unsur instrinsik puisi doa
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Unsur Instrinsik Puisi Doa Karya Chairil Anwar
ANALISIS STRUKTURAL PUISI
Cara/pembentukan puisi
1. Pemilihan kata
a. Perbendaharaan kata
Dalam puisi Doa, penyair memilih kata-kata yang ditujukan untuk
mengungkapkan imannya kepada Tuhan. Pada puisi ini tampak bahwa penyair
mengalami krisis iman.
Diksi yang digunakan penyair adalah kata-kata yang bernada ragu, lemah,
bimbang, dan rapuh. Sehingga kata yang digunakan pun mengandung makna
ragu, lemah, bimbang dan rapuh. Misalnya: /Tuhanku/, /aku hilang bentuk/,
/remuk/, /Tuhanku/, /aku mengembara di negeri asing/, /Tuhanku/, /di Pintu-
Mu/, /aku mengetuk/, /aku tidak bisa berpaling/
b. Urutan kata
Dalam puisi, urutan kata bersifat beku artinya urutan itu tidak dapat
dipindah-pindahkan tempatnya meskipun maknanya tidak berubah oleh
perpindahan tempat itu. Dalam puisinya yang ragu, lemah, rapuh, dan bimbang
tersebut, penyair memulai bait pertama dengan baris sebagai berikut:
TuhankuDalam termanguAku masih menyebut nama-Mu
Susunan kata-kata diatas tidak dapat diubah walaupun perubahan itu tidak
mengubah makna. Penyair telah memperhitungkan secara matang susunan
kata-kata tersebut. Jika diubah urutannya, maka daya magis kata-kata itu akan
hilang. Keharmonisan antar bunyi yang terdapat didalamnya juga akan
terganggu karena susunan kata tersebut menimbulkan efek psikologis. Jika
kalimat / dalam termangu / diganti dengan / termangu dalam / , maka nada
ragu yang ditimbulkan dari baris puisi tersebut akan berkurang.
Unsur Instrinsik Puisi Doa Karya Chairil Anwar
c. Daya sugesti kata-kata
Sugesti ditimbulkan oleh makna kata yang dipandang sangat tepat untuk
mewakili perasaan penyair. Dalam puisi Doa, penyair mensugesti pembaca
untuk merasakan apa yang hendak dikemukakannya. Rasa berdosa penyair
diekspresikan melalui kata-kata yang memiliki daya sugesti:
/cayamu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi/, /hilang bentuk/,
/remuk/, /mengembara di negeri asing/, /di pintuMu aku mengetuk/, /aku
tidak bisa berpaling/
Kata-kata tersebut dapat memberikan sugesti kepada pembaca untuk ikut
sedih, gundah, menyesal.
2. Pengimajian
Penyair mengajak pembaca untuk membayangkan dirinya sendiri yang
mengalami krisis iman, kemudian meyakini bahwa tidak ada jalan lain baginya
kecuali kembali ke jalan Tuhan.
Dalam puisi Doa, pengimajinasiannya meliputi
a. Imaji takjil (cita rasa)
/Tuhanku/, /aku hilang bentuk/, /remuk/, /Tuhanku/, /aku mengembara di negeri
asing/, /Tuhanku/, /di Pintu-Mu/, /aku mengetuk/, /aku tidak bisa berpaling/
Dengan pengimajinasian tersebut pembaca seakan ikut mengelus dada,
menyadari dosa-dosanya. Kemudian pembaca merasa yakin bahwa hanya
dengan mengikuti jalan Tuhanlah akan selamat.
b. Imaji visual (penglihatan)
Terdapat pada kata “tinggal kerdip lilin di kelam sunyi”
Dengan pengimajinasian tersebut penyair mengajak pembaca melihat
seberkas cahaya kecil walaupun itu hanya sebuah perumpamaan semata.
c. Imaji auditif (pendengaran)
Terdapat pada kata “aku masih menyebut namaMu”
Unsur Instrinsik Puisi Doa Karya Chairil Anwar
Dengan pengimajinasian tersebut pembaca seolah-olah diajak oleh penyair
untuk mendengar pengucapan tokoh aku dalam menyebut nama Tuhannya.
d. Imaji perabaan
Terdapat pada kata “caya-Mu panas suci ”
Dengan pengimajinasian tersebut penyair ingin menyampaikan kesan panas
yang dirasakan oleh tokoh aku melalui kutipan kata tersebut.
3. Kata konkret
Dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas
peristiwa yang dilukiskan oleh penyair. Dalam puisi Doa, penyair:
a. Memilih kata “termangu”, untuk memperkonkret bahwa penyair sering ragu
terhadap Tuhan.
b. Memilih kata “tinggal kerdip lilin dikelam sunyi”, untuk memperkonkret bahwa
penyair mengalami krisis iman.
c. Memilih kata “aku hilang bentuk / remuk”, untuk memperkonkret gambaran
bahwa penyair telah dilumuri dosa-dosa.
d. Memilih kata “di pintuMu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling”, untuk
memperkonkret bahwa tekad penyair yang bulat untuk kembali ke jalan Tuhan
4. Bahasa figuratif
a. Majas
Majas yang digunakan dalam puisi Doa:
a) Metafora
“kepada pemeluk teguh”
“aku mengembara di negeri asing”
b) Hiperbola
“aku hilang bentuk remuk”
c) Personifikasi
“tinggal kerdip lilin di kelam sunyi”
Unsur Instrinsik Puisi Doa Karya Chairil Anwar
b. Pelambangan
Selain majas, puisi juga memerlukan perlambangan. Penyair merasa bahwa
kata-kata dari kehidupan sehari-hari belum cukup untuk mengungkapkan makna
yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Perlambangan yang terdapat dalam puisi Doa:
a) Lambang benda
Perlambangan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk nama
benda untuk menggantikan sesuatu yang ingin diucapkan penyair. Adapun
dalam puisi Doa, penyair melambangkannya dengan :
tinggal kerdip lilin dikelam sunyi, aku mengembara di negeri asing, Di
Pintu-Mu aku mengetuk.
b) Lambang suasana
Suatu suasana dapat dilambangkan pula dengan suasana lain yang
dipandang lebih konkret. Adapun penyair dalam puisi Doa melambangkan
suasana sedih digunakan lambang biar susah sungguh mengingat Kau
penuh seluruh. Selain itu penyair juga melambangkan suasana sepi
digunakan lambang tinggal kerdip lilin dikelam sunyi.
5. Ritma dan rima
DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku /Dalam termangu /Aku / masih menyebut / nama-Mu //
Biar susah / sungguh /Mengingat Kau / penuh seluruh //
Caya-Mu / panas suciTinggal kerlip lilin / di kelam sunyi //
Tuhanku /Aku hilang / bentuk /Remuk //Tuhanku /Aku mengembara / di negeri asing //
Unsur Instrinsik Puisi Doa Karya Chairil Anwar
Tuhanku /Di Pintu-Mu / aku mengetuk //Aku / tidak bisa berpaling //
a. Ritma
Dalam puisi Doa, “Tuhanku” merupakan pengikat beberapa baris, sehingga
itu seolah bergelombang menimbulkan ritma.
b. Rima
Rima akhir yang dominan adalah u dan i. Bunyi u memberikan kesan yang
penuh atau bulat. Dengan bunyi u juga bisa memberikan kesan menguatkan
makna. Selain u, ada juga bunyi i. Bunyi I disini memberikan kesan nada
tinggi. Kombinasi bunyi u dan I membuat nada pengucapan pada puisi relative
beragam.
Dalam puisi Doa tersebut terdapat persamaan bunyi pada akhir setiap baris
puisi yang lazim disebut sajak:
a) Sajak berangkai
Bait pertama berpola aa
Bait kedua berpola bb
Bait ketiga berpola cc
Bait keempat berpola dd
b) Sajak berselang
Bait kelima dan keenam berpola ab
Hakikat puisi
1. Tema
Puisi Doa karya Chairul Anwar ini mengandung tema Ketuhanan. Hal ini dapat
dibuktikan pada:
a. Doa sebagai judul, merupakan bentuk komunikasi penyair dengan Sang
Pencipta.
b. Diksi yang digunakan sangat kental dengan makna Tuhan, misalnya Tuhanku,
nama-Mu, Kau, Caya-Mu, Di Pintu-Mu.
Unsur Instrinsik Puisi Doa Karya Chairil Anwar
c. Isi dari puisi tersebut menggambarkan krisisnya iman Aku dalam puisi dan
tekad bulatnya untuk kembali ke jalan Tuhan.
2. Rasa
Dalam menciptakan puisi, suasana penyair ikut diekspersikan dan dapat dihayati
oleh pembaca. Rasa dalam puisi Doa tersebut penuh dengan kepasrahan dan
kekhusyukkan.
3. Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Pada
puisi Doa, penyair bersikap mengajak pembaca agar selalu mengingat Tuhan.
Suasana yang tergambar dalam puisi tersebut adalah ragu, sedih, dan haru.
4. Pesan
Melalui puisi Doa, penyair memberikan pesan kepada pembaca secara tersirat, yaitu
agar pembaca selalu ingat pada Tuhan karena sesungguhnya hidup itu bagian dari
skenarioNya.
Unsur Instrinsik Puisi Doa Karya Chairil Anwar
ANALISIS SEMIOTIK PUISI
Sejarah penulisan puisi Doa karya Chairil Anwar yaitu “Aku” pada lirik
menceritakan pengalamannya yang telah melakukan suatu dosa atau kesalahan yang
membuat ia merasa jauh dari Tuhannya. Namun ketika ia merenung, ia baru
menyadari bahwa tiada lagi tempat berpaling selain kepada-Nya.
Beliau memberikan judul puisinya “Doa (kepada pemeluk teguh)” dan
mengawali puisinya dengan kata Tuhanku. Sama halnya ketika berdoa, sering kali
menyebut kata-kata pujian yang berkaitan dengan Tuhannya. Hal tersebut
menandakan bahwa “Aku” sedang berdoa kepada Tuhan. Dalam puisi tersebut
kata Tuhanku diulang empat kali dan berdiri sendiri tanpa didampingi kata yang
lain. Hal tersebut bisa memiliki 2 arti, yakni:
1. Tuhan tidak dapat disejajarkan dengan apa pun.
2. Memperkuat kekhusyukan “aku” dalam berdoa.
Pada kata “/ dalam termangu /, / aku masih mengingat namaMu /”
menunjukkan keteguhan hati “aku” yang mengingat Tuhannya. Penambahan “ / biar
susah sungguh /, / menyebut kau penuh seluruh /” memberikan makna ketika
menyebut nama Tuhannya, tak terbersit untuk memikirkan hal lain yang dapat
merusak kedekatan dengan Tuhannya.
Bait pertama puisi merupakan sebuah awal yang mirip basa-basi. Barulah
kemudian “aku” mengeluarkan keluhannya dan segala permohonan yang
diinginkannya. Pertanyaan yang muncul ketika membaca puisi tersebut adalah
benarkah “aku” ingat pada Tuhan?. Manusia adalah makhluk yang tidak sempurna,
tidak pernah luput dari salah dan dosa. Termasuk “aku” pada puisi tersebut. Dia
menganggap jauh dari Tuhannya hanya karena berbuat kesalahan ataupun dosa.
Bahkan cahaya Tuhan yang panas suci memancar hanya tinggal kerdip lilin saja.
Dalam artian bahwa berkah dari Tuhan itu tertutup oleh dosa yang telah
diperbuatnya. “Aku” menyadari bahwa ia sudah hilang bentuk dan remuk. Ia tak
mengenali dirinya lagi.
Unsur Instrinsik Puisi Doa Karya Chairil Anwar
Kata Aku mengembara di negeri asing memiliki arti bahwa “aku” menyadari apa
yang telah dikerjakan itu bertentangan dengan apa yang sudah diperintahkan
Tuhannya.
Dalam puisi tersebut “aku” tidak lantas mengurung dirinya Ia harus kembali
kepada Tuhannya karena tidak ada tempat berpaling lagi jika bukan padaNya. Oleh
karena itu, di akhir puisinya, Chairil menuliskan Di pintuMu aku mengetuk// Aku
tidak bisa berpaling.