berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… ·...

17
... DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I FRAKSI ABRI PENOAPAT AKHIR FRAKSI A8RI A T A S RUU TENTANG PERKERETAAPIAN, .RUU TENTANG LALu LINTAS LiAl\J ANGKUT AN JALAN, DAN RUU TENT ANG PE!\i.l:.f<8A.NGA.!'-i ·vang terhormat Saudara Pimpinan Sidang; Yang terhormat Saudara Menteri Perhubungan yang 11 Pemerintan; Yang terhorn1at para Anggota Dewan, serta Hadiriri yang kami muliakan. Pertarna-"Gama marilah l<.ita panjatkan pu.Ji syur<.ur !-<.ena.jira.i::. Tuhan Yo.ng Maha Esa atas limp ah an rak.rimat <jan K.ar-un i a-Ny a sehihgga pada hari ini, tanggal 20 1992, seKal1an dapat menghadiri Sidang Paripurna Dewan yang mulia ini dalam keadaan sehat wal 'afiat, dalam rangk.a FemDH>:11-aan Tn1gkc.'n. IV /Pengambi 1 an l<.eputusan atas pembahasan Rancang<:tn Und<:u1g-unci21.r1g tentang Perkeretaapian, Undang-undang Laiu Li ntas dan Angkutan Jal an 1 . dan Rancangan "tentei.ng Penerbangan, Pan ·j t -1 a Khusus yang bertugas membar1 as Fci_,..:_et Ran can g an Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil menyelesaikan pemoafiasei.n tiga buan Rancangan Undang-undang, yang baeian dctri 4 buah Rancangan Undang-4ndang yang tergabung 01 aalam Pakec Rancangan L1n1jan9-undang di Bi dang T ransportas i . U! 1 c.uk i ·cu, paoa kesempatan yang berbahagia ini Fraksi ABRI oengan ha"ti menyampa 1 r<.an ter i ma kas i h yang seda 1 am-da ·1 o.rnnya '=:e, cci_ pengh0.r·9s.an yang se·t 1 ngg i-t i ngg i nya kepada Fraks i Kar· ya 1 F ra.r( .. .s l Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai Demok.ras·! l!HJones·;a, dcui Pemerintah atas kerjasama dan sikap penuh k.eanTa!i yang td!o.n ditunjukka.n selama pembahas,an. Fraksi A.BRI oa;r-..:oyc-u·-..H'\an b-::i.11"":-, dengan semangat dan si kap yahg sarna k 1 ta se(jer·-:t aK.a.r1 da.pac menuntask.an pu la pembahasan Rancangan Undc.ng--unoetns y a1ig te1-s ! so._. ya i tu Reincangan Undang-undang ten tang Pe 1 ay ar-c,_n, yang Sc.id G in t sudah memctsuki tahapan pembahasan di tingf-<.at. Pa11itie:t t---.erj::.., Sjdang Dewan yang kami Kita patut merasa lega dan sakaligus bersyuKur · Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat aa11 r 1of10-1'1ya !cd'i Dewan· Per-wat-<. i 1 c1n Rak.yat bersarna.-sama Perne in t.o_( 1 1.:.:e oo_pct c berhas i l men ye l esa i kan pembahasan ket i ga uuan R<:t(;<_s_;·H33.n Un oat 19- undang terseout,. Pembi caraan Ti ngkat I I l dtas Par.et: ke..ncanga.n Undang-unoang di Bidang lra'nsportasi te-lali d-!mul21. '-"'='J-'.:1.r-. 20 Agustus 1 891 Pembahasan ti ga bu an F<.ancanga_n y a n g p e r t o_ m a , y a i t u R a n c a n g a n U n d a n g - u n u r: ':Ci :..: e n c. a n g Perl-<.ere·caap 1 an, Rancangan Undang-undang ten tang La. 1 u L 1 n1:03.s UC!n Angkutan .Jal an, dan Rancangan Undang-undang tent::i.ng F·e!i8t" rx'in 9 ::;.n kese l unmannya baru dapat di tuntasi<.an pc.-wa ! 2 3 ._J a.nuetr 1 1992, set.elah mengalami prose8 diskusi yang i::,a11.Jan9, oartk.an mengalami beberapa l<.ali perpanJangan wal<.ui serta oeruiang t<a!< konsultasi dan "lobby". Pembahasan keti ga buah f-1'.<::u!Cc:ngan Undan9- undan9 tersebut keseluruhannya memakan selama 6 dan 3 hari, dan telah berhasil melak.uk.an oebero.pc1 penyempur 1 ·1a.&.n ---- . I J

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

...

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I FRAKSI ABRI

PENOAPAT AKHIR FRAKSI A8RI A T A S

RUU TENTANG PERKERETAAPIAN, .RUU TENTANG LALu LINTAS LiAl\J ANGKUT AN JALAN, DAN RUU TENT ANG PE!\i.l:.f<8A.NGA.!'-i

·vang terhormat Saudara Pimpinan Sidang; Yang terhormat Saudara Menteri Perhubungan yang rnewa~.i 11 Pemerintan; Yang terhorn1at para Anggota Dewan, serta Hadiriri yang kami muliakan.

Pertarna-"Gama marilah l<.ita panjatkan pu.Ji syur<.ur !-<.ena.jira.i::. Tuhan Yo.ng Maha Esa atas limp ah an rak.rimat <jan K.ar-un i a-Ny a sehihgga pada hari ini, tanggal 20 Mare~ 1992, ~ita seKal1an dapat menghadiri Sidang Paripurna Dewan yang mulia ini dalam keadaan sehat wal 'afiat, dalam rangk.a FemDH>:11-aan Tn1gkc.'n. IV /Pengambi 1 an l<.eputusan atas pembahasan Rancang<:tn Und<:u1g-unci21.r1g tentang Perkeretaapian, Ranc~ngan Undang-undang ~entang Laiu Li ntas dan Angkutan Jal an 1 . dan Rancangan Undan~3-undang "tentei.ng Penerbangan,

Pan ·j t -1 a Khusus yang bertugas membar1 as Fci_,..:_et Ran can g an Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil menyelesaikan pemoafiasei.n tiga buan Rancangan Undang-undang, yang mer~pakan baeian dctri Kaseluruna~ 4 buah Rancangan Undang-4ndang yang tergabung 01 aalam Pakec Rancangan L1n1jan9-undang di Bi dang T ransportas i . U! 1 c.uk i ·cu, paoa kesempatan yang berbahagia ini Fraksi ABRI oengan ~etulusan ha"ti menyampa 1 r<.an ter i ma kas i h yang seda 1 am-da ·1 o.rnnya '=:e, cci_ pengh0.r·9s.an yang se·t 1 ngg i-t i ngg i nya kepada Fraks i Kar· ya Ptrnb~~ngunctt'! 1 F ra.r( .. .s l Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai Demok.ras·! l!HJones·;a, dcui Pemerintah atas kerjasama dan sikap penuh k.eanTa!i yang td!o.n ditunjukka.n selama pembahas,an. Fraksi A.BRI oa;r-. .:oyc-u·-..H'\an b-::i.11"":-, dengan semangat dan si kap yahg sarna k 1 ta se(jer·-:t aK.a.r1 da.pac menuntask.an pu la pembahasan Rancangan Undc.ng--unoetns y a1ig te1-s ! so._. ya i tu Reincangan Undang-undang ten tang Pe 1 ay ar-c,_n, yang Sc.id G in t

sudah memctsuki tahapan pembahasan di tingf-<.at. Pa11itie:t t---.erj::..,

Sjdang Dewan yang kami ~uliakan.

Kita patut merasa lega dan sakaligus bersyuKur ~enad1r~L · Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat ra~.hni:.=i.t aa11 r 1of10-1'1ya !cd'i

Dewan· Per-wat-<. i 1 c1n Rak.yat bersarna.-sama Perne r~ in t.o_( 1 1.:.:e ~ct(: oo_pct c berhas i l men ye l esa i kan pembahasan ket i ga uuan R<:t(;<_s_;·H33.n Un oat 19-undang terseout,. Pembi caraan Ti ngkat I I l dtas Par.et: ke..ncanga.n Undang-unoang di Bidang lra'nsportasi te-lali d-!mul21. '-"'='J-'.:1.r-. cc,_ng~ia·! 20 Agustus 1 891 • Pembahasan ti ga bu an F<.ancanga_n un..:10.ng-,_;,~•Jans y a n g p e r t o_ m a , y a i t u R a n c a n g a n U n d a n g - u n u ;~, r: ':Ci :..: e n c. a n g Perl-<.ere·caap 1 an, Rancangan Undang-undang ten tang La. 1 u L 1 n1:03.s UC!n

Angkutan .Jal an, dan Rancangan Undang-undang • tent::i.ng F·e!i8t" rx'in 9 ::;.n kese l unmannya baru dapat di tuntasi<.an pc.-wa can~J~J."-i. ! 2 3 ._J a.nuetr 1

1992, set.elah mengalami prose8 diskusi yang i::,a11.Jan9, oartk.an mengalami beberapa l<.ali perpanJangan wal<.ui serta oeruiang t<a!< konsultasi dan "lobby". Pembahasan keti ga buah f-1'.<::u!Cc:ngan Undan9-undan9 tersebut keseluruhannya ~elah memakan wak~u selama 6 oul~n dan 3 hari, dan telah berhasil melak.uk.an oebero.pc1 penyempur 1·1a.&.n

----

. I

J

Page 2: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

baik mengenai substansinya maupun secara redaksional yang cukup mendasar terhadap muatan Rancangan Undang-undang yang disampaikan oleh Pemerintah 1 termasuk penjelasannya. Proses pembahasan dilakukan secara mendalam dan menyeluruh dengan memperhatil<.an serta mempertimbangkan segala asoek yang ter!<.ait secara maximal. Berkat rasa tanggung jawab dan semangat yang tinggi dari keempat Fraksi dan Pemerintah, setiap kecutusan selalu dapat diambil dengan kesepakatan bulat, dalam suasana penuh keakraban, saling pengertian dan keterbukaan, serta sikap akomodatif yang di landasi semangat kekeluargaan dan musyawar8.h untuk mencapa i mufakat, dan dengan menempatkan kepent i ngan. nasional di atas kepentingan golongan maupun pribadi. Walaupun terpaksa mengalami beberapa ka1i pembicaraan yang berlarut-larut, namun keseluruhan upaya tersebut pada dasarnya tidak lain adalah karena didorong oleh itikad dan motivasi yang kua.t dari !<.~emr.,at Fraksi bersama Pemerintah untuk dapat mempersembahkan Undang­undang di Bidang Transportasi yang terbaik bagi bangsa dan negara Republik Indonesia tercinta.

Sidang Dewan yang kami muliakan.

Ki ta semua menyadar i bahwa trans'Portas i mempunya i peranan yang sangat oenting dan strategis serta merupakan salah satu faktor yang menentukan da lam upaya pencapa i an tuj uan nas i ona 1 , sebaga i man a di amanatkan da 1 am al i nea keempat Pembukaan Und:s.n9-undan9. Dasar 1945. Transportasi merupakan salah satu sarana untu!<. memantapkan perwujudan Wawasan Nusantara yang mencakup perwuj udan kepu 1 au an nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi. satu kesatuan sosial budaya, serta satu kesatuan pertahanan keamanan. Di samping itu transportasi juga merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya menyukseskan pembangunan nasional di segala bidang, baik dalam peranannya sebagai pemmjang maupun sebag~i perangsang dan pendorong pembangunan, yang pada g1lirannya akan memperkukt.!h ketahanan Nasional di bidang ideologi; pol·1ti~(, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Mengingat pentingnya fungsi transportasi seperti diurai!<.an di atas, dan bahwa transportasi menyangkut hajad hidup orang banyak, Fraksi ABRI berpendapat bahwa Paket Rancangan Undang-undang cli bidang Transportasi hendaknya :

PertRmR; mempunyai manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat. menampung aspirasi rakyat secara luas, berorientasi pada pembangunan Nasional, serta mempertimbangkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Kedua; sebagai Rancangan Undang-undang Negara., harus mampu mencerminkan adanya keterkaitan dan keterpaduan intra dan antar moda transportasi; keterkaitan dan keterpaduan a!!tar Dep.s.rtemen dan instansi terkait lainnya, keterkaitan dan keterpaduan dengan peraturan perundangan nas i ona 1 maupun ketentuan-ketentuan hukum internasional yang berlaku di Ne~ara Repub1ik Indonesia, serta. mampu mencerminkan sifat integrali~tik 1 yang serasi dan s~imbang.

Ketiga, mampu mengantisipasi perkembangan 1ingkungan ~r.rategik agar dapat memiliki masa keberlakuan yang relatif panjang.

Keempat, di dalam bidang transportasi, keselamatan bukanlah satu­satunya faktor yang harus diperhatikan. Faktor keamanan, di samping faktor keselamatan, dalam arti memberikan rasa aman keoada pafa pelaku transport~si tidak mungkin dikesamoingkan.

2

:~ I I

Page 3: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

/

Sidang Dewan yang kami muliakan.

Mengacu kepada keempat butir pokok pikiran di ata.s, r-r-c:tk.si ABRI dalam mengkaji dan membahas Paket Rancangan Undang-undang d1 Bidang Transportasi menggunakan dua pendekatan secara simultan, ya i tu pendekatan kes i steme.n; pendekatan pert.ah an an keamanan ds.n pendekatan hukum.

Pendekatan Kes i steman. Pancas i la dan Undang-undang Dasar ! 945 mengarahkan terbentuknya s i stem nas i ona 1 ; yang mencakup s i stem po1itik, sistem ekonomi j sistem sosial budaya dan sistem pertahanan · keamanan nasional. Transportasi nasional men;pakan sub sistem dari sistem ekonomi nasional. Komponen-komponen (sub) sistem transportasi nasional adalah transportasi di jalan raye (Rancangan Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan), transportasi di atas rel (Rancangan Undang-undang tent.a.rig

. Perkeretaap i an) ; transportas i di udara { Rancangan Undang-undar!g tentang Penerbangan), dan transportasi di perairan (Rancangan IJndang-undang ten tang Pe 1 aya ran) • Ti ap mod a tr ans po rt.Rs i tersebut mempumyai ·fungsi masing-masing yang terkait satu dengan yang lain. Kurang. berfungsinya yang satu akan. berpengaruh terhadap fungsi transportasi · nasional secara menyeluruh. Oleh karena itu.perlu diusahakan keterpaduan dan keserasian intra dan

.antar moda transportasi, lebih-lebih mengingat keadaan geografi dan sangat luasnyR wilayah Republik Indonesia.

Pendekatan Pertahanan Keamanan.

Dal am kehi dupan suatu negara" aspe!<. pertahamrn keamanan merupa!<.an faktor yang sangat hakiki dalam upaya menjamin kelangsungan hidup

. negara. Keberhasil an pembangunan Nasional yang di tuj uKan untuk meningkatkan kesejahteraan nasional sangat tergantung kepada has i 1 upaya keci.manan negara yan.g ,be rwuj ud stab i l i tas nas i ona l yang dinamis, Di lain fihak. upaya keamanan negara hanya dapat berhasil dengan baik apab.ila didukung oleh upaya kese.jaht.eraan nasio.na·1 yang iukses. Oleh karena itu, betapapun pentingnya mendahulukan pembangunan Nasional dalam rangka perbaik.an taraf hidup rakyat, seyogianya tidak boleh diabaikan upaya penciptaan suasan::i. lingkungan yang .. tata tentram. Implementasi Sistem Pertahanan Keamanan Negara· (SISHANKAMRATA5 berada di dalam segala asoek kehidupan Nasionalj termasuk aspek transportasi. Keama.nan dan '·ketert i ban masyarakat ( KAMTIBMAS) yang rnerupakan

.. bagian dari struktur pertahanan keamanan rakyat semesta, kehadirannya sangat. diperlukan oleh rakyat. Olah karena itu pencermi nan KAMTIBM.AS di da 1 am Paket keempat Rancangan Undang­undang Bidang Transportasi perlu mendapatkan tempat secara waJar dan .proporsional,

Penrlekatan Hukum. Pane as i 1 e. dan Undang-undang Oasar ! 945 j ugB. memberikan arahan untuk membentuk sistem hukum Nasional. Huk.1yn Nasional Indonesia sangat memperhatikan pemerintahan negara yang berci ri · pada Peraturan Perundang-undangan. Hukum memperhat i !-<:an k.emakmuran rakyatnya, memperhati!<:an "rule of law" yang bersife.t integralistik sehingga konsep kenegaraan kita berdasarkan keoada kesepakatan, bukan perjanjian. Oleh karena itu negara hukum Indonesia secara mater ii 1 "berkeh i dupan yang be bas berdasar-kan suatu ketertiban dan kesejahteraan sosial". Sedangkan arti memperhatikan Peraturan Perundang-undangan dalam konteks ''tenang dan tertib" (rust en orde) tiada lain ada 1 ah memperhatikan KAMTIBMAS. D~ngan demikian tampak pula bahwa KAMTIBMAS berimpelementasi pada sega1a aspek kehiduoan Nasional. termasuk transportas i .

3

Page 4: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

.: '~

Sidang Dewan yang kami muliakan.

Keempat Fraks i dan Pemer i ntah pad a dasarnya te 1 ah sepakat bahwa untuk dapat mengemban peranan yang pent i ng dan strateg is sebagaimana diuraikan sebelumnya, transportasi Nasional harus disusun secara terpadu dalam satu kesatuan sistem yang utuh, saline terkait, saling tergantung, s~ling mengisi/melengkaci, dan saling memperkuat antara moda yang satu dengan moda yang lainnya, dengan mempertimbangkan hasil guna dan daya guna secara octimal. Upaya mewujudkan hal tersebut melalui pembahasan Paket Rancangan Undang-undang di Bi dang Transportasi, pada awal Pembi caraan Tingkat III telah menimbulkan berbagai persepsi dan pandangan yang berbeda-beda antar keempat Fraksi dan Pemerintah, masing­masing dengan argumentasi yang cukup rasional dan mendasar. Satu fihak berpendapat bahwa perlu adanya satu sistem yang berfungsi sebagai l andasan, pi 1 ar, payung serta sabuk pengi kat keempat moda transportasi. Fihak lain berpendapat bahwa cukup dibuat satu Rancangan Undang­undang yang memuat Ketentuan-ketentuan Pokok di Bidang Transportasi. Sementara fihak lainnya lagi berpendapat perlunya satu Rancangan Undang-undang tentang Sistem Transportasi Nasional di samping keempat Rancangan Undang-undang yang te1ah diajukan oleh Pemerintah. .. Dalam hal ini 1 Fraksi ABRI semula cenderung kepada pemikiran untuk menata keempat moda transportasi dalam satu Rancangan Undang-undang. Dalam perkembangan selanjutnya Fraksi ABRI dapat memahami dan menerima pendapat Pemerintah; bahwa mengingat kekhasan ciri keempat moda masing-masing; maka dasar hukum yang mengatur transportasi nasional tetap diwujudkan dalam emoat Rancangan Undang-undang, tidak dalam satu ataupun lima Rancangan Undang-undang. Namun Fraksi ABRI berpendapat bahwa untuk menjamin keterpaduan dan keserasian intra dan antar moda,, pembahasan terhadap materi keempat Rancangan Undang-undang dalam Paket Rancangan Undang-undang di Bidang Transportasi perlu menggunakan pendekatan s i stem. Me 1a1 u i pen de k a tan sis tern, seluruh faktor yang mempengaruhi dapat diidentifikasi dar dikelompokkan secara sistematis kedalam berbagai masukan yans perlu diproses lebih lanjutj sehingga dapat menghasilkan keluaran yang diharapkan, yaitu suatu Tatanan Transportasi Nasional yang hand a 1 ~ d al am pen g er t i an t.e r pad u , t er t i b , 1 an car , am an . terjangkau, merata dan sebagainya.

Setelah melalui rangkaian diskusi yang cukup mendalam, pendekatan kesisteman sebagaimana diusulkan oleh Fraksi ABRI di atas dapat disepakati secara bulat untuk dirumuskan terlebih dahulu sebelum masuk pada pembahasan masing-masing Rancangan Undang-undang= Dengan kesepakatan di atas~ akhirnya keempat Fraksi bersama Pemerintah telah berhasil merumuskan oola kesisteman tersebut dan menuangkannya dalam suatu dokumen yang diberi judul "Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Si stem rransportasi Nasi0na_l", disingat SISTRANAS. Elemen-elemen keter.paduan yang telah disepakati dalam dokumen SISTRANAS tercermin dalam rumusan-rumusan dasar tentang konsideran, asas dan tujuan, pembinaan, kewilayahan, jaringan transportasi, jaringan pelayanan, ketentuan pidana, dan k.etentua.n peralihan. Penerapan elemen-elemen keterpaduan tersebut do.lam masing-masing Rancangan Undang-undang di lakukan secara propors~onal sesuai karakteristik moda transportasi yang bersangkL!tan.

Keempat Fraksi dan Pemerintah sepakat pula bahwa dokumen SISTRANAS yang telah dihasilkan akan dipergunakan sebagai acua.n dan landasan dalam pembahasan selanjutnya, sehingga keempat

4

_________________ _,.,,. ____________________ _ J

Page 5: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

Rancangan Undang-undang tersebut dapat di susun dengan pondas i , pilar dan payung yang sama.

Dengan telah disepakatinya dokumen SISTRANAS, maka pembi caraan ber i kutnya masuk pad a pembahasan mas i ng-mas i ng ~ancangan Undang-undang, dengan kesepakatan urutan pembahasan dimu1ai dengan Rancangan Undang-undang tentang Perkeretaapian. kemudia~ dilanjutkan dengan Rancangan Undang-undang tentang Lalu 'Lintas dan Angkutan Jalan 1 Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan; dan terakhir Rancangan Undang-undang tento.ng Pelayaran. Semula 1 Fraksi-fraksi dan Pemerintah dengan optimis mengharapkan pembahasan masing-masing Rancanean Undang-undang dapat berj~lan lancar dan mu1us karena telah dicapainya kesamaan persepsi tentang SISTRANAS, namun kenyataannya berjalan agak tersehdat dan berlarut, khususnya pada pembahasan Rancangan Undang-undang ten tang La 1 u Li nta.s dan Angkutan .J a 1 an; dan Rancangan Undang-undang tentang Pene~bangan. Hal itu disebabkan antara lain karena terdapatnya beberapa kekhasan dan perbedaan substansi yang perlu diatur dalam masing-masing Rancangan Undang­undang, hal mana tidak seluruhnya dapat konkordan dengan cakupan substansi dasar yang telah dirumuskan di da1am SISTRANAS" Diperlukan beberapa rumusan yang khas dan tersendi ri; yang di sana sini telah menimbulkan silang pendapat yang cukup ta.jam bail-:. antar keempat Fraksi maupun dengan Pemerintah. Namuns sel<.ali lagi dengan saling pengertian 1 sikap keterbukaan dan sikap akomodatif dari semua fihak, dilandasi semangat kekeluargaan dan musyawarah untuk mufakat 1 akhirnya semua perbedaan dan hambatan tersebut dapat diatasi dan dapat dicapai rumusan-rumusan dengan kesepakatan bulat.

Sidang Dewan yang kami muliakan.

Perkenankanlah selanjutnya Fraksi ABRI menyampaikan beberapa hal yang menonjol dan kami nilai perlu dikemukakan berkenaan dengan pembahasan materi muatan mas i ng-mas i ng Ranca.ngan Undang­undang, sebagai berikut:

A. RANCANGAN UNOANG-UNDANG TENTANG PERKERETAAPIAN"

Pertama : Masalah rumusan Konsideran,

Hingga saat ini perumusan Konsideran 1 baik "menimbang" maupun "meng i ngat" da lam set i ap pembahasan Rancangan Un dang-· undang mas i h tetap mengundang t. i mbu 1 nya berbaga i pendapat yang beraneka ragam, sehingga cenderung mengakibatkan pembicaraan yang berlarut-larut da~ memakan waktu yang panjang. Masalah ini terulang kembali dalam oembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perkeretaapian 1 bahkan juga terjadi pada pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan. Semua fihak menggunakan argumentasinya masing-masing yang secara rasiona.l dapat dipahami, namun tidak selalu dapat disepakati fihak lainnya. Satu fihak berpendapat bahwa konsideran memuat rumusan­rumusan f"ilsafati yang berfungs1 menjiwai kesel1_!ruhan Pasal dalam batang tubuh. Fihak lain berpendapat perlunya pembakuan rumusan konsideran "menimbang" maupun "mengingat·· sesuai arahan yang tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1970 dan Buku Pedoman Tehnik Perundang-undangan yang diterbitkan oleh Dirjen Perundang-undangan, Sementara fihak lainnya berpendapat perlu mencantumkan seluruh Peraturan Perundang-undangan yang terkait dalam 1-<.onsideran "mengingat". Setelah melalui pembicaraan yang cukup berlarut, akhirnya pembahasan masalah konsideran tersebut dapat dituntaskan

5

J

Page 6: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

dengan kesepakatan bulat untuk Rancangan Undang-undang tentang Perkeretaapian sebagai berikut Konsideran menimbang terdiri empa_t butir yang intinya merujuk kepada pokok-pokok pikiran mengenai Sistranas. Konsideran mengingat hanya memuat Pasal 5 ayat (1)1 Pasal 20 ayat (1} dan Pasa l 33 Undang-Undang Dasar 1945. Subs tans i perumusan konsi de ran terse but se 1 anjutnya j uga di konk.ordankan untu\.<.. Rancangan Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 1 dan Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan.

Kedua: Masalah PENYELENGGARAAN.

Dalam pembahasan judul BAB III tentang Pembinaan te1ah terjadi silang pendapat yang cuku~ mendasar, sekitar pengertian baku tentang kata "Pembinaan" i tu sendi ri, Satu fihak berpendapat bahwa kata Pembinaan telah mencakup di dalamnya pengertian Penyelenggaraan. Fihak lain berpendapat bahwa Pembi naan mencakup aspek.-aspek pengaturan ( termasuk aspek penentuan kebijaksanaan di da 1 amnya), pengenda 1 i an, dan pengawasan. Sedangkan Penyelenggaraan menyangkut aspek pengoperasian/pelaksanaan. °Karena itu Pembinaa.n de:rn Penye 1 enggaraan perl u di pi sahkan fungs i nya, Ha 1 terse but menjadi lebih relevan bila dikaitkan demgan substansi yanq ingin dirumuskan dalam Pasal 4 dan Pasal 7 Rancangan Undang­undang tentang Perkeretaapian. Pasal 4 berbunyi ~ "Perkeretaapian dikuasai oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah". Pasal 7 berbunyi "Perkeretaapian diselenagarakan oleh Pemerintah dan pela!<.sanaannya diserahkan kepada badan penyelenggara yang dibentuk untuk itu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku",

Setelah mengalami pembahasan yang panjang, akhirnya dicapai kesepakatan antara keempat Fraksi dan Pemerintah untuk memecah BAB I I I menj ad i dua BAB bar:..i, mas i ng-mas i ng menjadi: BAB III dengan judul "Pembinaan" dan mencakup substansi Pasal 4 dan Pasal 5, dan BAB IV dengan judul "Penyelenggaraan'' yang mencakup substansi Pasal 6 dan Pasal 7 .

Ketioa Masalah prinsip pengutamaan kemampuan dalam negeri dalam rekayasa dan rancang bangun serta penyediaan dan perawatan sarana Perkeretaapian.

Dal am konsep awa l Rancangan Undang- undang ten tang Perkeretaapian prinsip pengutamaan kemampuan dalam negeri belum secara eksplisit tersurat maupun tersirat, Fraksi ABRI berpendapat bahwa prospek perkembangan perkeretaapi an di masa mendatang cukup menonjol sebagai salah satu moda transportasi yang dapat diandalkan, karena ciri kekhasannya sebagai angk.utan massal, relatif murah dan terjangkau day:'l beli masyarakat 1uas, aman; pencemaran 1ingkungan yc;.nq minimum dan efisien, Di sisi lain investasi dan pere.watan sarana perkeretaapian relatif cukup mahal. Pembanqunan sektor industri telah berhasil secara bertahap melaksanakan alih tehnologi dan telah berhasil mencipta~an kemampuan pembuatan dan perawatan sarana perkeretaaoian di dalam negeri yang makin meningkat. Karena it~ Fraksi ABRI berpendapat bahwa da 1 am menunj ang kebutuhan oerkeretaao i an di masa mendatang perlu memanfaatkan kemampuan fasilitas yang ada di dalam negeri. Hal itu dapat membantu penghematan devisa negara dan sekal igus mendorong peningkatan kemampuan industri perkeretaacian dalam negeri, dan sejalan dengan asas percaya pada di ri sendi ri y~rng di gunakan da lam Rancangan Undang-undang in i, serta sej a 1 an

6 I

_J

Page 7: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

p•Jla dengan "pokok-pokok piki1~an mengenai Sistranas" yang telah berhasil dirumuskan. Prinsip yang diajukan oleh Fraksi ABRI tersebut akhirnya telah dapat disepakati secara bulat untuk di tuangkan da 1 am Rancangan Undang-u11dang dan secara kualitatif telah tertampung dalam penjelasan Pasal 9 dan Pasal 11 •

Keempat : Masalah prinsip Perlintasan tidak sebidang.

Pasal 15 Rancangan Undang-undang tentang Perkeretaapian mengatur tentang perlintasan antara jalan dengan jalur kereta api dengan menerapkan prinsip per1intasan tidak. sebidang, dalam arti setiap perlintasan harus berbentuk "jalan layang" atav jala.n di bawah rel; dan dengan pengecualian yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Fral<.s i ABRI pada dasarnya sangat mendukung i de Pemeri ntah tersebut, mengingat telah banyak korban dan kerugian material yang terjadi di perlintasan dengan jalur kereta api. Di samping ituf dengan perlintasan tidak sebidang, dapat dihemat penggunaan tenaga pengawas dan penempatan rambu serta fasilitas keselamatan 1ainnya di perlintasan­perl i ntasan. Namun Fraks i ABRI berpendapat subs tans i Pasa 1 15 tersebut dalam penerapannya hendaknya jangan sampai menimbulk~n dampak yang pada gi1irannya akan sangat membebani kemampuan keuangan negara. Perlu dipe~timbangkan secara mendalam tentang prioritas dan urgensi penetapan tempat-tempat persilangan yang akan dibuat tid~k sebidang. Pendapat Fraksi ABR! tersebut secara proporsional telah dapat diakomodasikan dalam penjelasan Pasa1 15.

Kelima : Masalah hak dan tanggu.ng jawab dalam pengangkutan.

Dalam konsep awal Rancangan Undang-undang tentang Perkeretaapian, Pasal 25 hanya memuat antara lain "Penyelenggaraan pelayanan angkutan orang at.au barang di 1 akukan sete 1 ah di penuhi nya $yarat-syarat 11m11m ang!<utan . , .. dan seterusnya. Ti dak secar3_ spes i fi k meng i syaratKan ri nci an tentang syarat-syarat umum angkutan yang di mak.sud baik dalam batang tubuh maupun penjelasan Pasal. Fraksi ABRI berpendapat bahwa syarat-syarat umum angkutan tersebut perlu dirinci secara tegas dan mudah diketahui oleh masyarakat pengguna jasa angkutan Perkeretaapi an. Ha 1 in i penting karena menyangkut hak dan kewajiban kedua fihak, yaitu masyarakat konsumen dan fihak penyedia jasa, sehingga tidak menimbulkan selisih pendapat yang tidak perlu bi la terjadi !<.asus yang tidak diharapkan sehubungan deng;;;n angkutan kereta api. Masalah ini pada akhirnya telcth mendapat kesepakatan bulat untuk dimuat dalam Rancanqan Undang-undang tentang Per!<.eretaapi an dan di cantumkan dal am • penjelasan Pasa1 25.

Keenam: Masalah tarif angkutan kereta api.

Dalam konsep awal Rancangan IJndang-undang tentarig Perkeretaapian, Pasal 30 berbunyi "Stru.ktur dan go7onga.n tarif a.ngkutan kereta. api diteta.pkan o7eh Pemerintah". Keempat Fraksi secara bul at dapat meneri m:::i. dan meny'='tuj ui rumusan yang singkat dan padat tersebut. Namun. karena tidak disertai penje1asan pasal, tel ah timbul berbaq.::1.i s i 1 ang pendapat yang cukup mendasar antara keempat Fr a ks i dengan Pemerintah menRenai makna vanq tersirat dari rumusan yang s i ngkat tersebut-. Keempat -Fraks i menghendak ad an ya penjabaran pengertian yang dimaksud secara propors onal di

7

Page 8: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

dalam Penjelasan Pasal 30. Selaras dengan kekhasan karakteristik moda angkutan kereta api sebagai angkutan massal. Dengan merujuk kepada substansi rumusan yang telah disepaJ<.ati bersama dalam "Poko!<.-pokok. Pikiran mengenai Sistranas 1 keempat Fraksi pada dasarnya seo~kat mengusulkan rumusan penjelasan Pasal 30 dengan dasar pemikiran sebagai berikut : Angkutan kereta api adalah moda angkutan masyarakat yang umumnya berpenghasilan rendah. Karena itu masalah penetapan besarnya tarif seyogyanya dikendalikan langsung oleh Pemerintah, dengan orientasi pemerataan, secara umum dikenal dengan tarif ekonomi. Di sisi lain, Badan Penyelenggara yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup usaha perlu diberikan kebebasan meneta.pkan tarif sendiri denga_n tetap berpedoman kepada struktur dan golongan tarif yang ditetapkan Pemerintah, Hal ini penting bag1 Badan Penyelenggara dalam mengelola perusahaannya agar kelangsungan hidupnya tetap terjamin dan tidak merugi, antara lain dengan menetapk.an tarif-tarif non-ekonomi bagi segolongan masyarakat yang mampu. Pada dasarnya Pemerintah dapat memahami dan menyspakat1 dasar pemikiran keempat Fraksi. Masalah yang cukup krusial adalah mencapai kesepakatan perumu.san yang "pas" sesuai dasar pemikiran di atas.

Setelah melalui diskusi yang mendalam, diselingi beberapa kali lobby, akhirnya keempat Fraksi bersama Pemerintah dapat menyepakati secara bulat rumusan final sebagaimana yang tertuang dalam penjelasan Pasal 30.

B. RANCANGAN UNDANG-UNDANG n=tHAt'-!G I Al U I INTAS DAN ANGKUTAN .JALAN.

Masa1ah menonjol yang dihadapi dalam pembahasan Ran~angan Undang-undang tentang La 1 u Li ntas dan .A.ngkutan Jalan yang perlu dikemukakan dalam kesimpulan ini adalah :

Pertama : Masalah PENYELENGGARAAN.

Fraksi ABRI sangat berkepentingan dengan adanya Bab tentang Penyelenggaraan, Hal ini selain mengingat Lalu lintas dan angkutan merupakan dua aspe!< dan selama ini diselenggarakan oleh dua instansi yang berbeda, juga konkordan dengan arahan Pokok-pokok Pikiran mengenai SISTRANAS.

Permasa 1 ahan la 1 u 1 i ntas merupakan mobi 1 i tas pengguna jalan. Masalah ini semaK.H! rumit dengan adanya mobilitas masyarakat yang semakin cepat meningkat dalam berlalu lintas yang ·semakin padat; cepat dan ramai, sehingga perlu diciptakan selain ketertiban dan kelancaran juga faktor keamanan untuk memberi kan rasa aman kepada pengguna ja 1 an. Perma-salahan angkutan a.tau transportasi yang mel iputi a·1at angkut, .rute dan terminal berkaitan dengan sumbsr daya buatan. Di dalam hal ini diperlukan persyaratan teknis dan kelaikan untuk tercapainya keselamatan. Untuk itu perlu pengatu.ran sistem mobilitas pada 1a1u lintasnya dan sistem logistik pada angkutannya. -

Di dalam rumusan Rancangan Undang-undang ini, terkesan adanya -kehendak Pemerintah untuk mencakup kedua masalah tersebut di dalam satu Rancangan Undang-undang. Atas ha 1 tersebut Fraks i ABRI berpendapat bahwa pemahaman dan pembahasannya akan menj ad i mud ah: apab i 1 a La 1 u Li nta.s dan Angkutan masing-masing dimasukkan dalam Bab atau Bagian

8

Page 9: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

yang berbeda dan secara jelas dirumuskan penyelenggara masing-masing, Pendaoat ini didasarkan kepada belum adanya stratifikasi yang membedakan dan mengatur bidang dan sektor secara tuntas ke dalam fungsi dan tugas setiap bidang maupun sektor. Fungsi p~merintahan dibagi habis, tetapi belum ada kejelasan sektor mana menyelenggarakan atau bertanggung jawab atas bidang apa.

Dalam hubungan ini Fraksi ABRI berharap set1ap produk hukum yang di bu at untuk meng is i pembangunan hukum ke a rah terbentuknya sistem hukum nasional dan kepastian hukum, harus mampu menutup kelemahan hukum, agar tidak terjadi kesenjangan~ tumpang tindih atau benturan kepentingan dalam operasionaliscsinya. Demikian pula harapan Fraksi ABRI atas Rancangan Undang­undang tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan. Rumusan pasal-pasal dan atau penjelasannya seharusnya mampu menggambarkan keterkaitan dan keterpaduan antar sektor secara transparan atau setidak-tidaknya memberikan arah, pedoman atau batasan yang je 1 as bagi penyusunan peraturan pelaksanaannya, Pendapat ini diterima nlAh Fraksi-fraksi maupun Pemerintah. Namun pembicaraan menjadi sangat alot saat merumuskan penjelasan pasal-pasal tertentu terutama penjelasan, atas pasa 1 14 tentang pendaftaran kendaraan bermotor 1 pasa l ! 6 tentang pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dan pasal 18 tentang surat ijin mengemudi. Fraksi ABRI berpendapat bahwa ketiga masalah tersebut di atas, khususnya Surat Tanda Nomor Kendaraan (STN~)t Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), dan Surat Ijin Mengemudi (SIM) merupakan sarana pengendalian operasi Kamtibm;::1s sektor La1u lintas untuk memoero!en kecepatan dan ketepatan cara bertindak dalam rangka penyidikan sesuai Pasal 20 yo. Pasal 24 KUHAP, Dengan demikian perkara tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan bermotor, dapat ditangani dengan lebih cepat oleh instansi yang berwenang, Dal am hal ini kehadiran Polri • adalah dalam rangka bidang penegakan hukum, dan secara sektoral merupakan fungsi Polri dalam Peradilan cersama masyarakat dan instansi terkait. Setelah melalui diskusi yang relatif panjang bahk~rn sampai mengalami kemacetan yang berlarut-larut, Fraksi ABRI dapat memahami dan menerima rumusan penye1enggaraan fungsi yang relatif mengambang seperti tercantum da1am Pasal. Telah tercapai kesepakatan antara Fraksi-fraksi dan Pemerintah; bahwa harapan-harapan Fraksi ABRI yang telah menjadi kesepakatan bersama, tetapi tidak dicantumkan dalam Rancangan Undang-undang, tetapi akan diakomodasikan di dalam Peraturan Pelaksanaan yang penyusunannya akan dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait.

Kedua Masalah Pengaturan Bengkel Umum.

Frak.s i ABRI berpendapat bahwa bengke l umum ada 1 ah bengkel yang memberikan pelayanan (service) umum, cerbaikan, peme l i haraan dan penggant i an suku cadang, seh i ngga fun gs-; serta keberadaannya berkait erat dengan industri. Ijin pendirian dan pembinaannya ada pada Departemen Perindustrian dan bahkan telah diatur dengan Undang-undang tersendiri. Dengan demikian yang menjadi cakupan Pasal 15 ini seharusnya hanya bengkel umum yang khusus ditunjuk untuk keperluan uji type. Fraksi ABRI dapat memahami bahwa Oepartemen Perhubungan akan selalu mengadakan koordinasi dengan Departemen Perindustrian, sehingga operasionalisasinya tidak

9

~~-----------·-· -----··

Page 10: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

bertentangan dengan Undang-undang yang masih berlaku. Namun akan lebih baik bila a da dasar hukum yang jelas dan rinci ten tang batas tanggung jaw ab dan l<.ewenangan mas i ng-mas i ng instansi. Untuk itu pelibatan Departemen terkait secara aktif dan proporsional dalam penyusunan Peraturan Pemerintah tidak dapat dihindarkan. Hal ini dapat diterima Pemerintah, sehingga Fraksi ABRI dapat menerima rumusan pasal 15 sebagaimana tercantum dalam Rancangan Undang-undang yang telah disepakati bersama oleh Fraksi-fraksi dan Pemerintah.

Ketiga: Masalah Persyaratan bagi pengemudi.

Pasal 19 berbunyi : bahwa untuk mendapatkan surat ijin mengemudi yang pertama kali pada setiap golongan, calon pengemudi wajib mengikuti UJ1an; setelah memperoleh pendidikan dan latihan pengemudi. Terhadap rumusan ini Fraksi ABRI, sesuai Daftar Inventarisasi Masalah, semula tidak sependapat dengan Pemerintah, karena persyaratan ini akan memberi beban yang berat dan sulit dipenuhi oleh masyarakat di daerah pe1osok yang terpenci l, sement.ara seko 1 ah mengemud i ti dak akan sepenuhnya menjamin terbentuknya sikap mental pengemudi yang baik. Penjelasan pasal ini dirumuskan lebih dahulu yang isi dan jiwanya diawali dengan pengertian bahwa yang panting dan menjadi keharusan bagi calon pengemudi adalah wajib mengikuti UJTan, Persyaratan .. untuk mengikuti sekolah mengemudi akan diberlakukan bertahap disesuaikan keadaan daerah terutama yang terpenci 1. Berpegang pada pengert i an tersebut Fraksi ABRI daoat menerima rumusan pasa1 19 tersebut di atas.

Keempat Masalah wajib asuransi terhadap kerugian fihak ket i ga ..

Pasal 32 ayat (2) Konsep awal Rancangan Undang-undang semula mengatur tentang wajib a.suransi bagi kendaraan pribadi terhadap pihak ketiga. Fraksi ABRI menghargai maksud Pemerintah untuk memberikan santunan kepada pihak ketiga, namun per l u di perhat i kan ada.nya ken ya.ta.an yang menunj ukka.n bahwa perlakuan terhadap kendaraan v.mum dan kendaraan pribadi tidak sama. Pengemudi kendaraan pribadi n~rl~ umumnya jauh lebih berhati-hati dibanding dengan kendaraan umLim, sehingga resiko mendapat kecelakaan .termasuk. yang merugikan fihak ketiga ,jauh lebih kecil. Di samping itu kenyataan menunjukkan telah meningkatnya kesac!aran masyarakat dalam berasuransi. Setelah mengalami pembicaraan yang intensif dengan didasari argumentasi masing-masingj Fraksi-fraksi dan Pemerintah menyetujui untuk menghapus ayat (2) tersebut, sehingga setelah pembahasan pasal 32 yang semula terdiri dari tiga ayat menjadi dua ayat.

Kelima : Masalah aspek keamanan.

Masalah menonjol lain yang menjadi perhatian Fraksi ABRI adalah aspek keamanan dalam Rancangan Undang-undang ini. Tidak terdapat satu kal imatpun yang menunjukkan perlunya aspek keamanan dalam lalu lint.as dan angkutan jalan. Fraksi ABRI bercendapat pengertian keselamatan belum mencakup unsur·keamanan. Terdapat perbedaan besar di antara keduanya; 1alu lintas dan angkutan se1amat samoai di temoat tujuanj tetapi tidak berarti aman dari ancaman, gangguan ~an hambatanJ demikian pula sebaliknya. Di dalam hal in~ terkesan adanya kekhawatiran bahwa unsur keamanan akan

10

____.:-------------·--·-------· --~·-

Page 11: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

menjadi dominan. Untuk menjelaskan hal ini Fraksi ABRI mengemukakan konsep yang me mu at rasa aman ~ sebaga i penge.jawantahan dari KAMTIBMAS; yang merupakan bagian dari HANKAMRATAJ di seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana telah kami sampaikan terdahulu secara panjang lebar me1a1ui pendekatan sistem dan pendekatan hukum. Pemi k i ran terhadap konsep in i dapat di pahami n 1 Ah Frak.s 1-

f raks i dan Pemerintah, sehingga dicapai kepakatan untuk mencantumkan aspek keamanan da 1 am Rancangar Undang-unda.ng ini baik da1am k.onsideran, batang tubuh maupun pen.JelasB.n yang re1evan secara proporsional.

C. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENER8ANGA.N.

Masalah-masalah menonjol yang dihadapi dalam pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan yang perl '.l dikemukakan di sini adalah :

Pertama : Masalah Penegasan Kedaulatan Negara Di Ruang Udara Di Atas Wilayah Republik Indonesia.

Fraksi ABRI berpendapat bahwa rumusan menge11ai Kedau 1 a tan Negara Di Ruang Udara Di atas Wi 1 ayah Repub l i '-'­Indonesia, dalam Rancangan Undang-undang tentans Penerbangan ini sudah lebih baik dari pada rumusan U~dang-undang Nomor 83/1958i karena selain diatur lebih tegas, jusa memberikan landasan hukum yang lebih kuat dan mampu mengakomodasikan semua kepentingan bangsa dan Negara dalam rangka pengelolaan seluruh aspek kedirgantaraan yanq merupakan aset negara yang dapat memberi nilai tambah yang tak ternilai besarnya, Namun da.lam penjelasannya, Pemerintah mencantumkan diakuinya lintas damai atau "Innocent-passage". Terhadap pencantuman "Innocent passage" ini dari semula Fraksi ABRI kurang sependapat, karena dengan pencantuman "innocent passage" ini dapat disalah artikan sebagai hak; yang akhirnya dapat cenderung disalah gunakar. Berkat pengertian semua pihak, !<.hususnya pihak Pemerintah maka kel<.hawat i ran Fraks i ABRI te 1 ah dapat terj aw ab dengan sang at me-muaskan; ya i tu dengan di hapusnya kR+.~ "i nnocertt passage'' dalam penjelasannya Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan.

Kedua : Masa1ah penerapan oendekatan keamanan,

Hal berikutnya yang akan kami utarakan ia1ah masalah penerapan pen.de!<.atan !<.eamana.n sesua i j i wa chrn amanat dax i Undang-undang Nomor 20/1982 dalam rangka lebih memantapkan keselamatan penerbangan - dalam Rancangan Undang-und.:.'l.ng tentang Penerbangan. Perlu digaris bawahi, bahwa dari sejak awal dari penyampaian Pemandangan Umum Fraksi-fraksii Fraksi ABRI sangat memperhatikan dan menilai pentingnya masalah pendekatan ini dimasukkan. Masih sangat jelas dalam ingatan kita, betapa tragisnya peristiwa penembakan pesawat Korean Airline, peleda!<.an pesawat PA.NA.M dan UTA oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, dan kegiatan lainnya y;:in? be rs if at teror i sme da 1 am berbaga i kadarnya = Sudah be.rang tentu kita semuanya sependapat agar hal-hal tersebut tidak terulang lagi, Dalam pembahasannya sendiri disepakati bahwa Penerbangan berciri teknologi tinggi dan padat modal; maka berb i car a masa l ah tantangan dan ancaman sud ah barang ten tu akan semakin berat dan berbobot teknologi canggih pula. Melalui pemba.hasan yang cukup mendalam dan menyeluruh, akhirnya semua pihak, baik Pemerintah maupun ketiga fraksi lainnya dapat menyetujui saran dan pemik.ira.n Fraksi _A.BRL Pendekatan keamanan tersebut secara substansial ini tertuang

1 1

L~------------''--------~--

Page 12: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

dalam penjelasan Pasal 2 dan 3 tentang Bab Asas dan Tujuan, perumusan baru penjelasan Pasal 4; Pasa1 8 tentang persyaratan operasi sarana dan prasarana. judul Bbb VII menjadi "Keamanan dan K.eselamatan Penerbangan 11

~ Pasal 20 tentang persyaratan fasilitas atau peralatan penunjang: Pasal 23 tentang Kewenangan Kapten penerbang; Pasal 24 tentang Pencegahan dan penanggulangan terhadap gangguan penerbangan; Pasal 25 tentang penentuan lokasi dan pembangunan bandar udara; Pasa1 28 tentang persyaratan dalam mendirikan bangunan; dan Pasal 30 tentang Tanggung jawab Penyelenggara Bandar Udara.

Ketiga : Masalah dicantumkannya Jaringan dan Rute Perint1s da lam Penje 1 asan Rancangan Undang-undang ten tang Penerbangan.

Pasal 36 ayat (2) Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan berbunyi •· Penetapan Jaringan dan Rute Penerbangan da 1 am neger i _yang di 1 ayan i o 1 eh Perusa.haa.n angkutan udara berjadwa.7 di7akukan o!eh Pemerintah dengan mempertimbangkan keterpaduan a.ntar moda", Menurut pendaoat Fraksi ABRI substansi pasal ini belum lengkap, karena masalah keperintisan belum diatur secara tegas dalam Rancangan Undang-undang yang diajukan Pemerintah. Sebagaimana kita akui bersama, bahwa salan satu misi Penerbangan da 1 am pembangunan Nas i ona 1 ada 1 ah memper l ;:in~;:i r roda perekonomian, atau dengan kata lain mampu meningkatkan kehi dupan masyarakat dan mendorong pemerataan pembangunan keseluruh wilayah tanah air dan seluruh lapisan masyarakat, Dalam rangka memacu upaya-upaya tersebut, maka daerah-daerah terpencil~ daerah kepulauan, dan daerah perbatasan, yang sukar dijangkau oleh jaringan angkutan darat dan laut perlu diadakan dan ditingkatkannya penerbangan perintis tersebut. Dengan lata1- be1akang pendekatan demikian, seluruh Fraksi bersama Pemerintah, akhirnya sepakat menerima gagasan tersebut untuk dirumuskan maksima1 da1am pasal tersendiri, minimal dalam penjelasannya; maka rumusan baru dalam Pasal .38 mengamanatkan untuk di atur da 1 am Peraturan Pamer i ntah, sedangkan dalam penjelasannya, Pasal 38 ayat (2) secar~ tegas memuat tentang pengatur-an j ari ngan dan Rute Angkutan Udara Peri nt is. Dengan demi k i an cakupan Rancangan Undang­Undang tentang Penerbangan ini semak1n supel dan memberi peluang dan arahan yang lebih komprehensif.

!<.eempat Masalah Penegasan Pengaturan Tanggung Jawab Pengangkut da 1 am Ra.ncangan Undang-undang ten tang Penerbangan.

Sebagaimana diketahui, Pasal 40, 42, ~3. 44 dan 45 adalah pasal-pasal yang mengatur tentang Tanggung Jawab pengangkut udara, yang dewasa in i ba i k secara nas ion a! maupun internasional diatur secara tersendiri dalam Undang­Undang/konvensi. Da 1 am pembahasannya yang berkembang dengan adu argumentas i yang cukup menariki dimana semua pihak termasuk Pemerintah sependapat bahwa pengaturan hukum yang bersifat perdata dengan yang bersifat pub1ik perlu diatw- secara terpisah, dan dalam hal ini Fraksi ABRI senantiasa berkepentingan aan mengingatkannya. Namun atas prakarsa Pemerintah, dalam Undang-undang Penerbangan ini pasal-pasal yang dimaksud, yang seharusnya tercisah, akhirnya disepakati untuk disatukan. Walaupun demikian, untuk mengatasi oengecualian tersebut Pemerintah setu.iu bahwa seqera setelah Undanq­undang Penerbangan ini di~yahkan, aka~ mengajukan Rancanq;n Undang-undang penggant i , Ordon ans i Pen gang k utan u ci e: r a

12

Page 13: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

(Luchtvervoer Ordonantie Staatsb1ad 1939 No. 100) yang materinya telah dituangkan di dalam Pasal 43, Pasal 45 dan Pasal 46.

Menurut Fraksi ABRI hal ini benar-benar sansat tepat,, karena se 1 a in men.jaw-ab terhadap ha_ 1 yang mas 1 h be 1 um umum berlaku, tapi j1.Jga memberi hara.pan yang 1ebih cerah atas penggantian LVO Tahun 1939 No. 100 yang dinilai memang sudah ket i ngga 1 an zaman, dan SL!dah ti dak mampu mengakomodas i kan perkembangan teknologi dan ··management" yang semakin canggih=

Kalima : Masalah perlunya penambahan Pasal baru tentang Penegasan Penyidikan terhadap kasus Pelanggaran Wilayah d~n Kawasan Udara Terlarang.

Pasal 6 ayat (2) berbunyi "Pesawat udara Indonesia a tau pesawat udara asing di ?aranq terbana me la ?ui kawasan udara terlarang, dan terhadap oe~awat udara yanq me 7anqqar 7aran_qan dimaksud dapat dipaksa untuk mendarat di pangka7an udara atau bandar udara di wi7avah Repub7ik Indones fa". Mengenai Pasal ini i Fraksi ABRI dalam Daftar Invent.arisasi Masalah mengajukan usul penambahan ayat baru, tentang siaca yang melakukan penyidikan terhadao kasus sebagaimana tersirat dalam Pasal 6 ayat (2) tersebut. Akhirnya setelah me1alui diskusi yang cukup pan.Jang dapa_t di.setu.ju1 penambahan Pasal baru, yang dikelompokkan dalam Bab XII tentang Penyidikan yaitu Pasal 5.3 yang bunyi lengkapnya

"Penvidikan terhadap pelangqaran wi7avah udara terma~uk kawasan ud~ra ter7aranq vanp menaakibatkan tindakan pemaksaan mendarat o 7eh pesawat udara Anqkatan Bersen.iata Repub7ik Indonesia/ Tentara Nasional Inrtone.<:>ia An.qkatan Udara, dan pPnye lesa ian hukumnya rli 7akukan sesua i den_qan ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tPntanq Hukum Acara Pidana ". Hal ini patut di~ambut dengan gembira, karena Undang-undang Penerbangan ini· te1ah menyera~P ma .. kna Pasal 30 a:yat. ( .3) (tentang tugas TNI/AIJ selaku penegak kedaulatan negara di udara) dalam tJndang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentans Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Repub1 i k Indonesia. Pen.jabaran ketentuan tersebut · tertuang dalarri Surat Keputusan Pangl ima Angkatan Bersenjata Nomor Skep/607 /UM/1989 tentang Petunjuk Operas1 .Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang selain mengatur Pe1ibatan Satuan Operasiona1· Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada masa damai, juga memberikan landasan dan kekuatar hukum yang tegas terhadap kasus pelanggaran kedaulatan/pelang3aran wilayah dan kawasan udara terlarang. ("Bab IV, Butir 18.c, (4); tentang "Pemaksaan mendar·at 1

antara lain menyebutkan : oesawat uda~a sipil/militer asing dipaksa mendarat apabila pesawat tersebut memasuki wilayah udara teritorial secara tidak sah, namun dapat dioci_st1kan bahwa pesawat yang bersangkuta~ tidak akan me~ganca~ keselamatan obyek-obyek vital yang berada di bawahnya, setelah pesawat mendarat dilanjutkan dengan penyidikan yang di 1 akt~kan 01 eh TN I-AU")' -

Sidang Dewan yang kami muliakan,

Di samping hal-hal menonjol yang te1ah diuraikan di at.as, masalah lain yang diajukan oleh Fraksi ABRI dalam pembahasan ket1 ga Rancangan Undang-undang di bi dang Tran.sport.asi, sebagaimana tercantum dalam Daftar Inventarisasi Masalah masing-

1 3

Page 14: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

masing, telah dibahas secara mendalam, rl;,n hasilnya telah mendapat kesepakatan bersama dalam Pembicaraan Tingkat III. Dengan demi k i an ket i ga Rancangan Undang-undang tersebut di ra.sa telah mencakup masalah-masalah substansial yang menjadi perhatian Fraksi ABRI, yaitu :

A. Di bidang Perkeretaapian.

1. Bahwa substansi arahan yang tertuang dalam dokumen "Pokok-pokok Pi k i ran mengena i SISTRANAS" te 1 ah cukup terakomodasikan dalam konsideran, batang ·tubuh ataupun penjelasan Rancangan Undang-undang tentan~ Perkeretaapian, sehingga pembangunan perkeretaapian di mas a mendatang di harapkan dapa t 1 e bi h te r a rah d an terpadu dengan moda transportasi lainnya.

2. Bahwa mekan i sme l<.eperan sertaan masyarakat di bi dang perkeretaapian secara tegas telah termuat dalam Rancangan Undang-undang ini sehingga akan lebih mendorong pemerataan hasi 1-hasi 1 pembangunan nasional, khususnya di bidang ekonomi.

3. Bahwa hak dan kewaj i ban antara penyed i a dan pengguna jasa angkutan kereta api telah lebih dipertegas dan dirinci dalam Rancangan Undang-undang ini sehingga terdapat kepastian hukum yang lebih mantap.

4. 8ahwa konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan rlRn prinsip pengutamaan kemampuan dalam negeri sudah tertampung secara kua l i tat if da lam Rancangan Undang­undang ini.

5. Bahwa masalah keterjangkauan daya beli masya.rakat, mengingat angkutan kereta ~ni merupakan moda transportasi yang sifatnya lebih merakyat, telah cukuc terakomodikan secara proporsiona1 da.lam Rancangan Undang-undang ini.

B. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

1. 8ahwa kepentingan masyarakat dalam penyelenggaraa Lalu Lintas ~an Angkutan Jalan telah terlindungi secara optimal oleh Rancangan Undang-undang ini.

2. Bahwa peraturan perundangan sebagai pelaksana.an setelah Rancangan Undang-undang ini disahkan akan disusun sesuai dengan semangat yang hidL~P dan. kesepakgtan bersama yang dicapai dalam Pembicaraan Tingkat III~ Dengan demikian kekhawatiran Fraksi ABRI akan terjadinya kesimcang-siuran atau tumpang tindih fungsi dan tugas sektoral sebagai akibat dari pengaturan lintas sektoral yang belum ditetapkan secara jelas penyelenggaraan, tanggung jawab, dan batas wewenangnya, akan dapat dikurangi.

3. Bahwa aspek keamanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan telah diakomodasikan dan dicantumkan dalam Rancangan Undang-undang ini secara proporsional, serta akan dirinci dalam Peraturan Pemerintah.

C. Di bidang Penerbangan.

1. Bahwa Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan i ni telah menampung segala perkembangan kegiatan penerbangan di Indonesia, sehingga dengan demikian Undang-undang ini merupakan undang-undang yang bersifat

14

...___---------~----------------- _____ .......

Page 15: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

umum dan konprehens if yang akan menj ad i canto 1 an bag i peraturan perundang-undangan lainnya yang merupakan pelaksanaannya.

2. Bahwa penerbangan memili!<.i posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan, memperkokoh persatuan dan kesatuan, mempengaruh i semua aspek kehi dupan bangsa dan negara serta mempererat hubungan antar bangsa, telah tergambarkan dalam Rancangan Undang-undang ini.

3. Bahwa transportas i udara sebaga i sa 1 ah ~.rit.1J keg i a tan utama penerbangan yang berperan sangat pent i ng da 1 am rangka mendorong dan memper1 ancar roda perek.onomi an, dengan Rancangan Undang-undang ini telah tertata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional secara terpadu.

4. Bahwa Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan ini dalam pengaturan penyelenggaraannya telah memperhatikan kepentingan umum dan kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, koordinasi yang terpadu serta aspek pertahanan dan keamanan.

5. Bahwa Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan in i te 1 ah mampu mengatur ten tang hak, kewaj i ban se rta tanggung jawab para penyedia jasa dan oara pengguna jasa, dan tanggung jawab penyedia jasa terhadap kerugian pihak ketiga sebagai akibat dari penyelenggaraan penerbangan serta pembebasan hipotik terhadap pesawat terbang dan helikopter yang telah memperoleh tanda pendaftaran Indonesia. Khusus mengenai pengaturan tentang hak, kewaj i ban dan tanggung jawab ini; dalam Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan i ni berhasi 1 mengamanahkan kepada Pemer i ntah untuk .segera mengaj ukan Rancangan Undang­undang sebagai pengganti Ordonansi Pengangkutan Udara (Luchtvervoer Ordonantie Tahun 1939 Nomor 100).

6. Bahwa dengan disahkannya Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan ini menjadi Undang-undang, ~Al.riin terpenuhinya amanat yang tersurat dalam Penjelasan Pasal 74 huruf a, juga merupakan salah satu keberhas i l an penerbangan di bi dang hukum sebaga i man a dicanangkan dalam Repelita V, yaitu terwujudnya Undang-undang yang mampu mengantisipasi perkembangan yang maju pesat serta menserasikan keoentingan masyarakat.

Sidang Dewan yang kami muliakan.

Setelah meneliti k.embali dan mendalami materi muatan yang tertuang dalam ketiga buah Rancangan Undang-undang, masing-masing Rancangan Undang-undang tentang Perkeretaapian; Rancangan Undang­undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan, Fraksi ABRI dapat menyimpulkans bahwa secara kualitatif pokok-pokok pikiran Fraksi ABRI dan saran serta pendapat yang dikemukakan dalam Pembicaraan Tingkat III 1 telah terakomodasikan secara proporsiona1 dalam masing-masing Rancangan Undang-undang tersebut.

Berdasarkan uraian dan pertimbangan-pertimban9an di atas, Fraksi ABRI menyatakan dapat menerima dan men_Yetujui sepenuhn_ya atas Rancangan Undan9-undang tentang Perkeretaapian, Rancangan Undang­undang tentang La1u Lintas dan Angkutan Ja1an, dan Rancangan

15

Page 16: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

Undang-undang tenta.ng Penerbangan untuk dis_yahkan menjadi Undang­undang o1eh Presiden Repub1ik Indonesia.

Selanjutnya perkenankanlah kami menyampaikan beberapa harapan Fraksi ABRI, sebagai berikut :

1 . Sete 1 ah pengesahan ket i ga Rancangan undang-undang di atas masing-masing menjadi Undang-undang, Fraksi ABRI menghimbau Pemerintah kiranya dapat segera melakukan langkah-langkah penyi apan berbaga i perangkat yang di per l ukan da 1 am rangka pelaksanaan ketiga buah undang-undang tersebut.

2. Dalam penyusunan berbagai Peraturan Pemerintah, mekanisme pelibatan serta penempatan fungsi dan peran seluruh instansi terkait secara proporsional, kiranya benar-benar dilaksanakan secara konsekwen dan penuh rasa tanggung jawab, demi tercapainya keserasian, keselarasan dan keterpaduan antar fungsi dalam pelaksanaan setiap Undang-undang, termasuk ketiga Rancangan Undang-undang ini .

. 3. Penerapan berbagai peraturan baru, bertal ian dengan di sahkannya ket i ga buah Undang-undang i ni , k.hususnya yang akan memberi kan beban tambahan kepada l'l!asyarakat, k i ran ya dapat dilaksanakan dengan bijaksana dan diberikan waktu persiapan dan penyesuaian yang cukup kepada masyarakat.

4. Agar kiranya Pemerintah dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam penjelasan Pasal 74 huruf a Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan, yaitu Rancangan Undang-undang tentang pengganti Ordonansi Pengangkutan Udara (Luchtvervoer Ordonantie Staatsblad 1939 Nomor 100).

5 •. Untuk dapat mengurangi pembicaraan yang berlarut dan berkepanj angan da 1 am pembahasan Rancangan Undang-undang di waktu-waktu mendatang; k i ran ya Pemer i ntah dapat memberi ka.n prioritas yang memadai bagi penyusunan Rancangan Undang­undang tentang Tehnik Pembuatan Peraturan Perundang-undangan.

6. Kelancaran dan pencapaian sasaran pelaksanaan undang-undang di lapangan sangat tergantung kepada semangat dan dukungan semua fihak. Oleh karenanya Fraksi ABRI menghimh;::i11 Pemerintah kiranya dapat segera memasyarakatkan undang­undang ini, dan menghimbau seluruh masyarakat untuk memberikan dukungan dan respons positif terhadap pelaksanaan undang-undang ini.

7. Sebagai implentasi Sishankamrata dalam sektor pertahanan keamanan, kiranya Pemerintah dapat memberikan perhatian khusus terhadap masalah transportasi di daerah perbatasa_r\ yang dapat menjadi sumber konflik, dan dapat memproyeksikan • serta sekaligus mengintegrasikan pembangunan sarana, prasarana dan jaringan transportasi untuk keperluan per.yelenggaraan upaya pertahanan keamanan negara. D i s.a mp i n g i t u , k i r a n y a P e me r i n t a h d a p a t m e m b e r i k a n prioritas untuk kelancaran transportasi di daerah-daerah yang relatif terpencil.

16

Page 17: berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20191101-101642-1805.p… · Undang-undang di Bidang Transportasi ber·.sama Pemenrn:o.r1_. hingga saat irn telah berhasil

Wawasan Nusantara, keta;ianan nas i ona 1 dan kesej ahte re.e.n r_akyat.

Sidang Dewan yang kami muliakan.

Pada kesempatan ini sekali lagi Fraksi ABRI menyampaikan penghargaan yang set i ngg i -ti ngg i nya dan te r i ma kas i h yang tu l us kepada Menteri Perhubungan beserta staf atas sikap kekeluargaan dan kesabarannya; demikian pu1a kepada rekan dari Fraksi Karya Pembangunans Fraksi Persatuan Pembangunan dan Fraksi PRr~Ri Demokrasi Indonesia atas kerjasama dan pengertian yang dilandasi o 1 eh s i kap keke 1 uargaan dan keterbukaan seh i ngga k i ta be rsamo. te1ah dapat menyelesaikan pembahasan ketiga buah Rancangan Undang-undang di bidang Transportasi.

Penghargaan dan terima kasih yang sama kami tujukan juga kepada para pakar, tokoh ma.syarakat maupun organisasi dan instansi terkait serta fihak-fihak yang telah memberikan masukan­masukan yang sangat berharga yang telah membuka cakrawala Fraksi ABRI sehingga menghasilkan pemikiran dan konsep yang konprehensif.

Tidak lupa pula kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Sekretari at Jendera l DPR-RI dan Sekretari at Pansus yang telah memberikan bantuan dan pelayanan; demikian pula keoada media massa cetak maupun elektronik yang telah meliput dan menyebar luaskan proses dan hasil pembahasan kepada rnasyarakat. Fraksi .ABRI menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang; Yang terhormat Saudara Menteri Perhubungan yang mewakili Pemerintah; · Yang terhormat para anggota Dewan; Hadirin sekalian yang kami hormati.

Demik i an Pendapat Akh i r Fraks i ABRI atas ket i ga Rancci.ngan Undang-undang di bidang transportasi, yaitu Rancangan Undang­undang tentang Perkeretaapian; Rancangan Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Rancangan Undang-undang tentang Penerbangan. Semoga upaya yang telah kita lakukan bersama benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Sekians dan terima kasih atas perhatian dan kesabarannya.

1 7

Jakarta; 20 Maret 1992

Juru 8icara 1

ttd

IR. SOEDJALMO Nomor Anggota A-462