unjuk kerja perlakuan pemanasan bio solar dengan …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfunjuk...

46
UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR DIESEL SKRIPSI Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif oleh Irfan Firdaus Budi Wicaksono 5202412006 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 08-Oct-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER

TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR DIESEL

SKRIPSI

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

oleh Irfan Firdaus Budi Wicaksono

5202412006

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Page 2: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

i

UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER

TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR DIESEL

SKRIPSI

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

oleh Irfan Firdaus Budi Wicaksono

5202412006

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Page 3: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

ii

Page 4: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama Mahasiswa : Irfan Firdaus Budi Wicaksono

NIM : 5202412006

Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif S1

Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Unjuk Kerja Perlakuan

Pemanasan Bio Solar dengan Solheater terhadap Polutan Gas Buang Motor

Diesel” ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang

pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 22 Februari 2017

Yang membuat pernyataan

Irfan Firdaus Budi Wicaksono

NIM. 5202412006

Page 5: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

iv

ABSTRAK

Wicaksono, Irfan Firdaus Budi 2016. Unjuk Kerja Perlakuan Pemanasan Bio

Solar dengan Solheater terhadap Polutan Gas Buang Motor Diesel. Skripsi.

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing (1) Wahyudi, S.Pd, M.Eng. (2) Drs. Supraptono, M.Pd.

Kata kunci: Pemanasan Bio Solar, Solheater, Polutan Gas Buang

Proses pembakaran yang baik sangat diperlukan untuk menghasilkan

homogenitas campuran bahan bakar dan udara. Salah satu langkah yang dilakukan

untuk memperoleh homogenitas bahan bakar yang baik adalah dengan menaikkan

temperatur bahan bakar menggunakan media pemanas bahan bakar (solheater) untuk mengurangi polusi udara yang dihasilkan melalui gas buang kendaraan

bermotor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pemanasan bahan bakar bio solar dengan solheater terhadap polutan gas buang

motor diesel dan untuk mengetahui persentase kepekatan gas buang hasil

pemanasan bahan bakar bio solar menggunakan media pemanas solheater.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan statistika

deskriptif. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian adalah TP40 (tanpa

pemanasan pada temperatur 400C), TE50 (dengan pemanasan pada temperatur

500C), TE60 (dengan pemanasan pada temperatur 60

0C), TE70 (dengan pemanasan

pada temperatur 700C), TE80 (dengan pemanasan pada temperatur 80

0C). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah polutan gas buang.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemanasan bahan bakar

bio solar dengan solheater terhadap polutan gas buang motor diesel.

Berkurangnya tingkat kepekatan polutan gas buang disebabkan oleh adanya

peningkatan temperatur pada bahan bakar dan menghasilkan proses pembakaran

yang baik sehingga dapat mengurangi polutan gas buang pada motor diesel.

Penurunan tingkat kepekatan polutan gas buang motor diesel dihasilkan dengan

variasi pemanasan bahan bakar bio solar pada TE50 pada putaran 1000 rpm

dengan persentase sebesar 4.10% dan 1500 rpm sebesar 3.80%. Pada putaran

2000 dan 2500 tingkat kepekatan polutan terendah dihasilkan dengan variasi

pemanasan bahan bakar bio solar pada TE60 dengan persentase kepekatan sebesar

4.50% dan 4.90%.

Saran dari penelitian ini adalah apabila ingin mengurangi polutan gas

buang pada motor diesel sebaiknya menggunakan alat pemanas bahan bakar bio

solar (solheater) dengan variasi temperatur 600C. Pengujian lebih lanjut terhadap

daya dan torsi sangat disarankan agar dapat diketahui hubungan antara variasi

pemanasan bahan bakar, daya dan torsi, serta konsumsi bahan bakar dan polutan

gas buang pada motor diesel.

Page 6: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,

nikmat, serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

ini dengan judul “Unjuk Kerja Perlakuan Pemanasan Bio Solar dengan Solheater

terhadap Polutan Gas Buang Motor Diesel”. Skripsi ini ditulis dalam rangka

menyelesaikan studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak di antaranya :

1. Dr. Nur Qudus, M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang.

2. Rusiyanto, S.Pd., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd., ST., M.T selaku Ketua Prodi Pendidikan Teknik

Otomotif Universitas Negeri Semarang

4. Wahyudi, S.Pd, M.Eng selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Drs. Supraptono, M.pd selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

Page 7: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

vi

6. Bapak, Ibu serta keluargaku yang selalu mendukung dan mendoakan.

7. Seluruh keluarga besar mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif 2012.

Penulis sangat berharap masukan kritik serta saran yang membangun. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik bagi akademisi, pembaca,

serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, 21 Februari 2017

Penulis

Irfan Firdaus Budi W

Page 8: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

PRAKATA ..................................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 3

C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 4

D. Rumusan Masalah ............................................................................ 4

E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ....................................................................................... 6

1. Bahan Bakar ............................................................................. 6

2. Minyak Solar .............................................................................. 10

3. Bahan Bakar Bio Solar .............................................................. 12

4. Pemanasan Bahan Bakar ............................................................ 14

Page 9: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

viii

5. Motor Bakar Diesel .................................................................... 17

6. Pembakaran Pada Motor Diesel ................................................ 18

7. Gas Bung Pada Motor Diesel .................................................... 22

B Kajian Penelitian Yang Relevan ...................................................... 26

C. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 27

D. Hipotesis ............................................................................................ 29

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Bahan Penelitian ............................................................................... 30

B. Alat dan Skema Peralatan Penelitian ............................................... 31

C. Prosedur Penelitian ............................................................................ 36

1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ......................................... 36

2. Proses Penelitian ......................................................................... 37

3. Metode Penelitian ....................................................................... 39

4. Variabel Penelitian ....................................................................... 39

5. Tempat Pelaksanaan Penelitian .................................................. 39

6. Data Penelitian ............................................................................. 40

7. Analisi Data .................................................................................. 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 42

B. Pembahasan ....................................................................................... 45

C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 48

BAB V. PENUTU

A. Simpulan ........................................................................................... 49

B. Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian ............................................... 49

Page 10: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

ix

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 53

Page 11: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya

Tahun 2007-2013 .................................................................................................. 1

Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Bakar Jenis Minyak Solar 48 ............................. 10

Tabel 2.2 Standar dan Mutu Bahan Bakar Nabati Jenis Bio Diesel ............... 13

Tabel 2.3 Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan ................................... 25

Tabel 3.1 Spesifikasi Thermometer Payung ...................................................... 33

Tabel 3.2 Spesifikasi Diesel Smoke Meter OTC (Tecnotest) .......................... 33

Tabel 3.3 Lembar Data Pengujian Tingkat Kepekatan Gas Buang ................ 40

Tabel 3.4 Rata-rata Pengujian Tingkat Kepekatan Gas Buang ....................... 41

Tabel 4.1 Hasil pengujian polutan Gas Buang .................................................. 42

Tabel 4.2 Hasil Rerata Pengujian Polutan Gas Buang ..................................... 43

Page 12: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram P VS V Siklus Tekanan Konstan .................................... 15

Gambar 2.2 Diagram P VS V Siklus Tekanan Konstan .................................... 18

Gambar 2.3 Tekanan Pembakaran Pada Motor Diesel ..................................... 19

Gambar 2.4 Tahapan Pembakaran Pada Motor Diesel ..................................... 20

Gambar 2.5 Komposisi Gas Buang ..................................................................... 23

Gambar 2.6 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 28

Gambar 3.1 Engine Stand Isuzu Panther ............................................................ 29

Gambar 3.2 Desain Alat Pemanas Bahan Bakar (Solheater) .......................... 31

Gambar 3.3 Alat Pemanas Bahan Bakar (solheater) ......................................... 32

Gambar 3.4 Thermometer Payung/Thermometer Bimetal Analog .................. 33

Gambar 3.5 Alat Uji Opasitas Gas Buang (smoke meter) ................................ 34

Gambar 3.6 Alat Pengontrol Suhu Bahan Bakar ............................................... 34

Gambar 3.7 Driver AC .......................................................................................... 34

Gambar 3.8 Alat Uji Termokopel ........................................................................ 35

Gambar 3.9 Skema Pengujian Kepekatan Gas Buang Motor Diesel ............. 35

Gambar 3.10 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ......................................... 36

Gambar 4.1 Hubungan Tingkat Kepekatan Polutan Gas Buang terhadap Variasi

Pemanasan Bahan Bakar………………..................................... 44

Page 13: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ............................... 54

Lampiran 2. Surat Tugas Dosen Pembimbing ................................................... 55

Lampiran 3. Surat Penelitian Polutan Gas Buang ............................................. 56

Lampiran 4. Data Rerata Hasil Pengujian Tingkat Kepekatan Gas Buang .... 57

Lampiran 5. Data Hasil Pengujian Polutan Gas Buang ................................... 58

Lampiran 6. Komponen Alat Pemanas Bahan Bakar Bio Solar (solheater) . 68

Lampiran 7. Dokumentasi .................................................................................... 69

Lampiran 8. Prinsip Pengukuran Kepekatan Asap atau Opasitas ....................... 71

Page 14: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia otomotif akhir-akhir ini sangat pesat, hal tersebut

dapat dilihat dari banyaknya produk-produk baru baik mobil maupun sepeda

motor dengan berbagai macam teknologi dan spesifikasinya (Supriyana dan

Hidayat, 2015: 237). Pada kenyataannya, gaya hidup masyarakat industri yang

ditandai oleh pemakaian produk teknologi telah meningkatkan produksi polutan,

limbah berbahaya dan beracun. Dapat dikatakan bahwa beberapa produk

teknologi justru telah membuat pengaruh yang buruk terhadap alam dan

lingkungan serta kehidupan manusia. Salah satu teknologi yang menyebabkan

pencemaran tersebut adalah kendaraan bermotor, sebagai salah satu sarana

transportasi dan mobilitas manusia.

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya

Tahun 2007-2013 (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016)

Tahun Mobil

Penumpang Bus

Mobil

Barang

Sepeda

Motor

2007 6.877.299 1.736.087 4.234.236 41.955.128

2008 7.489.852 2.059.187 4.452.343 47.683.681

2009 7.910.407 2.160.973 4.498.171 52.767.093

2010 8.891.041 2.250.109 4.687.789 61.078.188

2011 9.548.866 2.254.406 4.958.738 68.839.341

2012 10.432.259 2.273.821 5.286.061 76.381.183

2013 11.484.514 2.286.309 5.615.494 84.732.652

Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Indonesia setiap tahun jumlah

kendaraan bermotor mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut

memiliki dampak yang negatif terhadap meningkatnya polusi yang berasal dari

Page 15: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

2

gas buang kendaraan. Selaras dengan yang disampaikan oleh Ellyanie (2011: 438)

menjelaskan bahwa polusi berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan

manusia, Hal itu dapat dihilangkan dengan menekan polutan sampai ke titik yang

tidak membahayakan lingkungan.

Sebagian besar polusi udara (70%) disebabkan oleh kegiatan transportasi

(Arifin dan Sukoco, 2009: 31). Gas buang yang keluar dari knalpot kendaraan

bermotor contohnya pada motor diesel sekitar 8% gas buangnya merupakan

kumpulan dari bermacam-macam gas beracun, diantaranya CO, HC, CO2, dan

NOX (Rabiman dan Arifin, 2011: 17). Gas buang tersebut meskipun hanya dengan

jumlah yang kecil tetap memberikan andil dalam pencemaran udara dan juga

berdampak buruk bagi kesehatan manusia.

Kristanto (2015: 197) menjelaskan bahwa ada dua metode yang dapat

digunakan untuk mengurangi emisi motor yang berbahaya. Pertama, dengan

meningkatkan teknologi bahan bakar dan motor sedemikian sehingga terjadi

pembakaran lebih baik dan menghasilkan emisi yang lebih rendah. Kedua, dengan

memberikan perlakuan lanjut (aftertreatment) terhadap gas buang melalui

perangkat pengendali emisi. Salah satu cara memperbaiki mutu bahan bakar yaitu

dengan memanaskan bahan bakar bio solar, agar viskositas bahan bakar turun

sehingga bahan bakar mudah diinjeksikan kedalam ruang bakar (Supriyana dan

Hidayat, 2015: 238). Hal ini dimaksudkan agar bahan bakar akan lebih mudah

bercampur dengan udara yang masuk ke dalam silinder sehingga homogenitas

campuran bahan bakar dan udara akan lebih baik serta dapat menekan gas buang

hasil pembakaran.

Page 16: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

3

Saat ini sudah banyak penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki mutu

bahan bakar, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Soares dkk, (2013: 29)

melakukan penelitian daya dan kepekatan gas buang motor diesel 4 silinder

menggunakan pemanas awal dan medan electromagnet, akan tetapi penelitian

tersebut terdapat dua kali perlakuan pemanasan bahan bakar yaitu melalui heater

dan medan elektromagnet sehingga pada penelitian tersebut bahan bakar melewati

dua kali perlakuan pemanasan, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk

memperbaiki media pemanas dengan mencoba satu kali perlakuan pemanasan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penting adanya penelitian lebih lanjut

tentang pengujian tingkat kepekatan gas buang motor diesel dengan melakukan

pemanasan bahan bakar dengan menggunakan media pemanas. Dalam penelitian

ini pemanas yang digunakan adalah dengan menggunakan media pemanas

solheater yang didalamnya terdapat elemen pemanas yang tersambung pada arus

listrik bolak balik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

didapatkan beberapa permasalahan. Untuk itu perlu suatu identifikasi terhadap

permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang meningkat pesat menyebabkan polusi

udara yang juga meningkat.

2. Meningkatnya polusi udara kendaraan bermotor akan berdampak langsung

pada kesehatan manusia sehingga dapat dikendalikan dengan memperbaiki

proses pembakaran yang terjadi pada mesin.

Page 17: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

4

3. Penelitian yang sudah ada khususnya pada media pemanas, terlalu banyak

perlakuan pemanasan pada bahan bakar sehingga perlu dikembangkan dengan

hanya satu perlakuan pemanasan.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dapat mengarah tepat pada sasaran dan

tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka peneliti memfokuskan masalah

dengan membatasi pada hal berikut:

1. Komponen polutan yang diukur adalah tingkat kepekatan polutan gas buang.

2. Media pemanas yang digunakan untuk memanaskan bahan bakar adalah

solheater.

3. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar bio solar yang ada di SPBU

(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) dengan angka cetane 51.

4. Temperatur bahan bakar diukur pada saluran sebelum masuk ke pompa

injeksi sehingga memungkinkan bahan bakar masih mengalami proses

perubahan temperatur selama berada di dalam pompa injeksi hingga bahan

bakar disemprotkan ke ruang bakar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:

1. Adakah pengaruh pemanasan bahan bakar bio solar dengan media pemanas,

terhadap kepekatan polutan gas buang motor diesel?

Page 18: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

5

2. Berapa besar persentase tingkat kepekatan polutan gas buang hasil pemanasan

bahan bakar bio solar dengan media pemanas bahan bakar pada motor diesel?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh pemanasan bahan bakar bio solar dengan

media pemanas, terhadap kepekatan polutan gas buang motor diesel.

2. Untuk mengetahui persentase kepekatan polutan gas buang hasil pemanasan

bahan bakar bio solar dengan media pemanas bahan bakar pada motor diesel.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Setelah mengetahui pengaruh pemanasan bahan bakar bio solar terhadap

motor diesel, diharapkan mampu memberikan alternatif solusi untuk

mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh gas buang kendaraan

bermotor roda empat.

2. Dapat digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam upaya mengurangi

kadar gas buang pada kendaraan motor diesel untuk hidup yang lebih sehat.

3. Membangkitkan minat mahasiswa untuk melanjutkan penelitian tentang

pemanasan bahan bakar bio solar terhadap motor diesel dengan menggunakan

elemen pemanas sebagai upaya untuk mengurangi kadar gas buang

kendaraan.

Page 19: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bahan Bakar

Bahan bakar adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses

pembakaran. Tanpa adanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan mungkin

dapat berlangsung (Supraptono, 2004: 6). Definisi lain dari bahan bakar menurut

Raharjo dan Karnowo (2008:37) menjelaskan bahan bakar adalah material, zat

atau benda yang digunakan dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi

panas. Ada beberapa jenis bahan bakar yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari.

Penggolongan ini dapat dibagi berdasar dari asalnya, bahan bakar dapat dibagi

menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Bahan bakar nabati

b. Bahan bakar mineral

c. Bahan bakar fosil

Namun demikian hingga saat ini bahan bakar yang paling sering dipakai

adalah bahan bakar cair. Bahan bakar cair adalah bahan bakar mineral cair yang

diperoleh dari hasil tambang pengeboran sumur-sumur minyak bumi (Raharjo dan

Karnowo, 2008: 39). Kriteria utama yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan

digunakan dalam motor bakar adalah sebagai berikut:

a. Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat mungkin dan

panas yang dihasilkan harus tinggi.

Page 20: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

7

b. bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan atau deposit

setelah pembakaran, karena menyebabkan kerusakan pada dinding silinder.

c. Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepas ke atmosfer.

Bahan bakar memiliki berbagai karakteristik atau sifat fisika yang

berbeda-beda tiap tipenya, sifat fisika bahan bakar antara lain (Supraptono, 2004:

26-29):

a. Berat Jenis

Berat jenis merupakan sifat minyak penting yang memiliki nilai dalam

perdagangan. Berat jenis disebut juga gravitasi jenis atau specific gravity, adalah

suatu perbandingan berat dari bahan bakar minyak dengan berat dari air dalam

volume yang sama, dengan suhu yang sama pula (600F). Bahan bakar minyak

umumnya mempunyai berat jenis antara 0,82-0,96 dengan kata lain minyak lebih

ringan dari pada air. Dalam perdagangan internasional, berat jenis dinyatakan

dalam API Grafity atau derajat API (American Petroleum Institute). API

menunjukkan kualitas dari minyak tersebut, makin kecil berat jenis atau makin

tinggi derajat API berarti makin baik pula kualitas minyak tersebut (Supraptono:

2004:26).

b. Viskositas

Viskositas adalah suatu ukuran dari besar perlawanan zat cair untuk

mengalir. Viskositas atau kekentalan sangat penting bagi penggunaan bahan bakar

minyak pada motor bakar maupun mesin industri, karena berpengaruh terhadap

bentuk dan tipe mesin yang menggunakan bahan bakar tersebut (Supraptono:

2004:27).

Page 21: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

8

c. Nilai Kalor

Nilai kalor adalah besar panas yang diperoleh dari pembakaran suatu

bahan bakar di dalam zat asam. Makin tinggi berat jenis minyak bakar, makin

rendah nilai kalori yang diperolehnya (Supraptono: 2004:27).

d. Titik Tuang

Titik tuang suatu minyak adalah suhu terendah minyak yang keadaannya

masih dapat mengalir karena berat sendiri. Titik tuang diperlukan sehubungan

dengan kondisi dari pengilangan dan pemakaian dari minyak tersebut. Sehingga

diharapkan minyak masih bisa dipompakan atau mengalir pada suhu dibawah titik

tuang (Supraptono: 2004:27).

e. Titik Didih

Titik didih adalah suhu ketika tekanan uap suatu zat cair sama dengan

tekanan luar yang dialami oleh cairan. Titik didih minyak sesuai dengan

grafitasinya, Minyak dengan grafitasi API rendah maka titik didihnya tinggi, dan

untuk minyak dengan grafitasi API tinggi maka titik didihnya rendah

(Supraptono: 2004:28).

f. Titik Nyala

Titik nyala, flash point adalah suhu terendah dari bahan bakar minyak

yang dapat menimbulkan nyala api dalam sekejap apabila permukaan bahan bakar

tersebut dipercikkan api. Pada bahan bakar dengan grafitasi API yang tinggi maka

titik didihnya rendah, sehingga titik nyala bahan bakar tersebut juga rendah.

Artinya bahan bakar tersebut akan mudah untuk terbakar (Supraptono: 2004:28).

Page 22: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

9

g. Kadar Abu

Kadar abu adalah sisa-sisa bahan bakar minyak yang tertinggal setelah

semua bagian terbakar dalam proses pembakaran. Berdasarkan kadar abu yang

ada dalam bahan bakar minyak akan dapat diperkirakan banyaknya kandungan

logam dalam minyak tersebut (Supraptono: 2004:28).

h. Air dan Endapan

Air yang terkandung dalam bahan bakar minyak dapat menyebabkan

pembakaran yang tidak sempurna, sedangkan endapan dapat memperbanyak

jumlah gas sisa pembakaran dan abu. Kandungan air dan endapan dalam minyak

tidak boleh lebih dari 0,5% (Supraptono: 2004:28).

i. Warna

Warna dalam bahan bakar minyak dipengaruhi oleh berat jenisnya. Untuk

minyak dengan berat jenis yang tinggi memiliki warna hijau kehitaman dan untuk

minyak dengan berat jenis yang rendah warnanya akan cokelat kehitaman. Hal ini

disebabkan oleh adanya kotoran dan endapan dalam bahan bakar minyak tersebut

(Supraptono: 2004:28).

j. Bau

Bau dari bahan bakar dipengaruhi oleh molekul aromat yang terkandung di

dalamnya. Bahan bakar minyak di Indonesia pada umumnya mengandung

senyawa Nitrogen atau Belerang dan juga H2S (Supraptono: 2004:28).

Bahan bakar minyak bumi merupakan sumber energi utama dan sumber

devisa negara. Namun demikian Raharjo dan Karnowo (2008: 39) hingga saat ini

bahan bakar yang paling sering dipakai adalah bahan bakar mineral cair, salah

satunya adalah bahan bakar minyak solar.

Page 23: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

10

2. Minyak Solar

Minyak solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi

mentah, berwarna kuning cokelat dan jernih (Supraptono, 2004: 15). Minyak

solar ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor diesel.

Kualitas solar dinyatakan dengan angka setana atau Cetan Number (CN). Semakin

tinggi bilangan setana yang dimiliki bahan bakar menunjukkan kualitas bahan

bakar yang lebih baik untuk motor diesel. Angka setana menunjukkan

kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto ignition) (Kristanto, 2015:

76). Sedangkan bilangan setana yaitu besar prosentase volume normal cetane

dalam campurannya methyl naphthalene yang menghasilkan karakteristik

pembakaran yang sama dengan solar yang bersangkutan (Raharjo dan Karnowo,

2008: 46). Spesifikasi minyak Solar 48 di Indonesia ditetapkan menurut

Keputusan Dirjen Migas No. 978 K/10/DJM.S/2013 tanggal 19 November 2013

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Bakar Jenis Minyak Solar 48

No Karakteristik Satuan Batasan Mode Uji

Min. Maks. ASTM Lain

1 Bilangan Cetana:

- Angka Cetana atau

- Indeks Cetana

-

-

48

45

-

-

D 613

D4737

2 Berat jenis (pada suhu

150C)

kg/ 815 870 D 1298 atau

D 4052

3 Viskositas (pada suhu

400C)

/s 2.0 4,5 D 445

4 Kandungan Sulfur % mm -

0,35 1)

0,30 2)

0,25 3)

0,05 4)

0,005 5)

D 2622 atau

D 5453 atau

D 4294 atau

D 7039

5 Distilasi :

90% vol. penguapan

D 86

0C

- 370

6 Titik Nyala 0C 52 - D 93

7 Titik Tuang 0C - 18 D 97

Page 24: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

11

8 Residu karbon % m/m - 0.1 D 4530 atau

D 189

9 Kandungan Air mg/kg - 500 D 6304

10 Biological growth *) Kg/m3 nihil

11 Kandungan FAME *) % v/v - -

12 Kandungan methanol

dan etanol *) % v/v Tak terdeteksi D 4815

13 Korosi Bilah Tembaga merit - Kelas 1 D 130

14 Kandungan Abu % m/m - 0.01 D 482

15 Kandungan Sedimen % m/m - 0.01 D 473

16 Bilangan Asam Kuat mg KOH/g - 0,6 D 664

17 Bilangan Asam Total mg KOH/g - 0.6 D 664

18 Penampilan Visual - Jernih dan

terang

19 Warna No ASTM 3.0 D 1500

20

Lubricity (HFRR wear scar dia. @60

0C)

micron - 460 6)

D 6079

Sumber: (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi)

Raharjo dan Karnowo (2008: 45) menjelaskan adapun sifat-sifat yang

dimiliki minyak solar antara lain:

a. Tidak berwarna atau berwarna kuning muda dan berbau.

b. Tidak mudah menguap dan pada temperatur normal tidak meguap.

c. Titik nyala minimal mulai terbakar pada temperatur 400C - 100

0C.

d. Temperatur nyala atau flash point (temperatur dimana bahan bakar menyala

dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar) adalah 3500C.

Karakteristik umum yang perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan

bakar diesel antara lain viskositas, angka setana, indeks diesel, dan berat jenis

(Kristanto, 2015: 75) dengan pengertian sebagai berikut:

a. Viskositas adalah tahanan aliran yang dimiliki fluida dalam pipa kapiler

terhadap gaya gravitasi, karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi

kinerja injektor pada mesin diesel (Kristanto, 2015: 76).

Page 25: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

12

b. Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri

(auto ignition). Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar

dapat menyala pada tenperatur yang rendah (Kristanto, 2015: 76).

c. Indeks diesel adalah suatu parameter kualitas penyalaan bahan bakar diesel

selain nilai-nilai setananya. Kualitas penyalaan bahan bakar diesel dapat

diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan bahan bakar untuk dapat menyala di

ruang bakar dan diukur setelah penyalaan terjadi (Kristanto, 2015: 77).

d. Berat jenis atau specific gravity menunjukkan perbandingan mass per satuan

volume. Karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan

mesin diesel per satuan volume bahan bakar (Kristanto, 2015: 77).

3. Bahan bakar Bio Solar

Bio Solar merupakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar diesel

yang bersumber dari fosil, solusi berkelanjutan untuk sumber energi dan ramah

lingkungan (Herizal dan Anwar, 2015: 53). Bio solar dihasilkan dari minyak

nabati melalui reaksi transesterfikasi antara minyak nabati, methanol dan katalis.

Transesterikasi adalah suatu proses transformasi dari satu tipe ester ke tipe ester

lain (Kristanto, 2015: 79). Ester merupakan rantai hidrokarbon yang membentuk

ikatan dengan molekul yang lain. Biodiesel merupakan bahan bakar yang

berwarna kekuningan yang viskositasnya tidak jauh berbeda dengan minyak solar,

oleh karena itu campuran bio-diesel dengan minyak solar dapat dimanfaatkan

sebagai bahan bakar kendaraan berbahan bakar minyak solar tanpa merusak atau

memodifikasi mesin (Boedoyo, 2010: 52).

Bio solar memiliki kelebihan antara lain merupakan bahan bakar yang

tidak beracun dan dapat dibiodegradasi, mempunyai bilangan setana yang tinggi,

Page 26: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

13

mengurangi emisi karbon monoksida, hidro-karbon dan NOx, dan terdapat dalam

fase cair (Suhartanta dan Arifin, 2008: 25).

Kandungan energi pada bio solar lebih kurang 37 MJ/kg, sedangkan

minyak diesel 42 MJ/kg sehingga performa bio solar sedikit lebih rendah dari

minyak diesel konvensional (Kristanto, 2015: 80). Di Indonesia telah disusun

standar mutu (spesifikasi) bio solar sesuai dengan Keputusan Dirjend Minyak dan

Gas Bumi No.13483.K/24/DJM/2006.

Tabel 2.2 Standar dan Mutu Bahan Bakar Nabati Jenis Bio-Diesel

No Karakterisitik Satuan Nilai Metode Uji

1 Massa jenis pada 400C Kg/m

3 850-890 ASTM D 1298

2 Viskositas kinematik pada

400C

m2/s 2,3-6,0 ASTM D 445

3 Angka setana min. 51 ASTM D 613

4 Titik nyala (mangkok tertutup) 0C min. 100 ASTM D 93

5 Titik kabut 0C maks.16 ASTM D 2500

6 Korosi lempeng tembaga

(3 jam pada 500

C)

maks. No.3 ASTM D 130

7 Residu karbon

- Dalam contoh asli, atau

- Dalam 10% ampas distilasi

%-massa Maks. 0,05

Maks. 0,30

ASTM D 4530

8 Air dan sedimen %-vol Maks.0,05 ASTM D 2709

atau ASTM D

1796

9 Temperatur distilasi 90% 0C Maks. 360 ASTM D 1160

10 Abu tersulfat %-massa Maks. 0,02 ASTM D 874

11 Belerang mg/kg Maks. 100 ASTM D 5453

atau ASTM D

1266

12 Fosfor mg/kg Maks. 10 AOCS Ca. 12-

55

13 Angka asam Mg

KOH/g

Maks. 0.8 AOCS Cd. 3d-

6d atau ASTM

D 664

14 Gliserol bebas %-massa Maks. 0,02 AOCS Ca. 14-

56 atau ASTM

D 6584

Page 27: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

14

15 Gliserol total %-massa Maks. 0,24 AOCS Ca. 14-

56 atau ASTM

D 6584

16 Kadar ester alkil %-massa Min. 96,5 dihitung

17 Angka lodium %-massa Maks. 115 AOCS Cd. 1-25

18 Uji Halphen negatif AOCS Cb. 1-25

Sumber: (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi)

4. Pemanasan Bahan Bakar

Pemanasan bahan bakar adalah proses menaikkan temperatur bahan bakar

yang menyebabkan cairan bahan bakar yang mudah menguap, sehingga

memperhalus butiran bahan bakar dan memudahkan proses pembakaran sehingga

bahan bakar dapat terbakar seluruhnya (LIPI, 2005: 1). Dengan memberikan

pemanasan awal memungkinkan suhu bahan bakar tersebut dapat mendekati titik

nyalanya sehingga mudah terbakar, yang berarti pemanasan awal dapat

memperbaiki pembakaran.

Pemanasan bahan bakar solar berarti proses untuk meningkatkan suhu

bahan bakar yang dengan harapan viskositas dan densitasnya menurun (Sutomo

dkk, 2011: 122). Menurunnya viskositas dan densitas bahan bakar memungkinkan

terjadinya proses pengkabutan pada injeksi dalam pembakaran dapat lebih baik

dan tenaga yang dihasilkan akan meningkat. Penurunan viskositas bahan bakar

yang diakibatkan oleh naiknya temperatur bahan bakar akibat pemanasan yang

dilakukan telah dibuktikan oleh Fajar dkk, (2009: 29) sesuai dengan gambar 2.1

berikut ini:

Page 28: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

15

Gambar 2.1 Pengaruh temperatur terhadap berat jenis dan viskositas biodiesel

(Fajar dkk, 2009: 29)

Berdasarkan gambar 2.1 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

temperatur biodiesel maka viskositas dan berat jenis semakin menurun. Peristiwa

ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi temperatur suatu fluida, akan membuat

molekul fluida bergerak cepat sehingga secara makro akan meningkatkan tekanan,

kalau tak ada batas terhadap materi tersebut maka akan semakin mengembang

selanjutnya dengan mengembangnya jarak antar molekul akan membuat kerapatan

dan tegangan geser fluida semakin menurun (Fajar dkk,2009: 29)

Pada umumnya bahan bakar harus mempunyai viskositas yang relatif

rendah agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi. Viskositas bahan bakar yang

terlalu rendah akan mengurangi sifat lumas pada bahan bakar terutama pada

sistem ijeksi bahan bakar, hal ini telah dijelakan maleev (1991: 155) bahwa jika

Page 29: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

16

viskositas bahan bakar terlalu rendah akan memberikan keausan berlebih pada

plunyer dan tong dari pompa injeksi dan mengakibatkan kebocoran pompa.

Turunnya viskositas dan terjadinya pemuaian volume juga menyebabkan

butir-butir bahan bakar akan lebih mudah menguap yang dapat mempengaruhi

proses pengkabutan saat penyemprotan sehingga mempercepat dan memperbaiki

proses pencampuran bahan bakar dengan udara. Akan tetapi jika butir-butir bahan

bakar yang terjadi karena penyemprotan itu terlalu besar atau beberapa butir

terkumpul menjadi satu mengakibatkan terjadinya dekomposisi pada bahan bakar

sehingga bahan bakar lebih sukar untuk terbakar (Arismunandar dan Tsuda, 2002:

12). Raharjo dan Karnowo (2008: 45) menjelaskan bahwa bahan bakar solar yang

baik adalah mempunyai titik nyala rendah atau mudah menyala, viskositasnya

tepat tidak terlalu kental, mudah menguap dan mengandung belerang yang rendah.

Aliran bahan bakar yang rendah karena viskositas yang tinggi

menyebabkan sulit terjadinya pembentukan atom (atomisasi) bahan bakar yang

baik. Sukoco dan Arifin (2013: 49) menjelaskan dengan viskositas bahan bakar

yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya kabutan yang kasar. Dampaknya

proses pembakaran mesin tidak akan dapat menghasilkan energi panas yang

optimal, dan asap gas buang akan semakin pekat.

Pemanasan dengan temperatur yang terlalu tinggi yaitu melebihi batas

temperatur titik didih menyebabkan bahan bakar akan menjadi campuran uap dari

cairan sebelum bercampur dengan udara. Di samping itu viskositas bahan bakar

yang lebih rendah menghasilkan pengabutan yang lebih halus dan tidak dapat

masuk lebih jauh ke dalam silinder pembakaran sehingga terbentuk zona bahan

Page 30: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

17

bakar kaya (fuel rich zone) yang menyebabkan terbentuknya jelaga (Kristanto,

2015: 76).

5. Motor Bakar Diesel

Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin penggerak yang banyak

dipakai dengan memanfaatkan energi kalor dari proses pembakaran menjadi

energi mekanik (Raharjo dan Karnowo, 2008: 65). Panas yang ditimbulkan oleh

proses pembakaran bahan bakar selanjutnya diubah menjadi tenaga mekanis oleh

sistem-sistem yang ada dalam motor bakar tersebut.

Pencipta motor diesel adalah Rudolf Christian Karl Diesel ditemukan pada

tahun 1892, yang kemudian menerima hak paten pada 23 Februari 1893. Awalnya

bahan bakar yang digunakan adalah debu batu bara. Rudolf Diesel

mempertunjukkannya pada Exposition Universelle (Pameran Dunia) tahun 1900

dengan menggunakan minyak kacang. Kemudian diperbaiki dan disempurnakan

oleh Charles F. Kettering. Motor diesel biasanya juga disebut motor penyalaan

kompresi atau Compression Ignition Engine, karena cara penyalaan bahan

bakarnya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara yang

telah bertekanan dan bertemperatur tinggi sebagai akibat dari proses kompresi

piston di dalam silinder (Arismunandar dan Tsuda, 2002: 5).

Rabiman dan Arifin (2011: 4) menerangkan bahwa motor diesel disebut

juga motor pembakaran kompresi karena pada motor ini bahan bakarnya dibakar

oleh suhu kompresi yang tinggi. Pemakaian bahan bakar pada motor diesel kira-

kira 25% lebih rendah dari pada motor bensin, sehingga motor diesel lebih hemat

dibandingkan motor bensin.

Page 31: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

18

Berdasarkan efisiensi secara keseluruhan, motor diesel merupakan motor

pembakaran yang paling efisien dan bertenaga besar, pada motor diesel putaran

rendah efisiensi panas dapat mencapai 50% (Rabiman dan Arifin 2011: 4). Motor

diesel mengkompresi udara dalam silinder hingga bersuhu tinggi. Bahan bakar

yang berbentuk kabut kemudian disemprotkan ke dalam silinder-silinder untuk

memenuhi kebutuhan pembakaran tersebut.

Pada motor bakar diesel, pengidealan siklusnya sama dengan motor bakar

bensin (Siklus Otto), hanya saja pada siklus Diesel pemasukan panasnya terjadi

pada kondisi dimana tekanan konstan (Soares dkk., 2013: 31). Pada mulanya

jenis motor diesel dirancang untuk memenuhi siklus ideal, seperti siklus otto,

tetapi pemasukan kalornya dilakukan pada tekanan konstan.

Gambar 2.2 Diagram P VS V siklus tekanan konstan

(Kristanto, 2015: 35)

6. Pembakaran Pada Motor Diesel

Sukoco dan Arifin (2013: 52) menjelaskan motor diesel termasuk pada

mesin pembakaran dalam (Internal Combution Engine) artinya proses

pembakaran bahan untuk menghasilkan energi panas, dilakukan di dalam mesin

Page 32: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

19

itu sendiri. Pembakaran merupakan suatu reaksi kimia yang mana elemen-elemen

tertentu dari suatu bahan bakar berkombinasi dengan oksigen sehingga

menyebabkan naiknya temperatur dari gas-gas tersebut (Maleev, 1991 : 156).

Mekanisme pembakaran sendiri sangat dipengaruhi oleh keadaan

intermedict (pertengahan) dari keseluruhan proses pembakaran di mana atom-

atom dari komponen yang dapat terbakar bereaksi dengan oksigen dan

membentuk produknya berupa gas (Doloksaribu, 2014: 59). Elemen utama dari

bahan yang mudah terbakar adalah hidrogen dan karbon, dan masing-masing

elemen bergabung dengan oksigen dari udara secara terpisah, hidrogen bergabung

dengan oksigen untuk membentuk air, dan karbon bergabung dengan oksigen

menjadi karbon monoksida (Maleev, 1991 : 156).

Pembakaran pada motor diesel diambil dari sumber panas yang dihasilkan

dari tekanan kompresi. Uno (2013: 55) dalam majalah mobil motor menjelaskan

bahwa rasio kompresi diesel yang terjadi berkisar antara 15:1 hingga 22:1 dengan

tekanan akhir langkah kompresi hingga 40 bar atau 580 psi.

Berikut merupakan diagram tekanan pembakaran pada motor diesel:

Gambar 2.3 Tekanan Pembakaran Pada Motor Diesel

(Rabiman dan Arifin, 2011: 6)

Page 33: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

20

Berdasarkan Gambar 2.2 ada waktu pompa injeksi mulai menginjeksikan

bahan bakar maka akan terjadi proses yang disebut dengan penundaan

pembakaran antara awal penyemprotan dengan awal mulainya bahan bakar

terbakar (A-B) atau sepanjang daerah C.

Secara umum proses pembakaran motor diesel berlangsung dalam empat

periode, sesuai pada grafik tahapan pembakaran pada motor diesel dibawah ini:

Gambar 2.4 Tahapan pembakaran pada motor diesel

(Rabiman dan Arifin, 2011: 7)

a. Periode pertama: Pembakaran tertunda (A-B)

Periode ini merupakan tahap persiapan pembakaran. Bahan bakar

disemprotkan oleh injektor berupa kabut ke udara panas dalam ruang bakar

sehingga menjadi campuran yang mudah terbakar. Pada tahap ini bahan bakar

belum terbakar atau dengan kata lain pembakaran belum dimulai. Pembakaran

akan dimulai pada titik B, peningkatan tekanan akan terjadi secara konstan, karena

piston terus bergerak menuju TMA (Rabiman dan Arifin, 2011: 7).

Page 34: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

21

b. Periode kedua: Rambatan Api (B-C)

Campuran bahan bakar dan udara yang sudah bercampur tadi mulai

terbakar, dan api akan menyebar ke seluruh ruang pembakaran dengan cepat

sehingga akan timbul letupan dalam silinder dan tekanan maupun suhunya akan

naik secara cepat pula. Akhir tahapan ini disebut tahap pembakaran letupan

(Rabiman dan Arifin, 2011: 8).

c. Periode ketiga: Pembakaran langsung (C-D)

Bahan bakar segera terbakar pada periode ini, sehingga tidak ada proses

keterlambatan nyala. Pembakaran dapat dikontrol dengan sejumlah bahan bakar

yang disemprotkan pada periode ini. Oleh karena itu periode ini juga disebut

dengan periode pembakaran terkontrol (Rabiman dan Arifin, 2011: 8).

d. Periode keempat: Pembakaran Lanjutan(D-E)

Pada titik D, injeksi bahan bakar berhenti, namun bahan bakar masih ada

yang belum terbakar. Pada periode ini sisa bahan bakar diharapkan akan terbakar

seluruhnya. Apabila tahap ini terlalu panjang akan menyebabkan suhu gas buang

meningkat dan efisiensi pembakaran berkurang (Rabiman dan Arifin, 2011: 8).

Semua rangkaian periode pembakaran di atas adalah siklus pembakaran

normal, akan tetapi ada kalanya pembakaran pada mesin diesel mengalami

kelainan yang tentu saja mengurangi efektifitas pembakaran, bahkan apabila

dibiarkan akan dapat merusak mesin itu sendiri. Kelainan tersebut diantaranya :

a. Detonasi

Jika laju kenaikan tekanan pada periode Ignition Delay (waktu

pembakaran tertunda) begitu besar, maka kenaikan tekanan yang terjadi begitu

tiba-tiba akan menyerupai pukulan yang hebat pada dinding ruang bakar

Page 35: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

22

(Arismunandar dan Tsuda, 2002: 15). Peristiwa ini akan terdengar dengan keras

dan terjadi pada frekuensi beberapa kHz, peristiwa ini disebut diesel knock

(detonasi). Rabiman dan Arifin (2011: 10) menjelaskan untuk mencegah

terjadinya diesel knock, perlu dicegah kenaikan tekanan yang tiba-tiba, yaitu

untuk membuat campuran yang mudah terbakar pada temperatur yang rendah,

memperpendek waktu pembakaran tertunda, atau mengurangi jumlah bahan bakar

yang diinjeksi selama waktu pembakaran tertunda.

b. Keterlambatan Penyalaan

Bahan bakar yang disemprotkan ke dalam silinder tidak lantas langsung

terbakar, akan tetapi ada selang waktu persiapan yang diperlukan sebelum

terbakar, yaitu kira-kira 1/1000 detik (Arismunandar dan Tsuda, 2002: 14). Jika

waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini terlalu panjang atau lama maka akan

terjadi keterlambatan pengapian. Umumnya hal ini terjadi karena tekanan dan

temperatur yang tercipta pada saat akan mulai pembakaran tidak bisa tercapai

setinggi sebagaimana mestinya.

7. Gas Buang pada Motor Diesel

Pada motor diesel, besarnya emisi dalam bentuk opasitas (ketebalan asap)

tergantung pada banyaknya bahan bakar yang disemprotkan (dikabutkan) ke

dalam silinder, karena pada motor diesel yang dikompresikan adalah udara murni

(Arifin dan Sukoco, 2009: 35).

Page 36: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

23

Gambar 2.5 Komposisi Gas Buang

(Arifin dan Sukoco, 2009: 34)

Berdasarkan gambar 2.5 sebagian gas buang terdiri dari 72% N2, 18.1%

CO2, 8.2% H2O, 1.2% Gas Argon (gas mulia), 1.1% O2 dan 1.1% gas beracun

yang terdiri dari 0.13% Nox, 0.09% HC dan 0,9% CO.

Pada motor diesel polusi udara oleh gas buang dan bunyi pembakaran

motor diesel merupakan gangguan terhadap lingkungan. Komponen komponen

polutan gas buang yang membahayakan itu antara lain adalah asap hitam (angus),

hidro karbon yang tidak terbakar (UHC), karbon monoksida (CO), oksida nitrogen

(NO) dan NO2. NO dan NO2 biasa dinyatakan dengan NOx (Arismunandar dan

Tsuda 2002: 51-52). Adapun polutan-polutan dari gas buang yang sangat

mengganggu kesehatan adalah NO2, HC, dan CO (Kusuma, 2002: 96). Namun

jika dibandingkan dengan motor bensin, motor diesel tidak banyak mengandung

CO dan UHC. Di samping itu, kadar NO2 sangat rendah jika dibandingkan dengan

NO. jadi, boleh dikatakan bahwa komponen polutan utama gas buang motor

diesel yang membahayakan adalah NO dan asap hitam.

Arifin dan Sukoco (2009: 41-43) menjelaskan faktor-faktor yang

menyebabkan timbulnya polutan pada gas buang motor diesel antara lain:

N2

71%

CO2

18%

Gas Argon

1% H2O

8%

Gas

Beracun

1%

O2

1%

Page 37: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

24

a. Unsur oxygen (udara) sebagai gas pembakar kurang atau tidak cukup.

b. Dinding pada ruang bakar yang bertemperatur rendah, dimana temperatur itu

tidak mampu melakukan pembakaran sehingga menimbulkan HC.

c. Suhu di dalam ruang bakar terlalu tinggi sehingga terbentuk NO

d. Adanya residu karbon yang tidak terbakar dalam ruang bakar dan keluar

melalui pipa gas sehingga menghasilkan partikulat.

Kristanto, (2015: 208) menyatakan jelaga karbon menyala pada temperatur

sekitar 550 - 5600C, sedangkan temperatur buang motor diesel 150-350

0C pada

kondisi operasi normal. Kesimpulannya penyebab utama dari emisi ini adalah

pembakaran non-stokiometri, pemisahan nitrogen dan kotoran pada bahan bakar

dan udara. Empat produk emisi utama motor pembakaran dalam adalah

hodrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), oksida nitrogen (N0x) dan partikulat

padat. Partikulat merupakan partikel karbon padat yang dibentuk di dalam motor

diesel dan nampak sebagai asap hitam pada pembuangan.

Asap hitam membahayakan karena mengeruhkan udara sehingga

menggangu pandangan, tetapi juga karena adanya kemungkinan mengandung

karsinogen (Arismunandar dan Tsuda, 2002: 52). Motor Diesel yang

mengeluarkan asap hitam yang sekalipun mengandung partikel karbon yang tidak

terbakar tetapi bukan karbon monoksida (CO). Jika partikel karbon yang tidak

terbakar yang terjadi terlalu banyak, gas buang yang keluar dari mesin akan

berwarna hitam dan mengotori udara.

Suhartanta dan Arifin (2008: 28) mengartikan kepekatan asap (opasitas)

adalah kemampuan asap untuk meredam cahaya, apabila cahaya tidak bisa

menembus asap, maka kepekatan asap tersebut dinyatakan 100 persen (%).

Page 38: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

25

Apabila cahaya bisa melewati asap tanpa ada pengurangan intensitas cahaya maka

kepekatan asap tersebut dinyatakan sebagai 0% (nol persen). Semakin tinggi

opasitasnya, artinya semakin tinggi tingkat persentase tidak nampaknya suatu

benda akibat emisi gas buang.

Suhartanta dan Arifin (2008: 28) menjelaskan terbentuknya opasitas

sebagai penyumbang zat pencemar ke udara terjadi karena campuran udara dan

bahan bakar saat proses kompresi penyemprotannya tidak sebanding (terlalu

banyak bahan bakar) sehingga menghasilkan gas buang yang mengandung

partikulat berlebihan. Partikulat ini terutama terdiri dari jelaga yang terjadi secara

ringkas dimana oksigen mengalami kekurangan HC dalam kondisi temperatur

tinggi sehingga mengalami dekomposisi termal dan terjadi dehidrogenisasi (reaksi

kimiawi yang melepaskan atom hidrogen) dan diikuti polimerisasi (reaksi kimia

yang menggabungkan dua molekul kecil atau lebih untuk membentuk molekul

yang lebih besar) sehingga terjadi pertumbuhan inti partikel (Setyadji dan

Susiantini, 2007: 199).

Baku mutu batas kepekatan gas buang (opasitas) ditetapkan dalam

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.05/MENLH/1/2006 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Kendaraan kategori M, N dan O

Kategori

Tahun

Pembuatan

Parameter Mettode

Uji CO (%) HC

(ppm)

Opasitas

(%)

Berpenggerak motor

bakar penyalaan

kompresi (diesel)

Idle

Percepatan

Bebas

- Berat ≤ 3.5 ton < 2010

≥ 2010

- - 70

40

- Berat > 3.5 ton < 2010

≥ 2010

- - 70

50

Sumber: (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia)

Page 39: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

26

Keterangan :

Kategori M = kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk

angkutan orang

Kategori N = kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk

angkutan barang

Kategori O = kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau tempel

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian tentang penggunaan media pemanas bahan bakar guna

untuk meningkatkan performa dan pengendalian emisi gas buang telah banyak

dibuat dalam penelitian terdahulu. Adapun penelitian tersebut adalah:

Supriyana dan Hidayat (2015: 237) yang berjudul Optimalisasi Kinerja

Motor Diesel dengan Sistem Pemanas Bahan Bakar, menyatakan bahwa dengan

adanya penambahan media alat pemanas terjadi peningkatan sebesar 3,5% dari

kondisi standart pada suhu 550C, sedangkan pada suhu 65

0C terjadi peningkatan

3,8% dari kondisi standart. Peningkatan daya disebabkan oleh alat pemanas yang

mengakibatkan viskositas bahan bakar menurun sehingga penginjeksian bahan

bakar keruang bakar akan lebih homogen sehingga bahan bakar akan lebih mudah

terbakar dan kerja dari poros engkol juga akan lebih ringan karena pemanasan

mengakibatkan mudahnya bahan bakar diinjeksikan dan secara otomatis daya dari

poros engkol dapat dimaksimalkan untuk menggerakan beban.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sutomo dkk, (2011: 124) yang

berjudul Pengaruh Suhu Bahan Bakar terhadap Keperluan Bahan Bakar Pada

Motor Diesel Satu Silinder 20 HP Dengan Elektroliser, pemanasan bahan bakar

dilakukan dari 300C sampai 70

0C menunjukkan penurunan viskositas solar

Page 40: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

27

sehingga memungkinkan proses pembakaran yang lebih sempurna. Semakin

tinggi temperatur pemanas bahan bakar maka viskositas dan densitas (massa jenis)

bahan bakar akan semakin menurun yang akan memudahkan proses terjadinya

pembakaran yang lebih sempurna.

Penelitian yang dilakukan oleh Soares dkk, (2013: 33) menemukan bahwa

penggunaan medan elektromagnet sebagai pemanas awal dan hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa pemanasan pada bahan bakar berpengaruh terhadap

daya motor diesel 4 tak 4 silinder. Pemberian medan magnet yang berbasis

elektromagnetik berpengaruh terhadap daya dan kepekatan gas buang. Pengaruh

pemanasan dan medan magnet tersebut adalah bahan bakar menjadi lebih mudah

terbakar atau menjadi lebih mudah bereaksi, sehingga pembakaran menjadi lebih

efektif. Kepekatan gas buang bahan bakar campuran minyak jarak lebih kecil.

Kepekatan gas buang terkecil terjadi pada variasi campuran bio solar dan minyak

jarak dengan perbandingan 50:50 sebesar 12%. Pemanasan bahan bakar juga

menyebabkan kepekatan menjadi lebih kecil.

Kemudian dari penelitian tersebut menjadi landasan dalam penelitian ini

yang menyatakan bahwa media pemanas sangat berpengaruh terhadap

menurunnya emisi gas buang motor diesel.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Kepekatan polutan gas buang pada motor diesel dapat dikurangi dengan

melakukan berbagai cara, salah satunya dengan penambahan media pemanas

bahan bakar agar viskositas bahan bakar munurun. Jika media pemanas bekerja

maka viskositas bahan bakar menurun setelah diinjeksikan kedalam ruang bakar

Page 41: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

28

dan membentuk butiran-butiran yang lebih halus untuk campuran bahan bakar dan

udara yang lebih homogen karena terjadi pemuaian volume yang menyebabkan

butir-butir bahan bakar akan lebih mudah menguap sehingga memperhalus butiran

bahan bakar dan memudahkan proses pembakaran sehingga bahan bakar dapat

terbakar seluruhnya.

Pemanasan bahan bakar dapat meningkatkan unjuk kerja motor bakar. Hal

ini dimungkinkan karena dengan memberikan panas awal pada bahan bakar, maka

bahan bakar akan menjadi jenuh dan mengakibatkan suhu bahan bakar mendekati

titik nyalanya, sehingga mudah terbakar, yang berarti pemanasan awal dapat

memperbaiki pembakaran sehingga dapat menurunkan tingkat opasitas

(kepekatan) polutan gas buang motor diesel karena homogenitas bahan bakar yang

terjadi akibat pemanasan bahan bakar.

Untuk itu peneliti berinisiatif melakukan uji coba penggunaan elemen

pemanas bahan bakar bio solar dengan kerangka pikir secara skematik berikut ini:

Gambar 2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Pemanasan Bahan Bakar Bio Solar dengan Solheater

Menurunkan viskositas

bahan bakar

Campuran bahan bakar

dan udara lebih homogen

Menurunkan tingkat

kepekatan gas buang

Page 42: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

29

D. Hipotesis

Berdasarkan pembahasan dalam kerangka berfikir dapat disimpulkan

bahwa pemanasan bahan bakar bio solar dapat menurunkan kadar polutan gas

buang, sehingga hipotesis awal yaitu:

1. Pemanasan bahan bakar bio solar berpengaruh terhadap tingkat kepekatan

polutan gas buang motor diesel.

2. Pemanasan bahan bakar berpengaruh terhadap persentase tingkat kepekatan

polutan gas buang motor diesel.

Page 43: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

49

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan data dan hasil uji coba pada penelitian pengaruh variasi

pemanasan bahan bakar bio solar dengan solheater terhadap polutan gas buang

dengan obyek penelitian engine stand mesin Isuzu Panther seri C 223 dapat

disimpulkan bahwa:

1. Penambahan variasi pemanasan bahan bakar bio solar berpengaruh terhadap

tingkat kepekatan polutan gas buang motor diesel.

2. Pada putaran 1000 dan 1500 rpm tingkat kepekatan terendah diperoleh pada

variasi pemanasan bahan bakar dengan TE50 yaitu pada rpm 1000 sebesar

4.10% dan pada rpm 1500 sebesar 3.80%, sedangkan pada putaran 2000 dan

2500 rpm tingkat kepekatan polutan terendah diperoleh pada variasi

pemanasan bahan bakar dengan TE60 yaitu pada rpm 2000 sebesar 4.50% dan

rpm 2500 sebesar 4.90%.

B. Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji coba dan hasil penelitian yang telah dilakukan pada

mesin isuzu panther C 223 ada beberapa saran pemanfaatan hasil penelitian antara

lain:

1. Untuk pengujian lebih lanjut dapat menggunakan putaran mesin yang lebih

tinggi dari penelitian yang sudah dilakukan agar dapat diketahui besar

persentase kepekatan polutan gas buang saat putaran tinggi di atas 2500 rpm.

Page 44: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

50

2. Untuk mengurangi tingkat kepekatan polutan gas buang pada motor diesel

dapat menggunakan alat pemanas bahan bakar (solheater) dengan penambahan

variasi pemanas bahan bakar.

Page 45: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

51

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. dan Sukoco. 2009. Pengendalian Polusi Kendaraan. Bandung:

Alfabeta.

Arismunandar, W. dan Tsuda, K. 2002. Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta: PT

Pradnya Paramita.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2016. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis 1987-2013. (ONLINE),

http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1413. Diakses pada 12

Februari 2016.

Boedoyo, M. S. . 2010. Teknologi Proses Pencampuran Bio-Diesel dan Minyak

Solar di Indonesia. Prospek Pengembangan Bio-fuel sebagai Substitusi Bahan Bakar Minyak. Hal 51-61.

Doloksaribu, G. 2014. Bahan Bakar & Pelumas. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Ellyanie. 2011. Pengaruh Penggunaan Three-Way Catalytic Converter terhadap

Emisi Gas Buang pada Kendaraan Toyota Kijang Innova. Prosiding Seminar Nasional Avoer, Hal. 437-445 ISBN: 979-587-39-4.

Fajar, dkk. 2009. Kaji Eksperimental Pengaruh Temperatur Biodiesel Minyak

Sawit Terhadap Performansi Mesin Diesel Direct Injection Putaran

Konstan. Rotasi. Vol. 11 No. 3 Hal 28-31.

Herizal dan Anwar, C. 2015. Pembuatan Biodisesel Dari Minyak Kemiri Sunan

Via Hidrogenisasi Katalik Bahan Baku Dengan Katalis Ni y Al2 03.

Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi Lemigas), Vol. 49 No. 1

Hal 53-60.

Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor: 978..K/10/DJM/2013 Tentang spesifikasi bahan bakar minyak solar 48. 2013. Jakarta.

Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 13483.K/24/DJM/2006 Tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati Jenis Bio-Diesel yang Dipasarkan di dalam Negeri. 2006.

Jakarta.

Kristanto, P. 2015. Motor Bakar Torak (Teori dan Aplikasinya). Yogyakarta: CV.

Andi Offset.

Kusuma, G.B.W. 2002. Alat Penurun Emisi Gas Buang Pda Motor, Mobil, Motor

Tempel Dan Mesin Pembakaran Tak Bergerak. Makara Teknologi. Vol. 6

no. 3 Hal 95-101.

Page 46: UNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN …lib.unnes.ac.id/30925/1/5202412006.pdfUNJUK KERJA PERLAKUAN PEMANASAN BIO SOLAR DENGAN SOLHEATER TERHADAP POLUTAN GAS BUANG MOTOR

52

LIPI. 2005. Membantu Pengurangan Biaya Operasional Nelayan: Menghemat

BBM Dengan Rekayasa Fisika Molekul. (ONLINE),

http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1115502566&5. Diakses

pada 11 agustus 2016.

Maleev, 1995. Operasi Dan Pemeliharaan Mesin Diesel. Translated by

Priambodo, Bambang. Jakarta: Erlangga

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05/MENLH/1/2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. 2006. Jakarta

Rabiman dan Arifin, Z. 2011. Sistem Bahan Bakar Motor Diesel. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Raharjo, W.D. dan Karnowo. 2008. Mesin Konversi Energi. Semarang:

Universitas Negeri Semarang Press.

Soares, J. dkk. 2013. Pengaruh Pemanasan awal dan Medan Elektromagnet

Biodiesel Terhadap Daya dan Kepekatan Gas Buang pada Motor Diesel 4

Tak 4 Silinder. Proton. Vol. 5. 1. Hal 29-33.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhartanta dan Arifin, Z. 2008. Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar Sebagai Bahan

Bakar Alternatif Mesin Diesel. Jurnal Penelitian Saintek. Vol. 13 Nomor

1: Hal 19-46.

Sukoco dan Arifin, Z. 2013. Teknologi Motor Diesel. Bandung: Alfabeta.

Supriyana, N. dan Hidayat, T. 2015. Optimalisasi Kinerja Motor Diesel Dengan

Sistem Pemananasan Bahan Bakar. Jurnal Simetris. Vol. 6 No. 2 Hal 237-

242.

Supraptono. 2004. Bahan Bakar dan Pelumasan. Buku Ajar. Semarang: Jurusan

Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Sutomo, dkk. 2011. Pengaruh Suhu Bahan Bakar Terhadap Keperlun Bahan

Bakar Pada Motor Diesel Satu Silinder 20 HP Dengan Elektroliser. Gema Teknologi. Vol. 16 No 3. Hal 122-125.

Uno, A.S.Y. 2013. Diesel Semakin Efisien, Tinggal Persepsi Penggunaannya.

Mobil Motor. No. 06/XLII/27 Maret-9 April. Hal 54-56.

Setyadji, M. dan Susiantini, E. 2007. Pengaruh Penambahan Biodiesel Dari

Minyak Jelantah Pada Solar Terhadap Opasitas Dan Emisi Gas Buang CO,

CO2 Dan HC. Prosiding PPI-PDIPTN, Hal 190-200 ISSN 0216-3128.