universitas indonesia - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20332973-t32204-christianus frans...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
STUDI KASUS 5 PERUSAHAAN PENGHASIL PRODUK KELAPA
PERIODE 2007-2011
TESIS
CHRISTIANUS FRANS BARRY 1006793164
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
JAKARTA JULI 2012
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
STUDI KASUS 5 PERUSAHAAN PENGHASIL PRODUK KELAPA
PERIODE 2007-2011
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Management
CHRISTIANUS FRANS BARRY 1006793164
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
KEKHUSUSAN MANAJEMEN KEUANGAN JAKARTA JULI 2012
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa atas berkat rahmat, karunia,
dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini
yang berjudul Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Metode Economic Value
Added (EVA) Studi Kasus 5 Perusahaan Penghasil Produk Kelapa Sawit
Periode 2007-2011.
Tesis ini merupakan hasil penelitian penulis yang disusun sebagai bagian dari
syarat dalam menyelesaikan program studi S2 dan memperoleh gelar Magister
Manajemen pada Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia.
Pada kesempatan yang berbahagia ini dengan penuh ketulusan hati penulis hendak
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini, antara
lain :
1. Bapak Prof. Rhenald Kasali, PhD., selaku Ketua Program Magister
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2. Bapak Edward Tanujaya S.E., M.Sc., selaku pembimbing yang telah dengan
sabar meluangkan waktu, pikiran, bimbingan, dan arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan karya akhir ini.
3. Seluruh staf pengajar di lingkungan Program Studi Magister Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia yang telah membagikan ilmu,
pengalaman, serta saran yang sangat berharga kepada penulis selama
menempuh pendidikan.
4. Segenap staf administrasi pendidikan (adpen) dan staf perpustakaan Magister
Manajemen UI yang senantiasa memberikan dukungan selama proses
pembelajaran serta penyusunan tesis ini.
5. Kedua orang tua, abang, kakak, adik, keluarga besar Bp. Lukas Lawun dan
Ibu C. Fransisca Rasbilla di Kalimantan Barat, serta semua handai taulan
yang telah memberikan dukungan, motivasi, kasih dan doa yang begitu besar
untuk keberhasilan penulis selama menempuh pendidikan.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Christianus Frans Barry Program Studi : Magister Manajemen Judul : Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Metode Economic
Value Added (EVA) Studi Kasus 5 Perusahaan Penghasil Produk Kelapa Sawit Periode 2007-2011.
Industri produk kelapa sawit merupakan salah satu subsector perkebunan yang memiliki peranan strategis di Indonesia. Khusus untuk perkebunan kelapa sawit saat ini Indonesia merupakan Negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Posisi strategis ini terus meningkat seiring masih besarnya potensi pengembangan perkebunan dan industry kelapa sawit di masa mendatang. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan penghasil produk kelapa sawit terus berupaya meningkatkan kinerja perseroan agar tetap dapat bertahan dan memberikan konstribusi positif bagi pengembangan perkebunan dan industry kelapa sawit di Indonesia. Di saat yang sama diperlukan analisis atas kinerja perusahaan untuk mengetahui kondisi perusahaan yang seutuhnya sebagai bahan evaluasi para pemangku kepentingan, terutama para pemegang saham dan investor. Tesis ini mencoba melihat kinerja perusahaan penghasil produk kelapa sawit dalam menciptakan nilai tambah ekonomis bagi para investor dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) selama periode 2007-2011. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa beberapa perusahaan telah secara konsisten berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi para pemegang saham, sedangkan beberapa perusahaan lain mencatatkan nilai EVA yang fluktuatif dari tahun ke tahun selama periode tersebut.
Kata kunci :
Kelapa Sawit, Crude Palm Oil, Kinerja Perusahaan, Economic Value Added.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Christianus Frans Barry Study Program : Master of Management Title : Company Performance Analysis Using Economic Value
Added (EVA) Methodology Case Study of 5 Palm Product Companies Period 2007-2011.
Palm products industry is one of the plantation sub-sector that has a strategic role in Indonesia. Especially for palm oil plantations, now Indonesia is the biggest Crude Palm Oil (CPO) producer in the world. This strategic position expanding as the magnitude of oil palm plantations potential and industrial development in the future. Henceforth, companies who produce palm oil products continue to improve their performance in order to be able to survive and contribute positively for the development of plantations and oil palm industry in Indonesia. Meantime, it is a necessity for doing performance analysis to determine the real condition of those companies as evaluation analysis for the stakeholders, particularly shareholders and investors. This thesis is concerning on the performance analysis of palm oil products based companies in creating economic value for the investors using the Economic Value Added (EVA) Methodology during 2007-2011. The result shows that some companies have consistently succeeded in creating economic value for their shareholders, while some other companies recorded fluctuative EVA during the period.
Keywords :
Palm oil, Crude Palm Oil, Company Performance, Economic Value Added.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERNYATAAN PENGESAHAN ORISINALITAS ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iv KATA PENGANTAR v ABSTRAK vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR PERSAMAAN xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 4 1.2 Perumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penelitian 4 1.4 Manfaat Penelitian 5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 5 1.6 Sistematika Penelitian 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 Economic Value Added (EVA) 7 2.1.1 Penyesuaian Akuntansi Dalam EVA 10 2.2 Net Operating Profit After Tax (NOPAT) 11 2.3 Cost of Capital 12 2.3.1 Cost of Debt 13 2.3.2 Cost of Equity 13 2.4 Adjusted Capital 14 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode EVA 16 2.6 Penelitian Terdahulu 17
BAB 3 METODE PENELITIAN 18 3.1 Skema Penelitian 18 3.2 Pemilihan Sampel 19 3.2.1 PT PP London Sumatera, Tbk. (LSIP) 20 3.2.2 PT Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI) 21 3.2.3 PT Tunas Baru Lampung, Tbk. (TBLA) 21 3.2.4 PT Sampoerna Agro, Tbk. (SGRO) 22 3.2.5 PT Sinar Mas Agro Resources & Technologies, Tbk. (SMAR) 23 3.3 Data dan Sumber Data 24
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 25 4.1 Analisis Ekonomi Makro 25 4.2 Analisis Industri 28 4.3 Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Metode EVA 29 4.3.1 Perhitungan Adjusted NOPAT 29 4.3.2 Perhitungan Cost of Capital 32 4.3.3 Perhitungan Economic Value Added 42
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
x Universitas Indonesia
4.4 Analisis Perbandingan EVA Antar Perusahaan Penghasil Produk Kelapa Sawit 45
4.5 Analisis EVA Rata-rata Industri Penghasil Produk Kelapa Sawit 48 4.6 Perbandingan Nilai EVA Dengan Kinerja Saham Perusahaan 50 4.6.1 Perbandingan Nilai EVA Dengan Kinerja Saham LSIP 50 4.6.2 Perbandingan Nilai EVA Dengan Kinerja Saham AALI 51 4.6.3 Perbandingan Nilai EVA Dengan Kinerja Saham TBLA 52 4.6.4 Perbandingan Nilai EVA Dengan Kinerja Saham SGRO 53 4.6.5 Perbandingan Nilai EVA Dengan Kinerja Saham SMAR 54
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 56
5.1 Kesimpulan 56 5.2 Keterbatasan Penelitian 57 5.3 Saran 58 5.3.1 Saran Untuk Manajemen Perusahaan 58 5.3.2 Saran Untuk Investor 58 5.3.3 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya 58
DAFTAR PUSTAKA 60
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Equity Equivalent serta pengaruhnya terhadap modal dan NOPAT
10
Tabel 2.2 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Metode EVA 16 Tabel 4.1 Produksi dan Ekspor CPO 2007-2012 (juta ton) 29 Tabel 4.2 Perhitungan Adjusted NOPAT Produsen CPO Periode 2007-2011 30 Tabel 4.3 Perhitungan Cost of Debt PT PP London Sumetera, Tbk. 32 Tabel 4.4 Perhitungan Cost of Debt PT Astra Agro Lestari, Tbk. Tabel 4.5 Perhitungan Cost of Debt PT Tunas Baru Lampung, Tbk. Tabel 4.6 Perhitungan Cost of Debt PT Sampoerna Agro, Tbk. Tabel 4.7 Perhitungan Cost of Debt PT Sinar Mas Agro Resources & Technology, Tbk. Tabel 4.8 Perhitungan Cost of Equity PT PP London Sumatera, Tbk.
33 33 34 35
36
Tabel 4.9 Perhitungan Cost of Equity PT Astra Agro Lestari, Tbk. Tabel 4.10 Perhitungan Cost of Equity PT Tunas Baru Lampung, Tbk.
36 37
Tabel 4.11 Perhitungan Cost of Equity PT Sampoerna Agro, Tbk. Tabel 4.12 Perhitungan Cost of Equity PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology, Tbk.
37 38
Tabel 4.13 Perhitungan WACC PT PP London Sumatera, Tbk. Tabel 4.14 Perhitungan WACC PT Astra Agro Lestari, Tbk.
39 39
Tabel 4.15 Perhitungan WACC PT Tunas Baru Lampung, Tbk. Tabel 4.16 Perhitungan WACC PT Sampoerna Agro, Tbk. Tabel 4.17 Perhitungan WACC PT Sinar Mas Agro Resources & Technology, Tbk. Tabel 4.18 Perhitungan EVA PT PP London Sumatera, Tbk. Tabel 4.19 Perhitungan EVA PT Astra Agro Lestari, Tbk.
40 40
41 42 42
Tabel 4.20 Perhitungan EVA PT Tunas Baru Lampung, Tbk. Tabel 4.21 Perhitungan EVA PT Sampoerna Agro, Tbk. Tabel 4.22 Perhitungan EVA PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology, Tbk.
43 43
44
Tabel 4.23 Rasio Nilai EVA atas Adjusted Capital Tabel 4.24 Nilai rata-rata EVA Industri Penghasil Produk Kelapa Sawit Tabel 4.25 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata LSIP
45 48 51
Tabel 4.26 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata AALI 52 Tabel 4.27 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata TBLA 53 Tabel 4.28 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata SGRO 54 Tabel 4.29 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata SMAR 55 Tabel 5.1 Variabel & Nilai EVA Perusahaan Penghasil Produk Kelapa Sawit 56 Periode 2007-2011
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sistematika Perhitungan EVA Gambar 2.2 Penyesuaian Akuntansi Adjusted NOPAT :
Bottom Up Approach & Top Down Approach. Gambar 2.3 Kalkulasi Modal Menggunakan Akuntansi Laporan
Keuangan : Asset Approach & Sources of Financing Approach
8 11
15
Gambar 3.1 Skema Penelitian 18 Gambar 3.2 Tingkat Atrativitas Saham-saham Produsen CPO 19 Gambar 4.1 Pergerakan Rasio Nilai EVA Terhadap Adjusted Capital
47
Gambar 4.2 Pergerakan saham LSIP 2007-2011 50 Gambar 4.3 Pergerakan saham AALI 2007-2011 51 Gambar 4.4 Pergerakan saham TBLA 2007-2011 52 Gambar 4.5 Pergerakan saham SGRO 2007-2011 Gambar 4.6 Pergerakan saham SMAR 2007-2011
53 55
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 2.1 Net Operating Profit After Taxes 12 Persamaan 2.2 Weighted Average Cost of Capital 12 Persamaan 2.3 Cost of Debt 13 Persamaan 2.4 Capital Price Alocation Model (CAPM) 13
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan prinsip dasar ekonomi, setiap entitas usaha umumnya memiliki
nature target pencapaian yang sama dalam menjalankan kegiatan usahanya yakni
berupaya memperoleh profit setinggi-tingginya. Tolok ukur finansial menjadi
acuan utama perusahaan dalam mempertahankan eksistensi usahanya. Prinsip
yang sama juga berlaku bagi para investor yang hendak menanamkan modal atas
suatu pilihan investasi, yakni berupaya memilih investasi dengan tingkat
pengembalian (return) yang optimum sesuai dengan tingkat risiko yang menyertai
pilihan investasi tersebut.
Evaluasi atas kinerja perusahaan mutlak diperlukan bagi pengambilan keputusan
investasi yang optimum bagi para investor. Di antara instrumen pengukur kinerja
yang ada, analisis fundamental menjadi salah satu pilihan yang umum digunakan
dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Dalam metode ini, kinerja perusahaan
diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan pada suatu periode tertentu. Beberapa
rasio yang sering digunakan antara lain : Return on Investment (ROI), Return on
Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER), Price to Book
Value (PBV). Keputusan pemilihan analisis rasio tersebut umumnya dikarenakan
perhitungannya yang relatif mudah karena tersedia pada laporan keuangan
periodik perusahaan. Di sisi lain, penggunaan analisis rasio berpotensi
menimbulkan bias karena bergantung pada metode serta perlakuan akuntansi yang
digunakan. Kekurangan lainnya yang lebih utama dari penggunaan analisis rasio
ialah dikarenakan pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan tingkat
pengembalian modal yang sudah dikeluarkan, dan tidak memperhitungkan biaya
atas modal itu sendiri. Sebagai akibatnya investor sulit mengetahui apakah tercipta
value atas modal yang telah mereka keluarkan atau tidak.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
2
Konsep Economic Value Added (EVA) merupakan alternatif evaluasi kinerja yang
berupaya mengatasi kendala pengukuran penciptaan value bagi para investor.
Dalam konsep ini penciptaan economic value oleh perusahaan terlihat dari laba
ekonomis yang dihasilkan setelah memperhitungkan biaya modal yang
ditimbulkan. Nilai akhir pengukuran EVA berupa nilai uang dari selisih Laba
Bersih Operasional Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax) dengan Biaya
Modal (Cost of capital). Biaya modal dimaksud dihitung menggunakan biaya
modal rata-rata tertimbang atau Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang
memperhitungkan proporsi hutang dan ekuitas dalam struktur modal yang
digunakan. Dengan metode tersebut maka komponen biaya modal dalam
perhitungan laba ekonomis yang dihasilkan akan lebih fair dikarenakan
memperhatikan source of fund modal perusahaan (Abate, Grant, dan Stewart,
2004).
Keberadaan Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam
yang melimpah serta letak geografis yang strategis menjadikan Indonesia
memiliki comparative advantage bagi pengembangan industri yang berbasis
sumber daya alam. Salah satunya diantaranya ialah sektor pertanian.
Berdasarkan Data Strategis yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun
2011, sektor pertanian merupakan satu dari tiga sektor yang total menyumbang
kontribusi 52,8% terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Sektor industri
pengolahan menempati urutan pertama dengan kontribusi 24,3 %, diikuti sektor
pertanian sebesar 14,7 % dan sektor perdagangan-hotel-restoran 13,8 % (Berita
Resmi Statistik No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012).
Dari sebaran sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia, komoditas Crude
Palm Oil (CPO) memegang peranan yang signifikan serta menunjukkan tren
pertumbuhan yang positif dan menjanjikan. Pada tahun 2011, CPO dan produk
turunannya memberi kontribusi terbesar nilai ekspor perkebunan yakni sebesar
US$ 19 miliar dari total nilai ekspor perkebunan Indonesia sebesar US$ 35,7
miliar, diikuti ekspor karet senilai total US$ 12,4 miliar. Nilai ekspor CPO tahun
2011 tersebut naik dari pencapaian tahun 2010 sebesar US$ 16,4 miliar.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
3
Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa pada tahun 2011 Indonesia berhasil
menempatkan diri sebagai penghasil CPO terbesar di dunia dengan total produksi
24,5 juta ton, menggeser posisi Malaysia yang telah lama menjadi produsen CPO
terbesar di dunia yang menghasilkan 18,9 juta ton. Tren peningkatan daya saing
produksi CPO Indonesia tersebut diharapkan dapat terus berlanjut seiring prediksi
Dewan Sawit Nasional bahwa total produksi CPO Indonesia pada tahun 2012
akan mencapai 25,9 juta ton, dibandingkan Malaysia yang menargetkan produksi
sebesar 19,3 juta ton untuk tahun yang sama. Hal tersebut ditunjang prediksi
analis industri CPO dunia bahwa harga CPO dunia bisa mencapai kisaran 3.300-
4.400 ringgit/ton. Per tanggal 12 Februari 2012, bahkan harga kontrak penyerahan
April telah menembus 3.205 ringgit/ton (US$. 1.053/ton) di Malaysia Derivatives
Exchange, level penutupan tertinggi sejak 11 Januari 2012.
(http://www.indonesiafinancetoday.com/read/24674/Harga-CPO-Berpotensi-ke-
Level-4.000-Ringgit-per-Ton)
Dilihat dari dunia pasar modal, kinerja industri agrobisnis khususnya emiten
produsen CPO diprediksikan memberikan kinerja yang positif pada tahun 2012.
Meskipun secara umum pada tahun 2011 kinerja sektor agribisnis mencatatkan
penurunan sebesar 6,05% antara lain dipengaruhi krisis Eropa yang memberikan
sentimen negatif pada perdagangan komoditas dunia, secara fundamental kinerja
laba bersih emiten agribisnis diproyeksikan akan naik sebesar 20%-30%
(http://www.indonesiafinancetoday.com/read/21003/Kinerja-Saham-Produsen-
CPO-Diprediksi-Stagnan). Meskipun peningkatan kinerja tersebut tidak
berkorelasi langsung pada harga saham emiten, proyeksi pertumbuhan tersebut
cukup menjanjikan bagi para investor yang tertarik melakukan diversifikasi
portofolio pada saham-saham agrobisnis. Industri agrobisnis khususnya CPO
dipercaya akan terus bertumbuh meskipun persaingan di antara produsen akan
semakin ketat, serta terkait beberapa issue yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan, seperti fluktuasi harga CPO dunia terkait krisis global, perluasan
kebun kelapa sawit, peningkatan teknologi pengolahan, serta issue lingkungan dan
sosial.
Pemilihan emiten yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang optimum
bagi investor memerlukan pertimbangan yang seksama. Investor tentunya akan
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
4
memilih investasi yang akan meningkatkan economic value atas keputusan
investasi yang melakukan. Penggunaan metode EVA dalam menganalisis kinerja
perusahaan diharapkan dapat memberi alternatif gambaran yang lebih baik atas
pencapaian yang dilakukan perusahaan, khususnya dalam hal ini perusahaan
produsen kelapa sawit.
1.2 Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis ingin mencoba untuk melakukan
penelitian atas permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana kinerja perusahaan produsen kelapa sawit dilihat menggunakan
metode Economic Value Added (EVA) ?
b. Bagaimana menentukan nilai rata-rata EVA industri produsen kelapa sawit di
Indonesia ?
c. Bagaimana hubungan variabel-variabel pembentuk EVA pada perusahaan
produsen kelapa sawit ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kinerja perusahaan produsen kelapa sawit dengan menggunakan
metode EVA.
b. Mengetahui nilai rata-rata EVA industri produsen kelapa sawit di Indonesia
dan mengukur nilai EVA perusahaan relatif terhadap industri.
c. Mengetahui hubungan variable-variabel pembentuk EVA terhadap nilai EVA
perusahaan produsen kelapa sawit.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
5
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara
lain :
a. Bagi manajemen perusahaan, memberikan pemahaman bagi upaya
penciptaan serta peningkatan nilai tambah ekonomi perusahaan melalui
kebijakan pengelolaan perusahaan yang tepat.
b. Bagi pemegang saham dan investor, memberikan gambaran menyeluruh
mengenai kondisi perusahaan serta evaluasi atas kinerja manajemen dalam
menciptakan nilai tambah ekonomis yang diharapkan dalam keputusan
investasi.
c. Bagi penelitian selanjutnya, memberikan dasar bagi evaluasi kinerja
perusahaan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) baik
perusahaan maupun industri yang dapat dikembangkan dengan tolok ukur
serta variabel kinerja perusahaan lainnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan
sebagai berikut:
a. Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode EVA, berdasarkan
laporan keuangan perusahaan periode 2007-2011.
b. Objek penelitian terdiri dari 5 perusahaan produsen kelapa sawit yang telah
terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia, yakni PT. PP London Sumatera Tbk.
(LSIP), PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT. Tunas Baru Lampung Tbk.
(TBLA), PT. Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) dan PT. Sinar Mas Agro
Resources & Technologies Tbk. (SMAR).
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
6
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan karya akhir ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan
penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan konsep dan teori yang digunakan dalam melakukan
penelitian dan menganalisis permasalahan.
Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini berisi gambaran umum industri kelapa sawit dan perusahaan-
perusahaan yang menjadi obyek penelitian, serta metode yang digunakan
dalam penelitian dan analisis.
Bab 4 Analisis dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil pengolahan data beserta pembahasan dan analisis dari
hasil pengolahan data tersebut.
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian dan pembahasan di bab
sebelumnya, serta saran dari penulis atas hasil penelitian.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
7 Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Economic Value Added (EVA)
Konsep EVA merupakan salah satu alat pengukuran atas kinerja finansial
perusahaan dalam menciptakan value bagi para investor dengan berupaya mencari
laba ekonomis (economic profit) yang sebenarnya dari suatu perusahaan. Konsep
EVA pertama kali diperkenalkan oleh G. Bennett Stewart III dari Stern Stewart &
Co. dalam bukunya “The Quest for Value”.
Penggunaan metode EVA sebagai ukuran kinerja perusahaan memiliki prinsip
yang sama dengan metode lainnya yakni rasio Return On Investment (ROI) yang
bertujuan untuk menghitung tingkat pengembalian (return) atas investasi yang
dilakukan pemegang saham. Perbedaan mendasar keduanya ialah ROI berupa
rasio (%) income terhadap total modal yang dimanfaatkan, sedangkan EVA berupa
nilai uang yang didapatkan dari pengurangan net operating profit (laba
operasional bersih) atas pemanfaatan modal (capital charge). Secara konsep,
metode evaluasi kinerja menggunakan EVA lebih baik dibanding ROI dikarenakan
memperhitungkan biaya modal yang telah dikeluarkan investor (Anthony dan
Govindarajan, 2007), namun secara teknis, lebih banyak perusahaan
menggunakan ROI dikarenakan relatif lebih mudah dalam penghitungannya.
Beberapa keunggulan EVA dibandingkan ROI antara lain (Anthony dan
Govindarajan, 2007) :
1. Dengan metode EVA semua unit usaha memiliki target laba (profit) yang
sama atas investasi-investasi yang dapat diperbandingkan,
2. Keputusan manajerial yang dapat meningkatkan ROI suatu unit usaha justru
dapat menurunkan profitabilitas secara keseluruhan,
3. Tingkat suku bunga yang berbeda dapat dikenakan atas jenis aset yang
berbeda,
4. Berbeda dengan ROI, EVA memiliki korelasi positif yang kuat atas
perubahan nilai pasar (market value) perusahaan.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
8
Dalam perhitungannya EVA dikalkulasikan dengan mencari net profit yang
dihasilkan dari pengurangan operating profit terhadap nominal biaya modal (cost
of capital) yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Operating profit dimaksud
ialah Net Operating Profit After Tax (NOPAT) yang dihitung melalui penyesuaian
dari laba operasi yang telah dikurangi efek dari keputusan finansial dari hasil
kegiatan operasi. Sedangkan nominal biaya modal dihitung menggunakan
Weighted Average Cost of Debt and Equity Capital (WACC) sebagai representasi
dari penggunaan biaya utang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity) serta
proporsi penggunaan utang dan ekuitas atas total modal yang diinvestasikan.
Gambar 2.1 Sistematika Perhitungan EVA
Sumber : http://www.investopedia.com/articles/fundamental/03/031203.asp#axzz1t8RAdGGS; 20
Mei 2012; 22.00
Menghitung EVA = NOPAT – WACC% * (TC)
Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Menghitung Total Invested Capital (TC)
Menentukan Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
9
Penilaian atas nilai uang EVA menurut Widayanto (1993) dapat dikategorikan
sebagai berikut (Sunardi, 2010) :
1. Nilai EVA > 0, maka telah terjadi nilai tambah ekonomis dalam perusahaan,
sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang
dana dapat terpenuhi yakni mendapatkan pengembalian investasi yang sama
atau lebih dari yang diinvestasikan, serta kreditor mendapatkan bunga.
Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai
(create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja
keuangannya telah baik.
2. Nilai EVA < 0, menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan. Laba yang dihasilkan tidak bisa memenuhi harapan para
penyandang dana terutama pemegang saham dikarenakan mereka tidak
mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan,
sedangkan kreditor tetap mendapatkan bunga. Tidak adanya nilai tambah
mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik.
3. EVA = 0, menunjukkan posisi impas karena semua laba yang telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik pemegang saham
maupun kreditor.
Karena perhitungan EVA merepresentasikan tingkat pengembalian yang
sesungguhnya atas biaya modal yang telah dikeluarkan investor, manajemen
selaku pelaksana kegiatan perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolaan
kegiatan operasional serta memilih investasi dengan tingkat pengembalian yang
maksimal dari tingkat biaya modal yang minimal.
Beberapa langkah yang dapat diambil perusahaan untuk meningkatkan EVA
antara lain (Grant, 2003) :
a. Meningkatkan pendapatan (revenue) perusahaan
b. Menekan biaya operasional
c. Menggunakan lebih sedikit modal untuk menghasilkan jumlah barang & jasa
yang sama
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
10
d. Menggunakan lebih banyak modal bagi kesempatan yang menghasilkan
pertumbuhan positif
e. Menekan biaya modal
2.1.1 Penyesuaian Akuntansi dalam EVA
Perhitungan EVA sebagai gambaran sebenarnya atas nilai tambah perusahaan
mensyaratkan penyesuaian akuntansi berupa perubahan nilai buku akuntansi
menjadi menjadi nilai modal sesungguhnya yang dimiliki perusahaan dengan
menambahkan perubahan periodik dan cadangan equity equivalent terhadap laba
operasional setelah pajak (NOPAT) dan adjusted capital secara konsisten. Daftar
equity equivalent dan efeknya terhadap modal dan NOPAT ialah sebagai berikut
(Stewart, 1991) :
Tabel 2.1 Daftar Equity Equivalent serta pengaruhnya terhadap modal dan NOPAT :
Sumber : Stewart, 1991
Bad debt reserveInventory obsolence reserveWarranty reserveDeffered income reserve
(Net) capitalized intangiblesFull cost reserveCummulative unusual loss (gain) ATCadangan lainnya, seperti :
Unusual loss gain (AT)Kenaikan cadangan lainnya
Cummulative goodwill amortizationUnrecorded goodwill
Penambahan atas Modal : Penambahan atas NOPAT :Kenaikan Equity EquivalentKenaikan deferred tax reserveKenaikan LIFO reserve
Equity EquivalentDeffered tax reserveLIFO reserve
Kenaikan full cost reserve
Goodwill amortization
Kenaikan (net) capitalized intangibles
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
11
2.2 Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Perhitungan EVA dimulai dengan kalkulasi NOPAT dengan tujuan untuk
mendapatkan pengukuran kinerja operasional dalam bentuk cash. NOPAT yang
digunakan ialah Adjusted NOPAT, yakni NOPAT yang telah dilakukan
penyesuaian akuntansi yang bertujuan untuk mendapatkan profit dari kegiatan
operasional (operating profit) berupa pengakuan dalam bentuk cash, serta
menghilangkan efek dari keputusan pembiayaan (financing decisions) dari
kegiatan operasional tersebut.
Secara umum ada 2 pendekatan dalam perhitungan Adjusted NOPAT (Grant,
2003) yakni Bottom Up Approach dan Top Down Approach seperti yang terlihat
pada gambar berikut :
Gambar 2.2 Penyesuaian Akuntansi Adjusted NOPAT :
Bottom Up Approach & Top Down Approach. Sumber : Grant, 2003
A. Bottom Up approach B. Top-down approach
Begin : Begin :Operating profit after depreciation and amortization Sales
Substract :Add : Cost of goods sold
Implied interest expense on operating leases Selling, general, and administrative expensesIncrease in LIFO reserve DepreciationIncrease in accumulated goodwill amortization Increase in bad-debt reserve Add :Increase in capitalized research and development Implied interest expense on operating leasesIncrease in cumulative write-offs of special items Increase in equity reserve accounts
Other operating incomeEquals :
Adjusted operating profit before taxes Equals :Adjusted operating profit before taxes
Substract :Cash operating taxes Substract :
Cash operating taxesEquals :
NOPAT Equals :NOPAT
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
12
Lebih lanjut, perhitungan Adjusted NOPAT dilakukan menggunakan pendekatan
Top-Down Approach dengan model yang disederhanakan sebagai berikut :
Earning Before Tax
Interest Expense +
Earning Before Interest and Taxes (EBIT)
Adjustments +
Net Operating Profit (NOP)
Cash Operating Taxes -
Net Operating Profit After Taxes (2.1) Sumber : http://www.investopedia.com/university/EVA/EVA2.asp ; 5 Mei 2012; 10.00
2.3 Cost of capital
Cost of capital atau biaya modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk melakukan kegiatan investasi maupun operasional perusahaan,
yang sumbernya dapat berasal dari pinjaman (utang) maupun ekuitas (saham).
Atas komponen biaya modal yang terdiri dari utang dan ekuitas tersebut,
perhitungan biaya modal dilakukan dengan pendekatan Weighted Average Cost of
Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata tertimbang yang memperhitungkan
proporsi biaya utang dan biaya ekuitas atas dari keseluruhan modal yang
digunakan. Persamaan WACC ialah sebagai berikut (Ross, 2010) :
R푊퐴퐶퐶 = 푅푆 + 푅퐵 (1− 푡푐) (2.2)
Dimana :
S = Debt
B = Equity
RS = Cost of debt
RB = Cost of equity
tc = Corporate tax rate
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
13
2.3.1 Cost of Debt
Biaya utang (cost of debt) merupakan tingkat pengembalian (rate) yang harus
dibayarkan perusahaan kepada pemberi pinjaman. Perhitungannya dapat
dilakukan dengan menghitung biaya utang sebelum pajak, yakni tingkat bunga
yang dibayarkan suku bunga kupon obligasi, maupun dengan menghitung biaya
utang setelah pajak, yakni dengan mengalikan suku bunga utang dengan tarif
pajak perusahaan yang bersangkutan.
(2.3)
2.3.2 Cost of Equity
Cost of equity atau biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor dalam melakukan melakukan investasi saham suatu
perusahaan. Tingkat pengembalian (return) atas investasi tersebut dapat berupa
pembagian deviden dari setiap lembar saham maupun kenaikan (atau penurunan)
dari nilai pasar saham tersebut. Pengukuran atas expected rate of return yang
diharapkan investor tersebut dilakukan menggunakan Capital Asset Pricing
Model (CAPM). Dengan model ini, cost of equity didapatkan dengan
menambahkan tingkat bunga tanpa risiko (risk free rate) dengan hasil perkalian
risiko sistematis perusahaan (koefisien beta perusahaan) dan selisih tingkat
pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar dengan tingkat bunga tanpa
risiko (market risk premium).
Persamaan CAPM ialah sebagai berikut (Bodie, Kane dan Marcus, 2011) :
E(r) = rf + β [E(rM) - rf)] (2.4)
Dimana :
Rf = tingkat pengembalian investasi yang memiliki risiko yang paling minimum (risk free).
β = pengukuran atas besarnya risiko suatu perusahaan terhadap risiko pasar E(rM) = nilai ekspektasi tingkat pengembalian dari pasar modal.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
14
Dalam penerapan model CAPM berlaku asumsi-asumsi sebagai berikut (Bodie,
Kean dan Markus, 2011) :
a. Investor adalah price-taker, dimana mereka melakukan transaksi meskipun
harga tidak dipengaruhi oleh transaksi yang mereka lakukan.
b. Investor melakukan perencanaan untuk satu periode kepemilikan yang
identik. Atas perilaku ini investor mengabaikan hal-hal yang mungkin terjadi
setelah periode tersebut berakhir.
c. Investasi terbatas pada aset finansial yang diperdagangkan secara publik
(saham dan obligasi) serta sarana pinjam-meminjam yang bebas risiko.
Diasumsikan bahwa investor akan meminjam atau meminjamkan pada tingkat
bunga yang tetap dan bebas risiko.
d. Investor tidak dikenakan pajak atas pengembalian dan biaya transaksi
perdagangan sekuritas.
e. Semua investor bersifat rasional yakni menginginkan tingkat pengembalian
yang tinggi dengan risiko yang rendah.
f. Semua investor memiliki ekspektasi yang sama (homogeneous expectations)
berupa cara dan pandangan ekonomi yang sama dalam melakukan analisis
sekuritas.
2.4 Adjusted capital
Perhitungan EVA mensyaratkan penyesuaian atas struktur modal yang digunakan
oleh perusahaan dalam menciptakan nilai tambah ekonomi perusahaan tersebut.
Penyesuaian atas struktur modal tersebut kemudian dikenal dengan total invested
capital sebagai keseluruhan modal yang digunakan oleh perusahaan dalam
menghasilkan profit bagi perusahaan.
Perhitungan adjusted capital tersebut dapat dilakukan melalui dua pendekatan
(Grant, 2003) yakni pendekatan aset (asset approach) dan pendekatan sumber
pembiayaan (sources of financing approach) seperti terlihat pada gambar berikut :
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
15
Gambar 2.3 Kalkulasi Modal Menggunakan Akuntansi Laporan Keuangan
Asset Approach & Sources of Financing Approach Sumber : Grant, 2003
Dari pendekatan perhitungan adjusted capital tersebut, selanjutnya digunakan
perhitungan menggunakan pendekatan sumber pembiayaan (source of financing
approach) dengan model yang telah disederhanakan sebagai berikut :
Debts xxx
Total debt xxx
Total equity xxx
Equity equivalents xxx
Total equity equivalent xxx +
Adjusted capital xxx
A. Asset Approach B. Sources of Financing Approach
Begin BeginNet (short term) operating assets Book value of common equity
Add Add equity equivalent :Net PPE Preffered stockIntangibles Minority InterestOther assets Deffered Income TaxLIFO reserve Equity reserve accountsAccumulated goodwill amortization Bad-debt reserve Add debt and debt equivalents :Capitalized research and development Interest-bearing short-term debtCumulative write-offs of special items Current portion of long-term debtPresent Value of operating leases Long-term debt
Capitalized lease obligationsEquals Present Value of operating leases
CapitalEquals
Capital
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
16
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode EVA
Meskipun dinilai sebagai alat pengukur hasil kinerja perusahaan yang
representatif atas kepentingan investor dan pemegang saham, seperti halnya
metode EVAluasi lainnya, metode EVA memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2
Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Metode EVA
Kelebihan EVA Kekurangan EVA
1. Sebagai alat pengukuran residual
performance, metode ini telah mencakup
keseluruhan sasaran/target keuangan
perusahaan dalam meningkatkan value
perusahaan.
1. Laba ekonomi yang dihasilkan
dalam perhitungan EVA berpotensi
menimbulkan accrual distortions, bila
penyesuaian kas tidak dilakukan secara
menyeluruh, dengan perhitungan yang
tepat.
2. Perhitungan biaya modal telah menutupi
kekurangan pada perhitungan laba serta EPS
(Earnings per share), yaitu perhitungan EPS
tidak mencakup komponen dalam neraca.
2. Terbatas pada satu periode tertentu, atau
merupakan alat pengukuran historis yang
tidak memberikan gambaran atas
penciptaan value perusahaan di masa
mendatang.
3. Sebagai pengukur operasional perusahaan,
EVA membantu para manajer dalam upaya
penciptaan value perusahaan, seperti :
investasi modal dengan return diatas WACC,
menekan pemanfaatan modal, meningkatkan
return dengan meningkatkan revenues atau
menekan biaya, maupun dengan menekan
biaya modal (cost of capital).
Sumber : http://www.investopedia.com/university/EVA/EVA5.asp#axzz1t8RAdGGS;
28 Mei 2012; 23.00.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
17
2.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai analisis Economic Value Added (EVA),
maupun industri kelapa sawit antara lain :
- Hendrianto, pada tahun 2000 membahas daya saing industri CPO Indonesia
dalam tesis yang berjudul “Keunggulan Daya Saing Industri CPO Indonesia
Dalam Perdagangan Internasional, Studi Kasus Pada PT. Astra Agro Lestari
Tbk.”, MM-FEUI.
- Rachmawati Krisdjoko, pada tahun 2004 yang mengangkat tesis dengan judul
“Analisis Penentuan Nilai Intrinsik PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Dengan
Pendekatan Konsep Economic Value Added”, MM-FEUI.
- Tita Dewi Sugiartin, tahun 2007 mengangkat tesis dengan judul “Analisis
Penilaian Kinerja Dengan Menggunakan ROI, EVA dan MVA Pada Industri
Farmasi (Periode 2003-2005)”, MM-FEUI.
- Trituranti Andayani, tahun 2007 mengangkat tesis dengan judul “Analisis
Saham Perusahaan Penghasil CPO (Minyak Kelapa Sawit) di BEJ”, MM-
FEUI.
- Hersye Nurauliawati, master tesis tahun 2010 yang berjudul “Analisis Kinerja
Perusahaan Industri Telekomunikasi Dengan Metode Economic Value Added
(Periode 2006-2009)”, MM-FEUI.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
18 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penulisan karya akhir ini menggunakan metode studi kepustakaan, dimana data
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dianalisis, buku-buku, thesis,
internet, surat kabar, serta sumber data dari instansi yang berwenang. Data
kemudian diolah dan dianalisis berdasarkan teori dan konsep yang relevan.
3.1 Skema Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan
tergambar dalam skema berikut :
Gambar 3.1 Skema Penelitian Sumber : Diolah oleh penulis
Judul karya akhir :
Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Metode Economic Value Added (EVA)
Studi Kasus 5 Perusahaan Penghasil Produk Kelapa Sawit Periode 2007-2011
Pengumpulan Data :
- Profil Perusahaan - Laporan Keuangan Tahunan
Perusahaan - Beta Perusahaan - Tingkat Suku Bunga Bank
Indonesia - Market Risk Premium - Harga Saham
Pengolahan Data
- Perhitungan Adjusted NOPAT - Perhitungan Cost of Capital
(Cost of Debt & Cost of Equity) - Perhitungan Invested Capital - Perhitungan EVA
Analisis
- Kinerja perusahaan dengan Metode EVA - Hubungan variabel-variabel pembentuk EVA - EVA rata-rata industri produsen kelapa sawit di
Indonesia
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
19
3.2 Pemilihan Sampel
Dalam penelitian ini dipilih 5 perusahaan produsen CPO yang listing di Bursa
Efek Indonesia yang dinilai mewakili sebaran perusahaan dalam industri CPO,
baik perusahaan lama maupun perusahaan baru, maupun skala usaha dalam
industri. Secara khusus pemilihan kelima emitan produsen tersebut didasarkan
pada hasil evaluasi kinerja saham perusahaan agrobisnis yang memiliki atrativitas
ROE dan EV/EBITDA paling tinggi pada kuartal III tahun 2011 berdasarkan
penelitian Departemen Riset Indonesia Finance Today merujuk pada rilis data JP
Morgan, yakni PT PP London Sumatera Tbk, PT Astra Agro Lestari Tbk., PT
Tunas Baru Lampung Tbk, PT Sinar Mas Agro Resources & Technologies Tbk.,
dan PT Sampoerna Agro Tbk
(http://stockdata.indonesiafinancetoday.com/financial-result/LSIP; 3 Maret 2012;
15.00).
ROE (%)
EV/EBITDA
Gambar 3.2 Tingkat Atrativitas Saham-saham Produsen CPO
Sumber : http://stockdata.indonesiafinancetoday.com/financial-result/LSIP
Periode penelitian dibatasi antara tahun 2007-2011 untuk melihat gambaran
kinerja perusahaan pada masa pra krisis, krisis, serta pasca krisis ekonomi global.
0
5
10
15
20
25
30
0 5 10 15 20 25
AALI
UNSP
BWPT
GZCO
LSIP
SGRO
SMAR
TBLA
Average
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
20
3.2.1 PT PP London Sumatera Tbk. (LSIP)
PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera didirikan pada tahun 1906 melalui
inisiatif Harrison & Crosfield Plc, sebuah perusahaan perkebunan dan
perdagangan yang berbasis di London. Pada awal pendiriannya perseroan
melakukan diversifikasi komoditas perkebunan melalui penanaman karet, teh, dan
kakao, sampai kemudian pada era tahun 1980 memfokuskan kegiatan perusahaan
ke perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 1994, Harrison & Crosfield menjual
seluruh sahamnya di Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantations (PPLS),
yang kemudian diikuti dengan pencatatan Lonsum sebagai perusahaan publik di
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Pada Oktober 2007, Indofood
Agri Resources Ltd (IndoAgri), anak perusahaan PT Indofood Sukses Makmur
Tbk di bidang agribisnis, melalui anak perusahaannya di Indonesia, PT Salim
Ivomas Pratama Tbk (SIMP) menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan.
Dengan demikian maka Perseroan menjadi bagian dari Grup Indofood.
Per 31 Desember 2011, perseroan mengelola 80.732 Ha perkebunan kelapa sawit
di perkebunan inti di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur.
Di samping itu perseroan juga memiliki akses atas perkebunan plasma sekitar
32.500 Ha di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Perseroan juga memiliki
11 pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas pengolahan per tahun
mencapai 2.295.000 ton TBS/tahun di akhir tahun 2011.
Pada tahun 2011, Lonsum mencatatkan pertumbuhan produksi CPO sebesar
21.1% atau sebesar 442.949 ton dari 365.669 pada tahun 2010. Dari total produksi
tersebut, perseroan mencatatkan peningkatan volume penjualan CPO tahun 2011
sebesar 22,8% menjadi 432.936 ton dari 325.437 ton pada tahun 2010. Sedangkan
bila dilihat dari kontribusi penjualan total perseroan, produk kelapa sawit
menyumbang 80,5% total penjualan, diikuti karet 12,7%, benih 5,9%, dan lain-
lain 0,9%.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
21
3.2.2 PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI)
PT Astra Agro Lestari secara resmi berdiri pada tahun 1997 sebagai hasil
penggabungan usaha PT Astra Agro Niaga (unis bisnis PT Astra Internasional dan
dulunya bernama PT Suryaraya Cakrawala) dengan PT Suryaraya Bahtera. PT
Astra Agro Lestari secara resmi menjadi perusahaan terbuka sejak 9 Desember
1997. Saat ini PT Astra Agro Lestari Tbk mengelola areal perkebunan kelapa
sawit seluas 263.281 Ha, yang terdiri dari kebun inti dan plasma di Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi dengan rata-rata umur tanaman 14 tahun, dengan total
karyawan tetap mencapai 24.081 (per akhir 2010).
Pada tahun 2011 PT AALI mencapai total produksi CPO sebesar 1,27 juta ton,
naik 13,9% dari pencapaian tahun 2010 sebesar 1,11 juta ton. Dalam
pengolahannya PT AALI mengoperasikan 22 unit Pabrik Kelapa Sawit (2011)
dengan total kapasitas olah mencapai 1.050 ton TBS/jam. Total volume penjualan
CPO AALI di tahun 2011 mencapai 1,26 juta ton, atau naik 12,9% dibandingkan
penjualan tahun 2010. Dari total penjualan CPO tersebut, 95% diserap pasar
domestik, sedangkan sisanya pasar ekspor. Total revenue perusahaan pada tahun
2011tercatat sebesar Rp 10.772.582 juta, atau naik 21,8% dari tahun 2010 sebesar
Rp 8.843.721 juta rupiah.
3.2.3 PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA)
PT Tunas Baru Lampung Tbk. berdiri pada tahun 1973 sebagai salah satu anggota
kelompok usaha Sungai Budi (berdiri 1947), dan menjadi salah satu perintis
industri pertanian di Indonesia. Sejak tahun 1970, PT TBLA beroperasi di
Lampung dan saat ini berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng
terbesar dan termurah. Pada tahun 1990an, PT TBLA mengakuisisi sebuah pabrik
penyulingan minyak goreng di Jawa Timur (1996) sebagai upaya ekspansi pasar
Indonesia Timur seperti Kalimantan, Bali, Lombok, Maluku, dan Papua.
Pada ahun 2000 PT Tunas Baru Lampung berhasil meningkatkan kapasitas pabrik
penyulingan dan membangun pabrik CPO kedua di Lampung, dan pada tahun
yang sama melakukan Penawaran Umum Perdana. PT TBLA saat ini mengelola
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
22
lebih dari 50.000 Ha lahan di Lampung, 30.000 Ha di Palembang, dan 20.000 di
Pontianak yang dipergunakan terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Tahun
2011, total penjualan PT TBLA mencapai Rp. 3,73 triliun, naik 26% dari
pencapaian tahun 2010 sebesar Rp. 2,95 triliun. Dari total penjualan tersebut 70%
untuk penjualan ekspor dan 30% untuk penjualan lokal. Sedangkan laba usaha
perusahaan pada tahun yang sama mencatatkan peningkatan sebesar Rp. 265
miliar atau 76% dari tahun 2010 sebesar Rp 349 miliar menjadi Rp 614 miliar.
3.2.4 PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO)
PT Sampoerna Agro Tbk yang pada awal pendiriannya bernama PT Selapan Jaya,
didirikanpada tahun 1993 untuk mengelola kebun kelapa sawit di Propinsi
Sumatera Selatan yang sebelumnya telah dilakukan oleh PT Aek Tarum (berdiri
1976) di kebun perdana Kelompok Usaha Sampoerna Agro di daerah Mesuji dan
Belida, Propinsi Sumatera Selatan sejak tahun 1989.
Pada tahun 1994, salah satu unit usahanya, PT Binasawit Makmur (BSM)
mendapatkan Izin Pemasukan Bibit Tanaman Sawit (DxD, Txp, dan DxP) dari
Costa Rica, dan saat ini BSM memproduksi dan menjual enam varietas benih
unggul kelapa sawit yang berasal dari beragam bahan tetua dan merupakan
turunan dari 225 famili dura dan 50 famili pisifera.
Pada tahun 2007, Perseroan terdaftar sebagai anggota Roundtable on Sustainable
Palm Oil (RSPO). Pada tahun yang sama pula Kelompok Usaha Sampoerna
Strategic mengakuisi PT Selapan Jaya dan merubah namanya menjadi PT
Sampoerna Agro, dan yang kemudian tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa
Efek Indonesia dengan kode SGRO.
Per tanggal 31 Desember 2011, PT SGRO mengelola dan membimbing total
108.543 Ha, baik perkebunan inti maupun plasma yang tersebar di Sumatera
Selatan seluas 81.258 Ha, serta di Kalimantan Tengah & Barat seluas 27.285 Ha.
Perseroan memiliki enam Pabrik Kelapa Sawit (PKS), lima diantaranya berlokasi
di Sumatera Selatan dengan kapasitas produksi 380 ton tandan buah segar
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
23
(TBS)/jam dan satu berada di Kalimantan dengan kapasitas produksi 75 ton
TBS/jam.
Pada tahun 2011, SGRO mencatatkan total produksi CPO sebesar 344.675 ton,
meningkat 19,3% dari tahun 2010 sebesar 288.885 ton, dengan proporsi konsumsi
domestik sebesar 78% dan tujuan ekspor sebesar 22%. Total penjualan perseroan
pada tahun 2011 mencapai Rp. 3.143 miliar, dimana produk kelapa sawit
memberikan kontribusi terbesar yakni 95,6% atau tumbuh 33,8% dari pencapaian
tahun 2010.
3.2.5 PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR)
PT Sinar Mas didirikan pada tahun 1962 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sejak tahun 1992. PT SMART merupakan anak perusahaan Golden Agri-
Resources Ltd. (GAR) yang merupakan salah satu perusahaan kelapa sawit
terbesar di dunia serta telah terdaftar di Bursa Efek Singapura. Kegiatan utama
perseroan diantaranya dari penanaman dan pemanenan pohon sawit, pengolahan
tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (PK),
serta pemrosesan CPO menjadi produk industri dan konsumen diantaranya
minyak goreng, margarin dan shortening. Saat ini SMART mengelola area
perkebunan total seluas 139.000 Ha, serta mengoperasikan 15 pabrik pengolahan,
4 pabrik penghancur kernel, dan 4 pabrik pemurnian. PT SMART juga mengelola
seluruh perkebunan kelapa sawit GAR di Indonesia dengan total area tertanam
seluas 455.700 Ha (per 31 Desember 2011).
Pada tahun 2011 SMART mencatatkan pencapaian tertinggi dengan total produksi
buah sawit sebesar 2,7 juta ton, meningkat 12% dari tahun 2010, serta berhasil
meningkatkan penjualan bersih senilai Rp 31,68 triliun, atau meningkat 56% dari
capaian tahun 2010.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
24
3.3 Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari publikasi pihak-
pihak yang berkepentingan baik PT Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, situs
resmi perusahaan yang menjadi obyek penelitian, maupun hasil penelitian yang
relevan digunakan untuk pembahasan topik penelitian ini.
Laporan keuangan tahunan perusahaan periode 2007-2011 serta data bulanan
harga saham penutupan tahun 2007-2011 diperoleh dari PT Bursa Efek Indonesia
serta situs resmi perusahaan. Data tingkat suku bunga SBI sebagai tingkat
pengembalian aset bebas risiko diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia.
Sedangkan untuk risk premium dan data market risk (beta) diperoleh dari situs
Damodaran (http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/; 6 Mei 2012; 11.00).
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
25 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Ekonomi Makro
Dalam rentang periode 2007-2011, perekonomian Indonesia secara umum
mengalami tekanan sebagai dampak gejolak perekonomian dunia yang mengalami
fluktuasi, baik dipicu oleh krisis subprime mortage di Amerika Serikat pada tahun
2007, sampai dengan krisis keuangan Eropa yang bahkan dampaknya masih
dirasakan sampai dengan tahun 2012.
Pada tahun 2007 kondisi perekonomian Indonesia mendapatkan tantangan sebagai
dampak merembetnya krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, yang
menjadikan investor menghindari aset-aset dari negara emerging market seperti
Indonesia yang dinilai berisiko tinggi, serta gejolak harga komoditas internasional
terutama harga minyak mentah yang mengalami fluktuasi semenjak akhir tahun
2005 dan dampaknya yang dirasakan hingga pertengahan tahun 2006, hingga
mendekati $100/barel. Namun secara umum kondisi makroekonomi Indonesia
menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya, terlihat dari pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007 sebesar 6,3% meningkat dari PDB
tahun 2005 sebesar 5,5% dan inflasi relatif terjaga pada kisaran 6,59%.
(http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian
+Indonesia/lpi_2007.htm; 10 Mei 2012; 18.00)
Pada tahun 2008, Indonesia mulai merasakan imbas atas krisis ekonomi global
yang terjadi tahun 2008. Perekonomian nasional mendapatkan tekanan berat pada
triwulan IV-2008 setelah sebelumnya berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi
di atas 6% sampai dengan triwulan III-2008. Pada akhir tahun PDB Indonesia
tercatat 6,1% dengan tingkat inflasi sebesar 11,06%. Meski mengalami penurunan
pertumbuhan dari tahun sebelumnya, posisi Indonesia relatif dapat bertahan
dibanding negara-negara lainnya. Beberapa faktor yang turut berperan bagi
pertumbuhan ekonomi nasional antara lain peningkatan konsumsi swasta sebagai
dampak masih tingginya daya beli masyarakat, kenaikan harga komoditas
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
26
pertanian dan pertambangan, serta tingginya permintaan ekspor dari China dan
India menjadi penopang negara tujuan ekspor selain Amerika Serikat dan Eropa
yang dilanda krisis.
(http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian
+Indonesia/lpi_2008.htm; 10 Mei 2012; 18.00)
Pada tahun 2009 perekonomian nasional masih dibayang-bayangi dampak krisis
global yang mengalami puncaknya pada triwulan IV 2008, sebagai dampak
buruknya kinerja lembaga keuangan internasional seperti Citigroup, American
International Group (AIG) dan Bank of America (BoA), yang berdampak pada
pengalihan dana investor dari pasar kredit dan pasar modal ke aset berisiko
rendah, khususnya surat berharga pemerintah AS, yang menjadikan aliran dana ke
emerging market semakin menurun. Perekonomian nasional mulai mengalami
kebangkitan pada triwulan III 2009 sebagai dampak membaiknya aktivitas
industri dan kinerja ekspor, baik komoditas sumber daya alam seperti
pertambangan, maupun komoditas manufaktur. Meskipun pertumbuhan ekonomi
tahun 2009 lebih rendah dari tahun 2008, yakni sebesar 4,5%, pertumbuhan
ekonomi Indonesia merupakan yang tertinggi ketiga di dunia setelah China dan
India. Sedangkan inflasi, tercatat terendah dalam satu dekade terakhir yakni
sebesar 2,78%.
(http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian
+Indonesia/lpi_09.htm; 10 Mei 2012; 18.00)
Pada tahun 2010, perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan dibanding
tahun sebelumnya, antara lain terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai
6,1% yang didorong oleh peran investasi dan ekspor yang meningkat. Neraca
Pembayaran Indonesia (NPO) tahun 2010 tercatat surplus sebesar USD 30,3
miliar. Dari segi investasi, pada tahun 2010 ditandai pula dengan peningkatan
investasi langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) sebagai dampak masih
melimpahnya likuiditas global, maupun faktor domestik, seperti prospek ekonomi
yang terus mambaik. Di sisi harga, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun
2010 tercatat 6,96%, meningkat dari inflasi tahun 2009, yang terutama dipicu oleh
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
27
intensitas gangguan dari sisi pasokan khususnya bahan makanan yang meningkat
tajam akibat anomali cuaca, baik global maupun domestik.
(http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian
+Indonesia/lpi_2010.htm; 10 Mei 2012; 18.00)
Pada tahun 2011 perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja positif di tengah
volatilitas ketidakpastian ekonomi global, ditandai dengan kinerja pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik serta kestabilan makroekonomi yang relatif terjaga. PDB
Indonesia tahun 2011 tumbuh 6,5% mencapai Rp 7.427 triliun (atas dasar harga
berlaku) yang merupakan pertumbuhan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.
Sedangkan inflasi tahun 2011 tercatat sebesar 3,79%. Pada tahun ini Indonesia
kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade sebagai
tolok ukur kestabilan ekonomi nasional bagi arus investasi.
Untuk tahun 2012, meskipun masih dibayangi risiko pelemahan ekonomi global,
prospek ekonomi Indonesia diproyeksikan masih tetap kuat. Perekonomian
diprediksikan dapat tumbuh pada kisaran 6,3% - 6,7% dengan inflasi pada sasaran
4,5% ± 1%.Optimisme atas pertumbuhan ekonomi tersebut didasari oleh pasar
domestik yang besar, terjaganya stabilitas makroekonomi, suku bunga yang
rendah, perbaikan iklim investasi, serta proyeksi pertumbuhan investasi paska
penetapan status Investment Grade untuk Indonesia pada tahun 2011. Keyakinan
tersebut juga ditopang dengan cadangan devisa yang cukup besar mencapai 110,5
miliar dolar AS (per akhir Maret 2012) atau setara dengan 6,1 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
(http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian
+Indonesia/lpi_2011.htm; 10 Mei 2012; 18.00)
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
28
4.2 Analisis Industri
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam industri CPO karena didukung
oleh beberapa faktor diantaranya sumber daya alam, berupa sebaran lahan yang
luas dan iklim tropis yang sangat ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit.
Berdasarkan Data Kementrian Pertanian, Indonesia saat ini merupakan Negara
produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia dengan menguasai 44,5% pasar
sawit dunia (2010) diikuti Malaysia (41,3%), Thailand (2,7%), Nigeria (2%) dan
Kolombia (1,9%) (http://duniaindustri.com/berita-agroindustri-indonesia/762-
2012-produksi-sawit-ri-25-juta-ton-setara-us-25-
miliar.html?tmpl=component&print=1&page=; 29 April 2012; 12.00). Pada
tahun 2011 produksi CPO Indonesia mencapai 23,5 juta ton, naik dari produksi
tahun 2010 sebesar 21 juta ton. Dari total produksi tahun 2011 tersebut, 6,5 juta
ton ditujukan untuk pasar domestik dan sisanya untuk pasar ekspor. Total nilai
ekspor CPO dan produk turunannya pada tahun 2011 mencapai US$ 19 miliar,
naik dari pencapaian tahun 2010 sebesar US$ 16.4 miliar.
Pada tahun 2012, berdasarkan prediksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia (GAPKI), total produksi akan naik sebesar 6,4% menjadi 25 juta ton
atau setara Rp 225 triliun dengan harga US$ 1.000/ton. Dari total produksi
tersebut, volume ekspor minyak sawit mentah atau CPO Indonesia beserta produk
turunannya akan mencapai 17,5-18 juta ton naik dari total ekspor tahun 2011
sebesar 16,5 juta ton. Hal ini antara lain didorong oleh potensi kenaikan
permintaan negara-negara pembeli utama yakni China dan India yang akan naik
sebesar 4-5% dari tahun sebelumnya, serta tren peningkatan penggunaan energi
terbarukan seperti biodiesel di Uni Eropa. Potensi peningkatan produksi dan
permintaan sawit dunia tersebut juga didukung oleh prediksi cuaca sepanjang
tahun yang diperkirakan akan mendukung kegiatan produksi, serta kebijakan
fiskal pemerintah berupa penurunan bea ekspor CPO serta produk turunannya,
seperti bleached and deodorized palm oil dari 23% menjadi 10%, dan olein dari
25% menjadi 13% yang diyakini akan meningkatkan produksi industri turunan
dan nilai ekspor produk turunan CPO.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
29
Sedangkan untuk total area kelapa sawit diperkirakan akan mencapai 8,2 juta
hektar pada tahun 2012, dengan harga rata-rata pada kisaran US$ 1.000-US$
1.200 per ton, atau meningkat dibandingkan harga rata-rata tahun 2011 sebesar
US$1.125 per ton (http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1815080/2012-gapki-
bidik-produksi-CPO-25-juta-ton; 6 Mei 2012, 13.00).
Tabel 4.1 Produksi dan Ekspor CPO 2007-2012 (juta ton)
2007 2008 2009 2010 2011** 2012*
Produksi 17,6 19,2 21,1 22,7 23,5 25
Ekspor 12,6 13,8 15,5 15,7 16,5 17,5-18
*Estimasi
**Perkiraan
Sumber : Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit, Kementrian Perdagangan, diolah
kembali.
4.3 Analisis Kinerja Perusahaan dengan Metode EVA
Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode EVA dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan perhitungan penyusunnya yakni : Adjusted Net
Operating Proft After Tax (Adjusted NOPAT), Total Invested Capital/Adjusted
capital, dan Cost of capital (Cost of debt, Cost of equity, WACC).
4.3.1 Hasil Perhitungan Adjusted NOPAT
Berdasarkan Laporan Keuangan perusahaan lima perusahaan penghasil produk
kelapa sawit pada periode 2007-2011, didapatkan hasil perhitungan NOPAT
sebagai berikut :
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
30
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Adjusted NOPAT Produsen CPO Periode 2007-2011
(dalam jutaan rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 PT PP London Sumatera Tbk. (LSIP) 508.282 898.653 730.484 1.013.051 1.655.508
PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI)
2.049.608 2.744.146 1.730.585 2.197.202 2.428.665
PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) 113.172 27.224 286.733 277.701 458.015
PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) 210.527 454.063 291.700 464.463 537.377
PT Sinar Mas Agro & Resources Tbk. (SMAR) 1.282.706 1.136.282 688.861 1.310.944 1.859.740
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan masing-masing perusahaan, diolah kembali
Dari Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa Adjusted NOPAT kelima perusahaan pada
periode 2007-2011 berfluktuasi serta tidak menunjukkan pola kenaikan maupun
penurunan yang sama satu dengan lainnya pada periode tersebut.
PT PP London Sumatera Tbk secara umum menunjukkan tren kenaikan NOPAT
dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2009. Pada tahun 2009, perseroan
mengalami penurunan total penjualan secara keseluruhan sebesar -16,8% dari
tahun 2008 yang dipicu oleh penurunan harga komoditas utama kelapa sawit dan
karet sebagai dampak krisis global yang mendorong penurunan permintaan dunia.
Penurunan penjulan tersebut berdampak pada penurunan laba operasi perusahaan
secara keseluruhan. Perseroan mencatat adjusted NOPAT tertinggi pada tahun
2011 didorong oleh kenaikan total penjualan sebesar 30,4% dari tahun 2010
sebagai dampak positif naiknya harga CPO yang rata-rata mencapai US$
1.128/ton dari sebelumnya hanya US$ 901/ton pada tahun 2010.
Tren yang sama ditunjukkan PT Astra Agro Lestari Tbk yang juga mengalami
koreksi adjusted NOPAT pada tahun 2009, yang didorong penurunan total
penjualan sebesar -9,0%, meskipun di lain pihak perseroan berhasil mencatatkan
produktivitas yang lebih baik dari tahun 2008 berupa peningkatan produksi TBS
sebesar 9,1% maupun volume produksi CPO sebesar 10,3%.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
31
PT Tunas Baru Lampung menunjukkan penurunan adjusted NOPAT yang sangat
signifikan pada tahun 2008 yakni turun sebesar -74,60% yang dipicu oleh
peningkatan beban kerugian kurs mata uang asing sebesar 554% akibat dampak
krisis ekonomi global. Namun setelahnya perseroan relatif menunjukkan tren
kenaikan keuntungan operasional yang mencapai puncaknya pada tahun 2011
dimana perseroan berhasil meningkatkan pendapatan usaha sebesar 26,45% serta
laba operasional sebesar 66,54% dari tahun 2010.
PT Sampoerna Agro Tbk secara umum menunjukkan tren kenaikan adjusted
NOPAT dari tahun ke tahun, terkecuali pada tahun 2009 dimana perseroan
merasakan imbas krisis global dengan jatuhnya harga komoditas CPO dunia yang
mengakibatkan total volume penjualan CPO turun sebesar -21% dibanding tahun
2008. Setelahnya, perseroan menunjukkan tren kenaikan adjusted NOPAT seiring
meningkatnya kembali harga komoditas serta volume penjualan perusahaan
sebesar 27% pada tahun 2010 dan 36% pada tahun 2011. Pada tahun 2011
perseroan juga mencatatkan peningkatan pendapatan operasional lainnya hingga 5
kali lipat dari tahun 2010, yang turut memberi kontribusi positif bagi laba
operasional perusahaan.
PT Sinar Mas Agro & Resources Tbk pada awal periode penelitian menunjukkan
tren penurunan adjusted NOPAT yang mencapai puncaknya pada tahun 2009,
yang dipicu oleh penurunan perolehan pendapatan perseroan secara berturut-turut
antara tahun 2007-2009. Kondisi ini diperburuk dengan peningkatan beban bunga
dan administrasi bank yang meningkat sebesar 26% pada tahun 2009 yang timbul
dari utang bank baik jangka pendek maupun jangka panjang perseroan. Setelah
tahun 2009 perseroan menunjukkan tren peningkatan adjusted NOPAT yang
positif seiring stabilitas harga komoditas yang mendorong kenaikan nilai
penjualan perusahaan sebesar 42% pada tahun 2010 dan 56% pada tahun 2011.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
32
4.3.2 Perhitungan Cost of Capital
Nilai cost of capital didapatkan dari perhitungan Weighted Average Cost of
capital (WACC) dengan terlebih dahulu menghitung Cost of debt dan Cost of
Equity masing-masing perusahaan pada setiap periode. Cost of debt yang
digunakan ialah after tax cost of debt yang didapatkan dari pembagian beban
bunga dalam satu tahun dengan total utang pada periode neraca yang sama, dan
kemudian dikurangi tingkat pajak yang berlaku pada perusahaan yang didapatkan
dengan membagi beban pajak dengan pendapatan sebelum pajak pada periode
tersebut.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Cost of debt PT PP London Sumatera Tbk.
(dalam juta rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011
Short Term Debt 57.804 44.325 - - -
Current Portion 202.471 283.647 197.757 - -
Total Non-current
Liabilities 789.766 874.093 352.419 385.735 421.109
Total Debt 1.050.041 1.202.065 550.176 385.735 421.109
Income Tax Rate 32,43% 30.09% 29,82% 25,22% 18,61%
Interest Expense 72.342 43.227 53.017 26.313 3.873
Cost of debt 6,89% 3,60% 9,64% 6,82% 0,92%
After Tax Cost of debt 4,65% 2,51% 6,76% 5,10% 0,75%
Sumber : Laporan Tahunan PT PP London Sumatera Tbk, diolah kembali.
Dilihat dari struktur utang perusahaan pada periode 2007-2011, PT PP London
Sumatera Tbk menunjukkan pola penurunan total utang perusahaan baik dari
utang jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan signifikan tercatat pada
tahun 2009, total kewajiban perusahaan turun 40,1% dari tahun 2008 didorong
oleh pengurangan funded debt melalui pembayaran kembali utang perusahaan.
Namun demikian tahun 2009 mencatatkan cost of debt tertinggi sebagai dampak
besarnya interest expense relatif atas penurunan total debt. Cost of debt terendah
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
33
tercatat pada tahun 2011 sebagai akibat penurunan yang signifikan atas interest
expense perusahaan.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Cost of debt PT Astra Agro Lestari, Tbk.
(dalam juta rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011
Short Term Debt 5.000 - - - -
Current Portion - - - - -
Total Non-current
Liabilities 122.617 167.048 205.807 272.690 337.986
Total Debt 127.617 167.048 205.807 272.690 337.986
Income Tax Rate 30,15% 31,24% 30,83% 29,03% 25,03%
Interest Expense 7.434 179 30.617 8.258 5.806
Cost of debt 5,83% 0,11% 14,88% 3,03% 1,72%
After Tax Cost of debt 4,07% 0,07% 10,29% 2,15% 1,29%
Sumber : Laporan Keuangan PT Astra Agro Lestari, Tbk, diolah kembali
Untuk PT Astra Agro Lestari Tbk terlihat struktur utang perusahaan pada periode
2007-2011 didominasi oleh kewajiban jangka panjang. Cost of debt terendah
tercatat pada tahun 2008 dikarenakan rendahnya beban bunga perusahaan pada
tahun tersebut. Sebaliknya pada tahun 2009 tercatat sebagai cost of debt tertinggi
perusahaan, hal ini terutama sebagai dampak tingginya pinjaman dan beban bank
yang meningkat tajam dari tahun sebelumnya.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Cost of debt PT Tunas Baru Lampung Tbk
(dalam juta rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011
Short Term Debt 93.933 180.762 387.042 696.715 750.291
Current Portion 308.497 698.483 319.412 446.798 355.446
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
34
(dalam juta rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011
Total Non-current Liabilities 976.208 991.334 908.006 941.069 1.271.098 Total Debt 1.734.084 1.870.579 1.614.460 2.084.582 2.376.835
Income Tax Rate 29,16% 5,00% 21,60% 23,50% 22,00%
Interest Expense 71.994 78.486 97.003 93.389 91.630
Cost of debt 4,15% 4,20% 6,01% 4,48% 3,86%
After Tax Cost of debt 2,94% 3,99% 4,71% 3,43% 3,01%
Sumber : Laporan Tahunan PT Tunas Baru Lampung, Tbk, diolah kembali
Struktur utang PT Tunas Baru Lampung Tbk pada periode 2007-2011 relatif
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2009 total utang
perusahaan mengalami penurunan. Cost of debt terendah tercatat pada tahun 2007
disebabkan proporsi beban bunga dan total utang terendah, dengan tax rate
tertinggi. Cost of debt tertinggi tercatat pada tahun 2009 seiring besarnya beban
bunga relatif terhadap total utang perusahaan.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Cost of debt PT Sampoerna Agro Tbk.
(dalam ribu rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011
Short Term Debt - - - 107.500.000 22.000.000
Current Portion - 2.108.333 25.000.000 34.214.587 46.658.337
Total Non-current
Liabilities 220.571.956 223.944.244 239.318.606 255.312.757 419.140.308
Total Debt 220.571.956 226.052.577 264.318.606 397.027.344 487.798.645
Income Tax Rate 29,56% 29,41% 30,08% 27,46% 25,99%
Interest Expense 82.884.967 24.465.833 27.899.226 28.293.970 26.073.868
Cost of debt 37,58% 10,82% 10,56% 7,13% 5,35%
After Tax Cost of debt 26,47% 7,64% 7,38% 5,17% 3,96%
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan PT Sampoerna Agro Tbk, diolah kembali.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
35
Untuk PT Sampoerna Agro Tbk cost of debt tertinggi ialah pada tahun 2007 yang
disebabkan tingginya beban bunga perusahaan meskipun secara keseluruhan, total
utang perusahaan tahun 2007 merupakan yang paling rendah pada rentang periode
tersebut. Sedangkan cost of debt terendah tercatat pada tahun 2011 tahun, dimana
perusahaan tercatat memiliki total utang tertinggi, diantaranya kenaikan utang
jangka pendek dan kewajiban panjang, namun dengan tingkat beban bunga yang
relatif kecil dibandingkan tahun sebelumnya.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Cost of debt PT Sinar Mas Agro & Technology Tbk.
(dalam juta rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011
Short Term Debt 1.040.502 1.703.090 976.800 2.266.341 2.051.182
Current Portion 43.383 51.698 214.171 91.157 143.501
Total Non-current
Liabilities 2.345.313 2.513.170 2.495.464 2.393.791 3.115.403
Total Debt 3.429.198 4.267.958 3.686.435 4.751.289 5.310.086
Income Tax Rate 34,61% 28,65% 24,67% 23,83% 25,18%
Interest Expense 171.427 258.953 327.497 268.828 293.647
Cost of debt 5,00% 6,07% 8,88% 5,66% 5,53%
After Tax Cost of debt 3,27% 4,33% 6,69% 4,31% 4,14%
Sumber : Laporan Tahunan PT Sinar Mas Agro & Technology Tbk, diolah kembali
Untuk PT Sinar Mas Agro & Technology Tbk., cost of debt tertinggi terjadi pada
tahun 2009 yang ditandai dengan beban bunga tertinggi meskipun level total
utang relatif rendah dibanding tahun-tahun lainnya. Adapun cost of debt terendah
tercatat pada tahun 2007 dikarenakan rasio beban bunga, total utang terendah,
namun pada tax rate tertinggi pada tahun tersebut.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
36
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Cost of Equity PT PP London Sumatera, Tbk
2007 2008 2009 2010 2011
Risk Free Rate (Rf) 8,00% 9,25% 6,50% 6,50% 6,00%
Risk Premium (RPm) 9,29% 12,88% 9,00% 9,13% 9,60%
Market Risk (β) 1.22 0.98 1.45 1.57 1.88
Cost of equity 19,33% 21,87% 19,55% 20,83% 24,05%
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate (1 Mei 2012, 20.00),
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ (1 Mei 2012, 20.00), diolah kembali
Dari table 4.8 terlihat bahwa cost of equity PT PP London Sumatera Tbk tertinggi
ialah pada tahun 2011 yakni sebesar 24,05% sebagai dampak tingginya market
risk perusahaan serta risk premium tahun tersebut dibanding tahun sebelumnya.
Cost of equity terendah terjadi pada tahun 2007 yakni sebesar 19,33% terutama
dikarenakan kombinasi market risk dan risk premium yang relatif kecil.
Tabel 4.9 Perhitungan Cost of Equity PT Astra Agro Lestari, Tbk
2007 2008 2009 2010 2011
Risk Free Rate (Rf) 8,00% 9,25% 6,50% 6,50% 6,00%
Risk Premium (RPm) 9,29% 12,88% 9,00% 9,13% 9,60%
Market Risk (β) 1.44 0.93 1.24 1.20 1.56
Cost of equity 21,38% 21,23% 17,66% 17,46% 20,98%
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate (1 Mei 2012, 20.00);
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ (1 Mei 2012, 20.00), diolah kembali
Untuk PT Astra Agro Lestari Tbk, cost of equity tertinggi ialah pada tahun 2007
yang tercatat sebesar 21,38% yang disebabkan oleh tingginya risk free rate serta
market risk perusahaan pada tahun tersebut. Sedangkan cost of equity terendah
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
37
terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 17,46% terutama disebabkan oleh tingkat
risk free rate yang rendah serta penurunan market risk perusahaan.
Tabel 4.10 Perhitungan Cost of Equity PT Tunas Baru Lampung, Tbk
2007 2008 2009 2010 2011
Risk Free Rate (Rf) 8,00% 9,25% 6,50% 6,50% 6,00%
Risk Premium (RPm) 9,29% 12,88% 9,00% 9,13% 9,60%
Market Risk (β) 1.44 1.11 1.31 1.39 1.56
Cost of equity 21,38% 23,55% 18,29% 19,19% 20,98%
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate (1 Mei 2012, 20.00)
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ (1Mei 2012, 20.00), diolah kembali
Untuk PT Tunas Baru Lampung, Tbk, tercatat cost of equity tertinggi terjadi pada
tahun 2008 yang mencapai 23,55% sebagai dampak risk free rate serta risk
premium tertinggi selama periode tersebut berturut-turut sebesar 9,25% dan
12,88%, meskipun di tahun yang sama market risk tercatat yang paling rendah
(1.11). Tahun 2009 perusahaan mencatatkan cost of equity terendah sebagai efek
turunnya risk free rate yang berlaku ke level 6,5% dari sebelumnya 9,25%.
Tabel 4.11
Perhitungan Cost of Equity PT Sampoerna Agro, Tbk
2007 2008 2009 2010 2011
Risk Free Rate (Rf) 8,00% 9,25% 6,50% 6,50% 6,00%
Risk Premium (RPm) 9,29% 12,88% 9,00% 9,13% 9,60%
Market Risk (β) 1.04* 1.04 1.14 1.03 1.40
Cost of equity 17,66% 22,65% 16,76% 15,90% 19,44% *Asumsi Market Risk tahun 2007 sama dengan tahun 2008
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate (1 Mei 2012, 20.00);
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ (1Mei 2012, 20.00), diolah kembali.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
38
Dalam periode 2007-2011, PT Sampoerna Agro Tbk mencatatkan cost of equity
tertinggi pada tahun 2008 sebagai dampak tingkat risk free rate dan risk premium
tertinggi selama periode rentang waktu tersebut (9,25% dan 12,88%). Sedangkan
cost of equity terendah tercatat pada tahun 2010 yakni sebesar 15,90% yang dipicu
rendahnya risk free rate dan market risk perusahaan pada tahun tersebut.
Tabel 4.12 Perhitungan Cost of Equity PT Sinar Mas Agro & Technology, Tbk
2007 2008 2009 2010 2011
Risk Free Rate (Rf) 8,00% 9,25% 6,50% 6,50% 6,00%
Risk Premium (RPm) 9,29% 12,88% 9,00% 9,13% 9,60%
Market Risk (β) 0.14 0.51 (0.12) 0.66 0.67
Cost of equity 9,30% 15,82% 5,42% 12,53% 12,43%
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate (1 Mei 2012, 20.00); http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ (1Mei 2012, 20.00), diolah kembali.
Untuk PT Sinar Mas Agro & Technology Tbk, cost of equity tertinggi tercatat
pada tahun 2008 yaitu sebesar 15,82%, yang kembali dipicu oleh tingkat risk free
rate dan risk premium yang mencapai level tertinggi dalam rentang periode 2007-
2011. Perusahaan mencapai tingkat cost of equity terendah pada tahun 2009
sebagai efek pembalikan risiko pasar perusahaan menjadi -0.12 selain didorong
pula oleh rendahnya risk free rate (6,5%) dan risk premium (9,00%) pada tahun
tersebut.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
39
Tabel 4.13 Perhitungan Weighted Average Cost of capital (WACC)
PT PP London Sumatera Tbk
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Debt to capital ratio 30,56% 26,98% 12,42% 7,72% 6,69%
Equity to capital ratio 69,44% 73,02% 87,58% 92,28% 93,31%
After tax cost of debt 4,65% 2,51% 6,76% 5,10% 0,75% 3,96%
Cost of equity 19,33% 21,87% 19,55% 20,83% 24,05% 21,13%
WACC 14,85% 16,65% 17,96% 19,62% 22,49% 18,31%
Sumber : Diolah penulis
Dari Tabel 4.13 diketahui bahwa hasil akhir perhitungan biaya modal PT PP
London Sumatera Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun pada
periode 2007-2011, meskipun komposisi invested capital baik dari utang dan
ekuitas mengalami fluktuasi pada periode tersebut. Demikian pula halnya dengan
nilai biaya utang dan biaya ekuitas yang juga berfluktuasi pada periode tersebut.
Tabel 4.14 Perhitungan Weighted Average Cost of capital (WACC)
PT Astra Agro Lestari Tbk
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Debt to capital ratio 3,04% 3,13% 3,10% 3,50% 3,88%
Equity to capital ratio 96,96% 96,87% 96,90% 96,50% 96,12%
After tax cost of debt 4,07% 0,07% 10,29% 2,15% 1,29% 3,57%
Cost of equity 21,38% 21,23% 17,66% 17,46% 20,98% 19,74%
WACC 20,85% 20,57% 17,43% 16,92% 20,21% 19,20%
Sumber : Diolah penulis
Untuk PT Astra Agro Lestari Tbk diketahui dari Tabel 4.14 bahwa biaya modal
perusahaan tertinggi ialah pada tahun 2007 sebesar 20,85% yang kemudian terus
mengalami penurunan hingga tahun 2010 mencapai nilai terendah sebesar
16,92%. Terlihat tren penurunan biaya modal tersebut didorong oleh penurunan
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
40
cost of equity secara keseluruhan, hingga naik kembali pada tahun 2011 yang juga
berdampak pada kenaikan biaya modal menjadi 20,22%.
Tabel 4.15 Perhitungan Weighted Average Cost of capital (WACC)
PT Tunas Baru Lampung Tbk
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Debt to capital ratio 63,53% 72,06% 62,69% 61,37% 58,35%
Equity to capital ratio 36,47% 27,94% 37,31% 38,63% 41,65%
After tax cost of debt 2,94% 3,99% 4,71% 3,43% 3,01% 3,61%
Cost of equity 21,38% 23,55% 18,29% 19,19% 20,98% 20,68%
WACC 9,67% 9,45% 9,78% 9,52% 10,49% 9,78%
Sumber : Diolah penulis
Dari Table 4.15 terlihat bahwa biaya modal PT Tunas Baru Lampung Tbk tidak
menunjukkan fluktuasi yang signifikan. WACC tertinggi tercatat pada tahun 2011
yakni sebesar 10,49%, Sedangkan WACC terendah tercatat pada tahun 2008 yaitu
sebesar 9,45%.
Tabel 4.16 Perhitungan Weighted Average Cost of capital (WACC)
PT Sampoerna Agro Tbk
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Debt to capital ratio 13,06% 12,77% 12,94% 15,55% 16,39%
Equity to capital ratio 86,94% 87,23% 87,06% 84,45% 83,61%
After tax cost of debt 26,47% 7,64% 7,38% 5,17% 3,96% 10,12%
Cost of equity 17,66% 22,65% 16,76% 15,90% 19,44% 18,48%
WACC 18,81% 20,73% 15,55% 14,23% 16,90% 17,24%
Sumber : Diolah penulis
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
41
Berdasarkan Tabel 4.16, WACC PT Sampoerna Agro Tbk pada periode 2007-
2011 menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 tercatat WACC
perusahaan sebesar 18,81%, naik menjadi 20,73% pada tahun 2008, kemudian
berturut-turut turun menjadi 15,55% pada tahun 2009 dan 14,23% pada tahun
2010, namun kemudian naik kembali pada tahun 2011 menjadi 16,90%.
Tabel 4.17 Perhitungan Weighted Average Cost of capital (WACC)
PT Sinar Mas Agro Resource & Technology Tbk
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Debt to capital ratio 47,58% 46,43% 42,08% 43,64% 41,00%
Equity to capital ratio 52,42% 53,57% 57,92% 56,36% 59,00%
After tax cost of debt 3,27% 4,33% 6,69% 4,31% 4,14% 4,55%
Cost of equity 9,30% 15,82% 5,42% 12,53% 12,43% 11,10%
WACC 6,43% 10,48% 5,96% 8,94% 9,03% 8,17%
Sumber : Diolah penulis
Fluktuasi pada biaya modal juga terlihat dari PT Sinar Mas Agro Resources &
Technology Tbk. pada periode 2007-2011. Pada tahun 2007, WACC tercatat
sebesar 6.43%, kemudian naik menjadi 10.48% di tahun 2008. Pada tahun 2009
WACC mengalami penurunan menjadi 5.96%, namun kembali naik menjadi
8.95% di tahun 2010 dan 9.03% pada tahun 2011.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
42
4.3.3 Perhitungan Economic Value Added
Perhitungan Economic Value Added dilakukan dengan mengurangkan adjusted
NOPAT dengan hasil perkalian cost of capital dan adjusted capital yang telah
dikalkulasikan sebelumnya.
Tabel 4.18
Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT PP London Sumatera Tbk.
2007 2008 2009 2010 2011
Adjusted NOPAT 508.282 898.653 730.484 1.013.051 1.655.508
WACC 14,85% 16,65% 17,96% 19,62% 22,49%
Adjusted Capital 3.436.027 4.454.593 4.430.526 4.995.489 6.293.166
EVA (1.898) 157.026 (65.330) 32.973 240.244
Sumber : Diolah penulis
Dari Tabel 4.18 terlihat pada tahun 2008, 2010, dan 2011, PT London Sumatera
Tbk telah berhasil memberikan nilai tambah ekonomis kepada para investornya.
Nilai EVA tertinggi tercapai pada tahun 2011 yang tercatat sebesar Rp 240.244
juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2009 perusahaan tidak mencatatkan
nilai tambah ekonomis, terlihat dari nilai EVA yang negatif di kedua tahun
tersebut.
Tabel 4.19 Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT Astra Agro Lestari Tbk
2007 2008 2009 2010 2011
Adjusted NOPAT 2.049.608 2.744.146 1.730.585 2.197.202 2.428.665
WACC 20,85% 20,57% 17,43% 16,92% 20,21%
Invested Capital 4.203.374 5.342.616 6.646,.47 7.788.119 8.713.597
EVA 1.173.116 1.645.333 571.918 879.448 667.444
Sumber : Diolah penulis
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
43
Untuk PT Astra Agro Lestari Tbk, selama periode 2007-2011 perusahaan telah
berhasil menciptakan nilai EVA yang positif, meskipun mengalami fluktuasi dari
tahun ke tahun. Nilai EVA tertinggi tercatat pada tahun 2008 yakni sebesar Rp
1.645.333 juta rupiah, sedangkan yang terendah pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp
571.918 juta rupiah.
Tabel 4.20 Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT Tunas Baru Lampung Tbk
2007 2008 2009 2010 2011
Adjusted NOPAT 113.172 27.224 286.733 277.701 458.015
WACC 9,67% 9,45% 9,78% 9,52% 10,49%
Invested Capital 2.729.745 2.595.966 2.575.199 3.396.994 4.073.415
EVA (150.678) (218.141) 34.962 (45.599) 30.673
Sumber : Diolah oleh penulis
Dari Tabel 4.20 terlihat bahwa pada periode 2007-2011, PT Tunas Baru Lampung
Tbk hanya berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis pada tahun 2009 dan
2011, sedangkan pada tahun 2007, 2009, dan 2010 nilai EVA tercatat negatif.
Tabel 4.21 Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT Sampoerna Agro Tbk.
2007 2008 2009 2010 2011
Adjusted NOPAT 210.527 454.063 291.700 464.463 537.377
WACC 18,81% 20,74% 15,55% 14,24% 16,91%
Adjusted capital 1.688.279 1.769.522 2.043.194 2.552.875 2.976.410
EVA (107.078) 87.270 (25.946) 101.076 34.293
Sumber : Diolah penulis
Untuk PT Sampoerna Agro Tbk terlihat bahwa penciptaan nilai tambah ekonomis
oleh perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai EVA tertinggi
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
44
pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 101.076 juta rupiah, sedangkan pada tahun
2007 dan 2009 nilai EVA tercatat negatif.
Tabel 4.22 Perhitungan Economic Value Added (EVA)
PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk
2007 2008 2009 2010 2011
Adjusted NOPAT 1.282.706 1.136.282 688.861 1.310.944 1.859.740
WACC 6,43% 10,48% 5,96% 8,94% 9,03%
Invested Capital 7.207.077 9.191.924 8.761.234 10.887.303 12.952.679
EVA 819.241 172.609 167.112 337.606 689.918
Sumber : Diolah penulis
PT Sinar Mas Agro & Resources Tbk secara umum telah berhasil menciptakan
nilai tambah ekonomis bagi investor selama rentang waktu 2007-2011. Nilai EVA
tertinggi tercatat pada tahun 2007 yakni sebesar Rp 819.241 juta rupiah,
sedangkan pada tahun 2009 nilai EVA tercatat pada level terendah yakni Rp
167.112 juta rupiah. Namun demikian setelahnya perusahaan mencatatkan tren
kenaikan EVA yang cukup signifikan. Pada tahun 2011 nilai EVA bahkan
meningkat 104% dari tahun sebelumnya.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
45
4.4 Analisis Perbandingan EVA antara Perusahaan Penghasil Produk
Kelapa Sawit
Perbandingan atas nilai EVA diantara perusahaan-perusahaan produsen panghasil
kelapa sawit dilakukan dengan membandingkan nilai EVA dengan adjusted
capital pada tahun yang sama. Hasil perhitungan EVA atas adjusted capital dapat
dilihat pada Tabel 4.23 dan pergerakan dari tahun ke tahun ditampilkan pada
Gambar 4.2.
Tabel 4.23 Rasio Nilai EVA atas Adjusted capital
Perusahaan-perusahaan Penghasil Produk Kelapa Sawit
2007 2008 2009 2010 2011
PT. PP London Sumantera Tbk. (LSIP) -0.06% 3.53% -1.47% 0.66% 3.82%
PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 27.91% 30.80% 8.60% 11.29% 7.66%
PT. Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) -5.52% -8.40% 1.36% -1.34% 0.75%
PT. Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) -6.35% 4.91% -1.26% 3.95% 1.15%
PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk. (SMAR) 11.37% 1.88% 1.91% 3.10% 5.33%
Sumber : Diolah penulis
Berdasarkan Tabel 4.23 di atas terlihat bahwa pada periode 2007-2011, PT PP
London Sumatera Tbk belum berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis pada
tahun 2007 dan 2009. Faktor utama penyebab belum terciptanya nilai tambah
ekonomis di kedua tahun tersebut ialah rendahnya adjusted NOPAT perusahaan
yang dipicu oleh rendahnya nilai penjualan di kedua tahun tersebut dibarengi
dengan tingginya beban perusahaan di tahun yang sama. Perusahaan berhasil
membukukan nilai EVA positif pada tahun 2008 sebagai dampak meningkatnya
penghasilan perusahaan yang dikontribusikan oleh peningkatan nilai penjualan
hingga 31% dari tahun 2011 seiring kenaikan harga komoditas. Demikian pula
halnya pada tahun 2010 dan 2011, perusahaan berhasil mencatatkan kenaikan
nilai penjualan serta disaat bersamaan menekan beban operasional dan keuangan
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
46
lainnya secara signifikan. Hal tersebut berdampak pada kontribusi peningkatan
EBIT dan adjusted NOPAT. Faktor lain yang turut memberi pengaruh ialah
keberhasilan perusahaan melunasi utang jangka pendek dan utang jatuh tempo
yang berdampak pada penurunan adjusted capital di dua tahun tersebut.
Untuk PT Astra Agro Lestari Tbk terlihat bahwa pada periode 2007-2011
perusahaan telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomi perusahaan
meskipun relatif mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 dan
2008 tercatat nilai EVA tertinggi yang disebabkan oleh tingginya biaya modal
namun pada nilai adjusted capital relatif kecil pada tahun tersebut. Sedangkan di
sisi operasional meskipun cash operating tax perusahaan juga tercatat pada nilai
tertinggi, namun ditopang oleh nilai EBIT yang juga relatif tinggi, nilai akhir
adjusted NOPAT juga tercatat tinggi.
Sedangkan PT Tunas Baru Lampung Tbk baru berhasil mencatatkan nilai EVA
positif pada tahun 2009 dan 2011. Pada tahun 2009, meskipun perusahaan
mengalami penurunan pendapatan usaha sebesar 30% dan laba kotor sebesar 40%
dari tahun sebelumnya, perusahaan berhasil mencatatkan EBIT yang lebih besar
dari tahun 2010 sebagai dampak dari langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan
yang berhasil menekan beban penjualan dan umum, serta meningkatnya
keuntungan dari selisih kurs. PT TBLA mencatatkan nilai EVA terendah pada
tahun 2008 yang disebabkan oleh anjloknya EBIT perusahaan sebagai dampak
tingginya beban penjualan perusahaan pada tahun tersebut yang naik 183% dari
tahun tahun 2007, yang tidak diikuti oleh kenaikan pendapatan yang hanya naik
115% dari tahun sebelumnya.
Untuk PT Sampoerna Agro Tbk, nilai EVA yang dihasilkan menunjukkan
fluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai EVA positif hanya terjadi pada tahun 2008,
2010, dan 2011, sedangkan pada tahun 2007 dan 2009 nilai EVA tercatat negatif.
Nilai EVA tertinggi terjadi pada tahun 2008, terutama disebabkan oleh besarnya
adjusted NOPAT. Meskipun disaat bersamaan biaya modal perusahaan terhitung
yang paling tinggi namun hal tersebut tidak diikuti oleh tingginya adjusted
capital, sehingga nilai akhir EVA tercatat positif tertinggi. Nilai EVA terendah
terjadi pada tahun 2007 sebagai dampak kecilnya adjusted NOPAT perusahaan
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
47
yang disebabkan kecilnya EBIT serta tingginya deferred tax assets pada tahun
tersebut.
Sedangkan untuk PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk secara
konsisten telah berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis bagi investor selama
periode 2007-2011 meskipun juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2008 perusahaan sempat mengalami penurunan nilai EVA yang cukup
signifikan dari tahun sebelumnya, namun kemampuan perusahaan dalam menjaga
tingkat biaya modal dan adjusted capital yang baik menjadikan nilai akhir EVA
tetap positif.
Gambar 4.1 Pergerakan Rasio Nilai EVA Terhadap Adjusted capital
Sumber : Diolah penulis
2007 2008 2009 2010 2011LSIP -0.06% 3.53% -1.47% 0.66% 3.82%AALI 27.91% 30.80% 8.60% 11.29% 7.66%TBLA -5.52% -8.40% 1.36% -1.34% 0.75%SGRO -6.35% 4.91% -1.26% 3.95% 1.15%SMAR 11.37% 1.88% 1.91% 3.10% 5.33%
-15.00%-10.00%
-5.00%0.00%5.00%
10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%35.00%
EVA/
Adju
sted
Capi
tal
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
48
4.5 Analisis EVA Rata-rata Industri Penghasil Produk Kelapa Sawit
Dari perhitungan persentase nilai EVA terhadap Adjusted capital tersebut
kemudian didapatkan nilai rata-rata EVA industri setiap tahun seperti terlihat pada
Tabel 4.24 dibawah ini :
Tabel 4.24 Nilai rata-rata EVA Industri Penghasil Produk Kelapa Sawit
Tahun Rata-rata EVA
2007 5.47%
2008 6.54%
2009 1.83%
2010 3.53%
2011 3.74% Sumber : Diolah penulis
Berdasarkan perhitungan rata-rata EVA industri penghasil produk kelapa sawit
tersebut diketahui bahwa secara keseluruhan kelima perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai tambah ekonomis selama rentang periode tersebut. Nilai EVA
tertinggi secara umum tercapai pada tahun 2008 sebagai dampak dari kenaikan
rata-rata harga pasar minyak kelapa sawit (CPO) yang naik sebesar 22% dari
harga rata-rata tahun 2007, atau pada level US$ 872/ton, yang juga tercatat
sebagai rekor tertinggi harga CPO dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun
2009 secara agregat terlihat bahwa nilai rata-rata EVA industri mengalami
penurunan. Hal ini terutama dipicu oleh terkoreksinya harga pasar CPO sebagai
dampak lanjutan krisis ekonomi global, dimana pada akhir tahun harga rata-rata
CPO turun 28% dari tahun 2008 atau senilai US$ 632/ton.
Rata-rata EVA kembali menunjukkan kenaikan pada tahun 2010, seiring kenaikan
harga rata-rata CPO sebesar 31.9% dari tahun 2009 menjadi lebih dari US$
901/ton. Demikian pula pada tahun 2011, rata-rata EVA industri menunjukkan
kenaikan setelah harga rata-rata CPO dunia sempat mencapai rekor harga tertinggi
sebesar US$ 1.292/ton pada Februari 2011 (CIF Rotterdam), serta rata-rata
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
49
tahunan tertinggi yaitu US 1.128/ton. Faktor peningkatan permintaan seiring
meningkatnya populasi penduduk dunia, serta pertumbuhan pasokan yang lebih
rendah daripada pertumbuhan permintaan menjadi pemicu utama kenaikan harga
komoditas tersebut. Kondisi tersebut semakin didukung oleh faktor stabilitas
ekonomi nasional yang mampu bertahan di tengah gejolak ekonomi global akibat
krisis utang di Eropa. Pertumbuhan ekonomi nasional tercatat naik menjadi 6.5%
dari capaian tahun 2010 sebesar 6.1%.
Tren peningkatan permintaan dunia akan produk kelapa sawit dari tahun ke tahun
menjadi faktor pendorong masih akan berkembangnya industri kelapa sawit di
masa mendatang. Posisi strategis Indonesia yang merupakan negara dengan
sebaran lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia yang masih dapat terus
berkembang, menjadi keunggulan komparatif industri kelapa sawit Indonesia
dibandingkan negara-negara produsen lainnya. Potensi ini dapat dimaksimalkan
melalui upaya intensifikasi yang terpadu, diantaranya melalui pengembangan
R&D yang tepat dan berkelanjutan sehingga output yang hanya dihasilkan dari
ekstensifikasi lahan namun juga produktivitas lahan yang telah ada.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
50
4.6 Perbandingan Nilai EVA dengan Kinerja Saham Perusahaan
4.6.1 Perbandingan Nilai EVA dengan Kinerja Saham PT London Sumatera Tbk. (LSIP)
Gambar 4.2 Pergerakan Saham LSIP 2007-2011 Sumber : http://finance.yahoo.com (6 Juni 2012, 14.00)
Saham LSIP menunjukkan kenaikan pada akhir tahun 2007 seiring positifnya
kinerja perusahaan. Pada semester I tahun 2008 saham LSIP terkoreksi cukup
tajam sebagai dampak langsung gejolak harga komoditas CPO dunia. Meskipun
mengalami fluktuasi selama tahun 2008, pada akhir tahun LSIP berhasil
mencatatkan kinerja finansial yang positif dengan kenaikan laba bersih sebesar
64% serta nilai EVA yang positif. Sedangkan dari Tabel 4.25 diketahui bahwa
kenaikan maupun penurunan nilai EVA LSIP dari tahun ke tahun, searah dengan
kenaikan/penurunan harga saham rata-rata pada tahun tersebut.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
51
Tabel 4.25 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata PT PP London Sumatera Indonesia Tbk.
2007 2008 2009 2010 2011
EVA* (1,898) 157,026 (65,330) 32,973 240,244
Δ EVA* N/A 158,924 (222,356) 98,303 207,271
Harga Saham Rata-rata** 997,32 1.052,37 973,74 1.782,56 2.253,50
Δ Harga Saham Rata-rata** N/A 55,05 (78,63) 808,82 470,95
* Dalam Juta Rupiah ** Dalam Rupiah Sumber : http://finance.yahoo.com, diolah kembali. 4.6.2 Perbandingan Nilai EVA dengan Kinerja Saham PT Astra Agro Lestari
Tbk. (AALI)
Gambar 4.3 Pergerakan Saham AALI 2007-2011
Sumber : (http://finance.yahoo.com; 6 Juni 2012, 14.00)
Pada periode 2007-2011, harga saham AALI juga menunjukkan fluktuasi dengan
koreksi terbesar terjadi sepanjang semester I 2008 sebagai dampak kekhawatiran
investor akan kinerja perusahaan seiring penurunan harga komoditas CPO dunia.
Saham relatif naik kembali pada kuartal IV 2008 sebagai dampak optimisme akan
kinerja perusahaan serta perbaikan harga komoditas yang masih berfluktuasi.
Kebijakan perusahaan untuk terus meningkatkan produktivitas kelapa sawit
melalui kebijakan intensifikasi lahan serta efisiensi biaya dalam kondisi pasar
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
52
yang volatile menjadi daya tarik investor dalam pemilihan saham AALI. Namun
demikian tren kenaikan saham tahun 2009 tidak diikuti dengan nilai EVA pada
tahun yang sama, yang meskipun tercatat nilai EVA positif namun mengalami
penurunan dari tahun 2008. Penurunan nilai EVA tahun 2009 tersebut juga sempat
diikuti oleh penurunan harga saham pada kuartal II tahun 2010 setelah evaluasi
atas kinerja perusahaan dilakukan.
Tabel 4.26 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI)
2007 2008 2009 2010 2011
EVA* 1.173.116 1.645.333 571.918 879.448 667.444
Δ EVA* N/A 472.217 (1.073.414) 307.530 (212.003)
Harga Rata-rata Saham** 13.293,35 17.466,87 16.077,12 20.934,94 21.457,89
Δ Harga Rata-rata Saham** N/A 4.173,52 -1.389,75 4.857,81 522,96
* Dalam Juta Rupiah ** Dalam Rupiah Sumber : http://finance.yahoo.com, diolah kembali.
4.6.3 Perbandingan Nilai EVA dengan Kinerja Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA)
Gambar 4.4 Pergerakan saham TBLA 2007-2011 Sumber : (http://finance.yahoo.com; 6 Juni 2012, 14.00)
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
53
Untuk saham TBLA secara umum ikut terpengaruh tren harga komoditas CPO
dunia yang rata-rata mengalami fluktuasi pada tahun 2008. Tren kenaikan kembali
terjadi semenjak tahun 2009 sampai dengan kuartal IV 2011 untuk kemudian
menunjukkan tren harga saham yang stabil. Dilihat hubungannya dengan nilai
EVA perusahaan terlihat kontradiksi posisi harga saham kuartal II 2009, dimana
meskipun nilai EVA 2008 tercatat negatif namun harga saham tetap menunjukkan
kenaikan. Demikian pula pada harga saham kuartal II 2011 yang juga mengalami
kenaikan meskipun nilai EVA tahun 2010 tercatat negatif.
Tabel 4.27 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA)
EVA* (150.678) (218.141) 34.962 (45.599) 30.673
Δ EVA* N/A (67.463) 253.104 (80.561) 76.272
Harga Rata-rata Saham** 411,47 415,80 267,31 370,66 533,71
Δ Harga Rata-rata Saham** N/A 4,33 -148,49 103,35 163,05
* Dalam Juta Rupiah ** Dalam Rupiah
Sumber : http://finance.yahoo.com, diolah kembali.
4.6.4 Perbandingan Nilai EVA dengan Kinerja Saham PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO)
Gambar 4.5 Pergerakan saham SGRO 2007-2011
Sumber : (http://finance.yahoo.com; 6 Juni 2012, 14.00)
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
54
Untuk saham SGRO terlihat tren yang sama dengan harga saham industri secara
keseluruhan dalam periode 2007-2011. Pergerakan tidak searah harga saham dan
nilai EVA terlihat pada kuartal II 2008 dimana meski nilai EVA 2007 tercatat
negatif harga saham SGRO menunjukkan tren kenaikan. Namun pada periode
berikutnya terlihat pergerakan searah antara nilai EVA pada akhir tahun dengan
harga saham perusahaan para kuartal II tahun berikutnya. Kenaikan nilai EVA
tahun 2008 diikuti dengan pola kenaikan harga saham pada kuartal II 2009,
demikian pula penurunan EVA pada 2009 yang diikuti penurunan harga saham
pada kuartal II 2010. Hal serupa terjadi pada kenaikan nilai EVA tahun 2010 yang
diikuti kenaikan saham pada kuartal II 2011, demikian pula penurunan nilai EVA
2011 diiskuti dengan pergerakan penurunan harga saham SGRO kuartal II 2012.
Tabel 4.28 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO)
2007 2008 2009 2010 2011
EVA* (107.078) 87.270 (25.946) 101.076 34.293
Δ EVA* N/A 194.348 (113.216) 127.022 (66.783)
Harga Rata-rata Saham** 2.336,45 2.726,43 1.712,67 2.580,96 3.110,44
Δ Harga Rata-rata Saham** N/A 389,98 (1013,76) 868,29 529,48
* Dalam Juta Rupiah ** Dalam Rupiah
Sumber : http://finance.yahoo.com, diolah kembali.
4.6.5 Perbandingan Nilai EVA dengan Kinerja Saham PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk. (SMAR)
Harga saham SMAR pada periode 2007-2011 masih terpengaruh kondisi industri
secara keseluruhan ditandai dengan fluktuasi harga pada tahun 2008. Pada periode
2009 dan seterusnya terlihat harga saham menunjukkan tren kenaikan walaupun
relatif mengalami fluktuasi.
Fakta ini sejalan dengan hasil perhitungan EVA SMAR yang sempat turun tajam
dari tahun 2008 ke tahun 2009, namun secara konsisten mengalami kenaikan
sampai dengan tahun 2011.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
55
Gambar 4.6 Pergerakan saham SMAR 2007-2011 Sumber : (http://finance.yahoo.com; 6 Juni 2012, 14.00)
Kemampuan perusahaan untuk bertahan pada kondisi krisis dan gejolak harga
komoditas menjadikan harga saham SMAR relatif stabil dan menunjukkan tren
kenaikan yang konsisten. Hal tersebut ditunjang fakta bahwa SMAR merupakan
satu-satunya perusahaan yang mencatatkan nilai EVA positif dan mengalami
peningkatan terus menerus setelah gejolak yang terjadi tahun 2008, yang tidak
terjadi pada perusahaan lainnya.
Tabel 4.29 Nilai EVA dan Harga Saham Rata-rata PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk. (SMAR)
2007 2008 2009 2010 2011 EVA* 819.241 172.609 167.112 337.606 689.918 Δ EVA* N/A (646.631) (5.497) 170.494 352.312 Harga Rata-rata Saham** 3.778,05 5.046,04 2.541,96 3.793,35 6.052,23 Δ Harga Rata-rata Saham** N/A 1.267,99 (2.504,08) 1.251,39 2.258,88
* Dalam Juta Rupiah ** Dalam Rupiah
Sumber : http://finance.yahoo.com, diolah kembali.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
56 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN & SARAN
5.1. Kesimpulan
Atas perhitungan yang telah dilakukan kepada kelima perusahaan penghasil
produk kelapa sawit pada periode 2007-2011, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1 Variabel & Nilai EVA Perusahaan Penghasil Produk Kelapa Sawit
Periode 2007-2011 (Dalam Juta Rupiah)
Co. Variabel Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
L S I P
Adjusted NOPAT 508.282 898.653 730.484 1.013.051 1.655.508
Cost of Capital 14,85% 16,65% 17,96% 19,62% 22,49%
Adjusted Capital 3.436.027 4.454.593 4.430.526 4.995.489 6.293.166
EVA (1.898) 157.026 (65.330) 32.973 240.244
A A L I
Adjusted NOPAT 2.049.608 2.744.146 1.730.585 2.197.202 2.428.665
Cost of Capital 20,85% 20,57% 17,43% 16,92% 20,21%
Adjusted Capital 4.203.374 5.342.616 6.646.847 7.788.119 8.713.597
EVA 1.173.116 1.645.333 571.918 879.448 667.444
T B L A
Adjusted NOPAT 113.172 27.224 286.733 277.701 458.015
Cost of Capital 9,67% 9,45% 9,78% 9,52% 10,49%
Adjusted Capital 2.729.745 2.595.966 2.575.199 3.396.994 4.073.415
EVA (150.678) (218.141) 34.962 (45.599) 30.673
S G R O
Adjusted NOPAT 210.527 454.063 291.700 464.463 537.377
Cost of Capital 18,81% 20,73% 15,55% 14,23% 16,90%
Adjusted Capital 1.687.071 1.778.595 2.052.825 2.556.566 2.984.691
EVA (107.078) 87.270 (25.946) 101.076 34.293
S M A R
Adjusted NOPAT 1.282.706 1.136.282 688.861 1.310.944 1.859.740
Cost of Capital 6,43% 10,48% 5,96% 8,94% 9,03%
Adjusted Capital 7.207.077 9.191.924 8.761.234 10.887.303 12.952.679
EVA 819.241 172.609 167.112 337.606 689.918 Sumber : Diolah penulis.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
57
Dari hasil perhitungan tersebut di atas diketahui bahwa dari kelima perusahaan
penghasil produk kelapa sawit yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian
ini, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dan PT Sinar Mas Agro Resources &
Technology Tbk. (SMAR) merupakan perusahaan yang secara konsisten telah
berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis, dilihat dari hasil nilai EVA yang
positif meskipun mengalami fluktuasi pada periode tahun 2007-2011. Sedangkan
ketiga perusahaan lainnya belum secara konsisten dapat menciptakan nilai tambah
ekonomis perusahaan, dilihat dari nilai EVA yang berbeda di setiap tahun dalam
periode tersebut, baik nilai EVA negatif maupun positif. Namun secara
keseluruhan pada akhir periode yakni tahun 2011 semua perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai tambah ekonomis bagi para pemegang saham maupun investor,
terlihat dari pencapaian nilai EVA yang positif oleh semua perusahaan. Hasil
tersebut dapat menjadi gambaran membaiknya kinerja perusahaan secara
keseluruhan serta memberi harapan pada prospek perkembangan industri ini di
masa mendatang.
Dari perhitungan tersebut di atas diketahui pula nilai rata-rata penciptaan EVA
oleh perusahaan dalam industri kelapa sawit yang dihitung dari persentasi nilai
EVA atas adjusted capital perusahaan (Tabel 4.23 dan Tabel 4.24). Dari hasil
perhitungan tersebut diketahui bahwa pada tahun 2007-2008 terjadi peningkatan
persentase nilai EVA atas adjusted capital dalam industri, meskipun pada tahun
2009 mengalami penurunan dikarenakan gejolak komoditas CPO dunia. Pada
akhir periode, yakni tahun 2010-2011 terjadi peningkatan kembali atas persentase
rata-rata EVA industri tersebut, bersamaan dengan peningkatan harga CPO dunia
dan perbaikan kinerja perusahaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain kekurangan dalam
penyesuaian adjusted NOPAT, serta detail perhitungan cost of capital yang
meliputi cost of equity dan cost of debt dikarenakan kurangnya informasi beban
bunga dan hutang outstanding dari setiap perusahaan dalam periode penelitian.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
58
5.3 Saran
5.3.1 Saran Untuk Manajemen Perusahaan
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini manajemen
sebagai perwakilan pemegang saham dan investor dalam meningkatkan nilai EVA,
antara lain :
Meningkatkan laba operasi melalui maksimalisasi pendapatan disertai dengan
upaya efisiensi berkelanjutan seperti yang dilakukan oleh PT. Astra Agro
Lestari Tbk. dan PT. Sinar Mas Agro Resources & Technologies Tbk
diantaranya melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, serta
pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse,
Recycle dan Recovery).
Keputusan investasi yang diambil ditujukan pada proyek dengan potensi
return yang lebih besar dari biaya modal. Pada industri kelapa sawit, upaya
peningkatan pendapatan tidak hanya dilakukan melalui dengan ekstensifikasi
berupa penambahan luas area lahan, namun juga intensifikasi atas areal
tertanam dan menghasilkan, di antaranya melalui pengembangan dan
penerapan Research & Development (R&D) secara berkelanjutan.
5.3.2 Saran Untuk Investor
Menggunakan analisis EVA sebagai bahan evaluasi atas kinerja manajemen dalam
menciptakan dan meningkatkan value perusahaan, serta secara konsisten
menggunakan metode ini untuk mendorong manajemen untuk senantiasa
berupaya meningkatkan nilai perusahaan sesuai dengan tingkat yang diharapkan
investor. Bagi keputusan investasi, analisis EVA dapat digunakan sebagai
pertimbangan atas kinerja historis perusahaan dalam menciptakan nilai tambah
perusahaan.
5.3.3 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Pada penelitian selanjutnya pembahasan mengenai penciptaan nilai tambah
ekonomis dilakukan dengan mengkalkulasikan komponen penyusun EVA secara
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
59
menyeluruh, baik pada adjusted NOPAT, maupun cost of capital untuk
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai kinerja perusahaan.
Sedangkan dalam lingkup industri, penelitian dapat dilakukan pada jumlah
perusahaan yang lebih banyak serta periode kerja yang lebih panjang untuk
melihat pengaruh keputusan investasi yang dilakukan dengan nilai EVA yang
tercipta, serta melihat korelasi penciptaan nilai EVA dengan preferensi pemilihan
saham oleh investor menggunakan tolok ukur pengambilan keputusan investasi
lainnya.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
60 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Abate, James A., James L. Grant, & G. Bennett Stewart III. (2004) The EVA
Style of Investing. The Journal of Portfolio Management, 61-74.
Amri, Qayuum & Sopia Siregar. Outlook 2012 : Industri CPO Masih Positif. 7
April 2012.
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/20319/Outlook-2012-Industri-
CPO-Masih-Positif
Anthony, Robert N., and Vijay Govindarajan. (2007) Management Control
Systems 12th ed. Irwin-McGraw Hill.
Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, 1 Maret 2012.
http://www.bps.go.id/getfile.php?news=908
Bank Indonesia. BI Rate. 1 Mei 2012.
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/
Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia. 10 Mei 2012.
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekon
omian+Indonesia/
Bodie, Z., Kane, A., Marcus, A.J. (2011) Investments and Portfolio Management :
Global Edition. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Damodaran Online, Discount Rate Estimation. 1 Mei 2012.
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/
Dunia Industri, 2012, Sawit RI 25 Juta Ton Setara US$ 25 Miliar. 4 April 2012.
http://duniaindustri.com/berita-agroindustri-indonesia/762-2012-produksi-
sawit-ri-25-juta-ton-setara-us-25-
miliar.html?tmpl=component&print=1&page
Economic Value Added Sebagai Konsep, 20 Mei 2012.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/economic-value-added-eva-
sebagai-konsep_28.html
Grant, James L. (2003), Foundations of Economic Value Added. Pennsylvania :
Frank J. Fabozzi Associates.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
61
Harper, David. Calculating NOPAT, 5 Mei 2012.
http://www.investopedia.com/university/EVA/EVA2.asp
Harper, David. EVA : What Does It Really Means, 28 Mei 2012.
http://www.investopedia.com/university/EVA/EVA5.asp#axzz1t8RAdGGS
Investopedia, All About EVA, 20 Mei 2012.
http://www.investopedia.com/articles/fundamental/03/031203.asp#axzz1t8
RAdGGS
Nurauliawati, Hersye. (2010), Analisis Kinerja Perusahaan Industri
Telekomunikasi Dengan Metode Economic Value Added (Periode 2006-
2009). MM-FEUI. PT ASTRA AGRO LESTARI TBK.
http://www.astra-agro.co.id/index.php/financial-statement-
PT PP LONDON SUMATERA TBK.
http://www.londonsumatra.com/
PT SAMPOERNA AGRO TBK.
http://www.sampoernaagro.com/index.php?page=investor&roid=2&lang=
en
PT SINAR MAS RESOURCES AND TECHNOLOGY TBK.
http://www.smart-tbk.com/ir_quarterly_reports.php
PT TUNAS BARU LAMPUNG TBK.
http://www.tunasbarulampung.com/investor/financial/financial-statement
Ross, Stephen A., Westerfield. Randolph W. dan Jaffe. Jeffrey (2010). Corporate
Finance (9th Edition). Singapore:McGraw-Hill International.
Siregar, Sopia. Harga CPO Berpotensi ke Level 4.000 Ringgit per Ton. 7 April
2012.
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/24674/Harga-CPO-
Berpotensi-ke-Level-4.000-Ringgit-per-Ton
Stewart, G. Bennett (1991). The Quest for Value : A Guide for Senior Managers.
HarperCollins Publishers, Inc.
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
62
Sunardi, Harjono (2010). Pengaruh Penilaian Kinerja Dengan ROI dan EVA
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks
LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol. 2 No. 1 Mei 2010,
70-92.
Wijaya, Danny. PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), 7 April 2012
http://stockdata.indonesiafinancetoday.com/financial-result/LSIP
Wisnu, Andra & Danny Wijaya. Kinerja Saham Produsen CPO Diprediksi
Stagnan. 7 April 2012.
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/21003/Kinerja-Saham-
Produsen-CPO-Diprediksi-Stagnan
Yahoo Finance. 6 Juni 2012.
http://finance.yahoo.com/echarts?s=LSIP.JK#symbol=lsip.jk;range=20070
507,20120507;compare=;indicator=volume;charttype=area;crosshair=on;o
hlcvalues=0;logscale=off;source=undefined (6 Juni 2012, 14.00)
http://finance.yahoo.com/echarts?s=AALI.JK#symbol=aali.jk;range=2007
0507,20120507;compare=;indicator=volume;charttype=area;crosshair=on;
ohlcvalues=0;logscale=off;source=undefined; (6 Juni 2012, 14.00)
http://finance.yahoo.com/echarts?s=TBLA.JK#symbol=tbla.jk;range=2007
0510,20120507;compare=;indicator=volume;charttype=area;crosshair=on;
ohlcvalues=0;logscale=off;source=undefined; (6 Juni 2012, 14.00)
http://finance.yahoo.com/echarts?s=SGRO.JK#symbol=sgro.jk;range=200
70618,20120518;compare=;indicator=volume;charttype=area;crosshair=on
;ohlcvalues=0;logscale=off;source=undefined; (6 Juni 2012, 14.00)
http://finance.yahoo.com/echarts?s=SMAR.JK#symbol=smar.jk;range=20
070510,20120507;compare=;indicator=volume;charttype=area;crosshair=o
n;ohlcvalues=0;logscale=off;source=undefined; (6 Juni 2012, 14.00)
2012, GAPKI Bidik Produksi CPO 25 Juta. 6 Mei 2012.
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1815080/2012-gapki-bidik-produksi-
cpo-25-juta-ton
Analisis kinerja..., Christianus Frans Barry, FE UI, 2012