ulkus kornea aldila

Upload: eko-pastia-mukti-skep-ns

Post on 13-Jul-2015

375 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ulkus Kornea

taragana.net

DATA PENYAKIT, Deskripsi Ulkus kornea merujuk pada hilangnya sebagian kornea akibat kematian jaringan kornea. Kedoteran menyebut fenomena ini dengan ulkus kornea.

Gejala Gejala dari penyakit ini; mata merah, sakit ringan, fotofobia, penglihatan menurun, kadang kotor. Pada pemeriksaan sering ditemui kekeruhan berwarna putih pada kornea. Penyebabnya, bakteri, jamur, cairan pencuci lensa kontak.

Pengobatan Pengobatan untuk penyakit ini bertujuan membatasi hidup bakteri dengan pemberian antibiotik.

ASKEP PADA PASIEN ULKUS KORNEA10:24 PM TEGUH SUBIANTO NO COMMENTS

Share :Share

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ULKUS KORNEA A. Pengertian Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112) B. Etiologi Faktor penyebabnya antara lain: - Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya - Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar

pada daerah muka - Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus. - Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun. - Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif. Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh : - Bakteri Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas. - Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola - Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium - Reaksi hipersensifitas Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus cincin) (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60) C. Tanda dan Gejala - Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatrik kornea. - Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala obyektif berupa injeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion. - Fotofobia - Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112) D . MACAM-MACAM ULKUS KORNEA SECARA DETAIL Ulkus kornea dibagi dalam bentuk : 1. Ulkus kornea sentral meliputi: a. Ulkus kornea oleh bakteri Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah : - Streptokokok pneumonia - Streptokokok alfa hemolitik - Pseudomonas aeroginosa - Klebaiella Pneumonia - Spesies Moraksella Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah : - Stafilokukkus epidermidis - Streptokokok Beta Hemolitik - Proteus Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok

Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus kornea adalah : - Streptokok pneumonia (pneumokok) - Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik0 - Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik) - Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik) Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh stafilokokus dan pseudomonas. Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan intra vena Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkusalergi (toksik). Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus. Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, cairan lensa kontak. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri pseudomonas Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan. Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intra vena. b. Ulkus kornea oleh virus Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikelvesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.

c.Ulkus kornea oleh jamur Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh : - Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang - Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup. - Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing. Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal. Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid. Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik. 2. Ulkus marginal Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif. a. Ulkus cincin Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren. Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja. b. Ulkus kataral simplek Letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan subu terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening. Terjadi ada pasien lanut usia. Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin. c. Ulkus Mooren Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai.

Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun. Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti. (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60) E. Penatalaksanaan : Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek epitel. F. Pemeriksaan Diagnostik : a. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan ) b. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg c. Pemeriksaan oftalmoskopi d. Pemeriksaan Darah lengkap, LED e. Pemeriksaan EKG f. Tes toleransi glukosa G. Pengkajian : a. Aktifitas / istirahat : perubahan aktifitas b. Neurosensori : penglihatan kabur, silau c. Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri tiba-tiba/berat menetap/ tekanan pada & sekitar mata d. Keamanan : takut, ansietas (Doenges, 2000)

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan : a. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat Intervensi : - Kaji derajat dan durasi gangguan visual - Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru - Jelaskan rutinitas perioperatif - Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu - Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien. b. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan Intervensi : - Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil - Orientasikan pasien pada ruangan

- Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan - Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma - Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata c. Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator Intervensi : - Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep - Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul - Kurangi tingkat pencahayaan - Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat d. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan Intervensi : - Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter - Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat - Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan - Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan e. Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan Tujuan: Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan Kriteria hasil : a. Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan b. Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat Intervensi: - Perkenalkan pasien dengan lingkungannya - Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak mengalami gangguan - Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas - Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas - Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit Tujuan: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya Kriteria hasil: a.Pasien memahami instruksi pengobatan b.Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan Intervensi: - Beritahu pasien tentang penyakitnya - Ajarkan perawatan diri selama sakit - Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan keluarga - Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan TIO dan gangguan penglihatan PATHWAYS

DAFTAR PUSTAKA 1.Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1998. 2.Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata. Yogyakarta : Penerbit Andi; 1995. 3.Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta, 2000

ENDOPHTHALMITIS OCULI DEXTRA e.c RUPTUR KORNEAABSTRAK Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh. Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu hipopion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca. Pengobatan endoftalmitis dengan antibiotik topikal dan sistemik, kortikosteroid (pemberiannya hati-hati) atau dengan eviserasi apabila pengobatan gagal. Pada beberapa kasus, diindikasikan vitrektomi untuk melakukan drainase abses dan memungkinkan visualisasi fundul yang lebih jelas. Dengan terapi optimal, abses korpus vitreum memiliki prognosis buruk. Pada kasus ini, endopthalmitis terjadi pada wanita 61 tahun dengan nyeri pada mata kanan. Awalnya mata kanan pasien tergores daun padi sehingga terjadi endopthalmitis yang mengakibatkan harus dilakukan eviseratio bulbi. Kata kunci :, eviseratio bulbi, endopthalmitis ISI Seorang wanita 61 tahun datang ke poliklinik mata. Pasien datang ke poli klinik mata dengan keluhan, mata kanan terasa nyeri, nyeri dirasakan sampai ke kepala bagian kanan. Gejala sudah timbul sejak 2 minggu yang lalu. 1 minggu yang lalu mata kanan keluar darah secara tiba-tiba, pus (+), mata kanannya merah, serta penglihatan menurun. 1 minggu setelah kejadian mata kanan pasien tidak dapat melihat sama sekali. Pasien memeriksakan matanya ke dokter mata dan diprogram untuk dilakukan pengambilan bola mata kanan.Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, dan Compos Mentis, serta gizi cukup, Vital sign dengan nadi teratur dalam batas normal, respirasi teratur dalam batas normal, suhu 38,1 derajat celcius. Sedangkan status lokalis terdapat konjungtiva hiperemis, kemosis (+), injeksi konjungtiva(+),injeksi siliar (+), kornea keruh dan adanya hipopion dan hifema Diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diperoleh bahwa diagnosis kerja pada kasus ini adalah endopthalmitis oculli dextra e.c rupture kornea Terapi terapi yang diberikan adalah pemberian antibiotik oral yang dikombinasikan dengan antibiotik topikal berupa ciprofloxacin tablet 500 mg, tiga kali sehari, dan dilakukan eviserasi bulbi DISKUSI

Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh.Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abuabu hipopion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca.Diagnosis endoftamitis dipastikan dengan aspirasi 0,5 1 ml korpus vitreus dengan anestesi lokal melalui sklerotomi pars plana dengan menggunakan jarum 20-23, kemudian aspirat diperiksa secara mikroskopis. Setelah organisme dapat diidentifikasi, diindikasikan pengobatan medis segera. Pengobatan endoftalmitis dengan antibiotik topikal dan sistemik, kortikosteroid (pemberiannya hatihati) atau dengan eviserasi apabila pengobatan gagal. Pada beberapa kasus, diindikasikan vitrektomi untuk melakukan drainase abses dan memungkinkan visualisasi fundul yang lebih jelas. Dengan terapi optimal, abses korpus vitreum memiliki prognosis buruk. KESIMPULAN Pada kasus ini pasien menderita endopthalmitis oculi dextra yang diduga disebabkan oleh adanya rupture kornea Referensi 1. Ilyas S., 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 128. 2. Ilyas S., 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 3. endopthalmitis, 2010,mediastore. Di unduh dari www.google.com 4. endopthalimitis,2010, emedicine, di unduh dari www.google.com PENULIS Novi praja tri wulandari, Program Profesi Pendidikan Dokter. Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Salatiga

KONJUNGTIVITIS pada: Mei 18, 2009, 03:25:41 pm

SEKILAS KONJUNGTIVITIS

Conjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.

Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.

PENYEBAB

* Virus (pada umumnya adenovirus) * Bakteri or kuman ( staphylococcus dan streptococcus ) * Jamur (sangat jarang) * Chlamydia (Chlamydia trachomatis ) * Alergi (cuaca, debu, dll) * Bahan kimia ( polusi udara, sabun, kosmetik, chlorine, dll) * Benda asing. * Disebutkan pula bahwa parasit dapat menjadi penyebab konjungtivitis.

Kali ini, kita akan membahas sedikit tentang conjungtivitis yang disebabkan oleh virus dan kuman. *supaya ga terlalu panjang, aslinya malas, hehehe*

KELUHAN

Keluhan yang biasa dialami penderita konjungtivitis, antara lain: mata merah, ngeres (berasa kayak ada pasir atau sesuatu yang mengganjal), gatal, rasa panas, nyeri (kemeng: bhs jawa) di sekitar mata, air mata nerocos (air mata keluar berlebihan).

conjunctiva Keluhan-keluhan tersebut terjadi karena pembengkakan (edema) konjungtiva (bagian dalam kelopak mata: silahkan lihat gambar), serta pembesaran (hipertrofi) kelenjar di sekitar konjungtiva sehingga berasa seperti ada benda di dalam mata.

Kondisi ini membuat tangan tak kuasa untuk tidak mengucek-ucek, akibatnya makin bengkak, makin nyeri, makin lengkaplah penderitaan.

TANDA TANDA

Manakala penderita pergi berobat, maka dokter akan memeriksa mata untuk memastikan tandatanda conjungtivitis, yakni:

* Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membenkak.

* Produksi air mata berlebihan (epifora) * Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas. * Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. * Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. * Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein) * Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)

Dalam praktek sehari-hari, dokter dapat mengenali jenis konjungtivitis melalui pemeriksaan langsung berdasarkan ciri-ciri spesifik dari berbagai jenis konjungtivitis dan pola penyebarannya. Karenanya tidak diperlukan pemeriksaan Laboratorium untuk menegakkan diagnosa, kecuali pada kasus-kasus tertentu.

PENGOBATAN

Pada umumnya konjungtivitis sembuh sendiri (self limited) tanpa pengobatan dalam 10-14 hari. Jika diobati biasanya akan sembuh sekitar 3 hari. Pengobatan yang bersifat spesifik bergantung pada penyebabnya.

Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri, dapat menggunakan antibiotika topikal (obat tetes atau salep), misalnya Gentamycin 0,3%, Chloramphenicol 0,5%, dll. Adapun pengobatan pada konjungtivitis yang disebabkan virus, lebih ditujukan untuk mencegah infeksi sekunder.

Di ndeso kami, kebanyakan penderita konjungtivitis mengobati sendiri dengan obat tetes mata yang dijual bebas sebagai langkah awal. Sebagian sembuh dan sebagian akan berobat ketika dirasa makin berat dan mengganggu.

Pada konjungtivitis karena alergi, ditandai dengan mata merah, gatal, tanpa kotoran mata dan berulang di saat-saat tertentu (misalnya oleh paparan debu dan sejenisnya), dapat menggunakan obat tetes mata antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%, dan sejenisnya), kortikosteroid (deksamethason 0,1%, dan sejenisnya) atau kombinasi keduanya.

UPAYA PENCEGAHAN (up date )

Untuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan langkahlangkah berikut:

* Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata. * Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.

* Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain. * Mencuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll) dengan penderita konjungtivitis. * Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum. * Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

ASKEP KONJUNGTIVITISLabel: Perkuliahan

A PENGERTIAN. Suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, clamida, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia. B PATOFISIOLOGI. Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis. C PEMBAGIAN / KLASIFIKASI MENURUT GAMBARAN KLINIK. 1. Konjungtivitis Kataral. Konjungtivitis Kataral Akut. Disebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akut simplek, pink eyes. Penyebab: Koch Weeks, stafilokok aureus, streptokok viridan, pneukok, dan lain-lain. Tanda klinik: Pada palpebra edema, konjungtiva palpebra merah kasar, seperti beledru karena ada edema dan infiltrasi. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtival banyak, kemosis dapat ditemukan pseudomembran pada infeksi pneumokok. Konjungtivitis Kataral Sub Akut. Penyebab: Sebagai lanjutan konjungtivitis akut atau oleh virus hemofilus influenza. Tanda klinik: Palpebra edema. Konjungtiva palpebra hiperemi tak begitu infiltratif. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva positif, tak ada blefarospasme dan secret cair.

Konjungtivitis Katarak Kronik. Sebagai lanjutan konjungtivitis kataral akut atau disebabkan kuman koch weeks, stafilokok aureus, morax axenfeld, E. Colli atau disebabkan juga obstruksi duktus naso lakrimal. Tanda klinik: Palpebra tak bengkak, margo palpebra bleparitis dengan segala akibatnya. Konjungtiva palpebra sedikit merah, licin, kadang-kadang hypertropis seperti beledru. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva ringan. 2. Konjungtivitis Purulen. Dapat Disebabkan : Gonorrhoe dan Nongonorrhoe akibat pneumokok, streptokok, meningokok, stafilokok, dsb. Tanda Klinik : Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen. Pengertian : Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika. Patofisiologi : Proses peradangan hiperakut konjungtiva dapat disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika, yaitu kuman bukan yang berbentuk kokkus, gram ngatif yang sering menjadi penyebab uretritis, pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung antara Neisseria Gonorrhoika dengan konjungtiva. Dibedakan Atas 3 Stadium, Yaitu : Stadium Infiltrat. Berlangsung selama 1-3 hari. Dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, bleparospasme. Konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat mungkin terdapat pseudomembran diatasnya. Pada Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret sereus kadang-kadang beradarah. Stadium Supuratif atau Purulenta. Berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tak begitu tegang. Bleparospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat) oleh karena itu harus hatihati bila membuka palpebra, jangan sampai mengenai mata pemeriksa. Stadium Konvalesen (Penyembuhan) Hypertropi Papil. Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Injeksi konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang. Gejala / Gambaran Klinis : Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utama : mata merah, bengkak dengan sekret seperti nanah yang kadang-kadang bercampur darah. Pemeriksaan Laboratorium : Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicat dengan pengecatan gram dan diperiksa dibawah mikroskop. Didapatkan sel-sel polimorfonuklear dalam jumlah banyak sekali. Kokus gram negatif yang berpasang-pasangan seperti biji kopi yang tersebar diluar dan didalam sel.

Diagnosis : Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinik. Pengobatan : Gonoblenore Tanpa Penyulit Pada Kornea. Topikal : Salep mata Tetrasiklin HCl 1 % atau Basitrasin yang diberikan minimal 4 kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam pada penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sehari sampai terjadinya resolusi. Sebelum memberikan salep mata, mata harus dibersihkan terlebih dahulu. Sistemik : Pada orang dewasa diberikan Penisillin G 4,8 juta IU intra muskuler dalam dosis tunggal ditambah dengan Probenesid 1 gram per-oral, atau Ampisillin dalam dosis tunggal 3,5 gram per-oral. Pada neonatus dan anakanak diberikan injeksi Penisillin dengan dosis 50.0000 100.0000 IU/Kg BB. Gonoblenore Dengan Penyulit Pada Kornea. Topikal : Dapat dimulai dengan salep mata Basitrasin setiap jam atau Sulbenisillin tetes mata, disamping itu diberikan juga Penisillin konjungtiva. Sistemik : Pengobatan sistemik diberikan seperti pada gonoblenore tanpa ulkus kornea. 3. Konjungtivitis Flikten. Merupakan peradangan terbatas dari konjungtiva dengan pembentukan satu atau lebih dari satu tonjolan kecil, berwarna kemerahan yang disebut flikten. Penyebab : alergi terhadap o Tuberkulo protein, pada penyakit TBC. o Infeksi bakteri : koch weeks, pneumokok, stafilokok, streptokok. o Virus : herpes simpleks. o Toksin dari moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo palpebra. o Jamur pada kandida albikans. o Cacing : ascaris, tripanosomiasis. o Infeksi fokal : gigi, hidung, telinga, tenggorokan dan traktus urogenital. Konjungtivitis 2 macam : Konjungtivitis Flikten. Tanda radang tak jelas, hanya terbatas pada tempat flikten, sekret hampir tak ada . Konjungtivitis Kum Flikten. Tanda radang jelas, sekret mukos, mukopurulen, biasanya karena infeksi sekunder pada konjungtivitis flikten. Keluhan : Lakrimasi, fotofobia, bleparospasme. Oleh karena dasarnya alergi, maka cepat sembuh tetapi cepat kambuh kembali, selama penyebabnya masih ada di dalam tubuh. 4. Konjungtivitis Membran / Pseudo Membrane. Ditandai dengan adanya masa putih atau kekuning-kuningan, yang menutupi konjungtiva palpebra bahkan konjungtiva bulbi. Didapat pada :

Difteri primer atau sekunder dari nasopharynx. Streptokokus beta hemolitik eksogen maupun endogen. Steven Johnson Syndrome. Gejala klinik : Palpebra bengkak. Konjungtiva palpebra : hiperemi dengan membrane diatasnya. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+), mungkin ada membrane. Kadang-kadang ada ulkus kornea. Konjungtivitis pseudomembrane umumnya terdapat pada semua konjungtivitis yang bersifat hiperakut atau purulen seperti konjungtivitis gonore, akibat gonokok, epidemik keratokonjungtivitis, inclusion konjungtivitis. 5. Konjungtivitis Vernal. Dinamakan psring catarh karena banyak ditemukan pada musim bunga di daerah yang mempunyai empat musim. Keluhannya mata sangat gatal, terutama berada pada lapangan terbuka yang panas terik. Sering menunjukkan alergi terhadap tepung sari dan rumput-rumputan. 6. Konjungtivitis Folikularis Nontrakoma. Dibagi lagi menjadi : Konjungtivitis folikularis akut, yang disebabkan oleh virus termasuk golongan ini adalah : o Inclusion konjungtivitis. o Keratokonjungtivitis epidemika. o Demam faringokonjungtiva. o Keratokonjungtivitis herpetika. o Konjungtivitis new castle. o Konjungtivits hemoragik akut. Konjungtiva folikularis kronika. Konjungtiva folikularis toksika / alergika. Folikulosis. 7. Konjungtivitis Folikularis Trakoma. Penyebab virus dari golongan P.L.T (Psittacosis Lympogranuloma Tracoma) D PEMERIKSAAN LABORATORIUM. Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. E DIAGNOSIS. Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva. F PENGOBATAN. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS A. BIODATA. Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana, alamat, penanggung jawab. B. RIWAYAT KESEHATAN . 1. Riwayat Kesehatan Sekarang. Keluhan Utama : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe. Sifat Keluhan : Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul. Keluhan Yang Menyertai : Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe. 2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu. Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga. Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis). C. PEMERIKSAAN FISIK. Data Fokus : Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6. Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe). Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas. D. DIAGNOSA KEPERAWATAN. 1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan konjungtiva, ditandai dengan : Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan. Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri). Kriteria hasil: Nyeri berkurang atau terkontrol. Intervensi : Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien. Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur. Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic. Rasionalisasi : o Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti. o Berguna dalam intervensi selanjutnya. o Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan. o Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri. Evaluasi : Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri. Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu. Menunjukkan perasaan rileks. 2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya, ditandai dengan : Klien mengatakan tentang kecemasannya. Klien terlihat cemas dan gelisah. Kriteria hasil : Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang. Intervensi : Kaji tingkat ansietas / kecemasan. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya. Beri dukungan moril berupa doa untuk klien. Rasionalisasi : o Bermanfaat dalam penentuan intervensi. o Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya o Memberikan perasaan tenang kepada klien.

Keratitis umumnya mengganggu penglihatan jika terletak di sentral. Ada 2 tipe = infektif dan noninfektif. Klasifikasinya rata-rata sama dengan konjungtivitis (lihat di bagian konjungtivitis). Bagaimana membedakan keratitis infektif berdasarkan penyebab?

Orang yang berisiko kena keratitis:

Ada riwayat trauma. Pemakai lensa kontak (baru pakai tidak tahu caranya; atau sudah lama pakai tapi tidak tahu cara merawatnya). Pakai tetes mata steroid dalam waktu yang lama. Riwayat mata merah dan mata buram hilang timbul. Kadang mata silau, berair, belekan, dan kelilipan

Tanda

yang

ditemukan

KORNEA

KERUH,

VISUS TURUN,

dan

INJEKSI

SILIAR

dengan

palpebra hiperemis. Keratitis noninfektif yang penting yaitu keratitis punctata dan ulkus Mooren. Terapi keratitis Medikamentosa 1. Terapi kausal sesuai penyebab a. Bakteri: salep sefuroksim-gentamisin atau salep siprofloksasin b. Herpes: salep asiklovir 3% tiap 4 jam

c. Herpes zoster: minum asiklovir 5 kali 800 mg selama 7-10 hari. Ditambah analgesik per oral dan steroid. d. Jamur: salep natamisin 5% tiap 1-2 jam e. Acanthamoeba: poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin glukonat 0.02%. 2. Sikloplegik atau midriatikum 3. Antiglaukoma peroral untuk mencegah komplikasi 4. Steroid topikal (tapi tidak untuk ulkus!) Nonmedikamentosa 1. Patching pelindung 2. Debridemen jaringan nekrosis 3. Terapi laser untuk nekrotomi 4. Keratoplasti jika kerusakan sudah berat Ulkus Mooren Ulkus Mooren jarang ditemukan dan termasuk salah satu keratitis ulseratif perifer akibat proses autoimun. Berkaitan dengan hepatitis C. Bentuk ulserasi biasanya seperti bulan sabit di limbus dengan infiltrat kekuningan di pinggirnya. Ada 2 macam tipe: 1. Tipe limited: unilateral, sering menyerang orang tua (>40 tahun), dan prognosisnya lebih baik. 2. Tipe resisten: bilateral, sangat nyeri, sering menyerang orang muda, dan prognosis buruk. Penatalaksanaannya: 1. Terapi lokal dengan kortikosteroid topikal diikuti reseksi konjungtiva, dengan siklosporin topikal, atau injeksi heparin subkonjungtiva. 2. Terapi imunosupresi sistemik (siklofosfamid, azatioprin) baru diberikan jika reseksi gagal atau penyakit termasuk tipe resisten. 3. Operasi keratoplasti lamelar, epikeratoplasti, atau pembuatan flap.

Evaluasi : Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi ansietas. Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit. 3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan. Kriteria hasil : Penyebaran infeksi tidak terjadi. Intervensi : Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan irigasi). Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur. Pertahankan tindakan septik dan aseptik. Rasionalisasi : o Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih. o Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi. o Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke pasien. Evaluasi :

Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit. 4. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema). Intervensi : Kaji tingkat penerimaan klien. Ajak klien mendiskusikan keadaan. Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang. Jelaskan perubahan yang terjadi. Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan. Evaluasi : Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri. Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan ke arah penerimaan. 5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan. Kriteria hasil : Cedera tidak terjadi. Intervensi : Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya. Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan kecelakaan. Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas. Rasionalisasi : o Menurunkan resiko jatuh (cedera). o Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian. o Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien. o Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.

Evaluasi : Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

SUMBER 1. Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta. 2. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU Sutomo. 1994. Surabaya. 3. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta.

ASKEP PADA KERATITIS

" KERATITIS " Pengertian Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112) IB. Etiologi Faktor penyebabnya antara lain: Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus. Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun. Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif.

Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh : o Bakteri Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas. o Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola o Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium o Reaksi hipersensifitas Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus cincin) (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60) C. Tanda dan Gejala Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatrik kornea. Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala obyektif berupa injeksi

silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion. Fotofobia Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112)

D . MACAM-MACAM ULKUS KORNEA SECARA DETAIL Ulkus kornea dibagi dalam bentuk : 1. Ulkus kornea sentral meliputi: a. Ulkus kornea oleh bakteri Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah : o Streptokokok pneumonia o Streptokokok alfa hemolitik o Pseudomonas aeroginosa o Klebaiella Pneumonia o Spesies Moraksella Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah : o Stafilokukkus epidermidis o Streptokokok Beta Hemolitik o Proteus

Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus kornea adalah : o Streptokok pneumonia (pneumokok) o Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik0 o Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik) o Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik) Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada keratitis bakterial, akhirakhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh stafilokokus dan pseudomonas. Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor

pencetusnya. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan intra vena Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi (toksik). Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.

Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, cairan lensa kontak. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri pseudomonas Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan. Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intra vena.

b. Ulkus kornea oleh virus Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.

c.Ulkus kornea oleh jamur Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh : o Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang o Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup. o Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi. Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing. Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal. Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid. Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.

2. Ulkus marginal Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif. 1. Ulkus cincin

Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren. Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja. 2. Ulkus kataral simplek Letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan subu terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening. Terjadi ada pasien lanut usia. Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin. 3. Ulkus Mooren Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai. Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun. Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti. (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)

E. Penatalaksanaan : Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek epitel.

F. Pemeriksaan Diagnostik : 1. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan ) 2. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg 3. Pemeriksaan oftalmoskopi

4. Pemeriksaan Darah lengkap, LED 5. Pemeriksaan EKG 6. Tes toleransi glukosa

G. Pengkajian : 1. Aktifitas / istirahat : perubahan aktifitas 2. Neurosensori : penglihatan kabur, silau 3. Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri tiba-tiba/berat menetap/ tekanan pada & sekitar mata 4. Keamanan : takut, ansietas (Doenges, 2000)

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan : 1. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat Intervensi : o Kaji derajat dan durasi gangguan visual o Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru o Jelaskan rutinitas perioperatif o Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu o Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.

2. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan Intervensi : o Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil o Orientasikan pasien pada ruangan o Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan o Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma o Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata

3. Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator Intervensi : o Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep o Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul o Kurangi tingkat pencahayaan

o Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat

4. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan Intervensi : o Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala, komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter o Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat

o Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan o Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan

e. Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan Tujuan: Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan Kriteria hasil : 1. Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan 2. Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat

Intervensi: o Perkenalkan pasien dengan lingkungannya o Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak mengalami gangguan o Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan ansietas o Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas o Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang

f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit Tujuan: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya Kriteria hasil: 1. Pasien memahami instruksi pengobatan 2. Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan Intervensi: o Beritahu pasien tentang penyakitnya o Ajarkan perawatan diri selama sakit o Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada pasien dan keluarga o Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan TIO dan gangguan penglihatan

PATHWAYS

1. Kelainan pada bulu mata dan sistem air mata 2. Trauma kornea 3. Kelainan kornea 4. Kelainan sistemik 5. Obat penurun mekanisme imun 1. Bakteri 2. Virus 3. Jamur 4. Hipersensitivitas