tumor jinak pada payudara

19
TUMOR JINAK PADA PAYUDARA 1. Fibroadenoma Mammae Definisi Fibroadenoma mammae adalah tumor neoplasma jinak payudara yang terdiri dari campuran elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkhimal), yang terbanyak adalah komponen jaringan fibrous. Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita muda, umumnya 20 tahun pertama setelah pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan pada 10-15% pasien. Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang memperlihatkan adanya proses hyperplasia atau proliferatif pada satu unit ductus terminalis. perkambangannya dianggap suatu kelainan dari perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Sekitar 10% fibroadenoma menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh setelah mencapai ukuran 2-3 cm. Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara tidak sengaja. Diagnosis klinis pada pasien muda biasanya tidak sulit ditegakkan. Pada wanita diatas umur 30 tahun, tumor fibrocystic dan karsinoma payudara perlu dipertimbangkan. Kista dapat diidentifikasi dengan aspirasi atau ultrasonography. Fibroadenoma tidak normal terjadi setelah menopause namun mungkin dapat muncul setelah pemberian terapi sulih hormone.

Upload: merry-dhamayanti

Post on 01-Dec-2015

616 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tumor Jinak Pada Payudara

TUMOR JINAK PADA PAYUDARA

1.      Fibroadenoma Mammae

Definisi

Fibroadenoma mammae adalah tumor neoplasma jinak payudara yang terdiri dari

campuran elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkhimal), yang terbanyak

adalah komponen jaringan fibrous. Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita

muda, umumnya 20 tahun pertama setelah pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi

pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan

pada 10-15% pasien.

Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang memperlihatkan adanya proses

hyperplasia atau proliferatif pada satu unit ductus terminalis. perkambangannya dianggap

suatu kelainan dari perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Sekitar 10%

fibroadenoma menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh

setelah mencapai ukuran 2-3 cm.

Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative

mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara tidak

sengaja. Diagnosis klinis pada pasien muda biasanya tidak sulit ditegakkan. Pada wanita

diatas umur 30 tahun, tumor fibrocystic dan karsinoma payudara perlu dipertimbangkan.

Kista dapat diidentifikasi dengan aspirasi atau ultrasonography. Fibroadenoma tidak normal

terjadi setelah menopause namun mungkin dapat muncul setelah pemberian terapi sulih

hormone.

    

Gejala Klinis:

Usia biasanya muda dekade II-III atau bahkan lebih muda

Benjolan yang lambat membesar

Lebih sering tidak disertai rasa nyeri, hubungan dengan siklus menstruasi sangat

variatif

Benjolan padat-kenyal, sangat mobile dan batas tegas

Dapat single atau multiple, pada satu payudara atau kedua payudara

Pemeriksaan Dan Diagnosis

Anamnesis:

Merasa ada benjolan di payudara yang sudah cukup lama diketahui

Page 2: Tumor Jinak Pada Payudara

Benjolan sering tidak disertai rasa nyeri dan sering tak ada hubungan dengan

menstruasi, benjolan di payudara terasa mobile

Usia muda (awal dewasa-30 tahun)

Pemeriksaan Fisik:

Biasanya benjolan tidak terlalu besar

Dapat tunggal atau multiple

Pada palpasi: teraba tumor padat-kenyal, berbatas tegas, permukaan halus meskipun

kadang-kadang berdungkul-dungkul, sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau

multiple dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening aksila ipsilateral.

Pencitraan:

            Pada USG payudara akan terlihat massa yang homogen, berbatas tegas dengan halo

sign, dengan internal echo yang normo atau hiper. Pada pemeriksaan mammogram,

fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar atau oval

dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor

mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi

berguna untuk mendiagnosis massaini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu

keganasan mikrokalsifikasi.

Diagnosis

            Cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan (USG) diperlukan pada

keadaan kecurigaan pada tumor kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multiple).

Penatalaksanaan Terapi

Eksisi dan pemeriksaan histopatologis atas specimen operasi. Tindak Lanjut (Follow

Up) Penting untuk mengetahui diagnosis patologis dan kemungkinan terjadinya kekambuhan

atau tumbuhnya tumor baru.

            Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui

biopsy jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-

assisted core needledapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun

2005, cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman

jika lesi dipastikan merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum

cryoablasi dilakukan. Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa

Page 3: Tumor Jinak Pada Payudara

tumor sangat besar untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan,

keuntungan cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara

fibroadenoma yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy.

2.   Tumor Phyllodes

Pendahuluan

Tumor phyllodes adalah suatu neoplasma fibroepitelial yang jarang ditemukan.

Insidensinya hanya sekitar 0,3%-0,9% dari seluruh tumor payudara, sedangkan frekuensi lesi

maligna bervariasi sekitar 5 – 30%. Tumor phyllodes dulu dikenal dengan nama

“cystosarcoma phyllodes” yang dikemukakan pertama kali oleh Johannes Muller pada tahun

1838, untuk menunjukkan tumor yang secara makroskopik menyerupai daging dengan

gambaran leaflike pada potongan melintangnya. Ada juga yang menyebutnya sebagai “giant

fibroadenoma”, ”cellular intrcanalicular fibroadenoma” dan masih ada beberapa nama lain.

Penyebutan sebagai suatu “sarcoma” dianggap kurang tepat, karena phyllodes tidaklah selalu

bersifat ganas. Saat ini penamaan yang dipakai adalah menurut World Health Organisation,

1982 yaitu tumor phyllodes sebagai penamaan yang paling sesuai. Etiologi dari tumor

phyllodes sampai sekarang masih belum jelas apakah berasal dari fibroadenoma yang sudah

ada sebelumnya atau de novo.

Tumor Phyllodes dapat mencapai ukuran yang besar dan jika tidak dieksisi total dapat

terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas. Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi

dengan eksisi lokal dengan batas jaringan payudara sekitar. Penanganan tumor phyllode

ganas masih kontroversial, namun pembuangan tumor sempurna dengan sedikit area normal

disekitar tumor dapat mencegah rekurensi. Karena tumor ini dapat membesar, mastektomi

biasanya penting dilakukan. Diseksi limfe nodus tidak dilakukan, karena bagian sarcomatos

dari tumor bermetastasi ke paru-paru dan bukan ke limfe nodus.

Batasan

Tumor Phylllodes merupakan tipe tumor payudara yang sangat jarang terjadi. Tumor

ini dapat bersifat jinak (harmless), namun juga bisa ganas (cancerous). Tipe tumor ini

disebut “sarcoma” karena lebih sering muncul pada jaringan konektif (stroma) dibandingkan

jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara.

Nama lain tumor phyllodes antara lain: phylloides tumor, cystosarcoma phyllodes,

cystosarcoma phylloides kadang juga disebut “giant fibroadenomas”. Nama dahulu yang

Page 4: Tumor Jinak Pada Payudara

sering dipakai adalah Cystosarcoma phyllodes, suatu tumor fibroepitelial yang jarang dan

hanya didapatkan pada pyudara.

Sebagian besar tumor phyllodes berupa massa yang berbentuk bulat sampai oval,

multinodular, tanpa disertai kapsul yang jelas. Ukuran bervariasi, dari 1-40 cm. Sebagian

besar tumor berwarna abu-abu-putih dan menonjol dari jaringan payudara sekitar. Pada tumor

yang berukuran besar, nekrosis dengan perdarahan dapat terjadi. Sebagian besar tumor tipe

benign dapat menyerupai fibroadenoma.4 Banyak pula peneliti yang menemukan tumor ini

dengan ukuran kurang dari 5 cm. Oleh karena itu diagnosa tumor phyllodes tidak dapat hanya

dibuat berdasarkan ukurannya saja. Jika tumor besar, pada penampang tampak celah-celah

yang memanjang (leaf-like appearance) yang merupakan tanda khas pada tumor phyllodes

dan kadang-kadang tampak daerah nekrotik, perdarahan dan degenerasi kistik. 5

Secara histologis dan perjalanan klinis dibagi dalam 3: jinak, borderline, ganas.

Diperkirakan tipe yang ganas kira-kira 25% dari kasus dengan kejadian metastase sekitar

15%. Aspek histologis untuk membedakan ketiga tipe adalah: Cellular atypia,mitotic activity,

tumor margin, stromal overgrowth, ditambah keadaan-keadaan: vaskularitas, analisa

flositometri, pleomorphism, karakteristik secara mikroskopik electron.

Patofisiologi

Kebanyakan penulis beranggapan bahwa tumor phuyllodes denove berasal dari

parenkim payudara, hanya sedikit yang percaya bahwa berasal dari suatu fibriadenoma yang

telah ada bertahun-tahun. Reseptor hormone terhadap estrogen dan progesterone ternyata

sangat bervariasi dan hanya terdapat pada komponen epitelialnya, sehingga pengobatan

hormonal pada kasus metastase tidak banyak gunanya, karena yang bermetastase hanyalah

komponen stromalnya.

Tumor ini bisa berasal dari fibroadenoma selular yang telah ada dan sekarang telah

mengandung satu atau lebih komponen asal mesenkim. Diferensiasi dari fibroadenoma

didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas stroma, pleomorfisme selular, inti

hiperkromatik dan gambaran mitosis dalam jumlah yang bermakna. Protrusio khas massa

polopoid stroma hiperplastik ke dalam kanalikuli yang tertekan menghasilkan penampilan

seperti daun yang menggambarkan istilah filoides

Page 5: Tumor Jinak Pada Payudara

Gejala Klinis

Merupakan 2-4% dari angka kejadian FAM

Biasanya timbul pada usia yang lebih tua dari fibroadenoma mamma (decade III atau lebih)

Benjolan dapat tumbuh lambat tetapi akhirnya tumbuh lebih cepat

Benjolan dapat sangat besar (5 cm – 40 cm), kejadian bilateral hanya sekitar kurang dari 30%

baik tipe jinak maupun ganas.

Benjolan biasanya tidak nyeri, dapat disertai dengan ulkus

Tidak ditemukan pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening) aksila ipsilateral walau tumor

sudah sngat besar disertai ulkus.

Pemeriksaan Dan Diagnosis

Anamnesis:

Pasien khususnya datang dengan massa di mammae yang keras, bergerak, dan berbatas jelas

dan tidak nyeri.

Sebuah massa kecil dapat dengan cepat berkembang ukurannya dalam beberapa minggu

sebelum pasien mencari perhatian medis

Tumor jarang melibatkan kompleks puting-areola atau meng-ulserasi kulit

Pasien dengan metastase bisa muncul dengan gejala seperti dispnoe, kelelahan, dan nyeri

tulang (Schwartz, 2000)

Pemeriksaan Fisik

Didapatkan adanya massa mammae yang keras, mobile, dan batasnya tegas

Benjolan besar atau sangat besar (5 cm-40 cm)

Tidak didapatkan pembesaran KGB aksila ipsilateral walaupun benjolan sudah sangat besar

dan terdapat ulkus.

Pencitraan

            Tidak khas dengan USG atau mammografi, sukar dibedakan dengan fibroadenoma

mammae.

Stadium Tumor Phyllodes:

Page 6: Tumor Jinak Pada Payudara

Hampir semua kasus kanker payudara diklasifikasikan dari stadium1 sampai 4, namun

untuk tumor Phyllodes ini berbeda. Setelah operasi biopsy dilakukan, ahli patologi akan

menguji sel sample di laboratorium.  Dua karakteristik yang diperhatikan adalah:

1. kecepatan perkembangbiakan/pembelahan sel

2. jumlah sel yang bentuknya tidak normal (irregularly shaped cells) dalam jaringan sample.

Berdasar dua kriteria di atas, maka akan dapat ditentukan, apakah tumor tersebut

masuk klasifikasi jinak atau ganas. Hampir semua tumor phylodes masuk kategori jinak.

Diagnosis

a. Pemeriksaan laboratorium Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah

lainnya yang bisa digunakan untuk mendiagnosa tumor filoides.

b. Pemeriksaan Radiologi Pada mammogram, tumor filoides akan memiliki tepi yang

berbatas jelas dan radioopak. Baik mammogram ataupun ultrasonografi (USG)

mammae dapat membedakan secara jelas antara fibroadenoma dan filoides jinak atau

tumor ganas. Jenis tumor mammae ini biasanya tidak ditemukan di dekat mikro

kalsifikasi.

c. Resonance Imaging (MRI) mammae dapat membantu tindakan operasi dalam

pengangkatan jaringan tumor filoides. Sebuah studi di Italia yang membandingkan

mammogram, USG dan MRI mammae dari tumor filoides melaporkan bahwa MRI

memberikan gambaran yang paling akurat dan ini membantu ahli bedah tumor dalam

menjalankan rencana operasi mereka. Bahkan jika tumor itu cukup dekat dengan otot-

otot dinding dada, MRI bisa memberikan gambaran yang lebih baik dari tumor

filoides daripada mammogram atau USG.

d. Biopsi Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) untuk pemeriksaan sitologi biasanya

tidak memadai untuk diagnosis tumor filoides. Biopsi jarum lebih dapat dipercaya,

namun masih bisa terdapat kesalahan pengambilan sampel dan kesulitan dalam

membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma. Biopsi mammae eksisi terbuka untuk lesi

lebih kecil atau biopsi insisional untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk

mendiagnosis tumor filoides. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium tapi

jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat menyerupai karsinoma

dan fibroadenoma. Pada Biopsi bedah akan menghasilkan potongan jaringan yang

akan memberikan sampel sel lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat

untuk sebuah tumor filoides.

Page 7: Tumor Jinak Pada Payudara

e. Temuan histopatologi Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang

dapat bervariasi dalam tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya. Umumnya,

tumor filoides jinak memperlihatkan peningkatan jumlah mencolok pada fibroblas

fusiformis reguler dalam stroma. Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik dengan

perubahan miksoid yang diamati. Atipia seluler tingkat tinggi, dengan peningkatan

selularitas stroma dan peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu diamati pada bentuk

maligna cystosarcoma phylloides. Secara ultra-struktural, pada tumor filoides bentuk

jinak dan ganas, nukleolus dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar

dan sisterna berlimpah dalam retikulum endoplasma.

Diagnosis Banding

Untuk tumor yang kecil harus dibedakan dengan FAM

Pada keadaan tertentu harus dibedakan dengan Ca-mammae

Penatalaksanaan Terapi

Prinsip adalah eksisi luas, karena bila dilakukan eksisi seperti FAM maka angka kekambuhan

akan sangat besar

Mastektomi sederhana dikerjakan pada keadaan:

a. Benjolan yang sudah menempati hamper seluruh payudara sehingga hanya tersisa sedikit

jaringan payudara yang sehat

b. Benjolan residif dan terbukti histopatologis barupa lesi yang maligna

c. Benjolan residif pada usia tua

   Pada tumor phyllodes yang maligna prinsip terapi juga sama dengan yang benigna kecuali

pada yang residif, langsung dikerjakan mastektomi sederhana. Pembersihan KGB aksila

hanya bila didapatkan metastase pada KGB aksila.

   Radioterapi dan kemoterapi kurang berperanan.

Prognosis Tumor Phyllodes:

Tingkat kesembuhan penderita tumor Phyllodes setelah operasi pengangkatan sangat

bagus. Jika anda berusia 45 tahun atau lebih ada kemungkinan tumor muncul kembali,

meskipun sangat kecil. Untuk pasien yang terdiagnosis dengan tumor ganas, tingkat

kesembuhannya sangat bervariasi.

Tumor ganas memiliki peluang untuk menjadi kanker, bahkan setelah menjalani

operasi. Jika ada sel yang tertinggal, akan menjadi ganas dan menyebar. Tumor ganas

Page 8: Tumor Jinak Pada Payudara

berpeluang muncul kembali, meski telah diobati dan dapat menyebar ke paru, tulang, hati,

dan dinding dada. Pada beberapa kasus, kelenjar limfe ikut berperan dalam penyebaran sel

tumor.

3.      Fibrocystic Disease

Penyakit fibrokistik merupakan kelainan yang paling sering ditemukan pada wanita

dan biasanya didapatkan pada wanita pada usia dekade 3-4. Penyakit fibrokistik lebih tepat

disebut kelainan fibrokistik. Pasien biasanya datang dengan keluhan pembesaran multipel dan

sering kali rasa nyeri payudara bilateral terutama menjelang menstruasi. Ukuran dapat

berubah yaitu menjelang menstruasi terasa lebih besar dan penuh serta rasa sakit bertambah,

bila setelah menstruasi maka sakit hilang/berkurang dan tumorpun mengecil.1,2,3)

Kelainan fibrokistik ini disebut juga mastitis kronis kistik, hiperplasia kistik,

mastopatia kistik, displasia payudara dan banyak nama lainnya. Istilah yang bermacam-

macam ini menunjukkan proses epitelial jinak yang terjadi amat beragam dengan gambaran

histopatologis maupun klinis yang bermacam- macam pula.(1,2,3)

Pada tahun 1981, Scanlon mendefinisikan penyakit fibrokistik sebagai “Suatu

keadaan dimana ditemukan adanya benjolan yang teraba di payudara yang umumnya

behubungandengan rasa nyeri yang berubah-ubah karena pengaruh siklus menstruasi dan

memburuk sampai saat menopause”.(4) Kelompok penyakit ini sering mengganggu

ketentraman penderita karena cemas akan nyerinya. Pada pasien akan menyebabkan perasaan

tidak enak serta rasa cemas yang menyertainya sehingga mempengaruhi kualitas hidup

pasien.(4)

Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung risiko untuk berkembang menjadi

karsinoma payudara, tetapi umumnya tidak.(3,4) Bila ada keraguan terutama bila

konsistensinya berbeda, perlu dilakukan biopsi. Nyeri yang hebat dan berulang atau pasien

yang khawatir dapat pula menjadi indikasi eksisi.(3) Tumor jenis kelainan fibrokistik ini

umumnya tidak berbatas tegas, kecuali kista soliter. Konsistensi padat kenyal dan dapat pula

kistik. Jenis yang padat, kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini.

Kelainan ini dapat juga dijumpai pada massa tumor yang nyata, hingga jaringan payudara

teraba padat, permukaan granular. Kelainan ini dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan

hormonal.(5) Love, Gelmen dan Silen menyatakan bahwa atau nyeri payudara bukanlah

manifestasi penyakit tetapi lebih mungkin merupakan suatu respon fisiologi terhadap variasi

hormonal yang sesuai dengan gambaran histopatologis suatu kelainan fibrokistik. (5) Empat

tahun kemudian Vorherr menyatakan Teori Estrogen Predominan yang menyarankan terapi

Page 9: Tumor Jinak Pada Payudara

medik untuk penyakit fibrokistik melalui supresi sekresi estrogen ovarial dengan pemberian

oral kontrasepsi rendah estrogen dan  pemakaian siklis progesterone atau

medroksiprogesteron.(5)

Penyakit fibrokistik payudara biasanya mengenai wanita pada usia reproduktif dan

merupakan penyakit yang tersering pada wanita. Biasanya lesi ini bersifat multipel dan

bilateral, tetapi sangat jarang sekali yang berukuran sangat besar dan memberikan

penderitaan rasa sakit yang sangat hebat.(1,2,3)

Penatalaksanaan pada kelainan fibrokistik ada 2 macam yakni: (1,2,4,5)

1. Medis

Pemberian obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri yang ringan sampai sedang.

Pemberian diuretik serta pembatasan pemberian cairan dan garam. Di Perancis dicoba

pemberian progesteron untuk kelainan fibrokistik karena dianggap terdapat ketidakmampuan

fungsi corpus luteum sebagai penyebab nyeri dan timbulnya nodul, tetapi hal ini disangkal

dari penelitian double blind yang menggunakan plasebo dimana tidak didapatkan perbedaan

yang bermakna.

Teori hyperprolaktinemia dan estrogen overstimulasi menyarankan pemberian

bromokriptin dan danazol. Tetapi penelitian tidak memperlihatkan hasil yang impresif dan

fakta yang ada menunjukkan bahwa lama pengobatan serta mekanisme kerjanya tidak

diketahui.

2. Bedah (mammoplasti)(4)

Penatalaksanaan secara pembedahan dilakukan bila :

Pengobatan medis tidak memberikan perbaikan.

Ditemukan pada usia pertengahan sampai tua.

Nyeri hebat dan berulang.

Kecemasan yang berlebihan dari pasien.

Reduksi mammoplasti dilakukan pada keadaan:

1. Mammary hipertrophy

Gejala antara lain nyeri punggung dan leher serta spasme otot. Pasien umumnya tidak

mengetahui bahwa reduksi mammoplasti dapat mengurangi gejala. Beratnya payudara dapat

menyebabkan kifosis tulang belakang.

2. Makromastia

Page 10: Tumor Jinak Pada Payudara

Pasien dengan makromastia akan datang dengan keluhan ulnar parestesia sebagai

akibat terperangkapnya bagian terbawah pleksus brakialis; sulit melakukan aktifitas olah raga

dan latihan. Pada kebanyakan wanita akan menyebabkan gangguan penampilan serta kurang

rasa percaya diri. Bilateral makromastia merupakan akibat akhir sensitivitas organ terhadap

estrogen.

3. Gigantomastia

Pembesaran masif payudara selama kehamilan dan selama masa adolesen. Payudara

membesar sangat cepat dan secara tidak proporsional. Komplikasi setelah reduksi

mammoplasti adalah:(4,6)

1. Hematom

2. Infeksi

3. Nekrosis flap kulit dan kompleks nipple areola

4. Inversi Nipple

5. Asimetri

6. Timbul Keloid

4.    Mastitis

Selama menyusui, kadang bisa terjadi suatu infeksi yang disebut mastitis. Ini terjadi

apabila saluran air susu tersumbat. Akan terlihat memerah, ada benjolan pembengkakan,

terasa hangat dan agak kenyal. Biasanya diobati dengan antibiotic dan kadang air susu perlu

dikeluarkan dari salurannya, apabila dengan pengobatan biasa belum berhasil.

Batasan

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Peradangan ini dapat terjadi secara akut

ataupun kronik (biaasanya disebabkan oleh kausa spesifik). Mastitis dapat terjadi pada masa

laktasi atau puerperium (terbanyak) atau tidak ada hubungannya dengan masa puerperium.

 Patofisiologi

Mastitis yang paling sering adalah jenis puerperium (lactasional) mastitis bisa

didahului oleh stasis air susu atau tanpa disertai stasis air susu. Biasanya disebabkan oleh

kuman Staphilococccus aureus dengan strain tahan penisilin yang ditransmisi melalui isapan

bayi. Pada jenis non puerpueralis port d’entry adalah sistemik atau lewat kerusakan apitel

sekitar niplareola complex

Page 11: Tumor Jinak Pada Payudara

Mastitis Tuberculosa, dahulu diyakini sekitar 60% merupakan kelainan primer namun

saat ini harus benar – benar dibuktikan bahwa benar tidak ada hubungannya dengan kelainan

tuberkulosa setempat (TB paru-TB kelenjar getah bening leher dan axilla).

Gejala Klinis

1.   Payudara (terutama pada saat menyusui ) terasa nyeri spontan dan nyeri tekan.

2.   Kadang disertai panas badan atau malaise.

3.   Usia produktif-muda.

Pemeriksaan dan Diagnosis

a. Anamnesis

              Rasa nyeri pada payudara (yang sedang menyusui), teraba adanya benjolan yang

kemerahan. Kadang-kadang disertai panas badan dan rasa tidak enak. Keluar nanah bila

terjadi abses yang telah pecah.

b.   Pemeriksaan Fisik

              Adanya massa dengan batas tak tegas, kemerahan disertai rasa nyeri spontan dan

nyeri tekan. Kadang-kadang sudah didapatkan massa yang fluktuatif.

              Tidak didapatkan pembesaran KGB aksila ipsilateral, atau bila ada pembesaran juga

waktu diraba terasa nyeri.

c. Pencitraan

              Pada USG atau mammografi akan tampak massa yang sedikit hiperdense dengan

batas yang undefined, tidak jarang di diagnosis banding dengan proses keganasan.

d. Diagnosis

Diagnosis biasanya dengan mudah, yaitu nyeri pada payudara yang sedang menyusui.

Benjolan di payudara yang tak terlalu padat disertai nyeri tekan, kadang-kadang dapat

dirasakan adanya fluktuasi, ada kemerahan. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan

sitologi dengan FNA.

Penatalaksanaan Terapi

Bila belum jelas adanya fluktuasi (abses), diberi antibiotic golongan amoxycilline 5-7

hari, analgetik dan antipiretik.

Bila telah terbentuk abses, maka dilakukan insisi, yang jika sering terjadi kekambuhan

maka tindakan yang dikerjakan adalah eksisi.

Page 12: Tumor Jinak Pada Payudara

Pada mastitis tuberkulosa maka tindakan wedge eksisi atau biopsy eksisional

dilanjutkan dengan pengobatan anti tuberkulosa kombinasi, pada beberapa keadaan bahkan

memerlukan mastektomi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Tumor Jinak Pada Payudara

1. Bland KI, Verenidis MP, Edwar M. Copeland EM. Breast. In : Schwartz’s Principle of

Surgery. 7th ed. New York. Mc Graw Hill International. 1999; 533-99.

2. Pisi Lukito dkk. Kelainan Fibrokistik Dalam: Sjamsuhidajat, Wim de Jong penyunting Buku

Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. 1997; 512-55.

3. Iglehart JD. The Breast. In : Sabiston’s Textbook of Surgery. 14th ed. Philadelphia. WB

Saunders. 1991; 510-50.

4. Marchant DJ. Fibrocystic changes. In : Breast Diseases. Philadelphia. WB Saunders Co.

1997; 21-9.

5. Ramli M. Kanker Payudara. Dalam: Soelarto R penyunting Kumpulan 1995; 342-634.

6. Strombeck JO. Reduction Mammoplasty. In : Grabb WC penyunting Plastic Surgery. Boston.

Little Brown and Co. 1973; 955-71.

7. Catalioti L, et al. The response of surgeon to changing patterns in breast cancer diagnosis. In :

European Journal of Cancer. Lisbon. Pergamon. 2001. vol 37.