tumor sel germinal testis
DESCRIPTION
Tumor Sel Germinal TestisTRANSCRIPT
TUMOR SEL GERMINAL TESTIS
Tumor sel germinal testis dapat terjadi pada segala usia, tapi tersering pada 3 segmen
usia berikut : 0 – 10 tahun, 15 – 40 tahun, dan 60 tahun ke atas. Di antaranya sebagian besar
tumor terjadi pada dewasa muda berusia 15-35 tahun.
EPIDEMIOLOGI
Insiden tumor testis terdapat variasi nyata geografis dan etnis. Denmark memiliki
insiden tertinggi, disusul orang kulit putih Amerika Utara dan Eropa Barat, sedangkan Asia
dan Afrika serta kulit hitam Amerika Utara memiliki insiden terendah. Insiden di China
sekitar 1/100.000.
ETIOLOGI
Meskipun terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian tumor testis, tapi
etiologi pastinya belum jelas. Kriptorkidisma (testis desensus tidak sempurna) berpeluang
timbul tumor 40 kali lipat testis normal, peluang terjadinya tumor pada testis kontralateral
dari pasien tumor testis adalah 5%. Rudapaksa dan hipotrofi testis juga memiliki kaitan
tertentu dengan tumor testis. Banyak pasien tumor testis memiliki delesi lengan pendek
kromosom nomor 21, diduga 1/3 tumor testis berkaitan dengan faktor herediter.
PATOLOGI
Tumor sel germinal testis menurut jenis sel tumornya dibagia menjadi seminoma dan
tumor sel germinal nonseminoma (NSGCT = nonseminomatous germ cell tumours), yang
terakhir meliputi karsinoma sel embrional, tumor sakus vitelinus, teratoma dan
koriokarsinoma. Seminoma paling sering dijumpai (sekitar 40%), disusul karsinoma sel
embrional dan teratoma. Sekitar 25% tumor testis berupa tumor campuran, mengandung
berbagai jenis sel, di antaranya yang tersering adalah karsinoma sel embrional dan teratoma.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi tersering tumor testis adalah pembesaran tidak nyeri testis unilateral, ada
pasien mengeluh testis terasa berat, nyeri tumpul, nyeri tegang atau infertilitas.
Setengah pasien ketika dapat berobat telah memiliki metastasis, sekitar 10% pasien
datang berobat dengan gejala dari lesi metastatik. Gejala metastasis meliputi pembesaran
kelenjar limfe supraklavikular, hemoptisis akibat metastasis paru, massa abdominal, nyeri
punggung (karena pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal metastatik), nyeri tulang
metastatik, ginekomastia (karena hipersekresi hCG).
ZAT PETANDA TUMOR
Sekitar 90% pasien tumor sel germinal testis terdapat peninggian AFP (α-feto-protein)
atau β-hCG (β-human chorionic gonadotropin) serum. Beta-hCG dan AFP merupakan zat
petanda tumor terpenting dari tumor germinal testis, bukan hanya penting untuk diagnosis
dan penentuan stadium klinis, tapi juga sangat penting untuk menilai efektivitas terapi, tindak
lanjut dan estimasi prognosis.
Sel koriokarsinoma menghasil β-hCG, seminoma juga dapat menghasilkan β-hCG,
sedangkan sel karsinoma embrional menghasilkan AFP. Beta-hCG adalah glikoprotein, bobot
molekul relatif 38.000, terbentuk dari dua subunit yaitu α dan β, waktu paruh dalam serum
adalah 24-48 jam. AFP adalah glikoprotein embrional, bobot molekul 70.000, waktu paruh 5-
7 hari, 70% pasien tumor sakus vitelinus dan karsinoma embrional menunjukkan peningkatan
AFP serum. Seminoma tidak menghasilkan AFP. Jika AFP serum tinggi, potongan patologik
anatomi menemukan seminoma, harus mengulangi pemotongan berkali-kali, periksa dengan
teliti dapat menemukan unsur nonseminomatosa, harus didiagnosis sebagai tumor testis
campuran, bukan seminoma. Pasca orkidektomi, AFP atau β-hCG tidak turun ke nilai normal,
atau waktu paruh memanjang, atau setelah turun hinggal normal lalu naik lagi, pertanda
terdapat residif atau rekurensi. Dari perubahan AFP atau β-hCG dapat menilai efek
kemoterapi sistemik.
Terdapat beberapa petanda tumor lain, tidak sepenting AFP dan β-hCG, tapi bila AFP
dan β-hCG negatif, petanda tumor ini penting untuk tindak lanjut dan estimasi prognosis.
Pada 40-100% pasien seminoma terdapat peningkatan PLAP (placental-like alkaline
phosphatase), berguna untuk tindak lanjut kondisi penyakit, tapi kurang berguna untuk tumor
sel germinal nonseminomatosa, selain itu 35% dari pasien tumor non-testis juga terjadi
peningkatan PLAP. LDH (laktat dehidrogenase) serum meninggi pada 60% pasien tumor sel
germinal nonseminomatosa, selain itu derajat peninggian berhubungan positif dengan lingkup
lesi, bermaksa penting bagi estimasi prognosis dan tindak lanjut.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Terhadap pasien yang mengeluh pembesaran atau massa testis, palpasi teliti testis
umumnya membuat diagnosis awal. Namun untuk menentukan jenis jaringan tumor testis dan
penentuan stadium klinis perlu pemeriksaan fisik teliti, pemeriksaan zat petanda tumor
serum, rontgen thoraks, CT abdomen dan pasca orkidektomi radikal, dilakukan analisis
gabungan barulah dapat dipastikan. Penatalaksanaan lebih lanjut pasca orkidektomi radikal,
misalnya pengamatan saja, ataukah limfadenektomi retroperitoneal, kemoterapi sistemik,
radioterapi lokal, dll. harus ditentukan berdasarkan jenis jaringan tumor testis dan stadium
klinisnya.
Setiap massa keras dalam skrotum harus dipikirkan kemungkinan tumor testis, tapi
perlu dibedakan dari epididimitis, orkitis, torsi testis, hidrokel tunika vaginalis, kista korda
spermatik, varikokel atau hernia. Pada hidrokel transiluminasi positif, pada kista korda
spermatik palpasi testis normal, pemeriksaan fisik teliti dapat membedakan varikokel dan
hernia inguinal, pemeriksaan dopler warna membantu membedakan tumor testis dari torsi
testis. Orkitis umumnya terdapat merah, bengkak, nyeri, panas lokal dan demam sistemik,
testis membesar merata, tapi gejalanya tidak khas, dengan terapi antiradang agresif setelah 2
minggu testis tetap besar tidak berkurang atau progresif, harus dicurigai tumor testis dan
lakukan eksplorasi bedah.
KLASIFIKASI KLINIS
Tumor sel germinal testis sering memakai klasifikasi stadium TNM, berikut ini
stadium TNM menurut AJCC (tahun 2002 edisi 6).
Tumor primer (T) :
Biasanya lesi primer dinilai setelah orkidektomi radikal, oleh karena itu biasanya
dengan klasifikasi patologik.
pTx : tumor primer belum dinilai
pT0 : tanpa tumor primer
pTis : karsinoma in situ
pT1 : tumor terbatas pada testis dan epididimis, tanpa invasi limfatik dan vaskular, dapat
menembus tunika albuginea, tapi belum menembus tunika vaginalis testis
pT2 : tumor terbatas pada testis dan epididimus, terdapat invasi limfatik dan vaskular, atau
telah menembus tunika albuginea dan mengenai tunika vaginalis testis
pT3 : tumor menginvasi korda spermatika, ada atau tanpa invasi limfatik dan vaskular
pT4 : tumor menginvasi skrotum, ada atau tanpa invasi limfatik dan vaskular
Kelenjar limfe regional (N)* :
Nx : kelenjar limfe regional belum dinilai
N0 : tanpa metastasis kelenjar limfe regional
N1 : metastasis satu kelenjar limfe, atau metastasis banyak kelenjar limfe, tapi diametes
terbesar ≤ 2 cm
N2 : metastasis satu kelenjar limfe, atau metastasis banyak kelenjar limfe, tapi diametes
terbesar 2-5 cm
N3 : metastasis satu kelenjar limfe, diameter terbesar > 5 cm
(* yang dimaksud kelenjar limfe regional adalah yang terletak di antara aorta abdominal dan
vena kava, para (atau peri)-aorta abdominal, para-vena kava, pre-aorta abdominal, retro-aorta
abdominal, retro-vena kava. Pada pasien yang pernah operasi skrotum atau inguinal. Kelenjar
limfe kavum pelvis, iliaka eksternal dan inguinal juga termasuk kelenjar limfe regional.
Metastasis kelenjar limfe regio lain termasuk metastasis jauh).
Metastasis jauh (M)
Mx : ada tidaknya metastasis jauh belum dinilai
M0 : tanpa metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
M1a : metastasis di luar kelenjar limfe regional atau ke paru
M1b : metastasis jauh di luar kelenjar limfe atau paru
Petanda tumor serum (S) :
Sx : petanda tumor serum belum diperiksa
S0 : petanda tumor serum dalam batas normal
S1 : LDH <1,5xN*, β-hCG<5000mIu/ml, AFP<1000ng/ml
S2 : LDH<1,5-10xN*, atau β-hCG 5000-50.000mIu/ml, atau AFP 1000-10.000ng/ml
S3 : LDH>10xN*, atau β-hCG>50.000mIu/ml, atau AFP>10.000ng/ml
(N* adalah batas atas dari nillai normal LDH)
Klasifikasi stadium (stage grouping) :
Stadium 0 : pTis N0 M0 S0
Stadium I : pT1-4 N0 M0 Sx
IA : pT1 N0 M0 S0
IB : pT2-4 N0 M0 S0
Stadium IS : segala pT/Tx N0 M0 S1-3
Stadium II : segala pT/Tx N1-3 M0 Sx
IIA : segala pT/Tx N1 M0 S0-1
IIB : segala pT/Tx N2 M0 S0-1
IIC : segala pT/Tx N3 M0 S0-1
Stadium III : segala pT/Tx segala N M1a Sx
IIIA : segala pT/Tx segala N M1a S0-1
IIIB : segala pT/Tx N1-3 M0 S2
segala pT/Tx segala N M1a S2
IIIC : segala pT/Tx N1-3 M0 S3
segala pT/Tx segala N M1a S3
segala pT/Tx segala N M1b segala S
Terapi
Orkidektomi radikal
Setelah diagnosis klinis tumor testis ditegakkan, harus secepatnya dilakukan
orkidektomi radikal testis lesi, lingkup reseksi harus mencakup testis, epididimis dan korda
spermatik, eksisi korda spermatik harus sampai anulare internal inguinal. Jika pasien
menjalani kriptorkidektomi, harus sekalian dilakukan pengangkatan kelenjar limfe inguinal
sisi tersebut.
Pengangkatan limfatik retroperitoneal
Tumor testis kecuali koriokarsinoma yang terutama bermetastasis hematogen, jenis
jaringan lain umumnya bermetastasis limfeogen ke kelenjar limfe retroperitoneal. Kelenjar
limfe regional tempat drainase limfatik testis kanan berturut-turut adalah kelenjar limfe di
antara vena kava inferior dan aorta abdominal, prevena kava inferior dan paravena kava
inferior; testis kiri memiliki drainase limfatik berturut-turut ke kelenjar limfe pre-aorta
abdominal, sisi kiri aorta abdominal dan antara aorta abdominal dan vena kava inferior.
Metastasis stadium awal umumnya ke kelenjar limfe di bawah vena renal. Tapi pada pasien
yang pernah orkidektomi, aliran drainase limfatik berubah, tumor dapat bermetastasis ke
kelenjar limfe inguinal ipsilateral dan kelenjar limfe para-iliaka.
Pengangkatan limfatik retroperitoneal terutama digunakan untuk pasien NSGCT
stadium I dan II, pasca kemoterapi seminoma stadium IIB ke atas, dan pasca kemoterapi
NSGCT stadium II ke atas dengan pengangkatan lesi residif retroperitoneal.
Lingkup pengangkatan limfatik berbeda berdasarkan sisi testis terkena dan stadium
tumor (gambar 17.1 , gambar 17.2).
Radioterapi lokal
Seminoma sangat peka terhadap radioterapi. Radioterapi terutama diperuntukkan
pasien seminoma stadium I dan II pasca orkidektomi radikal, lingkup iradiasi adalah kelenjar
limfe regional retroperitoneal, dosis 25-35Gy. Pasien dengan riwayat operasi skrotum atau
inguinal ipsilateral, medan radiasi harus mencakup regio inguinal ipsilateral dan kavum
pelvis.
Kemoterapi sistemik
Formula kemoterapi kombinasi berbasis sisplatin (DDP) sangat efektif terhadap tumor
testis. meskipun lesi stadium lanjut sebagian besar pasien masih dapat mengalami remisi
lengkap jangka panjang atau sembuh. Terutama sesuai untuk seminoma stadium II atau lebih
dan NSGCT, atau pasien rekuren pasca radioterapi atau pasca pengangkatan limfatik
retroperitoneal. Formula kemoterapi yang sering dipakai adalah BEP (sisplatin, etoposid,
bleomisin) PVB (sisplatin, vinblastin, bleomisin), VIP (VP-16/etoposid, ifosfamid, sisplatin,
mesna). VIP terutama untuk kasus gagal dengan BEP dan PVB atau kasus rekuren.
Strategi terapi seminoma testis
1) Orkidektomi radikal
2) Stadium I, IIA atau IIB : radioterapi kelenjar limfe regional observasi tindak lanjut
3) Stadium IIB, IIC dan III : kemoterapi BEP 4 kur rekuren atau progresif
Strategi terapi NSGCT :
1) Orkidektomi radikal
2) Stadium I, II : pengangkatan limfatik retroperitoneal pengangkatan limfatik
retroperitoneal I, IIA observasi
3) Stadium II dan III : kemoterapi BEP 3 kur remisi lengkap observasi
Tindak lanjut dan prognosis
Pasien seminoma stadium I setelah orkidektomi radikal dan radioterapi kelenjar limfe
regional memiliki survival 5 tahun 95-100% , pasien stadium II sekitar 80%. Setelah
kemoterapi BEP dan PVB. Angka survival meningkat lebih lanjut, meskipun stadium lanjut
namun survival jangka panjang masih dapat mencapai 90% lebih. NSGCT secara keseluruhan
Ganti formula kemoterapi atau plus pengangkatan limfatik, atau plus radioterapi
Observasi tindak lanjut
Penyakit terkendali (stabil atau hilang)
IIB atau IIC
Kemoterapi BEP 2 kur
Observasi
Teratoma atau fibrosis
Progresif kemoterapi VIP + ABMT *
Kemoterapi VIP(*ABMT = transplan sumsum tulang autolog
Sel ganas positif
Pengangkatan limfatik
Remisi parsial
memiliki prognosis agak lebih buruk daripada seminoma, untuk pasien stadium I pasca
orkidektomi radikal dan pengangkatan limfatik retroperitoneal memiliki survival 2-5 tahun
sekitar 90%, pasca orkidektomi radikal dan radioterapi kelenjar limfe regional memiliki
survival 2-5 tahun 82% untuk pasien stadium I, 54% untuk stadium II. Dengan kemoterapi
kombinasi berbasis sisplatin, 70% dari pasien seminoma stadium lanjut dapat disembuhkan.
Seminoma stadium IIA pasca orkodektomi radikal dan radioterapi kelenjar limfe regional
memiliki angkat rekurensi 10-20%, IIB cukup tinggi sampai 38%. Pasien NSGCT stadium I
pasca orkidektomi murni memiliki rekurensi sekitar 30%. Oleh karena itu pasien pasca terapi
tumor testis harus diperiksa ulang regular seumur hidup, periksa ulang mencakup
pemeriksaan fisik (terutama pemeriksaan kelenjar limfe superfisial dan testis kontralateral),
petanda tumor serum (AFP, β-hCG, LDH dan PLAP) rontgen thoraks dan USG atau CT
abdomen. Karena sebagian rekurensi terjadi dalam 2 tahun pasca terapi, maka periksa ulang
harus dilakukan tiap 1-2 bulan sekali, setelah 2 tahun diperiksa ulang tiap 3-6 bulan sekali.