tumor jinak pada payudara
TRANSCRIPT
TUMOR JINAK PADA PAYUDARA
1. Fibroadenoma Mammae
Definisi
Fibroadenoma mammae adalah tumor neoplasma jinak payudara yang terdiri dari
campuran elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkhimal), yang terbanyak
adalah komponen jaringan fibrous. Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita
muda, umumnya 20 tahun pertama setelah pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi
pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan
pada 10-15% pasien.
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang memperlihatkan adanya proses
hyperplasia atau proliferatif pada satu unit ductus terminalis. perkambangannya dianggap
suatu kelainan dari perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Sekitar 10%
fibroadenoma menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh
setelah mencapai ukuran 2-3 cm.
Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative
mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara tidak
sengaja. Diagnosis klinis pada pasien muda biasanya tidak sulit ditegakkan. Pada wanita
diatas umur 30 tahun, tumor fibrocystic dan karsinoma payudara perlu dipertimbangkan.
Kista dapat diidentifikasi dengan aspirasi atau ultrasonography. Fibroadenoma tidak normal
terjadi setelah menopause namun mungkin dapat muncul setelah pemberian terapi sulih
hormone.
Gejala Klinis:
Usia biasanya muda dekade II-III atau bahkan lebih muda
Benjolan yang lambat membesar
Lebih sering tidak disertai rasa nyeri, hubungan dengan siklus menstruasi sangat
variatif
Benjolan padat-kenyal, sangat mobile dan batas tegas
Dapat single atau multiple, pada satu payudara atau kedua payudara
Pemeriksaan Dan Diagnosis
Anamnesis:
Merasa ada benjolan di payudara yang sudah cukup lama diketahui
Benjolan sering tidak disertai rasa nyeri dan sering tak ada hubungan dengan
menstruasi, benjolan di payudara terasa mobile
Usia muda (awal dewasa-30 tahun)
Pemeriksaan Fisik:
Biasanya benjolan tidak terlalu besar
Dapat tunggal atau multiple
Pada palpasi: teraba tumor padat-kenyal, berbatas tegas, permukaan halus meskipun
kadang-kadang berdungkul-dungkul, sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau
multiple dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening aksila ipsilateral.
Pencitraan:
Pada USG payudara akan terlihat massa yang homogen, berbatas tegas dengan halo
sign, dengan internal echo yang normo atau hiper. Pada pemeriksaan mammogram,
fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar atau oval
dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor
mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi
berguna untuk mendiagnosis massaini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu
keganasan mikrokalsifikasi.
Diagnosis
Cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan (USG) diperlukan pada
keadaan kecurigaan pada tumor kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multiple).
Penatalaksanaan Terapi
Eksisi dan pemeriksaan histopatologis atas specimen operasi. Tindak Lanjut (Follow
Up) Penting untuk mengetahui diagnosis patologis dan kemungkinan terjadinya kekambuhan
atau tumbuhnya tumor baru.
Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui
biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-
assisted core needledapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun
2005, cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman
jika lesi dipastikan merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum
cryoablasi dilakukan. Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa
tumor sangat besar untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan,
keuntungan cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara
fibroadenoma yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy.
2. Tumor Phyllodes
Pendahuluan
Tumor phyllodes adalah suatu neoplasma fibroepitelial yang jarang ditemukan.
Insidensinya hanya sekitar 0,3%-0,9% dari seluruh tumor payudara, sedangkan frekuensi lesi
maligna bervariasi sekitar 5 – 30%. Tumor phyllodes dulu dikenal dengan nama
“cystosarcoma phyllodes” yang dikemukakan pertama kali oleh Johannes Muller pada tahun
1838, untuk menunjukkan tumor yang secara makroskopik menyerupai daging dengan
gambaran leaflike pada potongan melintangnya. Ada juga yang menyebutnya sebagai “giant
fibroadenoma”, ”cellular intrcanalicular fibroadenoma” dan masih ada beberapa nama lain.
Penyebutan sebagai suatu “sarcoma” dianggap kurang tepat, karena phyllodes tidaklah selalu
bersifat ganas. Saat ini penamaan yang dipakai adalah menurut World Health Organisation,
1982 yaitu tumor phyllodes sebagai penamaan yang paling sesuai. Etiologi dari tumor
phyllodes sampai sekarang masih belum jelas apakah berasal dari fibroadenoma yang sudah
ada sebelumnya atau de novo.
Tumor Phyllodes dapat mencapai ukuran yang besar dan jika tidak dieksisi total dapat
terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas. Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi
dengan eksisi lokal dengan batas jaringan payudara sekitar. Penanganan tumor phyllode
ganas masih kontroversial, namun pembuangan tumor sempurna dengan sedikit area normal
disekitar tumor dapat mencegah rekurensi. Karena tumor ini dapat membesar, mastektomi
biasanya penting dilakukan. Diseksi limfe nodus tidak dilakukan, karena bagian sarcomatos
dari tumor bermetastasi ke paru-paru dan bukan ke limfe nodus.
Batasan
Tumor Phylllodes merupakan tipe tumor payudara yang sangat jarang terjadi. Tumor
ini dapat bersifat jinak (harmless), namun juga bisa ganas (cancerous). Tipe tumor ini
disebut “sarcoma” karena lebih sering muncul pada jaringan konektif (stroma) dibandingkan
jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara.
Nama lain tumor phyllodes antara lain: phylloides tumor, cystosarcoma phyllodes,
cystosarcoma phylloides kadang juga disebut “giant fibroadenomas”. Nama dahulu yang
sering dipakai adalah Cystosarcoma phyllodes, suatu tumor fibroepitelial yang jarang dan
hanya didapatkan pada pyudara.
Sebagian besar tumor phyllodes berupa massa yang berbentuk bulat sampai oval,
multinodular, tanpa disertai kapsul yang jelas. Ukuran bervariasi, dari 1-40 cm. Sebagian
besar tumor berwarna abu-abu-putih dan menonjol dari jaringan payudara sekitar. Pada tumor
yang berukuran besar, nekrosis dengan perdarahan dapat terjadi. Sebagian besar tumor tipe
benign dapat menyerupai fibroadenoma.4 Banyak pula peneliti yang menemukan tumor ini
dengan ukuran kurang dari 5 cm. Oleh karena itu diagnosa tumor phyllodes tidak dapat hanya
dibuat berdasarkan ukurannya saja. Jika tumor besar, pada penampang tampak celah-celah
yang memanjang (leaf-like appearance) yang merupakan tanda khas pada tumor phyllodes
dan kadang-kadang tampak daerah nekrotik, perdarahan dan degenerasi kistik. 5
Secara histologis dan perjalanan klinis dibagi dalam 3: jinak, borderline, ganas.
Diperkirakan tipe yang ganas kira-kira 25% dari kasus dengan kejadian metastase sekitar
15%. Aspek histologis untuk membedakan ketiga tipe adalah: Cellular atypia,mitotic activity,
tumor margin, stromal overgrowth, ditambah keadaan-keadaan: vaskularitas, analisa
flositometri, pleomorphism, karakteristik secara mikroskopik electron.
Patofisiologi
Kebanyakan penulis beranggapan bahwa tumor phuyllodes denove berasal dari
parenkim payudara, hanya sedikit yang percaya bahwa berasal dari suatu fibriadenoma yang
telah ada bertahun-tahun. Reseptor hormone terhadap estrogen dan progesterone ternyata
sangat bervariasi dan hanya terdapat pada komponen epitelialnya, sehingga pengobatan
hormonal pada kasus metastase tidak banyak gunanya, karena yang bermetastase hanyalah
komponen stromalnya.
Tumor ini bisa berasal dari fibroadenoma selular yang telah ada dan sekarang telah
mengandung satu atau lebih komponen asal mesenkim. Diferensiasi dari fibroadenoma
didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas stroma, pleomorfisme selular, inti
hiperkromatik dan gambaran mitosis dalam jumlah yang bermakna. Protrusio khas massa
polopoid stroma hiperplastik ke dalam kanalikuli yang tertekan menghasilkan penampilan
seperti daun yang menggambarkan istilah filoides
Gejala Klinis
Merupakan 2-4% dari angka kejadian FAM
Biasanya timbul pada usia yang lebih tua dari fibroadenoma mamma (decade III atau lebih)
Benjolan dapat tumbuh lambat tetapi akhirnya tumbuh lebih cepat
Benjolan dapat sangat besar (5 cm – 40 cm), kejadian bilateral hanya sekitar kurang dari 30%
baik tipe jinak maupun ganas.
Benjolan biasanya tidak nyeri, dapat disertai dengan ulkus
Tidak ditemukan pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening) aksila ipsilateral walau tumor
sudah sngat besar disertai ulkus.
Pemeriksaan Dan Diagnosis
Anamnesis:
Pasien khususnya datang dengan massa di mammae yang keras, bergerak, dan berbatas jelas
dan tidak nyeri.
Sebuah massa kecil dapat dengan cepat berkembang ukurannya dalam beberapa minggu
sebelum pasien mencari perhatian medis
Tumor jarang melibatkan kompleks puting-areola atau meng-ulserasi kulit
Pasien dengan metastase bisa muncul dengan gejala seperti dispnoe, kelelahan, dan nyeri
tulang (Schwartz, 2000)
Pemeriksaan Fisik
Didapatkan adanya massa mammae yang keras, mobile, dan batasnya tegas
Benjolan besar atau sangat besar (5 cm-40 cm)
Tidak didapatkan pembesaran KGB aksila ipsilateral walaupun benjolan sudah sangat besar
dan terdapat ulkus.
Pencitraan
Tidak khas dengan USG atau mammografi, sukar dibedakan dengan fibroadenoma
mammae.
Stadium Tumor Phyllodes:
Hampir semua kasus kanker payudara diklasifikasikan dari stadium1 sampai 4, namun
untuk tumor Phyllodes ini berbeda. Setelah operasi biopsy dilakukan, ahli patologi akan
menguji sel sample di laboratorium. Dua karakteristik yang diperhatikan adalah:
1. kecepatan perkembangbiakan/pembelahan sel
2. jumlah sel yang bentuknya tidak normal (irregularly shaped cells) dalam jaringan sample.
Berdasar dua kriteria di atas, maka akan dapat ditentukan, apakah tumor tersebut
masuk klasifikasi jinak atau ganas. Hampir semua tumor phylodes masuk kategori jinak.
Diagnosis
a. Pemeriksaan laboratorium Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah
lainnya yang bisa digunakan untuk mendiagnosa tumor filoides.
b. Pemeriksaan Radiologi Pada mammogram, tumor filoides akan memiliki tepi yang
berbatas jelas dan radioopak. Baik mammogram ataupun ultrasonografi (USG)
mammae dapat membedakan secara jelas antara fibroadenoma dan filoides jinak atau
tumor ganas. Jenis tumor mammae ini biasanya tidak ditemukan di dekat mikro
kalsifikasi.
c. Resonance Imaging (MRI) mammae dapat membantu tindakan operasi dalam
pengangkatan jaringan tumor filoides. Sebuah studi di Italia yang membandingkan
mammogram, USG dan MRI mammae dari tumor filoides melaporkan bahwa MRI
memberikan gambaran yang paling akurat dan ini membantu ahli bedah tumor dalam
menjalankan rencana operasi mereka. Bahkan jika tumor itu cukup dekat dengan otot-
otot dinding dada, MRI bisa memberikan gambaran yang lebih baik dari tumor
filoides daripada mammogram atau USG.
d. Biopsi Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) untuk pemeriksaan sitologi biasanya
tidak memadai untuk diagnosis tumor filoides. Biopsi jarum lebih dapat dipercaya,
namun masih bisa terdapat kesalahan pengambilan sampel dan kesulitan dalam
membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma. Biopsi mammae eksisi terbuka untuk lesi
lebih kecil atau biopsi insisional untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk
mendiagnosis tumor filoides. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium tapi
jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat menyerupai karsinoma
dan fibroadenoma. Pada Biopsi bedah akan menghasilkan potongan jaringan yang
akan memberikan sampel sel lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat
untuk sebuah tumor filoides.
e. Temuan histopatologi Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang
dapat bervariasi dalam tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya. Umumnya,
tumor filoides jinak memperlihatkan peningkatan jumlah mencolok pada fibroblas
fusiformis reguler dalam stroma. Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik dengan
perubahan miksoid yang diamati. Atipia seluler tingkat tinggi, dengan peningkatan
selularitas stroma dan peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu diamati pada bentuk
maligna cystosarcoma phylloides. Secara ultra-struktural, pada tumor filoides bentuk
jinak dan ganas, nukleolus dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar
dan sisterna berlimpah dalam retikulum endoplasma.
Diagnosis Banding
Untuk tumor yang kecil harus dibedakan dengan FAM
Pada keadaan tertentu harus dibedakan dengan Ca-mammae
Penatalaksanaan Terapi
Prinsip adalah eksisi luas, karena bila dilakukan eksisi seperti FAM maka angka kekambuhan
akan sangat besar
Mastektomi sederhana dikerjakan pada keadaan:
a. Benjolan yang sudah menempati hamper seluruh payudara sehingga hanya tersisa sedikit
jaringan payudara yang sehat
b. Benjolan residif dan terbukti histopatologis barupa lesi yang maligna
c. Benjolan residif pada usia tua
Pada tumor phyllodes yang maligna prinsip terapi juga sama dengan yang benigna kecuali
pada yang residif, langsung dikerjakan mastektomi sederhana. Pembersihan KGB aksila
hanya bila didapatkan metastase pada KGB aksila.
Radioterapi dan kemoterapi kurang berperanan.
Prognosis Tumor Phyllodes:
Tingkat kesembuhan penderita tumor Phyllodes setelah operasi pengangkatan sangat
bagus. Jika anda berusia 45 tahun atau lebih ada kemungkinan tumor muncul kembali,
meskipun sangat kecil. Untuk pasien yang terdiagnosis dengan tumor ganas, tingkat
kesembuhannya sangat bervariasi.
Tumor ganas memiliki peluang untuk menjadi kanker, bahkan setelah menjalani
operasi. Jika ada sel yang tertinggal, akan menjadi ganas dan menyebar. Tumor ganas
berpeluang muncul kembali, meski telah diobati dan dapat menyebar ke paru, tulang, hati,
dan dinding dada. Pada beberapa kasus, kelenjar limfe ikut berperan dalam penyebaran sel
tumor.
3. Fibrocystic Disease
Penyakit fibrokistik merupakan kelainan yang paling sering ditemukan pada wanita
dan biasanya didapatkan pada wanita pada usia dekade 3-4. Penyakit fibrokistik lebih tepat
disebut kelainan fibrokistik. Pasien biasanya datang dengan keluhan pembesaran multipel dan
sering kali rasa nyeri payudara bilateral terutama menjelang menstruasi. Ukuran dapat
berubah yaitu menjelang menstruasi terasa lebih besar dan penuh serta rasa sakit bertambah,
bila setelah menstruasi maka sakit hilang/berkurang dan tumorpun mengecil.1,2,3)
Kelainan fibrokistik ini disebut juga mastitis kronis kistik, hiperplasia kistik,
mastopatia kistik, displasia payudara dan banyak nama lainnya. Istilah yang bermacam-
macam ini menunjukkan proses epitelial jinak yang terjadi amat beragam dengan gambaran
histopatologis maupun klinis yang bermacam- macam pula.(1,2,3)
Pada tahun 1981, Scanlon mendefinisikan penyakit fibrokistik sebagai “Suatu
keadaan dimana ditemukan adanya benjolan yang teraba di payudara yang umumnya
behubungandengan rasa nyeri yang berubah-ubah karena pengaruh siklus menstruasi dan
memburuk sampai saat menopause”.(4) Kelompok penyakit ini sering mengganggu
ketentraman penderita karena cemas akan nyerinya. Pada pasien akan menyebabkan perasaan
tidak enak serta rasa cemas yang menyertainya sehingga mempengaruhi kualitas hidup
pasien.(4)
Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung risiko untuk berkembang menjadi
karsinoma payudara, tetapi umumnya tidak.(3,4) Bila ada keraguan terutama bila
konsistensinya berbeda, perlu dilakukan biopsi. Nyeri yang hebat dan berulang atau pasien
yang khawatir dapat pula menjadi indikasi eksisi.(3) Tumor jenis kelainan fibrokistik ini
umumnya tidak berbatas tegas, kecuali kista soliter. Konsistensi padat kenyal dan dapat pula
kistik. Jenis yang padat, kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini.
Kelainan ini dapat juga dijumpai pada massa tumor yang nyata, hingga jaringan payudara
teraba padat, permukaan granular. Kelainan ini dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan
hormonal.(5) Love, Gelmen dan Silen menyatakan bahwa atau nyeri payudara bukanlah
manifestasi penyakit tetapi lebih mungkin merupakan suatu respon fisiologi terhadap variasi
hormonal yang sesuai dengan gambaran histopatologis suatu kelainan fibrokistik. (5) Empat
tahun kemudian Vorherr menyatakan Teori Estrogen Predominan yang menyarankan terapi
medik untuk penyakit fibrokistik melalui supresi sekresi estrogen ovarial dengan pemberian
oral kontrasepsi rendah estrogen dan pemakaian siklis progesterone atau
medroksiprogesteron.(5)
Penyakit fibrokistik payudara biasanya mengenai wanita pada usia reproduktif dan
merupakan penyakit yang tersering pada wanita. Biasanya lesi ini bersifat multipel dan
bilateral, tetapi sangat jarang sekali yang berukuran sangat besar dan memberikan
penderitaan rasa sakit yang sangat hebat.(1,2,3)
Penatalaksanaan pada kelainan fibrokistik ada 2 macam yakni: (1,2,4,5)
1. Medis
Pemberian obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri yang ringan sampai sedang.
Pemberian diuretik serta pembatasan pemberian cairan dan garam. Di Perancis dicoba
pemberian progesteron untuk kelainan fibrokistik karena dianggap terdapat ketidakmampuan
fungsi corpus luteum sebagai penyebab nyeri dan timbulnya nodul, tetapi hal ini disangkal
dari penelitian double blind yang menggunakan plasebo dimana tidak didapatkan perbedaan
yang bermakna.
Teori hyperprolaktinemia dan estrogen overstimulasi menyarankan pemberian
bromokriptin dan danazol. Tetapi penelitian tidak memperlihatkan hasil yang impresif dan
fakta yang ada menunjukkan bahwa lama pengobatan serta mekanisme kerjanya tidak
diketahui.
2. Bedah (mammoplasti)(4)
Penatalaksanaan secara pembedahan dilakukan bila :
Pengobatan medis tidak memberikan perbaikan.
Ditemukan pada usia pertengahan sampai tua.
Nyeri hebat dan berulang.
Kecemasan yang berlebihan dari pasien.
Reduksi mammoplasti dilakukan pada keadaan:
1. Mammary hipertrophy
Gejala antara lain nyeri punggung dan leher serta spasme otot. Pasien umumnya tidak
mengetahui bahwa reduksi mammoplasti dapat mengurangi gejala. Beratnya payudara dapat
menyebabkan kifosis tulang belakang.
2. Makromastia
Pasien dengan makromastia akan datang dengan keluhan ulnar parestesia sebagai
akibat terperangkapnya bagian terbawah pleksus brakialis; sulit melakukan aktifitas olah raga
dan latihan. Pada kebanyakan wanita akan menyebabkan gangguan penampilan serta kurang
rasa percaya diri. Bilateral makromastia merupakan akibat akhir sensitivitas organ terhadap
estrogen.
3. Gigantomastia
Pembesaran masif payudara selama kehamilan dan selama masa adolesen. Payudara
membesar sangat cepat dan secara tidak proporsional. Komplikasi setelah reduksi
mammoplasti adalah:(4,6)
1. Hematom
2. Infeksi
3. Nekrosis flap kulit dan kompleks nipple areola
4. Inversi Nipple
5. Asimetri
6. Timbul Keloid
4. Mastitis
Selama menyusui, kadang bisa terjadi suatu infeksi yang disebut mastitis. Ini terjadi
apabila saluran air susu tersumbat. Akan terlihat memerah, ada benjolan pembengkakan,
terasa hangat dan agak kenyal. Biasanya diobati dengan antibiotic dan kadang air susu perlu
dikeluarkan dari salurannya, apabila dengan pengobatan biasa belum berhasil.
Batasan
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Peradangan ini dapat terjadi secara akut
ataupun kronik (biaasanya disebabkan oleh kausa spesifik). Mastitis dapat terjadi pada masa
laktasi atau puerperium (terbanyak) atau tidak ada hubungannya dengan masa puerperium.
Patofisiologi
Mastitis yang paling sering adalah jenis puerperium (lactasional) mastitis bisa
didahului oleh stasis air susu atau tanpa disertai stasis air susu. Biasanya disebabkan oleh
kuman Staphilococccus aureus dengan strain tahan penisilin yang ditransmisi melalui isapan
bayi. Pada jenis non puerpueralis port d’entry adalah sistemik atau lewat kerusakan apitel
sekitar niplareola complex
Mastitis Tuberculosa, dahulu diyakini sekitar 60% merupakan kelainan primer namun
saat ini harus benar – benar dibuktikan bahwa benar tidak ada hubungannya dengan kelainan
tuberkulosa setempat (TB paru-TB kelenjar getah bening leher dan axilla).
Gejala Klinis
1. Payudara (terutama pada saat menyusui ) terasa nyeri spontan dan nyeri tekan.
2. Kadang disertai panas badan atau malaise.
3. Usia produktif-muda.
Pemeriksaan dan Diagnosis
a. Anamnesis
Rasa nyeri pada payudara (yang sedang menyusui), teraba adanya benjolan yang
kemerahan. Kadang-kadang disertai panas badan dan rasa tidak enak. Keluar nanah bila
terjadi abses yang telah pecah.
b. Pemeriksaan Fisik
Adanya massa dengan batas tak tegas, kemerahan disertai rasa nyeri spontan dan
nyeri tekan. Kadang-kadang sudah didapatkan massa yang fluktuatif.
Tidak didapatkan pembesaran KGB aksila ipsilateral, atau bila ada pembesaran juga
waktu diraba terasa nyeri.
c. Pencitraan
Pada USG atau mammografi akan tampak massa yang sedikit hiperdense dengan
batas yang undefined, tidak jarang di diagnosis banding dengan proses keganasan.
d. Diagnosis
Diagnosis biasanya dengan mudah, yaitu nyeri pada payudara yang sedang menyusui.
Benjolan di payudara yang tak terlalu padat disertai nyeri tekan, kadang-kadang dapat
dirasakan adanya fluktuasi, ada kemerahan. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan
sitologi dengan FNA.
Penatalaksanaan Terapi
Bila belum jelas adanya fluktuasi (abses), diberi antibiotic golongan amoxycilline 5-7
hari, analgetik dan antipiretik.
Bila telah terbentuk abses, maka dilakukan insisi, yang jika sering terjadi kekambuhan
maka tindakan yang dikerjakan adalah eksisi.
Pada mastitis tuberkulosa maka tindakan wedge eksisi atau biopsy eksisional
dilanjutkan dengan pengobatan anti tuberkulosa kombinasi, pada beberapa keadaan bahkan
memerlukan mastektomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bland KI, Verenidis MP, Edwar M. Copeland EM. Breast. In : Schwartz’s Principle of
Surgery. 7th ed. New York. Mc Graw Hill International. 1999; 533-99.
2. Pisi Lukito dkk. Kelainan Fibrokistik Dalam: Sjamsuhidajat, Wim de Jong penyunting Buku
Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. 1997; 512-55.
3. Iglehart JD. The Breast. In : Sabiston’s Textbook of Surgery. 14th ed. Philadelphia. WB
Saunders. 1991; 510-50.
4. Marchant DJ. Fibrocystic changes. In : Breast Diseases. Philadelphia. WB Saunders Co.
1997; 21-9.
5. Ramli M. Kanker Payudara. Dalam: Soelarto R penyunting Kumpulan 1995; 342-634.
6. Strombeck JO. Reduction Mammoplasty. In : Grabb WC penyunting Plastic Surgery. Boston.
Little Brown and Co. 1973; 955-71.
7. Catalioti L, et al. The response of surgeon to changing patterns in breast cancer diagnosis. In :
European Journal of Cancer. Lisbon. Pergamon. 2001. vol 37.