ueu undergraduate 2412 bab2

Upload: boby-saputra

Post on 07-Jul-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    1/28

    II-1 

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Sejarah Six Sigma

    Pada tahun 1988 Bob Galvin menerima penghargaan  Malcolm

     Baldridge National Quality Award untuk motorola, yang secara singkat diberi

    nama Six Sigma  (enam sigma). Six Sigma, sebagaimana diterapkan dan

    dikembangkan oleh Motorola, adalah suatu perpanjangan drastis dari gagasan

    lama mengenai pengendalian statistik dari proses produksi sebagaimana halnya

    untuk mengkualifikasi sebagai suatu subjek yang sepenuhnya berbeda.

    2.1.1 Definisi Six Sigma  

    Pada dasarnya Six Sigma  bisa berbeda-beda dalam masing-masing

     perusahaan dan masing-masing buku refrensi metode Six Sigma  yang telah

    diterbitkan. Namun ada elemen dasar yang sama diantara semua perusahaan

    dan buku Six  Sigma. Program ini berpusat pada metodologi pemecahan

    masalah yaitu DMAIC .

    Beberapa definisi dari Six Sigma adalah sebagai berikut :

      Six Sigma  diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang

    digunakan oleh para insinyur dan statistikiawan dalam memperbaiki

    / mengembangkan proses atau produk.

    (Miranda dkk, hal 10, 2006)

      Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4

    kegagalan dalam persejuta kesempatan ( DPMO) untuk setiap

    transaksi produk (barang dan jasa), upaya giat menuju kesempurnaan

    ( zero-deffect-kegagalan nol ).

    (Gasperz, hal 5, 2002)

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    2/28

    II-2 

      Six Sigma adalah suatu cara untuk mengelola perusahaan.

    (pyzdek, hal 105, 2002)

    2.1.2 Tujuan Six Sigma  

    Tujuan Six Sigma adalah membantu orang dan proses guna memiliki

    aspirasi yang tinggi untuk mengirimkan produk dan layanan bebas cacat. Istilah

     zero defect tidak berlaku disini. Six Sigma menyadari bahwa selalu ada potensi

    terjadinya cacat, bahkan dalam proses yang berjalan dengan baik ataupun

    dalam produk yang dibuat dengan baik.

    Fokus Six Sigma adalah  mengedepankan pelanggan yang

    menggunakan data untuk mendapatkan fakta dan data untuk mendapatkan

    solusi-solusi yang lebih baik. Tiga bidang utama yang menjadi target Six Sigma

    yaitu :

    1.  Meningkatkan kepuasan pelanggan

    2. 

    Mengurangi waktu siklus

    3.  Mengurangi cacat (defect) 

    2.1.3 Keuntungan Six Sigma  

    Keuntungan dalam Six Sigma ini berbeda untuk setiap perusahaan

    yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya, biasanya ada

     perbaikan dalam hal-hal berikut ini :

    1. 

    Pengurangan biaya

    2.  Perbaikan produktivitas

    3.  Pertumbuhan pangsa pasar

    4.  Pengurangan waktu siklus

    5.  Pengurangan produk cacat (defect )

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    3/28

    II-3 

    2.2 Konsep Dasar Six Sigma

    Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai

    yang mereka harapkan. Apabila produk (barang dan / atau jasa) diproses

     pada tingkat kinerja kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan

    3,4 kegagalan per sejuta kesempatan ( DPMO) atau bahwa 99,99966

     persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk

    (barang dan / atau jasa) itu. Dengan demikian, Six Sigma  dapat dijadikan

    ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu

     proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar).Semakin tinggi target Sigma  yang dicapai, semakin baik kinerja proses

    industri. Sehingga 6 sigma secara otomatis lebih baik daripada 4 Sigma,

    dan 3 Sigma. Six Sigma  juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan

    yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan luar biasa (dramatic)

    di tingkat bawah dan sebagai pengendalian proses industri yang berfokus

     pada pelanggan dengan memperlihatkan kemampuan proses.

    (Gaspersz, 2007, p37)

    Six Sigma  Motorola merupakan suatu metode atau teknik

     pengendalian dan peningkatan kualitas dramatic  yang diterapkan oleh

     perusahaan Motorola sejak tahun 1986, yang merupakan terobosan baru

    dalam bidang manajemen kualitas. Banyak ahli manajemen kualitas

    menyatakan bahwa metode Six Sigma  Motorola dikembangkan dan

    diterima secara luas oleh dunia industri, karena manajemen industri

    frustasi terhadap sistem-sistem manajemen kualitas yang ada, yang tidak

    mampu melakukan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat

    kegagalan nol ( zero defect ). Banyak sistem manajemen kualitas, seperti

     Malcolm Baldrige Quality Award  (MBNQA), ISO 9000, dan lain-lain, hanya

    menekankan pada upaya peningkatan terus-menerus berdasarkan kesadaran

    mandiri manajemen, tanpa memberikan solusi yang ampuh bagaimana

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    4/28

    II-4 

    terobosan-terobosan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas secara

    dramatik menuju tingkat kegagalan nol.

    Prinsip-prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas Six Sigma 

    Motorola mampu menjawab tantangan ini, dan terbukti perusahaan

    Motorola selama kurang lebih 10 tahun setelah implementasi konsep Six

    Sigma  telah mampu mencapai tingkat kualitas 3,4 DPMO (defects per million

    opportunities) kegagalan per sejuta kesempatan.

    (Gaspersz, 2007, p37-38)

    Beberapa keberhasilan Motorola yang patut dicatat dari aplikasi

     program Six Sigma, adalah sebagai berikut:

    • Peningkatan produktivitas rata-rata : 12,3% per tahun.

    • Penurunan COPQ (cost of poor quality) lebih daripada 84%.

    • Eliminasi kegagalan dalam proses sekitar 99,7%.

    • Penghematan biaya manufakturing lebih dar ipada $11 milyar.

    • Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata: 17% dalam

     penerimaan, keuntungan, dan harga saham Motorola.

    (Gaspersz, 2007, p38)

    2.2.1 Peningkatan Kapabilitas Proses Menuju Target Six Sigma

    Setelah kita mengetahui posisi kinerja bisnis dan industri pada

    saat sekarang (baseline measurement ), misalnya pada kapabilitas 3 Sigma 

    yang menghasilkan kesalahan atau kegagalan sebesar 66.807 DPMO (defects

     per million opportunities), kita harus melakukan berbagai upaya peningkatan

    (improvement ) menuju target 6  sigma  (Six  Sigma) yang hanya akan

    menghasilkan 3,4 DPM atau 3,4 DPMO.

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    5/28

    II-5 

    Peningkatan dari kapabilitas proses 3  sigma  menjadi 4  sigma 

    membutuhkan sekitar 10 kali improvement , peningkatan dari kapabilitas

     proses 4  sigma  menjadi 5  sigma  membutuhkan sekitar 30 kali

    improvement , sedangkan peningkatan dari kapabilitas 5 sigma  menjadi 6

     sigma  membutuhkan sekitar 70 kali improvement . Dengan demikian apabila

    kita menganggap bahwa kinerja bisnis dan industri di Indonesia sekarang

    masih berada pada tingkat kapabilitas 3 sigma, maka dibutuhkan sekitar

    21.000 (= 10 x 30 x 70) kali peningkatan untuk mencapai target Six Sigma.

    Hal ini berarti semakin tinggi kapabilitas  sigma, semakin tinggi pula

    upaya peningkatannya agar mencapai keunggulan dan kesempurnaan.

    Upaya peningkatan dari 5  sigma  menjadi 6  sigma  akan lebih tinggi

    daripada upaya peningkatan 4  sigma  menjadi 5 sigma, juga lebih tinggi

    daripada upaya peningkatan dari 3 sigma menjadi 4 sigma.

    (Gaspersz, 2007, p49) 

    2.2.2 Apresiasi Level pada Six Sigma

    Model statistika dalam fungsi-fungsi pengembangan dan

     peningkatan Six Sigma disebut dengan “Six Sigma Improvement Initiative”.

    Tujuan model statistik adalah untuk menggambarkan unit-unit „ sigma’  

    sehubungan dengan pengukuran suatu kinerja proses. Misalnya, jika kinerja

     proses bisnis berada di level 5 (lima)  sigma, berarti tingkat kinerja proses

     bisnis tersebut sebesar 99.9767%. Hal itu berarti, dalam setiap satu juta

    aktivitas proses hanya akan terjadi 233 kali kegagalan proses, dan kinerja

     prosesnya berada di bawah satu tingkat dibandingkan dengan kinerja

    terbaik ( sigma level enam).

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    6/28

    II-6 

    Tabel 2.1. Hubungan antara Nilai Sigma dan Tingkat Kegagalan

    Per Juta Peluang dan Ekuivalen Yield

    Six Sigma

    Harga / nilai sigma

    Kegagalan per juta

     peluang / kesempatan

    Yield (%)

    1 691.462 30,85

    2 308.538 69,146

    3 66.807 93,379

    4 6.210 99,379

    5 233 99,9767

    6 3,4 99,99966Sumber: Hidayat, 2007, p63

    2.2.3 Six Sigma Process Improvement

    Dalam program / proyek pengembangan dan peningkatan Six

    Sigma, tim kerja yang ditunjuk akan menyeleksi berbagai strategi peningkatan

     proses Six Sigma  yang bersifat regular. Kemudian lima tahapan proses

    diterapkan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan proses yang

    sudah ada. Kelima tahap proses tersebut adalah :

      Pendefinisian berbagai permasalahan proses dan kebutuhan

    konsumen.

      Pengukuran cacat-cacat (defect ) dari aktivitas operasional proses

    (kuantitatif maupun kualitatif).

      Analisis data sebagai dasar pemecahan masalah yang ada.

     

    Meningkatkan proses dan memangkas penyebab-penyebab

    terjadinya cacat (defect ).

      Pengendalian proses dan memastikan cacat-cacat (defect ) tidak

    terjadi lagi.

    (Hidayat, 2007, p52)

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    7/28

    II-7 

    2.3 Model dalam Metode Peningkatan Proses Six Sigma

    Berbagai upaya peningkatan menuju target Six Sigma  dapat

    dilakukan menggunakan dua metodologi, yaitu (1) Six Sigma DMAIC

    ( Define, Measure, Analyze, Improve, Control ), dan (2)  Design For Six

    Sigma DFSS DMADV ( Define, Measure, Analyze, Design, Verify). DMAIC

    digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada, sedangkan

    DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan / atau desain

     produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas

    kesalahan ( zero defects / errors).

    (Gaspersz, 2007, p50)

    2.3.1 DMAIC

    DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang

    telah ada. DMAIC terdiri atas lima tahap utama :

       Define  : mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses

    yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan danstrategi perusahaan.

       Measure : mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline

    measurements) agar dapat dibandingkan dengan target yang

    ditetapkan. Lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data

    yang berkaitan dengan indikator kinerja kunci (key performance

    indicator  = KPI).

     

     Analyze : menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang

    dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu

    dikendalikan.

       Improve : mengoptimisasikan proses menggunakan analisis-analisis

    seperti  Design of Experiments  (DOE), dan lain-lain, untuk

    mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses.

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    8/28

    II-8 

      Control   : melakukan pengendalian terhadap proses secara terus-

    menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju Six Sigma.

    (Gaspersz, 2007, p50)

    2.3.2 DMADV

     Design for Six Sigma  (DFSS) adalah strategi Six Sigma  yang

     bekerja pada langkah-langkah awal dari daur hidup proses. DFSS bukan

    merupakan strategi pengembangan dan peningkatan proses yang sudah

    ada, dan bukan merupakan strategi pemodifikasian dari fundamental

    struktur proses yang sudah ada. Akan tetapi, DFSS adalah strategi

     perancangan proses baru dengan memanfaatkan perangkat-perangkat kerja

    dan metode-metode terbaik di dalam perencanaan produk maupun proses, baik

    itu proses pengembangan produk, desain atau redesain proses pelayanan, atau

     proses bisnis internal.

    (Hidayat, 2007, p58)

     Design For Six Sigma  (DFSS) menggunakan metodologiDMADV ( Define, Measure, Analyze, Design, and Verify), sebagai berikut :

       Define : mendefinisikan secara formal sasaran dari aktivitas desain

     proses baru dan / atau desain produk baru yang secara konsisten

     berkaitan langsung dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan

    dan strategi perusahaan.

       Measure  : mengindentifikasi critical-to-qualities  (CTQs),

    kapabilitas produk ( product capabilities), kapabilitas proses

    ( process capabilities), evaluasi resiko, dll.

       Analyze  : mengembangkan dan mendesain alternatif-alternatif,

    menciptakan high-level design, dan mengevaluasi kapabilitas

    desain agar mampu memilih desain terbaik.

       Design : mengembangkan desain secara terperinci (develop detail

    design), optimisasi desain (optimize design), dan rencana untuk

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    9/28

    II-9 

    verifikasi desain. Pada tahap ini mungkin membutuhkan

    simulasi.

     

    Verify : memverifikasi desain, setup pilot runs, implementasi proses

     baru (untuk desain proses baru) atau produk baru (untuk desain

     produk baru), kemudian menyerahkan kepada pemilik proses.

    Beberapa kalangan menggunakan akronim DMEDI atau

    DMADOV untuk metodologi Design For Six Sigma (DFSS) yang pada

    dasarnya serupa dengan DMADV. DMEDI adalah:  Define, Measure,

     Explore, Develop, Implement , sedangkan DMADOV adalah:  Define,

     Measure, Analyze, Design, Optimize, Verify. 

    (Gasperz, 2007, p51-52)

    2.3.3 Perbedaan DMAIC dengan DMADV

    Pada dasarnya, DMAIC dan DMADV memuat perbedaan yang

    signifikan. DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang

    telah ada, sedangkan DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan / atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar

    menghasilkan kinerja bebas kesalahan ( zero defects / errors).

    (Gaspersz, 2007, p50)

    Perbedaan signifikan antara Six Sigma  (DMAIC) dan  Design For Six

    Sigma (DMADV) bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    10/28

    II-10 

    Tabel 2.2 Perbedaan antara Six Sigma dengan Design For Six Sigma

    Perbedaan antara Six Sigma dan Design For Six Sigma 

    Six Sigma Design For Six Sigma

    DMAIC:  Define, Measure, Analyze, Improve, Control. 

      DMADV: Define, Measure, Analyze, Design, Verify.

      DMADOV:  Define, Measure, Analyze, Design, Optimize,

    Verify. 

    Melihat proses yang sudah ada danmelakukan perbaikan atas masalah-masalah yang muncul.

    Berfokus pada desain awal dari produkdan proses.

    Lebih reaktif Lebih proaktif

    Manfaat atau hasil yang diperolehdariSix Sigma bisa dihitung lebih cepat.

    Manfaat atau hasilnya lebih sulit untukdihitung dan diperkirakan dan cenderunguntuk berjalan secara jangka panjang. Bisamembutuhkan enam sampai dengan dua belas

     bulan setelah peluncuran produk barusebelum anda bisa mendapatkan perkiraanhasil yang tepat

    (Gaspersz, 2007, p53)

    2.3.4 Six Sigma dengan menggunakan 5W+1H

    Dalam metode 5W+1H menentukan suatu rencana tindakan baik itu

    untuk memperbaiki suatu proses atau mengidentifikasi suatu permasalahan

    yang sedang terjadi serta memecahkan masalah, dapat dijabarkan dalam

    metode 5W+1H, sebagai berikut :

    1.  What , langkah pertama dari metode ini adalah menentukan rencana

    tindakan yang akan dilaksanakan.

    2.  When, kapan waktu periode pelaksanaan rencana tindakan itu.

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    11/28

    II-11 

    3.  Where, dalam proses mana rencana tindakan itu akan diterapkan.

    4.  Who,  personil siapa yang bertanggung jawab dalam melaksanakan

    rencana itu.

    5.  Why, mengapa rencana tindaka n itu dipilih.

    6.   How, bagaimana rencana tindakan itu diterapkan.

    Tabel 2.3 Perencanaan 5W+1H

    Jenis 5W+1H Deskripsi Tindakan

    Tujuan Utama What Apa yang menjadi

    target utama

     perbaikan?

    Merumuskan target

    sesuai dengan

    kebutuhan pelanggan

    Alasan

    kegunaan

    Why Mengapa rencana

    tindakan itu

    diperlukan?

    Lokasi Where Dimana rencanadilakukan?

    Mengubah urutanaktivitas

    Urutan

    (sekuens)

    When Bilamana rencana itu

    akan baik

    dilaksanakan?

    Orang Who Siapa yang

    mengerjakan tindakan

    itu?

    Metode  How Bagaimana

    mengerjakan rencana

    tindakan itu dan apa

    metodenya?

    Menyederhanakan

    rencana tindakan

    yang ada

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    12/28

    II-12 

    2.4 Tools Six Sigma

    Untuk melakukan peningkatan kualitas dengan metode Six

    Sigma, konsep Deming  bisa diadopsikan ke dalam proyek pengembangan dan

     peningkatan kualitas Six Sigma. Metode dan perangkat kerja yang

    mendukung yaitu  Pareto Analysis,  Flow  Chart , Diagram  Ishikawa, dan

    Diagram Pengendalian.

    (Hidayat, 2007, p162-163)

    Selain dari itu juga dibutuhkan perangkat kerja untuk mendefinisikan

     penyebab utama dari kegagalan produksi berupa FMEA.

    (Pyzdek, 2003, p596)

    Berdasarkan dari jurnal teknologi industri yang ditulis oleh Sean P.

    Goffnett, alat-alat (tools) yang bisa digunakan untuk membantu

    implementasi metode Six Sigma  dengan model DMAIC adalah sebagai

     berikut.

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    13/28

    II-13 

    Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma

    Strategic

    Steps

    Common Strategic Section

    Deliverables

    Traditional Tools

    Define   Project Charter or Statement

    of Work (SOW)

      Process and Problem

      Scope and Boundaries

      Team, Customer &

    Critical Concerns

      Improvement Goals

    & Objectives

      Estimate Sigma &

    Cost of Poor Quality

    (COPQ)

     

    Gantt Chart / Timeline

      High Level Process Map

      Step Documentation and

     Next Steps

      Exit Review

      Spreadsheet / Word

    Processor

      Critical to Customer

    Concept

      Project Charter or SOW

      Gantt Chart / Timeline

      Flowchart or Process

    Map

      Balanced Scorecards

      Pareto Charts &

    Control Charts

     

    QFD / House of Quality  Suggestions /

    Complaints

      Surveys / Interviews /

    Focus Groups

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    14/28

    II-14 

    Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan)

    Strategic

    Steps

    Common Strategic Section

    Deliverables

    Traditional Tools

    Measure   Baseline Figures (Sigma &

    Cost)

      Process Capability

    Measurement System

    Analysis (MSA) or Gage

    R&R

      Refine Project Charter,

    including COPQ

      Refine Process Map

      Fix Gantt Chart / Timeline

      SIPOC or IPO Diagram

     

    Step Documentation and Next Steps

      Exit Review

      Data Gathering Plan

      Surveys / Interviews /

    Focus Groups

      Checksheets

      Spreadsheets

      SIPOC IPO Diagram

      Descriptive Statistics &

    Capability

      Pareto Chart / Control

    Charts

      Measurement System

    Analysis  Flowchart or Proces

    Map

      Project Charter or SOW

      Gantt Chart / Timeline

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    15/28

    II-15 

    Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan)

    Strategic

    Steps

    Common Strategic Section

    Deliverables

    Traditional Tools

    Analyze   dentified Root Cause(s)

      Cause and Effect

      Statistical Analyses

      Validated Root Cause(s)

      Step Documentation and

     Next Steps

      Exit Review

      Fishbone Diagram (5

    Why)

      FMEA

      Interrelationship

    Diagram

      Histogram

      Scatter Diagrams

    (Correlation)

      Hyp Testing / Chi

    Square

      Confidence Intervals

     

    Pareto Chart / ControlCharts

      Regression

      ANOVA

      DOE

      Response Surface

    Methods

     

    Flowchart or Process

    Map

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    16/28

    II-16 

    Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan)

    Strategic

    Steps

    Common Strategic Section

    Deliverables

    Traditional Tools

    Improve   Selected Root Cause(s) &

    Countermeasures

      Improvement

    Implementation Plan

      Validated Solutions or

    Improvements

      Statistical Analyses

      Affinity Diagram

      Hypothesis Testing

      Confidence Intervals

      DOE

      FMEA

      Trial and Error /

    Simulation

      Flowchart or Proces

    Map

      Implementation &

    Validation Plan

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    17/28

    II-17 

    Tabel 2.4 Alat-alat bantu Six Sigma (Lanjutan)

    Strategic

    Steps

    Common Strategic Section

    Deliverables

    Traditional Tools

    Control   Control Plan

      Tolerance, Controls,

    and Measures

      Charts and Monitor

      Standard Operating

    Procedures (SOP)

      Response Plan

      Ownership or

    Responsibilities

      Corrective Actions

      Validated In Control

    Process and Benefits

      Process Capability

      Measurement System

    Analysis (MSA) or

    Gage R&R

      Step Documentation

    and Final Report

     

    Exit Review  –   Project

    Completion and

    Handoff to Owner

      Control Charts

      Process Map /

    Monitor / Response

    Plan

      Poka-Yokes

      Standardization

      SOP / Work

    Instructions

      Process Dashboards

      Capability Studies

      MSA or Gage R&R

     

    Documentation  Final Reports

      Presentation

    Catatan: perangkat ini digunakan sesuai dengan kebutuhannya saja

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    18/28

    II-18 

    2.4.1 Diagram Alir ( Flow Chart ) 

    Diagram Alir ( flow chart ) secara grafis menyajikan sebuah

     proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang saling

     berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang

    sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan

    sebuah proses.

    Diagram  flow  proses adalah gambaran atau ilustrasi yang

    mempresentasikan urutan ( sequence) dari langkah-langkah proses. Dalam

    diagram tersebut dideskripsikan aktivitas kunci proses yang tereksekusi

     beserta penanggung jawab prosesnya. Salah satu prinsip kerja dalam

    diagram  flow  proses adalah aktivitas investigasi berbagai kesempatan /

     peluang pengembangan dan peningkatan dengan upaya memahami

     berbagai variasi per tahapan antar-proses, di titik proses mana saja seluruh

    modifikasi alternatif tersebut dapat dilakukan.

    (Hidayat, 2007, p301)

    Diagram alir digunakan untuk membuat proses menjadi lebihmudah dilihat berdasarkan urutan-urutan (langkah-langkah) dari proses itu,

    sehingga bermanfaat bagi analisis dan perbaikan proses terus-menerus.

    Diagram alir digunakan apabila berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :

      Terdapat masalah dalam proses yang ditunjukkan melalui

    tingkat performansi proses yang rendah.

      Memberikan pelatihan kepada karyawan baru.

     

    Mengembangkan sistem pengukuran.

      Menganalisis ketidaksinkronan, kesenjangan, dan lain-lain, yang

     berkaitan dengan proses.

      Landasan untuk perbaikan proses terus-menerus.

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    19/28

    II-19 

    2.4.2  Diagram Pareto (Pareto Diagram) 

    Suatu diagram atau grafik yang menjelaskan hirarkhi dari masalah-

    masalah yang timbul sehingga berfungsi untuk menentukan prioritas

     penyelesaian masalah. Urutan-urutan prioritas perbaikan untuk mengatasi

     permasalahan dapat dilakukan dengan memulai pada masalah dominan yang

    diperlukan dan yang diperoleh dari diagram pareto ini. Setelah diadakannya

     perbaikan dapat dibuat diagram pareto baru untuk membandingkan dengan

    kondisi sebelumnya. Jadi kegunaan diagram pareto ini, antara lain :

    1.  Menunjukkan masalah utama dengan menunjukkan urutan

     prioritas dari beberapa masalah.

    2.  Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap

    keseluruhan.

    3.  Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada

    daerah terbatas.

    4.  Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan

    sesudah perbaikan.Terdapat banyak aspek dalam produksi yang harus diperbaiki,

    yaitu : cacat, alokasi waktu, penghematan biaya dan seterusnya. Dalam

    fakta, setiap permasalahan terdiri dari banyak masalah kecil-kecil sehingga

    menjadi sulit hanya untuk mengetahui bagaimana melangkah ke

     pemecahannya.

    Pada dasarnya diagram  Pareto  dapat digunakan sebagai alat interpretasi

    untuk:

      Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-

    masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada.

      Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting

    melalui pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau

     penyebab-penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang

    signifikan.

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    20/28

    II-20 

    Sebuah diagram pareto menunjukkan masalah apa yang pertama

    harus kita pecahkan untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki

    operasi. Item cacat yang paling sering muncul ditangani terlebih dahulu

    kemudian dilanjutkan dengan item cacat tertinggi kedua dan seterusnya.

    Walaupun diagram ini sangat sederhana, grafik balok ini sangat berguna

    dalam pengendalian mutu pabrik, kita dapat lebih mudah melihat kerusakan

    mana yang paling penting dengan grafik balok dari pada dengan

    menggunakan sebuah tabel bilangan saja.

    Diagram ini berdasarkan pekerjaan Vilfredo Pareto, seorang

     pakar ekonomi di abad ke-19. Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan

    Pareto dengan menyatakan bahwa 80% permasalahan perusahaan

    merupakan hasil dari penyebab yang hanya 20%.

    Kontribusi relatif dalam diagram  Pareto  kemungkinan besar

    terletak pada nilai-nilai frekuensi relatif, biaya relatif, dan lain-lainnya.

    Kontribusi relatif digambarkan sebagai garis lintasan tebal dalam diagram,

    sedangkan garis kumulatif adalah fungsi dari kontribusi kumulatif.Prosedur penentuan prioritas dalam diagram  Pareto sebagai berikut:

      Pemilihan konsistensi yang akan diranking dan diukur

    (misalnya frekuensi, biaya, dan lain-lain).

      Menyusun daftar-daftar elemen dari kiri ke kanan di atas

    aksis garis horizontal sebagai ukuran order.

      Mengatur kesesuaian skala vertical   pada bagian kiri dan di

    atas klasifikasinya.

      Mengatur skala 0-100% di bagian kanan dan menarik garis tegas

    yang lebih tinggi dari garis yang tertinggi, dan menggesernya

     pada posisi di atas basis kumulatif yang ditarik dari kiri ke

    kanan.

    Pada sistem pengendalian kualitas, setelah dilakukan langkah-

    langkah pengendalian proses, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    21/28

    II-21 

    tindakan perbaikan pada faktor-faktor yang masih mempunyai kekurangan

    walaupun proses telah dikendalikan. Akan tetapi tindakan perbaikan pada

    faktor-faktor tersebut tidak dapat dilakukan pada saat yang bersamaan

    karena tidak efisien dari segi ekonomis.

    Tata Cara Pembuatan Diagram Pareto adalah sebagai berikut :

    1.  Buat klasifikasi dari cacat.

    2.  Tentukan periode dari diagram Pareto.

    3.  Tulis jumlah cacat yang timbul pada periode waktu yang telah

    ditentukan.4.  Buat dua sumber koordinat.

    5.  Gunakan garis horizontal  untuk menggambarkan presentase.

    6.  Buat diagram-diagram dimana tinggi diagram menyatakan

     presentase jenis cacat.

    2.4.3 Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)

    Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan

    hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses

     statistical , diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-

    faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang

    disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini

    sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan ( fishbone) karena

     bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram Ishikawa ( Ishikawa’s

    diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari

    Universitas Tokyo pada tahun 1953.

    Setiap „tulang‟ mewakili kemungkinan sumber kesalahan. Diagram

    ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari unsur penyebab

    yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut. Diagram ini sering disebut

    dengan diagram tulang ikan karena menyerupai bentuk susunan tulang ikan.

    Bagian kanan dari diagram biasanya menggambarkan akibat atau permasalahan

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    22/28

    II-22 

    sedangkan cabang-cabang tulang ikannya menggambarkan penyebabnya. Pada

    umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan dengan masalah kualitas.

    Sedangkan unsur-unsur penyebab biasanya terdiri dari faktor-faktor manusia,

    material, mesin, metode, dan lingkungan.

    Komposisi bahan mentah dapat sedikit berbeda dengan sumber

     pasokan dan mungkin terdapat perbedaan ukuran dalam batas yang di izinkan.

    Mesin kelihatannya berfungsi dengan cara yang sama, tetapi dispersi dapat

    muncul dari sebuah mesin bila beroperasi optimal hanya sebagian dari sebagian

    waktu kerja. Metode kerja yang samapun dapat menunjukkan perbedaan dalam

    hasil prosesnya.

    Kegunaan dari diagram ini adalah untuk menemukan faktor-faktor

    yang merupakan sebab pada suatu masalah. Untuk menentukan faktor-faktor

    yang berpengaruh, ada lima faktor utama yang harus diperhatikan yaitu

    manusia, material, metode, mesin dan lingkungan, diagram ini berfungsi:

    1.  Menemukan faktor yang berpengaruh pada karakteristik kualitas

    2. 

    Prinsip bebas, penyebab yang berdiri sendiri3.  Untuk pengisian digunakan metode sumbang saran

    4.  Menggunakan metode 4 M + 1 L (mesin, material, metode,

    manusia, lingkungan).

    Bila terdapat sedikit perbedaan dalam bahan mentah, peralatan

    dan metoda kerja, dispersi produk dalam histogram akan bertambah besar.

    Faktor penyebab sebaran adalah bahan mentah, peralatan, metode kerja dan

    sebagainya, perbedaan ini menghasilkan dispersi mutu produk.

    Mutu yang ingin kita perbaiki dan kendalikan disebut

    “karakteristik mutu”. Yang dapat menyebabkan penyebaran disebut faktor.

    Untuk mengilustrasikan pada sebuah diagram hubungan antara sebab dan

    akibat kita ingin mengetahui sebab dan akibat dalam bentuk yang nyata.

    Oleh karenanya, akibat = karakteristik mutu, dan sebab = faktor.

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    23/28

    II-23 

    Dalam diagram sebab akibat, faktor merupakan penyebab

    terjadinya cacat, sementara karakteristik mutu merupakan akibat. Pada

    umumnya, faktor harus ditulis lebih rinci untuk membuat diagram menjadi

     bermanfaat.

    2.4.4 Diagram Kontrol (Control Chart )

    Prinsip kerja SPC adalah diagram-diagram kontrol /

     pengendalian. Diagram kontrol adalah salah satu bagian dari diagram

     proses yang berbentuk cukup sederhana, dan terdiri atas dua tipe, yaitu :

    • Special cause variation, sumber dari varian yang tidak sepenuhnya tersedia

     pada waktu yang bersamaan, dan muncul dari keadaan yang spesifik.

    • Common cause variation, sumber dari variasi yang berpengaruh pada

    segenap nilai individual dari karakteristiknya. Hal terpenting dalam

    membedakan kedua tipe diagram kontrol tersebut adalah dengan

    meninjaunya dari bagaimana cara memangkas adanya variasi penyebab

    khusus yang secara fundamental sangat berbeda dari „common causevariation‟. Strategi dalam menghadapi ‘common cause variation’   adalah

     bagaimana cara untuk menekan atau mereduksi sinyalemen kejadiannya.

    Misalnya, pendeteksian awal dengan metode desain kontrol, atau dengan

    mengukur kapabilitas dan kinerja proses yang memperlihatkan penurunan /

     pelemahan atau tidak. Kalaupun ada, strategi pengembangan dan

     peningkatannya perlu ditinjau kembali, terutama di titik-titik kritis

     pentahapan proses. Berbeda dengan „ special cause variation’ , dalam

    menghadapi kejadian tersebut, disarankan untuk berkonsentrasi pada

    aktivitas penstabilan aktivitas proses dengan kembali pada fokus kontrol.

    Ini karena ‘special cause’   (penyebab khusus) hanya dapat diidentifikasi

    dengan diagram kontrol yang memiliki empat kriteria standar, antara lain :

    • Seluruh titik berada di luar garis kontrol;

    • Lintasan tujuh poin di atas atau di bawah garis tengah;

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    24/28

    II-24 

    • Lintasan tujuh interval atas atau interval bawah;

    • Seluruh „obvious’ patt ern non-random.

    (Hidayat, 2007, p302-303)

    2.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

    FMEA adalah sistematika dari aktivitas yang mengidentifikasi dan

    mengevaluasi tingkat kegagalan ( failure) potensial yang ada pada sistem,

     produk, atau proses terutama pada bagian akar-akar fungsi produk /

     proses pada faktor-faktor yang mempengaruhi produk / proses. FMEA juga

    merupakan bentuk- bentuk desain “rank order potential ”, dan sebagai

     pendefinisi proses. Sebagai perangkat kerja metode kualitas, FMEA

     berfungsi sebagai pengilustrasi dari implementasi metode-metode kualitas

    yang sesuai, yaitu sebagai media pengeliminasi dan pereduksi adanya

     perubahan-perubahan nilai yang terjadi karena adanya “ failure occurring ”.

    Tujuan FMEA adalah mengembangkan, meningkatkan, dan mengendalikan

    nilai / harga probabilitas dari “ failure” yang terdeteksi dari sumber(input ), dan juga mereduksi efek-efek yang ditimbulkan oleh kejadian

    “ failure” tersebut. Fokus FMEA adalah strategi  preventif   terhadap

    meningkatnya nilai faktor-faktor “non-conformance”, dan merupakan salah

    satu perangkat kerja dalam menganalisis resiko-resiko dalam sistem, produk,

    maupun proses.

    Dalam inisiatif Six Sigma, FMEA dikolaborasikan dengan

    model Kano sebagai landasan penerjemahan tingkat-tingkat ekspektasi

    konsumen. Model Kano berperandalam fungsi-fungsi pendefinisian praktis

    atas ekspektasi konsumen (termasuk definisi kepuasan konsumen),

    sedangkan FMEA berperan sebagai perangkat kerja dalam mereduksi

    tingkat-tingkat ketidakpuasan konsumen dan bukan sebagai metode

     peningkatan kepuasan konsumen.

    (Hidayat, 2007, p244-245)

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    25/28

    II-25 

    Definisi dari berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut :

    (Pyzdek, 2003, p596-599) :

    1.  Potential Failure Mode adalah kegagalan-kegagalan yang mungkin

    terjadi dan yang mungkin tidak disukai oleh customer .

    2.  Potential Failure Effect   adalah hal-hal yang muncul apabila kegagalan

    ( Potential Failure Mode) itu terjadi.

    3.  Potential Causes adalah kemungkinan penyebab dari  Potential Failure

     Mode tersebut.

    4. Severity  adalah penilaian atas seberapa signifikan kegagalan tersebut

     bisa memberikan kepada customer . Penilaian dengan pemberian rating

    untuk Severity bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

    (Pyzdek, 2003, p598-599)

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    26/28

    II-26 

    Tabel 2.5 Penjelasan Nilai Rating Severity dalam FMEA

    Rating Severity (SEV)

    1  Minor . Customer   tidak akan menyadari efeknya atau bahkan

    menganggap hal itu tidak penting.

    2 Customer  akan mengetahui efeknya.

    3 Customer  akan merasa terganggu terhadap kinerja yang rendah.

    4 Sedang. Customer   akan merasakan ketidakpuasan karena

    kinerja yang rendah

    5 Produktivitas akan customer  menurun.

    6 Customer   akan melakukan komplain. Sangat mungkin terjadi

    customer  meminta perbaikan, retur, atau bahkan uang ganti rugi.

    Hal ini akan menyebabkan peningkatan biaya internal (perbaikan,

     pengerjaan ulang, dsb).

    7 Kritis. Loyalitas customer   akan berkurang. Operasional

    internal juga terkena dampak imbasnya

    8 Goodwill customer   akan hilang sepenuhnya sebagai akibat

    dari efeknya. Operasional internal sangat terganggu.

    9 Keselamatan customer  atau karyawan lemah.

    10 Bencana. Customer   atau karyawan berada dalam bahaya

    tanpa peringatan.

    Sumber: Pyzdek, 2003, p598

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    27/28

    II-27 

    5. Occurence  adalah penilaian atas seberapa sering penyebab dari

    kegagalan ini terjadi. Penilaian dengan pemberian rating untuk Occurence 

     bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

    (Pyzdek, 2003, p598-599)

    Tabel 2.6 Penjelasan Nilai Rating Occurrence dalam FMEA

    Rating Occurrence (OCC)

    1 Hampir tidak pernah terjadi.

    2 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi rendah.

    3 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi rendah.

    4 Kegagalan terjadi dari waktu ke waktu.

    5 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi sedang.

    6 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi sedang.

    7 Tingkat kegagalan yang terdokumentasi tinggi.

    8 Tingkat kegagalan yang tidak terdokumentasi tinggi.

    9 Kegagalan sangat sering terjadi.

    10 Kegagalan hampir selalu terjadi.

    Sumber: Pyzdek, 2003, p598

    6.  Detectability  adalah penilaian atas seberapa mungkin penyebab

    kegagalan

    itu bisa terdeteksi oleh sistem yang telah ada di perusahaan saat ini.

    Penilaian dengan pemberian rating   untuk  Detectability  bisa dilihat pada

    tabel di bawah ini.

    Catatan: p adalah perkiraan probabilitas suatu kegagalan tidak terdeteksi.

    (Pyzdek, 2003, p598-599)

  • 8/18/2019 UEU Undergraduate 2412 BAB2

    28/28

    II-28 

    Tabel 2.7 Penjelasan Nilai Rating Detectability dalam FMEA

    Rating Detectability (DET)

    1 Hampir pasti bisa terdeteksi sebelum sampai ke tangan customer .

    (p ≈ 0) 

    2 Kemungkinan sangat rendah untuk sampai ke tangan customer  

    tanpa terdeteksi. (0 < p ≤ 0.01) 

    3 Kemungkinan rendah untuk sampai ke tangan customer   tanpa

    terdeteksi. (0.01 < p ≤ 0.05) 

    4 Biasanya terdeteksi sebelum sampai ke tangan customer . (0.05 < p

    ≤ 0.20) 

    5 Kemungkinan bisa terdeteksi sebelum sampai ke tangan

    customer . (0.20 < p ≤ 0.50) 

    6 Kemungkinan tidak terdeteksi sebelum sampai ke tangan

    customer . (0.50 < p ≤ 0.70) 

    7 Sangat tidak mungkin terdeteksi sebelum sampai ke tangan

    102 customer . (0.70 < p ≤ 0.90) 

    8 Kemungkinan terdeteksi buruk. (0.90 < p ≤ 0.95)  

    9 Kemungkinan terdeteksi sangat buruk. (0.95 < p ≤ 0.99) 

    10 Hampir pasti kegagalan tidak akan terdeteksi.

    (p ≈ 1) 

    Sumber: Pyzdek, 2003, p598

    7.  Risk Priority Number   (RPN) adalah hasil perkalian antara Severity 

    (SEV), Occurrence (OCC), dan Detectability (DET).

    8.  Recommended Action  adalah usulan-usulan yang dapat dilakukan untuk

    mengatasi penyebab-penyebab kegagalan tersebut dan mengurangi angka

     Risk Priority Number   (RPN).