universitas indonesia komunikasi dan edukasi di...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
KOMUNIKASI DAN EDUKASI DI MUSEUM
ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA
TESIS
KUKUH PAMUJI 0806435854
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER ARKEOLOGI
DEPOK JULI 2010
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
i
UNIVERSITAS INDONESIA
KOMUNIKASI DAN EDUKASI DI MUSEUM
ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
KUKUH PAMUJI 0806435854
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER ARKEOLOGI
DEPOK JULI 2010
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 19 Juli 2010 Kukuh Pamuji
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah
saya nyatakan dengan benar.
Nama : Kukuh Pamuji NPM : 0806435854 Tanda Tangan : Tanggal : 19 Juli 2010
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis yang diajukan oleh : Nama : Kukuh Pamuji NPM : 0806435854 Program Studi : Magister Arkeologi Judul : Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta Ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Arkeologi pada Program Studi Magister Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Ketua Penguji : Dr. Irmawati M.Johan (……………………..) Pembimbing : Prof. Dr. Noerhadi Magetsari (….………………….) Ko-pembimbing : Dr. Wanny Rahardjo W (….………………….) Penguji : Dr. Supratikno Rahardjo (….………………….) Penguji : Dr. Kresno Yulianto S (….………………….) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 19 Juli 2010 Oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. NIP. 196510231990031002
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Karunia-Nya,
sehingga tesis berjudul Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan
Jakarta dapat diselesaikan. Pemilihan topik ini dilatarbelakangi oleh keinginan
untuk ikut menyumbangkan hasil pemikiran pada pengembangan Museum Istana
Kepresidenan Jakarta dalam rangka pelaksanaan program edukasi dan komunikasi
bagi masyarakat luas dengan tidak mengesampingkan kepentingan yang lain.
Penulisan tesis ini sudah pasti tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa
dukungan, perhatian, pemahaman, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang setinggi-tingginya
kepada:
(1) Beasiswa Unggulan Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan
kepercayaan kepada saya untuk menempuh studi Magister Arkeologi di
Universitas Indonesia.
(2) Prof. Dr. Noerhadi Magetsari selaku pembimbing mulai dari penyusunan
proposal sampai selesainya tesis ini. Banyak hal yang dapat penulis petik
selama dalam bimbingan. Beliau selalu memacu dan memberikan dorongan
agar tidak menunda-nunda penulisan tesis ini, dengan sabar beliau terus
memberi semangat kepada penulis.
(3) Dr. Wanny Rahardjo selaku Ko-pembimbing, ditengah-tengah kesibukan
beliau dengan sabar dan bijak membimbing penulis, sehingga pada akhirnya
tesis ini layak untuk diujikan.
(4) Dr. Irmawati M. Johan dengan beberapa saran dan masukannya dapat
memberikan makna dan upaya untuk mempertajam dan menyempurnakan
penulisan tesis ini.
(5) Dr. Supratikno Rahardjo dengan beberapa kritik, pertanyaan dan masukannya
membuat penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaktelitian
dalam menulis tesis ini.
(6) Dr. Kresno Yulianto dengan saran dan masukannya membuat penulis
merasa banyak kekurangan dan berupaya dengan sekuat tenaga untuk
memperbaiki tesis ini seoptimal mungkin.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
vi
(7) Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan ”museologi”
kepada penulis untuk memasuki dunia baru yang belum pernah penulis
rasakan.
(8) Bapak dan Ibu tercinta, sembah sujud penulis haturkan atas segala do’a dan
pengorbanan yang tidak bisa dinilai dengan apapun untuk keberhasilan
penulis dalam menempuh pendidikan ini, dengan ini penulis berdo’a semoga
apa yang telah penulis lakukan ini dapat memenuhi harapan beliau.
(9) Yang selalu mendapat tempat di hati penulis yakni, Nunung Nurhasanah,
S.Pd., Muhammad Reza Hanief, Nibras Muhammad Rashif, Saffana Khalish,
dan Oryza Fauziah Azzahra, yang dengan penuh kesabaran dalam penantian
yang panjang menjalani liku hidup dan tabah menghadapi segala persoalan
sehingga penulis dapat memusatkan segenap perhatian pada penulisan tesis
ini, penulis hanya dapat berharap semoga dengan selesainya pendidikan ini
dapat sedikit membahagiakan mereka.
(10) Suripto, S.H., M.H. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat
Negara RI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan pada program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
(11) Teman-teman widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat
Negara RI yang selalu membantu dan mendukung serta tempat penulis untuk
bertukar pikiran.
(12) Dra. Adek Wahyuni Saptantinah selaku Kepala Bagian Museum dan Sanggar
Seni, Rumah Tangga Kepresidenan yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menelusuri data inventarisasi koleksi benda seni Istana
Krepresidenan.
(13) Teman-teman ”seperjuangan” museologi angkatan 2008 (Zahir, Daniel,
Kartum, Judi Wahyudin, Sarjiyanto, Tampil, Salam, Unding, Windu,
Gunawan, Rofik, Ayu, Andini dan Memey), kapan lagi ya...? kita bisa
nongkrong, bercanda dan tertawa bersama. Sekarang semuanya sudah sangat
lain dan berbeda.
(14) Adik-adikku tercinta yang dengan caranya sendiri-sendiri memperhatikan dan
membantu penulis.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
vii
(15) Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga apa yang
telah dikontribusikan tidak pernah hilang sepanjang zaman dan tidak pernah
sirna sepanjang masa.
Sangat disadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari predikat sempurna
dan memuaskan, untuk itu dengan senang hati dan sikap terbuka penulis
menerima segala kritik dan saran untuk terciptanya hasil karya yang lebih baik di
masa datang. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Depok, 19 Juli 2010
Penulis
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Kukuh Pamuji NPM : 0806435854 Program Studi : Magister Arkeologi Departemen : Arkeologi Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Jenis Karya : Tesis Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir serta selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 19 Juli 2010
Yang Menyatakan,
Kukuh Pamuji
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. viii ABSTRAK ......................................................................................................... ix ABSTRACT ....................................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR FOTO ................................................................................................ xvi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1. 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1. 2 Perumusan Masalah ............................................................................... 8 1. 3 Tujuan penulisan ................................................................................... 8 1. 4 Manfaat penelitian ................................................................................. 9 1. 5 Batasan Penulisan .................................................................................. 9 1. 6 Metode Penelitian .................................................................................. 10 1. 7 Sistematika Penulisan ............................................................................ 12 2. TINJAUAN TEORETIK ............................................................................. 14 2. 1 Pengertian Museum ............................................................................... 14 2. 2 Konteks Museologi................................................................................ 16 2. 3 Konsep Komunikasi Museum ............................................................... 17 2. 4 Konsep Edukasi Museum ..................................................................... 22 2. 5 Konsep Pembelajaran Konstruktivis ..................................................... 33 2.5.1 Strategi Belajar Konstruktivis ...................................................... 36 2.5.1.1 Proses atas-bawah (Top-down processing) ..................... 36 2.5.1.2 Pembelajaran Kerjasama (Cooperative Learning) .......... 37 2.5.1.3 Pembelajaran Generatif (Generative Learning) .............. 37 2.5.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivis ............................................................................... 42 2.5.3 Implikasi Konstruktivis dalam Proses Belajar ............................ 45 3. ISTANA KEPRESIDENAN RI .................................................................. 47 3. 1 Istana Kepresidenan di Indonesia ........................................................... 47 3. 1.1 Istana Bogor ................................................................................ 47 3. 1.2 Istana Cipanas ............................................................................. 48 3. 1.3 Istana Yogyakarta........................................................................ 50 3. 1.4 Istana Tampaksiring .................................................................... 51
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xii
3. 2 Istana Merdeka ....................................................................................... 53 3.2.1 Tata Letak Ruang Istana Merdeka .............................................. 56 3.2.1.1 Ruang Serambi Depan ................................................... 56 3.2.1.2. Ruang Kredensial ........................................................... 57 3.2.1.3 Ruang Koridor ................................................................ 59 3.2.1.4 Ruang Jepara .................................................................. 60 3.2.1.5 Ruang Terima Tamu Ibu Negara .................................... 61 3.2.1.6 Ruang Resepsi ................................................................ 63 3.2.1.7 Ruang Kerja Presiden ..................................................... 64 3.2.1.8 Ruang Bendera Pusaka ................................................... 65 3.2.1.9 Ruang Serambi Belakang ............................................... 66
3.3 Halaman Tengah ...................................................................................... 67 3.4 Kantor Presiden ....................................................................................... 69 3.5 Istana Negara ........................................................................................... 70
3.5.1 Tata Letak Ruang Istana Negara ................................................... 72 3.5.1.1 Ruang Serambi Depan...................................................... 72 3.5.1.2 Ruang Tamu ..................................................................... 73 3.5.1.3 Ruang Koridor .................................................................. 75 3.5.1.4 Ruang Jamuan .................................................................. 77 3.5.1.5 Ruang Upacara ................................................................. 78 3. 6 Wisma Negara ........................................................................................ 79 3. 7 Masjid Baiturrahim ................................................................................ 81 3. 8 Benda Koleksi Istana Kepresidenan....................................................... 82 3.8.1 Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi.......................................... 82 3.8.2 Furnitur ......................................................................................... 84 3.8.3 Benda seni .................................................................................... 85 3.8.3.1 Lukisan ............................................................................ 87 3.8.3.2 Patung .............................................................................. 88 3.8.3.3 Keramik ........................................................................... 89 3.8.3.4 Benda Seni Kriya ............................................................ 94 3.9 Konsep Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta .................................... 95 3.9.1 Ketentuan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .......................................................... 98 3.9.2 Larangan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .......................................................... 98 3.10 Sarana dan Prasarana ............................................................................ 99 3.11 Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .............................................. 100 3.12 Kegiatan Edukatif Kultural ................................................................... 101 4. MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA ................................ 103 4. 1 Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta Sebagai Sarana Komunikasi 103 4. 2 Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta Sebagai Sarana Edukasi ... 110 4. 3 Konsep Pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta............... 113 4.3.1 Acara Kenegaraan ........................................................................ 113 4.3.1.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI............................................................... 113 4.3.1.2 Kunjungan Tamu Negara ................................................. 115
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xiii
4.3.1.3 Upacara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan (Kredensial) ...................................................................... 117 4.3.2 Koleksi yang Berkaitan Langsung dengan Pelaksanaan Acara Kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta ................................. 121 4.3.2.1 Koleksi Seragam Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) .................................................................... 121 4.3.2.2 Koleksi Seragam Pramusaji ............................................. 124 4.3.2.3 Koleksi Peralatan Makan dalam Acara Jamuan Kenegaraan ....................................................................... 126 4.3.2.4 Koleksi Benda Cetakan dalam Acara Jamuan Kenegaraan ....................................................................... 127 4.3.3 Pameran ....................................................................................... 128 5. PENUTUP ..................................................................................................... 134 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136 LAMPIRAN ....................................................................................................... 142 INDEKS ............................................................................................................. 169
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Teori Belajar Konstruktivis 35 Tabel 3.1 Rekapitulasi Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 86 Tabel 3.2 Tema Koleksi Benda seni di Istana kepresidenan Jakarta 86 Tabel 3.3 Lukisan di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan
Pembuatannya 87 Tabel 3.4 Patung di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan
Pembuatannya 88 Tabel 3.5 Seni Kriya di Istana Kepresidenan Jakarta 94 Tabel 3.6 Sarana Pendukung Wisata Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2010 100 Tabel 3.7 Statistik Jumlah Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 - 2009 101 Tabel 4.1 Jenis Display Museum 129
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Bagan Struktur Organisasi Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan ..................................................... 6 Gambar 2.1 Proses Musealisasi ...................................................................... 17 Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale .................................... 18 Gambar 2.3 Teori Pengetahuan ....................................................................... 20 Gambar 2.4 Teori Belajar................................................................................ 21 Gambar 2.5 Gabungan Teori Belajar dan Teori Pengetahuan ........................ 21 Gambar 2.6 Model Komunikasi Shannon dan Weaver................................... 28 Gambar 2.7 Model Komunikasi Sirkuler ........................................................ 29 Gambar 2.8 Model Komunikasi Knez dan Wright ......................................... 31 Gambar 3.1 Denah kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta ........................... 97 Gambar 4.1 Susunan Peralatan Makan Jamuan Kenegaraan .......................... 127 Gambar 4.2 Undangan Jamuan Kenegaraan ................................................... 128
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xvi
DAFTAR FOTO
Halaman
Foto 3.1 Istana Kepresidenan Bogor ........................................................ 48 Foto 3.2 Istana Kepresidenan Cipanas ..................................................... 50 Foto 3.3 Istana Kepresidenan Yogyakarta ................................................. 51 Foto 3.4 Istana Kepresidenan Tampaksiring ............................................. 53 Foto 3.5 Serambi Depan Istana Merdeka .................................................. 57 Foto 3.6 Ruang Credential, Istana Merdeka .............................................. 59 Foto 3.7 Ruang Koridor Istana Merdeka ................................................... 60 Foto 3.8 Ruang Koridor Istana Merdeka ................................................... 60 Foto 3.9 Ruang Jepara, Istana Merdeka .................................................... 61 Foto 3.10 Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Istana Merdeka ...................... 63 Foto 3.11 Ruang Resepsi, Istana Merdeka .................................................. 64 Foto 3.12 Ruang Kerja Presiden, Istana Merdeka ....................................... 65 Foto 3.13 Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka ..................................... 66 Foto 3.14 Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka ..................................... 66 Foto 3.15 Serambi Belakang, Istana Merdeka ............................................. 67 Foto 3.16 Halaman Tengah, Istana Kepresidenan Jakarta .......................... 68 Foto 3.17 Ruang Tamu Presiden, Kantor Presiden ..................................... 70 Foto 3.18 Serambi Depan, Istana Negara .................................................... 73 Foto 3.19 Ruang Tamu, Istana Negara ........................................................ 75 Foto 3.20 Kamar Ruang Tamu, Istana Negara ............................................ 75 Foto 3.21 Ruang Koridor, Istana Negara..................................................... 76 Foto 3.22 Ruang Jamuan, Istana Negara ..................................................... 77 Foto 3.23 Ruang Jamuan, Istana Negara ..................................................... 77 Foto 3.24 Ruang Upacara, Istana Negara .................................................... 79 Foto 3.25 Ruang Lobi Wisma Negara ......................................................... 81 Foto 3.26 Masjid Baiturrahim ..................................................................... 82 Foto 3.27 Lukisan Penangkapan Diponegoro ............................................. 87 Foto 3.28 Patung Penunggang Kuda ........................................................... 89 Foto 3.29 Patung Hulubalang ..................................................................... 89 Foto 3.30 Vas Bunga(Mei-ping), Cina abad ke-13 ..................................... 90 Foto 3.31 Piring Hias Celadon, Cina abad ke-15 ........................................ 91 Foto 3.32 Piring Hias Biru Putih, Dinasti Ming .......................................... 91 Foto 3.33 Jembangan Porselin Cina, Dinasti Ching .................................... 92 Foto 3.34 Piring Hias dari Annam, abad ke-15 ........................................... 93 Foto 3.35 Piring Hias Biru Putih, Imari abad ke-17 .................................... 93 Foto 3.36 Ceret dari Perak ........................................................................... 95 Foto 4.1 Upacara Mengenang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI . 115 Foto 4.2 Upacara Mengenang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI . 115 Foto 4.3 Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara ............................... 117 Foto 4.4 Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara ............................... 117 Foto 4.5 Rangkaian Upacara Kredensial ................................................... 121 Foto 4.6 Rangkaian Upacara Kredensial ................................................... 121 Foto 4.7 Seragam Paspampres Tahun 1966 .............................................. 123 Foto 4.8 Seragam Paspampres Tahun 1966 .............................................. 123
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xvii
Foto 4.9 Seragam Pasukan Kehormatan .................................................... 123 Foto 4.10 Seragam Pasukan Penyelamatan (Matan) ................................... 123 Foto 4.11 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto ....... 124 Foto 4.12 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto ....... 124 Foto 4.13 Seragam Pramusaji untuk Jamuan Kenegaraan .......................... 125 Foto 4.14 Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden Megawati...... 125 Foto 4.15 Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden Megawati...... 125 Foto 4.16 Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden SBY .............. 126 Foto 4.16 Seragam Pramusaji untuk Jamuan kenegaraan ........................... 126 Foto 4.17 Display Karya yang dilengkapi dengan Label ............................ 130 Foto 4.18 Perangkat Teknologi layar Sentuh (Touch Screen) ..................... 130 Foto 4.19 Display Pasukan Keraton ............................................................ 131 Foto 4.20 Display Pasukan Keraton ............................................................ 131 Foto 4.21 Display Deskripsi Karya ............................................................. 132 Foto 4.22 Display Koleksi ........................................................................... 132
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xviii
DAFTAR SINGKATAN
ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ADC : Aide-de-Camp AMA : Asosiasi Museum Amerika CI : Corporate Identity DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dr. : Doktor Drs. : Doktorandus dr. : Dokter ICOM : International Council Of Museums ID : Identity Ir. : Insinyur KOWAD : Komando Wanita Angkatan Darat KOWAL : Komando Wanita Angkatan Laut KPN : Kepala Protokol Negara KTP : Kartu Tanda Penduduk MPR RI : Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Mr. : Mister m² : Meter Persegi PASPAMPRES : Pasukan Pengaman Presiden PATWAL : Patroli Pengawal POLRI : Polisi Republik Indonesia POLWAN : Polisi Wanita RI : Republik Indonesia SBY : Susilo Bambang Yudhoyono SMA : Sekolah Menengah Atas TNI : Tentara Nasional Indonesia UU : Undang-Undang VVIP : Very Very Important Person WARA : Wanita Angkatan Udara
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Lukisan di Istana Merdeka .............................................. 142 Lampiran 2 Daftar Lukisan di Istana Negara ................................................ 144 Lampiran 3 Daftar Lukisan di Kantor Presiden ............................................. 145 Lampiran 4 Daftar Patung di Istana Merdeka ................................................ 147 Lampiran 5 Daftar Patung di Istana Negara .................................................. 150 Lampiran 6 Daftar Patung di Kantor Presiden .............................................. 151 Lampiran 7 Daftar Patung di Halaman Tengah ............................................. 153 Lampiran 8 Daftar Benda Seni Kriya di Istana Merdeka .............................. 155 Lampiran 9 Daftar Benda Seni Kriya di Istana Negara .................................. 167 Lampiran 10 Daftar Benda Seni Kriya di Kantor Presiden .............................. 169
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
ix
ABSTRAK Nama : Kukuh Pamuji Program Studi : Magister Arkeologi Judul : Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan
Jakarta
Tesis ini membahas tentang Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa komunikasi dan program edukasi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta belum optimal, mengingat Istana Kepresidenan Jakarta saat ini berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan sehingga perlu adanya sebuah museum khusus yang mengacu kepada konsep pendidikan konstruktivis yang memiliki karakteristik free choice learning, sehingga memungkinkan pengunjung dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang optimal tentang Istana Kepresidenan Jakarta.
Kata kunci : Edukasi, komunikasi, konstruktivis
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
x
ABSTRACT
Name : Kukuh Pamuji Study Program : Magister of Archaeology Title : Communication and Education in the Presidential Palace Museum in Jakarta This thesis discusses the communication and education at the Presidential Palace Museum in Jakarta. This study is a descriptive qualitative approach. The results of this study identified that communication and education programs are conducted at the Presidential Palace in Jakarta is not optimal, given the Presidential Palace in Jakarta now serves as the center of government activities so that the need for a special museum which refers to the concept of constructivist education that has the characteristics of free choice learning, allowing visitors can obtain an optimal knowledge and experience of the Presidential Palace in Jakarta. Keywords: Education, communication, constructivist
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari
terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman
berpusat pada koleksi, maka dalam perkembangannya aktivitas permuseuman
dipusatkan pada masyarakat. Museum bukan sekedar menjadi tempat
penyimpanan benda langka dan mahal, melainkan sebagai sebuah lembaga
kebudayaan yang melayani masyarakat (Magetsari,2008:3). Dengan demikian,
museum mulai mengembangkan dirinya menjadi institusi yang terbuka bagi
masyarakat.
Dewasa ini museum tidak lagi ingin disebut sebagai ‘gudang’ tempat
menyimpan barang-barang antik seperti anggapan masyarakat pada umumnya,
tetapi museum berupaya menjadi tempat dimana pengunjung dapat merasakan
suasana dan pengalaman yang berbeda. Perubahan ini sekaligus juga mengubah
peran museum yang semula menekankan pada koleksi, yaitu mengumpulkan,
merawat, dan memamerkan koleksi, berkembang menjadi tempat preservasi,
penelitian, dan komunikasi, yang bertujuan untuk menyampaikan misi edukasi
sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil, 1990; Greenhill, 1994;140).
Perubahan tersebut juga membuat misi edukasi museum mengalami
pergeseran. Apabila selama ini edukasi museum berperan untuk menyampaikan
pendidikan kepada anak-anak, namun dengan perkembangan paradigma yang ada,
museum juga harus dapat menyampaikan misi edukasinya kepada semua lapisan
masyarakat. Museum tidak hanya sekedar menjadi tempat untuk mendidik
masyarakat, tetapi menjadi tempat pembelajaran, yang termasuk di dalamnya
tempat di mana pengunjung dapat memperoleh pengalaman (Ambrose dan Paine,
2006:46-48).
Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang pendidikan, menurut Van
Mensch (1992), museum memiliki tanggung jawab etis untuk mengaplikasikan
koleksi dan sumber daya lain yang dimilikinya untuk pengembangan pengetahuan
publiknya. Kaidah umum yang harus diupayakan adalah membuat museum dan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
2
Universitas Indonesia
koleksinya dapat diakses secara fisik, emosional dan intelektual oleh publik
sebanyak mungkin. Museum harus memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya. Untuk memenuhi tanggung
jawabnya itu, museum harus meningkatkan perannya sebagai sumber
pembelajaran yang dapat digunakan oleh seluruh komponen masyarakat atau
kelompok-kelompok khusus yang harus dilayaninya (Edson dan Dean, 1996:192).
Sementara itu, berbagai macam informasi dan pengalaman yang ingin
disampaikan oleh museum kepada masyarakat atau pengunjung museum
dilakukan melalui komunikasi museum. Komunikasi di museum meliputi semua
aktivitas untuk menarik pengunjung (publikasi dan pemasaran), mencari
kebutuhan mereka (penelitian dan evaluasi), dan menyediakan kebutuhan
intelektual pengunjung (pendidikan dan hiburan) (Greenhill,1996:140).
Sehubungan dengan kegiatan komunikasi dan edukasi yang akan
diuraikan, selama ini informasi mengenai Istana Kepresidenan masih sangat
terbatas, terpilah-pilah dan bahkan terkesan tersembunyi. Padahal, istana-istana
tersebut adalah bagian penting dari sebuah perjalanan bangsa. Istana
Kepresidenan sesungguhnya adalah milik dan simbol bagi bangsa Indonesia.
Istana bukan saja sekedar gedung besar dan klasik, tetapi tempat dimana sejarah
dibuat oleh para tokoh. Dari istana-istana Kepresidenan inilah kebijakan-
kebijakan pemerintah dilahirkan, karena istana merupakan pusat kegiatan
pemerintahan.
Istana Kepresidenan merupakan lambang dari perjalanan sejarah bangsa
kita dengan keberagamannya. Bangunan ini layak dipertahankan dan harus
dipahami karena merupakan simbol keberagaman dan kebersatuan. Istana
Kepresidenan merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia (Kleinsteuber dan
Rusdi, 2008:iv). Istana dibangun dalam lingkungan budaya tertentu, dan
dikelilingi oleh kebudayaan dan tradisi masyarakat setempat. Terjalinnya
hubungan dengan lingkungan sekitar menjadi cermin bahwa Istana Kepresidenan
tak terpisahkan dari sejarah dan budaya kita. Dengan mengenalnya lebih baik
maka akan menimbulkan perasaan memiliki, sehingga timbul rasa tanggung jawab
untuk menjaga dan melestarikan wibawa dan kharismanya (Kleinsteuber dan
Rusdi, 2008:vi).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
3
Universitas Indonesia
Sejak pertama kalinya resmi dibuka untuk masyarakat umum pada 24 Mei
2008, antusiasme masyarakat untuk melakukan kunjungan wisata ke dalam
kompleks Istana sangat terlihat jelas. Antusiasme ini dibuktikan dengan jumlah
pengunjung yang begitu banyak yang datang bukan hanya dari wilayah Jakarta,
tetapi juga dari luar kota barbagai daerah di Indonesia. Wisata Istana yang hanya
dibuka pada hari Sabtu dan Minggu, mulai pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB
ini diserbu oleh pengunjung baik dewasa maupun anak-anak. Sebelum loket
pendaftaran dibuka para pengunjung telah berkerumun dan rela mengantri
disekitar loket pendaftaran. Pendaftaran pengunjung akan ditutup pukul 15.00
WIB pada setiap waktu kunjungan. Jumlah pengunjung Istana Kepresidenan
Jakarta sejak bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Februari 2009 (atau 76 hari
kunjungan yang dibuka pada hari Sabtu dan Minggu) berjumlah 112.592 orang
atau rata-rata kunjungan per-harinya berjumlah 1.481 orang.
Program Wisata Istana ini sengaja dibuat dalam rangka merayakan 100
tahun Kebangkitan Nasional dan Visit Indonesia Year 2008. Program ini juga
mengacu pada konsep tur istana atau kerajaan seperti yang dilakukan oleh Istana
Gedung Putih (White House) di Amerika dan Gedung Buckingham Palace di
Inggris. Dua tempat yang disebutkan tersebut telah memiliki program tur Istana
dengan konsep yang jelas, terjadwal, dan birokrasi yang mudah. Dari data yang
penulis peroleh, tercatat Lebih dari 50.000 orang setiap tahunnya mengunjungi
Istana Buckingham sebagai para tamu pada perjamuan-perjamuan, makan siang,
makan malam, dan pesta-pesta resmi keluarga kerajaan ( Wikipedia, ensiklopedia
bebas).
Karena Istana Kepresidenan Jakarta merupakan living monument, yaitu
bangunan bersejarah yang masih digunakan untuk kepentingan Pemerintahan
Republik Indonesia, dan pemanfaatannya sebagai ruang publik diatur secara ketat,
berimplikasi langsung kepada pengunjung yang tidak dapat secara leluasa untuk
memilih dan mengapresiasi koleksi dalam waktu yang cukup lama, seperti halnya
kalau mereka mengunjungi museum yang lain. Disamping itu pengunjung tidak
dapat secara leluasa untuk mengamati koleksi benda seni yang ada di dalamnya
karena waktu kunjungan dan alur kunjungan sudah diatur sedemikian rupa.
Dengan demikian para pengunjung tidak dapat secara leluasa mengakses
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
4
Universitas Indonesia
informasi yang diperlukannya berkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta
ketika mereka melakukan kunjungan Wisata Istana Kepresidenan.
Secara ideal sebelum masyarakat berkunjung ke Istana Kepresidenan
Jakarta mereka perlu diberikan pengetahuan yang memadai tentang seluk-beluk
Istana Kepresidenan Jakarta. Pembekalan pengetahuan kepada masyarakat ini
hanya dapat dilakukan apabila Istana Kepresidenan ditata sebagai museum, tetapi
masalahnya adalah tidak mungkin. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara yang
tepat untuk dapat melaksanakan kegiatan komunikasi dan edukasi kepada para
pengunjung, sehingga mereka mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang
lebih mendalam tentang Istana Kepresidenan Jakarta setelah mereka melakukan
kunjungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk
museum yang lokasinya berada dilingkungan kompleks Istana Kepresidenan
Jakarta. Dengan demikian proses komunikasi dan edukasi yang dilakukan oleh
pengelola Istana Kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan lebih optimal.
Ide pembentukan museum di Istana Kepresidenan Jakarta yang dapat
dikunjungi secara leluasa ini mengacu pada Museum Istana Kepresidenan
Yogyakarta yang saat ini sudah dibuka secara resmi bagi masyarakat umum.
Museum di Istana Kepresidenan Yogyakarta ini dapat terwujud karena apabila
ditinjau dari aspek kesiapan secara fisik, Istana Kepresidenan Yogyakarta lebih
siap dibandingkan dengan Istana Kepresidenan yang lain. Di Istana Kepresidenan
Yogyakarta, bangunan yang dibutuhkan untuk difungsikan sebagai museum sudah
tersedia. Di samping itu, faktor pendukung lainnya adalah dari sisi protokoler,
kegiatan Presiden relatif jarang dilaksanakan di Istana Yogyakarta, maka
kunjungan masyarakat tidak akan mengganggu jalannya kegiatan pemerintahan.
Kehadiran Museum Istana Yogyakarta ini merupakan jendela untuk dapat
melihat bangunan istana yang menyimpan banyak cerita tentang benda-benda seni
dan benda-benda bersejarah yang merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi
generasi muda dan masyarakat pada umumnya. Museum istana yang telah berdiri
ini merupakan salah satu andil dari Istana Kepresidenan Republik Indonesia
dalam rangka membantu kegiatan pendidikan kepada masyarakat.
Dewasa ini para profesional museum mulai mengeksplorasi pendidikan
dengan cara yang baru. Pendidikan sudah digambarkan kembali di dalam
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
5
Universitas Indonesia
masyarakat, dan konsepnya diperluas lebih dari sekedar ketetapan di dalam
lembaga formal seperti sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pendidikan di
museum muncul untuk suatu cakupan yang sangat luas. Pendidikan di dalam
museum kini dipahami sebagai suatu cakupan dari pameran-pameran, workshop
dan publikasi, karena suatu cakupan yang sangat meningkat dari jenis para
pengunjung, termasuk sekolah-sekolah, pelajar-pelajar, keluarga-keluarga, dan
orang dewasa. Pendidikan museum dapat berlangsung baik dalam museum
maupun di dalam masyarakat (Greenhill, 1996:142).
Istana Kepresidenan Jakarta yang dijadikan model dalam penelitian ini
dikelola oleh Rumah Tangga Kepresidenan, yaitu organisasi yang berada di
bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden dan secara administratif
dikoordinasikan oleh Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. Dasar
hukum organisasi Rumah Tangga Kepresidenan yang membawahi pengelolaan
kegiatan Wisata Istana Kepresidenan ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
31 Tahun 2005 tanggal 19 April 2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Negara Republik Indonesia dan Sekretariat Kabinet Republik
Indonesia, dimana Rumah Tangga Kepresidenan yang sebelumnya bernama
Sekretariat Presiden berada di bawah organisasi Sekretariat Negara Republik
Indonesia. Dasar hukum lainnya adalah Peraturan Menteri Sekretaris Negara
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tanggal 12 Agustus 2005 tentang
Organisasi dan Tata kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia termasuk
didalamnya Organisasi Rumah Tangga Kepresidenan.
Unit kerja yang bertanggung jawab mengurus kegiatan permuseuman
selanjutnya diemban oleh Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian
Museum dan Sanggar seni Biro Istana-Istana, yang secara struktural berada di
bawah Deputi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan
dan Pengelolaan Istana, di bawah Kepala Rumah Tangga Kepresidenan
sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 Pasal 79 yang berbunyi: Bagian Museum dan
Sanggar Seni mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan koleksi benda-benda
seni, benda-benda bersejarah dan pengurusan cinderamata, dekorasi, dan kesenian
di lingkungan Istana Kepresidenan.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
6
Universitas Indonesia
Selanjutnya dalam Pasal 80 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 79, Bagian Museum dan Sanggar Seni
menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan koleksi yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan
pengadaan, pencatatan, display benda-benda museum/seni dan benda-
benda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan;
b. Perencanaan dan pelaksanaan perawatan dan penyimpanan benda-benda
museum/seni dan benda-benda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan;
c. Penerimaan, pencatatan dan penyimpanan cinderamata yang diterima di
lingkungan Istana Kepresidenan;
d. Perencanaan dan pelaksanaan penyiapan dekorasi, tata keindahan dan
aspek estetika lainnya di lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan;
e. Perencanaan dan pelaksanaan penyiapan desain-desain kebutuhan Rumah
Tangga Kepresidenan;
f. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kesenian dan pengelolaan sarana
pendukungnua di lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan.
Sementara itu, dalam pasal berikutnya yaitu Pasal 81, susunan organisasi
Bagian Museum dan Sanggar Seni terdiri dari:
a. Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi;
b. Subbagian Dekorasi;
c. Subbagian Kesenian.
Berdasarkan susunan organisasi tersebut, maka Bagan Organisasi Bagian Museum
dan Sanggar Seni secara rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1.1
Bagan Struktur Organisasi Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan
Kepala Bagian Museum dan Sanggar Seni
Kepala Sub Bagian Dekorasi
Kepala Sub Bagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi
Kepala Sub Bagian Kesenian
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
7
Universitas Indonesia
Sementara itu, tugas masing-masing struktur tersebut sebagaimana
diuraikan dalam Pasal 82 adalah:
(1) Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian Museum dan Sanggar
seni Biro Istana-Istana adalah melaksanakan pengelolaan dan perawatan
koleksi yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan serta pelaporan
pengadaan, pencatatan, display, serta pemeliharaan dan perawatan benda-
benda museum/seni dan benda-benda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan.
(2) Subbagian Dekorasi mempunyai tugas melaksanakan dekorasi tata ruang
dalam dan luar serta dekorasi bunga, taman dan unsur dekorasi lainnya,
menyiapkan pola dan desain dekorasi serta administrasi dekorasi di
lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan.
(3) Subbagian Kesenian mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan
kesenian dan pengelolaan sarana pendukungnya, pembinaan koordinasi
kerjasama dengan seniman dan organisasi kesenian serta pihak-pihak lain,
penyiapan desain produk cetak dan cinderamata serta administrasi kesenian di
lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan (Peraturan Menteri Sekretaris
Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 : 31).
Dalam rangka memberikan pelayanan dan menyampaikan misi edukasi
kepada para pengunjungnya, berbagai upaya telah dilakukan oleh Istana
Kepresidenan Jakarta, walaupun tentu saja masih banyak hal yang perlu
disempurnakan. mengingat saat ini banyak hambatan yang ditemui kaitannya
dengan fungsi Istana Kepresidenan sebagai tempat yang masih digunakan sebagai
pusat kegiatan pemerintahan. Penelitian ini dibatasi pada pengkajian tentang
edukasi dan komunikasi yang terkait dengan obyek yang berupa benda-benda
koleksi Istana Kepresidenan dan aktivitas-aktivitas yang berlangsung dalam Istana
Kepresidenan yang akan disajikan dalam bentuk eksebisi Istana Kepresidenan RI.
Penelitian ini menjadi menarik karena belum ada penelitian mengenai studi
komunikasi dan edukasi di museum yang dilakukan oleh Istana Kepresidenan RI.
Dengan penelitian tentang komunikasi dan edukasi di museum yang mengambil
model Museum Istana Kepresidenan Jakarta ini, diharapkan dapat memperbaiki
kegiatan permuseuman yang sudah ada pada saat ini sehingga para pengunjung
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
8
Universitas Indonesia
akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam tentang
Istana Kepresidenan RI.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995, museum
merupakan lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan
pemanfaatan benda bukti materiil hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya
guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa
untuk kepentingan generasi yang akan datang (Peraturan Pemerintah RI No.19,
1995:3). Dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995
tersebut di atas, maka museum harus dikelola berdasarkan fungsi penting sebagai
lembaga kebudayaan, yang berguna untuk penelitian, pendidikan dan sarana
tempat hiburan masyarakat luas. Untuk tercapainya tujuan tersebut maka
pengelolaan museum harus mendapat perhatian yang lebih besar dan serius dari
berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun para pengelola museum.
1.2 Perumusan Masalah
Penulisan tesis ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman secara
menyeluruh tentang Museum Istana Kepresidenan Jakarta dalam melaksanakan
kegiatan komunikasi dan edukasi kepada para pengunjungnya. Oleh karena itu,
masalah penulisan tesis ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:
Dengan mengacu pada hal-hal seperti yang telah dikemukakan di atas,
maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimana agar koleksi benda seni dan acara kenegaraan yang
dilaksanakan di Istana Kepresidenan Republik Indonesia dapat dipahami
oleh pengunjung?
b. Bagaimana cara menyajikan koleksi benda seni dan acara kenegaraan
dalam eksebisi Istana Kepresidenan Jakarta?
c. Bagaimana model komunikasi dan edukasi yang efektif dalam menyajikan
koleksi benda seni dan acara kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dari penulisan tesis ini adalah:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
9
Universitas Indonesia
1. Memberikan penjelasan tentang koleksi benda seni dan acara kenegaraan
yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta.
2. Memberikan gambaran bahwa kegiatan komunikasi dan edukasi yang
dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta saat ini masih perlu
disempurnakan dan ditingkatkan.
3. Memberikan masukan kepada pengelola Istana Kepresidenan Jakarta
tantang perlunya sebuah museum Istana Kepresidenan Jakarta yang dapat
menerapkan model komunikasi dan edukasi museum berdasarkan konsep
konstruktivis dengan menerapkan proses pembelajaran aktif (active
learning).
1.4 Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian yang ditetapkan, manfaat yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Menyumbangkan pemikiran tentang landasan teoretik yang dapat
dijadikan model dalam menentukan konsep eksebisi museum.
2. Menyumbangkan pemikiran kepada pengelola Istana Kepresidenan Jakarta
tentang konsep eksebisi yang memungkinkan pengunjung dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan melakukan
pembelajaran aktif di museum.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar/pijakan
dalam upaya membangun dan mengembangkan Museum Istana
Kepresidenan Jakarta.
1.5 Batasan Penulisan
Pembahasan mengenai konsep komunikasi dan edukasi di Museum Istana
Kepresidenan Jakarta belum pernah dilakukan sebelumnya, oleh karena itu
penulisan tesis ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mendapatkan pengetahuan
tentang berbagai konsep yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran di
museum dan model eksebisi yang interaktif sesuai dengan konsep pembelajaran
aktif. Eksebisi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah bagaimana
menyajikan koleksi yang dipamerkan di Museum Istana Kepresidenan Jakarta.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
10
Universitas Indonesia
Batasan yang perlu mendapatkan perhatian dalam penulisan tesis ini
adalah pemilihan model komunikasi dan edukasi yang efektif dalam menyajikan
koleksi benda seni dan acara kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta.
Mengingat acara kenegaraan di Istana kepresidenan Jakarta jumlahnya cukup
banyak, maka yang akan ditampilkan dalam pembahasan tesis ini adalah acara
kenegaraan yang berupa: Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, dan Jamuan Kenegaraan bagi Tamu Negara. Semantara itu,
lokasi yang menjadi obyek pembahasan tesis ini adalah Istana Kepresidenan
Jakarta yang beralamat di Jalan veteran No.16 Jakarta.
1.6 Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian yang disampaikan sebelumnya,
maka dalam penelitian ini akan banyak menggunakan konsep-konsep yang
terdapat dalam teori komunikasi, teori pendidikan, dan teori pembelajaran.
Konsep-konsep tersebut digunakan sebagai rujukan untuk dapat memberikan
gambaran tentang penyajian koleksi dan informasi dalam kegiatan eksebisi dan
proses belajar yang berlangsung di museum. Sifat penelitian yang diterapkan
dalam tesis ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan
berbagai kondisi data sebagaimana adanya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,2004:6).
Untuk mendapatkan hasil analisis yang memadai, maka penelitian ini
dilakukan memalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: pengumpulan literatur
dan pengamatan (observasi). Pengumpulan literatur dilakukan untuk mendapatkan
teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, metode, dan teknik penelitian,
baik dalam pengumpulan atau menganalisa data yang pernah digunakan para
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
11
Universitas Indonesia
peneliti terdahulu (Nazir, 1998:111). Teori yang dikumpulkan pada penelitian ini
adalah teori komunikasi dan edukasi di museum. Disamping itu peneliti
mengumpulkan data internal Istana Kepresidenan RI berupa data pengunjung,
laporan studi pengembangan sarana fisik dan non fisik.
Data yang berkaitan dengan kegiatan kunjungan Istana Kepresidenan
dikumpulkan melalui pengamatan (observasi). Dalam melakukan pengamatan
terdapat beberapa tipe yang dapat dipilih, yaitu pengamatan yang tidak berstruktur
dan pengamatan berstruktur (Sevilla, 1993:198). Pengamatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pengamatan tidak berstruktur. Pemilihan ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa pengamatan tidak berstruktur dianggap
lebih fleksibel dan terbuka. Situasi terbuka yang dimaksudkan di sini adalah
pengamat melihat kejadian secara langsung pada tujuan (Sevilla, 1993:198).
Untuk itu semua komponen yang ada dalam kegiatan kunjungan Istana
Kepresidenan direkam pada saat pengamatan berlangsung.
2. Tahap pengolahan data
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka untuk menjawab
permasalahan penelitian yang telah diajukan sebelumnya, dilakukan analisis dan
pengolahan data terhadap literatur dan hasil pengamatan. Dalam mengolah data
yang telah terkumpul, teori komunikasi dan edukasi di museum dan data hasil
pengamatan dijadikan sebagai kerangka pembahasan. Selanjutnya kerangka
pembahasan tersebut digunakan untuk menguji kebijakan eksebisi dan program
edukasi yang digunakan oleh Istana Kepresidenan Jakarta dalam rangka
menentukan kegiatan komunikasi dan edukasi yang lebih baik.
3. Tahap penyimpulan data
Tahap penyimpulan dilakukan pada tahap akhir dari penelitian ini. Untuk
mendapatkan hasil yang komprehensif, peneliti menyampaikan teori komunikasi
dan edukasi yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan kunjungan Wisata Istana
Kepresidenan Jakarta. Teori ini juga diaplikasikan untuk mengembangkan disain
eksebisi museum Istana Kepresidenan Jakarta.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
12
Universitas Indonesia
1.7 Sistematka Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi tesis ini, maka
sistematika penulisan disusun dengan urutan sebagai berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penelitian, batasan penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN TEORETIK
Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan
permasalahan dan tujuan penelitian yaitu pengertian museum, konteks museologi,
konsep komunikasi museum, konsep edukasi museum, dan konsep pembelajaran
konstruktivis.
BAB 3 : ISTANA KEPRESIDENAN RI
Pada bab ini dibahas tentang Istana Kepresidenan di Indonesia (yang meliputi
Istana Bogor, Istana Cipanas, Istana Yogyakarta, Istana Tampaksiring dan Istana
Jakarta). Selanjutnya secara khusus dibahas tentang Istana Merdeka, halaman
tengah, Kantor Presiden, Istana Negara, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim,
benda koleksi Istana Kepresidenan, konsep kunjungan Istana Kepresidenan
Jakarta, sarana dan prasarana, pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta, dan
kegiatan edukatif kultural.
BAB 4 : MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA
Pada bab ini dibahas tentang peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai
sarana komunikasi, Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai sarana
edukasi, dan konsep pengembangan Museum Istana Kepresidenan.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
13
Universitas Indonesia
BAB 5 : PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dan saran-saran yang dapat
diberikan kepada pihak pengelola museum Istana Kepresidenan Jakarta
berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab
sebelumnya.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
14
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJUAN TEORETIK
2.1 Pengertian Museum
Menurut asal katanya, museum berasal dari bahasa Yunani “Mouseion”,
yaitu kuil untuk Sembilan Dewi Muze, anak-anak Dewa Zeus yang tugas
utamanya adalah menghibur (Direktorat Museum, 2008:15). Kesembilan gadis
angkasa yang merupakan keturunan dari Mnemosyne dengan Zeus, dewa tertinggi
Yunani sebagaimana yang terdapat dalam mitologi Yunani itu adalah para
penguasa cabang-cabang seni dan ilmu pengetahuan, seperti Calliope, Cleio,
Erato, Euterpe, Melpomene, Polyhymnia, Terpsichore, Thaleia, dan Urania.
Mereka bersemayam di Pegunungan Olympus (http://id.wikipedia.org/wiki/Mito
logi_Yunani).
Dalam bahasa Latin museum adalah nama yang digunakan untuk
bangunan universitas di jaman Alexandria tahun 1615, kemudian istilah mouseion
digunakan sebagai tempat untuk studi dan perpustakaan, sedangkan di Inggris
adalah sebagai bangunan untuk menyajikan atau memamerkan (display) obyek,
tercatat pertama kali 1683.1
Pengertian museum di Indonesia tercantum dalam Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dahn Pemanfaatan Benda cagar
Budaya di museum. Dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa
museum adalah lembaga tempat menyimpan, merawat, mengamankan, dan
memanfaatkan benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam
Asosiasi Museum Amerika (AMA) mendefinisikan museum sebagai suatu
lembaga (institusi) “yang dikelola seperti halnya sebuah institusi sosial dan swasta
nirlaba, yang berada pada suatu dasar permanen untuk tujuan-tujuan pendidikan
dan estetis secara esensial” yang “memelihara dan memiliki atau memanfatkan
obyek-obyek nyata, yang bergerak maupun tak bergerak dan memamerkannya
secara teratur “yang” memiliki paling sedikit satu anggota staf profesional atau
pegawai yang bekerja penuh waktu, “dan dibuka untuk masyarakat secara teratur
sedikitnya 120 hari per tahun” (Kotler dan Kotler, 1998: 6).
1 http://www.etymonline.com/index.php?term=museum
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
15
Universitas Indonesia
lingkungannya, guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan
budaya bangsa untuk kepentingan generasi yang akan datang (PP RI No.19,
1995:3).
Atas dasar berbagai macam definisi tentang museum seperti yang telah
disebutkan di atas, salah satu definisi yang paling dapat dipertanggungjawabkan
dan dikeluarkan oleh institusi resmi yang berkaitan dengan museum adalah
definisi museum berdasarkan konferensi umum ICOM (International Council Of
Museums ) yang ke-11 di Kopenhagen pada tahun 1974 yakni:
“ A Museum is a non profit making, permanent institution in the service of society and of its development and open to the public, which acquires, conserves, communicates and exhibits for purposes of study, education and enjoyment, material evidence of man and environment”.
Museum adalah sebagai sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari
keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,
yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan-
tujuan studi, pendidikan, dan kesenangan, barang pembuktian manusia dan
lingkungannya (Direktorat Museum,2008:15).
Kedalam pengertian museum tersebut, lembaga-lembaga lainnya, seperti:
lembaga konservasi dan tempat-tempat pameran yang diselenggarakan oleh
perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan, monumen peninggalan alam,
kepurbakalaan dan etnografi, monumen sejarah dan kegiatan-kegiatannya dalam
hal pengadaan, konservasi, dan komunikasi, lembaga-lembaga yang memamerkan
makhluk-makhluk hidup-pembuktian sejarah perkembangan alam-seperti kebun
binatang atau taman botani dan zoologi, aquarium vivaria, cagar alam pusat-pusat
ilmu pengetahuan(science-centres) dan planetaria oleh ICOM dianggap sebagai
yang terangkum oleh definisi tentang museum di atas (Sutaarga, 2000:31).
Asosiasi Museum Inggris juga memberikan definisi yang memberikan
penekanan pada tujuan utama museum yang mengarah kepada masyarakat, yaitu:
“A museum is an institution which collect documents, preserves and interprets material evidence and associated information for the public benefit” (Museum Association, 1984). Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa terdapat suatu persamaan yang dimiliki oleh semua museum, yaitu sebagai
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
16
Universitas Indonesia
tempat preservasi dan meneliti koleksi yang mereka miliki untuk kemudian
diinformasikan kepada masyarakat. Dengan demikian, dalam pengelolaan
museum ada misi edukasi yang mereka bawa, dan saat ini pengelolaan museum
tidak hanya sebatas menjalani peran tersebut tetapi penting juga museum
menyadari perannya di tengah masyarakat.
Peran museologi baru kemudian mendasari peran museum sebagai suatu
lembaga yang melayani masyarakat dengan memusatkan perhatian pada
pengembangan hubungan timbal balik antara museum dengan masyarakat
(Magetsari, 2008:9). Bagi dunia pendidikan, keberadaan museum merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran tentang hal yang
berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya, dan lingkungannya.
Museum merupakan wahana untuk mengabadikan dan mendokumentasikan
kegiatan-kegiatan maupun peristiwa-peristiwa dan benda-benda bersejarah.
2.2 Konteks Museologi
Pada awalnya suatu benda digunakan sesuai dengan fungsi aslinya, Dalam
kondisi seperti ini maka suatu benda berada pada konteks primer (primary
context). Pada saat itu suatu benda memiliki nilai ekonomi (economic value),
karena berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam berbagai
bidang. Selanjutnya setelah benda tersebut dipilih menjadi koleksi museum, maka
benda tersebut mengalami proses musealisasi (musealisation) dan akan
menempati konteks yang baru, yaitu konteks museologi (museological context).
Dalam konteks museologi, suatu benda mengalami pemberian makna dan
informasi. Proses ini dikenal dengan museality. Pada saat ini suatu benda tidak
lagi berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan, melainkan menjadi benda yang
memiliki nilai sebagai dokumen yang dapat merekam kehidupan suatu
masyarakat. Proses musealisasi ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
17
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Proses Musealisasi (Sumber: van Mensch, 2003 dalam Magetsari, 2008:5)
Konteks menjadi suatu hal yang penting dalam sebuah pameran museum.
Konteks diperlukan agar makna yang terkandung dalam suatu benda dapat
dipahami oleh pengunjung museum. Selanjutnya museum memiliki otoritas untuk
memilih, menginterpretasi, dan menampilkan sesuatu yang menurut museum
dipandang memiliki nilai. Konteks makna yang tercipta melalui interpretasi dari
obyek yang dipamerkan dapat membantu pengunjung memahami masa lampau
serta pentingnya pelestarian bagi kepentingan generasi mendatang
(Magetsari,2008:9).
2.3 Konsep Komunikasi Museum
Salah satu perbedaan antara museum tradisional dengan museum baru
adalah bahwa pada museum tradisional terjadi proses komunikasi searah (proses
transmisi), sedangkan pada museum baru lebih menekankan terjadinya proses
komunikasi timbal balik. Apabila perbedaan itu kita telusuri, maka paling tidak
kita dapat melihat dua ciri yang terdapat pada museum tradisional, yaitu:
1. Penyajian koleksinya masih secara transmisi searah, bukan komunikasi
dua arah.
2. Perubahan konsentrasi dari yang awalnya berkonsentrasi kepada koleksi
menjadi konsentrasi pada masyarakat.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
18
Universitas Indonesia
Proses komunikasi pada museum tradisional tersebut sejalan dengan
model komunikasi yang diperkenalkan oleh Shannon dan Weaver yang dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.6 Model Komunikasi Shannon dan Weaver (Sumber: Eilean Hooper-Greenhill,1996:40)
Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa sebuah pesan berasal dari
sumber yang dikirimkan oleh pemancar (transmitter) kepada penerima (receiver)
melalui sebuah saluran (channel), sehingga pesan itu sampai pada tujuan akhir
(destination). Dalam penyampaian pesan tersebut terdapat gangguan yang dapat
mempengaruhi penyampaian pesan yang disebut “noise”. Dalam proses
komunikasi tersebut penerima pesan hanya menjadi tujuan akhir. Apabila model
komunikasi ini diterapkan dalam pameran museum, maka pengunjung sebagai
penerima pesan tidak mempunyai peran yang aktif dalam proses komunikasi.
Dalam perkembangan selanjutnya muncul konsep yang disebut umpan balik.
Dengan adanya umpan balik ini maka akan dapat diketahui apakah suatu pesan
dapat tersampaikan atau sebaliknya. Komunikasi dapat dilakukan berulang kali,
sehingga terjadi suatu proses komunikasi yang bersifat sirkuler. Apabila terjadi
hambatan komunikasi, maka proses komunikasi dapat diulang dengan mengubah
pesan (message) atau saluran yang digunakan (channel), sehingga kalau
digambarkan proses komunikasi akan berlangsung sebagai berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
19
Universitas Indonesia
Gambar 2.7 Model Komunikasi Sirkuler (Sumber: Eilean Hooper – Greenhill, 1996:47)
Berdasarkan gambar tersebut di atas, kita dapat melihat bahwa penerima
pesan berperan lebih aktif. Makna pesan ditentukan oleh baik pengirim pesan
maupun penerima pesan. Oleh karena itu, kedua belah pihak (pengirim pesan dan
penerima pesan) akan menentukan pemaknaan suatu pesan. Komunikasi ini
dikatakan efektif apabila proses komunikasi yang dilakukan bersama tersebut
semakin besar. Untuk dapat membantu pemahaman kita tentang komunikasi, ada
beberapa definisi komunikasi yang dapat disampaikan. Hybels dan Weafer dalam
Liliweri menyatakan bahwa komunikasi adalah:
Proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alat bantu dsekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan (Liliweri, 2002:3). Sejalan dengan hal tersebut, Billie J. Wlhstrom mengungkapkan bahwa
komunikasi adalah:
(a) Pernyataan diri yang efektif, (b) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi, (c) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain, (d) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain, (e) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol, (f) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (Walhstrom, 1992:9).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
20
Universitas Indonesia
Model komunikasi sederhana mulai diperkenalkan pada dunia museum di
Amerika Utara oleh Cameron pada akhir tahun 1960 yang memicu suatu
perdebatan (Cameron,1968; Knez dan Wright,1970; Miles,1989 dalam
Greenhill,1996:46). Fokus dari debat itu adalah apakah sebuah obyek merupakan
aspek yang paling penting dalam suatu sistem komunikasi museum, atau hanyalah
salah satu bagian dari komuniksai. Debat ini terlihat kecil, tetapi mengundang
pelajaran untuk mencatat penggunaan-penggunaan dan mengambil model
komunikasi sederhana untuk mengenali media, dan bagaimana menyampaikan
suatu pesan. Selanjutnya Knez dan Wright mengusulkan modifikasi model
komunikasi museum sebagai berikut:
Gambar 2.8 Model Komunikasi Knez dan Wright (Sumber: Eilean Hooper-Greenhill,1996:47)
Selain itu, konsep mengenai komunkasi museum dapat juga dikemukakan
sebagai berikut:
Communication is defined as “the presentation of the collections to the public through education, exhibition, information and public services. It is also the outreach of the museum to the community” (Walden, 1991:27 dalam Greenhill, 1996:28).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
21
Universitas Indonesia
Menurut Amir Sutaarga ada tiga aspek yang perlu diperhatikan kaitannya
dengan komunikasi museum, yaitu:
(a) Museumnya sendiri dan “evidence of man and environment” sebagai wadah dan isi yang dapat dianggap sebagai komunikator, (b)”communicates and exhibits” yang dianggap sebagai perlunya komunikasi, dan (c) “for purpose of study, education and enjoyment” dari pengunjung museum yang dapat dianggap sebagai komunikannya (Sutaarga,1996).
Menurut Greenhill, komunikasi museum dapat dilakukan melalui banyak
metoda dari banyak jenis pameran yang berbeda, fungsi, ukuran dan pendekatan
untuk interpretasi. Sebagai contoh, suatu pameran besar yang mahal, dengan
jangka waktu yang pendek populer untuk menarik para wisatawan yang
diharapkan untuk mengumpulkan uang, dan pameran dalam skala kecil yang
memungkinkan dari suatu kelompok pendidikan orang dewasa lokal, memerlukan
pertimbangan yang cermat. Pengunjung yang berbeda memerlukan ketentuan
yang berbeda pula, dan harus dipikirkan bagaimana jenis pameran yang berbeda
atau display yang dapat digunakan untuk menarik publik yang berbeda
(Greenhill,1996 :41).
Interaksi yang terjadi antara pengunjung dengan museum merupakan
kegiatan komunikasi yang mengandung tiga aspek penting dan saling berkaitan
satu dengan lainnya. Ketiga aspek tersebut adalah: museum dan koleksinya,
program edukasi museum, dan masyarakat pengunjung (Suriaman, 2000:55).
Untuk berkomunikasi dengan para pengunjungnya, museum dapat menggunakan
berbagai macam cara, termasuk dalam menetapkan hubungan dengan media lokal
dan nasional, membangun jaringan pendukung lokal dan nasional, bisnis,
pendidikan dan komunikasi budaya, dan pemakaian bermacam teknik pemasaran,
seperti riset, surat dan iklan. Beberapa museum mempunyai program-program
menyeluruh dan melampaui target program-program, di mana aktivitas diorganisir
oleh museum tetapi dilaksanakan di tempat umum seperti pusat perbelanjaan,
sekolah, atau rumah sakit (Beevers et al, 1988; O'Neill 1990,1991; Hemmings,
1992; Plant,1992). Beberapa museum sudah mendirikan unit-unit mobil yang
membawa koleksi-koleksi dan kegiatan ke perusahaan perumahan, tempat
bermain di sekolah, bazar, atau konser. Beberapa museum mempunyai koleksi-
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
22
Universitas Indonesia
koleksi pinjaman yang tersedia dari sekolah-sekolah dan lembaga lain
(Greenhill,1996 :41).
Banyak museum-museum yang mempunyai toko-toko yang diorganisir
dengan baik di mana banyak barang yang dapat dijual dan dapat dijadikan sebagai
alat untuk menghubungkan pengunjung kepada koleksi museum. Banyak museum
yang telah mengambil peluang untuk mengembangkan toko khusus yang selaras
dengan misi mereka; Science Museum, London, misalnya, mempunyai satu toko
buku ilmu pengetahuan spesialis yang sempurna. Toko itu merupakan satu
peluang untuk membuat pekerjaan museum dengan menyediakan katalog-katalog
dari koleksi-koleksi permanen, katalog-katalog pameran sementara, buku dan
monografi-monografi. Kartupos, kemasan informasi, kalender-kalender, buku
catatan, pensil-pensil dan bentuk benda kecil lain yang sering kali dapat
ditemukan sebagai replika dari koleksi tertentu. Ironbridge George Museum
misalnya, sudah mengembangkan sistem pemesanan yang sangat sukses melalui
email. Aktivitas dan program-program pendidikan secara umum dirancang untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengunjung tertentu, dan mencakup banyak
pendekatan yang dapat ditemukan di dalam museum-museum dan galeri-galeri,
termasuk pemakaian para aktor peraga; ceramah, kuliah dan tur keliling; film-film
atau konser; kesempatan untuk menangani koleksi; mencoba ketrampilan-
ketrampilan praktis seperti menari, menggambar, atau menenun; mengundang
pengunjung untuk melihat gudang penyimpanan (storage) atau laboratorium-
laboratorium konservasi; dan seterusnya.
2.4 Konsep Edukasi Museum
Secara teoritis pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan budi pekerti. Tujuan pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rokhani, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab ( UU No. 20 Tahun 2003 Ps.3).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
23
Universitas Indonesia
Untuk mencapai tujuan pendidikan, museum merupakan salah satu sarana
penunjang, karena benda-benda koleksi yang dimilikinya dapat menambah
pengetahuan, dan berbicara langsung dengan pengunjung melalui keterangan pada
dokumentasi dan laporan hasil penelitian. Di sisi lain museum merupakan alat
untuk berkomunikasi antara pengunjung dengan benda itu sendiri (Asiarto,
1980:2-3). Koleksi yang dimiliki museum mampu menjadi media pendidikan
dalam bentuk pengalaman langsung yang tidak didapatkan di tempat lain.
Dalam memanfatkan media sebagai alat bantu untuk pengalaman belajar
tertentu, Edgar Dale mengemukakan teorinya yang dikenal dengan kerucut
pengalaman belajar sebagai berikut:
Verbal
Simbol
Visual
Radio
Film
TV
Wisata
Demonstrasi
Partisipasi
Observasi
Pengalaman Langsung
Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale, dalam Sadiman,dkk, (1986:8)
Gambar 2.2 tersebut di atas memberikan informasi kepada kita bahwa
terdapat media alat bantu untuk memperoleh pengalaman belajar tertentu yang
memiliki karakteristik yang berbeda. Kita dapat menggolongkannya dalam dua
kelompok yang berbeda. Kelompok pertama, yang terdiri dari: verbal, simbol,
visual, radio, film dan TV dapat digolongkan pada media yang cenderung kurang
Aktif
Pasif Pasif
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
24
Universitas Indonesia
mengundang peran aktif dari siswa. Sebaliknya, kelompok yang kedua, yang
terdiri dari wisata, demonstrasi, partisipasi, observasi, dan pengalaman langsung
merupakan media yang dapat mengundang peran aktif siswa.
Belajar di museum merupakan salah satu cara belajar yang memberikan
pengalaman langsung kepada pengunjung, karena di museum pengunjung dapat
belajar pada obyek dan informasi yang ada. Benda-benda yang ada di museum
merupakan benda yang dapat dilihat dan sebagian diantaranya mungkin dapat
dipegang atau diraba. Dengan demikian pengunjung dapat mengerti secara tepat
tentang apa yang dipelajarinya, tidak hanya membayangkan bagaimana wujud dan
karakteristik benda dimaksud.
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, museum seharusnya mampu
menjadi sarana pengembangan media dan sumber belajar. Dengan kekayaan dan
variasi yang dimilikinya, museum mampu menyajikan media belajar dalam
bentuk pengalaman langsung.
Sejalan dengan itu, Beer mengutip Ames menyatakan bahwa edukasi
merupakan salah satu tujuan utama museum, selain mengumpulkan koleksi,
konservasi dan penelitian. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa kontribusi unik yang
diberikan oleh museum dalam fungsi edukasi adalah menyediakan kesempatan
bagi pengunjung untuk belajar langsung dari obyek, menstimulasi rasa
keingintahuan dan ketertarikan mereka, mengenalkan cara belajar dengan
menggunakan indera dan persepsi melalui pengalaman hands-on, serta
mendukung belajar secara independen (Beer, 1994:2). Ambrose dan Paine
menyatakan bahwa saat ini museum memiliki peranan yang penting dalam
memberikan layanan edukasi bagi semua penggunanya, baik itu anak-anak atau
orang dewasa (Ambrose dan Paine, 2006:21). Dengan demikian museum dapat
menjadi tempat yang ideal mulai dari anak-anak usia prasekolah hingga para
pensiunan. Setiap orang yang datang ke museum memiliki kesempatan secara
terbuka untuk berkunjung dan berkomunikasi dengan orang lain.
Selanjutnya Hooper-Greenhill (1996:140) berpandangan bahwa dalam
karakternya yang fundamental di bidang pendidikan, maka museum harus
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan dan
pengalamannya. Untuk memenuhi tanggungjawabnya itu, museum harus
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
25
Universitas Indonesia
meningkatkan perannya sebagai sumber pembelajaran yang dapat digunakan oleh
seluruh komponen masyarakat atau kelompok-kelompok khusus yang harus
dilayaninya (Edson dan Dean, 1996:192).
Sebagai institusi pendidikan informal museum dapat memberikan nilai
tambah bagi pendidikan formal di sekolah. Hein dalam bukunya yang berjudul
Learning in the Museum menjelaskan bahwa teori edukasi terdiri dari teori belajar
(learning theories) dan teori pengetahuan (theory of knowledge) (Hein,1998:16).
Dalam teori pengetahuan terdapat dua pendapat berbeda, yaitu yang pertama
menyatakan bahwa pengetahuan terpisah dari yang belajar (pandangan realisme)
dan yang kedua menyatakan bahwa pengetahuan berada dalam pikiran dan
dibangun oleh yang belajar (Hein,1998:17-18). Dua pendapat tersebut bila
digambarkan dalam sebuah rangkaian kesatuan (kontinum) akan tampak seperti
gambar berikut:
Gambar 2.3 Teori Pengetahuan (Sumber: George E.Hein, 1998:18)
Selanjutnya teori belajar yang mendasari pemikiran tentang bagaimana
seorang belajar terdiri atas dua pandangan yang berbeda, yaitu: (1) behaviorisme
yang berasumsi bahwa belajar terdiri atas asimilasi incremental dari berbagai
informasi, fakta, dan pengalaman, hingga akhirnya menghasilkan pengetahuan;
dan (2) kontruktivisme yang memandang bahwa belajar terdiri atas seleksi dan
organisasi data yang relevan dari pengalaman, dalam hal ini mereka meyakini
bahwa orang belajar dengan membentuk pengetahuannya (Hein, 1998:21-23;
1994:74; Hooper-Greenhill, 1994:21). Teori belajar ini dapat ditampilkan dalam
kontimun sebagai berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
26
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Teori Belajar (Sumber: George E.Hein, 1998:23)
Dua dimensi dari teori pendidikan (edukasi) tersebut dapat
dikombinasikan untuk menghasilkan suatu diagram yang dapat menguraikan
kombinasi dari teori pengetahuan dan teori belajar yang masing-masing
kwadrannya memberikan suatu pendekatan berbeda mengenai pendidikan.
Kombinasi tersebut dapat dijelaskan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 2.5 Gabungan Teori Belajar dan Teori Pengetahuan (Sumber: George E.Hein, 1998:25)
Diagram yang memperlihatkan empat kwadran tersebut dan masing-masing
memiliki konsep yang berbeda mengenai pendidikan dapat diuraikan secara
singkat sebagai berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
27
Universitas Indonesia
Didaktik Ekspositori
Berdasarkan gambar di atas kita mendapatkan gambaran tentang teori
belajar didaktik ekspositori yang merupakan representasi dari pembelajaran
tradisional (traditional lecture and tex) di sekolah sudah dipraktekkan secara luas
dalam dunia pendidika. Dengan teori pendidikan dikdaktik ekspositori tersebut
seseorang dapat belajar subyek, akademis, bahasa, dan ketrampilan. Dalam
pandangan didaktik ekspositori guru memiliki dua tanggung jawab. Pertama, dia
harus memahami struktur dari pokok pengetahuan yang akan diajarkan dan
tanggung jawab guru yang kedua adalah menyajikan pengetahuan untuk diajarkan
sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dan memahami materi yang
diajarkan. Pada umumnya pembelajaran didasarkan pada struktur subjek, dan
informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dilakukan setahap demi setahap.
Guru menjelaskan prinsip-prinsip belajar, memberikan contoh-contoh untuk
mengilustrasikan prinsip-prinsip, dan melakukan pengulangan-pengulangan pada
bagian yang penting agar dapat tertanam dalam pikiran siswa (Hein, 1998:25-26).
Urutan logis belajar dimulai dengan unsur-unsur paling sederhana hingga kepada
hal yang paling rumit.
Berdasarkan paham pendidikan didaktik ekspositori, apabila diaplikasikan
dalam pembelajaran museum dapat disusun sebagai berikut:
a. Pameran dijadikan sebagai contoh dengan susunan yang jelas;
b. Komponen didaktik (label, panel) menjelaskan apa yang dipelajari dalam
pameran;
c. Subyek ditata secara hirarkis, mulai yang simpel menuju kepada yang
kompleks;
d. Program untuk sekolah menggunakan kurikulum tradisional dan disusun
secara hirarkis, dari sederhana menuju kompleks;
e. Isi pembelajaran memiliki tujuan yang spesifik (Hein, 1998:27-28).
Stimulus-Respon
Pendidikan stimulus-respon mempunyai perspektif yang mirip dengan
teori didaktik ekspositori, hanya saja dalam perspektif stimulus respon menolak
pandangan bahwa setiap bagian dari materi harus dikuasai (Hein dan Alexander,
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
28
Universitas Indonesia
1998:33). Stimulus-respon lebih menekankan pada metode belajar daripada isi
(materi) yang diajarkan. Formulasi belajar seperti ini merupakan awal dari
pendekatan psikologi behavioris. Teori ini kemudian dijadikan pendekatan yang
dominan digunakan dalam pendidikan formal (Macdonald ed., 2006:345). Secara
teoritis stimulus-respon lebih banyak membahas kemajuan pembelajaran di
sekolah yang diukur dengan mengunakan evaluasi tertulis atau hafalan.
Karakteristik museum yang menggunakan teori stimulus-respon hampir
sama dengan museum yang menggunakan teori didaktik ekspositori, yaitu: (a)
label dan panel menjelaskan apa yang dipelajari; (b) pameran disusun berdasarkan
tujuan pedagogi, dimana bagian awal dan akhirnya tersusun jelas (Hein, 1998:29).
Diskoveri
Dalam pandangan teori discovery learning, belajar merupakan proses yang
aktif. Belajar aktif sering diterjemahkan sebagai aktivitas fisik yang berasosiasi
dengan belajar. Proses yang penting dalam kegiatan belajar aktif adalah terjadinya
aktivitas mental yang terangsang oleh aktivitas fisik yang dilakukan. Interaksi
fisik dapat berkaitan dengan berbagai hal seperti: menyusun sesuatu dari
komponen-komponen lepas, menyusun puzzle, atau menggunakan berbagai benda
yang dapat kita jumpai. Proses belajar aktif dapat diaplikasikan pada semua
bentuk pendidikan, termasuk pendidikan di museum. Oleh karena itu para
pendukung teori ini berpendapat bahwa kombinasi berbagai benda yang disajikan
akan membuat siswa mau untuk belajar (Hein, 1998).
Karakter museum yang menggunakan teori belajar diskoveri adalah:
a. Pameran dapat dieksplorasi;
b. Lebih banyak menggunakan cara belajar aktif.
c. Komponen didaktik yang menyediakan jawaban atas pertanyaan
diserahkan kepada pengunjung untuk melakukannya sendiri;
d. Pengunjung dapat memilki pengertian sendiri tentang kebenaran yang
bertentangan dengan interpretasi pameran;
e. Program untuk sekolah memungkinkan murid untuk aktif;
f. Workshop disediakan bagi pengunjung dewasa yang memerlukan
keterangan dari pakar dan berbagai bentuk bukti lainnya untuk melengkapi pikiran
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
29
Universitas Indonesia
dan perkembangannya sehingga peserta dapat memahami makna benda yang
sebenarnya (Hein, 1998:33).
Dalam pandangan discovery learning dinyatakan bahwa dalam rangka
belajar, para siswa harus mempunyai pengalaman. Pengalaman dapat mereka
peroleh bila mereka melakukan dan mengamati kemudian membandingkan
sendiri. Ilmu pengetahuan akan menjadi sesuatu yang menarik karena bukan
hanya sekedar teori saja. Cara mempelajari ilmu pengetahuan dapat diaitkan
dengan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Konstruktivis
Situasi pembelajaran konstruktivis memerlukan dua komponen yang
terpisah, pertama sebuah pengenalan bahwa untuk belajar diperlukan keterlibatan
secara aktif dari pelajar. Oleh karena itu, kelas atau pameran konstruktivis
termasuk cara bagi para pelajar untuk menggunakan tangan dan pikiran mereka,
untuk berinteraksi dengan dunia, mengolahnya, membuat kesimpulan-kesimpulan,
eksperimen, dan meningkatkan pemahaman dan kemampuan mereka untuk
membuat penggeneralisasian tentang suatu fenomena yang dapat melibatkan
mereka. Eksperimen-eksperimen sangat penting dalam pembelajaran
konstruktivis, baik dalam ilmu pengetahuan atau subyek-subyek lain. Sebaliknya,
sebuah eksperimen dari suatu demonstrasi, merupakan situasi yang dapat
menghasilkan sesuatu yang mungkin dan dapat diterima.
Kedua, dalam pendidikan konstruktivis kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan
oleh pembelajar tidak disahihkan oleh ya atau tidaknya mereka menepati beberapa
patokan eksternal dari kebenaran, tetapi apakah mereka "bisa merasakan" dalam
kenyataan yang dibangun oleh pembelajar. Kebenaran gagasan-gagasan menurut
konstruktivis tidak bergantung pada kesesuaian mereka pada beberapa kebenaran
yang objektif, yang mempunyai satu keberadaan terpisah dari setiap pembelajar
atau kelompok pembelajar. Kebenaran dibangun dari konsep-konsep nilai dalam
mendorong ke arah penggunaan tindakan dan konsistensi dari gagasan yang satu
dengan lainnya. Dengan demikian, selagi pendidik-pendidik tradisional
memperbicangkan tentang kesalahpahaman-kesalahpahaman pembelajar,
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
30
Universitas Indonesia
konstruktivis hanya akan membicarakan tentang pribadi, atau konsep-konsep
pribadi (Hein,1998:34).
Sangat penting untuk memperhatikan konstruktivis apabila kita menerima
teori-teori pembelajaran modern. Kita tidak bisa mengelak dan perlu menerima
posisi konstuktivis pada teori pengetahuan sedikitnya sampai pada taraf tertentu.
Masyarakat membuat arti yang mereka miliki keluar dari pengalaman yang
muncul untuk menjadi sebuah fenomena yang tidak hanya merupakan sebuah
konstruksi teoritis. Terdapat bukti riset yang berlimpah untuk mendukung
penyingkapan pengetahuan kita pada setiap kumpulan fenomena pada
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda. Kita semua menginterpretasikannya
dengan cara yang berbeda, tergantung pada latar belakang dan pengalaman yang
kita miliki (Hein,1998:35).
Singkatnya, jika kita mengambil posisi yang memungkinkan bagi tiap
orang untuk membangun pengetahuan pribadi lalu kita menerima gagasan yang
mutlak bahwa mereka melakukannya, dengan mengabaikan usaha-usaha kita
untuk menghambat mereka. Dalam dunia museum merupakan suatu hal yang
biasa bagi para perancang pameran membuat satu pameran dengan sebuah tema
yang spesifik untuk mendapatkan penafsiran yang sepenuhnya berbeda yang
diberikan oleh para pengunjung. Dalam satu artikel yang menarik yang didasarkan
pada wawancara dengan para pengunjung museum Holocaust, seorang jurnalis
menyimpulkan bahwa konservasi-konservasi yang dilalakukannya di Washington
memberikan kesan bahwa reaksi-reaksi yang berbeda dari para pengunjung
mencerminkan keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap yang mereka bawa ke
museum sebanyak apa yang mereka temukan di dalam dinding-dindingnya.
My conservations in Washington suggest that…..(visitor) diverse reactions reflect the beliefs and attitudes they brought to the museum as much as anything they discovered within its walls (Gourevitch, 1995:45; Hein,1998:35) Suatu pameran konstruktivis akan menyediakan peluang bagi para
pengunjung museum untuk membangun (mengkonstruksi) pengetahuan mereka,
menyediakan berbagai cara bagi para pengunjung untuk menyimpulkan secara
akurat, dengan mengabaikan apakah kesimpulan mereka sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh staf kurator.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
31
Universitas Indonesia
Pameran konstruktivis akan memungkinkan untuk menyajikan berbagai
perspektif, mengesahkan cara yang berbeda pada penginterpretasian objek dan
mengacu pada poin-poin yang berbeda dari pandangan dan kebenaran yang
berbeda tentang pengenalan material. Ini sangat kontras dengan pandangan
pameran museum tradisional. Sebagai contoh, Encyclopedia Britanica edisi ke
sebelas, yang diterbitkan ketika gagasan untuk kebenaran yang mandiri diterima
secara umum, menyertakan konsep-konsep ini kedalam definisi suatu museum:
Museum yang ideal perlu meliput keseluruhan bidang dari pengetahuan manusia. Perlu mengajarkan kebenaran dari semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu antropologi, ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia dan semua pekerjaan-pekerjaannya pada semua usia. (Holland 1911:64; Hein 1998:36).
Dalam paham konstruktivis, kekeliruan dan kesalahan adalah terminologi
yang memiliki kesimpulan-kesimpulan yang tidak berhubungan dengan bukti
yang ada, berbeda dengan apa yang pembelajar simpulkan dari semua informasi
yang tersedia baginya pada waktu dia sampai pada kesimpulan itu. Ini berbeda
dengan menghakimi sebuah jawaban berkenaan dengan satu patokan eksternal
yang berdasarkan pada struktur dari subyek tertentu (Hein,1998:34).
Mengorganisir pokok materi merupakan hal dasar untuk membentuk
struktur logis dari yang paling sederhana hingga semakin kompleks, kemudian
guru membantu untuk mengorganisirnya sedemikian sehingga berpengalaman.
Tujuan dari pendekatan ini adalah agar siswa mengerti konsep dan gagasan yang
ada dan tidak terikat. Melalui pengalaman, kesalahan dalam memahami sesuatu
akan digantikan dengan konsepsi yang benar.
Dalam pandangan konstruktivis, peran edukator di museum adalah
memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan diskusi, yang
dihubungkan dengan pengalaman konkret. Dalam konteks edukasi di museum,
dengan didasarkan pada paragdima konstruktivis, museum atau edukator dapat
bertindak sebagai fasilitator. Walaupun demikian, pihak museum dapat
menggunakan cara didaktik sebagai aspek lain dalam hubungannya dengan publik
(Greenhill, 1994:68).
Konstruktivis membantah bahwa kedua pengetahuan dan cara
memperolehnya berasal dari dalam pikiran pelajar itu sendiri. Pandangan ini
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
32
Universitas Indonesia
didasarkan pada psikologi pengembangan dan didukung oleh riset psikologi teori,
Bagi mereka mengembangkan ide untuk memperoleh pengetahuan tidak terikat
pada masyarakat atau individu pelajar itu sendiri. Hal ini disebut Konstruktivis
radikal. Aliran Konstruktivis membantah bahwa pelajar dapat membangun
pengetahuan ketika mereka belajar, sederhananya mereka tidak menambahkan
fakta baru bagi sesuatu yang telah dikenalnya, tetapi secara konstan mengorganisir
kembali dan menciptakan kedua-duanya ke dalam pemahaman dan kemampuan
untuk belajar saling berhubungan. Pengetahuan yang diperoleh dibangun melalui
proses individu atau sosial. Berdasarkan pada kepercayaan yang telah ada
pengetahuan tidak diperoleh secara incrementally tetapi sudah merupakan suatu
kebutuhan untuk memiliki sesuatu yang berada di dunia luar.
Dalam suatu pameran konstruktivis pengunjung diberi kesempatan seluas-
lasnya untuk mengkonstruk (membangun) pengetahuannya. Dengan demikian
suatu pameran konstruktivis ini akan memberikan jalan kepada pengujung untuk
menarik kesimpulannya sendiri. Pengunjung memiliki kesempatan untuk
mempresentasikan obyek sehingga dimungkinkan banyak sudut pandang.
Berdasarkan konsep dan teori edukasi di museum tersebut, maka dalam
menentukan strategi edukasinya dapat menggunakan strategi belajar aktif (active
learning) yang dapat melibatkan seluruh indera dan pengalaman pengunjung
melalui konsep edutainment. Dalam strategi belajar aktif ini setiap materi yang
baru dipelajari harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman
yang ada sebelumnya. Agar siswa dapat belajar secara aktif para pendidik perlu
menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar (Mulyasa,2004:241).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang: (a) berpusat pada siswa, (b)
memiliki penekanan pada menemukan, (c) memberdayakan semua indera dan
potensi siswa, (d) menggunakan banyak media, dan (e) disesuaikan dengan
pengalaman yang sudah ada.
Pameran dengan pendekatan konstruktivis memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
33
Universitas Indonesia
a. memiliki banyak pintu masuk, tanpa alur yang spesifik dan tidak ada
permulaan dan akhir;
b. menyediakan suatu cakupan yang luas dari model pembelajaran aktif
(active learning);
c. menghadirkan berbagai cakupan sudut pandang (points of view);
d. memungkinkan pengunjung-pengunjung untuk berhubungan dengan
obyek dan gagasan-gagasan melalui suatu aktivitas yang menggunakan
pengalaman-pengalaman hidup yang mereka miliki;
e. menyediakan pengalaman-pengalaman dan bahan-bahan yang
memungkinkan mereka untuk mengadakan percobaan, dugaan, dan
menarik kesimpulan-kesimpulan (Hein,1998:35).
2.5 Konsep Pembelajaran Konstruktivis
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang begitu
pesat pada era globalisasi membawa perubahan yang sangat radikal. Perubahan itu
telah berdampak pada setiap aspek kehidupan, termasuk pada sistem pendidikan
dan pembelajaran. Dampak dari perubahan yang luar biasa itu adalah dengan
terbentuknya “komunitas global” yang tiba lebih cepat dari yang diperhitungkan.
Revolusi informasi telah mengakibatkan dunia baru yang benar-benar hyper-
reality (Gasong, 2007:1).
Akibat perubahan yang begitu cepat, manusia tidak bisa lagi hanya
bergantung pada seperangkat nilai, keyakinan, dan pola aktivitas sosial yang
konstan. Manusia dipaksa secara berkelanjutan untuk menilai kembali posisi
sehubungan dengan faktor-faktor tersebut dalam rangka membangun sebuah
konstruksi sosial-personal yang memungkinkan. Untuk dapat bertahan dalam
menghadapi tantangan perubahan dalam dunia pengetahuan, teknologi,
komunikasi serta konstruksi sosial budaya ini, kita harus mengembangkan proses-
proses baru untuk menghadapi masalah-masalah baru. Kita tidak dapat lagi
bergantung pada jawaban masa lalu karena jawaban tersebut begitu cepatnya tidak
berlaku seiring dengan perubahan yang terjadi. Pengetahuan, metode,
ketrampilan-ketrampilan menjadi suatu hal yang ketinggalan zaman hampir
bersamaan dengan saat hal-hal ini memberikan hasilnya (Gasong, 2007:1).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
34
Universitas Indonesia
Era yang datangnya begitu tiba-tiba dan tak seorang pun mampu
menolaknya, tidak dapat dijawab dengan paradigma keteraturan, kepastian, dan
ketertiban. Era ini dilandasi oleh teori dan konsep kostruktivis, suatu teori
pembelajaran yang kini banyak dianut di kalangan pendidikan di Amerika Serikat.
Unsur terpenting dalam konstruktivis adalah kebebasan dan keberagaman.
Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan
sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukan oleh siswa, sedangkan
keberagaman yang dimaksud adalah siswa menyadari bahwa dirinya berbeda
dengan orang lain, dan orang lain berbeda dengan dirinya (Gasong, 2007: 1).
Longworth (1999) dalam Gasong, 2007:2 meringkas fenomena ini dengan
menyatakan: “Kita perlu mengubah fokus kita dan apa yang perlu dipelajari
menjadi bagaimana caranya untuk mempelajari. Perubahan yang harus terjadi
adalah perubahan dari isi menjadi proses. Belajar bagaimana cara belajar ntuk
mempelajari sesuatu menjadi suatu hal yang lebih penting daripada fakta dan
konsep yang dipelajari itu sendiri”.
Pendekatan konstruktivis dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada
perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi
sosial, sebagaimana teknik-teknik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan
pada teori operant conditioning dalam psikologi behavioral. Premis dasarnya
adalah bahwa individu harus secara aktif “membangun” pengetahuan dan
ketrampilannya dan informasi yang ada diperoleh dalam proses membangun
kerangka oleh pelajar dari lingkungan di luar dirinya (Baharuddin dan Wahyuni,
2008:115).
Konstruktivis memahami karakter belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi
makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Pengetahuan itu sendiri adalah
rekaan dan bersifat tidak stabil. Oleh karena itu, pemahaman yang diperoleh
manusia senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap. Pemahaman manusia akan
semakin mendalam dan kuat jika teruji dengan pengalaman-pengalaman baru
(Baharuddin dan Wahyuni, 2008:116).
Bila diuraikan secara lebih rinci teori belajar menurut konsep konstruktivis
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
35
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Teori Belajar Konstruktivis
Aspek-aspek Teori Belajar
Konstruktivis
Terjadinya belajar • Belajar adalah menciptakan makna dari pengalaman.
• Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri.
• Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar • Siswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna.
• Pentingnya konteks. Isi pengetahuan harus dipasangkan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi.
• Belajar terjadi dalam seting yang realistis.
• Belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep, dan budaya.
Terjadinya transfer • Transfer difasilitasi oleh lingkungan dalam tugas-tugas otentik yang diletakkan dalam konteks yang bermakna.
• Pemahaman ditunjukkan oleh pengalaman dan keotentikan pengalaman penting untuk kemampuan menggunakan ide-ide.
• Kesesuaian dan keefektifan penggunaan berasal dari kemampuan siswa secara aktual menggunakan pengetahuan dalam situasi riil.
Bagaimana seharusnya pembelajaran disusun • Membangun model pengetahuan, meningkatkan kerjasama, mendesain lingkungan yang otentik.
Peran pengajar/guru • Membimbing siswa membangun makna dan memonitor, dan selalu memperbaharui konstruk mereka.
• Mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga otentik, konteks yang relevan dapat dialami
(Sumber: Baharuddin dan Wahyuni, 2008:185)
Pandangan konstruktivis tentang belajar dan pembelajaran:
1. Pengetahuan adalah non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah-ubah
dan tidak menentu.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
36
Universitas Indonesia
2. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas
kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata
lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta
menghargai ketidakmenentuan.
3. Siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan
tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam
menginterpretasikannya.
4. Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, obyek, atau
perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan
bersifat unik dan individualistik.
Mengenai penataan lingkungan belajar, konstruktivis berpandangan sebagai
berikut:
1. Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan.
2. Siswa harus bebas. Kebebasan menjadi unsur yang esensial dalam
lingkungan belajar.
3. Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat
sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai.
4. Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa adalah
subyek yang harus mampu menggunakan kebebasan untuk melakukan
pengaturan diri dalam belajar.
5. Kontrol belajar dipegang oleh siswa.
2.5.1 Strategi Belajar Konstruktivis
Menurut Slavin dalam Baharuddin dan Wahyuni, pendekatan belajar
konstruktivis memiliki beberapa strategi dalam proses belajar. Strategi belajar
dimaksud adalah:
2.5.1.1 Proses atas-bawah (Top-down processing)
Proses belajar ini dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan,
kemudian menghasilkan atau menemukan ketrampilan yang dibutuhkan.
Misalnya, siswa diminta untuk menuliskan koleksi benda-benda seni yang ada di
Istana Kepresidenan, kemudian dia akan belajar untuk mengklasifikasikan benda
koleksi tersebut berdasarkan jenisnya, belajar tentang bahan-bahan pembuatannya,
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
37
Universitas Indonesia
dan kemudian bagaimana teknik yang digunakan untuk membuat koleksi benda
seni tersebut. Belajar dengan pendekatan ini berbeda dengan pendekatan belajar
dari bawah ke atas (bottom up processing) yang tradisional, dimana ketrampilan
dibangun secara perlahan-lahan melalui ketrampilan yang lebih kompleks.
2.5.1.2 Pembelajaran Kerjasama (Cooperative Learning)
Strategi belajar ini memberikan keleluasaan bagi siswa untuk belajar
dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah yang dihadapi. Cooperative learning lebih menekankan pada lingkungan
sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk
mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan dan menantang
pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Ini merupakan kunci dari konsep-konsep
dasar yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky.
2.5.1.3 Pembelajaran Generatif (Generative Learning)
Strategi belajar ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara
pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata. Dengan menggunakan
pendekatan ini diharapkan siswa menjadi lebih melakukan proses adaptasi ketika
menghadapi stimulasi baru. Disamping itu strategi belajar ini mengajarkan sebuah
metode yang untuk melakukan kegiatan mental saat belajar, seperti membuat
pertanyaan, kesimpulan, atau analogi-analogi terhadap apa yang sedang
dipelajarinya (Baharuddin dan Wahyuni,2008:127-128).
Alternatif pendekatan pembelajaran ini bagi Indonesia yang sedang
menempatkan reformasi sebagai wacana kehidupan berbangsa dan bernegara,
bukan hanya di bidang pendidikan, melainkan juga di segala bidang. Selama ini,
wacana kita adalah behavioristik2
2 Paham yang menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut.
yang berorientasi pada penyeragaman yang
pada akhirnya membentuk manusia Indonesia yang sangat sulit menghargai
perbedaan. Perilaku yang berbeda lebih dilihat sebagai kesalahan yang harus
dihukum. Perilaku manusia Indonesia selama ini sudah terjangkit virus kesamaan,
virus keteraturan, dan lebih jauh lagi virus inilah yang mengendalikan perilaku
kita dalam berbangsa dan bernegara.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
38
Universitas Indonesia
Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivis
dalam proses belajar. Ia menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang
dalam teori perkembangan intelektual. Piaget lebih menekankan bagaimana
individu sendiri membentuk pengetahuan dari interaksi dengan pengalaman dan
objek yang dihadapi. Ia menekankan bagaimana seorang anak mengadakan
abstraksi, baik secara sederhana maupun secara refleksi, dalam membentuk
pengetahuan fisis dan matematisnya. Tampak bahwa Piaget menekankan
perhatian lebih pada keaktivan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi
Piaget, pengetahuan lebih dibentuk oleh siswa itu sendiri yang sedang belajar
(Suparno,1997:44)
Vigotsky yang juga meneliti pembentukan dan perkembangan
pengetahuan anak secara psikologis lebih memfokuskan perhatian kepada
hubungan dialektik antara individu dengan masyarakat dalam pembentukan
pengetahuan. Menurutnya belajar merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia
membedakan adanya dua pengertian, yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian
spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari.
Pengertian ini tidak terdefinisikan dan terangkai secara sistematis logis.
Pengertian lmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas. Pengertian ini adalah
pengertian formal yang terdefinisikan secara logis dalam suatu sistem yang lebih
luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan dari pengertian yang spontan ke
yang lebih ilmiah (Fosnot, 1996 dalam Suparno, 1997:45).
Berdasarkan uraian di atas kita dapat membedakan dua cabang
konstruktivis yaitu: (1) yang lebih personal, individual, dan subyektif seperti
Piaget dan para pengikutnya; dan (2) yang lebih sosial seperti Vigotsky yang
menekankan pentingnya masyarakat bahasa (sosioculturalism). Menurut para
sosiokulturalis, aktivitas mengerti selalu dipengaruhi oleh partisipasi seseorang
dalam praktek-praktek sosial dan kultural yang ada, seperti: situasi sekolah,
masyarakat, teman, dan lain-lain (Cobb, 1994 dalam Suparno,1997:46).
Cobern (1991) menyatakan bahwa konstruktivis bersifat kontekstual.
Pelajar selalu membentuk pengetahuan mereka dalam situasi dan konteks yang
khusus. Misalnya, dalam situasi tekanan udara yang rendah seseorang akan
menemukan bahwa titik didih air berlainan dengan situasi tekanan udara sangat
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
39
Universitas Indonesia
tinggi. Dalam situasi masyarakat yang berbeda, pengertian tentang kesehatan pun
dapat berbeda.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivis memandang subyek
aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun
pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut
disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur
kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan
dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus-
menerus melalui proses rekonstruksi.
Bagi konstruktivis, belajar merupakan kegiatan yang aktif dimana siswa
membangun pengetahuannya. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa
yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa
yang telah ia ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang telah ia
ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru. Siswa harus
mempunyai pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis,
memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan,
meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan,
mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru
(Suparno, 1997: 62).
Brooks & Brooks yang dikutip oleh Dina Gasong mengatakan bahwa
pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak
menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman
konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti
menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta
menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka siswa akan memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya,
dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya (Gasong, 2007:4).
Yang terpenting dalam teori konstruktivis adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, siswa lah yang harus mendapatkan penekanan. Mereka yang harus
aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan orang lain. Mereka yang harus
bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
40
Universitas Indonesia
ini perlu dikembangkan. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yang
merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di
laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan
dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya itu penekanan
dalam mendidik dan mengajar tidak terfokus pada pendidik, melainkan kepada
siswa.
Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembelajaran konstruktivis
adalah: (a) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang
relevan, (b) mengutamakan proses, (c) menanamkan pembelajaran dalam konteks
pengalaman sosial, (d) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi
pengalaman (Gasong, 2007:4).
Pranata dalam Gasong (2007) mengemukakan gambaran secara umum
tentang model pengajaran konstruktivis sebagai berikut :
1. Menghargai keanekaragaman peserta didik. Implikasinya : pendidik harus
menggunakan berbagai macam pendekatan sesuai karakteristik peserta
didik, menyesuaikan kecepatan pengajarannya dengan tingkat penyerapan
peserta didik yang berbeda-beda.
2. Meletakkan keberhasilan proses pembelajaran lebih besar dipundak
peserta didik daripada di tangan pendidik. Implikasinya : pendidik harus
memberikan berbagai metode belajar kepada peserta didik sehingga
mereka mampu belajar secara mandiri, mempercayai bahwa peserta didik
merupakan mahluk normal yang mampu menguasai materi yang harus
diselesaikan dan pendidik sebagai fasilitator dan motivator.
3. Memberi kesempatan peserta didik mengekspresikan pikiran dan
penemuannya. Implikasinya: pendidik harus mengurangi alokasi waktunya
di dalam kelas untuk berceramah dan memberi waktu yang luas kepada
peserta didik untuk saling berinteraksi dengan temannya maupun dengan
pendidiknya. Membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil untuk
mengerjakan tugas-tugas dan mempresentasikan di kelas.
4. Mendorong peserta didik mampu memanfaatkan sumber belajar yang ada
di lingkungannya. Implikasinya: pendidik harus mendisain materi
pelajarannya sedemikian rupa sehingga peserta didik terdorong untuk
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
41
Universitas Indonesia
mencari sumber-sumber pengetahuan dari berbagai tempat di luar fasilitas
sekolah, misalnya : perpustakaan kota, internet, media masa, wawancara
dengan orang-orang yang ahli di bidangnya.
Sementara itu, Hein (1998) mengajukan sembilan prinsip pembelajaran
yang muncul dari pemikiran konstruktivis yaitu:
1. Belajar merupakan proses aktif dalam membangun makna dari input
sensoris.
2. Ketika belajar, manusia akan mengetahui tentang proses pembelajaran itu
sendiri serta isi dari pelajaran.
3. Pembelajaran terjadi di dalam pikiran.
4. Bahasa dan belajar memiliki keterkaitan yang sulit dipisahkan.
5. Belajar merupakan aktivitas sosial dan dilakukan dengan orang lain.
6. Belajar itu adalah konstektual, dimana kita mempelajari sesuatu yang
berhubungan dengan apa yang sudah kita ketahui sebelumnya, termasuk
kepercayaan serta prasangka kita.
7. Pengetahuan sebelumnya akan berdampak terhadap pengetahuan baru.
8. Pembelajaran terjadi dalam periode waktu yang panjang, melalui paparan
berulangkali serta pemikiran yang mendalam.
9. Motivasi adalah hal yang penting dalam belajar.
Pameran konstruktivis akan memungkinkan untuk menyajikan berbagai
perspektif, mengesahkan cara yang berbeda pada penginterpretasian objek dan
mengacu pada poin-poin yang berbeda dari pandangan dan kebenaran yang
berbeda tentang pengenalan material. Ini sangat kontras dengan pandangan
pameran museum tradisional. Sebagai contoh, Encyclopedia Britanica edisi ke
sebelas, yang diterbitkan ketika gagasan untuk kebenaran yang mandiri diterima
secara umum, menyertakan konsep-konsep ini ke dalam definisi suatu museum:
Museum yang ideal perlu meliput keseluruhan ladang dari pengetahuan manusia. Itu perlu mengajarkan kebenaran dari semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu antropologi, ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia dan semua pekerjaan-pekerjaannya pada semua usia. (Holland 1911:64; Hein 1998:36)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
42
Universitas Indonesia
2.5.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivis
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis telah
melahirkan berbagai macam model pembelajaran. Model-model pembelajaran
yang cukup banyak ini selanjutnya akan di adopsi dan diterapkan dalam proses
pembelajaran di museum Istana Kepresidenan Jakarta. Model pembelajaran
dimaksud adalah: (1) Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning),(2)
Pembelajaran Penerimaan (Reception Learning), (3) Pembelajaran Bimbingan
(Assisted Learning), (4) Pembelajaran Aktif (Active Learning), (5) Pembelajaran
Percepatan (The Accelerated Learning), (6) Pembelajaran Kuantum (Quantum
Learning) dan (7) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning ) (Baharuddin
dan Wahyuni, 2008:128-139).
Dari tujuh model pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas,
dalam pembahasan selanjutnya hanya akan diambil satu model pembelajaran yang
nantinya akan diterapkan di Museum Istana Kepresidenan Jakarta, yaitu model
pembelajaran aktif (active learning). Pembelajaran aktif (active learning)
merupkan sebuah konsep untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang
dimiliki siswa, sehingga mereka dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan
sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu dengan
pembelajaran aktif perhatian mereka dapat dijaga agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran.
Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak
menggunakan belahan otak kiri (otak sadar saja), sementara belahan otak kanan
kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan active learning, pemberdayaan
otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Thorndike seperti yang dikutip oleh
Hartono 2008:5, mengemukakan tiga hukum belajar, yaitu:
1. Law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat
memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
2. Law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu
dikerjakan, maka hubungan antara stimulus dengan respons akan menjadi
lancar.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
43
Universitas Indonesia
3. Law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi
lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal
ini cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-
stimulus kepada siswa agar terjadi respons yang positif pada diri siswa. Kesediaan
dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran
akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka
terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya
juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan
antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi
kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri siswa, sehingga mereka
akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memori (ingatannya).
Hubungan stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat
menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan
stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri siswa sehingga
mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah
siswa mampu mempertahankan stimulus dan memori mereka dalam waktu yang
lama (longterm memory), sehingga mampu merecall apa yang mereka peroleh
dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Belajar aktif pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respons siswa dalam pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi belajar aktif pada siswa
maka akan membantu ingatan (memori) mereka, sehingga mereka dapat
dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang
diperhatikan dalam pembelajaran konvensional.
Dalam metode belajar aktif setiap materi pelajaran yang baru harus
dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.
Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang
sudah ada. Agar siswa dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi
yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai motivasi yang
tinggi untuk belajar (Mulyasa, 2004:241).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
44
Universitas Indonesia
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan beberapa perbedaan antara
pendekatan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran aktif yaitu:
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Aktif
1. Berpusat pada guru. 2. Penekanan pada menerima
pengetahuan. 3. Kurang menyenangkan. 4. Kurang memberdayakan
semua indera dan potensi siswa.
5. Menggunakan metode yang monoton.
6. Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
1. Berpusat pada siswa. 2. Penekanan pada menemukan. 3. Sangat menyenangkan. 4. Memberdayakan semua indera
dan potensi siswa. 5. Menggunakan banyak media. 6. Disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada.
L.Dee Fink (1999) dalam Hartono, 2008:7 mengemukakan model belajar
aktif (active learning) sebagai berikut: Dialog dengan diri sendiri adalah proses
dimana siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari.
Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir
atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang
dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta siswa untuk membaca sebuah jurnal
atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana
mereka belajar, dan apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.
Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial
sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih
aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang
dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar
seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa
yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri. Berbuat
merupakan aktivitas belajar dimana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat
eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan sebagainya.
Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada
saat kegiatan belajar, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
45
Universitas Indonesia
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan
apa yang mereka pelajari. Menurut Melvin L. Silberman, cara belajar dengan
mendengarkan akan lupa, dengan dengan cara mendengarkan dan melihat akan
ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan
siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan
akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai
pelajaran yang terbaik adalah dengan mengajarkan.
Hasil pengembangan dari pernyataan Confusius ini oleh Silberman
diabadikan dengan kredo:
Apa yang saya dengar, saya lupa (What I hear, I forget). Apa yang saya dengar
dan lihat, saya ingat sedikit (What I hear and see, I remember a little). Apa yang
saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya
mulai paham (What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone
else, I begin to understand). Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan
saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan (What I hear, see, discuss, and do,
I acquire knowledge and skill). Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya
kuasai (What I teach to another, I master) (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:134).
Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, menarik, dan
dapat diterapkan untuk semua kegiatan pembelajaran, termasuk kegiatan
pembelajaran di museum.
2.5.3 Implikasi Konstruktivis dalam Proses Belajar
Belajar menurut konstruktivis merupakan proses aktif siswa
mengkonstruksi entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga
merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan
yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga
pengertiannya dikembangkan (Suparno, 1997:61). Proses tersebut antara lain
bercirikan sebagai berikut:
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu
dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia miliki.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
46
Universitas Indonesia
b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali
berhadapan dengan persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik
secara kuat maupun lemah.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu
sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan
kembali pemikiran seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk
memacu belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya:
konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan
bahan yang dipelajari (Suparno, 1997:61).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
47
Universitas Indonesia
BAB 3
ISTANA KEPRESIDENAN RI
Bab ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama akan memberikan
gambaran secara umum tentang Istana-Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia.
Kemudian pada bagian berikutnya akan membicarakan secara lebih khusus
tentang Istana Kepresidenan Jakarta, koleksi benda-benda seni, konsep kunjungan
Wisata Istana Kepresidenan Jakarta, sarana dan prasarana, pengunjung Istana
Kepresidenan Jakarta, dan kegiatan edukatif kultural yang telah dilaksanakan di
Istana Kepresidenan Jakarta.
3.1 Istana Kepresidenan di Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia memiliki enam Istana Kepresidenan yang
letaknya terpisah di lima wilayah yang berbeda, yaitu dua di Jakarta dan empat
lainnya berada di Bogor, Cipanas, Yogyakarta, dan Tampaksiring. Keempat Istana
ini sering dikenal dengan sebutan Istana Kepresidenan Daerah. Istana
Kepresidenan Jakarta berfungsi sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan
pemerintahan negara, sedangkan keempat istana lainnya digunakan sebagai kantor
dan kediaman resmi Presiden. Istana-Istana Kepresidenan Daerah seperti yang
disebutkan di atas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1.1 Istana Bogor
Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1745. Istana Bogor dahulu
bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran". Pada
awalnya bangunan ini merupakan sebuah rumah peristirahatan. Dibangun oleh
Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff di sebuah kampung kecil di
Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di
hulu Batavia. Pada tahun 1750 Istana ini selesai dibangun. Baron Van Imhoff
mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota
Oxford di Inggris.
Berangsur-angsur, seiring dengan waktu, perubahan-perubahan pada
bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
48
Universitas Indonesia
Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan
Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. sehingga yang tadinya
merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan Istana Paladian
dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektar dan luas bangunan 14.892 m².
Pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya
Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat. Pada tahun 1850, Istana Bogor
dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi
daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal
Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu
dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.
Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah
Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus
menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.
Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai
dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana
Presiden Indonesia.
Foto 3.1 Istana Kepresidenan Bogor (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.1.2 Istana Cipanas
Istana Cipanas terletak di kaki Gunung Gede, Jawa Barat, tepatnya lebih
kurang 103 km dari Jakarta ke arah Bandung melalui Puncak. Istana ini terletak di
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
49
Universitas Indonesia
Desa Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Luas areal kompleks
istana ini lebih kurang 26 hektar, namun sampai saat ini hanya 7.760 m2 yang
digunakan untuk bangunan. Selebihnya dipenuhi dengan tanaman dan kebun
tanaman hias yang asri, kebun sayur dan tanaman lain yang ditata seperti hutan
kecil. Kata "Cipanas" berasal dari bahasa Sunda, yaitu ci yang berarti "air" dan
panas yang berarti "panas". Daerah ini dinamakan Cipanas karena di tempat ini
terdapat sumber air panas, yang mengandung belerang, dan kebetulan berada di
dalam kompleks Istana Cipanas.
Bangunan induk istana ini pada awalnya adalah milik seorang tuan tanah
Belanda yang dibangun pada tahun 1740. Sejak masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, bangunan ini dijadikan sebagai
tempat peristirahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Beberapa bangunan yang
terdapat di dalam kompleks ini antara lain Paviliun Yudistira, Paviliun Bima dan
Paviliun Arjuna yang dibangun secara bertahap pada 1916. Penamaan ini
dilakukan setelah Indonesia Merdeka, oleh Presiden Soekarno. Di bagian
belakang agak ke utara terdapat "Gedung Bentol", yang dibangun pada 1954
sedangkan dua bangunan terbaru yang dibangun pada 1983 adalah Paviliun
Nakula dan Paviliun Sadewa. Peristiwa penting yang pernah terjadi di istana ini
setelah kemerdekaan antara lain adalah berlangsungnya sidang kabinet yang
dipimpin oleh Presiden Soekarno pada 13 Desember 1965, yang menetapkan
perubahan nilai uang dari Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-. Gedung ini ditetapkan
sebagai Istana Kepresidenan dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi
Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarga setelah masa kemerdekaan, seperti
halnya Camp David di Amerika Serikat.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
50
Universitas Indonesia
Foto 3.2 Istana Kepresidenan Cipanas (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.1.3 Istana Yogyakarta
Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di
pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ahmad Yani dahulu dikenal
Jalan Malioboro, jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan istana
terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, dan
berada pada ketinggian 120 m dari permukaan laut. Kompleks istana ini
menempati lahan seluas 43.585 m². Gedung utama kompleks istana ini mulai
dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat,
Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya "istana" yang
berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan arsiteknya adalah A. Payen. Karena adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830)
pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah
perang tersebut berakhir dan selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman
resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun
didirikan dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama
komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung
Negara. Pada 19 Desember 1927, status administratif wilayah Yogyakarta sebagai
karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi di mana Gubernur menjadi penguasa
tertinggi. Dengan demikian gedung utama menjadi kediaman para Gubernur
Belanda di Yogyakarta sampai masuknya Jepang.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
51
Universitas Indonesia
Pada 6 Januari 1946, "Kota Gudeg" ini menjadi ibu kota baru Republik
Indonesia yang masih muda dan istana itu berubah menjadi Istana Kepresidenan,
tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarganya, sedangkan Wakil Presiden
Mohammad Hatta tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem
072/Pamungkas. Sejak itu Istana Kepresidenan Yogyakarta menjadi saksi
peristiwa penting diantaranya pelantikan Jenderal Sudirman sebagai Panglima
Besar TNI pada 3 Juni 1947 dan sebagai pucuk pimpinan Angkatan Perang
Republik Indonesia pada 3 Juli 1947.
Istana Yogyakarta atau Gedung Agung, sama halnya dengan Istana
Kepresidenan lainnya yaitu sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden Republik
Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat menerima atau menginap tamu-tamu
negara. Sejak 17 Agustus 1991, istana ini digunakan sebagai tempat memperingati
Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan
penyelenggaraan Parade Senja setiap tanggal 17 yang dimulai 17 April 1988.
Foto 3.3 Istana Kepresidenan Yogyakarta
(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.1.4 Istana Tampaksiring
Istana Tampaksiring adalah istana yang dibangun setelah Indonesia
merdeka, yang terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring,
Kabupaten Gianyar, Bali. Nama Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
52
Universitas Indonesia
Bali, yaitu "tampak" dan "siring", yang masing-masing bermakna telapak dan
miring. Konon, menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana
Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama
Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, namun sayangnya ia bersifat angkara
murka. Ia menganggap dirinya dewa dan menyuruh rakyat untuk menyembahnya.
Akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala
tentaranya. Mayadenawa pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan
jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap
para pengejarnya tidak mengenali jejak telapak kakinya. Namun demikian, ia
dapat juga tertangkap oleh para pengejarnya. Sebelumnya, dengan sisa
kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan
banyak kematian para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air
tersebut. Batara Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar
air beracun itu yang kemudian bernama "Tirta Empul" ("air suci"). Kawasan
hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan sambil memiringkan
telapak kakinya itu terkenal dengan nama Tampaksiring.
Istana ini berdiri atas prakarsa Presiden Soekarno yang menginginkan
adanya tempat peristirahatan yang hawanya sejuk, jauh dari keramaian kota,
cocok bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga maupun bagi tamu-tamu
negara. Arsitek Istana Tampaksiring ini adalah R.M. Soedarsono dan istana ini
dibangun secara bertahap. Komplek Istana Tampaksiring terdiri atas empat
gedung utama yaitu: Wisma Merdeka seluas 1.200 meter persegi, Wisma
Yudhistira seluas 1.825 meter persegi , Wisma Negara seluas 1.476 meter persegi
dan Wisma Bima seluas 2.000 meter persegi. Wisma Merdeka dan Wisma
Yudhistira adalah bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957.
Pada 1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma Negara
dan Wisma Bima.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
53
Universitas Indonesia
Foto 3.4 Istana Kepresidenan Tampaksiring (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.2 Istana Merdeka
Istana Merdeka merupakan istana yang paling diingat khalayak diantara
enam Istana Kepresidenan. Istana Merdeka adalah tempat kediaman resmi
Presiden, khususnya Presiden pertama, dan tempat berlangsungnya peristiwa-
peristiwa kenegaraan. Bangunan tersebut mendapat tempat khusus di hati rakyat
karena bernama “Merdeka” simbol kemenangan perjuangan bangsa Indonesia.
Nama itu menandai berakhirnya penjajahan di Indonesia dan mulainya
pemerintahan oleh bangsa sendiri.
Istana Merdeka mulai dibangun pada pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Hindia Belanda James Loudon, terpaut tiga perempat abad lebih muda
daripada Istana Negara dengan biaya sebesar F.289.250. Istana dengan luas sekitar
2.400 meter persegi ini dibangun pada tahun 1873 dalam kavling yang sama
dengan Istana Rijswijk (sekarang Istana Negara) yang mulai sesak. Bangunan
Istana Merdeka terbagi dalam beberapa ruang, yaitu Serambi Depan, Ruang
Kredensial, Ruang Jamuan, Ruang Resepsi, Ruang Bendera Pusaka dan Teks
Proklamasi, Ruang Kerja, Ruang Tidur, Ruang Keluarga atau Ruang Istirahat dan
Dapur. Istana ini menghadap ke lapangan Buffelsloo (Lapangan Monumen
Nasional). Istana yang dirancang oleh seorang arsitek bernama Drossares ini
selesai pada tahun 1879 pada masa pemerintahan Jenderal J.W. van Lansbarge
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
54
Universitas Indonesia
dan pada awalnya bernama Istana Gambir. Bangunan Istana Merdeka berada di
kawasan yang dimasa lalu bernama Weltervreden (dalam bahasa Belanda berarti
”sangat memuaskan”) merupakan kantung permukiman orang-orang Belanda dan
terhitung paling elit. Di kawasan Weltervreden ini terdapat dua taman, yaitu:
Koningsplein (sekarang taman Monas) dan Waterlooplein (sekarang Lapangan
Banteng). Di sisi Koningsplein yang lain, membelakangi taman pada kedua sisi
anak sungai Ciliwung, terbentang dua jalan yang disebut Noordwijk (sekarang
Jalan Juanda) dan Rijswik (sekarang Jalan Veteran). Weltervreden kala itu dikenal
sebagai kota yang tertata cantik dengan pohon-pohon yang dipangkas rapi seperti
di taman-taman Eropa. Pejabat-pejabat dan saudagar-saudagar kaya Belanda
membangun rumah-rumah besar di kawasan Weltervreden ini (Kleinsteuber dan
Rusdi, 2008: 32).
Pemberian nama Istana Merdeka mempunyai latar belakang sejarah yang
sangat penting. Pada tanggal 27 Desember 1949 Kerajaan Belanda mengakui
kedaulatan Republik Indonesia Serikat. Upacara pengakuan kedaulatan ini
berlangsung di dua tempat, yaitu di Istana Gambir, Jakarta, Indonesia, dan Istana
Dam, Amsterdam, Belanda. Di Istana Gambir, Wakil Tinggi Mahkota Belanda
A.H.J. Lovink melakukan upacara itu di hadapan Sri Sultan Hamengku Buwono
IX yang bertindak sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia. Karena perbedaan
waktu antara Amsterdam dan Jakarta, upacara di Istana Gambir itu dimulai
menjelang senja. Matahari sudah hampir terbenam ketika lagu kebangsaan
Belanda Wilhelmus berkumandang mengiringi bendera Merah-Putih-Biru untuk
terakhir kalinya merayap turun dari puncak tiangnya. Masyarakat yang berkumpul
di luar halaman Istana Gambir bersorak-sorak menyaksikan turunnya bendera tiga
warna itu. Sorak-sorai kian gemuruh setelah kemudian lagu kebangsaan Indonesia
Raya dikumandangkan mengantar bendera Merah-Putih ke puncak tiang.
”Merdeka ! Merdeka! Hidup Indonesia!”. Sementara di Troonzaal (Bangsal
Singgasana) Istana Dam, Amsterdam, Ratu Juliana menandatangani naskah
pengakuan kedaulatan itu dan menyerahkannya kepada Perdana Menteri Republik
Indonesia Mohammad Hatta yang memimpin Delegasi Republik Indonesia dalam
perundingan itu. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu kebangsaan
Indonesia Raya diperdengarkan di Istana Dam. Kobaran pekik ”Merdeka” pada
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
55
Universitas Indonesia
senja bersejarah itulah yang kemudian menggerakkan Bung Karno untuk
mengubah nama Istana Gambir menjadi Istana Merdeka (http://www.
Setneg.go.id.).
Konsep pembangunan Istana Merdeka mengikuti konsep pembangunan
rumah panggung untuk memperhitungkan kemungkinan banjir atau pasang surut
air. Konsep rumah panggung itu juga berfungsi sebagai sarana aliran udara
(ventilasi) untuk menyejukkan isi bangunan. Dengan hadirnya teknologi penyejuk
udara di masa modern, bagian bawah bangunan ini kemudian ditembok dan
diubah menjadi berbagai ruang layanan, seperti dapur, gudang, dan sebagainya.
Gaya arsitektur Palladio yang merupakan kebangkitan dari gaya arsitektur
Klasisisme (gaya yang dianggap sebagai puncak seni bangunan yang paling
tinggi) yang dikembangkan di Yunani pada abad 5 sebelum Masehi, tampak jelas
dari eksterior gedung yang menampilkan pilar-pilar bercorak Yunani. Istilah
Palladio diambil dari nama seorang arsitek terbesar abad ke-16 berkebangsaan
Italia, Andrea Palladio yang menciptakan gaya dan proporsi bangunan-bangunan
Yunani dan Romawi kuno di daratan provinsi disekitar Venesia. Karya Palladio
sangat mendasarkan pada simetri, perspektif, dan nilai-nilai formal arsitektur kuil
klasik Yunani dan Romawi kuno (http://en.wikipedia.org/wiki/Andrea_Palladio).
Kesan yang digambarkan oleh gaya arsitektur Palladio adalah kokoh dan
anggun, sifat-sifat yang ingin dilambangkan untuk para penghuni Istana. Ada
enam saka bundar laras Doria di bagian depan Istana Merdeka. Kesan arsitektur
Palladio juga terlihat pada bingkai-bingkai jendela dan pintu yang besar
disamping lengkung-lengkung gapura di kedua sisi Istana Merdeka.
Sebagai Presiden pertama Republik Indonesia, Insinyur Soekarno beserta
keluarga yang semula tinggal di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, terpaksa
mengungsi ke Yogyakarta setelah Proklamasi Kemerdekaan karena agresi
Belanda. Mereka baru masuk Istana Gambir pada 28 Desember 1949, sehari
setelah penyerahan kedaulatan. Rakyat yang berkumpul di depan Istana Gambir
mengelu-elukan kedatangan Bung Karno dengan pekik kemerdekaan. Semua
peristiwa ini dilaporkan secara pandangan mata melalui (Radio Republik
Indonesia). Dengan gaya yang khas, Bung Karno kemudian berpidato di depan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
56
Universitas Indonesia
Istana Gambir. Salah satu keputusannya adalah mengubah nama Istana Gambir
menjadi Istana Merdeka dan Istana Rijswijk menjadi Istana Negara.
3.2.1 Tata Letak Ruang Istana Merdeka
Bangunan Istana Merdeka didalamnya terdiri dari beberapa ruang. Ruang-
ruang tersebut masing-masing memiliki nama dan memiliki fungsi yang berbeda.
Ruang-ruang tersebut adalah: Ruang Serambi Depan, Ruang Kredensial, Ruang
Koridor, Ruang Jepara, Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Ruang Resepsi, Ruang
Kerja Presiden, Ruang Bendera Pusaka, dan Ruang Serambi Belakang.
Selanjutnya setiap bagian ruang tersebut dapat diuraikan secara lebih rinci dalam
penjelasan berikut:
3.2.1.1 Ruang Serambi Depan
Ruang Serambi Depan memiliki luas 219,9 meter persegi. Untuk mencapai
bagian serambi depan Istana Merdeka, kita harus melewati 16 buah anak tangga
yang memiliki lebar 24 meter yang terbuat dari marmer. Pada waktu ada acara
penting seperti kunjungan Tamu Negara, tangga depan Istana Merdeka dijaga dua
petugas Paspampres, yang berpakaian Merah Putih dengan memegang senjata
laras panjang. Mereka berdiri di trap tangga paling atas dengan wajah menatap
arah Monumen Nasional. Di tangga inilah tempat yang paling banyak digunakan
untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa penting. Di serambi depan ini Presiden
Republik Indonesia menyambut para Tamu Negara yang merupakan kepala
pemerintahan dari berbagai negara berkunjung ke Indonesia, yang sebelumnya
diterima dengan Upacara Kenegaraan di halaman Istana Merdeka. Disamping itu,
pada Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, di serambi depan ini Presiden Republik Indonesia menyerahkan
Bendera Pusaka dan duplikatnya kepada Paskibraka untuk dikibarkan di tiang
bendera di halaman Istana Merdeka. Terdapat 6 buah pilar Doria yang berdiri
megah. Di ruang serambi yang terbuka ini, juga terdapat tiga buah lampu gantung
Kristal yang berasal dari Negara Cekoslowakia. Pada saat upacara-upacara resmi
di ruangan ini terhampar permadani berwarna merah serta tanaman-tanaman hias.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
57
Universitas Indonesia
Foto 3.5 Serambi Depan, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.2 Ruang Kredensial
Setelah kita melewati anak tangga dan menapaki serambi depan Istana,
kita akan melewati pintu besar bergaya Eropa klasik, dan masuk di Ruang
Kredensial. Kredensial berasal dari istilah bahasa Inggris credentials yang berarti
surat kepercayaan (Echols dan Shadily, 1976:154). Sesuai dengan pengertian
tersebut, ruang ini digunakan sebagai tempat bagi Kepala Negara untuk menerima
surat-surat kepercayaan dari para Duta Besar yang selalu diiringi dengan upacara
yang khidmat, sarat dengan peraturan-peraturan protokoler yang lazim. Di ruang
ini pula dilakukan penandatanganan naskah kerja sama antara Pemerintah
Indonesia dan Negara lain, yang disaksikan oleh Presiden dan Kepala
Negara/Pemerintah yang bersangkutan. Kepala Negara setiap tahun menerima
para Duta Besar yang menyampaikan ucapan selamat ulang tahun Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno
sampai saat ini fungsi ruang ini tidak berubah.
Ruang Kredensial ini memiliki luas 192,36 meter persegi. Di setiap
pintunya diberi tirai berwarna merah. Selain untuk menerima surat-surat
kepercayaan para Duta Besar, ruang yang berukuran besar ini juga digunakan
untuk penyelenggaraan acara-acara resmi dan upacara-upacara penting lainnya.
Pada tanggal 21 Mei 1998 ruang ini menjadi saksi sejarah berakhirnya
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
58
Universitas Indonesia
pemerintahan Presiden Soeharto, yang ditandai dengan diadakannya sebuah
upacara mendadak. Dalam upacara singkat yang disiarkan langsung melalui
televisi, Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, yang pada waktu itu menjabat
sebagai Wakil Presiden, mengucapkan sumpah dihadapan Ketua Mahkamah
Agung untuk memulai tugasnya sebagai Presiden Republik Indonesia yang ketiga.
Pada bagian tengah ruangan yang besar dan berlantai marmer ini
terhampar permadani bercorak flora dan bernuansa krem dan merah. Setiap
gantungan lampu yang berjumlah tiga buah tersebut dibungkus dengan kain
merah. Beberapa vas bunga besar yang berasal dari Cina menambah keanggunan
ruangan ini. Relief-relief bercorak Eropa klasik mengapit cermin-cermin antik
serta menghiasi bagian atas pintu yang mengelilingi dinding ruang Istana. Cermin
antik yang masing-masing terletak diantara dua relief pilar dan bidang relief
Eropa terlihat sangat serasi.
Cermin-cermin antik di ruang ini memiliki catatan sejarah, yaitu ketika
pertama kali digantung pada dinding istana, pada bingkai bagian atas terukir singa
sebagai lambang Kerajaan Belanda. Pada tahun 1941 ketika Jepang mengambil
alih kekuasaan dari Kerajaan Belanda, ukiran singa diganti dengan bendera
Jepang. Setelah A.H.J Lovink meninggalkan Istana, pda tahun 1950 maka
dipasang ukiran garuda untuk menggantikan singa dan bendera.
Pada era pemerintahan Presiden RI yang kedua (masa pemerintahan
Presiden Soeharto), pilihan warna merah untuk Istana Merdeka disesuaikan
dengan warna dwiwarna merah putih. Kini sepertihalnya di Istana Negara,
diterapkan warna putih bagi dinding bangunan, dan warna merah untuk gorden
jendela, pintu-pintu, dan karpet.
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, yang lebih
dikenal dengan panggilan Gus Dur, perlengkapan interior tersebut diganti dengan
warna biru. Ketika tampuk kepemimpinan beralih dari Gus Dur kepada Presiden
Megawati Soekarnoputri, dilakukan penataan ulang interior Istana-Istana
Kepresidenan. Penataan ini antara lain adalah dengan melepas semua ukiran-
ukiran Jepara dari Interior Istana Merdeka dan Istana Negara, kecuali ukiran yang
terdapat di Ruang Jepara yang hingga saat ini masih tetap dipertahankan. Hal ini
dilakukan dalam rangka mengembalikan nuansa asli klasik pada Istana-istana di
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
59
Universitas Indonesia
Jakarta. Perlengkapan furnitur berupa tempat duduk berukir diganti dengan mebel
asli peninggalan kolonial Belanda dengan hanya mengubah warna dan corak
bantalannya yang menimbulkan kesan elegan dan hangat.
Koleksi benda seni yang ditampilkan dalam ruangan ini antara lain adalah
koleksi keramik yang berupa: jembangan bunga yang berasal dari Cina (Dinasti
Ching abad XVIII – XIX), jembangan bunga yang berasal dari Dinasti Meiji,
Jepang, kendi porselin biru putih, dan piring hias besar (lihat lampiran 8). Selain
itu terdapat juga koleksi patung berupa: patung garuda yang terbuat dari kayu, dan
patung Pengantin Jawa (lihat lampiran 4).
Foto 3.6 Ruang Credential, Istana Merdeka Sumber: Asti Kleinsteuber
3.2.1.3 Ruang Koridor
Koridor diambil dari serapan kata yang berasal dari bahasa Inggris,
corridor, yang berarti jalan beratap yang menghubungkan dua gedung (Echols
dan Shadily, 1976:149). Sesuai dengan namanya ruang ini menghubungkan antara
Ruang Kredensial dengan Ruang Resepsi. Ruang ini memiliki luas 47,28 meter
persegi. Pada bagian depan lorong menuju Ruang Resepsi terdapat dua buah pilar
besar dan terdapat sepasang bendera merah Putih yang terpasang tegak dibagian
kiri dan kanan. Lorong inilah yang lazim disebut dengan istilah koridor. Pada
bagian kiri dan kanan koridor ini terdapat dua pintu masuk yang masing-masing
menuju Ruang Jepara dan Ruang Terima Tamu Ibu Negara. Pada dinding koridor
ini tergantung empat buah lukisan pahlawan nasional, masing-masing lukisan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
60
Universitas Indonesia
Pangeran Diponegoro Memimpin Pertempuran karya Basoeki Abdullah dan
lukisan Tuanku Imam Bonjol karya Harijadi yang tergantung di bagian depan
Ruang Jepara serta lukisan Panglima Besar Jenderal Soedirman karya Gambir
Anom dan Patih Gambir Anom karya Henk Ngantung tergantung di bagian depan
Ruang Terima Tamu Ibu Negara (lihat lampiran 1). Pada bagian kiri dan kanan
pintu masuk Ruang Resepsi, terdapat dua buah patung dada Proklamator yang
terbuat dari perunggu masing-masing Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta,
karya Suhartono. Selain itu terdapat juga patung Penunggang Kuda yang terbuat
dari perunggu, karya pematung Hungaria yang bernama Zsigmond Kisfaludi
Strobl (lihat lampiran 4). Sebagai ilustrasi, Ruang Koridor Istana Merdeka dapat
dilihat dalam foto berikut:
Foto 3.7dan 3.8 Ruang Koridor, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.4 Ruang Jepara
Ruang ini diberi nama Ruang Jepara karena interior dalam ruang ini
didominasi oleh nuansa Jawa Tengah dengan perabotan mebel ukir dari Jepara.
Ruang yang memiliki luas 108,46 meter persegi ini didesain ulang pada masa
Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, yaitu dengan mengurangi
perabot ukiran dan karpet merah yang dipasang pada masa Pemerintahan Presiden
Soeharto. Di ruang ini terdapat dua buah pilar berukuran tinggi yang dibungkus
dengan kayu jati berukir yang sangat halus. Pada salah satu lekuk dindingnya
tergantung sebuah ukiran yang berbentuk relief menggambarkan sebuah adegan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
61
Universitas Indonesia
dalam cerita Ramayana. Di atas lantai marmer terbentang hamparan permadani
berdesain dan berkualitas istimewa dengan corak flora dan bernuansa merah dan
abu-abu, sangat sesuai dengan paduan kursi tamu bernuansa tradisional Jawa yang
dibalut dengan kulit berwarna coklat.
Terdapat beberapa koleksi benda seni yang tersimpan di Ruang Jepara ini,
antara lain adalah koleksi lukisan: Wanita Bali Menabur Bunga karya Rudolf
Bonnet (1952), Membajak Sawah karya Maukade, Penggilingan Padi karya
Wakidi, Air Pasang karya Simonetti, Pemandangan Gunung dan Memandikan
Kerbau karya Basoeki Abdullah, dan Pemandangan Candi Cetho karya Yap Thian
Tjay (lihat lampiran 1). Selain itu terdapat pula koleksi benda seni yang berupa:
dua buah relief kayu jati yang menggambarkan penggalan kisah cerita Ramayana,
guci porselin pancawarna, dan guci porselin biru putih dari Cina yang berasal dari
masa Dinasti Ming. Sebagai gambaran, Ruang Jepara dapat dilihat dalam foto di
bawah ini:
Foto 3.9 Ruang Jepara, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.5 Ruang Terima Tamu Ibu Negara
Tepat berhadap-hadapan dengan Ruang Jepara, di sebelah kanan koridor,
terletak Ruang Tamu Ibu Negara. Ruang yang memiliki luas 65,38 meter persegi
ini dirancang khusus bagi Ibu Negara untuk menerima tamu-tamunya. Dahulu
ruang ini bernama Ruang Raden Saleh. Pemberian nama Ruang Raden Saleh
dilandasi pertimbangan bahwa di dalam ruang ini tersimpan lukisan karya Raden
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
62
Universitas Indonesia
Saleh berukuran 3 x 5 meter yang berjudul Antara Hidup dan Mati yang saat ini
lukisan tersebut dipindahkan dan disimpan di Museum Istana Kepresidenan
Bogor. Ruang Terima tamu Ibu Negara bernuansa krem kecoklat-coklatan dengan
perabot yang berukir halus dengan sentuhan warna emas. Di atas lantai yang
terbuat dari marmer terhampar permadani bermotif flora dengan nuansa merah
dan krem sangat serasi dengan warna perangkat mebel dan meja tamu dari batu
marmer berwarna putih krem. Dua kursi yang dilengkapi dengan bantal berwarna
coklat merupakan tempat duduk yang biasa digunakan oleh Ibu Negara.
Di ruang ini terpasang dua buah karya litografi tua yang menggambarkan
bangunan Istana Negara dan Istana Merdeka pada tahun 1888. Selain itu terdapat
beberapa koleksi lukisan antara lain: lukisan Bunga mawar karya T. Massimo,
lukisan Tari Betawi, lukisan Bunga Kaca Piring, dan lukisan Bunga Sepatu
ketiganya merupakan karya Sri Gumantyo, lukisan Upacara Melasti karya Hatta
Hambali, lukisan Pantai karya Bambang Suwarto, dan lukisan Pemandangan
Gunung karya Yap Thian Tjay (lihat lampiran 1). Koleksi benda seni yang lain
yang tersimpan di ruang ini antara lain: tempat buah dari porselin, patung keramik
“Pengantin Jawa” karya F.Widayanto ukiran gading, patung Dewi Sri, jembangan
keramik dari jepang, guci bertutup motif terawangan, guci bertutup yang terbuat
dari kayu yang berasal dari Sumatera Selatan, piring hias bermotif cenderawasih
dengan enamel polikromatik dari Jepang yang berasal dari masa Dinasti Satsuma
(abad XVIII-XIX), botol hias porselin dari Jepang (abad XVIII-XIX), tempat
buah porselin bermotif ikan mas, dan hiasan dinding dari kerang. Sebagai
ilustrasi, Ruang Terima Tamu Ibu Negara, dapat dilihat dalam foto di bawah ini:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
63
Universitas Indonesia
Foto 3.10 Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.6 Ruang Resepsi
Sebelum memasuki pintu Ruang Resepsi, kita akan menjumpai dua buah
patung dada proklamator yang masing-masing adalah Presiden Soekarno yang
terletak disebelah kiri, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta berada disebelah
kanan. Apa bila kita melihat dari bagian depan Istana Merdeka, terdapat empat
ruang yang saling berhadapan di ruang ini. Di sebelah kanan terdapat Ruang
Bendera Pusaka dan tepat dihadapannya terdapat Ruang Kerja Presiden. Di antara
seluruh ruangan terdapat pula ruang istirahat pribadi yang dilengkapi dengan
ruang-ruang layaknya rumah kediaman.
Ruang Resepsi ini merupakan tempat bagi para menteri, pejabat tinggi
negara, diplomat, dan tamu penting dalam jumlah besar beramah-tamah. Ruangan
yang memiliki luas sekitar 314,49 meter persegi ini berlantai marmer dan
berlapiskan permadani bernuansa merah, abu-abu, dan krem dengan motif yang
halus dan indah. Di ruangan ini terdapat empat buah lampu Kristal bertingkat tiga
yang beratnya masing-masing mencapai 500 kg.
Koleksi benda seni yang tersimpan di ruang resepsi antara lain adalah:
lukisan dr. Cipto Mangunkusumo (1951) karya Sudarso, lukisan Teuku Cik Ditiro
karya Dullah, lukisan Presiden SBYdan Ibu Negara karya Li Shu Ji, lukisan
Danau Panjalu karya Bambang Suwarto, yang terpasang pada dinding sebelah
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
64
Universitas Indonesia
barat dan lukisan Pemandangan Gunung Sumbing (1989) karya Baharrizky yang
terpasang pada dinding sebelah timur (lihat lampiran 1). Disamping itu terdapat
koleksi benda seni yang lain berupa: piring hias dari Jepang (abad XIX), piring
hias pancawarna, piring hias biru putih, dari Dinasti Ching (abad XVIII-XIX),
piring hias dari Cina Timur (abad XIX), guci porselin Ko Putih bermotif pecah
seribu yang semuanya terpasang di atas meja ukir di bagian barat dan timur, dua
buah piring hias biru putih yang masing-masing terpasang di atas lukisan Teuku
Cik Ditiro dan lukisan dr. Cipto Mangunkusumo, dua buah vas bunga besar yang
terletak masing-masing pada sudut belakang sisi barat dan sisi timur ruang
resepsi, empat buah patung kayu Garuda Bali, ukiran Bali bertema cerita
Ramayana yang menggambarkan adegan Pemutaran Gunung Mandara di Lautan
Susu (Kesire Arnawa) oleh para Dewa untuk mencari Tirta Amertha (air suci
kehidupan) karya Wayan Kacer, patung perunggu Dua Kuda karya T.Mitsui,
patung Singa dari perunggu, sepasang gading dan ukiran gunungan yang terletak
di bagian depan pintu masuk ruang resepsi. Untuk lebih jelasnya, Ruang Resepsi
Istana Merdeka dapat dilihat dalam foto berikut:
Foto 3.11 Ruang Resepsi, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber )
3.2.1.7 Ruang Kerja Presiden
Ruang Kerja Presiden terdapat di sebelah kiri atau berada di bagian barat
Ruang Resepsi Istana Merdeka. Ruang ini memiliki luas 67,12 meter persegi. Di
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
65
Universitas Indonesia
dalam ruang ini tergantung beberapa lukisan, antara lain: lukisan Piagam (1964)
karya Abdul Manaf, lukisan Ada Bunga Sepatu di Telinganya karya Lee Man
Fong, lukisan Ni Najas karya Rudolf Bonnet, lukisan Jenderal Soedirman karya
Sumardi, lukisan Kaligrafi Ayat Kursi karya Hatta Hambali, dan lukisan Barong
Bali karya Affandi (lihat lampiran 1). Disamping itu terdapat pula koleksi benda
seni yang lain berupa: sebuah relief ukir Jepara yang bertemakan cerita
Ramayana, botol porselin Pancawarna berbentuk labu bersusun yang berasal dari
Cina (abad XX), guci porselin bermotif bunga, patung Garuda Bali, patung
Mahatma Gandhi (1950) karya Made Panti Dendim, Miniatur Perahu Raja, patung
Pencurian Shinta oleh Rahwana, vas bunga dari batu, Miniatur Bendera Negara-
negara Anggota PBB, patung kayu Jaga Baya, dan gong berstandar gading.
Lemari-lemari yang berisi buku-buku ensiklopedia bersandar pada kedua
sisi ruangan. Kursi jati berukuran besar terbungkus kain berwarna krem yang
dipadukan dengan permadani bermotif halus yang bernuansa hijau, menghasilkan
rasa nyaman di ruang ini. Suasana Ruang Kerja Presiden dapat dilihat dalam foto
berikut:
Foto 3.12 Ruang Kerja Presiden, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.8 Ruang Bendera Pusaka
Ruang Bendera Pusaka ini berhadapan dengan Ruang Kerja Presiden,
berada di bagian timur Ruang Resepsi. Ruang ini memiliki luas 29,92 meter
persegi. Ruang ini tidak dapat dimasuki pengunjung, karena sebagai tempat
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
66
Universitas Indonesia
penyimpanan Bendera Pusaka dan lembaran asli Naskah Proklamasi ruang ini
perlu dijaga kelembabannya demi keamanan dan untuk menghindari kerusakan.
Ruang penyimpanan bendera ini merupakan bekas kamar tidur Bung Karno.
Pada dinding bagian utara ruang ini terdapat relief yang menggambarkan Sayuti
Melik sedang mengetik Teks Proklamasi, sedangkan pada dinding bagian selatan
terdapat relief yang menggambarkan Ibu Fatmawati sedang menjahit Bendera
Pusaka. Adapun di dinding bagian timur terdapat relief Teks Proklamasi. Dulu
ruang ini merupakan Ruang Tidur Presiden Soekarno. Setelah direnovasi pada
tahun 1997, atas persetujuan Presiden Soeharto, bekas kamar tidur Bung Karno di
Istana Merdeka ini digunakan menjadi tempat untuk menyimpan Bendera Pusaka
dan Naskah Proklamasi Kemerdekaan. Sebagai ilustrasi, Ruang Bendera Pusaka
dapat dilihat dalam foto berikut:
Foto 3.13. dan 3.14 Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber )
3.2.1.9 Ruang Serambi Belakang
Serambi ini terletak dibelakang Ruang Resepsi yang pada awalnya
merupakan serambi terbuka dan kemudian ditutup pada masa Pemerintahan
Presiden Soeharto dengan dinding dan pintu yang menyesuaikan gaya arsitektur
bangunan semula. Renovasi ini dilakukan pada tahun 1997. Ruangan ini memiliki
luas 74,21 meter persegi. Serambi belakang bersambung dengan teras terbuka
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
67
Universitas Indonesia
yang berhadapan dengan halaman tengah menuju Istana Negara. Di teras terbuka
ini terdapat dua buah pot bunga dari tembikar yang berukuran besar dan berisi
tanaman bunga lotus yang bunganya berwarna merah jambu.
Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie, bagian atas dinding dalam
serambi ini dihias dengan relief kaligrafi Arab yang apabila diartikan bermakna”
Damailah mereka yang berkunjung ke tempat ini”.
Foto 3.15 Serambi Belakang, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.3 Halaman Tengah
Halaman ini terletak diantara Istana Merdeka dan Istana Negara, di dalam
kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Pada halaman yang luas ini terdapat
sebuah bangunan yang pada masa Hindia-Belanda dipakai sebagai muziek-koepel
(tempat para pemusik bermain musik pada acara pesta kebun). Pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno, Kupel ini diubah menjadi kelas Taman Kanak-
Kanak bagi putra-putri mereka ketika masih kecil, termasuk diantaranya
Megawati Soekarnoputri. Guru untuk taman kanak-kanak didatangkan, dan anak-
anak staf Istana yang seusia, yang kebanyakan tinggal di bangunan samping untuk
karyawan istana (sekarang menjadi gedung kompleks Sekretariat Militer) diajak
bersekolah untuk menemani putra-putri Bung Karno.
Terdapat sekitar 84 (delapan puluh empat) jenis pohon dan banyak
diantaranya berukuran besar , berumur tua, dan langka. Jenis pohon di halaman ini
antara lain Ki Hujan (trembesi) yang dalam bahasa Latinnya dikenal dengan nama
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
68
Universitas Indonesia
samanea saman ada 9 (sembilan) pohon dan sudah ada sejak tahun 1870,
flamboyan (delonix regia), Atamimi dari Afrika, palem anggur Latania, kaliandra,
tangkolo, mahoni, sawo duren, soga, bungur besar dan kelapa sawit. Juga yang tak
kalah menariknya ada pohon kaktus yang dimasukkan dalam dua rumah kaca.
Kaktus ini hadiah dari Ratu Monaco Grace Kelly untuk Ibu Tien Soeharto.
Selain pepohonan, tersebar juga koleksi benda seni berupa berbagai jenis
patung, baik yang terbuat dari perunggu, batu, maupun kayu. Adapun patung-
patung tersebut antara lain adalah: patung perunggu Anak Bermain Egrang karya
Zoenko Kalin (1963), patung perunggu Anak Bergendongan karya Chairul (1965),
patung perunggu Wanita Memegang Sanggul karya Stoyanovic (Yugoslavia),
patung perunggu Menghitung karya Mikas.S (Hungaria), patung perunggu Kasih
Ibu karya Fkrsinnc, patung perunggu Soko Guru Revolusi karya Chairul, patung
perunggu Waspada karya Greco (Italia), patung batu Awalokiteswara (Abad ke
IX), patung batu Dhyani Bodisattva (abad ke IX), patung akar kayu jati berumur
300 tahun yang berjudul Kisah Menjangan Jantan, Tersesat, dan Pertapa Mukti
karya Bambang Krisyono (lihat lampiran 7).
Halaman tengah ini setiap tanggal 17 Agustus, digunakan sebagai tempat
untuk melaksanakan acara Jamuan Makan Malam Kenegaraan dalam rangka
Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dihadiri oleh
para Duta Besar, para Menteri, dan pejabat penting lainnya.
Foto 3.16 Halaman Tengah, Istana Jakarta (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
69
Universitas Indonesia
3.4 Kantor Presiden
Pada awalnya Kantor Presiden ini merupakan Museum Puri Bhakti
Renatama, museum di Istana Kepresidenan Jakarta yang berfungsi untuk
menyimpan, melestarikan dan memperagakan benda-benda budaya persembahan
dari dalam maupun luar negeri ( Istana Kepresidenan Jakarta, 1978: 22). Kantor
ini dibangun pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, tepatnya
pada tahun 2001. Letak bangunan Kantor Presiden berada di sebelah timur
kompleks Istana Kepresidenan Jakarta dan menghadap ke Halaman Tengah
Istana. Kantor Presiden ini merupakan bangunan yang memiliki dua lantai, dan
ditempat inilah Presiden menjalankan berbagai aktivitas.
Pada bagian lantai satu, terdapat beberapa ruang, antara lain: Ruang Kerja
Presiden, dan Ruang Audensi, dimana Presiden menerima para tamunya. Selain
itu juga terdapat Ruang Tunggu Tamu Presiden, Ruang Tamu setingkat Menteri
maupun Duta Besar, dan Ruang Konferensi Pers untuk para wartawan. Sedangkan
di lantai dua, terdapat ruang-ruang seperti: Ruang Rapat Paripurna dan Ruang
Rapat yang disiapkan untuk mengadakan rapat-rapat terbatas yang hanya
melibatkan beberapa menteri.
Koleksi benda seni yang tersimpan di Kantor Presiden semuanya
berjumlah 135 buah yang terdiri dari 64 buah lukisan, 43 buah patung, dan 28
buah benda seni kriya (Bagian Museum dan Sanggar Seni, 2009). Koleksi benda
seni tersebut diantaranya adalah: lukisan Istana Merdeka karya Vandersterren,
lukisan Kawanan Rusa di Bawah Pohon Flamboyan, lukisan Merahku Ruanganku
karya Andree S, lukisan Sang Waktu karya Lim Hui Yung, lukisan Dua Ayam
Putih karya Lee Man Fong, lukisan Ngarai Sianok karya Dullah, lukisan Penari
Bali karya Lim Wa Sim, dan Penari Bali karya Trubus (lihat lampiran 4). Koleksi
lainnya antara lain adalah: patung miniatur Candi Prambanan, patung Rhama
Meniup Terompet, patung Shinta dengan Kijang, patung Penari Bali, 2 buah
patung Rama dan Shinta, dan patung Tugu Peta Indonesia (lihat lampiran 6).
Benda seni kriya yang lain yang tersimpan di Kantor Presiden secara lengkap
dapat dilihat pada lampiran 10.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
70
Universitas Indonesia
Foto 3.17 Ruang Tamu Presiden, Kantor Presiden (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.5 Istana Negara
Istana Negara yang dahulu dikenal dengan sebutan Istana Rijswijk ini,
terletak di Jalan Veteran Jakarta dan posisinya berada di belakang Istana Merdeka.
Dahulu Rijswijk merupakan tempat tinggal orang-orang Belanda saja. Disini
terdapat bangunan tua milik Pieter Tency yang dibangun pada tahun 1794 yang
kemudian menjadi Hotel der Nederlanden dan kemudian dibongkar dan dibangun
kembali menjadi Gedung Binagraha. Komplek Istana Negara di jalan Rijswijk 17
ini pada mulanya merupakan areal milik van Isseldijk, salah seorang pejabat Raad
vav Indie. Sepeninggal van Isseldijk, Hotel der Nederlanden jatuh ke tangan
Stamford Raffles, sedangkan bangunan No.17 menjadi milik Jacob Andries van
Braam (Dinas Museum dan Sejarah, 1993:40).
Istana Rijswijk ini bangun pada tahun 1796, pada masa pemerintahan
Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten. Seperti halnya bangunan
Istana Merdeka, Istana Negara juga memiliki gaya arsitektur Palladio yang dapat
dilihat dengan jelas dari tampilan eksterior gedung ini yang menghadirkan kolom-
kolom besar bercorak Yunani. Bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia-
Belanda pada tahun 1816 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes
Sieberg, dan digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kediaman para
Gubernur Jenderal Belanda (Lumintang, 2004:3).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
71
Universitas Indonesia
Ketika Komisaris Jenderal Belanda G.A.G.P. Baron van der Capellen
mengambil alih kekuasaan dari wakil Gubernur Inggris, Thomas Stamford
Raffles, ia tidak mengambil Raffles House (yang awalnya bernama Hotel der
Nederlanden, kemudian berubah menjadi Hotel Dharma Nirmala, dan berubah
lagi menjadi Bina Graha), dengan alasan pembangunan Istana Negara yang baru
dan mengesankan itu dilakukan saat pemerintah Perancis di bawah pemerintah
Daendels, namun belum selesai sehingga dipilihlah kediaman Braam yang pada
tahun 1820 dinamakan kembali dengan ”Hotel van den Gouverneur-General”
atau ”Hotel Gubernur Jenderal” (Kleinsteuber dan Rusdi, 2008:69)
Gubernur Jenderal yang pertama menggunakan gedung Istana Negara
sebagai tempat tinggal dan sekaligus menjadikannya sebagai kantor adalah
Gubernur Jenderal Baron van der Capellen. Sebagai Istana, gedung ini sering
dipergunakan untuk tempat menginap para pegawai tinggi pemerintah Hindia
Belanda setelah mengikuti Sidang Dewan Hindia Belanda (Raad van Indie) yang
setiap kali diadakan di Batavia. Sejak saat itulah peran gedung ini terus
dipertahankan sebagai tempat tinggal, kantor dan tempat sidang hingga
pemerintahan Gubernur Jenderal Du Bus de Gisignes (1826-1830). Kebijakan
Gubernur Jenderal inilah yang menghasilkan keputusan untuk memadamkan
perang Diponegoro secara licik. Setelah pemerintahan Gubernur Jenderal Du Bus
de Gisignes berakhir, maka diganti oleh Gubernur Jenderal van Den Bosch (1830-
1833). Gubernur Jenderal ini dikenal sangat kejam karena memaksa rakyat untuk
menanam tanaman-tanaman yang sangat laku untuk orang-orang Eropa. Tindakan
ini kemudian dikenal dengan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) (Dinas Museum
dan Sejarah, 1993:41).
Istana Negara seperti halnya Istana Merdeka, dibangun mengikuti konsep
rumah panggung untuk memperhitungkan kemungkinan banjir atau pasang surut
air. Konsep rumah panggung itu juga berfungsi sebagai sarana aliran udara
(ventilasi) untuk menyejukkan isi bangunan. Dengan hadirnya teknologi penyejuk
udara di masa modern, bagian bawah ini kemudian ditembok dan diubah menjadi
berbagai ruang layanan, seperti dapur, gudang, dan sebagainya.
Gedung Istana Negara ini termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh
Undang-Undang Cagar Budaya (monumen), oleh karena itu dalam perjalanan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
72
Universitas Indonesia
sejarahnya pemugaran yang dilakukan oleh para penguasa gedung ini selalu
menjaga untuk tetap mempertahankan wajah aslinya. Serambi depan dengan
tiang-tiang kokoh dan kekar yang merupakan ciri khas bangunan kolonial, masih
tampak seperti ketika pertama kali gedung ini dibangun.
Peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di Istana Negara antara
lain adalah sebagai tempat ketika Jenderal de Kock menguraikan rencana untuk
menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro dan merumuskan strateginya
dalam menghadapi Tuanku Imam Bonjol kepada Gubernur Jenderal Baron van
der Capellen. Setelah kemerdekaan, pada tanggal 25 Maret 1947 digunakan
sebagai tempat penandatanganan naskah Persetujuan Linggarjati, dimana
Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir dan Belanda diwakili oleh Dr. Van Mook.
Sampai saat ini Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan
pemerintahan negara, diantaranya menjadi tempat penyelenggaraan acara - acara
yang bersifat kenegaraan, seperti pelantikan pejabat - pejabat tinggi negara,
pembukaan musyawarah, dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat
nasional dan internasioal, dan tempat jamuan kenegaraan.
3.5.1 Tata Letak Ruang Istana Negara
Seperti halnya Istana Merdeka, Bangunan Istana Negara juga terbagi
menjadi beberapa ruang yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.
Terdapat sedikit perbedaan ruang yang terdapat di Istana Merdeka dengan Ruang
di Istana Negara. Adapun ruang-ruang yang terdapat di Istana Negara adalah:
Ruang Serambi Depan, Ruang Tamu, Ruang Koridor, Ruang Jamuan, dan Ruang
Upacara. Selanjutnya ruang-ruang yang ada di Istana Negara secara lebih rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.5.1.1 Ruang Serambi Depan
Pada bagian depan serambi depan ini terdapat 14 buah pilar besar
berwarna putih bergaya Doria, yang menyangga atap bagian depan bangunan.
Selain itu, terdapat 3 buah pintu masuk serta 2 buah jendela yang tinggi dan lebar.
Teras yang terdapat di serambi Istana Negara tidak begitu luas, melainkan hanya
terdapat teras memanjang dengan pilar penyangga untuk pegangan di bagian
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
73
Universitas Indonesia
depan dan tangga naik pada bagian kiri dan kanan. Kesan yang bisa ditangkap dari
fisik bangunannya adalah kesan ”kebesaran” yang membedakannya dengan
bangunan-bangunan lain. Serambi yang menghadap ke sungai Ciliwung
mengingatkan para Pembesar Belanda yang pernah tinggal di gedung ini pada
kanal-kanal yang terdapat di negeri asal mereka di kota Amsterdam.
Foto 3.18 Serambi Depan, Istana Negara (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.5.1.2 Ruang Tamu (Ruang Tunggu Utama)
Ruang ini didominasi warna putih dengan langit-langit yang tinggi. Fungsi
ruang ini adalah tempat para tamu yang akan mengikuti suatu acara. Di ruang ini
Presiden dan tamu negara menerima perkenalan dengan para undangan sebelum
dilaksanakannya acara jamuan kenegaraan. Ruang ini digunaka juga sebagai
tempat pertukaran cinderamata antara Presiden dengan Tamu Negara. Oleh karena
itu ruang ini sering juga disebut dengan Ruang Cinderamata. Seperti halnya di
Istana Merdeka, di Istana Negara terdapat dua buah cermin besar peninggalan
pemerintah Belanda yang terpasang pada dinding bagian kiri dan kanan pintu
masuk Istana Negara. Pada sisi dinding bagian timur ruang ini tergantung lukisan
Penari Wanita karya pelukis Rachmansyah dan repro lukisan Suasana Timur
Tengah karya D.Moerilhut. Terdapat pintu yang menuju ke kamar Ruang Tamu
yang lebih kecil. Pada sisi dinding bagian barat lebih dipenuhi foto-foto koleksi
pribadi. Rangkaian bunga segar ditambah dengan pot-pot atau guci yang berisikan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
74
Universitas Indonesia
tanaman hidup, menandakan bahwa ruang ini dihuni oleh keluarga Presiden.
Fungsi utama Ruang Tamu ini antara lain adalah:
1. Tempat bagi para tamu yang akan mengikuti suatu acara.
2. Tempat bagi Presiden dan Tamu Negara menerima perkenalan dengan
para undangan sebelum acara jamuan kenegaraan.
3. Tempat pertukaran cindera mata antara Presiden dan Tamu Negara.
Di kamar Ruang Tamu terdapat dua helai kerajinan tenun Sumatera
berwarna cerah dan dominasi perabot kursi warna putih krem bermotif sulur.
Diruang ini juga terpasang lukisan Pantai Flores karya Basoeki Abdullah, lukisan
Wajah Seorang Lelaki Bali karya Auke Cornelis Sonnega, lukisan Jenderal
Soedirman karya Joes Supadyo, lukisan Pejuang Pantang Menyerah karya
Rustamadji, dan lukisan Pantai Madura karya Dake Jr. Carel Lodewijk (lihat
lampiran 2). Koleksi benda seni yang lain yang tersimpan di ruang ini atara lain
adalah: guci bermotif pecah seribu dari Cina Timur abad ke XIV, piring hias
bermotif bunga dari Cina Timur abad ke XIX, piring hias bermotif bulan dan
bunga dari Cina Timur abad ke XIX, piring hias dari Jepang jaman abad ke
XVIII, sepasang guci Cloisonne dari Tiongkok, jembangan porselen merah darah
sapi dari Cina, tempat sayur bertutup yang terbuat dari perak pemberian Chea
Sim, President Senate of Cambodia, tempat nasi bertutup yang terbuat dari perak
pemberian dari Keluarga Besar Muslim Chiang Mai, Thailand 19 April 1961
(lihat lampiran 9), patung perunggu ”Penunggang Kuda” karya Bill Nebeken
(1980), sepasang gading, dan patung Barisan Gajah yang terbuat dari gading(lihat
lampiran 5). Untuk lebih jelasnya Ruang Tamu Istana Negara dapat dilihat pada
foto di bawah ini:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
75
Universitas Indonesia
Foto 3.19 Ruang Tamu, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber )
Foto 3.20 Kamar Ruang Tamu, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.5.1.3 Ruang Koridor
Ruangan ini berfungsi sebagai penghubung antara Ruang Tamu bagian
depan Istana Negara dengan Ruang Resepsi. Di sisi barat terdapat Ruang Kerja
Presiden, dan disebelah timur terdapat Ruang Tamu Presiden. Dua ruang lainnya
adalah ruang tunggu yang masing-masing di sisi barat adalah Ruang Tunggu
Ajudan Presiden waktu acara berlangsung, sedangkan ruang sebelah timur dipakai
untuk Ruang Tunggu Tamu. Di Ruang Koridor ini tergantung enam buah lukisan
besar yang dilengkapi dengan benda-benda koleksi pribadi, seperti foto-foto
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
76
Universitas Indonesia
keluarga Presiden. Keenam lukisan dimaksud adalah: lukisan Penggembala
Kerbau karya Basoeki Abdullah, lukisan Pohon-Pohon di kebun karya Nakajima,
lukisan Bunga Flamboyan karya Sutopo, lukisan Gadis Bali karya Hatta Hambali,
lukisan Sungai dalam Hutan karya Choirun Sholeh, dan repro lukisan Di Taman
karya Claude Monet (lihat lampiran 2).
Sebuah lemari buku di ruang ini didalamnya terdapat 3000 buah koleksi
buku terbitan terbaru yang menguasai peredaran dunia buku, tentang pengetahuan
terbaru di dunia. Tidak ketibggalan, satu set buku Ensiklopedia ”the Book of
Knowledge” serta ”Britannia” volume 1 sampai 29 tampak pula disana. Buku-
buku yang mengarah ke tema militer hampir tidak terlihat, lebih banyak buku
yang mengarah ke perekonomian, manajemen dan filosofi, termasuk sederet
Ensiklopedia Islam. Koleksi benda-benda seni lain yang terdapat di Ruang
Koridor antara lain adalah: congklak kayu, vas bunga bemotif kepala domba, guci
bertutup dari kayu yang berasal dari Sumatera Selatan, guci bertutup dari Cina
Timur abad ke XIX, patung perunggu Wanita Setengah Badan karya Suerry
(1962), patung perunggu Kepala Seorang Gadis karya T.Pocahauh (Perancis),
sepasang patung keramik Penari Wanita dan Penari Pria karya F. Widayanto, dan
Gong Berstandar dari Gading persembahan Perdana Menteri Malaysia DR.
Mahathir Muhammad (Desember 1983). Ruang Koridor dapat dilihat dalam foto
berikut:
Foto 3.21 Koridor, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
77
Universitas Indonesia
3.5.1.4 Ruang Jamuan
Ruang ini merupakan ruang yang digunakan pada waktu acara jamuan
kenegaraan. Selain itu ruangan ini berfungsi sebagai ruang ramah tamah para
tamu yang menghadiri suatu acara. Terdapat sekat-sekat ruang yang sering
digunakan untuk berbagai acara. Di ruang ini terdapat sebuah meja makan
panjang berbentuk oval yang terbuat dari kayu jati dan terdapat dua puluh empat
kursi duduk atau kursi makan. Kursi makan yang berlapis kain beludru berwarna
krem netral menjadikan ruangan ini nyaman, asri dan sangat serasi dengan
permadani yang terhampar di bawahnya yang mempunyai paduan warna merah
tua dan hijau dengan motif besar. Pada bagian sisi barat dan sisi timur ruangan
terdapat masing-masing sepasang cermin tua berukuran besar, berbingkai warna
emas sebagai penunjang hiasan interior ruangan.
Di Ruang Makan ini juga terpasang koleksi benda seni seperti: lukisan
Ngarai Sianok karya Henk Ngantung, lukisan Panen Padi karya Udin, dan lukisan
Pasar Bunga karya Sarjito (lihat lampiran 2). Patung kayu Dewi Saraswati, patung
Dewi Saraswati dan Dewi Gadru, dan Mandau juga terpasang di Ruang Jamuan
ini. Foto berikut ini memperlihatkan gambaran tentang suasana Ruang Makan
Istana Negara:
Foto 3.22 dan 3.23 Ruang Jamuan, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
78
Universitas Indonesia
3.5.1.5 Ruang Upacara
Ruang Upacara digunakan pada waktu Presiden melantik Pejabat Tinggi
Negara seperti Menteri, Duta Besar, Kepala Staf TNI dan Kepala Kepolisian RI.
Di samping itu ruang ini juga digunakan sebagai tempat pembukaan konferensi,
rapat kerja departeman, tempat penganugerahan bintang jasa atau tempat
diselenggarakannya pertunjukan kesenian bagi para Tamu Negara, hingga ramah
tamah Presiden dengan Veteran Perintis Kemerdekaan dalam rangka peringatan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Ruang yang ditata dengan gaya
neoklasik ini dapat menampung sekitar 1000 tamu undangan berdiri atau 350
tamu undangan duduk. Ruangan ini dilengkapi dengan panggung acara dibagian
selatan gedung yang biasa digunakan untuk menampilkan pertunjukan kesenian
terpilih dari seluruh pelosok Indonesia yang disajikan kepada Tamu Negara pada
Jamuan Makan Malam Kenegaraan. Pada bagian latar belakang panggung
terdapat hiasan berupa lambang garuda dan gambar peta Indonesia. Di ruang ini
pula terdapat dua perangkat gamelan yang masing-masing adalah gamelan Jawa
dan gamelan Bali. Pada sisi barat dan timur ruang upacara terdapat balkon yang
pada masa Hindia Belanda digunakan sebagai tempat untuk menyaksikan
pertunjukan yang biasanya demeriahkan dengan acara dansa.
Di ruang ini terpasang koleksi benda seni berupa lukisan foto Presiden
Republik Indonesia dan para mantan Presiden Republik Indonesia, yang masing-
masing adalah: Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Bacharuddin
Jusuf Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri,
dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keenam lukisan tersebut merupakan
karya Warso Susilo yang merupakan salah satu pegawai Istana Kepresidenan
Jakarta. Saat ini beliau menjabat sebagai Kepala Subbagian Penataan Ruangan,
Bagian Tata Graha, Biro Pelayanan Kerumahtanggaan, deputi Kepala Rumah
Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Istana (lihat
lampiran 2).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
79
Universitas Indonesia
Foto 3.24 Ruang Upacara, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.6 Wisma Negara
Wisma Negara merupakan sebuah gedung yang memiliki enam lantai,
dengan luas lebih kurang 6.100 meter persegi. Gedung ini terletak di bagian barat
kompleks Istana Jakarta. Wisma Negara mulai dibangun pada tahun 1962 dan
baru selesai pada tahun 1964. Dulu wisma ini berfungsi sebagai tempat menginap
para kepala negara atau kepala pemerintahan asing beserta rombongannya. Pada
waktu itu hotel-hotel yang representatif bagi para Tamu Negara masih terbatas
jumlahnya sehingga wisma ini menjadi tempat tinggal yang disediakan.
Setiap lantai yang ada di Wisma Negara ini memiliki fungsi dan
peruntukan yang berbeda. Secara rinci fungsi masing-masing lantai yang ada di
Wisma Negara dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lantai enam diberi nama Ruang Indonesia. Ruangan ini dipergunakan para
tamu negara untuk menerima tamu-tamunya, yaitu para pejabat dari
Indonesia. Di ruang ini dilengkapi dengan ruang rapat pertemuan yang
berfungsi juga sebagai ruang makan, apabila para Tamu Negara
menghendaki untuk menjamu para tamunya.
2. Lantai lima dipergunakan untuk tempat bermalam para Tamu Negara
setingkat Presiden, Raja, atau Kaisar beserta isterinya atau Permaisurinya.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
80
Universitas Indonesia
3. Lantai empat dipergunakan untuk bermalam para Tamu Negara setingkat
kepala pemerintahan seperti Perdana Menteri, Wakil Presiden, Kanselir,
Pangeran bersama isteri atau Permaisurinya.
4. Lantai tiga dipergunakan untuk Tamu Negara setingkat Menteri, terutama
Menteri Luar Negeri dan menteri-menteri bidang lain.
5. Lantai dua dipergunakan untuk para tamu anggota dalam rombongan
Tamu Negara. Selain kamar tidur, di lantai dua ini terdapat ruangan lain
seperti ruang Sumatera, yang biasa dipergunakan sebagai tempat untuk
mengadakan pertemuan-pertemuan atau jamuan makan yang
diselenggarakan oleh Tamu Negara, dan ruang Jepara yang berfungsi
sebagai ruang duduk para anggota rombongan Tamu Negara.
6. Lantai satu merupakan kamar tidur yang dipergunakan untuk para pejabat
Indonesia sebagai para pendamping kehormatan. Selain kamar tidur,
terdapat ruang untuk mengadakan konperensi pers oleh para Tamu Negara,
salon kecantikan, dan barber shop untuk para Tamu Negara.
7. Lantai bawah merupakan tempat tidur yang dipergunakan oleh protokol
yang diperbantukan oleh para Tamu Negara, tim dokter, dan tim security
dari pihak Indonesia. Di sebelah kamar tidur terdapat sebuah ruangan
terbuka yang dipergunakan untuk ruang tunggu, dan diseberang ruang ini
terdapat ruang khusus yang dipergunakan sebagai ruang pameran Wayang
Kulit, Wayang Golek, Wayang Krucil, topeng, dan benda-benda budaya
Indonesia lainnya seperti keris, tombak, golok, mandau dan tameng.
Seiring dengan semakin banyaknya hotel yang representatif bagi para Tamu
Negara, saat ini Wisma Negara tidak lagi dipergunakan untuk menginap para
Tamu Negara dan kni beralih fungsi sebagai tempat untuk mengadakan berbagai
kegiatan Kepresidenan. Di Wisma Negara ini tersimpan koleksi benda seni yang
berjumlah 217 buah, yang terdiri dari lukisan berjumlah 163 buah, patung
berjumlah 28 buah, dan benda seni kriya berjumlah 26 buah.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
81
Universitas Indonesia
Foto 3.25 Ruang Lobi Wisma Negara
(Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.7 Masjid Baiturrahim
Di dalam kompleks Istana Kepresidenan Jakarta terdapat masjid bernama
Masjid Baiturrahim. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1958 dan baru selesai
pada tahun 1961. Masjid yang memiliki luas 521 meter persegi ini terletak di tepi
sebelah kanan atau sebelah barat Istana Merdeka. Masjid ini berdiri atas prakarsa
Presiden Soekarno, dengan arsiteknya bernama R.M. Soedarsono. Sampai saat ini
pada setiap hari Jum’at, Masjid Baiturrahim digunakan oleh Presiden dan para
tamunya, para pejabat tinggi negara, berikut pegawai atau petugas di lingkungan
Istana, termasuk masyarakat umum.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
82
Universitas Indonesia
Foto 3.26 Masjid Baiturrahim (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.8 Benda Koleksi Istana Kepresidenan
Istana Kepresidenan Jakarta menyimpan berbagai macam jenis benda
koleksi. Koleksi tersebut merupakan benda-benda yang sudah ada sejak jaman
Belanda maupun benda-benda yang ada sejak masa pemerintahan Presiden
Soekarno sebagai Presiden RI yang pertama, sampai dengan masa pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apabila dilihat secara lebih rinci koleksi
tersebut dapat berupa benda dokumen bersejarah yang memiliki kaitan secara
langsung dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan koleksi
benda-benda seni. Koleksi-koleksi dimaksud antara lain berupa: Bendera Pusaka,
Teks Proklamasi Kemerdekaan RI, furnitur, dan koleksi benda seni yang terdiri
dari: lukisan, patung, dan seni kriya (berupa wadah, miniatur, dan perhiasan).
Selanjutnya masing-masing koleksi tersebut secara lebih rinci dapat diuraikan
sebagai berikut:
3.8.1 Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi
Koleksi Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi merupakan koleksi yang
paling istimewa, karena merupakan satu-satunya koleksi milik Bangsa Indonesia
dan kedua koleksi tersebut hanya ada dan tersimpan di Istana Merdeka. Bendera
Pusaka adalah bendera Merah – Putih berukuran 2 X 3 meter yang dikibarkan
pada 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Karena sering dicuci
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
83
Universitas Indonesia
di masa lalu, bendera itu mengkerut menjadi 196 X 274 sentimeter. Bendera
berukuran besar tersebut dibuat dan dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati, istri Bung
Karno, ketika baru kembali dari tempat pengasingan di Bengkulu, dan baru mulai
tinggal di Jakarta.
Pembuatan bendera Merah–Putih yang besar itu pada awalnya merupakan
permintaan Shimizu, seorang perwira Jepang yang menjabat sebagai kepala
barisan propaganda di Gunseikanbu (Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan
Sumatera). Permintaan itu sesuai dengan ”janji kemerdekaan” yang telah
dinyatakan Jepang secara terbuka pada September 1944. Sesuai dengan janji itu
rakyat diberi izin mengibarkan bendera Merah – Putih berdampingan dengan
bendera Jepang pada hari-hari besar.
Pada masa itu sangat sulit memperoleh bahan kain untuk membuat
bendera besar yang pantas dikibarkan di halaman luas rumah besar di Pegangsaan-
Cikini itu. Selama masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia bahkan
menggunakan pakaian yang dibuat dari bahan karung atau goni karena kelangkaan
tekstil. Shimizu memerintahkan seorang perwira Jepang untuk mengambil kain
merah dan putih secukupnya untuk diberikan kepada Ibu Fatmawati. Dua blok
kain merah dan putih dari kain halus itu - setara dengan jenis primissima untuk
batik tulis halus – diperoleh dari sebuah gudang di Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat,
dan diantarkan ke Pegangsaan oleh Chairul.
Ketika bendera besar itu dibuat, Ibu Fatmawati sedang hamil tua
mengandung bayinya yang pertama yaitu Guntur Soekarnoputra. Ia menjahit
bendera itu didepan kamar tidur, yaitu di ruang makan dengan mesin jahit Singer
yang dijalankan dengan tangan saja. Karena kondisi fisik dan ukuran bendera
yang besar, pekerjaan menjahit bendera itu baru selesai dalam waktu dua hari di
akhir tahun 1944.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Sang Merah – Putih hasil jahitan Ibu
Fatmawati itu selalu dikibarkan di pekarangan rumah Presiden Soekarno di Jalan
Pegangsaan Timur 56. Pada tahun 1958, berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, bendera
Merah – Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur
56, Jakarta, ditetapkan sebagai Bendera Pusaka. Bendera Pusaka dikibarkan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
84
Universitas Indonesia
terakhir pada 17 Agustus 1968. Pada tahun 1969 dibuatkan Duplikat Bendera
Pusaka dari sutera alam. Saat ini Bendera Pusaka disimpan di salah satu ruang
khusus di Istana merdeka, yaitu Ruang Penyimpanan Bendera Pusaka (Bondan
Winarno, 2002: 43-61).
Teks Proklamasi yang tersimpan di Istana Merdeka merupakan hasil
ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang
ikut andil dalam persiapan proklamasi. Teks Proklamasi tersebut ditulis di ruang
makan di kediaman Ir. Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun
teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad
Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Pada saat itu
di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni lah
yang kemudian mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu
adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia
(http://www.indunesia.com/index.php/2008/03/12/detik-detik-pembacaan-naskah-
proklamasi/#more-39).
3.8.2 Furnitur
Pada masa pemerintahan Presiden megawati Soekarnoputri interior Istana-
Istana Presiden Republik Indonesia mengalami penataan ulang. Untuk penataan
ulang ini Presiden Megawati mengangkat staf khusus yang bernama Kris
Danubrata. Hal pertama yang dilakukannya adalah melepaskan semua ukiran-
ukiran Jepara dari interior Istana Merdeka dan Istana Negara, kecuali Ruang
Jepara yang sengaja dilestarikan sebagai bagian sejarah kepemimpinan Presiden
Soeharto. Hal itu dilakukan untuk mengembalikan nuansa asli klasik Eropa pada
Istana Jakarta. Kursi dan sofa dari kayu ukiran Jepara dengan bantalan berwarna
kuning emas yang semula memenuhi Istana Jakarta juga diganti dengan kursi dan
sofa peninggalan kolonial Hindia-Belanda dulu. Sebagian besar mebel itu
dikeluarkan kembali dari gudang untuk direnovasi dan diganti bantalan baru
dengan warna dan corak yang menimbulkan kesan elegan dan hangat.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
85
Universitas Indonesia
3.8.3 Benda Seni
Secara umum benda-benda seni koleksi Istana Kepresidenan dapat
digolongkan dalam jenis karya: (1) lukisan, (2) Patung, (3) Keramik, (4) Wayang,
(5) Seni Kerajinan. Benda-benda seni tersebut tersebar di setiap Istana
Kepresidenan dan ditempatkan baik di dalam ruangan (indoor), maupun di luar
ruangan (outdoor).
Pengoleksian benda-benda seni dimulai ketika Pemerintah Republik
Indonesia hijrah ke Yogyakarta. Di Pendopo belakang Gedung Agung, Bung
Karno sering mengundang para pelukis dan seniman. Banyak lukisan mereka yang
dihadiahkan kepada, maupun dibeli oleh Bung Karno.
Ketika mulai menghuni Istana Merdeka pada akhir 1949, Bung Karno
semakin bergairah mengisi dinding-dinding kosong di kedua bangunan Istana
(Merdeka dan Negara) yang megah itu. Beliau yang merupakan seorang
Connoisseur besar (ahli dalam meneliti karya-karya seni), kemudian mengangkat
Dullah, Lee Man Fong, dan Lim Wasim menjadi pelukis Istana, yang bertugas
mengatur letak lukisan sekaligus merawatnya. Demikianlah terjadi akumulasi
benda-benda seni di Istana-Istana Presiden.
Muhibah yang cukup sering dilakukan Bung Karno ke luar negeri ikut
memperkaya koleksi benda seni Istana. Kemanapun beliau pergi, tak pernah
melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke museum atau galeri. Dari kebiasaan
inilah dinding-dinding dan taman-taman istana memperoleh tambahan lukisan dan
berbagai patung. Seiring dengan perjalanan Pemerintahan Republik Indonesia,
koleksi tersebut semakin bertambah dan umumnya diperoleh dari persembahan
pimpinan atau kepala negara yang berkunjung ke Indonesia, atau sebaliknya yang
dikunjungi oleh Presiden Indonesia.
Khusus di Istana Kepresidenan Jakarta, koleksi benda-benda seni tersebut
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
86
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Rekapitulasi Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008
No. Lokasi Jenis Koleksi
Jumlah Lukisan Patung Seni Kriya
1 Istana Merdeka 73 100 519 692
2 Kantor Presiden 64 43 28 135
3 Istana Negara 25 20 70 115
4 Wisma Negara 226 28 26 280
5 Halaman Tengah - 45 - 45
Jumlah 388 236 643 1267
(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni)
Dari sisi tema, koleksi benda seni yang ada di Istana Kepresidenan Jakarta
memiliki keragaman dan kekhasan. Adapun tema-tema koleksi benda seni secara
singkat dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tema Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta
No.
Jenis Koleksi
Tema
1. Seni Lukis
a. Pemandangan b. Alam benda (still life) c. Potret (tokoh, pahlawan, pejabat) d. Figur manusia ( laki-laki dan perempuan) e. Dekoratif (pola hias klasik Nusantara) f. Kehidupan sehari-hari/lokalitas g. Sejarah dan kebangsaan
2. Seni Patung
a. Klasik b. Modern c. Kehidupan sehari-hari d. Potret
3. Seni Kriya
a. Benda fungsional arsitektur (relief, keramik) b. Topeng c. Tekstil (kostum dan non kostum) d. Miniatur e. Tanduk dan gading f. Perhiasan g. Furnitur h. Senjata
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
87
Universitas Indonesia
3.8.3.1 Lukisan
Koleksi Lukisan yang dimiliki Istana Kepresidenan Jakarta, apabila dilihat
dari medianya dapat dibedakan menjadi: lukisan cat minyak, lukisan cat air,
lukisan akrilik, lukisan pastel, lukisan tinta, lukisan bulu, dan lukisan batik. Secara
lebih rinci penyebaran lukisan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.3 Lukisan di Istana Kepresidenan Jakarta
No. Media
Tempat Pemasangan/ display
Istana Merdeka
Kantor Presiden
Istana Negara
Wisma Negara
1. Cat minyak -kanvas 61 55 23 153 2. Cat minyak-hardboard 2 - - 1 3. Cat akrilik-kanvas - 6 - 56 4. Cat air-kertas 2 2 1 5 5. Pastel-kertas 5 - - - 6. Tinta-kertas 2 - - 1 7. Bulu - - - 1 8. Pewarna-kain/batik 1 - - 5 9. Repro foto - 1 1 4
Jumlah
73 64 25 226 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan)
Di bawah ini adalah salah satu contoh koleksi lukisan masterpiece di Istana
Kepresidenan Jakarta.
Foto 3.27 Penangkapan Diponegoro, Raden Saleh (1857) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
88
Universitas Indonesia
Lukisan yangi dibuat oleh Raden Saleh pada tahun 1857 ini merupakan
simbol perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda. Wajah
menantang yang diperlihatkan oleh Pangeran Diponegoro mewakili simbol
tersebut, sedangkan postur tubuh orang-orang Belanda yang dilukiskan sama
besar proporsinya dengan orang-orang Indonesia, merupakan simbol persamaan
derajat dan persamaan martabat. Dengan persamaan tersebut, maka timbul
semangat bagi bangsa Indonesia untuk menghapuskan penjajahan. Lukisan yang
menjadi milik Istana Kerajaan Belanda ini, setelah berada di negeri Belanda
selama 121 tahun, atas hasil persetujuan kerjasama kebudayaan antara pemerintah
Indonesia dan Belanda, diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Penyerahan ini
dilakukan oleh Duta Besar Belanda kepada Presiden Soeharto pada bulan April
tahun 1978 (Istana Kepresidenan Jakarta, 1978: 123).
3.8.3.2 Patung
Patung merupakan hasil karya seni rupa yang berwujud tiga dimensi.
Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan
tanah liat) atau kasting (dengan cetakan). Patung yang tersimpan di Istana
Kepresidenan Jakarta memiliki fungsi estetika sebagai elemen penunjang interior,
maupun di exterior. Patung-patung tersebut terbuat dari berbagai bahan, antara
lain: kayu, perunggu, marmer, batu andesit, batu onix, kuningan, tanah liat,
gading, campuran logam dan kayu, campuran logam dan batu, kristal, dan fiber.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.4 Patung di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan Pembuatannya
No. Media
Tempat Pemasangan/ display
Istana Merdeka
Halaman Tengah
Kantor Presiden
Istana Negara
Wisma Negara
1. Kayu 63 13 40 6 28 2. Perunggu 10 12 1 3 - 3. Marmer 1 - - - - 4. Porselin - - 1 4 - 5. Batu andesit 4 20 - - - 6. Batu onix 2 - - - - 7. Kuningan 4 - - - - 8. Tanah liat/keramik 4 - - 4 - 9. Gading 7 - - 1 -
10. Uang kepeng - - - 1 -
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
89
Universitas Indonesia
11. Uang kepeng+kayu - - - 1 - 12. logam+kayu 2 - 1 - - 13. logam + batu 1 - - - - 14. Kristal 1 - - - - 15. Fiber 1 - - - -
Jumlah
100 45 43 20
28
Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan Berikut ini adalah satu contoh koleksi patung masterpiece di Istana Kepresidenan
Foto 3.28 Foto 3.29. Penunggang Kuda (K.Strobl) Hulubalang (K.Strobl) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan)
3.8.3.3 Keramik
Koleksi keramik yang dimiliki oleh istana Kepresidenan Republik
Indonesia berasal dari banyak negara tetangga. Dari sisi jumlah, yang paling
banyak ialah keramik yang berasal dari Cina, kemudian menyusul dari Annam,
dan terakhir dari Jepang. Koleksi keramik tertua yang dimiliki oleh Istana
Kepresidenan adalah porselin dari Dinasti Sung (960-1279) jenis Tzu-chou
berbentuk botol bunga(meiping). Ciri yang sangat menonjol dari keramik jenis
Tzu-chou adalah hiasan berwarna hitam yang dipoleskan pada latar warna putih
krem, sehingga warnanya menjadi sangat kontras. Dengan lukisan pohon bambu
yang indah dianggap sebagai lambang umur panjang.
Pada zaman dinasti Sung segala bidang kesenian di negeri Cina
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Beberapa keramik yang mashur
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
90
Universitas Indonesia
pada jaman itu antara lain jenis-jenis: Lung-chuan seladon, Chien, Chun, Tzu-
chou, Ying-ching, yang akhir-akhir ini lebih dikenal dengan nama Ching-pai, Ting
dan sebagainya.
Foto 3.30 Vas Bunga (Mei-ping), Cina abad ke-13 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Dinasti Yuan atau Mongol (1280-1368) sejaman dengan kerajaan
Majapahit (1293-1520). Keramik dari jaman dinasti ini banyak didapati,
khususnya di wilayah Jawa Timur, karena hubungan kedua kerajaan pada masa itu
terjalin dengan sangat baik. Pada jaman Yuan tradisi jaman Sung masih dipelihara
dengan baik. Dapur pembakaran porselin pada masa dinasti Sung masih terus
dimanfaatkan tanpa banyak perubahan. Salah satu jenis porselin yang tetap terjaga
dan berkembang adalah porselin jenis seladon. Perkataan itu diambil dari bahasa
Perancis: Celadon, nama pemain sandiwara terkenal di Perancis Selatan pada abad
17, yang setiap penampilannya selalu mengenakan jubah warna hijau seperti
warna porselin Cina yang juga sangat terkenal waktu itu. Seladon makin terkenal
dan dipuji karena warnanya menyerupai batu giok yang sangat mahal harganya.
Ada juga yang mengatakan bahwa warna ini meniru warna patina perunggu Cina
kuno, yang dingin dan syahdu dari benda-benda upacara keagamaan di jaman
Chou (1027-249 SM). Koleksi piring berglasir hijau seladon berdiameter 33,5 cm
yang berhiaskan gores menggambarkan sulur-suluran adalah salah satu contoh
peninggalan dinasti Yuan ini. Porselin ini hasil pembakaran Chu-chou di propinsi
Chekiang Cina Timur, dinasti Yuan abad ke-15.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
91
Universitas Indonesia
Foto 3.31 Piring Hias Celadon, Cina abad ke -15
(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Organisasi dapur pembakaran keramik kekaisaran di Ching-te Chen
menjadi pelopor perbaikan dan perkembangan keramik. Banyak bentuk maupun
hiasan keramik kekaisaran ciptaan baru ditiru terutama motif hiasan dua
pertentangan kosmis, dunia atas dan dunia bawah, yang bersumber pada falsafah
Tao. Dunia atas diwakili oleh awan, bulan, dan burung; sedangkan lukisan
tumbuh-tumbuhan mewakili dunia bawah. Perkembangan ini terjadi pada masa
Dinasti Ming. Koleksi milik Istana yang dapat dijadikan contoh peninggalan masa
ini adalah piring porselen biru putih. Untuk lebih jelasnya lihat foto di bawah ini:
Foto 3.32 Piring Hias Biru Putih, Dinasti Ming
(Sumber: Lukisan² dan Patung² Koleksi Presiden Soekarno dari Republik Indonesia)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
92
Universitas Indonesia
Jaman berikutnya adalah jaman Ching (1644-1912) yang menampilkan
tiga corak penting dalam perkembangan keramik. Pertama terjadi pada jaman
kaisar Kan-hsi (1662-1722), kedua pada masa kaisar Yung-cheng (1723-1735),
dan ketiga terjadi pada masa kaisar Chien-lung (1736-1795). Pada jaman Kan-hsi
dihasilkan benda-benda dengan glasir warna tunggal yang terkenal dengan nama:
merah darah sapi (sang de boeuf), warna terang bulan (claire de lune), warna hijau
apel yang indah, golongan famili hitam (famille noire) dan golongan famili hijau
(famille verte). Pama masa kaisar Yung-cheng dan Chien-lung, menghasilkan
porselin dengan warna tunggal dan biru-putih dengan gaya kuno yang indah.
Contoh benda koleksi Istana Kepresidenan dari masa ini adalah jembangan
bergambar naga memperebutkan mutiara menyala ditengah-tengah lidah api dan
awan sebagaimana dapat dilihat dalam foto di bawah ini:
Foto 3.33 Jembangan Porselin Cina, Dinasti Ching (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Berdampingan dengan porselin buatan Cina, porselin buatan Annam
(Vietnam) juga menjadi koleksi Istana kepresidenan Indonesia. Keramik Annam
berasal dari abad 13-16. Ciri utama porselin Annam antara lain: bahan dasarnya
batuan berwarna krem; bagi barang jenis biru-putih warnanya jadi biru kehitam-
hitaman; bagian bawah benda hampir selalu berpoleskan lumpur (slip) coklat;
pinggiran bibir piring atau mangkok selalu tidak berglasir, yang menunjukkan
cara pembakaran adu bibir; lingkaran kaki setiap benda selalu dikerjakan dengan
sangat rapi bila dibandingkan dengan porselin Cina. Piring hias dari Annam
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
93
Universitas Indonesia
merupakan koleksi yang cukup banyak terdapat di Istana Kepresidenan. Contoh
porselin Annam dapat dilihat pada foto berikut ini:
Foto 3.34 Piring Hias dari Annam, abad ke-15 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Keramik Jepang di Istana kepresidenan Jakarta berasal dari abad ke-17.
Dahulu keramik ini dibawa oleh para pedagang Eropa yang berhasil mengadakan
hubungan dengan Jepang.Contoh peninggalan ini antara lain porselin biru putih
dari Imari yang ternyata banyak diberi tanda kekaisaran jaman Ming, misalnya
Cheng-hua, Cheng-te, dan Wan-li.
Foto 3.35 Piring Hias Biru Putih, Imari abad ke-17 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
94
Universitas Indonesia
3.8.3.4 Benda Seni Kriya
Seni kriya sering disebut dengan istilah handycraft yang berarti kerajinan
tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain
mempunyai aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi
praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan
untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak
melupakan pertimbangan artistik dan keindahan. Benda seni kriya koleksi Istana
Kepresidenan sangat banyak jumlahnya dan terbuat dari berbagai macam bahan.
Tabel 3.5 Seni Kriya di Istana Kepresidenan Jakarta
No. Media
Tempat Pemasangan/ display
Istana Merdeka
Kantor Presiden
Istana Negara
Wisma Negara
1. Porselin 214 1 35 6 2. Kristal 20 - - - 3. Batu 7 - - - 4. Tanah liat/keramik 9 2 6 - 5. Kayu 29 2 3 19 6. Kuningan 32 4 2 - 7. Timah 1 - - - 8. Perunggu 3 - 1 - 9. Perak 139 3 8 - 10. Perak bakar 14 - - - 11. Fiber 2 - 1 - 12. Fiber+logam - - 1 - 13. Perak+kerang - - 3 - 14. Gading 3 2 1 - 15. Tulang 3 - - - 16. Rotan 1 - - - 17. Kain 1 - - - 18. Kulit 1 - - - 19. Kerang 1 - 2 - 20. Marmer 4 - 1 - 21. Giok 1 - - - 22. Stainless Steel 8 - - - 23. Tanduk + perak 3 - - - 24. Gading + perak 1 - 1 - 25. Kayu+perak 3 2 - - 26. Kristal+perak 1 - - - 27. Kristal+kuningan 1 - - - 28. Kaca - 1 - - 29. Kaca+perak 1 - - - 30. Kayu+kaca 1 - - - 31. Besi - 1 - - 32. Besi+perak 1 - - - 33. Batu+kuningan 2 - - - 34. Kayu+kuningan - - - 1
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
95
Universitas Indonesia
35. Kain+benang emas 1 - - - 36. Kulit penyu+kerang 1 - - - 37. Stainless steel+tulang 3 - - - 38. Kristal+logam 1 - - - 39. Logam 7 2 1 - 40. Kayu+batu opal - 1 - - 41. Kayu+kawat - 1 - - 42. Kertas - 4 - - 43. Kulit mutiara - 1 - - 44. Melamin - 1 4 -
Jumlah
519 28 70 26
Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan
Salah satu contoh koleksi benda seni kriya dari perak yang dimiliki Istana
Kepresidenan Jakarta dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Foto 3.36 Ceret dari Perak (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.9 Konsep Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta
Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta direncanakan dibuka setiap hari
Selasa sampai dengan hari Kamis mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul
16.00 WIB. Pada hari Senin dan Jum’at atau pada saat ada kegiatan Presiden yang
dilaksanakan di Istana Merdeka kunjungan ditiadakan (Saat ini kunjungan baru
dapat dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu dengan pertimbangan bahwa
pada hari-hari tersebut tidak ada kegiatan Presiden di istana dan Keluarga
Presiden juga tidak berada di Istana).
Birokrasi kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta cukup sederhana. Para
pengunjung datang langsung dan cukup membawa kartu tanda penduduk atau
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
96
Universitas Indonesia
tanda pengenal lainnya, berpakaian rapi, tidak boleh memakai kaos, tidak boleh
bercelena pendek, memakai sepatu, tidak diperbolehkan membawa kamera, dan
bersikap sopan.
Para pengunjung masuk melalui Gedung Sekretariat Negara RI (Setneg
RI) di Jalan Majapahit. Setelah masuk di lapangan parkir pengunjung langsung
dapat menuju ke tenda panitia untuk didata identitasnya. Setelah didata, sambil
menunggu giliran pemberangkatan di ruang tunggu, pengunjung dapat melihat-
lihat Toko Cinderamata yang menjual aneka souvenir yang semuanya berlogo
Istana.
Durasi kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta telah diatur sedemikian
rupa, untuk masing-masing kelompok yaitu lebih kurang 30 menit. Masing-
masing kelompok diberangkatkan setiap lima belas menit sekali menggunakan
mobil bus yang disediakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan agar tidak terjadi
penumpukan dengan kelompok pengunjung yang lain. Ketentuan lain yang
diterapkan adalah maksimum ada empat kelompok pengunjung pada suatu ketika
di dalam kompleks Istana dan anggota kolompok tidak dapat berpindah atau
bergabung dengan kelompok lain. Untuk memudahkan pengawasan kepada para
pengunjung, maka setiap pengunjung mengenakan tanda pengenal khusus yang
berbeda untuk setiap kelompok.
Setelah ada panggilan dari petugas, setiap rombongan akan diangkut
dengan bus yang berkapasitas antara 20 hingga 25 orang dan setiap rombongan
didampingi oleh seorang pemandu (tour guide) yang direkrut dari Korps Wanita
TNI dan POLRI (Kowad, Kowal, Wara, dan Polwan). Bus melaju ke dalam
lingkungan Sekretariat Negara RI dan berhenti di gedung Serba Guna yang
disulap mirip gedung bioskop untuk menyaksikan film sejarah Istana Merdeka.
Setelah menonton film dokumenter yang berdurasi 15 menit, pengunjung
didampingi oleh pemandu (tour guide) berjalan kaki menuju halaman Istana
Merdeka, melalui pintu masuk khusus yang dipasang alat metal detektor.
Setelah sampai didepan Istana Merdeka, seorang fotografer Istana
menyapa kedatangan pengunjung dan mengatur rombongan untuk difoto bersama
di tangga Istana Merdeka. Hasil foto ini nantinya dapat ditebus di sebelah ruang
pendaftaran ketika para pengunjung akan meninggalkan Istana Kepresidenan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
97
Universitas Indonesia
Jakarta. Setelah foto bersama para pengunjung memasuki Istana Merdeka
menyusuri Ruang Kredensial, Koridor, dan Ruang Resepsi dan diberi penjelasan
oleh pemandu (tour guide) tentang seluk-beluk Istana Merdeka beserta koleksi
benda seni yang terdapat didalamnya..
Setelah selesai menyusuri ruang-ruang dalam Istana Merdeka, selanjutnya
pengunjung diajak melintasi taman di belakang Istana Merdeka, yang dihiasi
patung-patung yang jumlahnya puluhan dengan berbagai model. Selanjutnya para
pengunjung dengan tetap berada pada rombongan dan dipandu oleh tour guide
meninggalkan area Istana Merdeka dan kembali menuju bus melalui pintu yang
sama pada saat masuk ke halaman Istana Merdeka. Sebagai gambarani, jalur
kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta dapat dilihat dalam denah berikut:
Gambar 3.1 Denah Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
98
Universitas Indonesia
3.9.1 Ketentuan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta
Rumah tangga Kepresidenan mewajibkan kepada seluruh pengunjung
Istana Kepresidenan Jakarta untuk:
1. Membawa Kartu Identitas asli (KTP, Kartu Pelajar/Mahasiswa, Paspor, atau
ID).
2. Mengenakan pakaian rapi (tidak mengenakan jeans, celana pendek, kaos
oblong, dan sandal).
3. Berperilaku sopan dan menghargai lingkungan Istana Kepresidenan sebagai
tempat tinggal Presiden dan keluarganya, serta tempat kerja Presiden sehari-
hari.
4. Mematuhi semua peraturan yang ditetapkan oleh Istana Kepresidenan.
5. Memenuhi segala peraturan yang dilakukan oleh petugas.
3.9.2 Larangan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta
Selain harus memenuhi ketentuan yang telah digariskan seperti tersebut di
atas, para pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta dilarang:
1. Membawa tas, makanan, minuman, dan merokok di lingkungan Istana
Kepresidenan.
2. Menggunakan handphone selama berada di lingkungan Istana Kepresidenan.
3. Berfoto di dalam lingkungan Istana, kecuali oleh fotografer resmi Istana
Kepresidenan.
4. Membuat keributan, kegaduhan, dan keonaran di lingkungan Istana
Kepresidenan.
5. Melakukan aktivitas politik dalam bentuk apapun selama melaksanakan
kegiatan kunjungan Istan Kepresidenan.
6. Melakukan orasi atau demonstrasi, menggelar poster atau spanduk, atau
penyebaran pamflet selama melakukan kunjungan Istana Kepresidenan.
7. Menggunakan busana atau atribut dengan tulisan atau gambar, atau simbol,
atau bentuk yang patut diduga sebagai perwujudan butir 5 dan 6.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
99
Universitas Indonesia
3.10 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan unsur yang sangat penting dalam
pengelolaan museum, terutama dalam rangka memberikan dukungan pelayanan
yang baik kepada pengunjung museum. Sarana dan prasarana dimaksud yaitu
segala fasilitas yang menunjang aktifitas museum, baik fasilitas pengelolaan
museum (kantor dan koleksi), maupun fasilitas untuk para pengunjung, karena
museum selain sebagai sarana pendidikan juga memiliki fungsi rekreatif, sehingga
museum seyogyanya dapat menghadirkan suasana yang menggembirakan.
Sejalan dengan hal itu, Endang Sri Hardiati dalam bukunya “Pengelolaan
Museum Sebagai objek Wisata Budaya” menyebutkan : Untuk dapat memberikan
suasana yang menggembirakan, ada kriteria-kriteria yang harus dimiliki dan
dikembangkan oleh suatu museum, antara lain: (1) unsur estetika atau unsur
keindahan dari museum dan pamerannya; (2) unsur informatif, pameran harus
dapat memberikan informasi yang jelas dan lugas; dan (3) fasilitas, seperti
pengatur suhu ruangan, tempat istirahat (bangku-bangku), toilet, toko souvenir,
ruangan untuk mencoba permainan dan musik tradisional yang dikoleksi
(Hardiati, 2000:12-13).
Sehubungan dengan hal tersebut, demi kenyamanan para pengunjungnya,
pihak pengelola Istana Kepresidenan juga menyediakan fasilitas umum seperti:
tempat penitipan barang, toko cinderamata (souvenir shop), kantin, musholla,
toilet, tempat parkir, dan foto Presiden dan keluarganya dalam ukuran besar yang
ditempel di dinding ruang tunggu untuk memenuhi keinginan pengunjung yang
ingin foto bersama Presiden. Secara lebih rinci, sarana fisik penunjang Wisata
Istana Kepresidenan Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
100
Universitas Indonesia
Tabel 3.6 Sarana Pendukung Wisata Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2010
No. Nama Bangunan Luas m2
1. Penitipan Barang 10,8
2. Toko Cinderamata 171,05
3. Kantin 322
4. Musholla 9
5. Tempat Parkir 13.247
6. Toilet 45,5
Sumber: Bagian Bangunan Sekretariat Negara RI
3.11 Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta
Pengunjung museum dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori.
Paling tidak ada dua hal untuk dapat mengidentifikasinya, yaitu berdasarkan
intensitas kunjungan dan berdasarkan tujuan kunjungan. Berdasarkan intensitas
kunjungannya pengunjung museum dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu: (1) kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti
kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa, dan pelajar; (2) kelompok
orang yang baru mengunjungi museum. Sedangkan apabila dilihat dari tujuannya,
pengunjung museum dibedakan atas: (1) pengunjung pelaku studi; (2) pengunjung
bertujuan tertentu; (3) pengunjung rekreasi (Direktorat Museum, 2008:22-23).
Jumlah pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta selama satu tahun terakhir
sejak mulai dibukanya Wisata Istana Kepresidenan pada bulan Mei 2008 boleh
dibilang cukup menggembirakan. Dari tabel yang disajikan di bawah ini kita dapat
melihat bahwa para pengunjung sangat antusias untuk dapat memasuki Istana
Kepresidenan Jakarta.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
101
Universitas Indonesia
Tabel.3.7 Statistik Jumlah Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 – 2009
No. Bulan/Tahun Jumlah Orang
Dewasa Anak-anak Jumlah 1. Mei 2008 3.417 1.498 4.915
2. Juni 2008 10.040 6.017 16.057
3. Juli 2008 10.449 3.876 14.325
4. Agustus 2008 7.241 2.091 9.332
5. September 2008 338 75 413
6. Oktober 2008 4.145 2.705 6.850
7. Nopember 2008 8.095 6.649 14.744
8. Desember 2008 5.418 6.820 12.238
9. Januari 2009 7.673 8.068 15.741
10. Februari 2009 10.639 7.570 18.209
11. Maret 2009 18.160 12.222 30.382
12. April 2009 4.708 2.360 7.068
13. Mei 2009 11.145 5.932 17.077
14. Juni 2009 9.522 7.271 16.793
15. Juli 2009 5.828 4.087 9.915
16. Agustus 2009 1.028 567 1.595
17. September 2009 Libur bulan Ramadhan
18. Oktober 2009 3.080 3.991 7.071
19. Nopember 2009 3.979 3.843 7.822
20. Desember 2009 3.105 3.716 6.821
Jumlah 128.010 89.358 217.368
Sumber: Biro Administrasi Rumah Tangga Kepresidenan
3.12 Kegiatan Edukatif Kultural
Kegiatan edukatif kultural yang sudah diselenggarakan oleh Istana
Kepresidenan Jakarta saat ini antara lain adalah:
1. Panduan Keliling Istana Kepresidenan Jakarta
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemanduan yang diberikan kepada
pengunjung yang datang ke Istana Kepresidenan Jakarta. Panduan keliling
dilakukan secara berkelompok dan setiap kelompok didampingi oleh seorang
petugas pemandu. Waktu yang diberikan untuk setiap kelompok pengunjung
adalah sekitar 30 menit.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
102
Universitas Indonesia
2. Pemutaran Film Istana Kepresidenan Jakarta
Kegiatan ini menampilkan sejarah Istana Kepresidenan Jakarta. Durasi
pemutaran film ini berkisar 15 menit untuk setiap kelompok kunjungan. Dengan
pemutaran film ini maka ritme pergantian kelompok untuk berkeliling Istana
Kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan teratur. Diharapkan kegiatan ini dapat
menambah wawasan pengetahuan kepada para pengunjung tentang sejarah Istana
Kepresidenan Jakarta.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
103
Universitas Indonesia
BAB 4
MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA
4.1 Peran Museum Istana Kepresidenan sebagai Sarana Komunikasi
Pada bab 2 telah diuraikan bahwa salah satu perbedaan antara museum
tradisional dengan museum baru adalah bahwa pada museum tradisional bentuk
komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, sedangkan pada konsep
museum baru bentuk komunikasi yang terjadi antara museum dengan pengunjung
adalah komunikasi dua arah. Bila kita mengacu pada konsep tersebut, maka
bentuk komunikasi yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta saat ini cenderung
berbentuk komunikasi searah, bukan komunikasi dua arah. Sebuah pesan yang
dikirimkan oleh pemandu (transmitter) kepada pengunjung (receiver) melalui
sebuah saluran (channel) berupa alat pengeras suara, dan film. Pengunjung
sebagai penerima pesan tidak mempunyai peran yang aktif dalam proses
komunikasi, mereka lebih dominan sebagai pihak yang hanya menerima informasi
yang disampaikan oleh pemandu, tidak memiliki kesempatan untuk bertanya dan
mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang koleksi benda seni maupun
acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta. Hal ini terjadi
karena waktu yang disediakan untuk kegiatan panduan keliling Istana
Kepresidenan ini sudah terprogram dengan jadwal yang ketat. Sementara itu,
pemutaran film yang dilakukan sebelum pengunjung memasuki Istana
Kepresidenan Jakarta, hanya memberikan informasi yang sangat terbatas, yaitu
hanya berkisar pada sejarah pembangunan istana dan para pejabat yang pernah
tinggal (menempati) istana tersebut.
Komunikasi yang terjadi saat ini sesungguhnya masih dapat
dikembangkan dengan mengacu pada model komunikasi yang disampaikan oleh
Knez dan Wright (seperti ditunjukkan pada gambar 2.8). Dalam model
komunikasi ini komunikasi merupakan suatu rangkaian yang melibatkan tiga
unsur penting yaitu museum dan koleksinya, program edukasi museum, dan para
pengunjungnya seperti yang juga disampaikan oleh Suriaman (2000). Dalam
proses komunikasi ini, seorang kurator museum menentukan konten dan pesan
yang akan disampaikan dalam kegiatan eksebisi museum. Pesan tersebut
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
104
Universitas Indonesia
kemudian disampaikan menggunakan dua buah media yang berupa media primer
yaitu benda koleksi (obyek) yang ditampilkan dan media sekunder berupa
penjelasan tentang koleksi (obyek) yang ditampilkan. Sedangkan pengunjung
yang bertindak sebagai penerima pesan, tidak hanya bersikap pasif, tetapi dapat
memberikan tanggapan berupa umpan balik terhadap apa yang telah disampaikan
kurator museum.
Model komunikasi Knez dan Wright, yang terdiri dari unsur-unsur kurator,
eksebisi, dan pengunjung (visitor), selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kurator
Susan M. Pearce (dalam Susanto), menjelaskan bahwa proses kerja kurasi
yang sering dilakukan di museum-museum, secara umum dapat dijadikan sebagai
kerangka acuan kerja kurator yaitu:
1. Akuisisi
Akuisisi atau perolehan/pemilikan merupakan langkah awal dari proses
kurasi yang mengacu pada pengoleksian atau penambahan jumlah koleksi.
Ada beberapa macam jenis akuisisi, yaitu:
a) Pembelian (purchasing), yaitu akuisisi dengan jalan membeli suatu
artifak, atau karya seni dari tangan pertama misalnya masyarakat,
pemilik atau kolektor, atau pihak lain.
b) Hibah (gift or donation), yaitu akuisisi melalui pemberian dari
pihak-pihak tertentu yang memiliki perhatian terhadap suatu
bidang atau memiliki kemampuan untuk memberikan
partisipasinya.
2. Dokumentasi(documentation)
Pendokumentasian merupakan kerja pencatatan data yang menyangkut
keberadaan obyek-obyek yang telah diakuisisi. Kegiatan ini meliputi
pendataan surat-surat pembelian atau perjanjian hibah, kepemilikan, asal-
usul benda, latar belakang budaya dari obyek, ukuran-ukuran fisik dan hal
teknis lainnya yang nantinya menjadi data yang menyertai obyek tersebut
dan membantu dalam pengkajian selanjutnya.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
105
Universitas Indonesia
3. Pemeliharaan (Preservation Measures)
Preservasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam menjaga
keakuratan dan orisinalitas obyek sehingga tidak berubah keadaannya
(sehubungan dengan kondisi fisik dari obyek), juga menyangkut
penentuan ukuran kualitas penilaian dari obyek tersebut (sehubungan
dengan nilai dari obyek), baik dari segi historis, sosiologis, dan lain-lain,
sehingga nantinya dalam proses penilaian/apresiasi diketahui dari sudut
pandang mana koleksi tersebut dimaknai. Langkah preservasi dari obyek
museum ini terdiri dari: konservasi (conservation), pembersihan
(cleaning), perbaikan (repair), dan restorasi (restoration).
4. Penyimpanan (Storage)
Adalah bagian yang mengatur masalah penyimpanan koleksi di dalam
sistem penyimpanan museum yang menyangkut kategorisasi dan
pengaturan kondisi ruangan agar cocok untuk penyimpanan obyek-obyek
tersebut. Secara fisik kondisi ruang konservasi membutuhkan beberapa ciri
seperti: kondisi udara, penghindaran terhadap cahaya matahari/ultraviolet
yang biasanya merusak, temperatur yang cenderung konstan atau
amplitudo suhu yang kecil, dan kelembaban yang relatif berkisar 50-55 %.
5. Gaya/Jenis Pameran
Gaya atau jenis pameran akan juga ditentukan oleh koleksi yang dimiliki
museum. Penentuan maksud/tujuan kuratorial dalam sebuah pameran
dibatasi oleh koleksi yang tersedia di dalam inventori museum tersebut
dan oleh pengembangan wacana kajian dari obyek yang akan
direpresentasikan.
(Susanto, 2004:113-115).
Kegiatan kuratorial di Istana Kepresidenan Jakarta ditangani oleh
Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian Museum dan Sanggar
Seni yang secara struktural berada di bawah Deputi Kepala Rumah Tangga
Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Istana. Kegiatan
kuratorial tersebut di atas dilaksanakan secara berkala. Perawatan koleksi
misalnya, dilakukan setahun sekali. Kegiatan ini meliputi: pembersihan ringan
terhadap koleksi baik yang berada di dalam ruangan maupun koleksi yang berada
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
106
Universitas Indonesia
di luar ruangan. Kegiatan ini biasanya dilakukan sekitar bulan Juli, menjelang
peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Pencatatan dilakukan setiap saat
terjadi rotasi dan penambahan koleksi. Inventarisasi benda-benda seni juga
dilakukan setiap tahun sekali, dan biasanya dilakukan pada awal tahun. Kegiatan
inventarisasi ini dilakukan, selain untuk mengetahui keberadaan benda koleksi,
juga untuk mengetahui kondisi benda koleksi tersebut dalam rangka kegiatan
preservasi dan konservasi.
Kegiatan kuratorial yang meliputi akuisisi, dokumentasi, pemeliharan,
penyimpanan, dan pendisplayan karya seperti yang disebutkan di atas secara
umum sudah terlaksana dan terjadwal secara rutin. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa kegiatan kuratorial sudah berjalan dengan baik. Kegiatan
kuratorial yang belum dilaksanakan pada Istana Kepresidenan Jakarta adalah
kegiatan riset (research). Padahal kegiatan tersebut sangat penting. Sejumlah
informasi mengenai koleksi yang akan dikomunikasikan sedapat mungkin tersedia
secara maksimal. Dalam hal ini peranan riset koleksi museum oleh kurator bidang
koleksi memegang peranan yang sangat strategis. Mereka harus menguasai betul
pendekatan disiplin ilmu yang khusus dan berkenaan dengan koleksi yang akan
ditelitinya.
Beberapa acuan yang perlu diperhatikan dalam penelitian terhadap koleksi
museum adalah: (a) permasalahan yang menjadikan koleksi sebagai data utama
penelitian; (2) penelitian secara fisik terhadap koleksi; (3) adanya pemecahan
masalah yang berkenaan dengan penelitian; (4) hasil penelitian dapat memberikan
penjelasan yang lebih luas pada koleksi yang diteliti secara mandiri; (5) hasil
penelitian dapat memberikan penjelasan secara lebih luas dalam konteks ilmu
pengetahuan, misalnya sejarah, arkeologi, antropologi, sosiologi, dan politik; (6)
hasil penelitian terhadap koleksi dapat menghasilkan suatu dukungan terhadap
suatu teori yang sudah umum, misalnya tentang difusi, akulturasi, dan local
genius; dan (7) Adanya manfaat dalam konteks kemasakinian atau masa yang
akan dating bila dilakukan penelitian terhadap koleksi (Direktorat Museum, 2008:
85 -87).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
107
Universitas Indonesia
b. Eksebisi
Saat ini eksebisi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta tidak
seperti eksebisi yang dilakukan oleh museum pada umumnya, karena Istana
Kepresidenan merupakan bangunan yang masih digunakan sebagai kegiatan
pemerintahan (living monument), maka tidak dapat dengan mudah mendisplay
benda-benda koleksi yang ada seperti yang dilakukan museum pada umumnya.
Terlebih lagi apabila dilihat dari fungsinya, benda-benda koleksi seni rupa di
Istana Kepresidenan merupakan penghias ruang-ruang istana (Dermawan T,
2004:2). Maka penempatan koleksi tersebut juga harus disesuaikan dengan
kondisi ruang yang ada. Hal yang dapat dilakukan agar terjadi komunikasi yang
yang optimal antara koleksi itu sendiri dengan para pengunjung, atara lain adalah
dengan memberikan informasi tentang makna yang terkandung dalam koleksi
(aspek intangible), tidak cukup hanya dengan mengandalkan label saja. Dengan
demikian pengunjung akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih
berarti, tidak hanya mengetahui aspek tangible-nya saja.
c. Pengunjung (visitor)
Para pengunjung saat ini hanya dapat menerima informasi yang berkenaan
dengan Istana Kepresidenan Jakarta dari pemandu dan pemutaran film. Informasi
lain yang dapat diperoleh pengunjung adalah melalui benda-benda cinderamata
yang disediakan di toko souvenir. Bentuk komunikasi seperti ini dikenal dengan
Corporate Identity (CI). Jenis benda-benda cinderamata dimaksud antara lain
berupa: kaos, topi, mug, tas, jaket, jam tangan, pulpen, dan bentuk lainnya yang
semuanya menampilkan logo Istana Kepresidenan Jakarta. Cara ini cukup efektif
untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat luas tentang keberadaan Istana
Kepresidenan Jakarta. Dengan demikian maka informasi tentang Istana
Kepresidenan akan semakin menyebar di masyarakat, dan pada akhirnya akan
dapat meningkatkan jumlah masyarakat untuk berkunjung ke Istana Kepresidenan
Jakarta.
Cara lain yang dapat ditempuh oleh Istana Kepresidenan Jakarta dalam
rangka meningkatkan kualitas komunikasinya kepada para pengunjung adalah
dengan mengadopsi program-program edukasi seperti yang sudah diterapkan oleh
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
108
Universitas Indonesia
Mesa Southwest Museum, yang telah disebutkan pada bab 3 ( Suriaman, 2000:57-
58) yaitu:
1. Workshop, misalnya: kegiatan membuat keramik, membatik, dan membuat
kerajinan lainnya.
2. Story Telling, yaitu dengan menceritakan suatu kisah, baik yang bersifat
legenda, hikayat maupun cerita fiksi lainnya kepada para pengunjung
museum.
3. Hands on, yaitu memperkenalkan kepada pengunjung tentang obyek atau
koleksi museum, dimana dalam kegiatan ini pengunjung dapat meraba,
mengangkat, dan mengamati koleksi secara lebih jelas.
4. Teen Overnight, yaitu kegiatan training yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan pengalaman bagi peserta, dengan diselingi permainan.
5. Docent Training, yaitu kegiatan penyuluhan kepada pemandu museum
dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang telah
mereka miliki.
6. Kemah Museum, yang merupakan analogi dari kegiatan summer camp di
Mesa Southwest Museum. Sistem penyajiannya dilakukan dengan penuh
kreatifitas dalam beberapa sesi sesuai dengan bidang ilmu tertentu. Selain
teori, peserta juga dapat diberi pelatihan dan kegiatan praktis sehingga
akan lebih menarik dan berkesan bagi mereka. Peserta kemah bias berasal
dari berbagai tingkatan sekolah.
Selain itu kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan
publisitas. Kegiatan ini merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka
mempromosikan dan menginformasikan berbagai program dan kegiatan kepada
masyarakat. Publisitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Melalui media informasi
Pengiriman informasi tentang kegiatan museum dapat dilakukan dengan
berbagai media, seperti media cetak (surat kabar, majalah, brosur, buletin,
dan lain-lain), media elektronik (radio, televisi, slide projector, video, e-
mail, dan internet).
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
109
Universitas Indonesia
2. Kunjungan ke sekolah-sekolah
Karena banyaknya obyek yang dapat dikunjungi oleh para siswa dan guru-
gurunya, maka museum perlu melakukan usaha promosi ke sekolah-
sekolah agar mereka tertarik untuk berkunjung ke museum. Usaha ini
dapat berupa:
a. Mendistribusikan informasi pameran dan kegiatan lain kepada
guru-guru sekolah.
b. Presentasi tentang program museum di sekolah-sekolah.
c. Promosi bebas tiket masuk museum bagi para siswa.
d. Menyelenggarakan kontes yang diikuti semua kelas, dan para
pemenangnya gratis berkunjung ke museum.
3. Kerjasama (partnership)
Museum dapat melakukan kerjasama dengan para donator atau sponsor.
Bantuan mereka dapat berupa:
a. Menanggulangi separuh atau seluruh biaya periklanan untuk
kegiatan pameran atau kegiatan edukasi lainnya.
b. Mengedarkan tiket, kupon, memasang pamflet, dll.
4. Publikasi
Publikasi dapat diartikan membuat bahan berita, atau serangkaian tindakan
untuk mencatat acara yang berhubungan (baik menjadi program utama
maupun pendukung) atau membuat bahan-bahan yang berhubungan
dengan pameran (Susanto, 2004: 132). Museum dapat menerbitkan buku,
jurnal, makalah dan artikel tentang program dan kegiatan museum
maupun topik lain yang relevan.
5. Foto-foto
Museum dapat menampilkan foto-foto tentang peristiwa bersejarah untuk
dimuat dalam surat kabar, majalah, buku dan bahkan penayangan lewat
televisi atau internet. Foto-foto tersebut diberi keterangan dan penjelasan
singkat sehingga dapat lebih menarik pengunjung untuk dapat datang ke
museum.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
110
Universitas Indonesia
6. Festival
Penyelenggaraan festival di dalam maupun di sekitar museum secara tidak
langsung akan mengundang masyarakat untuk berkunjung ke museum.
Dalam kesempatan ini museum dapat melakukan upaya publikasi dan
pemasaran berupa:
a. Bebas atau diskon tiket masuk museum.
b. Melakukan kerjasama dengan sponsor.
c. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan festival dan program
yang lain.
7. Program Khusus
Penyelenggaraan program khusus ini dapat berupa: simposium,
mengundang pembicara dari kalangan artis, menyelenggarakan kelas anak-
anak, pemutaran film yang berkaitan dengan museum, dll.
4.2 Peran Museum Istana Kepresidenan sebagai Sarana Edukasi
Salah satu fungsi pokok museum adalah memberikan pelayanan
pendidikan (edukasi). Dewasa ini pendidikan museum tidak hanya diperuntukkan
bagi siswa saja, melainkan juga untuk melayani khalayak baik di dalam museum
maupun dalam masyarakat (Greenhill, 1996:1). Program edukasi merupakan
media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat dianggap
sebagai bentuk kegiatan komunikasi.
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, konsep pendidikan
yang ingin diterapkan pada Museum Istana Kepresidenan adalah konsep
pendidikan konstruktivis. Dalam pandangan konstruktivis, peran pendidik di
museum adalah memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan
diskusi, yang dihubungkan dengan pengalaman konkret.
Dalam konteks edukasi di museum, dengan didasarkan pada paragdima
konstruktivis, museum atau pendidik dapat bertindak sebagai fasilitator. Dalam
proses belajar aktif para pengunjung museum dapat memanfatkan sarana belajar
yang ada. Hal ini mengandung pengertian bahwa pameran yang disajikan oleh
Museum Istana Kepresidenan harus dapat memberikan keleluasaan kepada para
pengunjung untuk berinteraksi secara langsung dengan koleksi. Dengan demikian
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
111
Universitas Indonesia
maka koleksi yang dipamerkan di museum harus dapat disentuh, diraba, atau
dipegang sehingga dapat merangsang proses berpikir dan merangsang pengunjung
untuk mencoba mengadakan eksplorasi terhadap koleksi yang diminatinya.
Program edukasi yang sudah dilaksanakan oleh Istana Kepresidenan
Jakarta saat ini antara lain adalah:
1) Panduan Keliling Istana Kepresidenan Jakarta
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemanduan yang diberikan kepada
pengunjung yang datang ke Istana Kepresidenan Jakarta. Panduan keliling
dilakukan secara berkelompok. Berkaitan dengan kegiatan pemanduan tersebut,
ada beberapa masalah yang menjadi kendala. Masalah yang sering muncul dalam
kegiatan ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Masalah pertama adalah masalah
yang berasal dari pengunjung, sedangkan masalah yang kedua, berasal dari
pemandu. Masalah yang berasal dari pengunjung antara lain adalah:
a. Tidak semua pengunjung fokus pada penjelasan yang disampaikan oleh
pemandu.
b. Banyak pengunjung yang lebih tertarik untuk memperhatikan benda-benda
koleksi yang dilihatnya, bukan memperhatikan penjelasan yang diberikan
oleh pemandu. Hal ini bisa dipahami karena bagi sebagian pengunjung,
ketika ia dapat menginjakkan kakinya di dalam Istana Kepresidenan
adalah suatu kebanggaan yang tidak dapat diukur dengan apapun dan
pengalaman itu akan mereka bawa dan mereka ceritakan kepada siapa saja.
c. Tidak semua pengunjung dalam satu rombongan dapat mendengarkan
secara optimal penjelasan yang diberikan oleh pemandu, terutama
rombongan yang berada di belakang, karena jumlah mereka cukup besar
(mencapai 20-25 orang).
Adapun masalah yang berasal dari pemandu antara lain adalah:
a. Tidak semua pemandu memiliki pengetahuan yang sama, walaupun untuk
menjadi pemandu mereka telah mendapatkan pelatihan yang sama. Hal ini
berakibat pada informasi yang diterima oleh pengunjung dapat berbeda-
beda.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
112
Universitas Indonesia
b. Karena pengetahuan yang tidak merata, sewaktu-waktu pemandu tersebut
berhalangan/tidak dapat bertugas, maka pengetahuan yang ada pada
pemandu tersebut tidak dapat digantikan oleh pemandu yang lain.
2) Pemutaran Film Istana Kepresidenan Jakarta
Kegiatan ini menampilkan sejarah Istana Kepresidenan Jakarta. Durasi
pemutaran film ini berkisar 15 menit untuk setiap kelompok kunjungan. Dengan
pemutaran film ini maka ritme pergantian kelompok untuk berkeliling Istana
kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan teratur. Menurut konsep pendidikan
konstruktivis, Menurut konsep pendidikan konstruktivis, pengunjung
dimungkinkan membuat suatu konstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman
dan imajinasi yang mereka miliki. Namun demikian agar pemahaman atau
konstruksi pengetahuan yang mereka bangun masih dalam koridor pengetahuan
tentang Istana Kepresidenan, maka kiranya sebelum masyarakat berkunjung ke
museum mereka perlu memiliki bekal pengetahuan yang memadai tentang seluk-
beluk museum yang dikunjungi tersebut. Berdasarkan konsep itu maka pemutaran
film Istana Kepresidenan Jakarta sudah memenuhi apa yang dipersyaratkan oleh
konsep konstruktivis tersebut. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa
kelemahan, antara lain: materi (isi) dari film yang ditampilkan hanya
menceritakan secara sekilas tentang sejarah Istana Merdeka dan Istana Negara,
beserta para Gubernur Jenderal dan Presiden yang pernah tinggal disana.
Sementara acara-acara yang berlangsung di Istana Kepresidenan Jakarta serta
koleksi benda seni yang ada belum seluruhnya terungkap.
Kondisi seperti ini menyebabkan para pengunjung tidak dapat memperoleh
pengetahuan dan pengalaman secara lengkap. Terlebih lagi, tidak semua ruangan
yang ada di dalam Istana Kepresidenan Jakarta dapat mereka masuki. Saat ini
pengunjung hanya dapat memasuki ruang-ruang yang ada di Istana Merdeka saja
dan mereka dapat berada secara leluasa hanya di Ruang Kredensial dan Ruang
Resepsi Istana Merdeka, sedangkan untuk ruang yang lain seperti Ruang Jepara,
Ruang Tamu Ibu Negara, dan Ruang Kerja Presiden, mereka hanya bisa melihat
benda koleksi yang ada didalam dengan mengintip melalui pintu yang dibuka.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
113
Universitas Indonesia
Khusus untuk Ruang Bendera Pusaka para pengunjung tidak dapat melihat
suasana dalam ruang, karena ruang tersebut dikunci.
Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan seperti yang telah disebutkan
di atas perlu diupayakan adanya suatu rancangan mengenai program-program
pendidikan yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengunjung.
Selanjutnya program-program pendidikan yang akan ditawarkan akan dibahas
pada sub bab 4.3 yaitu tentang Konsep Pengembangan Museum Istana
Kepresidenan Jakarta.
4.3 Konsep Pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, saat ini koleksi Istana
Kepresidenan Jakarta yang dapat dilihat oleh para pengunjung masih sangat
terbatas. Masih banyak koleksi-koleksi lain yang tidak tampak di Istana, tetapi
sangat penting diketahui oleh pengunjung karena memiliki kaitan yang erat
dengan acara-acara kenegaraan yang berlangsung di Istana Kepresidenan Jakarta.
Adapun materi koleksi yang dapat ditampilkan sebagai bentuk pengembangan
pameran yang sudah ada sekarang ini antara lain adalah:
4.3.1 Acara Kenegaraan
Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 1990 tentang
Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan, Acara Kenegaraan adalah acara yang diatur dan dilaksanakan
secara terpusat, yang dihadiri oleh Presiden dan atau Wakil Presiden serta Pejabat
Negara dan undangan lainnya. Selanjutnya acara kenegaraan yang dipilih untuk
ditampilkan dalam eksebisi Museum Istana Kepresidenan antara lain adalah:
4.3.1.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI
Tradisi pengibaran Bendera Pusaka ini sudah dimulai sejak 17 Agustus
1950, yaitu peringatan Proklamasi Kemerdekaan yang pertama dilakukan setelah
Presiden Republik Indonesia kembali dari hijrah ke Yogyakarta. Upacara serupa
sebetulnya sudah mulai dilakukan di halaman Gedung Agung Yogyakarta ketika
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
114
Universitas Indonesia
Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaan yang pertama, 17
Agustus 1946. Husein Mutahar yang pada saat itu menjadi salah seorang ajudan
Presiden, dan dikenal sebagai seorang pandu aktif, diberi tugas untuk menyusun
upacara pengibaran bendera. Pada saat itu ia sudah mempunyai pemikiran bahwa
untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran bendera Merah-
Putih sebaiknya dilakukan oleh para pemuda yang mewakili daerah-daerah
Indonesia.
Husein Mutahar memilih lima orang pemuda yang bermukim di
Yogyakarta, terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan yang mewakili daerah
masing-masing. Lima orang tersebut merupakan simbol Pancasila. Salah seorang
pengibar bendera bernama Titik Dewi, seorang pelajar SMA yang berasal dari
Sumatera Barat. Upacara bendera di halaman Gedung Agung (Istana
Kepresidenan Yogyakarta) itu diulangi lagi pada 17 Agustus 1947, 1948, dan
1949, masing-masing dengan secara bergiliran menampilkan para pemuda dari
daerah-daerah Indonesia lainnya.
Pada tahun 1967, Husein Mutahar yang pada waktu itu sebagai Direktur
Jenderal urusan Pemuda dan Pramuka pada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, dipanggil oleh Presiden Soeharto dan diberi tugas untuk menyusun
tatacara pengibaran Bendera Pusaka. Sesuai dengan perkembangan keadaan,
Mutahar mengembangkan tatacara pengibaran Bendera Pusaka menjadi satu
pasukan yang terdiri atas tiga kelompok, yaitu: (1) kelompok 17 bertindak sebagai
pengiring atau pemandu, (2) kelompok 8 bertindak sebagai kelompok inti
pembawa bendera, dan (3) kelompok 45 bertindak sebagai pengawal. Ketiga
kelompok itu merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia. Ujicoba yang sukses pada tahun 1967 selanjutnya dimantapkan lagi
pada tahun 1968. Pada tahun 1973, Idik Sulaeman yang telah terlibat sebagai
Pembina pasukan pengibar bendera sejak tahun 1967, mengusulkan sebuah nama
baru. Sebelumnya pasukan pengibar bendera itu disebut Pasukan Pengerek
Bendera Pusaka. Usulan Idik adalah sebuah nama Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka yang disingkat Paskibraka. Koreografi ciptaan Husein Mutahar untuk tata
upacara pengibaran Bendera Pusaka kini telah dibakukan.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
115
Universitas Indonesia
Foto 4.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.2 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
4.3.1.2 Kunjungan Tamu Negara
Secara garis besar, kunjungan tamu/pejabat asing ke Indonesia dapat
dibagi dalam tiga kategori, yaitu: (1) kunjungan yang dilakukan oleh
Kepala/Wakil Kepala Negara/Pemerintahan asing ke Indonesia. Dalam hal ini
tamu yang berkunjung disebut Tamu Negara, (2) kunjungan yang dilakukan oleh
Menteri/pejabat setingkat Menteri, dan (3) kunjungan Duta Besar Asing kepada
Pejabat Negara/Pemerintah RI.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
116
Universitas Indonesia
Menurut sifatnya kunjungan yang dilakukan oleh seorang Tamu Negara
(Presiden/Wakil Presiden, Raja, Ratu, Kepala/Wakil Kepala Pemerintahan Asing
dapat dibedakan menjadi:
1. Kunjungan Kenegaraan adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang
Kepala/Wakil Kepala Negara Asing yang mana kunjungan tersebut
merupakan kunjungan yang pertama ke Indonesia sejak ia menduduki
jabatannya.
2. Kunjungan Resmi adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang
Kepala/wakil Kepala Negara Asing yang mana kunjungan tersebut bukan
merupakan kunjungan yang pertama ke Indonesia sejak ia menduduki
jabatannya; atau kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala/Wakil
Kepala pemerintahan Asing ke Indonesia.
3. Kunjungan Kerja adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang
Kepala/Wakil Kepala Negara Asing atau Kepala/Wakil Kepala
Pemerintahan Asing dalam rangka menghadiri suatu
konperensi/pertemuan/seminar atau sejenisnya di Indonesia.
4. Kunjungan Pribadi adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala
Negara/Pemerintahan Asing ke Indonesia dalam kapasitas pribadi. Namun
demikian, meskipun kunjungan tersebut bersifat pribadi, kepadanya tetap
diberikan perlakuan VVIP (dengan kadar tertentu) serta fasilitas
keprotokolan dan pengamanan penuh mengingat jabatan yang melekat
pada dirinya.
Pada Kunjungan Kenegaraan atau Kunjungan Resmi, terdapat beberapa
mata acara pokok kunjungan yang sudah bersifat baku, yang selalu dilakukan
pada setiap kunjungan dimaksud, yaitu:
1. Upacara Penyambutan Kenegaraan di Istana Merdeka;
2. Foto bersama (photo session);
3. Kunjungan kehormatan kepada Presiden Republik Indonesia (courtesy
call);
4. Pertemuan bilateral pleno antara delegasi tamu dengan delegasi tuan
rumah;
5. Penandatanganan nota kesepahaman (jika ada);
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
117
Universitas Indonesia
6. Pernyataan/konperensi pers bersama (joint press briefing/conference);
7. Jamuan santap malam kenegaraan (state banquet);
8. Peletakan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan
9. Kunjungan kehormatan kepada ketua MPR RI dan Ketua DPR RI.
Pada Kunjungan Kerja, tidak dilakukan:
1. Upacara penyambutan kenegaraan;
2. Jamuan santap malam kenegaraan;
3. Peletakan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata;
4. Kunjungan kehormatan kepada Ketua MPR RI dan/atau Ketua DPR RI.
Pada Kunjungan Pribadi, biasanya mata acara pokok yang dilakukan
hanyalah kunjungan kehormatan (courtesy call) kepada Presiden RI. Acara-acara
lainnya bersifat pribadi, misalnya mengunjungi objek-objek wisata tertentu, pusat-
pusat kerajinan tangan, dan sebagainya.
Foto 4.3 dan 4.4 Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
4.3.1.3 Upacara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan (Kredensial)
Prosesi pelaksanaan acara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan Duta
Besar asing kepada Presiden RI dilakukan dengan pengaturan protokol sebagai
berikut:
1. Penjemputan Duta Besar di kediaman Duta Besar atau di kantor Kedutaan
Besarnya atau di hotel tempat ia tinggal sementara, oleh Direktur protokol
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
118
Universitas Indonesia
Departemen Luar Negeri. Penjemputan dilakukan dengan kendaraan yang
terdiri dari: 4 motor kawal (voorijder), 1 mobil patwal, 1 mobil
kepresidenan untuk Duta Besar, serta 1 atau lebih mobil lainnya bagi staf
diplomatik pendamping Duta Besar. Pada mobil Kepresidenan dipasang
bendera merah putih di bagian depan tengah.
2. Setelah memasuki pintu gerbang Istana Merdeka, konvoi kendaraan
berhenti di sayap kanan Istana, tepat di dekat karpet merah yang telah
disiapkan untuk menyambut kedatangan Duta Besar. Disana telah
menunggu Ajudan Kepresidenan (ADC/Aide-de-Camp) yang bertugas
menyambut Duta Besar.
3. Selanjutnya Duta Besar dan staf pengikutnya dipersilakan turun oleh
ADC, dan berjalan di atas karpet merah menuju bagian tengah lapangan
upacara, dengan formasi ADC disebelah kanan Duta Besar dan Direktur
Protokol di sebelah kiri Duta Besar. Para staf pengikut Duta Besar berjalan
mengiringi di belakang Duta Besar.
4. Setelah tiba di tengah lapangan upacara (di depan tangga Istana Merdeka),
Duta Besar dipersilakan untuk menghadap Barisan kehormatan. Posisi
Direktur Protokol dan ADC tetap sama, masing-masing di kiri dan kanan
Duta Besar. Para staf pengikut Duta Besar berdiri berjajar di belakang-
kanan Duta Besar. Barisan Kehormatan kemudian memberikan
penghormatan dan Korps Musik Pasukan Pengaman Presiden
(Paspampres) memperdengarkan lagu kebangsaan Negara sang Duta
Besar.
5. Setelah lagu kebangsaan selesai diperdengarkan, Duta Besar dipersilakan
menaiki tangga Istana, dengan Direktur Protokol dan ADC tetap mengapit
Duta Besar masing-masing kiri dan kanan. Staf pengikut Duta Besar
mengiringi di belakang.
6. Di anak tangga paling atas, yaitu diserambi Istana, Duta Besar disambut
oleh Kepala Protokol Istana Kepresidenan (yaitu Kepala Biro Protokol
Rumah Tangga Kepresidenan) yang kemudian mengantar Duta Besar dan
para staf pengikutnya menuju Drawing Room.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
119
Universitas Indonesia
7. Di pintu Drawing Room, Duta Besar dan pengikutnya disambut oleh
Kepala Protokol Negara/KPN (yaitu Direktur Jenderal Protokol dan
Konsuler, Departemen Luar negeri RI), yang kemudian mempersilakan
Duta Besar mengisi dan menandatangani Buku Tamu.Sementara itu, para
pengikut Duta Besar duduk menunggu di kursi tamu Drawing Room.
8. Setelah ADC mengisyaratkan kepada KPN bahwa Presiden RI siap
menerima Duta Besar, maka KPN mempersilakan Duta Besar - yang telah
siap memegang dokumen Surat-Surat Kepercayaan (Credential Letters) –
dan para staf pengikutnya untuk meninggalkan Drawing Room menuju
Credential Hall melalui pintu utama Istana. Duta Besar didampingi oleh
KPN di sisi kiri dan ADC di sisi kanan, sedangkan staf pengikut Duta
Besar mengiringi dari belakang.
9. Sementara itu, di dalam Credential Hall Prseiden RI telah berdiri
menunggu Duta Besar. Pada sisi kanan-belakang Prasiden RI berdiri
berturut-turut Menteri Luar Negeri RI dan para pejabat Eselon I dan II
Departemen Luar Negeri yang mendampingi Menteri Luar Negeri
(termasuk para Direktur yang membawahi kawasan Negara Duta Besar
yang menyerahkan Credential Letters). Sedangkan pada sisi kiri-belakang
Presiden RI berdiri berturut-turut Menteri Sekretaris Negara, sekretaris
Kabinet, Sekretaris Militer Presiden, dan Kepala Rumah Tangga
Kepresidenan.
10. Setelah Duta Besar berada di dalam Credential Hall, KPN melaporkan
keberadaan Duta Besar kepada Presiden dan mempersilakan Duta Besar
untuk menyerahkan Surat-Surat Kepercayaan kepada Presiden.
Selanjutnya, tanpa membuka segel amplop Surat-Surat Kepercayaan
tersebut, Presiden menyerahkannya kepada Menteri Luar Negeri.
11. Selanjutnya Presiden RI berjabat tangan dengan Duta Besar, kemudian
Duta Besar diperkenalkan oleh KPN kepada Menteri Luar Negeri, Menteri
Sekretaris Negara serta para pejabat lainnya yang hadir. Kemudian Duta
Besar memperkenalkan satu persatu staf pengikutnya kepada Presiden.
12. Setelah itu, KPN mempersilakan Presiden dan Duta Besar menuju Ruang
Jepara didampingi Menteri Luar Negeri, Menteri Sekretaris Negara dan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
120
Universitas Indonesia
Sekretaris Kabinet. Para staf pengikut Duta Besar tetap berada di ruang
Credential Hall untuk beramah-tamah dengan pejabat Departemen Luar
Negeri yang hadir.Presiden yang didampingi Menlu, Mensesneg dan
Seskab, beramah tamah dengan Duta Besar di Ruang Jepara (biasanya
berlangsung antara 15-30 menit).
13. Setelah acara ramah-tamah di Ruang Jepara selesai, Duta Besar mohon diri
kepada Presiden untuk meninggalkan tempat.
14. Selanjutnya Duta Besar didampingi KPN di sisi kiri dan ADC di sisi
kanan, meninggalkan Ruang Jepara, melewati ruang Credential Hall,
menuju pintu utama, melewati serambi, menuruni tangga depan Istana
Merdeka, dan berhenti di anak tangga ke enam dari atas. Para staf pengikut
Duta Besar dipersilakan langsung menuju anak tangga paling bawah,
dengan posisi di sebelah kanan Duta Besar.
15. Kemudian Barisan Kehormatan memberikan penghormatan, dan Korps
Musik PASPAMPRES memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia
Raya. Duta Besar bersangkutan membalas member penghormatan
dimaksud menurut cara yang berlaku dinegerinya sendiri.
16. Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya selesai diperdengarkan, Duta
Besar dipersilakan menuruni anak tangga, dan setelah tiba di anak tangga
paling bawah KPN menyampaikan kepada Duta Besar bahwa acara telah
selesai. Duta Besar dan para staf pengikutnya lalu mohon diri pada KPN.
17. Selanjutnya Duta Besar didampingi Direktur protokol di sisi kiri dan ADC
di sisi kanan, berjalan di atas karpet merah menuju konvoi kendaraan yang
telah disiapkan di sayap kanan Istana Merdeka.
18. Setelah tiba di dekat kendaraan, Duta Besar berpamitan dengan ADC dan
dipersilakan menaiki mobil yang telah disiapkan, didampingi Direktur
Protokol (Duta Besar duduk di sebelah kiri dan Direktur Protokol di
sebelah kanan).
19. Konvoi kendaraan meninggalkan Istana Merdeka menuju Kediaman Duta
Besar, atau kantor Kedutaan Besarnya, atau hotel tempat tinggal sementara
Duta Besar.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
121
Universitas Indonesia
Foto 4.5 dan 4.6 Rangkaian Upacara Kredensial (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
4.3.2 Koleksi yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan Acara
Kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta.
Yang dimaksud dengan koleksi yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan acara kenegaraan adalah benda-benda yang dikenakan atau
digunakan pada saat acara kenegaraan berlangsung. Benda-benda tersebut antara
lain berupa:
4.3.2.1 Koleksi Seragam Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres)
Seragam Pasukan Pengaman Presiden berkembang seiring dengan
perkembangan jaman. Gagasan tentang penggantian pakaian seragam protokol
Paspampres yang bercirikan budaya Indonesia mulai tercetus pada awal bulan
Maret 1996. Dalam sebuah perjalanan wisata kenegaraan, Joop Ave yang pada
waktu itu menjabat Menteri Pos dan Pariwisata, mengemukakan ide untuk
mengganti pakaian seragam khusus Protokol dan Pengawal Istana kepada
Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung. Pada perbincangan ini kemudian
muncul pemikiran untuk mengganti pakaian seragam dengan hasil rancangan
disainer Indonesia, dimana seragam tersebut menunjukkan ciri-ciri budaya bangsa
serta tidak sekedar menonjolkan ciri khas kemiliterannya. Ide tersebut oleh
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
122
Universitas Indonesia
Jenderal TNI Feisal Tanjung kemudian dikemukakan kepada Presiden Soeharto
untuk memohon persetujuannya.
Gagasan ini akhirnya ditindaklanjuti oleh Mayor jenderal TNI Sugiono,
Komandan Paspampres waktu itu. Dalam pelaksanaannya, contoh awal dari
seragam baru tersebut sudah bisa digelar pada saat peringatan hari jadi ke-30
paspampres tahun 1996. Bertindak sebagai perancang pakaian seragam protokol,
Samuel Wattimena dengan dukungan produser PT.Tempa Bersama.
Pada tanggal 24 Mei 1996 diselenggarakan presentasi tahap kedua di
depan Kepala Staf Umum ABRI Letnan Jenderal TNI Suyono. Pada saat itu
ditampilkan lima contoh pakaian seragam sehingga terpilih satu set seragam yang
akan dimodifikasi dari tiga set lainnya. Tahap ketiga presentasi dilakukan dengan
tiga set seragam yang sudah mengalami penyempurnaan. Presentasi berlangsung
di depan Kasum ABRI Letnan Jenderal TNI Suyono dan Asisten Personalia ABRI
Mayor Jenderal TNI A.Djalal Bachtiar. Presentasi dilanjutkan di Bina Graha,
dihadiri Menteri Pariwisata, Pos dan telekomunikasi Joop Ave dan Menteri Ristek
Prof.Dr.Ing. B.J. Habibie.
Tahap keempat presentasi berlangsung tanggal 20 Juni 1996 dilaksanakan
dengan empat set seragam khusus di Bina Graha. Dalam kesempatan tersebut
hadir presiden Soeharto. Pada saat itu langsung dipilih satu proto type pakaian
seragam protokol dengan penyempurnaan pada kancing serta pita dada. Akhirnya
pada tanggal 25 juni 1996 berlangsung presentasi tahap kelima dengan
menampilkan dua set pakaian seragam khusus protokol di kediaman resmi
Presiden Soeharto di jalan Cendana, Jakarta Pusat. Sekitar pukul 17.15 hari itu
juga, disetujui satu set seragam protokol. Pakaian seragam yang sampai sekarang
ini digunakan sebagai seragam khusus Paspampres, pakaian ini digunakan para
perwira, bintara dan tamtama dalam rangka kegiatan protokoler kenegaraan.
Sebagai gambaran, seragam Paspampres dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
123
Universitas Indonesia
Foto 4.7 dan 4.8 Seragam Paspampres Tahun 1966 (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.9 Seragam Pasukan Kehormatan
(Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.10 Seragam Pasukan Penyelamatan (Matan) (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
124
Universitas Indonesia
4.3.2.2 Koleksi Seragam Pramusaji
Seragam pramusaji di Istna Kepresidenan dari masa ke masa telah
mengalami beberapa kali perubahan, walaupun hanya sedikit. Perubahan tersebut
didasarkan pada kebijakan dari pimpinan negara yang berkuasa pada saat itu.
Seragam pramusaji secara umum terdiri dari penutup kepala, jas dengan krah
sanghai seperti layaknya baju melayu, dan celana panjang. Apabila dilihat dari
fungsinya, pemakaian seragam pramusaji ini dapat dibedakan menjadi dua
macam. Untuk pelayanan rutin di Istana Kepresidenan, pakaian yang digunakan
adalah pakaian dinas harian dengan setelan baju putih dan celana hitam. Untuk
pelayanan pada kegiatan jamuan kenegaraan seragam yang digunakan adalah
setelan baju hitam dan celana hitam. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto
seragam pramusaji terdiri dari penutup kepala berupa peci berwarna hitam, baju
berwarna putih, dan celana panjang berwarna hitam (lihat foto 4.11 dan foto 4.12).
Bentuk seragam semacam itu cenderung tidak mengalami perubahan hingga masa
pemerintahan Presiden B.J. Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid.
Foto 4.11 dan 4.12 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (Sumber: Dok. Pribadi)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
125
Universitas Indonesia
Foto 4.13 Seragam Pramusaji untuk Jamuan Kenegaraan (Sumber: Dok. Pribadi)
Berbeda dengan masa pemerintahan sebelumnya, seragam pramusaji pada
masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, mengalami beberapa
perubahan. Perubahan tersebut antara lain tampak pada penutup kepala yang
berupa ikat kepala ala Bali dan baju jas panjang dengan krah sanghai berwarna
hitam, dan celana panjang berwarna hitam. Perbedaan yang lain adalah terdapat
kain sarung ala Bali yang diikatkan di pinggang. Namun demikian pemakaiannya
lebih mirip dengan pakaian melayu (lihat foto 4.14 dan 4.15).
Foto 4.14 dan 4.15 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Megawati (Sumber: Dok. Pribadi)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
126
Universitas Indonesia
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seragam
pramusaji Istana Kepresidenan kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut
terdapat pada baju lengan panjang yang berwarna putih ditambah pelisir hitam
pada bagian kerah dan ujung lengan, sedangkan celana panjang tetap berwarna
hitam (lihat foto 4.16).
Foto 4.16 Seragam Pramusaji Pada Masa Pemerintahan Presiden SBY (sumber: Dok. Pribadi)
4.3.2.3 Koleksi Peralatan Makan dalam Acara Jamuan Kenegaraan
Kebiasaan pada jamuan resmi berlainan dengan makan-makan biasa,
dimana kadang-kadang tidak dipakai kain penutup meja yang panjang, akan tetapi
alas kecil sebesar serbet untuk tiap orang. Pada jamuan resmi harus dipakai kain
penutup meja yang panjang, dihiasi dengan jambangan bunga yang indah sebagai
center piece. Nama-nama makanan dicantumkan dalam bahasa Perancis, dan tiap
tempat harus ditandai dengan kartu nama (tertulis lengkap). Paling sedikit harus
ada enam macam hidangan. Perjamuan makan resmi pada waktu siang hari tidak
boleh diadakan sebelum jam 13.30 dan waktu makan malam tidak diadakan
sebelum jam 20.00 (Rumah Tangga Kepresidenan,1993:12).
Susunan alat-alat makan dalam suatu jamuan kenegaraan dapat dilihat
dalam gambar berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
127
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Susunan Peralatan Makan Jamuan Kenegaraan (Sumber: Kleinsteuber, 1997: 59)
4.3.2.4 Koleksi Benda Cetakan (kartu udangan, daftar menu ) dalam Acara
Jamuan Kenegaraan.
Sehubungan dengan kegiatan Jamuan Kenegaraan, ada beberapa
kelengkapan yang perlu disiapkan selain peralatan makan. Kelengkapan-
kelengkapan tersebut antara lain berupa kartu undangan, daftar menu, dan daftar
nama tamu yang akan mengikuti Jamuan Kenegaraan. Kartu undangan
merupakan hal yang sangat mutlak disiapkan, mengingat tidak sembarang orang
dapat mengikuti Jamuan Kenegaraan di Istana Kepresidenan, sehingga hanya
orang yang memiliki undangan saja yang dapat hadir dalam acara Jamuan
Kenegaraan. Daftar menu dimaksudkan agar tamu yang hadir pada Jamuan
Kenegaraan tersebut mengetahui jenis menu yang dihidangkan dalam jamuan
tersebut. Sementara itu kartu nama digunakan untuk pengaturan tata tempat
(preseance). Sebagai gambaran, contoh benda cetakan berupa kartu undangan
dalam Jamuan Kenegaraan dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
128
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 Undangan Jamuan Kenegaraan (Sumber: Biro Protokol Rumah Tangga Kepresidenan)
4.3.3 Pameran
Dalam merancang pameran, Museum Istana Kepresidenan Jakarta dapat
menentukan presentasi seperti apa yang akan digunakan. Salah satu pendekatan
komunikasi yang dikemukakan oleh Barry Lord dan Gail Dexter Lord, berikut ini
dapat menjadi alternatif dalam perancangan pameran museum, yaitu:
a. Pendekatan Kontemplatif
Pendekatan ini umumnya digunakan pada galeri seni, tetapi untuk
meningkatkan rasa kekaguman terhadap koleksi juga dapat diterapkan di
museum. Dalam pendekatan ini koleksi museum dipresentasikan dari segi
estetika yang mengutamakan perasaan emosional.
b. Pendekatan Tematik
Pendekatan ini mengelompokkan obyek museum dalam tema-tema
tertentu menggunakan grafis dan sarana penjelasan lainnya. Pendekatan ini
sering dikatakan pendekatan yang bersifat didaktis. Umumnya pendekatan
ini digunakan dalam museum sejarah atau museum ilmu pengetahuan.
c. Pendekatan Environmental
Pendekatan ini memanfaatkan setting ruangan berskala besar untuk
menampilkan suasana yang sebenarnya dari koleksi.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
129
Universitas Indonesia
d. Pendekatan Sistematik
Pameran ini menyajikan berbagai jenis koleksi yang beragam dilengkapi
informasi yang lengkap dalam berbagai sarana seperti kartu maupun
komputer.
e. Pendekatan Interaktif
Pendekatan ini melibatkan pengunjung untuk berperan secara aktif dalam
kunjungannya seperti, penggunaan computer layar sentuh (touch screen).
f. Pendekatan hand-on
Pendekatan ini mendukung pengunjung untuk belajar melalui pengalaman
fisik. Dalam pameran ini pengunjung diizinkan untuk menyentuh dan
menggunakan koleksi sebagai bagian dari proses pembelajaran (Lord dan
Lord, 1997:88).
Selanjutnya pendekatan tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan
media. Media yang dapat digunakan untuk display museum dibedakan menjadi
media statis dan media dinamis. Secara rinci pengelompokan jenis display
museum tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jenis Display Museum
Statis Dinamis
Obyek Teks dan label Model Gambar Foto Diorama Tab Leaux Lermbar informasi Buku panduan Lembar kerja
Live interpretation Sound-guide Pemanduan Ceramah Film/video/slide Model bergerak dan animationik Komputer interaktif Alat mekanis interaktif Objek yang dapat disentuh Drama websita
(Sumber: Ambrose dan Paine, 2006:80)
Pemilihan media yang akan digunakan tersebut di atas akan sangat
ditentukan oleh obyek yang akan ditampilkan, disamping itu juga ditentukan oleh
sasaran pada pengunjung. Teknik-teknik tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat
baku, melainkan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dan dapat dikreasikan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
130
Universitas Indonesia
dalam inovasi yang baru. Untuk mendukung informasi mengenai koleksi, selain
label dan deskripsi yang sudah ada juga ditunjang dengan keterangan-keterangan
lain yang bisa diperoleh melalui teknologi layar sentuh (touch screen) (lihat foto
4.17 dan foto 4.18).
Foto 4.17 Displai Karya yang dilengkapi dengan Label (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.18 Perangkat Teknologi Layar Sentuh (Touch Screen) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Untuk memamerkan pakaian seragam Pasukan Pengaman Presiden
(Paspampres) dan pakaian seragam Pramusaji Istana Kepresidenan dapat
dilakukan dengan menggunakan lemari display yang berisi boneka manequin.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
131
Universitas Indonesia
Cara semacam ini sudah dilakukan di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta
(lihat foto 4.19 dan foto 4.20).
Foto 4.19 Display Pasukan Keraton
(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.20 Display Pasukan Keraton (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
132
Universitas Indonesia
Sementara itu,untuk pen–display-an berbagai macam koleksi secara optimal
dengan dukungan pencahayaan dan informasi tentang koleksi yang ditampilkan
dapat dilihat dalam foto 4.21 dan 4.22 sebagai berikut:
Foto 4.21 Display Deskripsi Karya (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.22 Display Koleksi (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
133
Universitas Indonesia
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab1 bahwa Istana Kepresidenan
Jakarta tidak mungkin diubah sebagai museum yang sebenarnya. Sementara itu
disisi lain pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta sangat membutuhkan berbagai
informasi mengenai kegiatan yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta
yang selama ini tidak dapat dilihat dan dialami secara langsung oleh para
pengunjung. Oleh sebab itu untuk memberikan solusi atas permasalahan ini perlu
dibuat Museum Istana Kepresidenan Jakarta.
Tujuan dari pendirian Museum Istana Kepresidenan Jakarta ini adalah
untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para pengunjung tentang berbagai
koleksi yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan dan berbagai peristiwa acara
kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga ketika para
pengunjung masuk ke dalam Istana Kepresidenan Jakarta dan berkeliling di dalam
lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta mereka telah memiliki bekal pengetahuan
yangberkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta.
Hal-hal yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya (Bab 4),
merupakan upaya dalam rangka mewujudkan pendirian museum tersebut. Setelah
para pengunjung memiliki bekal pengetahuan yang diperoleh di Museum Istana
Kepresidenan Jakarta, maka para pengunjung dapat secara bebas mengkonstruk
berbagai pengetahuan mereka. Disinilah proses konstruktivis berlangsung.
Dengan demikian, konsep konstruktivis sebenarnya ditujukan/dimaksudkan bagi
siapa saja yang datang melakukan kunjungan ke Istana Kepresidenan Jakarta.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
134
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
Di akhir tulisan ini kiranya perlu dikemukakan kembali masalah yang
dikaji dalam penelitian ini. Selanjutnya dikemukakan pula hasil-hasil yang dicapai
melalui penelitian. Sebagaimana dikemukakan pada bab 1 masalah yang dikaji
dalam penelitian ini adalah kegiatan komunikasi dan edukasi yang dilaksanakan di
Istana Kepresidenan Jakarta. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa konsep
komunikasi dan edukasi yang ideal dapat dilakukan apabila di Istana
Kepresidenan Jakarta terdapat museum.
Saat ini, kondisi yang terjadi adalah bahwa Istana Kepresidenan Republik
Indonesia yang merupakan living monument, masih digunakan untuk kepentingan
Pemerintahan Republik Indonesia, dan pemanfaatannya sebagai ruang publik
diatur secara ketat sehingga berimplikasi langsung kepada pengunjung yang tidak
dapat secara leluasa untuk memilih dan mengapresiasi koleksi dalam waktu yang
cukup lama, seperti halnya kalau mereka mengunjungi museum pada umumnya.
Pengunjung tidak dapat secara leluasa untuk mengamati koleksi benda seni yang
ada di dalamnya karena waktu kunjungan dan alur kunjungan sudah diatur
sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengelola
Wisata Istana Kepresidenan Jakarta.
Berdasarkan kajian yang dilakukan dalam tulisan ini, kiranya perlu
dipikirkan konsep pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai
berikut:
1. Konsep komunikasi yang ada saat ini, yang dapat dilihat dalam bentuk
kegiatan panduan keliling dan pemutaran film sejarah Istana Kepresidenan
Jakarta, masih mengarah pada model komunikasi searah, bukan model
komunikasi dua arah. Pengunjung sebagai penerima pesan tidak
mempunyai peran yang aktif dalam proses komunikasi, mereka lebih
banyak hanya menerima informasi yang disampaikan oleh pemandu, dapat
dikembangkan dengan mengacu pada model komunikasi yang
disampaikan oleh Knez dan Wright (seperti ditunjukkan pada gambar 2.8).
Dalam model komunikasi ini komunikasi merupakan suatu rangkaian yang
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
135
Universitas Indonesia
melibatkan tiga buah unsur penting yaitu museum dan koleksinya,
program edukasi museum, dan para pengunjungnya. Dalam kegiatan
komunikasi tersebut pesan disampaikan menggunakan dua buah media
yang berupa media primer yaitu koleksi (obyek) yang ditampilkan dan
media sekunder berupa penjelasan tentang koleksi (obyek) yang
ditampilkan tersebut. Peran pengunjung sebagai penerima pesan tidak
hanya bersikap pasif, tetapi dapat memberikan tanggapan berupa umpan
balik. Untuk dapat merealisasikan hal ini maka Istana Kepresidenan
Jakarta perlu menyiapkan sebuah museum khusus yang terletak di luar
Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga para pengunjung dapat
mengeksplorasi materi apa saja yang ingin diketahuinya tanpa
mengganggu jalannya aktivitas pemerintahan yang terjadi di Istana
Kepresidenan Jakarta.
2. Konsep edukasi yang ditawarkan untuk diterapkan pada Museum Istana
Kepresidenan Jakarta adalah konsep pendidikan konstruktivis. Dalam
pandangan konstruktivis, peran pendidik di museum adalah memfasilitasi
cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan diskusi, yang
dihubungkan dengan pengalaman konkret. Pameran konstruktivis akan
memungkinkan untuk menyajikan berbagai perspektif, mengesahkan cara
yang berbeda pada penginterpretasian objek dan mengacu pada poin-poin
yang berbeda dari pandangan dan kebenaran yang berbeda tentang
pengenalan material. Hal ini mengandung pengertian bahwa pameran yang
disajikan oleh Museum Istana Kepresidenan harus dapat memberikan
keleluasaan kepada para pengunjung untuk berinteraksi secara langsung
dengan koleksi yang disajikan. Dengan demikian maka koleksi yang
dipamerkan di museum harus dapat disentuh, diraba, atau dipegang
sehingga dapat merangsang proses berpikir dan merangsang pengunjung
untuk mencoba mengadakan eksplorasi terhadap koleksi yang diminatinya.
Oleh karena itu pendekatan pembelajaran aktif sebagai suatu bentuk
strategi yang akan diterapkan harus memperhatikan unsur-unsur sebagai
berikut: (1) berpusat pada siswa; (2) memiliki penekanan pada
menemukan; (3) memberdayakan semua indera dan potensi siswa; (4)
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
136
Universitas Indonesia
menggunakan berbagai macam media; dan (5) disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian penataan pameran yang
harus dilakukan oleh pengelola Museum Istana Kepresidenan Jakarta
harus memperhatikan hal-hal seperti yang dikemukakan oleh Hein, sebagai
berikut:
a. memiliki banyak pintu masuk, tanpa alur yang spesifik dan tidak
ada permulaan dan akhir;
b. menyediakan suatu cakupan yang luas dari model pembelajaran
aktif (active learning);
c. menghadirkan berbagai cakupan sudut pandang (points of view);
d. memungkinkan para pengunjung untuk berhubungan dengan obyek
dan gagasan-gagasan melalui suatu aktivitas yang menggunakan
pengalaman-pengalaman hidup yang mereka miliki;
e. menyediakan pengalaman-pengalaman dan bahan-bahan yang
memungkinkan mereka untuk mengadakan percobaan, dugaan, dan
menarik kesimpulan-kesimpulan(Hein,1998:35).
3. Tujuan dari pendirian Museum Istana Kepresidenan Jakarta dimaksudkan
untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para pengunjung tentang
berbagai koleksi yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan dan berbagai
peristiwa acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta,
sehingga ketika para pengunjung masuk ke dalam Istana Kepresidenan
Jakarta dan berkeliling di dalam lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta
mereka telah memiliki bekal pengetahuan yangberkaitan dengan Istana
Kepresidenan Jakarta.
4. Acara Kenegaraan dan koleksi benda seni yang ada di Istana Kepresidenan
Jakarta dapat ditampilkan menggunakan pendekatan interaktif. Melalui
pendekatan ini maka pengunjung akan terlibat dan berperan aktif dalam
museum. Adapun teknik yang dapat digunakan antara lain adalah dengan
menggunakan :
a. Teknologi komputer layar sentuh (touch screen).
b. Pendekatan hand-on, yaitu pengunjung diizinkan menyentuh dan
memegang koleksi.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
137
Universitas Indonesia
c. Tata pamer (display) benda koleksi yang dilengkapi dengan
informasi lengkap dalam berbagai sarana, seperti label dan
komputer.
5. Proses konstruktivis sebenarya terjadi pada saat pengunjung masuk dan
berkeliling di dalam Istana Kepresidenan Jakarta, setelah mereka memiliki
bekal pengetahuan yang diperoleh dari Museum Istana Kepresidenan
Jakarta.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
138
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ambrose, Timothy dan Paine, Crispin. (2006). Museum Basic , 2nd edition, London and New York: Routledge. Asiarto, Luthfi.( 1980). Dasar-Dasar Bimbingan Edukatif Museum, Jakarta. Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Beer, Valorie. (1994). “The Problem and Promise of Museum Goals”, dalam K.Moore (ed), Museum Management, Routledge. Consuelo G. Sevilla etal. (1993). Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Pres. Dermawan T, Agus. (2004). Koleksi Benda-Benda seni Istana Kepresidenan, Jakarta: Sekretariat Presiden RI. Dinas Museum dan Sejarah. (1993). Gedung Tua di Jakarta, Jakarta. Direktorat Museum. (2008). Pedoman Museum Indonesia, Jakarta Echols John M. dan Shadily, Hassan. (1976). Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.Gramedia. Edson, Gary dan David Dean. (1996). The Handbook for Museums, London and New York: Routledge. Fong, Lee Man. (1964). Lukisan² dan Patung² Koleksi Presiden Soekarno Dari Republik Indonesia, Tokyo: Toppan Printing Co., Ltd. Hardiati, Endang Sri. (2000). Pengelolaan Museum sebagai Objek Wisata Budaya dalam Museografia jilid XXIX No.1, Depdiknas. Hein, George E. (1998). Learning in The Museum, New York: Routledge. Hein, George E dan Alexander. (1998). Museum Place of Learning, Washington DC: AAM Hooper-Greenhill, Eilean. (1994). The Educational Role of The Museum, 2nd edition, New York: Routledge. Hooper-Greenhill, Eilean. (1996). Museum and Their Visitors, London: Routledge.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
139
Universitas Indonesia
Istana Kepresidenan Jakarta. (1978). Puri Bhakti Renatama Museum Istana Kepresidenan Indonesia, Jakarta: PT Intermasa. Kleinsteuber, Asti dan Rusdi, Ahmad. (2008). Duta Bangsa: Istana Merdeka, Istana Negara, Jakarta: AS Production Indonesia. Kleinsteuber, Asti. (1997). Seri Etiket Table Manners (Etiket Makan), Jakarta: PT Primamdeia Pustaka. Kotler Neil dan Kotler Philip. (1998). Museum Strategy and Marketing, San Francisco: Jossey-Bas A Wiley Imprint. Liliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: LKIS. Lumintang, Yayah B. (2004). Istana Kepresidenan Republik Indonesia Jakarta, Jakarta: Sekretariat Presiden RI. Macdonald, Sharon. (2006). A Companion to Museum Studies, Malden: Blackwell. Moleong, Lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Refisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Rumah Tangga Kepresidenan. (1993). Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengaturan Meja dan Makanan Pada Suatu Jamuan. Sadiman, Arief. (1986). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sekretariat Presiden Republik Indonesia. (2004). Rumah Bangsa: Istana-Istana Presiden Republik Indonesia dan Koleksi benda Seni. Sekretariat Negara, Rumah Tangga Kepresidenan Republik Indonesia. (2010). Nasionalisme Museum Istana Presiden Yogyakarta. Susanto, Mikke. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa: Wajah dan Tata Pameran Seni Rupa, Yogyakarta:Galang Press. Sutaarga, Amir. (1996). Studi Museologi, Museum Sebagai Alat Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Depdiknas. Sutaarga, Amir. (2000). Kapita Selekta Museografi dan Museologi, Jakarta: Depdiknas. Van Mensch, Peter. (1992). Toward a Methodology of Museology, Phd thesis, University of Zagreb.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
140
Universitas Indonesia
Walshtrom, Billie J. (1992). Perspectives on Human Communication, Dubuque: Wm.C Brown Publishers. Winarno, Bondan . (2002). Berkibarlah Benderaku Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka, Jakarta: TSA Komunika. Tesis
Aprianingrum, Archangela Yudi. (2009). “Interpretasi dan Komunikasi: Studi Kasus Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Hanum, Yusinah. (2004). “Pengelolaan Koleksi Museum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam: Pemanfaatannya untuk Pendidikan”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Sulistyowati, Dian. (2009). “Strategi Edukasi Museum dan Pemasarannya: Studi Kasus Museum Sejarah Jakarta”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Supriyanto, Budi. (2009). “Museum Negeri Provinsi Lampung Sebagai Institusi Pendidikan Informal Pendukung Pembelajaran IPS Tingkat SMP”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Internet (http://www. Setneg.go.id.). Andrea Palladio The free encyclopedia, 25 Februari 2010 pukul 09.30 WIB <
http: // en.wikipedia.org/wiki/Andrea_Palladio >.
“Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi” History kemerdekaan, 25 Februari 2010 pukul 09.40 WIB <http://www.indunesia.com/index.php/2008/03/12/ Detik-detik-pembacaan-naskah-proklamasi#more-39>. “Istana Negara” official website, 15 Februari 2010 pukul 09:16 WIB < http: // setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1293 >. Mitologi Yunani Ensiklopedia Bebas, 15 Maret 2020 <http://id.wikipedia.org
/wiki/Mitologi_Yunani>.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
141
Universitas Indonesia
Artikel Jurnal
Gasong, Dina. ( 2007). Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. Hartono. (2008). “Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)” Suatu Strategi Pembelajaran Berbasis Student Centered. Magetsari, Nurhadi. (2008).“Filsafat Museologi”, dalam Museografia Vol.II No.2 (Oktober 2008). Suriaman. (2000). Bimbingan Edukasi Museum dan Peningkatan Pariwisata Budaya, dalam Museografia Jilid XXIX No.1.Th.2000.
Peraturan dan Perundang-Undangan
Anonim. (1995). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 Tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum. Anonim. (2005). Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia Rumah Tangga kepresidenan. Anonim. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Anonim. (1990). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.62 Tahun 1990 Tentang Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan. Anonim. (2005). Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2005 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia dan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1 Gajah Mada Henk Ngantung C. Minyak-Kanvas Koridor 2 P. Diponegoro Memimpin Pertempuran Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Koridor 3 Imam Bonjol Harijadi S. C.Minyak-Kanvas Koridor 4 Jenderal Sudirman Gambir Anom C.Minyak-Kanvas Koridor
Pemandangan Gunung &Memandikan Kerbau
6 Wanita Bali Menabur Bunga Rudolf Bonnet Pastel Ruang Jepara
7 Air Pasang Simonetti C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara
8 Penggilingan Padi Wakidi C.minyak Ruang Jepara
9 Membajak Sawah Maukade C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara
10 Pemandangan Candi Ceto Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara
11 Istana Negara Tahun 1888 Anonim Kertas R. Terima Tamu Ibu Negara
12 Istana Merdeka Tahun 1888 Anonim Kertas R. Terima Tamu Ibu Negara
13 Bunga Mawar T. Massimo C.minyak-Harboard R. Terima Tamu Ibu Negara
14 Tari Betawi Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara
15 Pemandangan Gunung Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara
16 Upacara Melasti Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara
17 Pantai Bambang Suwarto C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Ibu Negara
18 Bunga Kaca Piring Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara
19 Bunga Sepatu Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara
20 Teuku Cik Ditiro Dullah C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
21 Gatutkaca Dengan Anak-Anak Arjuna, i d i i
Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
22 Penangkapan Diponegoro Raden Saleh C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
23 DR. Cipto Mangunkusumo Sudarso C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
24 Awan Berarak Jalan Bersimpang Harijadi S. C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
25 Mengungsi S. Sudjojono C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
26 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono b
Li Shu Ji C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
27 Danau Panjalu Bambang Suwarto C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
28 Pemandangan Gunung Sumbing Baharrizky C.Minyak-Kanvas R. Resepsi
29 Piagam Abdul Manaf C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden
30 Ada Bunga Sepatu Ditelinganya Lee Man Fong Pastel-Kertas R. Kerja Presiden
31 Ni Najas Rudolf Bonnet Pastel-Kertas R. Kerja Presiden
32 Jendral Sudirman/ Tongkat Komando Sumardi C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden
33 Kaligrafi Ayat Kursi Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden
34 Barong Bali Sukadana C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden
35 Ni Made Koppor Han Snel Pastel - Kertas K.Tidur Presiden
36 Petani Bunga tak terbaca C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden
5
Lampiran 1
Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara
DAFTAR LUKISAN DI ISTANA MERDEKA
PENEMPATANNO. JUDUL PELUKIS BAHAN
Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia
142
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
37 Sepasang Ayam Kate dan Kutu Adam Lay C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden
38 Tanah Lot Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden
39 Joged A A. Gede Sobrat C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden
40 Kaligrafi Ayat Kursi Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden
41 Pemandangan Gunung JSP C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden
42 Halimah Gadis Aceh Dullah C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara
43 Dua Gadis Bali Fadjar Sidik C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara
44 Kebun Istana Presiden Sewaktu di Yogya Dullah C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara
45 Wisnu Naik Garuda W. Susilo C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara
46 Gatutkaca Dan Pergiwa Warso Susilo C.Air-Kertas R. Kerja Ibu Negara
47 Mercusuar Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Lorong Barat
48 Wanita Yogya Sudarso C.Minyak-Kanvas Lorong Barat
49 Menunggu Hidangan Holleman, Frida C.Minyak-Kanvas Lorong Barat
50 Keluarga Terwelu Josephine Linggar C.Minyak-Kanvas Lorong Barat
51 Pelangi / Rainbow Kiboh Kodama C.Minyak-Kanvas Lorong Timur
52 Upacara Larung Laut M. Sukawan C.Minyak-Kanvas Lorong Timur
53 Upacara Larung Laut M. Sukadana C.Minyak-Kanvas Lorong Timur
54 Wayang (Batik) Anonim Batik Lorong Timur
55 Bpk Susilo Bambang Yudhoyono Gultom C.Minyak-Kanvas Lorong Timur
56 Tsunami Syumidjo C.Minyak-Kanvas Lorong Timur
57 Rangkaian Bunga Dullah C.Minyak-Kanvas Lorong Timur
58 Bunga Mawar Putih Lee Man Fong C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat
59 Tarian Muang Thai Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat
60 Mencari Kutu Hendra Gunawan C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat
61 Pemandangan Ernest Dezentje C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat
62 Kaligrafi Surat Al-Ihklas Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat
63 Pantai Henk Ngantung C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur
64 Potret Wanita M.Thamdjidin C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur
65 Bunga Matahari Gunawan Hanjoyo C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur
66 Alat Musik Marijani C.minyak-hardboard R. Kesehatan
67 Lingkungan Alam Laut Anonim C.Air-Kertas R. Kesehatan
68 Pemandangan Gunung dan Sawah JSP C.Minyak-Kanvas R. Kesehatan
69 Gadis Remaja Agus Djaya C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur
70 Di Sungai Ciliwung S. Toetoer C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur
71 Bunga Mawar Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur
72 Pemandangan Arthur H. Gilbert C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur
73 Model Wanita Sumardi Pastel-Kertas Depan K. Mandi R. Tngg
Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia
143
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1 Pantai Flores Basoeki Abdullah C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden2 Wajah Seorang Lelaki Bali Auke C.Sonnega C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden3 Jendral Sudirman Joes Soepadyo C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden4 Pejuang Pantang Menyerah Rustamadji C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden5 Pemandangan Pantai Madura Dake Jr. C. Lodewijk C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden6 Penggembala Kerbau Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R. Koridor/R.Cinderamata
7 Pohon-pohon Di Kebun Nakajima C.Air-Kertas R. Koridor/R.Cinderamata
8 Bunga Flamboyan Sutopo C. Minyak-Kanvas R. Koridor/R.Cinderamata
9 Gadis Bali Hatta Hambali C. Minyak-Kanvas R. Koridor/R.Cinderamata
10 Sungai Dalam Hutan Choirun Sholeh C. Minyak-Kanvas R. Koridor/R.Cinderamata
11 Di Taman (Repro Foto) Claude Monet Repro Foto R. Koridor/R.Cinderamata
12 Ngarai Sianok Henk Ngantung C. Minyak-Kanvas Ruang Jamuan
13 Panen Padi Udin C. Minyak-Kanvas Ruang Jamuan
14 Pasar Bunga Sarjito C. Minyak-Kanvas Ruang Jamuan
15 Presiden Soekarno Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara
16 Presiden Soeharto Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara
17 Presiden BJ. Habibie Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara
18 Presiden KH. Abdurrahman Wahid Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara
19 Presiden Megawati Soekarnoputri Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara
20 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara
21 Lands Scape Bali Yap Hian Tjay C. Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden
22 Kaligrafi Allah Diono C. Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden
23 Bunga Anggrek Lugiono C. Minyak-Kanvas K. Tidur Presiden
24 Kaligrafi Muhammad Diono C. Minyak-Kanvas Ruang Ajudan
25 Kapal Perang Melgharkob C. Minyak-Kanvas Ruang Ajudan
DAFTAR LUKISAN DI ISTANA NEGARA
JUDUL PELUKIS BAHAN PENEMPATAN
Lampiran 2
NO.
Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia
144
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1 Pemandangan Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas Lobby
2 Kaligrafi Al-Kautsar AD Pirous C. Air-Kertas R. Tunggu Wapres
3 Bunga Flamboyan Widayat C.Minyak - Kanvas R. Tunggu Wapres
4 Sang Waktu Lim Hui Yung C.Minyak - Kanvas R. Tunggu Wapres
5 Istana Merdeka Vandersterren C.Minyak - Kanvas R. Tamu Presiden
6 Kawanan Rusa di Bwh Pohon Flamboyan Tidak Terbaca C.Minyak - Kanvas R. Tamu Presiden
7 Merahku Ruanganku Andree S. C.Minyak - Kanvas R. Tamu Presiden
8 Pelabuhan Koempoel C.Minyak - Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden
9 Flamboyan di Atas Sungai Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden
10 Kaligrafi Sahadat Hatta Hambali C.Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden
11 Foto Enam Presiden RI - Foto-Kanvas R. Kerja Presiden
12 Gembala Sapi Marsani C Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden
13 Anak-Anak Naik Perahu Marsani C Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden
14 Kapal Layar Pardoli C Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden
15 TK ku Vandersterren C.Minyak - Kanvas Lobby R. Kerja Presiden
16 Barong Taat Joeda C.Minyak - Kanvas Lobby R. Kerja Presiden
17 Pemandangan Gunung Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Makan Presiden
18 Menghadap Sang Hyang Wenang Mas Djarot C.Akrilik-Kanvas R. Makan Presiden
19 Sawah (Serie Guanipa "Anaco") H. Guerra C.Minyak - Kanvas K. Tidur Presiden
20 Pasar Gede Solo Dullah C.Minyak - Kanvas K. Tidur Presiden
21 Mengarak Pengantin Kuncana C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet
22 Wanita Setengah Badan Tidak Terbaca C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet
23 Teratai Sri C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet
24 Kebun Teh Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet
25 Bermain di Halaman Sri Yunnah C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet
26 Menikmati Kicau Burung Sri Yunnah C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet
27 Panen Padi I Dw. Nym. Sura C Akrilik - Kanvas R. Sidang Kabinet
28 Pemandangan Pura Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas R. Sidang Kabinet
29 Penari Bali Samboja C.Minyak - Kanvas R.Ratas
30 Pertunjukan Tari Baris Wayan Dapet C.Akrilik-Kanvas R.Ratas
31 Pertunjukan Tari Baris Nyoman Sujana C.Akrilik-Kanvas R.Ratas
32 Empat Penari Bali Wayan Dapet C.Akrilik-Kanvas R. Ratas
33 Menata Bunga Sesaji Kim Hong C.Minyak - Kanvas Lobby R. Ratas
34 Kaligrafi Al-Imron M. Amir C.Minyak - Kanvas Lobby R. Ratas
35 Sepasang Ayam Kate Adam Lay C.Minyak - Kanvas R. Makan Ratas
36 Tiga Bangau di Atas Pohon I Made Wirna C.Akrilik-Kanvas R. Makan Ratas
DAFTAR LUKISAN DI KANTOR PRESIDEN
NO. PELUKIS
Lampiran 3
JUDUL PENEMPATANBAHAN
Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia
145
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
37 Dua Ayam Putih Lee Man Fong C.Minyak - Kanvas R Kerja Seskab
38 Pohon Flamboyan Maukade C.Minyak - Kanvas R Kerja Seskab
39 Ngarai Sianok Dullah C.Minyak - Kanvas R. Kerja Seskab
40 The Poscard with the Beautiful Aucient Ivan Haryanto C.Minyak - Kanvas R. Kerja Seskab
41 Pemandangan Gunung Imandt, ilh l
C.Minyak - Kanvas R. Tngg Tamu Mntri/Dubes
42 Ngarai Minangkabau Basoeki Abdullah C.Minyak - Kanvas R. Tamu Sespri
43 Didepan Pura Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Tamu Sespri
44 Anggrek Hutan Idran Yusup C.Minyak - Kanvas R. Kerja Sespri
45 Dua Kepala Kerbau Affandi C Air - Kertas Lobby Lt.1 Depan R. Tngg
46 Perahu di Sungai Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas Lorong R Tngg Tm Presiden
47 Candi Borobudur dari Sektor Lain D. Bardo Kahono C.Minyak - Kanvas Lorong R Tngg Tm Presiden
48 Mendaki Gunung C. Orozco Romero C.Minyak - Kanvas Lorong R Tngg Tm Presiden
49 Mimpi Sudibio C.Minyak - Kanvas Tangga R. Makan
50 Pemandangan Danau di Sumbar Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Makan
51 Pemandangan Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Makan
52 Pekampungan di NTB Sunarko C.Minyak - Kanvas R. Makan
53 Penari Bali Lim Wa Sim C.Minyak - Kanvas R. Makan
54 Penari Bali Trubus S. C.Minyak - Kanvas R. Makan
55 Laut Nan Damai Basoeki Abdullah C.Minyak - Kanvas R. Makan
56 Ipus Dan Kupu-Kupu Robby L. C.Minyak - Kanvas R. Makan
57 Penghalau Burung Abas Alibasyah C.Minyak - Kanvas R. Makan
58 Buah Buahan Soewarto C.Minyak - Kanvas R. Makan
59 Bekerja Keras Sri C.Minyak - Kanvas R. Makan
60 Pemula Kok Poo C.Minyak - Kanvas R. Makan
61 Ikan-Ikan Poerbonoadi C.Minyak - Kanvas Ruang Ajudan
62 Taman Sari (Yogyakarta) Andre Suryaman C.Minyak - Kanvas R. Konferensi Pers
63 Pemandangan di Bali Kepakisan C.Minyak - Kanvas R. Konferensi Pers
64 Sembahyang di Pura Made Gumana C.Akrilik-Kanvas Dpn K Mandi R Tngg. Wprs
Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia
146
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1 Patung Pengantin Jawa Tanah Liat R. Kredensial
2 Patung Garuda Kayu R. Kredensial
3 Patung Garuda Kayu R. Kredensial
4 Patung Penunggang Kuda Perunggu R.Koridor
5 Patung Ir. Soekarno Perunggu R.Koridor
6 Patung Drs. Mohammad Hatta Perunggu R.Koridor
7 Miniatur Gong Berstandar Logam, kayu R. Jepara
8 Patung Burung Kayu R. Jepara
9 Patung Rama Shinta Kayu R. Jepara
10 Gong Berstandar Logam, kayu R. Jepara
11 Rama Sinta Naik Lembu Andini Kayu R. Jepara
12 Patung Dewi Sri Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
13 Tempat Perhiasan Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
14 Tempat Perhiasan Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
15 Piring Kecil Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
16 Piring Kecil Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
17 Piring Hias Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
18 Patung Burung Bangau Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
19 Ukiran Gading Gading R. Terima Tamu Ibu Negara
20 Patung Dua Kuda Perunggu R.Resepsi
21 Patung Singa Perunggu R.Resepsi
22 Patung Gajah Tanah Liat R.Resepsi
23 Patung Gajah Tanah Liat R.Resepsi
24 Patung Garuda Kayu R.Resepsi
25 Ukiran Bali Ceritera Ramayana Kayu R.Resepsi
26 Ukiran Bali Pemutaran Gunung Mandara Giri Kayu R.Resepsi
27 Ukiran Bali Cerita Ramayana Kayu R.Resepsi
28 Patung Garuda Kayu R.Resepsi
29 Patung Garuda Kayu R.Resepsi
30 Patung Garuda Kayu R.Resepsi
31 Topeng Kayu R. Kerja Presiden
32 Topeng Gatutkaca Kayu R. Kerja Presiden
33 Patung Singa Terbang Kayu R. Kerja Presiden
34 Batara Wisnu Kayu R. Kerja Presiden
35 Patung Garuda Kayu R. Kerja Presiden
36 Patung Garuda Kayu R. Kerja Presiden
37 Patung Wanita Menyunggi Keranjang Kayu R. Kerja Presiden
Lampiran 4
NO. JUDUL BAHAN PENEMPATAN
DAFTAR PATUNG DI ISTANA MERDEKA
Universitas Indonesia
147
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
38 Patung Ukiran Batang Pohon Kayu R. Kerja Presiden
39 Patung Raksasa Bersayap Kayu R. Kerja Presiden
40 Patung Rahwana Kayu R. Kerja Presiden
41 Patung Raksasa Bersayap Kayu R. Kerja Presiden
42 Patung Garuda Kayu R. Kerja Presiden
43 Patung Mahatma Gandhi Kayu R. Kerja Presiden
44 Patung Rahwana Kayu R. Kerja Presiden
45 Patung Jagabaya Kayu R. Kerja Presiden
46 Patung Kepala Fiber R. Kerja Presiden
47 Patung Pencurian Atas Sita Oleh Rahwana Kayu R. Kerja Presiden
48 Topeng Kayu R. Kerja Presiden
49 Topeng Kayu R. Kerja Presiden
50 Topeng Kayu R. Kerja Presiden
51 Topeng Kayu R. Kerja Presiden
52 Topeng Kayu R .Kerja Presiden
53 Patung Burung Garuda Kristal R. Kerja Presiden
54 Patung Setengah Badan Batu Onyx R. Kerja Presiden
55 Patung Setengah Badan Batu Onyx R. Kerja Presiden
56 Patung Anoa Kayu Kamar Tidur Presiden
57 Patung Kemenangan Perunggu R. Tunggu Tamu Presiden
58 Peperangan Rahwana Dan Laskar Rama Kayu R. Tunggu Tamu Presiden
59 Ukiran Kayu Kayu R. Tunggu Tamu Presiden
60 Patung Orang Meniup Seruling Kayu R. Tunggu Tamu Presiden
61 Patung Bebek Mendekam Kuningan R. Tunggu Tamu Presiden
62 Patung Hercules Taotaomona Kayu R. Tunggu Tamu Presiden
63 Patung Kepala Wanita Kayu R. Tunggu Tamu Presiden
64 Keluarga Ayam Tanah Liat R. Tunggu Tamu Presiden
65 Patung Bangau Kuningan R. Tunggu Tamu Presiden
66 Ukiran Gading Barisan Gajah Gading R. Tunggu Tamu Presiden
67 Ukiran Gading Bola Berukir Gading R. Tunggu Tamu Presiden
68 Patung Penari Tari Udang Logam, marmer R. Tunggu Tamu Presiden
69 Patung Gajah Thailand Kayu R. Kerja Ibu Negara
70 Patung Gajah Mada Marmer R. Kerja Ibu Negara
71 Patung Kuda Berlari Perunggu R. Kerja Ibu Negara
72 Tempat Perhiasan Kayu R. Kerja Ibu Negara
73 Guci Bertutup Kayu R. Kerja Ibu Negara
74 Patung Wanita Tanzania 1/2 Badan Gading R. Kerja Ibu Negara
75 Patung Wanita Tanzania 1/2 Badan Gading R. Kerja Ibu Negara
76 Patung Gajah Gading R. Kerja Ibu Negara
77 Patung Gajah Gading R. Kerja Ibu Negara
78 Patung Kuda Perunggu R. Kerja Ibu Negara
79 Patung Bebek Kuningan R. Makan
80 Patung Penari Bali Pria Kayu R. Makan
81 Patung Penari Bali Wanita Kayu R. Makan
82 Patung Setengah Badan Kayu Lorong Barat
Universitas Indonesia
148
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
83 Patung Bangau Kayu Lorong Barat
84 Patung Adu Jago Kayu Lorong Barat
85 Patung Pria Indian Mengangkat Batu Batu Hitam Lorong Barat
86 Patung Kepala Wanita Tanzania Batu Lorong Barat
87 Kepala Naga Bermahkota Kayu Lorong Timur
88 Patung Orang Meniup Seruling Kayu Koridor Barat
89 Patung Garuda Kayu Koridor Barat
90 Patung Wanita Setengah Badan Kayu Koridor Timur
91 Topeng Wanita Bali Kayu Koridor Timur
92 Topeng Pria Bali Kayu Koridor Timur
93 Patung Singa Batu Koridor Teras Barat
94 Patung Menabur Bunga Perunggu Koridor Teras Barat
95 Patung Singa Batu Koridor Teras Barat
96 Patung Hulubalang Perunggu Koridor Teras Selatan
97 Patung Bangau Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Timur
98 Patung Bangau kayu R. Tunggu Tamu Sayap Timur
99 Patung Burung Hantu dan Naga Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Timur
100 Patung Bangau Makan Ikan Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Universitas Indonesia
149
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1 Patung Penunggang Kuda Perunggu R. Tamu Presiden
2 Patung Anak Dipangkuan Ayahnya Kayu R. Tamu Presiden
3 Ibu dan Anak Tanah Liat R. Tamu Presiden
4 Patung Barisan Gajah Gading R. Tamu Ibu Negara
5 Patung Wanita 1/2 Badan Perunggu Koridor
6 Patung Kepala Seorang Gadis Perunggu Koridor
7 Patung Kucing Porselin Koridor
8 Penari Pria Tanah Liat Koridor
9 Tempat Perhiasan Kayu R. Cinderamata
10 Guci Bertutup Kayu R. Cinderamata
11 Wanita Pegang Kipas Porselin R. Cinderamata
12 Patung Wanita Porselin R. Cinderamata
13 Patung Satu Bebek Porselin R. Cinderamata
14 Penari Wanita Tanah Liat R. Cinderamata
15 Ayah, Ibu dan Anak Tanah Liat R. Cinderamata
16 Patung Garuda Kayu R. Kesehatan
17 Patung Wanita Menari Kayu R. Kesehatan
18 Patung Wanita Menari Kayu R. Kesehatan
19 Patung Penari Bali Laki-laki Uang Kepeng, Kayu R. Jamuan Makan Malam
20 Patung Penari Bali Wanita Uang Kepeng R. Jamuan Makan Malam
JUDUL BAHAN PENEMPATAN
Lampiran 5
NO.
DAFTAR PATUNG DI ISTANA NEGARA
Universitas Indonesia
150
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1 Patung Penari Kipas Kayu Lobby
2 Patung Kerbau Kayu R.Terima Tamu
3 Patung Penari Kipas Pria Kayu R.Terima Tamu
4 Patung Garuda Wisnu Kencana Kayu R.Terima Tamu
5 Patung Pengantin Pria Kayu R.Terima Tamu
6 Patung Pengantin Wanita Kayu R.Terima Tamu
7 Patung Garuda Wisnu Kencana Kayu R.Terima Tamu
8 Miniatur Gong Berstandar Logam, kayu R. Tunggu Wapres
9 Patung Rhama dan Shinta Kayu R. Tunggu Wapres
10 Wanita Menyunggi Rangkaian Buah Kayu R. Tunggu Wapres
11 Penari Kipas Kayu R. Tunggu Wapres
12 Wanita Membawa Guci Kayu R. Tunggu Wapres
13 Dua Bebek Kayu R. Tunggu Menteri
14 Miniatur Candi Prambanan Kayu R. Tamu Presiden
15 Patung Rhama Meniup Terompet Kayu R. Tamu Presiden
16 Patung Shinta dan Kijang Kayu R. Tamu Presiden
17 Patung Rhama dan Shinta Kayu R. Tamu Presiden
18 Tugu Peta Indonesia Kayu R. Tamu Presiden
19 Patung Rhama dan shinta Kayu R. Tamu Presiden
20 Patung Menjangan Porselin R. Tamu Presiden
21 Patung Penari Bali Kayu R. Tunggu Tamu Presiden
22 Bebek Kayu R. Tunggu Tamu Presiden
23 Patung Garuda Kayu R. Kerja Presiden
24 Patung Satu Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
25 Patung Lima Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
26 Patung Satu Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
27 Patung Satu Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
28 Patung Dua Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
29 Patung Empat Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
30 Patung Tiga Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
31 Patung Dua Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
32 Patung Dua Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
33 Patung Tiga Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
34 Patung Lima Kuda Kayu R. Sidang Kabinet
35 Burung Garuda Kayu Lobby Ratas
36 Tiga Rusa Kayu Lobby Ratas
37 Burung Hantu dan Anaknya Kayu Lobby Ratas
NO. JUDUL BAHAN
DAFTAR PATUNG DI KANTOR PRESIDEN
Lampiran 6
PENEMPATAN
Universitas Indonesia
151
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
38 Patung Rhama dan Shinta Kayu Lobby Depan Lift
39 Patung Wanita Bali Setengah Badan Kayu K.Tidur
40 Kawanan Burung Kayu R.Makan
41 Ikan Kayu R.Makan
42 Patung Dewi Perunggu R.Makan
43 Patung Rama Shinta Kayu Ruang Salon
Universitas Indonesia
152
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1 Patung Banaspati Batu Depan Sisi Kanan Istana Merdeka
2 Patung Banaspati Batu Depan Sisi Kiri Istana Merdeka
3 Patung Belajar Perunggu Halaman Belakang Wisma Negara
4 Patung Ganesha Batu Sisi Barat Istana Merdeka
5 Patung Anak Bermain Egrang Perunggu Halaman Tengah
6 Patung Anak Bergendongan Perunggu Halaman Tengah
7 Patung Wanita Pegang Sanggul Perunggu Halaman Tengah
8 Patung Menghitung Perunggu Halaman Tengah
9 Patung Kasih Ibu Perunggu Halaman Tengah
10 Patung Awalokiteswara Batu Halaman Tengah
11 Pertapa Mukti Akar kayu jati Halaman Tengah
12 Tersesat Akar kayu jati Halaman Tengah
13 Kisah Menjangan Jantan Akar kayu jati Halaman Tengah
14 Patung Wanita Berjalan Perunggu Kolam Belakang Wisma Negara
15 Patung Petani Batu Depan Kantor Presiden
16 Patung Petani Batu Depan Kantor Presiden
17 Patung Dhyani Bodisattva Batu Depan Kantor Presiden
18 Patung Soko Guru Revolusi Perunggu Halaman Kantor Presiden
19 Patung Petani Istirahat Batu Halaman Kantor Presiden
20 Patung Waspada Perunggu Halaman Kantor Presiden
21 Patung Wanita Bersimpuh Batu Depan Kantor Deputi I
22 Relief Dinding Batu Pintu Sisi Kanan Wisma Negara
23 Patung Wanita Membawa Sesaji Batu Pintu Sisi Kanan Wisma Negara
24 Patung Wanita Membawa Sesaji Batu Pintu Sisi Kiri Wisma Negara
25 Relief Dinding Batu Pintu Sisi Kiri Wisma Negara
26 Patung Dewi Saraswati Batu Halaman Wisma Negara
27 Patung Ibu dan Anak Perunggu Kolam Depan Wisma Negara
28 Patung Garuda Wisnu Kencana Batu Ujung Wisma Negara
29 Relief Dinding Batu Wisma Negara
30 Patung Burung Hantu Batu Sisi Timur Istana Negara
31 Melepaskan Panah Perunggu Kolam Depan Istana Negara
32 Sumber Kehidupan Perunggu Kolam Sisi Barat Istana Negara
33 Cinta Tak Bersyarat Akar kayu jati utuh i 300 h
Koridor Menuju Kantor Presiden
34 Listplang Profil Batu Cadas Teras sisi Utara Wisma Negara
35 Listplang Profil Batu Teras sisi Selatan Wisma Negara
36 Listplang Profil Batu Teras Sisi Barat Wisma Negara
37 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba
Lampiran 7
DAFTAR PATUNG DI HALAMAN TENGAH
PENEMPATANNO. JUDUL BAHAN
Universitas Indonesia
153
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
38 Patung Garuda Wisnu Kencana Kayu Gudang Rawa Domba
39 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba
40 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba
41 Patung Singa Berasapa Kayu Gudang Rawa Domba
42 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba
43 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba
44 Patung Garuda dan Naga Kayu Gudang Rawa Domba
45 Patung Kawanan Kera Kayu Gudang Rawa Domba
Universitas Indonesia
154
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Lampiran 8
1 Hiasan Dinding Logam R. Kerja Ibu Negara
2 Piring Hias Porselin Koridor Timur
3 Vas Bunga Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat
4 Vas Bunga Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat
5 Jambangan Tinggi Besar Berkaki Lima Porselin Ruang Kredensial
6 Jambangan Bunga Porselin Ruang Kredensial
7 Vas Bunga Porselin Ruang Kredensial
8 Jambangan Bunga Porselin Ruang Kredensial
9 Jambangan Bunga Porselin Koridor Barat
10 Guci Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Ibu Negara
11 Piring Hias Porselin Ruang Resepsi
12 Piring Hias Porselin R. Resepsi
13 Guci Porselin Ruang Jepara
14 Tempayan Ikan Porselin Biru Putih Porselin Ruang Jepara
15 Tempayan Ikan Porselin Biru Putih Porselin Ruang Jepara
16 Pedupan Berkaki Tiga Logam R. Tunggu Tamu Sayap Barat
17 Botol Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
18 Botol Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
19 Piring Hias Porselin Ruang Resepsi
20 Vas Bunga Besar Porselin Ruang Resepsi
21 Piring Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
22 Piring Hias Porselin R. Kamar Tidur Presiden
23 Guci Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Barat
24 Piring Hias Biru putih Porselin Ruang Resepsi
25 Guci Bertutup Porselin Lorong Timur
26 Piring Hias Logam R. Kerja Presiden
27 Vas Bunga Batuan R. Kerja Presiden
28 Kendi Porselin Dengan Kembang Hitam Porselin R. Kerja Ibu Negara
29 Piring Hias Ho Chu Tich Logam R. Kerja Presiden
30 Jambangan Porselin Berwarna Porselin R. Jepara
31 Botol Porselin Pancawarna bentuk Labu Susun Porselin R. Kerja Presiden
32 Piring Hias Porselin R. Kerja Presiden
33 Botol Porselin Pancawarna bentuk Labu Susun Porselin R. Kerja Presiden
34 Piring Hias Porselin R. Jepara
35 Kendi/ Vas Bunga Melamin R. Kerja Ibu Negara
36 Vas Bunga Melamin R. Kerja Ibu Negara
37 Kendi/Vas Bunga Melamin R. Kerja Ibu Negara
DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI ISTANA MERDEKA
NO. JUDUL BAHAN RUANGAN
Universitas Indonesia
155
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
38 Piring Hias Celadon Porselin R. Kerja Ibu Negara
39 Piring Hias Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Barat
40 Piring Hias Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Barat
41 Vas Bunga Besar Porselin Ruang Resepsi
42 Piring Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
43 Jambangan Bunga Porselin Ruang Resepsi
44 Piring Hias Pancawarna Porselin Ruang Resepsi
45 Vas Bunga Besar Porselin Ruang Resepsi
46 Guci Besar Tembikar R. Terima Tamu Ibu Negara
47 Kendi Porselin Porselin R. Jepara
48 Vas Bunga Logam R. Resepsi
49 Kendi Porselin Ko Putih Porselin Ruang Resepsi
50 Piring Hias Porselin R. Kerja Ibu Negara
51 Kendi Porselin Biru Putih Porselin Ruang Kredensial
52 Piring Hias Famille Rose Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
53 Piring Hias Famille Rose Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
54 Jambangan Porselin Persegi Porselin R. Kerja Ibu Negara
55 Jambangan Porselin Persegi Porselin Ruang Resepsi
56 Piring Hias Motif Cendrawasih d l li h
Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
57 Piring Hias Porselin Ruang Resepsi
58 Piring Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
59 Guci Besar Porselin Ruang Jepara
60 Piring Hias Besar Porselin Ruang Kredensial
61 Tempayan Arak Porselin Ko Kuning Porselin Ruang Jepara
62 Kendi Porselin Pancawarna Porselin Ruang Jepara
63 Vas Bunga Porselin Lorong Timur
64 Vas Bunga Porselin Koridor Timur
65 Vas Bunga Tembikar Ruang Resepsi
66 Vas Bunga Tembikar Ruang Resepsi
67 Jambangan Porselin Ming Retak Seribu Porselin Lorong Timur
68 Kendi Porselin Kembang Merah Porselin Ruang Jepara
69 Mangkok Hias Porselin Ruang Jepara
70 Vas Bunga Kristal K. Tidur Presiden
71 Jambangan Bunga Tembikar Koridor Teras Utara
72 Jambangan Bunga Tembikar Koridor Teras Utara
73 Jambangan Cloisonne Kuningan Ruang Resepsi
74 Jambangan Cloisonne Kuningan Ruang Resepsi
75 Mangkok Bertutup Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
76 Mangkok Bertutup Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
77 Mangkok Bertutup Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
78 Miniatur Perahu Raja Kayu R. Kerja Presiden
79 Perlengkapan Menyirih Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
80 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi
81 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi
82 Tempat Sirih Kuningan Lorong Barat
Universitas Indonesia
156
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
83 Hiasan Meja Bentuk Burung Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
84 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi
85 Jam Meja Antik Logam Lorong Barat
86 Miniatur Bendera Negara-Negara Anggota PBB Kain R. Kerja Presiden
87 Kotak Berukir Kayu R. Kerja Presiden
88 Tempat Buah Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
89 Tempat Buah Berstandard Kristal, logam R. Terima Tamu Ibu Negara
90 Miniatur Pagoda Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
91 Tempat buah Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara
92 Tempat Buah Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
93 Perlengkapan Menyirih Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
94 Tempat Sirih Kuningan Lorong Barat
95 Tempat Duduk Porselin Koridor Beranda Belakang
96 Mangkok Bertutup Porselin Lorong Timur
97 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi
98 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi
99 Tempat Kembang Gula Bertutup Kristal Ruang Jepara
100 Tempat Duduk Porselin Ruang Resepsi
101 Relief Ramayana Kayu Ruang Jepara
102 Relief Ramayana Kayu Ruang Jepara
103 Relief Ramayana Kayu Ruang Jepara
104 Relief Ramayana Kayu R. Kerja Presiden
105 Patung Killer Whale / Ikan Paus Pembunuh Fiber Lorong Barat
106 Patung Seal / Anjing Laut Fiber R. Makan dalam lemari
107 Piring Hias Beaver Galleries Tembikar Ruang Resepsi
108 Guci Bertutup Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
109 Lemari Hias Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
110 Lemari Hias Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
111 Tempat Perhiasan Camusso Perak R. Kerja Presiden
112 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden
113 Miniatur Dua buah Kenong Perak R. Kerja Presiden
114 Miniatur Rebab Perak R. Kerja Presiden
115 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden
116 Miniatur Gambang Perak R. Kerja Presiden
117 Miniatur Gambang Perak R. Kerja Presiden
118 Miniatur Gendang Perak R. Kerja Presiden
119 Miniatur Gendang Perak R. Kerja Presiden
120 Miniatur Saron Perak R. Kerja Presiden
121 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden
122 Miniatur Kecapi Perak R. Kerja Presiden
123 Miniatur Gender Perak R. Kerja Presiden
124 Miniatur Gambang Perak R. Kerja Presiden
125 Miniatur Gender Perak R. Kerja Presiden
126 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden
127 Miniatur Gambang Perak R. Kerja Presiden
Universitas Indonesia
157
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
128 Miniatur Gong Berstandar Perak R. Kerja Presiden
129 Miniatur Gendang Perak R. Kerja Presiden
130 Miniatur Seruling Perak R. Kerja Presiden
131 Miniatur Gender Perak R. Kerja Presiden
132 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden
133 Delman Satu Kuda Perak R. Kerja Presiden
134 Delman Empat Kuda Perak R. Kerja Presiden
135 Delman Dua Ekor Kuda Perak R. Kerja Presiden
136 Delman Satu Ekor Kuda Perak R. Kerja Presiden
137 Delman Satu Ekor Kuda Perak R. Kerja Presiden
138 Miniatur Perahu Layar Perak R. Kerja Presiden
139 Tempat Lilin Bentuk Pilar Porselin R. Kerja Ibu Negara
140 Tempat Lilin Bentuk Pilar Porselin R. Kerja Ibu Negara
141 Miniatur Pesawat Ulang Alik Columbia Kuningan R. Kerja Presiden
142 Miniatur Perahu Raja Gading R. Tunggu Tamu Sayap Barat
143 Mangkok Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Barat
144 Tempat Buah Berukir Perak R. Tunggu Tamu Sayap Barat
145 Mangkok Sayur Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Barat
146 Miniatur Kelenteng Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
147 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara
148 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara
149 Vas Bunga Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat
150 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara
151 Pedang Besi, Perak R. Kerja Presiden
152 Hiasan Meja Bentuk Singa Batu Lorong Barat
153 Hiasan Meja Bentuk Singa Batu Lorong Barat
154 Kotak Perhiasan Oval Kayu, Perak R. Kerja Presiden
155 Vas "Mon Than Cam Pa Vietnam" Batu Lorong Barat
156 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat
157 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat
158 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat
159 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat
160 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat
161 Kotak Perhiasan Kayu, Kaca R. Kerja Presiden
162 Kotak Cerutu Kayu R. Kerja Presiden
163 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat
164 Kotak Perhiasan Kayu R. Kerja Presiden
165 Kotak Pedang Kayu R. Kerja Presiden
166 Tempat Kue Segi Enam Kayu R. Kerja Presiden
167 Alat Permainan Kayu Ruang kerja Presiden
168 Kotak Perhiasan Kayu R. Kerja Presiden
169 Kotak Perhiasan Marmer R. Kerja Presiden
170 Vas Bunga Kristal R. Kerja Ibu Negara
171 Asbak Tulang R. Kerja Presiden
172 Pipa Cerutu Tulang R. Kerja Presiden
Universitas Indonesia
158
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
173 Pipa Cerutu Tulang R. Kerja Presiden
174 Miniatur Perahu Layar Kristal R. Kerja Presiden
175 Miniatur Mercusuar Kristal, Kuningan R. Kerja Presiden
176 Piring Oval Kristal, perak R. Kerja Presiden
177 Vas Bunga Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat
178 Patung Bison Kristal R. Kerja Presiden
179 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara
180 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara
181 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara
182 Mangkok Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat
183 Vas Bunga Kristal Ruang Terima Tamu Ibu Negara
184 Batu Snow Flake Abriden / Boulder Opal Batu R. Kerja Presiden
185 Bongkahan Batu Australia Batu R. Tunggu Tamu Sayap Barat
186 Bongkahan Batu Australia Batu R. Tunggu Tamu Sayap Barat
187 Mangkok Bertutup Kuningan, batu R. Terima Tamu Ibu Negara
188 Gelas Kuningan, batu R. Terima Tamu Ibu Negara
189 Mangkok Kuningan R. Kerja Presiden
190 Kotak Perhiasan Kuningan R. Kerja Presiden
191 Piring Hias Stainless steel R. Kerja Presiden
192 Kain Silubangbangsi Berpekan Kain , benang emas R. Kerja Presiden
193 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden
194 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden
195 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden
196 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden
197 Kotak Perhiasan Stainless steel Lorong Barat
198 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden
199 Piring Hias Stainless steel R. Kerja Presiden
200 Miniatur Tugu Perak R. Tunggu Tamu Sayap Barat
201 Tempat Perhiasan Bunga Teratai Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
202 Miniatur Perahu Perang "Geobugseon" Perak, kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
203 Piring Hias Bentuk Daun Perak R. Kerja Presiden
204 Hiasan Meja Bentuk Singa Perak R. Kerja Ibu Negara
205 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
206 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
207 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
208 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
209 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
210 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
211 Alat Pemotong Pinang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
212 Cupu Bertutup Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
213 Cupu Bertutup Perak R. Kerja Presiden
214 Cupu Bertutup Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
215 Cupu Bertutup Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
216 Kotak Perlengkapan Menyirih Perak R. Terima Tamu Ibu Negara
217 Mangkok Bertutup Batu Giok R. Tunggu Tamu Sayap Barat
Universitas Indonesia
159
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
218 Tempat Makanan Kayu R. Kerja Presiden
219 Tempat Perhiasan Kayu R. Kerja Presiden
220 Vas Bunga Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
221 Vas Bunga Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
222 Vas Tinggi Porselin Ruang Kredensial
223 Vas Tinggi Porselin Koridor Beranda Belakang
224 Jambangan Porselin Persegi Porselin Koridor Beranda Belakang
225 Gading Gading Ruang Resepsi
226 Gading Gading Ruang Resepsi
227 Gong Berstandar Gading dan Perak R. Raden Saleh
228 Miniatur Kereta Kencana 8 Kuda Perak R. Kerja Ibu Negara
229 Miniatur Gerobak Sapi Perak R. Kerja Presiden
230 Miniatur Mariam Perak R. Kerja Presiden
231 Teko, Stainles dan Kayu Perak R. Kerja Ibu Negara
232 Teko, Stainles Perak R. Kerja Ibu Negara
233 Tempat Gula, Stainles Perak R. Kerja Ibu Negara
234 Tempat Susu, Stainles Perak R. Kerja Ibu Negara
235 Tunas Kelapa Perak R. Kerja Ibu Negara
236 Tabung Air Minum, Perak Perak R. Kerja Ibu Negara
237 Kriya Kerang Mutiara Kerang R. Terima Tamu Ibu Negara
238 Gunungan Kulit R. Terima Tamu Ibu Negara
239 Perhiasan Konde bentuk Mahkota Logam R. Terima Tamu Ibu Negara
240 Sumping Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
241 Sumping Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
242 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
243 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
244 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
245 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
246 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
247 Teko Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
248 Teko Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
249 Kendi Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
250 Kendi Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
251 Kendi Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
252 Tempat Lilin bentuk Gajah Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara
253 Guci Bertutup Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara
254 Tempat Tisue Rotan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
255 Tempat Lilin Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
256 Tempat Lilin Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
257 Teko Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
258 Teko Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
259 Bokor Hiasan Motif Naga Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
260 Perlengkapan Menyirih (1set=5 bh) Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
261 Ceret Perunggu R. Tunggu Tamu Sayap Barat
262 Tempat Tissue Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Barat
Universitas Indonesia
160
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
263 Lonceng Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
264 Miniatur Meriam Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat
265 Perlengkapan Menyirih Marmer R. Tunggu Tamu Sayap Barat
266 Alat Penumbuk Pinang Perlenkapan Menyirih Marmer R. Tunggu Tamu Presiden
267 Vas Bunga Marmer R. Tunggu Tamu Sayap Barat
268 Ceret Perunggu R. Tunggu Tamu Sayap Barat
269 Ceret Perunggu R. Tunggu Tamu Sayap Barat
270 Asbak Bentuk Ikan Gabus Tanduk, Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
271 Asbak Bentuk Ikan Gabus Tanduk,Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
272 Asbak Bentuk Ikan Gabus Tanduk, perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
273 Nampan Bulat Polos Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur
274 Bokor Kecil Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
275 Piring Kecil (Tatakan) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
276 Cangkir Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
277 Mangkok Kecil Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
278 Tempat Mangkok Kecil Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
279 Tempat Pedupaan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
280 Cupu Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
281 Tatakan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
282 Mangkok Kecil Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
283 Tatakan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
284 Mangkok Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
285 Tatakan Serbet (1 set =10 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
286 Piring Hias Motif Kaligrafi Arab Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur
287 Gelas Bertutup Kaca, Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
288 Gelas Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
289 Tempat Buah Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
290 Tempat Lilin Tiga Cabang Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
291 Tempat Lilin Cabang Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
292 Cetok Kulit Penyu, Kerang R. Tunggu Tamu Sayap Timur
293 Cetok Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur
294 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
295 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
296 Tempat Lilin Cabang Empat Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
297 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
298 Miniatur Gong Berstandar Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
299 Miniatur Gong Berstandar Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
300 Kereta Kencana Enam Kuda Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
301 Vas Bunga kristal Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Timur
302 Vas Bunga Kristal Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Timur
303 Teko Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
304 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
305 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
306 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
307 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Universitas Indonesia
161
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
308 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
309 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
310 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
311 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
312 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
313 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
314 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
315 Mangkok Plakat Peringatan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
316 Teko Kopi Stainless steel, Tulang R. Tunggu Tamu Sayap Timur
317 Teko Teh Stainless steel, tulang R. Tunggu Tamu Sayap Timur
318 Temapt Gula Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur
319 Tempat Susu Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur
320 Nampan Oval Satainless steel, Tulang R. Tunggu Tamu Sayap Timur
321 Miniatur Pohon Pisang Perak , Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Timur
322 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
323 Pengkait Gordyn Bentuk Sayap Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
324 Pengkait Gordyn Bentuk Sayap Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
325 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
326 Tempat Rokok Bentu Tabung Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
327 Tempat Rokok Bentuk Tabung Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
328 Asbak Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
329 Tempat Korek Api Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
330 Nampan Bulat Perlengkapan Rokok Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
331 Teko Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
332 Teko Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
333 Tempat Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
334 Saringan Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
335 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
336 Tempat Rokok Bentuk Kotak Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
337 Asbak Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
338 Tempat Korek Api Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
339 Nampan Segi Empat Perlengkapan Rokok Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
340 Teko Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
341 Teko Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
342 Teko Tempat Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
343 Tempat Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
344 Tempat Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
345 Saringan Teh dan kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
346 Sendok teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
347 Sendok Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
348 Sendok Kecil (1 set=12 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
349 Nampan Perlengkapan Minum Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
350 Teko Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
351 Teko Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
352 Tempat Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Universitas Indonesia
162
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
353 Tempat Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
354 Tempat Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
355 Tempat Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
356 Saeringan Teh dan Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
357 Sendok Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
358 Sendok Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
359 Sendok Kecil (1 set=6 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
360 Sendok Kecil (1 set=12 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
361 Sendok Kecil (1 set= 6 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
362 Nampan Oval Perlengkapan Minum Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
363 Bokor Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
364 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
365 Tempat Perhiasan bentuk Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
366 Tempat perhiasan bentuk Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
367 Tempat Penumbuk Sirih Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
368 Tempat tissue Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
369 Alat Pemotong Pinang Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
370 Alat Penumbuk Sirih Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
371 Guci Bertutup Motif Terawang Porselin R. Tunggu Tamu Ibu Negara
372 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
373 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
374 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara
375 Vas Bunga Timah R. Tunggu Tamu Sayap Timur
376 Tempat Perhiasan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
377 Miniatur Pohon Kurma Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
378 Nampan Oval "WDN" Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur
379 Teko Teh Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
380 Teko Kopi Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
381 Tempat Gula Bertutup Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
382 Nampan Oval Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
383 Tempat Pedupaan Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
384 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
385 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
386 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
387 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
388 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
389 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
390 Tempat Sirih Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
391 Alat Penumbuk Pinang Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
392 Nampan Bulat Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur
393 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
394 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
395 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
396 Cangkir Tanpa Pegangan PorselinPorselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
397 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Universitas Indonesia
163
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
398 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
399 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
400 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
401 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
402 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
403 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
404 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
405 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
406 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
407 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
408 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
409 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
410 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
411 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
412 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
413 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
414 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
415 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
416 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
417 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
418 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
419 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
420 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
421 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
422 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
423 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
424 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
425 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
426 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
427 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
428 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
429 Tempat Gula Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
430 Teko Teh Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
431 Teko Teh Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
432 Tempat Susu Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
433 Tempat Susu Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
434 Tempat Kue Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
435 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
436 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
437 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
438 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
439 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
440 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
441 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
442 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Universitas Indonesia
164
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
443 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
444 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
445 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
446 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
447 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
448 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
449 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
450 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
451 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
452 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
453 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
454 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
455 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
456 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
457 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
458 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
459 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
460 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
461 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
462 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
463 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
464 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
465 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
466 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
467 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
468 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
469 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
470 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
471 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
472 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
473 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
474 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
475 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
476 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
477 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
478 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
479 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
480 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
481 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
482 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
483 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
484 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
485 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
486 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
487 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Universitas Indonesia
165
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
488 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
489 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
490 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
491 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
492 Mangkok Sayur Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
493 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
494 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
495 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
496 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
497 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
498 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
499 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
500 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
501 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
502 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
503 Piring Makan Besar Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
504 Mangkok Besar Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
505 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
506 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
507 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
508 Tempat Kembang Gula Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
509 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
510 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
511 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
512 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
513 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
514 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
515 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
516 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
517 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
518 Mangkok Bertutup dan Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur
519 Tempat Perhoiaasan Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Barat
Universitas Indonesia
166
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Lampiran 9
1 Jambangan Bunga Beralas Piring Porselin Pintu Barat
2 Jambangan Bunga Beralas Piring Porselin Pintu Barat
3 Piring Hias Porselin R.Tunggu Tamu Presiden
4 Piring Hias Porselin R.Tunggu Tamu Presiden
5 Guci Tembikar K. Tidur Presiden
6 Guci Bertutup Porselin R. Tamu Presiden
7 Jambangan Bunga Porselin R. Tamu Presiden
8 Jambangan Bunga Porselin R. Tamu Presiden
9 Piring Hias Porselin R. Cinderamata
10 Jambangan Bunga Porselin Pintu Timur
11 Jambangan Bunga Porselin Jamuan
12 Jambangan Bunga Porselin Jamuan
13 Jambangan Porselin Kembang Biru Porselin R. Rapat Presiden
14 Piring Hias Porselin R. Rapat Presiden
15 Jambangan Bunga Melamine Ruang Cinderamata
16 Jambangan Bunga Melamin Ruang Cinderamata
17 Jambangan Bunga Porselin R. Cinderamata
18 Jambangan Bunga Porselin R. Cinderamata
19 Tempayan Tembikar Ruang Makan
20 Piring Hias Porselin R. Terima Tamu
21 Kendi Porselin Biru Putih Porselin R.Tamu Presiden
22 Jambangan Bunga Porselin Ruang Resepsi
23 Jambangan Bunga Porselin Pintu Timur
24 Piring Hias Porselin K. Tidur Presiden
25 Piring Hias Porselin K. Tidur Presiden
26 Jambangan Laka Melamin R. Kerja Presiden
27 Bokor Perak R. Kerja Presiden
28 Jambangan Laka Melamin R. Kerja Presiden
29 Piring Hias Porselin R.Tamu Presiden
30 Piring Hias Porselin R.Tamu Presiden
31 Guci Porselin Koridor
32 Jambangan Cloisonne Kuningan R. Cideramata
33 Jambangan Cloisonne Kuningan R. Cinderamata
34 Tempayan Ikan Porselin Merah Porselin R. Cinderamata
35 Tempayan Ikan Porselin Merah Porselin R. Cinderamata
36 Guci Porselin R. Cinderamata
37 Piring Hias Porselin R. Cinderamata
DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI ISTANA NEGARA
JUDUL RUANGANBAHANNO.
Universitas Indonesia
167
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
38 Piring Hias Porselin R.Jamuan Makan Malam
39 Pasu Sung Savankkalok Porselin R.Jamuan Makan Malam
40 Jambangan Porselin Pancawarna Porselin R. Tunggu Tamu Presiden
41 Jambangan Bunga Porselin R.Tunggu Tamu Presiden
42 Piring Hias Porselin K. Tidur Presiden
43 Piring Hias Perak R. Kerja Presiden
44 Kursi Taman Tembikar R. Cinderamata
45 Kursi Taman Tembikar R. Cinderamata
46 Gong Berstandard Gading, perak R. Cinderamata
47 Tempat Air Kerang , Perak R. Kerja Presiden
48 Tempat Permen Kerang, Perak R. Kerja Presiden
49 Asbak Kerang, Perak R. Kerja Presiden
50 Kotak Perhiasan Perak R. Tamu Presiden
51 Kerang Kerang Ruang Makan
52 Kerang Kerang Ruang Makan
53 Tempat Sayur Bertutup Perak R. Tamu Ibu Negara
54 Tempat Nas iBertutup Perak R. Tamu Ibu Negara
55 Vas Bunga Fiber R. Tamu Ibu Negara
56 Miniatur Pesawat Terbang TNI AU Fiber , Logam Packing Dus Tiga
57 Sepasang Gading Gading R. Tamu Presiden
58 Piring Hias Porselin R. Cinderamata
59 Asbak Hiasan Iguana Porselin R. Cinderamata
60 Vas Bunga bentuk Ayam Kayu R. Cinderamata
61 Foto SBY dan Ibu Ani SBY Batu Marmer R. Cinderamata
62 Miniatur Rumah Adat Timor Timur Perak R. Cinderamata
63 Gong Berstandar Logam R. Cinderamata
64 Vas Bunga bentuk Ayam Kayu R. Cinderamata
65 Topi Proyek "Primier Oil" Perak R. Cinderamata
66 Miniatur Perahu Layar Perak Ruang Jamuan
67 Congklak 16 Lubang Kayu R. Cinderamata
68 Vas Bunga Tembikar R. Cinderamata
69 Vas Bunga bentuk Bebek Tembikar R. Cinderamata
70 Nekara Perunggu Resepsi
Universitas Indonesia
168
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Lampiran 10
1 Miniatur Kelenteng Kayu R. Terima Tamu Presiden2 Hiasan Dinding Manaia Kayu dan Batu Opal R. Kerja Presiden3 Botol Motif Gedung Putih Kaca / Gelas R. Kerja Presiden
4 Foto Presiden SBY Bersama Delegasi APEC XII Tahun 2004 Kertas R. Kerja Presiden
5 Foto Ibu Ani SBY Bersama Para Isteri Delegasi APEC XII Tahun 2004 Kertas R. Kerja Presiden
6 Pulpen Camusso Berstandar Perak R. Kerja Presiden7 Pulpen Van Gogh Merk Visconti Besi R. Kerja Presiden8 Pulpen merk Pilot dan Tinta Logam R. Kerja Presiden9 Miniatur Tiga buah Gong Berstandar Perak R. Kerja Presiden10 Kaligrafi Ayat Kursi Kulit Mutiara R. Terima Tamu Presiden11 Patung Kuda Logam R. Terima Tamu Presiden12 Ukiran Gading Gading R. Terima Tamu Presiden13 Ukiran Gading Gading R. Terima Tamu Presiden14 Piring Hias Bulat Porselin R. Terima Tamu Presiden15 Tempat Buah Berukir Kayu dan perak R. Kerja Presiden16 Kecapi Kayu dan kawat R. Kerja Presiden17 Miniatur Perahu Kepala Burung Kayu dan perak R. Kerja Presiden18 Vas Bunga Tembikar R. Terima Tamu Presiden19 Vas Bunga Tembikar R. Terima Tamu Presiden20 Tatakan Makan Melamin R. Kerja Presiden21 Hiasan Dinding Kertas K. Tidur Presiden22 Keterangan Gambar Kertas R. Kerja Presiden23 Kotak Cerutu Perak R. Terima Tamu Presiden24 Tempat Perhiasan Kayu R. Sidang Kabinet25 Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Kuningan R.Terima Tamu26 Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Kuningan R.Terima Tamu27 Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Kuningan R.Terima Tamu28 Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Kuningan R.Terima Tamu
DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI KANTOR PRESIDEN
RUANGANJUDULNO. BAHAN
Universitas Indonesia
169
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010