uji viabilitas bakteri asam laktat dari usus itik …digilib.unila.ac.id/27904/4/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
UJI VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK
(Anas domesticus) PADA MEDIA MOLASES, GARAM FISIOLOGIS DAN
KOMBINASINYA SEBAGAI PROBIOTIK
(Skripsi)
Oleh
Fatmawati Putri
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
UJI VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK (Anas
domesticus) PADA MEDIA MOLASES, GARAM FISIOLOGIS DAN
KOMBINASINYA SEBAGAI PROBIOTIK
Oleh
Fatmawati Putri
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui viabilitas isolat Bakteri Asam Laktat
pada media molasses, garam fisiologis, dan kombinasinya pada lama inkubasi
sampai dengan 4 minggu. Penelitian ini menggunakan campuran isolat BAL dari
usus itik (B4, B7, B8). Ketiga isolat bakteri tersebut diinokulasikan pada ketiga
media yaitu molases, garam fisiologis dan garam fisiologis+molases. Penelitian
disusun dengan percobaan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) pola
perlakuan faktorial 3 x 4 (A x B). Faktor A adalah 3 macam media perlakuan
yaitu media I (molases), media II (garam fisiologis), dan media III (garam
fisiologis+molases). Faktor B adalah variasi waktu yang digunakan pada masing–
masing media perlakuan yaitu 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu.
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Penelitian ini menggunakan
metode pour plate dengan perhitungan jumlah koloni yang akan dihitung dengan
colony counter. Data dalam penelitian ini dianalisis secara Deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa BAL pada ke-3 media perlakuan mempunyai pola
viabilitas yang sama sampai dengan 1 minggu dengan jumlah populasi pada
media molases sebesar 1,94 x 107 CFU/ml (7,29 log10 cfu/ml), media garam
fisiologis sebesar 2,25 x 107 CFU/ml (7,35 log10 cfu/ml) dan garam fisiologis +
molases dengan jumlah populasi 2,20 x 107
CFU/ml (7,34 log10 CFU/ml). Pada
minggu ke-2 hingga minggu ke-4 viabilitas BAL pada ke-3 media mengalami
penurunan. Media yang paling baik untuk penyimpanan BAL yaitu media garam
fisiologis + molases.
Kata kunci: Viabilitas, Bakteri Asam Laktat, Molases, dan Garam Fisiologis.
UJI VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DARI USUS ITIK
(Anas domesticus) PADA MEDIA MOLASES, GARAM FISIOLOGIS DAN
KOMBINASINYA SEBAGAI PROBIOTIK
Oleh
FATMAWATI PUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
1
RIWAYAT HIDUP
Fatmawati Putri anak pertama dari empat bersaudara oleh pasangan Bapak Anis
Andriyanto S.E. M.M. dan Ibu Dewi Sartika S.Si. yang lahir di Bandar Lampung
pada tanggal 13 Februari 1995. Penulis mengawali pendidikan dari Taman Kanak-
Kanak Taruna Jaya Bandar Lampung. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Dasar Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung. Setelah
menamatkan pendidikan dasarnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA YP Unila Bandar Lampung
pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan Penguruan Tinggi Negeri di
Universitas Lampung pada tahun 2013 di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Jurusan Biologi melalui jalur SNMPTN (undangan).
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten Praktikum Mikrobiologi
Umum dan Mikrobiologi Lingkungan. Selain itu penulis selama kuliah aktif dalam
berorganisasi dan pernah menjadi anggota Biro Dana dan Usaha di HIMBIO
(Himpunan Mahasiswa Biologi) FMIPA UNILA. Pada tahun 2014 penulis
melaksanakan Karya Wisata Ilmiah di Desa Mulyosari selama 7 hari. Pada tahun
v
2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Ujung Gunung Ilir
Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang selama 60 hari dari bulan
Januari – Maret 2016 dan pada bulan Agustus– Oktober 2016 penulis juga
melaksanakan Kerja Praktik di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Tanjung
Bintang Lampung Selatan selama 40 hari dengan judul “UJI
MIKROBIOLOGI PADA KUALITAS PRODUK MINUMAN FRESTEA
DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA”.
MOTTO
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah
gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Confusius)
The greatest secret of success is there is no big secret, whoever
you are, you will be succesfull if you Endeavor in earnest.
Kesuksesan bukan dilihat dari hasilnya, tapi dilihat dari
prosesnya. Karena hasil direkayasa, sedangkan proses selalu
jujur menggambarkan siapa diri kita sebenarnya.
If you fall a thousand times, stand up millions of times
because you do not know how close you are to success.
Learn for yesterday, Live for today, and Hope for tomorrow.
(Albert Einstein)
PERSEMBAHAN
Bissmillahirohmanirrohim
Dengan mengucapkan rasa syukur Kepada Allah SWT atas Rahmat, Ridho, dan Karunia-Nya yang tiada henti-hentinya Dia berikan
Kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda bukti dan kasihku
Untuk yang tercinta :
Papah dan Mamah tercinta yang menjadi penyemangat hidupku, yang selalu
memanjatkan doa disetiap sujudnya untuk keberhasilanku, selalu memberikan
semangat dan nasihat untuk menyelesaikan studiku
Adik –adikku tersayang yang selalu memberikan semangat, hiburan dan dukungan
di setiap langkah ku untuk menyelesaikan studiku
Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan Ilmu dengan tulus ikhlas serta
sahabat–sahabatku tersayang yang selalu mendukung dan menemani saat suka
maupun duka
Dan Almamaterku tercinta
Universitas Lampung
1
SANWACANA
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Uji Viabilitas
Bakteri Asam Laktat Dari Usus Itik (Anas domesticus) Pada Media Molases,
Garam Fisiologis dan Kombinasinya Sebagai Probiotik ”.
Penulis menyadari banyak sekali pihak yang telah membantu penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibu Dra. C.N. Ekowati, M.Si., selaku Pembimbing utama yang telah dengan sabar
memberi masukan, saran, membimbing dan menyemangati selama penulis
melaksanakan penelitian hingga menyelesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S., selaku Pembimbing kedua yang dengan sabar
membimbing, memberi perhatian, dan membagi ilmu serta membantu penulis
selama melaksanakan penelitian hingga menyelesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Dr. Sumardi M. Si., selaku Pembahas atas segala bimbingan, saran, kritik
selama penulis melaksanakan penelitian hingga menyelesaikannya skripsi ini.
ix
4. Ibu Dra. Eti Ernawiati ., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
dukungan dan semangat serta arahan selama masa studi.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA,. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan
selama masa studi.
8. Papah dan Mamah tercinta yang selalu kuhormati, kusayangi dan yang selalu
menasehatiku agar tetap tabah, kuat dan tawakal dalam menuntut ilmu sampai
terselesainya skripsi ini.
9. Adik-adikku tersayang Ahmad Fikri, Maulana Nata Praja dan Sophie Alya
Fiorenza yang selalu memberi semangat dan hiburan selama penulis
menyelesaikan penelitian ini.
10. Kepada teman terkasih selama ini Arief Andiswar, S.Kom., terima kasih atas doa,
motivasi, nasihat, bantuan dan semangat yang telah diberikan.
11. Kepada Sahabat-sahabatku tersayang Tetania Tiara Putri, Carina Pertiwi SS RH,
dan Eva Octarianita yang telah menjadi tempat curahan keluh kesah, penulis dan
yang selalu memberi semangat, hiburan, bantuan serta nasihat positif kepada
penulis.
x
12. Kepada teman-teman terdekatku Renata Septiani Putri, Nur Rohman, Nasyiatul
Himmah, Ezzanda Vozza D.P., Venny Yulia, I Nyoman Hitakarana, dan Benny
terima kasih atas bantuan , semangat dan motivasi hingga terselesainya skipsi ini.
12. Kepada teman-teman seperjuangan selama penelitian Vina Silviana dan Hendra
Verry terima kasih untuk kerja samanya, nasihatnya, arahannya selama
melakukan penelitian hingga terselesainya skripsi.
13. Kepada teman-teman seperjuangan mikrobiologi Yovita Selvie, Nuraeni Prija
Agustina, Balqis Ananda Putri, Nailul Lutfiyah, , Bella Noor Afrianty, Bella
Rizcikal, Hafiz Auzhar, dan Rizani Oktanisyah, yang telah memberikan
semangat, motivasi, dan nasihat yang positif.
14. Kepada teman-teman seperjuangan Kerja Praktik di PT. Coca Cola Bottling
Indonesia Lina Lindawati, Dea Putri Andeska, dan Sarah Niati terima kasih untuk
kerjasamanya, hiburan dan saran-saran selama kerja praktik.
15. Kepada teman-teman KKN Menggala Ujung Gunung Ilir Iffa Afiqa Khairani,
Liyana Citra, Artanita Nawawi, Fadiah Eryuda, Gita Marindra, Yota Pentawan,
dan Ardi yang telah memberi semangat, hiburan, bantuan, saran, nasihat, dan
mendengarkan keluh kesah penulis selama KKN.
16. Kepada teman-teman sekelas Biologi kelas B 2013, yang penulis sayangi
terimakasih atas kekeluargaan yang terjalin selama ini semoga sukses selalu untuk
kita semua.
17. Kepada teman-teman seangkatan Biologi 2013 terimakasih atas kekeluargaan
yang terjalin selama ini semoga sukses selalu untuk kita semua.
xi
18. Almamaterku tercinta, Semoga Allah SWT. senantiasa membalas semua kebaikan
yang telah kalian berikan.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penyusunan
karya ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga karya yang
sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT
senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, Agustus 2017
Penulis,
Fatmawati Putri
1
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii
SANWACANA ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
D. Kerangka Pikir ............................................................................................... 3
E. Hipotesis ........................................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri Asam laktat .....................................................................................5
B. Probiotik .….................................................................................................9
C. Viabilitas .................................................…..............................................12
D. Garam Fisiologis .......................................................................................16
xiii
E. Molases......................................................................................................16
III. METODE KERJA
A. Tempat dan Waktu…. .…………………………………………………...18
B. Alat dan Bahan…………………………………………………………...18
C. Metode enelitian……………………..…………………………………...19
D. Analisis Data .............................................................................................19
E. ProsedurKerja.............................................................................................20
1. Peremajaan Bakteri................................................................................20
2. Pembuatan Inokulum.............................................................................20
3. Pembuatan Kultur Pada Media Uji .......................................................20
4. Perhitungan Sel Bakteri ........................................................................20
5. Diagram Alir Penelitian ........................................................................22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil...........................................................................................................24
B. Pembahasan................................................................................................26
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan....................................................................................................29
B. Saran...........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
LAMPIRAN..........................................................................................................36
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alir penelitian ..............................................................................23
2. Uji Antagonis Isolat B4, B7, dan B8 ........................................................24
3. Grafik Pertumbuan BAL pada media molases, garam fisiologis, dan garam
fisiologis+molases…………………..........................................................25
4. Uji antagonis isolat BAL B4 (spread) terhadap isolat BAL B7 (point
plate)..........................................................................................................38
5. Uji antagonis isolat BAL B4 (spread) terhadap isolat BAL B7 dan B8
(point plate)...............................................................................................39
6. Uji antagonis isolat BAL B7 (spread) terhadap isolat BAL B4 dan B8
(point plate)...............................................................................................39
7. Uji antagonis isolat BAL B8 (spread) terhadap isolat BAL B4 (point
plate)..........................................................................................................39
8. Uji antagonis isolat BAL B8 (spread) terhadap isolat BAL B4 (point
plate)..........................................................................................................40
9. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media molases....................40
10. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis.......40
11. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis +
molases.......................................................................................................41
12. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media molases....................41
xv
13. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis.......41
14. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis +
molases.......................................................................................................42
15. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media molases....................42
16. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis.......42
17. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis +
molases.......................................................................................................43
18. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media molases....................43
19. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis.......43
20. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis +
molases.......................................................................................................44
21. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media molases....................44
22. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis......44
23. Pertumbuhan isolat dan viabilitas BAL pada media garam fisiologis +
molases.......................................................................................................45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah populasi BAL pada media molases...............................................37
2. Jumlah populasi BAL pada media garam fisiologis..................................37
3. Jumlah populasi BAL pada media garam fisiologis + molases.................37
4. Hasil uji antagonis isolat BAL...................................................................38
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri Asam Laktat (BAL) mampu memproduksi asam laktat sebagai hasil
pemecahan karbohidrat, hidrogen peroksida dan bakteriosin (Campbell dan
Mitchell, 2002). Menurut Schamberger et al. (2004) bakteriosin memiliki
peran penting sebagai penghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam usus
yang mengganggu kesehatan ternak (host).
Bakteri Asam Laktat mempunyai kemampuan dalam menghambat mikroba
patogen seperti Eschericia coli dan Staphylococcus aureus, sehingga BAL
dapat dijadikan sebagai probiotik. Probiotik sebagai mikroba hidup dapat
hidup atau berkembang dalam usus, dan menguntungkan inangnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya (Kompiang,2009).
Salah satu sumber isolat BAL yang dapat dijadikan sebagai probiotik yaitu
berasal dari usus itik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati
(2012) dari ke 13 isolat didapat 5 jenis isolat yang memiliki kemapuan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Escherechia coli dan Salmonella pullorum
yaitu isolat dengan kode B1, B2, B3, B4, dan B5. Berdasarkan kemampuan
dalam menghambat pertumbuhan bakteri maka isolat tersebut dapat digunakan
sebagai kandidat probiotik (Sutrisna, 2014).
2
Jin et al. (1997) dan Gusils et al. (2003) menegaskan bahwa agar suatu
mikroorganisme diklasifikasikan sebagai probiotik, maka mikroorganisme
tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan. Syarat-syarat tersebut
diantaranya adalah bersifat non patogen, viabilitas dalam populasi tinggi
sekitar 106-10
8 cfu/ml, menghasilkan substansi antimikrobial yang akan
menghambat bakteri patogen dalam saluran pencernaan, mampu
berkompetensi dengan bakteri patogen untuk membentuk koloni dalam
saluran pencernaan dan tahan terhadap enzim-enzim pencernaan dan garam-
garam empedu. Menurut Budiansyah (2004), pemakaian probiotik ini tidak
mempunyai pengaruh yang negatif baik kepada ternaknya sendiri maupun
kepada manusia yang mengkonsumsi hasil ternaknya. Probiotik dapat
meningkatkan kesehatan ternak dan meningkatkan produksi telur (Trisna,
2012). Hasil penelitian Lestari (2014) aquades, air kelapa, dan garam
fisiologis dapat menjadi media penyimpanan preparasi air minum yang baik
untuk isolat bakteri asam laktat, dimana penyimpanan pada larutan garam
fisiologis merupakan media terbaik untuk menjaga ketahanan hidup isolat
BAL. Sutrisna (2015) menambahkan bahwa pemberian konsentrasi molases
1% pada medium tumbuh BAL menjadikan daya hidup BAL lebih baik.
Isolat B1, B3, dan B4 viabilitasnya tetap terjaga sampai 72 jam inkubasi dan
dihasilkan 1,73 generasi, 1,52generasi dan 2,82 generasi.
Sejauh ini, penelitian tentang viabilitas BAL dari usus itik pada media garam
fisiologis dengan penambahan molases belum jelas dengan lama penyimpanan
lebih dari 7 hari/seminggu sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
3
mengetahui pengaruh dari media kombinasi tersebut terhadap viabilitas BAL
dalam beberapa minggu penyimpanan.
B. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas isolat Bakteri Asam
Laktat pada media molases, garam fisiologis, dan kombinasinya.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai viabilitas isolat Bakteri Asam Laktat pada molases,
garam fisiologis, dan kombinasinya yang dapat digunakan sebagai produk
probiotik pada media penyimpanan.
D. Kerangka Pikir
Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang biasa digunakan sebagai
probiotik. Bakteri ini mempunyai sifat bakterisidal dan bakteriostatik yang
dapat digunakan sebagai probiotik (Pennacchia et al., 2004).
Syarat probiotik adalah tidak patogen, toleran terhadap asam dan garam
empedu, mempunyai kemampuan bertahan pada proses pengawetan dan dapat
bertahan pada penyimpanannya serta memiliki kemampuan memberi efek
kesehatan (Shortt,1999).
4
Salah satu substrat yang biasanya digunakan untuk campuran media
penyimpanan mikroba yaitu molases (Murdiyatmo, 2003). Molases dapat
digunakan sebagai alternatif substrat karena mengandung nutrisi komplek
yang dibutuhkan mikroba dalam metabolismenya. Molases juga mengandung
gula yang terdiri dari sukrosa 30-40%, glukosa 4-9%, dan fruktosa 5-12%.
Selain itu, molases juga mengandung biotin, asam pantotenat, tiamin, fosfor,
dan sulfur (Hidayat dan Suhartini, 2006).. Menurut penelitian Sutrisna (2015)
pemberian konsentrasi molases 1% pada medium tumbuh BAL menjadikan
daya hidup BAL lebih baik.
Menurut Lestari (2014) larutan garam fisiologis merupakan media terbaik
untuk menjaga ketahanan hidup isolat BAL, karena garam fisiologis (NaCl)
berfungsi untuk menjaga keseimbangan ion sel mikroba.
E. Hipotesis
Penambahan molases pada media garam fisiologis mampu meningkatkan
viabilitas pada inkubasi selama 4 minggu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri Asam Laktat
Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus
atau batang dan tidak membentuk spora. Pada umumnya non motil karena
kemampuan biosintesisnya sangat terbatas, bersifat anaerob, katalase negatif
dan oksidase positif. BAL memiliki beberapa sifat khusus, antara lain ;
mampu tumbuh pada kadar gula, alkohol, dan garam yang tinggi, mampu
memfermentasikan monosakarida dan disakarida (Nasution, 2012). BAL juga
tidak bergerak, tidak mempunyai sitokrom dan membutuhkan nutrisi yang
kompleks seperti asam-asam amino, vitamin (B1, B6, B12) dan biotin
(Simanjuntak, 2008)
Bakteri Asam Laktat terbagi menjadi beberapa genus yaitu Lactobacillus,
Streptococcus, Lactococcus, Pediococcus,, Leuconostoc, Bifidobacterium, dan
Carinobacterium (Fardiaz, 1992). Berdasarkan fermentasi gula, BAL
deibedakan menjadi 2 golongan yaitu homofermentatif dan heterofermentatif.
Bakteri homofermentatif mengubah glukosa menjadi asam laktat sebagai
produk utama, sedangkan heterofermentatif mengubah glukosa menjadi asam
laktat, CO2, etanol dan asam asetat (Winarno, 2004).
6
Secara alami BAL ditemukan di berbagai habitat yaitu makanan fermentasi,
buah-buahan dan saluran pencernaan manusia atau ternak (Widyastuti, 1999).
BAL berdasarkan habitat aslinya secara umum dibagi menjadi dua kelompok
besar yaitu BAL yang berasal dari tanaman (fermentasi nabati) dan BAL yang
berasal dari susu. Pada kelompok BAL dari fermentasi nabati biasanya
terdapat pada beberapa produk nabati seperti buah dan sayur, kimchi,
minuman beralkohol dan fermentasi kedelai (taucho, miso, dan tempe). Pada
fermentasi susu yaitu keju, minuman probiotik, kefir, dadih dan yoghurt
(Surono, 2004). Selain itu BAL juga banyak terdapat pada organ dalam
makhluk hidup, seperti pada saluran pembuangan, jalur genital, jalur intestin,
maupun jalur respiratori pada manusia dan hewan (Stamer, 1979).
Senyawa yang dihasilkan oleh BAL diantaranya adalah asam organik, suatu
peptida yang bersifat antimikroba, berbagai jenis vitamin, asam folat serta
senyawa flavor. BAL juga menurunkan pH lingkungannya dan
mengeksresikan senyawa yang mampu menghambat mikroorganisme patogen
seperti H2O2, diasetil, CO2, asetaldehid, d-isomer, asam- asam amino dan
bakteriosin (Surono, 2004).
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan BAL yaitu ;
1. Suhu
Bakteri bervariasi dalam hal suhu optimum untuk pertumbuhan dan
pembentukan asam. Kebanyakan bakteri dalam kultur laktat mempunyai
suhu optimum 30˚C, tetapi beberapa kultur dapat membentuk asam dengan
kecepatan yang sama pada suhu 37˚C maupun 30˚C (Simanjuntak, 2008).
7
Berdasarkan suhu pertumbuhan tersebut BAL dari usus itik dapat
ditumbuhkan pada suhu ruang karena BAL termasuk bakteri golongan
mesofilik.
2. pH
Kondisi pH optimum BAL adalah sekitar 4-5 sehingga BAL dapat
berkompetitif dengan bakteri lain terutama bakteri pathogen yang
memiliki pH optimum 7,2-7,6 (Wibowo, 2012).
3. Oksigen
Tersedianya oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Bakteri diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu aerob obligat
(tumbuh jika persediaan oksigen banyak), aerob fakultatif (tumbuh jika
oksigen cukup, juga dapat tumbuh secara anaerob), anaerob obligat
(tumbuh jika tidak ada oksigen) dan anaerob fakultatif (tumbuh jika tidak
ada oksigen juga dapat tumbuh secara aerob).
4. Aktivitas Air (aw)
Kadar air dalam bahan pangan dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme
dalam bahan pangan. Berbagai mikroorganisme mempunyai aw minimum
agar dapat tumbuh dengan baik. Bakteri dapat tumbuh dengan aw
minimum 0,90 (Winarno,2004).
5. Tekanan Osmosis
Pengaruh tekanan osmosis pada pertumbuhan bakteri disebabkan karena
adanya perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar sel yang akan
menyebabkan gangguan pada sistem metabolisme di dalam sel bakteri,
8
jika lingkungan mempunyai tekanan osmosis yang besar akan dapat
mengganggu metabolisme dalam sel (Waluyo, 2007).
6. Nutrisi
Konig dan Frohlich (2009) menyebutkan BAL memerlukan nutrisi untuk
dapat tumbuh diantaranya karbohidrat, asam amino, vitamin. Karbohidrat
dan protein yang ada pakan telah diserap oleh usus halus. Bakteri Asam
Laktat membutuhkan karbohidrat khususnya karbohidrat mudah larut guna
sumber energi dan metabolisme (Haryati, 2011).
Bakteri Asam Laktat juga membutuhkan karbohidrat mudah larut untuk
pembentukan asam laktat (Rachmawati et al., 2005). Karbohidrat bukan
satu-satunya nutrisi yang dibutuhkan BAL. Azizah et al. (2012)
menjelaskan dalam penelitiannya nutrisi utama yang dibutuhkan oleh BAL
adalah karbohidrat dan nitrogen (nitrogen organik dan anorganik). Bakteri
Asam Laktat menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi.
Penggunaan karbohidrat pada pakan perlakuan belum menjadi faktor
pembatas pertumbuhan BAL. Bakteri Asam Laktat memerlukan protein
untuk tumbuh. Bakteri Asam Laktat proteolitik dari bekasam mempunyai
kemampuan mencerna protein. Bakteri Asam Laktat yang merupakan
salah satu bakteri proteolitik menghasilkan enzim proteolitik sekitar
dinding sel, membran sitoplasma dan di dalam sel (Wikandari et al.,
2012).
9
Beberapa keunggulan yang dimiliki BAL yaitu:
1) BAL mampu menghasilkan senyawa-senyawa yang dapat memberikan
rasa dan aroma spesifik pada makanan fermentasi (Rahayu, 2001)
2) BAL mampu meningkatkan nilai cerna pada makanan fermentasi karena
dapat melakukan pemotongan pada bahan makanan yang sulit dicerna
sehingga dapat langsung diserap oleh tubuh, misalnya protein diubah
menjadi asam-asam amino (Guerra et al., 2006).
3) BAL menghasilkan senyawa antimikroba yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba patogen dan pembusuk pada bahan makanan
sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk tersebut. Senyawa-
senyawa antimikroba yang dihasilkan BAL antara lain: asam laktat,
hidrogen peroksida, CO2, dan bakteriosin (Holzapfel et al., 2001).
B. Probiotik
Probiotik berasal dari bahasa latin yang berarti untuk kehidupan. Bakteri
probiotik disebut juga bakteri menguntungkan, bakteri baik, atau bakteri sehat.
Probiotik adalah kultur tunggal atau campuran dari mikroorganisme hidup
yang apabila diberikan pada manusia atau hewan akan berpengaruh baik,
karena akan menekan pertumbuhan bakteri patogen yang ada diusus manusia
atau hewan (Soeharsono, 2010). Menurut Wididana et al. (1996) bahwa
penggunaan probiotik yang dicampurkan di dalam air minum dan pakan ternak
akan memperbaiki komposisi mikroorganisme yang berada dalam perut ternak
sehingga akan dapat meningkatkan pertumbuhan atau produksi ternak.
10
Probiotik umumnya dari golongan BAL, khususnya genus Lactobacillus dan
Bifidobacterium yang merupakan bagian dari flora normal pada saluran
pencernaan (Sujaya et al. 2008). Lactobacillus merupakan probiotik yang
dapat memberikan efek yang menguntungkan seperti menstimulasi sistem
kekebalan (immune) tubuh (Isolauri et al., 2001) dan menurunkan kadar
kolesterol (Pereira et al., 2003; Yulinery et al., 2006; Belviso et al., 2009; Lee
et al., 2010).
Syarat probiotik adalah tidak patogen, toleran terhadap asam dan garam
empedu, mempunyai kemampuan bertahan pada proses pengawetan dan dapat
bertahan pada penyimpanannya serta memiliki kemampuan memberi efek
kesehatan (Shortt,1999). Menurut Jin et al. (1997) dan Gusils et al. (2003)
menegaskan bahwa agar suatu mikroorganisme diklasifikasikan sebagai
probiotik, maka BAL harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu bersifat non
patogen, viabilitas dalam populasi tinggi sekitar 106-10
8 CFU/ml, dan tahan
terhadap enzim-enzim pencernaan. Penggunaan BAL sebagai probiotik
menstabilkan mikroflora pencernaan dan berkompetisi dengan bakteri patogen,
dengan demikian strain probiotik BAL pada preparasi air minum unggas harus
mencapai usus dalam keadaan hidup dalam jumlah yang cukup.
Karakteristik dan kriteria yang aman dari probiotik (Gaggia et al., 2010) :
1. Nontoksik dan nonpatogenik
2. Mempunyai identifikasi taksonomi yang jelas
3. Dapat hidup dalam spesies target
11
4. Dapat bertahan, berkolonisasi dan bermetabolisme secara aktif dalam target
yang ditunjukkan dengan:
a. Tahan terhadap cairan pencernaan dan empedu
b. Persisten dalam saluran pencernaan
c. Menempel pada ephitelium atau mucus
d. Berkompetisi dengan mikroflora inang
5. Memproduksi senyawa antimikrobial
6. Antagonis terhadap patogen
7. Dapat merubah respon imun
8. Tidak berubah dan stabil pada waktu proses penyimpanan dan lapangan
9. Bertahan hidup pada populasi yang tinggi
10. Mempunyai sifat organoleptik yang baik
Mekanisme kerja dari probiotik menurut Fuller (2001) antara lain adalah
1. Melekat / menempel dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan.
Kemampuan probiotik untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan
menempel pada sel-selusus adalah sesuatu yang diinginkan. Hal ini
merupakan tahap pertama untuk berkolonisasi, dan selanjutnya dapat
dimodifikasi untuk sistem imunisasi/ kekebalan hewan inang.
2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat anti mikrobial
mikroba. Probiotik menghambat organisme patogenik dengan
berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah terbatas substrat bahan
makanan untuk difermentasi. Substrat bahan makanan tersebut diperlukan
agar mikroba probiotik dapat berkembang dengan baik.
12
3. Menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang.
Mikroorganisme probiotik mampu mengatur beberapa aspek dari sistem
kekebalan hewan inang. Kemampuan mikroba probiotik mengeluarkan
toksin yang mereduksi / menghambat perkembangan mikroba-mikroba
patogen dalam saluran pencernaan, merupakan suatu kondisi yang dapat
meningkatkan kekebalan hewan inang.
C. Viabilitas
Menurut Nurkartika et al. (2001) viabilitas adalah kemampuan hidup dari
suatu individu untuk mempertahankan hidupnya dalam persaingan antar
individu maupun terhadap alam (survival of the foetus).
Kondisi yang mempengaruhi Viabilitas adalah
1. Nutrisi
Kandungan nutrisi yang mencukupi sangat diperlukan untuk menjamin
kelangsungan hidup bakteri, yang tentunya juga akan menunjang viabilitas
bakteri tersebut. Beberapa nutrisi yang dibutuhkan antara lain karbon,
nitrogen dan mineral. Setiap senyawa atau zat tersebut akan memiliki
peran masing-masing dalam menunjang metabolisme dari bakteri tersebut.
1.1. Karbon
Unsur karbon merupakan salah satu unsur alam yang sangat penting
dalam kehidupan, termasuk bagi bakteri. Kebutuhan karbon yang
dipakai oleh bakteri umumnya berasal dari karbondioksida, karbon
organik ataupun glukosa.
13
1.2. Nitrogen
Nitrogen juga merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya bagi
bakteri, bahkan nitrogen terdapat dalam jumlah besar dalam suatu
bakteri. Nitrogen ini dimanfaatkan bakteri untuk berbagai keperluan
sintesis protein.
1.3. Mineral
Sumber mineral utama bagi mikroorganisme adalah ion magnesium,
kalsium, kalium, natrium dan juga besi. Mineral-mineral ini
digunakan oleh mikroba untuk berbagai keperluan seperti untuk
dijadikan koenzim, komponen dinding sel, menjaga keseimbangan
ion dan lain-lain. Tanpa adanya asupan mineral yang cukup
tentunya akan berakibat pada terganggunya metabolisme dari bakteri
yang nantinya berakibat pada terhambatnya viabilitas
bakteri(Brooks, 2007).
2. Linkungan
Lingkungan merupakan salah satu factor lainnya yang dapat
mempengaruhi viabilitas bakteri. Lingkungan sendiri terdiri atas berbagai
aspek di dalamnya meliputi ketersediaan nutrisi, pH, temperature, tekanan
osmotik, kekuatan ion dan media kultur yang digunakan.
2.1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan salah satu factor yang dapat
menentukan tingkat viabilitas dari mikroorganisme tersebut. Tidak
semua organisme dapat hidup dalam semua pH, pada umumnya pH
optimum bagi sebagian besar mikroorganisme adalah sekitar 6,0-8,0
14
atau dikenal sebagai netralofil. Meskipun beberapa mikroorganisme
dapat tinggal di lingkungan yang ekstrimseperti pH dibawah 3.0 atau
diatas 10.5 umumnya organisme tersebut mempunyai mekanisme
dalam selnya sendiri untuk mencegah pengaruh lingkungan
mengganggu keadaan dalam selnya (Brooks, 2007, Loir, 2003).
2.2. Temperatur
Sama halnya dengan pH, temperatur juga memiliki peranan penting
dalam mempengaruhi viabilitas tanpa adanya suhu yang tepat bagi
suatu mikroorganisme tentunya hasil viabilitas juga akan terganggu.
Setiap bakteri umumnya memiliki suhu atau temperatur optimum
yang berbeda tergantung karakteristik masing-masing bakteri.
Sebagian bakteri dapat tinggal di suhu yang sangat tinggi disebut
termofilik (50-60o C), sebagian yang dapat tinggal pada suhu rendah
(15-20oC) disebut psikrofilik, sedangkan yang dapat tumbuh
optimum pada suhu normal (30-37oC) disebut mesofilik (Brooks,
2007, Loir et al, 2003, Ryan et al, 2004).
2.3. Aktivitas Air
Kadar kelembapan dan aktivitas air yang tinggi akan menurunkan
daya tahan probiotik. Adanya interaksi antara aktivitas air dengan
suhu yang mempengaruhi kehidupan probiotik. Sediaan probiotik
dapat memiliki masa simpan yang lama pada bentuk kering ketika
disimpan pada suhu kamar jika kadar kelembabannnya
rendah.(dibawah 0,2-0,3). Pada umumnya aktivitas air yang rendah
akan memberikan ketahanan hidup yang baik (Neha et all, 2012).
15
2.4. Tekanan Osmosis
Osmosis adalah difusi melintasi semipermiabel yang memisahkan dua
macam larutan dengan konsentrasi solut yang berbeda. Proses ini
cenderung untuk menyamakan konsentrasi solut pada kedua sisi
membran tersebut. Bakteri memiliki dinding sel yang kaku yang
dapat mempertahankan perubahan tekanan osmosik, sehingga
biasanya tidak menunjukkan perubahan bentuk ataupun ukuran yang
mencolok bila terjadi plasmolisis atau plasmoptisis.(Pelczar dan
Chan, 2006).
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan
kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis,
maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya
membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya
sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel
mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena
cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
(Pelczar dan Chan, 2006)
Salah satu media terbaik dalam menjaga viabilitas bakteri asam laktat yaitu
medium MRS (De Man Rogosa and Sharpe) Broth. MRS Broth mengandung
nutrisi yaitu pepton, ekstrak daging, ekstrak yeast, D(+)-glucose, di-Potassium
hydrogen phosphate, 1 ml tween 80, di-ammonium hydrogen citrate, sodium
asetat, magnesium sulfat, mangan sulfat. Sumber nitorgen dari pepton dan
yeast ekstrak. Ekstrak yeast digunakan untuk sumber vitamin. Glukosa,
ekstrak yeast, dan di-Potassium hydrogen phosphate sebagai sumber karbon.
16
Di-Potassium hydrogen phosphate merupakan buffer dan sumber mineral. Di-
amonium hidrogen sitrat dan sodium asetat sebagai agen penghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain. Magnesium sulfat (MgSO4) dan mangan
sulfat (MnSO4) sebagai sumber kation yang digunakan dalam metabolisme sel
(Oxoid, 1982).
D. Garam fisiologis (NaCl)
Larutan garam fisiologis merupakan larutan isotonis yang memiliki banyak
kegunaan dalam bidang medis dan laboratorium, dan umumnya larutan garam
fisiologis memiliki kisaran konsentrasi 0.9% (b/v). Garam fisiologis (NaCl)
berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan osmotik sel bakteri dan medium,
agar bakteri yang akan ditumbuhkan tidak mati. Pada umumnya bakteri
pembusuk relatif lebih sensitif terhadap garam (Buckle et al. 1978). Menurut
Tjahjadi (2011), sebagai bahan pengawet, garam bekerja dengan cara
menaikkan tekanan osmotik larutan sehingga menyebabkan terjadinya
plasmolisis. Akibatnya terjadi dehidrasi yang selanjutnya diikuti dengan
kematian mikroorganisme. Garam juga memengaruhi aktivitas air bahan,
sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme
E. Molases
Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan
wujud bentuk cair. Molases yang merupakan gula tetes yang kental dapat
dimanfaatkan sebagai sumber karbon dan nitrogen substrat sehingga dapat
17
digunakan sebagai media untuk pertumbuhan bakteri. Di dalam molases
terkandung senyawa-senyawa seperti polisakarida, asam amino, dan abu
sulfat. Abu sulfat ini berasal dari pupuk tanaman tebu yang terserap pada
batangnya yaitu ZA, yang komponen utamanya mengandung belerang atau
sulfur. Komponen mineral dalam molases antara lain kalium, nitrogen,
kalsium, alumunium,magnesium (bentuk anion), sulfat, sulfit, fosfat, klorida
dan silikat (bentuk kation ) (Holilah, 2005).
Molases dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) Cane-molasses, merupakan
molases yang memiliki kandungan 25-40% sukrosa dan 12-25 % gula
pereduksi dengan total kadar gula 50-60 % atau lebih. Kadar protein kasar
sekitar 3% dan kadar abu sekitar 8-10% yang sebagian besar terbentuk dari K,
Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses merupakan bahan pakan yang
normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Priyono, 2008).
Tingginya kandungan gula dan mineral pada molases merupakan suatu potensi
untuk dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi oleh
mikroorganisme(Wirioatmodjo, 1984).
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung .
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Januari – April 2017.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan digital,
mirkrotube, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, erlenmeyer, beaker
glass, cawan petri, bunsen, stirrer heat, vortex mixer, mikropipet, mikrotipe,
autoklaf, laminar airflow, inkubator, dan oven.
2. Bahan
Bahan–bahan yang digunakan adalah campuran isolat BAL dari usus itik (B4,
B7 dan B8) yang diperoleh dari koleksi (Sutrisna, 2013),
19
media deMan Rogosa and Sharpe (MRS) Broth, NaCl steril, alkohol70%,
aquades, molases,dan media deMan Rogosa and Sharpe (MRS) Agar.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan campuran isolat bakteri asam laktat dari usus itik
(B4, B7, dan B8) koleksi Sutrisna (2013). Ketiga isolat bakteri tersebut
diinokulasikan pada ketiga media yaitu molases, garam fisiologis dan garam
fisiologis+ molases. Molases yang digunakan yaitu dengan konsentrasi 1%
(Sutrisna et al., 2015). Lama inkubasi yang digunakan pada masing-masing
media selama 4 minggu dengan interval waktu 1 minggu.
Uji Viabilitas BAL pada perlakuan disusun dalam percobaan Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL) pola perlakuan faktorial 3 x 4(A x B). Faktor A
adalah 3 macam media perlakuan yaitu media I (molases), media II (garam
fisiologis), dan media III (garam fisiologis + molases). Faktor B adalah
variasi waktu yang digunakan pada masing–masing media perlakuan yaitu 1
minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu. Masing-masing perlakuan
dilakukan 2 kali ulangan. Viabilitas BAL ditunjukkan berdasarkan jumlah
populasi cfu/mldari masing-masing isolat yang tumbuh pada cawan petri
berdasarkan hasil perhitungan ALT ( Angka Lempeng Total) (BSN, 2006).
D. Analisis Data
Data jumlah koloni BAL yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
20
E. Prosedur Kerja
1. Peremajaan Bakteri
Sebanyak 1 ml suspensi campuran dari isolat BAL dari usus itik yaitu B4,
B7, dan B8 diambil dengan menggunakan mikropipet steril dan
dimasukkan ke dalam 9 ml MRS Broth steril dalam tabung reaksi steril,
kemudian diinkubasi pada inkubator selama 48 jam.
2. Pembuatan inokulum
Isolat yang telah berumur 48 jam diambil sebanyak 1 ml ke dalam 9 ml
MRS Broth steril kemudian diinkubasi selama 48 jam dalam inkubator.
3. Pembuatan kultur pada media uji
Suspensi bakteri asam laktat dengan diinokulasikan ke dalam media
perlakuan dengan diambil 1 ml menggunakan mikropipet kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml media uji yaitu
molases 1%, garam fisiologis, dan garam fisiologis + molases 1%.
Masing-masing media perlakuan dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu
ruang selama 4 minggu dengan interval waktu pengamatan 1 minggu
sekali.
4. Perhitungan sel bakteri
- Pengenceran media uji
Pada masing-masing media perlakuan dilakukan pengenceran 10-1
,
10-2
, 10-3
, 10-4
, dan 10-5
. Menurut (Wasteson dan Hornes, 2009) tujuan
pengenceran untuk memperkecil/mengurangi jumlah mikroba yang
21
tersuspensi dalam cairan. Pengenceran yang dipakai yaitu 10-3
, 10-4
,
dan 10-5
.
- Perhitungan jumlah koloni
Pengenceran 10-3
, 10-4
, dan 10-5
pada media perlakuan diambil 1 ml
isolat kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang ditambahkan
20 ml Mrs Agar. Cawan petri digoyang-goyangkan membentuk angka
delapan agar suspensi dan media tercampur merata. Setelah itu di
diamkan media hingga memadat, kemudian masukkan media ke dalam
inkubator bakteri selama 48 jam. Dihitung jumlah koloni untuk
mengetahui viabiltas BAL dari setiap cawan petri dengan
menggunakan colony counter. Setelah didapat jumlah koloni BAL
yang tumbuh, kemudian dihitung dengan rumus ALT sebagai berikut :
( ) ( ) (Kristiyanti, 2015)
Keterangan :
N = Jumlah koloni/ml
ΣC = Total koloni yang dapat dihitung
n1 = Jumlah cawan petri pada pengenceran pertama yang dihitung
n2 = Jumlah cawan petri pada pengenceran kedua yang dihitung
d = Pengenceran pertama yang dihitung
22
5. Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian adalah sebagai berikut
Molases Garam fisiologis Garam fisiologis
+
Molases 1 %
Inokulasi hasil peremajaan sebanyak 1ml
kedalam 9 ml MRS Broth
Isolat hasil peremajaan dicampurdengan 9 MRS
Broth dan diinkubasi selama 48 jam, pada suhu 37◦
Suspensi BAL yang telah diinokulasikan ke dalam 9 ml
aquades steril sampai diperoleh kekeruhan yang samadengan
stadart Mac Farland 0,5 dengan kepadatan (1,5 x 108 CFU/ ml)
dan diinokulasikan secara merata pada masing-masing
perlakuan
Perlakuan molases 1%, garam fisiologis, garam +
molases 1 %, diinkubasi selama 4 minggu dengan
suhu ruang dalam inkubator
Dilakukan pengenceran 10-1
, 10-2
, 10-3
, 10-4, 10-5
terlebih dahulu sebelum dituang di cawan petri.
23
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
+
Gambar 1. Diagram alir penelitian
Pengenceran 10-3
, 10-4
, 10-5
dimasukkan ke dalam cawan
petri untuk menghitung Total Plate Count dengan metode
Cawan Tuang ( Pour Plate ) pada media MRS Agar
Koloni BAL yang tumbuh dihitung menggunakan koloni
counter
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pada penelitian ini menggunakan campuran isolat BAL dari usus itik
yaitu B4, B7, dan B8. Pada Gambar 2 menunjukkan tidak adanya zona
bening yang terbentuk. Hal ini menunjukkan ke-3 isolat BAL tidak
saling membunuh atau tidak menghambat pertumbuhan satu sama lain.
Gambar 2. Uji Antagonis Isolat B4, B7, dan B8
Jika terjadi hambatan pada viabilitas BAL pada media bukan disebabkan
oleh BAL melainkan oleh media perlakuan. BAL dengan kultur
campuran dapat dimanfaatkan sebagai kultur probiotik untuk air minum
ternak.
25
2. Hasil perhitungan angka lempeng total pada masing-masing media
perlakuan disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 3.Grafik Pertumbuan BAL pada media mo
+lases, garam fisiologis dan garam fisiologis + molases.
Hasil penelitian viabilitas pada media molases, garam fisiologis dan
garam fisiologis+molases menunjukkan pola yang sama. BAL pada
semua media penyimpanan bertahan sampai dengan waktu penyimpanan
1 minggu. Minggu pertama inkubasi pada ke-3 media perlakuan jumlah
populasinya meningkat, pada media molases sebesar 7,29 log10 CFU/ml,
pada media garam fisiologis jumlah populasi sebesar 7,35 log10 CFU/ml,
dan media garam fisiologis + molases 1% sebesar 7,34 log10 CFU/ml.
Hal ini menunjukkan viabilitasnya masih tinggi. Minggu ke-2 hingga
minggu ke-4, ke-3 media perlakuan viabilitas BAL mulai menurun.
Apabila dilihat dari jumlah populasi pada minggu ke-4 viabilitas yang
baik atau masih tinggi terdapat pada media garam fisiologis + molases.
Ditunjukkan dengan jumlah populasi BAL paling tinggi yaitu sebesar
6,50 log10 CFU/ml, sedangkan pada molases dan garam fisiologis jumlah
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
0 1 2 3 4
Lo
g ju
mla
h s
el h
idu
p
Waktu inkubasi (Minggu)
molases
garam fisiologis
garamfisiologis+molases
26
populasi lebih rendah yaitu 4, 94 log10 CFU/ml pada molases dan garam
fisiologis 3,18 log10 CFU/ml.
B. Pembahasan
Viabilitas BAL pada ke-3 media yaitu molases, garam fisiologis , dan
garam fisiologis+molases mempunyai pola viabilitas yang sama. Pada
ke-3 media, BAL mampu bertahan sampai penyimpanan 1 minggu. Pada
minggu pertama, populasi BAL meningkat. Hal ini menunjukkan sel
bakteri masih melakukan pembelahan sel. Nutrisi dari media tumbuh
sebelumnya yaitu MRS Broth masih tersedia untuk kegiatan
metabolismenya sampai minggu pertama.
Pada minggu ke-2 hingga minggu ke-4 BAL sudah mengalami
penurunan viabilitas karena nutrisi dari media awal sudah habis, sehingga
proses sintesis dalam sel tidak terjadi. Namun sebagian besar sel masih
bertahan. Hal ini didukung dengan kondisi lingkungan. Media garam
fisiologis merupakan larutan isotonis, sehingga tidak terjadi perubahan
isi sel yang berakibat bakteri tetap dalam keadaan hidup. Beberapa BAL
pada media garam fisiologis yang tetap hidup masih terjaga kesimbangan
osmotik selnya. Pada media molases terdapat nutrisi yang dibutuhkan
BAL yaitu karbon dan nitrogen, sehingga BAL yang sudah
menyesuaikan dengan lingkungannya memanfaatkan nutrisi tersebut
untuk dapat bertahan hidup. Pada media garam fisiologis + molases 1%
mempunyai kondisi lingkungan dan nutrisi yang sesuai untuk BAL,
27
sehingga bakteri terjaga viabilitasnya. Garam fisiologis dan molasis 1%
bersifat isotonis, sehingga cairan sel tidak keluar dan masih mampu
melakukan proses aktivitas metabolismenya, walaupun, tidak terjadi
pembelahan sel. Dengan demikian, ke-3 media dapat digunakan sebagai
media penyimpanan BAL.
Penurunan jumlah populasi pada minggu ke 4, menunjukkan tidak semua
BAL mampu bertahan pada ke-3 media. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya nutrisi, dan kompetisi antar isolat. Isolat yang kuat tetap
bertahan hidup sampai 4 minggu.
Pada media molases masih lebih baik dibandingkan garam fisiologis
dalam mempertahankan viabilitas BAL, ditunjukkan dengan jumlah
populasi pada minggu ke 4. Pada media molases sebesar 4,94 log10
CFU/ml, sedangkan pada garam fisiologis sebesar 3,18 log10 CFU/ml.
Dalam hal ini penambahan molases dapat mempengaruhi pertumbuhan
isolat BAL. Menurut Toharisman dan Santosa (1999) molases
merupakan media yang kaya gula, terdiri dari sukrosa 30-40%, glukosa
4-9% dan fruktosa 4-9%. Menurut Kusmiati dan Malik (2002), glukosa
merupakan gula yang disukai oleh bakteri sebagai sumber karbon.
Bakteri asam laktat menggunakan sumber karbon sebagai sumber energi
dan bahan pembentuk asam laktat, dan sebagai bahan pembentuk
biomassa sel. Tingginya kandungan gula dan mineral pada molases
merupakan suatu potensi untuk dimanfaatkan sebagai substrat oleh
mikroorganisme (Wirioatmodjo, 1984). Secara umum substrat
28
dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan biomassa,
pemeliharaan sel dan menghasilkan produk.
Media garam fisiologis merupakan larutan isotonis yang hanya terdapat
kandungan mineral saja. Garam fisiologis (NaCl) berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan osmotik sel bakteri dan medium, agar bakteri
yang akan ditumbuhkan tidak mati. Tetapi, tidak ada kandungan nutrisi
di dalam media garam fisiologis untuk mendukung pertumbuhan BAL,
karena garam fisiologis hanya mempertahankan kondisi figor sel.
Viabilitas BAL yang paling baik pada garam fisiologis+molases sampai
minggu ke-4, yang ditunjukkan dengan jumlah populasinya sebesar 6,50
log10 CFU/ml. Hal ini disebabkan di dalam media ini terdapat 2 unsur
yang dapat mempertahankan viabilitas BAL, yaitu molases dan garam
fisiologis. Molases mengandung nutrisi yang dibutuhkan BAL yaitu
karbon dan nitrogen, sedangkan garam fisiologis merupakan larutan
isotonis yang dapat menjaga tekanan osmotik cairan di luar sel dan di
dalam sel.
30
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. BAL pada ke-3 media perlakuan mempunyai pola viabilitas yang sama
sampai dengan 1 minggu dengan jumlah populasi pada media molases
sebesar 1,94 x 107 CFU/ml (7,29 log10 cfu/ml), media garam fisiologis
sebesar 2,25 x 107 CFU/ml (7,35 log10 cfu/ml) dan garam fisiologis +
molases dengan jumlah populasi 2,20 x 107
CFU/ml (7,34 log10
CFU/ml).
2. Pada minggu ke2 hingga minggu ke-4 viabilitas BAL pada ke-3 media
mengalami penurunan.
3. Media yang paling baik untuk penyimpanan BAL yaitu media garam
fisiologis + molases.
B. Saran
1. Media simpan BAL yang paling baik yaitu pada media garam
fisiologis + molases.
30
2. Masa simpan BAL pada media garam fisiologis + molases yaitu
sampai 4 minggu.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi molasis
dan garam fisiologis untuk memperoleh masa simpan lebih dari 4
minggu.
31
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, N., A.N. Al-Baarri dan S. Mulyani., 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas pada Proses Fermentasi
Bioetanol dari Whey dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal. Aplikasi
Teknologi Pangan. Vol. 1(2): 72-77
Anonim. 2006. Cara Uji Mikrobiologi- Bagian 3: Penentuan Angka Lempeng
Total (ALT) Pada Produk Perikanan. Badan Standar Nasional. Jakarta.
Belviso, S., M. Giordano, P. Dolci and G. Zeppa. 2009. In Vitro Cholesterol
Lowering Activity of Lactobacillus plantarum and Lactobacillus paracasei
Strains Isolated from The Italian Castelmagno PDO Cheese. Dairy Sci.
Technol. Vol. 89 : 169-176.
Brooks, G., KC. Carrol., J. Butel., M. Stephen., Jawetz, and Melnick. 2007. 7
Adelberg’s Medical Microbiology. 24th
ed. McGraw-Hil.
Buckle KA, RA. Edwards, GH. Fleet., M . Wootton. 1978. Ilmu Pangan.
Purnomo H, Adiono, penerjemah; UI press . Jakarta. Terjemahan dari: Food
Science
Budiansyah, A. 2004. Pemanfaatan Probiotik Dalam Meningkatkan Penampilan
Produksi Ternak Unggas. Prog Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor. Bogor
Campbell dan Mitchell.2002. Biologi, Edisi kelima jilid 1. Erlangga. Jakarta. Hlm.
102
Fardiaz, s. 1992. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
Fuller, R. 2001. The chicken Gut Microflora and Probiotic Supplements. Journal
of Poultry Sci. Vol. 38 : 189 -196
Gaggia, F., P. Mattarelli and B. Biavati. 2010. Probiotic and Prebiotics in Animal
Feeding for Safe Food Production. Intl. Journal. Food Microbiology. Vol.
14: 515 – 528.
32
Guerra, N.P., P.F. Bernardez., J. Mendez., P.Cachaldora., dan L.P . Castro. 2006.
Production of Four Potentially Probiotic Lactic Acid Bacteria and Their
Evaluation as Feed Additives for Weaned Piglets, Animal Feed Science and
Technology. Vol. 134: 89-107.
Gusils, C., A. P.,S. Chaia., Gonzalez dan G. Oliver. 2003. Lactobacilli Isolated
from Chicken Intestines: Potential Use as Probiotics. Journal. Food Protect.
Vol. 62 (3): 252- 256.
Haryati, T. 2011. Probiotik dan Prebiotik Sebagai Pakan Imbuhan Non
Ruminansia. WARTAZOA. Vol. 21(3):125-132
Hidayat, N.M.C dan Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi. Jakarta
Holilah. 2005. Pengaruh Penambahan Molase Terhadap Keefektifan Ekstrak
Kompos untuk Pengendalian Colletotrichum Capsici (Syd.) Butter dan
Bisby Penyebab Penyakit Antraknosa Pada Cabai [skripsi]. Bogor :
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Holzafel, W.H., P. Haberer., R. Geisen., J.Bjorkroth., dan Schillinger. 2001.
Taxonomy and Important Features of Probiotic Microorganism in food and
Nutrition. The American Journal of Clinical Nutrition.
Isolauri, E, Y. Sütas, P. Kankaanpää, H. Arvilommi and S. Salminen. 2001.
Probiotics: Effects on Immunity. Am. Journal. Clin. Nutr. Vol. 73 (2) : 444
– 450.
Jin, L. Z., Y. W. Ho, N. Abdullah, dan S. Jalalaludin. 1997. Probiotics in Poultry:
Modes of Action. Journal. Poultry Sci. Vol. 53: 361-368.
Kusmiati & Malik, A. 2002. Bacteriocin activity of Leuconostoc mesenteroides
Pbac1 Bacteria on Several Media. Makara, Health. Vol. 6 (1): 1–7.
Kompiang, I.P. 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai Probiotik untuk
Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia. Jurnal
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol. 2 (3) : 177-191.
Konig, H dan J. Frohlich, 2009. Biology of Microorganisms on Grapes, In Must
and In Wine. Springer-Verlag Berlin Heidelberg pp. Hlm. 1-4
Lee, J., Y. Kim, H. S. Yun, J. G. Kim, S. Oh, and S. H. Kim. 2010. Genetic and
Proteomic Analysis of Factors Affecting Serum Cholesterol Reduction by
Lactobacillus acidophilus A4. Appl. Environ. Microbiology. Vol. 76 (14):
4829- 4835.
Lestari. 2014. Uji Daya Hidup Bakteri Asam Laktat Sebagai Kandidat Probiotik
Pada Beberapa Media Preparasi Air minum Unggas. Skripsi. Universitas
Lampung. Bandar Lampung
33
Loir, YL. F. Baron., dan M. Gautier. 2003. Staphlococcus aureus and Food
Poisoning. Genet Mol Res. Vol. 2 (1): 63-76
Murdiyatmo, U. 2003. Prospek Industri Ethanol dari Molase di Indonesia. PT
Perkebunan Nusantara XI. Surabaya.
Nasution, F. S., 2012. Identifikasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat pada
Kotoran Ayam Broiler sebagai Agensi Probiotik. Skripsi. Universitas Negri
Medan.
Neha, A. Kamaljit, S. Ajay, B. Tarung, G. 2012. Probiotic as Effective Treatment
of Disease. Internasional Research Journal Of Pharmacy : India ISSN :
2230-8407, 98.
Nurkartika, et al. 2001. Intisari Biologi. PT Aksarindo Primacipta. Jakarta.
Oxoid. 1982. The Oxoid Mannual of Culture Media, Ingredients and Other
Laboratory Services. Fifth Edition. Oxoid Limited, Wade Road.
Basingtoke. Hampshire.
Pelczar, M.J. dan Chan, E. C. S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2.
Universitas Indonesia Press. Jakarta
Pennacchia, C., D. Ercolini, G. Blaiotta, O. Pepe, G. Mauriello, dan F. Villani.
2004. Selection of Lactobacillus Strains from Fermented Sausages For Their
Potential Use as Probiotics. Journal. Meat Sci. Vol. 67: 309-317.
Pereira, D. I. A., A. L. McCartney, and G.R. Gibson. 2003. An In Vitro Study of
the Probiotic Potential of a Bile-Salt-Hydrolyzing Lactobacillus Fermentum
Strain, and Determination of Its Cholesterol-Lowering Properties. Appl.
Environ. Microbiology. Vol. 69 (8):4743-4752.
Priyono, S.Pt. 2008. Molase. UNDIP.
Rachmawati, I., Suranto dan R. Setyaningsih., 2005. Uji Antibakteri Bakteri
Asam Laktat Asal Asinan Sawi Terhadap Bakteri Patogen. Bioteknologi.
Vol. 2 (2): 43-48
Rahayu, E. 2001.Potensi Bakteri Asam Laktat di Bidang Industri Pangan,
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia.
Rahmawati, D. 2012. Karakterisasi dan Uji Daya Antibakteri Isolat Bakteri Asam
Laktat dari Usus Itik (Anas domestica) terhadap Escherichia coli dan
Salmonella pullorum. [Skripsi] Jurusan Biologi MIPA Unila. Bandar
Lampung
34
Ryan, K.J., dan C.G. Ray. 2006. Sherris Medical Microbiology. 4th
ed. McGraw-
Hill
Schamberger GP, RL. Phillips, JL. Jacobs, F. Diez-Gonzalez. 2004. Reduction of
Escherichia coli O157: H7 Populations in cattle by adition of colicin E7-
producing E. coli to feed. Appl Environ Microbiol. Vol. 70: 6053-6060.
Simanjuntak. 2008. Bakteri Asam Laktat Mampu Mengikat Toksin. Nirwana
Abadi. Jakarta. Stamer, J.R. 1979. The Lactic Acid Bacteria. Microbes of Diversity. J. Food
Technol. Vol. 1: 60 – 65.
Sujaya, I N., Y. Ramona, N.P. Widarini, N.P. Suariani, N.M.U. Dwipayanti, K.A.
Nocianitri dan N.W. Nursini. 2008. Isolasi dan Karakteristik Bakteri
Asam Laktat dari Susu Kuda Sumbawa. J. Vet. Vol 9 (2) : 52 – 59.
Surono, I.S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. Tri Cipta Karya.
Jakarta
Sutrisna, R. 2013. Karakterisasi Isolat Bakteri Asam Laktat dari Usus Itik (Anas
domestica) Terhadap Escherichia coli dan Salmonella pullorum. Makalah
Seminar Nasional Sains & Teknologi
Sutrisna, R. 2014. Isolat Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik dengan Vaksinasi
AI dan ND dalam Pembentukan Titer Antibodi dan Bobot Badan Ayam
Jantan Tipe Medium. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 14 (2):
124-133
Sutrisna R, C. N. Ekowati., R. Damayanti. 2015. Uji Daya Hidup Bakteri Asam
Laktat dari Usus Itik Pada Media Tumbuh dengan Penambahan Variasi
Konsentrasi Molases. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 16 (1): 40-
44. Universitas Lampung. Lampung.
Soeharsono, A. Lovita., S. Ratu., A. Sirajuddin., R. Rita., A. W. Hendronoto., dan
M. Andi. 2010. Probiotik. Widya padjajaran. Bandung
Shortt, C., 1999. The Probiotic Century: Historical and Current Perspectives.
Trends in Food Science and Technology. Vol. 10: 411-417.
Tjahjadi, C., dan M. Herlina. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas
Padjajaran, Bandung
Toharisman, A. dan H. Santoso. 1999. Mutu Bahan Baku dan Preparasi Medium.
Dalam Pelatihan Teknologi Alkohol. Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia. Pasuruhan
35
Trisna dan Wahud . 2012. Identifikasi Molekuler dan Pengaruh Pemberian
Probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL) Asal Dadih dari Kabupaten Sijunjung
Terhadap Kadar Kolestrol Daging Pada Itik Pitalah Sumber Daya Genetic
Sumatra Barat. Artikel. Universitas Andalas. Padang
Waluyo. L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang
Wasteson, Y, dan E. Hornes. 2009. Pathogenic Escherichia Coli Found in Food.
International Journal Of Food Microbiology. Vol. 12 : 103-114
Wibowo, MS. 2012. Pertumbuhan dan Kontrol Bakteri. Gajah Mada University
Press.Yogyakarta.
Wididana, G.D.S. dan T. Higa. 1996. Penuntun Bercocok Tanam Padi dengan
Teknologi Effective Microorganisms-4 (EM-4). Seri Pertanian Akrab
Lingkungan.
Widyastuti, Yantyati dan S. Eva. 1999. Karakter Bakteri Asam Laktat
Enterecoccus sp. yang Diisolasi dari Saluran Pencernaan Ternak. Jurnal
Mikrobiologi Indonesia. Vol. 4 (2): 50-53
Wikandari, P.R., Suparmo, Y. Marsono dan E.S. Rahayu., 2012. Karakterisasi
Bakteri Asam Laktat Proteolitik Pada Bekasam. Journal. Natur Indonesia.
Vol. 14 (2): 120- 125
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Wirioatmodjo. BK., S. Adi dan R. Soerjapoetra. 1984. Pergulaan di Indonesia dan
Prospeknya di Masa Mendatang. Prosiding Simposium Pergulaan. Balai
Penelitian Gula. Pasuruan.
Yulinery, T., E. Yulianto dan N. Nurhidayat. 2006. Uji Fisiologis Probiotik
Lactobacillus sp. Mar 8 yang Telah Dienkapsulasi dengan Menggunakan
Spray Dryer Untuk Menurunkan Kolesterol. Biodiversitas. Vol. 7 (2) : 118 –
122.