unit 1 - faculty e-portfoliofportfolio.petra.ac.id/user_files/33-333/unit1-5.doc · web...

39
UNIT 1 PENELITIAN KEBUDAYAAN Seorang akademisi belumlah lengkap sebelum dia melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang digelutinya. Perkembangan ilmu pengetahuan seringkali ditandai dengan munculnya hasil-hasil penemuan para peneliti di bidangnya maupun penelitian yang sifatnya inter-disipliner. Sejauh ini banyak penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan banyak dipengaruhi oleh pendekatan positivisme. Pendekatan positivisme ini dtandai oleh suatu penilaian yang mengikuti model mekanik Newton. Seringkali pendekatan positivisme mengakui adanya asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Semua benda bergerak secara teratur dan terus menerus. 2. Semua benda bergerak karena suatu atau beberapa alasan. Alasan-alasan ini terjadi karena adanya penyebab. Oleh sebab itu semua yang terjadi ditentukan oleh sebab-sebab tertentu yang bisa diprediksikan. 3. Segala sesuatu yang terjadi dapat dianalisa atau diuraikan menjadi beberapa komponen. Masing-masing komponen memiliki peran dalam alam semesta ini dan alam semesta dapat dipahami dari apa yang terjadi pada komponen-komponen tersebut. 4. Peneliti sebagai pengamat mengamati tanpa mempengaruhi. Penelitian dilakukan dengan mengamati apa yang ditelitinya saja. 5. Dalam pendekatan positivisme, penilaian yang sifatnya subyektif tidak seharusnya berperan dalam penelitian yang sifatnya obyektif. Pengaruh yang sifatnya subyektif sebaiknya dihindari. Penelitian yang obyektif seharusnya tidak memberi tempat pada suatu penilaian subyektif dari siapapun. 1

Upload: nguyentuyen

Post on 26-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UNIT 1

PENELITIAN KEBUDAYAAN

Seorang akademisi belumlah lengkap sebelum dia melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang digelutinya. Perkembangan ilmu pengetahuan seringkali ditandai dengan munculnya hasil-hasil penemuan para peneliti di bidangnya maupun penelitian yang sifatnya inter-disipliner. Sejauh ini banyak penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan banyak dipengaruhi oleh pendekatan positivisme. Pendekatan positivisme ini dtandai oleh suatu penilaian yang mengikuti model mekanik Newton. Seringkali pendekatan positivisme mengakui adanya asumsi-asumsi sebagai berikut:1. Semua benda bergerak secara teratur dan terus menerus.2. Semua benda bergerak karena suatu atau beberapa alasan. Alasan-alasan ini terjadi karena

adanya penyebab. Oleh sebab itu semua yang terjadi ditentukan oleh sebab-sebab tertentu yang bisa diprediksikan.

3. Segala sesuatu yang terjadi dapat dianalisa atau diuraikan menjadi beberapa komponen. Masing-masing komponen memiliki peran dalam alam semesta ini dan alam semesta dapat dipahami dari apa yang terjadi pada komponen-komponen tersebut.

4. Peneliti sebagai pengamat mengamati tanpa mempengaruhi. Penelitian dilakukan dengan mengamati apa yang ditelitinya saja.

5. Dalam pendekatan positivisme, penilaian yang sifatnya subyektif tidak seharusnya berperan dalam penelitian yang sifatnya obyektif. Pengaruh yang sifatnya subyektif sebaiknya dihindari. Penelitian yang obyektif seharusnya tidak memberi tempat pada suatu penilaian subyektif dari siapapun.

Bagi ilmuwan yang banyak berkecimpung di penelitian sosial budaya, pendekatan positivisme seperti yang diasumsikan di atas mengundang banyak kritik, karena dianggap tidak tepat diterapkan dalam penelitian sosial budaya yang banyak bekerja di lapangan di antara orang-orang yang ditelitinya. Kritik mereka antara lain menyatakan bahwa:1. Pendekatan positivisme terlalu bersikukuh pada logika yang dikaitkan pada ilmu alam

murni sehingga prinsip-prinsip hermeneutik kurang dihargai. Padahal dalam banyak penelitian diperlukan adanya penafsiran.

2. Pendekatan positivistik berguna selama peneliti membutuhkan keobyektifan dalam penelitiannya (epic). Padahal pertumbuhan ilmu pengetahuan tidak mungkin obyektif dan bebas nilai. Penelitian yang bebas nilai merupakan tujuan yang sia-sia. Kebenaran akan sulit didapat dalam kondisi yang obyektif dan bebas nilai.

3. Pendekatan positivistik terlalu memandang manusia sebagai mahluk robot yang tidak dapat menentukan kemauannya sendiri dan tidak mampu melawan kekuatan-kekuatan yang menekannya. Akibatnya tanpa sadar pendekatan semacam lebih mengukuhkan adanya bentuk-bentuk dominasi, hirarkis dan kekuasaan satu dengan yang lain.

1

4. Apa yang ditemui oleh peneliti positivistik sering dianggap sebagai suatu penemuan yang lepas dari pengaruh manusia. Hal ini berarti penemuan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan tradisi dan budaya manusia yang membentuk serta memaknai penemuan tersebut.

5. Peneliti positivistik selalu menganggap bahwa apa yang nyata itulah yang lebih penting. Segala sesuatu yang terkait yang tidak nampak hanya akan membuat penemuannya menjadi rumit dan tidak jelas. Padahal dalam kenyataannya, semua kegiatan manusia hampir selalu ditandai dengan ketidak-jelasan dan informasi-informasi yang kompleks dan kontekstual sifatnya.

Dalam melakukan penelitian kebudayaan, pendekatan positivistik nampaknya sulit untuk diterapkan mengingat sifat-sifat kebudayaan sendiri yang sering dimaknai dengan nilai-nilai, adat istiadat, norma-norma, ide-ide dan simbol-simbol yang berlaku dalam suatu masyarakat. Budaya sendiri memiliki ciri-ciri: 1. Dapat dipelajari. Budaya dapat dipelajari lewat pepatah-pepatah, cerita-cerita rakyat,

legenda-legenda, myte, dan lewat mass media. 2. Diturunkan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tertulis, baik disengaja

maupun tidak dengan sengaja. 3. Memiliki simbol-simbol tertentu. Setiap budaya memiliki banyak simbol yang memiliki

makna khusus dan biasanya dimengerti oleh masyarakatnya. 4. Selalu berubah. Tidak ada budaya yang statis. Budaya suatu masyarakat selalu dinamis

dan terus berubah sesuai dengan perkembangan jamannya. 5. Memiliki sistem yang integral. Setiap unsur kebudayaan terkait satu dengan yang lain.

Oleh sebab itu satu unsur kebudayaan tidak dapat berdiri sendiri, tapi menyangkut unsur-unsur lain dalam suatu jaringan yang kompleks.

6. Sifatnya adaptif. Kebudayaan berubah untuk beradaptasi dengan dunia yang berubah. Kebudayaan suatu masyarakat mudah beradaptasi dengan munculnya kebudayaan lain atau bila mengalami benturan dengan budaya asing.

Penelitian kebudayaan membutuhkan paradigma pendekatan yang berbeda dari pendekatan positivisme. Pendekatan positivistik dinilai kurang dapat menjawab kebenaran yang ada secara mendalam dan apa adanya. Untuk itu pendekatan yang digunakan dalam meneliti kebudayaan akan lebih tepat jika menggunakan pendekatan naturalistik atau penelitian kwalitatif. Kalau pun pendekatan positivistik mungkin masih bisa tetap digunakan pada kondisi tertentu, penggunaan metode positivistik saja dinilai belum cukup memadai.

Buku ini mencoba untuk memberi petunjuk praktis melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian kwalitatif yang bisa langsung dipraktekkan untuk para mahasiswa dan peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian kebudayaan yang sifatnya naturalistik dan kwalitatif, yang lebih mencari kedalaman suatu permasalahan daripada jawaban yang bisa digeneralisir secara umum.

Beberapa dasar pemikiran yang mendasari digunakannya pendekatan naturalistik ini adalah sebagai berikut 1. Realitas pada dasarnya bersifat jamak yang hanya dapat dipelajari secara holistik.2. Peneliti dan yang diteliti saling berinter-aksi dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang

lain.3. Tujuan penelitian adalah untuk menelaah suatu kasus dan memahaminya secara

mendalam.4. Setiap unsur yang menyangkut subyek penelitian saling terkait dan karenanya sulit untuk

mencari sebab akibatnya.5. Penelitian menyangkut nilai-nilai yang paling tidak ada pada:

a. Peneliti dalam memilih masalah, menilai, dan mengemukakan pendapat.b. Pemilihan paradigma yang akan dipakai dalam penelitian.

2

c. Pemilihan teori yang digunakan dalam pengumpulan data dan penafsiran hasil penelitian.

d. Nilai-nilai yang terkandung pada konteks di mana subyek itu diteliti.

Penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik mempunyai beberapa kriteria yang lazim digunakan dalam penelitian. Kriteria tersebut antara lain: 1. Dilakukan pada tempat dimana subyek berada dalam lingkungan yang sebenarnya. 2. Menggunakan instrumen manusia dalam penelitiannya. 3. Naluri dan intuisi memegang peranan dan diperhitungkan dalam penelitian (emic). 4. Menggunakan metode kwalitatif. 5. Pemilihan sampel penelitian dilakukan tidak secara acak. 6. Lebih memilih penggunaan metode induktif. 7. Penggunaan teori yang membumi (grounded theory). 8. Rencana penelitian bisa berubah sewaktu-waktu. 9. Hasil yang didapat bisa dinegosiasikan. 10. Pelaporan hasil penelitian berbentuk narasi. 11. Data perlu ditafsirkan berdasarkan kasus daripada digeneralisir. Penafsiran terhadap suatu kejadian bisa berbeda-beda karena sudut pandang yang berbeda 12. Aplikasi hasil penelitian sifatnya sementara. 13. Kriteria keabsahan hasil penelitian tidak mengikuti model penelitian konvensional. Tapi ditentukan berdasarkan kredibilitas, dapat ditransfer tidaknya hasil, dapat diandalkannya hasil, dan kepastiannya.

Paradigma yang digunakan dalam penelitian kwalitatif naturalistik mengutamakan pengaruh timbal balik antara peneliti dan responden penelitian. Interaksi keduanya merupakan inti dari penelitian. Justru dalam penelitian di mana unsur manusia terlibat, siapapun, termasuk peneliti sendiri, merupakan unsur penting dalam menentukan relevansi penelitiannya. Bias yang muncul dalam interaksi memang bisa mengganggu penelitian. Untuk itu peneliti harus mencari cara untuk mengkontrol bias yang muncul agar tidak menghambat kelancaran pengumpulan informasi.

Sejauh ini umum sering berpandangan bahwa pertumbuhan ilmu pengetahuan didasarkan pada hasil penemuan yang bisa digeneralisasi. Namun demikian, kita juga tahu bahwa generalisasi secara total sesungguhnya tidaklah mungkin bahkan dalam ilmu alam sekalipun. Kenyataan bahwa ilmu tidak dapat digeneralisasi ini terutama akan sangat kentara pada ilmu-ilmu sosial. Generalisasi didapat dari data yang jumlahnya cukup banyak yang sering mengabaikan hubungan interelasi yang kontekstual yang bisa memberi makna pada data yang didapat. Dalam penelitian kwalitatif naturalistik, peneliti perlu menyadari ketidak-mungkinan membuat generalisasi ini, sehingga perlu dicari pemahaman yang lebih mendalam dan penjelasan yang lebih memuaskan tentang fenomena sosial yang diamati serta konteksnya. Pemahaman dan penjelasan ini perlu dijabarkan dalam deskripsi yang mendalam dan tebal tentang interelasi yang terjadi berikut konteksnya.

Implikasi penelitian dengan paradigma kwalitatif naturalistik ini oleh Guba (1981) dijabarkan secara ringkas menjadi:1. Metode penelitian kwalitatif biasanya dipilih terutama karena metode ini memungkinkan

dikumpulkannya data yang banyak dan mendalam tentang interelasi yang terjadi berikut konteks yang berhubungan dengannya.

2. Penelitian kwalitatif, seperti halnya penelitian kwantitatif, mementingkan relevansi dan keuletan serta ketelitian. Namun yang paling penting adalah relevansinya.

3. Diperlukan teori yang membumi (grounded) daripada teori yang bersifat apriori. Semua teori yang digunakan harus benar-benar grounded sebelum diaplikasikan.

4. Pengetahuan umum yang tak terbahasakan (tacit knowledge) termasuk intuisi, rasa was-was, dan perasaan-perasaan lainnya digunakan secara proporsional sama halnya dengan pengetahuan yang terbahasakan lainnya.

5. Peneliti bisa saja menggunakan peralatan untuk penelitian, namun peralatan yang utama adalah peneliti sendiri.

6. Disain penelitian muncul dari penelitian itu sendiri.

3

7. Senantiasa dibutuhkan latar yang alami daripada menggunakan laboratorium atau latar yang terkontrol.

Pentingnya konteks dalam penelitian kwalitatif naturalistik

Penelitian kwalitatif naturalistik sangat bergantung pada konteks.Hal ini beranjak dari asumsi dasar bahwa semua subyek yang tersangkut dalam penelitian ini terikat dalam suatu jaringan interelasi yang unik dan kompleks yang saling mempengaruhi. Jaringan interelasi yang kompleks ini berada dalam suatu konteks yang membatasi dan memperluas kemungkinan keterkaitan penelitian yang dikerjakan. Di satu pihak generalisasi dengan konteks lain tidaklah mungkin karena tidak ada dua konteks yang bisa persis sama. Di pihak lain memaksakan suatu generalisasi dengan konteks yang lain akan mengabaikan keunikan masing-masing konteks yang ada.

Kalaupun tidak ada penelitian naturalistik yang dapat menjelaskan secara menyeluruh konteks yang ada, suatu penelitian kwalitatif naturalistik yang dikerjakan dengan baik akan mampu menjelaskan kebenaran yang ada dibanding penelitian konvensional. Hasilnya dapat diaplikasikan dengan dua cara: Kita dapat memperoleh arahan jika di kemudian hari dihadapkan pada latar dan masalah yang mirip. Walaupun tidak sempurna betul, prediksi untuk tata kehidupan masa depan banyak ditentukan oleh apa yang dilakukan sekarang. Jadi pemahaman yang baik pada masalah dalam konteks A akan berguna untuk menilai kesamaan dan perbedaannya dalam masalah dengan konteks B.

Etnografi

Berbicara mengenai penelitian naturalistik kwalitatif sering dikaitkan dengan penelitian etnografi. Pengertian etnografi sendiri amat beragam, namun pada umumnya, seperti yang dikatakan Malinowski (1922) etnografi adalah metode untuk menangkap sudut pandang yang asli. Cara ini paling sering digunakan dalam penelitian antropologi budaya, di mana seorang etnograf melibatkan diri dalam hidup keseharian masyarakat tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama, mengamati kejadian-kejadian yang ada, dan mendengarkan apa yang orang-orang bicarakan. Pendek kata seorang etnograf berusaha mengumpulkan data yang bisa diperoleh di tempat kejadian, yang akan memberi jawab pada masalah yang sedang dicari jawabnya.

Studi etnografi, seperti halnya pendekatan naturalis di atas, mencoba untuk menutupi kekurangan penelitian konvensional dengan membuka kemungkinan dimunculkannya penafsiran dengan mendekonstruksi pengamatan peneliti yang diperolehnya di lapangan. Budaya ditafsirkan dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat setempat yang kompleks. Dalam studi mengenai kegiatan atau kehidupan manusia, pada dasarnya etnografi dikerjakan guna memenuhi tiga kepentingan utama untuk sebuah penelitian yaitu:1. Perlunya pendekatan secara empiris. Fenomena yang dipelajari tidak dapat dideduksi

begitu saja dari teori yang ada, tapi perlu dilakukan pengamatan empiris terlebih dulu. Ciri ini membedakan studi etnografi dengan filsafat.

2. Perlunya membuka diri secara terus menerus terhadap segala kemungkinan. Seorang peneliti lapangan dalam melakukan studi etnografinya perlu tetap membuka diri agar dapat mengamati secara jeli unsur-unsur yang tampak maupun yang tidak nampak yang didapat dalam interaksinya dengan lingkungan tempat penelitian dilangsungkan. Dalam hal ini peneliti jangan terlalu terpancang pada rumusan-rumusan yang sudah disiapkan sehingga kurang cermat bila ada fenomena baru yang tidak diprediksikan muncul. Biasanya seorang etnograf memiliki dua peran: yang pertama sebagai pengumpul data dan yang satunya sebagai bagian dari kelompok masyarakat yang diteliti.

4

3. Perlunya peneliti terikat pada fenomena lapangan yang diamatinya. Studi etnografi perlu memperhatikan hubungan antara kenyataan lapangan dalam kaitannya dengan sejarah dan konteks masa lalunya. Studi etnografi tidak dapat melepaskan keterkaitan itu untuk dapat memahami apa yang terjadi saat studi lapangan dilakukan.

Dianjurkan bagi peneliti etnografi pemula agar memilih topik penelitian yang benar-benar diminati dan menarik bagi peneliti. Hal ini disebabkan oleh lamanya penelitian yang harus dijalani dan juga menumpuknya data. Jika peneliti tidak benar-benar tertarik dengan pekerjaannya maka peneliti akan segera merasa jenuh dan putus asa. Mulailah dengan keadaan anda sekarang ini, dengan tugas anda sekarang. Amati apa yang menjadi masalah bagi anda yang anda amati di sekeliling anda di mana anda ikut terlibat di dalamnya dan ikut mengalaminya. Peneliti etnografi sering mendapat masalah dari masalah yang dihadapinya sendiri dalam hidupnya.

Sejak tahun 1990an muncul apa yang disebut dengan etnografi kritis (critical ethnography) yang ingin menunjukkan bagaimana penggunaan kekuasaan digunakan oleh orang-orang tertentu untuk menekan mereka yang tidak berkuasa. Etnograf kristis berusaha memaparkan bukan sekedar dekripsi dan evaluasi suatu budaya tertentu, namun mereka juga mencoba untuk melakukan aksi menentang ketidak-adilan atau kesenjangan sosial yang muncul dalam penelitian mereka. Penelitian dikerjakan dengan tujuan melawan status-quo dan mengajak peneliti menciptakan situasi di mana kesenjangan kekuasaan dapat diimbangi (Merrigan & Huston, 2004). Dalam hal ini penelitian etnografi dapat memberikan sumbangsih bagi perlunya diadakan perubahan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Seperti yang dilakukan oleh Conquergood (dalam Merrigan & Huston, 2004) yang meneliti kehidupan kelompok gang Latino di Chicago, yang bertujuan menolong agar para anggota gang dapat dibebaskan dari penjara untuk belajar menjadi warga yang baik. Mereka diajarkan membaca dan menulis serta kesempatan untuk bersuara di media guna mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Peneliti di sini lebih dari sekedar memahami dan menafsirkan budaya kelompok gang tersebut, tapi ia berusaha juga untuk memperbaiki adanya kesenjangan kekuasaan yang dialami oleh kelompok gang tersebut dengan kelompok yang lebih berkuasa.

Membaca hasil studi suatu penelitian etnografi kritis akan terasa bahwa dalam menuliskan hasil studi etnografi, penulis (peneliti) bukan hanya menuliskan hasil yang didapat, tapi tulisan akan menyiratkan suatu pertanyaan akan hubungan kekuasaan yang ada pada situasi sosial tersebut. Hal ini mungkin berupa pertanyaan untuk kita sendiri akan peran dan partisipasi kita dalam sistem sosial masyarakat yang menekan dan korup. Ini dilakukan oleh penulis dengan menggunakan cara penulisan autoetnografi atau penulisan yang mengikutsertakan suara subyek yang diteliti di dalamnya.

Guna membedakan studi etnografi dengan yang bukan studi etnografi Baszanger dan Dodier, seperti yang ditulis dalam buku David Silverman (1997), menggambarkannya sebagai berikut:

5

Studi tentang kehidupan manusia

Tidak Ya

Tidak Ya

Tidak Ya

Dapat disimpulkan di sini bahwa etnografi bekerja dalam lingkup dunia sosial di mana kita dan perbuatan kita tercermin dalam penelitian yang kita kerjakan. Dengan melibatkan diri sendiri dan peran kita dalam fokus penelitian, kita dapat membangun pemahaman kita akan masalah sosial yang ada. Penelitian dengan metode etnografi bukan suatu alternatif lain yang bisa digunakan selain penelitian konventional yang menggunakan paradigma positivisme. Metode ini memberi sumbangan tersendiri yang sangat besar manfaatnya bagi penelitian ilmu-ilmu sosial yang tidak bisa diperoleh dari penelitian dengan pendekatan positivistik.

6

Dengan pendekatan empiris

Filsafat Ilmu sosial

Terbuka untuk pengamatan?

Berdasarkan hasil studi yang sebelumnya

Berdasarkan studi setempat saat itu

Terikat pada konteks, budaya, sejarah setempat

etnografiStudi formal (Analisa percakapan, etnometodologi)

Latihan

1. Cari dan pilih sebuah hasil laporan suatu penelitian kwalitatif dengan pendekatan naturalistik. Temukan ciri-ciri pendekatan kwalitatif yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya.Jelaskan menurut anda bagaimana peneliti menggunakan pendekatan yang dipilihnya.

2. Bedakan penelitian yang menggunakan metode etnografi dan penelitian cara konvensional.Perhatikan cara-cara yang digunakan peneliti etnografi yang tidak digunakan dalam penelitian konvensional.

3. Usulkan beberapa masalah yang terjadi di Indonesia yang menurut anda dapat diteliti dengan melakukan etnografi kristis.Kendala apa, jika ada, yang mungkin muncul bila penelitian macam ini dilakukan di Indonesia?Apakah menurut anda penelitian semacam ini berguna untuk kita di Indonesia? Mengapa?

7

UNIT 2

PEMILIHAN TOPIK

Langkah pertama yang biasa dilakukan dalam sebuah penelitian adalah menentukan subyek atau topik penelitian kebudayaan apa yang ingin kita teliti. Dalam melakukan hal ini perlu diingat bahwa proses meneliti seringkali membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu peneliti perlu benar-benar memilih topik yang benar-benar diminatinya agar penelitian tidak mudah putus di tengah jalan. “Apa sebetulnya minat saya? Apa relevansinya dengan saya?” Begitulah kira-kira yang perlu ditanyakan sebelum peneliti memutuskan topik yang ingin ditelitinya. Untuk meneliti kebudayaan yang berkaitan dengan aktifitas manusia, seorang peneliti harus dapat melihat adanya keterikatan dirinya dengan subyek yang akan ditelitinya.

Kriteria yang kedua yang perlu diperhatikan adalah masalah literatur atau bacaan yang cukup profesional untuk menunjang penelitian yang kita lakukan. Suatu penelitian yang baik dan bermutu tidak mungkin dilakukan tanpa belajar terlebih dulu tentang masalah terkait lewat bacaan-bacaan yang ditulis oleh para pakar. Dengan membaca terlebih dahulu tentang masalah terkait, peneliti dapat mendeteksi masalah yang kira-kira penting untuk diteliti lebih lanjut. Literatur yang memadai juga memberi peneliti gambaran akan hal-hal apa yang kurang dalam penelitian terdahulu sehingga dapat memberi pengarahan pada penelitiannya. Peneliti juga dapat memilih metode-metode yang lain yang belum dipakai oleh peneliti sebelumnya.

Kriteria ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah mencaritahu terlebih dulu apakah penelitiannya mungkin untuk dikerjakan. Hal ini bisa bergantung pada beberapa faktor. Misalnya apakah tempat penelitian terjangkau dan mudah dimasuki. Tempat penelitian yang terlalu jauh akan berpengaruh pada masalah transportasi. Tempat yang sulit dimasuki seperti misalnya penjara, pengadilan dan tempat-tempat lain yang biasanya membutuhkan surat formal biasanya akan sulit didatangi daripada tempat tinggal atau rumah pribadi. Bisa tidaknya penelitian dilakukan juga bergantung pada dana yang tersedia. Apakah keuangan yang dijatahkan untuk melakukan penelitian ini akan mencukupi. Perlu diperhitungkan dulu berapa uang yang kira-kira dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitiannya. Kebutuhan dana perlu memperhitungkan masalah transportasi. Pemakaian informan bila ada, perlu diperhitungkan honorarium atau sekedar uang lelah bagi mereka. Apakah orang-orangnya yang akan dijadikan partisipan (sampel) akan mudah didapat. Mencari orang Rusia di Surabaya misalnya akan lebih sulit dari mendapatkan orang Amerika atau Korea. Tanpa dana yang cukup sulit bagi peneliti untuk melakukan penelitian lapangan di tempat yang jauh. Kemungkinan dapat tidaknya penelitian itu dilaksanakan perlu diperhitungkan selain topik yang diminati dan bacaan-bacaan pendukung yang ada. Seringkali materi bacaan yang baru dan bagus sulit didapat di Indonesia. Padahal bahan bacaan senantiasa dibutuhkan untuk menunjang penelitian kita. Mungkin perlu dianggarkan penggunaan internet untuk mencari data atau membayar materi yang bisa dicopy dari jurnal-jurnal on-line. Untuk memenuhi

8

kebutuhan literatur mungkin fasilitas internet bisa membantu, namun penelitian lapangan tidak mungkin diambil alih oleh teknologi internet.

Topik-topik Kebudayaan

Pada dasarnya seharusnya tidaklah sulit untuk mendapatkan topik yang ada sangkut-pautnya dengan masalah kebudayaan, karena hampir seluruh aktifitas kehidupan manusia adalah produk kebudayaan. Namun demikian untuk membantu calon peneliti memilih topiknya sebaiknya perlu dipelajari apa itu kebudayaan.

Kata kebudayaan telah banyak didefinisikan oleh para antropolog. Namun demikian kebanyakan definisi yang ada biasanya mengacu pada beberapa komponen seperti nilai-nilai, kebiasaan yang dianut oleh masyarakat seperti bahasa, peraturan-peraturan, peralatan dan teknologi untuk membuat barang-barang yang kita gunakan, apa yang kita pakai dan makan, organisasi yang diikuti serta lembaga-lembaga dalam suatu masyarakat.

Aspek-aspek kebudayaan

Kebudayaan yang bersifat material dan non-material

Kebudayaan yang bersifat material termasuk benda-benda yang dibuat oleh anggota masyarakat tertentu yang digunakan untuk menunjang kehidupan masyarakat tersebut. Barang-barang tersebut bisa berupa alat-alat dan hasil teknologi, pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang, toko-toko, kantor-kantor, sekolah, gereja, kuil, mesjit di mana orang-orang beribadah, kota-kota dan desa tempat orang-orang bermukim. Pada umumnya kebudayaan yang bersifat material memberi kita pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Salah satu aspek yang penting dalam kebudayaan material adalah teknologi. Pada masyarakat tradisional, pengetahuan diturunkan oleh generasi tua kepada generasi muda lewat tradisi lisan dan diajarkan cara-cara pembuatan alat-alat untuk bisa tetap bertahan hidup. Dalam masyarakat modern di mana perkembangan teknologi sudah sangat maju, perkembangan pengetahuan juga berjalan cepat dan diajarkan pada generasi berikutnya lewat lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan universitas.

Pada jaman sekarang aspek-aspek kebudayaan yang bersifat material ini sudah mulai mengglobal. Sangatlah sulit untuk menentukan suatu produk sebagai buatan suatu negara tertentu. Seringkali suatu produk bisa dibuat oleh beberapa orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Produksi mobil dari Amerika, suku cadangnya adalah buatan Jepang, Korea atau Jerman. Seorang Amerika bisa saja lebih nyaman tinggal di Bangkok atau Buenes Aires daripada di Philadelphia 200 tahun yang lalu, karena telah digunakannya kebiasaan maupun cara-cara hidup orang Amerika di tempat-tempat itu sehingga orang tersebut tidak merasa asing walaupun ia tinggal jauh dari negara asalnya Amerika.

Kebudayaan yang bersifat non-material termasuk hasil produk interaksi manusia seperti ide-ide atau pendapat suatu masyarakat tentang sesuatu. Bahasa, nilai-nilai, kepercayaan, peraturan, sistem kelembagaan dll. merupakan produk kebudayaan yang non-material. Sistem yang ada dalam suatu masyarakat akan menentukan cara kita berpikir, bertindak, dan menentukan apa yang baik dan buruk, baik dan jahat, sopan dan tidak sopan dll. Dalam mempelajari budaya non-material, para ahli sosiologi telah mengembangkan sejumlah pemikiran yang memungkinkan mereka memahami bagaimana kebudayaan bekerja

9

dan membentuk cara manusia berpikir dan bertindak. Yang penting di antaranya adalah konsep nilai, norma dan bahasa.

Nilai-nilai

Nilai dalam suatu budaya adalah pendapat umum tentang sesuatu yang baik, benar, adil, sopan dsb. Di Indonesia misalnya, orang-orang percaya bahwa sikap gotong royong, biar lambat asal selamat, hidup yang rukun, saling menolong, kebersamaan, rendah hati, mengalah, nrima dll. merupan nilai yang dijunjung tinggi. Sedang individualis, mau menang sendiri, mengumbar nafsu, membanggakan diri dll merupakan nilai-nilai yang dianggap tidak baik. Di Amerika, orang justru menilai kemandirian sebagai suatu nilai yang perlu dijunjung tinggi. Orang tidak cenderung untuk cepat-cepat minta tolong pada orang lain tapi selalu mengupayakan segalanya sendiri terlebih dulu. Hal ini nampak dengan banyaknya buku-buku “self help” yang diterbitkan agar orang Amerika dapat melakukan sesuatu sendiri dan menyelesaikan persoalannya sendiri. Seseorang bisa dikatakan sukses bila dia mau bekerja keras untuk mencapai sesuatu dengan usaha sendiri.

Namun demikian, nilai suatu masyarakat bisa berubah. Jaman dahulu suami yang bekerja di luar rumah dan istri yang bekerja di rumah merupakan keluarga yang ideal. Sekarang suami dan istri bisa sama-sama bekerja di luar dan suami bisa juga mengerjakan pekerjaan rumah membantu istri sebagai suatu sikap yang patut dihargai. Anak muda jaman dulu ketika berpacaran sering malu-malu dan orangtua sering sangat ketat membatasi anak muda untuk keluar malam bersama. Melakukan hubungan seks sebelum nikah dianggap tabu dan melanggar nilai keluarga yang patut ditiru. Sekarang anak muda bisa lebih bebas dalam berpacaran. Orangtua juga lebih menyerahkan pemilihan pasangan pada anak-anak mereka dibanding jaman dulu di mana pengaruh orangtua untuk ikut menentukan pasangan hidup anak-anaknya sangat keras. Terjadinya perubahan nilai ini menunjukkan bahwa nilai dalam suatu masyarakat tidak muncul begitu saja. Nilai suatu masyarakat diproduksi, dipertahankan, dan disampaikan lewat media seperti sekolah, universitas, agama, sistem ekonomi, organisasi, pemerintahan, dan organisasi sosial lainnya.

Nilai yang dianut suatu masyarakat bisa juga saling berbenturan. Di satu pihak masyarakat menghargai gotong royong, tapi mereka juga menghargai kemandirian atau pencapaian suatu prestasi pribadi. Hal ini menunjukan bahwa manusia tidak selamanya melakukan apa yang mereka percayai sebagai nilai yang positif. Orang bisa saja mengatakan bahwa setiap orang harus dihargai sama, namun di lain pihak dia membeda-bedakan perlakuannya terhadap orang miskin dan kaya, orang laki dan perempuan, orang tua dan muda, orang pintar dan bodoh dst.

Norma-norma

Norma biasanya terdiri dari peraturan-peraturan yang berlaku pada suatu budaya tertentu yang menunjuk pada bagaimana seseorang harus berbuat pada suatu situasi tertentu. Kata-kata seperti ‘seharusnya’ atau ‘sebaiknya’ sering dipakai untuk menunjuk pada suatu norma dalam masyarakat. Norma ada beberapa jenis. Di antaranya ada norma yang berupa peraturan yang konvensional yang seringkali diturunkan dari generasi ke generasi, misalnya secara tradisi sebaiknya perempuan tinggal di rumah dan laki-laki bekerja mencari nafkah. Pelanggaran terhadap norma ini tidaklah terlalu serius apalagi untuk jaman sekarang. Sebaliknya ada juga norma yang sifatnya lebih kuat. Oleh sebab itu orang yang melanggar norma tersebut dianggap telah melakukan suatu pelanggaran yang serius. Misalnya seseorang akan dianggap melanggar norma kesopanan bila dia bertelanjang badan di muka umum.

10

Orang yang melakukan hal ini, baik itu disengaja untuk suatu keperluan tertentu misalnya memprotes kebijakan penguasa, maupun tidak disengaja seperti orang yang cacat mental, maka masyarakat atau pemerintah perlu mengambil tindakan untuk mengamankan orang tersebut karena telah melanggar norma kesusilaan.

Karena norma juga merupakan produk budaya, maka norma bisa berubah karena perubahan jaman. Contohnya: jaman dahulu banyak orang merokok dan kebiasaan merokok tidak dianggap bertentangan dengan norma. Bahkan orang yang merokok sering diasosiaikan dengan sifat-sifat kejantanan, kemandirian, seksi, dan glamor. Setelah diketahui tentang bahaya merokok dan dinyatakan oleh penemuan kedokteran yang menyatakan merokok sebagai penyebab penyakit kanker, jantung dan paru-paru, maka pemerintah mengkampanyekan anti rokok dan menganjurkan orang berhenti merokok. Sekarang anti merokok sangat gencar dikampanyekan dan perokok pun semakin berkurang.

Simbol-simbol dan bahasa

Setiap masyarakat mempunyai dan menggunakan simbol-simbol tertentu untuk dipakai sebagai tanda. Simbol-simbol tersebut bisa berupa sesuatu yang konkrit seperti benda atau gambar, atau suatu ide yang abstrak. Makna sebuah simbol tidak bisa serta merta diketahui, tapi dibutuhkan suatu penafsiran. Salah satu simbol yang paling kuat dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Baik secara lisan maupun tertulis, bahasa menjadi alat manusia untuk memahami dunia ini. Memahami makna suatu bahasa pun membutuhkan interpretasi. Bahasa juga bisa berubah seperti yang dapat kita lihat pada kamus-kamus yang terus berkembang yang berubah dari edisi ke edisi.

Simbol dapat berbentuk tulisan maupun lukisan, verbal maupun non-verbal. Oleh sebab itu simbol bisa terdiri dari kata-kata, gerakan tubuh, gambar, atau apa saja yang bisa dimaknai. Pakaian dan produk-produk konsumen lain amatlah penting dalam dunia modern sekarang untuk menyampaikan makna. Mereka dapat menunjukkan status penggunanya, juga menunjukkan simbol nilai-nilai suatu masyarakat. Misalnya bentuk tubuh, berat tubuh, cara berjalan, cara berbicara, dan bahasa tubuh lain dapat mengkomunikasikan posisi seseorang dalam masyarakatnya.

Kalaupun simbol-simbol bisa juga digunakan oleh binatang, sejauh ini hanya manusia sajalah yang diketahui memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol secara efektif. Bahasa merupakan salah satu simbol yang digunakan manusia untuk memungkinkannya secara aktif menyampaikan makna dan memaknai simbol. Manusia menafsirkan makna dari suatu kata atau ungkapan atau kejadian, dan meresponnya tergantung pada makna yang ditafsirkannya.

Keberagaman Budaya

Berbicara mengenai nilai dan norma suatu budaya, maka penting untuk diketahui nilai dan norma siapa yang sebenarnya kita bicarakan.Kita bisa saja terjebak pada pengasumsian bahwa yang dijadikan nilai dan norma kebudayaan adalah nilai dan norma yang dianut oleh kelompok yang dominan. Hal ini sama dengan mempertanyakan adakah nilai dan norma yang dianut dalam budaya Indonesia? Barangkali tanpa berpikir orang akan menyebutkan nilai-nilai yang lebih sering dianut oleh masyarakat Jawa pada umumnya yang sudah barang tentu lain dengan budaya daerah lain. Asumsi semacam ini bisa mengabaikan adanya perubahan-perubahan dalam dunia sekarang. Yaitu munculnya identitas budaya kecil-kecil yang sangat bervariatif dalam satu bangsa.

11

Perbedaan budaya dari kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat lain yang ada dalam kelompok masyarakat yang dominan disebut subkultur. Budaya anak-anak muda pecinta musik rap, budaya kelompok masyarakat dengan ras tertentu seperti budaya Ambon, budaya Menado, budaya Dayak dsb. adalah subkultur di Indonesia. Walaupun mungkin mereka tetap mengikuti budaya yang dominan, mereka juga bisa tetap mempertahankan budaya asli mereka. Orang Menado yang tinggal di Jawa masih sering kumpul dengan orang Menado lain dan makan makanan khas mereka dan berbicara dalam bahasa daerah mereka serta melakukan hal-hal lain yang masih terkait dengan budaya asalnya.

Selain subkultur ada juga budaya yang kemunculannya sering tidak diterima dengan senang hati oleh masyarakatnya atau yang disebut dengan counterculture. Orang-orang homoseks seringkali merupakan kelompok yang disingkirkan oleh masyarakat umum. Kehadiran mereka yang memiliki norma-norma dan budayanya sendiri sering dianggap berlawanan dengan budaya masyarakat yang heteroseks. Subkultur ini lama kelamaan menjadi counterculture karena mereka sering melawan adanya perlakuan yang tidak adil pada mereka. Tekanan yang diberikan membuat kelompok subkultur ini menjadi semakin berani untuk menyuarakan kehidupan mereka secara terbuka.

Munculnya budaya masyarakat gay dan lesbian ini perlu mendapat perhatian masyarakat. Kelompok masyarakat yang mungkin kurang diperhatikan karena masih dianggap sebagai kelompok yang abnormal, kini tidak dapat diabaikan begitu saja. Budaya mereka merupakan bagian dari keaneka-ragaman budaya dunia kita jaman ini. Kita mungkin tidak dapat memahami proses apa yang terjadi dalam dunia yang kita huni ini, namun kita harus menghadapinya dan bersiap untuk memahaminya.

Budaya global

Pada dunia yang semakin mengglobal, semakin sulit bagi suatu budaya untuk berdiri sendiri tanpa mendapat pengaruh dari vudaya lain. Kemajuan teknologi ikut berperan dalam mengubah budaya yang terus mengglobal. Banyak alat-alat yang kita gunakan sehari-hari dibuat di beberapa tempat sebelum menjadi produk yang kita gunakan. Dalam waktu tidak lama lagi dapat diprediksi bahwa tidak akan ada lagi budaya yang murni budaya setempat. Hal-hal yang mempunyai pengaruh besar dengan terbentuknya budaya global ini antara lain penggunaan radio, televisi, film, video, internet yang dengan cepat dapat menyebarkan suatu berita sampai ke seluruh pelosok dunia. Munculnya organsasi-organisasi dunia di bidang ekonomi seperti UNO, WTO, APEC, OPEC, GATT, AFTA dan banyak yang lain memacu masyarakat dunia beradaptasi dengan budaya-budaya lain dan berkompetisi. Bidang politik, hukum, militer, pendidikan, kesehatan dan yang lain menunjukkan bahwa hubungan dengan negara lain sulit dihindari dalam menangani suatu masalah.

Uraian singkat tentang kebudayaan di atas kiranya dapat memberi inspirasi dan membuka kesempatan pada para peneliti untuk menggali lebih dalam permasalahan budaya yang kita hadapi dan menentukan pilihan topik yang bisa dijadikan subyek penelitian kebudayaan.

Latihan

12

Pilih suatu isu masalah budaya yang menarik bagi anda. Bicarakan dengan teman anda tentang masalah tersebut.Buatlah daftar sementara tentang kemungkinan-kemungkinan masalah tersebut dijadikan topik penelitian.

UNIT 3

PENELUSURAN TOPIK LEWAT PERPUSTAKAAN & INTERNET

Selain perlunya minat pada masalah kebudayaan yang bisa didapat pada pengamatan sehari-hari kita di sekeliling kita, hal penting sebelum seorang peneliti merumuskan masalah yang akan dijadikan topik penelitiannya adalah melewatkan waktu ke perpustakaan untuk mendapatkan materi-materi bacaan yang relevan dengan topik yang ingin dipakai. Hal ini perlu agar peneliti mendapatkan gambaran dan latar belakang pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti. Membaca juga dapat berlaku sebagai aktivitas dalam proses penyeleleksian topik, yaitu agar kita tidak mengulang apa yang sudah pernah orang lain lakukan. Peneliti juga bisa belajar bagaimana para ilmuwan dan peneliti pendahulu melakukan studi mereka, mencari celah-celah yang bisa diperdalam dan dikembangkan lebih lanjut.

Untuk tujuan tersebut di atas, perpustakaan universitas bisa menjadi tempat pertama untuk mulai. Luangkan waktu untuk mencarinya terlebih dulu di katalog, baik yang masih menggunakan kartu atau sudah on-line pada komputer. Pilih topik-topik yang sudah disiapkan. Jika dalam proses pencarian anda menemukan suatu yang baru namun tetap menarik bagi anda dan mungkin masih ada kaitannya dengan masalah yang anda cari, jangan ragu-ragu untuk juga membacanya. Jangan berharap bahwa proses pencarian bacaan yang tepat akan bisa dilakukan dalam waktu sekali jalan. Bagian awal dari suatu proses penelitian biasanya bisa membuat kita frustrasi, namun ketekunan pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan. Terus saja mencari sampai anda menemukan materi yang anda inginkan atau menggantinya dengan topik lain yang memenuhi minat penelitian anda.

Stretegi penelusuran topik

13

Bagi mereka yang sudah terbiasa melakukan studi kepustakaan biasanya akan merasakan sendiri cara yang efektif yang perlu dikerjakan agar bisa berhasil mendapatkan materi dengan cepat. Strategi di bawah ini bisa dicoba sebagai salah satu strategi penelusuran yang bisa anda coba juga:

1. Carilah latar belakang pengetahuan tentang masalah yang diminati secara umum lewat ensiklopedi. Cari pada kata-kata kunci atau istilah-istilah penting yang ada dalam masalah tersebut. Kata-kata tersebut nantinya juga bisa anda pakai untuk mencari buku atau artikel di katalog.

2. Dalam mencari bacaan, bisa lewat subyek, nama pengarang jika kebetulan pengarangnya cukup terkenal dan diketahui, atau lewat judul buku yang mungkin pernah anda baca atau dapatkan lewat referensi dari buku lain atau dari teman atau rekomendasi pengajar.

3. Artikel yang dimuat di jurnal merupakan sumber bacaan yang bagus karena jurnal yang terbit secara berkala biasanya akan memuat artikel-artikel yang baru tentang topik tersebut. Hanya saja pencariannya mungkin agak sulit jika perpustakaan belum memiliki perlengkapan komputer yang memadai untuk ini.

4. Dengan adanya teknologi komputer dan internet, materi bacaan juga bisa dicari lewat beberapa website. Dalam hal ini peneliti mungkin akan disuguhkan pada berlimpahnya sumber bacaan di sana, namun perlu diseleksi kira-kira bacaan mana yang bisa dinilai cukup bermutu untuk suatu referensi.

5. Bila anda ingin mengkopi suatu artikel atau cuplikan bacaan dalam buku, jangan lupa untuk segera menuliskan juga judul buku, pengarang buku, kapan buku / jurnal itu diterbitkan, siapa yang menerbitkan dan di mana diterbitkan. Bisa juga mencatat nomor buku perpustakaannya agar jika diperlukan lagi nantinya, bisa dicari dengan cepat.

Menggunakan World Wide Web (WWW) untuk penelitian

Seperti telah disinggung di atas, teknologi komputer dan internet untuk jaman sekarang bukan lagi suatu hal yang baru. Untuk melakukan suatu penelitian, kita juga dapat menggunakan jasa komputer untuk mencari materi yang kita butuhkan. Suatu situs web akan membukakan bagi peneliti pada dunia maya yang tidak ada habisnya. Web biasanya dibuat oleh bisnis tertentu, lembaga, organisasi profesional, departemen pemerintahan, sampai pada orang biasa yang ingin menyampaikan ide-ide mereka, membagikan informasi yang dibutuhkan, menjual produk atau menawarkan jasa pada pengguna internet. Karena informasi disimpan secara elektronis, pemilik web site bisa dengan mudah mengup-date datanya secara terus menerus sehingga data yang disodorkan selalu baru. Dengan demikian mencari data lewat website akan memberi peneliti banyak sekali kesempatan yang sulit didapat seperti ketika belum ada internet.

Mencari data lewat website bisa menjadi suatu pengalaman yang menarik. Peneliti akan disuguhkan pada ribuan bahkan ratusan ribu link yang berkaitan dengan materi yang dicari. Bisa juga peneliti menjumpai suatu sumber materi penting yang tidak sengaja dicari sebelumnya. Namun demikian menelusuri materi lewat web bisa juga penuh resiko dengan hilangnya waktu yang cukup lama tanpa mendapatkan apa yang dicari. Bagaimanapun usaha ini patut dicoba bagi semua peneliti. Dengan kebiasaan ini peneliti akan terbiasa dan tahu strategi yang baik dan cepat untuk mendapatkan materi yang dicari.

Suatu halaman web biasanya ditandai dengan Universal Resource Locator atau URL yang berisi informasi yang penting diketahui tentang website tersebut, yaitu tentang siapa

14

yang memilikinya dan informasi apa yang ada di dalamnya. Salah satu URL yang sering digunakan untuk mencari informasi misalnya adalah:

http://www.google.com

Begitu kita masuk ke website ini, anda bisa mengetikkan kata kunci dari informasi yang sedang dicari. Link atau hubungan dengan website lain bisa didapat dengan berbagai cara. Bisa men-klik lewat teks yang biasanya diberi garis bawah, lewat gambar icon atau lewat bagian lain yang bisa berubah warna bila petunjuk kursor melewatinya. Biasanya link bisa dilacak bila kursor menunjukkan gambar tangan. Dengan latihan yang sering, maka setiap pemakai akan belajar menggunakan strategi yang efisien dan cepat untuk memperoleh yang dicari maupun yang tidak dengan sengaja didapat.

Mencari masukan dan data lewat mailing list

Berkomunikasi lewat email merupakan cara berkomunikasi lewat elektronik pertama sebelum ada internet. Email yang disediakan lewat satu service provider berfungsi seperti sebuah kotak surat yang bisa menampung surat-surat elektronik dari siapa saja yang ingin berkomunikasi dengan kita lewat komputer. Sebagai peneliti kita juga bisa memanfaatkan model komunikasi elektronik ini dengan ikut serta menjadi anggota dari mailing list yang sesuai dengan minat kita. Dengan mengirimkan pesan atau pertanyaan dalam kelompok list yang dipilih, masalah kita akan memperoleh tanggapan dan masukan dari anggota lain yang berminat untuk ikut berdiskusi. Biasanya mengikuti mailing list tidaklah sulit dan kita dapat masuk kapan saja dan keluar dari keanggotaan list kapan saja bila merasa sudah tidak lagi membutuhkannya.

Dengan semakin banyaknya kelompok list seperti ini, peneliti perlu mencermati list mana yang memang dibutuhkan untuk tidak mengisi ‘kotak surat’ elektronik kita dengan surat-surat yang tidak berguna. Internet dan email di satu pihak bisa menjadi sumber informasi yang luar biasa banyak dan cepat didapat, namun di lain pihak juga bisa memaksa kita membuang waktu yang cukup lama hanya untuk mensortir informasi informasi yang belum tentu kegunaannya,

Karena kemajuan di bidang komunikasi elektronik lewat komputer semakin hari semakin rumit dan fasilitas yang disediakan juga semakin beragam, sebagai peneliti di jaman informasi ini perlu selalu mengikuti perkembangan dunia maya ini agar kita dapat memanfaatkan alat ini dengan lebih baik dan untuk kepentingan yang lebih kondusif bagi kemajuan dunia ilmu yang kita geluti.

Di sini penulis tidak akan menguraikan secara panjang lebar apa lagi yang bisa kita manfaatkan dari pencarian data lewat elektronik ini. Hal ini disebabkan oleh terlalu cepatnya perkembangan yang ada, maka dikuatirkan apa yang dituliskan sekarang dalam buku ini kemungkinan besar sudah akan menjadi usang pada saat buku ini dicetak dan sampai di tangan pembaca. Jadi dianjurkan bagi peneliti untuk belajar penggunaan alat penjelajah informasi ini dengan sebaik-baiknya dan terus mengembangkan diri dengan kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi kita.

Latihan

15

Pilihlah dua atau tiga buku yang dibawa oleh pengajar dalam kelas dan tuliskan judul bukunya, pengarangnya, penerbit, tempat buku diterbitkan dan tahun terbitnya buku.

Dari topik-topik di bawah ini, kata-kata kunci apa yang kira-kira bisa anda cari di perpustakaan atau lewat internet:

- Fenomena Indonesian Idol - Bahasa gaul para remaja- Perkawinan campur- Kehidupan malam mahasiswa- Konsumtifisme dalam masyarakat- Atau topik lain sesuai dengan yang

sedang anda pelajari atau yang akan digunakan untuk penelitian.

(jangan lupa setiap kali masuk pada halaman web tertentu yang ingin anda pakai dan copy, tuliskan URL yang ada di halaman tersebut dan kapan anda mengcopy materi tersebut)

UNIT 4

MENENTUKAN FOKUS PENELITIAN

Langkah berikutnya yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah menentukan fokus penelitiannya. Sebuah topik yang luas perlu dipersempit dan dibatasi agar memudahkan peneliti untuk mengarahkan penelitiannya. Hal ini membutuhkan pemikiran yang cermat agar masalah yang dikemukakan memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitiannya. Latar belakang pengetahuan yang sudah didapat dari bacaan seharusnya dapat memberi peneliti gambaran tentang batasan-batasan yang diperlukan untuk mempersempit masalah.

16

Ambil saja sebuah contoh topik yang cukup luas misalnya anda ingin meneliti tentang sekolah di luar negeri. Topik ini belum dapat dijadikan sebagai topik suatu penelitian karena sifatnya masih sangat umum. Namun setelah anda membaca beberapa artikel baik di buku, jurnal, maupun majalah dan surat kabar, mungkin anda mulai punya bayangan hal-hal apa saja yang sudah banyak dibicarakan orang tentang studi ke luar negeri ini. Misalnya: seorang penulis mungkin membandingkan untung ruginya studi di luar negeri dan di dalam negeri. Penulis yang lain mungkin menulis khusus tentang persiapan yang perlu dilakukan oleh calon yang akan studi ke luar negeri. Sedang yang lain lagi mungkin membahas kurikulum sekolah di luar negeri atau bagaimana mencari sekolah yang tepat di luar negeri, dst, dst. Dengan membaca permasalahan para penulis tersebut dan mengamati gejolak yang terjadi dalam masyarakat kita tentang masalah studi di luar negeri maka peneliti bisa mulai mendaftar masalahnya sendiri yang ingin diteliti dan diketahui lebih dalam. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa langkah misalnya:

Topik umum : Studi di Luar NegeriBatasan 1 : Untung ruginya studi di luar negeriBatasan 2 : Untung ruginya belajar di luar negeri setelah lulus SMUBatasan 3 : Pendapat para siswa lulusan SMU untuk melanjutkan studi di LNBatasan 4 : Faktor-faktor yang menarik siswa lulusan SMU untuk melanjutkan

studi di luar negeri

Jadi yang diperlukan pada tahap ini sebetulnya adalah proses berpikir, mengamati, dan berdiskusi dengan teman atau pengajar untuk mendapatkan topik yang cukup terfokus untuk penelitian. Contoh-contoh di bawah ini adalah beberapa topik penelitian yang lain yang sudah dapat dikatakan memiliki fokus yang jelas dan memungkinkan untuk diteliti:

1. Persepsi mahasiswi Jurusan Seni Universitas ABC tentang kecantikan.Latar belakang pemilihan topik ini adalah pengetahuan akan relatifnya makna kecantikan bagi seseorang. Mahasiswi jurusan seni yang sering bergelut dengan masalah estetika seni mungkin memiliki kriteria sendiri tentang kecantikan atau apa yang menurut mereka cantik pada jaman sekarang dan dalam konteks situasinya.

2. Pandangan pendengar stasiun radio PQRS di Surabaya terhadap pemakaian bahasa Jakarta yang digunakan reporternya.Latar belakang pemilihan topik ini adalah pengetahuan tentang sosiolinguistik di mana bahasa suatu daerah tertentu bisa memberi dampak positif dan negatif pada pendengarnya. Bagaimana bahasa Jakarta sesungguhnya dipersepsikan oleh orang diluar Jakarta.

3. Menjadi ibu single dan tantangannya pada masyarakat budaya Jawa.Latar belakang pemilihan topik ini adalah adanya asumsi bahwa sulit bagi seorang ibu single yang ditinggal oleh suaminya untuk merawat dan membesarkan anak-anaknya seorang diri. Budaya setempat juga sering berpengaruh pada kondisi mereka.

4. Faktor-faktor penyebab sulitnya perokok mematuhi peraturan dilarang merokok di rumah makan berAC di Surabaya.Latar belakang pemilihan topik ini didasarkan pada adanya kebiasaan perokok untuk tidak mematuhi larangan, sulitnya perokok berhenti merokok, tantangan perokok terhadap kampanye anti rokok dsb.

Sehubungan dengan menetukan fokus penelitian ini yang perlu diperhatikan adalah mempertimbangkan apa tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan dengan penggunaan

17

metode kwalitatif. Tanpa tujuan yang jelas peneliti bisa kehilangan arah dan fokus sehingga akan menghabiskan tenaga dan waktu melakukan sesuatu yang tidak jelas.

Jadi tujuan penelitian merupakan hal yang penting dalam merencanakan penelitian anda. Tujuan ini mengandung dua fungsi yang amat penting. Pertama, tujuan yang jelas akan membantu peneliti mencapai keputusan-keputusan yang bisa meyakinkan peneliti bahwa apa yang direncanakan memang layak untuk dijalankan guna mencapai hasil. Kedua, tujuan yang jelas dan tepat akan dapat digunakan untuk pembenaran penelitian anda.

Dapat kita bedakan tiga macam tujuan : tujuan pribadi, tujuan praktis, dan tujuan penelitian. Tujuan pribadi adalah tujuan yang memotivasi anda untuk melakukan penelitian. Hal ini bisa termasuk keinginan pribadi peneliti dalam rangka melakukan keinginannya untuk mengubah situasi yang ada, keingin-tahuan peneliti tentang suatu fenomena tertentu, keinginannya untuk melakukan suatu penelitian, atau bahkan karena ingin mengembangkan karirnya. Kadang-kadang tujuan pribadi ini bisa juga ada pada tujuan praktis dan tujuan penelitian, tetapi tujuan pribadi yang kuat dapat membuat peneliti lebih bergairah dalam penelitiannya kalaupun hal itu tidak didukung secara resmi oleh tempat peneliti bekerja.

Suatu tujuan yang perlu mendapat perhatian peneliti adalah motivasi yang mendorong peneliti melakukan penelitian kwalitatif. Tanyakan dan jawablah secara jujur mengapa anda sebagai peneliti ingin melakukan penelitian kwalitatif. Perlu diketahui bahwa metode penelitian kwalitatif tidaklah lebih mudah dari metode penelitian kwantitatif. Juga jangan sampai beranggapan bahwa metode penelitian yang menggunakan perhitungan statistik lebih sulit dari penelitian yang menggunakan penedekatan personal seperti yang dilakukan dalam penelitian kwalitatif. Karena seorang peneliti seringkali memilih menggunakan metode kwalitatif karena alasan ingin menghindarkan diri dari perhitungan angka-angka statistik. Di sini penting bagi peneliti untuk mengenal dan mempertimbangkan secara masak apa sebetulnya tujuan pribadi yang ingin dicapainya. Perlu disadari bahwa kesadaran akan tujuan pribadi ini akan mempengaruhi proses penelitian nantinya dan akibat atau hasil yang dicapai nantinya. Mengenali tujuan yang ada akan terus menuntun peneliti sepanjang penelitian berlangsung, kalaupun kemungkinan bisa berubah di tengah jalan.

Selain tujuan pribadi, kedua tujuan yang lain sifatnya lebih umum. Tujuan umum yang pertama adalah tujuan praktis, termasuk tujuan yang bersifat administratif atau kebijakan. Tujuan praktis menekankan pada pencapaiannya, yaitu bagaimana penelitian ini dapat memenuhi suatu kebutuhan, mengubah suatu situasi, atau mencapai sesuatu. Tujuan umum yang kedua adalah tujuan penelitian yang menekankan pada pemahaman akan sesuatu fenomena, menambah wawasan akan sesuatu yang sedang berlangsung, dan mencaritahu mengapa suatu perkara itu terjadi.

Dengan menggunakan metode induktif dalam penelitian kwalitatif dan strategi yang sifatnya terbuka untuk segala kemungkinan akan memberi keuntungan dalam menentukan tujuan praktis peneliti, yaitu:1. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang mudah dipahami dan dapat dipercaya baik oleh

partisipan dalam penelitian maupun oleh orang lain. Hasil penelitian angket biasanya sulit untuk diketahui seberapa jauh kebenaran dari isian yang ada karena peneliti tidak mungkin menanyai tiap partisipan secara terbuka satu demi satu. Sedang pada penelitian kwalitatif pertanyaan yang diajukan biasanya membuka kemungkinan untuk jawaban apa saja yang bisa dipertanyakan kelanjutannya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Sehingga hasilnya dapat memberi informasi yang lebih banyak.

18

2. Untuk dapat memberikan evaluasi yang sifatnya lebih menyeluruh agar dapat dipakai untuk memperbaiki kondisi yang ada. Hasil bukan sekedar apa yang nampak tapi juga evaluasi proses yang terjadi agar orang lain dapat cepat memahami kekurangan yang ada dan melakukan perbaikannya.

3. Secara praktis penelitian kwalitatif memungkinan peneliti berkolaborasi dengan mudah dengan partisipan yang dipilih dan para praktisi yang lain. Karena dibutuhkan pemahaman pada konteks kejadian yang diteliti, seorang peneliti dapat dengan mudah bekerja sama dengan orang-orang yang tersangkut di dalamnya.

Pada tujuan penelitian, ada lima tujuan penelitian yang biasanya cocok untuk metode kwalitatif:1. Untuk memahami makna suatu kejadian, situasi, atau perbuatan di mana peneliti ikut

terlibat didalamnya dan mengalaminya. Kata ‘makna’ di sini meliputi perspektif partisipan dalam hal pengenalan, perasaan, serta keinginan mereka. Dalam hal ini perspektif partisipan bukan hanya dilihat pada benar tidaknya tuturan yang disampaikan oleh partisipan, namun lebih pada usaha untuk memaknai kebenaran apa yang sebetulnya terjadi. Jadi yang perlu diteliti bukan hanya apa yang kelihatan atau kejadian yang nampak dari luar saja, tapi terutama pada bagaimana partisipan dalam penelitian ini memaknai kejadian tersebut sehingga membuat mereka melakukan seperti apa yang kita lihat.

2. Untuk memahami konteks lingkungan di mana partisipan dalam penelitian melakukan perbuatannya. Karena dalam penelitian kwalitatif biasanya jumlah partisipan tidak besar, memahami konteks lingkungan dari setiap peristiwa atau situasi perlu dinalisa secara cermat. Dengan demikian peneliti dapat memaknai bagaimana suatu peristiwa atau perbuatan sesungguhnya dibentuk oleh lingkungannya yang unik di tempat di mana peristiwa itu terjadi.

3. Untuk mengenali fenomena dan pengaruh yang sebelumnya tidak diharapkan akan terjadi. Tujuan ini juga sering digunakan untuk penelitian yang menggunakan metode survey dan eksperimen agar mereka dapat mendisain angket secara tepat dan menentukan variabel penelitian.

4. Untuk memahami proses terjadinya peristiwa. Penelitian kwalitatif memang lebih menekankan pada proses daripada pada hasil atau akibat yang terjadi walaupun hasil juga penting. Tujuan utamanya di sini lebih pada bagaimana proses kejadiannya sehingga sampai pada hasil yang dicapai itu. Hal ini sering dilupakan dalam penelitian yang menggunakan metode survey.

5. Untuk menjelaskan sebab dan akibat yang terjadi, walaupun sebab akibat suatu kejadian itu sendiri sering sulit diidentifikasi. Dalam hal ini peneliti kwalitatif berusaha untuk mempertanyakan apa peranan X sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa Y. Apa saja kaitan X dan Y. Jadi peneliti lebih melihat pada proses apa saja yang melibatkan keduanya.

Menentukan tujuan pribadi, tujuan praktis, dan tujuan penelitian bisa menjadi tugas yang cukup menyulitkan. Untuk itu gunakan memo untuk mencatat semua ide yang muncul. Memo bukan sekedar catatan yang berisi hal-hal yang sudah dikerjakan dan dicapai, tapi memo juga dipakai guna mencatat refleksi peneliti terhadap bacaan dan ide yang muncul dan bagaimana peneliti memahami semuanya. Tulislah memo selama proses penelitian berlangsung, karena disain penelitian kwalitatif akan terus berlangsung selama penelitian, bukan hanya pada permulaannya saja.

19

LatihanPersempit dan fokuskan topik penelitian di bawah ini sehingga memungkinkan untuk diteliti secara mendalam

1. Film Amerika2. Berjudi3. Vegetarian4. Bahasa Mandarin5. Gotong-royong

Gunakan beberapa ide awal di bawah ini untuk memfokuskan topik penelitian anda:1. Yang paling menarik dari topik ini adalah

……2. Yang saya kuatirkan dari hal ini adalah

………3. Yang sangat saya harapkan dari hal ini

adalah 4. Satu hal yang pasti akan terjadi dari

masalah ini adalah …………5. Pengalaman menarik yang pernah saya

alami dalam hal ini adalah …………

Tuliskan mengapa anda ingin melakukan penelitian kwalitatif tentang suatu peristiwa tertentu. Apa tujuan pribadi anda? Apa tujuan praktis dan tujuan penelitiannya. Cobalah untuk mengidentifikasi akibat apa saja yang bisa ditimbulkan dengan tujuan tersebut.

20

UNIT 5

MENENTUKAN MASALAH

Begitu topik yang spesifik ditentukan, peneliti seharusnya sudah dapat melihat masalah apa saja yang akan diikutkan dalam penelitian dan tidak diikutkan dalam penelitian. Hal ini penting agar arah penelitian tidak berkembang ke masalah yang tidak dalam lingkup penelitiannya. Jadi arahnya sudah lebih jelas. Kalau di dalam topik spesifiknya dikatakan penelitian dilakukan pada siswa SMU, maka jelas subyek lain yang bukan dari SMU tidak termasuk dalam penelitiannya. Jika yang ingin di teliti adanya di Surabaya, maka peneliti tidak perlu mencarinya di tempat lain, dst.

Perumusan masalah dalam penelitian kebudayaan agak berbeda dengan perumusan masalah pada penelitian lain. Perumusan masalah bukan berupa pertanyaan yang bertujuan mencapai sesuatu, tapi perumusan masalah lebih menunjuk pada suatu situasi yang membutuhkan penjelasan dan pemahaman lebih lanjut. Dalam hal ini tujuannya adalah mencari atau menguraikan masalah dengan mengumpulkan pengetahuan dan informasi sebanyak-banyaknya, serta memaknai masalah yang muncul pada lingkup sosial subyek yang dipelajarinya. Jadi perumusan masalah haruslah cukup luas untuk bisa memasukkan isu-isu sentral, namun juga cukup sempit agar dapat digunakan sebagai arah yang jelas dalam pengumpulan data.

Setelah masalah ditentukan, langkah berikutnya adalah mengembangkan pertanyaan penelitian (research questions). Pertanyaan perlu diungkapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peneliti untuk mengembangkan dan menggali teori-teori yang muncul dalam konteks situasi yang ada.Jenis pertanyaan yang biasa digunakan untuk penelitian semacam ini adalah pertanyaan yang menggunakan kata-kata tanya seperti: siapa, apa, di mana, bagaimana, dan mengapa. Namun demikian, pertanyaan sebaiknya tidak dibuat terlalu rinci sampai konteks dan tujuannya jelas. Pertanyaan harus cukup peka dan mudah disesuaikan dengan disain penelitian yang lain. Peneliti perlu senantiasa membuka diri untuk melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa dicari. Pertanyaan awal yang dirancang akan memberi arah pada keputusan-keputusan berikutnya, misalnya untuk menentukan metode yang akan digunakan, atau bagaimana pertanyaan berikutnya akan dikembangkan. Biasanya pertanyaan spesifik yang nantinya akan ditanyakan merupakan hasil dari proses interaktif perencanaan, bukan pertanyaan yang sejak mulanya sudah ditentukan.

Pertanyaan dengan siapa, apa dan di mana seringkali membutuhkan pemahaman yang mendalam (misalnya: Apa pola-pola umum sifat para guru dalam mengajar di tiga sekolah ini? Di mana biasanya murid-murid belajar?) atau bersifat prediktif (misalnya: Apa yang mungkin terjadi dengan program baru ini? Siapa saja yang bertanggung-jawab dengan hasil yang dicapai nantinya?) Pertanyaan dengan bagaimana dan mengapa membutuhkan

21

pemahaman yang berkaitan dengan jaringan aktivitas yang perlu ditelusuri sepanjang waktu tertentu.

Mulailah dengan pertanyaan yang agak terbuka dan cukup luas, tapi jangan terlalu melebar sehingga menimbulkan banyak kemungkinan, tetapi juga tidak terlalu sempit dan terfokus sehingga tidak memungkinkan diadakan penelitian untuk itu. Pertanyaan harus mengandung pernyataan yang mengacu pada masalah yang akan ditelitinya. Juga memberi arah pada anda apa yang perlu difokuskan dan apa yang secara spesifik ingin anda ketahui. Berikut ini sebuah contoh tentang rumusan permasalahan dan pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang ingin ditelitinya.

Rumusan permasalahan

Pendidikan moral dan nilai dalam pendidikan sudah sejak lama dicanangkan sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. Namun akhir-akhir ini banyak dibicarakan bahwa justru pendidikan semacam ini bisa menimbulkan konflik yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan oleh situasi di mana pendidik dihadapkan pada siswa yang amat heterogen karena terdiri dari latar belakang budaya yang berbeda. Sejauh ini belum banyak diketahui tentang bagaimana pendidikan moral dan nilai-nilai diajarkan di sekolah-sekolah. Padahal pendidikan jaman sekarang membutuhkan pendekatan yang dapat menjawab tantangan kondisi pluralitas siswa didik agar pendidikan moral dapat disampaikan secara efektif dan diterima dengan baik untuk semua siswa dengan latar belakang yang berbeda.

Di sini peneliti ingin mencaritahu dan membanding-bandingkan pola-pola yang digunakan pada dua sekolah dalam memasukkan pendidikan moral dan nilai di sekolah mereka (yang satu sekolah swasta yang lain sekolah negeri, yang pertama di kota sedang yang satunya di desa). Keduanya akan dilihat bagaimana nilai-nilai disampaikan dalam mata pelajaran mereka. Untuk itu beberapa pertanyaan telah disiapkan oleh peneliti:

1. Bagaimana nilai-nilai disampaikan dan dipraktekkan dalam kedua sekolah tersebut?2. Siapa yang bertanggung-jawab dalam pengimplementasiannya di kelas?3. Apa peran guru, siswa, dan kepala sekolah dalam hal ini?4. Di mana pendidikan nilai diajarkan?

Pertanyaan-pertanyaan ini dikembangkan berdasarkan data dan pengalaman yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Persiapan ini membutuhkan waktu karena kemungkinan data yang bisa dikumpulkan cukup banyak, namun cara ini akan memberikan hasil yang lebih baik untuk penelitian berikutnya.

Fungsi dari research questions adalah untuk menjelaskan secara spesifik apa yang ingin peneliti pelajari dan pahami dalam penelitiannya. Namun dalam mendisain penelitian anda pertanyaan tersebut penting dalam hal membantu peneliti untuk memfokuskan penelitiannya dan memberi arahan akan bagaimana penelitiannya akan dijalankan selanjutnya.

Pertanyaan yang terlalu umum akan menyulitkan peneliti melakukan penelitiannya terutama dalam hal pemilihan informan dan tempat penelitian, dalam hal data mana yang harus dikumpulkan, dalam hal bagaimana data akan dianalisa nantinya, dan dalam menghubungkan tujuan peneliti dengan pengetahuan yang ada dan penelitian yang sedang dikerjakannya. Pertanyaan yang dibuat secara tepat akan dapat menunjukkan pada peneliti teori yang tepat yang dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman peneliti akan apa

22

yang sedang terjadi. Pertanyaan demikian akan memampukan peneliti untuk secara induktif mengembangkan dan menguji teori yang digunakan. Hal ini akan membantu peneliti membuat keputusan-keputusan berikutnya.

Kadang-kadang pertanyaan juga bisa terlalu sempit, dan ini akan membatasi pandangan peneliti di mana hal-hal yang penting bisa terabaikan dalam menentukan tujuan dan konteks penelitian. Pertanyaan yang dibuat dan ditentukan terlalu awal akan menyebabkan peneliti tidak lagi bisa memperhitungkan teori dan pengalaman awalnya yang sebetulnya cukup relevan dalam pemahaman masalah yang ada. Peneliti juga bisa mengabaikan data awal lainnya yang seringkali bisa memunculkan hubungan yang penting namun tak terdeteksi sebelumnya.

Hal lain yang penting untuk diperhatikan dalam menentukan pertanyaan adalah kemungkinan dimasukkannya asumsi-asumsi yang belum terbukti kebenarannya. Pertanyaan demikian akan memaksakan digunakannya konsep yang mungkin tidak cocok dengan masalah yang diteliti. Pertanyaan seperti “Bagaimana buruh-buruh yang kena PHK menanggulangi kesulitan hidupnya setelah terputus hubungan kerja mereka?” berasumsi bahwa para buruh yang mengalami PHK tentunya akan merasa sedih, terpukul dan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Tentu saja hal ini hanyalah asumsi belaka tanpa memperhitungkan kemungkinan lain di mana ada buruh yang mungkin lebih memilih di PHK karena keuntungan lain yang bisa didapat, sehingga bagi buruh tersebut PHK mungkin bukan suatu kejadian yang menyedihkan atau bahkan menyulitkan hidupnya. Hal ini bila perlu harus dibuktikan terlebih dulu, bukan diasumsikan kebenarannya.

Ada kemungkinan yang kurang menguntungkan yang bisa sering terjadi pada penulisan suatu proposal penelitian di mana pertanyaan penelitian dibuat tanpa melihat hubungan antara tujuan utama peneliti dengan masalah yang sedang terjadi. Pertanyaan seperti ini seringkali dibuat untuk sekedar memenuhi apa yang kemungkinan diinginkan oleh pembaca proposal agar diloloskan. Pertanyaan seperti ini bisa kehilangan konsep dasar dan dukungan pengalaman peneliti yang sering bahkan lebih mengacu pada konsep konvensional yang kurang tepat diteliti secara kwalitatif.

Untuk alasan-alasan itu peneliti perlu berhati-hati dalam menentukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan harus mempertimbangkan alasan mengapa perlu melakukan penelitian ini yaitu tujuan peneliti melakukan penelitian, apa yang sudah diketahui tentang masalah yang akan diteliti, dan apa teori yang sementara ini dapat digunakan untuk menganalisa fenomena tersebut. Pertanyaan juga harus sedemikian rupa dibuat sehingga mungkin untuk dicarikan jawabnya dengan cara yang sudah didisain oleh peneliti.

Dalam proses penelitian beberapa pertanyaan akan muncul selain pertanyaan penelitian yang sudah dibuat oleh peneliti. Peneliti perlu membedakan pertanyaan penelitian (research questions) dan pertanyaan yang akan digunakan dalam proses wawancara dengan partisipan. Pertanyaan penelitian mengandung hal-hal yang ingin peneliti pahami, sedang pertanyaan pada saat wawancara ditujukan untuk mengumpulkan data guna memahami masalah yang ditelitinya. Pertanyaan wawancara bahkan seringkali tidak sama dengan research questions. Hal ini akan dibicarakan lagi dalam Unit 9 dalam melakukan wawancara kwalitatif.

Pertanyaan penelitian dan hipotesa penelitian

23

Pertanyaan penelitian tidak sama dengan hipotesa penelitian. Pertanyaan penelitian menanyakan apa yang ingin peneliti pelajari, sedangkan hipotesa merupakan jawaban sementara untuk menjawab pertanyaan tersebut. Peneliti kwalitatif sering secara eksplisit menyatakan ide mereka sebagai bagian dari proses analisa data. Hal ini biasanya disebut sebagai proposisi yang mirip dengan hipotesa. Sifat spesifik hipotesa dalam penelitian kwalitatif yaitu biasanya hipotesa dibuat setelah peneliti melakukan penelitiannya yang bisa disebut sebagai hipotesa kerja. Hipotesa ini muncul dan didapat dari data yang sedang dikumpulkan yang kemudian bisa diujikan dalam proses interaksi yang sedang terjadi. Jadi hipotesa tidak dibuat pada awal mula penelitian atau bahkan sebelum penelitian dimulai. Sifat ini sangat berbeda dengan hipotesa yang dibuat dalam penelitian konvensional yang dibuat sebelum penelitian dimulai dan kemudian diujikan pada data yang diperoleh. Cara ini sering dikerjakan dalam analisa statistik untuk menguji hipotesa yang dibuat sebelum pengumpulan data. Dalam penelitian kwalitatif, peneliti tidak menekankan perhitungan statistik, sehingga penggunaan hipotesa awal tidak relevan dalam penelitian kwalitatif.

Kekurangan yang bisa didapat dari penggunaan hipotesa kerja ini adalah seperti halnya teori priori, hipotesa dapat membatasi peneliti dari apa yang sedang terjadi. Untuk itu peneliti perlu senantiasa bersikap kritis. Bertanyalah pada peneliti sendiri cara alternatif apa saja yang mungkin bisa menjawab masalah secara masuk akal. Sebagai contoh, seorang peneliti yang meneliti tentang penggunaan campuran bahasa Mandarin dalam bahasa Indonesia sehari-hari dengan anaknya. Walaupun di ketahui bahwa ibu dan anaknya sebenarnya bisa berbicara dalam bahasa Mandarin saja, ternyata mereka tidak menggunakannya. Mereka melainkan menggunakan bahasa campuran. Dari data yang diperoleh ini maka peneliti bisa berhipotesa bahwa kemungkinan ada beberapa istilah yang tidak didapat dalam bahasa Indonesia sehingga mereka menggantinya dengan istilah Mandarin, atau sebaliknya. Jika peneliti hanya berkutat pada hipotesa ini saja dia akan kehilangan mendapat alternatif jawaban lain yang mungkin bisa lebih masuk akal dari pada hipotesanya yang pertama. Kemungkinan yang lain yaitu bahwa hal itu dipupuk oleh ibu sebagai kebiasaan mereka sejak kecil di mana ibu selalu mengajak anaknya berbicara dalam bahasa campuran karena kekuatirannya pada situasi politik jaman itu di mana penggunaan bahasa Mandarin sempat dilarang oleh pemerintah Indonesia. Dengan melihat hipotesa secara kristis memungkinkan peneliti untuk menggali alternatif lain yang bisa ternyata lebih masuk akal dalam menjawab pertanyaan penelitiannya.

Membuat pertanyaan secara umum dan khusus

Ada asumsi bahwa pertanyaan penelitian harus dibuat dalam bentuk yang umum lebih dulu baru kemudian dikhususkan atau dipersempit berdasarkan sampel khusus yang digunakan dan ketentuan yang digunakan dalam pengumpulan data.Umpamanya ada kecenderungan seorang peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana siswa menghadapi perbedaan etnis dan ras dalam sekolah yang multirasial?” Kemudian pertanyaan tersebut ingin diterapkan pada sekolah tertentu, pertanyaan tersebut dipersempit menjadi “Bagaimana siswa sekolah ‘Pelita Harapan’ menghadapi perbedaan etnis di sekolah mereka?”

Kedua pertanyaan tersebut nampaknya mengacu pada pertanyaan umum dan khusus dalam penelitian. Kalaupun kedua pertanyaan tersebut bisa digunakan dalam penelitian, dalam penelitian yang menggunakan metode kwalitatif dapat membuat peneliti salah arah. Hal ini disebabkan oleh kealpaan dalam menekankan tujuan utama penelitian kwalitatif yaitu memahami dan memperbaiki suatu program, situasi, atau praktek tertentu. Kedua pertanyaan di atas lebih mengarah pada perbedaan antara pendekatan sampel dan pendekatan studi kasus.

24

Dalam studi sampel, peneliti mulai dengan pertanyaan umum kemudian mempersempit sampel pada satu populasi tertentu untuk menjawab pertanyaannya. Dalam studi kasus, peneliti melilih kasus dan membuat pertanyaan berdasarkan latar kasus yang dipilihnya. Studi sampel dipakai untuk menjawab keputusan hasil statistik sebagai satu representatif dari data yang sudah dikumpulkan. Untuk studi kasus, pertanyaan yang lebih khusus tersebut digunakan untuk membenarkan bahwa tempat yang sudah dipilihnya itu dapat mendukung generalisasi umum yang sudah dibuat.

Namun demikian, penelitian kwalitatif seringkali mengambil sampel kecil yang tidak bergantung pada apakah sampel tersebut dapat mewakili populasi umum atau tidak. Ini berarti hasil penelitian ini hanya memberikan jawaban yang sifatnya sebagai usulan untuk menjawab pertanyaan umum tadi. Suatu studi kwalitatif tentang topik umum “Bagaimana siswa menghadapi perbedaan etnis dalam sekolah yang multietnik?” dapat dipersempit menjadi “Bagaimana siswa sekolah yang multietnik ini menghadapi perbedaan etnis?” Di sini siswa tidak diperlakukan sebagai sampel dari populasi sampel yang lebih besar, tapi sebagai suatu kasus dari sekelompok siswa yang belajar dalam konteks sekolah mereka. Pemilihan siswa sebagai subyek penelitian memang bisa dikatakan sebagai representasi dari siswa lainnya di sekolah lain, tapi penekanan penelitian tidak untuk mencari kesimpulan umum atau generalisasi, tapi untuk menghasilkan deskripsi dan interpretasi tentang kasus ini.Pertanyaan instrumental dan pertanyaan realistis

Pandangan positivisme yang sudah mendominasi ilmu sosial sekian lama sering beranggapan bahwa teori harus bisa didefinisikan dari data yang obyektif dari hasil penelitian. Walaupun anggapan ini sudah banyak ditinggalkan oleh banyak ilmuwan, pengaruhnya masih tetap kuat pada kebanyakan peneliti dalam memformulasikan pertanyaan penelitian mereka. Pembimbing seringkali merekomendasikan pertanyaan yang jawabnya bisa diperoleh dari apa yang dikatakan oleh responden peneliti, atau apa yang secara langsung dapat diamati oleh peneliti. Sedang jawaban yang mengacu pada tingkah laku, suasana kejiwaan responden, atau pengaruh timbal balik responden dan peneliti kurang atau bahkan tidak disentuh.

Perbedaan ini menggambarkan adanya perbedaan antara pertanyaan yang sifatnya instrumental dan pertanyaan yang realistis. Pertanyaan instrumental mengacu pada data yang sifatnya nyata dan dapat diukur dengan mudah. Sesuatu yang sifatnya samar karena tidak dapat diamati secara nyata dan tidak dapat diukur akan menyulitkan peneliti karena bisa dianggap mengandung bias dan oleh karenanya tidak dianggap valid. Pertanyaan realis sebaliknya tidak pernah beranggapan bahwa perasaan, keinginan, tingkah laku, kepercayaan, pengaruh dan sebagainya harus disingkirkan sehingga tidak perlu dipertanyakan dan dipakai sebagai jawaban dari data yang diperoleh. Justru semua itu digunakan oleh peneliti sebagai kenyataan yang sebenarnya terjadi tentang kasus yang ditelitinya. Semua itu perlu digunakan secara kritis agar dapat menguji fenomena yang ada secara realistis.

Masing-masing memang memiliki resikonya sendiri. Resiko pertanyaan instrumental terletak pada hilangnya kesempatan peneliti untuk melihat fenomena yang sebenarnya terjadi yang sebetulnya menarik untuk diamati, sehingga hasil yang dicapai kurang menarik diterima sebagai suatu kenyataan yang benar. Hal ini mirip dengan orang yang mencari uang logamnya di bawah sinar lampu karena di situ lebih terang dan bukannya di tempat di mana uang tersebut jatuh. Oleh sebab itu pendekatan instrumental ini akan sulit memeberi jawab pada hal-hal yang tidak bisa diamati secara nyata. Resiko pertanyaan realistis ada pada kian tergantungnya peneliti pada pengambilan kesimpulan yang hanya didasarkan pada inferensi sehingga mempengaruhi kesimpulan akhir. Namun demikian banyak peneliti berpendapat bahwa resiko meremehkan penelitian dengan cara membatasi pertanyaan hanya pada apa yang

25

nampak saja akan lebih serius dibandingkan resiko mengambil kesimpulan yang dianggap tidak valid karena melibatkan unsur-unsur yang tidak nampak. Lagi pula apa yang menarik dalam penelitian kwalitatif sesungguhnya adalah bagaimana peneliti dapat menjelaskan secara masuk akal akan apa yang terjadi, dan bagaimana penjelasan itu menjawab mengapa responden melakukan hal yang dia lakukan.

Latihan

Pilihlah sebuah topik kebudayaan yang ingin anda pahami lebih jauh dan teliti. Berilah argumentasi yang memadai mengapa anda ingin memilih topik ini untuk penelitian anda.

Rumuskan permasalahan anda sebagai latar belakang pengetahuan yang anda ketahui tentang topik tersebut. Ikut sertakan beberapa referensi.

Buatlah 1 sampai 3 pertanyaan yang akan menjadi acuan anda dalam penelitian nanti.Perhatikan pertanyaan yang anda ajukan agar tepat ditanyakan untuk sebuah penelitian kwalitatif.

26