uji beda karakteristik corporate governance antara

108
UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS DAN NON FINANCIAL DISTRESS (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEI Tahun 2014) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Rafiq Syauqi NIM: 1111082000061 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2016 M

Upload: others

Post on 11-Jul-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS DAN NON

FINANCIAL DISTRESS

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEI Tahun 2014)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Rafiq Syauqi

NIM: 1111082000061

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2016 M

Page 2: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

ii

Page 3: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

iii

Page 4: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

iv

Page 5: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Rafiq Syauqi

NIM : 1111082000061

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas

karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui

pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan

bukti bahwa saya telah melanggar pernyatan diatas, maka saya siap dikenai sanksi

berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 22 Maret 2016

Rafiq Syauqi

Page 6: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Rafiq Syauqi

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1993

3. Alamat : Jalan Sumur Mangga 2 RT 01 RW 02,

Kel. Gaga, Kec. Larangan,

Kota Adm. Tangerang

4. Telepon : 08988084556

5. Email : [email protected]

II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. SD Negeri Larangan 03 Tahun 1999-2005

2. MTS Negeri 13 Jakarta Tahun 2005-2008

3. MA Negeri 19 Jakarta Tahun 2008-2011

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prodi Akuntansi Tahun 2011-2016

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Nama Ayah : Udin Rafiuddin

2. Nama Ibu : Karneti

6. Alamat : Jalan Sumur Mangga 2 RT 01 RW 02,

Kel. Gaga, Kec. Larangan,

Kota Adm. Tangerang

3. Anak Ke- dari : 2 dari 5 bersaudara

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pengurus OSIS MAN 19 Jakarta Tahun 2010

2. Humas Dekan Cup Tahun 2012

3. Penanggung Jawab Futsal Accounting Fair UIN Tahun 2013

V. PENGALAMAN KERJA

1. Junior Auditor, KAP Heliantono dan Rekan Tahun 2015

2. Assitant Project, DPS Consulting Tahun 2015

Page 7: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

vii

ABSTRACT

Different Test Corporate Governance Characteristic Between Financial

Distress Company and Non Financial Distress

By: Rafiq Syauqi

This research aims to find out difference either exist or not exist in

CorporateGovernance ’s Characteristic between Financial Distress Companies

and Non Financial Distress Companies that proxied by Earning per Share.

This research uses sample of manufacturing companies that listed in

IndonesiaStock Exchange (BEI) in 2014. Based on purposive sampling method,

thisresearch has total 58 companies, where is 29 companies for financial distress

and29 companies for non-financial distress and 148 observation data. In

thisresearch uses independent samples t-test and Mann Whitney (U-test).

The result of this result showed that the difference of Corporate

GovernanceCharacteristic just happened in board of directors. While the

institutionalownership and the proportion of independent board had not

difference which was significant.

Keywords: institutional ownership, the proportion of independent board, the

number of boards of directors, financial distress, non finansial distress.

Page 8: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

viii

ABSTRAK

Uji Beda Karakteristik Corporate Governance Antara Perusahaan Financial

Distress dan Non Financial Distress

Oleh: Rafiq Syauqi

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan karakteristik Corporate

Governance antara perusahaan Financial Distress dan Non Financial Distress

yang diproksikan dengan Earning Per Share.

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan industri manufaktur yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014. Berdasarkan metode

purposive sampling, sampel perusahaan yang diperoleh sebanyak 58 perusahaan

dan terdiri dari 29 perusahaan financial distress dan 29 perusahaan non financial

distress dengan 148 data observasi. Metode analisis data menggunakan metode

statistik deskriptif kemudian uji normalitas data dan uji independent sampel t-test

serta uji mann whitney u.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan institusional tidak

terdapat perbedaan antara perusahaan financial distress dan non financial distress,

pada proporsi dewan komisaris independen tidak terdapat perbedaan antara

perusahaan financial distress dan non financial distresssedankang jumlah dewan

direksi terdapa perbedaan antara perusahaan financial distress dan non financial

distress.

Kata kunci: kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen,

jumlah dewan direksi, financial distress, non financial distress.

Page 9: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Beda Karakteristik Corporate

Governance Antara Perusahaan yang Mengalami Financial Distress dan Non

Financial Distress” dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju

jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,

bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung

dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Bapak Udin Rafiuddin dan Ibu Karneti tercinta, yang selalu mencurahkan

perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa yang tertuju untukku sehingga

skripsi ini cepat selesai.

2. Kakak Naufal Yasir dan adik ku athoilah tantowi, abdul basit aulawi, siti nada

nabilah yang selalu membantu dan menemaniku ketika susah dan gembira.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan

pengarahandan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu

yang telah Bapak berikan selama ini.

Page 10: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

x

7. Ibu Putriesti Mandasari, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, mencurahkan perhatian,

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. Terimakasih atas semua

ilmu yang telah Ibu berikan selama proses penyusunan skripsi.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada

penulis.

9. Sahabat seperjuangan penulis, Dwi Hirlana Desi, Haekal Syaukanie Putra,

Ichwan Sidik kami dipertemukan dalam ikatan silaturahmi yang indah, terima

kasih atas dukungan yang tiada henti dan bantuan yang diberikan kepada

penulis.

10. Akuntansi B UIN 2011, terimakasih selama empat tahun kita bersama-sama.

Semoga kita semua mencapai kesuksesan di masa depan.

11. Teman-teman yang rela membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, Dewi

Amelia, Ratri Nurjanati, Nur Vitriani, Lala, Agung Prabowo, Rian

Widyotomo, Fariz Arkan, terima kasih atas bantuan nya kepada penulis.

12. Teman terdekat yang selalu memberikan doa, semangat dan bantuan yang

selalu diberikan tanpa kenal lelah yaitu Indah Sari, terima kasih semoga segala

kebaikan dan bantuan nya dibalas oleh Allah SWT, Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan

kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 11 Maret2016

Rafiq Syauqi

Page 11: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

xi

DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

ABSTRAK. .................................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTARTABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR. ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10

A. Tinjauan Literatur ................................................................................. 10

1. Teori Agensi ................................................................................. 10

2. Financial Distress ......................................................................... 13

a. Pengertian Financial Distress. .................................................. 13

Page 12: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

xii

b. Penyebab Financial Distress. .................................................... 15

c. Dampak Financial Distress. ...................................................... 18

3. Corporate Governance .................................................................. 20

a. Pengertian Corporate Governance. ........................................... 20

b. Prinsip Utama Good Corporate Governance ............................ 22

c. Kepemilikan Institusional. ......................................................... 23

d. Proporsi Dewan Komisaris Independen. ................................... 26

e. Jumlah Dewan Direksi............................................................... 28

B. Keterkaitan antara Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................ 29

1. Uji beda antara kepemilikan institusional dari

perusahaan yang mengalami financial distress dan

non financial distress ...................................................................... 29

2. Uji beda proporsi dewan komisaris independen

dari perusahaan yang mengalami financial distress

dan non financial distress ............................................................... 32

3. Uji beda antara jumlah dewan direksi dari

perusahaan yang mengalami financial distress dan

non financial distress ...................................................................... 34

C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 37

D. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 41

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 43

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 43

B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 44

C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 46

D. Operasional Variabel........................................................................... 48

E. Metode Analisis Data .......................................................................... 48

1. Definisi Independent Sampel t-test. ............................................... 49

2. Tahapan Analisis Independent Sampel t-test ................................. 49

a. Statistik Deskriptif .............................................................. 49

b. Uji Normalitas .................................................................... 50

c. Pengujian Hipotesis Penelitian … ...................................... 51

Page 13: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

xiii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 52

A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian ................................................ 52

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 52

2. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................... 54

3. Deskripsi Sampel Penelitian ........................................................ 54

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian......................................................... 58

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif. ........................................................ 58

2. Hasil Uji Normalitas. .................................................................... 61

3. Hasil Uji Beda T-Test. .................................................................. 64

a. Variabel Kepemilikan Institusional. .................................. 64

b. Variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen. ............ 67

c. Variabel jumlah dewan direksi. ......................................... 69

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 72

A. Kesimpulan. .................................................................................. 72

B. Saran. ............................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................78

Page 14: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................................37

3.1 Definisi Operisionalisasi Variabel ............................................................48

4.1 Tahapan Seleksi Sampel Dengan Kriteria .................................................54

4.2 Sampel Perusahaan yang Mengalami Financial Distress..........................56

4.3 Sampel Perusahaan yang Non Financial Distress.....................................57

4.4 Uji Statistik Deskriptif Keseluruhan Sampel Distress dan Non Distress..58

4.5 Uji Statistik Deskriptif Sampel Distress dan Non Distress ......................60

4.6 a. Hasil Uji Normalitas Perusahaan Financial Distress

dan Non Financial Distress Kepemilikan Institusional ............................62

b. Hasil Uji Normalitas Perusahaan Financial Distress

dan Non Financial Distress Proporsi Dewan Komisaris Independen …..63

c. Hasil Uji Normalitas Perusahaan Financial Distress

dan Non Financial Distress Jumlah Dewan Direksi ................................64

4.9 Hasil Uji Independent Sampel T-Test .....................................................65

4.10 Hasil Uji Mann Whitney U ......................................................................67

4.11 Hasil Uji Mann Whitney U ......................................................................70

Page 15: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ......................................................................41

Page 16: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

a. Data Sampel ........................................................................................79

b. Tabulasi Data .......................................................................................81

c. Hasil Olahan Data SPSS 22..................................................................85

Page 17: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Financial distress merupakan suatu fenomena yang terjadi pada

suatu perusahaan dimana perusahaan seringkali mengalami kondisi

kesulitan keuangan yang diakibatkan karena ketidakmampuan perusahaan

untuk membayar kewajibannya (Insolvency). Menurut Plattdan Platt(2002)

dalamAlmilia(2006)financial distress sebagai tahap penurunan kondisi

keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum

terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi ini umumnya ditandai

dengan adanya penundaan pembayaran, kualitas produk yang menurun.

Kondisi tersebut merupakan suatu sinyal distress untuk mengidentifikasi

adanya financial distress yang dialami perusahaan.

Sejalan dengan Platt,Widyasaputri(2012:2) juga menjelaskan

kondisi financial distress mempunyai arti bahwa perusahaan mengalami

kondisi keuangan pada setiap tahunnya semakin menurun. Sedangkan

kondisi perusahaan yang mengalami kebangkrutan mempunyai arti bahwa

perusahaan sudah tidak beroperasi, tidak dapat membayar kewajiban

perusahaan, tidak dapat membayar hutang, dan menutup semua kegiatan

perusahaan. Apabila keadaan perusahaan yang sudah mendekati kesulitan

keuanganbiasanya manajemen perusahaan mengambil keputusan untuk

Page 18: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

2

menutup semua kegiatan dalam perusahaan baik itu kegiatan produksi

maupun kegiatan operasional lainnya sebelum terjadinya kebangkrutan.

Hanafi (2012) dalam Hadi (2014) menyatakan analisis

kebangkrutan dilakukan untuk memperolehperingatan awal kebangkrutan

(tanda-tanda kebangkrutan). Semakin awal tanda-tandakebangkrutan

tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen. Karena pihak manajemen

bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak

pemegang saham juga bisa melakukan persiapan-persiapan untuk

mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk, tanda-tanda kebangkrutan

tersebut dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.

Sedangkan menurut Almilia(2003) financial distress terjadi

sebelumkebangkrutan. Model financial distress perlu dikembangkan,

karena dengan mengetahuikondisi financial distress perusahaan sejak dini

diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakanuntuk mengantisipasi

kondisi yang mengarah pada kebangkrutan.Dengan melihat kondisi

financial distress diharapkan perusahaanmampu untukmelakukan tidakan-

tindakan yang dapat mengantisipasi kondisi yang mengarah

padakebangkrutan sedini ini Almilia (2003).

Faktor financial distress dapat dipicu oleh faktor eksternal

(bencana alam) atau internal (keasalahan manajemen). Financial distress

terjadi disaat perusahaan mengalami kesulitan dan untuk menutupi

kewajiban maupun likuidasi yang diawali dari tingkat kesulitan ringan

hingga yang lebih serius besarnya hutang yang melebihi aset, dampak dari

Page 19: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

3

financial distress tersebut akan dirasakan oleh pengelola, pemegang saham

hingga kreditur Treskawati (2014).

Padahal perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai

perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang

saham. Pihak manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan

yang berbeda terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan

kompensasi yang akan diterima. Jika manajer perusahaan melakukan

tindakan – tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan

kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para

investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka

tanamkan. Oleh karenanya dibutuhkan adanya suatu perlindungan

terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut

Almilia(2006). Masalah financial distressi yang dialami oleh perusahan-

perusahaan juga bisa disebabkan karena perusahaan mengalami laba bersih

negatif selama dua tahun berturut-turut atau lebih Almilia(2006).

Penelitian mengenai atau metode guna memberikan peringatan

dini (early warning) tentang terjadinya financial distress telah banyak

dilakukan, dimana sistem ini memberikan peringatan berdasarkan isi dari

laporan keuangan dan informasi yang terkait. Namun laporan keuangan

biasanya bersifat ex-post dan juga telah mengalami proses window

dressing agar bisa tampil cantik dan memenuhi harapan pemegang saham,

maka kita perlu mencari sumber informasi lain yang bersifat ex-ante agar

Page 20: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

4

mampu digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress Lee

dan Yeh(2001)

Penelitian Dwijayanti(2010) menyatakan bahwafinancial distress

dapat berdampak buruk bagi perusahaan, pengumuman perusahaan tentang

financial distress dapat menimbulkan reaksi pasar modal dimana investor

kehilangan kepercayaan kepada perusahaan. Oleh karena itu, manajemen

perusahaan harus segera mengambil tindakan untuk bisa mengatasi

masalah financial distress dan mencegah kebangkrutan.

Menurut Porter (1991 dalam Wardhani(2007) menyatakan bahwa

alas an mengapa perusahaan sukses atau gagal mungkin lebih disebabkan

oleh strategi yang diterapkan oleh perusahaan, salah satu strategi yang

diterapkan di perusahaan adalah sistem corporate governance. Corporate

governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan

hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan

arah dan kinerja perusahaan Monks & Minow(2003) dalam bodroastuti

(2009).

Corporate governance juga merupakan salah satu elemen kunci

dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian

hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris dan para

pemegang saham yang harus berajalan secara bersama. Atas hal itu

penting bagi seorang manager selalu memastikan dan memiliki tujuan

dalam setiap segala tindakannya untuk melindungi perusahaan,

stakeholder perusahaan dan tidak mementingkan diri sendiri Al-Haddad et

Page 21: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

5

al. (2011). Dengan penerapan mekanisme corporate governance yang baik

tentu akan meminimalisir terjadinya suatu kejadianfinancial distress.

Mekanisme coporate governance bertujuan untuk menciptakan

nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, sehingga tidak terjadi

konflik antara pihak agen danprincipal yang berdampak pada penurunan

agency cost Bodroastuti(2009).Struktur kepemilikan menjadi

pentingdalam teori keagenan karena sebagian besarargumentasi konflik

keagenan disebabkankarena adanya pemisahan kepemilikan

danpengelolaan.

Pemegang saham sama-sama menginginkan keuntungan yang

maksimal, namun disisi lain pemegang saham dan manajer sama-sama

menghindari resiko. Salah satu komponen dalam struktur kepemilikan

adalah kepemilikan institusional merupakan salah satu yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan, dengan adanya kepemilikan oleh

investor institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang

lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham

mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk

mendukung atau malah memperburuk kinerja manajemen.

Mekanisme corporate governance dan pengawasan di perlukan

untuk mengurangi ketidakefisienan yang timbul dari bahaya moral dan

pilihan-pilihan buruk. Sebagai salah satu contoh nyata yaitu: permasalahan

keagenan (agency problem), yang timbul ketika pihak manajer yang

memiliki informasi unggul bertindak sebagai agen untuk pemilik. Konflik

Page 22: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

6

ini memungkinkan pihak manager untuk mengeksploitasi ataupun

mengambil alih sumberdaya bisnis yang lain, yang kalau tidak akan

memberikan pengembalian (return) kepada pemilikMiller, et al,.dalam

Linda(2012).

Rendahnya kualitas penerapan corporate governance juga

berdampak pada penurunan kinerja perusahaan secara kontinyu, membawa

perusahaan dalam kondisi keuangan yang memburuk dan mengalami

financial distress Syafruddin dan Fadhilah(2013).

Sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang financial

distress pada perusahaan-perusahaan dengan berbagai macam variabel

corporate governance yang dijadikan bahan acuan.Seperti Penelitian yang

dilakukan oleh Lee dan Yeh pada tahun 2001, tentang Corporate

Governance and Financial Distress: Evidences from Taiwan. Mereka

menghubungkan corporate governance danfinancial distress dengan

mengambil sampel yaitu perusahaan-perusahaan yang berada di Taiwan

dan mereka menyimpulkan bahwa perusahaan di Taiwan biasanya

dikendalikan oleh keluarga. Variabelcorporate governance yang

digunakan adalah variabel struktur kepemilikan dan komposisi dewan,

hasil dari penelitian mereka membuktikan bahwa variabel-variabel

tersebut positif berkaitan dengan resiko kesulitan keuangan.

Penelitian lain dari Parulian (2007) tentang hubungan struktur

kepemilikan, komisaris independen dan kondisi financial distress

perusahaan, dari penelitian ini dikemukakan bahwa variabel-variabel

Page 23: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

7

tersebut yang merupakan bagian dari corporate governance memiliki

hubungan yang signifikan dengan terjadinyafinancial distress.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti

termotivasi untuk melakukan penelitian yang berbeda dengan penelitian

yang lainnya karena uji beda karakteristik corporate governanceantara

perusahaan yang mengalami financial distress dan non financial

distressmasih belum banyak diteliti. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listed di BEI tahun 2014

dan atas hal tersebut peneliti melakukan penelitian yang berjudul “ Uji

Beda Karakteristik Corporate Governance antara Perusahaan yang

Mengalami Financial Distress dan Non Financial Distress ”.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian

sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hanifah dan

Purwanto(2013). Pebedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan dalam penentuan pengukuran, dalam penelitian

ini pengukurannya menggunakan Earning Per Share.

2. Penelitian ini melakukan uji beda dengan adanya karaktersitik

corporate governance pada perusahaan financial distress dan

perusahaan non financial distress.

Page 24: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

8

B. Perumusan Masalah

Padapenelitian ini peneliti ingin menemukan uji beda karakteristik

corporate governance antara perusahaan yang mengalami financial

distress dan non financial distress.

Maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada beda signifikan dalam karakteristik corporate governance

antara perusahaan yang mengalamifinancial distress dan non financial

distress.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahuiujibeda dalam

karakteristik corporate governance antara perusahaan yang

mengalami financial distress dan non financial distress.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan bukti empiris mengenai ujibeda karakteristik

coporate governance antara perusahaan financial distress dan non

financial distress di perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

b. Dapat dijadikan referensi oleh peneliti lainnya untuk mengetahui

dan meneliti tentang ujibeda karakteristik coporate governance

antara perusahaanfinancial distress dan non financial distress di

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Page 25: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

9

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerapkan teori-

teori yang telah dipelajari selama ini sehingga dapat

memperdalam pengetahuan tentang penelitian dan menambah

wawasan serta pemahaman yang lebih baik terhadap uji beda

karakteristik coporate governance antara perusahaan financial

distress dan non financial distress di perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Page 26: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Literatur

1. Teori Agensi

Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan

pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya agency

conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu principal (yang

mengkontrak atau pemegang saham) dan agen (yang menerima kontrak

dan mengelola dana principal) mempunyai kepentingan yang saling

bertentangan. Apabila agen dan principal berupaya memaksimalkan

utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang

berbeda, maka agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan

principal Jensen dan Meckling (1976) dalam Bodroastuti(2009).

Hubungan keagenan dalam kontrak kerja adalah hubungan antara

pemegang saham (principal) dengan manajer (agent), yang pemegang

saham memperkerjakan manajer untuk memberikan jasa kepada pemegang

saham untuk kepentingan pemegang saham. Pemegang saham melakukan

pendelegasian wewenang pembuatan keputusan kepada manajer

perusahaanLo(2012).Husnan (2001) juga menjelaskan tentang hubungan

tersebut dengan mengatakan bahwa masalah tata kelola perusahaan dapat

ditelusuri dari pengembangan agency theory yang mencoba menjelaskan

bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan (manajer, pemilik

Page 27: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

11

perusahaan dan kreditur) akan berperilaku, karena mereka pada dasarnya

mempunyai kepentingan yang berbeda.

Namun perbedaan kepentingan dapat menimbulkan asimetri

informasi (kesenjangan informasi),principal hanya tertarik pada hasil

keuangan yang bertambah atau investasi dalam perusahaan. Sedangkan

agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan

syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut Zeptian dan

Rohman(2013:2).Tentu saja manager sebagai pengelola perusahaan

cenderung lebih bersifat oportunistik dalam mencapai tujuan tertentu.

Manajer akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek

perusahaan dibandingkan pemilik (pemegang saham).

Adanya asimetri informasi ini menimbulkan dua permasalahan

yang disbebakan oleh kesulitan principal untuk mengawasi dan melakukan

pengendalian terhadap tindakan-tindakan agen. Dua permasalahan

tersebut, yaitu adverse selection dan moral hazard. Menurut Scott 2000

dalam Amaliah (2010:3), pengertian dari dua macam asimetri informasi itu

yaitu:

a. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam

lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan

prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar dan fakta yang

mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh

pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada

pemegang saham.

Page 28: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

12

b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang

manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun

pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar

pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan

sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Treskawati (2014) menyatakan bahwa masalah agensi yaitu

perbedaan kepentingan antara principal dengan agent yang diyakini

sebagai basis dari perilaku manipulasi laporan keuangan oleh managemen

kepada principal.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori keagenan muncul

karena adanya konflik kepentingan antara principal (pemilik perusahaan)

dan agen (yang menjalankan perusahaan) yang mempunyai kepentingan

untuk keuntungan diri sendiri. Masalah keagenan ini juga terjadi karena

adanya asimetris informasi dari agen selaku pihak yang memiliki banyak

informasi dibandingkan principal selaku pemilik. Namun masalah

keagenan ini dapat diatasi apabila perusahaan menerapkan corporate

governance dengan baik sehingga akan dapat memberikan nilai tambah

bagi pihak-pihak-pihak yang memiliki kepentingan.

2. Financial Distress

a. Pengertian Financial Distress

Menurut Luciana Spica Almilia (2004), mendefinisikan financial

distress kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dimana

Page 29: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

13

perusahaanmengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas

negatif berturut-turut serta perusahaan tersebut telah di merger.

Financial distressjuga bisa didefinisikan sebagai ketidakmampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban financial yang telah

jatuh tempo Beaver et aI,. (2011) dalam Dwijayanti (2010).Sedangkan

Hadi (2014) mendefinisikan kesulitan keuangan(financial distress)

adalah kesulitan keuangan atau likuiditas yang mungkin sebagai awal

kebangkrutan.Menurut Brigham dan Gapenski(1997) dalam

Fachrudin(2008) terdapat 5 tipe kondisi kesulitan keuangan yaitu

economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in

bankruptcy, dan legal bankruptcy.

1) Economic failure

Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan

dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya,

termasuk cost of capitalnya. Bisnis ini dapat melanjutkan

operasinya sepanjang kreditur mau menyediakan modal dan

pemiliknya mau menerima tingkat pengembalian (rate of return) di

bawah pasar. Meskipun tidak ada suntikan modal baru saat sudah

harus diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara ekonomi.

2) Business failure

Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang

menghentikan operasi dengan akibat kerugian kepada kreditur.

Page 30: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

14

3) Technical insolvency

Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical

insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban ketika jatuh

tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis

menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang

jika diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya

dan survive. Di sisi lain, jika technical insolvency adalah gejala

awal kegagalan ekonomi, ini mungkin menjadi perhentian pertama

menuju bencana keuangan (financial disaster).

4) Insolvency in bankruptcy

Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan Insolvency in

bankruptcy jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar. Kondisi ini

lebih serius daripada technical insolvency karena, umumnya, ini

adalah tanda economic failure, dan bahkan mengarah kepada

likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in

bankruptcy tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara

hukum.

5) Legal bankruptcy

Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah

diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang Brigham

dan Gapenski (1997).

Financial distress dimulai ketika perusahaan tidak dapat

memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas

Page 31: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

15

mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat

memenuhi kewajibannya Brigham dan Daves (2003) dan menurut

Widyasaputri (2012) kondisi financial distress mempunyai arti bahwa

perusahaan mengalami kondisi keuangan pada setiap tahunnya semakin

menurun.

Sehingga dapat disimpulkan kondisi perusahaan yang mengalami

financial distress secara terus-menerus akan berdampak pada

kebangkrutan yang mempunyai arti bahwa perusahaan sudah tidak

beroperasi, tidak dapat membayar kewajiban perusahaan, tidak dapat

membayar hutang, dan menghentikan semua kegiatan perusahaan.

b. Penyebab Financial Distress

Financial Distress bisa terjadi pada semua perusahaan, penyebab

terjadinya financial distress juga bermacam-macam. Menurut Lizal,

(2002) dalam Fachurdin, (2008) mengelompokkan penyebab kesulitan,

yang disebut dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas

Penyebab Kesulitan Keuangan. Terdapat 3 alasan utama mengapa

perusahaan bisa mengalami financial distress dan kemudian bangkrut,

yaitu:

1) Neoclassical model

Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi

sumber daya di dalam perusahaan tidak tepat. Manajemen yang

kurang bisa mengalokasikan sumber daya (aset) yang ada di

Page 32: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

16

perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan. Mengestimasi

kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi.

Misalnya profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan

liabilities/assets.

2) Financial model

Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah

dengan liquidity constraints. Hal ini berarti bahwa walaupun

perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus

bangkrut juga dalam jangka pendek. Campuran aset benar tapi

struktur keuangan salah dengan liquidity constraints (batasan

likuiditas). Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat

bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga

dalam jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal yang tidak

sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama

kasus ini. Tidak dapat secara terang ditentukan apakah dalam kasus

ini kebangkrutan baik atau buruk untuk direstrukturisasi.

Model ini mengestimasi kesulitan dengan indikator

keuangan atau indikator kinerja seperti turnover/total assets,

revenues/turnover, ROA, ROE, profit margin, stock turnover,

receivables turnover, cash flow/ total equity, debt ratio, cash

flow/(liabilities-reserves), current ratio, acid test, current liquidity,

short term assets/daily operating expenses, gearing ratio, turnover

Page 33: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

17

per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equity

per share, EPS ratio, dan sebagainya.

3) Corporate governance model

Menurut model ini, kebangkrutan mernpunyai campuran

aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk.

Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the

market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola

perusahaan yang tak terpecahkan. Model ini mengestimasi kesulitan

dengan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan dengan

struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan.

Brigham dan Gapenski (1997) mengatakan bahwa semakin

besar pembiayaan dari hutang, dan semakin besar beban bunga tetap,

semakin besar probabilitas bahwa penurunan earning akan mengarah

kepada kesulitan keuangan, karena itu semakin tinggi probabilitas

biaya kesulitan keuangan akan dikenakan. Jadi hutang dapat pula

menyebabkan kesulitan keuangan.

Liou dan Smith(2007 dalam Dwijayanti(2010)

mengemukakan beberapa faktor makro ekonomi yangbisa

menyebabkan financial distress antara lain fluktuasi dalam inflasi,

sukubunga, Gross National Product, ketersediaan kredit, tingkat

upah pegawai, dansebagainya Liou dan Smith (2007) dalam

Dwijayanti(2010).

Page 34: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

18

Dwijayanti (2010) dalam penelitiannya pun juga

menyatakan bahwa financial distress bisa disebabkan oleh beberapa

hal, antara lain: a) kesalahan dalam alokasi sumber daya, b) struktur

keuangan yang salah. c) tata kelola yang buruk, dan d) kondisi

makro ekonomi yang buruk.

c. Dampak Financial Distress

Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan bisanya

berdampak pada terlambatnya pembayaran hutang yang sudah jatuh

tempo kepada kreditor.Menurut NetTel Africa(2002)dalam

Fachrudin(2008) kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat

hutang yang lebihtinggi adalah peningkatan resiko kesulitan keuangan,

dan akhirnya likuidasi.

Hal ini mungkin mempunyai pengaruh merugikan bagi pemilik

ekuitas dan hutang. Akibat dari kesulitan keuangan akan dijelaskan

sebagai berikut:

1) Resiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak

negatifterhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai

pembebasanpajak (tax relief) atas peningkatan level hutang.

2) Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika

kesulitan, hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja dan

kreditor menjadi rusak parah.

Page 35: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

19

3) Supplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih

berhati-hati, atau bahkan mengehentikan pasokan sama sekali, jika

mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan perusahaan dalam

beberapa bulan.

4) Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan supplier

mereka, dan merencanakan sendiri produksi mereka dengan

andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan dampak dari adanya financial distress

ini dapat mengakibatkan pada reaksi dari investor maupun kreditor

untuk cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi maupun

memberikan pinjaman pada perusahaan. Hal ini semakin diperparah

ketika pelanggan mulai melakukan hubungan dengan pemasok untuk

memproduksi suatu produk barang maupun jasa sehingga perusahaan

akan kehilangan pelanggan dan semakin membuat perusahaan menjadi

bangkrut.

3. Corporate Governance

a. Pengertian Corporate Governance

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor

KEP-117/M-/MBU/2002, corporate governance adalah suatu proses

dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan

keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan

nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

Page 36: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

20

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berdasarkan peraturan

perundangan dan nilai-nilai etika.

Gideon(2005) dalam Widyasaputri(2012) menyatakanmekanisme

corporate governance adalah suatu sistem yang digunakan untuk

mengendalikan dan melakukan pengawasan kegiatan yang ada dalam

perusahaan. Adanya praktek corporate governance yang baik di dalam

suatu perusahaan diharapkan dapat mengurangi resiko yang merugikan

bagi perusahaan itu sendiri. Karena menurut Porter(1991) dalam

Wardhani(2007) menyatakan bahwa mengapa perusahaan sukses atau

gagal mungkin lebih disebabkan oleh strategi yang diterapkan oleh

perusahaan. Resiko tersebut juga timbul dari adanya konflik yang

terjadi didalam suatu perusahaan mengenai perbedaan kepentingan

antara agen dengan principal.

Airesanti (2015) menyatakan bahwa perusahaan sangat

memerlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang

efektif dalam mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta

kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang memiliki

kepentingan agar dapat mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan

memastikan pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Fachrudin (2008) tata kelola perusahaan atau corporate

governance dapat juga didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan

prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability, dan

responsibility yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

Page 37: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

21

manajemen perusahaan (direksi dan komisaris), pihak kreditur

pemerintah, karyawan, serta stakeholders lainnya yang berkaitan

dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Tujuannya adalah

untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh stakeholders dalam

perusahaan. Adanya nilai tambah bagi stakeholders ini akan menarik

investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan yang

bersangkutan.

Kaen(2003) dalam Bodroastuti(2009) menyatakan bahwa

corporate governance pada dasarnya menyangkut masalah siapa (who)

yang seharusnya mengendalikan jalannya kegiatan korporasi dan

mengapa (why) harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya

korporasi yang dimaksud dengan “siapa” adalah para pemegang saham,

sedangkan ”mengapa” adalah karena adanya hubungan antara

pemegang saham dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan.

b. Prinsip Utama Good Corporate Governance

Suatu perusahaan harus memenuhi prinsip-prinsip good corporate

governance diterapkan pada setiap aspek bisnis serta di semua jajaran

perusahaan dan menurut Komite Nasional Corporate Governance

(2006) terdiri dari:

1) Keadilan (fairness), yaitu dalam melaksanakan kegiatannya,

perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan

Page 38: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

22

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan

asas kewajaran dan kesetaraan.

2) Transparansi (transparency), yaitu untuk menjaga obyektivitas

dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan

informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan

harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya

masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan,

tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh

pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

3) Akuntabilitas (accountability), yaitu perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transaparan dan

wajar. Untuk itu perusahaan hari dikelola secara benar, terukur dan

sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang

diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

4) Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu perusahaan harus

mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan

mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Page 39: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

23

5) Independensi (independency), yaitu untuk melancarkan

pelaksanaan asas good corporate governance, perusahaan harus

dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

perusahaan tidak saling mondominasi dan tidak dapat diintervensi

oleh pihak lain.

c. Karakteristik Corporate Governance

Karakteristik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Berdasarkan

definisi tersebut dapat diartikan bahwa karakeristik merupakan suatu

ciri atau sifat yang melekat dan menjadi bagian pada suatu hal tertenu.

Corporate governance didefinisikan sebagai cara untuk mengatur,

mengawasi dan menjaga tata kelola perusahaan. Corporate governance

muncul sebagai suatu fenomena ekonomi untuk memberikan pandangan

kepada shareholder atas apa yang harus dilakukan perusahaan dan apa

saja yang seharusnya tidak dilakukan Wiley (2009).

Berdasarkan definisi mengenai karakterisik dan corporate

governance di atas, maka karakterisik corporate governance

merupakan suatu ciri yang melekat dalam suatu tata kelola perusahaan

dan menjadi bagian dalam melakukan tata kelola perusahaan yang baik.

Ada beberapa karakteristik corporate governance yang sering

digunakan, Dalam penelitian ini karakteristik corporate governance

yang digunakan untuk mengetahui perbedaan perusahaan yang

Page 40: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

24

mengalami financial distress dan non financial distress adalah

Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen dan

Jumlah Dewan Direksi.

d. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional merupakan persentase kepemilikan

saham yang dimiliki oleh badan hukum atau institusi keuangan seperti

perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, bank, dan institusi-

intitusi lainnya Brigham dan Houston(2006) dalam Ayuningtyas(2013).

Kepemilikan institusional akan membuat manajer memfokuskan

perhatian pada kinerja perusahaan, sehingga dapat mengurangi tindakan

manajer perusahaan yang mementingkan diri sendiri Cornet et,

al.(2006) dalam Merkusiwati (2014).

Kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja

manajemen. Hal ini disebabkan karena kepemilikan saham mewakili

suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau

sebaliknya terhadap keberadaan manajemen sehingga dengan

kepemilikan institusional biaya agensi dapat diminimalkan Bodroastuti

(2009). Sehingga kepemilikan tersebut akan mengurangi masalah

keagenan karena pemegang saham institusional akan mengawasi

Page 41: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

25

perusahaan sehingga manajemen tidak akan merugikan pemegang

saham.

Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar

mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam memonitor kinerja

manajemen, karena semakin besar kepemilikan institusional

mengakibatkan adanya efisiensi dalam penggunaan aktiva perusahaan,

sehingga dapat mengurangi pemborosan yang dilakukan oleh manajer

dalam menjalankan perusahaan yang bersangkutan Faizal(2004) dalam

Syafruddin(2012), maka atas hal tersebut juga mengindikasikan bahwa

kepemilikan institusional dengan jumlah yang besar dalam perusahaan

akan mendorong semakin kecilnya potensi kesulitan keuangan Sastriana

dan Fuad (2013).

Kepemilikan institusional merupakansalah satu faktor yang dapat

mempengaruhikinerja perusahaan. Dengan adanyakepemilikan oleh

investor institusionaldapat mendorong peningkatan pengawasanyang

lebih optimal terhadap kinerjamanajemen, karena kepemilikan

sahammewakili suatu sumber kekuasaan yangdapat digunakan untuk

mendukung ataumalah memperburuk kinerja manajemenMuchsin et,al.

(2013).

Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi

mekanisme monitoringyang efektif dalam setiap keputusan yang

diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investorinstitusional terlibat

Page 42: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

26

dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah

percayaterhadap tindakan manipulasi laba Hadi (2014:5).

e. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen Muchsin et al,.(2014). Teori keagenan menilai

bahwa komisaris independen dibutuhkan pada dewan komisaris untuk

mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan direksi, sehubungan

dengan perilaku oportunistik mereka Jensen dan Meckling(1976).

Salah satu permasalahan dalam penerapan corporate governance

adalah adanya CEO yang memilikikekuatan yang lebih besar

dibandingkan dengan dewan komisaris, Padahal fungsi daridewan

komisaris ini adalah untuk mengawasi kinerja dari dewan direksi yang

dipimpin oleh CEO tersebut, Efektivitas dewan komisaris dalam

menyeimbangkan kekuatan CEOtersebut sangat dipengaruhi oleh

tingkat indepedensi dari dewan komisaris tersebut Lorsch et

al,.(1989)dalam Wardhani(2006). Daily dan Dalton(1994) dalam

Febrianto(2010)juga menyatakan bahwa apabila ada resistensi dari

CEO untuk menerapkan strategi yang agresif untuk mengatasi kinerja

Page 43: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

27

perusahaan yang terus menurun, maka adanya dewan dari luar akan

mendorong pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan.

Sastriana dan Fuad (2013) menyatakan bahwa adanya fungsi dari

komisaris independen dalam mengawasi kinerja dewan direksi dalam

hal mengontorol mengenai masalah keuangan agar tidak terjadi suatu

tindakan yang dapat merugikan perusahaan, dapat membuat komisaris

independen berperan penting supaya perusahaan dapat terhindar dari

krisis keuangan (financial distress).

Komisaris independen merupakan mekanisme corporate

governance yang dapat mengurangi masalah dalam teori agency yang

disebut agency problem, karena dengan adanya komisaris independen

ini, dapat menghindari Assymetric Informationantara kedua belah pihak

yang dapat menimbulkan kemungkinan kondisi kesulitan keuangan

Hanifah dan Purwanto(2013). Semakin berfungsinya komisaris

independen dalam mengawasi manajer, pengawasanterhadap direksi

dalam kebijakan finansial atau penggunaan dana yang merugikan

perusahaan dandapat mengarahkan perusahaan ke dalam kesulitan

keaungan (financial distress) dapatdiminimalkanChariri dan Ariesta,

(2013).

f. Jumlah Dewan Direksi

Direksi adalah organ perusahaan pemegang perusahaan kekuasaan

eksekutif diperusahaan. Direksi mengendalikan operasi perusahaan

sehari-hari dalam batas yang ditetapkan oleh UUPT, anggaran dasar,

Page 44: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

28

dan RUPS serta di bawah pengawasan dewan komisaris. Tugas dan

fungsi utama dewan direksi adalah menjalankan roda manajemen

perseroan secara menyeluruh, selain itu mengupayakan perusahaan

dapat melaksanakan tanggungjawab sosialnya dan juga harus

memperhatikan kepentingan stakeholders, serta mendorong penerapan

good corporate governance yang dilaksanakan dengan konsisten.

Tunggal (2013) dalam Okkyrianto(2014).

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan

yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka

pendek maupun jangka panjang Wardhani (2007). Pentingnya porsi

dewan dalam sebuah perusahaan dapat mengindikasikan dua hal,

apakah perusahaan yang memiliki dewan dengan jumlah besar dapat

meminimalisasi permasalahan agensi antara pemegang saham dengan

direksi atau justru sebaliknya.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Darmawati (2004)

dalam Bodroastuti(2009) menyatakan bahwa kemungkinan jumlah

direksi yang kecil tidak mampu menjalankan perusahaan dengan

optimal sedangkan jumlah dewan direksi yang besar memberikan

manfaat yang besar bagi perusahaan karena terciptanya network

dengan pihak luar dalam menjamin ketersediaan sumber daya. Sehingga

dengan adanya jumlah dewan direksi yang besar akan dapat membantu

perusahaan dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang efektif serta

dapat meningkatkan kinerja dan nilai tambah bagi perusahaan.

Page 45: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

29

Namun hal tersebut tidak sependapat dengan penelitian yang

dilakukan Widyasaputri(2012) yang menyatakan bahwa banyaknya

jumlah dewan dapat mempengaruhi kondisi keuangan karena setiap

hasil keputusan yang dijalankan perusahan berasal dari hasil keputusan

dewan, banyaknya dewan direksi dalam perusahaan mengindikasikan

terjadinya kolusi dalam perushaan dan perusahaan yang mengalami

tekanan keuangan yang besar biasanya membutuhkan pertimbangan

keadaan keuangan perusahaan dari para direktur.Direksi bertugas dan

bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan.

Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan

mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan

wewenangnya Hadi (2014).

g. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Uji beda kepemilikan institusional antara perusahaan yang

mengalamifinancial distress dan non financial distress

Schleifer dan Vishny (1986) dalam Wardhani(2007) menyatakan

bahwa tingginya kepemilikan investor institusional akan mendorong

aktivitas monitoring karena besarnya kekuatan voting mereka yang akan

mempengaruhi kebijakan manajemen. Parulian (2007) dalam

penelitiannya menyatakan kepemilikan saham oleh investor institusional

akan dapat mengawasi manajemen dalam melaksanakan operasi sehingga

lebih terhindar dari kondisi financial distress.

Page 46: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

30

Widyasaputri(2012) menguji pengaruh kepemilikan institusional

terhadap kondisi financial distress dengan sampel perusahaan yang

terdaftar di BEI tahun 2008-2010 yang menunjukkan bahwa seberapapun

besarnya persentase kepemilikan institusional dapat membuktikan adanya

kondisifinancial distress. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka

keadaan kondisi keuangan perusahaan semakin terpuruk, karena intitusi

perusahaan kurang memiliki kemampuan dalam mengontrol kinerja

manajerdan hasil dari penelitian Widyasaputri(2012) tersebut juga

menjelaskan bahwa tidak terdapat pengaruh kepemilikan institusional

terhadap kondisifinancial distress.

Penelitian yang dilakukan oleh Bodroastuti (2009) tentang

pengaruh struktur corporate governanceterhadap financial distress.

Struktur corporate governance yang berpengaruh positif secara

siginifikan terhadap financial distress adalah variabel jumlah dewan

direksi, dewan komisaris pada suatu perusahaan. Sedangkan variabel

jumlah direksi yang keluar, kepemilikan institusional, kepemilikan oleh

direksi dan komisaris terbukti tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kondisi financial distress.

Penelitian tersebut juga membandingkan statistik deskriptif

perusahaan financial distress dan non financial distress, variabel jumlah

dewan direksi, persentase kepemilikan dan persentase saham yang dimiliki

direksi dan komisaris pada perusahaan yang mengalami financial distress

memiliki nilai rata-rata lebih kecil dibandingkan perusahaan non financial

Page 47: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

31

distress. Sedangkan variabel jumlah dewan komisaris, jumlah direksi

keluar, serta persentase kepemilikan institusipada perusahaan yang

mengalami financial distress memiliki nilai rata-rata lebih besar

dibandingkan perusahaan non financial distress.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Deviacita dan achmad

(2013) tentang analisis pengaruh mekanisme corporate

governanceterhadap financial distress dan karakteristikcorporate

governance yang berpengaruh positif terhadap financial distress adalah

variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan insitiusional dan keahlian

komite audit pada suatu perusahaan. Sedangkan variabel ukuran dewan

komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan aktivitas dewan

komisaris terbukti tidak berpengaruh terhadap kondisi financial dstress.

Penelitian tersebut juga membandingkan statistik deskriptif

perusahaan financial distress dan non financial distress, variabel

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan keahlian komite

audit pada perusahaan non financial distress memiliki nilai rata-rata lebih

besar dibandingkan perusahaan yang mengalami financial distress.

Sedangkan variabel ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris

independen dan aktivitas dewan komisaris pada perusahaan non financial

distress memiliki nilai rata-rata lebih kecil dibandingkan perusahaan

financial distress. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang

dirumuskan sebagai berikut:

Page 48: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

32

H1: Ada beda signifikan jumlah kepemilikan institusional antara

perusahaan yang mengalamifinancial distressdan non financial

distress.

2. Uji beda proporsi dewan komisaris independen antara perusahaan

yang mengalami financial distress dan non financial distress.

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk

bertindak independen Muchsin et al,.(2014).

Wardhani (2006) melakukan penelitian tentang mekanisme

corporate governance dalam perusahaan yang mengalami permasalahan

keuangan (financially distressed firms). Hasil dari penelitian nya

menyatakan bahwa komisaris independen justru tidak signifikan baik pada

peursahaan financial distress maupun non financial distress. Penelitian

tersebut juga membandingkan statistik deskriptif perusahaan financial

distress dan non financial distress, variabel proporsi komisaris independen

pada perusahaan non financial distress memiliki nilai rata-rata lebih besar

dibandingkan perusahaan financial distress.

Parulian(2007) dalam penelitian nya menyatakan kemungkinan

terjadinya financial distress akan lebih besar justru apabila perusahaan

memiliki lebih banyak komisaris independen. Kriteria independen hanya

Page 49: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

33

dilihat dari kepemilikan saham, padahal sangat mungkin komisaris yang

dianggap independen justru memiliki hubungan yang sangat independen.

Misalnya, walaupun tidak memiliki saham perusahaan, namun komisaris

independen tersebut memiliki hubungan sanak saudara dan lainnya dengan

pengelola perusahaan.

Fadhilah dan Syafrudin(2013) juga melakukan penelitian tentang

pengaruh dewan komisaris independen terhadap financial distress, dari

hasil penelitian yang dilakukannya itu dinyatakan bahwa semakin besar

proporsi komisaris independen dalam perusahaan maka, kemungkinan

terjadinya financial distress semakin menurun. Independensi dewan

komisaris merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi

pengawasan yang dilakukan olehnya, sehingga jumlah komisaris yang

independen dalam struktur dewan komisaris menentukan kekuatan

independensi pengawasan yang dilakukan terhadap manajemen.

Secara umum, apabila suatu perusahaan memiliki proporsi

komisaris independen yang tinggi dalam struktur dewan komisaris yang

tinggi, mekanisme pengawasan akan berjalan lebih independen dan bebas

dari benturan kepentingan manajer, dari hasil yang berbeda-beda tersebut

dapat dikatakan bahwa pengaruh banyaknya proporsi dewan komisaris

independen terhadap financial distress tergantung pada tingkat

pengawasan yang dilakukan dari banyaknya komisaris independen itu

sendiri.

Page 50: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

34

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Chariri dan Ariesta

(2013) tentang analisis pengaruh struktur dewan komisaris, struktur

kepemilikan saham dan komite audit terhadap financial distress. Faktor-

faktor yang berpengaruh positif terhadap perusahaan mengalami financial

distress adalah variabel proporsi komisaris independen sementara variabel

independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap perusahaan yang

mengalami financial distress.

Penelitian tersebut juga membandingkan statistik deskriptif

perusahaan financial distress dan non financial distress, variabel proporsi

dewan komisaris independen pada perusahaan non financial distress

memiliki nilai rata-rata lebih kecil dibandingkan perusahaan financial

distress. Sehingga dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan sebagai

berikut:

H3: Ada beda signifikan proporsi dewan komisaris independen antara

perusahaan yang mengalamifinancial distressdan non financial distress

3. Uji beda jumlah dewan direksi antara perusahaan yang mengalami

financial distress dan non financial distress.

Jensen (1993) mencatat bahwa ukuran dewan direksi yang banyak

dapat memonitor proses pelaporan keuangan dengan lebih efektif

dibandingkan ukuran dewan direksi yang sedikit. Lebih lanjut Jensen

(1993) menyatakan bahwa dari rata-rata ukuran dewan direksi untuk

Page 51: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

35

perusahaan yang tetap sehat, memang lebih besar dibandingkan ukuran

dewan direksi dari perusahaan yang mengalami financial distress.

Wardhani (2007) dalam penelitiannya tentang pengaruh ukuran

direksi terhadap financial distress menyatakan bahwa semakin besar

jumlah direksinya maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan

mengalami kondisi tekanan keuangan. Hal ini di karenakanresources

dependence dan banyaknya direksi tersebut justru akan memperparah

kinerja perusahaan karena dengan banyaknya direksi masalah koordinasi

dan komunikasi akan semakin membesar sehingga perusahaan tidak dapat

mengambil keputusan untuk data menyelamatkan perusahaan dengan

cepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sastriana dan Fuad (2013) tentang

pengaruh corporate governancedan firm size terhadap perusahaan yang

mengalami kesuiltan keuangan (financial distress). Struktur corporate

governance yang berpengaruh terhadap financial distress adalah variabel

jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit pada suatu perusahaan.

Sedangkan variabel proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan (firm size)

terbukti tidak berpengaruh terhadap kondisi financial dstress.

Penelitian tersebut juga membandingkan statistik deskriptif

perusahaan financial distress dan non financial distress, variabel jumlah

anggota dewan direksi pada perusahaan non financial distress memiliki

nilai rata-rata lebih besar dibandingkan perusahaan financial distress.

Page 52: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

36

Variabel komite audit ada perusahaan non financial distress memiliki nilai

rata-rata lebih besar dibandingkan perusahaan financial distress.

Sedangkan untuk perusahaan non financial distress pada variabel

kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen,

kepemilikan institusional dan firm size memiliki nilai rata-rata lebih kecil

dibandingkan perusahaan financial distress.

Penelitian yang dilakukan oleh Hanifah dan Purwanto (2013)

tentang pengaruh struktur corporate governance dan financial indicators

terhadap kondisifinancial distress, hasil dari faktor-faktor yang

berpengaruh dalam struktur coporate governance pada perusahaan yang

mengalami financial distress adalah ukuran dewan direksi, kepemilikan

manajerial, kepemilikan intitusional.

Penelitian tersebut juga membandingkan statistik deskriptif

perusahaan financial distress dan non financial distress, ukuran dewan

direksi pada perusahaan yang mengalami financial distress lebih kecil dari

ukuran dewan direksi pada perusahaan non financial distress. Sehingga

dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H2: Ada beda signifikan jumlah dewan direksi antara perusahaan

yang mengalamifinancial distressdan non financial distress.

Page 53: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

37

h. Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu mengenai penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Ratna

Wardhani

(2007)

Mekanisme

Corporate

Governance Dalam

Perusahaan yang

Mengalami

Permasalahan

Keuangan

(Financial

Distressed Firms)

Variabel proporsi dewan

komisaris Independen,

jumlah dewan direksi,

jumlah keluar direksi alat

pengujian yang

digunakan analisis hasil

model logit

Variabel ukuran dewan

komisaris dan struktur

kepemilikan.

Variabel proporsi dewan

komisaris independen, Jumlah

dewan direksi berpengaruh

negatif, ukuran dewan komisaris,

jumlah keluar direksi, struktur

kepemilikan berpengaruh positif.

2. Tri

Bodroastuti

(2009)

The Influence of

Corporate

Governance

Structure to

Financial Distress

Variabel jumlah dewan

direksi, proporsi dewan

komisaris independen,

jumlah keluar dewan

direksi, kepemilikan

institusional.

Variabel dewan komisaris,

kepemilikan publik,

kepemilikan direksi dan

komisaris

Jumlah dewan direksi, dewan

komisaris berpengaruh positif

signifikan terhadap financial

distress. Sehingga apabila

perusahaan sendang mengalami

financial distress maka lebih baik

perusahaan memperbesar jumlah

direksi dan komisaris.

Page 54: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

38

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3. Dian

Sastriana

dan Fuad

(2013)

Pengaruh

Corporate

Governance dan

Firm Size

Terhadap

Perusahaan Yang

Mengalami

Kesulitan

Keuangan

(Financial

Distress)

Variabel jumlah dewan

direksi, proporsi dewan

komisaris independen,

kepemilikan intitusional

Variabel kepemilikan

manajerial, konite audit,

ukuran perusahaan,

leverage, likuiditas

Hasil penelitian yang

menunjukkan berpengaruh

negatif terhadap financial

distress adalah variable

jumlah dewan direksi dan

anggota komite audit,

sementara proporsi komisaris

independen, kepemilikan

intitusional, kepemilikan

manajerial dan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh

terhadap kondisi financial

distress

4. Fauziah

Nurul

Fahilah dan

Muchamad

Syafruddin

(2013)

Analisis Pengaruh

Karakteristik

Corporate

Governance

Terhadap

Kemungkinan

Financial

Distress

Variabel ukuran dewan

direksi, komisaris

independen, kepemilikan

institusional

Variabel dewan komisaris,

kepemilikan manajerial,

komite audit, likuiditas,

leverage, profitabilitas,

operating capacity

Variabel yang berpengaruh

terhadap financial distress

adalah ukuran dewan direksi,

kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional,

leverage dan operating

capacity

Page 55: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

39

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5. Dwiki Ryno

Ariesta dan

Anis Chariri

(2013)

Analisis Pengaruh

Struktur Dewan

Komisaris,

Struktur

Kepemilikan

Saham dan

Komite Audit

Terhadap

Financial

Distress

Variabel proporsi dewan

komisaris independen

Variabel kepemilikan

saham direksi, kepemilikan

saham komisaris,

kepemilikan saham

outsider, independensi

komite audit

Hasil penelitian menunjukkan

variabel proporsi dewan

komisaris independen

berpengaruh positif terhadap

financial distress, yang

berpengaruh negatif terhadap

financial distress adalah

variable independensi komite

audit, sementara variabel

kepemilikan saham komisaris,

kepemilikan saham outsider

tidak berpengaruh terhadap

kondisi financial distress

6. Arieany

Widya

Deviacita,

Tarmizi

Achmad

(2012)

Analisis Pengaruh

mekanisme

Corporate

Governance

Terhadap

Financial

Distress

Variabel kepemilikan

institusional, proporsi

anggota komisaris

independen

Variabel ukuran dewan

komisaris, kepemilikan

manajerial, keahlian komite

audit, jumlah rapat dewan

komisaris

Variabel yang berpengaruh

positif terhadap financial

distress yaitukepemilikan

manajerial, kepemilikan

institusional dan keahlian

komite audit, sementara

ukuran dewan komisaris,

proporsi dewan komisaris

independen, dan aktivtas

dewan komisaris terbukti

tidak berpengaruh terhadap

financialdistress.

Page 56: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

40

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7. Oktita

Earning

Hanifah,

Agus

Purwanto1

(2013)

Pengaruh Struktur

Corporate

Governance dan

Financial

Indicators kondisi

Financial

Distress

Variabel jumlah dewan

direksi, proporsi dewan

komisaris independen,

kepemilikan intitusional

Variabel ukuran dewan

komisaris, kepemilikan

manajerial, ukuran komite

audit, ukuran perusahaan,

leverage, likuiditas,

profitabilitas

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ukuran dewan direksi,

kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional,

leverage, dan operating

capacity berpengaruh

terhadap financial distressdan

5 Hipotesis lainnya tidak

diterima.

Page 57: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

41

i. Kerangka Pemikiran

Menurut Hamid (2007) mendefinisikan kerangka berpikir yaitu

kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang

tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran

sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi

dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dalam

penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 2.1 dibawah:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

UJI BEDA

Berlanjut ke halaman berikutnya

Karakteristik Tata Kelola Perusahaan antara Perusahaan Financial

Distress dan Non Financial Distress

Basis Teori: Teori Keagenan

Kepemilikan

Institusional (X1) Financial

Distress

Jumlah Dewan

Direksi (X2)

Non

Financial

Distress

Proporsi Dewan

Komisaris

Independen (X3)

Page 58: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

42

Gambar 2.1 (Lanjutan)

Sumber: Data Diolah, 201

Statistik Deskriptif

Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov

Mann-Whitney U Test

Independent Sampel T-Test

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Page 59: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

43

Page 60: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yaitu penelitian

yang bersifat membandingkan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

pendekatan ilmu statistik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beda

karakteristik dalam corporate governance antara perusahaan yang

mengalami financial distressdan non financial distress pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Inonesia Tahun 2014.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah data-data mengenai

karakteristik corporate governance yaitu kepemilikan institusional,

proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan direksi dan

kondisi financial distress dan non financial distress. Jumlah populasi

dalam penelitian ini sebanyak 58 perusahaan yang terbagi dalam 29

perusahaan financial distress dan 29 perusahaan non financial distress

yang semuanya itu terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun

2014.

Page 61: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

45

B. Metode Penetuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan dalam industri

manufaktur yang berdasarkan laporan tahunan dan laporan kekuangan

perusahaan go public yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2014.

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling)dengan teknik

berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) yang merupakan tipe

pemilihan secara acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan

pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah

penelitian Indiantoro dan Supomo (2012). Adapun sampel yang

dugunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dummy.

Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel dari 2 (dua) jenis perusahaan

yang memiliki kriteria berbeda. Jenis perusahaan tersebut adalah

perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan non

financial distress.

1. Perusahaanfinancial distress

Adapun kriteria untuk sampel perusahaan financial distress pada

penelitian ini sebagai berikut:

a. Perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2014.

b. Perusahaan mengalami laba bersih negatif pada tahun 2014.

c. Perusahaan memiliki laporan tahunan dan laporan keuangan

Page 62: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

46

2. Perusahaan non financial distress

Adapun kriteria untuk sampel perusahaan non financial distress

pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2014.

b. Perusahaan mengalami laba bersih positif pada tahun 2014.

c. Perusahaan memiliki laporan tahunan dan laporan keuangan

Perusahaan dalam industri manufaktur yang digunakan dalam

penelitian ini mencakup beberapa kelompok industri berdasarkan

klasifikasi industri dari BEI. Beberapa kelompok industri yang termasuk

dalam jenis industri manufaktur antara lain: cement; ceramics, glass,

porcelain; metal and allied products; chemicals; plastics and packaging;

animal feeds; wood industries; pulp and paper; machinery and heavy

equipments; automotive and components; textile, garment; footwear;

cable; electronics; food and beverages; tobacco manufacturers;

pharmaceuticals; cosmetics and household; dan houseware.

Berdasarkanmetode penentuan sampel yang digunakan maka

peneliti menggunakan sampel sebanyak 58 perusahaan go public industri

manufaktur, 29 perusahaan yang dikatakan mengalami financial distress

(1) dan 29 perusahaan non financial distresss (0) di Bursa Efek Indonesia.

Page 63: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

47

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder berupa laporan tahunan dan keuangan perusahaan, IDX Fact

Book, serta data dokumente yang diperoleh dari buku, jurnal, internet pada

perusahaan yang listed di BEI Tahun 2014 (http://www.sahamoke.com,

http://www.idx.co.id.)

D. Operasional Variabel

Dalam penelitian ini menggunakan variabel berupa elemen

corporate governance yang meliputi :

1. Kepemilikan Institusional, yaitu jumlah persentase hak suara yang

dimiliki oleh institusi. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional

diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang

dimiliki institusi dari seluruh jumlah saham perusahaan Deviacita dan

Achmad (2013). Informasi mengenai kepemilikan institusioanl

diperoleh dari laporan tahunan perusahaan

2. Proporsi Dewan Komisaris Independen, yaitu proporsi keberadaan

komisaris independen dalam struktur dewan komisaris perusahaan.

Dalam penelitian ini proporsi dewan komisaris independen diukur

dengan membandingkan jumlah komisaris independen dalam

perusahaan dengan total jumlah komisaris Hanifah dan Purwanto

(2013).

Page 64: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

48

3. Jumlah Dewan Direksi, merupakanbagian pada perusahaan yang

menentukan kebijakan dan strategi yang diambil oleh perusahaan.

Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia,

jumlah anggota dewan direksi harus disesuaikan dengan kompleksitas

perusahan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan

keputusan. Dalam penelitian ini, jumlah dewan direksi diukur dengan

jumlah dewan direksi yang ada dalam perusahaan pada periode t atau

pada tahun 2014 Sastriana dan Fuad (2013).

4. Kondisi financial distress dan non financial distress diperoleh dari hasil

laporan tahunan perusahan yang dilihat dari laporan laba rugi

perusahaan yang mengalami laba bersih positif dan laba bersih negatif.

Perusahaan yang merupakan variabel kategori, 1 untuk perusahaan yang

mengalami financial distress dan 0 untuk perusahaan non financial

distress Bodroastuti (2009).

Berdasarkan hasil dari pernyataan diatas dapat dibuat

ringkasanberbentuk tabel mengenai definisi operasionalisasi variabel

tersebut berikuttabel dari definisi opersionalisasi pada dibawah ini:

Page 65: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

49

Tabel 3.1

Definisi operasionalisasi variabel

NO VARIABEL PENGUKURAN SKALA

1. Financial

Distress

1 Jika mengalami financial distress, 0 jika

tidak mengalami financial distress.

Nominal

2. Kepemilikan

Institusional

Persentase Saham yang dimiliki oleh institusi

lain.

Rumus menghitung kepemilikan institusional:

KI=

X100%

Keterangan:

KI : Kepemilikan institusional.

SI : Jumlah saham yang dimiliki institusional.

SB : Jumlah modal saham perusahaan yang

beredar.

Rasio

3. Proporsi

Dewan

Komisaris

Independen

Jumlah komisaris independen dibagi dengan

total jumlah dewan komisaris.

Proporsi komisaris independen dihitung

dengan cara:

X100%

Rasio

4. Jumlah

Dewan

Direksi

Total keseluruhan anggota dewan direksi. Nominal

E. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang

dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan

permasalahan yang diteliti sesudah diperoleh data secara lengkap.

Ketajaman dan ketepatan dalam penggunaan alat analisis sangat

menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan, karena itu kegiatan

analisis data merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan begitu saja

dalam proses penelitian.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara

Page 66: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

50

menganalisis permasalahan yang diwujudkan dengan data yang dapat

dijelaskan secara kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif

dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga

menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis data.

1. Definisi Independent Sample t – test

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

independent sample t- test. Uji ini digunakan ketika dalam sebuah

penelitian memiliki dua sampel atau kelompok yang berbeda atau tidak

saling berhubungan. Independent samples t- test merupakan uji statistik

parametrik yang digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang

tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Ghozali

(2006). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel

yang dibandingkan yakni financial distress, yang diukur melalui

earning per share.

2. Tahapan Analisis Independent Samples t- test

Tahapan analisis independent samples t-test dalam penelitian ini

adalah statistik deskriptif dan uji hipotesis yang akan dijelaskan sebagai

berikut:

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian Ghozali

(2006). Statistik deskriptif yang digunakan adalah nilai rata-rata

(mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum.

Page 67: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

51

Meandigunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi

yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk

menilai disperse rata-rata dari sampel. Maksimum dan minimum

digunakan untuk melihat nilai maksimum dan minimum dari

populasi. Hal ini diperlukan untuk menggambarkan keseluruhan

dari sampel yang telah dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk

dijadikan sampel penelitian.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam

model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya

mempunyai data distribusi normal atau mendekati normal. Untuk

menghindari bias, data yang digunakan harus berdistribusi normal.

Ghozali (2006). Dalam menguji normalitas, dapat dilakukan

dengan plot probabilitas normal, analisis grafik histogram, dan Uji

Kolmogorov-Smirnov. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

dengan melihat histogram dari residualnya. Normalitas dipenuhi

apabila titik-titik data terkumpul di sekitar garis lurus Ghozali

(2006).

Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan Uji

Kolmogorov-Smirnov adalah Ghozali (2006) :

1) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 maka H0

ditolak. Hal ini berarti data terdistribusi tidak normal.

Page 68: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

52

2) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 maka H0

diterima. Hal ini berarti data terdistribusi normal.

Dalam penelitian ini jika salah satu data tidak berdistribusi

secara normal maka akan digunakan uji statistik non parametrik

yaitu uji Mann-Whitney untuk menguji hipotesis yang melibatkan

data yang tidak berdistribusi secara normal dan menggunakan uji

beda t untuk menguji hipotesis yang melibatkan data yang

berdistribusi secara normal.

c. Pengujian Hipotesis Penelitian

1) Uji beda t

Uji beda t yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji t dengan dua sampel bebas. Uji ini merupakan uji

statistik parametrik yang digunakan untuk menentukan apakah

dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata

yang berbeda Ghozali (2006). Hasil uji beda t dapat dilihat

melalui nilai signifikansi t pada hasil output SPSS. Tingkat

signifikansi yang digunakan adalah 0,5 , jika nilai signifikansi

lebih besar daripada 0,5 maka hipotesis ditolak. Apabila nilai

signifikansi lebih kecil daripada tingkat signifikansi maka

hipotesis diterima Ghozali (2006).

2) Uji Mann- Whitney U

Uji Mann-Whitney U merupakan uji statistik non

parametrik yang digunakan apakah dua sampel yang tidak

Page 69: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

53

berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Ghozali

(2006). Melalui analisis uji statistik Mann-Whitney u akan

diketahui tingkat signifikansi hipotesis. Tingkat signifikansi

yang digunakan adalah 0.5 , jika nilai signifikansi lebih besar

daripada 0,5 maka hipotesis ditolak. Apabila nilai signifikansi

lebih kecil daripada tingkat signifikansi maka hipotesis

diterima Ghozali (2006).

Page 70: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

2014. Industri manufaktur terbagi dalam beberapa sektor, yaitu sektor

industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri

barang konsumsi.

Berdasarkan populasi perusahaan manufakturyang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 tersebut, penelitian ini

menggunakan beberapa sampel perusahaan manufaktur, jenis yang

ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu penentuan

sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun data yang

digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan tahunan

tahun 2014, melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat

website www.idx.co.id.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik

corporate governance yaitu kepemilikan institusional, proporsi dewan

komisaris independen dan jumlah dewan direksi pada perusahaan yang

mengalami financial distress dan non financial distress. Berikut ini

Page 71: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

55

adalah rincian perolehan sampel perusahaan manufaktur dengan

kriteria-kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis.

Tabel 4.1

Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria

Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014 142

Jumlah perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan 2014 58

Jumlah sampel perusahaan yang financial distress 29

Jumlah perusahaan yang non financial distress 113

Jumlah perusahaan yang non financial distress yang digunakan

sebagai sampel (purposive) 29

Jumlah perusahaan sampel yang digunakan 58

Tahun Pengamatan (tahun) 1

Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama tahun 2014 berjumlah 142 perusahaan. Dari

142 perusahaan manufaktur tersebut yang akan dijadikan sampel

hanya 58 perusahaan yang terdiri dari 29 perusahaan financial distress

dan 29 perusahaan non financial distress. Jumlah perusahaan yang

menerbitkan laporan tahunan yang di butuhkan sesuai dengan sampel

sebanyak 58. Adapun jumlah perusahaan yang non financial distress

sebanyak 113 perusahaan sedangkan tahun pengamatan nya hanya 1

tahun yaitu tahun 2014.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian berupa perusahaan go public sector manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikelompokkan

Page 72: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

56

kedalam dua kategori berdasarkan kondisi kesehatan perusahaan

tersebut, yaitu:

a. Perusahaan yang mengalami kondisi financial distress apabila

perusahaan tersebut mengalami rugi saham dasar per tahun 2014.

b. Perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress apabila

perusahaan tersebut mengalami laba bersih saham dasar per tahun

2014.

Sebagaimana tujuan penelitian yang melakukan uji beda antara

kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan

jumlah dewan direksi antara perusahaan yang mengalami kondisi

financial distress dan non financial distress serta diuji dengan

menggunakan statistik independen sampel t-test untuk data yang

terdistribusi normal dan statistik non parametrik apabila data tidak

terdistribusi normal ketika dilakukan uji normalitas data.

3. Deskripsi Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive

sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Sampel dipilih bagi perusahaan yang mengalami laba bersih negatif dan

laba bersih positif selama satu tahun.

Page 73: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

57

Tabel 4.2

Sampel perusahaan yang mengalami financial distress

No Kode Nama Perusahaan Tahun Listing

1. AKKU Alam Karya Unggul Tbk. 01-10-2004

2. MYTX Apac Citra Centertex Tbk. 10-10-1989

3. ARGO Argo Pantes Tbk. 07-01-1991

4. POLY Asia Pacific Fibers Tbk. 12-03-1991

5. BPRT Barito Pacific Tbk. 01-10-1993

6. RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk. 05-03-1990

7. ETWA Eterindo Wahanatama Tbk. 16-05-1997

8. ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk. 13-10-1992

9. GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk. 23-12-2009

10. IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk. 15-09-1993

11. IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk. 04-06-1997

12. JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 06-08-1997

13. JPRS Jaya Pari Steel Tbk. 08-08-1989

14. KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk 11-07-2008

15. KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk. 10-11-2010

16. FPNI Lotte Chemical Titan Tbk. 08-01-1992

17. MAIN Malindo Feedmill Tbk. 10-02-2006

18. SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. 23-07-1981

19. LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 05-02-1990

20. HDTX Panasia Indo Resources Tbk. 06-07-1990

21. NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk. 14-12-2009

22. ADMG Polychem Indonesia Tbk. 20-10-1993

23. PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk. 18-10-1994

24. PTSN Sat Nusapersada Tbk. 08-11-2007

25. SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk. 20-08-1997

26. TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk. 26-02-1980

27. ALTO Tri Banya Tirta Tbk. 10-07-2012

28. VOKS Voksel Electric Tbk. 20-12-1990

29. YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk. 05-03-2008

Sumber: Bursa Efek Indonesia 2015

Dalam tabel 4.2 dapat diketahui bahwa perusahaan yang

mengalami financial distress tahun 2014 dan telah di seleksi sesuai

dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan di atas, maka didapatkan

sampel sebanyak 29 perusahaan.

Page 74: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

58

Tabel 4.3

Sampel perusahaan yangnon financial distress

No Kode Nama Perusahaan Tahun Listing

1. ALKA Alakasa Industindo,Tbk 12-07-1990

2. AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 18-12-1992

3. AMFG Asahimas Flat Glas Tbk 08-11-1995

4. ASII Astra International Tbk 04-04-1990

5. AUTO Astra Otoparts Tbk. 15-06-1998

6. BRNA Berlina Tbk. 06-11-1989

7. TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk. 26-05-2008

8. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 18-03-1991

9. CTBN Citra Tubindo Tbk 28-11-1989

10. EKAD Ekadharma International Tbk. 14-08-1990

11. GJTL Gajah Tunggal Tbk 08-05-1990

12. GDYR Goodyear Indonesia Tbk. 01-12-1980

13. SMCB Holcim Indonesia Tbk 10-08-1997

14. IMPC Impack Pratama Industri Tbk. 17-12-2014

15. INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. 16-07-1990

16. INAI Indal Aluminium Industry Tbk. 05-12-1994

17. BRAM Indo Kordsa Tbk. 05-09-1990

18. LMSH Indocement Tunggal Prakarsa 05-12-1989

19. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 14-07-1994

20. INCI Intanwijaya Internasional Tbk. 24-07-1990

21. KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 29-07-1996

22. LION Lion Metal Works Tbk. 20-08-1993

23. LMSH Lionmesh Prima Tbk. 04-06-1990

24. TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 03-04-1990

25. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk 08-07-1991

26. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 30-10-1990

27. UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk. 06-11-1989

28. UNTX Unitex Tbk. 16-06-1989

29. WTON Wijaya Karya Beton Tbk 29-10-2007

Sumber: Bursa Efek Indonesia 2015

Dalam tabel 4.3 dapat diketahui bahwa perusahaan yang

mengalami nonfinancial distress tahun 2014 dan telah di seleksi sesuai

dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan di atas, maka didapatkan

sampel sebanyak 29 perusahaan.

Page 75: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

59

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif adalah untuk melihat

kualitas data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang

terdapat pada mean dan standar deviasi. Dapat dikatakan apabila mean

lebih besar daripada standar deviasi atau penyimpangan maka kualitas

data adalah lebih baik

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen,

jumlah dewan direksi, financial distress dan non financial distress.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diperoleh sebanyak 58

data pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Uji Statistik Deskriptif Sampel Keseluruhan Distress dan Non Distress

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KI 58 .00 .98 .6921 .20974

PDKI 58 .00 .67 .3748 .12818

DIR 58 2 13 5.43 2.507

Valid N (listwise) 58

Sumber : Output SPSS 22, 2016

Pada tabel 4.4 menunjukkan statistik deskrpitif masing-masing

variabel penelitian dengan sampel secara keseluruhan baik perusahaan

financial distress maupun non financial distress. Berdasarkan tabel 4.4

hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

perusahaan yang mengalami financial distress dan non financial

Page 76: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

60

distress pada variabel kepemilikan institusional (KI) yang diukur

berdasarkan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi

menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 0,98

dengan mean sebesar 0,6921 dan standar deviasi 0,20974.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

variabel proporsi dewan komisaris independen (PDKI) yang diukur

berdasarkan jumlah komisaris independen dibagi total jumlah komisaris

menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 0,67

dengan mean 0,3748 dan standar deviasi 0,12818. Hasil analisis dengan

menggunakan statitik deskriptif tehadap variabel jumlah dewan direksi

(DIR) yang diukur dengan menghitung jumlah anggota dewan direksi

yang ada dalam perusahaan pada periode t menunjukkan nilai minimum

sebesar 2, nilai maksimum sebesar 13 dengan mean sebesar 5,43 dan

standar deviasi 2,507.

Page 77: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

61

Tabel 4.5

Uji Statistik Deskriptif Distress dan Non Distress

S

umber : Output SPSS 22, 2016

Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis dengan menggunakan statistik

deskriptif terhadap variabel financial distress dan non financial

distress.Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

kepemilikan institusional (KI) yang diukur berdasarkan persentase

kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi menunjukkan nilai

minimum sebesar 0, sementara pada perusahaan non financial distress

sebesar 0, nilai maksimum pada perusahaan financial distress sebesar

0,98, sementara pada perusahaan non financial distress sebesar 0.98.

Nilai mean pada perusahaan financial distress sebesar 0,70, sementara

pada perusahaan non financial distress sebesar 0,68. Standar deviasi

pada perusahaan financial distress sebesar 0,21, sementara pada

perusahaan non financial distress sebesar 0,21.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI) yang diukur

berdasarkan jumlah komisaris independen dibagi total jumlah komisaris

pada perusahaan financial distress menunjukkan nilai minimum sebesar

Perusahaan Financial Distress

Perusahaan NonFinancial

Distress

Min Max Mean Std dev Min Max Mean Std Dev

KI .00 .98 .70 .21 .00 .98 .68 .21

PDKI .00 .67 .35 .15 .27 .67 .40 .11

DIR 2 8 4 1.4 3 13 7 2.7

Page 78: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

62

0, sementara pada perusahaan non financial distress sebesar 0,27, nilai

maksimum pada perusahaan financial distress sebesar 0,67, sementara

pada perusahaan non financial distress sebesar 0.67. Nilai mean pada

perusahaan financial distress sebesar 0,35, sementara pada perusahaan

non financial distress sebesar 0,40. Standar deviasi pada perusahaan

financial distress sebesar 0,15, sementara pada perusahaan non

financial distress sebesar 0,11.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

Jumlah Dewan Direksi (DIR) yang diukur berdasarkan yang diukur

dengan menghitung jumlah anggota dewan direksi yang ada dalam

perusahaan pada periode t pada perusahaan financial distress

menunjukkan nilai minimum sebesar 2, sementara pada perusahaan non

financial distress sebesar 3, nilai maksimum pada perusahaan financial

distress sebesar 8, sementara pada perusahaan non financial distress

sebesar 13. Nilai mean pada perusahaan financial distress sebesar 4,

sementara pada perusahaan non financial distress sebesar 7. Standar

deviasi pada perusahaan financial distress sebesar 1,4, sementara pada

perusahaan non financial distress sebesar 2,7.

2. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui

apakah data dari variabel independen dan dependen yang digunakan

dalam penelitian memiliki distribusi yang normal atau tidak. Ada

Page 79: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

63

beberapa metode dan aplikasi komputer yang dapat digunakan untuk

melakukan uji normalitas. Salah satunya adalah uji Smirnov-

Kolgomorov yang terdapat dalam SPSS Ghozali (2006).

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Perusahaan Financial Distressdan Non Financial

DistressKepemilikan Institusional

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KI Financial Distress

KI Non Financial

Distress

N 29 29

Normal

Parametersa,b

Mean .7014 .6828

Std. Deviation .21377 .20899

Most Extreme

Differences

Absolute .113 .122

Positive .096 .077

Negative -.113 -.122

Test Statistic .113 .113

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

.200c,d

Sumber: Output SPSS 22, 2016

Hasil tabel 4.6uji Kolmogrov-Smirnov pada variabel kepemilikan

insititusional yang dimiliki perusahaan financial distress menunjukkan

hasil pengujian nilai sebesar 0,200 dan perusahaan non financial

distress memiliki nilai 0.200. Nilai signifikansi pada perusahaan

financial distress dan non financial distress lebih besar dari 0,05

sehingga dapat dinyatakan variabel kepemilikan institusional memiliki

data terdistirbusi normal.

Page 80: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

64

Tabel 4.7

Hasil Uji Normalitas Perusahaan Financial Distressdan Non Financial

DistressProposi Dewan Komisaris Independen

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PDKI

Financial

Distress

PDKI

Non Financial

Distress

N 29 29

Normal

Parametersa,b

Mean .3531 .3966

Std. Deviation .14519 .10671

Most Extreme

Differences

Absolute .264 .285

Positive .218 .285

Negative -.264 -.128

Test Statistic .264 .264

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000

c

Sumber: Output SPSS 22, 2016

Hasil tabel 4.7 uji Kolmogrov-Smirnov pada variabel proporsi

dewan komisaris independen yang dimiliki perusahaan financial

distress menunjukkan hasil pengujian nilai sebesar 0,000 dan

perusahaan non financial distress memiliki nilai 0.000. Nilai

signifikansi pada perusahaan financial distress dan non financial

distress lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan variabel

proporsi dewan komisaris independen memiliki data tidak terdistirbusi

normal.

Page 81: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

65

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Perusahaan Financial DistressdanNon Financial

DistressJumlah Dewan Direksi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DIR

Financial

Distress

DIR

Non Financial

Distress

N 29 29

Normal Parametersa,b

Mean 4.17 6.69

Std. Deviation 1.416 2.740

Most Extreme Differences Absolute .210 .113

Positive .210 .113

Negative -.169 -.111

Test Statistic .210 .113

Asymp. Sig. (2-tailed) .002c .200

c,d

Hasil tabel 4.8 ujiKolmogrov-Smirnov pada variabel jumlah dewan

direksi yang dimiliki perusahaan financial distress menunjukkan hasil

pengujian nilai sebesar 0,002 dan perusahaan non financial distress

memiliki nilai 0.200. Nilai signifikansi pada perusahaan financial

distress lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan variabel

proporsi dewan komisaris independen memiliki data tidak terdistirbusi

normal.

3. Hasil Uji Beda T-Test

Uji beda t-test dalam meneliti variabel kepemilikan institusional,

proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan direksi

melalui uj beda t-test. Hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa

Page 82: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

66

data terdistribusi normal untuk variabel kepemilikan institusional

sehingga menggunakan metode uji yang digunakan independen samples

t-test. Sedangkan data terdistribusi tidak normal untuk variabel proporsi

dewan komisaris independen dan jumlah dewan direksi menggunakan

metode uji non parametric test (Uji Mann Whitney U). Hasil pengujian

hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Kepemilikan Institusional

Hasil uji normalitas yang menunjukkan data terdistribusi

normal adalah variabel kepemilikan institusional sehingga metode

uji yang digunakan independen sample t-test.

Tabel 4.9

Hasil Uji Independen Sample t-test

Independent Samples Test

KI

Equal variances not assumed

t-test for Equality of Means

T -.335

Df 55.971

Sig. (2-tailed) .739

Mean Difference -.01862

Std. Error Difference .05552

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -.12983

Upper

.09259

Sumber: Output SPSS 22, 2016

H1: Adabedasignifikan dalam kepemilikan institusional antara

perusahaan financial distress dan non financial distress.

Page 83: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

67

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat dikatakan

bahwa nilai sginifikansi variabel kepemilikan institusional sebesar

0,739 atau lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan hipotesis H1 ditolak dan H0 diterima

yang artinya tidak ada perbedaan dalam kepemilikan institusional

antara perusahaan financial distress dan non financial distress.

Hasil pengujian menunjukkan berapapun persentase

kepemilikan yang dimiliki oleh institusi atau perusahaan lain tidak

selalu menentukan perusahaan tersebut termasuk kedalam

perusahaan yang terindikasi mengalami financial distress dan non

financial distress.

Hasil penelitian ini didukung dari hasil statistik deskriptif

yang dilakukan oleh Parulian (2007), Bodroastuti (2009), Sastriana

dan Fuad (2013).Bodroastuti (2009) menyatakan bahwa berapapun

besarnya persentase kepemilikan oleh insitusi keuangan,

kemungkinan perusahaan tersebut mengalami tekanan keuangan

adalah sama.

Namun penelitian ini tidak didukung dengan penelitian

yang dilakukan Deviacita dan achmad (2012), Hanifah dan Purwanto

(2013) yang menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham

olehinstitusi yang lebih besar secara nyata mampu meningkatkan

pengawasan terhadap kondisikeuangan sehingga dapat menjadi

Page 84: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

68

acuan dan motivasi bagi manajemen untuk melakukanperbaikan dan

peningkatan kinerja.

b. Variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen

Pada data yang terdistribusi tidak normal untuk variabel

proporsi dewan komisaris independen menggunakan uji non-

parametric test yaitu uji mann whitney u.

Tabel 4.10

Hasil Uji Mann Whitney U

Data olahan SPSS 22, 2016

H2: Ada beda signifikandalam proporsi dewan komisaris independen

antara perusahaan financial distress dan non financial distress.

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat

disimpulkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris

independen yang berada di dua perusahaan berbeda yaitu

perusahaan financial distress dan non financial distress

memperlihatkan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) 0,399 > 0,005. Dengan

demikian dapat disimpulkan hipotesis H0 diterima dan H2 ditolak

yang artinya tidak ada perbedaan dalam proporsi dewan komisaris

Test Statisticsa

PDKI

Mann-Whitney U 369.000

Wilcoxon W 804.000

Z -.843

Asymp. Sig. (2-tailed) .399

a. Grouping Variable: GROUP

Page 85: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

69

independen antara perusahaan financial distress dan non financial

distress.

Hasil pengujian menunjukkan berapapun tingkat proporsi

dewan komisaris independen yang dimiliki oleh perusahaan tidak

selalu menentukan perusahaan tersebut termasuk kedalam

perusahaan yang terindikasi mengalami financial distress dan non

financial distress. Hasil ini juga dapat dilihat dari hasil statistik

deskriptif yang dilakukan pada penelitian ini :

Hasil penelitian ini didukung dari hasil statistik deskriptif

yang dilakukan oleh Deviacita dan achmad (2012), Hanifah dan

Purwanto (2013). Menurut Hanifah dan Purwanto (2013)

berapapun besarnya proporsi komisaris independen dalam

perusahaan tidak mampu dalam menghindari kemungkinan

terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan.

Fungsi dari komisaris independen sebagai salah satu

mekanisme corporate governance adalah bertanggung jawab atas

upaya perusahaan untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang

andal, yaitu dengan memastikan bahwa perusahaan mematuhi

hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang

ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya. Namun

fungsi tersebut tampaknya tidak berjalan dengan semestinya

seperti yang diatur dalam Peraturan BAPEPAM No.29/PM/2004

mengenai Pedoman tentang Komisaris Independen. Hal tersebut

Page 86: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

70

diduga disebabkan karena keberadaan anggota dewan komisaris

independen pada perusahaan di Indonesia hanya sekedar

memenuhi ketentuan regulasi demi menghindarkan perusahaan

dari ancaman sanksi atas ketidakpatuhan terhadap peraturan

tersebutDeviacita dan achmad (2012).

Namun penelitian ini tidak didukung dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fadhilah dan Syafruddin (2013), Ariesta dan

Chariri (2013) dan Okkyrianto (2014), menurut Ariesta dan

Chariri (2013) semakin besar proporsi komisaris independen akan

meningkatkan kemungkinan perusahaanmengalami kondisi

financial distress.Secara umum, apabila suatu perusahaan

memiliki proporsi komisaris independen yang tinggi dalam

struktur dewan komisaris yang tinggi, mekanisme pengawasan

akan berjalan lebih independen dan bebas dari benturan

kepentingan manajer Fadhilah dan Syafruddin (2013).

c. Variabel Jumlah Dewan Direksi

Pada data yang terdistribusi tidak normal untuk variabel

jumlah dewan direksi menggunakan uji non-parametric test yaitu

uji mann whitney u. berikut hasil dari variabel jumlah dewan

direksi dengan menggunakan uji mann whitney u seperti dibawah

ini:

Page 87: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

71

Tabel 4.11

Hasil Uji Mann Whitney U

Data olahan SPSS 22, 2016

H3: Ada bedadalam jumlah dewan direksi antara perusahaan

financial distress dan non financial distress.

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat

disimpulkan bahwa variabel jumlah dewan direksi yang berada di

dua perusahaan berbeda yaitu perusahaan financial distress dan

non financial distress memperlihatkan nilai Asymp.Sig.(2-tailed)

0,000 < 0,005. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis H3

diterima dan H0 ditolak yang artinya ada perbedaan dalam jumlah

dewan direksi antara perusahaan financial distress dan non

financial distress.

Hasil pengujian ini menunjukkan ada beda jumlah dewan

direksi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat menentukan

perusahaan tersebut termasuk kedalam perusahaan yang terindikasi

mengalami financial distress atauperusahaan non financial

distress.

Hasil penelitian inididukung oleh penelitian Wardhani

(2006), Bodroastuti (2009), Hanifah dan Purwanto (2013), Sastriana

Test Statisticsa

DIR

Mann-Whitney U 185.000

Wilcoxon W 620.000

Z -3.717

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: GROUP

Page 88: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

72

dan Fuad (2013). Bodroastuti (2009) menyatakan bahwa perusahaan

yang memiliki jumlah direksi yang besar, kemungkinan mengalami

financial distress lebih kecil. Keadaan ini dimungkinkan bahwa

jumlah dewan direksi yang kecil tidak mampu menjalankan

perusahaan dengan optimal, sedangkan jumlah dewan direksi yang

besar memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan karena

terciptanya network dengan pihak luar dalam menjamin ketersediaan

sumber daya. Berdasarkan hal tersebut mengindikasikan bahwa

semakin besar jumlah dewan direksi akan membuat kemungkinan

perusahaan terkena financial distress semakin kecil.

Hal ini juga sesuai dengan statisik deskriptif pada penelitian

ini, dimana jumlah dewan direksi yang ada pada perusahaan

financial distress yang memiliki nilai minimum 2 dan maksimum 8

dengan rata-rata 4tentu lebih sedikit dibandingkan perusahaannon

financial distress yang memiliki nilai minimum dan maksimum 13

dengan rata-rata 7. Sehingga hal ini dapat disimpulkan dengan

jumlah dewan direksi yang lebih besar dapat lebih efektif melakukan

tugas nya masing-masing para direksi dan dapat menghindari

perusahaan dari kondisi financial distress. Semenara dengan jumlah

dewan direksi yang lebih sedikit dan tidak melakukan tugasnya

secara efekif dapat membuat perusahaan mengalami kondisi financia

distress. Berikut hasil data statistik deskriptif seperti pada penjelasan

diatas :

Page 89: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

73

Tabel 4.12

Uji Statistik Deskriptif Distress dan Non Distress

Sumber : Output SPSS 22, 2016

Hal tersebut juga semakin diperkuat oleh hasil statistik

deskriptif yang dilakukan oleh Hanifah dan Purwanto (2013) yang

dapat dilihat dari rata-rata ukuran dewan direksi pada

perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan yaitu lebih

rendah dibanding rata-rata ukuran dewan direksi pada perusahaan

yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Sehingga hasil tersebut

menunjukkan bahwa semakin besar anggota dewan direksi maka

semakin kecil kemungkinan terjadinya kondisi financial distress

pada perusahaan.

Perusahaan Financial Distress

Perusahaan Non Financial

Distress

Min Max Mean Std dev Min Max Mean Std Dev

KI .00 .98 .70 .21 .00 .98 .68 .21

PDKI .00 .67 .35 .15 .27 .67 .40 .11

DIR 2 8 4 1.4 3 13 7 2.7

Page 90: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik

corporate governance berupa kepemilikan institusional, proporsi dewan

komisaris independen dan jumlah dewan direksi antara perusahaan

financial distress dan non financial distress. Sampel penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2014.

Berdasarkan metode purposive sampling sampel yang digunakan

sebanyak 58 perusahaan yang terdiri dari 29 perusahaan dengan laba

bersih negatif dan 29 perusahaan dengan laba bersih positif. Metode

analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji bedat-test dengan

bantuan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat dikemukakan beberapa simpulan penelitian sebagai berikut:

1. Hasil pengujian variabel kepemilikan institusional pada uji normalitas

kolmogrov-smirnof didapatkan hasil data berdistirbusi normal

sehingga diuiji dengan menggunakan uji independen sampel t-test

dan ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara

perusahaan financial distress dan non financial distress. Hasil ini

didukung oleh hasil statistik deskriptif penelitian terdahulu yang

Page 91: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

75

dilakukan Parulian (2007), Bodroastuti (2009), Sastriana dan Fuad

(2013). Namun penelitian ini tidak didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Deviacita dan achmad (2012), Hanifah dan Purwanto

(2013).

2. Hasil pengujian variabel proporsi dewan komisaris independen pada

uji normalitas kolmogrov-smirnof didapatkan hasil data tidak

berdistribusi normal sehingga diuji dengan menggunakan uji mann

whitney u dan ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan

antara perusahaan financial distress dan non financial distress. Hasil

ini didukung oleh hasil statistik deskriptif penelitian terdahulu yang

dilakukan Deviacita dan achmad (2012), Hanifah dan Purwanto

(2013). Namun penelitian ini tidak didukung oleh penelitian yang

dilakukan Fadhilah dan Syafruddin (2013), Ariesta dan Chariri (2013)

dan Okkyrianto (2014).

3. Hasil pengujian variabel jumlah dewan direksi pada uji normalitas

kolmogrov-smirnof didapatkan hasil data tidak berdistribusi normal

sehingga diuji dengan menggunakan uji mann whitney u dan

ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara

perusahaan financial distress dan non financial distress. Hasil ini

didukung seperti hasil statistik deskriptif penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Wardhani (2006), Bodroastuti (2009), Hanifah dan

Purwanto (2013), Sastriana dan Fuad (2013).

Page 92: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

76

B. Saran

Penelitian mengenai uji beda karakteristik corporate governance

antara perusahaan yang mengalami financial distress dan non financial

distress di masa mendatang diharapkan mampu mempertimbangkan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Pengembangan Akademik

a. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menggunakan

variabel karakteristik corporate governance yang lebih beragam,

seperti kepemilikan manajerial, dewan komisaris, komite audit.

b. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas periode

penelitian dimana akan menambah data observasi penelitian,

sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih mendekati kondisi

sebenarnya.

c. Pada penelitian selanjutnya disarankan juga untuk menggunakan

indikator lain dalam pengukuran pengukuran financial

distressselain earning per share. Seperti nilai buku ekuitas,

interest coverage ratio guna melihat keberagaman dalam hasil

penelitian.

Page 93: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

77

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, T dan Deviacita, A. W. 2012.“Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance terhadap Financial Distress”.Hal. 1-14. Diponegoro

Journal Of Accounting.Hal. 1-14. Semarang.

Al-Haddad, W. Shaleh, T.A. dan Fares, J.S. 2011. “The Effect of Corporate

Governance on the Performance of Jordania Industrial Companies: An

Almilia, L. S dan Kristijadi. 2003."Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi

Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

BEJ",Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol.7. No. 2. Hal 183-

206.

Almilia, L. S. 2006. “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public

Dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”.“Jurnal Ekonomi

dan Bisnis. Vol. 12, No. 1, Hal. 1-26. STIE Perbanas Surabaya.

Ariesta, D.R dan Chariri A. 2012.“Analisis Pengaruh Struktur Dewan Komsaris,

Struktur Kepemilikan Saham dan Komite Audit terhadap Financial

Distress”.Diponegoro Journal Of Accounting.Vol. 1. No. 1. Hal. 1-9

Semarang.

Bodroastuti, T. 2009. “Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap

Financial Distress”.Jurnal Kajian Akuntansi dan Bisnis. Vol. 11. No.

2. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala.Semarang.

Dwijayanti, S. P. F. 2010. “Penyebab, Dampak, dan Prediksi dari Financial

Distress Serta Solusi Untuk Mengatasi Financial Distress”. Jurnal

Akuntansi Kontemporer. Vol. 2. No. 2. Hal. 191-205. Universitas

Katolik Widya Mandala, Surabaya.

Ellen dan Juniarti. 2013. “Penerapan Good Corporate Governance, Dampaknya

terhadap Prediksi Financial Distress pada Sektor Aneka Industri dan

Barang Konsumsi”.Journal Business Accounting Review. Vol. 1. No.

2. Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra.

Fachrudin, K. A. 2008. “Faktor-Faktor yang Meningkatkan Peluang Survive

Perusahaan Kesulitas Keuangan”.Jurnal Manajemen Bisnis. Vol. 1.

No.1. Hal.1-9. Universitas Sumatera Utara.

Fadhilah, F. N dan Syafruddin M. 2013. “Analisis Pengaruh Karakteristik

Coporate Governance terhadap Kemungkinan Financial Distress”.Diponegoro Journal Of Accounting.Vol. 2. No. 2.

Semarang.

Page 94: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

78

Febrianto, R. 2011.“Mekanisme Corporate Dalam Perusahaan yang Mengalami

Permasalahan Keuangan (Financial Distress Firms)”.Jurnal Akuntansi

dan Keuangan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Cetakan

Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadi, S. A. F. 2014. “Mekanisme Corporate Governance dan Kinerja Keuangan

pada Perusahaan yang Mengalami financial distress”.Jurnal Ilmu dan

Riset Akuntansi. Vol. 3 No. 5 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

(STIESIA). Surabaya.

Hanifah, O. Edan Purwanto, A. 2013. “Pengaruh struktur corporate governance

dan financial indicators terhadap kondisi financial distress (Studi pada

perusahaan manufaktur yang di bursaefek Indonesia periode 2009-

2011”).Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 2. No. 2. Hal. 1.

/Semarang.

Indiantoro, N dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi

dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Jensen, M.C. and Meckling, W.H. (1976).“Theory of the firm: managerial

behaviour, agency costs, and ownership structure”.Journal of

Financial Economics. Vol. 3. pp. 305-60.No. 1. pp. 15-23.

Okkyrianto, R. 2014. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan(Studi pada Perusahaan Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)”.Jurnal Ilmiah

Mahasiswa UB.Universitas Brawijaya Malang.

Parulian, S. R. 2007. “Hubungan Struktur Kepemilikan, Komisaris Independen

dan Kondisi Financial Distress Perusahaan Publik”.Integrity. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan. Vol. 1, No. 3. Hal. 263-274. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006. Komite Nasional

Kebijakan Governance. Jakarta.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. 09/MBU/2012. 2012.

PenerapanTata Kelola Perusahaan yang Baik pada Badan Usaha Milik

Negara. Jakarta.

Platt, H.D. and Platt, M.B. 2002.„„Predicting corporate financial distress:

reflections on choice based sample bias‟‟.Journal of Economics and

Finance. Vol. 26 No. 2. pp. 184-99.

Page 95: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

79

Sastiana, D dan Fuad. 2013. “Pengaruh Corporate Governance dan Firm Size

terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial

Distress)”.Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 2. No. 3.

Semarang.

Treskawati, P. 2014. “Hubungan Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial

Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2012”. Vol. 3 No. 2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Surabaya.

Wardhani, Ratna. 2006. “Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan

yang Mengalami Permasalahan Keuangan”.Simposium Nasional

Akuntansi IX.

Widyasaputri, Erlindasari. 2012. “Analisis Mekanisme Coporate Governance

pada Perusahaan yang Mengalami Kondisi Financial Distress”.

Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

Wiley, J. 2009. “Corporate Governance and Ethics” Sons, Inc. United States.

Page 96: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

80

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 97: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

81

Data Sampel Perusahaan yang Mengalami Financial Distress

No Kode Nama Perusahaan TahunListing

1. AKKU AlamKaryaUnggulTbk. 01-10-2004

2. MYTX Apac Citra Centertex Tbk. 10-10-1989

3. ARGO Argo PantesTbk. 07-01-1991

4. POLY Asia Pacific Fibers Tbk. 12-03-1991

5. BPRT Barito Pacific Tbk. 01-10-1993

6. RMBA BentoelInternasionalInvestamaTbk. 05-03-1990

7. ETWA EterindoWahanatamaTbk. 16-05-1997

8. ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk. 13-10-1992

9. GDST GunawanDianjaya Steel Tbk. 23-12-2009

10. IMAS IndomobilSuksesInternasionalTbk. 15-09-1993

11. IKAI IntikeramikAlamasriIndustriTbk. 04-06-1997

12. JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 06-08-1997

13. JPRS Jaya Pari Steel Tbk. 08-08-1989

14. KBRI KertasBasukiRachmat Indonesia

Tbk

11-07-2008

15. KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk. 10-11-2010

16. FPNI Lotte Chemical TitanTbk. 08-01-1992

17. MAIN MalindoFeedmillTbk. 10-02-2006

18. SCPI Merck Sharp DohmePharmaTbk. 23-07-1981

19. LPIN Multi Prima SejahteraTbk 05-02-1990

20. HDTX Panasia Indo Resources Tbk. 06-07-1990

21. NIKL PelatTimah Nusantara Tbk. 14-12-2009

22. ADMG Polychem Indonesia Tbk. 20-10-1993

23. PSDN Prasidha Aneka NiagaTbk. 18-10-1994

24. PTSN Sat NusapersadaTbk. 08-11-2007

25. SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk. 20-08-1997

26. TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk. 26-02-1980

27. ALTO Tri BanyaTirtaTbk. 10-07-2012

28. VOKS Voksel Electric Tbk. 20-12-1990

29. YPAS YanaprimaHastapersadaTbk. 05-03-2008

Sumber: Bursa Efek Indonesia 2015

Page 98: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

82

Data Sampel Perusahaan Non Financial Distress

No Kode Nama Perusahaan TahunListing

1. ALKA AlakasaIndustindo,Tbk 12-07-1990

2. AKPI ArghaKarya Prima Industry Tbk 18-12-1992

3. AMFG Asahimas Flat GlasTbk 08-11-1995

4. ASII Astra International Tbk 04-04-1990

5. AUTO Astra OtopartsTbk. 15-06-1998

6. BRNA BerlinaTbk. 06-11-1989

7. TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk. 26-05-2008

8. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 18-03-1991

9. CTBN Citra TubindoTbk 28-11-1989

10. EKAD Ekadharma International Tbk. 14-08-1990

11. GJTL Gajah Tunggal Tbk 08-05-1990

12. GDYR Goodyear Indonesia Tbk. 01-12-1980

13. SMCB Holcim Indonesia Tbk 10-08-1997

14. IMPC ImpackPratamaIndustriTbk. 17-12-2014

15. INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. 16-07-1990

16. INAI IndalAluminium Industry Tbk. 05-12-1994

17. BRAM Indo KordsaTbk. 05-09-1990

18. LMSH Indocement Tunggal Prakarsa 05-12-1989

19. INDF Indofood SuksesMakmurTbk. 14-07-1994

20. INCI IntanwijayaInternasionalTbk. 24-07-1990

21. KDSI KedawungSetia Industrial Tbk 29-07-1996

22. LION Lion Metal Works Tbk. 20-08-1993

23. LMSH Lionmesh Prima Tbk. 04-06-1990

24. TKIM PabrikKertas Tjiwi Kimia Tbk 03-04-1990

25. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk 08-07-1991

26. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 30-10-1990

27. UNIC Unggul Indah CahayaTbk. 06-11-1989

28. UNTX UnitexTbk. 16-06-1989

29. WTON WijayaKaryaBetonTbk 29-10-2007

Sumber: Bursa Efek Indonesia 2015

Page 99: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

83

No. Kode

Perusahaan

Nama

Perusahaan

Kepemilikan

Institusional

Proporsi Dewan

Komisaris

Independen

Jumlah

Dewan

Direksi

1 ALKA PT. Alakasa

Industindo,Tbk

0,90 0,50 3

2 AMFG PT Asahimas

Flat Glas Tbk

0,84 0,33 11

3 CTBN PT Citra

Tubindo Tbk

0,82 0,33 6

4 INTP PT Indocement

Tunggal

Prakarsa Tbk

0,64 0,29 9

5 SMCB PT Holcim

Indonesia Tbk

0,86 0,33 7

6 SMGR PT Semen

Indonesia Tbk

0,98 0,43 7

7 TOTO PT Surya Toto

Indonesia Tbk

0,96 0,67 11

8 WTON PT Wijaya

Karya Beton

Tbk

0,78 0,50 6

9 INAI Indal

Aluminium

Industry Tbk.

0,77 0,50 5

10 LION Lion Metal

Works Tbk.

0,57 0,33 4

11 LMSH Lionmesh

Prima Tbk.

0,32 0,33 3

12 UNTX Unitex Tbk. 0,69 0,67 8

13 TPIA Chandra Asri

Petrochemical

Tbk.

0,90 0,29 7

14 EKAD Ekadharma

International

Tbk.

0,75 0,50 3

15 INCI Intanwijaya

Internasional

Tbk.

0,00 0,33 3

TABULASI DATA FINANCIAL DISTRESS FINANCIAL

DISTRESS

Page 100: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

84

No. Kode

Perusahaan

Nama

Perusahaan

Kepemilikan

Institusional

Proporsi Dewan

Komisaris

Independen

Jumlah

Dewan

Direksi

16 INDF Indofood

Sukses

Makmur Tbk.

0,50 0,38 9

17 UNIC Unggul Indah

Cahaya Tbk.

0,79 0,33 5

18 AKPI Argha Karya

Prima Industry

Tbk

0,65 0,33 5

19 BRNA Berlina Tbk. 0,51 0,33 4

20 IMPC Impack

Pratama

Industri Tbk.

0,67 0,50 6

21 CPIN Charoen

Pokphand

Indonesia Tbk.

0,55 0,33 7

22 INKP Indah Kiat

Pulp & Paper

Tbk.

0,52 0,44 10

23 KDSI Kedawung

Setia Industrial

Tbk

0,75 0,50 4

24 TKIM Pabrik Kertas

Tjiwi Kimia

Tbk

0,60 0,43 9

25 ASII Astra

International

Tbk

0,50 0,36 9

26 AUTO Astra Otoparts

Tbk.

0,80 0,27 9

27 GDYR Goodyear

Indonesia Tbk.

0,94 0,33 4

28 GJTL Gajah Tunggal

Tbk

0,59 0,33 13

29 BRAM Indo Kordsa

Tbk.

0,65 0,31 7

Page 101: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

85

No. Kode

Perusahaan

Nama

Perusahaan

Kepemilikan

Institusional

Proporsi Dewan

Komisaris

Independen

Jumlah

Dewan

Direksi

1 IKAI Intikeramik

Alamasri

Industri Tbk.

0,36 0,50 3

2 GDST Gunawan

Dianjaya

Steel Tbk.

0,87 0,33 5

3 JKSW Jakarta

Kyoei Steel

Works Tbk.

0,59 0 3

4 JPRS Jaya Pari

Steel Tbk.

0,69 0,50 4

5 KRAS Krakatau

Steel

(Persero)

Tbk.

0,80 0,33

7

6 NIKL Pelat Timah

Nusantara

Tbk.

0,80 0,33 5

7 BPRT Barito

Pacific Tbk.

0,67 0,33 3

8 ETWA Eterindo

Wahanatama

Tbk.

0,48 0,25 4

9 AKKU Alam Karya

Unggul Tbk.

0,86 0,33 2

10 YPAS Yanaprima

Hastapersada

Tbk.

0,89 0,33 3

11 MAIN Malindo

Feedmill

Tbk.

0,51 0,60 8

12 KBRI Kertas

Basuki

Rachmat

Indonesia

Tbk.

0,75 0,33

3

TATABULASI DATA NON FINANCIAL DISTRESS

Page 102: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

86

No. Kode

Perusahaan

Nama

Perusahaan

Kepemilikan

Institusional

Proporsi Dewan

Komisaris

Independen

Jumlah

Dewan

Direksi

13 IMAS Indomobil

Sukses

Internasional

Tbk.

0,90 0,33

6

14 LPIN Multi Prima

Sejahtera

Tbk.

0,44 0,50 4

15 MYTX Apac Citra

Centertex

Tbk.

0,80 0,50 3

16 ARGO Argo Pantes

Tbk.

0,55 0,40 4

17 POLY Asia Pacific

Fibers Tbk.

0,63 0,33 5

18 ESTI Ever Shine

Textile

Industry Tbk.

0,73 0,67 3

19 HDTX Panasia Indo

Resources

Tbk.

0,90 0,00 3

20 ADMG Polychem

Indonesia

Tbk.

0,75 0,20 5

21 SSTM Sunson

Textile

Manufacturer

Tbk.

0,70 0,33

3

22 TFCO Tifico Fiber

Indonesia

Tbk.

0,98 0,20 6

23 VOKS Voksel

Electric Tbk.

0,54 0,40 5

24 PTSN Sat

Nusapersada

Tbk.

- 0,33 3

25 PSDN Prasidha

Aneka Niaga

Tbk.

0,72 0,33 6

26 RMBA Bentoel

Internasional

Investama

0,98 0,40 4

Page 103: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

87

No. Kode

Perusahaan

Nama

Perusahaan

Kepemilikan

Institusional

Proporsi Dewan

Komisaris

Independen

Jumlah

Dewan

Direksi

27 SCPI Merck Sharp

Dohme

Pharma Tbk.

0,98 0,33 4

28 FPNI Lotte

Chemical

Titan Tbk.

0,81 0,50 3

29 ALTO Tri Banya

Tirta Tbk.

0,66 0,33 4

HASIL UJI STATISTIK DEKSRIPTIF DAN UJI NORMALITAS

PERUSAHAAN FINANCIAL DISTRESS

UJI STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KI 29 .00 .98 .7014 .21377

PDKI 29 .00 .67 .3531 .14519

DIR 29 2 8 4.17 1.416

Valid N (listwise) 29

Page 104: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

88

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KI PDKI DIR

N 29 29 29

Normal Parametersa,b

Mean .7014 .3531 4.17

Std. Deviation .21377 .14519 1.416

Most Extreme Differences Absolute .113 .264 .210

Positive .096 .218 .210

Negative -.113 -.264 -.169

Test Statistic .113 .264 .210

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

.000c .002

c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

HASIL UJI STATISTIK DEKSRIPTIF DAN UJI NORMALITAS

PERUSAHAAN NON FINANCIAL DISTRESS

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KI 29 .00 .98 .6828 .20899

PDKI 29 .27 .67 .3966 .10671

DIR 29 3 13 6.69 2.740

Valid N (listwise) 29

Page 105: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

89

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KI PDKI DIR

N 29 29 29

Normal Parametersa,b

Mean .6828 .3966 6.69

Std. Deviation .20899 .10671 2.740

Most Extreme Differences Absolute .122 .285 .113

Positive .077 .285 .113

Negative -.122 -.128 -.111

Test Statistic .122 .285 .113

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

.000c .200

c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

HASIL UJI STATISTIK DEKSRIPTIF DAN UJI NORMALITAS

PERUSAHAAN NON FINANCIAL DISTRESS SAMPEL SECARA

KESELURUHAN

UJI STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KI 58 .00 .98 .6921 .20974

PDKI 58 .00 .67 .3748 .12818

DIR 58 2 13 5.43 2.507

Valid N (listwise) 58

Page 106: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

90

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KI PDKI DIR

N 58 58 58

Normal Parametersa,b

Mean .6921 .3748 5.43

Std. Deviation .20974 .12818 2.507

Most Extreme Differences Absolute .092 .240 .181

Positive .085 .240 .181

Negative -.092 -.208 -.149

Test Statistic .092 .240 .181

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

.000c .000

c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

HASIL UJI INDEPENDEN SAMPEL T-TEST

VARIABEL KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL (KI)

Group Statistics

GROUP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KI 0 29 .6828 .20899 .03881

1 29 .7014 .21377 .03970

Page 107: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

91

HASIL UJI MANN-WHITNEY U

VARIABEL PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN (PDKI)

DAN DEWAN DIREKSI (DIR)

Ranks

GROUP N Mean Rank Sum of Ranks

PDKI 0 29 31.28 907.00

1 29 27.72 804.00

Total 58

DIR 0 29 37.62 1091.00

1 29 21.38 620.00

Total 58

Lower Upper

Equal variances assumed

.000 .986 -.335 56 .739 -.01862 .05552 -.12983 .09259

Equal variances not assumed

-.335 55.971 .739 -.01862 .05552 -.12983 .09259

KI

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2- tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Page 108: UJI BEDA KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE ANTARA

92

PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN

Test Statisticsa

PDKI

Mann-Whitney U 369.000

Wilcoxon W 804.000

Z -.843

Asymp. Sig. (2-tailed) .399

a. Grouping Variable: GROUP

JUMLAH DEWAN DIREKSI

Test Statisticsa

DIR

Mann-Whitney U 185,000

Wilcoxon W 620,000

Z -3,717

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: GROUP