universitas indonesia analisis faktor yang...

92
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABSENSI SAKIT PEKERJA DI PT.X TESIS DODI ARDIANSYAH 0806442342 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA JAKARTA JUNI 2010 Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Upload: ngoanh

Post on 10-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABSENSI SAKIT PEKERJA DI PT.X

TESIS

DODI ARDIANSYAH

0806442342

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

JAKARTA

JUNI 2010

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABSENSI SAKIT PEKERJA DI PT.X

TAHUN 2010

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

DODI ARDIANSYAH

0806442342

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

JAKARTA

JUNI 2010

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

HALAMAN PENGESAHAN 

 

Tesis ini diajukan oleh : 

Nama      : Dodi Ardiansyah 

NPM      : 0806442342

Program Studi  : Pasca Sarjana Magister Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Judul Tesis    :  Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Absensi Sakit Pekerja di PT.X

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima

sebagai persyaratan yang di perlukan untuk memperoleh gelar Magister

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Program Pasca Sarjana Magister

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Dodi Ardiansyah

NPM : 0806442342

Program Studi : Pasca Sarjana Magister Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Departemen :

Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-exclusive

Royalty-free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Absensi Sakit Pekerja di PT.X.

beserta peragkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/ format kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan sumber baik yang di kutip maupun di rujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Dodi Ardiansyah

NPM : 0806442342

Mahasiswa Program : Fakultas Kesehatan Masyarakat (Kesehatan dan

Keselamatan kerja

Tahun Akademik : 2008

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi/tesis/disertasi*) saya yang berjudul :

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Absensi Sakit Pekerja di PT.X.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Kesehatan Dan Keselamatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini . Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

(1) dr. Izhar.M.OH. M.PH. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini

(2) dr. Suharnyoto Msc. Selaku penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam perbaikan tesis ini

(3) Dr. dr. Meily Kurniawidjaja.M.Sc.Sp.OK selaku penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam perbaikan tesis ini

(4) Emy Rianti M.KM selaku penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam perbaikan tesis ini.

(5) Pihak perusahaan yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan

(6) Kedua orang tua saya, adik saya : Yulis Niarti SE.MM, seseorang yang selalu ada di hati saya : dr. Dian Elawati, yang telah memberikan support, semangat baik moril dan material, sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

(7) Serta rekan-rekan kuliah program Master Kesehatan dan Keselamatan Kerja angkatan tahun 2008, sdri. Kiki SKM, Hadian Tarzon, SKM, M.KM. M.Si. Dedi Wahyudi. ST. Very Rastanto S.si. M.KKK. sdri. Egi. serta semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini

Akhir kata, saya berharap Allah SWT. Berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, 09 Juli 2010

Dodi Ardiansyah

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

ABSTRAK

Nama : Dodi Ardiansyah

Program Studi : Pasca Sarjana Magister Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Judul : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Absensi Sakit Dan

Prilaku Hidup Pekerja Terhadap Kejadian Absensi Sakit

Pekerja di PT.X

Tujuh puluh persen dari seluruh penduduk Indonesia adalah pekerja.

Produktivitas kerja serta kelangsungan hidup para pekerja sangat dipengaruhi oleh

derajat kesehatan yang dimiliki oleh pekerja. Promosi kesehatan di tempat kerja

merupakan salah satu dari bagian integral dari pelayanan kesehatan kerja dan

merupakan unsur penting dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan

pekerja. Dari hasil laporan menunjukkan bahwa dengan adanya promosi

kesehatan di tempat kerja berdampak pada kesehatan pekerja, pekerja yang sehat

hanya sedikit sekali kehilangan hari kerja karena mengalami sakit. Tujuan

penelitian ini adalah diketahui gambaran faktor yang mempengaruhi absensi sakit

dan prilaku Pekerja hidup pekerja terhadap kejadian absensi sakit di PT.X selama

periode waktu Maret 2009-Maret 2010. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

dengan desain cross sectional. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisa bivariat

yaitu variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian absensi karena sakit

pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 adalah usia

(p = 0,030), jenis pekerjaan (p = 0,017), kebiasaan merokok (p = 0,014), pola tidur

Kata kunci :

Absensi Sakit, Pekerja, Prilaku Hidup

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

ABSTRAK

Name : Dodi Ardiansyah

Major : Pasca Sarjana Magister Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Judul : Analysis of factor that related with sick absenteeism of

worker at PT X

Seventy percent of the entire population in Indonesia is worker. Work

productivity and the survival of the workers is strongly influenced by the degree

of health which is owned by workers. Health promotion in the workplace is one of

the integral part of occupational health services and is an important element in the

maintenance and improvement of health status of workers. From the results of the

report shows that with the existence of health promotion in the workplace affects

the health of workers, health workers has very little loss of working days due to an

illness. The purpose of this study is to be seen the illustration Factors Related to

sick absenteeism of worker at PT X during time period of March 2009-March

2010. This research is quantitative research with cross sectional design. Results

obtained based on bivariate analysis are variables associated with the incidence of

absenteeism due to illness of workers at the PT. X during the time period March

2009-March 2010 were age (p = 0.030), occupation (p = 0.017), smoking (p =

0.014), sleep pattern (p = 0.003). Researchers suggest to do health promotion in

the workplace

Key words:

sick absenteeism, worker, Lifestyle

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

ii  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii

1. PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………………….. 6

1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………….... 7

1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………..… 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………….. 8

2. KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………… 9

2.1 Defenisi Kesehatan Kerja……………………………………………… 9

2.2 Defenisi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja………....……………… 10

2.3 Manfaat Promosi Kesehatan di Tempat Kerja…………………………. 11

2.4 Kerangka Konsep Promosi Kesehatan di Tempat Kerja………………..16

2.5 Elemen Program Promosi Kesehatan di Tempat Kerja……………….... 17

2.2.4 Upaya Promosi Kesehatan………………………………………. 9

2.2.5 Strategi Promosi Kesehatan…………………………………….. 10

2.3 Promosi Kesehatan di Tempat Kerja…………………………………... 11

2.3.1 Defenisi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja.……………..…… 11

2.3.2 Kerangka Konsep Promosi Kesehatan di Tempat Kerja ……….. 12

2.3.3 Manfaat Promosi Kesehatan di Tempat Kerja………………….. 13

2.3.4 Elemen Promosi Kesehatan di Tempat Kerja…………………… 14

2.6 Absensi Sakit…..……………………………………………………… 50

2.6.1 Defenisi Absensi Sakit………………………………………….. 50

2.6.2 Jenis-jenis Absensi Sakit………………………………………... 51

2.6.3 Pengukuran Absensi Sakit……………………………………… 53

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

iii  

2.6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Absensi Sakit……………… 53

2.6.5 Kerugian Akibat Absen………………………………………… 64

2.7 Konsep Penyakit………………………………………………………..67

2.8 Manajemen Absensi Sakit……………………………………………...68

3. KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL……..………………………………………….……… 66

3.1 Kerangka Teori…………………………………………………….…. 66

3.2 Kerangka Konsep………………………………………………….…. 68

3.3 Definisi Operasional………………………………………………… 69

4. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………… 74

4.1 Desain Penelitian……………………………………………………. 74

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..………..………………………………. 74

4.3 Populasi dan Sampel…………..………….…………………………… 74

4.4 Tekhnik Pengumpulan Data…………………………………...……… 74

4.5 Manajemen Pengolahan Data………………………………………. 77

4.6 Analisa Data…………………………………………………………… 77

5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...…………...…. .79

5.1 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……...……………...79

5.2 KELEMAHAN PENELITIAN………………………………..…..….83

6. KESIMPULAN DAN SARAN…………………...…………….…………85

7.1 Kesimpulan……………………………………………………….……....85

7.2 Saran……………………………………………………….……………..86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

1  

Universitas Indonesia  

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status kesehatan yang optimal merupakan harapan bagi setiap manusia,

termasuk diantaranya adalah bagi pekerja. Tujuh puluh persen dari seluruh

penduduk Indonesia adalah pekerja, baik di sektor swasta maupun pemerintah dan

sektor industri maupun non industri. Produktivitas kerja serta kelangsungan hidup

para pekerja sangat dipengaruhi oleh derajat kesehatan yang dimiliki oleh pekerja,

dan guna pencapaian produktivitas kerja yang optimal tentunya diperlukan derajat

kesehatan yang optimal pula (Depkes RI, 2007).

Guna pencapaian produktivitas dan kapasitas kerja yang optimal maka

tenaga kerja haruslah sehat, hal ini dapat diwujudkan melalui salah satunya

dengan upaya promosi kesehatan di tempat kerja. Promosi kesehatan di tempat

kerja merupakan salah satu dari bagian integral dari pelayanan kesehatan kerja.

Dan merupakan unsur penting dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat

kesehatan pekerja, sehingga yang menjadi tujuan dari promosi kesehatan di

tempat kerja dapat tercapai, yakni agar prilaku atau gaya hidup sehat pekerja dapat

membudaya dan mengkarakter.

Di tempat kerja terdapat empat sumber utama bahaya potensial yang

berhubungan dengan kesehatan pekerja, yaitu perilaku hidup pekerja dan perilaku

kerja, lingkungan kerja, pekerjaan, serta pengorganisasian pekerja dan budaya

kerja akibat manajemen yang belum terlatih tentang kesehatan dan keselamatan

kerja sehingga organisasi kerja dan budaya kerja yang ada tidak mendukung bagi

kesehatan dan keselamatan kerja (Depkes RI, 2007).

Pelayanan kesehatan kerja tidak cukup hanya melindungi kesehatan pekerja

dari pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh pemajanan dari bahaya kesehatan

yang berasal dari lingkungan kerja dan pekerjaan. Promosi Kesehatan di Tempat

Kerja (PKDTK) merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kerja yang

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

2  

Universitas Indonesia  

melaksanakan upaya perbaikan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial pekerja

serta dalam rangka pencegahan penyakit yang tinggi prevalensinya pada pekerja

(terutama yang berkaitan dengan gaya hidup). PKDTK diharapkan mampu

mendukung sumber daya manusia dalam mencapai kinerja, jenjang karir dan

produktivitas organisasi atau tempat kerja yang setinggi-tingginya. (Depkes RI,

2007).

Akibat dari prilaku atau gaya hidup yang tidak sehat maka berbagai

penyakit degeneratif kronik kini telah menjadi penyebab kematian nomor satu

pada pekerja. Angka kematian akibat penyakit degeneratif kronik yang erat

kaitannya dengan prilaku atau gaya hidup pekerja melebihi kematian yang

disebabkan oleh Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja

(PAK) maupun penyakit menular.

Data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, 1995 dan

data Survei Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2001, menunjukan bahwa angka

kematian akibat penyakit degeneratif kronik lebih tinggi jika dibandingkan

dengan angka kematian karena KAK dan PAK. Selengkapnya penyebab kematian

secara umum dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1 Penyebab Kematian Umum di Indonesia

No 1992 % 1995 % 2001 %

1

2

3

4

Penyakit jantung

TB

Tidak diketahui

Infeksi pernafasan

16,0

11,0

9,8

9,5

Penyakit jantung

Saluran pernafasan

TB

Infeksi lainnya

18,9

15,7

9,6

7,9

Penyakit jantung

Saluran pernafasan

TB

Saluran pencernaan

26,4

12,7

9,4

7,0

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

3  

Universitas Indonesia  

5

6

7

8

9

10

Diare

Infeksi lainnya

Bronchitis, Astma, Emphysema

Kecelakaan

Saluran Pencernaan

Kanker

8,0

7,8

5,6

5,3

5,1

4,0

Diare

Saluran Pencernaan

Perinatal

Kecelakaan

Kanker

Syaraf

7,4

6,6

5,2

5,2

5

2,5

Kanker

Kanker

Perinatal

Typoid

Diarhoea

Endocrine

6,0

5,6

4,9

4,3

3,8

2,7

Sumber: Depkes RI, 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat betapa tingginya angka kematian yang erat

kaitannya dengan prilaku atau gaya hidup. Keadaan ini akan membuat perusahaan

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan kerugian yang diakibatkan oleh karna

biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta produktivitas kerja yang menurun serta

penderitaan yang harus ditanggung oleh pekerja itu sendiri baik ketika statusnya

masih sebagai tenaga kerja maupun pada saat masa pensiun.

Sementara itu berdasarkan hasil survei di suatu pabrik semen pada tahun

1984-2005, didapatkan data bahwa penyebab kematian pekerja 28% karena

coronary vascular diseases (CVD), 27,2% kanker, 10,4% hati, dan 6,4% karena

kecelakaan (Depkes RI, 2007).

Upaya promosi kesehatan di tempat kerja merupakan suatu upaya agar

pekerja agar mampu mengenali masalah kesehatannya dan pekerja mampu

melakukan pengendalian akan kemungkinan resiko dan konsekuensi yang muncul

akibat dari prilaku atau gaya hidup pekerja tersebut. Dengan demikian orientasi

dalam promosi kesehatan di tempat kerja adalah orientasi agar pekerja dapat hidup

sehat produktif, dengan menekankan pada upaya pemeliharaan dan pencegahan

(promosi dan preventif) namun tidak mengabaikan pada upaya kuratif atau

pengobatan, sehingga pencapaian pola atau gaya hidup sehat dapat tercapai.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

4  

Universitas Indonesia  

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan bahwa upaya promosi

kesehatan di tempat kerja sangatlah menguntungkan baik bagi pihak perusahaan

dan pekerja itu sendiri.(munculkan table dari jurnal).

Tabel 1.2 Efek Promosi Kesehatan Kerja Dengan Absensi Sakit

NO STATUS PEKERJA PADA PROGRMAM HASIL

1 Mengikuti Program Promosi Penuruan Absensi sakit 10,5%

2 Tidak mengikuti Program Peningkatan Absensi Sakit 1,5 %

3 Partisipasi Tinggi Penurunan Absensi Sakit 14 %

4 Partisipasi Rendah Penurunan Absensi Sakit 5 %

Sumber : American Journal Public Health, Robert L. Bertera, DRPH

Kegiatan PKDTK adalah suatu upaya kegiatan promosi kesehatan pekerja

yang berfokus guna pencapaian kapasitas kerja dan kebugaran pekerja yang

optimal. Semua dapat dicapai apabila gaya hidup pekerja antara lain : kebiasaan

makan sehari-hari, kebiasaan olahraga, kebiasaan tidur pekerja dapat terpenuhi,

dan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol.

Untuk itulah pencapaian kapasitas kerja dan produktivias kerja tentunya

tidaklah datang dengan sendirinya, ada upaya dan usaha yang dilakukan guna

pekerja dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal dan kapasitas kerja serta

produktivitas kerja yang optimal pula. Gaya hidup yang tidak seimbang akan

mempengaruhi pencapaian tersebut, dan sebagai parameter yang dapat dilihat dari

pencpaian tersebut antara lain adalah dari kejadian angka atau mangkir pekerja

karna sakit.

Keuntungan yang dapat diperoleh dari perusahaan tidak terlepas dari

produktivitas kerja para pekerjanya. sehingga setiap hambatan dalam melakukan

aktivitas kerja sedapat mungkin dihindari. Mangkir atau absen di tempat kerja

pada jam-jam kerja yang disebabkan oleh sakit atau penyebab lain, dapat

menimbulkan penurunan produktivitas dan kerugian pada perusahaan yaitu

kerugian dalam waktu kerja dan pengeluaran biaya untuk mengatasi penyakit

tersebut serta upah lembur yang harus dikeluarkan (Silalahi,1985).

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

5  

Universitas Indonesia  

Dari hasil riset pasar di Inggris diperoleh bahwa lebih dari 50% pekerja

mengaku tidak masuk kerja atau minta izin hingga 4 hari dengan alasan sakit

dalam 1 tahun, dan dari 1.336 orang yang disurvei, tercatat 56% responden

mengaku tidak masuk kerja antara 1-4 hari dalam 1 tahun dengan alasan sakit, dan

sebanyak 33% responden mengaku tidak masuk kerja dengan alasan lelah atau

jenuh, dan sebanyak 27% mengaku stress, sementara itu 14% bolos dengan alasan

sakit karena masa cutinya telah habis, alasan lainnya sebanyak 15% tidak

menyukai pekerjaan dan 10% karena melakukan wawancara dengan perusahaan

lain, sehingga perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja mengalami kerugian

sekitar 13 miliar poundsterling dalam 1 tahun (Gloria Cyber Ministries 2001).

Menurut Wijaya, 2000 perhitungan kerugian yang disebabkan oleh absen

perlu dilakukan oleh perusahaan, karena persentase jumlah absen pekerja yang

kecil bisa berarti relatif. Ukuran yang kecil tersebut bisa menjadi signifikan jika

diterjemahkan dalam nilai rupiah. Banyak perusahaan yang belum menggunakan

metode kuantitatif untuk mengukur kerugian yang timbul akibat mangkir, karena:

pertama, tidak mengerti bagaimana cara mengukur yang tepat; kedua, mitos dalam

pengelolaan bahwa aktivitas dibidang kepersonaliaan tidak dapat diukur secara

kuantitatif; ketiga, sebagian pengelola enggan menghitung karena belum

mengetahui manfaatnya. Keempat kurangnya data (personel record) yang

mendukung.

Kegiatan PKDTK tentunya akan menguntungkan bagi pihak perusahaan

dan pekerja. Bagi perusahaan tentunya dapat menekan biaya

perawatan/pengobatan dan biaya upah lembur yang dikeluarkan serta biaya untuk

melatih pekerja baru yang dikarenakan turnover pekerja akibat ketidakpuasan

pekerja dari pelayanan kesehatan yang diberikan , sedangkan bagi pekerja dapat

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya dan terhindar dari

berbagai resiko penyakit .

Berdasarkan data-data yang diatas maka peneliti merasa tertarik melakukan

penelitian mengenai prilaku hidup pekerja sehingga diketahui seberapa besar

pekerja yang melakukan prilaku sehat dan tidak sehat tersebut, dan guna

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

6  

Universitas Indonesia  

mengetahui apakah prilaku tersebut ada kaitannya atau ada hubungannya dengan

kejadian absensi sakit pekerja selama ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adanya kegiatan PKDTK sejak beberapa tahun terakhir di PT X, ternyata

trend absensi sakit justru meningkat, sehingga dengan demikian dianggap perlu

untuk melakukan penelitian “Analisis faktor yang berhubungan dengan absensi

sakit sakit pekerja di PT.X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran dari faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan

kejadian absensi sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret

2009-Maret 2010?

2. Faktor apa saja yang diduga berhubungan dengan absensi sakit pada pekerja

di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Diketahui gambaran faktor yang diduga berhubungan dengan absensi

sakit di PT.X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010.

Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran faktor yang diduga berhubungan dengan absensi

sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret

2010 yang terdiri dari: umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan

konsumsi alkohol.

2. Diketahui gambaran prilaku hidup pekerja di PT. X selama periode

waktu Maret 2009-Maret 2010 yang terdiri dari dari prilaku makan

pekerja (gizi), prilaku tidur, prilaku olahraga, dan prilaku merokok.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

7  

Universitas Indonesia  

3. Diketahui variabel yang diduga berhubungan dengan kejadian absensi

sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret

2010.

1.5 Manfaat Penelitian

• Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam

rangka memperbaiki dan meningkatkan program promosi kesehatan di

tempat kerja sehingga pekerja dapat mencapai derajat kesehatan optimal

yang akan berdampak pada penurunkan angka kejadiaan absensi sakit

pekerja sehingga biaya yang seharusnya tidak dikeluarkan dapat ditekan.

• Bagi ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian yang

terdahulu tentang penerapan elemen promosi kesehatan di tempat kerja

khususnya dalam upaya penurunan angka kejadian absensi sakit bagi

pekerja.

• Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan

untuk melengkapi kajian pustaka yang menyangkut penerapan elemen

program promosi kesehatan di tempat kerja dengan absensi sakit dan faktor

individu yang mempengaruhinya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan

absensi sakit pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010.

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 dengan desain studi cross

sectional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan cara

wawancara ke responden, dan untuk data absensi sakit selain dari wawancara,

peneliti juga dapatkan dari rekapitulasi kehadiran pekerja (data sekunder)

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

8

Universitas Indonesia

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Kesehatan kerja

Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat

kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial pada pekerja yang setinggi-

tingginya dan mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi

pekerjaannya. Perlindungan pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan

kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja

disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya dan disimpulkan

sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada

pekerjaannya (WHO/ILO, 1995). Fokus utama upaya kesehatan kerja mencapai

tiga tujuan :

a. Pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas

kerjanya.

b. Perbaikan kondisi lingkungan kerja dan pekerjaan yang kondusif bagi

kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja ke arah yang

mendukung keselamatan dan kesehatan kerja (WHO/ILO, 1995).

Sedangkan yang ada dalam peraturan pemerintah seperti pada

UU.No.1/1970 tentang keselamatan kerja yang menyatakan bahwa kesehatan

kerja merupakan bagian dari keselamatan kerja. Selanjutnya dalam

UU.No.25/1997 tentang ketenagakerjaan, pengaturan tentang kesehatan kerja

terdapat pada pasal 108 ayat (2), yang secara jelas menyebutkan bahwa ” Untuk

melindungi kesehatan pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal

maka diselenggarakan upaya kesehatan kerja”. Adapun upaya-upaya tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja baik pada awal bekerja maupun secara

periodik selama masa kerja

2. Gizi sehat tenaga kerja

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

9

Universitas Indonesia

3. Kebersihan lingkungan kerja, termasuk pencegahan dan pengolahan

limbah

4. Pencegahan dan penanggulangan sumber-sumber yang membahayakan

bagi kesehatan, antara lain :

a. Sumber fisik, seperti suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu tinggi

atau rendah, penerangan dan ventilasi yang kurang memadai

b. Sumber kimia, seperti gas/uap, cairan, debu, bahan kimia yang

beracun.

c. Sumber biologis, seperti bakteri, jamur, serangga dan tumbuh-

tumbuhan lain yang timbul dalam lingkungan kerja

d. Sumber faal, seperti sikap keliru waktu bekerja, peralatan yang tidak

cocok dengan pekerja, kerja yang terus menerus berdiri atau duduk.

e. Sumber psikologis, seperti kerja yang dipaksakan, suasana kerja yang

tidak menyenangkan, serta pikiran yang tertekan

2.2 Definisi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan bagian dari pemeliharaan dan

perlindungan kesehatan pekerja dari suatu pelayanan kesehatan kerja. Promosi

kesehatan kerja didefenisikan sebagai suatu proses yang memungkinkan pekerja

untuk dapat melakukan kontrol terhadap kesehatannya. Dan jika dilihat aspek

yang cukup yang lebih luas lagi, maka promosi kesehatan di tempat kerja

merupakan kesatuan kegiatan yang mencakup manajemen dan pencegahan

penyakit baik penyakit umum dan penyakit yang berhubungan dengan

pekerjaannya serta guna meningkatkan kesehatan dan kapasitas kerja yang lebih

optimal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan di tempat kerja

(health promotion at the workplace) adalah merupakan program kegiatan yang

direncanakan dan ditujukan pada peningkatan kesehatan para pekerja dan anggota

keluarganya menjadi tanggungan pekerja dalam kontek tempat kerja. Yang mana

promosi kesehatan di tempat kerja diselenggarakan berdasarkan suatu kerangka

konsep (framework), yang dibangun melalui beberapa kunci seperti : pendekatan

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

10

Universitas Indonesia

(approach), strategi (strategies), area prioritas (prioritas area), faktor yang

mempengaruhi (influence factors), dan lain-lain.(Depkes, 2007). Dan menurut

WHO, 2005 promosi kesehatan kerja adalah berbagai kebijakan dan aktivitas di

tempat kerja yang dirancang guna membantu pekerja (employee) dan perusahaan

(employer) di semua level untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan

pekerja dengan melibatkan partisipasi pekerja, manajemen dan stakeholder

lainnya.

Dalam penerapannya, khususnya di sektor swasta , saat ini penyelenggaraan

program-program PKDTK lebih ditentukan oleh para pemilik atau pemegang

saham, bila dianggap menguntungkan perusahaan maka manajemen akan

memutuskan untuk mengadakan program PKDTK, dan jika tidak menguntungkan

maka pihak manajemen tidak akan program PKDTK, Ini dikarenakan di Indonesia

masih minimnya aspek legal yang dapat memaksa perusahaan untuk

menyelenggarakan program PKDTK.

Pelatihan dan pendidikan kesehatan di tempat kerja (Workplace health

education and training) sebagai kesempatan pembelajaran terencana yang

ditujukan kepada masyarakat di tempat kerja dan dirancang untuk memfasilitasi

pengambilan keputusan dan memelihara kesehatan yang optimal. Pembelajaran

terencana dimulai dari topik kesehatan yang paling dibutuhkan, siapa sasaran

program, media komunikasi apa yang paling efektif hingga berbagaimana

mengevaluasi keberhasilan kegiatan pembelajaran tersebut.

2.3 Manfaat Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Dalam Occupational Environ Medicine Journal. 2001, menjelaskan bahwa

adanya pengaruh partisipasi pada program promosi kesehatan dengan kejadian

absensi pekerja, yang mana pekerja yang ikut berpartisipasi pada pelaksanaan

program tingkat absensinya lebih rendah dibandingkan dengan peserta yang tidak

mengikuti program, besaran penurunan absensi sakit tersebut sekitar 3% sampai

16%, dan dalam banyak studi yang dilakukan bahwa penurunan tidak muncul

sampai menjelang akhir evaluasi periode tapi pada saat berjalannya program telah

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

11

Universitas Indonesia

terjadi penurunan. Penelitian ini menggunakan metode preexperimental desain

dan quasi-experimental atau korelasi desain. Dan para peneliti telah menunjukkan

beberapa asosiasi yang jelas, terutama di bidang stres, obesitas, kebugaran dan

program promosi kesehatan partisipasi, dan beberapa faktor risiko kesehatan.

Namun dalam kevaliditasan dan keandalan ukuran absensi mempunyai

keterbatasan, karna tidak semua kemangkiran disebabkan oleh karena pekerja

benar-benar karna kondisi kesehatannya, kondisi kesehatan anggota keluarga

kadang menyebabkan pekerja tidak masuk kerja, dan lebih lanjut banyak pekerja

sering pergi bekerja ketika sakit atau bahkan sebaliknya, tinggal di rumah ketika

tidak sakit, sehingga ukuran ketidakhadiran pekerja karna sakit akan menjadi

lemah.

Upaya promosi kesehatan ditargetkan untuk mengurangi risiko kesehatan

atau terjadinya perubahan prilaku, ada banyak bukti nyata bahwa gaya hidup yang

sehat berhubungan dengan penurunan mortalitas, morbiditas, biaya pengobatan

dan kecacatan. Namun tidak boleh berasumsi bahwa kehadiran program promosi

kesehatan secara otomatis akan menghasilkan hasil yang baik karena

diperlukannya waktu yang cukup panjang dalam pelaksanaannya. Seperti

disebutkan diatas, banyak tujuan promosi kesehatan lainnya, seperti manajemen

diri, dan meningkatkan efektivitas diri, sehingga tahun pertama dapat

menghasilkan hasil yang positif (O’Donnell, 2002).

Promosi kesehatan di Tempat Kerja mampu memberikan manfaat kepada

pekerja, perusahaan dan masyarakat, antara lain :

1. Pengurangan Absentisme

Dari hasil laporan menunjukkan bahwa dengan adanya promosi

kesehatan di tempat kerja berdampak pada kesehatan pekerja, pekerja yang

sehat hanya sedikit sekali kehilangan hari kerja karena mengalami sakit.

Dengan demikian akan berdampak pada perhitungan biaya pengobatan yang

dapat diselamatkan dalam jumlah yang tidak sedikit serta upah lembur

pekerja, dan program promosi kesehatan kerja juga dapat membantu

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

12

Universitas Indonesia

meringankan dan mengelola tingkat stres pekerja sampai pada tingkatan yang

lebih baik dan tentunya ini akan berkontribusi mengurangi kehilangan hari

kerja.

Dalam Occupational Environ Medicine Journal. 2001, menjelaskan

bahwa efek program promosi kesehatan dapat mempengaruhi absensi sakit

pekerja. Dijelaskan bahwa penurunan sekitar 0-20% dari semua absensi,

meskipun 20% tampaknya kecil, namun keuntungan ekonomi yang terkait

dengan ketidakhadiran bekerja akan menjadi besar, dan lebih dari cukup

untuk membayar biaya yang berkaitan dengan promosi kesehatan berulang-

ulang, dan pihak pengusaha juga memperoleh manfaat dengan menurunnya

perputaran keluar masuknya pekerja, biaya perawatan medis serta

meningkatkan produktivitas pekerja. Jika 15% sampai 23% dari absensi

terkait dengan risiko kesehatan, maka ketidakhadiran lainnya yang sebesar

77% hingga 85% terkait masalah lainnya seperti : hak mentalitas, masalah

keluarga, moral, kebijakan perusahaan, gaji, tunjangan, iklim perusahaan dan

lingkungan kerja.

Dan sekitar tahun 1999 beberapa perusahaan dalam mengendalikan

ketidakhadiran pekerja masih menggunakan cara-cara tradisional seperti,

tindakan indisiplioner, pembatalan bonus, penundaan kenaikan karir dan

jabatan dan lain sebagainya. Dengan demikian, investasi dalam strategi

promosi kesehatan dapat memberikan berbagai manfaat selain mengurangi

ketidakhadiran itu sendiri.

2. Pengurangan Klaim Biaya Pengobatan

Rata-rata biaya pengobatan per orang pertahun di Amerika Serikat

mencapai 3000 US dolar. Pencegahan penyakit menyumbang sekitar 70%

dari seluruh total biaya sakit. Sebagian besar dari biaya itu berhubungan

dengan kebiasaan hidup sehat. Langkah yang diambil guna pengurangan

konsumsi biaya pengobatan kesehatan adalah dengan dilakukan implementasi

progrma promosi kesehatan (Modjo.R, 2006).

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

13

Universitas Indonesia

Pada pekerja yang mengikuti program promosi kesehatan di tempat

kerja, rata-rata angka ketidakhadiran karna absensi sakit adalah tiga kali lebih

sedikit jika dibandingkan bagi mereka yang tidak mengikuti program, dan

nilai financial yang diperoleh adalah, terjadi penghematan sebesar US $ 15,60

untuk setiap dolar yang dihabiskan untuk pelaksanaan program promosi

kesehatan di tempat kerja.(Steven G. Aldana, Phd, 2004)

3. Pengurangan Turnover Pekerja

Perusahaan yang menyelanggarakan program promosi kesehatan akan

membuat pekerja menjadi lebih senang dan bahagia dan mengurangi sebagai

calon pegawai yang ingin keluar dari pekerjaannya, dikarenakan pihak

perusahaan atau manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan

mereka, sehingga biaya untuk melatih pada pekerja yang baru dapat ditekan.

Sebuah studi di Tenneco menemukan bahwa pekerja yang

berpartisipasi dalam program promosi kesehatan memiliki peluang yang lebih

besar untuk terus dapat bekerja daripada yang tidak berpartisipasi.(Modjo, R

2006)

Dengan adanya kegiatan progra promosi kesehatan di tempat kerja

tidak hanya mengurangi angka ketidakhadiran pekerja, namun pengusaha

juga memperoleh manfaat dari perputaran keluar masuknya pekerja yang

menurun. (American College of Occupational And Environmental Medicine,

2001).

4. Peningkatan produktivitas dan kapasitas kerja

Program promosi kesehatan pekerja akan berpengaruh pada tingkat

kesehatan pekerja, dan tingkat kesehatan kerja akan mempengaruhi

produktivitas dan kapasitas pekerja. Jika tingkat kesehatan pekerja menurun

maka produktivitas kerja dan kapasitas kerja juga akan menurun dan jika

tingkat kesehatan pekerja baik maka produktivitas kerja dan kapasitas kerja

akan lebih baik.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

14

Universitas Indonesia

Union pacific Railroad menemukan bahwa 80% dari pekerjanya

percaya bahwa program exercise di perusahaan membantu mereka untuk

meningkatkan produktivitas mereka dan 75% pekerja merasakan bahwa

exercise yang teratur membantu mereka untuk lebih berkonsenterasi dalam

bekerja. (Modjo, R. 2006)

Dalam suatu studi quasi-eksperimental selama 12 bulan bahwa

dampak dari program promosi kesehatan kerja terhadap risiko kesehatan pada

pekerja dan produktivitas kerja adalah terjadinya pengurangan pada faktor-

faktor risiko kesehatan, dan terjadinya penurunan absensi pekerja sebesar

0,36 hari setiap bulannya, dan terjadinya peningkatan kinerja pada pekerja.

Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program promosi kesehatan

yangmultikomponen dapat menghasilkan perubahan yang cukup besar pada

risiko kesehatan dan produktivitas kerja. (American Journal of Health

Promotion, 2007)

Dapat disimpulkan bahwa, selama 20 tahun terakhir program promosi

kesehatan dapat mengurangi biaya perawatan kesehatan pekerja, mengurangi

absensi sakit, pekerja yang keluar masuk perusahaan, dan meningkatkan

produktivitas kerja serta mengurangi biaya untuk melatih pekerja baru, serta

meningkatkan citra perusahaan. (American College of Occupational And

Environmental Medicine, 2001)

Menurut O’Donnel (1994) guna mengubah perilaku sehat pekerja maka

diperlukan beberapa pendekatan antara lain sebagai berikut :

a. Tingkat 1 : Pemberian Informasi

Pada tingkat ini dilakukan berbagai strategi untuk memberikan

informasi kesehatan bagi pekerja, misalnya membuat media cetak atau

menyelenggarakan pameran kesehatan di tempat kerja, tujuan yang

diharapkan adalah pekerja akan berminat atas topik-topik kesehatan tertentu.

Efek perubahan perilaku pada tingkat ini dianggap yang paling kecil atau

lemah.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

15

Universitas Indonesia

b. Tingkat 2 : Penjajakan Risiko Kesehatan

Strategi yang dilakukan pada tingkat ini untuk mengidentifikasi

permasalahan kesehatan pada pekerja baik di massa lalu, masa kini dan masa

yang akan datang. Kegiatan yang dilakukan biasanya pemeriksaan kesehatan

secara rutin., seseorang akan cenderung mengubah perilaku jika dia

mengetahui bahwa pada dirinya sudah terdapat risiko atau masalah kesehatan

tertentu.

c. Tingkat 3 : Pemberian tindakan

Setelah dilakukan penjajakan risiko kesehatan, pekerja diberitahu

bagaimana menyelesaikan permasalahan kesehatan. Misalnya, pekerja yang

teridentifikasi mempunyai risiko hipertensi akan diberitahu bagaimana

mengurangi atau menghilangkan risiko tersebut, strategi lain yang dapat

digunakan adalah menyediakan pelayanan konseling bagi pekerja agar

mampu berperilaku sehat sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami.

d. Tingkat 4 : Membuat Sistem dan Lingkungan yang Mendukung

Dengan membuat sistem dan lingkungan yang mendukung diharapkan

pekerja tidak mempunyai pilihan lain kecuali menampilkan perilaku sehat,

nasehat yang pernah ada adalah jangan mengubah orang tapi ubahlah sistem

(don’t change the people but change the system)

2.4 Kerangka Konsep Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja.

Promosi kesehatan di tempat kerja diselenggarakan berdasarkan suatu

kerangka konsep (framework), yang dibangun melalui beberapa kunci seperti :

pendekatan (approach), strategi (strategis), area prioritas (priority areas), faktor

yang mempengaruhi (influence factors), dan lain-lain. Bagan kerangka konsep

dikutip dan dimodifikasi dari tulisan Kepala Pusat Kesehatan Kerja Departemen

Kesehatan RI tahun 2005

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

16

Universitas Indonesia

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Pendekatan program promosi kesehatan di tempat kerja diselenggarakan

dengan menggabungkan aktivitas organisasi, pendidikan dan lingkungan,

sehingga kondusif bagi pelaksanaan program. Pendekatan organisasi yang

dimaksud adalah intervensi terhadap organisasi agar tercipta budaya organisasi

yang mendukung program promosi kesehatan di tempat kerja, misalnya kebijakan

dan komitmen, penyediaan sumber daya manusia, anggaran, waktu untuk

olahraga, sarana prasarana olahraga, surat edaran atau surat keputusan.

2.5 Elemen Program Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Cakupan, isi dan fokus elemen program promosi kesehatan di tempat kerja

yang diimplementasikan di lapangan tergantung pada kebutuhan organisasi,

kebutuhan pekerja, serta kondisi dan potensi yang ada yaitu antara lain

dipertimbangkan besar dan lokasi organisasi, tempat dan waktu yang sesuai

dengan berkumpulnya pekerja (berkaitan dengan letak geografis dan sistem kerja

bergilir), tersedianya sumber daya dalam bentuk dana, sarana prasarana, tehnologi

dan keterampilan, karakteristik pekerja yakni pendidikan dan status sosial,

keterampilan dan kemampuan koordinator program.

PKDTK

ORGANISASI

PEDIDIKAN KESEHATAN

LINGKUNGAN

KOMUNIKASI

PERSIAPAN

ANALISIS

PERENCANAAN

IMPLEMENTASI

EVALUASI

KONTINUITAS

REKOGNISI

Bekerja sesuai SOP

Manajemen stress

Penyalahgunaan obat dan alkohol

Aktivitas fisik

Pengendalian berat badan dan nutrisi

Penghentian merokok

Mitra

Koordinasi

Dukungan

Intervensi Memelihara & meningkatkan kesehatan Mencegah resiko terjadinya penyakit PEKERJA Melindungi diri dari ancaman penyakit Peran aktif dalamgerakan kesehatan

Peningkatan kesehatan, kapasitas kerja & produktivitas

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

17

Universitas Indonesia

Dengan kata lain tidak semua elemen program dapat dilaksanakan

sekaligus, namun manajemen dan pekerja harus menyusun prioritas dan

menetapkan elemen program pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan.

Banyak penyebab ketidakhadiran pekerja disebabkan oleh karena status

kesehatan yang buruk, dan dikarenakan pekerja yang tidak pernah atau jarang

berolahraga, tidur yang tidak memadai serta penyalahgunaan alkohol. Dan

ketidakhadiran atau absensi pekerja juga erat kaitannya dengan kondisi stress

pekerja, yang semua ini dikarenakan akibat gaya hidup yang tidak sehat.

(Occupational Environ Medicine Journal. 2001; 43:36-46)

Beberapa penyebab absensi sakit yang memang dikarenakan dengan

masalah kesehatan pribadi, juga dikarenakan adanya issu baik dari faktor keluarga

dan kepentingan pribadinya, misalkan pekerja cenderung mengurusi anak-anak

atau orang tua mereka yang mungkin sakit dari penyakit yang disebabkan oleh

prilaku atau gaya hidup. Dapat disimpulkan disini bahwa jika ketidakhadiran

pekerja berkaitan dengan kesehatan pekerja yang buruk, dan jika status kesehatan

yang rendah disebabkan oleh karena sebuah risiko kesehatan, maka dapat

disimpulkan bahwa program promosi kesehatan pada pekerja dapat mengurangi

angka absensi pekerja. (Occupational Environ Medicine Journal. 2001)

Masih menurut Occupational Environ Medicine Journal. 2001, beberapa

program promosi kesehatan dirancang guna meningkatkan kesehatan dan

mengurangi risiko kesehatan, dan secara aktif mencegah timbulnya penyakit, ini

mencakup intervensi dan program yang dirancang untuk, yaitu :

a. Mengurangi stress

b. Meningkatkan aktivitas fisik dan kebugaran

c. Perbaikan gizi atau gizi seimbang

d. Mengurangi tembakau atau rokok

e. Mengurangi alkohol dan penggunaan narkoba

f. Mengurangi kelebihan berat badan

g. Mengurangi tekanan darah tinggi dan kolesterol

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

18

Universitas Indonesia

h. Penilaian risiko kesehatan

i. Dan berbagai kegiatan pendidikan.

Dibawah ini adalah lingkup elemen program promosi kesehatan di tempat kerja:

2.5.1 Olah Raga

Olahraga merupakan bagian dari kegiatan aktivitas fisik, banyak cara untuk

melakukan aktivitas fisik agar kita dapat mendapat manfaatnya. Adapun beberapa

cara untuk melakukan aktivitas fisik adalah sebagai berikut (Depkes, 2002).

Pertama aktivitas fisik dilakukan sekurang-kurangnya 30 menit / hari

dengan baik dan benar, misalnya :turun dari kendaraan lebih awal menuju tempat

kerja yang kira-kira menghabiskan waktu 20 menit untuk berjalan kaki dan saat

pulang berhenti di halte yang menghabiskan waktu kira-kira 10 menit untuk

berjalan kaki menuju rumah., membersihkan rumah selama 10 menit 2 kali dalam

sehari ditambah 10 menit bersepeda. Kedua dilakukan secara bertahap hingga

mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa dapat dimulai dengan beberapa menit

setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap. Ketiga aktivitas fisik dianjurkan

minimal selama 30 menit, tapi lebih lama akan lebih baik lagi. Keempat aktivitas

fisik dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan yang aman

dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera, misalnya dirumah, sekolah,

tempat kerja, dan tempat-tempat umum (sarana olahraga, lapangan, taman, dan

tempat rekreasi). Kelima aktitivitas fisik dapat dimulai sejak usia muda hingga

usia lanjut dan dapat dilakukan setiap hari

Dalam Occupational Environ Medicine Journal. 2001, bahwa adanya

keterkaitan antara partisipasi program fitness dengan absensi pekerja dan

hubungan antara kebugaran/kegiatan fisik dengan absensi pekerja. Disini juga

dijelaskan bahwa program kebugaran dapat mengurangi angka absensi pekerja

maka tergantung pada kemampuan program untuk meningkatkan dan

mempertahankan tingkat kebugaran pada pekerja. Dan hubungan antara partisipasi

program dengan kejadian absensi sakit pekerja, ini juga dimungkinkan oleh

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

19

Universitas Indonesia

karena semangat kerja dan peningkatan komitmen pimpinan perusahaan terhadap

program kebugaran tersebut.

a. Definisi Olah Raga

Menurut UNESCO dalam Declaration of Sport dalam Harsuki,(2003)

menerangkan bahwa olahraga adalah merupakan setiap aktivitas fisik baik

berupa permainan yang berisikan pertandingan melawan orang lain, diri

sendiri ataupun dengan unsur-unsur alam. Sedangkan menurut Lutan et al

(1991), berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka olahraga

dikelompokkan menjadi :

• Olahraga prestasi, yang pekanannya pada pencapaian prestasi

• Olahraga rekreasi, yang pekanannya pada rekreasi

• Olahraga pendidikan, yang pekanannya pada pencapaian tujuan

pendidikan

• Olahraga kesehatan, yang pekanannya pada pencapaian tingkat

kesehatan.

Sedangkan untuk para pekerja di perusahaan, olahraga yang tepat

diterapkan adalah olahraga yang penekanannya untuk kesehatan guna

memperoleh kebugaran jasmani yang tentunya akan mendukung kegiatan

sehari-hari dalam bekerja

b. Bagaimana Olah Raga Dilakukan

Menurut Sumasardjono (1989) supaya olahraga dapat bermanfaat agar

dapat memperbaiki kesegaran jasmani, maka olahraga tersebut haruslah

cukup takarannya. Latihan-latihan yang tidak cukup takarannya maka tentu

tidak akan dapat memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani

individu.

Beberapa hal yang harus diperhatikan supaya olahraga sesuai dengan

takarannya adalah sebagai berikut : Pertama intensitas latihan ; adalah

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

20

Universitas Indonesia

merupakan kerasnya dalam melakukan latihan, khususnya latihan yang

sifatnya aerobik. Mengukur intensitas latihan dapat dilakukan dengan cara

menghitung denyut nadi per menit guna mengetahui apakah intensitas

latihan yang dilakukan telah mencukupi, belum cukup atau melampaui batas

kemampuan tubuh. Denyut nadi maksimal (DNM) yang diperbolehkan

dicapai pada saat melakukan kegiatan olahraga adalah 220 dikurangi umur

(dalam tahun).

Pada olahraga kesehatan, intensitas latihan harus dapat mencapai

denyut nadi antara 60-70% dari denyut nadi maksimal. Kedua lamanya

latihan adalah lama latihan merupakan hal yang perlu diperhatikan. Jika

insensitas latihan lebih tinggi maka waktu latihan dapat lebih pendek.

Sebaliknya bila insensitas latihan lebih kecil maka waktu latihan harus lebih

lama. takaran lamanya latihan untuk berolahraga kesehatan minimal 30

menit. Ketiga frekuensi latihan adalah frekuensi latihan berhubungan erat

dengan insensitas latihan dan lama latihan. Frekeunsi latihan 3-4 kali per

minggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi. Hal ini

disebabkan karena ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak

melakukan latihan. Sehingga kita harus usahakan sebelum ketahanan

menurun harus sudah berlatih lagi. Frekuensi lima hari latihan hasilny lebih

baik daripada empat hari.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa dua hari latihan perminggu

tidak efektif untuk menaikkan prestasi, dan bagi olahraga kesehatan tidak

efektif untuk melatih jantung dan peredaran darah. Ketiga macam takaran

tersebut di atas harus dipenuhi agar latihan-latihan yang kita lakukan dapat

memperbaiki kesegaran jasmani kita. Bila salah satu takaran tidak dipenuhi,

maka latihan-latihan yang dilakukan tidak akan dapat memperbaiki

kesegaran jasmani.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

21

Universitas Indonesia

c. Manfaat Olah Raga

Olahraga akan bermanfaat apabila dilakukan dengan baik, benar,

terukur, dan teratur secara berkesinambungan minimal 12 minggu. Manfaat

yang bisa didapatkan adalah sebagai berikut (Depkes, 2005) :

1) Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh, sehingga dapat

mengurangi terjadinya resiko cidera

2) Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan

mempertahankan berat badan ideal

3) Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang, pada anak-anak untuk

mengoptimalkan pertumbuhan. Pada orang dewasa untuk memperkuat

massa tulang, menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung,

dan lutut serta mencegah osteoporosis.

4) Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru, serta pembuluh darah yang

ditandai dengan :

• Denyut nadi istirahat menurun

• Isi sekuncup jantung bertambah

• Kemampuan fungsi paru meningkat

• Penumpukan asam laktat berkurang

• Meningkatkan pembuluh darah kolateral

• Meningkatkan kolesterol HDL

• Mengurangi arterosklerosis.

5) Mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit seperti pada : tekanan

darah tinggi dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik,

Penyakit jantung koroner dapat meningkatkan kolesterol HDL dan

mengurangi kadar lemak dalam darah, diabetes mellitus dapat

meningkatkan sensitivitas insulin dan meningkatkan sistem hormonal

melalui peningkatan sensitivitas hormonal terhadap jaringan tubuh,

meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui

peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

22

Universitas Indonesia

Tabel 2.4 Efek kesehatan yang dapat merugikan berkaitan dengan kurangnya kebiasaan berolahraga

Risk Factor Mortality Morbidity

• Peningkatanserum

kolesterol

• Peningkatan

tekanan darah

• Penyakit jantung

• Strok

• Penyakit jantung

• Stroke

• Nephrosclerosis

• Gagal ginjal

• Angina pectoris

• Stroke

• Gagal ginjal

Sumber : Health Promotion in the Workplace ; Michael P.O’Donnell, ph.D.,M.B.A, M.P.H

2.5.2 Kebiasaan merokok

a. Epidemiologi Kebiasaan Merokok

Menurut laporan WHO di tahun 1996 yang dikutip oleh Aditama (1997)

menyatakan bahwa di negara berkembang sekitar 50-60% prianya merokok,

sementara perokok wanita hanyalah di bawah 10 %. Sementara itu, di negara-

negara maju sekitar 30% dan 30% juga wanitanya punya kebiasaan merokok.

Kebiasaan merokok diperkirakan mulai banyak di Indonesia pada awal abad 19

yang lalu. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh WHO seperti yang dikutip

oleh (Aditama, 1997) 3 (tiga) dari 4 (empat) pria di negara kita adalah perokok

dan sekitar 5% wanita kita juga punya kebiasaan sama.

Dalam SKKRT tahun 1986 yang dikerjakan di 7 (tujuh) propinsi ditemukan

bahwa jumlah perokok pria adalah 52,9% dan wanita sebanyak 3,6%. Perlu

diperhatikan pula, survei ini menemukan 13,2% remaja pria berumur 15-19 tahun

telah jadi perokok. Merokok telah menjadi kebiasaan, gaya hidup tanpa

memandang status sosial ekonomi, dari golongan bawah (miskin), menengah,

sampai ke golongan petani, tukang becak, supir, pedagang, manajer, direktur,

serta guru dan dosen. Penelitian-penelitian tentang rokok ini sudah tidak terhitung

jumlahnya, tetapi para perokok juga semakin bertambah (Modjo, 2003).

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

23

Universitas Indonesia

Kebiasaan merokok (Smoking habits) menurut Arnio (2003) dibagi menjadi

empat kelas yaitu :

1) Bukan perokok ( Non smokers)

Adalah yang tidak pernah merokok, atau pernah mencoba merokok 1

batang.

2) Perokok kadang-kadang (Occasional Smokers)

Adalah yang pernah merokok antara 2-50 batang, tapi tidak pernah teratur

merokok.

3) Perokok teratur (Reguler Smokers)

Adalah yang pernah merokok antara 2-50 batang atau lebih selama hidupnya

4) Kelas lepas dari rokok (Quitters) adalah orang yang dilaporkan telah

berhenti merokok.

Adapun alasan mendasar yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu

kebutuhan untuk mengatasi masalah emosional. Dalam kehidupan sehari-hari ada

warna senang, susah, frustasi, marah, tegang, tidak sabar, mudah tersinggung,

gelisah dan sebagainya. Suasana emosi negatif ini dapat dipicu oleh masalah

dalam keluarga, pekerjaan, keuangan dan lingkungan sosial. Yang juga

merupakan salah satu bentuk ketegangan adalah pencarian identitas diri yang

dialami oleh remaja ketika berangkat dewasa, yaitu pengaruh teman sebaya, atau

melihat contoh orang dewasa merokok serta akibat pengaruh iklan (Modjo, 2003).

Menurut Markus Lamprecht dan Hanspeter Stamm (2002) yang bukan

perokok akan lebih aktif jika dibandingkan dengan perokok. Dengan

meningkatnya kebiasaan merokok maka akan menurunkan intensitas aktivitas.

b. Rokok dan Kesehatan

Menurut Aditama (1997) di seluruh dunia, kebiasaan merokok menyebabkan

kematian pada 2,5 juta orang setahunnya, artinya 1 kematian setiap 13 detik.

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis

penyakit, seperti kanker paru, bronkitis, empisema,dan berbagai penyakit paru

lainnya. Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Setiap satu batang

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

24

Universitas Indonesia

rokok yang dibakar, akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin,

gas, karbon, monooksida, nitrogen oksida, hidrogen cyanide, amminia, acrolein,

asetilen, berzaldehyde, urethane, benzene, methanol, coumarin, 4 ethylcatechol,

ortocresol, perylene dan lain-lain.

Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar

yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel, sedangkan komponen

padat atau partikel dibagi menjadi nikotin dan tar. Tar adalah kumpulan dari

ratusan atau bahkan ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok

setelah dikurangi nikotin dan air. Tar mengandung bahan-bahan karsinogen (dapat

menyebabkan kanker), sedangkan nikotin (bahan adiktif) membuat orang menjadi

ketagihan dan menimbulkan ketergantungan (Aditama, 1997). Menurut Aditama

(1997) terdapat berbagai penyakit akibat rokok, yaitu :

1) Kanker Paru

Penyakit ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai

penyebab utamanya. Faktor lain yang mungkin dapat menambah risiko timbulnya

kanker paru adalah pencemaran udara dalam industri atau pertambangan industri

tertentu. Jadi faktor penyebab utama kanker paru adalah kebiasaan merokok.

Kanker paru merupakan penyebab kematian terpenting pada laki-laki, sedangkan

pada perempuan menduduki urutan keenam.

2) Kanker Lain

Kebiasaan merokok juga dihubungkan dengan berbagai kanker lain, mulai

dari kanker mulut sampai kanker leher rahim. Risiko bagi laki-laki perokok yang

terkena kanker mulut adalah lima kali lebih banyak daripada yang bukan perokok.

Risiko untuk kanker tenggorokan sembilan kali lebih tinggi dan risiko untuk

kanker kandung kemih 2-3 kali lebih tinggi daripada yang bukan perokok.

3) Penyakit Jantung

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko penting, sampai

terjadinya penyakit jantung koroner disamping faktor risiko seperti tekanan darah

tinggi, tingginya kadar lipid atau lemak dalam darah, dan kegemukan. Nikotin

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

25

Universitas Indonesia

yang terkandung dalam asap rokok dapat mengganggu jantung, membuat irama

jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan

lapisan dalam pembuluh darah dan menimbulkan kerusakan lapisan dalam

pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah. Perokok akan

mengalami serangan jantung tiga kali lebih sering dibandingkan dengan bukan

perokok, dan banyak yang mendapatkan serangan jantung sebelum usia 50 tahun.

4) Kehamilan

Wanita hamil yang merokok lebih banyak melahirkan bayi yang

meninggal bila dibandingkan dengan wanita hamil yang bukan perokok.

Seandainya bila bayi itu lahir normal, maka bayi wanita perokok lebih sering

meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.

5) Penyakit Paru-Paru Lain

Paru-paru seorang perokok merupakan suatu alat tubuh yang langsung

berhubungan dengan asap rokok. Kebiasaan ini sering menimbulkan keluhan

batuk serta dahak yang banyak. Saluran asap rokok di paru dapat berupa

peradangan kronik dari saluran nafas. Jumlah sel radang akan meningkat dua

sampai empat kali. Oksidan yang dikeluarkan asap rokok dapat pula secara

langsung menimbulkan kerusakan pada jaringan paru.

Dua penyakit lain seperti kanker banyak dihubungkan dengan kebiasaan

merokok adalah bronkitis kronis dan empisema paru. Kedua penyakit ini tidak

jarang terjadi bersama-sama dan disebut PPOK (Penyakit Paru Obstruktif

Kronik). Asap rokok telah secara nyata berhubungan dengan makin sering dan

makin beratnya serangan asma. Kebiasaan merokok merupakan faktor penting

yang dapat mencetuskan serangan asma, memperberat serangan dan memperburuk

kemampuan pernafasan.

6) Penyakit Lain

Kebiasaan merokok juga berhubungan dengan penyakit-penyakit lain,

misalnya penyakit maag dan tukak lambung (ulkus peptikum) lebih sering

dijumpai pada perokok dan penyembuhannya menjadi lebih sulit selama mereka

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

26

Universitas Indonesia

tetap merokok. Keadaan alergi dan penurunan daya tahan tubuh lebih mudah

terjadi pada perokok. Pada penderita kencing manis (diabetes mellitus) pada

seorang perokok ternyata punya kemampuan lebih sering mendapat serangan

jantung, penyakit pembuluh darah perifer dan bahkan ada laporan yang

menghubungkan kebiasaan merokok pada penderita diabetes mellitus dengan

terjadinya kebusukan jaringan (gangren).

Para ahli juga menghubungkan kebiasaan merokok dengan katarak dan

kerapuhan pada tulang (osteoporosis). Tar pada rokok juga dikaitkan dengan

kerusakan kromosom pada manusia. Penelitian pada binatang percobaan

menemukan bahwa asap rokok menyebabkan perubahan genetik, gangguan

kromosom, menghambat perbaikan DNA (Deoxyribonucleic acid) yang rusak

serta menggangu sistim enzimatik.

Tabel 2.5 Efek kesehatan dari kebiasaan merokok Kematian Kesakitan Kecacatan Produkt

ivitas

• Arteriosclerosis

• Coronary artery

disease

• Aortic aneurysm

• Sudden cardiac death

• Kanker:Pernafasan,

GI, GU

• Stroke

• COPD

Pneomonia and

influenza

• SIDS

• Neonatal mortality

• Burns

• Injuries, Ulcer

• Artherosclerosis

• Angina pectoris

• Stroke sequlle

• Peripheral vascular

disease

• Burns

• Pneomonia

• Bronchitis

• Ashtma

• Emphysema

• Otitis media

• Tracheitis

• Low birth weight

• Prematury

• RDS

• Respiratory

compromise

• Paralysis

• Kelemahan

akitivitas

• Attention

deficit

disorder

• Cognitive

delays

• Amputations

• Claudication

• Halitosis

Congestive

hearth failure

• Kecela

kaan

• Kebaka

ran

• Hilang

jam

kerja

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

27

Universitas Indonesia

disease • Ulcer disease

• Periodontal disease

• Gastroesophageal

reflux disease

• Low back and neck

pain

• Epilepsy, Cerebral

palsy

Sumber : Health Promotion in the Workplace ; Michael P.O’Donnell, ph.D.,M.B.A, M.P.H

c. Cara Berhenti Merokok

Dengan makin meluasnya informasi tentang pengaruh buruk merokok bagi

kesehatan, maka tidak sedikit orang berusaha berhenti merokok. Laporan WHO

menyebutkan, dalam 2 (dua) dekade terakhir ini di Kanada lebih dari 5 (lima) juta

orang telah berhenti merokok. Di Inggris sekitar 10 juta orang dalam jangka

waktu 10-15 tahun terakhir ini (2000 orang berhenti merokok sehari) dan di

Amerika Serikat bahkan mencapai 40 juta orang berhenti merokok. Laporan dari

berbagai negara lain juga menunjukkan tingginya keinginan berhenti merokok.

Hanya saja, di pihak lain disadari sering kali tidak mudah bagi seseorang perokok

apalagi perokok berat untuk dapat menghentikan kebiasaannya ini (Aditama,

1997).

Mengapa orang tidak mudah berhenti merokok ? menurut Aditama (1997)

ada dua faktor yang berperan yaitu, pertama akibat ketergantungan atau adiksi

pada nikotin yang ada di dalam asap rokok, dan kedua karena faktor psikologis

yang merasakan adanya kehilangan sesuatu kegiatan tertentu kalau berhenti

merokok. Kebiasaan merokok yang telah dijalani bertahun-tahun ternyata

membentuk suatu pola tingkah laku sendiri yang telah mengakar, sehingga kalau

mencoba berhenti akan terasa ada sesuatu yang hilang pada dirinya.

Menurut (Aditama, 1997) ada beberapa pendekatan yang dapat dipakai

untuk membantu usaha agar dapat berhenti merokok, tetapi diatas segala-galanya

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

28

Universitas Indonesia

faktor terpenting adalah kemauan yang kuat dari si perokok sendiri untuk berhenti

merokok. Kalau tidak ada kemauan yang kuat, metode apapun yang dipakai pasti

akan gagal dan kalaupun si perokok berhasil berhenti merokok untuk jangka

waktu tertentu, tidak lama lagi akan kembali merokok. Di pihak lain, kalau

memang sudah ada motivasi dan kemauan yang kuat untuk berhenti merokok ,

maka metode yang akan berhenti merokok harus menyadari bahwa tidak ada

satupun obat atau cara yang manjur seratus persen untuk menghentikan merokok

kalau ia sendiri belum termotivasi kuat untuk benar-benar berhenti merokok.

Menurut Aditama (1997) WHO pernah mengeluarkan beberapa petunjuk

yang mungkin dapat digunakan untuk sedikit mengurangi bahaya rokok pada

orang yang tetap merokok. Pertama, kurangilah jumlah isapan pada setiap batang

rokok. Makin jarang rokok itu dihisap tentu makin baik. Kedua, kurangilah

dalamnya dan lamanya isapan. Makin dangkal isapan dan makin singkat waktu

lamanya mengisap maka tentu makin sedikit bahan berbahaya yang masuk ke

dalam paru.

Ketiga, matikan dan buang puntung rokok setelah diisap setengah atau

paling banyak dua pertiganya. Kadar bahan berbahaya akan makin tinggi pada

puntung rokok setelah diisap setengah atau paling banyak dua pertiganya. Kadar

bahan berbahaya akan makin tinggi pada puntung yang makin pendek. Hal ini

juga menunjukan bahayanya merokok puntung. Keempat, jangan letakan rokok di

mulut atau bibir di antara dua isapan. Artinya, kalau sedang tidak diisap maka

rokok itu sebaiknya dipegang di tangan saja.

Keempat petunjuk ini tentu tidak bermaksud menghilangkan bahaya rokok

dan membuat rokok itu menjadi aman. Petunjuk yang disampaikan hanya akan

membantu untuk sedikit banyak mengurangi bahaya yang timbul akibat bahaya

rokok.

Menurut (Aditama, 1997) ada beberapa saran praktis yang dapat membantu

seseorang untuk berhenti merokok. Pertama, buanglah semua bekas rokok, korek

api dan sembunyikan asbak agar tidak mengganggu konsenterasi sewaktu berhenti

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

29

Universitas Indonesia

merokok. Kedua, buatlah daftar kerugian akibat merokok yang anda telah alami

serta catatlah berbagai keuntungan yang didapat setelah berhenti merokok

(hilangnya bau di rambut, hilangnya warna kecoklatan pada gigi, gigi yang lebih

bersih, dan lain-lain). Ketiga, adalah anjuran untuk berkumpul bersama teman-

teman yang tidak merokok atau yang ingin berhenti merokok.

Menurut Fujimoto dalam (Depkes, 2007) dorongan untuk merokok hanya

beberapa menit, tetapi sungguh sulit dihindari. Untuk menanggulangi dorongan

ini, American Cancer Society mengeluarkan petunjuk, antara lain: kegiatan

melompat (lompat tali, lompat jauh dan sebagainya), berenang, membaui minyak

wangi, makanan dan minuman, berolahraga, mendengar musik, kicauan burung,

menyanyi, menggambar, dan lain-lain.

d. Fase dan Metode Program Penghentian Merokok

Fase- fase penghentian merokok, adalah sebagai berikut :

1) Fase persiapan

Motivasi, pemantauan diri sendiri, tentukan hari memulai berhenti merokok,

pelatihan pengendalian diri

2) Fase Penghentian

• Menghilangkan reaksi ketagihan

• Menciptakan situasi menolak rokok

• Terapi dengan obat-obatan

3) Fase Pemeliharaan

• Pelatihan keterampilan mengatasi ketagihan

• Dukungan sosial dari teman sekerja dan keluarga

• Sesi tindak lanjut atau konseling

• Pengendalian berat badan dan pola makan/diet

• Program olahraga

• Terapi dengan obat-obatan

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

30

Universitas Indonesia

2.5.3 Kebutuhan gizi

Secara umum masalah gizi dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni

gizi kurang (undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition). Gizi yang berlebih

baik yang overweight maupun obesitas telah menjadi masalah kesehatan baik di

negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang, keadaan ini tentu akan

meningkatkan risiko berbagai penyakit.

Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara gizi lebih

dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner/PJK(Read and Blazos,

2002;Hu, 2003;Vasan;pencina,et al., 2005). Dan akibat lebih lanjut dari gizi lebih

adalah penurunan produktifitas kerja seseorang dan bahkan kematian.

a. Konsep Dasar Gizi Seimbang

Kata gizi berasal dari bahasa arab yakni ”Al Gizzai” yang artinya makanan

dan manfaatnya untuk kesehatan. Dan Al Gizzai juga dapat diartikan sari

makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Pemberian makanan sebaiknya harus

memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur,

jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil serta

menyusui.

Guna mempertahankan kualitas hidup maka setiap orang memerlukan lima

5 kelompok zat gizi antara lain : Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral

dengan takaran yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Selain itu

juga manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali

dalam tubuh.

Menurut (Depkes RI. 2003), apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang

beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan

kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif, ini

dikarenakan beberapa makanan memiliki kelebihan dan kekurangan akan

kandungan zat gizi didalamnya. Sehingga untuk mencapai masukan zat gizi yang

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

31

Universitas Indonesia

seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan,

melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan.

Pemahaman sebelumnya bahwa susu seringkali mendapatkan pujian

karena bernilai gizi tinggi, dan disisi lain makanan lain dinilai rendah karena

kurang bergizi. Sesuai konsep keterkaitan antar gizi maka setiap jenis makanan

memeliki peranan masing-masing dalam menyeimbangkan masukan zat gizi

sehari-hari. Keseimbangan gizi diperolah apabila hidangan makanan sehari-hari

terdiri dari sekaligus tiga kelompok bahan makanan, dan dari setiap kelompok

dipilih satu atau lebih jenis bahan makanan.

Adapun ketiga kelompok jenis bahan makanan tersebut adalah :

Pertama, sumber zat energi tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta

tepung-tepungan, kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buahan,

ketiga, sumber zat pembangun yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil

olahan.

Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan,

dan makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur

zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas dan kuantitasnya. Adapun makanan

sumber zat tenaga antara lain adalah : beras, jagung,gandum, ubi kayu, ubi jalar,

kentang, sagu, roti dan mie. Minyak margarin dan santan yang mengandung

lemak dapat menghasilkan tenaga, makanan sember tenaga akan menunjang

aktivitas sehari-hari. Sedangkan makanan sumber zat pembangun yang berasal

dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe tahu, dan yang berasal

dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging susu serta hasil olahan keju.

Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan seseorang. Sedangkan makanan sebagai sumber zat

pengatur adalah dari sayur-sayuran dan buah-buahan, makanan ini mengandung

berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya

fungsi organ tubuh. (Depkes, RI. 2003)

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

32

Universitas Indonesia

Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi,

minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis

makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur.

Idealnya adalah setiap kali makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok

makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan makanan yang

seimbang dan serat yang cukup maka dapat mencegah atau memperkecil

kemungkinan terjadinya penyakit degeneratif seperti, jantung koroner, darah

tinggi, diabetes mellitus dan lain sebagainya.

Dan dapat disimpulkan untuk mencapai masukan gizi yang lengkap dan

seimbang, maka kita perlu mengkonsumsi aneka ragam jenis bahan makanan, dan

bila mengkonsumsi hanya satu jenis makanan dalam jangka waktu yang relatif

lama, maka akan dapat mengakibatkan berbagai penyakit kekurangan gizi dan

gangguan kesehatan.

Beberapa makanan tidak sehat bagi kesehatan antara lain, kentang

goreng/french price, donat, cake, kfc, dan semua makanan yang digoreng antara

lain tempe, daging, ayam goreng, dan roti putih, nasi putih, makanan yang

mengandung gula antara lain soft drink, coca coca, sprite, fanta, alkohol, beer, mie

telor,kopi, the, creamer, lemak sapi,lemak kambing, lemak domba, jus buah, jus

sayur dan susu fullcream, dan sekitar dua puluh persen saja makanan tidak sehat

tersebut yang boleh dikonsumsi dari total makanan yang dikonsumsi.

Ukuran Bahan Makanan

Satu porsi nasi setara dengan ¾ gelas atau 100 gram, yang

mengandung 175 kalori, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat. Dan untuk

satu porsi sayuran adalah sekitar 100 gram sayuran yang ukurannya lebih

kurang 1 mangkok (setelah dimasak dan ditiriskan), yang mengandung 50

kalori, 3 gram protein dan 10 gram karbohidrat.

Sedangkan untuk satu porsi buah adalah setara dengan 1 buah pisang

ambon ukuran sedang atau 50 gram, yang mengandung 40 kalori dan 10 gram

karbohidrat. Dan untuk lauk, antara lain tempe, 1 porsi tempe adalah 2 potong

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

33

Universitas Indonesia

sedang atau 50 gram, yang mengandung 80 kalori, 6 gram protein, 3 gram

lemak dan 8 gram karbohidrat, sedangkan untuk daging, 1 porsi daging

adalah satu potong sedang atau 50 gram, yang mengandung 95 kalori, 10

gram protein dan 6 gram lemak.

Dan untuk minyak, 1 porsi minyak adalah ½ sendok makan atau 5

gram yang mengandung 45 kalori dan 5 gram lemak. Sedangkan untuk gula,

1 porsi gula adalah 1 sendok makan atau 10 gram, yang mengandung 37

kalori dan 9 gram karbohidrat.

a. Definisi Status Gizi

Secara umum status gizi adalah suatu keadaan kesehatan seseorang sebagai

gambaran konsumsi gizi serta penggunaannya oleh tubuh yang dihitung dari

perbandingan BB dalam Kg dengan TB dalam m dikuadratkan. Gizi lebih

merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jaringan adiposa (lemak) di

dalam tubuh (Guthrie & Picciano, 1995).

Guna menunjang kehidupan seseorang, maka di dalam tubuh manusia harus

ada lemak minimal sebanyak 3-5% pada laki-laku dan 5-9% pada perempuan,

yang disebut sebagai lemak esensial. Kandungan lemak normal pada pria adalah

5-25% dari berat badan sedangkan pada wanita adalah 12-32% dari berat badan.

Pada wanita dewasa, dikategorikan kegemukan atau obesitas bila lemak yang ada

di dalam tubuhnya > 32% dari berat badan. Sedangkan pada pria dewasa

dikategorikan kegemukan atau obesitas bila di dalam tubuhnya >25% dari berat

badan (Dashman, 1996)

Setiap hari manusia memakan makanan yang mengandung gizi seimbang.

Gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat,

lemak, protein dan vitamin serta mineral. Menurut (Sediaoetama, 2000), setelah

makanan dikonsumsi di dalam alat pencernaan, maka bahan makanan diurai

menjadi berbagai zat makanan atau zat gizi. Zat makanan inilah yang diserap

melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan jaringan tubuh. Di dalam

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

34

Universitas Indonesia

jaringan zat-zat makanan memenuhi fungsinya masing-masing. Fungsi zat-zat

makanan secara umum ialah :

1) Sebagai sumber energi.

Pada kondisi kekurangan gizi, fungsi sebagai penghasil energi yang

mula-mula dikorbankan. Badan akan berusaha menyesuaikan diri dengan

mengurangi pemakaian energi,

2) Menyokong pertumbuhan badan.

Fungsi menyokong dan pemeliharaan jaringan, pada dasarnya sejenis

yaitu pembentukan sel baru atau bagian-bagiannya. Pada pertumbuhan

dibentuk sel baru yang ditambahkan pada sel-sel yang telah ada, sedangkan

pada pemeliharaan jaringan dibentuk sel-sel baru untuk menggantikan sel-

sel lama yang telah rusak.

3) Memelihara jaringan, mengganti sel yang rusak.

Fungsi pemeliharaan berdampingan dengan fungsi pertumbuhan,

walaupun fungsi pertumbuhan selesai namun fungsi pemeliharaan jaringan

berjalan terus sampai saat meninggal.

4) Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan didalam

cairan tubuh.

Pengaturan metabolisme dilakukan melalui beberapa mekanisme.

Mekanisme yang langsung mempengaruhi dan mengatur sintesa berbagai

ikatan organik didalam tubuh dan pengaturannya melalui sistem enzim.

Pada gilirannya enzim-enzim ini diatur oleh sistem hormon dan sebagian

oleh sistem syaraf. Semua sistem pengaturan ini memerlukan zat gizi

sebagai bahan dasar.

5) Berperan didalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas sistem seluler dan sistem

hormonal. Sistem selular dilaksanakan oleh sel-sel seperti leucocytas, sel-sel

Retikulo Endhotelial system (RES). Sedangkan sistem pertahanan tubuh

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

35

Universitas Indonesia

humoral dilakukan diantaranya melalui badan anti (antibodies). Badan-

badan ini pada umumnya berbentuk protein.

Dalam kondisi kekurangan gizi, biasanya fungsi pertahanan tubuh ini

paling akhir menderita kemunduran. Keadaan kesehatan gizi seseorang

tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh

kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukan adanya

semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan hidangan dan

perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan

jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan

hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun

kuantitasnya maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan yang sebaik-

baiknya.

Menurut (Sediaoetama ,2000), tingkat kesehatan gizi terbaik adalah

kesehatan gizi optimum. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja

dan efisiensi yang sebik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan yang

setinggi-tingginya.

Tingkat kesehatan gizi sebagai konsumsi berlebih, adalah kesehatan gizi

lebih. Kondisi ini mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah. Dalam

keadaan demikian timbul penyakit-penyakit tertentu yang sering dijumpai pada

orang kegemukan, penyakit-penyakit kardiovaskuler yang menyerang jantung dan

sistem pembuluh darah, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain.

Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi defisien, ada dibawah orang

sehat. Terjadi gejala-gejala defisiensi gizi. Berat badan akan lebih rendah dari

berat badan ideal dan penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi

sehingga akan menghambat fungsi jaringan tersebut. Tempat penimbunan zat gizi

menjadi kosong. Reaksi-reaksi metabolik menjadi terhambat dan mengalami

perubahan abnormal sehingga terjadi pula perubahan dalam susunan biokimia

jaringan.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

36

Universitas Indonesia

Menurut Depkes RI dalam (Supariasa, 2001), kerugian berat badan kurang

sebagai manifestasi kurang gizi dan berat badan lebih sebagai manifestasi gizi

lebih akan mengalami kerugian kerugian, seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.6 Kerugian Akibat Berat Badan Kurang dan Berat Badan Lebih

Berat badan Kerugian

Kurang

(kurus)

Penampilan cenderung kurang baik

Mudah letih

Kurang mampu bekerja keras

Risiko sakit tinggi, antara lain : infeksi, depresi, anemia, diare

Lebih

(gemuk)

Penampilan kurnag menarik

Gerakan tidak gesit

Mempunyai risiko : jantung dan pembuluh darah, DM,

hipertensi, gangguan sendi dan tulang, gangguan ginjal,

gangguan kandung empedu, kanker. Sumber : Depkes RI 1994 dalam Supariasa et al, (2001, hal. 61-62) Tabel 2.7 Efek kesehatan yang dapat merugikan kesehatan berkaitan dengan kelebihan

berat badan

Faktor Risiko Mortality Morbidity Disability

• Berat Badan

Lebih

• Hearth

disease

• Diabetes

• Angina pectoris

• Arthritis

• Gallbladder disease

• Breast and

endometrial cancer

• Osteoarthritis

• Slipped capital

femoral epiphysis

• Arhtritis

• Activity

limitation

Sumber : Health Promotion in the Workplace ; Michael P.O’Donnell, ph.D.,M.B.A, M.P.H

b. Pengukuran Status Gizi

Menurut WHO dalam (Supariasa et al, 2001), batasan berat badan normal

orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI) yang

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

37

Universitas Indonesia

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Indeks Masa Tubuh (IMT).

Penggunaan BMI atau IMT ini hanya berlaku untuk orang yang berumur diatas 18

tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan

olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus

seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.

Rumus perhitungan IMT adalah :

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO,

yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang

normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan batas ambang untuk perempuan adalah

18,7-23,8. Lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas

ambang antara laki-laki dan perempuan.

Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki

untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas perempuan

untuk kategori gemuk tingkat berat. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan

rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan

dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kwadrat tinggi

badan (dalam ukuran meter) : IMT = BB/TB2 (Arisman, 2004).

c. Metode Pengumpulan Data Konsumsi Makanan

Menurut Jelliffe (1989) dan Gibson (2005), metode pengumpulan data

konsumsi makanan terdiri dari Recall 24 jam, Food Frequency Questionnaire

(FFQ), Pencatatan Makanan (Food Record). Penimbangan Bahan Makanan

(Weighing Food Record), dan Riwayat Makanan (Dietary History).

1) Recall 24 Jam (24-hours Recall)

Metode ini digunakan untuk menilai rata-rata asupan yang lazim. Subjek

diwawancarai tentang apa yang dimakan dalam kurun waktu 24 jam terakhir dan

dapat dilakukan sekali maupun ulangan. Kuantitas diestimasi dalam ukuran rumah

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

38

Universitas Indonesia

tangga (URT) yang menggunakan model makanan (food models) untuk membantu

mengingat kembali atau untuk membantu menghitung besar porsinya. Asupan zat

gizi dihitung menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

Menurut Young (1981) dalam Gibson (1990) menyatakan bahwa recall

1x24 jam tepat untuk mengistimasi rata-rata asupan makanan dan gizi untuk

kelompok besar. Namun demikian metode ini tidak cocok bagi orang-orang yang

dengan keterbatasan daya ingat seperti pada anak-anak dan orang tua.

2) Pencatatan Makanan (Food Record)

Pencatatan makanan dilakukan dengan mencatat semua makanan yang

dikonsumsi (termasuk snack) pada periode tertentu (biasanya 1-7 hari). Kuantitas

diestimasi dalam ukuran rumah tangga (URT) dan intake zat gizi dihitung

menggunakan data komposisi makanan.

Dalam penggunaan metode ini maka responden harus mempunyai motivasi,

mampu menghitung dan tidak buta huruf (Johnson, 2002). Dan kemungkinan

responden untuk mengubah kebiasaan makannya karna untuk mempermudah dan

memberikan kesan yang baik pada peneliti.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang,

antara lain konsumsi makanan, aktifitas fisik, umur, jenis kelamin, ras/suku,

genetik, emosi, sosial-ekonomi, alkohol, merokok dan keadaan kesehatan.

1) Hubungan antara Energi Total dengan Status Gizi

Energi dapat diperoleh dari makanan yang mengandung lemak,

karbohidrat,dan protein. Kekurangan atau kelebihan asupan energi sebesar 10 kkal

per hari maka akan menyebabkan penambahan atau penurunan berat badan

sebanyak 0.45 kg per tahun. Sedangkan penambahan atau penurunan berat badan

sebesar 5 kg per tahun disebabkan karena kelebihan atau kekurangan energi

sebesar 100 kkal per hari (Guthrie, Picciano 1995).

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

39

Universitas Indonesia

Jumlah asupan energi dari makanan harus dibandingkan dengan angka

kecukupan energi (AKE). Di Indonesia, AKE dibedakan berdasarkan umur dan

jenis kelamin. AKE untuk wanita usia 19 tahun sampai > 65 tahun adalah 1500-

1800 kkal, sedangkan untuk pria dengan rentang umur yang sama adalah 1900-

2300 kkal. Semakin bertambah umur maka AKE akan menurun. Selain itu AKE

disesuikan dengan BB dan TB (Hardiansyah dalam WKNPG VIII tahun 2004).

2) Hubungan antara Karbohidrat dengan Status Gizi

Tipe umum dari karbohidrat dalam makanan antara lain adalah pati, gula

(karbohidrat sederhana), dan serat. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Di

negara berkembang karbohidrat mencapai 80% dari energi (Guthrie, Picciano,

1995). Dan karbohidrat menyumbang sekitar 50-70% dari total energi (Szepesi

dalam Ziegler & Filler, 1996). Menurut Pedoman Gizi Seimbang (PUGS), orang

Indonesia dianjurkan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat setengah

(50%) dari kebutuhan energi (Depkes RI, 1996).

3) Hubungan antara lemak dengan status gizi

Lemak (lipid) mengandung asam lemak yang terdiri dari beberapa kelas

yaitu triasilgliserol, glikolipid, glikolipid, fosfolipid, sfingolipid dan sterol (Jones

dalam Wahlqvist, 2002). Energi yang dihasilkan dari 1 gram lemak sangat besar 9

kkal (Guthrie, Picciano, 1995).

Asupan lemak diberbagai negara sangat bervariasi. Di Eropa, 40-45% energi

total dalam diet berasal dari lemak. Di Amerika Serikat, asupan lemak sedikit

lebih rendah yaitu 30-40% dari total energi, sedangkan di negara lain seperti di

Asia dan Afrika, asupan lemak sekitar 15-25% Grundy dalam Ziegler & Filler,

1996). Sedangkan untuk Indonesia, berdasarkan PUGS dianjurkan mengkonsumsi

lemak per orang perhari dibatasi sampai 25% dari kebutuhan energi (Depkes RI,

1996).

Berdasarkan laporan WHO (1995,2000, dan 2003), lemak diketahui

berkontribusi terhadap penambahan BB orang dewasa.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

40

Universitas Indonesia

4) Hubungan antara Protein dengan status Gizi

Sumber makanan yang tidak kalah penting adalah protein. Protein

menyumbang 15-20% dari total kebutuhan energi tubuh manusia. Fungsi utama

dari protein adalah guna pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Energi

yang dihasilkan dari 1 gram protein adalah sekitar 4 kkal (Guthrie, Picciano,

1995).

Data eksperimental juga menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa protein

memiliki daya mengeyangkan lebih tinggi per kalori daripada karbohidrat dan

lemak pada orang dewasa. Dengan demikian penggantian diet karbohidrat dengan

protein ad libitum bersamaan dengan diet rendah lemak dapat memperbaiki

kehilangan berat badan (Astrup, 2003).

5) Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi.

Aktifitas fisik terdiri dari aktifitas saat melakukan pekerjaan di kantor,

berolahraga, dan aktifitas di waktu luang (Baecke, 1982 dalam Kamso, 2000).

Suatu studi prospektif pada orang dewasa menunjukkan bahwa aktifitas fisik

berhubungan dengan pencegahan penambahan BB yang dihubungkan dengan

umur (William et al. Dalam WHO 1995).

Dalam laporan lebih lanjut, WHO (2003) menyatakan bahwa aktifitas

sedang sampai berat secara reguler protektif terhadap penambahan BB yang tidak

sehat akibat gaya hidup santai (sedentary lifestyle). Studi yang dilakukan oleh Lee

et al (2006) menunjukkan bahwa lebih dari 70% orang dewasa yang overweight

dan obesitas tidak melakukan olah raga secara teratur. Larsson, Lissner, et al

(2003) melakukan analisis potong-lintang terhadap aktifitas fisik baik saat waktu

luang maupun saat bekerja menurun sejalan dengan meningkatnya overweight dan

obesitas pada pria dan wanita.

Menurut Adams et al (2003), level aktivitas fisik menurun sejalan dengan

meningkatnya IMT. Pada IMT yang sama, wanita overweight dan obesitas kurang

aktif dibandingkan dengan pria. Peningkatan energy expenditure melalui olahraga

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

41

Universitas Indonesia

atau aktivitas fisik lainnya merupakan komponen penting dalam penurunan BB

dan pencegahan penambahan BB kembali (Jakicic & Otto, 2006). Penambahan

berat badan pada pria lebih disebabkan karena kurangnya aktifitas fisik di waktu

luang (Haslam & James, 2005).

Fogelholm dan Koski (2002) menyatakan bahwa penurunan aktifitas fisik

dapat meningkatkan obesitas dibandingkan dengan peningkatan intake energi.

Yang harus diperhatikan pada saat beraktifitas fisik adalah frekuensi, durasi, dan

intensitas. Anjuran untuk melakukan aktifitas fisik dengan intensitas sedang

sedikitnya 30 menit dalam sebagian besar hari dapat mengurangi risiko penyakit

kardiovaskuler. Sedangkan aktifitas fisik selama 60-90 menit per hari dapat

mencegah penambahan BB. Hasil konsensus lain menyatakan bahwa untuk

mencegah penambahan BB yang tidak sehat memerlukan aktifitas fisik selama 40-

60 menit dalam sebagian besar hari atau setiap hari (WHO, 2003).

2.5.4 Kebiasaan tidur

Kebutuhan tidur setiap orang tentu berbeda. Dilihat dari kebutuhan tidur

seseorang maka dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama

disebut dengan short sleepers, adalah kelompok manusia yang membutuhkan

tidur kurang dari enam jam sehari. Umumnya kelompok ini efisien, ambisius,

pandai bergaul, dan cuek terhadap masalah, dan memiliki rasa puas diri

(Hartmann, EL.1980). Kelompok kedua disebut long sleepers adalah kelompok

manusia yang membutuhkan tidur lebih dari sembilan jam sehari. Mereka

umumnya pemalu, banyak kekhawatiran, banyak berpikir tentang masa depan, diri

sendiri dan masalah-masalah umum yang sebenarnya tidak perlu dirisaukan. Dan

biasanya terdapat psikopatologi ringan seperti anxietas dan depresi ringan

(Panteri, 1993 : 31).

Kebutuhan tidur untuk manusia dewasa normal antara 7-8 jam sehari. Tidur

yang berkualitas tinggi adalah tidur yang nyenyak, tidak terlalu sering terbangun

di tengah malam, dan jika terbangun mudah tertidur kembali serta tidak

mengalami gangguan-gangguan yang berarti (Hidayat, 1985 : 23). Ada beberapa

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

42

Universitas Indonesia

faktor yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas tidur, diantaranya faktor

gangguan mental dan emosional, faktor terlalu lama tidur siang, serta kondisi-

kondisi seperti emosi, situasi lingkungan, situasi pekerjaan, konflik pekerjaan dan

lain sebagainya. Pada umumnya, seseorang tidak membutuhkan tidur yang lama

ketika dia merasa bahagia, bebas dari stress atau tidak begitu stress, dan

kehidupan yang stabil dan sebaliknya.

Dalam The American College of Occupational and Environmental

Medicine. 2001, Dalam sebuah studi cross-sectional yang dilakukan guna

mengevaluasi kontribusi kebiasaan tidur sehari-hari dan gejala absensi sakit dari

pekerja shift menjelaskan bahwa pada pekerja shift yang mengalami gangguan

tidur antara lain, kesulitan mempertahankan tidur dan kurang tidur pada malam

hari dan terbangun pada malam hari cenderung mengalami absensi sakit sampai

dengan 5 hari setiap tahunnya. Artinya disini adanya hubungan yang sangat kuat

antara parameter kurang tidur dengan gejala defresi berat yang dilaporkan sering

kali absen.

Ngoerah (1970) membagi tidur atas beberapa tipe, yaitu :

1) Tidur Multifase, yaitu tidur yang berlangsung beberapa kali sehari dalam 24

jam, misalnya pada anak-anak dibawah lima tahun

2) Tidur Monofase, yaitu tidur yang hanya berlangsung satu kali dalam 24 jam,

misalnya diketemukan pada orang dewasa

3) Tidur Bifase, yaitu tidur yang berlangsung dua kali sehari yaitu tidur ”sirep

sirepan” pada siang hari dan betul-betul tidur pada malam hari. Kebanyakan

dari kita kiranya termasuk dalam golongan bifase.

a. Gangguan tidur

Gangguan tidur erat kaitannya dengan kesulitan dalam tidur, pada dasarnya

terdapat dua keluhan yaitu kesulitan untuk bisa tidur dan kesulitan dalam

melanjutkan tidur. Menurut Hadiasman Habib, 1986 ada tiga gejala pada insomnia

(gangguan tidur), yaitu :

1) Kesulitan untuk memasuki tidur

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

43

Universitas Indonesia

2) Sering terbangun di malam hari

3) Bangun terlalu pagi

Pada umumnya gejala dua dan tiga hampir selalu terjadi secara bersama-

sama dan dikaitkan dengan kemungkinan penyebab yang sama, Kesulitan dalam

memasuki tidur paling umum pada anak muda, sedangkan kesulitan dalam

menjalankan sisa tidur lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua.

Gangguan tidur jika ditinjau dari bentuknya dapat dibagi menjadi tiga

bentuk, yaitu (Hidayat, 1985:24) :

1) Dapat segera tertidur (malam) tetapi terbangun di subuh sekali dan tidak

dapat tertidur kembali

2) Dapat segera tertidur, tetapi tidak dapat lagi tertidur jika terbangun di

tengah malam.

3) Sangat sulit dapat tidur dan jika terbangun di tengah malam sulit untuk

tertidur kembali, apalagi jika terbangun di subuh atau pagi harinya.

Setiap keluhan gangguan tidur hendaknya perlu diperhatikan dengan

seksama, karena gangguan tidur sering mendahului dan mengiringi berbagai

penyakit.

Menurut I Gusti Putu Panteri, 1993, gangguan tidur dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

1) Gangguan masuk dan mempertahankan tidur (insomnia), berdasarkan lamanya

gangguan insomnia dibagi atas :

a) Insomnia sekilas (transient insomnia)

Yaitu : menghinggapi individu dengan pola tidur yang normal, tetapi

terpaksa karena perjalanan jauh dengan pesawat, opname di rumah sakit,

tidur di hotel, dan lain sebagainya.

b) Insomnia jangka pendek (short term insomnia)

Yaitu : diderita oleh individu yang mengalami stress situasional, misalnya

kematian keluarga, kesulitan pekerjaan, dan penyakit fisik.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

44

Universitas Indonesia

c) Insomnia jangka panjang (long term insomnia) yang terdapat pada

penyakit psikiatri dan fisik yang berat.

2) Insomnia berbentuk rasa mengantuk atau tidur yang berlebihan

(hiperinsomnia).

Hiperinsomnia yaitu tidur yang terlalu banyak. Tidur yang terlalu banyak

apalagi yang diikuti dengan gangguan kesadaran setelah penderita

dibangunkan seperti tahap mengantuk dan tidak memperhatikan sekitarnya,

harus diperhatikan dengan baik oleh karena sering merupakan gejala suatu

penyakit, yang menunjukkan bahwa penyakit primernya akan semakin parah.

Gejala hiperinsomnia ini dapat ditemukan pada :

• Proses patologik di otak seperti ensefalitis, tumor serebri

• Proses patologik sistemik seperti Diabetes Mellitus, penyakit hati,

kegagalan ginjal.

3) Disfungsi kondisi tidur (parasomnia, somnambolisme, night teror)

Somnabolisme, yaitu berjalan-jalan dalam keadaan tidur, yaitu berjalan-jalan

sambil melakukan perbuatan yang tampaknya bertujuan namu dalam keadaan

tidur. Misalnya membereskan koper seperti akan bepergian tetapi dalam

keadaan tidur

4) Gangguan irama tidur dan jaga

Ada individu yang tidak dapat tidur hanya dalam jangka waktu yang masih

dapat diterima, dan ada yang terlalu sering terbangun ditengah malam, ada

yang selalu sering terbangun ditengah malam, ada yang terbangun selalu di

dini hari, dan setelah terbangun sulit untuk tidur kembali.

b. Penyebab Gangguan Tidur

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami

gangguan tidur, antara lain karena faktor fisiologik dan faktor psikis, dan ada pula

gangguan tidur yang disebabkan oleh faktor gen (keturunan), penyakit menahun

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

45

Universitas Indonesia

menahun yang diabaikan sehingga mengganggu sepanjang malam (misalnya

batuk yang kronis), ventilasi kamar yang tidak memenuhi syarat sehingga ruangan

menjadi pengap, dan terlalu banyak minum kopi, kemudian perasaan lapar,

perasaan bersalah atau berdosa, perasaan cemas dan lain sebagainya.

Bukan hanya hal yang negatif saja yang menyebabkan seseorang mengalami

gangguan tidur, tetapi hal-hal positif juga demikian, antara lain keuntungan atau

rejeki yang mendadak sehingga menimbulkan rangsangan-rangsangan berlebihan

dan menyebabkan sulit tidur.(Hartman, 1980)

c. Dampak kesehatan dan keselamatan apabila kurang tidur.

pada umumnya kebutuhan tidur manusia meningkat pada malam hari saat

suhu tubuh menurun, kemudian suhu tubuh meningkat pada pagi hari dan

kebutuhan untuk tidur menurun, tentunya ini akan berpengaruh pada pekerja yang

pola kerjanya adalah pola shift. Tidak sedikit sejumlah perusahaan dan instansi

yang memperkerjakan pekerja dengan pola shift, menurut Kundi et. al (1979)

menemukan bahwa kerja shift berpengaruh cukup besar terhadap kesehatan, yang

mana tidur berfungsi untuk memberikan waktu bagi tubuh untuk beristirahat dan

mempersiapkan tubuh untuk melanjutkan ke aktivitas selanjutnya, dan.

Menurut Carpentier & Cazamain (Pheasant, 1991) dalam peneltiannya pada

pekerja shift, baik yang permanen maupun yang rotasi dengan pekerja non shift

didapatkan hasil bahwa pekerja shift yang mengalami gangguan tidur hanya

sebesar 5-11%. Selanjutnya terdapat laporan dari pekerja yang dulunya pernah

bekerja shift bahwa 75-84% dari mereka mengalami gangguan tidur. Koller et.al

(Pheasant, 1991) menemukan masih banyak pekerja yang dulunya bekerja shift

mengalami gangguan tidur dan biasanya berhubungan dengan bising, hal ini

terjadi walaupun mereka sudah tidak bekerja shift lagi. Hal ini dikarenakan

adanya sensitization yang permanen.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

46

Universitas Indonesia

Kurang tidur dapat menyebabkan antara lain:

1) Memperlambat reaksi seseorang

2) Memperlambat respon

3) Gagal merespon pada saat yang tepat

4) Memberikan respon yang salah

5) Memperlambat pikiran dan berkurangnya daya ingat.

Hal-hal tersebut dapat menurunkan kinerja dan kualitas hidup seseorang,

bahkan dapat menimbulkan kelelahan, rasa kantuk, dan mengurangu motivasi

kerja, dan rasa ngantuk lebih banyak diderita oleh pekerja pada shift malam

daripada pekerja yang shift pagi. (Journal of Occupational Health and Safety,

1997). Dan pada pekerja malam yang tidak dapat beradaptasi maka akan

mengalami kelelahan kronik, yang ditandai dengan mudah marah, depresi,

kehilangan kendali, dan sebagainya. Dan diikuti dengan gejala kurang nafsu

makan, dispepsia (gangguan percernaan), konstipasi, dan gangguan fungsi

pencernaan lainnya (Carpentier & Cazamian, 1997) .

Menurut Andon Hestiantoro, 2001 staf bagian obstetri dan ginekologi

FKUI kaitan antara tidur dan stress bahwa, penyebab gangguan tidur akibat stress

secara statistik, 34% dialami oleh kaum perempuan dan pada kaum laki-laki

sekitar 22% yang mengalaminya.

2.5 Absensi Sakit

2.5.1 Defenisi Absensi sakit

Absensi sakit (sickness absence) menurut (Encyclopedia of Occupational

Health and Safety,1989), adalah semua ketidakhadiran dari pekerjaan yang

berhubungan dengan ketidakmampuan, kecuali kondisi hamil/melahirkan.

sedangkan menurut (Searle,1989) absensi sakit yaitu mangkir atau tidak hadir di

tempat kerja karena kondisi sakit atau cedera.

The Australian Faculty of Occupational Medicine (1999) menggambarkan

absenteeism / sickness absence sebagai ketidakhadiran di tempat kerja yang

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

47

Universitas Indonesia

berhubungan dengan penyakit, tidak tergantung pada surat keterangan, terkait

dengan kerugian produktivitas terhadap kondisi-kondisi yang berkaitan dengan

pekerjaan (seperti datang terlambat, adanya perselisihan industri), atau upaya

untuk menjadikan cuti sakit (dengan alasan masalah/gangguan kesehatan) untuk

kepentingan keluarga.

Dari definisi di atas dapat diambil suatu pengertian, absensi sakit ialah suatu

kondisi pekerja tidak dapat hadir di tempat kerja di luar kondisi hamil/melahirkan

pada jam kerja dengan alasan atau akibat dari suatu penyakit/cedera. Beberapa

faktor yang ikut berperan terhadap angka absensi juga telah diteliti. Taylor pada

tahun 1983 mengklasifikasikan faktor tersebut sebagai berikut :

Pertama geografi dan sosial ekonomi, termasuk diantaranya : cuaca, daerah

tempat tinggal, etnis, asuransi sosial, pelayanan kesehatan, epidemik penyakit,

kebiasaan sosial dan usia pensiun. Kedua organisasi, termasuk diantaranya :

besarnya organisasi, hubungan industrial, kebijakan personalia, kondisi kerja,

pelayanan kesehatan kerja. Ketiga personel, termasuk diantaranya : usia, jenis

kelamin, kepuasan bekerja, tanggung jawab dalam keluarga, aktifitas sosial.

2.5.2 Jenis-jenis Absensi Sakit

a. Absensi jangka pendek (Short term absence)

Menurut (Cooper,2002) kriteria absen jangka pendek mempunyai waktu

yang singkat tetapi sering, 1-8 hari absen, dengan frekuensi 3-6 kali dalam

rentang waktu 3 bulan. Doncaster & South Humber Health NHS Trust (2003)

memberikan batasan absensi sakit jangka pendek (short term/intermitten period

of absence) sebagai absen dengan jangka waktu kurang dari 1 minggu dengan

frekuensi berulang sampai 3 kali selama rentang waktu 4-5 bulan dalam

setahun.

Menurut University York (2006) absen jangka pendek terdiri dari :

Pertama occasional Short term absence yaitu absen dengan frekuensi absen

sekali-kali selama 3-12 hari absen, menggunakan surat izin pribadi maupun

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

48

Universitas Indonesia

dari dokter. Kedua Frequent short-term absence. Tipe absen ini mempunyai

pola penyakit yang tidak saling berhubungan dan secara relative berganti-ganti

mulai dari beberapa hari absensi tunggal (1 hari), sampai dengan absensi 1

minggu/lebih, atau gabungan dari hari absen tunggal dengan periode absen

yang lebih lama sampai batas 4 minggu (21 hari). Sama dengan keterangan di

atas, absensi jangka pendek bias menggunakan surat izin pribadi ataupun surat

keterangan dokter.

b. Absen jangka menengah (Medium term absence)

Menurut Cooper (2002) yaitu periode absen yang berlangsung 6 kali atau

≥ 18 hari dalam waktu 6 bulan.

c. Absen jangka panjang (Long term absence)

Suatu absensi akibat sakit lebih dari satu minggu sampai dengan

batas/trigger point 4 minggu (Doncaster & South Humber Health NHS Trust,

2003). Dengan periode waktu absensi lebih dari 4 minggu dan menggunakan

surat keterangan dokter, University York (2006) membagi absensi jangka

panjang dalam dua kategori meliputi :

1) Pertama absensi jangka panjang karena cacat atau penyakit tunggal.

Cooper (2002) memberikan batasan absen jangka panjang adalah absen

yang merupakan lanjutan dari kondisi penyakit atau cedera, menggunakan

surat keterangan dokter dan biasanya berlangsung 4-6 minggu atau lebih.

2) Kedua absensi periodik dan berulang yang merupakan kelanjutan dari

cacat atau penyakit tunggal. Chartered British Institute (2001) melaporkan

bahwa absen jangka pendek memiliki persentase yang lebih besar (79,6%)

dibandingkan dengan absen jangka panjang (20,4%).

3) Ketiga absen karena kondisi kronis (Chronic Condition). Tipe absen ini

merupakan absen yang disebabkan oleh penyakit kronis yang biasanya

menggunakan surat keterangan. Trigger Point (penentuan batasan waktu)

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

49

Universitas Indonesia

tidak berlaku jika dalam batas waktu tertentu pekerja pulih dari

penyakit/cidera yang dialamainya (Cooper, 2002).

2.5.3 Pengukuran Absensi sakit

Berdasarkan the Permanent Commision and International Association For

Occupational Health (1973), pengukuran angka absensi yang digunakan adalah:

1) Mean spells per persons

Yaitu banyaknya absensi karena sakit yang tidak terputus yang diberikan

pada satu periode. Rumus yang dipakai adalah :

Jumlah absensi yang diberikan

Populasi

2) Mean days per persons

Yaitu lamanya absensi yang diberikan karena sakit. Rumus yang dipakai

adalah :

Jumlah absensi karena sakit

Populasi

3) Average duration per spell

Rumusnya adalah :

Jumlah hari hilang

Populasi

4) Percentage of persons ill, rumusnya :

Jumlah pekerja yang pernah diberi istirahat

Populasi

(Kuswadji, S, 1989)

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

50

Universitas Indonesia

2.5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Absensi Sakit

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi absensi sakit antara lain :

2.5.4.1 Faktor Geografis

a. Daerah

Hasil studi banding tahun 1983-2001 oleh National Sosial Insurance

Board tahun 2003 pada 8 negara (Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman

Barat, Nederland, Norwegia lebih tinggi dan fluktuatif (berubah-ubah)

dibanding dengan negara lain (Bargendoff, 2003).

b. Iklim

Bagi masyarakat Amerika, iklim lebih hangat sangat dibutuhkan untuk

menetralisir dan mencegah temperatur dingin, memelihara kesehatan serta

mengurangi pengeluaran biaya karena harus membeli mesin pemanas, baju

ataupun selimut penghangat tubuh (Moore, 1996)

c. Etnis

Pria Bangladesh dan Pakistan mempunyai kontak sosial yang baik

dibandingkan dengan pria lain dari etnis dengan karakteristik yang sama,

sedangkan orang kulit hitam Afrika dan Karibia terutama para wanita

mempunyai tingkat sosial yang rendah dibandingkan kelompok lain karena

kebiasaan mengasingkan diri (untuk alasan kesejahteraan). Secara tidak

langsung kurangnya kontak sosial dapat mengurang akses untuk

mendapatkan informasi tentang kesehatan dan berhubungan dengan pola

penyakit berjangka waktu lama (Platt, 2006)

d. Pelayanan Kesehatan

Angka absensi sakit di tiap daerah umumnya bervariasi di setiap

negara. Sifat dan provisi jasa pelayanan kesehatan serta pemberian surat

keterangan sakit menunjukkan adanya keterkaitan dengan masalah absensi

di sejumlah negara (Taylor, 1989)

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

51

Universitas Indonesia

e. Epidemik

Karakteristik absensi sakit yang berulang-ulang dalam waktu 7 hari

(repeated sick leave) dan absen yang diperpanjang (prolonged sickness

absence) dialami oleh sejumlah penderita SARS pada periode’post

outbreak’ di Singapore pada tahun 2003 (Esceduro, 2005).

f. Sistem asuransi

Studi literatur oleh Alexanderson et. Al., (2003) menyatakan bahwa

absensi sakit disebabkan oleh faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin,

status pekerjaan, pengangguran, tempat tinggal dan status sosial ekonomi),

sistem asuransi, masalah rumah tangga (status pernikahan, perceraian,

memiliki anak kecil) dan faktor beban kerja

g. Tingkat pengangguran

Jumlah absensi sakit berbanding terbalik dengan angka pengangguran.

Absensi sakit berkurang di saat angka pengangguran meningkat

(Alexanderson, et.al, 2003).

h. Sikap sosial

Faktor fisik, psikososial dan organisasi merupakan faktor penentu

yang penting terhadap absen yang disebabkan penyakit selain disamping

faktor jenis kelamin (Voss, M, Floderusa, B; Diderichsenc, F, 2001)

Perusahaan yang mengalami penurunan produksi dapat menimbulkan

sejumlah perubahan di tempat kerja antara lain, perubahan hubungan sosial

dan perilaku akibat adanya kegelisahan terhadap ketidakpastian

kelangsungan pekerjaan, meningkatnya kebutuhan fisik dan menurunnya

mutu pengawasan terhadap pekerjaan. Hal ini memicu peningkatan absensi

sakit (kivimaki, Mika.etal., 2000).

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

52

Universitas Indonesia

i. Usia pensiun

Di Swedia, pada umumnya pria ataupun wanita berumur 60 tahun

masih aktif bekerja, sehingga angka absensi sakit lebih banyak didominasi

oleh kelompok umur ini (Rae, 2005)

j. Status sosial-ekonomi

Absensi sakit sensitif terhadap karakteristik sosial-ekonomi, karena

menyangkut adanya pengaturan upah sakit dan penggunaan waktu kerja

secara efektif (Barmbly, et. Al., 2004).

Di Nederland dan Swedia, absensi pada kelompok pekerja lebih tua

cenderung meningkat saat kenaikan harga perekonomian dan menurun pada

saat resesi. Biaya akibat absensi sakit cenderung tinggi pada pekerja yang

lebih tua (60 tahun ke atas). Hal ini karena adanya peraturan yang

menekankan agar semua pekerja berpartisipasi untuk tetap produktif

termasuk kelompok pekerja yang lebih tua (Bergendoff, 2003).

Dari hasil studi Arronsson dan Gustafsson (2005) pada 2536 sampel

di bursa tenaga kerja Swedia, diketahui 14% diantara pekerja mengambil

cuti sakit untuk menggantikan cuti tahunan yang tidak sempat diambil

sebelumnya. Sejumlah 15% menyatakan bahwa mereka sebenarnya tidak

benar-benar menggunakan cuti tersebut untuk beristirahat karena sakit

ataupun pemulihan kondisi tubuh. Hal ini berkaitan dengan masalah

keuangan dan mekanisme kerja di perusahaan.

2.5.4.2 Faktor Organisasi/Perusahaan

a. Jenis dan Ukuran Perusahaan

Pekerjaan di sektor umum seperti transportasi atau komunikasi

mempunyai tingkat absensi lebih tinggi dibanding sektor professional

seperti dokter atau pengacara (CBI, 2001).

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

53

Universitas Indonesia

Perusahaan dengan grup yang besar cenderung membuat pekerja

merasa tanpa nama dan memiliki mutu pengawasan yang lemah, sehingga

dapat mendorong meningkatnya absen (Taylor, 1989).

b. Relasi Industri

Persyaratan kesehatan umum yang berhubungan dengan proses di

industri pengolahan makanan, dapat meningkatkan absensi sakit dengan

alasan preventif (menghindari penularan penyakit) pada pekerja, sedangkan

laboratorium riset cenderung memiliki tingkat absen yang lebih rendah

(Taylor, 1989).

c. Kebijakan Personalia

Michie S., et al (2003) menyimpulkan kebijakan di tempat kerja dapat

berperan dalam meningkatkan kontrol dan mengurangi absensi sakit. The

Chartered Institute of Personel Department (2001) melaporkan bahwa

pendekatan dengan cara penegakan disiplin terhadap absent (82%) dan

pelaporan kepada bagian manajer lini (81%) lebih sering diterapkan oleh

perusahaan dibandingkan dengan pendekatan melalui program

pemulihan/rehabilitasi (18%).

d. Insentif/Upah Sakit

Peneliti Henrekson (2006) menyatakan bahwa sejak tahun 50-an

ditemukan korelasi antara banyaknya jumlah absen sakit dengan program

pemberian tunjangan sakit (sick pay)

e. Kualitas Supervisor

Kualitas supervisi yang baik sangat diperlukan ketika kualitas

pekerjaan menurun dan terdapat stress di tempat kerja. Dengan kata lain

peningkatan kualitas supervisor merupakan salah satu alternatif dalam

mengatasi masalah peningkatan absensi sakit (Yardley & Noka, 2005).

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

54

Universitas Indonesia

f. Kondisi dan Bahaya di Tempat Kerja

Hasil riset Kivimaki, et.al. (2000) menyimpulkan bahwa adanya

keributan di rumah sakit yang termasuk sebagai salah satu tempat kerja

dapat menyebabkan peningkatan absensi dengan alasan sakit pada sejumlah

pekerja tanpa membedakan latar belakang daerah maupun jabatan.

g. Shift Kerja

Penelitian Best Europen Studies on Time (2000) menyatakan bahwa

pekerja shift mempunyai angka absen lebih tinggi daripada pekerja non

shift, diiringi dengan meningkatnya keluhan kesehatan

h. Fasilitas Perusahaan (Pelayanan Kesehatan Kerja)

Frekuensi dan lamanya absen karena masalah sakit maupun

kecelakaan ditentukan oleh banyak faktor antara lain tersedianya fasilitas

dan keserasian pekerja terhadap pengobatan, kondisi daerah dan jenis

pekerjaan, disamping faktor dari pekerja sendiri yaitu daya tahan dan

kepribadian pekerja (Fingret dan Smith, 1995)

Di negara-negara yang mewajibkan pemberi kerja membayar biaya

kesehatan untuk para pekerja, layanan kesehatan kerja di perusahaan

memperlihatkan efisiensi dari segi ekonomi berbanding terbalik dengan

negara-negara yang tidak menerapkan aspek ini (Taylor, 1989)

2.5.4.3 Individu

a. Umur

Umur mempengaruhi lama dan frekuensi absensi. Angka absen pada

awalnya menurun seiring dengan bertambahnya umur tetapi kemudian

meningkat, terutama di atas umur 50 tahun (Taylor, 1989).

Penelitian Norwegian Sosial Research tentang Luxembourg

Employment Study (1997) di 12 negara menyimpulkan terdapat hubungan

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

55

Universitas Indonesia

antara umur, jenis kelamin dengan absensi sakit. Pekerja wanita berumur

20-54 tahun mempunyai tingkat absensi tertinggi dibandingkan pria,

sementara pria dengan umur 55-64 tahun cenderung memiliki absen lebih

tinggi dibandingkan wanita. Distribusi angka absensi sakit terhadap

karakteristik umur, jenis kelamin dan tingkat keahlian pekerja tidak jauh

berbeda di masing-masing negara (Bamby, 2000).

b. Jenis Kelamin

Wanita cenderung lebih sering absen dibanding pria di tiap negara

kecuali di Jerman Barat. Di Swedia, absensi sakit didominasi oleh para

pekerja wanita yang lebih tua berusia 60 tahun ke atas (Bergendoff, 2003).

Hasil studi Faculty of Social Science University of Oslo (2005)

membuktikan bahwa absensi sakit tidak tergantung pada komposisi gender.

Tempat kerja yang didominasi baik oleh pekerja wanita maupun pria akan

mempunyai angka absen sesuai dengan jenis kelamin yang dominan. Hal ini

bertentangan dengan teori yang mengatakan jenis kelamin yang minoritas

akan mempunyai angka absen yang lebih tinggi (Mastekassa, 2004).

c. Pekerjaan (Status, Jenis Pekerjaan)

Status kerja mempunyai efek terhadap frekuensi dan lama absen. Para

pekerja non ahli mempunyai keungkinan tiga kali absen lebih banyak

daripada pekerja yang ahli (Taylor, 1989). Menurut Gimeno (2004),

masalah absensi sakit yang berhubungan dengan faktor psikosial lebih

banyak dialami oleh pekerja non permanen (kontrak) dibandingkan dengan

pekerja permanen.

Boedeker (2001) menyatakan terdapat hubungan antara absen sakit

dengan penyakit hipertensi, jantung ischemic, borok, gangguan saraf, dan

kecelakaan kerja pada pekerja metal processing dan retail trade

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

56

Universitas Indonesia

d. Kepuasan kerja

Teori yang membahas mengenai faktor-faktor kepuasan dan

ketidakpuasan adalah teori dua faktor dari Herzberg atau sering dikenal

dengan istilah Herzberg’s Two Factors Theory (Gibson, 1996). Herzberg,

menjelaskan bahwa motivasi identik dengan kepuasan kerja. Kepuasan dan

ketidak puasan tidak berada dalam satu kontinum, namun keduanya

merupakan hal yang berbeda khususnya mengenai penyebab atau faktor

yang mempengaruhinya. Dua faktor yang menjelaskan Herzberg yaitu

antara lain :

1) Faktor ekstrinsik (Hygine faktor / Maintenance factor = Kebutuhan

akan kesehatan/pemeliharaan)

Faktor ini dikatakan sebagai faktor yang

menyebabkan/mempengaruhi ketidakpuasan kerja atau faktor yang

mempertahankan pekerja. Jika faktor ini ada/dipengaruhi, maka

ketidakpuasan kerja dapat dicegah yang berarti bahwa kepuasan kerja

sudah tercapai, karena kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor lain.

Faktor ekstrinsik ini bersumber dari luar seseorang seperti :

• Gaji (Salary)

• Supervisi (Supervsion)

• Hubungan dengan atasan (Relationship with superior)

• Hubungan dengan rekan kerja (Relationship with peers)

• Hubungan dengan bawahan (Relationship with subbordinates)

• Peraturan dan kebijakan institusi

• Kondisi kerja (Work condition)

• Keselamatan kerja (Work Safety)

2) Faktor Intrinsik (Motivator Factors = Kebutuhan akan motivator)

Faktor ini disebut faktor motif atau pendorong, yaitu faktor

yang merupakan hal-hal yang mendorong seseorang berprestasi,

sumber dari dalam diri individu serta dapat meningkatkan efek pada

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

57

Universitas Indonesia

perilaku atau kinerja. Jika faktor ini ada maka pekerja dapat mencapai

kepuasan kerja, tetapi tidak berarti jika tidak ada akan terjadi

ketidakpuasan, faktor instrinsik ini antara lain :

• Prestasi/pengakuan

• Pengakuan

• Tanggung jawab

• Kemajuan/peningkatan status

• Tugas/pekerjaan itu sendiri

• Kemungkinan berkembang dalam pekerjaan

e. Kepribadian

Jones, Martyn C, et. Al (2005) meneliti bahwa dukungan manajerial

dan kepribadian berpengaruh secara tidak langsung terhadap absen dengan

alasan sakit. Umumnya pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya akan

menampilkan gangguan emosi yang ditempatkan berupa keluhan somatik

atau gejala tertentu yang dirasakan pada tubuh.

f. Krisis Kehidupan

Sebuah penelitian Longitudinal oelh Kivimaki, et al (2002)

menyatakan bahwa absen dengan alasan sakit merupakan salah satu indikasi

adanya masalah psikologis akibat stress yang dialami seseorang pada

tahapan kehidupan yang berhubungan dengan kesehatan. Wanita lebih kuat

menghadapi stress dibandingkan pria.

g. Kondisi Kesehatan

Kondisi fisik dalam pekerjaan perlu dijadikan pertimbangan. Seorang

pekerja dengan kondisi kaki yang mengalami dislokasi cenderung hadir, jika

bertugas di kantor, tetapi belum tentu hadir jika ditugaskan di lapangan

(Taylor, 1998).

Australian Faculty of Occupational Medicine (1997) menyatakan

bahwa gangguan kesehatan pekerja merupakan faktor paling utama

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

58

Universitas Indonesia

penyebab absen sakit di samping beberapa faktor lain seperti faktor

pekerjaan dan beberapa faktor yang mengharuskan seseorang hadir. Pada

tahun 2002, National Sosial Insurance Board melaporkan penyakit Musculo

Skeletal Disease (MDS) di Swedia menempati urutan teratas sebagai

penyakit penyebab absen baik pada laki-laki maupun perempuan

(Bergendoff, 2003). Riset oleh Morken et. al (2003) menyimpulkan bahwa

penyakit MSD berhubungan dengan absen jangka pendek dan lebih banyak

dialami oleh pekerja manual. Sedangkan nyeri pada bahu berhubungan

dengan absen jangka panjang.

h. Alkohol

Meningkatnya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol pada pria

berhubungan dengan masalah psikologi yang selanjutnya dapat pula

meningkatkan absensi sakit, sedangkan pada wanita masalah psikologi

hanya berpengaruh pada kebiasaan merokok dan tidak sampai menyebabkan

absen karena sakit (Kivimaki,2002). Menurut Vahtera et.al.m (2002)

hubungan konsumsi alkohol dengan absen sakit baik pada pria maupun

wanita yang menggunakan surat keterangan dokter membentuk kurva linier.

Peminum alkohol berat dan pemula mempunyai angka absen sakit lebih

tinggi dibandingkan dengan peminum alkohol ringan.

Tabel 2.9 Efek konsumsi alkohol terhadap kesehatan

Mortality Morbidity Disability Produktivity

• Cirrhosis

• Accident

• Homicide

• Cancer :

• GI

• Respiratory

• Stroke

• Trauma

• Pneumonia and

Influenza

• COPD

• Tuberculosis

• Pancreatitis

• Cirrhosis

• Mental

abilities : acute

• Chronic

• Developmental

delay

• Developmental

disability

• Mental

abilities :

acute

• Chronic

• Accident

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

59

Universitas Indonesia

• Hearth

disease

• AIDS

• Alcohol ulcer disease

• Peptic ulcer disease

• Gastritis

• Hypertension

• Angina

• Cardiomyopathy

• Dementia

• Psychosis

• Migraine

• Neoropathy

• Epilepsy

• Unintended Pregnancy

• Fetal alcohol syndrome

• Withdrawal

• Domestic

Violence

Sumber : : Health Promotion in the Workplace ; Michael P.O’Donnell, ph.D.,M.B.A, M.P.H

i. Tanggung jawab keluarga

Absensi sakit disebabkan oleh faktor-faktor demografi yaitu usia, jenis

kelamin, status pekerjaan, tempat tinggal dan status sosial ekonomi, sistem

asuransi, masalah rumah tangga sepertu status pernikahan, perceraian,

memiliki anak kecil dan faktor beban kerja (Alexanderson, et al., 2004)

j. Kegiatan Sosial

Peneliti Heselius et. Al (2004) menyimpulkan interaksi sosial

diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan dalam kaitannya

dengan upaya untuk menurunkan absensi sakit

k. Perjalanan ke Tempat Kerja

Hasil review Costal, et al. (1998) menyatakan meningkatnya absen di

tempat kerja dipengaruhi oleh masalah transportasi, problem kehidupan dan

kondisi pekerjaan, dimana faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan suatu

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

60

Universitas Indonesia

tekanan (stressor) karena dapat mengurangi waktu untuk melaksanakan

aktivitas yang disenangi.

l. Status Pernikahan

Peneliti Bamby (2000) memperlihatkan kecenderungan tingginya

angka absensi sakit pada wanita yang sudah menikah dibandingkan yang

belum menikah.

Menurut Penelitian Allebeck (2004) tidak ada hubungan absensi sakit

dengan status pernikahan ataupun memiliki anak, tetapi lebih berhubungan

dengan alasan masalah penceraian.

2.5.5 Kerugian Akibat Absen

Konsekuensi akibat absen menurut Australian Faculty of Occupational

Medicine (1999) antara lain :

1. Meningkatnya beban kerja

2. Kerugian produksi

3. Berkurangnya provisi pelayanan

4. Meningkatnya biaya akibat kualitas produk yang dihasilkan

5. Meningkatnya biaya untuk pelatihan tenaga ahli

6. Menurunnya persepsi dan kepercayaan dari masyrakat

7. Dapat menimbulkan kerugian pada pelanggan

Menurut Wijaya (2000), absen dapat menimbulkan kerugian pada

perusahaan antara lain :

1. Kerugian langsung yang dialami perusahaan yaitu : Biaya, gaji/upah,

kompetensi finansial lain yang dibayarkan oleh perusahaan pada jam-jam

mangkir/absen

2. Kerugian tidak langsung seperti : penurunan produktivitas, efisiensi

penggunaan dana, efektivitas terselesaikannya pekerjaan serta biaya tambahan

lain karena menurunnya produktivitas (misalnya mengadakan lembur, sub

kontrak dan lain-lain)

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

61

Universitas Indonesia

2.6 Konsep Penyakit

2.6.1 Definisi Disease, Illness dan Sickness

Boyd (2000) Mendefinisikan disease sebagai suatu proses patalogis baik

fisik maupun psikis yang merupakan penyimpangan dari kondisi biologis normal

yang dpat didiagnosa secare medis. Illness adalah pengalaman (persepsi)

mengenai kondisi tidak sehat yang dirasakan individu, meskipun secara klinis

(medis) tidak terlihat tanda-tanda adanya penyakit. Sickness merupakan faktor

external (kondisi tidak sehat yang dipandang dari sudut sosial) dimana terjadi

perubahan peranan dari status sosial karena kondisi tidak sehat yang dialami

individu.

Menurut Kamus Internasional Webster Edisi ke-3 (1993) disease adalah

gangguan terhadap kondisi atau bagian-bagian tubuh suatu organisme yang

disebabkan oleh faktor lingkungan (misalnya malnutrisi, virus, bakteri) dan

gangguan pada faktor internal individu (seperti faktor genetik dan adanya

kelainan-kelainan). Illness yaitu kondisi tidak sehat yang oleh tubuh ataupun

pikiran, sedangkan sickness merupakan kondisi-kondisi tidak sehat yang dapat

diamati dari adanya gangguan konsenterasi, kelelahan atau gangguan

pendengaran. Ketiga istilah di atas pada prinsipnya adalah sama. Yang

membedakan adalah disease merupakan gangguan yang bersifat patologis

(merusak) pada bagian tubuh individu yang dapat diketahui melalui sejumlah

pemeriksaan klinis. Sedangkan Illness adalah persepsi/keluhan yang dirasakan

tubuh/pikiran yang dirasakan individu yang belum tentu dikarenakan suatu

penyakit (disease) dan Sickness adalah gangguan terhadap kondisi kesehatan yang

dimanifestasikan dalam bentuk gejala-gejala (simptom) yang timbul akibat adanya

disease.

Banyak orang yang mempunyai keluhan sakit, tetapi sedikit yang benar-

benar didiagnosa sebagai suatu penyakit. Dan bahkan lebih sedikit yang akhirnya

cuti (absen) dengan alasan sakit. Ada sedikit overlapping (tumpang tindih) antara

laporan seseorang yang absen karena benar-benar mempunyai suatu penyakit

dengan yang menjadikan keluhan sakit sebagai alasan untuk absen. Untuk itu

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

62

Universitas Indonesia

diperlukan kejelian dalam membedakan konsep penyakit (Wikman, Marklund,

dan Alexanderson, 2005)

2.6.2 Jenis Penyakit di Tempat Kerja

Kurniawidjaja (2006) memberikan batasan mengenai penyakit di tempat

kerja sebagai Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Work Related Disease) yaitu

semua penyakit yang timbul akibat pajanan bahan atau kondisi yang

membahayakan proses pekerjaan, dimana lingkungan dan kondisi kerja

merupakan salah satu faktor utama dari banyak faktor penyebab lain. Ada

beberapa kategori PAHK antara lain :

1. Pekerjaan langsung menyebabkan penyakit atau lebih dikenal sebagai

Penyakit Akibat Kerja (PAK/Occupational Disease).

a) WHO (1985) dalam Budiono (2000) membedakan PAK berdasarkan

karakteristik Populasinya tenaga kerja

b) Penyebab spesifik (khas) dan tunggal

c) Sangat ditentukan oleh pemajanan di tempat kerja

d) Mendapatkan kompensasi (biaya penggantian) dari perusahaan.

Contoh : Asbestosis pada pekerja yang disebabkan pajanan debu yang

mengandung asbes, silikosis (penyakit yang disebabkan oleh pajanan

debu yang mengandung silika)

2. Pekerjaan tidak langsung menyebabkan penyakit, misalnya penyakit asma

akibat kerja akibat adanya zat iritan seperti Formaldehid sebagai faktor

pencetus

3. Pekerjaan memperberat penyakit yang sudah ada. Contohnya pekerjaan

sebagai penerbang berisiko memperberat penyakit Hipertensi yang memang

sudah mempunyai riwayat penyakit tersebut.

4. Pekerjaan mempermudah terjadinya penyakit (karena kemudahan akses),

Alkoholisme pada pekerja di bar atau bunuh diri pada petugas anastesi di

rumah sakit

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

63

Universitas Indonesia

2.6.3 Pengendalian Penyakit di Tempat Kerja

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya penyakit di tempat kerja

menurut Nimpoeno, et. al (1985) yaitu :

1. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan (baik pada saat perekrutan tenaga

kerja pemeriksaan berkala maupun pemeriksaan khusus).

2. Pengenalan dan penjelasan tentang bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja

kepada pekerja sebelum memulai pekerjaan

3. Substitusi yaitu menggantikan bahan yang berbahaya dengan yang kurang

atau tidak berbahaya

4. Ventilasi umum, mengalirkan udara ke ruangan kerja untuk menurunkan

ambang batas bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan.

5. Ventilasi lokal, merupakan cara untuk mengalirkan bahan yang berbahaya di

tempat tertentu ke luar ruangan

6. Isolasi menempatkan bahan yang berbahaya di suatu tempat khusus

7. Menggunakan alat pelindung diri selama bekerja

8. Promosi kesehatan (bisa melalui pendidikan ataupun pelatihan).

2.7 Manajemen Absensi Sakit

2.7.1 Kebijakan

Fingret dan Smith (1995) menjelaskan bahwa kebijakan yang teratur dan

jelas akan mempermudah dalam pengelolaan kasus absensi, mengidentifikasi

peraturan untuk pekerja dan melaksanakan pengusulan latihan pengelolaan

absensi. Manajer sebaiknya mempertimbangkan kapan pekerja perlu mendapatkan

advis dari bagian kesehatan ataupun praktisi eksternal serta bagaimana intervensi

yang akan dilakukan.

2.7.2 Prinsip Dasar

Ada beberapa prinsip dasar kebijakan dalam mengelola absensi sakit

(Bussiness Link, 2006) yaitu :

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

64

Universitas Indonesia

1. Prosedur dan peraturan yang jelas (misalnya tentang pemberian hak cuti dan

sistematika pelaporan absen)

2. Menyertakan perjanjian kontrak yang menyatakan izin pencatatan arsip

absensi pekerja

3. Mencatat dan memonitor absen secara akurat

4. Mengadakan pelatihan pengelolaan absen terhadap para manajer

5. Mengatur batas-batas absen yang dapat diterima perusahaan

6. Mengadakan wawancara kepada pekerja yang telah kembali dari absen

karena sakit untuk mengetahui penyebab-penyebab khusus pekerja absen

7. Memeriksa catatan kehadiran saat proses rekruitmen

8. Memberikan kesempatan untuk membicarakan masalah yang berhubungan

dengan alasan pekerja absen untuk mempertimbangkan kualitas pekerja

9. Mempertimbangkan alternatif yang dapat dilakukan untuk mendukung

kehadiran pekerja misalnya melalui : peningkatan kondisi, fleksibilitas

dalam bekerja, ketentuan konseling serta penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

BAB 3 

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 

 

3.1 Kerangka Teori 

Berdasarkan tinjauan kajian pustaka maka dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut:  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

    

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Absensi Sakit Dan Prilaku Hidup 

Pekerja Terhadap Absensi Sakit Pekerja Di PT.X  

Faktor Geografis • Daerah • Iklim • Etnis • Pelayanan Kesehatan • Epidemik • Sistem Ansuransi • Tingkat Pengangguran • Sikap Sosial • Usia Pensiun • Status Sosial Ekonomi

Faktor Individu • Umur • Jenis Kelamin • Pekerjaan (Status dan Jenis pekerjaan) • Stress Kerja • Krisis Kehidupan • Kondisi Kesehatan • Kebiasaan Minum Alkohol • Tanggungjawab Keluarga • Kegiatan Sosial • Perjalanan ke Tempat Kerja • Status Pernikahan 

Faktor Organisasi/Perusahaan • Jenis dan Ukuran Perusahaan • Relasi Industri • Kebijakan Personalia • Insentif/Upah Sakit • Kualitas Supervisor • Kondisi dan Bahaya di Tempat Kerja • Shift Kerja • Fasilitas Perusahaan (Pelayanan Kesehatan) 

        Absensi Sakit  

Elemen PKDTK• Status Gizi • Kebiasaan Olah raga • Kebiasaan Merokok • Program pengendalian 

hipertensi • Diet tepat menuju sehat • Manajemen stress 

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dapat dibuat kerangka konsep yang merupakan 

penerapan dari kerangka teori. Dalam kerangka konsep ini peneliti melakukan modifikasi pada 

beberapa variabel yang ada pada kerangka teori, sehingga tidak semua variabel yang termasuk 

dalam kerangka teori dimasukan ke kerangka konsep. 

Hasil  modifikasi  dari  kerangka  teori  didapat  beberapa  variabel  yang  tidak  dimasukan 

kedalam  kerangka  konsep,  variabel‐variabel  tersebut  adalah  sebagai  berikut:  semua  faktor 

geografis dan  faktor organisasi atau perusahaan  tidak dimasukkan  kedalam  kerangka  konsep 

karena pada penelitian  ini peneliti hanya akan melakukan analisis kehilangan hari kerja akibat 

absensi sakit berdasarkan faktor  individu saja. Selain  itu tidak dimasukkannya faktor geografis 

dan  faktor  organisasi  atau  perusahaan  karena  pada  kondisi  pekerja  yang  bekerja  pada 

perusahaan  yang  sama  dan  pada  lokasi  atau  tempat  yang  sama maka  kedua  faktor  ini  akan 

relatif sama sehingga tidak ada varian. 

Sedangkan  dari  faktor  individu  beberapa  variabel  yang  tidak  dimasukkan  kedalam 

kerangka konsep adalah: variabel keperibadian dan krisis kehidupan  tidak dimasukkan karena 

berdasarkan literatur bahwa keperibadian disini terkait dengan keluhan somatik dan gangguan 

emosi  yang  berhubungan  kepuasan  kerja,  sedangkan  variabel  kepuasan  kerja  sudah 

dimasukkan kedalam kerangka konsep. Variabel kondisi kesehatan  tidak dimasukkan kedalam 

kerangka konsep karena setiap pekerja yang sudah dicek kesehatannya sebelum masuk kerja. 

variabel  status  pernikahan  dan  variabel  tanggungjawab  keluarga  tidak  dimasukkan  kedalam 

kerangka  konsep  karena  berdasarkan  studi  awal  didapat  data  bahwa  sebagian  besar  96% 

pekerja sudah berstatus menikah dan tanggungjawab keluarga relatif  homogen.  

Variabel perjalanan ke tempat kerja tidak dimasukkan ke dalam kerangka konsep karena 

perjalanan  ini  relatif  sama  untuk  semua  pekerja,  semua  pekerja  disediakan  angkutan  dari 

perusahaan  baik  waktu  berangkat  maupun  waktu  pulang  kerja.  Sedangkan  untuk  variabel 

kegiatan  sosial  tidak  dimasukkan  kedalam  kerangka  konsep  karena  kegiatan  sosial  yang 

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

dilakukan oleh pekerja dalam satu organisasi yang sama akan cenderung sama. Untuk variabel 

dari elemen promosi kesehatan di tempat kerja semua dimasukkan ke dalam kerangka konsep. 

Dari uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian seperti tampak 

pada gambar 3.2 dibawah ini 

 

 

 

 

   

 

                                

 

 

          

 

 

 

 

 

 

     Gambar 3.2

Kerangka Konsep Penelitian Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Absensi Sakit Dan Prilaku Hidup Pekerja Terhadap Absensi Sakit Pekerja Di PT.X selama periode waktu Maret 2009-

Maret 2010  

 

Gaya hidup pekerja :  1. Prilaku Olahraga 2. Prilaku Merokok 3. Prilaku Tidur 4. Prilaku Makan 5. Kebiasaan 

mengkonsumsi alkohol  

Faktor Individu  1. Umur 2. Jenis Kelamin 

 

Jenis Pekerjaan

Absensi Sakit pada pekerja di PT. X 

Maret 2009‐Maret 2010 

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional / survey (potong lintang). Dengan

menggunakan desain studi ini, outcome (variabel dependen) dan kausa (variabel independen)

yang akan diteliti dianalisis dalam waktu yang bersamaan. Melalui desain studi cross sectional

ini diharapkan dapat memberikan gambaran sekilas tentang populasi studi serta keterkaitan

antara variable yang akan diteliti. Studi ini menggunakan sumber data primer melalui interview

ke pekerja di PT. X yang terpilih menjadi sampel dan data sekunder dari bagian sumber daya

manusia

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. X dengan menggunakan sumber data primer melalui

interview pada pekerja yang terpilih menjadi sampel. Penelitian ini akan dilakukan selama bulan

Mei 2010.

4.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di PT. X.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja di PT. X yang masih aktif bekerja

selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010.

Proses selanjutnya adalah penentuan kriteria inklusi dan eksklusi pada populasi

penelitian yang sudah dutentukan sebelumnya. Dalam penelitian ini sampel yang termasuk

dalam kriteria inklusi adalah seluruh Pekerja di PT. X yang aktif bekerja pada periode

waktu Maret 2009-Maret 2010, bersedia menjadi responden, dan memiliki kemampuan

baca tulis. Sedangkan sampel yang termasuk dalam kriteria eksklusi adalah seluruh Pekerja

di PT. X yang tidak aktif bekerja pada periode waktu Maret 2009-Maret 2010, tidak

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

bersedia menjadi responden, dan tidak memiliki kemampuan baca tulis.

Setelah memberlakukan kriteria inklusi dan eksklusi, maka tahap selanjutnya adalah

menentukan metode pengambilan sampel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu metode probability sampling dimana setiap unit yang ada di dalam populasi studi

memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai unit sampel. Lebih spesifik, metode

probability sampling yang digunakan yaitu simple random sampling (acak sederhana),

dimana setiap unit dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal

Z1-α/2 : Standar normal deviate pada α = 0,05 (1,96)

P : Proporsi kejadian absen sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu

Maret 2009-Maret 2010 (80%)

d : Presisi mutlak (0,1)

Berdasarkan rumus sampel diatas, dimana proporsi kejadian absensi sakit di PT. X

selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 diketahui sebesar 80% dengan presisi

mutlak sebesar 0,1 dan derajat kepercayaan 95% dengan nilai z = 1,96 maka jumlah

sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1,962 (0,8) (1-0,8)

n = --------------------------- = 61,46 = 62 sampel

(0,1)2

Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, diketahui bahwa jumlah sampel

minimal dalam penelitian ini adalah sebesar 62 sampel. Berdasarkan teori Timmreck

2α/21

2

dP).P(1Zn −

= −

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

(2001) yang menyatakan bahwa semakin kecil besar sampel, maka akan semakin besar

kesalahan dalam prediktabilitas, maka dalam penelitian ini untuk mengurangi kesalahan

dalam prediktabilitas, akan digunakan sampel sebanyak 80 pekerja yang dianggap cukup

untuk mewakili populasi studi.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa sumber data primer

yang diambil langsung dari responden melalui pertanyaan dalam kuesioner (data primer)

berdasarkan kerangka sampel yang sudah ada. Sedangkan untuk data sekunder (data

absensi sakit) diambil dari rekapitulasi absensi sakit yang ada di PT X.

b. Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner terstruktur yang disusun

berdasarkan variabel-variabel yang di teliti.

c. Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner melalui interview.. Untuk data

absensi sakit diambil dari rekapitulasi absensi sakit yang ada di PT X.

4.5 Manajemen Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan variabel-variabel yang akan diteliti

dengan menggunakan software statistik di komputer. Adapun tahapan pengolahan data yang

akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Coding (Pegkodean)

Merubah data berbentuk huruf kedalam bentuk kode berupa angka, hal ini dilakukan

untuk mempermudah proses analisis menggunakan software statistik.

b. Editing (Pengeditan)

Memeriksan kelengkapan data (variabel dan isi) sebelum di entry ke dalam

komputer.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

c. Data Entry (Pemasukan data)

Memasukkan data / input data dengan menggunakan program Ms. Excel di

computer.

d. Cleaning (Pembersihan data)

Mengecek ulang kebenaran data yang sudah di entry serta mengeluarkan variabel

maupun data yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi.

e. Pengolahan Data dan Analisa Data

Mengolah data di dalam software statistic. untuk kemudian dianalisis.

4.6 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer, yang

meliputi:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Pusdatin Depkes RI, 2004, h.41). Pada

variabel yang bersifat katagorik, analisis univariat dilakukan dengan melihat besaran

frekuensi dalam bentuk angka absolute dan proporsi (persentase) untuk masing-masing

kategori.

Pada variabel yang bersifat numeric, analisis univariat dilakukan dengan melihat

besaran nilai mean (rata-rata), mode (nilai yang paling sering muncul), median (nilai

tengah), serta nilai minimum dan maksimum.

b. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat akan dilakukan uji statistik untuk melihat tingkat kemaknaan

hubungan antar variabel, yang disesuaikan dengan skala ukur dari masing-masing variabel

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

tersebut, yaitu:

• Uji t untuk melihat hubungan antara dua variabel yang bersifat katagori

(independen) dan numerik (dependen), dengan α = 0,05 dan CI = 95%.

• Uji Anova untuk melihat hubungan antara lebih dari dua variabel yang bersifat

katagori (independen) dan numerik (dependen).

• Uji Korelasi dan Regresi untuk melihat hubungan antara variabel yang besifat

numerik (independen) dan numerik (dependen).

Untuk mengetahui tingkat kemaknaan hubungan antar variabel yang diajukan, maka

dilihat dari besar nilai p untuk masing-masing variabel yang telah di uji, yaitu:

Nilai p > α (0,05) tidak cukup bermakna

Nilai p < α (0,05) bermakna

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan antara usia responden dengan kejadian absen sakit menunjukkan hubungan

yang lemah dan berpola negatif (-0,243), artinya semakin bertambah usia responden maka

semakin menurun jumlah absen karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret

2009-Maret 2010. Nilai koefisien determinasi 0,059 menunjukkan bahwa persamaan garis

regresi yang kita peroleh hanya dapat menerangkan 5,9 % variasi kejadian absen sakit pada

pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 atau dengan kata lain persamaan

garis yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan variabel kejadian absen sakit.

Tabel 5.1 Hasil uji Anova pada Tabel Distribusi Rata-rata Kejadian Absen Sakit menurut Kebiasaan

Olahraga pada Pekerja di PT. X selama Periode Waktu Maret 2009-Maret 2010

Variabel Mean Std. Deviasi 95% CI p value

Olahraga

- Kurang Bermanfaat 3.26 1.483 2.86 - 3.67

0.000 - Bermanfaat 1.58 1.017 1.09 - 2.07

- Lebih Bermanfaat 1.38 1.061 0.49 - 2.26

Rata-rata jumlah absen karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret

2009-Maret 2010 yang memiliki kebiasaan olahraga yang kurang bermanfaat adalah 3,26 hari

dengan standar deviasi 1,438. Pada pekerja yang memiliki kebiasaan olahraga yang bermanfaat

rata-rata jumlah absen karena sakitnya adalah 1,58 atau 2 hari, sedangkan pada pekerja yang

memiliki kebiasaan olahraga lebih bermanfaat rata-rata jumlah absen karena sakitnya adalah 1,38

hari.

Hasil uji stastistik didapatkan nilai p sebesar 0,000, hal ini berarti pada alpha 5% dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga responden

dengan kejadian absen karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

Maret 2010 atau dengan kata lain ada perbedaan jumlah absen karena sakit pada pekerja dengan

tiga kategori kebiasaan olahraga (kurang bermanfaat, bermanfaat dan lebih bermanfaat).

Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin bermanfaat kebiasaan olahraga yang

dilakukan oleh para pekerja, maka akan semakin baik pula dampaknya pada kinerja di tempat

kerja yang ditandai dengan semakin sedikitnya jumlah hari absen karena sakit.

Occupational Environ Medicine Journal (2001) menyebutkan bahwa ada keterkaitan

antara partisipasi program fitness dengan absensi pekerja dan hubungan antara

kebugaran/kegiatan fisik dengan absensi pekerja. Disini juga dijelaskan bahwa program

kebugaran dapat mengurangi angka absensi pekerja maka tergantung pada kemampuan program

untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat kebugaran pada pekerja, serta hubungan

antara partisipasi program dengan kejadian absensi sakit pekerja, hal ini juga dimungkinkan oleh

karena semangat kerja dan peningkatan komitmen pimpinan perusahaan terhadap program

kebugaran tersebut.

Tabel 5.2

Hasil uji T Variabel Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin, Alkohol, Merokok, Tidur, Gizi dengan kejadian Absen Sakit pada karyawan PT. X selama Periode Waktu Maret 2009-

Maret 2010

Variabel Mean SD SE p value N

Jenis Pekerjaan

- Shift 2.98 1.603 0.222 0.017 52

- Non shift 2.11 1.37 0.259 28

Jenis Kelamin

- Pria 2.65 1.588 0.181 0.464 77

- Wanita 3.33 1.155 0.667 3

Alkohol

- Baik _ _ _ _ 80

- Buruk 0

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

Merokok

- Baik 2.28 1.436 0.219 0.014 43

- Buruk 3.14 1.619 0.266 37

Tidur

- Tidak Terganggu 2.22 1.396 0.208 0.003 45

- Terganggu 3.26 1.615 0.273 35

Gizi

- Baik 1.33 1.155 0.667 0.133 3

- Buruk 2.73 1.570 0.179 77

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa hasil uji statistik pada variabel jenis pekerjaan

dengan kejadian absen karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-

Maret 2010 menunjukkan hubungan yang signifikan/bermakna (nilai p = 0,017), hal ini berarti

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang berkerja dengan shift ataupun

non shift dengan kejadian absen karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret

2009-Maret 2010. Pada pekerja yang bekerja dengan shift, rata-rata memiliki absen karena sakit

sebanyak 2,98 hari dan pada pekerja yang tidak bekerja dengan shift (non shift), rata-rata

memiliki absen karena sakit sebanyak 2,11 hari.

Kundi et. al (1979), menemukan bahwa kerja shift berpengaruh cukup besar terhadap

kesehatan, yang mana tidur berfungsi untuk memberikan waktu bagi tubuh untuk beristirahat dan

mempersiapkan tubuh untuk melanjutkan ke aktivitas selanjutnya dan menurut Carpentier &

Cazamain (Pheasant, 1991) dalam peneltiannya pada pekerja shift, baik yang permanen maupun

yang rotasi dengan pekerja non shift didapatkan hasil bahwa pekerja shift yang mengalami

gangguan tidur hanya sebesar 5-11%. Selanjutnya terdapat laporan dari pekerja yang dulunya

pernah bekerja shift bahwa 75-84% dari mereka mengalami gangguan tidur.

Sebuah penelitian Best Europen Studies on Time (2000) menyatakan bahwa pekerja shift

mempunyai angka absen yang lebih tinggi daripada pekerja non shift, hal ini diiringi dengan

meningkatnya keluhan kesehatan pada pekerja shift. Pada pekerja yang bekerja dengan sistem

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

shift, terutama jika bekerja dengan sistem shift malam biasanya kondisi fisik mereka pun akan

menurun oleh karena beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah kurangnya

kuantitas dan kualitas tidur.

Nilai p sebesar 0,014 (signifikan) pada hasil uji statistik pada variabel kebiasaan merokok

dengan kejadian absen karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-

Maret 2010, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna jumlah absen karena sakit pada

pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok yang baik dan buruk. Pada pekerja dengan

kebiasaan merokok yang baik, rata-rata jumlah absen karena sakit lebih sedikit yaitu 2,28 hari

dibandingkan pada pekerja dengan kebiasaan merokok yang buruk yaitu sebanyak 3,14 hari.

Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang sudah terbentuk dalam kurun waktu yang

cukup lama. Seseorang sebenarnya dapat memilih untuk menjadi seorang perokok ataupun tidak.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok, diantaranya adalah faktor

emosional, pikiran, stress, dan keinginan untuk mencoba (biasanya pada golongan usia beranjak

remaja.

Kebiasaan merokok pada seseorang akan berpengaruh pada kondisi kesehatan fisik orang

tersebut sehingga kebiasaan merokok ini pun akan mempengaruhi kinerja di tempat kerja, dan

salah satunya berdampak pada kejadian absen karena sakit.

Hasil uji statistik pada variabel pola tidur dengan kejadian absen karena sakit pada pekerja

di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 menunjukkan hubungan yang

signifikan/bermakna (nilai p = 0,003), hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara responden yang memiliki pola tidur yang baik dan buruk dengan kejadian absen karena

sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010. Pada pekerja dengan

pola tidur yang baik (tidak terganggu), rata-rata memiliki absen karena sakit lebih sedikit yaitu

sebanyak 2,22 hari dibandingkan pada pekerja dengan pola tidur yang terganggu yang memiliki

rata-rata memiliki absen karena sakit sebanyak 3,26 hari.

Kebiasaan tidur yang tidak terganggu atau memiliki kualitas tidur yang baik akan

meningkatkan kinerja seseorang di tempat kerja. Jika dikaitkan dengan jenis pekerjaan pada

pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010, dimana pada distribusi variabel

tersebut terlihat jelas bahwa sebagian besar responden bekerja dengan sistem kerja shift. Pekerja

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

yang bekerja dengan sistem kerja shift cenderung akan lebih terganggu pola tidurnya

dibandingkan pada pekerja yang bekerja dengan sistem kerja non shift.

Namun pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki

perilaku tidur yang tidak terganggu, hal ini mungkin dikarenakan faktor internal dalam diri para

perkerja tersebut dimana mereka bisa mengontrol keadaan apapun, termasuk emosi dan stress di

tempat kerja dengan pola tidur yang baik dan berkualitas.

5.2 Kelemahan Penelitian

Kelemahan Penelitian ini adalah tidak dilakukannya verifikasi data absensi sakit pekerja, yakni

pekerja yang tidak masuk kerja dengan alasan sakit akan tetapi sebenarnya tidak sakit namun

menggunakan surat sakit. Hal ini dikarenakan sifatnya cukup rahasia, sehingga dimungkinkan

data yang diperoleh ada yang bias. Dan untuk kedepannya disarankan peneliti yang akan

melakukan penelitian tentang surat sakit ini agar melakukan verifikasi data absensi sakit pekerja

yang benar-benar sakit dan pekerja yang tidak masuk dengan alasan sakit akan tetapi tidak sakit

namun menggunakan surat sakit sehingga hasil penelitian yang diperoleh benar-benar

menginterprestasikan dari data yang diharapakan.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitan terhadap faktor-faktor yang dianggap berhubungan dengan

kejadian absensi karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret

2010, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

• Distribusi frekuensi dari total 80 responden yang bekerja di PT. X selama periode waktu

Maret 2009-Maret 2010 mendapatkan hasil bahwa sebagian besar responden bekerja dengan

jenis pekerjaan shift (65%), berjenis kelamin pria (96,2%), memiliki kebiasaan olahraga yang

kurang bermanfaat (66,2%), memiliki kebiasaan merokok yang baik (53,8%), pola tidur yang

tidak terganggu (56,3%), status gizi yang buruk (96,3%), dan seluruh responden (100%)

ternyata memiliki kebiasaan meminum alkohol yang baik (tidak mengkonsumsi alkohol) dan

dengan rentang kepercayaan 95%, diketahui bahwa rata-rata usia responden yang bekerja di

PT.X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 adalah 36 tahun, dimana responden yang

paling banyak bekerja di perusahaan tersebut berusia 26 tahun, sedangkan rata-rata dari

responden yang bekerja di PT.X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 telah absen

(tidak masuk kerja) karena sakit selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 (1 tahun)

adalah 3 hari.

• Berdasarkan hasil analisa, maka variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian absensi

karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 adalah:

- Jenis pekerjaan

- Kebiasaan merokok

- Pola tidur

- Prilaku olahraga

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

7.2 Saran

Bagi Perusahaan

• Lakukan program rotasi jenis atau waktu bekerja secara berkala pada pekerja

• Lakukan penyuluhan kesehatan dan bila memungkinkan diikuti dengan penetapan aturan

untuk meminimalisir kebiasaan merokok pada pekerja

• Lakukan penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan pola tidur dan kebiasaan olahraga

agar para pekerja mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pola tidur dan olahraga

sehingga mereka dapat memperbaiki kebiasaan yang berkaitan dengan pola tidur dan

kebiasaan olahraga yang belum tepat atau masih salah

• Lanjutkan dan tingkatkan program promosi kesehatan ditempatkan kerja

Bagi Ilmu Pengetahuan

Kiranya hasil penelitian ini dapat melengkapi hasil penelitian sebelumnya dan menjadi

referensi bagi kalangan akademisi dalam rangka mendalami ilmu kesehatan dan keselamatan

kerja, khususnya tentang kejadian absensi sakit pada pekerja.

Bagi Penelitian Selanjutnya

Disarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan desain dan metode yang lain

untuk lebih mendalami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan absensi sakit pada pekerja

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 1997. Rokok dan Kesehatan. Universitas Indonesia: Jakarta.

Alexanderson, et. Al. 2003. Sickness Absence. Causes Concequences and Physician Sickness

Certification Practise. Swedish Council on Technology Assesment in Health Care.

Australian Faculty of Occupational Medicine. 1999. Workplace Attendance and Absenteeism:

Sickness Absence Management Procedure. Australia

Bailey, J.t, et al. 1980. The Stress Audit : Indentifying The Stressor of ICU Nursing. Journal of

Nursing Education Vol. 5 No 3.

Barmby, Tim A, et. Al. 2000. Sickness Absence : An international Comparison. Luxemburg

Employment Study Working Paper Nc. 18 Maxwell School of Citizenship and Public

Affairs syracuse University: Syracuse, New York 13244-1020

_____________, et. Al. Sickness Absence in the UK 1984-2002, Swedish Economic Policy

Review, 11 (2004) 65-88

Boyd, Kenneth M. 2000. Disease, Illness, Health, Healing and Wholeness : Exploring Some

Elusive Concepts. Edinburg University Medical School and The Institute of Medical

Ethnics, BMJ Publishing Group, Journal of Medical Ethics 26:9-17.

Business Link.

Amin, Muhamad. 1996. PPOM : Polusi Udara, Rokok dan Alfa 1 Antitripsin. Airlangga

University Press: Surabaya.

Depkes RI, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2000. Buku Panduan Strategi Promosi

Kesehatan di Indonesia. Direktorat Promosi Kesehatan: Jakarta.

Departemen Tenaga Kerja RI. 2000. Profil Sumber Daya Manusia Indonesia. Badan

Perencanaan dan Pengembangan Tenaga Kerja: Jakarta.

Djoyodibroto, R Darmanto. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama:

Jakarta.

Editor. Budiono et al. 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK edisi kedua. Universitas Diponegoro:

Semarang.

Editor. Notoatmodjo & Wuryaningsih. 2000. Pendidikan Promosi dan Perilaku Kesehatan.

Universitas Indonesia: Depok.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR YANG …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-2/20377445-T41347-Dodi Ardiansyah.pdf · Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bhakti: Bandung.

Ewles & Simnett. 1994. Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis edisi kedua. Gadjah Mada

University Press: Yogyakarta.

Goetsch, David L. 1996. Occupational Safety and Health in the age of high technology : for

technologist engineers and managers, second edition. Pretice Hall Inc.,Englewood

Cliffs: New Jersey.

Harsuki. 2003. Perkembangan Olah Raga Terkini Kajian Para Pakar. Radjagrafindo Persada:

Jakarta.

Hastono, Sutanto Priyo. 2001. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia: Depok.

Irianto & Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya: Jakarta.

Kalimo, et al. 1987. Psychological Factors at work. World Health Organization.

Kuntaraf & Kuntaraf. 1992. Olah Raga Sumber Kesehatan. Advent Indonesia: Bandung.

Lutan et al. 1991. Manusia dan Olah Raga. Kerjasama ITB dan FPOK/IKIP Bandung: Bandung.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rhineka Cipta: Jakarta.

Septina, Emmy. 1996. Skripsi: Terjadinya Stres Kerja Pada Karyawan PT. Indocement Tunggal

Prakarsa, Citerup, Identifikasi Faktor-Faktor yang mempegaruhi. FKM-UI: Depok.

Analisis faktor..., Dodi Ardiansyah, FKM UI, 2010