uji penyerapan warna ekstrak metanol daun lawsonia inermis l. pada gigi

22
UJI PENYERAPAN WARNA EKSTRAK METANOL DAUN Lawsonia inermis L. PADA GIGI Lies Zubardiah 1 , Dewi Nurul M 2 , Elza Ibrahim Auerkari 3 1 Universitas Trisakti, Grogol Jakarta Barat 11440 2,3 Universitas Indonesia, Salemba Raya 4 Jakarta 10430 1 [email protected] , 2 [email protected] , 3 [email protected] Abstrak Gingivitis adalah jenis penyakit periodontal yang paling sering ditemukan. Gingivitis yang tidak dirawat dapat berlanjut menjadi periodontitis dan mengakibatkan kerusakan jaringan pendukung. Perawatan utama gingivitis adalah menghilangkan plak dan kalkulus, dibantu dengan obat kumur antibakteri untuk mengurangi konsentrasi bakteri di dalam plak. Ekstrak daun Lawsonia inermis L. telah diteliti sebagai obat kumur dan terbukti efektif menurunkan konsentrasi bakteri di dalam plak. Obat kumur diharapkan tidak menimbulkan efek samping seperti pewarnaan pada gigi. Penelitian ini untuk membuktikan bahwa ekstrak daun L. inermis L. mempunyai efek samping pewarnaan minimal terhadap gigi manusia. Sampel adalah 18 gigi manusia yang terdiri atas gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang bawah permanen yang sudah dicabut. Bahan uji adalah ekstrak metanol daun L. inermis L. yang diencerkan dalam 3 konsentrasi yaitu 10.000 µg/mL, 15.000 µg/mL, dan 20.000 µg/mL. Sebagai kontrol adalah larutan 1

Upload: nindya-dwi-utami-putry

Post on 10-Aug-2015

77 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

UJI PENYERAPAN WARNA EKSTRAK METANOL DAUN Lawsonia inermis L. PADA GIGI

Lies Zubardiah1, Dewi Nurul M2, Elza Ibrahim Auerkari3

1Universitas Trisakti, Grogol Jakarta Barat 114402,3Universitas Indonesia, Salemba Raya 4 Jakarta 10430

[email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Gingivitis adalah jenis penyakit periodontal yang paling sering ditemukan.

Gingivitis yang tidak dirawat dapat berlanjut menjadi periodontitis dan

mengakibatkan kerusakan jaringan pendukung. Perawatan utama gingivitis

adalah menghilangkan plak dan kalkulus, dibantu dengan obat kumur antibakteri

untuk mengurangi konsentrasi bakteri di dalam plak. Ekstrak daun Lawsonia

inermis L. telah diteliti sebagai obat kumur dan terbukti efektif menurunkan

konsentrasi bakteri di dalam plak. Obat kumur diharapkan tidak menimbulkan

efek samping seperti pewarnaan pada gigi. Penelitian ini untuk membuktikan

bahwa ekstrak daun L. inermis L. mempunyai efek samping pewarnaan minimal

terhadap gigi manusia. Sampel adalah 18 gigi manusia yang terdiri atas gigi

premolar 1 dan premolar 2 rahang bawah permanen yang sudah dicabut. Bahan

uji adalah ekstrak metanol daun L. inermis L. yang diencerkan dalam 3

konsentrasi yaitu 10.000 µg/mL, 15.000 µg/mL, dan 20.000 µg/mL. Sebagai

kontrol adalah larutan hexetidine 0,1 %, dan akuades. Gigi dibersihkan dan

dikeringkan, kemudian direndam di dalam bahan uji selama 12 jam. Derajat

penyerapan warna diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang

273,5 nm. Ditemukan perbedaan bermakna penyerapan warna gigi, antara ketiga

kelompok konsentrasi dan kelompok hexetidine 0,1 %, dibandingkan dengan

akuades (p = 0,003). Penyerapan warna ekstrak metanol pada gigi dalam 3

konsentrasi tersebut tidak berbeda dengan penyerapan warna yang dihasilkan

oleh hexetidine 0,1 % (p > 0,05). Terbukti ekstrak daun L. inermis L. mempunyai

efek penyerapan warna pada gigi yang tidak berbeda dengan obat kumur lain.

Kata-kata kunci: Gingivitis, Lawsonia inermis L., penyerapan warna gigi.

1

Page 2: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

THE TEST OF TOOTH COLOR ABSORPTION OF Lawsonia inermis L.

LEAVES METHANOL EXTRACT

Abstract

Gingivitis is the most often found in periodontal disease. Untreated gingivitis can

progress to periodontitis and cause damage to supporting tissues. The main

purpose of treatment of gingivitis is to remove plaque and calculus, assisted with

an antibacterial mouthwash to reduce the concentration of bacteria in plaque.

Lawsonia inermis L. leaves extract have been studied as a mouthwash and proven

effective in reducing the concentration of bacteria in plaque. Mouthwash is not

expected to cause side effects such as staining the teeth. This research to prove

that L. inermis L. leaves extract has minimal side effects staining of human teeth.

Samples were 18 human teeth consists of first and second premolar tooth of the

lower jaw was permanently revoked. Test materials is methanol extract of L.

inermis L. leaves diluted in 3 concentrations of 10,000 µg / mL, 15,000 µg / mL,

and 20,000 µg / mL. As the control is a solution of 0.1% hexetidine, and aquades.

Teeth cleaned and dried, then soaked in the test material for 12 hours. Degree of

absorption of the color is measured by spectrophotometer with a wavelength of

273.5 nm. Found significant differences in the absorption of the color of teeth,

between the three concentration groups and groups of 0.1% hexetidine, compared

with aquades (p = 0.003). The absorption of methanol extracts on the color of

teeth in 3 concentrations are not different from the absorption of the color

produced by 0.1% hexetidine (p > 0.05). Lawsonia inermis L. leaves extracts

proved have an effect on tooth color absorption is not different from other

mouthwash.

Key words: Gingivitis, Lawsonia inermis L., tooth color absorption.

2

Page 3: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

UJI PENYERAPAN WARNA EKSTRAK METANOL DAUN Lawsonia inermis L. PADA GIGI

PENDAHULUAN

Gingivitis adalah jenis penyakit periodontal yang paling sering ditemukan

terutama di negara-negara berkembang dan bersifat kronis. Prevalensi gingivitis

di Indonesia berdasarkan indek kalkulus mencapai 45,8 % di daerah rural, dan

38,4 % di daerah urban, serta meningkat sesuai bertambahnya umur.1 Faktor

etiologi utama gingivitis adalah plak bakteri, yang mampu merusak jaringan

penyangga gigi atau periodonsium; dimulai dengan kerusakan pada gingiva.2

Gingivitis tahap awal bersifat reversibel, dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Tetapi jika tidak memperoleh perawatan dapat menjadi kronis. Peradangan pada

gingivitis kronis dapat menjalar ke jaringan penyangga gigi yang lebih dalam,

menjadi periodontitis. Jika attachment apparatus mengalami kerusakan, gigi

akan kehilangan penyanggaan, menjadi goyang, dan mudah lepas.3,4

Peradangan jaringan periodonsium dapat terjadi karena berbagai macam

faktor penyebab seperti bakteri dan trauma. Mikroorganisme yang berakumulasi

dalam bentuk plak dan melekat pada gigi merupakan penyebab utama timbulnya

peradangan.5 Beberapa faktor lain juga menjadi pemicu timbulnya penyakit

periodontal, seperti karang gigi, kebersihan mulut yang buruk, gigi berjejal, gigi

berlubang, restorasi gigi yang tidak proporsional, dan restorasi gigi yang rusak.6

Perawatan utama gingivitis ditujukan kepada pembuangan faktor etiologi,

seperti dengan kontrol plak dan skeling, guna mengurangi atau menghilangkan

peradangan sehingga memberi kesempatan jaringan gingiva untuk sembuh. Plak

melekat erat pada permukaan gigi dan hanya dapat dihilangkan melalui

pembersihan dengan sikat gigi dan alat pembersih interdental. Senyawa yang

bersifat antibakteri dibutuhkan untuk membantu menghilangkan peradangan

dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dan menurunkan konsentrasi

bakteri di dalam plak gigi.7 Pemberian agen antimikroba pada penderita gingivitis

terbukti dapat mengurangi kedalaman poket, mengurangi jumlah bakteri patogen

periodontal, serta untuk mendapatkan perawatan yang maksimal.8

3

Page 4: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

Komponen antibakteri yang berasal dari tumbuhan sudah banyak digunakan

sebagai pengobatan berbagai penyakit. Bahan yang berasal tumbuhan juga telah

digunakan untuk penyakit periodontal, gangguan pada jaringan periodonsium,

dan pemeliharaan kebersihan mulut. Beberapa jenis tumbuhan telah dievaluasi

untuk kemungkinan penggunaannya dalam pengobatan moderen, sedangkan

sebagian besar tumbuhan yang berpotensi untuk pengobatan lainnya belum

dilakukan pengujian.9

Obat kumur yang mengandung chlorhexidine masih dianggap gold standard

sebagai bahan kimia pencegah pembentukan plak dan perkembangan gingivitis.

Namun produk ini memiliki beberapa efek samping yang tidak menguntungkan,

seperti pewarnaan ekstrinsik pada gigi; rasa tidak enak dan gangguan

pengecapan; perubahan sensitivitas pada lidah; serta rasa sakit dan iritasi pada

mukosa mulut, karena mengandung alkohol.10

Pengamatan secara klinis telah dilakukan terhadap khasiat antibakteri obat

kumur yang tidak mengandung alkohol. Sebagai contoh obat kumur yang

mengandung amine fluoride/stannous fluoride serta obat kumur yang

mengandung triclosan dibandingkan dengan chlorhexidine dan plasebo. Larutan

obat kumur yang tidak mengandung alkohol menunjukkan kemampuan yang

efektif dalam mengurangi akumulasi plak.11

Obat kumur herbal yang mengandung bahan alami telah dibuktikan dapat

menghambat aktivitas mikrobial terhadap Streptococcus mutans, S. sanguinis dan

A. viscosus. Zona hambatan yang dihasilkan obat kumur herbal lebih besar

dibandingkan dengan Listerine, Peridex, dan satu jenis obat kumur racikan

lainnya.12

Saat ini di pasaran cukup tersedia agen antimikroba dalam bentuk cairan obat

kumur, baik yang berasal bahan sintesis kimiawi maupun yang berasal dari

tumbuhan tradisional seperti sirih dan daun saga. Obat kumur buatan pabrik

kebanyakan berbahan dasar kimiawi. Efek samping obat kumur yang berasal

bahan kimiawi adalah terjadinya pengelupasan pada mukosa mulut dan gangguan

pengecapan.13

4

Page 5: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

Daun Lawsonia inermis Linnaeus atau dikenal sebagai daun inai atau henna,

telah dibuktikan mengandung golongan senyawa aktif yang bersifat anti-bakteri

yaitu: minyak atsiri, steroid, triterpen, saponin, flavonoid, dan tanin. Ekstrak daun

L. inermis L. juga telah terbukti bersifat bakterisidal, dan memiliki Minimum

Inhibitory Concentration (MIC) terhadap Streptococcus mutans, sebesar 15.625

µg/mL.14

Di India telah dilakukan penelitian oleh Kritikar dan Basu (1981).15 Mereka

menemukan bahwa ekstrak alkohol daun L. inermis L. mempunyai aktivitas anti

bakteri terhadap Micrococcus pyogenes var. aureus dan Escherichia coli. Selain

itu rebusan daun L. inermis L. dapat digunakan sebagai obat kumur untuk sakit

tenggorokan dan mempunyai khasiat sebagai anti iritan, deodoran, antiseptik, dan

diresepkan oleh para dokter sebagai obat iritasi terhadap kulit, kudis, dan alergi

pada kulit. Di Indonesia daun ini biasa digunakan untuk mengobati bisul dan

herpes.16 Daun L. inermis L. jika kelak digunakan sebagai obat kumur perlu diuji

sifat penyerapan warnanya terhadap jaringan gigi. Uji penyerapan warna

dilakukan pada jaringan gigi asli yang sudah dicabut.17

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah diuraikan, rumusan

masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sifat penyerapan

warna ekstrak daun L. inermis L. terhadap jaringan gigi manusia. Tujuan

penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak daun L. inermis L. bila

digunakan sebagai obat kumur mempunyai efek samping pewarnaan yang

minimal terhadap jaringan gigi.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan kedokteran gigi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Jika daun L. inermis L. terbukti bermanfaat dan memenuhi syarat kesehatan,

diharapkan dapat dijadikan suatu bahan obat kumur dalam kemasan, yang efektif

mengurangi plak dan membantu penyembuhan penyakit periodontal khususnya

gingivitis. Juga dapat digunakan sebagi obat untuk mengatasi peradangan lain di

dalam rongga mulut, dengan efek samping pewarnaan pada gigi yang minimal.

5

Page 6: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium, untuk mengetahui

derajat penyerapan warna ekstrak metanol daun L. inermis L. pada gigi secara in

vitro. Uji penyerapan warna pada gigi, dilakukan di Laboratorium Produk Alami

Blok Botani LIPI Cibinong, Waktu penelitian antara 1 Nopember 2007 hingga 28

April 2009.

Bahan penelitian adalah ekstrak metanol daun L. inermis L. yang dibagi

dalam tiga konsentrasi yaitu 10.000 µg/mL, 15.000 µg/mL, dan 20.000 µg/mL.

Sebagai kontrol positif adalah larutan hexetidine 0,1 %, dan sebagai kontrol

negatif akuades. Alat-alat penelitian meliputi tabung reaksi, rak tabung, kawat

pengikat gigi, gelas ukur, ultrasonic cleaner, cuvet, alat ukur serapan

(spektrofotometer), dan printer.

Subyek penelitian adalah gigi premolar permanen 1 dan 2 rahang bawah,

dipilih dari gigi pasien yang dicabut guna keperluan perawatan ortodonti. Kriteria

inklusi adalah gigi dengan mahkota yang utuh; bebas karies; bersih dari kalkulus

serta deposit lain; mempunyai ukuran mesiodistal dan serviko-oklusal yang relatif

sama.

Setelah dibersihkan dari segala deposit, gigi dikeringkan kemudian direndam

di dalam bahan uji selama 12 jam. Waktu perendaman selama 12 jam dianggap

ekuivalen dengan penggunaan obat kumur selama 1 tahun, dengan asumsi

berkumur dua kali sehari setiap hari. Dengan waktu berkumur selama 30 detik.17

Derajat penyerapan warna adalah hasil hitungan yang diperoleh dari alat

spektrofotometer dengan panjang gelombang 273,5 nm, setelah gigi direndam

selama 12 jam di dalam larutan uji.

6

Page 7: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

Gambar 1. Alat-alat Uji Penyerapan Warna: A. Ultrasonic cleaner; B. Ruang ultrasonic cleaner; rak, C. Tabung, gelas ukur; D. Cuvet; E.

Spektrofotometer; F. Printer.

(Foto di LIPI Cibinong)

7

DC

E F

A B

Page 8: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

Gambar 2. Perendaman Gigi Di Dalam Tabung

Metode

1. Tahap persiapan

Tabung reaksi sebanyak 17 disiapkan di dalam satu rak. Tabung 1 s/d 12 diisi

dengan 2 mL ekstrak daun L. inermis L. dalam tiga konsentrasi (10.000,

15.000, dan 20.000 µg/mL). Tabung 13 s/d 15 diisi 2 mL hexetidine 0,1 %

sebagai kontrol positif, dan tabung 16 s/d 17 diisi 2 mL akuades sebagai

kontrol negatif.

2. Larutan yang dibutuhkan.

a. Kelompok I, konsentrasi 10.000 µg/mL, dibutuhkan 8

mL

b. Kelompok II, konsentrasi 15.000 µg/mL dibutuhkan 8

mL

c. Kelompok III, konsentrasi 20.000 µg/mL dibutuhkan 8

mL

Jumlah = 24 mL.

3. Cara membuat konsentrasi larutan

a. Ekstrak metanol daun L. inermis L. sebanyak 1 g (1.000 mg) dilarutkan

dengan 1 mL akuades, sehingga diperoleh 1 mL larutan dengan

konsentrasi 1.000 mg/mL.

b. Sebanyak 1 mL ekstrak konsentrasi 1.000 mg/mL ditambahkan 9 ml

akuades, sehingga diperoleh 10 mL larutan dengan konsentrasi 100.000

µg/mL.

8

Page 9: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

c. Sebanyak 5 mL ekstrak konsentrasi 100.000 µg/mL, ditambahkan 20 mL

akuades, sehingga diperoleh 25 mL larutan dengan konsentrasi 20.000

µg/mL.

1000 100.000 20.000 15.000 10.000 mg/mL µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL

1 mL 10 mL 25 mL 12 mL 10 mL

Gambar 3. Cara Pengenceran Ekstrak.

d. Sebanyak 5 mL ekstrak konsentrasi 20.000 µg/mL, ditambahkan 5 mL

akuades, sehingga diperoleh 10 mL larutan dengan konsentrasi 10.000

µg/mL.

e. Sebanyak 9 mL ekstrak konsentrasi 20.000 µg/mL, ditambahkan 3 mL

akuades, sehingga diperoleh 12 ml larutan dengan konsentrasi 15.000

µg/mL.

f. Dengan demikian tersedia larutan untuk tiap konsentrasi:

1) Kelompok I = 10 mL

2) Kelompok II = 12 mL

3) Kelompok IIII = 11 mL

Jumlah = 33 mL

4. Tahap uji penyerapan warna

a. Gigi dilubangi pada bagian akar; tiap gigi diikat dengan seutas kawat

melalui lubang tersebut. Pada tiap tabung dimasukkan 1 gigi dengan bagian

mahkota menghadap ke bawah, dan ujung kawat yang lain dikaitkan pada

bibir tabung. Mahkota gigi direndam sebatas leher gigi (cementoenamel

junction).

b. Semua gigi direndam di dalam 2 mL ekstrak metanol daun L. inermis L.

9

Page 10: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

dalam tiga konsentrasi, selama 12 jam. Jumlah waktu 12 jam dianggap

equivalent dengan penggunaan obat kumur selama satu tahun, dengan

asumsi sekali kumur – kumur dilakukan selama 30 detik.17

c. Setelah 12 jam semua gigi diangkat, cairan perendam dibuang. Kemudian

semua gigi direndam kembali di dalam tabung yang berisi akuades selama

12 jam, dengan cara yang sama. Semua tabung ditempatkan di dalam rak,

kemudian rak dimasukkan ke dalam alat ultrasonic cleaner selama 6 jam

untuk mengeluarkan serapan ekstrak yang mengendap di dalam jaringan

gigi.

d. Setelah 6 jam, cairan rendaman akuades dari tiap tabung dipindahkan ke

dalam cuvet, kemudian cuvet dimasukkan ke dalam spektrofotometer untuk

diukur hasil serapan warna.

5. Penyerapan warna diukur dengan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 273,5 nm.

HASIL

Hasil pengukuran spektrofotometer

Tabel 1. Hasil pengukuran panjang gelombang 273.5nmNo Konsentrasi

Ppm/mlHasil

1 10.000 0.9192 0.6253 0.7304 0.9275 15.000 0.9006 0.5747 0.6358 0.6979 20.000 0.74810 0.78611 0.90512 0.96213 Hexetidine 0.1% 0.90714 0.72915 0.51916 Akuades 0.08017 0.296

10

Page 11: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

Dari analisis data statistik menggunakan uji non-parametrik, tes

Kolmogorov-Smirnov, dan anova 1 jalan, diperoleh hasil ada perbedaan

bermakna penyerapan warna gigi, antara kelompok ekstrak metanol konsentrasi

10.000 µg/mL, 15.000 µg/mL, dan 20.000 µg/mL dan kelompok kontrol

hexetidine 0,1 %, dibandingkan dengan kelompok kontrol akuades (p = 0,003).

Penyerapan warna ekstrak pada gigi dalam 3 konsentrasi tersebut tidak berbeda

dengan penyerapan warna yang dihasilkan oleh hexetidine 0,1 % (p > 0,05).

PEMBAHASAN

Uji penyerapan warna ekstrak metanol daun L. inermis L. pada gigi,

merupakan eksperimen laboratorium yang dilakukan secara in vitro, untuk

mengetahui sifat pewarnaan ekstrak metanol daun L. inermis L. yang

berpengaruh secara estetik pada gigi. Pada umumnya penggunaan obat kumur

dapat menimbulkan efek samping berupa pengendapan warna kecoklatan pada

gigi, lidah, tumpatan, dan gigi tiruan, di samping pengelupasan pada mukosa

mulut.18 Uji sifat pewarnaan ini untuk mengetahui derajat penyerapan warna

ekstrak metanol daun L. inermis L. terhadap jaringan gigi, dibandingkan dengan

obat kumur yang mengandung hexetidine 0,1 %. Uji penyerapan warna dilakukan

pada jaringan gigi premolar rahang bawah yang sudah dicabut.17 Obat kumur

yang mengandung hexetidine 0,1 % dipilih sebagai pembanding, karena obat

kumur ini tidak mengandung alkohol.

Pewarnaan (stain) pada gigi secara garis besar terjadi melalui 3 jalan: (1)

stain melekat secara langsung ke permukaan, (2) stain meresap ke dalam

kalkulus dan deposit lunak, (3) stain menyatu ke dalam struktur gigi. Dua jenis

yang pertama dapat dihilangkan dengan skeling atau penghalusan. Stain dapat

terbentuk oleh obat kumur yang digunakan untuk mengatasi pembentukan plak

gigi seperti chlorhexidine dan alexidine. Stain yang terbentuk pada permukaan

gigi berwarna kecoklatan, biasanya lebih banyak terdapat pada permukaan

11

Page 12: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

proksimal dan permukaan lain yang sulit dicapai oleh prosedur pembersihan gigi.

Stain ini juga cenderung terbentuk lebih cepat pada permukaan akar yang terbuka

daripada enamel. Pewarnaan pada gigi dianggap sebagai efek samping yang

cukup berarti. 18 Penggunaan obat kumur chlorhexidine yang berlebihan juga

dapat mengakibatkan pengelupasan mukosa rongga mulut yang disertai dengan

rasa sakit. 10

Dari hasil analisis uji ekstrak metanol daun L. inermis L. terhadap

pewarnaan pada gigi dibandingkan dengan obat kumur yang mengandung

hexetidine 0,1 %, ditemukan bahwa: a) Pada kelompok konsentrasi 10.000

µg/mL, 15.000 µg/mL, dan 20.000 µg/mL dan kelompok kontrol hexetidine 0,1

%, ditemukan adanya perbedaan bermakna (p < 0,05) dibandingkan dengan

kelompok kontrol akuades; b) Derajat penyerapan warna ekstrak pada gigi dalam

3 konsentrasi tersebut, tidak berbeda dengan derajat penyerapan warna oleh

hexetidine 0,1 % (p > 0,05).

Hal ini menyatakan bahwa kemungkinan efek samping ekstrak metanol daun

L. inermis L. terhadap pewarnaan pada gigi tetap ada, tetapi tidak lebih buruk

daripada efek obat kumur lain yang sudah beredar. Jadi merupakan suatu hal

yang wajar jika pada setiap penggunaan obat kumur terjadi pewarnaan pada gigi.

Efek pewarnaan mungkin berasal dari unsur fitokimia tanaman yang berkhasiat

sebagai antibakteri yang sulit atau tidak mungkin untuk dipisahkan, sebab justru

di dalam bahan pewarna tersebut terdapat khasiat antibakteri. Pencegahan

terhadap pewarnaan dapat diatasi dengan pemakaian obat kumur yang terkontrol

dan sesuai anjuran dokter gigi, serta menjaga kebersihan mulut dengan kontrol

plak yang teratur.

Efek penyerapan warna oleh obat kumur sulit dihindari. Guna meminimalisir

efek pewarnaan, penderita dianjurkan untuk menggunakan obat kumur secara

rasional, sesuai dengan anjuran dokter gigi. Penggunaan obat kumur yang

rasional adalah dalam konsentrasi sedang hingga rendah, tidak dilakukan secara

terus menerus, dan setelah 2-3 minggu harus dihentikan dulu. Jika tanda – tanda

peradangan pada gingival sudah hilang, penggunaan obat kumur tidak perlu

dilanjutkan. Sejauh ini belum dijumpai penelitian mengenai efek penyerapan

12

Page 13: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

warna ekstrak metanol daun L. inermis L. pada gigi.

KESIMPULAN

Ekstrak methanol daun Lawsonia inermis L. pada konsentrasi hingga 20.000

µg/mL mempunyai potensi penyerapan warna terhadap gigi asli yang tidak

berbeda dibandingkan dengan obat kumur lain. Penggunaan ekstrak daun L.

inermis L. sebagai bahan obat topikal untuk pengobatan penyakit di dalam

rongga mulut, tidak dikhawatirkan menimbulkan masalah estetik, apabila dalam

penggunaannya mengikuti persyaratan yang ditentukan. Dengan demikian telah

dibuktikan bahwa ekstrak daun L. inermis L. mempunyai efek penyerapan warna

pada gigi yang tidak berbeda dengan obat kumur lain.

Daftar Referensi

1. Anonimous. Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia pada Pelita VI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Kesehatan Gigi, DepKes RI, 1999: 18.

2. Anonimous. The pathogenesis of periodontal diseases – position paper. J Periodontol 1999; 70: 457-470.

3. Armitage GC. Development of a classification system for periodontal diseases and conditions. Ann Periodontol 1999; 4:1-6.

4. Novaes ABJr, de Souza SLS, Mário Taba Jr, Grisi MFdM, Suzigan LC, Tunes RS. Control of gingival inflammation in a teenager population using ultrasonic prophylaxis. Braz Dent J 2004; 1: 15.  

5. Socransky SS, Haffajee AD. Microbial mechanisms in the pathogenesis of destructive periodontal diseases: A critical assessment. J Periodont Res 1991; 26:195-212.

6. Hinrichs JE. The Role of Dental Calculus and Other Predisposing Factors. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FAJr, eds. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. St.Louis: Saunders, 2006: 170-92.

13

Page 14: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

7. Perry DA. Plaque Control for the Periodontal Patient. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FAJr, eds. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. St.Louis: Saunders, 2006: 728-48.

8. Perry DA, Schmid MO, Takei HH. Phase I Periodontal Therapy. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FAJr, eds. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. St.Louis: Saunders, 2006: 722-7.

9. Tichy J, Novak J. Extraction, assay, and analysis of antimicrobials from plants with activity against dental pathogens (Streptococcus sp.). J Altern Complement Med 1998; 4(1):39-45.

10. Quirynen M, Soers C, Desnyder M, Dekeyser C, Pauwels M, van Steenberghe D. A 0.05% cetyl pyridinium chloride/ 0.05% chlorhexidine mouth rinse during maintenance phase after initial periodontal therapy. J Clin Periodontol 2005; 32(4): 390–400.

11. Arweiler NB, Netuschil L, Reich E. Alcohol-free mouthrinse solutions to reduce supragingival plaque regrowth and vitality. A controlled clinical study. J Clin Periodontol 2001; 28 (2): 168–74.

12. Kaim JM, Gultz J, Do L, Scherer W. An in vitro investigation of the antimicrobial activity of an herbal mouthrinse. J Clin Dent 1998; 9 (2): 46-8.

13. Rateitschak EM, Rateitschak KH, Hassell TM. Color Atlas of Periodontology. New York: Thieme, 1985: 25-31, 119.

14. Zubardiah L, Nurul D, Hernawati E, Auerkari EI. Effect of Lawsonia inermis L. leaf extract against Streptococcus mutans. Program & Abstracts IADR SEADE. 21th Annual Scientific Meeting, Kuta, Bali; 2007: 151.

15. Kritikar KR, Basu BD. Lythraceae - Indian Medicinal Plants. Rajpur Road, Dehradun, International Book Distributors, 1981; 2: 1076-80.

16. Heyne K. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, 1987: 1474-5.

17. Cal E, Guneri P, Kose T. Digital analysis of mouthrinses staining characteristics on provisional acrylic resins. J Oral Rehab 2007; 34(4): 297-303.

18. Wilkins EM. Clinical Practice of the Dental Hygienist. 2nd ed. Philadelphia. Lippincott 2005: 314-22.

14

Page 15: Uji Penyerapan Warna Ekstrak Metanol Daun Lawsonia Inermis l. Pada Gigi

15