universitas indonesia analisis tata kelola …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351056-ta-muhammad...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS TATA KELOLA PERUSAHAAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SELF ASSESSMENT PADA PT. XYZ
Tbk BERDASARKAN PERATURAN B.I DAN KNKG
LAPORAN MAGANG
MUHAMMAD RANGGA
0806322174
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 REGULER AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
i
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
ii
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
iii
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan magang dengan judul
Analisis Tata Kelola Perusahaan pada PT. XYZ Tbk dengan Metode Self
Assessment BI dan KNKG. Penulisan laporan magang ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Program S-1 Reguler jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang selama mendukung dan membantu penulis
menyelesaikan skripsi, yaitu kepada:
1. Allah SWT yang dikarenakan kasih saying dan keberkahannya yang
tiada tara saya dapat menyelesaikan laporan magang ini, tiada kata
yang dapat saya sampaikan untuk menggambarkan kasih sayangNYA.
Terima kasih ya Allah.
2. Kedua orang tua saya yang telah memberikan apapun yang terbaik
demi anak-anaknya. Terima kasih ya mam pap yang telah sabar dan
penuh kerja keras agar angga dapat berkuliah hingga selesai. Terima
kasih sekali lagi untuk kedua orang tua saya
3. Ibu Dwi Hartanti, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penyusunan laporan magang ini. Terima kasih atas bantuan dan
kesabaranya dalam membimbing. Mohon maaf ya bu atas tingkah laku
saya yang sering membuat ibu jengkel,hehe, tapi tetap ibu yang
terbaik.
4. Ibu ipung dan ibu evony selaku dosen penguji yang telah sabar
menguji saya saat siding hingga memberikan nasehat yang sangat
berguna bagi saya untuk kedepannya. Terima kasih ibu.
5. Kaka saya ranggi mariza dan saudara kembar saya randa rando yang
selalu setia menghadapi saya saat sedang mengeluarkan kalimat
kalimat indah. Terima kasih buat kalian.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
v
6. Syifa dan rasya kedua anak ini yang selalu memberikan senyuman
untuk kapanpun, pokonya nanti kamu berdua harus jauh lebih bagus
dari angga ya, makanya angga suka cerewet agar kamu berdua menjadi
lebih baik lagi. Terima kasih ya buat kalian berdua.
7. Bapak banu, ka aryo, pak hafis, ibu dwi, ibu dahlia dan ibu miranti ibu
syilvia dan ibu dyah yang telah membantu saya selama perkuliahan ini,
terima kasih ya bapak dan ibu semoga kita dapat bertemu lagi. Terima
kasih..
8. Reno, boneng, adis, mitha, dape, keple, mutet, suci, acong, nino,
decha, budi, ias yang telah setia dan menerima apa adanya saya ini
dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Terima kasih atas motivasi
kalian kepada saya untuk segera selesai, agar dapat mentraktir kalian.
Dan semoga impian kita masing masing terwujud dan dipermudah
untuk mencapainya.
9. Martha dengan ketabahannya, datuk dengan djarumnya, lilzu dengan
pengertiannya, vano dengan perkataan baiknya, wanca dengan tung
nya, rey dengan giginya, ponto dengan kedewasaannya, lida dengan
kesetiannyaicut dan othe dengan semangatnya. Terima kasih atas
segalanya selama ini ya teman teman maaf atas salah kata dan
perbuatan ya.
10. Frenky, dandi, radi, ditto, lugas, singgih, Kristi, achay, bhama, dio,
prista, paijo, tangguh, abi, ovi, bang damor, azar yang telah
memberikan banyak sekali kesenangan dan pembelajaran, terima kasih
ya teman teman atas pengertian, bantuan dan kesenangan yang telah
ada selama ini.
11. Terima Kasih bagi teman-teman mahasiswa FEUI yang telah
memberikan pencerahan dan belajar bersama serta bagi para dosen,
staff dan karyawan FEUI yang tidak dapat saya sebut satu persatu
Depok, juli 2013
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
vi
ABSTRAK
Nama : Muhammad Rangga
Program Studi : S1 Reguler Akuntansi
Judul : Analisis Tata Kelola Perusahaan dengan Menggunakan
Metode Self Assessment pada PT. XYZ Tbk Berdasarkan
Peraturan B.I dan KNKG
Laporan magang ini membahas analisis pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan
pada PT XYZ, analisis dilakukan dengan menggunakan metode self assessment
berdasarkan peraturan B.I dan KNKG. PT XYZ merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara. Dalam laporan ini dijelaskan mengenai kebijakan tata
kelola PT XYZ dan temuan atas penilaian beserta analisisnya. Berdasarkan
penilaian atas tata kelola perusahaan telah ditemukan adanya beberapa kriteria
yang tidak dipenuhi perusahaan. Namun, analisis pada laporan magang ini
menyimpulkan bahwa PT XYZ telah menjalankan Tata Kelola Perusahaan
dengan sangat baik dan benar.
Kata kunci: Tata Kelola Perusahaan, Self Assessment, Badan Usaha Milik
Negara.
ABSTRACT
Name : Muhammad Rangga
Study Program : S1 Reguler Akuntansi
Title : Good Corporate Governance Assessment at PT XYZ, one
of the State-owned Enterprises.
This internship report discusses about Corporate Governance Assessment at
PT XYZ. PT XYZ is one of the State-owned Enterprises. This report describes
about the corporate governance policy at PT XYZ, good corporate governance
assessment procedures conducted by RSM AAJ Associates, findings and
the analysis. According to Good Corporate Governance Assessment, it has been
found a few criteria are not met by the company. Nevertheless, this report
conclude that PT.XYZ has performed a Good Corporate Governance.
Key words: Corporate Governance, Self Assessment,State-owned Enterprises
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Kegiatan Magang ......................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan Magang ................................................................. 1
1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan Laporan Magang .................................. 2
1.4. Tempat dan Waktu Kegiatan Magang................................................... 2
1.5. Perumusan dan Pembatasan Masalah.................................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan ........................................................................... 3
2. LANDASAN TEORI ................................................................................... 4
2.1 Corporate Governance (CG) .................................................................. 4
2.1.1. Perkembangan GCG.................................................................... 7
2.1.2. Mekanisme Corporate Governance ........................................... 13
2.1.3. Peran dari GCG ......................................................................... 18
2.1.4. Asas dan Prinsip GCG .............................................................. 21
2.1.5. Manfaat Penerapan GCG .......................................................... 25
2.2 Pengertian dan Karekteristik Bank ....................................................... 27
2.2.1. Definisi Bank ........................................................................... 27
2.2.2. Jenis Bank ................................................................................. 28
2.2.3. Kegiatan Bank ........................................................................... 29
2.2.4. Resiko Usaha Perbankan ........................................................... 30
2.3 GCG dalam Perbankan ......................................................................... 32
2.4 Pengukuran Mandiri ............................................................................. 39
2.4.1. Self Assessment melalui Peraturan BI…………………...........40
2.5.1. Self Assessment melalui KNKG ............................................... 43
3. PROFIL PERUSAHAAN ......................................................................... 46
3.1 Sejarah PT. XYZ Tbk ........................................................................... 46
3.2 Struktur Mekanisme Tata Kelola Perusahaan ...................................... 47
3.3 Praktek GCG di PT. XYZ Tbk ............................................................. 49
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
viii
3.4 Prestasi PT. XYZ Tbk .......................................................................... 53
4. PEMBAHASAN ....................................................................................... 56 4.1. Analisis dengan Menggunakan Peraturan BI ..................................... 56
4.2. Hasil Self Assessment Peraturan BI .................................................... 70
4.3. Analisis dengan Menggunakan KNKG ............................................... 78
4.4. Hasil Self Assessment Peraturan BI ................................................... 83
5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 85 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 85
5.2 Saran .................................................................................................... 85
5.2.1. Saran untuk Departemen FE UI ................................................ 85
5.2.2. Saran untuk PT. XYZ ................................................................ 86
DAFTAR REFERENSI ................................................................................ 87
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Penilaian GCG ............................................................... 47
Tabel 2.2 Nilai Komposit GCG ................................................................. 48
Tabel 2.3 Faktor Penilaian Versi KNKG .................................................. 49
Tabel 3.1 Prestasi PT. XYZ Tbk ................................................................ 60
Tabel 4.1 Prinsip Perusahaan ..................................................................... 67
Tabel 4.2 Hasil Self Assessment Melalui Peraturan BI ............................. 80
Tabel 4.3 Hasil Self Assessment Melalui KNKG ..................................... 94
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahapan dalam Melakukan Self Assessment .............................. 45
Gambar 2.2 Langkah Menghitung akor GCG ................................................ 50
Gambar 3.1 Struktur Mekanismen Tata Kelola Perusahaan PT. XYZ Tbk ... 54
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Assessment Melalui Peraturan BI
Lampiran 2 Hasil Assessment Melalui KNKG
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan Magang
Pada era globalisasi sekarang ini kompetisi dalam dunia kerja semakin
meningkat. Hal ini menuntut universitas sebagai pencetak sumber daya manusia
yang berkualitas untuk menjawab tantangan ini melalui penyusunan kurikulum.
Kurikulum yang disusun sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa harus
berkembang mengikuti perkembangan di dunia kerja yang berhubungan langsung
dengan bidangnya agar tercapai keseimbangan antara kebutuhan dunia kerja serta
penerapan yang dilakukan di masa pembelajaran sebagai mahasiswa.
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
menjawabnya dengan memberikan alternatif tugas akhir untuk kelulusan
mahasiswa S1 reguler berupa program magang. Program ini diharapkan dapat
memberikan pengalaman kepada mahasiswa atas teori yang telah diberikan pada
saat kuliah dan diaplikasikan pada saat magang. Selain itu para mahasiswa juga
akan memperoleh pengetahuan non-teknis (softskill) yang tidak mereka dapatkan
dikampus yang hanya duduk dibangku kuliah atau hanya dengan membuat karya
tulis saja, namun dengan adanya program magang ini, mahasiswa dituntut
berinteraksi dengan sesama pekerja, berinteraksi dengan atasan, dan bagaimana
mengembangkan kemampuan dalam hal memecahkan masalah dengan segala
keterbatasan waktu, biaya, dan hambatan-hambatan lainnya yang ada pada saat
sedang bekerja.
Sehingga diharapkan program ini dapat memberikan keseimbangan bagi
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang telah mereka peroleh selama pada
masa kuliah dan juga memberikan ilmu tambahan bagi mahasiswa dalam
menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan Magang
Program magang ini bertujuan untuk membuka kesempatan bagi
mahasiswa untuk menerapkan teori yang didapatkan di masa kuliah sebelumnya
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
kedalam kehidupan kerja nyata. Selain itu program ini diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal teknikal, kemampuan
berkomunikasi, dan juga kemampuan untuk bekerja di dalam tim serta dalam
memecahkan masalah yang kompleks yang ada pada saat bekerja.
Program ini dapat dikatakan menghadirkan hubungan simbiosis
mutualisme antara mahasiswa dengan tempat magang. Mahasiswa dapat
merasakan banyak manfaat dari program ini, begitu pula instansi yang menjadi
tempat magang dapat memperoleh manfaat dari keberadaan program magang
yang dilakukan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Laporan Magang
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan magang penulis adalah ingin
membahas tentang kondisi, pengaplikasian serta penilaian Tata Kelola
Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG – untuk selanjutnya akan
dogunakan istilah GCG) pada perusahaan XYZ
Selain itu penulis mengharapkan penulisan laporan magang penulis ini
dapat bermanfaat bagi diri penulis untuk dapat memahami penilaian GCG dalam
industri perbankan pada umumnya dan perusahaan XYZ, lalu bagi perusahaan
XYZ agar dapat melihat secara independen tentang praktek dan penilaian GCG
yang sudah dilakukan agar menjadi masukan bagi perusahaan. Serta bagi
pembaca agar dapat lebh memahami dan menambah pengetahuan tentang
penilaian GCG pada industri perbankan.
1.4. Tempat dan Waktu Kegiatan Magang
Penulis melaksanakan kegiatan magang di salah satu BUMN yang
bergerak dalam industri perbankan. P.T XYZ Tbk beralamatkan jl.
Jendralsudirman kavling 1 jakarta selatan. Waktu pelaksanakan program
magang ini dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang ditandatangani penulis,yaitu
dimulai pada tanggal 23 juli 2012 sampai dengan 9 november2012. Di PT XYZ
Tbk penulis ditempatkan pada divisi CCR & GCG.Jam kerja normal sesuai
aturan kantor adalah hari Senin sampai Jumat,dimulai dari pukul 08.00 – 17.00
dengan deskripsi tugas selama magang ialah menyusun laporan keuangan PKBL,
menganalisa laporan keuangan PKBL, menganalisa kinerja PKBL, business plan,
menilai GCG pada PT. XYZ Tbk dan hubungannya dengan departemen PKBL.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
1.5. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Pada saat penulis melakukan kegiatan magang, penulis ditempatkan pada
divisi CCR & GCG di PT. XYZ Tbk dengan salah satu tugas yang diberikan ialah
menilai kondisi GCG. Menilai praktek GCG yang penulis lakukan dengan cara
melihat kondisi dengan peraturan yang terkait, peraturan tersebut ialah peraturan
BI tentang pedoman GCG untuk perbankan.
Penulis memutuskan untuk membuat laporan magang tentang self
assessment GCG di PT. XYZ Tbk. Menurut penulis topik ini menarik untuk
dibahas karena pada saat ini di Indonesia banyak perusahaan yang
mengumumkan telah menerapkan konsep GCG dengan baik. Pertanyaan
selanjutnya adalah apakah indikator-indikator CG telah benar-benar diterapkan
dengan baik atau hanya ingin mendapatkan kepercayaan publik bahwa
perusahaan tersebut telah menjalankan GCG.
Selain itu keadaan GCG pada PT. XYZ Tbk sangat baik, berbeda dengan
kondisi pada saat krisis terjadi. Belajar dari sejarah adalah kalimat yang tepat
untuk menggambarkan kondisi GCG pada saat ini, karena berkat komitmen dari
seluruh jajaran perusahaan, PT. XYZ Tbk mendapatkan penghargaan untuk
keberhasilannya dalam bidang GCG dari lembaga BUMN maupun swasta.
Karena GCG telah berjalan dengan baik, maka diharapkan dengan saya
menulis laporan magang ini dapat memberikan gambaran CG yang sepenuhnya di
PT. XYZ Tbk. Sehingga bisa dijadikan acuan bagi perusahaan yang lain dalam
GCG.
1.6 Sistematika Penulisan
Laporan magang ini dibagi menjadi 5 bab disertai lampiran sebagai
pendukung laporan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan latar belakang program magang, tujuan penulisan
laporan magang, tempat, waktu, dan pelaksanaan magang, ruang lingkup dan
sistematika penulisan laporan magang.
BAB 2. LANDASAN TEORI
Bab ini akan memaparkan teori-teori yang dijadikan landasan pembahasan dan
análisis atas permasalahan yang diangkat dalam laporan ini. Teori-teori yang
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
dimaksud mencakup pengertian Good Corporate Governance, teori Good
Corporate Governance, peraturan BI yang mengatur GCG Assesment pada
perbankan, dan Pedoman Umum GCG Indonesia (Pedoman GCG Indonesia)
yang direkomendasikan oleh KNKG.
BAB 3. PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisi deskripsi mengenai gambaran umum, bidang kegiatan
perusahaan, dan susunan organisasi.
BAB 4. PEMBAHASAN
Bab ini membahas aspek-aspek yang menjadi bagian jasa GCG Assesment,
metodologi yang digunakan oleh perusahaan tersebut, dan pelaksanaan
assesment pada peusahaan XYZ.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi ringkasan dari analisis terhadap perusahaan dan aktivitas
magang. Saran berisi usulan dan masukan yang menjadi fokus perhatian
penulis kepada perusahaan tempat magang, dan departemen akuntansi FEUI.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Corporate Governance (CG)
Corporate governance muncul karena adanya pemisahan antara
kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau sering kali dikenal
dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam
hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana
sulitnya pemilik memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil
alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan oleh
manajer sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance
diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan
manajer.
Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance
(Daniri, 2005) adalah stewardship theory dan agency theory.
Stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya
untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun
stakeholder. Sementara itu, agency theory, memandang bahwa manajemen
perusahaan sebagai ―agents‖ bagi para pemegang saham, akan bertindak
dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai
pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham
sebagaimana diasumsikan dalam stewardship model. Bertentangan
dengan stewardship theory, agency theory memandang bahwa
manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya
bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada
khususnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat
respon lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan
yang ada. Berbagai pemikiran mengenai corporate governance
berkembang dengan bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan
dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan agency costs yang
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
harus dikeluarkan, yaitu mencakup biaya untuk pengawasan oleh
pemegang saham, biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk
menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang
independen dan pengendalian internal. Meskipun demikian, potensi untuk
munculnya agency problem tetap ada karena adanya pemisahan antara
kepengurusan dan kepemilikan perusahaan.
Berikut adalah beberapa pengertian corporate governance yang
dikemukakan oleh beberapa pihak, antara lain:
Menurut Organization For Economic Development (OECD, 2004) :
GCG sebagai cara-cara manajemen perusahaan bertanggung
jawab pada shareholdernya. Pengambilan keputusan di perusahaan
haruslah dapat dipertanggung jawabkan, dan keputusan tersebut mampu
memberikan nilai tambah bagi shareholders.
Menurut Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG, 2000) :
GCG sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam
menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders yang lain. Corporate Governance juga
mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan
pengawasan atas kinerja.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) :
―Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan
corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders)‖.
Menurut Keputusan Menteri Negara BUMN no Kep-117/M-MBU/2002 :
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai
etika.
Menurut PBI nommor 8/4/PBI/2006 :
Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi
(independency), dan kewajaran (fairness)
Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem atau
peraturan yang mengatur, mengelola, serta mengawasi perusahaan
dalam menjalankan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan nilai
tambah bagi pemegang saham ataupun stakeholder lainnya.
2.1.1 Perkembangan GCG
GCG telah berkembang sejak peradaban manusia mengenai
korporasi. Korporasi diharapkan dapat menjadi prime driver bagi
pertumbuhan ekonomi. Menuju ke arah korporasi yang mandiri tersebut
diperlukan mekanisme GCG yang mampu menjawab kepentingan
setiap stakeholders. Kesuksesan korporasi seperti di Inggris dan Perancis
serta korporasi yang sedang bertumbuh seperti di Eropa Timur, Asia, dan
Amerika Selatan semakin mendorong korporasi untuk memiliki GCG
yang memadai, sehingga mereka dapat beroperasi dan bertumbuh
kembang secara bertanggung jawab melalui pengelolaan yang
bertanggung jawab dan transparan terhadap stakeholders (Alijoyo dan
Zaini, 2005)
Perusahaan-perusahaan besar di sektor perbankan,
telekomunikasi, farmasi, dan otomotif dari waktu ke waktu terus
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
melakukan konsolidasi lintas batas (cross- border consolidation). Aktifitas
mereka mempengaruhi terbentuknya sistem corporate governance yang
berlaku secara universal. Perusahaan-perusahaan di berbagai belahan
dunia mencari alternatif modal kuat yang bersumber dari investor global.
Sementara itu, investor global mencari tempat investasi yang
memberikan perlindungan investasi dengan sistem GCG yang baik. Dalam
hal ini, investor menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas yang tinggi
atas penggunaan dana investasi mereka. Perusahaan yang ingin
berkecimpung di tingkat global membutuhkan asupan modal yang sangat
banyak. Selain tertarik pada pertumbuhan investasinya, investor juga harus
memastikan bahwa pertumbuhan berada pada tingkat yang sehat dan
berkesinambungan. Permintaan modal yang semakin besar wajib disertai
dengan baiknya sistem GCG dalam sistem perusahaan mereka.
Perkembangan corporate governance di dunia banyak
dipengaruhi oleh skandal-skandal yang terjadi di Amerika, seperti kasus
kejatuhan Enron, salah satu perusahaan besar di dunia. Penyebab utama
runtuhnya Enron dikarenakan penerapan corporate governance yang
buruk di perusahaan tersebut yang menyebabkan meningkatnya kasus
fraud dan masalah-masalah besar lainnya. Pasca kejadian jatuhnya
Enron, isu GCG menjadi populer dan semakin berkembang pesat di
Amerika dan pengaruhnya juga terasa hingga ke Asia. Selain dikarenakan
skandal jatuhnya Enron di Amerika Serikat, perkembangan konsep
GCG di Asia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, juga
dipengaruhi oleh krisis di Asia pada tahun 1997-1998. Pada periode
tersebut, Negara-negara di Asia seperti Cina, India, Indonesia, Korea,
Thailand, dan lain-lain belum memiliki pedoman nasional terkait GCG.
Selain itu, komisaris independen dan komite audit belum menjadi
kewajiban sampai pada akhir tahun 2002. Dapat dikatakan bahwa
reformasi GCG di Asia berjalan cukup cepat, termasuk di antaranya
mengenai pembentukan komisaris independen dan komite audit. Dengan
kata lain, regulasi menjadi sangat penting dalam proses reformasi GCG.
Perkembangan isu GCG tidak hanya dilihat dari segi waktu saja, tetapi
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
dari segi berkembangnya beberapa topik tertentu terkait dengan GCG.
Perkembangan GCG di dunia yang dipengaruhi oleh beberapa
kejadian di Amerika Serikat tidak menjadikan sistem karakteristik GCG di
Indonesia sama dengan Amerika Serikat. Jika di Amerika, GCG muncul
karena adanya konflik kepentingan antara pemegang saham yang
strukturnya tersebar,dengan manajemen perusahaan. Sedangkan di
Indonesia, sebagian besar perusahaan memiliki struktur kepemilikan
yang terkonsentrasi. Hal tersebutlah yang membedakan karakteristik GCG
di Indonesia dan Amerika Serikat. Akan tetapi, penerapan konsep GCG
yang baik merupakan solusi yang tepat bagi semua perusahaan di dunia
terlepas dari perbedaan karakteristik dan struktur kepemilikan tiap
perusahaan.
Sejarah GCG Indonesia berhubungan erat dengan krisis
finansial Asia tahun 1997. Krisis mulai dari Thailand, terus menyerbu
Philipina, Indonesia, Malaysia dan Korea Selatan (Kingsley 2004).
Bencana ini sungguh sesuatu yang tidak terduga. Tragedi itu datang
melanda hanya beberapa bulan setelah World Bank mengeluarkan
laporannya tentang macan ekonomi Asia, yang menginspirasi negara
berkembang lainnya. Tabalujan (2002) mengatakan bahwa krisis Asia
1997 merupakan tonggak sejarah perkenalan konsep the Anglo-American
corporate governance di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa keadaan
keuangan Indonesia tahun 1997 sangat mengenaskan (Tabalujan 2002).
Ahli lainnya mengatakan bahwa krisis Asia Selatan berdampak besar
terhadap sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pada saat itu mata uang Indonesia mengalami depresiasi hampir
80% dan beberapa bisnis terutama sektor perbankan menjadi sekarat
(Daniel 2003). Untuk menghadapi kondisi buruk itu, pemerintah
Indonesia membutuhkan suntikan dana segar. The International Monetary
Funds (IMF) datang membawa bantuan. Lembaga ini menawarkan
bantuan bersyarat. Mereka berkenan memberikan pinjaman asalkan
pemerintah Indonesia bersedia memenuhi beberapa persyaratan. Satu
diantaranya, komitmen untuk memperbaiki sistem GCG (Kurniawan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
dan Indrianto 2000). Di mata IMF saat itu sistem corporate
governance Indonesia menjadi salah satu titik lemah bangunan
perekonomian Indonesia. Akhirnya, sebagaimana yang terbaca di dalam 5
Letters of Intent pemerintah Indonesia kepada IMF, Indonesia setuju
dengan seluruh persyaratan yang diajukan IMF. Dari perspektif sejarah,
kelahiran G C G di Indonesia tidaklah berdasarkan inisiatif lokal. Konsep
itu lahir di Indonesia karena perintah IMF.
Para ahli sepakat menyatakan bahwa sistem corporate governance
yang dianut Indonesia mengikuti pola Continental European system.
Klaim ini dibuktikan dengan berbagai ciri berikut ini (e.g. La Porta et al.
1998; Husnan 2001; Claessens, Djankov & Lang 2000) :
1) Dianutnya sistem dan perangkat hukum yang bersumber pada
tradisi French- Civil Law
2) Digunakannya dua struktur dewan perusahaan (two-tier board
system)
3) Terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan (concentrated ownership
structure)
4) Dominannya sumber pembiayaan perusahaan dari luar
perusahaan berupa hutang (external financing)
Munculnya berbagai karakteristik ini, dalam hubungannya
dengan sistem GCG yang dianut Indonesia, dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori path-dependence (Bebchuk & Roe 1999). Menurut
teori ini struktur suatu perusahaan dan ekonomi di suatu negara
sangat ditentukan oleh struktur awal dimulainya kegiatan
perekonomian negara tersebut, dan pada tahapan berikutnya struktur
hukum dan perundang-undangan akan mengikuti pola ini.
Untuk itu dibutuhkan suatu mekanisme yang bekerja di dalam
suatu sistem yang berfungsi sebagai ―kekuatan pengendali‖
(disciplinary forces) agar konflik kepentingan tidak merugikan
perusahaan ataupun berbagai pihak lainnya yang mempunyai
kepentingan lain dengan perusahaan (stakeholders). Mekanisme kontrol
yang bekerja dapat dibedakan atas dua kelompok; pertama, mekanisme
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
eksternal dari perusahaan (external control mechanisms), serta kedua
mekanisme yang bersifat internal dalam perusahaan (internal control
mechanisms). Berdasarkan pendekatan ―no-one-size-fits-all‖ (OECD
1999), mekanisme kontrol dalam sistem GCG yang dianut oleh suatu
negara mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Negara lainnya.
Misalnya, diberbagai negara Anglo-Saxon yang sistem keuangannya
berbasis pasar (market-oriented) dapat lebih mengandalkan mekanisme
yang pertama (Moerland 1995). Alasannya adalah karena hukum pasar
(pasar modal, produk dan tenaga kerja) akan ―mendisiplinkan‖
perusahaan yang tidak mematuhi aturan GCG, disamping mekanisme
internal yang bekerja secara baik.
Sebaliknya di negara-negara yang sedang berkembang, dan
umumnya mempunyai sistem keuangan berbasis jaringan (network-
oriented), belum dapat sepenuhnya mengandalkan mekanisme pasar
sebagai perangkat kontrol. Salah satu alasannya adalah karena
mekanisme pasar dan perangkat pendukungnya belum mempunyai
kekuatan yang cukup untuk mendisiplinkan perusahaan, sebagaimana
halnya kondisi di Negara maju. (Alijoyo dan Zaini 2005)
Hal yang sama juga terjadi pada mekanisme kontrol internal yang
relatif tidak efektif, misalnya karena tidak independennya dewan
komisaris dari intervensi pemilik saham mayoritas. Uraian yang telah
dipaparkan sebelumnya menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sistem
G C G yang relatif spesifik. Walaupun berbagai pola yang berhubungan
dengan sistem tersebut seperti perangkat hukum dan struktur perusahaan
masih mengacu kepada pola Belanda, namun penerapan GCG di
Indonesia berbeda secara signifikan dengan negara-negara kontinental
Eropa lainnya (Husnan 2001). Dari sudut legal-formal, Tabalujan (2002)
berpendapat bahwa Indonesia sudah mempunyai perangkat hukum dan
lembaga pendukungnya yang cukup, bahkan sudah melebihi jumlah yang
seharusnya dibutuhkan. Menurut ahli ini, yang dibutuhkan Indonesia saat
ini adalah perubahan yang mendasar terhadap budaya hukum (legal
culture), sehingga masyarakat dapat menjadi lebih taat hukum serta taat
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
asas. Kondisi ini dibutuhkan agar perangkat hukum dan institusi
pendukungnya dapat berfungsi sesuai dengan tujuan semula yang telah
ditetapkan.
Secara umum, berikut adalah beberapa karakteristik utama
corporate governance system yang ditemukan di Indonesia (Lukviarman
2001):
1. Kepemilikan perusahaan terkonsentrasi pada individu atau keluarga,
sehingga pihak ini mempunyai pengaruh kuat untuk menentukan
arah perusahaan. Akibatnya problem keagenan (the agency problem)
lebih terarah pada benturan kepentingan antara pemilik mayoritas ini
dengan pemilik minoritas. Secara umum pemilik saham minoritas selalu
berada pada posisi yang lemah.
2. Kepemilikan saham dengan penguasaan mayoritas oleh keluarga,
diikuti dengan ikut campurnya anggota keluarga atau orang dekat
kepercayaannya untuk menduduki posisi direksi dan/atau
komisaris di dalam suatu perusahaan. Akibatnya posisi komisaris,
yang seharusnya menjadi pengawas manajemen, menjadi tidak kapabel
serta tidak independen di dalam menjalankan tugasnya.
3. Kepemilikan saham keluarga juga diikuti dengan berkembangnya
kelompok bisnis keluarga berpola konglomerat (conglomeration)
dengan bidang usaha yang sangat ter-diversifikasi. Berbagai perusahaan
yang menjadi anggota kelompok bisnis tersebut dikuasai melalui
―penguasaan bertingkat dengan pola piramida‖ (pyramidal ownership
structure).
4. Perusahaan publik di Indonesia pada umumnya mempunyai tingkat
hutang yang sangat besar dan sebagian besar dalam bentuk mata uang
asing yang tidak dilindung-nilaikan (un-hedge), sehingga sangat rentan
terhadap perubahan kondisi perekonomian. Pada beberapa kasus, dana
pinjaman yang diperoleh dialokasikan pada kegiatan investasi lainnya
yang tidak produktif, sehingga menurunkan nilai perusahaan.
5. Pasar modal relatif kecil dan tidak ―likuid‖ sehingga tidak mampu
secara efektif berperan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
sebagai mekanisme kontrol eksternal dalam upaya penerapan prinsip
corporate governance. Untuk mengatasinya, kelompok bisnis
(konglomerat) menjadikan organisasi ini sebagai internal capital
market dalam memfasilitasi pemindahan dana dari berbagai perusahaan
dalam kelompok bisnis mereka.
6. Kombinasi antara relatif kecilnya pasar modal Indonesia dengan
sedikitnya proporsi kepemilikan perusahaan (dalam bentuk) saham yang
dijual kepada publik, membuat pemilik mayoritas berada pada posisi
yang sangat kuat.
7. Lemahnya penegakan hukum dan lembaga pendukungnya di dalam
menjaga berjalannya sistem secara benar, sesuai dengan fungsi
yang telah ditetapkan. Kondisi ini semakin memperlemah pemilik
minoritas namun, sebaliknya, akan memperkuat posisi pemilik saham
mayoritas untuk mengeksploitasi sumber daya perusahaan untuk
kepentingannya, namun merugikan kepentingan pihak lainnya
(terutama pemegang saham minoritas).
8. Belum terdapat upaya perbaikan menyeluruh yang mencakup
pembenahan seluruh komponen system corporate governance guna
mendukung terlaksananya penerapan mekanisme kontrol untuk
menjamin berjalannya sistem ini secara seimbang dan
berkesinambungan
2.1.2 Mekanisme Corporate Governance
Cadbury (1999) mengemukakan bahwa mekanisme
corporate governance merupakan sebuah kerangka kerja corporate
governance yang menggambarkan tentang hubungan interplay antara
internal incentives (hubungan antara pemain kunci di dalam
perusahaan) dan external forces (khususnya kebijakan, legal, regulasi,
dan pasar) yang mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan.
Mekanisme corporate governance terdiri dari mekanisme eksternal dan
internal.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
Mekanisme Internal
Menurut Iskandar dan Chamlao (2000) dalam Lastanti (2004),
mekanisme internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan
dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat
umum pemegang saham, komposisi dewan direksi, komposisi
dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director.
Mekanisme Internal menjelaskan tentang hubungan antara para
pemain kunci di dalam perusahaan. Dalam arti sempit, corporate
governance dapat dilihat sebagai serangkaian rancangan internal
perusahaan yang menjelaskan tentang hubungan antara para
manajer dan pemegang saham. Pemegang saham bisa berasal dari
pihak swasta maupun pemerintah, dan juga bisa terkonsentrasi
atau tersebar. Pusat dari sistem ini adalah board of directors yang
bertanggung jawab dalam memastikan kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang dan mengawasi kinerja
manajemen.
Mekanisme internal corporate governance merupakan
suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara
pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang melakukan
kontrol/pengawasan terhadap keputusan di dalam suatu
perusahaan. Mekanisme corporate governance diarahkan untuk
menjamin dan mengawasi berjalannya sistem governance dalam
sebuah organisasi (Walsd dan Seward, 1990 dalam Arifin, 2005).
Masalah-masalah terkait corporate governance yang harus
diatasi oleh perusahaan berbeda-beda tergantung dari struktur
kepemilikan di sektor korporat. Perusahaan terbuka yang struktur
kepemilikan sahamnya tersebar memiliki tantangan tersendiri.
Pemegang saham dari luar perusahaan harus cermat dalam
mengontrol kinerja manajer. Karena dalam hal ini manajer
berperan lebih dominan, maka kunci dari mekanisme corporate
governance adalah peraturan dalam memilih dewan direksi dan
komisaris yang harus cukup independen untuk memastikan agar
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
mereka dapat mengawasi kinerja manajemen dengan obyektif.
Untuk perusahaan terbuka namun struktur kepemilikan
sahamnya didominasi oleh satu atau lebih pihak dan memiliki
pemegang saham minoritas dari luar perusahaan, manajemen
dapat bertindak sesuai kehendak pemegang saham mayoritas
yang dinilai memiliki wewenang lebih besar. Masalah utama
yang harus dipikirkan dalam hal ini adalah bagaimana
pemegang saham dari luar perusahaan dapat mencegah
pemegang saham mayoritas mengambil kelebihan keuntungan
untuk kepentingan tertentu atau melanggar hak-hak pemegang
saham minoritas.
Selanjutnya untuk perusahaan terbuka yang struktur
kepemilikan sahamnya didominasi oleh satu atau lebih
pemegang saham, diperlukan mekanisme yang terdiri dari hak-hak
voting, memperbolehkan perwakilan dari pihak luar perusahaan
untuk bergabung dalam dewan direksi atau komisaris, dan
pengambilalihan aturan terkait pembatasan ‖control premium‖ yang
dapat diperoleh orang dalam.
Mekanisme Eksternal
Mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan
selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti
pengendalian perusahaan dan mekanisme pasar (Iskandar &
Chamlao, 2000 dalam Lastanti, 2004). Mekanisme internal yang
sudah disebutkan di atas juga diperkuat oleh hukum, aturan, dan
institusi eksternal yang mengatur perilaku orang dalam perusahaan
baik itu manajemen ataupun pemegang saham. Kebijakan dan
institusi tersebut dapat meminimalisir agency problem yang
memakan biaya melalui perbaikan dalam transparansi, pengawasan
baik dari pihak regulator di luar maupun dalam perusahaan, dan
mekanisme kepatuhan terhadap regulasi tersebut. Selain itu,
dibutuhkan pula kerangka kerja legal untuk kebijakan terkait
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
persaingan usaha, hak-hak pemegang saham, sistem akuntansi,
audit, keuangan, kebangkrutan, serta pasar untuk kontrol
perusahaan.
Menurut Boediono (2005), mekanisme eksternal corporate
governance mampu mengendalikan dan mengarahkan kegiatan
operasional perusahaan serta hubungan pihak-pihak dari luar
perusahaan yang terlibat, sehingga dapat digunakan untuk menekan
terjadinya masalah keagenan.
Sistem perbankan yang baik juga mempengaruhi praktik
corporate governance diperusahaan. Persaingan dalam mengajukan
kredit juga dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena bank
tentunya akan meminta informasi yang tepat dan akurat serta
kepatuhan perusahaan terhadap kontrak. Dalam memperbaiki
praktik corporate governance agar menjadi lebih efektif, sistem
perbankan juga membutuhkan penerapan GCG di dalamnya. Hal
ini sangat penting di berbagai Negara berkembang karena bank
menyediakan sebagian besar pembiayaan perusahaan.
Kinerja perusahaan juga diawasi dan dipacu oleh
reputational agents dan activist shareholders yang terdiri dari
jasa professional akuntansi dan audit, pengacara, banker investasi,
analis, agen pemeringkatan kredit, aktivis konsumen, ahli
lingkungan, dan media. Reputational agents ini dapat mendorong
perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang akurat dan
relevan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
mengontrol perilaku perusahaan. Mereka juga mampu memberi
tekanan terhadap pemerintah melalui pengaruh mereka dalam opini
publik. Para investor dan activist shareholders bekerja secara aktif
dalam memastikan bahwa manajemen dan dewan bekerja sesuai
dengan kehendak pemegang saham.
Menurut Brigham dan Erhardt (2005), pembentukan
mekanisme untuk interaksi dan kerjasama di antara pihak-pihak
yang mempengaruhi jalannya perusahaan baik internal maupun
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
eksternal, adalah salah satu dasar untuk penerapan GCG.
Reformasi corporate governance yang efektif adalah yang berfokus
pada hal- hal fundamental dan menyelaraskan mekanisme eksternal dan
internal agar berjalan seiringan demi mencapai tujuan perusahaan
dan mengoptimalkan kepuasan pemegang saham. Reformasi tersebut
terdiri dari berbagai elemen antara lain: (Cadbury, 1999)
Menciptakan pasar yang kompetitif dengan menghapus barriers
to entry, menetapkan hukum terkait kompetisi, menciptakan
perdagangan yang adil, dan menghilangkan berbagai larangan
terkait foreign direct investment yang dapat menghambat investor
asing dalam menanamkan dananya di perusahaan.
Transparansi yang lebih baik dapat dicapai dengan pengungkapan
informasi- informasi yang material tentang keuangan dan non-
keuangan perusahaan.
Melaksanakan disiplin keuangan dengan restrukturisasi perbankan,
memperbolehkan kepemilikan swasta, memperkuat regulasi
dan pengawasannya, memperbaiki pelaksanaan kontrak dengan
pemasok dan kreditur.
Mendorong pertumbuhan pasar surat berharga yang likuid dan
well-regulated dengan mengembangkan infrastruktur yang
dibutuhkan dalam pasar modal yang efisien, melindungi hak-hak
pemegang saham minoritas, memperbesar volume ekuitas melalui
privatisasi perusahaan keuangan dan sektor riil, mereformasi
system keamanan, dan memperbolehkan perusahaan swasta
mengelola dana pensiun sesuai regulasi yang ada.
Menguatkan dan memperbaharui system legal, hukum, dan
pajak untuk pelaksanaan yang lebih efektif.
Memperluas kapasitas di beberapa area major seperti akuntan,
regulator, bankir, dan direksi perusahaan dengan meningkatkan
kapabilitas yang ada dan menyiapkan para ahli yang potensial untuk
generasi selanjutnya.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
2.1.3 Peran dari GCG
GCG merupakan sebuah langkah penting dalam membangun
keyakinan pasar dan mendorong investasi internasional jangka panjang.
Secara umum, menurut Cadbury (1999), berikut adalah beberapa
alasan mengapa corporate governance merupakan aspek yang sangat
penting dalam perekonomian:
1) Konflik kepentingan (Conflict of Interests)
Perkembangan signifikan dalam konsep corporate
governance pada tahapan generasi pertama ini ditandai dengan
kemunculan Jensen dan Meckling (1976). Kedua ahli ini terkenal
dengan teori keagenan (Agency Theory) yang menandai
perkembangan konsep corporate governance.
Agency theory mengasumsikan bahwa manajer akan
bertindak secara oportunistik dengan mengambil keuntungan
pribadi sebelum memenuhi kepentingan pemegang saham.
Teori agensi ini timbul karena adanya perkembangan ilmu
manajemen modern yang menggeser teori klasik, yaitu adanya
aturan yang memisahkan pemilik perusahaan (principal) dengan
para pengelola perusahaan (agent). Ketika perusahaan berkembang
menjadi besar, apalagi pemegang saham semakin tersebar, semakin
banyak agency cost yang terjadi dan pemilik semakin tidak dapat
melakukan kontrol yang efektif terhadap manajer yang mengelola
perusahaan.
Berle dan Means (1932) berpendapat bahwa, dalam
teori agensi, saham dimiliki sepenuhnya oleh pemegang saham dan
manajer diminta untuk memaksimalkan tingkat pengembalian
pemegang saham. Oleh karena itu kontrak yang baik antara
investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan
apa saja yang harus dilakukan manajer dalam melakukan
pengelolaan dana yang diinvestasikan dan pembagian return
antara manajer dan investor.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
Menurut Jensen dan Meckling (1976) potensi konflik
kepentingan bisa terjadi di antara pihak-pihak yang
berhubungan seperti antara pemegang saham dengan manajer
perusahaan (agency costs of equity) atau antara pemegang
saham dengan kreditur (agency costs of debt). Menurut mereka
agency cost itu meliputi tiga hal, yaitu monitoring costs, bonding
costs dan residual loss. Monitoring costs merupakan pengeluaran
yang dibayar oleh prinsipal untuk mengukur, mengamati dan
mengontrol perilaku agen agar tidak menyimpang. Biaya ini
timbul karena adanya ketidak seimbangan informasi antara
principal dan agen. Dalam situasi tertentu, agen memungkinkan
untuk membelanjakan sumber daya perusahaan (bonding costs)
untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang
dapat merugikan principal atau untuk meyakinkan bahwa principal
akan memberikan kompensasi jika dia benar-benar melakukan
tindakan tersebut. Akan tetapi masih bisa terjadi perbedaan antara
keputusan-keputusan agen dengan keputusan-keputusan yang dapat
memaksimalkan kesejahteraan agen. Nilai uang yang ekuivalen
dengan pengurangan kesejahteraan yang dialami prinsipal disebut
dengan residual loss.
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate
governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka
akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan. Corporate governance berkaitan dengan
bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan
mencuri atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang
tidak menguntungkan yang berkaitan dengan dana yang telah
ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para
investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
2) Terjadinya berbagai skandal dan krisis di berbagai belahan dunia.
Berbagai isu yang berhubungan dengan corporate governance
menjadi populer di Indonesia di penghujung abad ke-20, tepatnya
setelah terjadinya krisis ekonomi dalam bulan Juni 1997. Isu
semacam itu menguat kembali setelah runtuhnya beberapa raksasa
bisnis dunia seperti Enron and WorldCom di Amerika Serikat dan
tragedi jatuhnya HIH dan One-tel di Australia pada permulaan
abad ke-21. Isu corporate governance semakin gempar setelah
berbagai lembaga keuangan multilateral, seperti World Bank
dan ADB mengungkap bahwa penyebab krisis keuangan yang
melanda berbagai negara, terutama di Asia, tak lain adalah buruknya
pelaksanaan corporate governance. Dalam hal ini, Indonesia
merupakan negara yang paling menderita serta paling lambat
bangkit dari dampak tersebut (ADB 2000).
3) Globalisasi yang mendorong peningkatan kesempatan investasi
lintas batas (cross-border investment) dan perbaikan praktik
corporate governance.Terlepas dari keberagaman sistem corporate
governance, globalisasi menciptakan tingkat konvergensi dalam
praktik corporate governance. Negara-negara dan perusahaan-
perusahaan bersaing dalam harga dan kualitas barang dan jasa
yang berdampak pada konvergensi struktur biaya dan organ
perusahaan yang direfleksikan dalam pengambilan keputusan dan
perilaku perusahaan. Mereka bersaing untuk sumber daya
keuangan di pasar modal global. Pemerintah menuntut
perusahaan untuk beroperasi dengan adil, transparan, dan
bertanggung jawab. Sejumlah badan pemerintah dan swasta
merespon hal tersebut dengan menyusun standar dan norma
terkait dengan aspek-aspek penting dalam corporate governance.
2.1.4 Asas dan Prinsip GCG
Menurut OECD (2004) terdapat Asas GCG yang menjadi
indicator dalam pelaksanaan GCG adalah :
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
1. Transparency/Disclosure (Transparansi/Keterbukaan)
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan
tepat pada waktunya serta transparansi atas hal penting bagi
kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan.
Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang - undangan, tetapi juga hal yang penting
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur
dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem
pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara
komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi
monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk
meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya. Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan
harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
3. Responsibility (Responsibilitas)
Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab
pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta
pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang
saham. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya
wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial,
menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi
profesional dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang sehat.
4. Independency (Independensi)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diinter-
vensi oleh pihak lain. Independen diperlukan untuk menghindari
adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh
para pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut
adanya rentang kekuasaan antara komposisi komisaris, komite
dalam komisaris, dan pihak luar seperti auditor. Keputusan yang
dibuat dan proses yang terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi
oleh kekuatan pihak-pihak tertentu. Prinsip-prinsip transparansi,
keadilan, akuntabilitas, responsibilitas dan independen GCG dalam
mengurus perusahaan, sebaiknya diimbangi dengan good faith
(bertindak atas itikad baik) dan kode etik perusahaan serta
pedoman GCG, agar visi dan misi perusahaan yang berwawasan
internasional dapat terwujud.
5. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang
adil bagi seluruh pemegang saham, terutama kepada pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan
kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
Sedangkan beberapa prinsip GCG yang berasal dari OECD
Principles (2004) yaitu:
1. Ensuring the Basis for an Effective Corporate Governance
Framework
Kerangka Corporate Governance harus mempromosikan pasar
yang transparan dan efisien, konsisten dengan aturan hukum
dan jelas mengartikulasikan pembagian tanggung jawab antara
kewenangan pengawas, pembuat peraturan dan penegak hukum
yang berbeda.
2. The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions
Kerangka Corporate Governance harus melindungi dan
memfasilitasi pelaksanaan hak-hak pemegang saham.
3. The Equitable Treatment of Shareholders
Kerangka corporate governance harus menjamin perlakuan yang
adil dari semua pemegang saham, termasuk pemegang saham
minoritas dan asing. Semua pemegang saham harus memiliki
kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi atas pelanggaran yang
efektif hak-hak mereka.
4. The Role of Stakeholders in Corporate Governance
Kerangka corporate governance harus mengenal hak-hak
stakeholder yang ditetapkan oleh hukum atau melalui
perjanjian bersama dan mendorong kerjasama aktif antara
perusahaan dan stakeholder dalam menciptakan kekayaan,
pekerjaan, dan keberlanjutan perusahaan secara finansial.
5. Disclosure and Transparency
Kerangka corporate governance harus memastikan bahwa
pengungkapan dilaksanakan secara tepat waktu dan akurat,
seperti situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola
perusahaan.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
6. The Responsibilities of the Board
Kerangka corporate governance harus memastikan strategis
pedoman perusahaan, pemantauan yang efektif dari manajemen
oleh dewan, dan akuntabilitas dewan kepada perusahaan dan
pemegang saham.
Menurut Surat Edaran No. 9/12/DPNP pada tahun 2007 mengenai
pedoman GCG bagi bank umum yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia.Pemerintah RI dalam hal ini Bank Indonesia telah mengeluarkan
berbagai keputusan yang mewajibkan semua bank umum yang ada untuk
menerapkan prinsip-prinsip GCG. Pelaksanaan GCG pada industri
perbankan harus senantiasa berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar
sebagai berikut:
1. transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam
mengemukakan informasi yang material dan relevan serta
keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan.
2. akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan
pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank sehingga
pengelolaannya berjalan secara efektif.
3. pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian
pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip pengelolaan Bank yang sehat.
4. independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank secara
profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun
5. kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.5 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI,
2001) ada beberapa manfaat yang diperoleh jika perusahaan menerapkan
Good Corporate Governance, antara lain :
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholder.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya
akan meningkatkan Corporate Value.
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di
Indonesia.
d. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan dividen.
Menurut Maksum (2005), berbagai keuntungan yang
diperoleh dengan penerapan corporate governance dapat disebut antara
lain:
1) Dengan good corporate governance proses pengambilan
keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan
menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan
efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga
hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan mengalami
peningkatan. Berbagai penelitian telah membuktikan secara
empiris bahwa penerapan GCG akan mempengaruhi kinerja
perusahaan secara positif (Sakai dan Asaoka 2003; Jang Black
dan Kim 2003).
2) GCG akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-
kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan
wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan.
Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugian bagi
perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai
akibat tindakan tersebut
3) Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai
akibat dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi.
Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan
dapat memudahkan perusahaan mengakses tambahan dana
yang diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan,
terutama untuk tujuan ekspansi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh McKinsey &
Company (2002) membuktikan bahwa lebih dari 70%
investor institusional bersedia membayar lebih (mencapai
26-30% lebih mahal) saham perusahaan yang menerapkan
corporate governance dengan baik dibandingkan dengan
perusahaan yang penerapannya meragukan.
4) Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja
sebagaimana disebut pada poin 1, dengan sendirinya juga akan
menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai dividen yang
akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan
menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh
perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan penerimaan
negara dari sektor pajak
5) Karena dalam praktik GCG karyawan ditempatkan sebagai
salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik
oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan
juga diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini dalam
tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan
produktivitas dan rasa memiliki ( sense of belonging)
terhadap perusahaan.
6) Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat
kepercayaan para stakeholders kepada perusahaan akan
meningkat sehingga citra positif perusahaan akan naik. Hal
ini tentu saja akan dapat menekan biaya (cost) yang timbul
sebagai akibat tuntutan para stakeholders kepada
perusahaan.
7) Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan.
Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa
terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk
mematuhi berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang
berlaku dan penyajian informasi secara transparan
International Finance Corporation (2004) mengutarakan
beberapa manfaat dari corporate governance yang terangkum dalam
gambar berikut:
Dari manfaat di atas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan
yang menerapkan GCG akan selalu melindungi kepentingan pemegang
saham dan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan perusahaan dan
selalu melaksanakan kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien untuk
meningkatkan perekonomian perusahaan dan pada akhirnya akan
meningkatkan kepercayaan publik kepada perusahaan tersebut.
2.2 Pengertian Bank dan Karakteristik Bank
2.2.1 Definisi Bank
Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu:
1. Menurut UU No 10 tahun 1998 (revisi UU No 7 tahun 1992), bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Berdasarkan SK Mentri Keuangan RI No 792 tahun 1990, bank adalah
suatu badan yang kegiatannya dibidang keuangan melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bank
adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun
dana dari pihak ketiga yang berupa giro, deposito tabungan, dan simpanan
lain-lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian menyalurkannya
kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
2.2.2 Jenis-Jenis Bank
Ada berbagai jenis bank di Indonesia. Jenis-jenis bank itu dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu (Kasmir, 2004):
1. Berdasarkan Jenis Bank di Indonesia
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa lalulintas pembayaran. Bank umum melaksanakan
seluruh fungsi perbankan yaitu menghimpun dana, menempatkan dana,
dan memperlancar lalu lintas pembayaran. Pada praktiknya, kegiatan
usahanya juga ada yang murni berbasis bunga, murni berbasis syariah,
dan kombinasi antara konvensional dengan syariah.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secarakonvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank ini
seperti bank umum, namun wilayah operasinua sangat terbatas diwilayah
tertentu misalnya di wilayah kabupaten saja.
2. Berdasarkan Kepemilikannya:
a. Bank milik Negara
Bank milik pemerintah pusat adalah bank-bank komersial, bank
tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya
berada di tangan pemerintah pusat.
b. Bank milik swasta nasional
Bank swasta nasional adalah bank yang dimiliki oleh warga Negara
Indonesia.
c. Bank milik asing
Bank milik asing adalah bank yang mayoritas kepemilikannya dimiliki
oleh pihak asing.
d. Bank swasta campuran
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
Bank milik campuran adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan swasta nasional.
3. Berdasarkan statusnya:
a. Bank devisa
b. Bank devisa adalah bank yang mendapatkan ijin dari Bank Indonesia
untuk menjual, membeli, dan menyimpan devisa serta
menyelenggarakan lalu lintas pembayaan dengan luar neger Bank non
devisa Bank yang tidak mendapatkan ijin dari bank Indonesia untuk
membeli, menjual, dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu
lintas pembayaran dengan luar negeri.
4. Berdasarkankegiatanoperasionalnya:
a. Bank konvensional
Bank konvensional adalah bank yang menggunakan sistem bunga
sebagai sumber pendapatan dan biaya bank.
b. Bank syariah
Bank syariah adalah bank yang menggunakan sistem bagi hasil antara
kreditur, debitur, dan bank yang bersangkutan dalam perhitungan biaya
dan pendapatan. Keuntungan maupunkerugian suatu usaha akan dibagi
secara adil sesuai kontribusi dan kesepakatan bersama.
2.2.3 Kegiatan Bank
Kegiatan-kegiatan operasional bank antara lain:
1. Menghimpun dana dari masyarakat
Kegiatan menghimpun dana dapat dilakukan dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat
Merupakan kegiatan menyalurkan dana yang dihimpun dari
masyarakat ke masyarakat yang membutuhkan. Penyaluran dana yang
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
dilakukan oleh bank dilakukan melalui pemberian pinjaman yang
sering disebut dengan nama kredit.
3. Melakukan jasa perbankan lainnya
Jasa perbankan lainnya merupakan kegiatan yang menunjang aktivitas
perbankan dan mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana. Jasa perbankan ini dapat memberikan keuntungan
bagi setiap banknya. Contohnya penyediaan jasa letter of credit (LC).
2.2.4 Resiko Usaha Perbankan
Resiko usaha perbakan adalah merupakan ketidakpastian mengenai
pendapatan yang akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah
keuntungan yang akan diperoleh bank. Semakin tinggi ketidakpastian
pendapatan yang diterima oleh bank, semakin besar resiko yang mungkin
akan dihadapi dan semakin tinggi pula premi resiko atau bunga yang
diinginkan.
Menurut siamat (2001) terdapat beberapa resiko yang dihadapi oleh
perbankan antara lain sebagai berikut :
1. Resiko kredit
Resiko kredit merupakan suatu resiko akibat kegagalan atau ketidak
mampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima
dari bank beserta bungnya sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan.
2. Resiko dalam penanaman sekuritas
Resiko investasi berkaitan dengan kemungkinan kerugian akibat
menurunnya nilai portofolio surat-surat berharga, misalnya obligasi serta
surat-surat berharga yang dimiliki oleh bank. Penyusunan nilai surat-surat
berharga tersebut berlawanan dengan tingkat suku bunga umum. Bila
tingkat suku bunga menurun maka harga obligasi serta surat-surat berharga
mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya apabila tingkat suku bunga
umum naik maka harga dari obligasi serta surat-surat berharga mengalami
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
penurunan, penurunan ini berarti akan berdampak pada penurunan nilai
obligasi dan surat-surat berharga tersebut
3. Resiko likuiditas
Resiko likuiditas adalah resiko yang akan dihadapi oleh bank untuk
mrmrnuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan
kredit dan semua penarikan oleh penabung sewaktu-waktu. Masalah yang
timbul dari resiko ini adalah bank tidak dapat mengetahui dengan pasti
kapan dan berapa dana yang akan dibutuhkan dan ditarik oleh nasabah.
Oleh karena itu memperkirakan likuiditas merupakan masalah yang
kompleks
4. Resiko operasional
Resiko operasional merupakan ketidak pastian yang berasal dari kegiatan
usaha operasional bank tersebut. Resiko operasional bank antara lain dapat
berasal dari :
a. Kemungkinan kerugian dari operasi bank bila terjadi penurunan
keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank
tersebut.
b. Kemungkinan terjadinya kegagalan atas produk serta jasa yang
ditawarkan oleh bank.
5. Resiko penyelewengan
Resiko penyelewengan atau penggelapan adalah resiko yang barkaitan
dengan kerugian-kerugian yang muncul akibat ketidak jujuran, penipuan,
moral atau prilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan dan nasabah
bank. Untuk menghindari kecurangan-kecurangan tersebut bank-bank saat
ini telah mengembankan system GCG untuk mencegah penyelewengan
yang dilakukan oleh pihak internal dan eksternal.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
36 Universitas Indonesia
2.3 GCG dalam perbankan
2.3.1 Perkembangan GCG dalam perbankan
Penerapan good corporate governance juga menjadi permasalahan yang
penting dalam dunia perbankan. Semenjak krisis keuangan yang melanda
Indonesia tahun 1997 telah menghancurkan berbagai sendi perekonomian salah
satunya perbankan yang mengakibatkan krisis perbankan terparah dalam sejarah
perbankan nasional yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional.
Dalam seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan
beberapa penyebab menurunnya kinerja perbankan, antara lain
1. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan, yang menyebabkan
bank harus menyediakan cadangan penghapusan hutang yang cukup besar
sehingga mengakibatkan kemampuan bank memberikan kredit menjadi
terbatas
2. Dampak likuiditas bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga
memicu penarikan dana yang secara besar-besaran
3. Semakin turunnya permodalan bank-bank
4. Banyak bank yang tidak mampu melunasi kewajibannya karena menurunnya
nilai tukar rupiah
5. Manajemen bank yang tidak professional
Melihat kondisi bermasalah tersebut, pemerintah menjalankan kebijakan
reformasi perbankan pada Maret 1999 dengan melakukan penutupan bank,
pengambil alihan 7 bank, rekapitulasi 9 bank, dan menginstruksikan 73 bank
untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada
tahun 2001 jumlah bank yang tersisa sebanyak 151 bank. Selain melaksanakan
kebijakan reformasi perbankan, pada tahun 2004 pemerintah melalui Bank
Indonesia (BI) melakukan pembenahan fundamental terhadap perbankan nasional
yaitu dengan dikeluarkannya API (Arsitektur Perbankan Indonesia).
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
37
Universitas Indonesia
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar
sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arahan,
bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh
tahun ke depan. Di dalamnya terdapat enam pilar utama yang merupakan sasaran
yang ingin dicapai, salah satunya adalah menciptakan corporate governance
untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional. Tidak hanya berhenti
sampai disitu, untuk menunjukan keseriusannya terhadap isu CG, pada tanggal 30
Januari 2006 Bank Indonesia (BI) mengeluarkan paket kebijakan perbankan yang
lebih dikenal dengan istilah Pakjan 2006, yang isinya mengenai peraturan baru
tentang pelaksanaan good corporate governance, bagi bank umum berupa
Peraturan Perbankan Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 yang kemudian
diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006.
Penerapan good corporate governance ini dinilai dapat memperbaiki citra
perbankan yang sempat buruk, melindungi kepentingan stakeholders serta
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan etika-etika umum pada industri perbankan dalam rangka mencitrakan sistem
perbankan yang sehat. Selain itu penerapan good corporate governance di dalam
perbankan diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja perbankan, dikarenakan
penerapan corporate governance ini dapat meningkatkan kinerja keuangan,
mengurangi resiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan
diri sendiri.
2.3.2 Peranan GCG Terhadap Kinerja Perbankan
Menurut Niu (2006) dalam Praptiningsih (2009), mekanisme corporate
governance yang lebih kuat akan mengurangi perilaku oportunistik manajemen
sehingga meningkatkan kualitas dan keandalan pelaporan keuangan. Dalam
penelitian lain, (Eldomiaty & Choi, 2003) menegaskan bahwa lembaga perbankan
sebenarnya telah memiliki kontribusi positif untuk kinerja perusahaan yang
menunjukan tata kelola perusahaan yang baik dapat memecahkan masalah agency
khususnya perusahaan perbankan.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
38
Universitas Indonesia
Menurut Caprio, et al. (2003) mekanisme tata kelola perusahaan akan
mampu mengurangi perampasan sumber daya bank dan mempromosikan efisiensi
bank. Ini adalah salah satu fakta mengenai pentingnya tata kelola perusahaan
perbankan.
Menurut irmala sari (2010) terdapat beberapa pengaruh GCG dalam
kinerja perbankan dilihat dari pemantauan pengendali perusahaan, pengendalian
internal, pemantauan regulator, serta pengungkapan.
2.3.3 Peranan Mekanisme Pengawasan Kepemilikan Terhadap Kinerja
Perbankan
a. Pemantauan Kepemilikan Pemegang Saham Pengendali
Konsentrasi kepemilikan pada segelintir pemegang saham (pemegang
saham pengendali) membuat pelaksanaan monitoring terhadap pihak manajemen
menjadi lebih mudah. Dengan terkonsentrasinya kepemilikan, pemegang saham
mempunyai kemampuan untuk memainkan peranan dalam pengawasan
manajemen, karena mereka mendapatkan kekuasaan melalui voting right. Adanya
monitoring yang cukup tingi membuat manajer mempunyai derajat disretion yang
rendah dalam mengambil keputusan-keputusan untuk menguntungkan dirinya.
Hal ini akan mengurangi konflik keagenan dan dapat menyelaraskan kepentingan
manajemen dan kepentingan pemegang saham, sehingga dapat meningkatkan
kinerja perusahaan (Belkhir, 2005).
b. Pemantauan Kepemilikan Pemerintah
Penelitian mengenai peran kepemilikan pemerintah dalam kinerja bank
dilakukan oleh Barth, Caprio Jr dan Levine (2002) dengan menggunakan data dari
60 negara. Studi tersebut menggunakan pengukuran alternatif kepemilikan bank,
serta menguji hubungan antara kepemilikan pemerintah dan perkembangan
keuangan. Hasil studi mereka memperlihatkan bahwa kepemilikan pemerintah
memperlambat perkembangan yang terjadi di sektor keuangan. Dapat disimpulkan
pula bahwa kepemilikan bank oleh lembaga non keuangan tidak memiliki
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
39
Universitas Indonesia
hubungan dengan kinerja bank tersebut. Selanjutnya kepemilikan bank yang
semakin besar oleh pemerintah cenderung mengalami perkembangan kinerja yang
melambat. Meskipun demikian peran kepemilikan pemerintah sangat dibutuhkan
dalam hal pengendalian. Pengendalian pemerintah dapat digunakan untuk
memecahkan masalah konflik antara dewan manajemen dan para pemegang
saham (Bai, Liu, Lu, Song, dan Zhang, 2003)
2.3.4 Peranan Mekanisme Pengawasan Pengendalian Internal Terhadap
Kinerja Perbankan
a. Peranan Ukuran Dewan Direksi Terhadap Kinerja Perbankan
Dewan direksi bertugas menentukan kebijakan yang akan diambil atau
strategi jangka panjang maupun jangka pendek. Penelitian mengenai pengaruh
ukuran dan komposisi dewan direksi dalam perusahaan telah banyak dilakukan.
Beberapa diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Pfefer (1973) dan Pearce &
Zahra (1992) dalam Faisal (2005) bahwa peningkatan ukuran dan diversitas dari
dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya
network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya.
Hal ini didukung opleh pendapat Alexander, Fernell, Halporn (1993) dan
Goodstein, Gautarn, Boeker (1994) dalam Wardhani (2006) yang menyatakan
jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang
resource dependence yaitu bahwa perusahaan tergantung dengan dewannya
untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik
b. Peranan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perbankan
Dewan komisaris adalah salah satu mekanisme yang digunakan untuk
memonitor manajer. Ukuran dewan komisaris dapat mempengaruhi efektif
tidaknya aktivitas pengawasan. Prefer (dalam Faisal, 2005) mengungkapkan
bahwa peningkatan ukuran dewan komisaris akan memberikan manfaat bagi
perusahaan karena terciptanya network dengan pihak luar perusahaan dan
menjamin ketersediaan sumber daya
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
40
Universitas Indonesia
Dewan komisaris yang ukurannya besar kurang efektif daripada dewan
komisaris yang ukurannya kecil. Jensen & Eisenberg et.al (dalam Faisal, 2005)
menyatakan jumlah dewan komisaris yang kecil akan meningkatkan kinerja
perusahaan. Dari hasil pengujian teori diatas, maka ukuran dewan komisaris
berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan
c. Peranan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Perbankan
Proporsi dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau komisaris
independen juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.
Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance (Fama dan
Jensen, 1983).
Barnhart & Rosenstein (1998) dalam Lastanti (2004) melakukan penelitian
mengenai ―Board Composition, Managerial Ownership and Firm Performance‖,
yang membuktikan bahwa semakin tinggi perwakilan dari outsider director
(komisaris independen), maka semakin tinggi independensi dan efektivitas
corporate board sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hubungan antara
komisaris independen dan kinerja perbankan juga didukung oleh perspektif bahwa
dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat memberikan fungsi
pengawasan terhadap perusahaan secara objektif dan independen, menjamin
pengelolaan yang bersih dan sehatnya operasi perusahaan sehingga dapat
mendukung kinerja perusahaan (Jones,1979 dalam Lastanti, 2004). Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Yermack, 1996; Daily& Dalton, 1993; Strearn &
Mizruchi, 1993 juga menyatakan bahwa tingginya proporsi dewan luar
berhubungan positif dengan kinerja perusahaan ( dalam Wardhani, 2006).
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
41
Universitas Indonesia
2.3.5 Peranan Mekanisme Pengawasan Regulator Terhadap Kinerja
Perbankan
Menurut (Brigham dan Erhardt, 2005), yang meninjau dari Komite Bassel
menyiratkan bahwa pemantauan peraturan (regulator) yang dikeluarkan oleh bank
sentral atau pemerintah juga mempengaruhi kinerja perbankan terutama dalam
profitabilitas, melalui persyaratan cadangan dan atau Rasio Kecukupan Modal
(Capital Adequacy Ratio/ CAR)
2.3.6 Peranan Mekanisme Pengawasan Pengungkapan Terhadap Kinerja
Perbankan
a. Pengungkapan Oleh Eksternal Auditor
Untuk menjaga kredibilitas dan kepercayaan para stakeholders dibutuhkan
pengungkapan informasi keuangan yang transparan serta penilaian kesehatan
perbankan. Transparansi keuangan menjadi mekanisme yang lebih penting
khususnya setelah krisis ekonomi dan moneter, karena dapat menetapkan jaminan
yang kredibel dari aktivitas perbankan (Zulkafli & Samad, 2007).
Menurut Prinsip-prinsip OECD dan penelitian (Niinimaki, 2001), auditor
eksternal memainkan peran penting sebagai pengawas bank untuk memastikan
pengendalian laporan keuangan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.
Dalam penelitian ini yang merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli &
Samad (2007) dalam Praptiningsih (2009), auditor eksternal yang dimaksud
auditor eksternal berstandarisasi internasional Big 4 diantaranya Pricewater
House Coopers, Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst & Young, dan KPMG.
b. Pengawasan oleh BAPEPAM
BAPEPAM sebagai regulator dalam pasar modal mempunyai peraturan
yang harus dipatuhi oleh perusahaan public, bahkan sebelum perusahaan
mengeluarkan saham perdananya. Dalam rangka Penawaran Umum, perusahaan
wajib menerbitkan prospektus dan mempublikasikan prospektus ringkas kepada
masyarakat. Hal-hal yang diungkapkan dalam prospektus dan prospektus ringkas
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
42
Universitas Indonesia
mencakup informasi mengenai kinerja keuangan, latar belakang pengurus, produk,
risiko dan berbagai informasi lain terkait perusahaan. Setelah Penawaran Umum,
perusahaan tetap wajib melakukan keterbukaan informasi baik yang sifatnya
berkala. Keterbukaan berkala mencakup Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan
Keuangan Tengah Tahunan, Laporan Tahunan, dan Laporan Realisasi
Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum (diatur dalam Peraturan Bapepam dan
LK No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan
Kepada Publik).
Salah satu ketentuan di Pasar Modal terkait dengan prinsip akuntabilitas
adalah ketentuan yang mewajibkan pernyataan manajemen mengenai tanggung
jawab atas laporan keuangan Selain melalui pernyataan tanggung jawab
manajemen atas laporan keuangan, prinsip akuntabilitas juga ditegakkan melalui
kewajiban pengungkapan tugas dan tanggung jawab organ-organ perusahaan
dalam laporan tahunan dan anggaran dasar perusahaan. Berdasarkan Peraturan
Bapepam dan LK No. X.K.6, laporan tahunan wajib mengungkapkan informasi
mengenai tanggung jawab direksi dan komisaris. Selanjutnya berdasarkan
Peraturan Bapepam dan LK No. IX.J.1, anggaran dasar Emiten dan Perusahaan
Publik wajib mengungkapkan tugas dan tanggung jawab dari Direksi dan Dewan
Komisaris secara jelas.
Agar perusahaan memiliki sistem kontrol internal yang mendukung
kepatuhan terhadap peraturan perundangan, peraturan Pasar Modal mewajibkan
adanya Komite Audit, Unit Audit Internal, Komisaris Independen, dan Sekretaris
Perusahaan. Peraturan Bapepam dan LK No. IX.I.5 tentang Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit menyatakan bahwa Emiten dan
Perusahan Publik wajib memiliki Komite Audit. Peraturan Bapepam dan LK No.
IX.I.7 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit
Internal mewajiban Emiten atau Perusahaan Publik untuk memiliki Unit Audit
Internal.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
43
Universitas Indonesia
Untuk mencegah terjadinya dominasi antar organ atau unit perusahaan
yang berlebihan, Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas
mengatur tugas dan fungsi masing-masing organ perusahaan. Selain itu, UU
tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.J.1
mewajibkan Perseroan untuk menyatakan secara jelas tugas dan tanggung jawab
Direksi dan Komisaris dalam anggaran dasar perusahaan.
c. Pengawasan terhadap pengungkapan GCG oleh BI
Bank Indonesia sebagai pengawas dalam kegiatan perbankan telah
mengeluarkan peraturan yang mewajibkan bagi perbankan untuk melakukan GCG
serta diungkapkan dalam laporan tahunan berupa laporan pernyataan GCG. Bank
wajib melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Yang dimaksud dengan seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi adalah seluruh pengurus dan karyawan bank
mulai dari dewan komisaris dan direksi sampai dengan pegawai tingkat
pelaksana.
Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance tersebut, diperlukan
keberadaan Komisaris Independen dan Pihak Independen. Keberadaan pihak-
pihak independen tersebut, diharapkan dapat menciptakan check and balance,
menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan
tugasnya serta melindungi kepentingan stakeholders khususnya pemilik dana dan
pemegang saham minoritas.
Dalam mengimplementasikan prinsip transparansi (transparency)
sebagaimana termaksud di atas, Bank diwajibkan untuk menyampaikan Laporan
Pelaksanaan GCG. Keberadaan laporan dimaksud, diperlukan untuk mengedukasi
serta meningkatkan check and balance stakeholders Bank
Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan Good
Corporate Governance, Bank diwajibkan secara berkala melakukan self
assessment secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan Good Corporate
Governance, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
44
Universitas Indonesia
pengimplementasiannya, Bank dapat segera menetapkan rencana tindak (action
plan) yang meliputi tindakan korektif (corrective action) yang diperlukan.
2.4. Pengukuran Mandiri/ Self Assessment
Pengukuran mandiri atau yang lebih dikenal dengan self assessment
dilakukan secara internal oleh perusahaan tanpa ―campur tangan‖ pihak luar
eksternal dari luar perusahaan. Pada umumnya, pertanyaan kuesioner yang harus
dijawab bersifat objektif dan tidak rumit serta mudah dalam pengerjaannya.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari proses self assessment ini dapat digunakan
sebagai materi untuk melakukan self evaluation bagi suatu perusahaan tentang
sejauh mana kinerja penerapan GCG sudah dapat terlaksana pada suatu periode
Metode self assessment mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari metode ini adalah sederhana; suatu perusahaan dapat dengan mudah menilai
sendiri bagaimana nilai pelaksanaan GCGnya dengan memberi angka kepada
setiap bidang kuesioner dan menjumlahkannya. Sedangkan kekurangannya adalah
assessment yang dilakukan mungkin tidak independen karena dikerjakan sendiri,
sehingga dapat menimbulkan kekhawatiran dengan keindepensian self assessment
tersebut, tetapi sesuai dengan peraturan BI bahwa hasil self assessment harus di
serahkan ke BI lalu BI akan memeriksa apakah self assessment yang dilakukan
oleh perusahaan telah mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Metode self assessment ini mempunyai manfaat yang besar sepanjang
assessment yang dilakukan secara jujur dan obyektif. Manfaat dari assessment ini
adalah membantu perusahaan untuk membantu perusahaan memahami kondisi
GCG nya, mengidentifikasi bidang-bidang CG yang masih lemah dan
memperbaiki bidang- bidang tersebut.
2.4.1. Self Assessment Melalui Peraturan BI
Penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG , paling kurang harus
di wujudkan dan difokuskan dalam 11 (sebelas) Faktor penilaian pelaksanaan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
45
Universitas Indonesia
GCG yang terdiri dari : Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris,
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, Kelengkapan dan pelaksanaan
tugas komite, Penanganan benturan kepentingan, Penerapan fungsi kepatuhan,
Penerapan fungsi audit intern, Penerapan fungsi audit ekstern, Penerapan
manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, Penyediaan dana kepada
pihak terkait (related party ) dan penyediaan dana besar (large exposures ),
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank, laporan
pelaksanaan GCG dan pelaporan internal, Rencana strategis bank.
Kertas kerja SelfAssessment GCG disusun per Faktor Penilaian
Pelaksanaan GCG. Format Kertas Kerja Self Assessment tersebut, terdiri dari
kolom: Tujuan, Kriteria/Indikator, Analisis Self Assessment, kriteria peringkat
faktor penilaian Pelaksanaan GCG dan Kesimpulan
Pengisian Kertas Kerja Self Assessment GCG dilakukan dengan metode
kualitatif, dengan tahapan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Tahapan dalam melakukan Self Assessment
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
46
Universitas Indonesia
a. Tahap pertama, Bank mempelajari dan memahami pokok- pokok
uraian yang termuat pada kolom Tujuan.
b. Tahap kedua, Bank mempelajari dan memahami uraian yang termuat
pada kolom Kriteria/Indikator.
c. Tahap ketiga, menyusun analisis kecukupan pelaksanaan GCG ,
dengan melakukan hal-hal berikut:
1) mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk menilai
kecukupan pelaksanaan GCG oleh bank, seperti data kepengurusan,
kepemilikan, struktur kelompok usaha, laporan tahunan, laporan berkala dan
laporan khusus direktur kepatuhan, laporan yang berkaitan dengan tugas
satuan kerja audit intern, laporan akuntan public, khususnya komentar
mengenai keandalan sistem pengendalian intern bank, laporan profil risiko,
hasil self assessment CAMELS, dokumen rencana korporasi (corporateplan ),
rencana dan realisasi rencana bisnis, laporan-laporan dewan komisaris dan
laporan lain yang terkait dengan faktor penilaian pelaksanaan GCG lainnya
2) membandingkan pemenuhan setiap kriteria/indicator per sub
faktor/faktor penilaian dengan pelaksanaan GCG sesuai kondisi, permasalahan
dan kekuatan yang dimiliki bank
3) selanjutnya bank menyusun analisis pelaksanaan GCG bank dimaksud
dan dimuat pada kolom Analisis Self Assessment.
d. Tahap keempat, setelah melakukan analisis self assessment per sub
faktor/faktor, bank dapat mengambil kesimpulan melalui penetapan peringkat per
faktor beserta penjelasannya, sesuai kondisi bank yang sebenarnya dengan
berpedoman pada kriteria masing-masing peringkat.
e. Tahap kelima, menyusun hasil akhir self assessment GCG per faktor
dalam kolom kesimpulan. Kesimpulan dimaksud antara lain berisi peringkat per
faktor, identifikasi permasalahan, rencana tindak (action plan) yang merupakan
tindakan korektif (corrective action) secara komprehensif dan sistematis beserta
target waktu pelaksanaannya.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
47
Universitas Indonesia
Setelah melakukan penilaian terhadap masing-masing faktor, bank
membobot faktor-faktor tersebut, dengan menggunakan persentase
pembobotan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Faktor Penilaian GCG
Faktor Penilaian GCG Bobot
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab komisaris 10%
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 20%
Kelengkapan dan Pelaksanaan tugas Komite 10%
Penanganan Benturan Kepentingan 10%
Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank 5%
Penarapan Fungsi Audit Internal 5%
Penerapan Fungsi Audit Eksternal 5%
Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal 7.50%
Penyediaan Dana Terhadap Pihak Terkait 7.50%
Transparansi Lap. Keuangan dan Non Keuangan 15%
Rencana Strategis Bank 5%
Sumber : Peraturan B.I dengan surat edaran no 9/12/DPNP
Nilai akhir masing-masing faktor diperoleh dengan mengalikan bobot
persentase dengan hasil peringkat dari masing-masing faktor. Untuk
mendapatkan nilai komposit, bank harus menjumlahkan nilai akhir dari 11 (
sebelas) faktor di atas. Sebagai langkah terakhir, bank menetapkan nilai
komposit Hasil Self Assessment Pelaksanaan GCG Bank, sebagaimana tabel
berikut :
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
48
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Nilai Komposit GCG
.
Nilai Komposit Predikat Komposit
<1.5 Sangat Baik
1.5 - <2.5 Baik
2.5 - <3.5 Cukup Baik
3.5 - <4.5 Kurang Baik
4.5 - 5 Tidak Baik
Sumber : Peraturan B.I dengan surat edaran no 9/12/DPNP
Kesimpulan umum hasil Self Assessment Pelaksanaan G C G bank
harus ditandatangani oleh komisaris utama dan direktur utama bank. Untuk
self assessment pelaksanaan GCG periode berikutnya, kesimpulan umum
tersebut di atas perlu dilengkapi dengan realisasi pencapaian pelaksanaan
rencana tindak (action plan) berikut waktu penyelesaian dan kendala
penyelesaiannya.
Bank harus menyampaikan hasil Self Assessment pelaksanaan
G C G bank secara lengkap kepada bank indonesia paling lambat 5 (lima)
bulan setelah tahun buku berakhir, meliputi: kertas kerja Self Assessment
GCG masing- masing faktor, ringkasan perhitungan nilai komposit dan predikat
komposit beserta kesimpulan umum hasil Self Assessment pelaksanaan GCG
bank.
2.4.2. Self Assessment Melalui KNKG
Penetapan atau perhitungan skor GCG versi KNKG ini dilakukan
berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan melalui
kuesioner, yang harus dijawab secara obyektif oleh pihak internal di suatu
perusahaan. Kuesioner tersebut disusun oleh beberapa lembaga di Indonesia dan
mengacu kepada pedoman umum GCG. Pertanyaan-pertanyaan terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan dikotomi dan diskrit, meliputi 7 topik. Pada masing-
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
49
Universitas Indonesia
masing topic dilakukan pembobotan dengan formula perhitungan skor sesuai
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Tabel 2.3 Faktor penilaian versi KNKG
Sumber : Pedoman GCG KNKG
dimaksud, memiliki sejumlah pertanyaan yang harus dijawab secara obyektif
dengan cara memperhatikan beberapa hal berikut :
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner KNKG tidak hanya ditujukan
untuk memperoleh jawaban ―ya‖ atau ―tidak‖, tetapi menekankan pada
proses implementasi GCG di suatu perusahaan
Penilaiannya merupakan penilaiaan mandiri, sehingga hasil assessment
sangat tergantung pada pengetahuan, pengalaman dan objektivitas para
pihak yang bertanggung jawab untuk mengisi self assessment.
Jawaban pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut, baik pertanyaan
dikotomi, maupun pertanyan diskrit, memiliki nilai dengan interval 0
sampai 10 yang menunjukan seberapa jauh tingkat kedalaman
implementasi setiap indicator GCG.
Langkah-langkah untuk penetapan skor sebagai berikut :
Faktor Penilaian GCG Bobot
Nilai Perusahaan 20%
Hak Pemegang Saham 15%
Dewan Komisaris 20%
Dewan Direksi 15%
Pemangku Kepentingan 15%
Pengungkapan 10%
Pedoman Pelaksanaan
Corporate Governance 5%
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
50
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Langkah menghitung skor GCG
1. Menghitung terlebih dahulu skor maksimal yang mungkin diperoleh
sebagaimana formula yang telah dijelaskan sebelumnya. Seperti yang
dapat dilihat pada kuesioner, topik ―nilai perusahaan‖ terdiri dari 9
pertanyaan (dapat dilihat pada lampiran 2) yang digunakan untuk
mengukur implementasi GCG, lalu untuk pertanyaan dikotomi yang
dijawab dengan ―ya‘ maka akan mendapatkan nilai 10, sedangkan yang
dijawab ‗tidak‖ akan mendapatkan nilai 0. Sementara pertanyaan diskrit
dinilai dalam range 1-10 sesuai tingkat kedalaman implementasi yang
telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu untuk
mendapatkan skor maksimal maka pertanyaan dikotomi yang sebanyak 2
pertanyaan dikalikan 10 maka didapat skor 20. Sedangkan, semua
pertanyaan diskrit harus dinilai 10. Dengan mengalikan jumlah pertanyan
diskrit (7 pertanyaan) dengan nilai maksimal (nilai 10) maka didapatlah
skor 70 poin. Dengan demikian skor maksimal untuk topic 1 adalah
20+70=90
2. Menghitung total skor sesuai dengan isian dan jenis pertanyaan. Misalnya
saja penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
Apakah perusahaan memiliki peraturan tentang benturan kepentingan
(jawab : ya, nilai = 10)
Peristiwa terjadinya benturan kepentingan(nilai = 8)
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
51
Universitas Indonesia
Apakah perusahaan memiliki peraturan tentang hadiah dan Donasi(jawab:
ya, nilai = 10)
Pemberian hadiah kepada mitra bisnis atau pejabat pemerintah.
Komisaris dan Direksi serta jajaran perusahaan menerima hadiah dan/atau
donasi dari
mitra bisnis ( nilai = 9)
Tingkat kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan dan peraturan
internal
Perusahaan (nilai = 8)
Penyalahgunaan informasi perusahaan untuk kepentingan pribadi
komisaris/direksi/seluruh jajaran perusahaan ( niali = 7)
Proses pengaduan pelanggaran etika dan pedoman perilaku perusahaan (
niali = 7)
Tingkat perlindungan terhadap whistle blower ( niali = 7)
Maka diperoleh total skor = 10+8+10+8+9+8+7+7+7= 74
3. Menghitung total skor nilai perusahaan, yaitu : (74: 90)x 20%= 16%
Hal yang sama harus juga dilakukan kepada 6 topik lainnya yang dijadikan
indicator yaitu : hak pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi,
pemangku kepentingan, pengungkapan, dan pedoman pelaksanaan GCG.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
52
Universitas Indonesia
BAB 3
PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Sejarah PT. XYZ
Berdiri sejak 1946, PT. XYZ yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara
Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah
Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi
pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik
Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa
bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai
Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5
juli ditetapkan sebagai hari bank nasional
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari
Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah
membatasi peranan PT. XYZ sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. PT. XYZ
lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk
bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
53
Universitas Indonesia
Tahun 1992, status hukum dan nama PT. XYZ berubah menjadi PT. XYZ
(Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan
melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60%
saham PT. XYZ, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik
baik individu maupun institusi, domestik dan asing. Saat ini, PT. XYZ adalah
bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total kredit maupun total
dana pihak ketiga. PT. XYZ menawarkan layanan jasa keuangan terpadu kepada
nasabah.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
54
Universitas Indonesia
3.2 Struktur Mekanisme Tata Kelola Perusahaan PT. XYZ
Gambar 3.1.Struktur mekanisme tata kelola perusahaan
Sumber : Laporan tahunan PT. XYZ. Tbk
RUPS
Direksi DewanKomisaris
Satuan
Pengawasan
Internal
Divisi
Kepatuhan
Manajemen
Resiko
Sekretaris
Perusahaan
Komite Audit
KomiteRemunerasi
KomitePemantauRe
siko
Auditor Eksternal
Komite IT
Komite Sumber Daya
KomiteManajemen
Komite Resiko KomiteAnti Fraud
KomiteProduk
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
55
Universitas Indonesia
Secara umum Dewan Komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan
terhadap kebijakan pengurusan dan jalannya pengurusan PT. XYZ oleh Direksi
termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perseroan,
Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Perseroan serta Anggaran Dasar dan
keputusan RUPS, serta peraturan perundangundangan yang berlaku, untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, serta
melakukan tugas yang secara khusus diberikan kepadanya menurut Anggaran
Dasar, perundangundangan dan/atau keputusan RUPS.
Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan
Perseroan serta mengelolanya sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BNI serta
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan
Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada
Dewan Komisaris, mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian
Dewan Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan
tugas Dewan Komisaris.
Komite Pemantau Resiko bertugas melakukan evaluasi tentang kesesuaian
antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut dan
memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai kebijakan
manajemen risiko dan implementasinya untuk memastikan bahwa PT. XYZ telah
mengelola risikorisiko secara memadai. Melakukan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen
Risiko (Enterprise Risk Management), untuk selanjutnya memberikan
rekomendasi kepada Dewan Komisaris guna peningkatan efektivitas pelaksanaan
manajemen risiko PT XYZ. Melakukan evaluasi atas kebijakan dan strategi
manajemen risiko yang disusun oleh manajemen secara tahunan.
Komite Remunerasi dan Nominasi bertugas melakukan evaluasi serta
menyusun dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
56
Universitas Indonesia
sistem/kebijakan remunerasi dan nominasi bagi Dewan Komisaris, Direksi,
pejabat eksekutif dan pegawai secara menyeluruh.
Komite Resiko dan Kapital melakukan penetapan kebijakan dan
pengelolaan manajemen risiko diseluruh unit organisasi. Penetapan kebijakan dan
pengelolaan risiko perkreditan untuk menciptakan kualitas portofolio perkreditan
yang sehat dan profitable.
Komite Sumber Daya Manusia bertugas memformulasi kebijakan sumber
daya manusia. Memastikan kebijakan dan proses pengelolaan staf kunci di PT.
XYZ telah konsisten dengan perencanaan strategis perusahaan. Mereview
manpower plan jangka pendek maupun jangka panjang, serta memutuskan
kebijakan terbaik dalam penyelesaian kekurangan maupun kelebihan pegawai.
Komite Manajemen Teknologi melakukan formulasi Kebijakan TI seperti
memberikan rekomendasi kepada Direksi mengenai kebijakan dan prosedur utama
TI, khususnya terkait aspek pengembangan dan pengadaan sistem TI, aktivitas
operasional TI dan jaringan komunikasi, pengamanan informasi, end user
computing, aktivitas e-banking, penggunaan pihak penyedia jasa TI, serta
kebijakan dan prosedur terkait penerapan manajemen risiko penggunaan TI di PT.
XYZ.
3.3. Praktek GCG di PT. XYZ
Komitmen dan Kontrol yang ketat pada PT. XYZ sebagai suatu korporasi
kembali menegaskan komitmennya untuk senantiasa menerapkan Tata Kelola
Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) secaramaksimal. Hal tersebut
secara eksplisit dinyatakan dalam misi kelima PT. XYZ, yaitu: ―Menjadi acuan
pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik‖. Bagi PT. XYZ,
penerapan GCG menjadi suatu kebutuhan, bukan suatu keharusan karena adanya
ketentuan yang sifatnya memaksa (compulsory). Dengan penerapan GCG yang
konsisten dan efektif, PT. XYZ dapat mempertahankan kelangsungan perusahaan
ditengah persaingan usaha bisnis perbankan dan situasi krisis ekonomi global.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
57
Universitas Indonesia
Sebagai suatu institusi keuangan yang memiliki sejarah panjang, PT. XYZ
memahami bahwahanya institusi yang memiliki, mempertahankan, dan
melaksanakan komitmen penerapan GCG yang mampu bertahan dalam berbagai
kondisi perubahan zaman. Upaya untuk selalu melakukan pendalaman dalam
menerapkan GCG dilakukan tiada henti. Upaya tersebut dirasakan telah
memberikan tuntunan positif dalam menghadapi persaingan, peningkatan kinerja
keuangan maupun non-keuangan, dan semakin meningkatkan kepercayaan
stakeholder.
Upaya untuk mewujudkan komitmen penerapan GCG semakin nyata sejak
tahun 2005, yaitu pada saat PT. XYZ membentuk satu unit organisasi Pemantauan
GCG dengan menerbitkan Surat Keputusan Direksi Nomor KP/174/DIR/R
tanggal 26 April 2005.Dalam perjalanannya, unit ini telah berkembang sesuai
dengan kebutuhan bisnis yang pada akhirnya menjadi Kelompok GCG dan
Kesekretariatan. Unit ini berada di bawah penyeliaan VP GCG & Office of The
Board sesuai Surat Keputusan Direksi No.KP/271/DIR/R tanggal 24 November
2010 tentang Perubahan Organisasi Divisi Komunikasi Perusahaan dan
Kesekretariatan.
Keberhasilan dalam implementasi GCG tak lepas dari komitmen seluruh
insan PT.XYZ dalam menjalankan prinsip-prinsip GCG. Untuk menginternalisasi
komitmenpenerapan GCG, setiap awal tahun segenap jajaran insan PT. XYZ
mulai dari Dewan Komisaris, Direksi hingga segenap pegawai senantiasa
memperbaharui Surat Pernyataan Komitmen Untuk Menerapkan GCG, yang
isinya:
1. Melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik dan benar serta penuh
tanggung jawab
2. Sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
58
Universitas Indonesia
3. Tidak memberikan, menjanjikan dan/atau menerima imbalan dalam bentuk
apapun kepada atau dari nasabah dana maupun nasabah debitur, vendor,
rekanan, mitra kerja dan/atau pihak lainnya baik eksternal maupun
internal, termasuk tetapitidak terbatas dalam kaitannya dengan transaksi
pemberian kredit, pemberianjasa/layanan perbankan, pengadaan barang
dan jasa, baik sebelum, pada saat atau sesudah transaksi dilakukan.
4. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Bertindak adil dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder.
6. Menjadi panutan atau teladan bagi segenap pegawai PT. XYZ.
7. Bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku, apabila terbukti
melanggar komitmen tersebut pada huruf 1 sampai dengan huruf 5 di atas.
Pengungkapan komitmen tersebut selain dilakukan pada setiap awal tahun,
juga pada saat pengangkatan pejabat baru, dilakukan pengucapan sumpah jabatan
di hadapan pemuka agama sesuai dengan agama masing-masing pegawai yang
disumpah. Penegasan komitmen penerapan prinsip-prinsip GCG pada sumpah
jabatan mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak akan memberikan kesempatan atau menyanggupi akan memberikan
kesempatan kepada siapapun juga yang dapat diperkirakan akan membawa
dampak terganggunya pencapaian tujuan perusahaan.
2. Tidak menerima hadiah dan pemberian dalam bentuk apapun baik
langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun.
3. Memegang teguh semua rahasia perusahaan yang menurut sifatnya atau
menurut ketentuan harus dirahasiakan.
4. Tidak akan melakukan atau menyuruh melakukan apapun juga yang
diketahui atau patut diduga, akan berakiba merugikan perusahaan pada
khususnya dan Negara pada umumnya.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
59
Universitas Indonesia
5. Menerapkan azas berusaha secara sebaik baiknya dan dengan senantiasa
memperhatikan kepentingan perusahaan dan negara.
6. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk meningkatkan
kinerja perusahaan secara maksimal.
7. Senantiasa menjunjung tinggi kehormatan perusahaan, pemerintah, dan
Negara Republik Indonesia.
8. Mengembangkan kerjasama yang solid, menumbuhkan kreativitas dan
inovasi serta meningkatkan kapabilitas segenap pegawai yang dipimpin.
9. Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan prinsip
akuntabilitas.
Sebagai salah satu hasil nyata implementasi GCG, pada tahun 2011
PT.XYZ meraih berbagai penghargaan dari berbagai institusi skala nasional
maupun internasional. Beberapa penghargaan besar diantaranya, yaitu Best of The
Best Company BUMN 2011, The Most Admired ASEAN Enterprise, Economics
Challenges Award 2011, The Best Right of Shareholders dari Indonesian Institute
for Corporate Directorship (IICD) dan The Most Trusted Company dari The
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG).
Sebagaimana kita ketahui bersama, PT XYZ senantiasa berupaya berupaya
menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate (“GCG”)
sebagaimana dikehendaki oleh segenap stakeholder. Untuk mewujudkan hal itu,
PT.XYZ telah memiliki Code of Conduct (CoC) yang dinamakan Kode Etik PT.
XYZ. CoC merupakan pedoman internal perusahaan yang berisikan sistem nilai,
etika bisnis, etika kerja, komitmen, seta penegakan terhadap peraturan-peraturan
perusahaan baik Insan PT. XYZ dalam menjalankan bisnis dan aktivitas lainnya,
serta dalam berinteraksi dengan para pemangku kepentingan. Kode Etik PT. XYZ
pertama kali dicanangkan oleh DireksiNomor DIR/285 tanggal 10 Agustus 2001
dengan sebutan Code of Conduct PT. XYZ.
Untuk mempercepat pencapaian visi, PT. XYZ melakukan revitalisasi
dengan melakukan review Code of Conduct Bank BNI. Sejalan dengan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
60
Universitas Indonesia
perubahan call name, maka sebutannya berubah menjadi Code of Conduct PT.
XYZ atau disingkat dengan CoC PT. XYZ. Maksud dan tujuan dari revitalisasi
Kode Etik PT. XYZ antara lain adalah pertama, untuk menyempurnakan
pedoman etika bagi seluruh Insan PT. XYZ dalam menjalankan aktivitas
perusahaan serta lebih mendorong pemahaman dan kesadaran insane PT. XYZ
terhadap penerapan prinsip-prinsip GCG. Kedua, sebagai criteria dalam menilai
apakah individu di dalam perusahaan terlah berperilaku sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan atau menyimpang dari peraturan tersebut. Ketiga,
mengidentifikasi standar-standar dan etika dalam perusahaan agar sesuai dengan
visi dan misi perusahaan. Implementasi CoC di atas, diharapkan mampu
menciptakan suasana kerja yang kondusif bagi segenap insan PT. XYZ, serta
menciptakan kerja sama tim yang solid.
3.4 Prestasi di PT. XYZ
Table 3.1 Prestasi PT. XYZ Tbk
Pemberi Penghargaan Kategori Penghargaan
Visa Best Issuer Award
(Based on SPI)
Visa Indonesia Bank Awards
2011
Visa Best Issuer Award
(Based on SPI)
Visa Indonesia Bank Awards
2012
Visa Best BPD
Partnership
Program
Visa Indonesia Bank Awards
2012
Visa Best Affinity
Program
Visa Indonesia Bank Awards
2012
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
61
Universitas Indonesia
MRI &Infobank 2nd Best SMS
Banking
Banking service Excellence
Awards 2012
Carre& Service
Excellence
for Achieving
Exceptional Total
Service Quality
Satisfaction Based
on Customer
Perception Survey
Service Quality Award 2012
MarkplusInsight Indonesia Service
Care
Indonesia Service Care
SWA Magazine The 1st Winner in
Category of
Priority Banking
based on
Survey
Consumer Banking Excellence
Award
Asiamoney Magazine Best Overall
Domestic (Local)
Cash Management
Services in
Indonesia as Voted
by small, Medium
and large Sized
Corporates
Asiamoney Cash Management
Pool 2012
Alpha Southeast Asia Best SME Bank in
Indonesia
Best Financial Institutions in
Southeast Asia
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
62
Universitas Indonesia
Menteri Keuangan
Republik Indonesia
AgenPenjualTerbai
kSukuk
Negara Ritel
Menteri Keuangan Republik
Indonesia
League of American
Communications
Professionals
Top 100 Annual
Reports
Worldwide;
ranking at #80
2011 Vision Awards Annual
Report Competition
ASEAN In Recognition of
Winning
the ―Most Admired
ASEAN
Enterprise for
Corporate Social
Responsibility
Large Company
Asean Business Awards 2012
Indonesian Institute for
Corporate Governance
(IICG)
Most Trusted
Company Based
on Corporate
Governance
Perception Index
Good Corporate Governance
Award
Indonesian Institute for
Corporate Governance
(IICG)
Indonesia Most
Trusted
Companies Based
on Investor
and Analyst‘s
Assessment Survey
Good Corporate Governance
Award
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
63
Universitas Indonesia
BUMN Track Inovasi GCG
BUMN TbkTerbaik
Anugerah BUMN 2012
Asiamoney Magazine Best for Disclosure
and
Transparency in
Indonesia –
1st Place
Asiamoney Cash
Management Pool 2012
Sumber : Laporan tahunan PT. XYZ Tbk
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
64
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Analisis dengan menggunakan peraturan BI tentang pelaksanaan GCG
4.1.1. Kebijakan GCG di PT. XYZ
4.1.1.1 Ketersediaan Pedoman GCG
Dari hasil wawancara yang terkait dalam hal ketersediaan Pedoman, PT
XYZ telah menyusun pedoman/kebijakan GCG, antara lain :
1. Pedoman Corporate Governance yaitu Pedoman Kebijakan
Perusahaan.
2. Kode etik dan atau kode perilaku yaitu Etika Bisnis dan Etika
Kerja PT XYZ
3. Komite audit charter yaitu Piagam Komite Audit.
4. SPI charter yaitu Piagam Internal Audit.
5. Sistem pengendalian internal yaitu Manual Internal Audit
6. Kebijakan manajemen risiko yaitu ERM Manual.
7. Kebijakan teknologi informasi yaitu PT XYZ Information System
Manual dan Kebijakan Teknologi Informasi Perusahaan
8. Hak-hak dan kewajiban karyawan di dalam Human Capital
Quality Managemen
9. Piagam komite resiko
4.1.1.2. Komitmen GCG
Untuk mendorong terciptanya GCG di PT. XYZ, pada setiap awal tahun
seluruh anggota Dewan Komisaris, Direksi dan pegawai PT. XYZ wajib
menandatangani komitmen pelaksanaan GCG, yang berisi komitmen untuk:
1. Melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik dan benar serta penuh tanggung
jawab sesuai dengan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
65
Universitas Indonesia
Corporate Governance), Kode Etik PT. XYZ dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
2. Tidak memberikan, menjanjikan dan/atau menerima imbalan dalam bentuk
apapun kepada atau dari nasabah dana maupun nasabah debitur, vendor, rekanan,
mitra kerja dan/atau pihak lainnya baik eksternal maupun internal;
3. Bertindak adil dan setara dalam memenuhi hakhak stakeholder serta mendorong
seluruh mitra bisnis untuk mengedepankan praktik bisnis yang beretika, sehat dan
transparan;
4. Berusaha dengan maksimal untuk mencegah kemungkinan terjadinya Fraud
serta tidak melakukan maupun mentolerir segala bentuk Fraud yang terjadi di
lingkungan kerja;
5. Bersedia untuk melaporkan segala hal yang dicurigai sebagai Fraud (yang
terjadi di dalam lingkungan dan/atau yang menggunakan sarana PT. XYZ) melalui
media pelaporan yang ada di PT. XYZ;
6. Bersedia dikenakan sanksi apabila dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab sebagai insan PT. XYZ terbukti tidak melaksanakan komitmen
sebagaimana tersebut di atas.
PT. XYZ juga senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan praktik
terbaik GCG yang ada baik di tingkat nasional, regional dan internasional yang
relevan dengan kondisi di Indonesia dan yang sesuai dengan kebutuhan praktik
bagi PT. XYZ, sehingga praktik GCG di PT. XYZ dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Hasil pemeringkatan GCG yang dilakukan melalui self assessment
maupun third party assessment oleh pihak independen menjadi feedback dalam
memetakan dan meningkatkan praktik GCG di PT. XYZ berdasarkan hasil
rekomendasi yang diberikan
4.1.1.3 Pedoman Perilaku
PT.XYZ telah melakukan penyusunan Code of Conduct sejak tahun 2001.
COC yang disusun terdiri dari pilar bisnis dan standar etika kerja. Seiring dengan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
66
Universitas Indonesia
perkembangan kebutuhan bisnis ditengah segala tantangan yang ada PT. XYZ
selalu berpegang teguh pada COC yang ada. Diharapkan COC dapat mendukung
pencapaian visi dan misi PT. XYZ.
Kode etik PT. XYZ berisi butir-butir etika perusahaan yang bersifat umum,
sedangkan penjabaran lebih lanjut atas butir-butir tersebut secara luas dan
operasional ada pada ketentuan internal PT. XYZ yang berlaku. Isi dari kode etik
PT, XYZ antara lain :
1. Bertindak profesional
2. Menjadi panutan dan saling mengingatkan
3. Menjaga hubungan baik antar insan PT. XYZ
4. Menjaga kerahasiaan
5. Menjaga keamanan bekerja
6. Berkomitmen terhadap lingkungan
7. Melakukan pencatatan data dan penyusunan laporan
8. Mencegah benturan kepentingan
9. Larangan memberi, menerima hadiah atau cinderamata
10. Bertindak sebagai narasumber
11. Larangan menjadi anggota dan donatur parpol
12. Larangan mengungkapkan informasi yang tidak benar
13. Menggunakan dan menjaga aset PT. XYZ
14. Larangan menyalahgunakan corporate identity
4.1.1.4 Prinsip Perusahaan
Prinsip 46 merupakan tata nilai budaya kerja PT. XYZ dan sebagai
tonggak-tonggak perilaku teladan di PT. XYZ yang berlaku bagi seluruh Insan
PT. XYZ dari jajaran dewan komisaris, direksi, pemimpin sampai jajaran pegawai
terendah dalam struktur organisasi, termasuk pegawai rekanan yang ditugaskan di
PT. XYZ. Prinsip 46 merupakan akronim dari 4 nilai utama dan 6 perilaku utama
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
67
Universitas Indonesia
insan. Kata ‖prinsip‖ merupakan akronim dari 4 Nilai Utama dan juga berarti
‖kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak‖.
Tabel 4.1 Prinsip Perusahaan
Sumber : Laporan Tahunan PT. XYZ Tbk
4.1.2. Efektifitas praktik GCG
Dalam hal memantau efektivitas praktik GCG, direksi telah membentuk
departemen atau kelompok GCG yang berada dalam divisi sekretaris perusahaan,
dan diketahui bahwa prinsip pelaksanaan tugas departemen tersebut antara lain:
A. Dalam hal Transparansi, departemen GCG harus memastikan
bahwa PT XYZ menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
B. Dalam hal Akuntabilitas, departemen GCG harus memastikan
bahwa PT XYZ telah menetapkan rincian tugas dan tanggung
jawab masing-masing perusahaan dan semua karyawan secara
jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan
(corporate values), sasaran usaha dan strategi perusahaan.
C. Dalam hal Pertanggungjawaban, departemen GCG harus
memastikan bahwa Organ perusahaan berpegang pada prinsip
kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan.
D. Dalam hal Kemandirian, Komisaris harus memastikan bahwa
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
68
Universitas Indonesia
masing- masing organ perusahaan menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of
interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan.
E. Dalam hal Kesetaraan dan Kewajaran, departemen GCG harus
memastikan bahwa PT XYZ memberikan kesempatan kepada
pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan
menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.
4.1.3. Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham/Rups
Perusahaan telah memiliki kebijakan mengenai hal tersebut,
berdasarkan observasi diketahui bahwa semua transaksi penting PT XYZ
memerlukan persetujuan Pemegang saham sesuai dengan ketentuan, seperti
mengesahkan Laporan dan perhitungan tahunan yang terdiri dari laporan direksi,
laporan tugas pengwasan dewan komisaris dan laporan keuangan perseroan.
Menyetujui dan mengesahkan laporan tahunan program kemitraan dan bina
lingkungan serta pembagian laba perusahaan, penunjukan Dewan Komisaris
dan Direksi sesuai peraturan yang berlaku, pengesahkan RJPP (Rencana
Jangka Panjang Perusahaan) dan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran
Keuangan).
Pada RUPS juga menetapkan Auditor Eksternal untuk Perusahaan,
diketahui saat ini Dewan Komisaris telah menetapkan persyaratan - persyaratan
penunjukan akuntan publik. Selain itu, Dewan Komisaris juga mengusulkan
untuk membentuk tim yang beranggotakan manajemen dan Komisaris serta
Komite Audit untuk melakukan seleksi dan penunjukan Kantor Akuntan Publik.
Pada RUPS juga menetapkan besaran gaji direksi dan komisaris,
diketahui bahwa Direksi dapat diberi gaji berikut fasilitas dan/ atau
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
69
Universitas Indonesia
tunjangan lainnya termasuk santunan purna jabatan yang jumlahnya
ditentukan oleh RUPS dan wewenang tersebut dapat dilimpahkan kepada
Dewan Komisaris. Sedangkan
Dewan Komisaris diberikan honorarium dan tunjangan/ fasilitas termasuk
tantiem dan santunan purna jabatan yang jenis dan jumlahnya ditetapkan
oleh RUPS dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang - undangan
yang berlaku.
4.1.4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan komisaris
4.1.4.1 Komposisi, kriteria dan independensi dewan komisaris
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja maka dewan
komisaris berjumlah 7 orang,lebih sedikit dari anggota direksi yang berjumlah 10
orang. Semua anggota dewan komisaris berdomisili di Indonesia. Komisaris
independen berjumlah 4 orang atau sama dengan 57,14%. Pengangkatan
komisaris dilakukan melalui persutujan RUPS. Komisaris independen tidak ada
yang merangkap jabatan. Ketua komite seluruhnya dijabat oleh komisaris
independen. Seluruh anggota dewan komisaris tidak saling memiiki hubungan
keluarga dengan sesama anggota dewan komisaris atau direksi.
4.1.4.2. Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja maka dewan
komisaris melaksanakan pengwasan dan memberikan nasihat kepada direksi
antara lain melalui: evaluasi kinerja keuangan, evaluasi atas realisasi rencana
bisnis bank, evaluasi atas pokok pokok hasil audit dari satuan pengawasan intern.
Dewan komisaris tidak melakukan pengambilan keputusan kegiatan operasional,
dewan komisaris telah membentuk komite audit komite pemantau resiko serta
komite remunerasi dan nominasi
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
70
Universitas Indonesia
4.1.4.3 Efektifitas rapat dewan komisaris
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja maka dewan
komisaris melakukan rapat rapat yang cukup intensif antara lain dengan direksi
sesama nggota dewan komisaris dan rapat dengan komite- komite di bawah dewan
komisaris. Rekomendasi dan nasehat yang diberikan dewan komisaris pada
umumnya merupakan hal hal yang dapat diimplementasikan oleh RUPS atau
direksi.
4.1.4.4. Transparansi, hubungan keuangan, kepengurusan
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja maka anggota
dewan komisaris telah mengungkap sesuai ketentuan yang berlaku hal hal yang
mengenai kepemilikan sahamnya yang mencapai 5% atau lebih pada bank yang
bersangkutan. Hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota dewan
komisaris lain, anggota direksi.
4.1.4.5. Informasi fit and proper tes
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja maka seluruh
anggota dewan komisaris yang berasal dari mantan anggota direksi atau pejabat
eksekutif bank atau pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan bank yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Seluruh anggota
dewan komisaris telah melalui F&P test dan telah memperoleh surat persetujuan
dari Bank Indonesia
4.1.5. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi
4.1.5.1. Komposisi, kriteria dan independensi dewan direksi
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja maka seluruh
anggota direksi memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 5 tahun dibidang
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
71
Universitas Indonesia
operasional sebagai pejabat eksekutif bank atau intitusi keuangan. Seluruh direksi
tidak memiliki rangkap jabatan sebagai anggota dewan komisaris, direksi atau
pejabat eksekutif pada bank. Anggota direksi baik secara sendiri-sendiri atau
bersama sama tidak memiliki saham melebihi 25% dari modal disetor pada
perusahan lain
4.1.5.2. Tugas dan tanggung jawab dewan direksi
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja direksi mengelola
bank sesuai kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana diatur dalam anggaran
dasar dan peraturan perundang undanga yang berlaku. Direksi telah membentuk
satuan pengwasan intern (SPI), komite manajemen resiko dan divisi kepatuhan.
Direksi telah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang
saham melalui RUPS. Direksi telah mengungkapkan kebijakan kebijakan bank
yang bersifat strategis dibidang kepegawaian dengan media yang mudah diakses.
4.1.5.3. Transparansi, hubungan keuangan, kepengurusan
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja anggota direksi
telah mengungkap sesuai ketentuan yang berlaku hal hal yang mengenai
kepemilikan sahamnya yang mencapai 5% atau lebih pada bank yang
bersangkutan. Hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota dewan
komisaris lain.
4.1.5.4. Informasi fit and proper tes
Berdasarkan hasil analisa yang berada pada kertas kerja direktur utama
berasal dari pihak yang independen yakni tidak memiliki hubungan keluarga,
keuangan dan kepengurusan terhadap pemegang saham pengendali. Seluruh
anggota direksi lulus F&P test memperoleh surat persetujuan dari BI.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
72
Universitas Indonesia
4.1.6. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite
4.1.6.1. Strutur, komposisi dan independensi anggota komite
1. Komite audit terdiri dari ketua yang diisi oleh pihak independen. Dengan 3
anggota yang terdiri dari 2 pihak yang independen dengan keahlian
dibidang keuangan
2. Komte pemantau resiko diketuai oleh pihak independen, dengan memiliki
3 anggota yang berasal dari pihak independen
3. Komite remunerasi dan nominasi diketuai oleh pihak yang independen,
memiliki 6 anggota dengan 3 anggota yang berasal dari pihak independen
Seluruh pihak independen anggota komite tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham atau hubungan keluarga dengan dewan
komisaris, direksi atau pemegang saham pengendali. Seluruh pihak independen
yang berasal dar mantan anggota direksi dan pejabat eksekutif yang berasal dari
bank telah menjalani masa tunggu.
4.1.6.2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab komite
1. Komite audit telah melakukan pemantauan dan mengevaluasi perencanaan
dan pelaksanaan audit serta memantau tindak lanjut hasil audit dalam
rangka menilai kecukupan pengendalian internal termasuk kecukupan
proses pelaporan keuangan
2. Komite remunerasi dan nominasi telah mempertimbangkan kinerja
keuangan, prestasi kerja individual, kewajaran dengan peers group dan
sasaran dan strategi jangka panjang bank
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
73
Universitas Indonesia
4.1.7. Penanganan benturan kepentingan
Bank memiliki kebijakan internal mengenai benturan kepentingan bank
antara lain dimuat dalam:Peraturan kepegawaian yang mengatur perkawinan
dengan sesama pegawai bank, Petunjuk pelaksanaan sanksi administrasi,
Kebijakan pengadaan barang dan jasa, pakta integritas, buku pedoman perkreditan
segman korporasi menengah kecil dan organik.
4.1.8. Penerapan kepatuhan bank
4.1.8.1. Pelaksanaan tugas fungsi kepatuhan
1. Dalam rangka memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan bank
indonesia dan peraturan perundang undangan yang berlaku divisi
kepatuhan melakukan :
Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan dengan memperhatikan
prinsip kehati-hatian bank melalui menyusun peraturan kepatuhan
yang merupakan kebijakan dasar tentang kepatuhan secara formal,
telah disetujui direksi dan komisaris dan diteruskan ke segenap
organisasi untuk dipedomani dalam upaya membangun budaya
kepatuhan dan manajemen resiko
Penerapan kode etik sebagai pedoman yang menjadi prinsip dasar
insan untuk menaati sistem dan prosedur perusahaan
Menyusun kerangka peraturan kepatuhan yang dituangkan dalam
bentuk kebijakan kepatuhan yang mencakup membangun bdaya
kepatuhan, pelaksanaan pengendalian internal,dan pengelolahan resiko
kepatuhan.
2. Memantau dan menjaga agar kegiatan usaha bank tidak menyimpang dari
ketentuan dengan :
Review ex ante dengan melakukan pengujian kepatuhan terhadap
rancangan keputusan kredit (kedit baru, tambahan dan review kredit
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
74
Universitas Indonesia
Memantau tindak lanjut temuan hasil audit SPI, maupun eksterna
3. Melakukan pemantauan terhadappemenuhan ketentuan prudential banking
(NPL, GMW, NOP dan CAR) ketentuan mengenai pelaporan kepada
pihak eksternal (BI dan BAPEPAM)
4. Direksi melalui direktur kepatuhan telah menyetujui kebijakan kepatuhan
dalam buku pedoman kepatuhan yang berlaku. Direksi telah membentuk
divisi kepatuhan beserta fungsi-fungsi ppokoknya sebagai satuan kerja
kepatuhan yang permanen
4.1.9. Penerapam fungsi audit internal
Direksi telah mengupayakan pelaksanaan pengendalian internal di setiap
unit sesuai dengan pedoman sistem pengendalian internal bagi bank umum dan
pelaksanaan aktivitas operasional berpedoman pada buku pedoman perusahaan
Laporan dan realisasi audit SPI dilaporkan kepada dewan komisaris sebagai wakil
pemegang saham melalui laporan kaaji ulang
Audit dilakukan dengan ruang lingkup keseluruhan kegiatan yang
difokuskan pada aspek dan unsur kegiatan yang memiliki tingkat resiko yang
tinggi terhadap kepentingan bank dan masyarkat. Kelembagaan SPI independen
dan tidak terlibat langsung terhadap satuan kerja operasional, dengan susunan
organisasi yang langsung berada dibawah direktur utama.
Peningkatan mutu sumber daya manusia dituangkan dalam business plan
yang dibuat setiap tahun. Realisasi tahun 2011 SPI telah bekerja sama dengan
beberapa instansi seperti IAI, IIA , melakukan seminar dalam dan luar negri,
workshop audit dan training best practices audit, serta secara berkala
mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan dan ujian sertifikasi.
Pelaksanaan penilaiankeecukupan dan efektifitas pengendalian internal
bank yang telah tertuang dalam tujuan audit dalam setiap penugasan dan focus
audit yang ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi resiko pada masing-masing
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
75
Universitas Indonesia
aktifitas seperti mennilai efektifitas risk management dan menilai kecukupan dan
efektifitas internal internal control
Setiap hasil pemeriksaan telah dilaporkan kepada direktur utama dan
dewan komisaris dengan tembusan kepada direktur kepatuhan. Setiap semester
SPI juga menyampaikan laporan pokok-pokok hasil audit kepada bank Indonesia.
4.1.10. Penerapan fungsi audit eksternal
Dalam pengadaan kantor akuntan public untuk audit laporan keuangan
tahun buku 2012 telah mengikuti syarat yang diatur oleh Bank Indonesia dan
BAPEPAM
Pemegang saham memberikan kuasa dan kewenangan kepada dewan
komisaris untuk menetapkan KAP yang akan mengaudit laporan keuangan
konsolidasian perseroan dan laporan tahunan program kemiraan dan bina
lingkungan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 desember 2012, serta
menetapkan besarnya honorarium dan syarat lainnya tentang penetapan KAP yang
dimaksud.
4.1.11. Penerapan manajemen resiko
Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris terkait denga manajemen
resiko telah diatur dalam pedoman penerapan manajemen resiko secara uum.
Secara bekala dewan komisaris dan direksi melakukan rapat yang membahas
beberapa hal terkait manajemen resiko antara lain evaluasi rencana kerja
manajemen resiko, memberikan rekomendasi atas usulan penyediaan dana kepada
pihak terkait dan penyediaan dan abesar, profil resiko dan tingkat kesehatan bank.
Direksi secara berkala melakukan rapat dan mengambil keputusan melalui
rapat direksi, rapat komite , resiko dan capital bidang manajemen resiko, rapat
komite resiko dan capital bidang perkreditan, rapat komite resiko dan capital
bidang asset dan liabilities mengenai berbagai hal sebagai berikut kebijakan yang
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
76
Universitas Indonesia
terkait dengan manajemen resiko, review perangkat pengelolahan resiko kredit,
review resiko likuiditas, review resiko operasional, dan tingkat kesehatan bank.
Untuk peningkatan sumber dya manusia telah dilkukan pengiriman SDM
untuk pelathan dan seminar baik di dalam maupun di luar negri antara lain melalui
pelatihan dan sertifikasi manajemen resiko, melakukan studi banding dengan
lembaga perbankan yang lebih maju dalam penerapan manajemen resiko.
Dalam rangka penerapan manajemen resiko dan sistem pengendalian
internal, telah melakukan berbagai hal antara lain proses validasi oleh divisi-divisi
terkait terhadap kebijakan dan standard operating procedure. limit-limit resiko
kredit, rediko pasar dan resiko likuiditas secara periodic. Melakukan pembaruan
kebijakan perkreditan dan kebijakan manajemen resiko.
Bank telah menerapkan sistem pengendalian internal yang menyuluruh
dan handal, SPI melakukan audit secara berkala dan melaksanakan pengawasan
secara harian untuk memastikan bahwa sistem pengendalian internal telah
dilakukan di unit operasional
4.1.12. Penyediaan dana kepada pihak terkait
Bank telah memiliki kebijakan dan prosedur untuk menetapkan limit
kredit atau penyediaan dana kepada individu maupun kelompok serta perusahaan
atau pihak yang terkait dengan bank. Bank telah secara berkala melakukan rapat
melalui rapat komite resiko dan capital bidang kebijakan kredit maupun rapat
direksi untuk membahas hal-hal yang terkait dengan kebijakan, prosedur dan
pelaksanaan operasional bidang perkreditan.
Dalam melakukann pemberian kredit, manajemen teah melaksanakan four
eyes principle dimana permohonan kredit harus mendapatkan kepuusan dari
komite kredit yang beranggotakan unit bisnis dan unit resiko. Dalam setiap
peretujuan kredit dilakukan uji kepatuhan oleh divisi kepatuhan. Pemberian kredit
diatas 750 milyar harus dkonsultasikan dengan dewan komisaris.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
77
Universitas Indonesia
4.1.13. Laporan pelaksanaan GCG serta pelaporan internal
4.1.13.1. Penerapan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan
Bank telah mentransparansikan kondisi keuangan dan non-keuangan
kepada stakeholder termasuk laporan keuangan dan non keuangan kepada
stakeholders termasuk laporan keuangan triwulan dan telah melaporkannya
kepada Bank Indonesia. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dilakukan
dengan tepat waktu, lengkap, utuh dan cukup akurat sesuai peraturan Bank
Indonesia
Berkenaan dengan transaransi informasi produk bank :
Bank telah memberikan informasi produk ban secara transparan sesuai
ketentuan Bank Indonesia tentang transparansi informasi produk bank
Disamping itu informasi produk-produk consumer banking telah
disampaikan secara transparan melalui media cetak, media elektronik
dan termasuk media internet
Bank telah menyampaikan laporan tahunan kepada Bank Indonesia, YLKI,
lembaga pemeringkat Indonesia, asosiasi bank-bank di Indonesia, 2 lembaga
penelitian bidang ekonomi dan keuangan, 2 majalah ekonomi dan keuangan,
BAPEPAM dan otoritas bursa
4.1.13.2. Laporan pelaksanaan GCG
Laporan pelaksanaan GCG telah mencerminkan kondisi bank yang
sebenarnya atau sesuai hasil self assessment bank dan dilampiri hasil self
assessment. Bank telah menyampaikan laporan tahunan kepada Bank Indonesia,
YLKI, lembaga pemeringkat Indonesia, asosiasi bank-bank di Indonesia, 2
lembaga penelitian bidang ekonomi dan keuangan, 2 majalah ekonomi dan
keuangan. Bank telah menyajikan laporan pelaksnaan GCG dalam website secara
tepat waktu.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
78
Universitas Indonesia
4.1.13.3. Kecukupan pelaporan internal
Sistem informasi manajemen bank khususnya terkait sistem pelaporan internal
bank mampu menyediakan data dan informasi dengan tepat waktu, akurat,
lengkap dan handal serta efektif untuk pengambilan keputusan manajemen.
Sistem inforrmasi manajemen yang tersedia adalah :
a. Executive information system (EIS) untuk pemantauan portfolio oleh unit-
unit kerja secara harian
b. Spooling system CMOD (content manager on demand) sebagai sarana
distribusi laporan-laporan operasional unit—unit kerja secara harian
c. Performance management system (PMS) untuk penilaian kinerja unit-unit
kerja secara bulanan
d. Branch activity resume (BAR) untuk pemantauan aktifitas transaksi
finansial di unit-unit kerja yang dilakukan secara harian
e. PERISKOP untuk pengelolahan risiko operasional termasuk dengan
melakukan pencatatan kejadian kerugian yang terjadi, meyusun tindak
lanjut serta melakukan mitigasi
f. Sale activity resume (SAR) portal reporting untuk melihat aktifitas para
sales, capaian sales serta intensif bagi para sales
Sistem informasi manajemen bank khususnya terkait sistem pelaporan internal
bank mampu menyediakan data dan informasi dengan tepat waktu, akurat,
lengkap serta efektif untuk pengambilan keputusan manajemen.
Pembobolan sistem keamanan diminimalisir dengan dilakukannya
pamantauan oleh kelompok (satuan kerja) IT security management terkait akses
informasi terhadap sistem aplikasi dan operating system dan pengkinian program
anti virus
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
79
Universitas Indonesia
4.1.14. Rencana strategis bank
Perusahaan telah menyusun rencana strategis bank untuk periode 5 tahun
dalam bentuk rencana korporasi serta rencana strategis bank untuk periode 1 tahun
yang disebut rancana bisnis bank. Rencana bisnis bank ini disusun setiap tahun
namun memiliki horizon waktu 3 tahun. Rencana tersebut mengacu pada visi dan
misi perusahaan.
Direksi mengkmunikasikan rencana korporasi dan rencana bisnis bank
kepada pemegang saham melalui forum RUPS serta kepada segenap jenjang
organisasi melalui forum-forum seperti workshop, business meeting, kunjungan
kerja wilayah. Disamping itu baik corporate plan maupun business plan
disampaikan ke segenap unit organisasi perusahaan sebagai dokumen perencanaan
bank yang harus dipedomani dalam penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja
setia unit.
4.1.15. Pengungkapan Informasi (Disclosure)
4.1.15.1. Ketersediaan informasi perusahaan kepada stakeholder
Laporan GCG Perusahaan terdapat pada Laporan Tahunan Perusahaan.
Laporan tersebut tersedia untuk publik di Website Perusahaan, secara umum
informasi-informasi yang terkait dengan penerapan GCG sudah
diungkapkan/dikomunikasikan kepada stakeholders termasuk pemegang saham.
4.1.15.2. Kemudahan akses stakeholders terhadap kebijakan dan praktik
GCG
Perusahaan mengungkapkan informasi terkait penerapan GCG di dalam
Laporan GCG perusahaan. Laporan GCG tersebut termuat di dalam Laporan
Tahunan Tahun 2012 dan Laporan tahunan tersebut tersedia untuk publik di
website Perusahaan. Laporan Tahunan perusahaan juga dapat diunduh didalam
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
80
Universitas Indonesia
website Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id/). Sedangkan Etika Bisnis dan
Etika Kerja Perusahaan dimuat didalam website perusahaan.
4.2. Hasil Self Assessment dengan Menggunakan Peraturan BI
Table 4.2. Hasil Self Assessment melalui peraturan Bank Indonesia
Faktor Penilaian GCG Bobot Desember 2012 Juni 2012 Desember 2011 Juni 2011
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab komisaris 10% 1 1 1 1
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 20% 1 1 1 1
Kelengkapan dan Pelaksanaan tugas Komite 10% 1 1 1 1
Penanganan Benturan Kepentingan 10% 1 1 1 2
Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank 5% 2 2 2 2
Penarapan Fungsi Audit Internal 5% 2 2 2 2
Penerapan Fungsi Audit Eksternal 5% 1 1 1 1
Manajemen Risiko dan Pengendalian Internal 7.50% 2 2 2 2
Penyediaan Dana Terhadap Pihak Terkait 7.50% 2 2 2 2
Transparansi Lap. Keuangan dan Non Keuangan 15% 1 1 1 1
Rencana Strategis Bank 5% 2 2 1 2
Skor Terbobot 1.3 1.3 1.25 1.4
Peringkat GCG 100% 1 1 1 1
Berdasarkan indikator self assessment melalui surat edaran no.9/12/DPNP,
maka dapat kita simpulkan atas self assessment yang dilakukan oleh PT. XYZ
ialah perusahaan telah melaksanakan GCG dengan sangat baik dan benar dengan
70% penilaian GCG mendapatkan nilai yang sangat baik, dengan peringkat 1.
Meliputi faktor pelaksanaan tugas dan tanggung jawab komisaris, pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab direksi, kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite,
penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit eksternal, dan
transparansi laporan keuangan dan non keuangan.
Lalu untuk faktor seperti penerapan fungsi kepatuhan bank, penerapan
fungsi audit internal, manajemen risiko dan pengendali internal, penyediaan dana
terhadap pihak terkait dan rencana strategis bank PT. XYZ mendapatkan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
81
Universitas Indonesia
peringkat 2 yang berarti bahwa perusahaan telah menjalankan GCG yang
berhubungan dengan factor tersebut dengan baik, tetapi terdapat kelemahan kecil.
Berdasarkan analisis self assessment diatas pada faktor strategis bank
mengalami penurunan peringkat, ini dikarenakan penilaian atas risiko komposit
strategic berada pada tingkat moderate yang dimana pada tahun 2011 penilaian
tersebut berada pada tingkat low,seperti yang dijelaskan pada poin 4.1.14. Secara
keseluruhan penilaian terhadap GCG PT. XYZ telah berjalan dengan sangat baik
dengan nilai akhir yang <1.5 dan nilai yang telah dicapai oleh peusahaan
menunjukan trend yang stabil, ini menunjukan bahwa perusahaan menjaga dan
terus melakukan peningkatan agar prestasi dalam bidang GCG dapat terjaga.
Penulis akan menjelaskan kesimpulan hasil self assessment untuk setiap
factor atau per sub faktor, yang dimana hasil analisa secara lengkap telah
dijelaskan pada poin 4.1. Sesuai dengan peraturan terkait bahwa setelah
menganalisa self assessment maka bank dapat mengambil kesimpulan melalui
penetapan peringkat per faktor beserta penjelasannya, sesuai kondisi bank yang
sebenarnya dengan berpedoman pada kriteria masing-masing peringkat. Berikut
ini kesimpulan self assessment.
4.2.1 Hasil Self Assesment untuk Dewan Komisaris
Berdasarkan hasil kertas kerja maka jumlah, komposisi, integritas dan
kompetensi anggota dewan komisaris sangat sesuai dibandingkan dengan ukuran
dan kompleksitas usaha bank serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku
dimana anggota dewan komisaris berjumlah 7 (tujuh) orang termasuk jumlah
komisaris Independen sebanyak 4 (empat) orang atau ekuivalen dengan 57,14%
(lima puluh tujuh koma empat belas perseratus) dari jumlah anggota dewan
komisaris sehingga memenuhi ketentuan Bank Indonesia. Seluruh anggota dewan
komisaris mampu bertindak dan mengambil keputusan secara independen.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris telah sepenuhnya
memenuhi prinsip-prinsip GCG, telah berjalan sangat efektif dan tidak ada
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
82
Universitas Indonesia
kelemahan minor. Rapat dewan komisaris terselenggara sangat efektif dan efisien
dimana rekomendasi dan/ atau nasihat yang diberikan dewan komisaris pada
umumnya merupakan hal-hal yang dapat diimplementasikan oleh RUPS dan/atau
direksi. Aspek transparansi anggota dewan komisaris sangat baik dan tidak pernah
melanggar ketentuan/peraturan yang berlaku. Untuk penilaian factor ini PT. XYZ
mendapatkan peringkat 1.
4.2.2 Hasil Self Assesment untuk Direksi
Berdasarkan hasil kertas kerja jumlah, komposisi, integritas dan
kompetensi anggota direksi sangat sesuai dibandingkan dengan ukuran dan
kompleksitas usaha bank serta telah memenuhi ketentuan yang berlaku dimana
jumlah direksi sebanyak 10 (sepuluh) direktur dan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. direksi mempunyai integritas, berpengalaman paling kurang
5 (lima) tahun di bidang operasional sebagai pejabat eksekutif bank atau institusi
keuangan. Seluruh direksi mampu bertindak dan mengambil keputusan secara
independen Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi telah memenuhi
prinsip-prinsip GCG, berjalan sangat efektif dan tidak ada kelemahan minor.
Rapat direksi terselenggara secara efektif dan efisien dan setiap keputusan rapat
direksi dituangkan dalam notulen rapat direksi disertai kewajiban penyampaian
laporan tindak lanjut dari unit-unit pelaksana. Aspek transparansi anggota direksi
baik dan tidak pernah melanggar ketentuan/perundangan yang berlaku. Untuk
penilaian factor ini PT. XYZ mendapatkan peringkat 1.
4.2.3 Hasil Self Assesment untuk Komite-komite
Berdasarkan hasil kertas kerja komposisi dan kompetensi anggota Komite
komite sangat sesuai dibandingkan dengan ukuran dan kompleksitas usaha bank.
Pelaksanaan tugas Komite-komite telah berjalan sangat efektif dan tidak ada
kelemahan minor. Rekomendasi Komite-komite, sangat bermanfaat dan dapat
dipergunakan sebagai bahan acuan keputusan dewan komisaris. Penyelenggaraan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
83
Universitas Indonesia
rapat Komite-komite berjalan sesuai dengan pedoman intern dan terselenggara
secara sangat efektif dan efisien. Untuk penilaian factor ini PT. XYZ
mendapatkan peringkat 1.
4.2.4 Hasil Self Assessment untuk Penanganan Benturan Kepentingan
Berdasarkan hasil kertas kerja Bank memiliki kebijakan, sistem dan
prosedur mengenai benturan kepentingan yang sangat lengkap dan efektif antara
lain sebagaimana dimuat dalam Credit Policy Commitee (CPC), Buku Kode Etik
PT. XYZ, Buku Budaya Kerja `Prinsip 46`, Anggaran dasar PT. XYZ dan Buku
Pedoman Perusahaan (BPP) BNI/SOP BNI. Disamping itu bank telah memiliki
ketentuan tentang pemberian kredit kepada calon debitur yang memiliki hubungan
keluarga maupun yang mengandung benturan kepentingan dengan pemroses
dan/atau pemutus kredit, dan di dalam BPP/SOP PT. XYZ juga memuat
ketentuan-ketentuan untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dalam
proses pengadaan barang dan jasa. Benturan kepentingan telah diungkapkan
dalam setiap keputusan, telah diadministrasikan serta terdokumentasi dengan baik.
Sebab-sebab pengalihan proses atau pengambilan keputusan kredit karena adanya
benturan kepentingan diinformasikan dalam Perangkat Aplikasi Kredit (PAK).
PAK beserta data dan dokumen dalam rangka pemberian kredit tersebut disimpan/
didokumentasi sesuai ketentuan yang berlaku. Kebijakan internal mengenai
benturan kepentingan yang diterapkan bank dapat menghindarkan terjadinya
benturan kepentingan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan bank.
Untuk penilaian factor ini PT. XYZ mendapatkan peringkat 1.
4.2.5 Hasil Self Assessment untuk Penerapan Fungsi Kepatuhan
Berdasarkan hasil kertas kerja Kepatuhan bank tergolong baik, beberapa
ketentuan prudential banking, seperti Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Giro
Wajib Mimimun (GWM), dan Net Open Position (NOP) pada umumnya telah
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
84
Universitas Indonesia
dipenuhi/sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Namun dalam hal kewajiban
penyampaian laporan masih terdapat pengenaan denda yang diantaranya
disebabkan karena keterlambatan penyampaian dan kesalahan pelaporan (SID,
LBU, LHBU, LKPBU, DHIB, pelimpahan pajak). Pelaksanaan tugas dan
independensi direktur kepatuhan dan divisi kepatuhan sebagai satuan kerja
kepatuhan telah berjalan efektif, divisi kepatuhan bertanggung jawab langsung
kepada direktur kepatuhan dan divisi kepatuhan merupakan mitra yang
independen dengan unit organisasi lainnya. Pedoman, sistem dan prosedur kerja
tersedia cukup lengkap di setiap unit organisasi dan dilakukan updating sejalan
dengan ketentuan yang berlaku. Telah dilakukan pengujian kepatuhan terhadap
rancangan kebijakan (sertifikasi) pedoman operasional yang akan dikeluarkan
oleh unit pembuat/pengelola kebijakan dan telah dilakukan kajian terhadap produk
dan aktivitas baru. Management Information System sebagai pendukung
pengelolaan risiko kepatuhan dan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan
tugas, cukup memadai. Untuk penilaian factor ini PT. XYZ mendapatkan
peringkat 2.
4.2.6 Hasil Self Assessment untuk Hasil Penerapan Fungsi Audit Intern
a. Direksi telah menciptakan dan menjamin terselenggaranya fungsi audit
intern Bank dalam setiap tingkatan manajemen dan menindaklanjuti
temuan audit intern dan ekstern bank sesuai dengan kebijakan dan arahan
dewan Komisaris, serta melaporkan kegiatan pelaksanaan fungsi audit
intern bank kepada dewan komisaris selaku wakil pemegang saham
melalui laporan kaji ulang business plan setiap semester.
b. Bank: 1) Telah menerapkan Standard Pelaksanaan Fungsi Audit Intern
Bank (SPFAIB) dengan menyusun Piagam Audit Intern (Internal Audit
Charter) serta membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dh. SPI
(Satuan Pengawasan Intern) yang independen terhadap satuan kerja
operasional. 2) Telah melakukan kaji ulang secara berkala atas efektivitas
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
85
Universitas Indonesia
pelaksanaan kerja SKAI dan kepatuhannya terhadap SPFAIB oleh pihak
eksternal setiap 3 (tiga) tahun. 3) Telah memiliki program untuk
menyediakan sumber daya yang berkualitas untuk menyelesaikan tugas
secara efektif dan merencanakan serta merealisasikan peningkatan mutu
keterampilan sumber daya manusia secara berkala dan berkelanjutan.
c. SPI telah: 1) Melakukan fungsi pengawasan secara independen dengan
cakupan tugas sesuai dengan rencana audit dan konsultasi tahunan. 2)
Melaksanakan tugas yang meliputi penilaian Kualitas Kinerja, efektivitas
Risk Management dan Kecukupan serta Efektivitas Internal Control. 3)
Melaporkan seluruh temuan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan yang
berlaku. 4) Memantau, menganalisis dan melaporkan perkembangan
tindak lanjut perbaikan yang dilakukan auditee. 5) Menyusun dan
mengkinikan pedoman serta sistem dan prosedur kerja secara berkala
sesuai ketentuan dan perundangan yang berlaku.
4.2.7 Hasil Self Assessment untuk Hasil Penerapan Fungsi Audit Eksternal
Berdasarkan hasil kertas kerja pelaksanaan audit oleh Akuntan
Publik/KAP sangat efektif dan sesuai dengan persyaratan minimum yang
ditetapkan dalam ketentuan. Kualitas dan cakupan hasil audit Akuntan
Publik/KAP sangat baik. Pelaksanaan audit dilakukan oleh Akuntan Publik/KAP
sangat independen dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Untuk penilaian
factor ini PT. XYZ mendapatkan peringkat 1.
4.2.8 Hasil Self Assessment untuk Hasil Penerapan Manajemen Risiko
Berdasarkan hasil kertas kerja manajemen efektif dalam mengidentifikasi
dan mengendalikan seluruh risiko bank antara lain dengan membangun dan
mengembangkan PERISKOP untuk pemantauan risiko operasional di segenap
unit pembangunan database risiko operasional, dilakukan pengembangan aplikasi
Kastle Risk Management dan penetapan limit untuk melakukan pengelolaan risiko
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
86
Universitas Indonesia
pasar secara periodik, pengembangan Internal Rating System dan penetapan limit
untuk risiko kredit. Manajemen mengembangkan metodologi dan perangkat serta
infrastruktur Manajemen Risiko yang mencakup credit risk, market risk,
operational risk dan integrasi risiko, serta melakukan stress test risiko pasar, risiko
kredit dan risiko likuiditas. Manajemen aktif melakukan pemantauan kebijakan,
prosedur, dan penetapan limit, sistem informasi manajemen yang komprehensif
dan efektif untuk memelihara kondisi internal bank yang sehat yang antara lain
dilakukan bank melalui pelaksanaan proses validasi dan sertifikasi oleh
divisidivisi terkait terhadap Policy dan Standard Operating Procedure (melalui PP
Online), review berkala terhadap limit-limit risiko, serta melakukan updating
kebijakan perkreditan seluruh segmen dan kebijakan manajemen risiko. Prosedur
dan penerapan pengendalian intern bank komprehensif dan sesuai dengan tujuan,
ukuran dan kompleksitas usaha dan risiko yang dihadapi bank, antara lain dengan
independennya fungsi audit intern dan kepatuhan terhadap semua unit.
Manajemen efektif dalam memantau kesesuaian kondisi bank dengan prinsip
pengelolaan bank yang sehat, ketentuan yang berlaku serta sesuai dengan
kebijakan dan prosedur intern bank, antara lain melalui rapat tingkat direksi dan
komisaris. Untuk penilaian factor ini PT. XYZ mendapatkan peringkat 2.
4.2.9 Hasil Self Assessment untuk Hasil Penerapan Penyediaan Dana
Berdasarkan hasil kertas kerja Bank telah memiliki kebijakan, sistem dan
prosedur tertulis yang up to date dan lengkap untuk penyediaan dana kepada pihak
terkait dan penyediaan dana besar. Bank juga melakukan evaluasi,
penyempurnaan dan review secara periodik Internal Rating System, Loan
Portofolio Management, Recovery Rate dan Loan Exposure Limit per segmen, per
sektor ekonomi dan per regional. Tidak ada pelampauan dan pelanggaran BMPK
maupun prinsip kehati-hatian dan sebagai langkah antisipasi, konsultasi untuk
pemberian kredit besar kepada pihak terkait dilakukan secara efektif. Diversifikasi
penyediaan dana kurang merata atau jumlah penyediaan dana besar/debitur inti
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
87
Universitas Indonesia
dibandingkan dengan total penyediaan dana cukup signifikan. Pengambilan
keputusan pemberian kredit telah dilakukan secara independen dalam suatu
komite yang beranggotakan unit bisnis dan unit risiko serta persetujuan dewan
komisaris untuk pemberian kredit kepada pihak terkait Untuk penilaian factor ini
PT. XYZ mendapatkan peringkat 2.
4.2.10 Hasil Self Assessment untuk Hasil Penerapan Transparansi
Berdasarkan hasil kertas kerja Bank sangat transparan dalam
menyampaikan informasi keuangan dan non-keuangan kepada publik melalui
homepage dan media yang memadai. Informasi berupa laporan keuangan dan non
keuangan juga telah dilaporkan kepada Bank Indonesia dan stakeholder sesuai
ketentuan yang berlaku. Cakupan informasi keuangan dan nonkeuangan tersedia
secara tepat waktu, lengkap, akurat, kini dan utuh. Bank sangat transparan
menyampaikan informasi produk dan jasa melalui saranasarana seperti media
cetak, media elektronik, website, brosur/leaflet, iklan, pengumuman di kantor-
kantor cabang. Bank juga menerapkan pengelolaan pengaduan nasabah dengan
efektif sesuai dengan peraturan/ketentuan yang berlaku, antara lain melalui sarana
sistem Online Customer Complaint (OCC) untuk mempercepat proses
penyelesaian nasabah dengan cepat dan dapat memantau proses penyelesaian
pengaduan nasabah oleh seluruh unit yang berkompeten serta sebagai database
complaint nasabah. Bank memelihara data dan informasi pribadi nasabah secara
memadai. Cakupan laporan pelaksanaan GCG sangat lengkap, akurat, kini dan
utuh, telah disampaikan secara tepat waktu kepada stakeholder sesuai ketentuan
yang berlaku. Sistem informasi manajemen bank khususnya terkait sistem
pelaporan internal bank mampu menyediakan data dan informasi dengan sangat
tepat waktu, akurat, lengkap dan sangat handal serta efektif untuk pengambilan
keputusan manajemen. Untuk penilaian factor ini PT. XYZ mendapatkan
peringkat 1.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
88
Universitas Indonesia
4.2.11 Hasil Self Assessment untuk Hasil Penerapan Strategi Bank
Berdasarkan hasil kertas kerja rencana jangka pendek bank (Rencana
Bisnis Bank/Business Plan) sesuai dengan visi dan misi bank serta rencana jangka
panjang (Rencana Korporasi/Corporate Plan). Rencana Korporasi (Corporate
Plan) dan Rencana Bisnis Bank (Business Plan) disusun realistis dan telah
memperhatikan seluruh faktor eksternal dan faktor internal, prinsip kehati-hatian
dan azas perbankan yang sehat. Realisasi rencana bisnis sesuai dengan Rencana
Bisnis Bank (Business Plan). Penilaian risiko komposit atas risiko strategic berada
pada tingkat Moderate to Low Strategic Risk Rating. Untuk penilaian factor ini
PT. XYZ mendapatkan peringkat 2.
4.3. Analisis dengan menggunakan Pedoman Umum GCG Indonesia
4.3.1. Asas GCG
4.3.1.1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan di pahami oleh pemangku kepentingan dan
terlebih mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tepati juga hal yang
penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangung kepentingan lainnya.
4.3.1.2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan berupaya untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar melalu pengelolaan yang benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan. perusahaan memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
89
Universitas Indonesia
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki
sistem penghargaan dan sanksi.
4.3.1.3. Responsibilitas (Responsibility)
Organ Perusahaan (Rapat umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris,
dan Direksi) mematuhi peraturan perundangan-perundangan, anggaran dasar
dan peraturan perusahaan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Citizen.
4.3.1.4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola Perusahaan yang baik,
Perusahaan dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan
tidak saling mendominasi dan tidak dapat diinternvensi oleh pihak lain. Masing-
masing organ perusahaan tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari
benturan kepentingan dan dari segala pengaruh dan tekanan, sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan objektif. Berdasarkan hasil observasi,
diketahui bahwa:
1. Direksi dan Dewan Komisaris telah membuat dan menandatangani surat
pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan yang ditandatangani pada awal
masa jabatannya dan ditinjau setiap akhir tahun, yang menyatakan bahwa pada
tahun tersebut tidak terlibat dalam benturan kepentingan
2. Whistle Blowing System (WBS) Website juga merupakan alat manajemen
lainnya yang diharapkan dapat mendeteksi dan melaporkan adanya conflict
of interest. Di website tersebut masyarakat termasuk yang terkait dengan
Perusahaan dapat melaporkan semua hal yang tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku yang diantaranya adalah mengenai conflict of Interest
4.3.1.5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
90
Universitas Indonesia
lainnya berdasarkan kewajaran dan kesetaraan.
Perusahan memberikan reward kepada pegawai yang kinerjanya diatas
target, reward yang diberikan dapat berupa uang atau penghargaan, sedangkan
punishment sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan
Perusahaan memberikan berbagai pilihan cara bagi para stakeholders
untuk memberikan masukan dan pendapat atas kepentingan mereka terhadap
perusahaan, yaitu melalui RUPS dan juga Website Perusahaan.
4.3.2. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku
4.3.2.1 Nilai-Nilai Perusahaan
Perusahaan telah memiliki Visi dan Misi yang dapat dilihat pada
Website Perusahaan. Untuk mencapai visi dan misi perusahaan, Perusahaan
merumuskan tata nilai Perusahaan, yaitu profesionalisme, integritas, orientasi
pelanggan, perbaikan tiada henti.
4.3.2.2 Etika Bisnis
PT XYZ menyadari arti pentingnya implemetasi GCG sebagai salah
satu alat untuk memberikan keyakinan dan meningkatkan nilai dan pertumbuhan
bisnis jangka panjang secara berkesinambungan, tidak hanya bagi Pemegang
Saham (Shareholders), namun juga segenap Stakeholders. Oleh karena itu, PT
XYZ berkomitmen untuk mengimplementasikan GCG secara konsisten yang
salah satunya dilakukan melalui penyusunan Etika Bisnis dan Etika Kerja PT
XYZ.
4.3.3. Benturan Kepentingan
Direksi dan Dewan Komisaris telah menandatangani surat pernyataan
yang menyatakan bahwa tidak memiliki benturan kepentingan dan/ atau transaksi
yang memiliki benturan kepentingan dengan PT XYZ serta tidak memangku
jabatan rangkap.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
91
Universitas Indonesia
Di dalam dokumen Etika Bisnis dan Etika Kerja PT XYZ, terdapat
formulir Pakta Integritas yang berisi tentang pernyataan kepatuhan dan komitmen
pada Etika Bisnis dan Etika Kerja PT XYZ. (dimana salah satu pernyataan
didalam dokumen tersebut tentang Penanganan Benturan Kepentingan).
Dokumen tersebut wajib ditandatangani oleh seluruh Insan PT XYZ. Seluruh
Direksi dan dewan komisaris telah menandatanganinya.
4.3.4. Organ Perusahaan
4.3.4.1. Rapat Umum Pemegang Saham
Perusahaan telah menyelenggarakan satu kali Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) pada tahun 2012. RUPS Tahun 2011 membahas 5 agenda utama yaitu :
1. Menyetujui dan mengesahkan Laporan Tahunan Perseroan untuk tahun
buku 2011, yang terdiri dari Laporan direksi, laporan tugas pengawasan
dewan komisaris, Laporan keuangan perseroan untuk tahun buku yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 beserta penjelasannya yang telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman & Surja (Ernst
& Young). Menyetujui dan mengesahkan Laporan tahunan program
kemitraan dan bina lingkungan termasuk laporan keuangan program
kemitraan dan bina lingkungan untuk tahun buku yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2011
2. Menyetujui dan menetapkan penggunaan Laba Bersih Perseroan untuk
tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
3. Memberikan kuasa dan wewenang kepada dewan komisaris perseroan
untuk menetapkan Kantor Akuntan Publik yang akan mengaudit laporan
keuangan perseroan dan laporan tahunan program kemitraan dan bina
lingkungan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2012
4. Memberikan wewenang dan kuasa kepada dewan komisaris dengan
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
92
Universitas Indonesia
terlebih dahulu mendapat persetujuan pemegang saham seri A Dwiwarna
untuk menetapkan besarnya gaji anggota direksi dan honorarium anggota
dewan komisaris untuk tahun 2012, menetapkan besarnya tantiem yang
diberikan kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris untuk tahun buku
2011.
5. Memberikan kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan dengan hak
substitusi untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan berkaitan
dengan keputusan Agenda ini sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk untuk menyatakan dalam akta Notaris
tersendiri dan mendaftarkan susunan Dewan Komisaris Perseroan.
4.3.4.2. Dewan Komisaris dan Direki
Dewan Komisaris dan Direksi bersama-sama bertanggung jawab untuk
memformulasikan visi, misi, tujuan Perusahaan secara jelas dan memastikan
ketersediaan sumberdaya yang diperlukan serta memastikan dapat dipenuhinya
persyaratan yang ditentukan oleh pihak eksternal authority
Berdasarkan hasil kajian atas Berita Acara RUPS Tahunan
diketahui bahwa komposisi Komisaris Independen PT XYZ adalah
57,14% (4 orang). Dalam hal sistem penilaian komisaris, yakni perusahaan
mengacu kepada laporan komisaris, yang selalu Dewan Komisaris sampaikan
tiap tahun, yang didalamnya berisi hal apa saja yang sudah Dewan
Komisaris lakukan selama menjabat selama satu tahun dan seterusnya.
4.3.4.3. Kome-komite
PT XYZ. telah memiliki komite-komite terkait dengan tugas
masing- masing komite tersebut, yang terdiri dari: komite audit, komite pamantau
resiko dan komite remunerasi dan nominasi. Dan PT. XYZ telah membentuk
komite tersebut sesuai dengan pedoman KNKG
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
93
Universitas Indonesia
4.3.4.4. Direksi
Perusahaan telah memiliki kebijakan mengenai hal tersebut,
pengangkatan Direksi melalui fit and proper test mengacu ke ketetapan dari
kementerian BUMN serta pencalonan dilakukan oleh Pemegang Saham.
Direksi secara langsung memimpin 4 divisi seperti sekeetaris perusahaan,
divisi kepatuhan, SPI dan divisi manajemen resiko. Dan juga memimpin 6
komite yaitu komite fraud, komite produk, komite sumber daya manusia, komite
resiko dan capital, komite manajemen kinerja dan komite manajemen teknologi.
4.3.4.5. Pernyataan Tentang Penerapan Pedoman GCG
4.3.4.5.1. Pernyataan Tentang Penerapan Pedoman GCG
Perusahaan telah menyusun laporan GCG Perusahaan yang termuat
di dalam Laporan Tahunan PT XYZ secara lengkap dengan penjelasan tentang
kesimpulan hasil self assessment, kinerja dewan komisaris, kinerja direksi dan
komite-komite.
Terkait dengan Dewan Komisaris, Perusahaan telah menyajikan
informasi di dalam Laporan Tahunan yaitu menyajikan mengenai mekanisme
dan kriteria penilaian sendiri (self assesment) tentang kinerja masing- masing
anggota Dewan Komisaris dan juga mekanisme dan kriteria penilaian kinerja
Komite.
Terkait dengan Direksi, Perusahaan telah menyajikan informasi di
dalam Laporan Tahunan yaitu dengan menyajikan mekanisme pendelegasian
wewenang dan pernyataan mengenai efektivitas pelaksanaan sistem
pengendalian internal.
Terkait dengan Laporan Penerapan GCG yang dilakukan Perusahaan,
Perusahaan telah menyajikan informasi penting dan diungkapkan terkait
Laporan Penerapan GCG, antara lain :
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
94
Universitas Indonesia
1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan (di dalam Corporate Strategy).
2. Pemegang saham pengendali (didalam Profil Perusahaan)
3. Kebijakan dan jumlah remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi (di
dalam laporan Penerapan GCG)
4. Transaksi dengan pihak yang memiliki benturan kepentingan
5. Hasil penilaian penerapan GCG yang dilaporkan dalam RUPS
tahunan di dalam laporan penerapan GCG
6. Kejadian luar biasa yang telah dialami perusahaan dan dapat
berpengaruh pada kinerja perusahaan.
4.4. Hasil self assessment melalui KNKG
Tabel 4.3 Hasil self assessment melalui versi KNKG
Faktor Penilaian GCG Bobot Nilai
Nilai Perusahaan 20% 1
Hak Pemegang Saham 15% 1
Dewan Komisaris 20% 1
Dewan Direksi 15% 1
Pemangku Kepentingan 15% 1
Pengungkapan 10% 1
Pedoman Pelaksanaan Corporate
Governance 5% 1
Hasil Self Assessment 100%
Sangat
Baik
Berdasarkan menganalisis menggunakan Pedoman Umum GCG
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
95
Universitas Indonesia
Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance,
dapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil yang di dapatkan hampir setara dengan
apa yang sudah disampaikan dengan menggunakan peraturan BI, dikarenakan di
dalam Pedoman Umum GCG Indonesia, isi dari penjelasan hampir sama
dengan apa yang sudah ditawarkan di dalam peraturan BI sebelumnya.
Keseluruhan aspek GCG sudah diterapkan dan dijalankan dengan
baik oleh perusahan, yakni aspek asas GCG perusahaan telah menerapkan asas
GCG yakni transparency, accountability, responsibility, independency, fairness
dengan baik, etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan telah mempunyai
pedoman mengani hal tersebut yakni Etika bisnis dan etika Kerja PT XYZ,
terkait dengan organ perusahaan, organ perusahaan di PT XYZ sudah
menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik. Pemegang saham
dan pemangku kepentingan sudah ada kebijakan yang mengatur hal tersebut
dan perusahaan menjalankan. Terkait dengan pernyataan dan pedoman
praktis GCG, perusahaan telah melaksanakan tata kelola perusahaan
dengan baik.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
96 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Laporan magang ini ditujukan untuk melihat dan menganalisis praktek
GCG pada PT. XYZ. Untuk menganalisa praktek GCG, penulis menggunakan 2
metode yaitu yang pertama adalah self assessment yang berdasarkan ketentuan BI
dan KNKG. Lalu yang kedua adalah menganalisa penearpan asas-asas GCG
melalui peraturan BI dan KNKG.
Penulis ingin menyampaikan mengenai hasil analisa tersebut ialah bahwa
PT. XYZ telah menaati dan melakukan GCG dengan baik bahkan dibeberapa
indikator penerapan GCG, melalui peraturan BI maupun dari KNKG. Dimulai
dari struktur GCG, proses GCG hingga hasil dari GCG tersebut yang mendukung
operasional perusahaan.
Berdasarkan analisa tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa praktek
GCG tidak hanya bertujuan untuk menaikan citra, tetapi telah menjadi budaya
perusahaan yang bertujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Ini dapat
terlihat dengan hasil self assessment yang dilakukan oleh PT. XYZ dan oleh pihak
independen yang mendapatkan nilai yang sangat baik.
5.2 Saran
Saran adalah usulan dan masukan yang menjadi fokus perhatian penulis
kepada pihak-pihak yang terkait laporan magang ini. Pihak-pihak tersebut
adalah Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan PT.
XYZ.
5.2.1 Saran untuk Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Saran yang dapat penulis berikan pada Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia untuk perbaikan program magang
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
97
Universitas Indonesia
selanjutnya adalah memperbanyak kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
untuk pelaksanaan program magang sehingga pilihan peserta magang lebih
variatif, karena program magang ini sangat berguna bagi para
mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dalam menghadapi dunia pekerjaan.
5.2.2 Saran untuk PT. XYZ
Berdasarkan self assessment yang dilakukan oleh PT. XYZ maka saran
saya adalah agar perusahaan tetap menjaga prestasi yang sudah dicapai selama ini
dalam bidang GCG. Mempertahankan nilai assessment yang sudah baik karena
self assessment ini dapat berguna bagi perusahaan untuk mengevaluasi GCG
yang sudah berjalan.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
98
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini. (2004). Komisaris Independen. Penggerak
Praktik GCG di Perusahaan. PT Indeks Kelompok Gramedia.
Arifin, Zaenal. (2005). Hubungan Antara Corporate Governance dan Variabel
Pengurang Masalah Agensi. Jurnal Siasat Bisnis, Vol.1, No.10, Juni 2005,
Hal. 39-55.
Bai,C.,Q.Liu, J.Lu.,F.Song.,& J.Zhang, 2003, Corporate Governance and Market
Valuation in China, Working Paper, University of Hongkong
Bank Indonesia, 2007. Surat Edaran BI No 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007
tentang Perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.
Cadbury, Sir Adrian. (1999).Corporate Governance: A Framework for
Implementation. Washington: The World Bank.
Chinn, Richard. (2000). Corporate Governance Handbook. London : Gee
Publishing Ltd
Daniri, Mas Achmad. (2005). Good Corporate Governance : Konsep dan
Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Jakarta : PT Ray Indonesia.
FCGI. (2001). Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Jilid I. FCGI
Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI), (2001). Corporate
Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), (2002). The Essence of
Good Corporate Governance, Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik
dan Korporasi Indonesia. Jakarta : Yayasan Pendidikan Pasar Modal
Indonesia & Sinergi Communication.
Gillan, Stuart L. dan Laura T. Starks. (2003). Corporate Governance, Corporate
Ownership, and the Role of Institutional Investor: A Global Perspective.
Journal of Applied Finance (Fall): 4- 22.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. (2006). Pedoman Umum
Good Corporate Governance.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
99
Universitas Indonesia
McKinsey. (2002). Global Investor Opinion Survey on Corporate Governance.
http://ww1.mckinsey.com/clientservice/organizationleadership/service/corpgo
vernance/PDF/GlobalInvestorOpinionSurvey2002.pdf (21 Maret 2012)
OECD. (2004). OECD Principles of Corporate Governance. France Shaw, John.
C, (2003). Corporate Governance and Risk: A System Approach. New Jersey :
John Wiley & Sons, Inc.
.
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013
100
Universitas Indonesia
Analisis tata..., Muhammad Rangga, FE UI, 2013