universitas indonesia analisis praktik klinik...

128
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK DI RUANG RAWAT MELATI ATAS RSUP PERSAHABATAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS HESI OKTAMIATI 0906629391 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS DEPOK JULI 2014 Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Upload: lynhi

Post on 02-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN

STROKE HEMORAGIK DI RUANG RAWAT MELATI ATAS

RSUP PERSAHABATAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

HESI OKTAMIATI

0906629391

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

DEPOK

JULI 2014

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

i

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN

STROKE HEMORAGIK DI RUANG RAWAT MELATI ATAS

RSUP PERSAHABATAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Ners Keperawatan

HESI OKTAMIATI

0906629391

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

DEPOK

JULI 2014

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ners adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Hesi Oktamiati

NPM : 0906629391

Tanda Tangan :

Tanggal : 8 Juli 2014

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

iii

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners keperawatan yang

berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

pada Pasien Stroke Hemoragik di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan”.

Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Profesi Ners Keperawatan pada Program studi Ilmu Keperawatan di

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan penulisan karya

ilmiah akhir ners keperawatan. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan

karya ilmiah akhir keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang

telah membantu secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang

telah membantu menyelesaikan karya ilmiah akhir keperawatan ini. Rasa terima

kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Bapak I Made Kariasa, SKp., MM., MKep., Sp. KMB, selaku dosen

pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran

untuk mengarahkan dan membantu saya dalam penyusunan karya ilmiah

akhir ners keperawatan.

2. Ibu Ns. Azraini, S. Kep selaku CI (Clinic Instruction) selama di RSUP

Persahabatan yang sangat banyak membantu untuk proses pembuatan

karya ilmiah ini.

3. Ibu Ns. Fajar Tri Waluyanti M. Kep., Sp. Kep. An., IBLCL selaku ketua

prodi profesi ners keperawatan FIK-UI yang selalu mengingatkan

mahasiswa profesi tentang kegiatan profesi selama setahun.

4. Bapak dan Mama tercinta yang telah banyak memberikan motivasi baik

berupa materi dan moril dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan

ketulusannya serta adik saya Dwiyan Hamonangan.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

v

5. Pihak RSUP Persahabatan, terutama Ruang Inap Melati Atas yang sangat

membantu saya dalam menjalankan praktik dan penyusunan karya ilmiah

akhir profesi.

6. Keluarga besar Eyang Saliman dan Opung Saragih, yang telah memberi

semangat dan memberi banyak semangat terhadap karya ilmiah akhir ners

saya.

7. Teman-Teman Bedah Kampus UI (Rinjani, Ibaddurahman, Alfianda, Eka,

Ita, dan Sadar) yang telah membantu saya dalam mengusik kepenatan.

8. Teman-teman FIK 48 yang bersemangat tinggi (Okti Sirait, Helena

Winata, Agnes Fibriyanti, Ningsih Tresia, Christafenny, Tika Widowati,

dan Puspa Astriana) dalam memberikan masukan dan nasehat yang

dikemas secara unik dengan penuh canda dan kegembiraan.

9. Teman-teman seperjuangan FIK UI angkatan 2009 dan adik-adik angkatan

yang telah banyak membantu dan saling memberikan semangat, membantu

dalam memberikan kritik dan saran selama penyusunan karya ilmiah akhir

ini.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Saya menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah akhir ners ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk

kesempurnaan karya ilmiah akhir ini. Semoga karya ilmiah akhir ini dapat

bermanfaat bagi saya dan pembaca khususnya, serta masyarakat pada umumnya.

Depok, Juli 2014

Penulis

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

dibawah ini:

Nama : Hesi Oktamiati

NPM : 0906629391

Program Studi : Profesi Ners

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-Exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada

Pasien Stroke Hemoragik di Ruang Rawat Inap Melati Atas RSUP Persahabatan”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengahlimedia/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis./ pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok

Pada tanggal: Juli 2014

Yang menyatakan

(Hesi Oktamiati)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

vii

ABSTRAK

Nama : Hesi Oktamiati

Program Studi : Profesi Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan pada Pasien Stroke Hemoragik di Ruang Inap Melati

Atas RSUP Persahabatan

Stroke merupakan kumpulan manifestasi gangguan neurologis yang diakibatkan

oleh penyumbatan suplai darah ke bagian otak. Gaya hidup tidak sehat pada

masyarakat perkotaan menjadi penyebab Stroke. Kerusakan mobilitas fisik

merupakan dampak tertinggi yang dialami oleh penderita pasca stroke. Karya

Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis intervensi kerusakan

mobilitas fisik dengan latihan rentang pergerakan sendi (RPS) untuk mencegah

terjadinya kontraktur pada pasien di Ruang Rawat Melati Atas, RSUP

Persahabatan. Hasil dari latihan rentang gerak sendi (RPS) terbukti efektif dalam

mengatasi kerusakan mobilitas fisik. Sosialisasi tentang pemberian edukasi dan

mengajarkan RPS secara terprogram diperlukan perawat ruangan agar perbaikan

rentang gerak sendi optimal.

Kata Kunci:

Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, kerusakan mobilitas fisik, rentang

gerak sendi, stroke

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

viii

ABSTRACT

Name : Hesi Oktamiati

Study Program : Ners

Title : Analysis clinical practice of urban health nursing in

Hemorrhagic stroke’s patient in the Ruang Melati Atas,

RSUP Persahabatan

Stroke is a collection of manifestations from neurological disorders caused by

discontinuanced of blood supply to part of the brain. The unhealthy lifestyles in

urban communities become the cause of stroke. The impaired physical mobility is

the highest impact experienced by people with post-stroke. This article makes

interventions aimed to analyze the impaired physical mobility with Range of

Motion exercises (ROM) to prevent contractures in patients at Ruang Rawat

Melati Atas, RSUP Persahabatan. The Results of Range of Motion exercises

(ROM) shown to be effective in overcoming the impaired physical mobility.

Regarding the provision of education and socialization teaching ROM regularly is

needed by nurses for repairing the optimal range of motion.

Keyword:

Hemorrhagic stroke, impaired physical mobility, nursing in urban health, range of

motion

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................... 5

1.2.1 Tujuan Umum .................................................................... 5

1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................... 5

1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................ 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8

2.1 Stroke ........................................................................................... 8

2.1.1 Definis Stroke .................................................................... 9

2.1.2 Klasifikasi Stroke ............................................................... 9

2.1.3 Etiologi Stroke ................................................................... 12

2.1.4 Faktor Resiko Stroke ......................................................... 14

2.1.5 Tanda dan Gejala Stroke .................................................... 15

2.1.6 Komplikasi ......................................................................... 17

2.1.7 Patofisologi Stroke ............................................................. 17

2.1.8 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke ............. 20

2.2 Mekanisme Terjadi Gangguan Mobilitas Fisik............................ 26

2.2.1 Definisi Rentang Gerak Sendi (RPS) ................................. 27

2.2.2 Prosedur Latihan Rentang Gerak Sendi ............................. 29

BAB III. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................ 34

3.1 Pengkajian ................................................................................. 34

3.2.1 Identitas Pasien ................................................................ 34

3.2.2 Anamnesis ....................................................................... 35

3.2.3 Pemeriksaan Diagnostik .................................................. 39

3.2.4 Daftar Terapi Medikasi .................................................... 39

3.2.5 Daftar Terapi Cairan ........................................................ 39

3.2 Analisa Data .............................................................................. 40

3.3 Perencanaan Asuhan Keperawatan ............................................ 40

3.3.1 Rencana Asuhan Keperawatan Sebelum Operasi ............ 45 3.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan Setelah Operasi .............. 49

3.4 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 56

BAB IV. ANALISIS SITUASI ..................................................................... 59

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

x

4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan

Konsep Terkait KKMP dan Kosep Kasus Terkait ................... 59

4.2 Analisis Salah Satu Intervensi dengan

Konsep dan Penelitian Terkait .................................................. 66

4.3 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan ........................... 71

BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 73

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 73

5.2 Saran ............................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Stroke Hemoragik ........................................................................ 11

Gambar 2.2 Trombus Serebral ......................................................................... 12

Gambar 2.3 Hemoragik Serebral...................................................................... 14

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 2 : Hasil Gambar Rontgen Toraks

Lampiran 3 : Hasil Gambar CT Scan Kepala Tanpa Kontras

Lampiran 4 : Daftar Terapi Obat

Lampiran 5 : Analisis Data

Lampiran 6 : Catatan Perkembangan Pasien

Lampiran 7 : Lembar Pengkajian Stroke NIHSS

Lampiran 8 : Lembar leflet RPS

Lampiran 9 : Biodata Penulis

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

mengalami masa peralihan, dari masyarakat agraris menjadi negara industri.

Indonesia juga menghadapi dampak perubahan tersebut dalam bidang kesehatan.

Salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan kesehatan adalah

transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian penyakit-penyakit

menular dan diikuti oleh peningkitan jumlah kejadian penyakit tidak menular

yang sebagian besar bersifat multikausal (disebabkan oleh banyak faktor)

(Departemen Kesehatan, 2007). Penyakit tidak menular (PMT) merupakan

penyakit kronis, PMT mempunyai durasi yang panjang dan umumnya

berkembang lambat. Empat jenis PMT utama menurut WHO adalah penyait

kardiovaskular (penyakit jantung koroner), stroke (cerebrovascular disease),

kanker, dan penyakit pernapasan kronik (asma dan penyakit paru obstruksi

kronis), dan diabetes (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Cerebrovascular Disease (CVD) atau stroke adalah penyakit yang menyerang

otak yaitu berupa gangguan fungsi saraf lokal dan/ atau global, munculnya

mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada stroke disebabkan

oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. Gangguan saraf tersebut

menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara

tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin penurunan kesadaran, gangguan

penglihatan, dan lain-lainnya. American Heart Association (AHA) (2010)

mengatakan bahwa stroke menyumbangkan sekitar satu dari 18 kematian di

Amerika Serikat pada tahun 2006. Angka kematian tahun 2006 adalah sebanyak

137.119 orang yang terdiri dari 54.524 laki-laki dan 82.595 perempuan. Prediksi

prevalensi stroke tahun 2006 adalah 6,4 juta yang terdiri dari 2,5 juta laki-laki dan

3,9 juta perempuan. Sekitar 795.000 orang mengalami stroke baru, 610.000 orang

diantaranya mengalami serangan pertama dan stroke serangan berulang sekitar

185.000 orang. Berdasarkan estimasi diperkieakan 40 detik akan muncul satu

kasus stroke baru di Amerika ( AHA, 2010). Konferensi Stroke Internasional

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

2

Universitas Indonesia

tahun 2008 yang di selenggarakan di Wina, Austria mengungkapkan bahwa

jumlah kasus stroke di kawasan Asia akan terus meningkat yang disebabkan oleh

perubahan gaya hidup masyarakat.

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7

per mil dan terdiagnosa tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.

Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi

Utara (10,8%), diikuti oleh DI Yogjakarta (10.3%), dan DKI Jakarta 9,7 per mil.

Prevalensi yang terdiagnosis tenaga kesehatan maupun berdasarkan diagnosis atau

gejala sama tinggi pada laki-laki dan perempuan. Prevalensi stroke cenderung

lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik yang didiagnosis

tenaga kesehatan (16,5%) maupun diagnosis tenaga kesehatan atau gejala

(32,8%). Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari di desa, baik berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan (8,2%) maupun berdasarkan tenaga kesehatan atau

gejala (12,7%) (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Hal ini dapat terjadi karena

disebabkan oleh beban kerja, stres dam tekanan pekerjaan (Patel, 1995). Angka

kejadian stroke sangat tinggi mengenai populasi usia lanjut. Insidens pada usia 75-

84 tahun sekitar 10 kali dari populasi berusia 55-64 tahun. Hal ini juga tidak jauh

berbeda dengan hasil survey yang dilakukan oleh Yayasan Stroke Indonesia

(2012) mengatakan bahwa kecenderungan meningkatnya jumlah penderita stroke

di Indonesia dalam dasawarsa terakhir dan hal ini menjadikan Indonesia sebagai

negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia.

Data epidemiologi menunjukan bahwa stroke merupakan penyebab kematian

nomor dua di dunia setelah penyakit jantung dan pada tahun 2008, stroke

menyebabkan 6,2 juta orang meninggal (WHO, 2008). Berdasarkan hasil data

WHO dan data Riset Kesehatan Dasar RI dapat dilihat bahwa stroke merupakan

salah satu masalah utama kesehatan di negara maju ataupun negara berkembang

serta penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Stroke juga menimbulkan

dampak yang besar dari segi sosial ekonomi, karena biaya pengobatan yang

relative mahal dan akibat kecacatan yang ditimbulkan pada pasien pasca stroke

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

3

Universitas Indonesia

sehingga berkurangnya kemampuan untuk bekerja seperti semula dan menjadi

beban sosial di masyarakat.

Menurut Sudoyo, dkk (2009) mengatakan bahwa stroke dibagi menjadi dua

klasifikasi, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke iskemik

disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak yang kemudian menyebabkan

terhentinya pasokan oksigen dan glukosa ke otak. Stroke ini sering diakibatkan

oleh trombosis akibat plak aterosklorosis ateri otak/ atau yang memberi

vaskularisasi pada otak atau emboli dari pembuluh darah di luar otak yang

tersangkut di arteri otak. Stroke jenis ini merupakan stroke tersering didapatkan

sekitar 80% dari semua stroke dan stroke ini dapat mengakibatkan syok atau

hipovelemia. Kemudian stroke hemoragik merupakan sekitar 20% dari semua

stroke diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah, dibedakan pada intraserebral,

subdural, dan subaraknoid. National Stroke Association (2014) dan Lewis (2007)

mengatakan bahwa hampir 85% dari kasus stroke adalah iskemik, yang terjadi

akibat sumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah atau yang lain.

Adapun gejala neurologis yang timbul tergantung berat gangguan pembuluh

darah dan lokasinya. Manifestasi klinik stroke dapat menimbulkan penurunan

kesadaran, afasia, nyeri kepala, penurunan fungsi motorik. Perubahan tersebut

mempengatuhi struktur fisik maupun mental, sehingga dengan adanya perubahan

tersebut mobilisasi penderita akan mengalami kemunduran aktivitas seperti

kelemahan menggerakkan kaki, kelemahan menggerakkan tangan,

ketidakmampuan bicara dan ketidakmampuan fungsi-fungsi motorik lainnya

(Smeltzer dan Bare, 2002). Stroke juga merupakan salah satu penyebab kecacatan

permanen di Amerika Serikat dan hal ini menjadikan penyebab yang menetap dari

kecacatan (Lynch et al, 2005).

Penatalaksanaan stoke menurut Setyopranoto (2011) dalam Jurnal Stroke Gejala

dan Penatalaksanaan menyimpulkan bahwa penatalaksanaan stroke dibagi

menjadi dua, yaitu stadium hiperakut, stadium akut, dan stadium subakut. Stadium

hiperakut dilakukan di IGD dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

4

Universitas Indonesia

pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada pasien ini

diberikan oksigen 2L/ menit dan cairan kristaloid, kemudian dilakukan

pemeriksaan CT Scan, EKG, foto toraks, pemeriksaan darah perifer lengkap,

glukosa, APTT, kimia darah, dan analisis gas darah. Stadium akut dilakukan

penanganan faktor-faktor etilogik maupun penyulit dan dilakukan tindakan terapi

fisik, okupasi, wicara, dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu

pemulihan pasien. Penjelasan edukasi kepada keluarga pasien perlu menyangkut

dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang

dapat dilakukan keluarga. Stadium subakut merupakan tindakan medis yang

berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan bleeder training

(termasuk terapi fisik), sehingga dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif

pasca stroke di rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti,

memahami, dan melaksanakan program preventif primer dan sekunder.

Penyakit stroke memberikan dampak pada berbagai sistem tubuh, menurut Lewis

(2007) pada umumnya stroke dapat menyebabkan lima tipe kecatatan (disability),

yaitu: 1) paralisis atau masalah mengontrol gerakan, 2) gangguan sensorik

termasuk nyeri, 3) masalah dalam menggunakan bahasa atau mengerti bahasa, 4)

masalah dalam berpikir dan memori, 5) gangguan emosional. Unsur patologis

yang utama pada stroke adalah terdapatnya defisit motorik berupa hemiparise atau

hemiplagia yang dapat mengakibatkan kondisi imobilitas. Kondisi ini

menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot yang dapat mengakibatkan

ketidakmampuan pada otot ekstermitas secara umum, penurunan fleksibilitas dan

kekakuan sendi yang dapat mengekibatkan kontraktur sehingga pada akhirnya

pasien akan mengalami keterbatasan terutama dalam mengakibatkan Activity

Daily Living (ADL).

Fase rehabilitasi pada pasien pasca stroke meliputi perbaikan mobilitas dan

mencegah deformitas, menghindari nyeri bahu, pencapaian perawatan diri, kontrol

kandung kemih, perbaikan proses pikir, pencapaian beberapa bentuk komunikasi,

pemeliharaan integritas kulit, dan tidak adanya komplikasi (Smeltzer & Bare,

202). Hal utama yang harus dilakukan dalam tindakan keperawatan untuk pasien

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

5

Universitas Indonesia

pasca stroke adalah memperbaiki mobilitas dan mencegah deformitas. Intervensi

keperawatan untuk memperbaiki mobilitas dan mencegagh deformitas adalah

dengan cara latihan rentang pergerakan sendi (RPS) atau Range of Motion (ROM)

dan pengaturan posisi.

Rentang pergerakan sendi merupakan salah satu terapi lanjutan pada pasien stroke

setelah fase akut telah terlewati atau telah memasuki fase rehabilitasi. Rentang

gerak Sendi (RPS) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya

kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing

persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan aktif

membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta

meningkatkan penampilan kognitif. Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu

menggerakkan sendi seseorang melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya

membantu mempertahankan fleksibilitas (Potter & Perry, 2005).

Adapun komplikasi yang akan datang jika pasien pasca stroke tidak dilakukan

latihan rentang gerak sendi adalah kontraktur dan atrofi (Kozier, 2004). Hasil

penelitian oleh Astrid (2008) didapatkan hasil bahwa kekuatan otot meningkat dan

kemampuan fungsional meningkat secara signifikan setelah diberikan latihan. Hal

ini berarti latihan RPS berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot dan

kemampuan fungsional pasien stroke dengan hemiparise. Penelitian yang

dilakukan oleh Yulinda (2009) mendapatkan hasil bahwa adanya peningkatan

kekuatan otot dan kemampuan fungsional klien setelah melakukan ROM secara

teratur selama 4 minggu. Berdasarkan penelitian yang telah disampaikan diatas

yang berkaitan dengan latihan RPS, hampir semua penelitian menggunakan

latihan RPS unilateral, dimana hanya dilakukan pada bagian ekstermitas yang

mengalami hemiparise. Latihan RPS pada pasien stroke dapat dilakukan pada

semua ekstermitas yang mengalami hemiparises ataupun tidak, latihan ini disebut

dengan RPS bilateral (Neurodevelopment Treatment (NDT) Approach). Adapun

penelitian tentang penggunaan Neurodevelopment Treatment (NDT) Approach

adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulinda (2009) yang menyimpulkan bahwa

perkembangan kemampuan kekuatan otot dan refleks yang berhubungan dengan

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

6

Universitas Indonesia

perkembangan motorik dapat mengalami peningkatan. Penelitian yang dilakukan

oleh Stoykov (2009) menyimpulkan bahwa latihan RPS bilateral dapat

meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan fungsional.

Berdasarkan rekap data RSUP. Persahabatan, khususnya Ruang Rawat Melati

Atas Mei-Juni 2014 ditemukan sebanyak 16 kasus, yang hampir 90% mengalami

stroke iskemik dan pasien yang terkena stroke mengalami hemiparises atau

hemiparalisi pada bagian ekstrimitas. Hal ini menempatkan stroke sebagai

penyakit terbanyak di Ruang Melati Atas setelah Diabetes Mellitus. Berdasarkan

hasil wawancara dengan perawat ruangan didapatkan hasil bahwa perawat

ruangan biasanya bekerja sama dengan keluarga untuk melakukan ROM uniteral

secara tidak terprogram. Berdasarkan hal tersebut pasien dengan stroke perlu

dilatih untuk melakukan latihan rentang gerak sendi yang bertujuan untuk

menstabilkan atau mempertahankan fungsi mobilisasi sendi, kekuatan otot, dan

untuk mencegah komplikasi dari imobilisasi seperti atrofi otot dan kontraktur.

Karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus terdahap pasien dengan

masalah keperawatan kerusakan mobilitas fisik yang mengalami rawat inap di

Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan. Mahasiswa melakukan analisis praktik

klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan terhadap pengaruh RPS pada

perubahan mobilisasi pasien stroke.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Menggambarkan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat

perkotaan terhadap pengaruh RPS pada perubahan mobilisasi pasien stroke di

Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis masalah keperawatan terkait dengan kasus mobilisasi

fisik pada pasien pasca stroke dan konsep Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

7

Universitas Indonesia

2. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik dengan

gangguan mobilitas fisik.

3. Melakukan analisis intervensi latihan rentang gerak sendi dalam mengatasi

gangguan mobilitas fisik pada pasien dengan stroke hemoragik.

1.3. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini antara lain:

1. Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para

perawat untuk lebih memodifikasi lagi dalam menyusun asuhan keperawatan.

Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada penderita

pasca stroke yang mengalami gangguan mobilisasi fisik. Intervensi tersebut

dilakukan sesuai dengan penelitian yang telah ada dan mudah untuk

dilakukan.

2. Rumah Sakit

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dan informasi mengenai

penanganan pasien pasca stroke dengan gangguan mobilitas di RSUP

Persahabatan, khususnya di Ruang Melati Atas agar pasien tidak terkena

kontraktur.

3. Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkan kualitas pembelajaran dan

mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan sistem neurologi khususnya

mengenai penyakit stroke dengan pasien yang mengalami gangguan

mobilisasi akibat terjadinya penyumbatan di otak sehingga terputusnya sistem

koordinasi tubuh, sehingga tidak ada lagi pasien stroke yang mengalami

kontraktur. Hal ini sebagai dasar mengenai informasi RPS tehadap perubahan

mobilisasi pada pasien pasca stroke.

4. Penulis Selanjutnya

Hasill penulisan ini diharapkan dapat menjadikan dasar untuk melakukan

evidence based practice yang serupa dengan kasus yang lain sesuai dengan

penelitian terbaru.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

8 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stroke

Keperawatan masyarakat perkotaan menurut Allender dan Spradley (2011)

merupakan lahan keperawatan, yang berfokus pada populasi, menekankan

terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya peningkatan kesejahteraan diri,

meningkatkan tanggung jawab pasien terhadap perawatan diri, menggunakan

penilaian dan analisa, menggunakan teori organisasi dan melibatkan kolaborasi

antar profesi. Perkotaan menurut BAPPENAS (2005) merupakan wilayah yang

memiliki karakteristik kepadatan penduduk mencapai atau lebih dari 50 jiwa per

Ha, dimana mayoritas penduduknya berusaha bekerja pada wilayah industri,

perdagangan, dan jasa. Perkotaan menurut UU No. 22/1999 adalah kawasan yang

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan

ekonomi. Sehingga dapat diartikan bahwa perkotaan adalah wilayah yang

memiliki jumlah kepadatan penduduk yang besar, memiliki wilayah industri, dan

pusat administratif pemerintahan. Tingginya aktivitas dan tuntutan pekerjaan yang

dialami oleh masyarakat perkotaan menyebabkan sulit untuk melakukan pola

hidup sehat, seperti konsumsi makanan cepat saji, waktu olahraga yang terbatas,

dan stres akibat pekerjaan. Hal ini dapat memicu penyakit degeneratif, seperti

stroke. Berdasarkan data dari WHO (2011), kematian akibat penyakit tidak

menular sekitar 60% dari seluruh penyebab kematian di negara-negara

berkembang. Indonesia mengalami prevalensi sebanyak 60% kematian

disebabkan oleh penyakit degeneratif, yang paling banyak dialami adalah stroke.

Stroke menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional

maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah

serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah di otak. Patologis ini

menyebabkan pendarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding

pembuluh darah atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh

lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen

(Doenges, 2010).

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

9

Universitas Indonesia

2.1.1. Definisi Stroke

Stoke merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan

neurologis yang disebabkan oleh interupsi dalam suplai darah ke salah satu bagian

otak. Stroke merupakan sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif,

cepat, berupa defist neurologis vocal atau global yang berlangsung selama 24 jam

atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan

oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic (Black & Hawks, 2005;

Ignatavicius & Workman, 2010). Menurut Smeltzer dan Bare (2002) stroke atau

cedera serebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak. WHO (2006) mendefinisikan stroke

adalah sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak

fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau

lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas

selain vaskuler. Jadi dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan manifestasi

gangguan neurologis pada bagian otak akibat adanya hambatan suplai darah ke

bagian otak sehingga menimbulkan kelumpuhan hingga kematian.

2.1.2. Klasifikasi Stroke

Berdasarkan atas jenisnya, stroke terbagi atas stroke non hemoragik dan stroke

hemoragik.

1. Stroke Non Hemoragik (Iskemik Stroke)

Gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh oklusi sebagian atau

lengkap dari pembuluh darah dengan transient atau efek permanen. Jenis

stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis ateri

otak/ atau yang memberi vaskularisasi pada otak atau seuatu emboli dari

pembuluh darah di luar otak dan merupakan stroke yang paling sering terjadi

(Sudoyo, 2009). Doenges, Moorhouse, dan Murr (2010) membagi penyebab

dari stroke iskemik yaitu trombotik pembuluh darah besar dan stroke

embolik, trombolik stroke pembuluh darahampir 80%h kecil, stroke

kerdioembolik, dan lain-lain. Iskemia mungkin bersifat sementara dan

menyelesaikan dalam waktu 24 jam, dapat diubah dengan resolusi gejala

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

10

Universitas Indonesia

selama periode 1 minggu (reversibel defisit neurologis iskemik, atau

kemajuan infark serebral dengan variabel efek dan derajat pemulihan).

Transient Ischemic Attack (TIA)

Gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya berlangsung

kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu

sampai dua jam dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga

masih belum teratasi sekitar 50% pasien sudah terdapat infark dari hasil

MRI. Setelah TIA, 10% sampai 15% pasien dalam 7 hari, 30 hari, 90 hari

akan terkena stroke, namun lebih banyak pasien yang terkena stroke

setalah dua hari setelah TIA (Gofir, 2009; Burst, 2007).

Reversible Ischemic Neurogical Deficit (RIND)

Sama seperti TIA gejala neurologi dari RIND akan menghilang lebih dari

24 jam, biasanya RIND akan membaik dalam waktu 24-48 jam (Gofir,

2009).

Stroke In Evolution (Progressing Stroke)

Pada keadaan ini gejala dan tanda neurologis fokal terus memburuk setelah

48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung secara bertahap dari

yang ringan menjadi lebih berat (Gofir, 2009; Burst, 2007).

Complate Stroke Non Hemorrahagic

Kelainan neurologis sudah menetap tidak berkembang lagi bergantun

daerah bagian otak mana yang mengalami infark.

2. Stroke Hemoragik

Sudoyo, dkk (2009) mengatakan bahwa stroke jenis ini terjadi hanya sekitar

20% dari semua stroke diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro eneurisma dari

Charcot atau etat crible di otak. Dibedakan antara pendarahan intraserebral,

subdural, dan subaraknoid. Kemudian hanya 20% dari pasien mendapatkan

kembali kemandirian fungsional (Nassisi, 2008 dalam Doenges, Moorhouse,

& Murr, 2010).

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

11

Universitas Indonesia

Pendarahan Intraserebral (PIS)

Pendarahan ini terjadi di dalam substansi atau parenkim otak. Penyebab

utamanya adalah hipertensi tidak terkontrol. Penyebab lainnya yaitu

malformasi arteriovenosa (MVA), alcohol, diskrasia darah, dan angiopati

(Caplan, 2007). Pendarahan jenis ini arteri yang sebagai vaskularisasi

mengalami ruptur dan menyebabkan kebocoran darah kebagian otak yang

lain dan terkadang membuat otak tertekan dikarenakan penambahan

volume cairan. Pada orang dengan hipertensi kronis terjadi proses

degeneratif pada otot dari dinding arteri sehingga dapat membentuk

aneurisma.

Pendarahan Subarachoid (PSA)

Penyebab tersering adalah rupturnya aneurima arterial yang ada di otak

dan perdarahan dari malformasi vascular yang terletak dengan piameter.

Penyebab lain berupa akibat trauma, angiopati amiloid. Bila pecahnya

aneurisma ini berhubungan dengan cairan serebrospinal akan terjadi

peningkatan tekanan intracranial, dan bila tidak cepat ditangani akan

menyebabkan kematian.

Gambar 2.1 Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

12

Universitas Indonesia

2.1.3. Etiologi Stroke

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian, yaitu trombosis

(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme serebral

(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang

lain), iskemia (penurunan aliran darah ke area otak), dan hemoragik serebral

(pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam jaringan otak

atau ruang sekitar otak) (Smeltzer & Bare, 2002).

1. Trombosis Serebral

Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah

penyebab utama trombosis serebral. Trombosis serebral merupakan

penyebab tersering stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi.

Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat

mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa

mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragik intrasebral

atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi

secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplagia, atau

parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat

pada beberapa jam atau hari.

gambar 2.2 Trombus Serebral

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

13

Universitas Indonesia

2. Embolisme Serebral

Embolus dapat berupa bekuan darah, lemak, udara hingga menyebabkan

sumbatan. Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis

infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi

pulmonal adalah tempat-tempat asal emboli. Embolus biasanya

menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak

sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplagia tiba-tiba dengan

atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit

jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.

3. Iskemia Serebral

Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena

konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. Manifestasi

paling umum adalah SIS (Serangan Iskemik Sementara). Stroke yang

terkena iskemik dapat terjadi enam bulan setelah menderita SIS atau

mengalami SIS secara berulang.

4. Hemoragik Serebral

Hemoragik ini terjadi di luar dura mater (hemoragik estradural atau

epidural), di bawah dura mater (hemoragik subdural), di ruang

subaraknoid, atau di dalam subtansi otak (hemoragik intrasebral).

Hemoragik serebral terjadi karena pecahnya pembuluh darah serebral

dengan pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak,

akibatnya terjaid penghentian suplai darah ke otak.

Hemoragik intarsebral adalah pendarahan yang paling sering terjadi pada

pasien hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif

karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Stroke

sering terjadi pada kelompok usia 40-70 tahun. pada orang yang lebih

muda dari 40 tahun, hemoragk intrasebral biasanya disebabkan oleh

malformasi arteri-vena, hemangioblastoma, dan trauma. Juga disebabkan

oleh tipe patologi arteri tertentu., adanya tumor otak, dan penggunaan

medikasi (antikoagulan oral, amfetamin, dan berbagai obat aditif).

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

14

Universitas Indonesia

Peredaran darah biasanya aterial dan terjadi terutama pada basal ganglia.

Gambaran klinis dan prognosis bergantung terutama pada derajat

hemoragik dan kerusakan otak. Biasanya awitan tiba-tiba, dengan sakit

kepala berat. Bila hemoragik membesar, makin jelas defisit neurologic

yang terjadi dalam bentuk penurunan keasadaran dan abnormalitas tanda-

tanda vital.

Gambar 2.3. Hemoragik Serebral

2.1.4. Faktor-Faktor Resiko Stroke

Menurut Sudoyo (2009) dan Smeltzer (2008) secara patologis pada non

hemoragik, merupakan stroke terbanyak dari seluruh stroke, apa yang terjadi di

pembuluh darah di otak serupa dengan apa yang terjadi di jantung, terutama jenis

emboli dan trombosis. Oleh karena itu faktor resiko terjadinya stroke serupa

dengan faktor resiko penyakit jantung iskemik, yaitu:

1. Usia, yang merupakan faktor resiko independen terjadinya stroke

2. Jenis kelamin, pada perempuan premenopause lebih rendah dibandingkan

pria. Setelah menopause faktor perlindungan pada wanita menghilang, dan

insidensnya hampir sama dengan pria

3. Hipertensi, baik sistolik dmaupun diastolic merupakan faktor resiko

dominan untuk terjadinya stroke lebih hemoragik atau non hemoragik

4. Diabetes mellitus, hiperlipidemia

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

15

Universitas Indonesia

5. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung, antara lain gangguan

irama jantung (fibrilasi atrial), infark yang disertai vegetasi (endokarditis

bakterialis subakut), tumor atrium

6. Penyebab jantung dikatakan bertanggung jawab atas sekitar 30% dari

penyebab stroke

7. Koagulopati karena gangguan berbagai komponen darah

8. Faktor keturunan/ hipovolemia dan syok terutama pada populasi usia

lanjut, dimana refleks sirkulasi sudah tidak baik lagi.

2.1.5. Tanda dan Gejala Stroke

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi

(pembuluh darah dimana yang tersumbat), ukuran area perfusinya tidak adekuat,

dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesoris). Fungsi otak yang

rusak tidak dapat membaik sepenuhnya (Smeltzer & Bare 2002).

1. Kehilangan Motorik

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan

kontrol volunter terhadap gerakan motorik, karena neuron motor atas

melintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat

menunjukkan pada neuro motor yang berlawanan. Disfungsi motor paling

umum adalah hemiplagia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada

sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi

tubuh juga salah satu tanda dan gejalanya. Kemudian ataksia, yaitu

berjalan tidak mantap, tidak tegap, dan tidak mampu menyatukan kaki.

Menurut Lemone dan Burke (2004) gangguan motorik yang terjadi pada

pasien stroke dapat berupa hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi

tubuh), flaccidity (hilangnya tonus otot), spasticity (hipertonia yang

disertai dengan kelemahan)

2. Kehilangan Komunikasi

Stroke merupakan penyebab afaksia yang paling umum. Disfungsi bahasa

dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut, yaitu disartria

(kesulitan bicara) ditujukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang

disebabkan oleh paralisis otot bicara. Disfasia atau afasia (bicara defektif

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

16

Universitas Indonesia

atau kehilangan bicara), yaitu terutama ekspresif atau reseptif. Apraksia

(ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)

3. Gangguan Persepsi

Ketidakmampuan untuk menginteprestasikan sensasi. Stroke dapat

mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam visual-spasial

dan kehilangan sensoris. Disfungsi persepsi visual, homonimus

hemianopsia yaitu kehilangan setengah lapangan pandang, tidak

menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan

mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak. Kehilangan

penglihatan perifer yaitu kesulitan melihat pada malam hari. Gangguan

hubungan visual spasial adalah diplopia (penglihatan ganda). Kehilangan

sensoris, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi, kebas, dan kesemutan pada

bagian tubuh (parastesia).

4. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologi

Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapan perhatian terbatas, kesulitan

dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang menyebabkan pasien

menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi. Masalah

psikologi lainnya adalah labilitas emosional, kurang kooperatif. Menurut

Lemone dan Burke (2004) mengatakan bahwa perubahan tingkah laku

termasuk emosi labil, kehilangan kontrol diri dan menurunnya toleransi

terhadap stres disebabkan oleh kerusakan jaringan. Perubahan intelektual

bisa terjadi berupa kehilangna memori, penurunan perhatian, penilaian,

dan ketidakmampuan berpikir abstrak.

5. Disfungsi Kandung Kemih

Pada pasien stroke mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara

karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan

ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/ bedpan karena kerusakan

kontrol motorik dan postural. Pasca stroke kadang-kadang kandung kemih

bersifat atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon pengisian kandung

kemih, kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau

berkurang. Perubahan eliminasi bowel juga sering dialami oleh pasien

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

17

Universitas Indonesia

stroke, hal ini disebabkan oleh adanya penurunan kesadaran, imobilitas

atau dehidrasi (Lemone & Burke, 2004).

2.1.6. Komplikasi Stroke

Komplikasi akut bisa berupa gangguan neurologis atau nonneurologis. Gangguan

neurologis misalnya edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial yang

dapat menyebabkan herniasi atau kompresi batang otak, kejang, dan transformasi

hemoragik. Gangguan nonneurologis, misalnya adalah infeksi (contoh:

pneumonia), gangguan jantung, gangguan keseimbangan elektrolit, edema paru,

hiperglikemia reaktif. Kejang biasanya muncul dalam 24 jam pertama pasca

stroke dan biasanya parsial dengan atau tanpa berkembang menjadi umum.

Kejang berulang terjadi pada 20-80% kasus. Penggunaan antikonvulsan sebagai

profilaksis kejang pada pasien stroke tidak terbukti bermanfaat. Terapi kejang

pada pasien stroke sama dengan penanganan kejang pada umumnya (Stroke

Centre, 2003).

2.1.7. Patofisiologi Stroke

Stroke merupakan penyakit peredarah darah otak yang diakibatkan oleh

tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah di otak,

sehingga suplai darah ke otak berkurang (Smletzer & Bare, 2005). Secara umum

ganguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral.

Merupakan gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu

proses patologi pada pembuluh darah serebral. Stroke bukan merupakan penyakit

tunggal tetapi merupakan kumpulan tanda dan gejala dari beberapa penyakit

diantaranya ; hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah,

diabetes mellitus, dan penyakit vaskuler perifer (Markus, 2001). Penyebab utama

stroke berdasarkan urutan adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,

hipertensi yang dapat menimbulkan perdarahan intraserebral dan rupture

aneurisme sakuler (Price & Wilson, 2002).

Trombosis serebral (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher),

aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral merupakan penyebab

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

18

Universitas Indonesia

utama terjadinya thrombosis. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain

yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain), abnormalitas patologik pada

jantung kiri seperti endokarditis, jantung reumatik, serta infeksi pulmonal adalah

tempat berasalnya emboli. Hemoragik serebral (pecahnya pembuluh darah

serebral sehingga terjadi perdarahan ke dalam jaringan otak atau area sekitar),

hemoragik dapat terjadi di epidural, subdural, dan intraserebral. (Hudak & Gallo,

2005; Ranakusuma, 2002). Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari

pecahnya arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah

superfisial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian

distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan

bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri

penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan

tekanan darah yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini,

sehingga dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong

struktur otak dan merembas kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel

atau ke ruang intrakranial. Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh

karena ruptur arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau

subaraknoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan.

Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan

vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke

seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak

akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat

membengkak dan mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan

darah akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan

semua jaringan nekrotik akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru

sehingga terbentuk jalinan desekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut

terisi oleh astroglia yang mengalami proliferasi (Price & Willson, 2002).

Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya aneurisma.

Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan

perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering terdapat

lebih dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

19

Universitas Indonesia

perdarahan. Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang menembus

otak seperti cabang-cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang

memperdarahi sebagian dari ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna.

Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat cepat dan konstan,

berlangsung beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari. Gambaran

klinis yang sering terjadi antara lain; sakit kepala berat, leher bagian belakang

kaku, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang. Sembilan puluh prosen

menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan besar dan

atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan meninggal dalam

waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke

system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan mesensefalon, atau

mungkin disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital

(Hieckey, 1997; Smletzer & Bare, 2005).

Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di bagian hemisfer serebri masih

dapat ditoleransi tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata.Sedangkan

adanya bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudahdapat

mengakibatkan kematian. Bila perdarahan serebri akibat aneurisma yang pecah

biasanya pasien masih muda, dan 20 % mempunyai lebih dari satu aneurisma

(Black & Hawk, 2005). Bila melihat awitan kejadian dan tanda-tanda klinis yang

ditimbulkan maka dapat disimpulkan pasien Tn. S mengalami strok hemoragik,

terjadinya perdarahanan dimungkinkan akibat hipertensi lama yang tidak

terkontrol. Hal ini juga dibuktikan dari hasil CT-Scan kepala tanpa kontras yaitu

adanya lesi hiperden di daerah pons, berarti menunjukkan adanya perdarahan di

pons. Selain itu juga ditemukan adanya lakunar infark basal ganglia kiri, infrak ini

dapat sebabkan karena terjadi perdarahan intrakranial sehingga akan terjadi

vasospasme pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen ke jaringan

sekitar menurun sehingga dapat terjadi infark.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

20

Universitas Indonesia

2.1.8. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan stroke meliputi anamnesis riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic, dan pengkajian psikososial.

Anamesis terdiri dari identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam

masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnose medis. Keluhan yang

sering menjadi alasan pasien untuk meminta bantuan kesehatan adalah

kelemahan pada anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat

berkomunikasi, dan penurunan kesedaran.

Riwayat kesehatan saat ini, serangan stroke hemoragik sering kali

berlangsung secara mendadak pada saat pasien melakukan aktivitasnya.

Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak

sadar selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak

yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran

dalam hal perubahan di dalam intracranial. Keluhan perubahan perilaku

juga umum terjadi, sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latargi,

tidak responsive, dan koma.

Riwayat penyakit terdahulu, adanya hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,

diabetes mellitus, penyakit jantung, riwayat trauma kepala, kontrasepsi

oral yang lama, penggunaan obat antikoagulan yang sering digunakan

pasien (obat-obatan antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta).

Adanya riwayat merokok dan pengunaan alkohol. Pengkajian riwayat ini

dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan

merupakan data dasar untuk mengkaji lebih lanjut dan untuk memberikan

tindakan selanjutnya. Riwatar penyakit keluarga, biasanya ada riwayat

keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau adanya riwayat

stroke dari generasi terdahulu.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

21

Universitas Indonesia

Pengkajian menurut Doenges, Moorhouse, & Murr, 2010

a. Aktivitas/Istirahat

DO: Perubahan tonus otot (lembek atau kejang) kelemahan secara

umum, kelumpuhan satu sisi, dan perubahan tingkat kesadaran.

DS: Kesulitan dengan aktivitas karena kelemahan, hilangnya sensasi,

atau paralysis (hemiplegia), mudah lelah, dan kesulitan istirahat, rasa

sakit atau otot berkedut.

b. Sirkulasi

DO: Hipertensi arteri, yang umum kecuali CVD karena emboli atau

malformasi vaskular, denyut nadi dapat bervariasi karena berbagai

faktor, seperti yang sudah ada sebelumnya, kondisi jantung, obat-

obatan, efek stroke pada vasomotor pusat disritmia, perubahan

elektrokardiografi (EKG), bruit di karotis, femoralis, atau arteri iliaka,

atau aorta abdominal mungkin atau mungkin tidak hadir.

DS: Riwayat penyakit jantung infark miokard-(MI), rematik dan

penyakit jantung katup, gagal jantung (HF), endokarditis bakteri,

polisitemia.

c. Integritas ego

DO: Emosional labil; tanggapan berlebihan atau tidak pantas untuk

marah, sedih, kebahagiaan; kesulitan mengekspresikan diri.

DS: Perasaan tidak berdaya, putus asa.

d. Eliminasi

DO: Perubahan pola berkemih-inkontinensia, anuria; perut buncit;

distensi kandung kemih; mungkin memiliki absen atau hilang bising

usus jika neurogenic paralitik ileus hadir.

e. Makanan/minuman

DO: Obesitas (faktor risiko); masalah mengunyah dan menelan.

DS: Riwayat diabetes, peningkatan lipid serum (faktor risiko);

kurangnya nafsu makan; mual atau muntah selama acara akut

(peningkatan tekanan intrakranial); kehilangan sensasi di lidah, pipi,

dan tenggorokan; disfagia.

f. Neurosensori

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

22

Universitas Indonesia

DO: Mental Status: Coma biasanya muncul pada tahap awal gangguan

perdarahan, kesadaran biasanya muncul bila etiologi adalah trombotik

alami; perubahan perilaku lesu, apatis, combativeness; perubahan

fungsi kognitif-memori, pemecahan masalah, pengurutan.

Ekstremitas: Kelemahan dan kelumpuhan kontralateral pada semua

jenis stroke, genggaman tangan tidak sama; berkurang tendon dalam

refleks (kontralateral), kelumpuhan wajah atau paresis (ipsilateral).

Afasia: Mungkin ekspresif (kesulitan menghasilkan ucapan), reseptif

(kesulitan bicara), maupun global (kombinasi dari dua); Agnosia;

Perubahan kesadaran citra tubuh, pengabaian atau penolakan

kontralateral sisi tubuh (mengabaikan unilateral), gangguan persepsi;

Apraxia. Ukuran dan reaksi pupil: Mungkin tidak setara, melebar dan

pupil pada sisi ipsilateral dapat hadir dengan pendarahan atau herniasi;

Nuchal kekakuan- umum dalam stroke hemoragik; Kejang - umum

dalam stroke hemoragik.

DS: Sejarah TIA, RIND; pusing atau sinkop sebelum stroke atau

transient selama TIA; sakit kepala parah dapat menemani pendarahan

intraserebral atau subarachnoid; kesemutan, mati rasa, dan kelemahan

umum dilaporkan selama TIA, ditemukan dalam berbagai derajat di

jenis-jenis stroke; sisi yang terlibat tampaknya "mati"; defisit

penglihatan-kabur, hilangnya sebagian penglihatan (kebutaan),

penglihatan ganda (diplopia), atau gangguan lainnyadi bidang visual;

hilangnya sensoris pada sisi kontralateral di kaki dan kadang-kadang

di sisi ipsilateral wajah; gangguan pada indera rasa, bau.

g. Nyeri/ketidaknyamanan

DO: Perilaku menjaga dan gangguan, gelisah, ketegangan otot atau

wajah.

DS: Sakit kepala intensitas yang berbeda-beda.

h. Respirasi

DO: Ketidakmampuan untuk menelan, batuk, atau melindungi jalan

napas; pernapasan bekerja dan tidak teratur; respirasi bising, ronki

(aspirasi sekresi).

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

23

Universitas Indonesia

DS: Merokok (faktor risiko).

i. Keamanan

DO: Masalah dengan penglihatan; Perubahan persepsi tubuh orientasi

spasial (CVD kanan), mengabaikan; Kesulitan melihat benda-benda di

sisi kiri (CVD kanan); Menjadi menyadari sisi yang terkena;

Ketidakmampuan untuk mengenali benda, warna, kata, wajah;

Hilangnya respon terhadap panas dan dingin, tubuh diubah pengaturan

suhu; Kesulitan menelan, ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan gizi sendiri; Gangguan keputusan, sedikit perhatian untuk

keselamatan, ketidaksabaran, kurangnya wawasan (CVA kanan).

j. Interaksi sosial

DO: Masalah berbicara; Ketidakmampuan untuk berkomunikasi;

Perilaku tidak sesuai.

k. Pembelajaran/belajar

DS: Riwayat keluarga hipertensi, stroke, diabetes; Penggunaan

kontrasepsi oral; Merokok, penyalahgunaan alkohol (faktor risiko);

Obesitas.

l. Pertimbangan Discharge Planning

Obat dan terapi; Bantuan dengan transportasi, belanja, persiapan

makanan, perawatan diri, dan ibu rumah tangga atau pemeliharaan

tugas; Perubahan tata letak fisik rumah; Penempatan Transisi sebelum

kembali ke pengaturan rumah.

2. Pemeriksaan Fisik

Menurut Muttaqin (2008) yang temasuk pemeriksaan fisik untuk pasien

stroke adalah keadaan umum (B1 (breathing), B2 (blood), B3 (Brain))

tingkat kesadaran, pemeriksaan saraf kranial, sistem motorik, gerakan

involunter, dan sistem sensorik (B4 (bladder), B5 (bowel), B6 (bone)).

a. Pemeriksaan saraf kranial

Saraf I, biasanya ada masalah pada penciuman.

Saraf II, disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensoris

primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan

visual parsial sering terlihat pada pasien dengan hemiplegia kiri.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

24

Universitas Indonesia

Pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena

ketidakmampuan untuk memcocokan pakaian ke bagian tubuh.

Saraf III, IV, dan IV, apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis

sesisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan

konjugat unilateral di sisi yang sakit.

Saraf V, pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf

trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan

mengunyah. Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral dan

kelumpuhan sesisi otot-otot pterigoideus internus dan eksternus

Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal, asimetris, otot

wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.

Saraf VIII, tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf XI dan X, kemampuan menelan tidak baik, kesukaran

membuka mulut.

Saraf XI, tidak atrofi otot sternokleidomastideus dan trapezius.

Saraf XII, lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan

fasikulasi, indra pengecapan normal.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke

antara lain:

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

interupsi aliran darah; gangguan oklusif, hemoragik; vasospasme

serebral, edema serebral

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan

neuromuskuler; kelemahan, parestesia; flaksid/ paralisis hipotonik

(awal); paralisis spastic

c. Hambatan komunikasi verbal dan/ atau (tertulis) berhubungan dengan

kerusakan sirkulasi serebral; kerusakan neuromuscular, kehilangan

tonus/ kontrol otot fasial/ oral, kelemahan/ kelelahan umum

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,

penurunan kekuatan otot dan ketahanan, kehilangan kontrol/

koordinasi otot

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

25

Universitas Indonesia

e. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik,

psikososial, perceptual kognitif

f. Resiko kerusakan menelan

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan stroke menurut Black dan Hawks (2009) adalah sebagai

berikut:

a. Identifikasi stroke secara dini

Faktor utama dalam intervensi dan tindakan awal pasien stroke adalah

ketepatan dalam mengidentifikasi manifestasi klinik yang bervariasi

berdasarkan lokasi dan ukuran infark. Pengkajian awal dan riwayat

yang lengkap dari pasien merupakan data penting yang harus

didapatkan untuk memberikan intervensi yang tepat.

b. Mempertahankan oksigenasi serebral

Tindakan utama yang dilakukan adalah mempertahankan kepatenan

jalan napas dengan cara memiringkan kepala pasien untuk mencegah

terjadinya aspirasi dari air liur pasien yang keluar tanpa terkontrol.

Elevasi kepala dilakukan, hindari posisi hiperekstensi, dan

pertahankan pemberian oksigen yang adekuat.

c. Memperbaiki aliran darah serebral

Pemberian tromboembolik dilakukan untuk rekanalisa pembuluh

darah dan reperfusi jaringan otak yang mengalami iskemik. Agen

trombolitik yang diberikan biasanya berupa thrombus atau embolus

yang menutupi aliran darah.

d. Pencegahan komplikasi

Komplikasi yang muncul dapat berupa perdarahan, edema serebral,

aspirasi, dan komplikasi lainnya. Perdarahan dapat terjadi pada pasien

stroke ketika setelah diberikan rt-PA (Recombinant Tissue

Plasminogen Activator), oleh karena itu pasien harus dimonitor ketat

adanya tanda-tanda perdarahan. Edema terjadi jika pasien mengalami

TIK. Pasien perlu diberikan posisi elevasi kepala sebesar 30o untuk

meningkatkan perfusi serebral dan aliran balik vena. Resiko aspirasi

pneumonia merupakan resiko komplikasi yang cukup tinggi pada

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

26

Universitas Indonesia

pasien stroke. Aspirasi lebih sering dikaitkan dengan hilangnya

kontrol faringeal, orofaringeal, dan penurunan kesadaran. Pencegahan

aspirasi pneumonia adalah penundaan pemberian cairan oral selama

24-48 jam.

e. Fase Subakut/ Fase Rehabilitasi (antara 2 minggu-6 bulan pasca

stroke)

Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya, penatalaksanaan

komplikasi, restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu

fisioterapi, terapi wicara, terapi kognitif dan terapi okupasi, prevensi

sekunder, dan edukasi keluarga dan Discharge Planning Fase

(Setyopranoto (2011). Fase rehabilitasi dapat dimulai sesegera

mungkin, sasaran utama pada fase ini adalah perbaikan mobilitas,

menghindari nyeri bahu, perawatan diri, kontrol kandung kemih,

perbaikan bentuk komunikasi, integritas kulit, dan tidak adanya

komplikasi. Salah satu intervensi yang digunakan untuk perbaikan

mobilitas adalah rentang gerak sendi (RPS) (Smeltzer & Bare, 2008).

2.2. Mekanisme Terjadi Gangguan Mobilitas Fisik

Penyakit stroke memberikan dampak pada berbagai sistem tubuh, menurut Lewis

(2007) pada umumnya stroke dapat menyebabkan lima tipe kecatatan (disability),

yaitu: 1) paralisis atau masalah mengontrol gerakan, 2) gangguan sensorik

termasuk nyeri, 3) masalah dalam menggunakan bahasa atau mengerti bahasa, 4)

masalah dalam berpikir dan memori, 5) gangguan emosional. Unsur patologis

yang utama pada stroke adalah terdapatnya defisit motorik berupa hemiparise atau

hemiplagia yang dapat mengakibatkan kondisi imobilitas. Kondisi ini

menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot yang dapat mengakibatkan

ketidakmampuan pada otot ekstermitas secara umum, penurunan fleksibilitas dan

kekakuan sendi yang dapat mengekibatkan kontraktur sehingga pada akhirnya

pasien akan mengalami keterbatasan terutama dalam mengakibatkan Activity

Daily Living (ADL). Fase rehabilitasi pada pasien pasca stroke meliputi

perbaikan mobilitas dan mencegah deformitas, menghindari nyeri bahu,

pencapaian perawatan diri, kontrol kandung kemih, perbaikan proses pikir,

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

27

Universitas Indonesia

pencapaian beberapa bentuk komunikasi, pemeliharaan integritas kulit, dan tidak

adanya komplikasi (Smeltzer & Bare, 202). Hal utama yang harus dilakukan

dalam tindakan keperawatan untuk pasien pasca stroke adalah memperbaiki

mobilitas dan mencegah deformitas. Intervensi keperawatan untuk memperbaiki

mobilitas dan mencegah deformitas adalah dengan cara latihan rentang pergerakan

sendi (RPS) atau Range of Motion (ROM). RPS yang sangat banyak dianjurkan

untuk pasien pasca stroke adalah mobilisasi, sesuai dengan diagnosa pertama

keperawatan bahwa hal yang pertama kali diatasi untuk pasien pasca stroke adalah

mempertahankan/ menstabilkan fungsi pergerakan tubuh dan kekuatan otot. Ada

salah satu jurnal, yaitu Purwanti dan Maliya (2008) dalam jurnal Berita Ilmu

Keperawatan mengatakan bahwa latihan rentang gerak sendi sangat perlu

ditingkatkan untuk mencegah komplikasi. Latihan fisik untuk penderita stroke

dibagi kedalam mobilisasi dini dan latihan duduk. Mobilisasi dini terdiri dari

pelaksanaan mobilisasi dini posisi tidur dan latihan rentang gerak sendi (Purwanti

& Maliya, 2008).

2.2.1. Definisi Rentang Pergerakan Sendi (RPS)

Ketika pasien yang terkena stroke mengalami keterbatasan mobilisasi seperti

terjadinya hemiparise maka perawat harus memberikan intervensi keperawatan

yang dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi mobilitas, sehingga harus

diberikan latihan rentang gerak sendi. Rentang gerak Sendi (RPS) adalah latihan

gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot,

dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal

baik secara aktif ataupun pasif. Latihan aktif membantu mempertahankan

fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan kognitif.

Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi seseorang melalui rentang

geraknya oleh orang lain, hanya membantu mempertahankan fleksibilitas. Tujuan

dari rentang gerak sendi adalah mempertahankan fungsi mobilisasi sendi,

memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang berkurang

karena proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan, dan mencegah

komplikasi dari immobilisasi seperti atrofi otot dan kontraktur (Potter & Perry,

2005). Terdapat dua jenis rentang gerak sendi (RPS), yaitu:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

28

Universitas Indonesia

1. RPS pasif

Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak

yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %. Jenis sendi yang digunakan

untuk jenis RPS ini adalah Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari

kaki oleh klien sendri secara aktif.

2. RPS aktif

Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam

melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang

gerak sendi normal (klien aktif). Kekuatan otot 75 %. Jenis sendi yang

digunakan untuk jenis ROM ini adalah Seluruh persendian tubuh atau

hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu

melaksanakannya secara mandiri. Latihan gerak sendi ini menggambarkan

gerakan sistematik dengan rangkaian urutan selama atau atau setiap tahap,

latihan sebanyak dua kali sehari (Kozier, 1995).

Latihan ROM dapat menggerakan persendian seoptimal mungkin sesuai dengan

kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang

digerakkan. Adanya pergerakan akan menyebabkan peningkatan aliran darah ke

dalam kapsula sendi (Ulliya, et, al, 2007). Konsep latihan bilateral atau

Neurodevelopment Treatment Approach (NDT) adalah metode latihan yang

diarahkan pada kedua sisi tubuh, baik yang sehat maupun yang sakit (Wahid,

dalam Cahyati, 2011). Alasan utama dilakukannya latihan RPS bilateral

dikarenakan hampir semua aktivitas menggunakan dua tangan, seperti berpakaian,

makan, dan lain sebagainya (Waller & Whitall, 2008). Pada pasien yang terkena

stroke dan mengalami defisit motorik akibat parase pada ekstermitas atas dan

bawah, maka pasien akan mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-

hari. Penggunaan tangan yang sehat (salah satu tangan) pada pasien stroke secara

terus menerus akan menambah buruk keadaan tangan yang mengalami parase.

Selama ini terapi yang sering dilakukan adalah bagaimana mengoptimalkan

tangan yang mengalami parase agar mampu melakukan aktivitas sesuai dengan

kemampuannya. Latihan terus menerus dilakukan, namun keterbatasan ini akan

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

29

Universitas Indonesia

menyebabkan pasien akan terus menggunakan tangan yang sehat untuk

beraktivitas (Cahyati, 2011).

2.2.2. Prosedur Latihan Rentang Pergerakan Sendi (RPS)

Latihan RPS dengan teknik bilateral adalah melakukan latihan terhadap kedua

ekstermitas pasien yang sakit ataupun tidak. Latihan RPS dengan teknik bilateral,

yaitu RPS aktif untuk bagian tubuh yang mengalami hemiparise dan RPS pasif

untuk bagian tubuh yang tidak mengalami hemiparise (Stoykov, 2008). Prinsip-

prinsip dalam melakukan latihan RPS, yaitu 1) pilih waktu di saat pasien myaman

dan bebas dari rasa nyeri untuk meningkatkan kolaborasi pasien. 2) posisikan

pasien dalam posisi tubuh lurus yang normal. 3) gerakan harus dilakukan secara

lembut, pelan, dan berima. 4) latihan diterapkan pada sendi yang proporsional. 5)

posisi yang diberikan memungkinkan gerak sendi secara leluasa. 6) tekankan pada

peserta latihan bahwa gerakan sendi yang adekuat adalah gerakan sampai dengan

mengalami tahanan bukan nyeri. 7) tidak melakukan RPS pada daerah yang nyeri.

8) amati respon verbal pasien. 9) latihan harus dihentikan dan diberikan istirahat

apabila terjadi spasme otot (Cahyati, 2011).

Berikut anatomi pergerakan-pergerakan sendi (Potter dan Perry, 2006):

1. Leher, spina servikal dengan tipe sendi Pivotal (putar):

a. Fleksi: menggerakkan dagu menempel ke dada (otot

sternocleidomastoid).

b. Ekstensi: mengembalikan kepala ke posisi tegak (otot trapezius).

c. Hiperekstensi: menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin (otot

trapezius).

d. Fleksi lateral: memiringkan kepala sejauh mungkin kea rah setiap

bahu (otot sternocleidomastoid)

e. Rotasi: memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkular (otot

sternocleidmastoid, trapezius)

2. Bahu dengan tipe sendi ball and socket:

a. Fleksi: menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke posisi depan

di atas kepala (otot koraktobrakhialis, bisep brakhli, deltoid, pektoralis

mayor)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

30

Universitas Indonesia

b. Ekstensi: mengembalikan lengan ke posisi samping tubuh (otot

latissimus dorsi, teres mayor, trisep brakhii)

c. Hiperekstensi: menggerakkan lengan ke belakang tubuh, dengan siku

tetap lurus (otot latissimus dorsi, teres mayor, deltoid)

d. Abduksi: menaikkan lengan ke posisi samping, di atas kepala (otot

deltoid, sipraspinatus)

e. Adduksi: menurunkan lengan dari atas ke samping sampai menyilang

tubuh (otot pektoralis mayor)

f. Rotasi dalam: dengan siku fleksi, memutar bahu dengan

menggerakkan lengan sampai jari-jari menghadap ke bawah dan ke

belakang (otot pektoralis mayor, latissimus dorsi, teres mayor,

subskapularis)

g. Rotasi luar: dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan

lengan sampai jari-jari menghadap ke atas dan berada si samping

kepala (otot infraspinatus, teres mayor, deltoid)

h. Sirkumduksi: menggerakkan lengan dengan lingkaran penuh (otot

deltoid, korakobrakhialis, latissimus dorsi, teres mayor)

3. Siku dengan tipe sendi Hinge:

a. Fleksi: menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi

bahu dan tangan sejajar bahu (otot bisep brakhii, brakhialis,

brakhioradialis)

b. Ekstensi: meluruskan siku dengan menurunkan tangan (otot trisep

brakhi)

4. Lengan bawah dengan tipe sendi Pivotal (putar):

a. Supinasi: memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan

menghadap ke atas (otot supinator, bisep brakhii)

b. Pronasi: memutar lengan ke bawah sehingga telapak tangan

menghadap ke bawah (otot pronator teres, pronator quadrates)

5. Pergelangan tangan dengan tipe sendi kondiloid:

a. Fleksi: menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan

bawah (otot fleksor kalpi ulnaris, fleksor carpi radialis)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

31

Universitas Indonesia

b. Ekstensi: menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan dan engan

bawah berada dalam arah yang sama (otot ekstensor karpi ulnaris,

ekstensor carpi radialis brevis, ekstensor radialis longus)

c. Hiperekstensi: membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh

mungkin (otot ekstensor karpi ulnaris, ekstensor carpi radialis brevis,

ekstensor radialis longus)

d. Abduksi (fleksi lateral): menekuk pergelangan tangan miring (medial)

ke ibu jari (otot fleksor carpi radialis, ekstensor carpi radialis brevis,

ekstensor radialis longus)

e. Adduksi (fleksi ulnar): menekuk pergelangan tangan miring (lateral)

kea rah lima jari (otot fleksor karpi ulnaris, ekstensor carpi ulnaris)

6. Jari-jari tangan dengan tipe sendi Condyloid hinge:

a. Flrkdi: membuat genggaman (otot lumbrikales, interosseus volaris,

interosserus dorsalis)

b. Ekstensi: meluruskan jari-jari tangan (ekstensor digiti quinti proprius,

ekstensor digitorum kommunis, ekstensor inicis proprius)

c. Hiperekstensi: menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh

mungkin (otot ekstensor digiti quinti proprius, ekstensor digitorum

kommunis, ekstensor inicis proprius)

d. Abduksi: merenggangkan jari-jari yang satu dengan jari-jari yang lain

(otot interosserus dorsalis)

e. Adduksi: merapatkan jari-jari tangan (otot interosserus volaris)

7. Ibu jari dengan tipe sendi Pelana:

a. Fleksi: menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan

(otot fleksor pollisis brevis)

b. Ekstensi: menggerakkan ibu jari menjauh dari telapak tangan (otot

ekstensor pollisis longus, ekstensor pollisis brevis)

c. Abduksi: menjahkan ibu jari ke samping (otot abductor pollisis brevis)

d. Adduksi: menggerakkan ibu jari ke depan tangan (otot adductor

pollisis obliquus, adductor pollisis tranversus)

e. Oposisi: menyentuh ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang

sama (otot opponeus pollisis, opponeus digiti minimi)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

32

Universitas Indonesia

8. Pinggul dengan tipe sendi ball and socket:

a. Fleksi: menggerakkan tungkai ke depan dan atas (otot psaos mayor,

iliakus, iliopsaos, Sartorius)

b. Ekstensi: menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain

(Gluteus maksimus, semitendonesus, semimembranisus)

c. Hiperekstensi: menggerakkan tungkai ke belakang tubuh (otot gluteus

maksimus, semitendonesus, semimembranisus)

d. Abduksi: menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh (gluteus

medius, gluteus minimus)

e. Adduksi: menggerakkan tungkai kembali ke posisi medial dan

melebihi jika mungkin (otot adductor longus, adductor brevis,

adductor magnus)

f. Rotasi dalam: memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain (otot

gluteus medius, gluteus minimus, tnsor fasciae latae)

g. Rotasi luar: memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain (otot

obturatorius internus, obturatorius ekternus)

h. Sirkumduksi: menggerakkan tungkai melingkar (otot psaos mayor,

gluteus maksimus, gluteus medius, adductor magnus)

9. Lutut dengan tipe sendi Hinge:

a. Fleksi: menggerakkan tumit ke arah belakang paha (otot bisep

femoris, semitendonosus, semimembranosus, Sartorius)

b. Ekstensi: mengembalikan tungkai ke lantai (otot rektus femoris,

vastus lateralis, vastus medialis, vastus intermedius)

10. Mata kaki dengan tipe sendi Hinge:

a. Dorsifleksi: menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke

atas (otot tibialis enterior)

b. Plantarfleksi: menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke

bawah (otot gastroknemus, soleus)

11. Kaki dengan tipe sendi Gliding:

a. Inversi: memutar telapak kaki samping dalam/ medial (otot tibialis

anterior, tibialis posterior)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

33

Universitas Indonesia

b. Eversi: memutar telapak kaki ke samping luar/lateral (otot peroneus

longus, peroneus brevis)

12. Jari-jari kaki dengan tipe sendi Condyloid:

a. Fleksi: melengkungkan jari-jari kaki ke bawah (otot fleksor digitorum,

lumbrikalis pedis, fleksor hallusis brevis)

b. Ekstensi: meluruska jari-jari kaki (otot ekstensor digitorum longus,

ekstensor digitorum brevis, ekstensor hallusis longus)

c. Abduksi: merenggangakn jari-jari kaki satu dengan lainnya (otot

abductor hallusis, interusseus dorsalis)

d. Adduksi: merapatkan kembali bersama-sama (otot adductor hallusis,

interosseus plantaris)

Kekuatan otot didefinisikan sebagai kekuatan otot ekstermitas penderita stroke

yang telah melewati penyakitnya, dikaji pada awal masuk sampai setelah

diberikan terapi, adapun nilai untuk menggambarkan kekuatan ekstermitas yaitu

nilai 0 jika tidak timbul kontraksi otot, lumpuh total. Nilai 1 jika terjadi kontraksi

otot namun tidak ada gerakan. Otot cukup kuat untuk menngangkat beban. Nilai 2

jika otot dapat berkontraksi tetapi tidak bisa gerak melawan gravitasi. Nilai 3 jika

otot dapat berkontraksi dan menggerakan bagian tubuh secara penuh melawan

gaya gravitasi tetapi jika diberikan dorongan melawan, otot tidak mampu

melawan. Nilai 4 jika otot dapat berkontraksi dan gerakan tubuh melawan tahanan

minimal, mampu melawan dorongan tetapi tidak maksimal. Nilai 5 jika otot

berfungsi normal (Smeltzer & Bare, 2002).

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

34 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Pada bab ini diuraikan mengenai laporan kasus kelolaan utama, yang terdiri dari

pengkajian, analisa data, rencana intervensi dan evaluasi hasil asuhan

keperawatan. Pada Bab ini menggabungkan model asuhan keperawatan yang

disusun secara medical dan nursing. Berdasarkan pada medical model pasien

merupakan suatu bagian anatomi yang kompleks dan kesatuan sistem fisiologis,

dimana menitik beratkan kepada anatomi, fisiologi, dan kerusakan biokimia

sebagai penyebab penyakit dengan demikian mendorong pendekatan yang

berorientasikan penyakit pasien (Aggleton & Chalmers, 2000). Sedangkan

nursing model adalah suatu diagram keperawatan yang sistematis digunakan

untuk mengatur tentang apa yang akan dilakukan dalam praktik, meliputi

pendekatan pengkajian, perencanaan, implemantasi, dan evaluasi perawatan

pasien dan berfokus pada biopsikososial spiritual (McKenna, 1994).

3.1. Pengkajian

3.2.1. Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Mei 2014. Pasien bernama Tn. S dengan

umur 75 tahun, tinggal bersama dengan seorang istri dan seorang anak di daerah

Pisangan, beragama islam, suku bangsa jawa, pasien bekerja sebagai pensiunan

PNS, dan pendidikan terakhir SMA. Pasien dirawat dengan diagnose medis stroke

hemoragik, BPH dan hipertensi grade II.

Riwayat masuk ke RS pasien, pada tanggal 19 Mei 2014 dibawa ke IGD RSUP.

Persahabatan, pasien mengeluhkan bahwa tangan dan kaki kanan kaku dan lemas

serta tidak dapat digerakkan (hemiparesis), pasien juga tidak dapat berbicara

(afasia), tetapi tidak mengalami penurunan kesadaran. Sebelumnya pasien pernah

jatuh secara tiba-tiba di kamar mandi dan saat berolahraga pagi. Kemudian klien

dibawa keluarga ke puskemas. Di puskesmas, pasien dirujuk ke RSUP

Persahabatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

35

Universitas Indonesia

Saat di IGD RSUP Persahabatan, dilakukan pemeriksaan EKG, CT Scan Kepala,

dan rontgen toraks. Hasil EKG menunjukkan atrial fibrilasi (dengan interval PR

tidak dapat ditemukan, gelombang P banyak, dan irama irregular). Pada tanggal

21 Mei 2014, Tn. S dipindahkan ke Ruang Inap Melati Atas RSUP Persahabatan.

3.2.2. Anamnesis

1. Keluhan utama pada saat dirawat

Menurut keluarga pasien keluhan utama pada pasien adalah kaku dan tidak

bisa digerakannya tangan dan kaki pasien (bagian kanan) dan pasien.

menjadi tidak dapat berbicara sejak tiga hari yang lalu. Sebelumnya

dibawa ke Puskesmas dan langsung mendapatkan rujukan untuk segera ke

RSUP Persahabatan.

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki penyakit hipertensi

sejak tahun 2005 dan mengonsumsi obat hipertensi dari puskesma

(catropil), pernah operasi uretroplasty pada tahun 2010 di RSUP

Persahabatan. Pasien juga punya penyakit BPH (sejak tahun 2010) dan

sakit jantung sejak setahun yang lalu.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan

pasien. Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asms, sakit ginjal, jantung,

stroke dari keluarga.

4. Aktivitas/ istirahat

Pasien merupakan pensiunan PNS, aktivitasnya sehari-hari adalah

berkumpul bersama keluarga sambil menonton televisi. Pasien memiliki

keterbatasan karena kondisi yaitu adanya hemiparisis dextra dan spasitas.

Sebelumnya keluarga pasien tidak mengetahui bahwa Tn. S terkena stroke

yang mengakibatkan kelemahan bagian dextra dan tidak bisa berbicara.

Menurut keluarga sejak pasien terkena kelemahan dan kesulitan bicara,

Tn. S hanya berdiam diri di kamar dan kadang-kadang menangis tanpa

sebab. Biasanya Tn.S tidur jam 21.00-04.00, jarang tidur siang karena

pasien lebih suka untuk melakukan kegiatan, seperti kumpul bersama

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

36

Universitas Indonesia

teman-teman yang seusianya di warung kopi. Keluarga mengatakan sejak

berada di rumah sakit, pasien sulit untuk tidur malam. Terlihat pasien

mengalami kelemahan pada bagian sebelah kanan. Tingkat kesadaran

pasien masih somnolen. Saat pengkajian motorik; kekuatan otot

ekstermitas atas bagian atas 0000/3333, dan otot ekstermitas bagian

0000/3333 dan terasa kebas.

5. Sirkulasi

Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2005 dan terkena penyaki

jantung sejak setahun yang lalu. Tanda-tanda vital; TD= 160/100 mmHg,

N= 90x/ menit, RR= 23x/menit, suhu=37,1o C. Hasil NIHSS (National

Institute of Health Stroke Scale)= 18 yang mengatakan bahwa pasien

mengalami stroke berat. Capillary refill time < 3 detik. Tidak ada varises,

edema pada ekestermitas dan ekstermitas terasa hangat, bunyi napas

vesikuler dan tidak ada distensi vena jugularis. Mukosa sedikit kering,

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik dan tidak ada diaforesisi,

kondisi kulit sedikit kering. Keluarga pasien mengatakatan bahwa pasien

mengeluhkan sakit kepala berat.

6. Integritas Ego

Pasien sering sekali terlihat menangis tanpa sebab, mungkin hal ini

berkaitan penyakit yang diderita (merasa tidak berdaya) dan pasien juga

mengalami kesulitan untuk mengekspresikan diri (afasia). Masalah

financial tidak terlalu membebani keluarga karena seluruh biaya

pengobatan ditanggung oleh pihak asuransi kesehatan pasien. Gaya hidup

pasien dan keluarga menengah ke atas dan sumber keuangan dari uang

pensiunan. Budaya yang terlihat sangat mendominasi pasien adalah

budaya jawa, hal ini dibuktikan seluruh anggota keluarga menggunakan

bahasa jawa sebagai alat komunikasi dalam keluarga. Selama di rumah

sakit pasien sering diberikan alunan ayat-ayat Al-Quran yang dibacakan

oleh istri atau anak, dengan alasan supaya pasien merasa tenang dan sabar

dengan penyakitnya.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

37

Universitas Indonesia

7. Eliminasi

Keluarga mengatakan biasanya klien BAB sebanyak 1-2 kali/ hari, terakhir

BAB adalah tanggal 21 Mei 2014, pasien tidak menggunakan kateter urin.

Sejak tahun 2000, pasien terkena BPH sehingga mengalami inkontinensia

urin, selama di rumah sakit keluarga pasien mengatakan sehari BAK sekali

karena menggunakan pempers sehingga tidak terlalu mengetahui secara

detail kuantitas BAK. Karakteristik urin kurang jernih. Tidak ada

penggunaan diuretic. Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien

terkena kontipasi dikarenakan sudah 5 hari tidak BAB. Bising usus 5 kali/

menit di empat kuadran.

8. Makanan Cairan

Pasien mendapatkan diet lunak yaitu bubur saring sebanyak 1700kkal

dengan jumlah makan sebanyak 3 kali sehari dan 3 kali minum susu. Tidak

ada pembatasan cairan yang dialami pasien. Pasien menggunakan selang

NGT, karena mengalami kesulitan menelan. Berat badan saat ini adalah 60

kg dengan tinggi badan 160 cm, tidak ada penurunan berat badan. Hasil

pemeriksaan fisik menunjukkan pasien memiliki turgor kulit yang normal,

membrane mukosa lembab, bising usus 5 kali/ menit di empat kuadran,

dan tidak terdapat suara pernapasan tambahan.

9. Kebersihan/ Hygiene

Aktivitas sehari-hari pasien dibantu oleh keluarga, saat pengkajian ada bau

dan terlihat berantakan di sekililing tempat tidur. Keluarga pasien sangat

rajin untuk memandikan pasien di atas tempat tidur, jika keluarga dibantu

oleh perawat.

10. Neurosensori

Saat pengkajian status kesadaran pasien adalah somnolen dengan E3M4V

afasia. Pasien mengalami kelemahan pada sisi kanan. Pupil isokor,

diameter pupil 3/3 mm, refleks terhadap cahaya langsung 3/3 mm. tanda

rangsang meningeal tidak dikaji. Nerves cranial; paresis nerves VII

dekstra, nerves IX-X, nerves XII, dan nerves XI dekstra. Motorik;

kekuatan otot ekstermitas atas 0000/ 3333, ekstermitas bawah 0000/3333,

dan terasa baal. Refleks babinski +/+. Fungsi saraf otonom; inkontinensia

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

38

Universitas Indonesia

urin +, tidak terpasang kateter. Kemampuan komunikasi dan persepsi

sensori tidak dapat dilakukan karena pasien mengalami penurunan

kesadaran.

11. Nyeri/ ketidaknyamanan

Keluarga pasien mengatakan pasien menderita sakit kepala berat. Untuk

pengkajian PQRST nyeri tidak dapat dikaji.

12. Pernapasan

Saat pengkajian pasien menggunakan alat bantu pernapasan yaitu nasal

kanul dengan oksigen 2L/ menit. Bunyi napas vesikuler, RR= 23x/ menit.

Tidak ada penggunaan alat napas aksesoris, tidak ada pernapasan cuping

hidung, tidak ada fremitus, tidak ada sianosis, tidak ada sputum, dan

pasien merupakan orang yang tidak merokok. TB, emfisema, asma, dan

pneumonia tidak ada.

13. Keamanan

Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki alergi, tidak ada riwayat

kecelakaan, tidak ada riwayat penyakit menular seksual. Keluarga pasien

juga mengatakan bahwa bagian kanan pasien mengalami kelemahan dan

tidak dapat berbicara, dikarenakan jatuh dari kamar mandi. Aktivitas

pasien juga dibantu oleh keluarga dan perawat.

14. Interaksi Sosial

Pasien merupakan seorang pensiunan PNS yang tinggal bersama isteri dan

seorang anak. Menurut pengakuan keluarga pasien merupakan pengambil

keputusan tertinggi di keluarga. Setiap akhir pekan keluarga (anak, cucu,

menantu) berkunjung ke rumah pasien. Hubungan dengan anak-anaknya

juga baik. Saat pengkajian pasien tidak dapat bebicara, pasien hanya bisa

mengangguk kaku (bahasa tubuh yang terbatas), sehingga hal ini sebagai

alat komunikasi sementara antara pasien dan keluarga. Terkadang keluarga

juga sulit mengerti apa yang ingin dikatakan pasien.

15. Pembelajaran

Bahasa dominan pasien di rumah adalah bahasa jawa, tetapi pasien juga

dapat menggunakan bahasa Indonesia. Menurut pengakuan keluarga

pasien dapat membaca, pasien memiliki keterbatasan kognitif dan motorik,

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

39

Universitas Indonesia

tidak memiliki orientasi spesifik terhadap perawatan kesehatan, dan faktor

resiko dari keluarga. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2005.

3.2.3. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

Sebagian besar hasil pemeriksaan darah pasien cukup bagus, jarang

ditemukan nilai yang tidak normal. Nilai yang tidak normal selama

pemantauan adalah limfosit menurun (17,6%), esinofil meningkat (4,9%),

eritrosit menurun (4,2 juta/µL), Hb turun (12,2 g/dL), Ht menurun (36%),

kolestrol total meningkat (218 md/dL). Pasien mengalami asidosis

metabolic tidak terkompensasi dengan nilai AGD pH: 7,374, PCO2: 35,1,

HCO3: 20,0 (turun), BE: -4,4 mmol/L). Hasil laboratorium yang lebih

lengkap dan jelas dapat dilihat pada bagian lampiran.

2. Hasil Rontgen Toraks

Hasil Rontgen Toraks pada tanggal 20 Mei 2014, didapatkan hasil Aorta

elarge, dan tampak gambaran fibroinfiltrat paru kanan.

3. Hasil CT Scan

Hasil CT Scan tanggal 20 Mei, didapatkan hasil perdarahan dipons dengan

perkiraan jumlah perdarahan 1,2 cc, dan lakunar infark basal ganglia.

3.2.4. Daftar Terapi Medikasi

Pasien mendapatkan terapi medikasi untuk penatalaksanaan stroke hemoragik

(manitol 20%, clopidogrel, cilostazole, citicholine, transamin), hipertensi

(catropil, valsartan, adalat oros, amplodipin), untuk konstipasi (lactulac), untuk

menurunkan kadar kolesterol (stimvastatin), untuk antibiotic (cefixime), mual-

muntah (OMZ, odansentron, ranitidine), dan penghilang rasa nyeri pasca

kraniotomi (tramadol, keterolac). Dosis dan waktu pemberian terapi dapat dilihat

pada lampiran.

3.2.5. Daftar Terapi Cairan

IVFD TE 1000: RL= 2:1/ 24 jam

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

40

Universitas Indonesia

3.2. Analisis Data

Masalah keperawatan yang muncul dalam penelitian ini adalah perubahan perfusi

jaringan serebral, defisit perawatan diri, resiko kerusakan integritas kulit,

kerusakan mobilitas fisik, nyeri akut, dan resiko infeksi. Masalah yang menjadi

fokus utamanya adalah kerusakan mobilitas fisik pasca stroke. Kerusakan

mobilitas fisik adalah hilangnya kemampuan gerak secara total atau mengalami

penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya (Potter & Perry, 2002). Kerusakan

mobilitas fisik dapat ditegakkan dengan data subjektif bahwa pasien masih

merasakan sulit untuk bergerak, Pasien masih merasa masih mengalami

kelemahan pada kaki dan tangan kanan, Pasien mengalami keterbatasan gerak

pasca operasi kraniotomi, pasien terlihat lemas, dan pasien mengalami penurunan

kekuatan otot. Hasil analisa data yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran.

3.3. Perencana Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan yang telah disusun untuk mengatasi masalah

keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa dibagi menjadi dua yaitu rencana

asuhan keperawatan sebelum operasi dan sesudah operasi. Adapun penjelasannya

adalah sebagai berikut:

3.3.1. Rencana Asuhan Keperawatan Sebelum Operasi

1. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan Interupsi

Alirah Darah; hemoragik

Tujuan :

Perfusi serebral adekuat. Dengan kriteria evaluasi: tingkat kesadaran

compo mentis, tidak ada tanda-tanda peningkatan intracranial, tanda-

tanda vital stabil dalam batas normal (TD= 90/60-140/90 mmHg, Nadi:

60-100x/ menit), tidak ada tanda neurologis dan perburukan.

Intervensi:

Mandiri

a. Tentukan faktor penyebab penurunan perfusi serebral dan potensial

terjadinya peningkatan TIK

Rasional :

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

41

Universitas Indonesia

Mempengaruhi penetapan intervensi Kerusakan/kemunduran

tanda/gejala neurologi atau kegagalan memperbaikinya setelah fase

awal memerlukan tindakan pembedahan dan/atau klien harus

dipindahkan ke ruang ICU untuk pemantauan terhadap peningkatan

TIK. Penurunan perfusi serebral dapat disebabkan karena adanya

gangguan dalam aliran darah ke serebral akibat emboli, trombus,

iskemia, infark atau edema.

b. Posisi kepala ditinggikan 300 dengan posisi netral/elevasi 30 derajat

(hanya tempat tidurnya saja yang ditinggikan ).

Rasional:

Menurunkan tekanan arteri dan meningkatkan drainase serta

meningkatkan sirkulasi / perfusi cerebral. Selain itu untuk mencegah

terjadinya peningkatan tekanan intracranial dan mengetahui lokasi,

luas, dn kemajuan/ resolusi kerusakan SPP. Dapat menunjukkan TIA

yang merupakan tanda dan gejala terjadinya trombosis CVS baru.

c. Pantau tanda-tanda vital, seperti catat: (per 2 jam)

Adanya hipertensi/ hipotensi, bandingkan tekanan darah yang

terbaca pada kedua lengan

Rasional:

Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan/ trauma serebral pada

daerah vasomotor otak. Hipertensi atau hipotensi postural dapat

menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok

(kolaps sirkulasi vaskuler). Peningkatan TIK dapat terjadi (karena

edema, sumbatan darah). Tersumbatnya arteri subklavia dapat

dinyatakan dengan adanya perbedaan pada kedua lengan.

Frekuensi dan irama jantung, auskultrasi adanya murmur

Rasional:

Perubahan terutama adanya bradikardi dapat terjadi sebagai

akubatnya adanya kerusakan otak. Disritmia dan murmur mungkin

mencerminkan adanya penyakit jantung yang mungkin telah

menjadi CSV (seperti stroke setelah IM atau penyakit katup)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

42

Universitas Indonesia

Catat pola dan irama dari pernapasan, seperti adanya periode apnue

setelah pernapasan hiperventilasi, pernapasan Cheynes stokes

Rasional:

Ketidakaturan pernapasan dapat memberikan gambaran lokasi

kerusakan serebral/ peningkatan TIK dan kebutuhan untuk

intervensiselanjutnya termasuk kemungkinan perlunya dukungan

terhadap pernapasan.

d. Monitor status neurology (seperti tingkat kesadaran, reflek patologis

dan fisiologis, pupil) tiap 2 jam dan bandingkan dengan nilai normal.

Rasional:

Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor (III) dan berguna

dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih baik. ukuran

dan kesamaan pupil ditentukan oleh keseimbangan antara persarafan

simpatis dan parasimpatis yang mempersarafinya. Respon terhadap

refleks cahaya mengkombinasikan fungsi dari saraf kranial optikus

(II) dan saraf kranial okumotor (III).

e. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan,

gangguan lapang pandang,/ kedalaman persepsi.

Rasional:

Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak

yang terkena, mengindikasi keamanan yang harus mendapatkan

perhatian dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan.

f. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara jika pasien

sadar

Rasional:

Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator dari

lokasi/ derajat gangguan serebral dan mungkin mengindikasi

penurunan/ peningkatan TIK

g. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi

anatomis.

Rasional:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

43

Universitas Indonesia

Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan

meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral

h. Pertahankan keadaan tirah baring; ciptakan lingkungan yang tenang;

batasi pengunjung/ aktivitas pasien sesuai indikasi. Berikan istirahat

secara periodic antara aktivitas perawatan, batasi lamanya prosedur.

Rasional:

Aktivitas atau stimulai kontinu dapat meningkatkan TIK. Istirahat

total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan

terhadap pendarahan dalam kasus stroke hemoragik/ pendarhan

lainnya.

i. Cegah terjadinya mengejan saat defekasi, den pernapasan yang

memaksa (batuk terus menerus).

Rasional:

Maneuver valsavah dapat meningkatkan TIK dan mempersar resiko

terjadinya pendarahan.

j. Kaji rigiditas nukal, kedutan, kegelisahan yang meningkat, peka

rangsang dan serang kejang.

Rasional:

Merupakan indikasi adanya iritasi meningeal. Kejang dapat

mencerminkan adanya peningkatan TIK. Trauma serebral yang

memerlukan perhatian dan intervensi selanjutnya.

Kolaborasi

a. Berikan oksigen 2 l/menit atau sesuai indikasi

Rasional:

Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat menurunkan

hipoksia, dapat menyebabkan vasodilatasi serebral sehingga

kebutuhan serebral akan oksigen terpenuhi

b. Berikan obat sesuai indikasi

Antikoagulan, seperti natrium warfarian (Coumadin), heparin,

antitrombosit

Rasional:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

44

Universitas Indonesia

Dapat digunakan untuk meningkatkan/ memperbaiki aliran darah

sesrebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan saat

embolus/ thrombus merupakan faktor masalahnya. Kontraindikasi

pada pasien dengan hipertensi sebagai akibat dari peningkatan

resiko pendarahan

Antifibrolitik

Rasional:

Penggunaanya dengan hati-hati dalam pendarahan untuk mencegah

lisis bekuan terbentuk dan pendarahan berulang serupa

Antihipertensi

Rasional:

Hipertensi lama atau kronis, memerlukan penanganan yang hati-

hati , sebab penanganan berlebihan memungkinkan resiko

terjadinya perluasan kerusakan jaringan. Hipertensi sementara

seringkali terjadi selama fase stroke akut dan penanggulanganya

seringkali tanpa intervensi terapeutik.

Vasodilatasi perifer, seperti siklandelat (Cyclospasmol), papaverin

(pavabid/ vasospan)

Rasional:

Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi kolateral atau menurunkan

vasospasme

Fenitoin, fenobarbital

Rasional:

Digunakan untuk mengontrol kejang

Penulak feses

Rasional:

Mencegah proses mengejan selama defekasi dan yang berhubungan

dengan peningkatan TIK

c. Persiapan untuk pembedahan, endarterektomi, bypass mikrovaskuler

Rasional:

Bermanfaat untuk mengatasi situasi

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

45

Universitas Indonesia

d. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti masa

protrombin

Rasional:

Memberikan informasi tentang keefektifan pengobatan/ kadar

terapeutik

2. Defisit Perawatan Diri: Pemenuhan ADL (Activity Daily Living)

berhubungan dengan prnurunan tingkat kesadaran, penurunan kekuatan

dan ketahanan, dan kehilangan kontrol/ koordinasi otot

Tujuan :

Kebutuhan ADL terpenuhi dan terjadi kemampuan untuk memenuhinya

sampai mandiri. Dengan kriteria evaluasi: makanan dan minuman masuk

(terpenuhi), badan bersih, pakaian bersih dan rapi, eliminasi terpenuhi,

bengangsur-angsur mendemostrasikan perubahan tingkah laku dalam

merawat diri, menampilkan aktivitas perawatan diri secara mandiri,

mengidentifikasi sumber-sumber bantuan.

Intervensi :

Mandiri

a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan

skala 0-4) untuk melakukan tindakan sehari-hari

Rasional:

membantu menentukan/merencanakan intervensi sesuai kebutuhan

secara individual

b. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat ditakutkan

pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.

Rasional:

Pasien ini mungkin menjadi snagat ketakutan dan sangat tergantung

dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah

frustasi, adalah penting bagi pasien untuk melakukan sebanyak

mungkin untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri dan

meningkatkan pemulihan.

c. Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan makan, minum, mandi,

berpakaian, BAK, dan BAB)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

46

Universitas Indonesia

Rasional:

Karena pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka perawat harus

membantu pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini bertujuan untuk

mencegah terjadinya masalah lanjut bila kebutuhan tersebut tidak

terpenuhi, seperti; gangguan nutrisi, gangguan eleminasi, gangguan

integritas kulit dll.

d. Waspadai terhadap tingkah laku impulsive karena gangguan dalam

pengambilan keputusan.

Rasional:

Mengidentifikasi perlunya intervensi tambahan untuk meningkatkan

keamanan.

e. Pertahankan dukungan, sikap tegas, beri pasien waktu yang cukup

untuk mengerjakan tugasnya. Dan berikan umpan balik positif atas

usaha pasien yang telah dilakukan

Rasional:

Pasien membutuhkan perasaan empati, tetapi perlu mengetahui

bahwa pemberi asuhan bersifat konsisten. Intervensi ini

menggunakan teori keperawatan dimana perawat harus bersikap

memahami apa yang dirasakan pasien dan menghargai kemampuan

yang dimiliki pasien, serta memperhatikan kewajiban-kewajiaban

yang harus dilakukan oleh pasien jangan sampai terlupakan.

f. Kaji kemampuan pasien untuk mengkomunikasikan kebutuhannya,

misal; lapar, mengosongkan kandung kemih dll.

Rasional:

Mengetahui kebutuhan pasien yang belum terpenuhi, sehingga

perawat dapat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

g. Dekatkan makanan dan peralatan yang dibutuhkan pasien di sisi

tempat tiduryang mudah di jangkau dan motivasi pasien untuk

memenuhi kebutuan ADLnya secara bertahap.

Rasional:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

47

Universitas Indonesia

Membantu memudahkan pasien untuk menggunakannya. pasien

dalam bentuk intervensi keperawatan, memberikan arahan dan

memfasilitasi kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya

secara mandiri, dan memberikan dorongan secara fisik dan

psikologis agar pasien dapat mengembangkan potensinya sehingga

dapat melakukan perawatan mandiri. Tujuan pada intervensi ini

adalah perawat ingin melatih pasien mandiri dalam memenuhi

kebutuhan ADLnya.

Kolaborasi

a. pemberian supositoria dan pelunak feses

Rasional:

Membantu melancarkan BAB dengan merangsang fungsi defekasi

3. Resiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan tirah baring

lama, penurunan kesadaran, dan gangguan neuromuskular.

Tujuan :

Mempertahankan keutuhan kulit, dengan kriteria evaluasi tidak ada luka

(tidak lecet), kelembaban kulit baik, dan tekstur kulit halus.

Intervensi :

Mandiri

a. Kaji status nutrisi pasien dan mulai tindakan perbaikan sesuai

petunjuk

Rasional:

Keseimbangan nitrogen positif dan peningkatan status nutrisi karena

adanya atropi kelenjar sebasea dan keringat, dan mandi dapat

menyebabkan masalah kekeringan pada kulit. Meskipun demikian,

sewaktu epidermis menipis bersama kulit, pembersihan dan

penggunaan lotion akan menjaga kulit tetap lembut dan melindungi

kulit yang rentan terhadap kerusakan

b. Ubah posisi tidur pasien tiap 2-3 jam sekali dan pertahankan posisi

kepala elevasi 30 0

Rasional:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

48

Universitas Indonesia

Meningkatkan sirkulasi, tonus otot, dan gerakan tulang sendi

sehingga dapat terhindar dari luka akibat penekanan (dekubitus),

membalikkan tubuh paisen terlalu sering dikhawatirkan akan

menigkatkan tekanan intracranial

c. Gunakan jadual rotasi dalam merubah posisi pasien. Berikan

perhatian yang teliti pada tingkat kenyamanan pasien Rasional:

Memberikan waktu lebih lama bebas dari tekanan, mencegah

gerakan yang dapat menyebabkan pengelupasan dan robekan yang

dapat merusak jaringan yang rapuh. Penggunaan posisi terlentang

tergantung pada ketahanan pasien dan harus dipertahankan hanya

dalam waktu yang singkat.

d. Massase daerah yang mengalami penekanan dan penonjolan tulang

dengan menggunakan kream atau lotion yang dapat menyerap air.

Rasional:

Dengan massage dapat meningkatkan kelancaran sirkulasi darah,

sehingga jaringan cukup mendapatkan oksigen. Bila jaringan cukup

mendapatkan oksigen maka tidak akan terjadi iskemia yang nantinya

dapat menimbulkan dekubitus dan menjadi kontraindikasi bila

jaringan telah berwarna merah pada waktu kerusakan seluler terjadi.

Massage menggelilingi area dapat menstimulasi sirkulasi dan dapat

menyebabkan kerusakan jaringan.

e. Pertahankan agar sprei dan selimut tetap kering, bersih dan bebas

dari kerutan, serpihan ataupun material lain yang dapat mengiritasi.

Rasional:

Menghindari friksi dan abrasi kulit.

f. Gunakan pelindung lutut, siku, pantat dengan bantal angina/air.

Rasional:

Mengurangi resiko abrasi kulit dan pengurangan penekanan yang

dapat menyebabkan kerusakan aliran darah seluler. Tingkatkan

sirkulasi udara pada permukaan kulit untuk mengurangi panas atau

kelembaban.

g. Batasi pemajanan terhadap suhu yang berlebih (panas/dingin)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

49

Universitas Indonesia

Rasional:

Penurunan sensitivitas rasa sakit/panas/dingin akan meningkatkan

resiko trauma jaringan.

h. Periksa permukaan kulit atau daerah lekukan (terutama yang

menggunakan pembalut/pempers) dan daerah-daerah yang menonjol

secara rutin. Tingkatkan tindakan pencegahan ketika area yang

kemerahan telah teridentifikasi.

Rasional:

Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah-daerah yang

beresiko terinfeksi dan nekrotik, daerah ini meliputi tulang dan otot.

Terjadi peningkatan resiko mengalami kemerahan/iritasi pada daerah

sekitar kaki karena penggunaan pembalut elastic.

i. Lakukan perawatan pada daerah kemerahan dan bula secara terus-

menerus dan cegah terjadinya luka dekubitus derajat lebih tinggi.

Kolaborasi

a. Kolaborasi pemeriksaan Hb, Ht, dan kadar glukosa darah

Rasional:

Anemia dan meningkatnya kadar glukosa darah merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya kerusakan kulit dan dapat

mengganggu proses penyembuhan.

3.3.1. Rencana Asuhan Keperawatan Setelah Operasi

1. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kelemahan

Neuromuskular

Tujuan :

Mobilitas fisik meningkat secara bertahap dengan kriteria evaluasi;

mempertahankan posisi yang optimal ditandai dengan tidak adanya tanda

kontraktur, footdrop (-), mempertahankan kekuatan otot, mampu

melakukan ROM aktif dan pasif secara bertahap.

Intervensi :

Mandiri

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

50

Universitas Indonesia

a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera atau pengobatan

dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilitas.

Rasional:

Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/ persepsi diri tentang

keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/ intervensi.

b. Lakukan terapi fisik yang di fokuskan pada latihan gerak pasif dan

aktif (jika pasien sadar) minimal 4 kali dalam sehari.

Rasional:

Latihan gerak aktif meningkatkan massa otot, tonus otot dan

kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung akibat tirah baring.

Bila otot-otot volunter tidak digunakan makan akan kehilangan

kekuatannya sehingga perlu dilakukan latihan gerak pasif. Hal ini

dapat mengimbangi paralisis melalui penggunaan otot yang masih

mempunyai fungsi normal, membantu mempertahankan dan

membentuk adanya kekuatan dan mengontrol otot-otot yang

mengalami gangguan serta mempertahankan kemampuan ROM

sehingga tercegah dari kontraktur dan atropi.

c. Letakkan pasien pada posisi tengkurap satu-dua kali dalam 24 jam

jika pasien dapat mentoleransi.

Rasional:

Membantu mempertahankan ekstensi pinggul fungsional, tetapi

penting kita kaji kemampuan pasien akan bernapas.

d. Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya, gunakanpapan kaki

(foot board), selama periode paralisis flaksid.

Rasional:

Mencegah kontraktur/foot drop dan memfasilitasi kegunaannya jika

berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat mengganggu kemampuan

untuk menyangga kepala, dilain pihak paralysis spastic dapat

mengarah pada deviasi

kepala ke salah satu sisi.

e. Bila pasien ditempat tidur, lakukan tindakan untuk mempertahankan

posisi kelurusan postur tubuh seperti ; hindari duduk/berbaring

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

51

Universitas Indonesia

dalam waktu lama pada posisi yang sama, ubah posisi send bahu tiap

2-4 jam, gunakan bantal kecil atau tanpa bantal dalam posisi fowler,

sangga tangan dan pergelangan pada kelurusan alamiah, gunakan

bebat pergelangan tangan.

Rasional:

Imobilisasi dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan

dapat menyebabkan kontraktur permanent, hindari posisi

duduk/berbaring yang lama dimaksudkan untuk mencegah

kontraktur fleksi panggul, ubah posisi bahu mencegah kontraktur

bahu, snagga tangan mencegah edema dependen dan kontraktur

fleksi pada pergelangan, dan bebat tangan mencegah kontraktur.

f. Siapkan pasien untuk mobilisasi progresif. Pertahankan bagian

kepala tempat tidur sedikitnya 30 derajat kecuali ada indikasi, Bantu

pasien secara bertahap dari berbaring ke posisi duduk dan biarkan

paisen menjuntaikan kaki disamping tempat tidur untuk beberapa

saat sebelum berdiri. Saat latihan awal batasi latihan turun dari

tempat tidur tidak lebih dari 15 menit 3 kali sehari, motivasi pasien

untuk berjalan singkat tapi sering dengan bantuan bila belum stabil,

tingkatkan jarak berjalan tiap hari.

Rasional:

Tirah baring lama menyebabkan penurunan volume darah yang

dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba.

Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan

keletihandan meningkatkan ketahanan.

g. Secara bertahap Bantu pasien maju dari ROM aktif ke aktifitas

fungsional, sesuai indikasi dan anjurkan orang terdekat untuk

berpartisipasi atau kita sebut sebagai terapi kerja. Dengan latihan ini

pasien diharapkan dapat beradaptasi dengan kondisinya

Rasional:

Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas secara teratur. Terapi

kerja berfokus pada latihan aktivitas sehari-hari seperti makan,

mandi, dll. Terapi kerja mengembangkan alat dan tehnik khusus

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

52

Universitas Indonesia

yang mengijinkan perawatan sendiri yang dapat memberikan

motivasi bahwa pasien dengan kelemahannya bisa hidup normal.

Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

Rasional:

Jelaskan pada pasien dan keluarga adanya terapi khusus bagi pasien

pasca stroke seperti constrainit induced treatment program yaitu

cara penatalaksanaan pada paralysis yang terjadi setelah terkena

stroke dan injury otak. Cara ini menjanjikan dapat meningkatkan

fungsi tubuh pada seseorang rata-rata setahun setelah stroke.

2. Nyeri Akut berhubungan dengan luka insisi

Tujuan :

Nyeri berkurang atau terkontrol, dengan kriteria hasil skala nyeri

berkurang, mengungkapkan metode yang diberikan penghilang, dan

mendemostrasikan penggunaan keterampilan relaksasi atau aktivitas

penghibur.

Intervensi :

Mandiri

a. Catat umur berat badan pasien, masalah medis/ psikologis yang

muncul kembali, sensitivitas idiosinkratik analgesic dan proses

intraoperasi (mis. ukuran,/ lokasi insisi, xat-zat anestesi) yang

digunakan.

Rasional:

Pendekatan pada manajemen rasa sakit pasca operasi berdasarkan

pada faktor-faktor variasi multipel.

b. Ulangi rekaman intraoperasi/ ruang penyembuhan untuk tipe anestesi

dan medikasi yang diberikan sebelumnya.

Rasional:

Munculnya narkotik dan droperidol pada sistem dapat menyebabkan

analgesik narkotik dimana pasien dibius dengan flouthane dan

Ethrane yang tidak memiliki efek analgesik residual. Selain itu,

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

53

Universitas Indonesia

intraoperasi blok regional/ lokal memiliki beberapa durasi, misalnya

1-2 jam untuk regional atau 2-6 jam untuk lokal

c. Evaluasi rasa sakit secara regular (misalnya setiap 2 jam x 12) catat

karakteristik, lokasi, dan intensitas (VAS)

Rasional:

Sediaan informasi mengenai kebutuhan/ efektivitas intervensi.

d. Catat munculnya rasa cemas dan hubungkan dengan lingkungan dan

persiapkan untuk prosedur.

Rasional:

Perhatikan hal-hal yang tidak diketahui dan/ atau persiapan

inadekuat dapat memperburuk persepsi pasien akan rasa sakit.

e. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi, dan

peningkatan pernapasan.

Rasional:

Dapat mengindikasi rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.

f. Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur

operasi.

Rasional:

Ketidaknyamanan mungkin disebabkan dengan penekanan kateter,

selang NGT, jalur parenteral (sakit kandung kemih, akumulasi cairan

dan gas gaster, infiltrasi cairan IV)

g. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai

kebutuhan

Rasional:

Pahami penyebab ketidaknyamanan (misalnya sakit otot dari

pemberian suksinikolin dapat bertahan 48 jam pasca operasi.

Parastesia bagian-bagian tubuh dapat menyebabkan cedera saraf.

Gejala-gejala mungkin bertahan sampai berjam-jam atau bahkan

berbulan-bulan dan membutuhkan evaluasi tambahan.

h. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalya semifowler; miring

Rasional:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

54

Universitas Indonesia

Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi

semi-fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot

punggung arthritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.

i. Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam,

bimbingan imajinasi, visualisasi.

Rasional:

Lepaskan tegangan emosional dan otot; tingkatkan perasaan kontrol

yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.

j. Berikan perawatan oral regular

Rasional:

Mengurangi ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan membrane

mukosa yang kering pada zat-zat anestesi, retriksi oral.

k. Observasi efek analgesic

Rasional:

Respirasi mungkin menurunkan pada pemberian narkotik, dan

mungkin menimbulkan efek-efek sinergistik dengan zat-zat anestesi.

Kolaborasi

a. Berikan obat sesuai petunjuk

Analgesik IV

Rasional:

Analgesic IV akan dengan segera mencapai pusat rasa sakit,

menimbulkan penghilang yang lebih efektif dengan obat dosis

kecil. Pemberian IM memakan waktu lebih lama dan

keefektifannya bergantung pada tingkat absorsi.

3. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

Tujuan :

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi

penyebaran infeksi pada luka insisi bedah dengan kriteria; luka insisi

utuh, tidak ada bengkak, nyeri berkurang, mencapai penyembuhan tepat

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

55

Universitas Indonesia

waktu, suhu tubuh normal (36-37,5oC), hasil lab leukosit dalam batas

normal (5000-10.000µL)

Intervensi :

Mandiri

a. Tetap pada fasilitas kontrol infeksi, streilisasi dan prosedur/

kebijakan aseptic

Rasional:

Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi

b. Uji kestrerilan semua alat

Rasional:

Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun

demikian, setiap benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya.

Sterilisasi tanggal kadaluarsa, nomor lot, dan dokumentasikan.

c. Ulangi studi laboratorium untuk kemungkinan infeksi sistemik

Rasional:

Peningkatan SDP akan mengindikasi adanya infeksi dimana

prosedur operasi akan mengurangi atau munculnya infeksi sistemik,

dapat menyebabkan kontraindikasi dari prosedur pembedahan.

d. Pertahankan gravitasi drain dependen dari kateter, selang, dan/atau

tekanan positif dari parenteral atau jalur irigasi.

Rasional:

Mencegah stasis dan refluks cairan

e. Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.

Rasional:

Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi

adalah sumber kontaminasi luka. menggunting/ bercukur secara

berhati-hati adalah imperative untuk mencegah abrasi dan penorehan

pada kulit.

f. Identifikasi gangguan pada antiseptic dan atasi dengan segera.

Rasional:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

56

Universitas Indonesia

Kontaminasi dengan lingkungan/ kontak personal akan

menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat

meningkatkan resiko infeksi.

g. Sediakan pembalut steril

Rasional:

Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka yang baru

Kolaborasi

a. Lakukan irigasi luka yang banyak, misalnya salin, air, antibiotik atau

antiseptic.

Rasional:

Dapat digunakan pada intraoperasi untuk mengurangi jumlah bakteri

pada lokasi dan pembersihan luka.

b. Dapatkan spesimen kultur.

Rasional:

Indentifikasi segera tipe-tipe organism infeksi dengan perwarnaan

gram, yang memungkinkan diperlukannya pengobatan yang sesuai

c. Berikan antibiotik yang sesuai.

Rasional:

Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi

atau kontaminasi.

3.4. Evaluasi Keperawatan

Hasil dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan sesuai dengan masaah

keperawatan adalah sebagai berikut:

Dari enam diagnosa keperawatan yang ditemukan, semua diagnose keperawatan

dapat teratasi dengan baik sesuai dengan tujuan, dan diagnosa defisit perawatan

diri teratasi sebagian saat pasien pulang pada tanggal 7 Juni 2014. Evaluasi

terakhir dilakukan pada tanggal 5 Juni 2014.

a. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral

Hari pertama melakukan pengkajian, terlihat awalnya pasien terkena

stroke iskemik karena pasien dalam kondisi yang sadar dan hanya tidak

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

57

Universitas Indonesia

dapat menggerakan bagian tubuh sebelah kanan serta mengalami afasia.

Ketika melihat hasil CT Scan, baru diketahui bahwa pasien menderita

stroke hemoragik. Sehingga perlu pemantauan TTV, pupil mata,

penglihatan, dan fungsi bicara secara sering. Kemudian memotivasi

keluarga agar mempertahankan posisi tirah baring dan meninggikan kepala

dalam posisi anatomis. Hal ini dilakukan sampai tanggal 28 Mei 2014,

karena tanggal 28 Mei 2014, pasien menjalani operasi kraniotomi. Selama

masa perawatan, tidak terjadi komplikasi. Hanya tekanan darah pasien

yang tinggi terakhir (28 Mei 2014) tekanan darahnya adalah 170/100

mmHg, sehingga perlu diberikan obat antihipertensi karena pada saat itu

pasien ingin melakukan operasi kraniotomi.

b. Defisit Perawatan Diri

Pasien merupakan penderita stroke hemoragik, sehingga sudah dapat

dipastikan sebagian tubuhnya mengalami kelemahan. Hal ini terbukti

ketika melakukan pengkajian didapatkan bahwa sebelah kanan pasien

tidak dapat digerakan, sehingga untuk pemenuhan aktivitas dibantu oleh

keluarga atau perawat. Tindakan untuk mengatasi diagnosa ini adalah

memandikan pasien, memberi makan, memberikan obat, memakaikan

baju, mengajari bagaimana memegang sendok makan, dan mengajari

makan serta minum sendiri. Walaupun hasilnya tidak sebaik sedia kala

atau seperti normalnya terdahulu, tetapi ada peningkatan dari pasien.

c. Resiko Integritas Kulit

Pasien mengalami tirah baring yang cukup lama, sehingga sangat besar

resiko untuk terjadinya luka dekubitus, ditambah dengan kondisi kulit

pasien yang sedikit kering. Tindakan yang dilakukan adalah setiap selesai

memandikan pasien, diberikan minyak kelapa pada bagian yang kering

termasuk bagian belakang tubuh, kemudian memiringkan pasien per 2 jam.

Hasilnya tidak terjadi luka dekubitus pada pasien.

d. Kerusakan Mobilitas Fisik

Setelah menjalani operasi kraniotomi, pasien mengalami imobilitas yang

cukup lama. Mahasiswa dan perawat menganjurkan untuk istirahat selama

12 jam setelah itu diperbolehkan untuk bergerak. Hal pertama yang

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

58

Universitas Indonesia

dilakukan adalah memiringkan badan per dua jam, kemudian

mengajarinyanya untuk duduk secara bertahap. Setelah itu melakukan

RPS. Pada tanggal 5 Mei, pasien sudah dapat duduk high fowler, dengan

sanggahan dibagian punggungnya dan sambil memegang gelas.

e. Nyeri Akut

Pada tanggal 2 Juni, melakukan tindakan membersihkan luka insisi pasien.

Ketika dikaji oleh perawat, pasien mengatakan luka insisi masih nyeri

dengan skala 2. Kemudian melakukan tindakan tarik napas dalam, setelah

diajari pasien mengatakan sudah tidak begitu nyeri lagi (setelah 3 hari).

Kondisi luka pasien sangat bersih dan tidak ada tanda-tanda inflamasi.

f. Resiko Infeksi

Pasien merintih kesakitan ketika luka insisi dibersihkan, hal inilah yang

ditakutkan untuk terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah

melakukan tindakan steril ketika melakukan ganti balutan pasien. Selama

dirawat pasien tidak ada tanda-tanda inflamasi dan hasil leukosit juga

dalam rentang yang normal.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

59 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Kasus Terkait

Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat melibatkan berbagai program atau

sektor lain, oleh kerena itu perawatan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh

semua tenaga kesehatan secara koordinatif (Depkes RI, 1997). Metodelogi yang

digunakan dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat melalui

beberapa tahapan kegiatan yang disebut dengan proses keperawatan sebagai suatu

pendekatan ilmiah dalam bidang keperawatan, dimana sejak dulu keperawatan

telah dilaksanakan oleh perawat. Proses keperawatan keesehatan masyarakat di

daerah perkotaan bertujuan untuk mencegah masalah keperawatan masyarakat di

daerah perkotaan.

Cerebrovaskular Disease (CVD) atau yang sering dikatakan masyarakat

perkotaan dengan stroke, ternyata adalah masalah kematian kedua setelah

penyakit jantung. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan penderita sroke

terbesar di Asia (Yastroki, 2007). Menurut data Riset Kesehatan (2013)

mengatakan prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari di desa, baik berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan (8,2%) maupun berdasarkan tenaga kesehatan atau

gejala (12,7%). Kasus stroke di RSCM sekitar 1.000 per tahun. Penanganan di

RSCM mampu menekan angka kematian akibat stroke dari 40% menjadi 25%,

bahkan di Unit Pelayanan Khusus Stroke Soepardjo Roestam yang merupakan

unit swadana bisa ditekan menjadi 13% (Siswono, 2003). Program rehabilitasi

adalah bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pedekatan medic,

psikososial, educational-vocational yang bertujuan mencapai kemampuan

fungsional semaksimal mungkin dan mencegah serangan berulang, dalam

pelayanan rehabilitasi ini merupakan pelayanan dengan pendekatan multidisiplin

yang terdiri dari dokter neurologi, dokter rehabilitasi medik, perawat, fisioterapi,

terapi occupational, pekerja sosial medik, psikolog serta klien dan keluarga turut

berperan. Mobilisasi merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal dari kondisi

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

60

Universitas Indonesia

penyakit tertentu, dalam hal ini pada klien yang mengalami serangan stroke

sehingga terhindar dari komplikasi (Purwanti & Maliya, 2008).

Insidensi kasus stroke di Ruang Rawat Inap Melati Atas RSUP Persahabatan

periode Mei-Juni 2014 tercatat sebanyak 12 kasus dan hampir 95% adalah stroke

iskemik dan sisanya stroke hemoragik. Stroke merupakan kasus nomor dua

terbanyak yang ada di Ruang Melati Atas setelah diabetes mellitus tipe II.

Ada banyak faktor yang membuat seseorang mengalami cerebrovascular disease,

khususnya stroke, berikut ini hasil analisis kasus stroke hemoragik yang ada di

ruang rawat inap Melati Atas dengan teori yang ada. Pasien dengan

cerebrovascular disease (CVD) atau stroke sering dialami oleh masyarakat

perkotaan. Terjadinya penyakit stroke tentunya disertai dengan adanya multifaktor

baik dari segi host, agent, maupun lingkungannya. Dari hasil analisis didapatkan

riwayat hipertensi sejak tahun 2000 dan sejak setahun yang lalu terkena penyakit

jantung, datang ke RSUP Persahabatan sudah mengalami hemiparesis sebelah

kanan dan afasia. Pasien merupakan pensiunan PNS yang tidak punya riwayat

merokok.

Usia pasien adalah 75 tahun, dapat dikatakan bahwa pasien sudah memasuki

lanjut usia. Secara konsep angka kejadian stroke meningkat seriring dengan

pertambahan usia. Insiden kasus tertinggi terjadi pada usia diatas 65 tahun, namun

ada 28% kasus stroke terjadi pada usia kurang dari 65 tahun dan stroke hampir

terjadi di setiap kelompok (Lemon & Burke, 2004). Menurut Depkes RI (2013)

kelompok lanjut usia dibagi menjadi 3, yaitu kelompok usia dalam masa virilitas

(berada dalam keluarga dan masyarakat luas) (45-54 tahun), kelompok usia dalam

masa presenium (berada pada keluarga, masyarakat, dan organisasi lanjut usia)

(55-64 tahun), dan kelompok masa senecrus (hidup sendiri, terpencil, hidup dalam

panti, dan penderita penyakit berat) (>65 tahun). Hal ini juga membuktikan bahwa

kelompok lanjut usia diatas 65 tahun sudah memasuki masa dengan berbagai

macam penyakit. Proses penuaan tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Proses

penuaan mempunyai konsekuensi terhadap aspek biologis, psikologis, dan sosial

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

61

Universitas Indonesia

(Watson, 2003). Perubahan-perubahan fisik yang terjadi salah satunya terlihat dari

sel, dimana sel adalah penyusun organ-organ penting untuk tubuh. Sel didalam

tubuh menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, terganggunya

mekanisme perbaikan sel, dan jumlah sel di otak akan menurun sehingga

mengakibatkan otak menjadi atrofis dan beratnya berkurang 5-10% (Ismayadi,

2004). Usia diatas 65 tahun diprediksi menderita stroke berkaitan dengan

masalah-masalah aterosklorosis.

Proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit. Pada

saat pertumbuhan, proses pembangunan lebih banyak daripada proses perusakan.

Setelah tubuh secara faali mencapai tingkat kedewasaan, maka proses perusakan

secara berangsur akan melebihi proses pembangunan pada saat inilah terjadi

proses menua. Proses ini ditandai dengan peningkatan kehilangan otot tubuh,

perubahan fungsi dan organ tubuh seperti jantung, otak, ginjal, dan hati sehingga

proses penuaan dikatakan dapat mengakibatkan timbulnya penyakit stroke . lanjut

usia mengalami banyak kerusakan struktural dan fungsional pada tubuh (Anwar,

2006 dan Temu Ilmiah Geriarti, 2008). Usia juga termasuk kedalam faktor resiko

untuk terkena stroke (Sudoyo, 2009).

Menurut Anwar (2006), ketika usia menjadi tua sistem kekebalan tubuh

mengalami penurunan, sehingga lanjut usia rentan terkena penyakit. Proses menua

juga menyebabkan proporsi lemak di dalam tumbuh meninggi dan otot berkurang,

hal inilah yang menyebabkan lanjut usia mudah terkena obesitas atau kegemukan.

Kegemukan dapat meningkatkan resiko terkena stroke dan lemak dapat

menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Hasil pengkajian terhadap

empat pasien yang terkena stroke memiliki umur diatas 60 tahun, sehingga dapat

disimpulkan bahwa usia lansia lebih rentan terkena stroke.

Riwayat hipertensi yang sejak lama dialami pasien juga dapat mengakibatkan

stroke. Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic dan

sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95

mmHg atau lebih pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

62

Universitas Indonesia

Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager, 2008).

Hipertensi menjadi masalah yang sering terjadi pada lanjut usia karena sering

ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner, lebih dari

separuh kematian diatas 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan

serebrovaskular. Menurut Sitorus, dkk (2009) mengatakan bahwa hipertensi

menjadi salah satu faktor resiko yang mengakibatkan stroke karena tekanan darah

yang definit, dengan tekanan darah sistolik > 140 dan diastolic > 90 mmHg akan

mendorong terjadinya stroke lewat diperberatnya atherosklerosis pada arkus aorta

maupun arteri servikoserebral. Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis

dan nekrosis firinoid yang memperlemah dinding pembuluh darah yang kemudian

menyebabkan rupture intima dan menimbulkan aneurisma. Hipertensi yang dapat

menimbulkan pendarahan intraserebral dan rupture aneurisme sakuler (Price &

Wilson, 2002).

Analisis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Petrovitch, Marcuc

(1995), bahwa hipertensi terbukti mempuyai pengaruh terhadap kejadian stroke.

Besarnya pengaruh tekanan darah, kemungkinan karena adanya perubahan terjadi

pada pembuluh darah serebral didalam jaringan otak. Perubahan ini menunjukkan

faktor predisposisi stroke secara langsung, dan peningkatan proses atherogenesis

merupakan faktor predisposisi perdarahan atau infark otak. Selain itu, hipertensi

menyebabkan gangguan kemampuan autoregulasi pembuluh darah otak sehingga

pada tekanan darah yang sama aliran darah ke otak pada penderita hipertensi

sudah berkurang dibandingkan penderita normotensi. Makin lama hipertensi tidak

diobati makin tinggi angka kejadian untuk stroke. Smeltzer dan Bare (2002)

mengatakan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol dapat mencetuskan hemoragik

serebral, edema, hemoragik pada luka operatif, atau terputusnya rekontruksi

arterial. Nitropusid natrium umum digunakan untuk menurunkan tekanan darah

sebelumnya. Pemantauan jantung harus dilakukan karena pasien ini mempunyai

insiden tinggi terhadap penyakit arteri koroner. Trombosis serebral (bekuan darah

di dalam pembuluh darah otak atau leher), aterosklerosis serebral dan perlambatan

sirkulasi serebral merupakan penyebab utama terjadinya thrombosis. Embolisme

serebral (bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

63

Universitas Indonesia

yang lain), abnormalitas patologik pada jantung kiri seperti endokarditis, jantung

reumatik, serta infeksi pulmonal adalah tempat berasalnya emboli. Hal ini juga

terjadi pada semua pasien yang terkena stroke (hemoragik atau iskemik) yang

berjumlah empat orang di Ruang Melati Atas didapatkan bahwa mereka memiliki

riwayat hipertensi sejak tahun 3 sampai 10 tahun yang lalu.

Hasil pengkajian juga menyebutkan bahwa pasien memiliki riwayat penyakit

jantung sejak setahun yang lalu. Stroke dapat terjadi sekunder akibat adanya

kelainan jantung dan sirkulasi demikian pula sebaliknya stroke dapat

menyebabkan kelainan jantung dan sirkulasi (Perloff, dalam Anwar, 2004). Ada

beberapa penelitian yang menunjukan bahwa penyakit jantung berkaitan dengan

stroke seperti penelitian tahun 2004 di RSCM dari 552 penderita stroke,

presentase dengan riwayat penyakit jantung sebanyak 126 orang, kemudian

penelitian di RSSN Bukittinggi tahun 2010 sebanyak 652 penderita stroke, hanya

62 orang yang tercatat memiliki riwayat penyakit jantung. Penyakit jantung

merupakan faktor risiko terkena stroke, banyak penelitian di rumah sakit yang

menunjukkan proporsi pasien stroke dengan penyakit jantung lebih kecil

dibandingkan dengan pasien stroke tanpa penyakit jantung. Hal ini menunjukkan

bahwa proporsi orang yang menderita stroke akibat penyakit jantung tidak

banyak, artinya sebagian besar pasien mendapatkan serangan stroke pertama kali

bukan karena memiliki penyakit jantung (Soeharto, 2004). Hal ini sejalan dengan

analisis yang telah dilakukan, dari empat pasien yang terkena stroke hanya satu

yang memiliki riwayat sakit jantung.

Hubungan erat antara stroke dan kelainan jantung sudah lama diketahui dan

dilaporkan dan tidak dapat disangkal lagi. Data-data yang diperoleh oleh para

peneliti menunjukkan bahwa kelainan jantung merupakan kemungkinan sumber

emboli pada 20-25 kasus infark serebri (Anwar, 2009). Pada kelompok lanjut usia

ternyata didapatkan prevalensi kelainan jantung yang tinggi pada penderita stroke.

Atrial fibrilasi merupakan kelainan jantung yang paling sering didapatkan

bersamaan dengan emboli serebri yaitu hampir separuh dari kelainan stroke akibat

emboli yang berasal dari jantung. Atrial fibrilasi sebagai penyebab sumber emboli

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

64

Universitas Indonesia

mempunyai variansi yang luas yaitu mulai dari lone atrial fibrillation sampai

ventrikel dengan gagal jantung kongestif (Anwar, 2004). Menurut Khalilullah

(2011) mengatakan hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai

macam perubahan dalam struktur jantung, pembuluh darah koroner, dan sistem

konduksi jantung. Perubahan ini dapat menyebabkan perkembangan hipertrofi

ventrikel kiri (LVH), penyakit arteri koroner (CAD), berbagai penyakit sistem

konduksi, serta disfungsi sistolik dan diastolic dari miokardium, yang

bermanifestasi klinis sebagai angina atau infark miokard, aritmia jantung

(terutama atrial fibrilasi), dan gagal jantung kongestf (CHF).

Hipertensi menjadi penyebab utama stroke (Khaliullah, 2011), meningkatnya

tekanan darah di dalam arteri dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu jantung

memompa lebih kuat sehingga mengalirkan banyak cairan pada setiap detiknya,

arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena

itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit

daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah, inilah yang terjadi

pada lanjut usia dimana dinding arteri telah menebal dan kaku karena

atherosclerosis.

Berdasarkan dari analisis penyebab yang terjadi pada kasus kemudian timbul

beberapa masalah keperawatan yang terkait dengan penyakit tersebut. penegakan

masalah keperawatan pada pasien ini berdasarkan asuhan keperawatan, yaitu

pengkajian, pemeriksaan fisik, dan data penunjang. Hasil pengkajian diadaptkan

data bahwa Tn.S (75 tahun) adalah seorang pensiunan PNS datang pertama kali ke

RSUP Persahabatan karena mengalami kelamahan pada bagian kanan tubuhnya

dan tidak dapat berbicara, tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien jatuh di

kamar mandi. Dua minggu sebelumnya pasien juga jatuh secara tiba-tiba saat

berolahraga. Status kesadaran pasien adalah somnolent, dengan E3M4V afasia,

tekanan darah 160/100 mmHg, , N= 90x/ menit, RR= 23x/menit, suhu=37,1o C,

pupil isokor dengan diameter 3mm/ 3mm, refleks babinski +/+, hasil CT Scan

adalah adanya pendarahan di pons dan lakunar infark basal ganglia kiri. Hasil dari

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

65

Universitas Indonesia

data-data diatas dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan yang

terjadi yaitu perubahan perfusi jaringan serebral. Hal ini adalah masalah utama

yang terjadi pada pasien, jika tidak segera diatasi akan menimbulkan peningkatan

TIK dan kematian. Semua tanda-tanda vital harus dipantau sesering mungkin,

karena jika ada perubahan harus segera dilaporkan karena untuk menentukan

tindakan berikutnya (Doenges, dkk (2010)). Posisi kepala juga harus ditinggikan

hingga posisi 30o dengan posisi netral (Aini, 2009).

Masalah kedua yang muncul dari kasus yang ada adalah defisit perawatan diri

dalam hal pemenuhan ADL (Activity Daily Living) berhubungan dengan

penurunan tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, dan kehilangan kontrol

otot akibat terganggunya neuromuskuler. Hal ini didapatkan dari data kesadaran

pasien somnolen, kekuatan otot ekstermitas kanan dan kiri adalah 0000/3333,

tonus otot menurun, kemudian pemenuhan ADL (makan, minum, mandi,

berpakaian, BAB, BAK) dibantu oleh keluarga dan perawat (Doenges, dkk, 2010).

Penyakit stroke tidak hanya mengakibatkan penurunan kesadaran tetapi juga

mengakibatkan kelemahan atau tidak bergeraknya salah satu anggota tubuh

(Smeltzer & Bare, 2002). Defisit perawatan diri untuk pemenuhan ADL, juga

dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien, karena biasanya pasien yang terkena

stroke pemenuhan ADL selalu dibantu oleh keluarga atau perawat. Pemenuhan

ADL sangat penting dilakukan karena hal ini bertujuan untuk mencegah

terjadinya masalah lanjut bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi, seperti gangguan

nutrisi, gangguan eliminasi, gangguan integritas kulit, dan lain-lainnya.

Stroke dapat mengakibatkan tubuh mengalami kelemahan dan mengakibatkan

penderita mengalami tirah baring yang cukup lama. Hal ini yang menyebabkan

resiko untuk terjadinya dekubitus. Potter dan Perry (2008) mengatakan bahwa

luka dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika

jaringan lunak tertekan antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam

jangka waktu yang lama. Terjadinya gangguan mikrosirkulasi jaringan lokal dan

mengakibatkan hipoksia jaringan. Jaringan memperoleh oksigen dan nutrisi serta

membuang sisa metabolisme melalui darah. Beberapa faktor yang mengganggu

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

66

Universitas Indonesia

proses ini akan mempengaruhi metabolisme sel dengan cara mengurangi atau

menghilangkan sirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemia jaringan.

Masalah keperawatan yang muncul berikutnya adalah kerusakan mobilitas fisik,

karena penyakit stroke menyerang anggota gerak tubuh. Pada tanggal 28 Mei

2014. Pasien menjalani bedah kraniotomi untuk mengatasi pendarahan yang ada

di dalam otak, hal ini juga yang menjadi data bahwa seseorang yang telah

menjalani bedah pasti akan menimbulkan nyeri dan kesulitan untuk bergerak

(mobilisasi), karena pengaruh dari efek anestesi yang digunakan (anestesi total).

Jika masalah ini tidak segera diatasi nantinya dapat menyebabkan kontraktur

dimana semua bagian amggota gerak tubuh menjadi tidak dapat digerakan.

Pada tanggal 28 Mei 2014, pasien mengalami operasi kraniotomi. Operasi

kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor,

mengurangi TIK, mengeluarkan pembekuan atau menghentikan perdarahan

(Hinchliff & Sue, 1999). Kraniotomi menyangkut pembekuan tengkorak melalui

pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intracranial (Smeltzer &

Bare, 2002). Awal pengkajian setelah operasi kraniotomi, pasien sudah dapat

berbicara walaupun hanya beberapa kata saja. Pasien mengatakan masih terasa

nyeri pada bagian luka insisi, besaran skala nyeri 2. Sehingga masalah yang

muncul ketika pasien sudah melakukan operasi kraniotomi adalah nyeri akut.

Luka setelah operasi pasti memiliki resiko untuk terjadi penyebaran infeksi,

sehingga pasien ini sangat mempunyai peluang besar untuk terkena infeksi. Hal

ini juga didukung oleh data bahwa adanya nyeri pada bekas luka insisi dan sedikit

berwarna kemerahan disekitar luka insisi. Nyeri ini dapat terjadi dikarenakan

kerusakan jaringan akibat pembukaan tulang tengkorak dan nyeri juga salah satu

tanda-tanda inflamasi, sama halnya dengan kemerahan.

4.2. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Pasien telah melakukan operasi kraniotomi untuk mengatasi perdarahan yang

terjadi pada otak, setelah dilakukan pembedahan banyak hal yang harus dilakukan

pemeriksaan ulang dan berlanjut dikarenakan jenis operasi kraniotomi adalah

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

67

Universitas Indonesia

operasi besar (Surgery Encyclopedia, 2009). Menurut Sastrodiningrat (2006)

mengatakan bahwa monitoring kondisi umum dan neurologis harus sering

dilakukan. Bekuan darah yang terjadi akibat stroke, terutama yang volumenya

besar dan menimbulkan pedesakan hebat terhadap otak, perlu dioperasi sebagai

upaya penyelamatan nyawa. Ketika ada keluhan di kepala, kemudian akan

dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti foto CT Scan

untuk mencari tahu penyebab gangguan yang terjadi pada otak, lokasi, dan

perluasan penyakit tersebut secara terperinci. Operasi yang mempuni adalah

operasi kraniotomi, tujuan pembedahan kraniotomi adalah membuat lubang pada

tulang tengkorak atau wadah untuk mengurangi tekanan atau desakan terhadap

otak di dalamnya, juga untuk mengambil penyakit atau memperbaiki struktur otak

yang mengalami gangguan. Tindakan operasi kraniotomi dilakukan untuk

membuat akses guna mencapai bagian-bagian otak yang berlu diperbaiki . Operasi

ini berlangsung selama 3-5 jam bahkan lebih. Operasi kraniotomi adalah tindakan

yang paling sering dilakukan pada kasus stroke pendarahan atau intraserebral

hemoragik (Listiono, 2009). Kraniotomi juga merupakan prosedur pembedahan

otak standar yang masih merupakan terapi utama dalam penanganan stroke

hemoragik, keberhasilan tindakan ini tergantung dari luas dan lesi di otak dan

komplikasi yang terjadi sebelum, selama, dan pasca pembedahan (Cahyo, dkk

(2012).

Pasien datang ke RSUP Persahabatan mengalami kelemahan pada bagian kanan

tubuh dan mengalami afasia, kemudian pasien menjalani operasi kraniotomi.

Setelah menjalani kraniotomi, pasien sempat dirawat di ICU sebelum dipindahkan

lagi ke Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan. Kondisi pasien saat pertama kali

setelah operasi kraniotomi (2 Juni 2014) datang ke Ruang Melati Atas adalah

compo mentis, dengan nilai E3M6V5. Verbal pasien memang belumlah sempurna

seperti dahulu tetapi saat melakukan pengkajian pasien mampu berbicara dengan

baik walaupun pelan dan lambat, karena sebelumnya pasien afasia.

Berbaring lama dan inaktiviti adalah dampak dari pasca pembedahan kraniotomi.

Berbaring lama dan inaktiviti dapat menimbulkan komplikasi gerakan seperti

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

68

Universitas Indonesia

kontraktur, osteoporosis, dekubitus, edema, infeksi, trompoblepitis, dan ingeksi

saluran kencing. Rehabilitasi dini pada fase akut terutama untuk menghindari

komplikasi dengan terapi fisik pengaturan posisi, melakukan gerakan rentang

gerak sendi (RPS) dan mobilisasi dini. Program rehabilitasi menurut Ibrahim

((2001), dalam Purwanti & Maliya, 2008) tidak hanya terbatas pada pemulihan

kondisi semata, tetapi juga mencakup rehabilitasi yang bersifat psikososial, penuh

dengan kasih sayang serta empati yang luas, guna mempertimbangkan penderita.

Rehabilitasi medic meliputi tiga hal, yaitu rehabilitasi medikal, sosial, dan

vokasional. Mobilisasi adalah hal yang menyebabkan bergeraknya sesuatu (

Ramali, Pamoentjak, 1996). Latihan RPS memiliki beberapa keuntungan antara

lain lebih mudah dipelajari dan mudah diterapkan, serta tidak memakan biaya

yang mahal (Tseng, et al., 2009). Pasien dengan stroke harus dimobilisasi dan

dilakukan fisioterapi sedini mungkin, bila kondisi klinis neurologis dan

hemodinamik stabil, untuk fisoterapi pasif pada pasien yang belum boleh.

Perubahan posisi badan dan ekstermitas setiap dua jam untuk mencegah

dekubitus. Latihan gerakan sendi anggota badan secara pasif dua kali sehari untuk

mencegah kontraktur (Mansjoer, dkk, 2000).

Latihan fisik pada pasien stroke terdiri dari mobilisasi dini dan latihan duduk.

Mobilisasi dini terdiri dari mobilisasi duduk dan rentang pergerakan sendi (Maliya

& Purwanti, 2008). Pelaksanaan mobilisasi dini posisi tidur terdiri dari posisi

tidur, yaitu: 1) Berbaring terlentang, dimana posisi kepala, leher, dan punggung

harus lurus kemudian letakan bantal dibawah lengan yang lumpuh secara berhati-

hati, sehingga bahu terangkat ke atas dengan lengan yang agak ditinggikan dan

memutar kea rah luar, siku dan pergelangan tangan agak ditinggikan, kemudian

letakan juga bantal dibawah bantal yang lumpuh dengan posisi agak memutar

kearah dalam dan lutut agak ditekuk. 2) Miring ke sisi yag sehat, bahu yang

lumpuh harus mengadap ke depan, lengan yang lumpuh memeluk bantal dengan

siku diluruskan, kemudian kaki yang lumpuh diletakkan di depan bawah paha dan

tungkai diganjal bantal, lutut ditekuk. 3) Miring ke sisi yang lumpuh, lengan yang

lumpuh menghadap ke depan, pastikan bahwa bahu penderita tidak memutar

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

69

Universitas Indonesia

secara berlebihan, tungkai agak ditekuk, tungkai yang sehat menyilang di atas

tungkai yang lumpuh dengan diganjal bantal.

Latihan duduk bertahap, menurut Harsono (1996) dimulai dengan meninggikan

letak kepala secara bertahap untuk kemudian dicapai posisi setengah duduk dan

pada akhirnya posisi duduk, latihan duduk secara aktif sering kali memerlukan

alat bantu, misalnya trapeze untuk pegangan pasien. Bangun duduk dilakukan

dengan bantuan perawat yang memegang kuat siku sisi yang lumpuh pada tempat

tidur, dengan tangan yang lain berjabatan tangan dengan tangan penderita yang

sehat. Siku penderita yang sakit harus berada langsung di bawah bahu, bukan

dibelakang bahu. Latihan ini diulang-ulang sampai si penderita merasakan

gerakannya (Kandel, dkk, 1995).

Menurut Canadian Best Practice Recommendations for Stroke Care (2013)

mengatakan bahwa hal pertama yang dilakukan untuk rehabilitasi stroke adalah

Range of Motion (ROM) atau Rentang Gerak Sendi (RPS), karena pasien yang

terkena stroke memiliki kelumpuhan motorik dan sensorik. Motorik dan sensorik

adalah bagian penting dalam menggerakan anggota badan untuk melakukan

aktivitas. Biasanya harus melibatkan pasien selama tugas fungsional dan

dirancang untuk menstimulasikan keterampilan dalam pemenuhan aktivitas,

sehingga kedua komponen ini harus didahulukan untuk rehabilitasinya. RPS

bertujuan agar meningkatkan kontrol motorik dan mengembalikan fungsi

sensorimotor. Proses rehabilitasi pasien stroke merupakan proses motor learning

yang merupakan satu set proses latihan motorik yang mempengaruhi keadaan

internal sistem saraf pusat. Latihan ini dilakukan dengan melibatkan memori

jangka panjang tentang kemampuan motorik dan dipelajari kembali sehingga

memudahkan pasien untuk memiliki kemampuan motorik yang telah dipelajarinya

dulu (Mudie & Matyas, 2000).

Rentang gerak Sendi (RPS) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan

terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-

masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

70

Universitas Indonesia

Latihan aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot

serta meningkatkan penampilan kognitif. Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu

menggerakkan sendi seseorang melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya

membantu mempertahankan fleksibilitas (Potter & Perry, 2006). Latihan RPS

sebenarnya mudah untuk dilakukan oleh keluarga, pertama kali melakukan RPS

pasien sudah dapat diajak berkomunikasi, kemudian melakukan RPS aktif

dikarenakan pasien belum terlalu kuat untuk mengangkat bagian ekstermitasnya.

Melakukan RPS dimulai dari kepala hingga kaki. Latihan ini dilakukan sebanyak

dua kali sehari dengan posisi terlentang. RPS dapat dilakukan dengan posisi

terlentang, semi fowler, atau high fowler (Kozier, 1995).

Latihan rentang gerak sendi (RPS) sangat efektif dalam meningkatkan kekuatan

otot yang melemah yang diakibatkan oleh stroke. Hal ini diperkuat oleh beberapa

penelitian yang telah dilakukan, seperti penelitian Fitria dan Maimurahman (2010)

yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi mendapatkan hasil bahwa terapi RPS

dinyatakan efektif dalam meningkatkan kekuatan otot ekstermitas penderita stroke

dengan nilai = 0,003 ( < 0,05). Penelitian Murtaqib (2013) menyatakan bahwa

latihan RPS selama 1-2 minggu dapat meningkatkan rentang gerak sendi siku

dengan nilai = 0,001 ( < 0,05). Cahyati (2011) dalam tesisnya mengatakan

bahwa latihan RPS uniteral (melakukan RPS pada sisi yang terkena hemiparase)

dan RPS bilateral (melakukan RPS pada kedua sisi yang terkena hemiparase dan

yang tidak) dapat meningkatkan kekuatan otot. Penelitian Tseng, et al. (2007)

dalam penelitiannya menunjukkan bahwa responden penelitian yang melakukan

RPS mengalami perbaikan pada fungsi aktivitas, persepsi nyeri, rentang gerak,

dan gejala depresi. Terdapat banyak lagi artikel yang membahas tentang efek RPS

dengan outcome yang bervariasi dan populasi yang beragam pula.

Latihan RPS dapat menggerakan persendian seoptimal mungkin dan seluas

mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada

sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan

terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi

digerakkan, permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling bergesekan.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

71

Universitas Indonesia

Kertilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel pada asam

hialuronat yang bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan

mendesak air keluar dari matrik kartilago ke cairan synovial. Bila tekanan

berhenti maka air yang keluar ke cairan synovial akan ditarik kembali dengan

membawa nutrisi dari cairan (Ulliya, et al., 2007).

4.3. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien memiliki beberapa kendala.

Langkah yang diambil mahasiswa adalah mencari alternative solusi yang tepat

untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang dilakukan. Solusi yang dimaksud

dapat bersumber dari perawat dengan peran utamanya sebagai pemberi asuhan

keperawatan, fasilitas layanan kesehatan, peran kolaborasi dengan profesional

kesehatan lain, ataupun dapat melibatkan keluarga pasien dan pasien dalam proses

pemberian asuhan keperawatan, dengan adanya alternative penyelesaian masalah

diharapkan intervensi keperawatan yang diperlukan dapat menyelesaikan masalah

pasien dengan efektif dan signifikan. Masalah keperawatan yang masih harus

memerlukan perawatan sesuai dengan analisis diatas adalah mengenai adanya

latihan lanjut untuk melakukan mobilisasi setelah pasien dinyatakan pulang.

Terapi yang telah dilaksanakan untuk mengatasi masalah tersebut hanya rentang

pergerakan sendi, latihan duduk bertahap, latihan mobilisasi dini diatas kasur

(merubah posisi per dua jam), sedangkan ada beberapa terapi lagi yang harus

dilakukan untuk pasien stroke yang memasuki tahap rehabilitasi. National Stroke

Association (2010) mengatakan bahwa ada berbagai macam jenis latihan fisik

untuk fase rehabilitasi, yaitu latihan program I, untuk pasien yang sudah dapat

mengontrol fungsi motorik (terdiri dari RPS/ ROM pasif, latihan menstimulasi

untuk berjalan) dan latihan program II, untuk yang masih beraktivitas diatas

tempat tidur (terdiri dari RPS/ ROM aktif, latihan duduk bertahap). Pada kasus

Tn. S (75 tahun) jika melihat rangkaian program rehabilitasi stroke dapat diartikan

bahwa pasien harus belajar latihan stimulasi untuk berjalan.

Terdapat banyak kekurangan dalam melakukan latihan ini yaitu penulis merasa

bahwa belum ada yang menjamin kontinuitas latihan RPS ini tetap dilakukan

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

72

Universitas Indonesia

pasien di rumah, walaupun sudah diberikan edukasi. Sehingga pasien dan

keluarga perlu dibekali jadwal sebelum pulang seperti jadwal melakukan RPS

setiap pagi setelah mandi dan setelah mandi sore atau jam 16.00 WIB sebanyak

dua kali dalam sehari. Secara teori tidak disebutkan secara spesifik mengenai

dosis dan intensitas latihan RPS. Menurut Potter dan Perry (2006), latihan RPS

minimal dilakukan dua kali dalam sehari sedangkan Smeltzer dan Bare (2008)

mengatakan bahwa latihan RPS dapat dilakukan sebanyak 4-5 kali dalam sehari.

Selain referensi yang telah disebutkan, beberapa penelitian menunjukkan

frekuensi yang bervariasi dalam melakukan RPS. Tseng, et al (2007) dalam

penelitiannya tentang penerapan latihan RPS pada pasien stroke menyebutkan

bahwa dosis latihan yang dipergunakan sebanyak dua kali dalam sehari, enam hari

dalam seminggu selama empat minggu dengan intensitas masing-masing lima

gerakan untuk setiap sendi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

responden penelitian yang melakukan latihan tersebut mengalami perbaikan pada

fungsi aktivitas, persepsi nyeri, dan gejala depresi. Sementara Astrid (2008)

menerapkan latihan RPS pada pasien stroke frekuensi empat kali dalam sehari

selama tujuh hari, latihan ini memberikan kemajuan yang signifikan bagi kekuatan

otot pasien.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

73 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada bab ini merupakan hasil dari analisis praktik klinik keperawatan kesehatan

masyarakat perkotaan pada pasien yang terkena stroke di Ruang Rawat Melati

Atas di RSUP Persahabatan, adalah sebegai berikut:

1. Penyakit ini merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyaraat

perkotaan. Penyakit stroke adalah salah satu penyakit dalam bidang

neurologi yang dapat menyebabkan kematian dan kesehatan di negara

maju ataupun negara berkembang serta penyebab utama kecacatan pada

orang dewasa.

2. Penyakit stroke yang sering diderita adalah stroke iskemik (hampir 80%)

dan sisanya (20%) terkena stroke hemoragik.

3. Penyakit stroke disebabkan oleh beberapa hal yang banyak terjadi di

masyarakat perkotaan seperti hipertensi, faktor usia, dan adanya penyakit

jantung atau gaya hidup. Faktor ini memicu akan terjadi trombosis,

embolisme, iskemia, dan hemoragik serebral. Penyebab tersering stroke

adalah trombosis.

4. Tindakan pembedahan untuk mengatasi perdarahan yang terjadi di otak

adalah dengan operasi kraniotomi. Operasi kraniotomi adalah Kraniotomi

menyangkut pembekuan tengkorak melalui pembedahan untuk

meningkatkan akses pada struktur intracranial, tujuan dari operasi

tersebut adalah membuat akses guna mencapai bagian-bagian otak yang

berlu diperbaiki.

5. Masalah-masalah yang sering muncul pada pasien stroke yang sedang

ada pada fase rehabilitasi adalah mengenai kerusakan mobilisasi fisik.

6. Perawat dapat melakukan terapi rentang pergerakan sendi untuk

mengatasi masalah mobilitas yang dialami oleh pasien stroke fase

rehabilitasi. Tujuan dari pemberian terapi ini adalah mempertahankan

fungsi mobilisasi sendi, memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan

kekuatan otot yang berkurang karena proses penyakit, kecelakaan, atau

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

74

Universitas Indonesia

tidak digunakan, dan mencegah komplikasi dari immobilisasi seperti

atrofi otot dan kontraktur.

5.2. Saran

Berdasarkan keterbatasan dan pembahasan hasil penulisan ini, maka penulis

memerlukan beberapa rekomendasi kepada penulis selanjutnya dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien stroke fase rehabilitasi untuk mengatasi

imobilitas.

1. Penulis selanjutnya dapat melakukan RPS secara terprogram di setiap

institusi pelayanan keperawatan baik oleh perawat maupun bekerja sama

dengan keluarga setelah terlebih dahulu diajarkan tentang latihan RPS

(edukasi). Selain itu perlu dibuat prosedur tetap dan jadwal latihan RPS

secara jelas misalnya dengan frekuensi dua kali dalam sehari.

2. Bidang perawatan adalah meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara

mobilisasi dini terhadap peningkatan kekuatan otot, dan kemampuan

aktivitas pasien, perawat sebaiknya dapat meneruskan terapi rentang

gerak sendi untuk merawat pasien stroke fase rehabilitasi.

3. Hasil analisis ini juga dapat dijadikan sebagai awal sekaligus motivasi

untuk melakukan penelitian lebih lanjut di lingkup keperawatan medical

bedah, baik di institusi pelayanan maupun pendidikan.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

75 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Aggleton, P.,& Chalmers, H. (2000). Nursing models and Nursing practices. (2nd

Ed). Basingstoke: Macmillan Publisher

Allender, J. A., Rector, C., Warner, K. D. (2011). Community health nursing:

Promoting and protecting the public’s health. (7th

ed). Philadelphia

Lippincott: Williams & Wilkins

American Heart Association. (2010). Heart deases and stroke statistic: our guide

to current statistics and the supplement to our heart and stroke fact-2010

update. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2014 dari

http://americanheartassociation.org

American Heart Association. (2014). Heart deases and stroke statistic: our guide

to current statistics and the supplement to our heart and stroke fact-2014

update. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2014 dari

http://circ.ahajournals.org/content/129/3/e28.full.pdf

Anomyous. (2008). Surgery encyclopedia craniotomy. Diunduh pada tanggal 26

Juni 2013 dari http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/craniotomy.html

Achmadi, U. F. (2010) Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: FE-UI

Astrid. (2008). Tesis: Pengaruh latihan range of motion (rom) terhadap kekuatan

otot, luas gerak sendi dan kemampuan fungsional pasien stroke di RS Saint

Carolus Jakarta. Depok: Program Studi Pasca Sarjana FIK UI. Tidak

dipublikasikan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

(2013). Riset kesehatan dasar. Diunduh pada tanggal 24 Juni 2014 dari

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

76

Universitas Indonesia

http://www.depkes.go.id/download/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%2020

13.pdf

BAPPENAS. (2005). Urbanisasi. Diunduh pada tanggal 28 Juni 2014 dari

http://www.bps.go.id

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical surgical nursing clinical

management for positive outcomes, 8th

Edition. St Louis Missouri: Elsevier

Saunder

Cahyati, Y. (2011). Tesis: Perbandingan latihan rom unilateral dan latihan rom

bilateral terhadap kekuatan otot pasien hemiparese akibat stroke iskemik di

rsud kota tasikmalaya dan rsud kab ciamis. Diunduh pada tanggal 24 Juni

2014 dari http://www.lib.ac.id . tidak dipublikasikan

Canadian Best Practice Recommendation for Stroke Care. (2013). Diunduh pada

tanggal 24 Juni 2014 dari http://www.strokebestpractice.ca/

Depkes RI. (1997). Pola pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha. Jakarta:

Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

--------------. (2013). Pola pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha.

Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

Doenges, M.E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing care plans:

guidelines for individualizing client care across the life span. Philadelphia: F.

A. Davis Company

Gofir, A. (2007). Pengantar manajemen stroke komprehensif. Jogjakarta: Pustaka

Cendikia

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

77

Universitas Indonesia

Ignatavicius, D.D and M.L Workman.(2010). Medical Surgical Nursing: Critical

Thinking for Collaborative Care. Missouri: Elsevier Saunders

Kementrian Republik Indonesia. (2012). Case report form penyakit: stroke.

Diunduh pada tanggal 25 Mei 2014 dari http://www.share-

pdf.com/b4b1ac4c23ac4ee7934e768cefb9b215/CRF%20Stroke%20registry_

2012_with%20score%20Ina.pdf

Kozier, B. et al. (2004). Techniques in clinical nursing. 5th

Edition. Canada:

Cummings Publishing Company

Lemone, P., & Burke, K. (2004). Medical surgical nursing critical thinking in

client care. 3rd

Edition. New Jersey: Pearson Education

Lewis. (2007). Medical surgical nursing: assessment & management of clinical

problem. 7th

Edition. St. Louis: Missouri. Mosby-Year Book, Inc

Lynch, D., Ferraro, M., Krol, J., Trudell, C. M., Christos, P., & Volpe, B. T.

(2005). Continuous passive motion improves shoulder joint integrity

following stroke. Clinical Rehabilitation, 19(6), 594-599.

Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: EGC

McEwen, M., & Nies, M. A. (2007). Community/ public health nursing:

promoting the health of populations. St Louis Missouri: Saunders Elsevier

McKenna, G. (1994). Learning theories made easy: humanism. Nursing Standard.

Vol. 9 (31): 29-31

Mudie, M. H., & Matyas, T. A. (2000). Can simultaneous bilateral movement

involve the undamaged hemisphere in reconstruction of neural networks

damaged by stroke?. Disability & Rehabilitation, 22(1/2), 23-37

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

78

Universitas Indonesia

Murtaqib. (2013). Perbedaan latian range of motion (rom) pasif dan aktif selama

1-2 minggu terhadap peningkatan rentang gerak sendi pada penderita stroke

di kecamatan tanggul kabupaten jember. Jurnal keperawatan soedirman, vol.

8. Maret 2013. Diunduh pada tanggal 20 Juni 2014 dari

http://www.unsoed.ac.id

Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan

sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Petrovitch H, Curb D, Bloom Marcus E. (1995). Isolated systolic hypertension

and risk of stroke in japanese – America Men Stroke 1995 : 26 : 25-29

Potter, A. P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th

Edition. St. Louis

Missouri; Mosby-Year Book, Inc

------------------------------. (2005). Fundamental of nursing. 4th

Edition. St. Louis

Missouri; Mosby-Year Book, Inc

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2002). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit.

Edisi 6. Jakarta: EGC

Purwanti, S., & Maliya, O. (2007). Rehabilitasi klien pasca stroke. Jurnal FIK

UMS. Diunduh pada tanggal 23 Juni 2014 dari

http://www.publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/741/1h.pd

f?sequence=1

Setyopranoto, I. (2011). Stroke: Gejala dan penatalaksanaan. Artikel Cermin

dunia: Kedokteran 185, vol (38/4): Mei-Juni p 247-250. Diunduh pada

tanggal 24 Juni 2014 dari

http//www.kalbe.co.id/foles/cdk/files/05_185strokegejalapenatalaksanaan.pdf

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

79

Universitas Indonesia

Siswono, Y. (2003). Skripsi: Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian

stroke berulang. Diunduh pada tanggal 25 Juni 2014 dari

http://www.eprints.undip.ac.id/38230.pdf

Sitorus, R. J. (2008). Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian stroke

pada usia muda kurang dari 40 tahun (studi kasus di semarang). Jurnal

Epidemiologi. Diunduh pada tanggal 23 Juni 2014 dari

http://www.eprints.undip.ac.id/6482.pdf

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of medical

surgical nursing. 11th

Edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

------------------------------------. (2010). Brunner & Suddarth’s textbook of medical

surgical nursing. 11th

Edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Stockslager, J., & Schaeffer, L. (2008). Buku saku: Asuhan keperawatan

geriatric. Edisi 2. Alih Bahasa: Nike BS. Jakarta: EGC

Stoykov, M. E. (2009). Bilateral training of upper extremity hemiparesis in

stroke. Unpublished 3316563, University of Illinois at Chicago, Health

Sciences Centre, United States.

Sudoyo. A. W., dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta:

Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Tseng, C-N., Chen, C. C. –H., Wu, S-C., & Lin, L. –C. (2007). Effect of a range

of motion exercise program. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181-191

Ulliya, S., Soempeno, B., & Kushartanti, B. W. (2007). Pengaruh latihan range of

motion (rom) terhadap fleksibilitas sendi lutut pada lansia di Panti Werdha

Wening Wardoyo Ungaran. Media Ners Vol (1/2). Oktober hal. 440.

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

80

Universitas Indonesia

Watson, R. (2003). Perawatan pada lansia. Ahli Bahasa: Musri. Jakarta: EGC

World Health Organization (WHO). (2008). Environmental health. Diunduh pada

tanggal 23 Juni 2014 dari http://www.who.int

--------------------------------------------. (2006). Environmental health. Diunduh

pada tanggal 23 Juni 2014 dari http://www.who.int

Yastroki, N., Koyuncu, B., Coban, O., Tuncay, R., & Bahar, S. (2011). Gender

difference in acute stroke: Istanbul medical school stroke registry. Neurology

India, 59 (2), 174

Yulinda, W. (2009). Pengaruh empat minggu terapi latihan pada kemampuan

penderita stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 1

Universitas Indonesia

HASIL PEMERIKSAAN DARAH

Tanggal Komponen Nilai Satuan Nilai Normal

20/5/2014

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Leukosit

Hitung Jenis

Netrofil

Limfosit

Monosit

Eosinofil

Basofil

Eritrosit

Hemoglobin

Hematokrit

MCV

MCH

MCHC

RDW-CV

Trombosit

GDS Sewaktu

KIMIA KLINIK

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

Ureum

Kreatinin

HEMOSTASIS

Fibrinogen

PT-INR

PT

INR

APTT

D-Dimer

Albumin

SGOT

SGPT

Asam Urat

Trigliserida

Kolesterol Total

6,62

68,0

17,6

6,1

6,8

1,5

5,00

13,3

44

87,5

26,38

30,3

12,69

264

132

147,0

3,5

108

38

1,3

ribu/ mm3

%

%

%

%

%

juta/ µL

g/dL

%

fl

Pg

%

%

ribu/mm3

mg/dL

mmol/L

mmol/L

mmol/L

mg/dL

mg/dL

mg/dL

detik

detik

detik

mg/dL

g/dL

u/L

u/L

mg/dL

mg/dL

mg/dL

5-10

50-70

25-40

2-6

2-4

0-1

4,5-8,5

13,0-18,9

40-52

80-100

26-34

32-36

11,5-14,5

150-440

<180

135-145

3,5-8,5

98-109

20-40

0,8-1,5

200-400

10-14

0,83-1,16

28-40

Neg < 500

3,4-5

0-37

0-40

2,4-7,0

< 150

< 200- > 240

(tinggi)

28/5/2014

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Leukosit

Hitung Jenis

Netrofil

Limfosit

Monosit

Eosinofil

8,22

80,2

6,9

5,5

4,9

ribu/ mm3

%

%

%

%

5-10

50-70

25-40

2-6

2-4

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Basofil

Eritrosit

Hemoglobin

Hematokrit

MCV

MCH

MCHC

RDW-CV

Trombosit

GDS Sewaktu

KIMIA KLINIK

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

Ureum

Kreatinin

Analisa Gas Darah

pH

PCO2

PO2

HCO3

TCO2

BE

Saturasi O2

HEMOSTASIS

Fibrinogen

PT-INR

PT

INR

APTT

D-Dimer

Albumin

SGOT

SGPT

Asam Urat

Trigliserida

Kolesterol Total

0,2

4,25

12,2

36

85,3

29,4

34,6

13,2

209

145,0

3,60

109,0

7,319

43,3

106,1

21,8

23,1

-4,3

97,5

38,6

2,7

6

23

%

juta/ µL

g/dL

%

fl

Pg

%

%

ribu/mm3

mg/dL

mmol/L

mmol/L

mmol/L

mg/dL

mg/dL

mmHg

mmHg

mmol/L

mmol/L

%

mg/dL

detik

detik

detik

mg/dL

g/dL

u/L

u/L

mg/dL

mg/dL

mg/dL

0-1

4,5-8,5

13,0-18,9

40-52

80-100

26-34

32-36

11,5-14,5

150-440

<180

135-145

3,5-8,5

98-109

20-40

0,8-1,5

7,34-7,44

35-45

85-95

22-26

23-27

-25-25

96-97

200-400

10-14

0,83-1,16

28-40

Neg < 500

3,4-5

0-37

0-40

2,4-7,0

< 150

< 200- > 240

(tinggi)

29/5/2014

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Leukosit

Hitung Jenis

Netrofil

Limfosit

Monosit

Eosinofil

Basofil

Eritrosit

Hemoglobin

Hematokrit

MCV

7,82

89,1

7,3

3,5

0,0

0,1

3,98

11,7

34

85,7

ribu/ mm3

%

%

%

%

%

juta/ µL

g/dL

%

fl

5-10

50-70

25-40

2-6

2-4

0-1

4,5-8,5

13,0-18,9

40-52

80-100

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

MCH

MCHC

RDW-CV

Trombosit

GDS Sewaktu

KIMIA KLINIK

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

Ureum

Kreatinin

Analisa Gas Darah

pH

PCO2

PO2

HCO3

TCO2

BE

Saturasi O2

HEMOSTASIS

Fibrinogen

PT-INR

PT

INR

APTT

D-Dimer

Albumin

SGOT

SGPT

Asam Urat

Trigliserida

Kolesterol Total

29,4

34,3

13,2

174

144,0

4,00

108,0

7,374

35,1

121,5

20,0

21,1

-4,4

98,3

Pg

%

%

ribu/mm3

mg/dL

mmol/L

mmol/L

mmol/L

mg/dL

mg/dL

mmHg

mmHg

mmol/L

mmol/L

%

mg/dL

detik

detik

detik

mg/dL

g/dL

u/L

u/L

mg/dL

mg/dL

mg/dL

26-34

32-36

11,5-14,5

150-440

<180

135-145

3,5-8,5

98-109

20-40

0,8-1,5

7,34-7,44

35-45

85-95

22-26

23-27

-25-25

96-97

200-400

10-14

0,83-1,16

28-40

Neg < 500

3,4-5

0-37

0-40

2,4-7,0

< 150

< 200- > 240

(tinggi)

30/5/2014

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Leukosit

Hitung Jenis

Netrofil

Limfosit

Monosit

Eosinofil

Basofil

Eritrosit

Hemoglobin

Hematokrit

MCV

MCH

MCHC

RDW-CV

Trombosit

GDS Sewaktu

8,22

80,2

8,9

5,6

4,9

0,4

4,15

12,2

35

85,1

29,4

34,6

13,2

209

ribu/ mm3

%

%

%

%

%

juta/ µL

g/dL

%

fl

Pg

%

%

ribu/mm3

mg/dL

5-10

50-70

25-40

2-6

2-4

0-1

4,5-8,5

13,0-18,9

40-52

80-100

26-34

32-36

11,5-14,5

150-440

<180

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

KIMIA KLINIK

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

Protein total

Globulin

Analisa Gas Darah

pH

PCO2

PO2

HCO3

TCO2

BE

Saturasi O2

HEMOSTASIS

Fibrinogen

PT-INR

PT

INR

APTT

D-Dimer

Albumin

SGOT

SGPT

Asam Urat

Trigliserida

Kolesterol Total

143,0

3,40

105.0

4,8

2,2

7,425

38,5

77,3

24,8

26,0

0,9

2,6

mmol/L

mmol/L

mmol/L

mg/dL

mg/dL

mmHg

mmHg

mmol/L

mmol/L

%

mg/dL

detik

detik

detik

mg/dL

g/dL

u/L

u/L

mg/dL

mg/dL

mg/dL

135-145

3,5-8,5

98-109

20-40

0,8-1,5

7,34-7,44

35-45

85-95

22-26

23-27

-25-25

96-97

200-400

10-14

0,83-1,16

28-40

Neg < 500

3,4-5

0-37

0-40

2,4-7,0

< 150

< 200- > 240

(tinggi)

2/6/2014

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Leukosit

Hitung Jenis

Netrofil

Limfosit

Monosit

Eosinofil

Basofil

Eritrosit

Hemoglobin

Hematokrit

MCV

MCH

MCHC

RDW-CV

Trombosit

GDS Sewaktu

KIMIA KLINIK

Elektrolit

Natrium

Kalium

8,35

60,4

25,1

5,0

8,5

1,0

4,74

13,8

42

88,8

29,1

32,8

13,8

132

145,0

3,70

ribu/ mm3

%

%

%

%

%

juta/ µL

g/dL

%

fl

Pg

%

%

ribu/mm3

mg/dL

mmol/L

mmol/L

5-10

50-70

25-40

2-6

2-4

0-1

4,5-8,5

13,0-18,9

40-52

80-100

26-34

32-36

11,5-14,5

150-440

<180

135-145

3,5-8,5

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Klorida

Ureum

Kreatinin

Analisa Gas Darah

pH

PCO2

PO2

HCO3

TCO2

BE

Saturasi O2

HEMOSTASIS

Fibrinogen

PT-INR

PT

INR

APTT

D-Dimer

Albumin

SGOT

SGPT

Asam Urat

Trigliserida

Kolesterol Total

Kolestrol HDL

Kolestrol LDL

102,0

24

1,0

3,4

194

218

36

134

mmol/L

mg/dL

mg/dL

mmHg

mmHg

mmol/L

mmol/L

%

mg/dL

detik

detik

detik

mg/dL

g/dL

u/L

u/L

mg/dL

mg/dL

mg/dL

mg/dL

mg/dL

98-109

20-40

0,8-1,5

7,34-7,44

35-45

85-95

22-26

23-27

-25-25

96-97

200-400

10-14

0,83-1,16

28-40

Neg < 500

3,4-5

0-37

0-40

2,4-7,0

< 150

< 200- > 240

(tinggi)

< 40- >60

< 100- >190

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 2

Universitas Indonesia

HASIL RONTGEN TORAKS

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 3

Universitas Indonesia

HASIL CT SCAN TANPA KONTRAS

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 4

Universitas Indonesia

DAFTAR TERAPI OBAT

Nama Obat Dosis Waktu Rute Tujuan

Clopidogrel

1x 75 mg 07.00 Oral Mengurangi terjadinya

aterosklorosis dan untuk

stroke yang baru terjadi

Cilostazole

2x 50 mg 07.00 dan 18.00 Oral Untuk mengurangi gejala-

gejala iskemia, antiplatelet

(mencegah terbentuknya

thrombus)

Stimvastatin

1x 20 mg 07.00 Oral Untuk hiperkolestrolemia

(menurunkan kadar LDL)

Citicholine

3x 50 mg 07.00, 12.00, 18.00 IV Aktivasi serebral,

memperbaiki sirkulasi

Manitol 20%

4x 25 mg IV Diuretik, menurunkan

edema pada serebri

Transamin

3x 500 mg 07.00, 12.00, 18.00 Antifibrinolitik, membantu

dalam pembekuan darah

Lactulac 3x 1 sendok

makan

07.00, 12.00, 18.00 Oral Melunakan feses

OMZ

2x 1 ampul 07.00 dan 18.00 IV Tukak lambung

KSR

3x1 mg 07.00, 12.00, 18.00 Oral Hipokalemia

Valsatan

1x 80 mg 07.00 Oral Antihipertensi

Adalat Oros

1x 60 mg 07.00 Oral Antihipertensi

Catropil

3x 25 mg 07.00, 12.00, 18.00 Oral Antihipertensi

Amlodipin 1x 10 mg 07.00 Oral Antihipertensi

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Cefixime

2x 200 mg 07.00 dan 18.00 Oral Antibiotic

Ranitidine

2x 1 tablet 07.00 dan 18.00 Oral Mual. muntah

Tramadol

2x 1 tablet 07.00 dan 18.00 Oral Anti nyeri akut akibat

pembedahan

Gentamycin

2x 80 mg 07.00 dan 18.00 IV Pengobatan infeksi kulit

Keterolac 3x 30 mg 07.00, 12.00, 18.00 IV Anti nyeri

Ondansentron

2x 4 mg 07.00 dan 18.00 IV Mual, mual, sekresi

lambung

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 5

Universitas Indonesia

ANALISA DATA

No Data-Data Masalah Keperawatan

1 DS:

Tidak dapat dikaji

DO:

Pasien tampak sedikit gelisah (terkadang

menangis)

Pasien mengalami kelemahan dan kekakuan

pada bagian kanan tubuh (perubahan respon

motorik)

Pasien mengalami afasia (defisit bahasa)

Status kesadaran pasien somnolen

E3M4V afasia

TTV; TD= 160/100 mmHg, N=90x/ menit,

RR=23x/ menit.

Nilai NIHSS= 18

Hasil CT Scan: pendarahan di pons dan

lakunar infark basar ganglia kiri

Capillary refill time < 3 detik

Pupil isokor, diameter pupil 3/3 mm, refleks

terhadap cahaya langsung 3/3 mm

Perubahan Perfusi Jaringan Serebral

2 DS:

Tidak dapat dikaji

DO:

Pasien tidak mampu untuk melakukan

toileting, berdandan/ memakai baju

Pasien terlihat kotor dan sedikit berbau

Tampak diseliling tempat tidur pasien

berantakan

Pasien terlihat masih lemas

Defisit Perawatan Diri

3 DS:

Tidak dapat dikaji

DO:

Pasien mengalami penurunan kesadaran

Pasien mengalami gangguan neuromuscular

Kondisi kulit yang sedikit kering

Pasien melakukan tirah baring yang lama

Resiko Kerusakan Integritas Kulit

4 DS:

Pasien mengatakan bahwa dirinya masih sulit

untuk bergerak

Pasien masih merasa masih mengalami

kelemahan pada kaki dan tangan kanan

Pasien mengatakan tidak pusing

DO:

Pasien mengalami keterbatasan gerak pasca

operasi kraniotomi

Pasien terlihat lemas

Pasien mengalami penurunan kekuatan otot

Kerusakan Mobilitas Fisik (pasca

operasi)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Pasien masih mengalami kelemahan pada

bagian kanan tubuh

Kesadaran compo mentis, pasien mengalami

kesulitan berbicara walaupun sudah dapat

berbicara.

5 DS:

Pasien mengatakan bagian operasi masih sakit

(bagian kepala)

Skala nyeri 2, terasa ketika dipegang atau

memiringkan kepala

DO:

Wajah pasien terlihat meringis saat disentuh

luka pasca-operasi

TTV: TD= 160/90 mmHg, N= 76x/ menit,

RR=20x/ menit, suhu=36,7oc

Pengkajian nyeri:

P : penyebab berasal dari luka pasca operasi

Q : tidak dapat dijelaskan karena pasien

kesulitan berbicara (pasien hanya berbicara 1-

2 kata)

R : kepala bagian kiri

S : skala 1-2 (ringan)

T : ketika dipegang atau memiringkan

kepala

Nyeri Akut (pasca operasi)

6 DS:

Pasien mengatakan masih nyeri luka pasca

operasi

DO:

Luka terlihat bersih

Tidak ada bengkak, nanah, dan tidak demam

Terlihat merah pada sekeliling luka

Leukosit dalam batas normal (8,35 ribu/mm3)

Resiko Penyebaran Infeksi (pasca

operasi)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 6

Universitas Indonesia

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Nama Pasien : Tn S (75 tahun)

Diagnosa Medis :

Stroke Hemoragik

Hipertensi grade II

Ruang Rawat : Melati Atas, RSUP Persahabatan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

26/5/14

10.00

(Pre-

operasi)

Perubahan perfusi jaringan

serebral.

Monitoring tanda-tanda vital, dan keadaan

umum

Monitoring pupil mata dan tingkat

kesadaran

Memberikan posisi 30o dan meninggikan

kepala

Monitoring adanya perubahan penglihatan

Mengedukasi keluarga untuk

mengingatkan tidak mengejan saat BAB

Monitoring oksigen

Memberikan medikasi clopidogel (1x 75

mg via NGT)

Subjektif:

Pasien tidak dapat dikaji

Objektif:

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 160/90 mmHg, N=88x/mnt, RR= 23x/mnit

Pupil isokor 3mm/3mm, refleks babinski +/+

Tidak ada gallops/murmur, pernapasan vesikuler

Kesadaran somnolen, E3M4V afasia

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Tidak ada perubahan dalam pengelihatan

Pasien terpasang NGT

Pasien terlihat lemah dan tiba-tiba menangis

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Analisa masalah:

Masalah belum teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring TTV, KU, Kesadaran, status

neurologis, edukasi/ motivasi keluarga)

Rencana operasi kraniotomi dan pindah ICU

10.45 Defisit perawatan diri Mengkaji kemampuan kemandirian pasien

Mengkaji tingkat kemampuan pasien

untuk berkomunikasi tentang

kebutuhannya

Monitoring TTV, KU, dan kesadaran

Membantu pasien dalam pemenuhan

kebutuhan (makan, minum, dan mandi)

Subjektif:

Pasien tidak dapat dikaji

Objektif:

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 160/90 mmHg, N=88x/mnt, RR= 23x/mnit

Kesadaran somnolen, E3M4V afasia

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Tidak ada perubahan dalam pengelihatan

Pasien terpasang NGT

Pasien terlihat lemah dan tiba-tiba menangis

Pasien sudah tidak baud an terlihat berantakan

Pasien belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri

(total care)

Kekuatan otot ekstermitas atas 0000/3333 dan ekstermitas bawah

0000/3333

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (memandikan, memberi makan, minum)

Mengajarkan untuk miring ka-miring ki per 2 jam

09.00 Resiko Kerusakan Integritas

Kulit

Mengkaji status kebutuhan nutrisi pasien

Monitoring tanda-tanda inflamasi pada

kulit

Memberikan lotion pada daerah punggung

dan memberikan massage

Monitoring posisi kepala pasien (30o)

Subjektif:

Tidak dapat dikaji

Objektif:

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 160/90 mmHg, N=88x/mnt, RR= 23x/mnit

Kesadaran somnolen, E3M4V afasia

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Pasien terpasang NGT

Pasien terlihat lemah dan tiba-tiba menangis

Tidak terjadi tanda-tanda inflamasi pada bagian punggung dan

pinggang

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring TTV, kesadaran, KU, status

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

neurologis, monitoring tanda-tanda inflamasi)

27/5/2014

20.00

(Pre-

operasi)

Perubahan perfusi jaringan

serebral.

Monitoring tanda-tanda vital, dan keadaan

umum per 2 jam

Monitoring pupil mata dan tingkat

kesadaran

Memberikan posisi 30o dan meninggikan

kepala

Monitoring adanya perubahan penglihatan

Memotivasi keluarga untuk mengingatkan

tidak mengejan saat BAB

Monitoring oksigen

Kolaborasi pemberian manitol (125 cc/

tetesan cepat)

Subjektif:

Pasien tidak dapat dikaji

Objektif:

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 150/100 mmHg, N=84x/mnt, RR= 21x/mnit

Pupil isokor 3mm/3mm, refleks babinski +/+

Kesadaran somnolen, E3M4V afasia

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Tidak ada perubahan dalam penglihatan

Pasien terpasang NGT

Pasien terlihatmasih lemah

Pernapasan vesikuler, tidak ada gallops/ murmur

Analisa masalah:

Masalah belum teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring TTV, KU, Kesadaran, status

neurologis, edukasi/ motivasi keluarga)

Rencana operasi kraniotomi dan pindah ICU

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

20.15 Defisit perawatan diri Monitoring kemampuan kemandirian

pasien

Monitoring tingkat kemampuan pasien

untuk berkomunikasi tentang

kebutuhannya

Monitoring TTV, KU, dan kesadaran

Melakukan mika-miki per 2 jam

Pemenuhan ADL (minum)

Subjektif:

Pasien tidak dapat dikaji

Objektif:

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 150/100 mmHg, N=84x/mnt, RR= 21x/mnit

Kesadaran somnolen, E3M4V afasia

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Tidak ada perubahan dalam pengelihatan

Pasien terpasang NGT

Pasien belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri

(total care)

Kekuatan otot ekstermitas atas 0000/3333 dan ekstermitas bawah

0000/3333

Pasien mampu untuk melakukan mika-miki dengan bantuan

keluarga atau perawat dan menggunakan sanggahan bantal.

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (memandikan, memberi makan, minum)

Motivasi keluarga untuk melakukan miring ka-miring ki per 2

jam

20.45 Resiko Kerusakan Integritas Monitoring status kebutuhan nutrisi pasien

Monitoring tanda-tanda inflamasi pada

Subjektif:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Kulit kulit

Monitoring posisi kepala pasien (30o)

Melakukan mika-miki per 2 jam

Tidak dapat dikaji

Objektif:

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 150/100 mmHg, N=84x/mnt, RR= 21x/mnit

Kesadaran somnolen, E3M4V afasia

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Pasien terpasang NGT

Pasien dapat melakukan mika-miki dengan bantuan keluarga atau

perawat dan menggunakan bantal sebagai penyanggah

Pasien terlihat lemah Tidak terjadi tanda-tanda inflamasi pada

bagian punggung dan pinggang

BB=60 kg/ TB=160, IMT= 23,4 (normal)

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring TTV, kesadaran, KU, status

neurologis, monitoring tanda-tanda inflamasi)

28/5/2014

07.00

(pre-

Perubahan perfusi jaringan

serebral.

Monitoring tanda-tanda vital, dan keadaan

umum

Monitoring pupil mata dan tingkat

kesadaran

Memberikan posisi 30o dan meninggikan

Subjektif:

Pasien tidak dapat dikaji

Objektif:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

operasi) kepala

Monitoring adanya perubahan penglihatan

Memotivasi keluarga untuk mengingatkan

tidak mengejan saat BAB

Monitoring oksigen

Pemberian obat valsatan via oral (1x 80

mg)

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 170/100 mmHg, N=78x/mnt, RR= 20x/mnit

Kesadaran somnolen, E2M4V afasia

Pupil isokor 3mm/3mm,

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Tidak ada perubahan dalam pengelihatan

Pasien terpasang NGT

Pasien terlihat masih lemas

Pernapasan vesikuler, tidak ada ronchi

Tidak ada murmur/ gallops

Analisa masalah:

Masalah belum teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring TTV, KU, Kesadaran, status

neurologis, edukasi/ motivasi keluarga)

Rencana operasi kraniotomi dan pindah ICU

07.30 Defisit perawatan diri Monitoring kemampuan kemandirian

pasien

Monitoring tingkat kemampuan pasien

untuk berkomunikasi tentang

kebutuhannya

Monitoring TTV, KU, dan kesadaran

Membantu pasien dalam pemenuhan

kebutuhan (makan (200 cc), minum (200

Subjektif:

Pasien tidak dapat dikaji

Objektif:

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 170/100 mmHg, N=78x/mnt, RR= 20x/mnit

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

cc), dan mandi)

Melakukan mika-miki

Kesadaran somnolen, E2M4V afasia

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Pasien terpasang NGT

Pasien terlihat lemah dan tiba-tiba menangis

Pasien sudah tidak baud an terlihat berantakan

Pasien belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri

(total care)

Kekuatan otot ekstermitas atas 0000/3333 dan ekstermitas bawah

0000/3333

Pasien dapat melakukan mika-miki dengan bantuan keluarga atau

perawat dan menggunakan bantal sebagai penyanggah

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (memandikan, memberi makan, minum)

Memotivasi keluarga untuk mika-miki

Mengajarkan untuk miring ka-miring ki per 2 jam

08.00 Resiko kerusakan integritas

kulit

Monitoring status kebutuhan nutrisi pasien

Monitoring tanda-tanda inflamasi pada

kulit

Memberikan lotion pada daerah punggung

dan memberikan massage

Monitoring posisi kepala pasien (30o)

Subjektif:

Tidak dapat dikaji

Objektif:

Pasien menggunakan nasal kanul O2 2L/ menit

TTV= TD= 170/100 mmHg, N78x/mnt, RR= 20x/mnit

Kesadaran somnolen, E2M4V afasia

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Terpasang RL (per 8 jam) dan Manitol (4 kali 125ml)

Pasien terpasang NGT

Pasien terlihat lemah

Tidak terjadi tanda-tanda inflamasi pada bagian punggung dan

pinggang

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring TTV, kesadaran, KU, status

neurologis, mika-miki per 2 jam, monitoring tanda-tanda

inflamasi)

2/6/2014

10.00

(pasca-

operasi)

Kerusakan mobilitas fisik Mengkaji derajat imobilitas pasien

Melakukan gerakan RPS (pasif)

Memberikan posisi semi fowler (selama

15-20 menit), sesuai dengan kemampuan

pasien

Monitoring TTV, KU, dan kesadaran

umum

Subjektif:

Pasien mengatakan tidak sakit selama melakukan mobilitas fisik

Objektif:

TTV= TD= 140/90 mmHg, N= 76x/menit, RR= 18x/menit,

suhu= 36o C

Tidak ada edema, BU +, tidak ada murmur atau gallops,

pernapasan vesikuler

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

Pasien mampu untuk melakukan RPS dan duduk semifowler

tetapi harus dengan bantuan keluarga atau perawat

Kekuatan otot ekstermitas atas 0000/3333 dan ekstermitas bawah

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

0000/3333

Tidak ada kontraktur

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (RPS aktif, latihan duduk bertahap sesuai

kemampuan pasien)

Mengedukasi keluarga tentang RPS

Recana fisioterapi

11.00 Nyeri akut Mengkaji BB dan TB

Mengkaji luka insisi (ukuran/ lokasi insisi)

Mengkaji nyeri yang dialami pasien

Mengkaji tanda-tanda vital

Memberikan posisi semi fowler

atau posisi yang nyaman

Memberikan medikasi keterolac (3x 30

mg)

Subjektif:

Pasien mengatakan nyeri masih dirasakan skala 2 di daerah

kepala, nyeri timbul jika dimiringkan kepala

Objektif:

TTV= TD= 140/90 mmHg, N= 76x/menit, RR=18x/menit, suhu=

36o C

Tidak ada kemerahan pada luka, ukurannya 3-4 cm

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

Pasien mampu untuk melakukan RPS dan duduk semi fowler

tetapi harus dengan bantuan keluarga atau perawat

BB= 60 kg (tidak ada penurunan), TB= 160cm, IMT 21,34

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

(normal/ baik)

Nilai lab trombosit 132 ribu/mm3 (turun)

Analisa masalah:

Masalah belum teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring nyeri (PQRST), monitoring

luka operasi)

Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam

Memberikan medikasi anti nyeri

11.30 Resiko penyebaran infeksi Monitoring tanda-tanda inflamasi pada

luka insisi

Monitoring hasil lab (leukosit)

Membersikan luka operasi (set steril)

Monitoring TTV

Memberikan medikasi antibiotic cefixime

(2x 200 mg), keterolac (3x30 mg), OMZ

(2x 1 ampul)

Subjektif:

Pasien mengatakan masih sedikit ada rasa nyeri

Objektif:

TTV= TD= 140/90 mmHg, N= 76x/menit, RR=18x/menit, suhu=

36o C

Tidak ada kemerahan pada luka, ukurannya 3-4 cm, luka kering

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

Tidak ada tanda-tanda inflamasi

Nilai lab leukosit dalam batas normal

Analisa masalah:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Masalah teratas

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (menjadi kesterilan alat untuk balutan luka,

monitoring nilai lab, monitoring TTV)

Beri antibiotic sesuai indikasi

Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan

Menjaga personal hygiene dan lingkungan pasien

3/6/2014

10.00

Kerusakan mobilitas fisik Monitoring derajat imobilitas pasien

Melakukan gerakan RPS (pasif)

Memberikan posisi high fowler (selama

15-20 menit), sesuai dengan kemampuan

pasien

Memberikan edukasi tentang RPS

Membantu dalam pemenuhan aktivitas

(ADL); makan, minum

Monitoring TTV, KU, dan kesadaean

Memberikan KSR via oral (3x 1 mg),

amplodipin via oral (1x 10 mg)

Subjektif:

Pasien mengatakan tidak sakit selama melakukan mobilitas fisik

Keluarga mengatakan akan melakukan RPS setiap pagi setelah

mandi

Objektif:

TTV= TD= 160/90 mmHg, N= 88x/menit, RR= 20x/menit,

suhu= 36o C

Tidak ada edema, BU +, tidak ada murmur atau gallops,

pernapasan vesikuler

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

Pasien mampu untuk melakukan RPS dan duduk high fowler

tetapi harus dengan bantuan keluarga atau perawat

Pasien sudah dapat memegang bola pada tangan kanannya

Kekuatan otot ekstermitas atas 1111/3333 dan ekstermitas bawah

1111/3333

Tidak ada kontraktur

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (RPS aktif, latihan duduk bertahap sesuai

kemampuan pasien)

Motivasi keluarga untuk terlibat dalam RPS

Recana fisioterapi

10.15 Nyeri akut Monitoring luka insisi (ukuran/ lokasi

insisi)

Monitoring nyeri yang dialami pasien

monitoring tanda-tanda vital

Mengajarkan teknik napas dalam

Memberikan medikasi keterolac (3x 30

mg)

Subjektif:

Pasien mengatakan nyeri masih dirasakan skala 2 di daerah

kepala, nyeri timbul jika dimiringkan kepala

Objektif:

TTV= TD= 160/90 mmHg, N= 88x/menit, RR=20x/menit, suhu=

36o C

Tidak ada kemerahan pada luka, ukurannya 3-4 cm, luka kering

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

Pasien dapat melakukan tarik napas dalam tetapi dengan bantuan

perawat

BB= 60 kg (tidak ada penurunan), TB= 160cm, IMT 21,34

(normal/ baik)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Analisa masalah:

Masalah teratasi sebagian

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring nyeri (PQRST), monitoring

luka operasi)

Mengevaluasi teknik relaksasi napas dalam

Memberikan medikasi anti nyeri

08.30 Resiko penyebaran infeksi Monitoring tanda-tanda inflamasi pada

luka insisi

Monitoring hasil lab (leukosit)

Membersikan luka operasi (set steril)

Monitoring TTV

Memberikan medikasi antibiotic cefixime

(2x 200 mg), keterolac (3x30 mg), OMZ

(2x 1 ampul)

Subjektif:

Pasien mengatakan nyeri berkurang

Objektif:

TTV= TD= 160/90 mmHg, N= 88x/menit, RR=30x/menit, suhu=

36o C

Tidak ada kemerahan pada luka, ukurannya 3-4 cm

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

Tidak ada tanda-tanda inflamasi, luka kering

Nilai lab leukosit dalam batas normal

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (menjadi kesterilan alat untuk balutan luka,

monitoring nilai lab, monitoring TTV)

Beri antibiotic sesuai indikasi

Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan

Menjaga personal hygiene dan lingkungan pasien

6/6/2014

07.00

Kerusakan mobilitas fisik Monitoring derajat imobilitas pasien

Melakukan gerakan RPS (pasif)

Memberikan posisi high fowler (selama

15-20 menit), sesuai dengan kemampuan

pasien

Memotivasi keluarga untuk melakukan

RPS

Membantu dalam pemenuhan aktivitas

(ADL); makan, minum

Monitoring TTV, KU, dan kesadaran

Membuat jadwal untuk latihan RPS di

rumah (2 kali sehari setiap habis mandi

pagi dan sore)

Memberikan KSR via oral (3x 1 mg) dan

amplodipin (1x 75 mg)

Subjektif:

Pasien mengatakan tidak sakit selama melakukan mobilitas fisik

Keluarga mengatakan akan melakukan RPS setiap pagi setelah

mandi

Objektif:

TTV= TD= 170/100 mmHg, N= 92x/menit, RR= 22x/menit,

suhu= 36o C

Tidak ada edema, BU +, tidak ada murmur atau gallops,

pernapasan vesikuler

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

Pasien mampu untuk melakukan RPS dan duduk high fowler

tetapi harus dengan bantuan keluarga atau perawat

Pasien sudah dapat memegang bola pada tangan kanannya

Kekuatan otot ekstermitas atas 1111/3333 dan ekstermitas bawah

1111/3333

Tidak ada kontraktur

Analisa masalah:

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (RPS aktif, latihan duduk bertahap sesuai

kemampuan pasien)

Motivasi keluarga untuk melakukan RPS ketika pasien sudah

pulang ke rumah

Rencana pulang

07.45 Nyeri akut Monitoring luka insisi (ukuran/ lokasi

insisi)

Monitoring nyeri yang dialami pasien

monitoring tanda-tanda vital

Mengajarkan teknik napas dalam

Memberikan medikasi keterolac (3x 30

mg)

Subjektif:

Pasien mengatakan nyeri masih dirasakan skala 2 di daerah

kepala, nyeri timbul jika dimiringkan kepala

Objektif:

TTV= TD= 170/100 mmHg, N= 92x/menit, RR=22x/menit,

suhu= 36o C

Tidak ada kemerahan pada luka, ukurannya 3-4 cm, luka kering

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

BB= 60 kg (tidak ada penurunan), TB= 160cm, IMT 21,34

(normal/ baik)

Analisa masalah:

Masalah belum teratasi

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (monitoring nyeri (PQRST), monitoring

luka operasi)

Mengevaluasi teknik relaksasi napas dalam

Memberikan medikasi anti nyeri

08.00 Resiko penyebaran infeksi Monitoring tanda-tanda inflamasi pada

luka insisi

Monitoring hasil lab (leukosit)

Monitoring TTV

Memberikan medikasi antibiotic cefixime

(2x 200 mg), keterolac (3x30 mg), OMZ

(2x 1 ampul)

Subjektif:

Pasien mengatakan nyeri berkurang

Objektif:

TTV= TD= 160/90 mmHg, N= 88x/menit, RR=30x/menit, suhu=

36o C

Tidak ada kemerahan pada luka, ukurannya 3-4 cm

Terpasang RL dan TE 2:1 per 24 jam

Kesadaran CM, GCS E4M6V5

Tidak ada tanda-tanda inflamasi, luka kering

Nilai lab leukosit dalam batas normal

Analisa masalah:

Masalah teratasi

Planning (Rencana):

Lanjutkan intervensi (menjadi kesterilan alat untuk balutan luka,

monitoring nilai lab, monitoring TTV)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Beri antibiotic sesuai indikasi

Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan

Menjaga personal hygiene dan lingkungan pasien

Rencana untuk pulang

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 7

Universitas Indonesia

LEMBAR PENGKAJIAN THE NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH

STROKE SCALE

Nama Pasien :

No Rekam Medis :

Tanggal Pemeriksaan :

Umur :

Diagnosa Medis :

Tanggal Masuk RS :

Nama Pemeriksa :

NO PARAMETER YANG DINILAI SKALA SKOR

1a Tingkat kesadaran 0 = Sadar Penuh

1 = Somnolen

2 = Stupor

3 = Koma

1b Menjawab pertanyaan. Tanyakan bulan

dan usia pasien. Yang dinilai adalah

jawaban pertama, pemeriksa tidak

diperkenankan membantu pasien

dengan verbal atau non verbal.

0 = Benar semua

1 = 1 Benar/ETT/disatria

2 = Salah

semua/afasia/stupor/ koma

1c Mengikuti perintah. Berikan 2 perintah

sederhana; membuka & menutup mata,

menggenggam tangan &

melepaskannya, atau 2 perintah lain.

0 = Mampu melakukan 2

perintah.

1 = Mampu melakukan 1

perintah.

2 = Tidak mampu

melakukan perintah.

2 Gaze: Gerakan mata konyugat

horisontal

0 = Normal

1 = Abnormal pada 1 mata

2 = Deviasi konyugat kuat

atau paresis konyugat

pada 2 mata

3 Visual: lapang pandang pada tes

konfrontasi

0 = Tidak ada gangguan

1 = Kuadrianopsia

2 = Hemianopia total

3 = Hemianopia bilateral/

buta kortikal

4 Paresis wajah. Anjurkan pasien

menyeringai atau

mengangkat alis dan menutup mata.

0 = Normal

1 = Paresis wajah ringan

(lipatan nasolabial

datar, senyum asimetris).

2 = Paresis wajah partial

(paresis wajah bawah

total atau hampir total)

3 = Paresis wajah total

(paresis wajah sesisi

atau 2 sisi)

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

5 Motorik lengan. Anjurkan pasien

mengangkat

lengan hingga 45 derajat bila tidur

berbaring

atau 90 derajat bila posisi duduk. Bila

pasien

afasia berikan perintah menggunakan

pantomim

atau peragaan.

0 = Mampu mengangkat

lengan minimal 10 detik

1 = Lengan terjatuh sebelum

10 detik

2 = Tidak mampu

mengangkat secara penuh 90

derajat atau 45 derajat

3 = Tidak mampu

mengangkat hanya bergeser

4 = Tidak ada gerakan

5a. Nilai lengan kiri

5b. Nilai lengan kanan

6 Motorik tungkai. Anjurkan pasien tidur

posisi

terlentang dan mengangkat tungkai 30

derajat.

0 = Mampu mengangkat

tungkai 30 derajat

minimal 5 detik.

1 = Tungkai jatuh ke tempat

tidur pada akhir detik

ke-5 secara perlahan

2 = Tungkai jatuh sebelum 5

detik tetapi ada usaha

melawan gravitasi

3 = Tidak mampu melawan

gravitasi

4 = Tidak ada gerakan

6a. Nilai tungkai kiri

6b. Nilai tungkai kanan

7 Ataksia anggota badan. Menggunakan

tes tunjuk

jari - hidung.

0 = Tidak ada ataksia

1 = Ataksia pada satu

ekstremitas

2 = Ataksia pada 2 atau lebih

ekstremitas

8 Sensorik. Lakukan tes pada seluruh

tubuh;

tungkai, lengan, badan, dan wajah.

Pasien afasia

diberi nilai 1. Pasien stupor atau koma

diberi nilai

2.

0 = Normal

1 = Gangguan sensori ringan

hingga sedang. Ada

gangguan sensori terhadap

nyeri tetapi masih

merasa bila disentuh.

2 = Gangguan sensori berat

atau total.

9 Bahasa terbaik. Anjurkan pasien untuk

menjelaskan suatu gambar atau

membaca suatu

tulisan. Bila pasien mengalami

kebutaan, letakkan

suatu benda di tangan pasien dan

anjurkan untuk

menjelaskan benda termaksud. Pasien

dengan

intubasi anjurkan untuk menulis.

0 = Normal.

1 = Afasia ringan hingga

sedang; bicara kurang

lancar

2 = Afasia berat

3 = Mute, afasia global,

koma

10 Disartria 0 = Normal

1 = Disartria ringan

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

2 = Disartria berat

11 Neglect atau inatensi 0 = tidak ada neglect

1 = tidak ada atensi pada

salah satu modalitas

berikut; Visual, tactile,

auditory, spatial, or

personal inattention.

2 = tidak ada atensi pada

lebih dari satu

modalitas.

TOTAL NILAI

Keterangan

Skor < 5 : Defisit neurologis ringan

Skor 6-14 : Defisit neurologis sedang/ cukup berat

Skor 15-24 : Defisit neurologis berat

Skor > 25 : Defisit neurologis sangat berat

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 8

Universitas Indonesia

LEFLET RENTANG GERAK SENDI

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20390960-PR-Hesi Oktamiati.pdf · LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... Hasil Pemeriksaan Darah

Lampiran 9

Universitas Indonesia

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Hesi Oktamiati

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1991

No. Telpon : 089675086763

E-Mail : [email protected]/

[email protected]

Riwayat Pendidikan Formal :

1996 - 1997 TK Melati Indonesia

1997 - 2003 SDN VI Jatiasih

2003 - 2006 SMPN 9 Bekasi

2006 - 2009 SMAN 3 Bekasi

2009 - 2013 S1 Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan,

Universitas Indonesia

2013-2014 Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan,

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Hesi Oktamiati, FIK UI, 2014