PDB Maritim ini dapat

dijadikan sebagai salah satu indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur perkembangan dan keberhasilan pembangunan sektor maritim.

Selama kurun waktu 2010-2016, aktivitas maritim yang tercakup

dalam sembilan cluster maritim, menunjukkan perkembangan yang cukup

signifikan. Pada tahun 2010 nilai nominal PDB Maritim atas dasar harga

berlaku mencapai 505,0 triliun rupiah meningkat menjadi 749,9 triliun

rupiah pada tahun 2016 atau naik rata-rata 40,8 triliun rupiah pertahun.

PDB maritim Indonesia memberikan kontribusi sebesar 7,36 persen

terhadap perekonomian nasional pada tahun 2010. Kontribusinya

menurun menjadi 6,04 persen di tahun 2016. Penurunan kontribusi PDB

Maritim terhadap PDB Nasional disebabkan oleh melemahnya harga yang

terjadi pada komoditas pertambangan migas yang termasuk dalam Cluster

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Terdapat tiga cluster yang sangat dominan dalam pembentukan

PDB Maritim. Ketiga cluster tersebut adalah Cluster Perikanan, Cluster

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Cluster Perhubungan Laut.

Kontribusi ketiga cluster tersebut mencapai91,89 persen.

Selama kurun waktu 2010-2016 pertumbuhan ekonomi maritim

mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Ekonomi maritim sempat

mengalami kontraksi pertumbuhan di tahun 2011 dan 2012 masing-masing

Page 17: Untuk COVER DALAM - The Conversation

xvi

sebesar minus 0,45 persen dan minus 0,99 persen. Cluster ESDM

berkontribusi besar terjadinya kontraksi pertumbuhan maritim tersebut.

Kondisi PDB Maritim berangsur-angsur membaik, pada periode 2013-

2016, pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 4,51 persen.

Page 18: Untuk COVER DALAM - The Conversation

xvii

Page 19: Untuk COVER DALAM - The Conversation

ii

Page 20: Untuk COVER DALAM - The Conversation

1

BAB I

PENDAHULUAN

Page 21: Untuk COVER DALAM - The Conversation

ii

Page 22: Untuk COVER DALAM - The Conversation

3

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan posisinya

yang strategis terletak di antara dua benua, yaitu benua Asia dan

Australia, serta di antara 2 samudera yaitu Samudera Hindia dan

Samudera Pasifik dengan jumlah pulau lebih dari 17.504 pulau

dan wilayahnya secara umum kurang lebih 70 persen terdiri dari

lautan. Indonesia berada di jalur persilangan perdagangan dunia

dimana paling tidak 70 persen angkutan barang melalui laut dari

Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik, dan

sebaliknya, harus melalui perairan Indonesia.

Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan satu

kesatuan yang berdaulat serta mempunyai hak dan wewenang

penuh yang diakui dunia internasional, yang mengatur,

mengelola, dan memanfaatkan kekayaan laut yang dimiliki bagi

kepentingan seluruh rakyatnya. Selain itu, Indonesia juga

memiliki hak berdaulat atas sumber kekayaan alam dan berbagai

kepentingan yang berada di atas, di bawah permukaan, dan

lapisan bawah dasar laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

255 juta km2 yang mengelilingi laut kedaulatan selebar 200 mil

laut.

Selain letak geografis Indonesia yang begitu strategis

dengan berada diantara jalur persilangan perdagangan dunia,

Indonesia juga negara yang kaya akan sumber daya laut. Dengan

kemaritimannya yang sangat luas tersebut, Indonesia memiliki

banyak potensi seperti potensi perairannya yang strategis yaitu

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), potensi sumber daya

kelautan seperti, perikanan tangkap, perikanan budidaya juga

perikanan tambak, potensi sumber daya pertambangan dan

energi lepas lantai serta potensi wisata bahari. Hal tersebut

merupakan modal besar bagi Indonesia untuk mengembangkan

perekonomian Indonesia yang bersumber dari kelautan dan juga

mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim yang merupakan

salah satu target pemerintah. Poros maritim merupakan sebuah

gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektifitas

antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan,

perbaikan transportasi laut, serta fokus pada keamanan maritim.

Indonesia memiliki banyak

potensi perairan dan

kelautan

Indonesia merupakan

negara kepulauan dengan

posisi yang strategis

Page 23: Untuk COVER DALAM - The Conversation

4 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Pembangunan poros

maritim difokuskan pada 5

pilar utama

Indonesia harus bekerja

keras mengembalikan

Indonesia sebagai negara

maritim

Dalam pidato pelantikannya tanggal 20 Oktober 2014,

Presiden Joko Widodo menyerukan agar Indonesia harus

berorientasi pada laut dengan membangun Indonesia sebagai

poros maritim dunia. Indonesia harus bekerja keras

mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera,

laut, selat dan teluk merupakan masa depan peradaban

Indonesia. Salah satu misi dalam pemerintahan presiden tersebut

adalah “Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga

kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan

mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan

kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan”.

Konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia tersebut

tertuang dalam agenda pembangunan yang akan difokuskan

pada 5 (lima) pilar utama, antara lain (1) Membangun kembali

budaya maritim Indonesia; (2) Menjaga sumber daya laut dan

menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan

nelayan pada pilar utama; (3) Memberi prioritas pada

pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan

membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan,

dan pariwisata maritim; (4) Menerapkan diplomasi maritim,

melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan

upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan,

pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan

pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus

menyatukan berbagai bangsa dan negara dan bukan

memisahkan. Dan (5) Membangun kekuatan maritim sebagai

bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan

keamanan maritim.

Dengan kondisi geografis yang strategis dan implementasi

pilar pembangunan poros maritim tersebut di atas, maka diyakini

perekonomian Indonesia dapat tumbuh lebih tinggi apabila

industri maritim dioptimalkan, memanfaatkan teknologi

informasi untuk mendukung industri kelautan dan pertahanan

laut, serta pengelolaan arus keluar masuk barang dan manusia

secara efisien antar wilayah maupun kawasan.

Pembangunan nasional yang dilaksananakan dengan

mengedepankan peran ekonomi kelautan dan sinergitas

pembangunan kelautan nasional tersebut dituangkan dalam

Page 24: Untuk COVER DALAM - The Conversation

5

Kementerian Koordinasi

Bidang Kemaritiman sebagai

koordinator program

kemaritiman

Industri Maritim akan

menjadi pendorong

pertumbuhan ekonomi

Indonesia ke depan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN), dengan

sasaran pembangunan sebagai berikut:

a. Termanfaatkannya sumber daya kelautan untuk

pembangunan ekonomi, kesejahteraan nelayan dan

masyarakat pesisir.

b. Terwujudnya Tol Laut dalam upaya meningkatkan

pelayaran angkutan laut serta meningkatkan konektivitas

laut,

c. Terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

sumber daya hayati laut,

d. Terwujudnya sumber daya manusia, ilmu pengetahuan,

dan teknologi kelautan yang berkualitas yaitu dengan

meningkatnya wawasan dan budidaya bahari, serta

terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai

perekat semua pulau dan kepulauan Indonesia.

Peningkatan potensi output dari industri kemaritiman

merupakan suatu peluang dan tantangan bagi Indonesia. Sektor

maritim akan menjadi salah satu sumber pendorong

pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia dalam beberapa

tahun ke depan, di saat sektor komoditas yang menjadi andalan

perekonomian nasional semakin terbatas produksinya lantaran

dampak ekonomi global dan ketidakstabilan ekonomi dunia.

Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi

sumber daya maritim yang tersedia sebagai sumber ekonomi baru

bagi Indonesia, diperlukan strategi kebijakan yang tepat dan

menyeluruh oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun

daerah untuk berkoordinasi dan berjalan bersama-sama. Selain itu

juga diperlukan kerja sama dan integrasi antara berbagai sektor,

penanggulangan masalah-masalah pada sektor pendukung seperti

perijinan, tanah, dan lain-lain secara terbuka, serta reformasi

kelembagaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia

tersebut, dari sisi kelembagaan pemerintah membentuk

Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman untuk

mengkoordinasikan pelaksanaan beragam program kemaritiman.

Perencanaan program-program dan evaluasi pemerintah dalam

mencapai target yang telah ditetapkan tidak terlepas dari

dukungan ketersediaan data dan informasi berkualitas yang dapat

Page 25: Untuk COVER DALAM - The Conversation

6 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

menyajikan kondisi potensi sumber daya maritim yang ada, agar

berdampak pada pengambilan keputusan yang informatif serta

perumusan kebijakan yang tepat dalam mengembangkan industri

kemaritiman di Indonesia.

Selain itu pemerintah pada tahun 2015 juga telah

menyusun roadmap menuju Poros Maritim Dunia di antaranya:

(1) Ukuran target tahun 2020 dari sektor kelautan dan perikanan

dapat mencapai sebesar 20 persen dari total Produk Domestik

Bruto (PDB). (2) Ukuran target pada tahun 2030 yaitu

meningkatnya pelayaran laut yang mendorong pertumbuhan

ekonomi di seluruh wilayah pulau Jawa, pengembangan

ekonomi baru baik dari wisata bahari, maupun ekonomi

biodiversity yang semakin bertumbuh, industri bioteknologi laut,

serta industri maritim (industri kapal, jasa pelayaran, dan jasa

maritim lainnya) yang mulai berkembang, serta pertumbuhan

ekonomi daerah yang meningkat. (3) Ukuran target untuk tahun

2045 yaitu PDB sektor kelautan dan perikanan akan mencapai

35-40 persen. Pelayaran nasional sudah semakin efisien yang

ditunjukkan oleh biaya logistik dari Jakarta ke seluruh wilayah

Indonesia secara rata-rata sudah menyamai dengan Jakarta-

Singapura. Beberapa langkah untuk memulainya diantaranya

adalah penguatan dan pengembangan ekonomi kelautan dan

kemaritiman sebagai core pertumbuhan, peningkatan penguasaan

teknologi kelautan dan kemaritiman termasuk kemampuan

sumber daya manusia, meningkatkan peran serta masyarakat dan

kearifan lokal.

Namun, untuk mendukung kebijakan maritim tersebut,

saat ini belum tersedia indikator makro ekonomi yang terukur

yang dapat menunjukkan seberapa besar kontribusi industri

maritim dalam perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Oleh

karena itu, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian

Koordinasi Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) bekerja

sama untuk menyusun suatu series data yang dapat menyajikan

output dan nilai tambah dari sumber daya maritim yang

tercermin dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Maritim.

Page 26: Untuk COVER DALAM - The Conversation

7

PDB Maritim Indonesia

terdiri dari 9 cluster dan

159 KBLI

1.2. Tujuan

Penyusunan PDB Maritim ini bertujuan untuk

menghasilkan data dan informasi terkait perkembangan ekonomi

maritim Indonesia, yang meliputi:

PDB Maritim atas dasar harga berlaku 2010-2016

PDB Maritim atas dasar harga konstan 2010-2016

Struktur atau distribusi PDB Maritim tahun 2010-2016

Laju pertumbuhan PDB Maritim tahun 2011-2016

Sumber Pertumbuhan PDB Maritim tahun 2011-2016

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan ini mencakup aktivitas maritim

sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2014 tentang Kelautan. Dalam undang-undang tersebut

yang dimaksud kelautan adalah hal yang berhubungan dengan

Laut dan/atau kegiatan di wilayah Laut yang meliputi dasar Laut

dan tanah di bawahnya, kolom air dan permukaan Laut,

termasuk wilayah pesisir dan pulau-pulau. Selain itu, aktivitas

maritim Indonesia juga merujuk pada studi literatur Dutch

Maritime Cluster yang mengklasifikasikan aktivitas maritim ke

dalam 11 cluster. Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2014, aktivitas Maritim di Indonesia,

terdiri dari 9 cluster, yaitu:

1. Perikanan

2. Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

3. Industri Bioteknologi

4. Industri Maritim

5. Jasa Maritim

6. Wisata Bahari

7. Perhubungan Laut

8. Bangunan Laut

9. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan Keselamatan

di Laut

Selanjutnya, dari cluster aktivitas tersebut, diidentifikasikan

KBLI aktivitas maritim yang terdiri dari 159 aktivitas.

Selengkapnya aktivitas tersebut dapat dilihat pada lampiran 8.

Page 27: Untuk COVER DALAM - The Conversation

8 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Page 28: Untuk COVER DALAM - The Conversation

9

BAB II

PEMAHAMAN TENTANG

PDB MARITIM

Page 29: Untuk COVER DALAM - The Conversation

ii

Page 30: Untuk COVER DALAM - The Conversation

11

Cluster Perikanan

mencakup perikanan laut

dan payau, baik tangkap

maupun budidaya

PEMAHAMAN TENTANG PDB MARITIM

2.1. Konsep dan Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Maritim

adalah berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran

dan perdagangan di laut. Sementara Kemaritiman adalah hal-hal

yang menyangkut masalah maritim. Dalam laporan ini, konsep

maritim mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, dimana wilayah

maritim adalah semua dasar laut, dibawahnya, kolom air dan

permukaan laut dan tanah dibawahnya, termasuk wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil. Berpedoman pada Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan dan

Studi Dutch Maritime Cluster, maka diturunkan menjadi 9 cluster

maritim berdasarkan KBLI 2009.

2.1.1. Produk Domestik Bruto Maritim

PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka

waktu tertentu. Dengan demikian, dari definisi PDB dan definisi

maritim tersebut, maka PDB Maritim adalah Nilai Tambah yang

dihasilkan oleh unit produksi yang tercakup dalam 9 cluster

maritim, yaitu : Perikanan; Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM); Industri Bioteknologi; Industri Maritim; Jasa Maritim;

Wisata Bahari; Perhubungan Laut; Bangunan Laut; Pertahanan

Keamanan, Penegakan Hukum dan Keselamatan di Laut.

2.1.2. Perikanan

Cluster Perikanan mencakup perikanan laut dan payau baik

perikanan tangkap maupun budidaya, dan tidak mencakup

perikanan air tawar. Cluster ini juga mencakup perdagangan hasil

penangkapan dan budidaya ikan laut. Perikanan laut terdiri dari

perikanan pantai dan perikanan laut dalam.

Perikanan pantai merupakan bentuk usaha penangkapan

ikan yang hanya dilakukan di wilayah pantai dan sekitarnya,

dilakukan di kawasan laut dangkal dengan jarak tempuh kurang

dari 60 mil dari pantai. Jenis ikan yang diperoleh di wilayah laut

dangkal yaitu ikan kembung, teri, petek, lemuru, dan cumi serta

ubur-ubur.

Page 31: Untuk COVER DALAM - The Conversation

12 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Cluster ESDM dalam

PDB Maritim hanya

mencakup kegiatan

industri hulu

Perikanan laut dalam merupakan jenis penangkapan ikan

di laut lepas atau samudra yang biasanya dilakukan oleh nelayan

modern atau perusahaan perikanan dengan peralatan canggih.

Ikan tuna dan cakalang merupakan jenis ikan yang biasanya

diperoleh di laut dalam.

Selain ikan, sumber daya hayati laut lain termasuk dalam

cluster perikanan, seperti siput, kerang, tiram, sotong, gurita,

udang, lobster, bintang laut, teripang, dan rumput laut. Sumber

daya hayati tersebut sangat bermanfaat baik untuk bahan

pangan, farmasi maupun kosmetik. Selanjutnya, Indonesia juga

merupakan wilayah yang kaya akan keanekaragaman rumput

laut dengan jumlah spesies yang beragam. Rumput laut dapat

digunakan untuk bahan pangan karena mengandung serat,

mineral, protein, lipid, vitamin, dan antioksidan. Selain itu

rumput laut juga dimanfaatkan dalam bidang industri kerajinan,

tekstil, kosmetik, farmasi, dan kertas.

Perdagangan yang tercakup dalam Cluster Perikanan yaitu

perdagangan hasil penangkapan maupun budidaya, baik untuk

perdagangan besar maupun eceran.

Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, cluster Perikanan

bersumber dari Lapangan Usaha Perikanan dan Lapangan Usaha

Perdagangan dan Eceran Bukan Mobil dan Sepeda Motor dalam

klasifikasi PDB Indonesia.

2.1.3. Energi dan Sumber Daya Mineral

Cakupan cluster Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

terdiri dari pertambangan di laut dan pesisir, yaitu energi

terbarukan yang berasal dari laut dan sumber daya mineral yang

berasal dari laut, dasar laut, dan tanah di bawahnya.

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi terdiri dari kegiatan

usaha hulu yang mencakup eksplorasi dan eksploitasi, dan

kegiatan usaha hilir yang mencakup pengolahan, pengangkutan,

penyimpanan dan niaga. Tetapi cakupan dalam cluster ESDM

hanya kegiatan usaha hulu (eksplorasi dan eksploitasi).

Sumber daya mineral adalah endapan mineral yang

diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya

mineral dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan

Page 32: Untuk COVER DALAM - The Conversation

13

Garis besar industri

bioteknologi: Ekstraksi

senyawa aktif; rekayasa

genetik pada hewan dan

tumbuhan; serta rekayasa

genetik mikroorganisme

pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak

tambang. Sumber daya mineral dapat berupa emas, intan, timah,

mangan, nikel, bijih besi, bauksit, tembaga, minyak bumi, gas

bumi, batu bara, belerang, fosfat, gipsum, yodium, dan kaolin.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,

pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan

dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral

atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan

pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca

tambang. Namun demiikian, seperti pada pertambangan minyak

dan gas bumi dimana yang menjadi cakupan dalam

pertambangan mineral pun hanya pada tahap eksplorasi dan

eksploitasi mineral, atau pada kegiatan usaha hulu saja.

Di dalam klasifikasi PDB Maritim, cluster ESDM berasal dari

beberapa lapangan usaha yaitu lapangan usaha Pertambangan

Migas; Pertambangan Bijih Logam; Pertambangan dan Penggalian

Lainnya; dan Industri Pengilangan Migas.

2.1.4. Industri Bioteknologi

Cluster Industri Bioteknologi mencakup industri yang

bertujuan untuk mencegah punahnya biota laut, menghasilkan

produk baru yang mempunyai nilai tambah, mengembangkan

teknologi ramah lingkungan, dan mengembangkan sistem

pengelolaan sumber daya laut yang berkesinambungan (UU No.

32 Tahun 2014 pasal 26 ayat 3).

Bioteknologi adalah penggunaan komponen makhluk

hidup atau sistem biologi untuk membuat suatu produk atau

proses. Ada dua jenis bioteknologi, yaitu bioteknologi

konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi

konvensional dilakukan untuk produk-produk fermentasi

misalnya tempe, tape, dan yogurt. Bioteknologi modern misalnya

pada teknologi DNA rekombinan, untuk pembuatan obat-

obatan, cloning domba, dll.

Secara garis besar industri bioteknologi kelautan meliputi

tiga kelompok industri. Pertama adalah ekstraksi (pengambilan)

Page 33: Untuk COVER DALAM - The Conversation

14 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Cakupan Cluster Industri

Maritim: galangan kapal,

pengadaan dan

pembuatan suku cadang,

peralatan kapal, dan/atau

perawatan kapal

senyawa aktif (bioactive substances) atau bahan alami (natural

products) dari biota laut sebagai bahan dasar (raw materials)

untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat,

perekat, film, kertas, dan berbagai industri lainnya. Kedua,

berupa rekayasa genetik (genetic engineering) terhadap spesies

tumbuhan atau hewan untuk menghasilkan jenis tumbuhan atau

hewan baru yang memiliki karakteristik genotip maupun fenotip

yang jauh lebih baik (unggul) ketimbang spesies yang aslinya.

Ketiga adalah dengan merekayasa genetik dari mikroorganisme

(bakteri), sehingga mampu melumat (menetralkan) bahan

pencemar (pollutants) yang mencemari suatu lingkungan perairan

atau daratan (seperti tumpahan minyak/oil spills), sehingga

lingkungan tersebut menjadi bersih, tidak lagi tercemar. Teknik

pembersihan pencermaran lingkungan semacam ini lazim

dinamakan sebagai bioremediasi (Lundin and Zilinskas, dalam

Dahuri, 2012).

Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, Cluster Industri

Bioteknologi berasal dari beberapa Lapangan Usaha, yaitu

Lapangan Usaha Industri Makanan dan Minuman; Lapangan

Usaha Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional; dan

Lapangan Usaha Jasa Perusahaan.

2.1.5. Industri Maritim

Industri maritim adalah perindustrian yang bergerak dalam

bidang pembuatan dan perbaikan kapal dan semua alat-alat

terapung, pembuatan dan perbaikan alat-alat penggerak dan

semua perlengkapan kapal serta pembuatan bahan-

bahan/barang-barang pembantu-pelengkap untuk melaksanakan

pembuatan dan perbaikan kapal dan semua alat-alat terapung

serta salvage.

Cakupan cluster Industri Maritim dapat berupa: galangan

kapal, pengadaan dan pembuatan suku cadang, peralatan kapal,

dan/atau perawatan kapal (UU No.32 Tahun 2014 pasal 27 ayat

4). Galangan kapal merupakan kegiatan pembuatan kapal/alat

terapung, perbaikan atau pemeliharaan kapal/alat terapung

termasuk ke dalam Industri maritim.

Kegiatan yang termasuk dalam salvage yaitu pengangkatan

kerangka-kerangka kapal dan benda-benda lain yang berharga

Page 34: Untuk COVER DALAM - The Conversation

15

Cluster Jasa Maritim

mencakup pendidikan dan

pelatihan tentang

kemaritiman.

dari dalam lautan; memberi pertolongan untuk menyelamatkan

kapal dan muatannya yang mengalami kecelakaan di tengah laut;

pekerjaan penyelaman (diving works dalam rangka industri

maritim); membantu pekerjaan teknis terhadap kapal-kapal yang

masih mengapung dan mengalami kecelakaan.

Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, cluster Industri Maritim

berasal dari Lapangan Usaha Industri Barang Logam, Komputer,

Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan Listrik; Industri Mesin

dan Perlengkapan; Industri Alat Angkutan; Industri Pengolahan

Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan;

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;

dan Konstruksi.

2.1.6. Jasa Maritim

Cakupan cluster Jasa maritim antara lain: pendidikan dan

pelatihan; pengangkatan benda berharga asal muatan kapal

tenggelam; pengerukan dan pembersihan alur pelayaran;

reklamasi; pencarian dan pertolongan; remediasi lingkungan; jasa

konstruksi; Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP)

(UU No. 32 Tahun 2014 pasal 27 ayat 4).

Pengerukan adalah pekerjaan mengubah bentuk dasar

perairan untuk mencapai kedalaman dan lebar yang dikehendaki

atau untuk mengambil material dasar perairan yang digunakan

untuk keperluan tertentu.

Jasa konstruksi yang dicakup dalam cluster Jasa Maritim

yaitu konstruksi selain bangunan pelabuhan untuk perhubungan

(dicakup dalam cluster Perhubungan Laut) dan konstruksi

bangunan laut (dicakup dalam cluster Bangunan Laut).

Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, cluster Jasa Maritim

berasal dari Lapangan Usaha Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Angkutan Sungai

Danau dan Penyeberangan; Pergudangan dan Jasa Penunjang

Angkutan; Pos dan Kurir; Jasa Perusahaan; Jasa Pendidikan.

Page 35: Untuk COVER DALAM - The Conversation

16 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Sumber daya tarik wisata

bahari adalah potensi

bentang laut dan bentang

darat pantai.

Termasuk didalam Cluster

Perhubungan Laut adalah

angkutan laut, jasa

penunjang serta

aktivitasnya.

2.1.7. Wisata Bahari

Wisata Bahari atau Tirta adalah usaha yang

menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan

sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara

komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk

(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009).

Wisata bahari mencakup wisata yang memiliki objek dan

daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascaped)

maupun bentang darat pantai (coastal landscape), mengandung

unsur alam dan bukan buatan. Cakupan wisata bahari tidak

memasukan penyediaan akomodasi yang mendukungnya.

Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, Cluster Wisata Bahari

berasal dari Lapangan Usaha Real Estat; Lapangan Usaha Jasa

Perusahaan; dan Lapangan Usaha Jasa Lainnya.

2.1.8. Perhubungan Laut

Perhubungan Laut mencakup angkutan laut, jasa

penunjang, pelabuhan dan aktivitasnya (UU No.32 Tahun 2014

pasal 29 dan 30). Menurut UU No.17 Tahun 2008 Pelayaran

adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di

perairan, kepelabuhan, keselamatan dan keamanan, serta

perlindungan maritim.

Angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut

dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan

menggunakan kapal. Angkutan laut khusus adalah kegiatan

angkutan untuk melayani kepentingan usaha sendiri dalam

menunjang usaha pokoknya. Angkutan Laut Pelayaran-Rakyat

adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional dan mempunyai

karakteristik tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan

dengan menggunakan kapal layar, kapal layar bermotor,

dan/atau kapal motor sederhana berbendera Indonesia dengan

ukuran tertentu.

Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan

dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang

kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal,

penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan

berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta

Page 36: Untuk COVER DALAM - The Conversation

17

Cluster Bangunan Laut

terdiri dari bangunan

pantai dan lepas pantai.

Cluster Pertahanan

Keamanan, Penegakkan

hukum, dan Keselamatan

di Laut mencakup.

mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap

memperhatikan tata ruang wilayah.

Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, Cluster Perhubungan

Laut berasal dari Lapangan Usaha Konstruksi; Angkutan Laut; dan

Pergudangan dan Jasa Penunjang Penunjang Angkutan; Pos dan

Kurir.

2.1.9. Bangunan Laut

Cakupan cluster Bangunan Laut terdiri bangunan pantai

dan bangunan lepas pantai. Bangunan pantai adalah bangunan

yang bertujuan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan

karena serangan gelombang dan arus. Sedangkan bangunan lepas

pantai adalah struktur atau bangunan yang dibangun di lepas

pantai untuk mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi bahan

tambang maupun mineral alam. Fungsi utama dari bangunan

lepas pantai adalah untuk eksplorasi dan produksi minyak dan

gas bumi. Semua konstruksi di pantai dan laut yang fungsinya

bukan seperti disebutkan di atas tidak termasuk Bangunan Laut.

Bangunan Laut berdasarkan sistem dan strukturnya terbagi

menjadi 3, yaitu bangunan terpancang, bangunan terikat, dan

bangunan terapung. Bangunan laut berdasarkan fungsinya

diklasifikan menjadi 3, yaitu konstruksi di atas pantai sejajar

dengan garis pantai (revetment), konstruksi yang dibangun kira-

kira tegak lurus pantai dan sambung pantai (groin, jetty), dan

konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar

garis pantai (breakwater).

Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, cluster Bangunan Laut

berasal dari Lapangan Usaha Konstruksi.

2.1.10. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan

Keselamatan di Laut

Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan

Keselamatan di Laut mencakup Kementerian Pertahanan, TNI,

Bakamla (UU No.32 Tahun 2014 Tahun 2014). Ditambahkan

dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kepolisian (terkait

polisi air), dan Kementerian Perhubungan (terkait Komite

Nasional Keselamatan Transportasi). Cakupan wilayah dari

Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di

Laut adalah perairan, dasar laut, dan sub bawah laut.

Page 37: Untuk COVER DALAM - The Conversation

18 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Penyusunan klasifikasi

merupakan tahapan

penting dalam

penyusunan PDB

Maritim

Di dalam klasifikasi PDB Indonesia, cluster Pertahanan,

Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di Laut berasal

dari Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib.

2.2. Tahapan Kegiatan

Dalam penyusunan PDB Maritim Indonesia tahun 2010-

2016, terdapat tiga langkah utama yang dilalui, pertama adalah

penyusunan klasifikasi yang mencakup klasifkasi Supply Use

Table (SUT) Maritim dan klasifikasi PDB Maritim. Tahapan

selanjutnya adalah penyusunan SUT Maritim yang digunakan

sebagai benchmark penyusunan PDB Maritim Indonesia.

Penyusunan SUT Maritim ini bertujuan untuk menghasilkan PDB

Maritim tahun 2010. PDB Maritim tahun 2010 yang diperoleh

dari kerangka SUT Maritim menjadi tahun dasar PDB Maritim

Indonesia selanjutnya. Kemudian tahapan berikutnya adalah

penyusunan PDB tahun 2011-2016. Tahapan ini akan

menghasilkan berbagai indikator PDB Maritim seperti PDB harga

berlaku, PDB harga konstan, distribusi, laju pertumbuhan, laju

implisit dan sumber pertumbuhan. Secara rinci, penjelasan untuk

masing-masing tahap diuraikan pada bagian berikut.

2.2.1. Penyusunan Klasifikasi

Penyusunan klasifikasi

akivitas ekonomi maritim

merupakan tahapan awal

yang penting dalam

penyusunan PDB Maritim

Indonesia. Cakupan kegiatan

ekonomi maritim yang

tercakup dalam klasifikasi ini

berperan menentukan nilai

PDB Maritim yang dihasilkan.

Dalam penyusunan

klasifikasi PDB Maritim Indonesia, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan merupakan

salah satu yang dijadikan rujukan disamping studi yang dilakukan

Gambar 2.1. Sembilan Cluster PDB Maritim

Page 38: Untuk COVER DALAM - The Conversation

19

UU No. 32 Tahun 2014

tentang Kelautan adalah

rujukan dalam

penyusunan cluster

maritim Indonesia.

Pemetaan aktivitas

ekonomi dilakukan

bersama-sama antara

Kemenko Bidang

Kemaritiman dengan BPS

terhadap Dutch Maritime Cluster. Berdasarkan kajian UU No 32

tahun 2014 diperoleh 9 cluster Maritim Indonesia, yaitu:

Perikanan

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Industri Bioteknologi

Industri Maritim

Jasa Maritim

Wisata Bahari

Perhubungan Laut

Bangunan Laut

Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan

Keselamatan di Laut

Pemetaan aktivitas ekonomi maritim tersebut kedalam

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sudah

dilakukan pada tahun 2016. Kegiatan ini merupakan kerja sama

antara Kemenko Bidang Kemaritiman dengan Badan Pusat

Statistik. Hasil dari pemetaan yang dilakukan terdapat 159 KBLI

lima digit yang tercakup dalam sembilan cluster tersebut. Namun

tidak semua lima digit KBLI seluruhnya adalah kegiatan martim,

sehingga ada KBLI-KBLI yang harus dibagi dua yaitu Maritim dan

Non Maritim. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah KBLI 5 Digit Berdasarkan Cluster PDB Maritim

No Cluster Jumlah KBLI

5 digit

(1) (2) (3)

1 Perikanan 29

2 Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 24

3 Industri Bioteknologi 10

4 Industri Maritim 12

5 Jasa Maritim 43

6 Wisata Bahari 10

7 Perhubungan Laut 23

8 Bangunan Laut 2

9 Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan Keselamatan

di Laut 6

Selanjutnya rincian cakupan 159 kelompok lima digit KBLI

Page 39: Untuk COVER DALAM - The Conversation

20 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PDB Maritim 2010

disusun menggunakan

kerangka SUT

dapat dilihat pada lampiran. Sementara untuk mengetahui

penjelasan lebih rinci terkait penyusunan klasifikasi cluster

maritim dapat dilihat pada buku Laporan Klasifikasi Aktivitas

Maritim Indonesia Dalam KBLI 2009 yang telah disusun pada

tahun 2016.

2.2.2. Penyusunan PDB Maritim 2010 Melalui Kerangka Supply

Use Table

PDB Maritim tahun 2010 yang akan digunakan sebagai

tahun dasar PDB Maritim disusun melalui kerangka Supply Use

Tabel (SUT) Maritim 2010. Dari tabel SUT Maritim 2010 ini akan

diperoleh PDB Maritim dalam tiga pendekatan yang telah teruji,

yaitu PDB Maritim melalui pendekatan produksi, pengeluaran

dan pendapatan.

Gambar 2.2. Kerangka Kerja SUT

Page 40: Untuk COVER DALAM - The Conversation

21

SUT menggambarkan

keseimbangan aliran

produksi, konsumsi, dan

penciptaan pendapatan dari

aktivitas produksi

PDB Indonesia tahun

dasar 2010 diturunkan

melalui Tabel SUT

Indonesia tahun 2010

Supply and Use Table (SUT) merupakan kerangka kerja

yang menggambarkan keseimbangan aliran produksi dan

konsumsi (barang dan jasa) dan penciptaan pendapatan dari

aktivitas produksi tersebut yang terdiri dari 2 (dua) komponen

utama yaitu tabel supply dan tabel use. Tabel supply memberikan

gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi

di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor).

Sedangkan, tabel use menggambarkan penggunaan barang dan

jasa untuk konsumsi antara dan konsumsi akhir. Selain itu, tabel

use juga menggambarkan bagaimana komponen nilai tambah

yang diciptakan oleh industri dalam ekonomi domestik.

Gambar 2.3. Tahapan Penyusunan PDB Maritim 2010

Dalam penyususnan PDB Maritim 2010, terdapat beebrapa

tahapan seperti yang tergambar pada Gambar 2.3. Manfaat

penyusunan SUT adalah memberikan kerangka kerja yang

terintegrasi untuk menganalisis kesenjangan data,

membandingkan dan mengkonfrontasikan data dari berbagai

sumber, serta meningkatkan konsistensi dan koherensi data.

Oleh karena itu, sangat penting dilakukan penyusunan SUT

Maritim untuk meyakinkan kita bahwa level Produk Domestik

Bruto (PDB) ekonomi maritim pada tahun dasar yang dihasilkan

sudah cukup baik dan dapat digunakan sebagai dasar

penyusunan PDB Maritim tahun berikutnya. Proses penyusunan

PDB Maritim ini mengikuti proses yang terjadi pada penyusunan

PDB Indonesia, dimana PDB Indonesia tahun dasar 2010

diturunkan melalui Tabel SUT Indonesia tahun 2010 dan tahun

2010 ini menjadi tahun dasar PDB Indonesia saat ini.

Sebagai informasi tambahan, bahwa Dimensi SUT

Indonesia terdiri atas 81 industri (kolom) dan 244 produk (baris).

Untuk membentuk SUT industri maritim maka aktivitas maritim

yang terdapat dalam 81 industri tersebut dipisahkan dan

dipindahkan kedalam 9 cluster maritim. Sehingga, dimensi SUT

Estimasi tabel

supply maritim

Estimasi use

maritim

SUT maritim

balance

PDB Maritim

2010

Page 41: Untuk COVER DALAM - The Conversation

22 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Manual yang digunakan

dalam penyusunan PDB

Nasional adalah SNA

2008

industri maritim menjadi 90 industri (9 industri maritim dan 81

non-maritim) dikali 244 produk. Berikut disampaikan format

tabel supply maritim 2010.

Gambar 2.4. Format Tabel Supply Ekonomi Maritim

Kode Klasifikasi

No maritim

Perik

anan

ESD

M

Ind

Bio

tekno

lo

gi

Industri

Maritim

Jasa

Maritim

Wis

ata

Bahari

Perhubunga

n Laut

Bangunan

Laut

Hankan

Output

Do

mestik

To

tal

Im

po

r

M01 ... M81 M82 M83 M84 M85 M86 M87 M88 M89 M90 6000 4019

001

002

003

...

242

243

244

Adjusted Impor

Total Output

2.2.3. Penyusunan PDB Maritim 2011-2016

Melalui kerangka tabel SUT Maritim 2010 diperoleh PDB

Maritim 2010. PDB Maritim 2010 ini merupakan dasar untuk

penyusunan PDB Maritim tahun 2011-2016 atau dapat juga

disebut PDB Maritim tahun dasar. Dalam penyusunan PDB

Nasional, System Nasional Account 2008 merupakan manual

yang digunakan sebagai rujukan. Oleh karena penyusunan PDB

Maritim diturunkan dari PDB Nasional maka Penyusunan PDB

maritim juga sesuai dengan System of National Account (SNA)

2008, yang merupakan standar internasional dan berbasis KBLI

2009. Tahapan penyusunan PDB maritim secara lengkap terdapat

pada gambar 2.5. PDB maritim tahun 2010 diturunkan dari hasil

SUT maritim tahun 2010. level PDB maritim tahun 2010 ini

menjadi basis penyusunan PDB maritim untuk tahun-tahun

berikutnya. Setelah PDB 2010 diperoleh, langkah selanjutnya

adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDB maritim 2011-

2016.

Gambar 2.5. Tahapan Penyusunan PDB Maritim 2011-2016

Penyusunan PDB Maritim

2010 menggunakan

benchmark SUT

Penyusunan PDB Maritim

2011-2016

Linking PDB Maritim

2011-2016

Page 42: Untuk COVER DALAM - The Conversation

23

PDB terdiri dari dua

jenis, yaitu PDB Atas

Dasar Harga Berlaku

(ADHB) dan Atas Dasar

Harga Konstan (ADHK)

Penyusunan NTB Atas

Dasar Harga Berlaku

menggunakan pendekatn

produksi

Metode penyusunan

NTB Atas Dasar Harga

Konstan, yaitu Revaluasi,

Ekstrapolasi, dan Deflasi

2.3. Metodologi dan Sumber Data

Produk Domestik Bruto (PDB) Maritim terdiri dari dua

jenis, yaitu PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan

PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

Dalam penyusunan PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku

metode yang digunakan adalah produksi, dengan persamaan

sebagai berikut:

Outputb,t = Produksit x Hargat

NTB b,t = Outputb,t — Konsumsi Antarab,t

dimana :

Outputb,t = Ouput/nilai produksi bruto atas dasar harga

berlaku tahunt

NTBb,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun

ke t

Produksit = Kuantum produksi tahun ke t

Hargat = Harga produksi tahun ke t

Sementara dalam penyusunan PDB Maritim Atas Dasar Harga

Konstan, terdapat tiga metode yang dapat digunakan, yaitu:

1. Revaluasi yaitu perkalian kuantum produksi tahun yang

berjalan dengan harga tahun dasar. Dalam rumus dapat

dinyatakan sebagai berikut :

Outputk,t = Produksit x Harga0

NTBk,t = Outputk,t - Konsumsi Antarak,t

2. Ekstrapolasi yaitu dengan cara mengalikan nilai tahun

dasar dengan suatu indeks kuantum dibagi 100. Dalam

rumus dapat dinyatakan sebagai berikut :

Outputk,t = Outputk,0 x (IKPt / 100)

NTBk,t = Outputk,t - Konsumsi Antarak,t

3. Deflasi yaitu dengan cara membagi nilai pada tahun berjalan

dengan suatu indeks harga dibagi 100. Dalam rumus

dapat dinyatakan sebagai berikut :

Outputk,t = Outputk,0 / (IHt / 100)

NTBk,t = Outputk,t - Konsumsi Antarak,t

Penggunaan metode di atas untuk masing-masing cluster

tergantung kepada ketersediaan data. Lebih rinci, metode yang

digunakan untuk masing-masing cluster dapat dilihat pada bagian

berikut:

Page 43: Untuk COVER DALAM - The Conversation

24 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

2.3.1. Perikanan

NTB Atas Dasar Harga Berlaku cluster Perikanan yang

berasal dari Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan dihitung menggunakan pendekatan produksi, dimana

output didapat dari produksi dikalikan harga. Selanjutnya nilai

tambah didapat dengan cara mengurangkan output dengan

konsumsi antara. NTB atas dasar harga konstan dihitung

menggunakan metode revaluasi, dimana output harga konstan

dinilai berdasarkan harga pada tahun dasar 2010.

Selanjutnya, perhitungan NTB atas dasar harga berlaku

maupun harga konstan pada cluster Perikanan Laut yang berasal

dari Lapangan Usaha Perdagangan menggunakan pendekatan

commodity flow untuk barang-barang domestik. Output didapat

dengan cara mengalikan output hasil perikanan maritim dengan

rasio marjin perdagangan dari perikanan tangkap laut dan

perikanan budidaya laut dan air payau. Kemudian, nilai tambah

didapat dengan cara mengalikan output dengan rasio nilai

tambah bruto.

Dalam penyusunan Cluster Perikanan ini, data yang

digunakan berasal dari berbagai sumber baik BPS maupun luar

BPS, dia antaranya :

Direktori Perusahaan Kehutanan dan Statistik Perusahaan

Penangkaran Tanaman/ Satwa Liar, Badan Pusat Statistik;

Statistik Perikanan Tangkap Tahunan, Kementerian Kelautan

dan Perikanan;

Statistik Perikanan Budidaya Tahunan, Kementerian Kelautan

dan Perikanan;

Statistik Budidaya Ikan Hias Indonesia, Kementerian

Kelautan dan Perikanan;

Statistik Ekspor Indonesia, BPS;

Statistik Harga Perdesaan, BPS;

Statisitk Harga Produsen, BPS;

Data Sensus Pertanian 2003 dan 2013 Subsektor, BPS;

Struktur Ongkos Perusahaan Perikanan, BPS.

SUT Indonesia tahun 2010

Page 44: Untuk COVER DALAM - The Conversation

25

Nilai tambah atas harga

konstan ESDM

menggunakan metode

deflasi dan revaluasi

2.3.2. Energi dan Sumber Daya Mineral

NTB atas dasar harga berlaku cluster Energi dan Sumber Daya

Mineral yang berasal dari Lapangan Usaha Pertambangan dan

Penggalian dihitung menggunakan pendekatan produksi. PDB

atas dasar harga konstan didapat dengan metode deflasi dan

revaluasi.

NTB atas dasar harga berlaku cluster Energi dan Sumber Daya

Mineral yang berasal dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan

dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. NTB atas

dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode

deflasi dan ekstrapolasi. Sedangkan nilai tambah didapat dengan

mengalikan output dengan rasio NTB.

Penghitungan NTB Cluster Energi dan Sumber Daya Mineral

yang berasal dari Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas

memanfaatkan data Marine Vessel Power Plant (MVPP) yang

dimulai pada tahun 2015. Output didapat dengan cara

mengalikan proporsi kapasitas total pembangkit MVPP terhadap

kapasitas total pembangkit PLN se-Indonesia dengan output total

ketenagalistrikan atas dasar harga berlaku.

Output harga konstan didapat dengan mengalikan antara

proporsi kapasitas total pembangkit MVPP terhadap kapsitas

total pembangkit PLN se-Indonesia dengan output total

ketenagalistrikan atas dasar harga konstan.

Sumber data yang digunakan untuk menghitung nilai

tambah cluster ESDM, di antanya::

Laporan Tahunan Produksi Minyak Bumi dan Kondensat

Indonesia Tahun 2010 berdasarkan Produksi Lepas Pantai,

Kementerian ESDM;

Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Indonesia Tahun 2010

berdasarkan Produksi Lepas Pantai, Kementerian ESDM;

Statistik Pertambangan selain Minyak dan Gas Bumi 2010-

2013;

Hasil Pendataan Garam, Kementerian Kelautan dan

Perikanan;

Informasi dari Kementerian dan Instansi terkait;

SUT Indonesia tahun 2010, Badan Pusat Statistik;

Data Marine Vessel Power Plant (MVPP).

Page 45: Untuk COVER DALAM - The Conversation

26 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Penghitungan Industri

Bioteknologi ADHK

menggunakan metode

deflasi dan ekstrapolasi

Output Industri Maritim

dihitung menggunakan

pendekatan produksi

2.3.3. Industri Bioteknologi

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Industri Bioteknologi

yang berasal dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan dihitung

dengan menggunakan pendekatan produksi. PDB atas dasar

harga konstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi dan

ekstrapolasi. Sedangkan nilai tambah bruto didapat dengan

mengalikan output dengan rasio NTB.

Dalam penyusunan nilai tambah cluster Industri

Bioteknologi, sumber data yang digunakan adalah:

Statistik Industri Besar dan Sedang tahunan, Badan Pusat

Statistik;

Statistik Industri Mikro dan Kecil, Badan Pusat Statistik;

Informasi dari Kementerian dan Instansi terkait;

SUT Indonesia tahun 2010, Badan Pusat Statistik.

2.3.4. Industri Maritim

NTB atas dasar harga berlaku cluster Industri Maritim yang

berasal dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan dihitung

dengan menggunakan pendekatan produksi. NTB atas dasar

harga konstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi dan

ekstrapolasi. Sedangkan nilai tambah didapat dengan mengalikan

output dengan rasio NTB.

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Industri Maritim yang

berasal dari Lapangan Usaha Pengadaan Air dihitung

menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan cara

mengalikan antara jumlah tenaga kerja dengan produktivitas.

Produktivitas didapat dengan cara membagi omset dengan

jumlah tenaga kerja hasil Sensus Ekonomi 2006 pada Lapangan

Usaha Pengadaan Air. PDB atas dasar harga konstan didapat

dengan metode deflasi, yaitu membagi PDB atas dasar harga

berlaku dengan Indeks Harga Produsen (IHP).

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Industri Maritim yang

berasal dari Lapangan Usaha Konstruksi dihitung menggunakan

pendekatan produksi, yaitu dengan cara mengalikan antara

jumlah tenaga kerja dengan produktivitas. Produktivitas didapat

dengan cara membagi omset dengan jumlah tenaga kerja hasil

Sensus Ekonomi 2006 pada Lapangan Usaha Konstruksi. NTB

Page 46: Untuk COVER DALAM - The Conversation

27

Output Jasa Maritim

diperoleh dengan

mengalikan jumlah tenaga

kerja dengan produktivitas

atas dasar harga konstan didapat dengan metode deflasi, yaitu

membagi NTB atas dasar harga berlaku dengan Indeks Harga

Perdagangan Besar (IHPB) konstruksi.

Sumber data dalam penyusunan nilai tambah Cluster Jasa

Maritim:

Statistik Industri Besar dan Sedang tahunan, Badan Pusat

Statistik;

Statistik Industri Mikro dan Kecil, Badan Pusat Statistik;

Informasi dari Kementerian dan Instansi terkait;

SUT Indonesia tahun 2010, Badan Pusat Statistik;

Hasil Sensus Ekonomi 2006, BPS;

Statistik Ketenagakerjaan, BPS.

2.3.5. Jasa Maritim

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Jasa Maritim yang

berasal dari Lapangan Usaha Pengadaan Air dihitung

menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan cara

mengalikan antara jumlah tenaga kerja dengan produktivitas.

Produktivitas didapat dengan cara membagi omset dengan

jumlah tenaga kerja hasil SE 2006 pada Lapangan Usaha

Pengadaan Air. PDB atas dasar harga konstan didapat dengan

metode deflasi, yaitu membagi PDB atas dasar harga berlaku

dengan Indeks Harga Produsen (IHP).

NTB atas dasar harga berlaku cluster Jasa Maritim yang

berasal dari Lapangan Usaha Konstruksi dihitung menggunakan

pendekatan produksi, yaitu dengan cara mengalikan antara

jumlah tenaga kerja dengan produktivitas. Produktivitas didapat

dengan cara membagi omset dengan jumlah tenaga kerja hasil SE

2006 pada Lapangan Usaha Konstruksi. PDB atas dasar harga

konstan didapat dengan metode deflasi, yaitu membagi PDB atas

dasar harga berlaku dengan IHPB konstruksi.

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Jasa Maritim yang

berasal dari Lapangan Usaha Transportasi dihitung menggunakan

pendekatan produksi. Sedangkan PDB harga konstan dihitung

dengan metode deflasi.

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Jasa Maritim yang

berasal dari Lapangan Usaha Jasa Pendidikan dihitung

Page 47: Untuk COVER DALAM - The Conversation

28 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Nilai tambah atas dasar

harga konstan Cluster

Wisata Bahari menggunakan

metode deflasi

Nilai tambah atas dasar

harga konstan Cluster

Perhubungan Laut

menggunakan metode

deflasi

menggunakan pendekatan produksi, dengan menggunakan

indikator produksi berupa jumlah siswa dan indikator harga

berupa output per siswa. NTB harga konstan didapat dengan

metode deflasi, menggunakan deflator IHK. Selanjutnya, untuk

mendapatkan nilai tambah, output yang sudah didapat dikalikan

dengan rasio NTB.

Sumber data:

Hasil Sensus Ekonomi 2006, BPS;

Statistik Ketenagakerjaan, BPS;

Statistik Transportasi, BPS;

Jumlah penumpang, kendaraan, dan barang (PT. ASDP

Indonesia Ferry;

Laporan Keuangan PT ASDP Indonesia Ferry;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

Survei Khusus BPS;

SUT Indonesia tahun 2010, BPS.

2.3.6. Wisata Bahari

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Wisata Bahari yang

berasal dari Lapangan Usaha Jasa Lainnya dihitung menggunakan

pendekatan produksi, dengan menggunakan indikator produksi

berupa jumlah pengunjung dan indikator harga berupa output

per pengunjung. NTB harga konstan didapat dengan metode

deflasi, menggunakan deflator IHK. Selanjutnya, untuk

mendapatkan nilai tambah, output yang sudah didapat dikalikan

dengan rasio NTB.

Sumber data yang digunakan dalam penyusunan Cluster Wisata

Bahari adalah:

Statistik Kehutanan, BPS;

Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, PT Pembangunan Jaya

Ancol;

SUT Indonesia tahun 2010, BPS.

2.3.7. Perhubungan Laut

NTB atas dasar harga berlaku cluster Perhubungan Laut yang

berasal dari Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan

dihitung menggunakan pendekatan produksi. Sedangkan NTB

harga konstan dihitung menggunakan metode deflasi.

Page 48: Untuk COVER DALAM - The Conversation

29

Output Bangunan Laut

berasal dari Laporan Usaha

Konstruksi diperoleh dengan

mengalikan jumlah tenaga

kerja dengan produktivitas

Nilai tambah harga konstan

Cluster Pertahanan,

Keamanan, Penegakan

Hukum, dan Keselamatan di

Laut menggunakan metode

deflasi

Sumber data yang digunakan:

Statistik Transportasi, BPS;

Laporan tahunan perusahaan Angkutan Laut BUMN;

Laporan tahunan Jasa Penunjang Angkutan BUMN;

Laporan perusahaan Angkutan Laut go public.

2.3.8. Bangunan Laut

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Bangunan Laut berasal

dari Lapangan Usaha Konstruksi dihitung menggunakan

pendekatan produksi, yaitu dengan cara mengalikan antara

jumlah tenaga kerja dengan produktivitas. Produktivitas didapat

dengan cara membagi omset dengan jumlah tenaga kerja hasil SE

2006 pada Lapangan Usaha Konstruksi. NTB atas dasar harga

konstan didapat dengan metode deflasi, yaitu membagi NTB atas

dasar harga berlaku dengan IHPB konstruksi.

Sumber data:

Hasil Sensus Ekonomi 2006, BPS;

Statistik Ketenagakerjaan, BPS.

2.3.9. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, dan

Keselamatan di Laut

NTB atas dasar harga berlaku Cluster Pertahanan, Keamanan,

Penegakan Hukum dan Keselamatan di Laut yang berasal dari

Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan

Jaminan Sosial Wajib dihitung menggunakan pendekatan cost

basis, dimana pendekatan dilakukan atas biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh lembaga pertahanan dan angkatan bersenjata,

perhubungan laut, dan angkatan laut. Output diperoleh dari

konsumsi antara (terdiri dari belanja barang dan belanja bantuan

sosial) ditambah dengan Nilai Tambah Bruto (NTB). NTB terdiri

dari belanja pegawai dan estimasi penyusutan.

NTB atas dasar harga konstan dihitung menggunakan metode

deflasi, dimana PDB atas dasar harga berlaku di-deflate dengan

jenis belanja yang bersesuaian.

Sumber data yang digunakan adalah:

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2010-2015

Realisasi angggaran 2016, Ditjen Perbendaharaan Negara

Kementerian Keuangan

Page 49: Untuk COVER DALAM - The Conversation

30 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Anggaran detail 2015, Ditjen Anggaran Kemeterian Keuangan

Jumlah PNS, Kementerian dan Lembaga terkait dan Badan

Kepegawaian Negara

Indeks upah, IHPB, Indeks implisit Pembentukan Modal Tetap

Bruto

Page 50: Untuk COVER DALAM - The Conversation

31

BAB III

PERKEMBANGAN PDB

MARITIM

Page 51: Untuk COVER DALAM - The Conversation

ii

Page 52: Untuk COVER DALAM - The Conversation

33

Sepanjang 2010-2016

nominal PDB Indonesia

mengalami peningkatan

Pertumbuhan PDB

Indonesia mengalami

perlambatan sejak tahun

2013-2015

PERKEMBANGAN PDB MARITIM

3.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia

Setelah krisis ekonomi global tahun 2008 hingga 2009,

perekonomian Indonesia tahun 2010 mulai menunjukkan

perbaikan. Perbaikan didukung oleh permintaan domestik yang

solid dan kondisi eksternal yang mulai kondusif seiring

pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global. Perbaikan

perekonomian ini tercermin dari peningkatan yang terjadi pada

nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada tahun 2010

nominal PDB Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai

6.864,1 triliun rupiah meningkat menjadi 12.406,8 triliun rupiah

pada tahun 2016. Sementara, PDB atas dasar harga konstan

dalam kurun waktu tersebut juga mengalami peningkatan sejalan

dengan PDB atas dasar harga berlaku.

Tabel 3.1. Indikator PDB Indonesia

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

PDB Harga Berlaku

6.864.133,1 7.831.726,0 8.615.704,5 9.546.134,0 10.569.705,3 11.531.716,9 12.406.809,8 (miliar Rp)

PDB Harga Konstan

6.864.133,1 7.287.635,3 7.727.083,4 8.156.497,8 8.564.866,6 8.982.511,3 9.433.034,4 (miliar Rp)

Laju Pertumbuhan - 6,17 6,03 5,56 5,01 4,88 5,02

(persen)

Laju Indeks Implisit - 7,47 2,75 4,97 5,44 4,03 2,45

(persen)

Bila ditinjau lebih jauh terkait pertumbuhan ekonomi, yang

dihitung berdasarkan PDB harga konstan, maka pada tahun

2011, PDB Indonesia tumbuh 6,17 persen. Perekonomian

Indonesia ini masih tergolong baik dalam situasi perekonomian

global yang masih belum stabil. Fundamental ekonomi indonesia

yang cukup kuat mampu meminimalkan dampak dari gejolak

ekonomi global yang masih terjadi. Selanjutnya pada tahun 2012,

kinerja perekonomian Indonesia masih cukup menggembirakan

di tengah perekonomian dunia yang masih melemah dan diliputi

ketidakpastian. Pertumbuhan tahun 2012 dapat dipertahankan

pada tingkat yang cukup tinggi sebesar 6,03 persen. Namun,

dalam kurun waktu 2013-2015, ekonomi Indonesia terus

mengalami perlambatan, dimana pertumbuhan hanya berada

dibawah 6 persen. Belum pulihnya kondisi perekonomian global

dan harga komoditas yang juga mengalami penurunan

Page 53: Untuk COVER DALAM - The Conversation

34 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Akselerasi percepatan

pertumbuhan PDB mulai

terjadi pada tahun 2016

Industri Pengolahan

merupakan kontributor

terbesar dalam

pembentukan PDB

Indonesia

berkontribusi dalam perlambatan perekonomian nasional pada

kurun waktu tersebut.

Pada tahun 2016, perekonomian global menunjukkan

peningkatan dan pertumbuhan meskipun belum merata.

Pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju pada umumnya

membaik. Sementara perekonomian di negara-negara

berkembang menunjukan perkembangan yang beragam. Kondisi

ini tentu berpengaruh terhadap perbaikan permintaan eksternal

yang tercermin dari peningkatan nilai ekspor Indonesia.

Dukungan pemulihan ekonomi global dan permintaan domestik

yang masih kuat menyebabkan kinerja perekonomian Indonesia

kembali menggeliat dengan pertumbuhan mencapai 5,02

meningkat dibanding capaian tahun 2015 sebesar 4,88 persen.

Dari sisi produksi pertumbuhan ini didukung oleh seluruh

aktivitas ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh

Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi.

Menelaah tentang struktur ekonomi Indonesia dalam

kurun waktu 2010-2016, Industri Pengolahan merupakan

lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar dalam

pembentukan PDB Indonesia. Pada tahun 2010 kontribusi

lapangan usaha ini mencapai 22,04 persen. Selanjutnya

kontributor kedua dicapai oleh Lapangan Usaha Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan dengan kontribusi sebesar 13,93

persen, diikuti oleh Lapangan Usaha Perdagangan sebesar 13,46

persen, dan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

sebesar 10,46 persen.

6,17

6,03

5,56

5,01

4,88

5,02

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

PDB Indonesia

Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia

(persen)

20,51

13,45

13,19

10,38

42,47

Ind

Pengolahan

Pertanian

Perdagangan

Konstruksi

Lainnya

Gambar 3.2. Struktur PDB Indonesia Tahun 2016

(persen)

Page 54: Untuk COVER DALAM - The Conversation

35

Nominal PDB maritim

mengalami kenaikan

rata-rata 40,8 triliun

rupiah per tahun

Pada tahun 2016, Lapangan Usaha Industri Pengolahan

masih memberikan kontribusi tertinggi terhadap pembentukan

PDB Indonesia, yaitu sebesar 20,51 persen. Urutan kedua masih

ditempati oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan dengan kontribusi sebesar 13,45 persen. Selanjutnya

Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor dengan kontribusi 13,19 persen. Sementara di

urutan keempat dicapai oleh Lapangan Usaha Konstruksi sebesar

10,38 persen.

Sementara bila dilihat dari penciptaan pertumbuhan PDB

Nasional atau sumber pertumbuhan, maka pada tahun 2016

Industri Pengolahan memberikan sumber pertumbuhan terbesar

0,92 persen, diikuti oleh Perdagangan Besar, Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 0,53 persen dan Konstruksi sebesar

0,51 persen. Sementara sumber pertumbuhan lapangan usaha

lainnya tidak lebih dari 0,5 persen.

3.2. Peranan Industri Maritim dalam Perekonomian Indonesia

Dalam kerangka

ekonomi maritim, nilai

nominal PDB maritim

atas dasar harga

berlaku selama kurun

waktu tujuh tahun

terakhir (2010-2016)

mengalami peningkatan

yang cukup signifikan.

Pada tahun 2010 nilai

PDB Maritim atas dasar harga berlaku yang dihasilkan oleh

pelaku-pelaku bidang maritim tersebut mencapai 505,0 triliun

rupiah meningkat menjadi 749,9 triliun rupiah pada tahun 2016

atau terjadi kenaikan rata-rata sebesar 40,8 triliun rupiah

pertahun. Sejalan dengan PDB maritim atas dasar harga berlaku,

PDB maritim atas dasar harga konstan juga menunjukan

peningkatan dimana tahun 2010 sebesar 505,0 triliun rupiah

meningkat menjadi 563,0 triliun rupiah tahun 2016.

(0,45) (0,99)

1,58

3,44

4,51

3,03

6,17 6,03 5,56

5,01 4,88 5,02

(2,00)

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

PDB Maritim PDB Nasional

Gambar 3.3. Laju Pertumbuhan PDB Maritim dan

PDB Nasional

(persen)

Page 55: Untuk COVER DALAM - The Conversation

36 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Kontribusi PDB maritim

terhadap PDB nasional

sebesar 6,04 persen

tahun 2016

Besaran PDB atas

dasar harga berlaku ini

dapat memberikan

gambaran tentang

kontribusi ekonomi

maritim terhadap

perekonomian nasional.

Selama kurun waktu

2010-2016, PDB

maritim memberikan

kontribusi 6,04 persen

sampai 7,95 persen atau secara rata-rata sebesar 7,06 persen.

Kontribusi PDB maritim terhadap PDB Nasional, tertinggi dicapai

pada tahun 2012 sebesar 7,95 persen, dimana kontribusi terbesar

disumbang oleh cluster ESDM sebesar 4,85 persen. Selanjutnya

pada tahun 2013 kontribusi PDB Maritim terhadap PDB nasional

mengalami penurunan menjadi 7,14 persen. Penurunan

kontribusi ini terus berlanjut, dimana pada tahun 2016, kontribusi

PDB maritim terhadap PDB nasional hanya mencapai 6,04

persen. Penurunan kontribusi ini sejalan dengan penurunan

kontribusi Cluster ESDM terhadap PDB Nasional. Pada tahun

2016, ESDM mengalami penurunan kontribusi yang cukup

signifikan dimana hanya mencapai 2,51 persen terhadap PDB

nasional. Sebelumnya pada tahun 2012 mencapai 4,85 persen

yang merupakan capaian tertinggi sepanjang kurun waktu 2010-

2016. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan harga

pada komoditas minyak, meskipun dari sisi produksi terjadi

peningkatan. Penurunan kontribusi PDB Maritim terhadap PDB

Nasional ini tidak sejalan dengan peningkatan yang terjadi pada

nominal PDB Maritim sepanjang 2010-2016. Situasi ini

mengindikasikan bahwa peningkatan aktivitas-aktivitas produksi

di luar lapangan usaha maritim, lebih cepat dibandingkan

peningkatan aktivitas produksi cluster maritim.

Bila dilihat secara rinci menurut cluster maritim, maka

dalam kurun waktu 2010-2016, terdapat tiga cluster maritim yang

sangat dominan berkontribusi dalam pembentukan PDB maritim,

yaitu cluster Perikanan. Cluster Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) dan cluster Perhubungan Laut. Ketiga cluster ini tentu

sangat berperan dalam menentukan kontribusi industri maritim

6,04

Maritim

Non-maritim

Gambar 3.4. Share PDB Maritim Terhadap PDB

Nasional 2016

(persen)

Page 56: Untuk COVER DALAM - The Conversation

37

Cluster Perikanan,

Cluster ESDM, dan

Cluster Perhubungan

Laut merupakan

dominan dalam PDB

maritim

terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2016, kontribusi

Perikanan terhadap PDB nasional mencapai 2,52 persen. Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencapai 2,51 persen dan

Cluster Perhubungan Laut mencapai 0,52 persen. Untuk

meningkatkan peranan industri maritim terhadap perekonomian

nasional, maka tiga aktivitas ekonomi ini harus diupayakan

mengalami peningkatan dan memiliki kinerja yang baik sehingga

berdampak positif terhadap perekonomian maritim dan

perekonomian nasional.

3.3. Perkembangan PDB Maritim Indonesia

Selama kurun

waktu 2010-2016,

terdapat tiga cluster

yang sangat dominan

berkontribusi dalam

pembentukan PDB

Maritim. Ketiga cluster

tersebut adalah Cluster

Perikanan, Cluster ESDM

dan Cluster

Perhubungan Laut. Pada tahun 2010, Cluster ESDM memberikan

kontribusi sebesar 57,32 persen Cluster Perikanan sebesar 28,51

persen dan Cluster Perhubungan Laut sebesar 6,68 persen. Seiring

dengan situasi dan kondisi yang terjadi, maka pada tahun 2016

kontribusi ESDM mengalami penurunan, sementara Cluster

Perikanan mengalami peningkatan, dimana Cluster Perikanan

memberikan kontribusi sebesar 41,72 persen atau senilai 312,9

triliun rupiah, dan Cluster Energi dan Sumber Daya Mineral

505,0

606,4

685,0 681,9

719,0 738,5 749,9

7,36 7,74 7,95 7,14 6,80 6,40 6,04

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

800,0

900,0

1.000,0

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Nominal (triliun Rp) Kontribusi (persen)

Gambar 3.5. Perkembangan PDB Maritim

(persen)

41,72

41,58

8,59

8,11 Perikanan

ESDM

Perhubungan

Laut

Lainnya

Gambar 3.6. Share Cluster Maritim Terhadap

PDB Maritim 2016

(persen)

Page 57: Untuk COVER DALAM - The Conversation

38 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Laju Pertumbuhan PDB

Maritim selama 2010-

2016 mengalami

fluktuasi yang cukup

signifikan

Cluster Perikanan

memberikan kontribusi

terbesar terhadap

pertumbuhan PDB

maritim

memberikan kontribusi sebesar 41,58 persen atau senilai 311,8

triliun rupiah, dan Cluster Perhubungan Laut memberikan

kontribusi sebesar 8,59 persen atau senilai 64,4 triliun rupiah.

Sementara cluster lainnya memberikan kontribusi yang relatif

kecil.

Selanjutnya untuk mengukur keberhasilan pembangunan

di bidang maritim, salah satu indikator yang dapat kita gunakan

adalah laju pertumbuhan PDB maritim. Pertumbuhan PDB

maritim dalam kurun waktu 2010-2016 mengalami fluktuasi

yang cukup signifikan. Tahun 2011 dan 2012 terjadi kontraksi

pertumbuhan sebesar minus 0,45 persen dan minus 0,99 persen.

Kontraksi pertumbuhan disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan

yang terjadi pada Cluster ESDM, Cluster Industri Maritim dan

Cluster Bangunan Laut. Seiring dengan perbaikan kinerja Cluster

ESDM, kondisi perekonomian maritim berangsur-angsur

membaik. Hal ini ditunjukan oleh capaian PDB Maritim yang

mengalami pertumbuhan positif dalam periode 2013-2016.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 4,51

persen mendekati pertumbuhan PDB nasional sebesar 4,88

persen. Pertumbuhan tahun 2015 ini didukung hampir semua

cluster termasuk tiga cluster yang peranannya sangat dominan

terhadap pembentukan PDB Maritim. Pertumbuhan tertinggi

dicapai oleh Cluster Wisata Bahari sebesar 8,45 persen.

Selanjutnya, pergerakan laju pertumbuhan ekonomi cluster

maritim akan berpengaruh terhadap pembentukan pertumbuhan

ekonomi maritim (sumber pertumbuhan). Peranan masing-masing

cluster ekonomi maritim terhadap laju pertumbuhan ekonomi

maritim tergambar pada sumbangan yang diberikan oleh cluster

ekonomi maritim tersebut terhadap pembentukan pertumbuhan

ekonomi maritim. Pada tahun 2011, Cluster Perikanan

memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan

pertumbuhan PDB Maritm yaitu sebesar 2,20 persen, diikuti oleh

Cluster Perhubungan Laut sebesar 0,57 persen dan Jasa Maritim

sebesar 0,27 persen. Namun, Cluster ESDM dengan share

terbesar, belum memberikan kontribusi yang positif terhadap

pembentukan laju pertumbuhan dengan sumber pertumbuhan

-3,55 persen. Selanjutnya, dalam pembentukan PDB Maritim

tahun 2016, Cluster Perikanan masih memberikan kontribusi

Page 58: Untuk COVER DALAM - The Conversation

39

Nilai tambah yang

diciptakan cluster

Perikanan tahun 2016

sebesar 312,9 triliun

rupiah

Perikanan menjadi salah

satu cluster yang

berkontribusi besar

terhadap pembentukan

PDB maritim

terbesar sebesar 1,84 persen, diikuti oleh Cluster ESDM dengan

sumber pertumbuhan sebesar 0,93 persen, dan Cluster Bangunan

Laut sebesar 0,15 persen. Sementara Cluster Industri Maritim

adalah cluster yang memberikan peranan terkecil dalam

pembentukan laju pertumbuhan PDB Maritim. Di sisi lain, Cluster

Wisata Bahari mempunyai laju pertumbuhan tertinggi, namun

sumbangannya terhadap pertumbuhan PDB maritim hanya

sebesar 0,01 persen.

3.4. Perkembangan PDB Maritim Indonesia Menurut Cluster

Perkembangan PDB Maritim Indonesia menurut cluster

memberikan gambaran tentang nilai tambah, pertumbuhan,

distribusi, dan sumber pertumbuhan yang tercipta untuk masing-

masing cluster.

3.4.1. Perikanan

Dalam kurun waktu 2010-2016, nilai tambah yang

diciptakan oleh Cluster Perikanan yang mencakup produksi

komoditas perikanan termasuk aktivitas perdagangannya terus

mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, nilai tambah yang

tercipta pada aktivitas ini adalah sebesar 143,9 triliun rupiah.

Nilai tambah ini terus meningkat dari tahun ke tahun dimana

pada tahun 2016 nilai tambah Cluster Perikanan atas dasar harga

berlaku mencapai 312,9 triliun rupiah. Sementara bila dilihat dari

harga konstan, maka nilai tambah yang tercipta juga mengalami

peningkatan, dimana pada tahun 2016 nilai tambah Cluster

Perikanan atas dasar harga konstan mencapai 212,4 triliun rupiah

atau tumbuh 4,96 persen dibanding tahun 2015.

Cluster Perikanan merupakan salah satu cluster yang

memberikan kontribusi sangat besar dalam pembentukan PDB

maritim. Peranan cluster ini terhadap pembentukan PDB Maritim

dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2010,

kontribusi Cluster Perikanan terhadap PDB maritim sebesar 28,51

persen, meningkat cukup signifikan menjadi 41,72 persen pada

tahun 2016. Peningkatan peranan cluster ini didukung oleh

peningkatan produksi dan perkembangan harga yang positif dari

tahun ke tahun untuk komoditas-komoditas cluster ini.

Page 59: Untuk COVER DALAM - The Conversation

40 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Selama kurun waktu

2010-2016 Cluster

Perikanan merupakan

kontributor terbesar

dalam penciptaan PDB

Maritim

Pertumbuhan tertinggi

Cluster Perikanan terjadi

di tahun 2011 sebesar

7,70 persen

Perkembangan harga dapat tercermin dari laju pertumbuhan

implisit. Pertumbuhan implisit Cluster Perikanan tertinggi terjadi

pada tahun 2015 sebesar 8,94 persen. Hal ini mengindikasikan

terjadi kenaikan harga komoditas perikanan laut yang cukup

tinggi pada tahun tersebut.

Untuk mengukur kinerja dari Cluster Perikanan digunakan

indikator laju pertumbuhan. Dalam kurun waktu 2010-2016, laju

pertumbuhan Cluster Perikanan menunjukkan kinerja yang baik.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 7,70

persen dan terendah pada tahun 2016 sebesar 4,96 persen.

Pertumbuhan Cluster Perikanan ini sejalan dengan Subkategori

Perikanan dalam PDB nasional. Pertumbuhan Cluster Perikanan

didukung oleh produksi perikanan hasil budidaya laut dan air

payau mengalami peningkatan yang signifikan khususnya akibat

melimpahnya produksi rumput laut sebagai dampak El Nino

dimana curah hujan sangat jarang terjadi, sehingga proses

pengeringan rumput laut berjalan dengan baik. Namun di tahun

2016, aktivitas ini terkendala oleh efek La Nina dimana iklim

didominasi oleh kemarau basah yang menyebabkan perlambatan

produksi rumput laut.

Sementara, peningkatan produksi perikanan budidaya laut

dan air payau yang didukung oleh beberapa kebijakan dan

program, di antaranya revitalisasi tambak di beberapa sentra

perikanan budidaya, percepatan pengembangan model

percontohan (demfarm) bagi pembudidaya ikan, diversifikasi

komoditas (misalnya udang vaname) yang dibudidayakan di

keramba jaring apung laut dan pemberian benih yang

menstimulasi pembudidaya untuk meningkatkan produksi.

28,51 26,85 26,49

30,39 33,62

38,30 41,72

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Perikanan

Gambar 3.7. Kontribusi Cluster Perikanan Terhadap PDB

Maritim

(persen)

7,70

5,78

7,06 7,29 7,40

4,96

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Perikanan

Gambar 3.8. Laju Pertumbuhan Cluster Perikanan

Page 60: Untuk COVER DALAM - The Conversation

41

Tahun 2014-2016 nilai

tambah Cluster ESDM

mengalami penurunan

Tabel 3.2. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Perikanan

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 43.942,0 162.810,2 181.468,5 207.217,0 241.720,7 282.819,8 312.876,1

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 143.942,0 155.026,9 163.992,6 175.569,9 188.375,1 202.313,9 212.354,6

(miliar Rp)

Distribusi 28,51 26,85 26,49 30,39 33,62 38,30 41,72

(persen)

Laju Pertumbuhan - 7,70 5,78 7,06 7,29 7,40 4,96

(persen)

Laju Indeks Implisit - 5,02 5,37 6,66 8,72 8,94 5,40

(persen)

Sumber Pertumbuhan - 2,20 1,78 2,33 2,53 2,67 1,84

(persen)

Bila ditinjau dari sumber pertumbuhan, maka dalam kurun

waktu 2010-2016, cluster ini merupakan kontributor terbesar

dalam menyumbang pertumbuhan, dengan rata-rata sumber

pertumbuhan sebesar 2,20 persen dalam pembentukan

pertumbuhan PDB maritim. Pada tahun 2011-2014, di tengah

kondisi Cluster ESDM yang kurang baik, Cluster Perikanan Laut

berperan besar menahan laju penurunan PDB maritim Indonesia

lebih dalam, dengan sumber pertumbuhan masing-masing sebesar

2,20 persen (2011); 1,78 persen (2012); 2,33 persen (2013) dan

2,53 persen (2014). Pada tahun 2016 sumber pertumbuhan yang

tercipta dari Cluster Perikanan sebesar 1,84 persen.

3.4.2. Energi dan Sumber Daya Mineral

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang utamanya

mencakup aktivitas pertambangan minyak mentah lepas pantai,

pada kurun waktu 2010-2016 menghasilkan nilai tambah yang

cukup besar. Pada tahun 2010, nilai tambah yang tercipta oleh

cluster ini mencapai 289,4 triliun rupiah. Nilai ini merupakan

pencapaian tertinggi dibanding cluster lainnya dalam klasifikasi

PDB maritim. Sampai dengan tahun 2013, nilai tambah yang

tercipta terus meningkat. Peningkatan didukung oleh harga

komoditas migas yang cukup baik. Selanjutnya tahun 2014-2016,

nilai tambah yang tercipta dari cluster ini mengalami penurunan.

Pelemahan harga yang terjadi pada komoditas migas berdampak

dalam penciptaan nilai tambah atas dasar harga berlaku untuk

cluster ESDM.

Penciptaan nilai tambah yang besar menjadikan Cluster

ESDM sebagai cluster yang memberikan kontribusi terbesar dalam

Page 61: Untuk COVER DALAM - The Conversation

42 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Cluster ESDM

memberikan kontribusi

besar dalam

pembentukan

PDBMaritim

Cluster ESDM mengalami

perbaikan pertumbuhan

dari tahun ke tahun

Kurun waktu 2010-2014

Cluster ESDM

berkontribusi negatif

terhadap penciptaan

pertumbuhan PDB

maritim

pembentukan PDB Maritim Indonesia. Rata-rata kontribusi cluster

ini selama kurun waktu 2010-2016 adalah sebesar 53,06 persen.

Namun kontribusi cluster ESDM cenderung menurun dalam

kurun 6 tahun terakhir. Pada tahun 2010 kontribusi cluster ESDM

sebesar 57,32 persen jauh berada diatas cluster Perikanan, namun

pada tahun 2016 kontribusinya turun menjadi 41,58 persen lebih

rendah dibanding cluster Perikanan sebesar 41,72 persen.

Terjadinya penurunan kontribusi ini terutama disebabkan oleh

terjadinya pelemahan harga komoditas tambang, khususnya

migas.

Selanjutnya jika ditinjau dari sisi pertumbuhan, dalam

kurun waktu 2010-2016, terjadi perbaikan pertumbuhan dari

tahun ke tahun, dimana pada tahun 2011 terjadi kontraksi

pertumbuhan cluster ESDM tercatat minus 6,19 persen. Sementara

tahun 2016 terjadi peningkatan, yaitu tumbuh 2,03 persen.

Peningkatan ini didorong oleh kinerja Lapangan Usaha

Pertambangan Migas yang mulai membaik, dimana tercatat

terjadinya pertumbuhan produksi pada komoditas migas. Sebagai

catatan pada tahun 2016, produksi migas secara umum

melampaui produksi yang ditetapkan dalam APBNP.

Meskipun cluster ini memberikan kontribusi terbesar dalam

pembentukan PDB nominal Maritim, namun dalam kontribusinya

terhadap penciptaan pertumbuhan (sumber pertumbuhan)

selama tahun 2010-2014 Cluster ESDM belum memberikan

kontribusi yang positif. Hal ini disebabkan oleh penurunan

produksi minyak mentah dan kondensat. Pada tahun 2015

57,32 60,18 60,97

55,44

50,78

45,18

41,58

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster ESDM

Gambar 3.9. Kontribusi Cluster ESDM Terhadap PDB Maritim

(persen)

(6,19)

(6,68)

(3,41)

(0,22)

3,12

2,03

(8,00)

(6,00)

(4,00)

(2,00)

-

2,00

4,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster ESDM

Gambar 3.10. Laju Pertumbuhan Cluster ESDM

(persen)

Page 62: Untuk COVER DALAM - The Conversation

43

Meskipun perlahan,

share Industri

Bioteknologi mengalami

peningkatan

kinerja Lapangan Usaha Pertambangan Migas membaik. Cluster

ini mulai memberikan kontribusi positif dalam pertumbuhan

dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,46. Sumbangan sumber

pertumbuhan yang cukup besar dari cluster ESDM ini menjadikan

pertumbuhan PDB Maritim tahun 2015 tertinggi disbanding

tahun lainnya, yaitu 4,51 persen. Pertumbuhan tersebut

mendekati pertumbuhan PDB nasional sebesar 4,88 persen pada

tahun 2016. Sumbangan ESDM terhadap pembentukan

pertumbuhan PDB maritim masih cukup baik yaitu sebesar 0,93

persen.

Tabel 3.3. Indikator Ekonomi Maritim Cluster ESDM

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 289.425,2 364.931,3 417.643,2 378.023,8 365.129,8 333.684,5 311.769,3

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 289.425,2 271.500,7 253.372,4 244.720,7 244.183,0 251.804,4 256.910,2

(miliar Rp)

Distribusi 57,32 60,18 60,97 55,44 50,78 45,18 41,58

(persen)

Laju Pertumbuhan - (6,19) (6,68) (3,41) (0,22) 3,12 2,03

(persen)

Laju Indeks Implisit - 34,41 22,63 (6,29) (3,20) (11,38) (8,42)

(persen)

Sumber Pertumbuhan - (3,55) (3,61) (1,74) (0,11) 1,46 0,93

(persen)

3.4.3. Industri Bioteknologi

Dari sembilan cluster yang terdapat dalam aktivitas

maritim. Industri bioteknologi merupakan salah satu cluster yang

dianggap memiliki potensi besar dalam penciptaan

perekonomian Indonesia. Namun sampai saat ini aktivitas-

aktivitas yang terkait dengan industri tersebut belum berkembang

dengan bak. Hal ini dapat dilihat dari nilai tambah yang tercipta

dari industri tersebut. Pada tahun 2010, nilai tambah yang

tercipta dari Industri Bioteknologi adalah 1,4 triliun rupiah.

Meskipun perlahan, namun nilai tambah yang tercipta dari waktu

ke waktu mengalami peningkatan. Dimana pada tahun 2016,

nilai tambah atas dasar harga berlaku yang tercipta dari Industri

Bioteknologi meningkat menjadi 2,8 triliun rupiah. Sejalan

dengan nilai tambah atas dasar harga berlaku, nilai tambah atas

dasar harga konstan yang tercipta dari Industri Bioteknologi juga

mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, nilainya mencapai 2

triliun rupiah.

Page 63: Untuk COVER DALAM - The Conversation

44 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Kontribusi Cluster

Industri Bioteknologi

mengalami peningkatan

setiap tahunnya

Pertumbuhan tertinggi

Industri Bioteknologi

terjadi di tahun 2014,

sebesar 9,33 persen

Nilai tambah yang relatif sangat kecil mengakibatkan

Industri Bioteknologi menjadi cluster yang kontribusinya relatif

kecil terhadap pembentukan PDB Maritim dengan rata-rata

kontribusi sebesar 0,30 persen. Namun bila dilihat selama kurun

waktu 2010-2016, kontribusi cluster ini tiap tahun mengalami

peningkatan, dimana pada tahun 2010 kontribusinya terhadap

PDB Maritim adalah sebesar 0,28 persen, kemudian meningkat

menjadi 0,37 persen pada tahun 2016. Hal ini sejalan dengan

peningkatan yang terjadi pada pembentukan nilai tambah atas

dasar harga berlaku cluster Industri Bioteknologi.

Meskipun kontribusi dari cluster ini relatif kecil, namun

perkembangannya cukup baik dari waktu ke waktu, tercermin

dari laju pertumbuhan. Dalam kurun waktu 2010-2016, cluster

Industri Bioteknologi mencapai pertumbuhan positif setiap tahun.

Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014 sebesar 9,33

persen dan terendah pada tahun 2013 sebesar 2,51 persen.

Tabel 3.4. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Industri Bioteknologi

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 1.430,3 1.584,1 1.758,3 1.893,5 2.237,4 2.530,1 2.791,4

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 1.430,3 1.472,3 1.594,7 1.634,8 1.787,3 1.911,9 2.009,4

(miliar Rp)

Distribusi 0,28 0,26 0,26 0,28 0,31 0,34 0,37

(persen)

Laju Pertumbuhan - 2,94 8,31 2,51 9,33 6,97 5,10

(persen)

Laju Indeks Implisit - 7,59 2,48 5,05 8,08 5,71 4,97

(persen)

Sumber Pertumbuhan - 0,01 0,02 0,01 0,03 0,02 0,02

(persen)

0,28 0,26 0,26

0,28

0,31

0,34

0,37

-

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Industri Bioteknologi

Gambar 3.11. Kontribusi Cluster Industri Bioteknologi

Terhadap PDB Maritim

(persen)

2,94

8,31

2,51

9,33

6,97

5,10

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Ind Bioteknologi

Gambar 3.12. Laju Pertumbuhan Cluster Industri

Bioteknologi

(persen)

Page 64: Untuk COVER DALAM - The Conversation

45

Dalam periode 2010-

2016 perkembangan

Industri Maritim

berlangsung cukup baik

Laju pertumbuhan,

Cluster industri maritim

menunjukkan kinerja

yang kurang memuaskan

Sementara bila dilihat kontribusinya terhadap

pembentukan pertumbuhan PDB maritim, maka dalam periode

2010-2016 memberikan kontribusi yang positif. Sumber

pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014, yaitu sebesar

0,03 persen sejalan dengan laju pertumbuhan yang tinggi.

Pelaku aktivitas di industri ini masih didominasi oleh

Industri Mikro dan Kecil. Hal ini diperkirakan menjadi salah satu

penyebab mengapa kontribusi cluster ini sangat kecil. Disamping

itu maraknya produk impor yang terkait Industri Bioteknologi,

menyebabkan produk-produk domestik bersaing dengan produk

impor tersebut. Hal ini tentu mempengaruhi perkembangan

cluster tersebut.

3.4.4. Industri Maritim

Dalam periode 2010-2016 Cluster Industri Maritim yang

mencakup di antaranya aktivitas yang terkait industri galangan

kapal; peralatan dan perlengkapan kapal menunjukan

perkembangan yang cukup baik. Hal ini tercermin dari terjadinya

peningkatan nilai tambah atas dasar harga berlaku dalam kurun

waktu tersebut. Sejalan dengan harga berlaku, nilai tambah yang

tercipta jika dinilai dengan harga konstan 2010, juga mengalami

kenaikan. Pada tahun 2010 nilai tambah yang tercipta adalah

sebesar 8.916,4 miliar rupiah menjadi 10.630,3 triliun rupiah di

tahun 2016.

Bila ditinjau dari sisi laju pertumbuhan, Cluster Industri

Martim ini menunjukkan kinerja yang kurang memuaskan.

Selama kurun waktu 2010-2016, pertumbuhan positif hanya

1,77

1,45 1,35

1,47 1,41 1,43 1,42

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Industri Maritim

Gambar 3.13. Kontribusi Cluster Industri Maritim

Terhadap PDB Maritim

(persen)

(0,02)

1,51

4,79

(1,84)

(0,18)

(3,40)

(6,00)

(4,00)

(2,00)

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Industri Maritim

Gambar 3.14. Laju Pertumbuhan Cluster Industri Maritim

(persen)

Page 65: Untuk COVER DALAM - The Conversation

46 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Pada tahun 2016 nilai

tambah atas dasar harga

berlaku Cluster Jasa

Maritim mencapai 29,9

triliun rupiah

terjadi di tahun 2012-2013, sementara tahun lainnya mengalami

kontraksi pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa

kendala yang dihadapi oleh Cluster Industri Maritim, di

antaranya adalah harga produksi domestik lebih tinggi dbanding

produk impor, waktu produksi yang relatif lama menyebabkan

konsumen lebih memilih produk impor dan minimnya dukungan

industri komponen dan penunjang lainnya.

Disamping distribusi dan laju pertumbuhan, maka sumber

pertumbuhan cluster ini dalam penciptaan pertumbuhan PDB

Maritim Indonesia juga relatif kecil. Sumbangan positif terjadi

pada tahun 2012 dan 2013 masing-masing sebesar 0,03 persen

dan 0,09 persen.

Tabel 3.5. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Industri Maritim

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 8.916,4 8.799,2 9.234,8 10.054,4 10.147,1 10.543,3 10.630,3

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 8.916,4 8.915,0 9.050,0 9.483,5 9.309,3 9.292,6 8.976,4

(miliar Rp)

Distribusi 1,77 1,45 1,35 1,47 1,41 1,43 1,42

(persen)

Laju Pertumbuhan - (0,02) 1,51 4,79 (1,84) (0,18) (3,40)

(persen)

Laju Indeks Implisit - (1,30) 3,38 3,90 2,81 4,09 4,38

(persen)

Sumber Pertumbuhan - (0,00) 0,03 0,09 (0,03) (0,00) (0,06)

(persen)

3.4.5. Jasa Maritim

Cluster Jasa Maritim seperti telah disampaikan pada bab

sebelumnya, mencakup beberapa aktivitas diantaranya adalah

Jasa Pendidikan, Konsultasi, Reklamasi Pantai dan lainnya. Nilai

tambah yang tercipta dari aktivitas ini tahun 2010 adalah sebesar

17,2 triliun. Cluster ini mengalami perkembangan yang cukup

baik, dimana selama periode 2010-2016 terjadi peningkatan nilai

tambah yang tercipta. Pada tahun 2016 nilai tambah atas dasar

harga berlaku Cluster Jasa Maritim mencapai 29,9 triliun rupiah.

Kontribusi cluster terhadap pembentukan nilai tambah maritim,

cukup tinggi yaitu rata-rata 3,53 persen pertahun.

Page 66: Untuk COVER DALAM - The Conversation

47

Sepanjang 2010-2016

Cluster Jasa Maritim

selalu tumbuh positif

Wisata Bahari memiliki

nilai tambah yang masih

cukup kecil

Selanjutnya jika ditinjau dari laju pertumbuhan, maka

selama kurun waktu 2010-2016, cluster ini selalu tumbuh positif,

dengan pertumbuhan yang fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi

terjadi pada tahun 2014 sebesar 7,83 persen dan terendah pada

tahun 2015 sebesar 1,32 persen.

Pertumbuhan yang cukup baik mengakibatkan cluster ini

berkontribusi positif terhadap laju pertumbuhan PDB Maritim.

Sumbangan tertinggi terjadi pada tahun 2014 dimana sumber

pertumbuhan mencapai 0,31 persen.

Tabel 3.6. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Jasa Maritim

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 17.158,2 19.186,4 20.355,4 23.115,0 27.226,8 29.415,9 29.926,2

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 17.158,2 18.499,8 18.950,4 20.101,6 21.674,6 21.959,7 22.408,8

(miliar Rp)

Distribusi 3,40 3,16 2,97 3,39 3,79 3,98 3,99

(persen)

Laju Pertumbuhan - 7,82 2,44 6,07 7,83 1,32 2,05

(persen)

Laju Indeks Implisit - 3,71 3,57 7,05 9,24 6,64 (0,30)

(persen)

Sumber Pertumbuhan - 0,27 0,09 0,23 0,31 0,05 0,08

(persen)

3.4.6. Wisata Bahari

Cluster Wisata Bahari yang mencakup wisata dengan objek

dan daya tariknya bersumber dari potensi laut dan darat pantai

menghasilkan nilai tambah yang masih cukup kecil dimana pada

tahun 2010 hanya mencapai 0,5 triliun rupiah. Meskipun

demikian, nilai tambah yang tercipta terus mengalami

peningkatan dalam kurun waktu 2010-2016. Pada tahun 2016,

nilai tambah atas dasar harga berlaku yang tercipta meningkat

menjadi 1 triliun rupiah.

3,40 3,16

2,97

3,39

3,79 3,98 3,99

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Jasa Maritim

Gambar 3.15. Kontribusi Cluster Jasa Maritim Terhadap

PDB Maritim

(persen)

7,82

2,44

6,07

7,83

1,32

2,05

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Jasa Maritim

Gambar 3.16. Laju Pertumbuhan Cluster Jasa Maritim

(persen)

Page 67: Untuk COVER DALAM - The Conversation

48 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Wisata Bahari

memberikan kontribusi

terkecil dalam

pembentukan PDB

maritim

Dari nilai tambah yang tercipta tersebut, menjadikan

Wisata Bahari sebagai cluster yang memberikan kontribusi

terkecil dalam pembentukan PDB maritim Indonesia dalam kurun

waktu 2010-2016 dengan rata-rata kontribusi sebesar 0,1 persen.

Namun demikian, jika dilihat dari laju pertumbuhan, cluster ini

adalah salah satu cluster yang mengalami peningkatan

pertumbuhan yang cukup signifikan dalam tiga tahun terakhir,

dimana pertumbuhan mencapai diatas 8 persen. Pertumbuhan ini

didorong oleh adanya penyelenggaraan event internasional

seperti pada tahun 2014 adalah Sail Raja Ampat. Kegiaan ini

menjadi model percepatan pembangunan daerah kepulauan.

Selanjutnya adanya kegiatan Indonesia International Maritime

Festival (IIMF)yang diselenggarakan di tiga pulau, yaitu Pulau

Batam, Natuna, dan Anambas dan beberapa kegiatan lainnya

yang terkait dengan wisata bahari Indonesia.

Tabel 3.7. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Wisata Bahari

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 468,9 523,2 587,6 660,7 764,1 880,4 976,0

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 468,9 499,7 532,0 558,1 605,0 656,1 710,1

(miliar Rp)

Distribusi 0,09 0,09 0,09 0,10 0,11 0,12 0,13

(persen)

Laju Pertumbuhan - 6,57 6,46 4,91 8,40 8,45 8,23

(persen)

Laju Indeks Implisit - 4,70 5,49 7,18 6,68 6,25 2,43

(persen)

Sumber Pertumbuhan - 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

(persen)

Selanjutnya, meskipun kontribusi nya kecil terhadap

pembentukan nilai tambah Maritim, namun didukung oleh

pertumbuhan yang cukup baik, cluster ini memiliki peranan yang

0,09 0,09 0,09

0,10

0,11

0,12

0,13

-

0,02

0,04

0,06

0,08

0,10

0,12

0,14

0,16

0,18

0,20

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Wisata Bahari

Gambar 3.17. Kontribusi Cluster Wisata Bahari Terhadap

PDB Maritim

(persen)

6,57 6,46

4,91

8,40 8,45 8,23

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Wisata Bahari

Gambar 3.18. Laju Pertumbuhan Cluster Wisata

Bahari

Page 68: Untuk COVER DALAM - The Conversation

49

Nilai tambah

Perhubungan Laut terus

meningkat

Pertumbuhan Cluster

Perhubungan Laut

tertinggi di tahun 2011

mencapai 8,59 persen

8,59 8,58

7,09

7,73

2,85

1,74

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Perhubungan…

Gambar 3.20. Laju Pertumbuhan Cluster Perhubungan

Laut

positif dalam mendukung pertumbuhan PDB Maritim, dimana

rata-rata sumber pertumbuhan cluster ini adalah sebesar 0,01

persen per tahun.

3.4.7. Perhubungan Laut

Perhubungan Laut yang mencakup aktivitas angkutan

barang dan penumpang serta konstruksi bangunan pelabuhan

bukan perikanan menghasilkan nilai tambah yang cukup besar.

Pada tahun 2010 nilai tambah yang tercipta adalah sebesar 33,7

triliun rupiah. Nilai tambah ini terus meningkat setiap tahun,

dimana pada tahun 2016 nilai tambah yang tercipta mencapai

64,4 triliun rupiah.

Bila dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan PDB

Maritim Indonesia. Dalam kurun waktu 2010-2016 rata-rata

kontribusi cluster ini adalah sebesar 7,29 persen. Dalam tiga

tahun terakhir peranan cluster ini mengalami peningkatan yaitu

diatas 8 persen.

Sementara, dalam kurun waktu 2010-2016, laju

pertumbuhan Cluster Perhubungan Laut cukup baik. Hal ini

ditunjang oleh aktivitas pengangkutan penumpang dan barang.

Pada tahun 2011 pertumbuhan Cluster Perhubungan Laut

mencapai 8,59 persen. Pertumbuhan yang tinggi terus berlanjut

sampai dengan tahun 2014. Pada tahun 2015 dan 2016 terjadi

perlambatan pertumbuhan dimana pertumbuhannya hanya

mencapai 2,85 persen dan 1,74 persen. Perlambatan ini di

antaranya disebabkan oleh terjadinya cuaca ekstrim di

penghujung 2015 disamping adanya peralihan moda angkutan

dari laut ke udara.

6,68 6,21 6,10

6,98

7,96

8,53 8,59

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Perhubungan Laut

Gambar 3.19. Kontribusi Cluster Perhubungan Laut

Terhadap PDB Maritim

(persen)

Page 69: Untuk COVER DALAM - The Conversation

50 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Dalam kurun waktu 7

tahun rata-rata

kontribusi Bangunan

Laut terhadap PDB

Maritim hanya 0,67

persen

Cluster Bangunan Laut

selalu mengalami

kontraksi pertumbuhan,

kecuali pada tahun 2013

Tabel 3.8. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Perhubungan Laut

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 33.747,3 37.668,6 41.803,3 47.585,0 57.247,0 62.960,4 64.387,3

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 33.747,3 36.647,4 39.791,8 42.614,4 45.907,9 47.215,1 48.035,7

(miliar Rp)

Distribusi 6,68 6,21 6,10 6,98 7,96 8,53 8,59

(persen)

Laju Pertumbuhan - 8,59 8,58 7,09 7,73 2,85 1,74

(persen)

Laju Indeks Implisit - 2,79 2,21 6,29 11,67 6,94 0,52

(persen)

Sumber Pertumbuhan - 0,57 0,63 0,57 0,65 0,25 0,15

(persen)

Dengan pertumbuhan yang positif setiap tahun, maka

sumbangan cluster ini terhadap laju pertumbuhan PDB maritim

juga menjadi signifikan. Pada tahun 2011 Cluster Perhubungan

Laut menyumbang 0,57 persen terhadap pertumbuhan PDB

Maritim. Sampai dengan tahun 2014, sumbangan cluster ini masih

berada di atas 0,5 persen. Namun dua tahun terakhir terjadi

penurunan dimana sumbangannya hanya mencapai 0,25 persen

(2015) dan 0,15 persen (2016). Hal ini sejalan dengan

perlambatan pertumbuhan Cluster Perhubungan Laut.

3.4.8. Bangunan Laut

Cluster Bangunan Laut yang mencakup bangunan pantai

dan lepas pantai merupakan cluster yang perannya terhadap

perekonomian maritim tidak terlalu besar. Nilai tambah yang

tercipta dari cluster ini dalam kurun waktu 2010-2016 tidak

banyak mengalami perkembangan. Pada tahun 2010 nilai tambah

yang tercipta sebesar 4 triliun rupiah, kemudian meningkat dan

pada tahun 2016 mencapai 4,9 triliun rupiah. Dalam kurun

waktu 7 tahun rata-rata kontribusinya selama 2010-2016

terhadap PDB Maritim hanya 0,67 persen pertahun.

Di samping itu, cluster ini merupakan cluster yang juga

mengalami kontraksi pertumbuhan setiap tahun kecuali tahun

2013 yang mengalami pertumbuhan 3,01 persen. Dalam waktu 7

tahun hanya terjadi kenaikan sebesar lebih kurang 900 miliar

rupiah. Kontribusi cluster ini terhadap pembentukan PDB Maritim

sebesar 0,67 persen. Sementara laju pertumbuhan cluster ini juga

menunjukan kinerja yang kurang menggembirakan. Hampir di

setiap tahun terjadi kontraksi pertumbuhan kecuali pada tahun

2013 terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar 3,01 persen.

Page 70: Untuk COVER DALAM - The Conversation

51

Pertumbuhan Cluster

Pertahanan, Keamanan,

Penegakan Hukum dan

Keselamatan di Laut rata-

rata 6,92 persen

(3,12)

(2,00)

3,01

(1,31)

(0,06)

(2,73)

(4,00)

(3,00)

(2,00)

(1,00)

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Bangunan Laut

Gambar 3.22. Laju Pertumbuhan Cluster Bangunan

Laut

Dampak dari kecilnya kontribusi dan laju pertumbuhan

yang mengalami kontraksi, maka Cluster Bangunan Laut ini

belum memberikan kontribusi yang positif terhadap

pembentukan laju pertumbuhan PDB Maritim kecuali pada tahun

2013 cluster ini menyumbang 0,02 persen terhadap pertumbuhan

PDB Maritim.

Tabel 3.9. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Bangunan Laut

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 4.032,1 3.999,4 4.079,1 4.382,1 4.710,4 4.921,5 4.931,2

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 4.032,1 3.906,1 3.827,9 3.943,3 3.891,5 3.889,2 3.783,1

(miliar Rp)

Distribusi 0,80 0,66 0,60 0,64 0,66 0,67 0,66

(persen)

Laju Pertumbuhan - (3,12) (2,00) 3,01 (1,31) (0,06) (2,73)

(persen)

Laju Indeks Implisit - 2,39 4,08 4,28 8,92 4,54 3,01

(persen)

Sumber Pertumbuhan - (0,02) (0,02) 0,02 (0,01) (0,00) (0,02)

(persen)

3.4.9. Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan

Keselamatan di Laut

Cluster Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan

Keselamatan Laut merupakan cluster yang terkait dengan aktivitas

pemerintah dalam bidang maritim. Kontribusi cluster ini terhadap

PDB maritim adalah 1,12 persen per tahun selama kurun waktu

2010-2016. Sementara dalam kurun waktu yang sama laju

pertumbuhan yang tercipta cukup baik dimana pertumbuhan

tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 8,34 persen dan

terendah pada tahun 2014 sebesar 5,87 persen.

0,80

0,66 0,60

0,64 0,66 0,67 0,66

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Bangunan Laut

Gambar 3.21. Kontribusi Cluster Bangunan Laut Terhadap

PDB Maritim

(persen)

Page 71: Untuk COVER DALAM - The Conversation

52 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Dari sisi penciptaan pertumbuhan PDB Maritim, cluster ini

memberikan sumber pertumbuhan rata-rata sebesar 0,08 persen.

Tabel 3.10. Indikator Ekonomi Maritim Cluster Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum dan Keselamatan di Laut

Indikator Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

NTB Harga Berlaku 4.761,7 5.663,8 6.624,9 7.594,8 8.538,1 9.679,6 10.604,8

(miliar Rp)

NTB Harga Konstan 4.761,7 5.159,0 5.536,2 5.906,4 6.252,9 6.665,9 7.112,8

(miliar Rp)

Distribusi 0,94 0,93 0,97 1,11 1,19 1,31 1,41

(persen)

Laju Pertumbuhan - 8,34 7,31 6,69 5,87 6,60 6,70

(persen)

Laju Indeks Implisit - 9,78 9,00 7,45 6,19 6,35 2,67

(persen)

Sumber Pertumbuhan - 0,08 0,08 0,07 0,07 0,08 0,08

(persen)

0,94 0,93 0,97

1,11 1,19

1,31

1,41

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Pertahanan dan

Keamanan Laut

Gambar 3.23. Kontribusi Cluster Pertahanan,

Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di

Laut Terhadap PDB Maritim

(persen)

8,34

7,31

6,69

5,87

6,60 6,70

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cluster Pertahanan dan

Keamanan Laut

Gambar 3.24. Laju Pertumbuhan Cluster Pertahanan,

Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan di Laut

(persen)

Page 72: Untuk COVER DALAM - The Conversation

53

BAB IV

PENUTUP

Page 73: Untuk COVER DALAM - The Conversation

ii

Page 74: Untuk COVER DALAM - The Conversation

55

PENUTUP

Produk Domestik Bruto (PDB) Maritim merupakan suatu

indikator makro ekonomi yang dapat digunakan oleh pemerintah

sebagai landasan pengambilan kebijakan sektor maritim. Melalui

data PDB, pemerintah dapat mengukur tingkat keberhasilannya

dalam pengembangan sektor maritim. Tersedianya data PDB

maritim sebagai salah satu indikator pembangunan bidang

maritim dapat menjadi landasan bagi pemerintah untuk

pengambian kebijakan di bidang maritim Indonesia sehingga cita-

cita Indonesia sebagai poros maritim dunia dapat terwujud.

Sembilan cluster maritim, menunjukkan perkembangan

yang cukup signifikan dalam rentang waktu 2010-2016. Nilai

nominal PDB Maritim atas dasar harga berlaku tahun 2010

mencapai 505,0 triliun rupiah meningkat menjadi 749,9 triliun

rupiah pada tahun 2016 atau naik rata-rata 40,8 triliun rupiah

pertahun. Walaupun nominal PDB Maritim mengalami

peningkatan, namun kontribusi PDB maritim terhadap PDB

Nasional mengalami penurunan yaitu dari 7,36 persen di tahun

2010 menjadi 6,04 persen di tahun 2016. Salah satu penyebab

menurunnya kontribusi tersebut adalah melemahnya harga

komoditas pertambangan migas (Cluster ESDM).

Terdapat tiga cluster yang dominan dalam pembentukan

PDB Maritim yaitu Cluster Perikanan, Cluster Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM) dan Cluster Perhubungan Laut. Cluster

Perikanan memberikan kontribusi sebesar 41,72 persen terhadap

total PDB Maritim, selanjutnya cluster ESDM dan cluster

Perhubungan laut masing-masing memberikan kontribusi sebesar

41,58 persen dan 8,59 persen. Ketiga cluster tersebut

memberikan kontribusi sebesar 91,89 persen terhadap

pembentukan PDB Maritim Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi maritim mengalami fluktuasi yang

cukup signifikan selama tahun 2010-2016. Ekonomi maritim

sempat mengalami kontraksi pertumbuhan di tahun 2011 dan

2012 masing-masing sebesar minus 0,45 persen dan minus 0,99

persen. Cluster ESDM berkontribusi besar terjadinya kontraksi

pertumbuhan maritim tersebut, hal ini disebabkan oleh

penurunan produksi migas, kondisi PDB Maritim berangsur-

Page 75: Untuk COVER DALAM - The Conversation

56 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

angsur membaik, hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan positif

selama periode 2013-2016. Pertumbuhan tertinggi PDB Maritim

terjadi pada tahun 2015 sebesar 4,51 persen.

Studi penyusunan PDB Maritim dihadapkan pada beberapa

kendala, antara lain ketersediaan data yang minim untuk

beberapa aktivitas maritim, cakupan dan batasan konsep

kemaritiman. Terkait dengan ketersediaan data, sampai saat ini

data dasar yang mencakup kegiatan sektor maritim secara spesifik

belum tersedia secara periodik dan lengkap. Sebagian besar data

tersedia secara agregat, sehingga membutuhkan usaha yang cukup

besar untuk memisahkan aktivitas maritim dalam agregat data

tersebut.

Kendala berikutnya adalah cakupan dan batasan konsep

maritim, dimana dalam studi awal ini cakupan aktivitas maritim

terbagi dalam dalam sembilan cluster maritim yang merujuk pada

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2014

tentang Kelautan. Suatu aktivitas dianggap sebagai aktivitas

maritim apabila bersentuhan dengan air laut atau terencam air

laut. Selain itu, aktivitas dalam sembilan cluster maritim masih

terbatas pada produksi turunan pertama. Sebagai contoh adalah

cakupan aktivitas cluster perikanan hanya sebatas pada

penangkapan ikan di laut, budidaya laut, dan kegiatan

perdagangan hasil perikanan laut, belum termasuk aktivitas

turunan selanjutnya seperti industri pengolahan hasil-hasil

penangkapan ikan.

Selanjutnya yang menjadi kendala berikutnya adalah

konsep coastal area, batasan sampai sejauh mana aktivitas

dianggap aktivitas maritim dihitung dari pinggir laut (daerah

pantai). Dalam studi ini, aktivitas Matirim yang dilakukan di

pantai dan pesisir pantai baru terbatas pada kegiatan ESDM.

Sementara aktivitas lainnya belum dimasukan seperti aktivitas

hotel yang berada di tepi pantai.

Masih banyaknya kendala yang dihadapi dalam studi

penyusunan PDB maritim ini yang perlu ditindak lanjuti pada

studi berikutnya agar menghasilkan indikator PDB maritim yang

lebih baik dan berdaya guna untuk kemajuan pembangunan

khususnya bidang kemaritiman Indonesia.

Page 76: Untuk COVER DALAM - The Conversation

57

LAMPIRAN

Page 77: Untuk COVER DALAM - The Conversation

ii

Page 78: Untuk COVER DALAM - The Conversation

59

Lampiran 1. PDB Maritim Atas Dasar Harga Berlaku (miliar rupiah)

No Uraian

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Perikanan 143.942,0 162.810,2 181.468,5 207.217,0 241.720,7 282.819,8 312.876,1

2 Energi dan Sumber Daya Mineral 289.425,2 364.931,3 417.643,2 378.023,8 365.129,8 333.684,5 311.769,3

3 Industri Bioteknologi 1.430,3 1.584,1 1.758,3 1.893,5 2.237,4 2.530,1 2.791,4

4 Industri Maritim 8.916,4 8.799,2 9.234,8 10.054,4 10.147,1 10.543,3 10.630,3

5 Jasa Maritim 17.158,2 19.186,4 20.355,4 23.115,0 27.226,8 29.415,9 29.926,2

6 Wisata Bahari 468,9 523,2 587,6 660,7 764,1 880,4 976,0

7 Perhubungan Laut 33.747,3 37.668,6 41.803,3 47.585,0 57.247,0 62.960,4 64.387,3

8 Bangunan Laut 4.032,1 3.999,4 4.079,1 4.382,1 4.710,4 4.921,5 4.931,2

9 Pertahanan, Keamanan, Penegakan

Hukum dan Keselamatan di Laut 4.761,7 5.663,8 6.624,9 7.594,8 8.538,1 9.679,6 10.604,8

NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 503.882,1 605.166,2 683.555,1 680.526,3 717.721,4 737.435,5 748.892,6

Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 1.074,0 1.262,9 1.438,0 1.357,1 1.274,0 1.085,3 996,1

PDB Maritim 504.956,1 606.429,1 684.993,1 681.883,4 718.995,4 738.520,8 749.888,7

PDB Nasional 6.864.133,1 7.831.726,0 8.615.704,5 9.546.134,0 10.569.705,3 11.531.716,9 12.406.809,8

Page 79: Untuk COVER DALAM - The Conversation

60

Lampiran 2. PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (miliar rupiah)

No Uraian

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Perikanan 143.942,0 155.026,9 163.992,6 175.569,9 188.375,1 202.313,9 212.354,6

2 Energi dan Sumber Daya Mineral 289.425,2 271.500,7 253.372,4 244.720,7 244.183,0 251.804,4 256.910,2

3 Industri Bioteknologi 1.430,3 1.472,3 1.594,7 1.634,8 1.787,3 1.911,9 2.009,4

4 Industri Maritim 8.916,4 8.915,0 9.050,0 9.483,5 9.309,3 9.292,6 8.976,4

5 Jasa Maritim 17.158,2 18.499,8 18.950,4 20.101,6 21.674,6 21.959,7 22.408,8

6 Wisata Bahari 468,9 499,7 532,0 558,1 605,0 656,1 710,1

7 Perhubungan Laut 33.747,3 36.647,4 39.791,8 42.614,4 45.907,9 47.215,1 48.035,7

8 Bangunan Laut 4.032,1 3.906,1 3.827,9 3.943,3 3.891,5 3.889,2 3.783,1

9 Pertahanan, Keamanan, Penegakan

Hukum dan Keselamatan di Laut 4.761,7 5.159,0 5.536,2 5.906,4 6.252,9 6.665,9 7.112,8

NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 503.882,1 501.626,9 496.648,0 504.532,7 521.986,6 545.708,8 562.301,1

Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 1.074,0 1.046,8 1.044,8 1.006,1 926,6 803,1 747,9

PDB Maritim 504.956,1 502.673,7 497.692,8 505.538,8 522.913,2 546.511,9 563.049,0

PDB Nasional 6.864.133,1 7.287.635,3 7.727.083,4 8.156.497,8 8.564.866,6 8.982.511,3 9.433.034,4

Page 80: Untuk COVER DALAM - The Conversation

61

Lampiran 3. Distribusi PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (persen)

No Uraian

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)

1 Perikanan 28,51 26,85 26,49 30,39 33,62 38,30 41,72

2 Energi dan Sumber Daya Mineral 57,32 60,18 60,97 55,44 50,78 45,18 41,58

3 Industri Bioteknologi 0,28 0,26 0,26 0,28 0,31 0,34 0,37

4 Industri Maritim 1,77 1,45 1,35 1,47 1,41 1,43 1,42

5 Jasa Maritim 3,40 3,16 2,97 3,39 3,79 3,98 3,99

6 Wisata Bahari 0,09 0,09 0,09 0,10 0,11 0,12 0,13

7 Perhubungan Laut 6,68 6,21 6,10 6,98 7,96 8,53 8,59

8 Bangunan Laut 0,80 0,66 0,60 0,64 0,66 0,67 0,66

9 Pertahanan, Keamanan, Penegakan

Hukum dan Keselamatan di Laut 0,94 0,93 0,97 1,11 1,19 1,31 1,41

NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 99,79 99,79 99,79 99,80 99,82 99,85 99,87

Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 0,21 0,21 0,21 0,20 0,18 0,15 0,13

PDB Maritim 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Page 81: Untuk COVER DALAM - The Conversation

62

Lampiran 4. Distribusi PDB Maritim Terhadap PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku (persen)

No Uraian

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Perikanan 2,10 2,08 2,11 2,17 2,29 2,45 2,52

2 Energi dan Sumber Daya Mineral 4,22 4,66 4,85 3,96 3,45 2,89 2,51

3 Industri Bioteknologi 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

4 Industri Maritim 0,13 0,11 0,11 0,11 0,10 0,09 0,09

5 Jasa Maritim 0,25 0,24 0,24 0,24 0,26 0,26 0,24

6 Wisata Bahari 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

7 Perhubungan Laut 0,49 0,48 0,49 0,50 0,54 0,55 0,52

8 Bangunan Laut 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04

9 Pertahanan, Keamanan, Penegakan

Hukum dan Keselamatan di Laut 0,07 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 0,09

NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar 7,34 7,73 7,93 7,13 6,79 6,39 6,04

Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01

PDB Maritim 7,36 7,74 7,95 7,14 6,80 6,40 6,04

PDB Non Maritim 92,64 92,26 92,05 92,86 93,20 93,60 93,96

PDB Nasional 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Page 82: Untuk COVER DALAM - The Conversation

63

Lampiran 5. Laju Pertumbuhan PDB Maritim Atas Dasar Harga Konstan (persen)

No Uraian

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)

1 Perikanan - 7,70 5,78 7,06 7,29 7,40 4,96

2 Energi dan Sumber Daya Mineral - (6,19) (6,68) (3,41) (0,22) 3,12 2,03

3 Industri Bioteknologi - 2,94 8,31 2,51 9,33 6,97 5,10

4 Industri Maritim - (0,02) 1,51 4,79 (1,84) (0,18) (3,40)

5 Jasa Maritim - 7,82 2,44 6,07 7,83 1,32 2,05

6 Wisata Bahari - 6,57 6,46 4,91 8,40 8,45 8,23

7 Perhubungan Laut - 8,59 8,58 7,09 7,73 2,85 1,74

8 Bangunan Laut - (3,12) (2,00) 3,01 (1,31) (0,06) (2,73)

9 Pertahanan, Keamanan, Penegakan

Hukum dan Keselamatan di Laut - 8,34 7,31 6,69 5,87 6,60 6,70

NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar

(0,45) (0,99) 1,59 3,46 4,54 3,04

Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim

(2,53) (0,19) (3,70) (7,90) (13,33) (6,87)

PDB Maritim

(0,45) (0,99) 1,58 3,44 4,51 3,03

Page 83: Untuk COVER DALAM - The Conversation

64

Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Implisit PDB Maritim (persen)

No Uraian

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)

1 Perikanan - 5,02 5,37 6,66 8,72 8,94 5,40

2 Energi dan Sumber Daya Mineral - 34,41 22,63 (6,29) (3,20) (11,38) (8,42)

3 Industri Bioteknologi - 7,59 2,48 5,05 8,08 5,71 4,97

4 Industri Maritim - (1,30) 3,38 3,90 2,81 4,09 4,38

5 Jasa Maritim - 3,71 3,57 7,05 9,24 6,64 (0,30)

6 Wisata Bahari - 4,70 5,49 7,18 6,68 6,25 2,43

7 Perhubungan Laut - 2,79 2,21 6,29 11,67 6,94 0,52

8 Bangunan Laut - 2,39 4,08 4,28 8,92 4,54 3,01

9 Pertahanan, Keamanan, Penegakan

Hukum dan Keselamatan di Laut - 9,78 9,00 7,45 6,19 6,35 2,67

NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar

20,64 14,09 (2,00) 1,94 (1,72) (1,44)

Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim

20,64 14,09 (2,00) 1,94 (1,72) (1,44)

PDB Maritim

20,64 14,09 (2,00) 1,94 (1,72) (1,44)

Page 84: Untuk COVER DALAM - The Conversation

65

Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan PDB Maritim Indonesia (persen)

No Uraian

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)

1 Perikanan - 2,20 1,78 2,33 2,53 2,67 1,84

2 Energi dan Sumber Daya Mineral - (3,55) (3,61) (1,74) (0,11) 1,46 0,93

3 Industri Bioteknologi - 0,01 0,02 0,01 0,03 0,02 0,02

4 Industri Maritim - (0,00) 0,03 0,09 (0,03) (0,00) (0,06)

5 Jasa Maritim - 0,27 0,09 0,23 0,31 0,05 0,08

6 Wisata Bahari - 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

7 Perhubungan Laut - 0,57 0,63 0,57 0,65 0,25 0,15

8 Bangunan Laut - (0,02) (0,02) 0,02 (0,01) (0,00) (0,02)

9 Pertahanan, Keamanan, Penegakan

Hukum dan Keselamatan di Laut - 0,08 0,08 0,07 0,07 0,08 0,08

NTB Maritim Atas Dasar Harga Dasar

(0,45) (0,99) 1,58 3,45 4,54 3,04

Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk Maritim

(0,01) (0,00) (0,01) (0,02) (0,02) (0,01)

PDB Maritim

(0,45) (0,99) 1,58 3,44 4,51 3,03

Page 85: Untuk COVER DALAM - The Conversation

66

Lampiran 8. Cakupan KBLI 2009 5 Digit Menurut Cluster Maritim Indonesia

Cluster No KBLI Deskripsi

(1) (2) (3) (4)

Perikanan

1 01702 Penangkaran satwa liar

2 03111 Penangkapan Pisces/Ikan Bersirip di Laut

3 03112 Penangkapan Crustacea di Laut

4 03113 Penangkapan Mollusca di Laut

5 03114 Penangkapan/Pengambilan Algae (Tumbuhan) di Laut

6 03115 Penangkapan/Pengambilan Benih Ikan di Laut

7 03116 Penangkapan Echinodermata di Laut

8 03117 Penangkapan Coelenterata di Laut

9 03118 Penangkapan ikan Hias Laut

10 03119 Penangkapan Biota Air Lainnya di Laut

11 03131 Jasa Sarana Produksi Penangkapan ikan di Laut

12 03132 Jasa Produksi Penangkapan Ikan di Laut

13 03133 Jasa Pasca Panen Penangkapan Ikan di Laut

14 03211 Pembesaran Ikan Laut

15 03212 Pembenihan Ikan Laut

16 03213 Budidaya Ikan Hias Air Laut

17 03214 Budidaya Karang (Coral)

18 03231 Jasa Sarana Produksi Budidaya Ikan Laut

19 03232 Jasa Produksi Budidaya Ikan Laut

20 03233 Jasa Pasca Panen Budidaya Ikan Laut

21 03251 Pembesaran Ikan Air Payau

22 03252 Pembenihan Ikan Air Payau

Page 86: Untuk COVER DALAM - The Conversation

67

Cluster No KBLI Deskripsi

(1) (2) (3) (4)

Perikanan

24 03262 Jasa Produksi Budidaya Ikan Air Payau

25 03263 Jasa Pasca Panen Budidaya Ikan Air Payau

26 46206 Perdagangan Besar Hasil Perikanan

27 47215 Perdagangan Eceran Hasil Perikanan

28 47753 Perdagangan Eceran Ikan Hias

29 47815 Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Komoditi Hasil Perikanan

ESDM

30 06100 Pertambangan Minyak Bumi

31 06201 Pertambangan Gas Alam

32 06202 Pengusahaan Tenaga Panas Bumi

33 07101 Pertambangan Pasir Besi

34 07102 Pertambangan Bijih Besi

35 07210 Pertambangan Bijih Uranium Dan Thorium

36 07291 Pertambangan Bijih Timah

37 07292 Pertambangan Bijih Timah Hitam

38 07293 Pertambangan Bijih Bauksit

39 07294 Pertambangan Bijih Tembaga

40 07295 Pertambangan Bijih Nikel

41 07296 Pertambangan Bijih Mangan

42 07299 Pertambangan Bahan Galian Lainnya Yang Tidak Mengandung Bijih Besi

43 07301 Pertambangan Emas Dan Perak

44 07309 Pertambangan Bijih Logam Mulia Lainnya

45 08104 Penggalian Pasir

46 08930 Ekstraksi Garam

47 08992 Penggalian Batu Bahan Industri

Page 87: Untuk COVER DALAM - The Conversation

68

Cluster No KBLI Deskripsi

(1) (2) (3) (4)

ESDM

48 09100 Jasa Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Alam

49 09900 Jasa Pertambangan dan Penggalian Lainnya

50 19211 Industri Pemurnian Dan Pengilangan Minyak Bumi

51 19212 Industri Pemurnian Dan Pengolahan Gas Alam

52 35101 Pembangkitan Tenaga Listrik

53 35103 Distribusi Tenaga Listrik

Indsutri Bioteknologi

54 10215 Industri Peragian/Fermentasi Ikan

55 10295 Industri Peragian/Fermentasi Biota Air Lainnya

56 20115 Industri Kimia Dasar Organik Yang Bersumber Dari Hasil Pertanian

57 20119 Industri Kimia Dasar Organik Lainnya

58 20232 Industri Bahan Kosmetik dan Kosmetik, termasuk Pasta Gigi

59 21011 Industri Bahan Farmasi

60 21012 Industri Produk Farmasi

61 21021 Industri Simplisia (Bahan Obat Tradisional)

62 21022 Industri Produk Obat Tradisional

63 72102 Penelitian dan Pengembangan Ilmu Teknologi dan Rekayasa

64 27403 Industri Peralatan Penerangan Untuk Alat Transportasi

Industri Maritim

65 28111 Industri Mesin Uap, Turbin dan Kincir

66 28113 Industri Komponen dan Suku Cadang Mesin dan Turbin

67 28130 Industri Pompa Lainnya, Kompresor, Kran dan Klep/Katup

68 28140 Industri Bearing, Roda Gigi dan Elemen Penggerak Mesin

69 30111 Industri Kapal dan Perahu

70 30112 Industri Bangunan Lepas Pantai dan Bangunan Terapung

71 30113 Industri Peralatan, Perlengkapan dan Bagian Kapal

Page 88: Untuk COVER DALAM - The Conversation

69

Cluster No KBLI Deskripsi

(1) (2) (3) (4)

Industri Maritim

72 30120 Industri Pembuatan Kapal Pesiar dan Perahu untuk Olahraga

73 33151 Jasa Reparasi Kapal, Perahu dan Bangunan Terapung

74 38303 Pemotongan Kapal (Ship Breaking)

75 43309 Penyelesaian Konstruksi Bangunan Lainnya

Jasa Maritim

76 39000 Jasa Pembersihan dan Pengelolaan Sampah Lainnya

77 42214 Konstruksi Telekomunikasi Sarana Bantu Navigasi Laut dan Rambu Sungai

78 42913 Konstruksi Bangunan Pelabuhan Perikanan

79 42915 Pengerukan

80 43110 Pembongkaran

81 43120 Penyiapan Lahan

82 43213 Instalasi Navigasi Laut dan Sungai

83 43223 Instalasi Minyak Dan Gas

84 43901 Pemasangan Pondasi Dan Pilar

85 43902 Pemasangan Perancah (Steiger)

86 43903 Pemasangan Atap/Roof Covering

87 43904 Pemasangan Kerangka Baja

88 43905 Penyewaan Alat Konstruksi Dengan Operator

89 43909 Konstruksi Khusus Lainnya Ytdl

90 50211 Angkutan Sungai dan Danau untuk Penumpang dengan Trayek Tetap dan Teratur

91 50212 Angkutan Sungai dan Danau untuk Penumpang dengan Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur

92 50213 Angkutan Sungai dan Danau dengan Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur untuk Wisata

93 50214 Angkutan Penyeberangan Umum Antar Provinsi untuk Penumpang

94 50215 Angkutan Penyeberangan Perintis Antar Provinsi untuk Penumpang

95 50216 Angkutan Penyeberangan Umum Antar Kabupaten/Kota untuk Penumpang

Page 89: Untuk COVER DALAM - The Conversation

70

Cluster No KBLI Deskripsi

(1) (2) (3) (4)

Jasa Maritim

96 50217 Angkutan Penyeberangan Perintis Antar Kabupaten/Kota untuk Penumpang

97 50218 Angkutan Penyeberangan Umum Dalam Kabupaten/Kota untuk Penumpang

98 50219 Angkutan Penyeberangan Lainnya untuk Penumpang Termasuk Penyeberangan Antar Negara

99 50221 Angkutan Sungai dan Danau untuk Barang Umum dan atau Hewan

100 50222 Angkutan Sungai dan Danau untuk Barang Khusus

101 50223 Angkutan Sungai dan Danau untuk Barang Berbahaya

102 50224 Angkutan Penyeberangan Umum Antar Provinsi untuk Barang

103 50225 Angkutan Penyeberangan Perintis Antar Provinsi untuk Barang

104 50226 Angkutan Penyeberangan Umum Antar Kabupaten/Kota untuk Barang

105 50227 Angkutan Penyeberangan Perintis Antarkabupaten/Kota untuk Barang

106 50228 Angkutan Penyeberangan Umum Dalam Kabupaten/Kota Untuk Barang

107 50229 Angkutan Penyeberangan Lainnya Untuk Barang Termasuk Penyeberangan Antarnegara

108 52222 Jasa Pelayanan Kepelabuhanan Sungai dan Danau

109 52223 Jasa Pelayanan Kepelabuhanan Penyeberangan

110 70202 Jasa Konsultasi Transportasi

111 71202 Jasa Pengujian Laboratorium

112 74909 Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis Lainnya Ytdl

113 77303 Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Alat Transportasi Air

114 81290 Jasa Kebersihan Bangunan Dan Industri Lainnya

115 85230 Jasa Pendidikan Menengah Kejuruan dan Teknik/Madrasah Aliyah Kejuruan Pemerintah

116 85240 Jasa Pendidikan Menengah Kejuruan dan Teknik/Madrasah Aliyah Kejuruan Swasta

117 85497 Jasa Pendidikan Teknik Swasta

118 85499 Jasa Pendidikan Lainnya Swasta

Wisata Bahari 119 68120 Kawasan Pariwisata

Page 90: Untuk COVER DALAM - The Conversation

71

Cluster No KBLI Deskripsi

(1) (2) (3) (4)

Wisata Bahari

120 77210 Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Alat Rekreasi dan Olahraga

121 79111 Jasa Agen Perjalanan Wisata

122 79910 Jasa Informasi Pariwisata

123 91034 Taman Wisata Alam (TWA)

124 91036 Taman Laut

125 93232 Taman Rekreasi/Taman Wisata

126 93242 Wisata Selam

127 93243 Dermaga Marina

128 93249 Wisata Tirta Lainnya

Perhubungan Laut

129 42912 Konstruksi Bangunan Pelabuhan Bukan Perikanan

130 50111 Angkutan Laut Domestik Umum Liner untuk Penumpang

131 50112 Angkutan Laut Domestik Umum Tramper untuk Penumpang

132 50113 Angkutan Laut Domestik Khusus untuk Wisata

133 50114 Angkutan Laut Domestik Perintis untuk Penumpang

134 50121 Angkutan Laut Internasional Umum Liner untuk Penumpang

135 50122 Angkutan Laut Internasional Umum Tramper untuk Penumpang

136 50123 Angkutan Laut Internasional Khusus untuk Wisata

137 50131 Angkutan Laut Domestik Umum Liner untuk Barang

138 50132 Angkutan Laut dalam Neger Tramper Untuk Barang

139 50133 Angkutan Laut dalam Neger Untuk Barang Khusus

140 50134 Angkutan Laut dalam Neger Perintis Untuk Barang Khusus

141 50135 Angkutan Laut Domestik Pelayaran Rakyat

142 50141 Angkutan Laut Internasional Umum Liner untuk Barang

143 50142 Angkutan Laut Internasional Umum Tramper untuk Barang

Page 91: Untuk COVER DALAM - The Conversation

72

Cluster No KBLI Deskripsi

(1) (2) (3) (4)

Perhubungan Laut

144 50143 Angkatan Laut Internasional Khusus untuk Barang

145 50144 Angkutan Laut Internasional Pelayaran Rakyat

146 52221 Jasa Pelayanan Kepelabuhanan Laut

147 52229 Jasa Penunjang Angkutan Air Lainnya

148 52240 Penanganan Kargo (Bongkar Muat Barang)

149 52291 Jasa Pengurusan Transportasi (JPT)

150 52293 Jasa Ekspedisi Muatan Kapal (EMKL)

151 52299 Jasa Penunjang Angkutan Lainnya Ytdl

Bangunan Laut

152 42911 Konstruksi Bangunan Prasarana Sumber Daya Air

153 42914 Konstruksi Bangunan Pengolahan dan Penampungan Barang Minyak dan Gas

Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum

dan Keselamatan Laut

154 84116 Lembaga Pemerintah Non Departemen Dengan Tugas Khusus

155 84131 Kegiatan Lembaga Pemerintahan Bidang Pertanian

156 84137 Kegiatan Lembaga Pemerintahan Bidang Perhubungan

157 84221 Lembaga Pertahanan dan Angkatan Bersenjata

158 84224 Angkatan Laut

159 84231 Kepolisian

Page 92: Untuk COVER DALAM - The Conversation

73

Lampiran 9. Konkordansi Klasifikasi PDB Indonesia dengan PDB Maritim

Page 93: Untuk COVER DALAM - The Conversation

58 PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO MARITIM INDONESIA 2010-2016

Page 94: Untuk COVER DALAM - The Conversation