untitled 2

17
i Elvaninda Aldila Putri J3C113076

Upload: vini

Post on 12-Jul-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yjfyufhvnb

TRANSCRIPT

i

Elvaninda Aldila Putri J3C113076

ii

Cara Unik Ayah Mencintai AnaknyaDigreat Publishing, 2010

Cetakan pertama, Oktober 2010Diterbitkan Oleh: Digreat PublishingJl. Kumbang No.14 Bogor 16151Telp.081 320 587 247, Fax. 0251 -8329101,email: [email protected]

EditorGuruh RamdhaniAndry PramudyaIis Purningsih

Lay Out dan Desain CoverElvaninda Aldila Putri

ISBN 978-602-96680-1-8

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis daripenerbit

iii

Buku ini dipersembahkan bagi Indonesia

iv

1

Diantara celah kain gorden aku memperhatikan pria itu. Sudah sekitar 10 menit dia mondar-mandir di depan rumah. Matanya berkali-kali melihat ke rumah kami. Tangannya yang dimasukkan ke saku jaket sesekali mengelap keringat di keningnya.

Aku mulai berpikiran buruk pada pria itu, daqn telah menyusun rencana jika dia hendak beraksi di rumahku. Tapi, mendadak jantungku berdebar kencang. Aku ketakutan karena aku sendirian dirumah, pikirku berimajinasi bahwa si pemuda tersebut pasti akan berbuat buruk padaku dan setelah itu dia akan mencuri barang-barang di rumah.

Pemuda itu terus mondar-mandir dan sesekali menatap ke rumahku.

iyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyuyu

Pesan Dari IbuRosiana Silaban

2

Gerimis Hati

“ Siapakah pemuda itu? Dilihat dari postur tubuhnya mungkin dia itu teman abangku, tapi kenapa dia gak masuk kerumah? ataukah dia punya masalah sama abangku dan mencoba untuk balas dendam?” Pikirku dalam hati.

Lalu dia mulai berdiri di dekat tiang listrik. Hatiku mulai tenang dan berpikir mungkin dia ada janji dengan temannya untuk bertemu di situ.” Tapi kenapa dia selalu menatap ke rumah, ya?” Hatiku semakin gelisah.

Jantungku semakin berdetak kencang karena pria itu mulai medekat ke pagar rumah yang tidak terkunci. Aku mencoba untuk mengambil handphone di kamar, tapi aku tidak sanggup untuk berdiri dari tempat persembunyianku karena kakiku mendadak lemas dan gemeteran.

“Ya tuhan tolong jauhkan segalas marabahaya dariku, aku masih muda ya Tuhan.” Kuucapkan dengan setengah berbisik dari tempat persembunyiaku. Aku terus menatapnya dan kelihatannya pemuda itu pun sangat gelisah. Lalu dia menaruh sesuatu di atas pintu rumahku setelah itu dia pergi.

Melihat dia pergi, hatiku lega dan aku langsung mengambil benda yang diletakannya tadi. Ternyata benda itu adalah dompetku yang hilang. Sekarang aku tahu siapa pemuda itu. Dia adalah orang yang bertabrakan denganku ketika baru pulang belanja. Ketika itu dia hanya minta maaf dan tidak membantuku untuk mengumpulkan belanjaanku yang berserakan dan pada saat itu pula dompetku hilang.

3

Pesan Dari Ibu

Aku langsung membuka isi dompetku dan ternyata uangku tidak berkurang sepersenpun. Tak kusangka dia akan mengembalikan dompetku dengan isi yang utuh. Ketika aku mengacak-acak isi dompet, kutemukan sepucuk surat. AKu mulai membacanya, dan isi suratnya berbunyi seperti ini :

Maaf sebelumnya karena aku telah mengambil dompetmu. Aku terpaksa melakukannya karena pada saat itu aku sangat butuh duit karena ibuku sedang sakit dan harus dibawa ke rumah sakit. Sedangkan aku hanyalah penjual kue buatan adikku. dari hasil penjualan kue, tidak mungkin dapat membiayai perawatan ibuku. Waktu itu aku telah mengikutimu mulai dari pasar dan gang itu aku sengaja menabrakmu dan aku langsung mengambil dompetmu, Tapi aku tidak jadi memakai uang yang ada di dalam dompetmu, karena aku tidak membutuhkannya lagi sehingga aku mengembalikan dompet ini. Tolong maafkan aku”.

Begitulah isi surat dari pemuda itu. Aku langsung menceritakan kejadian ini kepada mama, kami berdua bingung kenapa pria itu tidak memakai uang yang ada di dalam dompet, apa ibunya sudah sembuh? Kejadian ini selalu mengganjal di pikiranku begitu juga dengan mama.

Aku dan mama selalu mencoba mencari pemuda itu di lampu merah dan emperan itu di lampu merah dan emperan toko tempat anak-anak jalanan biasanya

4

Gerimis Hati

menjajakan jualannya.Tapi kami tidak dapat menemukannya. Aku ingin

sekali membantu pemuda itu dan aku akan menganggap dia sebagai abangku. Sudah berbulan-bulan aku mencari -cari dia tapi tetap tidak ketemu, aku pun telah berputus asa dan mulai melupakan masalah itu.

Pada suatu Sabtu yang cerah aku dan mama pergi ke pasar untuk berbelanja mingguan. Setelah mengelilingi pasar, kami pergi ke rumah makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Kami duduk dan memesan makanan, smabil menunggu makanan disediakan aku menatap ke luar rumah makan, dari luar tampak seorang bapak tergesa-gesa masuk ke rumah makan, dan langsung duduk tepat di belakang meja kami,

Setelah memesan makanan, lalu seseorang pemuda penjaja kue menghampirinya, “Om, beli kue om, masih hangat dan enak rasanya!”

“Tidak dik, saya mau makan nasi saja,” kata si bapa menolak.

Aku langsung menatap ke belakang tapi si pemuda telah pergi dan menunggu di luar restoran. Aku dan mama masih duduk dan memakan pesanan kami dengan snatai. Tapi si bapak telah selesai menyantap makannanya, si pemuda penjaja kue itu menghampi-rinya lagi dan menyodorkan kuenya.Si bapak sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, “Tidak Dik, saya sudah kenyang.”

Namun si pemuda terus mengikuti si bapak samil berkata, “Kuenya bisa dibuat oleh-oleh, om.”

5

Pesan Dari Ibu

Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali, dikeluarkannya dua lembar ribuan dan diberikan pada si penjual kue.” Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya.”

Dengan senang hati uang itu diterima sang pemuda. Lalu dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di sana.

Si bapak memperhatikannya dengan seksama. Dia merasa heran dan tersinggung, lalu langsung menegur, “Hei pemuda goblok! Kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke pengemis itu?”

“Om,saya mohon maaf, jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis dan mencuri. Kue-kue ini dibuat oleh ibu dan adik saya sendiri. Mereka pasti kecewa, marah, sedih, jika saya menerima uang dari om bukan dari hasil menjual kue. Tadi om bilang, itu uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu.”

Si bapak merasa takjub dan menganggukan kepala tanda mengerti. “Baiklah, berpa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh.”

Pemuda itu pun segera menghitung dengan gembira, dan menyerahkan kuenya pada si bapak,

Sambil menyerahkan uang si bapak, dengan

6

Gerimis Hati

gembira, dan meyerahkan kuenya pada si bapak,Sambil menyerahkan uang si bapak berkata,

“Terima kasih atas pelajaran hari ini, dik. Sampaikan salam saya kepada ibumu.”

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si bapak, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, “Terima kasih,om. Adik saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya di hargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami dan ibu saya pasti senang karena saya menjalankan pesan dari ibu.”

Mendengar perkataan itu aku sangat tersentuh, dan setelah aku perhatiakn dengan seksama, ternyata di adalah pemuda yang selama ini aku cari. Saking senangnya aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan menghampirinya. Dia sangat terkejut melihatku dan langsung meminta maaf atas kesalahannya. Aku hanya tersenyum dan mengajaknya duduk bersama kami. Aku pun memperkenalkannya pada mama dan mama langsung memesan makanan untuknya. Setelah pesanan datang dia langsung makan dengan lahap.

Aku dan mama hanya tersenyum melihat melihat cara makan dia. Setelah selesai makan dia langsung mengucapkan terima kasih. Kami pun mengobrol, dan dia banyak bercerita tentang kehidupan anak jalanan. Mama langsung memotong pembicaraan dan bertanya. “Nak, kenapa kamu tidak memakai uang yang ada di dompet itu? Kamu kan bilang ibu kamu sakit?”

“Awalnya tujuan utama saya mengambil dompet itu? Kamu kan bilang ibu kamu sakit?”

7

Pesan Dari Ibu

“Awalnya tujuan utama saya mengambil dompet itu? Kamu kan bilang kamu sakit?”

“Awalnya tujuan utama saya mengambil dompet itu untuk membawa ibu berobat. Tapi ketika saya sampai di rumah , ibu sudah sekarat dan akhirnya meninggal. Mungkin ibu tidak mau saya mengobatinya memakai uang hasil curian, sehingga ibu lebih memilih untuk beristirahat dengan tenang dan bertemu ayah di surga.” Kata dia sambil menangis.

Aku dan mama sangat terharu mendengar ceritanya. Mama pun mengajak pemuda itu dan adiknya supaya tinggal bersama kami. Tapi dia menolak dan memilih hidup sebagai anak jalanan. Mama pun me-ngusulnya supaya dia tinggal di panti asuhan saja. Setelah lama berfikir dia pun setuju untuk tinggal di panti asuhan dekat rumah kami. Lalu kami langsung pulang kerumahnya dan dijemput adiknya. Aku dan mama berharap mereka dapat hidup bahagia di panti asuhan tersebut.

9

Ju’mat Selamat Jalan Ibu

Hari Jum’at kembali datang, hari itu merupakan suatu hari yang selalu membuatku takut karena mungkin banyak yang mengaitkan hari itu menjadi suatu hari kesedihan.Aku Isyana, aku anak bungsu diantara 3 bersaudara. Aku memiliki 2 orang kakak, kakakku bernama Vino dan Sheryl. Ayahku sudah meninggal dunia, tinggalah ibu.Ibu bersusah payah seorang membesarkan anak-anaknya. Setiap hari ibu berjualan di depan rumahku, aku selalu membantu dan menemani ibu. Ibuku sosok wanita yang sangat aku kagumi, kekuatan fisik dan

10

Gerimis Hati

hatinya. Aku pun ingin seperti ibu, aku paling dekat dengan ibu dibandingkan kakak-kakakku yang lain.

Pagi itu, seperti biasa aku langsung berangkat ke sekolah dan pamit pada ibuku. Besok adalah hari ulang tahun ibuku, tepat di hari Jum’at. Aku menghubungi kedua kakakku, mereka awalnya hanya menjawab tidak bisa datang dan segara akan mengirimkan kado untuk ibu. Aku sangat marah, aku kecewa. Hari ulang tahun ibu tentunya aku ingin semua keluarga dan kakakku berkumpul, seminggu sebelum Ibu berulang tahun ke-tika aku dan Ibu hendak tidur, tak biasanya ibu berucap “Ketika Ulang Tahun Ibu, kita kumpul ya nak”.

Jum’at, hari ini hadir dan hari ini tepat hari ulang tahun Ibuku,Detik demi detik, menit demi menit, dan jam pun ber-lalu. Ketika itu pulang sekolah aku sengaja menunggu pesan masuk dari kakak-kakakku. Aku menunggu di depan sekolahku dan membuat suatu rencana kejutan untuk Ibu, aku membelikan sepasang mukena dan sepa-tu untuk Ibu, aku ingin hadiah sederhana ini berkesan untuk ibu. Aku ingin ibu tidak menjahit-jahit kembali mukena yang sudah rusak dan tidak akan kesakitan lagi ketika sepatu ibuku sudah hampir rusak. Setidaknya surgaku yang berada di telapak kaki ibuku tidak lecet dimakan oleh jalanan.

Kak Vino dan kak Sheryl belum juga datang. Aku pun merasa gelisah, perasaanku tidak enak. Setelah satu

11

Ju’mat Selamat Jalan Ibu

jam lewat aku menunggu kakak-kakakku, telpon aku berbunyi. Di ujung telpon terdengar suara petugas rumah sakit yang mengabarkan bahwa ibuku sedang dalam kondisi kritis setelah di tabrak oleh mobil besar yang kemudian lari. Ibuku tertabrak sebuah mobil saat menyeberangi jalan. Aku pun histeris. Aku langsung menuju rumah sakit dengan hati ingin teriak sekencang mungkin dan masih tidak percaya dengan kabar ini dan ingin membuktikan apakah benar itu ibuku. Di tengah perjalanan, aku berhenti dan membeli setangkai bunga untuk ibu. Kado yang aku bawa dalam tas yang berisi sepasang mukena dan sepatu. Bunga ini pun ingin ku-berikan sebagai bentuk keindahan cinta yang selama ini ibu berikan kepada aku dan kakak-kakakku.

Sesampainya di rumah sakit, Aku berlari menuju kamar ibu. Aku kaget karena ibuku tidak ada di ruangan. Aku mencari informasi ke sana kemari dan akhirnya ia men-dengar sebuah kabar buruk yang sesungguhnya tidak ingin ku dengar. Ibuku baru saja dipindahkan ke kamar mayat. Ya.. ibuku tidak bisa diselamatkan. Ibu meninggal dunia karena kehabisan darah. Setelah mendengar kenyataan pahit itu, Aku pun terdiam. Bunga yang baru ia beli jatuh ke lantai.

Aku berlari menuju jenazah ibu. Aku menangis hister-is seakan tidak bisa menerima kenyataan. Tangisannya semakin dalam ketika aku menemukan sebuah mukena baru dalam tas ibuku.

12

Gerimis Hati

Rupanya hari ini ibuku membeli sepasang mukena seperti aku. Hatiku kembali menjerit ketika melihat secarik kertas yang bertuiskan “Isyana.. ini mukena untuk isyana. Janji ya nak semakin rajin ibadahmu, ibu sayang Isyana”.

Kakakku sangat menyesal karena selama ini tidak be-gitu peduli dengan ibu dan terlalu sibuk mencari ke-bahagiaan sehingga lupa dengan sosok yang harusnya mereka bahagiakan, aku tau ibu sangat rindu dengan mereka.

Ibu.. Tenanglah dalam pelukan Allah.. Aku akan selalu disini mendoakanmu dan tidak akan pernah putus, aku akan selalu ingat pesanmu. Aku akan merindukanmu ibu, Isyana sayang Ibu.