ujian

20
SMF PSIKIATRI RSUD DR.SOEBANDI JEMBER I. Identitas Pasien Nama : Tn. H Umur : 30 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Pekerjaan : Petani Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Suku Bangsa : Jawa Alamat : Dusun Kasengan RT 02/5, Gumuksari, Kalisat Tanggal Pemeriksaan : 4 Maret 2015 II. Anamnesa RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG KELUHAN UTAMA Pasien ketakutan karena bisikan yang didengarnya RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Autoanamnesis (Rabu, 4 Maret 2015, Poli Psikiatri RSD Dr.Soebandi) Pasien mengeluh ketakutan karena bisikan yang didengarnya. Bisikan yang semakin parah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu ini sangat 1

Upload: cita

Post on 11-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

psikiatri

TRANSCRIPT

Page 1: Ujian

SMF PSIKIATRI

RSUD DR.SOEBANDI JEMBER

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. H

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Dusun Kasengan RT 02/5, Gumuksari, Kalisat

Tanggal Pemeriksaan : 4 Maret 2015

II. Anamnesa

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• KELUHAN UTAMA

Pasien ketakutan karena bisikan yang didengarnya

 

• RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Autoanamnesis (Rabu, 4 Maret 2015, Poli Psikiatri RSD Dr.Soebandi)

Pasien mengeluh ketakutan karena bisikan yang didengarnya. Bisikan yang

semakin parah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu ini sangat mengganggu hingga

pasien sulit beraktivitas dan konsentrasi. Suara yang didengar berasal dari diri

pasien sendiri, sehingga pasien merasa separuh bagian tubuhnya jahat dan

separuh lagi baik. Bisikan tersebut didengarnya hampir setiap saat. Pada saat

pasien melihat burung berkicau, dalam dirinya ada yang membisikkan bahwa itu

adalah Allah yang berbicara. Begitu pula dengan hal lain, misalnya ayam,

manusia, dan bebek, dimana saat melihatnya pasien mendengar bisikan bahwa itu

adalah wujud dari Allah. Namun dari separuh bagian dirinya yang lain selalu

1

Page 2: Ujian

berkata sebaliknya sehingga pasien sampai bengong seperti sedang

mendengarkan perdebatan dalam dirinya. Pasien mengaku sangat takut ketika

pikiran-pikiran negatif tersebut muncul karena takut jika pasien menjadi syirik

(menduakan Tuhan). Pernah satu kali saat mendengar suara adzan pasien merasa

sangat takut, begitu juga dengan setiap mengaji dan shalat.

Ketakutan yang dirasakan pasien sangat mengganggu hingga setiap pasien

takut badannya gemetar, berdebar, berkeringat, mual, serta pernah sampai

muntah. Saat takut pasien juga merasa pandangannya buram dan pikiran kosong.

Selain itu juga tubuhnya terasa panas dingin (pasien bisa menunjuk bagian tubuh

yang panas dan dingin secara berselingan). Pasien juga sering pusing berputar dan

nyeri kepala seperti ditusuk yang berpindah-pindah di beberapa bagian kepala,

bahkan rasanya seperti nyeri tembus, terutama di bagian puncak kepala.

Pada awalnya, mendengar bisikan sejak kelas IV SD semenjak membaca

kitab bab murtad (keluar dari agama) dan syirik (menduakan Tuhan). Bisikan

tersebut seketika terdengar saat pasien membaca kitab pada bab tersebut. Suara

yang didengar pasien tidak dikenalinya namun muncul dari diri pasien sendiri dan

serupa dengan suaranya. Kemudian pasien bingung hingga bercerita kepada

kyainya. Oleh kyainya, jin dalam diri pasien dikeluarkan dan setelah itu pasien

merasa tidak mendengar bisikan lagi. Lama kelamaan bisikan tersebut muncul

kembali namun dengan intensitas lebih jarang. Bisikan tersebut terus menerus ada

bahkan saat pasien mengikuti pondok di Sumenep selama 7 tahun. Pasien juga

mengatakan bahwa ia masih bisa tidak menghiraukan bisikan tersebut selama ini,

hingga akhirnya dua bulan yang lalu ada suatu kejadian yang membuat pasien

sulit mengabaikannya.

Dua bulan yang lalu, saat bangun tidur, pasien merasa ada sesuatu seperti

angin yang kencang masuk kedalam tubuhnya. Pasien mengaku pandangannya

masih jelas dan tidak melihat adanya angin atau suatu apapun. Selama sesuatu itu

masuk pasien hanya diam dan membaca ayat-ayat suci. Setelah kejadian tersebut

bisikan yang didengarnya semakin sering dan mengganggu. Pundaknya juga

terasa berat namun hanya satu pundak dan berpindah dari kiri ke kanan begitu

juga sebaliknya. Pasien pernah bermimpi ada makhluk hitam yang ingin masuk

2

Page 3: Ujian

ke tubuh pasien, namun tidak diperbolehkannya. Pada mimpi yang lain, pasien

merasa dipegang oleh almarhum kyainya di bagian atas kepala (pasien

menunjukknya dengan satu jari) dan bekas sentuhannya terasa sampai saat

bangun tidur.

Pasien merasa sangat terganggu hingga tidak bisa bekerja lagi sebagai

petani selama dua bulan ini. Saat memegang celurit, bisikan tersebut berkata,

“celurit ini untuk membunuh orang”, lalu seketika tubuh pasien gemetar dan

kaku. Pasien berusaha keras menjauhkan celurit tersebut dari pandangannya

karena pasien takut. Saat bekerja pasien sulit berkonsentrasi karena bisikan

tersebut membuat pasien sangat takut.

Beberapa bulan yang lalu, bibi pasien mengalami sakit yang dianggapnya

mirip namun bibinya telah sembuh setelah diperiksakan ke Poli Psikiatri RSD Dr

Soebandi. Ada dua tetangganya yang juga mengalami sakit yang mirip dan tengah

mendapatkan pengobatan kyai. Selama dua bulan ini pasien telah berobat ke dua

orang kyai dan dua orang dukun, namun tidak ada hasilnya. Pasien mengatakan

bahwa kyai yang dulu menyembuhkannya saat kecil sudah meninggal sehingga

saat ini pasien kebingungan bagaimana menyembuhkan penyakitnya.

Pasien memiliki seorang istri dan anak (usia 4 tahun). Pasien bercerita

bahwa untuk menghilangkan kesuntukannya terhadap bisikan tersebut, terkadang

pasien ingin jalan jauh namun masih ingat akan istri dan anaknya. Sehari-hari

pasien tidak sulit tidur hanya terkadang bangun saat mimpi buruk. Nafsu makan

pasien normal dan masih aktif dalam kegiatan di desa seperti pengajian.

Heteroanamnesis (Rabu, 4 Maret 2015, Poli Psikiatri RSD Dr.Soebandi)

Menurut istri pasien, pasien memang sering terlihat gemetaran dan

ketakutan sejak dua bulan ini. Karena takutnya itu, pasien tidak mau ditinggal

dirumah sendirian. Bahkan saat tidur, yang biasanya anaknya tidur di tengah, kini

pasien yang ingin tidur diantara anak dan istrinya. Terkadang pasien melamun

hingga untuk menyadarkannya pasien harus ditepuk. Pasien merupakan pribadi

yang terbuka, sehingga setiap pasien mimpi buruk maupun merasa takut yang

berlebihan, pasien selalu bercerita kepada istrinya.

3

Page 4: Ujian

Istri pasien mengatakan bahwa pasien pernah bercerita saat kelas II SD

pasien terjatuh di mushala dengan posisi kepala jatuh terlebih dahulu dan

tengadah keatas. Sejak saat itu pasien sering sakit kepala, namun pasien tidak

pernah mengkonsumsi obat karena tidak suka minum obat.

Menurut istri pasien, ibu pasien pernah bercerita bahwa pasien sering

berganti sarung ketika ingin shalat. Dalam satu hari pasien bisa berganti sarung

sebanyak tujuh kali dengan tujuan membersihkan diri dan menghilangkan

bisikan-bisikan yang didengarnya. Selain itu, pasien sering mengambil air wudhu

untuk menghilangkan ketakutannya.

• RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien mendengar bisikan semenjak kelas IV SD (usia 10 tahun) namun

sempat mereda, dan semakin parah dirasakan sejak dua bulan yang lalu.

• RIWAYAT PENGOBATAN

Alternatif (Kyai).

• RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Bibi pasien mengalami gejala serupa dan sekarang sudah sembuh.

• RIWAYAT SOSIAL

Pendidikan : SMP

Status : Menikah

Faktor premorbid : Terbuka, Religius

Faktor pencetus : Keagamaan (belajar kitab, shalat, mengaji)

Faktor organik : -

Faktor psikososial : Pasien menjalani pendidikan agamis sejak kecil, dan

tetangga ada yang memiliki penyakit serupa.

 

III. Status Interna Singkat

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Kompos Mentis

3. Tensi : 140/70 mmHg

4. Nadi : 96x/menit

4

Page 5: Ujian

5. Pernafasan : 20x/menit

6. Suhu : 37o C

Pemeriksaan Fisik

• Kepala-leher : a/i/c/d: -/-/-/-

• Thorax : Cor : S1S2 tunggal

Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

• Abdomen : Flat, bising usus normal, timpani, soepel

• Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas dan tidak ada

oedema pada keempat ekstremitas

IV. Status Psikiatri

Kesan Umum : Pasien berpakaian rapi sesuai usia dan hygiene cukup.

Kontak : Verbal (+)/mata (+)/lancar/relevan

Kesadaran : Kualitatif: Berubah

Kuantitatif: GCS 456

Afek/Emosi : Anxiety

Proses/Berpikir:

Bentuk : Non Realistik

Arus : Logorea

Isi : Waham Keagamaan (+), Ideas of Reference

Persepsi : Halusinasi auditorik (+), Halusinasi taktil (+), Ilusi (+)

Intelegensia : dbN

Kemauan : menurun

Psikomotor : menurun (hipoaktivitas)

Tilikan : 5 (menyadari penyakitnya dari faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku

praktisnya)

V. Diagnosa Multiaxial

Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II

5

Page 6: Ujian

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah keyakinan: Takut menjadi syirik

Aksis V : GAF Scale 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan

realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)

VI. Diagnosis Banding

F.20.0

Skizofrenia

Paranoid

F22.8 Paranoid

Involusional

F22.0

Paranoia

Psikosis

diinduksi obat

Delusi + + + +

Waham > 3 bulan + - - ?

Halusinasi auditori + - - +

Halusinasi visual + - - +

Inkoheren + - - +/-

Proses pikiran + - - ?

VI. Terapi

a. Somatoterapi

Farmakoterapi

Risperidon 2 x 2 mg

Hexymer 2 x 2 mg

Clozapine 0 – 0 – ¼ x 100 mg

b. Psikoterapi

Psikoterapi Suportif

- Menjelaskan kepada pasien bahwa suara yang didengarnya merupakan

hal yang wajar dirasakan setiap orang, dimana setiap pikiran apapun

mempunyai sisi baik dan sisi buruk

- Memotivasi pasien agar mengikuti lebih banyak kegiatan sosial, tidak

hanya kegiatan keagamaan

- Mensugesti pasien untuk tidak peduli dengan suara yang dirasakannya

seperti yang dilakukan beberapa tahun terakhir

6

Page 7: Ujian

- Memotivasi pasien agar bekerja seperti sedia kala untuk menambah

penghasilan keluarga

VII .Edukasi

- Penjelasan tentang sakit yang dialami pasien kepada keluarga agar keluarga

dapat memotivasi kesembuhan pasien

- Motivasi keluarga untuk memberi dukungan kepada pasien untuk melanjutkan

pekerjaan

- Memberitahukan keluarga pasien supaya mengawasi kepatuhan minum obat

secara teratur dan kontrol sebelum obat habis

VIII. Prognosa

Dubia ad bonam, karena:

1. Faktor keturunan : Ada (buruk)

2. Faktor premorbid : Terbuka, Religius (baik)

3. Faktor pencetus : Diketahui (baik)

4. Umur permulaan sakit : Usia muda (buruk)

5. Perjalanan penyakit : Kronis (buruk)

6. Jenis Kelamin : Laki-laki (baik)

7. Perhatian keluarga : Baik (baik)

8. Riwayat Pengobatan : Belum pernah diobati secara medis (buruk)

9. Faktor ekonomi : Menengah (baik)

10. Tipe skizofrenia : Paranoid (baik)

7

Page 8: Ujian

IX. Follow Up

Tanggal Sabtu, 7 Maret 2015 dirumah pasien

Anamnesis Autoanamnesis:

Pasien merasa lebih baik setelah mengonsumsi obat yang diberikan selama

tiga hari. Perasaan pasien menjadi lebih tenang dan ketakutannya

berkurang sedikit demi sedikit. Sesuai yang dikatakan oleh dokter, pasien

tidak meminum obat tidur (Clozapine) jika memang tidak sulit tidur. Pasien

masih gemetar saat shalat dan mengaji walaupun sudah berkurang. Pusing,

berdebar, dan gemetar masih dirasakan kadang-kadang tanpa ada

penyebabnya. Saat pasien melihat benda-benda, suara yang membisiki

pasien bahwa benda tersebut adalah jelmaan Allah sudah tidak sesering

sebelumnya. Pasien masih belum bekerja karena merasa belum pulih dan

masih ada perasaan takut bagaimana jika saat kerja ia ketakutan.

Heteroanamnesis:

Menurut istri pasien, pasien sudah tidak segelisah sebelumnya. Obat yang

diberikan berpengaruh baik walaupun awalnya pasien agak meragukannya.

Sehari-hari pasien hanya dirumah saja dan menonton televisi, dan shalat

dilakukan dirumah. Istri pasien juga masih takut jika pasien bekerja, takut

jika tiba-tiba pingsan atau ketakutan disaat kerja. Nafsu makan pasien baik,

dan pada saat tidur pasien tidak terbangun. Pasien masih menghadiri

pengajian yang diadakan didusunnya.

Status Psikiatri

Kesan Umum : Pasien berpakaian rapi sesuai usia dan hygiene cukup.

Kontak : Verbal (+)/mata (+)/lancar/relevan

Kesadaran : Kualitatif : Berubah

Kuantitatif : GCS 456

Afek/Emosi : Anxiety

Proses/Berpikir:

Bentuk : Non Realistik

Arus : Logorea

Isi : Waham Keagamaan (+), Ideas of Reference

8

Page 9: Ujian

Persepsi : Halusinasi auditorik (+), Halusinasi taktil (+), Ilusi (+)

Intelegensia : dbN

Kemauan : menurun

Psikomotor : menurun (hipoaktivitas)

Tilikan : 5 (menyadari penyakitnya dari faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku

praktisnya)

Diagnosis Multiaxial

Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah keyakinan: Takut menjadi syirik

Aksis V : GAF Scale 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan

dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)

Terapi Farmakoterapi

Risperidon 2 x 2 mg

Hexymer 2 x 2 mg

Clozapine 0 – 0 – ¼ x 100 mg

9

Page 10: Ujian

LAMPIRAN

GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS (F 60)

1. Definisi

Gangguan Kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi

karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari seseorang, biasanya meliputi beberapa

bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan

sosial.

2. Pedoman Diagnostik

- Tidak ada kerusakan atau penyakit otak berat atau gangguan jiwa lain

- Memenuhi kriteria berikut:

a. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa

bidang fungsi

b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas

pada episode gangguan jiwa

c. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif dan maladaptif yang jelas terhadap

berbagai keadaan probadi dan sosial yang luas

d. Manifestasi diatas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut

sampai usia dewasa

e. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi yang cukup berarti, tetapi baru

menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut

f. Gangguan ini biasanya berkaitan secara bermakna dengan masalah pekerjaan dan

kinerja sosial.

- Kriteria dapat disesuaikan dengan budaya berupa norma sosial, peraturan, dan

kewajiban yang berlaku.

3. Kategori Diagnosis

Diagnosis Preokupasi Ciri lain PenangananF 60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid

Penjelasan yang bersekongkol dan tidak subtantif dari suatu peristiwa

a. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi

b. Kecurigaan berulang tanpa sadar tentang kesetiaan pasangan

Dititikberatkan pada pengalaman subjektifnya dan jangan sering membantah kecurigaannya

10

Page 11: Ujian

c. Kecenderungan menyimpan dendam

d. Kecenderungan merasa dirinya penting

e. Kecenderungan mendistorsi pengalaman dengan menyalahartikan tindakan netral sebagai permusuhan

F 60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid

Fantasi dan intropeksi berlebihan

a. Sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan

b. Emosi dingin, afek datar, tak peduli

c. Kurang mampu mengekspresikan kehangatan bahkan kemarahan terhadap orang lain

d. Ketidak pedulian terhadap pujian maupun kecaman

e. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual

f. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri

g. Tidak mempunyai teman dekat (jika ada hanya satu)

h. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku

Psikoterapi suportif, bimbingan dalam cara hidup, anjuran untuk mengambil bagian dalam kegiatan sosial dan latihan dalam mengadakan relasi interpersonal. Nasihat kepada pasangan atau anggota keluarga bahwa perhatian dan kasih sayang terus menerus dapat membuat ia menjadi terbuka

F 60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial

-- a. Tidak peduli dengan perasaan orang lain

b. Tidak bertanggungjawab dan tidak peduli dengan norma, peraturan, dan kewajiban sosial

c. Tidak mampu memelihara suatu hubungan

d. Toleransi terhadap frustasi rendah

e. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman

f. Cenderung menyalahkan orang lain

Terapi individual maupun kelompok untuk membantu hubungan sosial pasien

F 60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

a. Kecenderungan bertindak impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya

b. Khas: impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri

Pada episode akut, beri bimbingan, anuuran, ventilasi, nasihat, serta SRRI dan obat antianxietas

11

Page 12: Ujian

F 60.4 Gangguan Kepribadian Histrionik

- a. Ekspresi emosi dibuat-buat, seperti bersandiwara dan dibesar-besarkan

b. Bersifat sugestif dan mudah terpengaruh

c. Afektif dangkal dan labild. Terus menerus mencari

kegairahan, penghargaan dari orang lain, dan menjadi pusat perhatian

e. Penampilan atau perilaku “seductive” yang tidak memadai

f. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik

Hanya perilaku yang nyata yang dibimbinh

F 60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik

Hal-hal rinci (detail), peraturan, daftar, urutan, organisasi atau jadwal

a. Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan

b. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas

c. Ketelitian berlebihand. Keterpakuan dan keterikatan

berlebihan pada kebiasaan sosial

e. Kaku dan keras kepalaf. Pemaksaan yang tak

berasalan agar orang lain mengikuti caranya mengerjakan sesuatu, atau tidak memperbolehkan orang lain mengerjakan sesuatu

g. Mencampuradukan pikiran atau dorongan yang memaksa

Nasihat serta efek plasebo obat apa saja

F 60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)

Berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial

a. Perasaan tegang dan takut yang menetap

b. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain

c. Keenganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai

d. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik

e. Menghindari aktivitas sosial karena takut dikritik dan ditolak

Psikoterapi suportif dan nasihat untuk menambah kepercayaan diri

F 60.7 Gangguan Kepribadian Dependen

Ketakutan ditinggal oleh orang

a. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan

Manipulasi lingkungan, sugesti, persuasi

12

Page 13: Ujian

terdekat dan dibiarkan mengurus dirinya sendiri

penting untuk dirinyab. Meletakkan kebutuhan

sendiri lebih rendah dari orang lain

c. Keengganan mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana tempat ia bergantung

d. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian

e. Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat dan dukungan dari orang lain

agar dapat menambah kemampuannya. Obat stimulan juga dapat dipakai

F 60.8 Gangguan Kepribadian Khas Lainnya

F 60.9 Gangguan Kepribadian YTT

F 61 Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya

Keterangan: Dikatakan gangguan kepribadian jika terdapat minimal 3 gejala (preokupasi atau

ciri lain) dari ciri diatas.

13