uji brazilian
DESCRIPTION
materi geoteknikTRANSCRIPT
A. Tujuan
Mengetahui besar kuat tarik dari sampel yang diuji. ( contoh berbentuk silinder
pengujian dilakukan secara tidak langsung)
B. Landasan Teori
Uji cara ini dikenal dengan uji tarik brazil . alat yang dIgunakan sama dengan uji kuat
tekan.
Tegangan tekan berlawanan dengan tegangan tarik. Jika pada tegangan tarik, arah
kedua gaya menjauhi ujung benda (kedua gaya saling berjauhan), maka pada tegangan tekan,
arah kedua gaya saling mendekati. Dengan kata lain benda tidak ditarik tetapi ditekan (gaya-
gaya bekerja di dalam benda). Kekuatan tekan material adalah nilai tegangan tekan uniaksial
yang mempunyai modus kegagalan ketika saat pengujian. Perubahan bentuk benda yang
disebabkan oleh tegangan tekan dinamakan mampatan. Misalnya pada tiang-tiang yang
menopang beban, seperti tiang bangunan mengalami tegangan tekan. Kekuatan tekan biasanya
diperoleh dari percobaan dengan alat pengujian tekan. Ketika dalam pengujian nantinya,
spesimen akan menjadi lebih mengecil seperti menyebar lateral. Pengujian dengan cara seperti
ini sering disebut dengan brazilian test.
Rumus yang digunakan dalam uji Brazilian
σ t=PπRH
Dimana : H= tinggi sampel saat kedaan tegak / panjang saat keadaan berdiri
P = gaya yang diperukan untuk memecah sampel
R = setengah dari diameter sampel
C. Alat dan bahan.
1. Mesin tekan ( sama seperti uji kuat tekan uniaksial)
2. Sampel yang akan diuji
D. Prosedur langkah kerja
1. Siapkan sampel yang hendak diuji. ( 3 sampel)
2. Persiapkan alat mesin tekan.
3. Taruh sampel pada tempat penekanan
4. Kondisikan penekan tepat akan menekan sampel
5. Kemudian nolkan dial.
6. Mulai menekan sampel hingga sampel pecah.
7. Catat gaya yang dibutuhkan untuk memecah sampel
E. Data hasil pengujian
Dari hasil Pengujian didapat data sebagai berikut.
Sampel Diameter Panjang Gaya
B 5.63 10.5 34.5 kN
G 4.45 9.45 22 kN
H 4.45 8.95 23.1kN
F. Pengolahan data
Kuat tarik masing-masing sampel (uji sifat fisik)
Sampel B
Kuat tekan = 34.5
π 2.815 x10.5 = 0.3717 kN/cm2 ( 37.17kg/cm2)
Sampel G
Kuat tekan= 22
π 2.225 x 9.45 = 0.3332kN/cm2 (33.33 kg/cm2)
Sampel H
Kuat tekan = 23.1
π 2.225 x 8.95 = 0.3332kN/cm2 (33.33 kg/cm2)
Secara teoritis sampel yang telah diuji sifat fisik lebih dahulu berhenti pengerasannya sehingga
kuat tariknya akan lebih kecil namun dari hasil praktikum didapat sampel B ( uji sifat fisik )
memiliki kuat tarik yang lebih besar.
G. Kesimpulan dan saran
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Pengujian kuat tarik dilakukan dengan mesin tekan dimana diameter silinder ( sampel )
berperan sebagai bidang aksial tekanan ( tinggi/vertical).
2. Dari pengujian yang telah dilakukan didapat kuat tarik dari sampel yang diuji adalah sebagai
berikut:
Sampel B = 0.3717 kN/cm2 ( 37.17kg/cm2)
Sampel G = 0.3332kN/cm2 (33.33 kg/cm2)
Sampel H = 0.3332kN/cm2 (33.33 kg/cm2)
3. Sampel B ( uji sifat fisik ) memiliki kuat tarik yang lebih besar dari pada sampel lain
( menyalahi teori yang menyatakan bahwa seharusnya sampel B memiliki kuat tarik yang
lebih kecil). Hal ini mungkin dikarenakan factor-faktor seperti kemungkinan adanya retakan/
ketikdak rataan komposisi saat pembuatan sampel, atau adanya rongga yang lebih banyak
pada kedua sampel disbandingkan dengan sampel B.
H. Kegiatan Saat Praktikum