ummati edisi 003

4
masih muda tentu enak dan manis rasanya, sedang isi yang sudah tua bisa diparut dan diambil santannya. Santan bila diproses akan menjadi minyak kelapa. Demikianlah Islam. Untuk sampai pada inti Islam yang penuh dengan mutiara indah, kita harus sabar menem- puhnya. Karena itu, hen- daknya kita jangan bosan belajar Islam, merenungi, dan menghayatinya, agar kita dapat merasakan keinda- hannya di dalam hidup kita (Wallahu A’lam). Islam adalah agama yang sempurna dan terindah. Tak ada taranya, tak ada duanya. Agama terakhir ini menjadi jalan paling terang dan lekas untuk sampai ke hadirat Tu- han. Ia berisi ajaran pokok yang sangat mendasar, yakni kepasrahan yang tulus kepada Tuhan yang diwujudkan dengan pengabdian kepada sesama insan. Islam adalah agama luar- dalam, syari’at sekaligus hakikat, bagai sekeping mata uang, tak bisa dipisahkan. Siapa yang melihat Islam dari sisi luar saja, akan melihat banyak ikhtilaf (perbedaan) di dalamnya, tetapi jika melihat dari sisi dalamnya maka Islam akan tampak sangat indah dan sempurna. Syaikh Muhammad Nafis menggunakan metafora buah kelapa dalam memandang Is- lam. Pada setiap buah kelapa terdapat lapisan paling luar, yakni serabut. Serabut terke- san lembut, tapi ulet, tak mu- dah untuk ditaklukkan. Lapisan kedua ada batok alias tempurung. Tempurung bersi- fat keras, tapi mudah pecah. Setelah itu ada isi. Isi yang Jangan Bosan Belajar Islam Oleh: Zulmanni BULETIN DAKWAH DWI MINGGUAN MAJELIS ULAMA INDONESIA KABUPATEN TABALONG Assalamu’alaikum Wr. Wb. Pembaca Buletin Ummati yang dimuliakan Allah. Sudah dua edisi buletin ini terbit untuk kita semua. Tentu masih belum apa-apa lanta- ran banyaknya tema yang masih hendak kami angkat ke hadapan pembaca. Kali ini kami menyapa pem- baca dengan tema yang lebih umum, yakni keislaman. Pada edi- si pertama dan kedua lebih ban- yak ke tasawuf (spiritualitas). Kami hendak mengajak pembaca untuk tidak pernah bosan mengkaji Is- lam, agama yang kita cintai bersa- ma. Kami juga mengajak pembaca menyimak kembali fatwa Majelis Ulama Indonesia beberapa tahun silam terkait dengan Nyanyian dengan Ayat-Ayat Al-Qur’an. Kami juga tetap menyajikan kolom La Tahzan dan Menjadi Kekasih Al- lah. Kami juga menurunkan kisah (ibrah) yang menggelitik tentang eksistensi Tuhan. Selamat mem- baca! BULETIN INI UNTUK KALANGAN SENDIRI & TIDAK DIPERJUAL BELIKAN www.ummatitabalong.blogspot.com Edisi 003/III/2012 09 Rabiulakhir 1433 Buletin Ummati tersebar luas di 12 Kecamatan Kabupaten Tabalong. Dengan oplah minimal 2.500 eksemplar per Edi- si, merupakan media yang tepat untuk pemasa- ran Produk Anda Untuk Informasi Hubungi : Bagian Sirkulasi/Iklan Zulmanni: 082151759476 Muhammad Rusyadi: 08214906 560

Upload: muhammad-rusyadi

Post on 22-Mar-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Buletin MUI Kabupaten Tabalong 003

TRANSCRIPT

Page 1: Ummati Edisi 003

masih muda tentu enak dan manis rasanya, sedang isi yang sudah tua bisa diparut dan diambil santannya. Santan bila diproses akan menjadi minyak kelapa.

Demikianlah Islam. Untuk sampai pada inti Islam yang penuh dengan mutiara indah, kita harus sabar menem-puhnya. Karena itu, hen-daknya kita jangan bosan belajar Islam, merenungi, dan menghayatinya, agar kita dapat merasakan keinda-hannya di dalam hidup kita (Wallahu A’lam).

Islam adalah agama yang sempurna dan terindah. Tak ada taranya, tak ada duanya. Agama terakhir ini menjadi jalan paling terang dan lekas untuk sampai ke hadirat Tu-han. Ia berisi ajaran pokok yang sangat mendasar, yakni kepasrahan yang tulus kepada Tuhan yang diwujudkan dengan pengabdian kepada sesama insan.

Islam adalah agama luar-dalam, syari’at sekaligus hakikat, bagai sekeping mata uang, tak bisa dipisahkan. Siapa yang melihat Islam dari sisi luar saja, akan melihat banyak ikhtilaf (perbedaan) di dalamnya, tetapi jika melihat dari sisi dalamnya maka Islam akan tampak sangat indah dan sempurna.

Syaikh Muhammad Nafis menggunakan metafora buah kelapa dalam memandang Is-lam. Pada setiap buah kelapa terdapat lapisan paling luar, yakni serabut. Serabut terke-san lembut, tapi ulet, tak mu-dah untuk ditaklukkan. Lapisan kedua ada batok alias tempurung. Tempurung bersi-fat keras, tapi mudah pecah. Setelah itu ada isi. Isi yang

Jangan Bosan Belajar Islam Oleh: Zulmanni

BULETIN DAKWAH DWI MINGGUAN MAJELIS ULAMA INDONESIA KABUPATEN TABALONG

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Pembaca Buletin Ummati yang

dimuliakan Allah. Sudah dua edisi buletin ini terbit untuk kita semua. Tentu masih belum apa-apa lanta-ran banyaknya tema yang masih hendak kami angkat ke hadapan pembaca.

Kali ini kami menyapa pem-baca dengan tema yang lebih umum, yakni keislaman. Pada edi-si pertama dan kedua lebih ban-yak ke tasawuf (spiritualitas). Kami hendak mengajak pembaca untuk tidak pernah bosan mengkaji Is-lam, agama yang kita cintai bersa-ma.

Kami juga mengajak pembaca menyimak kembali fatwa Majelis Ulama Indonesia beberapa tahun silam terkait dengan Nyanyian dengan Ayat-Ayat Al-Qur’an. Kami juga tetap menyajikan kolom La Tahzan dan Menjadi Kekasih Al-lah. Kami juga menurunkan kisah (ibrah) yang menggelitik tentang eksistensi Tuhan. Selamat mem-baca!

BULETIN INI UNTUK KALANGAN SENDIRI & TIDAK DIPERJUAL BELIKAN

www.ummatitabalong.blogspot.com

Edisi 003/III/2012 09 Rabiulakhir 1433

Buletin Ummati tersebar

luas di 12 Kecamatan Kabupaten Tabalong. Dengan oplah minimal

2.500 eksemplar per Edi-si, merupakan media

yang tepat untuk pemasa-ran Produk Anda

Untuk Informasi Hubungi :

Bagian Sirkulasi/Iklan

Zulmanni: 082151759476 Muhammad Rusyadi:

08214906 560

Page 2: Ummati Edisi 003

2

Setiap ucapan yang baik, doa yang tulus, rinti-han yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang membuat gundah hati kita hanya pantas ditujukan kepada Allah semata.

Setiap dini hari menjelang, tengadahkan ta-ngan, julurkan lengan penuh pengharapan, dan arahkan wajahmu ke wajah Allah untuk memo-hon pertolongan-Nya. Gerakkan pula lidah An-da untuk senantiasa berzikir me-ngingat-Nya.

Dengan begitu, jiwa akan tenang, syaraf tak lagi tegang, iman kembali menyala di dalam dada. Bahkan keimanan pun akan makin kokoh tertanam di dalam dada. Dan yakinlah, Allah maha mendengar dan maha menyaksikan apa yang kita lakukan. Allah bahkan Maha Tahu apa yang ada di dalam hati kita semua. (Sumber: Kitab La Tahzan karya Dr. ‘Aidh al-’Qarni)

Suatu ketika, kala jiwa Nabi Ibrahim sudah

tenang, datanglah kepada beliau beragam jenis makhluk yang menawarkan bantuan. Ketika itu, beliau menjawab: “Aku tidak memerlukan ban-tuan dari kalian, aku yakin Allah mengetahui keadaanku dan memenuhi segala permo-honanku.”

Karena penyerahan yang total kepada Allah itulah maka Allah berfirman kepada api: Qulnâ yâ nâru kûnî bardan wa salâman ‘alâ ibrâhîm; Wahai api, dinginlah engkau agar Ibrahim selamat (QS. Al-Anbiya: 69).

Allah akan memberi pertolongan kepada siapa pun hamba-Nya yang sabar bersama-Nya di alam fana, sedang di alam akhirat si hamba kelak akan dianugerahkan kenikmatan tanpa ba-tas. Semoga kita semua mendapat anugerah yang satu ini. (Sumber: Kitab Al-Fath Ar-Rabbani karya Syaikh Abdul

Qadir al-Jailani)

MENJADI KEKASIH ALLAH (Tundukkan Nafsumu Sebelum Engkau Ditundukkan Olehnya)

Sambungan

La Tahzan (Jangan Bersedih)

Min ‘alâmâti al-i’timâdi ‘alâ al-‘amali nuqshânu ar-rajâ ‘inda wujûdi az-zalali; Salah satu tanda seseorang bersandar pada kekuatan amal usahanya adalah berku-rangnya pengharapan ketika terjadi suatu kesalahan atau dosa.

Zahir syariat memang me-nyuruh hamba untuk berusaha, na-mun secara hakikat hamba tidak diperkenankan menyandarkan diri pada amal usahanya; hamba hanya boleh bersandar kepada Allah se-mata.

Hal demikian ini merupakan intisari dari kalimat: Lâ haula walâ quwwata illâ billâh, tiada daya dan kekuatan kecuali atas izin Allah. Lebih terang lagi, tidak ada daya dan kekuatan untuk melakukan amal usaha kecuali atas kehendak dari Zat yang Maha Segala.

Allah mengingatkan di dalam Al-Qur’an: Katakanlah wahai Mu-

hammad, hanya karena merasakan karunia rahmat dari Allah jualah mereka boleh bersuka cita dan itu-lah yang lebih baik bagi mereka daripada segala apa yang mereka kumpulkan sendiri (QS. Yunus: 59).

Dengan demikian, jika seorang hamba bersandar kepada amal usa-hanya semata, itu artinya ia telah lupa akan karunia dan rahmat Al-lah SWT yang telah memberinya taufik dan hidayah kepadanya. Jika seorang hamba lupa akan karunia Allah, sangat besar kemungkinan dia akan terjatuh pada ujub, som-bong, merasa diri sempurna seperti yang terjadi pada makhluk berna-ma Iblis.

Di dalam Al-Qur’an dinya-takan, Iblis adalah makhluk yang paling terang-terangan ingkar kepada Tuhan karena dia merasa dirinya lebih baik dari Nabi Adam.

“Aku lebih baik dari Adam (anâ khayrun minhu),” ujar Iblis ketika disuruh Allah bersujud untuk mem-beri hormat kepada manusia per-tama bernama Adam.

Di dalam ayat lain juga digam-barkan bahwa Qarun merasa dirinya beroleh kekayaan karena ilmunya. “Aku mendapatkan kekayaan ini karena ilmuku semata (innamâ ûtîtuhû ‘alâ ‘ilmin ‘indî),” kata Qarun dengan sikap angkuh dan sombong.

Ibnu Athaillah mengingatkan kita: hendaknya seorang tidak menyandarkan kekuatan kepada amal usahanya sendiri karena hal itu sudah termasuk ke dalam syirik khafi (syirik yang tersembunyi). Semoga kita semua terhindar dari syirik, baik yang terang (jaliy) maupun yang samar (khafiy). (Sumber: Al-Hikam, Ibnu Athail-lah)

Kalam Hikmah Ibnu ‘Athaillah Kalam Hikmah (1)

Page 3: Ummati Edisi 003

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam sidangnya pada tanggal 3 Desem-ber 1983 di Jakarta mengeluarkan fatwa tentang Nyanyian dengan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an. Fatwa ini kiranya masih relevan hingga sekarang, apalagi dewasa ini se-ring kita jumpai nyanyian yang menggunakan ayat atau potongan doa dari ayat-ayat Al-Qur’an.

Menimbang: (1) Bahwa pada dasarnya agama Islam dapat menerima semua karya seni yang tidak bertentangan dengan ajaran dan hukum Islam; (2) Bahwa berdakwah juga dapat dilakukan melalui media seni; (3) Bahwa pada akhir-akhir ini telah tumbuh group musik yang membawakan lagu yang syairnya diambil dari terjemahan ayat-ayat suci Al-Qur’an; (4) Bahwa agar kesucian

Nyanyian dengan Ayat Suci Al-Qur’an

EDISI 003/III/2012 3

tidak melewati tenggorokan mereka, yakni tidak sampai ke dalam hati. Hati mereka terkena fitnah dan terkena fitnah juga orang-orang yang membang-gakan mereka.

Mendengar: Pendapat dan saran-saran anggota Komisi Fat-wa dalam rapat pada tanggal ter-sebut di atas.

Memutuskan: Dengan ber-tawakal kepada Allah SWT.

Memfatwakan: (1) Melagukan ayat-ayat suci Al-Qur’an haruslah mengikuti ke-tentuan ilmu tajwid; (2) Boleh menyanyikan atau melagukan ter-jemahan Al-Qur’an karena ter-jemahan Al-Qur’an tidak terma-suk Al-Qur’an. (Sumber: Him-punan Fatwa MUI, Jakarta, 2010)

dan kehormatan serta keagungan Al-Qur’an tetap terpelihara maka dipandang perlu MUI mengeluar-kan fatwa tentang hal tersebut.

Memperhatikan: (1) Ayat 69 surah Yasin: Kami (Allah) tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al-Qur’an itu tiada lain adalah pelajaran dan kitab yang mem-beri pencerahan. (2) Hadis ri-wayat at-Thabrani dan al-Baihaqi: Bacalah Al-Qur’an dengan gaya bahasa orang Arab dan jangan dengan gaya bahasa orang Ya-hudi, Nasrani, dan orang-orang fasik. Sungguh akan datang sesudahku orang-orang yang melagukan Al-Qur’an semacam lagu nyanyian, lagu penyemba-han patung, dan lagu berteriak-teriak. Apa yang mereka baca

Pemimpin Umat Berbasis Ilmu dan Akhlak (Wawancara dengan K.H. Ahmad Rasyidi Amin, Lc.)

Keberadaan pemimpin (imam atau ulilamri) sangatlah urgen bagi umat Islam. Di dalam Al-Qur’an sendiri, tepatnya surah an-Nisa ayat 59, dinyatakan bahwa taat kepada pemimpin merupakan perintah sesudah taat kepada Al-lah dan Rasulullah.

Karena pentingnya masalah kepemimpin ini, maka redaksi Buletin Ummati mewawancari K.H. Ahmad Rasyidi Amin, Ke-tua Umum Majelis Ulama Indo-nesia Kabupaten Tabalong be-berapa waktu yang lalu.

Ketika ditanyakan perihal kriteria pemimpin yang ideal, maka beliau merujuk kepada model kepemimpinan Rasulullah. “Syarat utama untuk seorang pemimpin yang ideal adalah dia

harus dapat dipercaya (amanah) oleh semua lapisan masyarakat,” ujar beliau.

K.H. Ahmad Rasyidi juga menegaskan pentingnya seorang pemimpin memiliki akhlak yang terpuji (akhlakul karimah). “Akhlak terpuji bukanlah akhlak yang dibuat-buat alias akhlak yang bersifat dadakan, melainkan akhlak yang memang sejak semu-la baik, bukan karena mau Pilka-da saja,” demikian beliau mene-gaskan.

Di samping sifat amanah dan akhlakul karimah, beliau juga menambahkan pentingnya seorang pemimpin memiliki sifat fathanah alias cerdas dan berwa-wasan luas. Pemimpin yang berwawasan sempit tidak akan

dapat memimpin umat dengan baik.

Ketua MUI Tabalong ini juga menghimbau pentingnya kerjasa-ma antara ulama dan umara. “Bila ulama dan umara baik maka umat pun akan baik. Sebaliknya, bila ulama dan umara buruk maka umat pun akan jadi buruk,” ujar beliau dengan mengutip sebuah hadis Nabi.

Terakhir, yang tak kalah pent-ing menurut beliau ialah perlunya pemimpin yang dapat memahami seluk beluk umat, seluk beluk pemerintahan, memahami denyut jantung masyarakat, berpikiran dan berwawasan luas, dan dapat memberikan pengayoman dan perlindungan kepada segenap lapisan masyarakat.(***)

Page 4: Ummati Edisi 003

miliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir se-jauh itu?

Tiba-tiba Kyai tersebut me-nampar pipi si Pemuda dengan sangat keras.

Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa Anda marah kepa-da saya?

Kyai: Saya tidak marah. Tam-paran itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang An-da ajukan kepada saya.

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.

Kyai: Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Tentu saja saya me-

Ada seorang pemuda yang la-ma sekolah di negeri Paman Sam (Amerika—red) dan kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah, ia meminta kepada orang tuanya untuk mencarikannya seorang guru agama, kyai atau siapa pun yang bisa menjawab 3 perta-nyaannya.

Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

Pemuda: Anda siapa, dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?

Kyai: Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan men-jawab pertanyaan anda

Pemuda: Anda yakin? Sedang Profesor dan ban-yak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertan-yaan saya.

Kyai: Saya akan men-coba sejauh kemampuan saya.

Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan:

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya.

2. Apakah yang dinamakan takdir?

3. Kalau Setan diciptakan dari api, kenapa dimasukkan ke ne-raka yang juga dibuat dari api. Tentu tidak akan menyakitkan buat Setan. Sebab mereka me-

rasakan sakit. Kyai: Jadi Anda percaya bah-

wa sakit itu ada? Pemuda: Ya. Kyai: Tunjukkan pada saya

wujud sakit itu! Pemuda: Saya tidak bisa. Kyai: Itulah jawaban pertan-

yaan pertama. Kita semua me-rasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kyai: Apakah tadi malam An-da bermimpi akan ditampar oleh saya?

Pemuda: Tidak Kyai: Apakah pernah terpikir

oleh Anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini? Pemuda: Tidak Kyai: Itulah yang dinamakan Takdir Kyai: Terbuat dari apa tan-gan yang saya gunakan untuk

menampar anda? Pemuda: Kulit. Kyai: Terbuat dari apa pipi

anda? Pemuda: Kulit. Kyai: Bagaimana rasanya

tamparan saya? Pemuda: Sakit. Kyai: Walaupun Setan terbuat

dari api dan Neraka juga dari api, jika Tuhan berkehendak, maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk Setan. ***

Pemuda dan Kyai Bijaksana

Buletin UmmatÎ - Penerbit: MUI Kabupaten Tabalong, Pemimpin Umum/Pembina: KH. Ahmad Rasyidi Amin, Lc, Pemimpin Redaksi: Zoelmanni, Wakil Pemimpin Redaksi/Layouter: Muhammad Rusyadi. Dewan Pimpinan: KH Ahmad Rasyidi Amin, Lc, KH Abdullah Sabiq, Drs. H. Birhasani, M.Si, Drs. H. Yazidi Haya, H. Zulfansyah Syahrani, S.Ag, H. Fathurrahman, S.Ag, Hj. Saidah Mahlan, S.Ag. Sekretaris Umum: Drs. Fadliadi, M.Ag, Drs. H. Sabilarrusdi, Drs. H. Hormansyah, H. Muttaqin Mukhtar, S.Ag, H. Ahmad Syurkati, S.Ag M.Si, Tukacil, M.Hum, Dra. Faridah. Bendahara Umum: Drs. Rusmadi, MM, Bendahara: Drs. H. Mustafa Inani. Komisi Dakwah Pendidikan, & Pengkaderan Ulama: Aspani, S.Ag (Ketua), Drs. Ardiansyah (Sekretaris), Anggota: Najibul Khairani, S.Ag, Zarkasi HS., Drs. Ahmad Kamejan, S.Pd., H. Irham Maskuni, S.Pd S.Ag, Drs. Hermansyah, Akhmad Nopiardi, S.Sos

‘Tiba-tiba Kyai tersebut me-nampar pipi si Pemuda dengan

sangat keras’