tujuan instruksional khusus

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan rencana pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar dan mengajar. Tahapan pembuatan rencana pembelajaran dimulai dengan analisis karakteristik siswa dan lingkungan. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik adalah menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta didik. Selanjutnya guru dapat melakukan pembuatan tujuan instruksional. Tujuan instruksional terbagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional khusus (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi, guru masih perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah memperhatikan karakteristik dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 1

Upload: nailul-hasibuan

Post on 12-Apr-2017

452 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembuatan rencana pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar

dan mengajar. Tahapan pembuatan rencana pembelajaran dimulai dengan analisis

karakteristik siswa dan lingkungan. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi

perilaku dan karakteristik awal peserta didik adalah menentukan garis batas antara

perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta

didik. Selanjutnya guru dapat melakukan pembuatan tujuan instruksional. Tujuan

instruksional terbagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional khusus (TIU) dan tujuan

instruksional khusus (TIK).

TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh

pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi, guru masih

perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah memperhatikan karakteristik

dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit

dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku

spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari

pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya

dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar

dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya

didasarkan pada TIU. Hal ini didasarkan pada bagan berikut ini

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 1

Page 2: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Penulisan Tujuan Instruksionai Khusus (TIK) merupakan langkah yang sangat

penting dalam proses penyusunan desain instruksional. Sebab TIK ini menentukan

dengan tepat apakah ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang harus dimiliki oleh

siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Para guru/pendidik tak ayal lagi, perlu

memiliki keterampilan dalam penulisan TIK ini. Namun lebih penting lagi ialah

melaksanakan dengan tepat TIK yang telah dirumuskan. Uraian berikut diharapkan

dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan para guru, dosen ataupun pendidik

lainnya tentang penulisan TIK yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam

makalah ini adalah :

1. Apa itu TIK?

2. Bagaimana merumuskan TIK?

3. Bagaimana enggunaan kata Kerja Operasional dalam Tujuan

Instruksional?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa itu TIK

2. Untuk mengetahui bagaimana merumuskan TIK

3. Untuk mengetahui bagaimana kontroversi penggunaan kata Kerja

Operasional dalam Tujuan Instruksional.

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 2

Page 3: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Fred dan Henry (dalam Nur’aini, 2011) mendefinisikan tujuan

instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan  /

keterampilan  yang  diharapkan sebagai hasil dari proses belajar.  Sedangkan Tujuan

Instruksional Khusus (TIK) (dalam Suparman, 2012:192) merupakan terjemahan

dari specific instructional objective. Literatur asing menyebutkannya pula

sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dengan general

instructional objective, goal, atau terminal objective yang berarti tujuan instruksional

umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir.

Tujuan Instruksional (TIK) merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam

bentuk perilaku spesifik. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah

kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang

biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan

pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian

pernyataannya didasarkan pada TIU(Sodjarwo dalam Nita, 2011).

Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang

tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat

ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja

yang dapat dilihat oleh mata (Suparman, 2012: 193). Perumusan TIK yang dapat

diukur, artinya tingkat pencapaian siswa dalam perilaku yang ada dalam TIK dapat

diukur dengan tes atau alat pengukur lainnya.

Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya

menyatakan tentang: a). Isi materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang

diharapkan c). Prasyarat pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan

peserta didik mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik).

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 3

Page 4: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional

karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

akan dicapai siswa pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang

digunakan oleh pengajar.

Dick, Carey and Carey (2009) mengulas bagaimana Robert Mager

memengaruhi dunia pendidikan di Amerika untuk merumuskan TIK dengan kalimat

yang jelas, pasti, dan dapat diukur sejak awal tahun 1960. Yang dimaksud dengan

perumusan TIK secara jelas adalah TIK yang diungkapkan secara tertulis dan

diinformasikan kepada peserta didik sehingga peserta didik dan pengajar mempunyai

pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.

Perumusan TIK secara pasti, artinya TIK tersebut mengandung satu

pengertian, atau tidak mungkin dirafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Untuk itu,

TIK dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observable).

Perumusan TIK yang dapat diukur berarti bahwa tingkat pencapaian peserta didik

dalam perilaku yang ada dalam Tik itu dapat diukur dengan tes atau alat pengukuran

yang lain.

Mager menerbitkan buku tentang penulisan tujuan instruksional pada tahun

1962. Lokakarya penulisan tujuan instruksional di Amerika dilakukan secra gencar

dengan peserta ribuan guru. Namun, tujuan instruksional yang telah ditulis oleh guru

pada waktu itu mengalami nasib yang kurang menggembirakan karena dua hal

sebagai berikut: Pertama, banyak guru yang menulis tujuan instruksional

berdasarkan daftar isi buku teks yang telah ada. Dengan kata lain, tujuan

isntruksional ditulis berdasarkan isi pelajaran. Seharusnya para guru itu melakukan

hal sebaliknya. Kedua, ribuan tujuan instruksional yang telah selesai ditulis oleh guru

itu tergeletak di atas meja mereka, tidak punya dampak terhadap proses instruksional.

Setelah penulisan tujuan instruksional tersebut, tidak ada perubahan dalam praktik

kegiatan instruksional. Dick dan Carey selanjutnya menyebutkan bahwa penyebab

keadaan di atas adalah tidak dikaitkannya penulisan tujuan instruksional tersebut

dengan proses penyusunan desain instruksional secara keseluruhan.

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 4

Page 5: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Para pengajar tersebut tidak melihat pengertian yang mendalam tentang

kaitan antara penulisan tujuan instruksional tersebut dengan komponen-komponen

lain dalam sistem instruksional. Mereka lebih memandang penulisan tujuan

instruksional tersebut sebagai teknik baru dalam menuliskan tujuan instruksional,

sedangkan isi pelajaran, metode instruksional, dan tes yang digunakannya tetap sama

seperti yang mereka pergunakan selama ini. Inovasi itu terbatas pada penulisan

tujuan instruksional saja.

Mungkinkah kejadian di Amerika Serikat sepanjang tahun 60-an itu terjadi

pula di Indonesia saat ini? Kita tidak tahu pasti. Riset dalam bidang itu masih sangat

diperlukan. Sejak awal tahun 1970 para pengajar di Indonesia dari tingkat sekolah

dasar (SD) sampai sekolah menengah telah ditatar dalam pengembangan

instruksional dengan menggunakan model Program Pengembangan Sistem

Instruksional (PPSI). Di samping itu, sebagian dari proses pengembangan tersebut

telah dirumuskan dalam bentuk Kurikulum tahun 1975 sebagai kurikulum yang

bersifat nasional. Dalam kurikulum tersebut, tujuan instruksional umum dan isi

pelajaran telah ditetapkan.

Para pengajar SD sampai SMTA tersebut seharusnya meneruskannya dengan

kegiatan analisis instruksional, identifikasi perilaku dan karakteristik siswa,

perumusan TIK, penulisan tes, penetuan strategi instrusional, dan penembangan

bahan instruksional bila bahan yang bersifat standar masih belum cukup. Untuk yang

terakhir ini, yaitu bahan instruksional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada

waktu itu juga telah mengeluarkan buku-buku pegangan yang dimksudkan sebagai

dasar dn patokan isi pelajaran secara nasional. Dengan tersedianya kurikulum

nasional berikut buku-buku tersebut, para guru seharusnya masih perlu

mengembangkan sendiri sistem instruksionalnya yang sesuai dengan perilaku awal

dan karakteristik awal siswa, serta fasilitas dan alat-alat yang terdapat di sekolah dan

lingkungan masing-masing. Namun pada praktiknya, mereka tidak membuatnya

sendiri melainkan menggunakan semua perangkat rencana pembelajaran yang

seragam. Di sinilah letak awal mula tidak tumbuhnya kreativitas pengajar dan

penyeragaman rencana pembelajaran pada hal kondisi setiap sekolah dan setiap

daerah sangat heterogen.

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 5

Page 6: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Di tingkat perguruan tinggi, para dosen telah diatur dalam perencanaan proses

belajar-mengajar. Penataran ini lebih komprehensif dari yang dilakukan di Amerika

Serikat tahun 1960-an karena tidak hanya terbatas pada penulisan tujuan instrusional,

tetapi juga dalam proses belajar-mengajar secara keseluruhan. Dilihat dari segi

materi, penataran pengajaran di Indonesia lebih luas dibandingkan dengan yang

dilakukan Amerika Serikat tahun 60-an. Tiga pertanyaan yang perlu dicari

jawabanya adalah: Pertama,seberapa jauh para pengajar melihat kedudukan tujuan

instruksional tersebut sebagai dasar dalam menetapkan komponen-komponen lain

dalam sistem instruksional? Kedua, seberapa jauh para pengajar tersebut menerapkan

prosedur pengembangan instruksional kegiatan instruksionalnya? Ketiga, seberapa

jauh pengajar yang telah ditatar itu menggunakan desain instruksional yang telah

disusunya dalam kegiatan instruksional yang dilakukanya sehari-hari.

Secara nasional, perlu dicari pula tampak usaha peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap pengajar dalam pengembangkan instruksional terhadap

presrtasi belajar belajar peserta didik.

B. Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional

Umum. Dalam perumusan TIK harus memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:

1.    Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar,

bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan

siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri nilai sosial. Rumusan Tujuan Instruksional

Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi nilai sosial”.

2.    Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran

haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional

Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana

pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut

Tujuan Instruksional Khusus: a) Dapat menjelaskan; b) Dapat memberi contoh dan ;

c) Dapat menggunakan;

3.    Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus

harus sesuai dengan kemampuan siswa

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 6

Page 7: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

4.    Banyaknya TIK yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia

untuk mencapainya (Hernawan, 2005).

C.  Cakupan Tujuan Instruksional

Menurut Bloom dalam bukunya “Taxonomy of Educational

Objectives” mengolongkan tujuan pendidikan/instruksional, dalam tiga ranah, yakni:

ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotorik

a.       Kognitif (proses berfikir )

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan

memecahkan masalah.Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas

enam bagian :

1)      Pengetahuan (knowledge)

Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari

yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan

mengingat keterangan dengan benar.

2)      Pemahaman (comprehension)

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu

tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

3)      Penerapan (application)

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang

sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan

prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi

daripada pemahaman.

4)      Analisis (analysis)

Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-

komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di

antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat

lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi

daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

5)      Sintesa (evaluation)

Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen

sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 7

Page 8: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih

tinggi daripada kemampuan sebelumnya.

6)      Evaluasi (evaluation)

Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi

untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.

Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih

mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan

lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran

mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu

“Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan

menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif

seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni

satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain. Aspek kognitif

lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi

standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses

pengajaran.

b.      Afektif (nilai atau sikap)

Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan

operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi

lima kategori :

1)      Penerimaan (recerving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon

terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah

dalam domain afektif.

2)      Pemberian respon atau partisipasi (responding)

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara

afektif, menjadi peserta dan tertarik.

3)      Penilaian atau penentuan sikap (valung)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek

atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 8

Page 9: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan

opresiasi”.

4)      Organisasi (organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat

lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu

sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat

hidup.

5)      Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value

complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat

berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih

mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan

pribadi, sosial dan emosi jiwa.

Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses

pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat

perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:“Semua sikap

bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki.

Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan

mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat

mereka.”

Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat

menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan

kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia

psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih

baik tentunya.

c.       Psikomotorik (keterampilan)

Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.

Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori

yaitu :

1)      Peniruan

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 9

Page 10: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa

dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan

ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

2)      Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,

gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada

tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya

meniru tingkah laku saja.

3)      Ketetapan

Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam

penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi

sampai pada tingkat minimum.

4)      Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan

yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-

gerakan yang berbeda.

5)      Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan

energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan

merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam

taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses

tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan

nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga

mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.

Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah

yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran

kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:

a. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi

pelajaran yang telah diberikan pada mereka?

b. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 10

Page 11: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

c. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan

secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah

itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena

berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

C.     Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

1.      Hakikat dan Ragam TIK

Pada uraian sebelumnya sudah diutarakan bahwa tujuan instruksional itu

ialah segala hal yang harus dimiliki dan dapat ditampilkan siswa setelah

pembelajaran. Dengan kata lain Tujuan Instruksional Khusus adalah hasil yang

diinginkan guru untuk dimiliki oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

Diharapkan terjadinya perubahan dan penyempurnaan diri siswa setelah melakoni

proses pembelajaran sebagaimana dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus.

Melalui Tujuan Instruksional Khusus ini diharapkan bahwa:

a.       Diri siswa:

1) Memperoleh sesuatu.

2) Merubah sesuatu yang ada dalam dirinya.

3) Menyempurnakan sesuatu.

4) Membina sesuatu.

5) Menampilkan sesuatu.

b.      Kelak kemudian hari melalui diri siswa yang bertindak sebagai inovator, dapat

pula terjadi perubahan/perbaikan lingkungannya. Dengan kata lain arah sasaran TIK

ini adalah:

1) Menciptakan hal yang baru

2) Merubah apa yang sudah dimiliki oleh siswa/kehidupan/keadaan.

3) Membina dan menyempurnakan apa yang sudah ada.

4) Meningktakan sesuatu.

5) Menangkal hal yang tidak diinginkan.

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 11

Page 12: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Objeknya adalah siswa itu sendiri, lingkungannya, masyarakat bangsa dan

negaranya. Dengan dimensi pengetahuannya, sikap, nilai, dan emosionalnya, serta

keterampilannya dengan target waktu: hari ini (kepentingan sekarang) dan besok

(masa mendatang)

Mengenai jenis ragam, TIK dapat dibedakan atas:

a.     Dari segi waktu pencapaiannya

Menurut Norman E Grundlond (1976) TIK dapat dibedakan atas:

1)      Tujuan yang wajib dikuasai oleh TIK yang sifatnya mendasar, esensial dan

penting yang harus dikuasai oleh siswa.

Contoh: Huruf alfabetik untuk pelajaran membaca

Bilangan untuk menghitung

Sila pancasila untuk PMP/PPKN

Letak tuts-tuts bagi pengetik dll

2)      Tujuan-tujuan yang tercapai melalui suatu fase perkembangan ialah TIK yang

tidak bisa sekaligus sempurna yang dicapai oleh siswa melainkan melalui tahap

perkembangan. Contoh : menjadi pengarang harus melalui berbagai penguasaan,

kecakapan/kemahiran mengetik dengan memerlukan pelatihan/pengulangan,

kemampuan hidup bermasyarakat akan selalu berkembang dan makin sempurna.

Jadi, TIK jenis ini ada awal tetapi tidak ada akhirnya akan terus berkembang melalui

pengalaman dan kehidupannya.

3)      Tujuan yang sangat ideal ialah sesuatu yang sangat sulit dicapai dalam satu kali

pukul atau dengan seketika.

Contoh: Insan Pancasila sejati, taqwa, sholeh, berbudaya dll.

4)      Tujuan yang dapat dicapai segera misalnya dapat membuat bagan, dapat

mengemukan pendapat tentang X, dll.

b.      Melihat sifat hasil yang dicapai siswa

1) TIK yang hanya mencakup satu masalah/bidang/disiplin saja antara lain dapat

mengemukakan teori ekonomi, dapat mengemukakan nama pejabat

pemerintah, dll.

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 12

Page 13: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

2) Kebalikan dari hal diatas ialah multi bidang. Contoh : dapat mengemukakan

dampak dari banjir dalam berbagai kehidupan, dapat mengemukakan sebab

urbanisasi secara menyeluruh, dll.

3) TIK yang merupakan sasaran pokok yang direncanakan, ialah segala TIK

yang memang sudah ditargetkan dan dirumuskan

4) TIK yang tersembunyi yang dicapai siswa karena proses pembelajaran atau

sebagai hasil sampingan pencapaian TIK pokok/utama. Contoh: TIK utama

terampil membuat bagan X, maka disini secara implisit dicapai hasil

sampingan pemahaman atas konsep X itu sendiri.

5) Jenis TIK lain yang setaraf dengan hal diatas (TIK yang tersebunyi) yakni

khususnya aspek keterampilan:

a) Keterampilan social/hubungan social

b) Keterampilan akademik yang akan menjadi keterampilan belajar

sepanjang hayat.

Sehubungan dengan hakikat dan jenis ragam TIK yang telah diuraikan, maka

dalam memilih dan menentukan TIK yang perlu diperhatikan adalah:

a. Kemungkinan memasukkan berbagai jenis TIK dalam suatu pembahasan.

b. Tuntutan kehidupan di hari esok bagi anak dan masyarakat.

c. Fungsionalisasi pelajaran dengan lingkungan dan kehidupan.

d. Dimensi domain/kawasan pendidikan yang lengkap (kognitif,afektif,

psikomotorik) dan berkadar taksonomi tinggi.

e. Memungkinkannya lahir proses belajar yang ideal dan manusiawi.

f. Mampu melahirkan hasil-hasil yang lebih tinggi/banyak.

g. Mampu membawakan arus pembahuruan: sekolah-peran siswa-guru.

Pengembangan tujuan/ TIK secara meluas ini seirama serta akan menunjang

kemudahan pengembangan-perluasan program/materi pelaran kelak disaat dilakukan

desain program. Bahkan dalam teori perumusan TIK, yang tepat dan benar (dilihat

dari aspek taksonomi dan materi yang harus dibawakan) adalah perumusan yang

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 13

Page 14: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

mampu merakitkan/menggandengkan kata kunci operasional TIK dengan materi

pelajaran. Hal ini akan diuraikan tersendiri pada uraian selanjutnya.

2.      Persyaratan dan Langkah Kegiatan Perumusan TIK

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional

Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan

Tujuan Instruksional Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut:

a. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan

proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan

siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi. Rumusan Tujuan

Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi ciri-

ciri demokrasi”. Bukan siswa mampu mendiskusikan ciri- ciri demokrasi bukan

merupakan rumusan tujuan tetapi proses pembelajaran.

b. Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran

haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan

Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika

dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus,

kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus 1, adalah dapat

menjelaskan, Tujuan Instruksional 2: dapat memberi contoh dan Tujuan

Instruksional Khusus 3: dapat menggunakan.

c. Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus

sesuai dengan kemampuan siswa.

d. Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan

waktu yang tersedia untuk mencapainya.

Dengan mempertimbangkan hal- hal tersebut diharapkan akan dihasilkan

rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang dapat menjembatani pencapaian Tujuan

Instruksional Khusus. Untuk dapat membuat rumusan Tujuan Instruksional Khusus

yang benar, berikut ini disajikan komponen- komponen yang harus ada dalam suatu

rumusan.

Langkah Merumuskan TIK (tujuan intruksional khusus) yaitu terdiri dari :

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 14

Page 15: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksinal umum) untuk setiap mata

pelajaran bidang studi yang akan diajarkan.

b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya

jelas, khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah

laku.

Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format

yaitu format Mager dan ABCD format.

Format Merger

Merger merekomendasikan syarat–syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang

ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

a. Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar

b. Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai

c. Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima

Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan tersebut

dirumuskan dengan menentukan bagaimana pembelajar harus melakukannya,

bagaimana kondisinya, serta bagaimana mereka akan melakukannya. Dalam

penjabaran TIK ini Merger melibatkan tiga aspek yaitu begaimana kondisi

pencapaian tujuan, kriteria yang ingin dicapai, serta bagaimana tingkah laku

pencapaiannya.

Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau pembelajar,

dengan menggunakan sebuah format ”kamu akan bisa untuk”. Para desain

pembelajaran yang menggunakan format Marger ini biasanya menggunakan

”SWABAT” yang berarti ”the student will be able to”.

 Format ABCD

Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada

dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi Pengembangan

Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh

Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense,

atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal

dari empat kata sebagai berikut :

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 15

Page 16: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

A = Audience

B = Behaviour

C = Condition

D = Degree

a.       Audience

Audience merupakan siswa atau mahasiswa yang akan belajar, dalam hal ini

pada TIK perlu dijelaskan siapa mahasiswa atau siswa yang akan belajar. Keterangan

tentang siswa yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin,

agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin mengikuti pelajaran tersebut

dapat menempatkan diri seperti siswa atau mahasiswa yang menjadi sasaran dalam

sistim instruksional tersebut.

b.      Behavior

Behavior merupakan prilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh

mahasiswa atau siswa tersebut setelah selesai mengikuti proses belajar tersebut .

Perilaku ini terdiri dari dua bahgian penting yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja ini

menunjukkan bagaimana siswa mendemonstrasikan sesuatu seperti menyebutkan,

menjelaskan, menganalisis dan lainnya. Sedangkan objek menunjukkan apa yang

didemonstrasikan.

c.       Condition

Condition berarti batasan yang dikenakan kepada mahasiswa atau alat yang

digunakan mahasiswa ketika ia tes.Kondisi ini dapat memberikan gambaran kepada

pengembang tes tentang kondisi atau keadaan bagaimana siswa atau mahasiswa

diharapkan dapat mendemonstrasikan perilaku saat ini di tes,misalnya dengan

menggunakan rumus tertentu atau kriteria tertentu.

d.      Degree

Degree merupakan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai perilaku

tersebut, adakalanya mahasiswa diharapkan dapat melakukan sesuatu dengan

sempurna tampa salah dalam waktu dua jam dan lainnya. Sejumlah rumusan ABCD

dalam penerapannya terkadang tidak disusun secara ber urutan namun dapat dibalik-

balikkan . Dalam praktek sehari-hari perumusan TIK terkadang hana mencantumkan

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 16

Page 17: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

dua komponen saja , yaitu A dan B sehingga ketika diukur tidak memiliki kepastian

dalsam menyusun tes.

3.      Perbendaharaan Kata-Kata Operasional dalam Perumusan Tujuan

Instruksional

Jenjang istilah yang digunakan yaitu:

a.       Bidang kognitif dengan jenjang:

1)      Pengetahuan

2)      Pemahaman,pengertian

3)      Pemakaian, penggunaan

4)      Analisis

5)      Sintesis

6)      Evaluasi

Istilah yang digunakan untuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional

khusus yaitu:

JENJANG PENGETAHUANIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1.      Tahu istilah-istilah umum2.      Tahu hal terperinci3.      Tahu metode dan prosedur4.      Tahu konsep-konsep dasar5.      Tahu prinsip-prinsip

Mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, mencocokkan, menyusun daftar, menamakan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, mencatat, meniru. menghafal

JENJANG PEMAHAMAN DAN PENGERTIANIstilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Memahami fakta dan prinsip2. Menginterprestasi bagan dan grafik3. Menginterprestasi secara lisan4. Mengubah bahan tulisan kata-kata

menjadi rumusan matematika5. Memperkirakan akibat-akibat yang

akan datang yang tercantum dalam data.

6.      Membenarkan metode dan prosedur

Mengubah, mempertahankan, membedakan, membandingkan, memperkirakan, mendeskripsikan, menguraikan, mengkategorikan, menarik simpulan, meramalkan, melukis kembali, membuat rangkuman

JENJANG PEMAKAIAN & PENGGUNAAN

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 17

Page 18: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Mengunakan konsep dan prinsip

terhadap situasi baru

2. Menerapkan hukum dan teori pada

situasi praktis

3. Memecahkan persoalan matematik

4. Mengkonstruksikan bagan dan grafik

5. Menunjukkan penggunaan secara

benar metode dan prosedur

Mengubah, menghitung,

mendemostarisikan, menyesuiakan,

merombak, menjalankan, menghubungkan,

menggunakan, menyusun, memproses

JENJANG ANALISIS

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Mengenali anggapan yang tidak

dinyatakan.

2. Mengenali kesalahan logika dalam

memberalasan

3. Membedakan antara fakta dan

kseimpulan

4. Mengevaluasi hubungan antara data

5. Menganalisis struktur organisasi suatu

karya

Menganalisis, memecahkan, menyeleksi,

membuat diagram, memisahkan, membuat

garis besar, menunjukkan, memilih,

mendiagnosis, menemukan, mengakases

JENJANG SINTESIS

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Menulis suatu tema yang tersusun baik

2. Memberi ceramah yang antersusun

baik

3. Menulis suatu naskah pendek yang

kraetif

4. Mengajukan rencana untuk suatu

eksprimen

Mengkategorikan,

menggabungkan, menghimpun,

menyusun kembali,

membangkitkan, menceriterakan,

menyimpulkan, menyiapkan,

merangkum, menampilkan,

merekonstruksi

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 18

Page 19: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

5. Merumuskan suatu bagan untuk

menggolongkan objek, kejadian atau

piker

JENJANG EVALUASI

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Menimbang konsistensi yang logis

dari bahan tertulis

2. Menimbang seberapa jauh suatu

kesimpulan ditunjang oleh data

3. Menimbang nilai suatu karya

dengan menggunakan criteria

internal

4. Menimbang nilai suatu karya

dengan menggunakan standar

kebenaran eksternal

Menilai, meperbandingkan,

mengkritik, menafsirkan,

memutuskan, menghubungkan,

menyimpulkan, menyokong,

mengakses, memproyksikan

b.      Bidang sikap serta nilai (afektif) dengan jenjang

1) Kemauan menerima

2) Kemauan menanggapi

3) Penilaian

4) Pengorganisasian

5) Karakterisasi

Istilah yang digunakan untuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional

khusus yaitu:

JENJANG KEMAUAN MENERIMA

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Mengdengarkan dengan perhatian

2. Meningkatkan kesadaran akan

pentingnya belajar

Memilih, mempertanyakan,

mengikuti, memberi, menganut,

mematuhi, menggunakan,

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 19

Page 20: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

3. Menunjukkan sensitifitas akan

keperluan manusia dan persoalan-

persoalan masyarakat.

4. Menerima berbagai kebiasaan

5. Menerima dengan baik segala

aktivitas kelas

menjawab, merasakan, meminati

JENJANG KEMAUAN MENANGGAPI

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1.Melengkapkan PR yang ditentukan

2.Mentaati aturan sekolah

3.Ikut serta dalam diskusi sekolah

4.Sukarela melaksankan tugas khusus

5.Menyukai menolong orang lain

Menjawab, membantu,

mengajukan, mengompromikan,

menyenangi, menyambut,

mendukung, menyetujui,

menampilkan, melaporkan,

memilih, mengatakan, menolak

JENJANG PENILAIAN

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Mendemostrasikan kepercayaan dalam

proses demokratis

2. Menghargai literature yang baik

3. Menghargai dari peranan ilmu

pengetahuan dalam kehidupan

4. Mendemostrasikan sikap pemecahan

masalah

5. Partisipasi dalam pekerjaan sosial

Mengasumsikan, meyakini

Melengkapi, meyakinkan

Memperjelas, memprakarsai

Mengimani, mengundang

Menggabungkan, memperjelas

Mengusulkan, menekankan

menyumbang

JENJANG PENGORGANISASIAN

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 20

Page 21: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. mengenal kebutuhan untuk

keseimbangan antara kebebasan dan

tanggung jawab dalam demokratis

2. mengenal peranan dari perencanaan

yang sistematis dalam memecahkan

maslah

3. menerima tanggung jawab untuk

tingkah lakunya sendiri

4. mengerti dan menerima kekuatan dan

keterbatasan dirinya sendiri

mencari sangkut paut, mengubah

menata, mengklasifikasikan

menkombinasikan,

mempertahankan, membangun

mengelola, menegoisasikan

merembuk

c.       Bidang Psikomotor

JENJANG PERSEPSI

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1) Stimulasi sensoris

mengdengar isyarat

2) Melihat bentuk & angka

3) Menyentuh bentuk sesuatu

4) Merasakan: pahit, manis

Melihat, mendengar, menyentuh,

mengecap, memegang

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 21

JENJANG KARAKTERISASI

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. menunjukkan kesadaran

2. mengadakan kerja sama

dalam kelompok

3. menggunakan pendekatan

yang objektif dalam

memecahkan masalah

4.  menunjukkan kerajinan

ketepatan waktu dan

disiplin diri

1. mempengaruhi

2. mendengarkan

3. mengkualifikasikan

4. melayani

5. menunjukkan

6. membuktikan

7. memecahkan

Page 22: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

5) Membau dan memegang

sesuatu

JENJANG KESIAPAN

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Kesiapan mental:

memilih& membuat

sintesa

2. Kesiapan fisik

3. Kesiapan emosional:

merespon sikap yang

tepat

Memilih, memisahkan, menunjukkan,

mengambil, menimbang, mengerjakan

JENJANG RESPONS TERPIMPIN

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Imitasi:

mepertunjukkan

sesuatu

2. Mengikuti: petunjuk

sampai dengan yan

belun dikenal

3. Mengadakan

eksprimentasi

Menirukan, meragakan, mengerakkan,

menggunakan, menyimpulkan

JENJANG MEKANISME

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Memilih: bahan, alat

2. Merencanakan: aktifitas &

waktu

Memilih, menentukan, memasang,

melakukan, mengubah, membentuk

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 22

Page 23: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

3. Melakukan tugas dengan

baik, bertanggung jawab

dan cepat memperkirakan

hasil.

JENJANG RESPON YANG KOMPLEKS

Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK

1. Adopsi:terhadap sumber

perencanaan dan prosezdur

yang tepat

2. Penggunaan skill dan

memilih profesi

Menyesuiakan, merencanakan,

menggunakan, melakukan, melaporkan.

Mendeskripsikan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh

pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi,

guru masih perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah

memperhatikan karakteristik dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional

(TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil

penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 23

Page 24: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit

dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja

yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil

belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada

TIU.

2. Penggunaan kata kerja operasional dalam TIK masih menjadi kontroversi.

Sebagian pihak menganggap penggunaan kata kerja operasional

menyebabkan pembelajaran menjadi sempit dan terbatas. Namun, beberapa

pihak menyatakan penggunaan kata kerja operasional digunakan untuk

mendapatkan kepastian tentang kegiatan yang direncanakan (Suparman,

2012).

3. Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada

dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi

Pengembangan Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang

dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan

mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut

dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut :

A = Audience

B = Behaviour

C = Condition

D = Degree

DAFTAR PUSTAKA

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 24

Page 25: TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Mager, R. F (1962). Preparing Instructional Objectives. Belmont, Cal: Fearon

Publisher

__________. (1971). Objectives Market Place Game. National Spesial Media

Institutes

Suparman, Atwi, 2012. Desain Intruksional. Jakarta: Erlangga

Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 25