tutorial skenario b blok 20 dc
DESCRIPTION
anmal 20 bTRANSCRIPT
Tugas
Tutorial Skenario B Blok 20 2015
Devin Chandra
04011181320016
PDU Unsri B 2013
Pendidikan Dokter UmumFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2015
Tutorial Skenario B Blok 20 2015
A. Analisis Masalah
1. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi kulit?
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otot-otot dan organ-organ
dalam, merupakan jalinan jaringan tidak berujung pembuluh darah, saraf, dan kelenjar.
Secara mikroskopis, kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutan. Epidermis
(lapisan terluar) terdiri atas stratum korneum (lapisan tanduk) dan stratum malfigi.
Stratum malfigi terbagi menjadi stratum granulosum, stratum germinativum (lapisan sel
basal), stratum spinosum. Lapisan sel basal tidak berdiferensiasi, namun mengalami
mitosis sehingga memperbarui epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum
adalah keratinosit yang membentuk keratin suatu protein fibrosa. Stratum granulosum
berada langsung di bawah stratum corneum dan punya fungsi penting dalam
menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Sel utama kedua epidermis
yaitu melanosit (ditemukan di lapisan sel basal) yang di dalamnya disintesis granula
pigmen (melanosom). Melanosom ini mengandung melanin.
Dermis terletak tepat di bawah epidermis, terdiri dari serabut kolagen, elastin, dan
retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Dermis juga terdapat pembuluh
darah dan persarafan. Di bawah dermis terdapat lapisan subkutan. Lapisan ini merupakan
bantalan untuk kulit. Pada kulit, juga terdapat kelenjar keringat, sebasea, apokrin, dan
rambut (terbentuk dari keratin).
Gambar 1: Struktur Kulit
Gambar 2: Tampilan histologi kulit
Berdasarkan bagian yang telah dipaparkan tadi, kulit memliki fungsi:
a. Proteksi
Karena terdapat jaringan lemak, melindungi tubuh dari gangguan fisik/mekanik
Stratum korneum bersifat impermeabel terhadap zat kimia dan air
Terdapat melanosit yang melindungi tubuh dari sinar matahari
b. Ekskresi
Terdapat kelenjar keringat yang menghasilkan keringat dan kelenjar sebasea yang
menghasilkan sebum
c. Persepsi
Badan Ruffini: sensasi panas
Badan Krause: sensasi dingin
Badan Meissner&Merkel Ranvier: sensasi raba
Badan Paccini: sensasi tekanan
d. Termoregulasi
Keringat yang dihasilkan membantu mengatur suhu tubuh
e. Pembentukan pigmen
Terdapat melanosit di lapisan sel basal yang mengandung melanin
f. Menyimpan lemak
Lapisan subkutan yang ada membantu penyimpanan lemak
2. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan saraf tepi dan tes fungsi saraf ?
a. Pemeriksaan saraf tepi
Hasil pemeriksaan: teraba penebalan saraf pada nervus ulnar dextra et sinistra dan
peroneus lateralis dextra et sinistra tapi tidak nyeri
Keadaan normal: tidak teraba penebalan, tidak ada nyeri
Interpretasi: abnormal, menunjukkan gejala akibat infeksi M. Leprae yang
mengenai saraf perifer dan menunjang diagnosis Morbus Hansen tipe borderline
lepromatous leprosy (BL) karena penebalan saraf perifer yang simetris.
b. Tes fungsi saraf
Hasil pemeriksaan: ada gangguan fungsi sensorik rasa raba, nyeri, dan suhu pada
palmar manus dan plantar pedis dextra et sinistra. Tidak ada gangguan motorik
pada nervus ulnar, medianus, dan radialis dextra et sinistra
Keadaan normal: tidak ada gangguan fungsi sensorik, motorik, dan otonom.
Interpretasi: abnormal, gangguan sensorik pada saraf perifer karena infeksi M.
Leprae, namun, belum mengenai fungsi motorik (gejala belum berat).
3. Apa diagnosis banding pada kasus?
Morbus Hansen
Pitiriasis alba
Sarkoidosis
Lupus eritematous
Sifilis
Granuloma annulare
4. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada kasus?
a. Anamnesis
Tanyakan keluhan utamanya (apakah ada bercak), lama timbul keluhan, keluhan
tambahan (mati rasa, nyeri, tidak dapat menutup mata dengan sempurna), lokasi
lesi, kebiasaan penderita, riwayat penyakit sebelumnya (apakah pernah menderita
bercak putih sebelumnya), riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat kontak
dengan penderita.
b. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
Pemeriksaan saraf
Terdapat penebalan saraf perifer simetris, terdapat gangguan sensoris seperti
nyeri, gangguan motorik menunjukkan gejala yang berat
Status dermatologikus
Terdapat lesi dengan bentuk makula, plakat, papul. Jumlah lesi sulit dihitung,
masih ada kulit yang sehat. Permukaan lesi hampir simetris, permukaan halus
berkilat dengan batas yang agak jelas, anestesi tidak selalu ada di bagian lesi.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan BTA
Dilakukan pengambilan bahan sediaan dengan cara mengerok kulit minimal 4-6
tempat, yaitu di kedua cuping telinga bagian bawah dan 2-4 lesi lain yang paling
aktif. Juga dapat diambil dari sekret hidung atau mukosa hidung. Hasil
mendukung infeksi bakteri bila terdapat banyak BTA di lesi kulit.
Pemeriksaan histopatologis
Pada pasien dengan sistem imunologik seluler tinggi, akan tampak gambaran
tuberkel yang terdiri atas sel epiteloid, sel datia Langhans dan limfosit. Pasien
dengan sistem imunologik seluler rendah, tampak sel Virchow yang merupakan
bentuk histiosit yang tidak mampu memfagositosis M. Leprae.
Pemeriksaan imunologis
Untuk membantu diagnosis kusta yang meragukan. Pemeriksaan yang dilakukan
yaitu MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination), uji ELISA (Enzyme
Linked Immuno-Sorbent Assay), dan mL dipstick (Mycobacterium leprae
dipstick).
5. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus?
Pemeriksaan BTA
Dilakukan pengambilan bahan sediaan dengan cara mengerok kulit minimal 4-6
tempat, yaitu di kedua cuping telinga bagian bawah dan 2-4 lesi lain yang paling
aktif. Juga dapat diambil dari sekret hidung atau mukosa hidung. Hasil mendukung
infeksi bakteri bila terdapat banyak BTA di lesi kulit.
Pemeriksaan histopatologis
Pada pasien dengan sistem imunologik seluler tinggi, akan tampak gambaran
tuberkel yang terdiri atas sel epiteloid, sel datia Langhans dan limfosit. Pasien
dengan sistem imunologik seluler rendah, tampak sel Virchow yang merupakan
bentuk histiosit yang tidak mampu memfagositosis M. Leprae.
Pemeriksaan imunologis
Untuk membantu diagnosis kusta yang meragukan. Pemeriksaan yang dilakukan
yaitu MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination), uji ELISA (Enzyme
Linked Immuno-Sorbent Assay), dan mL dipstick (Mycobacterium leprae dipstick).
6. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Morbus Hansen tipe Borderline Lepromatous Leprosy (BL).
7. Apa saja etiologi dan faktor resiko pada kasus?
Etiologi dari kasus adalah infeksi oleh Microbacterium leprae. Faktor resiko pada kasus
antara lain tinggal di area endemis, kontak dengan pengidap lepra, kemiskinan, kontak
dengan tanah yang terdapat mikroba M. Leprae.
8. Bagaimana patogenesis dan respon imun pada kasus?
M. leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi yang rendah, sebab, penderita yang
mengandung kuman lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat,
bahkan dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat
penyakit, tidak lain disebabkan oleh respons imun (cellular mediated immunity) yang
berbeda, yang menggugah timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang
dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut
penyakit imunologik. Pada kasus ini, kusta tipe BL terjadi reaksi tipe 2 (eritema
nodosum leprosum/ ENL)
9. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus?
Terdapat lesi berbentuk makula, plakat, papul
Jumlah tidak dapat dihitung, masih ada kulit yang sehat
Lesi hampir simetris dengan permukaan halus berkilat
Batas lesi agak jelas
BTA dari lesi kulit biasanya banyak
Bila telah mengenai saraf perifer, gejala sesuai dengan saraf yang terkena.
10. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus?
a. Terapi non farmakologis
- Menjaga higienitas diri, terutama pada regio yang mengalami penurunan fungsi
neurologis. Tangan atau kaki yang anestetik dapat direndam di air
- Lesi kalus/ kulit keras di sekitar ulkus dapat diabrasi dengan bilah skalpel oleh
tenaga medis
- Menggunakan pelembap topikal
- Banyak istirahat/ kurangi jalan terlalu lama
b. Terapi farmakologis
- Pengobatan dilakukan selama 12 bulan, hari pertama tiap bulan:
Rifampisin 600 mg dibagi menjadi 2 kapsul
Klofazimin 300 mg dibagi menjadi 3 kapsul
Dapson 100 mg 1 tablet
Hari 2-28:
Klofazimin 50 mg 1 kapsul
Dapson 100 mg 1 tablet
11. Bagaimana komplikasi pada kasus?
Neuropati saraf perifer
Ulkus atau fisura yang berakibat osteomielitis
Pembentukan kalus
Kontraktur sendi akibat paralisis otot
Kelainan oftalmologis
12. Bagaimana prognosis pada kasus?
Prognosis baik jika tatalaksana dilakukan sedini mungkin dan tepat.
13. Bagaimana pencegahan pada kasus ?
- Tidak melakukan kontak langsung dengan pengidap lepra
- Menjaga higienitas diri
- Mengobati anggota keluarga yang mengidap lepra sedini mungkin
14. Apa SKDI pada kasus?
4.
B. Learning Issue
1. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi dari Kulit
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otot-otot dan organ-organ
dalam, merupakan jalinan jaringan tidak berujung pembuluh darah, saraf, dan kelenjar.
Secara mikroskopis, kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutan. Epidermis
(lapisan terluar) terdiri atas stratum korneum (lapisan tanduk) dan stratum malfigi.
Stratum malfigi terbagi menjadi stratum granulosum, stratum germinativum (lapisan sel
basal), stratum spinosum. Lapisan sel basal tidak berdiferensiasi, namun mengalami
mitosis sehingga memperbarui epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum
adalah keratinosit yang membentuk keratin suatu protein fibrosa. Stratum granulosum
berada langsung di bawah stratum corneum dan punya fungsi penting dalam
menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Sel utama kedua epidermis
yaitu melanosit (ditemukan di lapisan sel basal) yang di dalamnya disintesis granula
pigmen (melanosom). Melanosom ini mengandung melanin.
Dermis terletak tepat di bawah epidermis, terdiri dari serabut kolagen, elastin, dan
retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Dermis juga terdapat pembuluh
darah dan persarafan. Di bawah dermis terdapat lapisan subkutan. Lapisan ini merupakan
bantalan untuk kulit. Pada kulit, juga terdapat kelenjar keringat, sebasea, apokrin, dan
rambut (terbentuk dari keratin).
Gambar 1: Struktur Kulit
Gambar 2: Tampilan histologi kulit
Berdasarkan bagian yang telah dipaparkan tadi, kulit memliki fungsi:
a. Proteksi
Karena terdapat jaringan lemak, melindungi tubuh dari gangguan fisik/mekanik
Stratum korneum bersifat impermeabel terhadap zat kimia dan air
Terdapat melanosit yang melindungi tubuh dari sinar matahari
b. Ekskresi
Terdapat kelenjar keringat yang menghasilkan keringat dan kelenjar sebasea yang
menghasilkan sebum
c. Persepsi
Badan Ruffini: sensasi panas
Badan Krause: sensasi dingin
Badan Meissner&Merkel Ranvier: sensasi raba
Badan Paccini: sensasi tekanan
d. Termoregulasi
Keringat yang dihasilkan membantu mengatur suhu tubuh
e. Pembentukan pigmen
Terdapat melanosit di lapisan sel basal yang mengandung melanin
f. Menyimpan lemak
Lapisan subkutan yang ada membantu penyimpanan lemak
Daftar Pustaka
Menaidi, Sri Linuwih SW., dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Arifputera, Andy, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta:Media Aesculapius.
Price, Sylvia A., dkk. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6.
Jakarta: EGC.