uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol umbi batang tumbuhan sarang semut (myrmecodia pendens...
DESCRIPTION
latar belakangTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Klebsiella pneumoniae merupakan salah satu bakteri yang termasuk
bakteri Gram negatif dan berasal dari famili Enterobacteriaceae. Penyakit utama
yang ditimbulkan oleh K. pneumoniae adalah pneumonia. Pneumonia adalah
inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam
alveoli. Pada pasien pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah
dan cairan yang lainnya, dengan demikian fungsi paru-paru yang utama yaitu
menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi
terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dan menjadi lebih
mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) hingga menyebabkan kematian
(Carpenter, 1990). Salah satu super infeksi yang mungkin terjadi adalah disentri
basiler yaitu infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri berjenis
basil spesies Shigella dysentriae, dimana penderita penyakit ini akan mengalami
diare parah atau lebih dikenal dengan istilah disentri (Sutedjo, 2007).
Shigella dysentriae merupakan penyebab penyakit disentri yang paling
utama dan menimbulkan epidemi di daerah tropis dan subtropis (Fajariah, 2009).
Dilaporkan bahwa dari 140 juta kasus malnutrisi ternyata 600.000 kematian
disebabkan oleh disentri basiler, yaitu disentri yang disebabkan oleh S. dysentriae
(Sutedjo, 2007). S. dysentriae dapat mengkontaminasi minuman dan makanan
seperti sayuran mentah, kentang, makaroni, susu, produk susu, ikan tuna, udang,
-
2
ayam, dan daging unggas (Yeni, 2009). Habitat alamiah bakteri S. dysentriae
adalah usus besar manusia (Ayuw, 2006). Infeksi bakteri ini terjadi setelah
menelan sedikitnya 10 sampai 100 organisme. S. dysentriae relatif tahan terhadap
asam lambung kemudian masuk ke dalam usus kecil, berkembang biak dan terjadi
invasi. Invasi bakteri pada sel mukosa dengan cara fagositosis, memperbanyak
diri, dan menyebar di dalam sitoplasma sel epitel untuk kemudian menyebar ke sel
yang berada di dekatnya. Mikroabses di dinding usus besar dapat menyebabkan
kerusakan (nekrosis) membran mukosa, ulserasi, dan pendarahan (Brooks, et al.,
2007).
Selama ini pengobatan infeksi yang disebabkan baik oleh bakteri spesies
S. dysentriae maupun bakteri spesies K. pneumoniae dilakukan dengan pemberian
antibiotik seperti tetrasiklin, ampisilin, kotrimoksazol, siprofloksasin, dan
kloramfenikol (Jawetz et.al., 2007). Namun, sudah banyak dilaporkan penggunaan
antibiotik yang tidak rasional untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
kedua spesies bakteri ini telah menimbulkan resistensi terhadap beberapa
antibiotik seperti kotrimoksazol, ampisilin, dan kloramfenikol (Health
Technology Assessment Indonesia, 2005). Dengan adanya kasus resistensi
tersebut perlu dilakukan pencarian obat baru yang relatif aman sebagai
pengobatan alternatif. Pemanfaatan herbal merupakan salah satu solusi terhadap
masalah tersebut.
Salah satu tumbuhan yang telah diketahui memiliki aktivitas antibakteri
diantaranya adalah sarang semut spesies Myrmecodia pendens Merr.& Perry.
Aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh tumbuhan sarang semut spesies
-
3
Myrmecodia pendens Merr.& Perry dikarenakan tumbuhan ini memiliki
kandungan metabolit sekunder berupa polifenol dan flavonoid (Febriana dkk,
2010).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian potensi antibakteri dari ekstrak
etanol tumbuhan sarang semut spesies Myrmecodia pendens Merr.& Perry
terhadap Shigella dysentriae dan Klebsiella pneumoniae.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak etanol umbi batang tumbuhan sarang semut (Myrmecodia
pendens Merr. & Perry) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Shigella
dysentriae dan Klebsiella pneumoniae?
2. Berapa Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi
Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak etanol umbi batang tumbuhan sarang
semut (Myrmecodia pendens Merr.& Perry) terhadap Shigella dysentriae dan
Klebsiella pneumoniae?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
umbi batang tumbuhan sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry),
menetapkan nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan
-
4
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap Shigella dysentriae dan Klebsiella
pneumoniae.
1.4 Kegunaan
Penelitian aktivitas antibakteri dari ekstrak sarang semut (Myrmecodia
pendens Merr.& Perry) terhadap bakteri uji Shigella dysentriae dan Klebsiella
pneumoniae diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang potensi
antibakteri dari umbi batang tumbuhan sarang semut (Myrmecodia pendens
Merr.& Perry) dan dapat dikembangkan menjadi bentuk sediaan antibakteri dari
bahan alam.
1.5 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
di laboratorium dengan tahapan kerja sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan dan determinasi tumbuhan sarang semut (Myrmecodia
pendens Merr. & Perry)
2. Pengolahan bahan yang berupa simplisia tumbuhan sarang semut
3. Ekstraksi simplisia umbi tumbuhan sarang semut dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 70%
4. Skrining (penapisan) fitokimia simplisia dan ekstrak etanol umbi sarang semut
5. Penetapan kadar air
6. Kromatografi lapis tipis
-
5
7. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol umbi sarang semut terhadap
Shigella dysentriae dan Klebsiella pneumoniae dengan metode difusi agar
8. Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi
Bunuh Minimum (KBM) ekstrak terhadap bakteri uji dengan metode
pengenceran tabung
1.6 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan
Laboratorium Farmakognosi dan Kimia Bahan Alam Fakultas Farmasi,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan
Juni 2011.