universitas pasundan bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/bab ii kajian teori acc.doc · web...

72
1 BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran 1. Pengertian model pembelajaran Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mecapai tujuan belajar. Dapat diartikan suatu pendekatan yang digunakn dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala aktifitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar (Istarani,2011: h.3). Menurut Joyje dan Weil ( 1980 ) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

1

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mecapai tujuan belajar. Dapat

diartikan suatu pendekatan yang digunakn dalam kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi

segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru

serta segala aktifitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak

langsung dalam proses belajar mengajar (Istarani,2011: h.3).

Menurut Joyje dan Weil ( 1980 ) mengemukakan bahwa model pembelajaran

adalah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran lebih terfokus pada upaya

mengaktifkan siswa lebih banyak dibandingkan guru namun tetap dalam ruangan

lingkup pembelajaran suatu tema tentu yang jelas dapat mencapai tujuan pada saat

tertentu tersebut dengan pembuktian indikator-indikator tertentu pula.

Page 2: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

2

2. Manfaat model pembelajaran

a. Bagi Guru.

1. Memudahkan dalam melaksanakan tugas pemeblajaran sebab telah jelas

langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia,

tujuan yang hendak dicapai kemampuan daya serap siswa, serta

ketersediaan media yang ada.

2. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas siswa dalam

pembelajaran.

3. Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap prilaku siswa secara

personal maupun kelompok dalam waktu relative singkat.

4. Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajarn siswa

secar terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan

( tidak sekedar mengisi kekosongan).

5. Memudahkan untuk menyusun vahan pertimbangan dasar dalam

merencanakan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka memperbaiki atau

menyempurnakan kualitas pembelajaran.

b. Bagi siswa

1. Kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran.

Page 3: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

3

3. Mendorong semangat belajar serta keterkaitan mengikuti pebelajran secara

penuh.

4. Dapat melihat atau membaca belajar kemampuan pribadi

dikelompokannya secara objektif.

B. Model Pembelajaran Tematik

1. Hakikat Model Pembelajaran Tematik

Menurut Rusman (2012: h.254) mengatakan bahwa:

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.

Sedangkan menurut Trianto (2009: h.84) menyatakan bahwa:

Pembelajaran tematik/terpadu merupakan suatu model yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai Kompetensi Dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan standar keterkaitan

Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Tema dan Masalah yang dihadapi.

Jadi berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pembelajaran tematik adalah sebuah sistem pembelajaran yang memadukan

beberapa Kompetensi Dasar dari mata pelajaran. Dalam memadukan beberapa

mata pelajaran tersebut dihubungkan oleh sebuah tema.

Page 4: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

4

2. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Tematik

a. Kelebihan model pembelajaran tematik

Model pelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan. Menurut Trianto

(2009: h.89) mengemukakan bahwa kelebihan model pembelajaran tematik bagi

siswa antara lain sebagai berikut:

1) Bisa lebih memfokuskan diri dari proses belajar, dari pada hasil belajar.

2) Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif.

3) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.

4) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.

5) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresepsi dan pemahaman.

Menurut Rusman (2012: h.257-258) menyebutkan bahwa keunggulan

pembelajaran tematik adalah:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

3) Kegiatan belajara siswa akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehinnga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

4) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa.

5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.

Page 5: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

5

6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Sedangkan menurut Kunandar (2007: h.315) Pembelajaran tematik mempunyai

kelebihan yakni:

1) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.

2) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan

3) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4) Mengembangkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

5) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

6) Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

7) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Jadi berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa model pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan. Diantaranya

adalah: proses pembelajaran lebih menyenangkan karena lebih relevan dan sesuai

dengan apa yang peserta didik alami, hasil belajar akan bertahan lebih lama

karena proses pembelajaran lebih bermakna, mengajarkan siswa akan sebuah

sikap toleransi dan mengembangkan kemampuan model pembelajaran tematik.

b. Kelemahan model pembelajaran tematik

Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki

keterbatasan. Menurut Indrawati (Trianto 2009: h.90) menyebutkan bahwa

pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya

Page 6: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

6

yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut

guru untuk melakukan evaluasi proses dan tidak hanya evaluasi dampak

pembelajaran langsung saja.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran tematik menurut Kunandar

(2007:h.315) adalah:

Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru

tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam

penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk

meningkatkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu,

jika sekenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka

pencapaian stándar kompetensi dan kompetensi inti tidak akan tercapai karena

akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa nama.

Jadi berdasarkan pengertian di atas, penelitian dapat menyimpulkan bahwa

kelemahan model pembelajaran tematik terdapat pada pelaksanaannya. Dimana

jika perencanaan skenario pembalajaran tidak didukung dengan metode yang

inovatife maka setandar kompetensi dan kompetensi inti tidak akan tercapai

karena menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna. Dan juga perencanaan

dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menurut guru untuk melakukan

evaluasi proses dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung.

Page 7: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

7

3. Tahap-Tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Tematik

Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran tematik dari sumber internet

http://mgpips.wordpress.com/2008/04/01/tahap-persiapan-pelaksanaan

pembelajaran-tematik/ pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 12.30 WIB bahwa:

1. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara

menyeluruh dan utuh semua Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator

dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan

yang dilakukan adalah:

a) Penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kedalam indikator.

Melakukan kegiatan penjabaran Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dari

setiap mata pelajaran ke dalam Indikator. Dalam mengembangkan Indikator perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.

2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakeristik mata pelajaran.

3) Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur.

b) Menentukan tema

1) Cara penentuan tema

Page 8: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

8

Dalam menentuka tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

Cara pertama, mempelajari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang

terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan tema

yang sesuai.

Cara Kedua, Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat

keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasam

dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

2) Prinsip Penentuan Tema

Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:

(1) Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa

(2) Dari yang termudah menuju yang tesulit.

(3) Dari yang sederhana menuju yang kompleks.

(4) Dari yang konkrit menuju ke yang abstrak.

(5) Tema yang dipilih memungkinkan terjadinya proses berpikir pada

diri siswa.

(6) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan

siswa, termasuk minat, kebutuhan dan kemampuannya.

c) Identifikasi dan analisis Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator.

Page 9: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

9

Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Kompetensi Inti, Kompetensi

Dasar dan Indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua Kompetensi

Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator.

2. Menentukan Jaringan Tema

Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan Kompetensi Inti dan

Indikator dengan tema mempersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan

terlihat kaitan antara tema, Kompetensi Dasar dan Indikator dari setiap mata

pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan dengan alokasi dari setiap

tema.

3. Penyusunan Silabus

Hasil seluruh poses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya

dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari

Kompetensi inti, Kompetensi Dasar dan Indikator, pengalaman belajar,

alat/sumber dan penilaian.

4. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari

pengalaman belajar siswa telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran.

Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:

Page 10: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

10

a. Indentitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan,

kelas, sementar dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang

dialokasikan).

b. Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan dilaksanakan.

c. Materi pokok beserta uraian yang perlu dipelajari sisiwa dalam rangka

mencapai Kompetensi Dasar dan Indikator.

d. Strategi pembelajaran kegiatan pembelajaran secara konkrit yang harus

dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan

sumber belajar untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Indikator,

kegiatan ini terulang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup.

e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian

Kompetensi Dasar, serta sumber yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran tematik sesuai dengan Kompetensi Dasar yang harus

dikuasai.

f. Penialaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan

digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak

lanjut hasil belajar).

Sedangkan menurut Rusman (2012: h.260-261) mengemukakan bahwa dalam

merancang pembelajarn tematik di sekolah dasar bisa dilakukan dengan dua

cara yaitu:

Page 11: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

11

Pertama, dimualai dari menetapkan terlebih dahulu tema-tema tertentu yang akan dijadikan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan memetakan kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang di perkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Tema-tema ditetapkan dengan memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa, dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari hal yang konkrit menuju ke hal yang abstrak. Kedua, dimulai dengan mengidentifikasi Kompetensi Dasar dari beberapa mata pelajaran yang memiliki hubungan, dilanjut dengan penetapan tema pemersatu. Dengan demikian tema pemersatu tersebut ditentukan setelah mempelajari Kompetensi Dasar dan Indikator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran pada salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan.

Jadi menurut beberapa penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpilkan bahwa

tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah pertama yang harus

dilakukan adalah menentukan tema yang akan memadukan beberapa pelajaran

dengan membuat pemetaan tema berdasarkan Kompetensi Dasar, Kemudian

membuat jejaring tema, lalu menyusun silabus tematik dan rencana pembelajaran

tematik.

C. Pendekatan Saintifik

1. Esensi Pendekatan Saintifik/Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu

kurikulum 2013 mengamatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan

pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam

pendidikan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih

Page 12: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

12

mengedepankan pelalaran induktif (Inductive reasoning) dibandingkan dengan

penalaran deduktif (deductive reasoning).

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik

simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena

atau situasi spesifik untuk kemudian meanarik simpulan secara keseluruhan.

Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik kedalam relasi

yang leih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan

kejadian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atau suatu atau beberapa

fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru atau mengoreksi dan

memadukan pengetahuan sebelumnya.

Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarían (method of inquiry) harus

berbaris pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur

dengan prisip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya

memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau

ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi

dan menguji hipótesis.

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Menurut peremdikbud Nomor 81 Tahun 2013 lampiran IV, proses

pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

Page 13: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

13

a. Mengamati

b. Menanya

c. Mengumpulkan informasi/eksperimen

d. Mengasosialisasikan/mengolah informasi dan

e. Mengkomunikasikan

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan

sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Karakteristik antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar Dan Maknanya

Langkah

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang

Dikembangkan

Mengamati. Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

Menanya. Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat holistik.

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Mengumpulkan - Melakukan eksperimen Mengembangkan sikap

Page 14: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

14

informasi/eksperimen.

- Membaca sumber lain selain buku teks

- Mengamati objek/kejadian

- Aktivitas wawancara dengan narasumber .

teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, merepakan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, megembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/ mengolah informasi.

- Mengolah informasi yang sudah disimpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan yang dikumpulkan.

- Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah kelasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja kers, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Mengkomunikasikan. Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti toleransi, kemapuan berfikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Page 15: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

15

D. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Suherman (2003: h.7) Model pembelajaran dimaksudkan sebagai

pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi,

pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Winataputra (2010: h.7.17) kegiatan

belajar melalui pemecahan masalah bermanfaat untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi, mengembangkan kemampuan

berfikir alternatife dan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatife

yang tersedia.

Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model

pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru

dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode dan teknik

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Belajar terjadi dari aksi

siswa dan pendidik hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas

kontruksi pengetahuan oleh pembelajaran. Pendidik harus memusatkan

perhatiannya untuk membantu peserta didik dalam mencapai keterampilan self

directed learning (pembelajaran yang berpusat pada siswa).

Menurut Nurhadi ( 2004: h.109) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir

Page 16: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

16

kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan

dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Barrow (Yuliana Septiana, 2011:h.15) mengemukakan pendapat mengenai

PBL, yaitu:

Instead of promoting a teacher-centered learning environment, PBL places students in the center of the intruksional paradigm. This shift in pedagogical focus requires students to take control of their own learning by” identifying what they need to know to better understand to manage the problem on which they are working and determining where they will will that information.

Barrow berpendapat bahwa, PBL dapat menjadikan pembelajaran berpusat

pada siswa. Dengan menerapkan metode PBL, siswa dapat mengontrol sendiri

proses pembelajaran. Siswa dapat mengidentifikasi apa yang ingin mereka

pelajari, mengendalikan masalah yang muncul dan bagaimana mencari sumber

informasinya.

Dari konsep yang diungkapkan peneliti mengenai PBL, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

adalah proses kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan atau

memunculkan masalah dunia nyata sebagai bahan pemikiran bagi siswa dalam

memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi pelajran.

Menurut Tan (Rusman 2010:h.229) Pembelajaran Berbasis Masalah (

Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran, karena dalam

PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses

kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,

Page 17: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

17

mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikir secara

berkesinambungan.

Sedangkan menurut Ibrahim dan Nur (2002:h.2) mengemukakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang

digunakan untuk merancang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang

berorientasi pada maslah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana

belajar.

Jadi, kesimpulanya penggunaan model Problem Based Leraning (PBL) juga

bisa disebut Pembelajara Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu proses belajar

dengan mengeluarkan kemampuan siswa dengan betul-betul dioptimalisasikan

melalui proses kerja kelompok atau tim yang sitematis, sehingga siswa dapat

memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan

berfikirnya secara berkesinambungan yang berorientasi pada masalah dunia nyata.

Karena perkembangan intelektual siswa terjadi pada saat individu berhadapan

dengan pengalaman serta ketika mereka berusaha memecahkan masalah yang

dimunculkan.

1. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Tan (Rusman, 2010, h.232) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk

melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk

menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Page 18: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

18

Adapun karakteristik PBM menurut Rusman (2010, h.232) adalah sebagai

berikut:

a. Permasalahan menjadi starting ponit dalam belajar;b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

yang tidak terstruktur;c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspektif);d. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;g. Belajar adalah kolaboratif, komunikatif dan kooperatif;h. Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan

j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Di samping memiliki karakteristik seperti disebutkan di atas, strategi belajar

berbasis masalah (PBM) juga harus dilakukan dengan tahap-tahap tertentu.

Menurut Fogarty (Made Wena, 2011, h.92), tahap-tahap strategi belajar berbasis

masalah ada pada halaman berikut:

a. Menemukan masalah,b. Mengidentifikasikan masalah,c. Mengumpulkan fakta,d. Menyusun hipotesis (dugaan sementara),e. Melakukan penyelidikan,f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan,g. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif, danh. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.

Page 19: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

19

Adapun alur proses Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menurut Rusman

(2010, h.233) dapat dilihat pada flowchart berikut ini:

Gambar 2.1

Keberagaman Penggunaan PBM

2. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Rusman (2010, h.238) tujuan PBL adalah penguasaan isi belajar dari

disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBL juga

berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide

learning), keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim, dan

keterampilan berpikir reflektif dan evluatif.

Prof. Howard dan Kelson (Amir, 2009, h.21) ikut andil dalam

menggungkapkan pendapatnya mengenai PBL, kedua orang tersebut

mengungkapkan bahwa PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran.

Kesimpulan, Integrasi dan Evaluasi

Analisis Masalah danIsu Belajar

Pertemuan dan Laporan

Penyajian Solusi dan Refleksi

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

Page 20: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

20

Maksudnya adalah bahwa di dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah

yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka

mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta

memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

Dari pengertian ini kita dapat mengetahui bahwa pembelajaran berbasis

masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk

membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada

siswa saat proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat

mengembangkan kemampuan berpikir serta pemahaman siswa, cara memecahkan

masalah, mengembangkan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang

dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata yang telah mereka

alami sebelumnya ataupun simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.

PBL merupakan salah satu pendekatan yang mempunyai harapan lebih baik

dalam meningkatkan hasil belajar terhadap pembelajaran tematik yang sesuai

dengan tujuan kurikulum adalah penggunaan Model Problem Based Learning

(PBL). Problem Based Learning (PBL) pertama kali diperkenalkan pada awal

1970-an di Universitas MC Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu

upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-

pertanyaan sesuai situasi yang ada.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk:

a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

pemecahan masalah,

Page 21: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

21

b. Belajar peranan orang dewasa yang otentik.

c. Menjadi siswa yang mandiri.

d. Untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat

kemungkinan transfer pengetahuan baru.

e. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif.

f. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

g. Meningkatkan motivasi belajar siswa.

h. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru

i. Meningkatkan keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan tim.

j. Memiliki keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif.

3. Ciri-Ciri Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan tujuan yang dikemukakan di atas, maka dalam melaksanakan

proses pembelajaran PBL ini, terdapat ciri-ciri model Pembelajaran Berbasis

Masalah menurut Arends, terdiri dari:

a. Pertanyaan atau masalah perangsang. Alih-alih mengorganisasikan pelajaran di seputar prinsip akademis atau keterampilan tertentu, Pembelajaran Berbasis Masalah mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa. Mereka menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban sederhana dan ada berbagai solusi yang competing untuk menyelesaikannya.

b. Fokus interdisipliner. Meskipun Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dipusatkan pada subjek tertentu (sains, matematika, sejarah), tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek. Sebagai contoh, masalah polusi yang muncul dipelajaran Chesapeake Bay menyangkut beberapa subjek akademik maupun terapan yang meliputi biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.

c. Investigasi autentik. Pembelajaran Berbasis Masalah mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil. Mereka harus menganalisis dan menetapkan

Page 22: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

22

masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bilamana mungkin), membuat inferensi, dan menarik kesimpulan. Metode-metode investigative yang digunakan tentu bergantung pada sifat masalah yang diteliti.

d. Produksi artefak dan exhibit. Pembelajaran Berbasis Masalah menuntut siswa untuk mengonstruksikan produk dalam bentuk artefak dan exhibit yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi mereka. Bentuk itu bisa berbentuk debat bohong-bohongan, seperti dalam pelajaran “Roots andWings”; bisa berbentuk laporan, model fisik, video, atau program komputer. Artefak dan exhibit yang nanti akan dideskripsikan, dirancang oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada orang lain apa yang telah mereka pelajari dan memberikan alternatif yang menyegarkan untuk makalah wajib atau ujian tradisional.

e. Kolaborasi. Pembelajaran Berbasis Masalah ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja bersama siswa-siswa lain, paling sering secara berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Bekerja bersama-sama memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk melakukan penyelidikan dan dialog bersama dan untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.

Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri utama

Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau

masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik,

kerjasama, dan menghasilkan karya serta peragaan.

4. Kriteria Bahan Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan tujuan dan ciri-ciri Problem Based Learning (PBL) yang telah

dijabarkan di atas, maka kriteria pemilihan bahan pembelajaran berbasis masalah

diantaranya:

a. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik

yang bisa bersumber dari berita, rekaman, video dan lain sebagainya.

Page 23: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

23

b. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,

sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.

c. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan

kepentingan orang banyak, sehingga terasa manfaatnya.

d. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi

yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minta siswa sehingga setiap siswa

merasa perlu untuk mempelajarinya.

5. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL)

PBL memiliki langkah-langkah dalam proses pembelajarannya, sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Jauhar (2001, h.88) sebagai berikut:

a. Tahap 1: Orientasi siswa pada masalahPada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan.

b. Tahap 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajarPada tahap ini guru membantu siswa dalam mengartikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut, guru menyampaikan informasi-informasi kepada siswa untuk menambah pengetahuan dasar siswa mengenai masalah yang ditelusuri.

c. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompokPada tahap ini guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang dibahas, menyaring informasi dan mengolahnya untuk mendapatkan penjelasan dalam pemecahan masalah.

d. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan karyaPada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan penyajian karya yang nantinya akan dipresentasikan bersama teman sekelompoknya di depan kelas.

e. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalahPada tahap terakhir ini, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau perbaikan sebagai bahan evaluasi terhadap penyelidikan mereka pada masalah dan membantu dalam proses-proses yang mereka gunakan dalam mencari suatu solusi dalam memecahkan masalah.

Page 24: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

24

Berdasarkan kutipan di atas bahan alam penyelidikan suatu masalah, maka

hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.

Periksa pemahaman seorang guru tentang skenario dengan mendiskusikan hal

itu dalam kelompok guru. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif

dalam menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah

situasi pemecahan masalah nyata, setiap guru akan harus secara aktif mencari

informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

b) Daftar hipotesis, ide, atau firasat

Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide

tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Seorang guru juga akan

mendukung atau menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan. Daftar ide yang

berbeda lain yang perlu ditangani.

c) Daftar apa yang dikenal

Buat pos berjudul “Apa yang kita ketahui?” pada selembar kertas. Kemudian

temukan informasi yang terkandung dalam skenario.

d) Mengembangkan sebuah pernyataan masalah

Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis seorang guru apa yang

diketahuinya. Dalam satu atau dua kalimat guru harus dapat menjelaskan apa yang

kelompok siswa sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi,

menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi

sebagai informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.

Page 25: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

25

e) Daftar apa yang dibutuhkan

Siapkan daftar pertanyaan kita sebagai seorang guru, pikir perlu dijawab

untuk memecahkan masalah. Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul:

“Apa yang kita perlu tahu?” Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai.

Beberapa orang mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari

untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk

informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian

yang mungkin akan terjadi online, perpustakaan, atau dalam pencarian out-of

kelas yang lain.

f) Daftar tindakan yang mungkin

Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: “Apa yang harus

kita lakukan?”. Daftar rencana kita untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin

termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi

perpustakaan.

g) Mengumpulkan dan menganalisis informasi

Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis,

dan menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang kita

kumpulkan. Kita mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Kita dapat

mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, guru mungkin akan

merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa

masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau

pendapat (berdasarkan data riset kita) mungkin tepat.

Page 26: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

26

h) Menyajikan temuan-temuannya

Siapkan laporan dimana kita membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan,

atau solusi lain yang tepat untuk masalah berdasarkan data kita dan latar belakang.

Bersiaplah untuk mendukung rekomendasinya. Jika laporan yang dibuat telah

sesuai, pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar,

grafik, atau suara. Kemudian dengan bimbingan guru siswa dapat

mempresentasikan hasil pengerjaan kelompoknya di depan kelas dan saling

memberikan informasi pada siswa lain yang berada di kelasnya.

Ibrahim dan Nur (2000: h.13) dan Ismail (2002: h.1) mengemukakan bahwa

langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan, dan

memotivasi siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah.

2. Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing pengalaman

individual/kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan

Page 27: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

27

dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yangs sesuai seperti

laporan dan membantu mereka untuk

berbagai tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka

dan proses yang mereka gunakan.

6. Pengembangan Langkah-Langkah Pembelajaran Model Problem Based

Learning (PBL)

Menurut Fogarty (Rusman, 2010, h.243) PBM dimulai dengan masalah yang

tidak terstruktur-sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan

berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu

nyata yang ada. Dari ungkapan langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL) sebelumnya, maka dapat

dikembangkan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan PBL

sebagai berikut:

a. Langkah pertama. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang

sesuai dengan model pembelajaran PBL.

Page 28: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

28

b. Langkah kedua. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran PBL.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6

orang siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjauan

dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan penilaian

keterampilan setiap individu maupun kelompok dan menjelaskan tiga aturan dasar

dalam pembelajaran menggunakan model PBL yaitu:

1) Tetap berada dalam kelas.

2) Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan

kepada guru.

3) Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik

sesama siswa dalam kelompok.

c. Langkah ketiga. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama

untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban

dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan

oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi dari spesifik sampai yang bersifat umum.

d. Langkah keempat. Memberi kesimpulan

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Page 29: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

29

e. Langkah kelima. Memberikan penghargaan

7. Manfaat dan Hambatan Pembelajaran Model Problem Based Learning

(PBL)

Apabila langkah-langkah proses pembelajaran yang terdapat pada PBL dipenuhi

dan dilaksanakan dengan benar, maka PBL memiliki potensi manfaat seperti yang

dikemukakan Amir (2010, h.27) sebagai berikut:

a. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar. Jika pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya, maka kita akan lebih ingat.

a. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan. Siswa tidak menerima materi saja akan tetapi diimbangi dengan melakukan praktik berupa mengemukakan pendapatnya dan menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap masalah yang imbasnya siswa berpikir secara kritis untuk mencari solusi dalam pemecahan masalah.

b. Mendorong siswa untuk berpikir. Siswa dianjurkan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan sesuatu, tetapi siswa dianjurkan untuk mencoba menemukan dasar-dasar ilmu atas argumennya dan fakta-fakta yang mendukung terhadap masalah.

c. Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial. Peserta didik diharapkan memahami perannya dalam kelompok dan menerima pendapat dari pandangan orang lain.

d. Membangun kecakapan belajar. Siswa harus mengembangkan bagaimana kemampuan untuk belajar mandiri dan menjadi tutor bagi siswa lain yang dianggap lemah dalam belajar.

e. Memotivasi siswa. Disinilah peran guru sebagai pendidik yang sangat menentukan dalam menyajikan suatu tema masalah dan dalam menumbuhkan rasa ingin tahu serta memotivasi siswa ketika akan melakukan pembelajaran.

Diantara manfaat yang diperoleh dari PBL, terdapat pula hambatan utama

yang ditemui dalam pembelajaran menggunakan PBL berdasarkan dengan yang

dikemukakan oleh Jauhar (2011, h.86) adalah:

Page 30: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

30

a. Untuk siswa yang malas tujuan dari PBL tidak tercapai, karena siswa telah terbiasa dengan pengajaran yang berpusat pada guru seperti mendengarkan ceramah sehingga malas untuk berpikir.

b. Relatif menggunakan waktu yang cukup lama dan menuntut keaktifan siswa untuk mencari sumber-sumber belajar, karena siswa terbiasa hanya mendapatkan materi dari guru dan buku paket saja.

c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan model ini, karena PBL merupakan model yang bertujuan untuk membahas masalah-masalah yang akan dicari jalan keluarnya sehingga berhubungan erat dengan mata pelajaran tertentu saja.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran

terutama menggunakan model PBL terdapat manfaat atau kelebihan,terutama

dalam meningkatkan pemahaman siswa atas materi ajar, meningkatkan fokus

siswa pada pengetahuan yang mereka miliki dan yang mereka pelajari di sekolah,

mendorong siswa untuk lebih berpikir kritis dan termotivasi untuk selalu belajar,

belajar bersosialisasi dengan teman kelompok dengan cara kerja tim, serta

membangun kecakapan belajar mereka.

Adapun kelemahan dari model PBL yaitu tidak semua mata pelajaran dapat

diterapkan dengan model ini, dalam proses pembelajaran memerlukan waktu yang

cukup lama dan untuk siswa yang malas tujuan dari PBL tidak akan tercapai,

karena model PBL ini menuntut keaktifan siswa untuk mencari sumber-sumber

belajar yang tidak hanya didapat dari guru dan buku paket saja.

Page 31: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

31

E. Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman ini berasal dari kata “Faham” yang memiliki arti tanggap,

mengerti benar, pandangan, ajaran. Adapun pengertian tentang pemahaman yaitu

kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan,

menjelaskan, meringkas atau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini

lebih tinggi dari pada pengetahuan.

Pengertian pemahaman menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: h.44)

mengemukakan bahwa:

Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari atau mengubah data dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

Sedangkan menurut Soedjana (2010: h. 46) dalam kamus, pemahaman

adalah: (1) Menerima arti, menyerap ide, memahami, (2) Mengetahui arti kata-

kata seperti dalam bahasa, (3) Menyerap dengan jelas fakta.

Daryanto (2008: h. 106) menjabarkan kemampuan pemahaman menjadi tiga bagian yaitu:

a. Menerjemaahkan (translation)

Pengertian menterjemaah disini bukan saja pengalihan translation arti bahasa yang satu dengan yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.

Page 32: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

32

b. Menginterpretasi (extrpretation)

Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemaahkan. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi.

c. Mengekstapolasi(extrapolation)

Agar lain dari menerjemaahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah suatu proses cara

memahami konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, menagitkan

informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau mengintegrasi

pengetahuan baru dengan skema yang sudah ada dalam pemikiran siswa dan

hasilnya dapat menjelaskan atau mengidentifikasi dan menginterprensikan suatu

informasi dengan kemungkinan yang terkait menggunakan kata-kata sendiri.

2. Tingkatan Pemahaman

Tingkat kemampuan untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti

berada tingkatannya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat.

Berikut tingkatan pemahaman yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

a. Tingkat Rendah

Pemahaman terjemah mulai dari terjemaahan dalam arti sebenarnya misalnya Bahasa Asing dan Bahasa Indonesia.

b. Tingkat Menengah

Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terpadu dengan diketahui beberapa bagian dari gerafik dengan kejadian atau peristiwa.

Page 33: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

33

c. Tingkat Tinggi

Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat dari balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalah.

3. Indikator Pemahaman

Adapun indikator-indikator keberhasilan sebagai tolak ukur dalam

mengetahui pemahaman siswa adalah:

a. Daya serap terhadap bahan penagajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b. Penilaian yang digariskan dalam indikator telah tercapai, baik secara individual maupun kelompok.

c. Siswa dapat menjelaskan, mengidentifikasi dengn kata-kata sendiri dengan cara penggungkapannya melalui pertanyaan, soal dan tes.

Menagcu pada indikator-indikator diatas berarti apabila siswa dapat

menegrjakan soal-soal yang diberikan dengan baik dan benar maka siswa

dikatakan paham.

Page 34: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

34

F. Materi

1. IPS

Tahukah kamu bahwa Indonesia terdiri atas banyak pulau, suku bangsa, tarian,

rumah adat, serta agama? Ayo, kita cari tahu lebih jauh tentang keberagaman itu.

Keberagaman Budaya

Indonesia dikenal memiliki kekayaan dan keberagaman budaya, terdiri atas

berbagai suku bangsa, agama, bahasa,adat istiadat, cara berpakaian, makanan

tradisional, dan kesenian. Kekayaan budaya tersebut perlu diperkenalkan kepada

siswa dalam rangka meningkatkan kecintaandan kebanggaan terhadap tanah air.

Sikap toleransi dalam menghadapi perbedaan perlu dikembangkan melalui

Page 35: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

35

kegiatan sehari-hari. Indonesia adalah negara yang sangat beragam budaya,

agama, dan bahasa daerahnya. Sebagai warga negara yang baik, kita wajib

menghargai keberagaman tersebut.

2. Bahasa Indonesia

Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan budaya yang berbeda-

beda, namuntetap dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Keberagaman tersebutmerupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

sehingga kita wajib mensyukurinya. Kitatidak boleh merendahkan suku bangsa

lain dan menganggap suku bangsa sendiri sebagaisuku bangsa yang terbaik.

Mengenal Suku Minang

Suku Minang sering disebut sebagai orang Padang atau Urang Awak. Mereka

adalah kelompok etnis Nusantara yang berada di Sumatra Barat.Selain bahasa

Padang, orang Minang juga menggunakan bahasa Melayu. Alat musik tradisional

Minang adalah talempong. Talempong dimainkan dengan cara dipukul. Alat

musik khas Minang lainnya yang dimainkan dengan cara ditiup adalah saluang.

Masyarakat Minang juga memiliki banyak jenis tarian, di antaranya adalah tari

Page 36: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

36

Pasambahan dan tari Piring. Tari Pasambahan biasanya ditampilkan dalam pesta

adat. Rumah adat Minang disebut rumah gadang yang terbuat dari bahan kayu.

Rendang merupakan salah satu masakan tradisional Minang yang terkenal, bahkan

telahdikenal di negara lain. Makanan khas masyarakat Minang lainnya yang juga

digemari adalah sate padang dan dendeng balado. Orang Minang gemar

berdagang dan merantau ke daerah lain. Legenda yang terkenal adalah cerita “Si

Malin Kundang”.

3. PKN

Perbedaan yang ada pada setiap daerah di Indonesia merupakan suatu anugerah

dari Tuhan yang patut kita syukuri.

Apa nama rumah adatsuku Minang?

Apa bahasa yangdigunakan oleh sukuMinang?

Apa makanan tradisionalsuku Minang?

Apa alat musik tradisional suku Minang?

apa tarian tradisional suku minang?

Page 37: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

37

4. SBDP

Sebagai anak Indonesia, aku merasa bangga terhadap keberagaman yang ada di

Indonesia.Mari kita ekspresikan kebanggaan kita melalui lagu “Aku Anak

Indonesia”.

.

G. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian Tareh Aji. Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tareh Aji pada tahun 2012

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di sekolah Dasar”

(Penelitian Tindakan Kelas pada Bab Perkembangan Teknologi di Kelas IV SDN

1Sende Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon).

Page 38: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

38

Masalah yang dihadapi peneliti adalah rendahnya nilai hasil ulangan dalam

mata pelajaran IPS pada pokok bahasan perkembangan teknologi. Hal ini ditandai

dengan jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM sebanyak 12 siswa dari

jumlah 49 siswa atau hanya 24,5% dengan nilai rata-rata 54,28. Selain itu cara

guru melaksanakan pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu hanaya

menggunakan metode ceramah.

Hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajarn berbasis masalah

dalam pembelajaran IPS menunjukan adanya peningkatan hasil belajar. Pada

siklus 1 menunjukan sebanyak 30 siswa atau sekitar 63% dari jumlah siswa di

kelas berhasil mencapai KKM dengan nilai rata-rata 62,65%. Sedangkan hasil

evaluasi siklus II mengalami peningkatan sebanyak 42 siswa atau sekitar 85% dari

jumlah keseluruhan siswa berhasil mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65.

Berdasarkan data tersebut, Tareh Aji menarik kesimpulan, bahwa dengan

penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil

belajar dan dampak positif pada pola pikir siswa, siswa lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran dan keberaniaan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan

penelitian. Penelitian diadakan dua siklus karena pada silkus II siswa telah

mencapai hasil nilai yang melebihi ketetapan KKM 65 dan persentase

keberhasilan 75%. Sikluspun dihentikan dan dinyatakan berhasil.

Page 39: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

39

Tabel 2.2

Kajian Hasil Penelitian Tareh Aji

Tahap Jumlah Peserta Didik

Tuntas

Persentase Jumlah Peserta Didik Tidak Tuntas

Persentase

Siklus I 30 63% 19 34%

Siklus II 42 85% 7 15%

2. Elis Eliah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tareh Aji pada tahun 2012

yang berjudul” Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Bagian Tumbuhan Dan

Fungsinya

Kurangnya memberikan keterampilan berfikir kritis dalam proses

pembelajaran dapat mengarahkan siswa pada kebiasaan melakukan berbagai

kegiatan tanpa mengetahui tujuan dan mengapa mereka melakukannya. Sebagai

gambaran dari hasil observasi tentang kemampuan berpikir kritis siswa pada

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Negeri Patrol 1, dengan

menganalisis hasil evaluasi ternyata hasilnya belum mencapai dengan apa yang

diharapkan.

Demikian halnya dengan siswa kelas IV SDN Patrol 1 Kecamatan

Solokanjeruk Kabupaten Bandung yang selama ini pada pembelajaran Ilmu

pengetahuan Alam (IPA) lebih menekankan kepada belajar informasi dan

Page 40: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

40

isi/materi daripada kemampuan berfikir dan pemahaman konsepnya, sehingga saat

berhadapan dengan suatu masalah, anak cenderung pasif dan kurang mampu

menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Dapat diambil sebuah contoh

prestasi belajar siswa kelas IV SDN Patrol 1 Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten

Bandung tahun pelajaran 2010 - 2011 semester 1, dari jumlah 33 orang kalau

dipersentasikan kurang dari 60% yang bisa menyelesaikan soal yang berhubungan

dengan IPAkhususnya konsep bagian tumbuhan dan fungsinya. Berdasarkan hal

ini peneliti termotivasi untuk meneliti dan mencoba menyajikan sebuah cara

pembelajaran IPA.

Pembelajaran yang masih menganut cara konvesional, yang menuntut

siswa hanya “menelan” apa yang disampaikan guru memang sulit

mengembangkan siswa mampu mengajukan pikirannya sendiri. Siswa cenderung

tampil sebagai individu yang otomatis, melakukan hal-hal yang biasa dilakukan.

Itulah yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas saat ini. Padahal Ilmu

Pengetahuan Alam tidak hanya menghafal teori-teori IPA, tetapi juga harus dapat

menerapkan dalam kehidupan.

Berdasarkan data tersebut, Elis Eliah menarik kesimpulan, bahwa dengan

penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil

belajar dan dampak positif pada pola pikir siswa, siswa lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran dan keberaniaan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan

penelitian. Penelitian diadakan tiga siklus karena pada silkus III siswa telah

mencapai hasil nilai yang melebihi ketetapan KKM 65 dan persentase

keberhasilan 75%. Sikluspun dihentikan dan dinyatakan berhasil.

Page 41: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

41

H. Kerangaka Berfikir

Pembelajaran IPS khususnya di sekolah mempunyai tujuan, agar semua siswa

memiliki kemampuan memahami konsep IPS, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep cara memecahkan masalah yang ada di

lingkungan sekitar. Salah satu masalah yang dihadapi oleh siswa yaitu sulitnya

memahami sebuah konsep, karena dalam proses pembelajaran anak kurang

dilibatkan secara aktif dan hanya disuruh untuk mencatat dan menghafal sehingga

membuat pembelajaran IPS menjadi paham.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan

strategi pembelajaran, sehingga guru tidak hanya mencatat dan menghafal tetapi

memahamai dan siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran IPS. Salah

satu strategi yang bisa digunakan untuk memotivasi siswa belajar IPS adalah

dengan cara pembelajaran bermakna. Penggunaan model Problem Based Learning

(PBL) diharapkan, dapat meningkatkan pemahaman konsep pada tema Indahnya

Kebersamaan dalam subtema Keberagaman Budaya Bangsaku, sehingga

pemahaman peserta didik dapat meningkat menjadi lebih baik.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diasumsikan dapat

membuat proses pembelajaran dapat lebih bermakna dan siswa lebih memahami

konsep pelajaran IPS terutama pada tema Indahnya Kebersamaan dalam subtema

Keberagaman Budaya Bangsaku. Menurut Nurhadi (2004: h.109) Pembelajaran

Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

Page 42: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

42

belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Menurut Tan (Rusman 2010: h. 229) Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran, karena dalam

PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui kerja

kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,

mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikir secara

berkesinambungan.

Jadi kesimpulannya penggunaan model Problem Based Learning (PBL) bisa

juga disebut pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah suatu proses belajar

dengan mengeluarkan kemampuan siswa dengan betul-betul dioptimalisasikan

melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga siswa dapat

memberdayakan, mengasah, menguji dan kemampuan berfikir secara

berkesinambungan yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Karena

perkembangan intelektual siswa terjadi ketika pada saat individu berhadapan

dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha

memecahkan masalah yang dimunculkan.

Apabila langkah-langkah proses pembelajaran yang terdapat pada PBL

dipenuhi dan dilaksanakan dengan benar, maka PBL memiliki potensi manfaat

atau kelebihan seperti yang dilakukan Amir (2010: h.27) sebagai berikut:

Page 43: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

43

a. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar. Jika pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks prakteknya maka kita akan lebih ingat.

b. Mengingat fokus pada pengetahuan yang relevan. Siswa tidak menerima materi saja akan tetapi diimbangi dengan melakukan praktik berupa mengemukakan pendapatnya dan menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap siswa yang imbasnya siswa berfikir secara kritis untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah.

c. Mendorong siswa untuk berfikir. Siswa dianjurkan tidak terburu-buru menyimpulkan sesuatu, tetapi siswa dianjurkan untuk mencoba menemukan dasar-dasar ilmu atas argumennya dan fakta-fakta yang mendukung terhadap masalah.

d. Membangun kerja tim. Kepemimpinan dan keterampilan sosial peserta didik diharapkan memahami perannya dalam kelompok dan menerima pendapat dari pandangan orang lain.

e. Membangun kecakapan belajar. Siswa harus mengembangkan bagaimana kemampuan untuk belajar sendiri dan menjadi tutor bagi siswa lain yang dianggap lemah dalam belajar.

f. Memotivasi siswa. Disinilah peran guru sebagai pendidik yang sangat menentukan dalam menayajikan suatu tema dan menumbuhkan rasa ingin tahu serta memotivasi siswa ketika akan melakukan pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran

terutama menggunakan model PBL terdapat manfaat atau kelebihan, terutama

dalam meningkatkan pemahaman siswa atas materi ajar, meningkatkan fokus

siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa pada pengetahuan yang mereka

miliki dan yang mereka pelajari di sekolah, mendorong siswa untuk lebih berfikir

kritis dan motivasi untuk selalu belajar, belajar bersosialisasi dengan teman

kelompok dengan cara kerja tim, serta membangun kecakapan belajar mereka.

Kelemahan dari model PBL itu sendiri yaitu tidak semua mata pelajaran dapat

diterapkan dengan model ini, dalam proses pembelajaran memerlukan waktu yang

Page 44: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

44

cukup lama dan untuk siswa yang malas, tujuan dari PBL tidak akan tercapai,

karena model PBL ini menuntut keaktifan siswa untuk mencapai sumber-sumber

belajar yang tidak hanya didapat dari guru dan buku paket saja.

Pengertian pemahaman menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012:

h.44) mengemukakan bahwa:

Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari atau mengubah data dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

Sedangkan menurut Soedjana (2010: h. 46) dalam kamus, pemahaman

adalah: (1) Menerima arti, menyerap ide, memahamai, (2) Mengetahui arti kata-

kata seperti dalam bahasa, (3) Menyerap dengan jelas fakta.

Daryanto (2008: h. 106) menjabarkan kemampuan pemahaman menjadi tiga bagian yaitu:

d. Menerjemaahkan (translation)

Pengertian menterjemaah disini bukan saja pengalihan translation arti bahasa yang satu dengan yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.

e. Menginterpretasi (extrpretation)

Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemaahkan. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi.

f. Mengekstapolasi(extrapolation)

Agar lain dari menerjemaahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi siaftnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Page 45: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

45

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah suatu proses cara

memahami konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, menagitkan

informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau mengintegrasi

pengetahuan baru dengan skema yang sudah ada dalam pemikiran siswa dan

hasilnya dapat menjelaskan atau mengidentifikasi dan menginterprensikan suatu

informasi dengan kemungkinan yang terkait menggunakan kata-kata sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa penggunaan Model Problem Based

Learning (PBL) diperkirakan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa

dalam mata pelajaran IPS, khususnya pada tema Indahnya Kebersamaan dalam

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku di Kelas IV. Hubungan tersebut dapat

di gambarkan dengan diagram sebagai berikut ini:

Page 46: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

46

Gambar 2.2

hubungan penggunaan model PBL dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPS

Identifikasi masalah

Masalah Proses Hasil

Penggunan

Pembelajaran

Konvensional

Ketidak pahaman

tema Indahnya

Kebersamaan

dalam subtema

Keberagaman

Budaya

Bangsaku

pembelajaran

tematik.

Penggunaan

model Problem

Based Learning

Pemahaman

konsep Tema

Indahnya

Kbersamaan

dalam

subtema

Keberagaman

Budaya

Bangsaku

pada

pembelajaran

tematik.

Page 47: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

47

I. Asumsi

Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran di atas, penulis

mengemukakan asumsi bahwa pada tataran praktis, proses pembelajaran tematik,

khususnya di tingkat sekolah dasar masih menggunakan pola-pola pembelajaran

yang sudah tidak relevan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku di Indonesia

pada masa sekarang ini. Dengan kata lain, guru-guru di tingkat sekolah dasar

masih banyak yang masih menerapkan metode ceramah selama proses

pembelajaran tematik berlangsung, sehingga tidak mengherankan apabila minat

maupun pemahaman dan hasil belajar peserta didik di tingkat sekolah dasar

terhadap mata pelajaran tematik masih minim.

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat ditarik hipotesis

tindakan sebagai berikut: Diduga, dengan menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam

pembelajaran IPS Pada tema Indahnya Kebersamaan dalam Subtema

Keberagaman Budaya Bangsaku di kelas IV SDN Sirnamanah Kecamatan

Sukajadi Kota Bandung.

Secara khusus hipotesis dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan

Page 48: Universitas Pasundan Bandungrepository.unpas.ac.id/5270/6/BAB II KAJIAN TEORI acc.doc · Web viewMerangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. Membantu

48

pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran tematik pada tema

Indahnya Kebersamaan mengenai Subtema Keberagaman Budaya

Bangsaku di kelas IV SDN Sirnamanah Kecamatan Sukajadi Kota

Bandung?

2. Bagaimana proses pembelajaran tematik dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) meningkatkan motivasi

belajar siswa pada tema Indahnya Kebersamaan mengenai Subtema

Keberagaman Budaya Bangsaku di kelas IV SDN Sirnamanah Kecamatan

Sukajadi Kota Bandung?

3. Apakah hasil motivasi belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning meningkat

pada tema Indahnya Kebersamaan mengenai Subtema Keberagaman

Budaya Bangsaku di kelas IV SDN Sirnamanah Kecamatan Sukajadi Kota

Bandung?