undang-undang republik indonesia nomor taiiun...

46
RAN CAN GAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN TENT A.NG PENANGGULANGANBENCANA l{EPUBLII( INDONESIA ARSIP DPR RI

Upload: others

Post on 28-Feb-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

RAN CAN GAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAIIUN TENT A.NG

PENANGGULANGANBENCANA

l{EPUBLII( INDONESIA

ARSIP D

PR RI

Page 2: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RAN CAN GAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENANGGULANGANBENCANA

DENGAN RAHMAT TUI-IAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dengan tt~juan untuk memberikan perlindungan atas kehidupan dan penghidupan termasuk perlindungan terhadap bencana, dalam rangka terwujudnya kesejahteraan umum, sebagaimana diamanatkan dalam Undang­Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiHki kondisi geografis, geologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam maupun manusia yang menyebabkan kerusakan Hngkungan, kerugian harta benda, dampak psikologis, dan korban jiwa yang dalam keadaan terlentu dapat menghambat pembangunan nasional;

c. bahwa ketentuan penanggulangan bencana yang ada belum dapal dijadikan payung hukum yang menyeluruh, karena bersifat sektoral, sehingga menghambat upaya penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi dan terpadu;

d. bahwa upaya penanggulangan bencana dapat berjalan efektif, efisien, dan tepat sasaran, jika ada landasan hukum yang kuat sebagai jaminan kepastian dan perlindungan hukum;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu disusun Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana.

ARSIP D

PR RI

Page 3: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Mengingat: Pasal 12, Pasal 20, Pasal 20 A ayat (1), Pasal 21, Pasal 22 A, Pasal 27 ayat (2), Pasal 28 A, Pasal 28 B ayat (2), 28 G ayat (1 ), 28 I Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bcrsama

DEWAN PERW AKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menetapkan:

MEMUTUSKAN:

UNDANG-UNDANG BEN CANA.

TENTANG

BABI KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

PENANGGULANGAN

I. Penanggulangan bencana adalah keseluruhan aspek perencanaan kebijakan pembangunan yang berisiko bencana, kegiatan pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana yang mencakup pencegahan bencana, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan kembali yang lebih baik akibat dampak bencana~

2. Bencana adalah suatu gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat yang diakibatkan oleh faktor alam diantaranya bencana gempa bumi, tsunami, longsor, angin topan, banjir, letusan gunungapi, kekeringan, epidemi, clan wabah penyakit, bencana karena faktor nonalam diantaranya kebakaran dan gagal teknologi, dan bencana karena faktor manusia mencakup peristiwa kerusuhan sosial, teroris, dan kerusakan lingkungan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan hidup, kerugian harta benda, dampak psikologis, bahkan sampai menimbulkan korbanjiwa manusia;

3. Bencana alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam yang meliputi bencana gempa bumi tsunami, gunung meletus, banjir, tanah langsor, yang mengakibatkan timbulnya korban manusia, harta benda, kerusakan sarana dan prasarana Jingkungan hidup, dan fasilitas umum;

4. Bencana sosial adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan konnik sosial oleh antarkelompok atau komunitas masyarakat yang menimbulkan penderitaan, gangguan hubungan sosial, tidak berfungsinya pranata sosial, kerugian harta benda, dan korban j iwa manusia;

5. Konflik adalah pertentangan fisik antara dua pihak atau lebih yang menyebabkan hilangnya hak kelompok masyarakat, timbulnya rasa takut, keamanan dan ketentraman terancam, keselamatan atau martabat terganggu, hilangnya aset, dan terganggunya kescimbangan kehidupan sosial masyarakat;

2

ARSIP D

PR RI

Page 4: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

6. Kegiatan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang mencakup penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi;

7. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan sama sekali dan/atau mengurangi an ca man bencan;.

8. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian, langkah-Iangkah yang tepat guna, dan berdaya guna;

9. Peringatan dini adalah serangka.ian kegiatan dalam upaya memberikan peringatan tentang kemungkinan akan tei:jadinya bencana, disarnpaikan secara resmi, menjangkau seluruh masyarakat clengan segera, tegas dan tidak membingungkan;

10. Mitigasi adalah serangkaian kegiatan dalam upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktural melalui pembuatan bangunan fisik, maupun non struktural melalui pendidikan dan pelatihan;

11. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera, setelah kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang mencakup kegiatan penyelamatan masyarakat terkena bencana, harta benda, evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian, pemulihan sarana, dan pelayanan kritis;

12. Rehabilitasi adalah serangkaian program kegiatan yang terencana, terpadu dan menyelumh yang dilakukan selelah kejadian bencana guna membangun kembali masyarakat yang terkena bencana melalui pemulihan kesehatan, mental, spiritual, penguatan kesadaran masyarakat terhadap kerawanan bencana, pengurangan tingkat kerawanan bencana, pemulihan ekonomi, pemulihan hak-hak masyarakat, pemulihan administrasi pemerintahan, dan integrasi kegiatan pemul ihan dampak bencana;

13. Rekonstruksi adalah serangkaian program kegiatan yang tere1icana, terpadu dan menyelumh yang dilaksanakan dalam jangka menengah dan jangka panjang meliputi pembangunan kembali sarana dan prasarana dasar seperti pembangunan air bersih, jalan, listrik, Pusal Kesehatan Masyarakat, pasar, telekomunikasi, sarana sosial masyarakat seperti masjid, gereja, pura, balai adat, balai pertemuan, fasilitasi masyarakat untuk perbaikan rumah, dan lingkungan hidup;

14. Ancaman bencana adalah suatu kejadian alau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana;

15. Kerentanan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimalologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan berkurangnya kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu;

16. Pemulihan adalah proses kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula atau lebih baik dengan melakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi;

17. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meniadakan bencana dan meniadakan sumber ancaman bencana yang dimulai dari perumusan kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi;

18. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu, dapal berupa kematian, Iuka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat;

3

ARSIP D

PR RI

Page 5: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

19. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat;

20. Status keadaan darurat adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi oleh Badan Penanggulangan Bencana yang diberi tugas menanggulangi bencana;

21. Pengungsi adalah orang atau kelompok-kelompok orang yang telah dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau meninggalkan rumah atau tempat tinggal mereka sebelumnya, sebagai akibat dari dan/atau dampak buruk bencana;

22. Setiap orang adalah orang perseorangan, dan/atau kelompok orang, dan/atau badan hukum;

23. Masyarakat tcrkena bcncana adalah manusia yang mengalami kerugian akibat bencana, baik secara fisik, mental maupun sosial;

24. Pemerintah adalah Pcmerintah Pusat; dan 25. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Dacrah Provinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota.

BAB II LANDASAN, ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penanggulangan bencana berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. ·

Pasal3

( 1) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berasaskan: a. kemanusiaan; b. kekeluargaan; c. keadilan; d. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; e. ketertiban dan kepastian hukum; f. keseimbangan; g keselarasan; h. keserasian; 1. kelestarian lingkungan hidup; J. ilmu pengetahuan dan teknologi; k. cepat dan tepat; I. prioritas; m. kebersamaan; n. koordinasi; o keterpaduan; p. berdayaguna q. berhasilguna r. transparansi s. akuntabilitas; t. pencegahan; u. kehati-hatian; v. manfaat; w. nonproletisi; x. netralitas; dan y. keadilan jender.

4

ARSIP D

PR RI

Page 6: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

• t

(2) Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu: a. nondiskriminasi; b. mempertahankan hidup clan kelangsungan hidup; c. mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak; dan d. bebas dari rasa takut dan ancaman.

Pasal 4

Undang-undang tentang penanggulangan bencana bertujuan untuk: a. memberikan perlindungan masyarakat dari ancaman bencana; b. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara; c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara lerencana,

terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh; d. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada; e. menghargai budaya lokal; f. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta; dan g. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan

kedermawanan.

BAB III

TANGGUNG JAWAD DAN WEWENANG PEMERINTAH

Pasal 5

( l) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai penanggung jawab utama kegiatan penanggulangan bencana.

(2) Dalam me1aksanakan tanggung jawab penangguJangan bencana, Pemerintaf) melimpahkan tugas pokok dan fungsi pada Badan Penanggulangan Bencana.

(3) Pelaku dalam penanggulangan bencana selain dimaksud pada ayat (2) yaitu: a. masyarakat; b. Jembaga kemasyarakatan; c. Palang Merah Indonesia; d. lembaga usaha; dan e. lembaga-lembaga internasional.

Pasal 6

(I) Pemerintah berwenang menyusun pengaturan, koordinasi, pembinaan dan pembimbingan dalam kegiatan penanggulangan bencana.

(2) Tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penanggulangan bencana mencakup bidang kehidupan sosial kemanusiaan dan kemasyarakatan, kesehatan, pendidikan, perhubungan, perumahan, pekerjaan mnum, perekonomian, pelayanan keagamaan, keamamm, clan ketertiban.

(3) Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) meliputi: a. menetapkan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan

kebijakan pembangunan nasional; b. membentuk Badan Penanggulangan Bencana yang bertugas

menjalankan fungsi penanggulangan bencana;

5

ARSIP D

PR RI

Page 7: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

c. membuat perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana;

d. menyusun kebijakan peraturan perundang-undangan penanggulangan bencana;

e. menjamin penegakan hukum; f. menentukan kebijakan kerjasama dalam penanggulangan bencana

dengan negara lain, badan-badan atau pihak-pihak internasional lainnya;

g. menentukan kebijakan mencegah penggunaan teknologi yang secara berangsur dan/atau tiba-tiba berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana;

h. menentukan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumberdaya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan;

i. menjamin masyarakat terkena bencana dan pengungsi secara adil dan sesuai standar pelayanan minimum;

j. memberi Uin pengumpulan uang dan barang bersifat nasional.

Pasal 7

Sebagian wewenang Pemerintah dalam penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diatur Iebih Janjut dengan Peraturan Daerah.

Pasal 8

(I) Dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat melaksanakan sebagian wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pemerintah Daerah dapat menyerahkan wewenang tersebul kepada Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pelaksanaan sebagian wewenang penanggulangan bencana oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud daJam Pasal 6, wajib diambil oleh Pemerintah dalam hal: a. Pemerintah Daerah tidak melaksanakan sebagian wewenang dan

tanggung jawab dalam penanggulangan bencana, sehingga dapat membahayakan kepentingan umum; dan

b. adanya sengketa antar Pemerintah Daerah Propinsi atau antar Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

BAB IV

HAK, KEW AJIBAN DAN PERAN MASY ARAKA T

Bagian Pertama Hak, Kewajiban, dan Peran Anggota Masyarakat

Pasal 9

(1) Setiap orang berhak mendapat perlindungan atas hak hid up dan penghidupannya dalam sebuah negara yang berdaulat dan berkeadilan sosial.

(2) Setiap orang berhak tidak kehilangan sumber-sumber kehidupan, baik sosial maupun ekonomi, hak atas aset dan akses terhadap sumber kehidupan.

6

ARSIP D

PR RI

Page 8: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

(3) Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana.

(4) Setiap orang terkena bencana berhak terpenuhi kebutuhan dasarnya atas bantuan kemanusiaan.

(5) Setiap orang berhak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya.

(6) Setiap orang berhak mempunyai akses dan mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana.

(7) Setiap orang berhak melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.

(8) Masyarakat berkesempatan untuk berperanserla dalam perancangan, pengoperasian dan pemeliharaan kegiatan dan program penyecliaan bantuan tempat hunian, penampungan dan bantuan nonpangan.

(9) Masyarakat terkena bencana mempunyai kesempatan untuk berperanserta dalam perancangan, pengoperasian dan pemeliharaan kegiatan dan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial.

Pasal 10

(1) Setiap warga nega.ra berkewajiban menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan dan keJestarian fungsi lingkungan hidup.

(2) Setiap orang berkewajiban melakukan kegiatan penanggulangan bencana. (3) Setiap orang berkewajiban memberikan informasi kepada publik atas

peJaksanaan kegiatan penanggulangan bencana.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Pasal 11

Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan penanggulangan bencana. Masyarakat yang terkena bencana clapat secara aktif berpartisipasi dalam pengkajian, perancangan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi program bantuan. Setiap orang dapat berperanserta dalam perancangan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana-sarana pasokan air bersih dan sanitasi. Setiap orang yang berperan melakukan kegiatan penanggulangan bencana berkonsultas·i dengan kelompok masyarakat setempat. Ketentuan mengenai peran masyarakat dalam penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua Hak, KewaJiban dan Peran Lembaga Kemasyarakatan

Pasal 12

(1) Lembaga kemasyarakatan mendapatkan kesempatan dalam upaya kegiatan penangguJangan bencana.

(2) Lembaga kemasyarakatan mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana.

7

ARSIP D

PR RI

Page 9: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Pasal 13

(1) Lembaga kemasyarakatan yang melaksanakan kegiatan pengumpulan barang dan uang untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana harus mendapatkan ijin dari Pemerintah.

(2) Lembaga kemasyarakatan yang melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana wajib berkoordinasi dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan./atau Badan Penanggulangan Bencana.

(3) Pelaksanaan penanggulangan bencana oleh lembaga kemasyarakatan diatur Jebih lanjut oleh Badan Penanggulangan Bcncana.

Pasal 14

Lembaga kemasyarakatan berperan menyediakan sarana dan pelayanan untuk melengkapi kegiatan penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh masyarakat dan Pemerintah.

Bagian Ketiga Hak, Kewajiban dan peran Palang Meralt Indonesia

Pasal 15

(1) Palang Merah Indonesia berhak mengumpulkan, mengelola dan menggerakkan sumberdaya untuk kegiatan penanggulangan bencana.

(2) Palang Merah Indonesia berhak menggerakkan dan mengelola para relawan penanggulangan benc~na.

(3) Palang Merah Indonesia berhak melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana sesuai norma-norma kepalang-merahan.

Pasal 16

(1) Palang Merah Indonesia berkewajiban menyelaraskan kegiatannya dengan kebijakan Pemerintah dalam penanggulangan bencana.

(2) Palang Merah Indonesia berkewajiban menjelaskan secara berkala kepada Pemerintah dan masyarakat tentang penggunaan sumberdaya yang diterimanya selama melakukan penanggulangan bencana.

Pasal 17

(1) Palang Merah Indonesia sebagai mitra masyarakat dan Pemerintah berperan dalam kegiatan penanggulangan bencana

(2) Palang Merah Indonesia berperan aktif dalam kegiatan penanggulangan bencana sesuai norma-norma universal yang dianutnya.

(3) Palang Merah Indonesia dalam menanggulangi bercana berperan sebagai pendorong dan pendukung semangat kesetiakawanan dan kedermawanan masyarakat.

8

ARSIP D

PR RI

Page 10: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

'I

'•

Bagian Keempat Hak, Kewajiban dan Peran Lembaga Usaba

Pasal 18

(1) Lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam kegiatan penanggulangan bencana.

(2) Lembaga usaha melakukan kegiatan penanggulangan bencana baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak lain.

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal l9

Lembaga usaha berkewajiban menyelaraskan kegiatannya penanggulangan bencana dengan kebijakan penanggulangan dikeluarkan oleh Pemerintah.

dalam yang

Lembaga usaha berkewajiban mengambil langkah-langkah pencegahan dan pengurangan risiko bencana sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada Pemerintah dan/atau lembaga yang diberi tugas melakukan penanggulangan bencana serta menginformasikannya kepada publik secara transparan. Lembaga usaha berkewajiban mengindahkan prinsip-prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan fungsi ekonominya dalam penanggulangan bencana.

Pasal 20

(I) Lembaga usaha berperan dalam kegiatan penanggulangan bencana mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.

(2) · Pelaksanaan penanggulangan bencana oleh lembaga usaha diatur lebih oleh Badan Penanggulangan Bencana.

(1)

(2)

(3)

Bagian .Kelhna Hal<, Kewajiban dan Peran Lembaga-Lembaga lntcrnasional

Pasal 21

Lembaga-lembaga internasional dapat ikut serta dalam upaya penanggulangan bencana dan mendapat jaminan perlindungan dari Pemerintah terhadap para pekerjanya. Lembaga-]embaga internasional dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dapat melakukan secara sendiri-sendiri, bersama-sama dan/atau bersama dengan mitra kerja dari Indonesia, sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan mereka sejauh tidak melanggar ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Lembaga-lembaga internasional dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana berhak mendapatkan akses yang aman ke wilayah­wi I ayah terkena bencana

Pasal 22

(1) Lembaga-lembaga intemasional berkewajiban menyelaraskan kegiatannya dalam penanggulangan bencana dengan kebijakan penanggulangan bencana yang ditetapkan oleh Pemerintah.

9

ARSIP D

PR RI

Page 11: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

(2) Lembaga-lembaga internasional berkewajiban memberitahukan kepada Pemerintah aset-aset penanggulangan bencana yang dibawa ke Indonesia.

(3) Lembaga-lembaga internasional berkewajiban mentaati ketentuan perundangan dan peraluran yang berlaku clan menjunjung tinggi adat dan budaya setempat.

(4) Lembaga-lembaga internasional berkewajiban mengindahkan ketentuan Pemerintah yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan.

Pasal 23

(1) Lembaga-Jembaga internasional mewakili kepentingan masyarakat internasional dan bekerja sesuai dengan norma-norma hukum internasional.

(2) Lembaga-lembaga internasional menjadi mitra masyarakat dan Pemerintah dalam penanggulangan bencana.

(3) Pelaksanaan penanggulangan bencana oleh lembaga internasiona) diatur oleh Badan Penanggulangan Bencana sesuai dengan peraturan perundang­undangan yang berlaku.

DABV PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

Bagian kcsatu Um um

Pasal 24

(1) Penyelenggaraan penanggulangan ben_cana meliputi empat bidang kerja yaitu: a. pengurangan risiko bencana; b. penanganan tanggap darurat bencana; c. rehabilitasi dan rekonsruksi; dan d. penatakelolaan bencana.

(2) Penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dilaksanakan clengan memperhatikan aspek-aspek: a. sosial, ekonomi dan budaya masyarakat; b. kelestarian lingkungan hidup; c. kemanfaalan dan efeklivitas; dan d. lingkup luas wilayah.

(3) Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, Pemerintah dapat: a. menetapkan daerah rawan bencana menjadi daerah terlarang untuk

pemukiman; dan b. mencabut atau mengurangi sebagian atau seluruh hak kepemilikan

seseorang atau masyarakat atas suatu benda. (4) Setiap orang yang tempat tinggalnya dinyatakan sebagai daerah terlarang atau

yang hak kepemilikannya dicabut atau dikurangi sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf b wajib mendapal ganti rugi.

10

ARSIP D

PR RI

Page 12: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Bagian Kedua Pcngurangan Risiko Bencana

Pasal 25

(I) Pengurangan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi dampak buruk akibat yang mungkin timbul dari bencana lerutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana.

(2) Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat ( l) dilakukan melalui kegiatan:

(3)

(4)

(I)

(2)

a. pengenalan dan pemantauan risiko bencana; b. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; c. pengembangan budaya sadar bencana; d. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan e. penerapan upaya fisik, nonfisik dan pengaturan penanggulangan

bencana.

Pasal 26

Pencegahan dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman bencana. Pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayal (I) dilakukan melalui kegiatan: a. identifikasi dan pengenal pastian terhadap sumber bahaya atau

ancaman bencana; b. mengontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam

yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;

c. memonitor penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi me1tjadi sumber ancaman atau bahaya bencana; dan ·

d. pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup.

Pasal 27

Mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana. Kegiatan mitigasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui: a. menyusun peraturan-peraturan; b. mengatur pembangunan, membangun infrastruktur, tata bangunan;

dan c. melakukan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik secara

konvensional maupun modern.

Pasal 28

(I) Kesiapsiagaan dilakukan agar dapat memastikan tanggapan yang efektif terhadap dampak kejadian bencana.

(2) Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dilakukan melalui : a. kegiatan penyusunan dan ujicoba rencana penanggulangan kedaruratan

bencana; b. pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sislem peringatan dini; c. penyediaan dan penyiapan barang-barang pasokan pemenuhan

kebutuhan dasar;

11

ARSIP D

PR RI

Page 13: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

d.

e. f.

· pengorganisasian, penyul uhan, pelatihan mekanisme tanggap darurat; penyiapan lokasi evakuasi ; dan penyusunan data akurat, informasi, dan prosedur tetap tanggap darurat bencana.

Pasal 29

dan gladi ten tang

pemutakhiran prosedur-

(1) Peringatan dini dilakukan agar_ 1~1asyarakat yang berisiko bencana dapat mengambil tindakan tepat secepatnya atau mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tanggap bencana.

(2) Peringatan dini yang dimaksud dalam ayat (I) termasuk penyediaan informasi secara tepat waktu dan efektif melalui proses prakiraan dan ramalan bahaya bencana, pemrosesan dan penyebaran peringatan clan pengambilan tindakan yang cepat dan tepat.

Pasal 30

Penanganan tanggap darurat bencana dilakukan sebagai upaya mengurangi dampak buruk bencana, terselamatkannya masyarakat terkena bencana, harta benda, terpenuhinya kebutuhan dasar, tertanganinya pengungsi, pulihnya sarana dan pelayanan um um.

Bagian Ketiga Tanggap Darurat Bcncana

Pasal 31

Penanganan tanggap darurat bencana yang dimaksud dalam Pasal 30 mencakup hal­hal sebagai berikut :

a. pengkajian secara cepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya; b. penentuan status keadaan darurat; c. pencarian, penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana. d. pemenuhan kebutuhan dasar; e. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan f. pemulihan dengan segera sarana-sarana vital.

Paragraf 1 Keadaan Darurat Bencana

Pasal 32

(I) Keadaan darurat bencana mencakup penetapan keadaan status keadaan darural bencana, kewenangan penetapan, lingkatan, cakupan dan keparahan bencana serta implikasi penetapan keadaan status keadaan darurat bencana.

(2) Penelapan status keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) dilakukan oleh Pemerintah atas rekomendasi dari Badan yang bertugas dan berfungsi melakukan penanggulangan bencana.

(3) Setelah Pemerintah menetapkan status keadaan darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan yang diberi tugas menjalankan kebijakan penangulangan bencana mendapat kemudahan akses.

12

ARSIP D

PR RI

Page 14: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

(4) Selain kemudahan sebagaimana dimaksud ayat (4) beberapa peraturan perundang-perundang yang berJaku dan terkait dengan upaya penanggulangan bencana dapat dikesampingkan.

(5) Tata cara penges·ampingan beberapa ketentuan yang dimaksud ayat (5) diatur febih lanjut melalui Peraturan Pemerintah.

Pa.-agraf 2 Penanganan Masyarakat Terkcna Bencana dan Pengungsi

Pnsal 33

(1) Penanganan terhadap masyarakat terkena bencana dilakukan dengan memberikan pelayanan dan perlindungan kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada suatu daerah, yang meliputi: a. evakuasi korban; b. kegiatan penanganan pengungsi; dan c. penyecliaan hunian dan penampungan,

(2) Penanganan masyarakat terkena bencana dan pengungsi harus berdasarkan standar minimum yang dapat meajamin martabal, kelangsungan hiclup, clan potensi pemulihan dari keadaan darurat bencana.

(3) Penanganan masyarakat terkena bencana dan pengungsi memprioritaskan pacla orang-orang sebagai berikut: a. masyarakat terkena bencana dalam kondisi kritis; b. evakuasi pasien rumah sakit; c. kelompok rentan; clan d. orang-orang lain yang karena dalam keadaan terancam atau dipandang

akan terkena bahaya ikutan dari keadaan darurat bencana.

Pasal 34

Kebutuhan dan pelayanan dasar sebagaimana dimaksucl dalam Pasal 33 ayat (I) mencakup:

a. pasokan kebutuhan air bersih, sanitasi clan penyuluhan kebersihan; b. kecukupan dan ketahanan pangan, gizi dan bantuan pangan; c. kelayakan tempat hunian, penampungan dan bantuan non-pangan; dan d. pemberian pelayanan kesehatan clengan dukungan psikososial yang

mengacu pada bantuan dan pelayanan sosial psikologis maupun ekonomi.

Pasal 35

(1) Ketersediaan pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar sebagaimana dimaksud da)am Pasal 34 huruf (a) harus mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

(2) Pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar harus dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan masyarakat terkena bencana dan pengungsi dengan sumber-sumber daya yang tersedia.

(3) Kebutuhan dan pelayanan dasar yang disecliakan harus sesuai dengan kebutuhan dan dapat digunakan secara efisien.

( 4) Kebutuhan dan pelayanan dasar yang dibagikan pada masyarakat terkena bencana harus mempunyai kualitas yang memadai clan baik untuk di konsumsi manusia.

13

----- -------

ARSIP D

PR RI

Page 15: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

(5) Bantuan- darurat dalam pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar harus dikelola dengan sistem yang transparan dan responsif, setara, dan sejauh mungkin sesuai dengan adat istiadat dan kondisi setempat.

Pasal 36

(I) Pasokan kebutuhan air bersih, sanitasi dan penyuluhan kebersihan dilakukan untuk mengurangi risiko kesehatan lingkungan, mencegah dan mengurangi penjangkitan serta penularan penyakit.

(2) Masyarakat terkena bencana dan pengungsi hams mempunyai akses terhadap informasi yang memadai tentang kemungkinan penyakit sehubungan dengan air dan sanitasi.

Pasal 37

( 1) Kecukupan dan ketahanan pangan, gizi dan bantuan pangan dirancang untuk mengurangi risiko kesehatan umum, mencegah kematian dan mempertahankan kesehatan gizi bagi kelompok berisiko dalam masa keadaan darurat maupun kesejahteraan sesudalmya.

(2) Kelompok berisiko sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) meliputi: a. bayi dibawah umur enam bulan yang memerlukan Air Susu Ibu (ASI)

eksklusif; b. anak-anak berumur 6 ( enam) bulan sampai dengan 5 (lima) tahun; c. ibu yang sedang mengandung atau menyusui; d. penyandang cacat; dan e. orang lanjut usia.

·Pasal 38

(I) Penyediaan bantuan tempat hunian dan penampungan yang layak harus dapat membantu mempertahankan hidup, menyediakan keamanan, keselamatan dan martabat, melindungi diri dari iklim dan cuaca serta menguatkan dayatangkal terhadap ancaman penyakit.

(2) Penyediaan bantuan non-pangan hams dapal memenuhi kebutuhan piranti­piranli dasar untuk menjaga kebersihan, menyiapkan dan mengonsums1 makanan, melindungi kesehatan diri dari suhu dan cuaca, dan mempertahankan martabat.

(3) Bantuan non-pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup: a. pakaian; b. perlengkapan tidur; c. piranti memasak dan makan; dan d. piranti kebersihan, mandi dan mencuci.

Pasal 39

(I) Penyediaan dan pemberian bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial harus dapat mencegah dan mengurangi tingkat kesakitan dan kematian, membantu dayatahan, dan menguatkan kemampuan untuk secepatnya memulihkan diri dari kedaruratan.

(2) Pelayanan dan pemberian bantuan kesehatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat ( l) mencakup: · a. pertolongan pertama dan pengobatan terhadap kecederaan; b. pelayanan kesehatan reproduksi; c. penanggulangan penyakit kronis;

14

ARSIP D

PR RI

Page 16: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

. (,

d. pencegahan penyakit; e. diagnosis dan penanganan kasus penyakit; dan f. penanganan kejadian kesehatan luar biasa.

(3) Pelayanan kesehatan dirancang agar mendukung sistem .kesehatan, struktur dan pemberian pelayanan yang telah ada dan didasarkan alas prinsip-prinsip perawatan kesehatan primer yang relevan.

( 4) Pelayanan psikososial sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) mencakup: a. pertolongan pertama psikologis; b. bimbingan konseling; c. pendidikan dasar; d. kegiatan ekonomi dan usaha kecil; e. kegiatan keagamaan, remaja dan kemasyarakatan; dan f. pelayanan unluk kelompok rentan.

(5) Masyarakat terkena bencana dan pcngungsi berhak rnernpunyai akses terhadap informasi yang memadai tenlang risiko-risiko sehubungan dengan tempat hunian, penampungan dan bantuan non-pangan, dan

(6) Masyarakat terkena bencana clan pengungsi berhak mendapatkan akses informasi yang memadai te11tang risiko-risiko sehubungan dengan kesehatannya tennasuk dukungan psikososial.

(I)

(2)

(3)

Dagian Kcempat Rcbabilitasi dau Rckonstruksi

Pasal 40

Rehabilitasi dan rekonslruksi dilakukan untuk mewujudkan kemampuan sosial ekonomi dan kuatnya resistensi masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana. Tindakan rehabilitasi dan rekonstmksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hams memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. perencanaan pembangunan nasional; b. tingkat kerawanan bencana; c. pembangunan kembali sarana dan prasarana dasar; d. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; e. membantu masyarakat memperbaiki rumah; f. memulihan kegiatan bisnis dan ekonomi; dan g. melibatkan masyarakat setempat mulai dari perencanaan sampai

pelaksanaan. Rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan untuk pemulihan hak-hak masyarakat terkena bencana mencakup: a. hak perdata; dan b. hak alas akses ekonomi, sosial budaya;

Pasal 41

Tindakan Rehabilitasi dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 40 ayat · (3) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. pengurangan risiko bencana di masa yang akan datang; b. partisipasi masyarakat; dan c. memperhatikan kearifan dan kapasitas lokal.

15

ARSIP D

PR RI

Page 17: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Pasal 42

(I) Dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Pemerintah mengupayakan peningkatan pendapatan clan penyediaan lapangan pekerjaan bagi penghidupan yang layak bagi masyarakat terkena bencana.

(2) Masyarakat dapat mengakses kesempatan untuk mendapat penghasilan secara semestinya dan tidak membahayakan sumberdaya yang menjadi dasar penghidupan.

Bagian Kelima Penatakelolaan Penanggulangan Bencana

Pasal 43

( 1) Penatakelolaan bertujuan untuk memadukan kegiatan penanggulangan bencana dalam program pemerintahan dan pembangunan pada saat tidak ada kejadian bencana.

(2) Penatakelolaan yang dimaksud pada ayat ( 1) mencakup: a. perencanaan penanggulangan bencana; b. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; c. pensyaratan analisis risiko bencana; d. penguatkuasaan talaruang clan standar keselamatan; dan e. pemaduan strategi penangangan konflik dan/atau upaya perdamaian

dalam pembangunan.

Pasal 44

(1) Perencanaan penanggulangan bencana dilakukan melalui penyusunan data tentang risiko bencana di suatu wilayah pacla waktu tertentu, berdasarkan dokumen resmi yang berisi program kegiatan penanggulangan bencana.

(2) Kegiatan perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi: a. pengenalan dan pengkajian ancaman-ancaman bencana; b. pemahaman tentang kerentanan masyarakat; c. analisis kemungkinan dampak bencana; d. pilihan-pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; e. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana;

clan f. alokasi tugas, kewenangan dan sumberdaya yang tersedia.

(3) Pemerintah dalam waktu tertentu harus meninjau dokumen. perencanaan penanggulangan bencana secara berkala.

( 4) Dal am usaha menyelaraskan kegiatan perencanaan penanggulangan bencana, Pemerintah dapat mewaj i bkan pelaku penanggulangan bencana untuk melaksanakan perencanaan penangguJangan bencana.

Pasal 45

(1) Pemaduan penanggulangan bencana dalam pembangunan dilakukan untuk memastikan tindakan penanggulangan bencana sebagai bagian tidak terpisahkan dari perencanaan, peJaksanaan, pemantauan, dan _penilaian program pembangunan.

16

ARSIP D

PR RI

Page 18: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

• c

(2) Dalam kegiatan perencanaan pembangunan Pemerintah wajib memasukkan bagian yang memuat perihal penanggulangan bencana sesuai dengan jenis, tingkat dan wiJayahnya.

Pasal 46

(1) Pensyaratan analisis risiko bencana dilakukan untuk mengurangi risiko bencana dengan mengharuskan para pelaku pembangunan untuk memperhatikan dan menggunakan risiko bencana dalam program pembangunan.

(2) Sebagai bagian dari perencanaan kegiatan, para peJaku pembangunan wajib melaksanakan anal is is ancaman-ancaman bencana, kerentanan masyarakat dan kemampuan penanggulangan lerhadap kemungkinan bencana berkaitan dengan program pembangunan yang bersangkutan.

(3) Persyaratan analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud pad a ayat ( 1) diatur oleh Badan Penanggulangan Bencana.

(4) Pemenuhan syarat analisis risiko bencana scbagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) terse but ditunjukkan dalam bentuk suatu dokumen yang disyahkan oleh Pemerintah.

Pasal 47

(1) Penguatkuasaan tata ruang dan standar keselamatan dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang tataruang, slandar keselamatan dan penerapan sanksi terhadap pelanggar.

(2) Pemerintah secara berkala melaksanakan peni likan terhadap pelaksanaan tatarnang dan pemenuhan standar keselamalan.

Pasal 48

Pemerintah menetapkan rencana penanganan bencana alam dan bencana sosial yang yang bersifat terencana, lerpadu dan menyeluruh dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah

IJAIJ VI BADANPENANGGULANGANBENCANA

Dagian Kesatu Kedudukan, Tu gas· dan Fungsi

Pasal 49

(1) Pemerintah membentuk Badan Penanggulangan Bencana . yang bersifat independen bertugas melaksanakan keb\jakan penanggulangan bencana yang diatur melalui Peraturan Presiden.

(2) Bad an Penanggulangan Bencana (BPB) sebagaimana dimaksud pada ayat (I) berada di bawah dan bertanggtingjawab langsung kepada Presiden.

(3) Keanggotaan Badan Penanggufangan Bencana terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, I (satu) orang sekretaris dan 11 orang anggota.

( 4) Keanggotaan B(ldan Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) terdiri dari unsur Pemerintah dan pelaku p~nanggulangan bencana lainnya.

(5) Keanggotaan Badan Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ( 4) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat

17

ARSIP D

PR RI

Page 19: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

pertimbangan dan uji kompetensi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

( 6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelengkapan Badan Penanggulangan Bencana, mekanisme ke~ja, dan pembiayaan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 50

(I) Pemerintah Daerah Provinsi membentuk Badan Penanggulangan Bencana setelah mendapat rekomendasi dari Badan Penanggulangan Bencana Tingkat Pusat.

(2) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat membentuk Badan Penanggulangan Bencana Tingkat Kabupaten/Kota dengan persetujuan Badan Penanggulangan Bencana Tingkat Pusat.

Pasal 51

(I) Tugas dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana mencakup: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan

penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien;

b. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penauggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh;

c. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, rekonstruksi secara adil dan setara~

b. menetapkan standarisasi setta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

c. memelihara arsip dan dokumen penanggulangan bencana serta mengelola barang inventaris lembaga yang bertugas menangani bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

d. menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat; e. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

Presiden setiap enam bulan sekali dalam kondisi normal, dan setiap bulan apabila dalam kondisi darurat bencana;

f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN); dan

g. melaksanakan kewajiban lain yang diatur undang-undang yang berlaku.

(2) Badan Penanggulangan Bencana wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden.

Pasal 52

Syarat untuk dapat menjadi anggota Badan Penanggulangan Bencana, yaitu: I. Warga Negara Republik Indonesia; 2. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun I 945; 3. mempunyai integritas pribadi yang kuat, jujur, dan adil; 4. mempunyai kompetensi, komitmen dan dedikasi terhadap penanggulangan

bencana; 5. memiliki pengetahuan dan keahlian tentang pelaksanaan Penanggulangan

Bencana, serta memiliki kemampuan manajerial;

18

ARSIP D

PR RI

Page 20: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

D '··

6. berdomisili dalam wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan · Kartu Tanda Penduduk (KTP);

7. sehat jasmani dan rohani berdasarkan has ii pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari rumah sakit;

8. tidak pernah dihukum pe11jara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau Iebih;

Pasal 53

( 1) Sebelum me11jalankan tugas, anggota Badan Penanggulangan Bencana mengucapkan sumpah/janji.

(2) Sumpah~janji anggota Dewan Penanggulangan Bencana adalah sebagai berikut:

(1)

(2)

"Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji: Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai anggota Badan Penanggulangan Bencana dengan sebaik-baiknya dan seadil­adilnya; Bahwa saya akan melaksanakan tugas Penanggulangan Bencana sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Talmn 1945; Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan kewajiban tidak akan tunduk pada tekanan clan pengaruh apa pun dari piha!c mana pun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan fungsi, akan bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, adil, dan cermat demi tercapainya pelaksanaan penanggulangan bencanan, tegaknya demokrasi clan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan pribadi alau golongan".

Pasal 54

Anggota Badan Penanggulangan Bencana berhenli antarwaktu karena: a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. melanggar sumpahzjanji; d. melanggar kode etik; dan e. tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52. Pemberhentian anggola sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. anggota Badan Penanggulangan Bencana Tingkat Pusat dilakukan oleh

Presiden; b. anggota Badan Penanggulangan Bencana Tingkat Pemerintah Daerah

Provinsi oleh Gubernur dan Tingkat Pemerintah Daeral1 Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota.

Bagian Kedua Wewenang Badan Penanggulangan bencana

Pasal 55

Badan Penanggulangan Bencana berwenang membuat kebijakan penanggulangan bencana, pengoperasian kebijakan, menyediakan pusat informasi dan termasuk

19

ARSIP D

PR RI

Page 21: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

mengesahkan -pola penanggulangan bencana, koordinasi Jintas sektor dan koordinasi antarnegara.

Pasal 56

(I) Badan Penanggulangan Bencana melaksanakan fungsi yang tidak menjadi kewenangan sektor dan mengoperasikan penanggulangan bencana.

(2) Dalam melakukan pengoperasian penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ), Badan Penanggulangan Bencana berwenang mefakukan: a. pengoperasian kebUakan yang mencakup:

I . menyusun pedoman umum penanggulangan bencana; 2. menyusun program penanggulangan bencana; 3. menyusun mengelola dan mempertanggungjawabkan anggaran

penanggulangan bencana; 4. menyusun rencana kesiapan darurat bencana; dan 5. menyusun prosedur tetap tentang status kedaruratan.

b. penyediaan pusat informasi dan komunikasi meliputi: l. pusat data penanggulangan bencana; 2. pusat koordinasi peringatan dini; 3. pertemuan rutin dan insidenlal; dan 4. publikasi dan hubungan mansyarakat.

c. pengendalian operasi tanggap kedaruratan pada saat diperlukan.

Pasal 57

( l) Dalam menjalankan tugasnya Badan Penanggulangan Bencana (BPB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 berwenang melakukan koordinasi antar instansi pusat, koordinasi antar-Pemerintah Daerah, koordinasi antarinstansi pusat dan daerah, koordinasi antarnegara-negara asing, koordinasi dengan pelaku penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (30 baik dalam maupun luar negeri.

(2) Tata cara dalam melakukan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga Dewan Penanggulangan Bencana

Pasal 58

(I) Dalam menjalankan tugas Badan Penanggulangan Bencana membentuk Dewan Penanggulangan Bencana yang beranggotakan 17 orang anggota terdiri dari Menteri Departemen terkait, Pejabat Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait dan para ahli yang memiJiki kompetensi.

(2) Anggota Dewan Penanggulangan Dencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Badan Penanggulangan Bencana diangkat clan diberhentikan dengan Keputusan Presiden.

(3) Dewan Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertugas memberikan rekomendasi yang bersifat mengikat, evaluasi kegiatan penanggulangan bencana kepada Badan PenangguJangan Bencana dan dapat menjadi mediator dalam penyelesaian sengketa.

20

ARSIP D

PR RI

Page 22: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Pasal 59

Dewan Penanggulangan Bencana wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Presidcn.

.BAB VII PENDANAANDANDANTUANBENCANA

Bagian Pcrtama Dana Penanggulangan Bencana

Pasal 60

( l) Pemerintah mengalokasikan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah untuk kegiatan pembangunan yang berkaitan dengan pengurangan risiko bcncana.

(2) Pemerintah mengalokasikan dana untuk kegiatan rutin pembangunan sosial dalam kebijakan penanggulangan bencana.

(3) Pemerintah mengalokasikan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan program penanggulangan bencana.

( 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana darurat diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 61

(I) Pemerintah dapat memberi ijin pengumpulan uang dan barang bersifat nasional.

(2) Dana untuk kepentingan penanggulangan bencana yang disebabkan kegiatan keantariksaan menjadi tanggung jawab negara peluncur.

Bagian Kcdua Bantuan Bencana

Pasal 62

(1) Setelah ditetapkan status keadaan darurat bencana oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2), Pemerintah dapat melakukan pemanfaatan sumberdaya termasuk bantuan darurat, sukarelaw~n dan bantuan i nternasional.

(2) Bantuan dan/atau pelayanan kemanusiaan dapat disediakan secara bersama, berkeadilan, mandiri, terbuka dan tanpa pilih kasih, berdasarkan pada kerentanan dan kebutuhan dari orang-perorangan atau kelompok-kelompok yang terkena bencana.

PasHI 63

(1) Bantuan dapat berupa bahan pangan dan non pangan serta pekerja kemanusiaan atau relawan.

21

ARSIP D

PR RI

Page 23: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

(2) Pengelolaan bantuan bencana meliputi upaya pengump11lan, penyimpanan, dan penyaluran bantuan bencana yang berasal dari dalam maupun luar negeri yang berbentuk uang dan/atau barang

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pcngelolaan bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih Ianjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIII PENGERAHANSUMBERDAYA

Pasal 64

( l) Dalam hal ditetapkan status darurat bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2), Pemerintah mengerahkan aset pertahanan, perlindungan m·asyarakat dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

(2) Pengerahan aset pertahanan, perlindungan masyarakat dan Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Presiden.

Pasal 65

( l) Pelaksanaan pengerahan asset pertahanan negara berdasarkan Undang­Undang tentang Pertahanan Negara.

(2) Pengerahan aset pertahanan negara dibiayai dari anggaran Pemerintah Pusat. (3) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan biaya untuk pengerahan aset

pertahanan negara melalui Pemerintah . (4) Pengerahan asset pertahanan negara dilaksanakan oleh pimpinan Tentara

Nasional Indonesia, dimulai dan diakhiri atas permintaan pejabat sipil. (5) Komando operasi pengerahan aset pertahanan negara dilaksanakan oleh

pimpinan Tenlara Nasional Indonesia dan dilaporkan kepada Presiden melalui Badan Penanggulangan Bencana.

(6) Badan Penanggulangan Bencana wajib melaporkan pelaksanaan dalam pengerahan aset terse but kepada Dewan Perwaki Ian Rakyat sesuai dengan tingkatan pemerintahan.

Pasal 66

( 1) Ketua Badan Penanggulangan Bencana berwenang melakukan dan/ atau meminta pengerahan sumber daya: a. masyarakat dan relawan; b. sumberdaya antar daerah; c. lembaga internasional yang bertugas menangani bencana lainnya. d. Search And Rescue (SAR); e. Polisi Republik Indonesia (POLRI); f. Palang Merah Indonesia (PMI); g. Tentara Nasional Indonesia (TNI); dan h. Perlindungan Masyarakat (Linmas).

(2) Ketentuan dan tatacara pemanfaatan sumberdaya sebagaimana dimaksud da]am ayat (I) diatur Iebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

(3) Pengerahan aset sumber daya dibiayai dari anggaran Pemerintah dan/atau sumbangan Pemerintah Daerah.

(4) Pelaksanaan operasi dilaporkan kepada Badan Penanggulangan Bencana selambat-lan1batnya dua minggu setelah berakhir.

22

ARSIP D

PR RI

Page 24: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

(5) Dalam melakukan pengerahan sumberdaya sebagaimana dimaksud ayat (I) diatur melalui Peraturan Presiden.

DAB IX PENGAWASAN

Pasal 67

(l) Pengawasan terhadap kegiatan penanggula.ngan bencana. dilakukan dalam bentuk kegiatan pemantauan, evaluasi, supervisi dan pelaporan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) meliputi: a. sumber ancaman atau bahaya bencana; b. kebijakan pembangunan yang berpotensi berisiko bencana; c. kegiatan eksploitasi yang berpotensi men.imbulkan bencana; d. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan

rancang bangun dalam negeri; e. konservasi lingkungan; f. penataan ruang; g. pengelolaan lingkungan hid up dan reklamasi; dan h. keuangan

(3) Terhadap hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) temyata ditemukan adanya potensi risiko bencana yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur-angsur dapat menimbulkan bencana dapat dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan secara tertulis; dan b. pencabuta.n izin

( 4) Tata cara dalam pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan penmdangan yang berlaku.

Pasal 68

(1) Dalam melaksanakan pengawasan terhadap lapora11 upaya pengumpulan sumbangan, Pemerintah dan masyarabt dapat meminta laporan tentang hasil pengumpulan sumbangan dimaksud.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) Pemerintah dan rnasyarakat dapat meminta untuk dilakukan auditing.

(3) Apabila berdasarkan hasil auditing sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditemukan adanya penyimpangan penggunaan terhadap hasil sumbangan, penyelenggara pengumpulan sumbangan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

IJABX PENYELESAIAN SENGI<ETA

Pasal 69

( 1) Penyelesaian sengketa penanggulangan bencana pad a tahap pertama diupayakan berdasarkan asas musyawarah mufakat.

23

ARSIP D

PR RI

Page 25: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

(2) Dal am· hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian di luar pengadilan atau melalui pengadilan.

(3) Upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dengan tata cara adat, arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 70

Sengketa mengenai kewenangan manajemen risiko bencana antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselesaikan melalui Peraturan Presiden.

Pasal 71

(I) Masyarakat yang dirugikan akibat pelbagai masalah manajemen risiko bencana berhak mengajukan gugatan perwaki lan ke pengadilan.

(2) Tata cara mengajukan gugatan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang­undangan yang berlaku.

Pasal 72

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Badan Penanggulangan Bencana dan pelaku penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila terdapat indikasi risiko bencana yang akan dan sedang dihadapi oleh masyarakat.

Pasal 73

(I) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Badan Penanggulangan Bencana dan pelaku penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) berhak mengajukan gugatan terhadap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan yang menyebabkan kerusakan manajemen risiko bencana dan/atau prasarananya untuk kepentingan keberkelanjutan fungsi manajemen risiko bencana.

(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) terbatas pada gugatan untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan keberlanjutan fungsi manajemen risiko bencana dan/atau gugatan membayar biaya atas pengeluaran nyata.

(3) Lembaga kemasyarakatan sebagai pelaku penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) berhak mengajukan gugatan hams memenuhi persyaratan: a. berbentuk lembaga kemasyarakatan berstatus badan hukum clan

bergerak dalam bidang manajemen risiko bencana; b. mencantumkan tujuan pendirian lembaga kemasyarakatan dalam

anggaran dasai·nya untuk kepentingan yang berkaitan dengan keberlanjutan fungsi manajemen risiko bencana; dan

c. telah melakukan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.

24 -

ARSIP D

PR RI

Page 26: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

. ..

BAB XI KETENTUAN PIDANA

Pasal 74

(I) Setiap orang dengan seng~ja melakukan kegiatan yang mengakibatkan timbulnya bencana atau dengan seng~ja melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kerentanan bencana dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000.00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan/atau dengan sengaJa melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya prasarana manajemen risiko bencana dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 · ( enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan sengaja menyewakan atau memindahtangankan sebagian atau seluruhnya hak guna wilayah rawan bencana atau dengan sengaja melakukan pengusahaan manjemen risiko bencana tanpa izin dari pihak yang berwenang atau dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi prasarana manajemen risiko bencana yang tidak didasarkan pada norma, standar, pecloman, dan manual atau dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada daerah rawan bencana tanpa memperoleh izin dari Pemerintah a.tau Pemerintah Daerah dipidana dengan pidana pe11jara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 75

(I) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan kerusakan manajemen risiko bencana clan prasarananya, mengganggu upaya peredaman dan pencegahan bencana dan atau karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan te1jaclinya bencana clipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan clan denda paling banyak Rp. 300.000.000.00 (tiga ratus juta rupiah) .

(2) Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang mengakibatkan kemgian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan wilayah rawan bencana dan/atau karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakan prasarana manajemen risiko bencana dipidana dengan pidana peajara paling lama I (satu) tahun dan denda .Paling banyak Rp. 200.000.000.00 (dua ratusjuta rupiah).

3) Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan pengusahaan manajemen risiko bencana tanpa ijin dari pihak yang berwenang atau karena kelalaiannya melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi prasarana manajemen risiko bencana yang tidak didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual clan karena kelalaiannya melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada wilayah rawan bencana tanpa izin dipidana dengan pidana paling lama lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp. I 00.000.000.00 (seratus juta rupiah).

25

.. ARSIP D

PR RI

Page 27: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 76

Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau be1um dikeluarkan peraturan pelaksanaan baru berdasarkan undang-undang ini.

Pasal 77

Program kegiatan berkaitan dengan penanggulangan bencana yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya berakhir. ·

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 78

Pada saat berlakunya undang-undang ini, paling lambat 1 (satu) tahun, Badan Penanggulangan Bencana sudah terbentuk.

Pasal 79

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta Pada tanggal . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DR. SUSILO BAMBANG YUQHOYONO

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal

MENTER! HUKUM DAN BAK ASASI MANUSIA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DR. HAMID A WALUDIN, SH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA T AHUN

26

NO MOR

ARSIP D

PR RI

Page 28: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

I. UMUM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLII\ INDONESIA

PENJELASAN

ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENANGGULANGANBENCANA

Penanggulangan bencana mcrupakan serangkaian kegialan baik sebelum, pada saat, maupun sesudah te~jadi bencana yang disusun untuk memberikan Jandasan hukum yang kuat sekaligus kerangka kerja bagi Pemerintah, Badan Usaha, orang-perorangan, dan masyarakat berisiko terkena bencana. Hal ini sang~t penting, karena kebijakan penanggulangan bencana selama ini dirasa masih menunjukkan lemahnya peraluran perundang­undangan yang mengatur lentang penanggulangan sebelum, pada saat dan sesudah terjadi bencana

Bel~jar dari pengalaman bencana gempa bumi clan tsunami 26 Desember 2004 lalu telah menyayat hali segenap bangsa dan menarik simpati dan kepedulian masyarakat dunia. Hal ini membuktikan bahwa atas nama kemanusiaan, masyarakat dunia tidak sekedar berduka, tetapi juga merasa bertanggung jawab atas derita jutaan manusia yang lewas, terluka, kehilangan tempat berteduh dan harta benda. Di saat seperti itu yang timbul adalah solidaritas kemanusiaan yang melampaui batas-balas perbedaan kebangsaan, suku, ras, agama, dan keyakinan.

Oleh karena itu sesuai dalam amanal Pembukaan UUD 1945 adalah meajadi kewajiban Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan selutuh tumpah darah Indonesia. Adapun bentuk produk hukum merupakan perwujudan negara dalam melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah dari berbagai bentuk bencana. Dengan memperhatikan kondisi geografis, geologis dan demografis, yang menjadi potensi penyebab bencana di Indonesia dapat dikelompokkan tiga unsur, faktor alam, faktor non alam dan faktor tindakan manusia. Benluk-bentuk bencana yang dimaksud antara lain: gempa bumi dan tsunami; letusan gunungapi; angin topan dan badai; banjir; longsor; kekeringan; kebakaran hutan dan lahan; hama penyakit tanaman; epidemi, wabah, kejadian luar biasa; kecelakaan transportasi; kegagalan teknologi; dampak induslri,ILedakan tenaga nuklir, pencemaran lingkungan; kerusuhan sosial; dan serangan teroris.

Identifikasi tersebut sangat penling karena hampir setiap saat terjadi bencana di tanah air kita, baik berskala kecil, lokal, besar (nasional) bahkan berskala internasional, masih mengadapi problem kebijakan", sehingga

27

ARSIP D

PR RI

Page 29: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

disarrtping penanganan yang lamban juga kualitas penanganan yang kurang memperhatikan kondisi masyarakat yang terkena dampak buruk bencana.

Problem kebijakan yang dimaksud terutama belum adanya payung hukum yang kuat dalam penanggulangan bencana, sehingga berimplikasi pada ketidakjelasan penanggung jawab dan pelaksana utama, lemahnya koordinasi dan pengawasan dalam penanggulangan bencana. Di samping itu peraturan perundang-undangan yang ada Jebih banyak mengatur mengenai penanggulangan pada saat terjadi serta pasca kejadian. Beberapa kebijakan hukum yang dimaksud mengenai bencana yang sudah ada antara lain:

I. Undang-Undang Nomor 23/PRP/Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 52/PRP!fahun 1960 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor I 060, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 170);

2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor I 04, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atas Kuasa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2106);

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang Atau Barang (Lembaran Negara Republik Indonesia Talmn 1961 Nomor 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2073);

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 2884, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2324);

6. Undang-Undang Nomor 11 Talmo 1967 tentang Ketentuan Pokok Pe11ambangan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Talmn 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831 );

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039);

8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Rcpublik Indonesia Nomor 3277);

9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273) .

10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

28

ARSIP D

PR RI

Page 30: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

J 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan­Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Talmn 1982 Nomor 3234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor I Talmn 1988 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3491 );

12. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun J 984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3335);

13. Undang-Undang Nomor 5 Talmn f 990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3491);

14. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Talmn 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501);

15. Undang-Undang Nomor 4 Talmn 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);

16. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tafmn 1992 Nomor I 00, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

17. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistim (Lembaran Negara Republik Indonesia Talmn 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

18. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Talmn 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

19. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3670);

20. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Talmo 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);

21. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

22. Undang-Undang Nomor 18 Talmn 1999 tentang Jasa Kontruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Talmn 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);

23. Undang-Undang Nomor 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

29

ARSIP D

PR RI

Page 31: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

- 24. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 22);

25. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara RI Talmn 2002 Nomor 3 );

26. Undang-Undang Nomor 28 Talmn 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

27. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor I 09, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

28. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik h1donesia Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327);

29. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

30. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

31. Undang-Undang Nomor I 0 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

32. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

33. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

34. Undang-Undang Nomor 34 Tal~un 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambah'.ln Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439). .

35. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4425)

Untuk itu paradigma penanggulangan bencana cenderung dilakukan pada saat kejadian bencana melalui tindakan penyelamatan masyarakat terkena bencana ( evakuasi) dan harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pengurusan pengungsian. Sementara itu kegiatan penanggulangan yang berdimensi pencegahan terhadap ancaman bencana dan kebijakan yang berisiko bencana kurang mendapat perhatian yang serius.

30

ARSIP D

PR RI

Page 32: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut di atas menunjukkan bahwa sampai saat ini belum ada ketentuan yang mengatur penangangan bencana secara keseluruhan, belum memadai dan belum optimal. Oleh karenanya negara belum dapat secara optimal menjalankan tugas konstitusinya untuk memberikan jaminan serta perlindungan bagi masyarakat. Undang-undang penanggulangan bencana ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-ke1emahan tersebut di atas. Beberapa kepentingan penanggulangan bencana yang diatur dalam undang-undang ini antara lain kebijakan, program dan kegiatan yang secara terpadu dan komprehensif mengenali dan memantau ancaman bencana secara dini, mencegah, mengurangi dan mengantisipasi kejadian bencana, menanggulangi kejadian bencana, pemulihan kembali (rehabilitasi), dan pembangunan kembali (rekonstruksi) serta perdatriaian (rekonsiliasi).

II PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas

Pasal 2 Cukup jelas

Pasal 3 Ayat (I)

Huruf a Yang dimaksud dengan "asas kemanusiaan" termanifestasi

dalam penanggulangan bencana, sehingga undang-undang ini memberikan perlindungan clan penghormatan hak-hak asasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

Hurufb Yang dimaksud dengan "asas kekeluargaan" bahwa materi yang diatur dalam penanggu1angan bencana mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.

Humfc Yang dimaksud dengan"asas keadilan" bahwa setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.

Humfd Yang dimaksud dengan "asas kesamaan kedudtikan dalam hukum dan pernerintahan" bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

Huruf e Yang dimaksud dengan "asas ketertiban dan kepastian hukum" bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.

31

ARSIP D

PR RI

Page 33: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

- Huruf f Yang dimaksud dengan "asas keseimbangan" bahwa materi muatan ketenluan dalam penanggulangan bencana mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan.

Huruf g Yang dimaksud dengan "asas keselarasan" bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan keselarasan tata kehidupan dan lingkungan.

Huruf h

Huruf i

Huruf j

Yang dimaksud dengan asas keserasian bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.

Yang dimaksud dengan "asas kelestarian lingkungan hidup" bahwa materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian Iingkungan untuk generasi sekarang dan untuk yang akan datang demi kepentingan bangsa dan negara.

Yang dimaksud dengan "asas ilnm pengetahuan dan teknologi" bahwa dalam penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal, sehingga akan mempermudah dan mempercepat dalam proses penanggulangan bencana baik tahap pencegahan, saat terjadi bencana, clan tahap pasca bencana.

Hurufk

Huruf I

Yang dimaksud dengan "asas cepat d::in tepat" bahwa dalam penanggulangan bencana hams dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.

Yang dimaksud dengan "asas prioritas" bahwa apabila terjadi bencana kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa.

Huruf m Yang dimaksud dengan "asas kebersamaan" bahwa penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung jawab bersama Pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara gotong royong (kebersamaan).

Hurufn Yang dimaksud dengan "asas koordinasi terpadu" yang didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung.

Huruf o Yang dimaksud dengan "asas keterpaduan" bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerjasama yang baik dan saling mendukung.

Huruf p Yang dimaksud dengan "asas berdayaguna" klrnsusnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu tenaga biaya yang berlebihan.

Huruf q Yang dimaksud dengan "asas berhasi)guna" bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasilguna khususnya dalam

32

ARSIP D

PR RI

Page 34: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Ayat (2)

Huruf r

mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu tenaga biaya yang berlebihan.

Yarig dimaksud dengan "asas transparansi" bahwa dalam penanggulangan bencana clilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Huruf s

Huruft

Yang dimaksud dengan "asas akuntabilitas" bahwa dalam penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

Yang dimaksucl dengan "prinsip pencegahan" bahwa dalam penanggulangan bencana dilakukan upaya pencegahan dini, sehingga dapat dihilangkan sama sekali atau dikurangi dampak buruk bencana.

Hurufu Yang dimaksud dengan "prinsip · kehati-hatian" bahwa dalam penanggulangan bencana dilakukan secara hati-hati dan cermat sehingga dampak buruk bencana dapat dicegah atau dikurangi serta tepat sasaran.

Huruf v Yang dimaksud dengan "prinsip manfaat" bahwa dalam penanggulangan bencana harus dapat dirasakan manfaat hasil guna dan daya guna secara optimal.

Huruf w Yang dimaksud dengan "asas nonproletisi" bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana terutama melalui bantuan clan pelayanan darurat · bencana.

Humfx Yang dimaksud dengan "asas nelralitas" bahwa dalam kegiatan penanggulangan bencana bebas dari kepentingan politik kelompok atau golongan terlentu.

Hurufy Yang dimaksucl clengan "asas keadilan jender" bahwa dalam materi undang-undang ini senantiasa memegang teguh perspektif jender selaras dengan dalam pembangunan nasional.

Huruf a Yang dimaksud dengan "prinsip non diskrimi~asi" bahwa sesuai dasar dalam konvensi hak asasi manusia mengenai non diskriminasi pada hakekatnya tidak membedakan perlakuan negara terhadap jenis kelamin, suku, ras serta aliran politik apapun.

Hurufb Yang dimaksud dengan "prinsip hak untuk hidup dan kelangsungan hidup" bahwa setiap orang mendapat jaminan dan perlindungan untuk hidup dai1 mengembangkan kelangsungan hidup secara wajar.

Huruf c · Yang dimaksud dengan "prinsip hak alas pekerjaan dan penghidupan yang layak" dimaksudkan agar setiap orang harus

33

ARSIP D

PR RI

Page 35: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Pasal 4

Pasal 5

mendapat hak pekerjaan untuk mencapai kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Huruf d

Huruf a

Yang dimaksud dengan "prinsip hak untuk bebas dari rasa takut dari ancaman" bahwa setiap orang harus memiliki kebebasan dari rasa takut, ancaman, tekanan fisik maupun psikologis, sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Cukup jelas Hurufb

Cukupjelas Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Cukup jelas Huruf e

Cukup jelas Huruf f

Cukup jelas Huruf g

Cukup jelas

Ayat (1) Cukupjelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3)

Huruf a Cukup jelas

Hurufb Cukup jelas

Hurufc·· Cukupjelas

Hurufd Cukupjelas

Huruf e Cukup jelas

Pasal 6

Ayat (I) Cukupjelas

Ayat (2) Cukup jelas

34

ARSIP D

PR RI

Page 36: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Ayat (3)

Pasal 7

Pasal 8

Pasal 9

Hurufa Cukup jeJas

Hurufb Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Huruf d Cukup jelas

Huruf e Cukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf g Cukup jelas

Hurufh Cukupjelas

Huruf i Yang dimaksud dengan standar pelayanan mm1mum penanggu1angan bencana antara lain: pangan, sandang, tempat hunian serta kebutuhan dasar pemberian air bersih dan sanitasi standar minimum terhadap pasokan air bersih, sanitasi dan penyuluhan kebersihan, pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar dalam jumlah dan dengan cara-cara yang menjamin martabat, keberlangsungan hidup dan pemulihan diri. secepatnya dari keadaan darurat bencana, terhadap ketahanan pangan, gizi dan bantuan pangan, tempat hunian, penampungan dan bantuan non-pangan, pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;

Humfj Pemberian izin pengumpulan uang dan barang dalam hal ini untuk yang bersifat nasional oleh Menteri Sosial, untuk Pemerintah Daerah Provinsi oleh Gubernur, clan untuk tingkat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota

Cukupjelas

Ayat (I) Cukupjelas

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas

Hurufb Cukup jelas

Ayat (l) Cukup jelas

35

ARSIP D

PR RI

Page 37: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Ayat- (2) Cukup jelas

Ayat (3) Yang dimaksud dengan kelompok masyarakat rentan bencana adalah anggota masyarakat yang masuk dalam kelompok anak-anak, perempuan, penyandang cacat, dan lanjut usia.

Ayat (4) Cukupjelas

Ayat (5) Cukup jelas

Ayat (6) Cukupjelas

Ayat (7) Cukup jelas

Ayat (8) Cukup jelas

Ayat (9) Cukupjelas

Pasal 10 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukupjelas

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 11 Ayat (I)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukupjelas

Ayat (3) Cukupjelas

Ayat (4) Cukupjelas

Ayat (5) Cukupjelas

36

ARSIP D

PR RI

Page 38: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

~ ,_

Pasal 12 Ayat (I)

Yang dimaksud dengan lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang mempunyai · Akta Notaris/ Akta Pendirian/ Anggaran dasar disertai Anggaran Rumah Tangga yang memuat antara lain asas, sifat dan tujuan lembaga, lingkup kegiatan, susunan organisasi, sumber-sumber keuangan serta mempunyai kepanitiaan yang meliputi susunan panitia, alamat kepanitiaan dan program kegiatan.

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 13 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukupjelas

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 14 Cukupjelas

Pasal 15 Ayat (l)

Cukup jeJas

Ayat (2) Cukupjelas

Ayat (3) Cukupjelas

Pasal 16 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukupjelas

Pasal 17 Ayat (I)

Cukupjelas

Ayat (2) Cukupjelas

Ayat (3) Cukupjelas

37

ARSIP D

PR RI

Page 39: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Pasal 18 Ayat (1)

Cukupjelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 19 Ayat (I)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 20 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 21 Ayat (I)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukupjelas

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 22 Ayat(l)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 23 Ayat (1)

Cukupjelas

38

ARSIP D

PR RI

Page 40: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Ayat (2) Cukupjelas

Ayat (3) Cukupjelas

Pasal 24 Ayat (1)

Huruf a Cukup jelas

Hurufb Cukupjelas

1-Iuruf c Cukup jelas

Huruf d Cukup jelas

Ayat (2) 1-Iuruf a

Cukup jelas Hurufb

Cukup jelas Huruf c

Sesuai dengan tujuan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan penangulangan bencana harus mengandung manfaat dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya, sehingga mendatangkan manfaat pada masyarakat dan lingkungan.

Huruf d Cukup jelas

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas Hurufb

Cukup jelas

Ayat (4) Cukupjelas

Pasal 25 Ayat (I)

Cukupjelas

Ayat (2) Huruf a

Yang dimaksud upaya pengenalan dan pemantauan risiko bencana adalah semua upaya yang dilakukan untuk mengenal dan memantau ancaman atau bahaya bencana, kerentanan suatu masyarakat, dan tingkat kemampuan masyarakat untuk mengatasi bilamana ancaman atau bahaya bencana tersebut sungguh menjadi suatu peristiwa bencana.

1-Iuruf b Cukup jelas

39

ARSIP D

PR RI

Page 41: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Pasal 26

Huruf c Cukupjelas

Huruf d Cukup jelas

Huruf e Cukupjelas

Ayat (l) . Cukup jelas

Ayat (2)

Pasal 27

Huruf a Cukupjelas ·

Hurufb Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Huruf d Cukupjelas

Ayat (I) Cukup jelas

Ayat (2)

Pasa) 28

Huruf a Cukupjelas

Hurufb Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Ayat (l) Cukup jelas

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas Hurufb

Cukup jelas Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Cukup jelas Huruf e

Cukup jelas Huruff

Pasal 29 Ayat(l)

Cukupjelas

Cukup jelas

40

ARSIP D

PR RI

Page 42: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Ayat·(2) Cukupje1as

Pasal 30 Cukup jelas

Pasal 31 Huruf a

Cukupjelas Hurufb

Cukup jelas Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Cukupjelas Humfe

Cukup jelas Huruff

Cukup jelas

Pasal 32 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Menetapkan status darurat bencana adalah menentukan sebagian atau seluruh wilayah Indonesia sebagai kawasan yang pada keadaan tertentu clan pada jangka waktu tertentu pula, diperlakukan sebagai wilayah dilakukan pengaturan-pengaturan khusus/luar biasa sebagai akibat yang ditimbulkan oleh bencana.

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5) Cukupjelas

Pasal 33 Ayat (I)

Huruf a Cukupjelas

Hurufb Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

41

ARSIP D

PR RI

Page 43: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Cukup jelas Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Cukup jelas

Pasal 34 Humf a

Cukup jelas Hurufb

Cukup jelas Huruf c

Cukupjelas Huruf d

Cukup jelas

Pasal 35 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukupjelas

Ayat(4) Cukupjelas

Ayat (5) Cukup jelas

Pasal 36 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 37 Ayat (1)

Cukupjelas

Ayat (2) Hurufa

Cukup jelas Hurufb

Cukupjelas Hurufc

Cukup jelas

42

ARSIP D

PR RI

Page 44: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Pasal 38

- Huruf d Cukup jeJas

Huruf e Cukup jelas

Ayat (1) Cukupjelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3)

Pasal 39

Huruf a Cukup jelas

Hurufb Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Huruf d Cukup je1as

Ayat (I) Cukup jelas

Ayat (2) Huruf a

Cukupjelas Hurufb

Cukup jelas Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Cukup jelas Huruf e

Cukup jelas Huruff

Cukup jelas

Ayat (3) Cukupjelas

Ayat (4) Huruf a

Cukup jelas Hurufb

Cukup jelas Huruf c

Cukup jelas Hurufd

Cukup jelas Huruf e

Cukupjelas

43

ARSIP D

PR RI

Page 45: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

...

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 47 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukupjelas

Pasal 48 Cukupjelas

Pasal 49 Ayat (I)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukupjelas

Ayat (3) Cukupjelas

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5) Cukup jelas

Ayat (6) Cukup jelas

Pasal 50 Ayat (1)

Cukupjelas

Ayat (2) Cukup jel.as

Pasal 51 Ayat(I)

Huruf a Cukup jelas

Hurufb Cukupjelas

Huruf c Cukup jelas

Huruf d Cukupjelas

Huruf e Cukupjelas

46

ARSIP D

PR RI

Page 46: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAIIUN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170727-101000-8789.pdfran can gan undang-undang republik indonesia nomor taiiun tent a.ng

Huruff Cukup jelas

Huruf g Cukup jeJas

Huruf h Cukup jelas

Hurufi Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 52 Cukup jelas

Pasal 53 Ayat (I)

Cukupjelas

Ayat (2) Cukupjelas

Pasal 54 Ayat (1)

Huruf a Cukup jelas

1-Iurufb Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Huruf d Cukupjelas

Huruf e Cukup jelas

Ayat (2)

Pasal 55

Huruf a Cukup jelas

Hurufb Cukup jelas

Cukup jelas

Pasal 56

Ayat (1) Cukupjelas

Ayat (2) Hurufa

Cukup jelas Hurufb

Cukup jelas

47

ARSIP D

PR RI