ulkus kornea
DESCRIPTION
ulkus korneaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan keadaan patologik kornea, yaitu hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Akibat kerusakan
epitel menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam kornea. Terbentuknya ulkus
pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk
sel epitel baru dan sel radang. Kerusakan dapat terjadi di kornea bagian tepi, tetapi
ulkus selalu meluas ke tengah. Biasanya disertai dengan hipopion. Insidensi ulkus
kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia.
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrate supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan
penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya
komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.
Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan
penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 48 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Tani
Alamat : Pekalongan, Lampung Timur
Tanggal Pemeriksaan : 24 Desember 2014
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis Tanggal : 24 Desember 2014
Keluhan Utama : Os mengeluh mata kiri kabur sejak 2 minggu yang
Lalu.
Keluhan Tambahan : mata berair, merah, silau, gatal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan melihat dengan mata kiri agak kabur sejak 2
minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit.Melihat seperti ada putih-putih yang
menghalangi penglihatan. Selain itu pasien juga mengeluh matanya berair, silau,
tidak ada belekan, rasa mengganjal, rasa nyeri, maupun mata merah.
Penglihatan mata kiri terganggu sejak 10 hari SMRS, seperti ada yang
nutupin. Sakit kepala bagian kiri berdenyut sejak 6 hari SMRS, tetapi mual,
muntah disangkal, demam disangkal
Pasien sudah mendapat pengobatan sebelumnya dengan menggunakan
obat tetes mata “insto” namun belum merasakan ada perbaikan sehingga pasien
memutuskan untuk berobat ke RSAY.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit Darah Tinggi, Kencing Manis, Stroke, Infeksi virus
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat penyakit Darah Tinggi, Kencing Manis, Stroke, Infeksi virus
disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos
mentis, GCS 15.
Tanda Vital : TD 130/80 mmHg, N 82x/m, RR 18x/m, S 36,60C
Kepala : Normochepali, Benjolan(-), Sikatrik (-)
Thorax : Simetris
Jantung : Dalam batas normal
Paru : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
STATUS OPHTALMOLOGIS
Occuli Dextra Keterangan Occuli Sinistra
6/9 Visus 3/60
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Hitam, distribusi normal, trikiasis (-)
Supercilia Hitam, distribusi normal, trikiasis (-)
Edema (-), spasme (-), nyeri tekan (-), ektro/entropion (-)
Palpebra superior Edema (-), spasme (-), nyeri tekan (-),
ektro/entropion (-)
Edema (-), spasme (-), nyeri tekan (-),
ektro/entropion (-)
Palpebra inferior Edema (-), spasme (-), nyeri tekan (-),
ektro/entropion (-)
Dalam batas normal Silia Dalam batas normal
Baik ke segala arah Gerak bola mata Baik ke segala arah
Orthoforia, exopthalmus (-),
strabismus (-)
Fundus occuli Orthoforia, exopthalmus (-), strabismus (-)
Hiperemi (-), sikatriks (-)
Konjungtiva palpebra Hiperemi (-), sikatriks (-)
Secret (-) Konjungtiva fornix Secret (-)
Injeksi konjungtiva (-) Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Sklera Injeksi siliar (+)
Jernih, rata Kornea Keruh (+), kasar, ulkus (+)
1. Kedalaman cukup, jernih
Camera occuli anterior Kedalaman cukup, jernih
Hitam kecoklatan, kripte normal, sineki (-)
Iris Hitam kecoklatan, kripte normal, sinekia (-)
Bulat, 3 mm, reflex normal
Pupil Bulat, 3 mm, reflex melambat
(-) Shadow test (-)
Jernih Lensa Jernih
Tidak diperiksa Fundus reflex Tidak diperiksa
Tidak diperiksa Corpus vitreum Tidak diperiksa
T dig N Tensio Occuli T dig N
Dalam batas normal Sistem canalis lacrimalis Dalam batas normal
Tidak ada Lain - lain Tidak ada
IV. ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Slit lamp
2. Uji fluorescein untuk melihat adanya defek epitel kornea
3. Pemeriksaan biomikroskopi goresan kornea dengan pewarnaan KOH, gram
atau Giemsa.
V. RESUME
Dari anamnesa:
Pasien datang dengan keluhan melihat dengan mata kiri agak kabur sejak 2
minggu. Sebelum Masuk Rumah Sakit.Melihat seperti ada putih - putih yang
menghalangi penglihatan. Selain itu pasien juga mengeluh matanya berair dan
silau. Sebelum keluhan muncul mata kiri pasien terkena debu yang beterbangan
dari jalanan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
OD: visus 6/9. Pada kornea: keruh (-), permukaan licin, infiltrate (-), ulkus
(-), sikatriks (-), arcus senilis (-). Pada COA: kedalaman cukup. Pada iris:
normal. Pada pupil: ukuran 3mm, reflex cahaya normal.
OS: visus 3/60. Pada kornea: keruh (+), permukaan kasar, infiltrate (+),
ulkus (+), injeksi siliar, injeksi konjungtiva (+). Pada COA: kedalaman
cukup. Pada iris: kripte sulit dinilai. Pada pupil: ukuran 3mm, reflex
cahaya melambat.
DIAGNOSA KERJA
OS ulkus kornea ec suspect bacterial
VI. DIAGNOSA BANDING
DD:
Ulkus kornea suspect et causa viral
Ulkus kornea suspect et causa fungi
VII.PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
Gentamicin salep OS 1 x 1
Kloramfenikol ED OS 2 gtt/2 jam
Asam mefenamat tab 3 x 500mg
Non- medikamentosa
Memakai kaca mata lebar saat keluar rumah.
Hindari mata terkena kontak langsung dengan air
Jangan mengucek – kucek mata.
VIII. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam ad bonam ad onam
Ad fungsionam ad bonam Dubia ad bonam
Ad sanationam ad bonam Dubia ad bonam
Gambar 1. Kondisi mata kiri pasien
Gambar 2. Kondisi mata kiri pasien
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Ulkus Kornea
1.1 Anatomi Dan Fisiologi
ANATOMI MATA
Gambar 1: Anatomi Mata1
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh
tiga lapisan. Dari luar kedalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1)
sklera/ kornea, (2) koroid/ badan siliaris/ iris, dan (3) retina. Sebagian
besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah
luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata.
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, lensa, pupil dan
vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (makula). Gangguan
media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak ataupun
perlahan).
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan
cahaya ke retina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya
sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir
pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna
untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini
akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal
ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke
otak.1
I. Kornea
Gambar 2; Lapisan Kornea1
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi
bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
a) Epitel
• Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
• Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng,
sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
• Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
• Epitel berasal dari ektoderm permukaan
b) Membran Bowman
• Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
• Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
c) Stroma
• Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
d) Membran Descement
• Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
• Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 μm. 1
e) Endotel
• Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua
lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin
ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi. Kornea merupakan bagian
mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan.
Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea.1
2.1Ulkus kornea
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
2. Ulkus kornea perifer
Ulkus Kornea Sentral
a. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk
cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok
pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila
tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma
dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen
yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral
kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48
jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang
dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin.
Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.2
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang
dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga
memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat
dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran
ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini
terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
b. Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu
pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di
bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang
dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak
lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan
radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.2
c. Ulkus Kornea Virus
Ulkus KorneaHerpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala
kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva
hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat
dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex.
Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah.
Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea
biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex :Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai
dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat
pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif,
jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya. 2
d. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin
stroma, dan infiltrat perineural.
Ulkus Kornea Perifer
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus,
toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok
arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan
lain-lain.
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah
sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai
sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori
hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang
satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan
kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang
dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya
tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.
2.2 Etiologi
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret
yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi
P aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus
dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di
bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola,
vacinia (jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam
air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik.
Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin
dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila
memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya
ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau
tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Radiasi atau suhu: Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap
sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis
sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat
disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid),
kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang
menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada
keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek
pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;
kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan
golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
2.3 Patofisiologi Ulkus kornea
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan
sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan
kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 3
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak
segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea.3
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama
palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat
progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan
iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang
berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 3
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya
sikatrik.
2.4 Manifestasi Klinik
Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu sesuai dengan gejala yang ada pada penderita:Gejala yang
ditimbulkan tergantung penyakit dasarnya
Anamnesis
Mata merah ringan hingga berat
Fotofobia
Penglihatan menurun
Adanya secret. 2
Pemeriksaan pada mata
Kekeruhan warna putih pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi
pewarnaan fluorescein akan berwarna hijau di tengahnya.
Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel
radang pada kornea.
Penipisan kornea
Lipatan descement akibat ulkus yang berjalan cepat, atau perforasi kornea
yang berakhir dengan membentuk lekoma adheren
Reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris) berupa suar
Hipopion
Hifema
Sinekia posterior
Kokus gram positif, stafilokokkus aureaus dan streptokokus pneumoni
memberi gambaran ulkus terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna
putih abu- abu pada anak ulkus yang supuratif.
Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak
terlihat infiltrasi sel radang.
Penyebab pseudomonas: ulkus terlihat melebar dengan cepat, purulent
berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus.
Penyebab jamur: infiltrate akan berwarna abu- abu di keliling infiltrate
halus di sekitarnya (fenomena satelit).
Ulkus berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada kornea.
Bila proses pada ulkus berkurang: berkurang sakit, fotofobia, berkurang
infiltrate dan defek epitel kornea menjadi bertambah kecil.2
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Medikamentosa
Antibiotika sesuai dengan kausa. Biasanya diberi local kecuali keadaan
berat.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat
tenang, kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan
pengobatan ditambah 1-2 minggu.2
2.5.2 Non medikamentosa
Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat member obat
sendiri, tidak terdapat reaksi obat, dan perlunya obat sistemik.
Mata tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan
berfungsi sebagai incubator
Secret yang terbentuk dibersihkan 4 kali satu hari
Debridement sangat membantu penyembuhan2
2.5.3 Pembedahan
Atau keratoplasti apabila pengobatan tidak sembuh, atau terjadinya
jaringan parut yang mengganggu penglihatan.2
2.6 Komplikasi
Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu yang singkat
Perforasi kornea dapat berlanjut menjadi endophtalmitis dan
panophtalmitis
Prolapse iris
Sikatriks kornea
Katarak
Glaucoma sekunder
2.7 Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebab, dan komplikasi jika
timbul. Ulkus yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama karena
jaringan kornea yang bersifat avascular. Penyembuhan yang lama juga
dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap pengobatan. Pengobatan menggunakan
antibiotika yang tidak patuh boleh mengakibatkan resistensi bakteri. Ulkus kornea
dapat sembuh dengan 2 metode:
1. Migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel
2. Pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva.
Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode
pertama, tetapi pada ulkus besar perlu adanya suplai darah agar leukosit
dan fibroblast dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian
sikatriks.
2.8 Pencegahan
Segera konsultasi ke ahli mata setiap ada keluhan pada mata
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk ke dalam mata
Pakai alat pelindung diri seperti goggle sewaktu bekerja di lapangan yang
rentan kecelakaan
Gunakan tetes mata jika rawan mata kering atau kelopak mata tidak bisa
menutup sempurna
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.2
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosa sudah tepat?
Pada pasien, didagnosa OS ulkus kornea ec suspect bacterial, hal ini
berdasarkan penemuan yang didapat melalui:
Dari anamnesa: keluhan penglihatan mata kiri kabur sejak 2 minggu. Sebelum
Masuk Rumah Sakit.Melihat seperti ada putih - putih yang menghalangi
penglihatan. Selain itu pasien juga mengeluh matanya berair dan silau.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan: OS: visus 3/60. Pada kornea: keruh (+),
permukaan kasar, infiltrate (+), ulkus (+), injeksi siliar, injeksi konjungtiva (+).
Pada COA: kedalaman cukup. Pada iris: kripte sulit dinilai. Pada pupil: ukuran
3mm, reflex cahaya melambat.
Hal ini sesuai dengan kondisi ulkus kornea yaitu suatu kondisi pada mata yang
ditandai dengan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea. Adapun ulkus Kornea Bakterialis didasarkan dari keluhan
pasien yaitu dari pemeriksaan fisik yaitu ditemukannya defek epitel disertai
infiltrat berbatas tegas dan kekeruhan pada kornea. Selain itu adanya riwayat
paparan terkena debu yang beterbangan dari jalanan memperkuat diagnosa
dengan etiologi bakteri. Namun hal ini harus dipastikan terlebih dahulu melalui
pemeriksaan penunjang lain seperti sediaan hapus goresan ulkus untuk analisa
atau kultur media bakteri seperti agar darah, Sabouroud, Triglikolat dan agar
coklat. Selain itu kemungkinan etiologi lain juga patut dipertimbangkan seperti
fungi ataupun virus.
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien sudah tepat?
Pada pasien ini didapatkan penatalaksanaa berupa Gentamicin salep OS 1 x 1,
Kloramfenikol ED OS 2 gtt/2 jam, Asam mefenamat tab 3 x 500mg Serta
Non- medikamentosa: Memakai kaca mata lebar saat keluar rumah, Hindari
mata terkena kontak langsung dengan air, Jangan mengucek – kucek mata.
Pengobatan pada tukak kornea betujuan menghalangi pertumbuhan bakteri
dengan antibiotika dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Secara
umum tukak diobati dengan debridement, sekret yang terbentuk dibersihkan 4
kali sehari karena debridement sangat membantu penyembuhan. Mata tidak
boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
incubator. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi
sediaaan lokal kecuali keadaan berat. Adapun tindakan pembedahan Atau
keratoplasti dilakukan apabila pengobatan tidak sembuh, atau terjadinya
jaringan parut yang mengganggu penglihatan
3. Bagaimana prognosis pada pasien?
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebab, dan
komplikasi jika timbul. Ulkus yang luas memerlukan waktu penyembuhan
yang lama karena jaringan kornea yang bersifat avascular. Penyembuhan yang
lama juga dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap pengobatan. Pengobatan
menggunakan antibiotika yang tidak patuh boleh mengakibatkan resistensi
bakteri. Ulkus kornea dapat sembuh dengan 2 metode:
Migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel
Pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil
dapat sembuh dengan cepat melalui metode pertama, tetapi pada ulkus besar
perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblast dapat membentuk
jaringan granulasi dan kemudian sikatriks.
BAB V
KESIMPULAN
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata
sebabkelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.
Penyakit ini makin banyak dijumpai pada pekerja pertanian dan kini makin
banyak dijumpai pada penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat
kortikosteroid dalam pengobatan mata Kebanyakan ulkus kornea karena jamur
disebabkan oleh organisme oportunis seperticandida fusarium, aspergillus,
penicilium, cephalosporium, dan lain-lain. Tidak ada ciri khas yang membedakan
ulkus jamur ini. Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat
sembuh, tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat merusak
kornea secara permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi dari interior
mata, sehingga menimbulkan penyebaran infeksi dan meningkatkan resiko
kehilangan penglihatan yang permanen. Semakin telat pengobatan ulkus kornea,
akan menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan parut yang luas.
DAFTAR PUSTAKA
Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, Vaughan Daniel G, Eva Paul
Riordan.2000. Oftalmologi Umum. Edisi XIV. Jakarta : Widya Medika.
Grigsby, W. S. 2004. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis.
(http://www.emedicine.com/emerg/topic115.htm). Diakses tanggal 15 April
2013.
Hartono. 2012Buku saku ringkasan anatomi & fisiologi mata. Bagian Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Gadjah Mada..
N. Wijaya S. D, Dr. 1983. Ulkus Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta,.
Perhimpunan Dokter Ahli Mata. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya: Airlangga
University Press
Sidarta I, Sri R. 2009. Ilmu penyakit mata Ed. 4. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Suhardjo, Hartono. 2007. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.