ueu undergraduate 231 bab i
DESCRIPTION
civilTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya suatu belanja pemerintah Daerah yang efisien dan efektif akan
menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Berapapun besarnya
pendapatan akan menjadi kurang bermakna apabila dalam pola belanjanya masih
terjadi pemborosan-pemborosan dan tidak berorientasi pada kepentingan masyarakat.
Di samping itu, bagi negara Indonesia yang masih berkembang terutama di Daerah
Sumatera Utara, belanja pemerintah mempunyai peranan yang cukup krusial sebagai
stimulus pembangunan ekonomi. Untuk mendapatkan efek positif yang optimal bagi
perekonomian, maka diperlukan suatu sistem perencanaan belanja pemerintah yang
baik dan tepat sasaran.
Kebijakan pengeluaran pemerintah yang secara langsung dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi adalah belanja, karena variabel ini diwujudkan dalam bentuk
pembangunan prasarana ekonomi dan sosial. Perkembangan pengeluaran pemerintah
yang diukur dari besarnya belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Anggaran belanja merupakan salah satu instrument kebijakan fiskal yang
ditempuh pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian. Kebijakan fiskal bekerja
mempengaruhi perekonomian melalui anggaran yang berfungsi sebagai alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Pada dasarnya kebijakan fiskal akan mentransfer tenaga
-
2
beli masyarakat (berupa pajak, keuntungan, bea, dan/atau pinjaman) kepada
pemerintah dan kemudian mentransfernya kembali kepada masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung, dan didistribusikan menurut pertimbangan tertentu.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa transfer berperan sangat strategis dalam
mempengaruhi perekonomian daerah. Strategisnya pengaruh transfer tidak bisa
dilepaskan dari interaksi antara penerimaan dengan alokasi belanjanya. Pada dasarnya
dampak transfer sangat dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya adalah pertama,
sampai seberapa besar proporsi transfer dialokasikan untuk membiayai berbagai jenis
belanjanya. Kedua, sampai seberapa besar jenis belanja tersebut dapat menstimulasi
kegiatan ekonomi regional yang selanjutnya dapat diserap kembali dalam bentuk
penerimaan dari daerah sendiri1. Berikut ini adalah gambar 1.1, grafik dari Belanja
Daerah Pemerintah Daerah pada 15 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang terjadi
pada tahun 2007 sampai dengan 2011.
1HaryoKuncoro, Fenomena Flypaper Effect Pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Dan Kabupaten Di Indonesia . SNA IX .Unhas Makasar . 26-27 Juli 2007.
-
3
Gambar 1.1
Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Sumber: djpk, diolah
Dari gambar di atas, Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara terjadi penurunan pada tahun 2009 dan 2010, dikarenakan
Pemerintah Daerah tidak dapat mengatur Dana Belanja Daerah sehingga terjadi
penurunan dari tahun sebelumnya
menjelaskan bahwa pembentukan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintahan daerah
dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada
pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan
Daerah2
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menyebutkan sumber penerimaan
yang digunakan untuk pendanaan pemerintah daerah dalam pelaksanaan 2 Mutiara Maimunah. Flypaper effect pada dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah pada kabupaten/kota di pulau sumatera, SNA Padang 2006.
607,404673,106
668,032 649,819770,771
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
2007 2008 2009 2010 2011
BelanjaDaerah
BelanjaDaerah
-
4
desentralisasi fiskal adalah : Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan,
pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Pemberian dana perimbangan
bertujuan untuk mengurangi adanya disparitas fiskal vertikal (antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah) dan horizontal (antar pemerintah daerah), sekaligus
membantu daerah dalam membiayai pengeluaran pembangunannya.menjelaskan
bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan otonomi dan
desentralisasi3, yaitu:
1. Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan
kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan
menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahannya. Artinya daerah harus mampu mengelola
keuangan daerahnya baik penerimaan maupun pengeluarannya, dimana
penerimaan yang diperoleh daerah kemudian dialokasikan sebagai
pembiayaan belanja daerahnya.
2. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus siminimal mungkin, agar
pendapatan asli daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar
sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar4. Jadi, PAD harus
lebih tinggi dibandingkan Dana Perimbangan yang menandakan daerah
3AbdulHalim & Syukriy Abdullah. 2004. Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemda: Studi Kasus Kabupaten dan Kota di Jawa dan Bali. Jurnal Ekonomi STEI No.2/Tahun XIII/25.4Dwirandra,EfektivitasdankemandiriankeuanganDaerahOtonomKabupaten/KotadiProvinsiBali20022006.
-
5
tersebut sudah mandiri dan tujuan dari otonomi daerah dan desentralisasi
tercapai.
Berikut ini adalah gambar 1.2, grafik dari Pendapatan Asli Daerah pada 15
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang terjadi pada tahun 2007 sampai dengan
tahun 2011.
Gambar 1.2
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Sumber: djpk, diolah
Dari gambar di atas grafik Pendapatan Asli Daerah terjadi fluktuatif ditahun
2008 dan tahun 2010, Hal ini dapat dilihat bahwa Pemerintah Daerah di Sumatera
Utara belum mampu mengelola dana PAD dengan baik, Pemerintah Daerah juga
kurang intensif didalam menggali sumber-sumber Pendapatan Daerahnya.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana
40,176 37,363 48,48147,987
97,887
020,00040,00060,00080,000
100,000120,000
2007 2008 2009 2010 2011
PendapatanAsliDaerah
PendapatanAsliDaerah
-
6
perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan bagian dari Dana Bagi Hasil (DBH) yang terdiri dari pajak dan sumber
daya alam. Di samping dana perimbangan tersebut, pemerintah daerah mempunyai
sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan
Iain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada
pemerintah daerah. Seharusnya dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan
digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk peningkatan
pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya
pula secara transparan dan akuntabel. Pemerintah dalam perkembangannya
memberikan dana perimbangan untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan
adanya kebutuhan pendanaan daerah yang cukup besar. Salah satu komponen dana
perimbangan tersebut adalah dana alokasi umum.
Berbagai penafsiran yang dipaparkan oleh Saragih (2003) diantaranya5:
DAU merupakan Hibah yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa pengendalian
DAU harus dipertanggung jawabkan, baik ke masyarakat lokal maupun kepusat, karena DAU berasal dari APBN
Berikut ini adalah gambar 1.3, grafik dari Dana Alokasi Umum pada 15
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang tejadi pada tahun 2007 sampau dengan
tahun 2011.
5Saragih, desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, 2003
-
7
Gambar 1.3
Dana Alokasi UmumKabupaten/Kota di Sumatera Utara
Sumber: djpk, diolah
Dari grafik di atas menunjukan bahwa Dana Alokasi umum di
Kabupaten/Kota Sumatera Utara terjadi fluktuatif, hal ini dapat dilihat terjadinya
penurunan pada tahun 2009 dan tahun 2010. Dengan hal ini Pemerintah Daerah
kurang mengendalikan DAU yang ditransfer dari Pemerintah Pusat.
Penerimaan yang didapat Pemerintah daerah SumateraUtara selain PAD
juga diperoleh dari Pendapatan Lain-lain yang sah, pendapatan ini diterima
pemerintah melalui hal-hal yang di luar dari PAD. Di Sumatera Utara sendiri
Pendapatan lain-lain yang sah diperoleh melalui pendapatan hibah, dana bagi hasil
pajak dan lain-lain.
375,665
410,230
381,295372,463
428,152
340,000
360,000
380,000
400,000
420,000
440,000
2007 2008 2009 2010 2011
DanaAlokasiUmum
DanaAlokasiUmum
-
8
Berikut ini adalah gambar 1.4, grafik dari Pendaptan lain-lain yang sah
pada 15 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang terjadi pada tahun 2007 sampai
dengan tahun 2011
Gambar 1.4
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Sumber: djpk, diolah
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah terjadi fluktuatif, dapat dilihat pada tahun 2008 dan tahun 2010 telah terjadi
penurunan. hal ini memungkinkan bahwa apa yang terjadi pada tahun 2008 dan tahun
2010 membuat Pemerintah Daerah tidak dapat mengoptimalisasikannya.
76,504
62,22970,594 66,218
109,441
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
2007 2008 2009 2010 2011
LainlainPendapatanDaerahYangSah
LainlainPendapatanDaerahYangSah
-
9
Provinsi Sumatera Utara memiliki ciri khas tersendiri baik dari segi
budaya, geografis dan ekonominya, namun dari pada itu dari segi Realisasi Belanja
Pemerintah Daerah, di Jawa Barat mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun hal ini
secara tidak langsung mempengaruhi faktor Internal yang ada pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah di Sumatera Utara.
Dengan demikian apa yang telah diungkapkan melalui lata belakang, maka
peneliti tertarik untuk meneliti penelitian ini dengan judul: ANALISIS PENGARUH
PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN LAIN-LAIN
PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP REALISASI BELANJA
DAERAH (STUDI PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA
UTARA PERIODE 2007-2011)
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Terjadi ketidak seimbangan pada Realisasi Belanja Pemerintah Daerah.
b. Pemerintah Daerah masih bergantung pada PAD.
c. Terjadi fluktuatif pada PAD.
d. Terjadi fluktuatif pada DAU.
e. Terjadi fluktuatif pada Lain-lain pendapatan yang sah.
f. Pemerintah kurang mengoptimalisasi Belanja Daerah.
-
10
2. Pembatasan Masalah
a. Terjadinya fluktuatif pada Realisasi Belanja Daerah pada tahun 2009 dan
2010. Dikarenakan Pemerintah tidak mengoptimalisasikan Belanja
Daerahnya dengan baik.
b. Terjadi fluktuatif Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2008 dan tahun 2010
karena Pemerintah kurang mengoptimalisasi sumber-sumber pendapatan
yang ada.
c. Terjadi fluktuatif pada Dana Alokasi Umum pada tahun 2009 dan tahun
2010 karena kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat, sehingga Dana
Alokasi Umum tidak dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah.
d. Terjadi penuruan pada Lain-lain Pendapatan Yang Sah pada tahun 2008 dan
tahun 2010 karena Pemerintah tidak mampu mengoptimalisasikan
penerimaan dari Pendapatan lain-lain yang sah.
C. Perumusan Masalah
1. Seberapa besar pengauh Pendapatan Asli Daerah terhadap Realisasi Belanja
Pemerintah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara?
2. Seberapa besar pengauh Dana Alokasi Umum terhadap Realisasi Belanja
Pemerintah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara?
3. Seberapa besar pengauh Pendapatan lain-lain yang sah terhadap Realisasi Belanja
Pemeritnah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara?
-
11
4. Seberapa besar pengauh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan lain-lain yang sah secara simultan terhadap Realisasi Belanja
Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh terhadap
Realisasi Belanja Pemerintah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui Dana Alokasi Umum mempunyai pengaruh terhadap Realisasi
Belanja Pemerintah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara.
3. Untuk mengatahui Pendapatan lain-lain yang sah mempunyai pengaruh terhadap
Realisasi Belanja Pemeritnah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Pendapatan
lain-lain yang sah mempunyai pengaruh secara simultan terhadap Realisasi
Belanja Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi
pemerintah daerah agar dapat mengevaluasi di dalam mengelola Belanja Daerah,
sehingga dana yang dikeluarkan pemerintah bukan hanya dominan pada Belanja
Langsung saja, tetapi Pemerintah juga harus mengutamakan Belanja Tidak
Langsung, sehingga Pemerintah dapat Merealisasi Belanja Daerah dengan baik.
-
12
2. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk memecahkan
permasalahan yang ada dimasyarakat, sehingga nantinya masyarakat dapat
mengoreksi kinerja dan akuntabilitas Pemerintah Daerah.
3. Bagi Penulis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan
tentang teori yang diperoleh serta sebagai bahan pembelajaran lagi bagi peneliti
untuk membuat penelitian selanjutnya.
4. Bagi Akademisi, Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah
wacana dalam perkembangan Ilmu Ekonomi.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini merupakan suatu pengantar dan penjelasan tentang latar
belakang permasalahan, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisikan tinjauan pustaka yang menguraikan teori-teori yang
terkait, hasil penelitian yang terdahulu, serta definisi-definisi
variable-variabel yang diteliti. Dalam bab ini juga peneliti
mengemukakan tentang hipotesis serta kerangka pikir.
-
13
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang digunakan
penulis dalam melakukan penelitian, tempat dan waktu penelitian,
jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode
pengolahan data.
BAB IV : Gambaran Umum Kabupaten/Kota
Bab ini berisi tentang Profil Kabupaten/Kota yang digunakan penulis
untuk melakukan penelitian, dimulai dari gambaran umum, letak
geogafis serta visi dan misi dari Kabupaten/Kota.
BAB V : Analisis dan Pembahasan
Didalam Bab ini menjelaskan tentang Hasil dari pengujian data ini,
berupa uji t dan uji f. Di dalam bab ini juga peneliti mendapatkan
hasil dai hubungan antar variabel.
BAB VI : Simpulan dan Saran
Didalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan-kesimpulan dari
hasil pengujian yang telah dilakukan oleh peneliti. Dan didalam bab
ini peneliti juga menyampaikan saran demi memperbaiki penelitian
ini