ulkus kornea
DESCRIPTION
askepTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ULKUS KORNEA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya
destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal
112)
2. Etiologi
Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :
Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah
streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea
melalui faktor-faktor pencetus diatas.
Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola
Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC
(keratokonjungtivitis flikten), allergen tak diketahui (ulkuscincin) (Sidarta
Ilyas, 1998, 57-60)
Faktor penyebabnya antara lain:
Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya
Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma,
penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka
Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik,
exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena
defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.
Kelainan - kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens -
Jhonson, sindrom defisiensi imun.
Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik local dan golongan imunosupresif.
3. Patofisiologi
1. Kelainan pada bulu mata dan sistem air mata
2. Trauma kornea3. Kelainan kornea4. Kelainan sistemik5. Obat penurun mekanisme
imun
1. Bakteri2. Virus3. Jamur4. Hipersensitivitas
Terpajannya reseptor nyeri
Nyeri
TIO meningkat
Perubahan Persepsi sensori : penglihatan
Penglihatan terganggu
Resiko cidera Ansietas
Ruptur kornea
Perforasi kornea
Ulkus
Tumpukan pus di camera oculi anterior
Menginfeksi kornea
4. Tanda dan Gejala
Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan
menimbulkan sikatrik kornea.
Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis.
Gejala obyektif berupa infeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan
adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai
hipopion.
Fotofobia
Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112)
5. Klasifikasi Ulkus Kornea
Ulkus kornea dibagi dalam bentuk :
a. Ulkus kornea sentral meliputi :
Ulkus kornea oleh bakteri
Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak
ada faktor pencetusnya ( kornea yang sebelumnya betul-betul sehat )
adalah:
Streptokokok pneumonia
Streptokokok alfa hemolitik
Pseudomonas aeroginosa
Klebaiella Pneumonia
Spesies Moraksella
Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri
patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit,
periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan
sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi.
Bakteri pada kelompok ini adalah :
Stafilokukkus epidermidis
Streptokokok Beta Hemolitik
Proteus
Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokus
Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus
kornea adalah
Streptokok pneumonia (pneumokok)
Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik)
Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)
Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)
Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada
keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh
stafilokokus dan pseudomonas.
Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan
karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan,
sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun
seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman
ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis
didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya.
Gambaran Klinis Ulkus kornea leh bakteri Streptokokok:
Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus
menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi
kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia
Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi
subkonjungtiva dan intra vena.
Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus
Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies
stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh
Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi
ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi(toksik).
Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila
ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes
simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus:
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai
infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati
secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan
infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen
yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas
kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus
Aureus.
Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas
Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas
bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas
bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat
sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus
pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan.
Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein,
cairan lensa kontak.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas:
Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan
infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus
kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi
kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.
Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara
lokal, subkonjungtiva serta intravena.
Ulkus Kornea Oleh Virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk
disiform bila mengalami nekrosis dibagian sentral.
Ulkus Kornea Oleh Jamur
Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh :
Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang
lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang
Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma
yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang
yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh
benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek
epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup.
Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim
tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.
Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara
dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada
tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku,
saluran kencing.
Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme
oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan
endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran
lakrimal.
Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak
mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor
pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti,
keratitis herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid.
Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila
memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas
untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.
b. Ulkus Marginal
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk
bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan
terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat
ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik
atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva
yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris.
Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan.
Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun
disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat
blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan
limbus.
Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga
4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok
atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat
memberikan penyembuhan yang efektif.
Ulkus Cincin
Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran
kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.
Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit
disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini
bersifat rekuren
Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
Ulkus Kataral Simplek
Letak ulkus perifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan sumbu
terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut
dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening.
Terjadi pada pasien lanjut usia.
Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.
Ulkus Mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea
berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk
perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan
bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak
ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai.
Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau
autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata.
Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi
konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti.(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan )
Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg
Pemeriksaan oftalmoskopi
Pemeriksaan Darah lengkap, LED
Pemeriksaan EKG
Tes toleransi glukosa
7. Penatalaksanaan
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian
berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan
berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung
tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan
mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres
dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan
asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu
diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.
Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas
sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan
mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek
epitel.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Aktivitas / Istrahat
Gejala : Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya
Tanda : Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
Neurosensori
Gejala : Klien mengeluh penglihatan kabur, klien mengeluh
penglihatan silau
Tanda : Penurunan ketajaman mata, penurunan visus, tidak dapat
melihat dengan jarak jauh, Nampak mengecilkan mata bila
ada respon cahaya, mata Nampak merah, Nampak kotor
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya, klien mengeluh
sakit kepala
Tanda : Nampak memegang area mata, ekspresi wajah Nampak
meringis
Integritas ego
Gejala : Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya, klien
mengeluh akan kondisi matanya
Tanda : Nampak takut, bertanya tentang kondisi, penyakitnya.
Bingung bila ditanya tentang penyakitnya, klien nampak
bingung bila ditanya tentang penyakitnya.
b. Pengelompokan Data
Data Subyektif :
Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena
gangguan penglihatan
Klien mengeluh penglihatan kabur
Klien mengeluh penglihatan silau
Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya
Klien mengeluh sakit kepala
Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya
Klien mengeluh akan kondisi matanya
Data Obyektif :
Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
Tidak dapat melihat dengan jarak jauh
Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya
Mata nampak merah
Nampak kotor
Nampak memegang area mata
Ekspresi wajah nampak meringis
Nampak takut
Bertanya tentang kondisi penyakitnya
Bingung bila ditanya tentang penyakitnya.
c. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
Ds : Klien mengeluh nyeri
pada daerah matanya Klien mengeluh sakit
kepala
Do : Ekspresi wajah nampak
meringis Nampak memegang area
mata
Invasi bakteri↓
Inkulurensi kornea↓
Peningkatan TIO↓
Merangsang pengeluaran (histamine, bradikin,
prostaglandin)↓
Impuls disampaikan thalamusKorteks serebri
↓Impuls dipersepsikan
↓Nyeri
Nyeri
Ds : Klien mengeluh tidak
dapat beraktivitas seperti biasanya karena gangguan penglihatan
Klien mengeluh penglihatan kabur
Klien mengeluh penglihatan silau
Do Nampak berhati-hati
dalam beraktivitas Penurunan ketajaman
mata, penurunan visus Tidak dapat melihat
dengan jarak jauh Nampak mengecilkan
mata bila ada respon cahaya
Mata nampak merah Nampak kotor
Perforasi pada kornea↓
Tumpukan pus di kamera okuli anterior
↓Penerimaan dan retraksi cahaya
belakang↓
Penglihatan kabur↓
Penurunan visus↓
Gangguan persepsi sensori : penglihatan
Gangguan persepsi sensori :
penglihatan
Ds :
Klien mengeluh takut
Ulkus kornea↓
Ansietas
dengan keadaan matanya
Klien mengeluh akan
kondisi matanya
Do :
Nampak takut
Bertanya tentang kondisi
penyakitnya
Bingung bila ditanya
tentang penyakitnya.
Gangguan penglihatan↓
Perubahan kondisi mata↓
Kurang terpajang informasi↓
Stress psikologis↓
Koping individu tidak efektif↓
Ansietas
Do :
Klien mengeluh
penglihatan kabur
Nampak berhati-hati
dalam beraktivitas
Penurunan ketajaman
mata, penurunan visus
Tidak dapat melihat
dengan jarak jauh
Ulkus kornea↓
Kerusakan penglihatan↓
Lapang pandang menurun↓
Resiko terjadi cidera
Resiko cidera
d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Gangguan persepsi sensori
3) Ansietas
4) Resiko cidera
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inkulirensi kornea ditandai dengan
Ds : Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya
Klien mengeluh sakit kepala
Do : Ekspresi wajah nampak meringis
Nampak memegang area mata
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan ketajaman mata
ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena
gangguan penglihatan
Klien mengeluh penglihatan kabur
Klien mengeluh penglihatan silau
Do : Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
Tidak dapat melihat dengan jarak jauh
Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya
Mata nampak merah
Nampak kotor
c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit ditandai
dengan :
Ds : Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya
Klien mengeluh akan kondisi matanya
Do : Nampak takut
Bertanya tentang kondisi penyakitnya
Bingung bila ditanya tentang penyakitnya
d. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang ditandai
dengan :
Do : Klien mengeluh penglihatan kabur
Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
Tidak dapat melihat dengan jarak jauh
3. Perencanaan
Dx 1 : Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kep. nyeri teratasi
Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari nyeri
beransur – ansur hilang dengan kriteria :
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah nampak tenang
Intervensi :
a. Pantau skala nyeri yang dialami klien
Rasional : untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan klien sehingga
memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaa untuk trauma tumpul
Rasional : mengurangi edema sehingga membantu mengurangi rasa nyeri
c. Kurangi tingkat pencahayaan
Rasional : tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah
pembedahan
d. Anjurkan klien untuk beristrahat yang cukup
Rasional : istrahat membantu memberihkan rasa nyaman
e. Anjurkan klien menggunakan kacamata hitam pada cahaya yang kuat
Rasional : cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah
penggunaan tetes mata dilator
f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat analgetik
Rasional : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan
meningkatkan rasa nyaman.
Dx 2 : Gangguan persepsi sensori penglhatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kep. gangguan penglihatan teratasi
Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari gangguan
penglihatan beransur-ansur membaik dengan criteria :
- Penglihatan klien normal
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik
Intervensi :
1. Pastikan derajat tipe kehilangan penglihatan
Rasional : memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya yang akan
diberikan
2. Orientasikan klien terhadap lingkungan.
Rasional : Untuk memperkenalkan pada klien tentang lingkungan dan
aktifitas sehingga dapat meningkatkan stimulus penglihatan
3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosis
Rasional ; secara langsung mengikut sertakan klien serta mengajarkan klien
cara perawatan mata yang benar
4. Lakukan tindakan membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan
Rasional : membantu klien memenuhi kebutuhannya
5. Perkenalkan pasien dengan lingkungannya
Rasional : agar klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri tanpa terikat
oleh orang disekitarnya.
6. Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak
mengalami gangguan
Rasional ; agar klien terbiasa sehingga mampu memenuhi aktivitasnya
7. Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang
Rasional ; agar klien dapat beristrahat dengan nyaman
Dx 3 : Ansietas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kep. Ansietas teratasi
Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari ansietas
beransur-ansur membaik dengan criteria :
- Klien tidak takut akan penyakitnya
- Klien dapat menerima kondisi mata
- Klien memahami tentang penyakit serta perawatan yang akan
dilakukan.
Intervensi :
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk
mengetahui keprihatikan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman
Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui,
mekanismekoping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusara,
ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan dan penlakan.
2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru
Rasional : mengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas
dan meningkatkan keamanan
3. Menjelaskan rutinitas perioperatif
Rasional : pasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah
menerima penanganan dan mematuhi intruksi
4. Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya
Rasional : pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan
indera yang lain untuk mendapatkan informasi
5. Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu
Rasional : perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat
6. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien
Rasional : pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan
dengan penanganan dari perawatan diri
7. Dorong partisipasi dalam aktivitas social dan pengalihan bila memungkin
Rasional : isolasi social dan waktu luang yang terlalu lama dapat
menimbulkan perasaan negative.
Dx 4 : Resiko cidera
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kep. Cidera tidak terjadi
Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari tanda-tanda
cidera tidak akan terjadi dengan criteria :
- Klien dapat beraktivitas dengan baik
- Beraktivitas secara mandiri.
Intervensi :
1. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil
dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai,
menggunakan teknik bimbingan penglihatan
rasional : menurunkan resiko jatuh atau cidera ketika langkah sempoyongan
atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.
2. Bantu pasien menata lingkungan :
Rasional : memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cidera
3. Orientasikan pasien pada ruangan
Rasional ; meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan
4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan
Rasional : tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap cidera
5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma
Rasional ; tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih
lanjut.
6. Gunakan prosedur yang memadai ketka memberikan obat mata
Rasional ; cidera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata