ulkus kornea

25
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ULKUS KORNEA A. KONSEP PENYAKIT 1. Pengertian Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112) 2. Etiologi Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh : Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas. Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), allergen tak diketahui (ulkuscincin) (Sidarta Ilyas, 1998, 57- 60) Faktor penyebabnya antara lain: Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya

Upload: mgs-fhya-part-ii

Post on 28-Jan-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: ULKUS KORNEA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

ULKUS KORNEA

A. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya

destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal

112)

2. Etiologi

Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :

Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah

streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea

melalui faktor-faktor pencetus diatas.

Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola

Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium

Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC

(keratokonjungtivitis flikten), allergen tak diketahui (ulkuscincin) (Sidarta

Ilyas, 1998, 57-60)

Faktor penyebabnya antara lain:

Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,

sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya

Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma,

penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka

Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik,

exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena

defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.

Kelainan - kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens -

Jhonson, sindrom defisiensi imun.

Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik local dan golongan imunosupresif.

Page 2: ULKUS KORNEA

3. Patofisiologi

1. Kelainan pada bulu mata dan sistem air mata

2. Trauma kornea3. Kelainan kornea4. Kelainan sistemik5. Obat penurun mekanisme

imun

1. Bakteri2. Virus3. Jamur4. Hipersensitivitas

Terpajannya reseptor nyeri

Nyeri

TIO meningkat

Perubahan Persepsi sensori : penglihatan

Penglihatan terganggu

Resiko cidera Ansietas

Ruptur kornea

Perforasi kornea

Ulkus

Tumpukan pus di camera oculi anterior

Menginfeksi kornea

Page 3: ULKUS KORNEA

4. Tanda dan Gejala

Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan

menimbulkan sikatrik kornea.

Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis.

Gejala obyektif berupa infeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan

adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai

hipopion.

Fotofobia

Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112)

5. Klasifikasi Ulkus Kornea

Ulkus kornea dibagi dalam bentuk :

a. Ulkus kornea sentral meliputi :

Ulkus kornea oleh bakteri

Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak

ada faktor pencetusnya ( kornea yang sebelumnya betul-betul sehat )

adalah:

Streptokokok pneumonia

Streptokokok alfa hemolitik

Pseudomonas aeroginosa

Klebaiella Pneumonia

Spesies Moraksella

Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri

patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit,

periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan

sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi.

Bakteri pada kelompok ini adalah :

Stafilokukkus epidermidis

Streptokokok Beta Hemolitik

Proteus

Page 4: ULKUS KORNEA

Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokus

Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus

kornea adalah

Streptokok pneumonia (pneumokok)

Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik)

Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)

Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)

Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat pada

keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh

stafilokokus dan pseudomonas.

Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan

karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan,

sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun

seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain, kuman

ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis

didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya.

Gambaran Klinis Ulkus kornea leh bakteri Streptokokok:

Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus

menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi

kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia

Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi

subkonjungtiva dan intra vena.

Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus

Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies

stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh

Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi

ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi(toksik).

Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila

ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes

simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan.

Page 5: ULKUS KORNEA

Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus:

Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai

infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati

secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan

infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen

yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas

kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus

Aureus.

Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas

Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas

bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas

bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat

sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus

pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan.

Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein,

cairan lensa kontak.

Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas:

Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan

infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus

kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi

kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.

Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara

lokal, subkonjungtiva serta intravena.

Ulkus Kornea Oleh Virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk

khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang

bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk

disiform bila mengalami nekrosis dibagian sentral.

Page 6: ULKUS KORNEA

Ulkus Kornea Oleh Jamur

Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh :

Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang

lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang

Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma

yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang

yang terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh

benda atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek

epitel dan jamur yang berada di lingkungan hidup.

Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim

tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.

Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara

dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada

tanaman dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku,

saluran kencing.

Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme

oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan

endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran

lakrimal.

Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak

mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor

pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti,

keratitis herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid.

Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila

memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas

untuk dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.

b. Ulkus Marginal

Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk

bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan

terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat

ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik

atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva

yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris.

Page 7: ULKUS KORNEA

Pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan alergi terhadap makanan.

Secara subyektif ; penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun

disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat

blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan

limbus.

Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga

4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok

atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat

memberikan penyembuhan yang efektif.

Ulkus Cincin

Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran

kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.

Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit

disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini

bersifat rekuren

Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.

Ulkus Kataral Simplek

Letak ulkus perifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan sumbu

terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut

dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening.

Terjadi pada pasien lanjut usia.

Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.

Ulkus Mooren

Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea

berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk

perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan

bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak

ini berhenti jika seluuh permukaan kornea terkenai.

Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau

autoimun.

Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata.

Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi

konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti.(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)

Page 8: ULKUS KORNEA

6. Pemeriksaan Diagnostik

Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan )

Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg

Pemeriksaan oftalmoskopi

Pemeriksaan Darah lengkap, LED

Pemeriksaan EKG

Tes toleransi glukosa

7. Penatalaksanaan

Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian

berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan

berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung

tangan harus dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan

mata. Kelopak mata harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres

dingin. Pasien dipantau adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan

asetaminofen untuk mengontrol nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu

diresep untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.

Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas

sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan

mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek

epitel.

B. KONSEP KEPERAWATAN

Page 9: ULKUS KORNEA

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

Aktivitas / Istrahat

Gejala : Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya

Tanda : Nampak berhati-hati dalam beraktivitas

Neurosensori

Gejala : Klien mengeluh penglihatan kabur, klien mengeluh

penglihatan silau

Tanda : Penurunan ketajaman mata, penurunan visus, tidak dapat

melihat dengan jarak jauh, Nampak mengecilkan mata bila

ada respon cahaya, mata Nampak merah, Nampak kotor

Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya, klien mengeluh

sakit kepala

Tanda : Nampak memegang area mata, ekspresi wajah Nampak

meringis

Integritas ego

Gejala : Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya, klien

mengeluh akan kondisi matanya

Tanda : Nampak takut, bertanya tentang kondisi, penyakitnya.

Bingung bila ditanya tentang penyakitnya, klien nampak

bingung bila ditanya tentang penyakitnya.

b. Pengelompokan Data

Data Subyektif :

Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena

gangguan penglihatan

Klien mengeluh penglihatan kabur

Klien mengeluh penglihatan silau

Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya

Klien mengeluh sakit kepala

Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya

Klien mengeluh akan kondisi matanya

Page 10: ULKUS KORNEA

Data Obyektif :

Nampak berhati-hati dalam beraktivitas

Penurunan ketajaman mata, penurunan visus

Tidak dapat melihat dengan jarak jauh

Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya

Mata nampak merah

Nampak kotor

Nampak memegang area mata

Ekspresi wajah nampak meringis

Nampak takut

Bertanya tentang kondisi penyakitnya

Bingung bila ditanya tentang penyakitnya.

c. Analisa Data

Page 11: ULKUS KORNEA

Symptom Etiologi Problem

Ds : Klien mengeluh nyeri

pada daerah matanya Klien mengeluh sakit

kepala

Do : Ekspresi wajah nampak

meringis Nampak memegang area

mata

Invasi bakteri↓

Inkulurensi kornea↓

Peningkatan TIO↓

Merangsang pengeluaran (histamine, bradikin,

prostaglandin)↓

Impuls disampaikan thalamusKorteks serebri

↓Impuls dipersepsikan

↓Nyeri

Nyeri

Ds : Klien mengeluh tidak

dapat beraktivitas seperti biasanya karena gangguan penglihatan

Klien mengeluh penglihatan kabur

Klien mengeluh penglihatan silau

Do Nampak berhati-hati

dalam beraktivitas Penurunan ketajaman

mata, penurunan visus Tidak dapat melihat

dengan jarak jauh Nampak mengecilkan

mata bila ada respon cahaya

Mata nampak merah Nampak kotor

Perforasi pada kornea↓

Tumpukan pus di kamera okuli anterior

↓Penerimaan dan retraksi cahaya

belakang↓

Penglihatan kabur↓

Penurunan visus↓

Gangguan persepsi sensori : penglihatan

Gangguan persepsi sensori :

penglihatan

Ds :

Klien mengeluh takut

Ulkus kornea↓

Ansietas

Page 12: ULKUS KORNEA

dengan keadaan matanya

Klien mengeluh akan

kondisi matanya

Do :

Nampak takut

Bertanya tentang kondisi

penyakitnya

Bingung bila ditanya

tentang penyakitnya.

Gangguan penglihatan↓

Perubahan kondisi mata↓

Kurang terpajang informasi↓

Stress psikologis↓

Koping individu tidak efektif↓

Ansietas

Do :

Klien mengeluh

penglihatan kabur

Nampak berhati-hati

dalam beraktivitas

Penurunan ketajaman

mata, penurunan visus

Tidak dapat melihat

dengan jarak jauh

Ulkus kornea↓

Kerusakan penglihatan↓

Lapang pandang menurun↓

Resiko terjadi cidera

Resiko cidera

d. Prioritas Masalah

1) Nyeri

2) Gangguan persepsi sensori

3) Ansietas

4) Resiko cidera

2. Diagnosa keperawatan

Page 13: ULKUS KORNEA

a. Nyeri berhubungan dengan inkulirensi kornea ditandai dengan

Ds : Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya

Klien mengeluh sakit kepala

Do : Ekspresi wajah nampak meringis

Nampak memegang area mata

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan ketajaman mata

ditandai dengan :

Ds : Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena

gangguan penglihatan

Klien mengeluh penglihatan kabur

Klien mengeluh penglihatan silau

Do : Nampak berhati-hati dalam beraktivitas

Penurunan ketajaman mata, penurunan visus

Tidak dapat melihat dengan jarak jauh

Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya

Mata nampak merah

Nampak kotor

c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit ditandai

dengan :

Ds : Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya

Klien mengeluh akan kondisi matanya

Do : Nampak takut

Bertanya tentang kondisi penyakitnya

Bingung bila ditanya tentang penyakitnya

d. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang ditandai

dengan :

Do : Klien mengeluh penglihatan kabur

Nampak berhati-hati dalam beraktivitas

Penurunan ketajaman mata, penurunan visus

Tidak dapat melihat dengan jarak jauh

3. Perencanaan

Page 14: ULKUS KORNEA

Dx 1 : Nyeri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kep. nyeri teratasi

Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari nyeri

beransur – ansur hilang dengan kriteria :

- Klien mengatakan nyeri berkurang

- Ekspresi wajah nampak tenang

Intervensi :

a. Pantau skala nyeri yang dialami klien

Rasional : untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan klien sehingga

memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya

b. Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaa untuk trauma tumpul

Rasional : mengurangi edema sehingga membantu mengurangi rasa nyeri

c. Kurangi tingkat pencahayaan

Rasional : tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah

pembedahan

d. Anjurkan klien untuk beristrahat yang cukup

Rasional : istrahat membantu memberihkan rasa nyaman

e. Anjurkan klien menggunakan kacamata hitam pada cahaya yang kuat

Rasional : cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah

penggunaan tetes mata dilator

f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat analgetik

Rasional : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan

meningkatkan rasa nyaman.

Dx 2 : Gangguan persepsi sensori penglhatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kep. gangguan penglihatan teratasi

Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari gangguan

penglihatan beransur-ansur membaik dengan criteria :

- Penglihatan klien normal

- Klien dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik

Intervensi :

Page 15: ULKUS KORNEA

1. Pastikan derajat tipe kehilangan penglihatan

Rasional : memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya yang akan

diberikan

2. Orientasikan klien terhadap lingkungan.

Rasional : Untuk memperkenalkan pada klien tentang lingkungan dan

aktifitas sehingga dapat meningkatkan stimulus penglihatan

3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti

jadwal, tidak salah dosis

Rasional ; secara langsung mengikut sertakan klien serta mengajarkan klien

cara perawatan mata yang benar

4. Lakukan tindakan membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan

Rasional : membantu klien memenuhi kebutuhannya

5. Perkenalkan pasien dengan lingkungannya

Rasional : agar klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri tanpa terikat

oleh orang disekitarnya.

6. Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak

mengalami gangguan

Rasional ; agar klien terbiasa sehingga mampu memenuhi aktivitasnya

7. Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang

Rasional ; agar klien dapat beristrahat dengan nyaman

Dx 3 : Ansietas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kep. Ansietas teratasi

Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari ansietas

beransur-ansur membaik dengan criteria :

- Klien tidak takut akan penyakitnya

- Klien dapat menerima kondisi mata

- Klien memahami tentang penyakit serta perawatan yang akan

dilakukan.

Intervensi :

Page 16: ULKUS KORNEA

1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk

mengetahui keprihatikan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman

Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui,

mekanismekoping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusara,

ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan dan penlakan.

2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru

Rasional : mengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas

dan meningkatkan keamanan

3. Menjelaskan rutinitas perioperatif

Rasional : pasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah

menerima penanganan dan mematuhi intruksi

4. Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya

Rasional : pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan

indera yang lain untuk mendapatkan informasi

5. Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu

Rasional : perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat

6. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien

Rasional : pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan

dengan penanganan dari perawatan diri

7. Dorong partisipasi dalam aktivitas social dan pengalihan bila memungkin

Rasional : isolasi social dan waktu luang yang terlalu lama dapat

menimbulkan perasaan negative.

Dx 4 : Resiko cidera

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kep. Cidera tidak terjadi

Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari tanda-tanda

cidera tidak akan terjadi dengan criteria :

- Klien dapat beraktivitas dengan baik

- Beraktivitas secara mandiri.

Intervensi :

Page 17: ULKUS KORNEA

1. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil

dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai,

menggunakan teknik bimbingan penglihatan

rasional : menurunkan resiko jatuh atau cidera ketika langkah sempoyongan

atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.

2. Bantu pasien menata lingkungan :

Rasional : memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cidera

3. Orientasikan pasien pada ruangan

Rasional ; meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan

4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan

Rasional : tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap cidera

5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma

Rasional ; tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih

lanjut.

6. Gunakan prosedur yang memadai ketka memberikan obat mata

Rasional ; cidera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata