uji aktivitas ekstrak daun sirih (piper betle l.) secara ... · kacang (capra hircus) skripsi nur...

58
UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA IN VIVO TERHADAP SCABIES PADA KAMBING KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: lamdiep

Post on 17-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.)

SECARA IN VIVO TERHADAP SCABIES PADA KAMBING

KACANG (Capra hircus)

SKRIPSI

NUR SRIANI REZKI

NIM O111 12 110

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Nur Sriani Rezki

Nim : O111 12 110

Jurusan / Program Studi : Kedokteran Hewan

Dengan ini menyatakan keaslian dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang

berjudul:

Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Secara In vivo

terhadap Scabies pada Kambing Kacang (Capra hircus)

Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam

naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang

lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam

sumber kutipan serta daftar pustaka.

Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab hasil

dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan

dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

Makassar, 28 Februari 2017

Pembuat Pernyataan

Nur Sriani Rezki

Page 3: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

iii

ABSTRAK

Nur Sriani Rezki. O111 12 110, Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle

L.) Secara In Vivo terhadap Scabies pada Kambing Kacang (Capra hircus). Di

bawah bimbingan ABDUL WAHID JAMALUDDIN dan MUHAMMAD

FADHLULLAH MURSALIM.

Kehidupan ternak kambing sering diganggu oleh beberapa penyakit. Salah

satu yang disebabkan oleh parasit terutama ektoparasit yang sering dijumpai

adalah scabies. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Tujuan

penelitian ini untuk menguji aktivitas ekstrak daun sirih (Piper betle L.) secara in

vivo terhadap scabies pada kambing Kacang (Capra hircus). Dalam penelitian ini

terdapat 5 perlakuan, yaitu Kontrol +, Kontrol -, ekstrak daun sirih 10%, 20%

serta 30%. Parameter keberhasilan dengan mengamati pertumbuhan rambut dan

hilangnya penebalan serta keropeng pada permukaan luka. Penyembuhan scabies

disebabkan kandungan senyawa aktif yaitu minyak atsiri, saponin, tanin dan

flavonoid. Berdasarkan manfaat masing-masing senyawa tersebut penulis

menyimpulkan minyak atsiri lah yang berperan mematikan agen Sarcoptes scabiei

sedangkan saponin, tanin serta flavanoid lah yang memberikan efek positif pada

proses penyembuhan luka dari ketiga parameter keberhasilan penelitian ini.

Ekstrak Daun Sirih 10%, 20% dan 30% menunjukkan aktivitas yang baik terhadap

penyembuhan scabies pada kambing Kacang Ekstrak Daun Sirih 30% lebih baik

dari Ekstrak Daun Sirih 20% dan Ektrak Daun Sirih 10%.

Kata Kunci: ekstrak daun sirih, kambing Kacang, scabies

Page 4: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

iv

ABSTRACT

Nur Sriani Rezki. O111 12 110, Activity Test of Extract Betle Leaf (Piper betle

L.) In Vivo againts Scabies in Indonesian native Kacang goat (Capra hircus).

Under the guidance of ABDUL WAHID JAMALUDDIN and MUHAMMAD

FADHLULLAH MURSALIM.

Lifetime of goat often compromised by several diseases. One of them

caused by parasites, especially ectoparasites frequently encountered as scabies.

This disease is generally caused by Sarcoptes scabiei. Aim of this study is to

assess extracts betel leaf activity (Piper betle L.) in vivo against scabies on

Indonesian Native Kacang Goat (Capra hircus). Current study implicated five

treatments, is Control + Control -, betel leaf extract 10%, 20% and 30%.

Successful assessed by hair growth, dissipation of thick surface and scab on

wound surface, is due to active compounds include essential oils, saponins,

tannins and flavonoids. Based on the benefits of each of these compounds, author

concludes essential oil is plays main role by kill Sarcoptes scabiei. While

saponins, as well as tannins and flavanoid gives positive effects on wound healing

process, that become one of treatment success criteria in this study. Extract betle

leaf 10%, 20% and 30% showing good activity against scabies healing on

Indonesian Native Kacang Goat. Extract betel leaf 30% better than extract betel

leaf 20% and extract betel leaf 10%.

Keyword : extract betel leaf, Indonesian native Kacang goat, scabies

Page 5: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

v

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.)

SECARA IN VIVO TERHADAP SCABIES PADA KAMBING

KACANG (Capra hircus)

NUR SRIANI REZKI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Program Studi Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 6: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

vi

Page 7: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper

betle L.) Secara In Vivo terhadap Scabies pada Kambing Kacang (Capra hircus)”.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alahi

Wassallam yang telah mengajari manusia sampai akhir hayatnya dan membawa

manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini.

Shalawat juga penulis haturkan kepada keluarga Rasulullah, Sahabat, Tabi’in,

Tabi’ut, Tabi’ut tabi’in dan seluruh umat islam yang senantiasa berada di jalan

islam ini. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian, dan disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (SKH). Dengan

selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada:

1. Kedua orang tua tercinta ayahanda Latang dan ibunda Hj. Fatmasuri serta

saudara tercinta Nur Asmaul Husna, Nur Ulul Asman dan Nur Ulul Amran

atas doa dan dukungannya yang tidak pernah putus.

2. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Puhubulu, M.A. selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

3. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin.

4. Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M. Sc selaku Ketua Program Studi

Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang juga

selaku penasehat akademik penulis.

5. Abdul Wahid Jamaluddin, S. Farm, M. Si, Apt selaku pembimbing utama dan

Drh. Muhammad Fadhlullah Mursalim, M. Kes selaku pembimbing anggota

atas waktu, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing mulai dari usulan

penelitian, pelaksanaan penelitian dan penyusunan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Drh. Muhlis Natsir, M.Kes dan Muh. Nur Amir, S.Si, M.Si, Apt. selaku dosen

penguji.

7. Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari, M. Sc dan Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc selaku

panitia seminar proposal dan seminar hasil atas segala bantuan dan

kemudahan yang diberikan kepada penulis.

8. Seluruh dosen dan staf pengelola pendidikan Program Studi Kedokteran

Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah memberikan

bantuan dan dukungan selama proses pendidikan.

9. Drh. Hartono dan seluruh staf dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Soppeng serta Peternak Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng atas bantuan

yang telah diberikan selama penelitian berlangsung.

10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa kedokteran hewan angkatan 2012

AKESTOR ANWELF serta HAMPIR 17 yang telah memberikan semangat

dan motivasi kepada penulis baik selama mengikuti pendidikan di program

Page 8: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

viii

studi kedokteran hewan dan memberikan bantuan baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

dari segi tata bahasa, isi maupun analisisnya dalam pengolahan hasil penelitian

yang penulis telah lakukan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun dan berharap dapat bermanfaat untuk kemajuan

ilmu pengetahuan. Wassalamu Alaikum Warahatullahi Wabarakatu.

Makassar, 28 Februari 2017

Nur Sriani Rezki

Page 9: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

PERNYATAAN KEASLIAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

HALAMAN JUDUL v

HALAMAN PENGESAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.3.1 Tujuan Umum 2

1.3.2 Tujuan Khusus 2

1.4 Manfaat Penelitian 3

1.4.1 Manfaat Pengembangan Ilmu 3

1.4.2 Manfaat Untuk Aplikatif 3

1.5 Hipotesis 3

1.6 Keaslian Penelitian 3

2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Kambing 4

2.2 Skabies 5

2.2.1 Definisi 5

2.2.2 Etiologi 5

2.2.2.1 Morfologi 5

2.2.2.2 Siklus Hidup 5

2.2.3 Patogenitas 7

2.2.4 Gejala Klinis 7

2.2.5 Diagnosis Dan Diagnosa Banding 8

2.2.5.1 Diagnosis 8

2.2.5.2 Diagnosa Banding 9

2.2.6 Pencegahan Dan Pengobatan 9

2.2.6.1 Pencegahan 9

2.2.6.2 Pengobatan 9

Page 10: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

x

2.3 Daun Sirih 10

2.3.1 Morfologi 10

2.3.2 Tata Nama (Taksonomi) 11

2.3.3 Kandungan Daun Sirih 11

2.3.4 Manfaat Daun Sirih 11

3. METODOLOGI PENELITIAN 13

3.1 Waktu dan Tempat 13

3.2 Jenis Penelitian dan Metode Pengambilan Sampel 13

3.3 Materi Penelitian 13

3.3.1 Alat 13

3.3.2 Bahan 13

3.3.3Sampel 13

3.4 Metode Penelitian 14

3.4.1 Pembuatan Simplisia 14

3.4.2 Pembuatan Ekstrak 14

3.4.3 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak 14

3.4.4 Persiapan dan perlakuan terhadap sampel 15

3.4.5 Kriteria Skoring 15

3.5 Analisis Data 16

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17

4.1 Hasil 17

4.2 Pembahasan 21

5. PENUTUP 25

5.1 Kesimpulan 25

5.2 Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 30

RIWAYAT HIDUP 47

Page 11: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

xi

DAFTAR GAMBAR

1. Kambing Kacang 5

2. Siklus Hidup S. scabiei. 6

3. Patogenitas S. Scabiei 7

4. Kambing Scabies 8

5. Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) 11

6. Pemeriksaan Mikroskopis Pembesaran 100 × 17

7. Sebelum Pengobatan 19

8. Setelah 7 Hari Pengobatan 19

DAFTAR TABEL

1. Kriteria Skoring 15

2. Data Skoring Sampel 18

3. Hasil Uji Homogenitas Levene Test 20 4. Hasil Uji Kruskall-Wallis Test 20

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis Data 31

1.1 Homogenitas Levene Test 31

1.2 Kruskall-Wallis Test 33

1.3 Mann-Whitney Test 34

1.4 Histogram Skoring Kelompok Sampel Tiap Parameter 43

2. Dokumentasi Penelitian 44

Page 12: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kambing merupakan ternak jenis ruminansia kecil. Kambing pertama kali

dijinakkan pada zaman Neolitikum, di daerah Asia bagian Barat. Kambing

memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan domba namun berbeda sifat

biologisnya. Beberapa perbedaan besar antara spesies kambing dan domba, yaitu

domba memiliki stockier bodies yang lebih besar dari pada kambing. Kambing

memiliki ekor yang lebih pendek daripada domba, namun memiliki tanduk yang

lebih panjang dan ada yang tumbuh ke atas, ke belakang dan keluar. Kambing

jantan dewasa memiliki janggut mengeluarkan bau yang khas yang berasal dari

kelenjar “bandot”, namun domba jantan tidak. Kambing tidak memiliki kelenjar

scent pada bagian muka dan kakinya. Biasanya kambing lebih aktif daripada

domba dan memiliki sifat dan kebiasaan suka berkelahi dan menangkis, sehingga

dalam hal ini kambing dapat dengan mudah kembali ke alam liar (Gillespie dan

James, 1992).

Peternakan kambing khususnya di daerah-daerah terpencil kurang

mendapatkan perhatian dari pemerintah karena jarak transportasi yang jauh.

(Subekti, 2007). Kehidupan ternak kambing sering diganggu oleh beberapa

penyakit. Salah satu penyakit penting yang disebabkan oleh parasit terutama

ektoparasit yang sering dijumpai adalah scabies. Penyakit ini umumnya

disebabkan oleh Sarcoptes scabiei (Hartati, 2001). Penyakit parasitik merupakan

salah satu faktor yang dapat menurunkan produktivitas ternak. Parasit bertahan

hidup dalam tubuh hospes dengan memakan jaringan tubuh, mengambil nutrisi

yang dibutuhkan dan menghisap darah hospes. Hal ini menyebabkan terjadinya

penurunan bobot badan, pertumbuhan yang lambat, penurunan daya tahan tubuh

dan kematian hospes. Ternak yang terinfestasi parasit biasanya mengalami

kekurusan sehingga mempunyai nilai jual yang rendah (Khan dkk., 2008).

Pengobatan scabies dengan obat dari yang murah sampai yang mahal dalam

pelaksanaanya umumnya memerlukan kesabaran dan ketekunan agar penyakit

tidak kambuh kembali (Hartati, 2001). Banyaknya produk kimia yang bahan-

bahannya teresidu menjadi bahan yang tidak dapat didegradasi oleh lingkungan

menyebabkan perlunya solusi untuk pemecahannya. Salah satu produk kimia yang

berbahaya adalah obat-obat hewan karena produk obat biasanya akan teresidu

dalam tubuh hewan dan nantinya akan teresidu dalam tubuh manusia karena

dikonsumsi. Karena hewan rentan terhadap penyakit tentunya sistem pengobatan

hewan sangat penting diterapkan (Utami dkk., 2008).

Daun sirih digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai obat kumur,

penyegar mulut, pengobatan luka, anti bakteri, anti jamur, antioksidan dan

mengurangi pembentukan plak gigi (Sari, 2006). Uji klinis salep Piper betle

mempercepat perbaikan lesi kulit pada ringworm hingga 26%. Piper betle juga

dapat menghambat pertumbuhan dermatofita dan pertumbuhan Candida (Hajare

dkk., 2011). Selain itu penggunaan daun sirih telah dilakukan untuk penyembuhan

luka iris pada tikus putih jantan yang dilakukan oleh Fannani dan Nugroho

(2014). Diharapkan pula daun sirih dapat berkhasiat mengobati luka yang

Page 13: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

2

disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail

(2016) ekstrak daun sirih berefek pada kematian caplak pada sapi, hal tersebut

membuktikan bahwa ekstak daun sirih berpotensial sebagai akarisida. Diharapkan

juga ekstrak daun sirih dapat mematikan tungau Sarcoptes scabiei pada kambing

Kacang.

Pemakaian daun sirih untuk obat disebabkan adanya minyak atsiri yang

dikandungnya (Naini, 2006). Widarto (1991) menyatakan bahwa daun sirih

mengandung minyak atsiri yang merupakan antiseptik yang kuat. Selain itu

minyak atsiri daun sirih dapat menghambat perkembangbiakan dari protozoa dan

parasit. Saponin dan tanin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan,

bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit,

mukosa dan melawan infeksi pada luka. Flavanoid selain berfungsi sebagai

bakteriostatik juga berfungsi sebagai anti inflamasi (Mursito, 2002).

Komponen aktif dari sirih terdapat dalam minyak atsiri dan kandungannya

dipengaruhi oleh umur dan jenis daun (Suliantaridkk., 2008). Daun sirih hijau

yang lebih muda mengandung minyak atsiri, diastase dan gula yang jauh lebih

banyak dibandingkan daun yang lebih tua, sedangkan kandungan tanin pada daun

muda dan daun tua adalah sama (Sastroamidjojo, 2001).

Mengatasi infestasi akibat serangan dari Sarcoptes scabiei, perlu dilakukan

usaha pengendalian yang menyerang kambing di Kabupaten Soppeng. Oleh

karena itu, perlu dilakukan upaya pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk

mengendalikan serangan Sarcoptes scabiei pada kambing. Salah satunya dengan

menggunakan tanaman sirih (Piper betle L.) sebagai akarisida alami dan

penyembuhan luka pada kambing yang telah terinfestasi scabies di Kabupaten

Soppeng.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka muncullah

beberapa pertanyaan, yaitu :

1. Apakah ekstrak daun sirih (Piper betle L.) memiliki aktivitas terhadap

scabies pada kambing Kacang (Capra hircus)?

2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak daun sirih (Piper betle L.) memiliki

aktivitas terhadap scabies pada kambing Kacang (Capra hircus)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menguji aktivitas ekstrak daun sirih (Piper betle L.) secara in vivo

terhadap scabies pada kambing Kacang (Capra hircus).

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak daun sirih (Piper

betle L.) dapat menyembuhkan scabies pada kambing Kacang (Capra hircus).

Page 14: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

3

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Pengembangan Ilmu

Memberikan penjelasan ilmiah yang jelas tentang ekstrak daun sirih (Piper

betle L.) memiliki aktivitas terhadap scabies pada kambing Kacang (Capra

hircus).

1.4.2 Manfaat Aplikatif

1. Membantu dalam penanganan kasus yang berkaitan dengan manifestasi serta

pengendalian Sarcoptes scabiei pada kambing, terutama untuk kambing betina

yang sedang bunting.

2. Penelitian dasar sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ekperimental yang peneliti lakukan yaitu menguji

aktivitas ekstrak daun sirih (Piper betle L.) terhadap scabies pada kambing Kacang

(Capra hircus).

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian uji aktivitas ekstrak daun sirih (Piper betle L.) secara in vivo

terhadap scabies pada kambing Kacang (Capra hircus) belum pernah dilakukan.

Penggunaan ekstrak daun sirih sejauh ini diketahui berkhasiat sebagai akarisida

pada caplak sapi.

Page 15: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kambing

Kambing adalah ternak yang pertama kali didomestikasi oleh manusia atau

yang kedua setelah anjing. Hal ini sering dibuktikan dengan ditemukannya

gambar kambing pada benda - benda arkhaelog di Asia Barat seperti Jericho,

Choga Mami Jeintun, dan Cayonum pada tahun 6000-7000 Sebelum Masehi.

Kambing atau sering dikenal sebagai ternak ruminansia kecil merupakan ternak

herbivora yang sangat populer di kalangan petani Indonesia, terutama yang

tinggal di Pulau Jawa. Oleh peternak, kambing sudah lama diusahakan sebagai

usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil

produksinya relatif mudah. Produksi yang dihasilkan dari ternak kambing yaitu,

daging, susu, kulit, bulu dan kotoran sebagai pupuk yang sangat bermanfaat

(Susilorini dkk., 2008).

Menurut Sumoprastowo (1986) kambing mempunyai klasifikasi sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Class : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Sub-ordo : Ruminantia

Famili : Bovidae 5

Sub-family : Caprinae

Genus : Capra

Spesies : Hircus

Menurut Rivani (2004) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

masyarakat beternak kambing adalah nilai ekonomis, peran pemerintah, lahan,

dan pakan. Sedangkan Sodiq dan Abidin (2008) mengatakan bahwa faktor –

faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam beternak kambing adalah sosial

budaya dan modal yang dibutuhkan relatif kecil dibandingkan dengan ternak

kecil, seperti sapi dan kerbau sehingga usaha peternakan kambing relatif lebih

terjangkau oleh masyarakat bermodal kecil.

Bangsa utama kambing yang ditemukan di Indonesia adalah kambing

Kacang dari Peranakan Etawa (PE). Kambing Kasmir, Angora dan Saanen telah

diintroduksi pada waktu masa lampau. Namun, hanya kambing Etawa yang dapat

beradaptasi dengan kondisi dan sistem pertanian Indonesia. Sedangkan kambing-

kambing yang banyak ditemukan di Sulawesi adalah jenis kambing Marica yang

merupakan variasi lokal dari kambing Kacang (Sodiq dan Abidin, 2008).

Kambing Kacang dianggap sebagai kambing asli Indonesia yang banyak

dipelihara di pedesaan, karena mampu hidup dengan baik pada berbagai macam

kondisi lingkungan dan mudah beradaptasi (Yurmiaty, 2006).

Murtidjo (1993) pada umumnya kambing Kacang memiliki warna bulu

yakni: putih, hitam dan coklat serta adakalanya campuran ketiga warna tersebut.

Kambing Kacang jantan maupun betina memiliki tanduk 8-10 cm. Berat tubuh

kambing kacang dewasa rata-rata 17-30 kg.

Page 16: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

5

Gambar 1. Kambing Kacang

2.2 Scabies

2.2.1. Defenisi

Scabies adalah penyakit kulit yang sering dijumpai pada ternak di Indonesia

dan cenderung sulit disembuhkan. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada

kambing dibandingkan pada domba (Manurung dkk., 1990).

2.2.2. Etiologi

Scabies adalah salah satu penyakit kulit yang sering menyerang ternak

kambing yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabiei. Bahkan menurut

Manurung dkk (1992) menyebutkan kambing Scabies yang tidak diobati bisa

mengalami kematian dalam 3 (tiga) bulan. Selain kerugian ekonomis tersebut,

penyakit ini juga sangat merugikan karena bersifat zoonosis yaitu penyakit ternak

yang mampu atau dapat menyerang manusia (Blood dkk., 1983).

Semua hewan ternak dapat terserang penyakit ini pada seluruh tubuh,

namun predileksi serangan scabies pada tiap-tiap hewan berbeda-beda, pada

kerbau di punggung, paha, leher, muka, daun telinga. Pada kelinci disekitar mata,

hidung, jari kaki kemudian meluas ke seluruh tubuh. Penyakit ini lebih banyak

dijumpai pada kambing dibandingkan pada domba (Manurung dkk., 1990).

2.2.2.1 Morfologi

Secara morfologi Sarcoptes scabiei pada kambing dan kelinci tidak ada

perbedaan, yaitu ektoparasit yang berukuran kecil, bentuk bulat dengan garis luar

kasar. Tungau betina berukuran 330-600 μm x 250-400 μm dan jantan berukuran

200-240 μm x 150-200 μm, mempunyai kaki pendek dan sepasang kaki ketiga dan

keempat tidak tampak dari dorsal tubuhnya. Sarcoptes dibedakan dengan genus

lain berdasar adanya leg sucker (pulvilus), dimana pada Sarcoptes jantan dapat

dijumpai adanya leg sucker pada kaki ke-1, 2 dan 4, sedang pada yang betina

dapat dijumpai pada kaki ke-1 dan 2 (Soulsby, 1986).

2.2.2.2 Siklus Hidup

Sarcoptes scabiei mengalami siklus hidup mulai dari telur, larva, nimfa

kemudian menjadi jantan dewasa dan betina dewasa muda dan matang kelamin

(Williams dkk., 1985).

Menurut Soulsby (1986) siklus hidup S. Scabiei adalah sebagai berikut:

Tungau betina bunting membuat terowongan di stratum korneum dan meletakkan

Page 17: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

6

telurnya 3-5 butir setiap hari dalam terowongan tersebut hingga jumlahnya kira-

kira mencapai 40-50 butir. Pembuatan terowongan kulit biasanya dilakukan pada

malam hari ketika tungau tersebut dalam keadaan aktif dan tungau bergerak maju

dengan kecepatan rata-rata 2-3 mm perhari (Brown, 1979). Panjang terowongan

bisa mencapai 3 cm dan terbatas pada lapisan tanduk kulit. Telur S. Scabiei

transparan dan berbentuk oval dengan ukuran 150 kali 100 (Belding, 1965). Telur

tersebut berada dalam terowongan kira-kira 3-10 hari, kemudian menetas menjadi

larva berkaki enam (Colville, 1991).

Larva S. Scabiei panjangnya mencapai 110-140μm (Belding, 1965).

Menurut Soulsby (1986) beberapa larva meninggalkan terowongan atau di dalam

kantung-kantung di samping terowongan itu dan melanjutkan perkembangannya

mencapai bentuk nimfa. Larva yang mencapai permukaan kulit sebagian ada yang

mati dan yang lainnya membuat lubang ke dalam lapisan tanduk kulit untuk

membuat kantung yang hampir tidak kelihatan untuk memungkinkan

perkembangan selanjutnya.

Nimfa mempunyai empat pasang kaki tetapi tidak mempunyai lubang

kelamin. Ia bisa tinggal tetap di dalam kantung larva atau mengembara dan

membuat kantung baru (Soulsby, 1986). Menurut Belding (1965) nimfa ini

mempunyai dua bentuk yaitu protonimfa dan deutonimfa. Protonimfa mempunyai

panjang kira-kira 160μm sedangkan deutonimfa sekitar 220-250μm. S. scabiei

betina mempunyai dua bentuk nimfa sedangkan yang jantan hanya satu bentuk.

Lamanya dua periode nimfa ini adalah 3,5-6 hari (Brown,1979). Akhirnya nimfa

menjadi tungau jantan dan betina dewasa (Colville, 1991). Menurut Wahyuti dkk

(2009) seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan

waktu antara 8-12 hari.

S. scabiei betina dewasa tinggal dalam kantung hingga dibuahi oleh

pejantan. Ia kemudian membuat terowongan atau lubang baru. Setelah 4-5 hari

dibuahi oleh pejantan, betina dewasa mulai bertelur 3-5 butir setiap hari. Tungau

betina ini hidup tidak lebih dari 3-4 minggu (Soulsby, 1986).

S. scabiei jantan dewasa biasanya hidupnya pendek dan tinggal di

permukaan kulit (Williams dkk., 1985). Ia juga membuat terowongan kulit seperti

tungau betina dewasa tetapi hanya terbatas di permukaan kulit saja dan panjang

terowongannya kurang dari 1 mm (Ketle, 1984). Menurut Seddon (1968) S.

Scabiei jantan dewasa menyebar di permukaan kulit mencari tungau betina.

Tungau Sarcoptes scabiei setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit,

yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang

digali oleh yang betina (Wahyuti dkk., 2009).

Gambar 2. Siklus Hidup S. scabiei

Page 18: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

7

2.2.3 Patogenitas

Sarcoptes scabiei menginfestasi ternak dengan menembus kulit, menghisap

cairan limfa dan juga memakan sel-sel epidermis pada hewan. Scabies akan

menimbulkan rasa gatal yang luar biasa sehingga kambing atau ternak yang

terserang akan menggosokkan badannya ke kandang. Eksudat yang dihasilkan

oleh penyakit scabies akan merembes keluar kulit kemudian mengering

membentuk sisik atau keropeng di permukaan kulit. Sisik ini akan menebal dan

selanjutnya terjadi keratinasi serta proliferasi jaringan ikat. Daerah sekitar yang

terinfestasi parasit akan menjadi berkerut dan tidak rata. Rambut kulit pada daerah

ini akan menjadi jarang bahkan hilang sama sekali. Kambing muda lebih rentan

terhadap scabies. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan ternak

lainnya dan juga tertular melalui peralatan pakan dan peralatan lain yang telah

tercemar parasit scabies. Penyakit meningkat terutama pada musim penghujan

(Subronto, 2008).

Scabies dibagi 3 fase, yaitu phase pertama, terjadi 1-2 hari setelah infestasi.

Saat ini tungau mulai menembus lapisan epidermis sehingga pada permukaan

kulit terdapat banyak lubang-lubang kecil. Pada phase kedua, tungau telah berada

dibawah lapisan keratin, permukaan kulit telah ditutupi oleh kerak/ keropeng yang

tebal. Kerontokan bulu terjadi pada phase ini dan phase ini terjadi setelah 4-7

minggu infestasi. Phase ketiga tampak kerak-kerak mulai mengelupas sehingga

pada permukaan kulit kembali terlihat lubang-lubang kecil. Phase terakhir ini

terjadi 7-8 minggu setelah infestasi, tampak beberapa tungau meninggalkan bekas

–bekas lubang tersebut (Morsy dkk., 2009).

Gambar 3. Patogenitas S. scabiei

2.2.4 Gejala Klinis

Scabies pada kambing menyebabkan kerusakan pada kulit terutama di

daerah muka dan telinga. Dalam keadaan yang parah seluruh bagian tubuh dapat

terserang (Soulsby, 1986).

Menurut Soulsby (1986), lesi awal ditandai oleh adanya papula merah yang

kecil atau vesikula dan eksudat segar serta erytema umum kulit. Daerah yang

terinfestasi akan mengalami iritasi yang hebat sehingga hewan sering menggaruk,

akibatnya kulit luka dan lecet-lecet.

Umumnya gejala klinis yang ditimbulkan akibat infestasi S. Scabiei pada

hewan hampir sama yaitu gatal-gatal, hewan menjadi tidak tenang, menggosok-

gosokkan tubuhnya ke dinding kandang dan akhirnya timbul peradangan kulit.

Bentuk erytema dan papula akan terlihat jelas pada daerah kulit yang tidak

Page 19: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

8

ditumbuhi rambut. Apabila kondisi tersebut tidak diobati, maka akan terjadi

penebalan dan pelipatan kulit disertai dengan timbulnya kerak. Infeksi sekunder

akibat bakteri Streptococcus dan Staphylococcus, termasuk infeksi karena jamur

sering terjadi dan menimbulkan pyoderma apabila pengobatan tidak segera

dilakukan (Walton dkk, 2004).

Menurut Colville (1991) pada kasus yang parah dapat terlihat gejala klinis

yang lain yaitu hewan akan menggesek-gesekkan daerah yang gatal ke tiang

kandang atau pohon-pohon, menggaruk-garuk atau mencakar dan menggigit

kulitnya secara terus-menerus. Hewan menjadi kurus jika tidak segera diobati

maka akan terjadi kematian.

Gambar 4. Kambing scabies

2.2.5 Diagnosis dan Diagnosa Banding

2.2.5.1 Diagnosis

Penegakan diagnosis scabies dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis

dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorik (Wendel dan Rompalo, 2002).

Menurut Walton dkk (2004) cara diagnosis didasarkan pada gejala klinis dalam

prakteknya sulit ditegakkan karena berbagai penyakit kulit lainnya memberikan

gambaran klinis yang mirip dengan scabies.

Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun

yang baru. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH

10% kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop.

Diagnosis scabies positif jika ditemukan tungau, nimfa, larva, telur atau kotoran

S. scabiei (Robert dan Fawcett, 2003).

Tes tinta pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara menggosok

papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papula yang telah tertutup

dengan tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh menit, kemudian tinta

diusap/dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes dinyatakan positif bila

tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis

zig-zag (Hoedojo, 1989). Visualisasi terowongan yang dibuat tungau juga dapat

dilihat menggunakan mineral oil atau flourescence tetracycline test (Burkhart

dkk., 2000).

Kedua metode diagnosis di atas memiliki kekurangan, khususnya pada

kasus yang baru terinfestasi S. scabiei. Tungau akan sulit untuk diisolasi dari

kerokan kulit dan gejala klinis yang ditunjukkan mempunyai persamaan dengan

penyakit kulit lainnya (Walton dkk., 2004). Oleh karena itu, para peneliti

Page 20: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

9

mengembangkan teknik diagnosis berdasarkan produksi antibodi. Uji tersebut

menggunakan antigen tungau yang diperoleh dari S. scabiei var suis dan S.

scabiei var vulpes (Arlian dkk., 1996). Adanya reaksi silang antara varian S.

scabiei yang telah dibuktikan untuk mendeteksi antibodi scabies anjing dan

domba menggunakan var. vulpes (Lower dkk., 2001).

Strategi lain untuk melakukan diagnosis scabies adalah video dermatoskopi,

biopsi kulit dan mikroskopi epiluminesken (Argenziano dkk., 1997 ; Micali dkk.,

1999). Videodermatoskopi dilakukan menggunakan sistem mikroskop video

dengan pembesaran seribu kali dan memerlukan waktu sekitar lima menit.

Umumnya metode ini masih dikonfirmasi dengan hasil kerokan kulit (Micali dkk.,

1999). Pengujian menggunakan mikroskop epiluminesken dilakukan pada tingkat

papilari dermis superfisial dan memerlukan waktu sekitar lima menit serta

mempunyai angka positif palsu yang rendah (Argenziano, 1997). Kendati

demikian, metode-metode diagnosis tersebut kurang diminati karena memerlukan

peralatan yang mahal.

2.2.5.2 Diagnosa Banding

Menurut Soulsby (1986), scabies dapat dikelirukan dengan beberapa

penyakit kulit yang lain yaitu penyakit Ringworm dan penyakit kulit yang

disebabkan oleh kutu. Pada penyakit Ringworm tidak menimbulkan ketebalan

pada kulit dan ditemukan adanya spora jamur pada tangkai rambut. Pada penyakit

kulit yang disebabkan oleh kutu, terlihat adanya kerak pada kulit, rambutnya

kusut tetapi kulit tidak menjadi tebal. Kedua penyebab penyakit tersebut

umumnya menyerang daerah superficial atau permukaan kulit sedangkan

Sarcoptes scabiei penyebab scabies menginfestasi ternak dengan membuat

terowongan pada kulit.

2.2.6 Pencegahan dan Pengobatan

2.2.6.1 Pencegahan

Populasi ternak yang terlalu padat dalam suatu kandang dan sanitasi yang

buruk harus dihindari untuk mencegah penularan antara ternak. Kandang bekas

penderita scabies dianjurkan untuk dicat dengan kapur dan dikosongkan beberapa

waktu, kemudian dapat diisi lagi dengan ternak yang baru (Suhardono dkk.,

2005).

Penyuluhan tentang scabies dan tata cara serta tindakan pengobatan scabies

perlu lebih digiatkan. Umumnya peternak kurang menyadari akan bahaya scabies

bagi dirinya sendiri mapun ternaknya. Suhardono dkk (2005) membuktikan bahwa

pengobatan scabies yang dilakukan peternak pasca penyuluhan menunjukkan

hasil yang nyata dibandingkan tanpa penyuluhan.

2.2.6.2 Pengobatan

Ivermectin dengan dosis 0,2 mg/kg berat badan secara subkutan dengan

ulangan 2 kali setiap 21 hari, dan Asuntol 0,1% dalam air dengan cara dimandikan

sebanyak 5 kali dengan selang waktu 10 hari (Manurung dkk., 1986).

Beberapa obat tradisional telah digunakan untuk pengobatan scabies seperti

campuran belerang dan minyak kelapa. Belerang dipercaya oleh masyarakat dapat

mematikan tungau Sarcoptes scabiei karena kandungan sulfurnya, sedangkan

minyak kelapa dipercaya sebagai bahan pencampur obat-obatan karena

Page 21: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

10

kegunaannya sebagai pelarut untuk melarutkan belerang disamping berperan

dalam proses reabsorbsi obat ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit. Pengobatan

tradisional lainnya dengan menggunakan oli bekas yang dipanaskan dan dioleskan

pada bagian kulit yang berlesi atau ke seluruh tubuh (Randu, 2002).

Jika ada hewan terkena scabies, sebelum memulai terapi sebaiknya peternak

diberi penjelasan yang lengkap mengenai penyakit dan cara pengobatan, sehingga

dapat meningkatkan keberhasilan terapi. Mengingat masa inkubasi yang lama,

maka semua ternak yang berkontak dengan hewan penderita perlu diobati

meskipun tidak ada gejala klinis atau hewan penderita diisolasi. Hewan penderita

yang berada di tengah keluarga sulit untuk diisolasi. Pakaian yang dicurigai harus

dicuci dengan air panas atau disetrika, alat rumah tangga dan kandang juga harus

dibersihkan, meskipun tungau tidak lama bertahan hidup di luar kulit manusia

maupun hewan (Tarigan, 1999).

2.3 Daun Sirih

Nama betel dari bahasa Portugis - betle, berasal sebelumnya dari bahasa

Malayalam di Negeri Malabar yang disebut vettila. Dalam bahasa Hindi lebih

dikenali pan atau paan dan dalam bahasa Sunskrit pula disebut sebagai tambula.

Dalam bahasa Sinhala Sri Lanka disebut bulat. Sedangkan dalam Bahasa Thai

pula disebut sebagai plu. Tanaman ini sudah dikenal sejak tahun 600 Sebelum

Masehi sebagai antiseptik yang mampu membunuh kuman (Kristio, 2007).

2.3.1. Morfologi

Tanaman sirih (Piper betle L.) hijau termasuk familia Piperaceae tumbuh di

berbagai daerah di Indonesia, merambat dan banyak dipelihara sebagai tanaman

pekarangan (Kartasapoetra, 1992).

Tanaman sirih merupakan tanaman yang perdu, merambat, batang berkayu,

berbuku-buku, dan bersalur (Kharisma dan Lisa, 2010). Tanaman ini panjangnya

mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung,

tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun

berlekuk, tulang daun menyirip dan daging daun tipis. Permukaan daun berwarna

hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau

agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Daun-daun

sirih yang subur berukuran antara 8cm–12cm lebarnya dan 10cm–15cm

panjangnya. Tulang daun bagian bawah gundul atau berambut sangat pendek,

tebal, berwarna putih, panjang 5 cm–18 cm, lebar 2,5 cm–10,5 cm. Bunga

berbentuk bulir, berdiri sendiri diujung cabang dan berhadapan dengan daun.

Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur terbalik atau lonjong, panjang

kira-kira 1 mm. Bulir jantan, panjang gagang 2,5 cm - 3 cm, benang sari sangat

pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5 cm – 6 cm. Kepala putik 3-5. Buah buni,

bulat, dengan ujung gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm–1,5

cm. Biji membentuk lingkaran (Kristio, 2007).

Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah bagian daunnya (Kharisma

dan Lisa,2010). Daun sirih mempunyai bau aromatik khas rasa pedas. Daun sirih

Page 22: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

11

merupakan daun tunggal. Helaian daun berbentuk bundar telur sampai lonjong,

ujung runcing, pangkal berbentuk jantung atau agak bundar berlekuk sedikit,

pinggir daun rata agak menggulung kebawah, permukaan atas rata, licin agak

mengkilat, tulang daun agak tenggelam, permukaan bawah agak kasar, kusam,

tulang daun menonjol, permukaan atas berwarna lebih tua dari permukaan bawah.

Tangkai daun bulat, warna coklat kehijauan panjang 1,5 – 8 cm (Kristio, 2007).

Gambar 5. Daun sirih hijau (Piper betle L.)

2.3.2 Tata Nama (taksonomi)

Berdasarkan ilmu taksonomi tumbuhan sirih dikelompokkan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Phylum : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Species : P. betle (Kharisma dan Lisa, 2010).

2.3.3 Kandungan Daun Sirih

Daun sirih hijau mengandung 4,2% minyak atsiri yang komponen utamanya

terdiri dari bethel phenol dan beberapa derivatnya diantaranya euganol

allypyrocatechine 26,8-42,5%, cineol 2,4-4,8%, methyl euganol 4,2-15,8%,

caryophyllen 3-9,8%, hidroksi kavikol, kavikol 7,2-16,7%, kavibetol 2,7-6,2%,

estragol, ilypyrokaretol 0-9,6%, karvakrol 2,2-5,6%, alkaloid, flavonoid,

triterpenoid atau steroid, saponin, terpen, fenilpropan, terpinen, diastase 0,8-1,8%

dan tanin 1-1,3% (Sastroamidjojo, 2001).

2.3.4 Manfaat Daun Sirih

Menurut John. P. Casella (2000) minyak atsiri dilaporkan mempunyai efek

cytophylactic, merangsang sistem imun untuk mencegah infeksi. Daun sirih juga

bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit dan gangguan

saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak,

meluruhkan ludah, hemostatik dan menghentikan perdarahan (Gita, 2008).

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak

ini disebut juga minyak menguap karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah

Page 23: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

12

menguap di udara terbuka. Beberapa sifat umum dari minyak atsiri antara lain

tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa, memiliki bau khas,

mempunyai rasa getir, mengigit tergantung dari jenis komponen penyusunnya,

dalam keadaan segar dan murni minyak atsiri umumnya tidak berwarna, tidak

stabil terhadap pengaruh lingkungan baik pengaruh udara, sinar matahari dan

panas, tidak dapat bercampur dengan air dan larut dalam pelarut organik

(Febriyati, 2010).

Beberapa hasil penelitian tentang daun sirih telah dilaporkan, misalnya

bahwa ekstrak daun sirih pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% secara invitro dapat

menghambat pertumbuhan S. Aureus dan E.coli (Hermawan, 2007).

Telah dilaporkan pula bahwa minyak atsiri pada daun sirih, rimpang temu

kunci, rimpang lengkuas dan kunyit berperan dalam aktivitas sebagai antibakteri

dan anti jamur. Diduga aktivitas tersebut disebabkan adanya kandungan senyawa

fenolik bermolekul rendah yang banyak terdapat di dalam minyak atsiri tersebut

(Parwatadkk., 2009).

Hal tersebut membuktikan bahwa daun sirih mempunyai efek untuk

mencegah maupun mengobati infeksi sekunder pada scabies. Seperti yang

dikatakan Walton dkk (2004) infeksi sekunder scabies akibat bakteri

Streptococcus dan Staphylococcus, termasuk infeksi karena jamur sering terjadi

dan menimbulkan pyoderma apabila pengobatan tidak segera dilakukan.

Flavanoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar

jumlahnya. Tumbuhan yang mengandung flavanoid dapat digunakan untuk

pengobatan sitotoksis, gangguan fungsi hati, menghambat pendarahan,

antioksidan, antihipertensi dan antiinflamasi (Robinson, 1995).

Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman berasa pahit yang dapat

mengikat dan mengendapkan protein. Umumnya tanin digunakan untuk aplikasi

di bidang pengobatan, misalnya pengobatan diare dan hemostatik (menghentikan

perdarahan). Tanin tidak hanya membantu menyembuhkan luka bakar dan

menghentikan perdarahan, tetapi juga membantu mencegah infeksi. Tanin juga

sangat efektif melindungi ginjal. Tanin telah digunakan untuk membantu

mengatasi pertolongan pada sakit tenggorokan, diare, perdarahan, kelelahan,

bisul. Tanin juga dilaporkan dapat membantu menonaktifkan kuman, virus polio

dan herpes. Tanin dapat membantu mengeluarkan racun gigitan lebah dan racun

penyebab iritasi pada kulit (Subroto, 2006).

Saponin dan tanin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja

sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa

dan melawan infeksi pada luka (Mursito, 2002).

Page 24: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

13

3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Biofarmaka PKP Unhas.

Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober di peternakan warga Kabupaten

Soppeng. Pemeriksaan sampel dilaksanakan di Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan.

3.2 Jenis Penilitian dan Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental secara in vivo. Penelitian

eksperimen merupakan kegiatan percobaan (experiment) yang bertujuan untuk

mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat dari adanya perlakuan

tertentu (Notoatmodjo, 2005). In vivo adalah eksperimen dengan menggunakan

keseluruhan organisme hidup. Pengujian dengan hewan coba ataupun uji klinis

merupakan salah satu bentuk penelitian in vivo. Pengujian in vivo lebih sering

dilakukan daripada in vitro karena lebih cocok untuk mengamati efek keseluruhan

percobaan pada subjek hidup. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel

adalah dengan cara memilih kambing Kacang yang terinfestasi S. Scabiei dengan

luka relatif sama yang diperoleh di Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan.

3.3 Materi Penelitian

3.3.1 Alat

Alat penelitian yang digunakan antara lain: herbs dryer, blender, ayakan,

wadah sonikasi, sudip, sonikator, kain saring, rotavapor, wadah ekstrak, wadah

pengenceran, timbangan, botol spray, handskun, blade, pinset, pipet tetes, tabung

vial, objek glass, cover glass, mikroskop dan kamera.

3.3.2 Bahan

Bahan penelitian yang digunakan antara lain: daun sirih, etanol 70%,

NaCMC, KOH, aquades serta Sulfadex selaku Kontrol +.

3.3.3 Sampel

Populasi hewan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kambing

Kacang yang terinfestasi S. Scabiei dengan luka relatif sama yang diperoleh di

Kabupaten Soppeng yang menunjukkan gejala klinis serta pemeriksaan

mikroskopis ditemukannya tungau s. scabiei. Pada penelitian ini sampel

diperhitungkan dengan Rumus Federer (Gaspers, 2007).

Rumus Federer: ( n - 1) ( t – 1) ≥ 15

n = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan

t = jumlah kelompok perlakuan

Dalam penelitian ini terdapat 5 perlakuan, dimana 2 perlakuan pada

kelompok kontrol yaitu Kontrol + dan Kontrol - dan 3 perlakuan pada kelompok

Page 25: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

14

pemberian berupa Ekstrak Daun Sirih dengan konsentrasi 10%, 20% serta 30%.

Maka nilai (t) yang digunakan 5. Bila dimasukkan pada rumus diatas, maka dapat

ditentukan jumlah sampel per perlakuan yaitu :

(n-1)(5-1) = 15

(n-1)(4) = 15

4n-4 = 15

4n = 15+4

n = 19/4

n = 4,75 = 5

Berdasarkan perhitungan diatas maka tiap kelompok terdiri atas 5 sampel.

Jadi sampel yang dibutuhkan berjumlah 25 sampel dengan luka relatif sama.

Sehingga peneliti menggunakan 25 sampel yang dibagi dalam lima kelompok

yaitu 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Pembeda ketiga kelompok

perlakuan ini adalah konsentrasi Ekstrak Daun Sirih sebesar 10%, 20% dan 30%.

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Pembuatan Simplisia:

1. Daun sirih yang diperoleh dibersihkan dengan air mengalir dan dirajang

hingga berukuran kecil.

2. Daun sirih kemudian dikeringkan menggunakan herbs dryer dengan suhu

45-55°C hingga daun kering.

3. Daun kering yang diperoleh di haluskan menggunakan blender kering dan

diayak untuk mendapatkan serbuk simplisia. Hal ini dilakukan untuk

mengoptimalkan proses penarikan senyawa pada saat ekstraksi.

3.4.2 Pembuatan Ekstrak:

1. Simplisia dan etanol 70% di masukkan kedalam wadah tertutup dengan

perbandingan 1:4, yaitu 100 gr simplisia dicampurkan etanol 70%

sebanyak 400 ml, lalu diaduk hingga homogen.

2. Dilanjutkan dengan memasukkan wadah berisi simplisia dan etanol 70%

ke dalam alat sonikasi selama 60 menit pada frekuensi 50 kHz.

3. Hasil yang diperoleh kemudian disaring menggunakan kain saring hingga

hasil yang diperoleh terbebas dari simplisia.

4. Selanjutnya hasil saringan dipekatkan menggunakan alat rotary

evaporator suhu 49°C, kecepatan 20 rpm dan tekanan 176 mBar sampai

tidak ada lagi pelarut yang menetes.

3.4.3 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak:

1. Untuk membuat konsentrasi ekstrak 10% sebanyak 10 ml, 1 gr ekstrak

kental ditambahkan NaCMC 0,5% hingga mencapai 10 ml. NaCMC 0,5%

diperoleh dengan mencampurkan NaCMC dengan aquades yang dilakukan

terlebih dahulu, dimana untuk membuat NaCMC 0,5% sebanyak 100 ml

yaitu 0,5 gr NaCMC ditambahkan aquades hingga mencapai 100 ml.

2. Untuk membuat konsentrasi ekstrak 20% sebanyak 10 ml, 2 gr ekstrak

kental ditambahkan NaCMC 0,5% hingga mencapai 10 ml.

Page 26: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

15

3. Untuk membuat konsentrasi 30% sebanyak 10 ml, 3 gr ekstrak kental

ditambahkan NaCMC 0,5% hingga mencapai 10 ml.

3.4.4 Persiapan dan perlakuan terhadap sampel

1. Kambing yang menunjukkan gejala scabies seperti menggesekkan badan

ke kandang dan memiliki lesi kulit terdapat penebalan, keropeng dan

alopesia diambil kerokan kulitnya.

2. Kerokan kulit tersebut di simpan di tabung vial lalu diteteskan KOH 10%

secukupnya yang terlebih dulu diencerkan dengan menambahkan aquades,

dimana untuk membuat KOH 10% sebanyak 100 ml yaitu 10 gr KOH

ditambahkan aquades hingga mencapai 100 ml. Lalu sampel diteteskan

pada objek glass dan ditutup menggunakan cover glass.

3. Sampel kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 dan

100 kali.

Diagnosis yang menunjukkan hasil positif scabies kemudian dilanjutkan

dengan diberikan masing-masing perlakuan dengan menggunakan NaCMC 0,5%

sebagai Kontrol -, Sulfadex sebagai Kontrol + dan ekstrak dengan konsentrasi

10%, 20% dan 30%.

Pengaplikasian dilakukan selama 7 hari berturut-turut dengan

menyemprotkan masing-masing NaCMC 0,5%, Sulfadex, Ekstrak Daun Sirih

dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% pada masing-masing kelompok yang

terinfestasi Sarcoptes scabiei, yang sebelum pengaplikasiannya rambut yang

tumbuh pada daerah scabies di cukur terlebih dahulu dan telah dibersihkan.

3.4.5 Kriteria Skoring

Tabel 1. Kriteria Skoring

No. Parameter Skor

0 1 2

1. Alopesia Seluruh

permukaan

luka

mengalami

alopesia

Alopesia tidak

merata (≥ 2/3)

pada

permukaan

luka

Alopesia < 2/3

pada

permukaan

luka

0 1 2

2. Penebalan Seluruh

permukaan

luka

mengalami

penebalan

Penebalan

tidak merata (≥

2/3) pada

permukaan

luka

Penebalan <

2/3 pada

permukaan

luka

3. Keropeng Seluruh

permukaan

luka

mengalami

keropeng

Keropeng

tidak merata (≥

2/3 pada

permukaan

luka

Keropeng <

2/3 pada

permukaan

luka

Page 27: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

16

3.5 Analisis Data

Pengamatan dan pencatatan dilakukan dengan melihat dan memberikan skor

yang ditentukan sesuai dengan perbaikan jaringan luka setelah 7 hari pengobatan.

Pengambilan data dengan skoring selanjutnya data yang diperoleh dianalisis

dengan menggunakan analisis homogenitas dengan uji Levene Test. Variasi data

antar kelompok homogen dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference

(LSD) data yang berdistrisibusi tidak homogen maka dilakukan uji Kruskal-

Wallis Test. Apabila ada perbedaan yang bermakna, maka untuk mengetahui beda

antar perlakuan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test.

Page 28: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

17

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Kambing kacang yang menunjukkan gejala klinis scabies, terlebih dahulu

dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk melihat ada tidaknya tungau Sarcoptes

scabiei.

Gambar 6. Pemeriksaan Mikroskopis Pembesaran 100 ×

Penelitian ini menggunakan Ekstrak Daun Sirih yang disingkat E. D. Sirih

dan melihat aktivitasnya pada kambing Kacang yang terinfestasi tungau Sarcoptes

Scabiei, dimana E. D. Sirih diperoleh dengan proses ekstraksi menggunakan alat

sonikator.

E. D. Sirih yang digunakan terlebih dahulu diencerkan menggunakan

pensuspensi NaCMC 0,5%, dengan masing-masing konsentrasi E. D. Sirih 10%,

20% dan 30%. Penelitian ini juga menggunakan 2 kelompok kontrol yaitu Kontrol

+ dan Kontrol -. Pada kelompok Kontrol + peneliti menggunakan obat komersil

pengobatan scabies yaitu Sulfadex dan Kontrol – menggunakan pensuspensi pada

E. D. Sirih yang diencerkan yaitu menggunakan NaCMC 0,5% dimana semua

pengobatan dilakukan selama 7 hari dengan cara menyemprotkan obat pada

permukaan luka. Serta pengamatan luka yang terdiri dari alopesia, penebalan dan

keropeng dilakukan sebelum pemberian dan menentukan skornya setelah 7 hari

pengobatan.

Parameter keberhasilan pada penelitian ini yaitu dengan melihat permukaan

luka yang ditandai adanya perbaikan jaringan dimana perbaikan jaringan ini

dengan mengamati pertumbuhan rambut dan hilangnya penebalan serta keropeng

pada permukaan luka dan memberi skor sesuai yang ditentukan.

Page 29: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

18

Tabel 2. Data Skoring Sampel

No. Perlakuan Skor

Alopesia Penebalan Keropeng

1. +. 1 2 1 2

2. +. 2 2 1 2

3. +. 3 2 1 1

4. +. 4 2 1 2

5. +. 5 2 1 2

6. -. 1 1 0 0

7. -. 2 1 0 0

8. -. 3 1 0 0

9. -. 4 0 0 0

10. -. 5 0 0 0

11. 10%. 1 2 1 1

12. 10%. 2 2 1 1

13. 10%. 3 2 1 1

14. 10%. 4 2 1 1

15. 10%.5 2 1 1

16. 20%. 1 2 2 2

17. 20%. 2 2 2 2

18. 20%. 3 1 1 1

19. 20%. 4 0 1 1

20. 20%. 5 1 1 1

21. 30%. 1 2 2 2

22. 30%. 2 2 2 2

23. 30%. 3 2 2 1

24. 30%. 4 2 2 1

25. 30%. 5 2 1 1

Page 30: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

19

Gambar 7. Sebelum Pengobatan (a. Kontrol +, b. Kontrol –, c. E. D. Sirih 10%,

d. E. D. Sirih 20%, e. E. D. Sirih 30%)

Gambar 8. Setelah 7 Hari Pengobatan (a. Kontrol +, b. Kontrol –, c. E. D. Sirih

10%, d. E .D. Sirih 20%, e. E. D. Sirih 30%)

a b

c d e

a b

d c e

Page 31: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

20

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Levene Test

Parameter

Keberhasilan

Levene

Statistik

df1 df2 P

Alopesia 12.160 4 20 .000

Penebalan 15.238 4 20 .000

Keropeng 15.333 4 20 .000

Berdasarkan hasil uji homogenitas pada parameter keberhasilan alopesia,

penebalan serta keropeng memiliki data yang tidak homogen sehingga dilanjutkan

uji Kruskall-Wallis Test.

Tabel 4. Hasil Uji Kruskall-Wallis Test

Parameter

Keberhasilan

N Df P

Alopesia 25 4 .001

Penebalan 25 4 .001

Keropeng 25 4 .002

Berdasarkan Kruskall-Wallis Test terhadap 25 sampel dengan nilai alopesia,

penebalan dan keropeng didapatkan P-value ≤ 0,05 pada ketiga parameter yang

dalam hal ini terdapat perbedaan yang signifikan. Selanjutnya untuk melihat

perbedaan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Test dengan membandingkan semua

kelompok perlakuan satu sama lainnya.

Berdasarkan Mann-Whitney Test yaitu:

• Kelompok Kontrol + dan Kelompok Kontrol –

P-value alopesia, penebalan dan keropeng ≤ 0,05 yang artinya terdapat

perbedaan yang signifikan pada 3 parameter keberhasilan pengobatan.

• Kelompok Kontrol + dan Kelompok E. D. Sirih 10%

P-value alopesia dan penebalan ≥ 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan

signifikan. Sedangkan P-value keropeng ≤ 0,05 yang artinya terdapat

perbedaan signifikan.

• Kelompok Kontrol + dan Kelompok E. D. Sirih 20%

P-value alopesia, penebalan dan keropeng ≥ 0,05 yang artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan pada 3 parameter keberhasilan pengobatan.

• Kelompok kontrol + dan kelompok E. D. Sirih 30%

P-value alopesia dan keropeng ≥ 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan

yang signifikan. Sedangkan P-value penebalan ≤ 0,05 yang artinya terdapat

perbedaan yang signifikan.

Page 32: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

21

• Kelompok Kontrol - dan Kelompok E. D. Sirih 10%

P-value alopesia, penebalan dan keropeng ≤ 0,05 yang artinya terdapat

perbedaan yang signifikan pada 3 parameter keberhasilan pengobatan.

• Kelompok Kontrol - dan Kelompok E. D. Sirih 20%

P-value alopesia ≥ 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan yang

signifikan. Sedangkan P-value penebalan dan keropeng ≤ 0,05 yang artinya

terdapat perbedaan yang signifikan.

• Kelompok Kontrol - dan Kelompok E. D. Sirih 30%

P-value alopesia, penebalan dan keropeng ≤ 0,05 yang artinya terdapat

perbedaan yang signifikan pada 3 parameter keberhasilan pengobatan.

• Kelompok E. D. Sirih 10% dan Kelompok E. D. Sirih 20%

P-value alopesia, penebalan dan keropeng ≥ 0,05 yang artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan pada 3 parameter keberhasilan pengobatan.

• Kelompok E. D. Sirih 10% dan Kelompok E.D. Sirih 30%

P-value alopesia dan keropeng ≥ 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan

yang signifikan. Sedangkan P-value penebalan ≤ 0,05 yang artinya terdapat

perbedaan yang signifikan.

• Kelompok E. D. Sirih 20% dan Kelompok E. D. Sirih 30%

P-value alopesia, penebalan dan keropeng ≥ 0,05 yang artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan pada 3 parameter keberhasilan pengobatan

Jika diurutkan sesuai data skoring dengan parameter keberhasilan masing-

masing, hasil terbaik diurutkan sebagai berikut:

1. Alopesia: Kontrol +, E. D. Sirih 10% dan E. D. Sirih 30% memiliki nilai

yang sama, selanjutnya E. D. Sirih 20% terakhir Kontrol –.

2. Penebalan: E. D. Sirih 30% selanjutnya E. D. Sirih 20% selanjutnya E. D.

Sirih 10% dan Kontrol + memiliki nilai yang sama, terakhir Kontrol –.

3. Keropeng: Kontrol + selanjutnya E. D. Sirih 20% dan E. D.Sirih 30%

memiliki nilai yang sama, selanjutnya E. D. Sirih 10% terakhir Kontrol –.

4.2 PEMBAHASAN

Sarcoptes scabiei menginfestasi ternak dengan menembus kulit, menghisap

cairan limfa dan juga memakan sel-sel epidermis pada hewan. Scabies akan

menimbulkan rasa gatal yang luar biasa sehingga kambing atau ternak yang

terserang akan menggosokkan badannya ke kandang. Eksudat yang dihasilkan

oleh penyakit scabies akan merembes keluar kulit kemudian mengering

membentuk sisik atau keropeng di permukaan kulit. Sisik ini akan menebal dan

selanjutnya terjadi keratinasi serta proliferasi jaringan ikat. Daerah sekitar yang

terinfestasi parasit akan menjadi berkerut dan tidak rata. Rambut kulit pada daerah

ini akan menjadi jarang bahkan hilang sama sekali (Subronto, 2008).

Scabies dibagi 3 fase, yaitu phase pertama, terjadi 1-2 hari setelah infestasi.

Saat ini tungau mulai menembus lapisan epidermis sehingga pada permukaan

kulit terdapat banyak lubang-lubang kecil. Pada phase kedua, tungau telah berada

Page 33: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

22

dibawah lapisan keratin, permukaan kulit telah ditutupi oleh kerak/ keropeng yang

tebal. Kerontokan bulu terjadi pada phase ini dan phase ini terjadi setelah 4-7

minggu infestasi. Phase ketiga tampak kerak-kerak mulai mengelupas sehingga

pada permukaan kulit kembali terlihat lubang-lubang kecil. Phase terakhir ini

terjadi 7-8 minggu setelah infestasi, tampak beberapa tungau meninggalkan bekas

–bekas lubang tersebut (Morsy dkk., 2009).

Sampel yang digunakan pada penelitian ini berada pada phase kedua

dimana permukaan kulit terdapat keropeng, penebalan dan rambut kulit akan

menjadi jarang bahkan hilang sama sekali atau biasa disebut alopesia.

Setelah pengobatan yang dilakukan selama 7 hari dan pengamatan serta

pencatatan menunjukkan hasil berbeda dari masing-masing kelompok perlakuan.

Dimana sampel dari semua kelompok perlakuan E. D. Sirih menunjukkan adanya

proses penyembuhan yang berbeda, baik satu hingga ketiga parameter

keberhasilannya.

Proses penyembuhan pada kambing Kacang yang terinfestasi Sarcoptes

scabiei disebabkan adanya senyawa aktif yang berasal dari daun sirih.

Heyne (1987), menyatakan bahwa clavikol yang merupakan salah satu

senyawa turunan fenol dari minyak atsiri daun sirih memiliki daya insektisida

lima kali lebih kuat. Cara kerja fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu

dengan cara mendenaturasi protein sel (Pelczar dan Chan, 1968). Hasil penelitian

Herawati (2009) menyatakan bahwa kandungan clavikol pada daun sirih yang

berasa pedas selain bersifat sebagai bakterisidal dapat pula bersifat antiparasit.

Saponin dan tanin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja

sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa

dan melawan infeksi pada luka. Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik

juga berfungsi sebagai anti inflamasi (Mursito, 2002).

Kandungan saponin dan tanin berperan dalam regenerasi jaringan dalam

proses penyembuhan luka (Reddy dkk., 2011). Saponin merupakan salah satu

senyawa yang mampu memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang

berperan dalam proses penyembuhan luka (Ganiswarna, 1995). Saponin dapat

memicu Vascular Endothial Growt Factor (VEGF) dan meningkatkan produksi

sitokin yang akan mengaktifkan fibroblast di jaringan luka (Kimura dkk., 2006).

Kandungan tanin mempercepat penyembuhan luka dengan beberapa mekanisme

seluler yaitu membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan

penyambungan luka serta meningkatkan pembentukan pembuluh darah kapiler

juga fibroblast (Sheikh dkk., 2011). Onset nekrosis sel dikurangi oleh flavanoid

dengan mengurangi lipid peroksidasi. Penghambatan lipid peroksidasi dapat

meningkatkan viabilitas serat kolagen, sirkulasi darah, mencegah kerusakan sel

(Reddy dkk., 2011).

Berdasarkan pernyataan diatas penyembuhan scabies disebabkan kandungan

senyawa aktif yaitu minyak atsiri, saponin, tanin dan flavanoid. Berdasarkan

manfaat masing-masing senyawa tersebut penulis menyimpulkan minyak atsiri lah

yang berperan mematikan agen Sarcoptes scabiei yang akhirnya menghentikan

aktivitas tungau hingga permukaan luka tidak semakin memburuk sedangkan

saponin, tanin serta flavanoid lah yang memberikan efek positif pada proses

penyembuhan luka dari ketiga parameter keberhasilan penelitian ini.

Sampel Kontrol – menggunakan NaCMC 0,5 % dimana kandungannya

tidak dapat memberikan efek penyembuhan luka scabies.

Page 34: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

23

Sampel Kontrol + menunjukkan adanya proses penyembuhan baik satu

hingga ketiga parameter keberhasilannya. Hal tersebut dikarenakan komposisi

Sulfadex yaitu Povidone iodine, Zink Bacitracin, Neomisin Sulfat, Sulfadiazine,

Cilfutrin.

PVP -Iodine digunakan sebagai obat dalam bidang kedokteran untuk

manusia maupun hewan yang berfungsi untuk membunuh melalui kontak dari

bakteri, virus, fungi, protozoa dan jamur. PVP-Iodine membentuk lapisan film

yang melindungi luka yang terbuka (Lacey, 1993).

Zink Bacitracin merupakan antibiotik. Mekanisme kerja dengan

mengganggu sintesis bakteri, melemahkan dinding sel dan menyebabkan lisis dan

kematian. Neomisin Sulfat merupakan antibiotik. Mekanisme kerja menyebabkan

protein tidak normal pada bakteri terbentuk. Kurangnya protein fungsional

menyebabkan kematian sel bakteri. Sulfadiazine merupakan antibiotik dan

antiprotosoa. Mekanisme kerja dengan menghambat enzim yang bertanngung

jawab untuk pertumbuhan. Sulfadiazine dapat mencegah atau meredakan infeksi

(Jones dan Bartlett, 2011).

Cilfutrin adalah insektisida digunakan untuk mengontrol serangga dengan

kemampuan mengunyah dan menghisap. Melalui kontak dan menyebabkan

keracunan dalam rongga perut, agen ini menyerang sistem saraf, mengakibatkan

penurunan tenaga secara cepat pada serangga dan memiliki efek residual yang

panjang. Serangga yang datang berkontak dengan cilfutrin akan mati kelaparan

dan mengering karena proses pelemahan secara kimiawi yang disebabkan agen,

dan menyebabkan berhentinya keinginan untuk makan pada serangga tersebut

(DPR, 2001).

Luka yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei menyebabkan terjadinya

penebalan kulit adanya keropeng serta alopesia, setelah pengobatan yang

dilakukan menggunakan E. D. Sirih 10%, 20%, 30% maupun Kontrol + selama 7

hari pengobatan menunjukan masing-masing adanya proses penyembuhan luka

yang ditandai dengan penebalan kulit mulai membaik, hilangnya keropeng serta

tumbuhnya rambut pada permukaan luka.

Parameter keberhasilan alopesia berdasarkan Kruskal-Wallis Test

menunjukkan adanya perbedaan signifikan dari 5 kelompok perlakuan. Tetapi jika

dibandingkan masing – masing antara kelompok perlakuan satu dan kelompok

perlakuan lainnya berdasarkan Mann-Whitney Test hanya pada perbandingan

kelompok Kontrol – dengan kelompok lainnya yaitu kelompok Kontrol +, E. D.

Sirih 10% dan 30% lah yang terdapat perbedaan yang signifikan.

Parameter keberhasilan penebalan berdasarkan Kruskal-Wallis Test

menunjukkan adanya perbedaan signifikan dari 5 kelompok perlakuan. Tetapi jika

dibandingkan masing – masing antara kelompok perlakuan satu dan kelompok

perlakuan lainnya berdasarkan Mann-Whitney Test hanya pada perbandingan

kelompok Kontrol – dengan semua kelompok lainnya lah yang terdapat perbedaan

yang signifikan. Serta perbandingan kelompok Kontrol + berbanding kelompok E.

D. Sirih 30%, dan perbandingan kelompok E. D. Sirih 10% berbanding kelompok

E. D. Sirih 30%.

Parameter keberhasilan keropeng berdasarkan Kruskal-Wallis Test

menunjukkan adanya perbedaan signifikan dari 5 kelompok perlakuan. Tetapi jika

dibandingkan masing – masing antara kelompok perlakuan satu dan kelompok

perlakuan lainnya berdasarkan Mann-Whitney Test hanya pada perbandingan

Page 35: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

24

kelompok Kontrol – dengan semua kelompok lainnya lah yang terdapat perbedaan

yang signifikan. Serta perbandingan kelompok Kontrol + berbanding kelompok E.

D. Sirih 10%.

Adapun perbandingan masing-masing antara kelompok E. D. Sirih satu dan

lainnya berdasarkan Mann-WhitneyTest hanya pada parameter penebalan antara

kelompok E. D. Sirih 10% berbanding kelompok E. D. Sirih 30% yang memiliki

perbedaan signifikan, sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini disebabkan tingkatan

masing-masing konsentrasi ekstrak tidak memiliki perbedaan tingkatan yang

cukup besar antara konsentrasi satu dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian pada ketiga parameter keberhasilan

menunjukan adanya perbedaan kelompok terbaik pada masing – masing

parameter keberhasilannya. Jika menjumlahkan nilai skor dari ketiga data grafik

diurutkan dari yang tertinggi yaitu kelompok E. D. Sirih 30%, Kontrol +, E. D.

Sirih 20%, 10% dan terakhir Kontrol -.

Sehingga dipastikan kelompok dengan E. D. Sirih 30% lebih baik

dibandingkan E. D. Sirih 20% dan E. D. Sirih 10%.

Page 36: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

25

5. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Ekstrak Daun Sirih menunjukkan aktivitas terhadap penyembuhan scabies

pada kambing Kacang.

2. Ekstrak Daun Sirih 30% lebih baik dari Ekstrak Daun Sirih 20% dan

Ektrak Daun Sirih 10%.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Penelitian dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya dan

memformulasikan dalam bentuk sediaan topical lainnya agar dapat bekerja

efektif sebagai sediaan penyembuhan luka.

2. Untuk mencegah penyebaran scabies di Kabupaten Soppeng perlu

diberikan edukasi cara mencegah dan mengobati kambing scabies kepada

peternak.

Page 37: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

26

DAFTAR PUSTAKA

Argenziano, G., Fabrocini, G. and Delfino, M. 1997. Epiluminescence

Microscopy. A new Approach to In vivo Detection of Sarcoptes Scabiei.

Arch. Dermatol. 133 : 751 - 753.

Arlian, L. G., Morgan, M. S. and Arends, J. J. 1996. Immunologic Cross-

Reactivity Among Various Starins of Sarcopties Scabiei. J. Parasitol 82 : 66

- 72.

Belding, D. L. 1965. Textbook of Clinical Parasitology. Appleton Century Croft.

New York.

Blood, D. C., Radostits, O. M., Henderson, J. M. 1983. Veterinary Medicine. A

Textbook of The Diseases of Cattle, Goats and Horses. Sixth Edition

Bailliere Tindall. London.

Brown, H. W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Gramedia. Jakarta.

Burkhart, C. G., Burkhart, C. N. and Burkhart, K. M. 2000. An Epidemiologic and

Therapeutic Reassessment of Scabies. Cutis 65 : 233 - 240.

Colville, J. 1991. Diagnostic Parasitology for Veterinary Technicians. American

Veterinary.

DPR Pesticide Chemistry database. 2001. Environmental Monitoring Branch,

Department of Pesticide Regulation.

Fannani, M. Z. dan Nugroho, T. 2014. Pengaruh Salep Ekstrak Etanol Daun Sirih

(piper betle) terhadap Penyembuhan Luka Iris pada Tikus Putih Jantan

(Rattus norvegicus). JKKI vol 6 (1): 5-8.

Febriyati. 2010. Analisis Komponen Kimia Fraksi Minyak Atsiri Daun Sirih piper

betle l) dan Uji Aktivitas Antibakteri Gram Positif. Skripsi. Jakarta: Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan- UIN SYARIF HIDAYATULLAH.

Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. UI. Jakarta.

Gaspers, V. 2007. Metode Perancangan Percobaan. Armico Press: Bandung.

Gillespie, dan James, R. 1992. Livestock and Poultry Production. 4th ed. Delmar:

Canada.

Gita. 2008. Daun Sirih & Manfaatnya. ictcenterpurwodadi.

net/pustakamaya/files/disk1/21/ict-100-1001--gita-1006-1-manfaat. pdf. [27

maret 2016].

Hajare R. Darvhekar VM, Shewale A, Patil V. Evaluation of Antihistaminic

Activity of Piper betle leaf in Guinea Pig. Afr J Pharm Pharacol. 2011;5(2):

113-117.

Hartati, Nurlaelatih. 2001. Studi Kasus Skabies pada Kambing di Kelompok

Peternak Kambing Simpay Tampomas Sumedang – Jawa Barat. Skripsi.

Bogor: FKH - IPB.

Herawati, E. V. 2009. Pemanfaatan Daun Sirih (Piper Betle) Untuk

Menanggulangi Ektoparasit Pada Ikan Hias Tetra. Jurnal Pena Akuatika

Vol. 1 No. 1. FPIK UNDIP. Semarang.

Hermawan, A. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L) terhadap

Pertumbuhan Staphylococcus Aureus dan Eschericia Coli dengan Metode

Difusi Disk. Artikel Ilmiah. Surabaya: FKH - UNAIR.

Page 38: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

27

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Badan Litbang

Kehutanan. Jakarta.

Hoedojo. 1989 . Diagnosis Skabies dengan Tinta. Majalah Parasitol Indonesia 2(3

- 4) : 91 - 96 .

Ismail, Irwan. 2016. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Secara In

Vitro terhadap Caplak Sapi. Skripsi. Makassar: UNHAS.

Jones., Bartlett, L. 2011. Nurse’s Drug Hand Book. Edisi ke 10. United States of

America.

Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. PT. Rineka Cipta:

Jakarta.

Kettle, D. S. 1984. Medical and Veterinary Entomology. Croom Helm: London-

Sidney.

Khan, M. K., Sajid, M. S., Khan, M. N., Iqbal, Z. and Iqbal, M. U. 2008.

Prevalence, Effects of Treatment on Productivity and Cost Benefit Analysis

Infive Districts of Punjab, Pakistan. Res Vet Sci 87: 70–75.

Kharisma dan Lisa, E.P. 2010. Khasiat Perasan Daun Sirih (Piper Betle L.)

Terhadap Bakteri Aeromonas Hydrophylla yang Menyerang Ikan Lele

(Clarias Batrachus). Skripsi. Surabaya: FAPER - UNAIR.

Kimura Y, Sumiyoshi M, Kawahira K, dan Sakanaka M. 2006. Effects of Ginseng

Saponins Isolated from Red Ginseng Roots on Bum Wound Healing in Mice.

British Journal of Pharmacology. 148.

Kristio, D. 2007. Tanaman Obat Indonesia. Multiply Journal.

toiusd.multiply.com/journal. [27 maret 2016].

Lacey R. W., Catto A. 1993. Action of povidone-iodine against methicillin

sensitive and resistant cultures of Staphylococcus aureus. Postgrad Med J.

Levine, N. D. 1997. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Lower, K. S., Medleau, L. M., Hnilica, K. and Bigler, B. 2001 . Evaluation of an

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) for Serological Diagnosis of

Sarcoptic Mange in Dogs. Vet Dermatol 12: 315 - 320.

Manurung, J., Beriajaya, Partoutomo, S. dan Knox. 1986. Pengobatan Kudis

Kambing yang Disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabiei dengan

Ivermectin dan Asuntol. Penyakit Hewan 18(31): 59-62.

Manurung, J. 1990. Prevalensi Kutu, Pinjal dan Tungau pada Kambing dan

Domba di 4 Kabupaten di Jawa Timur. Seminar Parasitologi Nasional VI

dan Kongres Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit (P4I) V.

Pandaan, Jawa Timur 23-25 Juni 1990.

Manurung, J., Murdiati, T. B., Iskandar, T. 1992. Pengobatan Kudis pada

Kambing dengan Oli, Vaselin Belerang dan Daun Ketepeng (Cassia alata

L.) : Penyempurnaan Percobaan, Penyakit Hewan, Volume XXIV.

Micalli, G., Lacarubba, F. and Lo, G. G. 1999. Scraping Versus

Videodermatoscopy for The Diagnosis of Scabies : A comparative study.

Acta . Der. Venereol . 79 : 396.

Morsy, G.H., J.J. Turek and S.M. Gaafar. 1989. Scanning electron microscopy of

sarcoptic mange lesions in swine .Veterinary Parasitology 31: 281-288.

Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. PT. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Page 39: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

28

Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah.

Kanisius. Yogyakarta.

Naini, A. Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) terhadap

Pertumbuhan Streptococcus Mutans. IJD 2006 13(2):95-98.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi revisi. Rineka

Cipta: Jakarta.

Parwata, I.O. A. M., Rita, W. S., Yoga, R. 2009. Isolasi dan Uji Antiradikal

Bebas Minyak Atsiri pada Daun Sirih (Piper Betle L) Secara Spektroskopi

Ultra Violet - Tampak. Jurnal kimia 3 (1), 2009 :7-13.

Pelczar, M. J., dan E. S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Edisi ke 2.

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Randu. 2002. Aplikasi Pengobatan Scabies Pada Ternak Kambing Di Desa

Camplong kabupaten kupang.

Reddy BK, Gowda S, dan Arora AK. 2011. Study of Wound Healing Activity of

Aqueous and Alcoholic Bark Extracts of Acacia catechu on Rats. RGUHS

Journal of Pharmaceutical Sciences. 1(3)

Rivani, A. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Peternak untuk

Memelihara Kambing Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo. Skripsi.

Makassar: FAPER – UNHAS.

Robert, S. dan Fawcett, M. D. W. S. 2003. Ivermectin Use in Scabies. Am. Fam.

Physic. 68(6) : 1089 - 1092.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, terjemahan oleh

Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung.

Sari LO. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamananannya. MIK. 2006;3:1-7.

Sastroamidjojo, S. A. Obat Asli Indonesia. Jakarta : PT. Dian Rakyat. 2001.

Seddon, H. R. 1968. Disease of Domestic Animal. Part 3. Mites Arthropod

Infestation (Tick and Mites). 2 Eds. Common Wealth of Australian

Department of Health: Canbera.

Sheikh AA, Sayyed Z, Siddiqui AR, Pratapwar AS dan Sheakh SS. 2011. Wound

Healing Activity of Sesbania grandiflora Linn Flower Ethanolic Extract

Using Ex-cision and Incision Wound Model in Wistar Rats. International

Journal of Pharm Tech Research. 3(2).

Sodiq dan Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan

Ettawa. Agromedia Pustaka: Jakarta Selatan.

Soulsby, E. J. L 1986. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated

Animal. 7th ed. The English and Protozoa of Society and Baillire, Tindall,

London. 504-506.

Subekti, S. 2007. Penyuluhan Pertanian. Laboratorium Komunikasi dan

Penyuluhan. Jember.

Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-b (mamalia). Gadjah Mada University

Press: Yogyakarta.

Subroto, M. A. 2006. Obat Alternatif Sarang Semut Penakluk Penyakit Maut.

Suhardono, J., Manurung, A.P., Batubara, Wasito, dan Harahap, H. 2005.

Pengendalian Penyakit Kudis pada Kambing di Kabupaten Deli Serdang.

Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 12 - 13

September 2005. Puslitbang Peternakan.Bogor. him. 1001 - 1014.

Page 40: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

29

Suliantari, Jenie, B. S. L., Suhartono, M. T., Apriyantono, A. 2008. Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Sirih Hijau (Piper betle L) terhadap Bakteri Patogen

Pangan. Jurnal Teknol dan Industri Pangan 19: 1-2.

Sumoprastowo, C.D. A. 1986. Beternak Kambing yang Berhasil. Batara Niaga

Media: Jakarta.

Susilorini, Utami, Anastasia, S. J., Dinata dan Guntoro. 2008. Pemanfaatan Asap

Cair Sebagai Obat Scabies pada Kambing. Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner, 2008. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Denpasar.

Tarigan, S. 1999. Metode Pengembangbiakan dan Pemanenan Tungau Sarcoptes

Scabiei. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian. Jilid 2. hal. 1009-

1017.

Wahyuti, Ririen Ngesti, Nunuk Dyah Retno L, dan Endang Suprihati. 2009.

Identifikasi Morfologi Dan Profil Protein tungau Sarcoptes Scabiei Pada

Kambing Dan Kelinci. Jurnal Penelitian Medika Eksakta, Vol. 8, No. 2,

Agust 2009: 94-110.

Walton, S. F., Deborah, C. H., Currie, B. J. and Kemp, D. J. 2004. Scabies : New

future for a Neglected disease. Adv. Parasitol 57 : 309 - 376.

Wendel, J. dan Rompam, A. 2002. Scabies and Pediculosis Pubis: an update of

treatment regimens and general review. CID 35 (Suppl . 2) : S 146 - S 151.

Widarto, H. 1991. Pengaruh Minyak Atsiri Daun Sirih ( Piper betle).

Williams, R. E., Hall, R. D., Broce, A. B., Scholl, P. J. 1985. Livestock

Entomology. John Wiley & Sons. New York.

Yurmiaty, Husmy. 2006. Hubungan Berat Potong Kambing Kacang Jantan

dengan Kuantitas Kulit Mentah Segar. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 6, No.

2,121-125.

Page 41: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

30

LAMPIRAN

1. Analisis Data

1.1 Homogenitas Levene Test

Descriptives

Alopesia

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Kontrol + 5 2.00 .000 .000 2.00 2.00 2 2

Kontrol - 5 .60 .548 .245 -.08 1.28 0 1

E. D. Sirih 10% 5 2.00 .000 .000 2.00 2.00 2 2

E. D. Sirih 20% 5 1.20 .837 .374 .16 2.24 0 2

E. D. Sirih 30% 5 2.00 .000 .000 2.00 2.00 2 2

Total 25 1.56 .712 .142 1.27 1.85 0 2

Test of Homogeneity of Variances

Alopesia

Levene Statistic df1 df2 Sig.

12.160 4 20 .000

Descriptives

Penebalan

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Kontrol + 5 1.00 .000 .000 1.00 1.00 1 1

Kontrol - 5 .00 .000 .000 .00 .00 0 0

E. D. Sirih 10% 5 1.00 .000 .000 1.00 1.00 1 1

E. D. Sirih 20% 5 1.40 .548 .245 .72 2.08 1 2

E. D. Sirih 30% 5 1.80 .447 .200 1.24 2.36 1 2

Total 25 1.04 .676 .135 .76 1.32 0 2

Page 42: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

31

Test of Homogeneity of Variances

Penebalan

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

15.238 4 20 .000

Descriptives

Keropeng

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Kontrol + 5 1.80 .447 .200 1.24 2.36 1 2

Kontrol - 5 .00 .000 .000 .00 .00 0 0

E. D. Sirih 10% 5 1.00 .000 .000 1.00 1.00 1 1

E. D. Sirih 20% 5 1.40 .548 .245 .72 2.08 1 2

E. D. Sirih 30% 5 1.40 .548 .245 .72 2.08 1 2

Total 25 1.12 .726 .145 .82 1.42 0 2

Test of Homogeneity of Variances

Keropeng

Levene Statistic df1 df2 Sig.

15.333 4 20 .000

Page 43: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

32

1.2 Kruskall-Wallis Test

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank

Alopesia Kontrol + 5 17.00

Kontrol - 5 4.40

10% 5 17.00

20% 5 9.60

30% 5 17.00

Total 25

Penebalan Kontrol + 5 12.50

Kontrol - 5 3.00

10% 5 12.50

20% 5 16.50

30% 5 20.50

Total 25

Keropeng Kontrol + 5 19.50

Kontrol - 5 3.00

10% 5 11.50

20% 5 15.50

30% 5 15.50

Total 25

Test Statisticsa,b

Alopesia Penebalan Keropeng

Chi-Square 18.207 19.407 17.050

Df 4 4 4

Asymp. Sig. .001 .001 .002

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 44: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

33

1.3 Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia Kontrol + 5 8.00 40.00

Kontrol - 5 3.00 15.00

Total 10

Penebalan Kontrol + 5 8.00 40.00

Kontrol - 5 3.00 15.00

Total 10

Keropeng Kontrol + 5 8.00 40.00

Kontrol - 5 3.00 15.00

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U .000 .000 .000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000

Z -2.835 -3.000 -2.887

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .003 .004

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a .008a .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 45: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

34

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia Kontrol + 5 5.50 27.50

10% 5 5.50 27.50

Total 10

Penebalan Kontrol + 5 5.50 27.50

10% 5 5.50 27.50

Total 10

Keropeng Kontrol + 5 7.50 37.50

10% 5 3.50 17.50

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U 12.500 12.500 2.500

Wilcoxon W 27.500 27.500 17.500

Z .000 .000 -2.449

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .014

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a 1.000a .032a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 46: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

35

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia Kontrol + 5 7.00 35.00

20% 5 4.00 20.00

Total 10

Penebalan Kontrol + 5 4.50 22.50

20% 5 6.50 32.50

Total 10

Keropeng Kontrol + 5 6.50 32.50

20% 5 4.50 22.50

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U 5.000 7.500 7.500

Wilcoxon W 20.000 22.500 22.500

Z -1.936 -1.500 -1.225

Asymp. Sig. (2-tailed) .053 .134 .221

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151a .310a .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 47: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

36

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia Kontrol + 5 5.50 27.50

30% 5 5.50 27.50

Total 10

Penebalan Kontrol + 5 3.50 17.50

30% 5 7.50 37.50

Total 10

Keropeng Kontrol + 5 6.50 32.50

30% 5 4.50 22.50

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U 12.500 2.500 7.500

Wilcoxon W 27.500 17.500 22.500

Z .000 -2.449 -1.225

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .014 .221

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a .032a .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 48: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

37

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia Kontrol - 5 3.00 15.00

10% 5 8.00 40.00

Total 10

Penebalan Kontrol - 5 3.00 15.00

10% 5 8.00 40.00

Total 10

Keropeng Kontrol - 5 3.00 15.00

10% 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U .000 .000 .000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000

Z -2.835 -3.000 -3.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .003 .003

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a .008a .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 49: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

38

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia Kontrol - 5 4.40 22.00

20% 5 6.60 33.00

Total 10

Penebalan Kontrol - 5 3.00 15.00

20% 5 8.00 40.00

Total 10

Keropeng Kontrol - 5 3.00 15.00

20% 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U 7.000 .000 .000

Wilcoxon W 22.000 15.000 15.000

Z -1.247 -2.835 -2.835

Asymp. Sig. (2-tailed) .212 .005 .005

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a .008a .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 50: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

39

Ranks

Kelompok

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia Kontrol - 5 3.00 15.00

30% 5 8.00 40.00

Total 10

Penebalan Kontrol - 5 3.00 15.00

30% 5 8.00 40.00

Total 10

Keropeng Kontrol - 5 3.00 15.00

30% 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U .000 .000 .000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000

Z -2.835 -2.887 -2.835

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .004 .005

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a .008a .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 51: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

40

Ranks

Kelomp

ok

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia 10% 5 7.00 35.00

20% 5 4.00 20.00

Total 10

Penebalan 10% 5 4.50 22.50

20% 5 6.50 32.50

Total 10

Keropeng 10% 5 4.50 22.50

20% 5 6.50 32.50

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U 5.000 7.500 7.500

Wilcoxon W 20.000 22.500 22.500

Z -1.936 -1.500 -1.500

Asymp. Sig. (2-tailed) .053 .134 .134

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151a .310a .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 52: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

41

Ranks

Kelomp

ok

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia 10% 5 5.50 27.50

30% 5 5.50 27.50

Total 10

Penebalan 10% 5 3.50 17.50

30% 5 7.50 37.50

Total 10

Keropeng 10% 5 4.50 22.50

30% 5 6.50 32.50

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U 12.500 2.500 7.500

Wilcoxon W 27.500 17.500 22.500

Z .000 -2.449 -1.500

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .014 .134

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a .032a .310a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 53: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

42

Ranks

Kelomp

ok

Perlaku

an N Mean Rank Sum of Ranks

Alopesia 20% 5 4.00 20.00

30% 5 7.00 35.00

Total 10

Penebalan 20% 5 4.50 22.50

30% 5 6.50 32.50

Total 10

Keropeng 20% 5 5.50 27.50

30% 5 5.50 27.50

Total 10

Test Statisticsb

Alopesia Penebalan Keropeng

Mann-Whitney U 5.000 7.500 12.500

Wilcoxon W 20.000 22.500 27.500

Z -1.936 -1.225 .000

Asymp. Sig. (2-tailed) .053 .221 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .151a .310a 1.000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

Page 54: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

43

1.4 Histogram Skoring Kelompok Sampel Tiap Parameter

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

K+ K- E. D. Sirih10%

E. D. Sirih20%

E. D. Sirih30%

S

K

O

R

KELOMPOK PERLAKUAN

ALOPESIA

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

Sampel 4

Sampel 5

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

K+ K- E. D. Sirih10%

E. D. Sirih20%

E. D. Sirih30%

S

K

O

R

KELOMPOK PERLAKUAN

PENEBALAN

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

Sampel 4

Sampel 5

Page 55: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

44

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

K+ K- E. D. Sirih10%

E. D. Sirih20%

E. D. Sirih30%

S

K

O

R

KELOMPOK PERLAKUAN

KEROPENG

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

Sampel 4

Sampel 5

Page 56: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

45

2. Dokumentasi Penelitian

Daun sirih yang telah dirajang Proses pengeringan daun sirih

Daun sirih dihaluskan Proses sonikasi

Proses evaporasi Ekstrak kental daun sirih

Page 57: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

46

Sediaan obat Pengambilan sampel kerokan kulit

Gambaran hasil mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis

Page 58: UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SECARA ... · KACANG (Capra hircus) SKRIPSI NUR SRIANI REZKI NIM O111 12 110 ... panitia seminar proposal dan seminar hasil atas

47

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Januari 1995 di Ujung

Pandang Sulawesi Selatan dari ayahanda Latang dan ibunda Hj.

Fatmasuri. Penulis merupakan anak terakhir dari 4 orang

bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN 14

Biru Watampone dan lulus pada tahun 2006, kemudian penulis

melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 13 Makassar dan lulus

pada tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 11 Makassar dan lulus pada tahun 2012. Pada

tahun 2012 penulis kemudian diterima di Universitas

Hasanuddin sebagai mahasiswa Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas

Kedokteran.Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi internal kampus

yaitu Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HIMAKAHA) FKUH selama 2

periode masa jabatan. Periode 2013-2014 sebagai anggota Divisi Kajian Strategi

dan Advokasi dan pada periode 2014-2015 sebagai anggota Divisi Pengaderan.