ulkus kornea

40
Ulkus Kornea BAB I PENDAHULUAN Vision 2020 “The Right to Sight” merupakan sebuah program inisiatif global untuk mengeliminasi kebutaan yang dapat dihindari, yang merupakan program gabungan World Helth Organization (WHO) dan International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB). Data WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa ada 45 juta penderita kebutaan di dunia, dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Hal ini berarti ada 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia, dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia tenggara, sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar tunanetra di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah. 1,2

Upload: silvia-wahyuni

Post on 11-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ulkus

TRANSCRIPT

Ulkus Kornea

BAB IPENDAHULUAN

Vision 2020 The Right to Sight merupakan sebuah program inisiatif global untuk mengeliminasi kebutaan yang dapat dihindari, yang merupakan program gabungan World Helth Organization (WHO) dan International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB). Data WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa ada 45 juta penderita kebutaan di dunia, dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Hal ini berarti ada 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia, dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia tenggara, sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar tunanetra di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah. 1,2Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia, yaitu mencapai 1,5% dari jumlah penduduk. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), kelainan di retina (0,13%), serta kelainan di kornea (0,10%).3Berdasarkan data di atas tampak bahwa penyakit pada kornea menempati urutan lima besar penyebab kebutaan di Indonesia. Data WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa ulkus kornea merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dalam pembangunann dunia yang dapat menyebabkan morbiditas berkepanjangan, kehilangan penglihatan, dan dibanyak kasus menyebabkan kehilangan kedua mata.2Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.4Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.4Ulkus kornea termasuk kasus kegawatdaruratan pada penyakit mata. Dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan mata dan trauma mata. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan.4

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 DefinisiKeratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea adalah terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea .4Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang disebabkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang, serta ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.4,5

2.2 Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Kornea2.2.1 Anatomi dan Fisiologi KorneaIstilah kornea berasal dari bahasa Latin (cornum) yang memiliki arti seperti tanduk. Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 m dipusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.4,5 Kornea memiliki paling tidak 2 fungsi yaitu sebagai membran protektif dan sebagai jendela bagi cahaya untuk masuk ke dalam retina. Epitel pada kornea menjadi barrier efektif dalam masuknya mikroorganisme ke dalam mata. Fungsi kornea sebagai jendela ditunjang oleh 3 karakteristik yaitu struktur yang uniform, avaskular, dan keadaan yang relatif dehidrasi dari stroma kornea. Keadaan yang relatif dehidrasi ini sangat bergantung pada endotel sehingga kerusakan pada endotel kornea akan menyebabkan kornea menjadi edema dan hilangnya transparansi. Kornea bersifat avaskular sehingga nutrisi didapatkan dengan cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari humour akueus di bagian tengah . Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.4,5,6 Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.5Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.5

2.2.2 Histologi Kornea Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, avaskular, dan kaya akan ujung-ujung saraf. Tebal kornea rata-rata adalah 550 m, dengan diameter rata-rata horizontal 11,75 mm dan vertikal 10.6 mm. Kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan mata. Secara histologi kornea terdiri dari 5 lapisan, yaitu:4,5 a. Epitel kornea Merupakan lanjutan dari konjungtiva, yang sebagian besar disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung kontak dengan dunia luar .Tebalnya 50 m terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Epitel kornea ini mengandung banyak ujung-ujung serat saraf bebas. Sel-sel yangterletak di permukaan cepat menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang dibawahnya yang bermigrasidengan cepat.5,6

b. Membran Bowman Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat sel kolagen tipe 1. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi, terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.5,6

c. Stroma kornea Merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen tipe 1 yang berjalan secara parallel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas ini terletak di antara serat-serat kolagen. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 5,6

d. Membran Descement Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.5,6

e. Endotel Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan untuk memelihara membrane Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa Natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi, suatu faktor yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea. 5,6

2.3 EpidemiologiDi Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan ini merupakan salah satu penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.3Jaringan parut kornea merupakan penyebab umum kebutaan pada komunitas berpenghasilan rendah, dan bertanggung jawab terhadap 5-20% dari semua kebutaan. Penyebab penting kebutaan kornea bilateral adalah trachoma, defisiensi vitamin A, oftalmia neonatorum, dan infeksi bakteri dan jamur. Prevalensi kebutaan unilateral yang disebabkan oleh opasitas kornea dalam komunitas berpenghasilan rendah diperkirakan berada di kisaran 5.000 hingga 20.000 orang per 1 juta penduduk.2,3Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.2,3

2.4 Etiologi 1. Infeksi - Infeksi Bakteri P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.4,5,8 - Infeksi Jamur Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.4,5- Infeksi virus Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).4,5,8- AcanthamoebaAcanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.4,5,8

2. Non-infeksi- Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.5,6,8- Radiasi atau suhuDapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea.5,6,8- Sindrom SjorgenPada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.5,6,8- Defisiensi vitamin AUlkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.5,6- Obat-obatan Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.5,6- Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.5,6- Pajanan (exposure)5,6 - Neurotropik5,6

3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas) - Granulomatosa wagener5,6 - Rheumathoid arthritis5,6

Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal)8b. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka8c. Kelainan lokal pada kornea:8- Edema kornea kronik- Keratitis exposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma)- Keratitis karena defisiensi vitamin A- Keratitis neuroparalitik- Keratitis superficialis virusd. Kelainan sistemik8- Malnutrisi- Alkoholisme- Sindrom Steven-Johnson- Sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)e. Obat-obatan penurun sistem imun8- Kortikosteroid- Obat anestesi local

2.5 PatofisiologiKornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5,6Karena kornea avaskular, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.6 Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.6,7

2.6 Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya ulkus kornea terbagi atas :91. Ulkus kornea infeksi2. Ulkus kornea non infeksiBerdasarkan lokasinya ulkus kornea terbagi atas :9 1. Ulkus kornea sentrala. Ulkus kornea bakterialisb. Ulkus kornea fungic. Ulkus kornea virusd. Ulkus kornea acanthamoeba2. Ulkus kornea perifera. Ulkus marginalb. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden) c.Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Sentral1. Ulkus Kornea BakterialisBanyak jenis ulkus kornea bakteri yang mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan oleh bakteri oportunistik (streptococcus alfa-hemolyticus, staphylococcus aureus, staphylococcus epidermidis, nocardia, dan M fortuitum-chelonei), yang menimbulkan ulkus kornea indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superfisial.4,8 a. Ulkus Kornea Streptococcus pneumoniae (pneumococcal)Ulkus kornea karena pneumokokus biasanya timbul 24 -4 8 jam setelah inokulasi pada kornea yang tidak intak. Ulkus biasanya berwarna keabu-abuan, berbatas tegas, dan cenderung menyebar secara acak dari fokus infeksi ke arah sentral kornea. Dinamakan acute serpiginous ulcer karena ulserasi aktif diikuti oleh jejak ulkus yang menyembuh. Pada awalnya lapis superfisial saja yang terkena kemudian menuju lapis dalam kornea. Kornea di sekitar ulkus biasanya tetap jernih. Hipopion tidak selalu menyertai ulkus. Hasil dari kerokan ulkus memperlihatkan bakteri kokus Gram-positif: lancet-shaped dengan kapsul. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.4,9,10b. Ulkus Kornea Stafilokokus Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.4,9Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.4,9,10

c. Ulkus Kornea Pseudomonas aeruginosaUlkus kornea Pseudomonas dimulai dengan infiltrate berwarna kuning atau keabu-abuan pada epitel kornea yang tidak intak. Ulkus kornea yang disebabkan Pseudomonas sering disertai rasa sakit. Lesi cenderung menyebar dengan cepat ke semua arah karena enzim proteolitik yang diproduksi oleh Pseudomonas. Pada awalnya hanya mengenai kornea superficial, namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh kornea yang dapat menyebabkan perforasi kornea dan infeksi intraocular berat. Perforasi berhubungan dengan IL-12 yang dilepaskan pada saat inflamasi. Sering terdapat hipopion yang membesar seiring dengan perluasan ulkus. Infiltrat dan eksudat berwarna hijau kebiruan karena pigmen yang diproduksi oleh Pseudomonas, warna tersebut merupakan patognomonic untuk infeksi P. aeruginosa. Ulkus kornea karena Pseudomonas biasanya berhubungan dengan pemakaian lensa kontak lunak terutama jenis pemakaian jangka panjang. Selain itu juga berhubungan dengan pemakian larutan fluoresensi dan tetes mata yang terkontaminasi. Hasil kerokan pada lesi memperlihatkan batang Gram-negatif tipis.9,10

d. Ulkus Kornea Moraxella liquefanciensM liquefaciens (diplobacillus of Petit) menyebabkan ulkus berbentuk oval yang biasanya terletak di inferior kornea kemudian menginfeksi stroma bagian dalam dalam periode beberapa hari. Biasanya tidak disertai hipopion atau disertai namun hanya berupa hipopion kecil berjumlah satu, kornea di sekitar ulkus biasanya jernih. Ulkus M liquefaciens sering terjadi pada pasien dengan alkoholisme, diabetes, dan keadaan imunosupresi. Hasil kerokan memperlihatkan nakteri batang Gram-negatif, besar, dan square-ended diplobacilli.10

e. Ulkus Kornea Mycobacterium Fortuitum-chelonei dan NocardiaUlkus yang ditimbulkan M Fortuitum-chelonei dan Nocardia jarang dijumpai. Ulkus ini sering timbul setelah ada trauma dan sering menyertai riwayat berkontak dengan tanah. Ulkusnya indolen, dan dasar ulkusnya sering menampakkan garis-garis memancar sehingga tampak sebagai kaca yang retak. Hipopion bisa ada bisa tidak. Kerokan dapat mengandung batang-batang tahan-asam langsing (M Fortuitum-chelonei) atau organisme gram positif berfilamen yang sering bercabang (Nocardia).4,9

f. Ulkus kornea Group A Streptococcus Ulkus yang disebabkan Streptokokus beta- hemolitikus grup A tidak memiliki ciri khusus. Sekitar stroma kornea terdapat infiltrat dan edema, terdapat juga hipopion. Hasil kerokan lesi didapatkan kokus gram positif dalam bentuk rantai.10

2. Ulkus Kornea FungiUlkus kornea jamur, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin banyak dijumpai diantara penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea jamur hanya muncul bila stroma kornea kemasukan organisme dalam jumlah yang sangat banyak, suatu pertistiwa yang masih mungkin terjadi di daerah pertanian atau berhubungan dengan pemakaian lensa kontak lunak. Kornea yang belum berkompromi tampak masih dapat mengatasi organisme yang masuk dalam jumlah sedikit, seperti yang lazim pada penduduk perkotaan.4,10Ulkus jamur tersebut indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial dan lesi-lesi satelit (umumnya menginfiltrasi tempat-tempat yang jauh dari daerah ulserasi utama). Di bawah lesi utama dan juga lesi-lesi satelit sering terdapat plak endotel disertai reaksi bilik mata depan yang hebat. Abses kornea sering dijumpai.4,9,10Kerokan dari ulkus kornea jamur, kecuali yang disebabkan oleh candida, mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.4 Penampakan klinis : penderita keratitis jamur biasanya mengeluhkan sensasi benda asing, fotofobia, penglihatan yang kabur dan abnormal sekret. Progresi penyakit lebih lambat dan lebih tidak sakit daripada keratitis karena bakteri. Penggunaan topikal steroid akan meningkatkan replikasi jamur dan invasi kornea.10

3. Ulkus Kornea Virus a. Ulkus Kornea Herpes Zoster Secara morfologi sama dengan penyakit herpes simpleks namun beda dari segi antigen dan klinis. Zoster lebih sering menginfeksi pasien lanjut usia. Kerusakan mata akibat penyakit ini dapat dikarenakan oleh dua hal yaitu invasi virus langsung dan inflamasi sekunder akibat mekanisme autoimun. Risiko keterlibatan mata sebesar 15% dari total kasus herpes zoster, meningkat bila dijumpai keterlibatan nervus eksternal nasal,keterlibatan nervus maksilaris, dan peningkatan usia. Herpes zoster oftalmikus dibagi menjadi 3 fase yaitu: 11,121. Fase akut, ditandai dengan penyakit seperti influenza, demam, malaise, sakit kepala hingga seminggu sebelum tanda kemerahan muncul, neuralgia preherpetik, kemerahan pada kulit, timbulnya keratitis dalam beberapa hari setelah kemerahan itu muncul, keratitis numular yang muncul sekitar 10 hari setelah kemerahan muncul, dan keratitis disciform yang dapat terjadi setelah tiga minggu.12 2 Fase kronik, ditandai dengan keratitis numular selama berbulan-bulan, keratitis disciform dengan jaringan parut, keratitis neutrofik yang dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder dan keratitis plak mukus yang dapat timbul setelah bulan ketiga hingga keenam. 123.Fase relapse, dapat dijumpai bahkan hingga sepuluh tahun setelah fase akut. Hal ini dapat diakibatkan oleh penghentian tiba-tiba dari steroid topikal. Lesi yang paling umum adalah episkleritis, skleritis, iritis, glaukoma, keratitis numular, disciform atau plak mukus. Dendrit Herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.12

b. Ulkus Kornea Herpes simplexHerpes Simplex Virus (HSV) adalah virus DNA yang hanya menginfeksi manusia, sekitar 90% dari populasi seropositif terhadap antibodi HSV-1, walaupun sebagian besar bersifat subklinis. HSV-1 biasanya menginfeksi bagian di atas pinggang dan HSV-2 pada bagian bawah pinggang. HSV-2 dapat ditransmisikan ke mata melalui sekret genital yang terinfeksi dan persalinan pervaginam. Infeksi primer terjadi pada masa kanak- kanak muda melalui droplet atau inokulasi langsung. Infeksi jenis ini jarang terjadi di awal kelahiran karena proteksi dari antibodi si ibu.10,12 Tanda : vesikel pada kulit melibatkan alis dan area periorbital. Kondisi akut, unilateral, konjungtivitis folikuler berhubungan dengan limphadenopathy preauriculer. Epitelial keratitis dapat terjadi di segala usia, sakit ringan, mata berair dan penglihatan kabur. Tanda yang muncul secara kronologis opaknya sel epitelial yang tersusun dalam coarse punctate atau stellalte pattern, deskuamasi sentral yang menghasilkan lesi garis linear bercabang (dendritik) dengan akhir terminal bulb, berkurangnya sensasi kornea, infiltrat pada anterior stromal, perluasan sentrifugal progresif yang dapat menghasilkan konfigurasi amoeboid, dalam masa pemulihan pada epitel dapat terjadi bentuk garis lurus yang persisten yang mencerminkan arah dari sel pemulihan epitel. Bentuk dendrit Herpes simplex kecil, ulceratif ,jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.12,13

3. Ulkus Kornea AcanthamoebaAcanthamoeba adalah protozoa hidup-bebas yang terdapat di dalam air tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh Acanthamoeba biasanya dihubungkan dengan penggunaan lensa kontak lunak, termasuk lensa hidrogel silikon, atau lensa kontak rigid (permeabel-gas) yang dipakai semalaman untuk memperbaiki kelainan refraksi (orthokeratologi). Infeksi ini juga ditemukan pada individu bukan pemakai lensa kontak setelah terpapar air atau tanah yang telah tercemar.4Gejala awal adalah rasa nyeri yang tidak sebanding dengan temuan klinisnya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinis yang khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma dan infiltrat perineural, tetapi seringkali ditemukan perubahan-perubahan yang terbatas pada epitel kornea.4Diagnosis ditegakkan dengan biakan diatas media khusus (agar non nutrien yang dilapisi E coli). Pengambilan bahan lebih baik dilakukan dengan biopsi kornea karena mungkin diperlukan pemeriksaan histopatologik untuk mendapatkan bentuk-bentuk amuba (trofozoit atau kista). Sitologi impresi atau confocal microscopy adalah teknik-teknik diagnostik yang lebih modern. Larytan dan tempat lensa kontak harus dikultur. Seringkali bentuk amuba dapat ditemukan pada cairan tempat penyimpanan lensa kontak.4,11Diagnosis diferensial meliputi keratitis herpes yang paling sering membingungkan, keratitis jamur, keratitis mikrobakterial, dan infeksi nocardia di kornea.4Debridement epitel bisa bermanfaat pada tahap awal penyakit. Terapi dengan obat pada umumnya dimulai dengan isethionate propamidine topikal (laruten 1%) secara intensif dan salah satu polyhxamethylene biguanide (larutan 0,01-0,02%) dan tetes mata neomycin forte. Acanthamoeba ssp mungkin menunjukkan sensivitas obat yang bervariasi dan dapat menjadi resisten terhadap obat. Terapi juga terhambat oleh kesanggupan organisme membentuk kista di dalam stroma kornea sehingga memerlukan terapi yang lama. Kortikosteroid topikal mungkin diperlukan untuk mengendalikan reaksi radang di dalam kornea.11Mungkin diperlukan keratoplasi pada penyakit yang telah lanjut untuk menghentikan progresivitas infeksi, atau setelah penyakit mengalami resolusi dan terbentuk parut untuk memulihkan penglihatan. Transplantasi selaput amnion mungkin bermanfaat pada defek epitel persisten. Begitu organisme ini mencapai sklera, terapi obat dan bedah biasanya tidak berguna lagi.4,11

Ulkus Kornea Perifer1. Ulkus MarginalKebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat nyeri. Ulkus ini timbulnya sekunder akibat konjungtivitis bakteri akut atau kronik, terutama blefarokonjungtivitis stafilokok dan lebih jarang akibat konjungtivitis Koch-Weeks (Haemophilus Aegyptius). Walaupun demikian, ulkus-ulkus ini bukan suatu proses infeksi dan pada kerokan tidak terdapat bakteri penyebab. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri; antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang berdifusi melalui epitel kornea.4,13Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.4,8

2. Ulkus MoorenMerupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.4,9,103. Ring UlcerTerlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.4,9

2.7 Manifestasi KlinisGejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif dan gejala objektif. 5Gejala subjektif dapat berupa : eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri. Infiltrat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.5Gejala objektif dapat berupa : kekeruhan berwarna putih pada kornea, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat, injeksi siliar, dan hipopion.5Biasanya coccus Gram positif, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoni akan memberikan gambaran ulkus yang terbatas, bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada ulkus yang supuratif. Bila disebabkan Pseudomonas maka ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus. Bila disebabkan jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu di keliling infiltrat halus di sekitarnya.4,5

2.8 DiagnosisDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.6,8Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. 4,5Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti : ketajaman penglihatan; tes refraksi; tes air mata; pemeriksaan slit-lamp; keratometri (pengukuran kornea); respon reflek pupil; pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi; goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).4,5Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.4,5

2.9 PenatalaksanaanTujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang. 12

1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. 12

2. Pemberian sikloplegikaSikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjanya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut : - Sedatif, menghilangkan rasa sakit - Dekongestif, menurunkan tanda radang - Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpunya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru. 12,13

3. Antibiotik Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.13,14

4. Anti jamur Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :o Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazoleo Jamur berfilamen : topokal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazolo Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazolo Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.14

5. Anti ViralUntuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila terdapat indikasi.Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.4,12

6. Bedah (keratoplasti)Indikasi keratoplasti9,10- Dengan pengobatan tidak sembuh- Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan- Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi

Ada dua jenis keratoplasti yaitu: Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segerea setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam. Media penyimpan modern memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu.9,10 Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini. 9,10

Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.14Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :o Kauterisasi - Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat 14- Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan instrument ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.14o Pengerokan epitel yang sakitParasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lam dengan yang baru yang banyak mengandung anti bodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.9,14

2.10 KomplikasiKomplikasi yang timbul berupa :9 Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis Prolaps iris Sikatrik kornea Katarak Glaukoma sekunder

Komplikasi dari ulkus kornea yang sering timbul adalah perforasi kornea.

Penanganan KomplikasiBila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat. Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-gerakan. 9Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan :9,10- Iridektomi dari iris yang prolaps- Iris direposisi- Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva- Beri sulfas atropin dan salep antibiotik- Balut yang kuatBila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi prolaps irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik. 9,10

2.11 PencegahanPencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.9Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata. Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah.Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.9,10

2.12 PrognosisPrognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.6 Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblast dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.10http://dm-ambisius.blogspot.com/2011/11/ulkus-kornea-refrat.html10 des 2012

Erosi Kornea Akibat Trauma Benda Asing Pada Mata

Erosi Kornea Akibat Trauma Benda Asing Pada MataAbstrak Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang dapat menimbulkan perlukaan mata.Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata.

Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

Erosi kornea merupakan keadaan terlepasnya epitel kornea yang disebabkan trauma tumpul ataupun tajam pada kornea. Defek pada epitel kornea memudahkan kuman menyerang kornea sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder. Insidensi erosi kornea pada dokter keluarga di Amerika Serikat mencapai 8% dari seluruh kunjungan pasien per tahun.Kejadian tersebut terutama dikaitkan karena adanya trauma mata pada tempat kerja. Erosi kornea sering kali diawali dengan trauma pada mata. Segera sesudah trauma atau masuknya benda asing, penderita akanmerasa sakit sekali, akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata menjadi berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh.

Dapat pula disertai dengan blefarospasme, yaitu kelopak mata menjadi kaku dan sulit dibuka.

Penegakkan diagnosis pada kasus erosi kornea dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik terutama pada mata, serta pemeriksaan tambahan seperti tes fluoresein. Kertas tes fluoresein dapat digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan pada kornea.

Jika tidak terdapat penyulit, erosi kornea dapat sembuh sendiri, namun dapat juga diberikan obat berupa antibiotik, analgesic, yang disesuaikan dengan keluhan penderita.

Kata kunci: erosi kornea, trauma benda asing, mata

IsiSeorang laki-laki, 70 tahun datang ke Poliklinik Mata dengan keluhan mata kanan kelilipan, merah, nrocos, dan terasa sakit. Kurang lebih 5 hari yang lalu, mata kanan penderita terkena serpihan batok kelapa. Dari hasil pemeriksaan fisik, pada mata kanan didapatkan injeksi perikornea, erosi kornea, kornea tampak keruh, serta tes fluoresein menunjukkan hasil positif.

Tes fluoresein merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. Hasil positif pada tes ini dilihat dari permukaan kornea yang berwarna hijau setelah kertas fluoresin disisipkan pada sakus konjungtiva inferior.

Zat warna fluoresein jika menempel pada epitel kornea yang mengalami kerusakan akan memberikan warna hijau karena jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa.Diagnosis: Erosi Kornea akibat Trauma pada Mata

TerapiTerapi yang diberikan pada kasus ini berupa preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terapi promotif berupa edukasi untuk menjaga higienitas, banyak mengkonsumsi sayur dan buah, serta segera berobat ke dokter spesialis mata jika obat habis atau terdapat keluhan.

Preventif, yaitu dengan menggunakan kaca mata sebagai pelindung mata, serta rajin membersihkan mata dengan kapas yang dipilin, lalu disterilkan dengan cara direndam dalam air panas.

Terapi kuratif adalah dengan pemberian obat antibiotik oral, antibiotik topikal berupa tetes mata, penghilang sakit dengan analgesik Asam Mefenamat, serta vitamin C dan B komplek.

Sementara terapi rehabilitatif pada pasien ini adalah dengan mengkonsumsi obat secara teratur, mengikuti saran dan nasehat dokter, serta kontrol ke dokter spesialis mata jika obat habis atau terdapat keluhan pada daerah mata.

DiskusiDalam kasus ini mata kanan penderita terkena serpihan batok kelapa saat penderita mencoba memecahkan kelapa. Penderita mengeluhkan mata kanannya yang terasa sakit, merah, dan nrocos. Trauma pada mata dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan penglihatan, hal tersebut antara lain dapat disebabkan karena terjadinya erosi kornea.

Erosi kornea merupakan keadaan terlepasnya epitel kornea yang disebabkan trauma tumpul ataupun tajam pada kornea. Defek pada epitel kornea memudahkan kuman menyerang kornea sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder.

Terdapat dua kategori erosi kornea, yaituerosikornea yang dangkal, yaitu erosi yang tidak melibatkan lapisan Bowman,erosi kornea yang dalam, yaitu erosi yang menembus lapisan Bowman tetapi tidak menembusmembran Descemet.

Luka pada kornea dapat terjadi akibat benda asing, lensa kontak, bahan kimia, kuku, sikat rambut, cabang-cabang pohon, dan debu. Kornea memiliki sifat penyembuhan yang luar biasa. Epitel yang berdekatan dapatmengembang untuk mengisi daerah yang luka, biasanya dalam waktu 24-48 jam. Lesi yang murni pada epitel sering sembuh dengan cepat dan tanpa jaringan parut, sementara lesi yang menembus hingga lapisan Bowman lebih cenderung meninggalkan bekas luka permanen. Pada penderita ini termasuk erosi kornea yang dangkal, karena kerusakan kornea tidak sampai menembus membran Descemet. Hal tersebut terlihat dari hasil pemeriksaan tes fluoresein yang menunjukkan warna hijau yang masih sedikit.

Erosi kornea sering kali diawali dengan trauma pada mata. Segera sesudah trauma atau masuknya benda asing, penderita akanmerasa sakit sekali, akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. Dapat pula disertai dengan blefarospasme, yaitu kelopak mata menjadi kaku dan sulit dibuka. Pada penderita ini didapatkan riwayat trauma mata disertai dengan keluhan sakit, mata merah, nrocos, dan pandangan kabur.

Penegakkan diagnosis erosi kornea dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan lainnya.Penatalaksanaan pada erosi kornea bila tidak timbul penyulit dapat sembuh sendiri karena adanya serbukan aktif epitel konjungtiva dan kornea di sekitar erosi.Namun, dapat juga diberi pengobatan sikloplegik untuk mengurangi rasa sakit dan mengistirahatkan mata.antibiotik topikal berupa tetes mata, untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, mata ditutup, agar pertumbuhan epitel tidak terganggu oleh kedipan, mencari kemungkinan adanya benda asing yang masih terdapat di mata dengan membalik palpebra superior ke arah atas. Pada erosi kornea, tidak boleh diberikan steroid, karena steroid dapat menghambat penyembuhan epitel, menambah aktifnya kolagenase, selain itu juga dapat memudahkan terjadinya infeksi jamur maupun virus karena daya tahan kornea menurun akibat steroid.Pada penderita ini diberikan obat antibiotik oral, antibiotik topikal berupa tetes mata, penghilang sakit dengan analgesik Asam Mefenamat, serta vitamin C dan B komplek untuk memacu sintesis kolagen.

KesimpulanTrauma pada mata dapat mengakibatkan terjadinya erosi kornea.Erosi kornea merupakan keadaan terlepasnya epitel kornea yang disebabkan trauma tumpul ataupun tajam pada kornea. Defek pada epitel kornea memudahkan kuman menyerang kornea sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder.Untuk menegakkan diagnosis erosi kornea dapat diperoleh berdasarkan hasil anamnesis, yaitu fotofobia, lakrimasi, blefarospame, gangguan visus, serta pada pemeriksaan didapatkan injeksi perikornea. Dapat juga menggunakan pemeriksaan lain seperti tes Placido, tes Fluoresin, tes sensitivitas atau kultur.Pada kasus ini penderita mengalami erosi yang dangkal, sehingga diberi antibiotic, dan terapi lain sesuai keluhan penderita. Penanganan yang cepat dan tepat dapat mencegah terjadinya hal yang lebih buruk atau komplikasi yang buruk seperti ulkus kornea.http://kmk-fkuntar.blogspot.com/2012/09/erosi-kornea-akibat-trauma-benda-asing.html