tujuan dan ruang lingkup - jurusan teknik industri

38

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri
Page 2: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

http://journal.unpar.ac.id/index.php/jrsi

ISSN 0216-1036 (print)ISSN 2339-1499 (online)

Tujuan dan Ruang LingkupJurnal Rekayasa Sistem Industri bertujuan untuk menyediakan forum komunikasi dan publikasihasil-hasil penelitian di bidang ilmu Teknik Industri mencakup bidang-bidang seperti ergonomi,keselamatan kerja, produksi, persediaan dan logistik, otomasi, statistika industri, pengendaliankualitas, manajemen perusahaan industri, penelitian operasional, teknologi informasi, perancang-an produk dan topik-topik terkait lainnya. Unsur pemersatu topik-topik yang luas tersebut adalahadanya proses analisis dan sintesis di dalam perancangan, perbaikan serta penerapan sistem inte-gral yang terdiri dari manusia, mesin, peralatan, energi dan informasi yang tercantum di dalamdefinisi Teknik Industri menurut Institute of Industrial Engineers (IIE).

Jurnal ini juga mempublikasikan hasil-hasil yang menarik yang berasal dari penerapan ilmu TeknikIndustri di dunia praktis sehingga dapat dimanfaatkan bagi pengembangan ilmu atau pengem-bangan organisasi perusahaan industri. Pada dasarnya, jurnal ini bertujuan untuk menyediakansarana publikasi bagi para peneliti, tenaga pendidik dan praktisi yang memiliki minat di bidangTeknik Industri. Penulis yang akan mengirimkan artikelnya dapat mengunduh panduan penulisandi laman jurnal: http://journal.unpar.ac.id/index.php/jrsi.

Dewan RedaksiPenanggung Jawab: Catharina B. NawangpalupiKetua Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Penyunting

Carles Sitompul (Ketua) Universitas Katolik Parahyangan, BandungYogi Yusuf Wibisono Universitas Katolik Parahyangan, BandungKristiana Asih Damayanti Universitas Katolik Parahyangan, BandungMarihot Nainggolan Universitas Katolik Parahyangan, BandungHanky Fransiscus Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Mitra Bestari

Isti Surjandari Prajitno Universitas Indonesia, JakartaPaulus Sukapto Universitas Katolik Parahyangan, BandungJ. Dharma Lesmono Universitas Katolik Parahyangan, BandungKinley Aritonang Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Page 3: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Daftar Isi

halFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Turn Over ItentionKaryawan

1-9

Ronald Sukwadi, Milkha Meliana

Penerapan Lean Six Sigma dan Activity-Based Costing Pada Perusa-haan Garment PT X

10-19

Cindy Marika Amalia Wibowo, Kinley Aritonang

Perbaikan Proses Bisnis untuk Mengurangi Piutang di PT AsuransiAstra Buana Cabang Bandung

20-26

Alicia Kusumawati, Yogi Yusuf Wibisono, Kinley Aritonang

Perancangan Aplikasi Penunjang Aktivitas Travelling yang Interaktifdan Mobile untuk Paruh Baya Menggunakan Teknik Cooperative Pro-totyping

27-35

Stefani Christina Aryanto, Johanna Renny Octavia, Marihot Nainggolan

Page 4: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan TurnOver Intention Karyawan Usaha Kecil Menengah

Ronald Sukwadi1∗, Milkha Meliana2

1,2Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri,

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Jl. Jenderal Sudirman 51, Jakarta 12930

email:[email protected];[email protected]

Abstrak

Usaha kecil menengah (UKM) memiliki peran penting bagi perekonomian di Indonesia karenadapat menggerakkan ekonomi yang berbasis kerakyatan. Agar dapat bertahan dalam persainganglobal saat ini, setiap UKM diharapkan dapat selalu meningkatkan kinerja karyawannya. Usahaini dapat dilakukan melalui adanya pelatihan, peningkatan komitmen karyawan, serta pemenuhankepuasan kerja karyawan. Selain kinerja karyawan, hal penting lainnya adalah tingkat turn overintention karyawan, di mana hal ini dapat merugikan UKM bila tingkat turn over intention tersebuttinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yangberpengaruh terhadap kinerja dan turn over intention karyawan UKM serta memberikan usulanperbaikannya. Sehingga UKM dapat meningkatkan kinerja karyawan dan menurunkan tingkatturn over intention karyawannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial LeastSquare (PLS). Penelitian ini dilakukan pada UKM Sungkai Indah Jakarta Timur.

Kata Kunci: Kinerja Karyawan, Turn Over Intention, UKM, PLS

1 Pendahuluan

Dalam perekonomian Indonesia, usaha kecilmenengah (UKM) memiliki peran yang pent-ing. Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoy-ono menyatakan bahwa ekonomi yang berba-sis pada rakyat melalui koperasi dan UKM da-pat mencegah makin melebarnya kesenjanganekonomi (www.depkop.go.id). Sebagai suatuorganisasi, UKM juga memiliki suatu tujuan un-tuk dapat bertumbuh dan memiliki kelangsun-gan dalam jangka waktu panjang. Salah satu in-dikator kemajuan dari suatu UKM dapat dilihatdari kinerja karyawannya. Oleh sebab itu, setiapUKM tentu saja berusaha selalu meningkatkankinerja dari karyawannya.

Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yangdicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkanatas kecakapan, pengalaman, kesungguhanserta waktu (Hasibuan, 2006). Dalam rangkameningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh

∗Korespondensi Penulis

karyawan, maka UKM dapat memberikanpelatihan terhadap karyawannya. Pelatihankerja merupakan suatu proses mengajarkankaryawan baru atau yang ada sekarang, men-genai keterampilan dasar yang mereka bu-tuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka(Dessler,1997).

Selain kinerja karyawan, hal penting lain-nya yang terdapat pada suatu organisasi adalahtingkat turn over intention. Menurut Harnoto(2002), turn over intention merupakan kadar atauintensitas dari keinginan untuk keluar dari pe-rusahaan, banyak alasan yang menyebabkantimbulnya turn over intention ini dan diantaranyaadalah keinginan untuk mendapatkan peker-jaan yang lebih baik.

Kepuasan kerja adalah kombinasi dariperasaan dan keyakinan bahwa pekerja terusberada dalam suatu organisasi dalam halini mengenai pekerjaan mereka. Seseorangdengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi,pada umumnya akan menyukai pekerjaanmereka. Mereka merasa bahwa mereka sedang

1

Page 5: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

diperlakukan dengan adil dan percaya bahwapekerjaan yang dilakukan saat ini memilikibanyak hal yang diharapkan oleh karyawan(Jones et al.,1999).

Sementara komitmen organisasi merupakanhubungan emosional antara individu dan suatuorganisasi. Komitmen bergantung pada pent-ingnya individu menjadi anggota kelompok se-bagai identitas sosial mereka (Tajfel dan Turner,1986). Dengan adanya gairah yang timbul darikepuasan kerja dan komitmen organisasi, akanmengarahkan karyawan untuk mengerjakanpekerjaannya dengan maksimal dan melam-paui dari apa yang ditargetkan (Moreland danLevine, 1982).

Turn over merupakan proses dimanakaryawan-karyawan meninggalkan organisasidan harus segera digantikan. Apabila fenom-enaturn over ini terjadi dalam tingkatan yangcukup tinggi, maka akan memberikan dampakyang buruk bagi organisasi (Whiteoak, 2007;Zhang and Feng, 2011). Penelitian penelitiansebelumnya kebanyakan menyoroti tingginyaturn over karyawan pada perusahaan menengahdan besar. Dalam penelitian ini, kami mencobameneliti fenomena ini dalam sebuah usaha kecildan menengah (UKM). Dari hasil penelitianawal pada UKM obyek penelitian didapatkanhasil bahwa tingkat turn over karyawan cukuptinggi. Dari 10 karyawan tetap, rata-rata 2 orangkaryawan keluar tiap bulannya. Oleh sebabitu, agar UKM dapat terus maju dan bersaingdengan perusahaan yang lebih besar, makaperlu diperhatikan bagaimana menangani sum-ber daya manusia yang ada di UKM sehinggadapat mengurangi tingkat turn over intentionkaryawan. Berdasarkan latar belakang tersebut,maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara variabelpelatihan kerja, kepuasan kerja, dan komit-men organisasi terhadap kinerja karyawandan tingkat turn over intention pada UKMSungkai Indah?

2. Variabel manakah dari antara pelatihankerja, kepuasan kerja, dan komitmen organ-isasi yang memiliki pengaruh paling besarbagi kinerja karyawan dan tingkat turn overintention pada UKM Sungkai Indah?

3. Perbaikan apa yang dapat dilakukan UKMSungkai Indah terhadap variabel yangmemiliki pengaruh paling besar tersebut?

2 Metode Penelitian

2.1 Desain Penelitian

Objek penelitian ini adalah UKM Sungkai In-dah yang beralamat di Jatinegara Kaum, JakartaTimur. UKM ini bergerak dalam bidang mebelatau furniture yang memproduksi berbagai je-nis mebel seperti: meja, kursi interior gedung,kusen, kitchen set dan almari. Data diper-oleh melalui penyebaran kuisioner pada selu-ruh karyawan UKM Sungkai Indah. Karyawandiminta memilih satu dari lima pilihan jawa-ban yang dituliskan dalam skala pengukuranLikert 1 sampai 5, masing-masing menunjukkansangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral(3), setuju (4), sangat setuju (5) terhadap se-tiap pernyataan dalam kuesioner. Software SmartPLS digunakan untuk mengolah dan menganal-isis hubungan antar variabel laten dalam modelpenelitian.

2.2 Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan

Kepuasan kerja merupakan situasi yangmenggambarkan seseorang atas perasaan sikap-nya senang atau tidak senang, puas atau tidakpuas dalam bekerja (Rivai,2004). Dalam peneli-tiannya, Goldena dan Veigab (2008) menyelidikiadanya hubungan antara kepuasan kerja den-gan kinerja karyawan. Berdasarkan hasil daripenelitiannya, didapatkan bahwa pada levelkomitmen yang tinggi, kepuasan kerja memilikihubungan yang positif dengan kinerja yangdihasilkannya. Hal ini membuktikan bahwaadanya pengaruh antara kepuasan kerja den-gan kinerja karyawan yang dihasilkan.Begitujuga dengan penelitian yang dilakukan olehDizgah et al.(2012). Dalam penelitiannya jugadisimpulkan bahwa kepuasan kerja memilikipengaruh terhadap kinerja karyawan. Se-hingga dengan demikian, dapat dirumuskanlahhipotesis berikut:

H1: Kepuasan kerja karyawan berpengaruh ter-hadap kinerja karyawan

2.2.2 Pelatihan Kerja dan Kinerja Karyawan

Pelatihan kerja merupakan suatu proses pen-didikan jangka pendek yang mempergunakanprosedur sistematis dan teroganisasi, pegawainon manajerial mempelajari pengetahuan danketerampilan teknis dalam tujuan yang terbatas(Sikula, 2007). Dengan adanya pelatihan kerja,diharapkan karyawan memiliki bekal dasar dan

2

Page 6: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja dan Turn Over Intention Karyawan Usaha KecilMenengah

memahami prinsip dasar dari suatu tanggungjawab pekerjaan yang diberikan kepadanya. Se-mentara itu, kinerja karyawan merupakan hasilkerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapaiolehseseorang karyawan dalam melaksanakantugasnya sesuai dengantanggung jawab yangdiberikan kepadanya (Mangkunegara, 2001).Berdasarkan penelitian yang telah dilakukanoleh Jagero et al.(2012) menyatakan bahwapelatihan kerja memiliki pengaruh terhadapkinerja karyawan, terutama dalam produktivi-tas karyawan. Sehingga dengan demikian, diru-muskanlah hipotesis berikut:

H2: Pelatihan kerja karyawan berpengaruh ter-hadap kinerja karyawan

2.2.3 Komitmen Organisasi dan KinerjaKaryawan

Komitmen organisasi adalah kekuatan yangbersifat relatif dari individu dalam mengiden-tifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagianorganisasi (Porter,1998). Berdasarkan penger-tian tersebut, komitmen organisasi memilikisu-atu unsur yaitu loyalitas terhadap perusahaantempat ia bekerja, keterlibatan, dan penger-tian terhadap nilai serta tujuan dari perusa-haan. Dengan adanya unsur loyalitas terse-but, secara tidak langsung, komitmen organisasidapat mempengaruhi kinerja dari karyawan.Hal ini diperkuat dengan adanya Berdasarkanpenelitian yang telah dilakukan oleh Jaramil-loa et al.(2005). Hasil penelitiannya meny-atakan bahwa komitmen organisasi memilikipengaruh terhadap kinerja dari karyawan.Halini juga didukung oleh penelitian yang di-lakukan oleh Rageb et al.(2013).Dari peneli-tian tersebut, disimpulkan bahwa adanya pen-garuh antara komitmen organisasi dengan kin-erja karyawan. Oleh sebab itu dapat diru-muskanlah hipotesis:

H3: Komitmen organisasi berpengaruh terhadapkinerja karyawan

2.2.4 Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organ-isasi

Akehurst et al.(2009) melakukan penelitian un-tuk mengetahui kepuasan kerja dan komit-men karyawan di kewirausahaan usaha kecilmenengah. Setelah memiliki hipotesis yangberlawanan, hasil penelitian menyimpulkanbahwa kepuasan kerja dan komitmen terhadaptim merupakan faktor yang memiliki pengaruhlangsung dan positif pada kewirausahaan in-ternal. Hal ini diperkuat dengan adanyapenelitian yang dilakukan oleh Mosadeghrad

et al.(2008) yang juga menyimpulkan hal yangsama. Sehingga dengan demikian, dirumuskan-lah hipotesis:

H4: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap komit-men organisasi

2.2.5 Kepuasan Kerja dan Turn over Intention

Seperti yang telah dijelaskan oleh Rivai (2004),bahwa kepuasan kerja merupakan situasi yangmenggambarkan seseorang atas perasaan sikap-nya senang atau tidak senang, puas atau tidakpuas dalam bekerja. Berdasarkan penger-tian tersebut, bila ada karyawan yang tidakpuas dan memiliki sikap yang tidak senangterhadap pekerjaannya, maka ada kemungki-nan dari dirinya untuk berpikir mencari peker-jaan yang lain, bahkan keluar masuk perusa-haan untuk mencari yang sesuai dengan apayang dia inginkan. Hal ini dibuktikan daripenelitian yang telah dilakukan oleh Zhang danFeng (2011). Berdasarkan hasil penelitiannyamengatakan bahwa peningkatan kepuasan kerjaakan membantu menurunkan intensi dokter un-tuk keluar dari tempat kerjanya. Woo et al.(2005)juga melakukan suatu penelitian dengan hasilempiris adalah kepuasan kerja berpengaruh ter-hadap turn over intention. Sehingga dengandemikian, dirumuskanlah hipotesis berikut:

H5: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention

2.2.6 Komitmen Organisasi dan Turn OverIntention

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Whiteoak(2007) menyatakan bahwa seseorang yangmemiliki komitmen yang tinggi terhadap or-ganisasi tempat ia bekerja, maka akan memilikisedikit kemungkinan berpikir untuk keluar dariorganisasi tersebut. Dengan hal tersebut, makadapat dikatakan bahwa komitmen organisasiberpengaruh terhadap turn over intention. Halini diperkuat dengan penelitian yang dilakukanoleh Mosadeghrad et al.(2008) yang menyim-pulkan bahwa:

H6: Komitmen organisasi berpengaruh terhadapturn over intention.

2.2.7 Kinerja Karyawan dan Turn Over Inten-tion

Flippo (1994) mengatakan bahwa turn overmerupakan situasi keluar masuknya tenagakerja dalam suatu perusahaan dalam kurunwaktu tertentu. Williams dan Livingstone (1994)melakukan penelitian dimana ia mengatakan

3

Page 7: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

bahwa adanya pengaruh kinerja dari karyawandengan turn over intention. Begitu juga den-gan penelitian yang dilakukan oleh Hochwarteret al.(2001) yang menyatakan bahwa kinerjakaryawan berpengaruh terhadap turn over. Se-hingga dapat dirumuskanlah hipotesis berikut :

H7: Kinerja karyawan berpengaruh terhadap turnover intention

2.3 Model Penelitian Awal

Hubungan antar variabel digambarkan padamodel penelitian awal (Gambar 1). Variabelkepuasan kerja, pelatihan kerja, dan komit-men organisasi merupakan variabel indepen-den. Sedangkan kinerja karyawan dan turnover intention, masing-masing merupakan vari-abel antara dan dependen dalam model peneli-tian ini.

3 Hasil dan Pembahasan

3.1 Profil Responden

Profil responden karyawan UKM Sungkai Indahdapat dilihat pada Tabel 1.

3.2 Pengujian Outer Model Loadingfactor

Langkah pertama yang dilakukan untuk meng-interpretasi hasil keluaran software PLS adalahdengan menguji apakah model yang telahdibuat memenuhi convergent validity. Load-ing factor merupakan nilai korelasi antara itemscore/component score dengan construct score yangdihitung oleh software smart PLS (Ghozali, 2011).Loading factor 0.50 - 0.60 masih dapat diperta-hankan untuk model yang masih dalam tahappengembangan (Ghozali, 2011). Hasil loadingfactor setelah modifikasi model dapat dilihatpada Tabel 2.

3.3 Cross loading

Nilai cross loading indikator yang lebih besarpada kolom konstruk independennya masing-masing menunjukkan ketepatan pengukurankonstruk independen dengan indikator terse-but bila dibandingkan pengukuran dengan kon-struk independen yang lain, namun sebaliknya,jika nilai cross loading dari indikator ke konstrukindependennya lebih kecil daripada konstrukindependen yang lain maka dapat dikatakan in-dikator tersebut kurang tepat mengukur kon-struk independennya. Namun, untuk variabel

kepuasan kerja memiliki nilai korelasi indikatorantar variabelnya lebih rendah dibandingkandengan nilai korelasi indikator dengan variabellain. Namun secara keseluruhan, sebagian besarvariabel memiliki discrimant validity yang baik(Tabel 3).

3.4 Discriminant validity

Discriminant validity diperoleh dengan dengancara membandingkan akar dari nilai average vari-ance extracted (AVE) setiap variabel dengan ni-lai korelasi antara variabel (Tabel 4). Konstrukmempunyai discriminant validity yang tinggi jikaakar AVE untuk setiap variabel lebih besar darikorelasi antara konstruk (Chin, 2008).

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa ter-dapat variabel yang memiliki nilai akar AVEyang lebih rendah daripada korelasi antar vari-abel yang lain, seperti variabel kepuasan kerja,dan kinerja karyawan. Namun, selain dilihatdari nilai akar AVE, validitas konstruk dapatdikatakan baik apabila nilai AVE > 0.5 (Chin,1998). Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruhkonstruk memiliki nilai AVE di atas 0.5. Hal iniberarti seluruh variabel konstruk memiliki dis-criminant validity yang baik.

3.5 Composite reliability

Suatu variabel dikatakan memiliki reliabilitasyang baik bila nilai composite reliability-nya >0.70 (Ghozali, 2011) dan nilai Cronbachs alpha-nya > 0.80 (Sekaran, 2006; Ghozali, 2011). Tabel6 menunjukkan bahwa semua variabel telahmemiliki reliabilitas yang baik.

3.6 Pengujian Inner Model R-square

Nilai R-square menunjukkan variabilitas antarkonstruk dependen yang satu dengan konstrukdependen yang lainnya. Rekapitulasi nilai R-square dalam Tabel 7 dapat dilihat bahwa vari-abilitas konstruk Kinerja Karyawan dapat di-jelaskan oleh variabilitas konstruk KepuasanKerja, Komitmen Organisasi, dan PelatihanKerja sebesar 78.03%, sementara 21.97% dije-laskan oleh variabel lain di luar variabel yangditeliti. Variabilitias konstruk Komitmen Or-ganisasi dapat dijelaskan oleh variabilitas kon-struk Kepuasan Kerja sebesar 50.97%, semen-tara 49.03% dijelaskan oleh variabel lain di luaryang diteliti. Untuk nilai R-square Turn over In-tention dapat diinterpretasikan bahwa variabili-tias konstruk Turn over Intention dapat dijelaskan

4

Page 8: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja dan Turn Over Intention Karyawan Usaha KecilMenengah

Gambar 1: Model penelitian awal

Tabel 1: Profil responden (N=10)

Karakteristik JumlahJenis Kelamin 100% laki laki ( 10 orang )

10% 18 29 tahun ( 1 orang )Usia 10% 30 39 tahun ( 1 orang )

60% 40 49 tahun ( 6 orang )20% > 60 tahun ( 2 orang )30% SD ( 3 orang )

Pendidikan Terakhir 50% SMP ( 5 orang )20% SMA ( 2 orang )

Lama Bekerja 100% > 3 tahun ( 10 orang )20% Rp 1.000.000,- ( 2 orang )

Penghasilan 50% Rp 1.000.001 Rp 2.000.000,- ( 5 orang )30% Rp 2.000.001 Rp 3.000.000,- ( 3 orang )

Tabel 2: Rekapitulasi loading factor dari final model

Variabel Manifes Indikator Loading Factor Variabel Manifes Indikator Loading FactorA.2.1 0.85 C.3.2 0.752

Pelatihan Kerja A.5.1 0.686 Turn over Intention C.6.3 0.843A.6.1 0.877 C.8.2 0.866B.2.1 0.645 D.1.3 0.713B.3.1 0.831 Komitmen Organisasi D.2.1 0.793B.3.2 0.824 D.3.2 0.773B.5.1 0.885 D.3.3 0.887B.6.1 0.85 E.2.1 0.739

Kepuasan Kerja B.6.2 0.851 E.2.2 0.808B.7.2 0.808 Kinerja Karyawan E.6.1 0.811B.7.3 0.734 E.7.1 0.755B.7.4 0.774 E.7.2 0.872B.7.5 0.606B.9.1 0.822B.10.1 0.635

5

Page 9: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

Tabel 3: Rekapitulasi nilai cross loading

Indikator Kepuasan Kerja Kinerja Karyawan Komitmen Organisasi Pelatihan Kerja Turn over IntentionA.2.1 -0.345742 -0.46853 -0.420205 0.850318 -0.502048A.5.1 -0.66051 -0.32455 -0.360379 0.685764 0.061431A.6.1 -0.529856 -0.483783 -0.742068 0.877294 -0.257372B.10.1 0.635487 0.631521 0.081077 -0.097026 0.621622B.2.1 0.645478 0.60014 0.51259 -0.275698 0.357456B.3.1 0.831243 0.571581 0.663505 -0.726304 0.30238B.3.2 0.824137 0.684641 0.798924 -0.61927 0.280483B.5.1 0.88539 0.698612 0.518313 -0.578856 0.413702B.6.1 0.849859 0.765053 0.648611 -0.505179 0.434844B.6.2 0.850792 0.599473 0.449427 -0.534693 0.310963B.7.2 0.808275 0.664854 0.703008 -0.841802 0.496373B.7.3 0.734132 0.521879 0.680259 -0.571506 0.403207B.7.4 0.774183 0.789868 0.470472 -0.243138 0.370018B.7.5 0.606256 0.623751 0.101169 -0.335931 0.535113B.9.1 0.821857 0.867006 0.729975 -0.252685 0.613695C.3.2 0.521482 0.604428 0.403269 -0.652724 0.752278C.6.3 0.125125 0.405886 -0.003298 0.160638 0.843149C.8.2 0.640641 0.831938 0.499544 -0.307152 0.866221D.1.3 0.479289 0.312946 0.712792 -0.4511 0.096028D.2.1 0.478424 0.730817 0.792621 -0.508478 0.438687D.3.2 0.492333 0.409777 0.773321 -0.429703 0.111223D.3.3 0.757096 0.694337 0.886984 -0.614856 0.440162E.2.1 0.735618 0.738951 0.434794 -0.167196 0.303255E.2.2 0.715581 0.808453 0.787381 -0.548755 0.789833E.6.1 0.758275 0.811436 0.774638 -0.522376 0.373266E.7.1 0.522142 0.754739 0.298364 -0.288017 0.660979E.7.2 0.740653 0.871693 0.534289 -0.51953 0.840798

Tabel 4: Rekapitulasi laten variable correlations dan akar AVE

Kepuasan Kinerja Komitmen Pelatihan Turn overKerja Karyawan Organisasi Kerja Intention

Kepuasan Kerja 0.777565Kinerja Karyawan 0.869585 0.798443Komitmen Organisasi 0.713967 0.724034 0.793897Pelatihan Kerja -0.605228 -0.534635 -0.643629 0.8089Turn over Intention 0.550904 0.776518 0.392669 -0.325046 0.822023

Tabel 5: Rekapitulasi nilai AVE

Variabel AVE Akar AVEKepuasan Kerja 0.604607 0.777565Kinerja Karyawan 0.637511 0.798443Komitmen Organisasi 0.630272 0.793897Pelatihan Kerja 0.654319 0.8089Turn over Intention 0.675721 0.822023

oleh variabilitas konstruk Kepuasan Kerja, Kin-erja Karyawan, dan Komitmen Organisasi sebe-sar 70.22% , sementara 29.78% dijelaskan olehvariabel lain di luar yang diteliti.

3.6.1 Nilai signifikansi

Tingkat signifikansi konstruk dapat kita lihatdari nilai T-statistics setiap konstruk. Nilai T-statistics ini dapat dilihat pada bagian outerloadings (Mean, STDEV, T-Values). Suatu vari-abel dikatakan signifikan bila memiliki nilai T-statistics > 2.228 untuk tingkat signifikansi 0.05(Ghozali, 2011). Rekapitulasi dari signifikansiindikator (Mean, STDEV, T-Values) dapat dilihatpada Tabel 8.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Tabel 9 menunjukkan nilai path coefficient antarkonstruk, di mana nilai T-statistics digunakanuntuk mengetahui tingkat dominasi atau pen-garuh antar konstruk model penelitian. Untukalpha 0.05, nilai T-statistics di atas 2.228 menun-jukkan bahwa variabel tersebut memiliki pen-garuh terhadap variabel lain. Berdasarkan hasilT-statistics keluaran software Smart PLS padaTabel 9, didapatkan hasil pengujian hipotesis se-bagai berikut:

1. H1: Kepuasan kerja karyawan berpengaruhterhadap kinerja karyawan. Kepuasankerja berpengaruh positif terhadap kin-erja karyawan dengan koefisien parametersebesar 0.74 dan signifikan pada alpha 5%(Nilai T-statistics=13.44 > 2.228). Sehinggahipotesis yang menyatakan kepuasan kerjakaryawan berpengaruh terhadap kinerjakaryawan diterima.

2. H2: Pelatihan kerja karyawan berpengaruhterhadap kinerja karyawan. Berdasarkannilai T-statistics yang dimiliki oleh hubun-gan kedua variabel ini yaitu sebesar 1.06,maka dapat dilihat bahwa nilai T-statistics

6

Page 10: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja dan Turn Over Intention Karyawan Usaha KecilMenengah

hubungan kedua variabel ini tidak sig-nifikan pada 5% (< 2.228). Sehingga dapatdikatakan hipotesis tersebut ditolak, yaitupelatihan kerja karyawan tidak berpen-garuh terhadap kinerja karyawan.

3. H3: Komitmen organisasi berpengaruh ter-hadap kinerja karyawan. Komitmen or-ganisasi berpengaruh positif terhadap kin-erja karyawan yang ditunjukkan dengankoefisien parameter sebesar 0.24 dan sig-nifikan pada alpha 5% (T-tabel=2.228). Ni-lai T-statistics yang dimiliki oleh hubun-gan kedua variabel ini yaitu sebesar 4.98 >2.228. Sehingga hipotesis yang menyatakankepuasan kerja karyawan berpengaruh ter-hadap kinerja karyawan dapat diterima.

4. H4: Kepuasan kerja berpengaruh terhadapkomitmen organisasi. Kepuasan kerjaberpengaruh positif terhadap komitmen or-ganisasi karyawan dengan koefisien pa-rameter sebesar 0.71 dan signifikan pada5% (T-tabel=2.228). Nilai T-statistics yangdimiliki oleh hubungan kedua variabel iniyaitu sebesar 27.31 > 2.228. Sehinggahipotesis yang menyatakan kepuasan kerjakaryawan berpengaruh terhadap komitmenorganisasi diterima.

5. H5: Kepuasan kerja berpengaruh terhadapturn over intention. Kepuasan kerja berpen-garuh negatif terhadap turn over inten-tion karyawan dengan koefisien parametersebesar -0.41 dan signifikan pada 5% (T-tabel=2.228). Nilai T-statistics yang dim-iliki oleh hubungan kedua variabel iniyaitu sebesar 4.25 > 2.228. Sehingga da-pat dikatakan hipotesis yang menyatakankepuasan kerja berpengaruh dengan turnover intention diterima.

6. H6: Komitmen organisasi berpengaruh ter-hadap turn over intention. Komitmen organ-isasi berpengaruh negatif terhadap turnoverintention karyawan yang ditunjukkan den-gan koefisien parameter sebesar -0.28 dansignifikan pada 5% (T-tabel=2.228). Nilai T-statisticsyang dimiliki oleh hubungan keduavariabel ini yaitu sebesar 4.55 > 2.228. Se-hingga hipotesis yang menyatakan komit-men organisasi berpengaruh dengan turnover intention dapat diterima.

7. H7: Kinerja karyawan berpengaruh ter-hadap turn over intention. Kinerja karyawanberpengaruh positif terhadap komitmen or-ganisasi karyawan dengan koefisien param-eter sebesar 1.34 dan signifikan pada al-

Tabel 6: Rekapitulasi nilai composite reliabilitydan Cronbachs alpha

Variabel Composite Cronbachsreliability alpha

Kepuasan Kerja 0.947644 0.938855Kinerja Karyawan 0.897572 0.858835Komitmen Organisasi 0.871407 0.808578Pelatihan Kerja 0.848859 0.734403Turn over Intention 0.861666 0.763855

Tabel 7: Rekapitulasi nilai R-square

Variabel R-SquareKepuasan KerjaKinerja Karyawan 0.780306Komitmen Organisasi 0.509749Pelatihan KerjaTurn over Intention 0.702247

pha 5% (T-tabel=2.228). Nilai T-statisticsyang dimiliki oleh hubungan kedua vari-abel ini yaitu sebesar 17.64 > 2.228. Se-hingga hipotesis yang menyatakan kinerjakaryawan berpengaruh terhadap turn overintention dapat diterima.

4 Simpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, di-dapatkan hubungan antara variabel pelatihankerja, kepuasan kerja, dan komitmen organ-isasi terhadap kinerja karyawan dan tingkatturn over intention karyawan pada UKM SungkaiIndah. Kepuasan kerja berpengaruh posi-tif dan signifikan terhadap kinerja karyawandan komitmen organisasi, namun berpengaruhnegatif dan signifikan terhadap turn over inten-tion karyawan. Komitmen organisasi berpen-garuh positif dan signifikan terhadap kinerjakaryawan, namun berpengaruh negatif dan sig-nifikan terhadap turn over intention karyawan.Pelatihan kerja berpengaruh positif namun tidaksignifikan terhadap kinerja karyawan. Kinerjakaryawan berpengaruh positif dan signifikanterhadap turn over intention karyawan.

Kepuasan kerja karyawan merupakan vari-abel yang paling berpengaruh terhadap komit-men organisasi, dan kinerja karyawan yangakhirnya berpengaruh juga terhadap tingkatturnover intention karyawan. Pihak manaje-men UKM Sungkai Indah dapat berupaya untukmeningkatkan kepuasan kerja karyawan den-gan memperhatikan sarana prasarana, gaji, or-ganisasi dan manajemen, atasan, pekerjaan itu

7

Page 11: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

Tabel 8: Rekapitulasi indikator

Konstruk Laten Indikator T-Statistics (|O/STERR|) KeteranganMetode Pelatihan 28.72299 Signifikan

Pelatihan Kerja Peserta Pelatihan 13.237923 SignifikanEvaluasi Pelatihan 36.434085 SignifikanIsi Pekerjaan 22.862795 SignifikanSupervisi 10.191199 SignifikanOrganisasi dan Manajemen 36.357066 Signifikan

Kepuasan Kerja Kondisi Pekerjaan 71.655365 SignifikanGaji 60.525776 SignifikanPekerjaan itu Sendiri 53.352333 SignifikanAtasan 47.159827 SignifikanPromosi Jabatan 15.540721 SignifikanKeinginan untuk Meninggalkan Organisasi 17.526143 Signifikan

Turn over Intention Pelanggaran Tata Tertib 47.020954 SignifikanPerilaku Positif yang Berbeda 63.145699 SignifikanKepercayaan dan Penerimaan Nilai dan Tujuan 21.576887 Signifikan

Komitmen Organisasi Kesediaan Bekerja bagi Organisasi 28.335412 SignifikanKeinginan Bertahan 115.943199 SignifikanKualitas Kerja 25.033462 Signifikan

Kinerja Karyawan Dependability 26.895804 SignifikanInisiatif 45.305203 Signifikan

Tabel 9: Nilai path coefficient

Original Sample T-Statistics (|O/STERR|)Kepuasan Kerja Kinerja Karyawan 0.739143 13.436642Kepuasan Kerja Komitmen Organisasi 0.713967 27.313987Kepuasan Kerja Turnover Intention -0.411951 4.248696Kinerja Karyawan Turnover Intention 1.339891 17.636659Komitmen Organisasi Kinerja Karyawan 0.239237 4.987018Komitmen Organisasi Turnover Intention -0.283339 4.552727Pelatihan Kerja Kinerja Karyawan 0.066695 1.064046

sendiri, supervisi, dan promosi jabatan gunameningkatkan komitmen organisasi dan kinerjakaryawan, serta memperbaiki tingkat turn overintention karyawan di UKM Sungkai Indah.

Hasil dalam penelitian ini tentu saja tidak da-pat digeneralisasi sebagai strategi UKM dalammengurangi tingkat turn over karyawannya.Namun penelitian ini dapat sebagai referensimodel penelitian awal kinerja dan turn overkaryawan. Untuk meningkatkan tingkat gen-eralisasi hasil penelitian, pada penelitian selan-jutnya dapat dilibatkan sampel UKM yang lebihbanyak dengan variasi jenis UKM yang ada.

Daftar Pustaka

Akehurst, G., Comeche, J. M., & Galindo, M.A. (2009). Job Satisfaction and Commitment inthe Entrepreneurial SME. Small Business Eco-nomics, Vol. 32, 277-289.

Chin, W. W. (1998). The Partial Least SquaresApproach for Structural Equation Modeling,In Marcoulides, G.A. (Ed). Modern Method forBusiness Resaearch. Mahwah, NJ: Erlbaum As-sociates, hal. 295 358.

Dessler, G.(1997). Manajemen Sumber Daya Manu-sia. Jakarta : PT. Prenhallindo.

Dizgah, M. R., Chegini, M. G., & Bisokhan,R. (2012). Relationship between Job Satisfac-tion and Employee Job Performance in GuilanPublic Sector. Journal of Basic and Applied Scien-tific Research, Vol. 2 (2), 1735-1741.

Flippo, E. B. (1994). Manajemen Personalia. (6thed.). Jakarta : Erlangga.

Ghozali, I. (2011). Structural Equation ModelingMetode Alternatif dengan Partial Least Square(PLS). (3rd ed.). Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.

Goldena,T. D., & Veigab, J. F. (2008). The im-pact of SuperiorSubordinate Relationships onthe Commitment, Job Satisfaction, and Per-formance of Virtual Workers. Leadership Quar-terly, Vol. 19, 77-88.

Harnoto. (2002). Manajemen Sumber Daya Manu-sia. (2nd ed.). Jakarta: PT. Prenhallindo.

Hasibuan, M. S. P. (2006). Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Hochwarter, W. A., Ferris, G. R., Canty, A. L.,Frink, D. D., Perrewea, P. L., & Berkson, H. M.

8

Page 12: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja dan Turn Over Intention Karyawan Usaha KecilMenengah

(2001). Reconsidering the Job-Performance-Turnover Relationship: The Role of Gender inForm and Magnitude. Journal of Applied SocialPsychology, Vol. 31, 2357 2377.

Jagero, N., Komba, H. V., & Mlingi, M. N. (2012).Relationship between on The Job Training andEmployees Performance in Courier Compa-nies in Dar es Salaam, Tanzania. InternationalJournal of Humanities and Social Science, Vol. 2(22), 114 120.

Jaramilloa, F., Prakash, J., & Marshallc, G. W.(2005). A meta-analysis of the Relationship be-tween Organizational Commitment and Sales-person Job Performance: 25 Years of Research.Journal of Business Research, Vol. 58, 705-714.

Jones, G. R., George, J. M., & Hill, C. W. (1999).Contemporary Management. Boston: McGraw-Hill.

Mangkunegara, A. P. (2001). Manajemen SumberDaya Manusia Perusahaan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Moreland, R. L., & Levine, J. M. (1982). Social-ization in small groups: Temporal changesin individual-group relations. In L. Berkowitz(Eds.), Advances in Experimental Social Psychol-ogy. New York: Academic Press, hal.137192.

Mosadeghrad, A. M., Ferlie, E., & Rosenberg, D.(2008). A Study of the Relationship betweenJob Satisfaction, Organizational Commitmentand Turnover Intention among Hospital Em-ployees. Health Services Management Research,Vol. 21, 211 227.

Porter, M. E. (1998). On Competition. Boston: Har-vard Business School.

Rageb, M. A., El-Salam, E. M. A, Samadicy, A.E, & Farid, S. (2013). Organizational Commit-ment, Job Satisfaction and Job Performanceas a mediator between Role Stressors andTurnover Intentions A Study from an Egyp-tian cultural perspective. International Journalof Business and Economic Development, Vol.1 (1),34 54.

Rivai, V. (2004). Manajemen Sumber Daya ManusiaUntuk Perusahaan. (1st ed.). Jakarta: PT. RajaGrafindo.

Sekaran, U. (2006). Metode Riset Bisnis. Jakarta:Salemba Empat

Sikula, A. E. (2007). Personnel Administration AndHuman Resources Management. Santa Barbara:John Wiley & Sons.

Tajfel, H., & Turner, J. C. (1986). The socialidentity theory of intergroup behaviour. In S.Worchel, & W. G. Austin (Eds.), Psychologyof Intergroup Relations. Chicago: Nelson-Hall,hal. 724

Whiteoak, J. W. (2007). The Relationship amongGroup Process Perceptions, Goal Commit-ment and Turnover Intention in Small Com-mittee Groups. Journal of Business and Psychol-ogy, Vol. 22, 11 20.

Williams, C. R., & Livingstone, L. P. (1994).Another Look at the Relationship betweenPerformance and Voluntary Turnover. TheAcademy of Management Journal, Vol. 37 (2), 269- 298.

Woo, G. K., Leong, J. K, & Lee, Y. K. (2005). Ef-fect of Service Orientation on Job Satisfaction,Organizational Commitment, and Intention ofLeaving in a Casual Dining Chain Restaurant.International Journal of Hospitality, Vol. 24, 171-193.

Zhang, Y., & Feng, X. (2011). The Relation-ship Between Job Satisfaction, Burnout, andTurnover Intention Among Physicians fromUrban State-Owned Medical Institutionsi inHubei, China: A Cross-Sectional Study. BMCHealth Services Research, Vol.11, 235-245.

9

Page 13: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Penerapan Lean Six Sigma dan Activity-Based CostingPada Perusahaan Garmen PT X

Cindy Marika Amalia Wibowo1∗, Kinley Aritonang2

1,2) Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri

Universitas Katolik Parahyangan

Jl. Merdeka 30 Bandung

Email:[email protected], [email protected]

Abstrak

Ketatnya persaingan di dunia industri menuntut perusahaan untuk senantiasa memperbaikikualitas produk yang dihasilkan demi mempertahankan posisi dalam persaingan. PT X merupakansalah satu perusahaan garmen yang menyadari hal tersebut. Walaupun telah memiliki performansiproses yang baik, PT X tetap menginginkan adanya penerapan continuous improvement. Penelitiandilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah produk cacat sekaligus mengeliminasi aktivitasyang tidak perlu dengan memperhitungkan biaya. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut,digunakan penggabungan konsep lean dan activity-based costing dalam penerapan metode six sigma.Penerapan konsep lean dalam penelitian berhasil mengurangi waktu produksi per unit sebesar38,62 detik untuk kelompok style BSX, 33,33 detik untuk kelompok style BLX, serta 61,5 detikuntuk kelompok style BSCR. Penerapan metode six sigma berhasil meningkatkan level sigma sebesar0,297σ untuk kelompok style BSX, 0,220σ untuk kelompok style BLX, serta 0,205σ untuk kelompokstyle BSCR. Adanya perbaikan proses menghasilkan penurunan biaya pembuatan produk per unitsebesar Rp. 155,68 untuk kelompok style BSX, Rp. 94,98 untuk kelompok style BLX, serta Rp. 273,64untuk kelompok style BSCR. Total penghematan biaya yang dapat diperoleh apabila menerapkanupaya perbaikan pada periode Januari 2013 Juni 2013 adalah sebesar Rp. 4.877.443,40.

Kata Kunci: six sigma, lean, activity-based costing, continuous improvement, garmen

1 Pendahuluan

Seiring dengan semakin ketatnya persaingan didunia industri garmen, setiap perusahaan gar-men dituntut untuk meningkatkan kualitas pro-duk yang dihasilkan demi mempertahankan po-sisi dalam persaingan. Customer yang semakinkritis juga menimbulkan tuntutan lebih bagi pe-rusahaan. Perusahaan harus selalu berusahamemenuhi persyaratan customer demi memper-tahankan loyalitas customer.

PT X merupakan salah satu perusahaan gar-men dimana customer bagi PT X bukan meru-pakan pengguna akhir, melainkan pihak pem-beri pesanan yang kemudian akan menyalurkanproduk ke tangan pengguna akhir. Salah satupihak pemberi pesanan yang menjadi customerrutin PT X adalah PT Y. PT Y berperan sebagaicustomer sekaligus supplier bagi PT X.

∗Korespondensi Penulis

PT Y memberikan pesanan kepada PT Xberupa kemeja wanita secara rutin untuk se-tiap bulannya dengan berbagai spesifikasi pe-sanan. Setiap pemberian pesanan dilakukan, PTX dan PT Y harus menyepakati kontrak kerja ter-tentu dimana salah satu isi kontrak kerja terse-but berkaitan dengan jumlah produk cacat yangmasih ditoleransi oleh PT Y. Batas toleransi yangselama ini diizinkan adalah sebesar 1% dari totalpesanan. Apabila PT X tidak berhasil memenuhibatas toleransi tersebut, maka PT X akan dike-nakan penalti.

Selain hal yang berkaitan dengan produk ca-cat, PT X juga sering diharuskan untuk melem-burkan pekerjanya untuk dapat memenuhi tar-get produksi. Hal ini menunjukkan bahwa ter-dapat aktivitas yang tidak perlu dalam prosesproduksi. Adanya aktivitas yang tidak perluberdampak pada peningkatan biaya yang harusdikeluarkan oleh PT X.

10

Page 14: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Penerapan Lean Six Sigma dan Activity-Based Costing Pada Perusahaan Garmen PT X)

2 Dasar Teori

2.1 Six Sigma

Six sigma adalah implementasi yang tepat,fokus, dan efektif dalam membuktikan prinsipdan teknik mengenai kualitas. Dengan meng-gabungkan elemen-elemen dari hasil pemikiranberbagai ahli kualitas, six sigma bertujuan un-tuk menciptakan performansi bisnis tanpa ke-salahan (Pyzdek, 2003).

Sigma, σ, adalah sebuah alfabet Yunani yangdigunakan oleh ahli-ahli statistik untuk men-gukur variabilitas dalam proses. Performansisebuah perusahaan diukur dengan menggu-nakan level sigma bisnis proses perusahaan terse-but. Perusahaan tradisional menerima level per-formansi tiga atau empat sigma sebagai stan-dar, meskipun faktanya proses tersebut meng-hasilkan sekitar 6.200 sampai 67.000 permasala-han per satu juta kesempatan. Standar sixsigma sebesar 3,4 permasalahan per satu jutakesempatan adalah sebuah tanggapan untukmeningkatkan ekspektasi customer dan bertam-bahnya kerumitan produk dan proses modern(Pyzdek, 2003).

Dalam pengertian statistik yang lebih sem-pit, six sigma adalah sebuah sasaran kuali-tas yang mengidentifikasi variabilitas sebuahproses berkenaan dengan spesifikasi produk se-hingga kualitas dan reliabilitas produk tersebutdapat memenuhi bahkan melampaui tuntutanpersyaratan customer saat ini. Secara spesifik, sixsigma mengacu pada kemampuan proses untukmenghasilkan 3,4 defects per million opportunities(DPMO) (Stamatis, 2004).

Produk dengan berbagai komponen yang ru-mit memiliki banyak kesempatan untuk men-galami kegagalan atau cacat. Di bawah kon-disi performansi kualitas three sigma, probabili-tas menghasilkan produk sesuai dengan spesi-fikasi adalah sebesar 0,9973 atau sebanding den-gan 2.700 parts per million (PPM) produk cacat.Sedangkan di bawah kondisi performansi kuali-tas six sigma, probabilitas menghasilkan produksesuai dengan spesifikasi adalah sebesar 0,9998atau sebanding dengan 0,2 PPM cacat (Mont-gomery, 2009).

Pada awal konsep six sigma dikembangkan,sebuah asumsi diciptakan bahwa ketika sebuahproses mencapai level kualitas six sigma, rata-rata proses tetap dapat dipengaruhi oleh berba-gai gangguan yang dapat menyebabkan rata-rata proses bergeser sebesar 1,5 standar deviasi(1,5σ) dari target. Dengan skenario tersebut, se-buah proses yang telah mencapai level kualitassix sigma akan menghasilkan 3,4 PPM produk ca-

cat (Montgomery, 2009).

2.2 Lean

Konsep lean berdasarkan definisi dari NationalInstitute of Standards and Technology (NIST) diAmerika Serikat adalah sebuah pendekatan sis-tematis untuk mengidentifikasi dan mengelimi-nasi aktivitas yang tidak menambah nilai (waste)melalui peningkatan terus-menerus dengan caramenyalurkan produk hanya ketika konsumenmembutuhkannya. Konsep ini bukanlah se-buah konsep baru dan merupakan konsep yangmuncul dari Toyota Production System yang dicip-takan oleh Taiichi Ohno (Sarkar, 2008).

Definisi lain menyatakan bahwa lean adalahsuatu upaya terus-menerus untuk menghi-langkan waste dan meningkatkan nilai tambah(value added) produk (barang dan/atau jasa) agarmemberikan nilai kepada pelanggan (customervalue). Tujuan lean adalah meningkatkan cus-tomer value melalui peningkatan terus-menerusrasio antara nilai tambah terhadap pemborosan(the value-to-waste ratio) (Gaspersz & Avanti,2011).

Berdasarkan APICS Dictionary (2005), leandidefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis yangberlandaskan pada minimasi penggunaan sum-ber daya (termasuk waktu) dalam berbagaiaktivitas perusahaan. Lean berfokus padaidentifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitastidak bernilai tambah (non-value-adding activities)dalam desain, produksi (untuk bidang manu-faktur) atau operasi (untuk bidang jasa), dansupply chain management yang berkaitan lang-sung dengan pelanggan (Gaspersz & Avanti,2011).

Aktivitas yang menghabiskan sumber dayalebih dari yang dibutuhkan tergolong sebagaiwaste dan memiliki kesempatan untuk diper-baiki. Jenis-jenis aktivitas yang terdapat dalamproses diuraikan berikut ini (Sarkar, 2008) :

1. Value-added activitiesValue-added activities merupakan aktivitasyang terdapat dalam proses dimana kon-sumen bersedia membayar. Aktivitas inimenghasilkan perubahan pada produk ataujasa yang disediakan oleh organisasi danmenambah nilai bagi konsumen.

2. Business-value-added activitiesBusiness-value-added activities merupakanaktivitas yang terdapat dalam proses di-mana konsumen tidak bersedia membayarnamun tidak dapat dihindari. Aktivitas inidibutuhkan dalam proses dan tidak dapat

11

Page 15: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

dieliminasi dari proses karena menambahnilai bagi organisasi. Aktivitas ini disebutjuga necessary non-value-add dan tergolongsebagai waste.

3. Non-value-added activitiesNon-value-added activities merupakan aktiv-itas yang terdapat dalam proses dimanakonsumen tidak bersedia membayar dandapat dihindari. Aktivitas ini tergolong se-bagai waste dan harus dieliminasi.

2.3 Lean Six Sigma

Sebagian besar metode dan alat yang berkaitandengan six sigma tidak berfokus pada waktu,tetapi pada identifikasi dan eliminasi cacat. Se-mentara Jack Welch menyatakan pentingnyamenumbuhkan kesadaran bahwa waktu meru-pakan metrik perbaikan yang hampir samapentingnya dengan kualitas. Welch memo-sisikan fokus pada pengurangan variasi padalead time atauspan sebagai tambahan bukan un-tuk pengganti six sigma. Pengurangan lead timeproses dengan cepat dan andal, yang juga men-gurangi biaya overhead dan persediaan, meru-pakan wewenang dari set prinsipil dan alat yangsepenuhnya berbeda dan dikenal sebagai kon-sep lean (George 2002).

Six sigma tidak secara langsung mengarahpada kecepatan proses sehingga kurangnya per-baikan lead time pada perusahaan yang hanyamengaplikasikan metode six sigma dapat di-mengerti. Sementara itu, hanya menerapkankonsep lean juga bukan merupakan solusi yangtepat. Perusahaan yang hanya menerapkan kon-sep lean mencapai kesuksesan hanya pada seba-gian kecil area (George 2002). Oleh karena itu,penggabungan metode six sigma dengan konseplean merupakan hal yang penting.

Lean six sigma adalah sebuah metodologiyang memaksimasi shareholder value denganmencapai perbaikan tercepat dalam kepuasancustomer, biaya, kualitas, kecepatan proses, danmodal yang diinvestasikan. Penggabungan leandan six sigma dibutuhkan karena lean tidak da-pat mengantar proses di bawah kendali statistiksedangkan six sigma sendiri tidak dapat secaradramatis meningkatkan kecepatan proses ataumengurangi modal yang diinvestasikan (George2002).

Hubungan antara lean dan six sigma juga di-ungkapkan oleh Thomas Pyzdek. Untuk mem-permudah perbandingan antara lean dan sixsigma, Pyzdek mengungkapkan definisi barudalam memandang kualitas dimana kualitasmerupakan sebuah ukuran penambahan nilai

melalui usaha produksi. Potential quality adalahpenambahan nilai maksimum yang mungkinper unit input. Actual quality adalah penamba-han nilai saat ini per unit input. Selisih antarapotential quality dan actual quality adalah muda(Pyzdek 2003).

Dengan mendefinisikan kualitas dari segi ni-lai bukan dari segi cacat, dapat dilihat bahwaberusaha untuk mencapai kualitas six sigma,seperti halnya lean, melibatkan pencarian carauntuk mengurangi muda. Six sigma adalah(Pyzdek 2003) :

1. sebuah pendekatan umum untuk mengu-rangi muda dalam berbagai suasana,

2. sekumpulan metode sederhana dan mu-takhir untuk analisis hubungan sebab aki-bat yang rumit, dan

3. sebuah sarana untuk menemukan kesem-patan perbaikan.

Berlawanan dengan hal tersebut, leanmenawarkan set solusi yang telah terbuktidapat mengatasi muda. Six sigma berlaku untukpermasalahan yang diarahkan pada lean, tetapijuga berusaha untuk mengidentifikasi danmenyelesaikan permasalahan lain. Oleh karenasix sigma dan lean mengarah pada permasalahanmengenai muda, kedua pendekatan tersebutdapat dipandang sebagai pelengkap satu samalain (Pyzdek 2003).

2.4 Activity-Based Costing

Penggunaan sistem pembebanan biaya seder-hana untuk mengalokasikan biaya secara kasarterbilang mudah, murah, dan cukup akurat.Akan tetapi, seiring dengan meningkatnya ker-agaman produk dan biaya tidak langsung,penyamarataan secara kasar menghasilkan keti-dakakuratan biaya produksi yang semakin be-sar. Sistem pembebanan biaya tersebut dikenaldengan istilah peanut-butter costing dimana bi-aya sumber daya ditetapkan secara seragam ter-hadap biaya objek (baik produk maupun jasa)ketika objek individual tersebut mungkin sajamenggunakan sumber daya secara tidak ser-agam (Horngren et al, 2012).

Penyamarataan secara kasar dapat mengak-ibatkan terjadinya undercosting atau overcostingpada produk atau jasa. Undercosting berartibahwa produk atau jasa menggunakan banyaksumber daya tetapi dilaporkan memiliki biayaper unit yang rendah. Overcosting berarti bahwaproduk atau jasa menggunakan sedikit sumberdaya tetapi dilaporkan memiliki biaya per unityang tinggi (Horngren et al, 2012).

12

Page 16: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Penerapan Lean Six Sigma dan Activity-Based Costing Pada Perusahaan Garmen PT X)

Salah satu metode terbaik untuk memperbaikisistem pembebanan biaya adalah activity-basedcosting (ABC). ABC merupakan sistem pembe-banan biaya yang mengidentifikasi aktivitas in-dividual sebagai dasar biaya objek. Aktivi-tas adalah peristiwa, tugas, atau unit peker-jaan sesuai dengan tujuan yang telah diten-tukan. ABC mengidentifikasi aktivitas padaseluruh rangkaian fungsi, memperhitungkan bi-aya akivitas individual, dan menetapkan biayaobjek atas dasar gabungan aktivitas yang dibu-tuhkan untuk menghasilkan setiap produk ataujasa (Horngren et al, 2012).

Dalam perhitungan biaya berdasarkan aktiv-itas, sebuah aktivitas adalah kegiatan apapunyang mengakibatkan konsumsi bahan bakuoverhead. Sebuah pul biaya aktivitas adalahsebuah wadah dimana biaya diakumulasi danberkaitan dengan sebuah pengukuran aktivi-tas tunggal dalam sistem ABC. Ukuran aktiv-itas adalah basis alokasi dalam sebuah sistemperhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Isti-lah pemicu biaya (cost driver) juga dipakai un-tuk mengacu pada ukuran aktivitas karena uku-ran aktivitas harus menggerakkan-memicu bi-aya yang dialokasikan. Ada dua jenis ukuranaktivitas, yaitu penggerak transaksi (transactiondriver) dan penggerak durasi (duration driver).Penggerak transaksi (transaction driver) adalahhitungan sederhana tentang berapa kali suatuaktivitas terjadi. Penggerak durasi (durationdriver) mengukur waktu yang diperlukan untukmelakukan suatu aktivitas (Garrison et al, 2013).

ABC merupakan sistem pembebanan biayadua tahap karena mempertimbangkan inter-aksi antara sumber daya, aktivitas, dan ob-jek biaya. Sedangkan volume-based costing, bi-asa disebut juga dengan traditional atau con-ventional costing, merupakan sistem pembe-banan biaya satu tahap karena mengalokasikanbiaya terhadap objek biaya secara langsungberdasarkan volume, seperti pemakaian tenagakerja langsung dan mesin. ABC berorientasiterhadap proses, sedangkan volume-based costingtidak. ABC berdasarkan pada hal-hal yang ter-jadi sebenarnya, sedangkan volume-based costingberdasarkan pada struktur dan volume organ-isasi (Emblemsvg 2003).

3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggabungkan konsep lean danABC dalam beberapa tahapan six sigma. Peng-gabungan konsep lean dan ABC dalam pen-erapan metode six sigma dapat menyelesaikanlebih banyak permasalahan dan memeroleh per-

baikan yang lebih baik.Penggabungan lean dan six sigma dibu-

tuhkan karena lean tidak dapat mengantarproses di bawah kendali statistik sedangkansix sigma sendiri tidak dapat secara drama-tis meningkatkan kecepatan proses, sedangkanpenggunaan konsep ABC dapat menghasilkankeakuratan dalam perhitungan biaya pembu-atan produk di tengah keragaman produk yangdihasilkan.

Integrasi konsep lean ABC dalam penerapanmetode six sigma diuraikan sebagai berikut :

1. DefinePada tahap ini, dilakukan pembuatanSuppliers-Input-Process-Output-Customers(SIPOC) diagram sehingga diperolehgambaran sederhana dari proses danbermanfaat untuk pemahaman dan vi-sualisasi elemen dasar proses. Setelahitu, dilakukan identifikasi permasalahanberupa penentuan critical-to-quality (CTQ).CTQ merupakan karakteristik produk yangcustomer pikirkan sebagai kualitas. Pen-erapan konsep lean juga mulai dilakukanpada tahap ini, yaitu berupa pembuatanvalue stream map (VSM) proses sebelumperbaikan. VSM dapat digunakan sebagaialat bantu visual sederhana yang dapatdengan jelas menunjukkan waste yangtersembunyi. Setelah itu, dilakukan iden-tifikasi aktivitas yang terjadi berdasarkanVSM proses sebelum perbaikan. Dalammengidentifikasi aktivitas yang tidakperlu, dilakukan penggolongan aktivitaske dalam tiga kelompok, yaitu value-addedactivities, business-value-added activities, ataunon-value-added activities.

2. MeasurePada tahap ini, dilakukan perhitunganDPMO menggunakan data historis yangmenunjukkan kapabilitas proses sebelumperbaikan. Konsep ABC juga mulai diter-apkan pada tahap ini, yaitu berupa perhi-tungan biaya sebelum perbaikan.

3. AnalyzePada tahap ini, dilakukan pembuatancause-and-effect diagram untuk mengetahuipenyebab-penyebab terjadinya setiap jeniscacat. Setelah itu, dilakukan pembuatanfailure mode and effect analysis (FMEA) untukmemprioritaskan berbagai sumber poten-sial variabilitas, kegagalan, kesalahan, ataucacat pada produk berdasarkan kriteriaseverity, occurence, dan detectability.

13

Page 17: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

4. ImprovePada tahap ini, dilakukan penerapan up-aya perbaikan, baik yang berkaitan dengankualitas produk yang dihasilkan, maupunyang berkaitan dengan aktivitas yang tidakperlu dalam proses.

5. ControlPada tahap ini, dilakukan pembuatan VSMproses setelah perbaikan. Kemudian di-lakukan identifikasi aktivitas yang terjadiberdasarkan VSM proses setelah perbaikan.Setelah itu, dilakukan perhitungan DPMOyang menunjukkan kapabilitas proses sete-lah perbaikan. Selanjutnya dilakukan iden-tifikasi aktivitas dengan menggolongkanaktivitas ke dalam tiga kelompok aktivitasseperti yang dilakukan pada tahap define.Langkah berikutnya adalah perhitungan bi-aya setelah perbaikan.

4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Define

Proses produksi terbagi ke dalam enam bagian,yaitu bagian persiapan produksi, cutting, sewing,finishing, quality control, dan packing. Seluruhmaterial yang dibutuhkan dalam proses pro-duksi diterima PT X langsung dari PT Y. Ma-terial tersebut meliputi kain, pola, kancing, be-nang, label, polybag, dan kardus. Kain danpola yang diterima kemudian didistribusikan kebagian cutting untuk dipotong sesuai denganpola. Potongan kain tersebut kemudian didis-tribusikan ke bagian persiapan produksi un-tuk dihitung bersama dengan kancing, benang,dan label. Sedangkan polybag dan kardus lang-sung didistribusikan ke bagian packing untuknantinya digunakan dalam proses pengemasan.

Potongan kain kemudian didistribusikan kebagian sewing untuk dilakukan proses penjahi-tan. Setelah itu, kemeja wanita didistribusikanke bagian finishing untuk dilakukan proses pen-jahitan label dan penyetrikaan. Selanjutnya,kemeja wanita didistribusikan ke bagian qual-ity control untuk diperiksa kualitasnya. Ke-meja wanita tersebut dikelompokkan ke dalamGrade A, Grade B, dan Grade C. Kemeja GradeA adalah kemeja tanpa cacat, kemeja Grade Badalah kemeja yang memiliki cacat kain, sedan-gkan kemeja Grade C adalah kemeja yang memi-liki cacat produksi. Kemeja wanita yang telahdikelompokkan akan didistribusikan ke bagianpacking untuk dikemas ke dalam polybag dankardus. Setelah dikemas ke dalam kardus, ke-meja wanita siap dikirimkan ke PT Y. Penjabaran

Tabel 1: Penggolongan Aktivitas Sebelum Per-baikan

BSX BLX BSCRValue-added Activity 29 31 38Business-value- 8 6 9added ActivityNon-value-added Activity 6 10 11Total Aktivitas 43 47 58

mengenai proses produksi di atas digambarkandalam SIPOC diagram.

Berdasarkan informasi awal yang diperoleh,dilakukan penentuan CTQ yang merupakankarakteristik kemeja wanita yang PT Y pikirkansebagai kualitas. CTQ dalam metode lean sixsigma tidak hanya berupa produk cacat, tetapijuga meliputi jenis waste lainnya. Dalam peneli-tian ini, jenis waste lainnya yang dilibatkanadalah aktivitas yang tidak perlu. CTQ yang ter-dapat pada PT X adalah kain lubang, kain kotor,kain tertarik, kain mengkilat, dan aktivitas yangtidak perlu.

Beragamnya spesifikasi pesanan yang diter-ima PT X menyebabkan perlunya ditentukanpembatasan objek penelitian yang dilibatkan.Berdasarkan kriteria frekuensi pesanan, jumlahpesanan, persentase produk cacat, dan data his-toris penalti, terpilih tiga kelompok style yangdilibatkan dalam penelitian, yaitu BSX, BLX,dan BSCR.

Selanjutnya dilakukan pembuatan VSM se-belum perbaikan untuk memahami tahapanproses produksi sebelum perbaikan secara lebihmerinci. Melalui VSM, dapat diketahui prosesproduksi kemeja wanita untuk masing-masingkelompok style beserta dengan waktu proses-nya. Berdasarkan VSM sebelum perbaikan,diketahui bahwa waktu produksi per unit un-tuk kelompok style BSX adalah selama 1152,62detik, untuk kelompok style BLX adalah selama1723,73 detik, dan untuk kelompok style BSCRadalah selama 1576,98 detik.

Setelah pembuatan VSM sebelum perbaikan,langkah berikutnya adalah penggolonganaktivitas-aktivitas yang terdapat dalam setiapproses produksi. Terdapat tiga kategori peng-golongan aktivitas, yaitu value-added activity,business-value-added activity, dan non-value-addedactivity. Dengan melakukan penggolonganaktivitas, dapat diketahui aktivitas-aktivitasyang tidak perlu yang terdapat dalam prosesproduksi sebelum perbaikan. Hasil penggo-longan aktivitas sebelum perbaikan untukmasing-masing kelompok style ditunjukkanmelalui Tabel 1 berikut ini :

14

Page 18: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Penerapan Lean Six Sigma dan Activity-Based Costing Pada Perusahaan Garmen PT X)

Tabel 2: DPMO beserta Level Sigma Proses Se-belum Perbaikan

BSX BLX BSCRJumlahProduksi 13941 5622 9407(unit)JumlahProduk 32 13 22Cacat(unit)Defectsper Unit 0,0005738 0,0005781 0,0005847(DPU)DPMO 573,847 578,086 584,671Level 4,753 4,751 4,748Sigma (σ)

4.2 Measure

Perhitungan DPMO sebelum perbaikan meli-batkan data historis mengenai jumlah produksidan jumlah produk cacat selama periode Jan-uari Juni 2013, serta jumlah CTQ. Dalam sixsigma, performansi proses diukur dengan meng-gunakan level sigma. Oleh karena itu, nilaiDPMO yang diperoleh kemudian dikonversi kedalam level sigma. Hasil perhitungan DPMObeserta level sigma sebelum perbaikan untukmasing-masing kelompok style terpilih ditun-jukkan melalui Tabel 2 berikut ini :

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwaperformansi proses sebelum perbaikan sudahsangat baik. Dengan level sigma sebesar4,75σ, artinya peluang terdapatnya produk cacathanya sebesar 0,002%. Akan tetapi, prinsip con-tinuous improvement tetap diterapkan dan perfor-mansi proses yang belum mencapai level sigmasebesar 6 menunjukkan bahwa masih terdapatpeluang dilakukannya upaya perbaikan proses.

Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya se-belum perbaikan. Dalam perhitungan biaya se-belum perbaikan, biaya bahan baku langsungtidak dilibatkan karena seluruh material yangdibutuhkan telah disediakan oleh PT Y yangberperan sebagai customer sekaligus supplier bagiPT X. Oleh karena itu, komponen biaya yangdilibatkan adalah biaya tenaga kerja langsungdan biaya overhead.

Penelusuran biaya overhead dilakukan den-gan menggunakan konsep ABC. Sedangkanpenelusuran biaya tenaga kerja langsung untukmasing-masing unit produk dilakukan denganmenggunakan waktu proses sebagai dasar per-hitungan.

Dalam penelusuran biaya overhead, dilakukanidentifikasi pul biaya aktivitas dan ukuran ak-tivitas, alokasi biaya overhead untuk masing-masing pul biaya aktivitas, perhitungan tarif ak-tivitas, serta pembebanan biaya overhead ke ob-jek biaya. Dalam penelusuran biaya tenaga kerja

Tabel 3: Biaya Pembuatan Produk per Unit Se-belum Perbaikan

BSX BLX BSCRBiayaOverhead/ Rp2.056,32 Rp2.150,67 Rp1.808,69unitBiayaTenagaKerjaLangsung/ Rp2.017,68 Rp3.140,92 Rp2.699,08unitSebelumPerbaikanBiayaPembuatanProduk/unit Rp4.074,00 Rp5.291,58 Rp4.507,77SebelumPerbaikan

langsung sebelum perbaikan, digunakan waktuproses berdasarkan VSM sebelum perbaikan se-bagai dasar perhitungan.

Dengan mengetahui biaya overhead dan biayatenaga kerja langsung sebelum perbaikan, dapatdilakukan perhitungan biaya pembuatan pro-duk sebelum perbaikan. Biaya overhead, biayatenaga kerja langsung sebelum perbaikan, danbiaya pembuatan produk sebelum perbaikanper unit untuk masing-masing kelompok styleditunjukkan melalui Tabel 3 berikut ini :

Selain biaya yang dibebankan pada produk,terdapat pula biaya penalti berupa penguran-gan tagihan terhadap PT Y. Biaya penalti tidakdibebankan dalam biaya pembuatan produk perunit karena biaya tersebut tidak melekat padaunit produk. Selama periode Januari Juni2013, diketahui bahwa PT X mengeluarkan bi-aya penalti sebesar Rp. 139.000,00.

4.3 Analyze

Pembuatan cause-and-effect diagram dilakukanuntuk masing-masing CTQ. Penyebab ter-jadinya masing-masing CTQ berdasarkan cause-and-effect diagram ditunjukkan melalui Tabel 4berikut ini :

Selanjutnya dilakukan pembuatan FMEAyang akan menunjukkan nilai risk priority num-ber (RPN) berdasarkan kriteria severity (SEV), oc-curence (OCC), dan detectability (DET). Semakintinggi nilai RPN, maka semakin tinggi prioritasCTQ tersebut untuk diperbaiki. Hasil pembu-atan FMEA ditunjukkan melalui Tabel 5 berikutini :

4.4 Improve

Penentuan upaya perbaikan kualitas produkmempertimbangkan akar permasalahan yangmenyebabkan terjadinya masing-masing jeniscacat berdasarkan cause-and-effect diagram dan

15

Page 19: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

Tabel 4: Penyebab Terjadinya CTQCTQ Penyebab

Operator bekerja dengan kasardan kurang konsentrasi

Kain lubang Teknik menjahit yang salahMaterial rentanOperator tidak menjaga kebersihandan kurang konsentrasi

Kain kotor Terkena kotoran saat didistribusikanOli mesin meluber, meja kotor,dan setrika bocorOperator bekerja dengan kasardan kurang konsentrasi

Kain tertarik Tersangkut pada wadahMaterial rentanOperator bekerja dengan kasardan kurang konsentrasi

Kain mengkilat Suhu setrika tidak dapat disesuaikanPenyetrikaan terlalu panas atau lamaMaterial licin

Aktivitas yang Pembuatan kerut tidak efisientidak perlu Penggabungan komponen tidak efisien

Tabel 5: FMEAPotential Failure Mode SEV OCC DET RPNKain Lubang 6 5 3 90Kain Kotor 5 4 3 60Kain Tertarik 6 3 3 54Kain Mengkilat 6 2 2 24Aktivitas yang 1 10 1 10Tidak Perlu

prioritas perbaikan masing-masing jenis cacatberdasarkan FMEA. Penentuan upaya eliminasiaktivitas yang tidak perlu mempertimbangkanpenggolongan aktivitas yang terdapat dalamproses produksi.

Upaya perbaikan kualitas produk dan elim-inasi aktivitas yang tidak perlu ditunjukkanmelalui Tabel 6 berikut ini :

4.5 Control

Pembuatan VSM setelah perbaikan dilakukanuntuk memahami tahapan proses produksi sete-lah perbaikan secara lebih merinci. BerdasarkanVSM setelah perbaikan, diketahui bahwa waktuproduksi per unit untuk kelompok style BSXadalah selama 1114 detik, untuk kelompok styleBLX adalah selama 1690,40 detik, dan untuk

Tabel 6: Upaya PerbaikanPemasangan visual displayPembuatan ketentuan pemberian oliPenggunaan seal tape

Upaya perbaikan Penggunaan plastikkualitas produk Pemberian briefing dan training

Penggantian wadahPenggunaan kain pelapis

Upaya eliminasi Pemasangan meteranaktivitas yang Pemasangan sekattidak perlu pemisah wadah

Tabel 7: Penggolongan Aktivitas Setelah Per-baikan

BSX BLX BSCRValue-added Activity 29 31 38Business-value- 6 6 6added ActivityNon-value-added Activity - - -Total Aktivitas 35 37 44

Tabel 8: DPMO beserta Level Sigma Proses Sete-lah Perbaikan

BSX BLX BSCRJumlah

Produksi 1287 1905 4474(unit)

JumlahProduk 1 2 5Cacat(unit)Defects

per Unit 0,0001943 0,0002625 0,0002794(DPU)DPMO 194,25 262,467 279,392Level 5,05 4,971 4,953

Sigma (σ)

kelompok style BSCR adalah selama 1515,48 de-tik.

Perbedaan waktu proses sebelum dan setelahperbaikan perlu diuji secara statistik. Uji bedadilakukan untuk menunjukkan apakah waktuproses sebelum dan setelah perbaikan dapatdinyatakan memiliki perbedaan signifikan se-cara statistik. Uji beda dilakukan untuk setiapproses yang diperbaiki pada masing-masingkelompok style dengan menggunakan nilai con-fidence level sebesar 95% (α = 0,05). Hasil ujibeda menunjukkan bahwa terdapat perbedaanyang signifikan secara statistik pada rata-ratawaktu proses sebelum dan setelah perbaikanuntuk seluruh proses yang diperbaiki.

Setelah pembuatan VSM setelah perbaikan,langkah berikutnya adalah penggolonganaktivitas-aktivitas yang terdapat dalam setiapproses produksi setelah perbaikan. Terdapattiga kategori penggolongan aktivitas, yaituvalue-added activity, business-value-added activity,dan non-value-added activity. Hasil penggo-longan aktivitas setelah perbaikan untukmasing-masing kelompok style ditunjukkanmelalui Tabel 7 berikut ini :

Selanjutnya dilakukan perhitungan DPMOsetelah perbaikan yang melibatkan data men-genai jumlah produksi dan jumlah produk ca-cat selama periode Oktober November 2013,serta jumlah CTQ. Hasil perhitungan DPMObeserta level sigma setelah perbaikan untukmasing-masing kelompok style terpilih ditun-jukkan melalui Tabel 8 berikut ini :

Peningkatan performansi proses setelah per-

16

Page 20: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Penerapan Lean Six Sigma dan Activity-Based Costing Pada Perusahaan Garmen PT X)

Tabel 9: Biaya Pembuatan Produk per Unit Sete-lah Perbaikan

BSX BLX BSCRBiayaOverhead/ Rp2.056,32 Rp2.150,67 Rp1.808,69unitBiayaTenagaKerjaLangsung/ Rp1.862,00 Rp3.045,94 Rp2.425,44unitSetelahPerbaikanBiayaPembuatanProduk/unit Rp3.918,32 Rp5.196,61 Rp4.234,13SetelahPerbaikan

baikan perlu diuji secara statistik. Uji proporsidilakukan untuk menunjukkan apakah proporsiproduk cacat yang dihasilkan oleh proses se-belum dan setelah perbaikan dapat dinyatakanmemiliki perbedaan signifikan secara statistik.Uji proporsi dilakukan untuk masing-masingkelompok style. Dengan menggunakan nilai con-fidence level sebesar 85% (α = 0,15), hasil ujiproporsi menunjukkan bahwa masing-masingkelompok style memiliki proporsi jumlah pro-duk cacat sebelum perbaikan yang lebih besardari proporsi jumlah produk cacat setelah per-baikan.

Berikutnya dilakukan perhitungan biaya sete-lah perbaikan. Upaya perbaikan yang diterap-kan berhasil mengurangi waktu proses melaluipengurangan aktivitas yang tidak perlu. Pen-gurangan aktivitas yang tidak perlu berdampakpada pengurangan aktivitas yang dilakukanoleh operator, bukan pada penggunaan mesin.Oleh karena itu, komponen biaya overhead sete-lah perbaikan diasumsikan tetap sama dengankomponen biaya overhead sebelum perbaikan.

Sementara itu, komponen biaya tenaga kerjalangsung dipengaruhi secara langsung olehpenerapan upaya perbaikan. Hal ini terkait den-gan terdapatnya pengurangan aktivitas yang di-lakukan oleh operator. Dalam penelusuran bi-aya tenaga kerja langsung setelah perbaikan, di-gunakan waktu proses berdasarkan VSM sete-lah perbaikan sebagai dasar perhitungan.

Dengan mengetahui biaya overhead dan biayatenaga kerja langsung setelah perbaikan, dapatdilakukan perhitungan biaya pembuatan pro-duk setelah perbaikan. Biaya overhead, biayatenaga kerja langsung setelah perbaikan, dan bi-aya pembuatan produk setelah perbaikan perunit untuk masing-masing kelompok style di-tunjukkan melalui Tabel 9 berikut ini :

Biaya penalti setelah perbaikan dipengaruhisecara langsung oleh penerapan upaya per-baikan. Selama periode penerapan upaya per-

Tabel 10: Total PenghematanKomponen JumlahPenghematan biayapembuatan produk kelompok Rp2.170.340,45style BSXPenghematan biayapembuatan produk kelompok Rp533.949,63style BLXPenghematan biayapembuatan produk kelompok Rp2.574.153,32style BSCRPenghematan biaya penalti Rp139.000,00Biaya penerapan upaya perbaikanperbaikan (Rp540.000,00)Total Penghematan Rp4.877.443,40

baikan tidak terdapat persentase produk cacatyang melebihi 1%. Hal ini menunjukkan bahwadengan performansi proses yang baru PT X da-pat memenuhi batas toleransi yang diizinkanoleh PT Y sehingga tidak lagi terkena penalti.

Penerapan upaya perbaikan kualitas, baikyang berkaitan dengan kualitas produk,maupun eliminasi aktivitas yang tidak perlutentu menimbulkan komponen biaya baru yangperlu diperhitungkan. Upaya perbaikan yangmembutuhkan biaya antara lain pencetakanvisual display, pembelian seal tape, pembelianplastik pembungkus, pembelian wadah, penc-etakan meteran, dan pembuatan sekat pemisahwadah. Total biaya penerapan upaya perbaikanyang harus dikeluarkan oleh PT X adalahsebesar Rp. 540.000,00.

Selanjutnya dilakukan perhitungan penghe-matan biaya yang dapat diperoleh PT X apa-bila upaya perbaikan diterapkan pada periodeJanuari Juni 2013. Penghematan biaya be-rasal dari penghematan biaya pembuatan pro-duk per unit untuk masing-masing kelompokstyle dan penghematan biaya penalti. ApabilaPT X menerapkan upaya perbaikan pada peri-ode Januari Juni 2013, performansi proses PT Xdapat memenuhi batas toleransi yang diizinkanoleh PT Y sehingga tidak akan terkena penalti.Dengan kata lain, PT X dapat menghemat biayapenalti sebesar Rp. 139.000,00.

Akan tetapi, perlu diingat juga bahwa pen-erapan upaya perbaikan membutuhkan biayasebesar Rp. 540.000,00. Oleh karena itu, totalpenghematan yang dapat diperoleh PT X ketikamenerapkan upaya perbaikan pada periode Jan-uari Juni 2013 ditunjukkan melalui Tabel 10berikut ini :

5 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagaiberikut :

17

Page 21: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

1. Penerapan metode lean six sigma dan kon-sep ABC berhasil :

(a) mengurangi jumlah produk cacatyang dihasilkan,

(b) mengurangi waktu produksi per unitsehingga target produksi tercapaitanpa lembur, dan

(c) mengurangi biaya pembuatan produkper unit.

2. CTQ yang terdapat pada PT X :

(a) Kain lubang(b) Kain kotor(c) Kain tertarik(d) Kain mengkilat(e) Aktivitas yang tidak perlu

3. Upaya perbaikan yang dilakukan :

(a) Pemasangan visual display(b) Pembuatan ketentuan pemberian oli(c) Penggunaan seal tape penutup celah(d) Penggunaan plastik saat pendistribu-

sian potongan kain(e) Pemberian briefing dan training singkat(f) Penggantian wadah tidak layak pakai(g) Penggunaan kain pelapis saat

penyetrikaan(h) Pemasangan meteran di meja jahit(i) Pemasangan sekat pemisah pada

wadah

4. Perbandingan kualitas produk sebelum dansetelah perbaikan :

BSX BLX BSCRSebelum 4,753σ 4,751σ 4,748σ

Setelah 5,050σ 4,971σ 4,953σ

Selisih 0,297σ 0,220σ 0,205σ

5. Perbandingan aktivitas sebelum dan sete-lah perbaikan :

Kriteria Sebelum SetelahStyle

Waktu Produksi 1152,62 1114/unit detik detik

BSX Value-Added 29 aktivitas 29 aktivitasBusiness-Value-Added 8 aktivitas 6 aktivitasNon-Value-Added 6 aktivitas -Waktu Produksi/unit 1723,73 1690,40/unit detik detik

BLX Value-Added 31 aktivitas 31 aktivitasBusiness-Value-Added 6 aktivitas 6 aktivitasNon-Value-Added 10 aktivitas -Waktu Produksi/unit 1576,98 1515,48/unit detik detik

BSCR Value-Added 38 aktivitas 38 aktivitasBusiness-Value-Added 9 aktivitas 6 aktivitasNon-Value-Added 11 aktivitas -

6. Perbandingan biaya pembuatan produk perunit sebelum dan setelah perbaikan :

BSX BLX BSCRSebelum Rp4.074,00 Rp5.291,58 Rp4.507,77Setelah Rp3.918,32 Rp5.196,61 Rp4.234,13Selisih Rp155,68 Rp94,98 Rp273,64

7. Total penghematan yang dapat diperolehapabila upaya perbaikan diterapkan padaperiode Januari Juni 2013 adalah sebesarRp. 4.877.443,40.

6 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian se-lanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya dapat melibatkankelompok style lain sebagai objek peneli-tian.

2. Penelitian selanjutnya dapat mempertim-bangkan jenis waste lainnya.

3. Penelitian selanjutnya dapat mengidenti-fikasi komponen biaya lainnya yang rele-van.

Daftar Pustaka

Emblemsvg, J. (2003), Life Cycle Costing : Us-ing Activity-Based Costing and Monte CarloMethods to Manage Future Costs and Risks,(http://en.bookfi.org/book/1088260, diakses1 Maret 2013).

Garrison, R. H., Eric W. N., dan Peter C.B. (2013), Akuntansi Manajerial (terjemahan).Edisi 4 - Buku I. Salemba Empat, Jakarta.

Gaspersz, V. dan Avanti F. (2011), Lean SixSigma for Manufacturing and Service Industries: Waste Elimination and Continuous Cost Reduc-tion. Vinchristo Publication, Bogor.

George, M., Dave R., dan Bill K.(2004), What is Lean Six Sigma?,(http://en.bookfi.org/book/461136, diakses23 Februari 2013).

Horngren, C. T., Srikant M. D., dan Madhav R.(2012), Cost Accounting : A Managerial Empha-sis. 14th ed. Prentice-Hall, New Jersey.

Montgomery, D. C. (2009), Statistical QualityControl : A Modern Introduction. 6th ed. JohnWiley & Sons, Asia.

Pyzdek, T. (2003), The Six Sigma Handbook Re-vised and Expanded : A Complete Guide for Green

18

Page 22: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Penerapan Lean Six Sigma dan Activity-Based Costing Pada Perusahaan Garmen PT X)

Belts, Black Belts, and Managers at All Levels.McGraw-Hill, United States of America.

Sarkar, D. (2008), Lean for Service Organizationsand Offices : A Holistic Approach for AchievingOperational Excellence and Improvements. ASQQuality Press, Milwaukee.

Stamatis, D. H. (2004), Six Sigma Fundamentals :A Complete Guide to The System, Methods, andTools, (http://en.bookfi.org/book/495448, di-akses 23 Februari 2013).

19

Page 23: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perbaikan Proses Bisnis untuk Mengurangi Piutang diPT. Asuransi Astra Buana Cabang Bandung

Alicia Kusumawati1, Yogi Yusuf Wibisono2∗,Kinley Aritonang3

1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung 40141

Email:[email protected], [email protected]

Abstrak

PT. Asuransi Astra Cabang Bandung adalah salah satu anak perusahaan Astra Internasionalyang memiliki bisnis di bidang asuransi harta benda. Salah satu produk PT. Asuransi Astra CabangBandung yang cukup terkenal adalah Garda Oto. Garda Oto adalah produk asuransi yang mem-berikan perlindungan pada kendaraan roda empat. Garda Oto dipasarkan dengan tiga intermediary,yaitu dealer, agent dan direct customer. Ketiga intermediary ini memiliki proses yang berbeda dalammenghasilkan pembayaran premi asuransi oleh customer. Sebagai perusahaan yang cukup berkem-bang di bidang asuransi, PT. Asuransi Astra Cabang Bandung memiliki banyak customer yang mem-percayakan mobilnya di perusahaan ini. Akan tetapi, perusahaan ini memiliki permasalahan den-gan piutang. Dari seluruh prospek yang dimilikinya, sekitar 13% dari preminya menimbulkan piu-tang. Hal ini mengakibatkan kerugian bagi PT. Asuransi Astra Cabang Bandung.

Dalam penelitian ini, digunakan metode CHAID (Chi-Square Automatic Interaction Detector) un-tuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses bisnis dalam menimbulkan piutang.Berdasarkan metode CHAID, didapatkan bahwa proses yang dilakukan dengan intermediary dealermerupakan intermediary yang paling banyak menghasilkan tertanggung, akan tetapi juga palingbanyak menimbulkan piutang. Sedangkan intermediary agent merupakan proses yang paling sedikitmenimbulkan piutang. Dengan menggunakan metode Integration Definition untuk pemodelanfungsi (IDEF0), penulis menggambarkan proses bisnis yang terjadi sekarang, menganalisis, sertamelakukan perbaikannya. Penulis melakukan adaptasi proses bisnis oleh agent pada proses bisnisdengan intermediary dealer untuk melakukan perbaikan guna meminimasi piutang.

Kata Kunci: Proses Bisnis, Piutang, IDEF0, CHAID

1 Pendahuluan

Bandung merupakan salah satu kota di In-donesia yang padat penduduk. Kepadatanpenduduk ini mendukung perkembangan jum-lah kendaraan bermotor yang merupakan salahsatu fasilitas transportasi bagi penduduk kotaBandung. Penambahan jumlah kendaraan diBandung tidak diimbangi dengan peningkatanfasilitas jalan raya yang memadai. Berkaitandengan kondisi ini, banyak warga masyarakatyang merasa was-was baik saat mengendaraikendaraan mereka maupun saat memarkirkendaraan mereka. Kondisi yang menimbulkanbanyak risiko bagi pemilik kendaraan bermotorini menyebabkan banyaknya perusahaan asur-

∗Korespondensi Penulis

ansi yang menawarkan rasa aman bagi pemilikkendaraan tersebut. Salah satu perusahaan asur-ansi yang menawarkan rasa aman bagi pemi-lik kendaraan bermotor di Bandung adalah PT.Asuransi Astra Buana (PT.AAB) Cabang Ban-dung. Perusahaan ini merupakan perusahaanyang tergabung dalam group PT. Astra Interna-tional. Produk asuransi yang ditawarkan un-tuk kendaraan bermotor, tepatnya mobil, meru-pakan produk asuransi yang dikenal denganbrand Garda Oto.

Pada dasarnya, Garda Oto adalah produkperusahaan jasa asuransi yang menawarkanpemindahan risiko pihak customer (selanjut-nya akan disebut tertanggung) kepada pihakpenanggung, dalam hal ini adalah PT. AAB.Hubungan antara tertanggung dan PT. AAB

20

Page 24: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perbaikan Proses Bisnis untuk Mengurangi Piutang di PT. Asuransi Astra Buana Cabang Bandung

Gambar 1: Garis Waktu Pembayaran dan Tang-gungan Asuransi Dalam Grace Period

Gambar 2: Garis Waktu Pembayaran dan Tang-gungan Asuransi Dalam Grace Period

akan dijelaskan sebagai berikut, tertanggungakan membayar premi yang kemudian akanberlaku sampai satu tahun berikutnya dari ke-sepakatan hari penanggungan yang telah dis-epakati antara tertanggung dengan PT. AAB.Sejak kesepakatan hari penanggungan sampaiberakhirnya grace period (14 hari) risiko yangmenimpa mobil tersebut telah ditanggung olehPT.AAB sekalipun tertanggung belum memba-yar premi. Tertanggung diberikan waktu untukmelunasi premi yang harus dibayar sampai den-gan berakhirnya grace period, apabila tertang-gung baru membayar premi setelah grace periodberlalu maka perusahaan hanya akan menang-gung risiko mobil tersebut mulai dari tanggalpembayaran premi sampai 1 tahun berikutnyasejak kesepakatan hari penanggungan. Berikutini adalah gambaran proses pemindahan risikodari tertanggung ke PT. AAB:

1. Tertanggung membayar premi saat graceperiod belum berakhir

2. Tertanggung membayar premi saat graceperiod telah berakhir

Proses pemindahan risiko di PT. AAB ter-lihat cukup adil baik dari sisi tertanggungmaupun pihak perusahaan. Akan tetapi, terny-ata seringkali proses transaksi tertanggung danpenanggung tidak berjalan dengan lancar se-hingga merugikan perusahaan. Penundaanpembayaran menyebabkan piutang. Piutangini menyebabkan perusahaan terlambat menda-patkan uang yang saharusnya sudah dapat di-gunakan untuk investasi perusahaan serta biayaoperasional. Selain itu, seringkali perusahaantidak dapat mengetahui kondisi mobil yang dia-suransikan apabila pembayaran dilakukan sete-lah grace period. Tertanggung dapat mengkalim

Gambar 3: Proses Bisnis PT AAB Cabang Ban-dung

asuransi dengan pelaporan kejadian risiko sete-lah tanggal pembayaran premi walaupun padakenyataannya risiko terjadi sebelum pemba-yaran premi.

Kondisi yang terjadi pada PT. AAB CabangBandung menunjukan bahwa selalu ada piutangdengan jumlah yang cukup besar (berkisar an-tara 15% dari produksi) tiap bulannya. Piutangdari tertanggung perorangan Garda Oto me-mang tidak sebesar omzet yang didapatkan PT.AAB dari corporate line. Akan tetapi, hal ini tetapmerupakan suatu kejadian yang merugikan pe-rusahaan. Di sisi lain, personal line merupakansalah satu kekuatan PT. AAB. Hal ini disebabkanbaik buruknya hubungan dengan tertanggung(perorangan) lebih sering dan lebih cepat di-angkat ke publik yang pada akhirnya dapatmenciptakan image PT. AAB di masyarakat. Im-age inilah yang kemudian akan berpengaruh ter-hadap segala produk yang disediakan oleh PT.AAB. Kekuatan ini harus terus dibina dan di-manfaatkan dengan baik. Kekuatan ini jugaharus dikendalikan dengan baik, jangan sam-pai personal line yang seharusnya menjadi keku-atan sebaliknya menjadi sumber kerugian bagiPT. AAB.

Piutang yang timbul mengindikasikan adasesuatu yang bermasalah. Piutang timbul padaproses acquisition dalam proses bisnis yangumum PT.AAB Cabang Bandung. Gambar 3berikut ini gambar proses bisnis secara umumdari PT.AAB Cabang Bandung.

2 Studi pustaka

Integration definition (IDEF) adalah suatu ba-hasa yang biasa digunakan untuk memodelkansuatu sistem. IDEF biasanya digunakan un-tuk memodelkan aktivitas yang dibutuhkan un-tuk mendukung analisis sistem, desain sis-

21

Page 25: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

tem dan perbaikan ataupun penggabungannya(Davis 1995). IDEF berguna untuk mengkomu-nikasikan kepada pihak lain yang mau mema-hami suatu sistem, dapat digunakan untuk men-dokumentasikan, memahami, mendesain, men-ganalisis, melakukan perencanaan dan meng-gabungkan system. Menurut Davis (1995),kelebihan metode IDEF adalah sebagai berikut:

1. Metode ini dapat menggambarkan secaraefektif kedetailan suatu sistem dan aktifitas-nya.

2. IDEF0 menyediakan abstraksi dari waktu,urutan, dan logika keputusan.

3. Menyediakan pendeskripsian yang tepatuntuk suatu sistem dengan menggunakanICOMS (Input, Controls, Output, Mecha-nism).

4. Sifat hierarki dari IDEF0 memungkinkansistem untuk menyaring dengan tingkat de-tail yang lebih tinggi, sampai dengan modeltersebut sedekskriptif mungkin untuk tugaspengambilan keputusan.

Kelemahan-kelemahan metode ini di-antaranya adalah: (1) IDEF terlalu langsungmenggambarkan permasalahannya sehinggamungkin hanya expert saja yang dapat mema-haminya, (2) dan seringkali menyebabkansalah intepretasi sebagai penggambaran urutanaktivitas, serta (3) sulit dipahami oleh seseorangyang kurang memahami sistem tersebut untukmenghindari keabstrakan urutan aktivitas,waktu, dan logika keputusannya.

IDEF0 merupakan metode yang memodelkankeputusan, kegiatan dan aktivitas dari sis-tem atau organisasi dengan urutan mengkomu-nikasikan fungsional sistem. IDEF0 dibuat se-bagai salah satu hal yang harus dibuat dalammelakukan usaha perbaikan sistem karenamendeskripsikan fungsi yang ada dan menun-jukan apa saja yang diperlukan untuk men-jalankan suatu fungsi dan apa yang akan di-hasilkan suatu fungsi (Davis 1995).

CHAID merupakan singkatan dari Chi-squared Automatic Interaction Detector. Metodeini merupakan salah satu metode untuk klasi-fikasi dalam data mining. CHAID pertama kalidipresentasikan dalam sebuah artikel denganjudul ”An Exploratory Technique for InvestigatingLarge Quantities of Categorical Data” oleh Dr.G.V. Kass tahun 1980 (Hoare 2004). CHAIDmerupakan metode yang membentuk decisiontree dalam proses klasifikasi yang dilakukannyasehingga memudahkan analis untuk mema-hami data. Metode ini dapat digunakan untuk

semua tipe variable kontinu dan variabel kat-egorikal (Hoare 2004).. CHAID digunakanuntuk melakukan klasifikasi dengan menggu-nakan tingkat kepentingan dalam statistika.Hubungan yang significant digunakan untukmengendalikan struktur dari diagram pohonyang akan dibentuk untuk mengkalisifikasikan(Hoare 2004).

Variabel kontinu yang dimasukan sebagaivariable independen akan dikelompokan dalamkelompok data ordinal untuk keperluan anali-sis. CHAID menggunakan uji signifikan statis-tic untuk mengevalua si variable-variabel inputmana saja yang dianggap penting dalam hubun-gannya dengan variable target (Hoare 2004).Dalam perhitungan uji kepentingan ini, digu-nakan F-test jika variable merupakan data kon-tinu. Jika variable target berbentuk data ordinalataupun nominal, sigunakan likelihood-ratio testatau Pearson test. Secara garis besar, algoritmaCHAID terdiri atas tiga tahapan. Tahapan per-tama adalah merging, tahap kedua adalah split-ting, dan tahapan terakir adalah stopping. Akantetapi sebelum melakukan tahapan-tahapantersebut, harus dilakukan dahulu perhitunganawal untuk mengetahui variable-variabel apasaja yang telah dimasukan sebagai input yangdianggap significant terhadap variabel depen-dennya.

3 Perbaikan proses bisnis

Proses bisnis saat ini terbagi menjadi tigaberdasarkan intermediarynya. Intermediary terse-but adalah dealer, agent dan customer langsung.Masing-masing proses tersebut memiliki ke-unikannya masing-masing. Secara garis be-sar yang membedakan ketiga proses tersebutadalah perantara yang berinteraksi dengan cus-tomer. Pada proses bisnis via dealer, dealer meru-pakan rekanan dari sales officer. Dealer meru-pakan ujung tombak sekaligus pelaksana mar-keting dan kmenjalin hubungan dengan cus-tomer. Pada proses bisnis dengan intermediaryagent, agent merupakan tangan kanan dan per-antara langsung PT.AAB Cabang Bandung den-gan customernya. Agent berfungsi sebgai mar-keting dan menjalin hubungan langsung den-gan customernya. Berbeda dengan PT.AAB Ca-bang Bandung, customer datang sendiri pada pe-rusahaan untuk meminta pertanggungan. Se-mua proses bisnis mengirimkan polis asli padasemua customer baik yang sudah membayarmaupun belum membayar. Ketiga proses bis-nis tersebut memang menimbulkan sejumlahpiutang. Oleh sebab itu perlu diketahui fak-

22

Page 26: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perbaikan Proses Bisnis untuk Mengurangi Piutang di PT. Asuransi Astra Buana Cabang Bandung

tor apakah yang menentukan terjadinya piutangtersebut.

Metode CHAID digunakan menentukanbahwa ada beberapa faktor yang mempen-garuhi terjadinya piutang di PT.AAB CabangBandung untuk produk Garda Oto. Faktor-faktor tersebut adalah intermediary atau per-antara customer, kondisi pertanggungan (allrisk/AR, endosment/END, maupun total lossonly/TLO), status customer(baru atau perpan-jangan), premi dan umur mobil. Gambar 4menunjukkan diagram pohon yang diperolehdari metode CHAID ini. Lebih lanjut dapatdilihat bahwa klasifikasi ini cukup diperhatikansampai pada cabang kedua. Hal ini dikarenakansetelah melewati cabang all risk, semua customeryang termasuk didalamnya memiliki statuspiutang tanpa harus melihat umur mobil, biayapremi, dan kondisi perpanjangan atau baru.Berdasarkan pengolahan data tersebut, dike-tahui bahwa faktor yang paling mempengaruhiterjadinya piutang adalah intermediary. Oleh se-bab itu dilakukan perbandingan-perbandingandari karakteristik setiap proses bisnis tersebut.

Berdasarkan persentase jumlah tertanggungyang menimbulkan piutang, intermediary dealermenimbulkan piutang paling besar dibandingdiantara semua proses. Akan tetapi intermediarydealer juga merupakan sarana untuk produksipolis yang paling besar dibanding proses den-gan menggunakan intermediary agent dan direct(tanpa perantara). Oleh sebab itu, proses denganintermediary dealer tentu saja tidak dapat dihi-langkan. Berkaitan dengan jumlah produksi ini,maka diperlukan suatu perbaikan untuk mem-buat produksi dengan perantara dealer menjadilebih baik dan tidak merugikan perusahaan.

Proses dengan intermediary agent adalahproses yang paling sukses dilihat dari presen-tase kelancaran pembayarannya. Proses tanpaperantara juga menghasilkan pembayarandengan persentase status lancar lebih tinggidari proses intermediary dealer. Kesamaan keduaproses yang lebih baik ini adalah adanya inter-aksi langsung antara pihak tertanggung denganpihak PT. AAB Cabang Bandung. Proses denganintermediary dealer sebagian besar tidak menim-bulkan interaksi antara pihak PT.AAB CabangBandung dengan tertanggung. Proses denganintermediary dealer menempatkan salesman dealersebagai perwakilan PT.AAB Cabang Bandungyang berinteraksi langsung dengan tertanggungdan menjadi perantara antara PT.AAB CabangBandung dengan tertanggungnya.

Perbaikan usulan proses dengan inter-mediary dealer melibatkan sales officer untukmeningkatkan interaksi dengan customer-nya.

Gambar 5: Proses perlindungan asuransi

Sales officer bertugas memberikan penjelasanberkaitan dengan produk Garda Oto dan men-jalin hubungan yang baik dengan customer.Pada kondisi sebelumnya dealer yang bertugassebagai perantara pihak PT.AAB Cabang Ban-dung dengan customer. Pada proses usulan ini,dealer hanya bertugas memberikan informasipada PT.AAB Cabang Bandung bahwa adacustomer yang tertarik dengan asuransi GardaOto. Selanjutnya proses akan lebih banyakmelibatkan PT.AAB sendiri. Proses ini tidakmenutup kemungkinan keterlibatan salesmandealer dalam melakukan pemrosesan asuransi.Akan tetapi, sales officer harus juga bertemudan menciptakan interaksi pada customer. Saatcustomer melakukan pembayaran premi, dealertetap mendapatkan komisi seperti pada prosesyang lama.

Output dari diagram utama ini juga memi-liki perbedaan dengan proses awalnya. Padaproses awal terdapat output penarikan polis.Akan tetapi, pada proses usulan ini, outputtersebut diganti dengan pembatalan pertang-gungan. Proses usulan menggunakan po-lis sementara bagi tertanggung yang belummelakukan pembayaran. Oleh sebab itu, polistidak perlu ditarik dari customer apabila sam-pai pada batas waktu yang telah ditentukan cus-tomer belum melakukan pembayaran. Input,output, mekanisme dan control untuk prosesbisnis usulan dengan intermediary dealer dapatdilihat pada Gambar 5 Proses PerlindunganAsuransi Via Dealer

Usulan yang ditawarkan merupakan perlu-asan ide dari proses bisnis dengan intermedi-ary agent. Hal ini dilakukan dengan memper-timbangkan komposisi customer dengan inter-mediary dealer dan intermediary dealer tidak jauhberbeda. Tabel berikut ini menggambarkankomposisi yang ada.

Oleh sebab itu, dilakukan pendekatan untuk

23

Page 27: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

Gambar 4: Diagram pohon

24

Page 28: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perbaikan Proses Bisnis untuk Mengurangi Piutang di PT. Asuransi Astra Buana Cabang Bandung

Tabel 1: Komposisi IntermediaryAGENT DEALER

AR 82 41479.61% 88.46%

TLO 21 3720.39% 7.91%

END 0 170% 3.63%

Total 103 468

Tabel 2: Komposisi IntermediaryIntermediary Jumlah lancar jumlah piutang TotalSalesman 176 293 469dealer 37.53% 62.47%Agent 90 13 103

87.38% 12.62%

mengestimasi hasil penerapan yang akan dida-patkan. Pendekatan ini menggunakan data-dataseperti pada Tabel 2 berikut.

Total customer yang berasal dari dealer adalah469 mobil, dimana 176 diantaranya melakukanpembayaran premi dengan lancar dan 293sisanya menyebabkan piutang. Pada customeryang berasal dari agent (103 mobil), diketahuibahwa 90 customer (87.38% dari total customeryang berasal dari agent) melakukan pembayaranlancar dan sisanya menimbulkan piutang.

Pendekatan yang dilakukan untuk menghi-tung keuntungan menggunakan rata-rata premiuntuk setiap mobil yang diasuransikan. Rata-rata premi yang akan dibayarkan oleh se-orang customer untuk sebuah mobil adalahRp.3.962.081,466. Nilai rata-rata premi ini di-dapat dari jumlah keseluruhan premi dibagi to-tal customer yang digunakan dalam pengolahandata.

Pendekatan keuntungan yang diperolehadalah sebagai berikut:

Jumlah total customer via dealer x

% lancar via agent = estimasi lancar usulan,

469 x 87,38% = 409 tertanggung.

Dengan menggunakan rata-rata premi makandapat dihitung peningkatan pembayaran premisebagai berikut:

Estimasi pembayaran premi dengan usulan -estimasi pembayaran premi pada proses lama =peningkatan pembayaran premi(409 x Rp.3.962.081,466) - (176 xRp.3.962.081,466) = Rp. 923.164.982

4 Kesimpulan dan saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dida-patkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.Proses bisnis yang ada sekarang ini dibagiberdasarkan intermediary (agent, dealer, dan cus-tomer langsung). Proses bisnis terbaik saatini adalah proses bisnis dengan intermediaryagent karena menghasilkan piutang paling ren-dah. Hal ini dikarenakan adanya interaksilangsung antara tertanggung dengan agent se-bagai perwakilan pihak PT.AAB Cabang Ban-dung. Proses bisnis yang menghasilkan piu-tang paling besar adalah proses bisnis denganintermediary dealer. Hal ini disebabkan tertang-gung berinteraksi dengan dealer sebagai per-antara antara pihak PT.AAB Cabang Bandungpada proses ini. Tertanggung tidak berhubun-gan langsung dengan PT. AAB Cabang Ban-dung dan pembayaran juga seringkali dititip-kan pada dealer. Dimana dealer merupakanrekanan PT.AAB Cabang Bandung yang bek-erja sama dengan sales officer PT.AAB CabangBandung. Hal yang jelas membedakan prosesdengan intermediary dealer dan agent adalah In-termediary agent menimbulkan banyak interaksidengan customernya. Sedangkan pada inter-mediary dealer, interaksi dengan customer den-gan perusahaan sangat minim. Dealerlah yangbertugas berkomunikasi dan berinteraksi den-gan customer. pada proses tanpa intermedi-ary, tertanggung langsung berhubungan denganPT.AAB Cabang Bandung tanpa perantara. Se-mua proses melibatkan polis asli sekalipun ter-tanggung belum membayar.

Faktor intermediary merupakan faktor yangmempengaruhi tejadinya piutang dalam prosesbisnis yang ada sekarang ini. Dimana in-termediary agent adalah intermediary yang pal-ing rendah menimbulkan piutang, sedangkandealer adalah intermediary yang menghasilkan pi-utang terbanyak. Rendahnya frekuensi bertemucalon customer dengan pihak asuransi untukpenawaran asuransi via dealer. Selain itu,adanya kemungkinan tunda menunda kegiatanpenarikan polis asuransi bagi tertanggung yangmelewati batas waktu pembayaran. Oleh se-bab itu, penghapusan piutang menjadi terham-bat. Oleh sebab itu, pengiriman polis aslipada semua tertanggung yang belum memba-yar serta minimnya interaksi antara PT.AAB Ca-bang Bandung untuk intermediary dealer meru-pakan kelemahan proses bisnisnya.

Usulan proses bisnis terbagi menjadi dua.Usulan pertama adalah usulan untuk prosesdengan intermediary dealer. Pada usulan ini,sales officer diwajibkan untuk bertemu dengan

25

Page 29: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

calon customer. Hal ini diperlukan untuk men-ciptakan interaksi antara customer dengan pihakasuransi. Usulan kedua adalah adanya usulansurat polis sementara yang berlaku selama graceperiod dan masa perpanjangan pertanggungansebelum batas waktu SP II habis. Surat polisini diperuntukan bagi tertanggung yang belummembayar premi.

Oleh karena itu, perusahaan sebaiknyamemaksimasi peluang interaksi antara cus-tomer dengan pihak asuransi. Hal ini akanmeningkatkan keuntungan bukan hanya darisegi piutang saja. Akan tetapi, hal ini jugaberguna bagi perluasan core bisnis PT.AsuransiAstra Buana Cabang Bandung. Penelitian selan-jutnya dapat dilakukan dengan memperhatikancore bisnis PT.Asuransi Astra Buana lainyaselain produk Garda Oto. Selain itu diperlukansuatu penelitian untuk menciptakan strategimarketing yang tepat untuk menghubungkanproduk Garda Oto sebagai sarana perluasancore bisnis PT.Asuransi Astra Buana CabangBandung.

Daftar Pustaka

Barnes, James G. 2003, Secrets of Customers Re-lationship Management, Terjemahan, Winardi,Andreas., Andi, Yogyakarta.

Burlton, Roger T. 2001, Business Process Manage-ment, Sams, Indiana.

Chang, Richard T. 1999. Peningkatan ProsesBerkesinambungan, Terjemahan, Risalah,K.A.Faisal, Pustaka Binaman Pressindo,Jakarta.

Clementine 12.0 Algorithms Guide.support.spss.com/ProductsExt/SPSS/Documentation/Statistics/algorithms/14.0/TREE-CHAID.pdf

Davenport, T.H. 1993, Process Inovation : Reengi-neering Work Through Information Technology,Boston, MA: Havard Business Press.

Davis , James P. ,1995 . Introduction toIDEF0 Modeling, www.cse.sc.edu/ jim-davis/ Research/Presentations/PDF/IDEF0%20Presentation082698.PDF

Gallagher, C.A., 2000. An Iterative Approachto Classification Analysis, [Online], Avail-able : http://casact.org/library/ratemaking/90dp237.pdf. [20 Januari 2008].

Hoare, Ray. 2004. Using CHAID for classifi-cation problems:www.hrs.co.nz/ downloads/UsingCHAIDforclassificationproblems.pdf

Kapoor, Jack R., Les R. Dlabay, dan Robert J.Hughes. 2004, Personal Finance,7th ed., Irwin,New York.

Kotler, Philip. Irwin, Marketing Management,6thed., Terjemahan, Wasana, Jaka., Erlangga,Jakarta.

Larose, Daniel T. 2005, Discovering Knowledge inData an Introduction to Data Mining, John Wiley& Sons,Inc., Hoboken.

Mehr, Robert I. 1986, Fundamentals of Insurance,Irwin, Homewood.

Mehr dan Cammack. 1982, Manajemen Asuransi,Terjemahan, Hasymi, Balai Aksara,Jakarta.

Rummler, G.A., & Brache, A.P. 1995, Im-proving Performance, 2nd Ed, San Francisco,CA.:Jossey-Bass.

26

Page 30: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perancangan Aplikasi Penunjang Aktivitas Travellingyang Interaktif dan Mobile untuk Paruh baya

Menggunakan Teknik Cooperative Prototyping

Christina Stefani Aryanto1, Johanna Renny Octavia2∗, Marihot Nainggolan 3

1,2,3Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Universitas Katolik Parahyangan

Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141

email:[email protected];[email protected]

Abstrak

Seiring dengan bertambah baiknya perekonomian, teknologi, ilmu pengetahuan terutama ilmukedokteran di Indonesia berdampak terhadap meningkatnya harapan hidup (life expectancy) pen-duduk Indonesia. Hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah paruh baya di Indonesia. Studidan penelitian yang telah dilakukan seringkali tentang performansi golongan lanjut usia (elderly)menggunakan alat-alat elektronik yang berteknologi daripada golongan usia paruh baya (middle-aged adults).Secara relatif, paruh baya tidak mendapatkan perhatian yang cukup, padahal golongantersebut masih tergabung pada usia produktif dan seringkali berhadapan dengan teknologi dalamaktivitas sehari-harinya. Travelling merupakan salah satu aktivitas yang digemari sebagian besarparuh baya yang seringkali membutuhkan interaksi dengan teknologi. Penelitian ini bertujuan un-tuk merancang sebuah aplikasi yang dapat menunjang kelancaran aktivitas travelling bagi paruhbaya.

Teknik yang digunakan untuk merancang aplikasi travelling bagi paruh baya adalah cooperativeprototyping dimana partisipan terlibat dalam proses pembuatan prototipe. Penelitian ini melibatkandelapan orang partisipan paruh baya dengan hobi travelling dalam tiap tahap desain dimulai dariidentifikasi kebutuhan, pembuatan daftar kebutuhan, persona, dan skenario, dilanjutkan denganproses desain, pengembangan konsep desain terpilih, pembuatan prototipe, dan evaluasi prototipe.

Hasil dari proses desain adalah empat buah konsep desain dari kegiatan design workshopdan diperoleh sebuah konsep terpilih yaitu My Agenda. My Agenda adalah rancangan aplikasitravelling yang menjawab identifikasi kebutuhan paruh baya. Prototipe Trip for Us dibuat setelahkonsep My Agenda dikembangkan lebih jauh. Prototipe yang dibuat adalah low-fidelity prototypeyang selanjutnya diuji coba dalam suatu prototype workshop dan dilakukan perbaikan sehinggadidapatkan prototipe final yang dievaluasi kembali dengan partisipan paruh baya. Hasil evaluasimenunjukkan skor System Usability Scale (SUS) sebesar 70 dengan perbaikan pada fitur Memory.

Kata kunci: Travelling, Paruh baya, Cooperative Prototyping

1 Pendahuluan

Seiring dengan bertambah baiknya perekono-mian, teknologi, ilmu pengetahuan terutamailmu kedokteran di Indonesia, memilikidampak terhadap harapan hidup (life ex-pectancy) penduduk Indonesia yang semakinmeningkat.Berdasarkan data dari World HealthOrganization: Global Health Observatory Data

∗Korespondensi Penulis

Repository (http://apps.who.int), terjadi pen-ingkatan angka harapan hidup (life expectancy)masyarakat Indonesia. Pada tahun 1990, angkaharapan hidup masyarakat Indonesia adalah62 tahun. Pada tahun 2000 terjadi peningkatanangka harapan hidup menjadi 65 tahun. Angkaini terus meningkat hingga mencapai angka 69tahun pada tahun 2011.

Menurut World Health Organization(http://www.who.int), paruh baya atau

27

Page 31: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

middle-aged adults adalah salah satu kelom-pok dalam golongan usia lanjut yang berusia45 sampai dengan 59 tahun.Banyaknya pen-duduk paruh baya di Indonesia dapat dilihatdari hasil sensus penduduk dimana jumlahpenduduk paruh baya di Indonesia terusmeningkat dari tahun 2000 sejumlah 22,72 jutaorang, hingga 2010 sejumlah 34,06 juta orang(http://www.bps.go.id).

Berdasarkan penelitian pendahuluan, dike-tahui bahwa berpesiar atau bepergian adalahsalah satu kegemaran middle-aged adults saatmengisi waktu senggang mereka. Entah itumengunjungi sanak saudara, pusat perbelan-jaan dan hiburan, atau pergi berlibur ke luarkota atau luar negeri. Alasan pemilihan aktivi-tas travelling sebagai objek perancangan aplikasiadalah sebagai berikut.

1. Saat travelling, middle-aged adults senangmengunjungi tempat-tempat terbaru danmenarik, terlebih lagi saat waktu liburan.Banyak aplikasi penunjang kegiatan trav-elling yang telah beredar pada mobile de-vices seperti TripAdvisor, Kayak, TripIt, Ex-pedia, dan sebagainya. Namun, aplikasiyang ada saat ini belum dapat digunakanoleh mereka dengan mudah dan menye-nangkan. Penurunan fungsi tubuh middle-aged adults mengurangi minat mereka un-tuk menggunakan aplikasi penunjang ak-tivitas pada mobile devices dan mendorongdilakukannya perancangan aplikasi terse-but.

Penelitian dengan menggunakan subjekpenelitian golongan usia paruh baya masihjarang dilakukan, terutama di Indone-sia. Dengan adanya penurunan fungsitubuh, middle-aged adults mempunyai ke-butuhan yang dapat dikatakan hampirserupa dengan golongan elderly, dimana ke-butuhan tersebut berbeda dari orang de-wasa kebanyakan (Steenbekkers&van Bei-jsterveldt, 1998; Darroch et al., 2005;Kang&Yoon,2007). Oleh karena itu perludibuat fasilitas penunjang untuk mengako-modasi kebutuhan middle-aged adults, yangdalam hal ini adalah perancangan aplikasipenunjang aktivitas travelling.

2. Penelitian pendahuluan telah dilakukanpada delapan orang paruh bayadenganrata-rata usia 51 tahun. Berdasarkanpenelitian pendahuluan tersebut, diketahuibahwa responden paruh bayamenyukaitelepon genggam dengan layar sentuh yangcukup besar sepertismartphone HTC, Sam-

sung Galaxy Note, iPhone, dan Blackberryseri Torch, atau gadget seperti iPaddan iPod5. Aplikasi pada mobile devices yang ser-ingkali mereka gunakan adalah text mes-saging, berbagai macam games, dan so-cial media seperti Facebook. Pada waktusenggangnya atau pada saat libur seko-lah anak-anak, delapan orang middle-agedadults tersebut gemar berjalan-jalan. Des-tinasi mereka pun bermacam-macam, mu-lai dari pusat perbelanjaan yang dekat darirumah mereka hingga ke luar negeri. Jikahanya sekadar pergi untuk menghabiskanwaktu di pusat perbelanjaan atau mengun-jungi sanak saudara, mereka tidak mene-mukan kesulitan untuk pergi ke tempat-tempat tersebut.

Kesulitan yang kerap kali mereka rasakanadalah saat berlibur ke luar negeri karenabanyak sekali hal yang harus dilakukan se-belum, saat, dan setelah bepergian. Sepertimemesan tiket penerbangan ke negara tu-juan, melakukan booking hotel, menetap-kan tempat-tempat yang akan dikunjungidi negara tersebut, hingga mencetak foto-foto setelah bepergian. Mereka biasanyamenggunakan jasa tour and travel agent un-tuk lebih mudah mengurus segala sesu-atunya. Segala hal tersebut sebetulnyadapat saja dilakukan secara mandiri olehmereka dengan tujuan agar biaya yangdikeluarkan dapat diminimasi. Oleh karenaitu, maka perlu dilakukan perancangan ap-likasi travelling untuk mengakomodasi ke-butuhan middle-aged adults.

2 Desain Aplikasi

Empat aktivitas utama yang dilakukan dalamperancangan aplikasi travelling untuk golonganparuh baya, meliputi

1. identifikasi kebutuhan

2. membuat alternatif konsep

3. membuat prototipe

4. evaluasi prototipe

Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah salah satu metode desain partisipatif,yaitu cooperative prototyping (Bdker & Grnbk,1989), yang merupakan salah satu teknik desainpartisipatif (participatory design), dimana parapengguna terlibat secara aktif saat proses per-ancangan suatu produk khususnya pada tahap

28

Page 32: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perancangan Aplikasi Penunjang Aktivitas Travelling yang Interaktif dan Mobile untuk Paruh bayaMenggunakan Teknik Cooperative Prototyping

uji coba prototipe (Schuler & Namioka, 1993;Demirbilek, 1999).

2.1 Identifikasi Kebutuhan

Sebelum melakukan desain aplikasi travelling,terlebih dahulu dilakukan identifikasi kebu-tuhan dari para partisipan paruh baya melaluidiskusi kelompok terfokus (focus group discus-sion) untuk mengetahui preferensi mereka men-genai aplikasi travelling.

Diskusi kelompok terfokus ini diikuti oleh de-lapan orang partisipan paruh baya yang beru-sia di antara 46 hingga 58 tahun. Respon par-tisipan yang diperoleh dari diskusi kelompokterfokus kemudian diterjemahkan menjadi ke-butuhan yang teridentifikasi. Penterjemahanpernyataan partisipan menjadi kebutuhan yangteridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Setelah diperolehnya daftar kebutuhan, dis-usunlah sebuah persona dan skenario yang akanmenjadi dasar rancangan dan titik awal untukpengembangan konsep desain aplikasi travel-ling.

Persona adalah tokoh fiktif yang menggam-barkan atau mewakili karakteristik partisipansecara umum, sedangkan skenario adalah gam-baran sebuah situasi dimana persona membu-tuhkan suatu aplikasi , menggunakan aplikasi,dan kesulitan yang dihadapi dalam penggunaanaplikasi tersebut (Preece et al., 2011).

2.2 Perancangan Alternatif Konsep

Aktivitas kedua adalah melakukan perancan-gan alternatif-alternatif konsep aplikasi travel-ling. Untuk menghasilkan beberapa konsepdesain aplikasi travelling untuk paruh baya,diadakan suatu design workshop yang diikutioleh delapan partisipan yang terdiri dari ma-hasiswa/i Teknik Industri Universitas KatolikParahyangan dengan kriteria-kriteria tertentuyaitu memiliki pemikiran yang kreatif, mampubekerja sama dengan peneliti, dan telah menem-puh mata kuliah Perancangan dan Pengemban-gan Produk. Gambar 1 menunjukkan situasi de-sign workshop yang berlangsung selama kuranglebih 5 jam 30 menit.

Delapan partisipan yang terlibat kemudiandibagi ke dalam empat kelompok. Setelah itupeneliti memperlihatkan persona dan skenariokepada seluruh partisipan.

Berdasarkan pemahaman partisipan terhadappersona dan skenario tersebut, masing-masingkelompok diminta untuk melakukan brainstorm-ing dan menghasilkan 1 buah konsep desain un-

Gambar 1: Design workshop

Gambar 2: Konsep terpilih My Agenda

tuk menjawab kebutuhan persona dengan kre-atif.

Design workshop ini menghasilkan empat buahkonsep aplikasi travelling untuk paruh bayayaitu My Agenda, Amazing Trip, Travelling & Me,dan Meet Your Adventure. Konsep My Agendayang dapat dilihat pada Gambar 2 kemudianterpilih untuk dikembangkan lebih lanjut olehpeneliti berdasarkan hasil penilaian dari pe-serta design workshop dan penilaian dari penelititerkait dengan pemenuhan masing-masing al-ternatif konsep terhadap kebutuhan yang telahteridentifikasi sebelumnya.

2.3 Pembangunan Prototipe

Aktivitas ketiga adalah membuat prototipeberdasarkan konsep desain yang terpilih.Peneliti memutuskan untuk menggunakanteknik cooperative prototyping untuk prosespembuatan prototipe. Proses cooperative proto-typing untuk pembuatan low-fidelity prototypeaplikasi travelling terbagi menjadi tiga tahap.Tahap yang pertama adalah pembuatan initiallow-fidelity prototype atau prototipe low-fidelityawal oleh peneliti. Prototipe low-fidelity awalberupa prototipe setengah jadi yang nantinyaakan disempurnakan pada tahap cooperative

29

Page 33: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

Tabel 1: Daftar kebutuhan

No. Kebutuhan yang Teridentifikasi Pernyataan Partisipan1 Aplikasi travelling yang ”Adanya aplikasi untuk travelling

mengakomodasi kelompok akan sangat membantu, apalagi yangusia paruh baya sesuai dengan kita ini yang sudah paruh baya”

2 Aplikasi travelling yang ”Kalau anak-anak sedang di Jakartamudah digunakan biasanya pesan secara online. Karena akan

bingung jika tidak dibantu oleh mereka.”3 Aplikasi travelling yang ”Aplikasi ini dapat diakses di smartphone saya,

kompatibel dengan mobile devices sehingga saya bisa melakukan pemesananatau melihat rekomendasi dimana saja”

4 Aplikasi travelling yang memiliki ”Terkadang saya bingung di tengah-memiliki langkah penggunaan tengah pemakaian aplikasi karenayang diperlukan dan jelas banyaknya langkah yang harus dilalui”

5 Ukuran huruf dari aplikasi ”Tulisan tidak jelas, jadi harus pakai kacamatatravelling yang cukup besar dengan baca, kalau terlalu lama bisa pusing ”jarak antar huruf yang cukup ”Daftar penerbangan yang available biasanya

sangat berhimpitan jarak tulisannya, belum lagiukuran tulisan yang dipaksakan kecil.”

6 Aplikasi travelling dengan fitur-fitur ”Aplikasi yang punya fitur lengkap, bisa buatuntuk merekomendasi-kan kegiatan pesan tiket pesawat, hotel, tempat wisata, listsebelum, saat, dan setelah tempat-tempat yang recommended, bisa nyetak foto”perjalanan ”Saya suka memotret saat berlibur. Akan bagus juga

jika ada aplikasi yang merekomendasikan tempatdengan pemandangan yang luar biasa”

7 Aplikasi travelling dengan fitur ”Sebetulnya saya suka melihat koleksi dari negaracheckpoint yang menarik atau tempat-tempat menarik yang telah saya kunjungi

dan memamerkannya dengan teman.””Kalau ada fitur check-in saya tidak perlu khawatirkalau lupa nama tempat.”

8 Aplikasi travelling yang secara ”Menjadikan lokasi kita berada saat ini untukotomatis memberikan alternatif hanya menentukan default airport.”dari lokasi yang terdekat saat ini

30

Page 34: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perancangan Aplikasi Penunjang Aktivitas Travelling yang Interaktif dan Mobile untuk Paruh bayaMenggunakan Teknik Cooperative Prototyping

Gambar 3: Prototype workshop

Gambar 4: Prototipe low-fidelity awal

prototyping yang kedua dan ketiga bersamaempat orang partisipan paruh baya dengandiadakannya prototype workshop oleh penelitiseperti yang terlihat pada Gambar 3.

Berdasarkan konsep terpilih My Agenda,dibangun prototipe aplikasi Trip for Us memi-liki tiga buah fitur utama yaitu, Planning, TheMoment, dan Memory yang berguna untuk men-jawab kebutuhan pengguna akan adanya fi-tur yang merekomendasikan kegiatan sebelum,saat, dan setelah perjalanan. Gambar 4 menun-jukkan tampilan dari halaman-halaman utamapada prototipe low-fidelity awal Trip for Us.

Prototipe low-fidelity awal Trip for Us ke-mudian dibawa oleh peneliti dalam proto-type workshop untuk dikembangkan lebih lan-jut bersama dengan partisipan paruh baya.Dalam melakukan percobaan prototipe, penelitimemberikan tiga buah skenario tugas, dimanamasing-masing skenario mewakili satu fiturutama, yaitu Planning, The Moment, dan Memory.

Saat sesi pertama percobaan prototipe sele-sai, partisipan memberikan kritik dan saran un-tuk perbaikan pada beberapa halaman prototipeaplikasi. Lima buah perbaikan yang dilakukanpada tahap ini adalah sebagai berikut :

1. Penambahan ikon SKIP pada halaman

Gambar 5: Evaluasi prototipe low-fidelity final

Planning-Hotels

2. Penambahan ikon SKIP pada halamanPlanning-Attractions

3. Penambahan informasi harga pada hala-man Planning-Flights

4. Perbaikan tampilan halaman The Moment-Interesting Places

5. Perbaikan tampilan informasi halaman TheMoment-Interesting Places

Selanjutnya dalam tahap ini, dihasilkan pro-totipe low-fidelity final yang diujicobakan kem-bali oleh keempat partisipan yang sama. Padatahap ini dihasilkan satu buah perbaikan ter-akhir yaitu perbaikan penempatan ikon fiturAgenda.

2.4 Evaluasi Prototipe

Aktivitas keempat dan terakhir adalahmelakukan evaluasi terhadap prototipe low-fidelity prototype final aplikasi Trip for Us denganpartisipan paruh baya yang berbeda dari par-tisipan prototype workshop. Peneliti melibatkanempat orang partisipan yang menguji prototipeini secara berpasangan seperti yang terlihatpada Gambar 5. Peneliti menggunakan persona,skenario tugas, dan storyboard yang sama sepertiyang digunakan dalam prototype workshop.

Berdasarkan hasil pengukuran performansidari setiap partisipan, diperoleh informasi jenistugas dimana keempat partisipan pada umum-nya melakukan kesalahan. Tabel 2 menun-jukkan rekapitulasi jumlah kesalahan yang di-lakukan dalam tiap skenario tugas sesuai tiga fi-tur utama pada aplikasi Trip for Us.

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwapada umumnya keempat partisipan seringkalimelakukan kesalahan pada tugas yang terdapat

31

Page 35: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

Tabel 2: Jumlah Kesalahan yang Dilakukan

Fitur Tugas Jumlah KesalahanMemesan tiket pesawat 0

Planning Memesan tempat penginapan 0Memesan tiket tempat wisata 0

The Melihat Interesting Places 1Moment Melakukan Check-in 4

Melakukan Upload foto 3Menulis komentar pada foto 5

Memory Membagi foto pada media sosial 4Memberikan rating 0Melihat Agenda 4

di dalam fitur Memory. Jumlah kesalahan ter-banyak terdapat pada tugas menulis komentarpada foto.

Setelah semua partisipan melakukan pengu-jian prototipe sesuai dengan skenario tugas,selanjutnya peneliti meminta partisipan untukmengisi post-test questionnaire. Post-test ques-tionnaire berupa Skala Kemampupakaian Sistem(System Usability Scale/SUS) yang bertujuan un-tuk mengetahui penilaian subjektif para partisi-pan terhadap prototipe low-fidelity Trip for Us.Gambar 6 menunjukkan kuesioner SUS yangterdiri dari 10 buah pernyataan yang diajukankepada partisipan dengan skala penilaian seba-gai berikut.

1 = Sangat Tidak Setuju2 = Tidak Setuju3 = Netral4 = Setuju5 = Sangat SetujuBerdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi

oleh keempat partisipan pada prototype workshopdan keempat partisipan pada proses evaluasi,diperoleh skor SUS aplikasi Trip for Us adalah 70.Skor SUS di atas 68 menunjukkan bahwa suatusistem berada di atas rata-rata dan memiliki ke-mampupakaian yang baik (Sauro, 2011) . Jadidapat dikatakan bahwa aplikasi Trip for Us telahberada di atas rata-rata dan tergolong baik se-cara kemampupakaian.

3 Analisis

Aplikasi Trip for Us merupakan aplikasi pe-nunjang travelling paruh baya yang dirancangoleh peneliti mengikuti konsep desain terpilihberdasarkan hasil dari skor yang diberikan olehpara partisipan design workshop dan pertimban-gan peneliti terkait kebutuhan responden yangterpenuhi . Rancangan aplikasi Trip for Us men-galami proses pengembangan dan perbaikan,

Gambar 6: Kuesioner SUS

32

Page 36: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perancangan Aplikasi Penunjang Aktivitas Travelling yang Interaktif dan Mobile untuk Paruh bayaMenggunakan Teknik Cooperative Prototyping

mulai dari saat prototype workshop berlangsunghingga evaluasi dari prototipe low-fidelity final.

Fitur Planning pada umumnya merupakan fi-tur yang mengakomodasi pengguna akan kebu-tuhan pemesanan tiket transportasi menuju kelokasi tujuan, tempat penginapan di lokasi tu-juan, serta tiket wisata yang tersedia di lokasitujuan. Sebelum dilakukan revisi, fitur ini meru-pakan suatu kesatuan yang tidak dapat dip-isahkan, sehingga saat melakukan pemesananharus memesan ketiganya. Namun setelah di-lakukan revisi atas saran dari partisipan padaprototype workshop, maka fitur ini dapat menjadilebih fleksibel.

Secara keseluruhan fitur Planning telah men-jadi lebih baik yang terbukti dari hasil evaluasiprototipe low-fidelity final, dimana pada tugas-tugas yang berhubungan dengan fitur Planningtidak ditemukan kesalahan. Hal ini juga mem-berikan kesimpulan bahwa fitur Planning telahmengakomodasi kebutuhan pengguna denganbaik.

Fitur The Moment merupakan salah satu fi-tur utama dari Trip for Us yang mengakomodasikebutuhan pengguna saat perjalanan sedangberlangsung dengan dua buah fitur yaitu fiturInteresting Places dan fitur Check In. Fitur Interest-ing Places mendapatkan perbaikan dari partisi-pan pada prototype workshop berupa pemberianketerangan nama tempat pada gambar-gambaryang tersedia. Selain itu, sebaiknya pada satuhalaman Interesting Places, tidak terdapat terlalubanyak pilihan tempat sehingga tidak menim-bulkan kesan penuh. Dengan demikian peng-guna hanya perlu menekan ikon Next untukmelihat tempat-tempat menarik lainnya dan ap-likasi akan menampilkan halaman selanjutnyadari rekomendasi tempat yang menarik.

Secara keseluruhan fitur The Moment telahmenjadi lebih baik yang terbukti dari hasil eval-uasi prototipe low-fidelity final, dimana padatugas-tugas yang berhubungan dengan fitur TheMoment tidak ditemukan kesalahan. Hal ini jugamemberikan kesimpulan bahwa fitur The Mo-ment telah mengakomodasi kebutuhan peng-guna dengan baik.

Fitur Memory merupakan salah satu fiturutama dari Trip for Us yang mengakomodasi ke-butuhan pengguna setelah perjalanan berakhir.Awalnya, tampilan dari halaman Memory terdiridari lima buah menu yaitu, Upload Photos (Men-gunggah Foto), Comment on Your Photos (Komen-tar pada Foto) , Rate Your Journey (Beri Rating),Post to Others (Bagikan), dan Agenda. Partisi-pan prototype workshop hanya memberikan saranagar memindahkan fitur Agenda ke dalam fi-tur Memory, selebihnya tidak terdapat masalah

Gambar 7: Perbaikan ikon Home

Gambar 8: Perbaikan halaman Upload photos

pada fitur ini.Namun saat proses evaluasi prototipe low-

fidelity final dilakukan, hampir semua kesalahanterjadi pada bagian Memory. Hal ini mendorongpeneliti untuk melakukan beberapa perbaikanrancangan pada fitur Memory.

Usulan perbaikan yang pertama adalah mem-perbaiki ikon Home atau Beranda menjadiberwarna dan berkelip yang bertujuan untukmenarik perhatian pengguna agar menekanikon tersebut untuk keluar dari halaman Agendadan melakukan kepentingan selanjutnya. Gam-bar 7 menampilkan hasil perbaikan tombol ikonHome.

Perbaikan kedua adalah penambahan tulisanChoose your photo pada halaman Upload pho-tos sehingga pengguna akan mengetahui bahwafoto-foto yang terlihat bukanlah foto yang telahterunggah, namun meminta pengguna untukmemilih salah satu dari foto yang tersimpandalam memori mobile device yang digunakan.Gambar 8 menampilkan perbaikan yang telahdilakukan pada halaman Upload photos.

Perbaikan yang ketiga adalah perbaikan ikonBack to Memory menjadi Comment on your photoagar pengguna dapat langsung memberikan ko-mentar pada foto yang telah diunggah. Jika

33

Page 37: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 3, No.1, 2014

Gambar 9: Perbaikan ikon Comment on yourphoto

Gambar 10: Perbaikan ikon Post to others

pengguna tidak ingin memberikan komentar,dapat menekan ikon Back atau Kembali un-tuk kembali pada halaman fitur Memory. Jikapengguna ingin mengunggah foto lainnya, ikonUpload another photo dapat dipilih. Gambar9 menunjukkan perbaikan ikon yang telah di-lakukan.

Usulan perbaikan yang terakhir adalah men-gubah ikon Post to others menjadi Post photo toothers sehingga pengguna mengerti bahwa ikontersebut merupakan fitur untuk membagikanfoto-foto perjalanan ke media sosial lainnyaseperti Facebook, Twitter, atau Instagram. Se-lain menampilkan perbaikan ikon Post to others,Gambar 10 juga menampilkan perbaikan atashilangnya menu Comment on your photos yangtidak lagi terletak di halaman Memory.

Dengan perbaikan-perbaikan yang telah di-lakukan, peneliti berharap agar fitur Memorymenjadi lebih baik dalam mengakomodasi ke-butuhan pengguna.

4 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitianyang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Kebutuhan yang dianggap perlu untukdiakomodasi pada perancangan aplikasitravelling bagi kelompok usia paruh bayaadalah aplikasi travelling yang mudah di-gunakan, kompatibel dengan mobile devices,memiliki langkah penggunaan yang diper-lukan dan jelas, memiliki ukuran hurufyang cukup besar dengan jarak antar hu-ruf yang cukup, memiliki fitur-fitur un-tuk merekomendasikan kegiatan sebelum,saat, dan setelah perjalanan, memiliki fiturcheckpoint yang menarik, dan secara otoma-tis memberikan alternatif hanya dari lokasiyang terdekat saat ini.

2. Proses desain menghasilkan konsep terpilihMy Agenda yang dikembangkan lebih lanjutmenjadi prototipe low-fidelity aplikasi Tripfor Us berdasarkan teknik cooperative proto-typing.

3. Hasil evaluasi prototipe low-fidelity finalTrip for Us menunjukkan bahwa prototipetelah memiliki fitur yang lengkap, jelas,serta mudah bagi paruh baya untuk meng-gunakannya dengan skor System UsabilityScale sebesar 70.

34

Page 38: Tujuan dan Ruang Lingkup - Jurusan Teknik Industri

Perancangan Aplikasi Penunjang Aktivitas Travelling yang Interaktif dan Mobile untuk Paruh bayaMenggunakan Teknik Cooperative Prototyping

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik, Diunduh darihttp://www.bps.go.id (10 Juli 2013)

Bdker, S., Grnbk, K. (1989). Cooperative Proto-typing Experiments - Users and Designers En-vision a Dental Case Record System. Di dalamJ. Bowers & S. Benford (Eds.), Proceedings ofthe first EC-CSCW ’89. UK: Computer SciencesCompany.

Darroch, I., Goodman, J., Brewster, S.A., Gray,P.D.G. (2005). The effect of age and font size onreading text on handheld computers. LectureNotes in Computer Science, 3585, 253-266. doi:10.1007/11555261 23

Demirbilek, O. (1999). Involving the Elderly in theDesign Process: A Participatory Design modelfor Usability, Safety, and Attractiveness. Unpub-lished PhD. Ankara: Bilkent University.

Kang, E.K., Yoon, W.C. (2007). Age- andExperience-Related User Behavior Differ-ences in The Use of Complicated Elec-tronic Devices. International Journal ofHuman-Computer Studies, 66, 425-437. doi:10.1016/j.ijhcs.2007.12.003

Preece, J., Rogers, Y., Sharp, H. (2011). Interac-tion Design: Beyond Human-Computer Interac-tion, 3rd ed. New York: John Wiley & Sons

Sauro, J. (2011, Februari). Measuring Us-ability With The System Usability Scale(SUS). Measuring Usability. Diunduh darihttp://www.measuringusability.com/sus.php(5 Desember 2013)

Schuler, D., Namioka, K. (1993). PARTICIPA-TORY DESIGN: Principles and Practices. NewJersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Steenbekkers, L.P.A., van Beijsterveldt, C.E.M.(1998). Design-relevant Characteristics of AgeingUsers. Delft University of Technology.

World Health Organization, Diunduh darihttp://www.who.int (12 Juli 2013)

World Health Organization: Global Health Ob-servatory Data Repository, Diunduh darihttp://apps.who.int (12 Juli 2013)

35